Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

19
THE DIFFERENCES OF LEARNING AUTONOMY BETWEEN STUDENT FROM INTACT FAMILY WITH STUDENT FROM SINGLE PARENT FAMILY IN CLASS XI SMK KESATRIAN PURWOKERTO ACADEMIC YEAR OF 2014/2015 By : Pratikto Haryo Seno *) Dra. Tri Na’imah, S.Psi.,M.Si **) ABSTRACT This research aimed to know the differences of learning autonomy between student from intact family with student from single parent family in class XI SMK Kesatrian Purwokerto academic year of 2014/2015. The variable used of this research was learning autonomy. The hypothesis proposed of this research was there are differences of learning autonomy between student from intact family with student from single parent family in class XI SMK Kesatrian Purwokerto academic year of 2014/2015. Subjects in this research were 111 students of the Eleventh Grade in SMK Kesatrian Purwokerto that were divided ino two groups : 71 students from intact family and 40 students from single parent family. The method of data collection was through questionnaire method of learning autonomy scale instrument. Test the validity of the content used in this research using the technique Product Moment Correlation”, while the reliability test using “Cronbach Alpha”. From the results of validity test through tryout of the 30 students got the validity coefficient of learning autonomy scale from 0,376 to 0,649 with r-table was 0,361 and significance level of 5% (0.05). While the reliability test of learning autonomy scale was the value of 0,927.

description

Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dengan Siswa Dari Keluarga Single Parent

Transcript of Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

Page 1: Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

THE DIFFERENCES OF LEARNING AUTONOMY BETWEEN STUDENT FROM INTACT FAMILY WITH STUDENT FROM SINGLE PARENT FAMILY IN CLASS XI SMK KESATRIAN PURWOKERTO

ACADEMIC YEAR OF 2014/2015

By :Pratikto Haryo Seno *)

Dra. Tri Na’imah, S.Psi.,M.Si **)

ABSTRACT

This research aimed to know the differences of learning autonomy between student from intact family with student from single parent family in class XI SMK Kesatrian Purwokerto academic year of 2014/2015. The variable used of this research was learning autonomy. The hypothesis proposed of this research was there are differences of learning autonomy between student from intact family with student from single parent family in class XI SMK Kesatrian Purwokerto academic year of 2014/2015.

Subjects in this research were 111 students of the Eleventh Grade in SMK Kesatrian Purwokerto that were divided ino two groups : 71 students from intact family and 40 students from single parent family. The method of data collection was through questionnaire method of learning autonomy scale instrument. Test the validity of the content used in this research using the technique “Product Moment Correlation”, while the reliability test using “Cronbach Alpha”. From the results of validity test through tryout of the 30 students got the validity coefficient of learning autonomy scale from 0,376 to 0,649 with r-table was 0,361 and significance level of 5% (0.05). While the reliability test of learning autonomy scale was the value of 0,927.

Based on the results of hypothesis testing using the technique "t-test", obtained t-count of 2,264 with a probability value of 0,026, therefore t-table with df (n-2) was 109 and used 5% (0,05) of significance level that was 1,98 then t- count > t-table that was (2.264 > 1.98) and the probability value was smaller than 5% (0,05) that was (0.026 < 0.05). That is could be stated that there was significant difference learning autonomy from between student from intact family with student from single parent family in class XI SMK Kesatrian Purwokerto academic year of 2014/2015.

Key Words : Learning autonomy, Intact family, Single Parent family.

Page 2: Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

PENDAHULUAN

Sejak dahulu hingga pada masa sekarang, sebuah fenomena kehidupan di dalam suatu keluarga dapat dikatakan masih penuh dengan aneka ragam. Ada keluarga yang disebut dengan keluarga besar yang terdiri atas ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lainnya seperti nenek, kakek, paman, bibi dan sebagainya. Ada juga yang disebut dengan keluarga inti yang hanya terdiri atas ayah, ibu dan anak. Ditinjau dari sisi kelengkapan struktur keluarga itu sendiri, terdapat pula keluarga yang utuh dan keluarga single parent.

Hasil penelitian Musick dan Meier (2010) menunjukkan bahwa remaja yang berasal dari keluarga single parent lebih cenderung terkena masalah dalam kehidupannya sehari-hari serta terganggu dalam hal pendidikan dibandingkan dengan remaja yang masih memiliki orangtua utuh. Berbicara mengenai remaja, dapat dikatakan bahwa sebagian waktunya paling banyak dihabiskan di sekolah. Di sekolah, mereka yang disebut sebagai peserta didik tidak pernah lepas dari proses belajar karena belajar sudah merupakan kewajiban dan tanggung jawab mereka yang harus dijalankan.

Keberhasilan belajar seorang peserta didik di sekolah bukan tergantung dari guru melainkan tergantung dari keterlibatan aktif dan inisiatif pada diri peserta didik itu sendiri. Karena seorang guru pada dasarnya hanyalah bertugas sebagai media dan fasilitator. Sesuai dengan pendapatnya Winkel (2005) yang mengatakan bahwa ketika sedang belajar, maka individu harus aktif dengan sendirinya serta melibatkan kemampuan yang terdapat pada dalam dirinya dengan segala pemikiran, kemauan, dan perasaannya. Namun untuk menjalankan semua itu bukanlah sesuatu yang mudah.

Winkel (2005) menyebutkan bahwa tiga komponen pendukung yang terpenting dalam belajar yaitu pikiran, kemauan, dan perasaan tersebut haruslah berjalan secara bersama-sama supaya keterlibatan di dalam belajar akan menjadi utuh sepenuhnya. Tanpa adanya salah satu diantara ketiga komponen tersebut, maka sulit untuk dikatakan bahwa individu itu benar-benar terlibat aktif dalam belajarnya. Dengan kata lain, maka ketidakselarasan dari ketiga komponen di atas akan menghambat kemandirian belajar.

Namun pada kenyataanya, kemandirian belajar ternyata masih belum dimiliki oleh peserta didik pada saat sekarang ini. Terdapat 70% guru di Indonesia mengatakan bahwa peserta didik sekarang hampir 80% nya masih bersifat seperti ‘paku’, mereka baru mau bergerak kalau dipukul dengan martil. Maksud dari pengungkapan tersebut yaitu misalnya dalam membaca buku-buku pelajaran, jika tidak disuruh atau diperintahkan oleh guru maka buku-buku tersebut akan tetap tidak tersentuh dan akan selalu utuh karena tidak pernah dibaca (Nursyamsinar, 2012).

Mengingat pendidikan di SMK sangat berorientasi pada karir, jika peserta didiknya tidak memiliki kemandirian belajar maka akan banyak lulusan-lulusan SMK yang mengalami kesulitan ketika memasuki dunia kerja dan tentunya akan menambah angka pengangguran di masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, jumlah pengangguran pada bulan Agustus tahun 2013 sebanyak 7,39 juta orang. Sekitar 11,19% dari total tersebut atau sekitar 814

Page 3: Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

ribu orang, merupakan tamatan SMK. Kemudian angka tersebut meningkat secara drastis dibanding dengan bulan Agustus tahun 2012 yang hanya sebesar 9,87%. Artinya adalah tamatan SMK lebih banyak menjadi pengangguran dibandingkan dengan tamatan sekolah yang lainnya. Selain itu, tingkat penggangguran terbuka pada bulan Agustus tahun 2013 untuk pendidikan SMK menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 11,19%.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMK Kesatrian Purwokerto pada tanggal 29 September 2014 melalui wawancara kepada Ibu Kus selaku guru BK kelas XI. Ditemukan informasi bahwa terdapat 70% peserta didik kelas XI tidak percaya diri ketika mengerjakan ulangan harian. Malas untuk mencatat dan merangkum semua materi pelajaran. Malu bertanya kepada guru dalam memahami materi pelajaran. Jarang sekali terlihat aktif berdisukusi dengan teman. Kurang dapat berkonsentrasi penuh serta jarang mengajukan pendapat ketika guru sedang menjelaskan materi. Selalu telat mengumpulkan tugas-tugas dan malas untuk mencari tempat belajar yang efektif.

Selanjutnya mereka juga terlihat malas mengunjungi perpustakaan, laboratorium, bahkan bengkel sekolah untuk menambah pengetahuan dalam belajarnya. Terdapat 53% peserta didik tidak memiliki buku paket di setiap masing-masing pelajaran. Beliau menambahkan bahwa terdapat 85% orangtua mereka bersikap cuek, acuh tak acuh, kurang peduli, serta kurang dapat mengontrol penuh perkembangan belajar anaknya di sekolah. Hal tersebut terlihat ketika pada waktu pembagian raport, orangtua mereka jarang sekali bersedia untuk hadir ke sekolah.

Hasil wawancara Ibu Kus tersebut diperkuat oleh Bapak Igit selaku guru wali kelas di kelas XI, beliau mengatakan bahwa peserta didik yang memiliki masalah kemandirian belajar seperti tidak ada inisiatif untuk bertanya dan mengajukan pendapat ketika pembelajaran sedang berlangsung, belajar dengan cara kebut semalam ketika menjelang ulangan, rendahnya minat membaca, malas mencatat dan merangkum semua materi pelajaran, kurang mandiri dan selalu bergantung pada teman ketika belajar, selalu telat mengumpulkan tugas terutama lebih banyak 60% nya didominasi oleh peserta didik yang berasal dari keluarga single parent.

Kemudian hasil wawancara terhadap dua peserta didik kelas XI yang berasal dari keluarga single parent dan dari keluarga utuh. Ditemukan fakta bahwa secara keseluruhan terdapat indikasi permasalahan yang sama bahwa mereka kurang memiliki kemandirian belajar. Hal itu dibuktikan dengan malas mencatat dan merangkum semua materi pelajaran, malu bertanya kepada guru dalam memahami materi pelajaran, tidak memiliki jadwal jam belajar rutin di rumah, malas membaca buku pelajaran, nilai ulangannya selalu jelek di setiap semester, mereka hanya ingin belajar apabila besok harinya ada ulangan, tidak peduli pada tugas-tugas yang diberikan guru, tidak suka mengunjungi perpustakaan dan jarang mengakses internet untuk mencari informasi terkait kebutuhan belajarnya sendiri, kemudian selalu bergantung pada teman ketika sedang praktek maupun pembelajaran di dalam kelas.

Ahmadi (2009) mengatakan bahwa dengan keadaan keluarga yang masih utuh, maka perhatian, kasih sayang, dan dukungan yang diberikan oleh kedua

Page 4: Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

orangtua untuk mendidik anaknya akan lebih mudah dijalani dengan pembagian tugas diantara masing-masing dari kedua orangtua tersebut. Sehingga perhatian dan dukungan kedua orangtua terhadap anaknya akan jauh lebih besar dan memberikan motivasi secara menyeluruh supaya anak tersebut dapat berprestasi dan memiliki kemandirian belajar yang tinggi dalam diri anak.

Namun sebaliknya ketika dalam keadaan keluarga yang hanya memiliki satu orangtua (single parent) baik dari ibu maupun ayah maka pembagian kasih sayang, dukungan, perhatian, dan motivasi kepada anak akan menjadi berkurang. Ketidakhadiran dari salah satu orangtua dalam membimbing anaknya ketika belajar dapat membuat anak menjadi tidak mandiri yang selalu bimbang dalam mengambil keputusan dan tidak dapat menentukan apa yang dia inginkan dengan bertanggungjawab terhadap hasil belajarnya sendiri (Suryasoemirat, 2007). Sehingga perhatian dan dukungan yang diberikan oleh orangtua pada anaknya di dalam proses belajar juga ikut berkurang dan dampak yang ditimbulkan adalah anak tersebut cenderung bersikap menjadi pasif, malas, tidak dapat mengontrol dirinya, dan kurang memiliki kemandirian dalam belajar.

PENGERTIAN KEMANDIRIAN BELAJARMenurut Tahar dan Enceng (2006) kemandirian belajar merupakan

kesiapan dari individu yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metode belajar, dan evaluasi hasil belajar.

Hiemstra (dalam Tahar dan Enceng, 2006) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar dimana peserta didiklah yang memiliki tanggung jawab utama untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi usahanya. Pengertian tersebut menunjukkan suatu makna bahwa peserta didik yang belajar secara mandiri adalah peserta didik yang mampu merencanakan belajarnya, melaksanakannya, dan mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

DIMENSI KEMANDIRIAN BELAJAR

Menurut Tahar dan Enceng (2006) kemandirian belajar memiliki tiga dimensi yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur, yaitu :a. Dimensi pengelolaan belajar

Pada dimensi ini, individu harus mampu mengatur strategi, waktu, dan tempat untuk melakukan aktivitas belajarnya seperti membaca, meringkas, membuat catatan, dan mendengarkan materi dari audio. Pengelolaan belajar itu sangat penting karena individu lah yang secara mandiri menentukan strategi belajar yang digunakan, kapan ia menggunakan waktu belajarnya, dan dimana ia melakukan proses pembelajarannya tanpa menunggu diperintah oleh orang lain.

b. Dimensi tanggung jawabIndividu mampu menilai aktivitas, mengatasi kesulitan, dan mengukur kemampuan yang diperoleh dari belajar. Pada dimensi ini, individu dituntut untuk memiliki kesiapan, keuletan, dan daya tahan. Sehingga diperlukan motivasi belajar yang tinggi. Kesulitan yang dialami dalam belajar harus

Page 5: Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

mereka atasi sendiri dengan mendiskusikan pada sesama individu yang lain dengan memanfaatkan sumber belajar yang terkait dengan bahan ajar, dan memperbanyak latihan soal yang dapat meningkatkan pemahaman individu. Disamping itu, individu juga harus mengukur kemampuan yang diperoleh dari hasil belajarnya. Apabila hasil belajarnya tidak memuaskan, maka dapat diperbaiki dengan cara rutin mengerjakan latihan soal-soal atas dasar inisiatif dari dalam dirinya sendiri.

c. Dimensi pemanfaatan sumber belajarPada dimensi ini, individu dapat menggunakan berbagai sumber belajar seperti modul, majalah, kaset audio, VCD, Computer Assested Instructional (CAI), internet, dan tutor. Individu secara leluasa bebas menentukan pilihan sumber belajar yang diinginkan. Kebebasan individu dalam memilih berbagai sumber belajar diharapkan dapat memperkaya pemahaman terhadap bahan ajar.

KELUARGA UTUH

Ahmadi (2009) menjelaskan bahwa keluarga utuh adalah keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu bahwa di dalam keluarga tersebut terdapat ayah, ibu, dan anak-anak. Apabila tidak ada ayah atau ibu, atau keduanya tidak ada, maka struktur keluarga tersebut dapat dikatakan tidak utuh lagi. Keluarga yang utuh yaitu tidak sekedar utuh dalam berkumpulnya ayah, ibu, dan anak-anak tetapi juga utuh dalam arti yang sebenar-benarnya yaitu disamping utuh dalam segi fisik namun juga utuh dalam segi psikis. Disamping itu, keluarga yang utuh juga memiliki suatu kebulatan orangtua terhadap anaknya, dan kebulatan itu ditunjukkan melalui perhatian yang penuh atas tugas-tugas dan tanggung jawabnya sebagai orangtua.

Nawawi dan Martini (1994) menjabarkan arti dari keluarga dengan orangtua utuh, yaitu suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang atau lebih anak. Keluarga dengan orangtua utuh ini terbentuk melalui pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita, yang pada dasarnya merupakan ikatan sakral untuk meneruskan keturunan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga utuh adalah suatu keluarga yang memiliki keturunan dimana di dalam susunan struktur anggotanya masih sempurna dan tidak berkurang yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang hidup dan tinggal bersama di dalam satu rumah.

KELUARGA SINGLE PARENT

Menurut Suryasoemirat (2007) orangtua tunggal (single parent) adalah keluarga yang hanya dengan satu atau sendirian orangtua (ayah saja atau ibu saja) dan memiliki anak yang harus diasuh. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : perceraian, kematian pasangan, hamil di luar nikah, atau karena pasangan yang sedang bepergian jauh dalam jangka waktu yang lama.

Menurut Balson (1993) orangtua tunggal (single parent) adalah orangtua yang di dalam membina rumah tanggannya hanya seorang diri tanpa adanya pasangan. Orangtua yang demikian ini menjalankan dua peran, yaitu peran

Page 6: Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

sebagai ayah dan peran sebagai ibu bagi anak-anaknya dan lingkungan sosialnya. Balson (1993) menambahkan bahwa keluarga dengan orangtua tunggal dapat dikategorikan berdasarkan jenis kelamin dari kepala keluarga. Keluarga dengan ayah sebagai orangtua tunggal seringkali disebabkan oleh meninggalnya istri, pengabaian oleh ibu, atau penolakan hak asuh oleh istri. Sedangkan keluarga dengan ibu sebagai orangtua tunggal seringkali disebabkan oleh meninggalnya suami, perceraian, ibu yang tidak menikah, dan remaja yang hamil di luar nikah.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga single parent adalah keluarga yang terdiri dari seorang perempuan atau laki-laki (baik ayah atau ibu) dalam menjalankan kehidupannya secara sendirian tanpa disertai dengan kehadiran dan tanggung jawab dari pasangannya.

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel PenelitianVariabel penelitian pada penelitian ini adalah “kemandirian belajar”

sebagai variabel tunggal.B. Definisi Operasional Variabel

Kemandirian belajar adalah suatu proses belajar dimana setiap individu dapat mengambil inisiatif sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain dalam hal menentukan kegiatan belajarnya, seperti : merumuskan tujuan belajar, sumber belajar (baik berupa orang ataupun bahan), mendiagnosa kebutuhan belajar, dan mengontrol sendiri proses pembelajarannya. Kemandirian belajar diukur menggunakan skala yang disusun berdasarkan dimensi dari kemandirian belajar beserta indikator di dalamnya, yaitu :a. Dimensi pengelolaan belajar

Dengan indikator yang meliputi : mampu mengelola strategi belajar yang efektif, mampu mengatur waktu belajar yang efektif, dan mampu mengatur tempat belajar yang efektif.

b. Dimensi tanggung jawabDengan indikator yang meliputi : mampu menilai aktivitas belajar, mampu mengatasi kesulitan memahami bahan ajar, dan mampu mengukur kemampuan belajar.

c. Dimensi pemanfaatan sumber belajarDengan indikator yang meliputi : dapat memilih sumber belajar yang sesuai, memiliki bahan ajar, dan interaksi dengan bahan ajar.

C. Populasi dan Sampel Penelitian1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 317 peserta didik kelas XI SMK Kesatrian Purwokerto yang terbagi menjadi dua kategori yaitu

Page 7: Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

207 peserta didik dari keluarga utuh dan 110 peserta didik dari keluarga single parent. Masing-masing kategori tersebut tersebar secara acak dan terpisah ke dalam 12 kelas dengan 5 bidang kejuruan, yaitu : MM (Multi Media), TAV (Teknik Audio Visual), TKJ (Teknik Komputer Jaringan), TSM (Teknik Sepeda Motor), dan TKR (Teknik Kendaraan Ringan).

Karakteristik responden yang digunakan pada penelitian ini, dapat dilihat melalui tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1Karakteristik responden penelitian

Kategori Karakteristik

Peserta Didik dari Keluarga Utuh

1. Berjenis kelamin laki-laki atau perempuan 2. Berusia antara 17-18 tahun di kelas XI3. Memiliki kedua orangtua kandung yang masih utuh4. Tinggal hanya bersama kedua orangtua kandung di

dalam satu rumah5. Kedua orangtua tidak meninggalkan anaknya

selama berbulan-bulan

Peserta Didik dari Keluarga Single Parent

1. Berjenis kelamin laki-laki atau perempuan2. Berusia antara 17-18 tahun di kelas XI3. Memiliki satu orangtua kandung (dari ayah atau

ibu) baik sudah menikah kembali dengan orang lain maupun tidak

4. Salah satu orangtua telah meninggalkan anaknya selama berbulan-bulan

Untuk lebih memperjelas terkait rincian jumlah populasi pada penelitian ini, dapat dilihat melalui tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2Jumlah populasi penelitian

Bidang Kejuruan

Jumlah Kelas

Jumlah Peserta Didik

Keluarga Single Parent

Keluarga Utuh

M M 2 51 19 32T A V 1 26 8 18T K J 2 54 16 38T S M 2 60 19 41T K R 5 126 48 78Total 12 317 110 207

2. SampelMenurut Sugiyono (2013) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini, cara pengambilan sampelnya yaitu dengan menggunakan teknik “proportional

Page 8: Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

random sampling”. Proportional random sampling adalah cara pengambilan sampel apabila terdapat populasi yang mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional dari setiap elemen populasi yang dijadikan sampel, dan pengambilan sampelnya sendiri dilakukan secara random atau acak.

Sampel diambil berdasarkan jumlah peserta didik dari keluarga utuh dan peserta didik dari keluarga single parent pada setiap masing-masing bidang kejuruan di kelas XI sebesar 35%. Sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 111 peserta didik, yang terbagi menjadi dua kategori yaitu 71 peserta didik dari keluarga utuh dan 40 peserta didik dari keluarga single parent. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3Jumlah sampel penelitian

Bidang Kejuruan

Single Parent

Keluarga Utuh

Sampel Single Parent

Sampel Keluarga Utuh

M M 19 32 35% x 19 = 7 35% x 32 = 11T A V 8 18 35% x 8 = 3 35% x 18 = 6T K J 16 38 35% x 16 = 6 35% x 38 = 13T S M 19 41 35% x 19 = 7 35% x 41 = 14T K R 48 78 35% x 48 = 17 35% x 78 = 27Total 110 207 40 71

D. Validitas dan Reliabilitas1. Uji Validitas

Pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Menurut Azwar (2003) validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes untuk menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes tesebut mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur. Sedangkan validitas alat ukur yang diuji adalah validitas skala kemandirian belajar dengan menggunakan teknik “korelasi product moment” dari Karl Pearson yang pengerjaanya dibantu melalui program SPSS for Windows 7 versi 22.0.

2. Uji ReliabilitasPengujian reliabilitas pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan

rumus “koefisien alpha cronbach”. Menurut Azwar (2003) dalam pengujian reliabilitas alat ukur atau skala, sebuah skala atau alat ukur dapat dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai koefisien alpha cronbach (α) mendekati angka 1 (satu) yang mengartikan bahwa adanya konsistensi pada hasil alat ukur tersebut. Sedangkan untuk perhitungan reliabilitas alat ukurnya, dibantu melalui program SPSS for Windows 7 versi 22.0.

E. Metode Analisis DataTeknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik “uji-t”. Karena teknik ini merupakan teknik statistik

Page 9: Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

parametris yang khusus digunakan untuk menganalisis data ratio atau interval di dalam satu variabel dengan subjek yang berbeda, teknik ini cocok digunakan untuk penelitian jenis komparatif yang ingin mengetahui ada atau tidaknya perbedaan di dalam suatu variabel (Sugiyono, 2013).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian berdasarkan uji hipotesis menggunakan teknik “uji-t” dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05) atau (t tabel = 1,98), diperoleh nilai t hitung > t tabel yaitu (2,264 > 1,98) dan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (0,05) yaitu (0,026 < 0,05), sehingga dapat dinyatakan hipotesis pada penelitian ini adalah diterima. Diterimanya hipotesis tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan kemandirian belajar antara peserta didik dari keluarga utuh dengan peserta didik dari keluarga single parent di kelas XI SMK Kesatrian Purwokerto tahun 2014/2015.

Nor Aini dan Abdullah (2012) dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa pada dasarnya kemandirian merupakan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri, dan tidak memerlukan pengarahan dari orang lain untuk melakukan kegiatan belajar. Mengacu pada pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah suatu aktivitas atau kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik atas dasar kemauannya sendiri dan mempunyai rasa percaya diri tinggi dalam menyelesaikan tugasnya.

Berdasarkan nilai rata-rata, maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kemandirian belajar peserta didik dari keluarga utuh lebih besar jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kemandirian belajar peserta didik dari keluarga single parent yaitu (119,11>114,6). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa tingkat kemandirian belajar peserta didik dari keluarga utuh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemandirian belajar peserta didik dari keluarga single parent.

Tabel 4Hasil deskripsi data

Kategori N Mean Std. Deviation Std. Error MeanKeluarga utuh 71 119,11 9,132 1,084Single parent 40 114,60 11,593 1,833

Alasan diterimanya hipotesis pada penelitian ini karena dengan adanya keluarga yang utuh yaitu masih terdapat orangtua kandung (ayah dan ibu), maka perhatian kedua orangtua tersebut untuk mendidik anaknya akan lebih mudah dijalani dengan pembagian tugas dari masing-masing diantara kedua orangtua tersebut. Perhatian yang diberikan oleh orangtua terhadap anaknya akan jauh lebih besar dan memberikan motivasi supaya anak dapat berprestasi dalam belajar, sehingga dengan sendirinya akan muncul kemandirian belajar di dalam diri anak.

Zuhriyah (2011) dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa perhatian yang diberikan oleh orangtua terhadap anaknya dapat membantu menumbuhkan

Page 10: Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

intelektual, kognitif, dan psikologis pada dirinya sendiri. Peserta didik yang masih memiliki orangtua utuh akan mendapatkan perhatian yang lebih dan memiliki kebebasan untuk mengelola, memilih, dan menerapkan strategi belajar yang akan digunakan atas dasar inisiatif dirinya tanpa menunggu diperintah terlebih dahulu oleh orang lain, sehingga anak akan mempunyai kemandirian dalam belajar.

Melalui perhatian dari kedua orangtua yang baik, maka anak akan tumbuh secara optimal baik secara fisik maupun secara psikologis, sehingga anak dapat mempunyai kemandirian belajar yang baik dan tidak selalu menggantungkan dirinya secara terus menerus pada orang lain. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitiannya Zuhriyah (2011) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perhatian orangtua terhadap kemandirian belajar peserta didik.

Namun sebaliknya pada keluarga single parent yang dengan keadaan keluarganya hanya memiliki satu orangtua, maka pembagian kasih sayang, perhatian, dan motivasi yang diberikan pada anak akan menjadi berkurang. Apalagi jika ayah atau ibunya jarang pulang ke rumah dan selama berbulan-bulan meninggalkan anak-anaknya karena tugas-tugas atau hal-hal lain. Kemudian ini terjadi secara berulang-ulang sampai pada akhirnya orangtua melakukan perceraian (Ahmadi, 2009). Sehingga perhatian dan pengawasan orangtua terhadap anaknya di dalam proses belajar juga akan berkurang, karena orangtua yang demikian memiliki dua peran, yaitu peran sebagai ayah dan juga peran sebagai ibu.

Sehingga dampak yang ditimbulkan adalah anak tersebut cenderung bersikap pasif, malas, dan kurang memiliki kemandirian belajar. Kondisi keluarga single parent dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : perceraian, kematian pasangan, hamil di luar nikah, atau karena pasangan yang sedang bepergian jauh dalam jangka waktu yang lama. Ketidakhadiran dari salah satu orangtua dalam membimbing anaknya dalam belajar dapat membuat anak menjadi tidak mandiri yang selalu bimbang dalam mengambil keputusan serta tidak dapat menentukan pada apa yang dia inginkan dengan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri (Suryasoemirat, 2007).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, menunjukkan bahwa tingkat kemandirian belajar yang dimiliki oleh peserta didik dari keluarga utuh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemandirian belajar yang dimiliki oleh peserta didik dari keluarga single parent. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pada penelitian ini adalah diterima karena ada perbedaan yang signifikan kemandirian belajar antara peserta didik dari keluarga utuh dengan peserta didik dari keluarga single parent di kelas XI SMK Kesatrian Purwokerto tahun 2014/2015.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti ingin mengajukan beberapa saran yang sifatnya membangun, sebagai berikut :

Page 11: Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

a. Bagi GuruPerlu meningkatkan pelayanan bimbingan belajar secara rutin dan terjadwal, dan perlu merubah metode pembelajaran dengan cara diskusi atau tanya jawab agar peserta didik memiliki inisiatif sendiri ketika belajar di kelas, serta perlu mengembangkan sumber belajar seperti perpustakaan, akses internet, laboratorium yang mendukung peserta didik agar mandiri dalam mencari informasi terkait dengan kebutuhan belajarnya.

b. Bagi Peserta DidikPerlu merubah konsep strategi belajar mereka menjadi mandiri agar mempunyai rasa inisiatif sendiri tidak selalu bergantung pada teman dengan cara sering membaca buku di perpustakaan sekolah dan mempelajari kembali materi pelajaran yang terkait melalui fasilitas yang ada di sekolah seperti laboratorium, bengkel, dan akses internet sekolah tanpa mengandalkan bantuan dari orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2009). Psikologi Sosial. Cetakan 3. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik Jakarta. (2013). Berita Resmi Statistik No.78/11/Th. XVI. Diunduh dari (http://jakarta.bps.go.id). Diakses 25 Oktober 2014.

Balson, M. (1993). Psychology of Family. New York : Mac Graw-Hill, Co.

Musick, K dan Meier, A. (2010). Are Both Parents Always Better Than One? Parental Conflict and Young Adult Well-Being. Journal Social Science Volume 3, Nomor 9. Los Angeles : University of California.

Nawawi, H dan Martini, M. (1994). Manusia Berkualitas. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Nor Aini, P dan Abdullah, T. (2012). Pengaruh Kemandirian Belajar dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sewon Bantul Tahun Ajaran 2010/2011. Jurnal Pendidikan Indonesia Volume 10, Nomor 1. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Nursyamsinar, N. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Diunduh dari (http://nursyamsinar.wordpress.com). Diakses 26 Oktober 2014.

Page 12: Perbedaan Kemandirian Belajar Antara Siswa Dari Keluarga Utuh Dan Keluarga Single Parent

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta.

Suryasoemirat, A. (2007). Wanita Single Parent yang Berhasil. Jakarta : EDSA Mahkota.

Tahar, I dan Enceng. (2006). Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh Volume 7 Nomor 2. Jakarta : Universitas Terbuka.

Winkel, W.S. (2005). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.

Zuhriyah, Z. (2011). Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Kelas V MI Tarbiyatul Islamiyah Kasiyan Sukolilo Kabupaten Pati. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Semarang : Universitas Islam Negeri Walisongo.