Perbandingan Lampu Tl
-
Upload
raja-palasa -
Category
Documents
-
view
193 -
download
10
description
Transcript of Perbandingan Lampu Tl
PERBANDINGAN LAMPU TL (TUBE LAMP)
PERBANDINGAN LAMPU TL (TUBE LAMP)BALAST TRAFO VS BALAST ELEKTRIK VS LED
Halo ….
Kali ini saya akan membandingkan lampu TL (Tube Lamp) atau yang biasa disebut Lampu Neon.
Mengapa lampu TL? “saat ini lampu jenis ini banyak digunakan karena output cahayanya lumayan terang”
Mari kita kenali dulu jenis ballast pada lampu TL dan TL LED.
Apa itu balast conventional? “sering disebut Trafo neon, yang digunakan sebagai driver lampu TL yang system kerjanya secara induksi atau electromagnetic’’
Apa itu ballast elektronik (EBB)? “balast lampu TL yang system kerjanya dengan High Frekwensi (HF). prinsip kerjanya mengubah arus AC 220Volt ke DC , kemudian mengubah kembali arus DC ke arus AC frekwensi tinggi dengan voltage rendah untuk mendrive lampu TL itu sendiri’’
Penampakan ballast elektronik
Apa itu TL LED? “ TL LED diciptakan untuk mengganti lampu TL/Neon konvensional yang mengandung mercury dan BOROS ENERGI. LED (light emiting diode) merupakan pengembangan dari sejenis semi konduktor, TL LED biasanya mengaplikasikan LED type SMD”
Nah.. mari kita bandingkan mengenai konsumsi daya, luminance flux /tingkat pencahayaan dan yang terpenting adalah COST.
Untuk menguatkan hasil perbandingan terlebih dahulu mari kita lihat hasil tes konsumsi daya masing-masing lampu..
Pertama kita tes TL 36watt dengan ballast conventional/trafohasilnya
ampere meter menunjukan angka 0,3A REEL!!!!!pada body tertera 0,39Akarena hanya decimal Cuma satu digit hanya tertera 0.3 pada kenyataannya sampai 0,35A
sebelumnya saya pernah uji 10 unit lampu TL dengan ballast trafo mendapatkan hasil 3,5A, namun kali ini saya tidak bisa tes terkait ballast trafo tersebut sudah saya ganti dengan ballast EBB
Sekarang mari kita hitung konsumsi daya yang sesungguhnya…REEL!!!!
0,35 x 220V = 77wattASTAGA!!!!!!! PADAHAL TERTULIS CUMA 36WATT!!!!!!!!
Mengapa bisa? “hal ini disebabkan karena system kerja ballast trafo adalah dengan induksi atau elektro magnetik, sehingga energi terbuang menjadi panas, ballast trafo memakan daya diluar kebutuhan TL nya”
Berikut hasil tes beban 15set lampu TL 36watt dengan ballast EBB Philips pada lampu penerangan showcase dairy
hasilnya.. 2Ampere REEL!!!ini artinya per lampu Cuma 2A/15 = 0,14Apadahal pada body ballast EBB tertulis 0,16A
Sekarang mari kita hitung konsumsi daya yang sesungguhnya…REEL!!!! 0,14 x 220V = 30watt
Dan untuk TL LED mohon maaf belum bisa saya tes secara reel, terkait barangnya belum tersedia. tapi konsumsi daya biasanya reel sesuai sfeknya.
Tingkat pencahayaan lampu TL dengan ballast travo dan ballast EBB 2200lumen
Sedangkan lampu TL LED 18 yang memiliki ukuran sama dengan TL 36watt menghasilkan rata-rata 1600lumen (tergantung merk)
Kenapa TL 36watt dibandingkan dengan TL LED 18watt sedangkan kekuatan sinarnya jelas berbeda? “oleh Pabrikan TL LED 18watt diklaim menghasilkan sinar sama dengan TL 36watt dan diciptakan memang untuk mengganti TL konvensional 36watt, hal ini sah saja karena sudut pencahayaan (beam widh) TL konvensional 360o sedangkan TL LED memiliki sudut sinar 150o , bila kita bandingkan persudut maka hasilnya TL LED lebih terang. karena pada kenyataannya TL konvensional sinar yang menyorot ke kap lampu menjadi terbuang karena pantulannya kurang dari 50%”
Kelebihan Lain dari ballast EBB dan LED: * Mudah dalam pemasangan * Tidak membutuhkan starter, lampu langsung nyala tanpa kedip * Fiting tidak cepat rusak karena terminal lampu tidak terlalu panas * Temperatur lampu dan ballast tidak terlalu panas sehinggamengurangi efek panas ruangan * Mengurangi pemakaian daya listrik yang sangat signifikan sehingga secara langsung mengurangi beban listrik.
Setelah mengetahui konsumsi daya masing-masing lampu searang mari kita hitung perbandingan costnya…..
Keterangan:Biaya PPJ sebesar 8% berlaku diJembrana, didaerah lain kemungkinan berbeda.Estimasi biaya diluar penggantian fiting dan kabel (apabila ada yang rusak)
Nah….. Sekarang kita sudah tahu perbedaan efisiensi dari masing-masing lampu.
Menurut kajian saya untuk saat ini terkait harga TL LED masih sangat mahal, paling effisien saat ini adalah mengganti ballast trafo dengan ballast EBB
Bayangkan… bila kita mengganti lampu ballast trafo dengan ballast EBB sebanyak 1000pcs maka Penurunan biaya listrik perbulan adalah:
Rp 24.227.000
MAKA SETAHUN MENGHEMAT Rp 290.724.000Bagaimana dengan yang anda miliki?
Dalam hal ini saya sangat menganjurkan agar segera mengganti ballast conventional dengan balast EBB
Kapan anda mengganti ballast trafo yang boros???
Apakah menunggu ballast trafo anda mati baru anda ganti dengan ballast EBB????
Berapa uang yang anda buang tiap bulan dari pemborosan daya semu ballast Trafo???
JADI…..TUNGGU APA LAGIiiiiiii!!!!!!!! BURUAAAANNNNNN GANTI BALAST TRAFO
ANALISA PERBANDINGAN LAMPU LED DAN TLPROPOSAL
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
PROPOSAL SKRIPSI
NAMA : ARIS BUDI RAHAYU
NIM : 5301408006
JURUSAN : PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI : TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS : TEKNIK
I. JUDUL SKRIPSI
ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN LAMPU LED DAN LAMPU TL PADA KEBUTUHAN PENERANGAN RUANGAN
II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin majunya teknologi masa kini dalam bidang elektronika mempunyai pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Dimana pertumbuhan perkembangan teknologi menuntut suatu alat atau barang menjadi lebih efisien, hemat, mudah dibawa, ringan sehingga pengguna merasa puas. Salah satu teknologi yang diterapkan yaitu dalam hal penerangan. Penciptaan lampu dengan berbagai tipe, bentuk, dan jenis seperti TL, SL, dan bohlam semakin bervariasi. Bahkan lampu Led yang di anggap ramah lingkungan karena tidak mengandung merkuri semakin berkembang dan tidak hanya sebatas sebagai lampu indicator saja, akan tetapi beralih fungsi menjadi lampu yang di harapkan dapat bersaing dengan lampu lampu pendahulunya Terkadang di pasaran kita menemukan alat atau barang barang yang mempunyai fungsi yang sama tetapi berbeda kwalitas. Bahkan barang yang mahal belum tentu mempunyai kwalitas yang baik pula. Hal ini mengakibatkan kita sebagai konsumen menjadi lebih selektif dalam memilih alat dan barang. Walau begitu, dalam
beberapa kasus mungkin perlu mempertimbangkan modifikasi rancangan penerangan untuk mendapatkan penghematan energi yang dikehendaki. Penting untuk dimengerti bahwa lampu-lampu yang efisien, belum tentu merupakan sistim penerangan yang efisien.
Baru-baru ini program yang sedang digalakkan PLN bagi para konsumennya adalah untuk menghemat energi listrik dalam pemakaian lampu. Penghematan ini dilakukan dengan cara menggunakan jenis lampu yang paling hemat energi saat ini atau mengganti lampu terpasang dengan lampu yang paling hemat energi. (SEHEN = S uper E kstra H emat En ergi) . Program ini juga sejalan dengan Surat keputusan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral No. 31 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghematan Energi yang merupakan kewajiban kita semua.
Yang dimaksud lampu terhemat energi saat ini adalah lampu yang mengkonsumsi daya listrik (watt) seminimal mungkin untuk menghasilkan cahaya tampak yang terpakai manusia sebesar mungkin. Saat ini penggunaan lampu neon TL (Tabung Fluoresen) dianggap sudah merupakan lampu hemat energi. Sesuai perkembangan teknologi perlampuan terdapat lampu yang lebih hemat dibanding lampu neon, yaitu LED (Light Emitting Dioda). Penghematan energi bukan semata‐mata menurunkan konsumsi energi tetapi dengan cara mengurangi kuat penerangan saja, namun bagaimana menyediakan penerangan tanpa mengorbankan kualitas pelayanan cahaya bagi mata manusia. Prinsipnya menyediakan cahaya saat dibutuhkan dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Oleh sebab itu perlu untuk melakukan penelitian perbandingan suatu produk, dalam hal ini akan melakukan penelitian perbandingan antara lampu TL dan LED.
Dari latar belakang itulah maka diambil judul : “ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN LAMPU LED DAN LAMPU TL PADA KEBUTUHAN PENERANGAN RUANGAN”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah :
1. Apakah pemakaian lampu LED lebih hemat dibandingkan penggunaan lampu TL?
2. Berapa daya sebuah lampu LED yang dibutuhkan untuk penerangan ruangan berukuran 3 x 2,5 x 3m yang sesuai dengan SNI.
3. Berapa daya sebuah lampu TL yang dibutuhkan untuk penerangan ruangan berukuran 3 x 2,5 x 3m yang sesuai dengan SNI.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan skripsi ini, memuat asumsi dan pembatasan masalah dengan tujuan untuk menghindari berkembangnya permasalahan secara luas. Untuk itu peneliti membatasi masalah dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Pembahasan hanya di dalam ruang dengan ukuruan panjang : 3 m, lebar 2.5 m, dan tinggi 3 m.
2. Pembahasan dibatasi pada pemakaian rata-rata 12 jam/hari, dalam waktu 7 hari ( 1 minggu ).
3. Pembahasan dibatasi hanya pada tingkat efisiensi dan intensitas cahaya pada penggunaan lampu LED dan lampu TL.
D. Tujuan Penelitian
1. Menemukan perbandingan tingkat efisien dan intensitas cahaya pada lampu LED dan lampu TL.
2. Menemukan kebutuhan intensitas cahaya pada ruangan.
E. Manfaat Penelitian
1. Dapat dijadikan acuan untuk penggunaan lampu penerangan dalam ruangan.2. Dapat dijadikan acuan dalam upaya penghematan anggaran TDL (Tarif Dasar Listrik) tanpa
mengurangi kualitas cahaya sesuai SNI.
F. Penegasan Istilah
Sehubungan dengan judul penelitian, perlu adanya penegasan istilah yang digunakan supaya tidak terjadi salah pemahaman dalam mengartikan judul penelitian ini:
1. Analisa
Analisa adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
2. Lampu LED
LED adalah suatu lampu indikator dalam perangkat elektronika yang biasanya memiliki fungsi untuk menunjukkan status dari perangkat elektronika tersebut.
3. Lampu TL
Lampu tabung atau lampu TL (Tubular lamp) yaitu jenis lampu pelepasan gas berbentuk tabung, berisi uap raksa bertekanan rendah. Radiasi ultraviolet yang ditimbulkan oleh ion gas raksa oleh lapisan fosfor dalam tabung akan dipancarkan berupa cahaya tampak (gejala fluorensensi). Bentuk standart tabung flouresen dipasarkan oleh perusahaan piliphs dangan kode TL. Pada setiap ujung tabung terdapat elektrode yang terdiri dari serabut pijar (wolfrom) dengan sebuah emiter untuk memudahkan, emisi elektron-elektron. Setelah dalam tabung diberi lapisan serbuk fluresen.
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian pencahayaan
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan. Satuannya adalah lux (1 lm/m2), dimana lm adalah lumens atau lux cahaya. Salah satu faktor penting dari lingkkungan kerja yang dapat memberikan kepuasan dan produktivitas adalah adanya penerangan yang baik. Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan pekerja dapat melihat obyek-obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu.Penerangan yang cukup dan diatur dengan baik juga akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat memelihara kegairahan kerja. Telah kita ketahui hampir semua pelaksanaan pekerjaan melibatkan fungsi mata, dimana sering kita temui jenis pekerjaan yang memerlukan tingkat penerangan tertentu agar tenaga kerja dapat dengan jelas mengamati obyek yang sedang dikerjakan. Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaannnya jelas akan dapat meningkatkan produktivitas kerja.
B. Teori dasar mengenai cahaya
Cahaya hanya merupakan satu bagian dari berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetisnya.
Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut:
1. Pijar, benda padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu tertentu. Intensitas meningkat dan penampilan menjadi semakin putih jika suhu naik.
2. Muatan Listrik, jika arus listrik dilewatkan melalui gas,maka atom dan molekulnya akan memancarkan radiasi, dimana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen yang ada.
3. Electro Luminescence, Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor.
4. Photo luminescence, radiasi pada salahsatu panjang gelombang diserap, biasanya oleh suatu padatan dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat, maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau phosphorescence.
5. Lampu LED, incontrast, adalah dioda semikonduktor. Ini terdiri dari sebuah chip bahan semikonduktor diolah untuk menciptakan sebuah struktur yang disebut pn (positif-negatif) persimpangan. Bila tersambung ke, mengalir powersource arus dari sisi p-atau anoda ke sisi n, atau katoda, tetapi tidak dalam arah sebaliknya. Pembawa muatan (elektron dan lubang elektron) mengalir ke junction dari elektroda. Ketika elektron bertemu lubang, itu jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah, dan melepaskan energi dalam bentuk foton (cahaya). Oleh karena itu tidak ada pemberat atau Starter diperlukan, sehingga dibutuhkan daya listrik yang lebih kecil.
Cahaya nampak, seperti yang dapat dilihat pada spektrum elektromagnetik, diberikan dalam Gambar 1, menyatakan gelombang yang sempit diantara cahaya ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas). Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut pandangan. Oleh karena itu, penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak.
Gambar 1. Radiasi yang Tampak
C. Definisi dan istilah yang sering digunakan.
1. Lumen: Satuan flux cahaya; flux dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata “pengamat standar”. 1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm.
2. Efficacy Beban Terpasang: Merupakan iluminasi/terang rata-rata yang dicapai pada suatu bidang kerja yang datar per watt pada pencahayaan umum didalam ruangan yang dinyatakan dalam lux/W/m².
3. Perbandingan Efficacy Beban Terpasang: Merupakan perbandingan efficacy beban target dan beban terpasang.
4. Luminaire: Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau beberapa lampu, termasuk rancangan pendistribusian cahaya, penempatan dan perlindungan lampu-lampu, dan dihubungkannya lampu ke pasokan daya.
5. Lux: Merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi. Tinggi mounting: Merupakan tinggi peralatan atau
lampu diatas bidang kerja. Efficacy cahaya terhitung: Perbandingan keluaran lumen terhitung dengan pemakaian daya terhitung dinyatakan dalam lumens per watt.
6. Indeks Ruang: Merupakan perbandingan, yang berhubungan dengan ukuran bidang keseluruhan terhadap tingginya diantara tinggi bidang kerja dengan bidang titik lampu.
7. Efficacy Beban Target: Nilai efficacy beban terpasang yang dicapai dengan efisiensi terbaik, dinyatakan dalam lux/W/m².
8. Faktor pemanfaatan (UF): Merupakan bagian flux cahaya yang dipancarkan oleh lampu-lampu, menjangkau bidang kerja. Ini merupakan suatu ukuran efektivitas pola pencahayaan.
9. Intensitas Cahaya dan Flux: Satuan intensitas cahaya I adalah candela (cd) juga dikenal dengan international candle. Satu lumen setara dengan flux cahaya, yang jatuh pada setiap meter persegi (m2) pada lingkaran dengan radius satu meter (1m) jika sumber cahayanya isotropik 1-candela (yang bersinar sama ke seluruh arah) merupakan pusat isotropik lingkaran. Dikarenakan luas lingkaran dengan jari-jari r adalah 4πr2, maka lingkaran dengan jari-jari 1m memiliki luas 4πm2, dan oleh karena itu flux cahaya total yang dipancarkan oleh sumber 1- cd adalah 4π1m. Jadi flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya isotropik dengan intensitas I adalah:
Flux cahaya (lm) = 4π × intensitas cahaya (cd)
Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa lux berkenaan dengan luas areal pada mana flux menyebar 1000 lumens, terpusat pada satu areal dengan luas satu meter persegi, menerangi meter persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Hal yang sama untuk 1000 lumens, yang menyebar kesepuluh meter persegi, hanya menghasilkan cahaya suram 100 lux.
D. Hukum kuadrat terbalik
Hukum kuadrat terbalik mendefinisikan hubungan antara pencahayaan dari sumber titik dan jarak. Rumus ini menyatakan bahwa intensitas cahaya per satuan luas berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya (pada dasarnya jari-jari).
E = I / d²
DimanaE = Emisi cahaya,(panjang gelombang)
I = Intensitas cahaya (cd)
d = jarak (m)
Bentuk lain dari persamaan ini yang lebih mudah adalah:
E1 d1² = E2 d2²
Jarak diukur dari titik uji ke permukaan yang pertama-tama kena cahaya – kawat lampu pijar jernih, atau kaca pembungkus dari lampu pijar yang permukaannya seperti es.
E. Suhu warna
Suhu warna, dinyatakan dalam skala Kelvin (K), adalah penampakan warna dari lampu itu sendiri dan cahaya yang dihasilkannya. Bayangkan sebuah balok baja yang dipanaskan secara terus menerus hingga berpijar, pertama-tama berwarna oranye kemudian kuning dan seterusnya hingga menjadi “putih panas”. Sewaktu-waktu selama pemanasan, kita dapat mengukur suhu logam dalam Kelvin (Celsius + 273) dan memberikan angka tersebut kepada warna yang dihasilkan. Hal ini merupakan dasar teori untuk suhu warna. Untuk lampu pijar, suhu warna merupakan nilai yang “sesungguhnya”; untuk lampu neon dan lampu dengan pelepasan intensitas tinggi (HID), nilainya berupa perkiraan dan disebut korelasi suhu warna. Di Industri,“suhu warna” dan “korelasi suhu warna” kadang-kadang digunakan secara bergantian. Suhu warna lampu membuat sumber cahaya akan nampak “hangat”, “netral” atau “sejuk”. Umumnya, makin rendah suhu, makin hangat sumber, dan sebaliknya.
F. Perubahan warna
Kemampuan sumber cahaya merubah warna permukaan secara akurat dapat diukur dengan baik oleh indeks perubahan warna. Indeks ini didasarkan pada ketepatan dimana serangkaian uji warna dipancarkan kembali oleh lampu yang menjadi perhatian relatif terhadap lampu uji, persesuaian yang sempurna akan diberi angka 100. Indeks CIE memiliki keterbatasan, namun cara ini merupakan cara yang sudah diterima secara luas untuk sifat-sifat perubahan warna dari sumber
cahaya. Kesalah pahaman yang umum terjadi adalah bahwa suhu warna dan perubahaan warna keduanya menjelaskan sifat yang sama terhadap lampu. Selain itu, suhu warna menjelaskan penampilan warna sumber cahaya dan cahaya yang dipancarkannya. Perubahan warna menjelaskan bagaimana cahaya merubah warna suatu objek.
G. Contoh alat penghasil cahaya
1. Lampu LED
LED (Light Emitting Diode) merupakan sejenis lampu yang akhir-akhir ini muncul dalam kehidupan kita. LED dulu umumnya digunakan pada gadget seperti ponsel atau PDA serta komputer. Sebagai pesaing lampu bohlam dan neon, saat ini aplikasinya mulai meluas dan bahkan bisa kita temukan pada korek api yang kita gunakan, lampu emergency dan sebagainya. Led sebagai model lampu masa depan dianggap dapat menekan pemanasan global karena efisiensinya.
Gambar 2: Contoh lampu LED
2. Lampu TL
Definisi lampu tabung. Lampu tabung atau lampu TL (Tubular lamp) yaitu jenis lampu pelepasan gas berbentuk tabung, berisi uap raksa bertekanan rendah. Radiasi ultraviolet yang ditimbulkan oleh ion gas raksa oleh lapisan fosfor dalam tabung akan dipancarkan berupa cahaya tampak (gejala fluorensensi). Elektroda yang dipasang pada ujung-ujung tabung berupa kawat lilitan pijar dan akan menyala bila dialiri listrik. Lampu TL juga disebut dengan lampu pendar. Lampu pendar adalah salah satu jenis lampu lucutan gas yang menggunakan daya listrik untuk mengeksitasi uap raksa Uap raksa yang tereksitasi itu menghasilkan gelombang cahaya ultra ungu yang pada gilirannya menyebabkan lapisan fosfor berpendar dan menghasilkan cahaya kasatmata. Lampu pendar mampu menghasilkan cahaya secara lebih efisien daripada lampu pijar.
Gambar 3: contoh lampu TL
H. Alat ukur cahaya
Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya.
Sehingga cahaya yang diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan digital. Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi. Hampir semua lux meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto, dan layer panel. Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih besar. Kunci untuk mengingat tentang cahaya adalah cahaya selalu membuat beberapa jenis perbedaan warna pada panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena itu, pembacaan merupakan kombinasi efek dari semua panjang gelombang. Standar warna dapat dijadikan referensi sebagai suhu warna dan dinyatakan dalam derajat Kelvin. Standar suhu warna untuk kalibrasi dari hampir semua jenis cahaya adalah 2856 derajat Kelvin, yang lebih kuning dari pada warna putih. Berbagai jenis dari cahaya lampu menyala pada suhu warna yang berbeda. Pembacaan lux meter akan berbeda, tergantung variasi sumber cahaya yang berbeda dari intensitas yang sama. Hal ini menjadikan, beberapa cahaya terlihat lebih tajam atau lebih lembut dari pada yang lain.
Gambar 4: Contoh Lux meter
I. Rumus perhitungan intensitas cahaya pada ruangan
Perhitungan kebutuhan luminaire umumnya dengan metode lumensdengan persamaan sbb :
dengan,
N = jumlah lampu
E = level illuminasi (Lux)
A = luas working plane (m2)
F = besarnya nilai lumens untuk sebuah lampu
U = utility factor
LLF = Loss Light Factor (beberapa referensi menulis sebagai maintenance index).
J. Perhitungan TDL ( Tarif Dasar Listrik ) pada penerangan ruangan
1. Menentukan besar ruangan yang hendak di terangi
Semakin besar, tinggi dan lebar ruangan, maka semakin besar pula wattage dari Lampu dan jumlah Lampu agar distribusi cahaya merata dan maksimum.
2. Menentukan besarnya pencahayaan yang dibutuhkan sesuai SNI
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang pencahayaan ruang rumah besarnya adalah tidak lebih 10 W/m2. Nah, misal rumah kita luasnya adalah 72 m2, maka bisa dihitung jumlah Watt yang diperlukan untuk menerangi rumah secara keseluruhan adalah 72 x 10 W = 720 Watt. Secara kasar, inilah daya listrik yang harus kita bayar untuk Lampu saja, belum yang lain.
Contoh diatas adalah perhitungan kasar, perhitungan detil korelasi pencahayaan dengan
daya Lampu dapat dimisalkan sebagai berikut: ruang tamu luas 3m x 5 m = 15 m2 diberi 2
Lampu Neon 40 W > Daya Lampu = 2 x 40 W = 80 W. Secara matematis kita bisa
menghitung daya lampu dibagi luas ruang = 80/15 = 5,3 W/m2. Masih memenuhi syarat
hemat menurut versi SNI.
K. Hipotesis
Pada penggunaan lampu untuk penerangan ruangan antara lampu LED dan lampu TL yang
masing-masing 40watt, lampu LED lebih efisien daripada lampu TL.
IV. METODE PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2008:2) metode merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
A. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (2002:109). Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari proposal harus betul-betul representative (mewakili). Sampel dari penelitian ini yaitu lampu LED dan TL.
B. Variable Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian/apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 99). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam, yaitu:
1) Variabel terikat: perhitungan intensitas cahaya pada ruangan, TDL untuk lampu pada ruangan, efisiensi lampu LED dan TL.
C. Instrumen penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan sebagai pengumpul data dalam suatu penelitian dapat berupa observasi.
D. T-Test
Menurut Ghozali (2009: 17) “uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengganggap variabel independen lainnya konstan”.
Pada pengujian penelitian ini peniliti membandingkan dua buah alat penerangan yaitu membandingkan antara lampu LED dan lampu TL. Dalam pengujian T-test ini peneliti menggunakan pengujian hipotesis komparatif, yaitu dengan menggunakan uji dua fihak ( two tail test). Uji dua piha digunakan bila hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “tidak sama dengan” (Ho =; Ha ≠). (Sugiyono, 2007: 97).
Keterangan:
t : nilai t yang dihitung.
: rata-rata .
: nilai yang dihipotesiskan.
s : simpangan baku.
n : jumlah anggota sampel (Sugiyono, 2007: 96).
V. DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad. 1993. Prosedur dan strategi penelitian. Bandung: Angkasa.
Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.
Baqin. 2010. Cara menghitung kebutuhan lampu. Diunduh pada tanggal 31 mei 2012 di
http://Cara Menghitung Kebutuhan Lampu (update) « Q1en’s.htm
http://www.lampu-led-teknologi-lampu-untuk-rumah.html.tehnologi lampu untuk rumah masa kini.
Diunduh pada tanggal 6 juni 2012.
Lestari, Ira Tri.2012.healtzh hazard iluminatian control. Diunduh pada tanggal 31 mei 2012 di
http:// HEALTH HAZARD ILLUMINATION CONTROL _ Ira Tri Lestari.htm
Cara Menghitung Kebutuhan Lampu (update)
16 Selasa NOV 2010
POSTED BY BAQIN IN ELECTRICAL ≈ 8 KOMENTAR
Berawal dari ‘kewajiban’ untuk mendesain kebutuhan type dan qty lampu dalam ruangan
untuk mendapatkan approval dari ‘SANG OWNER’ (sengaja nulis dalam huruf kapital sekedar
untuk menggambarkan betapa ‘kuasanya’ kelompok mereka yang menyebit dirinya sebagai
owner ;). Mumpung masih anget.. mungkin ada manfaatnya untuk share sedikit apa yang
saya tahu mengenai cara menghitung tingkat kebutuhan luminaire.
Selamat menbaca dan moga bermanfaat kawan..
Perhitungan kebutuhan luminaire umumnya dengan metode lumens (silahkan googling
mengenai methode ini), dengan persamaan sbb :
N = (E x A) / (F x U x LLF)
dengan,
N = jumlah lampu
E = level illuminasi (Lux)
A = luas working plane (m2)
F = besarnya nilai lumens untuk sebuah lampu
U = utility factor
LLF = Loss Light Factor (beberapa referensi menulis sebagai maintenance index).
Darimana parameter-parameter tersebut diperoleh ?
E ( level illuminasi) diperoleh dari standard kebutuhan masing-masing keperluan, bisa dicari
standardnya dari SNI atau IEC atau lembaga/organisasi laiinya. Misalnya, untuk toliet 100
lux, untuk main entrance 200 lux, untuk meeting room 350 lux (moggo googling untuk
referensi kebutuhan level Lux untuk ruangan lainnya).
A (luas working plane m2), ya panjang kali lebar. Cukup jelas.
F (nilai lumens untuk sebuah lampu), bisa diperoleh dari catalog lampu, sesuaikan pemilihan
lampu dengan desain ruangan (kalau beruntung cukup dengan googling, atau minta catalog
ke vendor/distributor untuk mendapatkan tabel lumens tiap lampu).
U (utility factor). Perlu beberapa langkah untuk mendapatkan nilai U (hanya perlu sedikit
tambahan energy).
Langkah pertama, menghitung RCR (room cavity factor) dengan persamaan, RCR = (5 x
tinggi ruang x (panjang ruang + lebar ruang))/(luas). Setelah ketemu besarnya RCR,
tentukan nilai reflektansi ruang ( ceiling, dinding dan lantai dalam persen), tergantung jenis
dan warna dinding dan jenis material dinding. Selanjutnya, dari tabel utility factor (dari
catalog lampu) bisa didapatkan nilai ‘U’ dengan dasar nilai RCR dan reflektansi ruang (%).
Catatan : untuk luas ruangan yang kecil dengan ceilling tinggi, akan ditemukan kesulitan
untuk mendapatkan nilai RCR yang bisa diprovide dari tabel secara umum. Sampai saat ini
untuk perhitungan manual, belum ketemu cara terbaik untuk menentukan nilai ulitity factor
untuk ruangan yang sempit dengan ceiling yang tinggi. Untuk mengakalinya, bisa diperoleh
dengan cara memanfaatkan chart tool di MS. Excel, trendline option pilih ‘exponential’ dan
pilih juga ‘display equation on chart’. Dari rumus yang diperoleh bisa digunakan untuk
mendapatkan nilai U yang tidak ada di tabel. Meski tidak tepat, setidaknya sedikit bisa
menolong.
LLF ( loss light factor), biasanya antara 0.7 s.d 0.8
Sebenarnya ada yang lebih mudah untuk mengestimasi kebutuhan lampu tiap ruang.
Sekarang bisa di download (gratis) software applikasi seperti Calculux atau Dialux. Maaf,
saya lupa link downloadnya, tetapi cukup mudah untuk ditemukan dengan sekali lagi
bantuan mbah google.
Semoga bermanfaat. Jika ada informsi yang kurang tepat, denga senang hati untuk
dikoreksi.
mohon bantuan untuk mendapatkan nilai utility factor dari rcr, terima kasih
1 WATT = 75 LUMEN
CONTOH SOAL:
PADA RUANGAN MEMILIKI TINGGI 2.5 METER, Lebar 20mter, E=500lux. JIKA AKAN DIPASANG LAMPU
TL-36 WATT, BERAPA JUMLAH LAMPU YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENGISI RUANGAN TERSEBUT??
JAWAB:
DIK :
E= 500 LUX
A=20 x 20 METER= 400 METER2
QLAMPUè 1 WATT = 75 LUMEN
36 WATT = 2700 LUMEN
Cu = 0.5 (STANDART UNTUK Cu)
LLF = 0.7
Plus Minus Lampu LEDLampu LED atau Light Emitting Diode pada saat ini sudah populer dan banyak digunakan walaupun teknologi ini masih tergolong baru. Bahkan bisa dikatakan lampu LED pada saat ini sudah mulai mendapat perhatian masyarakan dikarenakan memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan lampu jenis lainnya. Dengan keunggulan seperti hemat biaya listrik dan lebih ramah lingkungan serta lebih awet menjadi kelebihan lampu LED yang menyebabkan lampu ini mulai dilirik banyak orang.
Sebenarnya LED sudah ditemukan sejak lama, hanya saja saat ini seiring perkembangan teknologi, lampu LED dapat memiliki manfaat lebih baik dan dapat diproduksi dengan biaya lebih murah. Ketika anda menggunakan perangkat elektronik seperti TV, komputer, speaker, dan aneka perabot elektronik lainnya yang mempunyai lampu kecil yang akan menyala sebagai tanda bahwa perangkat tersebut sedang dalam posisi on, lampu kecil itu adalan light emitting diode yang akrab disebut dengan LED. LED merupakan semikonduktor yang mengubah energy listrik menjadi cahaya pada saat dilewati oleh arus listrik.
LED merupakan perangkat padat dan keras sehingga memiliki daya tahan yang cukup lama. Selain itu LED hanya menggunakan konsumsi daya yang relatif rendah dan usia yang lebih dari 50 ribu jam. Bahkan menurut prediksi, dengan semakin murahnya biaya produksi lampu LED, di tahun 2015 nanti lampu tradisional lainnya akan mulai ditinggalkan dan kebanyakan mulai beralih menggunakan lampu LED. Berbagai tipe lampu dari lampu LED bulb untuk kebutuhan rumah tangga, lampu sorot LED untuk kebutuhan komersil dan industri, lampu PJU LED, dan lainnya mulai diproduksi dan dikembangkan secara kontinyu melihat potensi pasar ini.
Berikut merupakan kelebihan lampu LED : Mempunyai umur penggunaan yang lebih lama dibanding lampu biasa. LED bisa
mencapai keawetan hingga 30 ribu jam. Mempunyai efisiensi energy hingga 80-90 persen. Jauh lebih baik dibanding lampu
lainnya. Selain itu LED juga hanya memerlukan tegangan listrik yang rendah. Cahaya yang dihasilkan lampu LED tidak panas. LED tidak memproduksi sinar UV
dan energy panas. Cahaya yang dihasilkan lampu LED juga tidak mendistorsi warna sekitar, sehingga
lebih aman digunakan untuk penerangan jalan. Ukuran yang lebih kecil sehingga dapat diaplikasikan dengan lebih praktis. Tidak mengandung merkuri sehingga lebih ramah lingkungan. Dengan lensa optik yang sesuai, cahaya lampu LED dapat diarahkan sesuai
keinginan
Selain keunggulan dan kelebihan lampu LED diatas, lampu LED juga mempunyai kekurangan dimana membuat orang sedikit berpikir untuk membelinya. Berikut kekurangan lampu LED :
Harga lampu LED masih tergolong mahal Suhu lingkungan dapat mempengaruhi umur lampu LED Intensitas cahaya yang termasuk kecil.Walaupun mempunyai beberapa kekurangan, namun jika melihat dan mempertimbangkan kelebihan dan keunggulan LED tersebut membuat LED memang layak untuk dipertimbangkan. Bahkan sebagian besar perusahaan sudah mulai mengganti lampu mereka dengan lampu LED. Begitu juga dengan pemerintah dan kontraktor swasta yang mengerjakan proyek pemerintah mulai melirik penggunaan lampu PJU LED sebagai pengganti lampu PJU konvensional yang tidak
menggunakan LED. Hal ini dikarenakan efisiensi LED yang lebih menguntungkan dari sisi penggunaan listrik. Sebagai perbandingan, lampu LED 8 watt akan lebih terang dibandingkan lampu biasa atau lampu TL dengan daya 20 watt.
Mengenal Lampu LVD
Lampu LVD biasa juga disebut dengan lampu induksiatau lampu tanpa elektroda (electrodeless lamp) adalah lampu yang menyala dengan mentransfer energi listrik lewat medan magnet atau medan listrik dari luar tabung lampu yang kemudian membuat gas di dalam bohlam terionisasi dan memancarkan cahaya. Tidak seperti lampu konvensional yang memiliki elektroda untuk mengalirkan listrik di dalam bohlam tersebut. Biasanya di dalam bohlam lampu LVD menggunakan gas mulia seperti (argon, neon, krypton and xenon).Dapatkan berbagai kebutuhan lampu sorot LVD dengan harga termurah hanya di rajalampu.com
Keuntungan lampu LVD dibandingkan dengan lampu dengan elektroda pada umumnya adalah sebagai berikut:
Umur lampu yang lebih lama karena biasanya umur elektroda internal dapat berpengaruh pada umur lampu secara keseluruhan,
Kemampuan untuk menciptakan cahaya dengan frekuensi yang lebih tinggi (pada lampu konvensional, elektroda internal akan mengalami reaksi kimia terhadap hal ini dan mengurangi umur elektroda tersebut),
Usia Lampu yang panjang hingga 100.000 Jam Warna lampu memiliki rendering index RA80+ dengan suhu warna 4100°K, Lebih hemat energi Tidak membutuhkan waktu untuk pemanasan. Lampu LVD dapat menyala secara
instan, bahkan dalam suhu rendah -35°C, Tidak akan mati pada tegangan listrik yang tidak stabil, bahkan pada 100 volt
atau setinggi 280 volt. Lampu ini akan segera re-strike kembali pada jangkauan tegangan operasinya,
Tidak ada efek strobokospik, Tidak ada pergeseran warna, Tidak ada kedipan.
Ada dua tipe pada lampu induksi, yaitu:
Lampu plasma yang menggunakan induksi elektrostatik untuk mentransfer energi pada bohlam yang diisi dengan uap sulfur atau metal halides
Lampu flourescent yang dibuat berdasarkan konsep lampu flourescent konvensional dimana arus listrik diinduksikan oleh kumparan eksternal via induksi elektrodinamis.
Effisiensi Energi dengan Lampu LED28/09/2012youldee Leave a comment Go to comments
Sekian lama tidak mengutak-atik peralatan elektronik, hari ini admin tiba-tiba saja membongkar Portable LED emergency lamp, tujuannya hanya mengetahui penyebab kenapa beberapa LED tidak nyala, batere yang terlihat tidak lagi berfungsi menyimpan cadangan tenaga. Selain itu ketertarikan mempelajari sedikit cara kerjanya melalui pengamatan komponen elektroniknya secara langsung. Hasilnya cukuplah, sekadar menghilangkan rasa penasaran tentang sistem kerjanya.
Berkaitan dengan lampu LED, melalui tulisan ini admin mau sedikit berbagi tips hasil dari perenungan, pengamatan dan sedikit analisa lampu LED yang admin bongkar. Ternyata ada benarnya Tagline Hemat Energi Hemat Biaya. Tagline ini akan terasa bermakna bila kita benar-benar paham hitungan-hitungannya.Saat Tarif Dasar Listrik (TDL) 2010 dinaikkan, banyak kalangan merasakan dampak kenaikan itu. Baru-baru ini terdengar kabar di media bahwa pemerintah akan menaikan TDL pada pertengahan 2013 nanti. Ada kenaikan sekitar 15% untuk konsumen industri. Untuk pelanggan rumah tangga dan fasilitas sosial admin sendiri belum mendapat informasi besarannya. Agar kenaikan TDL nantinya tidak berpengaruh banyak pada kenaikan tagihan pada billing, maka tidak ada salahnya kita memulai sikap hemat energi sesegera mungkin.
Admin bukan lagi jualan produk lampu, hanya berbagi tips. Cara gampang untuk menghemat konsumsi energi untuk penerangan adalah dengan memilih lampu yang juga bisa hemat pemakaian energi. Lebih to the point lagi kalau mau Hemat Energi salah satu solusinya adalah mengganti penggunaan lampu TL dengan CFL atau bahkan Lampu LED. Di dekat rumah admin sendiri, sepanjang jalan terlihat berjejer yang menjual lampu hemat energi, kebanyakan tipe lampu CFL, sayangnya belum ada yang menjual lampu LED.Kenapa bisa dengan mengganti jenis lampu ? Logika sederhananya begini, disadari bahwa saat ini kebutuhan energi listrik yang paling banyak adalah untuk kebutuhan penerangan baik sektor rumah tangga, perkantoran, dunia usaha maupun industri. Sumber penerangan buatan yang banyak dipakai adalah lampu yang nyala rata-rata 12 jam per hari. Pemilihan jenis lampu bisa menjadi solusi penghematan konsumsi energi listrik (kWh) dan akhirnya akan berpengaruh juga pada penghematan pengeluaran (billing) terhadap biaya pemakaian listrik.
Lampu Hemat Energi, Apa itu ?Lampu hemat energi Adalah lampu yang mengkonsumsi daya listrik (watt) seminimal mungkin untuk menghasilkan cahaya tampak terpakai manusia sebesar mungkin. Sekarang ini penggunaan kelompok lampu neon (TL, Swaballast, CFL, CCFL) dianggap sudah merupakan lampu hemat energi. Sesuai perkembangan teknologi perlampuan terdapat lampu yang lebih hemat dibanding lampu neon, yaitu LED (Light Emitting Dioda).
Penghematan energi bukan semata‐mata menurunkan konsumsi energi tetapi dengan cara mengurangi kuat penerangan saja, namun bagaimana menyediakan penerangan tanpa mengorbankan kualitas pelayanan cahaya bagi mata manusia. Prinsipnya menyediakan cahaya saat dibutuhkan dalam jumlah dan kualitas yang cukup. (sumber : fokuslighting.com)Lampu TL (Tube Light) lebih efisien 3 sampai 5 kali dibanding lampu pijar, pada lampu pijarrugi-rugi daya yaitu daya yang terbuang melalui panas dari pijaran kawat tungsten jauh lebih tinggi dari pada daya yang termanfaatkan sebagai cahaya tampak. Bayangkan, dari 100% energi yang dibutuhkan, ~70% keluar sebagai radiasi infra merah, ~20 % rugi-rugi daya, 10% dikonversi sebagai cahaya penerangan. Umur lampu pijar sekitar 1 – 2000 jam. Sedangkan lampu TL 10 – 20 kali umur lampu pijar. (sumber www.energyeffisiencyasia.org)Lampu CFL (Compact Fluorescent Lamp) lebih hemat dari lampu TL, bila lampu TL diibaratkan memanfaatkan energi 100 W untuk menyala, maka lampu CFL hanya memanfaatkan energi sekitar 70% – 90% dari 100 W atau sekitar 70W – 90 W saja.
Lampu CFL (sumber : Phillips)
Lampu LED (Light Emitting Diode) lebih hemat dari lampu CFL dan tentunya lebih hemat dari lampu TL. Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber cahaya yang efisien energinya. Suatu saat admin sempat mendapat penjelasan panjang lebar dari penjaga booth dari salah satu produsen lampu LED di JCC tahun 2011 lalu perihal manfaat penghematan yang cukup signifikan dari penggunaan lampu tersebut. Potensi penghematan energi penggunaan lampu LED berkisar dari 82% hingga 93%.
Lihat perbandingan pada tabel berikut :
Jenis Lampu Lumen/Watt
Lumen/Watt
Umur (Jam)
kisaran rata-rata
Lampu Pijar 8- 18 14 1000
Lampu Neon (TL) 46 – 60 50 5000
Lampu CFL 40 – 70 60 8000 – 10000
Lampu LED 80 – 90 80 40000 – 100000
Lumen adalah Satuan flux cahaya; flux dipancarkan di dalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela.
Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lmu) adalah kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata “pengamat standar”. 1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm.
Sayangnya, harga lampu LED yang ditawarkan di pasaran saat ini masih sangat mahal. Lampu LED 12 W persatuan berkisar antara 400rb sampai 500rb rupiah. Lampu LED 18 W berkisar antara 600rb sampai 700rb rupiah per buah. Tapi dengan asumsi nyala 12 per hari lampu LED ini bisa bertahan sampai 136 bulan.
Untuk pemakaian rumah tangga, agar bisa lebih murah bisa memanfaatkan lampu LED produksi UMKM yang biasanya jauh lebih murah dari pada produk yang sudah branding internasional. Atau tetap menggunakan lampu CFL tetapi dengan menghitung kembali kebutuhan pencahayaan setiap ruangan di rumah. Sebaliknya Retrofit lampu TL atau CFL ke lampu LED branding akan sangat mudah dan murah bila diterapkan pada sektor penerangan Industri, contohnya dengan program Super Extra Hemat Energi (SEHEN) yang digalakkan oleh PLN.