Perbandingan Hukum Pidana

10
Catatan Kuliah Kardoman Tumangger (110110060381) Page 1 PERBANDINGAN HUKUM PIDANA Dosen: Aman Sembiring, S.H., M.H. Widati Wulandari, S.H., M. crim. Nella Sumika Putri, S.H., M.H. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN 1. Pengantar dan Definisi 2. Manfaat Perbandingan Hukum Pidana 3. Keluarga Hukum 4. Civil Law System 5. Commom Law System 6. Commom Law System 7. Sosiologis Legal System 8. Mixed Legal System 9. Element of Crimes 10. Penyertaan dan Percobaan 11. Alasan Penghapus dan Pengurangan Pidana 12. Sistem Hukum Indonesia Perkembangan Perbandingan Hukum Sebagai Disiplin Ilmu Perkembangan Perbandingan Hukum sebagai ilmu relatif baru dimana istilah comparative law atau droit compare baru dikenal dan diakui penggunaannya yang dimulai di Eropa Daratan. Perkembangan pesat perbandingan hukum menjadi cabang khusus dalam studi ilmu hukum yaitu pertengahan abad ke-18 yang dikenal sebagai era kodifikasi. Perkembangan pengakuan perbandingan hukum sebagai cabang ilmu hukum mengalami kendala, antara lain disebabkan karena sejak lama ilmu hukum ditujukan untuk menemukan asas-asas hukum yang adil, hukum yang sesuai dengan perintah Tuhan dan bersumber dari hukum alam serta mencapai cita kelayakan dan sangat kurang memperhatikan hukum dalam kenyataan atau penerapan hukum. Perkembangan pesat perbandingan hukum terjadi pada abad ke-20. Perbandingan Hukum dalam Konteks Ilmu Hukum Dalam konteks ilmu hukum, maka kedudukan perbandingan hukum sebagai disiplin hukum merupakan salah satu ilmu kenyataan hukum dismping sejarah hukum, sosiologi hukum, antropologi hukum, dan psikologi hukum. Pendapat lain, yaitu Prof. Soenaryati Hartono dan Prof. Romli Atmasasmita, memandang perbandingan hukum sebagai metode, dan menjadi tidak benar jika perbandingan hukum dipandang sebagai cabang ilmu hukum. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PERBANDINGAN HUKUM PIDANA Perbandingan hukum sebagai disiplin hukum sekaligus sebagai cabang ilmu hukum, pada awalnya dipahami sebagai salah satu metode pemahaman sistem hukum, disamping sosiologi hukum dan sejarah hukum. Ada perbedaan pandangan tentang kedudukan hukum, yaitu yang berpendapat bahwa perbandingan hukum merupakan metode dan yang lain berpendapat perbandingan hukum sebagai disiplin atau cabang ilmu hukum. Perbandingan Hukum sebagai Metode Romli Atmasasmita, pengertian perbandingan hukum meliputi hukum asing yang diperbandingkan, persamaan dan perbedaan antara sistem-sistem hukum yang diperbandingkan tersebut (hal.6). Perbandingan hukum adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari secara sistematis hukum (pidana) dari dua atau lebih sistem hukum dengan mempergunakan metode perbandingan (hal. 12). Rudolf B. Schlesinger, perbandingan hukum merupakan metode penyelidikan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum tertentu. Perbandingan hukum bukanlah perangkat peraturan dan asas-asas hukum dan bukan

Transcript of Perbandingan Hukum Pidana

Page 1: Perbandingan Hukum Pidana

Catatan Kuliah – Kardoman Tumangger (110110060381) Page 1

PERBANDINGAN HUKUM PIDANA

Dosen:

Aman Sembiring, S.H., M.H.

Widati Wulandari, S.H., M. crim.

Nella Sumika Putri, S.H., M.H.

RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

1. Pengantar dan Definisi

2. Manfaat Perbandingan Hukum Pidana

3. Keluarga Hukum

4. Civil Law System

5. Commom Law System

6. Commom Law System

7. Sosiologis Legal System

8. Mixed Legal System

9. Element of Crimes

10. Penyertaan dan Percobaan

11. Alasan Penghapus dan Pengurangan Pidana

12. Sistem Hukum Indonesia

Perkembangan Perbandingan Hukum Sebagai Disiplin Ilmu

Perkembangan Perbandingan Hukum sebagai ilmu relatif baru dimana

istilah comparative law atau droit compare baru dikenal dan diakui

penggunaannya yang dimulai di Eropa Daratan.

Perkembangan pesat perbandingan hukum menjadi cabang khusus dalam

studi ilmu hukum yaitu pertengahan abad ke-18 yang dikenal sebagai era

kodifikasi.

Perkembangan pengakuan perbandingan hukum sebagai cabang ilmu

hukum mengalami kendala, antara lain disebabkan karena sejak lama

ilmu hukum ditujukan untuk menemukan asas-asas hukum yang adil,

hukum yang sesuai dengan perintah Tuhan dan bersumber dari hukum

alam serta mencapai cita kelayakan dan sangat kurang memperhatikan

hukum dalam kenyataan atau penerapan hukum.

Perkembangan pesat perbandingan hukum terjadi pada abad ke-20.

Perbandingan Hukum dalam Konteks Ilmu Hukum Dalam konteks ilmu hukum, maka kedudukan perbandingan hukum

sebagai disiplin hukum merupakan salah satu ilmu kenyataan hukum

dismping sejarah hukum, sosiologi hukum, antropologi hukum, dan

psikologi hukum.

Pendapat lain, yaitu Prof. Soenaryati Hartono dan Prof. Romli

Atmasasmita, memandang perbandingan hukum sebagai metode, dan

menjadi tidak benar jika perbandingan hukum dipandang sebagai cabang

ilmu hukum.

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PERBANDINGAN

HUKUM PIDANA Perbandingan hukum sebagai disiplin hukum sekaligus sebagai cabang

ilmu hukum, pada awalnya dipahami sebagai salah satu metode

pemahaman sistem hukum, disamping sosiologi hukum dan sejarah

hukum.

Ada perbedaan pandangan tentang kedudukan hukum, yaitu yang

berpendapat bahwa perbandingan hukum merupakan metode dan yang

lain berpendapat perbandingan hukum sebagai disiplin atau cabang ilmu

hukum.

Perbandingan Hukum sebagai Metode

Romli Atmasasmita, pengertian perbandingan hukum meliputi

hukum asing yang diperbandingkan, persamaan dan perbedaan

antara sistem-sistem hukum yang diperbandingkan tersebut

(hal.6).

Perbandingan hukum adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari

secara sistematis hukum (pidana) dari dua atau lebih sistem

hukum dengan mempergunakan metode perbandingan (hal. 12).

Rudolf B. Schlesinger, perbandingan hukum merupakan metode

penyelidikan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang

lebih dalam tentang bahan hukum tertentu. Perbandingan hukum

bukanlah perangkat peraturan dan asas-asas hukum dan bukan

Page 2: Perbandingan Hukum Pidana

Catatan Kuliah – Kardoman Tumangger (110110060381) Page 2

suatu cabang hukum, melainkan merupakan teknik untuk

menghadapi unsur hukum asing dari suatu masalah hukum.

Rudolf B. Schlesinger mengemukakan pendapatnya:

perbandingan sistem-sistem dari keluarga hukum common law

merupakan subjek pembahasan perbandingan hukum.

George Winterton, perbandingan hukum adalah suatu metode

yang membandingkan sistem-sistem hukum dan perbandingan

tersebut menghasilkan data sistem hukum yang dibandingkan.

Gutteridge, perbandingan hukum tidak lain merupakan suatu

metode yaitu perbandingan yang dapat digunakan dalam semua

cabang hukum.

Gutteridge membedakan antara comparative law dan foreign law

(hukum asing). Istilah pertama untuk membandingkan dua sistem

hukum atau lebih, istilah kedua adalah mempelajari hukum asing

tanpa secara nyata membandingkan dengan sistem hukum lain.

Gutteridge menegaskan bahwa perbandingan sistem-sistem

hukum dari keluarga common law merupakan subjek pembahasan

perbandingan hukum.

Van Apeldoorn, memakai tiga cara dalam menerangkan

hubungan sebab akibat hukum dengan gejala-gejala lainnya yaitu

cara sosiologis, cara sejarah dan cara perbandingan hukum.

Zweigert dan Kozt, perbandingan hukum adalah perbandingan

dari jiwa dan gaya dari sistem hukum yang berbeda-beda atau

lembaga-lembaga hukum yang berbeda-beda atau penyelesaian

masalah hukum yang dapat diperbandingkan dalam sistem hukum

yang berbbeda-beda.

Zweigert dan Kozt mengajukan pendekatan yang lain terhadap

perbandingan hukum dan muncul dengan gaya functional legal

comparison dengan menggunakan metoe yang bersifat:

a) Kritis, karena para ahli perbandingan hukum tidak lagi

mementingkan persamaan dan perbedaan dari berbagai sistem

hukum semata-mata sebagai suatu fakta melainkan yang

dipentingkan adalah “keajegan, dapat dipraktikkan, keadilan

dan jalan keluar bagi suatu masalah hukum tertentu.

b) RealistIk, karena perbandingan hukum bukan saja meneliti

perundang-undangan, putusan hakim atau doktrin semata-

mata melainkan semua motivasi yang sesungguhnya

menentukan atau memengaruhi dunia seperti etika, psikologi,

ekonomi dan kebijakan perundang-undangan.

c) Tidak bersifat dogmatis, karena perbandingan hukum tidak

hendak terkekang dalam kekuasaan dogma-dogma.

Perbandingan Hukum sebagai Disiplin Ilmu Hukum

Lemaire, perbandingan hukum sebagai cabang ilmu pengetahuan

(yang juga mempergunakan metode perbandingan) mempunyai

lingkup (isi dari) kaidah-kaidah hukum, persamaan dan

perbedaannya, sebab-sebabnya dan dasar kemasyarakatan.

Ole Lando, perbandingan hukum mencakup analisis dan

perbandingan dari sistem-sistem hukum.

Hessel Yutema, perbandingan hukum hanya nama lain untuk

ilmu hukum dan merupakan bagian yang menyatu dari suatu ilmu

sosial, atau seperti cabang ilmu hukum lainnya perbandingan

hukum memiliki wawasan yang universal; sekalipun caranya

berlainan, masalah keadilan pada dasarnya sama menurut waktu

dant empat di seluruh dunia.

Orucu, perbandingan hukum merupakan suatu disiplin ilmu

hukum yang bertujuan mengemukakan persamaan dan perbedaan

serta menemukan pula hubungan erat antara pelbagai sistem-

sistem hukum; melihat perbandingan lembaga-lembaga hukum

dan konsep-konsep serta mencoba menentukan suatu

penyelesaian atas masalah-masalah tertentu dalam sistem-sistem

hukum dimaksud dengan tujuan seperti pembaharuan hukum,

unifikasi hukum dan lain-lain.

Soedarto, perbandingan hukum merupakan cabang dari ilmu

hukum dan karena itu lebih tepat menggunakan istilah

perbandingan hukum dari istilah hukum perbandingan.

Tujuan dan Kegunaan Perbandingan Hukum

1. Tujuan Perbandingan Hukum

Van Apeldoorn, membedakan tujuan perbandingan hukum dalam

tujuan yang bersifat teoritis dan tujuan yang bersifat praktis.

Romli Atmasasmita memberikan empat tujuan mempelajari

perbandingan hukum, yaitu:

Page 3: Perbandingan Hukum Pidana

Catatan Kuliah – Kardoman Tumangger (110110060381) Page 3

1. Tujuan praktis, sangat dirasakan oleh para ahli hukum yang harus

menangani perjanjian internasional.

2. Tujuan sosiologis, mengobservasi suatu ilmu hukum yang secara

umum menyelidiki hukum dalam arti ilmu pengetahuan untuk

membangun asas-asas umum sehubungan dengan peranan hukum

dalam masyarakat.

3. Tujuan politis, untuk mempertahankan “status quo” dimana tidak

ada maksud sama sekali mengadakan perubahan mendasar di

negara berkembang.

4. Tujuan pedagogis, untuk memperluas wawasan sehingga dapat

berpikir inter dan multi disiplin serta mempertajam penalaran

dalam mempelajari hukum asing.

Tujuan menurut beberapa pakar hukum lainnya

a. Pembaharuan hukum dan pengembangan kebijakan (March,1977;

Merryman,1977)

b. Sarana penelitian untuk mencapi teori hukum yang bersifat

universal (Kozolchyk, 1976; Yutema, 1956)

c. Bantuan untuk praktik hukum dalam hubungan internasional

(Schlessinger, 1980)

d. Unifikasi dan harmonisasi hukum (Schlessinger, 1968)

e. Suatu alat bantu dalam peradilan (Orucu, 1986)

2. Kegunaan Perbandingan Hukum

Romli Atmasasmita

a. Kegunaan teoritis: dapat mendukung perkembangan ilmu hukum

pada umumnya dan hukum pidana khususnya, meliputi dua

hal,yaitu: (1) erat kaitannya dengan riset dibidang filsafat hukum

dan sejarah hukum; (2) erat kaitannya dengan pemahaman dan

pengembangan hukum nasional.

b. Kegunaan praktis: memberikan masukan positif bagi

perkembangan pembentukan hukum pada umumnya dan hukum

pidana khususnya.

Menurut Soedarto:

1) unifikasi hukum;

2) harmonisasi hukum;

3) mencegah adanya chauvinisme dalam hukum nasional;

4) pembaharuan hukum.

David and Brierly

1) relevansi perbandingan hukum dengan riset historis, filosofis dan

yuridis;

2) urgensi perbandingan hukum untuk lebih memahami hukum

nasional;

3) dapat membantu menghayati budaya bangsa-bangsa lain dan

kaitannya dengan pembentukan atau pengembangan hubungan

antar bangsa.

Kegunaan secara umum:

a. knowledge;

b. aid to legislator;

c. tool of construction;

d. component of the curriculum;

e. contribution of systematic unification of law

f. contribution to the development of a private law common to the

whole of Europe.

LEGAL FAMILIES OF THE WORLD

Armijon/Nolde/Wolff (1950)

Sistem hukum modern harus dikelompokkan berdasarkan subtansinya

dengan memperhatikan originality, derivation dan common elements dan

sama sekali tidak didasarkan pada faktor ras dan geografis.

Membagi keluarga hukum ke dalam 7, yaitu:

1) French;

2) German;

3) Scandinavian;

4) English;

5) Russian;

6) Islamic;

7) Hindu.

Rene David (1950)

Ada dua hal penting yang dijadikan dasar pengelompokan:

Page 4: Perbandingan Hukum Pidana

Catatan Kuliah – Kardoman Tumangger (110110060381) Page 4

a) Ideologi (product of religion, philosophy, or political, economic, or

social structural)→ philosophical basis or conception of justice;

b) Legal teknik.

Membagi keluarga hukum menjadi 5, kemudian dimodifikasi menjadi 4,

yaitu:

1) Western System; modified into 1.Romanistic-German

Family (Civil Law);

2) Socialist System; 2. Common Law Family;

3) Islamic Law; 3. Socialist Family;

4) Hindu Law; 4.Other Systems (Jewish

Law, Hindu Law, The

5) Chinesee Law Law of Far East)

Zweigert and Kozt

1) Romanistic Family; 5) Socialist/ Chinese Law;

2) Germanic Family; 6) Far Eastern/Japanese Law;

3) Nordic Family; 7) Islamic Law;

4) Common Law Family; 8) Hindu Law;

David dan Brierly

1) Romano - Germanic; 5) Hindu;

2) Common Law; 6) Jewish;

3) Socialistic; 7) Far East;

4) Islamic; 8) Black Africa.

CIVIL LAW SYSTEM

Diterapkan di sebagian besar negara di dunia (Eropa Daratan, Amerika

Tengah, Amerika Selatan, Asia dan Afrika)

Variasi dalam perkembangan

Sejarah dan perkembangan:

Bersumber dari written law and legal institution of Rome

Berasal dari kata jus civile (the civil of law of Roman Empire)

Sumber Hukum:

King Period→keadilan merupakan otoritas penguasa (raja)→hukum

berada sepenuhnya ditangan penguasa (raja/kaisar)

Republic and Empire Period:

Twelve Tables (450 BC)

Jus civile

Keadilan berada ditangan consul/ jurist (ahli hukum dan

mempunyai kemampuan), jurist consult, praetor/magistraat, dan

judex.

Expansion of the Empire led to increased trade with conquered

teritories→need new law regim to regulate relationship between

citizens and non-citizens (led to jus gentium)→Roman Jurist has it

prominence (peranan penting)

Gaius Institute→kompilasi pertama aturan-aturan hukum Romawi

pada 1819: extensive collection of legal principle and rules

The 6th century Emperor Justinian ordered the preparation of a

compulsive manuscript covering all aspects of Roman

Law→Corpus Juris Civilis (Institute, Digest, Code and Novel).

Haly→influenced the development of law in other European countries,

derived from:

CJC

Work of Glossators of Bologna (e.g Glossator of Accursius)

Glossators: para ahli hukum dari Universitas Bologna yang bertindak

sebagai hakim agung dan membuat anotasi putusan mereka.

Commentators: para ahli hukum yang ada setelah glossators dan

bertugas memberikan reaksi atas anotasi glossators.

Common law (e.g Decretum, Concordia, Disconcordation, Canonum)

Kodifikasi

Formal dan komprehensif di Perancis (1804) dan Jerman (1896)

dipengaruhi oleh Periode Humanisme,dll.

Distribution/ Subgroups:

Fench Civil Law: Italy, French, Benelux Countries, Spain, Portugal,

Central and South America.

German Civil Law

Scandinavian Civil Law: Sweden, Norway, Finland

Eastern Europe Continent, after WW II→

return to civil law system.

Page 5: Perbandingan Hukum Pidana

Catatan Kuliah – Kardoman Tumangger (110110060381) Page 5

COMMON LAW SYSTEM

Romawi meninggalkan Inggris pada abad ke-15

Diverse tribal community→ diverse unwritten law

Source of law:

1. Case law

2. Act of Parliament

3. Statutory Interpretation

4. Delegated Legislation

5. European Law

6. Custom

7. Equity

8. Treaties

Case Law

Primary source

Comes from decision made by judge in the cases before them

Principle of stare decisis (higher court or their own previous decision )

Ratio decidendi (reason for deciding)→ binding precedent.

Advantages: certainty, detailed practical rules, flexibility

Disadvantages: complexity, rigidity, undemocratic.

Statutory Interpretation

Uncertainty

Court of interpreted a state→ become part of case law→ rules of

precedent applied

Rules of interpretation:

Literal rule→ ordinary/ natural meaning

Golde rule→ reasonable meaning

Miscief rule→ what problem the statute try to remedy

Delegated Legislation

Enabling act

Dibuat : departemen, pemerintah lokal/daerah, lembaga

publik/nasional.

Alasan : kecepatan waktu, lebih paham secara teknis, need local

knowledge, fleksibel.

Kritik : tidak demikrasi, tidak ada kontrol.

Subjek to jucial review.

Europen law

Establishment of Europe Union

European court of justice → supervising the uniform application of

EU law.

Custom

Hanya punya peranan kecil dalam hukum Inggris.

Kapan jadi sumber hukum :

Sepanjang bisa diketahui kapan terakhir hukum tersebut dipakai.

Ada alasan yang tepat.

Kepastian hukum dan clarity.

Locality.

Continuity.

Konsistensi dengan msyarakat.

Bertentangan/tidak dengan UU.

Equity → fairness (masalah keadilan)

Treaties (perjanjian).

Criminal Justice System

Hierarchy of the criminal courts

House of Lord

Court of Appeal (criminal Division)

Queen‟s Bench Division

Crown Court

Magistrate‟s Court

Classification of Offences

Summary offences (minor crimes)

Indictable offences (more serious offender, ex: murder)

Jury System

Lay People (yang boleh jadi juri)

Not judiciary (bukan hakim/jaksa/advokat)

Not in relation with administration of justice (bukan staf

administrasi lembaga peradilan)

Not the clergy (ex: pendeta, ustad, biksu,dll)→bukan pemuka

hukum.

Not mentally ill (tidak sakit jiwa).

Not on bail in criminal proceedings (tidak sedang terlibat

dalam tindak pidana).

Page 6: Perbandingan Hukum Pidana

Catatan Kuliah – Kardoman Tumangger (110110060381) Page 6

Not criminil (tidak pernah dipidana)

Hanya berlaku untuk kejahatan berat

Jury under attack (kritik)

Kekurang mampuan juri (tidak punya kompetensi karena

tidak punya wawasan hukum).

Bias

Manipulation by defender (manipulasi terdakwa).

Cost and time.

Adversarial process :

Para pihak mempunyai hak yang sama

Tanya jawab natar pihak.

Peran hakim terbatas

Plea Bargaining (kalau mengaku bersalah masuk ke plea bargaining

sistem, tetapi kalau tidak mengaku bersalah masuk ke sistem juri)

Negotations between prosecutors and defense lawyers

Active cooperation of the judge (limited)

Take place in public 2001 (baru dipublikasikan mulai 2001)

Written record (rekaman tertulis).

Information for victim/family

Save time and money.

Kritik : against interest of justice.

SOCIALIST LAW SYSTEM

Based on traditional western civil law system

Berkembang di negara Uni Soviet (Russia) dan Eropa Timur

Modifikasi dan menambahkan ideologi Marxist-Leninist

Mencoba menjatuhkan legelasi/sistem starist.

Membangun sistem sosialis untuk mencapai komunis.

Menghilangkan kekuasaan politik dan dominasi bangsa borjuis.

Ciri-ciri socialist law

Pengakuan kepemimpinan partai komunis.

Negara pemilik tanah dan usaha atas tanah.

Negara merupakan pemilik dominan atas produksi dan distribusi.

Perencanaan ekonomi nasional.

Tidak ada kepemilikan pribadi.

Mobilitas untuk kesejahteraan sosial.

Perbedaan dengan Civil Law

Civil law dapat membedakan perdata dan pidana sedangkan

sosialis tidak ada.

Sosialis tidak punya praktek peradilan pidana dan perdata dan

tidak ada pembagian kekuasaan.

Tujuan hukum untuk membangun masyarakat komunis di bawah

penguasaan partai komunis.

Struktur Pengadilan

Tidak menenggunakan sistem adversary.

Ada hakim, jaksa, pembela dan dua orang assessors.

Purpose (tujuan) : to find the truth rather to protect legal rights.

Equality before the law.

Hakim tidak membuat hukuman (partai komunis yang membuat).

Defendant as well as prosecutor.

Sistem ini kollaps (runtuh) sejak tahun 1991. Uni Soviet menjadi negara-

negara kecil yang berubah menjadi sistem legal in Europe

REFORMATION

In Criminal Procedure

Hak untuk didampingi pengacara

Asas praduga tak bersalah

Sidang terbuka

Juri terbuka

Restriction on the use of wiretap evidance (pembuatan

penyadapan sebagai bukti pengadilan).

Pada Substansi Hukum Pidana

Mempertajam mana yang termasuk kejahatan dan mana yang

tidak.

Membatasi spesifikasi tindak pidana yang dapat dihukum mati.

Memperjelas unsur-unsur pelanggaran dalam hukum pidana

(memperjelas kejahatan dalam KUHPnya).

In General (perubahan pada umumnya)

Menghapuskan hukum rahasia (penyimpanan UU).

Mempermudah akses peradilan.

Memperkuat status hakim (tidak di bawah partai komunis lagi).

Page 7: Perbandingan Hukum Pidana

Catatan Kuliah – Kardoman Tumangger (110110060381) Page 7

NORDIC/ SCANDINAVIA LEGAL SYSTEM

FINLAND, Sweden, Norway, Denmark, Iceland, Historycally→based on

old Germanic law with local Characteristics variation. Civil or common

law?

Unified codes (unsystematic).

Application of atatute law/acts of parliament.

Courts at every level cites precedent.

Application of jury system.

Criminal law concepts :

View crime as social problem not an enemy → apply other alternatives

to imprisonment (community sanction, consent-based medical care).

Sanction to be applied to companies and other legal person.

Criminal procedure law

Based on minimum standard of Human Rights protection (UDHR,

ICCPR, ECHR).

Hearing

Access to police dossier (akses untuk lihat BAP).

Defense lawyer.

Interpreter.

Presumption of innocence.

Claim to the european court of human rights.

Municipal Court (pengadilan Tingkat I ):

Hearing

Court for the first instance

One professional judge and two lay judges.

Appeal court

Serious crime/minimum 6 years imprisonment.

De novo → full re-trial (3 professional. judges and full jury).

Points of law, points of procedure, penalty → limited re-trial ( 3

professinal judges and 4 lay participations).

Supreme court (MA)

Not appeal court

Not full re-trial.

Case limitation → appeal committee (6 – 7 %).

Points of law, points of the procedure, penalty.

Published→ source of law → precedent.

ELEMENT OF CRIMES

Element of Crimes in Common Law

Act: Actus reus (Perbuatan) Action Crimes

State Affairs→ kejahatan

ditentukan/ diatur oleh negara

Result

Ommission

Mens rea (Kesalahan) Intent (sengaja) direct →

sengaja dengan maksud

oblique → mis. Membunuh dari balik

kaca dengan menembak

Recklesness→ kekuranghati2an

Negligence→ cunningham & caldwel

Liability Strict

Vicariuos

Transferred walice→ sengaja

dengan kesadaran kemungkinan

Stricht liability: seseorang dapat dipidana tanpa harus melakukan perbuatan

tersebut

Vicarious liability: seseorang bertanggungjawab atas tindak pidana yang

dilakukan oleh orang lain

Page 8: Perbandingan Hukum Pidana

Catatan Kuliah – Kardoman Tumangger (110110060381) Page 8

PERCOBAAN DALAM SISTEM COMMON LAW DAN

SISTEM CIVIL LAW

1) Inchoate Offences

Tindak pidana yang tidak lengkap atau baru taraf

permulaan

Meliputi:

a. Incitement (penganjuran);

b. Conspiracy (permufakatan jahat);

c. Attempt (percobaan);

2) Incitement

Incitement di Inggris tetap dituntut, sekalipun:

a. Penganjuran itu gagal;percobaan penganjuran tetap dipidana.

b. Hanya membujuk untuk melakukan tipiring.

3) Conspiracy

Menurut common law, conspiracy:

a. the agreement;

b. of two or more parties;

c. to do unlawful act;

d. by unlawful means.

Konspirasi merupakan suatu tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa

orang dan menjadi taraf permulaan jika ada awal perbuatan walaupun

perbuatan tersebut tidak terjadi.

4) Percobaan dalam Sistem Common Law

Percobaan dalam sistem hukum ini pada hukum Inggris diatur dalam

Criminal Attempts Act 1981 yang mengatur hukuman tentang

percobaan adalah hukuman maksimum pada tindak pidana yang

terselesaikan.

Actus reus ada jika pelaku telah melakukan lebih dari sekedar

perbuatan persiapan.

Elemen yang paling penting dalam percobaan adalah adanya niat.

Percobaan pada sistem ini masuk dalam kategori tindakpidana yang

tidak lengkap atau baru pada taraf permulaan.

Untuk dapat dipidananya percobaan diperlukan pembuktian bahwa

terdakwa telah berniat melakukan perbuatan melanggar hukum dan ia

telah melakukan beberapa tindakan yang membentuk actus reus dari

percobaan jahat yang dapat dipidana tanpa memperhatikan apakah

tindakan tersebut selesai karena keinginannya ataupun karena orang

lain.

5) Percobaan pada Sistem Civil Law

Percobaan pada sistem civil law ini kita ambil contoh hukum di

Indonesia yang diatur dalam pasal 53 KUHP

Hukuman pada tindak pidana percobaan adalah hukuman maksimum

dikurangi 1/3 dari maksimum hukuman.

Actus Reus pada percobaan di sistem ini adalah saat sudah masuk pada

permulaan pelaksanaan.

Percobaan pada sistem ini bukan masuk kategori manapun, dia

memiliki pengertian tersendiri.

Dapat dipidananya percobaan dalam sistem ini adalah sebagai berikut:

a) Niat;

b) Adanya permulaan pelaksanaan;

c) Pelaksanaan tidak selesai bukan semata‐mata karena kehendaknya

sendiri;

PENYERTAAN DALAM SISTEM COMMON LAW DAN

SISTEM CIVIL LAW

Dalam pidana, penyertaan adalah suatu perbuatan kejahatan yang

dilakukan oleh lebih dari satu orang.

Sebagai dasar memperluas dapat dipidanannya orang (Simons, van

Hattum, Hazewinkel Suringa),

-Persoalan pertanggungjawaban pidana

-Delik yang tidak sempurna

Page 9: Perbandingan Hukum Pidana

Catatan Kuliah – Kardoman Tumangger (110110060381) Page 9

Sebagai dasar memperluas dapat dipidananya perbuatan (Pompe,

Mulyatno, Roeslan Saleh)

-Bentuk khusus tindak pidana

-Suatu delik yang bentuknya istimewa

A. Penyertaan (Deelneming/Complicity) dalam Civil Law System

Penyertaan Menurut KUHP

a. Penyertaan diatur dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP.

i. Pembuat/Dader (Pasal 55) yang terdiri dari:

1. pelaku (pleger/dader)

2. yang menyuruh melakukan (doenpleger)

3. yang turut serta melakukan (medepleger)

4. penganjur (uitlokker)

ii. Pembantu/Medeplichtige (Pasal 56) yang terdiri dari:

1. pembantu pada saat kejahatan dilakukan;

2. pembantu sebelum kejahatan dilakukan

B. Penyertaan (Deelneming/Complicity) dalam Common Law System

There are various ways in which persons can be jointly liable for, or in

respect of, committing a criminal offense. More than one method of

collaboration can apply in the same offence.

a. A person may be an „Accomplice‟ to a principal offender; that is, he

may `aid, abet, counsel, or procure' the offence, while not being the

direct cause of the ActusReus.

b. Parties can enter into „Conspiracy‟ to commit an offence.

c. Parties can enter into a „JointEnterprise‟ to commit an offence,

although it is not clear whether this is distinct from the parties' being

accomplices to each other.

d. A person may give AssistanceAfterTheOffence.

e. A person may provide „Incitement‟ to another to commit a crime (this

is different from the `counselling' required of an accomplice).

f. A person may be dissuaded from prosecution by an offer of reward

C. Principal & Secondary Offenders

The main perpetator of a crime is called the principal offender

People with less involvement are called secondary offenders

(accomplices or accessories)

Secondary offenders are liable to be tried and punished in the

same way as principal offender

Secondary offenders fulfil this role if they have aided, abetted,

counselled, or procured the offence

D. Secondary Offender

Secondary OffenderEncourage Help

Sebelum T.P Connsel Procure

Saat T.P. Abet Aid

1. Abet: encourage, inciting, or instigating

2. Aid: giving help, support or assistance

3. Counsel: inciting or encouraging

4. Procure: to produce by endeavour

Mens rea of secondary offenders:

That the accomplice had knowledge of the type of crime to be committed

That he had the intention to aid, abet, counsel or procure the principal offender

Actus reus of participation:

it has to be proved that the alleged secondary has done something positive to assist or encourage the commiting of the offence or has taken some steps to procure its commision.

7FACULTY OF LAW PADJADJARAN UNIVERSITY

Page 10: Perbandingan Hukum Pidana

Catatan Kuliah – Kardoman Tumangger (110110060381) Page 10

E. Joint Enterprises

When two or more people embark upon a joint criminal venture, this

is known in law as a joint enterprise

One party is held to participate in the criminal acts of another and will

be criminally liable fot the acts done in the course of carrying out the

joint enterprise

The participator in the joint enterprise will still be liable, even where

the acts of the other vary from what was originally planned, provided

that they are in the range of acts contemplated by him

If the act is outside the contemplation of the defendant he cannot be

found liable

If no joint enterprise is found, and it cannot be established who

inflicted the injury, the party must be acquitted

F. Perbandingan Penyertaan

Perbandingan Penyertaan

Civil law system Common law system

1. Pelaku (psl 55 KUHP)

Pelaku (pleger/dader)

Menyuruh melakukan

Turut serta melakukan

Membujuk/menganjurkan

2. Pembantuan (psl 56 KUHP)

pada saat kejahatan dilakukan

sebelum kejahatan dilakukan

1. Principal Offender Actual Offenders

Innocent Agent

2. Joint Criminal (enter Prise)

3. Dissuaded from prosecution by an offer of reward

4. Secondary Offender To Aid

To Abet

To to councel

To Procure

10FACULTY OF LAW PADJADJARAN UNIVERSITY

G. Kesimpulan

Bahwa pada dasarnya, dalam civil law maupun common law tidak

memiliki banyak perbedaan dalam „penyertaan‟.

Perbedaan hanya terdapat dalam pembagian, dan pengkotak-kotakan

dari jenis-jenis „penyertaan‟.

Sedangkan dasar atau nilai yang terkandung dalam keduanya

memiliki dasar atau nilai yang sama.

Hal mengenai „penyertaan‟ yang tidak terdapat secara positive dalam

salah satu sistem hukum, tetap digunakan mengikuti perkembangan

dan praktik kehidupan.