PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA ...digilib.unila.ac.id/54992/3/SKRIPSI...
Transcript of PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA ...digilib.unila.ac.id/54992/3/SKRIPSI...
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARANFISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DAN
DEMONSTRASI MATERI ELASTISITAS DENGANSCIENTIFIC APPROACH
(Skripsi)
Oleh:
JIVI ANGGESTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARANFISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DAN
DEMONSTRASI MATERI ELASTISITAS DENGANSCIENTIFIC APPROACH
Oleh
Jivi Anggesta
Observasi di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran fisika belum berjalan
baik dan kurang optimal. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang
diterapkan di sekolah masih berjalan secara monoton, hanya dilakukan
perpindahan ilmu pengetahuan dari guru ke siswa saja. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa pada
pembelajaran fisika menggunakan scientific approach dengan metode eksperimen
dan demonstrasi. Proses scientific approach meliputi: Mengamati, Menanya,
Mengumpulkan informasi/ eksperimen dan Mengkomunikasikan. Hasil belajar
siswa dapat ditingkatkan dan lebih baik menggunakan pembelajaran scientific
approach dengan metode eksperimen dan demonstrasi. Hasil belajar diukur dari
nilai N-gain hasil evaluasi pretest dan posttest,
Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental
Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Teknik analisis data hasil
Jivi Anggestabelajar menggunakan skor N-gain dan pengujian hipotesis menggunakan uji
Independent Sample T Test,
Berdasarkan rerata N-gain hasil belajar siswa pada kedua kelas eksperimen
tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui rerata N-gain pada kelas
eksperimen sebesar 0,72 (kategori tinggi) dengan rincian: 23 siswa (77%)
memperoleh kategori tinggi dan 7 siswa (23%) memperoleh kategori sedang. Ada-
pun kenaikan skor rata-rata hasil belajar siswa sebesar 63%. Sedangkan pada
kelas demonstrasi, diketahui rerata N-gain sebesar 0,59 (kategori sedang) dengan
rincian: 6 siswa (20%) memperoleh kategori tinggi, 22 siswa (73%) memperoleh
kategori sedang dan 2 siswa (7%) memperoleh kategori rendah. Adapun kenaikan
skor rata-rata hasil belajar siswa sebesar 40%.
Kata kunci: scientific approach, eksperimen, demonstrasi, hasil belajar
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARANFISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DAN
DEMONSTRASI MATERI ELASTISITAS DENGANSCIENTIFIC APPROACH
OlehJivi Anggesta
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan FisikaJurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gisting, Tanggamus pada tanggal 3 September 1992.
Penulis adalah putra dari pasangan Bapak Sumarji dan Ibu Sriwiji. Penulis
memiliki dua orang adik bernama Yogi Angga Prasetya dan Dita Shanda
Putri
Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1998 di Sekolah Dasar Negeri 1
Dadapan, Tanggamus. Kemudian melanjutkan pendidikan pada tahun 2004
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sumberejo, Tanggamus dan lulus
pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2007 penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Sumberejo dan lulus tahun 2010. Selanjutnya
pada tahun 2011 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program
studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan
Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP).
Pada tahun 2014, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Sumberejo, Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan
rahmat-Nya dan semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad shalallahu‘alaihi wasallam. Dengan kerendahan hati, penulis
mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti kasih tulus dan
mendalam kepada :
1. Orang tuaku tercinta, Ibu Sriwiji dan Bapak Sumarji yang telah sepenuh
hati membesarkan, mendidik, mendo’akan, serta mendukung segala
bentuk perjuangan anaknya. Semoga Allah senantiasa menguatkan
langkahku untuk selalu membahagiakan dan membanggakan kalian.
2. Adikku tersayang, Yogi Angga Prasetya dan Dita Shanda Putri yang
telah memberikan doa dan semangatnya untuk segala perjuanganku.
3. Kakaku Mas Sunyamin yang sudah memberika semuanya dan
mensupport penuh perjuanganku.
4. Neneku tercinta beserta seluruh keluarga besarku tersayang yang
senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan motivasi terbaiknya.
5. Para pendidik yang senantiasa memberikan didikan dan bimbingan
terbaik kepadaku dengan tulus dan ikhlas.
xi
6. Sahabat seperjuanganku di kampus Andika Prasetya, Ibnu Arifin,
M.Faruq Husein,angkatan 2011 serta adik tingkat. Terima kasih atas
perjalanan kuliah selama ini.
7. Teman KKN sekaligus PPL ku di Simpang Kanan, Kecamatan
Sumberejo, Azhar, Slamet, dkk. Terima kasih untuk segenap cerita dan
perjuangan bersama.
8. Adik-adikku saat KKN sekaligus PPL di SMA N 1 Sumberejo. Terima
kasih telah membuat hari-hari selama di sana sangat menyenangkan dan
mendapatkan berbagai pengalaman.
9. Almamater tercinta Universitas Lampung.
MOTTO
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dansesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya),
kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang palingsempurna, dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala
sesuatu)”.(QS. An Najm : 39-42)
“Aku bertanya kepada Rasulullah saw., ‘Ya Rasulullah, siapakah orang yangpaling berat ujian dan cobaannya?’ Nabi saw. menjawab, ‘Para nabi,kemudian yang menyerupai mereka, dan yang menyerupai mereka.
Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya tipis (lemah), diadiuji sesuai dengan itu (ringan); dan bila imannya kokoh, dia diuji sesuai itu
(keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumibersih dari dosa-dosa”
(HR Bukhari)
“Optimis, Kerja Keras, Tawakal dan Ridho Orang Tua adalah kuncikesuksesan Hidup”
(Jivi Anggesta)
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, karena atas nikmat dan
rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di
FKIP Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP
Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Drs. I Wayan Distrik, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika.
4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc, selaku Pembimbing
Akademik sekaligus Pembimbing I, atas kesabarannya dalam
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama
proses menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Pembimbing II atas
kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi
kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi.
6. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan.,M.Pd., selaku Pembahas yang
banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan
membangun.
7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang
telah membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas
Lampung.
8. Almamater tercinta Universitas Lampung.
9. Seluruh teman-teman seperjuangan Pendidikan Fisika 2011 kelas A.
10. Seluruh teman-teman seperjuangan Pendidikan Fisika 2011 kelas B.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu perjuangan
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berdoa semoga atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini
bermanfaat. Aamiin.
Bandar Lampung, 26 Juli 2018Penulis,
Jivi Anggesta
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7
A. Metode Mengajar .......................................................................... 7
B. Metode Eksperimen ...................................................................... 8
C. Metode Demonstrasi ..................................................................... 10
D. Elastisitas & Hukum Hooke ......................................................... 12
E. Scientific Approach ...................................................................... 24
F. Kerangka Berfikir ........................................................................ 30
G. Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 31
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 33
A. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian ................................................................. 33
2. Sampel Penelitian ................................................................... 33
B. Desain dan Metode Penelitian
1. Desain Peneltian ..................................................................... 33
2. Metode Penelitian .................................................................. 34
C. Variabel Penelitian ....................................................................... 35
D. Instrumen Penelitian ..................................................................... 36
E. Analisis Instrumen ........................................................................ 36
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ............................. 39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 45
A. HASIL PENELITIAN
1. Tahapan Pelaksanaan ............................................................ 45
a. Kelas Eksperimen ........................................................... 45
b. Kelas Demonstrasi .......................................................... 46
2. Hasil Uji Coba Penelitian ..................................................... 48
a. Uji Validitas dan reliabilitas .......................................... 48
3. Data Kuantitatif ..................................................................... 50
a. Data Hasil Belajar Siswa ................................................ 50
B. PEMBAHASAN
Hasil Belajar Siswa (Aspek Kognitif) .......................................... 53
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 60
A. Kesimpulan ................................................................................... 60
B. Implikasi ....................................................................................... 61
C. Saran ............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tegangan ........................................................................................ 14
2. Skema Pertambahan Panjang pada Pegas ..................................... 16
3. Grafik Hubungan Gaya dengan Pertambahan Panjang Pegas ...... 18
4. Grafik F terhadap x ....................................................................... 20
5. Susunan Seri Pegas ....................................................................... 21
6. Susunan Paralel Pegas ............................................................................. 22
7. Susunan Pegas Gabungan Seri dan Paralel ............................................. 23
8. Bagan Kerangka berpikir .............................................................. 30
9. Desain eksperimen One-GroupPretest-Posttest Design ................ 34
10. Alur Penelitian ............................................................................... 35
11. Grafik persentase rata – rata hasil belajar per kelas ....................... 54
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Keterkaitan Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar ........ 26
2. Skor penilaian uji ahli ............................................................................ 37
3. Konversi skor penilaian menjadi pernyataan .................................. 37
4. Nilai Koefisien Alpha...................................................................... 38
5. Pengkategorian Hasil Belajar .......................................................... 40
6. Klasifikasi Interpretasi N-Gain ...................................................... 41
7. Hasil Uji Validitas soal ................................................................... 48
8. Hasil Uji Reliabilitas soal ............................................................... 49
9. Perolehan Skor Hasil Belajar .......................................................... 50
10. Uji Normalitas Rata – rata N-gain .................................................. 51
11. Hasil Uji Perbedaan Hasil Belajar Siswa ....................................... 52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus ............................................................................................. 67
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) ...................................... 70
3. LKS .......................................................................................................... 78
4. Kisi – kisi soal Pretest & Posttest.................................................... 84
5. Soal Pretest & Posttest ................................................................... 90
6. Rubrik Penilaian Hasil Belajar ...................................................... 94
7. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa metode ekseprimen dengan
scientific approach .......................................................................... 98
8. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa metode demonstrasi dengan
scientific approach .......................................................................... 99
9. Hasil Uji Validitas soal ................................................................... 100
10. Hasil Uji Reliabilitas soal ............................................................... 102
11. Hasil Uji Normalitas Rata – rata N – gain ..................................... 103
12. Hasil Uji Independent Sample T Test pada Hasil Belajar Siswa .... 104
1
I. PENDAHULUAN
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang penting bagi siswa di sekolah.
Kegiatan belajar tersebut juga dapat dilakukan di luar sekolah seperti di
rumah, perpustakaan, lingkungan sekitar, dan sebagainya. Belajar sebagai
proses perubahan perilaku melalui latihan atau pengalaman. Orientasi
pendidikan selama ini cenderung lebih menitik beratkan pada penguasaan
materi saja, tanpa melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa.
Observasi di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran fisika sudah
berjalan baik namun kurang optimal. Hal ini disebabkan oleh proses
pembelajaran yang diterapkan di sekolah masih berjalan secara menoton,
hanya dilakukan perpindahan ilmu pengetahuan dari guru ke siswa saja. Pada
umumnya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan
menggunakan metode ceramah. Untuk mengetahui keberhasilan belajar
siswa hanya dilihat dari hasil tes saja, tanpa memperhatikan proses dan sarana
belajar.
A. Latar Belakang
2
Proses belajar mengajar adalah proses interaksi antar guru, siswa, dan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih
baik. Prinsip utama proses belajar mengajar adalah adanya proses keterlibatan
seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan nonfisik) dan
kebermaknaan bagi dirinya. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk bisa
membawa siswanya ke dalam pembelajaran yang aktif, inovatif, dan
menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dan dapat
menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan pembelajaran
konvensional yang selama ini berpusat pada guru, akan terkesan merugikan
siswa, terutama siswa yang berkemampuan rendah siswa terlihat cenderung
jenuh dalam pembelajaran.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika untuk
membantu siswa dalam proses pembelajaran adalah scientific approach.
Proses pembelajaran ini menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Scientific approach merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode
ilmiah.
Kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses mengamati,
menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Lima pengalaman
belajar ini diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran,
metode, teknik, maupun taktik yang digunakan. Scientific approach ini dapat
diterapkan untuk semua mata pelajaran dan sangat baik untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Dari hal tersebut diharapkan
3
kemampuan siswa dalam proses ilmiah dapat muncul dan digunakan dengan
lebih baik.
Fasilitas yang dimiliki sekolah sangat berpengaruh dalam proses
pembelajaran dan penggunaan scientific approach. SMAN 1 Sumberejo
Tanggamus memiliki laboratorium IPA dengan jumlah alat praktikum yang
memadai sehingga memungkinkan dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan scientific approach. Pembelajaran dengan menggunakan scientific
approach memudahkan siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan
petunjuk dari guru, sehingga siswa dapat menguasai konsep-konsep suatu
materi dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar, digunakan juga metode yang menunjang untuk mendapatkan hasil
yang diinginkankan secara optimal. Model pembelajaran fisika yang
dilaksanakan di SMAN 1 Sumberejo kurang dalam menarik minat siswa
karena siswa hanya melihat dan mendengarkan penjelasan guru sehingga
siswa lebih cepat merasa bosan. Sedangkan pembelajaran scientific dengan
metode eksperimen dan demonstrasi dapat menarik minat siswa karena siswa
melakukan percobaan dan mengamati peragaan guru sehingga siswa
mengalami serta membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Pembelajaran
dengan metode eksperimen dan demonstrasi memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, dan mencari kesimpulan
dari proses yang dialaminya. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka
telah dilakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Siswa
4
Pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Eksperimen dan
Demonstrasi Materi Elastisitas dengan Scientific Approach”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Adakah perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika
menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan scientific
approach?
2. Hasil belajar manakah yang lebih tinggi antara pembelajaran fisika
menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan scientific
approach?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika
menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan scientific
approach
2. Untuk mengetahui hasil belajar yang lebih tinggi antara pembelajaran
fisika menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dengan scientific
approach.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
5
khususnya dalam bidang ilmu pendidikan serta lebih mambantu
memahami teori-teori tentang penggunaan metode pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang metode
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran
agar dapat berjalan lebih efektif.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang bermanfaat
untuk menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran khususnya
metode eksperimen dan demonstrasi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mempermudah dalam menjawab semua pertanyaan penelitian, maka
permasalahan penelitian ini dibatasi beberapa hal diantaranya :
1. Hasil belajar merupakan suatu gambaran kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Hasil inilah yang akan menjadi ukuran
tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
6
2. Metode pembelajaran yang diterapkan yaitu metode eksperimen dan
demonstrasi.
3. Scientific approach merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-
langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.
4. Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI Jurusan IPA SMAN 1
Sumberejo Tahun Ajaran 2018/2019.
5. Materi pokok pada penelitian ini adalah Elastisitas dan Hukum Hooke.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Mengajar
Seorang guru dituntut memiliki siasat atau strategi dalam melaksanakan tugas
mengajarnya. Strategi dalam proses belajar mengajar dimaksudkan untuk
mensiasati siswa agar terlibat aktif belajar. Dalam melakukan pendekatan
dengan siswa, seorang guru tidak bisa mengabaikan peranan metode
mengajar. Hal ini perlu dipahami karena metode mengajar merupakan suatu
cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Surakhmad (1990: 96) yang menyatakan metode adalah cara
yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan
Roestiyah (2001: 1) berpendapat bahwa metode mengajar adalah teknik
penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat
ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik. Dengan
demikian metode mengajar adalah suatu cara dan alat yang dipergunakan
guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang
diharapkan.
Jenis metode mengajar ada bermacam-macam, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Margono (2005: 24) bahwa berbagai metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran fisika antara lain metode ceramah, diskusi,
8
demonstrasi, eksperimen, penemuan atau discovery, inkuiri, dan karya wisata.
Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tugas guru
adalah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses
belajar mengajar yang efisien dan efektif.
B. Metode Eksperimen
Banyak metode yang digunakan pada pembelajaran salah satunya metode
eksperimen, menurut Djamarah dan Zain (2006: 136) metode eksperimen
adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami serta membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam
pembelajaran dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati
suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
mengenai suatu objek, keadaan atau proses tertentu sehingga dengan demikian
siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran dan mencari
kesimpulan atau proses yang dialaminya.
Berdasarkan pemyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen
adalah suatu proses belajar mengajar dengan melibatkan siswa dalam
melakukan kegiatan menggunakan bantuan alat pembelajaran yang berfungsi
untuk membantu siswa mengetahui perlakuan proses terhadap konsep atau
materi tertentu. Adapun tujuan dari metode eksperimen menurut Sumantri dan
Permana dalam Serumpunilmu21 (2010: 1) adalah
1. Agar siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau
data yang diperoleh
2. Melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan
melaporkan percobaan.
9
3. Melatih siswa menggunakan logika berpikir induktif untuk
menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul
melalui percobaan
Selain memiliki tujuan, metode eksperimen juga memiliki target yang harus
Dicapai. Menurut Hurrahman (2011: 1) target dari metode eksperimen adalah
supaya siswa dapat membuktikan kebenaran dari teori-teori konsep yang
berlaku dan supaya siswa mendapat kepuasan dari hasil belajarnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen
adalah sebagai berikut
1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen.
3. Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan
pengarahan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen
yang akan dilakukan.
4. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan
percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan
dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya.
5. Setiap individu atau kelompok dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara
tertulis.
Metode eksperimen banyak memiliki kelebihan yaitu siswa dituntut aktif untuk
mengikuti proses pembelajaran dengan baik, hal ini didukung oleh pendapat
Roestiyah dalam Djamarah dan Zain (2006: 137) sebagai berikut
1. Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam
2. menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu
yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula kata orang,
sebelum ia membuktikan kebenarannya.
3. Mereka lebih aktifberpikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki
oleh kegiatan mengajar belajar yang modem, dimana siswa lebih banyak
aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.
4. Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh
ilmu pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta
keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.
5. Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori,
sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa-
peristiwa yang tidak masuk akal.
10
Selain itu, terdapat beberapa penelitian yang mendukung pernyataan bahwa
metode eksperimen memiliki kelebihan dalam hasil belajar ataupun proses
belajar. Hasil penelitian Suliman, dkk (2017) menyatakan metode eksperimen
dan demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran fisika, sehingga pembelajaran tidak berpusat pada guru
melainkan pada siswa. Kemal (2013), menyatakan bahwa metode eksperimen
dan demonstrasi memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.
Parmono dkk (2013) menyatakan ada pengaruh penggunaan metode
eksperimen dan demontrasi terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan
keterampilan proses siswa.
Melihat kelebihan metode eksperimen menurut pendapat di atas, penerapan
metode eksperimen yang baik akan menunjang tercapainya tujuan pengajaran
pelajaran fisika. Namun, pembelajaran fisika dengan metode eksperimen ini
harus didukung dengan guru yang benar-benar mengerti metode ini sehingga
penangkapan siswa tentang pembelajaran akan maksimal.
C. Metode Demonstrasi
Metode lain yang dapat dipakai dalam pembelajaran adalah metode
demonstrasi. Metode demonstrasi ini diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman siswa karena pembelajarannya dengan memperlihatkan proses
atau kondisi yang terjadi secara langsung. Djamarah dan Zain (2006: 102)
menyatakan bahwa
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi,
atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenamya ataupun tiruan, yang
sering disertai dengan penjelasan lisan.
11
Yulianti (2015) menyatakan bahwa penerapan metode demonstrasi pada
pembelajaran IPA dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA.
Sulistyaningsih dkk (2017) Penerapan metode diskusi dan demonstrasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Setyaningsih dkk (2015) Rerata prestasi belajar kognitif siswa yang diberi
pembelajaran GDL dengan metode demonstrasi lebih baik daripada rerata
siswa yang diberi pembelajaran GDL dengan metode diskusi.
Dengan metode demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan
lebih baik dan sempurna karena siswa dapat mengamati dan memperhatikan
apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. Pada metode
demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses atau kejadian kepada siswa atau
memperlihatkan cara kerja suatu alat kepada siswa. Adapun tujuan penggunaan
metode demonstrasi ini adalah
1. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang hams dimiliki peserta
didik atau dikuasai siswa;
2. Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa;
3. Mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan penglihatan
para siswa secara bersama-sama.
Beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebelum dan pada waktu
mengadakan demonstrai menurut Soekamo dalam Serumpunilmu21 (2010: 1)
adalah
1. Demonstrasi itu harus dicoba terlebih dahulu sebelum dilakukan di depan
kelas.
2. Tujuan demonstrasi ditentukan terlebih dahulu oleh guru.
3. Usahakan agar demonstrasi dapat dilihat oleh siswa.
4. Alat-alat yang digunakan sebaiknya sederhana.
5. Demonstrasi dilaksanakan berdasarkan tujuan yang telah ditentukan.
Pada metode demonstrasi guru menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran,
12
sehingga guru diharapkan dapat menjaga dan mengkondisikan kelas agar siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan aktif. Adapun langkah - langkah
pada metode demonstrasi ini menurut Hurrahman dalam Serumpunilmu21
(2010: 1) adalah
1. Perencanaan: berupa perumusan tujuan, langkah-langkah pembelajaran,
waktu pelaksanaan, dan menetapkan rencana penilaian
2. Pelaksaannya: memeriksa kembali perencanaan, melakukan demonstrasi
yang menarik perhatian siswa, mengingat pokok materi yang sedang di
demonstrasikan, memperhatikan keadaan siswa,memeberi kesempatan
siswa untuk aktif, dan menghindari ketegangan.
Metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangan, menurut Djamarah
dan Zain (2006: 102) Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut
1. Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,
sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau
kalimat).
2. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3. Proses pengajaran lebih menarik siswa dirangsang untuk aktif mengamati,
menyesuaikan antara teori dengan kenyataan
Melihat kelebihan metode demonstrasi di atas, maka metode demonstrasi yang
berhasil akan mendorong tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Metode demonstrasi juga memiliki kekurangan, antara lain
1. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa
ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif
fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu
tersedia dengan baik.
2. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di
samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa
mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
D. Elastisitas dan Hukum Hooke
1. Elastisitas
Bila sebuah pegas diberi gaya tarik, maka pegas tersebut akan mengalami
perubahan bentuk, yaitu bertambah panjang. Ketika tarikan pada pegas
13
dilepaskan, pegas akan kembali ke bentuk semula. Hal ini merupakan
salah satu fenomena elastisitas benda. Pengertian elastisitas menurut
Kanginan (2013: 226) adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke
bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu
dihilangkan (dibebaskan).
Kanginan (2013: 226) juga mengatakan bahwa elastisitas adalah suatu
benda yang diberi gaya akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran,
namun setelah gaya dilepaskan, maka benda tersebut akan kembali ke
keadaan semula. Contoh benda elastis adalah karet gelang, balon, panah,
dan lain-lain.
Beberapa benda seperti tanah liat, adonan kue, dan plastisin (lilin mainan)
tidak segera kembali ke bentuk semula setelah gaya luar dibebaskan.
Benda- benda seperti itu disebut benda benda plastis. Pemberian gaya
tekan (pemampatan) dan gaya tarik (penarikan) bisa mengubah bentuk
suatu benda tegar. Jika sebuah benda tegar diubah bentuknya
(dideformasi) sedikit, benda segera kembali ke bentuk awalnya ketika
gaya tekan atau gaya tarik ditiadakan. Jika benda tegar diubah bentuknya
melalui batas elastisnya, benda tidak akan kembali ke bentuk awalnya
ketika gaya ditiadakan, melainkan akan berubah bentuk secara permanen.
Bahkan jika perubahan bentuknya jauh melebihi batas elastisnya, benda
akan patah.
Berdasarkan pendapat Kanginan (2013: 226), dapat disimpulkan bahwa
benda plastis akan mengalami perubahan bentuk jika diberi gaya dan akan
kembali ke bentuk semula jika gaya yang diberikan sedikit, namun benda
14
plastis tidak akan kembali ke keadaan semula setelah gaya ditiadakan jika
gaya yang diberikan melebihi batas elastisnya.
Benda yang dikenai gaya tertentu akan mengalami perubahan bentuk.
Perubahan bentuk bergantung pada arah dan letak gaya-gaya tersebut
diberikan. Terdapat tiga jenis perubahan bentuk yaitu regangan,
mampatan,dan geseran.
a. Tegangan
Seutas kawat dengan luas penampang mengalami suatu gaya tarik pada
ujung-ujungnya. Akibat gaya tarik tersebut, kawat mengalami tegangan
tarik dengan persamaan:
atau ………………………1
Keterangan :
𝞂 = Tegangan ( N/m2)
F = Gaya ( N )
A = Luas Penampang ( m2 )
Gambar 1. Tegangan
Gambar 1. menunjukkan sebuah bidang yang luas penampangnya A ditarik
dengan gaya F pada kedua ujungnya, sehingga dapat dikatakan bahwa
batang berada dalam tegangan. Jadi, tegangan (stress) didefinisikan
sebagai perbandingan besar gaya F dan luas penampang A.
15
b. Regangan
Regangan (strain) didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan
panjang ∆L dan panjang mula-mula L0, dengan persamaan:
Atau …………………….2
Keterangan :
= Pertambahan Panjang ( m )
Lo = Panjang Mula – Mula ( m )
c. Modulus Elastis
Perbandingan antara tegangan dengan regangan adalah konstan. Modulus
elastis hanya bergantung hanya pada jenis zat dan tidak pada ukuran dan
bentuknya.Konstanta ini disebut modulus elastisitas atau modulus Young
(Y), dengan persamaan:
Keterangan :
Y = Modulus Elastisitas (N/m2) ∆L= Perubahan panjang benda (m)
σ = Tegangan (N/m2)
Ɛ = Regangan
F = Gaya (N)
A = Luas penampang benda (m2)
L0 = Panjang awal benda (m)
16
Gambar 4menunjukkan sebuah pegas yang ditarik dengan gaya sebesar F,
2. Hukum Hooke
Hukum Hooke merupakan hukum mengenai gaya dalam bidang ilmu
fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pegas. Suatu benda
yang dikenai gaya akan mengalami perubahan bentuk (volume dan
ukuran). Misalnya, suatu pegas akan bertambah panjang dari ukuran
semula apabila dikenai gaya sampai batas tertentu.Hal tersebut dapat
terjadi karena sifat elastisitas pada sebuah pegas.
Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka panjangnya akan
berubah. Semakin besar gaya tarik yang bekerja, semakin besar pula
pertambahan panjang pegas tersebut. Ketika gaya tarik dihilangkan, pegas
akan kembali ke keadaan semula.
x
∆x
F
Gambar 2. Skema Pertambahan Panjang pada Pegas
sehingga pegas tersebut akan mengalami pertambahan panjang sebesar
(𝜟x). Semakin besar gaya yang diberikan F, maka semakin besar pula,
pertambahan panjang (𝜟x). Demikian pula sebaliknya
17
Jika beberapa pegas ditarik dengan gaya yang sama, pertambahan panjang
setiap pegas akan berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh karakteristik
setiap pegas. Karakteristik suatu pegas dinyatakan dengan konstanta pegas
(k). Hukum Hooke menyatakan bahwa jika pada sebuah pegas bekerja
sebuah gaya (F), maka pegas tersebut akan mengalami pertambahan panjang
( ) yang sebanding dengan besar gaya yang bekerja padanya. Secara
matematis, hubungan antara besar gaya yang bekerja dengan pertambahan
panjang pegas dapat dituliskan sebagai berikut.
F = k ∆x ……………………………………………………………….4
Keterangan :
F = gaya yang bekerja (N)
k = konstanta pegas (N/m)
∆x = pertambahan panjang pegas (m)
Dari persamaan 4 dapat diketahui bahwa “Jika gaya tarik tidak melampaui
batas elastisitas pegas, maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus
(sebanding) dengan gaya tariknya”. Pernyataan tersebut dikemukakan
pertama kali oleh Robert Hooke, seorang arsitek yang ditugaskan untuk
membangun kembali gedung-gedung di London yang mengalami kebakaran
pada tahun 1666. Oleh karena itu, pernyataan di atas dikenal sebagai bunyi
hukum Hooke.
Berdasarkan persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa konstanta pegas
menunjukkan perbandingan antara gaya (F) dengan pertambahan panjang
( 𝜟x ). Selama gaya tidak melampaui titik patah, maka besarnya gaya
sebanding dengan perubahan panjang pegas. Semakin besar gaya yang
18
dilakukan untuk meregangkan pegas, maka semakin besar pula gaya yang
dikerahkan pegas. Semakin besar kita menekan pegas, semakin besar pula
gaya yang dilakukan oleh pegas.
Sifat pegas seperti yang dinyatakan oleh hukum Hooke tidak terbatas pada
pegas yang diregangkan. Pada pegas yang dimampatkan juga berlaku
hukum Hooke, selama pegas masih pada daerah elastisitas. Sifat pegas
seperti itu banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada
neraca pegas, bagian-bagian tertentu mesin, dan peredam kejut pada
kendaraan bermotor.
Grafik pada Gambar 5. menunjukkan besarnya gaya F yang sebanding
dengan pertambahan panjang x. Pada bagian ini, pegas dikatakan meregang
linier. Jika F diperbesar lagi, hingga melampaui titik A, garis tidak luruslagi.
Hal tersebut menandakan bahwa batas linieritasnyasudah terlampaui, tetapi
pegas masih bisa kembali ke bentuk semula.
titik putus
Gambar 3. Grafik Hubungan Gaya dengan Pertambahan Panjang Pegas
19
Apabila gaya F diperbesar terus sampai melewati titik B, maka pegas
bertambah panjang dan tidak kembali ke bentuk semula setelah gaya
dihilangkan. Hal ini disebut batas elastisitas atau kelentingan pegas. Jika
gaya terus diperbesar lagi hingga di titik C, maka pegas akan putus. Jadi,
batas elastisitas mempunyai batas elastisitas. Jika gaya yang diberikan
melebihi batas elastisitasnya, maka pegas tidak mampu lagi menahan gaya
sehingga tidak bisa kembali ke bentuk semula atau pegas akan putus.
Untuk menarik pegas dibutuhkan gaya F’ yang sama besar, tetapi
berlawanan arah dengan gaya F yang dilakukan oleh pegas pada kita.
Gaya yang dikenakan pada pegas menjadi F’ = kx dan usaha yang
dilakukan oleh gaya
ini untuk menarik pegas sehingga ujungnya berpindah dari X1 ke X2
adalah:
= = ……………..5
Jika diambil x1 = 0 dan x2, maka diperoleh:
=
Rumus di atas adalah usaha yang dilakukan untuk merentangkan pegas
sehingga ujungnya pindahdari posisi tak terentangkan ke posisi x. Usaha
untuk menekan pegassejauh x sama besar dengan usaha untuk menarik
pegas sejauh x, karena dalam persamaan 6, pergeseran x dikuadratkan,
apapun tanda x akan memberikan harga positif bagi W.
Integral ini dapat juga dipecahkan dengan menghitungluas diantara kurva
gaya pergeseran dan sumbu-x dari x = 0 sampai x = x. Dalam Gambar 2.5
daerah ini digambarkan dengan daerah yang diarsir, bentuknya segitiga
20
dengan alas x dan tinggi k ∆x, sehingga luasnya sesuai dengan persamaan
6, yaitu:
…………………....................................7
F
FA
F = k ∆x
0 xA Alas = ∆x
Gambar 4. Grafik F terhadap x
Seluruh usaha (W) yang dilakukan oleh gaya F tersimpan menjadi energi
potensial elastisitas pegas karena tidak terjadi perubahan energi kinetik
pegas. Oleh karena itu, sebuah pegas yang memiliki konstanta pegas k dan
terentang sejauh ∆x dari keadaan setimbangnya, memiliki energi potensial
sebesar Ep.
= …………………………………………7
3. Susunan Pegas
Pegas memiliki beberapa macam susunan, diantaranya yaitu:
1. Susunan Seri
Hal-hal yang berkaitan dengan pegas pengganti dari susunan seri yaitu:
21
a. Gaya yang menarik pegas pengganti sama besar
(F1=F2=F)
b. Pertambahan panjang pegas pengganti sama dengan jumlah
pertambahan panjang masing-masing pegas (x=x1+x2).
c. Tetapan pegasnya
…………………………………10
Dimana adalah konstanta pegas pengganti susunan seri. Susunan pegas
seri dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 5. Susunan Seri Pegas
2. Susunan Paralel
Hal-hal yang berkaitan dengan pegas pengganti dari susunan pegas paralel
adalah:
a. Gaya yang menarik pegas penganti sama dengan jumlah gaya yang
menarik masing-masing pegas (F =F1+F2).
b. Pertambahan panjang pegas (x=x1=x2).
c. Tetapan penggantinya
22
Kp = k1 + k2 +k3 +...+kn........................................................11
dimana Kp adalah konstanta pegas pengganti susunan paralel. Susunan
pegas paralel dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 6. Susunan Paralel Pegas
3. Susunan Seri dan Paralel
Hal-hal yang berkaitan dengan pegas pengganti dari susunan
pegas gabungan seri dan paralel adalah:
a. Gaya pengganti (F) adalah F1+F2=F3.
b. Pertambahan panjang pegas (x)
(x=x1)
(x=x1+x2) atau (x=x2+x3)
c. Tetapan peggantinya (ktot)
………………………………………………12
Susunan pegas pengganti seri paralel dapat dilihat pada Gambar 7.
23
Gambar 7. Susunan Pegas Gabungan Seri dan Paralel
4. Penerapan Sifat Elastis Bahan
Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan elastisitas dalam kehidupan
sehari hari:
a. Alat Ukur Gaya Tarik Kereta Api
Alat ini dilengkapi dengan sejumlah pegas yang disusun sejajar. Pegas-
pegas ini dihubungkan ke gerbong kereta api saat kereta akan bergerak.
Hal ini dilakukan untuk mengukur gaya tarik kereta api sesaat sebelum
meninggalkan stasiun.
b. Peredam Getaran atau Goncangan pada Mobil
Penyangga badan mobil selalu dilengkapi pegas yang kuat sehingga
goncangan yang terjadi pada saat mobil melewati jalan yang tidak
ratadapat diredam. Dengan demikian, keseimbangan mobil dapat
dikendalikan.
c. Peranan Sifat Elastis dalam Rancang Bangun,
Untuk menentukan jenis logam yang digunakan dalam membangun
sebuah jembatan, pesawat, rumah, dan sebagainya, maka modulus
24
Young, tetapan pegas, dan sifat elastisitas logam secara umum harus
diperhitungkan.
d. Peranan Sifat Elastis dalam Olahraga
Di bidang olahraga, sifat elastis bahan diterapkan, antara lain pada
papan loncatan pada cabang olahraga loncat indah dan tali busur pada
olahraga panahan. Karena adanya papan yang memberikangaya Hooke
pada atlet, maka atlet dapat meloncat lebih tinggi daripada tanpa
papan,sedangkan tali busur memberikan gaya pegas pada busur dan
anak panah.
E. Scientific Approach
Scientific Approach merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan
pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah
Atsnan & Rahmiati, (2014:3). Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran
kurikulum 2013 adalah untuk penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan
(tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi, yaitu dikenal
dengan scientific approach. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Scientific approach merupakan
pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun
pengetahuan melalui metode ilmiah.
Kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses mengamati,
menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Lima pengalaman
belajar ini diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran,
metode, teknik, maupun taktik yang digunakan. Scientific approach ini dapat
25
diterapkan untuk semua mata pelajaran dan sangat baik untuk mengembangkan
kemampuan berpikir siswa.
Proses pembelajaran menurut Kemendikbud (2013: 35) terdiri atas lima
pengalaman belajar pokok yaitu:
1. mengamati,
2. menanya,
3. mengumpulkan informasi,
4. mengasosiasi, dan
5. mengkomunikasikan.
Proses Scientific approach menurut Sani (2014: 53) mengungkapkan bahwa:
Dapat dikembangkan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam
proses pembelajaran antara lain: 1) mengamati; 2) menanya; 3)
mencoba/mengumpulkan informasi; 4) menalar/asosiasi; 5) membentuk
jejaring (melakukan komunikasi).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murjan (2014) diketahui
bahwa scientific approach merupakan pendekatan yang dapat meningkatkan
hasil belajar dan keterampilan proses. Purnama dkk (2015) menyatakan
terdapat perbedaan signifikan terhadap keterampilan proses sains siswa diajar
melalui scientific approach dengan siswa yang diajar tanpa scientific approach.
Jaya dkk (2014) menyatakan seiring dengan melakukan kegiatan pembelajaran
menggunakan scientific approach dan eksperimen membuat keterampilan
proses sains (KPS) siswa makin berkembang. Suliman, dkk (2017) Pendekatan
saintifik pada pembelajaran fisika dengan metode eksperimen dan demonstrasi,
dapat diterapkan pada siswa yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak
tinggi dan rendah. Pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika dengan
metode eksperimen dan demonstrasi, dapat diterapkan pada siswa yang
mempunyai kemampuan analisis tinggi dan rendah.
26
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran
melalui scientific approach terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan
data, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Dalam aktivitas belajar dengan
menggunakan scientific approach tidak harus dilakukan dengan prosedur yang
kaku. Proses pembelajaran melalui scientific approach dapat meningkatkan
hasil belajar dan keterampilan proses. Oleh karena itu, untuk membantu siswa
memenuhi keterampilan proses dalam bidang sains, perlu dicobakan suatu
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan mereka dapat memahami
materi dalam pelajaran fisika dengan baik
Proses pembelajaran yang berlangsung dapat disesuaikan dengan pengetahuan
yang akan dipelajari. Sani (2014: 54) menjelaskan proses pembelajaran dengan
scientific approach pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan
Maknanya.
Langkah Pembelajaran Kegiatan Belajar Kompetensi Yang
Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar,
menyimak, melihat (tanpa
atau dengan alat)
Melatih kesungguhan,
ketelitian, mencari
informasi.
Menanya Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa
yang diamati atau
pertanyaan untuk
mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai
ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik).
Mengembangkan
kreativitas, rasa ingin
tahu, kemampuan
merumuskan
pertanyaan untuk
membentuk pikiran
kritis yang perlu untuk
hidup cerdas dan
belajar sepanjang
hayat.
27
Mengumpulkan
informasi/ eksperimen
melakukan eksperimen
membaca sumber lain
selain buku teks
mengamati objek/
kejadian/aktivitas
wawancara dengan
narasumber.
Mengembangkan
sikap teliti,
jujur,sopan,
menghargai pendapat
orang lain,
berkomunikasi,
menerapkan
kemampuan
mengumpulkan
informasi melalui
berbagai cara yang
dipelajari,
mengembangkan
kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang
hayat.
Mengasosiasikan/
mengolah informasi
Mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperime
n maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan
informasi.
Pengolahan informasi
yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat
mencari solusi dari
berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada
yang bertentangan.
Mengembangkan
sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan,
kerja keras,
kemampuan
menerapkan prosedur
dan kemampuan
berpikir induktif serta
deduktif dalam
menyimpulkan.
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau
media lainnya.
Mengembangkan
sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan
berpikir sistematis,
mengungkapkan
pendapat dengan
singkat dan jelas, dan
mengembangkan
kemampuan berbahasa
yang baik dan benar.
28
Dalam pelaksanaanya, kelima proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengamati
Dalam melakukan pengamatan siswa harus melibatkan panca indera.
Tujuan dari mengamati yaitu untuk memperoleh informasi secara nyata.
Pada proses mengamati, tidak terlepas dari keterampilan lainnya, antara
lain melakukan pengelompokan atau membandingkan. Suatu pengamatan
yang cermat sangat dibutuhkan siswa untuk menganalisis permasalahan
atau fenomena yang berkaitan dengan apa yang diamati.
2. Menanya
Pada proses pembelajaran, siswa dilatih untuk membuat pertanyaan
berkenaan dengan topik yang akan dipelajari. Kegiatan tersebut bertujuan
untuk meningkatkan keingintahuan siswa dan mengembangkan
kemampuan siswa. Guru berperan sebagai motivator supaya siswa
menyampaikan pertanyaan yang terkait dengan apa yang dipelajari.
3. Mencoba/Memperoleh Informasi
Untuk memperoleh informasi berkaitan dengan apa yang dipelajari, siswa
mengumpulkan berbagai informasi dari sumber-sumber yang ada seperti
buku teks, internet, dan lain-lain. Untuk membantu siswa dalam
melakukan percobaan, guru perlu memberikan beberapa pertanyaan yang
dapat digunakan untuk membangun konsep siswa dan menyediakan LKS
sebagai penuntun siswa dalam mencoba.
29
4. Menalar/Asosiasi
Menalar merupakan aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi.
Sedangkan inferensi merupakan kegiatan menarik kesimpulan berdasarkan
pendapat (premis). Data, fakta, atau informasi yang terkait fenomena yang
ada. Upaya guru dalam melatih siswa untuk melakukan kegiatan menalar
dapat dilakukan dengan meminta siswa untuk menganalisis data yang telah
diperoleh dari hasil mencoba sehingga siswa dapat menentukan hubungan
antar variable yang ada, menguju hipotesis, menjelaskan mengenai data
percobaan berdasarkan teori yang ada serta dapat menarik kesimpulan.
5. Membentuk Jaringan/Komunikasi
Kemampuan berkomunikasi sangat perlu untuk dimiliki siswa supaya
siswa dapat menyampaikan hasil pembelajaran yang telah dilakukan
kepada teman lainnya. Kemampuan berkomunikasi sama pentingnya
dengan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman.
30
F. Kerangka Berfikir
Gambar 8. Bagan Kerangka berpikir
Secara umum pembelajaran fisika di SMA
a. Kurang memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam
mengembangkan konsep sehingga konsep siswa relative lemah
b. Siswa relative kurang tertarik belajar fisika sehingga proses
pembelajran cenderung pasif
Hasil belajar siswa pada pembelajaran
fisika rendah
( KKM )
Perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
fisika, yang memberikan pengalaman langsung dan
mengaplikasikan siswa pada pembelajaran
Implementasi metode yang efektif
Eksperimen :
Siswa melakukan
eksperimen
Siswa mencatat
data
Siswa
menganalisis data
Siswa menarik
kesimpulan
a. Pembentukan konsep Fisika
pada siswa secara langsung
melalui kegiatan belajar
b. Siswa berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran
Hasil belajar siswa pada
pembelajaran fisika
Demonstrasi :
Siswa melihat
peragaan/eksperi
men dari guru
Siswa mencatat
data
Siswa
menganalisis data
Siswa menarik
kesimpulan
31
Pada metode eksperimen dengan scientific approach, siswa dibimbing untuk
bereksperimen secara langsung sehingga dapat memacu siswa untuk aktif,
kritis, dan ilmiah dalam mengamati sebuah fenomena ilmu fisika. Proses
pembelajaran scientific dengan metode eksperimen ini dimulai dengan siswa
mengamati eksperimen, siswa mencatat data hasil eksperimen, siswa
menganalisis data, dan siswa menarik kesimpulan. Dengan proses ini
diharapkan hasil belajar aspek kognitif pada siswa akan tuntas dan meningkat.
Pada metode demonstrasi dengan scientific approach, siswa dikondisikan
untuk mengamati peragaan/eksperimen yang dilakukan oleh guru, sehingga
siswa mendapatkan informasi secara lebih lengkap dan kongkrit yang dibantu
oleh model yang dibagikan oelh guru kepada siswa. Proses pembelajaran
scientific dengan metode demonstrasi ini dimulai dengan siswa melihat
eksperimen/peragaan dari guru, siswa mencatat data hasil pengamatan,siswa
menganalisis data dan siswa membuat kesimpulan. Dengan proses ini
diharapkan pembelajaran siswa lebih menarik dan kemampuan kognitif siswa
akan meningkat.
G. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diperoleh dari kajian teori dan kerangka pikir adalah
sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen lebih besar
dari hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi melalui scientific
approach.
32
2. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan dengan
menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi melalui
scientific approach.
33
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas XI SMAN 1 Sumberejo
Tanggamus pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 yang
terdiri atas 2 kelas.
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
Random Sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari XI kelas diambil
2 kelas sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas XI1 sebagai
kelompok demonstrasi dan kelas XI2 sebagai kelompok eksperimen.
B. Desain dan Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-
Eksperimental Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design.
Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest
setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui
lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan. Desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.
34
O1 X1 O2
O1 X2 O2
Gambar 9. Desain eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design
Keterangan:
O1 : nilai pretest
O2 : nilai posttest
X1 : pembelajaran scientific metode eksperimen
X2 : pembelajaran scientific metode demonstrasi
(Sugiyono, 2010: 110-111)
2. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen. Di dalam
penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah
perlakuan (treatment) diberikan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan
disebut pretest dan sesudah treatmen disebut posttest.
Pada penelitian ini dikembangkan alur penelitian dengan langkah-langkah
penelitian seperti pada gambar 3.
35
Gambar 10. Alur Penelitian
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan
veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran
scientific approach dengan metode eksperimen (X1) dan scientific approach
dengan metode demonstrasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil
belajar aspek kognitif (Y1).
Tahap sebelum penelitian
a. Perumusan masalahb. Membuat instrument penelitian dan perangkat
pembelajaranc. Uji coba instrumentd. Analisis dan revisi
Tahap Pelaksanaan
Pretest
Eksperimen denganscientific approach
Posttest
Kelompok Eksperimen 2
Tahap Setelah Penelitian
a. Analisis datab. Kesimpulan
Kelompok Eksperimen 1
Pretest
Demonstrasi denganscientific approach
Posttest
36
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi pada proses pembelajaran
dan soal pilihan ganda hasil belajar fisika siswa pada saat pretest dan posttest.
E. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih
dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas
1. Uji Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya
sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes
tersebut dengan kriterium.
Menurut Jihad dkk (2013: 179) validitas isi dan konstruk, dilakukan untuk
menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang
ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang kita buat. Validitas ini dilakukan
dengan meminta pertimbangan dari para ahli (pakar) dalam bidang evaluasi
atau ahli dalam bidang yang sedang diuji. Perangkat pembelajaran yang
akan divalidasi, yaitu silabus, RPP, dan instrumen lainnya.
Penilaian uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan angket.
Angket penilaian ini memiliki empat pilihan jawaban sesuai konten
pernyataan, yaitu “Sangat Sesuai”, “Sesuai ”, “Kurang Sesuai” dan “Tidak
37
Sesuai”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang
mengartikan tingkat kesesuaian materi dan desain.
Tabel 2. Skor penilaian uji ahli
Uji Ahli SkorSangat Sesuai 4
Sesuai 3Cukup Sesuai 2
Tidak Sesuai 1
Instrumen yang digunakan memiliki empat pilihan jawaban, sehingga skor
penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Keterangan:P : persentase kelayakanf : skor aspekn : skor maksimum aspek
Tabel 3. Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas
Skor Kualitas25% - 43,75% tidak valid
43,76% - 62,50% kurang valid
62,51% - 81,25% valid
81,26% - 100% sangat valid
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada
38
pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung
reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
Di mana:
r11 = reliabilitas yang dicari
Σσ = jumlah varians skor tiap-tiap item
t2 = varians total
( Arikunto, 2008 : 109 )
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.
Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan
SPSS 21.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala
alpha cronbach’s 0 sampai 1.
Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner
dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan
ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Koefisien Alpha
No Nilai Koefisien Alpha Keterangan
1 antara 0,81 sampai dengan
1,00
Sangat reliabel
2 antara 0,61 sampai dengan
0,80
Reliabel
39
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel
yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan
skor setiap nomor soal
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Data diambil dari hasil belajar fisika siswa yang berupa posttest. Untuk
menguji hipotesis yang diajukan maka hasil belajar yang diperoleh dianalisis
terlebih dahulu. Analisis hasil belajar dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 21. Proses analisis untuk data hasil belajar
siswa sebagai berikut:
a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor
dari setiap soal
b. Persentase hasil belajar siswa dihitung dengan rumus:
% Hasil Belajar = x 100 %
Kategori hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 5.
No Nilai Koefisien Alpha Keterangan
3 antara 0,41 sampai dengan
0,60
Cukup reliabel
4 antara 0,21 sampai dengan
0,40
Agak reliabel
5 antara 0,00 sampai dengan
0,20
Kurang reliabel
40
Tabel 5. Pengkategorian Hasil Belajar
No. Rentang Keterangan
1 81 – 100 Sangat baik
2 61 – 80 Baik
3 41 – 60 Cukup
4 21 – 40 Kurang
5 <21 Sangat Kurang
(Marnasusanti (2007: 9)
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi
normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-
Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu
hipotesis pengujiannya yaitu:
H0 : data terdistribusi secara normal
H1 : data tidak terdistribusi secara normal
Pedoman pengambilan keputusan:
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka
distribusinya adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas ≥ 0,05 maka
distribusinya adalah normal.
41
b. Uji N-Gain
Perhitungan N-Gain diperoleh dari skor pretest dan posttest masing –
masing kelas eksperimen dan kelas control. Peningkatan kompetensi yang
terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor
(N-Gain) dengan rumus Meltzer adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Spost = Skor Postest
Spre = Skor Pretest
Smaks= Skor Maksimum
Interpretasi N-Gain Menurut Hake disajikan pada tabel 6 berikut :
Tabel 6. Klasifikasi Interpretasi N-Gain
Besar Persentasi Interpretasig > 0,7 Tinggi
0,3 < g < 0,7 Sedangg < 0,3 Rendah
c. Uji Hipotesis
Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian
menggunakan statistik parametrik tes.
1) Uji T untuk dua sampel bebas (Independent Sample T Test)
Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda
(bebas). Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui
42
ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel
yang tidak berhubungan. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah
a) Hipotesis Pertama
- H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika
antara pembelajaran scientific dengan metode eksperimen
dan demonstrasi.
- H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara
pembelajaran scientific dengan metode eksperimen dan
demonstrasi.
b) Hipotesis Kedua
- HO : Hasil belajar fisika siswa menggunakan pembelajaran
scientific dengan metode demonstrasi sama dengan
menggunakan pembelajaran scientific metode eksperimen.
- H1 : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan
pembelajaran scientific dengan metode eksperimen lebih
tinggi dibandingkan metode demonstrasi.
Rumus perhitungan Independent sample t test adalah sebagai
berikut:
Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada
tabel distribusi t dengan α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
43
dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh
besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian
dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Kriteria pengujian
(1) HO
diterima jika -t tabel ≤ t hitung ≤t tabel.
(2) HO
ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t
tabel
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas ≥ 0,05 maka HO diterima.
b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.
(Priyatno, 2010:32-41)
2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan ( Independent )
Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji
data dari dua sampel yang tidak berhubungan menggunakan Uji lain.
a) Hipotesis Pertama
- HO
: Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika
antara pembelajaran scientific dengan metode eksperimen
dan demonstrasi.
44
- H1
: Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara
pembelajaran scientific dengan metode eksperimen dan
demonstrasi
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai
probabilitas.
(1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas ≥ 0,05 maka HO
diterima.
(2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO
ditolak.
b) Hipotesis Kedua
- HO : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan
pembelajaran scientific dengan metode demonstrasi sama
dengan menggunakan pembelajaran scientific metode
eksperimen.
- H1 : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan
pembelajaran scientific dengan metode eksperimen lebih
tinggi dibandingkan metode demonstrasi.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai
probabilitas.
(1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas ≥ 0,05 maka
HO diterima.
(2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka
HO ditolak.
60
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan rata – rata hasil belajar siswa antara pembelajaran
fisika dengan scientific approach menggunakan metode eksperimen dan
demonstrasi. Rata – rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode
eksperimen dengan scientific approach sebesar 80,67. Sedangkan rata –
rata hasil belajar siswa yang mennggunakan metode demonstrasi dengan
scientific approach sebesar 72,00.
2. Pembelajaran dengan scientific approach dengan metode eksperimen lebih
efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran fisika, dibandingkan pembelajaran dengan scientific
approach menggunakan metode demonstrasi. Hal ini didukung oleh
perolehan skor N-gain rata-rata hasil belajar siswa pada kelas dengan
scientific approach dengan metode eksperimen sebesar 0,72 dan kelas
eksperimen dengan scientific approach dengan metode demonstrasi sebe-
sar 0,59 .
61
Berdasarkan pelaksanaan proses pembelajaran elastisitas & hukum hooke
melalui pembelajaran scientific approach dengan metode eksperimen dan
demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 1
Sumberejo Tanggamus, terdapat beberapa implikasi hasil pembelajaran
yang dapat dijadikan referensi bagi para pendidik dalam melaksanakan
proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Pembelajaran scientific approach dengan metode demonstrasi dimana guru
memberikan bimbingan dan mendemonstrasikan saat pembelajaran, tidak
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada jenjang SMA secara lebih
efektif.
2. Hasil belajar siswa SMA dapat ditingkatkan secara lebih efektif melalui
pembelajaran scientific approach dengan metode eksperimen dimana
dalam pembelajarannya menuntut siswa lebih aktif dan ikut terlibat dalam
proses pembelajaran, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan
kemampuan siswa secara kognitif (hasil belajar),
C. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan
juga analisis terhadap hasil belajar siswa, maka penulis memberikan saran se-
bagai berikut:
B. Implikasi
62
1. Pembelajaran scientific approach dengan metode eksperimen dapat
dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Pada pelaksanaan pembelajaran scientific approach dengan metode
eksperimen sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru
hendaknya memperhatikan indikator-indikator yang harus dicapai pada
hasil belajar sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses
pembelajaran dengan baik.
3. Agar pembelajaran scientific approach dengan menggunakan metode
eksperimen dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri
dan perlengkapan secara matang. Sehingga secara teknis seluruh proses
pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.
4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh
proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses
pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah
dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.
5. Kondisi dan fasilitas sekolah harus bisa dimanfaatkan agar mampu
memberikan kontribusi yang positif bagi proses kegiatan belajar mengajar,
sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Sani, Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Kurikulum 2013.Jakarta : Bumi Akasara.(hal.81-95)
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara. (298 halaman)
Atsnan dan Rahmita. 2014. Penerapan Pendekatan Scientific Dalam PembelajaranMatematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Jurnal ProsidingSeminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY2014.
Demircioglu, G. & Yadigaroglu, M. 2011. “The Effect of Laboratory Method onHigh School Students Understanding of the Reaction Rate”. WesternAnatolia Journal of Educational Sciences (WAJES), Dokuz EylulUniversity Institute, Izmir, Turkey.
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: BumiAksara.(252 halaman)
Hamalik, Oemar. 2005. "Interaksi Motivasi Belajar." Bandung : Sinar BaruAlgesindo.(hal 121-125)
Handhika, Jeffry. 2012. "Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing DenganMetode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Aktivitas DanPerhatian Mahasiswa." Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika (1).
Hurrahman, Fat. 2011. Artikel Pendidikan. Diakses 10 Juli 2018 dari ArtikelPendidikan.http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/
Jaya, Gede Wiratma., Patasik, Boas., Sembel, Eka K.R.N., Subagiyo, Lambang.,dan Yunus. 2014. Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui MetodeEksperimen Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X Mia 3 Sma Negeri 1Tenggarong (Materi Suhu Dan Kalor). Jurnal UNEJ. 16 (2),22 – 29.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: MultiPresindo.(hal 85-92)
Johari, Marjan. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik TerhadapHasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MAMu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa TenggaraBarat. E-Journal Pendidikan Ganesha. Vol.4.
Kemal,Yurumezoglu. (2013). The Effective Presentation Of Inquiry-BasedClassroom Experiments Using Teaching Strategies That Employ VideoAnd Demonstration Methods. Australasian Journal of EducationalTechnology. 29(3), 450-463.
Kemendikbud, R.I. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013. Jakarta : BumiAksara.(hal.55-57)
Latifah, Siti, Sugiharto dan Agung Nugroho Cs. 2014. Studi KomparasiPenggunaan Praktikum Dan Demonstrasi Pada Metode Problem SolvingTerhadap Prestasi Belajar Siswa Materi Hidrolisis Garam Kelas XI IlmuAlam SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. JurnalPendidikan Kimia, , 3.3: 111-120.
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. RinekaCipta.(hal.25-33)
Marnasusanti .2007. "Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 5Tegal Kelas XI IPA Dalam Sub Pokok Materi Pergeseran KesetimbanganKimia Melalui Metode Praktikum". Semarang. FMIPA Uneversitas NegeriSemarang.
Mudri, M. Walid. 2010. Kompetensi dan Peranan GuruDalam ProsesPembelajaran. Jurnal Filsafat 1(1): 116-121).
Parmono, Sunarno, Widha., dan Suparmi. 2013. Pembelajaran Fisika DenganPendekatan Ctl Melalui Metode Eksperimen Dan Demontrasi DitinjauDari Kreativitas Dan Gaya Belajar Siswa. JURNAL INKUIRI. 2(1), 33-42.
Priyatno, D. 2010. Paham analisa statistik data dengan SPSS. Yogyakarta:Mediakom.(hal. 43-45)
Purnama, Tiara., Haris, Abdul., dan Arsya, Muhammad. 2015. PengaruhPendekatan Ilmiah Dalam Pembelajaran Fisika Terhadap KeterampilanProses Sains Peserta Didik Kelas X Sman 1 Marioriwawo KabupatenSoppeng. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. 11(2), 155 – 160
Roestiyah, S. 2001. Pembelajaran dengan Menerapkan Metode Eksperimen diSekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.(hal.82-87)
Rosmaini, S., & Suryawati, E. 2014. Penerapan Pendekatan Struktural Think-Pair-Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan AktivitasS Siswa
Kelas 1.7 SLTPN 20 Pekanbaru pada Pokok Bahasan KeanekaragamanHewan TA. 2002/2003. Biogenesis (Jurnal Pendidikan Sains dan Biologi),1(01), 9-14.
Serumpunilmu21. 2010. Pengertian Metode Inkuiri dan Metode Demonstrasidalam pembelajaran sekolah. Artikel Ilmiah. Diakses 11 Juli 2018 darihttp:serumpunilmu21.wordpress.com/Pengertian Metode Inkuiri danMetode Demonstrasi dalam pembelajaran sekolah/
Setyaningsih, Henny., Sunarno, Widha., dan Rahmasari, Lita. 2015. PengaruhGuided Discovery Learning Terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau DariSikap Ilmiah Menggunakan Metode Diskusi Dan Demonstrasi Pada MateriSistem Tata Surya Kelas IX SMPN 1 Kauman Tahun Pelajaran 2014/2015.Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6.6 (1), 2302-7827.
Sugiyono, D. R. 2000. Metode Penelitian. Bandung: CV Alvabeta.(hal.15-22)
Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Prestasi Pustaka.Jakarta.
Suliman, Sarwanto, dan Suparmi. 2017. Pendekatan Saintifik Pada PembelajaranFisika Dengan Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau DariKemampuan Berpikir Abstrak Dan Kemampuan Analisis Siswa. JurnalInkuiri. 6(1), 21-30.
Sulistyaningsih, Yayuk., Sunarno, Widha., dan Cari. 2017. Penggunaan MetodeDiskusi Dan Demonstrasi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar DanHasil Belajar Fisika Dengan Pendekatan Saintifik Materi Fluida DinamisKelas Xi Ipa 3 Semester Genap Sma N 4 Madiun Tahun Pelajaran2014/2015. Jurnal Inkuiri. 6(3), 87-100
.Sumantri,Mulyani & Johar Permana.2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung :
CV. Maulana.(hal.33-43)
Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode danTeknik. Bandung : Tarsito.(hal.20-24)
Venneman, S. S., Westphal, R. M., & Perez, J. K. 2009. “Cheap But Not TooDirty The Value of Chemistry Demonstrations in Teaching NeuronalPhysiology to Psychology Majors”. European Journal of Social Sciences.12 (1).
Yulianti, Nuning. 2015. Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui MetodeDemonstrasi di SMP Negeri 10 Probolinggo. Jurnal Kebijakan danPengembangan Pendidikan. 3(1), 35-41.