Perbandingan Beton,-
Transcript of Perbandingan Beton,-
-
8/18/2019 Perbandingan Beton,-
1/10
!
PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN
MATERIAL BUATAN DAN MATERIAL ALAMI
Rifadli Bahsuan *)
Abstract : Concrete consisted of cement, water, Sand and Split
or Gravel. Quality of concrete compiler material hardly having
an effect on to quality of concrete, usage of artificial material,
like break stones , where with level of hardness which have
been selected through stone destroyer machine also with
harsher surface in expecting can increase bend power with
other concrete former material so that quality of concrete is
expected able to increase. Material applied in this research that
is harsh aggregate ( gravel ) taken away from Talumolo ( River
Bone) for break stones in taking away from Sinar Karya
Cahaya ( SKC) having location in Bongomeme, while sandtaken away from Talumolo ( River Bone). The result from
research between concretes using artificial material and
concrete using natural material at FAS 0,35 at the age of 28
days result of improvement of compressive strength around 14
%, while at FAS 0,30 improvement 3 % only only. In general
natural material coming from Talumolo river Bone
menunjukan good result if applied as concrete former material.
Kata Kunci : Kuat tekan beton, material alami, material buatan
Beton terbentuk dari pengerasan campuran semen, pasir, kerikil dan air.
Saat ini banyak penelitian diarahkan kepada pembuatan beton dengan mutu tinggi,
mutu beton tergantung pada kuat tekan. Untuk menghasilkan beton dengan mutu
yang yang tinggi diperlukan control kualitas bahan yang cukup ketat. Penggunaan
material buatan ( batu pecah ) dengan tingkat kekerasan dan gradasi yang sudah
terseleksi dengan sendirinya melalui stone crusher serta permukaan yang lebih
kasar di harapkan bisa meningkatkan daya ikat dengan material pembentuk betonlainnya sehingga mutu beton yang di harapkan dapat tercapai.
Selain itu, parameter yang mempengaruhi kekuatan tekan beton,
diantaranya adalah kualitas bahan- bahan penyusunnya, rasio air semen yang
rendah dan kepadatan yang tinggi pula. Beton segar yang dihasilkan dengan
memperhatikan parameter tersebut biasanya sangat kaku, sehingga sulit dibentuk
atau dikerjakan terutama pada pengerjaan pemadatan ( M.S. Besari, 2003 ).
-
8/18/2019 Perbandingan Beton,-
2/10
!
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat membandingkan besar kuat
tekan beton antara beton yang menggunakan material alam dengan beton yang
menggunakan material buatan berupa batu pecah. Material yang digunakan yaitu
Agregat kasar (kerikil ) diambil dari sungai talumolo (bone) untuk batu pecah di
ambil dari AMP Sinar Karya Cahaya ( SKC). Di Bongomeme. Sedangkan agregat
halus ( pasir ) diambil dari sungai talumolo ( Bone ).
Menurut Samekto, dkk (2001 : 35), beton adalah campuran dari agregat
dan agregat kasar (pasir, kerikil, batu pecah, atau jenis agregat lain) dengan
semen, yang dipersatukan oleh air dengan perbandingan tertentu. Mutu beton
ditentukan dengan Kuat Tekan, beton mutu tinggi merupakan sebuah tipe beton
performa tinggi yang secara umum memiliki kuat tekan 6000 psi ( 40Mpa ) atau
lebih. Ukuran kuat tekannya di peroleh dari silinder beton 150 mm – 300 mm
pada umur 28 hari, ataupun umur yang telah di tentukan tergantung pada aplikasi
yang di inginkan. Produksi beton mutu tinggi membutuhkan penelitian dan
perhatian yang lebih jauh terhadap kontrol kualitasnya dari pada beton mutu
normal biasanya.
Kuat Tekan Beton
Sifat paling penting pada beton umumnya ialah kuat tekan beton, dimana
kenaikan kuat tekan akan diikuti sifat lain dari beton seperti kuat lentur, kuat tarik,
modulus elastisitas, kuat geser, dll. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh perlakuan
sebelum, selama dan setelah beton dibuat. Sebelum beton akan meliputi kualitas
bahan, faktor selama beton dibuat, meliputi faktor-faktor produksi antara lain
penakaran, pengadukan, pengangkutan, penuangan, dan pemadatan. Setelah beton
dibuat, yaitu perawatan beton akan mempengaruhi terhadap peningkatan kekuatan
beton tersebut Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kuattekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Untuk
menentukan kuat tekan dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan dan
benda uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM C-39 atau kubus dengan
prosedur BS-1881 Part 115 ; Part 116 pada umur 28 hari. Menurut BS. 1881, rasio
kubus terhadap silinder untuk semua kelas adalah 1,25.
Nilai kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
APcf' =
-
8/18/2019 Perbandingan Beton,-
3/10
!
Dimana : f’c = Kuat Tekan Beton (Mpa)
P = Beban runtuh/gaya tekan (KN)
A = Luas Penampang benda uji (cm2)
Kuat Tekan beton biasanya di uji pada hari – hari tertentu, selanjutnya
untuk menentukan kuat tekan dan umur beton digunakan rumus regresi sebagai
berikut:
Y = a + b * Ln.x
dimana: y = Kuat Tekan Beton (Mpa)
x = umur beton (Hari)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton yaitu :
a) Bahan-bahan penyusutan beton : air, semen, agregat, admixture.
b) Metode pencampuran : penentuan proporsi bahan, pengadukan, pengeceron,
pemadatan.
c) Perawatan : Pembasahan/perendaman, suhu dan waktu.
d) Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh
lingkungan setempat.
Faktor Air Semen (FAS)
Faktor Air Semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen
dalam campuran adukan beton. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi
nilai FAS, maka semakin rendah mutu/kekuatan beton. Nilai FAS yang rendah di
tambah dengan kekuatan agregat yang baik dipercaya dapat meningkatkan mutu
beton. Tapi nilai FAS yang terlalu rendah dapat mengurangi kemudahan pekerjaan
pada beton itu sendiri.
Hubungan FAS dengan Kuat Tekan Beton
Teori Feret
n
x Lnb ya
.*−=
22 ).().(*
*.*).(*
x Ln x Lnn
y x Ln y x Lnnb
−
−=
-
8/18/2019 Perbandingan Beton,-
4/10
!
Feret, 1896 ( Neville,1975) mengemukakan suatu rumusan umum
hubungan matematis antara kuat tekan beton dengan volume Absolut semen,
udara dan air sebagai berikut :
dimana :
S = Kuat tekan beton
K = Konstanta
c = Volume Absolut semen
e = Volume absolut air
a = Volume absolut udara
Teori Abrams
Abrams, 1919 ( Neville, 1975) mengemukakan teorinya yang terkenal
dengan nama Abram’s law. Teori ini dijabarkan dalam bentuk matematis sebagai
berikut :
dimana :
f’c = Kuat tekan beton (kg/cm2)
A = Konstanta empirik biasanyan diambil 984
B = Konstanta yang tergantung pada jenis semen dan biasa
diambil 4
w/c = Faktor air semen
Dalam praktek untuk mengatasi kesulitan pekerjaan karena rendahnyanilai FAS maka digunakan bahan tambah “ Admixture Concrete” yang bersifat
menambah keenceran “Plasticity Plasticilizer Admixture”.
2)^(aec
cK s
++
=
c
w B
Ac f
5,1^
' =
-
8/18/2019 Perbandingan Beton,-
5/10
!
METODE PENELITIAN
Secara ringkas langkah-langkah penelitian terdapat dalam gambar 1. :
Gambar 1 Diagram Alir Langkah-Langkah Penelitian
Langkah – langkah Penelitian
Langkah – langkah penelitian yang dilakukan dijelaskan dibawah ini.
Mulai
Studi Pustaka
Pengujian & Penelitian agregat1. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
2. Pemeriksaan gradasi3. Pemeriksaan kekuatan
Perencanaan Campuran
Mix Desi n
Beton yang menggunakanmaterial alam
Pengujian kuat tekan beton
Analisis hasil Analisis hasil
Dibandingkan & Dibahas
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Beton yang menggunakan
material alam
Pengujian kuat tekan beton
Pengambilan Sampel
-
8/18/2019 Perbandingan Beton,-
6/10
!
1. Mulai.
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data – data awal yang
diperlukan yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Studi Pustaka.
Landasan teori penelitian ini menggunakan literatur – literatur yang
menyangkut dengan beton, material alami dan material buatan..
3. Pengambilan Sampel Agregat.
Tahap awal analisis ini yaitu pangambilan sampel agregat. Agregat kasar
alami (kerikil) diambil dari sungai Talumolo, unutk material batu pecah di
ambil dari AMP Sinar Karya Cahaya ( SKC ), Bongomeme. Sedangkan
agregat halis ( pasir ) diambil dari sungai talumolo ( Bone ).
4. Pengujian dan Penelitian Agregat.
Dalam hal ini agregat yang sudah di ambil di lakukan pengujian –
pengujian dan penelitian agregat meliputi :
a. Pemerksaan kadar Lumpur.
b. Pemeriksaan berat isi.
c. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
d. Pemeriksaan gradasi ( analisa saringan ).
e. Pemeriksaan kekuatan (abrasi)
5. Perencanaan Campuran.
Setelah semua agregat yang di periksa memenuhi syarat proses
sselanjutnya adalah perencanaan campuran ( mix design ). Metode yang di
pakai dalam hal ini adalah metode SNI / DOE.
6. Proses Pembuatan
Setelah mendapatkan hitungan perencanaan campuran (mix design),agregat – agregat yang ada langsung di adakan pencampuran yang
meliputi campuran untuk agregat alam denagn campuran agregat buatan.
7. Pengujian Kuat Tekan Beton.
Setelah beton selesai di campur dan di cetak, beton yang telah mencapai
umur yang di tetapkan yaitu 3, 7, 14, 21, sampai 28 hari langsung di uji
kuat tekan betonnya untuk masing – masing hari sebanyak 2 buah.
8. Analisis Hasil.
-
8/18/2019 Perbandingan Beton,-
7/10
!
Selesai di uji kuat tekan dianalisis hasilnya.
9. Dibandingkan dan Dibahas.
Analisis hasil uji yang telah didapat dibandingkan dan dibahas.
10. Kesimpulan Dan Saran.
Dicoba ditarik kesimpulan dari pembahasan yang ada.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan Agregat
Pemeriksaan gradasi agregat halus memenuhi spesifikasi standar
spesifikasi umum beton beton Departemen Pekerjaan Umum, begitu juga untuk
gradasi agregat kasar yakni kerikil dan batu pecah. Hasil pengujian keausan
agregat menunjukkan bahwa besar presentase keausan kerikil adalah sebesar
19.68 % sedangkan batu pecah adalah sebesar 15.94 %. Hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan menunjukan bahwa berat jenis agregat kasar untuk kerikil adalah
2.634 dan untuk batu pecah adalah 2.766 sedangkan untuk agregat halus didapat
sebesar 2.646. dari besaran berat jenis yang ada agregat yang ada termasuk jenis
agregat normal yaitu agregat yang memiliki berat jenis antara 2.5 – 2.8.
Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
y = 70,668Ln(x) + 163,36
y = 76,3Ln(x) + 200,2
0
100
200
300
400
500
600
0 5 10 15 20 25 30Umur Beton, hari
K u a t T e k a
n ,
k g / c m 2
Beton Material Alami
Beton Material Buatan
Regresi Beton Material Alami
Regresi Beton Material Alami
Gambar 2. Hubungan Kuat Tekan dan Umur Beton dengan Fas 0,35
-
8/18/2019 Perbandingan Beton,-
8/10
!
y = 81,049Ln(x) + 198,2
y = 83,243Ln(x) + 208,89
0
100
200
300
400
500
600
0 5 10 15 20 25 30
Umur Beton, hari
K u a t T e k a n ,
k g / c m 2
Beton Material A lami
Beton Material Buatan
Regresi Beton Material Alami
Regresi Beton Material Alami
Gambar 3. Hubungan Kuat Tekan dan Umur Beton dengan Fas 0,30
Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa beton yang menggunakan
agregat buatan memiliki kuat tekan karakteristik yang lebih tinggi dibandingkan
dengan agregat material alam. Hal ini wajar karena pada pemeriksaan awal telah
ditunjukan bahwa materila buatan (split) lebih keras jika dibandingkan dengan
agregat alam. Meskipun demikian beton yang menggunakan agregat alam yang
berada di sungai Bone hasil perbandingan kuat tekannya nilainya tidak terlalu
berbeda jauh perbandingannya dengan agregat buatan (Batu pecah) Bongomeme.Secara detail dapat dijelaskan bahwa, beton yang menggunakan material
alam dengan FAS 0,35 didapat kuat tekan betonnya yakni pada umur 3 hari
sebesar 241,00 Kg/cm², umur 7 hari sebesar 300,87 Kg/cm², umur 14 hari sebesar
349.86 Kg/cm², umur 21 hari sebesar 378.51 Kg/cm², dan pada umur 28 hari
sebesar 398.84 Kg/cm². Sedangkan pada beton yang menggunakan material
buatan dengan FAS yang sama didapat kuat tekan beton rata – ratanya yakni pada
umur 3 hari sebesar 284,02 Kg/cm², umur 7 hari sebesar 348,67 Kg/cm², umur 14
hari sebesar 401,56 Kg/cm², umur 21 hari sebesar 432,50 Kg/cm², dan pada umur
28 hari sebesar 454,45 Kg/cm². Kenaikannya yakni sekitar 22 % sampai 14 %
terhadap beton dengan yang menggunakan agregat alami yang cenderung makin
menurun seiring dengan bertambahnya umur beton.
Pada beton dengan FAS 0.30 yang menggunakan material alam didapat
kuat tekan beton pada umur 3 hari sebesar 287,24 Kg/cm², umur 7 hari sebesar
355,91 Kg/cm², umur 14 hari sebesar 412,09 Kg/cm², umur 21 hari sebesar 444,96
-
8/18/2019 Perbandingan Beton,-
9/10
!
Kg/cm², dan pada umur 28 hari sebesar 468,27 Kg/cm². Sedangkan pada beton
yang menggunakan material buatan dengan FAS 0.30 didapat kuat tekan beton
yakni pada umur 3 hari sebesar 300,34 Kg/cm², umur 7 hari sebesar 370,83
Kg/cm², umur 14 hari sebesar 428,57 Kg/cm², umur 21 hari sebesar 462,33
Kg/cm², dan pada umur 28 hari sebesar 486,27. Kenaikannya yakni sekitar 5 %
sampai 3 % terhadap beton dengan yang menggunakan agregat alami yang
cenderung makin menurun seiring dengan bertambahnya umur beton.
Pada nilai kuat tekan yang hampir sama pada beton dengan FAS 0.30
menunjukan tidak terdapat perbedaan kuat lekat (interlocking) dan daya ikat
antara material agregat kasar dan spesi beton, sehingga perbedaan sifat bentuk dan
kemampuan lekat antara agregat alami dan agregat buatan seperti split hampir
tidak ada pengaruhnya terhadap kuat tekan beton.
KESIMPULAN
1) Hasil perbandingan kuat tekan beton antara beton yang menggunakan
material buatan dengan beton yang menggunakan material alami pada n
FAS 0,35 pada umur 28 hari hasilnya adalah terjadi peningkatan kuat
tekan sekitar 14 %, sedangkan pada FAS 0,30 pada umur 28 hari terjadi
peningkatan hanya 3 % saja.
2) Secara umum dari penelitian yang telah dilakukan material alami yang
berasal dari Talumolo sungai Bone menunjukan hasil yang baik apabila
digunakan sebagai material pembentuk beton.
SARAN
Perlu dikembangkan perbandingan kuat tekan beton yang menggunakan
material alam dengan material buatan pada FAS yang lebih tinggi selain itu perlu
juga dikembangkan pada kemampuan beton yang lain seperti kuat tarik, kuat
geser dan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anomisius, ( 2005 ) Spesifikasi Umum Beton, Departemen Pekerjaan Umum.
Anonimous, (2002), Metode Spesifikasi Dan Tata Cara, beton semen, perkerasan
beton semen. Departemen Pekerjaan Umum. Cetakan pertama : Bandung
Besari, M.S, ( 2003 ), Teknologi Beton, Andi : Yogyakarta
-
8/18/2019 Perbandingan Beton,-
10/10
!
Mulyono, Tri, (2003), Teknologi Beton, Andi : Yogyakarta
Nawi, (1985), Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar , Rafika Aditama,
Bandung
Sumekto, Wuryati dan Rahmadiyanto, Canrda, (2001), Teknologi Beton,
Kanisius: Yogyakarta.