PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang...

21
PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Tri Zulhijah Juliana Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta Jl. Jembatan Merah 84 C Gejayan Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil prediksi kebangkrutan dan model mana yang lebih baik dalam prediksi kebangkrutan serta apakah terdapat perbedaan model Springate,model Zmijewski, model Altman Z-Score. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Springate,model Zmijewski, model Altman Z-Score dan prediksi kebangkrutan. Sampel yang digunakan adalah 10 perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Dalam penelitian menggunakan metode analisis Springate, Zmijewski, dan Altman Z-Score dan pengujian hipotesis menggunakan alat analisis teknik uji beda one way anova. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tahun 2009-2011 terdapat 7 perusahaan diprediksi bangkrut pada model Springate sedangkan model Zmijewski tidak ada perusahaan yang diprediksi bangkrut dan pada model Altman Z-Score sebanyak 15 perusahaan diprediksi bangkrut sehingga menjadikan Altman Z-Score sebagai model yang lebih baik dengan memberikan prediksi kebangkrutan. Untuk hasil pengujian hipotesis penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan dengan menggunakan model Springate, model Zmijewski dan model Altman Z-Score pada perusahaan perkebunan yang disebabkan adanya perbedaan variabel dan koefisien dalam perhitungan rumus ketiga model tersebut. Kata kunci: Kebangkrutan, Springate, Zmijewski, Altman Z-Score

Transcript of PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang...

Page 1: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN

PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Tri Zulhijah Juliana

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Jl. Jembatan Merah 84 C Gejayan Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil prediksi kebangkrutan dan

model mana yang lebih baik dalam prediksi kebangkrutan serta apakah terdapat

perbedaan model Springate,model Zmijewski, model Altman Z-Score.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

Springate,model Zmijewski, model Altman Z-Score dan prediksi kebangkrutan.

Sampel yang digunakan adalah 10 perusahaan perkebunan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Dalam penelitian menggunakan

metode analisis Springate, Zmijewski, dan Altman Z-Score dan pengujian

hipotesis menggunakan alat analisis teknik uji beda one way anova.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tahun 2009-2011

terdapat 7 perusahaan diprediksi bangkrut pada model Springate sedangkan

model Zmijewski tidak ada perusahaan yang diprediksi bangkrut dan pada model

Altman Z-Score sebanyak 15 perusahaan diprediksi bangkrut sehingga

menjadikan Altman Z-Score sebagai model yang lebih baik dengan memberikan

prediksi kebangkrutan. Untuk hasil pengujian hipotesis penelitian ini

menunjukkan terdapat perbedaan dengan menggunakan model Springate, model

Zmijewski dan model Altman Z-Score pada perusahaan perkebunan yang

disebabkan adanya perbedaan variabel dan koefisien dalam perhitungan rumus

ketiga model tersebut.

Kata kunci: Kebangkrutan, Springate, Zmijewski, Altman Z-Score

Page 2: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Ancaman kebangkrutan dapat dialami setiap perusahaan, baik

perusahaan kecil maupun besar yang tidak mampu bersaing atau berkembang

dalam menjalankan usahanya. Kebangkrutan suatu perusahaan diawali

dengan munculnya kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan suatu perusahaan

dapat tercermin dari indikator kinerja yakni apabila perusahaan mengalami

kesulitan keuangan jangka pendek (likuiditas) yang tidak segera diatasi akan

mengakibatkan kesulitan keuangan jangka panjang (solvabilitas) sehingga

dapat berujung pada kebangkrutan suatu perusahaan (Suharman, 2007).

Analisis kebangkrutan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan

untuk memprediksi kebangkrutan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi

perusahaan untuk melakukan antisipasi yang diperlukan dari peringatan awal

kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut ditemukan,

semakin baik bagi pihak manajemen, karena dapat melakukan perbaikan

sejak awal (Hanafi, 2003:263).

Analisis kebangkrutan memiliki berbagai macam model yang bisa

digunakan dalam memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Analisis

model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score merupakan model analisis

kebangkrutan yang sering digunakan dan dikenal karena selain caranya

mudah, keakuratan dalam menentukan prediksi kebangkrutannya pun cukup

akurat. Ketiga model ini dikembangkan dan dibentuk melalui perbandingan

rasio-rasio keuangan dalam mengidentifikasikan hasil akhir dari prediksi

kebangkrutan. Namun, ketiga model tersebut memiliki kelebihan dan

kelemahan masing-masing dalam penentuan modelnya. Oleh karena itu,

dengan melakukan perbandingan ketiga model analisis kebangkrutan pada

perusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti kegagalan

panen, maka dapat diketahui perbedaan ketiga model tersebut dalam

memprediksi kebangkrutan perusahaan perkebunanan yang mungkin terjadi.

Page 3: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil prediksi kebangkrutan pada perusahaan perkebunan di BEI

menggunakan model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score.

2. Manakah model analisis kebangkrutan yang lebih baik dalam memprediksi

kebangkrutan.

3. Apakah terdapat perbedaan dari ketiga model analisis kebangkrutan pada

perusahaan perkebunan

Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis membatasi masalah yaitu:

1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model analisis kebangkrutan yang

dikemukakan Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score untuk mengetahui

kondisi keuangan perusahaan.

2. Model analisis kebangkrutan ada berbagai macam yakni Springate,

Zmijewski, Altman Z-Score, Ohlson, Zavgren, Deakin, dan Groever. Namun

karena keterbatasan peneliti, model analisis kebangkrutan yang dipilih hanya

tiga yakni Springate, Zmijewski, dan Altman Z-Score.

3. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan perkebunan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2009. Data-data laporan keuangan yang

dianalisis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan berupa

neraca dan laporan laba rugi yang telah diaudit mulai tahun 2009 sampai

2011 pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hasil prediksi kebangkrutan pada perusahaan perkebunan

di Bursa Efek Indonesia menggunakan model Springate, Zmijewski dan

Altman Z-Score.

2. Untuk mengetahui model analisis kebangkrutan yang lebih baik dalam

memprediksi kebangkrutan.

3. Untuk mengetahui perbedaan ketiga model pada perusahaan perkebunan

yaitu model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score.

Page 4: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menguji perbandingan model-model analisis

kebangkrutan adalah sebagai berikut:

Tiara A.Putri (2004) menguji penerapan analisis Zmijewski (X-Score),

Ohlson (Y-Score) dan Altman (Z-Score) pada perusahaan tekstil di BEJ. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja perusahaan sebagian besar dalam

keadaan tidak baik dan rawan. Di samping itu terlihat model Altman lebih

menerapkan prinsip kehati-hatian dengan hasil yang selalu menuju bangkrut.

Maria Ulfa (2007) meneliti tentang analisis perbedaan model Zavgren

(logit), Altman (Z-Score) dan Zmijewski (X-Score) pada perusahaan jasa

transportasi di BEJ. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang cukup signifikan antara metode Zavgren dengan Altman dan metode

Zavgren dengan Zmijewski. Berbeda dengan metode Altman yang dibedakan

dengan metode Zmijewski, dimana tidak terdapat perbedaan yang cukup

signifikan di antara keduanya.

Ainina (2008) melakukan studi perbandingan tentang kemampuan prediksi

kebangkrutan antara analisis Zmijewski (X-Score), Ohlson (Y-Score) dan

Altman (Z-Score) pada perusahaan tekstil di BEJ. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara ketiga model tersebut dan dari

ketiga model tersebut yang memiliki tingkat sensitivitas tertinggi yaitu analisis

model Altman.

Nur Aisyah (2011) melakukan penelitian mengenai analisis komparatif

terhadap metode pengukuran potensi kebangkrutan pada perusahaan industri

kayu di BEI. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan

penilaian potensi kebangkrutan antara model Altman Z-Score, Springate, dan

Zavgren karena adanya perbedaan variabel dan koefisien dalam perhitungan

ketiga model tersebut.

Berdasarkan penelitian terdahulu, maka penelitian ini mengembangkan

penelitian dari Ainina (2008) dengan menggunakan perusahaan perkebunan

Page 5: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

sebagai sampel dan berbeda dengan penelitan sebelumnya yang menggunakan

perusahaan tekstil serta model analisis kebangkrutan yang dipilih untuk

dibandingkan adalah Springate (S-Score), Zmijewski (X-Score), dan Altman (Z-

Score).

Kebangkrutan

Kebangkrutan merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi

untuk melunasi kewajibannya (Prihadi,2008:177). Kebangkrutan biasa juga

diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan

untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan sebagai kegagalan dapat didefinisikan

dalam beberapa arti, yaitu :

1. Kegagalan ekonomi (ecomonic failure), dimana perusahaan kehilangan

uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biayanya sendiri.

2. Kegagalan keuangan (financial failure), bisa diartikan sebagai insolvensi

yang membedakan antara dasar arus kas ada dua bentuk:

a. Insolvensi teknis (technical insolvency), yaitu perusahaan dapat

dianggap gagal jika tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh

tempo.

b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, yakni didefiniskan dalam

ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau

nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.

Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan

Menurut S.Munawir (2002:289) secara garis besar penyebab kebangkrutan

biasa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan maupun eksternal baik

yang bersifat khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan maupun yang

bersifat umum.

Menurut Darsono dan Ashari (2005:12) dalam Gabriella (2011), faktor

internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi: Manajemen

yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus-menerus yang pada

akhirnya menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya.

Page 6: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya

keterampilan, dan keahlian manajemen.

Moral hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh

manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini bisa

berbentuk manajemen yang korup ataupun memberikan informasi yang salah

pada pemegang saham atau investor.

Menurut Darsono dan Ashari (2005:103-104) dalam Gabriella (2011),

faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan yaitu perubahan

dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang

mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan.

Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan

baku yang digunakan untuk produksi. Terlalu banyak piutang yang diberikan

kepada debitur dalam jangka waktu pengembalian yang lama akan

mengakibatkan banyak aktiva yang menganggur yang tidak memberikan

penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan.

Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat fatal terhadap

kelangsungan hidup perusahaan.

Indikator Kebangkrutan

Ada beberapa indikator untuk melihat tanda-tanda kesulitan keuangan dapat

diamati dari pihak eksternal, misalnya:

1. Penurunan jumlah deviden yang dibagikan kepada pemegang saham selama

beberapa periode berturut-turut.

2. Penurunan laba secara terus-menerus dan perusahaan mengalami kerugian.

3. Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha.

4. Pemecatan pegawai secara besar-besaran.

5. Harga di pasar mulai menurun terus - menerus.

Sebaliknya, beberapa indikator yang dapat diketahui dan harus diperhatikan oleh

pihak internal perusahaan adalah:

1. Turunnya volume penjualan karena ketidakmampuan manejemen dalam

menerapkan kebijakan dan strategi.

Page 7: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

2. Turunnya kemampuan perusahaan dalam mencetak keuntungan.

3. Ketergantungan terhadap utang sangat besar.

Untuk mempelajari dan menilai tentang kecakapan manajemen dapat dilihat

dari laporan tahunan, berita keuangan, dan pertemuan para analisis serta

komentar dan kritisi dari publik (Manahan P.Tampubolon, 2005:51). Ancaman

kebangkrutan bukan hanya kebangkrutan itu sendiri tetapi juga berbagai masalah

yang ditimbulkannya, seperti karyawan penting keluar, pemasok menolak

memberikan kredit, pelanggan mencari perusahaan lain yang lebih stabil, dan

pemberi pinjaman meminta suku bunga yang lebih tinggi serta menetapkan

syarat-syarat yang lebih ketat pada kontrak pinjaman. (Eugene F. Brigham dan

Joel F.Houston, 2001:33)

Analisis Kebangkrutan Model Springate

Model ini dikembangkan pada tahun 1978 oleh Gorgon L.V. Springate.

Dengan menggunakan analisis multidiskriminan untuk memilih 4 dari 19 rasio

keuangan yang popular sehingga dapat membedakan perusahaan yang berada

dalam zona bangkrut atau zona aman. Model Springate merumuskan:

S = 1,03X1 + 3,07X2 + 0,66X3+ 0,4X4

Rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Springate yaitu:

X1 = working capital / total asset

X2 = net profit before interest and taxes / total asset

X3 = net profit before taxes / current liability

X4 = sales/ total asset

Springate (1978) mengemukakan nilai cut off yang berlaku untuk model ini

adalah 0,862. Nilai S yang lebih kecil dari 0,862 menunjukkan bahwa perusahaan

tersebut diprediksi akan mengalami kebangkrutan. Model ini memiliki akurasi

92,5% dalam tes yang dilakukan Springate.

Analisis Kebangkrutan Model Zmijewski

Perluasan studi dalam prediksi kebangkrutan dilakukan oleh Zmijewski

(1983) menambah validitas rasio keuangan sebagai alat deteksi kegagalan

Page 8: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

keuangan perusahaan. Zmijewski melakukan studi dengan menelaah ulang studi

bidang kebangkrutan hasil riset sebelumnya selama dua puluh tahun. Rasio

keuangan dipilih dari rasio – rasio keuangan penelitian terdahulu dan diambil

sampel sebanyak 75 perusahaan yang bangkrut, serta 3573 perusahaan sehat

selama tahun 1972 sampai dengan 1978, menunjukan adanya perbedaan yang

signifikan antara perusahaan yang sehat dan yang tidak sehat. Dengan kriteria

penilaian semakin besar nilai X maka semakin besar kemungkinan/probabilita

perusahaan tersebut bangkrut. Model yang berhasil dikembangkan yaitu

(Margaretta Fanny dan Sylvia Saputra, 2000:4):

X = -4,3 – 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3

Rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Zmijewski yaitu:

X1 = EAT / Total Asset

X2 = Total Debt / Total Assset

X3 = Current Asset / Current Liabilities

Nilai cut off yang berlaku dalam model ini adalah 0. Hal ini berarti

perusahaan yang nilai X lebih besar dari atau sama dengan 0 maka diprediksi

akan mengalami kebangkrutan di masa depan. Sebaliknya, perusahaan yang

memiliki nilai lebih kecil dari 0 maka diprediksi tidak akan mengalami

kebangkrutan. Zmijewski telah mengukur akurasi modelnya dengan nilai akurasi

94,9%.

Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-Score

Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan

untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak

bangkrut. Penelitian ini menggunakan sampel 66 perusahaan yang terbagi dua

masing-masing 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut.

Hasil studi Altman ternyata mampu memperoleh tingkat ketepatan prediksi

sebesar 95% untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan. Z-Score Altman

ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

Page 9: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

Masalah lain yang sering dihadapai oleh Altman dalam melakukan penelitian

di Indonesia adalah sedikitnya perusahaan Indonesia yang go public. Jika

perusahaan tidak go-public, maka nilai pasar menggunakan nilai buku saham

biasa dan preferen sebagai salah satu komponen variabel bebasnya, dan

kemudian mengembangkan model diskriminan kebangkrutan, dan memperoleh

model sebagai berikut ini.

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5

Z-Score Altman untuk perusahaan perkebunan yang telah go public ditentukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

Rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Altman Z-Score yaitu:

X1 = working capital / total asset

X2 = retained earnings / total asset

X3 = earnings before interest and taxes / total asset

X4 = market value equity / book value of total debt

X5 = sales / total asset

Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan

dengan model ini adalah, perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,99

diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang

mempunyai skor Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial

bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,81 - 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan

pada grey area.

Rasio–rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan

keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan

terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Dalam manajemen keuangan,

rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman ini dapat dikelompokkan

dalam tiga kelompok besar yaitu rasio likuiditas yang terdiri dari X1, rasio

profitabilitas yang terdiri dari X2 dan X3 serta rasio aktivitas yang terdiri dari X4

dan X5 (Riyanto, 2001: 330).

Page 10: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup penelitian Analisis Kebangkrutan mencakup

perbandingan model Springate, Zmijewski, dan Altman Z-Score yang dilakukan

pada Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Indonesia

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit/elemen di mana penyelidik

tertarik (Ulber Silalahi, 2009:253). Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan sektor pertanian yang sahamnya terdaftar di BEI periode 2009-2011.

Sampel menurut Ulber Silalahi (2009:253) adalah bagian tertentu yang dipilih

dari populasi. Sampel adalah bagian populasi yang karakteristiknya hendak

diduga. Pada penelitian ini metode penggunaan sampel ditentukan dengan

metode Purposive Sampling. Purposive Sampling (Indriantoro dan Supomo,

1998) adalah tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya

diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan

dengan tujuan atau masalah penelitian). Sampel dipilih adalah perusahaan

perkebunan yang terdaftar di BEI mulai tahun 2009 dan aktif di BEI selama

periode penelitian yaitu 1 Januari 2009 - 31 Desember 2011.

Berdasarkan kriteria diatas, sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah perusahaan perkebunan yang berjumlah 10 perusahaan yaitu :

1 PT Astra Agro Lestari Tbk. 6 PT London Sumatera Plantation Tbk.

2 PT BW Plantation Tbk. 7 PT Salim Ivomas Pratama Tbk.

3 PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. 8 PT Sampoerna Agro Tbk.

4 PT Gozko Plantation Tbk. 9 PT Sinar Mas Agro R&TTbk.

5 PT Jaya Agra Wattie Tbk. 10 PT Tunas Baru Lampung Tbk.

Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif,

yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk

menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Tujuan

Page 11: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

penelitian deskriptif adalah memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau

untuk menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian

dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industri, atau lainnya yang

kemudian penelitian ini membantu peneliti untuk memberikan gagasan untuk

penyelidikan dan penelitian lebih lanjut atau membuat keputusan tertentu yang

sederhana (Uma Sekaran, 2006:158-160).

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

data laporan keuangan tahunan perusahaan (neraca dan laporan laba rugi) yang

telah diaudit tahun 2009 sampai 2011.

Sumber data sekunder yakni laporan keuangan perusahaan perkebunan yang

digunakan dalam penelitian ini berasal dari website milik Bursa Efek Indonesia

yaitu www.idx.co.id.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu suatu

metode pengumpulan data dengan mempelajari, melakukan penganalisaan dan

pengolahan terhadap data yang berhubungan dengan analisis kebangkrutan

seperti literatur, jurnal-jurnal, media massa dan hasil penelitian yang diperoleh

baik dari perpustakaan maupun sumber lain.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan menentukan hasil prediksi

dari model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score. Selanjutnya hasil skor

kebangkrutan dari ketiga model tersebut mulai tahun 2009-2011 dikumpulkan

untuk diuji beda statistik menggunakan one way anova.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Hasil Prediksi Kebangkrutan Model Springate

Hasil perhitungan model Springate pada perusahaan perkebunan yang

terdaftar di BEI dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah. Berdasarkan tabel tersebut

Page 12: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

diketahui bahwa pada tahun 2009 terdapat 2 perusahaan yang diprediksi akan

mengalami kebangkrutan, ini ditentukan dari S-Score perusahaan yang bernilai

kecil dari 0,862. Perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tabel tersebut

memiliki S-Score berkisar antara 0,838 sampai dengan 0,857 dan perusahaan

yang memiliki nilai S-Score terendah adalah PT Bakrie Sumatera Plantation,

Tbk. Sedangkan perusahaan perkebunan yang diprediksi sehat ada 8 perusahaan

yang ditentukan dengan S-Score yang lebih besar dari 0,862. S-Score untuk

perusahaan yang diprediksi sehat berkisar antara 0,932 sampai dengan 3,314.

Perusahaan yang memiliki nilai S-Score tertinggi atau yang paling sehat adalah

PT Astra Agro Lestari.

Tahun 2010 kondisi perusahaan perkebunan yang diprediksi bangkrut

mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yakni terdapat 3 perusahaan, ini

ditentukan dari S-Score perusahaan yang bernilai kecil dari 0,862. Perusahaan

yang diprediksi bangkrut pada tabel 4.1 dibawah memiliki S-Score berkisar

antara 0,339 sampai dengan 0,858 dan perusahaan yang memiliki nilai S-Score

terendah masih dipegang oleh PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Sedangkan

perusahaan perkebunan yang diprediksi sehat ada 7 perusahaan yang ditentukan

dengan S-Score yang lebih besar dari 0,862. S-Score untuk perusahaan yang

diprediksi sehat berkisar antara 0,960 sampai dengan 3,408 dan PT Astra Agro

Lestari masih tetap memiliki nilai S-Score tertinggi atau yang paling sehat.

Tahun 2011 kondisi perusahaan perkebunan yang diprediksi bangkrut

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni hanya terdapat 2 perusahaan,

ini ditentukan dari S-Score perusahaan yang bernilai kecil dari 0,862. Perusahaan

yang diprediksi bangkrut pada tabel 4.1 memiliki S-Score berkisar antara 0,393

sampai dengan 0,859 dan PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk selama tiga tahun

berturut-turut diprediksi bangkrut dengan nilai S-Score terendah kurang dari

0,862. Sedangkan perusahaan perkebunan yang diprediksi sehat ada 8 perusahaan

yang ditentukan dengan S-Score yang lebih besar dari 0,862. S-Score untuk

perusahaan yang diprediksi sehat berkisar antara 1,039 sampai dengan 4,088 dan

Page 13: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

pada tahun 2011 PT London Sumatera Plantation, Tbk memiliki nilai S-Score

atau paling sehat mengungguli PT Astra Agro Lestari.

Tabel 4.1

Analisis Kebangkrutan Model Springate Perusahaan Perkebunan

Tahun 2009-2011

Nama Perusahaan

2009 2010 2011

S-

Score Kriteria

S-

Score Kriteria

S-

Score Kriteria

PT Astra Agro Lestari Tbk. 3,31 Sehat 3,41 Sehat 2,96 Sehat

PT BW Plantation Tbk. 1,16 Sehat 0,96 Sehat 1,04 Sehat

PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. 0,84 Bangkrut 0,33 Bangkrut 0,39 Bangkrut

PT Gozko Plantation Tbk. 1,44 Sehat 1,19 Sehat 0,58 Bangkrut

PT Jaya Agra Wattie Tbk. 0,86 Bangkrut 1,23 Sehat 1,51 Sehat

PT London Sumatera Plantation Tbk. 1,95 Sehat 2,66 Sehat 4,09 Sehat

PT Salim Ivomas Pratama Tbk. 1,04 Sehat 0,86 Bangkrut 1,11 Sehat

PT Sampoerna Agro Tbk. 2,27 Sehat 2,07 Sehat 2,13 Sehat

PT Sinar Mas Agro R&T Tbk. 1,31 Sehat 1,50 Sehat 2,00 Sehat

PT Tunas Baru Lampung Tbk. 0,93 Sehat 0,81 Bangkrut 1,18 Sehat

SEHAT 8 Perusahaan 7 Perusahaan 8 Perusahaan

GREY AREA - - -

BANGKRUT 2 Perusahaan 3 Perusahaan 2 Perusahaan

Sumber: Data diolah

Hasil Prediksi Kebangkrutan Model Zmijewski

Hasil perhitungan model Zmijewski pada perusahaan perkebunan yang

terdaftar di BEI dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah. Berdasarkan tabel tersebut

diketahui bahwa pada tahun 2009 tidak terdapat perusahaan yang diprediksi

bangkrut atau dengan kata lain bahwa kesepuluh perusahaan perkebunan

diprediksi sehat yang ditentukan dengan X-Score yang lebih kecil dari 0. X-Score

pada tabel 4.2 untuk seluruh perusahaan yang diprediksi sehat berkisar antara -

0,86 sampai dengan -4,43 dan perusahaan yang memiliki nilai X-Score tertinggi

adalah PT Astra Agro Lestari, Tbk.

Tahun 2010 kondisi perusahaan perkebunan sama dengan tahun sebelumnya

yaitu tidak terdapat perusahaan yang diprediksi bangkrut atau kesepuluh

perusahaan perkebunan diprediksi sehat dengan nilai X-Score berkisar antara -

Page 14: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

0,85 sampai dengan -4,54 dan PT Astra Agro Lestari, Tbk. masih tetap memiliki

nilai X-Score tertinggi.

Tahun 2011 kondisi perusahaan perkebunan juga sama dengan tahun

sebelumnya yaitu tidak terdapat perusahaan yang diprediksi bangkrut atau

dengan kata lain bahwa kesepuluh perusahaan perkebunan diprediksi sehat

dengan nilai X-Score berkisar antara antara -1,21 sampai dengan -4,65 dan pada

tahun 2011 PT London Sumatera Plantation, Tbk memiliki nilai X-Score

tertinggi atau paling sehat mengungguli PT Astra Agro Lestari.

Tabel 4.2

Analisis Kebangkrutan Model Zmijewski Perusahaan Perkebunan

Tahun 2009-2011

Nama Perusahaan

2009 2010 2011

X-

Score Kriteria

X-

Score Kriteria

X-

Score Kriteria

PT Astra Agro Lestari Tbk. -4,43 Sehat -4,52 Sehat -4,41 Sehat

PT BW Plantation Tbk. -2,25 Sehat -1,44 Sehat -1,27 Sehat

PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. -1,83 Sehat -1,43 Sehat -1,54 Sehat

PT Gozko Plantation Tbk. -2,23 Sehat -2,30 Sehat -1,90 Sehat

PT Jaya Agra Wattie Tbk. -0,88 Sehat -1,15 Sehat -2,37 Sehat

PT London Sumatera Plantation Tbk. -3,75 Sehat -4,11 Sehat -4,65 Sehat

PT Salim Ivomas Pratama Tbk. -1,64 Sehat -1,54 Sehat -2,39 Sehat

PT Sampoerna Agro Tbk. -3,68 Sehat -3,60 Sehat -3,51 Sehat

PT Sinar Mas Agro R&T Tbk. -1,70 Sehat -1,79 Sehat -1,99 Sehat

PT Tunas Baru Lampung Tbk. -0,86 Sehat -0,85 Sehat -1,21 Sehat

SEHAT 10 Perusahaan 10 Perusahaan 10 Perusahaan

GREY AREA - - -

BANGKRUT - - -

Sumber: Data diolah

Hasil Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z-Score

Hasil perhitungan Altman Z-Score pada perusahaan perkebunan yang

terdaftar di BEI dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah. Berdasarkan tabel tersebut,

diketahui bahwa pada tahun 2009 terdapat 5 perusahaan yang diprediksi akan

mengalami kebangkrutan, ini ditentukan dari Z-Score perusahaan yang bernilai

kecil dari 1,8. Perusahaan yang diprediksi bangkrut tersebut memiliki Z-Score

Page 15: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

berkisar antara 1,07 sampai dengan 1,53 dan perusahaan yang memiliki Z-Score

terendah adalah PT Bakrie Sumatera Plantation,Tbk. Sedangkan perusahaan

perkebunan yang diprediksi berada pada posisi grey area ada 4 perusahaan. Hal

ini ditentukan dari Z-Score yang bernilai diantara 1,81 sampai 2,99. Z-Score pada

kondisi grey area berkisar antara 1,95 sampai 2,43. Sedangkan untuk perusahaan

perkebunan yang diprediksi sehat hanya ada 1 yang ditentukan dengan Z-Score

yang lebih besar dari 2,99 yaitu PT Astra Agro Lestari, Tbk. sebesar 3,64.

Tahun 2010 kondisi perusahaan perkebunan yang prediksi bangkrut

mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yakni terdapat 6 perusahaan, ini

ditentukan dari Z-Score perusahaan yang bernilai kecil dari 1,8. Perusahaan yang

diprediksi bangkrut tersebut memiliki Z-Score berkisar antara 0,41 sampai

dengan 1,80 dan perusahaan yang memiliki Z-Score terendah masih dipegang

oleh PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Sedangkan perusahaan perkebunan

yang diprediksi berada pada posisi grey area mengalami penurunan yaitu ada 3

perusahaan. Hal ini ditentukan dari Z-Score yang bernilai diantara 1,81 sampai

2,99. Z-Score untuk perusahaan pada kondisi grey area berkisar antara 2,56

sampai 2,78. Sedangkan untuk perusahaan perkebunan yang diprediksi sehat

yaitu PT Astra Agro Lestari, Tbk dengan nilai Z-Score sebesar 3,63.

Tahun 2011 kondisi perusahaan perkebunan yang diprediksi bangkrut

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni hanya ada 4 perusahaan, ini

ditentukan dari Z-Score perusahaan yang bernilai kecil dari 1,8. Perusahaan yang

diprediksi bangkrut pada tabel 4.3 dibawah memiliki Z-Score berkisar antara

0,57 sampai dengan 1,09 dan PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk selama tiga

tahun berturut-turut diprediksi bangkrut dengan nilai Z-Score terendah kurang

dari 1,8. Sedangkan perusahaan perkebunan yang diprediksi berada pada posisi

grey area tetap ada 3 perusahaan. Dengan Z-Score yang berkisar antara 2,08

sampai 2,57. Sedangkan untuk perusahaan perkebunan yang diprediksi sehat

mengalami kenaikan yaitu ada 3 perusahaan dengan Z-Score yang lebih besar

dari 2,99. Z-Score untuk perusahaan yang diprediksi sehat berkisar diantara 3,30

sampai 3,52 dan pada tahun 2011 PT Sinar Mas Agro R&T, Tbk memiliki nilai

Z-Score tertinggi atau paling sehat mengungguli PT Astra Agro Lestari.

Page 16: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

Tabel 4.3

Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-Score Perusahaan Perkebunan

Tahun 2009-2011

Nama Perusahaan

2009 2010 2011

Z-

Score Kriteria

Z-

Score Kriteria

Z-

Score Kriteria

PT Astra Agro Lestari Tbk. 3,64 Sehat 3,63 Sehat 3,40 Sehat

PT BW Plantation Tbk. 1,53 Bangkrut 1,24 Bangkrut 1,09 Bangkrut

PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. 1,07 Bangkrut 0,41 Bangkrut 0,57 Bangkrut

PT Gozko Plantation Tbk. 1,08 Bangkrut 1,10 Bangkrut 0,84 Bangkrut

PT Jaya Agra Wattie Tbk. 1,09 Bangkrut 1,42 Bangkrut 2,08 Grey Area

PT London Sumatera Plantation Tbk. 2,43 Grey Area 2,78 Grey Area 3,30 Sehat

PT Salim Ivomas Pratama Tbk. 1,50 Bangkrut 1,32 Bangkrut 1,62 Bangkrut

PT Sampoerna Agro Tbk. 2,59 Grey Area 2,56 Grey Area 2,57 Grey Area

PT Sinar Mas Agro R&T Tbk. 2,35 Grey Area 2,71 Grey Area 3,52 Sehat

PT Tunas Baru Lampung Tbk. 1,95 Grey Area 1,80 Bangkrut 2,17 Grey Area

SEHAT 1 Perusahaan 1 Perusahaan 3 Perusahaan

GREY AREA 4 Perusahaan 3 Perusahaan 3 Perusahaan

BANGKRUT 5 Perusahaan 6 Perusahaan 4 Perusahaan

Sumber: Data diolah

Model analisis kebangkrutan yang lebih baik dalam memprediksi

kebangkrutan

Untuk mengetahui hasil prediksi kebangkrutan paling baik dari hasil perhitungan

model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score pada perusahaan perkebunan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Hasil Prediksi Kebangkrutan Periode 2009-2011

Tahun

Model Springate Model Zmijewski Model Altman Z-Score

Sehat Grey

Area Bangkrut Sehat

Grey

Area Bangkrut Sehat

Grey

Area Bangkrut

2009 8 0 2 10 0 0 1 4 5

2010 7 0 3 10 0 0 1 3 6

2011 8 0 2 10 0 0 3 3 4

Jumlah 23 0 7 30 0 0 5 10 15

Sumber: Data diolah

Page 17: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa model yang memprediksi kebangkrutan

paling baik adalah model Altman Z-Score, karena prediksi kebangkrutannya

paling tinggi yakni sebanyak 15 perusahaan mulai dari tahun 2009-2011,

kemudian disusul model Springate sebanyak 7 perusahaan, sedangkan untuk

model Zmijewski tidak menemukan perusahaan yang diprediksi bangkrut atau

semua perusahaan diprediksi dalam keadaan sehat. Tingginya jumlah perusahaan

yang diprediksi bangkrut berdasarkan model Altman Z-Score dikarenakan

Altman lebih menerapkan prinsip kehati-hatian daripada kedua model prediksi

yang lain sehingga hasil analisis yang diperoleh pada Altman Z-Score cenderung

selalu menuju kebangkrutan perusahaan.

Dengan demikian, berdasarkan pembahasan di atas maka temuan penelitian

ini searah dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Tiara A.Putri (2004)

dan Ainina (2008) bahwa model Altman Z-Score memiliki prinsip kehati-hatian

dan sensitivitas tertinggi dalam memprediksi kebangkrutan.

Perbedaan dari model analisis kebangkrutan pada perusahaan perkebunan

yaitu model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score.

Uji test of homogeneity of variances untuk menguji apakah data sampel diperoleh

dari populasi yang bervarian sama atau homogen. Untuk melakukan pengujian

homogenitas populasi penelitian diperlukan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Data populasi bervarian homogen

Ha : Data populasi tidak bervarian homogen

Dengan kriteria apabila nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan alpha

yang telah ditetapkan (5%) maka H0 ditolak

Tabel 4.5

Hasil Test of Homogeneity of Variances

HASIL SKOR

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.998 2 87 .142

Sumber: Data diolah dengan menggunakan SPSS 16.0

Page 18: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,142>0,05, maka

H0 diterima sehingga varian kelompok data adalah sama atau homogen.

Selanjutnya, dilakukan uji hipotesis one way anova untuk menjawab hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H0 : tidak ada perbedaan hasil rata-rata skor antara model Springate,

Zmijewski dan Altman Z-Score.

Ha : ada perbedaan hasil rata-rata skor antara model Springate,

Zmijewski dan Altman Z-Score.

Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan uji F dan signifikansi. Jika

memiliki Fhitung yang lebih besar dari Ftabel atau signifikansi kurang dari 0,05

maka Ha diterima atau ada perbedaan. Sedangkan jika memiliki nilai Fhitung lebih

kecil dari Ftabel atau nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima atau

tidak ada perbedaan.

Tabel 4.6

Hasil Pengujian One Way Anova

ANOVA

HASIL SKOR

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 346.726 2 173.363 158.646 .000

Within Groups 95.071 87 1.093

Total 441.796 89

Sumber: Data diolah dengan menggunakan SPSS 16.0

Berdasarkan tabel diatas diperoleh Fhitung sebesar 158,646 dengan nilai df2 =

87 dan df1 = 2 diperoleh Ftabel = 3,09 dan sig = 0,000, maka dengan angka

signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05) dan F hitung > F tabel

(158,646 > 3,09), maka Ha diterima. Dengan demikian berarti terdapat perbedaan

hasil rata-rata skor antara model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score.

Adanya perbedaan hasil rata-rata skor antara model Springate, Zmijewski dan

Page 19: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

Altman Z-Score disebabkan karena adanya perbedaan variabel dan koefisien

dalam rumus perhitungannya.

Dengan demikian, berdasarkan hasil signifikansi dan uji F yang terdapat pada

tabel 4.6 dan hasil pembahasan melalui penerimaan hipotesis yang diajukan

penulis, maka temuan penelitian ini searah dengan temuan penelitian yang

dilakukan oleh Tiara A.Putri (2004), Maria Ulfa (2007) , Ainina (2008) dan Nur

Aisyah (2011) bahwa terdapat perbedaan dari perbandingan model-model

analisis kebangkrutan. Hasil kesimpulan ini tidaklah mengejutkan bahwa ada

perbedaan hasil rata-rata dari model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score,

hal ini dikarenakan adanya perbedaan nilai koefisien dan variabel masing-masing

model yang digunakan sebagai penentu besaran nilai skor dalam prediksi

kebangkrutan.

KESIMPULAN

1. Model-model analisis kebangkrutan yang digunakan memberikan tingkat

prediksi yang berbeda-beda pada tahun 2009-2011. Model Altman Z-Score

memberikan tingkat prediksi tertinggi sebanyak 15 perusahaan. Model

Springate memberikan tingkat prediksi sebanyak 7 perusahaan. Sedangkan

model Zmijewski memberikan tingkat prediksi paling rendah yaitu 0 atau

tidak terdapat perusahaan yang diprediksi bangkrut selama tahun 2009-2011.

2. Model-model analisis kebangkrutan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score. Dari ketiga model

tersebut, model Altman Z-Score merupakan model yang lebih baik dengan

memberikan tingkat prediksi yang paling tinggi dibandingkan dengan model

Springate dan Zmijewski.

3. Hasil dari analisis hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan dengan

menggunakan model Springate,model Zmijewski, model Altman Z-Score

pada perusahaan perkebunan tahun 2009-2011. Perbedaan ini disebabkan

adanya perbedaan variabel dan koefisien dalam perhitungan rumus ketiga

model tersebut.

Page 20: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

SARAN

Dari hasil penelitian di atas, ada beberapa hal yang dapat dijadikan saran bagi

penelitian selanjutnya yaitu:

1. Memperluas sampel perusahaan untuk mencapai hasil yang lebih akurat

karena dalam penelitian ini hanya fokus pada satu jenis sampel perusahaan

saja yaitu perusahaan perkebunan. Pada penelitian selanjutnya dapat

ditambahkan juga jenis perusahaan yang lain sehingga dapat lebih bervariasi.

Namun harus diperhatikan mengenai perbedaan karakter tiap jenis

perusahaan tersebut.

2. Menggunakan model-model analisis kebangkrutan lainnya untuk dapat

dijadikan sebagai pembanding dalam memprediksi kebangkrutan. Selain itu,

disarankan pula untuk menggunakan alternatif metode yang lain untuk uji

beda secara statistik.

DAFTAR PUSTAKA

Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.

Edisi 1. Penerbit Indeks: Jakarta.

F.Brigham, Eugene dan Joel F.Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi

kedelapan. Buku II Erlangga: Jakarta.

Hanafi, Mamduh. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Revisi. Cetakan

Pertama. UPP AMP YKPN: Yogyakarta.

Indriantoro, N dan Supomo, B. 1998. Metodologi Penelitian Bisnis (Untuk

Akuntansi dan Bisnis). BPFE: Yogyakarta.

Margaretta, Fanny dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian

Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan,

dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten BEJ).

P.Tampubolon, Manahan. 2005. Manajemen Keuangan (Finance Management).

Ghalia Indonesia: Bogor.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE:

Yogyakarta.

Page 21: PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN ... · PDF fileperusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti ... ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Bussiness., alih bahasa: Kwan Men

Yon. Jilid 1 Edisi 4. Salemba Empat: Jakarta.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. PT. Refika Aditama: Jakarta.

Suharman, H. 2007. Analisis Risiko Keuangan untuk Memprediksi Tingkat

Kegagalan Usaha Bank. Jurnal Imiah ASET, Vol. 9, No. 1 Februari

S.Munawir. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Liberty Yogyakarta: Yogyakarta

Toto Prihadi. 2007. Memahami Laporan Keuangan”. Seri Panduan Praktis

No.42. Penerbit PPM: Jakarta

SKRIPSI/JURNAL/ARTIKEL YANG TERPUBLIKASI & WEBSITE

Octavianty Aisyah Nur. 2011. Analsis Komparatif Terhadap Metode Pengukuran

Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan Industri Kayu di BEI. Terpublikasi

melalui link: www.pdfio.com. Diakses tanggal: 6 Oktober 2012

Putri, A.Putri, 2004. Penerapan Model Analisis Zmijewski (X-Score), Ohlson (Y-

Score), dan Altman (Z-Score) Sebagai Alat Memprediksi Kebangkrutan

Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di BEJ Periode 2004-2006. Terpublikasi

melalui link: www.pdfio.com. Diakses tanggal: 6 Oktober 2012

Rosmalina I. Ainina. 2008. Studi Perbandingan Tentang Kemampuan Prediksi

Kebangkrutan Antara Analisis Zmijewski, Analisis Ohlson dan Analisis

Altman Pada Perusahaan Teksil Yang Listing di BEJ Periode 2004-2006.

Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.. Terpublikasi

melalui link http://library.um.ac.id. Diakses tanggal: 9 Oktober 2012

Ulfa Maria. 2007. Analisis Perbedaan Prediksi Kebangkrutan Model

Zavgren(logit), Altman (Z-Score) dan Zmijewski (X-Score) Pada

Perusahaan Jasa Transportasi yang Listing di BEJ periode 2001-2005.

Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Terpublikasi melalui

link http://library.um.ac.id. Diakses tanggal: 6 Oktober 2012

Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) tanggal 27

Desember 2002 tentang “Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan

Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan”.

(www.bapepam.go.id)

www.idx.co.id