perbaikankofigurasi

6
 PERBAIKAN KONFIGURASI MESIN PADA PENGGILINGAN PADI KECIL UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN GILING PADI Uning Budiharti, Harsono dan Reni Juliana ABSTRAK Seba gai mat a rant ai usah a peng olah an gab ah menj adi ber as dan perang kat supl ai bera s dala m siste m  perekono mian masyarakat Indonesia, usaha penggilingan padi dituntut untuk memberikan kontribusi baik dari segi kuan titas mau pun kua litas , dalam penye dia an beras nasi onal . Oleh kar ena itu usaha pen ggil inga n padi perlu dikemban gkan dan ditingkatka n kinerjanya dalam upaya menjaga ketahanan pangan nasional. Kinerja penggilin gan padi kecil (PPK) yang merupakan mayoritas dapat ditingkatkan kinerjanya melalui perbaikan konfigurasi mesinnya. Untuk itu dilakukan penelitian pada penggilingan padi kecil dengan penerapan konfigurasi mesin yang berbeda, yaitu konfigurasi Husker-Polis her (HP), Husker-Separator-Polish er (HSP) dan Cleaner-Husker- Separator-Poli sher (CHSP). Rendemen dan kual itas bera s gilin g yang diha silka n oleh konfigu rasi C-H- S-P lebi h ting gi diba ndin gkan konfigu rasi H-P den gan  perbeda an kompone n konfigura si  paddy cleaner (pembersih gabah) dan  separator (pemisah beras pecah kulit dengan gabah tidak terkupas ). Peningk atan ini dapat dicapai antara lain karena bahan baku gabah yang digiling lebih bersih dengan digunakannya grain cleaner. Pada konfigurasi yang menggunakan  separator , tekanan roll karet pada husker pada  proses pengupasa n bisa dikurang i untuk menguran gi resiko beras patah sehingga walaupun jumlah gabah tidak terkupas menjadi lebih tinggi (bisa mencapai 30-40%) tetapi kemudian gabah tersebut dipisahkan oleh separator dan masuk kembali ke husk er untu k pros es pen gupa san ulang. Den gan penamb ahan sepa rato r pada konfig uras i HP terd apat  peningka tan rendemen sebesa r 0,9% dan penambah an alsin pembersih gabah (paddy clean er) dan separator pada konfiguras i HP terdapat peningkatan rende men sebesar 1,9%. Peningka tan ini tentu lebih besar lagi, jika dibanding kan dengan rata-rata rendemen yang dihasilkan pada penggilingan padi kecil lainnya, yaitu hanya 61%. Apab ila kon figu rasi sederh ana yang umu mnya dimilik i oleh PPK yang jumlah nya mencap ai leb ih dari 6 % dari keseluruhan industri penggilingan padi di Indonesia, disempurnakan dari  Husker-Polisher menjadi Cleaner-Husker-  Polisher atau Cleaner-Husker-Separator-Polisher , maka denga n pen ingk atan rendemen bera s 0,9% - 1,9% secara kuantitatif dapa t diamankan sekitar 450.00 0 – 950.000 ton beras. Analisis ini didasarkan pad a studi ODA tahun 1995  bahwa 65% jumlah PPK tersebut menggiling 70% total kapasitas giling nasional. Kata kunci : perbaikan konfigurasi mesin, Penggilingan padi, Peningkatan rendemen giling PENDAHULUAN Indikator keberh asi lan sektor per tanian pad i masih dipand ang seb aga i keb erh asilan jumlah  produ ksi, sehingga prioritas kebi jakan pemerinta h sampa i saat ini masih berpatok an pada angka-angk a  pe nca pai an tar get -ta rge t produksi. Sehingga kes uks esa n di sek tor per tanian din ila i dengan tin gka t  produktivitas. Tentunya perhatian terhadap sektor hulu ini me rupakan hal yang penting, akan tetapi s ejatinya ter dap at pel uan g pen eka nan keh ila nga n has il pada proses pas ca pan en yan g dap at dil akukan mel alu i  pener apan teknolo gi . BPS menyebut ka n ke hi langan ha si l panen da n pa sca pa ne n akibat da ri ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 20,51 persen, dimana kehilangan saat pemanenan 9,52 persen, perontokan 4,78 persen, pengeringan 2,13 persen dan penggilingan 2,19 persen. Angka ini jika dikonversikan terhadap produksi padi nasional yang mencapai 54,34 juta ton setara lebih dari Rp15 triliun. Penekanan kehilangan hasil ini tentunya akan berdampak langsung pada peningkatan produksi akhir. Penggilingan padi sebagai mata rantai akhir dari proses produksi beras, mempunyai posisi yang stratesis untuk ditingkatkan kinerja dan efisiensinya sehingga dapat menyumbang pada peningkatan produksi  beras. Hal ini mengingat rende men giling dari tahun ke tahun mengalami penurunan seca ra kuantitatif dari 70% pada akhir tahun 70 an menjadi 65% pada tahun 1985, 63,2 pada tahun 1999, dan pada tahun 2000  paling tinggi hanya 62%, bahkan kenyataan di lapang di bawah 60%. Sawit, 1999. Apabila setiap penurunan rendemen 1% kehilangan kuantitatif beras lebih dari 500.000 ton, maka angka ini bernilai kerugian devisa setara lebih dari 117,5 juta USD per tahun (asumsi produksi nasional 50 juta ton dan harga beras 235 USD/ton) (Kompas, 6 Agustus 2001). Ken yat aan di lap ang, ter dap at per bed aan ren demen yan g dihasi lka n pad a PPB, PPM dan PPK. Umumnya rendemen pada PPB dan PPM lebih tinggi dari PPK. Penelitian yang dilakukan B BPMP tahun 2003 menunju kkan adanya korel asi antara konfigur asi mesin dengan rendemen. Konfig urasi mesin pada PPB dan PPM lebih lengkap dari pada PPK. Hal penti ng yang mer upa kan hasi l kaj ian pada kegia tan  pene litian tsb adala h terda pat potens i pening kata n penda patan pada pengg iling an padi, dengan adanya  perb aikan konfig urasi . Man faa t lai n den gan pen amb aha n komponen als in ter seb ut ial ah dic apa inya  peningkatan kualitas gabah yang akan digiling menjadi lebih memenuhi standar giling yang pada akhirnya

Transcript of perbaikankofigurasi

Page 1: perbaikankofigurasi

5/12/2018 perbaikankofigurasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perbaikankofigurasi 1/6

PERBAIKAN KONFIGURASI MESIN PADA PENGGILINGAN PADI KECIL

UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN GILING PADI

Uning Budiharti, Harsono dan Reni Juliana

ABSTRAK 

Sebagai mata rantai usaha pengolahan gabah menjadi beras dan perangkat suplai beras dalam sistem  perekonomian masyarakat Indonesia, usaha penggilingan padi dituntut untuk memberikan kontribusi baik dari segikuantitas maupun kualitas, dalam penyediaan beras nasional. Oleh karena itu usaha penggilingan padi perlu

dikembangkan dan ditingkatkan kinerjanya dalam upaya menjaga ketahanan pangan nasional. Kinerja penggilingan padikecil (PPK) yang merupakan mayoritas dapat ditingkatkan kinerjanya melalui perbaikan konfigurasi mesinnya. Untuk itu

dilakukan penelitian pada penggilingan padi kecil dengan penerapan konfigurasi mesin yang berbeda, yaitu konfigurasiHusker-Polisher (HP), Husker-Separator-Polisher (HSP) dan Cleaner-Husker-Separator-Polisher (CHSP). Rendemen dan

kualitas beras giling yang dihasilkan oleh konfigurasi C-H-S-P lebih tinggi dibandingkan konfigurasi H-P dengan perbedaan komponen konfigurasi  paddy  cleaner  (pembersih gabah) dan  separator  (pemisah beras pecah kulit dengan

gabah tidak terkupas). Peningkatan ini dapat dicapai antara lain karena bahan baku gabah yang digiling lebih bersihdengan digunakannya grain cleaner. Pada konfigurasi yang menggunakan separator , tekanan roll karet pada husker pada

 proses pengupasan bisa dikurangi untuk mengurangi resiko beras patah sehingga walaupun jumlah gabah tidak terkupas

menjadi lebih tinggi (bisa mencapai 30-40%) tetapi kemudian gabah tersebut dipisahkan oleh separator dan masuk kembali ke husker untuk proses pengupasan ulang. Dengan penambahan separator pada konfigurasi HP terdapat  peningkatan rendemen sebesar 0,9% dan penambahan alsin pembersih gabah (paddy cleaner) dan separator pada

konfigurasi HP terdapat peningkatan rendemen sebesar 1,9%. Peningkatan ini tentu lebih besar lagi, jika dibandingkandengan rata-rata rendemen yang dihasilkan pada penggilingan padi kecil lainnya, yaitu hanya 61%.

Apabila konfigurasi sederhana yang umumnya dimiliki oleh PPK yang jumlahnya mencapai lebih dari 6 % darikeseluruhan industri penggilingan padi di Indonesia, disempurnakan dari  Husker-Polisher  menjadi Cleaner-Husker-

 Polisher  atau Cleaner-Husker-Separator-Polisher , maka dengan peningkatan rendemen beras 0,9% - 1,9% secarakuantitatif dapat diamankan sekitar 450.000 – 950.000 ton beras. Analisis ini didasarkan pada studi ODA tahun 1995

 bahwa 65% jumlah PPK tersebut menggiling 70% total kapasitas giling nasional.

Kata kunci : perbaikan konfigurasi mesin, Penggilingan padi, Peningkatan rendemen giling 

PENDAHULUAN

Indikator keberhasilan sektor pertanian padi masih dipandang sebagai keberhasilan jumlah

  produksi, sehingga prioritas kebijakan pemerintah sampai saat ini masih berpatokan pada angka-angka

  pencapaian target-target produksi. Sehingga kesuksesan di sektor pertanian dinilai dengan tingkat

 produktivitas. Tentunya perhatian terhadap sektor hulu ini merupakan hal yang penting, akan tetapi sejatinya

terdapat peluang penekanan kehilangan hasil pada proses pasca panen yang dapat dilakukan melalui

  penerapan teknologi. BPS menyebutkan kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari

ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 20,51 persen, dimana kehilangan saat pemanenan

9,52 persen, perontokan 4,78 persen, pengeringan 2,13 persen dan penggilingan 2,19 persen. Angka ini jika

dikonversikan terhadap produksi padi nasional yang mencapai 54,34 juta ton setara lebih dari Rp15 triliun.

Penekanan kehilangan hasil ini tentunya akan berdampak langsung pada peningkatan produksi akhir.

Penggilingan padi sebagai mata rantai akhir dari proses produksi beras, mempunyai posisi yang

stratesis untuk ditingkatkan kinerja dan efisiensinya sehingga dapat menyumbang pada peningkatan produksi beras. Hal ini mengingat rendemen giling dari tahun ke tahun mengalami penurunan secara kuantitatif dari

70% pada akhir tahun 70 an menjadi 65% pada tahun 1985, 63,2 pada tahun 1999, dan pada tahun 2000

 paling tinggi hanya 62%, bahkan kenyataan di lapang di bawah 60%. Sawit, 1999. Apabila setiap penurunan

rendemen 1% kehilangan kuantitatif beras lebih dari 500.000 ton, maka angka ini bernilai kerugian devisa

setara lebih dari 117,5 juta USD per tahun (asumsi produksi nasional 50 juta ton dan harga beras 235

USD/ton) (Kompas, 6 Agustus 2001).

Kenyataan di lapang, terdapat perbedaan rendemen yang dihasilkan pada PPB, PPM dan PPK.

Umumnya rendemen pada PPB dan PPM lebih tinggi dari PPK. Penelitian yang dilakukan BBPMP tahun

2003 menunjukkan adanya korelasi antara konfigurasi mesin dengan rendemen. Konfigurasi mesin pada

PPB dan PPM lebih lengkap dari pada PPK. Hal penting yang merupakan hasil kajian pada kegiatan

  penelitian tsb adalah terdapat potensi peningkatan pendapatan pada penggilingan padi, dengan adanya

 perbaikan konfigurasi.  Manfaat lain dengan penambahan komponen alsin tersebut ialah dicapainya peningkatan kualitas gabah yang akan digiling menjadi lebih memenuhi standar giling yang pada akhirnya

Page 2: perbaikankofigurasi

5/12/2018 perbaikankofigurasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perbaikankofigurasi 2/6

kualitas beras gilingnyapun juga akan meningkat. Hal ini mendorong penelitian dilanjutkan dengan fokus

 pada PPK untuk ditingkatkan kinerjanya melului perbaiakn konfigurasi mesinnya.

RENDEMEN GILING BERAS, POTENSI DAN KONDISI AKTUAL DI LAPANG

Menurut Thahir (2002), potensi aktual secara laboratoris pada kondisi ideal dari beberapa varietas

unggul menunjukkan dalam 1 butir gabah mengandung sekitar 21 – 25% sekam dan 6 – 7% lapisan aleuron.

Bahkan untuk varietas lokal jumlah sekam dan aleuronnya sebesar 29 – 33%. Dengan demikian rendemen

 beras pecah kulit (BPK) berkisar antara 75 – 79%, sedangkan beras putih (BP) 68 – 73% dari varitas unggul

dan dari varietas lokal sebesar 67 – 71%. Hasil uji Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

(BBPMP) Serpong pada lebih dari 25 unit mesin rice milling unit  (RMU) komersial menunjukkan data

rendemen beras giling berkisar antara 64,12% – 67,92%. Penelitian yang dilakukan Munarso, dkk (1998)

  juga menunjukkan adanya kesenjangan antara kondisi di lapang dengan pengujian laboratorium sebagai

mana disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Rendemen Beras Giling Menurut Alat Penggiling (Persen)

Alat PenggilingVarietas

Rata -rataIR - 64 Muncul

1. Hutler 2. Rice Milling Unit (RMU)3. Penggilingan Padi Kecil (PPK)

4. Penggilingan Padi Besar (PPB)

60,1460,1257,56

62,96

64,2565,5060,69

62,93

62,1963,8359,12

62,93

Rata - rata 60,69 63,33 62,01

Penggilingan Laboratorium 64,87 66,66 65,76

Sumber : Munarso, et.al . (1998)

Variasi pada nilai rendemen ini juga ditemukan pada hasil penelitian yang dilakukan BBP

Mekanisasi Pertanian tahun 2003 terhadap 87 industri penggilingan padi di JawaBarat, Jawa tengah, Jawa

Timur, Sumatra Barat Sumatra Utara, dan Sulawesi Selatan. Responden yang terdiri dari penggilingan padi

kecil (PPK) sebanyak 46 responden (52,9%), penggilingan padi skala menengah (PPM) 17 responden

(19,5%) dan penggilingan padi skala besar sebanyak 24 responden (27,6%) seperti yang disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Pengelompokan Rata-rata Kualitas Beras dan Rendemen Giling Berdasarkan Skala Usaha

Skala

Penggilingan

Padi

Jumlah

Sample

Kualitas Gabah (%) Kualitas Beras (%) Rendemen

KA (%) Bernas Hampa Kepala Patah Menir % CV

PP Kecil 46 13.70 93.10 6.70 74.25 14.99 14.57 55.71 7.96

PP Menengah 17 14.01 92.16 7.75 75.73 12.52 11.73 59.69 10.89

PP Besar 24 13.56 94.14 4.72 82.45 11.97 7.34 61.48 6.65

Sumber : Thahjohutomo, et.al (2003)

Data di atas jika didasarkan pada susunan konfigurasi mesinnya menunjukkan perbedaan rendemen

 beras yang dihasilkan pada konfigurasi mesin yang berbeda, disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Pengelompokan Rata-rata Kualitas Beras dan Rendemen Giling Berdasarkan Konfigurasi Penggilingan Padi.

KonfigurasiJumlah

Sample

Kualitas Beras (%) Rendemen

KA (%) Kepala Patah Menir % CV

Husker–Polisher 38 14.10 69.73 16.11 14.14 56.72 8.02

Cleaner–Husker-Polisher 3 13.20 73.45 14.00 12.35 59.13 14.05

Husker–Separator– Polisher 20 13.68 76.45 13.38 10.04 61.52 5.69

Husker–Polisher–Grader 3 13.60 78.30 11.45 10.08 62.38 12.35

Cleaner–Husker–Separator-Polisher 4 13.85 84.52 10.40 5.03 64..34 3.77

Cleaner–Husker-Separator–Polisher– Grader 

8 13.66 85.07 10.11 4.74 64.67 9.16

Dryer–Cleaner– Husker – Separator – 

Polisher- Grader 2 13.85 89.95 5.13 4.90 65.50 3.01

Sumber : Thahjohutomo, et.al (2003)

Page 3: perbaikankofigurasi

5/12/2018 perbaikankofigurasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perbaikankofigurasi 3/6

Dari data pada tabel 2 dan 3, menunjukkan bahwa susunan komponen mesin penggilingan padi

(konfigurasi) berpengaruh terhadap rendemen dan kualitas beras giling. Rendemen beras giling yang

dihasilkan oleh penggilingan padi kecil (PPK) yang berkonfigurasi sederhana yaitu Husker-Polisher (H-P)

rata rata sebesar hanya 55.71% dengan kualitas beras kepala 74.25% dan broken 14.99%. Sedangkan

 penggilingan padi skala menengah (PPM) dengan konfigurasi Cleaner-Husker-Separator-Polisher (C-H-S-P)

menghasilkan rendemen, kualitas beras kepala, dan broken masing masing sebesar 59.69%, 75.73% dan

12.52%. Adapun penggilingan padi besar (PPB) yang memiliki konfigurasi Dryer – Cleaner – Husker – Separator – Polisher – Grader (D-C-H-S-P-G) menghasilkan rendemen 61.48% dengan kualitas beras kepala

82.45% dan broken 11.97%. Rendemen beras giling yang dicapai oleh industri penggilingan padi masih

dibawah rendemen teoritis maupun hasil uji laboratorium; terutama rendemen yang dicapai oleh

 penggilingan padi berkonfigurasi sederhana.

Fenomena yang cukup menarik yang ditemui pada beberapa tahun terakhir ini yang dapat ditemukan

antara lain di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, dan NTT adalah berkembangnya usaha

 penggilingan padi bergerak atau RMU keliling. Dengan cara ini alsin berpindah tempat dari satu desa ke

desa lain mendatangi konsumen yang memerlukan, hal ini akan memudahkan petani karena petani tidak perlu

membawa hasil panennya ke penggilingan. Penelitian yang dilakukan BBPMP pada tahun 2001 di Jombang,

Kediri, Mojokerto, Nganjuk dan Pasuruan, menunjukkan kisaran rendemen beras pada penggilingan padi

 bergerak dan stasioner. Data disajikan pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Perbandingan Kualitas Hasil Giling Penggilingan Padi (RMU) Stasioner Dan Penggilingan Padi (RMU)

Keliling.

No. Parameter RMU Stasioner (%) RMU Keliling (%)

1.

2.

3.

4.

Beras Utuh & Kepala

Beras Patah

Menir 

Rendemen giling

73,8

23,2

3

59 – 65

66,4

26,9

6,7

60 - 63

Sumber : Budiharti dan Harsono (2001)

Huller keliling ini mendapatkan sambutan yang cukup baik dari petani, karena memudahkan bagi

mereka dalam mengolah hasil panennya. Petani tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi untuk membawa hasil panennya, dan biaya bawonnya pun rata-rata lebih rendah dari pada RMU stasioner, sebagai

 perbandingan untuk daerah Kediri, jika untuk RMU stasioner bawonnya sebesar 5-6 Kg beras untuk setiap 1

kwintal gabah, akan tetapi untuk RMU mobil dengan berat gabah yang sama , ongkosnya adalah sebesar 4

Kg. Respon masyarakat yang baik terhadap huller keliling ini mendorong pertumbuhan populasinya dengan

cepat, sehingga RMU stasioner yang umumnya berkapasitas lebih besar menjadi terancam keberadaanya,

karena petani lebih menyukai huller keliling ini. Sehingga di beberapa daerah tersebut terjadi penentangan

yang cukup besar terhadap keberadaan huller keliling ini dari para pengusaha RMU stasioner.

Usaha penggilingan padi di Indonesia diawali dengan mesin penggilingan padi berkapasitas besar.

Seperti juga alsin lainnya, introduksi alsin penggilingan padi diadopsi langsung dari negara pengekspor.

Kapasitas mesin penggilingan padi tersebut dikategorikan sebagai mesin penggilingan besar, yaitu 1,5

ton/jam. Namun seiring dengan semakin diterimanya alsin tersebut oleh masyarakat, maka tumbuhlah minat

dalam usaha penggilingan padi kecil dan sedang (berkapasitas 0,7 ton/jam) oleh petani/pengusaha penggilingan kecil, karena investasi yang dikeluarkan lebih kecil.

Kecenderungan berkembangnya populasi mesin penggilingan kecil jika tanpa usaha meningkatkan

kinerjanya untuk menghasilkan rendemen yang lebih tinggi, menjadi salah satu sebab dari kecenderungan

 penurunan rendemen giling secara nasional pada kurun 30 tahun terakhir. Jika hal ini berlangsung terus,

maka dikhawatirkan dapat mengancam ketersediaan beras secara nasional.

PERBAIKAN KONFIGURASI MESIN PADA PENGGILINGAN PADI KECIL

BBP Mekanisasi Pertanian melakukan penelitian mengenai perbaikan konfigurasi mesin pada

 penggilingan padi kecil untuk meningkatkan rendemen giling. Pengamatan meliputi pengamatan harian

terhadap bahan baku, volume giling, rendemen giling dan kualitas beras hasil penggilingan. Disamping itu

 juga dilakukan pengujian secara periodik terhadap penggilingan padi tersebut dengan beberapa perlakuan

konfigurasi yaitu Husker - Polisher (H-P), Husker – Separator – Polisher (H-S-P) dan Cleaner – Husker – 

Page 4: perbaikankofigurasi

5/12/2018 perbaikankofigurasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perbaikankofigurasi 4/6

Separator – Polisher (C-H-S-P). Evaluasi dilakukan berdasarkan data-data hasil pengamatan dan pengujian

yang ada. Lokasi penggilingan padi yang dipergunakan adalah penggilingan padi Cibinong (milik P.

Ibrahim) dan penggilingan padi milik P. Mansyur, keduanya terdapat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Konsumen pada kedua penggilingan padi tersebut beragam sehingga memungkinkan untuk dilakukan

  pengamatan pada berbagai konfigurasi yang ada. Konsumen petani biasanya menghendaki proses

 pengupasan kulit (husker) dan pemolesan saja (polisher) tanpa separator sedangkan konsumen pedagang

menghendaki adanya proses pemisahan (separator).

Pada penggilingan padi Cibinong, pemrosesan beras berlangsung secara kontinyu, bahan berupa

gabah diumpankan ke dalam mesin pemecah gabah, kemudian beras pecah kulit dari mesin pengupas gabah

dibawa oleh elevator ke separator yang terletak di bagian atas pemecah gabah, gabah yang belum terkupas

kembali turun ke pengupas gabah dan beras pecah kulit turun ke pemoles, selanjutnya beras dari pemoles

ditampung. Kedua penggilingan padi tersebut mempunyai tata letak mesin yang hampir sama, yaitu

separator diletakkan diatas mesin pengupas gabah dan pemoles. Yang membedakan adalah pada

 penggilinggan kedua tidak dilengkapi elevator, sehingga harus dikerjakan oleh operator.

Dari kesebelas titik pengamatan pada lokasi survey yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah dan

Jawa Timur; maka kedua penggilingan padi percontohan mempunyai rata-rata rendemen yang lebih tinggi

yaitu 65 % dan 66 %, sedangkan pada penggilingan padi sederhana rata-rata rendemennya adalah 61,39 %.

Dibawah ini disajikan hasil pengamatan selama tahun 2005 pada beberapa penggilingan padi di Jawa barat,

tengah dan Timur.

Tabel 5. Pengamatan Harian Rendemen dan Kualitas Beras pada beberapa konfigurasi penggilingan

Tempat Nama Rata-rata

Responden Rendemen

Karawang Engkus 60

63.28  

62

63  

Page 5: perbaikankofigurasi

5/12/2018 perbaikankofigurasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perbaikankofigurasi 5/6

Analisa Statistik terhadap rendemen dan kualitas beras menunjukkan perbedaan yang nyata antara

konfigurasi sederhana (H-P) dengan konfigurasi lengkap (H-S-P dan C-H-S-P), pada tingkat kepercayaan

untuk rendemen 95% dan 80% untuk kualitas beras. Analisa menggunakan Uji T Test .

Pengamatan pada penggilingan milik H. Mansyur dimana dilakukan tiga macam uji dan pengamatan

dengan konfigurasi mesin yang berbeda, yaitu konfigurasi HP, HSP dan CHSP. Rendemen dan kualitas

 beras giling yang dihasilkan oleh konfigurasi C-H-S-P lebih tinggi dibandingkan konfigurasi H-P dengan

 perbedaan komponen konfigurasi paddy cleaner (pembersih gabah) dan separator (pemisah beras pecah kulit

dengan gabah tidak terkupas). Peningkatan ini dapat dicapai antara lain karena bahan baku gabah yang

digiling lebih bersih dengan digunakannya grain cleaner. Pada konfigurasi yang menggunakan  separator ,

tekanan roll karet pada husker pada proses pengupasan bisa dikurangi untuk mengurangi resiko beras patah

sehingga walaupun jumlah gabah tidak terkupas menjadi lebih tinggi (bisa mencapai 30-40%) tetapi

kemudian gabah tersebut dipisahkan oleh separator dan masuk kembali ke husker untuk proses pengupasan

ulang. Dengan penambahan separator pada konfigurasi HP terdapat peningkatan rendemen sebesar 0,9%

dan penambahan alsin pembersih gabah (paddy cleaner) dan separator pada konfigurasi HP terdapat

 peningkatan rendemen sebesar 1,9%. Peningkatan ini tentu lebih besar lagi, jika dibandingkan dengan rata-

rata rendemen yang dihasilkan pada penggilingan padi kecil lainnya, yaitu hanya 61%.

Konfigurasi pada level penggilingan ini tentunya akan dapat tercapai karena faktor daya saing yang

cukup kuat di pasar dimana kualitas merupakan pendorong utama dari pemakaian pre-cleaner dan separator.

Apabila konfigurasi sederhana yang umumnya dimiliki oleh PPK yang jumlahnya mencapai lebih

dari 65% dari keseluruhan industri penggilingan padi di Indonesia, disempurnakan dari  Husker-Polisher 

menjadi Cleaner-Husker-Polisher  atau Cleaner-Husker-Separator-Polisher , maka dengan peningkatan

rendemen beras 0.9% - 1,9% secara kuantitatif dapat diamankan sekitar 450.000 – 950.000 ton beras.

Analisis ini didasarkan pada studi ODA tahun 1995 bahwa 65% jumlah PPK tersebut menggiling 70% total

kapasitas giling nasional. Faktor ini menjadi ladang pemberdayaan industri penggilingan skala kecil (PPK)

yang konsumennya adalah petani kecil dan penderep. Kecuali memberikan bantuan kepada pemilik PPK,

 juga sekaligus memberikan peluang kepada penderep untuk memperoleh hasil giling lebih banyak dengan

mutu yang lebih baik serta meningkatnya nilai tambah.

Pada penggilingan percontohan, dimana dilakukan pengamatan pada tiga konfigurasi berbeda, yaitu

HP; HSP dan CHSP terlihat bahwa penambahan separator maupun separator dan cleaner  sekaligus pada

 proses pengolahan beras meningkatkan pendapatan.

KESIMPULAN

 –  Rata rata rendemen beras giling yang dihasilkan oleh penggilingan padi kecil yang berkonfigurasi

sederhana Husker-Polisher sebesar hanya 61,4% dengan beras kepala dan utuh 76%. Sedangkan rata rata

rendemen beras giling yang dihasilkan oleh penggilingan padi kecil percontohan (pilot) dengan

konfigurasi Husker-Separator-Polisher adalah sebesar 65,8%, dengan beras kepala dan utuh 78%.

 –  Hasil uji pada penggilingan padi percontohan dengan tiga konfigurasi mesin berbeda juga menunjukkan

 bahwa konfigurasi mesin berpengaruh terhadap rendemen. Rata-rata rendemen yang dihasilkan pada

konfigurasi Pengupas gabah-Pemoles beras (HP) adalah 65,3%, konfigurasi Pengupas gabah-Separator -Pemoles beras (HSP) adalah 66,3% dan Pembersih gabah-Pengupas gabah-Separator -Pemoles beras

(CHSP) adalah 67,2%. Dengan persentase beras utuh dan kepala untuk masing-masing konfigurasi

tersebut adalah 77,5%; 77,6% dan 81%.

 – Susunan komponen mesin penggilingan padi (konfigurasi) berpengaruh nyata terhadap rendemen beras

giling (tingkat kepercayaan 95%) dan berpengaruh pula pada kualitas beras giling (tingkat kepercayaan

80%).

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2002. Pengembangan Agribisnis Perberasan Berbasis Penggilingan Padi. Direktorat

Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Ditjen Bina Pengolahan Dan Pemasaran Hasil

Pertanian. Jakarta.

Arifin B. 2001. Kebijakan Pertanian dan Pangan Era Transisi. Kompas 23 Agustus 2001, hal.28.Jakarta.

Page 6: perbaikankofigurasi

5/12/2018 perbaikankofigurasi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perbaikankofigurasi 6/6

Balai Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan. 2004. Restrukturisasi Penggilingan Padi di

Indonesia. Seminar Peranan Litbang Mekanisasi untuk Mendapatkan Rendemen Giling dan Mutu

Beras yang Tinggi. BBP Mekanisasi Pertanian Serpong, 14 Januari 2004.

Budiharti, Uning. dan Harsono. 2001. RMU keliling, agribisnis baru pengolahan beras. Warta Penelitian dan

Pengembangan Pertanian 23 (5): 7−9.

Handaka. 1981. Technical And Economic Evaluation Of Rice Milling in West Java. Paper Presented inInternational Seminar on Consequences of Small Farm Mechanization. Los Banos, Philippines.

PERPADI. 2002. Pola Penanganan Pengolahan Hasil Tanaman Padi. Dewan Pimpinan Pusat Persatuan

Penggilingan Padi Dan Pengusaha Beras Indonesia (DPP PERPADI). Jakarta.

Tjahjohutomo,Rudy., Harsono, A. Asari, Teguh W.W dan Uning Budiharti. 2004. Pengaruh Konfigurasi

Penggilingan Padi Rakyat Terhadap Rendemen Dan Mutu Beras Giling. Laporan hasil penelitian

TA 2003. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Serpong, Banten.

Thahir R, 2002. Tijauan Penelitian Peningkatan Kualitas Beras Melalui Perbaikan Teknologi

Penyosohan.Makalah disajikan sebagai Persyaratan Kenaikan Pangkat /golongan IV/c. Balai Besar 

Pengembangan Alsintan, Serpong.

Thahir R, 2005. Peningkatan Kinerja Penggilingan Padi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Bogor.