Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
-
Upload
isabella-rosellini -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
Transcript of Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
1/13
Perawatan Kegawatan Neuro terhadap Krisis Myasthenia Gravis
Kata Pengantar
Myasthenia Gravis Crisis (MGC) didefinisikan sebagai eksaserbasi dari kelemahan
myasthenia gravis (MG) yang menimbulkan episode akut kegagalan respirasi yang
berujung pada penggunaan mechanical ventilation (MV). Kelemahan tersebut dapat
melibatkan otot-otot respirasi (dengan mengubah mekanik respirasi) atau otot-otot bulbar,
yang membahayakan perlindungan dan kelancaran jalan napas. MGC adalah komplikasi
paling berbahaya dari MG dan merupakan kondisi yang mengancam jiwa yang
memerlukan pengenalan dan perawatan pasien yang cepat pada unit perawatan intensif
untuk penatalaksanaan yang optimal.
MGC biasanya terjadi dalam dua tahun pertama setelah onset dari MG (pada 74%
pasien) dan 15-20% pasien dengan MG akan mengalami minimal satu kali episode krisis.
Angka kematiannya telah menuru dari 40% pada awal tahun 1960 menjadi 5% pada tahun
1970, yang mungkin mencerminkan perkembangan dalam manajemen ventilasi dan
pengobatan secara umum untuk pasien-pasien ini di unit perawatan intensif. Namun
demikian, meskipun adanya penurunan angka kematian, durasi dari MGC tidah berubah
banyak dan terus berlanjut hingga rata-rata 2 minggu. Bab ini mengulaas aspek paling
penting dari MGC termasuk patofisiologi, etiologi, dan penanganannya.
PATOFISIOLOGI
Pencetus
MGC biasanya disebabkan oleh infeksi (pada 30-40% kasus), yang paling sering
adalan infeksi sistem respirasi yang disebabkan oleh agen virs dan bakteri. Pneumonia
aspirasi bertanggungjawab pada 10% dari kasus MGC dan dapat menjadi lebih prevalen
pada pasien dengan kelemahan oropharyng, yang menyebabkan kesulitan menelan dan
mengunyah, perubahan ekspresi wajah, dan dysarthria. Beberapa obat dapat
menimbulkan MG dan dapat menyebabkan MGC.
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
2/13
(Tabel 1) Sangatlah penting untuk mendapatkan riwayat yang terpercaya tentang
pengobatan yang sedang digunakan, termasuk menanyakan secara spesifik
obat-obatan tanpa resep pada pasien, keluarga, dan teman, dan juga
pengobatan alternatif. Ketika pengobatan MG terbatas pada obat-obat
anticholinseterase, overdosis dari obat tersebut dapat meyebabkan MGC, tetapi
hal ini tidak sering dijumpai pada masa sekarang, dan kepentingannya telah
dijelaskan sebelumnya. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan MGC
adalah injeksi toksin botulinum, prosedur pembedahan yang dilakukan baru-
baru ini (termasuk thymectomy), dan trauma. Pada 30-40% pasien tidak ada
pencetus yang dapat diidentifikasi. Adanya thymoma merupakan faktor resiko
dari MGC. Pasien MG dengan thymoma dapat mengalami perjalanan penyakit
yang lebih parah, dan pasien thymoma diidentifikasi dua kali lebih sering di
antara pasien yang mengalami krisis daripada pasien myasthenia pada
umumnya (30% vs. 15%).
Kelainan-Kelainan Respirasi
Kelompok otot utama yang terlibat dalam MGC adalah otot-otot oropharyng danrespirasi. Seiring dengan berkembangnya kelemahan dari otot-otot respirasi, terjadilah
penurunan ekspansi paru, sejalan dengan tidak efisiensinya refleks batuk untuk
melancarkan jalan napas. Forced Vital Capacity (FVC) dari pasien terus menurun,
membuat pasien rentan terhadap berkembangnya atelectasis dan, pada akhirnya, gagal
napas. Disarankan agar pasien dipantau mengikuti rangkaian kejadian yang
menyebabkan MGC yang berhubungan langsung dengan FVC mereka:
1. Fungsi normal respirasi terjadi pada FVC sebesar 65 mL/kg.
2. Batuk yang buruk dibuktikan dengan akumulasi sekret dan FVC sebesar 30 mL/kg.
3. Dengan FVC 20 mL/kg, mekanisme menghela napas telah rusak, disertai adanya
perkembangan dari atelectasis dan hypoxia.
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
3/13
4. Menghela napas tidak dapat dilakukan pada FVC 15 mL/kg, dan muncul
atelectasis dan shunting.
5. Hypoventilasi terjadi mulai FVC 10 mL/kg.
6. Hypercapnia terjadi pada FVC antara 5 dan 10 mL/kg.
Disfungsi Oropharyng
Otot-otot orophayng menjaga kelancaran jalan napas atas dengan mengatur
daerah penampangnya, dan disfungsi dari otot-otot ini meningkatkan resistensi terhadap
aliran udara. Kelemahan dari otot-otot laring menyebabkan laring tetap dalam posisi
adduksi seama inspirasi, dimana seharusnya berada dalam posisi abduksi. Hal ini
menyebabkan apa yang disebut dengan sail phenomenon. Pita suara yang lumpuh,
karena posisi dan kelengkungannya, menangkap aliran udara selama inspirasi dan
terdorong ke dalam ke garis tengah seperti layar dari perahu. Kelemahan lidah
menyumbat rongga oropharyng. Sebagai tambahan dari penyumbatan mekanis pada jalan
napas, disfungsi oropharyng menyebabkan ketidakmampuan proteksi terhadap aspirasi.
KEADAAN KLINIS DAN EVALUASI
MGC dapat terjadi pada pasien yang telah didiagnosis sebelumnya, tetapi MGC
juga dapat merupakan gejala yang tampak pada MG. Pasien dengan diagnosis definitif
MG yang mengelu kelemahan yang semakin memburuk dan sesak napas perlu diperiksa
untuk adanya dysphagia, stridor, dan kecukupan ventilasi. Selama pemeriksaan, pola
respirasi perlu diukur. Pernapasan yang cepat dan dangkal menunjukkan kelelahan otot
pernapasan, yang harus dibedakan dengan psychogenic hyperventilation. Fungsi
diafragma diukur dengan observasi pergerakan abdomen selama siklus respirasi. Dengankelemahan yang parah, pola respirasi paradoxic dapat berkembang dengan pergerakan
abdomen ke arah dalam selama inspirasi. Kekuatan otot-otot leher berhubungan dengan
kekuatan diafragma dan kelemahan dari otot-otot tersebut harus membuat dokter
waspada terhadap kemungkinan bahaya pada respirasi. Cara yang sederhana untuk
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
4/13
mengevaluasi cadangan respirasi adalah dengan meminta pasien untuk menghitung mulai
1 sampai 25 dengan hanya satu napas. Pasien dengan keterbatasan yang signifikan
harus menjalani pengukuran parameter respirasi.
Pengukuran otot-otot oropharyng dimulai dengan menanyakan kesulitan menelan,
episode-episode tersedak, atau batuk ketika makan. Suara yang basah dan berdeguk atau
stridor dapat menunjukkan perlunya intubasi untuk menjaga jalan napas. Menelan dapat
diuji di tempat tidur dengan mengobservasi pasien menelan 3 oz air dan memantau batuk
atau tersedak. Namun demikian, kewaspadaan tetap harus diperhatikan saat melakukan
pengukuran ini, dan pengukuran ini tidak perlu dilakukan pada pasien dengan tanda-tanda
kelemahan oropharyng yang jelas.
Pasien mungkin datang dengan status repirasi yang semakin memburuk karenalumpuhnya pita suara. Pada pasien ini, flexible laryngoscopy atau flow volume loops
sebaiknya dilakukan. Penemuan posisi pita suara pada posisi adduksi harus membuat
dokter waspada terhadap kemungkinan dibutuhknnya cricothomy jika intubasi endotrakeal
yang konvensional tidak dapat dilakukan.
Dalam satu seri 63 MGC, manifestasi awal adalah kelemahan umum pada 76%
pasien, kelemahan bular pada 19% pasien, dan kelemahan otot pernapasan pada 5%
pasien. Kebanyakan pasien (68%) memerlukan ventilasi mekanis antara 1 hingga 3 hari
setelah eksaserbasi myasthenic awal. Beberapa pasien mungkin mengalami gagal napas
tanpa adanya bukti kelemahan umum.
Status respirasi pasien yang beresiko terhadap MGC harus dimonitor dengan
cermat. Di samping pengukuran FVC (normalnya 60 mL/kg), negative inspiratory force
(NIF, normalnya >70 cm H2O), dan positive Expiratory Force (PEF; normalnya >100 cm
H2O) harus dilakukan secara serial. Gas darah arteri juga penting untuk dilakukan, dan
oximetry denyut nadi bukanlah pengganti dari pengukuran ini. Pada pengukuran gas
darah yang abnormal (yang menunjukkan adanya hypoxia dan hypercarbia) dengandisfungsi respirasi tingkat lanjut, pasien mungkin masih memiliki oksigenasi yang normal
pada pengukuran oximetry nadi, sementara gas darah menunjukkan perkembangan
hypercarbia, sebuah tanda henti respirasi yang akan segera terjadi.
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
5/13
Nilai FVC 1,0 L (
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
6/13
membimbing evaluasi tambahan spesifik dan juga dapat menyediakan informasi tentang
prognosisnya.
Tabel 2 Kelainan-kelainan Neuromuskular pada Pasien Perawatan Kritis
Kondisi Ciri-ciri gejala utama
Acute Intermittent Porphyria Kelemahan lengan asimetris yang berkembang menjadi
quadriplegia setelah beberapa kali serangan
Botulism Mual dan muntah yang mendahului kelemahan otot,
penglihatan kabur, dysphagia, dysarthria, kelumpuhan otot
yang menurun, dilatasi pupil, mulut kering, konstipasi, dan
retensi urin.
Penyakit Kritis Myopathy Pasien dengan COPD arau asma yang memerlukan
ventilasi mekanis dan penggunaan neuromuscular blocker
dan kortikosteroid
Penyakit Kritis
Polyneuropathy
Pasien dengan sepsis dan kesulitan untuk berhenti
mengguakan ventilator, lemahnya atau hilangnya refleks-
refleks
Ketidakseimbangan
Elektrolit
Kelemahan otot secara umum, aritmia jantung dengan atau
tanpa rhabdomyolisis
Guillain-Barre Syndrome Diawali dengan infeksi saluran pernapasan atas atau
gastrointestinal; ascending paralysis, arreflexia
Lambert-Eaton Syndrome Kelemahan otot proksimal yang simetris, hypoactif atau
tidak adanya deep tendon reflex, mulut kering, penglihatan
kabur, hipotensi ortostatik
Keracunan Timah Kelemahan otot murni, pada awalnya otot-otot ekstensor,
fasciculations, nyeri abdomen, konstipasi, anemia, gagal
ginjal
Pernyakit Motor Neuron Kelemahan, penurunan berat badan, fasciculation
Keracunan Organofosfat Paparan terhadap insektisida, petroleum additif, dan plastik,
diikuti dengan krisis kolinergik akut (kelemahan otot,
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
7/13
myosis, kram perut)
Polymyositis Kelemahan otot proksimal simetris, peningkatan creatine
kinase
Pengeblokan
neuromuskular
berkepanjangan
Pasien dengan kerusakan fungsi ginjal atau gagal hepar
yang telah mengkonsumsi obat-obatan neuromuskular
blocker terus menerus
MANAJEMEN
Untuk memastikan kesembuhan pasien dari MGC, adalah penting agar kondisi
medis secara keseluruhan mereka dioptimalkan. Faktor pencetus yang teridentifikasi
harus dihilangkan atau diperbaiki. Semua pasien harus menjalani evaluasi infeksi yang
ekstensif, termasuk kultur sputum, urin, dan darah, dan juga tempat lain yang
diindikasikan secara klinis. Penggunaan antibiotik yang empiris perlu disesuaikan secara
hati-hati dengan situasi klinisnya, karena adanya potensial beberapa antibiotik untuk
merusak transmisi neuromusular lebih jauh lagi, dan juga perkembangan resistensi
bakteri. Menghindari antibiotik yang tidak perlu lebih jauh lagi ditekankan dengan
observasi bahwa Clostridium difficile colitis berhubungan dengan krisis yang
berkepanjangan. Pengukuran status nutrisis perlu dilakukan sejak awal perjalanan MGC.
Keputusan akan diperlukannya nasogastric tube feeding jangka pendek, peripheral
hyperalimentation, atau gastrostomy tube dibuat dengan perkiraan bahwa kelemahan
myasthenic tidak dapat sembuh dengan cepat. Ketidakseimbangan elektrolit akan
membahayakan fungsi neuromuskular; dan monitor yang cermat dengan perbaikan yang
tepat diperlukan dalam kondisi ini. Pernapasan tekanan positif intermitten dapat berguna
dalam mencegah berkembangnya atelectasis; jika pasien telah diintubasi, atau memiliki
infeksi sistem respirasi, maka aggressive pulmonary toilet diperlukan. Perngukuran
profilaksis deep venous thrombosis harus dilakukan dengan penggunaan compression
stocking, alat sequential compression, dan heparin subcutan. Status koagulasi dapat
menjadi kacau karena penggunaan heparin ketika pertukaran plasma dilakukan; dan
terapi immunoglobulin intravena dapat menyebabkan hyperkoagulasi. Profilaksis
gastrointestinal diberikan dengan sucralfate atau histamine receptor blocker untuk
mencegah stres ulcer dan perdarahan gastrointestnal. Dukunagn psikologis untuk pasien
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
8/13
dan keluarga juga penting, dengan penekanan pada kemampuan mengembalikan
kebanyakan pasien ke level fungsional yang baik.
Manajemen Ventilasi
Rangkaian intubasi yang cepat harus dilakukan segara setelah keputusan untuk
ventilasi mekanis dibuat. Hal ini memerlukan pemasangan bag-mask pada pasien untuk
mendapatkan saturasi oksigen arterial >97%, administrasi dari free running intravenous
normal saline, monitor tekanan darah terus menerus, dan infus bolus obat-obatan sedatif
(biasanya etomidate 0,2-0,3 mg/kg). Jika short - acting muscle relaxant diperlukan (lebih
baik jika obat-obatan ini dihindari), maka non - depolarizing agent seperti vecuronium
sebaiknya digunakan. Intubasi oral harus dilakukan kapanpun memungkinkan.
Segera ketika pasien diintubasi, pola ventilasi perlu dipilih, tetapi tanpa pola lebih
baik. Assist-control (AC) dan synchronized intermittent mandatory ventilation (SIMV)
umum digunakan, masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. Kelelahan otot
dengan kelemahan dan ekspansi paru yang buruk adalah penentu utama dapat
perkembangan MGC. Sehingga, tujuan awal dari ventilasi mekanis adalah untuk
mendukung mengistirahatkan dan mengembangkan paru. Sebelumnya, dianggap bahwa
selama pasien tidak memiliki penyakit paru primer yang membahayakan paru, volume tidalyang besar (15 mL/kg) yang dikombinasikan dengan tingkat yang lebih rendah untuk
menjaga ventilasi kecil yang normal, dengan Positive End-Expiratory-Pressure (PEEP)
pada level 5-15 dapat digunakan, dengan syarat bahwa tekanan jalan napas puncak
dijaga pada batas yang dapat diterima (
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
9/13
Beberapa parameter dapat berguna dalam menentukan kapan untuk memulai
penghentian ventilasi mekanis: FVC >15 mL/kg, NIF
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
10/13
harinya. Pasien harus kembali ke pola ventilator awal pada waktu malam hari atau ketika
tanda-tanda kelelahan muncul.
Pola SIMV juga dapat digunakan untuk penghentian. Pola ini dilakukan dengan
menurunkan laju ventilasi sebesar 2-3 napas sekali atau lebih dalam satu hari,
berdasarkan tingkat kenyamanan pasien. Peningkatan laju respirasi, penurunan volume
tidal, agitasi, dan takikardia adalah tanda-tanda dari kelelahan. Ketika pasien telah
menunjukkan ketahanan yang bagus (jumlah jam dimana pasien dapat mentoleransi
penghentian dengan support yang minimal, biasanya lebih dari 2 jam) dan kondisi umum
mencukupi, pasien tersebut dapat di-extubasi.
Extubasi harus dilakukan pada awal / pagi hari. Stridor dapat terjadi segera hingga
1 jam setelah extubasi, dan aerosolized racemic epinephrine dapat mengembalikankondisi tersebut ke keadaan normal, tetapi reintubasi mungkin diperlukan. Laryngospasm
tidak umum terjadi tetapi merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Lidocaine yang
diberikan secara intravena (2mg/kg) dapat secara signifikan menurunkan laryngospasm,
jika digunakan beberapa menit sebelum extubasi.
Pengobatan Disfungsi Neuromuskular
Terapi dapat dibagi menjadi terapi yang meningkatka kekuatan secara cepat
dengan durasi kerja yang pendek dan terapi yang meningkatkan kekuatan secara lambat
dengan respons yang lebih permanen. Kategori yang pertama termasuk
acetylcholinesterase inhibitor, plasmapheresis, dan intravenous immunoglobuklin (IVIg).
Kategori yang kedua terdiri dari agen-agen immunosupresif, seperti corticosteroid,
azathioprine, cyclophosphamide, dan cyclosporine. Cyclosporine tidak digunakan untuk
menyelamatkan pasien dari MGC tetapi untuk manajemen jangka panjang pada pasienMG. Penggunaan corticosteroid saat MGC masih diperdebatkan. Beberapa orang
mendukung penggunaannya selama krisis hanya pada pasien dengan kelemahan
refraktori; yang lain menyarankan terapi ini dimulai ketika pasien dirawat dengan IVIg atau
plasmapheresis.
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
11/13
Cholinesterasi inhibitor dapat memperbaiki gejala pada pasien myasthenia dengan
menurunkan degradasi Ach pada neuromuscular junction. Infus pyridostigmine intravena
secara terus menerus telah dilaporkan sebagai pengobatan yang efektif pada MGC bila
dibandingkan dengan plasmapheresis, dilihat dari mortalitas, durasi dari ventilasi, danhasilnya. Penggunaannya telah dlindungi, terutama jika MGC dipicu oleh infeksi. Namun
demikian, merupakan hal yang umum dilakukan untuk menghentikan pemakaian agen ini
pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanis karena kecenderungannya untuk
menyebabkan sekresi respirasi yang berlebihan dan penyumbatan oleh mukus. Hal lain
yang harus diperhatikan adalah laporan terjadinya arrythmia jantung pada pasien-pasien
dengan MGC, termasuk mereka yang menerima pyridostigmine secara intravena.
Cholinesterase inhibitor dapat meningkatkan aktivitas kolinergik pada synaps muskarinik
jantung, yang dapat menyebabkan arrythmia.
Plasmapheresis adalah pengobatan yang dianjurkan untuk MGC, dengan tingkat
keefektifan yang dilaporkan sebesar 75%. Mekanisme aksi nya berhubungan dengan
penghilangan faktor-faktor yang bersirkulasi, seperti antibodi reseptor acetylcholine
(AChR). Meskipun titer antibodi AchR tidak berhubungan dengan keparahan MG,
penurunan titer antibodi AchR berhubungan dengan perbaikan klinis. Tidak ada protokol
standard untuk plasmapheresis. Regimen normalnya adalah pertukaran 1-1,5 volume
plasma tiap harinya atau tiap hari selanjutnya selama 5-6 kali pegobatan. Perbaikan klinis
dapat dilihat pada 24 jam pertama, tetapi pada kebanyakan pasien efek pertama muncul
setelah 2-3 sesi plasmapheresis. Beberapa pasien mungkin memiliki keadaan awal yang
semakin memburuk yang dianggap disebabkan oleh penurunan konsentrasi plasma dari
cholinesterase. Durasi efek ini biasanya
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
12/13
thrombosis. Menurunkan dosis obat antihipertensi dan memberikan cairan intravena
sebelum melakukan prosedur dapat menghindari hipotensi.
Pilihan lain untuk pengobatan spesifik dari MGC adalah IVIg. Rangkaian yang
standard terdiri dari IVIG 400mg/kg/hari selama 5 hari. Respons terhadap IVIg biasanya
dapat dilihat 5 hari setelah awal pengobatan. Beberapa orang melaporkan bahwa IVIg
mempunyai keefektifan dan toleransi yang sama dengan plasmapheresis. Namun
demikian, orang yang lain menemukan bahwa pasien yang dirawat dengan
plasmapheresis memiliki status resprasi yang baik pada 2 minggu (dapat di-extubate) dan
hasil fungsional yang lebih baik pada 1 bulan jika dibandingkan dengan IVIg. Terlebih jauh
lagi, beberapa pasien mungkin tidak berespons terhadap IVIg tetapi mendapatkan
peningkatan setelah plasmapheresis yang dilakukan setelah itu. IVIg meruapakan pilihan
yang lebih baik pada pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil, masalah akses
pembuluh darah, atau respons yang buruk terhadap plasmapheresis. Efek samping terjadi
pada 50 tahun, preintubasi serum bikarbonat 30, dan
kapasitas vital puncak
-
7/27/2019 Perawatan Kegawatan Neuro Terhadap Krisis Myasthenia Gravis
13/13
memerlukan ventilasi mekanis yang lebih lama. Tracheostomy lebih nyaman untuk pasien,
menurunkan resiko stenosis tracheolaryngeal, membuat penghisapan sekresi mukus
trakea lebih efektif, dan mmemfasilitasi penghentian ventilasi mekanis dengan mengurangi
dead space dan resistensi terhadap aliran udara dari endotracheal tube. Secara umu, 25%pasien akan di-extubasi setelah 1 minggu, 50% pasien setelah 2 minggu, dan 75% setelah
1 bulan. Intubasi dan ventilasi mekanis selama >2 minggu berhubungan dengan
peningkatan lama tinggal di rumah sakit sebesar tiga kali lipat (dengan median 63 hari)
dan peningkatan kemungkinan ketergantungan fungsional saat keluar dari rumah sakit
sebesar dua kali lipat. Sepertiga pasien yang dapat bertahan pada krisis pertama, akan
engalami episode krisis yang kedua.
Meskipun krisis myasthenic adalah kejadian yang berpotensial mematikan dan
selalu mengkhawatirkan bagi pasien dan orang-orang yang dicintai, mengoptimalkan
perawatan kritis dan pengobatan MG jangka panjang dapat mencegah krisis tersebut
menjadi parah, seperti yang sebelumnya terjadi.