Peraturan Menteri PU NO 24_PRT_M_2007 Tentang Pedoman Teknis IMB Gedung

download Peraturan Menteri PU NO 24_PRT_M_2007 Tentang Pedoman Teknis IMB Gedung

of 122

Transcript of Peraturan Menteri PU NO 24_PRT_M_2007 Tentang Pedoman Teknis IMB Gedung

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 24/PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Menimbang

:

a. bahwa untuk terwujudnya tertib penyelenggaraan bangunan gedung dan menjamin keandalan teknis bangunan gedung serta terwujudnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap pendirian bangunan gedung harus berdasarkan Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB); b. bahwa kewenangan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung ada pada pemerintah daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, dan b, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung;

Mengingat

:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 55);1

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 286/PRT/M/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum;

MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG PEDOMAN TEKNIS IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG.

BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. 2. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalah permohonan yang dilakukan pemilik bangunan gedung kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan gedung. 3. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2

4. Pemerintah daerah adalah Bupati atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, kecuali untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur. 5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum. Bagian Kedua Maksud, Tujuan, dan Lingkup Pasal 2 (1) Pedoman teknis ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi pemerintah daerah, khususnya instansi teknis pembina penyelenggaraan bangunan gedung, dalam menetapkan kebijakan operasional izin mendirikan bangunan gedung. Pedoman teknis ini bertujuan untuk terwujudnya bangunan gedung yang didirikan dengan memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung sesuai dengan fungsinya, guna mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, sesuai dengan tata bangunan yang serasi dan selaras dengan lingkungannya, yang diselenggarakan secara tertib untuk menjamin keandalan teknis bangunan gedung, serta terwujudnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Lingkup pedoman teknis ini meliputi tata cara, persyaratan, retribusi izin mendirikan bangunan gedung, pembinaan, dan ketentuan lain.

(2)

(3)

BAB II TATA CARA, PERSYARATAN, RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG, DAN PEMBINAAN Bagian Kesatu Tata Cara Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung Pasal 3 (1) Tata cara penerbitan izin mendirikan bangunan gedung meliputi: a. Pola umum pengaturan izin mendirikan bangunan gedung; b. Proses izin mendirikan bangunan gedung; c. Tata cara pengesahan dokumen rencana teknis; d. Pemeriksaan permohonan izin mendirikan bangunan gedung; e. Kelengkapan dokumen izin mendirikan bangunan gedung; f. Perubahan rencana teknis dalam tahap pelaksanaan konstruksi; g. Jangka waktu proses penerbitan izin mendirikan bangunan gedung; 3

h. i. (2)

Pembekuan dan pencabutan izin mendirikan bangunan gedung; dan Pendataan/pendaftaran bangunan gedung.

Rincian tata cara penerbitan izin mendirikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan menteri ini. Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi Pemerintah, dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi pedoman teknis izin mendirikan bangunan gedung yang diatur dalam peraturan ini. Bagian Kedua Persyaratan Izin Mendirikan Bangunan Gedung Pasal 4

(3)

(1)

Persyaratan izin mendirikan bangunan gedung meliputi: a. Persyaratan administratif untuk permohonan izin mendirikan bangunan gedung; b. Persyaratan teknis untuk permohonan izin mendirikan bangunan gedung; c. Penyedia jasa; dan d. Pelaksana pengurusan permohonan izin mendirikan bangunan gedung. Rincian persyaratan izin mendirikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan menteri ini. Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi Pemerintah, dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi pedoman teknis izin mendirikan bangunan gedung yang diatur dalam peraturan ini. Bagian Ketiga Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Gedung Pasal 5

(2)

(3)

(1)

Retribusi izin mendirikan bangunan gedung meliputi: a. Ketentuan khusus perizinan; b. Jenis kegiatan dan objek yang dikenakan retribusi; c. Penghitungan besarnya retribusi izin mendirikan bangunan gedung; d. Indeks penghitungan besarnya retribusi izin mendirikan bangunan gedung; e. Harga satuan (tarif) retribusi izin mendirikan bangunan gedung; dan f. Dokumen izin mendirikan bangunan gedung. 4

(2)

Rincian pedoman retribusi izin mendirikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan menteri ini. Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi Pemerintah, dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi pedoman teknis izin mendirikan bangunan gedung yang diatur dalam peraturan ini. Bagian Keempat Pembinaan Pasal 6

(3)

(1)

Pembinaan meliputi: a. Peran Pemerintah; b. Peran pemerintah daerah; dan c. Peran masyarakat. Rincian pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan menteri ini. Bagian Kelima Ketentuan Lain Pasal 7

(2)

(1) Ketentuan lain meliputi: a. Pembangunan prasarana bangunan gedung yang berdiri sendiri; dan b. Proses penerbitan perizinan. (2) Rincian ketentuan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan menteri ini. (3) Setiap orang atau badan hukum termasuk instansi Pemerintah, dalam penyelenggaraan bangunan prasarana bangunan gedung yang berdiri sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan IMB yang diatur dalam peraturan ini.

5

Bagian Keenam Pelaksanaan Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung Pasal 8 (1) Pelaksanaan pedoman teknis izin mendirikan bangunan gedung di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah tentang bangunan gedung yang berpedoman pada peraturan ini. Dalam hal daerah belum mempunyai peraturan daerah sebagaimana pada ayat (1), maka pelaksanaan pengaturan izin mendirikan bangunan gedung berpedoman pada peraturan ini. Dalam hal daerah telah mempunyai peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum peraturan ini diberlakukan, maka peraturan daerah tersebut harus menyesuaikan dengan peraturan ini. Pasal 9 (1) Dalam melaksanakan pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung, Pemerintah melakukan peningkatan kemampuan aparat pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota maupun masyarakat dalam memenuhi ketentuan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7 untuk terwujudnya penataan bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanjutan serta keandalan bangunan gedung. Dalam melaksanakan pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota wajib mengikuti pedoman teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Terhadap aparat Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bertugas dalam penentuan dan pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 7 dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terhadap penyedia jasa konstruksi yang terlibat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 7 dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah provinsi dalam pelaksanaan tugas dekonsentrasi melakukan pembinaan dalam penerbitan izin mendirikan bangunan gedung fungsi khusus dan penetapan kebijakan operasional serta penerbitan izin mendirikan bangunan gedung pada umumnya dan bangunan gedung untuk kepentingan umum di kabupaten dan kota di wilayahnya.

(2)

(3)

(2)

(3)

(4)

(5)

6

BAB III PEMBINAAN TEKNIS Pasal 10 (1) Pembinaan pelaksanaan pedoman teknis ini dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kemandirian pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan kepada pemerintah kabupaten/kota yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dalam rangka pelaksanaan tugas dekonsentrasi.

(2)

BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 11 Pada saat peraturan menteri ini mulai berlaku, semua peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan Izin Mendirikan Bangunan Gedung dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam peraturan menteri ini.

BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Peraturan ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Agustus 2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM,

DJOKO KIRMANTO

7

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUMNOMOR : 24/PRT/M/2007 TANGGAL 9 AGUSTUS 2007 TENTANG

PEDOMAN TEKNIS IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 24/PRT/M/2007 TANGGAL 9 AGUSTUS 2007 Halaman DAFTAR ISI BAGIAN I KETENTUAN UMUM PENGERTIAN BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG A. POLA UMUM PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG 1. Penyelenggaraan Bangunan Gedung 2. Prinsip-prinsip Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung 3. Penggolongan Bangunan Gedung a. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung b. Penetapan dan perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung c. Penggolongan bangunan gedung untuk penerbitan IMB PROSES IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG 1. Keterangan Rencana Kabupaten/Kota 2. Proses Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung a. IMB bangunan gedung pada umumnya b. IMB untuk bangunan gedung kepentingan umum c. IMB untuk bangunan gedung fungsi khusus 3. Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung Secara Bertahap 4. Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung untuk Pembangunan Secara Massal 5. Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung untuk Pembangunan dengan Strata Title 6. Pelayanan Administrasi Izin Mendirikan Bangunan Gedung TATA CARA PENGESAHAN DOKUMEN RENCANA TEKNIS 1. Proses Penyelenggaraan Bangunan Gedung pada Umumnya i 1 1 8 8 8 9 10 10 12 13 14 14 15 15 18 20 22 22 22 22 23 23 i

B.

C.

2. Proses Penyelenggaraan Bangunan Gedung Tertentu D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG 1. Pencatatan dan Penelitian Kelengkapan dan Kebenaran Dokumen Administratif 2. Pencatatan dan Penelitian Kelengkapan Dokumen Rencana Teknis 3. Penelitian Kebenaran Rencana Teknis 4. Pengkajian oleh Tim Ahli Bangunan Gedung 5. Penilaian/Evaluasi 6. Persetujuan dan Pengesahan KELENGKAPAN DOKUMEN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG PERUBAHAN RENCANA TEKNIS DALAM TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI 1. Dasar Perubahan 2. Proses Administratif Perubahan Perizinan JANGKA WAKTU PROSES PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG 1. Proses Pemeriksaan dan Penelitian/Pengkajian Dokumen Administratif dan Dokumen Rencana Teknis 2. Proses Administratif Penyelesaian Dokumen IMB PEMBEKUAN DAN PENCABUTAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG PENDATAAN/PENDAFTARAN BANGUNAN GEDUNG

24 27 27 28 29 30 40 41 41 42 42 42 43

E. F.

G.

43 44 44 44 45 45 45 46 47 47

H. I. BAGIAN III

PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG A. PERSYARATAN ADMINISTRATIF DOKUMEN UNTUK PERMOHONAN IMB 1. Status Hak Atas Tanah 2. Status Kepemilikan Bangunan Gedung 3. Dokumen/Surat-surat yang Terkait PERSYARATAN TEKNIS DOKUMEN UNTUK PERMOHONAN IMB

B.

ii

1. Rencana Teknis Bangunan Gedung pada Umumnya 2. Rencana Teknis Bangunan Gedung untuk Kepentingan Umum 3. Rencana Teknis Bangunan Gedung Fungsi Khusus 4. Rencana Teknis Bangunan Gedung Kedutaan Besar Negara Asing dan Bangunan Gedung Diplomatik Lainnya C. D. BAGIAN IV PENYEDIA JASA PELAKSANA PENGURUSAN PERMOHONAN IMB

47 49 49

49 49 50 51 51 51 51 51 52 52 52 53 53 53 54 54 54 55 56 57 58 58 58 58 iii

RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG A. B. KETENTUAN KHUSUS PERIZINAN JENIS KEGIATAN DAN OBJEK YANG DIKENAKAN RETRIBUSI 1. Jenis Kegiatan yang Dikenakan Retribusi 2. Objek yang Dikenakan Retribusi PENGHITUNGAN BESARNYA RETRIBUSI IMB 1. Komponen Retribusi dan Biaya 2. Penghitungan Besarnya Retribusi 3. Tingkat Penggunaan Jasa INDEKS PENGHITUNGAN BESARNYA RETRIBUSI IMB 1. Penetapan Indeks 2. Skala Indeks 3. Kode HARGA SATUAN (TARIF) RETRIBUSI IMB 1. Bangunan Gedung 2. Prasarana Bangunan Gedung DOKUMEN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

C.

D.

E.

F. BAGIAN V

PEMBINAAN A. PERAN PEMERINTAH 1. Pengaturan 2. Pemberdayaan

3. Pengawasan B. PERAN PEMERINTAH DAERAH 1. Pengaturan 2. Pemberdayaan 3. Pengawasan PERAN MASYARAKAT

59 59 59 60 61 61 62

C. BAGIAN VI

KETENTUAN LAIN A. B. PEMBANGUNAN PRASARANA BANGUNAN GEDUNG YANG BERDIRI SENDIRI PROSES PENERBITAN PERIZINAN

62 62 63

BAGIAN VII LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2

KETENTUAN PENUTUP

Bagan Prinsip Layanan Izin Mendirikan Bangunan Gedung Bagan Proses Penyelenggaraan Bangunan Gedung 2.1 Bagan Proses Penyelenggaraan Bangunan Gedung pada Umumnya 2.2 Bagan Proses Penyelenggaraan Bangunan Gedung Tertentu Bagan Tata Cara Penerbitan IMB Bangunan Gedung pada Umumnya Bagan Alir Proses Penerbitan IMB 4.1 Bangunan Gedung Hunian Rumah Tinggal Tunggal Seder hana (Rumah Inti Tumbuh dan Rumah Sederhana Sehat) dan Rumah Deret Sederhana 4.2 Bangunan Gedung Hunian Rumah Tinggal Tunggal dan Rumah Deret - sampai dengan 2 (dua) lantai 4.3 Bangunan Gedung Hunian Rumah Tinggal Tidak Sederhana - 2 (dua) lantai atau lebih -, dan Bangunan Gedung Lainnya pada Umumnya Bagan Tata Cara Penerbitan IMB Bangunan Gedung untuk Kepentingan Umum Bagan Alir Proses Penerbitan IMB Bangunan Gedung untuk Kepentingan Umum Bagan Tata Cara Penerbitan IMB Bangunan Gedung Fungsi Khusus Bagan Alir Proses Penerbitan IMB Bangunan Gedung Fungsi Khusus Bagan Tata Cara Pengesahan Dokumen Rencana Teknis

Lampiran 3 Lampiran 4

Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 iv

Lampiran 10

Lampiran 11

Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18

Bangunan Gedung 9.1 Bangunan Gedung pada Umumnya 9.2 Bangunan Gedung Tertentu Contoh Formulir Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung 10.1 Bangunan Gedung pada Umumnya 10.2 Bangunan Gedung Fungsi Khusus Contoh Rumus Penghitungan Retribusi dan Tabel Komponen Retribusi 11.1 Rumus Penghitungan Retribusi IMB 11.2 Tabel Komponen Retribusi untuk Penghitungan Besarnya Retribusi IMB Contoh Indeks Sebagai Faktor Pengali Harga Satuan Retribusi IMB Tabel Penetapan Indeks Terintegrasi Penghitungan Besarnya Retribusi IMB untuk Bangunan Gedung Contoh Penetapan Indeks Terintegrasi Penghitungan Besarnya Retribusi IMB untuk Bangunan Gedung Tabel Penetapan Indeks Penghitungan Besarnya Retribusi IMB untuk Prasarana Bangunan Gedung Daftar Kode dan Indeks Penghitungan Besarnya Retribusi IMB Tabel Satuan Retribusi IMB Contoh Dokumen Izin Mendirikan Bangunan Gedung 18.1 Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung 18.2 Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung (Lampiran a) 18.3 Gambar Situasi (Lampiran b) 18.4 Pembekuan dan Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan Gedung (Lampiran c) 18.5 Penghitungan Besarnya Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Gedung (Lampiran d)

v

BAGIAN I

KETENTUAN

UMUM

PENGERTIAN Dalam pedoman teknis ini yang dimaksud dengan: 1. Pedoman teknis adalah acuan teknis yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Pemerintah dalam bentuk ketentuan teknis penyelenggaraan bangunan gedung. 2. Standar teknis adalah standar yang dibakukan sebagai standar tata cara, standar spesifikasi, dan standar metode uji baik berupa Standar Nasional Indonesia maupun standar internasional yang diberlakukan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. 3. Pemohon adalah orang atau badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan yang mengajukan permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung kepada pemerintah kabupaten/kota, kecuali Provinsi DKI Jakarta adalah pemerintah provinsi, atau kepada pemerintah, untuk bangunan gedung fungsi khusus. 4. Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung. 5. Pengguna bangunan gedung adalah pemilik bangunan gedung dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau mengelola bangunan gedung atau bagian bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan. 6. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan gedung sebagai dasar pemenuhan tingkat persyaratan administratif dan persyaratan teknisnya. 7. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya

berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian

1

BAGIAN I KETENTUAN UMUM

PENGERTIAN

atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. 8. Bangunan gedung tertentu adalah bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan umum dan bangunan gedung fungsi khusus, yang dalam pembangunan dan/atau pemanfaatannya membutuhkan

pengelolaan khusus dan/atau memiliki kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan lingkungannya. 9. Bangunan gedung untuk kepentingan umum adalah bangunan gedung yang fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun sosial dan budaya. 10. Bangunan gedung fungsi khusus adalah bangunan gedung yang fungsinya mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi untuk kepentingan nasional, atau yang penyelenggaraannya dapat membahayakan

masyarakat di sekitarnya dan/atau mempunyai risiko bahaya tinggi. 11. Lingkungan bangunan gedung adalah lingkungan di sekitar bangunan gedung yang menjadi pertimbangan penyelenggaraan bangunan gedung baik dari segi sosial, budaya, maupun dari segi ekosistem. 12. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah. 13. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTRKP) adalah penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten/kota ke dalam rencana pemanfaatan kawasan perkotaan. 14. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu kawasan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan. 15. Keterangan Rencana Kabupaten/Kota adalah informasi tentang

persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang diberlakukan oleh

2

pemerintah kabupaten/kota pada lokasi tertentu.

BAGIAN I KETENTUAN UMUM

PENGERTIAN

16. Surat Izin Peruntukan dan Penggunaan Tanah (SIPPT) adalah dokumen yang diterbitkan oleh gubernur, bupati/walikota untuk dapat memanfaatkan bidang tanah dengan batas minimum luas tertentu, sebagai pengendalian peruntukan lokasi. 17. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka persentase berdasarkan perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai

rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. 18. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka persentase

perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. 19. Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah

perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. 20. Koefisien Tapak Basemen (KTB) adalah angka persentase berdasarkan perbandingan antara luas tapak basemen dan luas lahan/tanah

perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. 21. Perencanaan teknis adalah proses membuat gambar teknis bangunan gedung dan kelengkapannya yang mengikuti tahapan prarencana, pengembangan rencana dan penyusunan gambar kerja yang terdiri atas: rencana arsitektur, rencana struktur, rencana mekanikal/elektrikal, rencana tata ruang luar, tata ruang-dalam/interior serta rencana spesifikasi teknis, rencana anggaran biaya, dan perhitungan teknis pendukung pedoman dan standar teknis yang berlaku. 22. Pertimbangan teknis adalah pertimbangan dari tim ahli bangunan gedung yang disusun secara tertulis dan profesional terkait dengan pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung baik dalam proses sesuai

3

BAGIAN I KETENTUAN UMUM

PENGERTIAN

pembangunan,

pemanfaatan,

pelestarian,

maupun

pembongkaran

bangunan gedung. 23. Persetujuan rencana teknis adalah pernyataan tertulis tentang telah dipenuhinya seluruh persyaratan dalam rencana teknis bangunan gedung yang telah dinilai/dievaluasi. 24. Pengesahan rencana teknis adalah pernyataan hukum dalam bentuk pembubuhan tanda tangan pejabat yang berwenang serta stempel/cap resmi, yang menyatakan kelayakan dokumen yang dimaksud dalam persetujuan tertulis atas pemenuhan seluruh persyaratan dalam rencana teknis bangunan gedung dalam bentuk izin mendirikan bangunan gedung. 25. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung. 26. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi. 27. Perawatan adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi. 28. Pemugaran bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan adalah kegiatan memperbaiki, memulihkan kembali bangunan gedung ke bentuk aslinya. 29. Pelestarian adalah kegiatan pemeliharaan, perawatan serta pemugaran, bangunan gedung dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki. 30. Pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik sehingga setiap penyelenggaraan bangunan

4

gedung dapat berlangsung tertib dan tercapai keandalan bangunan

BAGIAN I KETENTUAN UMUM

PENGERTIAN

gedung yang sesuai dengan fungsinya, serta terwujudnya kepastian hukum. 31. Pengaturan adalah penyusunan dan pelembagaan peraturan perundangundangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung sampai di daerah dan operasionalisasinya di masyarakat. 32. Pemberdayaan adalah kegiatan untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan hak, kewajiban, dan peran para penyelenggara bangunan gedung dan aparat pemerintah daerah dalam penyelenggaraan bangunan gedung. 33. Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan peraturan perundang-undangan bidang bangunan gedung dan upaya penegakan hukum. 34. Laik fungsi adalah suatu kondisi bangunan gedung yang memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung yang ditetapkan. 35. Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung adalah berbagai kegiatan masyarakat yang merupakan perwujudan kehendak dan keinginan masyarakat untuk memantau dan menjaga ketertiban, memberi masukan, menyampaikan pendapat dan pertimbangan, serta melakukan gugatan gedung. 36. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung, termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang perwakilan berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan

berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung. 37. Dengar pendapat publik adalah forum dialog yang diadakan untuk mendengarkan dan menampung aspirasi masyarakat baik berupa pendapat, pertimbangan maupun usulan dari masyarakat umum sebagai masukan untuk menetapkan kebijakan pemerintah daerah/Pemerintah dalam penyelenggaraan bangunan gedung. 38. Gugatan perwakilan adalah gugatan yang berkaitan dengan

penyelenggaraan bangunan gedung yang diajukan oleh satu orang atau

5

BAGIAN I KETENTUAN UMUM

PENGERTIAN

lebih yang mewakili kelompok dalam mengajukan gugatan untuk kepentingan mereka sendiri dan sekaligus mewakili pihak yang dirugikan yang memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompok yang dimaksud. 39. Retribusi pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung adalah dana yang dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota, kecuali Provinsi DKI Jakarta oleh pemerintah provinsi, atas pelayanan yang diberikan dalam rangka pembinaan melalui penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung untuk biaya pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi pengecekan, pengukuran lokasi, pemetaan, pemeriksaan dan penatausahaan proses penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung. 40. Retribusi administrasi izin mendirikan bangunan gedung adalah dana yang dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota, kecuali Provinsi DKI Jakarta oleh pemerintah provinsi atas pelayanan yang diberikan untuk biaya proses administrasi yang meliputi pemecahan dokumen Izin Mendirikan Bangunan Gedung, pembuatan duplikat/copy, pemutakhiran data atas permohonan pemilik bangunan gedung, dan/atau perubahan non teknis lainnya. 41. Indeks terintegrasi atau terpadu adalah bilangan hasil korelasi matematis dari indeks parameter-parameter fungsi, klasifikasi, dan waktu penggunaan bangunan gedung, sebagai faktor pengali terhadap harga satuan retribusi untuk menghitung besaran retribusi. 42. Penyedia jasa konstruksi bangunan gedung adalah orang perorangan atau badan hukum yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi bidang bangunan gedung, meliputi perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengawas/manajemen konstruksi, termasuk pengkajian teknis bangunan gedung dan penyedia jasa konstruksi lainnya. 43. Tim Ahli Bangunan Gedung adalah tim yang terdiri dari para ahli yang terkait dengan penyelenggaraan bangunan gedung untuk memberikan pertimbangan teknis dalam proses penelitian dokumen rencana teknis

6

dengan masa penugasan terbatas, dan juga untuk memberikan masukan

BAGIAN I KETENTUAN UMUM

PENGERTIAN

dalam penyelesaian masalah penyelenggaraan bangunan gedung tertentu yang susunan anggotanya ditunjuk secara kasus per kasus disesuaikan dengan kompleksitas bangunan gedung tertentu tersebut. 44. Instansi teknis pembina penyelenggaraan bangunan gedung di daerah adalah dinas atau bidang yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang bangunan gedung di kabupaten/kota, kecuali Provinsi DKI Jakarta adalah di provinsi.

7

B A G I A N II

TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

A.

POLA UMUM PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah, dan oleh Pemerintah atau pemerintah provinsi untuk bangunan gedung fungsi khusus, kepada pemilik bangunan gedung untuk kegiatan meliputi: Pembangunan bangunan gedung baru, dan/atau prasarana bangunan gedung; Rehabilitasi/renovasi bangunan gedung dan/atau prasarana bangunan gedung, meliputi perbaikan/perawatan, perubahan, perluasan/

pengurangan; dan Pelestarian/pemugaran.

Dalam proses penerbitan IMB, pemerintah daerah, Pemerintah dan pemerintah provinsi untuk bangunan gedung fungsi khusus,

melaksanakan dengan prinsip pelayanan prima, serta mengendalikan penerapan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang ditetapkan dalam rencana teknis. Prinsip layanan IMB seperti pada Lampiran 1 pedoman teknis ini. 1. Penyelenggaraan Bangunan Gedung a. Lingkup penyelenggaraan bangunan gedung Penyelenggaraan bangunan gedung sebagai satu kesatuan sistem dalam pelaksanaan urusan wajib pemerintahan di bidang bangunan pelestarian, gedung, dan meliputi: pembangunan, bangunan pemanfaatan, gedung pada

pembongkaran

umumnya dan bangunan gedung tertentu. b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dilakukan dengan: 1) Penerbitan IMB;

8

8

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

A. POLA UMUM PENGATURAN

2)

Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung dan Perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung; dan

3)

Persetujuan Rencana Teknis Pembongkaran Bangunan Gedung.

c. Izin Mendirikan Bangunan Gedung IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis yang telah disetujui oleh pemerintah daerah, Pemerintah untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah provinsi lainnya untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayahnya diberikan untuk dapat memulai pelaksanaan konstruksi bangunan gedung. Penyelenggaraan bangunan gedung sebagai satu kesatuan sistem seperti pada Lampiran 2.1 dan Lampiran 2.2 pedoman teknis ini. 2. Prinsip-prinsip Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung Penerbitan IMB sebagai bagian dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) oleh pemerintah daerah, Pemerintah untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah provinsi lainnya untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayahnya, harus dilandasi prinsip-prinsip meliputi: a. Pelayanan prima Proses pemeriksaan (pencatatan dan penelitian) termasuk pengkajian, penilaian/evaluasi, persetujuan, dan pengesahan dokumen rencana teknis berupa penerbitan IMB dilakukan dengan: 1) Prosedur yang jelas sesuai dengan proses dan kelengkapan yang diperlukan berdasarkan tingkat kompleksitas

permasalahan rencana teknis;

9

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

A. POLA UMUM PENGATURAN

2)

Waktu proses yang singkat berdasarkan penggolongan sesuai dengan tingkat kompleksitas prosedur penerbitan IMB;

3)

Transparansi dalam pelayanan dan informasi termasuk penghitungan/penetapan besarnya retribusi IMB yang

dilakukan secara objektif, proporsional dan terbuka; dan 4) Keterjangkauan yaitu besarnya retribusi IMB sesuai dengan lingkup dan jenis bangunan gedung serta tingkat

kemampuan ekonomi masyarakat. b. Sebagai prasyarat IMB merupakan prasyarat untuk mendapatkan pelayanan utilitas umum kabupaten/kota yang meliputi penyambungan jaringan listrik, air minum, telepon dan gas. 3. Penggolongan Bangunan Gedung a. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung 1) Fungsi bangunan gedung a) Fungsi bangunan gedung harus memenuhi ketentuan peruntukan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTRKP), dan/atau

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL ) yang bersangkutan. b) Fungsi bangunan meliputi fungsi hunian, fungsi

keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial budaya, serta fungsi khusus. c) Bangunan gedung dapat dirancang memiliki lebih dari satu fungsi, dengan tetap memenuhi ketentuan dalam

10

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

A. POLA UMUM PENGATURAN

RTRW

Nasional,

RTRW

provinsi,

RTRW

kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL. 2) Klasifikasi bangunan gedung a) Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat

kompleksitas meliputi: (1) (2) (3) b) Bangunan gedung sederhana; Bangunan gedung tidak sederhana; dan Bangunan gedung khusus. bangunan gedung berdasarkan tingkat

Klasifikasi

permanensi meliputi: (1) (2) (3) c) Bangunan gedung permanen; Bangunan gedung semi permanen; dan Bangunan gedung darurat atau sementara.

Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat risiko kebakaran meliputi: (1) (2) Bangunan gedung tingkat risiko kebakaran tinggi; Bangunan sedang; dan (3) Bangunan gedung tingkat risiko kebakaran rendah. gedung tingkat risiko kebakaran

d)

Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan pada zonasi gempa, mengikuti tingkat zonasi gempa yang

ditetapkan oleh instansi yang berwenang meliputi: (1) (2) (3) (4) (5) (6) e) Zona I / minor; Zona II / minor; Zona III / sedang; Zona IV / sedang; Zona V / kuat; dan Zona VI / kuat. bangunan gedung berdasarkan lokasi

Klasifikasi meliputi:

11

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

A. POLA UMUM PENGATURAN

(1) (2) (3) f)

Bangunan gedung di lokasi padat; Bangunan gedung di lokasi sedang; dan Bangunan gedung di lokasi renggang.

Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan ketinggian meliputi: (1) Bangunan gedung bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 8 (delapan) lantai; (2) Bangunan gedung bertingkat sedang dengan jumlah lantai 5 (lima) lantai sampai dengan 8 (delapan) lantai; dan (3) Bangunan gedung bertingkat rendah dengan jumlah lantai 1 (satu) lantai sampai dengan 4 (empat) lantai.

g)

Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan kepemilikan meliputi: (1) Bangunan gedung milik Negara, bangunan gedung milik yayasan dikategorikan sama dengan milik Negara dalam pengaturan berdasarkan

kepemilikan; (2) (3) Bangunan gedung milik badan usaha; dan Bangunan gedung milik perorangan. Bangunan gedung kedutaan besar negara asing dan bangunan gedung diplomatik lainnya

dikategorikan sebagai bangunan gedung milik perorangan. b. Penetapan dan perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung 1) Penetapan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung diusulkan oleh

12

pemilik bangunan gedung dalam pengajuan Permohonan

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

A. POLA UMUM PENGATURAN

IMB. Pemerintah daerah, menetapkan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung, kecuali bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah dan pemerintah provinsi lainnya. 2) Perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung a) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung dapat diubah melalui permohonan baru IMB yang diusulkan oleh pemilik dalam bentuk rencana teknis bangunan gedung sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW Nasional, RTRW provinsi, RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL. b) Dalam proses permohonan baru IMB, perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung harus diikuti dengan pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung yang ditetapkan oleh

pemerintah daerah, kecuali bangunan gedung fungsi khusus ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah provinsi lainnya. c. Penggolongan bangunan gedung untuk penerbitan IMB Penggolongan bangunan gedung untuk penerbitan

IMB sebagai dasar untuk menentukan lamanya (durasi) waktu proses penerbitan IMB meliputi: 1) Bangunan gedung pada umumnya a) Bangunan sederhana, gedung meliputi: hunian rumah rumah inti tinggal tumbuh, tunggal rumah

sederhana sehat, dan rumah deret sederhana; b) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal dan rumah deret sampai dengan 2 (dua) lantai ; dan c) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tidak sederhana 2 (dua) lantai atau lebih , bangunan gedung lainnya pada umumnya.

13

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

B. PROSES IZIN

2)

Bangunan gedung tertentu a) Bangunan gedung untuk kepentingan umum; dan b) Bangunan gedung fungsi khusus

B.

PROSES IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG 1. Keterangan Rencana Kabupaten/Kota a. Pemerintah daerah wajib memberikan Keterangan Rencana Kabupaten/Kota untuk lokasi yang bersangkutan kepada setiap orang atau badan hukum yang akan mengajukan permohonan IMB. b. Keterangan Rencana Kabupaten/Kota untuk lokasi yang

bersangkutan tersebut berisi ketentuan-ketentuan meliputi: 1) Fungsi bangunan gedung yang dapat dibangun pada lokasi bersangkutan; 2) 3) Ketinggian maksimum bangunan gedung yang diizinkan; Jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah dan KTB yang diizinkan, apabila membangun di bawah permukaan tanah; 4) Garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung yang diizinkan; 5) 6) 7) 8) 9) KDB maksimum yang diizinkan; KLB maksimum yang diizinkan; KDH minimum yang diwajibkan; KTB maksimum yang diizinkan; Jaringan utilitas kota; dan

10) Keterangan lainnya yang terkait. c. Dalam Keterangan Rencana Kabupaten/Kota dicantumkan

ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan meliputi:

14

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

B. PROSES IZIN

1)

Lokasi-lokasi yang terletak pada kawasan rawan bencana gempa; kawasan rawan longsor; kawasan rawan banjir, dan/atau lokasi yang kondisi tanahnya tercemar; dan

2)

Keterangan Rencana Kabupaten/Kota digunakan sebagai dasar penyusunan rencana teknis bangunan gedung.

2.

Proses Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung Proses penerbitan IMB disesuaikan dengan penggolongan

sebagaimana dimaksud pada butir 3.b. meliputi: a. IMB bangunan gedung pada umumnya 1) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal sederhana (rumah inti tumbuh dan rumah sederhana sehat), dan rumah deret sederhana a) Pengambilan Keterangan Rencana Kabupaten/Kota oleh pemohon di kantor pemerintah daerah. b) Penyediaan dokumen rencana teknis siap pakai

(prototip, dsb.) yang memenuhi persyaratan sesuai Keterangan Rencana Kabupaten/Kota. Gambar

rencana teknis diadakan/disiapkan oleh pemerintah daerah. c) Pengajuan Surat Permohonan IMB dengan

kelengkapan dokumen administratif dan dokumen rencana teknis. d) (1) Pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran

(pencatatan, penelitian) dokumen administratif dan dokumen rencana teknis, penilaian/evaluasi, serta persetujuan dokumen rencana teknis yang telah memenuhi persyaratan. (2) Dokumen administratif dan/atau dokumen rencana teknis yang belum memenuhi persyaratan

15

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

B. PROSES IZIN

dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/ diperbaiki. e) f) Penetapan besarnya retribusi IMB. Pembayaran retribusi IMB melalui lembaga keuangan yang sah. g) Penyerahan bukti penyetoran retribusi kepada

pemerintah daerah. h) Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat memulai pelaksanaan konstruksi. i) 2) Penerimaan dokumen IMB oleh pemohon.

Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal dan rumah deret - sampai dengan 2 (dua) lantai a) Pengambilan Keterangan Rencana Kabupaten/Kota oleh pemohon di kantor pemerintah daerah. b) Penyediaan dokumen rencana teknis yang dibuat oleh pemohon/pemilik (yang memiliki keahlian perencanaan bangunan gedung) dan terdaftar atau oleh penyedia jasa. c) Pengajuan Surat Permohonan IMB dengan

kelengkapan dokumen administratif dan dokumen rencana teknis. d) (1) Pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran

(pencatatan, penelitian) dokumen administratif dan dokumen rencana teknis, penilaian serta

persetujuan dokumen rencana teknis yang telah memenuhi persyaratan. (2) Dokumen administratif dan/atau dokumen rencana teknis yang belum memenuhi persyaratan

dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/ diperbaiki.

16

e)

Penetapan besarnya retribusi IMB.

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

B. PROSES IZIN

f)

Pembayaran retribusi IMB melalui lembaga keuangan yang sah.

g)

Penyerahan

bukti

pembayaran

retribusi

kepada

pemerintah daerah. h) Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat memulai pelaksanaan konstruksi. i) 3) Penerimaan dokumen IMB oleh pemohon.

Bangunan gedung hunian rumah tinggal tidak sederhana - 2 (dua) lantai atau lebih - dan bangunan gedung lainnya pada umumnya a) Pengambilan Keterangan Rencana Kabupaten/Kota oleh pemohon di kantor pemerintah daerah. b) Pengurusan SIPPT atau dokumen sejenisnya untuk luas tanah tertentu sesuai ketentuan daerah masingmasing. c) Penerbitan SIPPT atau dokumen sejenisnya yang ditandatangani oleh gubernur/bupati/walikota atau

pejabat lain yang ditunjuk olehnya. d) e) Penyediaan dokumen rencana teknis. Pengajuan Surat Permohonan IMB dengan

kelengkapan dokumen administratif, dokumen rencana teknis dan dokumen lain yang disyaratkan. f) (1) Pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran

(pencatatan, penelitian) dokumen administratif dan dokumen rencana teknis, penilaian serta

persetujuan dokumen rencana teknis yang telah memenuhi persyaratan. (2) Dokumen administratif dan/atau dokumen rencana teknis yang belum memenuhi persyaratan

dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/ diperbaiki.

17

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

B. PROSES IZIN

g) h)

Penetapan besarnya retribusi IMB. Pembayaran retribusi IMB melalui lembaga keuangan yang sah.

i)

Penyerahan

bukti

pembayaran

retribusi

kepada

pemerintah daerah. j) Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat memulai pelaksanaan konstruksi. k) Penerimaan dokumen IMB oleh pemohon.

Bagan tata cara dan bagan alir proses penerbitan IMB untuk bangunan gedung pada umumnya seperti pada Lampiran 3, Lampiran 4.1, Lampiran 4.2, dan Lampiran 4.3 pedoman teknis ini. b. IMB untuk bangunan gedung kepentingan umum 1) Pengambilan Keterangan Rencana Kabupaten/Kota oleh pemohon di kantor pemerintah daerah. 2) Pengurusan SIPPT atau dokumen sejenisnya untuk luas tanah tertentu sesuai ketentuan daerah. 3) Penerbitan SIPPT atau dokumen sejenisnya, yang

ditandatangani oleh gubernur/bupati/walikota atau pejabat lain yang ditunjuk olehnya. 4) Penyediaan dokumen Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan/UPL/UKL. 5) 6) 7) Pengurusan persetujuan/rekomendasi dari instansi terkait. Penyediaan dokumen rencana teknis. Pengajuan Surat Permohonan IMB dengan kelengkapan dokumen administratif, dokumen rencana teknis, dan

dokumen lain yang disyaratkan. 8) a) Pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran (pencatatan, penelitian) dokumen administratif dan dokumen rencana

18

teknis.

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

B. PROSES IZIN

b)

Dokumen administratif dan/atau dokumen rencana teknis yang belum memenuhi persyaratan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/diperbaiki.

9)

a)

Pengkajian dokumen rencana teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b)

Dokumen rencana teknis yang belum memenuhi persyaratan dikembalikan kepada pemohon untuk diperbaiki.

10) a)

Pelaksanaan dengar pendapat publik sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

b)

Dokumen rencana teknis yang belum memperhatikan hasil dengar pendapat publik dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/diperbaiki.

11) Pemberian nasihat dan pertimbangan teknis profesional. 12) Penilaian/evaluasi dan persetujuan dokumen rencana teknis. 13) Penetapan besarnya retribusi IMB. 14) Pembayaran retribusi IMB melalui lembaga keuangan yang sah. 15) Penyerahan bukti pembayaran retribusi kepada pemerintah daerah. 16) Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat memulai pelaksanaan konstruksi. 17) Penerimaan dokumen IMB oleh pemohon. Bagan tata cara dan bagan alir proses penerbitan IMB untuk bangunan gedung kepentingan umum seperti pada Lampiran 5 dan Lampiran 6 pedoman teknis ini.

19

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

B. PROSES IZIN

c. IMB untuk bangunan gedung fungsi khusus 1) Penetapan sebagai bangunan gedung fungsi khusus oleh Menteri Pekerjaan Umum untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah Provinsi DKI Jakarta, atau gubernur untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah provinsi lainnya berdasarkan permohonan dari pemilik/pengguna bangunan gedung. 2) Pengambilan Keterangan Rencana Kabupaten/Kota oleh pemohon di kantor pemerintah daerah. 3) Pengurusan SIPPT atau dokumen sejenisnya untuk luas tanah tertentu sesuai ketentuan daerah. 4) Penerbitan SIPPT atau dokumen sejenisnya, yang

ditandatangani oleh gubernur/bupati/walikota atau pejabat lain yang ditunjuk. 5) Penyediaan dokumen Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan/UPL/UKL. 6) Pengurusan persetujuan/rekomendasi dari instansi terkait lainnya. 7) 8) Penyediaan dokumen rencana teknis. Pengajuan Surat Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung dengan kelengkapan dokumen administratif,

dokumen rencana teknis dan dokumen lain yang disyaratkan kepada Menteri Pekerjaan Umum untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah Provinsi DKI Jakarta, atau kepada gubernur untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah provinsi lainnya. 9) a) Pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran (pencatatan, penelitian) dokumen administratif dan dokumen rencana teknis. b) Dokumen administratif dan/atau dokumen rencana teknis yang belum memenuhi persyaratan

20

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

B. PROSES IZIN

dikembalikan kepada diperbaiki. 10) a) b)

pemohon

untuk

dilengkapi/

Pengkajian dokumen rencana teknis; Dokumen rencana teknis yang belum memenuhi persyaratan dikembalikan kepada pemohon untuk diperbaiki;

11)

a)

Pelaksanaan dengar pendapat publik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b)

Dokumen rencana teknis yang belum memperhatikan hasil dengar pendapat publik dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/diperbaiki.

12) 13) 14) 15)

Pemberian nasihat dan pertimbangan teknis profesional. Penilaian/evaluasi dan persetujuan dokumen rencana teknis. Penetapan besarnya retribusi IMB. Penetapan kuasa pemungutan retribusi IMB bangunan gedung fungsi khusus dari Menteri PU kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah Provinsi DKI Jakarta, dan kepada gubernur lainnya untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayahnya sebagai pelaksanaan tugas dekonsentrasi dari Pemerintah.

16)

Pembayaran retribusi IMB melalui lembaga keuangan yang sah.

17)

Penyerahan bukti pembayaran retribusi kepada pemerintah daerah.

18)

Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat memulai pelaksanaan konstruksi.

19)

Penerimaan dokumen IMB oleh pemohon.

Bagan tata cara dan bagan alir proses penerbitan IMB untuk a bangunan gedung fungsi khusus seperti pada Lampiran 7 dan Lampiran 8 pedoman teknis ini.

21

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

B. PROSES IZIN

3.

Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung Secara Bertahap Pada pembangunan bangunan gedung di kota yang berkembang pesat dan jadwal pelaksanaan konstruksi yang optimum, pemerintah daerah dapat mempertimbangkan penerbitan IMB dengan tahapan yang merupakan satu kesatuan dokumen, sepanjang

tidak melampaui batas waktu yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung untuk

Pembangunan Bangunan Gedung Secara Massal Pembangunan bangunan gedung secara massal, seperti bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal, dan rumah deret di satu kawasan, prinsipnya mengikuti proses sebagaimana dimaksud pada butir B.2.a.3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 5. Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung untuk

Pembangunan dengan Strata Title Pembangunan bangunan gedung dengan strata title, seperti bangunan gedung rumah susun atau apartemen bertingkat,

prinsipnya mengikuti proses sebagaimana dimaksud pada butir B.2.a.1), butir B.2.a.2), butir B.2.a.3) dan butir B.2.a.4) dengan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait. 6. Pelayanan Administrasi Izin Mendirikan Bangunan Gedung Pemilik bangunan gedung dapat mengajukan pelayanan administrasi IMB, untuk: a. Pembuatan duplikat/kopi dokumen IMB yang dilegalisasikan sebagai pengganti dokumen IMB yang hilang atau rusak, dengan melampirkan keterangan hilang tertulis dari instansi yang

22

berwenang.

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

C. TATA CARA PENGESAHAN

b. Pemecahan dokumen IMB sesuai dengan perubahan pemecahan dokumen IMB dan/atau kepemilikan tanah dan perubahan data lainnya, atas permohonan yang bersangkutan. c. Bangunan gedung yang sudah terbangun yang belum memiliki IMB dan diwajibkan mengajukan permohonan IMB sesuai ketentuan daerah masing-masing. C. TATA CARA PENGESAHAN DOKUMEN RENCANA TEKNIS 1. Proses Penyelenggaraan Bangunan Gedung pada Umumnya a. Dalam proses penerbitan IMB, dokumen rencana teknis: 1) Wajib mengikuti persyaratan dalam RTRW Nasional, RTRW provinsi, RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL. 2) Pada lokasi yang terdapat program instansi yang terkait dalam penyelenggaraan kepentingan prasarana umum dan sarana jalan, atau jalur

pelayanan

(seperti

penerbangan, telekomunikasi, gas, listrik, pertahanan dan keamanan) harus mendapat persetujuan/rekomendasi dari instansi terkait atau pembina penyelenggaraan prasarana dan sarana yang dimaksud. 3) Dokumen rencana teknis diperiksa (dicatat dan diteliti), dinilai/dievaluasi dan disetujui oleh pemerintah daerah melalui/cq. instansi teknis pembina penyelenggaraan

bangunan gedung. 4) Persetujuan diperoleh pemohon tanpa pungutan biaya atau secara cuma-cuma. b. Bupati/walikota, kecuali Provinsi DKI Jakarta adalah Gubernur, menerbitkan surat perintah pembayaran retribusi IMB kepada pemohon.

23

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

C. TATA CARA PENGESAHAN

c. Pemohon melakukan pembayaran retribusi IMB melalui lembaga keuangan yang sah, setelah dokumen rencana teknis mendapat persetujuan sebagaimana dimaksud pada butir a. d. Bupati/walikota, kecuali Provinsi DKI Jakarta adalah Gubernur, menerbitkan pengesahan Izin Mendirikan Bangunan teknis Gedung setelah sebagai pemohon

dokumen

rencana

menyelesaikan pembayaran retribusi IMB dengan menyerahkan bukti pembayaran retribusi IMB (penyetoran uang) melalui lembaga keuangan yang sah. Tata cara pengesahan dokumen rencana teknis bangunan gedung pada umumnya seperti pada Lampiran 9.1 pedoman teknis ini. 2. Proses Penyelenggaraan Bangunan Gedung Tertentu a. Dalam proses penerbitan IMB, dokumen rencana teknis: 1) Wajib mengikuti persyaratan dalam RTRW Nasional untuk bangunan gedung fungsi khusus, RTRW provinsi, RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL. 2) Disusun dengan mengacu pada rekomendasi/hasil Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang diwajibkan untuk bangunan gedung tertentu, atau Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL). 3) Pada lokasi yang terdapat program instansi yang terkait dalam penyelenggaraan kepentingan prasarana umum dan sarana jalan, atau jalur pelayanan (seperti

penerbangan, telekomunikasi, gas, listrik, serta pertahanan dan keamanan) harus mendapat persetujuan/rekomendasi dari 4) instansi terkait atau pembina penyelenggaraan prasarana dan sarana yang dimaksud. Dokumen rencana teknis melalui proses:

24

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

C. TATA CARA PENGESAHAN

a)

Dokumen rencana teknis bangunan gedung untuk kepentingan umum, diperiksa (dicatat dan diteliti) oleh pemerintah daerah melalui/cq. instansi teknis pembina penyelenggaraan bangunan gedung, dan dikaji oleh Tim Ahli Bangunan Gedung untuk disampaikan dalam dengar pendapat publik.

b)

Dokumen rencana teknis bangunan gedung fungsi khusus, diperiksa (dicatat dan diteliti) oleh Pemerintah cq. Departemen Pekerjaan Umum untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah provinsi lainnya untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayahnya, dikaji oleh Tim Ahli Bangunan Gedung untuk disampaikan dalam dengar pendapat publik.

c)

Pertimbangan teknis oleh Tim Ahli Bangunan Gedung untuk dokumen rencana teknis yang telah disetujui dalam dengar pendapat publik: (1) Dokumen rencana teknis bangunan gedung untuk kepentingan umum, dinilai/dievaluasi dan disetujui oleh pemerintah kabupaten/kota, kecuali Provinsi DKI Jakarta adalah pemerintah provinsi, cq. instansi (2) Dokumen tertentu disetujui teknis rencana fungsi oleh pembina teknis penyelenggaraan bangunan cq. gedung dan bangunan gedung. khusus, dinilai/dievaluasi

Pemerintah

Departemen

Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan berkoordinasi dengan pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menjadi lokasi pembangunan bangunan gedung tertentu fungsi khusus.

25

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

C. TATA CARA PENGESAHAN

untuk d)

lokasi

lainnya,

pemerintah

provinsi

berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota. Persetujuan diperoleh pemohon tanpa pungutan biaya atau secara cuma-cuma. b. Penetapan pembayaran retribusi IMB dilakukan oleh: 1) Bupati/walikota, kecuali Provinsi DKI Jakarta adalah Gubernur, menerbitkan surat perintah pembayaran retribusi IMB (Surat Setoran Retribusi Daerah) kepada pemohon untuk bangunan gedung kepentingan umum. 2) Gubernur DKI Jakarta menerbitkan surat perintah pembayaran retribusi IMB (Surat Setoran Retribusi Daerah) fungsi khusus di wilayah Provinsi DKI Jakarta kepada pemohon, berdasarkan surat kuasa pemungutan retribusi IMB untuk bangunan gedung fungsi khusus dari Menteri Pekerjaan Umum. 3) Bupati/walikota di provinsi lainnya, menerbitkan surat perintah pembayaran retribusi IMB (Surat Setoran Retribusi Daerah) untuk bangunan gedung fungsi khusus kepada pemohon, berdasarkan surat kuasa pemungutan retribusi IMB sebagai pelaksanaan tugas dekonsentrasi dari Menteri Pekerjaan 4) Umum kepada gubernur provinsi yang bersangkutan. Pemohon melakukan pembayaran retribusi IMB ke kas daerah melalui lembaga keuangan yang sah. c. Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung 1) Bupati/walikota, kecuali Provinsi DKI Jakarta adalah

Gubernur, menerbitkan IMB untuk bangunan gedung pada umumnya, sebagai dan bangunan gedung kepentingan umum

pengesahan dokumen rencana teknis setelah

pemohon menyelesaikan pembayaran retribusi IMB dengan menyerahkan bukti pembayaran (penyetoran uang) melalui

26

lembaga keuangan yang sah.

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

2)

Menteri

Pekerjaan

Umum

menerbitkan

IMB

setelah

berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagai pengesahan dokumen rencana teknis setelah pemohon menyelesaikan pembayaran retribusi IMB dengan menyerahkan bukti pembayaran (penyetoran uang) melalui lembaga keuangan yang sah. 3) Gubernur provinsi lainnya sebagai pelaksanaan tugas dekonsentrasi dari Pemerintah, menerbitkan IMB untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayahnya sebagai pengesahan dokumen rencana teknis setelah pemohon menyelesaikan pembayaran retribusi IMB dengan

menyerahkan bukti pembayaran (penyetoran uang) melalui lembaga keuangan yang sah. Tata cara pengesahan dokumen rencana teknis bangunan gedung tertentu seperti pada Lampiran 9.2 pedoman teknis ini. D. PEMERIKSAAN GEDUNG 1. Pencatatan dan Penelitian Kelengkapan dan Kebenaran Dokumen Administratif a. Pemeriksaan terhadap status hak atas tanah meliputi PERMOHONAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

kelengkapan dan kebenaran dokumen kepemilikan: 1) Pemilik tanah sebagai pemilik bangunan gedung,

pemeriksaan yang dilakukan meliputi: a) b) Kebenaran dan keabsahan status hak atas tanah; Kejelasan dan kebenaran data kondisi/situasi tanah (letak/lokasi dan topografi/contour); dan c) Pernyataan bahwa tanah yang dimaksud tidak dalam status sengketa.

27

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

2)

Pemilik tanah bukan pemilik bangunan gedung, pemeriksaan yang dilakukan meliputi: a) b) Kebenaran dan keabsahan status hak atas tanah. Kejelasan dan kebenaran data kondisi/situasi tanah (letak/lokasi dan topografi/contour); c) Pernyataan dari pemilik tanah bahwa tanah tersebut tidak dalam status sengketa; dan d) Perjanjian tertulis antara pemilik tanah dan pemilik bangunan gedung.

b.

Pemeriksaan terhadap status kepemilikan bangunan gedung meliputi kelengkapan dan kebenaran dokumen: 1) Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung, atau dokumen bentuk lainnya sebagai bukti awal kepemilikan. 2) Data pemilik/pemohon bangunan gedung, meliputi nama, alamat, tempat/tanggal lahir, pekerjaan, nomor KTP, atau identitas lainnya, serta fotokopi KTP atau identitas lainnya.

2. Pencatatan dan Penelitian Kelengkapan Dokumen Rencana Teknis Pemeriksaan terhadap kelengkapan dokumen rencana teknis meliputi kelengkapan: a. b. c. d. Gambar arsitektur; Gambar sistem struktur; Gambar sistem utilitas (mekanikal dan elektrikal); Perhitungan struktur untuk bangunan gedung 2 lantai atau lebih, dan/atau bentang struktur lebih dari 6 m, disertai hasil penyelidikan tanah; e. Perhitungan utilitas (untuk bangunan gedung selain hunian rumah tinggal tunggal dan rumah deret); dan

28

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

f.

Data penyedia jasa perencanaan yaitu arsitektur, struktur, dan utilitas (mekanikal dan elektrikal).

3. Penelitian Kebenaran Rencana Teknis a. Pemeriksaan kebenaran data umum bangunan gedung meliputi: 1) Fungsi/klasifikasi bangunan gedung terhadap peruntukan lokasi; 2) Luas lantai dasar bangunan gedung terhadap KDB

maksimum dan/atau luas lantai basement terhadap KTB maksimum; 3) Total luas lantai bangunan gedung terhadap KLB maksimum; dan 4) Ketinggian maksimum. Penilaian dilakukan berdasarkan Keterangan Rencana bangunan gedung terhadap ketinggian

Kabupaten/Kota. b. Kebenaran rancangan arsitektur bangunan gedung meliputi: 1) 2) 3) 4) 5) Gambar site plan/situasi; Gambar denah; Gambar tampak; Gambar potongan; dan Spesifikasi umum finishing bangunan gedung.

Penilaian dilakukan berdasarkan pada persyaratan arsitektur dan lingkungan. c. Kebenaran rancangan struktur meliputi: 1) 2) 3) Gambar struktur bawah (pondasi); Gambar struktur atas, termasuk struktur atap; dan Spesifikasi umum struktur bangunan gedung.

29

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

Penilaian dilakukan berdasarkan pada persyaratan kekuatan dan ketahanan struktur dalam mendukung beban hidup dan beban mati, termasuk beban yang timbul akibat alam (angin dan gempa). d. Kebenaran rancangan utilitas (mekanikal dan elektrikal) meliputi: 1) 2) Gambar sistem utilitas (mekanikal dan elektrikal); Gambar kebakaran; 3) 4) 5) Gambar sistem sanitasi; Gambar sistem drainase; dan Spesifikasi umum utilitas (mekanikal dan elektrikal) sistem pencegahan dan penanggulangan

bangunan gedung. Penilaian dilakukan berdasarkan pada persyaratan pencegahan dan penanggulangan kebakaran, kesehatan, dan aksesibilitas termasuk kelengkapan sarana dan prasarana bangunan gedung. 4. Pengkajian oleh Tim Ahli Bangunan Gedung Untuk dokumen rencana teknis bangunan gedung tertentu Tim Ahli Bangunan Gedung berdasarkan tingkat kompleksitas permasalahan teknis dalam dokumen rencana teknis, melakukan pengkajian secara selektif terhadap subtansi yang menurut penilaian perlu dikaji lebih lanjut yang dapat meliputi: a. Pengkajian pemenuhan persyaratan teknis 1) Pengkajian kesesuaian dengan ketentuan persyaratan fungsi bangunan gedung Pengkajian secara teknis untuk menyimpulkan kesesuaian fungsi utama bangunan gedung yang diusulkan terhadap ketentuan dari pemerintah daerah sebagai bangunan gedung tertentu berdasarkan fungsinya yaitu: a) Fungsi keagamaan; Fungsi usaha;

30

b)

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

c) d) e) 2)

Fungsi sosial dan budaya; Fungsi khusus; dan dalam kategori fungsi ganda/campuran. kesesuaian dengan ketentuan/persyaratan

Pengkajian

bangunan gedung tertentu Pengkajian secara teknis untuk menyimpulkan kesesuaian bangunan gedung tertentu yang diusulkan terhadap

ketentuan kategori dan kriteria dari Pemerintah/pemerintah daerah tentang bangunan gedung fungsi khusus atau bangunan gedung untuk kepentingan umum. 3) Pengkajian kesesuaian dengan ketentuan/persyaratan

bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan Pengkajian secara teknis, sosial, budaya, dan ekonomi untuk menyimpulkan kesesuaian rencana teknis bangunan gedung yang diusulkan terhadap ketentuan atau rekomendasi dalam: a) b) c) 4) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL). kesesuaian dengan ketentuan/persyaratan

Pengkajian

klasifikasi fungsi bangunan gedung Pengkajian secara teknis untuk menyimpulkan kesesuaian klasifikasi ketentuan fungsi batasan bangunan lainnya gedung yang dan pemenuhan terhadap

diusulkan

ketentuan dari pemerintah daerah yang diizinkan tentang: a) b) c) d) e) Tingkat kompleksitas bangunan gedung; Tingkat permanensi bangunan gedung; Tingkat risiko kebakaran bangunan gedung; Zonasi gempa di lokasi bangunan gedung didirikan; Tingkat kepadatan bangunan gedung di peruntukan lokasi bangunan gedung didirikan; dan

31

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

f)

Tingkat ketinggian bangunan gedung di peruntukan lokasi bangunan gedung didirikan.

5)

Pengkajian kesesuaian dengan ketentuan/persyaratan tata bangunan Pengkajian secara teknis untuk menyimpulkan kesesuaian pemenuhan persyaratan teknis tata bangunan yang

diusulkan terhadap ketentuan dalam RTBL: a) Persyaratan gedung. b) Persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi: (1) (2) (3) Persyaratan penampilan bangunan gedung; Persyaratan tata ruang-dalam; dan Persyaratan keselarasan lingkungannya. c) Persyaratan pengendalian dampak lingkungan meliputi: (1) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Setiap bangunan gedung yang dalam keseimbangan, bangunan keserasian, gedung dan peruntukan dan intensitas bangunan

dengan

pembangunan/pemanfaatannya dampak penting terhadap

menimbulkan lingkungan harus

dilengkapi dengan AMDAL. (2) Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) Setiap kegiatan dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang menimbulkan dampak yang dapat diatasi dengan teknologi, tidak perlu dilengkapi AMDAL, tetapi dengan melakukan UPL dan UKL. Penyusunan AMDAL, UPL, dan UKL mengikuti peraturan perundang-undangan. 6) Pengkajian kesesuaian dengan ketentuan/persyaratan

32

keandalan bangunan gedung

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

Pengkajian secara teknis untuk menyimpulkan kesesuaian pemenuhan persyaratan keandalan bangunan gedung yang diusulkan terhadap ketentuan tentang: a) Persyaratan keselamatan (1) Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan meliputi: (a) Persyaratan struktur dan bahan struktur (kuat/kokoh, stabil, dan memenuhi

persyaratan kelayanan atau serviceability); (b) Persyaratan pembebanan, dan ketahanan terhadap gempa dan angin; (c) Perencanaan struktur atas termasuk struktur atap; (d) (e) Perencanaan struktur bawah (pondasi); dan Perhitungan struktur bangunan gedung (untuk bangunan gedung lebih dari 2 lantai, dan/atau bentang struktur lebih dari 6 meter, atau bangunan khusus). (2) Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir meliputi: (a) Perlindungan terhadap bahaya kebakaran meliputi: i. Sistem proteksi pasif;

ii. Sistem proteksi aktif; dan iii. Unit manajemen pengamanan kebakaran. (b) Instalasi penangkal petir untuk mengurangi risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir; (c) Instalasi listrik meliputi jaringan distribusi, beban listrik, dan sumber daya listrik; dan

33

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

(d)

Sistem

pengamanan

untuk

mencegah dan

terancamnya

keselamatan

penghuni

harta benda akibat bencana bahan peledak. b) Persyaratan kesehatan (1) Persyaratan sistem penghawaan (a) Ventilasi alami meliputi bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela, sarana lain yang dapat dibuka, dan/atau dapat berasal dari ruangan yang bersebelahan untuk

memberikan sirkulasi udara yang sehat; (b) Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan khususnya ruang perawatan,

pendidikan khususnya ruang kelas, dan bangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela, dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan

ventilasi alami; (c) Ventilasi mekanik/buatan, harus disediakan jika ventilasi alami tidak dapat memenuhi syarat; dan (d) Penerapan sistem ventilasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan energi prinsip-prinsip bangunan

penghematan gedung. (2)

dalam

Persyaratan sistem pencahayaan (a) Pencahayaan alami meliputi perencanaan pencahayaan alami dan penentuan besarnya iluminasi; (b) Bangunan gedung hunian rumah tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan

34

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

bangunan mempunyai alami; (c) Pencahayaan iluminasi,

pelayanan bukaan

umum

harus

untuk

pencahayaan

buatan,

meliputi

tingkat

konsumsi

energi,

perencanaan

sistem pencahayaan, penggunaan lampu, daya maksimum yang diizinkan, dan daya pencahayaan gedung; dan (d) Pencahayaan buatan untuk pencahayaan darurat harus dapat bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman. (3) Persyaratan sistem sanitasi dan air bersih (a) Sistem air bersih dengan persyaratan buatan di luar bangunan

dilengkapi/dipenuhi: i. Sumber air bersih (sumber air

berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan); ii. Kualitas air bersih; dan iii. Perencanaan sistem distribusi air bersih yang memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan. (b) Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah dipenuhi: i. Perencanaan/pemilihan sistem pengaliran atau pembuangan dan penggunaan dengan persyaratan dilengkapi/

peralatan yang dibutuhkan; dan ii. Perencanaan sistem pengolahan dan

pembuangannya.

35

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

(c)

Sistem pembuangan kotoran dan sampah dengan persyaratan dilengkapi/dipenuhi: i. Kapasitas pewadahan atau Tempat

Penampungan Sementara (TPS); ii. Bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah; dan iii. Bentuk penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya. (d) Sistem penyaluran air hujan dengan

persyaratan dilengkapi/dipenuhi: i. Perencanaan sistem penyaluran air hujan (diresapkan ke dalam tanah pekarangan, dan/atau dialirkan ke sumur resapan, dan/atau dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota); ii. Penyaluran air hujan yang dilakukan dengan cara lain (bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat diterima); dan iii. Persyaratan terbuka/tertutup, saluran lubang (saluran pemeriksa,

kemiringan saluran, dan bahan saluran). (4) Persyaratan penggunaan bahan bangunan gedung (a) Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan dengan persyaratan: i. Tidak mengandung bahan-bahan

berbahaya/beracun bagi kesehatan; dan ii. Aman bagi pengguna bangunan gedung. (b) Bahan bangunan yang tidak berdampak negatif terhadap lingkungan dengan

36

persyaratan:

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

i.

Tidak

menimbulkan

efek

silau

dan

pantulan; ii. Tidak menimbulkan efek peningkatan

suhu lingkungan di sekitarnya; iii. Pertimbangan prinsip-prinsip konservasi energi; dan iv. Mewujudkan bangunan gedung yang

serasi dan selaras dengan lingkungannya. (c) Pemanfaatan dan penggunaan bahan

bangunan lokal dengan persyaratan: i. Harus sesuai dengan kebutuhan; dan ii. Memperhatikan kelestarian lingkungan. c) Persyaratan kenyamanan (1) Kenyamanan ruang gerak dengan persyaratan memenuhi: (a) Pertimbangan pengguna, fungsi ruang, jumlah dan

perabot/peralatan,

aksesibilitas ruang; dan (b) (2) Persyaratan keselamatan dan kesehatan. hubungan antarruang dengan

Kenyamanan

persyaratan memenuhi: (a) Pertimbangan fungsi ruang, aksesibilitas

ruang, jumlah pengguna dan perabotan/ peralatan; (b) Sirkulasi antarruang horizontal dan vertikal; dan (c) (3) (4) Persyaratan keselamatan dan kesehatan.

Perencanaan sistem pengkondisian udara. Prinsip-prinsip penghematan energi dan

kelestarian lingkungan. (5) Perkiraan beban pendinginan.

37

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

(6)

Kenyamanan pandangan dari dalam bangunan gedung ke luar dengan persyaratan

mempertimbangkan: (a) Gubahan massa bangunan gedung,

rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan tata ruang-luar bangunan gedung, dan rancangan bentuk luar bangunan; (b) Pemanfaatan potensi ruang luar bangunan gedung dan penyediaan ruang terbuka hijau; dan (c) Pencegahan terhadap gangguan silau, dan pantulan sinar. (7) Kenyamanan pandangan dari luar ke dalam bangunan gedung dengan persyaratan

mempertimbangkan: (a) Rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan tata ruang-luar bangunan gedung, dan

rancangan bentuk luar bangunan gedung; dan (b) Keberadaan bangunan gedung yang ada dan/atau yang akan ada di sekitarnya. (8) Tingkat kenyamanan terhadap getaran dengan persyaratan mempertimbangkan: (a) (b) (c) (9) Baku tingkat getaran; Sumber getaran; dan Dampak getaran terhadap lingkungan.

Tingkat kenyamanan terhadap kebisingan dengan persyaratan mempertimbangkan: (a) (b) Baku tingkat kebisingan; Sumber kebisingan; dan Dampak kebisingan terhadap lingkungan.

38

(c)

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

d)

Persyaratan kemudahan (1) Kemudahan hubungan horizontal dengan

mempertimbangkan: (a) (b) Jumlah, ukuran, dan jenis pintu; Arah bukaan daun pintu dalam suatu

ruangan; dan (c) Ukuran koridor sebagai akses horizontal antar ruang. (2) Sarana hubungan vertikal antarlantai dengan mempertimbangkan: Jumlah, ukuran, dan konstruksi sarana hubungan vertikal (tangga, ram, lif, tangga berjalan/eskalator, dan/atau lantai berjalan/ travelator). (3) Sarana hubungan vertikal dengan ketinggian di atas 5 (lima) lantai dengan mempertimbangkan: (a) (b) (4) Jumlah, kapasitas, dan spesifikasi lif; dan Penyediaan lif kebakaran.

Tingkat penyediaan sarana evakuasi (kecuali untuk rumah tinggal tunggal dan rumah deret) dengan mempertimbangkan: (a) (b) (c) (d) Sistem peringatan bahaya bagi pengguna; Pintu keluar darurat; Jalur evakuasi untuk melakukan evakuasi; Kelengkapan tanda arah yang mudah dibaca dan jelas; dan (e) Manajemen penanggulangan bencana atau keadaan darurat (Disaster Management).

b. Penyusunan pertimbangan teknis Pertimbangan teknis yang disusun oleh Tim Ahli Bangunan Gedung sebagai kesimpulan dari hasil pengkajian berupa nasihat, pendapat, dan pertimbangan profesional secara tertulis

39

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

D. PEMERIKSAAN PERMOHONAN IZIN

merupakan masukan untuk penilaian/evaluasi dokumen rencana teknis dalam memberikan persetujuan pemenuhan persyaratan teknis oleh pemerintah daerah, Pemerintah dan pemerintah provinsi lainnya. 5. Penilaian/Evaluasi Penilaian/evaluasi dilakukan untuk penetapan keputusan terakhir tentang pemenuhan persyaratan teknis dari dokumen rencana teknis setelah mendapat pertimbangan teknis Tim Ahli Bangunan Gedung dengan ketentuan: a. Pada proses pengesahan dokumen rencana teknis bangunan gedung pada umumnya, hasil penilaian penelitian kebenaran rencana teknis sebagaimana pada butir D.3., selanjutnya dinilai dan dievaluasi oleh instansi teknis pembina penyelenggaraan bangunan gedung. b. Pada proses pengesahan dokumen rencana teknis bangunan gedung tertentu, hasil dari pemberian pertimbangan teknis dari Tim Ahli Bangunan Gedung pada butir D.4.b., selanjutnya: 1) Penilaian dokumen rencana teknis bangunan gedung untuk kepentingan umum dilakukan oleh instansi teknis pembina penyelenggaraan bangunan gedung pemerintah daerah. 2) Penilaian dokumen rencana teknis bangunan gedung fungsi khusus di wilayah Provinsi DKI Jakarta dilakukan oleh Pemerintah dengan berkoordinasi dengan Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta, dan untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah provinsi lainnya, pemerintah provinsi berkoordinasi wilayahnya. dengan pemerintah kabupaten/kota di

40

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

E. KELENGKAPAN DOKUMEN

6. Persetujuan dan Pengesahan Berdasarkan hasil penilaian/evaluasi sebagaimana dimaksud pada butir D.5.: a. Bupati/walikota, kecuali Provinsi DKI Jakarta adalah Gubernur, atau pejabat yang ditunjuk olehnya menyetujui, dan mengesahkan dokumen rencana teknis bangunan gedung pada umumnya dan dokumen rencana teknis bangunan gedung untuk kepentingan umum dalam bentuk IMB. b. Menteri Pekerjaan Umum atau pejabat yang ditunjuk olehnya, menyetujui, dan mengesahkan dokumen rencana teknis

bangunan gedung fungsi khusus dalam bentuk IMB, berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah Provinsi DKI Jakarta, dan gubernur provinsi lainnya atau pejabat yang ditunjuk olehnya untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayahnya, berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota. Tata cara pengesahan dokumen rencana teknis bangunan gedung fungsi khusus seperti pada Lampiran 9.2 pedoman teknis ini. E. KELENGKAPAN DOKUMEN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG Kelengkapan dokumen Izin Mendirikan Bangunan Gedung meliputi: 1. Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota tentang Izin Mendirikan

Bangunan Gedung, atau Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Keputusan Gubernur untuk bangunan gedung fungsi khusus; 2. Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung (Lampiran a) sebagai dokumen yang menyatakan fungsi, klasifikasi dan waktu penggunaan bangunan gedung yang dimaksud;

41

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

F. PERUBAHAN RENCANA TEKNIS

3. Gambar Situasi dan Rencana Teknis (Lampiran b) sebagai dokumen yang menunjukkan situasi letak bangunan gedung dalam bagian kota; 4. Pembekuan dan Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan Gedung (Lampiran c) sebagai dokumen untuk pencatatan dalam status IMB; dan 5. Penghitungan Besarnya Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Gedung (Lampiran d) sebagai dokumen penghitungan besarnya retribusi IMB sesuai dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung. F. PERUBAHAN RENCANA TEKNIS DALAM TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI 1. Dasar Perubahan Perubahan rencana teknis dalam tahap pelaksanaan konstruksi meliputi: a. Perubahan akibat kondisi, ukuran lahan kavling/persil yang tidak sesuai dengan rencana teknis, dan/atau adanya kondisi eksisting di bawah permukaan tanah yang tidak dapat diubah/dipindahkan berupa jaringan infrastruktur/prasarana, seperti kabel, saluran, dan pipa; b. Perubahan akibat perkembangan kebutuhan pemilik bangunan gedung, meliputi: penampilan arsitektur, perluasan, atau

pengurangan luas dan jumlah lantai, dan/atau tata ruang-dalam; dan c. Perubahan fungsi atas permintaan pemilik/pemohon.

2. Proses Administratif Perubahan Perizinan a. Perubahan rencana teknis yang dilakukan untuk penyesuaian dengan kondisi lapangan dan tidak mempengaruhi sistem

42

struktur,

dituangkan

dalam

as

built

drawings.

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

G. JANGKA WAKTU PROSES

b.

Perubahan rencana teknis yang mengakibatkan perubahan pada arsitektur, struktur, dan utilitas (mekanikal dan elektrikal), harus melalui permohonan baru/revisi IMB.

c.

Perubahan rencana teknis, karena perubahan fungsi harus melalui proses permohonan baru/revisi IMB dengan proses sesuai dengan penggolongan bangunan gedung untuk IMB.

d.

Ketentuan lebih lanjut mengenai proses administratif pelaksanaan penerbitan baru/revisi IMB meliputi kelengkapan dokumen

perubahan rencana teknis, pemeriksaan, dan penelitian kembali, serta tenggang waktu, ditetapkan oleh pemerintah daerah. e. Proses penerbitan baru/revisi IMB akibat perubahan, kecuali karena perubahan rencana teknis sebagaimana dimaksud pada butir 1.a. dikenakan retribusi secara proporsional sesuai dengan lingkup perubahan, dan tidak melampaui besarnya retribusi IMB pembangunan baru. G. JANGKA WAKTU PROSES PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN

BANGUNAN GEDUNG Proses penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung meliputi jangka waktu: 1. Proses Pemeriksaan dan Penelitian/Pengkajian Dokumen

Administratif dan Dokumen Rencana Teknis a. Jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak penerimaan surat Permohonan IMB dan kelengkapan dokumen administratif dan dokumen rencana teknis bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan kelengkapan; dan b. Dokumen administratif dan/atau dokumen rencana teknis yang belum memenuhi persyaratan kelengkapan, dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/diperbaiki.

43

BAGIAN II TATA CARA PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

H. PEMBEKUAN DAN PENCABUTAN

2. Proses Administratif Penyelesaian Dokumen IMB Dokumen IMB diterbitkan dengan jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak persetujuan dokumen rencana teknis untuk bangunan gedung teknis pada dari umumnya Tim Ahli termasuk Bangunan setelah Gedung adanya untuk

pertimbangan

persetujuan/pengesahan dokumen rencana teknis bangunan gedung tertentu. H. PEMBEKUAN DAN PENCABUTAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG 1. IMB dibekukan jika dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak peringatan ketiga atas pelanggaran, pemilik bangunan gedung tidak melakukan perbaikan. 2. IMB dicabut jika dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak dikenakan sanksi atas pelanggaran, pemilik bangunan gedung tidak melakukan perbaikan dan/atau penyelesaian atas sanksi yang dikenakan. I. PENDATAAN/PENDAFTARAN BANGUNAN GEDUNG Pendataan/pendaftaran bangunan gedung dilakukan bersamaan dengan proses permohonan IMB. Pendataan/pendaftaran bangunan gedung baru dilakukan berdasarkan data pada surat Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung (PIMB), dokumen administratif dan dokumen rencana teknis yang lengkap dan sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Tata cara pendataan dan pendaftaran bangunan gedung sesuai dengan pedoman teknis pendataan/pendaftaran bangunan gedung.

44

B A G I A N III

PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

A.

PERSYARATAN ADMINISTRATIF DOKUMEN UNTUK PERMOHONAN IMB Setiap permohonan IMB harus mengisi formulir Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung (PIMB) dan memenuhi persyaratan administratif, yang terdiri atas status hak atas tanah dan status kepemilikan bangunan gedung. Contoh formulir PIMB seperti pada Lampiran 10.1 dan Lampiran 10.2 pedoman teknis ini. 1. Status Hak Atas Tanah Setiap bangunan gedung yang didirikan harus pada lahan

kavling/persil yang status hak atas tanahnya jelas. Status hak atas tanah sebagai tanda bukti penguasaan atau kepemilikan tanah, harus dibuktikan dan/atau dilengkapi dengan: a. Surat bukti status hak atas tanah yang diputuskan oleh pemerintah daerah dapat berupa: 1) 2) Sertifikat tanah; Surat Keputusan Pemberian Hak Penggunaan atas Tanah oleh pejabat yang berwenang di bidang pertanahan; 3) 4) Surat kavling dari pemerintah daerah, atau Pemerintah; Fatwa tanah, atau rekomendasi dari Badan Pertanahan Nasional; 5) Surat girik/petuk/akta jual beli, yang sah disertai surat pernyataan pemilik bahwa tidak dalam status sengketa, yang diketahui lurah setempat; 6) Surat kohir verponding Indonesia, disertai pernyataan bahwa pemilik telah menempati lebih dari 10 tahun, dan disertai keterangan pemilik bahwa tidak dalam status sengketa yang diketahui lurah setempat; atau 7) Surat bukti kepemilikan tanah lainnya.

45

BAGIAN III PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN MENDIRIKAN ...

B. PERSYARATAN TEKNIS.

b. Surat perjanjian pemanfaatan/penggunaan tanah, merupakan perjanjian tertulis antara pemilik bangunan gedung dengan pemilik tanah, apabila pemilik bangunan gedung bukan pemilik tanah. c. Data kondisi/situasi tanah, merupakan data-data teknis tanah yang memuat informasi meliputi: 1) 2) 3) 4) 2. Gambar peta lokasi/lengkap dengan contournya; Batas-batas tanah yang dikuasai; Luas tanah; dan Data bangunan gedung eksisting (kalau ada).

Status Kepemilikan Bangunan Gedung Untuk permohonan IMB pembangunan bangunan gedung baru, status kepemilikan bangunan gedung yaitu dokumen keterangan diri pemilik yang mengajukan Permohonan IMB dan kepemilikan atas bangunan gedung memuat informasi sekurang-kurangnya: a. Nama (sebagai perorangan atau wakil pemilik/pengguna); b. Alamat; c. Tempat/tanggal lahir; d. Pekerjaan; e. Nomor KTP dan data identitas lainnya (Fotokopi KTP dan bukti identitas lainnya sebagai lampiran); f. Keterangan mengenai data bangunan gedung; dan g. Keterangan mengenai perolehan bangunan gedung. Untuk proses terkait dengan permohonan IMB kegiatan lainnya, status kepemilikan bangunan gedung berupa Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung. Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung sebagai dokumen status

46

kepemilikan mengikuti ketentuan dalam Peraturan Presiden.

BAGIAN III PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN MENDIRIKAN ...

B. PERSYARATAN TEKNIS.

3.

Dokumen/Surat-surat yang Terkait Dokumen/surat-surat yang terkait dapat berupa: a. SIPPT untuk pembangunan di atas tanah dengan luas minimum tertentu; b. Rekomendasi instansi/lembaga yang bertanggungjawab di bidang fungsi khusus (untuk bangunan gedung fungsi khusus); c. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan/UPL/UKL; dan/atau d. Rekomendasi instansi teknis terkait untuk bangunan gedung di atas/bawah prasarana dan sarana umum.

B.

PERSYARATAN TEKNIS DOKUMEN UNTUK PERMOHONAN IMB Kelengkapan minimal dokumen rencana teknis bangunan gedung yang disyaratkan dalam PIMB disesuaikan dengan penggolongan meliputi: 1. Rencana Teknis Bangunan Gedung pada Umumnya a. Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal sederhana, meliputi rumah inti tumbuh, rumah sederhana sehat, dan rumah deret sederhana 1) Data umum bangunan gedung memuat informasi meliputi: a) b) c) d) e) 2) Fungsi/klasifikasi bangunan gedung; Luas lantai dasar bangunan gedung; Total luas lantai bangunan gedung; Ketinggian/jumlah lantai bangunan gedung; dan Rencana pelaksanaan.

Rencana teknis bangunan gedung, meliputi: a) Gambar pra-rencana bangunan gedung, terdiri atas gambar siteplan/situasi, denah, tampak, dan gambar potongan; dan b) Spesifikasi teknis bangunan gedung.

47

BAGIAN III PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN MENDIRIKAN ...

B. PERSYARATAN TEKNIS.

b. Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal dan rumah deret sampai dengan 2 (dua) lantai 1) Data umum bangunan gedung, yang memuat informasi sebagaimana dimaksud pada butir a.1); 2) Rancangan arsitektur bangunan gedung sebagaimana

dimaksud pada butir a.2); 3) 4) Rancangan struktur secara sederhana/prinsip; dan Rancangan utilitas bangunan gedung secara sederhana/ prinsip. c. Bangunan gedung hunian rumah tinggal tidak sederhana - 2 lantai atau lebih - dan bangunan gedung lainnya pada umumnya 1) Data umum bangunan gedung memuat informasi

sebagaimana dimaksud pada butir a.1); 2) Rencana teknis bangunan gedung meliputi: a) Gambar rancangan arsitektur, terdiri atas gambar site plan/situasi, denah, tampak, potongan, dan spesifikasi umum finishing bangunan gedung; b) Gambar rancangan struktur, terdiri atas gambar struktur bawah (pondasi), struktur atas, termasuk struktur atap, dan spesifikasi umum struktur bangunan gedung; c) Gambar rancangan utilitas (mekanikal dan elektrikal), terdiri atas gambar sistem utilitas (mekanikal dan elektrikal), pengamanan gambar sistem sistem pencegahan sanitasi, dan sistem

kebakaran,

drainase, dan spesifikasi umum utilitas bangunan gedung; d) e) Spesifikasi umum bangunan gedung; Perhitungan struktur untuk bangunan gedung 2 (dua) lantai atau lebih dan/atau bentang struktur lebih dari

48

6 m; dan

BAGIAN III PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN MENDIRIKAN ...

C. PENYEDIA JASA.

f)

Perhitungan elektrikal).

kebutuhan

utilitas

(mekanikal

dan

2.

Rencana Teknis Bangunan Gedung untuk Kepentingan Umum a. Data umum bangunan gedung memuat informasi sebagaimana dimaksud pada butir 1.a.1); dan b. Rencana teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada butir 1.c.2).

3.

Rencana Teknis Bangunan Gedung Fungsi Khusus a. Data umum bangunan gedung memuat informasi sebagaimana dimaksud pada butir 1.a.1); b. Rencana teknis bangunan gedung, sebagaimana dimaksud pada butir 1.c.2); dan c. Rekomendasi instansi terkait. Kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud pada butir a. dan butir b. ditetapkan oleh pimpinan instansi/lembaga pembina yang bertanggungjawab di bidang fungsi khusus, sesuai dengan

pengaturan internal dan/atau internasional yang berlaku. 4. Rencana Teknis Bangunan Gedung Kedutaan Besar Negara Asing, dan Bangunan Gedung Diplomatik Lainnya Rencana teknis bangunan gedung kedutaan besar negara asing, dan bangunan gedung diplomatik lainnya mengikuti ketentuan untuk proses penerbitan IMB untuk bangunan gedung kepentingan umum, dan selain mengikuti persyaratan teknis setempat dapat

mempertimbangkan persyaratan teknis tertentu yang disyaratkan oleh Negara yang bersangkutan. C. PENYEDIA JASA Penyedia jasa untuk menyusun dokumen rencana teknis, yang mendapat

49

BAGIAN III PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN MENDIRIKAN ...

D. PELAKSANA PENGURUSAN PERMOHONAN...

tugas

harus

memenuhi

persyaratan

sesuai

ketentuan

peraturan

perundang-undangan. D. PELAKSANA PENGURUSAN PERMOHONAN IZIN MENDIRIKAN

BANGUNAN GEDUNG Pengurusan permohonan IMB dapat dilakukan oleh pemohon sendiri, atau dapat dengan menunjuk penanggung jawab perencanaan selaku

pelaksana pengurusan permohonan IMB yang resmi (authorized person) dengan surat kuasa bermeterai yang cukup.

50

B A G I A N IV

RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

A.

KETENTUAN KHUSUS PERIZINAN 1. Pemberian IMB sebagai bagian dari urusan wajib pemerintahan pada dasarnya tidak memungut retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan pe