PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK …cybex.pertanian.go.id/files/kp/PERMENTAN NO 67 TAHUN 2016...

download PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK …cybex.pertanian.go.id/files/kp/PERMENTAN NO 67 TAHUN 2016 TENT… · 12. Pelaku Usaha adalah setiap orang yang melakukan usaha sarana produksi

If you can't read please download the document

Transcript of PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK …cybex.pertanian.go.id/files/kp/PERMENTAN NO 67 TAHUN 2016...

  • PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 67/Permentan/SM.050/12/2016

    TENTANG

    PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : a. bahwa sebagai acuan dalam penyelenggaraan

    pembinaan kelembagaan petani telah ditetapkan

    Peraturan Menteri Pertanian Nomor

    82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman

    Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan

    Kelompoktani;

    b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum dalam

    pelayanan dan pembinaan Kelompok Tani dan

    Gabungan Kelompok Tani, Peraturan Menteri

    Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013

    tentang Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan

    Gabungan Kelompoktani perlu ditinjau kembali;

    c. bahwa untuk menindaklanjuti amanat Pasal 19 ayat

    (4) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang

    Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan

    Kehutanan, serta Pasal 70 ayat (1) Undang-Undang

    Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan

    Pemberdayaan Petani, perlu menetapkan Peraturan

    Menteri Pertanian tentang Pembinaan Kelembagaan

    Petani;

  • - 2 -

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang

    Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

    Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4660);

    2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang

    Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 5433);

    3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

    sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

    dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

    Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23

    Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 5679);

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang

    Pembiayaan, Pembinaan, dan Pengawasan Penyuluhan

    Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 5018);

    5. Peraturan Presiden Nomor 154 Tahun 2014 tentang

    Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan

    Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2014 Nomor 311);

    6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

    Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

  • - 3 -

    7. Peraturan Presiden Nomor 45 tahun 2015 tentang

    Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2015 Nomor 85);

    8. Keputusan Presiden Nomor 121/P/2014 tentang

    Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri

    Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;

    9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor

    43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi

    dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (Berita Negara

    Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1243);

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEMBINAAN

    KELEMBAGAAN PETANI.

    Pasal 1

    (1) Kelembagaan Petani ditumbuhkembangkan dari, oleh,

    dan untuk petani guna memperkuat dan

    memperjuangkan kepentingan petani.

    (2) Kelembagaan Petani sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) terdiri atas:

    a. kelompok tani;

    b. gabungan kelompok tani;

    c. asosiasi komoditas pertanian; dan

    d. dewan komoditas pertanian nasional.

    Pasal 2

    (1) Untuk meningkatkan kapasitas Kelembagaan Petani

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan

    pembinaan.

    (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    melibatkan Kelembagaan Penyuluhan dan Penyuluh.

  • - 4 -

    (3) Pembinaan Kelembagaan Petani sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I

    yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

    Peraturan Menteri ini.

    Pasal 3

    Instrumen pembinaan Kelembagaan Petani sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas:

    a. Rencana Definitif Kelompok Tani (RDK) dan Rencana

    Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK); dan

    b. Sistem Kerja Latihan, Kunjungan dan Supervisi

    (Sistem Kerja LAKU SUSI).

    Pasal 4

    (1) RDK dan RDKK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

    huruf a wajib disusun oleh kelompok tani.

    (2) Sistem Kerja LAKU SUSI sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 3 huruf b wajib dilakukan oleh Penyuluh.

    (3) Penyusunan RDK dan RDKK sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang

    merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

    Menteri ini.

    (4) Sistem Kerja LAKU SUSI sebagaimana dimaksud pada

    ayat (2) tercantum dalam Lampiran III yang

    merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

    Menteri ini.

    Pasal 5

    Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan

    Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/ OT.140/8/2013

    tentang Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan

    Kelompoktani (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

    2013 Nomor 1055), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

  • - 5 -

    Pasal 6

    Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

    diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

    pengundangan Peraturan Menteri ini dengan

    penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakarta

    pada tanggal 20 Desember 2016

    MENTERI PERTANIAN

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    AMRAN SULAIMAN

    Diundangkan di Jakarta

    pada tanggal 28 Desember 2016

    DIREKTUR JENDERAL

    PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

    KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    WIDODO EKATJAHJANA

    BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 2038

  • LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR : 67/Permentan/SM.050/12/2016

    TANGGAL : 20 Desember 2016

    PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sektor pertanian mempunyai peranan strategis terutama sebagai

    penyedia pangan rakyat Indonesia, berkontribusi nyata dalam

    penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, bioenergi, penyerapan

    tenaga kerja yang akan berdampak pada penurunan tingkat

    kemiskinan dan menjaga pelestarian lingkungan. Untuk mewujudkan

    kedaulatan dan kemandirian pangan diperlukan Pelaku Utama dan

    Pelaku Usaha profesional, andal, berkemampuan manajerial,

    kewirausahaan dan organisasi bisnis. Oleh karena itu, Pelaku Utama

    dan Pelaku Usaha mampu membangun usahatani yang berdaya saing

    dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan posisi tawarnya.

    Untuk itu, kapasitas dan kemampuan Pelaku Utama dan Pelaku Usaha

    terus ditingkatkan, salah satunya melalui penyuluhan dengan

    pendekatan pembinaan kelembagaan petani yang mencakup

    penumbuhan dan pengembangan kelembagaan petani, sehingga petani

    dapat berkumpul untuk menumbuhkembangkan kelembagaannya

    menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) yang berdaya saing tinggi,

    produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan

    berkelanjutan.

    Penguatan kelembagaan petani sangat diperlukan dalam rangka

    perlindungan dan pemberdayaan petani. Oleh karena itu, petani dapat

    menumbuhkembangkan kelembagaan dari, oleh, dan untuk petani

    guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani itu sendiri

    sesuai dengan perpaduan antara budaya, norma, nilai, dan kearifan

    lokal petani.

  • - 2 -

    Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 87/PUU-

    XI/2013 bahwa Pasal 70 ayat (1), harus dimaknai sebagai kelembagaan

    petani termasuk kelembagaan petani yang dibentuk oleh para petani,

    Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013

    tentang Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan

    Kelompoktani perlu disempurnakan, sebagai upaya memberikan

    kepastian hukum dan kepastian usaha dalam pelayanan dan

    pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani.

    B. Tujuan

    Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan acuan dalam

    penyelenggaraan pembinaan Kelembagaan Petani.

    C. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup Pembinaan Kelembagaan Petani meliputi:

    1. Kelompok Tani;

    2. Gabungan Kelompok Tani;

    3. Asosiasi Komoditas Pertanian; dan

    4. Dewan Komoditas Pertanian Nasional.

    D. Pengertian

    Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

    1. Kelembagaan Petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan

    dari, oleh, dan untuk petani guna memperkuat dan

    memperjuangkan kepentingan petani, mencakup Kelompok Tani,

    Gabungan Kelompok Tani, Asosiasi Komoditas Pertanian, dan

    Dewan Komoditas Pertanian Nasional.

    2. Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan

    petani/peternak/pekebun yang dibentuk oleh para petani atas

    dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial,

    ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan komoditas, dan keakraban

    untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

  • - 3 -

    3. Klasifikasi Kemampuan Poktan adalah pemeringkatan kemampuan

    Poktan ke dalam 4 (empat) kategori yang terdiri dari: Kelas Pemula,

    Kelas Lanjut, Kelas Madya dan Kelas Utama yang penilaiannya

    berdasarkan kemampuan Poktan.

    4. Gabungan Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Gapoktan

    adalah kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan

    bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi

    usaha.

    5. Kelembagaan Ekonomi Petani adalah lembaga yang melaksanakan

    kegiatan usahatani yang dibentuk oleh, dari, dan untuk petani,

    guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani, baik

    yang berbadan hukum maupun yang belum berbadan hukum.

    6. Asosiasi Komoditas Pertanian adalah kumpulan dari petani,

    Kelompok Tani, dan/atau Gabungan Kelompok Tani yang

    mengusahakan komoditas sejenis untuk memperjuangkan

    kepentingan petani.

    7. Dewan Komoditas Pertanian Nasional adalah suatu lembaga yang

    beranggotakan Asosiasi Komoditas Pertanian untuk

    memperjuangkan kepentingan petani.

    8. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumberdaya alam hayati

    dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen

    untuk menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman

    pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam

    suatu agroekosistem.

    9. Usahatani adalah kegiatan dalam bidang Pertanian, mulai dari

    produksi/budidaya, penanganan pascapanen, pengolahan, sarana

    produksi, pemasaran hasil, dan/atau jasa penunjang.

    10. Komoditas Pertanian adalah hasil dari Usahatani yang dapat

    diperdagangkan, disimpan, dan/atau dipertukarkan.

    11. Pelaku Utama selanjutnya disebut Petani adalah Warga Negara

    Indonesia perseorangan dan/atau beserta keluarganya yang

    melakukan Usahatani di bidang tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan, dan/atau peternakan.

    12. Pelaku Usaha adalah setiap orang yang melakukan usaha sarana

    produksi Pertanian, pengolahan dan pemasaran hasil Pertanian,

    serta jasa penunjang Pertanian yang berkedudukan di wilayah

    hukum Republik Indonesia.

  • - 4 -

    13. Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi Pelaku

    Utama dan Pelaku Usaha agar mereka mau dan mampu menolong

    dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,

    teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya

    untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan,

    dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam

    pelestarian fungsi lingkungan hidup.

    14. Penyuluh Pertanian adalah perorangan Warga Negara Indonesia

    yang melakukan kegiatan Penyuluhan Pertanian, baik penyuluh

    Pegawai Negeri Sipil, penyuluh swasta, maupun penyuluh swadaya.

    BAB II

    KELOMPOK TANI

    Penumbuhan dan pengembangan Poktan dilakukan melalui pemberdayaan

    Petani, dengan perpaduan dari budaya, norma, nilai, dan kearifan lokal

    untuk meningkatkan Usahatani dan kemampuan Poktan dalam

    melaksanakan fungsinya. Penyebutan Poktan dimaksud dapat

    menggunakan nama antara lain paguyuban, syarikat dan ikatan yang

    selaras dengan budaya, kearifan lokal dan tidak menyimpang dari

    karakteristik (ciri, unsur pengikat, fungsi) dan dasar penumbuhan dan

    pengembangan Kelembagaan Petani.

    Pemberdayaan Petani dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan

    dengan pendekatan kelompok. Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan

    kelompok untuk mendorong terbentuknya Kelembagaan Petani yang

    mampu membangun sinergitas antar Petani dan antar Poktan dalam upaya

    mencapai efisiensi usaha. Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan

    kemampuan Poktan dilakukan pembinaan dan pendampingan oleh

    Penyuluh Pertanian, dengan melaksanakan penilaian Klasifikasi

    Kemampuan Poktan secara berkelanjutan yang disesuaikan dengan kondisi

    perkembangannya.

    A. Karakteristik Poktan

    Poktan merupakan Kelembagaan Petani non formal dengan kriteria

    sebagai berikut:

  • - 5 -

    1. Ciri Poktan

    a. saling mengenal, akrab dan saling percaya di antara sesama

    anggota;

    b. mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang

    sama dalam berusaha tani; dan

    c. memiliki kesamaan dalam tradisi dan/atau pemukiman,

    kawasan/hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan

    sosial, budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi.

    2. Unsur Pengikat Poktan

    a. kawasan Usahatani yang menjadi tanggungjawab bersama di

    antara anggota;

    b. kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian besar

    anggota;

    c. kader yang mampu menggerakkan Petani dengan

    kepemimpinan yang diterima oleh anggota;

    d. pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota

    berdasarkan kesepakatan bersama; dan

    e. motivasi dari tokoh masyarakat dalam menunjang program yang

    telah ditetapkan.

    3. Fungsi Poktan

    a. kelas belajar: Poktan merupakan wadah belajar mengajar bagi

    anggota untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

    sikap agar tumbuh dan berkembang menjadi Usahatani yang

    mandiri melalui pemanfaatan dan akses kepada sumber

    informasi dan teknologi sehingga dapat meningkatkan

    produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik;

    b. wahana kerja sama: Poktan merupakan tempat untuk

    memperkuat kerjasama, baik di antara sesama Petani dalam

    Poktan dan antarpoktan maupun dengan pihak lain, sehingga

    diharapkan Usahatani lebih efisien dan mampu menghadapi

    ancaman, tantangan, hambatan serta lebih menguntungkan;

    dan

    c. unit produksi: Usahatani masing-masing anggota Poktan secara

    keseluruhan merupakan satu kesatuan usaha yang dapat

    dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi usaha, dengan

    menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas.

  • - 6 -

    B. Penumbuhan Poktan

    1. Dasar Penumbuhan Poktan

    a. penumbuhan Poktan dapat dimulai dari kelompok-

    kelompok/organisasi sosial yang ada di masyarakat, antara lain

    kelompok pengajian, kelompok arisan, kelompok remaja desa,

    kelompok adat, selanjutnya melalui kegiatan Penyuluhan

    Pertanian didorong untuk menumbuhkan Poktan, sehingga

    terikat oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam

    meningkatkan produksi dan produktivitas serta pendapatan

    dari usahataninya;

    b. anggota Poktan harus memiliki kegiatan Usahatani sebagai

    mata pencaharian utama;

    c. Poktan dapat ditumbuhkan dari Petani dalam satu wilayah satu

    RW/dusun atau lebih, satu desa/kelurahan atau lebih,

    berdasarkan domisili, hamparan/lahan Usahatani atau jenis

    Usahatani sesuai dengan kebutuhan mereka di wilayahnya;

    d. Poktan ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk Petani

    dengan jumlah anggota antara 20 sampai dengan 30 orang

    Petani atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat

    dan usahataninya;

    e. kegiatan Poktan yang dikelola berdasarkan kesepakatan

    anggota, sesuai jenis usaha dan/atau unsur-unsur subsistem

    agribisnis (pengadaan sarana produksi Pertanian,

    budidaya/produksi, panen dan pasca panen, pemasaran,

    pengolahan hasil Pertanian, dan lain-lain).

    Dalam penumbuhan Poktan, yang perlu diperhatikan yaitu

    kesamaan kepentingan, sumberdaya alam, sosial-ekonomi,

    keakraban, saling mempercayai, dan keserasian hubungan antar

    anggota untuk kelestarian kehidupan berkelompok, sehingga setiap

    anggota merasa memiliki dan menikmati manfaat dari setiap

    kegiatan.

    2. Prinsip-prinsip Penumbuhan Poktan

    a. kebebasan, artinya menghargai setiap Petani untuk

    berkelompok sesuai keinginan dan kepentingan bersama;

    b. keterbukaan, artinya kegiatan Poktan harus dilaksanakan

    dengan memperhatikan aspirasi anggota;

  • - 7 -

    c. partisipatif, artinya semua anggota terlibat dan memiliki hak

    serta kewajiban yang sama dalam mengembangkan serta

    mengelola Poktan (merencanakan, mengorganisasikan,

    melaksanakan dan mengevaluasi);

    d. keswadayaan, artinya pengembangan kemampuan menggali

    potensi setiap anggota dalam penyediaan dana, sarana

    produksi, dan pemanfaatan sumberdaya untuk mewujudkan

    kemandirian Poktan;

    e. kesetaraan, artinya hubungan antar Pelaku Utama dan Pelaku

    Usaha harus merupakan mitra sejajar; dan

    f. kemitraan, artinya kerjasama berdasarkan prinsip saling

    membutuhkan, saling menghargai, saling menguntungkan, dan

    saling memperkuat antar Pelaku Utama dan Pelaku Usaha.

    3. Pelaksanaan Penumbuhan Poktan

    Pelaksanaan Penumbuhan Poktan melalui tahapan sebagai berikut:

    a. Persiapan Penumbuhan Poktan

    1) Penyuluh Pertanian mengidentifikasi melalui pengumpulan

    data dan informasi Petani yang belum menjadi anggota

    Poktan, meliputi:

    a) jumlah Petani dalam satu wilayah RW/dusun dan/atau

    dalam satu desa/kelurahan;

    b) kondisi Petani dan keluarganya;

    c) tingkat pemahaman Petani tentang Kelembagaan Petani;

    d) organisasi sosial yang anggotanya Petani; dan

    e) domisili dan sebaran Petani, serta jenis Usahatani.

    2) Penyuluh Pertanian menjelaskan kepada tokoh-tokoh Petani

    dan aparat desa hal-hal sebagai berikut:

    a) pengertian, ruang lingkup, tujuan, dan manfaat

    membentuk Poktan untuk kepentingan Usahatani serta

    hidup bermasyarakat;

    b) proses penumbuhan; dan

    c) penyusunan rencana kerja.

    3) Penyuluh Pertanian kemudian melakukan pertemuan

    kelompok-kelompok atau kelembagaan sosial dan

    pertemuan di tingkat RW/dusun dalam satu

    desa/kelurahan, dengan materi sebagai berikut:

  • - 8 -

    a) syarat-syarat menjadi calon anggota Poktan;

    b) pemahaman tentang Poktan, meliputi pengertian Poktan,

    tujuan dan manfaat berkelompok;

    c) kewajiban dan hak setiap anggota dan pengurus;

    d) fungsi Poktan;

    e) ketentuan dalam Poktan; dan

    f) ciri-ciri Poktan yang kuat dan mandiri.

    b. Proses Penumbuhan Poktan

    1) Penyuluh Pertanian melakukan sosialisasi tentang

    penumbuhan Poktan kepada tokoh-tokoh Petani setempat

    dan aparat desa/kelurahan;

    2) pertemuan atau musyawarah Petani yang dihadiri oleh

    tokoh masyarakat, pamong desa/kelurahan, instansi terkait,

    dengan didampingi Penyuluh Pertanian;

    3) menyepakati pembentukan Poktan yang dituangkan dalam

    surat pernyataan dengan diketahui Penyuluh Pertanian;

    4) pengurus Poktan terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara,

    dan seksi-seksi sesuai unit usaha yang dimiliki, dengan

    syarat sebagai berikut:

    a) dipilih dari dan oleh perwakilan anggota secara

    demokratis;

    b) berdomisili di wilayah Poktan;

    c) mampu membaca dan menulis;

    d) tidak berstatus sebagai aparat/ PNS/ pamong desa;

    e) memiliki waktu yang cukup untuk memajukan Poktan;

    dan

    f) memiliki semangat, motivasi dan kemampuan memimpin

    Poktan.

    5) setiap Poktan melakukan pertemuan lanjutan dengan

    dihadiri seluruh anggota untuk menyusun dan/atau

    menetapkan rencana kerja; dan

    6) setiap Poktan harus didaftarkan di satuan kerja yang

    melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan dan datanya

    dimuat dalam Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan

    Pertanian (SIMLUHTAN).

  • - 9 -

    C. Pengembangan Poktan

    Pengembangan Poktan diarahkan pada (a) penguatan Poktan menjadi

    Kelembagaan Petani yang kuat dan mandiri; (b) peningkatan

    kemampuan anggota dalam pengembangan agribisnis; dan (c)

    peningkatan kemampuan Poktan dalam menjalankan fungsinya.

    1. Penguatan Poktan menjadi Kelembagaan Petani yang Kuat dan

    Mandiri, melalui:

    a. memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama;

    b. melaksanakan pertemuan secara berkala dan

    berkesinambungan (rapat anggota, rapat pengurus, dan rapat

    lainnya);

    c. menyusun rencana kerja dalam bentuk Rencana Definitif

    Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok

    (RDKK) berdasarkan kesepakatan dan dilakukan evaluasi secara

    partisipatif;

    d. memiliki pengadministrasian Kelembagaan Petani;

    e. memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu

    sampai dengan hilir;

    f. memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi

    pasar;

    g. sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha

    Petani umumnya dan anggota khususnya;

    h. menumbuhkan jejaring kerjasama kemitraan antara Poktan

    dengan pihak lain;

    i. mengembangkan pemupukan modal usaha, baik iuran anggota

    maupun penyisihan hasil kegiatan usaha bersama; dan

    j. meningkatkan kelas kemampuan Poktan yang terdiri atas Kelas

    Pemula, Kelas Lanjut, Kelas Madya, dan Kelas Utama, sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    2. Peningkatan Kemampuan Anggota dalam Pengembangan Usahatani

    Upaya peningkatan kemampuan anggota dalam mengembangkan

    Usahatani, meliputi:

    a. memperlancar proses identifikasi kebutuhan dan masalah

    dalam menyusun rencana dan memecahkan masalah dalam

    usahataninya;

  • - 10 -

    b. meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi

    pasar, peluang usaha, potensi wilayah dan sumber daya yang

    dimiliki, untuk mengembangkan komoditi yang diusahakan

    guna memberikan keuntungan yang optimal;

    c. menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota untuk

    memanfaatkan setiap peluang usaha, informasi, dan akses

    permodalan;

    d. meningkatkan kemampuan anggota dalam mengelola Usahatani

    secara komersial, berkelanjutan dan ramah lingkungan;

    e. meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi

    usaha menjadi unit usaha yang dapat memenuhi kebutuhan

    pasar dari aspek kuantitas, kualitas dan kontinuitas;

    f. mengembangkan kemampuan anggota dalam menghasilkan

    teknologi spesifik lokasi; dan

    g. mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan mampu

    melaksanakan kegiatan simpan-pinjam guna pengembangan

    modal Usahatani.

    3. Peningkatan Kemampuan Poktan dalam Menjalankan Fungsinya.

    Pembinaan dilaksanakan secara berkesinambungan dan diarahkan

    pada upaya peningkatan kemampuan Poktan dalam melaksanakan

    fungsinya sebagai (1) kelas belajar; (2) wahana kerjasama; dan (3)

    unit produksi, sehingga mampu mengembangkan Usahatani dan

    menjadi Kelembagaan Petani yang kuat dan mandiri.

    a. Kelas Belajar

    Peningkatan kemampuan Poktan melalui proses belajar

    mengajar diarahkan untuk mempunyai kemampuan sebagai

    berikut:

    1) mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan belajar;

    2) merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar;

    3) menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi anggota;

    4) melaksanakan pertemuan dan pembelajaran secara kondusif

    dan tertib;

    5) menjalin kerjasama dengan sumber-sumber informasi dalam

    proses belajar mengajar, baik yang berasal dari sesama

    anggota, instansi pembina maupun pihak terkait;

    6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif;

  • - 11 -

    7) aktif dalam proses belajar-mengajar, termasuk

    mendatangkan dan berkonsultasi kepada kelembagaan

    Penyuluhan Pertanian, dan sumber-sumber informasi

    lainnya;

    8) mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat dan

    masalah anggota;

    9) merumuskan kesepakatan bersama, dalam memecahkan

    masalah dan melakukan berbagai kegiatan; dan

    10) merencanakan dan melaksanakan pertemuan berkala, baik

    internal maupun dengan instansi terkait.

    b. Wahana Kerjasama

    Peningkatan kemampuan Poktan sebagai wahana kerjasama,

    diarahkan untuk memiliki kemampuan sebagai berikut:

    1) menciptakan suasana saling kenal, saling percaya

    mempercayai dan selalu berkeinginan untuk bekerjasama;

    2) menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan

    pendapat dan pandangan diantara anggota untuk mencapai

    tujuan bersama;

    3) mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja

    diantara anggota sesuai dengan kesepakatan bersama;

    4) mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggungjawab

    diantara anggota;

    5) merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar

    tercapai kesepakatan yang bermanfaat bagi anggota;

    6) melaksanakan kerjasama penyediaan sarana dan jasa

    Pertanian;

    7) melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan;

    8) mentaati dan melaksanakan kesepakatan, baik yang

    dihasilkan secara internal maupun dengan pihak lain;

    9) menjalin kerjasama dan kemitraan usaha dengan pihak

    penyedia sarana produksi, pengolahan, pemasaran hasil

    dan/atau permodalan; dan

    10) melakukan pemupukan modal untuk keperluan

    pengembangan usaha anggota.

    c. Unit Produksi

    Peningkatan kemampuan Poktan sebagai unit produksi,

    diarahkan untuk memiliki kemampuan sebagai berikut:

  • - 12 -

    1) mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan

    produksi yang menguntungkan berdasarkan informasi yang

    tersedia dalam bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana

    produksi dan sumberdaya alam lainnya;

    2) menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama,

    serta rencana kebutuhan Poktan atas dasar pertimbangan

    efisiensi;

    3) memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara)

    Usahatani oleh anggota sesuai dengan rencana kegiatan;

    4) menjalin kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain yang

    terkait dalam pelaksanaan Usahatani;

    5) mentaati dan melaksanakan kesepakatan, baik yang

    dihasilkan secara internal maupun dengan pihak lain;

    6) mengevaluasi kegiatan dan rencana kebutuhan bersama,

    sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan kegiatan

    yang akan datang;

    7) meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian

    sumberdaya alam dan lingkungan; dan

    8) mengelola administrasi secara baik dan benar.

    4. Penilaian Kelas Kemampuan Poktan

    Penumbuhan dan pembinaan Poktan diarahkan pada upaya

    peningkatan kemampuan Poktan dengan pendekatan aspek

    manajemen dan aspek kepemimpinan dari fungsi-fungsi Poktan

    sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi.

    Penilaian kelas kemampuan Poktan dilakukan setiap tahun

    oleh Penyuluh Pertanian dan dikukuhkan sesuai dengan

    jenjang klasifikasi kemampuan Poktan. Tata cara penilaian

    kelas kemampuan Poktan lebih lanjut diatur dengan

    Peraturan tersendiri.

    BAB III

    GABUNGAN KELOMPOK TANI

    Kelembagaan Petani ditumbuhkembangkan untuk memenuhi kelayakan

    usaha skala ekonomi dan efisiensi usaha, sehingga berfungsi sebagai unit

    usaha penyedia sarana dan prasarana produksi, unit Usahatani/produksi,

    unit usaha pengolahan, unit usaha pemasaran dan unit usaha keuangan

    mikro (simpan pinjam).

  • - 13 -

    Pada tahap pengembangannya, Gapoktan dapat memberikan pelayanan

    informasi, teknologi, dan permodalan kepada anggotanya serta menjalin

    kerjasama melalui kemitraan usaha dengan pihak lain. Penggabungan

    Poktan ke dalam Gapoktan, diharapkan akan menjadikan Kelembagaan

    Petani yang kuat dan mandiri serta berdaya saing.

    A. Karakteristik Gapoktan

    Gapoktan yang mampu mandiri dan berdaya saing, memiliki

    karakteristik sebagai berikut:

    1. Ciri Gapoktan

    a. memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan ditaati

    bersama;

    b. melaksanakan pertemuan berkala dan berkesinambungan,

    antara lain rapat anggota dan rapat pengurus;

    c. menyusun dan melaksanakan rencana kerja Gapoktan sesuai

    dengan kesepakatan dan melakukan evaluasi secara partisipatif;

    d. memfasilitasi kegiatan usaha bersama mulai dari sektor hulu

    sampai dengan sektor hilir;

    e. memfasilitasi Usahatani secara komersial berorientasi

    agribisnis;

    f. melayani informasi dan teknologi bagi Usahatani anggota

    Poktan yang bergabung dalam Gapoktan dan Petani lainnya;

    g. menjalin kerjasama melalui kemitraan usaha antara Gapoktan

    dengan pihak lain; dan

    h. melakukan pemupukan modal usaha, baik melalui iuran

    anggota maupun dari penyisihan hasil usaha Gapoktan dan

    sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.

    2. Unsur Pengikat Gapoktan

    Unsur pengikat Gapoktan meliputi adanya:

    a. tujuan untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi

    Usahatani;

    b. pengurus dan pengelola unit-unit usaha Gapoktan yang

    profesional untuk memajukan Usahatani Gapoktan sesuai

    permintaan pasar dan kebutuhan anggota;

    c. pengembangan komoditas produk unggulan yang merupakan

    industri Pertanian perdesaan;

  • - 14 -

    d. kegiatan pengembangan usaha melalui kerjasama kemitraan

    untuk meningkatkan posisi tawar Gapoktan mulai dari sektor

    hulu sampai hilir; dan

    e. manfaat bagi Petani sekitar dengan memberikan kemudahan

    memperoleh sarana dan prasarana produksi, modal, informasi,

    teknologi, pemasaran, dan lain-lain.

    3. Fungsi Gapoktan

    a. Unit Usaha Penyedia Sarana dan Prasarana Produksi

    Gapoktan sebagai fasilitator layanan kepada seluruh anggota

    untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi antara lain

    pupuk, benih bersertifikat, pestisida, alat mesin Pertanian, dan

    permodalan Usahatani yang bersumber dari kredit/permodalan

    Usahatani maupun dari swadana Petani/sisa hasil usaha.

    b. Unit Usahatani/Produksi

    Gapoktan memiliki unit usaha yang memproduksi komoditas

    untuk memenuhi kebutuhan anggotanya dan kebutuhan pasar

    sehingga dapat menjamin kuantitas, kualitas, dan kontinuitas

    hasil.

    c. Unit Usaha Pengolahan

    Gapoktan dapat memberikan pelayanan, baik berupa

    penggunaan alat mesin Pertanian maupun teknologi dalam

    pengolahan hasil produksi komoditas, mencakup proses

    pengolahan, sortasi/grading dan pengepakan untuk

    meningkatkan nilai tambah produk.

    d. Unit Usaha Pemasaran

    Gapoktan dapat memberikan pelayanan/fasilitasi pemasaran

    hasil Pertanian anggotanya, baik dalam bentuk pengembangan

    jejaring dan kemitraan usaha dengan pihak lain, maupun

    pemasaran langsung. Dalam pengembangannya, Gapoktan

    memberikan pelayanan informasi harga komoditas kepada

    anggotanya agar tumbuh dan berkembang menjadi Usahatani

    mandiri.

    e. Unit Usaha Keuangan Mikro (simpan-pinjam)

    Gapoktan dapat memfasilitasi permodalan Usahatani kepada

    anggota melalui kredit/permodalan Usahatani maupun dari

    swadana Petani/sisa hasil usaha.

  • - 15 -

    B. Penumbuhan Gapoktan

    1. Dasar Penumbuhan Gapoktan

    a. penumbuhan Gapoktan dimulai dari musyawarah yang

    partisipatif pada masing-masing Poktan untuk menyepakati

    keikutsertaan kelompoknya dalam Gapoktan, tanpa ada unsur

    pemaksaan;

    b. Gapoktan tumbuh dari Poktan-poktan yang ada di

    desa/kelurahan, selanjutnya melalui kegiatan Penyuluhan

    Pertanian, diarahkan dengan menumbuhkan Gapoktan yang

    terikat dengan kepentingan bersama untuk mengembangkan

    skala Usahatani yang menguntungkan dan efisien; dan

    c. penggabungan Poktan dalam Gapoktan dilakukan oleh Poktan

    yang berada dalam satu wilayah desa/kelurahan atau

    penggabungan Poktan yang berada dalam satu wilayah

    kecamatan untuk menggalang kepentingan bersama secara

    kooperatif.

    2. Prinsip-prinsip Penumbuhan Gapoktan

    a. kebebasan, artinya Gapoktan dapat mengembangkan unit

    jasa/usaha otonom sesuai kebutuhan, seperti unit

    Usahatani/produksi, unit usaha pengolahan, unit usaha

    pemasaran dan unit usaha keuangan mikro/simpan pinjam

    serta unit jasa penunjang lainnya;

    b. kesepahaman, artinya anggota Gapoktan memahami tujuan dan

    manfaat dari Gapoktan;

    c. partisipatif, artinya anggota Gapoktan memiliki peluang yang

    sama dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan dan

    pengembangan usaha Gapoktan;

    d. kesukarelaan, artinya keanggotaan Gapoktan bersifat sukarela

    (atas dasar kesadaran sendiri) tanpa paksaan;

    e. keswakarsaan, artinya penumbuhan Gapoktan didasarkan pada

    kemauan, kebutuhan dan inisiatif para anggota Gapoktan;

    f. keterpaduan, artinya penumbuhan Gapoktan didasarkan pada

    keinginan saling mendukung dan saling melengkapi antar

    anggota untuk memperkuat dan mengembangkan

    usahataninya; dan

  • - 16 -

    g. kemitraan, artinya pengembangan pola-pola kerjasama dalam

    Gapoktan melalui kemitraan usaha berdasarkan prinsip saling

    membutuhkan, saling menghargai, saling menguntungkan dan

    saling memperkuat.

    3. Pelaksanaan Penumbuhan Gapoktan

    Penumbuhan Gapoktan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

    a. Persiapan

    1) Penyuluh Pertanian melakukan identifikasi terhadap potensi

    Poktan-poktan, melalui pengumpulan data dan informasi

    perkembangan Poktan, antara lain:

    a) kondisi Usahatani dari Poktan;

    b) Poktan yang belum menjadi anggota Gapoktan;

    c) tingkat pemahaman Poktan tentang Gapoktan; dan/atau

    d) klasifikasi kemampuan Poktan dari aspek manajemen

    dan kepemimpinan yang dikaitkan dengan fungsi

    Poktan.

    2) Penyuluh Pertanian memberikan penjelasan data dan

    informasi kepada tokoh Petani setempat serta aparat

    desa/kelurahan mengenai:

    a) pengertian tentang Gapoktan, meliputi ruang lingkup,

    tujuan dan manfaat menumbuhkan Gapoktan;

    b) proses dan langkah-langkah penumbuhan Gapoktan;

    dan

    c) penyusunan rencana kerja dan cara kerja Gapoktan.

    b. Proses Penumbuhan Gapoktan

    1) Penyuluh Pertanian melakukan sosialisasi melalui

    pertemuan Poktan-poktan dan pertemuan RW/dusun dalam

    satu desa/kelurahan, dengan materi sebagai berikut:

    a) pemahaman tentang Gapoktan, meliputi pengertian,

    ruang lingkup, tujuan dan manfaat menumbuhkan

    Gapoktan;

    b) kewajiban dan hak setiap Petani yang menjadi anggota,

    serta pengurus Gapoktan;

    c) ketentuan yang berlaku dalam Gapoktan; dan

    d) syarat-syarat calon anggota.

    2) Membuat pernyataan kesepakatan tertulis oleh Poktan-

    poktan tentang penumbuhan Gapoktan;

  • - 17 -

    3) Langkah-langkah membuat kesepakatan dalam Gapoktan:

    a) Penyuluh Pertanian memfasilitasi pertemuan

    pembentukan Gapoktan yang dihadiri oleh para ketua

    Poktan yang akan bergabung, aparat desa/kelurahan

    atau pamong desa, tokoh masyarakat dan instansi

    terkait;

    b) Penyuluh Pertanian memfasilitasi terbentuknya

    Gapoktan, meliputi nama Gapoktan dan pengurus

    (Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Seksi-seksi sesuai

    kebutuhan);

    c) membuat berita acara penumbuhan Gapoktan yang

    disahkan oleh Kepala Desa/Lurah dan diketahui oleh

    Penyuluh Pertanian, sebagai bahan penyusunan

    programa desa/kelurahan;

    d) menyusun daftar Poktan yang memenuhi syarat untuk

    bergabung dalam Gapoktan; dan

    e) setelah programa desa/kelurahan disusun,

    pengembangan Gapoktan menjadi bahan bagi Rencana

    Kerja Tahunan (RKT) Penyuluh Pertanian.

    4) Gapoktan harus didaftarkan di satuan kerja yang

    melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan dan datanya

    dimuat dalam SIMLUHTAN.

    c. Ketentuan Gapoktan

    1) Gapoktan beranggotakan paling kurang 3 (tiga) Poktan,

    dengan syarat sebagai berikut:

    a) adanya kepentingan untuk meningkatkan skala usaha

    dan efisiensi dalam pelayanan kepada para Petani;

    b) semua anggota Poktan sepakat membentuk Gapoktan

    yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis;

    c) Poktan memiliki usaha yang sama atau saling

    melengkapi; dan

    d) Poktan berkedudukan di desa/kelurahan atau beberapa

    desa/kelurahan dalam satu kecamatan.

    2) Pengurus Gapoktan terdiri atas Ketua, Sekretaris,

    Bendahara, dan seksi-seksi sesuai unit usaha yang dimiliki,

    dengan syarat sebagai berikut:

  • - 18 -

    a) dipilih dari dan oleh perwakilan anggota secara

    demokratis;

    b) berdomisili di wilayah Gapoktan;

    c) mampu membaca dan menulis;

    d) tidak berstatus sebagai aparat/ PNS/ pamong desa;

    e) memiliki waktu yang cukup untuk memajukan

    Gapoktan; dan

    f) memiliki semangat, motivasi dan kemampuan memimpin

    Gapoktan.

    3) Tertib administrasi dan pembukuan keuangan.

    4. Peningkatan Kemampuan Gapoktan

    Peningkatan kemampuan Gapoktan dimaksudkan agar dapat

    berfungsi sebagai (a) unit usaha sarana dan prasarana produksi, (b)

    unit Usahatani/produksi, (c) unit usaha pengolahan, (d) unit usaha

    pemasaran, (e) unit usaha keuangan mikro (simpan-pinjam), dan (f)

    unit penyedia informasi serta unit jasa penunjang lainnya.

    a. Unit Usaha Sarana dan Prasarana Produksi

    Sebagai unit usaha sarana dan prasarana produksi, Gapoktan

    harus memiliki kemampuan sebagai berikut:

    1) menyusun rencana kebutuhan dan penyediaan sarana dan

    prasarana produksi Pertanian dari setiap anggota Gapoktan;

    2) mengorganisasikan kegiatan penyediaan sarana dan

    prasarana produksi Pertanian dengan Satuan Kerja

    Perangkat Daerah (SKPD) terkait dan lembaga usaha sarana

    dan prasarana produksi Pertanian; dan

    3) menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak

    penyedia sarana dan prasarana produksi Pertanian (pabrik

    dan kios saprodi), permodalan, pengolahan, dan/atau

    pemasaran hasil.

    b. Unit Usahatani/Produksi

    Sebagai unit Usahatani/produksi, Gapoktan memiliki

    kemampuan sebagai berikut:

    1) merencanakan dalam mengembangkan Usahatani yang

    menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam

    bidang teknologi, sosial, ekonomi, permodalan, sarana

    produksi dan sumber daya alam lainnya yang berbasis

    kawasan;

  • - 19 -

    2) memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara)

    Usahatani yang direkomendasikan Badan Litbang

    Pertanian/BPTP sesuai dengan rencana kegiatan Gapoktan;

    3) menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak lain

    yang terkait dalam pelaksanaan Usahatani;

    4) melaksanakan kesepakatan, baik yang dihasilkan bersama

    dalam Gapoktan maupun kesepakatan dengan pihak lain;

    5) mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan

    Gapoktan, sebagai bahan perencanaan kegiatan yang akan

    datang;

    6) meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian

    sumber daya alam dan lingkungan;

    7) merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam

    memecahkan masalah maupun untuk melaksanakan

    berbagai kegiatan; dan

    8) merencanakan dan melaksanakan pertemuan secara

    berkala, baik di dalam Gapoktan, antar Gapoktan atau

    dengan Poktan, serta dengan instansi/lembaga terkait.

    c. Unit Usaha Pengolahan

    Sebagai unit usaha pengolahan, Gapoktan memiliki

    kemampuan sebagai berikut:

    1) menyusun rencana kebutuhan peralatan pengolahan hasil

    Usahatani anggota;

    2) menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak

    penyedia peralatan Pertanian dan penyedia saprodi serta

    pengusaha pengolahan hasil-hasil Pertanian dan pelaku

    pasar;

    3) mengembangkan kemampuan anggota dalam pengolahan

    produk-produk hasil Pertanian; dan

    4) mengorganisasikan kegiatan produksi Usahatani anggota ke

    dalam unit-unit usaha pengolahan dan pemasaran.

    d. Unit Usaha Pemasaran

    Sebagai unit usaha pemasaran, Gapoktan memiliki kemampuan

    sebagai berikut:

  • - 20 -

    1) mengidentifikasi, menganalisis potensi dan peluang pasar

    berdasarkan sumberdaya yang dimiliki untuk

    mengembangkan komoditi/produk dari Usahatani anggota

    guna memberikan keuntungan usaha yang lebih optimal;

    2) merencanakan kebutuhan pasar berdasarkan sumberdaya

    yang dimiliki dengan memperhatikan segmentasi pasar;

    3) menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pelaku pasar

    dan pihak pemasok produk-produk hasil Pertanian; dan

    4) mengembangkan kemampuan memasarkan produk-produk

    hasil Pertanian.

    e. Unit Usaha Keuangan Mikro

    Sebagai unit usaha keuangan mikro, Gapoktan memiliki

    kemampuan sebagai berikut:

    1) menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota

    untuk memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan

    agribisnis yang tersedia;

    2) menumbuhkembangkan aksesibilitas anggota terhadap

    sumber-sumber pembiayaan agribisnis yang tersedia;

    3) meningkatkan kemampuan anggota dalam mengelola

    keuangan mikro secara komersial;

    4) mengembangkan kemampuan anggota untuk menggali

    sumber-sumber usaha yang mampu meningkatkan

    permodalan;

    5) mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan

    mampu menyisihkan hasil usaha guna pengembangan

    modal usaha; dan

    6) mendorong dan mengadvokasi anggota Gapoktan agar mau

    dan mampu melakukan kegiatan simpan-pinjam,

    menyisihkan hasil Usahatani guna memfasilitasi

    pengembangan modal usaha.

    f. Unit Penyedia Informasi

    Mengembangkan pelayanan terhadap anggota dalam penyediaan

    informasi, antara lain informasi tentang (1) sarana produksi

    Pertanian, (2) harga Komoditas Pertanian, (3) peluang dan

    tantangan pasar, (4) perkiraan iklim, dan ledakan organisme

    pengganggu tumbuhan dan/atau wabah penyakit hewan

    menular, (5) pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, (6)

  • - 21 -

    pemberian subsidi dan bantuan modal, (7) ketersediaan lahan

    Pertanian. Untuk menunjang kegiatan unit penyedia informasi,

    Gapoktan diharapkan dapat memanfaatkan cyber-extension

    atau penyedia informasi Pertanian lainnya.

    g. Unit Jasa Penunjang lainnya

    Gapoktan dapat mengembangkan unit jasa penunjang lainnya

    yang dapat mendukung pengembangan agribisnis di

    wilayahnya.

    C. Pengembangan Gapoktan

    Pengembangan Gapoktan dilakukan agar fungsi Gapoktan dapat

    berdaya guna dan berhasil guna dengan ruang lingkup pengembangan,

    meliputi:

    1. Peningkatan dan perluasan Usahatani serta jenis Usahatani

    berorientasi pasar dan berbasis kawasan;

    2. Peningkatan kerjasama melalui jejaring kerjasama dan kemitraan

    usaha, baik dengan sektor hulu maupun dengan sektor hilir; dan

    3. Fasilitasi penguatan Gapoktan menjadi KEP berbasis

    Poktan/Gapoktan yang berbadan hukum untuk meningkatkan

    posisi tawarnya dalam bentuk koperasi atau Badan Usaha Milik

    Petani (BUMP).

    Pengembangan Gapoktan dilakukan melalui pendampingan Penyuluh

    Pertanian dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Memperluas fungsi unit-unit usaha dalam Gapoktan, serta

    meningkatkan kapasitas usaha dan/atau jenis usaha yang berskala

    ekonomi;

    2. Pemberdayaan Usahatani melalui pengembangan jenis-jenis

    usaha/diversifikasi usaha berorientasi pasar dan berbasis kawasan

    agribisnis;

    3. Fasilitasi pembentukan jejaring agribisnis (kerjasama dan

    kemitraan) antar Pelaku Utama dan Pelaku Usaha; dan

    4. Meningkatkan kemampuan Gapoktan agar mampu membentuk

    KEP yang berbadan hukum.

  • - 22 -

    D. Penilaian Kelas Kemampuan Gapoktan

    Penumbuhan dan pembinaan Gapoktan diarahkan pada upaya

    peningkatan kemampuan Gapoktan dengan pendekatan aspek

    manajemen dan aspek kepemimpinan dari fungsi-fungsi Gapoktan

    sebagai (a) unit usaha sarana dan prasarana produksi, (b) unit

    Usahatani/produksi, (c) unit usaha pengolahan, (d) unit usaha

    pemasaran, (e) unit usaha keuangan mikro (simpan-pinjam), dan (f)

    unit penyedia informasi serta unit jasa penunjang lainnya. Penilaian

    kelas kemampuan Gapoktan diatur lebih lanjut dengan Peraturan

    tersendiri.

    Gambar 1 Mekanisme Penumbuhan dan Pengembangan Poktan dan

    Gapoktan

    Strategi pemberdayaan Kelembagaan Petani (Poktan dan Gapoktan), seperti

    tertera pada Gambar 2.

    Gambar 2 Strategi Pemberdayaan Poktan dan Gapoktan

    1. PENUMBUHAN

    a. Identifikasi petani potensial calon anggota;

    b. Revitalisasi poktan non aktif;

    c. Penataan poktan non aktif;

    d. Pembinaan organisasi dan manajemen.

    2. PENGEMBANGAN

    a. Peningkatan kelas kemampuan;

    b. Penumbuhan gapoktan;

    c. Pengembangan unit-unit kegiatan bersama;

    d. Pengembangan jejaring dan kemitraan usaha.

    Gapoktan Poktan 1 RUMAH TANGGA PETANI

    PETANI PETANI PETANI

    PETANI PETANI

    2

    Pengembangan Gapoktan

    Perluasan

    usahatani dan

    peningkatan

    jenis usahatani

    Peningkatan

    jejaring

    kerjasama dan

    kemitraan

    usaha

    Fasilitasi

    pengembangan

    gapoktan

    menjadi KEP

    Poktan Gapoktan Petani

    PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN OLEH PENYULUH

    Penataan Kelembagaan Petani

    Organisasi dan Manajemen Usaha

    Aspek Legal Formal

    Teknis Produksi/Teknologi

    SINERGI PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN PENYULUH PERTANIAN DENGAN PIHAK LAIN (KEMITRAAN USAHA)

    Pengembangan Jejaring Kemitraan Usaha

    Diversifikasi Produk

    Pengelolaan Unit Usaha

  • - 23 -

    BAB IV

    ASOSIASI KOMODITAS PERTANIAN

    Pembentukan Asosiasi Komoditas Pertanian ditujukan untuk meningkatkan

    posisi tawar melalui peningkatan profesionalisme dalam mengelola

    Usahatani dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi secara lebih baik.

    Asosiasi Komoditas Pertanian merupakan lembaga independen nirlaba yang

    dibentuk oleh, dari, dan untuk Petani dalam membela kepentingan para

    Petani berkaitan dengan jenis usaha para anggota asosiasi. Petani dalam

    mengembangkan asosiasinya dapat mengikutsertakan Pelaku Usaha, pakar,

    dan/atau tokoh masyarakat yang peduli terhadap kesejahteraan Petani.

    Asosiasi dapat dibentuk secara berjenjang dari pusat sampai dengan di

    wilayah kabupaten/kota.

    Asosiasi Komoditas Pertanian bertugas:

    1. menampung dan menyalurkan aspirasi Petani;

    2. mengadvokasi dan mengawasi pelaksanaan kemitraan Usahatani;

    3. memberikan masukan kepada pemerintah dan/atau pemerintah

    daerah dalam perumusan kebijakan perlindungan dan pemberdayaan

    Petani;

    4. mempromosikan Komoditas Pertanian yang dihasilkan anggota, di

    dalam negeri dan di luar negeri;

    5. mendorong persaingan Usahatani yang adil;

    6. memfasilitasi anggota dalam mengakses sarana produksi dan teknologi;

    dan

    7. membantu menyelesaikan permasalahan dalam berusahatani.

    Pembentukan asosiasi dapat diinisiasi oleh para Petani yang telah mengelola

    Usahatani secara intensif, selanjutnya dapat ditingkatkan menjadi

    organisasi formal, berbadan hukum dengan susunan, jumlah dan jangka

    waktu kepengurusan asosiasi disusun secara efisien dan demokratis.

    BAB V

    DEWAN KOMODITAS PERTANIAN NASIONAL

    Dewan Komoditas Pertanian Nasional sebagai mitra pemerintah dalam

    perumusan strategi dan kebijakan perlindungan dan pemberdayaan Petani.

    Dalam pengembangan Dewan Komoditas Pertanian Nasional dapat

    mengikutsertakan Pelaku Usaha, pakar dan/atau tokoh masyarakat yang

    peduli pada kesejahteraan Petani.

  • - 24 -

    Dewan Komoditas Pertanian Nasional bersifat nirlaba, mandiri, profesional

    dan mampu mengelola dan mengembangkan tugas dan fungsi lembaga.

    Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak bertujuan

    untuk memperoleh keuntungan finansial. Dewan Komoditas Pertanian

    Nasional dibentuk di pusat, provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan

    kebutuhan. Organisasi Dewan Komoditas Pertanian Nasional terdiri dari

    unsur-unsur (1) tokoh masyarakat; (2) Petani dan Pelaku Usaha; (3) Asosiasi

    Komoditas Pertanian; (4) pakar; (5) akademisi; dan/atau (6) konsumen

    produk dan jasa agribisnis.

    Dewan Komoditas Pertanian Nasional berfungsi sebagai wadah dalam

    memperjuangkan kepentingan Petani, dengan tugas antara lain:

    1. menampung dan penyalurkan aspirasi Pelaku Utama dan Pelaku

    Usaha mengenai pengembangan agribisnis;

    2. memberikan masukan kepada Pemerintah dan/atau pemerintah

    daerah mengenai pengembangan agribisnis;

    3. memberikan data, informasi, dan masukan kepada Pemerintah,

    pemerintah daerah, dan/atau Pelaku Utama dan Pelaku Usaha; dan

    4. membantu mediasi antar Asosiasi Komoditas Pertanian.

    BAB VI

    PEMBINAAN DAN PENGORGANISASIAN

    Pembinaan dan pengembangan Kelembagaan Petani, dilakukan melalui

    penciptaan iklim yang kondusif agar Petani mampu berprakarsa dan

    berinisiatif dengan difasilitasi dalam pelayanan informasi dan kepastian

    usaha dan kepastian hukum. Pembinaan dan pengembangan Kelembagaan

    Petani harus diselenggarakan pada setiap tingkatan wilayah administrasi

    pemerintahan.

    Pengorganisasian penumbuhan, pembinaan dan pengembangan

    Kelembagaan Petani berada pada satuan kerja yang melaksanakan tugas

    penyuluhan di kecamatan, satuan kerja yang melaksanakan urusan

    penyuluhan di kabupaten/kota dan provinsi, dan satuan kerja yang

    menyelenggarakan urusan penyuluhan Pusat sesuai dengan

    kewenangannya.

  • - 25 -

    A. Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan Petani di Desa/Kelurahan

    Penyuluh Pertanian sebagai pelaksana operasional di Wilayah Kerja

    Penyuluh Pertanian (WKPP) melakukan pembinaan dan pengembangan

    Kelembagaan Petani (Poktan dan Gapoktan) di desa/kelurahan dengan

    kegiatan sebagai berikut:

    1. mengidentifikasi dan menginventarisasi Kelembagaan Petani

    (Poktan dan Gapoktan) yang ada di WKPP, termasuk Kelembagaan

    Petani yang ditumbuhkan melalui program dari masing-masing

    subsektor;

    2. menghadiri pertemuan/musyawarah yang diselenggarakan oleh

    Poktan dan Gapoktan;

    3. melaksanakan kunjungan ke Poktan dan Gapoktan untuk

    menyampaikan berbagai informasi dan teknologi Usahatani;

    4. memfasilitasi Poktan dan Gapoktan dalam melakukan identifikasi

    potensi wilayah, penyusunan RDK dan RDKK, serta

    bertanggungjawab terhadap kebenaran dan validitas RDK dan

    RDKK;

    5. menyusun programa Penyuluhan Pertanian desa/kelurahan;

    6. membimbing berbagai keterampilan Usahatani serta melakukan

    pembinaan dalam penerapannya;

    7. membantu Petani untuk mengidentifikasi permasalahan Usahatani

    serta memilih alternatif pemecahannya;

    8. menginventarisasi masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh

    anggota, Poktan, dan Gapoktan untuk dibawa dalam pertemuan di

    BP3K;

    9. melakukan pencatatan keanggotaan serta kegiatan Poktan dan

    Gapoktan yang tumbuh dan berkembang di wilayah kerjanya;

    10. menumbuhkembangkan kemampuan manajerial, kepemimpinan,

    dan kewirausahaan anggota Poktan dan Gapoktan serta pelaku

    agribisnis lainnya;

    11. memfasilitasi terbentuknya Poktan dan Gapoktan serta

    pembinaannya;

    12. melaksanakan forum penyuluhan desa/kelurahan (musyawarah/

    rembug tani, temu wicara serta koordinasi Penyuluhan Pertanian);

  • - 26 -

    13. melaksanakan penilaian kemampuan Poktan dan Gapoktan dalam

    melaksanakan fungsinya, serta memfasilitasi pengukuhan kelas

    kemampuan Poktan dan Gapoktan;

    14. berkoordinasi dan bersinergi dengan organisasi Petani/

    kemasyarakatan dalam melakukan pembinaan Kelembagaan

    Petani; dan

    15. melaporkan kegiatan penyuluhan dan pemutakhiran data Poktan

    dan Gapoktan kepada Pimpinan satuan kerja yang melaksanakan

    tugas penyuluhan di kecamatan.

    Kepala desa/lurah sebagai penanggungjawab pengembangan

    Kelembagaan Petani di wilayah desa/kelurahan.

    B. Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan Petani di Kecamatan

    Pimpinan satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di

    kecamatan melakukan pembinaan dan pengembangan Kelembagaan

    Petani (Poktan dan Gapoktan) di kecamatan dengan kegiatan sebagai

    berikut:

    1. penyusunan programa Penyuluhan Pertanian kecamatan yang

    disesuaikan dengan programa Penyuluhan Pertanian

    desa/kelurahan dan/atau unit kerja lapangan;

    2. memfasilitasi terselenggaranya programa Penyuluhan Pertanian

    desa/kelurahan atau unit kerja lapangan di wilayah kerja satuan

    kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan;

    3. memfasilitasi proses pembelajaran Petani dan pelaku agribisnis

    lainnya sesuai dengan kebutuhan;

    4. menyediakan dan menyebarkan informasi dan teknologi Usahatani;

    5. melaksanakan kaji terap dan percontohan Usahatani melalui

    penerapan teknologi spesifik lokasi yang direkomendasikan oleh

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP);

    6. mensosialisasikan rekomendasi teknologi dan mengupayakan akses

    kepada sumber informasi dan sumberdaya lain yang dibutuhkan

    Petani;

    7. melaksanakan forum penyuluhan kecamatan (musyawarah/rembug

    tani, temu wicara dan koordinasi Penyuluhan Pertanian);

  • - 27 -

    8. memfasilitasi kerjasama antara Petani, Penyuluh Pertanian, dan

    peneliti serta pihak lain dalam pengembangan dan penerapan

    teknologi Usahatani yang menguntungkan serta akrab lingkungan;

    9. menumbuhkembangkan kemampuan manajerial, kepemimpinan,

    kewirausahaan Kelembagaan Petani serta pelaku agribisnis lainnya;

    10. menyediakan fasilitas pelayanan konsultasi bagi para Petani dan

    atau masyarakat lainnya yang membutuhkan;

    11. memfasilitasi terbentuknya Gapoktan dan pembinaannya;

    12. menginventarisasi Poktan dan Gapoktan yang berada di wilayah

    kecamatan;

    13. memfasilitasi Poktan dan Gapoktan dalam merekapitulasi RDK dan

    RDKK dan bertanggungjawab terhadap validitas RDK dan RDKK;

    14. mengusulkan kepada kelembagaan Penyuluhan Pertanian

    kabupaten/kota, Kelembagaan Petani yang layak untuk

    memperoleh fasilitasi dari lembaga/instansi di

    pusat/provinsi/kabupaten/kota serta pemangku kepentingan lain

    sesuai kemampuan dan jenis usaha yang dikembangkan;

    15. melakukan kompilasi dan validasi hasil penilaian kemampuan

    Poktan, Gapoktan, dan memfasilitasi pengukuhan kelas

    kemampuan Poktan dan Gapoktan;

    16. melakukan pemutakhiran data Kelembagaan Petani melalui

    SIMLUHTAN secara rutin sesuai dengan waktu yang telah

    ditentukan; dan

    17. melaporkan kegiatan penyuluhan dan hasil pemutakhiran data

    Kelembagaan Petani kepada Pimpinan satuan kerja yang

    melaksanakan urusan penyuluhan di kabupaten/kota.

    Camat sebagai penanggungjawab pengembangan Kelembagaan Petani

    di wilayah kecamatan.

    C. Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan Petani di

    Kabupaten/Kota

    Pimpinan satuan kerja yang melaksanakan urusan penyuluhan di

    kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengembangan

    Kelembagaan Petani (Poktan, Gapoktan, dan Asosiasi) di

    kabupaten/kota dengan kegiatan sebagai berikut:

  • - 28 -

    1. menyusun programa Penyuluhan Pertanian kabupaten/kota,

    terutama berisi rencana kegiatan penyuluhan di wilayah

    kabupaten/kota dan memberikan dukungan kegiatan Penyuluhan

    Pertanian di wilayah kecamatan dan desa/kelurahan;

    2. melaksanakan pengumpulan bahan, pengolahan dan pengemasan

    serta penyebaran berbagai bahan informasi dan teknologi yang

    diperlukan Petani dan pelaku agribisnis lainnya dalam

    mengembangkan usahataninya;

    3. memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan Kelembagaan Petani

    serta terlaksananya berbagai forum penyuluhan;

    4. melakukan sinergi dengan satuan kerja perangkat daerah di

    kabupaten/kota untuk pembinaan Kelembagaan Petani yang

    berkaitan dengan pengembangan komoditas/diversifikasi produk

    dan manajemen usaha;

    5. menginventarisasi data Kelembagaan Petani di wilayah kabupaten/

    kota;

    6. melakukan bimbingan dan penilaian dalam rangka pengembangan

    Kelembagaan Petani;

    7. mengusulkan kepada satuan kerja yang melaksanakan urusan

    Penyuluhan Pertanian di provinsi, Kelembagaan Petani yang layak

    untuk mendapatkan fasilitasi dari satuan kerja di

    Pusat/provinsi/kabupaten/kota serta pemangku kepentingan lain

    sesuai kemampuan dan jenis usaha yang dikembangkan;

    8. melakukan supervisi, kompilasi dan validasi hasil penilaian

    kemampuan Kelembagaan Petani (Poktan dan Gapoktan) serta

    memfasilitasi pengukuhan kelas kemampuan Poktan dan Gapoktan

    di wilayah kabupaten/kota; dan

    9. melakukan pemutakhiran data Kelembagaan Petani melalui

    SIMLUHTAN secara rutin sesuai dengan waktu yang telah

    ditentukan; dan

    10. melaporkan kegiatan penyuluhan dan hasil pemutakhiran data

    Kelembagaan Petani kepada Pimpinan satuan kerja yang

    melaksanakan urusan penyuluhan di provinsi.

    Bupati/walikota sebagai penanggungjawab pengembangan

    Kelembagaan Petani di wilayah kabupaten/kota.

  • - 29 -

    Mekanisme Fasilitasi Kelembagaan Petani (Poktan dan Gapoktan),

    seperti tertera pada Gambar 3.

    Gambar 3 Mekanisme Fasilitasi Kelembagaan Petani

    D. Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan Petani di Provinsi

    Pimpinan satuan kerja yang melaksanakan urusan penyuluhan di

    provinsi melakukan pembinaan dan pengembangan Kelembagaan

    Petani (Poktan, Gapoktan, dan Asosiasi) di wilayah provinsi dengan

    kegiatan sebagai berikut:

    1. menyusun programa Penyuluhan Pertanian provinsi, terutama

    berisi rencana kegiatan penyuluhan di provinsi dan memberikan

    dukungan kegiatan penyuluhan di kabupaten/kota;

    2. melakukan koordinasi, sinkronisasi lintas sektoral, optimalisasi

    partisipasi masyarakat dalam menumbuhkembangkan

    Kelembagaan Petani;

    3. melakukan monitoring dan bimbingan teknis penumbuhan serta

    pembinaan Kelembagaan Petani;

    4. menyampaikan informasi mengenai berbagai arahan dan petunjuk

    pelaksanaan tentang penumbuhan dan pengembangan, serta

    pembinaan Kelembagaan Petani dan penyelenggaraan Penyuluhan

    Pertanian;

    Inventarisasi di satuan kerja yang

    melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan

    SK Bupati/ Walikota

    tentang Kelembagaan

    Petani

    Verifikasi, validasi,

    dan registrasi di

    satuan kerja yang

    melaksanakan

    urusan penyuluhan

    di kab/kota

    SIMLUHTAN

    Fasilitasi Kelembagaan Petani

    Pemerintah

    Pusat

    Pemerintah

    Prov/Kab/Kota S w a s t a

    P e t a n i Poktan Gapoktan

  • - 30 -

    5. melakukan sinergi dengan satuan kerja perangkat daerah di

    provinsi yang berkaitan dengan pengembangan

    komoditas/diversifikasi produk dan manajemen usaha;

    6. menginventarisasi Kelembagaan Petani yang berada di wilayah

    provinsi;

    7. mengusulkan kepada Kementerian Pertanian/instansi lain,

    Kelembagaan Petani yang layak untuk memperoleh fasilitasi dari

    satuan kerja di Pusat/provinsi/kabupaten/kota serta pemangku

    kepentingan lain sesuai kemampuan dan jenis usaha yang

    dikembangkan;

    8. melakukan pembinaan dan pemantauan, kompilasi dan validasi

    hasil penilaian kemampuan Kelembagaan Petani di wilayah

    kabupaten/kota; dan

    9. melakukan pemutakhiran data Kelembagaan Petani melalui

    SIMLUHTAN secara rutin sesuai dengan waktu yang telah

    ditentukan; dan

    10. melaporkan kegiatan penyuluhan dan hasil pemutakhiran data

    Kelembagaan Petani kepada Kepala Badan Penyuluhan dan

    Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (Badan PPSDMP).

    Gubernur sebagai penanggungjawab pengembangan Kelembagaan

    Petani di wilayah provinsi.

    E. Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan Petani di Pusat

    Kepala Badan PPSDMP sebagai penanggungjawab operasional di Pusat,

    melakukan pembinaan dan pengembangan Kelembagaan Petani dengan

    kegiatan sebagai berikut:

    1. menyusun programa Penyuluhan Pertanian nasional, terutama

    berisi rencana kegiatan penyuluhan di Pusat dan memberikan

    dukungan terhadap penyelenggaraan penyuluhan di provinsi dan

    kabupaten/ kota;

    2. menetapkan kebijakan penumbuhan dan pengembangan

    Kelembagaan Petani;

    3. menyusun norma, standar, pedoman, dan kriteria penilaian

    Kelembagaan Petani (Poktan dan Gapoktan);

    4. menyelenggarakan bimbingan serta fasilitasi pembinaan di provinsi

    dan kabupaten/kota;

  • - 31 -

    5. melakukan identifikasi, pengolahan dan analisis data Kelembagaan

    Petani;

    6. melakukan berbagai kajian untuk menyempurnakan penetapan

    kebijakan, serta penyusunan norma, standar, pedoman, dan

    kriteria penilaian Kelembagaan Petani;

    7. memfasilitasi apresiasi pengembangan Kelembagaan Petani;

    8. melakukan pengendalian, kompilasi dan validasi, serta mengolah

    dan menganalisis hasil penilaian kemampuan Kelembagaan Petani

    (Poktan dan Gapoktan); dan

    9. melaporkan kegiatan penyuluhan dan hasil pemutakhiran data

    Kelembagaan Petani kepada Menteri Pertanian.

    BAB VII

    MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

    A. Monitoring

    Monitoring merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara

    terencana, sistimatis dan berkesinambungan untuk memantau proses

    pelaksanaan pembinaan Kelembagaan Petani (Poktan, Gapoktan,

    Asosiasi, dan Dewan Komoditas Pertanian Nasional). Monitoring

    dilaksanakan dengan cara membandingkan output kegiatan dengan

    rencana yang telah ditetapkan, juga dirumuskan permasalahan yang

    menyebabkan tidak tercapainya hasil yang diharapkan. Selanjutnya,

    ditetapkan tindakan yang harus dilakukan agar proses pembinaan

    Kelembagaan Petani terlaksana sesuai dengan tujuan.

    Tindakan yang diambil dimaksudkan untuk melakukan perbaikan dan

    penyempurnaan proses pembinaan Kelembagaan Petani agar

    terlaksana lebih efisien dan efektif, sebagai bahan untuk penyusunan

    rencana kebijakan dan kegiatan tahun berikutnya.

    Pelaksanaan monitoring pada masing-masing tingkatan wilayah,

    sebagai berikut:

    1. di wilayah kecamatan, dilakukan oleh satuan kerja yang

    melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan;

  • - 32 -

    2. di wilayah kabupaten/kota, dilakukan oleh satuan kerja yang

    melaksanakan urusan penyuluhan di kabupaten/kota;

    3. di wilayah provinsi, dilakukan oleh satuan kerja yang

    melaksanakan urusan penyuluhan di provinsi; dan

    4. di Pusat, dilakukan oleh Badan PPSDMP.

    Kegiatan monitoring meliputi:

    1. aspek perencanaan dalam penumbuhan dan pengembangan

    Kelembagaan Petani;

    2. keadaan dan ketersediaan fasilitas kerja Penyuluhan Pertanian;

    3. penilaian proses pelaksanaan pembinaan Kelembagaan Petani;

    4. kinerja penyuluh dan petugas lainnya dalam penyuluhan dan

    pendampingan;

    5. peningkatan sumber daya manusia Petani; dan

    6. pengembangan aspek statika (organisasi dan administrasi) dan

    aspek dinamika (kegiatan dan kepengurusan) serta aspek

    manajerial dan kepemimpinan (kaderisasi anggota organisasi).

    B. Evaluasi

    Evaluasi merupakan penilaian efektifitas dan efisiensi atas hasil suatu

    kegiatan melalui pengumpulan dan penganalisisan data dan informasi

    secara sistematik dengan mengikuti prosedur tertentu dan kaidah

    ilmiah serta diakui keabsahannya. Evaluasi dilakukan dengan

    membandingkan realisasi terhadap rencana serta dampak pembinaan

    Kelembagaan Petani. Evaluasi pembinaan Kelembagaan Petani perlu

    dilaksanakan secara teratur, baik evaluasi awal (pre-evaluation),

    evaluasi proses (on-going evaluation), evaluasi akhir (post/terminal

    evaluation), maupun evaluasi dampak (ex-post evaluation).

    C. Pelaporan

    Hasil monitoring dan evaluasi dilaporkan secara periodik dan

    berjenjang mulai dari desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota,

    provinsi sampai dengan Pusat untuk mengetahui perkembangan

    Kelembagaan Petani dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, Penyuluh

    Pertanian dan petugas lainnya perlu membuat laporan sebagai bahan

    pertimbangan dalam perumusan, perencanaan dan penyusunan

    kebijakan tahun berikutnya.

  • - 33 -

    Penyuluh Pertanian merekapitulasi data Kelembagaan Petani yang baru

    tumbuh dan berkembang, selanjutnya dilaporkan kepada Pimpinan

    satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan

    dengan melampirkan berita acara penumbuhan dan pengembangan

    Kelembagaan Petani. Data ini dicatat sebagai database di kecamatan,

    selanjutnya oleh Pimpinan satuan kerja yang melaksanakan tugas

    penyuluhan di kecamatan disampaikan kepada satuan kerja yang

    melaksanakan urusan penyuluhan di kabupaten/kota melalui

    SIMLUHTAN.

    Data dan informasi pembinaan, penumbuhan dan pengembangan

    Kelembagaan Petani disiapkan oleh Penyuluh Pertanian, meliputi:

    1. nama, alamat anggota Poktan dan Gapoktan;

    2. jenis usaha;

    3. jumlah anggota;

    4. status kelas kemampuan Poktan dan Gapoktan;

    5. permasalahan yang dihadapi;

    6. kegiatan pembinaan, penumbuhan dan pengembangan

    Kelembagaan Petani yang dilaksanakan serta hasilnya; dan

    7. lain-lain sesuai dengan program spesifik lokasi.

    Laporan pembinaan, penumbuhan dan pengembangan Kelembagaan

    Petani menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari evaluasi kinerja

    Penyuluh Pertanian (e-evaluh).

    Satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan

    merekapitulasi data dan informasi perkembangan Kelembagaan Petani

    di wilayahnya, meliputi:

    1. nama dan jumlah Kelembagaan Petani (Poktan dan Gapoktan);

    2. jumlah anggota Kelembagaan Petani (Poktan dan Gapoktan);

    3. nama dan jumlah Kelembagaan Petani (Poktan dan Gapoktan) yang

    telah melakukan jejaring dan kerjasama kemitraan Usahatani; dan

    4. lain-lain yang berkaitan dengan pembinaan, penumbuhan dan

    pengembangan Kelembagaan Petani.

    Pelaporan dilaksanakan secara berkala sebagaimana alur pelaporan

    sebagai berikut (Gambar 4):

  • - 34 -

    1. Penyuluh Pertanian menyampaikan laporan kepada Pimpinan

    satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan

    atas dasar inventarisasi/pencatatan kegiatan penumbuhan dan

    pengembangan Kelembagaan Petani di wilayah kerjanya (WKPP);

    2. pimpinan satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di

    kecamatan menyampaikan laporan kepada Pimpinan satuan kerja

    yang melaksanakan urusan penyuluhan di kabupaten/kota;

    3. pimpinan satuan kerja yang melaksanakan urusan penyuluhan di

    kabupaten/kota menyampaikan laporan kepada Pimpinan satuan

    kerja yang melaksanakan urusan penyuluhan di provinsi; dan

    4. pimpinan satuan kerja yang melaksanakan urusan penyuluhan di

    provinsi menyampaikan laporan kepada Badan PPSDMP.

    Gambar 4 Alur Pelaporan Pembinaan Kelembagaan Petani

    BAB VIII

    PENDANAAN

    Pendanaan pembinaan Kelembagaan Petani dapat bersumber dari Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota, APBD provinsi

    dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta sumber

    lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    Kementerian Pertanian

    Satuan kerja yang melaksanakan

    urusan penyuluhan di provinsi P r o v i n s i

    Satuan kerja yang melaksanakan urusan penyuluhan di

    kabupaten/kota

    Satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan

    Kabupaten/Kota

    Kecamatan

    P u s a t

    Penyuluh Pertanian Desa/kelurahan

  • - 35 -

    BAB IX

    PENUTUP

    Pembinaan Kelembagaan Petani bersifat dinamis dan dapat dilakukan

    perubahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan dalam

    pengembangan pembangunan Pertanian.

    MENTERI PERTANIAN

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    AMRAN SULAIMAN

  • - 1 -

    LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR : 67/Permentan/SM.050/12/2016

    TANGGAL : 20 Desember 2016

    PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK TANI

    DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK TANI

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan suatu keharusan

    untuk memenuhi kebutuhan pangan dan bahan baku industri;

    memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha; meningkatkan

    kesejahteraan petani; mengentaskan masyarakat dari kemiskinan

    khususnya di perdesaan; meningkatkan pendapatan nasional; serta

    menjaga kelestarian lingkungan.

    Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian, perlu memiliki

    tanggung jawab untuk mewujudkan sasaran produksi dan

    produktivitas serta target pencapaian swasembada dan swasembada

    pangan berkelanjutan. Instrumen yang digunakan dalam menyusun

    sasaran tersebut, dilakukan melalui penyusunan Rencana Definitif

    Kelompok Tani (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani

    (RDKK).

    RDK merupakan rencana kerja usahatani dari Kelompok Tani untuk

    periode satu tahun yang berisi rincian kegiatan tentang sumber daya

    dan potensi wilayah, sasaran produktivitas, pengorganisasian dan

    pembagian kerja serta kesepakatan bersama dalam pengelolaan

    usahatani, kemudian RDK dijabarkan lebih lanjut menjadi RDKK.

    RDKK merupakan alat perumusan untuk memenuhi kebutuhan sarana

    produksi dan alat mesin pertanian, baik yang berasal dari

    kredit/permodalan/subsidi usahatani maupun dari swadana petani.

  • - 2 -

    Penyusunan RDK dan RDKK merupakan kegiatan strategis yang harus

    dilaksanakan secara serentak dan tepat waktu, sehingga diperlukan

    suatu gerakan untuk mendorong Kelompok Tani menyusun RDK dan

    RDKK sesuai dengan kebutuhan petani. Mengingat kemampuan petani

    dalam penyusunan RDK dan RDKK masih terbatas, maka penyuluh

    pertanian perlu mendampingi dan membimbing Kelompok Tani.

    B. Tujuan

    Penyusunan RDK dan RDKK bertujuan untuk:

    1. memberikan arah dan kebijakan dalam penyusunan rencana

    kegiatan usahatani;

    2. meningkatkan kapasitas Kelompok Tani dalam penyusunan

    rencana kegiatan usahatani; dan

    3. meningkatkan kapasitas penyuluh pertanian dalam membimbing

    Kelompok Tani untuk menyusun rencana kegiatan usahatani.

    C. Sasaran

    Sasaran Penyusunan RDK dan RDKK meliputi:

    1. penyelenggara penyuluhan pertanian di Pusat, provinsi,

    kabupaten/kota, dan pelaksana penyuluhan di desa/kelurahan;

    dan

    2. pelaku utama dan pelaku usaha di bidang pertanian.

    D. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup Penyusunan RDK dan RDKK meliputi:

    1. Rencana Definitif Kelompok Tani (RDK);

    2. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK);

    3. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani Pupuk Bersubsidi

    (RDKK Pupuk Bersubsidi);

    4. gerakan penyusunan dan pelaksanaan RDK dan RDKK;

    5. pengorganisasian;

    6. supervisi, monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan

    7. pendanaan.

  • - 3 -

    E. Pengertian

    Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

    1. Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan

    petani/peternak/pekebun yang dibentuk oleh para petani atas

    dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan sosial,

    ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan komoditas; dan keakraban

    untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

    2. Gabungan Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Gapoktan

    adalah kumpulan beberapa Poktan yang bergabung dan

    bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi

    usaha.

    3. Rencana Definitif Kelompok Tani yang selanjutnya disebut RDK

    adalah rencana kerja usahatani dari Poktan untuk satu tahun, yang

    disusun melalui musyawarah dan berisi rincian tentang

    sumberdaya dan potensi wilayah, sasaran produktivitas,

    pengorganisasian dan pembagian kerja, serta kesepakatan bersama

    dalam pengelolaan usahatani.

    4. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani yang selanjutnya

    disebut RDKK adalah rencana kebutuhan sarana produksi

    pertanian dan alat mesin pertanian untuk satu musim/siklus usaha

    yang disusun berdasarkan musyawarah anggota Poktan yang

    merupakan alat pesanan sarana produksi pertanian Poktan kepada

    Gapoktan atau lembaga lain (penyalur sarana produksi pertanian

    dan perbankan), termasuk perencanaan kebutuhan pupuk

    bersubsidi.

    5. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani Pupuk Bersubsidi yang

    selanjutnya disebut RDKK Pupuk Bersubsidi adalah rencana

    kebutuhan pupuk bersubsidi untuk satu tahun yang disusun

    berdasarkan musyawarah anggota Poktan yang merupakan alat

    pesanan pupuk bersubsidi kepada Gapoktan atau penyalur sarana

    produksi pertanian.

    6. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumberdaya alam hayati

    dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen

    untuk menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman

    pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam

    suatu agroekosistem.

  • - 4 -

    7. Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi Pelaku

    Utama dan Pelaku Usaha agar mereka mau dan mampu menolong

    dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,

    teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya

    untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan,

    dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam

    pelestarian fungsi lingkungan hidup.

    8. Penyuluh Pertanian adalah perorangan Warga Negara Indonesia

    yang melakukan kegiatan penyuluhan Pertanian, baik penyuluh

    PNS, penyuluh swasta, maupun penyuluh swadaya.

    9. Usahatani adalah kegiatan dalam bidang Pertanian, mulai dari

    produksi/budidaya, penanganan pascapanen, pengolahan, sarana

    produksi, pemasaran hasil, dan/atau jasa penunjang.

    10. Pelaku Utama yang selanjutnya disebut Petani adalah Warga Negara

    Indonesia perseorangan dan/atau beserta keluarganya yang

    melakukan Usahatani di bidang tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan, dan/atau peternakan.

    11. Pelaku Usaha adalah setiap orang yang melakukan usaha sarana

    produksi Pertanian, pengolahan dan pemasaran hasil Pertanian,

    serta jasa penunjang Pertanian yang berkedudukan di wilayah

    hukum Republik Indonesia.

    BAB II

    RENCANA DEFINITIF KELOMPOK TANI

    RDK disusun untuk perencanaan kegiatan pengembangan Usahatani

    Poktan, termasuk kebutuhan sarana produksi dan alat mesin Pertanian

    (saprotan), dalam jangka waktu satu tahun.

    RDK merupakan bahan dalam penyusunan programa penyuluhan

    desa/kelurahan dan selanjutnya digunakan sebagai bahan usulan

    pelaksanaan penyuluhan di desa/kelurahan melalui Musyawarah

    Perencanaan Pembangunan Desa/Kelurahan (Musrenbangdes).

    A. Penyusunan RDK

    RDK disusun dengan tahapan sebagai berikut:

  • - 5 -

    1. pertemuan pengurus Poktan yang didampingi oleh Penyuluh

    Pertanian dalam rangka persiapan penyusunan RDK dengan ruang

    lingkup antara lain (a) evaluasi pelaksanaan kegiatan Poktan tahun

    sebelumnya, (b) evaluasi produksi dan produktivitas rata-rata yang

    dicapai anggota Poktan, dan (c) rencana penyusunan RDK dan

    RDKK;

    2. pertemuan anggota Poktan dipimpin oleh ketua Poktan,

    didampingi oleh Penyuluh Pertanian, meliputi antara lain (a)

    mengidentifikasi potensi dan masalah dalam pengembangan

    Usahatani; (b) menetapkan jenis komoditas yang akan diusahakan

    dan sasaran produksi; (c) membahas pola tanam/pola Usahatani,

    kebutuhan sarana produksi dan teknologi yang akan digunakan;

    (d) merencanakan kegiatan Poktan lainnya, misalnya gerakan

    perbaikan irigasi, pemberantasan OPT, pemupukan modal; (e)

    mengorganisasikan dan menyusun pembagian kerja; dan (f)

    menyusun dan menyepakati RDK kegiatan Usahatani;

    3. RDK dituangkan dalam bentuk sesuai dengan Format 1 yang

    ditandatangani oleh ketua Poktan dan menjadi pedoman bagi

    anggota Poktan dalam menyelenggarakan kegiatan usahataninya;

    4. RDK disusun paling lambat pada akhir Januari sebelum

    pelaksanaan Musrenbangdes; dan

    5. Penyuluh Pertanian bersama pengurus Gapoktan melakukan

    rekapitulasi RDK desa/kelurahan dalam bentuk sesuai dengan

    Format 2, sebagai bahan penyusunan rencana kegiatan Gapoktan

    dan rencana pendampingan Penyuluh Pertanian di Wilayah Kerja

    Penyuluh Pertanian (WKPP).

    B. Materi RDK

    Materi RDK terdiri atas:

    1. Pola tanam dan pola Usahatani yang disusun atas dasar

    pertimbangan:

    a. aspek teknis, meliputi agroekosistem dan teknologi;

    b. aspek ekonomi, meliputi permintaan pasar, harga, dan

    keuntungan Usahatani; dan

  • - 6 -

    c. aspek sosial, meliputi kebijakan pemerintah, kerja sama

    Poktan dan dukungan masyarakat dengan memperhatikan

    kelestarian lingkungan hidup.

    2. Sasaran produktivitas didasarkan atas:

    a. potensi wilayah Poktan; dan

    b. produktivitas dari masing-masing komoditas.

    3. Teknologi Usahatani:

    a. ketersediaan teknologi; dan

    b. rekomendasi teknologi.

    4. Sarana produksi dan permodalan, didasarkan atas:

    a. luas areal Usahatani Poktan;

    b. teknologi yang akan diterapkan; dan

    c. kemampuan permodalan anggota Poktan.

    5. Kegiatan penguatan kapasitas Poktan, meliputi:

    a. pertemuan rutin Poktan;

    b. kursus tani/sekolah lapang;

    c. demplot atau demfarm; dan

    d. penilaian kelas kemampuan Poktan.

    6. Jadwal kegiatan, mengacu kepada rencana kegiatan Usahatani; dan

    7. Pembagian tugas disesuaikan dengan kesediaan dan kesepakatan

    Poktan.

    BAB III

    RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK TANI

    A. Penyusunan RDKK

    RDKK disusun mengacu pada RDK masing-masing Poktan dengan

    tahapan sebagai berikut:

    1. pertemuan pengurus Poktan yang didampingi oleh Penyuluh

    Pertanian untuk persiapan penyusunan RDKK dengan materi

    antara lain (a) evaluasi realisasi RDKK musim tanam sebelumnya,

    dan (b) rencana penyusunan RDKK;

    2. pertemuan anggota Poktan dipimpin oleh ketua Poktan, didampingi

    Penyuluh Pertanian, dengan materi antara lain (a) membahas dan

    menetapkan saprotan yang akan digunakan; (b) menghitung dan

    menyepakati daftar kebutuhan saprotan untuk memenuhi 6 tepat

  • - 7 -

    (tepat jenis, jumlah, waktu, tempat, harga dan mutu); dan (c)

    menetapkan kebutuhan saprotan yang akan dibiayai swadana

    Petani, kredit, atau sumber pembiayaan Usahatani lainnya

    termasuk dari subsidi pemerintah;

    3. RDKK disusun dan dituangkan dalam bentuk sesuai dengan

    Format 3 dan ditandatangani oleh ketua Poktan;

    4. selanjutnya RDKK tersebut diperiksa kelengkapan dan

    kebenarannya untuk disetujui dan ditandatangani oleh Penyuluh

    Pertanian Pendamping;

    5. penyusunan RDKK dilaksanakan paling lambat satu bulan

    sebelum jadwal tanam;

    6. RDKK yang telah disusun dibuat rangkap 3 ( tiga), lembar

    pertama untuk Gapoktan, lembar kedua untuk Penyuluh Pertanian

    Pendamping, dan lembar ketiga sebagai arsip Poktan;

    7. pengurus Gapoktan melakukan rekapitulasi RDKK dari Poktan dan

    dituangkan sesuai dengan Format 4a, yang ditandatangani oleh

    ketua Gapoktan. Poktan yang belum bergabung dalam Gapoktan,

    maka RDKK direkapitulasi oleh Penyuluh Pertanian Pendamping

    dan dituangkan sesuai dengan Format 4b.

    Selanjutnya, rekapitulasi RDKK tersebut (Format 4a atau Format

    4b) diperiksa kelengkapan dan kebenarannya untuk disetujui dan

    ditandatangani oleh Penyuluh Pertanian Pendamping, dan diketahui

    oleh kepala desa/lurah kemudian disampaikan kepada satuan kerja

    yang melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan (Gambar 1);

    dan

    8. Rekapitulasi RDKK ( Format 4a atau 4b) dibuat rangkap tiga,

    lembar pertama untuk satuan kerja yang melaksanakan tugas

    penyuluhan di kecamatan, lembar kedua untuk Penyuluh Pertanian

    Pendamping, dan lembar ketiga sebagai arsip Poktan dan arsip

    Gapoktan. Rekapitulasi RDKK disusun paling lambat satu bulan

    sebelum jadwal tanam.

    B. Materi RDKK

    Materi RDKK terdiri dari:

    1. jenis dan luas masing-masing komoditas yang diusahakan;

    2. jumlah kebutuhan:

  • - 8 -

    a. benih/bibit;

    b. pupuk;

    c. pestisida;

    d. biaya garapan dan pemeliharaan; dan

    e. biaya alat dan mesin Pertanian (budidaya, panen dan pasca

    panen).

    3. kebutuhan biaya lain yang terkait dengan jenis usaha yang dikelola

    anggota Poktan seperti untuk sub sektor tanaman pangan, sub

    sektor hortikultura, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan

    dan jenis usaha pengolahan pangan disesuaikan dengan sarana

    produksi yang diperlukan;

    4. jadwal penggunaan saprotan (sesuai kebutuhan lapangan); dan

    5. masing-masing kebutuhan tersebut ditentukan secara rinci (jumlah

    dan nilai uangnya), baik yang akan dibiayai secara swadana

    maupun melalui kredit atau fasilitasi pembiayaan lainnya.

    BAB IV

    RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK TANI

    PUPUK BERSUBSIDI

    Dalam rangka peningkatan efektivitas penyaluran pupuk bersubsidi, maka

    kebutuhan pupuk harus berdasarkan kebutuhan Petani, pekebun, dan

    peternak yang disusun secara berkelompok dalam bentuk RDKK Pupuk

    Bersubsidi.

    Tujuan penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi adalah membantu Petani,

    pekebun, dan peternak untuk merencanakan pengadaan dan penyediaan

    pupuk bersubsidi sesuai azas enam tepat (tepat jumlah, jenis, waktu,

    tempat, mutu dan harga).

    RDKK Pupuk Bersubsidi merupakan rencana kebutuhan pupuk Poktan

    selama satu tahun, yang selanjutnya dilakukan rekapitulasi secara

    berjenjang dari desa/kelurahan sampai Pusat. Hasil rekapitulasi tersebut

    digunakan sebagai dasar usulan kebutuhan pupuk bersubsidi tingkat

    nasional tahun berikutnya. RDKK Pupuk Bersubsidi tersebut sekaligus juga

    digunakan sebagai alat pesanan pupuk bersubsidi kepada

    penyalur/pengecer resmi pupuk bersubsidi.

  • - 9 -

    Fasilitasi pupuk bersubsidi diberikan kepada Petani dengan luas lahan

    maksimal dua hektar dan hanya akan diberikan kepada setiap Petani yang

    bergabung dalam Poktan. Pengurus Poktan diharapkan mendorong Petani

    lainnya untuk bergabung dalam Poktan serta bersama-sama menyusun

    RDKK Pupuk Bersubsidi.

    A. Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi

    RDKK Pupuk Bersubsidi disusun berdasarkan RDK yang telah

    disusun oleh Poktan, dengan tahapan sebagai berikut:

    1. penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi dilakukan oleh Poktan secara

    musyawarah yang dipimpin oleh ketua Poktan dan didampingi

    Penyuluh Pertanian;

    2. RDKK Pupuk Bersubsidi dituangkan dalam bentuk sesuai dengan

    Format 5 dan ditandatangani oleh ketua Poktan;

    3. pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran RDKK Pupuk

    Bersubsidi dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Pendamping

    sebelum disetujui dan ditandatangani;

    4. penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi paling lambat selesai pada

    awal Februari; dan

    5. RDKK Pupuk Bersubsidi yang telah disusun dibuat rangkap lima,

    lembar pertama untuk penyalur/pengecer resmi (sebagai pesanan),

    lembar kedua untuk kepala desa/lurah, lembar ketiga untuk

    Penyuluh Pertanian Pendamping, lembar keempat untuk ketua

    Gapoktan, dan lembar kelima untuk ketua Poktan.

    B. Rekapitulasi RDKK Pupuk Bersubsidi

    1. Pengurus Gapoktan melakukan rekapitulasi RDKK Pupuk

    Bersubsidi dari Poktan dan dituangkan sesuai dengan Format 6a,

    serta ditandatangani oleh ketua Gapoktan. Bagi Poktan yang belum

    bergabung dalam Gapoktan, maka RDKK direkapitulasi oleh

    Penyuluh Pertanian Pendamping dan dituangkan sesuai dengan

    Format 6b. Selanjutnya rekapitulasi RDKK tersebut (Format 6a

    atau 6b) diperiksa kelengkapan dan kebenarannya sebelum

    disetujui dan ditandatangani oleh Penyuluh Pertanian Pendamping,

    dan diketahui oleh kepala desa/lurah.

  • - 10 -

    2. Rekapitulasi RDKK Pupuk Bersubsidi (Format 6a dan 6b) dibuat

    rangkap empat, lembar pertama untuk satuan kerja yang

    melaksanakan tugas prasarana dan sarana Pertanian di

    kecamatan, lembar kedua untuk satuan kerja yang melaksanakan

    tugas penyuluhan di kecamatan, lembar ketiga untuk Penyuluh

    Pertanian Pendamping, dan lembar keempat sebagai arsip

    Gapoktan atau Poktan. Rekapitulasi RDKK paling lambat selesai

    pada akhir Februari.

    3. Pimpinan satuan kerja yang melaksanakan tugas prasarana dan

    sarana Pertanian di kecamatan melakukan rekapitulasi RDKK

    Pupuk Bersubsidi kecamatan sekaligus menandatangani (Format

    7). Selanjutnya, rekapitulasi RDKK Pupuk Bersubsidi tersebut

    diperiksa kelengkapan dan kebenarann