PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA … Penetapan... · Alat Telekomunikasi adalah setiap...

23
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2019 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENETAPAN BALAI UJI DALAM NEGERI DAN PENGAKUAN BALAI UJI LUAR NEGERI UNTUK KEPERLUAN SERTIFIKASI ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan dalam Pasal 74 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi mengamanatkan bahwa pelaksanaan pengujian alat dan perangkat telekomunikasi dilakukan oleh Balai Uji yang ditetapkan oleh Menteri; b. bahwa sesuai ketentuan Pasal 58 huruf b Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik Bidang Komunikasi dan Informatika menyebutkan bahwa Laporan Hasil Uji (LHU) atau Test Report diterbitkan oleh Balai Uji Luar Negeri yang diakui oleh Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika; c. bahwa sesuai ketentuan dalam Pasal 26 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Ketentuan Operasional Sertifikasi Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi mengamanatkan pelaksanaan penetapan Balai Uji Dalam

Transcript of PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA … Penetapan... · Alat Telekomunikasi adalah setiap...

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN 2019

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN PENETAPAN BALAI UJI DALAM NEGERI DAN

PENGAKUAN BALAI UJI LUAR NEGERI UNTUK KEPERLUAN SERTIFIKASI

ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan dalam Pasal 74 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52

Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi

mengamanatkan bahwa pelaksanaan pengujian alat dan

perangkat telekomunikasi dilakukan oleh Balai Uji yang

ditetapkan oleh Menteri;

b. bahwa sesuai ketentuan Pasal 58 huruf b Peraturan

Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 7 Tahun

2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi

secara Elektronik Bidang Komunikasi dan Informatika

menyebutkan bahwa Laporan Hasil Uji (LHU) atau Test

Report diterbitkan oleh Balai Uji Luar Negeri yang diakui

oleh Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos

dan Informatika;

c. bahwa sesuai ketentuan dalam Pasal 26 Peraturan

Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2018 tentang Ketentuan Operasional

Sertifikasi Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi

mengamanatkan pelaksanaan penetapan Balai Uji Dalam

- 2 -

Negeri dan Pengakuan Balai Uji Luar Negeri yang

ditetapkan dan diakui oleh Direktur Jenderal;

d. bahwa Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

Nomor 15 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penetapan Balai Uji Dalam Negeri dan Peraturan Menteri

Komunikasi dan Informatika Nomor 16 Tahun 2012

tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengakuan Balai Uji

Negara Asing diperuntukkan sebatas untuk Mutual

Recognition Agreement/Perjanjian Saling Pengakuan,

sudah tidak sesuai lagi sehingga perlu diganti dan perlu

dilakukan simplifikasi;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d,

perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan

Informatika tentang Tata Cara Pelaksanaan Penetapan

Balai Uji Dalam Negeri dan Pengakuan Balai Uji Luar

Negeri Untuk Keperluan Sertifikasi Alat dan/atau

Perangkat Telekomunikasi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3881);

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 80 tahun 2015 tentang

Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak yang Berlaku pada Kementerian Komunikasi dan

Informatika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5749);

- 3 -

5. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2015 tentang

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 96);

6. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-

DAG/PER/5/2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pengawasan Barang dan/atau Jasa;

7. Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 7 Tahun

2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi

secara Elektronik Bidang Komunikasi dan Informatika

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor

1041);

8. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 6

Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1019);

9. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 16

Tahun 2018 tentang Sertifikasi Alat dan Perangkat

Telekomunikasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 1801);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENETAPAN BALAI UJI

DALAM NEGERI DAN PENGAKUAN BALAI UJI LUAR NEGERI

UNTUK KEPERLUAN SERTIFIKASI ALAT DAN/ATAU

PERANGKAT TELEKOMUNIKASI.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Alat Telekomunikasi adalah setiap alat perlengkapan yang

digunakan dalam bertelekomunikasi.

2. Perangkat Telekomunikasi adalah sekelompok alat

telekomunikasi yang memungkinkan bertelekomunikasi.

- 4 -

3. Balai Uji adalah laboratorium milik negara atau

laboratorium milik swasta yang terakreditasi dan

berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia atau

luar negeri.

4. Pemohon adalah Balai Uji yang mengajukan permohonan

penetapan Balai Uji Dalam Negeri atau pengakuan Balai

Uji Luar Negeri, perpanjangan sertifikat penetapan Balai

Uji Dalam Negeri dan pengakuan Balai Uji Luar Negeri,

atau penambahan ruang lingkup pengujian.

5. Balai Uji Dalam Negeri adalah lembaga uji atau

laboratorium pengujian Alat dan/atau Perangkat

Telekomunikasi milik negara atau milik swasta yang

terakreditasi dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

6. Balai Uji Luar Negeri adalah lembaga uji atau

laboratorium pengujian Alat dan/atau Perangkat

Telekomunikasi yang terakreditasi dan berkedudukan di

luar negeri dan diakui oleh Direktur Jenderal.

7. Perjanjian Saling Pengakuan (Mutual Recognition

Agreement) yang selanjutnya disingkat MRA adalah

kesepakatan antara dua negara atau lebih untuk saling

mengakui atau menerima beberapa atau keseluruhan

hasil-hasil pengujian.

8. Surat Pemberitahuan Pembayaran yang selanjutnya

disingkat SP2 adalah surat pemberitahuan untuk

membayar biaya penerbitan sertifikat penetapan Balai Uji

Dalam Negeri.

9. Identitas Login Balai Uji yang selanjutnya disebut user ID

adalah identitas Pemohon penetapan, perpanjangan,

dan/atau penambahan ruang lingkup Balai Uji Dalam

Negeri yang digunakan untuk masuk ke dalam sistem

dalam jaringan (online).

10. Laporan Hasil Uji (LHU) atau Test Report adalah laporan

hasil pengujian alat dan/atau perangkat telekomunikasi

yang dikeluarkan oleh Balai Uji yang dibandingkan

dengan parameter teknis.

- 5 -

11. Mitra MRA (MRA Partner) adalah negara lain yang

melakukan perjanjian saling pengakuan dengan

Indonesia.

12. Lembaga Akreditasi adalah badan akreditasi yang

berkedudukan dalam wilayah hukum negara dimana

Balai Uji berlokasi.

13. Komite Akreditasi Nasional yang selanjutnya disingkat

KAN adalah lembaga nonstruktural yang bertugas dan

bertanggung jawab di bidang akreditasi lembaga penilaian

kesesuaian.

14. Direktur Jenderal adalah Direktorat Jenderal Sumber

Daya dan Perangkat Pos dan Informatika.

15. Direktur adalah Direktur Standardisasi Perangkat Pos

dan Informatika.

16. Badan Penetap Mitra MRA adalah lembaga yang

berwenang untuk menetapkan Balai Uji Luar Negeri di

dalam wilayah hukumnya dan melakukan perjanjian

saling pengakuan dengan Direktur Jenderal.

17. Lembaga Sertifikasi adalah Direktorat Standardisasi

Perangkat Pos dan Informatika, Direktorat Jenderal

Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika.

18. Menteri adalah Menteri yang ruang lingkup tugas dan

tanggung jawabnya di bidang Standardisasi Alat dan/atau

Perangkat Telekomunikasi.

Pasal 2

(1) Setiap Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi yang

diperdagangkan, dibuat, dirakit, dimasukkan, dan/atau

digunakan di wilayah Negara Republik Indonesia wajib

memenuhi Persyaratan Teknis.

(2) Pemenuhan persyaratan teknis pada Alat dan/atau

Perangkat Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibuktikan dengan Sertifikat melalui proses

Sertifikasi.

(3) Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan berdasarkan Laporan Hasil Uji (LHU) atau test

report yang diterbitkan oleh Balai Uji.

- 6 -

Pasal 3

(1) Balai Uji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Balai Uji Dalam Negeri; dan

b. Balai Uji Luar Negeri.

(2) Balai Uji Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

(3) Balai Uji Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b diakui oleh Direktur Jenderal.

BAB II

PENETAPAN BALAI UJI DALAM NEGERI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4

(1) Penetapan Balai Uji Dalam Negeri sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (2) diberikan sesuai dengan ruang

lingkup dalam persyaratan teknis yang seluruh atau

sebagiannya telah terakreditasi berdasarkan SNI ISO/IEC

17025.

(2) Balai Uji Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam

pada ayat (1) dapat mengajukan penambahan ruang

lingkup penentapan.

(3) Untuk penambahan ruang lingkup penentapan dalam

jangka waktu 2 (dua) tahun sejak ditetapkan, Balai Uji

Dalam Negeri yang telah ditetapkan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan akreditasi

berdasarkan SNI ISO/IEC 17025 untuk seluruh ruang

lingkup yang ditetapkan Direktur Jenderal.

(4) Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, Balai Uji

Dalam Negeri belum mendapatkan seluruh ruang lingkup

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka penetapan

Balai Uji Dalam Negeri akan dievaluasi kembali.

Bagian Kedua

Tata Cara Penetapan Balai Uji Dalam Negeri

Pasal 5

Untuk dapat ditetapkan sebagai Balai Uji Dalam Negeri

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a harus

- 7 -

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. berada di wilayah dan berbadan hukum Indonesia;

b. telah diakreditasi oleh KAN sebagai laboratorium penguji;

c. memiliki kemampuan dan sumber-sumber keuangan yang

cukup untuk biaya operasional; dan

d. memiliki keahlian, kemampuan, kompetensi teknis, dan

peralatan dalam melakukan pengujian perangkat sesuai

dengan regulasi teknis yang ditetapkan.

Pasal 6

(1) Permohonan penetapan Balai Uji Dalam Negeri diajukan

oleh Pemohon kepada Direktur Jenderal dapat melalui

sistem daring (online).

(2) Sistem daring (online) sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) digunakan untuk permohonan:

a. penetapan Balai Uji Dalam Negeri baru;

b. penetapan Balai Uji Dalam Negeri perpanjangan;

dan/atau

c. penambahan ruang lingkup pengujian Balai Uji Dalam

Negeri.

Pasal 7

(1) Untuk mengajukan permohonan penetapan Balai Uji

Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat

(1) terlebih dahulu harus memiliki user ID.

(2) User ID sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh

melalui pengajuan permohonan melalui daring pada e-

Lab di laman resmi Direktorat Jenderal

(3) Untuk memperoleh user ID, Pemohon harus menyetujui

pakta integritas.

(4) Pengajuan permohonan penetapan untuk memperoleh

user ID sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

hanya 1 (satu) kali.

(5) Pengajuan permohonan untuk memperoleh user ID

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diverifikasi oleh tim

yang dibentuk oleh Direktur Jenderal.

- 8 -

(6) Berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (5), pengajuan user ID dapat disetujui atau ditolak.

(7) Persetujuan atau penolakan pengajuan permohonan user

ID sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diterbitkan

secara daring (online) dalam bentuk surat elektronik.

Pasal 8

Permohonan penetapan Balai Uji Dalam Negeri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) diajukan oleh Pemohon

dengan mengisi formulir permohonan sesuai format yang

tercantum dalam Lampiran I dan mengunggah hasil pindai

(scan) persyaratan sebagai berikut:

a. salinan bukti sebagai badan hukum Indonesia dan

salinan bukti organisasi induk sebagai badan hukum

Indonesia untuk Balai Uji Dalam Negeri yang merupakan

laboratorium di bawah organisasi induk tertentu;

b. salinan sertifikat akreditasi SNI ISO/IEC 17025 yang

mencantumkan ruang lingkup akreditasi yang diterbitkan

oleh KAN;

c. struktur organisasi dan daftar riwayat hidup personil

laboratorium yang sesuai ketentuan SNI ISO/IEC 17025;

d. surat pernyataan mengenai fasilitas dan metode

pengujian yang digunakan dalam melaksanakan

pengujian Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi

terhadap spesifikasi persyaratan teknis dan/atau

standar;

e. contoh salinan Laporan Hasil Uji (LHU) atau Test Report

yang telah diterbitkan; dan

f. daftar periksa (checklist) persyaratan kompetensi teknis

dengan menggunakan format tercantum dalam Lampiran

I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

Pasal 9

(1) Setiap permohonan penetapan Balai Uji Dalam Negeri

dilakukan evaluasi oleh tim yang dibentuk oleh Direktur

Jenderal.

- 9 -

(2) Evaluasi yang dilaksanakan oleh tim sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8; dan

b. meninjau langsung ke sarana pengujian yang dimiliki

oleh Balai Uji untuk melihat kesesuaian dengan SNI

ISO/IEC 17025.

(3) Evaluasi yang dilaksanakan oleh tim sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan

format tercantum dalam Lampiran I yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 10

(1) Hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh tim sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 dilaporkan kepada Direktur

Jenderal.

(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Direktur Jenderal dapat menyetujui atau menolak

permohonan penetapan Balai Uji Dalam Negeri dalam

jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung

sejak dilaporkannya hasil evaluasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

(3) Dalam hal permohonan ditolak, Direktur Jenderal

menerbitkan surat penolakan dengan disertai alasan

penolakan.

Pasal 11

(1) Setiap persetujuan atas permohonan penetapan Balai Uji

Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat

(2), diterbitkan SP2.

(2) Pemohon wajib membayar biaya penetapan Balai Uji

Dalam Negeri paling lama 5 (lima) hari kerja sejak SP2

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan dan

menyampaikan bukti bayar dengan mengunggah hasil

pindai (scan) ke e-Lab di laman resmi Direktorat Jenderal.

- 10 -

(3) Dalam hal Pemohon tidak melakukan pembayaran biaya

penetapan Balai Uji Dalam Negeri dalam jangka waktu

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) persetujuan atas

permohonan penetapan Balai Uji Dalam Negeri dan SP2

dinyatakan batal.

Pasal 12

(1) Direktur Jenderal menerbitkan Sertifikat penetapan Balai

Uji Dalam Negeri dengan format Sertifikat tercantum

dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(2) Sertifikat penetapan Balai Uji Dalam Negeri diterbitkan

paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah SP2 dilunasi.

Pasal 13

(1) Sertifikat penetapan Balai Uji Dalam Negeri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) berlaku selama 3 (tiga)

tahun atau selama masa laku akreditasi yang diberikan

oleh KAN.

(2) Setelah masa laku Sertifikat penetapan Balai Uji Dalam

Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir,

Sertifikat penetapan Balai Uji Dalam Negeri dapat

diperpanjang.

(3) Permohonan perpanjangan penetapan Balai Uji Dalam

Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan

paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum masa laku

Sertifikat penetapan Balai Uji Dalam Negeri berakhir.

(4) Perpanjangan Sertifikat penetapan Balai Uji Dalam Negeri

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan kepada

Direktur Jenderal dengan melampirkan persyaratan

sebagai berikut:

a. surat permohonan perpanjangan Sertifikat

Penetapan Balai Uji Dalam Negeri dengan format

surat permohonan tercantum dalam Lampiran I yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini;

- 11 -

b. salinan sertifikat akreditasi SNI ISO/IEC 17025;

c. persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

dalam hal terdapat perubahan.

(5) Pemohon membayar biaya perpanjangan penetapan Balai

Uji Dalam Negeri yang besarannya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Permohonan perpanjangan Sertifikat penetapan Balai Uji

Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dievaluasi oleh tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal.

(7) Direktur Jenderal menerbitkan Sertifikat penetapan Balai

Uji Dalam Negeri untuk permohonan yang disetujui.

(8) Dalam hal permohonan perpanjangan ditolak, Direktur

Jenderal menerbitkan surat penolakan dengan disertai

alasan penolakan.

Pasal 14

(1) Balai Uji Dalam Negeri yang telah mendapatkan Sertifikat

Penetapan Balai Uji Dalam Negeri dimasukkan ke e-Lab di

laman resmi Direktorat Jenderal.

(2) Balai Uji Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat mengumumkan status penetapan dan ruang

lingkup pengujian ke dalam laman resmi miliknya.

Pasal 15

(1) Permohonan penambahan ruang lingkup pengujian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c

dilakukan dengan memenuhi persyaratan Balai Uji Dalam

Negeri:

a. memiliki kemampuan pengujian; dan/atau

b. telah mendapatkan akreditasi dari KAN; atau

c. telah menerapkan SNI ISO/IEC 17025 berdasarkan

penilaian tim yang dibentuk Direktur Jenderal.

(2) Penambahan ruang lingkup pengujian dapat diajukan

oleh Balai Uji Dalam Negeri yang telah ditetapkan sebelum

masa laku Sertifikat penetapannya berakhir.

- 12 -

Pasal 16

(1) Permohonan penambahan ruang lingkup pengujian

diajukan dengan mengisi formulir permohonan

penambahan ruang lingkup pengujian sebagaimana

tercantum dalam Lampiran I dan mengunggah hasil pindai

(scan) persyaratan sebagai berikut:

a. surat pernyataan mengenai fasilitas pengujian dan

instruksi kerja yang digunakan untuk menguji Alat

dan/atau Perangkat Telekomunikasi terhadap

persyaratan teknis, standar dan/atau spesifikasi dari

ruang lingkup yang akan ditambahkan;

b. sampel salinan laporan hasil uji dari ruang lingkup

yang akan ditambahkan yang telah diterbitkan; dan

c. daftar periksa (checklist) persyaratan kompetensi

teknis untuk ruang lingkup yang akan ditambahkan

dengan menggunakan format tercantum dalam

Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Menteri ini.

(2) Permohonan penambahan ruang lingkup pengujian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 tidak dikenakan

biaya tambahan.

Pasal 17

Persetujuan permohonan penambahan ruang lingkup

pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)

diterbitkan dalam bentuk surat persetujuan dengan format

tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Ketiga

Permohonan Pengakuan kepada Badan Penetap Mitra MRA

Pasal 18

(1) Balai Uji Dalam Negeri yang telah mendapatkan Sertifikat

penetapan Balai Uji Dalam Negeri dapat mengajukan

permohonan pengakuan kepada Mitra MRA sesuai ruang

lingkup persyaratan teknis Mitra MRA melalui Direktur

Jenderal.

- 13 -

(2) Direktur Jenderal mengajukan permohonan kepada

Badan Penetap Mitra MRA berdasarkan permohonan Balai

Uji Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Pengakuan Balai Uji Dalam Negeri oleh Mitra MRA

dilakukan sesuai dengan persyaratan Badan Penetap

Mitra MRA.

BAB III

PENGAKUAN BALAI UJI LUAR NEGERI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 19

Pengakuan Balai Uji Luar Negeri sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (3) dapat dilakukan dengan cara:

a. pengakuan tanpa melalui MRA

b. pengakuan melalui MRA

Bagian Kedua

Pengakuan Tanpa Melalui MRA

Pasal 20

(1) Direktur Jenderal dapat menerima Laporan Hasil Uji

(LHU) atau Test Report yang dikeluarkan oleh Balai Uji

Luar Negeri dengan cara pengakuan tanpa melalui MRA.

(2) Balai Uji Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. memiliki kemampuan dalam melakukan pengujian

alat dan/atau perangkat telekomunikasi sesuai

persyaratan teknis yang ditetapkan di Indonesia atau

yang setara, dibuktikan dengan melampirkan sampel

laporan hasil uji;

b. memiliki sertifikat akreditasi sebagai Balai Pengujian

alat dan/atau perangkat telekomunikasi berdasarkan

ISO/IEC 17025 yang terakreditasi oleh Lembaga

Akreditasi penandatangan Asia-Pacific Accreditation

Cooperation-Mutual Recognition Agreement (APAC-

MRA), dan/atau International Laboratory Accreditation

- 14 -

Cooperation-Mutual Recognition Arrangement (ILAC-

MRA), dan/atau yang diakui dalam skema

International Electrotechnical Committee System of

Conformity Assessment Schemes for Electrotechnical

Equipment and Components (IECEE) Certification Body

Testing Laboratories (CBTLs) dengan ruang lingkup

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; dan

c. memiliki kemampuan menerbitkan salinan lunak (soft

copy) Laporan Hasil Uji (LHU) atau Test Report yang

ditandai dengan tanda tangan digital (digital

signature).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengakuan Balai Uji

Luar Negeri dan daftar Balai Uji sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Direktur

Jenderal.

(4) Direktur Jenderal dapat melakukan evaluasi terhadap

Balai Uji Luar Negeri yang diakui sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dalam jangka waktu setiap 6 (enam) bulan

atau apabila dipandang perlu oleh Direktur Jenderal.

Bagian Ketiga

Tata Cara Pengakuan Balai Uji Luar Negeri

Tanpa Melalui MRA

Pasal 21

Permohonan pengakuan Balai Uji Luar Negeri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) diajukan oleh Pemohon

dengan mengirimkan surat permohonan pengakuan Balai Uji

Luar Negeri, dengan melampirkan hasil pindai (scan)

persyaratan sebagai berikut:

a. salinan bukti sebagai badan hukum di negara asal

laboratorium;

b. salinan sertifikat akreditasi ISO/IEC 17025 yang

mencantumkan ruang lingkup akreditasi yang diterbitkan

oleh Lembaga Akreditasi;

- 15 -

c. struktur organisasi dan daftar riwayat hidup personil

laboratorium yang sesuai ketentuan ISO/IEC 17025;

d. surat pernyataan mengenai fasilitas dan metode

pengujian yang digunakan dalam melaksanakan

pengujian Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi

terhadap spesifikasi persyaratan teknis dan/atau

standar;

e. contoh salinan Laporan Hasil Uji (LHU) atau Test Report

yang telah diterbitkan

Pasal 22

(1) Balai Uji Luar Negeri yang telah diakui ditetapkan dengan

surat keputusan Direktur Jenderal.

(2) Direktur Jenderal dapat mencabut pengakuan Laporan

Hasil Uji (LHU) atau Test Report Balai Uji Luar Negeri di

suatu negara jika negara tersebut tidak mengakui

Laporan Hasil Uji (LHU) atau Test Report dari Balai Uji

Dalam Negeri.

Bagian Keempat

Pengakuan melalui MRA

Pasal 23

(1) Direktur Jenderal dapat menerima Laporan Hasil Uji

(LHU) atau Test Report yang diterbitkan oleh Balai Uji Luar

Negeri dengan cara pengakuan melalui MRA.

(2) Pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan antara Direktur Jenderal dengan pimpinan

Badan Penetap Mitra MRA.

(3) Balai Uji Luar Negeri yang telah diakui sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dicantumkan ke dalam laman

resmi Direktorat Jenderal.

Bagian Kelima

Tata Cara Perjanjian Saling Pengakuan Balai Uji Luar Negeri

(Mutual Recognition Agreement/MRA)

- 16 -

Pasal 24

Pengakuan Balai Uji Luar Negeri sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 23 berlaku kepada Balai Uji Luar Negeri yang telah

melakukan penandatanganan MRA dengan Indonesia.

Pasal 25

Permohonan pengakuan Balai Uji Luar Negeri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 24 diajukan dengan mengisi formulir

permohonan pengakuan Balai Uji Luar Negeri dan

melampirkan dokumen persyaratan sebagai berikut:

a. salinan sertifikat penetapan (Certificate of Designation)

dan/atau surat penetapan dari Badan Penetap Mitra MRA

dan ruang lingkup penetapan untuk MRA;

b. salinan sertifikat akreditasi ISO/IEC 17025, yang

mencantumkan ruang lingkup akreditasi yang diterbitkan

oleh Lembaga Akreditasi;

c. contoh salinan Laporan Hasil Uji (LHU) atau Test Report ;

dan

d. ruang lingkup Balai Uji yang diterbitkan oleh Lembaga

Akreditasi.

Pasal 26

(1) Persyaratan permohonan pengakuan Balai Uji Luar Negeri

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 diverifikasi

dengan menggunakan format tercantum dalam Lampiran

II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

oleh tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal dalam

jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja

setelah persyaratan permohonan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 25 diterima secara lengkap.

(3) Evaluasi yang dilaksanakan oleh tim sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25; dan

- 17 -

b. meninjau langsung ke sarana pengujian yang

dimiliki oleh Balai Uji.

(4) Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), tim dapat meminta klarifikasi kepada:

a. Badan Penetap Mitra MRA; dan/atau

b. Badan Akreditasi Mitra MRA.

Pasal 27

(1) Hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh tim sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) dilaporkan kepada

Direktur Jenderal.

(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Direktur Jenderal dapat menyetujui atau menolak

permohonan pengakuan Balai Uji Luar Negeri.

(3) Persetujuan permohonan pengakuan Balai Uji Luar Negeri

diberikan apabila Balai Uji Luar Negeri memenuhi kriteria

penilaian sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini.

(4) Persetujuan atau penolakan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan dalam jangka waktu paling lama 15

(lima belas) hari kerja terhitung sejak dilaporkannya hasil

evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Direktur Jenderal menerbitkan Sertifikat Pengakuan

(Certificate of Recognition) untuk Balai Uji Luar Negeri yang

disetujui dengan format Sertifikat tercantum dalam

Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Menteri ini.

(6) Dalam hal permohonan ditolak, Direktur Jenderal

menerbitkan surat penolakan dengan disertai alasan

penolakan.

(7) Penerbitan Sertifikat pengakuan Balai Uji Luar Negeri

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat

ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerjasama antara

Lembaga Sertifikasi dan Balai Uji Luar Negeri untuk

tujuan validasi Lapora Hasil Uji (LHU) atau Test Report dan

aspek Penilaian Kesesuaian lainnya.

- 18 -

Pasal 28

(1) Sertifikat pengakuan Balai Uji Luar Negeri berlaku selama

3 (tiga) tahun atau selama masa laku penetapan oleh

Badan Penetap Mitra MRA dan dapat diperpanjang.

(2) Permohonan perpanjangan pengakuan Balai Uji Luar

Negeri harus diajukan 3 (tiga) bulan sebelum masa

berlaku Sertifikat pengakuan berakhir.

(3) Perpanjangan pengakuan Balai Uji Luar Negeri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada

Direktur Jenderal dengan melampirkan:

a. surat permohonan perpanjangan sertifikat

pengakuan;

b. salinan sertifikat pengakuan Balai Uji Luar Negeri;

c. persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25

dalam hal terdapat perubahan;

(4) Permohonan perpanjangan Sertifikat pengakuan Balai Uji

Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dievaluasi oleh tim.

(5) Direktur Jenderal menerbitkan Sertifikat perpanjangan

pengakuan Balai Uji Luar Negeri untuk permohonan yang

disetujui.

(6) Dalam hal permohonan perpanjangan ditolak, Direktorat

Jenderal menerbitkan surat penolakan dengan disertai

alasan penolakan.

Pasal 29

Lembaga Sertifikasi tidak dapat menerima Laporan Hasil Uji

(LHU) atau Test Report Balai Uji Luar Negeri apabila masa laku

Sertifikat pengakuan Balai Uji Luar Negeri atau selama masa

laku penetapan oleh Badan Penetap Mitra MRA telah berakhir.

- 19 -

Bagian Keenam

Pengumuman Pengakuan Balai Uji Luar Negeri

Pasal 30

(1) Balai Uji Luar Negeri yang telah diakui oleh Direktur

Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27

diumumkan ke dalam laman resmi Direktorat Jenderal.

(2) Balai Uji Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat mengumumkan status pengakuan ruang lingkup

pengujian ke dalam laman resmi miliknya.

BAB IV

KEWAJIBAN BALAI UJI DALAM NEGERI DAN BALAI UJI

LUAR NEGERI YANG TELAH DITETAPKAN DAN DIAKUI

Bagian Kesatu

Kewajiban Balai Uji Dalam Negeri

Pasal 31

Balai Uji yang telah mendapat Sertifikat penetapan Balai Uji

Dalam Negeri dari Direktur Jenderal wajib:

a. melaksanakan status akreditasi yang diberikan oleh KAN;

b. menjamin bahwa pengujian Alat dan/atau Perangkat

Telekomunikasi dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan; dan

c. melaporkan kepada Direktur Jenderal mengenai:

1. perubahan status hukum, usaha, organisasi, atau

akreditasi;

2. perubahan tempat kedudukan; dan

3. perubahan yang dapat mempengaruhi

kesinambungan penilaian kesesuaian dengan setiap

kriteria yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal,

dan/atau oleh Badan Penetap Mitra MRA jika lingkup

akreditasinya mencakup persyaratan teknis Mitra

MRA.

Pasal 32

(1) Direktur Jenderal dapat melakukan evaluasi penetapan

Balai Uji Dalam Negeri 1 (satu) kali pada tahun kedua

penetapan.

- 20 -

(2) Evaluasi juga dapat dilakukan berdasarkan laporan,

dalam hal terdapat:

a. perubahan status hukum, usaha, organisasi, atau

akreditasi;

b. perubahan tempat kedudukan;

c. penurunan kualitas dan fasilitas pengujian; atau

d. perubahan lainnya yang mempengaruhi

kesinambungan pemenuhan penilaian kesesuaian

persyaratan dalam Peraturan Menteri ini.

(3) Selama evaluasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan terhadap sebagian atau seluruh ruang

lingkup dalam Sertifikat penetapan Balai Uji Dalam Negeri

dapat ditangguhkan.

(4) Direktur Jenderal menerbitkan surat penangguhan ruang

lingkup selama evaluasi ulang sebagaimana dimaksud

pada ayat (3).

Pasal 33

Direktur Jenderal dapat mencabut ruang lingkup dalam

Sertifikat penetapan Balai Uji Dalam Negeri, dalam hal evaluasi

berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)

ditemukenali terdapat:

a. akreditasi Balai Uji Dalam Negeri telah dicabut oleh KAN;

b. Balai Uji Dalam Negeri tidak dapat memenuhi kewajiban

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31;

c. Balai Uji Dalam Negeri tidak berfungsi sebagaimana

mestinya; dan/atau

Pasal 34

Ruang lingkup yang ditangguhkan atau dicabut sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) dan Pasal 33 dihapus

dari daftar ruang lingkup penetapan Balai Uji Dalam Negeri.

- 21 -

Pasal 35

(1) Balai Uji Dalam Negeri yang ditangguhkan atau dicabut

ruang lingkupnya oleh Direktur Jenderal wajib

menghentikan pengumuman penetapan dalam laman

resminya.

(2) Direktur Jenderal dapat membatalkan penangguhan atau

pencabutan ruang lingkup pengujian apabila Balai Uji

Dalam Negeri telah melakukan perbaikan atas

ketidaksesuaian.

Bagian Kedua

Kewajiban Balai Uji Luar Negeri

Pasal 36

Balai Uji Luar Negeri yang mendapat pengakuan Balai Uji Luar

Negeri dari Direktur Jenderal wajib:

a. melaksanakan status akreditasi yang diberikan oleh

Lembaga Akreditasi;

b. menjamin bahwa pengujian Alat dan/atau Perangkat

Telekomunikasi dilakukan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan;

c. melaporkan kepada Direktur Jenderal mengenai:

1. perubahan status hukum, usaha, organisasi, atau

akreditasi;

2. perubahan tempat kedudukan; dan

3. perubahan yang dapat mempengaruhi

kesinambungan pengujian dengan setiap kriteria

yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Pasal 37

(1) Direktur Jenderal dapat melakukan evaluasi dengan

melakukan peninjauan langsung terhadap Balai Uji Luar

Negeri yang telah diakui.

(2) Evaluasi juga dapat dilakukan berdasarkan laporan,

dalam hal terdapat:

a. perubahan status hukum, usaha, organisasi, atau

akreditasi;

b. perubahan tempat kedudukan;

- 22 -

c. penurunan kualitas dan fasilitas pengujian; atau

d. perubahan lainnya pada Balai Uji Luar Negeri yang

mempengaruhi kesinambungan pemenuhan

kesesuaian terhadap persyaratan dalam Peraturan

Menteri ini.

(3) Pengakuan Balai Uji Luar Negeri oleh Direktur Jenderal

pada Balai Uji Luar Negeri ditangguhkan selama evaluasi

ulang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 38

Direktur Jenderal mencabut pengakuan terhadap Balai Uji

Luar Negeri dalam hal:

a. MRA dengan Mitra MRA telah berakhir untuk pengakuan

Balai Uji Luar Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal

24;

b. akreditasi Balai Uji Luar Negeri telah dicabut oleh

Lembaga Akreditasi;

c. Balai Uji Luar Negeri tidak dapat memenuhi kriteria atau

persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini;

d. Balai Uji Luar Negeri tidak bisa berfungsi sebagaimana

mestinya; dan/atau

e. masa laku Sertifikat penetapan dari Badan Penetap Mitra

MRA berakhir dan tidak diperpanjang.

Pasal 39

(1) Balai Uji Luar Negeri yang ditangguhkan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) atau dicabut

pengakuannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38

dihapus dari daftar Balai Uji Luar Negeri yang diakui oleh

Direktur Jenderal.

(2) Dalam hal pengakuan terhadap Balai Uji Luar Negeri

ditangguhkan atau dicabut, Balai Uji Luar Negeri yang

telah diakui harus menghentikan pengumuman dalam

laman resmi Balai Uji Luar Negeri yang telah diakui.

- 23 -

BAB V

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 40

Direktorat Jenderal melakukan pengawasan dan

pengendalian terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini.

Pasal 41

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pejabat Paraf

Direktur Standardisasi

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

REPUBLIK INDONESIA,

RUDIANTARA

Kabag Hukum dan KS

Direktur Standardisasi

Sekditjen SDPPI

Dirjen SDPPI