PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web...

33
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a.bahwa dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas gula petani tebu sebagai upaya peningkatan pendapatan petani tebu di Jawa Barat, perlu dilaksanakan pengembangan tebu rakyat musim tanam tahun 2007/2008 melalui program agribisnis, dengan meningkatkan peran serta petani, Kelompok Tani, Koperasi dan Pabrik Gula; b. bahwa untuk kelancaran pengembangan usaha tani tebu rakyat musim tanam tahun 2007/2008 sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Tebu Rakyat Musim Tanam Tahun 2007/2008; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli 1950); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004

Transcript of PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web...

Page 1: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

Gubernur Jawa BaratPERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT

NOMOR : 30 TAHUN 2007

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008

GUBERNUR JAWA BARAT,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas gula petani tebu sebagai upaya peningkatan pendapatan petani tebu di Jawa Barat, perlu dilaksanakan pengembangan tebu rakyat musim tanam tahun 2007/2008 melalui program agribisnis, dengan meningkatkan peran serta petani, Kelompok Tani, Koperasi dan Pabrik Gula;

b. bahwa untuk kelancaran pengembangan usaha tani tebu rakyat musim tanam tahun 2007/2008 sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Tebu Rakyat Musim Tanam Tahun 2007/2008;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli 1950);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) jo. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);

Page 2: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

2

5. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3616);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4095);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2008 (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 1 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 6);

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008.

B A B IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat.2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur beserta perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.4. Kabupaten adalah Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.5. Bupati adalah Bupati di Jawa Barat.6. Dinas adalah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Barat.8. Dinas Kabupaten adalah Dinas yang membidangi bidang

Perkebunan di Kabupaten.9. Program Pengembangan Tebu Rakyat yang selanjutnya

disebut Program PTR adalah program usaha tebu rakyat yang dilaksanakan melalui pola kemitraan yang saling menguntungkan kedua belah pihak antara Petani Tebu dengan Perusahaan Perkebunan;

10. Perusahaan Perkebunan adalah perusahaan perkebunan yang bergerak di bidang industri gula, baik yang bertindak sebagai perusahaan pembina, pengelola ataupun penghela milik negara yang melaksanakan program PTR, dengan memanfaatkan potensi lahan yang ada, serta memanfaatkan sumber daya dan dana secara optimal serta menerapkan teknologi sesuai dengan anjuran.

Page 3: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

3

11. Bank Pelaksana adalah bank umum yang menyediakan dan menyalurkan kredit tebu rakyat.

12. Kredit Program Ketahanan Pangan dan Energi yang selanjutnya disebut KKP-E adalah Kredit Program Ketahanan Pangan dan Energi yang merupakan pengganti/kelanjutan dari Kredit Program Ketahanan Pangan Tebu Rakyat (KKP-TR).

13. Pola Penguatan Modal Usaha Kelompok yang selanjutnya disebut Pola PMUK adalah pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dengan pola fasilitasi kepada masyarakat melalui bantuan modal usaha dengan pola bergulir, penumbuhan modal ekonomi dan penguatan kewirausahaan, yang meliputi kegiatan pembangunan kebun bibit, pembongkaran ratoon, pengembangan tebu di lahan historis, rawat ratoon dan pengairan.

14. Kelompok Mitra adalah petani tebu yang tergabung dalam kelompok petani tebu anggota koperasi, baik Koperasi Petani Tebu ataupun Koperasi Unit Desa yang melaksanakan program Petani Tebu Rakyat.

15. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia yang selanjutnya disebut APTRI adalah wadah organisasi profesi dan wahana pengembangan kegiatan usaha tani tebu.

16. Tebu Rakyat Sawah yang selanjutnya disebut TRS adalah Petani Tebu Rakyat yang diselenggarakan di lahan sawah, dengan teknologi penanaman tebu secara reynoso, baik dengan menggunakan maupun tanpa menggunakan fasilitas kredit program atau dana Penguatan Modal Usaha Kelompok.

17. Tebu Rakyat Tegalan yang selanjutnya disebut TRT adalah Petani Tebu Rakyat yang diselenggarakan di lahan tegalan/lahan kering dengan teknologi penanaman tebu lahan kering baik dengan menggunakan maupun tanpa menggunakan fasilitas kredit program atau dana Penguatan Modal Usaha Kelompok.

18. Teknologi Anjuran PTR adalah usaha intensifikasi dalam proses produksi tebu dan gula yang mengacu pada hasta usaha tani tebu, baik untuk tanaman pertama maupun tanaman keprasan, yang meliputi penggarapan tanah yang baik, penanaman pada masa tanaman optimum, penggunaan bibit tebu varietas unggul, pemupukan berimbang, pemeliharaan tanaman yang tepat, pengendalian organisme pengganggu tanaman, penyediaan dan pengaturan air sesuai kebutuhan tanaman, serta pelaksanaan panen dan pasca panen secara efisien.

19. Rencana Definitif Kelompok yang selanjutnya disebut RDK adalah rencana kerja usaha tani dari kelompok tani untuk satu periode tertentu yang disusun melalui musyawarah, yang berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usaha tani sehamparan wilayah kelompok tani, seperti sasaran areal tanam, pola tanam, gerakan-gerakan, jadwal kegiatan, pembagian tugas dan lain-lain.

20. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok yang selanjutnya disebut RDKK adalah rencana kebutuhan kelompok tani untuk satu periode tertentu yang disusun berdasarkan musyawarah anggota Kelompok tani, meliputi kebutuhan

Page 4: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

4

bibit, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian, serta modal kerja untuk mendukung pelaksanaan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok, yang merupakan usulan kelompok tani kepada koperasi atau instansi/lembaga pelayanan lain.

B A B II

POKOK-POKOK KEBIJAKSANAAN TEKNISPasal 2

(1) PTR dilaksanakan di lahan usaha tani yang berada dalam wilayah kerja Pabrik Gula, baik lahan sawah maupun lahan tegalan/lahan kering yang memungkinkan diterapkannya teknologi anjuran.

(2) Pembangunan Pabrik Gula, disesuaikan dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten setempat.

(3) Semua petani tebu/penggarap yang berada dalam wilayah kerja Pabrik Gula diberi kesempatan untuk menjadi peserta Program PTR, dengan mendapat bimbingan dari Pabrik Gula yang bersangkutan.

(4) Perusahaan Perkebunan yang bergerak dalam industri gula termasuk Pabrik Gula yang dikelolanya, merupakan perusahaan mitra dalam pelaksanaan Program PTR.

Pasal 3Pelaksanaan Pola Kemitraan antara petani dengan Pabrik Gula, disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah yang berbentuk :

a. Kerjasama Usaha Tani Tebu Rakyat (KSU -TR), yaitu kerjasama saling menguntungkan dalam melaksanakan usaha tani tebu antara Petani/Kelompok Tani/Koperasi dengan Pabrik Gula, yang dilaksanakan pada kondisi tertentu guna menunjang keberhasilan sasaran program, dengan memanfaatkan fasilitas kredit;

b. Tebu Rakyat (TR) Murni, yaitu PTR yang dikelola oleh petani dengan memanfaatkan fasilitas kredit dan Dana Penguatan Modal Usaha kelompok (PMUK) dengan bimbingan teknis dan pengolahan hasil oleh perusahaan mitra;

c. Tebu Rakyat (TR) Mandiri, yaitu PTR yang dikelola oleh petani secara swadaya dengan bimbingan teknis dan pengolahan hasil oleh Pabrik Gula;

d. Kebun Sewa/Sewa Lahan, yaitu lahan yang disewakan atas kesepakatan antara petani pemilik tanah yang menyewakan tanahnya kepada Pabrik Gula atau pihak lain, untuk ditanami Tebu dalam rangka memenuhi kebutuhan bibit Tebu, Tebu giling dan atau sebagai kebun percontohan dalam jangka waktu tertentu dengan persyaratan tertentu;

Page 5: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

5

e. Tebu sendiri/HGU yaitu areal tebu Pabrik Gula yang dikelola langsung oleh Pabrik Gula dengan biaya usaha tani dari Pabrik Gula yang bersangkutan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku giling pada Pabrik Gula yang bersangkutan.

Pasal 4(1) Kerjasama Usaha Tani Tebu Rakyat (KSU-TR) sebagaimana

dimaksud pada Pasal 3 huruf a, dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut :a. Adanya perjanjian kerjasama antara Kelompok Tani,

Pabrik Gula dan Koperasi Petani Tebu/KUD yang dibuat berdasarkan hasil musyawarah;

b. Untuk KSU-TR penggarapan kebun, dengan penggunaan kredit dan biaya lainnya dilaksanakan oleh petani, pendapatan petani diperoleh dengan sistem bagi hasil seperti halnya pada TR-Murni;

c. Untuk KSU-TR penggarapan kebun, dengan penggunaan kredit dan biaya lainnya dilaksanakan oleh Pabrik Gula, pendapatan petani diperoleh melalui jaminan pendapatan minimal petani.

(2) Pabrik Gula berkewajiban membina petani peserta KSU-TR untuk aktif dalam pengelolaan kebun agar kemampuannya meningkat.

Pasal 5(1) Pabrik Gula wajib menerima dan mengolah seluruh hasil

tebu petani peserta Program PTR yang berada dalam wilayah kerjanya dengan ketentuan petani yang bersangkutan wajib menyerahkan seluruh hasil tebunya kepada Pabrik Gula pembimbingnya berdasarkan suatu kontrak giling yang berpedoman pada hasil analisa kemasakan.

(2) Penyerahan tebu hasil Program PTR kepada Pabrik Gula sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), dilakukan dengan sistem bagi hasil yaitu petani/kelompok tani menerima bagian gula hasil pengolahan tebu berdasarkan ketentuan bagi hasil, baik dalam bentuk gula ataupun dalam bentuk hasil penjualan gula dengan harga mengacu kepada mekanisme pasar, dengan tetap memperhatikan peningkatan pendapatan petani tebu.

(3) Selain hasil gula yang menjadi hak petani, petani memperoleh hasil dari tetes dan hasil ikutan lainnya sesuai dengan ketentuan.

Pasal 6

Page 6: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

6

(1) TRS terdiri dari tanaman pertama (TRS-I) dan tanaman kedua/keprasan pertama (TRS-II) yang diatur sesuai dengan pola tanam yang ditetapkan oleh Bupati setempat.

(2) TRT terdiri dari tanaman pertama (TRT-I), tanaman kedua/keprasan pertama (TRT-II) dan tanaman ketiga/keprasan kedua (TRT-III) yang diatur secara rotasi dengan tanaman lain, dengan memperhatikan kelestarian alam dan kesuburan lahan.

(3) Upaya peningkatan efektivitas pelaksanaan penggunaan lahan sawah dan tegalan/lahan kering, diatur lebih lanjut oleh Bupati setempat dengan melibatkan Pabrik Gula dan Unit Pelayanan Pengembangan (UPP/UPTD) Tebu Dinas Kabupaten.

Pasal 7(1) Petani peserta Program PTR berhak mendapat pelayanan

yang memadai dari Dinas/Badan/Lembaga terkait.

(2) Dalam melakukan kegiatan usaha tani tebu pada setiap periode, kelompok tani yang merupakan gabungan anggota petani peserta Program PTR, menyusun rencana kerja berupa RDK dan RDKK.

(3) Penyusunan RDK dan RDKK sebagaimana dimaksud pada Ayat (2), dimulai sebelum melakukan kegiatan usaha tani tebu dan selesai maksimal 1 (satu) bulan sebelum pengolahan tanah.

B A B IIILINGKUP KEGIATAN

Pasal 8Program PTR Musim Tanam Tahun 2007/2008 diselenggarakan melalui kegiatan:a. Perencanaan areal tanaman tebu dan penyelenggaraan/

pemeliharaan tanaman serta penyiapan kebun bibit untuk penanaman tebu musim tanam tahun berikutnya;

b. Penebangan, pengangkutan, pengolahan, perhitungan dan penyerahan bagi hasil dan atau pembayaran harga tebu, serta pemasaran gula hasil TR yang dipanen pada Tahun 2007 yang merupakan hasil tanaman TR yang ditanam pada Musim Tanam Tahun 2006/2007;

c. Penyaluran dan pengembalian biaya usaha tani (kredit dan sumber dana lainnya) serta pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian yang dilaksanakan secara terkoordinasi oleh lembaga terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya;

d. Penanaman dan pemeliharaan tebu tanaman pertama (Plant Cane) dan keprasan (Ratoon) pada Musim Tanam Tahun 2007/2008 yang akan dipanen tahun 2008, baik di

Page 7: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

7

lahan sawah maupun di lahan tegalan/lahan kering serta penyelenggaraan tumpangsari di daerah yang memenuhi persyaratan teknis;

e. Penelitian dan pengembangan serta pengujian teknologi dan pelayanan atau kegiatan lainnya dalam upaya memacu peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani;

f. Pengendalian, pemantauan, pelaporan dan pengevaluasian termasuk kegiatan perencanaan secara menyeluruh yang menetapkan cara pemecahan masalah yang dilaksanakan pada berbagai tingkatan pelaksanaan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan usaha tani tebu.

BAB IVS A S A R A N

Pasal 9(1) Sasaran areal dan produksi Program PTR Musim Tanam

Tahun 2007/2008 adalah sebagai berikut :

Jenis LahanLuas(Ha)

Produksi Tebu(Ton)

Produksi Hablur(Ton)

Sawah (TRS) 8.082 742.410 60.251 Tegalan/Kering

(TRT) 4.918 370.375 29.639

Jumlah TR 13.000 1.112.785 89.890

(2) Rincian sasaran luas areal Program PTR per Kabupaten, sebagaimana tercantum pada Lampiran I.

(3) Rincian sasaran produksi Program PTR per kategori tanaman di Jawa Barat, sebagaimana tercantum pada Lampiran II.

Pasal 10

Sasaran areal dan produksi per Pabrik Gula per kategori tanaman, termasuk untuk kategori tanaman TR - Murni maupun TR - Kemitraan ditetapkan oleh Bupati setempat yang disesuaikan dengan kondisi terakhir kelayakan Koperasi/KUD, kemampuan petani/kelompok tani dan kondisi lahan.

BAB VFAKTOR PRODUKSI

Bagian KesatuB i b i t

Page 8: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

8

Pasal 11(1) Pengadaan, penyediaan dan penyaluran bibit tebu

khususnya Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek ( KBN) dan Kebun Bibit Induk ( KBI) dilaksanakan oleh Pabrik Gula.

(2) Kebun Bibit Datar (KBD) disediakan oleh Pabrik Gula dan Petani yang berkoordinasi dengan Pabrik Gula yang bersangkutan, KP-P3GI Cirebon dan Dinas Perkebunan (UPTD Balai Benih Perkebunan).

(3) Penanaman tebu tanaman pertama menggunakan bibit bermutu yang bersertifikat asal Kebun Bibit Datar (KBD) atau apabila kekurangan dapat menggunakan top stek dari TRS I yang bibitnya berasal dari KBD dengan toleransi maksimal 10 %.

(4) Penyediaan bibit tebu mengutamakan varietas tebu unggul baru, baik dari hasil penelitian maupun introduksi dari luar yang telah melalui proses karantina, dengan memperhatikan potensi produksi disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.

(5) Varietas tebu yang telah mengalami degenerasi, ditetapkan lebih lanjut oleh Kebun Percobaan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (KP-P3GI) Cirebon berkoordinasi dengan Pabrik Gula dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas.

(6) Untuk menjamin keseragaman bibit yang berkualitas dalam pengembangan tebu, dilakukan penataan dengan jenis varietas yang tidak terlalu banyak.

(7) Pabrik Gula bersama Dinas di Kabupaten dan KP-P3GI Cirebon menyeleksi lahan sawah yang layak untuk pembibitan tebu, selanjutnya Bupati setempat menetapkan pencadangan lahan untuk kebutuhan kebun bibit tebu, dengan ketentuan lokasinya diusahakan sedekat mungkin dengan Kebun Tebu Giling (KTG) tanaman pertama.

(8) Penggunaan lahan sawah milik petani oleh Pabrik Gula untuk kebun bibit tebu, dilakukan melalui perjanjian dengan ketentuan :a. Penggunaan lahan sawah untuk kebun bibit diutamakan

pada lahan sawah dengan pengairan dan drainase yang baik, serta mempunyai tingkat kesuburan yang dapat mendorong pertumbuhan vegetatif secara optimum;

b. Kepada petani yang lahannya digunakan untuk penyelenggaraan kebun bibit, diberikan imbalan penggunaan lahan sesuai perjanjian;

c. Besarnya IPL per hektar ditentukan secara musyawarah dengan harga minimal senilai 11/16 x 20 kuintal gula atau dari produksi gula per hektar TRS-I rata-rata selama 10 tahun terakhir di wilayah Kabupaten setempat dan atau Pabrik Gula yang bersangkutan;

Page 9: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

9

d. Imbalan diberikan dalam bentuk uang sesuai dengan harga Gula di tingkat petani pada waktu IPL, yang dibayarkan dan dilaksanakan pada saat penyerahan lahan;

e. Untuk mempercepat penyebaran dan gerakan penggunaan bibit varietas unggul bermutu, dibentuk wadah organisasi perbaikan mutu bibit serta penyelenggaraan kebun-kebun peragaan dengan luas sekitar 100 Ha disetiap Wilayah Kerja Pabrik Gula antara lain berupa Warung Tebu yang memperagakan jenis tebu unggul varietas baru, dikoordinasikan oleh Pimpinan Pabrik Gula dengan melibatkan APTRI/DPC masing-masing.

(9) Rencana Areal Kebun Bibit Tebu Musim Tanam Tahun 2007/ 2008 disesuaikan dengan kebutuhan untuk PC pada pengembangan seluas 13.000 Ha dengan penangkaran 1 : 8, yaitu :a. Kebun Bibit Pokok seluas 1,67 Ha;b. Kebun Bibit Nenek seluas 13,38 Ha;c. Kebun Bibit Induk seluas 107,02 Ha;d. Kebun Bibit Datar seluas 856,13 Ha.

(10) Rincian Areal Kebun Bibit per Kabupaten sebagaimana tercantum pada Lampiran III.

(11) Pengawasan terhadap mutu bibit, dilakukan oleh :a. Dinas Kabupaten; b. UPTD Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan

pada Dinas;c. KP-P3GI Cirebon.

(12) Komposisi varietas tebu di suatu Wilayah Kerja Pabrik Gula, ditetapkan oleh Pabrik Gula berdasarkan kesepakatan dalam musyawarah Forum Musyawarah Pabrik Gula (FMPG).

(13) Harga pembelian bibit stek dari tebu giling TRS-I oleh Pabrik Gula kepada petani, ditetapkan oleh Bupati setempat dengan berpedoman pada kebutuhan indikatif kredit per hektar.

(14) Dalam hal terjadi kekurangan bibit yang mengakibatkan keharusan untuk mendatangkan dari luar Daerah, maka hal tersebut harus sepengetahuan dan seizin Kepala Dinas.

Bagian Kedua

Pupuk dan Pestisida

Pasal 12

(1) Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sesuai kebutuhan petani peserta PTR, dilaksanakan oleh Koperasi

Page 10: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

10

Petani Tebu Rakyat (KPTR) yang memenuhi persyaratan dan/atau PT. PG. Rajawali II, PUSKUD, serta Distributor lainnya, yang dalam pelaksanaannya menjadi tanggungjawab Pabrik Gula dan dikoordinasikan oleh Kepala Dinas.

(2) Harga pupuk yang ditetapkan untuk dibayar petani mengacu pada harga pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 66/ Permentan/OT.40/12/2006 dan petunjuk pelaksanaannya.

Pasal 13

(1) Rencana kebutuhan pupuk untuk Program PTR Musim Tanam Tahun 2007/2008 untuk areal pengembangan seluas 13.000 Ha berupa :a. ZA sebanyak 10.400 Tonb. SP-36 sebanyak 2.600 Tonc. KCL sebanyak 2.600 Ton

(2) Rincian kebutuhan pupuk per Kabupaten per kategori tanam Musim Tanam Tahun 2007/2008 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV.

(3) Atas dasar pertimbangan teknis dan efisiensi biaya, jenis pupuk yang digunakan dapat disesuaikan dengan jenis pupuk lainnya yang sudah mendapat rekomendasi Dinas/ Badan/Lembaga yang berwenang.

Pasal 14

(1) Dinas Kabupaten wajib memantau pelaksanaan pengadaan, penyaluran dan penggunaan pupuk yang telah direkomendasi oleh Instansi Teknis sesuai prinsip 6 (enam) tepat, yaitu : tepat jenis, tepat waktu, tepat mutu, tepat dosis, tepat tempat dan tepat harga.

(2) Pengadaan dan penyaluran pestisida menjadi tanggung jawab Pabrik Gula atau Lembaga/Perusahaan lain yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Bupati atas usulan Kepala Dinas Kabupaten, yang jenisnya sesuai dengan rekomendasi Komisi Pestisida.

Bagian KetigaPengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Pasal 15

(1) Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dilaksanakan dengan berpedoman pada konsepsi

Page 11: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

11

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang diterapkan sesuai kondisi teknis, sosial, budaya dan ekonomi setempat, yang dilaksanakan melalui kerjasama dan keterpaduan antar instansi terkait.

(2) Perencanaan dan pelaksanaan konsepsi PHT di tingkat lapangan menjadi bagian integral dari RDK/RDKK.

(3) Pengendalian hama penggerek tebu secara biologis disediakan dan disalurkan langsung oleh Pabrik Gula kepada petani TR secara cuma-cuma, yang penyebarannya di kebun menjadi tanggung jawab petani/kelompok tani yang bersangkutan.

(4) Dalam hal timbul eksplosif organisme pengganggu tanaman atau wabah yang tidak dapat ditanggulangi oleh petani/kelompok tani, Bupati setempat melaksanakan bantuan penanggulangan pengendalian melalui Dinas Kabupaten atau Instansi yang berwenang, serta serta dilaksanakan secara serentak dan massal, dengan menggerakkan regu pengendali hama/penyakit dan para petani secara terpadu.

Bagian KeempatPengairanPasal 16

(1) Sasaran areal dan lokasi tanaman tebu dimusyawarahkan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai, serta dibahas pada Rapat Panitia Irigasi setempat.

(2) Luas areal dan lokasi tanaman tebu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disesuaikan dengan ketentuan pengelolaan air dan pelestarian sistem pengairan yang baik dan efisien di tingkat jaringan utama sampai di tingkat tersier.

(3) Pengusahaan tebu tidak boleh mengakibatkan kerusakan

jaringan saluran pengairan.

Pasal 17

Pengelola air dalam Kelompok Tani PTR merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai setempat.

Pasal 18

(1) Pemerintah Kabupaten memberikan perhatian yang sama dan perlakuan yang seimbang terhadap Program PTR dan komoditas prioritas lainnya yang menggunakan lahan yang sama, terutama pada lahan sawah yang berpengairan teknis, yang ditetapkan oleh Bupati setempat.

Page 12: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

12

(2) Untuk mendukung pengembangan tebu di lahan yang kurang terjamin pengairannya, Pabrik Gula dapat mengembangkan sistem pengairan bagi pertumbuhan tanaman tebu.

(3) Rencana pengembangan sistem pengairan, dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Dinas yang menangani pengairan dan Instansi yang bertanggung jawab terhadap wilayah sungai.

(4) Untuk pemanfaatan air tanah dengan kedalaman lebih dari 100 meter dilakukan setelah mendapat persetujuan Direktorat Geologi Tata Lingkungan.

(5) Pengembangan sistem pengairan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3), dilakukan dalam rangka memperoleh jaminan tersedianya lahan tebu, dengan pola tanam dan tata tanam yang tertib antara tanaman tebu dengan tanaman pangan lainnya.

Pasal 19

(1) Untuk peningkatan pemanfaatan air pada musim kemarau, jadual rinci giliran pembagian air untuk tebu dan non tebu dilakukan oleh Panitia Irigasi dengan P3A Mitra Cai dan diatur sesuai dengan pola tanam dan tata tanam yang telah disepakati dalam musyawarah kelompok tani.

(2) Panitia Irigasi berkewajiban memantau pelaksanaan rencana dan berwenang menata ulang rencana pengalokasian air.

Pasal 20

(1) Dalam hal areal TR mengalami bencana kekeringan atau bencana banjir, Tim Pembina Program PTR khususnya unsur Panitia Irigasi setempat bersama dengan Pabrik Gula, mengambil langkah-langkah untuk membantu petani peserta TR dalam mengatasi masalah tersebut.

(2) Dalam hal petani turut menanggung biaya bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), besaran biaya ditentukan oleh Tim Pembina Program PTR Kabupaten setempat setelah dimusyawarahkan dalam Forum Musyawarah Produksi Gula (FMPG).

Bagian KelimaAlat dan Mesin Pertanian

Pasal 21

Page 13: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

13

(1) Dalam hal Kabupaten mempunyai keterbatasan tenaga pengolahan lahan, pemeliharaan dan tebang angkut, dapat digunakan alat dan mesin pertanian.

(2) Alat dan mesin pertanian yang dikembangkan dan digunakan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat dimiliki oleh petani/kelompok tani, koperasi, Pabrik Gula, perusahaan swasta/pelayanan jasa alat/ mesin pertanian.

BAB VIBIAYA USAHA TANI

Pasal 22

(1) Pembiayaan yang diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan program PTR dalam kegiatan usahatani, dapat bersumber dari permodalan kredit perbankan, kredit program serta Dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) pola bergulir yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

(2) Rincian rencana kebutuhan kredit per hektar per kategori tanaman sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.

(3) Paket kredit per kategori tanaman sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) merupakan paket kredit maksimal, yang besarnya dapat dikurangi sesuai kebutuhan fisik kebun TR yang bersangkutan berdasarkan rekomendasi Pabrik Gula selaku pembina teknis dan dimonitor oleh Dinas Kabupaten.

(4) Pencairan paket kredit dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan tahapan kegiatan teknis budidaya tebu di lapangan.

(5) Penerimaan KKP-E adalah petani/kelompok pemilik atau petani penggarap dengan luas lahan maksimal 4 Ha.

Pasal 23

(1) Bank Pelaksana/pemberi kredit yang melayani Program PTR Musim Tanam Tahun 2007/2008 di Jawa Barat adalah Bank yang bersedia untuk memberikan kredit Usaha Tani Tebu Rakyat.

(2) Plafon kredit yang dibutuhkan untuk Program PTR seluas 13.000 Ha adalah sebesar Rp. 117.109.800.000,- (seratus tujuh belas milyar seratus sembilan juta delapan ratus ribu rupiah).

(3) Luas areal dan rencana alokasi kredit per Kabupaten/Bank Pelaksana/Pabrik Gula/Koperasi/KUD, ditetapkan oleh Bupati setempat setelah berkoordinasi dengan Perusahaan Perkebunan PT. Rajawali Nusantara Indonesia II dan dikoordinasikan oleh Dinas Kabupaten.

Page 14: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

14

Pasal 24

(1) Dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) terdiri dari :a. Dana perguliran PMUK yang telah ada di rekening

Tripple Account Koperasi Pengelola Dana PMUK;b. Dana Murni DIPA Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Barat Tahun Anggaran 2007.

(2) Rencana alokasi Dana Perguliran PMUK per Ha diatur sebagai berikut :a. Pembangunan Kebun Bibit sebesar Rp. 11.750.000,-

(sebelas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah);b. Pembongkaran Ratoon sebesar Rp. 7.950.000,- (tujuh

juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah);c. Pengembangan di Lahan Historis sebesar Rp.

9.000.000,- (sembilan juta rupiah);d. Rawat Ratoon sebesar Rp. 6.450.000,- (enam juta

empat ratus lima puluh ribu rupiah);

(3) Paket Dana PMUK dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan tahapan kegiatan teknis budidaya tebu di lapangan.

Pasal 25

(1) Bupati setempat menunjuk Koperasi Petani Tebu/KUD yang akan melayani penyaluran kredit dan pengelola Dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Tebu Rakyat Musim Tanam Tahun 2007/2008 atas usulan bersama dari Tim Teknis yang terdiri Dinas Kabupaten, Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten. APTRI dan Pabrik Gula setempat.

(2) Dalam hal dana kredit Program PTR dan dana PMUK Musim Tanam Tahun 2007/2008 mengalami keterlambatan dan/atau tidak memadai, Pabrik Gula selaku perusahaan mitra mengupayakan untuk menanggulanginya sesuai dengan kemampuan yang ada, dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Bank Pelaksana dan Koperasi Petani Tebu/KUD pengelola dana PMUK yang bersangkutan.

BAB VIIPENGEMBALIAN BIAYA USAHA TANI

Pasal 26

Mekanisme pengembalian kredit dan dana PMUK untuk gula petani yang dipasarkan sendiri secara bebas oleh petani dan Kelompok Tani/Koperasi, adalah sebagai berikut :

a. TR Murni :1. Kelompok Tani/Koperasi menyerahkan hasil panen

tebunya kepada Pabrik Gula untuk digiling;2. Berdasarkan hasil penggilingan tebu tersebut, selanjutnya

Pabrik Gula menerbitkan Delivery Order (DO), yang aslinya diserahkan kepada Kantor Cabang Bank

Page 15: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

15

Pelaksana dan salah satu tindasannya diserahkan kepada Koperasi/Kelompok Tani;

3. Koperasi/Kelompok Tani memasarkan gula di pasar bebas berdasarkan tembusan DO;

4. Pembeli membayar harga gula Koperasi/Kelompok Tani ke Kantor Cabang Bank Pelaksana, selanjutnya Pabrik Gula memperoleh bukti setor dan DO asli;

5. Berdasarkan surat bukti setor beserta DO asli yang diterima dari Kantor Cabang Bank Pelaksana tersebut, pembeli mengambil gula yang telah dibelinya dari Koperasi/Kelompok Tani ke Pabrik Gula;

6. Kantor Cabang Bank Pelaksana menerima uang setoran penebusan DO asli dari pembeli, untuk selanjutnya Kantor Cabang Bank Pelaksana memperhitungkan setoran tersebut dengan pinjaman Koperasi/Kelompok Tani yang ada di Kantor Cabang Bank Pelaksana serta membuat surat/bukti pelunasan bagi Koperasi/Kelompok Tani yang telah melunasi pinjamannya;

7. Kelebihan dari uang setoran yang diterima dari pembeli setelah dikurangi pembayaran pinjaman Kelompok Tani yang bersangkutan kepada Koperasi Pengelola Dana PMUK, Kantor Cabang Bank Pelaksana, kepada Pabrik Gula yang bersangkutan, diberikan kepada Kelompok Tani yang bersangkutan;

8. Pengembalian dana kredit dan dana PMUK dilaksanakan oleh Pabrik Gula yang bersangkutan, untuk selanjutnya disetor ke rekening Koperasi Pengelola Dana PMUK dan Bank Pelaksana Kredit.

b. TR Kemitraan :1. Petani tebu dengan menunjukkan bukti-bukti

penyelesaian kewajibanterhadap kredit bank, Koperasi dan Pabrik Gula serta Pemerintah (Dana PMUK), dapat mengambil DO Gula asli di Pabrik Gula;

2. Untuk mempermudah dan memperlancar pelayanan kepada petani, setiap 2 (dua) minggu sekali Pabrik Gula, Koperasi dan Bank Pelaksana secara bersama-sama memberikan pelayanan satu atap kepada petani di Pabrik Gula.

c. Bagi areal tebu rakyat yang pada musim tanam (satu tahun musim tanam) mengalami kerugian/tunggakan, pengembalian tunggakan kredit dan dana PMUK dilaksanakan berdasarkan musyawarah antara petani, Koperasi pengelola, Pabrik Gula dan Perbankan, yang dikoordinasikan oleh Bupati setempat.

B A B VIIIPANEN DAN PASCA PANEN

Bagian PertamaPanen

Page 16: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

16

Pasal 27

(1) Berdasarkan perkiraan produksi Pabrik Gula, setiap 15 (lima belas) hari sekali FMPG/FMPW merumuskan rencana jadwal tebang, angkut dan giling tebu di Pabrik Gula.

(2) Penetapan jadual tebang didasarkan pada hasil analisis kemasakan tebu dari setiap hamparan tanaman, kapasitas giling Pabrik Gula, dan pemberian prioritas bagi TR, penerima KKP dan dana PMUK, dengan ketentuan wilayah kerja Pabrik Gula merupakan kesatuan wilayah produksi.

(3) Pabrik Gula wajib memberitahukan kepada Kelompok Tani peserta TR, jadual yang harus dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama dalam musyawarah FMPG/FMPW.

(4) Perubahan jadual tebang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hanya dapat dilakukan apabila terjadi bencana alam atau serangan organisme pengganggu atau situasi yang memerlukan penebangan segera, dengan terlebih dahulu dimusyawarahkan dalam FMPG, serta dilaporkan kepada Bupati setempat.

Pasal 28

Penebangan dan pengangkutan tebu dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut :a. Tebu ditebang pada kemasakan optimum sesuai dengan

jadual tebang yang telah ditetapkan;b. Tebu yang telah ditebang, diangkut dengan menggunakan

fasilitas angkutan yang tersedia dan diupayakan secara maksimal agar dapat diserahkan ke Pabrik Gula dalam keadaan bersih dan segar;

c. Untuk hamparan Kelompok Tani TR yang terjangkau angkutan lori, pengangkutan tebu diutamakan menggunakan fasilitas angkutan lori.

Pasal 29

Pengaturan penebangan dan pengangkutan tebu hasil TR adalah sebagai berikut :a. Penebangan dan pengangkutan tebu dilaksanakan oleh

petani/kelompok Tani dengan bimbingan Pabrik Gula;

b. Dalam hal Petani/Kelompok Tani belum mampu melaksanakan kegiatan penebangan dan pengangkutan tebu, maka berdasarkan keputusan musyawarah kelompok tani, penebangan dan/atau pengangkutan tebu dapat dikuasakan kepada Koperasi atau Pabrik Gula, yang dituangkan kedalam perjanjian;

Page 17: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

17

c. Kelompok Tani yang melakukan penanaman pada saat tanam optimum, mendapat prioritas pertama dalam penebangan, pengangkutan dan penggilingan tebu;

d. Pabrik Gula mengatur, mengurus dan bertanggungjawab terhadap kelancaran penebangan tebu dengan mutu yang baik, dan wajib memberitahukan kepada Kelompok Tani peserta TR dan Koperasi/KUD mengenai jumlah hasil tebu yang diperoleh dari kebun mereka setiap harinya;

e. Biaya penebangan dan pengangkutan tebu menjadi tanggungjawab petani;

f. Dalam hal penebangan dan pengangkutan dilakukan oleh Koperasi/KUD atau Pabrik Gula, biaya yang menjadi tanggungjawab petani dimusyawarahkan dalam FMPG, yang hasilnya dikukuhkan oleh Bupati setempat;

g. Wakil Kelompok Tani dalam wadah Kelompok Kerja Pengamat Produksi Gula (KKPPG) wajib menyaksikan penimbangan tebu dari Kelompok Tani yang bersangkutan;

h. Areal TR mendapat prioritas penebangan dan pengangkutan, dengan prioritas utama diberikan kepada petani TR yang menggunakan kredit;

i. Penebangan dan pengangkutan tebu hasil TR, harus memperhatikan pengamanan pengembalian kredit;

j. Untuk mencegah kebakaran tebu, kegiatan kletekan dan kebersihan kebun serta keamanan harus diintensifkan terutama pada masa tebangan, yang pelaksanaannya dikoordinasikan dengan aparat keamanan setempat.

Bagian KeduaPengolahan

Pasal 30

(1) Petani peserta TR di wilayah kerja Pabrik Gula, wajib menyerahkan seluruh hasil tebu kepada Pabrik Gula untuk diolah.

(2) Dalam hal Pabrik Gula tidak dapat menampung seluruh hasil tebu asal TR di wilayah kerjanya, kelebihan tebu dapat digiling di Pabrik Gula lain berdasarkan musyawarah dengan sepengetahuan Tim Pengembangan Program Tebu Rakyat setempat, dan dikoordinasikan dengan PT. Rajawali Nusantara Indonesia II, dengan memperhatikan upaya pengamanan pengembalian kreditnya.

(3) Biaya tambahan ongkos angkut yang mungkin terjadi akibat pemindahan giling menjadi tanggung jawab Pabrik Gula yang membinanya, dengan ketentuan tetap mengikutsertakan sarana pengangkutan yang telah dikontrak oleh Koperasi/KUD.

(4) Pengolahan tebu dilaksanakan paling lambat 36 (tiga puluh enam) jam sesudah tebu ditebang, dengan ketentuan apabila melebihi waktu tersebut, segala akibat

Page 18: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

18

keterlambatan menjadi tanggung jawab Pabrik Gula dan Koperasi/KUD yang melaksanakan tebang angkut.

(5) Perhitungan rendemen dan mutu nira tebu hasil TR yang diolah oleh Pabrik Gula dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

(6) Rendemen tebu petani peserta TR ditentukan untuk setiap kelompok hamparan.

(7) Penentuan rendemen untuk petani TR secara rata-rata untuk seluruh tanaman dalam wilayah kerja Pabrik Gula tidak dibenarkan.

Bagian Ketiga

Bagi Hasil

Pasal 31

(1) Bagi hasil TR dilaksanakan secara musyawarah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas Nomor 02/SK/Mentan/ Bimas/IV/1997, dengan ketentuan :a. Untuk rendemen tebu sampai dengan 8,90 % :

1. hablur bagian petani adalah 66 % (enam puluh enam per seratus) dari rendemen tebu yang dicapai;

2. hablur bagian Pabrik Gula adalah 34 % (tiga puluh empat per seratus) dari rendemen tebu yang dicapai.

b. Untuk rendemen tebu 8,90 % keatas, hablur bagian petani dihitung dengan rumus : T = {(66 %)(8,9 %) + ( 70 %)( R1) x Hablur} dan P = 100 - TT = adalah hablur bagian petani dalam % dari rendemen tebu.P = adalah hablur bagian Pabrik Gula dalam % dari

rendemen tebu.R1 = Selisih rendemen tebu petani diatas 8,9 %.

(2) Jumlah hablur bagian petani dihitung berdasarkan hablur bagian petani pada tingkat rendemen tebu yang dicapai dikalikan jumlah kuintal tebu yang diolah di Pabrik Gula yang bersangkutan.

(3) Perhitungan bagi hasil dilakukan setelah seluruh tebu milik petani/hamparan Kelompok Tani selesai diolah di Pabrik Gula yang bersangkutan.

(4) Kepada petani diberikan hasil tetes tebu, sekurang-kurangnya 2,5 kg tetes untuk setiap kuintal tebu.

(5) Dalam hal terdapat kebijakan baru Pemerintah Pusat mengenai bagi hasil gula dan tetes bagian petani, maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) akan disesuaikan.

Page 19: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

19

Bagian KeempatPemasaran Gula dan Tetes

Pasal 32

(1) Delivery Order (DO) gula petani diberikan oleh Pabrik Gula kepada Petani/Kelompok Tani TR Murni maupun TR-Kemitraan, setelah Pabrik Gula menerima bukti-bukti pembayaran pinjaman yang diterbitkan oleh Bank dan Koperasi Pengelola PMUK.

(2) Gula bagian petani pada prinsipnya dapat dijual bebas, dengan memperhatikan kepentingan petani dan konsumen dan tingkat harga pasaran bebas berdasarkan musyawarah antara petani, Pabrik Gula dan pembeli.

(3) Petani/Kelompok Tani yang mengolah tebu ke Pabrik Gula dengan sistem bagi hasil, menerima hasil gula 90 % dalam bentuk uang dari pembelian gula sesuai dengan harga pasar yang berlaku, setelah diperhitungkan dengan kredit produksi dari Bank pemberi kredit dan pinjaman ke Pabrik Gula, sedangkan sisanya sebanyak 10 % diberikan dalam bentuk natura.

Pasal 33

(1) Tetes bagian petani pada prinsipnya dapat dijual bebas dengan tingkat harga sesuai harga pasar berdasarkan musyawarah, yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Dinas yang menangani Perkebunan di Kabupaten setempat.

(2) Harga tetes tebu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan harga tetes yang berlaku di pasar lokal dan harga ekspor.

B A B IXKELEMBAGAAN Bagian KesatuKelompok Tani

Pasal 34

Dalam pelaksanaan Program PTR, Petani/Kelompok Tani berfungsi sebagai pelaksana, dengan bimbingan Pabrik Gula.

Pasal 35

Hubungan kemitrausahaan antara Kelompok Tani dengan Pabrik Gula diarahkan untuk menumbuhkan kemampuan manajerial dan penyerapan teknologi, agar usaha tani memiliki kemampuan dalam hal :

Page 20: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

20

a. merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usaha tani termasuk analisis usaha tani dan kemampuan dalam penerapan rekomendasi yang tepat dan memanfaatkan sumberdaya secara optimal;

b. melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain;c. memupuk modal dan memanfaatkan pendapatan secara

rasional;d. meningkatkan hubungan yang melembaga antara

Kelompok Tani dengan Koperasi dan secara bertahap mengarah pada pembentukan Koperasi Petani Tebu dan atau menjadi anggota Koperasi Tebu;

e. menerapkan teknologi dan memanfaatkan informasi, serta kerjasama kelompok.

Pasal 36

Kelompok Tani dibimbing secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan usaha tani tebu rakyat yang efisien, dalam hal :a. Peningkatan kemampuan menyerap, memahami dan

menerapkan teknologi anjuran; b. Peningkatan kepemimpinan dan dinamika kelompok serta

kemampuan pengelolaan usaha tani;c. Peningkatan kemampuan mengembangkan agribisnis

melalui Koperasi/KUD bekerja sama dengan Pabrik Gula berdasarkan hubungan kemitraan yang berazaskan kesetaraan.

Pasal 37

Kelompok Tani mempunyai tugas :a. Menyusun RDK dan RDKK paling lambat 2 (dua) bulan

sebelum tanam.b. Menerapkan teknologi anjuran;c. Menyusun Rencana Kerja Kelompok Tani;d. Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan;e. Aktif dalam mengembangkan Lembaga Musyawarah FMPG

dan FMPW;f. Dalam wadah Koperasi/KUD, Kelompok Tani bekerjasama

dengan Pabrik Gula dan pihak terkait lainnya meningkatkan usaha tani.

Bagian Kedua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI)

Pasal 38

(1) Petani sebagai subyek Program PTR dihimpun dalam wadah Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) sebagai wadah organisasi profesi dan wahana pengembangan kegiatan usaha tani tebu.

Page 21: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

21

(2) APTRI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berperan aktif untuk meningkatkan kerjasama kemitraan yang sinergis dan saling menguntungkan antara Petani, Pabrik Gula dan Perbankan.

(3) APTRI memperhatikan aspirasi petani tebu dalam sistem kemitraan dengan Pabrik Gula yang didasarkan pada prnsip saling percaya, saling membutuhkan dan saling menguntungkan.

Bagian KetigaKoperasi

Pasal 39

Koperasi/KUD mempunyai tugas :a. Melakukan pendaftaran calon peserta program PTR di

wilayah kerjanya secara tepat waktu;b. Mengurus pengajuan dan pencairan kredit dan dana PMUK

serta menyalurkannya sesuai dengan kebutuhan anggota petani/Kelompok Tani yang bersangkutan secara terkoordinasi dengan Pabrik Gula;

c. Mengurus pengembalian kredit dan dana PMUK dari Petani/Kelompok Tani serta mengembalikan kepada pemberi/pengelola kredit dan dana PMUK sesuai dengan ketentuan ketentuan perundangan-undangan;

d. Menyalurkan sarana produksi kepada Petani/Kelompok Tani.

Pasal 40

(1) Pembinaan kepada Koperasi peserta program PTR, baik Koperasi Petani Tebu maupun KUD, diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dalam mewujudkan pelayanan yang tepat kepada anggotanya, serta mampu bekerja sama dengan Pabrik Gula dan pihak terkait lainnya.

(2) Peningkatan kerjasama Koperasi/KUD dengan Pabrik Gula, diarahkan kepada pengembangan hubungan kemitraan serta peningkatan kemampuan, keterampilan pengurus dan petugas Koperasi/KUD dalam pengelolaan dan pelayanan.

(3) Dalam melaksanakan fungsi pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), Koperasi/KUD berkewajiban memperhatikan dan memenuhi ketepatan pelayanan, baik dalam penyaluran dan pengembalian kredit maupun pengadaan dan penyaluran sarana produksi.

(4) Dinas yang membidangi pembinaan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah di Kabupaten setempat bersama dengan Pabrik Gula membina, mengarahkan dan menyelaraskan koordinasi antara Koperasi Petani Tebu dengan KUD agar fungsi Koperasi/KUD dalam melayani TR dapat berjalan tertib dan lancar sebagaimana mestinya.

Page 22: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

22

Bagian Keempat

Pabrik Gula

Pasal 41

(1) Sebagai Pemimpin Kerja Operasional Lapangan, Pabrik Gula bertugas :a. Bersama kelompok tani menyusun rencana Usaha Tani

Tebu di wilayah kerjanya yang meliputi alih guna lahan sampai dengan pemasaran hasil serta membantu proses penyelesaian RDKK dan pengurusan kredit serta sarana produksi agar tepat waktu sesuai kebutuhan petani;

b. Mendorong Petani/Kelompok Tani untuk melaksanakan kegiatan produksi dengan menetapkan teknologi anjuran Hasta Usaha Tani Tebu dalam wadah FMPG dan FMPW;

c. Membina Koperasi/KUD di wilayah kerjanya guna menyediakan dan melayani kebutuhan kredit, dana PMUK dan sarana produksi secara tepat;

d. Mendorong tumbuh dan berkembangnya Koperasi Petani Tebu di wilayah kerjanya.

(2) Dalam pelaksanaan Program PTR, Pabrik Gula selaku Pemimpin Kerja Operasional Lapangan (PKOL) mempunyai fungsi :a.Pengarahan, pembinaan, pengkoordinasian dan

pengendalian pelaksana dan unsur pelayanan di wilayah kerjanya;

b.Pemberian bimbingan teknis dalam rangka alih teknologi usaha tani tebu kepada Petani/Kelompok Tani;

c.Pelaksanaan penyediaan dan penyaluran bibit tebu bagi kepentingan Petani/ Kelompok Tani;

d.Pelaksanaan bimbingan Koperasi/KUD dalam pelayanan kredit, dana PMUK dan sarana produksi kepada Petani/Kelompok Tani;

e.Pelaksanaan bimbingan Petani/Kelompok Tani di wilayah kerjanya dalam kegiatan produksi.

Bagian KelimaPenelitian, Pengembangan dan Sumber Daya

Pasal 42

(1) Untuk memacu peningkatan produktivitas hasil dan pendapatan petani, dilakukan usaha-usaha perbaikan teknologi dan pelayanan yang didukung dengan kegiatan penelitian oleh Pusat/Balai Penelitian secara berkesinambungan.

Page 23: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

23

(2) Setiap Pabrik Gula harus menumbuh kembangkan unit-unit riset dan pengembangan dalam upaya penciptaan teknologi terapan, termasuk mekanisasi, tebu tumpangsari, konservasi tanah, air dan sebagainya.

Bagian Keenam

Penyuluhan Pertanian

Pasal 43

(1) Kegiatan penyuluhan dilakukan melalui kelompok hamparan dengan bimbingan Kelompok Penyuluh (PPL, petugas UPP/UPTD Tebu Rakyat dan Sinder Pabrik Gula) yang diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usaha tani dengan memasyarakatkan penerapan teknologi sesuai anjuran, meningkatkan kemampuan dan keterpaduan Kelompok Tani dan Koperasi/KUD serta mewujudkan pola kemitraan yang berwawasan agribisnis.

(2) Untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi, penyuluhan pertanian dilaksanakan berdasarkan spesifiksi lokal, dengan memperhatikan kondisi dan perkembangan wilayah serta kebutuhan nyata para petani.

(3) Penyuluhan pertanian dilaksanakan secara optimal dengan memanfaatkan media massa dan lembaga komunikasi.

Pasal 44

(1) Rapat koordinasi penyuluhan pertanian, mimbar sarasehan serta pelatihan bagi petugas dan tokoh masyarakat, diselenggarakan oleh Dinas/Badan/ Lembaga terkait secara periodik, terencana, terarah dan terpadu.

(2) Untuk mengoptimalkan penyuluhan pertanian dalam Program PTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Bupati setempat.

(3) Peranan Pemimpin formal dan non formal di perdesaan, ditingkatkan untuk mendukung dan mendorong partisipasi Petani/Kelompok Tani.

B A B XPENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK

Pasal 45

(1) Penguatan modal usaha diberikan dalam bentuk dana tunai dari dana APBN atau sumber dana lainnya yang diterima dan dikelola langsung oleh Kelompok Tani dan/atau

Page 24: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

24

KPTR/KUD untuk usaha tani dengan pola PUMK yang wajib dikembalikan untuk digulirkan.

(2) Pemanfaatan PMUK untuk memberdayakan usaha Kelompok Petani dalam agribisnis tebu dikelola dengan manajemen usaha yang profesional.

(3) Pola PMUK dilaksanakan untuk menumbuhkan usaha Kelompok Tani/KPTR/KUD di bidang penyediaan bibit, sarana produksi, jasa pembongkaran ratoon, dengan bimbingan teknis Pabrik Gula.

Pasal 46

Tata cara pelaksanaan PMUK berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

B A B XIKOORDINASI DAN PEMBINAAN

Pasal 47

Dinas dan Dinas Kabupaten secara fungsional bertanggungjawab atas pelaksanaan program PTR.

Pasal 48

(1) Koordinasi dalam pelaksanaan program PTR adalah sebagai berikut :a. Pemerintah Daerah diwakili oleh Dinas sebagai

koordinator teknis operasional pergulaan di tingkat Provinsi;

b. Pemerintah Kabupaten diwakili oleh Kepala Dinas Kabupaten setempat sebagai koordinator teknis operasional pergulaan di tingkat Kabupaten ;

c. Pelaksanaan di lapangan oleh tiga pelaku utama, yaitu petani/Koperasi/KUD, Bank Pelaksana, dan Pabrik Gula sebagai Pemimpin Kerja Operasional Lapangan (PKOL) di bawah koordinasi Dinas Kabupaten ;

d. Di tingkat wilayah kerja Pabrik Gula yang berada di satu wilayah Kabupaten, pelaksanaannya dilakukan dalam Forum Musyawarah Produksi Gula (FMPG), yaitu : 1. Forum temu usaha antara Kelompok

Tani/Koperasi/KUD, dan Pabrik Gula ;2. Forum penyusunan rencana operasional; 3. Forum koordinasi pemecahan masalah;4. Forum kesepakatan antara Kelompok

Tani/Koperasi/KUD dan Pabrik Gula; 5. Pusat informasi pelaksanaan PTR.

e. Di tingkat wilayah kerja Sinder Kebun Wilayah (SKW), pelaksanaan PTR dilaksanakan dalam wadah Forum Musyawarah Pelaksana Wilayah (FMPW), dengan fungsi, kegiatan dan susunan keanggotaan yang

Page 25: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

25

mencerminkan fungsi, kegiatan dan susunan keanggotaan FMPG.

(2) Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan kegiatan di lapangan, FMPG membentuk Kelompok Kerja Pengamat Produksi Gula (KKPG) yang bertugas mengamati panen, pasca panen, analisis rendemen, bagi hasil, pemasaran gula, penggarapan lahan, tanam, mutu bibit, penyaluran kredit, pupuk, dan perlindungan tanaman.

Pasal 49

(1)Untuk mendukung kelancaran operasional program PTR tingkat Provinsi, dibentuk Tim Pembina Tebu Rakyat Provinsi.

(2)Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan operasional program PTR tingkat Kabupaten, dibentuk Tim Pembina Tebu Rakyat Kabupaten.

B A B XII

PEMBIAYAAN

Pasal 50

Pembiayaan yang diperlukan untuk kegiatan operasional pembinaan dan penyelenggaraan PTR khususnya dalam mendukung kegiatan non budidaya yang meliputi perencanaan, pengendalian pengawasan dan penyuluhan yang diarahkan untuk mendukung Program Akselerasi Peningkatan Produksi Gula dibebankan pada :a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN); b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Provinsi Jawa Barat;c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Kabupaten;d. Sumber-sumber dana lainnya yang sah dan

tidak mengikat.

B A B XIII

PENGENDALIAN DAN PELAPORAN

Pasal 51

(1) Pengendalian pelaksanaan Program PTR merupakan tanggung jawab Gubernur dan Bupati.

(2) Pengendalian pelaksanaan Program PTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perencanaan dan realisasi areal, penerapan unsur-unsur teknologi, pengawasan dan penyuluhan, penyaluran kredit KKP-TR, penyaluran dan perguliran dana PMUK, sarana produksi,

Page 26: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

26

permodalan pasca panen dan pemasaran, serta pengembalian kredit.

(3) Dalam melaksanakan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), dikembangkan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :a. Penerapan sistem pengendalian, dengan

memanfaatkan jaringan internet hingga ke Pabrik Gula-Pabrik Gula dan optimalisasi kegiatan KKPPG (Kelompok Kerja Pengamat Produksi Gula);

b. Pengawasan sosial, baik melalui media komunikasi massa maupun forum lembaga swadaya masyarakat dan lembaga tradisional yang mengakar di masyarakat;

c. Pengendalian teknologi pertebuan/pergulaan untuk memperoleh teknologi terapan yang sesuai di masing-masing lokasi melalui penelitian, pengkajian, penerapan, pengawalan dan pengembangan oleh P3GI, bekerjasama dengan lembaga riset lainnya.

Pasal 52

Bupati menyampaikan laporan pelaksanaan Pengembangan Tebu Rakyat Musim Tanam Tahun 2007/2008 secara periodik kepada Gubernur.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 53

Dengan ditetapkannya Peraturan Gubernur ini, maka Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Tebu Rakyat Musim Tanam Tahun 2006/2007, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 54

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Gubernur ini, sepanjang menyangkut teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas.

Pasal 55

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Barat.

Ditetapkan di Bandungpada tanggal 16 Mei 2007

GUBERNUR JAWA BARAT,

Page 27: PERATURAN GUBERNUR JAWA BARATdisbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/PERGUB... · Web viewPEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT MUSIM TANAM TAHUN 2007/2008 GUBERNUR

27

DANNY SETIAWAN

Diundangkan di Bandungpada tanggal 16 Mei 2007

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT,

LEX LAKSAMANA

BERITA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007 NOMOR 32 SERI E