PERATURAN DAERAH KOTATUAL NOMOR 19 TAHUN 201121.Peraturan Daerah KotaTual Nomor 2 Tahun 2008 tentang...

17
1 PERATURAN DAERAH KOTATUAL NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSIIZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAKMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTATUAL, Menimbang :a. bahwa berdasarkan Pasal 141 huruf a Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Izin Mendirikan Bangunan merupakan salah satu jenis Retribusi PerizinanTertentu yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah; b. bahwa berdasarkan Pasal156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Daerah ditetapkan dengan PeraturanDaerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan huruf b, perlu dibentuk dan ditetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; Mengingat 1. Undang-Undang Nornor 60 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1957 tentang PembentukanDaerah-DaerahSwatantraTingkat 11dalam Wilayah Daerah Swatantra Tingkat I Maluku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1645); 2. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1960Nomor 156,tambahan Lembaran NegaraRepublikIndonesia Nomor2104); 3. Undang-Undang nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran NegaraNomor3209);

Transcript of PERATURAN DAERAH KOTATUAL NOMOR 19 TAHUN 201121.Peraturan Daerah KotaTual Nomor 2 Tahun 2008 tentang...

  • 1

    PERATURAN DAERAH KOTATUALNOMOR 19 TAHUN 2011

    TENTANG

    RETRIBUSIIZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

    DENGAN RAKMAT TUHAN YANG MA HA ESAWALIKOTATUAL,

    Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 141 huruf a Undang-UndangNomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah, Retribusi Izin Mendirikan Bangunanmerupakan salah satu jenis Retribusi Perizinan Tertentuyang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah;

    b. bahwa berdasarkan Pasal 156 ayat (1) Undang-UndangNomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah, Retribusi Daerah ditetapkan denganPeraturan Daerah;

    c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud pada huruf a, dan huruf b, perlu dibentuk danditetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi IzinMendirikan Bangunan;

    Mengingat 1. Undang-Undang Nornor 60 Tahun 1958 tentangPenetapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1957tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat11 dalam Wilayah Daerah Swatantra Tingkat I Maluku(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 1645);

    2. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang PanitiaUrusan Piutang Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1960 Nomor 156, tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 2104);

    3. Undang-Undang nomor 8 Tahun 1981 Tentang KitabUndang-Undang Hukum Acara Pidana (LembaranNegara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan LembaranNegara Nomor 3209);

  • 2

    4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dariKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran NegaraTahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3851);

    5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentangBangunan Gedung Lembaran Negara Tahun 2002Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247);

    6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003Nomor 47, Tambahan Negara Nomor 4286);

    7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355);

    8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung JawabKeuangan Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4400);

    9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lernbaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

    10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4437) Sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4844);

    11. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentanqPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4438);

    12. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2007 tentangPembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku (LembaranNegara Republlk Indonesia Tahun 2007 Nomor 97,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4747);

  • 3

    13. Undanq-Undanq Nomor 28 Tahun 2009 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049;

    14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-Undangan(Lembaran Negara Indonesia Tahun 2004 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5234);

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1981 Nomor 6, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

    16. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 20Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (LembaranNegara Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan LembaranNegara Nomor 4532);

    17. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentangSistem Informasi Keuangan daerah (Lembaran NegaraTahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran NegaraNomor 4576);

    18. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan daerah (Lembaran Negara Tahun2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor4587);

    19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah DaerahKota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4737);

    20. Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 1 Tahun 2008tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerjasekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan PerwakilanRakyat Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor02, Seri D);

    21. Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 2 Tahun 2008tentang Pembentukan Organisasi dan Tata KerjaKecamatan dan Kelurahan (Lembaran Daerah Tahun2008 Nomor 02, Seri D);

    22. Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 3 Tahun 2008tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

  • 4

    Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008Nomor 03, seri D);

    23. Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 4 Tahun 2008tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja DinasDaerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 04, SeriD);

    24. Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran DaerahTahun 2009 Nomor 03).

    Oengan Persetujuan Bersama

    OEWAN PERWAKILAN RAKYAT OAERAH KOTATUAL

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN OAERAH KOTA TUAL TENTANGRETRlBUSIIZIN MENOIRIKAN BANGUNAN

    BABIKETENTUAN UMUM

    PasallDalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:1. Daerah adalah Kota Tual;

    2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsurpenyelenggara Pemerintahan Daerah;

    3. Walikota adalah Walikota Kota Tual;

    4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalahDewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tual;

    5. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan KotaTual;

    6. Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah adalah Bagian PemerintahanSekretariat Daerah Kota Tual;

    7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Pemerintah Kota Tual;

    8. Pejabat adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas tertentu di bidangperRetribusian daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

    9. Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakankesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukanusaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroanlainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama atau dalambentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik atau

    • =

  • 5

    organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badanlainnya;

    10. Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasaatau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikanoleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan;

    11. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayananyang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yangdapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan;

    12. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalamrangka pemeberian izin kepada orang pribadi atau badan yangdimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian danpengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaansumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu gunamelindungi kepentingan umum dan menjaga kelesstarian lingkungan;

    13. Wajib Retribusi adalah orang ,pribadi atau Badan yang menurut peraturanperundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaranretribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu;

    14. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakanbatas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinantertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan;

    15. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD,adalahbukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan denganmenggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kasdaerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah;

    16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnva disingkat SKRD,adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlahpokok retribusi yang terutang;

    17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkatSKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlahkelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besardaripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang;

    18. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalahsurat untuk melakukan tagihan retribusi dan/ atau sanksi administratifberupa bunga dan/ atau denda;

    19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolahdata, keterangan, dan/ atau bukti yang dilaksanakan secara objektif danprofesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk mengujikepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/ atau untuk tujuan laindalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undanganretribusi daerah;

    20. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaiantindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari sertamengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak

  • 6

    pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukantersangkanya.

    BABIl

    NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

    Pasal2Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi atas IzinMendirikan Bangunan.

    Pasal3(1) Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah pemberian izin untukmendirikan suatu bangunan;

    (2) Pemberian Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatanpeninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannyaagar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tataruang, dengan tetap memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB),koefisien Luas bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB),dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaandalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempatibangunan tersebut.

    (3) Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah pemberian izin untuk bangunan milik pemerintah atauPemerintah Daerah.

    Pasal4(1) Subjek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah orang pribadi atau

    Badan yang memperoleh izin mendirikan bangunan dari PemerintahDaerah;

    (2) Wajib Retribusi Izin Mendirikan bangunan adalah orang pribadi atauBadan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusidiwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungutatau pemotong Retribusi Izln Mendirikan Bangunan.

    BAB III

    GOLONGAN RETRIBUSI

    PasalSRetribusi Izin Mendirikan Banqunan digolongkan kedalam Golongan RetribusiPerizinanTertentu .

  • 7

    BABIV

    CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN lASA

    Pasal6(1) Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara

    tingkat penggunaan jasa dengan tarif Retribusi.

    (2) Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahjumlah danajanggaran yang digunakan untuk membangun gedungbangunan yang bersangkutan.

    (3) Apabila tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir berdasarkanrumus yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.

    (4) Rumus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mencerminkanbeban yang dipikul oleh Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakanjasa tersebut.

    BABV

    PRINSIP DAN SASARAN PENETAPANSTRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI

    Pasal7(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Izin Mendirikan

    Bangunan didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruhbiava penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

    (2) Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan,penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif daripemberian izin tersebut.

    BABVI

    STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI

    Pasal8Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1)ditetapkan sebagai berikut :

    a. Dalam mendirikan ataupun mengubah bangunan gedung permanenuntuk mendapatkan izin dikenakan retribusi yang besarnya 2 1h %dari anggaran bangunan;

  • 8

    b. Dalam mendirikan ataupun mengubah bangunan gedung semipermanen untuk mendapatkan izin dikenakan izin retribusi yangbesarnya 1 V2 % dari anggaran pembangunan;

    c. Dalam mendirikan atau mengubah bangunan gedungsederhana/sernentara untuk mendapatakan izin dikenakan nizinretribusi yang besarnya 1% dari anggaran pembangunan;

    d. Dalam membangun/mendirikan ataupun mengubah bangunansebagaiman dimaksud pada pasal 3 ayat (3) dibebaskan daripembayaran retribusi;

    e. Pernbayaran retribusi sebagaimana tersebut diatas langsungdiserahkan / disetor ke KasDaerah.

    Pasal9(1) Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pasal 8 ditinjau kembali paling

    lama setiap 3 (tiga) tahun sekali untuk disesuaikan.(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.

    (3) Penetapan penyesuaian tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat(2) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

    BAB VIIWILAYAH PEMUNGUTAN

    Pasall0Retribusi dipungut di wilayah daerah tempat Izin Mendirikan Bangunandiberikan.

    BAB VIIIPEMUNGUTAN

    Pasalll(1) Retribusi terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen

    lain yang dipersamakan yang diterbitkan oleh Walikota;(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan;

    (3) Bentuk, isl, tata cara pengisian dan penyampaian SKRD atau dokumenlain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

    BABIXTATA CARA PEMBAYARAN

    Pasal12(1) PembayaranRetribusi yang terutang dilunasi sekaligus;

  • 9

    (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-Iambatnya 21 (dua puluh satu)hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakanyang merupakan tanggal jatuh tempo pembayaran Retribusi.

    (3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunyaatau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bungasebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yangtidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

    (4) Walikota atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratanyang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusiuntuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi, dengandikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

    (5) Tatacara pembayaran, pembayaran dengan angsuran dan penundaanpembayaran Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

    Pasall~(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilakukan di Kas Daerah atau tempat

    lain yang ditetapkan oleh Walikota.(2) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

    dengan menggunakan SSRD.(3) Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSRD, ditetapkan dengan

    Peraturan Walikota.

    BABXTATACARA PENAGIHAN

    Pasal14(1) Untuk melakukan penagihan Retribusi, Walikota dapat menerbitkan STRDjika Wajib Retribusi tertentu tidak membayar Retribusi Terutang tepatpada waktunya atau kurang membayar.

    (2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dlrnaksud pada ayat (1)didahului dengan Surat Teguran.

    (3) Jumlah kekurangan Retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditambah dengan sanksi administratif berupabunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutangyang tidak atau kurang dibayar.

    (4) Tatacara penagihan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

    BABXIKEBERATAN

    Pasal15(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Walikota atau

    pejabat yang dituniuk atas SKRDatau dokumen lain yang dipersamakan.(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengandisertai alasan-alasan yang jelas.

  • 10

    (3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulansejak tanggal SKRDditerbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapatmenunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karenakeadaan di luar kekuasaannya.

    (4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaanWajib Retribusi.

    (5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi danpelaksanaan penagihan Retribusi.

    Pasal 16(1) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggalSurat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yangdiajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

    (2) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnyaatau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yangterutang.

    (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewatdan Walikota tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukantersebut dianggap dikabulkan.

    Pasal 17(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, Walikota

    menerbitkan SKRDLB untuk mengembalikan kelebihan pembayaranRetribusi dengan ditambah imbalan bunqa sebesar 2% (dua persen)sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

    (2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulanpelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

    BABXIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

    Pasal18(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan

    permohonan pengembalian kepada walikota.(2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejakditerimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusisebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

    (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telahdilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, permohonanpengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLBharus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

    (4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihanpembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsungdiperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.

  • 11

    (5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulansejak diterbitkannya SKRDLB.

    (6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelahlewat 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2%(dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihanpembayaran Retribusi.

    (7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.

    BAB XIII

    KEDALUWARSA

    Pasal19(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah

    melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnyaRetribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidangRetribusi.

    (2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tertangguh jika:a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung

    maupun tidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat

    (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanyaSurat Teguran tersebut.

    (4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannyamenyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinyakepada Pemerintah Daerah.

    (5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonanangsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan olehWajib Retribusi.

    Pasal20

    (1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untukmelakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

    (2) Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yangsudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

    (3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diaturdengan Peraturan Walikota.

  • 12

    BABXIV

    PEMERIKSAAN

    Pasal21(1) Walikota berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

    pemenuhan kewajiban Retribusi dalam rangka melaksanakan peraturanperundang-undangan Retribusi Daerah.

    (2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:a. memperlihatkan dan/ atau meminjamkan buku atau catatan, dokumenyang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan denganobjek Retribusi yang terutang;

    b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yangdianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaranpemeriksaan; dan/ atau

    c. memberikan keterangan yang diperlukan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi diatur

    dengan Peraturan Walikota.

    BABXV

    PEMAN FAATAN

    Pasal22(1) Hasil penerimaan Retribusi merupakan pendapatan daerah yang harusdisetorkan seluruhnya ke KasDaerah.

    (2) Sebagian hasil penertmaan Retribusi digunakan untuk mendanai kegiatanyang berkaitan langsung dengan pemberian Izin Mendirikan Bangunan.

    (3) Pengalokasian sebagian penerimaan Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah.

    BABXVI

    INSENTIF PEMUNGUTAN

    Pasal23(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentifatas dasar pencapaian kinerja tertentu.

    (2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkanmelalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

    (3) Pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan .

  • 13

    BABXVIIPENYIDIKAN

    Pasal24(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerahdiberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikantindak pidana di bidang Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Hukum Acara Pidana.

    (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawainegeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat olehpejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan rnenellti keterangan ataulaporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerahagar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

    b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orangpribadi atau 8adan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukansehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

    c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau 8adansehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

    d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindakpidana di bidang Retribusi Daerah;

    e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan buktipembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukanpenyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

    f. meminta bantuan tenaga ahh dalam rangka pelaksanaan tugaspenyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

    g. menyuruh berhenti dan/ atau melarang seseorang meninggalkanruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung danmemeriksa identitas orang, benda, dan/ atau dokumen yang dibawa;

    h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana RetribusiDaerah;

    i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagaitersangka atau saksi;

    j. menghentikan penyidikan; dan/atauk. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindakpidana di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukandimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepadaPenuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara RepublikIndonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-UndangHukum Acara Pidana,

    I

  • 14

    SAS XVIII

    KETENTUAN PIDANAPasal25

    (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehinggamerugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlahRetribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.

    (2) Oenda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan penerimaannegara.

    BABXIX

    KETENTUAN PENUTUPPasal26

    Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Walikota TuatNomor 14 Tahun 2009 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dicabutdan dinyatakan tidak berlaku lagi.

    Pasal27Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanDaerah ini dengan penempatannya da/am lembaran Daerah Kota Tual.

    Ditetapkan di Tual

    Hi. MAHMUD MUHAMMAD TAMHER

    Diundangkan di TualPadatanggal ,. Desember 2011

    SEKRETARIS DAERAH KOTA TUAL,

    LEMBARAN DAERAH KOTA TUA TAHUN 2011 NOM OR 415

    (/(

  • 15

    PENJELASAN

    ATAS

    PERATURAN DAERAH KOTATUALNOMOR \9 TAHUN 2011

    TENTANG

    RETRIBUSIIZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

    I. UMUMUntuk mendorong percepatan perubahan dan kemajuan Daerahberdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah, Daerah diberikan hak dan kewajibanuntuk mengatur dan rnenqurus sendiri urusan pemerintahan melaluikebijakan Daerah berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban untukmemberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa danpemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatankesejahteraan masyarakat. Atas dasar landasan yuridis dimaksud dansesuai dengan harapan untuk memberikan daya ungkit terhadappenerimaan daerah yang berasal dari Retribusi Daerah dari waktu kewaktu harus senantiasa ditingkatkan. Hal ini dimaksudkan agarperanan daerah dalam memenuhi kebutuhan daerah.Salah satu jenis Retribusi yang dipungut oleh daerah sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah adalah Retribusi Izin Gangguan. Sesuai ketentuan Pasal 156Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tersebut, pemungutanRetribusi Daerah harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Sejalandengan hal tersebut, penetapan Peraturan Daerah ini adalahdimaksudkan agar Pemerintah Daerah Kota Tual dapat memungutRetribusi Izin Mendirikan Bangunan sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

    Disamping itu dalam Peraturan Daerah ini telah diatur dengan jelasdan tegas mengenai objek, subjek, dasar pengenaan dan tarif RetribusiIzin Mendirikan Bangunan. Selain itu juga telah diatur hal-hal yangberkaitan dengan administrasi pemungutan.

    Dalam pembentukan Peraturan Daerah ini selain berpedoman padaperaturan perundangan dibidang Retribusi Daerah, jugamemperhatikan dan dikaitkan dengan Peraturan Perundangan lainseperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209).

  • 16

    II. PENJELASAN PASAL DEMI PASALPasal 1 5 / d Pasal3 : Cukup jelas.Pasal 4 Ayat (1) : Yang dimaksud dengan Badan adalah

    suatu bentuk badan usaha yang meliputiPerseroan Terbatas, PerseroanKomanditer, Perseroan Lainnya, BadanUsaha Milik Negara atau Daerah dengannama dan dalam bentuk apapun,persekutuan, perkumpulan, Firma, kongsi,Koperasi, Yayasan atau organisasi yangsejenis, Lembaga, dana pensiun, bentukusaha tetap serta bentuk badan usahalainnya.: Cukup jelas.: Cukup jelas

    Ayat (2)Pasal5 5 / d Pasal7Pasal8Pasal9 5 / d 18Pasal 19 Ayat (1)

    Ayat (2) huruf a

    huruf b

    Ayat (3)

    Ayat (4)Ayat (5)

    Pasal20 5 / d Pasal22Pasal23 Ayat (1)

    : Cukup jelas: Saat kedaluwarsa penagihan Retribusi iniperlu ditetapkan untuk memberikankepastian hukum kapan utang Retribusitidak dapat ditagih lagi.Dalam hal diterbitkan Surat Teguran danSurat Paksa, kedaluwarsa penagihandihitung sejak tanggal penyampaian suratpaksa tersebut.Yang dimaksudkan dengan pengakuanutang Retribusi secara langsung adalahWajib Retribusi dengan kesadarannyamenyatakan masih mempunyai utangRetribusi dan belum melunaslnya kepadaPemerintah Daerah.

    : Yang dimaksudkan dengan pengakuansecara tidak langsung adalah WajibRetribusi tidak secara nyata langsungmenyatakan bahwa ia mempunyai utangRetribusi kepada Pemerintah Daerah.Contoh:- Wajib Retribusi mengajukanpermohonan angsuran/penundaanpembayaran;

    - Wajib Retribusipermohonan keberatan.

    Cukup Jelas.Cukup Jelas.: Cukup Jelas.: Yang dimaksud dengan instansi yangmelaksanakan pemungutan adalahdinas/badan/lembaga yang tugas pokok

    mengajukan

  • 17

    /Ayat (2)

    dan fungsinya melaksanakan pemungutanRetribusi.: Pemberian besarnya insentif dilakukanmelalui pembahasan oleh pemerintahdaerah dengan alat kelengkapan DewanPerwakilan -Rakyat Daerah yangmembidangi masalah keuangan.: Cukup Jelas.: Cukup Jelas.

    Ayat(3)Pasal 24 5 / d Pasal 27

    TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA TUAL NOMOR (.{Of}!)

    ~------------------------~------------------~--------------------------