peraturan daerah kabupaten yahukimo tahun 2012
Transcript of peraturan daerah kabupaten yahukimo tahun 2012
1
Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo
Tahun 2012
2
3
Daftar Isi
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG DAERAH ... 5
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG PAJAK HOTEL ... 36
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG PAJAK RESTORAN ... 73
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN ... 109
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG PAJAK AIR TANAH ... 148
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN ... 181
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN ... 212
4
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN ... 250
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL ... 267
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN ... 283
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG RETRIBUSI PASAR ... 299
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA ... 315
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN ... 328
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG RETRI BUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH ... 342
5
RANCANGANPERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO
NOMOR: 03 TAHUN 2012
TENTANG
TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI YAHUKIMO ,
a. bahwa untuk menghindari terjadinya kerugian daerah akibat penyalahgunaan/tindakan pelanggaran hukum atau kelalaian seseorang atas keuangan/barang daerah, perlu diatur tata cara penyelesaian kerugian tersebut;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 144 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Tata cara tuntutan ganti kerugian daerah diatur dengan Peraturan Daerah ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Tuntutan Ganti Kerugian Daerah ;
1. UndangUndang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 47);
2. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Menimbang :
Mengingat :
6
PokokPokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 42 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890) ;
3. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 135) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4684 );
4. UndangUndang Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kerom, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Diguel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama, di Provinsi Papua (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 129);
5. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286) ;
6. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
7
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355) ;
7. UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ;
8. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578) ;
10.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593) ;
11.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran
8
Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855) ;
12.Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor....( Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor...... )
13.Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ;
14.Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara;
15.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1997 tentang Tuntutan Perbendaharaan Daerah dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Barang Daerah ;
16.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 153 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah yang dipisahkan ;
17.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
9
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 ;
18.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah ;
19.Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 1997 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1997 tentang Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Barang Daerah ;
20.Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo Nomor .......... Tahun .......... tentang Pokokpokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Yahukimo Tahun 2008 Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Yahukimo Nomor 26) ;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO
dan
BUPATI YAHUKIMO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG DAERAH
10
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
Daerah adalah Daerah Kabupaten Yahukimo.1.
Bupati adalah Bupati Yahukimo.2.
Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai 3. unsur penyelenggara pemerintahan Daerah.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD 4. adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Yahukimo sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah;
Satuan Kerja Perangkat Daerah, selanjutnya disebut SKPD adalah 5. perangkat daerah di lingkup Pemerintah Daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.
Unit Kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau 6. beberapa program.
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah 7. Bupati yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
Pegawai Negeri Sipil bukan Bendahara adalah Pegawai Negeri 8. Sipil yang kedudukannya bukan sebagai bendahara yang diangkat oleh pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pejabat lain adalah pegawai Badan Usaha Milik Daerah dan/9. atau pihak ketiga yang kedudukannya selaku penerima/pengguna anggaran dan/atau barang daerah.
Bendahara adalah Bendahara Umum, Bendahara Penerimaan 10. atau Bendahara Pengeluaran, atau Bendahara Barang di lingkup
11
Pemerintah Kabupaten Yahukimo.
Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau 11. diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan 12. penggunaan barang milik daerah.
Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disebut BUMD 13. adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan.
Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan 14. barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
Tuntutan Perbendaharaan adalah suatu proses tuntutan terhadap 15. Bendahara yang melakukan kerugian daerah .
Tuntutan ganti rugi adalah suatu proses tuntutan terhadap pegawai 16. dalam kedudukannya bukan sebagai Bendahara, atau pejabat lain yang melakukan kerugian terhadap Daerah.
Aparat Pengawas Intern adalah Inspektorat Jenderal Departemen 17. Dalam Negeri, atau Inspektorat Kabupaten.
Tim Tindak Lanjut Penyelesaian Kerugian Daerah selanjutnya 18. disebut (T2LPKD) adalah Tim yang dibentuk Bupati untuk menangani penyelesaian kerugian daerah.
Aparat Pengawasan Fungsional disebut (APF) adalah aparat 19. pengawasan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Permendagri Nomor 5 Tahun 1997 dan aturan pendukung lainnya.
Badan Layanan Umum Daerah selanjutnya disebut BLUD 20. adalah SKPD/Unit Kerja pada SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
12
tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Surat Keterangan Tanggungjawab Mutlak selanjutnya disebut 21. SKTJM adalah surat penyataan pertanggungjawaban pegawai bukan bendahara atau pejabat lain untuk mengembalikan kerugian daerah, disertai jaminan minimal sama dengan nilai kerugian Daerah, Berita Acara Serah Terima Jaminan dan Surat Kuasa Menjual.
Pembebanan adalah penetapan jumlah kerugian daerah yang 22. harus dikembalikan kepada kas daerah oleh Pegawai Negeri Sipil bukan Bendahara, atau pejabat lain, yang terbukti menimbulkan kerugian daerah.
Banding adalah upaya Pegawai mencari keadilan ke tingkat yang 23. lebih tinggi setelah dikeluarkan penetapan pembebanan.
Kadaluwarsa adalah jangka waktu yang menyebabkan gugurnya 24. hak untuk melakukan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi terhadap pelaku kerugian Daerah.
Penghapusan adalah menghapuskan tagihan daerah dari 25. administrasi pembukuan karena alasan tidak mampu membayar seluruhnya maupun sebagian dan apabila dikemudian hari yang bersangkutan mampu membayar, maka kewajiban dimaksud akan ditagih kembali.
Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada 26. Pegawai yang melanggar peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan 27. Ganti Rugi Daerah selanjutnya disebut Majelis TPTGR adalah para pejabat yang ex-officio ditetapkan untuk membantu Bupati dalam penyelesaian Tuntutan Ganti Kerugian Daerah.
13
BAB IIPEMBENTUKAN MAJELIS PERTIMBANGAN TP TGR
KEUANGAN DAN BARANG DAERAH
Pasal 2
Untuk menyelesaikan kerugian daerah, Bupati membentuk Majelis (1) Pertimbangan TP TGR yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Majelis berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati.(2)
Majelis bertugas membantu Bupati dalam penyelesaian kerugian (3) daerah dengan berlandaskan Peraturan Daerah ini dan peraturan perundangundangan lainnya yang berlaku.
Keanggotaan Majelis secara ex officio terdiri dari:(4)
Sekretaris Daerah selaku Ketua merangkap Anggota dan tidak a. di wakilkan;
Inspektur selaku Wakil Ketua 1 (satu) merangkap anggota;b.
Asisten Administrasi, selaku Wakil Ketua II (dua) merangkap c. anggota;
Kepala Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daereah selaku d. Sekretaris merangkap anggota;
Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan e. Aparatur selaku anggota;
Kepala Bagian Hukum selaku anggota;f.
Kepala Bagain Keuangan Setda selaku anggota;g.
Sekretaris Inspektorat selaku anggota;h.
Kepala Bidang Aset Daerah selaku anggota.i.
Keanggotaan Majelis Pertimbangan sebagaiman dimaksud (5)
14
dalam ayat (4) pasal ini tidak dapat diwakilkan dalam siding dan keanggotaan Majelis Pertimbangan dapat ditentukan sesuai kebutuhan Daerah dengan paling sedikit 9 (sembilan ) orang anggota.
Majelis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, sebelum (6) menjalankan tugasnya mengucapkan sumpah/ janji di hadapan Bupati, sesuai dengan ketentuan dan tata cara berdasrkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
BAB IIIRUANG LINGKUP
Pasal 3
Ruang lingkup TP TGR dalam Pereaturan Daerah ini terdiri dari:Ditinjau dari Subyeknya :a.
Bendaharawan yang melakukan perbuatan antara lain :1. Tidak melakukan pencatatan dan penyetoran atas penerima a) uang atau barang;Tidak melakukan pencatatan dan penerimaan atas b) pengeluaran uang/ barang;Membayar atau member atau mengeluarkan uang/barang c) kepada pihak yang tidak berhak dan atau secara tidak sah;Tidak membuat pertanggungjawaban keuangan atau d) pengurusan barang;Menrima dan menyimpan uang palsu;e) Korupsi, penyelewengan dan penggelapan;f) Kecuarian, penodongan, perampokan dan atau kolusi;g) Pertanggungjawaban atau laporan yang tidak sesuai h) dengan kenyataan;Penyalahgunaan wewenang atau jabatan;i) Tidak melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya j)
15
(wajib pungut pajak).Pegawai Negeri bukan Bendaharawan meliputi perbuatan 2. antara lain :
Korupsi, penyelewengan dan penggelapan;a) Penyalahgunaan wewenang atau jabatan;b) Pencurian dan penipuan;c) Merusak dan menghilangkan barang inventaris milik d) daerah;Menaikan harga dan merubah kualitas atau mutu barang;e) Meninggalkan tugas dan atau pekerjaan setelah selesai f) melaksanakan tugas belajar;Meninggalkan tugas belajar sebelum selesai batas waktu g) yang telah ditentukan.
Pihak ketiga, meliputi perbuatan antara lain :3. Tidak menepati janji atau kontrak (wanprestasi);a) Pengiriman barang yang mengalami kerusakan karena b) kesalahan;Penipuan dan perbuatan lainnya yang secara langsung c) maupun tidak langsung merugikan bagi daerah.
Ditinjau dari Obyeknya, yaitu uang dan barang;b. Ditinjau dari sebabnya, berupa :c.
Perbuatan manusia karena :1. Kesengajaan;a) Kelalaian, kealpaan dan kesalahan;b) Diluar kemampuan si pelaku.c)
Kejadian alam berupa :2. Bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir a) dan kebakaran;Proses alamiah seperti membusuk, mencair, menyusut, b) menguap, mengerut dan dimakan rayap.
Ditinjau dari Waktu yaitu untuk mengetahui apakah kerugian d. daerah itu masih bias dituntut atau tidak;Ditinjau dari Tempat Kejadian, yaitu kerugian daerah yang terjadi e. pada wilayah kota dan diluar wilayah kota.
16
BAB IVPENYELESAIAN TUNTUTAN PERBENDHARAAN
DAN TUNTUTAN GANTI RUGI
Bagian pertamaPenyelesaian Tuntutan Perbendaharaan
Pasal 6
Penyelesaian TP dapat dilakukan dengan cara damai, TP biasa, TP khusus dan pencatatan.
Paragraph 1Upaya Damai
Pasal 7
Peneyelesaian TP sedapat mungkin dilakukan dengan upaya damai (1) oleh bendaharawan/ Ahli Waris/ Pengampu secara sekaligus atau dengan angsuran.Penyelesaian kerugian daerah secara angsuran sebagaimana (2) dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilaksanakan paling lambat 2 (dua) tahun sejak ditandatangani Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak ( SKTJM) dan harus diserati dengan jaminan barang yang nilainya sama dengan jumlah kerugian daerah yang harus dipertanggungjawabkan.Bendaharawan yang tidak dapat melaksanakan pembayaran (3) angsuran dalam waktu yang ditetapkan dalam SKTJM sebagaiman dimaksud pada ayat 2 (dua) pasal ini, maka barang jaminan dapat dijual oleh Majelis sesuai dengan peraturan perundangundaganan yang berlaku.Apabila terdapat kekurangan dari hasil penjualan barang (4) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini, tetap menjadi kewajiban Bendaharawan, dan apabila terdapat kelebihan dari penjualan barang tersebut akan dikembalikan kepada Bendaharawan.
17
Paragraph 2Tuntutan Perbendaharaan Biasa
Pasal 8
TP Biasa adalah TP terhadap hasil perhitungan yang dibe ri(1) kan oleh Bendaharawan yang tidak dapat disahkan pertanggungjawabannya.Bendaharawan bertanggungjawab atas kekurangan perbendaharaan (2) yang terjadi dalam pengurusanya, kecuali apabila ia dapat membrikan pembuktian bahwa ia bebas dari kesalahan atau kelalaian atas kekurangan perbendaharaan tersebut.Apabila dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Pengawas (3) Fungsional terhadap Bendaharawan terbukti kekurangan perbendaharaan dilakukan oleh beberapa Pegawai atau atasan langsung, maka kepada bersangkutan dikenakan tanggungjawab renteng sesuai dengan bobot keterlibatan dan tanggungjawabnya, urutan inisiatif dan kelalaian atau kesalahannya.
Pasal 9
Bendaharawan yang tidak dapat menyelesaikan kerugian daerah (1) dengan upaya damai sesuai waktu yang ditetapkan, diberlakukan proses TP, yang dimulai dengan pemberitahuan tertulis dari Majelis kepada Bendaharawan yang bersangkuatn paling lambat 7 (tujuh) hari sejak bersangkutan tidak dapat menyelesaikan kerugian melalui upaya damai tersebut.Dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak diberikan surat pemberitahuan, (2) Bendaharawan diberikan kesempatan untuk mengajukan pembelaan.Apabila Bendaharawan tidak mengajukan keberatan atau pembelaan (3) atau telah mengajukan tetapi tidak dapat membuktikan bahwa ia bebas dari kesalahan atau kelalaian, Ketua Majelis menetapkan keputusan pembebanan, Bendaharawan yang bersangkutan dapat mengajukan banding kepada Bupati.
18
Pasal 10
Keputusan Majelis mengenai Pembebanan Kekurangan (1) perbendaharaan mempunyai kekuatan hukum untuk pelaksanaanya dapat dilakukan dengan memotong gaji dan penghasilan lainnya, pelaksanaan pemotongan gaji dan penghasilan lainnya dilakukan dengan cara mengangsur dan dilunaskan selama lamanya 2 (dua) tahun sejak ditandatanganinya SKTJM.Keputusan pembebanan tersebut sebagaimana dimaksud pada (2) ayat (1) pasal ini, tetap dilaksanakan meskipun yang bersangkutan naik banding.Keputusan tingkat banding dari Bupati dapat berupa memperkuat (3) Keputusan Majelis, mengurangi besarnya jumlah kerugian atau memperpanjang jangka waktu angsuran yang harus dibayar oleh Bendaharawan.
Paragraph 3Tuntutan Perbendaharaan Khusus
Pasal 11
Bendaharawan yang meninggal dunia, melarikan diri atau sedang berada dibawah pengampunan dan lalai tidak membuat perhitungan, setelah ditegur secara tertulis 3 (tiga) kali berturutturut dan belum juga menyampaikan perhitungan, maka atasan langsung yang bersangkutan melakukan tindakan pengamanan berupa :
Buku kas dan buku Bendaharawan diberi garis penutup;a. Semua uang, surat dan barang berharga, suratsurat bukti maupun b. bukubuku disimpan atau dimasukan dalam lemari besi dan disegel.Khusus untuk pemegang barang dilakukan penyegelan terhadap gudang dan atau tempat penyimpanan barangbarang yang menjadi tanggung jawab pemegang barang;Tindakantindakan tersebut haru sdituangkan dalam Berita Acara c. Penyegelan dan disaksikan oleh ahli waris bagi yang meninggal dunia dan keluarga terdekat bagi yang melarikan diri atau pengampu
19
dalam hal ini Bendaharawan berda dibawah pengampunan serta pejabat Pemerintah Kabupaten
Pasal 12
Atas dasar laporan Atasan Langsung dan brdasrkan saran (1) Majelis, Bupati membentuk tim khusus yang bertugas menyusun perhitungan ex officio.Hasil perhitungan ex officio disampaikan kepada bendaharawan (2) yang tidak membuat perhitungan atau pengampu/ahli warisnya dan dalam batas waktu 14 (empat belas) hari Bendaharawan tersebut diberi waktu untuk mengajukan keberatan kepada Majelis.
Pasal 13
Tata cara dan Tuntutan Perbendahraan Khusus dilaksanakan sama dengan tata cara Tuntutan Perbendaharaan Biasa.
Paragraph 4pencatatanPasal 14
TP yang belum selesai dilaksanakan karena Bendahrawan (1) meninggal dunia atau melarikan diri tanpa ada ahli waris yang dapat dimintakan pertnggungjawaban, maka Ketua Majelis menerbitkan keputusan tentang pencatatan.Dengan diterbitkannya keputusan tentang pencatatan, kasus yang (2) bersangkutan dikeluarkan dari administrasi pembukuan.Pencatatan bagi Bendaharawan yang melarikan diri sewaktuwaktu (3) dapat ditagih kembali, apabila yang melarikan diri tersebut atau atau haki warisnya dikemudian hari diketahui alamatnya maka kepada yang bersangkutan dapat dimintakan pertanggungjawabannya.
20
Bagian keduaPenyelesaian Tuntutan Ganti Rugi
Pasal 15
Penyelesaian TGR dapat dilaksanakan dengan cara upaya damai atau TGR biasa serta pencatatan
Paragraph 5Upaya Damai
Pasal 16
Penyelesaian kerugian daerah sedapat mungkin dilakukan dengan (1) upaya damai oleh Pegawai atau Ahli waris secara sekaligus atau angsuran.Penyelesaian kerugian dengan cara angsuran dilaksanakan paling (2) lambat 2 (dua) tahun sejak ditandatanganinya SKTJM dan harus disertai jaminan barang yang nilainya sama dengan jumlah kerugian daerah yang harus dipertanggungjawabkan.Pegawai yang tidak dapat melaksanakan pembayaran angsuran (3) sesuai waktu yang ditetapkan dalam SKTJM sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, maka barang jaminan dapat dijual oleh Majelis sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 17
TGR dilakukan atas dasar kenyataan yang sebenarnya dan hasil (1) pengumpulan bahanbahan bukti dan pemeriksaan pengawas fungsional.Semua pegawai bukan bendaharawan yang merugikan daerah (2) wajib dikenakan TGR.Penyelesaian kerugian daerah terhadap Pegawai yang terkena (3) TGR, selanjutnya dilaksanakan oleh Majelis.
21
Pasal 18
Apabila penyelesaian kerugian daerah melalui upaya damai (1) sebagaimana dimaksud pada pasal 16 ayat (1) Peraturan Daerah ini tidak berhasil, maka Ketua Majelis memberikan surat pemberitahuan kepada Pegawai yang bersangkutan bahwa TGR akan diberlakukan.Kepada pegawai yang bersangkutan diberikan waktu 14 (empat (2) balas) hari terhitung sejak diterimanya surat pemberitahuan untuk mengajukan pembelaan.Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari pegawai yang (3) bersangkutan tidak mengajukan pembelaan diri tetapi Majelis menetapkan menganggap yang bersangkutan salah atau lalai, Majelis menetapkan keputusan pembebanan.Bersarkan keputusan pembebanan, Majelis melaksanakan (4) penagihan atas pembayaran ganti rugi kepada yang bersangkutan.Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan menerima (5) keputusan pembebanan, kepadanya diberikan kesempatan untuk naik banding kepada Bupati.
Paragraph 6Penyelesaian Keruagian Barang Daerah
Pasal 19
Pegawai yang bertanggunga jawab atas terjadinya kehilang barang (1) daerah, dapat melakukan penggantian dengan bentuk uang atau barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Penggantian kerugian dengan bentuk barang sebagaimana (2) dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan khusus terhadap barang bergerak berupa kendaraan bermotor roda empat dan dua yang umum perolehannya antara satu sampai tiga tahun.Nilai taksiran jumlah harga benda yang akan diganti rugi dalam (3) bentuk uang maupun barang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
22
Paragraph 7PencatatanPasal 20
TGR yang belum selesai dilaksanakan karena Pegawai bukan (1) Bendaharawan meninggal dunia atau melarikan diri tanpa ada Ahli Waris yang dapat dimintakan pertanggungjawaban, maka Ketua Majelis menerbitkan keputusan tentang pencatatan.Dengan diterbitkan keputusan tentang pencatatan, kasus yang (2) bersangkutan dikeluarkan dari administrasi pembukuan.Pencatatan bagi Pegawai bukan Bendaharawan yang melarikan diri (3) sewaktuwaktu dapat ditagih kembali apabila melarikan diri teersebut atau ahli warisnya dikemudia hari diketahui alamatnya maka kepada yang bersangkutan dapat dimintakan pertanggungjawabannya.
BAB VI KEDALUWARSA
Pasal 21
TP Biasa dinyatakn kadaluwarsa apabila baru diketahui setelah (1) lewat 30 (tiga Puluh) tahun kekurangan kas atau barang tersebut dalam kasus dimaksud tidak dilakukan upayaupaya damai. TP Khusus terhadap ahli waris yang berhak lainnya dinyatakan (2) kadaluwarsa apabila jangka waktu 3 (tiga) telah berakhir setelah:
a. Meninggalnya Bendaharawan tanpa adanya pemberitahuan; b. Jangka waktu mengajukan keberatan berakhir, sedangkan
keputusan pembebanan tidak pernah ditetapkan.TGR dinyatakan kadaluwarsa setelah lewat 5 (lima) tahun sejak (3) akhir tahun kerugian daerah diketahuai setelah 8 ( delapan ) tahun sejak akhir tahun perbuatan terakhir diketahui.
23
BAB VIIPENGHAPUSAN
Pasal 22
Bendaharawan atau Pegawai bukan Bendaharawan atau ahli (1) waris atau pengampu yang berdasarkan keputusan Ketua Majelis diwajibkan mengganti kerugian daerah namun tidak mampu, maka bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Majelis untuk penghapusan.Bedasarkan permohonan penghapusan sebagaimana dimaksud (2) pada ayat (1) pasal ini, Majelis mengadakan penelitian dan apabila ternyata bersangkutan memang tidak mampu, Majelis me lanjutkan permohonan tersebut kepada Bupati dan Bupati dengan persetuju an DPRD menerbitkan keputusan tentang Penghapusan TPTGR.Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, tidak (3) menghilangkan hak tagih Pemerintah Daerah apabila dikemudian hari yang bersangkutan atau ahli warisnya terbukti mampu.
BAB VIIIPEMBEBASAN
Pasal 23
Dalam hal Bendaharawan atau Pegawail bukan Bendaharawan ternyata meninggal dunia tanpa ahli waris atau tidak layak untuk ditagih, yang berdasarkan keputusan Bupati diwajibkan mengganti kerugian daeah maka Majelis memberitahukan secara tertulis kepada Bupati untuk memohon pembebasan atas sebagian atau seluruh kewajiban yang bersangkutan, setelah mendapat persetujuan DPRD.
24
BAB IXPENYETORAN
Pasal 24
Penyetoran/pengembalian secara tunai atau angsuran, baik (1) kerugian daerah maupun hasil penjualan barang jaminan harus melalui Kantor Kas Daerah.Dalam kasus kerugian daerah yang penyelesaiannya diserahkan (2) melalui Pengadilan, Bupati berupaya agar Putusan Pengadilan sekaligus menyatakan bahwa barang yang disita diserahkan kepada Daerah.Khusus penyetoran kerugian Daerah yang berasal dari Badan Usaha (3) Milik Daerah setelah diterima Kantor Kas Daerah segera dipindah bukukan kepada Rekening BUMD yang bersangkutan.
BAB XPELAPORAN
Pasal 25
Setiap triwulan Majelis melaporkan pelaksanaan penyelesaian (1) kerugian daerah kepada Bupati dan tembusannya disampaikan kepada DPRD.Berdasarkan laporan Majelis, setiap semester Bupati menyam(2) paikan laporan penyelesaian kerugian daerah kepada Pemerintah Pusat melalui Gubernur.
BAB XIKETENTUAN LAINLAIN
Pasal 26
Kepada Bendaharawan atau Pegawai bukan Bendaharawan (1)
25
yang terbukti telah mengakibatkan kerugian daerah, selain harus mengganti kerugian daerah yang menjadi tanggungjawabnnya Bupati dapat mengenakan sanksi kepegawaian sesuai ketentuan yang berlaku.Kerugian daerah yang tidak dapat diselesaikan dan atau dapat (2) diselesaikan kepada Badan Peradilan sesuai dengan perturan perundangundangan yang berlaku.Putusan Pengadilan tidak menggugurkan hak tagih dari Pemerintah (3) Daerah terhadap pelaku atau Penanggungjawab kerugian daerah.
BAB XIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Halhal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut melalui Keputusan Bupati.
Pasal 28
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Yahukimo.
Ditetapkan di : SumohaiPada tanggal :
BUPATI YAHUKIMO,
ONES PAHABOL
26
RANCANGAN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO
NOMOR : TAHUN 2012TENTANG
TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG DAERAH
I. UMUMDalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kemungkinan dapat terjadi kerugian daerah yang diakibatkan tindakan pelanggaran hukum atau kelalaian seseorang, baik oleh Bendahara, Pegawai Negeri Sipil bukan Bendahara atau pejabat lain.
Untuk memulihkan kerugian daerah yang telah terjadi, maka setiap kerugian daerah yang disebabkan oleh tindakan pelanggaran hukum atau kelalaian seseorang, baik oleh Bendahara, Pegawai Negeri Sipil bukan Bendahara atau pejabat lain tersebut harus diganti oleh pihak yang bersalah.
Tuntutan ganti kerugian daerah meliputi pula tuntutan terhadap kerugian yang terjadi terhadap kehilangan barang daerah (bergerak/tidak bergerak) yang dilakukan Bendahara, Pegawai Negeri Sipil bukan Bendahara atau pejabat lain.
Bendahara, Pegawai Negeri Sipil bukan Bendahara atau pejabat lain yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian daerah, dapat dikenai sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana apabila terbukti melakukan pelanggaran administrasi dan/atau pidana.
Oleh karena itu dalam Peraturan Daerah ini diatur tentang Tata Cara Tuntutan Ganti Kerugian Daerah terhadap Bendahara maupun Tuntutan Ganti Kerugian terhadap Pegawai Negeri Sipil bukan Bendahara atau pejabat lain.
27
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas.
Pasal 2 Cukup jelas.
Pasal 3 Cukup jelas.
Pasal 4 Cukup jelas.
Pasal 5 Cukup jelas.
Pasal 6 Huruf e.
Cukup Jelas.
Pasal 7 Ayat (1)
Dengan adanya informasi mengenai dugaan atau adanya kerugian Daerah yang dilaporkan oleh Kepala SKPD, wajib melakukan tindakan pengamanan untuk kepentingan Daerah dengan tujuan :
mencegah berkembangnya kerugian daerah ;a. mencegah agar tidak terjadi manipulasi dokumen / data b. pendukung ;
Ayat (2) Cukup jelas.
28
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4) Cukup jelas.
Ayat (5) Cukup jelas.
Pasal 8Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4) Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Apabila kerugian Daerah akibat kekurangan a. perbendaharaan, maka jumlah kerugian Daerahnya sebesar nilai uang yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan.
Apabila kerugian Daerah akibat hilangnya b. uang, maka jumlah kerugian Daerahnya sebesar nilai uang yang hilang.
Apabila kerugian Daerah akibat barang yang c. rusak, maka jumlah kerugian Daerahnya
29
sebesar nilai perbaikan kerusakan barang tersebut.
Apabila kerugian Daerah akibat barang yang d. hilang, maka penentuan jumlah kerugin daerahnya sebagai berikut :
1) Untuk barang yang sudah ditetapkan harga standarnya dari Instansi yang berwenang, maka jumlah kerudian Daerahnya sebesar harga standar terakhir yang ditetapkan tanpa penyusunan.
2) Untuk barang yang tidak ada harga standarnya, maka penetapan jumlah kerugian Daerah nya berdasarkan harga pasar (umum) setem pat pada saat barang itun hilang tanpa pe yusutan.
3) Khusus untuk barangbarang yang pengadaannya dengan menggunakan mata ua ng asing, maka penentuan jumlah kerugian Daerahnya agar diupayakan dengan menggunakan harga standar / kurs yang berlaku pada saat barang itu hilang / rusak.
Huruf c Cukup jelas.
Huruf d Cukup jelas.
Huruf e Cukup jelas.
30
Huruf f Cukup jelas.
Huruf g Cukup jelas.
Huruf h Cukup jelas.
Ayat (5) Cukup jelas.
Ayat (6) Cukup jelas.
Ayat (7) Cukup jelas.
Pasal 9 Cukup jelas.
Pasal 10 Cukup jelas.
Pasal 11 Cukup jelas.
Pasal 12 Cukup jelas.
Pasal 13 Cukup jelas.
Pasal 14 Cukup jelas.
31
Pasal 15 Cukup jelas.Pasal 16 Cukup jelas.
Pasal 17 Cukup jelas.
Pasal 18 Cukup jelas.
Pasal 19 Cukup jelas.
Pasal 20 Cukup jelas.
Pasal 21 Cukup jelas.
Pasal 22 Cukup jelas.
Pasal 23 Cukup jelas.
Pasal 24 Cukup jelas.
Pasal 25 Cukup jelas.
Pasal 26 Cukup jelas.
32
Pasal 27 Cukup jelas.
Pasal 28 Cukup jelas.
Pasal 29 Cukup jelas.
Pasal 30 Cukup jelas.
Pasal 31 Cukup jelas.
Pasal 32 Cukup jelas.
Pasal 33 Cukup jelas.
Pasal 34 Cukup jelas.
Pasal 35 Cukup jelas.
Pasal 36 Cukup jelas.
Pasal 37 Huruf a Cukup Jelas.
33
Huruf b Yang dimaksud dengan ahli waris tidak mampu adalah
bahwa ahli waris tersebut tidak mempunyai uang atau harta benda yang dapat dijual untuk mengganti kerugian daerah.
Huruf cCukup jelas.
Huruf dCukup jelas.
Pasal 38 Cukup jelas.
Pasal 39 Cukup jelas.
Pasal 40 Cukup jelas.
Pasal 41 Cukup jelas.
Pasal 42 Cukup jelas.
Pasal 43 Cukup jelas.
Pasal 44 Cukup jelas.
34
Pasal 45 Cukup jelas.
Pasal 46 Cukup jelas.
Pasal 47 Cukup jelas.
Pasal 48 Cukup jelas.
Pasal 49 Cukup jelas.
Pasal 50 Cukup jelas.
Pasal 51 Cukup jelas.
Pasal 52 Cukup jelas.
Pasal 53 Cukup jelas.
35
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO NOMOR
36
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR : 04 TAHUN 2012
TENTANGPAJAK HOTEL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI YAHUKIMO
Menimbang : a. bahwa dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah guna meningkatkan pelayanan diperlukan partisipasi masyarakat khususnya dalam melaksanakan kewajiban membayar pajak daerah;
b. bahwa berdasarkan Pasal 95 ayat (1) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan bahwa Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak Hotel;
Mengingat : 1. Undangundang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
2. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tamba
37
han Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
3. UndangUndang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3684);
4. UndangUndang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686);
5. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151), sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
6. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang 7. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
38
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 8. tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 9. tentang Tatacara Pemberian dan Pemamfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 10. tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN YAHUKIMO
dan
BUPATI YAHUKIMO
MEMUTUSKAN :
39
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG PAJAK HOTEL
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Yahukimo;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Yahukimo;
3. Bupati adalah Bupati Yahukimo;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Yahukimo;
5. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Yahukimo;
6. Bendahara Penerima adalah Pejabat Fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang Pendapatan Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD;
7. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
8. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Yahukimo;
9. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat;
10. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melaku
40
kan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap;
11. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam bagian Tahun Pajak sesuai ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan Daerah.
12. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh Hotel.
13. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh);
14. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, Obyek Pajak dan/atau bukan Obyek Pajak, dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan Daerah.
15. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
16. 17. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi adminstrasi, dan
41
jumlah pajak yang masih harus dibayar.
18. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan;
20. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
21. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
22. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selajutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
23. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundangundangan perpajakan Daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak terhutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembentulan, atau Surat Keputusan Keberatan.
24. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemebritahuan Pajak Terhutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
42
25. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
26. Pembukuan adalah suatu proses pecatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.
27. Juru Sita adalah Pelaksana Tindakan penagihan Pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.
BAB IINAMA, OBYEK DAN SUBYEK PAJAK
Pasal 2
Dengan nama Pajak Hotel, dipungut Pajak atas pelayanan yang di(1) sediakan oleh Hotel. Obyek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel (2) dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah fasilitas penyedia (3) jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya , yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah fasilitas (4) telepon, faksimili, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, taksi dan pengangkutan lainnya, yang disediakan atau dikelola hotel;Fasilitas olahraga dan hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (5)
43
adalah pusat kebugaran (fitness centre), kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotik yang disediakan atau dikelola hotel;Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.(6)
Pasal 3
Tidak termasuk obyek pajak hotel sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2) adalah :
a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;
b. jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya;
c. jasa tempat tinggal dipusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
d. jasa tempat tinggal dirumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan
e. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.
Pasal 4
Subyek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melaku(1) kan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan hotel.
(2) Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang mengusalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.
BAB IIIDASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 5
Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada Hotel.
44
Pasal 6
Tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).
BAB IVWILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA PENGHITUNGAN
PAJAKPasal 7
(1) Pajak yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat hotel berlokasi.Besaran pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara (2) mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
BAB VMASA PAJAK DAN SAAT PAJAK YANG TERUTANG
Pasal 8
Masa Pajak ditetapkan untuk jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.
BAB VISURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH, TATA CARA
PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAKPasal 9
Setiap Wajib Pajak, wajib mengisi SPTPD.(1) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diisi dengan (2) jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya.SPTPD yang dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan kepada (3) Kepala Dinas, paling lambat 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya Masa Pajak.
45
Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetap(4) kan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 10
Wajib Pajak wajib menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak terutangnya sendiri dengan menggunakan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).
Pasal 11
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pa(1) jak, Bupati dapat menerbitkan :
SKPDKB dalam hal :a. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, 1) pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar; Jika SPTPD tidak disampaikan kepada bupati dalam jang2) ka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;
Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang 3) terutang dihitung secara jabatan.
SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang seb. mula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengc. an jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB seba(2) gaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) dan angka 2) dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
46
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT seba(3) gaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan (4) jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimak(5) sud pada ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
BAB VIITATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 12
Pembayaran Pajak yang terutang harus dilakukan sekaligus.(1) Pajak dilunasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat (2) terutangnya pajak yang merupakan tanggal jatuh tempo bagi Wajib Pajak untuk melunasi pajaknya.SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Su(3) rat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyara(4) tan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penye(5) toran, pembayaran dengan angsuran, dan penundaan pembayaran
47
pajak diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 13
Pembayaran pajak yang terutang dilakukan di kas daerah atau (1) tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan (2) dengan menggunakan SSPD. Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSPD, ditetapkan (3) dengan Peraturan Bupati.
Pasal 14
Bupati dapat menerbitkan STPD jika : (1) Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;a. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran b. sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan/c. atau denda.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaima(2) na dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.
Pasal 15
Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, (1) Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan (2) peraturan perundangundangan.
48
Pasal 16
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VIIITATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 17
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis se(1) bagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran (2) atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang.Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis seba(3) gaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Dinas.
Pasal 18
Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi (1) dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, jumlah pajak harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.Bupati menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua pu(2) luh satu) hari sejak tanggal Surat Teguran dan Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.
49
Pasal 19
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Bupati segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Pasal 20
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi hutang pajaknya setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Bupati mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 21
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.
Pasal 22
Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah ditetapkan oleh Bupati.
BAB IXPENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN PAJAKPasal 23
(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
50
BAB XTATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANG
AN KETETAPAN DANPENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINIS
TRASIPasal 24
(1) Bupati karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak, dapat :
a. membetulkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD apabila terdapat kesalahan dalam penetapannya;
b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar;
c. mengurangkan atau menghapuskan sanksi admnistrasi berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya.
(2) Permohohan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Bupati atau Pejabat selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD dengan memberikan alasan yang jelas.
(3) Bupati atau Pejabat paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan keputusan.
(4) Apabila setelah lewat 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pembetulan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dianggap dikabulkan.
51
BAB XIKEBERATAN DAN BANDING
Pasal 25
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat atas suatu :
a. SKPD; b. SKPDKB; c. SKPDKBT; d. SKPDLB e. SKTPN.
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas.
(3) Dalam mengajukan keberatan atas ketetapan pajak secara jabatan, Wajib Pajak harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak dimaksud.
(4) Permohonan keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
(7) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah memberikan keputusan.
52
(8) Keputusan Bupati atau Pejabat atas permohonan keberatan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya pajak yang terutang.
(9) Apabila setelah lewat jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Bupati atau Pejabat tidak memberikan suatu keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan.
Pasal 26
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari keputusan tersebut.
(3) Pengajuan permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
Pasal 27
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 atau banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
53
BAB XIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 28
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak kepada Bupati secara tertulis dengan menyebutkan sekurangkurangnya :
a. nama dan alamat Wajib Pajak; b. masa kerja; c. besarnya kelebihan pembayaran pajak; d. alasan yang jelas.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Bupati tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) langsung diperhitungkan/dikompensasikan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak yang dimaksud.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukkan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.
54
Pasal 29
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari bukti pemindahbukuan tersebut berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIIIPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 30
(1) Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu wajib menyelenggarakan pembukuan.
(2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 31
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah.
(2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku catatan dan doa. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku catatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan obyek pajak yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Tata cara pemeriksaan pajak ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
55
Pasal 32
(1) Setiap Pejabat dilarang memberitahukan pihak lain yang tidak berhak, segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan Peraturan Daerah.
(2) Larangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan Paraturan Daerah.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah :
a. pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan;
b. pejabat atau tenaga ahli yang memberikan keterangan kepada pihak lain yang ditetapkan oleh Bupati.
(4) Untuk kepentingan daerah, Bupati berwenang memberikan ijin tertulis kepada Pejabat sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) supaya memberikan keterangan dan atau memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk Bupati.
BAB XIVKADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 33
Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kadaluwarsa se(1) telah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (1) tertangguh apabila :
diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa;a. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baik langsung b.
56
maupun tidak langsung. Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagaimana (3) dimaksud pada ayat (2) huruf a, kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut. Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaimana dimaksud (4) pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud (5) pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.
Pasal 34
Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk (1) melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak yang (2) sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah kedaluwarsa (3) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XVKETENTUAN PIDANA
Pasal 35
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan (1) SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD (2) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melam
57
pirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pasal 36
Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
BAB XVIKETENTUAN KHUSUS
Pasal 37
Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala (1) sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terh(2) adap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) dan ayat (2) adalah :
Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau a. saksi ahli dalam sidang pengadilan; Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati unb. tuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan daerah.
Untuk kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberi izin tertu(4) lis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ten
58
aga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk. Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pi(5) dana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Bupati dapat memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya. Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus me(6) nyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta.
Pasal 38
Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karena (1) kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah). Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan (2) sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada (3) ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) (4) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tin
59
dak pidana pengaduan.
Pasal 39
Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, dan Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2) merupakan penerimaan negara.
BAB XVIIPENYIDIKAN
Pasal 40
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Peme(1) rintah Kabupaten Yahukimo diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tetang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah tersebut;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
d. memeriksa bukubuku, catatancatatan dan dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
60
pembukuan, pencatatan dan dokumendokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas seseorang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana diaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang bertanggungjawab.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVIIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 41
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pajak Hotel dan Restoran dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
61
Pasal 42
Halhal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai peraturan pelaksanaannya ditetapkan dalam Peraturan Bupati.
Pasal 43
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Yahukimo.
Ditetapkan di Yahukimopada tanggal, 22 Mei 2012
BUPATI YAHUKIMO,
ONES PAHABOL
62
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO
NOMOR TAHUN 2011
TENTANG
PAJAK HOTEL
I. UMUM UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Pasal 32 tentang Pajak Hotel, sehingga perlu diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo.
Wilayah Kabupaten Yahukimo adalah kabupaten baru sehingga perlu dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah dibidang perhotelan untuk menopang penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat secara berdayaguna dan berhasilguna yang pada akhirnya dapat mendukung perkembangan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggungjawab.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Angka 1 sampai dengan 24 Cukup Jelas Pasal 2 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 3 Huruf a dan b cukup jelas
63
Pasal 4 Ayat (1) cukup jelas Ayat (2) cukup jelas Ayat (3) cukup jelas Pasal 5 cukup jelas Pasal 6 Cukup Jelas Pasal 7 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas` Pasal 9 Cukup Jelas Pasal 10 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan Kuasanya adalah
seseorang yang secara sengaja diberikan kewenangan berdasarkan surat kuasa khusus guna bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa.
Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas
64
Pasal 11 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Pemberian sanksi administerasi berupa bunga
2% dihitung dari besarnya pajak yang tidak atau kurang dibayar berdasarkan SKPD.
Pasal 12 Ayat (1) Huruf a, b dan c Cukup Jelas Ayat (2) Huruf a, b dan c Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas
Ayat (6) Cukup Jelas Pasal 13 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 14 Ayat (1) Cukup Jelas
65
Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas
Pasal 15 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 16 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 17 Ayat (1) Dasar hukum pelaksanaan penagihan pajak
dengan Surat Paksa didasarkan pada peraturan perundangundangan tentang penagihan pajak dengan surat paksa.
Surat Paksa adalah surat perintah membayar hutang pajak dan biaya penagihan pajak.
Ayat (2) Cukup Jelas
66
Pasal 18 Pelaksana Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
adalah Juru Sita Pajak yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yang dimaksud dengan penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi hutang pajak menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup Jelas Pasal 21 Cukup Jelas Pasal 22 Ayat (1) Pemberian pengurangan, keringanan dan
pembebasan pajak kepada Wajib Pajak oleh Kepala Daerah diberikan setelah diadakan penelitian terlebih dahulu oleh Pejabat.
Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 23 Ayat (1) Huruf a,b dan c Cukup Jelas
Ayat (2) Cukup Jelas
Ayat (3) Cukup Jelas
67
Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 24 Ayat (1) Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa
jumlah pajak dalam surat ketetapan pajak dan pemungutan tidak sebagaimana mestinya, maka maka Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya Kepada Kepala Daerah yang menerbitkan surat ketetapan pajak.
Keberatan yang diajukan adalah terhadap materi atau isi dari ketetapan dengan membuat peritungan jumlah yang seharusnya dibayar menurut perhitungan Wajib Pajak.
Satu keberatan harus diajukan terhadap satu jenis pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak.
Huruf a sampai dengan e Cukup jelas Ayat (2) Alasanalasan yang jelas disini adalah menge
mukakan dengan data atau bukti atau jumlah pajak yang terhitung atau pajak lebill bayar yang ditetapkan oleh fiskus (petugas penetap fiskal) tidak benar.
Yang dimaksud dengan di luar kekuasaannya adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak/ kekuasaan Wajib Pajak, misalnya Wajib Pajak sakit atau karena musibah ben
68
cana alam. Ayat (3) Ayat ini memberikan kepastian hukum kepa
da Wajib Pajak maupun fiskus dalam rangka tertib administerasi, oleh karena itu keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak harus diberi keputusan oleh Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak keberatan diterima.
Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Ayat ini memberikan kepastian hukum ke
pada daerah, bahwa surat ketetapan pajak selalu sah menurut hukum karena ditetapkan berdasarkan hukum yang berlaku, sehingga Wajib Pajak tidak dapat menghindarkan diri dari kewajiban membayar hutang pajaknya sekalipun mengajukan keberatan.
Pasal 25 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 26 Imbalan bunga dihitung sejak bulan pelunasan sampai
dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah lebih Bayar tidak boleh lebih dari 24 (dua puluh empat) bulan.
Pasal 27 Ayat (1) Apabila berdasarkan perhitungan Wajib Pa
jak bahwa telah terjadi kelebihan pembayaran pajak, maka Wajib Pajak dapat menga
69
jukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak hanya kepada Kepala Daerah atau Pejabat dengan menyebutkan sekurangkurangnya :
a. Nama dan Alamat Wajib Pajak; b. Masa Pajak; c. Besarnya kelebihan pembayaran Pajak; d. Alasan yang jelas Ayat (2) Kepala Daerah sebelum memberikan Kepu
tusan dalam hal kelebihan pembayaran Pajak harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SSPD.
Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Pembayaran imbalan bunga atas keterlam
batan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak dihitung dari batas waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB sampai dengan saat dilakukannya pembayaran
Pasal 28 Cukup Jelas Pasal 29 Ayat (1) Pemberian batas waktu kadaluarsa akan
memberikan kepastian hukum terhadap hak untuk melakukan penagihan hutang Pajak berakhir.
70
Dengan adanya pembatasan waktu kadaluarsa ini menjadi gugur apabila diketahui Wajib Pajak melakukan tindak Pidana sebagaimana disebutkan dalam Pasal 30 ayat (1) dan (2) Peraturan Daerah ini.
Ayat (2) Huruf a Dalam hal diterbitkan Surat Teguran
dan Surat Paksa, kadaluarsa penagihan hutang dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
Huruf b Yang dimaksud pengakuan Hutang
Pajak secara langsung adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai hutang pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
Yang dimaksud pengakuan hutang pajak secara tidak langsung adalah Wajib Pajak tidak secara nyatanyata langsung menyatakan bahwa ia mempunyai hutang pajak kepada Pemerintah Daerah.
Contoh :Wajib Pajak mengajukan per- mohonan angsuran/penundaan pembayaran.Wajib Pajak mengajukan - keberatan
71
Pasal 30 Ayat (1) Dengan adanya sanksi Pidana, diharapkan
timbulnya kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya.
Yang dimaksud dengan karena kealpaannya adalah tidak sengaja, lalai, tidak hatihati atau kurang mengindahkan kewajibannya sehingga pebuatan tersebut menimbulkan kerugian Keuangan Daerah.
Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 31 Cukup Jelas Pasal 32 Ayat (1) Penyidik dibidang perpajakan Daerah adalah
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Yahukimo yang diangkat oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Penyidikan tindak Pidana dibidang perpajakan Daerah dilaksanakan menurut ketentuan perundangundangan yang berlaku.
Ayat (2) Huruf a sampai dengan k Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas
72
Pasal 33 Cukup Jelas Pasal 34 Cukup Jelas Pasal 35 Cukup Jelas Pasal 36 Cukup Jelas Pasal 37 Cukup Jelas Pasal 38 Cukup Jelas
73
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR : 05 TAHUN 2012
TENTANG
PAJAK RESTORAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI YAHUKIMO,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah guna meningkatkan pelayanan diperlukan partisipasi masyarakat khususnya dalam melaksanakan kewajiban membayar pajak daerah;
b. bahwa berdasarkan Pasal 95 ayat (1) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan bahwa Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak Restoran;
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
2. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
74
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
3. UndangUndang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3684);
4. UndangUndang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686);
5. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151), sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
7. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
75
8. UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang 9. Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 10. tentang Tatacara Pemberian dan Pemamfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 11. tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179).
76
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN YAHUKIMO
dan
BUPATI YAHUKIMO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMOTENTANG PAJAK RESTORAN
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Yahukimo;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Yahukimo;
3. Bupati adalah Bupati Yahukimo;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Yahukimo;
5. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Yahukimo;.
6. Bendahara Penerimaan adalah Pejabat Fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang Pendapatan Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
7. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
8. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan, Keuangan dan Asset Kabupaten Yahukimo;
77
9. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
10. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
11. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
12. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
13. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.
14. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, Obyek Pajak dan/atau bukan Obyek Pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan Daerah.
15. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dila
78
kukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi adminstratif dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
17. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan;
18. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
19. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
20. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundangundangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak terhutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.
21. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Su
79
rat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
22. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
23. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
24. Juru Sita adalah Pelaksana Tindakan penagihan Pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.
BAB IINAMA, OBYEK DAN SUBYEK PAJAK
Pasal 2
Dengan nama Pajak Restoran, dipungut pajak atas pelayanan (1) yang disediakan oleh Restoran.Obyek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh (2) Restoran.Pelayanan yang disediakan Restoran sebagaimana dimaksud pada (3) ayat (1) meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.Tidak termasuk objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud (4) pada ayat (2) adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi Rp............../bulan atau Rp............../tahun
80
Pasal 3
(1) Subyek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran.
(2) Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang menlah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran.
BAB IIIDASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 4
Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima Restoran.
Pasal 5
Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).
BAB IVWILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA
PENGHITUNGAN PAJAKPasal 6
(1) Pajak yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Restoran berlokasi.
(2) Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
BAB VMASA PAJAK DAN SAAT PAJAK YANG TERUTANG
Pasal 7
Masa Pajak ditetapkan untuk jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.
81
BAB VISURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH, TATA CARA
PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAKPasal 8
Setiap Wajib Pajak, wajib mengisi SPTPD.(1) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diisi dengan (2) jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya.SPTPD yang dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan kepada (3) Kepala Dinas, paling lambat 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya Masa Pajak.Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetap(4) kan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 9
Wajib Pajak wajib menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak terutangnya sendiri dengan menggunakan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
Pasal 10
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pa(1) jak, Bupati dapat menerbitkan :
SKPDKB dalam hal :a. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, 1) pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar; Jika SPTPD tidak disampaikan kepada bupati dalam jang2) ka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;
82
Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang 3) terutang dihitung secara jabatan.
SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang seb. mula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengc. an jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB seba(2) gaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) dan angka 2) dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT seba(3) gaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan (4) jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimak(5) sud pada ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak
BAB VII
TATA CARA PEMBAYARANPasal 11
Pembayaran Pajak yang terutang harus dilakukan sekaligus.(1)
83
Pajak dilunasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat (2) terutangnya pajak yang merupakan tanggal jatuh tempo bagi Wajib Pajak untuk melunasi pajaknya.SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Su(3) rat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyara(4) tan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penye(5) toran, pembayaran dengan angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan
Pasal 12
Pembayaran pajak yang terutang dilakukan di kas daerah atau (1) tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan (2) dengan menggunakan SSPD. Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSPD, ditetapkan (3) dengan Peraturan Bupati.
Pasal 13
Bupati dapat menerbitkan STPD jika : (1) Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;a. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembab. yaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga c. dan/atau denda.
84
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaima(2) na dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.
Pasal 14
Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, (1) Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan (2) peraturan perundangundangan
Pasal 15
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VIIITATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 16
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis (1) sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
85
Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran (2) atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang.
Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis seba(3) gaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Dinas.
Pasal 17
Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi (1) dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, jumlah pajak harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.
Bupati menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua(2) puluh satu) hari sejak tanggal Surat Teguran dan Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.
Pasal 18
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Bupati segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Pasal 19
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi hutang pajaknya setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Bupati mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 20
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.
86
Pasal 21
Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah ditetapkan oleh Bupati.
BAB IXPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PA
JAKPasal 22
(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XTATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN,
PENGURANGAN KETETAPAN DANPENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN
SANKSI ADMINISTRASIPasal 23
(1) Bupati karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak, dapat:
a. membetulkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD apabila terdapat kesalahan dalam penetapannya;
b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar;
c. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya.
87
(2) Permohohan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Bupati atau Kepala Dinas selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD dengan memberikan alasan yang jelas.
(3) Bupati atau Kepala Dinas paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan keputusan.
(4) Apabila setelah lewat 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati atau Kepala Dinas tidak memberikan keputusan, permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dianggap dikabulkan.
BAB XIKEBERATAN DAN BANDING
Pasal 24
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Kepala Dinas atas suatu:
a. SKPD; b. SKPDKB; c. SKPDKBT; d. SKPDLB; dan e. SKPDN.
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas.
(3) Dalam mengajukan keberatan atas ketetapan pajak secara jabatan, Wajib Pajak harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak dimaksud.
88
(4) Permohonan keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
(7) Bupati atau Kepala Dinas dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah memberikan keputusan.
(8) Keputusan Bupati atau Kepala Dinas atas permohonan keberatan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya pajak yang terutang.
(9) Apabila setelah lewat jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) Bupati atau Kepala Dinas tidak memberikan suatu keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan.
Pasal 25
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Bupati atau Kepala Dinas.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari keputusan tersebut.
89
(3) Pengajuan permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
Pasal 26
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 atau banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
BAB XIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 27
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak kepada Bupati secara tertulis dengan menyebutkan sekurangkurangnya :
a. nama dan alamat Wajib Pajak; b. masa pajak; c. besarnya kelebihan pembayaran pajak; d. alasan yang jelas.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Bupati tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) langsung
90
diperhitungkan/dikompensasikan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak yang dimaksud.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.
Pasal 28
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari bukti pemindahbukuan tersebut berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIIIPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 29
(1) Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu wajib menyelenggarakan pembukuan.
(2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 30
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah.
(2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
91
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku catatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan obyek pajak yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Tata cara pemeriksaan pajak ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 31
(1) Kepala Dinas dilarang memberitahukan pihak lain yang tidak berhak, segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan Peraturan Daerah.
(2) Larangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan Peraturan Daerah.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah :
a. Kepala Dinas dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan;
b. Kepala Dinas atau tenaga ahli yang memberikan keterangan kepada pihak lain yang ditetapkan oleh Bupati.
(4) Untuk kepentingan daerah, Bupati berwenang memberikan ijin tertulis kepada Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) supaya memberikan keterangan dan atau memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk Bupati.
92
BAB XIVKADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 32
Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kadaluwarsa sete(1) lah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (1) tertangguh apabila :
diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa;a. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baik langsung b. maupun tidak langsung.
Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagaimana (3) dimaksud pada ayat (2) huruf a, kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut. Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaimana dimaksud (4) pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud (5) pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.
Pasal 33
Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk (1) melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak yang (2) sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah kedaluwarsa dia(3) tur dengan Peraturan Bupati.
93
BAB XVKETENTUAN PIDANA
Pasal 34
(Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan (1) SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD (2) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
BAB XVIKETENTUAN KHUSUS
Pasal 35
Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala 1. sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terha2. dap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 3. dan ayat (2) adalah :
Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau a. saksi ahli dalam sidang pengadilan; Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati unb.
94
tuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan daerah.
Untuk kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberi izin ter4. tulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk. Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pi5. dana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Bupati dapat memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya. Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus me6. nyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta.
Pasal 36
Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, ayat (1) dan ayat (2) merupakan penerimaan negara.
Pasal 37
Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
95
Pasal 38
Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karena (1) kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah). Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan (2) sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada (3) ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.
BAB XVIIPENYIDIKAN
Pasal 39
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pe(1) merintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpa
96
jakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah tersebut;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
d. memeriksa bukubuku, catatancatatan dan dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumendokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas seseorang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang bertanggungjawab.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan di
97
mulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVIIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pajak Hotel dan Restoran dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Pasal 41
Halhal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai peraturan pelaksanaannya ditetapkan dalam Peraturan Bupati.
Pasal 42
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Yahukimo.
Ditetapkan di : Yahukimo Pada tanggal: 22 Mei 2012
BUPATI YAHUKIMO
ONES PAHABOL
98
PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN YAHUKIMO
NOMOR TAHUN 2011
TENTANG
PAJAK RESTORAN
I. UMUM UndangUndang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan
Atas UndangUndang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memisahkan jenis pajak hotel dan restoran menjadi pajak hotel dan pajak restoran, sehingga perlu diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo untuk menopang penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat secara berdayaguna dan berhasilguna yang pada akhirnya dapat mendukung perkembangan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggungjawab.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Angka 1 sampai dengan 25 Cukup Jelas Pasal 2 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) cukup jelas
99
Pasal 3 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas
Pasal 6 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas
` Pasal 9 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan Kuasanya adalah
seseorang yang secara sengaja diberikan kewenangan berdasarkan surat kuasa khusus guna bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa.
Ayat (3) Cukup Jelas
100
Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 10 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Pemberian sanksi administrasi berupa bunga
2% dihitung dari besarnya pajak yang tidak atau kurang dibayar berdasarkan SKPD.
Pasal 11 Ayat (1) Huruf a, b dan c Cukup Jelas Ayat (2) Huruf a, b dan c Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Cukup Jelas Pasal 12 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas
101
Pasal 13 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Pasal 14 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 15 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 16 Ayat (1) Dasar hukum pelaksanaan penagihan pajak
dengan Surat Paksa didasarkan pada peraturan perundangundangan tentang penagihan pajak dengan surat paksa.
Surat Paksa adalah surat perintah membayar hutang pajak dan biaya penagihan pajak.
Ayat (2) Cukup Jelas
102
Pasal 17 Pelaksana Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
adalah Juru Sita Pajak yang diangkat dan diberhentikan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yang dimaksud dengan penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi hutang pajak menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup Jelas Pasal 20 Cukup Jelas Pasal 21 Ayat (1) Pemberian pengurangan, keringanan dan
pembebasan pajak kepada Wajib Pajak oleh Bupati diberikan setelah diadakan penelitian terlebih dahulu oleh Pejabat.
Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 22 Ayat (1) Huruf a,b dan c Cukup Jelas
Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas
103
Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 23 Ayat (1) Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jum
lah pajak dalam surat ketetapan pajak dan pemungutan tidak sebagaimana mestinya, maka maka Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati yang menerbitkan surat ketetapan pajak.
Keberatan yang diajukan adalah terhadap materi atau isi dari ketetapan dengan membuat perhitungan jumlah yang seharusnya dibayar menurut perhitungan Wajib Pajak.
Satu keberatan harus diajukan terhadap satu jenis pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak.
Huruf a sampai dengan e Cukup jelas Ayat (2) Alasanalasan yang jelas disini adalah menge
mukakan dengan data atau bukti atau jumlah pajak yang terhitung atau pajak lebih bayar yang ditetapkan oleh fiskus (petugas penetap fiskal) tidak benar.
Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Yang dimaksud dengan di luar kekuasaan
nya adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak/kekuasaan Wajib Pajak, misalnya
104
Wajib Pajak sakit atau karena musibah bencana alam.
Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Ayat ini memberikan kepastian hukum ke
pada daerah, bahwa surat ketetapan pajak selalu sah menurut hukum karena ditetapkan berdasarkan hukum yang berlaku, sehingga Wajib Pajak tidak dapat menghindarkan diri dari kewajiban membayar hutang pajaknya sekalipun mengajukan keberatan.
Ayat (7) Ayat ini memberikan kepastian hukum kepa
da Wajib Pajak maupun fiskus dalam rangka tertib administrasi, oleh karena itu keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak harus diberi keputusan oleh Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak keberatan diterima.
Ayat (8) Cukup Jelas Ayat (9) Cukup Jelas Pasal 24 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 25 Imbalan bunga dihitung sejak bulan pelunasan sampai
dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah
105
lebih Bayar tidak boleh lebih dari 24 (dua puluh empat) bulan.
Pasal 26 Ayat (1) Apabila berdasarkan perhitungan Wajib Pa
jak bahwa telah terjadi kelebihan pembayaran pajak, maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak hanya kepada Bupati atau Kepala Dinas dengan menyebutkan sekurangkurangnya :
a. nama dan Alamat Wajib Pajak; b. masa Pajak; c. besarnya kelebihan pembayaran Pajak; d. alasan yang jelas Ayat (2) Bupati sebelum memberikan Keputusan da
lam hal kelebihan pembayaran Pajak harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SSPD.
Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Pembayaran imbalan bunga atas keterlam
batan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak dihitung dari batas waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB sampai dengan saat dilakukannya pembayaran.
106
Pasal 27 Cukup Jelas Pasal 28 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 29 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Huruf a, b dan c Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 30 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Huruf a dan b Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 31 Ayat (1) Pemberian batas waktu kadaluarsa akan
memberikan kepastian hukum terhadap hak untuk melakukan penagihan hutang Pajak berakhir.
Dengan adanya pembatasan waktu kadaluarsa ini menjadi gugur apabila diketahui Wajib
107
Pajak melakukan tindak Pidana sebagaimana disebutkan dalam Pasal 32 ayat (1) dan (2) Peraturan Daerah ini.
Ayat (2) Huruf a Dalam hal diterbitkan Surat Teguran
dan Surat Paksa, kadaluarsa penagihan hutang dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
Huruf b Yang dimaksud pengakuan Hutang
Pajak secara langsung adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai hutang pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
Yang dimaksud pengakuan hutang pajak secara tidak langsung adalah Wajib Pajak tidak secara nyatanyata langsung menyatakan bahwa ia mempunyai hutang pajak kepada Pemerintah Daerah.
Contoh :Wajib Pajak mengaju- kan permohonan
angsuran/penundaan pembayaran.Wajib Pajak mengaju- kan keberatan.
Pasal 32 Ayat (1) Dengan adanya sanksi Pidana, diharapkan
timbulnya kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya.
108
Yang dimaksud dengan karena kealpaannya adalah tidak sengaja, lalai, tidak hatihati atau kurang mengindahkan kewajibannya sehingga perbuatan tersebut menimbulkan kerugian Keuangan Daerah.
Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 33 Cukup Jelas Pasal 34 Ayat (1) Penyidik dibidang perpajakan Daerah adalah
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura yang diangkat oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Penyidikan tindak Pidana dibidang perpajakan Daerah dilaksanakan menurut ketentuan perundangundangan yang berlaku.
Ayat (2) Huruf a sampai dengan k Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 35 Cukup Jelas Pasal 36 Cukup Jelas Pasal 37 Cukup Jelas
109
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR : 06 TAHUN 2012
TENTANGPAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI YAHUKIMO,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah guna meningkatkan pelayanan diperlukan partisipasi masyarakat khususnya dalam melaksanakan kewajiban membayar pajak daerah;
b. bahwa berdasarkan Pasal 95 ayat (1) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan bahwa Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
2. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
110
3. UndangUndang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3684);
4. UndangUndang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686);
5. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151), sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
6. UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
7. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
111
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
8. UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 9. tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 10. tentang Tatacara Pemberian dan Pemamfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 11. tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179).
112
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN YAHUKIMO
dan
BUPATI YAHUKIMO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan: PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
Daerah adalah Kabupaten Yahukimo;1.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Yahukimo;2.
Bupati adalah Bupati Yahukimo;3.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Raky4. at Daerah Kabupaten Yahukimo;
Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Yahukimo;5.
Bendahara Penerimaan adalah Pejabat Fungsional yang ditunjuk 6. untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang Pendapatan Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan, Keuangan dan As7. set Kabupaten Yahukimo;
Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi 8.
113
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan 9. kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, 10. dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam bagian Tahun Pajak sesuai ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan Daerah.
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan 11. pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah12. Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang–undangan di bidang mineral dan batubara.
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPT13. PD, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, Obyek Pajak dan/atau bukan Obyek Pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan Daerah.
Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD, 14. adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
114
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya 15. disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi adminstratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang se16. lanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat 17. SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Surat Tagihan Pajak Daerah yang selajutnya disingkat STPD, adalah 18. surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membe19. tulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundangundangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak terhutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.
Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan 20. terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
115
Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas ban21. ding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara 22. teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
Juru Sita adalah Pelaksana Tindakan penagihan Pajak yang meli23. puti penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.
BAB IINAMA, OBYEK DAN SUBYEK PAJAK
Pasal 2
Dengan nama Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, dipungut (1) pajak atas kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
(2) Obyek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi:
asbes;a. batu tulis;b. batu setengah permata;c. batu kapur;d. batu apung;e. batu permata;f. bentonit;g. dolomit;h. feldspar;i. garam batu (halite);j.
116
grafit;k. granit/andesit;l. gips;m. kalsit;n. kaolin;o. leusit;p. magnesit;q. mika;r. marmer;s. nitrat;t. opsidien;u. oker;v. pasir dan kerikil;w. pasir kuarsa;x. perlit;y. phospat;z. talk;aa. tanah serap (fullers earth);ab. tanah diatome;ac. tanah liat; ad. tawas (alum);ae. tras;af. yarosif;ag. zeolit;ah. basal;ai. trakkit; danaj. mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai dengan keak. tentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 3
Dikecualikan dari objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan se objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) adalah :
kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang a. nyatanyata tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegia
117
tan pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon, penanaman kabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;
kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang b. merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara komersial.
Pasal 4
Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat (1) mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan.
Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang (2) pribadi atau Badan yang mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan.
BAB IIIDASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 5
(1) Dasar pengenaan Pajak adalah nilai jual hasil pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan.
(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan mengalikan volume/tonase
hasil pengambilan dengan Nilai Pasar atau Harga Standar masingmasing jenis Mineral Bukan Logam dan Batuan.
(3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah harga ratarata yang berlaku di lokasi setempat di wilayah Daerah bersangkutan.
(4) Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sulit diperoleh, digunakan harga standar yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam bidang pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan.
118
Pasal 6
Besarnya tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan sebesar 20 % (dua puluh persen).
BAB IVWILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK
Pasal 7
(1) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan.
(2) Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
BAB VMASA PAJAK DAN SAAT PAJAK YANG TERUTANG
Pasal 8
Masa Pajak ditetapkan untuk jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.
BAB VISURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH, TATA CARA PER
HITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAKPasal 9
Setiap Wajib Pajak, wajib mengisi SPTPD.(1) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diisi dengan (2) jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya.SPTPD yang dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan kepada (3) Kepala Dinas, paling lambat 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya Masa Pajak.
119
Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetap(4) kan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 10
Wajib Pajak wajib menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak terutangnya sendiri dengan menggunakan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).
Pasal 11
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pa(1) jak, Bupati dapat menerbitkan :
SKPDKB dalam hal :a. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, 1) pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar; Jika SPTPD tidak disampaikan kepada bupati dalam 2) jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran; Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak 3) yang terutang dihitung secara jabatan.
SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang b. semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya c. dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB seba(2) gaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) dan angka 2) dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
120
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT seba(3) gaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan (4) jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimak(5) sud pada ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak
BAB VIITATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 12
Pembayaran Pajak yang terutang harus dilakukan sekaligus.(1) Pajak dilunasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat (2) terutangnya pajak yang merupakan tanggal jatuh tempo bagi Wajib Pajak untuk melunasi pajaknya.SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Su(3) rat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyara(4) tan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penye(5)
121
toran, pembayaran dengan angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 13Pembayaran pajak yang terutang dilakukan di kas daerah atau (1) tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaku(2) kan dengan menggunakan SSPD. Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSPD, ditetapkan (3) dengan Peraturan Bupati.
Pasal 14
Bupati dapat menerbitkan STPD jika : (1) Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;a. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembab. yaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga c. dan/atau denda.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaima(2) na dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.
Pasal 15
Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, (1) Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan (2) peraturan perundangundangan.
122
Pasal 16
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN PAJAKPasal 17
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis (1) sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran (2) atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang.
Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis seba(3) gaimana dimaksud pada
ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Dinas.
Pasal 18
Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi (1) dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, jumlah pajak harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.
Bupati menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua (2) puluh satu) hari sejak tanggal Surat Teguran dan Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.
123
Pasal 19
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Bupati segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Pasal 20
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi hutang pajaknya setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Bupati mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 21
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.
Pasal 22
Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah ditetapkan oleh Bupati.
BAB IXPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 23
(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
124
BAB XTATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN
KETETAPAN DANPENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINIS
TRASIPasal 24
(1) Bupati karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak, dapat :
a. membetulkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD apabila terdapat kesalahan dalam penetapannya;
b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar;
c. mengurangkan atau menghapuskan sanksi admnistrasi berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya.
(2) Permohohan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Bupati atau Kepala Dinas selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD dengan memberikan alasan yang jelas.
(3) Bupati atau Kepala Dinas paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan keputusan.
(4) Apabila setelah lewat 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati atau Kepala Dinas tidak memberikan keputusan, permohonan pembetulan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dianggap dikabulkan.
125
BAB XIKEBERATAN DAN BANDING
Pasal 25
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Kepala Dinas atas suatu :
a. SKPD; b. SKPDKB; c. SKPDKBT; d. SKPDLB; dan e. SKPDN.
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas.
(3) Dalam mengajukan keberatan atas ketetapan pajak secara jabatan, Wajib Pajak harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak dimaksud.
(4) Permohonan keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
(7) Bupati atau Kepala Dinas dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah memberikan keputusan.
126
(8) Keputusan Bupati atau Kepala Dinas atas permohonan keberatan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya pajak yang terutang.
(9) Apabila setelah lewat jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) Bupati atau Kepala Dinas tidak memberikan suatu keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan.
Pasal 26
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Bupati atau Kepala Dinas.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari keputusan tersebut.
(3) Pengajuan permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
Pasal 27
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 atau banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
127
BAB XIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 28
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak kepada Bupati secara tertulis dengan menyebutkan sekurangkurangnya :
a. nama dan alamat Wajib Pajak; b. masa pajak; c. besarnya kelebihan pembayaran pajak; d. alasan yang jelas.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Bupati tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) langsung diperhitungkan/dikompensasikan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak yang dimaksud.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukkan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.
128
Pasal 29
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari bukti pemindahbukuan tersebut berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIIIPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 30
(1) Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu wajib menyelenggarakan pembukuan.
(2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 31
(1) Bupati atau Kepala Dinas melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah.
(2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku catatan dan doa. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku catatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan obyek pajak yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
Tata cara pemeriksaan pajak ditetapkan dengan Peraturan Bupati.(3)
129
Pasal 32
(1) Kepala Dinas dilarang memberitahukan pihak lain yang tidak berhak, segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan Peraturan Daerah.
(2) Larangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan Paraturan Daerah.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah :
a. Kepala Dinas dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan;
b. Kepala Dinas atau tenaga ahli yang memberikan keterangan kepada pihak lain yang ditetapkan oleh Bupati.
(4) Untuk kepentingan daerah, Bupati berwenang memberikan ijin tertulis kepada Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) supaya memberikan keterangan dan atau memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk Bupati.
BAB XIVKADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 33
Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kadaluwarsa se(1) telah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (1) tertangguh apabila :
diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa;a. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baik langsung b.
130
maupun tidak langsung. Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagai(3) mana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut. Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaimana dimaksud (4) pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud (5) pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.
Pasal 34
Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk (1) melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak yang (2) sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah kedaluwarsa (3) diatur dengan Peraturan Bupati
BAB XVKETENTUAN PIDANA
Pasal 35
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan (1) SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD (2) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melam
131
pirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pasal 36
Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
BAB XVIKETENTUAN KHUSUS
Pasal 37
Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala 1. sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terh2. adap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 3. dan ayat (2) adalah :
Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau a. saksi ahli dalam sidang pengadilan; Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati unb. tuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan daerah.
Untuk kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberi izin tertu4. lis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tena
132
ga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk. Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pi5. dana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Bupati dapat memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya. Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus me6. nyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta.
Pasal 38
Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karena (1) kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah). Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan (2) sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada (3) ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.
133
Pasal 39Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, dan Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2) merupakan penerimaan negara.
BAB XVIIPENYIDIKAN
Pasal 40
(1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah tersebut;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
d. memeriksa bukubuku, catatancatatan dan dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumendokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
134
penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas seseorang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang bertanggungjawab.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui penyidik Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVIIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 41
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2010 tentang Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Pasal 42
Halhal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai peraturan pelaksanaannya ditetapkan dalam Peraturan Bupati.
135
Pasal 43
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Yahukimo.
Ditetapkan di Yahukimopada tanggal, 22 Mei 2012 BUPATI YAHUKIMO,
ONES PAHABOL
136
PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN YAHUKIMO
NOMOR TAHUN 2011
TENTANG
PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
I. UMUM
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Angka 1 sampai dengan 24 Cukup Jelas Pasal 2 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 3 Huruf a dan b Cukup jelas Pasal 4 Ayat (1) cukup jelas Ayat (2) cukup jelas Pasal 5 Ayat (1) Cukup Jelas
137
Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 6 Cukup Jelas
Pasal 7 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas
Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Cukup Jelas
Pasal 10 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan Kuasanya adalah sese
orang yang secara sengaja diberikan kewenangan berdasarkan surat kuasa khusus guna bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa.
Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas
138
Pasal 11 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Pemberian sanksi administrasi berupa bunga
2% dihitung dari besarnya pajak yang tidak atau kurang dibayar berdasarkan SKPD.
Pasal 12 Ayat (1) Huruf a, b dan c Cukup Jelas Ayat (2) Huruf a, b dan c Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Cukup Jelas
Pasal 13 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas
139
Pasal 14 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas
Pasal 15 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas
Pasal 16 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas
Pasal 17 Ayat (1) Dasar hukum pelaksanaan penagihan pajak
dengan Surat Paksa didasarkan pada peraturan perundangundangan tentang penagihan pajak dengan surat paksa.
Surat Paksa adalah surat perintah membayar hutang pajak dan biaya penagihan pajak.
140
Ayat (2) Cukup Jelas
Pasal 18 Pelaksana Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
adalah Juru Sita Pajak yang diangkat dan diberhentikan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yang dimaksud dengan penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi hutang pajak menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 19 Cukup jelas
Pasal 20 Cukup Jelas
Pasal 21 Cukup Jelas
Pasal 22 Ayat (1) Pemberian pengurangan, keringanan dan pem
bebasan pajak kepada Wajib Pajak oleh Bupati diberikan setelah diadakan penelitian terlebih dahulu oleh Kepala Dinas.
Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 23 Ayat (1) Huruf a, b dan c Cukup Jelas
141
Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas
Pasal 24 Ayat (1) Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jum
lah pajak dalam surat ketetapan pajak daerah tidak sebagaimana mestinya, maka maka Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati yang menerbitkan surat ketetapan pajak.
Keberatan yang diajukan adalah terhadap materi atau isi dari ketetapan dengan membuat perhitungan jumlah yang seharusnya dibayar menurut perhitungan Wajib Pajak.
Satu keberatan harus diajukan terhadap satu jenis pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak.
Huruf a sampai dengan e Cukup jelas
Ayat (2) Alasanalasan yang jelas disini adalah menge
mukakan dengan data atau bukti atau jumlah pajak yang terhitung atau pajak lebih bayar yang ditetapkan oleh fiskus (petugas penetap
142
fiskal) tidak benar. Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Yang dimaksud dengan di luar kekuasaannya
adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak/kekuasaan Wajib Pajak, misalnya Wajib Pajak sakit atau karena musibah bencana alam.
Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Ayat ini memberikan kepastian hukum kepada
daerah, bahwa surat ketetapan pajak selalu sah menurut hukum karena ditetapkan berdasarkan hukum yang berlaku, sehingga Wajib Pajak tidak dapat menghindarkan diri dari kewajiban membayar hutang pajaknya sekalipun mengajukan keberatan.
Ayat (7) Ayat ini memberikan kepastian hukum kepada
Wajib Pajak maupun fiskus dalam rangka tertib administrasi, oleh karena itu keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak harus diberi keputusan oleh Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak keberatan diterima.
Ayat (8) Cukup Jelas Ayat (9) Cukup Jelas
143
Pasal 25 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas
Pasal 26 Imbalan bunga dihitung sejak bulan pelunasan sampai
dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah lebih Bayar tidak boleh lebih dari 24 (dua puluh empat) bulan.
Pasal 27 Ayat (1) Apabila berdasarkan perhitungan Wajib Pa
jak bahwa telah terjadi kelebihan pembayaran pajak, maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak hanya kepada Bupati atau Kepala Dinas dengan menyebutkan sekurangkurangnya :
a. nama dan Alamat Wajib Pajak; b. masa Pajak; c. besarnya kelebihan pembayaran Pajak; d. alasan yang jelas Ayat (2) Bupati sebelum memberikan Keputusan dalam
hal kelebihan pembayaran Pajak harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SSPD.
Ayat (3) Cukup Jelas
144
Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Pembayaran imbalan bunga atas keterlam
batan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak dihitung dari batas waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB sampai dengan saat dilakukannya pembayaran.
Pasal 28 Cukup Jelas
Pasal 29 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas
Pasal 30 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Huruf a, b dan c Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas
Pasal 31 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas
145
Ayat (3) Huruf a dan b Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas
Pasal 32 Ayat (1) Pemberian batas waktu kadaluarsa akan mem
berikan kepastian hukum terhadap hak untuk melakukan penagihan hutang Pajak berakhir.
Dengan adanya pembatasan waktu kadaluarsa ini menjadi gugur apabila diketahui Wajib Pajak melakukan tindak Pidana sebagaimana disebutkan dalam Pasal 33 ayat (1) dan (2) Peraturan Daerah ini.
Ayat (2) Huruf a Dalam hal diterbitkan Surat Teguran
dan Surat Paksa, kadaluarsa penagihan hutang dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
Huruf b Yang dimaksud pengakuan Hutang
Pajak secara langsung adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai hutang pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
Yang dimaksud pengakuan hutang pajak secara tidak langsung adalah Wajib Pajak tidak secara nyatanyata langsung menyatakan bahwa ia mem
146
punyai hutang pajak kepada Pemerintah Daerah.
Contoh :Wajib Pajak mengaju- kan permohonan angsuran/penundaan pembayaran.Wajib Pajak mengaju- kan keberatan.
Pasal 33 Ayat (1) Dengan adanya sanksi Pidana, diharapkan
timbulnya kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya.
Yang dimaksud dengan karena kealpaannya adalah tidak sengaja, lalai, tidak hatihati atau kurang mengindahkan kewajibannya sehingga perbuatan tersebut menimbulkan kerugian Keuangan Daerah.
Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 34 Cukup Jelas Pasal 35 Ayat (1) Penyidik dibidang perpajakan Daerah adalah
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura yang diangkat oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Penyidikan tindak Pidana dibidang perpajakan Daerah dilaksanakan menurut ketentuan perundangundangan yang berlaku.
147
Ayat (2) Huruf a sampai dengan k Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 36 Cukup Jelas Pasal 37 Cukup Jelas Pasal 38 Cukup Jelas
148
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO NOMOR : 7 TAHUN 2012
TENTANGPAJAK AIR TANAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI YAHUKIMO,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah guna meningkatkan pelayanan diperlukan partisipasi masyarakat khususnya dalam melaksanakan kewajiban membayar pajak daerah.
b. bahwa berdasarkan Pasal 95 ayat (1) Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan bahwa Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo tentang Pajak Air Tanah.
Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
2. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
149
3. Undang Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3684);
4. Undang Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686);
5. Undang Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151), sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
6. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
8. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
150
Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tatacara Pemberian dan Pemamfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179).
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
YAHUKIMOdan
BUPATI YAHUKIMOMEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG PAJAK AIR TANAH
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Yahukimo;2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Yahukimo;
151
3. Bupati adalah Bupati Yahukimo;4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Yahukimo;5. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Yahukimo;6. Bendahara Penerimaan adalah Kepala Dinas Fungsional
yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang Pendapatan Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD;
7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Yahukimo;
8. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat;
9. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap;
10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam bagian Tahun Pajak sesuai ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan Daerah.
11. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
12. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
13. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD,
152
adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
14. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang
15. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi adminstrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan;
17. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
18. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
19. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selajutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
20. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang undangan perpajakan Daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak terhutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak
153
Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembentulan, atau Surat Keputusan Keberatan.
21. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemebritahuan Pajak Terhutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
22. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
23. Pembukuan adalah suatu proses pecatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.
24. Juru Sita adalah Pelaksana Tindakan penagihan Pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.
BAB II
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK PAJAKPasal 2
(1) Dengan nama Pajak Air Tanah, dipungut Pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
(2) Obyek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
(3) Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan.
154
Pasal 3(1) Subyek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.(2) Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
BAB IIIDASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 4
(1) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah.
(2) Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimkasud pada ayat (1) dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan faktorfaktor berikut :
a. jenis sumber air;b. lokasi sumber air;c. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;d. volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;e. kualitas air; danf. tingkat kerusakan linkungan yang diakibatkan oleh
pengambilan dan/atau pemanfaatan air.(3) Besarnya Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 5Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).
BAB IVWILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA PENGHITUNGAN
PAJAKPasal 6
(1) Pajak yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat air diambil.
155
(2) Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dalam Pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
BAB V MASA PAJAK DAN SAAT PAJAK YANG TERUTANG
Pasal 7Masa Pajak ditetapkan untuk jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.
Pasal 8Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pengambilan dan pemanfaatan Air Tanah.
BAB VISURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH, TATA CARA
PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK
Pasal 9
(1) Bupati menetapkan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang berdasarkan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) berupa karcis dan nota perhitungan.
(3) Bentuk, isi dan tata cara penetapan SKPD ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VIITATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 10
(1) Pembayaran Pajak yang terutang harus dilakukan sekaligus.(2) Pajak dilunasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah
saat terutangnya pajak yang merupakan tanggal jatuh tempo bagi
156
Wajib Pajak untuk melunasi pajaknya.(3) SKPD, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
(4) Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, pembayaran dengan angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 11
(1) Pembayaran pajak yang terutang dilakukan di kas daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSPD.
(3) Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSPD, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 12
(1) Bupati dapat menerbitkan STPD jika : a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;b. Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga
dan/atau denda.(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.
157
Pasal 13
(1) Pajak yang terutang berdasarkan SKPD, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangundangan.
Pasal 14(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VIIITATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 15
(1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalm jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang.
(3) Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Dinas.
158
Pasal 16
(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, jumlah pajak harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Bupati menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal Surat Teguran dan Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.
Pasal 17
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Bupati segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Pasal 18
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi hutang pajaknya setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Bupati mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 19
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.
Pasal 20
Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah ditetapkan oleh Bupati.
159
BAB IXPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 21
(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XTATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN
KETETAPAN DANPENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI
ADMINISTRASIPasal 22
(1) Bupati karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak, dapat :a. membetulkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD
apabila terdapat kesalahan dalam penetapannya; b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak
benar; c. mengurangkan atau menghapuskan sanksi admnistrasi berupa
bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya.
(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Bupati atau Pejabat selambat lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD dengan memberikan alasan yang jelas.
160
(3) Bupati atau Pejabat paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan keputusan.
(4) Apabila setelah lewat 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pembetulan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dianggap dikabulkan.
BAB XIKEBERATAN DAN BANDING
Pasal 23
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat atas suatu : a. SKPD; b. SKPDKB; c. SKPDKBT; d. SKPDLB; dan e. SKTPN.
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas.
(3) Dalam mengajukan keberatan atas ketetapan pajak secara jabatan, Wajib Pajak harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak dimaksud.
(4) Permohonan keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
161
menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
(7) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah memberikan keputusan.
(8) Keputusan Bupati atau Pejabat atas permohonan keberatan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya pajak yang terutang.
(9) Apabila setelah lewat jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Bupati atau Pejabat tidak memberikan suatu keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan.
Pasal 24
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari keputusan tersebut.
(3) Pengajuan permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
Pasal 25
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 atau banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua per seratus) setiap bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
162
BAB XIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 26
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak kepada Bupati secara tertulis dengan menyebutkan sekurang kurangnya :
a. nama dan alamat Wajib Pajak; b. masa kerja; c. besarnya kelebihan pembayaran pajak; d. alasan yang jelas.(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak
diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Bupati tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) langsung diperhitungkan/dikompensasikan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak yang dimaksud.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukkan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.
163
Pasal 27
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari bukti pemindahbukuan tersebut berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIIIPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 28
(1) Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu wajib menyelenggarakan pembukuan.
(2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 29
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah.
(2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku catatan dan
dokumen lain yang berhubungan dengan obyek pajak yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Tata cara pemeriksaan pajak ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
164
Pasal 30
(1) Setiap Pejabat dilarang memberitahukan pihak lain yang tidak berhak, segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan Peraturan Daerah.
(2) Larangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan Paraturan Daerah.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah : a. pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau
saksi ahli dalam sidang pengadilan; b. pejabat atau tenaga ahli yang memberikan keterangan kepada
pihak lain yang ditetapkan oleh Bupati.(4) Untuk kepentingan daerah, Bupati berwenang memberikan ijin tertulis
kepada Pejabat sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) supaya memberikan keterangan dan/atau memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk Bupati.
BAB XIVKADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 31
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kadaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.
(2) Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa;b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baik langsung
maupun tidak langsung.
165
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
(4) Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.
Pasal 32
(1) Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XV
KETENTUAN KHUSUSPasal 33
1. Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
166
3. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah :a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau
saksi ahli dalam sidang pengadilan; b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati
untuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan daerah.
4. Untuk kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk.
5. Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Bupati dapat memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya.
6. Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta.
Pasal 34
(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) ,ayat (2),dan pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah).
(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan
167
sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.
(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.
Pasal 35
Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dan ayat (2) merupakan penerimaan negara.
BAB XVKETENTUAN PIDANA
Pasal 36
Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
BAB XVIPENYIDIKAN
Pasal 37
(1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan
168
daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tetang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah tersebut;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
d. memeriksa buku buku, catatan catatan dan dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas seseorang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana diaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang bertanggungjawab.
169
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
Hal hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai peraturan pelaksanaannya ditetapkan dalam Peraturan Bupati.
Pasal 39Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Yahukimo.
Ditetapkan di Yahukimopada tanggal, Mei 2012 BUPATI YAHUKIMO,
ONES PAHABOL
170
PENJELASANATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR TAHUN 2011
TENTANGPAJAK AIR TANAH
I. UMUMUndang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah layak dikenai pajak untuk menopang penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat secara berdayaguna dan berhasilguna yang pada akhirnya dapat mendukung perkembangan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Angka 1 sampai dengan 24 Cukup Jelas
Pasal 2 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas
Pasal 3 Huruf a dan b cukup jelas
171
Pasal 4 Ayat (1) cukup jelas Ayat (2) cukup jelas Ayat (3) cukup jelas
Pasal 5 cukup jelas
Pasal 6 Cukup Jelas
Pasal 7 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas
Pasal 8 Cukup Jelas
Pasal 9 Cukup Jelas
Pasal 10 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)
Yang dimaksud dengan Kuasanya adalah seseorang yang secara sengaja diberikan kewenangan berdasarkan surat kuasa khusus guna bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa.
172
Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas
Pasal 11 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3)
Pemberian sanksi administerasi berupa bunga 2% dihitung dari besarnya pajak yang tidak atau kurang dibayar berdasarkan SKPD.
Pasal 12 Ayat (1) Huruf a, b dan c Cukup Jelas Ayat (2) Huruf a, b dan c Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Cukup Jelas
Pasal 13 Ayat (1) Cukup Jelas
173
Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas
Pasal 14 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas
Pasal 15 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas
Pasal 16 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas
Pasal 17 Ayat (1)
Dasar hukum pelaksanaan penagihan pajak
174
dengan Surat Paksa didasarkan pada peraturan perundang undangan tentang penagihan pajak dengan surat paksa.
Surat Paksa adalah surat perintah membayar hutang pajak dan biaya penagihan pajak.
Ayat (2) Cukup Jelas
Pasal 18Pelaksana Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan adalah Juru Sita Pajak yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Yang dimaksud dengan penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi hutang pajak menurut peraturan perundang undangan yang berlaku.
Pasal 19 Cukup jelas
Pasal 20 Cukup Jelas
Pasal 21 Cukup Jelas
Pasal 22 Ayat (1)
Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak kepada Wajib Pajak oleh Kepala Daerah diberikan
175
setelah diadakan penelitian terlebih dahulu oleh Pejabat.
Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 23 Ayat (1) Huruf a,b dan c Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas
Pasal 24 Ayat (1)
Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah pajak dalam surat ketetapan pajak dan pemungutan tidak sebagaimana mestinya, maka maka Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya Kepada Kepala Daerah yang menerbitkan surat ketetapan pajak.Keberatan yang diajukan adalah terhadap materi atau isi dari ketetapan dengan membuat peritungan jumlah yang seharusnya dibayar menurut perhitungan Wajib Pajak.Satu keberatan harus diajukan terhadap satu jenis pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak.
Huruf a sampai dengan e Cukup jelas
176
Ayat (2)Alasan alasan yang jelas disini adalah mengemukakan dengan data atau bukti atau jumlah pajak yang terhitung atau pajak lebill bayar yang ditetapkan oleh fiskus (petugas penetap fiskal) tidak benar.
Yang dimaksud dengan di luar kekuasaannya adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak/ kekuasaan Wajib Pajak, misalnya Wajib Pajak sakit atau karena musibah bencana alam.
Ayat (3)Ayat ini memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak maupun fiskus dalam rangka tertib administerasi, oleh karena itu keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak harus diberi keputusan oleh Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak keberatan diterima
Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5)
Ayat ini memberikan kepastian hukum kepada daerah, bahwa surat ketetapan pajak selalu sah menurut hukum karena ditetapkan berdasarkan hukum yang berlaku, sehingga Wajib Pajak tidak dapat menghindarkan diri dari kewajiban membayar hutang pajaknya sekalipun mengajukan keberatan.
Pasal 25 Ayat (1) Cukup Jelas
177
Ayat (2) Cukup Jelas
Pasal 26Imbalan bunga dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah lebih Bayar tidak boleh lebih dari 24 (dua puluh empat) bulan.
Pasal 27 Ayat (1)
Apabila berdasarkan perhitungan Wajib Pajak bahwa telah terjadi kelebihan pembayaran pajak, maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak hanya kepada Kepala Daerah atau Pejabat dengan menyebutkan sekurang kurangnya :
a. Nama dan Alamat Wajib Pajak; b. Masa Pajak; c. Besarnya kelebihan pembayaran Pajak; d. Alasan yang jelas Ayat (2)
Kepala Daerah sebelum memberikan Keputusan dalam hal kelebihan pembayaran Pajak harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SSPD.
Ayat (3) Cukup Jelas
Ayat (4) Cukup Jelas
178
Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6)
Pembayaran imbalan bunga atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak dihitung dari batas waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB sampai dengan saat dilakukannya pembayaran
Pasal 28 Cukup Jelas
Pasal 29 Ayat (1)
Pemberian batas waktu kadaluarsa akan memberikan kepastian hukum terhadap hak untuk melakukan penagihan hutang Pajak berakhir.
Dengan adanya pembatasan waktu kadaluarsa ini menjadi gugur apabila diketahui Wajib Pajak melakukan tindak Pidana sebagaimana disebutkan dalam Pasal 30 ayat (1) dan (2) Peraturan Daerah ini.
Ayat (2) Huruf a
Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa, kadaluarsa penagihan hutang dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
Huruf bYang dimaksud pengakuan Hutang Pajak secara langsung adalah Wajib
179
Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai hutang pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.Yang dimaksud pengakuan hutang pajak secara tidak langsung adalah Wajib Pajak tidak secara nyata nyata langsung menyatakan bahwa ia mempunyai hutang pajak kepada Pemerintah Daerah.Contoh :
Wajib Pajak mengajukan permohonan angsuran/penundaan pembayaran.
Wajib Pajak mengajukan keberatan.
Pasal 30 Ayat (1)
Dengan adanya sanksi Pidana, diharapkan timbulnya kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya.
Yang dimaksud dengan karena kealpaannya adalah tidak sengaja, lalai, tidak hati hati atau kurang mengindahkan kewajibannya sehingga pebuatan tersebut menimbulkan kerugian Keuangan Daerah.
Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 31 Cukup Jelas
180
Pasal 32 Ayat (1)
Penyidik dibidang perpajakan Daerah adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura yang diangkat oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.Penyidikan tindak Pidana dibidang perpajakan Daerah dilaksanakan menurut ketentuan perundang undangan yang berlaku.
Ayat (2) Huruf a sampai dengan k Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas
Pasal 33 Cukup Jelas
Pasal 34 Cukup Jelas
Pasal 35 Cukup Jelas
Pasal 36 Cukup Jelas
Pasal 37 Cukup Jelas Pasal 38 Cukup Jelas
181
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR : 08 TAHUN 2012
TENTANGBEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI YAHUKIMO,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf k UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan merupakan Pajak Daerah Kabupaten.
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, penetapan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
2. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151), sebagaimana telah diubah
182
dengan UndangUndang Nomor 1 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
3. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
5. UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
6. UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
7. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
183
Indonesia Nomor 5234);8. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010
tentang Tatacara Pemberian dan Pemamfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);
10. Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo Nomor 06 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tatakerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD KabupatenYahukimo.
184
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
YAHUKIMOdan
BUPATI YAHUKIMO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :1. Bupati adalah Bupati Yahukimo;2. Daerah adalah Kabupaten Yahukimo;3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Yahukimo;4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Yahukimo;
5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
6. Pajak Daerah adalah konstribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau baan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
7. Badan adalah sekumpulan orang/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
185
melakukan usaha yang meliputi perseroan lainnya, badan usaha milik Negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
8. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Yahukimo.9. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah adalah nomor yang diberikan
kepada Wajib Pajak Daerah sebagai sarana dalam administrasi perpajakan daerah yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak Daerah dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
10. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
11. Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
12. Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam undangundang di bidang pertanahan dan bangunan.
13. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah.
14. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
15. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggungjawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
16. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Bupati paling lambat 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib
186
Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.
17. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
18. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
19. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek pajak dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya.
20. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah adalah yang selanjutnya disingkat SPPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
21. Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat SPOP adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek Pajak Bumi dan Bangunan sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
22. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
23. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.
24. Surat Pemberitahuan Pajak yang selanjutnya disingkat SPP adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang kepada Wajib Pajak.
187
25. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
26. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
27. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
28. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
29. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
30. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundangundangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembentulan, atau Surat Keputusan Keberatan.
31. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat
188
Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap potongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
32. Putusan Banding adalah putusan Badan Peradilan Pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
33. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
34. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
35. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
36. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tidak pidana di bidang perpajakan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
37. Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.
38. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
189
39. Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Wajib Pajak atau Penganggung Pajak tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak, tahun pajak dan bagian tahun pajak.
BAB IINAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK
Pasal 2
Dengan nama Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dipungut pajak atas perolahan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Pasal 3
(1) Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.a. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi pemindahan hak karena :1. jual beli;2. tukar menukar;3. hibah;4. hibah wasiat;5. waris;6. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain;7. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;8. penunjukan pembeli dalam lelang;9. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan
hukum tetap;10. penggabungan usaha;11. peleburan usaha;12. pemekaran usaha; atau13. hadiah.
b. pemberian hak baru karena :1. kelajutan pelepasan hak; atau
190
2. di luar pelepasan hak.(2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. hak milik;b. hak guna usaha;c. hak guna bangunan;d. hak pakai;e. hak milik atas satuan rumah susun; danf. hak pengelolaan.
(3) Objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah objek pajak yang diperoleh :a. perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik;b. negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau unutk
pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum;c. badan atau perwakilan lembaga internasioanal yang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut;
d. orang pribadi atau Badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;
e. orang pribadi atau Badan karena wakaf; danf. orang pribadi atau Badan yang digunakan untuk kepentingan
ibadah.
Pasal 4
(1) Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan.
(2) Wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan
191
Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan PajakPasal 5
(1) Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah nilai perolehan objek pajak.
(2) Nilai perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal :a. jual beli adalah harga transaksi;b. tukar menukar adalah nilai pasar;c. hibah adalah nilai pasar;d. hibah wasiat adalah nilai pasar;e. waris adalah nilai pasar;f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
adalah nilai pasar;g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai
pasar;h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang
mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar;i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari
pelepasan hak adalah nilai pasar;j. pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah
nilai pasar;k. penggabungan usaha adalah nilai pasar;l. peleburan usaha adalah nilai pasar;m. pemekaran usaha adalah nilai pasar;n. hadiah adalah nilai pasar; dan/atauo. penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi
yang tercantum dalam Risalah Lelang.(3) Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadi perolehan, dasar pengenaan yang dipakai adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Pajak Bumi dan Bangunan.
192
(4) Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling rendah sebesar Rp. 60.000.000, (enam puluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.
(5) Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp.300.000.000, (tiga ratus juta rupiah).
Pasal 6
Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan sebesar 5% (lima per seratus).
Pasal 7
Besarnya pokok Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) setelah dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) atau ayat (5).
Saat Terutang PajakPasal 8
(1) Saat terutangnya pajak bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan ditetapkan untuk :a. jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya
akta;b. tukar menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani
nya akta;
193
c. hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
d. hibah wasiat adalah tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
e. waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke kantor pertanahan;
f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
h. putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;
j. pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;
k. penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
l. peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
m. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
n. hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; atau
o. lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang.(2) Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan
hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 9
(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan/atau bangunan setelah Wajib Pajak menyertakan bukti pembayaran pajak.
(2) Kepala Kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara hanya
194
dapat menandatangani risalah lelang perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak.
(3) Kepala Kantor Pertanahan hanya dapat melakukan pendaftaran hak atas tanah pendaftaran atau pendaftaran peralihan hak atas tanah setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak.
Pasal 10
(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Kepala Kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara melaporkan perbuatan akta atau risalah lelang perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk paling lambat pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.
PenetapanPasal 11
(1) Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada adanya SKPD.
(2) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSPD.
(3) SSPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga merupakan SPTPD.
(4) SSPD sebagaiamana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk sebagai bahan untuk dilakukan penelitian.
195
Pasal 12
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan: a. SKPDKB apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;
b. SKPDKBT apabila ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah diterbitkannya SKPDKB.
c. SKPDN apabila jumlah pajak yang terutang sama dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (duapuluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB.
(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut, kecuali Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
BAB IIIMASA PAJAK DAN WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 13
Pajak yang terutang dipungut di wilayah Daerah dimana objek pajak berlokasi.
196
BABI VTATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 14
(1) Pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan sekaligus atau lunas.
(2) Pembayaran pajak yang terutang dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi, ukuran, tata cara pembayaran dan penyampaian SSPD serta penelitian SSPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) dan ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VTATA CARA PENAGIHAN
Pasal 15
(1) Bupati dapat menerbitkan STPD apabila :a. Pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;b. Dari hasil pemeriksaan SSPD terdapat kekurangan
pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
dan/atau denda.(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi, dan tata cara penyampaian STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
197
Pasal 16
(1) SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 17
(1) Pajak yang terhutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya, dapat ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan perundangundangan yang berlaku.
BAB VIKADALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 18
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah.
(2) Kedaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :a. diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa; b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung
maupun tidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagaimana
198
dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
(4) Pengakuan utang pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Pajak dan belum melunasinya kepada Bupati.
(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.
Pasal 19
(6) Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(7) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(8) Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VIIKEBERATAN, BANDING DAN GUGATAN
Pasal 20
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat atau suatu :a. SKPDKB;b. SKPDKBT;c. SKPDLB;d. SKPDN;e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga
berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
(2) Keberatan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
199
dengan disertai alasanalasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB dan SKPDN diterima Wajib Pajak, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(3) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan pajak secara jabatan, Wajib Pajak harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak dimaksud.
(4) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atau tanda tanda pengiriman surat keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan.
(7) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
(8) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Bupati atau Pejabat wajib memberikan keterangan secara tertulis halhal yang menjadi dasar perhitungan pengenaan pajak, pemotongan atau pemungutan pajak.
Pasal 21
(1) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan Bupati atau Pejabat tidak memberi suatu
200
keputusan, maka permohonan keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan.
(4) Keputusan keberatan tidak menghilangkan hak Wajib Pajak untuk mengajukan permohonan mengangsur pembayaran.
BandingPasal 22
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat.
(2) Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga ) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan.
(3) Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.
(4) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan permohonan banding, Bupati atau Pejabat wajib memberikan keterangan secara tertulis halhal yang menjadi dasar Surat Keputusan Keberatan yang diterbitkan.
(5) Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding belum merupakan pajak yang terutang sampai dengan Putusan Banding diterbitkan.
Pasal 23
Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus di lingkungan peradilan Tata Usaha Negara.
201
GugatanPasal 24
(1) Gugatan Wajib Pajak terhadap :a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan, atau Pengumuman Lelang;b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan
perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 22; atau
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan yang dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tat cara yang telah diatur dalam peraturan perundangundangan perpajakan daerah;
e. hanya dapat diajukan kepada Pengadilan Pajak.(2) Jangka waktu untuk mengajukan gugatan paling lama 14 (empat
belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan.(3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mengikat,
apabila jangka waktu dikmaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan Wajib Pajak, jangka waktu dimaksud dapat diperpanjang.
(4) Perpajakan jagka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah 14 (empat belas) hari terhitung sejak berakhirnya keadaan diluar kekuasaan Wajib Pajak, jangka waktu dimaksud diluar kekuasaan Wajib Pajak.
(5) Terhadap 1(satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) keputusan, diajukan 1 (satu) Surat Gugatan.
BAB VIIIPEGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 25
(1) Bupati atau Pejabat berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan
202
atau pembebasan pajak.(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
terhadap pajak yang telah dan/atau belum ditetapkan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian pegurangan,
keringanan dan pembebasan pajak diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB IXPEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI
ADMINISTRATIF Pasal 26
(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Bupati atau Pejabat dapat membetulkan SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD, SKPDN, atau SKPDLB yang belum penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
(2) Bupati atau Pejabat dapat :a. mengurangkan atau menghapus sanksi administratif berupa
bunga, denda, dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perundangundangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD, SKPDN, atau SKPDLB yang tidak benar;
c. mengurangkan atau membatalkan STPD;d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang
dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan
e. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu objek pajak.
203
(3) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima, harus memberikan keputusan atas permohonan pembetulan yang diajukan Wajib Pajak.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terlampaui Bupati atau Pejabat tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pembetulan yang diajukan dianggap dikabulkan.
(5) Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Bupati atau Pejabat wajib memberikan keterangan secara tertulis mengenai halhal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 27
(1) Atas kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati atau Pejabat.
(2) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati atau Pejabat tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung
204
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut.
(5) Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pembayarannya dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
(6) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.
(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIINSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 28
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan pajak daerah dapat diberikan insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
BAB XIIKETENTUAN KHUSUS
Pasal 29
(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu
205
dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah :a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi ahli
dalam sidang pengadilan;b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati
untuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan daerah.
(4) Untuk kepentingan daerah, Bupati berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), agar memberikan keterangan, memperlihatkan buku tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk.
(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana, Bupati dapat member izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), agar memberikan dan memperlihatkan buku tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya.
(6) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hrus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta.
BAB XIIIKETENTUAN SANKI
Sanksi Administratif Paragraf 1
Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris, Kepala Kantor yang Membidangi Pelayanan Lelang Negara, Kepala Kantor Bidang Pertanahan
206
Pasal 30
(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris da Kepala Kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) dkenakan sanksi berupa denda sebesar Rp. 7.500.000, (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran.
(2) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Kepala Kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp. 250.000, (dua ratus lima puluh rupiah) untuk setiap laporan.
(3) Kepala Kantor bidang pertanahan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Paragraph 2Wajib Pajak
Paragraf 3Instansi Pemungut Pajak
Pasal 31
(1) Jika pengajuan keberatab atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, instansi pemungut pajak mengembalikan kelebihan pembayaran pajak dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua per seratus) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
(2) Jika pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Instansi pemungut pajak memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua per seratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak.
207
(3) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.
Sanksi PidanaPasal 32
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SSPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang.
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SSPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang.
Pasal 33
Tindak pidana di bidang perpajakan daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Pasal 34
(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000, (empat juta rupiah).
(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan
208
sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 10.000.000, (sepuluh juta rupiah).
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.
(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.
Pasal 35
Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) merupakan penerimaan negara.
Pasal 36
(1) Petugas pajak atau seseorang yang bekerja di lingkungan Pemerintah Daerah yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan menyalahgunakan kekuasaan atau tugas pokok dan fungsinya memaksa Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak untuk memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran, atau mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri dan/atau orang lain, sehingga merugikan keuangan daerah diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan tindak pidana korupsi.
(2) Petugas pajak yang dalam melaksanakan tugasnya terbukti melakukan pemerasan dan pengancaman kepada Wajib Pajak dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan
209
peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 37Petugas pajak tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana, apabila dalam melaksanakan tugasnya didasarkan pada itikad baik dan sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
BAB XIVPENYIDIKAN
Pasal 38
(1) Pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah, sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
210
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat 1pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atauk. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang Hukum Acara Pidana.
Pasal 39(1) Untuk kepentingan Pemerintah Daerah, atas permintaan Bupati, penyidik dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat permintaan.(2) Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar dan ditambah dengan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan.
211
BAB XVIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Halhal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati
Pasal 41
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Yahukimo.
Ditetapkan di Yahukimopada tanggal, 22 Mei 2012 BUPATI YAHUKIMO,
ONES PAHABOL
212
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR : 09 TAHUN 2012
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI YAHUKIMO,
Menimbang : a. bahwa pungutan retribusi adalah salah satu sumber pendapatan guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sehingga dapat mewujudkan kemandirian daerah dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, penetapan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan;
Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1963 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2576);
2. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 2907);
213
3. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
4. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3684);
5. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
6. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
8. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan
214
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3347);
11`. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Ketentuan Umum Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah jo. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;
215
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
YAHUKIMOdan
BUPATI YAHUKIMOMEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Yahukimo;2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Yahukimo;3. Bupati adalah Bupati Yahukimo;4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang
Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan perundang undangan yang berlaku.
5. Kas Daerah adalah kas Daerah Kabupaten Yahukimo;6. Bendahara Penerimaan adalah Pejabat Fungsional yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.
7. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
8. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Yahukimo;
9. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/
216
atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan organg pribadi atau badan.
5. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.
6. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan atau pelayanan kesehatan lainnya.
7. Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal dirawat inap.
8. Pelayanan rawat inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur.
9. Pelayanan rawat darurat adalah pelayanan kesehatan tingkat lanjutan harus diberikan secepatnya untuk mencegah/ menanggulangi resiko kematian atau cacat.
10. Pelayanan rawat rujukan adalah pelayan kesehatan tingkat lanjutan kepada pasien yang observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan atau kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur.
11. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya dapat disingkat RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Yahukimo.
12. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah instansi Kesehatan Daerah yang mempunyai kunjungan rawat jalan dan atau rawat inap.
13. Puskesmas Pembantu yang selanjutnya disingkat Pustu adalah Instansi Kesehatan Daerah dibawah Puskesmas yang merupakan kunjungan rawat jalan.
14. Puskesmas keliling adalah pelayanan kesehatan oleh Puskesmas
217
dengan mempergunakan kendaraan roda 4 (empat), kendaraan roda 2 (dua), alat transportasi air atau transpotasi lainnya dilokasi yang jauh dari sarana pelayanan yang ada.
15. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
16. Retribusi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan kesehatan di puskesmas/Balai pengobatan puskesmas keliling, Rumah Sakit Umum Daerah, tidak termasuk pelayanan pendaftaran.
17. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.
19. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPORD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data obyek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang.
21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT. adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.
22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar dari Retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terutang.
23. Surat Tagihan Retribusi Daerah , yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
218
24. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Pajak.
25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan pengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundang undangan retribusi Daerah.
26. Penyidikan tindak Pidana di bidang retribusi Daerah adalah serangkaian yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dan dengan bukti itu membuat terang tindak di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSIPasal 2
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan, dipungut retribusi atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Tidak termasuk obyek retribusi adalah :a. Pelayanan pendaftaran;b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan Pemerintah, BUMN,
BUMD, dan pihak swasta.
219
Pasal 4
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang mendapatkan/menikmati pelayanan kesehatan dari Pemerintah Daerah.
BAB IIIGOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB IVCARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis layanan/ tindakan, jenis alat yang digunakan dan jangka waktu.
BAB VPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIFPasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(3) Dalam hal penetapan tarif, sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, dan hanya untuk menutup sebagian biaya.
220
BAB VISTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut :
STRUKTUR DAN BESAR TARIF PELAYANAN KESEHATANRSUD DEKAI
5
(3)Dalam hal penetapan tarif, sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, dan hanya untuk menutup sebagian biaya.
BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut : :
STRUKTUR DAN BESAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN RSUD DEKAI
NO. JENIS PELAYANAN TARIF DALAM RUPIAH URT. PERINCIAN JUMLAH TOTAL
1 2 3 4I TARIF RAWAT JALAN :
1 Poliklinik Umum - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Medis 20.000,00 - Jasa Perawatan 10.000,00 40.000,00
2 Poliklinik Spesialis- Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Medis 40.000,00 - Jasa Perawatan 10.000,00 60.000,00
3 Kartu Status Pasien 20.000,00 20.000,00II TARIF RAWAT INAP
1 Tarif per hari Perawatan Kelas III - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa asuhan keperawatan 15.000,00- Visite dokter umum 20.000,00- Makan Pasien 30.000,00 - Akomodasi 30.000,00 105.000,00
3 Konsultasi antar SMF ( dr. Spesialis ) 30.000,00 30.000,004 Rawat Bayi Gabung perhari 25.000,00 25.000,00
5 Tarif Perhari Perawatan Kelas II - Jasa visite dokter Spesialis 40.000,00 - Jasa asuhan keperawatan 15.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
- Makan Pasien 50.000,00 - Akomodasi 50.000,00 175.000,00
6 Tarif Perhari Perawatan Kelas I - Jasa visite dokter Spesialis 50.000,00 - Jasa asuhan keperawatan 20.000,00- Jasa Sarana 40.000,00- Makan Pasien 70.000,00 - Akomodasi 60.000,00 240.000,00
III TARIF UGD
221
5
(3)Dalam hal penetapan tarif, sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, dan hanya untuk menutup sebagian biaya.
BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut : :
STRUKTUR DAN BESAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN RSUD DEKAI
NO. JENIS PELAYANAN TARIF DALAM RUPIAH URT. PERINCIAN JUMLAH TOTAL
1 2 3 4I TARIF RAWAT JALAN :
1 Poliklinik Umum - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Medis 20.000,00 - Jasa Perawatan 10.000,00 40.000,00
2 Poliklinik Spesialis- Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Medis 40.000,00 - Jasa Perawatan 10.000,00 60.000,00
3 Kartu Status Pasien 20.000,00 20.000,00II TARIF RAWAT INAP
1 Tarif per hari Perawatan Kelas III - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa asuhan keperawatan 15.000,00- Visite dokter umum 20.000,00- Makan Pasien 30.000,00 - Akomodasi 30.000,00 105.000,00
3 Konsultasi antar SMF ( dr. Spesialis ) 30.000,00 30.000,004 Rawat Bayi Gabung perhari 25.000,00 25.000,00
5 Tarif Perhari Perawatan Kelas II - Jasa visite dokter Spesialis 40.000,00 - Jasa asuhan keperawatan 15.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
- Makan Pasien 50.000,00 - Akomodasi 50.000,00 175.000,00
6 Tarif Perhari Perawatan Kelas I - Jasa visite dokter Spesialis 50.000,00 - Jasa asuhan keperawatan 20.000,00- Jasa Sarana 40.000,00- Makan Pasien 70.000,00 - Akomodasi 60.000,00 240.000,00
III TARIF UGD
6
Jasa Sarana 20.000,00Jasa Dokter Penerima 20.000,00Jasa Asuhan Keperawatan 15.000,00 140.000,00Jasa Konsul Spesialis 40.000,00Akomodasi 30.000,00Jasa Visite Dokter UGD 15.000,00
IV TARIF PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIKA PEMERIKSAAN LABORATORIUM1 Jasa Dokter Patologi Klinik (perpaket pemeriksaan) CITO 60.000,00 60.000,002 Jasa Dokter Patologi Klinik (perpaket pemeriksaan) 40.000,00 40.000,003 Pemeriksaan DDR/Faeces rutin
- Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Analis jenis pemeriksaan 10.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 10.000,00 30.000,00
4 Pemeriksaan darah rutin/urin rutin/Gol. Darah/ analisa sperma/vaginal Smear/hifa kerokan kulit - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Analis jenis pemeriksaan 10.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 10.000,00 30.000,00
3 Pemeriksaan BTA 3x - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Analis jenis pemeriksaan 30.000,00 - Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 10.000,00 50.000,00
4 Pemeriksaan kimia darah per macam - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Analis 10.000,00 - Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 20.000,00 40.000,00Total Tarif = 10.000 + (jumlah item x 10.000)+ (15.000 x Item)
5 Pemeriksaan Cito DDR/Faeces rutin- Jasa Sarana 10.000,00
- Jasa Analis jenis pemeriksaan 25.000,00 45.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 10.000,00
6 Pemeriksaan cito darah rutin/urin rutin/Gol. Darah - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Analis jenis pemeriksaan 25.000,00 45.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 10.000,00
7 Pemeriksaan Cito kimia darah per macam - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Analis 25.000,00 55.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 20.000,00Total Tarif = 10.000 + (jumlah item x 25.000)+ (20.000 x Item)
B PEMERIKSAAN RADIOLOGI2 Jasa Dokter Radiologi (CITO),perpaket kegistan 60.000,00 60.000,001 Pemeriksaan radiologi sederhana per paket
- Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa radiografer 20.000,00 80.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 50.000,00
222
6
Jasa Sarana 20.000,00Jasa Dokter Penerima 20.000,00Jasa Asuhan Keperawatan 15.000,00 140.000,00Jasa Konsul Spesialis 40.000,00Akomodasi 30.000,00Jasa Visite Dokter UGD 15.000,00
IV TARIF PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIKA PEMERIKSAAN LABORATORIUM1 Jasa Dokter Patologi Klinik (perpaket pemeriksaan) CITO 60.000,00 60.000,002 Jasa Dokter Patologi Klinik (perpaket pemeriksaan) 40.000,00 40.000,003 Pemeriksaan DDR/Faeces rutin
- Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Analis jenis pemeriksaan 10.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 10.000,00 30.000,00
4 Pemeriksaan darah rutin/urin rutin/Gol. Darah/ analisa sperma/vaginal Smear/hifa kerokan kulit - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Analis jenis pemeriksaan 10.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 10.000,00 30.000,00
3 Pemeriksaan BTA 3x - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Analis jenis pemeriksaan 30.000,00 - Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 10.000,00 50.000,00
4 Pemeriksaan kimia darah per macam - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Analis 10.000,00 - Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 20.000,00 40.000,00Total Tarif = 10.000 + (jumlah item x 10.000)+ (15.000 x Item)
5 Pemeriksaan Cito DDR/Faeces rutin- Jasa Sarana 10.000,00
- Jasa Analis jenis pemeriksaan 25.000,00 45.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 10.000,00
6 Pemeriksaan cito darah rutin/urin rutin/Gol. Darah - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Analis jenis pemeriksaan 25.000,00 45.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 10.000,00
7 Pemeriksaan Cito kimia darah per macam - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Analis 25.000,00 55.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 20.000,00Total Tarif = 10.000 + (jumlah item x 25.000)+ (20.000 x Item)
B PEMERIKSAAN RADIOLOGI2 Jasa Dokter Radiologi (CITO),perpaket kegistan 60.000,00 60.000,001 Pemeriksaan radiologi sederhana per paket
- Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa radiografer 20.000,00 80.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 50.000,00
7
2 Pemeriksaan radiologi khusus per paket- Jasa Sarana 20.000,00 - Jasa radiografer 30.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 50.000,00 100.000,00
3 Pemeriksaan radiologi dengan kontras- Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa radiografer 20.000,00 - Alkes (kontras urografin) 100.000,00 130.000,00
4 Pemeriksaan cito radiologi sederhana per paket- Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa medis radiografer 30.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 50.000,00 90.000,00
6 Pemeriksaan cito radiologi dengan kontras- Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa radiografer 30.000,00 - Alkes (kontras urografin) 100.000,00 140.000,00
C PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ELEKTROMEDIK (EKG) - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Medis 40.000,00 - Jasa Perawatan 10.000,00 75.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 15.000,00
D PEMERIKSAAN UNTRASONOGRAFI (USG) 1 Pemeriksaan USG tanpa cetak hasil
- Jasa Sarana 20.000,00 - Jasa Medis 60.000,00
- Jasa Perawatan 10.000,00 140.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 50.000,00
2 Pemeriksaan USG dengan cetak hasil- Jasa Sarana 20.000,00 - Jasa Medis 60.000,00 - Jasa Perawatan 10.000,00 - Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 75.000,00 165.000,00
IV TARIF TINDAKAN MEDIK DAN TERAPI
A POLIKLINIK GIGI1 Ekstraksi dengan chlorocthyl per gigi
- Jasa Dokter Gigi 30.000,00 - Jasa Perawat 10.000,00 60.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
2 Ekstraksi dengan infiltrasi per gigi - Jasa Dokter Gigi 30.000,00 - Jasa Perawat 10.000,00 60.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
3 Penambalan setiap kali kunjungan pergigi - Jasa Dokter Gigi 30.000,00 - Jasa Perawat 10.000,00 60.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
4 Penambalan dengan perawatan Pergigi
223
7
2 Pemeriksaan radiologi khusus per paket- Jasa Sarana 20.000,00 - Jasa radiografer 30.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 50.000,00 100.000,00
3 Pemeriksaan radiologi dengan kontras- Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa radiografer 20.000,00 - Alkes (kontras urografin) 100.000,00 130.000,00
4 Pemeriksaan cito radiologi sederhana per paket- Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa medis radiografer 30.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 50.000,00 90.000,00
6 Pemeriksaan cito radiologi dengan kontras- Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa radiografer 30.000,00 - Alkes (kontras urografin) 100.000,00 140.000,00
C PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ELEKTROMEDIK (EKG) - Jasa Sarana 10.000,00 - Jasa Medis 40.000,00 - Jasa Perawatan 10.000,00 75.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 15.000,00
D PEMERIKSAAN UNTRASONOGRAFI (USG) 1 Pemeriksaan USG tanpa cetak hasil
- Jasa Sarana 20.000,00 - Jasa Medis 60.000,00
- Jasa Perawatan 10.000,00 140.000,00- Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 50.000,00
2 Pemeriksaan USG dengan cetak hasil- Jasa Sarana 20.000,00 - Jasa Medis 60.000,00 - Jasa Perawatan 10.000,00 - Alat Kesehatan dan bahan habis pakai 75.000,00 165.000,00
IV TARIF TINDAKAN MEDIK DAN TERAPI
A POLIKLINIK GIGI1 Ekstraksi dengan chlorocthyl per gigi
- Jasa Dokter Gigi 30.000,00 - Jasa Perawat 10.000,00 60.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
2 Ekstraksi dengan infiltrasi per gigi - Jasa Dokter Gigi 30.000,00 - Jasa Perawat 10.000,00 60.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
3 Penambalan setiap kali kunjungan pergigi - Jasa Dokter Gigi 30.000,00 - Jasa Perawat 10.000,00 60.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
4 Penambalan dengan perawatan Pergigi
8
- Jasa Dokter Gigi 30.000,00 - Jasa Perawat 10.000,00 60.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
5 Scaling gigi Perpaket - Jasa Dokter Gigi 50.000,00 - Jasa Perawat 10.000,00- Jasa Sarana 30.000,00 90.000,00
6 Odontektomi Pergigi - Jasa Dokter Gigi 100.000,00 - Jasa Perawat 10.000,00- Jasa Sarana 30.000,00 140.000,00
B. TARIF TINDAKAN SMF BEDAH 1. Operasi Kecil dengan General / Spinal Anestesi
- Jasa medis Operator 1.500.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 300.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 225.000,00- Jasa Dokter Anestesi 750.000,00 4.025.000,00- Jasa Perawat Anestesi 525.000,00- Jasa Instrumen 225.000,00- Jasa Perawatan OK 150.000,00- Jasa Perawatan diruangan 150.000,00
- Jasa Sarana 200.0002. Operasi Sedang -Elektif
- Jasa medis Operator 1.750.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 350.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 262.500,00- Jasa Dokter Anestesi 875.000,00 4.662.500,00- Jasa Perawat Anestesi 612.500,00- Jasa Instrumen 262.500,00- Jasa Perawatan diruangan 175.000,00- Jasa Perawatan di OK 175.000,00- Jasa Sarana 200.000
3 Operasi Sedang - Cito - Jasa medis Operator 2.000.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 400.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 300.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.000.000,00 5.300.000,00- Jasa Perawat Anestesi 700.000,00- Jasa Instrumen 300.000,00 - Jasa Perawatan diruangan 200.000,00 - Jasa Perawatan di OK 200.000,00- Jasa Sarana 100.000- Jasa Supir Antar Jemput Petugas 100.000,00
4 Operasi Berat-Elektif - Jasa medis Operator 2.250.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 450.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 337.500,00- Jasa Dokter Anestesi 1.125.000,00
2248
- Jasa Dokter Gigi 30.000,00 - Jasa Perawat 10.000,00 60.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
5 Scaling gigi Perpaket - Jasa Dokter Gigi 50.000,00 - Jasa Perawat 10.000,00- Jasa Sarana 30.000,00 90.000,00
6 Odontektomi Pergigi - Jasa Dokter Gigi 100.000,00 - Jasa Perawat 10.000,00- Jasa Sarana 30.000,00 140.000,00
B. TARIF TINDAKAN SMF BEDAH 1. Operasi Kecil dengan General / Spinal Anestesi
- Jasa medis Operator 1.500.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 300.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 225.000,00- Jasa Dokter Anestesi 750.000,00 4.025.000,00- Jasa Perawat Anestesi 525.000,00- Jasa Instrumen 225.000,00- Jasa Perawatan OK 150.000,00- Jasa Perawatan diruangan 150.000,00
- Jasa Sarana 200.0002. Operasi Sedang -Elektif
- Jasa medis Operator 1.750.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 350.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 262.500,00- Jasa Dokter Anestesi 875.000,00 4.662.500,00- Jasa Perawat Anestesi 612.500,00- Jasa Instrumen 262.500,00- Jasa Perawatan diruangan 175.000,00- Jasa Perawatan di OK 175.000,00- Jasa Sarana 200.000
3 Operasi Sedang - Cito - Jasa medis Operator 2.000.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 400.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 300.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.000.000,00 5.300.000,00- Jasa Perawat Anestesi 700.000,00- Jasa Instrumen 300.000,00 - Jasa Perawatan diruangan 200.000,00 - Jasa Perawatan di OK 200.000,00- Jasa Sarana 100.000- Jasa Supir Antar Jemput Petugas 100.000,00
4 Operasi Berat-Elektif - Jasa medis Operator 2.250.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 450.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 337.500,00- Jasa Dokter Anestesi 1.125.000,00
225
9
- Jasa Perawat Anestesi 787.500,00- Jasa Instrumen 337.500,00 - Jasa Perawatan diruangan 225.000,00 - Jasa Perawatan di OK 225.000,00- Jasa Sarana 200.000 5.937.500,00
5 Operasi Berat-CITO- Jasa medis Operator 2.500.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 500.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 375.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.250.000,00 6.700.000,00- Jasa Perawat Anestesi 875.000,00- Jasa Instrumen 375.000,00 - Jasa Perawatan diruangan 250.000,00 - Jasa perawatan di OK 250.000,00- Jasa Sarana 200.000- Jasa Supir Antar Jemput Petugas 125.000,00
6 Operasi Khusus-Elektif/Cito - Jasa medis Operator 3.000.000,00
- Jasa medis Dokter Asisten 600.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 450.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.500.000,00 8.000.000,00- Jasa Perawat Anestesi 1.050.000,00- Jasa Instrumen 450.000,00- Jasa Perawatan diruangan 300.000,00- Jasa Perawatan di OK 300.000,00- Jasa Sarana 200.000,00- Jasa supir antar jemput petugas (CITO) 150.000,00
7 Pemasangan gips & reposisi tanpa anestesi - Jasa medis Operator 200.000,00 - Jasa Instrumen 30.000,00 - Jasa Perawatan 20.000,00 300.000,00- Jasa Sarana 50.000,00
8 Pungsi Pleura, Ascites dan Lumbal - Jasa medis Operator 130.000,00- Jasa Sarana 50.000,00 - Jasa Perawatan 20.000,00 200.000,00
C. KEBIDANAN DAN KANDUNGAN1. Insersi dan Ekstraksi IUD
- Jasa Medis Dokter Operator 100.000,00 - Jasa Medis Bidan Operator/Dokter Asisten 50.000,00 - Jasa Perawat 15.000,00 215.000,00- Jasa Sarana 50.000,00
2. Mikrokuret / biopsi - Jasa Medis 100.000,00 - Jasa Perawatan 25.000,00 175.000,00- Jasa Sarana 50.000,00
3. Pasang Implant - Jasa Medis Dokter Operator 100.000,00
226
9
- Jasa Perawat Anestesi 787.500,00- Jasa Instrumen 337.500,00 - Jasa Perawatan diruangan 225.000,00 - Jasa Perawatan di OK 225.000,00- Jasa Sarana 200.000 5.937.500,00
5 Operasi Berat-CITO- Jasa medis Operator 2.500.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 500.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 375.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.250.000,00 6.700.000,00- Jasa Perawat Anestesi 875.000,00- Jasa Instrumen 375.000,00 - Jasa Perawatan diruangan 250.000,00 - Jasa perawatan di OK 250.000,00- Jasa Sarana 200.000- Jasa Supir Antar Jemput Petugas 125.000,00
6 Operasi Khusus-Elektif/Cito - Jasa medis Operator 3.000.000,00
- Jasa medis Dokter Asisten 600.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 450.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.500.000,00 8.000.000,00- Jasa Perawat Anestesi 1.050.000,00- Jasa Instrumen 450.000,00- Jasa Perawatan diruangan 300.000,00- Jasa Perawatan di OK 300.000,00- Jasa Sarana 200.000,00- Jasa supir antar jemput petugas (CITO) 150.000,00
7 Pemasangan gips & reposisi tanpa anestesi - Jasa medis Operator 200.000,00 - Jasa Instrumen 30.000,00 - Jasa Perawatan 20.000,00 300.000,00- Jasa Sarana 50.000,00
8 Pungsi Pleura, Ascites dan Lumbal - Jasa medis Operator 130.000,00- Jasa Sarana 50.000,00 - Jasa Perawatan 20.000,00 200.000,00
C. KEBIDANAN DAN KANDUNGAN1. Insersi dan Ekstraksi IUD
- Jasa Medis Dokter Operator 100.000,00 - Jasa Medis Bidan Operator/Dokter Asisten 50.000,00 - Jasa Perawat 15.000,00 215.000,00- Jasa Sarana 50.000,00
2. Mikrokuret / biopsi - Jasa Medis 100.000,00 - Jasa Perawatan 25.000,00 175.000,00- Jasa Sarana 50.000,00
3. Pasang Implant - Jasa Medis Dokter Operator 100.000,00
10
- Jasa Medis Bidan Operator/Dokter Asisten 50.000,00 - Jasa Perawatan 10.000,00- Jasa Sarana 50.000,00 210.000,00
4. Cabut implant - Jasa Medis Dokter Operator 100.000,00 - Jasa Medis Bidan Operator/Dokter Asisten 50.000,00- Jasa sarana 50.000,00 - Jasa Perawatan 15.000,00 215.000,00
5. Marsupialisasi / ekstirpasi kista bartholin - Jasa medis Operator 200.000,00 - Jasa medis Dokter Anestesi 60.000,00 - Jasa medis Perawat Anastesi 40.000,00 - Jasa Instrumen 30.000,00- Jasa Sarana 50.000,00
- Jasa Perawat Ruang OK 20.000,00 - Jasa Perawatan ruangan 20.000,00 420.000,00
6. Kuretase Di kamar Bersalin-Jasa medis Operator 400.000,00- Jasa Dokter Aneatesi 200.000,00- Jasa Perawat Anestesi 140.000,00-Jasa Instrumen 60.000,00-Jasa Perawatan 40.000,00 890.000,00- Jasa Sarana 50.000,00
7 Kuretase Di Kamar Operasi- Jasa medis Operator 600.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 120.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 90.000,00- Jasa Dokter Anestesi 300.000,00 1.760.000,00- Jasa Perawat Anestesi 210.000,00- Jasa Instrumen 90.000,00- Jasa Perawatan diruangan 60.000,00- Jasa perawatan di OK 60.000,00- Jasa Sarana 200.000,00- Jasa Sopir Antar Jemput (CITO) 30.000,00
8 Minilaparatomi-Jasa medis Operator 750.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 150.000,00-Jasa medis Perawat Asisten 112.500,00- Jasa Dokter Anestesi 375.000,00 2.150.000,00- Jasa Perawat Anestesi 262.500,00- Jasa Instrumen 112.500,00 -Jasa Perawatan diruangan 75.000,00 -Jasa Perawatan di OK 75.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa supir antar jemput pasien (CITO) 37.500,00
9 Repair ruptur lama /Fistel rectovagina di kamar operasi - Jasa medis Operator 750.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 150.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 112.500,00
227
10
- Jasa Medis Bidan Operator/Dokter Asisten 50.000,00 - Jasa Perawatan 10.000,00- Jasa Sarana 50.000,00 210.000,00
4. Cabut implant - Jasa Medis Dokter Operator 100.000,00 - Jasa Medis Bidan Operator/Dokter Asisten 50.000,00- Jasa sarana 50.000,00 - Jasa Perawatan 15.000,00 215.000,00
5. Marsupialisasi / ekstirpasi kista bartholin - Jasa medis Operator 200.000,00 - Jasa medis Dokter Anestesi 60.000,00 - Jasa medis Perawat Anastesi 40.000,00 - Jasa Instrumen 30.000,00- Jasa Sarana 50.000,00
- Jasa Perawat Ruang OK 20.000,00 - Jasa Perawatan ruangan 20.000,00 420.000,00
6. Kuretase Di kamar Bersalin-Jasa medis Operator 400.000,00- Jasa Dokter Aneatesi 200.000,00- Jasa Perawat Anestesi 140.000,00-Jasa Instrumen 60.000,00-Jasa Perawatan 40.000,00 890.000,00- Jasa Sarana 50.000,00
7 Kuretase Di Kamar Operasi- Jasa medis Operator 600.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 120.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 90.000,00- Jasa Dokter Anestesi 300.000,00 1.760.000,00- Jasa Perawat Anestesi 210.000,00- Jasa Instrumen 90.000,00- Jasa Perawatan diruangan 60.000,00- Jasa perawatan di OK 60.000,00- Jasa Sarana 200.000,00- Jasa Sopir Antar Jemput (CITO) 30.000,00
8 Minilaparatomi-Jasa medis Operator 750.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 150.000,00-Jasa medis Perawat Asisten 112.500,00- Jasa Dokter Anestesi 375.000,00 2.150.000,00- Jasa Perawat Anestesi 262.500,00- Jasa Instrumen 112.500,00 -Jasa Perawatan diruangan 75.000,00 -Jasa Perawatan di OK 75.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa supir antar jemput pasien (CITO) 37.500,00
9 Repair ruptur lama /Fistel rectovagina di kamar operasi - Jasa medis Operator 750.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 150.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 112.500,00
11
- Jasa Dokter Anestesi 375.000,00 2.112.500,00- Jasa Perawat Anestesi 262.500,00- Jasa Instrumen 112.500,00- Jasa Perawatan diruangan 75.000,00-Jasa perawatan di OK 75.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa supir antar jemput pasien (CITO) 37.500,00
10 Repair ruptur lama /Fistel rectovagina di kamar bersalin - Jasa medis Operator 750.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 150.000,00
- Jasa medis Perawat Asisten 112.500,00 1.250.000,00- Jasa Instrumen 112.500,00- Jasa Sarana 50.000,00- Jasa Perawatan 75.000,00
11 SC tanpa penyulit - Jasa medis Operator 2.000.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 400.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 300.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.000.000,00 6.000.000,00- Jasa Perawat Anestesi 700.000,00- Jasa Instrumen 300.000,00- Jasa Perawatan diruangan 200.000,00- Jasa Dokter Anak 600.000,00- Jasa Perawatan di OK 200.000,00- Jasa Sarana 200.000,00- Jasa sopir antar jemput 100.000,00
12 SC Dengan Penyulit Cito - Jasa medis Operator 2.250.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 450.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 337.500,00- Jasa Dokter Anestesi 1.125.000,00 6.321.250,00- Jasa Perawat Anestesi 787.500,00- Jasa Instrumen 350.000,00- Jasa Perawatan diruangan 33.750,00- Jasa Dokter Anak 675.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa Transportasi 112.500,00
13 SC Dengan Penyulit (Hystrektomi) - Jasa medis Operator 3.000.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 600.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 450.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.500.000,00 8.750.000,00- Jasa Perawat Anestesi 1.050.000,00- Jasa Instrumen 450.000,00- Jasa Perawatan diruangan 300.000,00- Jasa perawatan di OK 300.000,00- Jasa Dokter Anak 900.000,00- Jasa sarana 200.000,00
14 SC Dengan Penyulit (Hystrektomi)-CITO
22811
- Jasa Dokter Anestesi 375.000,00 2.112.500,00- Jasa Perawat Anestesi 262.500,00- Jasa Instrumen 112.500,00- Jasa Perawatan diruangan 75.000,00-Jasa perawatan di OK 75.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa supir antar jemput pasien (CITO) 37.500,00
10 Repair ruptur lama /Fistel rectovagina di kamar bersalin - Jasa medis Operator 750.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 150.000,00
- Jasa medis Perawat Asisten 112.500,00 1.250.000,00- Jasa Instrumen 112.500,00- Jasa Sarana 50.000,00- Jasa Perawatan 75.000,00
11 SC tanpa penyulit - Jasa medis Operator 2.000.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 400.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 300.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.000.000,00 6.000.000,00- Jasa Perawat Anestesi 700.000,00- Jasa Instrumen 300.000,00- Jasa Perawatan diruangan 200.000,00- Jasa Dokter Anak 600.000,00- Jasa Perawatan di OK 200.000,00- Jasa Sarana 200.000,00- Jasa sopir antar jemput 100.000,00
12 SC Dengan Penyulit Cito - Jasa medis Operator 2.250.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 450.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 337.500,00- Jasa Dokter Anestesi 1.125.000,00 6.321.250,00- Jasa Perawat Anestesi 787.500,00- Jasa Instrumen 350.000,00- Jasa Perawatan diruangan 33.750,00- Jasa Dokter Anak 675.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa Transportasi 112.500,00
13 SC Dengan Penyulit (Hystrektomi) - Jasa medis Operator 3.000.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 600.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 450.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.500.000,00 8.750.000,00- Jasa Perawat Anestesi 1.050.000,00- Jasa Instrumen 450.000,00- Jasa Perawatan diruangan 300.000,00- Jasa perawatan di OK 300.000,00- Jasa Dokter Anak 900.000,00- Jasa sarana 200.000,00
14 SC Dengan Penyulit (Hystrektomi)-CITO
229
11
- Jasa Dokter Anestesi 375.000,00 2.112.500,00- Jasa Perawat Anestesi 262.500,00- Jasa Instrumen 112.500,00- Jasa Perawatan diruangan 75.000,00-Jasa perawatan di OK 75.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa supir antar jemput pasien (CITO) 37.500,00
10 Repair ruptur lama /Fistel rectovagina di kamar bersalin - Jasa medis Operator 750.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 150.000,00
- Jasa medis Perawat Asisten 112.500,00 1.250.000,00- Jasa Instrumen 112.500,00- Jasa Sarana 50.000,00- Jasa Perawatan 75.000,00
11 SC tanpa penyulit - Jasa medis Operator 2.000.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 400.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 300.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.000.000,00 6.000.000,00- Jasa Perawat Anestesi 700.000,00- Jasa Instrumen 300.000,00- Jasa Perawatan diruangan 200.000,00- Jasa Dokter Anak 600.000,00- Jasa Perawatan di OK 200.000,00- Jasa Sarana 200.000,00- Jasa sopir antar jemput 100.000,00
12 SC Dengan Penyulit Cito - Jasa medis Operator 2.250.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 450.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 337.500,00- Jasa Dokter Anestesi 1.125.000,00 6.321.250,00- Jasa Perawat Anestesi 787.500,00- Jasa Instrumen 350.000,00- Jasa Perawatan diruangan 33.750,00- Jasa Dokter Anak 675.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa Transportasi 112.500,00
13 SC Dengan Penyulit (Hystrektomi) - Jasa medis Operator 3.000.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 600.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 450.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.500.000,00 8.750.000,00- Jasa Perawat Anestesi 1.050.000,00- Jasa Instrumen 450.000,00- Jasa Perawatan diruangan 300.000,00- Jasa perawatan di OK 300.000,00- Jasa Dokter Anak 900.000,00- Jasa sarana 200.000,00
14 SC Dengan Penyulit (Hystrektomi)-CITO
12
- Jasa medis Operator 3.250.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 650.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 487.500,00- Jasa Dokter Anestesi 1.625.000,00 9.625.000,00- Jasa Perawat Anestesi 1.137.500,00- Jasa Instrumen 487.500,00
- Jasa Perawatan diruangan 325.000,00- Jasa Perawatan di OK 325.000,00-Jasa Dokter Anak 975.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa sopir antar jemput petugas 162.500,00
15Operasi Besar Laparatomi (KET, Miomektomi, SO/Kistektomi)- Jasa medis Operator 3.000.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 600.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 450.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.500.000,00 8.900.000,00- Jasa Perawat Anestesi 1.050.000,00- Jasa Instrumen 450.000,00- Jasa Perawatan diruangan 300.000,00- Jasa Perawatan di OK 300.000,00- Jasa Dokter Anak 900.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa sopir antar jemput petugas (CITO) 150.000,00
16 Histerektomi Gynekologi - Jasa medis Operator 2.500.000,00
- Jasa medis Dokter Asisten 500.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 375.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.250.000,00 7.450.000,00- Jasa Perawat Anestesi 875.000,00- Jasa Instrumen 375.000,00- Jasa Perawatan diruangan 250.000,00- Jasa Perawatan di OK 250.000,00- Jasa Dokter Anak 750.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa sopir antar jemput petugas (CITO) 125.000,00
17. Partus Normal tanpa Episiotomi - Jasa medis operator bidan 200.000,00- Jasa medis operator dokter specialis 400.000,00 670.000,00- Jasa Sarana 50.000,00- Jasa Perawatan 20.000,00
18. Partus Normal dengan Episiotomi - Jasa medis operator bidan 250.000,00- Jasa medis operator dokter specialis 500.000,00 825.000,00- Jasa Sarana 50.000,00- Jasa Perawatan 25.000,00
19. Persalinan Patologis ( Vacum, Forceps, Kraniotomi,sungsang)- Jasa medis Operator 700.000,00
230
12
- Jasa medis Operator 3.250.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 650.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 487.500,00- Jasa Dokter Anestesi 1.625.000,00 9.625.000,00- Jasa Perawat Anestesi 1.137.500,00- Jasa Instrumen 487.500,00
- Jasa Perawatan diruangan 325.000,00- Jasa Perawatan di OK 325.000,00-Jasa Dokter Anak 975.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa sopir antar jemput petugas 162.500,00
15Operasi Besar Laparatomi (KET, Miomektomi, SO/Kistektomi)- Jasa medis Operator 3.000.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 600.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 450.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.500.000,00 8.900.000,00- Jasa Perawat Anestesi 1.050.000,00- Jasa Instrumen 450.000,00- Jasa Perawatan diruangan 300.000,00- Jasa Perawatan di OK 300.000,00- Jasa Dokter Anak 900.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa sopir antar jemput petugas (CITO) 150.000,00
16 Histerektomi Gynekologi - Jasa medis Operator 2.500.000,00
- Jasa medis Dokter Asisten 500.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 375.000,00- Jasa Dokter Anestesi 1.250.000,00 7.450.000,00- Jasa Perawat Anestesi 875.000,00- Jasa Instrumen 375.000,00- Jasa Perawatan diruangan 250.000,00- Jasa Perawatan di OK 250.000,00- Jasa Dokter Anak 750.000,00- Jasa sarana 200.000,00- Jasa sopir antar jemput petugas (CITO) 125.000,00
17. Partus Normal tanpa Episiotomi - Jasa medis operator bidan 200.000,00- Jasa medis operator dokter specialis 400.000,00 670.000,00- Jasa Sarana 50.000,00- Jasa Perawatan 20.000,00
18. Partus Normal dengan Episiotomi - Jasa medis operator bidan 250.000,00- Jasa medis operator dokter specialis 500.000,00 825.000,00- Jasa Sarana 50.000,00- Jasa Perawatan 25.000,00
19. Persalinan Patologis ( Vacum, Forceps, Kraniotomi,sungsang)- Jasa medis Operator 700.000,00
13
- Jasa medis Dokter Asisten 140.000,00 1.765.000,00- Jasa Dokter Anestesi 350.000,00
- Jasa medis Perawat Asisten 245.000,00- Jasa Perawatan 70.000,00- Jasa Sarana 50.000,00- Jasa medis Dokter anak 210.000,00
20. Placenta Manual - Jasa Sarana 100.000,00- Jasa medis Operator 700.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 140.000,00 1.115.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 105.000,00- Jasa Perawatan 70.000,00
21. Embriotomi ( Eviserasi, Eksenterasi ) - Jasa Sarana 100.000,00 - Jasa medis Operator 1.000.000,00 - Jasa medis Dokter Asisten 200.000,00 - Jasa medis Perawat Asisten 150.000,00 - Jasa medis Dokter Anestesi 300.000,00 2.200.000,00 - Jasa medis Perawat Anastesi 200.000,00 - Jasa Instrumen 150.000,00 - Jasa Perawatan 100.000,00
22. Hidrotubasi- Jasa Sarana 25.000,00 - Jasa Medis 150.000,00 - Jasa Perawatan 15.000,00 175.000,00
D TINDAKAN FISIOTERAPI Jasa Dokter Spesialis 40.000,00
1 Latihan Fisik- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 10.000,00 50.000,00
2 MDW
- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 55.000,00
3 SDW- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 55.000,00
4 IR- Jasa Medis dokter 10.000,00- Jasa Fisioterapis 5.000,00- Jasa Sarana 5.000,00 20.000,00
5 Traksi Lumbal + Cervical- Jasa Medis dokter 27.000,00
- Jasa Fisioterapis 13.000,00
231
13
- Jasa medis Dokter Asisten 140.000,00 1.765.000,00- Jasa Dokter Anestesi 350.000,00
- Jasa medis Perawat Asisten 245.000,00- Jasa Perawatan 70.000,00- Jasa Sarana 50.000,00- Jasa medis Dokter anak 210.000,00
20. Placenta Manual - Jasa Sarana 100.000,00- Jasa medis Operator 700.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 140.000,00 1.115.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 105.000,00- Jasa Perawatan 70.000,00
21. Embriotomi ( Eviserasi, Eksenterasi ) - Jasa Sarana 100.000,00 - Jasa medis Operator 1.000.000,00 - Jasa medis Dokter Asisten 200.000,00 - Jasa medis Perawat Asisten 150.000,00 - Jasa medis Dokter Anestesi 300.000,00 2.200.000,00 - Jasa medis Perawat Anastesi 200.000,00 - Jasa Instrumen 150.000,00 - Jasa Perawatan 100.000,00
22. Hidrotubasi- Jasa Sarana 25.000,00 - Jasa Medis 150.000,00 - Jasa Perawatan 15.000,00 175.000,00
D TINDAKAN FISIOTERAPI Jasa Dokter Spesialis 40.000,00
1 Latihan Fisik- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 10.000,00 50.000,00
2 MDW
- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 55.000,00
3 SDW- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 55.000,00
4 IR- Jasa Medis dokter 10.000,00- Jasa Fisioterapis 5.000,00- Jasa Sarana 5.000,00 20.000,00
5 Traksi Lumbal + Cervical- Jasa Medis dokter 27.000,00
- Jasa Fisioterapis 13.000,00
232
13
- Jasa medis Dokter Asisten 140.000,00 1.765.000,00- Jasa Dokter Anestesi 350.000,00
- Jasa medis Perawat Asisten 245.000,00- Jasa Perawatan 70.000,00- Jasa Sarana 50.000,00- Jasa medis Dokter anak 210.000,00
20. Placenta Manual - Jasa Sarana 100.000,00- Jasa medis Operator 700.000,00- Jasa medis Dokter Asisten 140.000,00 1.115.000,00- Jasa medis Perawat Asisten 105.000,00- Jasa Perawatan 70.000,00
21. Embriotomi ( Eviserasi, Eksenterasi ) - Jasa Sarana 100.000,00 - Jasa medis Operator 1.000.000,00 - Jasa medis Dokter Asisten 200.000,00 - Jasa medis Perawat Asisten 150.000,00 - Jasa medis Dokter Anestesi 300.000,00 2.200.000,00 - Jasa medis Perawat Anastesi 200.000,00 - Jasa Instrumen 150.000,00 - Jasa Perawatan 100.000,00
22. Hidrotubasi- Jasa Sarana 25.000,00 - Jasa Medis 150.000,00 - Jasa Perawatan 15.000,00 175.000,00
D TINDAKAN FISIOTERAPI Jasa Dokter Spesialis 40.000,00
1 Latihan Fisik- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 10.000,00 50.000,00
2 MDW
- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 55.000,00
3 SDW- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 55.000,00
4 IR- Jasa Medis dokter 10.000,00- Jasa Fisioterapis 5.000,00- Jasa Sarana 5.000,00 20.000,00
5 Traksi Lumbal + Cervical- Jasa Medis dokter 27.000,00
- Jasa Fisioterapis 13.000,00
14
- Jasa Sarana 15.000,00 55.000,006 Parafin Bath
- Jasa Medis dokter 15.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00- Jasa Sarana 10.000,00 35.000,00
7 Postural Drainage + IR - Jasa Medis dokter 20.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00- Jasa Sarana 10.000,00 40.000,00
8 Senam Ibu Hamil ( Paket/3 kali ) - Jasa Medis dokter 25.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 50.000,00
9 Spirometer- Jasa Medis dokter 25.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 50.000,00
10 Senam ( Paket /3 kali ) - Jasa Medis dokter 25.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00
- Jasa Sarana 15.000,00 50.000,0011 Traksi Listrik
- Jasa Medis dokter 25.000,00- Jasa Fisioterapis 15.000,00- Jasa Sarana 30.000,00 70.000,00
12 US- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 55.000,00
13 Elektroterapi- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 55.000,00
14 Muscle Test
- Jasa Medis dokter 30.000,00- Jasa Fisioterapis 15.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 60.000,00
15 Cryo Therapy
- Jasa Medis dokter 15.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 40.000,00
16 Pully + Ergocycle - Jasa Medis dokter 15.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 40.000,00
17 EMG- Jasa Medis dokter 75.000,00- Jasa Fisioterapis 15.000,00
233
14
- Jasa Sarana 15.000,00 55.000,006 Parafin Bath
- Jasa Medis dokter 15.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00- Jasa Sarana 10.000,00 35.000,00
7 Postural Drainage + IR - Jasa Medis dokter 20.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00- Jasa Sarana 10.000,00 40.000,00
8 Senam Ibu Hamil ( Paket/3 kali ) - Jasa Medis dokter 25.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 50.000,00
9 Spirometer- Jasa Medis dokter 25.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 50.000,00
10 Senam ( Paket /3 kali ) - Jasa Medis dokter 25.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00
- Jasa Sarana 15.000,00 50.000,0011 Traksi Listrik
- Jasa Medis dokter 25.000,00- Jasa Fisioterapis 15.000,00- Jasa Sarana 30.000,00 70.000,00
12 US- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 55.000,00
13 Elektroterapi- Jasa Medis dokter 27.000,00- Jasa Fisioterapis 13.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 55.000,00
14 Muscle Test
- Jasa Medis dokter 30.000,00- Jasa Fisioterapis 15.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 60.000,00
15 Cryo Therapy
- Jasa Medis dokter 15.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 40.000,00
16 Pully + Ergocycle - Jasa Medis dokter 15.000,00- Jasa Fisioterapis 10.000,00- Jasa Sarana 15.000,00 40.000,00
17 EMG- Jasa Medis dokter 75.000,00- Jasa Fisioterapis 15.000,00
15
- Jasa Sarana 100.000,00 190.000,00E. TINDAKAN GAWAT DARURAT1 Buka gips jari
- Jasa Sarana 20.000,00
- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,002 Buka gips tangan
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
3 Buka gips lengan
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
4 Buka gips tungkai bawah - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
5 Buka gips seluruh tungkai- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
6 Buka gips tumit- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
7 Gips jari tangan/kaki - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
8 Gips tangan- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
9 Gips lengan atas/bawah - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
10 Gips seluruh tungkai bawah
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
11 Gips Tumit - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
12 Jahit vulnus app per jahitan- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 7.000,00 27.000,00
13 Perawatan luka jahitan kecil
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
14 Perawatan luka jahitan besar- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
15 Perawatan luka bakar gr I (emergency) - Jasa Sarana 20.000,00
234
15
- Jasa Sarana 100.000,00 190.000,00E. TINDAKAN GAWAT DARURAT1 Buka gips jari
- Jasa Sarana 20.000,00
- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,002 Buka gips tangan
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
3 Buka gips lengan
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
4 Buka gips tungkai bawah - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
5 Buka gips seluruh tungkai- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
6 Buka gips tumit- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
7 Gips jari tangan/kaki - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
8 Gips tangan- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
9 Gips lengan atas/bawah - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
10 Gips seluruh tungkai bawah
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
11 Gips Tumit - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
12 Jahit vulnus app per jahitan- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 7.000,00 27.000,00
13 Perawatan luka jahitan kecil
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
14 Perawatan luka jahitan besar- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
15 Perawatan luka bakar gr I (emergency) - Jasa Sarana 20.000,00
235
15
- Jasa Sarana 100.000,00 190.000,00E. TINDAKAN GAWAT DARURAT1 Buka gips jari
- Jasa Sarana 20.000,00
- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,002 Buka gips tangan
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
3 Buka gips lengan
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
4 Buka gips tungkai bawah - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
5 Buka gips seluruh tungkai- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
6 Buka gips tumit- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
7 Gips jari tangan/kaki - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
8 Gips tangan- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
9 Gips lengan atas/bawah - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
10 Gips seluruh tungkai bawah
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
11 Gips Tumit - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
12 Jahit vulnus app per jahitan- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 7.000,00 27.000,00
13 Perawatan luka jahitan kecil
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
14 Perawatan luka jahitan besar- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
15 Perawatan luka bakar gr I (emergency) - Jasa Sarana 20.000,00
16
- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
16 Perawatan luka bakar gr II (emergency) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 80.000,00 100.000,00
17 Perawatan luka bakar gr III (emergency) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 100.000,00 120.000,00
18 Angkat Korpus alienum THT
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
19 Insisi kecil (kros insisi)
- Jasa Sarana 20.000,00
- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,0020 Insisi besar ( abses )
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 80.000,00 100.000,00
21 Ekstraksi kuku - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 70.000,00 90.000,00
22 Angkat jahitan luka kecil (keseluruhan) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 7.000,00 27.000,00
23 Angkat jahitan luka besar (keseluruhan) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 7.000,00 27.000,00
24 Reposisi mandibula
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 75.000,00 95.000,00
25 Amputasi jari oleh karena trauma- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 70.000,00 90.000,00
26 Pasang ransel verband- Jasa Sarana 30.000,00- Jasa tindakan 50.000,00 80.000,00
27 Pasang mitella - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 50.000,00
28 Pasang plester lebar & blok nn Intercostal- Jasa Sarana 10.000,00
- Jasa tindakan 20.000,00 30.000,0029 Spoeling telinga
- Jasa Sarana 20.000,00
- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
236
16
- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
16 Perawatan luka bakar gr II (emergency) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 80.000,00 100.000,00
17 Perawatan luka bakar gr III (emergency) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 100.000,00 120.000,00
18 Angkat Korpus alienum THT
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
19 Insisi kecil (kros insisi)
- Jasa Sarana 20.000,00
- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,0020 Insisi besar ( abses )
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 80.000,00 100.000,00
21 Ekstraksi kuku - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 70.000,00 90.000,00
22 Angkat jahitan luka kecil (keseluruhan) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 7.000,00 27.000,00
23 Angkat jahitan luka besar (keseluruhan) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 7.000,00 27.000,00
24 Reposisi mandibula
- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 75.000,00 95.000,00
25 Amputasi jari oleh karena trauma- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 70.000,00 90.000,00
26 Pasang ransel verband- Jasa Sarana 30.000,00- Jasa tindakan 50.000,00 80.000,00
27 Pasang mitella - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 50.000,00
28 Pasang plester lebar & blok nn Intercostal- Jasa Sarana 10.000,00
- Jasa tindakan 20.000,00 30.000,0029 Spoeling telinga
- Jasa Sarana 20.000,00
- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
17
30 Angkat /irigasi CA mata- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
31 Pasang kateter uretra dewasa
- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 25.000,00 35.000,00
32 Pasang kateter uretra anak-anak - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 35.000,00 45.000,00
33 Pasang NG Tube dewasa - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 50.000,00
34 Pasang NG Tube + Kumbah lambung (ind. bunuh diri) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 75.000,00 95.000,00
35 Pasang NG Tube anak-anak - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 50.000,00 60.000,00
36 Pasang infus dewasa - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 25.000,00 35.000,00
37 Pasang infus anak-anak - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 35.000,00 45.000,00
38 Nebulizer suction mukolitik/bronkodilator- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 30.000,00 50.000,00
39 Suction Lendir Jalan Nafas - Jasa tindakan 30.000,00 50.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
40 Tindik telinga satu lubang- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 25.000,00 35.000,00
42 Clisma- Jasa Sarana 15.000,00- Jasa tindakan 20.000,00 35.000,00
43 Pasang vena seksi- Jasa Sarana 15.000,00- Jasa Tindakan 75.000,00 90.000,00
44 Jahitan luka dengan agrave perjahitan- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 10.000,00 20.000,00
45 Angkat Agrave- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 10.000,00 20.000,00
46 Perawatan Jenazah - Jasa tindakan 750.000,00 1.000.000,00- Jasa Sarana 250.000,00
237
17
30 Angkat /irigasi CA mata- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
31 Pasang kateter uretra dewasa
- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 25.000,00 35.000,00
32 Pasang kateter uretra anak-anak - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 35.000,00 45.000,00
33 Pasang NG Tube dewasa - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 50.000,00
34 Pasang NG Tube + Kumbah lambung (ind. bunuh diri) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 75.000,00 95.000,00
35 Pasang NG Tube anak-anak - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 50.000,00 60.000,00
36 Pasang infus dewasa - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 25.000,00 35.000,00
37 Pasang infus anak-anak - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 35.000,00 45.000,00
38 Nebulizer suction mukolitik/bronkodilator- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 30.000,00 50.000,00
39 Suction Lendir Jalan Nafas - Jasa tindakan 30.000,00 50.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
40 Tindik telinga satu lubang- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 25.000,00 35.000,00
42 Clisma- Jasa Sarana 15.000,00- Jasa tindakan 20.000,00 35.000,00
43 Pasang vena seksi- Jasa Sarana 15.000,00- Jasa Tindakan 75.000,00 90.000,00
44 Jahitan luka dengan agrave perjahitan- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 10.000,00 20.000,00
45 Angkat Agrave- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 10.000,00 20.000,00
46 Perawatan Jenazah - Jasa tindakan 750.000,00 1.000.000,00- Jasa Sarana 250.000,00
238
17
30 Angkat /irigasi CA mata- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 60.000,00
31 Pasang kateter uretra dewasa
- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 25.000,00 35.000,00
32 Pasang kateter uretra anak-anak - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 35.000,00 45.000,00
33 Pasang NG Tube dewasa - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 40.000,00 50.000,00
34 Pasang NG Tube + Kumbah lambung (ind. bunuh diri) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 75.000,00 95.000,00
35 Pasang NG Tube anak-anak - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 50.000,00 60.000,00
36 Pasang infus dewasa - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 25.000,00 35.000,00
37 Pasang infus anak-anak - Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 35.000,00 45.000,00
38 Nebulizer suction mukolitik/bronkodilator- Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 30.000,00 50.000,00
39 Suction Lendir Jalan Nafas - Jasa tindakan 30.000,00 50.000,00- Jasa Sarana 20.000,00
40 Tindik telinga satu lubang- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 25.000,00 35.000,00
42 Clisma- Jasa Sarana 15.000,00- Jasa tindakan 20.000,00 35.000,00
43 Pasang vena seksi- Jasa Sarana 15.000,00- Jasa Tindakan 75.000,00 90.000,00
44 Jahitan luka dengan agrave perjahitan- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 10.000,00 20.000,00
45 Angkat Agrave- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa tindakan 10.000,00 20.000,00
46 Perawatan Jenazah - Jasa tindakan 750.000,00 1.000.000,00- Jasa Sarana 250.000,00
18
47 Pengawetan Jenasah (formalin IV) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 500.000,00 520.000,00
48 Sirkumsisi Laki-laki - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 250.000,00 270.000,00
49 Biaya Perawatan Inap UGD Per 12 Jam- Jasa Sarana 20.000,00
- Jasa tindakan20.000,00 55.000,00
- Jasa Asuhan Keperawatan 15.000,00
F TARIF LAIN-LAIN1 Pemakaian Ambulance Pada Jam Dinas (Jam 8.00-14.00)
Dalam Kota
- Jasa Sarana200.000,00 250.000,00
- Jasa Petugas 50.000,002 Pemakaian Ambulance Pada Jam Dinas (Jam 8.00-14.00)
Luar Kota - Jasa Sarana 350.000,00 500.000,00- Jasa Petugas 150.000,00
3Pemakaian Ambulance diluar Jam Dinas (Jam 14.00-8.00)Dalam Kota- Jasa Sarana 200.000,00 300.000,00- Jasa Petugas 100.000,00
4Pemakaian Ambulance diluar Jam Dinas (Jam 14.00-8.00)Luar Kota- Jasa Sarana 500.000,00 700.000,00- Jasa Petugas 200.000,00
4 General Check UP- Jasa medik Spesialis 75.000,00 110.000,00- Jasa Dokter Umum/Gigi 35.000,00- Dihitung sesuai jenis Pemeriksaan
5 Konsultasi Gizi- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa medik penata Gizi 20.000,00 30.000,00
6 Surat Keterangan Kesehatan- Jasa Dokter Umum 20.000,00- Administrasi 15.000,00 35.000,00
7 Surat Keterangan Dokter Penguji Tersendiri (DPT) - Jasa Dokter Umum 25.000,00- Bahan Laboratorium 50.000,00- Jasa Analis 25.000,00- Administrasi 25.000,00 125.000,00
8 Surat Keterangan Bebas Narkoba - Jasa Dokter Umum 25.000,00- Jasa Analis 25.000,00- Admnistrasi 25.000,00
239
18
47 Pengawetan Jenasah (formalin IV) - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 500.000,00 520.000,00
48 Sirkumsisi Laki-laki - Jasa Sarana 20.000,00- Jasa tindakan 250.000,00 270.000,00
49 Biaya Perawatan Inap UGD Per 12 Jam- Jasa Sarana 20.000,00
- Jasa tindakan20.000,00 55.000,00
- Jasa Asuhan Keperawatan 15.000,00
F TARIF LAIN-LAIN1 Pemakaian Ambulance Pada Jam Dinas (Jam 8.00-14.00)
Dalam Kota
- Jasa Sarana200.000,00 250.000,00
- Jasa Petugas 50.000,002 Pemakaian Ambulance Pada Jam Dinas (Jam 8.00-14.00)
Luar Kota - Jasa Sarana 350.000,00 500.000,00- Jasa Petugas 150.000,00
3Pemakaian Ambulance diluar Jam Dinas (Jam 14.00-8.00)Dalam Kota- Jasa Sarana 200.000,00 300.000,00- Jasa Petugas 100.000,00
4Pemakaian Ambulance diluar Jam Dinas (Jam 14.00-8.00)Luar Kota- Jasa Sarana 500.000,00 700.000,00- Jasa Petugas 200.000,00
4 General Check UP- Jasa medik Spesialis 75.000,00 110.000,00- Jasa Dokter Umum/Gigi 35.000,00- Dihitung sesuai jenis Pemeriksaan
5 Konsultasi Gizi- Jasa Sarana 10.000,00- Jasa medik penata Gizi 20.000,00 30.000,00
6 Surat Keterangan Kesehatan- Jasa Dokter Umum 20.000,00- Administrasi 15.000,00 35.000,00
7 Surat Keterangan Dokter Penguji Tersendiri (DPT) - Jasa Dokter Umum 25.000,00- Bahan Laboratorium 50.000,00- Jasa Analis 25.000,00- Administrasi 25.000,00 125.000,00
8 Surat Keterangan Bebas Narkoba - Jasa Dokter Umum 25.000,00- Jasa Analis 25.000,00- Admnistrasi 25.000,00
19
- Stik Pemeriksaan Narkoba 70.000,00 145.000,009 Surat Keterangan Kematian 20.000,00
10 Surat Keterangan kelahiran 20.000,0011 Visum Luar
- Jasa Sarana 25.000,00
- Jasa medik 150.000,00 250.000,00- Jasa Perawat 75.000,00
12 Bedah Mayat- Jasa Sarana 150.000,00- Jasa medik 300.000,00 650.000,00- Jasa Perawat 200.000,00
13 Penyimpanan Jenazah per hari - Jasa Sarana 50.000,00- Jasa Pelayanan 50.000,00 100.000,00
14 Perawatan / Pemandian Jenasah - Jasa Sarana 100.000,00- Jasa Pelayanan 100.000,00 200.000,00
15 Pengawetan Jenasah Dengan Formalin - Jasa Sarana 400.000,00- Jasa Pelayanan 300.000,00 700.000,00
16 Jasa Petugas Gudang Obat / Apotek untuk 5.000,00 5.000,00 pelayanan pemberian obat kepada pasien
17 Tarif Khusus Warga Negara Asing 2 x tarif pasien umum
18 Semua tarisf pemeriksaan, tindakan medik/teraphy yang belum tercantum dalam peraturan daerah ini akan disesuaikan dengan tarif pemeriksaan/tindakan yang setara
19 Pasien Askes dikenakan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku
20 Bagi penderita atau instansi yang mengadakan perjan- jian kerja sama dengan RSUD Dekai ditentukan sesuai dengan kesepakatan dengan kedua bela pihak
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF PELAYANAN PUSKESMAS
No. Jenis Pelayanan Tarif Dalam Rupiah Perincian Jumlah Total
A. Puskesmas1. Poliklinik Umum
Jasa Sarana 10.000Jasa Medis 10.000Jasa Perawatan 5.000 25.000
2. Tarif Per Hari Perawatan Jasa Sarana 10.000Jasa Medis 10.000Makan minum pasien 20.000Akomodasi 10.000 50.000
3. Jasa Analis Pemeriksaan Laboratorium
5.000
240
19
- Stik Pemeriksaan Narkoba 70.000,00 145.000,009 Surat Keterangan Kematian 20.000,00
10 Surat Keterangan kelahiran 20.000,0011 Visum Luar
- Jasa Sarana 25.000,00
- Jasa medik 150.000,00 250.000,00- Jasa Perawat 75.000,00
12 Bedah Mayat- Jasa Sarana 150.000,00- Jasa medik 300.000,00 650.000,00- Jasa Perawat 200.000,00
13 Penyimpanan Jenazah per hari - Jasa Sarana 50.000,00- Jasa Pelayanan 50.000,00 100.000,00
14 Perawatan / Pemandian Jenasah - Jasa Sarana 100.000,00- Jasa Pelayanan 100.000,00 200.000,00
15 Pengawetan Jenasah Dengan Formalin - Jasa Sarana 400.000,00- Jasa Pelayanan 300.000,00 700.000,00
16 Jasa Petugas Gudang Obat / Apotek untuk 5.000,00 5.000,00 pelayanan pemberian obat kepada pasien
17 Tarif Khusus Warga Negara Asing 2 x tarif pasien umum
18 Semua tarisf pemeriksaan, tindakan medik/teraphy yang belum tercantum dalam peraturan daerah ini akan disesuaikan dengan tarif pemeriksaan/tindakan yang setara
19 Pasien Askes dikenakan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku
20 Bagi penderita atau instansi yang mengadakan perjan- jian kerja sama dengan RSUD Dekai ditentukan sesuai dengan kesepakatan dengan kedua bela pihak
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF PELAYANAN PUSKESMAS
No. Jenis Pelayanan Tarif Dalam Rupiah Perincian Jumlah Total
A. Puskesmas1. Poliklinik Umum
Jasa Sarana 10.000Jasa Medis 10.000Jasa Perawatan 5.000 25.000
2. Tarif Per Hari Perawatan Jasa Sarana 10.000Jasa Medis 10.000Makan minum pasien 20.000Akomodasi 10.000 50.000
3. Jasa Analis Pemeriksaan Laboratorium
5.000
241
19
- Stik Pemeriksaan Narkoba 70.000,00 145.000,009 Surat Keterangan Kematian 20.000,00
10 Surat Keterangan kelahiran 20.000,0011 Visum Luar
- Jasa Sarana 25.000,00
- Jasa medik 150.000,00 250.000,00- Jasa Perawat 75.000,00
12 Bedah Mayat- Jasa Sarana 150.000,00- Jasa medik 300.000,00 650.000,00- Jasa Perawat 200.000,00
13 Penyimpanan Jenazah per hari - Jasa Sarana 50.000,00- Jasa Pelayanan 50.000,00 100.000,00
14 Perawatan / Pemandian Jenasah - Jasa Sarana 100.000,00- Jasa Pelayanan 100.000,00 200.000,00
15 Pengawetan Jenasah Dengan Formalin - Jasa Sarana 400.000,00- Jasa Pelayanan 300.000,00 700.000,00
16 Jasa Petugas Gudang Obat / Apotek untuk 5.000,00 5.000,00 pelayanan pemberian obat kepada pasien
17 Tarif Khusus Warga Negara Asing 2 x tarif pasien umum
18 Semua tarisf pemeriksaan, tindakan medik/teraphy yang belum tercantum dalam peraturan daerah ini akan disesuaikan dengan tarif pemeriksaan/tindakan yang setara
19 Pasien Askes dikenakan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku
20 Bagi penderita atau instansi yang mengadakan perjan- jian kerja sama dengan RSUD Dekai ditentukan sesuai dengan kesepakatan dengan kedua bela pihak
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF PELAYANAN PUSKESMAS
No. Jenis Pelayanan Tarif Dalam Rupiah Perincian Jumlah Total
A. Puskesmas1. Poliklinik Umum
Jasa Sarana 10.000Jasa Medis 10.000Jasa Perawatan 5.000 25.000
2. Tarif Per Hari Perawatan Jasa Sarana 10.000Jasa Medis 10.000Makan minum pasien 20.000Akomodasi 10.000 50.000
3. Jasa Analis Pemeriksaan Laboratorium
5.000
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF PELAYANAN PUSKESMAS
19
- Stik Pemeriksaan Narkoba 70.000,00 145.000,009 Surat Keterangan Kematian 20.000,00
10 Surat Keterangan kelahiran 20.000,0011 Visum Luar
- Jasa Sarana 25.000,00
- Jasa medik 150.000,00 250.000,00- Jasa Perawat 75.000,00
12 Bedah Mayat- Jasa Sarana 150.000,00- Jasa medik 300.000,00 650.000,00- Jasa Perawat 200.000,00
13 Penyimpanan Jenazah per hari - Jasa Sarana 50.000,00- Jasa Pelayanan 50.000,00 100.000,00
14 Perawatan / Pemandian Jenasah - Jasa Sarana 100.000,00- Jasa Pelayanan 100.000,00 200.000,00
15 Pengawetan Jenasah Dengan Formalin - Jasa Sarana 400.000,00- Jasa Pelayanan 300.000,00 700.000,00
16 Jasa Petugas Gudang Obat / Apotek untuk 5.000,00 5.000,00 pelayanan pemberian obat kepada pasien
17 Tarif Khusus Warga Negara Asing 2 x tarif pasien umum
18 Semua tarisf pemeriksaan, tindakan medik/teraphy yang belum tercantum dalam peraturan daerah ini akan disesuaikan dengan tarif pemeriksaan/tindakan yang setara
19 Pasien Askes dikenakan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku
20 Bagi penderita atau instansi yang mengadakan perjan- jian kerja sama dengan RSUD Dekai ditentukan sesuai dengan kesepakatan dengan kedua bela pihak
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF PELAYANAN PUSKESMAS
No. Jenis Pelayanan Tarif Dalam Rupiah Perincian Jumlah Total
A. Puskesmas1. Poliklinik Umum
Jasa Sarana 10.000Jasa Medis 10.000Jasa Perawatan 5.000 25.000
2. Tarif Per Hari Perawatan Jasa Sarana 10.000Jasa Medis 10.000Makan minum pasien 20.000Akomodasi 10.000 50.000
3. Jasa Analis Pemeriksaan Laboratorium
5.000
242
BAB VIITATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 8
(1) Retribusi terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang diterbitkan oleh Bupati.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 9
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus;(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambatlambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang merupakan tanggal jatuh tempo pembayaran Retribusi.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(4) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(5) Tatacara pembayaran, pembayaran dengan angsuran dan penundaan pembayaran Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
243
Pasal 10
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSRD.
(3) Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSRD, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VIIITATA CARA PENAGIHAN
Pasal 11
(1) Untuk melakukan penagihan Retribusi, Bupati dapat menerbitkan STRD jika Wajib Retribusi tidak membayar Retribusi Terutang tepat pada waktunya atau kurang membayar.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.
(3) Jumlah kekurangan Retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(4) Tata cara penagihan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB IXKEBERATAN
Pasal 12
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
244
disertai alasan alasan yang jelas.(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan
retribusi Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut.
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dan menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penangihan retribusi.
Pasal 13
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi Keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 14
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
245
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua per seratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.
Pasal 15
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang kurangnya menyebutkan :
a. nama dan alamat Wajib Retribusi; b. masa retribusi; c. besarnya kelebihan pembayaran; d. alasan yang singkat dan jelas.(3) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi
disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.(4) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos
tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.
246
Pasal 16
(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.
(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara memindahbukukan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 17
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.
(2) Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi antara lain untuk mengangsur.
(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain diberikan kepada masyarakat yang ditimpa bencana alam dan atau kerusuhan.
(4) Tata Cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XIIKEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 18
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:
247
a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung
maupun tidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 19
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIIIKETENTUAN PIDANA
Pasal 20
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
248
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara.
BAB XIVPENYIDIKAN
Pasal 21
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan
laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah;
d. memeriksa buku buku, catatan catatan dan dokumen dokumen berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah.
g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana tersebut pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi Daerah;
249
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVKETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Halhal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah.
Pasal 23
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Yahukimo
Ditetapkan di Yahukimopada tanggal, 22 Mei 2012
BUPATI YAHUKIMO
ONES PAHABOL
250
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR : 10 TAHUN 2012
TENTANGRETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI YAHUKIMO,
Menimbang : a. bahwa bahwa pungutan retribusi adalah salah satu sumber pendapatan guna meningkatkan Pendapat an Asli Daerah sehingga dapat mewujudkan kemandiri an daerah dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, penetapan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo tentang Retribusi Persampahan;
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
2. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
251
3. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
4. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
6. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
252
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Ketentuan Umum Mengenai Penyidikan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah jo. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo Nomor 11 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi danTata Kerja Dinasdinas Daerah Kabupaten Yahukimo,
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
YAHUKIMOdan
BUPATI YAHUKIMOMEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :a. Daerah adalah Kabupaten Yahukimo ;b. Pemerintah Daerah adalah : Pemerintah Kabupaten Yahukimo ;
253
c. Kepala Daerah adalah Bupati Yahukimo;d. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas dibidang Retributsi
Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku ;
e. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari lingkungan di desa/kelurahan sebelum diangkat ke TPA ;
f. Tempat Pembuangan Sementara yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk menampung, mengelolah dan memusnahkan sampah ;
g. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat atau setengah padat yang berasal dari kegiatan orang pribadi atau Badan yang terdiri dari bahan organik atau non organik, logam dan non logam yang dapat terbakar tetapi tidak termasuk buangan biologis/kotoran manusia dan sampah berbahaya ;
h. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat di nikmati oleh orang pribadi atau badan ;
i. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Umaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya ;
j. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas jasa pelayanan Persampahan/Kebersihan yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan ;
k. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi ;
l. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan
254
batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan Pemberian Ijin tempat penjualan minuman beralkohol dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan ;
m. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPORD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data obyek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ketempat alain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah ;
n. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang ;
o. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKRDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan ;
p. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar dari Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang ;
q. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bungan dan atau denda ;
r. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKDT dan SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi ;
s. Pemerikasaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mnegumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah berdasarkan pereaturan perundangundangan retribusi daerah ;
t. Penyidikan Tindak Pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik pegawai
255
negeri sipil yang selanjutnya dapat disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkaan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi daerah serta menemukan tersangkanya.
BAB IINAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dipungut Retribusi atau setiap pelayanan persampahan/kebersihan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 3
(1) Obyek Retribusi Meliputi :a. pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi
pembuangan sementara;b. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi
pembuangan sementara ke lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah; dan
c. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.(2) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah Pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, sosial, dan tempat umum lainnya.
Pasal 4
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati pelayanan parsampahan/kebersihan.
256
BAB IIIGOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan digolongkan sebagai Retiribusi Jasa umum.
BAB IVCARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
(1) Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis dan volume sampah.
(2) Jenis sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sampah organik dan non organik berbahaya dan tidak berbahaya.
(3) Dalam hal volume sampah sulit diukur, maka volume sampah dapat ditaksir dengan berbagai pendekatan antara lain berdasarkan luas lantai bangunan rumah tangga, perdagangan dan industri.
BAB VPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIFPasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(3) Dalam hal penetapan tarif, sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, dan hanya untuk menutup sebagian biaya.
257
BAB VISTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
Struktur dan besarnya tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut :a. Pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pemusnahan sampah
rumah tangga:1. Luas bangunan < 71 M2 Rp. 5.000/bulan2. Luas bangunan 71 M2 s/d 300 M2 Rp. 10.000/bulan3. Luas bangunan > 300 M2 Rp. 15.000/bulan
b. Pengambilan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan sampah perdagangan, antara lain, pasar, pertokoan dan rumah makan :1. Kecil (volume sampah < 0,51 M³/hari) Rp. 20.000/bulan2. Sedang (volume sampah 0,5 M³ s/d 0,75 M³/hari) Rp .
30.000/bulan3. Besar (volume sampah > 0,75 M³/hari) Rp. 35.000/bulan
c. Pengambilan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan sampah industri antara lain rumah sakit, hotel dan pabrik :1. Kecil (volume sampah < 0,51 M³/hari Rp. 15.000/bulan2. Sedang(volume sampah 0,5 M³ s/d 0,75 M³/hari) Rp .
30.000/bulan3. Besar (volume sampah > 0,75 M³/hari) Rp. 35.000/bulan
d. Penggunaan TPA oleh orang pribadi atau badan dikenakan Rp. 20.000/bulan
BAB VIIWILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi terutang dipungut di wilayah Daerah tempat pelayanan persampahan/kebersihan diberikan.
258
BAB VIIIMASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10
Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan.
Pasal 11
Saat terutangnya Retribusi adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB IXTATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 12
(1) Retribusi terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang diterbitkan oleh Bupati.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SKRD atau doku men lain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 13
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus;(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambatlambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang merupakan tanggal jatuh tempo pembayaran Retribusi.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
259
(4) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(5) Tatacara pembayaran, pembayaran dengan angsuran dan penundaan pembayaran Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 14
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSRD.
(3) Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSRD, ditetapkan dengan Peraturan Bupati
.BAB X
TATA CARA PENAGIHANPasal 15
(1) Untuk melakukan penagihan Retribusi, Bupati dapat menerbitkan STRD jika Wajib Retribusi tidak membayar Retribusi Terutang tepat pada waktunya atau kurang membayar.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.
(3) Jumlah kekurangan Retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(4) Tata cara penagihan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
260
BAB XIK E B E R A T A N
Pasal 16
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB;
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasanalasan yang jelas;
(3) dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, tersebut;
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya;
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak di pertimbangkan;
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 17
(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi Keputusan atas keberatan yang diajukan ;
(2) Keputusan Kepala Daerah atas Keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang ;
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu Keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
261
BAB XIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 18
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Kepala Daerah ;
(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan ;
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah di lampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan;
(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut;
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB;
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi ;
Pasal 19
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Kepala Daerah dengan sekurangkurangnya menyebutkan :a. nama dan alamat wajib retribusi;b. masa retribusi;
262
c. besarnya kelebihan pembayaran;d. alasan yang singkat dan jelas.
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat;
(3) Bukti penerimaan oleh pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Kepala Daerah.
Pasal 20
(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi;
(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperintungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara memindah bukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIIIPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN
RETRIBUSIPasal 21
(1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi ;
(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi antara lain untuk mengangsur ;
(3) Tata Cara Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Kepala Daerah.
263
BAB XIVKEDALUARSA PENAGIHAN
Pasal 22
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik
langsung maupun tidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 23
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
264
BAB XVKETENTUAN PIDANA
Pasal 24
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara.
BAB XVIP E N Y I D I K A N
Pasal 25
(1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ;
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut ;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi
265
Daerah ;d. Memeriksa Bukubuku, catatancatatan dan dokumen
dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah ;
e. Melakukan Penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumendokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah ;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana pada huruf e ;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah ;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi ;j. Menghentikan penyidikan ;k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulanya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang di atur dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Halhal yang belum cukup diatur dalam peraturan daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Bupati.
266
Pasal 27
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran daerah Kabupaten Yahukimo.
Ditetapkan di Yahukimopada tanggal, 22 Mei 2012
BUPATI YAHUKIMO,
ONES PAHABOL,
267
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR : 11 TAHUN 2012
TENTANGRETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA
PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI YAHUKIMO,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil merupakan jenis retribusi golongan jasa umum;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) Undangundang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, penetapan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
2. UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,
268
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019);
3. Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
4. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
5. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634);
7. UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
269
Nomor 4634 ) 8. UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
9. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4736);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
270
Republik Indonesia Nomor 4768);12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2008
tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
13. Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo Nomor 11 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi danTata Kerja Dinasdinas Daerah Kabupaten Yahukimo,
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO
danBUPATI YAHUKIMO
MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI
PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Yahukimo;2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Yahukimo;3. Kepala Daerah adalah Bupati Yahukimo;4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang
retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
5. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha
271
tetap serta bentuk badan usaha lainnya.6. Penduduk adalah setiap orang, baik Warga Negara Indonesia
maupun Warga Negara Asing yang bertempat tinggal tetap di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan telah memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku;
7. Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya dapat disingkat KTP adalah kartu sebagai bukti (legitimasi) bagi setiap penduduk baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing;
8. Akta Catatan Sipil adalah akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan dan pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing, dan akta kematian yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayapura;
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil yang selanjutnya disebut sebagai retribusi adalah pembayaran atas penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan/atau Akta Catatan Sipil yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;
10. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;
11. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa pencetakan KTP dan atau penerbitan akte catatan sipil;
12. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyediakan barang, fasilitas atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
13. Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfataan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
14. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPORD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data obyek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran retribusi
272
yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah;
15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang;
16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan;
17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar dari Retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terutang;
18. Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat TRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;
19. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi;
20. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah berdasarkan peraturan perundang undangan retribusi daerah;
21. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak di bidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
273
BAB IINAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil dipungut retribusi atas Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.
Pasal 3
Objek Retribusi meliputi :1. Kartu Tanda Penduduk;2. Kartu Keterangan Bertempat Tinggal;3. Kartu Identitas Kerja;4. Kartu Penduduk Sementara;5. Kartu Identitas Penduduk Musiman;6. Kartu Keluarga;7. Akta Perkawinan;8. Akta Perceraian;9. Akta Pengesahan dan Pengakuan Anak;10. Akta Ganti Nama bagi Warga Negara Asing;11. Akta Kematian.
Pasal 4
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan sebagaimana obyek retribusi dalam Pasal 3.
BAB IIIGOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
274
Catatan Sipil digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB IVCARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan jumlah KTP, Kartu Keluarga dan/atau Akta Catatan Sipil yang dicetak.
BAB VPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIF Pasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil, hanya memperhitungkan biaya pencetakan dan pengadministrasian.
BAB VISTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut :a. Penggantian biaya cetak KTP per lembar Rp. 4.000,b. Kartu Keluarga per 4 lembar Rp. 8.000,c. Penggantian biaya cetak Akta Catatan Sipil :
1. Akta Perkawinan per lembar: Warga Negara Indonesia:
275
a. Di dalam kantor Rp. 20.000,b. Di luar kantor Rp. 35.000,
Warga Negara Asing:a. Di dalam kantor Rp. 40.000,b. Di luar kantor Rp. 70.000,
2. Akta Perceraian per lembar: Warga Negara Indonesia Rp. 30.000, Warga Negara Asing Rp. 50.000,
3. Akta Pengesahan dan Pengakuan per lembar : Warga Negara Indonesia Rp. 30.000, Warga Negara Asing Rp. 60.000,
4. Akta Ganti Nama bagi Warga Negara Asing per lembar Rp. 15.000,
5. Akta Kematian per lembar : Warga Negara Indonesia Rp. 5.000, Warga Negara Asing Rp. 10.000,
6. Akta Pengangkatan Anak per lembar Warga Negara Indonesia Rp. 40.000, Warga Negara Asing Rp. 10.000,
d. Salinan :1. Akta Kelahiran :
Warga Negara Indonesia Rp. 25.000, Warga Negara Asing Rp. 50.000,
2. Akta Perkawinan : Warga Negara Indonesia Rp. 30.000, Warga Negara Asing Rp. 60.000,
3. Akta Perceraian per lembar: Warga Negara Indonesia Rp. 30.000, Warga Negara Asing Rp. 60.000,
4. Akta Kematian : Warga Negara Indonesia Rp. 10.000, Warga Negara Asing Rp. 20.000,
5. Akta Pengakuan dan Pengesahan : Warga Negara Indonesia Rp. 30.000, Warga Negara Asing Rp. 60.000,
276
BAB VIIWILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retbusi yang terutang dipungut diwilayah Daerah tempat pelayanan cetak KTP atau Akta Catatan Sipil diberikan.
BAB VIIIMASA RETRIBUSI DAN SAAT TERUTANG RETRIBUSI
Pasal 10
Masa Retribusi KTP adalah jangka waktu yang lamanya 3 (tiga) tahun.
Pasal 11
Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB IXTATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 12
(1) Retribusi terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang diterbitkan oleh Bupati.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 13
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus;
277
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang merupakan tanggal jatuh tempo pembayaran Retribusi.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(4) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(5) Tatacara pembayaran, pembayaran dengan angsuran dan penundaan pembayaran Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 14
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSRD.
(3) Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSRD, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XTATA CARA PENAGIHAN
Pasal 15
(1) Untuk melakukan penagihan Retribusi, Bupati dapat menerbitkan STRD jika Wajib Retribusi tidak membayar Retribusi Terutang tepat pada waktunya atau kurang membayar.
278
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.
(3) Jumlah kekurangan Retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(4) Tata cara penagihan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XIPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN
RETRBUSIPasal 16
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.
(2) Pemberian pengurangan dan keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan masyarakat antara lain dapat diberikan kepada orang cacat, pelajar atau mahasiswa.
(3) Pemberian pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain untuk Wajib Retribusi yang berusia lanjut atau yang berusia 50 tahun keatas.
(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.
BAB XIIKEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 17
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
279
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik
langsung maupun tidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 18
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIIIKETENTUAN PIDANA
Pasal 19
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
280
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XIVPENYIDIKAN
Pasal 20
(1) Pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah atau Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah;
d. memeriksa buku buku, catatan catatan dan dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
281
dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dlpertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVKETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Pasal 22
Halhal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 23
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
282
Setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Yahukimo.
Ditetapkan di Yahukimopada tanggal : 22 Mei 2012 BUPATI YAHUKIMO,
ONES PAHABOL
283
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR : 12 TAHUN 2012
TENTANGRETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI YAHUKIMO,
Menimbang : a. bahwa pungutan retribusi adalah salah satu sumber pendapatan guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sehingga dapat mewujudkan kemandirian daerah dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, penetapan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo tentang Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
2. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
284
3. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
4. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
7. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
285
8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk keperluan Tempat Pemakaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3350);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
10. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Pewakafan Tanah Milik;
11. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman;
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Ketentuan Umum Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah jo. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;
286
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
YAHUKIMOdan
BUPATI YAHUKIMOMEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Yahukimo;2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Yahukimo;3. Bupati adalah Bupati Yahukimo;4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang
retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
5. Kas Daerah adalah kas Daerah Kabupaten Yahukimo;6. Bendahara Penerimaan adalah Pejabat Fungsional yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.
7. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
8. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Yahukimo;
9. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan organg pribadi atau badan.
287
10. Makam adalah Tempat untuk menguburkan mayat/jenasah.11. Tempat Pemakaman Umum adalah areal tanah yang disediakan
untuk keperluan pemakaman mayat/jenasah yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
12. Tempat Pemakaman Bukan Umum adalah areal tanah yang disediakan untuk keperluan Pemakaman mayat/jenasah yang dikelola oleh Badan Sosial dan atau Badan Keagaman.
13. Tempat Pemakaman Khusus adalah areal tanah yang digunakan untuk keperluan Pemakaman karena faktor sejarah kebudayaan mempunyai arti khusus.
14. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.
15. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
16. Retribusi Pelayanan Pemakaman yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan pemakaman yang meliputi pelayanan penguburan/pemakaman mayat, dan sewa tempat pemakaman yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
17. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi daerah.
18. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SPORD, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data obyek retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut pertimbangan peraturan perundangundangan.
288
19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang.
20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKRDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.
21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
22. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
23. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Retribusi.
24. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengelola data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundangundangan.
25. Penyidikan Tindak Pidana di bidang retribusi Daerah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menentukan tersangkanya.
BAB IINAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat, dipungut retribusi atas pelayanan pemakaman yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
289
Pasal 3
(1) Objek Retribusi meliputi :a. Pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan
pengurukan, danb. Sewa tempat pemakaman yang dimiliki atau dikelola
Pemerintah Daerah.
Pasal 4
Subyek Retribusi adalah ahli waris atau seorang yang bertanggung jawab terhadap pemakaman.
BAB IIIGOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat digolongkan sebagai retribusi Jasa Umum.
BAB IVCARA MENGHITUNG TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat Penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis pelayanan dan jumlah mayat/jenasah yang dimakamkan
BAB VPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIFPasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan
290
masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(3) Dalam hal penetapan tarif, sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, dan hanya untuk menutup sebagian biaya.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSIPasal 8
Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut :a. Liang Kubur :
1. Dewasa (17 tahun ke atas) Rp. 50.0002. Anakanak (6 s.d. 16 tahun) Rp. 35.0003. Balita (0 s.d. 5 tahun) Rp. 25.000
b. Penggalian Liang Kubur :1. Dewasa Rp. 100.0002. Anakanak Rp. 75.000
c. Perbaikan/pemugaran makam Rp. 50.000/md. Penggalian Rangka/jenasah Rp. 200.000
BAB VIIWILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat Pelayanan pemakaman diberikan.
BAB VIIISAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10
Saat Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
291
BAB IXTATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 11
(1) Retribusi terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang diterbitkan oleh Bupati.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 12
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus;(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambatlambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang merupakan tanggal jatuh tempo pembayaran Retribusi.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(4) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(5) Tatacara pembayaran, pembayaran dengan angsuran dan penundaan pembayaran Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
292
Pasal 13
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSRD.
(3) Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSRD, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XTATA CARA PENAGIHAN
Pasal 14
(1) Untuk melakukan penagihan Retribusi, Bupati dapat menerbitkan STRD jika Wajib Retribusi tidak membayar Retribusi Terutang tepat pada waktunya atau kurang membayar.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.
(3) Jumlah kekurangan Retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(4) Tata cara penagihan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XIKEBERATAN
Pasal 15
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT,dan SKRDLB.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasanalasan yang jelas.
293
(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut.
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 16
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat, Bupati tidak memberikan suatu Keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 17
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi
294
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Apabila Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.
Pasal 18
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurangkurangnya menyebutkan :
a. nama dan alamat Wajib Retribusi; b. masa retribusi; c. besarnya kelebihan pembayaran; d. alasan yang singkat dan jelas.(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.
(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti penerimaan pos tercatat.
295
Pasal 19
(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.
(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIIIPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN
RETRIBUSIPasal 20
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebas an retribusi.
(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memberikan kemampuan wajib retribusi.
(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XIVKEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 21
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:
a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung
maupun tidak langsung.
296
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 22
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XV
KETENTUAN PIDANAPasal 23
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3(tiga) kali jumlah retribusi terutang.
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
297
Pasal 24
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah tersebut;
c. menerima keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi dan badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
d. memeriksa bukubuku, catatancatatan dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk medapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumendokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksa sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
298
sebagai tersangka atau saksi;j. menghentikan penyidikan;k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Yahukimo.
Ditetapkan di Yahukimopada tanggal; 22 Mei 2012
BUPATI YAHUKIMO,
ONES PAHABOL
299
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR : 13 TAHUN 2012
TENTANGRETRIBUSI PASAR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI YAHUKIMO,
Menimbang : a. bahwa pungutan retribusi adalah salah satu sumber pendapatan guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sehingga dapat mewujudkan kemandirian daerah dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dinyatakan penetapan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo tentang Retribusi Pasar;
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat tentang Kabupatenkabupaten otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
2. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
3. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
300
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
4. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
6. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
301
8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3692);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Ketentuan Umum Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah jo. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
YAHUKIMODan
BUPATI YAHUKIMOMEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PASAR.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Yahukimo;
302
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Yahukimo;3. Bupati adalah Bupati Yahukimo;4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang
retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
5. Kas Daerah adalah kas Daerah Kabupaten Yahukimo;6. Bendahara Penerimaan adalah Pejabat Fungsional yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.
7. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
8. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Yahukimo;
9. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan organg pribadi atau badan.
10. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.
11. Pasar adalah tempat yang diberi batas tertentu dan terdiri atas halaman/pelataran, bangunan berbentuk los dan/atau kios dan bentuk lainnya yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk pedagang.
12. Los adalah bangunan tetap didalam lingkungan pasar berbentuk bangunan memanjang tanpa dilengkapi dinding.
13. Kios adalah bangunan dipasar yang beratap dan dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan dinding pemisah mulai dari lantai
303
sampai denga langitlangit yang dipergunakan untuk usaha penjualan.
14. MCK adalah bangunan dipasar yang disediakan khusus untuk mandi, cuci dan buang air besar dan kecil.
15. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
16. Retribusi pasar yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas penyediaan fasilitas pasar yang berupa halaman/pelataran, los dan atau kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD) pasar.
17. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi daerah.
18. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan fasilitas pasar.
19. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPORD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data obyek retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut peraturan perundangundangan.
20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang.
21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKROKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.
22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan
304
jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
23. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
24. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi.
25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundang undangan.
26. Penyidikan tindak Pidana di bidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak Pidana di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB IINAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pelayanan Pasar, dipungut retribusi atas penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa pelataran, los, kios yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.
(2) Tidak termasuk obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
305
(1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta
Pasal 4
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan pelayanan penyediaan fasilitas pasar.
BAB IIIGOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Pelayanan Pasar digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB IVCARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat Penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis fasilitas, kelas pasar, dan jangka waktu pemakaian.
BAB VPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STUKTUR
DAN BESARNYA TARIFPasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(3) Dalam hal penetapan tarif, sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, dan hanya untuk menutup sebagian biaya
306
BAB VISTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri atas halaman/pelataran, los dan/atau kios, luas lokasi dan jangka waktu pemakaian.
(2) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menentukan kelas pasar.
(3) Kelas pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati.
(4) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :
4
Pasal 4 Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan pelayanan penyediaan fasilitas pasar.
BAB III GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Pelayanan Pasar digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat Penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis fasilitas, kelas pasar, dan jangka waktu pemakaian
BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
(1)Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan.
(2)Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(3)Dalam hal penetapan tarif, sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, dan hanya untuk menutup sebagian biaya
BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8 (1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri atas halaman/pelataran, los
dan/atau kios, luas lokasi dan jangka waktu pemakaian.
(2) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menentukan kelas pasar.
(3) Kelas pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati.
(4) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :
LOKASI JENIS FASILITAS TARIF1 2 3
Pasar Kelas II (Kabupaten) a. Los b. Kios c. Fasilitas MCK Mandi Buang air besar Buang air keci
Rp.500/HariRp.1.500/Hari
Rp. 1.000/sekali pakai Rp.500/sekali pakai
Rp.500/sekali pakai
BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
BAB VIIWILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi yang terutang dipungut diwilayah Daerah Tempat pelayanan penyediaan pasar diberikan.
BAB VIIIMASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10
Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan atau ditetapkan lain oleh Bupati.
307
Pasal 11
Saat retribusi terutangnya adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB IXTATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 12
(1) Retribusi terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang diterbitkan oleh Bupati.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 13
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus;(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambatlambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang merupakan tanggal jatuh tempo pembayaran Retribusi.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(4) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
308
(5) Tatacara pembayaran, pembayaran dengan angsuran dan penundaan pembayaran Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 14
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSRD.
(3) Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSRD, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XTATA CARA PENAGIHAN
Pasal 15
(1) Untuk melakukan penagihan Retribusi, Bupati dapat menerbitkan STRD jika Wajib Retribusi tidak membayar Retribusi Terutang tepat pada waktunya atau kurang membayar.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.
(3) Jumlah kekurangan Retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(4) Tata cara penagihan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XIKEBERATAN
Pasal 16
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT,dan SKRDLB.
309
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alas analasan yang jelas.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut.
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT,dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 17
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 18
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
310
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan Pengembalian kelebihan Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Apabila Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.
Pasal 19
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurangkurangnya menyebutkan :
a. nama dan alamat Wajib Retribusi; b. masa retribusi; c. besarnya kelebihan pembayaran; d. alasan yang singkat dan jelas.(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi
disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos
tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.
311
Pasal 20
(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.
(2) Apabila Kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIIIPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN
RETRBUSIPasal 21
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan pembebasan retribusi.
(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud Pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.
(3) Tata Cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.
BAB XIVKEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 22
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik
langsung maupun tidak langsung.
312
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 23
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XVKETENTUAN PIDANA
Pasal 24
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara.
313
BAB XVIPENYIDIKAN
Pasal 25
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah;
d. memeriksa bukubuku, catatancatatan dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk medapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumendokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi Daerah;
314
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya akan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Halhal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 27
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Yahukimo.
Ditetapkan di Yahukimopada tanggal; 22 Mei 2012
BUPATI YAHUKIMO,
ONES PAHABOL
315
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR : 14 TAHUN 2012
TENTANGRETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI YAHUKIMO,
Menimbang : a. bahwa pungutan retribusi adalah salah satu sumber pendapatan guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sehingga dapat mewujudkan kemandirian daerah dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, penetapan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
2. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
3. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
316
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
4. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
7. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor
317
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Ketentuan Umum Mengenai Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah jo. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
YAHUKIMOdan
BUPATI YAHUKIMOMEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
318
1. Daerah adalah Kabupaten Yahukimo;2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Yahukimo;3. Bupati adalah Bupati Yahukimo;4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang
Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
5. Kas Daerah adalah kas Daerah Kabupaten Yahukimo;6. Bendahara Penerimaan adalah Pejabat Fungsional yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.
7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Yahukimo;
8. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan organg pribadi atau badan.
9. Peta adalah suatu benda yang terbuat dari kertas atau sejenisnya yang memuat gambar mengenai suatu lokasi/wilayah dengan skala tertentu yang dapat memberikan informasi mengenai batasbatas wilayah dengan menunjukan adanya jalan, sungai, gunung, daratan, lautan, termasuk peta Kabupaten, peta Kecamatan, peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), peta Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK), peta Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), peta Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan peta Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK) atau Site Plan.
10. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap serta badan usaha lainnya.
11. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan
319
atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
12. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah Pembayaran atas penerbitan peta oleh Pemerintah Daerah.
13. Wajib Retribusi adalah orang pribadi yang menurut peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.
14. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SPORD, adalah Surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan objek retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar pertimbangan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundangundangan.
15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.
16. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundangundangan.
17. Penyidikan Tindak Pidana di bidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB IINAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta, dipungut Retribusi atas pencetakan peta.
320
Pasal 3
Objek Retribusi adalah penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah meliputi :a. Peta Kabupaten;b. Peta Distrik dan Kampung;c. Peta RTRW;d. Peta RDTRK;e. peta RUTRK;f. peta RTRK.
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menikmati/mendapatkan pelayanan penyediaan peta.
BAB IIIGOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB IVCARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah dan ukuran peta yang dicetak/disediakan.
321
BAB VPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIFPasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta, hanya memperhitungkan biaya pencetakan dan pengadministrasian
BAB VISTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut:a. Peta Kabupaten dengan ukuran
− 100 x 100 cm Rp.100.000− 50 x 50 cm Rp.75.000− 25 x 25 cm Rp.50.000
b. Peta Distrik dan kampong dengan ukuran− 100 x 100 cm Rp.100.000− 50 x 50 cm Rp.75.000− 25 x 25 cm Rp.50.000
c. Peta RTRW dengan ukuran− 50 x 50 cm Rp.75.000− 25 x 25 cm Rp.50.000
d. Peta RDTRK dengan ukuran− 50 x 50 cm Rp.75.000− 25 x 25 cm Rp.50.000
e. Peta RUTRK dengan ukuran− 50 x 50 cm Rp.75.000− 25 x 25 cm Rp.50.000
322
f. Peta RTRK dengan ukuran:− 50 x 50 cm Rp.75.000− 25 x 25 cm Rp.50.000
BAB VIISAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 9
Saat Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB VIIIWILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 10
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat penyediaan cetak peta diberikan.
BAB IXTATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 11
(1) Retribusi terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang diterbitkan oleh Bupati.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 12
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus;(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambatlambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang
323
dipersamakan yang merupakan tanggal jatuh tempo pembayaran Retribusi.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(4) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada
Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.(5) Tatacara pembayaran, pembayaran dengan angsuran dan
penundaan pembayaran Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 13
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSRD.
(3) Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSRD, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XTATA CARA PENAGIHAN
Pasal 14
(1) Untuk melakukan penagihan Retribusi, Bupati dapat menerbitkan STRD jika Wajib Retribusi tidak membayar Retribusi Terutang tepat pada waktunya atau kurang membayar.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.
(3) Jumlah kekurangan Retribusi yang terutang dalam STRD
324
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(4) Tata cara penagihan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XIPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN
RETRIBUSIPasal 15
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.
(2) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XIIKEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 16
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:
a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung
maupun tidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan
325
kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 17
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIIIKETENTUAN PIDANA
Pasal 18
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara.
BAB XIVPENYIDIKAN
Pasal 19
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah
326
Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah tersebut;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
d. memeriksa bukubuku, catatancatatan dan dokumendokumen lain berkenan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumendokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
327
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat menpertanggung jawaban;
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVKETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Yahukimo.
Ditetapkan di : Sumohaipada tanggal : 22 Mei 2012
BUPATI YAHUKIMO,
ONES PAHABOL
328
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR : 15 TAHUN 2012
TENTANGRETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI YAHUKIMO,
Menimbang : a. bahwa retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan Pemerintah dan pembangunan di daerah guna menunjang pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab;
b. bahwa untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pengelolaan, Pelabuhan Kapal yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, maka dipandang perlu mengatur retribusi penggunaanya;
c. bahwa berdasarkan pertimbanganpertimbangan tersebut diatas maka perlu mengatur Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
2. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
329
3. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
4. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
6. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
330
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
10. KeputusanMenetri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Ketentuan Umum Mengenai Penyidikan Pegawai negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah daerah jo. Keputusan Menteri Dalam Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;
11. Peraturan tentang Perhubungan……………………….
Dengan persetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
YAHUKIMOMEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMO TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :1. Daerah atau Kabupaten adalah Kabupaten Yahukimo;2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah Kabupaten beserta
Perangkat Daerah yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;3. Kepala Daerah atau disebut Bupati adalah Bupati Yahukimo;4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Yahukimo
331
selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif Daerah;5. Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah selanjutnya
disingkat DPKAD adalah Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Yahuimo;
6. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
7. Badan adalah sekempulun orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi social politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
8. Kas Daerah adalah kas Daerah Kabupaten Yahukimo;9. Bendaharawan Khusus Penerima, selanjutnya disingkat BKP adalah
Bendaharawan Khusus Penerima pada Kantor Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Yahukimo;
10. Kapal adalah semua jenis kendaraan yang digunakan diatas air;11. Pelabuhan Kapal adalah penyediaan dermaga/pelabuhan untuk
tambat kapal dalam melakukan kegiatan bongkar muat barang/orang, yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah;
12. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsipprinsip komesial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sector swasta;
13. pelayan kepalabuhanan adalah pelayanan pada pelabuhhan kapal termasuk fasilitas lainya di lingkungan pelabuhan kapal yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Daereah, termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Swasta;
14. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan pelabuhan yang dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah Daerah;
332
15. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran , termasuk pemungutan atau pemoteongan retribusi tertentu;
16. Masa Retribusi adalah suatu jangka wajktu tertentu yang merupakan batas bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan penyediaan tempat tambat kapal dan bongkar muat barang dar Pemerintah Daerah;
17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang
18. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengelola data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan retribusi daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan kektentuan peraturan perundangundangan dibidang retribusi;
20. Penyidikan Tindak Pidana di bidang retribusi Daerah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidk, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menentukan tersangkanya.
BAB IINAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan, dipungut retribusi atas pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan.
333
Pasal 3
Obyek Retribusi sebagai jasa pelayanan Pelabuhan kapal meliputi :(1) Obyek Retribusi adalah pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk
fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan jasa kepelabuhanan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 4
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati jasa kepelabuhanan.
BAB IIIGOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.
BAB IVPENGUKURAN TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis layanan, volume barang, dan jangka waktu.
334
BAB VPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
TARIF RETRIBUSI Pasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB VIKLASIFIKASI DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
Struktur dan besaran tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut :a. Tambat kapal barang :
1. Kapal dengan ukuran s/d 50 ton Rp. 100.000,/hari2. Kapal dengan ukuran 50 ton keatas Rp. 250.000,/hari
b. Bongkar muat barang di dermaga :1. Bongkar muat dalam bentuk kemasan kotak besar
ukuran 70 cm x 40 cm x 45 cm Rp. 5000,/dos2. Bongkar muat dalam bentuk kotak kecil atau ukuran sedang Rp. 2500,/dos
3. Bongkar muat dalam kemasan kotak kecil atau ukuran 35 cm x 20 cm x 25 cm Rp. 1000,/dos 4. Bongkar muat dengan menggunakan container Rp. 200.000,/buah 5. Bongkar muat dalam bentuk lembaran/playwood/seng Rp. 1.000,/lembar 6. Bongkar muat barang semen/ beras Rp. 2000,/ zak 7. Bongkar spaarpat/elektronik/besi atau sejenisnya Rp. 3000,/ kg
335
8. Bongkar muat kendaraan roda empat Rp. 100.000,/unit 9. Bongkar muat kendaraan roda dua Rp. 50.000,/ unit 10. Bongkar muat sepeda Rp. 25.000,/ unit 11. Bongkar muat galian golongan C Rp. 100.000,/m3 12. Bongkar muat besi tua/sejenisnya Rp. 100.000,/m3
BAB VIIWILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat pelabuhan berlokasi.
BAB VIIIMASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10
Masa pembayaran retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan sejak ditetapkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, kecuali ditetapkan lain oleh Bupati.
Pasal 11
Retribusi terutang dalam masa retribusi pada saat ditetapkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB IXTATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 12
(1) Retribusi terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang diterbitkan oleh Bupati.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
336
(3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 13
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus;(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambatlambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang merupakan tanggal jatuh tempo pembayaran Retribusi.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(4) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(5) Tatacara pembayaran, pembayaran dengan angsuran dan penundaan pembayaran Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 14
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSRD.
(3) Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSRD, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
337
Pasal 15
(1) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(2) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(3) Jumlah kekurangan Retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
BAB XTATA CARA PENAGIHAN
Pasal 16
(1) Untuk melakukan penagihan Retribusi, Bupati dapat menerbitkan STRD jika Wajib Retribusi tidak membayar Retribusi Terutang tepat pada waktunya atau kurang membayar.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.
(3) Jumlah kekurangan Retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(4) Tata cara penagihan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
338
BAB XIPENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSIPasal 17
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.
BAB XIIKADALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 18
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik
langsung maupun tidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
339
Pasal 19
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIIIKETENTUAN P E N Y I D I K A N
Pasal 20
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten Yahukimo diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana Pelanggaran Peraturan Daereah ini;
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) :a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daearah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti,mencari, mengumpulkan keterangan mengenaiorang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
d. memeriksa buku – buku, catatan – catatan dan dokumen–dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen –dokumen lain, serta
340
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah;g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau sanksi;
j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang berlaku.
(3) Penyidikan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XIVKETENTUAN PIDANA
Pasal 21
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara.
341
BAB XVKETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan daerah mengenai Retribusi Pelabuhan dan Bandara dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 23
Hal – hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati dengan berpedoman pada ketentuan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 24
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daereah Kabupaten Yahukimo.
Disahkan di : Sumohaipada tanggal: 22 Mei 2012
BUPATI YAHUKIMO,
ONES PAHABOL
342
PERATURAN DAERAH KABUPATEN YAHUKIMONOMOR: 16 TAHUN 2012
TENTANGRETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI YAHUKIMO,
Menimbang: a. bahwa pungutan retribusi adalah salah satu sumber pendapatan guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sehingga dapat mewujudkan kemandirian daerah dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, penetapan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Yahukimo tentang Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah;
Mengingat: 1. UndangUndang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupatenkabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);
2. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
343
3. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842);
4. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
6. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
344
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Ketentuan Umum Mengenai Penyidikan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah jo. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
YAHUKIMOdan
BUPATI YAHUKIMOMEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN USAHA DAERAH.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Yahukimo;2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Yahukimo;3. Bupati adalah Bupati Yahukimo;4. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan
345
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap serta badan usaha lainnya.
5. Kas Daerah adalah kas Daerah Kabupaten Yahukimo;6. Bendahara Penerimaan adalah Pejabat Fungsional yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.
7. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
8. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Yahukimo;
9. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
10. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
11. Wajib Retribusi adalah orang pribadi yang menurut peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran rertribusi.
12. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SPORD, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundang undangan.
13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.
14. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengum
346
pul kan dan mengelola data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundang undangan retribusi Daerah.
15. Penyidikan Tindak Pidana di bidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyelidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB IINAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah, dipungut retribusi atas penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi adalah penjualan produksi hasil produksi usaha Pemerintah Daerah yang meliputi :a. bibit tanaman;b. bibit ternak;c. bibit ikan;
(2) Tidak termasuk objek retribusi adalah penjualan produksi oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang membeli hasil produksi usaha daerah.
347
BAB IIIGOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Penjualan Produksi Hasil Usaha Daerah digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.
BAB IVCARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan volume hasil produksi yang dijual.
BAB VPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIFPasal 7
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB VISTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :
348
4
BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :
A. BIBIT TANAMAN.
NO JENIS BIBIT/
BENIH
UKURAN SATUAN HARGA (Rp)
01 02 03 04 05 1. 2. 3.
dst.
B. BIBIT TERNAK
NO JENIS BIBIT/BENIH UKURAN SATUAN HARGA
(Rp) 01 02 03 04 05 1. 2. 3.
dst.
C. BIBIT IKAN
NO JENIS BIBIT/BENIH VARITAS UKURAN SATUAN HARGA
(Rp) 01 02 03 04 05 1. 2. 3.
dst.
BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9 Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat penjualan dilakukan.
BAB VIII RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10 Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 11
(1) Retribusi terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang diterbitkan oleh Bupati.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VIIWILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat penjualan dilakukan.
BAB VIIIRETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
349
BAB IXTATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 11
(1) Retribusi terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang diterbitkan oleh Bupati.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 12
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus;(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambatlambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang merupakan tanggal jatuh tempo pembayaran Retribusi.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(4) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(5) Tatacara pembayaran, pembayaran dengan angsuran dan penundaan pembayaran Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
350
Pasal 13
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSRD.
(3) Bentuk, jenis, ukuran dan tatacara pengisian SSRD, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XTATA CARA PENAGIHAN
Pasal 14
(1) Untuk melakukan penagihan Retribusi, Bupati dapat menerbitkan STRD jika Wajib Retribusi tidak membayar Retribusi Terutang tepat pada waktunya atau kurang membayar.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.
(3) Jumlah kekurangan Retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(4) Tata cara penagihan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XIPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN
RETRIBUSIPasal 15
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;
(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.
351
(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XIIKEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 16
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik
langsung maupun tidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 17
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
352
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIIIKETENTUAN PIDANA
Pasal 18
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara.
BAB XIVPENYIDIKAN
Pasal 19
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah atau Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti,mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah
353
tersebut; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi
atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah;
d. memeriksa bukubuku, catatancatatan dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud dihuruf c;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
354
BAB XVKETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundang Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Yahukimo;
Ditetapkan di: Yahukimopada tanggal : 22 Mei 2012 BUPATI YAHUKIMO,
ONES PAHABOL