PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN...

37
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2002. TENTANG RENCANA STRATEGIS DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2002-2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan masyarakat yang lebih berdaya guna dan berhasil guna, serta untuk lebih memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja Instansi pemerintah sebagai wujud pertanggung jawaban dalam mencapai visi, misi, dan tujuan pembangunan daerah perlu disusun rencana strategis daerah; b. bahwa rencana strategis daerah merupakan pedoman dan arah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Strategis Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2002-2004; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara tanggal 8 Agustus 1959);

Transcript of PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN...

Page 1: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

NOMOR 1 TAHUN 2002.

TENTANG

RENCANA STRATEGIS DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2002-2004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SLEMAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan

pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan masyarakat

yang lebih berdaya guna dan berhasil guna, serta untuk lebih

memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja Instansi

pemerintah sebagai wujud pertanggung jawaban dalam

mencapai visi, misi, dan tujuan pembangunan daerah perlu

disusun rencana strategis daerah;

b. bahwa rencana strategis daerah merupakan pedoman dan

arah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan

pembangunan, dan pelaksanaan pelayanan kepada

masyarakat;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah

tentang Rencana Strategis Daerah Kabupaten Sleman Tahun

2002-2004;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Istimewa

Yogyakarta (Berita Negara tanggal 8 Agustus 1959);

Page 2: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999,

Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3839);

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program

Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Mulai

Berlakunya Undang-undang 1950 Nomor 12, 13, dan 15 Dari

hal Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Jawa

Timur/Tengah/Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita

Negara tanggal 14 Agustus 1950);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang

Tatacara Pertanggungjawaban Kepala Daerah;

6. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 11 Tahun 2000

tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman

Tahun 2000-2004 sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 5 Tahun 2001

tentang Perubahan Pola Dasar Pembangunan Daerah

Kabupaten Sleman Tahun 2000-2004;

7. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 20 Tahun 2001

tentang Program Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman

Tahun 2001-2004.

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SLEMAN,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN TENTANG

RENCANA STRATEGIS DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

2002-2004.

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

a. Pemerintan Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sleman.

b. Daerah adalah Kabupaten Sleman.

c. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Sleman.

Page 3: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

3

d. Bupati ialah Bupati Sleman.

Pasal 2

Rencana strategis daerah tahun 2002-2004 merupakan pedoman dan arah dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelaksanaan

pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 3

Sistematika rencana strategis daerah tahun 2002-2004 disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KONDISI UMUM

BAB III VISI DAN MISI

BAB IV FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN

BAB V PENETAPAN TUJUAN

BAB VI PENUTUP

Pasal 4

Rencana strategis daerah tahun 2002-2004 adalah sebagaimana tersebut dalam

lampiran Peraturan Daerah ini, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

Pasal 5

Rencana strategis daerah tahun 2002-2004 menjadi tolok ukur bagi laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Bupati mulai tahun 2002.

Pasal 6

Rencana strategis daerah tahun 2002-2004 menjadi pedoman bagi organisasi

perangkat daerah pemerintah Kabupaten Sleman dalam menyusun rencana strategis di

masing-masing organisasinya.

Pasal 7

Pelaksanaan lebih lanjut rencana strategis daerah tahun 2002-2004 dijabarkan dalam

Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada) yang memuat APBD.

Page 4: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

4

Pasal 8

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini

dalam lembaran Daerah Kabupaten Sleman.

Ditetapkan di Sleman.

Pada tanggal 16 Februari 2002.

a.n. BUPATI SLEMAN,

WAKIL BUPATI

Cap/ttd

ZAELANI

Dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sleman:

Nomor : 1/K.DPRD/2002

Tanggal : 16 Februari 2001

Tentang : Persetujuan Penetapan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman tentang

Rencana Strategis Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2002-2004.

Diundangkan di Sleman.

Pada tanggal 25 Februari 2002

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN SLEMAN,

Cap/ttd

SUTRISNO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2002 NOMOR 1 SERI D

Page 5: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

5

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN.

NOMOR : 1 TAHUN 2002

TANGGAL : 16 FEBRUARI 2002

BAB I PENDAHULUAN

A. UMUM

Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2000 – 2004 telah

ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 11 Tahun 2000

yang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman

Nomor 5 tahun 2001.

Pola Dasar Pembangunan daerah adalah dokumen induk perencanaan

pembangunan Daerah yang memuat visi, misi, arah kebijakan, dan pendekatan

pembangunan yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan, kebutuhan

nyata daerah, dan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang di daerah.

Berdasarkan amanat Pola Dasar Pembangunan Daerah Tahun 2000 – 2004, arah

kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan dengan penetapan

program pembangunan daerah lima tahun yang dituangkan dalam Rencana

Strategis Daerah, yang memuat uraian analisis lingkungan internal, eksternal dan

tujuan yang akan dicapai selama 3 (tiga) tahun, dengan kerangka waktu tahun

2002-2004.

Rencana Strategis Daerah dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Tahunan

Daerah (Repetada) yang memuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD).

B. PENGERTIAN Rencana Strategis Daerah adalah rencana yang berorientasi pada hasil yang akan

dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun dengan

memperhitungkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada atau

mungkin timbul, mengandung visi, misi, nilai-nilai, faktor-faktor penentu keberhasilan,

dan tujuan pembangunan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa

depan yang diinginkan dan dapat dicapai.

C. KEDUDUKAN DAN FUNGSI Kedudukan Rencana Strategis Daerah sebagai pedoman dan arah dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelaksanaan

Page 6: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

6

pelayanan kepada masyarakat.

Fungsi Rencana Strategis Daerah adalah sebagai tolok ukur dari pencapaian tujuan

pembangunan daerah.

D. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud disusunnya Rencana Strategis Daerah adalah sebagai pedoman bagi setiap

instansi pemerintah dalam menyusun sasaran, program dan kegiatan pembangunan

daerah.

Tujuan disusunnya Rencana Strategis Daerah adalah untuk meningkatkan

pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan masyarakat yang

lebih berdaya guna dan berhasil guna, serta untuk lebih memantapkan pelaksanaan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban dalam

mencapai visi, misi, dan tujuan pembangunan daerah.

E. LANDASAN

Rencana Strategis Daerah disusun berdasarkan landasan idiil Pancasila, landasan

konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, dan landasan operasional GBHN

1999–2004, Undang–undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,

Undang–undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional

(Propenas) Tahun 2000-2004 dan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 11

Tahun 2000 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman Tahun

2000-2004, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman

Nomor 5 Tahun 2001.

F. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Rencana Strategis Daerah meliputi uraian garis besar tentang hasil

yang akan dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun

dengan memperhitungkan faktor-faktor penentu keberhasilan yang ada, dan tujuan

pembangunan yang realistis yang dapat dicapai.

BAB II KONDISI UMUM

A KONDISI SAAT INI

1. Perekonomian

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB atas harga berlaku selama lima tahun terakhir mengalami kenaikan

Page 7: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

7

rata-rata per tahun 18,63 % yaitu dari 1.843,480 milyar menjadi 3.560,985

milyar sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mengalami kenaikan rata-

rata per tahun 0,38 % yaitu dari 1.446,210 milyar menjadi 1.451,772 milyar.

Tabel 2.1. : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

(milyar)

NO PDRB 1996 1997 1998 1999 2000

1. Hrg. Berlaku 1.843,480 2.089,999 2.091729 3.175,312 3.560,985

2. Hrg. Konstan 1.446,210 1.497,330 1.378,089 1.494,658 1.451,772

Sumber : Kantor Statistik Kab. Sleman

b. Struktur Perekonomian Daerah Struktur Perekonomian Daerah menunjukkan peningkatan dan penurunan

yang tercermin pada Prosentase kontribusi sektor-sektor dalam PDRB Kab.

Sleman tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 atas dasar harga berlaku.

Pada sektor primer menunjukkan rata-rata peningkatan sebesar 3,46 %, yaitu

dari 17,23 % pada tahun 1996 menjadi 20,21 %; sementara sektor sekunder

menunjukkan rata – rata penurunan sebesar 2,95 %, yaitu dari 29,77 % pada

tahun 1996 menjadi 25,38 % pada tahun 2000; sedangkan sektor tersier

menunjukkan rata-rata peningkatan sebesar 0,54 %. Yaitu dari 52,99 % pada

tahun 1996 menjadi 54,41 % pada tahun 2000.

Tabel 2.2. : Struktur Perekonomian Daerah

KONTRIBUSI TERHADAP PDRB NO KELOMPOK SEKTOR 1996 1997 1998 1999 2000

1 2 3 4 5 6 7 1. PRIMER 17,23 18,11 18,19 19,31 20,21

a. Pertanian 16,68 17,63 17,78 18,89 19,79

b. Pertambangan& Penggalian 0,55 0,48 0,41 0,42 0,42

2. SEKUNDER 29,77 28,28 25,39 24,35 25,38

a. Industri Pengolahan 17,60 16,60 14,13 14,79 15,35

b.Listrik,Gas & air Bersih 0,61 0,61 0,90 0,78 0,81

c. Bangunan 11,56 11,07 9,36 8,79 9,22

3. TERSIER 52,99 53,60 56,42 56,34 54,41

a. Perdag, Hotel & Restoran 16,38 16,99 19,28 19,58 19,90

b. Pengangkutan & Komunikasi 9,54 9,74 9,59 8,98 8,64

c. Keu, persewaan & jasa persh. 10,69 10,49 10,70 10,45 9,11

d. Jasa-jasa 16,38 16,38 16,85 17,33 16,78

JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Kantor Statistik Kab. Sleman

Page 8: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

8

c. Pertumbuhan Ekonomi Selama lima tahun pertumbuhan ekonomi mengalami pasang surut, pada

tahun 1996 tumbuh 8,25 %, kemudian turun menjadi 3,54 % pada tahun

1997, karena munculnya krisis moneter dan krisis ekonomi, bahkan pada

tahun 1998 terjadi pertumbuhan sebesar minus 7,29 % pada tahun 1999

mulai tumbuh lagi menjadi 1,93 % dan pada tahun 2000 mengalami

peningkatan menjadi 3,35 %.

Tabel 2.3. : Pertumbuhan Ekonomi PERTUMBUHAN

NO SEKTOR

LAPANGAN USAHA 1996 1997 1998 1999 2000

1. PERTANIAN 6,78 3,78 -20,37 3,57 9,58

2.. PERTAMBANGAN 2,66 -2,99 -18,51 3,29 4,59

3. INDUSTRI 9,80 -1,27 -4,92 1,22, 5,08

4. LISTRIK/GAS/AIR 20,24 4,13 23,11 1,58 4,63

5. KONSTRUKSI 9,66 3,97 -20,27 2,32 2,13

6. PERDAGANGAN 8,69 6,75 -0,07 2,06 4,37

7. ANGKUTAN 7,60 5,75 -4,95 0,87 2,81

8. KEUANGAN 7,25 2,69 -2,39 1,37 -4,28

9. JASA 7,69 3,99 -5,34 2,01 2,42

PDRB 8,25 3,54 -7,99 1,93 3,35

Sumber : Kantor Statistik Kab. Sleman

d. PDRB Perkapita PDRB perkapita menurut harga berlaku selama lima tahun menunjukkan

peningkatan rata-rata per tahun sebesar 15,10 % yaitu dari Rp2.253.037 pada

tahun 1996 menjadi Rp3.954.422 pada tahun 2000. PDRB perkapita menurut

harga konstan menunjukkan penurunan rata-rata per tahun 1,76 % yatu dari

Rp 1.767.508 pada tahun 1996 menjadi Rp 1.612.172 pada tahun 2000.

Tabel 2.4. : PDRB Perkapita

NO PDRB 1996 1997 1998 1999 2000

1. Hrg. Berlaku 2.253.037 2.507.863 3.172.622 3.677,002 3.954.422

2. Hrg. Konstan 1.767.508 1.797.043 1.624.293 1.626.590 1.612.172

Sumber : Kantor Statistik Kab. Sleman

e. Investasi Dunia Usaha Potensi yang mendukung bagi investasi dunia usaha di Kabupaten Sleman

Page 9: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

9

adalah sektor pertanian, pariwisata, pendidikan dan industri.

Sampai dengan tahun 2000 penanaman modal di Kabupaten Sleman meliputi

PMDN sebanyak 40 unit usaha, yaitu 4 unit usaha sektor primer dengan nilai

investasi Rp16.731.410.000 dengan jumlah tenaga kerja 801 orang, 8 unit

usaha sektor sekunder dengan nilai investasi Rp214.946.990.765 dengan

jumlah tenaga kerja 3.991 orang, 28 unit usaha sektor tersier dengan nilai

investasi Rp851.770.112.456 dengan jumlah tenaga kerja 5.624 orang. PMA

sebanyak 4 unit usaha, yaitu 1 unit usaha sektor sekunder dengan nilai

investasi US $50.000 dengan jumlah tenaga kerja 126 orang, 3 unit usaha

sektor tersier dengan nilai investasi US $529.000 dengan jumlah tenaga kerja

92 orang. Investasi non fasilitas/non PMDN PMA sebanyak 752 unit usaha,

yaitu 10 unit usaha sektor primer dengan nilai investasi Rp415.000.000

dengan jumlah tenaga kerja 54 orang, 74 unit usaha sektor sekunder dengan

nilai investasi Rp3.918.000.000 dengan jumlah tenaga kerja 2.392 orang, 668

unit usaha sektor tersier dengan nilai investasi Rp161.298.000.000 dengan

jumlah tenaga kerja 5.455 orang.

f. Prasarana dan Sarana Ekonomi

1) Prasarana jalan di wilayah Kabupaten Sleman meliputi : jalan negara

sepanjang 60,98 km dengan kondisi baik, jalan propinsi sepanjang 139,69

km dengan kondisi baik, jalan kabupaten sepanjang 1.085,65 km, yang

terdiri dari jalan beraspal sepanjang 698,24 km, dan jalan tanah/krikil

sepanjang 333,32 km, serta jalan desa sepanjang 2.764,13 km. Jembatan

sebanyak 453 buah, dengan kondisi baik 188 buah, sedang 154 buah dan

rusak berat 111 buah. Sarana irigasi terdiri atas bendung sebanyak 1.043

buah, embung sebanyak 2 buah, saluran pembawa sepanjang 299,80 km,

saluran pembuang sepanjang 4.662 km, bangunan pelengkap sebanyak

3.430 buah, dan tanggul banjir sepanjang 6,5 km.

2) Sarana Jaringan Listrik

Sebagian besar ruas jalan kabupaten dan ruas jalan desa sudah

dilengkapi dengan lampu penerangan jalan umum, yang sampai saat ini

jumlah LPJU yang berizin dan biaya beban daya listriknya menjadi

tanggung jawab Pemerintah daerah sebanyak 4.172 buah yang terdiri

2.635 buah LPJU yang dipasang oleh Pemerintah Daerah dan 1.437 buah

dipasang oleh swadaya masyarakat.

Jaringan listrik terdiri dari kapasitas GI (MVA) 196, 954.897 JTM (Kms),

Page 10: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

10

dan 1.653.869 JTR (Kms), daya tersambung (KVA) 143.790. Jaringan

listrik telah menjangkau keseluruh 86 desa yang ada dan 1.212 dusun.

3) Sarana Pos dan Telekomunikasi

Sarana pelayanan pos dan telekomunikasi terdiri dari Kantor Pos dan Giro

sebanyak 25 buah, jaringan telepon sebanyak 25.909 SST, warung

telekomunikasi sebanyak 354 buah, dan sarana telpon koin/kartu

sebanyak 140 buah.

4) Prasarana Perdagangan

Prasarana perdagangan, berupa pasar desa sebanyak 22, dengan daya

tampung 1.679, ditempati oleh 2.098 pedagang, dan dilengkapi dengan

sarana kios sebanyak 222 kios. Pasar kabupaten terdiri atas pasar tipe A

sebanyak - buah, pasar tipe B sebanyak 22, pasar tipe C sebanyak 17,

dan pasar tipe D sebanyak 8. Daya tampung pasar kabupaten sebanyak

6.621 pedagang dihuni oleh 9.803 pedagang dengan jumlah kios

sebanyak 857 kios dan 415 los, pasar hewan 4 buah. Prasarana

perdagangan lain yang berupa toko grosir sebanyak 2 buah, dan SPBU

sebanyak 13 buah.

5) Koperasi

Jumlah koperasi ada 481 buah terdiri 5 jenis koperasi yaitu koperasi

konsumsi, koperasi produksi, koperasi kredit/simpan pinjam, koperasi jasa

dan koperasi serba usaha. Keanggotaan koperasi berjumlah 197.062

orang dengan simpanan senilai Rp26.979.492.000, sedang modal

koperasi terdiri modal sendiri Rp23.175.249.000. Sehingga asset

kekayaan koperasi ada Rp62.228.762.000. Koperasi tersebut tersebar

pada 17 Kecamatan, keanggotaan koperasi terdiri dari petani/masyarakat

desa, pegawai negeri, karyawan perusahaan, TNI/POLRI, mahasiswa,

purnawirawan TNI/Polri dan lain-lain.

6) Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan yang ada terdiri kantor cabang PT. BNI 1 buah

dengan 5 kantor cabang pembantu, kantor cabang Bank Pembangunan

Daerah 1 buah dengan 4 kantor cabang pembantu dan 4 kantor kas unit,

kantor cabang BRI 1 buah dengan kantor kas 27 unit, kantor cabang Bank

Danamon 1 buah, Bank Mandiri 1 buah, Badan Kredit Desa 22 buah,

Badan Usaha Kredit Pedesaan 17 buah, BPR 32 buah dan BMT 12 buah.

7) Sarana Pendukung Pariwisata

Page 11: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

11

Sarana pendukung pariwisata meliputi hotel berbintang 5 sebanyak 3

buah, hotel berbintang 4 sebanyak 4 buah, hotel berbintang 3 sebanyak 2

buah, hotel berbintang 1 sebanyak 4 buah, hotel melati 1 sebanyak 67

buah, hotel melati 2 sebanyak 13 buah, hotel melati 3 sebanyak 3 buah

dan pondok wisata sebanyak 114 buah.

Kapasitas dari hotel berbintang sebanyak 1.778 kamar, hotel non bintang

1.308 kamar dan pondok wisata 566 kamar.

Restoran tipe Talam Gangsa sebanyak 7 buah dan Talam Seloka ada 5

buah. Rumah Makan kelas A sebanyak 7 buah, kelas B sebanyak 42 buah

dan kelas C sebanyak 54 buah.

Sarana penunjang pariwisata lainnya tersedia 21 biro perjalanan, 18

cabang biro perjalanan dan 3 agen perjalanan wisata. Untuk Sarana

transportasi tersedia sebanyak 535 bus, angkudes 176 buah, dan taksi 75

buah.

8) Potensi Industri

Industri Kecil dan kerajinan yang mengolah hasil pertanian dan kehutanan

antara lain emping mlinjo, kecap, tempe/tahu, anyaman bambu, mebel

bambu/kayu dan kerajinan kayu dan lain-lain sebanyak 9.981 unit dengan

tenaga kerja 19.184 orang. Industri kecil dan kerajinan yang menghasilkan

produk aneka sebanyak 2.007 unit dengan penyerapan tenaga kerja 9.225

orang, dan industri kecil logam, mesin dan kimia sebanyak 4.404 unit

dengan tenaga kerja 14.011 orang. Industri kecil dan kerajinan tersebut

tersebar di 17 kecamatan.

Industri menengah dan besar dengan produk yang dihasilkan antara lain

tekstil, genteng beton, furniture, garment, percetakan/ penerbitan, sarung

tangan kulit, lampu pijar dan lain-lain, mencapai 45 unit dengan

penyerapan tenaga kerja sebanyak 12.760 orang, yang tersebar di 11

Kecamatan.

9) Sarana Jaringan Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air minum penduduk dengan menyediakan jasa

pelayanan air minum dari lima kantor cabang PDAM yaitu di Sleman,

Godean, Minomartani, Kalasan, dan Depok, dengan sambungan rumah

sebanyak 15.966 buah untuk 98.395 jiwa.

Page 12: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

12

2. Sosial budaya

a. Kependudukan Penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 1990 sebanyak 754.750 jiwa dan

tahun 2000 meningkat menjadi 850.176 jiwa dengan pertumbuhan penduduk

sebesar 1,43 %, dan angka kepadatan penduduk 1.479 jiwa/km2.

Angka ratio jenis kelamin penduduk tahun 2000 sebesar 97,71 yang berarti

setiap 100 perempuan terdapat sekitar 97 laki-laki. Angka beban tanggungan

tahun 2000 sebesar 43,60 yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif

menanggung 43,60 penduduk non usia produktif.

Migrasi penduduk antara tahun 1990 – 2000 menunjukkan nilai migrasi

nettonya adalah positif yaitu masing-masing 300 jiwa dan 4.690 jiwa, yang

berarti migrasi masuk lebih banyak dari pada migrasi keluar. Pencapaian

peserta KB aktif pada tahun 2000 sebesar 97.342 peserta atau 78,23 % dari

jumlah pasangan usia subur 124.434 peserta, dan pencapaian peserta KB

baru sebesar 5.990 peserta.

Kepala keluarga tahun 2000 sebanyak 207.940 KK, dengan kondisi keluarga

pra sejahtera sebanyak 16.998 KK, keluarga sejahtera I 51.585 KK, Keluarga

Sejahtera II 44.283 KK, Keluarga Sejahtera III 59.979 KK, dan Keluarga

Sejahtera III Plus sebanyak 20.926 KK.

b. Kesehatan

Pada tahun 2000 keadaan derajat kesehatan penduduk cukup baik, hal ini

dapat dilihat dari indikator angka kematian bayi 11,25 permil, angka kematian

balita 0,32 permil, angka kematian ibu melahirkan 84,6 per 100.000 kelahiran

hidup dan rata-rata usia harapan hidup penduduk Kabupaten Sleman untuk

laki-laki 71 tahun dan perempuan 72 tahun, status gizi balita menunjukkan

status gizi baik sebesar 85,92 %, status gizi sedang 16,34 %, status gizi

kurang 11,97 % dan status gizi buruk 0,91 % dan masyarakat yang bergizi

lebih 1,70 %, angka kecukupan gizi meliputi protein 49,72 gr % dan energi

1857,37 KKL dari target 2.150 KKL

Sarana kesehatan terdiri RSU Pemerintah sebanyak 3 buah, RSU swasta 4

buah, RS khusus 2 buah, RS kebidanan 2 buah, RS jiwa 1 buah, Apotek 51

buah, Puskesmas 33 buah, Puskesmas dengan tempat perawatan 4 buah,

Puskesmas Pembantu 66 buah, Puskesmas keliling 31 buah. Ketersediaan

berbagai sarana dan tenaga kesehatan cukup memadai yaitu jumlah

Puskesmas untuk per 100.000 penduduk sebanyak 3,5, jumlah dokter per

Puskesmas sebanyak 2,2 dan jumlah dokter per 100.000 penduduk sebesar

Page 13: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

13

27,3. Sedangkan angka rasio tenaga medis/sarana kesehatan terhadap

penduduk menunjukkan satu dokter : 24.250 jiwa, satu para medis/bidan :

1.780 jiwa, dan satu Puskesmas 40.086 jiwa.

c. Kesejahteraan Sosial

Tempat Penitipan Anak sebanyak 10 buah, dengan jumlah anak yang

ditampung sebanyak 178 anak. Panti Asuhan sebanyak 23 buah terdiri dari :

yatim piatu 12 buah, dengan jumlah anak asuh 480 orang, cacat mental 3

buah dengan jumlah siswa 145 anak, bisu tuli 1 buah dengan jumlah siswa 70

anak, panti asuhan cacat 3 buah dengan jumlah siswa 161 anak, panti

asuhan cacat ganda 1 buah dengan jumlah siswa 15 anak, panti asuhan bayi

terlantar 1 buah dengan jumlah 28 anak, dan panti wreda/jompo 1 buah

dengan jumlah 99 orang, panti anak dan orang terlantar 1 buah dengan

jumlah 84 orang.

d. Pendidikan

Pada tahun 2000 jumlah sekolah TK 441 buah; SD/MI 555 buah dengan

jumlah ruang kelas 3.792 ruang, jumlah guru 4.760 orang, jumlah siswa

77.295 anak. Angka Partisipasi Kasar (APK) 114,46 %, angka partisipasi

murni (APM) 94,53 %. Rasio siswa dengan sekolah 139 anak, rasio siswa

dengan kelas 20 anak, rasio siswa dengan guru 16 anak, rasio SD dengan

SLTP 4,24, dan rata-rata NEM lulusan SD 6,66. Kondisi ruang kelas yang baik

sebanyak 44,9 %, dan sekolah yang memiliki perpustakaan sebanyak 53,01

%, memiliki lapangan olah raga sebanyak 60,11 % dan memiliki UKS

sebanyak 84,47 %.

Pada tahun 2000 jumlah sekolah tingkat SLTP + MTs sebanyak 130 buah,

jumlah ruang kelas 1.270 kelas, jumlah guru 3.401 orang dan jumlah siswa

37.946 anak. Angka partisipasi Kasar (APK) 92,2 %, angka partisipasi murni

(APM) 65,16 %., Rasio siswa dengan sekolah 292 anak, rasio siswa dengan

kelas 36 anak, rasio siswa dengan guru 11 anak, rasio SLTP dengan SMA

1,2; dan rata-rata NEM lulusan SLTP 5,84. Kondisi ruang kelas dengan

kondisi baik sebanyak 94,03 %, ruang kelas kondisi sedang sebanyak 4,5 %,

ruang kelas kondisi kurang baik sebanyak 1,47 %, sekolah yang memiliki

perpustakaan sebanyak 91,73 %, memiliki laboratorium sebanyak 63,91 %

dan memiliki UKS sebanyak 87,97 %.

Pada tahun 2000 jumlah sekolah SMU/MA sebanyak 62 buah, jumlah kelas

557 kelas, jumlah guru 1.884 orang dan jumlah siswa 18.919 siswa. Angka

partisipasi kasar (APK) 34,19 %, angka partisipasi murni (APM) 22,63 %.

Page 14: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

14

Rasio siswa dengan sekolah 305 siswa, rasio siswa dengan kelas 34 siswa,

rasio siswa dengan guru 10 siswa. Sedangkan jumlah SMK Negeri 7 buah,

SMK Swasta 41 buah, jumlah kelas 550 kelas, jumlah guru 1.776 orang dan

jumlah siswa 18.750 anak. Angka Partisipasi Kasar (APK) 64,94 %, angka

partisipasi murni (APM) 47,50 %. Rasio siswa denga sekolah 391 anak, rasio

siswa dengan kelas 34; rasio siswa dengan guru 11; dan rata – rata NEM

lulusan SLTA 4,72. Kondisi ruang kelas dengan kondisi baik 95,98 %, kondisi

sedang 3,34 %, kondisi buruk 0,68 %. Sekolah yang memiliki perpustakaan

sebanyak 83,33 %, memiliki laboratorium sebanyak 71,43 %, dan memiliki

UKS sebanyak 80,95 %.

Perguruan Tinggi Negeri 7 buah, jumlah dosen 3.596 orang, jumlah

mahasiswa 61.016 mahasiswa, sedangkan jumlah Perguruan Tinggi Swasta

22 buah, jumlah dosen 7.543 orang, jumlah mahasiswa 65.622 mahasiswa.

Keberadaan Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta ini

tersebar di lima kecamatan.

Penyelenggaraan pendidikan non formal meliputi Kejar Paket A sebanyak 310

orang, Kejar Paket A setara SD sebanyak 160 orang, Kejar Paket B setara

SLTP kelas I sebanyak 80 orang, Kejar Paket B setara SLTP kelas II

sebanyak 500 orang, Kejar Paket B setara SLTP kelas III ujian sebanyak 779

orang, kelompok belajar usaha 20 kelompok, magang sebanyak 100 orang,

pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) sebanyak 33 kelompok dan LPK

50 buah.

e. Ketenagakerjaan 1) Penduduk Usia Kerja

Penduduk usia kerja umur 10 – 64 tahun mengalami kenaikan rata – rata

sebesar 0,48 %, yaitu dari 768.895 pada tahun 1996 menjadi 787.456

orang pada tahun 2000.

Tabel 2.5. : Penduduk Usia Kerja

Angkatan Kerja

(Orang) Tahun

Bekerja Mencari Kerja

Bukan Angkatan

Kerja

(Orang)

Jumlah

Penduduk Usia

Kerja (Orang)

1996 383.900 8.892 376.103 768.895

1997 381.991 22.430 306.774 711.195

1998 382.865 19.155 326.873 728.893

1999 432.507 20.681 281.820 735.008

Page 15: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

15

2000 439.644 24.238 323.574 787.456

Sumber : Kantor Statistik Kab.Sleman

2) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan peningkatan dan

penurunan dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000. selama lima tahun

terjadi peningkatan rata-rata sebesar 2,74 %, yaitu dari 55,51 % pada

tahun 1996 meningkat menjadi 63,11 % pada tahun 2000.

Tabel 2.6. : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tahun Penduduk Usia Kerja

Kerja (Orang)

Angkatan Kerja

(Orang)

TPAK

(%)

1996 768.895 383.900 55,51

1997 711.195 404.421 56,86

1998 728.893 402.020 55,15

1999 735.008 453.188 61,66

2000 787.456 463.882 63,11

Sumber: Kantor Statistik Kab.Sleman

3) Angka Beban Tanggungan

Angka beban tanggungan dari tahun 1996 sebesar 27,42 naik menjadi

36,28 pada tahun 2000, hal ini berarti bahwa tiap 100 orang Sleman yang

berusia produktif ( usia 10 – 64 tahun ) harus menanggung 36 orang.

Tabel 2.7. : Angka Beban Tanggungan

Jumlah Penduduk (Jiwa) Tahun

0 – 9 tahun 10 – 64 tahun 65 tahun ke

atas

Angka Beban

Tanggungan

1996 117.015 695.268 73.627 27,42

1997 104.964 636.392 74.803 28,25

1998 113.582 653.699 75.194 28,88

1999 123.017 659.776 75.232 30,04

2000 158.513 655.839 79.452 36,28

Sumber : Kantor Statistik Kab.Sleman

4) Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha utama.

Jumlah penduduk yang bekerja di berbagai sektor pada tahun 2000

Page 16: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

16

sebanyak 439.644 orang dengan rincian : Sektor pertanian 27,32 %,

pertambangan 0,25 %, industri 14,85 %, listrik/gas/air 0,12 %, konstruksi

9,93 %, perdagangan 25,06 %, angkutan 0,32 %, keuangan 2,34 %, jasa

dan lainnya 19,83 %.

f. Kesenian dan Kebudayaan

Organisasi kesenian meliputi seni teater terdiri 11 jenis, drama tari terdiri 11

jenis, seni musik diatonis terdiri 12 jenis, seni musik pentatonis 4 jenis, seni

tari tradisionil 11 jenis, jumlah seniman dalang ada 147 orang dan seniman

senirupa 120 orang, dan sanggar seni ada 175 buah. Peninggalan sejarah

dan kepurbakalaan berupa candi ada 22 buah, museum 9 buah dan kegiatan

upacara adat 6 jenis kegiatan.

Dalam rangka mengembangkan dan melestarikan kebudayaan telah dibentuk

8 desa budaya yaitu Minomartani, Sinduarjo, Bangunkerto, Sendangmulyo,

Banyurejo, Argomulyo, Wedomartani, Sambirejo, Sidomoyo dan Tirtoadi,

selain itu juga terdapat 2 desa cagar budaya yaitu di Desa Ambarketawang

Kecamatan Gamping dan Desa Bokoharjo Kecamatan Prambanan.

6. Agama

Komposisi penduduk menurut agama: agama Islam 91,29 %, Katolik 6,24 %,

Kristen 2,28 % , Hindu 0,12 %, dan Budha 0,07 %. Kerukunan kehidupan intern

umat dan antar umat beragama di Kabupaten Sleman dalam kondisi baik dan

terkendali.

Sarana ibadah berupa Masjid 1.639 buah, Mushola 231 buah, Langgar 1.078

buah, Gereja Katolik 40 buah, Kapel 25 buah, Gereja Kristen 16 buah, Rumah

Kebaktian 6 buah, Pura 2 buah dan Wihara 2 buah. Disamping itu terdapat

pondok pesantren 60 buah, TKA 17 unit, Taman Pendidikan Al qur’an (TPA) 505

buah, Penyuluh Agama Islam kategori Madya 63 orang, kategori muda 231

orang, Ulama 345 orang, Kotib 1.754 orang, Hafid 57 orang dan hafidzah 69

orang, ustadz dan ustadzah 4.698 orang dan 23.497 santri.

7. Politik

Kesadaran masyarakat dalam berpolitik telah diwujudkan dalam kegiatan

pemilihan umum tahun 1999 yang diikuti oleh 48 organisasi peserta pemilihan

umum, dengan jumlah pemilih 531.961. Hasil perolehan suara pemilu tahun 1999

untuk peserta pemilu sebagai berikut : PPP 29.350 suara, PDIP 184.794 suara,

Page 17: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

17

PAN 96.492 suara, PBB 7.766 suara, PK 11.711 suara, Golkar 60.338 suara dan

PKB 73.950 suara, dan PKP 5.543 suara. Selebihnya 46.670 suara terdistribusi

ke peserta pemilu lainnya sebanyak 40 peserta, sedangkan suara tidak sah

adalah sebanyak 15.347 suara. Peserta pemilu lainnya sebanyak 40 itu adalah

PIB, Krisna, PNI, PADI, KAMI, PUI, PKU, Masyumi Baru, PSII, PAY, PKM, PDKB,

PRD, PSII-1905, PKD, PILAR, PARI, Masyumi, PSP, PNU, PNI Frant Marhaenis,

IPKI, Partai Republik, PID, PNI Massa Marhaen, Murba, PDI, Partai Persatuan,

PUDI, PBN, MKGR, PDR, Partai Canta Damai, SPSI, PNBI, PBI, Partai

Solidaritas Uni Nasional Indonesia, PND, PUMI, dan Partai Pekerja Indonesia.

Dari hasil Pemilu tahun 1999 tersebut telah dapat mendudukkan wakil- wakilnya

di DPRD dengan rincian PDI.P 15 orang, PAN 8 orang, PKB 6 orang, Golkar 5

orang, PPP 3 orang, PK 1 orang, PKP 1 orang, PBB 1 orang, dan 5 orang dari

TNI/POLRI melalui pengangkatan.

Selain itu, terdapat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebanyak 27 buah,

lembaga sosial dan lembaga profesi kemasyarakatan sebanyak 91 buah yang

bergerak diberbagai bidang kehidupan sosial masyarakat.

8. Kelembagaan Pemerintah Daerah

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2000

tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman terdiri dari:

Sekretariat Daerah; Sekretariat DPRD; Dinas Pekerjaan Umum, Perhubungan

dan Pertambangan; Dinas Pertanian dan Kehutanan; Dinas Perekonomian;

Dinas Kesehatan; Dinas Pendidikan dan Kebudayaan; Dinas Kesejahteraan

Masyarakat; Dinas Ketentraman dan Ketertiban; Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah; Badan Pengawasan Daerah; Badan Pengelola

Keuangan dan Kekayaan Daerah; Badan Pertanahan Daerah; Kantor

Kepegawaian Daerah; Kantor Data Elektronik, Arsip, dan Perpustakaan; Kantor

Pengendalian Dampak Lingkungan; dan Kantor Kecamatan sebanyak 17

Kecamatan.

Dari Organisasi Perangkat daerah tersebut terdapat jabatan struktural sebanyak :

1 eselon IIa, 15 eselon IIb, 69 eselon IIIa, 17 eselon IIIb, 341 eselon IVa.

Disamping itu juga dibentuk jabatan koordinator di tingkat Kecamatan yang

disetarakan dengan eselon V.

Sedangkan jabatan fungsional yang ada dan telah dijalankan meliputi guru

sebanyak 9.024 orang, arsiparis 15 orang, pustakawan 2 orang, medis/paramedis

783 orang, pamong swadaya masyarakat 20 orang, dan penyuluh 160 orang.

Page 18: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

18

Pegawai yang masih aktif pada tahun 2000 sebanyak 14.627 orang dengan

rincian sebagai berikut :

a. Pegawai menurut golongan:

Golongan I = 2.194 orang

Golongan II = 9.069 orang

Golongan III = 3.072 orang

Golongan IV = 292 orang

b. Pegawai menurut pendidikan:

SD = 918 orang

SLTP = 798 orang

SLTA = 8.394 orang

D-3 = 3.124 orang

S1 = 1.360 orang

S2 = 33 orang

B. KENDALA YANG DIHADAPI

1. Belum Optimalnya Pelayanan Publik.

Kendala belum optimalnya pelayanan publik disebabkan antara lain tidak

diberikannya kesempatan yang memadai bagi daerah untuk mengurus rumah

tangganya sendiri, karena kuatnya sentralisasi kekuasaan selama masa

pemerintahan orde baru terutama dibidang politik dan ekonomi, sehingga daerah

tidak dapat mengembangkan kreativitas dan mendapatkan hak-hak ekonomi,

sosial, dan politiknya.

2. Rendahnya Kegiatan Ekonomi Daerah

Kendala rendahnya kegiatan ekonomi daerah disebabkan antara lain rendahnya

produktivitas sektor bidang usaha, rendahnya kemampuan managemen dan jiwa

kewirausahaan, kurangnya kua;litas bahan baku lokal, belum adanya spesifikasi

hasil produksi, akses ke sumber keuangan formal belum optimal, orientasi pasar

domestik, produksi dan informasi lambat, kurangnya pemberdayaan ekonomi

kerakyatan, penerapan teknologi yang belum optimal, kurangnya peraturan

pendukung serta lemahnya hubungan antar lembaga yang bersifat kemitraan.

Meskipun pada tahun 2000 ini telah mulai dikembangkan otonomi daerah secara

luas, nyata, dan bertanggung jawab serta peningkatan upaya pemberdayaan

masyarakat, namun pada kenyataannya masih ada sebagian peraturan

Page 19: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

19

pelaksanaan yang diterbitkan tidak sesuai dengan semangat dan jiwa dari

Undang-undang nomor 22 tahun 1999. Disamping itu penyebab lainnya adalah

terbatasnya keuangan daerah dan terbatasnya sumber daya manusia aparat

pemerintah yang berkualitas.

3. Rendahnya Kesejahteraan Rakyat

Kendala rendahnya kesejahteraan rakyat disebabkan antara lain dibidang

pendidikan berupa minimnya fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar,

kurangnya motivasi siswa dan tenaga edukasi dalam peningkatan mutu dan

kurangnya pemahaman dan aplikasi terhadap regulasi pendidikan; dibidang

kesehatan berupa rendahnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup

sehat, rendahnya kemampuan dan kemauan memelihara kesehatan, terbatasnya

tenaga spesialis dan akses pelayanan kesehatan; di bidang sosial berupa

banyaknya keluarga miskin atau keluarga pra sejahtera, terbatasnya pelayanan

dan akses terhadap penyandang masalah rawan sosial.

Disamping itu, kurang kondusifnya kondisi masyarakat, adanya gejala penurunan

pemahaman dan pengamalan ajaran agama, rendahnya pemahaman terhadap

konsep gender dan peranan perempuan, ketertinggalan dalam pemahaman,

pemanfaatan dan pengembangan Iptek, keterbatasan sarana dan prasarana olah

raga masyarakat, olah raga prestasi dan profesional, kurangnya apresiasi dan

penerapan budaya luhur bangsa.

4. Rendahnya Kapasitas Pengembangan Potensi Wilayah.

Kendala kapasitas pengembangan potensi wilayah disebabkan antara lain tidak

terkendalinya perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian,

harga tanah yang cenderung semakin tinggi, kebutuhan penyediaan perumahan

dan permukiman semakin meningkat, belum semua rencana tata ruang wilayah

dan kawasan ditetapkan dalam Peraturan Daerah sehingga tidak mempunyai

kekuatan hukum.

Sedangkan mengenai kerjasama dan koordinasi dalam penataan dan

pengembangan wilayah perbatasan antar Kabupaten atau Kota baik dalam

Propinsi DIY maupun dengan Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah belum dapat

dilaksanakan sepenuhnya.

BAB III VISI DAN MISI

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pola

Page 20: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

20

Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2000 – 2004, sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 5 Tahun 2001 telah

ditetapkan visi dan misi pembangunan yang selaras dengan visi dan tujuan

pembangunan nasional serta senantiasa mempertimbangkan bahwa Kabupaten Sleman

sebagai bagian integral wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

A. VISI

Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman 2000 – 2004 menetapkan visi

yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai, yaitu terwujudnya masyarakat

Kabupaten Sleman yang maju, sejahtera, lestari mandiri, berdaya saing,

damai, demokratis, agamis dan berkeadilan.

Visi ini mengandung pengertian sebagai berikut :

Maju : adalah perwujudan keadaan masyarakat yang dinamis, inovatif

dan kreatif bergerak kedepan untuk mencapai nilai yang lebih

berkualitas, unggul dan menjadi contoh bagi daerah lain.

Sejahtera : adalah perwujudan keadaan masyarakat yang maju dan

tercukupi kebutuhan dasar lahir dan bathin secara manusiawi

yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang layak

dan bermartabat karena terpenuhinya kebutuhan pangan,

sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja.

Lestari : adalah perwujudan keadaan masyarakat yang sejahtera secara

terus menerus dan mampu mengikuti perkembangan perubahan

situasi secara dinamis.

Mandiri : adalah perwujudan keadaan masyarakat yang sejahtera berdiri

kokoh atas dasar kekuatan dan kemampuannya sendiri serta

tidak memisahkan diri dari lingkungannya.

Berdaya saing : adalah perwujudan keadaan masyarakat yang sejahtera,

memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam berbagai

bidang dan mampu bersaing secara sehat dengan mendasari

keyakinan akan potensi yang dimilikinya untuk membangun

kehidupannya.

Damai : adalah perwujudan keadaan masyarakat yang sejahtera, hidup

rukun, saling menghormati dan menghargai dan senantiasa

menghindari pertentangan dan permusuhan antar sesama.

Demokratis : adalah perwujudan keadaan masyarakat yang sejahtera yang

senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi,kedaulatan

Page 21: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

21

hukum, persamaan hak dan kewajiban serta kesempatan untuk

berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

Agamis : adalah perwujudan keadaan masyarakat yang sejahtera

mengutamakan nilai-nilai agama sebagai landasan semua

putusan akal dan pertimbangan rasa dalam setiap sikap dan

tindakan dalam kehidupannya.

Berkeadilan : adalah perwujudan keadaan masyarakat yang sejahtera

menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, dengan senantiasa

memberikan sesuatu kepada siapapun juga yang menjadi

haknya dan melaksanakan yang menjadi kewajibannya.

Visi ini dijabarkan lebih lanjut kedalam misi yang akan menjadi tanggung jawab

seluruh lapisan masyarakat Sleman yang terdiri dari penyelenggara pemerintahan,

para elit politik, para cendekiawan, masyarakat serta para pelaku usaha untuk

mencapai cita-cita masa depan tersebut.

B. MISI

Untuk mewujudkan visi masyarakat Kabupaten Sleman masa depan, Pola Dasar

Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman 2000–2004 dalam peraturan daerah

perubahannya menetapkan misi sebagai berikut :

1. Penerapan dan pengembangan teknologi,

2. Peningkatan pertumbuhan ekonomi,

3. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat,

4. Pelestarian lingkungan hidup,

5. Pelestarian nilai-nilai budaya,

6. Penataan dan optimalisasi birokrasi,

7. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan,

8. Peningkatan pendidikan masyarakat,

9. Peningkatan penegakan supremasi hukum,

10. Peningkatan kesadaran berdemokrasi,

11. Peningkatan kualitas beragama, dan.

12. Pemerataan pemanfaatan sumberdaya.

Misi ini dijabarkan dan dilaksanakan melalui prioritas pembangunan daerah yang

berupa program-program pembangunan daerah, yang diharapkan dapat bermuara

pada terwujudnya pemerintahan daerah yang baik, meningkatkan kegiatan ekonomi

Page 22: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

22

daerah, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan meningkatkan kapasitas

pengembangan potensi wilayah.

C. NILAI-NILAI (CORE VALUES) Untuk mencapai visi dan misi Pemerintah Kabupaten Sleman, maka dikembangkan

nilai-nilai organisasi sebagai berikut:

1. Profesional,

2. Kehati-hatian,

3. Transparansi,

4. Partisipatif.

D. PROYEKSI INDIKATOR MAKRO

Menggambarkan visi menjadi suatu yang konkrit dan dapat diukur, memerlukan

adanya suatu indikator yang dapat digunakan sebagai acuan pencapaian visi secara

makro yang dilaksanakan dengan berbagai misi. Indikator tersebut terdiri atas

indikator penduduk, indikator ekonomi dan indikator sosial.

Pencapaian indikator makro tidak hanya merupakan kinerja Pemerintah Daerah

Kabupaten Sleman saja, melainkan merupakan kinerja bersama antara Pemerintah,

Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Sleman,

masyarakat dan swasta.

Proyeksi pertumbuhan penduduk, ekonomi dan sosial di Kabupaten Sleman

berdasarkan ke 3 (tiga) indikator tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Sleman dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan. Berdasarkan data registrasi penduduk Kabupaten Sleman selama

10 tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 1,43 % per tahun,

yaitu dari tahun 1990 sebesar 754.750 jiwa menjadi 850.176 jiwa pada tahun

2000, dengan angka kepadatan penduduk 1.479 jiwa per km2. Sedangkan

berdasarkan data sensus penduduk tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten

Sleman sebanyak 901.377 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,51 %. Jika

dengan laju pertumbuhan penduduk konstan (1,50 %/tahun) maka diprediksi

jumlah penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 2004 sebanyak 956.738 jiwa,

dengan kepadatan penduduk 1.665 jiwa/km2.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu data statistik yang digunakan sebagai indikator untuk menganalisa

dan mengevaluasi perkembangan perekonomian suatu daerah adalah data

Page 23: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

23

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB harga konstan

menunjukkan bahwa selama lima tahun (dari tahun1996 sampai dengan tahun

2000) pertumbuhannya mengalami pasang surut yaitu pada tahun 1996

pertumbuhannya mencapai 8,25 %, kemudian turun menjadi 3,58 % pada tahun

1997 karena munculnya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia, bahkan

pada tahun 1998 mengalami kontraksi pertumbuhan minus sebesar 7,27 % dan

baru menunjukkan gejala kenaikan pada tahun 1999 sebesar 1,93 %, dan 3,35 %

pada tahun 2000.

Pertumbuhan pendapatan per kapita menurut harga berlaku selama lima tahun

meningkat rata-rata 15,12 % per tahun yaitu dari Rp2.251.852 pada tahun 1996

menjadi Rp 3.954.422 pada tahun 2000. Dengan melihat laju pertumbuhan

ekonomi selama lima tahun terakhir dan berbagai potensi yang ada, yang mampu

mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman selama

empat tahun mendatang, maka diprediksikan laju pertumbuhan ekonomi konstan

rata-rata sebesar 5,06 % per tahun yaitu dari 5,82 % pada tahun 2001, 4,85 %

tahun 2002, 4,97 % tahun 2003, dan 5,24 % pada tahun 2004, sementara laju

investasi konstan diharapkan mengalami penurunan rata-rata per tahun sebesar

0,21 % yaitu dari 5,70 % pada tahun 2001 menjadi 4,87 % pada tahun 2004.

Sedangkan angka PDRB perkapita diprediksi meningkat rata-rata sebesar 8,10 %

per tahun yaitu dari Rp 4.492.452 pada tahun 2001 menjadi Rp 5.948.731 pada

tahun 2004.

3. Pertumbuhan Sosial

Untuk menganalisa dan mengevaluasi pertumbuhan sosial, indikator utamanya

adalah jumlah penduduk miskin, jumlah penduduk bekerja serta jumlah

pengangguran. Berdasarkan data statistik jumlah penduduk miskin pada tahun

2000 mencapai 38.309 jiwa atau 4,51 % dari jumlah penduduk Kabupaten

Sleman. Dengan adanya upaya peningkatan PDRB perkapita rata-rata sebesar

8,10 % per tahun (dari tahun 2001 sampai tahun 2004), maka jumlah penduduk

miskin yang ada diharapkan mengalami penurunan rata-rata sebesar 3,56 % per

tahun yaitu dari 36.394 jiwa pada tahun 2001 menjadi 31.203 jiwa pada tahun

2004, jumlah penduduk bekerja di prediksikan mengalami kenaikan rata-rata

sebesar 1,7 % per tahun yaitu dari 422.567 orang pada tahun 2001 menjadi

451.058 orang pada tahun 2004. Pengangguran terbuka diprediksikan akan

mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4,00 % per tahun yaitu dari 31.289

orang pada tahun 2001 menjadi 37.257 orang pada tahun 2004.

Page 24: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

24

4. Indeks Pembangunan Manusia

Gambaran tingkat keberhasilan pembangunan yang berorientasi pada manusia,

yang juga merupakan gambaran kualitas hidup penduduk ditunjukkan dengan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dihitung berdasarkan indeks komposit

dari angka harapan hidup, pendidikan (indeks melek huruf dan indeks rata-rata

lama sekolah) serta indeks daya beli (konsumsi riil per kapita). Dengan skala nilai

mulai dari 0 (terburuk) sampai dengan 100 (terbaik). Hasil perhitungan IPM

Kabupaten Sleman pada tahun 2000 menunjukkan angka 71,70. Untuk mencapai

kategori baik, maka diprediksikan pada angka 75,31 pada tahun 2004, sehingga

diperlukan berbagai upaya untuk menaikkan angka dari keseluruhan indeks yang

sangat berpengaruh pada penilaian Indeks Pembangunan Manusia.

TABEL 3.1. TABEL PROYEKSI INDIKATOR MAKRO TAHUN 2001 – 2004

NO INDIKATOR MAKRO 2000 2001 2002 2003 2004 1 2 3 4 5 6 7

1. Jumlah Penduduk 901.377 914.909 928.645 942.587 956.738 2. Laju Pertumbuhan Penduduk 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 3. Jumlah Penduduk Miskin 38.309 36.394 34.574 32.845 31.203 4 PDRB (Berlaku)(Juta Rupiah) 3.560.985 4.103.720 4.616.475 5.129.600 5.670.456 5. PDRB (Konstan) (Juta Rupiah) 1.451.772 1.536.241 1.610.703 1.690.809 1.779.374 6. Inflasi (Propenas) Kab. Sleman 6,98 % 7 % 7 % 6 % 6 % 7. Laju Pertumbuhan Ekonomi (Konstan 1993) 3,35 % 5,82 % 4,85 % 4,97 % 5,24 % 8. PDRB Per Kapita (Berlaku) 3.954.422 4.492.452 4.982.526 5.458.281 5.948.731 9. Laju Investasi (Konstan 1993) 6,30 % 5,70 % 5,39 % 5,12 % 4,87 % 10. Jumlah Penduduk Be-kerja 413.476 422.567 431.858 441.354 451.058 11. Proporsi Jumlah Penduduk Bekerja/Jumlah

Penduduk 45,87 46,19 46,50 46,82 47,15

12. Jumlah Pengangguran Terbuka 29.520 31.289 33.163 35.151 37.257 13. Indek Pembangunan Manusia (IPM) 71,70 72,55 73,51 74,49 75,31

Keterangan:

a) Perhitungan Proyeksi berdasarkan metode ekstrapolasi

b) Jumlah penduduk miskin bersumber dari data Pra KS dan KS I alasan

ekonomi

c) Jumlah penduduk yang bekerja dan pengangguran bersumber dari

pengolahan data Sakernas.

d) IPM dihitung dengan indeks harapan hidup,indeks pendidikan dan indeks

daya beli.

e) Data tahun 2000 adalah angka dasar proyeksi.

BAB IV FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN

Salah satu proses dalam konsep manajemen adalah menyusun faktor penentu

Page 25: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

25

keberhasilan yang diawali dengan mengkaji lingkungan strategis yang meliputi kondisi,

situasi, keadaan peristiwa, dan pengaruh-pengaruh yang berasal dari dalam maupun

dari luar Kabupaten Sleman. Lingkungan internal dan eksternal mempunyai dampak

pada kehidupan dan kinerja seluruh komponen yang terlibat pada pembangunan,

mencakup kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan tantangan eksternal.

Analisis lingkungan strategis adalah menyusun asumsi-asumsi strategis dan mengujinya

dengan visi, dan misi organisasi untuk memperoleh faktor penentu keberhasilan.

A. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS

Pelaksanaan analisis lingkungan strategis merupakan bagian dari komponen

perencanaan strategis dan merupakan suatu proses untuk selalu menempatkan

organisasi pada posisi strategis sehingga didalam perkembangannya akan selalu

berada pada posisi yang menguntungkan. Lingkup analisis lingkungan strategis

meliputi Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Analisis Lingkungan Eksternal (ALE).

1. Analisis Lingkungan Internal (ALI)

a. Kekuatan

1) Telah terbentuk organisasi pemerintah kabupaten yang terbaru Dalam

rangka pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

22 Tahun 1999 telah dibentuk struktur organisasi dan tatakerja organisasi

perangkat daerah pemerintah Kabupaten Sleman dengan Peraturan

Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2000, meliputi sekretariat

daerah, sekretariat DPRD, 7 dinas, 4 badan dan 3 kantor.

2) Telah berfungsinya lembaga DPRD secara efektif.

Terbentuknya DPRD Kabupaten Sleman hasil Pemilu tahun 1999 yang

terselenggara secara demokratis, jujur, dan adil tidak lagi sebagai bagian

dari pemerintah daerah akan tetapi sebagai badan legislatif daerah yang

berkedudukan sejajar dan menjadi mitra Pemerintah Daerah, yang

berfungsi sebagai lembaga pengawasan dan legislasi telah

melaksanakan fungsinya secara proporsional.

3) Tingkat pendidikan SDM pemerintah kabupaten cukup baik.

Jumlah pegawai di lingkungan pemerintah Kabupaten Sleman pada tahun

2000 sebanyak 9.115 orang, yang berpendidikan SLTA keatas sebanyak

87,22 % dengan rincian SLTA 5.220 orang, atau 57,27%, SM/D.III 1.937

orang atau 21,25%, S1/D.IV 786 orang atau 8,62%, S2/S3 7 orang atau

0,08%. Pegawai yang telah mengikuti diklat struktural adum 698 orang

Page 26: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

26

adumla 262 orang, spama 39 orang, spamen 4 orang.

4) Partisipasi masyarakat dalam pembangunan cukup tinggi

Potensi yang dimiliki masyarakat Sleman adalah perilaku sosial gotong

royong yang berpedoman pada gerakan pembangunan terpadu Sleman

“Sembada” yang dijabarkan menjadi sehat, elok dan edi, makmur dan

merata, bersih dan berbudaya, aman dan adil damai dan dinamis serta

agamis. Masyarakat Sleman pada umumnya telah memiliki kebersamaan

untuk membangun lingkungannya dengan berswadaya. Selama lima

tahun terakhir jumlah swadaya murni masyarakat mencapai Rp7,54

milyar.

5) Kualitas SDM masyarakat cukup memadai

Penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 2000 sebanyak 900.592 orang

dengan komposisi yang tamat SLTP 17,19 %, SLTA 28,59%, SM/D.III

2,85%, Sarjana/D.IV 4,71% dan S2/S3 0,36%.

6) Adanya perguruan tinggi yang berkualitas

Jumlah perguruan tinggi yang berada di Kabupaten Sleman sebanyak 29

buah yang terdiri 7 PTN dan 22 PTS, salah satunya adalah Universitas

Gadjah Mada (UGM) yang reputasinya bertaraf internasional.

7) Prasarana dan sarana publik cukup memadai

Jalur transportasi yang menuju ke 86 desa semuanya telah beraspal,

99,84 % dari 1.212 dusun yang ada telah terjangkau jaringan listrik dan

telah dibangun stasiun telekomunikasi otomat sebanyak 4 buah untuk

melayani kebutuhan telekomunikasi di wilayah Kabupaten Sleman.

8) Letak Kabupaten Sleman yang strategis

Kabupaten Sleman memiliki letak yang strategis karena terletak di jalur

utama transportasi darat antara Magelang – Surakarta yang merupakan

jalur utama perdagangan dari wilayah eks. Karesidenan Kedu, selain itu

juga merupakan pintu gerbang yang menunjang berbagai sektor melalui

transportasi darat dan udara ke berbagai daerah, serta berfungsi pula

sebagai pendukung utama perkembangan Kota Yogyakarta.

9) Situasi keamanan cukup kondusif

Situasi dan kondisi keamanan di Kabupaten Sleman dalam keadaan

stabil dan cukup terkendali, hal ini ditandai dengan menurunnya tingkat

kriminalitas sebesar 9,06 % dari tahun 1998 yaitu sebanyak 331 kejadian

menjadi 301 kejadian pada tahun 2000.

10) Potensi kepariwisataan tinggi

Page 27: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

27

Jumlah obyek wisata di Kabupaten Sleman cukup banyak antara lain

wisata alam, wisata budaya, wisata pendidikan dan wisata desa dengan

fasilitas sarana pendukung pariwisata yang memadai seperti hotel,

restoran dan biro perjalanan.

b. Kelemahan

1) Kompetensi SDM pemerintah kabupaten belum memadai.

Penempatan pegawai dan pejabat struktural dalam tugasnya masih

dijumpai adanya ketidaksesuaian dengan kompetensi yang dibutuhkan

baik latar belakang pendidikan, manajerial, dan kompetensi individu

dengan jabatan yang dipangkunya. Hal ini disebabkan karena

keterbatasan pegawai yang ada dengan latar belakang pendidikan yang

beragam.

2) Sarana dan prasarana pemerintah kabupaten belum memadai.

Meskipun sudah diupayakan dengan pengadaan berbagai sarana dan

prasarana yang didukung dana cukup besar namun kenyataannya sampai

saat ini sarana dan prasarana pemerintah Kabupaten Sleman yang ada

ternyata belum memadai dan mencukupi bila dipergunakan untuk

memenuhi kebutuhan seluruh instansi yang ada sampai ditingkat

kecamatan.

3) Pelayanan birokrasi masih lemah

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, pelaksanaan oleh

aparat pemerintah dirasa masih lemah/belum prima. Hal ini tercermin dari

masih panjangnya mata rantai birokrasi dalam pemberian pelayanan

karena belum adanya pembagian kewenangan yang jelas mengenai tugas

dan fungsi dari masing – masing lembaga yang ada, sehingga memberi

kesan adanya in efisiensi dan duplikasi kewenangan dalam pemberian

pelayanan kepada masyarakat.

4) Sumber keuangan pemerintah kabupaten terbatas

Terbatasnya sumber keuangan Pemerintah Kabupaten Sleman terlihat

dari besarnya pendapatan asli daerah yang ada, yaitu pada tahun

anggaran 2000 sebesar Rp.128.038.616.420,94 yang berasal dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp.17.889.883.435,46 atau 14,0%, Bagi

Hasil Pajak Rp.11.045.686.599,78 atau 8,6%, Bagi Hasil Bukan Pajak

Rp.260.688.509,50 atau 0,2%, Bantuan Pembangunan Rp.22.582.507.055

atau 17,6%, Subsidi Daerah Otonom Rp.70.375.139.874 atau 54,9%, dan

Sisa lebih tahun yang lalu Rp.5.884.710.954,20 atau 4,6%.

Page 28: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

28

5) Penegakan dan kepatuhan hukum masih lemah

Kesadaran masyarakat Kabupaten Sleman dalam mematuhi hukum masih

lemah, hal ini tercermin dari sikap dan perilaku masyarakat Kabupaten

Sleman yang belum bisa sepenuhnya menerima dan mematuhi penerapan

peraturan perundang – undangan yang baru.

Pihak aparat penegak hukum juga masih lemah dalam memberikan sanksi

kepada warga masyarakat yang melanggar hukum.

6) Dukungan peraturan daerah yang belum memadai

Dalam mengimplementasikan kebijaksanaan yang telah digariskan

pemerintah Kabupaten Sleman untuk pengelolaan aset kekayaan daerah,

ternyata belum sepenuhnya didukung dengan peraturan daerah.

Hal ini terlihat dari sedikitnya produk peraturan daerah yang dihasilkan

DPRD Kabupaten Sleman yang diundangkan dalam lembaran daerah,

yaitu pada tahun 1999 sebanyak 6 buah, tahun 2000 sebanyak 12 buah.

7) Tingginya budaya permisif masyarakat

Budaya permisif merupakan salah satu bentuk budaya yang sedang

menggejala di lingkungan masyarakat pada akhir–akhir ini. Bentuk dari

budaya permisif ini adalah selalu diizinkannya kehendak–kehendak atau

keinginan masyarakat dalam melaksanakan sesuatu oleh pemerintah

daerah, bahkan tidak menutup kemungkinan dengan diberikannya

bantuan–bantuan, yang pada akhirnya akan menjadikan masyarakat yang

manja.

Budaya permisif ini apabila dibiarkan berlarut–larut akan menimbulkan hal-

hal yang kurang menguntungkan bagi pemerintah daerah dimasa

mendatang, karena sekali pemerintah daerah melarang keinginan

masyarakat maka akan mengakibatkan gejolak dikalangan masyarakat

yang bisa menjurus ke tindakan anarki.

8) Belum sinerginya pengelolaan pembangunan antar stakeholder

Adanya reformasi administrasi publik ditingkat nasional dan daerah

mengakibatkan situasi kelembagaan birokrasi bersifat transisional, belum

menemukan bentuk dan struktur yang mantap, sehingga hubungan intern

antar lembaga pada pemerintah daerah belum tersinergi dalam

pengelolaan pembangunan, demikian pula hubungan antara pemerintah

daerah dengan lembaga–lembaga ekstern yang ada di wilayah Kabupaten

Sleman belum merata.

9) Rendahnya penguasaan teknologi dan lemahnya daya saing masyarakat

Page 29: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

29

Ketimpangan dalam penyediaan infrastruktur dan masih terpusatnya

kegiatan-kegiatan ekonomi di daerah perkotaan, serta masih banyaknya

sumberdaya ekonomi yang dikuasai oleh orang perorang atau kelompok

tertentu, sementara produk – produk yang dihasilkan belum mampu

bersaing dengan produk impor. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

penguasaan teknologi dan daya saing masyarakat Sleman masih rendah.

10) Terbatasnya sumber daya alam yang ada

Sumber daya alam yang dimilki Kabupten Sleman terdiri atas tanah yang

meliputi sawah seluas 23.483 Ha, tegalan seluas 6.407 Ha, pekarangan

seluas 18.705 Ha, hutan seluas 1.729 Ha, dan lain-lain seluas 7.104 Ha,

sumber air, dan bahan galian golongan C meliputi pasir sebanyak 5.681

m3, batu/kerikil 10.754 m3, batu andesit 19.576 m3, tanah liat 249 m3 serta

kapur 181 m3 .

2. Analisis Lingkungan Eksternal (ALE)

a. Peluang

1) Adanya kebijakan otonomi daerah Undang - undang Nomor 22 Tahun

1999 memberikan kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah

kabupaten dan kota untuk menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan

dan pembangunan di daerah.

2) Tingginya minat investor masuk ke Kabupaten Sleman

Posisi yang strategis, kondisi dan potensi sumber daya alam dan SDM

yang dimiliki telah menempatkan Kabupaten Sleman sebagai pilihan

pertama bagi investor untuk melaksanakan kegiatan usahanya.

3) Akses teknologi telematika cukup baik

Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2001 mewajibkan pemerintah daerah

untuk mendayagunakan teknologi telematika guna menunjang

penyelenggaraan otonomi daerah. Perkembangan teknologi informasi di

Kabupaten Sleman saat ini telah membuka peluang bagi terbentuknya

akses terhadap kemudahan memperoleh informasi.

4) Terbukanya pasar bebas

Tatanan ekonomi baru merupakan sistem ekonomi pasar yang bersifat

global dan kompetitif sehingga akan terbuka peluang seluas-luasnya bagi

produk-produk Kabupaten Sleman untuk memasuki pasar global.

5) Image pihak luar terhadap Sleman cukup baik

Kesan dari pihak luar terhadap keamanan, keramahtamahan dan sifat

Page 30: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

30

gotong royong masyarakat Sleman cukup baik. Hal ini merupakan modal

untuk meraih peluang pengembangan investasi dari luar.

6) Berkembangnya perguruan tinggi

Kabupaten Sleman merupakan daerah yang potensial untuk

berkembangnya perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang ada telah

menunjukkan perkembangan yang baik dilihat dari sisi sarana, prasarana

maupun jumlah mahasiswa. Hal ini merupakan peluang bagi pertumbuhan

ekonomi masyarakat.

7) Tumbuhnya sektor informal

Sektor informal telah tumbuh dengan cepat sejalan dengan

bekembangnya wilayah perkotaan kecamatan. Hal ini mempunyai dampak

terhadap peningkatan perekonomian di Kabupaten Sleman.

b. Ancaman

1) Inkonsistensi kebijakan pemerintah pusat

Meskipun Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan

kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah kabupaten dan kota

untuk menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan dan pembangunan di

daerahnya, namun dalam pelaksanaannya masih dijumpai adanya

peraturan perundang-undangan dari pusat yang mengintervensi

kewenangan-kewenangan yang telah diserahkan kepada kabupaten/kota.

2) Masuknya budaya luar yang negatif

Pada era globalisasi masuknya informasi melalui media cetak dan

elektronik apabila tidak diantisipasi sejak dini dapat berdampak negatif

yang akan mengubah pola pikir, dan perilaku masyarakat.

3) Kondisi politik dan ekonomi nasional kurang kondusif

Kondisi politik dan perekonomian nasional yang tidak stabil membawa

dampak yang tidak menguntungkan bagi penyelenggaraan pemerintah

dan pembangunan di daerah.

4) Struktur perekonomian dualistik

Struktur perekonomian dualistik tidak menguntungkan bagi masyarakat

petani dan buruh tani.

5) Potensi terjadinya konflik SARA

Adanya perubahan situasi sosial politik yang demikian cepat diikuti

dengan lemahnya penegakan hukum, menyebabkan munculnya tindak

Page 31: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

31

pelanggaran hukum yang melampaui batas, dan berpotensi terjadinya

konflik SARA.

6) Alih fungsi lahan pertanian tidak terkendali

Sejalan dengan pesatnya pembangunan dan meningkatnya kebutuhan

masyarakat atas lahan perumahan menyebabkan berkurangnya lahan

pertanian rata-rata per tahun 0,96 %.

Bila kondisi ini tidak dikendalikan maka akan memberikan dampak yang

kurang menguntungkan bagi perkembangan pertanian di Kabupaten

Sleman.

7) Bencana letusan Gunung Merapi

Kondisi Gunung Merapi yang aktif dengan interval letusan 3-5 tahun dapat

membawa bencana yang mengakibatkan terganggunya kegiatan sosial

ekonomi masyarakat disekitarnya.

B. ANALISIS STRATEGI PILIHAN

Strategi adalah kegiatan untuk mengantisipasi secara menyeluruh, meramalkan

pencapaian tujuan kedepan melalui pendekatan rasional. Strategi ini disusun dengan

memadukan antara kekuatan dengan peluang, kekuatan dengan ancaman,

kelemahan dengan peluang, dan kelemahan dengan ancaman. Dengan demikian

akan diperoleh berbagai pilihan strategi yang perlu diuji kembali dengan visi, misi

dan nilai – nilai organisasi pemerintah Kabupaten Sleman.

C. FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN

Faktor penentu keberhasilan merupakan hasil kajian dari pilihan-pilihan strategi yang

telah diuji dengan visi, misi dan nilai-nilai organisasi pemerintah Kabupaten Sleman.

Melalui kajian yang cermat dan teliti telah dihasilkan faktor penentu keberhasilan

yang terdiri dari unsur-unsur pemerintah dan masyarakat, dengan demikian faktor

penentu keberhasilan dapat diartikan sebagai faktor yang mempunyai daya ungkit

besar untuk mewujudkan visi, misi pemerintah Kabupaten Sleman. Faktor-faktor

penentu keberhasilan tersebut meliputi 6 (enam) hal, yaitu:

1. Pemantapan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

Faktor ini sangat menentukan keberhasilan pencapaian visi dan misi Sleman,

karena masyarakat merupakan subyek sekaligus obyek (terkena dampak)

pembangunan dengan multi peran yang diembannya sebagai perencana,

pelaksana, evaluator serta pengguna. Pemantapan partisipasi masyarakat perlu

Page 32: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

32

diarahkan pada peningkatan kemampuannya yaitu berdaya tumbuh, berdaya

saing, berdaya tahan, berdaya guna dan berhasil guna.

2. Peningkatan kualitas SDM masyarakat untuk mendukung pembangunan

Faktor ini sangat menentukan keberhasilan pencapaian visi dan misi pemerintah

Kabupaten Sleman karena masyarakat yang pada hakekatnya merupakan

perencana dan pelaksana pembangunan memegang peranan penting penentuan

keberhasilan pembangunan. Bila kualitas sumber daya masyarakat cukup baik,

maka perencanaan pembangunan akan bermutu, kualitas pelaksanaannya juga

dapat diandalkan dan hasilnyapun dapat dimanfaatkan secara optimal.

3. Peningkatan efektivitas dan efisiensi organisasi pemerintah kabupaten

Efisiensi organisasi merupakan hal yang sangat mendesak dilaksanakan agar

organisasi pemerintah kabupaten dapat mewujudkan kinerja yang baik dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Efisiensi organisasi pemerintah ini

tidak saja bertujuan untuk penghematan biaya, memperpendek jalur birokrasi,

mempersingkat waktu namun yang terpenting dari efisiensi adalah terwujudnya

keseimbangan yang optimal dalam pemanfaatan sumber daya terhadap hasil

yang akan bermuara pada kemampuan masyarakat.

4. Peningkatan kompetensi aparatur pemerintah

Aparatur pemerintah memegang peranan yang cukup sentral dalam proses

pembangunan oleh karenanya kompetisi dari aparaturnya haruslah senantiasa

dipacu untuk ditingkatkan.

Selain kualitas aparat yang harus baik, maka dalam hal memanfaatkan

seseorang untuk memangku jabatan tertentu haruslah yang bersangkutan

memiliki kompetensi yang memadai untuk jabatan tersebut. Kompetensi ini

sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalamanya dalam

berbagai bidang.

5. Pemberian kepastian hukum kepada stakeholder

Kepastian hukum pada para stakeholder atau para pihak yang berkepentingan

kususnya para investor merupakan hal yang harus diwujudkan. Tanpa jaminan

kepastian hukum, para pihak yang berkepentingan dengan Kabupaten Sleman

niscaya tidak akan mau mengembangkan berbagai aktivitasnya di Kabupaten

Sleman. Bila hal ini terjadi, maka jelas merupakan kerugian besar bagi

pertumbuhan dan perkembangan Kabupaten Sleman.

6. Peningkatan sarana dan prasarana bagi pengembangan wilayah

Sarana dan prasarana bagi pemerintah Kabupaten Sleman untuk melaksanakan

tugas dan fungsinya merupakan sarana dan prasarana publik merupakan hal

Page 33: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

33

yang sangat diperlukan dalam pengembangan wilayah. Bila wilayah-wilayah

strategis dapat berkembang dengan baik, maka dampak positifnya akan dinikmati

oleh masyarakat luas dalam peningkatan kesejahteraan.

BAB V PENETAPAN TUJUAN

A. PENGERTIAN TUJUAN Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi serta faktor-faktor penentu

keberhasilan yang akan dicapai dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun dan bersifat

idealistik, mengandung nilai-nilai keluhuran dan keinginan yang kuat untuk

melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, serta menjadi arah perjalanan

pemerintahan berdasarkan kriteria yang mudah dipahami seluruh masyarakat.

B. TUJUAN UMUM Sebagaimana visi dan misi yang telah ditetapkan, maka tujuan umum yang akan

dicapai dalam tiga tahun kedepan, sebagai berikut:

1. Mewujudkan Pemerintahan Daerah yang baik melalui terwujudnya

pembangunan bidang hukum, aparatur daerah, komunikasi dan informasi, dan

ketentraman dan ketertiban. Tujuan ini didukung oleh faktor-faktor penentu

keberhasilan peningkatan efisiensi organisasi pemerintah kabupaten,

peningkatan kompetensi aparatur pemerintah kabupaten Sleman, dan

pemberian kepastian hukum kepada stakeholder.

2. Meningkatkan kegiatan ekonomi daerah melalui terwujudnya pembangunan

bidang industri, pertanian dan kehutanan, sumber daya air dan irigasi,

pertambangan, transportasi, perdagangan, pengembangan usaha dan keuangan

daerah, koperasi, pengembangan investasi dan pariwisata. Tujuan ini didukung

oleh faktor-faktor penentu keberhasilan pemantapan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan, peningkatan kualitas SDM masyarakat untuk mendukung

pembangunan dan peningkatan prasarana dan sarana dalam rangka

pembangunan wilayah.

3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui terwujudnya pembangunan bidang

pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial, kebudayaan, kependudukan,

pemuda dan olah raga, tenaga kerja dan transmigrasi. Tujuan ini didukung oleh

faktor-faktor penentu keberhasilan pemberian kepastian hukum kepada

stakeholder, pemantapan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan

Page 34: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

34

peningkatan kualitas SDM masyarakat untuk mendukung pembangunan.

4. Meningkatkan kapasitas pengembangan potensi wilayah melalui terwujudnya

pembangunan perdesaan dan perkotaan, penataan ruang, sumber daya alam

dan lingkungan hidup. Tujuan ini didukung oleh faktor-faktor penentu

keberhasilan pemantapan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan

peningkatan prasarana dan sarana dalam rangka pembangunan wilayah.

C. TUJUAN KHUSUS

Sebagaimana tujuan umum yang telah ditetapkan, maka dirumuskan tujuan khusus

berdasarkan faktor-faktor penentu keberhasilan (FPK) sebagai berikut:

FPK 1 : Pemantapan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, bertujuan: a. meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi penganggur untuk

menguasai teknologi tepat guna dan manajemen kewirausahaan di

bidang ekonomi,

b. meningkatkan fasilitasi organisasi sosial kemasyarakatan dibidang

ekonomi, sosial dan budaya,

c. meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan,

d. mempercepat transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

dilandasi iman dan taqwa dengan optimalisasi peran serta masyarakat

perguruan tinggi,

e. meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian

lingkungan hidup.

FPK 2 : Peningkatan kualitas sumber daya manusia masyarakat untuk mendukung pembangunan, bertujuan: a. menuntaskan wajib belajar 9 tahun dan penuntasan kejar paket A dan

paket B serta mendorong kemandirian masyarakat dalam pendidikan

lebih lanjut,

b. meningkatkan kualitas guru dan tutor kejar paket A dan paket B serta

penyetaraan guru untuk mencapai sekolah yang efektif dan bermutu,

c. meningkatkan pemberdayaan bagi pengelola LPK dan lembaga

ketrampilan lain serta kelompok-kelompok belajar masyarakat,

d. meningkatkan usia harapan hidup dan menekan angka kematian bayi,

e. mendorong terselenggaranya jaminan kesehatan dan jaminan sosial

bagi keluarga dan penyandang masalah sosial,

Page 35: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

35

f. meningkatkan pemberdayaan sumber daya manusia pada kelompok-

kelompok ekonomi dan sosial budaya masyarakat.

FPK 3 : Peningkatan efektivitas dan efisiensi organisasi pemerintah kabupaten, bertujuan: a. Mewujudkan standar penilaian kinerja pada semua instansi pemerintah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

b. mewujudkan uraian tugas pada semua instansi pemerintah kabupaten

yang mencakup semua pejabat dan staf, struktural dan fungsional,

c. mewujudkan pedoman tata kerja dan tata hubungan antar

lembaga/instansi,

d. mewujudkan kemandirian BUMD Bank Pasar dan PDAM,

e. mewujudkan terbentuknya BUMD baru,

f. mendorong kemandirian RSUD dan Puskesmas,

g. mewujudkan terbentuknya UPTD dan cabang dinas baru,

h. meningkatkan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi secara

berkala jalannya pemerintahan dan pembangunan.

FPK 4 : Peningkatan kompetensi aparatur pemerintah Kabupaten Sleman, bertujuan: a. Mempercepat tersusunnya standar kualifikasi penerimaan,

penempatan, pembinaan, dan pengembangan karier pegawai,

b. mempercepat tersusunnya penilaian standar kinerja pegawai,

c. mempercepat pengembangan pendidikan dan pelatihan struktural,

fungsional, dan teknis bagi pegawai,

d. mempercepat tersedianya sistem informasi kepegawaian.

FPK 5 : Pemberian kepastian hukum kepada stakeholder, bertujuan: a. Mempercepat tersedianya produk hukum daerah di bidang

pemerintahan, ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup dan bidang

pelayanan umum,

b. mendorong peningkatan kepatuhan terhadap peraturan daerah dan

peraturan perundang-undangan lainnya.

FPK 6 : Peningkatan prasarana dan sarana dalam rangka pembangunan wilayah, bertujuan:

Page 36: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

36

a. Meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana perkantoran

pemerintah kabupaten untuk pelayanan masyarakat,

b. meningkatkan prasarana dan sarana fisik untuk mendukung kegiatan

sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan penyediaan

sistem informasi pengembangan wilayah.

BAB VI PENUTUP

Rencana strategis daerah dalam pelaksanaannya dijabarkan dalam Rencana

Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada) yang memuat Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD), yang terukur kinerjanya dan akan ditetapkan setiap tahunnya

oleh Bupati dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Dalam rangka mengevaluasi kinerja APBD tersebut, pelaksanaannya mengacu pada

ketentuan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah, dan untuk kriteria keberhasilan kinerja diukur dengan

mempergunakan klasifikasi sebagai berikut: 1) 85 % - 100 % : sangat berhasil,

2) 70 % - < 85 % : berhasil, 3) 55 % - < 70 % : cukup berhasil, 4) < 55 % : tidak

berhasil.

Rencana strategis daerah merupakan pedoman bagi instansi pemerintah kabupaten

dalam menyusun program-program pembangunan serta bagi DPRD dalam

mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam rangka pelaksanaan pembangunan

daerah.

Pemerintah kabupaten bersama DPRD bertanggung jawab untuk menjaga konsistensi

antara rencana strategis daerah dan rencana pembangunan tahunan daerah sesuai

tugas pokok dan fungsinya melalui proses perencanaan pembangunan dan anggaran

setiap tahunnya, demi terwujudnya perencanaan pembangunan daerah yang lebih

terintegrasi, menyeluruh, dan terkendali pelaksanaannya berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 37: PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2002/sleman1-2002.pdf2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

37

Pemerintah kabupaten dan DPRD serta masyarakat harus bersungguh-sungguh

memperhatikan dan mengacu pada visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai selama tiga

tahun yang tertuang dalam rencana strategis daerah ini. Upaya tersebut diperlukan

untuk menjaga agar hasil pembangunan dapat dinikmati secara lebih merata dan

berkeadilan oleh seluruh masyarakat Kabupaten Sleman.

a.n. BUPATI SLEMAN,

WAKIL BUPATI

Cap/ttd

ZAELANI