PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK...Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebutBPD, adalah Badan...
Transcript of PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK...Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebutBPD, adalah Badan...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG
TATA CARA PEMILIHAN DAN ATAU PENGANGKATAN PERANGKAT DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
B U P A T I S I A K,
Menimbang :a. bahwa dengan telah diundangkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999,
pengaturan lebih lanjut mengenai Pemerintahan Desa telah ditetapkan
petunjuk pelaksanaan pengaturan Desa oleh Menteri Dalam Negeri;
b. bahwa berdasarkan pasal 26 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64
Tahun 1999 menyebutkan bahwa Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan
Perangkat Desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Siak.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara RI tanggal 8 Agustus 1950);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999
Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
3. Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Daerah Tingkat II Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten
Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,
Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam Propinsi Riau;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Rancangan Undang-undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);
6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 1999 tentang Petunjuk
Pelaksanaan dan Penyesuaian Peristilahan dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dan Kelurahan;
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman
Umum Pengaturan Mengenai Desa.
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIAK
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK TENTANG TATA CARA
PEMILIHAN DAN ATAU PENGANGKATAN PERANGKAT DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Bupati adalah Bupati Siak;
b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai
Badan Eksekutif Daerah;
c. Kepala Daerah adalah Bupati;
d. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten/Kota;
e. Pemerintahan Desa adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan Pemerintah Desa dan
Badan Perwakilan Desa;
f. Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD, adalah Badan Perwakilan yang terdiri
atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Desa, yang berfungsi mengayomi adat istiadat,
membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan
pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa;
g. Perangkat Desa adalah unsure staf yang melaksanakan teknis pelayanan dan atau membantu
Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, dipilih dan atau diangkat tanpa
pemilihan dari penduduk Desa yang memenuhi persyaratan;
h. Dusun dan atau dengan nama lain adalah bagian wilayah dalam Desa yang merupakan
lingkungan kerja pelaksana Pemerintahan Desa.
BAB II
PERSYARATAN CALON PERANGKAT DESA
Pasal 2
Yang dapat diangkat menjadi perangkat Desa adalah penduduk Desa warga Negara Republik
Indonesia yang :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah
Republik Indonesia;
c. Berkelakuan baik, jujur, adil cerdas dan berwibawa;
d. Tidak pernah langsung atua tidak langsung dalam suatu kegiatan yang menghianatai
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undanga
Dasar 1945, seperti G-30-S/PKI dan atau kegiatan-kegiatan organisasi terlarang lainnya;
e. Tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan keputusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hokum yang tetap, karena tindak pidana
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun;
f. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal tetap di Desa yang bersangkutan
sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus;
g. Sekurang-kurangnya telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun dan setinggi- tinnginya 56
(lima puluh enam ) tahun;
h. Sehat jasmani dan rohani;
i. Sekurang-kurangnya berijazah/STTB SLTP atau berpengetahuan yang sederajat.
Pasal 3
(1). Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 Peraturan Daerah ini terdiri dari :
a. Sekretaris Desa sebagai unsur staf yang merupakan Kepal Tata Usaha dan memberikan
teknis pelayanan administrasi;
b. Kepala-kepala Urusan yaitu unsure pelaksana teknis lapangan;
c. Kepala-kepala Dusun dengan Keputusan Kepal Desa atas persetujuan BPD.
BAB III
MEKANISME PEMILIHAN ATAU PENGANGKATAN
CALON PERANGKAT DESA
Pasal 4
(1). Calon Perangkat Desa diajukan oleh Kepala Desa untuk mendapat persetujuan dari
pimpinan BPD dengan dilengkapi persyaratan sebagaimana diatur dalam pasal 2 Peraturan
Daerah ini;
(2). Setelah mendapat persetujuan dari BPD, Calon Perangkat Desa yang telah dipilih dan atua
diangkat tanpa pemilihan, ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 5
(1). Apabila Calon Perangkat Desa lebih dari 1 (satu) orang dan berdasarkan penilaian
memenuhi syarat, maka perlu diadakan seleksi dalam bentuk ujian penyaringan oleh
Kepala Desa;
(2). Hasil ujian saringan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, diajukan kepada BPD untuk
mendapatkan persetujuan selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Kepal Desa;
(3). Apabila hasil ujian saringan terdapat lebih dari 1 (satu) orang Calon yang memenuhi syarat,
maka diadakan pemilihan oleh para anggota BPD yang dituangkan dalam Berita Acara
Pemilihan untuk selanjutnya ditetapkan Kepala Desa.
BAB IV
MASA JABATAN PERANGKAT DESA
Pasal 6
(1). Masa Jabatan Perangkat Desa selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali
berdasarkan kewenangan Kepala Desa ;
(2). Dalam hal jabatan Perangkat Desa kosong, maka Kepala Desa menunjuk seorang pejabat
dari Perangkat Desa dan selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) bulan harus sudah
dilaksanakan pemilihan dan atau pengangkatan.
Pasal 7
Perangkat Desa dalam menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya harus bersikap netral dan
tidak memihak serta tetap berpegang teguh kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB V
LARANGAN BAGI PERANGKAT DESA
Pasal 8
Perangkat Desa dilarang :
a. Melanggar persyaratan yang ditentukan sebagaimana tersebut dlam pasal 2 Peraturan
Daerah ini;
b. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, Pemerintah,
Pemerintah Desa dan Masyarakat;
c. Melakukan kegiatan-kegiatan atau melakukan tindakan yang tidak menjadi kewajibannya
dan merugikan kepentingan Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat Desa;
d. Menyalahgunakan wewenang, bertindak sewenang-wenang, melakukan penyelewengan
dan bertindak diluar ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan atua norma-norma/ adapt istiadat yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat.
Pasal 9
Perangkat Desa yang melanggar larangan sebagiamana dimaksud pasal 8 Peraturan Daerah ini,
dapat dikenakan sanksi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA
Pasal 10
Perangkat Desa berhenti karena :
a. Meninggal dunia;
b. Berakhir masa jabatannya;
c. Atas permintaan sendiri;
d. Telah diangkat pejabat yang baru;
e. Tidak lagi memenuhi salah satu syarat yang ditentukan sebagaimana dimaksud pasal 2
Peraturan Daerah ini;
f. Melakukan tindakan-tindakan yang menghilangkan kepercayaan penduduk Desa terhadap
kepemimpinannya sebagai seorang pejabat Pemerintah Desa;
Pasal 11
(1). Perangkat Desa yang dituduh atau tersangkut dalam suatu tindakan pidana, atas usul Kepala
Desa dan setelah mendapat persetujuan BPD dapat diberhentika sementara;
(2). Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, ditetapkan dengan
keputusan Kepala Desa;
(3). Selama Perangkat Desa dikenakan pemberhentian sementara, maka Kepala Desa menunjuk
Pejabat sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (2);
(4). Dengan berlakunya Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum yang
pasti, maka Kepala Desa men
g. BPD membentuk Panitia Pemilihan yang keanggotaannya terdiri dari anggota BPD, dan
dapat dibantu oleh Perangkat Desa, maupun pemuka-pemuka masyarakat lainnya di Desa
yang bersangkutan;
(1) Susunan Panitia Pemilihan ditetapkan dengan Keputusan BPD dan diberitahukan secara tertulis
kepada Bupati melalui Camat;
(2) Rapat BPD dalam rangka pembentukan Panitia Pemilihan dapat dihadiri oleh Camat selaku
pembimbing dan pengarah;
(3) Susunan Panitia Pemilihan terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan beberapa orang
anggota sesuai dengan kebutuhan;
(4) BPD bertanggungjawab atas terselenggaranya Pemilihan Kepala Desa.
Bagian Kedua
TUGAS DAN FUNGSI PANITIA PEMILIHAN
Pasal 3
Panitia Pemilihan sebagaimana tercantum pada Pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas dan fungsi :
a. Menyusun Rencana Kerja Panitia Pemilihan dan Rencana Biaya Pemilihan;
b. Melaksanakan penjaringan Bakal Calon;
c. Melaksanakan penyaringan Bakal Calon;
d. Mengajukan Bakal Calon yang telah memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Calon
Kepala Desa oleh BPD;
e. Melaksanakan Pendaftaran Pemilih untuk selanjutnya ditetapkan oleh Ketua Panitia Pemilihan
dan disahkan oleh BPD;
f. Mempersiapkan sarana dan prasarana Pemilihan (pemungutan dan penghitungan suara);
g. Mengajukan Rencana Kerja Pemilihan;
h. Menetapkan jadwal Pemilihan setelah dikonsultasikan kepada BPD dan Camat;
i. Mengumumkan nama-nama Calon yang berhak dipilih dan tanda gambar masing-masing;
j. Melaksanakan Pemilihan (pemungutan dan penghitungan suara);
k. Membuat Berita Acara Pemilihan yang ditandatangani oleh Ketua Panitia Pemilihan, Calon
atau Saksi-saksi yang ditunjuk oleh Calon, untuk mendapatkan penetapan dari BPD dan
diketahui oleh Camat;
l. Mengambil Keputusan apabila timbul permasalahan.
Pasal 4
Apabila di antara anggota Panitia Pemilihan ada yang ditetapkan sebagai Bakal Calon, atau Calon,
atau berhalangan, maka keanggotaannya dalam Panitia Pemilihan digantikan oleh anggota BPD
lainnya, atau Perangkat Desa yang lain, ataupun masyarakat lainnya berdasarkan Keputusan BPD.
BAB III
HAK MEMILIH DAN DIPILIH
Pasal 5
Yang dapat memilih Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga Negara Republik Indonesia
dengan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Terdafar sebagai penduduk Desa yang bersangkutan secara sah;
b. Sudah mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin;
c. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap;
d. Tidak pernah terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung berdasarkan keterangan
yang berwajib dalam suatu kegiatan mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pasal 6
(1) Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah Penduduk Desa Warga Negara Republik
Indonesia dengan syarat-syarat :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945;
c. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, G30S/PKI dan/atau kegiatan organisasi
terlarang lainnya;
d. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan/atau
berpengetahuan yang sederajat;
e. Berumur sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun dan setinggi-tingginya
60 (enam puluh) tahun;
f. Sehat jasmani dan rohani;
g. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya;
h. Berkelakuan baik, jujur, dan adil;
i. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana;
j. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap;
k. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat;
l. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
m. Memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadat yang diatur dalam Peraturan
Daerah;
n. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal tetap di Desa yang bersangkutan
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus.
(2) Bagi Pegawai Negeri (Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, dan anggota Polri) yang
mendaftarkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa, selain harus memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), juga harus memiliki surat keterangan persetujuan dari
atasan yang berwenang sesuai peraturan yang berlaku.
Pasal 7
Dalam Pemilihan Kepala Desa, Pemilih dan Calon yang berhak dipilih wajib hadir untuk
melaksanakan hak pilihnya dan tidak boleh mewakilkan kepada siapapun dan dengan alasan
apapun.
BAB IV
PENCALONAN KEPALA DESA
Pasal 8
(1) 6 (enam) bulan sebelumya berakhirnya masa jabatan Kepala Desa, yang bersangkutan
mengajukan permohonan berhenti kepada Badan Perwakilan Desa;
(2) Berdasarkan permohonan berhenti dari Kepala Desa tersebut, BPD mengusulkan
pemberhentian Kepala Desa yang bersangkutan kepada Bupati dan memberitahukan secara
tertulis rencana pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa;
(3) BPD segera membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa untuk periode berikutnya.
Pasal 9
Setelah terbentuk Panitia Pemilihan, Pimpinan BPD bersama Panitia Pemilihan segera
melaksanakan sosialisasi mengenai rencana pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa.
Pasal 10
Panitia Pemilihan mengumumkan jadwal pendaftaran Pemilih dan jadwal pendaftaran Bakal
Calon, disertai penjelasan syarat-syarat Pemilih dan syarat-syarat Bakal Calon.
Pasal 11
(1) Bakal Calon selain harus memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 6, juga harus
menyampaikan persyaratan administrasi sebagai berikut :
a. Surat Permohonan menjadi Calon Kepala Desa;
b. Photokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
c. Photokopi Kartu Keluarga;
d. Pas photo ukuran 4 x 6 sebanyak 3 lembar (hitam putih atau berwarna);
e. Photokopi Akte Lahir;
f. Photokopi Ijazah atau STTB yang dilegalisir oleh instansi yang berwenang;
g. Daftar Riwayat Hidup;
h. Surat Keterangan Berkelakuan Baik dari instansi yang berwenang;
i. Keterangan tidak dicabut hak pilihnya dari Pengadilan Negeri;
j. Pernyataan tidak terlibat dalam gerakan yang menentang Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945;
k. Surat Izin/Pernyataan tidak keberatan secara tertulis dari atasan yang berwenang bagi PNS,
TNI, dan Polri Aktif;
l. Pernyataan tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat
(khusus bagi Pegawai Negeri).
(2) Persyaratan administrasi sebagaimana ayat (1) Pasal ini dibuat rangkap 3 (tiga).
Pasal 12
Semua anggota Panitia Pemilihan aktif melaksanakan penjaringan Bakal Calon, sehingga diperoleh
dan terdaftar Bakal Calon yang memenuhi persyaratan.
Pasal 13
(1) Sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, Panitia Pemilihan menutup kegiatan pendaftaran
Bakal Calon dan melaksanakan penyaringan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan;
(2) Penyaringan Bakal Calon dapat dilaksanakan dengan melakukan ujian saringan berupa tes
pengetahuan kepemimpinan dari Bakal Calon yang dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan;
(3) Hasil penyaringan Bakal Calon harus diperoleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Bakal Calon
untuk diajukan ke BPD dan ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa;
(4) Hasil penyaringan Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan ke dalam
Berita Acara penyaringan Bakal Calon.
Pasal 14
(1) Bakal Calon yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan diajukan kepada BPD untuk dibahas
dalam rapat BPD;
(2) Pimpinan BPD wajib melakukan penelitian terhadap berkas persyaratan Calon dan selanjutnya
mengadakan musyawarah untuk ditetapkan menjadi Calon yang berhak dipilih;
(3) Calon yang berhak dipilih diberitahukan secara tertulis kepada Bupati melalui Camat disertai
dengan 1 (satu) berkas persyaratan administrasi Calon dan surat pengantar dari Camat.
BAB V
TATA CARA PENDAFTARAN
Pasal 15
(1) Sebelum melaksanakan pendaftaran, Panitia Pemilihan melakukan pengumuman kepada
seluruh masyarakat Desa tentang waktu pelaksanaan pendaftaran;
(2) Anggota Panitia Pemilihan yang melaksanakan tugas sebagai petugas pendaftar harus dibekali
dengan Keputusan Panitia Pemilihan tentang penunjukan sebagai petugas pendaftar dan Surat
Tugas;
(3) Panitia Pemilihan dalam melaksanakan pendaftaran Pemilih dibantu oleh pengurus RT
dan RW;
(4) Pendaftaran pemilih dilakukan dengan teliti berdasarkan persyaratan sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 5;
(5) Daftar pemilih minimal dibuat 3 (tiga) rangkap atau dapat diperbanyak sesuai kebutuhan;
(6) Perubahan daftar pemilih atau pembuatan daftar pemilih tambahan dapat dilakukan paling
lambat 1 (satu) hari atau 24 jam sebelum pelaksanaan pemungutan suara;
(7) Daftar pemilih ditandatangani oleh Panitia Pemilihan (Ketua dan Sekretaris), dan diajukan
kepada BPD untuk disahkan, selanjutnya daftar pemilih tersebut diberitahukan kepada Camat;
(8) Setelah mendapat pengesahan dari BPD, Panitia Pemilihan mengumumkan daftar pemilih
kepada masyarakat, baik melalui papan pengumuman maupun media lainnya.
BAB VI
PEMILIHAN CALON YANG BERHAK DIPILIH
Pasal 16
(1) Panitia Pemilihan setelah memberitahukan secara tertulis kepada Bupati melalui Camat tentang
Calon yang berhak dipilih, menyelenggarakan rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota Panitia
Pemilihan, angggota BPD, dan para Calon yang berhak dipilih, serta Camat, dengan agenda
rapat sebagai berikut :
a. Mengumumkan nama-nama Calon yang berhak dipilih;
b. Membahas dan menetapkan tanda gambar Calon yang akan digunakan dalam Pemilihan;
c. Membahas dan menetapkan jadwal pemilihan (waktu dan tempat pemungutan suara);
d. Mengevaluasi kesiapan prasarana, sarana, dan biaya pemilihan;
e. Melaksanakan pembagian tugas dalam pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan
suara;
f. Membahas dan menetapkan pembuatan surat undangan untuk pemilih dan petugas yang
akan menyampaikannya;
g. Membahas dan menetapkan pembuatan Surat Suara;
h. Membahas pengajuan saksi dari masing-masing calon yang berhak dipilih.
(2) Penentuan tanda gambar Calon yang berhak dipilih diserahkan kepada Panitia Pemilihan
dengan persetujuan BPD;
(3) Penetapan lokasi tempat pemungutan suara adalah dengan memperhatikan jarak tempuh dan
kemudahan sarana transportasi para pemilih serta memperhatikan faktor gangguan cuaca;
(4) Sarana dan prasarana pemilihan yang diperlukan dalam Pemungutan Suara adalah :
a. Bangunan untuk berteduh panitia;
b. Bilik Suara;
c. Kotak Suara;
d. Surat Suara;
e. Tempat duduk calon yang berhak dipilih;
f. Meja dan kursi untuk bekerja panitia;
g. Papan pengumuman;
h. Papan untuk penghitungan suara;
i. Bantalan dan paku untuk pencoblosan Surat Suara;
j. Pengeras suara;
k. Formulir-formulir Berita Acara, daftar hadir, laporan, dan Sarana kelengkapan lainnya
sesuai dengan kebutuhan.
(5) Pembagian tugas panitia dalam pelaksanaan pemungutan suara, antara lain :
a. Penerimaan Surat Undangan;
b. Pemegang Daftar Pemilih;
c. Pencatat Pemilih yang hadir;
d. Pemberi Surat Suara;
e. Pengatur antrian pemilih;
f. Penjaga Bilik Suara;
g. Penjaga Kotak Suara;
h. Petugas penerangan;
i. Petugas konsumsi;
j. Petugas keamanan;
k. Petugas pemberi tanda bagi yang sudah memilih;
l. Petugas kesehatan.
(6) Pembagian tugas dalam penghitungan suara terdiri dari :
a. Petugas yang membuka dan menjaga Kotak Suara;
b. Petugas yang menyusun Surat Suara yang telah dihitung;
c. Petugas yang membaca Surat Suara;
d. Petugas yang mencatat hasil pemungutan Suara;
e. Petugas yang membuat Berita Acara Pemilihan.
(7) Surat undangan untuk pemilih ditandatangani oleh Ketua Panita Pemilihan dan berisi
keterangan yang jelas mengenai hari, tanggal, waktu, pemilihan dan tanggal surat;
(8) Surat Suara berisi tanda gambar sebanyak tanda gambar Calon yang berhak dipilih dan di sudut
kiri bawah ditandatangani oleh Ketua Panitia Pemilihan;
(9) Saksi dari masing-masing Calon yang berhak dipilih, dibekali dengan Surat Mandat/Surat
Tugas/Surat Keterangan dari calon yang bersangkutan.
Pasal 17
Pada proses pemungutan suara, dihadiri oleh Panitia Pemilihan, Calon yang berhak dipilih Pemilih,
anggota BPD, serta Tim Monitoring yeang terdiri dari unsur DPRD, Pemerintah Kabupaten dan
Kecamatan.
Pasal 18
Panitia Pemilihan yang mempunyai Hak Pilih, serta Calon yang berhak dipilih dalam Pemilihan
Calon Kepala Desa, tetap mempunyai Hak untuk menggunakan Hak Pilihnya dengan tetap wajib
bersikap netral dalam melaksanakan tugasnya.
BAB VII
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA
Pasal 19
(1) Kampaye merupakan kesempatan bagi para calon yang berhak dipilih untuk menyampaikan
program kerja yang akan dilaksanakan, apabila yang bersangkutan berhasil terpilih menjadi
Kepala Desa;
(2) BPD menetapkan berbagai ketentuan untuk mengatur pelaksanaan kampaye berjalan tampa
mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat;
(3) Pelaksanaan kampaye para calon yang berhak dipilih hendaknya diarahkan pada hal–hal yang
bersifat positif serta menunjang kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
pembangunan;
(4) Pelaksanaan kampaye para calon yang berhak dipilih dimulai 7 (tujuh) hari sebelum hari H
sampai 2 (dua) hari sebelum hari H;
(5) Kampaye para calon yang berhak dipilih tidak diperkenankan diadakan secara berlebihan
dalam bentuk pembagian barang, uang, dan fasilitas lainnya serta tidak di benarkan
mengadakan pawai sehingga menganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Pasal 20
(1) Pemungutan suara di laksanakan dalam rapat Pemilihan Calon Kepala desa yang dipimpin oleh
Ketua Panitia Pemilihan dengan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah seluruh pemilih yang terdaftar disyahkan oleh BPD;
(2) Apabila pada pembukaan rapat pemungutan suara calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud
ayat (1) pasal ini jumlah pemilih belum mencapai Quorum, pimpinan rapat mengundurkan
rapat paling lama 3 (tiga) jam dengan ketentuan Quorum tetap 2/3 (dua per tiga) dari jumlah
pemilih;
(3) Apabila Quorum sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) pasal ini tidak dapat tercapai Quorum
dapat ditentukan pada saat penghitungan suara akan dimulai;
(4) Apabila sampai batas waktu pengunduran sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini Quorum
belum juga tercapai, pelaksanaan rapat pemilihan calon Kepala Desa dimundurkan oleh
Pimpinan Rapat selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari, dengan Quorum ½
(setengah) ditambah 1 (satu) jumlah pemilih;
(5) Pengunduran waktu rapat pemungutan suara calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat
(4) pasal ini diumumkan dalam forum rapat oleh pimpinan rapat dan diterangkan dalam Berita
Acara Penundaan Pemilihan.
Pasal 21
(1) Pemungutan Suara dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia, serta jujur dan
adil;
(2) Pemberian suara dilakukan dengan mencoblos tanda gambar yang berhak dipilih dalam bilik
suara yang disediakan oleh Panitia Pemilihan;
(3) Seorang pemilih hanya memberikan suaranya kepada 1 (satu) orang Calon yang berhak dipilih;
(4) Seorang pemilih yang berhalangan hadir karena sesuatu alasan, tidak dapat diwakilkan dengan
cara apapun.
Pasal 22
(1) Untuk kelancaran pelaksanaan pemungutan suara, Panitia Pemilihan menyediakan sarana atau
kelengkapan pemilihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (4);
(2) Bentuk dan model Surat Suara sebagaimana dimaksud pasal 16 ayat (8) ditetapkan oleh Panitia
Pemilihan dengan persetujuan BPD;
(3) Apabila dipandang perlu Panitia Pemilihan dapat menyediakan sarana dan prasarana lainnya
untuk kelancaran pelaksanaan Pemilihan.
Pasal 23
Sebelum melaksanakan Pemungutan Suara, Panitia Pemilihan membuka kotak suara dan
memperlihatkannya kepada para pemilih dan saksi masing-masing Calon yang berhak dipilih,
bahwa kotak suara dalam keadaan kosong, kemudian menutupnya kembali, mengunci, dan
menyerahkan kuncinya kepada Ketua Panitia Pemilihan.
Pasal 24
(1) Pemilih yang hadir diberikan Surat Suara oleh Panitia Pemilihan setelah menyerahkan surat
undangan;
(2) Setelah menerima Surat Suara, pemilih memeriksa atau meneliti, apabila Surat Suara dimaksud
dalam keadaan cacat atau rusak, pemilih berhak meminta Surat Suara baru setelah
menyerahkan kembali Surat Suara yang cacat atau rusak;
(3) Bagi pemilih yang tidak bisa hadir karena sakit, cacat, atau usia lanjut, dalam melaksanakan
Hak Pilihnya dapat dibantu oleh Panitia Pemilihan.
Pasal 25
(1) Pencoblosan Surat Suara dilaksanakan dalam bilik suara dengan menggunakan alat yang telah
disediakan oleh Panitia Pemilihan;
(2) Pemilih yang melakukan kesalahan pada waktu mencoblos Surat Suara, dapat meminta Surat
Suara baru setelah menyerahkan kembali Surat Suara yang salah tersebut kepada Panitia
Pemilihan;
(3) Setelah Surat Suara dicoblos, pemilih memasukkan Surat Suara ke dalam Kotak Suara yang
disediakan dan diusahakan dalam keadaan terlipat.
Pasal 26
(1) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, para Calon yang berhak dipilih harus berada di
tempat yang telah ditentukan;
(2) Bagi Calon yang tidak memungkinkan hadir karena sakit maka dapat diwakilkan kehadirannya
oleh saksi Calon yang bersangkutan, setelah terlebih dahulu diumumkan kepada khalayak;
(3) Tempat Calon yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud ayat (1) harus strategis sehingga
dapat terlihat oleh para pemilih, dan Calon dapat melihat jalannya pemungutan suara.
Pasal 27
(1) Panitia Pemilihan berkewajiban untuk menjamin berjalannya pemungutan suara dengan aman,
tertib, lancar, dan demokratis;
(2) Panitia Pemilihan berkewajiban untuk menjaga agar setiap orang yang berhak memilih hanya
memberikan satu suara dan menolak pemberian suara yang diwakilkan dengan alasan apapun;
(3) Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam menangani masalah yang timbul, penyelesaiannya
diputuskan dengan musyawarah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
pertimbangan yang objektif rasional, serta dapat meminta pendapat dari Tim Monitoring.
Pasal 28
(1) Panitia Pemilihan menetukan batas waktu dimulai dan ditutupnya pemungutan suara;
(2) Pemungutan suara ditutup tepat pada waktu yang ditentukan, setelah semua pemilih yang hadir
telah melaksanakan hak pilihnya.
BAB VIII
PELAKSANAAN PENGHITUNGAN SUARA
Pasal 29
Penghitungan suara dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan disaksikan oleh yang berhak dipilih atau
saksi yang mewakilinya, Pimpinan BPD, dan Tim Monitoring.
Pasal 30
Para pemilih dapat melihat dan mendengar penghitungan suara yang diperoleh dari hasil
pemugutan suara, dengan tenang, dan tertib, serta tidak menganggu kelancaran tugas Panitia
Pemilihan.
Pasal 31
(1) Panitia Pemilihan membuka kotak suara dan menghitung Surat Suara yang masuk dihadapan
para saksi;
(2) Panitia Pemilihan meneliti setiap lembar Surat Suara, untuk mengetahui sah atau tidaknya serta
memperlihatkan kepada para saksi;
(3) Suara yang diperoleh dicatat oleh petugas yang ditunjuk, di dalam kertas/formulir
penghitungan suara dan pada papan penghitungan suara, sehinggga dapat dilihat oleh pemilih
yang hadir;
(4) Berkas cacatan penghitungan suara ditandatangani oleh petugas pencatat, ketua panitia
Pemilihan, dan para saksi.
Pasal 32
(1) Surat Suara dianggap tidak sah apabila :
a. Tidak menggunakan Surat Suara yang telah ditentukan;
b. Surat Suara yang digunakan tidak ditantatangani oleh Ketua Panitia Pemilihan;
c. Dalam Surat Suara terdapat coretan, tulisan, atau tandatangan pemilih;
d. Terdapat tanda coblosan pada lebih dari satu tanda gambar, atau memberikan suara untuk
lebih dari satu Calon yang berhak dipilih;
e. Mencoblos di luar garis batas tanda gambar Calon yang berhak dipilih;
f. Melubangi tanda gambar dengan tidak menggunakan alat pencoblos yang disediakan,
misalnya dengan disulut rokok, disobek, ditusuk dengan pisau, atau gunting dan
sebagainya;
g. Surat Suara yang digunakan dalam keadaan rusak atau robek.
(2) Surat Suara yang dinyatakan tidak sah, agar dijelaskan/diumumkan alasannya kepada pemilih
yang hadir pada saat itu juga;
(3) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat, antara panitia dengan calon atau saksi mengenai syah
atau tidak syahnya maka ketua panitia berkewajiban untuk menentukan dan bersifat mengikat.
Pasal 33
(1) Calon yang memperoleh suara terbanyak dengan dukungan sekurang- kurangnya 1/5
(seperlima) dari jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya, dinyatakan sebagai calon
terpilih ;
(2) Apabila tidak seorang calonpun mendapat dukungan suara terbanyak sebagaimana dimaksud
ayat (1), Panitia menyatakan Pemilihan ulang;
(3) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud ayat (2) dilaksanakan selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari saat penanda tanganan Berita Acara Pemilihan;
(4) Apabila setelah pemilihan ulang sebagaimana dimaksud ayat (3) hasilnya tetap sama, maka
BPD mengusulkan penjabat Kepala Desa kepada Bupati untuk mendapat pengesahan.
BAB IX
PENETAPAN CALON TERPILIH
Pasal 34
(1) Setelah perhitungan suara selesai, Panitia Pemilihan menyusun, menandatangani dan
membacakan Berita Acara Pemilihan dan menyerahkannya kepada Ketua BPD untuk
mendapat penetapan dari BPD;
(2) Calon yang berhak dipilih atau saksi yang ditunjuk, menandatangani Berita Acara Pemilihan,
sebelum Berita Acara Pemilihan tersebut ditetapkan oleh BPD;
(3) Setelah Berita Acara dinyatakan sah oleh BPD maka ketua Pemilihan atau yang mewakili
mengumumkan hasil pemilihan Calon yang berhak dipilih dihadapan yang hadir.
BAB X
PENGESAHAN DAN PELANTIKAN KEPALA DESA
Pasal 35
(1) Apabila lebih dari 1 (satu) orang calonmendapat jumlah dukungan suara terbanyak dengan
jumlah yang sama, maka diadakan pemilihan ulang hanya untuk calon-calon yang memperoleh
jumlah suara yang sama tersebut;
(2) Pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari sejak penanda tanganan berita acara pemilihan;
(3) Dalam hal pemilihan ulang sebagaimana ayat (2) pasal ini, hasilnya tetap sama maka untuk
menetapkan calon dinyatakan terpilih dan diangkat sebagai Kepala Desa menjadi kewenangan
BPD.
Pasal 36
(1) Setelah Calon terpilih dinyatakan sah oleh BPD, selanjutnya BPD memberitahukan secara
tertulis Calon terpilih kepada Bupati melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa;
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) Pasal ini harus disertai dengan Berita
Acara Pemilihan.
BAB X
PENGESAHAN DAN PELANTIKAN KEPALA DESA
Pasal 37
(1) Hasil Pemilihan Calon yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 disahkan
oleh Bupati dengan menerbitkan Peraturan Daerah tentang pengesahan sebagai Kepala Desa,
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Berita Acara Pemilihan diterima ;
(2) Peraturan Daerah ini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku sejak tanggal
pelantikan ;
(3) Kepada Calon Terpilih yang disahkan sebagai Kepala Desa, pada saat pelantikan diberikan
petikan atau salinan dari Peraturan Daerah tentang Pengesahaanya sebagai Kepala Desa.
Pasal 38
(1) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterbitkannya Peraturan Daerah, Kepala Desa
yang bersangkutan dilantik oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;
(2) Pada saat pelantikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Kepala Desa yang bersangkutan
bersumpah menurut agamanya atau berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk, anggota BPD dan Pemuka-pemuka masyarakat lain di wilayah Desanya;
(3) Susunan kata-kata sumpah/janji Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini
adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 98 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999, adalah sebagai berikut :
“ Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya
selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya ;
Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai
Dasar Negara dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan Demokrasi dan Undang-Undang
Dasar 1945 sebagai Konstitusi Negara serta segala Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia “.
Pasal 39
(1) Pelantikan Kepala Desa Baru hasil pemilihan diusahakan dilaksanakan tepat pada masa
berakhirnya jabatan Kepala Desa sebelumnya ;
(2) Apabila akhir masa jabatan jatuh pada hari libur, maka pelantikan Kepala Desa dilaksanakan
pada hari kerja berikutnya atau sehari sebelumnya ;
(3) Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari Calon Kepala Desa terpilih belum dilantik oleh
Bupati maka Calon Kepala Desa terpilih ditetapkan dan dilantik oleh BPD menjadi Kepala
Desa Definitif.
Pasal 40
(1) Pelantikan Kepala Desa yang tidak dapat dilaksanakan tepat waktu karena alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan, dapat ditunda paling lama 3 ( tiga ) bulan sejak tanggal berakhirnya
masa jabatan Kepala Desa yang bersangkutan, dengan ketentuan bahwa untuk melaksanakan
tugas diangkat Penjabat oleh BPD;
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula pada Desa-Desa yang dijabat
oleh Penjabat Kepala Desa.
Pasal 41
(1) Kepala Desa diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun terhitung mulai tanggal
pelantikannya ;
(2) Kepala Desa yang berprestasi, mempunyai kondite baik dan memenuhi persyaratan, dapat
dicalonkan untuk dipilih kembali pada masa jabatan berikutnya ;
(3) Apabila masa jabatan kedua telah berakhir, yang bersangkutan tidak dapat dicalonkan kembali
untuk masa jabatan ketiga kalinya.
BAB XI
LARANGAN BAGI KEPALA DESA
Pasal 42
Kepala Desa dilarang :
a. Melanggar persyaratan yang ditentukan untuk menjadi Kepala Desa sebagaimana pada Pasal
97 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ;
b. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, Pemerintah dan
masyarakat ;
c. Melanggar Sumpah/Janji sebagaimana tersebut pada Pasal 98 ayat (3) Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999 ;
d. Melalaikan tindakan yang menjadi kewajibannya atau melakukan kegiatan yang merugikan
kepentingan Negara, Pemerintah, Pemerintah Kabupaten dan masyarakat Desa;
e. Menyalahgunakan wewenang, bertindak sewenang-wenang dan melakukan penyelewengan
terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
f. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku dan atau Norma-norma adat istiadat yang tidak bertentangan dengan kaidah
agama yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
BAB XII
TINDAKAN ADMINISTRATIF, PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN
PEMBERHENTIAN KEPALA DESA
Pasal 43
(1) BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala
Desa secara tertulis enam bulan sebelum berakhir masa jabatannya;
(2) Tiga bulan sebelum berakhir masa jabatannya, Kepala Desa menyampaikan Pertanggung
Jawaban akhir masa Jabatan kepada BPD;
(3) Selambat-lambatnya dua bulan sebelum berakhir masa jabatan Kepala Desa, BPD segera
memproses Pemilihan Kepala Desa yang baru;
(4) Apabila sampai akhir masa jabatan Kepala Desa belum terselenggara Pemilihan Kepala Desa,
maka BPD mengangkat Penjabat Kepala Desa dan memberitahukan secara tertulis kepada
Bupati melalui Camat.
Pasal 44
Kepala Desa yang melalaikan tugas dan kewajibannya sebagaimana diatur dalam Peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dikenakan tindakan administratif berupa teguran oleh BPD,
Camat dan atau Bupati.
Pasal 45
(1) Kepala Desa yang tidak mengindahkan teguran sebagaimana dimaksud Pasal 41 di atas
dikenakan sanksi berupa Pemberhentian Sementara oleh BPD dan diberitahukan secara tertulis
kepada Bupati melalui Camat;
(2) Pemberhentian Sementara sebagaimana diatur ayat (1) Pasal ini juga berlaku bagi Kepala Desa
yang dituduh atau tersangkut dalam suatu Tindak Pidana .
Pasal 46
(1) Kepala Desa yang dituduh atau tersangkut dalam suatu Tindak Pidana dapat diberhentikan
sementara oleh BPD atas Persetujuan Bupati;
(2) Selama Kepala Desa dikenakan Pemberhentian sementara, maka pekerjaan sehari-hari
dilakukan oleh seorang Penjabat Kepala Desa;
(3) Apabila berdasarkan pemberitahuan dari Penyidik Umum atau berdasarkan Putusan Pengadilan
Tingkat Pertama dinyatakan bahwa Kepala Desa yang bersangkutan tidak terbukti melakukan
perbuatan yang dituduhkan, maka BPD mencabut Keputusan Pemberhentian Sementara dan
diberitahukan secara tertulis kepada Bupati melalui Camat;
(4) Apabila Putusan Pengadilan Tingkat Pertama Kepala Desa terbukti melakukan perbuatan yang
dituduhkan, sedangkan Kepala Desa yang bersangkutan melakukan upaya banding, maka
selambat-lambatnya 1 (satu) Tahun sejak Putusan Pengadilan Tingkat Pertama upaya banding
yang dimaksud belum selesai, BPD dapat mengusulkan kepada Bupati melalui Camat agar
Kepala Desa yang bersangkutan diberhentikan.
Pasal 47
(1) Kepala Desa berhenti karena :
a. Meninggal dunia;
b. Mengajukan permintaan sendiri;
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal 97 Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999;
d. Melanggar Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada Pasal 97 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999;
e. Berakhir masa Jabatan dan telah dilantik Kepala Desa yang Baru;
f. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku dan/atau norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat
Desa;
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Bupati atas
usul BPD.
Pasal 48
(1) Apabila Kepala Desa tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya karena sakit
atau alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan
berturut-turut maka BPD dapat menunjuk Sekretaris Desa atau Pejabat lainnya untuk
menjalankan tugas, wewenang dan kewajiban sebagai Kepala Desa dan diberitahukan secara
tertulis kepada Bupati melalui Camat;
(2) Apabila selama 6 (enam) bulan Kepala Desa yang bersangkutan belum dapat menjalankan
tugas, wewenang dan kewajibannya, maka atas usul BPD, Bupati memberhentikan Kepala
Desa tersebut dari Jabatannya dan BPD mengangkat Penjabat Kepala Desa.
Pasal 49
Kepala Desa yang berasal dari Pegawai Negeri apabila yang bersangkutan berhenti atau
diberhentikan, maka akan dikembalikan kepada Instansi Induknya.
BAB XIII
TATA CARA PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DESA
Pasal 50
(1) Sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun pada setiap akhir Tahun Anggaran, Kepala Desa
menyampaikan Pertanggungjawaban mengenai Pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada
rakyat melalui BPD dan memberitahukan secara tertulis mengenai pelaksanaan tugasnya
kepada Bupati melalui Camat;
(2) Dalam hal pertanggungjawaban Kepala Desa ditolak oleh BPD termasuk pertanggungjawaban
keuangan, maka Kepala Desa harus melengkapi atau menyempurnakan dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari;
(3) Apabila pada pertanggungjawaban Kepala Desa tidak dapat diterima, maka BPD meminta
pemberhentian Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat.
BAB XIV
PENGANGKATAN PENJABAT KEPALA DESA
Pasal 51
(1) Pengangkatan Penjabat Kepala Desa ditetapkan oleh BPD atas persetujuan Bupati dan
tembusannya disampaikan kepada camat;
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Calon ditetapkan oleh BPD dari
Perangkat Desa atau warga Desa yang memiliki pengalaman dalam melaksanakan tugas
Pemerintahan Desa ;
(3) Penjabat Kepala Desa diambil supah/janji dan dilantik oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 52
Hak, wewenang dan kewajiban Penjabat Kepala Desa adalah sama dengan hak, wewenang dan
kewajiban Kepala Desa.
BAB XV
BIAYA PEMILIHAN KEPALA DESA
Pasal 53
(1) Biaya Pemilihan Kepala Desa ditetapkan oleh Panitia Pemilihan dengan persetujuan BPD dan
dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
(2) Biaya Pemilihan Kepala Desa ditanggung oleh Pemerintah Desa bersama warga Desa setempat
dengan tidak menutup kemungkinan adanya bantuan dari pihak ketiga yang tidak mengikat;
(3) Pemerintah Kabupaten memberikan bantuan biaya Pemilihan Kepala Desa sesuai dengan
kemampuan;
(4) Biaya Pemilihan Kepala Desa tidak dibenarkan dibebankan kepada Calon atau kelompok
tertentu yang mendukung salah satu Calon .
BAB XVI
PEMBINAAN KEPALA DESA
Pasal 54
Terhadap Kepala Desa yang telah dilantik, Bupati berkewajiban menyelenggarakan pembekalan
mengenai wewenang, tugas dan kewajiban serta aspek-aspek lainnya yang menyangkut
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Pasal 55
Pembekalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 Peraturan Daerah ini harus dilakukan secara
terprogram dan terpadu serta diarahkan untuk dapat meningkatkan kualitas Kepala Desa dan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sesuai dengan tuntutan jaman.
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 56
Lembaga Musyawarah Desa yang pada saat ini, tetap melaksanakan tugas Pemilihan Kepala Desa
sampai terbentuknya BPD yang Definitif.
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 57
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala
Desa dinyatakan tidak berlaku;
(2) Ketentuan yang belum diatur dalam Peraturan Desa ini akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Daerah atau Peraturan BPD, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi.
Pasal 58
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka segala ketentuan yang mengatur dan bertentangan
dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 59
Hal –hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaanya
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 60
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembar Daerah Kabupaten Siak.
Disahkan di Siak Sri Indrapura
pada tanggal 31 Agustus 2001
B U P A T I S I A K,
ARWIN AS.
Di undangkan di Siak Sri Indrapura
pada tanggal 1 September 2001
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIAK,
Drs. H. KHAIRUL ZAINAL
Pembina NIP. 010086330
LEMBAR DAERAH KABUPATEN SIAK
TAHUN 2001 NOMOR 16 SERI D
PENJELASAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK
NOMOR 16 TAHUN 2001
TENTANG
TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN
DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA
I. PENJELASAN UMUM
Kepala Desa merupakan pimpinan yang mengemban tugas dan kewajiban yang berat
dan merupakan ujung tombak karena ia adalah penyelenggara dan penanggung jawab utama di
bidang Pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, urusan Pemerintah Umum termasuk
ketentraman dan ketertiban umum.
Disamping itu Kepala Desa juga mengemban tugas mental masyarakat desa dalam arti
menumbuhkan dan mengembangkan semangat untuk membangun yang dijiwai oleh asas usaha
bersama dan kekeluargaan (gotong royong).
Sejalan dengan beratnya beban tugas kepala desa, maka dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya kepala desa dibantu oleh perangkat desa. Dengan adanya pembantu tersebut
diharapkan kepala desa dapat menyelenggarakan urusan pemerintahan desa dengan baik, serasi
dan seimbang sesuai dengan perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana telah diatur dalam peraturan
perundangan yang berlaku. Oleh karena itu perlu persyaratan tertentu yang harus di penuhi
oleh kepala desa sebagaimana telah diatur dalam peraturan daerah ini
Masa jabatan kepala desa ditetapkan selama 5 (lima) tahun, dengan kemungkinan dapat
dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Masa jabatan 8 (delapan) tahun
menurut Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pencalonan,
Pemilihan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Desa dianggap cukup lama bagi seorang
Kepala Desa untuk dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik.
Enam bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa diharuskan mengajukan
permohonan berhenti kepada pejabat yang berwenang melalui Camat.
Ditinjau dari segi kelancaran pekerjaan waktu 5 (lima) tahun ini cukup untuk
memberikan jaminan terhindarnya perombakan-perombakan kebijaksanaan sebagai akibat dari
penggantian atau mutasi Kepala Desa.
Ketentuan pembatasan untuk dapat dipilih kembali hanya satu kali masa jabatan
berikutnya adalah dengan maksud untuk menghindarkan kemungkinan menurunnya kegairahan
dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan Desa.
Sehubungan dengan itu dipandang perlu menetapkan tata cara pencalonan, pemilihan,
pengangkatan dan pemberhentian kepala desa, yang dituangkan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Siak.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL .
Pasal 1 : Cukup jelas
Pasal 2 : Cukup jelas
Pasal 3 : Cukup jelas
Pasal 4 : Cukup jelas
Pasal 5 : Yang dimaksud dengan Penduduk Warga Negara Indonesia adalah
Warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Desa yang
bersangkutan dan memenuhi syarat untuk memilih.
Pasal 6 :
Ayat (1) : Cukup jelas
Ayat (2) : Cukup jelas
Ayat (3) : Yang dimaksud dengan Putra Desa dalam Peraturan Daerah ini adalah
mereka yang lahir di Desa dari Orang tua yang terdaftar sebagai
Penduduk Desa yang bersangkutan atau mereka yang lahir di Desa
kemudian pernah menjadi penduduk desa yang bersangkutan sehingga
betul-betul mengenal desa tersebut.
Pasal 7 : Cukup jelas
Pasal 8 : Cukup jelas
Pasal 9 : Cukup jelas
Pasal 10 : Cukup jelas
Pasal 11 : Cukup jelas
Pasal 12 : Cukup jelas
Pasal 13 :
Ayat (1) : Cukup jelas
Ayat (2) : Cukup jelas
Ayat (3) : Hasil penjaringan sedikit-dikitnya 2 (dua) orang sebanyak-banyaknya 5
(lima) orang Bakal Calon agar diartikan bahwa Peraturan Daerah ini
telah memberikan kemungkinan adanya calon tunggal Kepala Desa yang
berhak dipilih.
Pasal 14 : Cukup jelas
Pasal 15 : Cukup jelas
Pasal 16 : Cukup jelas
Pasal 17 : Cukup jelas
Pasal 18 : Cukup jelas
Pasal 19 : Cukup jelas
Pasal 20 :
Ayat (1) : Cukup jelas
Ayat (2) : Cukup jelas
Ayat (3) : Cukup jelas
Ayat (4) : Penempatan quorum ½ dari jumlah pemilih sebagaimana dimaksud ayat
ini adalah apabila dalam kurun waktu pengunduran 3 jam belum juga
mencapai quorum 2/3, maka pada jam ke 4 berikutnya sudah dapat
diartikan pengunduran waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari
dengan demikian pada jam ke 4 pelaksanaan pemilihan dapat
dilaksanakan dengan quorum ½ ditambah 1 (satu) dari jumlah pemilih
dengan pengunduran waktu tersebut disepakati oleh calon dan
dituangkan dalam berita acara.
Ayat (5) : Cukup jelas
Pasal 21 : Cukup jelas
Pasal 22 : Cukup jelas
Pasal 23 : Cukup jelas
Pasal 24 : Cukup jelas
Pasal 25 :
Ayat (1) : Surat suara yang harus dicoblos oleh pemilih hanya satu tanda gambar
yang dipilih, apabila pencoblosan dalam satu suara lebih dari satu tanda
gambar maka surat suara dimaksud batal.
Ayat (2) : Pungutan surat suara yang lain hanya berlaku satu kali.
Pasal 26 : Cukup jelas
Pasal 27 : Cukup jelas
Pasal 28 : Cukup jelas
Pasal 29 : Cukup jelas
Pasal 30 : Cukup jelas
Pasal 31 : Cukup jelas
Pasal 32 : Cukup jelas
Pasal 33 :
Ayat (1) : Yang dinyatakan sebagai calon terpilih adalah calon yang memperoleh
suara sekurang-kurangnya 1/5 (seperlima) dari jumlah pemilih, dalam
rangka mengantisipasi kemungkinan banyaknya kertas suara (blangko)
yang kosong.
Pasal 34 : Cukup jelas
Pasal 35 : Cukup jelas
Pasal 36 : Cukup jelas
Pasal 37 : Cukup jelas
Pasal 38 : Cukup jelas
Pasal 39 : Cukup jelas
Pasal 40 : Cukup jelas
Pasal 41 : Cukup jelas
Pasal 42 : Cukup jelas
Pasal 43 : Cukup jelas
Pasal 44 : Cukup jelas
Pasal 45 : Cukup jelas
Pasal 46 : Cukup jelas
Pasal 47 : Cukup jelas
Pasal 48 : Cukup jelas
Pasal 49 : Cukup jelas
Pasal 50 : Cukup jelas
Pasal 51 : Cukup jelas
Pasal 52 : Cukup jelas
Pasal 53 : Cukup jelas
Pasal 54 : Cukup jelas
Pasal 55 : Cukup jelas
Pasal 56 : Cukup jelas
Pasal 57 : Cukup jelas
Pasal 58 : Cukup jelas
Pasal 59 : Cukup jelas
Pasal 60 : Cukup jelas