PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II...

21
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 1 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah berkembangnya cara dan macam pemasangan reklame di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung sebagai akibat semakin berkembangnya dunia usaha yang dibarengi teknologi yang semakin canggih maka dipandang perlu meninjau kembali ketentuan Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 33/DPRD-GR/1969 tentang Pajak Reklame dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 9 Tahun 1980 tentang Perubahan Pertama Kali Peraturan Daerah Tingkat II Badung Nomor 33/DPRD-GR/1969 tentang Pajak Reklame; b. bahwa Pajak Reklame merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah sendiri yang cukup potensial untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan maupun Pembangunan di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung; c. bahwa dipandang perlu menetapkan Pajak Reklame tersebut dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037);

Transcript of PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II...

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

NOMOR 1 TAHUN 1994

TENTANG

PAJAK REKLAME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG,

Menimbang : a. bahwa dengan telah berkembangnya cara dan macam pemasangan

reklame di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung sebagai akibat

semakin berkembangnya dunia usaha yang dibarengi teknologi yang

semakin canggih maka dipandang perlu meninjau kembali

ketentuan Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 33/DPRD-GR/1969

tentang Pajak Reklame dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung Nomor 9 Tahun 1980 tentang Perubahan

Pertama Kali Peraturan Daerah Tingkat II Badung Nomor

33/DPRD-GR/1969 tentang Pajak Reklame;

b. bahwa Pajak Reklame merupakan salah satu sumber Pendapatan

Asli Daerah sendiri yang cukup potensial untuk membiayai

penyelenggaraan Pemerintahan maupun Pembangunan di

Kabupaten Daerah Tingkat II Badung;

c. bahwa dipandang perlu menetapkan Pajak Reklame tersebut dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3037);

2

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah - Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - Daerah

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655).

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1958 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Negara dan Daerah yang berhak mengurus

rumah tangganya sendiri (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1956 Nomor 77 );

4. Undang-Undang Nomor 11 DRT Tahun 1957 tentang Peraturan

Umum Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1957 Nomor 56 );

5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak

Negara dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1956 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 1850 );

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1974 tentang

Bentuk-Bentuk Peraturan Daerah;

7. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor

4 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

dilingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II Badung.

3

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH

TINGKAT II BADUNG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II

BADUNG TENTANG PAJAK REKLAME.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung

b. Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung

c. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II

Badung.

d. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung.

e. Dispenda adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung.

f. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II

Badung.

g. Pajak Reklame adalah Pajak yang dipungut atas penyelenggaraan

Reklame.

4

h. Reklame adalah benda, alat atau perbuatan yang menurut bentuk,

susunan dan/atau corak ragamnya, dengan maksud untuk mencari

keuntungan (Sales Promotion) dipergunakan untuk memperkenalkan,

menganjurkan atau memujikan sesuatu barang, jasa atau seseorang

ataupun untuk menarik perhatian umum atas suatu barang, jasa atau

seseorang yang ditempatkan atau yang dilihat, dibaca dan didengar

dari sesuatu tempat oleh umum.

i. Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disingkat SPT adalah Surat

yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan data obyek dan

wajib pajak sebagai dasar perhitungan dan pembayaran pajak yang

terhutang menurut ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku.

j. Nota Pajak adalah perhitungan besarnya pajak yang terhutang,

berfungsi sebagai Surat Kuasa untuk menyetor Pajak.

k. Surat Ketetapan Pajak yang selanjutnya disingkat SKP adalah Surat

Ketetapan Pajak yang diterbitkan secara jabatan.

l. Surat Ketetapan Pajak Tambahan adalah Surat Keputusan yang

menambah jumlah pajak yang telah ditetapkan.

m. Surat Tagihan pajak yang selanjutnya disebut STP adalah surat untuk

melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi berupa denda administrasi.

BAB II

OBYEK PAJAK

Pasal 2

Obyek Pajak adalah Penyelenggaraan Reklame.

5

Pasal 3

Jenis Reklame terdiri dari :

a. Reklame Papan adalah reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan bahan kayu, kertas, plastik, fiberglass, kaca, batu,

logam atau bahan lain yang sejenis dipasang pada tempat yang

disediakan (berdiri sendiri) atau dengan cara digantungkan atau

ditempelkan pada benda lain.

b. Reklame Kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan bahan kain, plastik, karet atau bahan sejenis dengan itu.

c. Reklame Bersinar adalah Reklame yang membuat tulisan atau

gambaran yang terdiri atau dibentuk dari lampu pijar atau alat

penyinar lain yang memberikan sinar pada malam hari.

d. Reklame Film atau Slide reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan Klise berupa kaca film ataupun bahan-bahan lain yang

sejenis dengan itu, sebagai alat untuk diproyeksikan dan/atau

diperagakan pada layar atau benda lain atau dipancarkan melalui

Pesawat Televisi.

e. Reklame Suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan menggunakan

suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantara alat atau pesawat

apapun.

f. Reklame Kendaraan adalah reklame yang diselenggarakan dengan

cara ditempelkan atau ditempatkan pada kendaraan.

g. Reklame Peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara

memperagakan suatu barang dengan/atau tanpa disertai suara.

h. Reklame Tempel (Stiker) adalah reklame yang berbentuk lembaran

lepas diselenggarakan dengan cara disebarkan, ditempelkan atau

dipasang pada benda lain dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari

200 cm perlembar.

6

i. Reklame Selebaran adalah Reklame yang disebarkan diberikan atau

dapat diminta dengan ketentuan untuk tidak ditempelkan, diletakkan

pada benda lain.

j. Reklame Udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan

menggunakan gas, pesawat atau alat lain yang sejenis.

Pasal 4

Dikecualikan dari Obyek Pajak :

a. Reklame yang diadakan oleh atau untuk keperluan Negara atau

Pemerintah Daerah.

b. Pengumuman yang diadakan untuk memenuhi ketentuan dalam

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

c. Tulisan atau benda-benda yang dipasang semata-mata untuk

menjamin keselamatan umum.

d. Tulisan atau benda-benda yang dipasang berkenaan dengan

Pemilihan Umum yang diselenggarakan berkenaan dengan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

e. Tulisan-tulisan, tanda-tanda dan lain sebagainya yang dipasang

berkenaan dengan adanya Konperensi, Kongres, Rapat/Pertemuan

Partai atau Organisasi-Organisasi, Usaha-usaha sosial dan lain-

lainnya semata-mata tidak mencari keuntungan dengan batas waktu

tertentu sedangkan undangan dengan batas waktu tertentu sedangkan

untuk waktu selebihnya dari jangka waktu yang telah ditetapkan tadi,

pemasangan selanjutnya dianggap sebagai pemasangan reklame

biasa.

f. Reklame yang ditempatkan pada suatu kendaraan yang berasal dari

daerah lain dan berada di daerah tujuan tidak lebih dari 7 hari.

7

BAB III

WAJIB PAJAK

Pasal 5

(1) Wajib Pajak adalah orang atau badan hukum/lembaga yang

menyelenggarakan reklame.

(2) Yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak reklame adalah :

a. Untuk perorangan adalah orang yang menyelenggarakan reklame

atau kuasanya.

b. Untuk badan hukum/lembaga adalah pengurus atau kuasanya.

BAB IV

PERIJINAN

Pasal 6

(1) Setiap penyelenggara reklame harus mendapat ijin terlebih dahulu dari

Kepala Daerah.

(2) Untuk mendapat ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini,

penyelenggara harus mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah

dengan mengisi formulir yang telah disediakan.

(3) Tata cara dan persyaratan permohonan ijin ditetapkan oleh Kepala

Daerah.

(4) Apabila penyelenggaraan Reklame dilakukan tanpa ijin dikenakan

sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

8

Pasal 7

(1) Ijin yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) diberikan untuk suatu masa

yang tertentu dan jika perlu dengan mencantumkan didalamnya

perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan syarat-syarat

Keindahan, Ketertiban, Keamanan dan Kesusilaan serta Keselamatan

umum.

(2) Bagi reklame selebaran sebelum diedarkan terlebih dahulu harus

dicap/perporasi oleh Dinas Pendapatan Daerah.

Pasal 8

Permohonan ijin yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) ditolak apabila

reklame yang akan diadakan menurut pertimbangan Kepala Daerah akan

merugikan keindahan atau akan mengganggu ketertiban, keamanan,

kesusilaan atau keselamatan umum.

Pasal 9

Ijin yang dimaksud dalam pasal 6 menjadi tidak berlaku lagi :

a. Apabila pada reklame yang telah mendapat ijin untuk dipasang

ternyata ada perubahan dengan tanpa ijin dari Kepala Daerah.

b. Apabila syarat-syarat yang dimaksud pasal 7 dan pasal 13 Peraturan

Daerah ini tidak dipenuhi.

c. Dalam keadaan luar biasa atas permohonan dari pemegang ijin.

9

BAB V

DASAR PERHITUNGAN DAN BESARNYA TARIF

Pasal 10

Untuk menghitung Pajak Reklame didasarkan atas jenis reklame, waktu

penyelenggaraan luas, ketinggian dan lokasi.

Pasal 11

(1) Jenis Reklame adalah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3

Peraturan Daerah ini.

(2) Waktu penyelenggaraan reklame dibagi dalam kelompok:

a. Harian

b. Mingguan

c. Bulanan

d. Tahunan

(3) Luas reklame ditetapkan dalam M2 (Meter Persegi), Lembar, Roll,

Satuan, Siaran, Peragaan dengan pembulatan apabila terdapat

pecahan.

(4) Untuk Reklame yang bentuk medianya sedemikian rupa sehingga

sulit untuk diukur, maka luas media reklame dihitung 50 cm dari

batas naskah (tulisan, gambar atau sejenisnya) paling tinggi dan

paling bawah serta paling jauh baik sebelah kiri maupun sebelah

kanan, kemudian dari batas-batas tersebut dibuat garis empat persegi

sehingga mencakup seluruh naskah (tulisan, gambar dan sejenisnya).

(5) Ketinggian ditetapkan dalam M (meter).

(6) Lokasi yang ditetapkan berdasarkan klasifikasi jalan sebagai berikut :

a. Jalan Protokol (Klas Utama)

b. Jalan Ekonomi (Klas Satu)

c. Jalan Lingkungan (Kals Dua).

10

Pasal 12

(1) Besarnya tarif Pajak Reklame ditetapkan dalam lampiran Peraturan

Daerah ini yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

(2) Jenis Reklame Papan, Papan bercahaya, Reklame Merk bercahaya

apabila dipasang pada Gedung atau benda yang mempergunakan

suatu alat lainnya pada ketinggian 10 meter sampai dengan maksimal

20 meter dari permukaan tanah dikenakan tambahan pajak 50%

(Lima Puluh Persen)

Pasal 13

(1) Kepala Daerah menetapkan nama-nama jalan yang termasuk Jalan

Protokol, Ekonomi dan Lingkungan untuk wilayahnya dengan Surat

Keputusan.

(2) Apabila suatu reklame berhubung dengan letaknya dapat digolongkan

lebih dari satu klasifikasi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

pasal ini reklamenya digolongan kelas jalan yang tarifnya paling

tinggi.

(3) Untuk suatu reklame yang mempunyai lebih dari satu sifat atau

macam reklame yang mempunyai lebih dari suatu sifat atau macam

reklame dikenakan pajak sesuai dengan tarif yang paling tinggi.

BAB VI

TATA CARA MEMASANG REKLAME

Pasal 14

(1) Setiap orang, Badan Hukum/Lembaga yang akan memasang,

menempatkan, membunyikan reklame harus mengajukan

11

permohonan ijin kepada Kepala Daerah/Petugas yang ditunjuk

dengan mengisi blanko yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

(2) Kepala Daerah berhak meminta kepada pemohon ijin agar

memperlihatkan alat reklame yang akan dipergunakan.

(3) Pemohon ijin reklame yang mempergunakan tanah milik perorangan

agar melampirkan surat pernyataan tidak keberatan/kontrak sewa

menyewa dari pemilik tanah dimana reklame tersebut dipasang.

(4) Pemasangan reklame diatas tanah negara dan atau tanah yang

dikuasai oleh Pemerintah Daerah, maka kepada pemohon ijin

diwajibkan membayar retribusi sebesar 25% dari jumlah pajak

reklame atas penggunaan tanah tersebut.

(5) Setiap pemilik tanah yang tanahnya disewa untuk tempat pemasangan

reklame dikenakan retribusi sebesar 25% dari nilai sewa tanah untuk

selanjutnya disetor ke Kas Daerah.

Pasal 15

(1) Kepala Daerah dapat menarik ijin reklame, bila reklame tersebut

dirubah tanpa ijin Kepala Daerah.

(2) Setiap Perubahan bentuk, gambar reklame harus mendapat ijin dari

Kepala Daerah.

Pasal 16

(1) Dilarang memasang reklame, menempatkan, menyebarkan,

membunyikan reklame dalam Wilayah Daerah.

(2) Larangan yang dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) tidak berlaku untuk

pasal 4.

12

BAB VII

MASA PAJAK DAN SURAT PEMBERITAHUAN

Pasal 17

Masa pajak reklame berlaku sesuai dengan masa yang tercantum dalam

surat ijin penyelenggaraan reklame.

Pasal 18

(1) Setiap wajib pajak, wajib mengisi SPT.

(2) SPT sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini harus diisi dengan

jelas, besar dan lengkap serta ditanda tangani serta disampaikan tepat

pada waktunya.

Pasal 19

(1) SPT sebagaimana dimaksud pasal 18 ayat (1) harus memuat antara lain :

a. Nama dan alamat wajib pajak;

b. Jenis reklame yang akan diselenggarakan;

c. Lamanya Penyelenggaraan;

d. Luas dan Ketinggian;

e. Lokasi

(2) Bentuk dan isi SPT sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh

Kepala Daerah.

13

(3) Kepala Daerah dapat diwajibkan pemohon ijin untuk menyerahkan

jaminan untuk biaya pembongkaran reklame yang ijinnya sudah

habis.

BAB VIII

KETENTUAN PAJAK

Pasal 20

(1) Berdasarkan SPT sebagaimana dimaksud pasal 18 ayat (1) pajak

ditetapkan dengan menerbitkan SKP.

(2) Dalam hal SPT tidak disampaikan sebagaimana mestinya maka

diterbitkan SKP secara jabatan.

(3) Ketetapan pajak sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini dikenakan

tambahan pajak sebesar 25% dari pokok pajak.

(4) Bentuk dan isi SKP dan SKP Tambahan ditetapkan oleh Kepala

Daerah.

Pasal 21

(1) Jika ternyata pajak kurang dibayar sebagai akibat pengisian SPT yang

salah, maka pajak yang kurang dibayar ditagih dengan tagihan susulan

dengan menerbitkan STP sebelum lewat 3 (tiga) tahun dari awal masa

pajak terhutang.

(2) Ketetapkan pajak yang ditetapkan menurut ayat (1) pasal ini,

dikenakan tambahan sebesar 100% (seratus persen) dari pajak yang

kurang dibayar.

(3) Kepala Daerah berwenang mengurangkan atau membatalkan baik

untuk seluruhnya maupun sebagian tambahan sebagaimana dimaksud

ayat (2) dan (3) pasal ini berdasarkan kekhilapan atau kelalaian yang

tidak disengaja.

14

BAB IX

TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN

Pasal 22

(1) Pembayaran Pajak dilakukan dimuka/sebelum ijin dikeluarkan.

(2) Ijin penyelenggaraan reklame diterbitkan setelah pajak reklame

dibayar lunas.

Pasal 23

Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau ditempat lain yang

ditentukan oleh Kepala Daerah.

Pasal 24

(1) STP diterbitkan apabila :

a. Wajib pajak dikenakan sanksi berupa denda administrasi atau

bunga.

b. Dari hasil pemeriksaan terdapat kekurangan pembayaran pajak

sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung.

(2) Bentuk dan isi STP ditentukan oleh Kepala Daerah.

Pasal 25

(1) SPT, SKP, SKP Tambahan dan STP merupakan dasar penagihan

pajak.

(2) Tata cara pelaksanaan penagihan pajak diatur oleh Kepala Daerah.

15

Pasal 26

Tata cara penghapusan piutang pajak dan penetapan besarnya

penghapusan pajak diatur oleh Kepala Daerah.

Pasal 27

Jumlah pajak dan denda yang tercantum dalam SKP, SKP Tambahan dan

STP dapat ditagih dengan Surat Paksa.

BAB X

KEBERATAN DAN BANDING

Pasal 28

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada

Kepala Daerah atas SKP, SKP tambahan dan STP dalam waktu 30

(Tiga puluh) hari.

(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak

surat keberatan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan

yang diajukan.

(3) Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan tidak ada jawaban atau

keputusan dari Kepala Daerah, maka keberatan pajak dianggap

diterima.

(4) Kewajiban untuk membayar pajak tidak tertunda dengan diajukan

surat keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini.

Pasal 29

Apabila Kepala Daerah menolak keberatan pajak yang diajukan wajib

pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (2) wajib pajak dapat

memohon banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak dalam jangka

16

waktu 3 (tiga) bulan setelah keputusan tersebut diterima menurut cara

yang ditentukan dalam Peraturan Majelis Pertimbangan Pajak.

BAB XI

KERINGANAN DAN PEMBEBASAN

Pasal 30

(1) Kepala Daerah dapat memberikan keringanan dan pembebasan

terhadap pembayaran pajak reklame

(2) Tata cara pemberian keringanan dan pembebasan sebagaimana

dimaksud ayat (1) pasal ini diatur oleh Kepala Daerah.

BAB XII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 31

(1) Barang siapa yang melanggar Peraturan ini diancam Pidana dengan

hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda

sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah).

(2) Tindak Pidana yang dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.

(3) Kepala Daerah dapat membongkar reklame yang dipasang tanpa ijin

dan atau reklame yang dipasang tidak sesuai dengan ijin yang telah

diberikan tanpa ada ganti rugi kepada pemasang.

17

BAB XIII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 32

(1) Selain Pejabat Penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana

penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah ini dapat dilakukan

Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan

Pemerintah Kabupaten Dati II Badung yang Pengangkatannya

ditetapkan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan para penyidik sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berwenang :

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya

tindakan pidana.

b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan

melakukan pemeriksaan.

c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda

pengenal diri tersangka.

d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat.

e. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka.

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi.

g. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungan

dengan pemeriksaan perkara.

h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk

dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa

tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui

18

penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum

tersangka atau keluarganya.

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.

BAB XIII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 33

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah

Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 33/DPRD-GR/1969 tentang

Pajak Reklame dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II

Badung Nomor 9 Tahun 1980 tentang Perubahan Pertama Kali Peraturan

Daerah Tingkat II Badung Nomor 33/DPRD-GR/1969 tentang Pajak

Reklame dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 34

Hal-hal yang memerlukan pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan Daerah

ini dilaksanakan dengan keputusan Kepala Daerah.

Pasal 35

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

19

Denpasar, 21 Januari 1994

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH BUPATI KEPALA DAERAH

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG TINGKAT II BADUNG

KETUA,

TTD TTD

I KETUT GARGA I G.B. ALIT PUTRA

Disahkan

Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri

Nomor : 973.510.61-741 26 Oktober 1994

Direktorat Jenderal

Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah

Direktur Pembinaan Pemerintahan Daerah

ttd.

Drs. H. OMAN SACHRONI

NIP. 010054135

Diundangkan Dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

Nomor : 80 Tanggal : 4-11-1994

Seri : A Nomor : 1

Sekretaris Wilayah/Daerah Tingkat II Badung

TTD

Drs. Ida Bagus Yudara Pidada

Pembina Utama Muda

Nip. 010045843

20

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

NOMOR 1 TAHUN 1994

TENTANG

PAJAK REKLAME

I. UMUM

Sejalan dengan pesatnya perkembangan cara dan macam pemasangan reklame

di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung sebagai akibat dari berkembangnya dunia

usaha yang dibarengi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih.

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 33/DPRD-GR/1969

tentang Pajak Reklame dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung

Nomor 9 Tahun 1980 tentang Perubahan Pertama Kali Peraturan Daerah Nomor

33/DPRD-GR/1969 tentang Pajak Reklame, sudah tidak sesuai dengan perkembangan

dewasa ini.

Untuk itu dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah yang baru tentang Pajak

Reklame, sehingga semua pemasangan Reklame di Kabupaten Daerah Tingkat II

Badung disesuaikan dengan alam Bali terlebih-lebih saat ini Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung sedang giat-giatnya menjadikan Kabupaten Daerah Tingkat II

Badung yang Bali yaitu Bersih, Aman, Lestari dan Indah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 samapi 3 : Cukup Jelas

Pasal 4 huruf a,b,d,f : Cukup Jelas

Pasal 4 huruf c Perkataan semata-mata untuk menjamin keselamatan umum

dimaksudkan Pemasangan Reklame yang berkenaan untuk

kepentingan keselamatan umum tanpa disertai tulisan, benda,

alat yang sejenisnya sebagaimana Reklame yang dipasang oleh

sponsor, apabila disertai dengan gambar, benda, alat sejenisnya

kepada sponsor dikenakan Pajak Reklame 25% dari tarif yang

berlaku untuk itu.

21

Pasal 4 huruf e tulisan-tulisan, tanda-tanda dan lain sebagainya yang dipasang

dengan adanya Konprensi, Kongres, Rapat/Pertemuan Partai

atau Organisasi, usaha untuk sosial dan lainnya semata-mata

tidak mencari keuntungan dengan batas batas waktu tertentu

yang ditetapkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk

dikenakan Pajak Reklame sedangkan untuk selebihnya

dikenakan Pajak Reklame.

Tetapi apabila tulisan-tulisan, tanda-tanda dan sebagainya yang

dipasang berkenaan adanya Konperensi, Kongres,

Rapat/Pertemuan Partai atau Organisasi-organisasi, Usaha-usaha

Sosial dan lain-lain yang dipasang menyertakan Sponsor maka

dikenakan Pajak 25% dari tarif yang berlaku untuk itu.

Pasal 5 sampai dengan pasal 14 cukup jelas.

Pasal 15 ayat (4) Pemasangan Reklame diatas tanah negara dan diatas tanah

negara yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah maka kepada

pemohon ijin diwajibkan membayar retribusi sebesar 25% dari

jumlah Pajak Reklame atas penggunaan tanah tersebut.

Pasal 16 sampai dengan pasal 18 : Cukup Jelas

Pasal 19 ayat (1) dan (2) : Cukup Jelas

Pasal 19 ayat (3) Jaminan ini dikenakan kepada pemegang ijin yang kontruksi

reklamenya sedemikian rupa sehingga sulit untuk dibongkar dan

jika dibongkar memerlukan biaya tinggi, Jaminan ini akan

dipergunakan untuk biaya pembongkaran reklame yang ijinnya

sudah habis dan tidak dibongkar oleh yang bersangkutan jika

reklame dibongkar oleh pemegang ijin, maka jaminan

dikembalikan kepada pemegang ijin.

Besarnya uang jaminan akan ditentukan oleh tim sesuai dengan

kontruksi reklame tersebut.

Pasal 19 sampai dengan Pasal 35 : Cukup Jelas