PERATURAN AKREDITASI LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN...

28
1 PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN TENAGA PROFESIONAL DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 12 Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 1 Tahun 2016 tentang Sistem Penilaian Kesesuaian di Bidang Informasi Geospasial, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial tentang Akreditasi Lembaga Penilaian Kesesuaian Tenaga Profesional di Bidang Informasi Geospasial; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5214); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584); 3. Peraturan Pemerintah...

Transcript of PERATURAN AKREDITASI LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN...

1

PERATURAN

KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

NOMOR 14 TAHUN 2016

TENTANG

AKREDITASI LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN

TENAGA PROFESIONAL DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 12 Peraturan Kepala

Badan Informasi Geospasial Nomor 1 Tahun 2016

tentang Sistem Penilaian Kesesuaian di Bidang Informasi

Geospasial, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan

Informasi Geospasial tentang Akreditasi Lembaga

Penilaian Kesesuaian Tenaga Profesional di Bidang

Informasi Geospasial;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5214);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang

Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5584);

3. Peraturan Pemerintah...

2

3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2014 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011

tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 31,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5502);

4. Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011 tentang

Badan Informasi Geospasial (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 144),

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 127 Tahun 2015 tentang Perubahan

Atas Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011

tentang Badan Informasi Geospasial (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 255);

5. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial

Nomor 3 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Badan Informasi Geospasial sebagaimana

telah diubah beberapa kali, terakhir dengan

Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial

Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial

Nomor 3 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Badan Informasi Geospasial;

6. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial

Nomor 4 Tahun 2012 tentang Balai Pendidikan dan

Pelatihan Geospasial sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Kepala Badan Informasi

Geospasial Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan

Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial

Nomor 4 Tahun 2012 tentang Balai Pendidikan dan

Pelatihan Geospasial;

7. Peratura Kepala...

3

7. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial

Nomor 5 Tahun 2012 tentang Balai Layanan Jasa

dan Produk Geospasial, sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Kepala Badan Informasi

Geospasial Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan

Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial

Nomor 5 Tahun 2012 tentang Balai Layanan Jasa

dan Produk Geospasial;

8. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial

Nomor 1 Tahun 2016 tentang Sistem Penilaian

Kesesuaian di Bidang Informasi Geospasial

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala

Badan Informasi Geospasial Nomor 10 Tahun 2016

tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan

Informasi Geospasial Nomor 1 Tahun 2016 tentang

Sistem Penilaian Kesesuaian di Bidang Informasi

Geospasial;

9. Keputusan Kepala Badan Informasi Geospasial

Nomor 3 Tahun 2016 tentang Kelompok Kerja

Penilaian Kesesuaian di Bidang Informasi

Geospasial;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI

GEOSPASIAL TENTANG AKREDITASI LEMBAGA

PENILAIAN KESESUAIAN TENAGA PROFESIONAL DI

BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL.

BAB I ...

4

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Kepala ini, yang dimaksud dengan:

1. Data Geospasial yang selanjutnya disingkat DG

adalah data tentang lokasi geografis, dimensi atau

ukuran, dan/atau karakteristik objek alam

dan/atau buatan manusia yang berada di bawah,

pada, atau di atas permukaan bumi.

2. Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkat IG

adalah data geospasial yang sudah diolah sehingga

dapat digunakan sebagai alat bantu dalam

perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,

dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan

dengan ruang kebumian.

3. Akreditasi adalah rangkaian kegiatan pengakuan

formal yang menyatakan bahwa suatu lembaga,

institusi memiliki kompetensi serta berhak

melaksanakan Penilaian Kesesuaian.

4. Penilaian Kesesuaian adalah kegiatan untuk menilai

bahwa Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal

telah memenuhi persyaratan acuan.

5. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok

orang, dan badan usaha.

6. Tenaga Profesional adalah sumber daya manusia

yang memiliki kompetensi di bidang

penyelenggaraan IG yang dibuktikan dengan

kepemilikan sertifikat bidang IG.

7. Lembaga Penilaian Kesesuaian Tenaga Profesional di

Bidang Informasi Geospasial yang selanjutnya

disebut LPK Tenaga Profesional adalah Lembaga

yang melakukan kegiatan Sertifikasi kepada Tenaga

Profesional di Bidang IG.

8. Badan…

5

8. Badan Informasi Geospasial yang selanjutnya

disebut BIG adalah Lembaga Pemerintah Non

Kementerian yang mempunyai tugas melaksanakan

tugas pemerintahan di bidang IG.

9. Komite Akreditasi Nasional yang selanjutnya disebut

KAN adalah Lembaga Non Struktural yang dibentuk

untuk melaksanakan sebagian tugas dan fungsi

Badan Standardisasi Nasional di bidang Akreditasi,

yang berada di bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Badan Standardisasi

Nasional .

10. Kelompok Kerja Penilaian Kesesuaian bidang

Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkat

KKPK IG adalah tim yang dibentuk oleh Kepala BIG

untuk membantu pelaksanaan Akreditasi di bidang

IG yang keanggotaannya terdiri dari unsur

pemerintah, praktisi, dan akademisi.

11. Kepala adalah Kepala BIG.

12. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya adalah Pejabat

Pimpinan Tinggi Madya di lingkungan BIG yang

membidangi urusan Akreditasi di bidang IG.

13. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama adalah Pejabat

Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungan BIG yang

membidangi urusan penyiapan Akreditasi kepada

lembaga penilaian kesesuaian di bidang IG.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Akreditasi LPK Tenaga Profesional dimaksudkan untuk

untuk menentukan tingkat kelayakan terhadap lembaga

penilaian kesesuaian yang melakukan kegiatan

Sertifikasi kepada Tenaga Profesional di bidang IG.

Pasal 3...

6

Pasal 3

Akreditasi LPK Tenaga Profesional bertujuan untuk:

a. meningkatkan kualitas Penyelenggaraan IG yang

dilaksanakan oleh Tenaga Profesional;

b. melindungi Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah

dan Setiap Orang dari Penyelenggaraan IG yang tidak

layak dan tidak sesuai dengan standar yang

ditetapkan di Bidang IG; dan

c. meningkatkan kepastian, kelancaran dan efisiensi

terhadap Penyelenggaraan IG.

BAB IIII

TATA CARA AKREDITASI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4

Tata cara Akreditasi LPK Tenaga Profesional

dilaksanakan melalui tahapan:

a. permohonan Akreditasi;

b. verifikasi;

c. asesmen;

d. penyaksian;

e. technical review;

f. rekomendasi Akreditasi; dan

g. keputusan Akreditasi.

Bagian Kedua...

7

Bagian Kedua

Permohonan Akreditasi

Paragraf 1

Umum

Pasal 5

Permohonan Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 huruf a ditujukan kepada Pejabat Pimpinan

Tinggi Madya.

Pasal 6

(1) Permohonan Akreditasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 wajib dilengkapi dengan persyaratan

tertentu.

(2) Persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas:

a. persyaratan administratif; dan

b. persyaratan teknis.

Paragraf 2

Persyaratan Administratif

Pasal 7

Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. formulir permohonan;

b. surat penetapan sebagai badan hukum;

c. akte pendirian badan hukum;

d. nomor pokok wajib pajak; dan

e. bukti pembayaran biaya akreditasi.

Paragraf 3...

8

Paragraf 3

Persyaratan Teknis

Pasal 8

Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (2) huruf b terdiri atas:

a. dokumen pedoman mutu;

b. skema sertifikasi;

c. struktur organisasi;

d. dokumen audit internal dan tinjauan manajemen;

e. daftar auditor.

f. daftar komitmen ketidakberpihakan; dan

g. daftar klien.

Pasal 9

LPK Tenaga Profesional yang telah melaksanakan

sertifikasi sebelum berlakunya Peraturan Kepala ini,

wajib melampirkan dokumentasi pelaksanaan sertifikasi.

Pasal 10

Struktur organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

8 huruf c paling sedikit memiliki fungsi:

a. pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan

pengoperasian LPK Tenaga Profesional;

b. pengawasan terhadap implementasi kebijakan dan

prosedur sertifikasi;

c. pengawasan keuangan LPK Tenaga Profesional;

d. pengembangan kegiatan sertifikasi;

e. pengembangan persyaratan sertifikasi;

f. evaluasi...

9

f. evaluasi;

g. tinjauan;

h. keputusan sertifikasi;

i. pendelegasian kewenangan kepada komite atau

personil untuk melakukan kegiatan yang

didelegasikan;

j. pengaturan kontrak;

k. penyediaan sumber daya yang memadai untuk

kegiatan sertifikasi;

l. tanggap terhadap keluhan dan banding;

m. persyaratan kompetensi personil; dan

n. sistem manajemen LPK Tenaga Profesional.

Pasal 11

Auditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf e

sekurang-kurangnya memiliki kualifikasi:

a. memiliki pengalaman bekerja di bidang informasi

geospasial paling sedikit 5 (lima) tahun; dan

b. memiliki sertifikat sebagai auditor.

Pasal 12

(1) Daftar klien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

huruf g berisi profil klien yang telah atau dalam

proses sertifikasi.

(2) Di dalam Daftar klien sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib dilampirkan surat pernyataan dari

klien untuk bersedia diaudit oleh LPK Tenaga

Profesional.

Bagian Ketiga...

10

Bagian Ketiga

Verifikasi

Pasal 13

Pejabat Pimpinan Tinggi Madya meneruskan

Permohonan Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 kepada KKPK IG melalui Pejabat Pimpinan Tinggi

Pratama untuk dilaksanakan verifikasi.

Pasal 14

(1) Verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

dilaksanakan terhadap persyaratan permohonan

Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (2).

(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak

permohonan Akreditasi diterima.

Pasal 15

(1) Dalam hal hasil verifikasi dinyatakan bahwa

persyaratan permohonan Akreditasi tidak lengkap

atau tidak sesuai, KKPK IG mengembalikan

dokumen kepada Pemohon untuk diperbaiki.

(2) Perbaikan dokumen oleh Pemohon sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lambat

5 (lima) hari kerja sejak tanggal pengembalian

dokumen oleh KKPK IG.

(3) Dalam hal Pemohon tidak dapat memperbaiki

dokumen sampai dengan berakhirnya jangka waktu

perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

KKPK IG menyusun rekomendasi berupa penolakan

terhadap permohonan akreditasi.

(4) Rekomendasi…

11

(4) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disampaikan kepada Pejabat Pimpinan Tinggi

Pratama.

(5) Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama membuat surat

penolakan permohanan akreditasi paling lambat 5

(lima) hari kerja sejak rekomendasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) diterima.

(6) Surat penolakan permohanan akreditasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan

kepada Pemohon paling lambat 7 (tujuh) hari kerja

setelah surat penolakan permohanan akreditasi

dibuat.

Pasal 16

(1) Dalam hal hasil verifikasi dinyatakan bahwa

persyaratan permohonan Akreditasi lengkap dan

sesuai, KKPK IG menyusun rekomendasi untuk

dilaksanakan asesmen, penyaksian, dan technical

review terhadap permohonan Akreditasi.

(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan kepada Pejabat Pimpinan Tinggi

Pratama.

Pasal 17

Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 16 ayat (2) Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama

melaksanakan asesmen, penyaksian, dan technical

review terhadap permohonan Akreditasi.

Bagian Keempat...

12

Bagian Keempat

Asesmen

Pasal 18

Untuk melaksanakan asesmen sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama:

a. membentuk tim asesmen; dan

b. menyusun jadwal pelaksanaan asesmen.

Pasal 19

(1) Tim asesmen sebagaimana dimaksud dalam Pasal

18 huruf a terdiri atas:

a. lead asesor; dan

b. asesor dan/atau tenaga ahli.

(2) Tim asesmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mempunyai tugas melaksanakan asesmen dan

penyaksian.

Pasal 20

Asesmen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2)

dilaksanakan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak

rekomendasi diterima oleh Pejabat Pimpinan Tinggi

Pratama.

Pasal 21

(1) Asesmen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20

dilaksanakan melalui:

a. audit kecukupan; dan

b. asesmen lapangan.

(2) Audit kecukupan...

13

(2) Audit kecukupan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a dilaksanakan dengan melakukan

klarifikasi dan konfirmasi terhadap kesesuaian

dokumen permohonan akreditasi dengan

persyaratan akreditasi.

(3) Asesmen lapangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan melakukan

klarifikasi dan konfirmasi terhadap kesesuaian

implementasi dokumen permohonan akreditasi

dengan persyaratan akreditasi.

Pasal 22

(1) Dalam hal hasil asesmen dinyatakan bahwa

dokumen dan implemetasi permohonan Akreditasi

tidak sesuai dengan persyaratan Akreditasi, Tim

Asesmen memberitahukan kepada pemohon untuk

melaksanakan tindakan koreksi.

(2) Tindakan koreksi oleh Pemohon sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lambat

30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal

pemberitahuan oleh tim asesmen.

(3) Dalam hal Pemohon tidak dapat melaksanakan

tindakan koreksi sampai dengan berakhirnya jangka

waktu perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), tim asesmen menyusun rekomendasi berupa

penolakan terhadap permohonan akreditasi.

(4) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disampaikan kepada Pejabat Pimpinan Tinggi

Pratama.

(5) Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama membuat surat

penolakan permohanan akreditasi paling lambat 5

(lima) hari kerja sejak rekomendasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) diterima.

(6) Surat...

14

(6) Surat penolakan permohanan akreditasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan

kepada Pemohon paling lambat 7 (tujuh) hari kerja

setelah surat penolakan permohanan akreditasi

dibuat.

Pasal 23

(1) Dalam hal hasil asesmen dinyatakan bahwa

dokumen dan implementasi permohonan Akreditasi

sesuai dengan persyaratan Akreditasi, tim asesmen

membuat laporan pelaksanaan asesmen.

(2) Laporan pelaksanaan asesmen sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh seluruh

anggota tim asesmen.

(3) Laporan pelaksanaan asesmen sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada

Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama untuk dilanjutkan

dengan technical review.

Bagian Kelima

Penyaksian

Pasal 24

Penyaksian dilaksanakan untuk mengumpulkan bukti

objektif bahwa LPK Tenaga Profesional dalam

melaksanakan sertifikasi telah memiliki kompetensi pada

lingkup yang diajukan dan sesuai dengan standar.

Pasal 25

(1) Penyaksian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24

diselenggarakan dalam jumlah tertentu.

(2) Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Madya.

Pasal 26...

15

Pasal 26

(1) Penyaksian dilaksanakan oleh tim asesmen.

(2) Berdasarkan hasil Penyaksian, disusun Laporan

Pelaksanaan Penyaksian.

(3) Laporan pelaksanaan penyaksian sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada

Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama untuk dilanjutkan

dengan technical review.

Bagian Keenam

Technical Review

Pasal 27

Untuk melaksanakan technical review sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) Pejabat Pimpinan

Tinggi Pratama membentuk komite teknis.

Pasal 28

(1) Komite teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal

27 beranggotakan unsur yang mewakili BIG dan

KAN.

(2) Anggota komite teknis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tidak merangkap sebagai anggota tim

asesmen.

(3) Anggota komite teknis yang mewakili unsur dari

BIG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memiliki keahlian di bidang IG.

(4) Anggota komite teknis yang mewakili unsur dari

KAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memiliki keahlian di bidang Akreditasi.

(5) Komite...

16

(5) Komite teknis mempunyai tugas melaksanakan

technical review terhadap laporan pelaksanaan

asesmen dan laporan pelaksanaan penyaksian.

Pasal 29

(1) Technical review sebagaimana dimaksud pada Pasal

28 ayat (5) dilaksanakan paling lama 15 (lima belas)

hari kerja sejak diterimanya laporan pelaksanaan

asesmen dan laporan pelaksanaan penyaksian oleh

Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama.

(2) Dalam melaksanakan technical review sebagaimana

dimaksud ayat (1), Komite Teknis dapat meminta

keterangan dari tim asesmen dan pendapat dari

tenaga ahli.

(3) Berdasarkan hasil technical review, komite teknis

menyusun laporan pelaksanaan technical review.

(4) Laporan pelaksanaan technical review sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) ditandatangani oleh seluruh

anggota komite teknis.

Pasal 30

(1) Laporan pelaksanaan technical review sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 29 ayat (4) diserahkan

kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Madya melalui

Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama.

(2) Pejabat Pimpinan Tinggi Madya menyampaikan

Laporan pelaksanaan technical review sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada KAN untuk

mendapatkan rekomendasi Akreditasi.

(3) Laporan pelaksanaan technical review disampaikan

kepada KAN paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah

Laporan pelaksanaan technical review diterima oleh

Pejabat Pimpinan Tinggi Madya.

Bagian Ketujuh...

17

Bagian Ketujuh

Rekomendasi Akreditasi

Pasal 31

(1) Berdasarkan laporan pelaksanaan technical review

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3),

KAN menerbitkan rekomendasi Akreditasi.

(2) Rekomendasi Akreditasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diterbitkan paling lama 60 (enam

puluh) hari kalender sejak diterimanya laporan

pelaksanaan technical review oleh KAN.

(3) Rekomendasi Akreditasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) terdiri atas:

a. pemberian akreditasi sesuai dengan ruang

lingkup permohonan;

b. pemberian akreditasi dengan pengurangan dari

ruang lingkup permohonan;

c. pencabutan status akreditasi;

d. perpanjangan status akreditasi; dan

e. penolakan pemberian akreditasi.

(4) Rekomendasi Akreditasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) disampaikan kepada Pimpinan Tinggi

Madya.

Bagian Kedelapan

Keputusan Akreditasi

Pasal 32

(1) Berdasarkan rekomendasi Akreditasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 31 ayat (4) Pimpinan Tinggi

Madya menetapkan keputusan Akreditasi.

(2) Keputusan...

18

(2) Keputusan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan paling lama 10 (sepuluh) hari

kerja sejak diterimanya rekomendasi Akreditasi oleh

Pimpinan Tinggi Madya.

(3) Keputusan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) berupa persetujuan atau penolakan sesuai

dengan ruang lingkup rekomendasi Akreditasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3).

Pasal 33

(1) Dalam hal keputusan Akreditasi berupa persetujuan

pemberian atau perpanjangan Akreditasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3)

huruf a, huruf b, dan huruf d, Pimpinan Tinggi

Madya menerbitkan sertifikat Akreditasi.

(2) Sertifikat Akreditasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berlaku selama 4 (empat) tahun sejak

diterbitkannya sertifikat Akreditasi.

(3) Sertifikat Akreditasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditandatangani oleh Pimpinan Tinggi Madya

dan Ketua KAN.

(4) Apabila hasil keputusan Akreditasi tidak sesuai

dengan rekomendasi Akreditasi, maka Sertifikat

Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

hanya ditandatangani oleh Pimpinan Tinggi Madya.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai format sertifikat

Akreditasi ditetapkan oleh Pejabat Pimpinan Tinggi

Madya.

Pasal 34...

19

Pasal 34

(1) Dalam hal keputusan akreditasi berupa pencabutan

status Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 31 ayat (3) huruf c, Pimpinan Tinggi Madya

mengeluarkan surat pencabutan status Akreditasi.

(2) Surat pencabutan status Akreditasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada

Pemohon paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah

surat pencabutan status akreditasi dibuat.

Pasal 35

(1) Dalam hal keputusan Akreditasi berupa penolakan

pemberian Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 31 ayat (3) huruf e, Pimpinan Tinggi Madya

mengeluarkan surat penolakan Akreditasi.

(2) Surat penolakan Akreditasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) disampaikan kepada Pemohon paling

lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah surat penolakan

akreditasi dibuat.

BAB IV

SURVAILEN

Pasal 36

(1) Survailen merupakan sarana untuk

mempertahankan konsistensi pelaksanaan

sertifikasi dan kualitas kompetensi LPK Tenaga

Profesional.

(2) Survailen...

20

(2) Survailen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh tim asesor yang ditunjuk oleh

Pejabat Pimpinan Tinggi Madya berdasarkan

rekomendasi dari KKPK IG.

(3) Survailen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. survailen terjadwal; dan

b. survailen tidak terjadwal.

Pasal 37

(1) Survailen terjadwal sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 36 ayat (3) huruf a dilaksanakan paling sedikit

2 (dua) kali selama jangka waktu berlakunya

sertifikat Akreditasi.

(2) Survailen tidak terjadwal sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 36 ayat (3) huruf b dilaksanakan dalam

hal:

a. terdapat pengaduan tertulis dari pihak terkait

mengenai kompetensi LPK Tenaga Profesional;

b. terjadi perubahan penting yang mempengaruhi

kompetensi LPK Tenaga Profesional; dan

c. terdapat indikasi bahwa LPK Tenaga Profesional

tidak lagi memenuhi kompetensi.

Pasal 38

(1) Berdasarkan hasil survailen, disusun laporan

pelaksanaan survailen.

(2) Laporan pelaksanaan survailen sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada

Pimpinan Tinggi Madya.

(3) Berdasarkan…

21

(3) Berdasarkan laporan pelaksanaan survailen

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pimpinan

Tinggi Madya dapat meninjau kembali keputusan

Akreditasi yang telah ditetapkan

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 39

Pemegang sertifikat Akreditasi berhak melakukan

kegiatan penilaian kesesuaian sesuai dengan lingkup

Akreditasi sebagaimana tercantum dalam sertifikat

Akreditasi.

Pasal 40

Setiap pemegang sertifikat Akreditasi wajib:

a. memenuhi persyaratan sebagai LPK Tenaga

Profesional;

b. menjamin bahwa informasi yang diberikan kepada

BIG selalu mutakhir;

c. memberitahukan kepada BIG tentang:

1) perubahan organisasi dan manajemen;

2) perubahan personel penandatangan sertifikat;

3) perubahan alamat, kepemilikan, status hukum

dan status komersial organisasi;

4) perubahan panduan mutu, kebijakan atau

prosedur; dan

5) perubahan peralatan, fasilitas, dan/atau

sumberdaya lainnya yang dapat mempengaruhi

mutu kerja LPK Tenaga Profesional.

d. melaksanakan...

22

d. melaksanakan kegiatan sesuai dengan persyaratan,

peraturan dan kriteria Akreditasi, serta memelihara

kredibilitas serta integritas dalam semua

kegiatannya;

e. menangani pengaduan yang terkait dengan kegiatan

LPK Tenaga Profesional;

f. menjamin sertifikat tidak digunakan untuk maksud

promosi atau publisitas yang menyesatkan;

g. melaksanakan tindak perbaikan dan pencegahan

terhadap ketidaksesuaian yang ditemukan dalam

pelaksanaan asesmen, penyaksian, atau survailen.

h. bebas dari tekanan komersial, keuangan, atau

tekanan lain dari pihak luar yang dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan;

i. bertindak kooperatif kepada BIG guna memantau

pemenuhan terhadap persyaratan dan kriteria

akreditasi yang terkait, mencakup:

1) pemberian izin kepada BIG dalam melaksanakan

kegiatan yang terkait dengan kegiatan akreditasi;

dan

2) bantuan kepada BIG dalam melakukan tindakan

atas setiap keluhan yang disampaikan pihak

ketiga terkait sertifikasi yang dilaksanakan LPK

Tenaga Profesional.

j. memiliki dokumen kontrak dengan klien yang

mensyaratkan bahwa klien harus bersedia menerima

tim penyaksian dan asesor;

k. bertanggung jawab sepenuhnya dalam penerbitan

sertifikasi;

l. menyediakan rekaman semua keluhan, permohonan

naik banding, dan perselisihan, serta tindakan

perbaikannya;

m. membuat…

23

m. membuat semua pengaturan yang diperlukan dalam

rangka melaksanakan asesmen atau evaluasi atau

penilaian termasuk ketentuan untuk pemeriksaan

dokumentasi dan akses ke semua bidang, rekaman

(termasuk laporan internal audit) dan personel untuk

tujuan asesmen, survailen, asesmen ulang dan

penyelesaian keluhan;

n. menyampaikan laporan kepada BIG setiap 3 (tiga)

bulan sekali terkait kegiatan sertifikasi; dan

o. setiap menerbitkan sertifikat wajib mempublikasikan

ke dalam sistem yang dibangun oleh BIG.

BAB VI

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 41

(1) Setiap pemegang sertifikat Akreditasi yang

melanggar ketentuan Pasal 40 dikenai sanksi

administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pembekuan kegiatan sementara; dan/atau

c. pencabutan sertifikat akreditasi

Pasal 42

(1) Sanksi administratif berupa peringatan tertulis

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2)

huruf a diberikan dalam bentuk surat yang

memuat:

a. rincian pelanggaran...

24

a. rincian pelanggaran;

b. kewajiban untuk melaksanakan perbaikan; dan

c. tindakan pengenaan sanksi berikutnya yang

akan diberikan.

(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diberikan paling banyak 2 (dua) kali dengan

tenggang waktu masing-masing 14 (empat belas)

hari kalender terhitung sejak diterimanya

peringatan tertulis.

(3) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diterbitkan oleh Kepala.

Pasal 43

(1) Sanksi administratif berupa pembekuan kegiatan

sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41

ayat (2) huruf b dikenakan kepada pemegang

sertifikat Akreditasi yang tidak mengindahkan

teguran tertulis kedua sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 42 ayat (2).

(2) Pembekuan kegiatan sementara sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan

menerbitkan keputusan penghentian sementara

kegiatan.

(3) Keputusan penghentian sementara kegiatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memuat

jangka waktu pengenaan sanksi administratif.

(4) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

ditetapkan oleh Kepala berdasarkan rekomendasi

Pejabat Pimpinan Tinggi Madya.

(5) Setelah...

25

(5) Setelah kegiatan dihentikan, dilakukan pengawasan

agar kegiatan yang dihentikan tidak beroperasi

kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban

sebagaimana dimaksud dalam keputusan

penghentian sementara kegiatan.

Pasal 44

(1) Sanksi administratif berupa pencabutan sertifikat

Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41

ayat (2) huruf c dikenakan kepada pemegang

sertifikat Akreditasi yang tidak mengindahkan

teguran tertulis kedua sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 42 ayat (2) atau tidak ada tindakan

perbaikan sampai dengan berakhirnya masa

berlaku pengenaan sanksi administratif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3).

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilaksanakan dengan cara menerbitkan

keputusan pencabutan sertifikat akreditasi.

(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

ditetapkan oleh Kepala berdasarkan rekomendasi

Pejabat Pimpinan Tinggi Madya.

BAB VII

BANDING

Pasal 45

(1) Pemohon dapat mengajukan banding terhadap:

a. keputusan Akreditasi berupa pemberian

akreditasi dengan pengurangan dari ruang

lingkup permohonan.

b. keputusan...

26

b. keputusan akreditasi berupa penolakan

pemberian akreditasi;

c. penangguhan pemberian akreditasi; dan

d. penjatuhan sanksi administratif.

(2) Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari

kalender sejak keputusan ditetapkan.

(3) Dalam penyampaian banding sebagaimana

dimaksud ayat (2), Pemohon wajib menyertakan alat

bukti.

(4) Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disampaikan kepada Kepala.

(5) Untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap

banding sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

Kepala dapat membentuk komite independen.

Pasal 46

(1) Anggota komite independen sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 45 ayat (5) berasal dari unsur BIG dan

KAN.

(2) Anggota komite independen sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tidak boleh berasal dari tim asesmen

dan komite teknis.

Pasal 47

(1) Komite independen bertugas melaksanakan

pemeriksaan terhadap banding berdasarkan alat

bukti yang disampaikan.

(2) Dalam...

27

(2) Dalam melaksanakan pemeriksaaan banding

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komite

Independen dapat:

a. memanggil Pemohon untuk dimintakan

keterangan;

b. memanggil pihak lain yang berkaitan dengan

pemeriksaan banding; dan

c. melaksanakan tindakan lain yang dibutuhkan

dalam pemeriksaan banding.

Pasal 48

(1) Berdasarkan pemeriksaan banding sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 47 komite independen

mengeluarkan rekomendasi.

(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan kepada Kepala.

(3) Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), Kepala menetapkan keputusan

banding.

(4) Keputusan banding sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) bersifat final dan mengikat.

BAB VIII

PEMBERLAKUAN WAJIB

Pasal 49

(1) Memberlakukan wajib SNI ISO/IEC 17024:2012

dengan judul Penilaian Kesesuaian – Persyaratan

untuk Lembaga Sertifikasi Person.

(2) SNI sebagaimana...

28

(2) SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan

sebagai acuan dalam penyelenggaraan Akreditasi

kepada LPK Tenaga Profesional.

Pasal 50

BIG melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan

SNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 51

Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di Cibinong

pada tanggal 18 Oktober 2016

KEPALA

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

PRIYADI KARDONO

Salinan Sesuai dengan aslinya

Kepala Bagian Hukum ttd.

Gindo Sahat JHH