Perang Dunia Ketiga

10
GAWAT, RUSIA MENGANCAM MELAKUKAN PERANG DUNIA JIKA SERING DITEKAN Perang dunia ketiga tampaknya sedang direncakan sejumlah negara super power seperti Inggris, Rusia, dan Amerika Serikat. Dilasir dailymail, sejumlah negara superpower terus berlomba untuk meningkatkan persenjataan angkatan militer mereka. Terutama Rusia, melalui sang presiden Vladimir Putin mengancam akan menyerang negara-negara yang mencoba untuk menekan rusia. Daily mail melaporkan tidak ada satupun negara yang bisa menandingi Rusia dalam hal militer dan akan menyerang negara- negara yang mencoba melakukan segala bentuk penekanan terhadap rusia. Vladimir Putin juga bersumpah akan terus memperbarui dan menambah peralatan perang seperti Combat Jets, misil, dan sejumlah senjata lainnya. Menanggapi komentar presiden Rusia tersebut, Deputy Supreme Allied Commander Europe dan Kepala Militer Inggris, Sir Adrian Bradshaw mengatakan pernyataan presiden Putin dapat menimbulkan konfilk baik di negara Eropa maupun dunia. "Apa yang dilakukan Rusia merupakan taktik yang dilakukan Uni Soviet, mereka mempertontonkan kekuatan militer,"ujarnya saat berbicara di Royal United Services Institute London. Sementara itu menurut mantan anggota angkatan udara United Kingdom Sir Michael Graydon mengatakan apa yang dilakukan Rusia sama seperti yang dilakukan Uni Soviet pada tahun 80an.

description

Sejarah

Transcript of Perang Dunia Ketiga

Page 1: Perang Dunia Ketiga

GAWAT, RUSIA MENGANCAM MELAKUKAN PERANG DUNIA

JIKA SERING DITEKAN

Perang dunia ketiga tampaknya sedang direncakan sejumlah negara super power seperti

Inggris, Rusia, dan Amerika Serikat. Dilasir dailymail, sejumlah negara superpower terus

berlomba untuk meningkatkan persenjataan angkatan militer mereka.

Terutama Rusia, melalui sang presiden Vladimir Putin mengancam akan menyerang negara-

negara yang mencoba untuk menekan rusia. Daily mail melaporkan tidak ada satupun negara

yang bisa menandingi Rusia dalam hal militer dan akan menyerang negara-negara yang

mencoba melakukan segala bentuk penekanan terhadap rusia. Vladimir Putin juga bersumpah

akan terus memperbarui dan menambah peralatan perang seperti Combat Jets, misil, dan

sejumlah senjata lainnya.

Menanggapi komentar presiden Rusia tersebut, Deputy Supreme Allied Commander Europe

dan Kepala Militer Inggris, Sir Adrian Bradshaw mengatakan pernyataan presiden Putin dapat

menimbulkan konfilk baik di negara Eropa maupun dunia.

"Apa yang dilakukan Rusia merupakan taktik yang dilakukan Uni Soviet, mereka

mempertontonkan kekuatan militer,"ujarnya saat berbicara di Royal United Services Institute

London. Sementara itu menurut mantan anggota angkatan udara United Kingdom Sir Michael

Graydon mengatakan apa yang dilakukan Rusia sama seperti yang dilakukan Uni Soviet pada

tahun 80an.

"Saya kiri NATO Harus memberikan tekanan kepada Rusia kalau mereka diam saja Rusia

akan mudah sekali melakukan eksploitasi dan berpikir negara Nato lemah," ungkapnya.

Sementara itu perdana menteri Inggris David Cameroon mengatakan United Kingdom tidak

berdiam diri dengan sikap Rusia dan agresi Rusia terhadap Ukraina merupakan kejahatan

perang dan Rusia harus dihukum karena sudah menyulut peperangan.

"Kami akan mengirimkan peringatan keras kepada Presiden Putin apa yang telah dilakukan

Rusia tidak bisa diterima kalau mereka tidak mengindahkan teguran tersebut, sanksi berat akan

mereka terima, mereka jangan berpikir kalau kami Nato (Amerika, Perancis, Inggris, , dan

Jerman) berdiam diri dengan tingkah mereka, kami akan lakukan tindakan keras"terangnya.

Page 2: Perang Dunia Ketiga

KISAH LENGKAP :

GENG BALI NINE DAN KRONOLOGI VONIS HUKUMAN MATI

Posted by Ini Wow in Sosial Politik

Apa sebenarnya kelompok Bali Nine dan apa arti sebutan Bali Nine yang pemberitaanya kini mengundang publik dunia tersebut? Seperti kita tahu, pemberitaan rencana eksekusi hukuman mati terhadap beberapa narapidana yang sudah divonis hukuman mati, khususnya atas 2 orang anggota Bali Nine menimbulkan kontroversi di luaran, sampai-sampai Sekjen PBB ikut nimbrung.

Istilah Bali Nine adalah sebutan yang diberikan media massa kepada sembilan orang Australia yang ditangkap pada 17 April 2005 di Bali, Indonesia, dalam usaha menyelundupkan heroin seberat 8,2 kg dari Indonesia ke Australia.

Kesembilan orang tersebut adalah: Andrew Chan – disebut pihak kepolisian sebagai “godfather” kelompok ini Myuran Sukumaran Si Yi Chen Michael Czugaj Renae Lawrence Tach Duc Thanh Nguyen Matthew Norman Scott Rush Martin Stephens

Empat dari sembilan orang tersebut, yakni Czugaj, Rush, Stephens, dan Lawrence ditangkap di Bandara Ngurah Rai saat sedang menaiki pesawat tujuan Australia. Keempatnya ditemukan membawa heroin yang dipasang di tubuh.

Andrew Chan ditangkap di sebuah pesawat yang terpisah saat hendak berangkat, namun pada dirinya tidak ditemukan obat terlarang. Empat orang lainnya, Nguyen, Sukumaran, Chen dan Norman ditangkap di Hotel Melasti di Kuta karena menyimpan heroin sejumlah 350g dan barang-barang lainnya yang mengindikasikan keterlibatan mereka dalam usaha penyelundupan tersebut.

Orang tua Rush dan Lawrence kemudian mengkritik pihak kepolisian Australia yang ternyata telah mengetahui rencana penyelundupan ini dan memilih untuk mengabari Polri daripada menangkap mereka di Australia, di mana tidak ada hukuman mati sehingga kesembilan orang tersebut dapat menghindari ancaman tersebut.

Pada 13 Februari 2006, Pengadilan Negeri Denpasar memvonis Lawrence dan Rush dengan hukuman penjara seumur hidup. Sehari kemudian, Czugaj dan Stephens menerima vonis yang sama. Sukumaran dan Chan, dua tokoh yang dianggap berperan penting, dihukum mati. Kemudian pada 15 Februari, Nguyen, Chen, dan Norman juga divonis penjara seumur hidup oleh para hakim.

Page 3: Perang Dunia Ketiga

Pada 26 April 2006, hukuman Lawrence, Nguyen, Chen, Czugaj dan Norman dikurangi menjadi 20 tahun penjara melalui banding, sementara hukuman seumur hidup Stephens tetap bertahan.

Pada 6 September 2006, diketahui bahwa Mahkamah Agung telah mengabulkan kasasi yang diajukan Kejaksaan Agung. Hukuman Czugac berubah menjadi hukuman seumur hidup, sementara hukuman Lawrence, Rush, Nguyen, Chen, dan Norman menjadi hukuman mati. Chan dan Sukumaran tetap dihukum mati, dan Stephens tetap dihukum seumur hidup.

Pada 13 Januari 2011, diketahui bahwa Mahkamah Agung menolak upaya hukuman luar biasa PK yang diajukan oleh Stephens, sehingga keputusan dikembalikan kembali ke putusan Pengadilan Negeri Denpasar yaitu hukuman seumur hidup.

Kontroversi

Hingga saat ini, ketika pemberitaan eksekusi hukuman mati akan segera dilaksanakan, polisi Federal Australia terus menghadapi tuduhan pahit atas keterlibatan mereka dalam penangkapan geng Bali Nine, termasuk dua warga Australia tersebut di atas.

Sepuluh tahun setelah para penyelundup narkoba tertangkap ketika mencoba menyelundupkan 8 kg heroin dari Indonesia, seorang pengacara dan teman keluarga Scott Rush (anggota geng Bali Nine) mengatakan, Kepolisian Australia (AFP) memiliki andil jika Andrew Chan dan Myuran Sukumaran jadi dieksekusi.

Polisi Indonesia diinformasikan oleh rekan mereka di Australia, yang memberi tahu sebagian besar nama dan rincian penerbangan geng Bali Nine. Sebelum penangkapan dramatis dilakukan, pengacara asal Brisbane, Bob Myers, telah mengontak Kepolisian Federal atas nama ayah Scott Rush, yakni Lee Rush, memercayai bahwa polisi Australia bisa membantu keluarga Rush.

Bob menanggapi permintaan Lee Rush, yang menemukan bahwa anaknya sedang menuju ke Indonesia. “Pikiran singkat saya waktu itu adalah bahwa Scott mungkin akan menyelundupkan narkoba ke Indonesia dan membuat dirinya terancam hukuman mati,” kata Bob sebagaimana dilansir Kompas.

Ia lantas menerangkan, “Lee memohon saya untuk melakukan sesuatu, dan hasilnya, saya menyampaikan gagasan Lee itu kepada AFP, dan mereka benar-benar mengabaikannya.”

Bob mengatakan, kontaknya di Kepolisian Federal meyakinkan dirinya bahwa Scott Rush akan dicegat sebelum meninggalkan Australia. Namun, beberapa hari kemudian, ia ditangkap bersama dengan penyelundup narkoba lainnya di Bali. “Saya menerima ketika AFP mengatakan apa yang akan mereka lakukan. Namun, saat ini sekarang terjadi, pada dasarnya, mereka tak ingin saya mengacaukan keterlibatan mereka,” ungkapnya.

Bob mengutarakan, AFP memiliki kewajiban untuk tidak menempatkan warga negara Australia dalam bahaya hukuman mati. “Mengapa AFP siap untuk mengorbankan nyawa sembilan warga Australia?” tanyanya.

Pekan lalu, mantan Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr, turut berkomentar, mengatakan AFP diperlukan untuk menjelaskan posisi mereka sendiri.

Page 4: Perang Dunia Ketiga

Namun, pejabat senior kepolisian hanya mengungkap sedikit informasi, seraya mengutip sensitivitas dalam upaya untuk mengamankan grasi bagi Chan dan Sukumaran.

Wakil Komisaris AFP Graham Ashton telah mengisyaratkan AFP kemungkinan bisa mengungkapkan lebih lanjut tentang perannya dalam kasus ini. “AFP tak memiliki keterlibatan. Kami setuju akan poin umum yang disampaikan mantan Menlu Bob bahwa kami perlu mengatakan lebih banyak, tetapi waktu yang tepat untuk mengatakannya adalah yang paling penting,” katanya.

Ia mengatakan, hal yang terbaik bagi AFP adalah untuk tidak berbicara tentang hal itu kepada publik hingga masalah pengampunan Chan dan Sukumaran ditangani.

Page 5: Perang Dunia Ketiga

FAKTA-FAKTA

RENCANA EKSEKUSI TERPIDANA MATI ‘BALI NINE’

Posted by reinhan in Sosial Politik

Setelah mengeksekusi mati 6 gembong narkoba pada Minggu 18 Januari 2015 lalu, pemerintah Indonesia akan melaksanakan eksekusi terhadap terpidana mati lainnya pada gelombang berikutnya. Namun sebelum itu dilakukan, Jaksa Agung, HM Prasetyo akan melakukan evaluasi.

Dalam foto tahun 2006, terdakwa perkara penyelundupan heroin seberat 8,2 kilogram, Andrew Chan (kanan) dan Myuran Sukumaran, keduanya warga negara Australia, berdiri di dalam tahanan, setelah mereka divonis hukuman mati, Selasa (14/2/2006) di Pengadilan Negeri Denpasar, Bali. (Kompas)

“Kejaksaan sedang mengevaluasi hasil pelaksanaan eksekusi tahap pertama terhadap enam orang kemarin,” kata Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung Tony Spontana saat jumpa pers di Gedung Kejagung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (20/01/2015) malam.

Dijelaskan Tony, kemungkinan Prasetyo besok akan menerima laporan langsung dari jaksa eksekutor. Walaupun jaksa eksekutor sudah menyampaikan laporan hasil eksekusi 6 terpidana mati secara tertulis, namun Prasetyo ingin mendengar secara langsung.

“Beliau (Jaksa Agung-Red) ingin mendengar secara langsung apakah ada kendala hambatan dan sebagainya baik dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai pasca eksekusi. Hasil evaluasi ini akan menjadi ke depan supaya lebih sempurna lagi,” jelas Tony.

Page 6: Perang Dunia Ketiga

Eksekusi tahap kedua akan dilakukan tahun ini. Namun menurut Tony, Kejagung hingga kini belum menetapkan kapan waktu pelaksanaannya.

“Mungkin (eksekusi tahap kedua-red) setelah hasil evaluasi sempurna semua, kita pastikan data-datanya, kemudian memastikan dinamika lingkungan strategis yang berkembang setelah eksekusi tahap pertama, baru nanti akan ditetapkan persiapan-persiapan teknis eksekusi selanjutnya,” imbuh Tony.

Tony belum bisa menyebut siapa-siapa saja terpidana mati yang akan dieksekusi di tahap kedua. Ia juga tidak bisa memastikan apakah dua warga negara Australia kelompok ‘Bali Nine’ akan dieksekusi selanjutnya.

“Belum tahu soal nama-namanya siapa saja,” ucap Tony sebagaimana dilansir DetikNews.

Lokasi eksekusi

Kejaksaan Agung juga masih mengkaji lokasi eksekusi terpidana mati kasus narkotika asal Australia Adrew Chan. Andrew Chan merupakan salah satu terpidana mati narkotika asal Australia yang terbukti menyelundupkan heroin seberat 8 kilogram dari Indonesia menuju Australia pada April 2005 silam.

“Terkait dengan pelaksanaan eksekusi sampai hari ini Kejagung belum menentukan jadwal dan tempat pelaksanaannya,” imbuh Tony dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/01/2015).

Adrew akan dieksekusi mati setelah grasinya ditolak Presiden Joko Widodo pada Sabtu (17/01/2015) lalu. Salinan surat keputusan presiden tersebut diterima hari ini, Kamis (22/01/2015).

“Kejagung RI menerima salinan Keppres Nomor 9/G Tahun 2015 bertanggal 17 Januari 2015 yang menetapkan menolak permohonan grasi terpidana mati perkara kejahatan narkotika atas nama Andrew Chan,” kata Tony sebagaimana dilansir Merdeka.

Seperti diketahui pada April 2005 silam, sembilan warga Australia ditangkap pihak otoritas kepolisian Bandara Ngurah Rai, Badung, Bali, karena berusaha menyelundupkan heroin seberat 8 kilogram untuk dibawa ke Australia. Komplotan tersebut dikenal dengan nama sindikat ‘Bali Nine’ karena berjumlah 9 orang.

Mereka adalah Si Yi Chen, Michael Czugaj, Renae Lawrence, Tan Duc Thanh Nguyen, Matthew Norman, Scott Rush, Martin Stephens, Myuran Sukumaran, dan Andrew Chan. Mereka saat ini mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan, Bali.

Dalam persidangan yang digelar Pengadilan Negeri Denpasar, 2006 silam, dua orang tersangka atas nama Myuran Sukumaran dan Andrew Chan divonis mati. Sementara tujuh lainnya memperoleh hukuman beragam antara 20 tahun hingga seumur hidup. Mendapat vonis demikian, Sukumaran dan Andrew mengajukan grasi kepada presiden. Namun, pengajuan grasi keduanya ditolak Presiden Jokowi.

Dieksekusi bersamaan

Kini kedua terpidana mati itu masih menunggu waktu untuk dieksekusi. Menteri Koordinator

Page 7: Perang Dunia Ketiga

Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhi Purdijatno mengatakan, waktu pelaksanaan eksekusi keduanya akan dilakukan secara bersamaan.

“Dalam aturannya, kejahatan bersama-sama, hukuman? Yang sama dilakukan serentak. Yang satu masih menunggu grasi, dan satunya ditolak. Jadi, menunggu dulu bersama-sama (selesai proses hukumnya),” kata Tedjo di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (20/01/2015) lalu.

Tedjo memastikan, eksekusi akan langsung dilakukan begitu proses grasi kedua terpidana itu selesai.

Australia ancam tarik Dubes

Atas sikap tegas Pemerintah Indonesia yang menerapkan praktik hukuman mati ini, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop membuka peluang adanya penarikan duta besar mereka di Jakarta apabila dua terpidana mati kasus Bali Nine dieksekusi mati. Menurut Julie, hukuman mati bukanlah solusi untuk memutuskan mata rantai jaringan narkoba.

“Saya tidak akan berspekulasi mengenai apa yang terjadi jika Pemerintah Indonesia melaksanakan hukuman mati terhadap warga Australia. Apa yang akan terus kami lakukan adalah membantu mereka sejauh kami mampu,” kata dia kepada Sky News.

Namun, ancaman itu tak membuat khawatir Indonesia. Meskipun demikian Kemenko Polhukam Indonesia mengingatkan agar Pemerintah “Negeri Kanguru” itu mengutamakan prinsip saling hormat terkait aturan hukum yang berlaku di suatu negara.

“Apabila ingin menjalin hubungan baik antara Australia dan Indonesia, pihak Australia harus hargai hukuman yang berlaku di Indonesia,” ucap dia seperti dikutip Kompas. Secara umum, hubungan Australia dan Indonesia memang kerap bermasalah, terutama terkait dengan isu seputar manusia perahu pencari suaka dan persoalan pengintaian.

Pada 2013 lalu, Pemerintah Indonesia menarik duta besar dan membekukan kerja sama militer setelah pengungkapan program mata-mata dari Canberra terhadap istri mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kasus Bali Nine sendiri menjadi pemberitaan yang populer di Australia sehingga memberi tekanan lebih pada pemerintah setempat. Di sisi lain, Bali juga merupakan destinasi wisata yang sangat terkenal bagi warga negeri Kanguru.

Sementara di Indonesia, pelanggaran terhadap aturan perdagangan obat-obatan terlarang merupakan tindak kriminal dengan hukuman 15 tahun penjara sampai hukuman mati. Pihak Kejaksaan RI sendiri sudah mengeksekusi enam orang terpidana pada Minggu (18/01/2015) dini hari lalu. Keenam terpidana itu berasal dari Belanda, Malawi, Vietnam, dan juga berasal dari Indonesia.

Mereka dijatuhi hukuman mati setelah Presiden Joko Widodo menolak permohonan ampun (grasi) mereka. Jokowi menyatakan tak akan mengabulkan grasi terhadap semua terpidana kasus narkoba.

Atas hukuman mati ini, Pemerintah Brasil dan Belanda melancarkan protesnya. Mereka memanggil duta besar masing-masing untuk kembali ke negaranya. Presiden Jokowi sudah

Page 8: Perang Dunia Ketiga

berbicara dengan pimpinan dua negara itu dan memberikan pengertian bahwa Indonesia kini tengah dilanda darurat narkoba.