Perancangan Video Klip “You Better Die”
Transcript of Perancangan Video Klip “You Better Die”
i
Perancangan Video Klip “You Better Die”
Sebagai Media Promosi Band Lokal
(Studi Kasus : Fixershow)
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas
Teknologi Informasi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai
gelar Sarjana Desain
Peneliti:
Yosan Wedha Pamungkas (6920009046)
Martin Setyawan, S.T, M.Cs.
Jasson Prestiliano, S.T, M.Cs.
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2014
ii
iii
iv
v
vi
Perancangan Video Klip “You Better Die”
Sebagai Media Promosi Band Lokal
(Studi Kasus : Fixershow)
1)
Yosan Wedha Pamungkas, 2)
Martin Setyawan, S.T, M.Cs., 3)
Jasson Prestiliano, S.T, M.Cs.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
E-mail : 1)[email protected], 2) [email protected] 3) [email protected]
Abstract As the progressive era, the music industry in Indonesia now developed rapidly. With
the promising result from the music industry, gradually appeared new group band. So, it
make the competition become tighter. Some problems happened in the music industry. One
of them was the problem of promotion. This problem was also faced by local band Fixershow. Therefore, a creative solution is needed to promote the band. Using the clip
video as the promotion media, a cinematic clip finally was created as the solution for the
problem. The product of this cinematic clip was used as a media to promote a song entitled “You Better Die” and the group band itself
Keywords: Music Video, Fixershow, Cinematic Clip, Promotion
Abstrak
Seiring kemajuan zaman, saat ini industri musik di Indonesia berkembang sangat pesat. Dengan hasil yang menjanjikan dari industri tersebut, maka satu - persatu band baru
bermunculan sehingga menjadikan persaingan dalam industri musik semakin ketat.
Beberapa masalah terjadi didalam industri musik. Salah satunya adalah permasalahan dalam hal promosi. Masalah tersebut juga dihadapi oleh band lokal Fixershow, sehingga
diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan menggunakan
video klip sebagai media promosi, maka dirancang sebuah video klip dengan jenis
cinematic clip. Dan hasil perancangan ini adalah video klip dengan jenis cinematic clip adalah sebagai media promosi lagu “You Better Die” dan band Fixershow.
Kata Kunci: Video Klip, Fixershow, Cinematic Clip, Promosi
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Desain Komunikasi Visual,
Universitas Kristen Satya Wacana 2) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana 3) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
1
1. Pendahuluan
Sejak abad ke - 20, industri musik di Indonesia mengalami perkembangan
yang pesat. Dengan berkembang pesatnya industri musik di Indonesia, menjadi
salah satu hal yang positif untuk kemajuan industri hiburan.
Dengan berkembangnya industri musik di Indonesia, banyak band-band
baru bermunculan membuat persaingan di industri musik menjadi lebih ketat.
Hal ini diikuti juga dengan kemajuan teknologi yang ikut berperan dalam hal
recording dan promosi sebuah karya musik[1].
Sebuah band indie dihadapkan dengan masalah, yaitu dalam hal
memperkenalkan band kepada masyarakat atau dalam kasus ini adalah masalah
promosi. Masalah yang sama juga dialami oleh band lokal Salatiga bergenre
alternative. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada salah satu
personil band FIXERSHOW, mereka mempublikasikan lagu melalui cd lagu,
reverbnation, soundcloud. Tampil sebagai band pengisi di kafe-kafe lokal
Salatiga, beberapa panggung musik dan lain sebagainya yang masih dirasa kurang
untuk memenuhi kebutuhan promosi band FIXERSHOW.
Untuk mememuhi kebutuhan promosi sebuah band.Terdapat salah satu
alternatif media promosi yang dapat digunakan untuk memperkenalkan pada
publik yaitu melalui video klip. Lalu pada akhir akan diimplementasikan dalam
bentuk perancangan media berbentuk DVD. Perancangan video klip Fixershow
menggunakan jenis cinematic clip. Melalui video klip dengan teknik cinematic
video mengandalkan tutur film berupa cerita pendek, lirik diceritakan melalui
gabungan serangkaian gambar-gambar yang bercerita. Dengan menggunakan
media komunikasi visual ini, diharapkan cerita yang tersirat dari lagu dapat
disampaikan kepada penonton melalui visualisasi yang menarik dan video ini
dapat menjadi sebuah media promosi yang efektif untuk lagu “You Better Die”
dan band FIXERSHOW agar semakin bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas.
2. Tinjauan Pustaka
Makna Ikon Video Klip (Analisis Semiotika Video Klip Armada Racun
"Amerika" Versi 1). Penelitian ini membahas tentang video klip "Amerika"
versi 1 yang menggunakan media video klip sebagai sarana penyampaian pesan
melalui ikon-ikon yang digunakan di dalam video klip tersebut. Dan hasil dari
analisa tersebut adalah Armada Racun menuangkan segala bentuk pemikirannya
untuk menggambarkan permasalahan budaya Amerika yang menerpa masyarakat
Indonesia dengan menggunakan ikon didalam video klip yang berupa produk
Amerika dan digabunggkan dengan ide pemikiran mereka [2]. Video Klip Sebagai
Media Promosi Grup Musik Spirit of Life. Penelitian ini membahas tentang
pembuatan video klip sebagai media promosi band indie yaitu Spirit of Life
dengan lagu mereka yang berjudul "Looser". Dan hasil dari pembuatan video
klip ini adalah sebuah video klip dengan jenis performance klip. Dari pembuatan
video klip ini didapatkan kesimpulan bahwa media komunikasi visual berguna
untuk promosi sebuah kelompok musik. Dan media visual seperti video klip
merupakan media yang efektif dalam proses promosi karena target dapat melihat
dan mengenal lebih dekat tanpa perantara dan informasi dari orang lain[3].
Dirangkum dari kedua penelitian yang ada, kelebihan penelitian yang
2
dilakukan dengan menggunakan jenis cinematic video adalah visualisasi cerita
dari lirik lagu dapat disiratkan dan disampaikan dengan tutur film pendek, juga
audience dapat melihat video klip seperti menonton film pendek dan hasil
akhir dari pembuatan video klip ini akan diimplementasikan dalam bentuk
perancangan media berbentuk DVD. Visualisasi berdasarkan inti cerita dari
lirik lagu “You Better Die”. Tujuan pembuatan video klip ini untuk
mempromosikan band Fixershow dan lagunya yang berjudul "You Better Die"
kepada masyakarat melalui media audio visual.
Komunikasi visual (komunikasi melalui penglihatan) adalah sebuah
rangkaian proses penyampaian infromasi atau pesan kepada pihak lain dengan
penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan.
Komunikasi visual menkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain
grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya[4].
Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan
menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool)
dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya
dan berkomunikasi[5].
Film yang disebut juga dengan cinematographie yang berasal dari kata
cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grhap (tulisan,
gambar, citra). Dalam pengertiannya sendiri sinematrografi atau film adalah
melukis gerak dengan cahaya dengan menggulakan alat khusus, yang saat ini
disebut kamera[6].
Video klip didefinisikan sebagai kumpulan guntingan gambar hidup
untuk ditayangkan lewat televisi atau layar bioskop atau rekaman video atau film
yang diambil dari rekaman video atau film yang lebih panjang. Jadi video klip
dapat didefinikan sebagai karya audio visual dari sebuah lagu yang dihasilkan
oleh sebuah grup musik dalam rangka mempromosikan dan mempopulerkan grup
musik tersebut beserta lagu yang mereka hasilkan. Dengan demikian, selain
menampilkan isi sebuah lagu secara visual, video klip musik juga memiliki fungsi
untuk memperkenalkan personel dari grup tersebut kepada target penonton[7].
Cinematic clip merupakan tampilan video yang lebih
mengandalkan alur cerita film. Video berjenis cinematic menggunakan tutur film
tradisional yaitu lebih menyerupai sebuah cerita pendek. Beberapa contoh
cinematic video adalah ‘papa don’t preach’ dari Madonna dan ‘janie’s got a
gun’ milik Aerosmith. Kedua video klip ini dikategorikan sebagai cinematic
video klasik karena tampilan visualnya merupakan ilustrasi cerita berdasarkan
oleh liriknya. Lirik diceritakan melalui gambar-gambar yang dramatis yang
kemudian digabungkan dengan penampilan artisnya[8].
Promosi adalah segala macam bentuk komunikasi persuasi yang
dirancang untuk menginformasikan pelanggan tentang produk atau jasa dan
untuk memengaruhi mereka agar membeli barang atau jasa tersebut yang
mencakup publisitas, penjualan perorangan dan periklanan. [9].
Musik yang berasal dari kata muse yaitu salah satu dewa dalam mitologi
Yunani kuno bagi cabang seni dan ilmu pengetahuan. Musik merupakan
cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke dalam pola-
pola yang dapat dimengerti dan dipahami oleh manusia[10].
3
Fixershow terbentuk pada bulan Juli 2010. Band ini beraliran Disco Alternative dan satu-satunya band beraliran Alternative di Kota Salatiga. Namun seiring berjalannya waktu, genre ini lebih diperluas lagi. Band ini memiliki 4 personil saat ini, antara lain Erfix (Vokal), Fendi (bass), Aditya (drum), Adrian (gitar). Untuk menjaga konsistensi dalam bermusik, Fixer show aktif terlibat dalam berbagai event musik seperti Salatiga Indie dan event lainnya di Salatiga, maupun di luar Salatiga.
3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan menggunakan metode linear strategy. Metode ini sering disebut strategi
garis lurus, yang menerapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang
sederhana dan relatif sudah dipahami komponennya. Strategi ini sesuai untuk tipe
perancangan yang telah berulangkali dilaksanakan, misalnya desain bangunan
rumah tinggal. Suatu tahap yang dimulai setelah tahap sebelumnya diselesaikan,
demikian seterusnya[11]. Gambar 1 adalah penjelasan alur metode penelitian
Linear Strategy.
Gambar 1. Bagan Metode Penelitian Linear Strategy.
Tahap 1 Dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh
band lokal Fixershow dengan cara melakukan wawancara dengan personil band
Fixershow. Masalah yang dihadapi oleh band Fixershow adalah promosi melalui
media audio video yaitu video klip. Setelah masalah teridentifikasi, dilakukan
pengumpulan data secara visual dan verbal untuk dijadikan dasar dari
perancangan video klip. Lalu setelah data visual dan verbal didapatkan, dilakukan
analisis data untuk mendapatkan kesimpulan antara data visual dan verbal yang
akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan video klip band Fixershow.
Tahap 2 ini adalah tahapan yang berisi proses pra produksi hingga
evaluasi. Dimulai dengan pra produksi yang memiliki 4 bagian didalamnya yaitu
ide, storyline, treatment, dan storyboard. Dimulai pencarian ide cerita melalui
lirik lagu “You Better Die” sebagai acuan penting. Lalu setelah ide didapatkan,
dilanjutkan pembuatan storyline yang dimana storyline adalah penjabaran dari ide
cerita. Setelah pembuatan storyline selesai dilanjutkan penerjemahan storyline
menuju treatment, yang berisikan setting, jenis shot, angle shot dan transisi
kamera. Selanjutnya pembuatan storyboard. Storyboard merupakan deskripsi dari
setiap scene yang secara detail, berupa sketsa dari scene yang akan diambil, shot,
angle dan pergerakan kamera. Setelah keempat poin dalam proses pra produksi
selesai dilanjutkan dengan proses produksi dalam hal ini adalah pengambilan
gambar. Lalu dilanjutkan dengan pasca produksi dimana hasil dari pengambilan
gambar masuk kedalam proses editing. Dalam proses ini, video diedit sesuai
dengan skenario yang telah dibuat. Dilakukan juga proses gradding (pemberian
tone warna pada video) agar warna yang dihasilkan sesuai dengan suasana yang
ingin ditampilkan. Lalu penggabungan dengan backsound yaitu lagu “You Better
Die”.
4
Tahap 3 adalah tahap pengujian, dilakukan wawancara kepada band
Fixershow dan narasumber atau masyarakat yang telah mengetahui tentang video
klip “You Better Die. Setelah dilakukan pengujian, hasil dari perancangan video
klip ini dapat dipublikasikan dan digunakan oleh band Fixershow sebagai media
promosi.
Tahapan-tahapan secara garis besar dalam pembuatan cinematic clip
sebagai media promosi sebuah lagu dan band dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai
berikut:
Gambar 2. Bagan Alur Perancangan Video Klip
Identifikasi Masalah
Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi masalah dan ide pemecahan
masalah yang ada dalam video klip “You Better Die” yang dibawakan oleh band
Fixershow. Dalam pengidentifikasian masalah ini akan mengerti masalah yang
dihadapi band Fixershow dalam membuat media promosi dalam lagunya yang
berjudulkan “You Better Die”. Kemudian dilakukan penyelesaian pemecahan
masalah yang dilakukan dengan diskusi dengan personil Fixershow untuk
merumuskan pemecahan masalah dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada
agar sesuai dengan kebutuhan Fixershow. Hasil yang diperoleh dalam tahap ini
adalah rumusan pemecahan masalah untuk merancang video klip yang berjenis
cinematic video. Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk perancangan video klip ini didapat dengan cara
mencari referensi berupa buku dan jurnal yang berkaitan guna menunjang
kelengkapan data untuk perancangan video klip ini. Karya tulis lain yang menjadi
pembanding dari penulisan dan pembuatan video klip ini. Melakukan wawancara
kepada band bersangkutan dengan hasil perolehan yaitu data lirik lagu dan inti
cerita lagu yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan alur video klip.
Dilakukan juga observasi terhadap beberapa video klip yang berjenis
cinematic video salah satunya pada video klip The Offspring “Why Don't You
Get a Job”. Untuk dijadikan refrensi video klip berjenis cinematic clip.
Untuk pembuatan alur cerita video klip ini, data didapat dengan cara
melakukan wawancara kepada pencipta lagu “You Better Die”. Wawancara yang
telah dilakukan dengan Erfix pencipta lagu “You Better Die” dari band
Fixershow pada tanggal 25 Juni 2014. Dari wawancara ini didapatkan lirik lagu
“You Better Die” dan inti cerita dari lagu yaitu tentang kehidupan seorang yang
5
depresi yang lebih baik mati karena hal yang telah dialaminya. Berikut lirik lagu
“You Better Die”.
Gambar 3. Lirik lagu “You Better Die”
Data visual didapat dengan cara mencari referensi video klip yang
berjenis sama dengan penelitian yaitu viedo berjenis cinematic video. Dan juga dilakukan pengamatan terhadap band Fixershow untuk mengetahui karakter dari band tersebut yang dapat digunakan sebagai dasar perancangan video klip.
Dari data verbal dan visual dapat diambil kesimpulan antara lain :
1. Menggunakan video klip untuk promosi sebuah band akan berguna.
2. Dengan video klip, pesan dari lagu dapat diterjemahkan melalui visualisasi.
3. Didapatkan lirik “You Better Die”.
4. Lagu “You Better Die” oleh Fixershow berceritakan tentang kehidupan
seseorang yang tak harus lahir didunia ini karena depresi dan dijauhi oleh orang
lain yang dimana orang tersebut lebih baik mati dari pada hidup di dunia karena
depresi yang dialaminya.
5. Band Fixershow saat ini terdiri dari 4 personil.
6. Didapatkan logo album dan juga logo dari band Fixershow.
Perancangan
Ide cerita
Setelah melakukan pengumpulan data, ide cerita diambil dari lirik
lagu “You Better Die” dan inti cerita dibuat sesuai dengan inti dari lagu “You
Better Die” tentang seseorang yang mengalami depresi sangat berat dalam
hidupnya. Sehingga membuat dia untuk bunuh diri. Storyline
Storyline adalah gambaran tentang film yang akan diproduksi, yang
dimaksudkan agar dalam proses produksinya akan lebih terarah. Berikut adalah
storyline dari lagu “You Better Die” milik band Fixershow.
6
Seseorang bernama Ben yang mempunya kehidupan yang sangat berat.
Dimulai dari penyakitnya yang berupa penyakit dalam yang dialaminya. Sehingga
membuat dia harus meminum obat khusus untuk menjaga kondisi nya dan juga obat
penenang untuk menjaga emosinya.
Pada suatu hari dia pergi untuk melamar kerja pada suatu perusahaan, tetapi
malang nasibnya ushanya ditolak oleh perusahaan tersebut. Ben mulai kecewa
dengan hal yang dialaminya, hal tersebut membuat emosi dia menjadi labil. Dengan
emosinya yang labil maka Ben Harus meminum obat yang diberikan dokter
kepadanya. Pada saat Ben hendak meminum obat, BBm dari Syasa yang
mengajaknya untuk bertemu membuat Ben semangat kembali dan memasukkan
obatnya karna dirasa emosinya sudah membaik. Bahagia dia rasakan karena
jawaban tentang apa yang telah diungkapkan Ben kepada Syasa akan terjawab.
Pada saat dia sampai dilokasi dia kaget karena Syasa sedang asik bercanda
bersama teman lainnya, terlebih kepada Dede. Setelah beberapa lama Ben disitu,
Ben berfikir bahwa dia harus meminta kejelasan dari Syasa. Lalu Ben mencoba
berbicara dengan Syasa dan mencoba meraih tangan Syasa tetapi tiba-tiba Syasa
menghempaskan tangan Ben. Sontak Dede berdiri dan emosi terhadap Ben, begitu
pula teman temannya yang sontak langsung menghajar Ben. Lalu Dede dan seorang
temannya mengeluarkan seluruh isi tas Ben dan menghancurkannya, termasuk obat
milik Ben dan surat lamaran kerja Ben. Saat Ben dihajar, bukan Syaya peduli tetapi
malah sebaliknya Syasa sama sekali tak peduli. Sampai akhirnya mereka
meninggalkan Ben dengan luka-luka nya.
Lalu Ben berlari dengan menahan sakit yang dialaminya. Dia berlari menuju
kamarnya, Ben mencari obat depresi dan obat penyakitnya, akan tetapi ternyata obat
nya semua sudah habis. Lalu dia menghancurkan isi kamarnya karena emosi dia
menjadi tidak labil. Sesaat dia melihat kearah poster nirvana yang ada pada dinding
kamarnya. Lalu Ben tiba tiba mulai tenang, lalu menuju lemari dan mengambil
pistol warisan ayahnya. Tanpa tunggu lama Ben memasukkan ujung pistolnya dan
menembak mati dirinya sendiri.
Treatment
Setelah pembuatan storyline, tahap selanjutnya adalah pembuatan
treatment. Treatment disusun berdasarkan hasil riset awal. Dalam penyusunan
treatment yang terpenting adalah kumpulan dari jenis shot, angle dan juga transisi
kamera. Berikut merupakan contoh treatment video klip yang akan dirancang.
1. Scene 1 : Kamar ; Time: pagi hari
Ben tidur sambir mendengarkan lagu “Hello” (prolog)
2. Scene 2 : Kamar Time: pagi hari
Ben bangun sambil mencopot headset dan melihat handphone lalu
mematikan musik (prolog)
3. Scene 3 : Kamar ; Time: pagi hari
Ben mengambil lalu meminum obat (prolog)
4. Scene 4 : Kamar ; Time: pagi hari
Ben memasukkan berkas dan laptop kedalam tas (prolog)
5. Scene 5 : Kamar ; Time: pagi hari
Ben besiap untuk pergi, didepan kamar Ben melihat sekitar dengan ekspresi
penuh harapan. (prolog)
7
6. Scene 6 : Gedung ; Time: malam hari
Erfix memainkan keyboard bagian intro lagu (band diam)
7. Scene 7 : Gang ; Time: siang hari
Ben berjalan dengan ekpresi kecewa dan sedih
8. Scene 8 : Gang ; Time: siang hari
Ben marah lalu menendang botol
9. Scene 9 : Gang ; Time: siang hari
Ben bersandar sembari mencopot dasinya dan mengekspresikan kekesalan
10. Scene 10 : Gang ; Time: siang hari
Ben mengambil obat lalu ketika hendak meminum obat dia mendapat bbm
dari Syasa. Ben membaca dengan muka bahagia
11. Scene 11 : Gedung ; Time: malam hari
Ben berjalan menaiki tangga dengan muka bahagia, lalu dia menoleh dan
dengan ekspresi kaget dia melihat Syasa dan Dede sedang selfie, dia jalan
dengan kecewa lalu duduk di samping Syasa (Dede Syasa bercanda) ( 3
teman Ben duduk dibelakang mereka sambil bercanda)
12. Scene 12 : Gedung ; Time: malam hari
Syasa dan Dede melihat Ben dengan sinis lalu Syasa menendang tas Ben.
Ben mencopot baju dan dasi.
13. Scene 13 : Gedung ; Time: malam hari
Ben mengajak Syasa bicara, Ben meraih tangan Syasa lalu Syasa
menghempaskan tangan Ben (muka Dede emosi)
14. Scene 14 : Gedung ; Time: malam hari
Dede mengampiri Ben dengan emosi (berdiri)lalu mendorong Ben sampai
jatuh.
15. Scene 15 : Gedung ; Time: malam hari
Teman-teman Dede menghajar Ben yang sedang terjatuh
16. Scene 16 : Gedung ; Time: malam hari
3 teman Ben memegangi Ben, Dede mengambil lamaran dari tas Ben lalu
memberikan kepada temannya lalu menyobek lamaran itu (muka Ben
sedih). Dede mengambil laptop Ben dari tas lalu membuangnya. Teman
Ben mengambil obat Ben lalu menginjak obat(muka Ben bertambah sedih).
3 orang teman Ben menjatuhkan Ben.(muka Syasa bahagia).
17. Scene 17 : Gedung ; Time: malam hari
Ben mengais obatnya sambil diganggu teman-temannya. (muka Syasha
bahagia). Lalu mereka meninggalkan Ben.
18. Scene 18 : Gedung ; Time: malam hari
Ben batuk darah. Ben membanting laptop. Ben berteriak dan menangis
19. Scene 19 : Gedung ; Time: malam hari
Erfix menyanyikan lyrik YBD
20. Scene 20 : Kamar ; Time: malam hari
Ben masuk kamar dengan panik mencari obat di lemari dan membanting
obatnya karena sudah habis.
21. Scene 21 : Gedung ; Time: malam hari
Band memainkan lagu bagian YBD (akhir lagu)
8
22. Scene 22 : Kamar ; Time: malam hari
Ben marah dan depresi ( mojok, memukul tembok, teriak)
23. Scene 23 : Kamar ; Time: malam hari
Ben mehempaskan cd lagu ke tembok, merubuhkan lemari, memukul
monitor dengan besi
24. Scene 24 : Kamar ; Time: malam hari
Ben mengambil pistol, Ben melihat poster Nirvana, Ben memasukkan
pistol kedalam mulut dan bunuh diri.
Storyboard
Storyboard merupakan deskripsi dari setiap scene yang secara jelas
menggambarkan obyek multimedia serta perilakunya [12]. Dalam perancangan
video klip ini, storyboard memegang peranan cukup penting dikarenakan
storyboard akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan video klip. Dibawah
ini adalah keseluruhan gabungan storyboard yang
juga akan dijelaskan setiap scenenya Gambar 4.
Gambar 4. Storyboard
Produksi
Tahap perancangan selanjutnya setelah pembuatan storyboard
adalah produksi video klip atau pengambilan gambar. Setelah mencari
talent yang tepat untuk menjadi pemeran utama kemudian dilakukan
pengambilan gambar yang sesuai dengan storyboard yang sudah di buat.
Pengambilan gambar menggunakan seting di gedung tua, rel kereta api, tepi
sungai, jalan tanah, sungai kecil, kebun. untuk seting waktu untuk keseluruhan
scene adalah siang hari dan beberapa stock video yang dapat dilanjutkan pada
tahap pasca produksi. Terlihat pada Gambar 5.
9
Gambar 5. Stock Video
Pasca Produksi
Editing Video
Setelah pengambilan gambar dan stock video yang diperlukan,
kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan penggabungan dengan
menggunakan software editing video. Video yang sudah ada digabungkan agar
cerita scene dengan scene yang lainya berkesinambungan dan menjadi sebuah
video klip. Terilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Editing Penggabungan Stock Video
Gradding ( Pemberian Tone Warna Pada Film)
Pada tahapan ini merupakan tahap pemberian warna pada video yang
sudah digabungkan menjadi satu. Pemberian warna dimaksudkan agar
memperkuat konsep video dan juga mempercantik video. Tone yang
digunakan greyscale, yang dimaksudkan agar suasana lebih terlihat sedih .
Terlihat pada proses gradding Gambar 7.
10
Gambar 7. Pengaturan Tone Warna
Editing Backsound
Setelah melakukan tahap gradding pada video kemudian tahap
selanjutnya adalah mixing backsound pada video klip. Proses ini adalah
proses memasukkan lagu dan ambient sound ke dalam video klip, dalam
proses ini lagu yang akan digunakan adalah lagu “Hello” pada bagian prologdan
“You Better Die” oleh Fixershow. Seperti yang terlihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Editing Backsound
4. Hasil Implementasi Hasil dari pembuatan video klip “You Better Die” ini adalah sebuah klip
berjenis cinematic clip. Yaitu sebuah video klip yang memiliki alur cerita
sehingga lirik dari lagu dapat diterjemahkan dengan visualisasi yang mempunyai
cerita. Berfungsi sebagai media promosi dengan bentuk audio visual dari lagu
“You Better Die” serta band Fixershow.
11
Gambar 9. Video Klip “You Better Die” scene 1
Terlihat pada gambar 9 adalah scene 1, yang memperlihatkan Ben sedang
tertidur sambil mendengarkan lagu. Penggambilan gambar menggunakan beberapa
shot, diantaranya adalah low angle dan hi angle. Bagian ini adalah bagian prelude
pada video klip.
Gambar 10. Video Klip “You Better Die” scene 3
Pada scene 3 yang terlihat pada gambar 10, mempelihatkan Ben edang
meminum obat. Untuk memperjela gambar di scene ini maka menggunakan shot
extreme close up pada tangan Ben yang sedang menuangkan obat. Bagian ini adalah
bagian prelude pada video klip.
Gambar 11. Video Klip “You Better Die” scene 5
Pada scene 5 yang terlihat pada gambar 11, menggunakan shot size medium
long shot guna memperlihatkan ekspresi muka Ben yang penuh harapan dan barang
yang dia bawa. Bagian ini adalah bagian prelude pada video klip.
12
Gambar 12. Video Klip “You Better Die” scene 6
Pada scene 6 yang terlihat pada gambar 12, menggunakan shot size medium
close up pada tangan Erfix dan keyboard. Pada scene ini memperlihatkan erfi
sedang memainkan keyboard pada bagian intro lagu “You Better Die”
Gambar 13. Video Klip “You Better Die” scene 7
Pada scene 7 yang terlihat pada gambar 13, menggunakan angle eye level
dan shot size medium long shot. Pada scene ini memperlihatkan Ben yang sedih
karena pekerjaannya.
Gambar 14. Video Klip “You Better Die” scene 10
Pada scene 10 yang terlihat pada gambar 14, menggunakan beberapa shot
diantaranya adalah medium shot, close up dan dengan angle low, eye level, high.
Pada scene ini memperlihatkan Ben yang akan meminum obat dan tidak jadi karena
emosi dia telah membaik seiring sms dari Shasa yang mengajaknya untuk bertemu.
13
Gambar 15. Video Klip “You Better Die” scene 11
Pada scene 11 yang terlihat pada gambar 15, scene ini menggambarkan
ekspresi Ben yang senang dan berubah menjadi sedih karena Shasa sedang bersama
Dede. Pada shot ini menggunakan shot size long shot dan medium shot, lalu angle
high dan eye level, camera movement yang digunakan adalah pan.
Gambar 16. Video Klip “You Better Die” scene 13
Pada scene 13 yang terlihat pada gambar 16, menggunakan medium shot
size. Pada scene ini memperlihatkan Ben yang mencoba mengajak Shasa berbicara
lalu dilanjutkan oleh Ben yang mencoba meraih tangan Shasa tetapi ditolak Shasa.
Gambar 17. Video Klip “You Better Die” scene 14
Pada scene 14 yang terlihat pada gambar 17, pada scene memperlihatkan
Dede yang mendorong Ben untuk sampai terjatuh. Dengan menggunakan medium
shot size dan follow cam untuk camera movementnya.
Gambar 18. Video Klip “You Better Die” scene 16
14
Pada scene 6 yang terlihat pada gambar 18, menggunakan medium shot size.
Pada scene ini terlihat 3 teman Ben memegangi Ben, Dede mengambil lamaran dari
tas Ben lalu memberikan kepada temannya lalu menyobek lamaran itu (muka Ben
sedih). Dede mengambil laptop Ben dari tas lalu membuangnya dilanjutkan Teman
Ben mengambil obat Ben lalu menginjak obat (muka Ben bertambah sedih).
Gambar 19. Video Klip “You Better Die” scene 18
Pada scene 18 yang terlihat pada gambar 19, memperlihatkan Ben yang
terjatuh ditanah setelah mengalami siksaan dari teman temannya. Dan pada scene
itu juga memperlihatkan Ben muntah darah.
Gambar 20. Video Klip “You Better Die” scene 19
Pada scene 19 yang terlihat pada gambar 20, menggunakan shot size
medium close up dan shot angle eye level. Pada scene ini terlihat Erfix sedang
menyanyikan bagian lirik “You Better Die”.
Gambar 21. Video Klip “You Better Die” scene 20
Pada scene 20 yang terlihat pada gambar 21z memperlihatkan Ben yang
kebingungan mencari obatnya. Untuk memperlihatkan kebigungan ben,
pengambilan gambar menggunakan follow cam yang mengikuti pergerakan dari
Ben.
15
Gambar 22. Video Klip “You Better Die” scene 21
Pada scene 21 yang terlihat pada gambar 22, memperlihatkan band
Fixershow sedang memainkan alat musiknya. Bagian yang dimainkan dalam scene
ini adalah bagian akhir pada lagu “You Better Die”.
Gambar 23. Video Klip “You Better Die” scene 22
Pada scene 22 yang terlihat pada gambar 23, menggunakan berbagai angle
shot diantara adalah high, low, medium close up. Untuk memperlihatkan Ben yang
sedang marah digunakan kamera yang bergerak mengikuti kegiatan dari Ben yang
sedang marah dan membanting benda di sekitarnya.
Gambar 24. Video Klip “You Better Die” scene 24
Pada scene 24 yang terlihat pada gambar 24, menggunakan shot size long
shot dan medium close up. Untuk memperlihatkan Ben yang sedang membaca
poster dan dilanjutkan Ben memutuskan untuk bunuh diri yaitu dengan
memasukkan pistol kedalam mulutnya lalu menembakkkannya.
16
5. Pengujian Pengujian dilakukan melalui metode kualitatif yaitu dengan mengajukan
pertanyaan kepada nara sumber terkait cinematic clip dan video clip “you better
die”. Pertanyaan yang diajukan seputar kesesuain konsep dasar cinematic clip,
efektifitas media promosi video cinematic clip, kelemahan dan keunggulan video
cinematic clip ini, dan juga beberapa masukan dan juga saran. Dalam pengujian ini
diambil 3 responden yaitu :
Band Fixershow
Menurut band Fixershow video ini ini sudah sesuai porsi yang yang
diinginkan. Dari alur, kualitas gambar dan hasilnya sudah baik. Berbeda dengan
video yang dibuat sebelumnya. Point yang paling menarik dalam video ini adalah
pendalaman karakter para talent, sangat baik dalam memerankan karakternya
sehingga video ini benar-benar bisa hidup sesuai dengan cerita lagu. Detail gambar
dan plotnya tidak berlebihan dan natural. Kalaupun ada hal yang harus digaris
bawahi, mungkin tidak ada lagi. Karena video ini sudah dikemas sangat baik.
Akademisi DKV FTI UKSW
Menurut Bapak George Nicholas Huwae, s.Pd., M.I.Kom. selaku dosen
multimedia. Secara garis besar aplikasi ini sudah termasuk dalam konsep dasar
cinematic clip, cukup menarik konten video yang dibuat dari segi alur dan konsep,
namun ada beberapa poin yang menjadi kelemahan dari aplikasi cinematic clip ini,
kurangnya pemeran pendukung dalam perancangan. Video klip klip ini sudah layak
untuk dijadikan sebuah media promosi band.
Videografer Profesional
Menurut Hasan pemilik NHPH video klip ini sudah termasuk cinematic clip
alur cerita jelas. Dari segi pengambilan gambar sangat baik. Dan dari segi
pewarnaan unik, karena menggunakan warna grayscale. Intinya video ini sudah
baik untuk keseluruhannya. Dan video ini dapat menjadi sarana promosi band
Fixershow.
Dari hasil pengujian video kepada ketiga responden, maka dapat disimpulkan
bahwa video ini sudah baik, diambil dari segi pengambilan gambar, pewarnaan, alur
cerita, dan editing visualnya. Dan dapat disimpulkan video ini sudah bisa menjadi
media promosi lagu “You Better Die” dan band Fixershow.
6. Simpulan Dari hasil pengujian dari perancangan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa perancangan Media Promosi lagu “You Better Die” dari
Fixershow dengan menggunakan cinematic clip telah dapat menyampaikan alur
cerita “You Better Die” dan video ini dapat menjadi salah satu media promosi
menarik untuk menyampaikan pesan dari lagu “You Better Die” menjadi media
promosi yang efektif band Fixershow.
17
Pembuatan video klip “You Better Die” dengan jenis cinematic clip ini,
lirik lagu divisualisasikan semenarik mungkin agar ada keselarasan antara
alunan lagu dengan visualisasi pada video klip, sehingga audience dapat
menikmati lagu sambil melihat ilustrasi cerita yang disajikan. Keselarasan antara
alunan lagu dan visualisasi yang ada akan menciptakan suasana lagu yang lebih
dramatis dan mood di visualisasi cerita akan lebih terasa.
7. Daftar Pustaka
[1] Dzawinnuha, Muhammad Watsik. 2011. Pembuatan Video Klip Musik
“Cuma Kamu” Pada Monstons Band Dengan Teknik Motion Grapich.
Naskah Publikasi STMIK AMIKOM Yogyakarta, 2011
[2] Sanjaya, Yusup Bangkit. 2012. Makna Ikon Video Klip (Analisis Semiotika
Video Klip Armada Racun “Amerika” Versi 1), Salatiga :
Universitas Kristen Satya Wacana. [3] Blegur, John William. 2010. Video Klip Sebagai Media Promosi Grup
Musik Spirit Of Life, Surakarta : Universitas Sebelas Maret. [4] Sless, David. Learning and Visual Communication. Croom Helm, 1981.
[5] Hofstetter, Fred T. 2001. Multimedia Literacy. Third Edition. McGraw-Hill
International Edition, New York.
[6] Guru,2011.Pengertian Sinematografi http://www.perpuskita.com/pengertian-
sinematografi/126/ (diakses tanggal 10 Agustus 2014)
[7] Fiske, J. (1986). MTV: Post-Structural Post-Modern. Journal of
Communication Inquiry January , 74.
[8] Kleiler & Moses, 1997. You Stand There: Making Music Video. New York :
Three Rivers Press.
[9] Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus
Integrated Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[10] Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta : Kanisius [11] Sarwono, Jonathan & Hary Lubis. 2007. Metode Riset Untuk Desain
Komunikasi Visual. Yogyakarta : Andi.
[12] Sutopo. 2003. Multimedia Interaktif. Yogyakarta: Graha Ilmu. [13] Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dam R dan B), Alfabeta, Bandung.