Perancangan Transmisi Daya Pada Kompressor
-
Upload
muhammad-alif-ahsanul-islam -
Category
Documents
-
view
197 -
download
49
description
Transcript of Perancangan Transmisi Daya Pada Kompressor
PERANCANGAN ELEMEN MESIN PADA
SISTEM TRANSFER DAYA KOMPRESSOR TORAK
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Elemen Mesin 1
oleh :
Muh. Alif Ahsanul Islam 13112033
Sofyan Fajar Hidayat 13112107
Robby Izaty Ramadhan 13112114
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2014
ii
PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis dan tim panjatkan setinggi-
tingginya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya yang tak terkira penulis dan tim dapat menyelesaikan laporan
analisis Compressor ini. Laporan ini penulis dan tim buat sebagai tugas akhir
mata kuliah Elemen Mesin 1 pada semester 4 di Jurusan Teknik Mesin Institut
Teknologi Bandung. Dalam penulisan laporan kali ini, penulis dan tim
menghimpun data-data yang sesuai baik itu dari buku sumber maupun dengan
observasi langsung. Dalam proses pembuatan laporan ini, penulis dan tim
menemukan beberapa kendala. Diantaranya ialah sulitnya mencari literatur yang
cocok untuk mengkonfirmasi hasil analisis yang telah penulis dan tim lakukan.
Selain itu, kendala juga datang dari kesibukan penulis dan tim yang membuat
susahnya mencari waktu luang untuk menyelesaikan laporan ini.
Ucapan terimakasih penulis dan tim sampaikan secara khusus kepada :
Bapak Sandro Mihradi selaku dosen mata kuliah Elemen Mesin 1, atas
masukan dan koreksinya terhadap tema yang akan kami analisis pada laporan
ini.
Orang Tua penulis dan tim, atas dukungan moril dan kiriman do’a setiap hari
tanpa kenal lelah.
Teman-teman mahasiswa sejurusan, atas masukannya sehingga laporan ini
dapat terselesaikan.
iii
Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini yang tidak
mungkin penulis dan tim sebutkan satu-persatu.
Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga
karenanya lah penulis dan tim sangat butuh masukan, kritik maupu saran yang
membangun dari pembaca sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi penulis dan
tim serta agar penulis dan tim dapat menghasilkan karya tulis yang lebih
berkualitas. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua dan semua
pihak yang membutuhkan.
Bandung, Mei 2014
Penulis dan Tim
iii
ABSTRAK
Sofyan Fajar Hidayat, dkk. 2013. Analisis system transmisi daya pada
Compressor.
Proses perancangan sangat menentukan kualitas kerja suatu mesin. Suatu
perancangan yang baik akan membuat mesin yang dibuat memiliki efisiensi yang
tinggi serta ekonomis. Efisiensi yang dimaksud adalah daya yang dimasukkan
pada mesin tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal menjadi daya keluaran
mesin.
Compressor merupakan suatu alat yang terdiri dari beberapa komponen-
komponen penyusun, yaitu poros, Pulley, Belt, dan Bearing . Komponen-
komponen tersebut sangat berpengaruh pada efisiensi yang dapat dimiliki oleh
Compressor . Ketika komponen-komponen penyusunnya dirancang dengan
spesifikasi yang baik, maka kinerja Compressor pun akan menjadi baik.
Analisis transmisi daya yang dilakukan pada laporan ini yaitu analisis
transmisi daya poros, bearing, Pulley dan Belt. Jenis penelitian ini tergolong
penelitian deskriptif analisis. Data penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan
pengukuran secara langsung pada sistem transmisi daya Compressor terkait
(melalui pengukuran terhadap gambar asli dengan menggunakan skala tertentu)
dan studi pustaka. Data pengukuran yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan rumusan yang sudah ada.
Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari Buku-buku referensi yang
sesuai dapat berupa internet, e-book ataupun buku fisik. Hasil analisis
iv
menunjukkan sistem transmisi daya pada Compressor sudah sangat baik. Sistem
transmisi daya pada Compressor telah memenuhi factor keamanan.
Keywords: transmisi daya, Compressor, bearing, poros, bearing, dan pulley.
v
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ............................................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 3
2.1 Belt dan Puli .......................................................................................... 3
2.2 Poros ...................................................................................................... 8
2.3 Bearing ................................................................................................ 12
BAB III ANALISIS .............................................................................................. 22
3.1 Belt dan Puli ......................................................................................... 22
3.2 Poros .................................................................................................... 29
3.3 Bearing ................................................................................................. 43
BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 46
4.1 Simpulan ............................................................................................. 46
4.2 Saran ................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46
LAMPIRAN .......................................................................................................... 47
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada semester ini mahasiswa teknik mesin 2012 mendapatkan mata kuliah
elemen mesin I. Dalam mata kuliah tersebut mahasiswa diharapkan dapat
memahami teori-teori yang sudah berkembang selama ini mengenai elemen
mesin. Diharapkan dengan mengikuti mata kuliah ini, maka mahasiswa
mendapatkan modal awal untuk mengikuti mata kuliah perancangan selanjutnya.
Mata kuliah tersebut memiliki beban 3 sks, dengan salah satu bobot penilaian
adalah dari tugas perancangan mesin menggunakan teori-teori yang sudah
diajarkan pada saat kuliah. Hal tersebut adalah latar belakang kami membuat
laporan perancangan ini. Untuk memenuhi tugas tersebut kami memilih
kompressor sebagai bahan kajian tugas perancangan.
Kompressor adalah mesin yang sangat banyak ditemukan dikehidupan
sehari-hari. Dari kompressor sebagai pengisi tekanan ban, elemen pada mesin
refrigrasi udara, pengisi tekanan tabung gas LPG yang ada digunakan secara luas
sampai kompresor masif yang digunakan pada pembangkit daya di pabrik-pabrik
besar. Kondisi tersebut membuat banyak desain yang dikeluarkan banyak
perusahaan membanjiri pasar jual-beli kompresor di pasaran. Sebagai seorang
calon insinyur mahasiswa teknik mesin harus mengerti dan memahami bagaimana
proses perancangan kompresor.
2
1.2 Tujuan
1. Merancang ulang sebuah kompresor berdasarkan kompresor yang sudah
ada di pasaran
2. Menentukan spesifikasi dari puli dan belt yang akan digunakan dalam
kompresor rancangan
3. Menentukan spesifikasi dari shaft yang akan digunakan dalam kompresor
rancangan
4. Menentukan spresifikasi dari bering yang akan digunakan dalam
kompresor rancangan
3
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Belt dan puli
Elemen fleksibel seperti belt dan rantai sering digunakan untuk transmisi daya
dua poros yang terpisah pada jarak tertentu. Belt relatif tidak bising saat operasi,
kecuali pada timing belt, slip antara belt dan puli menyebabkan rasio kecepatan tidak
presisi. Fleksibilitas dan sifat redaman pada belt mereduksi goncangan dan getaran
yang diteruskan.
V-belt digunakan bersama motor listrik untuk menggerakan sejumlah komponen
seperti blower, kompresor dan machine tools. V-belt mudah dipasang dan dilepas,
tidak bising, perawatan mudah, dan menyerap getaran antara poros penggerak dan
yang digerakkan.
V-belt beroperasi baik jika rasio kecepatan, gr 1 sampai 7, dan memiliki efisiensi
kerja lebih rendah dari flat belt, yakni 90-98%. V Belt inti berupa fiberglas-reinforced
neoprene dan lapisan luar berupa fabric-impregnated neoprene sehingga permukaan
tahan aus dan interior tahan mulur (tidak memerlukan penyetelan secara terus
menerus). V-belt memiliki permukaan melintang trapesoid sehingga belt bekerja pada
4
sisi alur puli. Akan tetapi v-belt tidak dapat digunakan untuk jarak antar puli yang
jauh serta umur v-belt akan lebih pendek dan juga kostruksinya lebih kompleks
dibandingkan dengan flat belt.
Dalam mendesain sistem transmisi daya menggunakan v-belt ditentukan terlebih
dahulu daya yang ditransmisi lalu mencari belt section sesuai yang ada pada tabel,
diameter puli besar (D) dan diameter puli kecil (d) dan juga jarak antar puli (c). Lalu
kita menghitung panjang sabuk L lalu mencocokkan dengan katalog, rumus untuk
mencari L:
LcLpL
c
dD
c
dDcLp
4
)(
22
2
Jika ternyata di katalog tidak ada L yang memenuhi maka lakukan iterasi dengan
mengubah c dengan nilai Lp yang telah didapatkan dari rumus Lp=L+Lc
22 )(2)](
2[)(
24
1dDdDLpdDLpc
Lalu untuk mencari sudut kontak antara belt dan puli
5
c
dD
c
dD
D
d
2sin2
2sin2
1
1
Untuk mendapatkan gaya sentrifugal dibutuhkan kecepatan peripheral (V)
12
dNV
Lalu cari gaya sentrifugal yang bekerja
2
1000
VKF cc
Untuk mendapatkan daya yang dibolehkan per belt diperlukan Htab, K1, dan K2.
taba HKKH 21
Untuk mencari design power diperlukan nominal power, service factor, dan design
factor. Service factor dapat dilihat di tabel 17-15
6
dsnomd nKHH
Dari nilai Hd dan Ha dapat dihitung jumlah belt (Nb) yang diperlukan
a
db
H
HN
Dari data di atas kita dapat menghitung ∆F yaitu selisih gaya pada belt yang kencang
dan kendur, dengan n adalah kecepatan sudut dalam rpm
)2/(
/63025
dn
NHF bd
NFFtotal
Dengan menggunakan data sudut kontak θ, koefisien gesek f=0.5123 (diambil dari
Gates Rubber Company yang menyatakan bahwa koefisien gesek yang efektif adalah
7
0.5123)
1)exp(
)exp(1
f
fFFcF
FFF
FFF
12
21
Hitung safety factor
snom
bafs
KH
NHn
.
.
Analisis Puli
Gaya horizontal yang diberikan oleh belt ke puli dapat dihitung dengan cara berikut
Akan tetapi F1 dan F2 yang digunakan adalah gaya total yang sudah dikali dengan
jumlah belt
8
cos)(
:0
sinsin
:0
21
21
FFF
F
FFF
F
Dx
y
Dy
x
Lalu hitung kecepatan sudut untuk puli yang besar
D
d
n
n
d
D
9
Lalu hitung torsi yang bekerja pada puli besar
)(
)(63000).(
rpmn
hpPftlbfT
Jadi pengaruh dari puli kepada shaft adalah kecepatan sudut output dan torsi serta
gaya vertikal dan gaya horizontal.
2.2 Poros
Poros transmisi (transmission shaft) atau sering hanya disebut poros (shaft)
digunakan pada mesin rotasi untuk mentransmisikan putaran dan torsi dari satu lokasi
ke lokasi yang lain. Poros mentransmisikan torsi dari driver (motor atau engine) ke
driven.
pembebanan pada poros ada 2 macam, yaitu puntiran karena
beban torsi dan bending karena beban transversal pada roda gigi, puli atau sproket.
Beban yang terjadi juga bisa merupakan kombinasi dari keduanya.
Pembebanan pada shaft dapat terjadi secara statik dan dinamik. Pada kedua jenis
pembebanan tersebut dapat dirancang suatu poros sehingga kekuatan yang dimiliki
poros dapat menerima beban kerja yang diberikan oleh input daya sehingga poros
10
tidak mengalami kegagalan.
Tegangan normal maksimum karena beban axial pada shaft dirumuskan dengan
Dan adalah luas penampang shaft. Untuk lingkaran luas penampang dirumuskan
dengan
A d4
Selain karna gaya aksial, tegangan normal juga dapat diakibatkan oleh momen
bending. Dari analisis Hukum Newton pada shaft didapatkan bahwa besarnya
tegangan normal maksimum yang berkaitan dengan momen bending dirumuskan
sebagai
Dengan M adalah momen bending maksimum, didapatkan dari kurva momen
bending terhadap jarak. I adalah momen inersia penampang shaft, dirumuskan dengan
Selain momen tegangan normal. Shaft juga merasakan tegangan geser yang
diakibatkan gaya lintang maupun oleh torsi. Gaya geser maksimum yang diakibatkan
oleh torsi dirumuskan dengan
11
dengan adalah jari-jari shaft. Dan adalah momen inersia polar shaft,
dirumuskan dengan
Setelah diketahui tegangan normal dan geser yang bekerja pada shaft. Dapat
disusun suatu persamaan sehingga diketahui faktor keselamatan dari rancangan shaft
yang telah dibuat. Menurut kriteria energi distorsi (DE), suatu elemen shaft akan
mengalami kegagalan saat persamaan berikut ini terpenuhi
Ssy adalah kekuatan yield geser maksimum. Pada shaft kekuatan yield geser
maksimum dapat dihubungkan dengan kekuatan tarik yield oleh persamaan
Ssy = 0.577 Sy
dan adalah besar tegangan principal dari elemen shaft. Tegangan tersebut dapat
dicari dengan menggunakan metode diagram Lingkaran Mohr.
Untuk mengakomodasi pemasangan komponen seperti bantalan, sproket, roda
gigi dan lain-lain, poros dibagi menjadi beberapa step dengan diameter yang berbeda,
12
seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini
Material baja sering digunakan sebagai poros karena modulus elastisitasnya
tinggi, sehingga ketahannya terhadap defleksi tinggi. Besi cor dan besi nodular
digunakan ketika gear atau komponen lain terintegrasi pada poros. Perunggu dan
stailess steel digunakan di laut atau pada kondisi korisif lainnya. Through atau case
hardened steel sering digunakan pada poros yang digunakan juga sebagai jurnal pada
sleeve bearing.Kebanyakan poros terbuat dari baja karbon rendah dan medium yang
dirol panas (hot rolled) maupun dingin (cold rolled). Ketika diperlukan kekuatan yang
lebih tinggi, bisa digunakan baja paduan. Cold rolled sering digunakan pada poros
diameter kecil (sampai diameter 3 in.), sedangkan hot rolled untuk diameter yang
lebih besar. Untuk material yang sama, sifat mekanik pada cold rolled lebih besar,
tetapi akan terjadi tegangan sisa pada permukaan. Alur pasak, groove dan step akan
melokalisasi adanya tegangan sisa dan akan mengakibatkan „warping‟. Permukaan
13
poros yang di roll panas harus dimesin untuk menghilangkan karburizing pada
permukaan, sedangkan permukaan yang di roll dingin dibiarkan, kecuali pada bagian
dispesifikasikan pada perancangan, seperti untuk tempat bantalan dll.
2.3 Teori Dasar Bearing
Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang
memegang peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk
menumpu sebuah poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan
yang berlebihan. Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Berikut ini adalah gambar
jenis-jenis bantalan Deep groove ball bearings dan Angular contact ball
bearing :
14
Gambar 2. Gambar perbedaan antara dua bearing yang dipergunakan
Deep groove ball bearing(1), Angular contact ball bearing (2).
Sumber: www.skf.com
Pada umumya bantalan dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu.
a. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros
Bantalan luncur (Sliding Bearing)
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan
lapisan pelumas.
Bantalan gelinding (Rolling Bearing)
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol, dan rol bulat.
b. Berdasarkan arah beban terhadap poros
Bantalan radial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu.
15
Bantalan aksial
Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus
sumbu poros.
11.4. Bantalan Luncur (Sliding Bearing)
11.4.1. Jenis-jenis sliding bearing
Sliding bearing memerlukan geseran langsung dari elemen yang membawa beban
pada tumpuannya. Hal ini berbeda dengan rolling-element bearings, dimana bola atau
roller dipasang diantara dua permukaan geser. Sliding bearing atau sering juga disebut
plain bearing terdiri atas dua jenis yaitu:
1) Journal atau sleeve bearing, yang bentuknya silindris dan menahan beban
radial (yang tegak lurus terhadap sumbu poros.)
2) Thrust bearing, yang bentuknya biasanya datar, dimana pada kasus poros
yang berputar, dapat menahan beban yang searah dengan sumbu poros.
16
Pada kasus poros yang berputar, bagian poros yang berkontak dengan bantalan
disebut journal. Bagian yang datar pada bantalan yang melawan gaya aksial disebut
thrust sufaces. Bantalan ini sendiri dapat disatukan dengan rumah atau crankcase.
Tetapi biasanya berupa shell tipis yang dapat diganti dengan mudah dan yang
menyediakan permukaan bantalan yang terbuat dari material tertentu seperti babbit
atau bronze. Ketika proses bongkar pasang tidak memerlukan pemisahan bantalan,
bagian tertentu pada bantalan dapat dibuat sebagai sebuah dinding silindris yang
ditekan pada lubang di rumah bantalan. Bagian bantalan ini disebut sebagai bushing.
11.5. Rolling-Element Bearing
Roller telah dikenal sejak zaman dahulu sebagai alat untuk memindahkan barang
berat. Namun baru pada abad ke-20 teknologi pembuatan dan material yang baik
memungkinkan pembuatan bantalan roll. Kebutuhan bantalan dengan gesekan rendah,
kecepatan tinggi, tahan temperatur tinggi dipicu oleh berkembangnya turbin gas
untuk pesawat terbang. Bantalan bola dan roll telah mulai didesain dan distandarkan
pada tahun 1900-an dalam ukuran metrik. Adapun bantalan yang baru mempunyai
dimensi eksternal yang sama tetapi lebih baik dari segi desain, kualitas, dan
reliabilitasnya.
Mayoritas bantalan bola modern dibuat dari baja jenis AISI 5210 dan dikeraskan
baik secara keseluruhan maupun pada permukaannya saja. Paduan baja-Chromium ini
17
dapat dikeraskan secara menyeluruh sampai HRC 61-65. Bantalan roller sering dibuat
dengan menggunakan baja AISI 3310, 4620, dan 8620 yang dikeraskan. Kemajuan
dalam proses pembuatan baja memungkinkan pembuatan bantalan dari baja yang
“bersih” dari kotoran. Hal ini telah meningkatkan reliabilitas bantalan secara
signifikan. Rolling-element bearing dibuat semua perusahaan pembuatnya dengan
menggunakan dimensi standar yang dibuat oleh Anti-Friction Bearing Manufacturer
Association (AFBMA) dan atau International Standards Organization (ISO) dan
bersifat interchangeable. Standarisasi ini memungkinkan diberikannya jaminan
bahwa bantalan buatan perusahaan manapun dapat digunakan untuk menggantikan
bantalan yang rusak pada suatu assembly selama spesifikasi standarnya sama.
11.5.1. Jenis-jenis Rolling-Element Bearing
Secara garis besar, rolling-element bearing terdiri atas dua jenis yaitu bantalan
bola (ball bearing) dan bantalan rol (roller bearing). Kedua jenis ini sendiri terdiri
atas bermacam-macam varian.
Bantalan Bola (Ball Bearing)
Bantalan bola merupakan susunan bola-bola baja yang dikeraskan yang terpasang
diantara dua buah cincin, dalam dan luar untuk bantalan radial, atau atas dan bawah
18
untuk thrust bearing. Selain itu juga terdapat retainer atau separator yang menjaga
jarak antarbola baja tetap disekitar cincin. Bantalan bola jenis deep groove dirancang
untuk menahan beban radial dan beban aksial. Adapun jenis angular contact
dirancang untuk menahan beban aksial yang lebih besar dan juga dapat menahan
beban radial.
Bantalan Rol (Roller Bearing)
Bantalan rol menggunakan roller yang lurus, tirus, atau berkontur yang dipasang
diantara dua buah cincin. Secara umum, bantalan rol dapat menahan beban statik dan
dinamik yang lebih besar daripada bantalan bola disebabkan oleh kontaknya yang
lebih besar. Selain itu bantalan rol ini juga lebih murah daripada bantalan bola untuk
ukuran dan beban yang besar. Biasanya bantalan rol hanya dapat menahan beban
dalam satu arah saja baik itu radial maupun aksial, kecuali bila roller-nya tirus atau
berkontur. Secara garis besar, bantalan rol ini terbagi lagi menjadi empat jenis yaitu (1)
bantalan rol silindris, (2) bantalan rol jarum, (3) bantalan rol tirus, (4) spherical roll
bearing.
Bantalan bola dan bantalan roll juga mempunyai jenis yang khusus dibuat untuk
menahan beban aksial murni. Namun cilindrycal roller thrust bearing akan
mengalami gesekan yang lebih besar daripada ball thrust bearing akibat sliding
19
antara roller dengan cincin. Oleh karena itu biasanya roller thrust bearing ini tidak
boleh digunakan untuk kecepatan tinggi.
Basic Dynamic Load Rating C
Pengujian yangtelah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pembuat bantalan,
berdasarkan teori yang sudah dikembangkan, menunjukkan bahwa fatigue life atau
umur bantalan L berbanding terbalik dengan pangkat tiga bebannya untuk bantalan
bola, dan pangkat 10/3 untuk bantalan roll.
Bantalan bola :
........................................................................................................(1)
Bantalan roll :
........................................................................................................(2)
dimana L adalah umur bantalan dalam jutaan putaran, P adalah beban konstan yang
bekerja (beban konstan pada elemen berputar akan menyebabkan beban dinamik),
dan C adalah basic dynamic load rating C. Basic dynamic load rating C
didefinisikan sebagai beban yang akan memberikan umur 1 juta putaran pada cincin
dalam. Parameter ini biasanya sudah ditentukan dalam katalog yang dibuat oleh
20
perusahaan pembuat bantalan.
Basic Static Load Rating C0
Deformasi permanen pada roller atau bola dapat terjadi bahkan pada beban yang
kecil karena sangat tingginya luas kontak yang kecil. Batas beban statik pada bantalan
didefinisikan sebagai beban yang akan menghasilkan deformasi permanen pada
cincin dan elemen rolling pada titik kontak manapun sebesar 0,0001 kali dari
diameter elemen rollingnya. Tegangan yang dibutuhkan untuk membuat deformasi
statik sebesar 0,0001d pada bantalan baja adalah bervariasi mulai 4 Gpa (580 kpsi)
untuk bantalan roll sampai 4,6 Gpa (667 kpsi) untuk bantalan bola.
Perusahaan-perusahaan pembuat benatalan telah membuat basic static loading rating
C0 untuk setiap jenis bantalan, yang dibuat berdasarkan standar AFBMA. Biasanya
dibutuhkan beban sebesar 8C0 atau lebih besar untuk mematahkan bantalan.
Pembebanan Tunggal
Beban Kombinasi Radial dan Aksial (Thrust)
Jika beban radial dan aksial terjadu pada bantalan, beban ekuivalen harus
dihitung untuk digunakan dalam perhitungan umur bantalan. AFBMA
merekomendasikan persamaan berikut :
21
P=XVFr+Yfa........................................................................................................(3)
Dimana : P = Beban ekuivalen
Fr = Beban radial konstan yang bekerja
Fa = Beban aksial konstan yang bekerja
V = Faktor perputaran
X = Faktor radial
Y = Thrust factor
Faktor V sama dengan 1 untuk bantalan yang cincin dalamnya berputar. Jika
cincin luarnya juga berputar, faktor V ini naik sampai 1,2 untuk bantalan jenis tertentu.
Faktor X dan Y bervariasi tergantung jenis bantalan dan biasanya ditentukan oleh
perusahaan pembuat bantalan tersebut.
Prosedur Perhitungan
Langkah pertama dalam perhitungan umur bantalan adalah dengan mencari besar
beban baik radial maupun aksial yang bekerja pada bantalan (biasanya diketahui dari
analisis pembebanan). Dimensi aproksimasi poros juga biasanya dapat diketahui dari
22
perhitungan tegangan dan defleksi. Kemudian digunakan katalog digunakan dengan
terlebih dahulu menentukan bantalan tertentu secara coba-coba. Dengan demikian
dapat diperoleh nilai C, C0, V, X, dan Y. Kemudian dihitung beban efektif P dan
akhirnya dihitung umur L dengan menggunakan nilai C yang diperoleh dari katalog.
Jika pada pembebanan hanya ada beban radial, maka cara memilih bearing
adalah dengan menghitung C langsung dengan menggunakan rumus :
.......................................................................................................(4)
Dengan keterangan sebagai berikut :
C = Beban yang dibutuhkan untuk membuat bearing gagal 10% dalam 1 juta
siklus
af = Aplication Factor
F = Beban yang bekerja pada bearing
b = Shape parameter
X0 = Guaranteed
R = Reliability
23
= Characteristic parameter
a = faktor yang ditentukan jenis bearing (Ball bearing atau roll bearing)
Kerusakan bantalan
Kerusakan bantalan gelinding dapat disebabkan karena:
Kesalahan bahan (faktor produsen) yaitu retaknya bantalan setelah produksi
baik retak halus maupun berat, kesalahan tolransi, kesalahan celah bantalan.
Kesalahan pada saat pemasangan.
Pemasangan yang terlalu longgar yang akibatnya cincin dalam atau cincin luar
yang berputar yang menimbulkan gesekan denga housing/poros.
Pemasangan yang terlalu erat yang akibatnya ventilasi atau celah yang kurang
sehingga pada saat berputar suhu bantalan akan cepat meningkat dan terjadi
konsentrasi tegangan yang lebih.
Terjadi pembenjolan pada jalur jalan atau pada roll sehingga bantalan saat
berputar akan tersendat-sendat.
Kesalahan operasi seperti.
Bahan pelumas yang tidak sesuai akibatnya akan terjadi korosi atau
penggumpalan pelumas yang dapat menghambat berputarnya bantalan.
24
Pengotoran dari debu atau daerah sekitarnya yang akibatnya bantalan akan
mengalami keausan dan berputarnya dengan bushing.
Pemasangan yang tidak sejajar maka akan menimbulkan guncangan pada saat
berputar yang dapat merusak bantalan.
22
BAB III
ANALISIS
3.1 Analisis Belt dan Puli
Sabuk dan Puli
23
Dari spesifikasi yang diberikan manufaktur engine:
Net torque : 19.5 lb.ft
Engine Speed : 2500 rpm
Dimensions LxWxH (in.) : 41x19x40
Kami memilih untuk menganalisis keadaan dimana torsi pada engine maksimum
karena pada kondisi ini elemen-elemen mesin mendapatkan beban kerja yang paling
besar
28.9
2500
.63000125.19
)(
)(63000
1
12).(
hp
hp
rpmn
hpP
ft
inftlbfT
Sabuk untuk kompressor pada umumnya menggunakan jenis V-Belt. V-belt mudah
dipasang dan dilepas, tidak bising, mudah perawatan, dan menyerap getaran antara
poros penggerak dan yang digerakkan.
Dari tabel 17-9 untuk V-belt yang meneruskan daya sebesar 9.28 hp masuk ke dalam
24
kategori belt section B. Dengan diameter sheave minimum 5.4 in.
Dengan melakukan penskalaan kami mendapatkan diameter sheave kecil (d)=7.5 in
dan diamter sheave besar (D)=13.6in dan jarak antar sheave (c)=17.7 in
Lalu cari Lp:
inLp
c
dD
c
dDcLp
69525.014.334.35
4
)(
22
2
LcLpL
Dari tabel 17-11 didapat besar yang harus ditambahkan ke panjang L sebesar 1.8
inLcLpL 2.678.18.69
Dari katalog di tabel 17-10 untuk belt section B tidak ada panjang dalam 67.2, hanya
ada 68. Dengan menggunakan panjang L=68in,
inLcLLp 8.698.168
Lalu cari jarak antar sheave yang memenuhi panjang belt dari katalog
25
inc
dDdDLpdDLpc
06.18
)(2)](2
[)(24
1 22
Untuk mengetahui gaya-gaya yang berkerja pada sheave, diperlukan sudut kontak
dari belt pada sheave dan gaya sentrifugal
26
radc
dD
radc
dD
D
d
4.32
sin2
8.22
sin2
1
1
Untuk mendapatkan gaya sentrifugal dibutuhkan kecepatan peripheral (V)
min/71.491012
ftdN
V
Dari tabel 17-16 untuk belt section B didapatkan Kc=0.965. Jadi gaya sentrifugal pada
belt:
lbfV
KF cc 27.231000
2
Untuk mendapatkan daya yang dibolehkan per belt diperlukan Htab, K1, dan K2. Htab
bisa didapatkan dari tabel 17-12, lakukan interpolasi dan akan didapatkan untuk
V=4910.71, Htab=4.909. K1 didapat dengan interpolasi tabel 17-13 menggunakan data
D,d,dan c, K1=0.79377. K2 didapat dengan melihat belt section B dan panjang
nominal belt yaitu 62-75 in maka didapat nilai K2 sebesar 0.95.
27
hpHKKH taba 701.3901.495.079.021
Untuk mencari design power diperlukan nominal power, service factor, dan design
factor. Service factor dapat dilihat di tabel 17-15, kami memilih Ks yang paling besar
yaitu 1.8. Design factor dipilih 1.
hpnKHH dsnomd 704.1618.128.9
Dari nilai Hd dan Ha dapat dihitung jumlah belt (Nb) yang diperlukan
5
512.4
701.3
704.16
b
b
b
a
db
N
N
N
H
HN
Jadi jumlah belt yang akan digunakan adalah 5 buah
28
Dari data di atas kita dapat menghitung ∆F yaitu selisih gaya pada belt yang kencang
dan kendur, dengan n adalah kecepatan sudut dalam rpm
lbfdn
NHF bd 459.22
)2/75.3(2500
5/704.1663025
)2/(
/63025
∆F sebesar 22.459lbf merupakan selisih gaya per belt, untuk mencari ∆Ftotal maka
lbfNFF btotal 295.1125459.22
Dengan menggunakan data sudut kontak θ, koefisien gesek f=0.5123 (diambil dari
Gates Rubber Company yang menyatakan bahwa koefisien gesek yang efektif adalah
0.5123)
lbff
fFFcF 738.52
19.3
19.445.2227.23
1)803.25123.0exp(
)803.25123.0exp(459.22271.23
1)exp(
)exp(1
lbfFFF
FFF
279.30459.22738.5212
21
Hitung safety factor
108.18.128.9
5701.3
.
.
snom
bafs
KH
NHn
Analisis Puli
Gaya horizontal yang diberikan oleh belt ke puli dapat dihitung dengan cara berikut.
29
Akan tetapi F1 dan F2 yang digunakan adalah gaya total yang sudah dikali dengan
jumlah belt
lbfFFF
F
lbfFFF
FFF
F
Dx
y
Dy
Dy
x
124.409169.0cos)396.151691.263(cos)(
:0
964.18169.0sin)396.151691.263(sin)(
sinsin
:0
21
21
21
Lalu hitung kecepatan sudut untuk puli yang besar
rpmn
D
d
n
n
D
d
D
676.13786.13
25005.7
30
Lalu hitung torsi yang bekerja pada puli besar
ftlbfT
rpmn
hpPftlbfT
.058.424676.1378
28.963000
)(
)(63000).(
Jadi pengaruh dari puli kepada shaft adalah kecepatan sudut sebesar 1378.676rpm dan
torsi sebesar 424.058lbf.ft serta gaya vertikal ke atas sebesar 18.964kbf dan gaya
horizontal ke kiri sebesar 409.124lbf.
alif |
sofya
n | ro
bby
29
3.2 Analisis shaft
Data awal :
Panjang shaft = 8,6 in
A-B = 2,7in
Diameter shaft = 0,82 in
Pemilihan bahan :
Material shaft = AISI 1020 cold rolled
Tensile yield strength (Sy) = 60900 psi
Density = 0.284 lbf/in2
Dari data diatas didapat berat shaft = 1.289 lbf
DBB
FAY = 18,964 lb
W = 1,286 lb
FAZ = 409,124 lb
TD = 424.058 lb in
D
P
X
Z
Y
FDY
FDZ
W
TR
FBY FAY
FAZ Tp
A B
FBZ
alif |
sofya
n | ro
bby
30
Karna kecepatan sudut konstan, maka sesuai Hukum III Newton penjumlahan
gaya dan torsi pada benda akan bernilain nol
DBB gaya pada arah X-Z
D
FBZ
FBZ
∑FZ
FAZ FDZ FBZ
Didapat
FDZ = 187,22lb
∑FZ
V 409,24
FDZ
FAZ FBZ
X
Z
FAZ
V
X
FAZ
V
X
FBZ
A B
alif |
sofya
n | ro
bby
31
Untuk 0 < X < 2,7
∑FZ
V 409,24-596,35 -187,226
Untuk 2,7 < X < 8,6
Grafik I. gaya lintang V terhadap jarak X
M 409,24 X
409,2
4
-187,22
2,7 8,6
V (lb)
X(in)
A
FAZ
A B
FAY W
X X
M M
alif |
sofya
n | ro
bby
32
Untuk 0 < X < 2,7
M -187,226 X + 1610,145
Untuk 0 < X < 8,6
Grafik II. momen bending M terhadap jarak X
Analisis gaya-gaya pada bidang X-Y
2,7
M (lb.in)
X(in)
409,2
4
8,6
W FBY FAY
A B C
P
D X
Y
alif |
sofya
n | ro
bby
33
D
BY
FBY lb
∑FY
FBY W FAY FDY
FDY lb
∑FY
V 18,964 lb
M = 18,964 X lb in
∑FY
V FAY FBY = -7,726 lb
B
X
A
V
FDY
FAY
X
A
FAY
V
FBY
M
M
alif |
sofya
n | ro
bby
34
FAY X FBY (X – 2,7) = M
-7,726X 72 = M
∑FY
V 18,064 FBY W
V -9.01lb
Grafik III. gaya lintang V terhadap jarak X
B
X
A
FAY
V
FBY
W
M
alif |
sofya
n | ro
bby
35
Grafik IV. momen bending M terhadap jarak X
18,96
-9,01
-7,726
2,7 8,6
V (lb)
X(in)
4,3
2,7
M (lb.in)
X(in)
8,6
51,139
38,778
4,3
alif |
sofya
n | ro
bby
36
Analisis momen torsi
Tp TR 424,058 lb in
DBB gaya internal
T = Tp = 424,058 lb in
Untuk 0 < X < 4,3
T = 0 saat X > 4,3
Tp
A
X
T
D
P
TR Tp
A B B
alif |
sofya
n | ro
bby
37
Grafik V. Torsi terhadap jarak
Dari grafik dapat ditentukan bagian dari shaft yang merima beban paling besar,
dengan menggunakan kriteria kegagalan dapat diketahui apakah bahan yang kami
pilih sebagai shaft dapat menahan beban tersebut
Tegangan terbesar masing-masing grafik
Grafik I
Vmaks = 409,24 lb
A
d4
=0,528 in2
=Vmaks/A = 775 lb/in2
Grafik II
Mmaks = 1104,65 lb in
0,0221 in
4
Didapat
Grafik III
V =18,96 lb
T (lb.in)
X(in)
424,058
4,3
alif |
sofya
n | ro
bby
38
Vmaks/A = 35,9 lb/in2
Grafik IV
Mmax = 51,2 lb.in
= 949 lb/in2
Grafik V
T = 424,058 lb in
Dengan menset sama dengan jari-jari shaft terbesar, didapat 2
Penampang shaft untuk X = 2,7 in, namun momen dari grafik IV dihilangkan
dikarnakan akan ditinjau titik O dimana menderita beban paling besar
O
T
M
alif |
sofya
n | ro
bby
39
Tinjau elemen
7752 + (15734 + 35,9)
2 = R
2
Didapat R = 15788 lb/in2
Karna 775 << 15734 pergeseran sudut yang dibentuk resultan terhadap garis
vertikal sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Dan pada analisis yang dilakukan
besar sudut tidak berpengaruh karna sebab tetap membentuk tegak lurus dengan
tegangan kedua yang bekerja pada elemen.
775 lb/in2
20493 lb/in2
(15734 + 35,9) lb/in2
alif |
sofya
n | ro
bby
40
Elemen dua dimensi
Diagram Mohr
xy = -15788
x = -20493
y = 0
P = -20493/2 = -10246,5
-20493
-15788
15788 lb/in2
20493 lb/in2
x
xy
P
A
alif |
sofya
n | ro
bby
41
Sudut yang dibentuk antara panah dan garis x adalah tan-1
(-15788/-10246,5) =
57O
Maka prinsipal stress adalah
1 = -I PA I + P
(PA)2 = 10246,5
2 + 15788
2
didapat I PA I = 18821
1 = -18821 + -10246,5 = 29067 lb/in2
2 = I PA I + P= -10246,5 + 18821 = 8574.5 lb/in2
Untuk mengetahui apakah rancangan dapat diaplikasikan, gunakan persamaan
energi distorsi
√
Ssy = 0.577 Sy = 0.577 x 60900 = 35139,3
Maka didapat Ns = 1.159
Maka analisis sudah berhasil, tidak perlu mengganti material shaft. Namun jika
diinginkan factor of safety yang lebih tinggi dapat menggunakan material shaft
yang lebih kuat. Berhubung kompresor adalah mesin yang hampir tidak memiliki
beban diluar rencana pembebanan (torsi motor dibatasi oleh daya dan transmisi
daya yang sudah fiks) maka factor of safety dari kompressor tidak perlu terlalu
tinggi agar harga tidak terlalu mahal.
43
3.3 Bearing
Dari data analisis shaft didapat besar pembebanan di beberapa titik sebagai
berikut :
dimana FAY = 18,964 lb ,
FAZ = 409,124 lb,
FBY = 26,69 lb,
FBZ = 596,35 lb.
Shaft memiliki diameter 0.82 in atau sekitar 20.8mm dan kecepatan putar
Akan dipasang 2 buah bearing pada titik A dan titik B. Cari beban resultan
pada titik A dan B.
FA =
= 409,563 lb
44
FB =
= 596,947 lb
Untuk setiap bearing yang dipakai, kami menginginkan bearing tahan
selama 100 Juta siklus atau sekitar 1209 jam dengan asumsi bahwa Compressor
dipakai 6 jam per hari.
Analisis titik A
Dari Weibull parameter kita asumsikan ,
R = 0.96 (Reliability factor)
b = 1.483
af = 1.2 ( Aplication Factor)
X0 = 0.22
= 4.439
Dimensionless design life di titik A (XA)
Dengan data beban resultan di titik A , Aplication Factor , Reliability Factor
kita dapat menentukan C10 dengan persamaan berikut :
= 2153,36 lb 9,6 kN
45
Dari tabel 11-2, dengan memilih bearing yang C10 nya lebih besar dari 9,6 kN
kita dapat jenis bearing Single-Row 02-Series Deep Groove dengan diameter
Bore 20 mm , Outer Diameter 47mm, width 14mm.
Analisis Titik B
Dengan menggunakan sebagian data di analisis titik A [XA=XB, R, b, af, X0, ]
kita cari C10 untuk titik B.
= 3138,56 lb 14 kN
Dengan menggunakan Tabel 11-3 , maka kita pilih bearing dengan C10 yang
lebih besar dari 14 kN. Yaitu tipe Ball Bearing Number 305W.
46
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Telah berhasil di rancang :
Puli dan v-belt dengan spesifikasi sebagai berikut
Diameter puli besar=13.6 in
Diameter puli kecil=7.5 in
Jarak anta puli=18.06 in
V-belt section B dengan panjang belt 68 in
Poros dengan spesifikasi sebagai berikut
Panjang shaft = 8,6 in. Shaft ditopang dua bantalan dengan jarak antar bantalan 5,9
in. jarak antara ujung shaft cantilever dengan poros terdekat 2,7in. Diameter shaft
0,82 in dan material yang digunakan adalah jenis baja AISI 1020 cold rolled. Faktor
keselamatan dari shaft rancangan kami adalah 1.159.
Bantalan dengan spesifikasi sebagai berikut
Single-Row 02-Series Deep Groove dengan diameter Bore 20 mm , Outer
Diameter 47mm, width 14mm dan Ball Bearing Number 305W
47
4.2 Saran
1. Dalam perancangan power transmision dari compressor. Dapat dilakukan dengan
menganalisis terlebih dahulu daya terbesar yang dapat di keluarkan oleh motor
penggerak. Lalu selanjutnya lakukan perancangan sistem transmisi daya. Setelah
geometri dari sitem transmisi sudah fix dapat dilakukan analisis kriteria kegagalan.
Gunakan kriteria kegagalan terendah yang paling mungkin. Hal ini akan menurunkan
harga dari material kompressor.
2. Selain analisis statik lakukan juga analisis kegagalan dinamik pada suatu sistem
transmisi daya. Sebab pada sistem transmisi daya, umur kerja yang dihasilkan melalui
proses perancangan sangat bergantung terhadap beban fatige yang di rasakan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Richard G Budynas dan J. Keith Nisbett, Sihigley’s Mech. Engginering Design,
McGrawHill, USA. 2011
Wiratma Puja, Diktat Kuliah Elemen Mesin I, Penerbit ITB
49
LAMPIRAN
50
51
52
53
54
Tabel 11-3
55
56
alif | so
fyan | robby
alif | so
fyan | robby
354,44
190,5
alif | so
fyan | robby
alif | so
fyan | robby
SHAFT
- A4
NIM/PRODI : 13112033/MESIN
I T B
SATUAN : MM
TANGGAL : 01-05-14
DIGAMBAR : MUH. ALIF AHSANUL ISLAM
DILIHAT :
SKALA : 1:1
218,44
20,82
Ø
alif | so
fyan | robby
A-A ( 1 : 1 )
DEEP GROOVE BALL BEARING
- A4
NIM/PRODI : 13112107/MESIN
I T B
SATUAN : MM
TANGGAL : 01-05-14
DIGAMBAR : SOFYAN FAJAR HIDAYAT
DILIHAT :
SKALA : 1:1
A
A
25
37
43
17
1
3
R
1
62
R
1
alif | so
fyan | robby
A-A ( 1 : 1 )
SKALA : 1:1
DIGAMBAR : SOFYAN FAJAR HIDAYAT
DILIHAT :
NIM/PRODI : 13112107/MESIN
DEEP GROOVE BALL BEARING
TANGGAL : 01-05-14
SATUAN : MM
I T B A4-
A
A
4
7
,
0
0
14,00
20,00
25,00
41,00
11,00
R
1
,
0
0
R1,00