PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGATURAN · PDF filedengan tegangan 0,38 V dan ... Op-amp A3...
Transcript of PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGATURAN · PDF filedengan tegangan 0,38 V dan ... Op-amp A3...
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGATURANSUHU INKUBATOR BAYI BERBASIS
MIKROKONTROLER AT89S51
OLEH :
GEDE PANCA SETIAWAN
0605031054
JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2010
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Perancangan
Perancangan alat ini dimulai dengan perancangan di atas kertas.
Komponen yang digunakan berdasar pada teori yang sudah ada dan nilai-nilai
yang digunakan sesuai dengan datasheet, agar memberikan hasil sesuai harapan.
3.1.1 Rancangan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perancangan dan pembuatan
rangkaian pengatur suhu inkubator bayi berbasis mikrokontroler AT89S51, adalah
sebagai berikut:
PerancanganRangkaian danPenentuan Catu
Daya
PengecekanRangkaian
Rangkaian Catu dayamengeluarkan
tegangan 12 V, 15 V,-15 V?
PerbaikanRangkaian
Perancangan danPenentuan Komponen
Rangkaian Kontrol
PembuatanRangkaian Kontrol
pada PCB
PengecekanRangkaian
Kontrol
Perancangandan Pembuatan
Program
Rangkaian dapatMengontrol LampuRedup dan Terang?
PengujianProgram
Program dapatmengontrol nyala lampu
redup dan terang?
PerbaikanProgram
Pembuatan Jalurpada Papan PCB
Perakitan JalurPapan PCB
PengujianRangkaian danJalur-Jalurnya
PengambilanData Alat
Rangkaian catu dayadan rangkaian
kontrol Bekerjadengan Baik?
Analisa Data
PembuatanLaporan
PengujianRangkian
Keseluruhan
AnalisaJalurPCB
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Muliai A
Selesai
A
Perbaikanrancangan
Tidak
Ya
Gambar 3.1 Flowchart pembuatan tugas akhir
(Sumber : Hasil Perancangan)
a. Perancangan dan pembuatan rangkaian catu daya pada PCB lubang
Dalam merancangan dan pembuatan rangkaian catu daya ada beberapa
tahapan yang diantaranya:
1. Penentuan tegangan yang digunakan, sehingga dalam penggunaannya
tidak terjadi kerusakan pada komponennya.
2. Penentuan komponen regulator yang digunakan, sehingga hasil catu
daya sesuai dengan kebutuhan rangkaian.
3. Merangkai komponen pada PCB
b. Pengujian awal rangkaian power supply
1. Pengujian dilakukan pada rangkaian yang telah dirangkai pada papan
PCB lubang yaitu pengujian rangkaian per blok (cek masing-masing
blok jika sesuai dengan rancangan maka dilakukan pengecekan pada
blok selanjutnya).
c. Perancangan dan pembuatan rangkaian kontrol
Dalam pembuatan rangkaian kontrol ada beberapa langkah yang harus
diperhatikan diantaranya:
2. Menentukan komponen-komponen apa yang harus dibutuhkan
sehingga rangkaian sesuai dengan rancangan yang dibuat.
3. Melakukan perhitungan untuk mengetahui berapa tegangan dan arus
yang mampu dilewatkan dan dikontrol oleh rangkaian kontrol.
4. Pembuatan rangkaian pada papan PCB
d. Pengujian rangkaian kontrol
Dalam pengujian rangkaian kontrol dilakukan per blok rangkaian mulai
dari blok sensor dan penguatannya, blok driver ADC0804, modul penanam
mikrokontroler, blok DAC0808, dan driver pengatur intensitas lampu.
e. Perancangan dan pembuatan program
Dalam perancangan dan pembuatan program harus mengacu pada
keluaran dari rangkaian keluaran ADC0804, kemudian disesuaikan dengan
pembacaan yang dapat dilakukan oleh mikrokontroler. Setelah itu, keluaran
dari mikrokontroler harus disesuaikan dengan komponen apa yang yang
dikontrol.
f. Penguajian program
1. Pengujian program penampil suhu: dilakukan dengan menyesuaikan
tegangan yang terukur pada keluaran sensor dengan multimeter dan
tegangan yang ditampilkan seven segment, jika sudah mendekati
pembacaan pada multimeter maka lakukan pengujian pada program
kontrol.
2. Pengujian program kontrol; pengujian program kontrol dilakukan
dengan mengambil nilai output sensor yang telah diproses oleh driver
ADC jika nilai sensor sebanding dengan nilai inputan pada program
maka keluaran ADC akan mengaktifkan DAC dan menghidupkan
lampu dengan intensitas yang terang pada tegangan 0,29 V sampai
dengan tegangan 0,38 V dan meredupkan lampu pada saat tegangan
0,38 V telah tercapai, sehingga tegangan output sensor menurun dan
kembali menerangkan lampu saat output sensor bernilai 0,36 V, begitu
seterusnya.
g. Pembuatan jalur pada papan PCB
Dalam pembuatan papan PCB tercetak adapun pertimbangan yang harus
diperhatikan seperti:
1. Penentuan tata letak komponen yang akan digunakan sehingga lebih
efesien tempat.
2. Penyablonan adalah yang harus diperhatikan dalam pembuatan papan
PCB tercetak sehingga gambar yang disablon benar-benar tampak jelas
pada papan PCB.
3. Pelarutan dan pengeboran, dalam melarutkan papan PCB tercetak perlu
diperhatikan bahan pelarutnya yang digunakan. Pada pengeboran ini
harus menggunakan mata bor yang sesuai dengan lubang sehingga
komponen-komponen yang terpasang tidak longar.
h. Pengujian alat
Pengujian alat dilakukan di Jln. Bukit Patas No.7 Singaraja yang
dilakukan secara acak yaitu dari bulan Desember sampai Januari, jika terdapat
kejanggalan-kejanggalan seperti alat tidak bekerja dengan normal dan terjadi
error yang berlebihan maka alat harus dilakukakan pengecekan per blok. Jika
terdapat permasalahan maka harus dilakukan perbaikan sampai alat bekerja
secara normal, pada saat ini dilakukan pengambilan data.
i. Pembuatan laporan
Bilamana alat berjalan dengan normal maka pengambilan data dapat
dilakukan. Setelah melakukan pengambilan data maka langkah selanjutnya
adalah pembuatan laporan, laporan ini berisi tentang langkah-langkah dalam
perancangan dan pembuatan alat dan analisa permasalahan yang mungkin
terjadi dan melakukan pemecahan masalahan.
3.1.2 Perancangan Sistem
Adapun perancangan sistem Tugas Akhir ini sesuai dengan gambar
diagram blok dibawah ini.
Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem
(Sumber : Hasil Perancangan)
Sistem pengontrolan suhu pada rentang ukur 36°C sampai dengan 38°C
yang terancang menggunakan metode pangaturan intensitas lampu. Sensor yang
dipilih untuk mengukur suhu adalah diode IN4148. Diode IN4148 dapat berfungsi
sebagai sensor karena tegangan barriernya masi tergantung pada suhu lingkungan.
Output sensor akan berbanding terbalik dengan suhu plant, bilamana suhu plant
naik maka nilai output sensor akan turun, begitu pula sebaliknya, bila suhu plant
turun, maka nilai output sensor akan naik. Tegangan sensor ini umumnya kecil
maka dibutuhkan pengkondisi sinyal atau op-amp, op-amp yang digunakan adalah
tipe LM324N yang memiliki empat buah op-amp dalam IC nya. Keluaran op-amp
ini yang kemudian dikonversikan menjadi data digital oleh ADC0804. Sistem
antarmuka ke mikrokontroler AT89S51 melalui port parallel. Mikrokontroler
AT89S51 digunakan mengolah data dan pengaturan dengan perangkat lunak yang
dirancang menggunakan bahasa assembly.
Keluaran mikrokontroler AT89S51 akan dikonversikan kembali menjadi
data analog oleh DAC0808 agar dapat mengendalikan dan mengatur intensitas
lampu serta menampilakan suhu pada seven segment sebagai outputnya
3.1.3 Perancangan Hardware
Perancangan Hardware tugas akhir ini meliputi blok-blok sebagai berikut:
a.Catu daya
Catu daya yang dipakai dalam tugas akhir ini mengeluarkan output
tegangan 12 V, 15 V dan tegangan -!5 V. Tegangan 12 V dipakai untuk catu
daya modul penanam mikrokontroler AT89S51, ouput tegangan 15 volt
digunakan untuk catu daya PWM kontrol, dan output tegangan -15 V
digunakan sebagai catu daya DAC0808. Gambar rangkaian sebagai berikut:
Gambar 3.3 Rangkaian Catu Daya(Sumber : Hasil Perancangan)
b. Sensor suhu dan op-amp
Output sensor diode IN4148 akan masuk ke input LM324, fungsi
LM324 sebagai op-amp dimana tegangan keluaran dari sensor diode
IN4148 berbanding terbalik dengan suhu oleh sebab itu maka keluaran
sensor diode IN4148 perlu dikuatkan dan selanjutnya akan menjadi input
dari sistem. Setelah masuk ke op-amp maka tegangan keluaran dari diode
IN4148 ini nilainya berbanding lurus dengan suhu, selain itu karena
tegangan dari diode sangat kecil maka diperlukan op-amp sebagai penguat
tegangan. Dimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.4 Rangkaian sensor
(Sumber : Hasil Perancangan)
Untuk mendapatkan suhu yang sebenarnya, maka tegangan masukan
op-amp A1 harus sebagai penguat tak pembalik sederhana dengan metode
hubung singkat agar diperoleh vo ≈ vs, vo/vs = 1 karena masukan pada op-
amp ini adalah pambagi tegangan jadi besarnya input dan output op-amp ini
adalah 2,5 Volt.
Gambar 3.5 Penguat tak pembalik sederhana dan pembagi tegangan
(Sumber : Hasil Perancangan)
Pembagi tegangan
gambar 3.6 dibawah ini menunjukkan gambar sumber arus konstan .
Gambar 3.6 Rangkaian Sumber Arus Konstan
(Sumber : Hasil Perancangan)
RVI
in
inRin =
Dimana If =Irin, selama tegangan input tetap konstan maka arus input
atau arus referensi juga akan tetap konstan. Jika tahanan Rf diganti dengan
dioda (gambar 3.6), maka arus yang mengalir pada dioda adalah:
RVI
in
inD = VVV inDout +=
Gambar 3.7 Modifikasi Rangkaian Sumber Arus Konstan
(Sumber : Hasil Perancangan)
Tegangan diode sebesar 0,57 V maka keluaran op-amp ini adalah:
Vout = Vin + Vdiode
Vout = 2,5 V + 0,57 V
Vout = 3,07 V
Op-amp A3 merupakan rangkaian penguat selisih, adapun rumus
yang berlaku di penguat selisih yakni:
Dimana R1 = R2 dan R3 = R4 ,diinginkan bahwa pada saat suhu
ruangan, tegangan output op-amp A3 berkisar antara 0,3 volt. Sedangkan
saat suhu ruangan Vout A2 sebesar 3,07 volt. Sehingga didapat nilai-nilai
sebagai berikut:
Hal tersebut diatas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.8 Rangkaian Penguat Selisih
(Sumber : Hasil Perancangan)
Op-amp A4 berfungsi sebagai penguat tak pembalik sederhana maka
output-nya akan sama dengan op-amp A3 yaitu 0.32 volt.
Nilai output akhir dari op-amp masih berupa besaran analog,
sedangkan mikrokontroler hanya dapat memproses data digital, sehingga
diperlukan ADC (Analog to Digital Converter).
c. ADC (Analog to Digital Converter)
ADC0804 dapat dioperasikan pada mode kontrol agar ADC dapat bekerja,
CS harus berlogika ‘0’. Ketika WR berlogika ‘0’, register SAR akan di-reset,
sedangkan ketika sinyal WR kembali ‘1’, maka proses konversi segera dimulai.
Selama konversi sedang berlangsung, sinyal INTR akan tidak aktif (berlogika ‘1’),
sedangkan saat konversi selesai ditandai dengan aktifnya sinyal INTR (logika ‘0’).
Setelah proses konversi selesai data hasil konversi tetap tertahan pada buffer
ADC. Data hasil konversi tersebut akan dikeluarkan dengan mengirim sinyal RD
berlogika ‘0’. Setelah adanya sinyal RD ini, maka sinyal INTR kembali tidak aktif
perancangan untuk rangkaian ADC digunakan mode free running. Mode ini
dipilih karena waktu konversi ADC jauh lebih cepat terhadap tingkat perubahan
suhu dari plant, sehingga setiap kali suhu berubah,, sensor suhu yang dibuat
memiliki rentang suhu 36ºC sampai dengan 38ºC. Saat suhu ruangan, output
sensor berkisar antara 0,30volt sampai dengan 0,31volt, sedangkan saat suhu
mencapai 38ºC, output sensor akan bernilai 0,38 volt. Agar pembacaan ADC lebih
teliti, maka nilai Vref haruslah setengah dari nilai input-an tertinggi.
VV inref 21
=
voltxV ref 121
=
voltV ref 5,0=
Gambar 3.9 Rangkaian ADC 0804
(Sumber : Hasil Perancangan)
Output dari ADC selanjutnya akan diproses oleh mikrokontroler
AT89S51 dan nilai suhu yang terukur akan tampil pada seven segment.
d. Perancangan Rangkaian Penampil Suhu (Seven Segment)
IC BCD to seven segment digunakan untuk menentukan angka yang
tampil pada seven segment. IC ini berfungsi mengubah data biner menjadi
tampilan pada seven segment. Gambar 3.9 menunjukkan rangkaian seven
segment dengan IC 7447.
Gambar 3.10 Rangkaian Seven Segmen dengan IC 7447
(Sumber : Hasil Perancangan)
Dari gambar 3.9 diatas dapat dilihat bahwa P1.0 sampai dengan P1.3
digunakan untuk memberikan cacahan pada IC 7447. Sedangkan P1.4
sampai dengan P1.6 digunakan untuk menscanning transistor, dimana
transistor ini difungsikan sebagai saklar untuk memberika Vcc pada masing-
masing segmen.
Adapun fungsi dari IC 7447 adalah sebagai decorder input, dimana
input yang berupa 4bit BCD di decorder menjadi seven segmen BCD.
Tabel 3.1 Tabel kebenaran IC 7447
Input 7447 Output 7447Heksa
A B C D a b c d e f g
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0
1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0
2 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1
3 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1
4 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1
5 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
6 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0
7 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
8 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
9 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1
A 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1
B 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1
C 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1
D 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1
E 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
F 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
(Sumber : Hasil Pengamatan)
e.Modul Penanam Mikrokontroler AT89S51
Gambar 3.11 Skema modul penanaman mikrokontroler AT89S51
(Sumber : Hasil Perancangan)
Pada konektor downloader yang digunakan adalah komunikasi serial
dengan menggunakan konektor DB25 yang digunakan adalah DB25 on
board. Sedangkan untuk software yang digunkan adalah software
compailer yaitu ASM51 dan software isp30.exe.
f. DAC (Digital to Analog Converter)
Gambar 3.12 Rangkaian DAC dan Op-amp
(Sumber : Hasil Perancangan)
DAC0808 akan mengubah output dari mikrokontroler AT89S51 dari
data digital menjadi data analog, dimana catu daya DAC berkisar pada level
± 12 V hingga ± 18 V seperti yang dibutuhkan oleh amplifier internal.
Dimana output DAC ini akan memicu PWM (Pulse Width Modulation)
untuk mengatur intensitas lampu.
g. PWM (Pulse Width Modulation)
Gambar 3.13 Rangkaian PWM
(Sumber : Hasil Perancangan)
Salah satu cara yang paling mudah untuk membangkitkan sebuah
tegangan analog dari sebuah nilai digital adalah dengan menggunakan pulse
width modulation (PWM). Dalam PWM gelombang kotak, frekuensi tinggi
dibangkitkan sebagai output digital. Untuk contoh, sebuah port bit secara
kontinyu melakukan kegiatan saklar on dan off pada frekuensi yang relatif
tinggi. PWM ini menggunakan IC SG3524 dimana nilai komponen-
komponen pada rangkaian ini merupakan nilai bawaan dari IC SG3524.
PWM ini berfungsi sebagai pengatur intensitas lampu, saat suhu sama
dengan suhu ruangan maka intensitas lampu akan terang dan pada saat suhu
sama dengan 38°C maka lampu akan mati, dimana saat suhu mencapai 38°C
lampu akan diatur redup dengan cara mengatur Vref pada PWM. Saat suhu
mencapai 36°C maka lampu akan kembali terang, dan begitu seterusnya.
h. Dimmer Digital
Gambar 3.14 Rangkaian dimmer digital
(Sumber : Hasil Perancangan)
Dimmer digital ini menggunakan IC MOC3021 atau fotoTRIAC.
MOC3021 merupakan jenis octocoupler sehingga relatif aman jika terjadi
ketidaknornalan pada bagian beban. Rangkaian dimmer ini ditunjukkan
gambar 3.13. Mengaktifkan TRIAC dengan cara menirimkan pulsa low (0
volt) pada kaki 2 pada MOC3021 maka akan terjadi beda potensial antara
kaki 1 dan kaki 2 pada MOC3021 sehingga arus mengalir dan diode dalam
MOC3021 memancarkan cahaya sehingga bilateral switch on, arus mengalir
dari kaki 6 ke kaki 4 pada MOC3021 akan mengaktifkan TRIAC menjadi on
sehingga TRIAC mengalirkan arus.
i. Desain Alat
Desain alat meliputi desain kotak inkubator dan kotak rangkaian
Gambar 3.15 kotak Inkubator
(Sumber : Hasil Perancangan)
Kotak inkubator ini merupakan kotak dengan ukuran yang sama
dengan kotak inkubator aslinya yang memiliki dimensi kotak dengan
panjang 90cm, lebar 60 cm dan tinggi 40 cm. Bagian bawah pada inkubator
merupakan kotak alat dan lampu yang digunakan sebagai penghangat.
40 cm
90 cm
40 cm
10 cm
Lampu
KotakRangkaian
Fan
ventilasi
3.1.4 Perancangan Software
Perancangan Software meliputi program kontrol dan tampilan
a. Program Tampilan
Program tampilan terdiri dari dua tahap yaitu:
1. Alur Program
Gambar 3.16 Algoritma program
(Sumber : Hasil Perancangan)
2. Flowcart Program
Gambar 3.17 Flowchart program tampilan
(Sumber : Hasil Perancangan)
b. Program Kontrol
1. Alur Program
START
Inisialisasisuhu
Ambil data ADC
Hidupkan lampu
Redupkan lampu
Data ADC=38?
Isi nilai R4=0
Nilai R4=1
Data ADC=36?
Ya
tidak
tidakYa
R4=0 ?
tidak
Ya
Gambar 3.18 Alur Program kontrol
(Sumber : Hasil Perancangan)
2. Flowcart Program Kontrol Lampu
tidak
tidak
Start
P2=#11111111b
A←P3
R3←A
R4=#00000000b
R4=#11111111b?
R3=#01100111b?
R4=#11111111b
Acall Tunda
R3=#01011111b?
tidak
Ya
Ya
Ya
Gambar 3.19 Flowchart program kontrol lampu
(Sumber : Hasil Perancangan)
Data yang diterima ADC akan dipindahkan ke Akumulator,
selanjutnya memindahkan data yang terdapat pada akumulator ke P1 (LED
sebagai bahan pengambilan data), dan pindahkan juga nilai akumulator ke
P3. Kemudian dilakukan pengecakan apakah nilai akumulator sama dengan
suhu ruangan (30°C), jika “iya” maka lampu akan terang, jika “tidak” maka
data akan terus diambil dari P0 (ADC dan sensor). Saat nilai akumulator
sama dengan suhu ruangan maka lampu akan terang. Setelah pengecekan
maka suhu akan terus dicek sampai nilai akumulator sama dengan 38°C, jika
“iya” maka lampu akan redup sedangkan jika “tidak” maka lampu akan tetap
terang. Pada saat suhu mencapai 38°C maka lampu akan redup dan pada saat
ini juga dilakukan pengecekan setelah nilai akumulator bernilai 36°C. Pada
saat suhu mencapai 36°C maka suhu akan akan kembali naik karena lampu
terang, begitu seterusnya.
3.2 Lokasi Penelitian
Adapun tempat dilakukan penelitian adalah di LAB 1 Jurusan D3 Teknik
Elektro, Kampus Tengah Jln. Udayana, Jln. Bukit Patas, Lingkungan Bakung,
Kecamatan Sukasada, Jln. Bisma Gg Nusa Indah No.7B, dan Jln Sudirman N0.41
Singaraja.
3.3 Subyek Penelitian
Subyek penelitian dijadikan sebagai bahan penelitian yang dibutuhkan
dalam pembuatan tugas akhir ini adalah berupa alat kontrol suhu inkubator bayi
secara otomatis sehingga nantinya alat pengontrol suhu inkubator agar lebih
efisien.
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
observasi (pengamatan). Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan
cara melakukan pengamatan terhadap obyek yang mengalami permasalahan
dengan cara mencari jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi. Adapun
langkah-langkah observasi yaitu: mengukur tegangan keluaran sensor,
memantau keluaran sensor yang dihubungkan dengan ADC dan
menterjemahkan kedalam bilangan biner dengan bantuan LED yang tersusun
sesuai dengan port keluaran mikrokontroler. Serta mengamati intensitas
lampu sebagai penghangat inkubator bayi.
3.4.2 Langkah-langkah Pengambilan Data
1. Mengukur tegangan keluaran sensor
Pengukuran dilakukan dengan memanaskan sensor dengan sorder
kemudian hasil keluaran sensor diukur dengan menggunakan
multimeter selanjutnya data yang diperoleh dicatat.
2. Mengamati keluaran ADC
a. Memprogram ADC dengan mode kontrol yang programnya
sebagai berikut :
Gambar 3.20 Program ADC Kontrol
(Sumber : Hasil Perancangan)
b. Memanaskan sensor dengan solder kemudian mengamati
keluaran ADC pada LED sehingga didapatkan data binernya.
3. Mengamati display seven segment
Meletakkan sensor, thermometer digital dan thermometer analog
pada ruangan inkubator bayi, kemudian melakukan pemanasan
dengan mengunakan lampu yang terletak pada bagian bawah
inkubator bayi. Kemudian mengamati seven segmen,
membandingkan tampilan seven segmen dengan thermometer
digital dan analog kemudian mencatat data hasil pengamatan.
4. Mengamati keluaran DAC
Mengamati keluaran DAC saat lampu hidup terang, redup dan
mati, dimana pengambilan data dengan bantuan LED untuk
mengetahui tegangan yang keluaran DAC. Kemudian keluaran
DAC diukur dengan multimeter.
5. Mengamati pulsa yang dikeluarkan PWM
Dimana masukan tegangan PWM tergantung pada keluaran DAC,
saat terang maka pulsa yang dikeluarkan PWM lebar, saat redup
maka keluaran PWM menyempit dan saat lampu mati maka
keluaran PWM akan datar.
3.4.3 Instrument Penelitain
Di dalam perancangan TA ini digunakan instrument – instrument
penelitian sebagai berikut:
1. Multimeter Digital dan Multimeter Analog
Di dalam perancangan TA ini mutimeter digital dan multimeter analog
berfungsi untuk mengukur besar tegangan yang dihasilkan pada
rangkaian yang diuji.
2. Thermometer Digital dan Thermometer Analog
Di dalam perancangan TA ini thermometer digital dan thermometer
analog berfungsi sebagai alat penguji dan pembanding dari hasil
pendeteksian suhu pada inkubator bayi berbasis mikrokontroler AT89S51.
Di dalam proses pengujian ini digunakan thermometer digital buatan
China dengan tipe “TPM-10G” yang mempunyai rentang suhu -50 ºC –
80 ºC, sedangkan thermometer analog yang digunakan adalah
thermometer alkohol yang mempunyai rentang suhu -10 ºC – 110 ºC.
3. Oscilloscope
Dalam perancangan TA ini, oscilloscope digunakan untuk mendeteksi
keluaran gelombang rangkaian PWM
3.4.4 Data Hasil Pengamatan
1. Data Tegangan
Di dalam penelitian Tugas Akhir ini diamati beberapa data tegangan
yang dihasilkan oleh sensor suhu dengan menggunakan diode IN4148,
dan rangkaian Op – amp.
Tabel 3.2 Pengamatan suhu dengan tegangan keluaran sensor
No Suhu (◦C) Tegangan(mV)
1 29 2932 30 3033 31 3154 32 3255 33 3356 34 3447 35 3528 36 3649 37 372
10 38 384(Sumber : Hasil Pengamatan)
2. Data Bilangan Desimal
Di dalam penelitian Tugas Akhir ini diamati beberapa data bilangan
desimal yang dihasilkan oleh rangkaian ADC 0804.
Tabel 3.3 Data Biner Sensor
No Tegangan Biner
MSB LSB1 0.28 0100 00102 0.29 0100 01013 0.30 0100 10104 0.31 0100 10115 0.32 0100 11106 0.33 0101 00107 0.34 0101 01118 0.35 0101 10009 0.36 0101 1010
10 0.37 0101 110111 0,38 0110 0000
(Sumber : Hasil Pengamatan)
3. Data Output DAC dan Tegangan Output PWM
Tabel 3.4 Data DAC dan Tegangan Output PWM
Biner Set Poin Tegangan DAC(V)
Tegangan PWM(V) Kondisi Lampu
00000000 0 0 Mati11111111 3,7 2,46 Terang
(Sumber : Hasil Pengamatan)
4. Data Suhu dan Waktu
Di dalam penelitian Tugas Akhir ini diamati beberapa data suhu pada
inkubator bayi berbasis mikrokontroler, thermometer digital, dan
thermometer analog.
Adapun data yang diamati antara lain:
1. Data suhu dan waktu sejak inkubator dihidupkan hingga lampu
mati secara otomatis
Tabel 3.5 Data Hasil Pengamatan Suhu dan Waktu1
Waktu(menit)
Sensor(°C)
Thermometer Digital(°C)
Thermometer Analog(°C)
0 29,6 30,8 29,81 31 31,1 312 31 31,5 323 31,3 32,2 334 31,3 32,9 33,95 32,3 33,5 34,66 33,3 34,1 357 34,3 34,6 35,68 34,9 35,1 369 35,3 35,6 36,4
10 35,3 36 36,511 35,9 36,4 36,712 36,3 36,8 3713 36,9 37,1 37,314 36,9 37,3 37,515 37,6 37,5 37,616 38,3 37,8 37,9
Waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 38,3 adalah 16
menit 12 detik.
2. Data suhu dan waktu sejak lampu inkubator mati secara
otomatis hingga hidup lagi secara otomatis
Tabel 3.6 Data Hasil Pengamatan Suhu dan Waktu2
Waktu(menit)
Sensor(°C)
Thermometer Digital(°C)
Thermometer Analog(°C)
0 38,0 37,8 37,91 37,6 37 37,52 36,3 36,5 37
(Sumber : Hasil Pengamatan)
Waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 36,3 adalah 2
menit.
3. Data suhu dan waktu sejak lampu inkubator hidup hingga mati
lagi secara otomatis
Tabel 3.7 Data Hasil Pengamatan Suhu dan Waktu3
Waktu(menit)
Sensor(°C)
Thermometer Digital(°C)
Thermometer Analog(°C)
0 36,3 36,4 371 37 37,2 37,52 37,3 37,3 37,93 37,6 37,5 38,24 38,3 37,7 38,5
(Sumber : Hasil Pengamatan)
Waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 38,3 adalah 4
menit.
4. Data suhu dan waktu dari lampu inkubator mati hingga hidup
lagi secara otomatis
Tabel 3.8 Data Hasil Pengamatan Suhu dan Waktu4
Waktu(menit)
Sensor(°C)
Thermometer Digital(°C)
Thermometer Analog(°C)
0 38,0 37,8 37,91 37,9 37,5 37,52 37,3 36,6 37,23 36,3 36,3 37
(Sumber : Hasil Pengamatan)
Waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 36,3 adalah
2menit.
3.5 Analisa Data
Dalam analisa data dibutuhkan data-data yang akurat untuk mendukung
kinerja alat yang dibuat dengan membandingkannya dengan hasil perhitungan
sehingga diketahuai error yang terjadi.
1. Error yang terjadi pada waktu pertama kali inkubator dihidupkan
hingga lampu mati secara otomatis
a. Perbandingan dengan Thermometer Digital
Tabel 3.9 Kondisi1 Thermometer Digital
Sensor(°C)
Thermometer Digital(°C)
Selisih(°C)
29,6 30,8 1,231 31,1 0,131 31,5 0,5
31,3 32,2 0,931,3 32,9 1,632,3 33,5 1,233,3 34,1 0,834,3 34,6 0,334,9 35,1 0,235,3 35,6 0,335,3 36 0,735,9 36,4 0,536,3 36,8 0,536,9 37,1 0,336,9 37,3 0,437,6 37,5 0,138,3 37,8 0,5
Error 9,6å error 0,56
(Sumber : Hasil Pengamatan)
å error =åå
dataerror
å error =17
6,9
å error = 0,56°C
b. Perbandingan dengan Thermometer Analog
Tabel 3.10 Kondisi1 Thermometer Analog
Sensor(°C)
Thermometer Analog(°C)
Selisih(°C)
29,6 29,8 0,231 31 031 32 1
31,3 33 1,731,3 33,9 2,632,3 34,6 2,333,3 35 1,734,3 35,6 1,334,9 36 1,135,3 36,4 1,135,3 36,5 1,235,9 36,7 0,836,3 37 0,736,9 37,3 0,436,9 37,5 0,637,6 37,6 038,3 37,9 0,4
Error 16,3å error 0,95
(Sumber : Hasil Pengamatan)
å error =åå
dataeror
å error =17
3,16
å error = 0,95°C
2. Error yang terjadi pada waktu lampu mati hingga hidup kembali secara
otomatis
a. Perbandingan dengan Thermometer Digital
Tabel 3.11 Kondisi2 Thermometer Digital
Sensor(°C)
Thermometer Digital(°C)
Selisih(°C)
37,9 37,8 0,137,6 37 0,636,3 36,5 0,2
Error 0,9å error 0,3
(Sumber : Hasil Pengamatan)
å error =åå
dataerror
å error =39,0
å error = 0,3°C
b. Perbandingan dengan Thermometer Analog
Tabel 3.12 Kondisi2 Thermometer Analog
Sensor(°C)
Thermometer Analog(°C)
Selisih(°C)
37,9 37,9 0
37,6 37,5 0,136,3 37 0,7
error 0,8å error 0,26
(Sumber : Hasil Pengamatan)
å error =åå
dataerror
å error =38,0
å error = 0,26°C
3. Error yang terjadi pada waktu lampu hidup hingga mati kembali secara
otomatis
a. Perbandingan dengan Thermometer Digital
Tabel 3.13 Kondisi3 Thermometer Digital
Sensor(°C)
Thermometer Digital(°C)
Selisih(°C)
36,3 36,4 0,137 37,2 0,2
37,3 37,3 037,6 37,5 0,138,3 37,7 0,6
Error 1,0å error 0,2
(Sumber : Hasil Pengamatan)
å error =åå
dataerror
å error =50,1
å error = 0,2°C
b. Perbandingan dengan Thermometer Analog
Tabel 3.14 Kondisi3 Thermometer Analog
Sensor(°C)
Thermometer Analog(°C)
Selisih(°C)
36,3 37 0,737 37,5 0,5
37,3 37,9 0,337,6 38,2 0,638,3 38,5 0,2
Error 2,3å error 0,46
(Sumber : Hasil Pengamatan)
å error =åå
dataerror
å error =53,2
å error = 0,46°C
4. Error yang terjadi pada waktu lampu mati hingga hidup kembali secara
otomatis
a. Perbandingan dengan Thermometer Digital
Tabel 3.15 Kondisi4 Thermometer Digital
Sensor(°C)
Thermometer Digital(°C)
Selisih(°C)
38,0 37,8 0,237,9 37,5 0,437,3 36,6 0,736,3 36,3 0
Error 1,3å error 0,325
(Sumber : Hasil Pengamatan)
å error =åå
dataerror
å error =43,1
å error = 0,325°C
b. Perbandingan dengan Thermometer Analog
Tabel 3.16 Kondisi4 Thermometer Analog
Sensor(°C)
Thermometer Analog(°C)
Selisih(°C)
38,0 37,9 0,137,9 37,5 0,437,3 37,2 0,136,3 37 0,7
error 1,3å error 0,325
(Sumber : Hasil Pengamatan)
å error =åå
dataerror
å error =43,1
å error = 0,325°C