PERANCANGAN ALAT PENANAM BENIH BIJI PALAWIJA …personal.its.ac.id/files/pub/2864-m_sritomo-ie-Paper...

download PERANCANGAN ALAT PENANAM BENIH BIJI PALAWIJA …personal.its.ac.id/files/pub/2864-m_sritomo-ie-Paper Seminar Greg.pdf · Proses pengembangan dan penentuan desain ini merupakan langkah

If you can't read please download the document

Transcript of PERANCANGAN ALAT PENANAM BENIH BIJI PALAWIJA …personal.its.ac.id/files/pub/2864-m_sritomo-ie-Paper...

  • 1

    PERANCANGAN ALAT PENANAM BENIH BIJI

    PALAWIJA YANG BERBASIS ERGONOMIS

    Gregorius.H.Sri.W, Sritomo Wignjosoebroto, Arief Rahman

    Jurusan Teknik Industri

    Fakultas Teknologi Industri

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

    Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

    ABSTRAKSI

    Proses penanaman benih biji palawija merupakan langkah awal yang sangat menentukan

    pertumbuhan tanaman palawija. Namun dalam pelaksanaannya para petani palawija masih sering

    mengalami kesulitan sehingga proses tersebut merupakan hal yang cukup penting untuk diatasi.

    Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka perlu dirancang sebuah alat bantu yang berguna untuk

    mendukung proses penanaman benih biji palawija. Dalam penelitian ini digunakan studi pendekatan

    ergonomi dengan memperhatikan kaitan antara pekerja dengan lingkungan kerjanya (alat / bahan yang

    dihadapi, metode kerja, kemampuan fisik dan psikologis, dll.). Sedangkan dalam proses perancangan

    alat bantu tersebut, akan digunakan pendekatan Quality Function Deployment yang berfungsi untuk

    merancang respon teknis yang mampu diimplementasikan dalam pembuatan alat penanam benih biji

    palawija yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

    Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kondisi kerja saat sebelum adanya alat bantu

    masih kurang ergonomis dan hal itu mengakibatkan konsekuensi terhadap jumlah tenaga kerja, waktu

    penggarapan dan biaya operasional yang sangat besar. Dan setelah dilakukan analisa terhadap hasil

    penelitian kondisi kerja saat setelah adanya alat bantu, terbukti bahwa kondisi kerja saat ini jauh lebih

    ergonomis, dengan peningkatan untuk parameter kebutuhan energi sebesar 10.9%, nordic body map

    38.8%, waktu aktual 85.2%, biomekanika 96.06% dan alat bantu tersebut terbukti mampu menekan

    jumlah tenaga kerja, waktu penggarapan yang berdampak pada minimasi biaya operasional.

    Kata Kunci : Palawija, ergonomis, perancangan produk, quality function deployment.

    1. Pendahuluan

    Dalam proses budidaya palawija, proses penanaman benih biji palawija merupakan langkah

    awal yang sangat menentukan proses pertumbuhan tanaman palawija. Langkah tersebut sangat

    dipengaruhi oleh faktor manusia ( Humanity Factor ) dan faktor lingkungan (Environment Factor).

    Dalam kaitannya dengan Humanity Factor dan Environment Factor sebuah perancangan produk

    memerlukan sebuah pendekatan ergonomis untuk dapat digunakan sebagai acuan desain produk. Lebih

    lanjut, suatu desain produk disebut ergonomis apabila secara antropometris, faal, biomekanik dan

    psikologis kompatibel dengan manusia pemakainya, dan produk tersebut harus berorientasi pada

    production friendly, distribution friendly, installation friendly, operation friendly, dan mintenance

    friendly.

    2. Perumusan Masalah

    Permasalahan yang akan dibahas didalam peneltian ini adalah :

    Merancang alat penanam benih biji yang berbasis ergonomis untuk mendukung proses budidaya

    palawija

  • 2

    3. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Mengidentifikasi faktor-faktor ergonomi yang mempengaruhi proses penanaman benih biji palawija.

    2. Mengidentifikasi kebutuhan para petani palawija dalam kaitannya dengan perancangan alat penanam benih biji palawija.

    3. Merancang alat penanam benih biji palawija yang memenuhi prinsip ergonomi dan sesuai dengan kebutuhan para petani palawija.

    4. Tinjauan Pustaka

    4.1. Budidaya Palawija

    Secara garis besar budidaya tanaman palawija dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:

    1. Pemilihan dan penyiapan lahan Tanahnya harus gembur dengan pH tanah >5, agak lembab, drainase baik, penyinaran

    penuh dan berada pada ketinggian antara 0.5-600 meter dari permukaan laut.

    2. Pemilihan varietas unggul Pemilihan benih biji varietas unggul sangat menentukan umur dan lama produksi dari

    tanaman palawija tersebut dan disisi lain varietas unggul juga akan mengurangi terjadinya

    resiko gagal panen.

    3. Penanaman Pelubangan tanah

    Tujuan dari tahap ini adalah untuuk menyiapkan lubang benih dengan kedalaman dan jarak

    lubang tertentu secara teratur dan seragam. Pada proses ini tanah dilubangi dengan

    kedalaman 7 Cm dengan jarak antar lubang sebesar 25 Cm.

    Peletakan benih Lubang yang telah tebentuk dengan kedalaman dan jarak tertentu akan diisi dengan

    beberapa benih biji. Teknik yang digunakan adalah dengan cara mengambil 2 benih biji

    dalam wadah dan memasukkannya kedalam tiap lubang dengan posisi badan membungkuk.

    Penutupan lubang tanah Proses penutupan benih biji bertujuan untuk mengkondisikan lingkungan benih agar benih

    cepat berkecambah, serta menghindari hilangnya benih oleh binatang pemakan benih.

    4. Pemeliharaan Proses pemeliharaan yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan yaitu:

    Penyulaman dan penjarangan Merupakan kegiatan yang bertujuan unutuk mengganti benih yang tidak tumbuh.

    Penyiangan Merupakan kegiatan yan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu

    Pemupukan Pemupukan terhadap tanaman palawija biasanya dilakukan sebayak 2 kali yaitu pada saat

    tanaman berumur antara 25-30 hari dan pada saat tanaman berumur 60-70 hari. Proses ini

    dilakukan dengan sistem tebar.

    Pengendalian hama penyakit Pemberian insektisida ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berusia < dari

    15 hari dan saat tanaman berusia > dari 15 hari.

    5. Panen dan pasca panen Kegiatan ini merupakan kegiatan pemanenan hasil pertanian sesuai keperluan dan

    pendistribusiannya ke masyarakat luas.

  • 3

    4.2. Ergonomi

    Ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam suatu sistem kerja. Setiap aktivitas atau

    pekerjaan yang dilakukan hendaknya selalu berpegangan pada prinsip ergonomis karena hal tersebut dapat

    mengakibatkan ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan, timbulnya biaya tinggi, adanya

    peningkatan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta turunnya performansi yang berakibat kepada

    penurunan produktivitas kerja.

    Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata Ergos yang berarti kerja dan

    kata Nomos yang berarti hukum alam. Dengan demikian Ergonomi dapat dimaksudkan sebagai studi

    tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,

    psikologi, engineering, manajemen dan disain (Nurmianto, 1996).

    4.3. Perancangan dan Pengembangan Produk

    6 fase dalam proses perancangan dan pengembangan produk adalah :

    1. Perencanaan : Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai zerofase karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.

    2. Pengembangan Konsep : Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasikan, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan

    kemudian dikembangkan satu atau lebih konsep untuk pengembangan dan percobaan lebih

    jauh.

    3. Perancangan Tingkatan sistem : Fase perancangan tingkatan sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-

    komponen.

    4. Perancangan Detail : Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk material dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi

    seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok.

    5. Pengujian dan Perbaikan : Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk.

    6. Produksi awal : Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya.

    4.4. Quality Function Deployment

    Quality Function Deployment merupakan proses mengkonversi permintaan konsumen kedalam

    karakteristik kualitas dan mengembangkan sebuah kualitas desain untuk produk akhir dengan merinci

    secara sistematis hubungan antara permintaan dan karakteristiknya, dimulai dengan kualitas setiap

    komponen fungsional dan memperluas perincian kepada kualitas setiap part dan proses.

    Korelasi Teknis (Technical

    Corellation)

    Respon Teknis (Technical Response)

    Relationship Matrix

    Prioritas

    Target value

    A B DC E F

    Cus

    tom

    er N

    eed

    (Atr

    ibut

    )

    Planning Matrix

    Gambar 1. Bentuk Rumah Kualitas (House of Quality)

  • 4

    5. Metodologi Penelitian

    Mengidentifikasi Latar

    Belakang Permasalahan

    Merumuskan

    Masalah

    Menentukan Tujuan

    Penelitian

    Studi Pustaka

    - Ergonomi

    - Antropometri

    - Biomekanika

    - Denyut Jantung &

    Konsumsi O2

    - Nordic Body Map

    - Perancangan &

    Pengembangan Produk

    - QFD

    - Mekanika & Elemen Mesin

    Studi Lapangan

    Mengobservasi Langsung

    Proses yang Terjadi di

    Lapangan

    Pengumpulan Data

    Kondisi Awal

    - Biomekanika

    - Denyut Jantung & Konsumsi O2

    - Nordic Body Map

    - Waktu

    Pengembangan Konsep

    Alat Penanam

    Mengimplementasikan

    QFD

    Menentukan Final

    Desain

    Mengembangkan

    Alternatif Desain

    - Antropometri

    - Kebutuhan Material

    - Proses Produksi

    - Biaya Produksi

    Pelaksanaan Percobaan

    - Biomekanika

    - Denyut Jantung & Konsumsi O2

    - Nordic Body Map

    - Waktu

    Analisa dan Intepretasi

    Kesimpulan dan Saran

    Tahap Awal

    Tahap Pengumpulan

    dan Pengolahan Data

    Tahap Perancangan

    dan Eksperimen

    Tahap Analisa

    dan Kesimpulan

    Perancangan Prototype

    Gambar 2.Metodologi Penelitian

  • 5

    6. Perancangan Produk 6.1. Quality function deployment

    Gambar 3. House of Quality

  • 6

    6.2. Pengembangan altenatif desain

    Proses pengembangan dan penentuan desain ini merupakan langkah lanjutan dari proses

    pengembangan konsep alat penanam benih biji palawija, dimana proses pengembangan desain ini

    merupakan interpretasi dari hasil Quality Fucntion Deployment.

    Gambar 4. Alternatif 1 Gambar 5. Alternatif 2

    6.3. Penetuan desain

    Proses penentuan desain merupakan proses lanjutan dari proses pengembangan desain. Pada

    tahap ini, dilakukan penilaian antara alat penanam benih biji palawija alternatif 1 dan alternatif 2.

    Penilaian ini didasarkan pada atribut-atribut yang diinginkan konsumen mengenai sebuah alat

    penanam benih biji palwija yang nantinya akan dibobotkan dengan ketentuan sebagai berikut :

    Keterangan : rj : Nilai alternatif j untuk atribut i

    Wj : Bobot untuk alternatif i

    N : Jumlah kriteria

    Sj : Total nilai untuk alternatif j

    Nilai 1 : Tim pengembang menyatakan sangat buruk

    Nilai 2 : Tim pengembang menyatakan buruk

    Nilai 3 : Tim pengembang menyatakan cukup baik

    Nilai 4 : Tim pengembang menyatakan baik

    Nilai 5 : Tim pengembang menyatakan sangat baik

    Adapun hasil penilaian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

    Alternatif 1 Alternatif 2

  • 7

    Tabel 1. Penilaian Alternatif Alat Penanam

    Kriteria Atribut Beban Alternatif 1 Alternatif 2

    Rating Nilai Beban Rating Nilai Beban

    Proses Penanaman

    Mampu Melubangi Tanah 11% 2 0,22 3 0,33

    Mampu Memasukkan Biji 5% 3 0,15 3 0,15

    Mampu Menutup Tanah 10% 4 0,4 4 0,4

    Ketepatan

    Jarak Tanam Antar Benih Sesuai 4% 3 0,12 4 0,16

    Kedalaman Lubang Tanam Sesuai 8% 4 0,32 4 0,32

    Jumlah Biji yang Masuk Sesuai 0,70% 3 0,021 3 0,021

    Minimasi

    Minimasi Waktu 15% 4 0,6 4 0,6

    Mengurangi Kelelahan 1% 3 0,03 4 0,04

    Minimasi Biaya Operasional 12% 4 0,48 4 0,48

    Minimasi Pekerja 0,90% 4 0,036 4 0,036

    Penggunaan Mudah Dioperasikan 0,80% 4 0,032 5 0,04

    Mudah Dipindahkan 0,60% 3 0,018 3 0,018

    Ketahanan Alat

    Keawetan 3% 3 0,09 3 0,09

    Mudah Dirawat 7% 3 0,21 3 0,21

    Mudah Diperbaiki 2% 3 0,06 3 0,06

    Harga Harga Terjangkau 13% 3 0,39 4 0,52

    Penampilan Bentuk Alat 6% 3 0,18 3 0,18

    Total 100% 3,357 3,655

    Berdasarkan hasil perbandingan yang diperoleh dari proses pengembangan desain dan proses

    penentuan desain maka tim pengembang memutuskan untuk melanjutkan pengembangan alat penanam

    benih biji palawija alternatif 2

    6.4 Kebutuhan material dan biaya produksi

    Tabel 2. Kebutuhan Material dan Biaya Produksi

    No Kebutuhan Harga (Rp) Unit Total (Rp)

    1

    Plat Strip Laser

    5000 1 5000 Tebal : 0,3 cm

    P =1m ; L = 2 cm

    2

    Plat Strip Laser

    6000 2 12000 Tebal : 0,5 cm

    P =42 cm ; L = 4 cm

    3

    Plat Strip Laser

    45000 2 90000 Tebal : 0,2 cm

    P =1,5 m ; L = 1 m

    4

    Plat Strip Laser

    30000 1 30000 Tebal : 0,4 cm

    P = 50 cm ; L = 50 cm

    5

    Plat Strip Laser

    25000 1 25000 Tebal : 0,1 cm

    P =1,5 m ; L = 80 cm

    6 Besi Betonezer

    5000 1 5000 d = 0,5 cm ; P = 3 m

    7 Pipa Besi Galvanis 10000 1 10000

  • 8

    d = 2,6 cm ; P = 2,5 m

    8 Pipa Besi Galvanis

    6000 1 6000 d = 3 cm ; P = 0,5 m

    9 Pipa Besi Galvanis

    4000 1 4000 d = 2,4 cm ; P = 40 cm

    10 Besi Siku

    7500 2 15000 Tebal = 0,3 cm ; P = 1 m

    11 Paralon (d = 33,5 cm) 12500 1 12500

    12 Paralon (d = 21,6 cm) 8000 1 8000

    13 Lacker & Rumah Lacker 10000 1 10000

    14 Plat Plastik

    3000 2 6000 Tebal = 1 cm ; d =21 cm

    15 Karet sandal 4000 2 8000

    16 Pipa Korek Besi

    7500 1 7500 P = 1 m ; L = 2 cm ; T = 2 cm

    17 Karet Maket

    5000 1 5000 P = 60 cm ; L = 30 cm

    18 Per 500 5 2500

    19 Amplas 100 5 5000

    20 Kuas + Cat + Thiner 25000 25000

    21 Mur + Baut 3000 3000

    22 Ongkos Tukang 25000/hari (2 orang) 6 Hari 300000

    Total 594500

    6.5 Komponen Produk

    Proses produksi alat penanam benih biji palawija ini dibagi kedalam beberapa komponen

    penyusun, adapun komponen penyusun tersebut dapat dilihat pada Bom Tree berikut :

    Alat Penanam

    Benih Biji

    Palawija

    Roda

    Dinamis

    Roda

    StatisGarpu

    Garu

    PerataHandle

    Gambar 6. Bom Tree Alat Penanam Benih Biji Palawija

  • 9

    7. Perbandingan Kondisi Ergonomi

    Data eksperimen aspek ergonomi merupakan pengumpulan data-data yang akan dijadikan

    parameter pengukuran secara ergonomi. Pengumpulan data ini dilakukan terhadap 10 orang petani

    yang bekerja pada kondisi sebelum ada alat dan sesudah ada alat. Kesepuluh orang petani ini bekerja

    pada lahan seluas 8 x 6 meter, adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 3. Perbandingan Parameter Ergonomis

    Sebelum Ada

    Alat Bantu

    Sesudah Ada

    Alat Bantu

    Kebutuhan Energi (Kcal/menit) 5,76 5,13

    Nordic Body Map 3,6 2,2

    Waktu Aktual (Menit) 89,5 13,2

    Biomekanika (Nm) 373,37 14,7

    8. Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

    1. Dalam melakukan proses penanaman benih biji palawija, para petani masih menggunakan cara manual yang tidak ergonomis. Hal ini dirasa kurang efektif dan efisien karena

    membutuhkan waktu yang lama, membutuhkan banyak tenaga kerja dan biaya serta

    menimbulkan kelelahan yang berlebih.

    2. Dalam kaitannya dengan perancangan alat penanam benih palawija reponden menghendaki alat yang mampu meminimasi waktu penggarapan, berharga murah dan mampu

    meminimasi biaya operasional, Dll.

    3. Alat bantu yang berhasil dirancang telah terbukti mampu menghadirkan kondisi kerja yang lebih ergonomis dibandingkan kondisi sebelum ada alat bantu.

    4. Masih diperlukan adanya beberapa penyesuaian berkaitan dengan alat yang telah dirancang agar nantinya dapat berfungsi semakin baik

    5. Masih diperlukan adanya beberapa penyesuaian berkaitan dengan alat yang telah dirancang agar nantinya dapat berfungsi semakin baik

    9. Saran

    1. Diharapkan penelitian berikutnya dapat membahas mengenai tindak lanjut dari penelitian yang telah dilakukan. Tindak lanjut tersebut dapat berupa pengkajian dari aspek yang lain.

    2. Perlu dilakukan penekanan biaya produksi agar biaya yang diperlukan untuk membuat alat ini dapat semakin rendah.

    3. Perlu dilakukan evaluasi teknik pembibitan yang sesuai dalam kaitannya dengan cara pengoperasian alat.

    10. Daftar Pustaka

    Day, Ronald. G. (1993). Quality Function Deployment. ASQC Quality Prees, Milwaukee-Wisconsin

    Das, M. Braja (1985). Mekanika Tanah. Penerbit erlangga, Jakarta

    Deutsman, D. Aaron and Michels, J. Walter (1975). Machine Design. Macmillan Publishing Co. Inc,

    New York.

    Efrina, Nita. (2005). Perancangan Alat Bantu Transportasi Barang untuk Meningkatkan

    Efisiensi dan Pengurangan Biaya Pada Proses Bongkar Muat Barang (Studi Kasus di Toko

    Sido Muncul Surabaya). Tugas Akhir. Teknik Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

    Surabaya

    Jae Kim, Kwang. (2002). Recents Advances in Quality Function Deployment. <

    URL:http://www.Kayak.Postech.ac.kr >

    http://www.kayak.postech.ac.kr/

  • 10

    Kleinschmidth, J. K, R. G. Cooper, S.J. Edget. (2001). Portofolio Management for New Product

    Development : Result of an Industry Practices Study. R&D Management, vol 31, no. 4, 2001

    Najiati, Sri & Danarti. (1998). Pemanfaatan Lahan Tidur Untuk Tanaman Pangan. Penebar

    Swadaya, Jakarta

    Nurmianto, Eko. (1998). Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Penerbit Gunawidya, Jakarta

    Sanders, M.S. & McCormick, E.J. (1982). Human Factors In Engineering and Design, 5th

    edt. USA: McGraw-

    Hill Book Company

    Sastrowinoto, Suyatno. (1985). Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi. Pustaka Binaman

    Presindo, Jakarta

    Soedjono. Dkk. (1996). Alat Pengolahan Pertanian.CV. Redijaya, Semarang

    Sudiajeng, L, Tarawaka dan Solichul H. A. Bakri (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan

    Kerja dan Produktivitas. Uniba Press, Surakarta

    Ulrich,K.T. and Eppinger, S.D (2000). Product Design and Development. McGraw-Hill, Inc., New

    York

    Wignjosoebroto, Sritomo. (1997). Analisis Ergonomi Dalam Proses Perancangan Produk. .

    Proceeding Seminar Nasional Ergonomi. 6-7 Januari, Aula Barat ITB, Bandung

    Wignjosoebroto, Sritomo. (2000). Ergonomi, Study Gerak dan Waktu. Edisi pertama. Gunawidya,

    Jakarta

    Wignjosoebroto, Sritomo. (2000). Evaluasi Ergonomis Dalam Proses Perancangan Produk.

    Proceeding Seminar Nasional Ergonomi. 6-7 September, Surabaya. Diedit oleh Sritomo

    Wignjosoebroto & Stefanus Eko Wiratno