PerananNitrogenBagiTumbuhan
-
Upload
jesicaaprilio -
Category
Documents
-
view
32 -
download
0
Transcript of PerananNitrogenBagiTumbuhan
METABOLISME NITROGENNitrogen (N) diperlukan oleh semua organisme untuk sintesa protein, asam
amino, asam nukleat dan senyawa organik lain yang mengandung N. Keberadaan
nitrogen hampir 80% dari atmosfir dunia. dan diduga setiap are tanah subur
mengandung lebih dari 30.000 ton N2. Karena sebagian besar keberadaan nitrogen
dalam bentuk molekul gas, maka tidak satupun organisme eukaryotik mampu
menggunakannya secara langsung. Akan tetapi, N2 harus bersenyawa dengan
unsur lain seperti oksigen membentuk NO3- (ion nitrat) dan hidrogen membentuk
NH4+ (ion amonium) agar bisa dimanfaatkan oleh organisme. Kedua bentuk
senyawa ion di atas dapat digunakan oleh organisme yang bersifat autotrof.
Nitrogen yang terdapat dalam tanah sebagian besar berupa senyawa organik
hasil pembusukan organisme (tumbuhan, hewan, dll), sedangkan lainnya berasal
dari pclarutan batuan, air hujan (dalam bentuk nitrat, amonia) serta aktivitas
gunung berapi. Beberapa proses kimia dan fisika dalam tanah, air dan udara,
serta bersama-sama dengan aktivitas beberapa mikroorganisme tertentu
memainkan peranan penting untuk menjaga keberadaan (pengasimilasian dan
pengubahan) molekul nitrogen di alam dalam bentuk yang siap digunakan
oleh tumbuhan dan organisme lainnya. Semua proses dan kejadian tersebut di
atas berlangsung dalam suatu siklus yang disebut siklus nitrogen (gambar
4.1). Salah satu proses yang terjadi adalah peristiwa penambatan (fiksasi) N2
Gambar 4.1 Siklus Nitrogen (sumber: Enger & Ross, 2003)
Selama fase awal daur nitrogen, gas nitrogen dikonversi menjadi ammonia
dengan bantuan mikroorganisme tertentu, yang prosesnya dikenal dengan istilah
fiksasi nitrogen. Proses ini dapat dilakukan oleh dua jenis bakteri yang termasuk
dalam kelompok bakteri non-simbiotik dan simbiotik.
Bakteri pengikat N2 yang non-simbiotik dalam populasinya yang tinggi
ditemukan pada rhizosphere, daerah tempat terjadinya persentuhan antara
akar dan tanah. Azotobacter (bersifat aerob) adalah salah satu contoh bakteri
yang non-simbiotik. Beberapa contoh yang lain adalah Beijerinckia (obligate
aerob), Clostridium; C. fasteurianum (anaerob), dan Klebsiella, Enterobacter,
Bacillus termasuk kelompok yang bersifai fakultative anaerob. Contoh dari jenis
bakteri yang fotoautotrop adalah spesies tertentu yang termasuk dalam
kelompok Rhodospirillum dan Chlorobium. Beberapa spesies yang tennasuk ke
dalam Cyanobacteria (bersifat aerob) juga mampu mengikat N2 bebas karena
memiliki enzim nitrogenase dalam struktur khusus yang disebut heterocysts, yang
memiliki kondisi anaerob untuk fiksasi.
Semua kelompok bakteri di atas memberikan kontribusi penting
untuk penyediaan nitrogen pada daerah hutan basah, padang rumput dan daerah
tundra. Penambatan nitrogen secara simbiotik memiliki peranan yang sangat
penting untuk pertumbuhan tanaman produksi. Beberapa jenis bakteri dari
genus Rhizobium dan Bradyrhizohuim dapat melakukan penambatan gas
nitrogen dengan cara bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan
(Leguminosae), seperti kedelai, buncis, kacang tanah, kacang ijo, alfalfa (sejenis
tanaman polong untuk makanan kuda dan sapi di USA) dan .semanggi. Bertolak
dari hal di atas, maka penambatan nitrogen sangat tergantung dari hubungan
simbiotik antara Leguminosae dengan strain Rhizobium yang efektif. Jumlah N2
yang tertambat dipengaruhi secara genetik baik oleh Rhizobium maupun inang
tanaman yang spesifik. Oleh karena itu bintil akar tanaman Leguminosae
mungkin gagal berkembang atau sebaliknya sangat efektif di dalam tanah.
Bintil akar adalah hasil simbiosis tanaman dari jenis Leguminosae dengan
Rhizobium yang mampu melakukan penambatan N2. Bintil akar terbentuk melalui
serangkaian proses yang diawali kolonisasi bakteri Rhizobium pada rambut akar
(gambar 4.2).
Gambar 4.2 Proses terjadinya bintil akar
Kolonisasi bakteri Rhizobium ini diduga bisa terjadi karena adanya suatu
protein tanaman yang disebut "lektin" yang rnungkin berinteraksi dengan
Rhizobium spesiifik sehingga memungkinkan tanaman untuk mengenal dan
menerima tipe Rhizobium yang cocok. Sebagai contoh, menurut Bhuvaneswari
dan Bauer (1978) reseptor lektin spesifik pada permukaan sel B. japonicum,
dikondisikan oleh lingkungan yang diberikan oleh akar tanaman inang.
Rhizobium masuk tumbuhan inang melalui rambut akar yang kemudian
berubah bentuk karena substansi seperti hormon yang dihasilkan oleh bakteri.
Kemudian bakteri bermigrasi ke dalam struktur seperti benang, memperbanyak
diri yang pada akhirnya bakteri tersebut tersebar di sepanjang rambut akar
sampai ke jaringan akar.
Kolonisasi sel-sel akar dalam jaringan tanaman inang terjadi apahila
bakteri dibebaskan dari benang infeksi dan hal ini melibatkan enzim pektinase dari
Rhizobium dan selulase dari sel tanaman. Dalam perkembangannya bakteri
secara terus menerus mengalami modifikasi baik struktur maupun fungsi dan
menjadi bakteroid yang kaya enzim nitrogenase, suatu enzim yang mampu
mengikat/menambat nitrogen. Satu atau beberapa bakteroid dilindungi oleh
struktur bermembran yang mungkin merupakan tempat terbentuknya pigmen
merah, leghaemoglobin. Pigmen ini menentukan ciri warna bintil akar yang aktif
menambat nitrogen.
Penambatan nitrogen umumnya mencapai puncak pada awal pengisian
polong dan menurun selama akhir fase reproduktif (Keyser dan Fudi, 1992).
Sebaliknya pada biji kedele yang mengandung 40% protein, menurut Salisbury
(1992) bahwa kira-kira 90% penambatan nitrogennya berlangsung selama periode
perkembangan reproduktif dan kira-kira 10% terjadi selama dua bulan pertama
pertumbuhan vegetatif. Bray (1993) mengatakan bahwa sistem simbiotik
mampu menambat nitrogen apabila memenuhi 3 persyaratan pokok seperti :
1. adanya bintil akar;
2. terjadinya diferenensiasi bakteri menjadi bakteroid;
3. menghasilkan leghaemoglobin
Selain hal tersebut di atas, menurut Sprent (1979) faktor lingkungan juga
dapat mempengaruhi penambatan nitrogen pada tanaman jenis legum seperti
temperatur, kelembaban, air, salinitas, pH, nutrien dan adanya bakteri Rhizobium
yang cocok.
Keseluruhan reaksi kimia penambatan nitrogen adalah sebagai berikut.
N2 + 8e- + 6 Mg ATP + 16 H2O 2 NH3 + H2 + 16 MgADP + 16 Pi + 8 H+
Proses tersebut membutuhkan sumber elektron dan proton, molekul ATP,
kompleks enzim nitrogenase. Sumber elektron dan proton berasal dari
karbohidrat yang ditranslokasikan dari daun kemudian di respirasikan oleh bakteri.
Respirasi karbohidrat dalam bakteroid menyebabkan reduksi NAD+ menjadi
NADH atau NADP+ menjadi NADPH dan juga terjadi reduksi flavodoksin. NADH,
NADPH dan flavodoksin kemudian mereduksi feredoksin atau protein yang
sama yang efektif mereduksi N2 menjadi NH4+
NH4+ yang terbentuk akan ditranslokasikan dari bakteroid sebelum
dapat dimetabolisme dan digunakan oleh tanaman inang. Dalam sitosol
sel-sel yang mengandung bakteroid, NH4+ diubah menjadi glutamin, asam
glutamat dan asparagin, sedangkan pada beberapa spesies tertentu NH4+ dapat
diubah menjadi senyawa-senyawa kaya nitrogen yang disebut ureida. Dua
macam ureida pokok pada tanaman legum adalah allantoin dan asam allantoik.
Asparagin dan ureida, lewat sel transfer masuk ke dalam saluran xilem kemudian
diangkut ke akar dan batang. Di sini senyawa-senyawa tersebut dipecah kembali
menjadi NH,+ dan secara cepat diubah menjadi asam-asam amino, amida dan
protein.
4.2 Reduksi NitratSecara umum reduksi nitrat mengikuti reaksi seperti di bawah ini:
NO3_ + 8e+10H + NH4+ + H2O
Meski demikian, pada dasarnya reaksi di atas berlangsung dalam dua tahap
dengan bantuan enzim yang berbeda. Tahapan reaksinya adalah sebagai berikut.
1. Reduksi nitrat : NO3- + NADH + H+ NO2-+ NAD+ + H2O
Reaksi ini berlangsung di dalam plasma dengan bantuan. enzim nitrat reduktase
(NR). Enzim ini merupakan enzim molibdoflavoprotein yang mampu mengatur
kecepatan pembentukan protein pada tumbuhan yang menggunakan NO3-
sebagai sumber nitrogennya.
2. Reduksi nitrit : NO2- + 3 H2O + 6Fd + 2 H+cahaya NH4+ + 1,5 O2 +2 H2O + 6Fd
Reaksi di atas terjadi pada kloroplas (pada daun) atau pada proplastida (pada
akar) dengan enzim nitrit reduktase sebagai katalisnya.
Reduksi nitrat yang dikatalis oleh NR sangat tergantung dari aktivitas NR
tersebut dan aktivitas NR itu sendiri ditentukan oleh konsentrasinya. Kadar NO3"
yang tinggi dalam sel dan cahaya juga dapat memacu aktivitas NR. Peranan
cahaya terhadap aktivitas NR dapat melalui beberapa cara, antara lain :
1. cahaya dapat mengaktifkan fotosintesis sehingga dihasilkan ATP untuk
menggerakkan NO3 dari vakuola ke plasma.
2. cahaya mengaktifkan sistem fitokrom yang berperan menaikkan
kemampuan ribosom membuat protein (termasuk NR).
3. cahaya menginaktifkan protein yang bersifat inhibitor bagi NR.
4. cahaya menaikkan penyediaan karbohidrat dan proses respirasi, dimana
dari proses ini dihasilkan NADH yang diperlukan untuk proses reduksi.
Selain kedua proses (fiksasi N dan reduksi nitrat) di atas, dalam siklus
nitrogen juga terjadi beberapa proses fisika/kimia lainnya, seperti amonifikasi,
nitrifikasi dan denitrifikasi.
4.2.1 AmonifikasiSebagian besar keberadaan N2 di dalam tanah dalam bentuk molekul
inorganik. Organisme yang sudah mati diuraikan melalui proses hidrolisis yang
menyebabkan protein terurai menjadi asam amino. Proses ini disebut deaminasi.
Proses selanjutnya, asam amino yang sudah terbentuk dikonversi menjadi
ammonia (NH3) dan proses ini disebut amonifikasi
Amonifikasi dibantu oleh beberapa mikroorganisme seperti bakteri dan
jamur. Kedua proses di atas secara sederhana dapat digambarkan sebagai
berikut.
mikroba penguraiProtein dari organism matidan sampah produksi
Bakteri /Jamur
Asam amino (Deaminasi)
Asam amino Amonia (NH3) (Amonifikasi)
Amonia merupakan senyawa dalam bentuk gas, pada tanah yang kering mudah
menguap, sebaliknya pada tanah yang lembab/basah ammonia terlarut dalam air
dan membentuk ion ammonium (NH4+ ). Reaksinya sebagai berikut.
NH3 + H20 NH4+ OH NH4+ + OH-
Selanjutnya ion amonium dapat digunakan oleh bakteri dan tumbuhan
untuk sintesa asam amino. Walaupun demikian, pemanfaatan nitrogen oleh
kebanyakan tumbuhan umumnya dalam bentuk NO3- karena NH4+ akan
dioksidasi menjadi NO3- oleh bakteri nitrifikasi. Disamping itu ammonium/amonia
ini bersifat racun bagi tumbuhan dan dapat menghambat pembentukan ATP di
kloroplas dan mitokondria.
4.2.2 NitrifikasiNitrifikasi merupakan proses oksidasi ion amonium menjadi nitrat(NO3-).
Proses ini dilakukan oleh bakteri autotrof yang termasuk ke dalam genus
Nitrosomonas dan Nitrobacter. Nitrosomonas akan mengoksidasi ion amonium
menjadi nitrit (NO2-) dan selanjutnya Nitrobacter akan mengoksidasi nitrit (NO2-)
menjadi nitrat (NO3-).
Tumbuhan cenderung menggunakan nitrat (NO3-) sebagai sumber
nitrogen untuk sintesa protein karena nitrat memiliki mobilitas yang lebih tinggi di
dalam tanah dan lebih mudah terikat dengan akar tanaman daripada amonium.
Meski sebenarnya ion amonium lebih efisien sebagai sumber nitrogen karena
memerlukan lebih sedikit energi untuk sintesa protein, tetapi karena bermuatan
positif maka lebih sulit dimanfaatkan karena sudah lebih dulu terikat oleh tanah
lempung yang bermuatan negatif.
4.2.3 DenitrifikasiDalam beberapa tahap selama berlangsungnya siklus nitrogen, terjadi
pembebasan dan pengikatan N2 bebas (atmospheric nitrogen). Terlepasnya N2
bebas akibat suatu proses yang terjadi dalam siklus nitrogen disebut
denitrifikasi, yang pada dasamya adalah konversi nitrat menjadi gas nitrogen.
NO3- NO2- N 20 N 2
Beberapa spesies dalam genus Pseudomonas merupakan kelompok bakteri
terpenting yang melaksanakan proses denitrifikasi dalam tanah. Sejumlah jenis
yang lain seperti Paracoccus, Thiobacillus, dan Bacillus juga mampu melakukan
proses denitrifikasi. Bakteri-bakteri yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
pada umumnya merupakan mikroorganisme yang aerob, tetapi pada kondisi
anaerob mereka juga mampu menggunakan nitrat dalam situasi dimana
oksigen berperan sebagai akseptor elektron akhir (anaerobic respiration).
Proses denitrifikasi tidak menguntungkan bagi kesuburan tanah karena terjadi
pembebasan N2 ke atmosfer dari senyawa nitrat.
4.3 Sintesa Asam AminoAsam amino merupakan senyawa organik dengan ukuran molekulnya yang
kecil, mempunyai gugus NH dan COOH sehingga dapat bersifat asam atau basa
tergantung pada pH lingkungannya. Selain dua jenis gugus di atas, beberapa
asam amino juga mengandung gugus SH, OH, atau CONH. Asam amino
biasanya ditemukan berdiri sendiri (bebas) dalam sel atau bersenyawa dengan
asam amino lain membentuk protein.
Tumbuhan dan mikroorganisme mampu mensintesis 20 asam amino
standar, tetapi hewan tingkat tinggi dari kelompok mammalia tidak mampu
mensintesis ke-20 asam amino tersebut. Oleh karena itu keperluan asam
amino tersebut diperoleh dari jenis makanan yang dikonsumsinya. Asam amino
yang tidak dapat disintesis tersebut termasuk ke dalam kelompok asam amino
esensial, sedangkan sisanya yang dapat disintesis disebut asam amino non-
esensial. Manusia tidak mampu mensintesis beberapa asam amino, yang
termasuk ke dalam asam amino esensial, seperti Histidin (His), Isolesin (lie), Lesin
(Leu), Lisin (Lys), Metionin (Met), Fenilalanin (Phe), Triptofan (Trp), Treonin (Thr),
dan Valin (Val). Sedangkan yang ternasuk dalam kelompok non-esensial
adalah Alanin (Ala), Arginin (Arg), Asam aspartat (Asp), Asparagin (Asn), Sistein
(Cys), Glutamin (Gin), Asam glutamat (Glu), Glisin (Gly), Prolin (Pro), Serin (Ser),
dan Tirosin (Tyr).
Proses biosintesis asam amino bermacam-macam dan biasanya bervariasi
antara satu organisme dengan organisme yang lain, tetapi semuanya memiliki
ciri-ciri yang umum yaitu merupakan turunan dari suatu daur metabolisme seperti
siklus asam sitrat, glikolisis atau pentosa phosfat. Berdasarkan hal mi, rnaka
asam amino dapat dikelompokkan menjadi enam berdasarkan cara
biosintesisnya yang tergantung dari siklus metabolisme mana kelompok asam
amino tersebut di turunkan/disintesis (gambar 4.3).
Gambar 4.3 Pengelompokan asam amino berdasarkan cara biosintesisnya
Kelompok utama asam amino selalu dihasilkan dari proses transaminasi
glutamat Meskipun demikian, sintesis asam amino asam glutamat, asam aspartat,
dan alanin terjadi dari reaksi aminasi reduksi. Transaminasi merupakan reaksi
dapat balik. Contoh reaksi transaminasi yang paling terkenal adalah
transfer/pemindahan gugus amino antara glutamat dan oksaloasetat
menghasilkan α-ketoglutarat dan aspartat, seperti terlihat di bawah ini.
COOH COOHCOOH COOH
H C NH2 + C O C O + H C NH2
CH2
CH2
COOH
Asam glutamat
CH2
COOH
Asam oksaloasetat
CH2
CH2
COOH
Asam-ketoglutarat
CH2
CH2
COOHAsam asparatat
Pada suatu rangkaian percobaan yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa glutamat dapat memberikan gugus aminonya untuk pembentukan 17 asam
amino yang berbeda.
Tipe transaminasi yang lain adalah glutamin atau asparagin bertindak sebagai
donor gugus amino, seperti berikut ini.
transaminaseglutamin + asam α-ketoglutarat asam α-ketoglutarat-amida + asam α amino
Asam α-ketoglutarat-amida + H2O asam α-ketoglutarat + NH3
Reaksi aminasi reduksi untuk pembentukan asam glutamat dari asam α-
ketoglutarat memerlukan ion amonium. Reaksi ini dapat balik dan secara
fisiologis penting dalam respirasi asam amino yang terbentuk selama
penguraian protein. Pembentukan asam glutamat dikatalisis oleh enzim
glutamat dehidrogenase dan prosesnya terjadi di mitokondria.
COOH COOH
C=O HC NH2
C H2 + NH4+ + NADH2 C H2 + NAD + H2O
C H2 C H2
COOHAsam α-ketoglutarat
COOHAsam glutamate
Asam aspartat dan Alanin masing-masing terbentuk dari asam
oksaloasetat dan asam piruvat. Reaksi pembentukan kedua jenis asam amino di
atas dapat digambarkan sebagai berikut.
dehidrogenase(i) asam oksaloasetat + NH4 + NADH 2 asam aspartat + NAD + H 2O
(ii) asam piruvat + NH4+ + NADH2
alanin dehidrogenasealanin + NAD + H2O