Peranan - Universitas Padjadjaran

142

Transcript of Peranan - Universitas Padjadjaran

Page 1: Peranan - Universitas Padjadjaran
Page 2: Peranan - Universitas Padjadjaran
Page 3: Peranan - Universitas Padjadjaran

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 4: Peranan - Universitas Padjadjaran

Dr. Rahman Mulyawan

Page 5: Peranan - Universitas Padjadjaran

Dr. Rahman Mulyawan

Hak Cipta © Dr. Rahman Mulyawan, 2015Hak cipta dilindungi undang-undang

All rights reserved

Penyunting: A. Kean B. Hibar

Desain Cover: Endhaven Designroom

Penata Letak:Eri Ambardi A.

Cetakan I, April 2015

ISBN: 978-602-0810-17-1

Diterbitkan oleh:

Jl. Raya Bandung – Sumedang km 21 SumedangBandung 45363, Tlp. (022) 843 88812

Website : lppm.unpad.ac.id Email : lppm.unpad.ac.id

Hak cipta di lindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun secara elektronik, termasuk memfotokopi,

merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

Page 6: Peranan - Universitas Padjadjaran

v

bab IPendahuluan • 1

bab IITinjauan Konseptual Keamanan Nasional dan Kebencanaan • 5

bab IIIMetode Pelaksanaan Pekerjaan • 95

bab IVRencana Kerja • 99

bab VStruktur Organisasi & Jadwal Pelaksanaan • 105

bab VISTUDI KASUS: Manajemen Kontijensi di Kabupaten Ciamis • 109

Daftar Pustaka • 131Tentang Penulis • 133

Daftar Isi

Page 7: Peranan - Universitas Padjadjaran

vi Dr. Rahman Mulyawan

Page 8: Peranan - Universitas Padjadjaran

1

1.1 Latar BelakangDalam hal penanggulangan pasca-bencana, terutama pemulihan keamanan dan ketertiban dimaksudkan agar upaya upaya pemulihan keamanan dan keteftiban dapat berlangsung secara efektif, dalam arti dapat mengurangi permasalahan yang dihadapai dan bahkan mencegah timbulnya perma-salahan baru. Untuk itu diperlukan Pedoman Pelaksanaan sebagai acuan bagi pihak-pihak terkait. Pedoman ini seyogyanya mengacu pada kenyataan di lapangan, sehingga upaya penanganan yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Mengingat kompleksitas masalah keamanan maka penyusunan pedoman ini melibatkan beberapa stakeholder yang kompeten dalam suatu proses yang partisipatif, sebagaiamana yang diharapkan dalam good governance.

Bencana yang diikuti dengan pengungsian menimbulkan masalah ke-amanan dan ketertiban yang sebenarnya diawali oleh masalah bidang/sektor lain. Penanggulangan masalah keamanan dan ketertiban merupakan kegi-atan yang harus segera diberikan baik saat terjadi dan pasca bencana disertai pengungsian. Untuk itu di dalam penanggulangan masalah keamanan dan ketertiban pada bencana dan pengungsian harus mempunyai suatu pema-haman permasalahan dan penyelesaian secara menyeluruh. Cara berfikir dan bertindak tidak bisa lagi secara sektoral, harus terkoordinir secara baik dengan lintas sektor dan lintas program. Standar minimal dalam penang-gulangan masalah keamanan dan ketertiban akibat bencana dan penganan pengungsi ini merupakan standar yang dipakai di Dunia internasional.

BAB I

Pendahuluan

Page 9: Peranan - Universitas Padjadjaran

2 Dr. Rahman Mulyawan

Standar minimal ini dibuat dengan dasar pemikiran bahwa apabila tidak terpenuhinya batas minimal kebutuhan hidup masyarakat korban bencana atau pengungsi, langsung maupun tidak langsung akan berakibat timbulnya masalah kedaruratan aspek ketertiban dan keamanan.

Dalam penanggulangan masalah ketertiban dan keamanan akibat bencana dan penganan pengungsi diperlukan standar–standar yang dapat dipakai sebagai pegangan atau patokan ukuran untuk merencanakan, mem-beri bantuan dan untuk mengevaluasi.

Dibuatnya standar minimal ini untuk pegangan dalam setiap kegiatan penanggulangan bencana dan Pemulihan keamanan dan ketertiban baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh LSM serta swasta lainnya.

1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Kegiatan Penyusunan Pedoman Pemulihan Keamanan dan Keter-tiban ini memberikan gambaran kepada stakeholder tentang bagaimana cara untuk memulihkan Keamanan Ketertiban masyarakat yang terkena bencana.

Adapun tujuan Kegiatan Penyusunan Pedoman Pemulihan Keamanan dan Ketertiban ini meliputi :

Tersedianya Pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan/arahan 1. untuk Pemulihan Keamanan Ketertiban bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat, dalam rangka Penanganan Pemulihan Keamanan ketertiban.

Terwujudnya Pola Pemulihan Keamanan ketertiban bagi masyarakat 2. yang terkena dampak bencana untuk kembali ke kehidupan pada keadaan normal sepefti kondisi sebelum bencana.

Terlaksananya koordinasi kegiatan sesuai peran dan tugas dari masing-3. masing pihak yang terkait.

1.3 Ruang LingkupLingkup kegiatan Penyusunan Pedoman Pemulihan Keamanan dan Keter-tiban meliputi :

Page 10: Peranan - Universitas Padjadjaran

3Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

a. Perumusan bentuk dan jenis dan besaran bencana yang sering terjadi di Indonesia, dan perkiraan besaran dampak yang dapat terjadi.

b. Perumusan bentuk/cara pemulihan kemanan dan ketertiban yang baik dengan melibatkan unsur akademisi, dan unsur daerah yang telah melakukan kegiatan diujicobakan dengan tingkat kegiatan yang tinggi.

c. Penyusunan konsep pemulihan keamanan dan ketertiban dengan meng-acu pada standard nasional dan internasional yang dapat diterapkan di Indinesia, pada daerah dimana pernah terjadi bencana dengan tingkat pengungsi tinggi.

Page 11: Peranan - Universitas Padjadjaran

4 Dr. Rahman Mulyawan

Page 12: Peranan - Universitas Padjadjaran

5

2.1 Pemahaman Keamanan NasionalKeamanan Nasional (National Security) merujuk pada kebutuhan untuk memelihara dan mempertahankan eksistensi negara melalui kekuatan eko-nomi, militer dan politik serta pengembangan diplomasi. Secara konven-sional, tafsir konsep Keamanan Nasional menekankan kepada kemam puan pemerintah dalam melindungi integritas teritorial negara dari ancaman yang datang dari luar dan dari dalam negara tersebut.

Beberapa langkah yang penting untuk memastikan keamanan nasional: •Penggunaan diplomasi untuk menggalang sekutu dan mengisolasi ancaman,

Penataan Angkatan Bersenjata yang efektif Implementasi konsep per-•tahanan yang bersifat sipil dan kesiagaan dalam menghadapi situasi darurat, termasuk terorisme.

Memastikan daya dukung dan ketersediaan infrastruktur dalam negeri •yang penting

Penggunaan kekuatan intelijen untuk mendeteksi dan mengalahkan •atau menghindari berbagai ancaman dan spionase, serta melindungi informasi rahasia penggunaan kekuatan kontra-intelijen untuk melin-dungi negara.

Setelah berakhirnya era Perang Dingin, perkembangan ilmu hubungan internasional melahirkan pandangan baru konsep keamanan yang tidak hanya meliputi aspek militer dan pelibatan aktor keamanan semata-mata.

BAB II

Tinjauan Konseptual Keamanan Nasional

dan Kebencanaan

Page 13: Peranan - Universitas Padjadjaran

6 Dr. Rahman Mulyawan

Menurut para pakar, konsep keamanan non-konvensional ini memiliki definisi yang lebih fleksibel dan meliputi aspek non-militer dan melibatkan aktor-aktor non-insititusi pemerintah.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menekankan perubahan konsep dan fokus keamanan dari keamanan yang menitikbeatkan kepada keamanan negara menjadi keamanan masyarakat, dari keamanan melalui kekuatan militer menuju keamanan melalui pembangunan masyarakat, dari keamanan wilayah kepada keamanan manusia terkait jaminan keamanan, pangan, pekerjaan dan lingkungan.

Karenanya, keamanan nasional merupakan perwujudan konsep ke-amanan secara menyeluruh, yang memiliki empat dimensi: (1) dimensi per ta hanan negara, (2) dimensi stabilitas dalam negeri, (3) dimensi keter-tiban publik, dan (4) dimensi keamanan insani. Secara teoritik empat dimensi keamanan ini, mendefinisikan keamanan nasional sebagai upaya politik pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan kondisi aman bagi terse-lenggaranya pemerintahan dan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga mampu meraih kepentingan nasional dari segala bentuk gangguan dan ancaman baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

Keamanan Nasional Indonesia

Dalam Lampiran poin 4, Peraturan Presiden (Perppres) No. 7 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara, Keamanan Nasional Indonesia dirumuskan sebagai suatu rasa aman dan damai dari bangsa Indonesia dalam Wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Cakupan konsep keamanan nasional Indonesia meliputi segala daya dan upaya untuk menjaga dan memelihara rasa aman dan damai bangsa Indonesia terdiri dari pertahanan negara, keamanan negara, keamanan publik dan keamanan individu.

Kepentingan nasional Indonesia terdiri dari 3 (tiga) strata:

Mutlak, kelangsungan NKRI, berupa integritas teritorial, kedaulatan •nasional, dan keselamatan bangsa Indonesia.

Penting, berupa demokrasi politik dan ekonomi, keserasian hubungan •antar suku, agama, ras, dan golongan (SARA), penghormatan terhadap HAM, dan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup.

Page 14: Peranan - Universitas Padjadjaran

7Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Pendukung; Keterlibatan Indonesia dalam mendukung dan mewujudkan •perdamaian dunia dan ketertiban dunia.

Sementara dalam draft Rancangan Undang-undang Keamanan Nasional versi kelompok kerja (pokja) Departemen Pertahanan Januari 2007, dise-butkan bahwa Keamanan Nasional Indonesia adalah: fungsi pemerintahan yang diselenggarakan untuk menjamin tegaknya kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI, terjaminnya keamanan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara, perikehidupan rakyat, masyarakat dan pemerintah yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dan Kondisi keamanan yang berlaku dalam ruang lingkup sebagian atau seluruh wilayah NKRI.

Secara konstitusional, Keamanan Nasional ditujukan untuk mencapai Tujuan Nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa; “… negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.”

Untuk mencapai tujuan nasional di sektor keamanan, dikembangkan sistem keamanan nasional. Sayangnya, menurut para analis, sistem perta-hanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata) yang masih dipakai sebagai satu-satunya sistem keamanan dan doktrin pertahanan bersifat statis dan permanen. Padahal Sishankamrata harus dinamis dan dapat memberikan ruang lingkup bagi negara untuk mengembangkan strategi, kebijakan dan kemampuan pertahanan negara yang memadai. Pendekatan keamanan nasional tidak terfokus pada pendekatan keamanan negara, karena negara sebagai aktor keamanan tidak hanya memperhatikan issue keamanan tradisional yang mengancam kedaulatan politik dan teritorial, tapi juga isu keamanan yang bersifat non-konvensional yang mengancam kehidupan warga negara.

Bagaimana Pengaturan Penyelenggaraan

Keamanan Nasional?Di Indonesia, munculnya usulan RUU Keamanan Nasional tidak lepas dari adanya kelemahan yang masih timbul dari berbagai perangkat perundang-undangan yang lahir pasca pemisahan TNI-Polri. Baik UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri, UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara,

Page 15: Peranan - Universitas Padjadjaran

8 Dr. Rahman Mulyawan

maupun UU No. 34 Tahun 2004 Tentang TNI, ternyata memunculkan masalah yang berupa tidak adanya ruang bagi koordinasi dan sinergi operasional di lapangan.

Kebutuhan legislasi dalam kebijakan keamanan ini diperlukan untuk mengatur dan penyelenggaraan keamanan nasional secara demokratis, komprehensif dan terkoordinasi. Kebijakan itu juga menjadi landasan hukum untuk mengatur keterlibatan berbagai institusi, batas kewenangan antar institusi yang terlibat dan sumber daya yang digunakan.

Gagasan keamanan nasional sebelumnya telah dituangkan dalam RUU Pertahanan dan Keamanan Negara. Dalam RUU ini Kelompok Kerja Refor-masi Sektor Keamanan mengemukakan Pertimbanagn Strategi Politik dan Legal dalam penyusunan kebijakan keamanan.

Secara teoritik, pengaturan kelembagaan dan hubungan kelembagaan dalam keamanan nasional negara demokrasi meliputi: Upaya mewujudkan keamanan nasional harus didasarkan kepada prinsip demokrasi. Prinsip ini mencakup supremasi sipil, transparansi dan akuntabilitas. Upaya mewujud-kan keamanan nasional harus didasarkan kepada penghormatan kepada hak-hak sipil, dan Penggunaan kekerasan merupakan pilihan terakhir. Prinsip ini mengharuskan adanya mekanisme untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh institusi-institusi pelaksana. Meski proses reformasi dan demokratisasi telah berjalan selama kurun waktu 10 tahun, format dan pemahanan tentang keamanan nasional belum ditemukan. Kelemahannya antara lain disebabkan oleh adanya perdebatan mengenai penataan keamanan nasional yang tidak hanya berkisar pada persoalan teknis opera-sional mengenai Pengaturan, Pengelolaan dan Pengimplementasian, melain-kan masih bertumpu pada paradigma dan konsep keamanan nasional itu sendiri. Penyelenggaraan keamanan nasional secara konseptual harus dida-sarkan atas prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance).

Prinsip-prinsip Good Governance Dalam Penyelenggaraan Keamanan Nasional:

Aktor keamanan haruslah akuntabel dan operasi mereka harus diawasi 1. oleh otoritas sipil dan berbagai organisasi masyarakat sipil.

Operasi aktor keamanan harus sejalan dengan sistem hukum nasional 2. dan internasional.

Page 16: Peranan - Universitas Padjadjaran

9Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Ketersediaan semua informasi mengenai perencanaan, penganggaran 3. dan operasi para aktor keamanan yang dapat diakses oleh publik secara luas serta pengadopsian sebuah pendekatan yang komprehensif dan disiplin atas semua sumber daya yang ada.

Badan legislatif dan eksekutif harus mempunyai kapasitas untuk me-4. lakukan kontrol politik terhadap berbagai kebijakan, penganggaran dan operasi para aktor di bidang keamanan. Sejalan dengan

prinsip ini, masyarakat sipil juga harus mempunyai kapasitas untuk 5. mengawasi dan berpartisipasi secara konstruktif kebijakan, pengang-garan dan operasi aktor keamanan

Hubungan sipil-militer harus didasarkan pada hierarki yang jelas dan 6. penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.

Kesetaraan individu harus dijamin di depan hukum maupun dalam 7. proses hukum berdasar tata cara yang adil dan transparan.

Langkah-Langkah Kebijakan dan Hasil-Hasil yang Dicapai

Langkah kebijakan yang akan ditempuh untuk meningkatkan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas adalah sebagai berikut.

penguatan koordinasi dan kerja sama antara kelembagaan pertahanan 1. dan keamanan;

peningkatan kapasitas dan kinerja lembaga keamanan, yaitu Polri, TNI, 2. Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Kemen-terian Lingkungan Hidup, Badan Intelijen Negara (BIN), Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan Koordinasi Kemanan Laut (Bakorkamla);

peningkatan kegiatan dan operasi bersama keamanan di daerah pasca 3. bencana;

peningkatan pengamanan di wilayah bencana;4.

pembangunan upaya pemolisian masyarakat (community policing) dan 5. penguatan peran aktif masyarakat dalam menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat;

peningkatan penegakan undang-undang dan peraturan serta memper-6. cepat proses penindakan pelanggaran hukum;

Page 17: Peranan - Universitas Padjadjaran

10 Dr. Rahman Mulyawan

Pengumpulan informasi terkait kendala keadaan di lapangan pasca 7. bencana.

Dalam kurun waktu terakhir hasil-hasil penting yang akan dicapai, antara lain, adalah sebagai berikut.

Pengembangan jaringan telah dilakukan pada Pos Keamanan Wilayah 1. Provinsi, Kabupaten/Kota. Selain itu, peningkatan kerja sama internasional di bidang pengembangan jaringan dan pengamanan wilayah;

Sebagai langkah pemantapan hasil penelitian dan pengembangan mate-2. riel persandian, telah diciptakannya sistem sandi dan peralatan sandi yang memberikan jaminan keamanan bagi terselenggaranya jaring komunikasi sandi di seluruh instansi pemerintah. Hal ini didukung dengan pengadaan alat laboratorium, perekayasaan perangkat lunak persandian, perekayasaan peralatan sandi, penelitian penguasaan tek-no logi, dan penelitian peralatan sandi.

Selanjutnya, guna mendukung kendali operasional telah dibangun 3. sistem operasional yang menjadikan jaringan dasing (on-line) di seluruh jajaran dengan Markas Besar. Wilayah rawan bencana, Hal tersebut juga didukung pembangunan manajemen informasi sistem yang memung-kinkan penyampaian data secara waktu nyata (real time). Seluruh jaringan dapat dikendalikan dari satu ruangan kendali pusat krisis (crisis centre) .

Pembangunan Sarana dan prasaranan kemanan dan penampungan 4. sementara korban bencana dengan harapan tercapainya kemanan dan pengamanan secara terkendali;

Pembuatan/Pembentukan Instansi Swadaya Masyarakat untuk mem-5. bantu aparat hukum terkait pengemanan dan penampung informasi masyarakat korban bencana;

Telah terjalin kerja sama internasional dalam rangka percepatan 6. pemulihan daerah korban bencan.

2.2 Pemahaman Konsepsi Keamanan NasionalKonsepsi keamanan nasional demikian mendapat tantangan serius dengan berakhirnya Perang Dingin. Berbagai upaya untuk memperluas makna

Page 18: Peranan - Universitas Padjadjaran

11Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

keamanan mulai mendapat tempat, baik dalam diskursus akademik maupun di kalangan praktisi. Konsepsi mengenai “keamanan” tidak lagi didominasi oleh pengertian yang bersifat militer, yakni yang menekankan aspek konflik antar negara, khususnya yang berkaitan dengan aspek ancaman terhadap integritas wilayah nasional (konsep keamanan teritorial).

Namun, berak-

hirnya Perang Dingin telah memperkuat pemahaman konsep keamanan dari sudut pandang menyeluruh, yakni melalui konsep keamanan kompre-hensif (comprehensive security).

Pemahaman bangsa Indonesia atas konsep “keamanan” sebenarnya telah sejak awal mengenali adanya keterkaitan antar aspek kehidupan, yang tidak hanya didominasi oleh aspek militer. Hal ini dengan jelas dimani-festasikan dalam konsepsi Ketahanan Nasional. Sehingga, dalam konteks Indonesia, pemilahan makna “keamanan” dari “pertahanan” melalui dimensi ruang merupakan cerminan dari fenomena keterlambatan, kalau pun bukan keterbelakangan, konseptual. Ketika masyarakat internasional bergerak ke arah pendefinisian yang luas, kita malah bergerak mundur dari cara pandang kita sendiri yang sudah komprehensif menuju pemahaman dan definisi sempit.

Dengan kata lain, pemahaman konsep “keamanan nasional” tidak tepat jika mengacu kepada dimensi ruang (space), baik internal maupun internal, tetapi pada suatu totalitas mengenai “kemampuan negara untuk melindungi apa yang ditetapkan sebagai nilai-nilai inti (core values), yang pencapaiannya merupakan sebuah proses terus-menerus, dengan menggunakan segala elemen power dan resources yang ada serta melingkupi semua aspek kehi-dupan.” Pemahaman komprehensif demikian akan membantu kita dalam menempatkan Kebijakan Keamanan nasional sebagai payung bersama dalam merumuskan berbagai strategi majemenen ancaman (threat management), baik ancaman dari dalam maupun dari luar, sehingga tercipta sinergi nasi-onal dalam menyelesaikan berbagai problem yang terus melanda bangsa ini.

Tantangan Keamanan Nasional Indonesia

Dengan pemahaman komprehensif demikian, lantas apa saja yang menjadi komponen keamanan nasional Indonesia? Untuk 5-10 tahun mendatang, jelas bahwa tantangan keamanan nasional Indonesia akan berkisar pada upaya penanggulangan masalah-masalah sebagai berikut:

Page 19: Peranan - Universitas Padjadjaran

12 Dr. Rahman Mulyawan

a. Menjaga keutuhan wilayah RI

b. Memulihkan stabilitas internal, khususnya penegakan law and order

c. Mempercepat pemulihan ekonomi

d. Menyelesaikan dan mencegah konflik-konflik komunal

e. Membangun dan mengkonsolidasikan demokrasi

f. Menciptakan stabilitas dan keamanan regional

g. Mengelola hubungan setara dan berkeuntungan timbal balik dengan anggota masyarakat internasional lainnya

Tantangan keamanan nasional yang demikian jelas membutuhkan ke-ter libatan dan kerjasama segenap komponen bangsa dalam mengatasinya. Ancaman terhadap unsur-unsur inti (core values) keamanan nasional itu bisa datang baik dari luar maupun dari dalam. Setidaknya, secara sekilas saja sudah dapat diperkirakan bahwa peran Deplu, TNI, dan Polri akan tampak lebih menonjol. Yang perlu dipahami adalah, pemilahan kelem-bagaan yang ada hanyalah bersifat institusional-administratif, tetapi fungsi-nya dapat saling terkait.

Masalah Grey Area

Meskipun pengertian keamanan nasional (national security), keamanan dalam negeri (internal security), dan pertahanan (defence) secara konseptual berbeda, dalam pengejawantahannya di Indonesia kerap ditandai oleh kerancuan. Kerancuan itu akan semakin terasa apabila dikaitkan dengan masalah tataran kewenangan, khususnya antara TNI dan Polri. Hal ini antara lain disebabkan oleh penerjemahan istilah. Oleh karena itu, istilah keamanan dalam negeri, khususnya dalam kaitan tugas-tugas Polri dan untuk pentingan legislasi dan kebijakan, barangkali dapat diganti dengan ketertiban umum (public order) dan ketentraman umum (public safety). Sementara, istilah keamanan dalam negeri (internal security) dapat dilihat sebagai aspek yang mengandung grey area, yang membutuhkan adanya penataan dan kejelasan tataran kewenangan antara Polri dan TNI.

Page 20: Peranan - Universitas Padjadjaran

13Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

2.3 Konsep Penanggulangan Bencana

2.3.1 Definisi dalam Penanggulangan BencanaSebelum melangkah lebih lanjut, kita harus menetapkan pemahaman umum atau definisi-definisi dari istilah-istilah berikut ini.

Bahaya adalah kejadian yang jarang atau ekstrim dari lingkungan ka-rena ulah manusia atau karena alam yang secara umum merugikan dan mempengaruhi kehidupan manusia, properti atau aktivitas pada tingkat yang menyebabkan satu bencana.

Bencana adalah gangguan yang serius dari berfungsinya satu masya-rakat, yang menyebabkan kerugian-kerugian yang besar terhadap lingkungan, material dan manusia, yang melebihi kemampuan dari masyarakat yang tertimpa bencana untuk menanggulangi dengan hanya menggunakan sumber -sumber daya masyarakat itu sendiri. Bencana sering diklasifikasikan sesuai dengan cepatnya serangan bencana tersebut (secara tiba-tiba atau perlahan- lahan), atau sesuai dengan penyebab bencana itu (secara alami atau karena ulah manusia).

Bagian dari modul ini akan memfokuskan pada kedua istilah di atas akan tetapi kita perlu mengevaluasi kedua istilah itu dalam kaitannya de-ngan istilah: fenomena alam.

Fenomena alam adalah proses klimatologis, hydrologis, atau ekologis yang ekstrim yang tidak menempatkan ancaman apapun terhadap orang-orang atau properti. Satu gempa bumi yang dahsyat pada satu area yang tidak berpenghuni, adalah sebagai contoh satu fenomena alam, bukan satu bahaya. Demikian juga dengan banjir tahunan di daerah tertentu adalah satu elemen penting bagi kesejahteraan dari orang-orang yang tinggal di dekat sungai itu.

Istilah lain yang terkait erat dengan bencana adalah emergensi. Satu bencana mungkin dianggap sebagai satu tipe khusus dari satu emergensi. “Bencana”, menunjuk pada satu periode waktu yang intens dalam tingkat urgensi tertentu. Jika bencana terikat oleh satu periode khusus dimana kehidupan dan properti yang berharga seketika berada pada tingkat bahaya, satu emergensi dapat mencakup periode yang lebih umum dimana:

Page 21: Peranan - Universitas Padjadjaran

14 Dr. Rahman Mulyawan

terdapat penurunan yang jelas dan nyata dari kemampuan penanganan •satu kelompok atau satu masyarakat, atau

kemampuan-kemampuan penanganan hanya bersifat bertahan karena •adanya inisiatif-inisiatif kelompok atau masyarakat atau karena inter-vensi dari luar.

Bagian ini akan menerangkan fenomena tertentu yang mengakibatkan bencana dan emergensi-emergensi: tren-tren bencana, di mana bencana- ben-cana itu terjadi dan siapa yang paling terpengaruh oleh bencana-bencana itu.

Dari awal akan bermanfaat untuk mengingatkan diri kita sendiri bahwa bencana-bencana dan emergensi terlalu sering dianggap sebagai kejadian- kejadian menyimpang, yang dipisahkan dari “kehidupan normal”. Dalam kenyataannya, bagaimanapun juga, yang sebaliknyalah yang benar. Bencana dan emergensi adalah refleksi-refleksi mendasar dari kehidupan yang nor-mal. Bencana adalah konsekuensi-konsekuensi dari cara-cara masyarakat membangun diri mereka sendiri, secara ekonomi dan sosial; cara-cara dimana masyarakat dan negara berinteraksi; dan cara-cara dimana hubungan antara para pembuat keputusan dilakukan.

Bencana muncul dari fakta bahwa komunitas-komunitas atau kelom-pok- kelompok tertentu terpaksa untuk menetap di area-area yang rentan terhadap dampak dari sungai yang mengamuk atau letusan gunung berapi. Penting untuk membuat satu perbedaan antara bahaya dan bencana, dan untuk mengenali pengaruh dari bahaya terhadap bencana adalah tolok ukur yang penting untuk mengetahui kerentanan masyarakat.

2.3.2 Bahaya Alam dan Bencana AlamPada bab-bab sebelumnya, diskusi mengenai bencana dan emergensi akibat dari bahaya ciptaan manusia dan ciptaan alam telah dikembangkan dalam istilah-istilah yang umum. Bagaimana pun juga, setiap bahaya mempunyai karakteristiknya sendiri-sendiri. Untuk memahami signifikasi dan implikasi dari satu tipe khusus bencana, kita harus memiliki satu pemahaman dasar tentang alam, sebab dan akibatnya dari setiap tipe bahaya.

Daftar dari tipe-tipe bahaya sangatlah panjang. Banyak bahaya yang jarang muncul atau mempengaruhi hanya populasi yang sangat sedikit saja. Bahaya-bahaya yang lain, seperti badai salju yang dahsyat, sering kali terjadi

Page 22: Peranan - Universitas Padjadjaran

15Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

di daerah-daerah yang memang sudah siap untuk menghadapi bahaya-bahaya itu dan bahaya-bahaya tersebut jarang menjadi bencana.

Akan tetapi, dari perspektif korban bencana, hal ini secara khusus tidaklah bermanfaat untuk membedakan antara bencana kecil dan bencana besar. Sebagian bencana sekarang ini hanya menjadi perhatian kecil saja bagi komunitas internasional. Hal ini mencakup salju longsor, kabut, cuaca dingin, hujan es, petir, badai salju, dan tornado. Perhatian internasional menjadi berkurang terhadap bahaya-bahaya ini karena dampak dari bahaya-bahaya tersebut hanya relatif mempengaruhi sedikit orang dan negara-negara di mana bahaya-bahaya tersebut biasanya muncul, mempunyai sumber-sumber daya dan sistem-sistem yang memadai untuk merespon tanpa bantuan dari luar.

Ada beberapa tipe bahaya yang mendapatkan perhatian yang luas. Bahaya-bahaya tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

Serangan bahaya yang mendadak—• (bahaya iklim dan geologis) gempa bumi, tsunami, banjir, badai tropis, letusan gunung berapi, dan tanah longsor.

Serangan bahaya yang perlahan-lahan—• (bahaya lingkungan) kekeringan, kelaparan, degradasi lingkungan, desertifikasi, penggundulan hutan, dan serbuan hama.

Teknologi/industri—• kegagalan sistem/kecelakaan, tumpahan bahan kimia, letusan, dan kebakaran.

Perang dan kerusuhan sipil—• agresi bersenjata, pemberontakan, terorisme, dan tindakan-tindakan lain yang mengakibatkan berpindahnya orang-orang atau mengungsi.

Epidemi—• air dan/makanan yang mengandung penyakit, penyakit yang menular dari satu orang ke orang lain (lewat kontak dan pernapasan), penyakit yang mengandung virus dan komplikasi-komplikasi dari luka.

Tipe-tipe bahaya ini disoroti dalam materi pelatihan ini. Karena bahaya-bahaya tersebut sering mempengaruhi populasi yang besar dan kebutuhan akan bantuan dari luar sangatlah jelas. Banyak bencana secara sendirinya merupakan kejadian-kejadian internasional dan mempunyai dampak ter-hadap seluruh daerah.

Page 23: Peranan - Universitas Padjadjaran

16 Dr. Rahman Mulyawan

Bagian ini memberikan satu indikasi dari karakteristik umum dari masing- masing tipe bahaya dan bermacam-macam tindakan menghadapi bencana yang mungkin diperlukan. Anda harus mencatat bahwa bencana mempunyai jaminan atau pengaruh-pengaruh tidak langsung yang bisa menahan bahkan setelah tipe bencana khusus secara langsung ditangani.

Masalah pemindahan manusia setelah serangan bencana yang men-dadak, seperti misalnya badai, mungkin berlanjut dengan baik setelah men-dapatkan pertolongan segera, program-program pemulihan dan bahkan rehabilitasi yang sudah dilakukan. Dampak tambahan dapat merubah serangan bencana yang kelihatannya mendadak menjadi situasi emergensi yang berkesinambungan.

Bencana alam seringkali dianggap sebagai sesuatu yang harus terjadi. Gempa bumi, letusan gunungapi, tanah longsor, gelombang pasang, keke-ringan, banjir dan lainnya, adalah kondisi alam yang melekat pada bumi kita. Sampai sekarang, manusia belum mampu secara tuntas menghentikan munculnya bahaya itu. Bukan saja karena kekuatannya yang luar biasa, namun juga karena waktu terjadinya sulit ditentukan secara tepat.

Beberapa kejadian bencana alam menunjukkan bahwa betapa besar ukuran suatu bencana alam itu, sehingga manusia tidak mempunyai makna terhadap besarnya bencana tersebut. Namun, di lain pihak, manusia mem-punyai kemampuan untuk mengenali dan memahami bencana tersebut. Tindakan ini merupakan salah satu upaya untuk meredam kerugian yang ditimbulkan oleh bencana alam, atau sering disebut sebagai bagian dari manajemen bencana.

Tindakan manajemen bencana merupakan bagian penting dan strategis bagi aksi kemanusiaan. Karena itulah akhirnya PBB menetapkan Dasawarsa Internasional Peredaman Bencana Alam, sampai berakhirnya masa itu tahun lalu. Keputusan PBB dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran seluruh umat manusia akan bencana alam, khususnya melalui pemahaman yang lebih baik mengenai bencana alam tersebut, serta upaya menekan bahaya melalui kemampuan teknologi dan manajemen.

Pembangunan kemampuan penanganan bencana ditekankan pada peningkatan kemampuan masyarakat, khususnya masyarakat pada kawasan rawan bencana, agar secara dini menekan bahaya tersebut. Umumnya

Page 24: Peranan - Universitas Padjadjaran

17Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

berpangkal pada tindakan penumbuhan kemampuan masyarakat dalam menangani dan menekan akibat bencana. Untuk mencapai kondisi tersebut, lazimnya diperlukan langkah-langkah:

(1) pengenalan jenis bencana;

(2) pemetaan daerah rawan bencana;

(3) zonasi daerah bahaya dan prakiraan resiko;

(4) pengenalan sosial budaya masyarakat daerah bahaya;

(5) penyusunan prosedur dan tata cara penanganan bencana;

(6) pemasyarakatan kesiagaan dan peningkatan kemampuan;

(7) mitigasi fisik;

(8) pengembangan teknologi bencana alam.

Perlu ditekankan, bahwa kegiatan-kegiatan tersebut diatas dilakukan secara partisipatoris, bersama, oleh dan untuk masyarakat. Bukan sekedar oleh para ahli dan aparat pemerintah.

2.3.3 Konvensional vs PemberdayaanDalam melakukan manajemen bencana khususnya terhadap bantuan darurat dikenal ada dua model pendekatan yaitu “konvensional” dan “pemberdayaan” (Anderson & Woodrow, 1989). Perbedaan kedua pendekatan tersebut terutama terletak kepada cara “melihat”:

(1) kondisi korban;

(2) taksiran kebutuhan;

(3) kecepatan dan ketepatan;

(4) fokus yang dibantukan;

(5) target akhir.

Page 25: Peranan - Universitas Padjadjaran

18 Dr. Rahman Mulyawan

KONVENSIONAL PEMBERDAYAAN

Korban adalah tidak berdaya dan membutuhkan barang yang harus kita berikan

Korban adalah manusia yang aktif dengan berbagai kemampuan dan kapasitas

Harus melakukan taksiran kebutuhan yang cepat/kilat

Taksiran kebutuhan dilakukan dengan seksama dengan memperhatikan kapasitas yang ada

Kebutuhan begitu mendesak sehingga kecepatan dan efiensi adalah perioritas; tidak ada waktu untuk kunsultasi dengan melibatkan masyarakat setempat

Sejak awal harus mempertimbang-kan dampak jangka panjang dari bantuan luar dan perlu menghormati gagasan dan kapasitas yang ada pada masyarakat setempat

Fokus utama adalah benda fisik dan material

Walaupun kita memberikan benda-benda fisik dan material yang dibu-tuhkan, kita harus mendukung kapasitas dan sisi sosial/kelemba-gaan serta sisi sikap/motivasi.

Tujuannya adalah agar keadaan kembali normal

Tujuannya adalah mengurangi kerentanan dalam jangka panjang dan untuk mendukung peningkatan kapasitas

2.3.4 Eksternal vs InternalDi sisi lain, mekanisme dalam manajemen (penanggulangan) bencana di-kenal secara (1) internal dan (2) eksternal.

Mekanisme internal adalah “pola” penanggulangan bencana yang dila-kukan oleh unsur-unsur masyarakat di lokasi bencana; baik berupa keluarga, organisasi sosial dan masyarakat lokal. Mekanisme ini dikenal sebagai meka nisme penanggulangan bencana secara alamiah.

Mekanisme eksternal adalah penangulangan bencana di luar unsur-unsur mekanisme internal tersebut. Manajemen bencana di Indonesia nam-paknya adalah wujud sifat “baik hati” dan “terlalu ikut campur”. Hasilnya adalah manajemen bencana yang dilaksanakan dengan pendekatan konven-sional dan dilakukan dengan mekanisme eksternal.

Rencana kegiatan penanggulangan bencana (pada tahap-tahap prevensi, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi, rekontruksi) yang

Page 26: Peranan - Universitas Padjadjaran

19Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

tertuang pada Keputusan Menko Kesra, terlihat memposisikan masyarakat sebagai obyek. Kurang terlihat upaya penguatan masyarakat mengurangi ting kat kerentanan. Pendukung pelaksanaan kegiatan tersebut nampak tidak melibatkan masyarakat lokal dan tidak memperhatikan potensi masya-rakat “korban”. Jika dicermati lebih jauh lagi, perlengkapan “baku” dalam kegiatan manajemen terdiri dari perlengkapan operasional yang mungkin “aneh” buat masyarakat. Belum cukup untuk sebuah bukti keeksternal annya?

Setelah otonomi, adalah kewajiban pemerintah daerah dan kita untuk membuat masyarakatnya yang rentan lebih berkapasitas. Tujuan akhirnya, membuat mereka mampu mengatasi semua ancaman agar tidak menjadi bencana. Kita tentu percaya, kapasitas masyarakat yang kuat akan me-nempatkan ancaman tetap sebagai ancaman; tidak sebagai bencana. Bukan sebaliknya, meninggalkan mereka, menisbian keberadaan mereka, karena tidak sesuai dengan keinginan kita. Manajemen bencana ini perlu dilakukan dengan mekanisme internal, yaitu mendudukkan masarakat sebagai subyek. Manajemen ini tidak menempatkan masyarakat pada posisi lemah, bodoh dan salah, nampaknya menjadi suatu kebutuhan. Tantangannya adalah bagaimana memulai melakukan pengalihan keterampilan penelitian dan perencanaan itu?

Metoda pertisipatif merupakan salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendukung mekanisme internal. Asas yang melandasi mekanisme ini adalah “pemberdayaan”, yaitu memperhatikan kapasitas awal masyarakat dan kegiatan dibangun untuk masyarakat agar dapat mengembangkan kapasitasnya sendiri. Wujud nyata dari asas ini adalah perlunya lembaga-lembaga pemerintah, lembaga swasta dan lembaga swadaya masyarakat mendukung proses peningkatan kapasitas (sekaligus merupakan upaya mengurangi kerentanan) yang ada dengan sepenuh hati. Namun, setelah masyarakat mempunyai kapasitas yang cukup, biarkan masyarakat menentukan.

Page 27: Peranan - Universitas Padjadjaran

20 Dr. Rahman Mulyawan

2.4 JENIS-JENIS BENCANA2.4.1 Bencana Longsor

A. Pendahuluan

Tanah Longsor adalah salah satu bencana alam yang paling merusak pemu-kiman serta prasarana manusia di seluruh dunia. Tanah Longsor merupakan istilah umum, yang mencakup berbagai corak gerakan tanah, longsoran batu, nendatan dan jatuhan batu, yang meluncur ke bawah lantaran pengaruh gaya tarik bumi (gravitasi). Meski bisa saja tanah longsor terjadi berantai dengan gempa bumi, banjir dan letusan gunungapi, namun tanah longsor secara lokal dan terpisah banyak terjadi ketimbang bencana-bencana yang telah disebutkan diatas. Bahkan dalam jangka waktu tertentu menyebabkan lebih banyak kerugian dibanding bencana-bencana lain.

B. Fenomena Tanah Longsor

1. Penyebab

Pengertian tanah longsor adalah runtuhnya tanah secara tiba-tiba atau pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi di daerah terjal yang tidak stabil. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya bencana ini adalah lereng yang gundul serta kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh. Hujan deras adalah pemicu utama terjadinya tanah longsor. Tetapi tanah longsor dapat juga disebabkan oleh gempa atau aktifitas gunung api. Ulah manusia pun bisa menjadi penyebab tanah longsor seperti penambangan tanah, pasir dan batu yang tidak terkendali.

Tanah longsor terjadi karena adanya perubahan-perubahan secara tiba-tiba ataupun perlahan-lahan/bertahap dalam komposisi, struktur, daur hidrologi atau kondisi vegetasi disuatu lereng. Perubahan-peru-bahan itu bisa terjadi karena:

a. Getaran-getaran bumi karena gempa, peledakan (bom, dll.), mesin-mesin, lalu-lintas dan guntur/petir. Sebagian besar kelong-soran yang paling parah akibat dipicu oleh gempa bumi.

b. Perubahan-perubahan kadar air dalam tanah akibat hujan lebat atau kenaikan ketinggian permukaan air.

Page 28: Peranan - Universitas Padjadjaran

21Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

c. Hilangnya penopang tanah permukaan bumi yang bisa terjadi akibat erosi, proses pelongsoran terdahulu, pembangunan, peng-galian, penggundulan atau lenyapnya tumbuh-tumbuhan yang semula akarnya mengikat tanah.

d. Peningkatan beban pada tanah yang disebabkan oleh hujan deras, salju, penumpukan batu-batu lepas atau bahan-bahan yang dimun-tahkan gunungapi, bangunan, sampah/limbah, tanaman.

e. Pengairan atau tindakan fisik/kimiawi lainnya yang dapat menu-runkan kekuatan tanah dan bebatuan setelah jangka waktu tertentu.

Di kawasan perkotaan pun kadang terjasi longsoran, namun lebih sering diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri, antara lain:a. Pemotongan/pembelokan arah aliran air alamiah dan rekayasa

yang menyebabkan perubahan kandungan air.b. Pembangunan baru yang melibatkan metoda-metoda ‘tambal-

sulam’, sehingga kestabilan lereng terganggung.

Gejala umum tanah longsor adalah muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing, serta muncul air secara tiba-tiba dari permukaan tanah di lokasi baru air sumur di sekitar lereng menjadi keruh, tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

2. Wilayah-wilayah yang Rawan Tanah Longsor

Pernah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut berada pada daerah yang terjal dan gundul. Ini merupakan daerah aliran air hujan, tanah tebal atau sangat gembur pada lereng yang menerima curah hujan tinggi.

Tanah dan material lainya yang berada di lereng dapat runtuh dan mengubur manusia, binatang, rumah, kebun, jalan dan semua yang berada di jalur longsornya tanah. Kecepatan luncuran tanah longsor, terutama pada posisi yang terjal, bisa mencapai 75 kilometer per jam. Sulit untuk menyelamatkan diri dari tanah longsor tanpa pertolongan dari luar.

3. Ciri-ciri Umum Tanah Longsor

Biasanya tanah longsor terjadi sebagai dampak sekunder dari hujan badai yang lebat, gempa bumi serta letusan gunungapi. Bahan-bahan

Page 29: Peranan - Universitas Padjadjaran

22 Dr. Rahman Mulyawan

yang membentuk tanah longsor terbagi menjadi dua jenis lapisan batu atau lapisan tanah yang terdiri atas tanah dan berbagai sisa bahan organik.

Berdasarkan corak gerakannya, tanah longsor bisa digolong-golong-kan menjadi:

a. Guguran/runtuhan. Suatu guguran atau runtuhan adalah jatuhnya sejumlah bebatuan atau bahan lain ke arah bawah dengan gerakan meluncur turun atau melenting di udara. Ini umum terjadi di sepanjang jalan atau jalur kereta api yang kanan-kirinya bertebing curam, atau tebing-tebing karang rendah di wilayah pantai. Tebing batu/tanah yang besar dan rapuh bisa menyebabkan kerusakan besar bila runtuh atau gugur.

b. Longsoran/luncuran sejumlah besar bahan. Bila guguran hanya me-luncurkan sejumlah kecil bahan dari permukaan yang lebih tinggi (hanya rontokan saja), longsoran atau luncuran besar ini melibatkan sejumlah besar bahan yang tadinya membentuk permukaan lebih tinggi itu, yang tergelontor ke bawah. Ini terjadi akibat lapuk atau rapuhnya suatu bagian (atau beberapa bagian) dari permukaan yang lebih tinggi. Longsoran bisa jatuh ke bawah dalam keadaan utuh, bisa juga lebur berkeping-keping.

c. Robohan. Sesuatu roboh lantaran posisi semula yang membuatnya berdiri mantap mengalami perubahan, sehingga kedudukannya goyah dan jatuh. Dalam kasus suatu tebing, keambrukan terjadi akibat gaya-gaya rotasi yang memindahkan posisi bebatuan. Lan-taran perubahan ini, bebatuan mungkin tedorong ke posisi tidak stabil di pucuk tebing. Keseimbangan hanya bertumpu pada sudut tertentu yang masih terpijak. Bila terdapat pemicu yang menye-babkan titik tumpu itu berubah, maka tubuh batuan akan “ter-dorong” ke depan dan berjatuhan kedataran dibawahnya. Batu-batu yang jatuh dalam proses ini hanya sedikit, hanya yang terletak di posisi genting saja di pucuk tebing. Robohan ini tidak memer-lukan banyak gerakan dan tak harus menyebabkan guguran atau longsoran batu.

Page 30: Peranan - Universitas Padjadjaran

23Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

d. Persebaran Lateral. Bongkah-bongkah tanah yang berukuran besar menyebar melintang (horizontal) dengan retaknya pusatnya semula. Sebaran lateral biasanya terjadi di lereng-lereng landai, biasanya kurang dari 6% dan umumnya menyebar 3-5 meter (biasanya mencapai 30-50 meter bila kondisinya memungkinkan). Mula-mula biasanya terjadi patahan/sesar dari dalam, membentuk banyak rekahan di permukaan. Ini bisa terjadi lantaran pelarutan tanah (misalnya akibat gempa).

e. Aliran rombakan. Aliran tanah dan bebatuan yang longsor ini me-nyerupai cairan kental, kadang bergerak sangat cepat, dan bisa men-jangkau beberapa kiloimeter. Biasanya terjadi setelah hujan lebat, meskipun air tidak selalu diperlukan untuk menyebabkan aliran ini. Aliran lumpur sedikitnya 50% di antaranya berupa pasir. Lempung dan endapan. Bila lumpur mengalir dari letusan gunung api, namanya lahar, yakni bahan-bahan letusan yang tertimbun di lereng-lereng dan mendingin, tergelincir turun akibat hujan deras, pelelehan salju/es yang mendadak atau luapan air danau. Aliran limbah murni terdiri atas tanah, batuan dan sisa-sisa jasad organik, berpadu dengan udara dan air umumnya terjadi di selokan-selokan atau pematang-pematang curam. Aliran rayapan terjadi jika tanah atau bebatuan terkikis dan mengalir pelan-pelan, hampir tak nam-pak perubahannya. Meski begitu dalam jangka panjang rayapan ini bisa juga menyebabkan tiang-tiang listrik, telpon dan lain-lain ambruk meluncur ke bawah.

4. Meramalkan Terjadinya Longsoran

Kecepatan gerak tanah longsor bermacam-macam antara yang sangat perlahan (kurang dari 6cm per tahun) hingga yang luar biasa cepatnya (lebih dari 3m per detik). Lantaran inilah barangkali kemampuan kita untuk melacak gejala dan meramalkannya pun berbeda-beda. Bila yang dimaksud adalah ramalan akurat, pasti sangat sulit dibuat. Kapan dan seberapa besar daya kelongsoran akan sulit diperkirakan sekalipun adanya situasi pemicu yang kuat ramalan akan terjadi hujan lebat, adanya kegiatan seismik dsb.

Page 31: Peranan - Universitas Padjadjaran

24 Dr. Rahman Mulyawan

Berpadu dengan pengamatan kelongsoran tanah, mungkin bisa menjadi panduan memperkirakan kemungkinan waktu (secara garis besar) dan dampak-dampak yang mungkin timbul. Untuk memper-kirakan terjadinya kelongsoran diperlukan data-data geologi (kejadian struktur, kandungan dan proses perkembangan bumi) geomorfologi (kajian tentang bentuk-bentuk permukaan tanah) hidrologi (kajian tentang daur peredaran air) dan flora di daerah tertentu.

a. Data Geologis. Ada dua aspek geologis yang penting artinya untuk menilai kestabilan tanah dan meramalkan terjadinya kelongsoran:

(1) Litologi, kajian tentang ciri-ciri batuan dan kandungannnya, tampilan permukaan/teksturnya atau berbagai ciri lain, yang akan mempenga-ruhi pembawaan batu itu. Semua ciri akan menentukan kekuatan, daya bentuk, kepekaan terhadap bahan kimia dan pengolahan fisik, serta berbagai faktor penentu kestabilan lereng.

(2) Struktur batuan dan tanah, tampilan struktural yang mungkin mempengaruhi kestabilannya, termasuk urutan dan corak lapisan, perubahan-perubahan litologis, bentangan-bentangan titik-titik pertemuan/persendian antar bagian, patahan/sesar dan lipatan.

b. Data Geomorfologis. Data geomorfologis terpenting untuk mem-bantu meramalkan tanah longsor adalah sejarah kelongsoran tanah di daerah yang di teliti. Faktor-faktor penting lainnya men-cakup kemiringan/kecuraman, sehubungan dengan kekuatan bahan-bahan yang membentuknya serta aspek arah dan bentuk kemiringannya.

c. Hidrologis dan Klimatologis. Kajian tentang sumber, gerakan, jum-lah dan tekanan air di daerah itu harus dilakukan. Demikian pula cuaca (khusus, jangka pendek) dan iklim (umum, jangka panjang) perlu dikaji. Pola-pola iklim bertemu corak-corak tanah bisa me-nimbulkan berbagai jenis kelongsoran yang berbeda-beda. Umpama-nya musim hujan di daerah tropis seperti Indonesia dapat menye-babkan aliran batu, tanah dan limbah organik dalam jumlah besar.

Page 32: Peranan - Universitas Padjadjaran

25Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

d. Flora. Tanaman-tanaman yang menumbuhi lereng bisa menyum-bang-kan pengaruh positif atau justru sebaliknya negatif terhadap ketangguhan lereng itu. Akar-akar tumbuhan mungkin akan mena-han air dan meningkatkan ketahanan tanah namun bisa juga malah memperlebar patahan/sesar-patahan/sesar batu dan mendorong masuknya air yang menyebabkan pencairan dan pelongsoran.

5. Faktor Resiko

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerawanan menghadapi risiko ke-long soran pemukiman manusia akan dihadang risiko besar untuk men-derita kerusakan cukup parah akibat tanah longsor bila di bangun di daerah-daerah berikut: Lereng curam, tanah rapuh, pucuk tebing, lembah dikaki lereng curam/tebing, delta lempung/pasir/endapan arus, mulut aliran air dari lembah pegunungan. Jalan dan jalur komunikasi melalui pegunungan juga dalam bahaya bila terjadi tanah longsor. Kebanyakan corak kelongsoran merusak bangunan, meskipun pondasi bangunan sudah diperkuat. Kerusakan yang parah mungkin akan me-nimpa unsur-unsur prasarana yang berada di bawah tanah misalnya jaringan kabel atau pipa.

Dampak-dampak akibat longsor adalah:

a. Kerusakan fisik. Apapun yang berada di puncak atau jalur longsoran akan mengakibatkan kerusakan parah atau bahkan hancur total. Timbunan bebatuan mungkin akan merusak jalur komunikasi dan menutup jalan raya. Saluran air juga bisa tersumbat, sehingga ada risiko air meluap dan banjir. Barangkali kerusakan hanya di sekitar terjadinya bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunungapi. Selain itu banyak dampak merugikan yang bersifat tak langsung:

(1) Bila longsor mengubur daerah pertanian atau hutan, produk-tifitas pertanian/kehutanan lenyap atau terganggu.

(2) Nilai jasa lahan setempat anjlok dan penerimaan pajak negara akan berkurang akibat kemerosotan itu.

(3) Dampak-dampak parah terhadap mutu air di sumber yang mengalir serta prasarana pengairan.

(4) Dampak-dampak fisik sekunder misalnya banjir.

Page 33: Peranan - Universitas Padjadjaran

26 Dr. Rahman Mulyawan

b. Korban manusia. Dalam bencana tanah longsor, korban tewas biasanya berasal dari pemukiman penduduk yang terletak di dae-rah rawan. Mereka meninggal akibat runtuhnya bangunan dan terkubur bahan-bahan yang dibawa tanah longsor itu. Di seluruh dunia sekitar 600 kematian per tahun terjadi akibat bencana ini, terutama dilingkaran Pasifik. Di Amerika Serikat saja di perkirakan 25 jiwa melayang tiap tahun akibat kelongsoran lebih besar di-banding tingkat kematian akibat gempa. Longsoran besar dapat menyebabkan jumlah korban tewas lebih besar lagi. Apapun yang terletak di atas atau di jalur longsor akan mengalami kerusakan parah, bahkan kehancuran menyeluruh akibat bencana ini.

6. Langkah-langkah Peminimalan Resiko

a. Penyusunan peta daerah-daerah rawan longsor. Penerapan langkah-langkah peminimalan resiko akibat kelongsoran harus didahului dengan penelitian penentuan lokasi rawan longsor. Dengan bekal peta ini para perencana pembangunan bisa menentukan tingkat resiko dan membuat keputusan-keputusan yang berkenaan dengan upaya menghindari, mencegah atau menanggulangi kelongsoran yang sudah maupun yang akan terjadi.

Telah tersedia teknik-teknik akurat bagi para perencana untuk memetakkan daerah-daerah rawan longsor ini. Teknik-teknik itu bersandar pada sejarah kelongsoran di masa lalu, peta-peta topografis (tinggi rendahnya permukaan bumi) data litografis (lapisan batu) dan foto-foto dari udara. Berbagai corak tata pe-metaan bisa digunakan. Peta ini dapat disisipi data tambahan misalnya tentang jarak lokasi dari zona-zona gempa, sungai bawah tanah atau saluran air mana yang rusak. Di Prancis telah disusun rencana yang dinamakan Zona-zona Rawan Resiko Gerakan Tanah dan Batuan (Zones Exposed to Risks of Movements of the Soil and Subsoil/ZERMOSI). Hasilnya adalah peta-peta daerah rawan dengan skala 1 : 25.000 atau lebih besar lagi yang dipakai sebagai alat perencanaan upaya penanggulangan bencana tanah longsor. Peta-peta itu memuat data tentang derajat resiko tiap jenis kelong-soran termasuk kegiatan, tingkat dan dampak potensialnya.

Page 34: Peranan - Universitas Padjadjaran

27Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

b. Pengaturan penggunaan tanah. Cara paling efektif untuk memini-malkan dampak tanah longsor adalah dengan mengatur lokasi pem bangunan di tanah yang stabil dan memanfaatkan daerah-daerah rawan longsor sebagai lahan-lahan kosong terbuka, atau sebagai tempat kegiatan dengan intensitas rendah (taman, padang penggem-balaan, dsb). Kendali penggunaan tanah hendaknya di-la kukan untuk mencegah pemakaian daerah-daerah rawan sebagai lokasi pemukiman ataupun tempat prasarana penting.

Kontrol agraria inipun dapat melibatkan upaya pemindahan penduduk yang terlanjur menempati wilayah-wilayah rawan khu-sus nya jika ada lokasi lain yang lebih aman. Kalaupun dikeluarkan izin pemakaian hak guna tanah atau pendirian bangunan di sana harus ada pembatasan tentang jenis dan jumlah bangunan yang boleh didirikan. Kegiatan-kegiatan yang bisa memicu kelongsoran harus dilarang.

Jika kebutuhan akan tanah atau lahan sangat mendesak barangkali bisa dibenarkan dilakukannya usaha rekayasa penstabilan tanah meski biayanya sangat besar. Cara paling efektif untuk me-minimalkan resiko terkena dampak tanah longsor adalah mem-bangun di tanah yang stabil dan memanfaatkan tanah di daerah-daerah rawan sebagai taman, lapangan terbuka, atau padang peng gembalaan yang berarti kegiatan-kegiatan berintensitas ren-dah, jangan dipakai lokasi pemukiman atau pembangunan pra-sarana-prasarana vital.

c. Perundang-undangan. Pemerintah harus bertanggung jawab pula atas biaya perbaikan kerusakkan akibat tanah longsor dan atas upaya-upaya pencegahan terjadinya bencana ini terlebih karena faktor manusia cukup berperan. Di Jepang umpamannya, semula kegiatan-kegiatan pengendalian tanah longsor berkait dengan perundang-undangan yang mengatur masalah pelestariaan sum-berdaya alam, yakni perbaikan mutu sungai, pengendalian pengi-kisan dan pemeliharaan lahan-lahan pertanian dan kehutanan. Pada tahun 1969 Dewan Perwakilan Rakyat mengeluarkan undang-undang tentang program pengendalian yang menyeluruh, khusus

Page 35: Peranan - Universitas Padjadjaran

28 Dr. Rahman Mulyawan

tentang kelongsoran yang membebankan pengeluaran untuk pe-mulihan daerah yang terkena bencana alam kepada pemerintah karena bencana alam tidak bisa dianggap sebagai tanggung jawab perorangan manapun.

d. Asuransi. Program-program asuransi pertanggungjawaban kerugian akibat tanah longsor bisa menurunkan beban kerugian itu bagi pemilik harta tak bergerak (bangunan) dengan membagi nilai pertanggungan (polis) dalam basis yang lebih besar dan memuaskan standar-standar pemilihan lokasi bangunan yang memenuhi syarat untuk dijaminkan dan syarat-syarat lain yang berkaitan dengan teknik pembangunan.

Cara seperti ini telah dilaksanakan di Selandia Baru, ketika suatu program asuransi nasional membantu perorangan yang rumahnya rusak akibat kelongsoran maupun bencana alam lain yang berbeda di luar jangkauan kendali mereka. Khususnya untuk program asuransi kebakaran dikumpulkan dana bencana khusus yang diambil dari warga masyarakat sendiri.

e. Perombakan/Perubahan Struktural. Penguatan bangunan-bangunan dan prasarana yang sudah ada menurut banyak pakar bukan pilihan yang baik untuk penanggulangan bencana tanah longsor. Alasan mereka kerentanan struktur bangunan yang berada dijalur longsoran hampir bisa dipastikan, peluang rusak atau hancur nyaris 100%.

Karena itu harus diutamakan pilihan-pilihan penang gu langan lainnya yang bergantung kepada:

(1) Nilai lahan atau struktur bangunan dibanding dengan biaya langkah-langkah perlindungannya.

(2) Kesempatan-kesempatan untuk menerapkan peraturan peng-gunaan tanah dan ketersediaan lokasi-lokasi alternatif.

(3) Jumlah orang yang terimbas langkah-langkah itu.

(4) Skala kerugian yang diperkirakan akan menimpa.

(5) Langkah-langkah perbaikan dan perlindungan dapat ditam-bahkan pada lahan itu sendiri misalnya perbaikan sistem pengairan tanah (penambahan bahan-bahan yang cukup

Page 36: Peranan - Universitas Padjadjaran

29Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

mampu mengikuti perubahan alur tanah) dan perombakan kemiringan tanah (pengurangan kemiringan yang curam, sebelum mulai dilakukan pembangunan di sana). Dinding-dinding beton yang kuat mungkin dapat menstabilkan lokasi-lokasi bangunan. Bisa juga dipertimbangkan rekayasa-reka-yasa teknik berskala besar. Kerentanan bangunan yang didi rikan di atas jalur kelongsoran hampir 100%.

f. Kebutuhan-kebutuhan Pasca Bencana. Daerah yang langsung ter-kena dampak kelongsoran memerlukan perlengkapan dan regu-regu pencari dan penyelamat, mungkin pula akan dibutuhkan peralatan pembongkaran tanah demi mencari korban di bawah timbunannya sekaligus untuk membersihkan daerah itu.

Bagi korban yang kehilangan rumah akan diperlukan tempat penampungan sementara. Untuk menentukan apakah kon-disi-kondisi kelongsoran mungkin menimbulkan ancaman-ancam-an tambahan/ susulan bagi para anggota regu penyelamat atau penghuni daerah dsekitarnya, harus diadakan konsultasi dengan para pakar evaluasi bencana tanah longsor. Dampak-dampak se-kunder tanah longsor misalnya banjir, mungkin menuntut langkah-langkah bantuan tambahan bagi para korban. Jika kelongsoran itu berhubungan dengan gempa, letusan gunungapi atau banjir, bantuan utnuk daerah itu akan menjadi bagian dari upaya penanggulangan bencana terpadu.

C. Tindakan Kesiapsiagaan

a. Menjaga sekitar lingkungan hidup:

(1) Tidak menebang atau merusak hutan;

(2) Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar wangi, lamtoro, dsb., pada lereng-lereng yang gundul;

(3) Membuat saluran air hujan;

(4) Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal;

(5) Memeriksa keadaan tanah secara berkala dan

(6) Mengukur tingkat kederasan hujan.

Page 37: Peranan - Universitas Padjadjaran

30 Dr. Rahman Mulyawan

b. Cara-cara menghindari korban jiwa dan harta akibat tanah longsor:

(1) Membangun pemukiman jauh dari daerah yang rawan;

(2) Bertanya pada pihak yang mengerti sebelum membangun;

(3) Membuat peta ancaman.

c. Yang harus dilakukan saat tanah longsor adalah:

(1) Segera keluar dari daerah longsoran atau aliran reruntuhan/puing ke bidang yang lebih stabil;

(2) Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda seperti bola dengan kuat dan lindungi kepala Anda. Posisi ini akan memberikan perlindungan terbaik untuk badan Anda.

d. Yang harus dilakukan setelah tanah longsor adalah:

(1) Menghindari daerah longsoran, dimana longsor susulan dapat terjadi;

(2) Periksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa lang-sung memasuki daerah longsoran;

(3) Bantu arahkan SAR ke lokasi longsor;

(4) Bantu tetangga yang memerlukan bantuan terutama khusus anak-anak, orang tua dan orang cacat;

(5) Dengarkan siaran radio lokal atau televisi untuk informasi keadaan terkini;

(6) Waspadai akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor;

(7) Laporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang berwenang;

(8) Periksa kerusakan pondasi rumah dan tanah disekitar terjadinya longsor;

(9) Tanami kembali daerah bekas longsor atau daerah di sekitarnya untuk menghindari erosi yang telah merusak lapisan atas tanah yang dapat menyebabkan banjir bandang;

(10) Mintalah nasihat pada ahlinya untuk mengevaluasi ancaman dan teknik untuk mengurangi risiko tanah longsor.

Page 38: Peranan - Universitas Padjadjaran

31Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

2.4.2 Gunung Berapi

A. Pendahuluan

Gunung api meletus akibat magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi atau karena gerakan lempeng bumi, tumpukan tekanan dan panas cairan magma. Letusannya membawa abu dan batu yang menyembur dengan keras, sedangkan lavanya bisa membanjiri daerah sekitarnya. Gunung api bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar pada wilayah radius ribuan kilometer dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini, seperti yang terjadi pada Gunung Krakatau di Provinsi Banten.

B. Fenomena dan Dampak Gunungapi

Hasil letusan gunungapi gas vulkanik, lava dan aliran pasir, serta batu panas, lahar, tanah longsor, gempa bumi, abu letusan, awan panas (Piroklastik).

Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan pada saat terjadi letusan gunung berapi. Gas-gas yang dikeluarkan antara lain Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen (N2) yang membahayakan bagi manusia.

Lava adalah cairan magma bersuhu sangat tinggi yang mengalir ke per-mukaan melalui kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada, sedangkan lava kental mengalir tidak jauh ari sumbernya.

Lahar adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Lahar juga merupakan salah satu ancaman bagi masyarakat yang tinggal di lereng gunung berapi. Lahar dapat berupa lahar panas atau lahar dingin.

Lahar panas berasal dari letusan gunung api yang memiliki danau kawah, dimana air danau menjadi panas kemudian bercampur dengan material letusan dan keluar dari mulut gunung.

Lahar dingin atau lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar gunung yang kemudian membuat lumpur kental dan mengalir dari lereng gunung. Lumpur ini bisa panas atau dingin.

Awan panas adalah hasil letusan gunung api yang paling berbahaya karena tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari awan panas tersebut

Page 39: Peranan - Universitas Padjadjaran

32 Dr. Rahman Mulyawan

kecuali melakukan evakuasi sebelum gunung meletus. Awan panas bisa berupa awan panas aliran, awan panas hembusan dan awan panas jatuhan.

Awan panas aliran adalah awan dari material letusan besar yang panas, mengalir turun dan akhirnya mengendap di dalam dan di sekitar sungai dan lembah.

Awan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km/jam.

Awan panas jatuhan adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar.

Material berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan kilometer dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan panas dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki, dan juga menyebabkan sesak napas sampai tidak bisa bernapas. Abu letusan gunung berapi adalah material letusan yang sangat halus. Karena hembusan angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya.

Adapun dampak abu letusan menimbulkan permasalahan pernapasan, kesulitan penglihatan, pencemaran sumber air bersih, badai listrik, gangguan kerja mesin dan kendaraan bermotor, kerusakan atap, Kerusakan ladang dan lingkungan sekitar, kerusakan infrastruktur seperti jalan dan bandar udara.

C. Tindakan Kesiapsiagaan

a. Persiapan dalam Menghadapi Letusan Gunungapi:

(1) Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman-ancamannya;

(2) Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, dan daerah aman;

(3) Membuat sistem peringatan dini;

(4) Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunungapi;

(5) Mencermati dan memahami peta kawasan rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi berwenang;

Page 40: Peranan - Universitas Padjadjaran

33Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

(6) Membuat perencanaan penanganan bencana;

(7) Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolong-an pertama) jika diperlukan;

(8) Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting;

(9) Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan Gunung api (dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunungapi biasanya mengkomunikasikan perkembangan status gunungapi lewat radio komunikasi.

b. Tindakan saat terjadi letusan gunungapi yang sebaiknya dilakukan adalah:

(1) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering dan daerah aliran lahar;

(2) Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan;

(3) Masuk ruang lindung darurat;

(4) Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan;

(5) Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya;

(6) Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuk-nya debu ke dalam mata dengan memakai lensa kontak;

(7) Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung;

(8) Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.

c. Tindakan setelah terjadi letusan gunungapi yang sebaiknya dilakukan adalah:

(1) Jauhi wilayah yang terkena hujan abu;

(2) Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan;

(3) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian.

Page 41: Peranan - Universitas Padjadjaran

34 Dr. Rahman Mulyawan

2.4.3 Banjir

A. Pendahuluan

Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi. 90% dari kejadian bencana alam (tidak termasuk bencana kekeringan) berhu-bungan dengan banjir. Jenis banjir yang sering terjadi adalah banjir bandang atau kiriman dan pasang-surut.

B. Fenomena dan Dampak Banjir

Penyebab banjir adalah:

a. Hujan dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya curah hujan selama berhari-hari bisa berakibat banjir.

b. Erosi tanah menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir deras di atas permukaan tanah tanpa terjadi resapan.

c. Buruknya penanganan sampah yang menyumbat saluran-saluran air, sehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya.

d. Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah men-jadi jalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan. Pembangunan tempat permukiman bisa menyebabkan me-ning katnya risiko banjir sampai 6 kali lipat dibandingkan tanah terbuka yang biasanya mempunyai daya serap air tinggi. Masalah ini sering terjadi di kota-kota besar yang pembangunannya tidak terencana dengan baik. Peraturan pembuatan sumur resapan di daerah perkotaan kurang diawasi pelaksanaannya.

e. Bendungan dan saluran air yang rusak walaupun tidak sering terjadi, namun bisa menyebabkan banjir terutama pada saat hujan deras yang panjang.

f. Keadaan tanah dan tanaman tanah yang ditumbuhi banyak tanaman mempunyai daya serap air yang besar. Tanah yang tertutup semen, paving atau aspal sama sekali tidak menyerap air. Pembabatan hutan juga dapat merupakan penyebab banjir.

Page 42: Peranan - Universitas Padjadjaran

35Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

g. Bila terjadi banjir di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang sehingga bisa menyebabkan banjir kiriman atau banjir bandang.

Adapun dampak dari banjir ini adalah:

a. Ancaman wabah penyakit setelah banjir. Pada saat dan sesudah banjir, ada beberapa tempat yang bisa menyebabkan tersebarnya penyakit menular, seperti: tempat pembuangan limbah dan tempat sampah yang terbuka, sistem pengairan yang tercemar dan sistem kebersihan yang tidak baik. Bakteri bisa tersebar melalui air yang digunakan masyarakat, baik air PAM maupun air sumur yang telah tercemar oleh air banjir. Air banjir membawa banyak bakteri, virus, parasit dan bibit penyakit lainnya, termasuk juga unsur-unsur kimia yang berbahaya.

b. Penyakit Diare. Diare mempunyai masa pertumbuhan antara 1-7 hari. Ikuti petunjuk-petunjuk kebersihan di bawah ini untuk menghindari risiko terjangkit diare. Orang yang terjangkit penyakit ini harus men-dapatkan perawatan khusus karena apabila dibiarkan terlalu lama bisa terancam, khususnya pada orang tua dan anak-anak.

c. Penyakit yang disebarkan oleh nyamuk. Banjir bisa meningkatkan per-kembangbiakan nyamuk secara luas. Bibit-bibit penyakit yang dibawa oleh serangga ini termasuk Demam Berdarah, Malaria, dll. Untuk mencegah sebuah tempat menjadi sarang nyamuk, kosongkan air yang tergenang dan tutup tempat-tempat air yang terbuka.

d. Unsur-unsur kimia seperti pestisida pupuk kimia dan unsur-unsur dengan bahan dasar minyak bisa mencemari sumber air dan membawa risiko.

C. Tindakan Kesiapsiagaan

a. Persiapan dalam pencegahan dan untuk menghindari kemungkinan risiko banjir, sebaiknya membuat bangunan di daerah yang aman se-perti di dataran yang tinggi dan melakukan tindakan-tindakan pen-cegahan.

b. Untuk daerah-daerah yang berisiko banjir, sebaiknya:

(1) Mengerti akan ancaman banjir, termasuk banjir yang pernah terjadi dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari banjir;

Page 43: Peranan - Universitas Padjadjaran

36 Dr. Rahman Mulyawan

(2) Melakukan persiapan untuk mengungsi dan melakukan latihan pengungsian;

(3) Mengetahui jalur evakuasi, jalan yang tergenang air dan yang masih bisa dilewati;

(4) Setiap orang harus mengetahui tempat evakuasi, kemana harus pergi apabila terjadi banjir;

(5) Mengembangkan program penyuluhan untuk meningkatkan kesa-daran akan ancaman banjir dan meningkatkan kesadaran masya-rakat untuk memperhitungkan ancaman banjir dalam perkem-bangan masa depan;

(6) Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah, agar tidak dilalui orang pada saat banjir. Adakan perbaikan apabila diperlukan;

(7) Mengatur aliran air ke luar daerah pada daerah pemukiman yang berisiko banjir;

(8) Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor tetap bekerja pada saat terjadi banjir;

(9) Memasang tanda ketinggian air pada saluran air, kanal, kali atau sungai yang dapat dijadikan petunjuk pada ketinggian berapa akan terjadi banjir atau petunjuk kedalaman kenangan air.

c. Untuk tindakan di rumah-rumah sebaiknya:

(1) Simpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan aman;

(2) Naikkan panel-panel dan alat-alat listrik ke tempat yang lebih tinggi, sekurang-kurangnya 30 cm di atas garis ketinggian banjir mak-simum;

(3) Pada saat banjir, tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah, dan matikan listrik air meterannya;

(4) Pindahkan barang-barang rumah tangga ke tempat yang lebih tinggi.

d. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir adalah:

(1) Buat sumur resapan bila memungkinkan;

(2) Tanam lebih banyak pohon besar;

Page 44: Peranan - Universitas Padjadjaran

37Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

(3) Membentuk Kelompok masyarakat pengendali banjir;

(4) Membangun atau menetapkan lokasi dan alur vakuasi bila terjadi banjir;

(5) Membangun sistem peringatan dini banjir;

(6) Menjaga kebersihan aluran air dan limbah;

(7) Memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau tinggikan bangunan rumah hingga batas ketinggian banjir jika memung-kinkan;

(8) Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan pengendali banjir dan lokasi vakuasi;

(9) Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga daerah resapan air

e. Tindakan saat terjadi banjir yang dapat dilakukan adalah:

(1) Segera menyelamatkan diri ke tempat yang aman;

(2) Jika memungkinkan ajaklah anggota keluarga atau kerabat atau orang di sekitar Anda untuk menyelamatkan diri;

(3) Selamatkan barang-barang berharga, sehingga tidak rusak atau hilang terbawa banjir;

(4) Pantau kondisi ketinggian air setiap saat, sehingga bisa menjadi dasar untuk tindakan selanjutnya.

f. Tindakan setelah terjadi banjir yang dapat dilakukan adalah:

(1) Mencegah tersebarnya penyakit di daerah banjir;

(2) Sediakan air untuk minum dan memasak.

g. Tindakan sesudah terjadi banjir yang dapat dilakukan adalah:

(1) Di saat dan sesudah terjadinya banjir, penting untuk memperhatikan kebersihan air yang digunakan masyarakat dalam kehidupan se-hari-hari;

(2) Gunakan air bersih untuk mencuci piring, mencuci, dsb. Jangan menggunakan air yang telah tercemar;

(3) Rebus atau proses air sebelum digunakan. Merebus air bisa mem-bunuh bakteri dan parasit. Rebus dan biarkan air mendidih seku-

Page 45: Peranan - Universitas Padjadjaran

38 Dr. Rahman Mulyawan

rang-kurangnya 7 menit. Hanya minum air yang sudah direbus, bukan air mentah;

(4) Gosok gigi dan buat es dari air bersih yang sudah direbus;(5) Air juga bisa diolah dengan klorin atau yodium atau dengan

mencampur 4 tetes klorin pemutih pakaian tanpa pewangi (55, 25 sodium hypochlorite) dalam satu liter air. Campur dengan baik dan biarkan, kalau bisa di bawah sinar matahari, selama 30 menit. Cara ini cukup baik untuk mengolah air tapi tidak bisa membunuh semua kuman atau parasit, jika menggunakan yodium, campurkan 11 tetes yodium (22) ke dalam 2 liter air. Jika menggunakan tablet pemurni air, ikuti instruksi penggunaannya. Jumlah klorin dan yodium harus digandakan, jika air sangat kotor dan keruh.

h. Hal-hal penting tentang sanitasi dan kebersihan adalah:(1) Air banjir bisa mengandung kotoran dari limbah air kotor dan limbah

industri, walaupun kontak dengan kulit tidak membahayakan, namun mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar air banjir bisa berisiko bagi kesehatan masyarakat;

(2) Pada saat bencana, sangat penting untuk menerapkan langkah-langkah dasar kebersihan.

(3) Selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih pada saat sebelum memasak atau makan, setelah buang air, setelah melakukan pembersihan, dan setelah menangani apa saja yang telah tercemar air banjir;

(4) Jangan biarkan anak-anak bermain di air banjir, seringlah mencuci tangan mereka, terutama sebelum makan.

i. Pembersihan di rumah setelah banjir:(1) Setelah menentukan suatu daerah aman dari banjir, semua per-

mukaan harus dibersihkan dan diberi obat pembasmi kuman untuk mencegah tumbuhnya jamur dan lumut;

(2) Jika memungkinkan, pakai sepatu karet dan sarung tangan selama melakukan proses pembersihan ini;

(3) Dinding, lantai dan permukaan lain harus dibersihkan dengan air sabun dan diberi obat pembasmi kuman dengan campuran 1 cangkir cairan pemutih per 2 liter air;

Page 46: Peranan - Universitas Padjadjaran

39Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

(4) Perhatian khusus diberikan pada tempat-tempat bermain anak-anak dan tempat-tempat makanan seperti dapur, meja makan, lemari makanan, kulkas, dll.;

(5) Untuk barang-barang yang sulit dibersihkan, seperti kasur, kursi-kursi dengan jok, dll, keringkan di luar rumah di bawah panas matahari dan kemudian diberi obat pembasmi kuman;

(6) Barang-barang yang tidak bisa dibersihkan sebaiknya dibuang saja. Perlu diingat bahwa bibit-bibit penyakit seperti bakteri dan jamur masih bisa tumbuh dan berkembang lama setelah tindakan pembersihan selesai. Oleh sebab itu, disarankan pada masya-rakat yang daerahnya telah dilanda banjir untuk mengadakan tindakan pembersihan berulang kali.

j. Beberapa tindakan untuk menjaga kebersihan:

(1) Buatlah pagar untuk mengelilingi tempat air bersih supaya binatang tidak masuk;

(2) Bakarlah sampah yang dapat dibakar. Sampah yang tidak dapat di-bakar sebaiknya ditanam dalam lubang khusus. Jarak lubang sam-pah paling tidak 20 meter dari pemukiman dan 500 meter dari sumber air bersih;

(3) Buanglah barang-barang yang sudah kotor terkena air banjir;

(4) Jangan buang air besar maupun air kecil di dekat tempat air bersih ataupun rumah pemukiman.

2.4 TSUNAMIA. Pendahuluan

Tsunami adalah gelombang besar yang diakibatkan oleh pergeseran bumi di dasar laut. Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang pelabuhan karena bencana ini hanya terjadi di wilayah pesisir. Tsunami adalah rangkaian gelombang. Bukan gelombang pertama yang besar dan mengancam, tetapi beberapa saat setelah gelombang pertama akan menyusul gelombang yang jauh lebih besar.

Bila Anda melihat laut menjadi berwarna gelap atau mendengar suara gemuruh lebih keras dari biasanya, itu dapat berarti gelombang tsunami

Page 47: Peranan - Universitas Padjadjaran

40 Dr. Rahman Mulyawan

sedang mendekat. Saat mengetahui ada gejala akan terjadi tsunami, segera sampaikan pada semua orang, khususnya aparat pemerintah setempat se-hingga mereka dapat memberikan tanda peringatan untuk mengungsi.

Segera lakukan pengungsian, karena tsunami bisa terjadi dengan cepat hingga waktu untuk mengungsi sangat terbatas. Mengungsi ke daerah yang tinggi dan sejauh mungkin dari pantai, mengikuti tanda evakuasi, melalui jalur evakuasi ke tempat evakuasi. Ikuti perkembangan terjadinya bencana melalui media atau sumber yang bisa dipercaya. Tsunami bisa terjadi kapan saja, pada saat musim hujan ataupun musim kemarau baik siang maupun malam hari.

B. Fenomena dan Dampak Tsunami

Tsunami biasanya diawali gempa bumi yang sangat kuat, biasanya lebih dari 6 skala richter, berlokasi di bawah laut. Anda dapat merasakan gempa tersebut jika berada di yang dekat dengan pusat gempa. Namun tsunami bisa tetap terjadi meskipun Anda tidak merasakan goncangan. Bila Anda menyaksikan permukaan laut turun secara tiba-tiba, waspadalah karena itu tanda gelombang raksasa akan datang (merupakan tanda peringatan datang-nya tsunami). Hembusan angin berbau air laut yang keras.

Dampak dari tsunami adalah banjir dan gelombang pasang yang tinggi Kerusakan pada sarana dan prasarana di sekitar wawasan pesisir Pencemaran sumber-sumber air bersih.

Mengurangi dampak dari tsunami adalah menghindari bertempat ting-gal di daerah tepi pantai yang landai kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Berdasarkan penelitian, daerah ini merupakan daerah yang mengalami kerusakan terparah akibat bencana Tsunami, badai dan angin ribut. Di-sarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti bakau, palem, ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat. Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atas. Bagian dinding yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai.

C. Tindakan Kesiapsiagaan

a. Prinsip-prinsip sebagai cara untuk menyelamatkan diri pada saat tsunami berlangsung:

Page 48: Peranan - Universitas Padjadjaran

41Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

(1) Bila sedang berada di pantai atau dekat laut dan merasakan bumi bergetar, segera berlari ke tempat yang tinggi dan jauh dari pantai;

(2) Naik ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah atau memanjat pohon. Tidak perlu menunggu peringatan Tsunami;

(3) Tsunami dapat muncul melalui sungai dekat laut, jadi jangan berada disekitarnya;

(4) Selamatkan diri anda, bukan barang anda;

(5) Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah berlari;

(6) Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat digunakan sebagai rakit;

(7) Saling tolong-menolong, ajaklah tetangga tinggal di rumah anda, bila rumah Anda selamat. Utamakan anak-anak, wanita hamil, orang jompo, dan orang cacat;

(8) Selamatkan diri melalui jalur evakuasi tsunami ke tempat evakuasi yang sudah disepakati bersama;

(9) Tetaplah bertahan di daerah ketinggian sampai ada pemberita-huan resmi dari pihak berwajib tentang keadaan aman;

(10) Jika anda berpegangan pada pohon saat gelombang tsunami berlangsung jangan membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa oleh gelombang. Anda dapat membalikan badan saat gelombang berbalik arah kembali ke laut dan tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda

b. Prinsip-prinsip untuk menyelamatkan diri setelah tsunami berlalu:

(1) Hindari instalasi listrik bertegangan tinggi dan laporkan jika menemukan kerusakan kepada LN;

(2) Hindari memasuki wilayah perusakan kecuali setelah dinyatakan aman;

(3) Jauhi reruntuhan bangunan;

(4) Laporkan diri ke lembaga pemerintah, lembaga adat atau lembaga keagamaan;

(5) Upayakan penampungan sendiri kalau memungkinkan;

Page 49: Peranan - Universitas Padjadjaran

42 Dr. Rahman Mulyawan

(6) Ajaklah sesama warga untuk melakukan kegiatan yang positif. Mi-salnya mengubur jenazah, mengumpulkan benda-benda yang dapat digunakan kembali, sembahyang bersama, dan lain seba-gainya. Tindakan ini akan dapat menolong kita untuk segera bangkit, dan membangun kembali kehidupan;

(7) Bila diperlukan, carilah bantuan dan bekerja sama dengan sesama serta lembaga pemerintah, adat, keagaamaan atau lembaga swa-daya masyarakat;

(8) Ceritakan tentang bencana ini kepada keluarga, anak, dan teman Anda untuk memberikan pengetahuan yang jelas dan tepat. Ceri-takan juga apa yang harus dilakukan bila ada tanda-tanda tsunami akan atang.

2.4.5 Badai dan Angin Topan

A. Pendahuluan

Angin topan atau badai besar adalah angin kencang dengan kecepatan 120 km/jam atau lebih. Angin topan bisa mempunyai kekuatan hembusan angin sampai 200 km per jam yang dibarengi oleh hujan yang sangat lebat, sehingga menyebabkan badai di daerah pesisir dan gelombang besar yang sangat kuat di laut. Di pusat badai, mata angin ribut yang bertekanan rendah membentuk kubah air yang tinggi. Ketika seluruh badai bergerak ke daratan, ia men-dorong ubah air, sehingga menyebabkan banjir di daratan.

B. Fenomena serta Dampak Badai dan Angin Topan

a. Tanda-tanda terjadinya angin ribut adalah:

(1) Penurunan suhu dan tekanan udara yang drastis dan tiba-tiba;

(2) Terlihat gumpalan awan gelap, besar dan tinggi;

(3) Petir dan guruh terlihat dari jauh;

(4) Terdengar suara gemuruh/guntur dari kejauhan;

(5) Peringatan dari BMG yang disampaikan melalui media televisi, radio atau surat kabar

b. Dampak Kekuatan angin dan hujan adalah:

(1) Bisa menyebabkan kerusakan atau kehancuran bangunan;

Page 50: Peranan - Universitas Padjadjaran

43Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

(2) Mengangkat dan memindahkan benda-benda yang tidak stabil;

(3) Merusak jaringan listrik;

(4) Menyebabkan erosi di aerah pesisir;

(5) Menyebabkan banjir;

(6) Membahayakan keselamatan.

C. Tindakan Kesiapsiagaan

Masyarakat yang hidup di daerah pesisir dan rawan akan bencana ini, bisa melakukan beberapa tindakan persiapan menghadapi badai dan angin topan, yaitu dengan:

a. Menyadari risiko dan membuat rencana pengungsian. Mengetahui risiko dan cara mengungsi yang tepat dan tepat adalah kunci dari tindakan persiapan dan pencegahan ini;

b. Melakukan latihan dengan menelusuri jalur-jalur evakuasi ini akan mempercepat dan memudahkan proses pengungsian apabila diperlukan nanti;

c. Menguatkan atap rumah dengan mengikat atap dengan baik Mengem-bangkan rencana tindakan;

d. Kapan harus bersiap untuk menghadapi badai dan angin topan Apabila diperlukan, berapa lama dibutuhkan untuk mengungsi Apakah alur pengungsian perlu diubah karena terlalu sulit;

e. Menyiapkan kebutuhan yang diperlukan pada saat peringatan akan adanya badai, setiap keluarga perlu menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti lilin atau lampu senter dengan persediaan baterai-nya, dan makanan paling sedikit untuk tiga hari;

f. Pencegahan di rumah-rumah dengan menutup jendela-jendela dan pintu-pintu kaca dengan papan. Berdasarkan penelitian tentang angin disimpulkan bahwa bangunan akan lebih bisa bertahan apabila tidak ada angin yang masuk;

g. Persediaan penerangan dan makanan. Dalam bencana badai dan angin topan jaringan listrik sering terganggu atau rusak sama sekali, karena tidak memungkinkan untuk melakukan perbaikan dengan cepat, maka perlu persediaan lilin atau lampu senter dengan cadangan baterei di

Page 51: Peranan - Universitas Padjadjaran

44 Dr. Rahman Mulyawan

dalam rumah. Persediaan makanan bagi setiap anggota keluarga untuk minimal tiga hari adalah suatu keharusan;

h. Mendengarkan radio untuk informasi darurat BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab untuk penelitian dan peringatan akan ancaman. Biasanya badan ini menyiarkan peringatan kepada masyarakat melalui radio: bisa dengan radio komunikasi atau dengan radio komunitas;

i. Tindakan saat terjadi badai dan angin topan adalah:

(1) Tetap berada di dalam rumah, kecuali apabila dianjurkan untuk mengungsi. Walaupun tidak ada anjuran, masyarakat harus tetap bersiap untuk mengungsi. Apabila dianjurkan untuk tinggal di dalam rumah maka: semua persediaan sudah disiapkan; jika di-perlukan, tinggal di suatu ruangan yang paling aman di dalam rumah; matikan semua sumber api, aliran listrik dan peralatan elek tronik; terus mendengarkan radio agar mengetahui perubahan kondisi;

(2) Hindari banjir apabila banjir masuk ke dalam rumah, jika me-mungkinkan, naik ke tempat yang lebih tinggi. Waspada terhadap pusat angin topan. Pusat badai dan angin topan ini biasanya men-capai radius 30-50km dan badainya bisa mencapai radius 600 km. Pusat badai dapat membawa air yang menyebab-kan terjadi banjir di daerah pesisir. Pada saat pusat badai ini lewat, keadaan biasanya lebih tenang dan tidak berawan, namun ini bukan berarti badai telah berlalu. Tetap tinggal di dalam rumah hingga badai benar-benar berlalu (bisa beberapa jam atau hari).

j. Tindakan setelah terjadi badai dan angin topan adalah:

(1) Usahakan untuk tidak segera memasuki daerah sampai dinyata-kan aman. Banyak kegiatan berlangsung untuk membenahi daerah yang baru terlanda bencana ini. Untuk memperlancar proses ini sebaiknya orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk;

(2) Gunakan senter untuk memeriksa kerusakan. dengan menyalakan aliran listrik sebelum dinyatakan aman. Jauhi kabel-kabel listrik yang terjatuh di tanah. Untuk menghindari kecelakaan, jalan yang terbaik adalah menjauhi kabel-kabel ini;

Page 52: Peranan - Universitas Padjadjaran

45Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

(3) Matikan gas dan aliran listrik, untuk menghindari kebakaran, apa-bila tercium bau gas segera matikan aliran gas dan apabila ada kerusakan listrik segera matikan aliran dengan mencabut sekring. Ini hanya boleh dilakukan oleh orang yang benar-benar paham tentang listrik;

(4) Pergunakan telepon hanya untuk keadaan darurat. Jaringan tele-pon akan menjadi sangat sibuk pada saat seperti ini. Kepentingan untuk meminta bantuan harus diutamakan;

(5) Mendengarkan radio untuk mengetahui perubahan kondisi.

2.4.6 Gempa Bumi

A. Pendahuluan

Gempa bumi terjadi karena gesekan antar lempeng-lempeng tektonik di bawah permukaan bumi. Pergesekan ini mengeluarkan energi yang luar biasa besar dan menimbulkan goncangan dipermukaan. Indonesia sangat rawan gempa karena secara geografis berada dekat dengan lempeng-lem-peng yang aktif dan saling berhubungan satu sama lain, serta karena adanya gunung-gunung berapi yang aktif.

B. Fenomena dan Dampak Gempa Bumi

Gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan sarana seperti bangunan, jem-batan dan jalan-jalan yang besar dan luas. Gempa juga dapat diikuti bencana alam berbahaya seperti tanah longsor dan tsunami (silakan baca bagian tanah longsor dan tsunami pada modul ini).

Korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa bagian-bagian bangunan roboh atau obyek berat lain seperti pohon dan tiang listrik. Orang sering terperangkap dalam bangunan runtuh. Gempa bumi sering diikuti oleh gempa susulan dalam beberapa menit, jam, hari atau bahkan minggu setelah gempa yang pertama, walaupun sering tidak sekuat yang pertama. Ancaman gempa susulan adalah runtuhnya bangunan yang telah goyah dan rusak akibat gempa pertama.

C. Tindakan Kesiapsiagaan

Merencanakan kesiapsiagaan terhadap bencana tidak hanya mencakup perencanaan fisik bangunan belaka. Setiap orang dalam rumah sebaiknya

Page 53: Peranan - Universitas Padjadjaran

46 Dr. Rahman Mulyawan

tahu apa yang harus dilakukan dan ke mana harus pergi bila situasi darurat terjadi.

a. Prinsip rencana siaga untuk rumah tangga:

(1) Sederhana. Rencana darurat rumah tangga dibuat sederhana, se-hingga mudah diingat oleh seluruh anggota keluarga. Bencana ada lah situasi yang sangat mencekam sehingga mudah mencetus kebingungan. Rencana darurat yang baik hanya berisi beberapa rincian saja yang mudah dilaksanakan;

(2) Tentukan jalan melarikan diri. Pastikan Anda dan keluarga tahu jalan yang paling aman untuk keluar dari rumah saat gempa. Jika Anda berencana meninggalkan daerah atau desa, rencanakan beberapa jalan dengan memperhitungkan kemungkinan beberapa jalan yang putus atau tertutup akibat gempa;

(3) Tentukan tempat bertemu. Dalam keadaan anggota keluarga ter-pencar, misalnya ibu di rumah, ayah di tempat kerja, sementara anak-anak di sekolah saat gempa terjadi, tentukan tempat bertemu. Yang pertama semestinya lokasi yang aman dan dekat rumah. Tempat ini biasanya menjadi tempat anggota keluarga bertemu pada keadaan darurat. Tempat kedua dapat berupa bangunan atau taman di luar desa, digunakan dalam keadaan anggota keluarga tidak bisa kembali ke rumah. Setiap orang mestinya tahu tempat tersebut.

b. Prinsip rencana siaga untuk sekolah. Sama dengan prinsip rencana siaga di rumah tangga. Gedung sekolah perlu diperiksa ketahanannya terhadap gempa bumi. Sebaiknya sekolah dibangun berdasarkan standar bangunan tahan gempa. Anak-anak sekolah perlu sering dilatih untuk melakukan tindakan penyelamatan diri bila terjadi gempa, misalnya sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun.

c. Menyiapkan rumah tahan gempa:

(1) Minta bantuan ahli bangunan. Tanyakan tentang perbaikan dan penguatan rumah seperti serambi, pintu kaca geser, garasi, dan pintu garasi. Setidaknya ada bagian rumah yang tahan gempa sebagai titik atau ruang berlindung;

Page 54: Peranan - Universitas Padjadjaran

47Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

(2) Periksa apakah pondasi rumah Anda kokoh;

(3) Jika mempunyai saluran air panas dan gas, pastikan tertanam dengan kuat. Gunakan sambungan pipa yang kentur;

(4) Letakkan barang yang besar dan berat di bagian bawah rak dan pastikan rak tertempel mati pada embok;

(5) Simpan barang pecah-belah di bagian bawah rak atau lemari yang berlaci dan dapat dikunci;

(6) Gantungkan benda berat seperti gambar, lukisan, dan cermin jauh dari tempat tidur, sofa atau kursi dimana ruang duduk;

(7) Segera perbaiki kabel-kabel yang rusak dan sambungan gas yang bocor;

(8) Perbaiki keretakan-keretakan pada atap dan fondasi rumah, dan pastikan hal itu bukan karena kerusakan struktur;

(9) Pasang pipa air dan gas yang lentur untuk menghindari kebocoran air dan gas;

(10) Simpan racun serangga atau bahan yang berbahaya dan mudah terbakar di tempat aman, terkunci serta jauh dari jangkauan anak-anak;

(11) Hiasan gantungan lampu diikat kuat agar tidak jatuh pada saat gempa;

(12) Bila memungkinkan sediakan kasur gulung di dekat tempat-tempat tertentu sebagai alat pengaman kejatuhan barang dari atas;

(13) Menyediakan helm dekat dengan tempat kerja atau tempak tidur Anda dan gunakan segera ketika terjadi gempa.

d. Tindakan saat terjadi gempa bumi adalah:

(1) Bila Anda berada dalam bangunan, cari tempat perlindungan, mi-salnya dibawah meja yang kuat. Hindari jendela dan bagian rumah yang terbuat dari kaca. Gunakan bangku, meja atau perlengkapan rumah tangga yang kuat sebagai perlindungan;

(2) Tetap di sana namun bersiap untuk pindah. Tunggu sampai gon-cangan berhenti dan aman untuk bergerak;

Page 55: Peranan - Universitas Padjadjaran

48 Dr. Rahman Mulyawan

(3) Menjauhlah dari jendela kaca, perapian, kompor atau peralatan rumah tangga yang mungkin akan jatuh. Tetap di dalam untuk menghindari terkena pecahan kaca atau bagian-bagian bangunan;

(4) Jika malam hari dan Anda di tempat tidur, jangan lari keluar. Cari tempat yang aman di bawah tempat tidur atau meja yang kuat dan tunggu gempa berhenti. Jika gempa sudah berhenti, periksa ang-gota keluarga dan carilah tempat yang aman. Ada baiknya kita mempunyai lampu senter dekat tempat tidur. Saat gempa malam hari, alat murah ini sangat berguna untuk menerangi jalan mencari tempat aman, terutama bila listrik padam akibat gempa. Lilin dan lampu gas sangat berbahaya, dan sebaiknya tidak digunakan;

(5) Jika Anda berada di tengah keramaian, cari perlindungan. Tetap tenang dan mintalah yang lain untuk tenang juga. Jika sudah aman, berpindahlah ke tempat yang terbuka, jauh dari pepohonan besar atau bangunan. Waspada akan kemungkinan gempa susulan;

(6) Jika Anda di luar, cari tempat terbuka, jauh dari bangunan, pohon tinggi dan jaringan listrik. Hindari rekahan akibat gempa yang bisa sangat berbahaya;

(7) Jika Anda mengemudi, berhentilah jika aman, tapi tetap dalam mobil. Menjauhlah dari jembatan, jembatan layang atau terowongan. Pindahkan mobil jauh dari lalulintas. Jangan berhenti dekat pohon tinggi, lampu lalu lintas atau tiang listrik;

(8) Jika Anda di pegunungan, dekat dengan lereng atau jurang yang rapuh, waspadalah dengan batu atau tanah longsor yang runtuh akibat gempa;

(9) Jika Anda di pantai, segeralah berpindah ke daerah yang tinggi atau berjarak beberapa ratus meter dari pantai. Gempa bumi dapat menyebabkan tsunami selang beberapa menit atau jam setelah gempa dan menyebabkan kerusakan yang lebat.

d. Tindakan setelah gempa bumi berlangsung saat Anda dan keluarga terlepas dari ancaman akibat gempa awal adalah:

(1) Periksa adanya luka. Setelah menolong diri, bantu menolong me-reka yang terluka atau terjebak. Hubungi petugas yang menangani bencana, kemudian berikan pertolongan pertama jika memung-

Page 56: Peranan - Universitas Padjadjaran

49Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

kinkan. Jangan coba memindahkan mereka yang luka serius karena justru bisa memperparah luka;

(2) Periksa keamanan. Periksa hal-hal berikut setelah gempa: Api atau an caman kebakaran, kebocoran gas, tutup saluran gas jika diduga bocor dari adanya bau dan jangan dibuka sebelum diperbaiki oleh ahlinya;

(3) Kerusakan saluran dan kabel listrik: matikan meteran listrik, menjauhlah dari kabel listrik sekalipun meteran telah dimatikan;

(4) Barang-barang yang jatuh di dalam lemari (saat Anda membukanya)

(5) Periksa pesawat telepon, pastikan telepon pada tempatnya

(6) Lindungi diri Anda dari ancaman tidak langsung dengan memakai celana panjang, baju lengan panjang, sepatu yang kuat, dan jika mungkin juga sarung tangan. Ini akan melindungi Anda dari luka akibat barang-barang yang pecah;

(7) Bantu tetangga yang memerlukan bantuan. Orang tua, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui dan orang cacat mungkin perlu bantuan tam bahan;

(8) Mereka yang jumlah anggota keluarganya besar juga memerlukan bantuan tambahan ada keadaan darurat;

(9) Pembersihan. Singkirkan barang-barang yang mungkin berbahaya, termasuk pecahan gelas, kaca, dan obat-obatan yang tumpah;

(10) Waspada dengan gempa susulan. Sebagian besar gempa susulan lebih lemah dari gempa utama. Namun, beberapa dapat cukup kuat untuk merobohkan bangunan yang sudah goyah akibat gempa pertama. Tetap lah berada jauh dari bangunan. Kembali ke rumah hanya bila pihak berwenang sudah mengumumkan keadaan aman;

(11) Gunakan lampu senter. Jangan gunakan korek api, lilin, kompor gas atau obor;

(12) Gunakan telepon rumah hanya dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa;

(13) Nyalakan radio untuk informasi, laporan kerusakan atau keperluan relawan di daerah Anda;

(14) Kondisikan jalan bebas rintangan untuk mobil darurat.

Page 57: Peranan - Universitas Padjadjaran

50 Dr. Rahman Mulyawan

2.5 PANDUAN UMUM PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS MASYARAKAT

2.5.1 Persiapan Penanganan Bencana oleh MasyarakatSelama ini, tindakan dalam usaha penanggulangan bencana dilakukan oleh pemerintah yang pelaksanaannya kemudian dilakukan bersama antara pemerintah daerah dengan organisasi-organisasi yang terkait dan masyarakat yang tertimpa bencana. Pada saat menghadapi bencana, masyarakat yang belum mampu untuk menanganinya sendiri harus menunggu bantuan yang kadang-kadang tidak segera datang.

Masyarakat yang menghadapi bencana adalah yang menjadi korban dan yang harus menghadapi kondisi akibat bencana. Oleh karena itu, masya-rakat perlu membuat perencanaan untuk persiapan dalam pencegahan bencana. Dengan bantuan Panduan Umum Penanggulangan Bencana Ber-basis Masyarakat (PPBBM), seluruh anggota masyarakat bisa bekerja sama untuk membuat perencanaan yang tepat dan bermanfaat.

Perlu disadari bahwa detik-detik pertama saat bencana terjadi adalah saat yang sangat penting dalam usaha mengurangi dampak bencana yang lebih besar. Didasari pemikiran tersebut dan sejalan dengan program pengembangan masyarakat yang mandiri, masyarakat sendiri perlu menge-tahui secara menyeluruh semua upaya tindakan penanggulangan bencana supaya bisa segera mengambil tindakan yang tepat pada waktu bencana terjadi. Modul ini lebih menekankan tindakan-tindakan persiapan dalam usaha mencegah kemungkinan bencana dan mengurangi dampak bencana.

Dalam upaya mengurangi dampak bencana di suatu wilayah, tindakan pencegahan perlu dilakukan oleh masyarakatnya. Pada saat bencana terjadi, korban jiwa dan kerusakan yang timbul umumnya disebabkan oleh ku-rangnya persiapan dan sistem peringatan dini. Persiapan yang baik akan bisa membantu masyarakat untuk melakukan tindakan yang tepat guna dan tepat waktu. Bencana bisa menyebabkan kerusakan fasilitas umum, harta benda dan korban jiwa. Dengan mengetahui cara pencegahannya masyarakat bisa mengurangi resiko ini.

Page 58: Peranan - Universitas Padjadjaran

51Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

2.5.2 Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat

Pada bagian ini berarti tindakan awal dalam usaha penanggulangan bencana dilakukan. Usaha penanggulangan bencana adalah atas kemampuan masya-rakat sendiri atau bekerjasama dengan instansi terkait dalam persiapan untuk mencegah, menangani dan memulihkan keadaan setelah bencana.

Letak geografis dan kondisi geologis menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan letusan gunung berapi. Secara umum, di Indonesia terdapat peristiwa bencana yang terjadi berulang kali setiap tahun. Di samping itu, jumlah penduduk yang demikian besar dapat pula mengakibatkan bencana yang disebabkan oleh ulah manusia, seperti kebakaran, kebakaran hutan, pencemaran, kerusakan lingkungan dan sebagainya.

Bencana bisa terjadi kapan saja dimana saja dan bisa menimpa siapa saja. Pada akhirnya, bencana tersebut menimbulkan kerusakan dan kerugian material bahkan korban jiwa, serta mengakibatkan terjadinya pengungsian besar-besaran dan terganggunya kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Untuk itulah diperlukan kesiapsiagaan agar bisa mencegah dan mengurangi kemungkinan bencana.

Dalam setiap kejadian bencana di Indonesia ada beberapa pihak yang bekerja sama dalam melakukan usaha-usaha penanganannya. Adalah hak masyarakat untuk menghubungi instansi terkait ini, karena keberadaan pihak-pihak ini adalah untuk mendampingi masyarakat dalam usaha pe-nanggulangan bencana. Hubungan dengan pihak-pihak ini sebaiknya dijalin dalam tahap sebelum bencana, saat bencana dan setelah bencana.

2.5.3 Menjalin Kerjasama dengan Pihak-pihak Terkait dalam Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana hendaknya menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah serta pihak-pihak terkait. Kerjasama ini sangat penting untuk memperlancar proses penanggula-ngan bencana. Untuk memperkuat kesiapsiagaan, masyarakat bisa mendapatkan pelatihan dan bantuan dari instansi/organisasi dibawah ini.

Page 59: Peranan - Universitas Padjadjaran

52 Dr. Rahman Mulyawan

Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam penanggulang-an bencana adalah:

A. Dinas Sosial

Dinas Sosial adalah instansi pemerintah yang menangani bidang kesejahteraan dalam membantu masyakakat yang dilanda bencana.

B. Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Bisa memberi pelatihan kepada masyarakat untuk meningkatkan ke-mampuan dalam bidang operasi di lapangan.

C. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)

Adalah instansi Pemerintah yang memberi informasi tentang perkem-bangan cuaca, gempa bumi dan kegiatan gunung berapi.

D. Search and Rescue (SAR)

Adalah lembaga yang bertugas dalam hal melakukan pencarian, pertolo-ngan dan penyelamatan terhadap orang yang mengalami musibah atau diperkirakan hilang dalam suatu bencana.

E. Rumah Sakit (Unit Gawat Darurat)

Adalah instansi pemerintah maupun swasta yang memiliki kapasitas/ kewenangan dalam hal pelayanan kesehatan masyarakat luas. Dalam hal penanganan bencana,rumah sakit melakukan penanganan korban bencana baik dalam penanganan penderita gawat darurat maupun tindakan-tindakan perawatan korban bencana secara berkelanjutan.

F. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)

Adalah instansi pemerintah yang memiliki tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan di tingkat lapisan masyarakat terkecil, dan instansi ini memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan penanganan penderita gawat darurat sebelum dilakukan evakuasi selanjutnya ke rumah sakit.

G. Polisi Daerah

Adalah instansi pemerintah yang memiliki kewenangan dalam hal keamanan dan ketertiban masyarakat sekaligus memiliki fungsi sebagai pihak yang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat darurat dalam

Page 60: Peranan - Universitas Padjadjaran

53Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

penanganan bencana di masyarakat. Instansi kepolisian biasanya ada di setiap tingkatan masyarakat hingga yang terkecil.

H. Hansip/Linmas

adalah kelompok masyarakat yang ditugaskan untuk membantu tugas kepolisian dalam melakukan pengamanan wilayah domisili tugas mereka. Kelompok ini terdiri dari anggota-anggota masyarakat terpilih dan dipercayai untuk melakukan pengawasan terhadap keamanan dan ketertiban wilayah.

I. Palang Merah Indonesia (PMI)

Adalah lembaga yang bertugas untuk membantu masyarakat dalam meringankan penderitaan masyarakat yang dilanda bencana.

J. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

LSM lokal bisa bekerja sama dengan masyarakat dalam menanggulangi bencana dan membantu masyarakat untuk membina hubungan ke luar.

K. Media Massa

Media Massa Cetak maupun Elektronik (televisi dan radio) bisa menyebarkan berita tentang bencana dan bisa membantu untuk mencari bantuan.

L. Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB)

Terdiri atas anggota-anggota masyarakat yang pembentukannya adalah hasil dari keputusan masyarakat bersama. Lihat PBBM untuk keterangan lebih lanjut.

2.6 KESIAPAN BENCANA

2.6.1 Konsep Kesiapan Penanggulangan BencanaKonsep dari kesiapan bencana sangat jelas. Tujuannya adalah untuk meya-kinkan bahwa secara tepat sistem yang memadai untuk bencana, prosedur dan sumber-sumber daya berada di tempat kejadian dan bisa membantu mereka yang tertimpa oleh bencana dan memungkinkan mereka untuk bisa menolong diri mereka sendiri.

Page 61: Peranan - Universitas Padjadjaran

54 Dr. Rahman Mulyawan

Tujuan-tujuan dari kesiapan bencana adalah untuk meminimalisir dam-pak bencana atau pengaruh-pengaruh yang merugikan dari satu bahaya lewat tindakan-tindakan berjaga-jaga yang efektif, dan untuk menjamin se-cara tepat, organisasi yang tepat dan efisien dan pengiriman respon emer-gensi yang menindak lanjuti dampak dari satu bencana.

Difinisi ini menetapkan kerangka kerja yang luas terhadap kesiapan bencana, akan tetapi sangatlah bermanfaat untuk memikirkan tentang beberapa poin yang implisit dalam difinisi ini.

Untuk meminimalisir pengaruh-pengaruh yang merugikan dari satu bahaya

Pengurangan resiko bencana dimaksudkan untuk meminimalisir pe-ngaruh-pengaruh yang merugikan dari satu bahaya dengan menghi-langkan kerentanan dimana kalau tidak dilakukan, bahaya akan terbuka dan secara langsung mengurangi potensi dampak satu bahaya sebelum bahaya tersebut menyerang. Kesiapan bencana dalam bentuknya yang paling kejam menganggap bahwa kelompok- kelompok orang tertentu akan tetap rentan, dan kesiapan harus menanggung konsekuensi-konsekuensi dari dampak satu bahaya.

Penting untuk memperhatikan bahwa istilah yang digunakan “tin-dakan- tindakan berjaga-jaga”, terlalu sering hasil akhir dari kesiapan bencana dilihat sebagai satu rencana yang statis untuk dipikirkan dan kemudian dimasukan dalan file sampai hal ini diperlukan. Kesiapan bencana, secara berlawanan, harus dilihat sebagai satu proses yang aktif dan terus menerus. Tentu saja, baik rencana-rencana maupun strategi-strategi diperlukan, akan tetapi hal tersebut harus merupakan usaha-usaha yang dinamis, yang sering ditinjau lagi, dimodifikasi, diperbaharui dan diujicobakan.

Untuk meyakinkan secara tepat, memadai, dan organisasi yang efisien dan pengiriman

Mungkin satu dari aspek yang paling sulit dari menejemen bencana adalah masalah waktu. Masalah waktu juga mempengaruhi konsep kesiapan bencana. Kecepatan dan ketepatan waktu sering kali telah diperlakukan secara sama, yang merupakan cacat konsep yang besar.

Page 62: Peranan - Universitas Padjadjaran

55Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Keputusan- keputusan yang terkait dengan waktu harus mempertim-bangkan hubungan antara masukan-masukan bantuan dan pengaruh-pengaruhnya.

Dalam beberapa tipe bencana, banjir sebagai contoh, ada beberapa dasar tertentu seperti tempat berlindung dan pakaian yang mungkin dibutuhkan dengan segera. Terkait dengan mengurangi tekanan yang bersifat mendadak, kecepatan sangatlah penting. Akan tetapi, ada bentuk-bentuk lain.

Demikian juga, bantuan yang memadai membutuhkan penelitian yang hati-hati. Isu-isu ini berada di luar cerita-cerita standar dari daging babi kalengan dan sepatu berhak tinggi terhadap banjir, Komunitas muslim. Isu ini berlaku untuk mereka yang berkepentingan dan hubungan alami antara kesiapan bencana, rehabilitasi dan pemulihan. Yang paling penting kita perlu menanyakan jika salah satu dari tujuan-tujuan yang penting dari kesiapan bencana—penyediaan dari bantuan yang me-madai—dirancang semata -mata untuk meyakinkan bertahan hidupnya komunitas yang tertimpa bahaya secara segera atau, dalam menjamin keselamatan segera, untuk secara bersamaan membuka jalan terhadap pemulihan kembali?

“Organisasi yang efisien dan pengiriman”

Organisasi yang efisien dan pengiriman, menyarankan kriteria yang jelas untuk kesiapan bencana yang efektif. Perencanaan yang sistematis, distribusi yang dilakukan secara baik, peran yang jelas dan tanggung jawab adalah sangat vital. Akan tetapi, terlalu sering situasi bencana menciptakan kondisi- kondisi kekacauan.

Rencana-rencana yang digelar secara baik dapat mengurangi, akan tetapi tidak menghilangkan kekacauan itu. Sampai pada satu tingkat yang memungkinkan, rencana-rencana kesiapan harus mengantisipasi sumber-sumber kekacauan dan sama pentingnya harus juga mencoba mengantisipasi apa yang harus dilakukan pada saat rencana menjadi serba salah. Akan tetapi, dimana satu kriteria efisiensi menjadi secara khusus penting adalah dalam konteks distribusi.

Kunci disini untuk meyakinkan bahwa efisiensi diukur dalam istilah kemampuan untuk mengirim bantuan yang diperlukan kepada mereka

Page 63: Peranan - Universitas Padjadjaran

56 Dr. Rahman Mulyawan

yang paling rentan. Terlalu sering dalam situasi bantuan bencana, makanan dan bantuan non makanan tiba di tempat bencana, akan tetapi tidak ada sistem atau struktur yang sudah dibentuk untuk menjamin bahwa mereka yang paling membutuhkan adalah memang yang paling berhak. Pada akhirnya, uji coba yang paling penting dari efisiensi ada-lah bahwa mereka-mereka yang membutuhkan benar-benar diberikan secara memadai.

2.6.2 Komponen-komponen Kesiapan BencanaAda sembilan komponen utama yang tercakup dalam kesiapan bencana yang memberikan kerangka kerja di mana berdasarkan kerangka kerja tersebut strategi kesiapan bencana nasional dapat dikembangkan.

A. Mengkaji Kerentanan

Mendasar untuk semua aspek manajemen bencana adalah informasi. Hal ini merupakan satu poin yang nampak jelas, akan tetapi sering kali dilupakan. Manajer bencana mungkin tahu bahwa komunitas atau daerah geographis tertentu rentan terhadap dampak dari serangan bahaya yang bersifat men-dadak ataupun yang lamban. Tetapi pada realitanya, sampai satu keputusan dibuat pada cara-cara yang sistematis untuk mengumpulkan dan menilai informasi mengenai kerentanan terhadap bencana, manajer itu sedang atau akan beker ja secara sia-sia.

Mengembangkan dan menyusun penilaian kerentanan adalah satu cara mendekati satu sarana sistematis untuk menetapkan alat manajemen bencana yang penting.

B. Perencanaan

Melalui semua aktivitas yang dirancang untuk mempromosikan kesiapan bencana, tujuan yang paling utama adalah mempunyai rencana-rencana yang siap yang sudah disepakati, yang dapat diimplementasikan dan untuk komitmen mana dan sumber-sumber daya yang relatif terjamin. Rencana itu sendiri harus menyentuh poin-poin lain dalam kerangka kerja ini.

C. Kerangka Kerja Institusi

Kesiapan bencana yang terkoordinir dan sistem tanggapan adalah satu pra-syarat terhadap setiap rencana kesiapan bencana. Setiap rancangan sistem

Page 64: Peranan - Universitas Padjadjaran

57Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

akan tergantung pada tradisi-tradisi dan struktur pemerintahan dari negara di bawah peninjauan. Akan tetapi, tanpa menjamin adanya “koordinasi hori zontal” pada level-level pemerintah pusat diantara para menteri dan badan- badan pemerintahan khusus dan “koordinasi vertikal” antara otoritas lokal dan pusat, satu rencana akan dengan cepat tercerai berai. Hal ini membutuhkan satu struktur untuk pembuatan keputusan, panitia antar menteri untuk mengkoordinir rencana, titik fokus di dalam setiap kemen-trian, dan struktur-struktur komunitas dan regional untuk mengimple-mentasikan rencana pada tingkat lokal.

D. Sistem Informasi

Rencana kesiapan harus mempunyai sistem informasi. Untuk serangan ben-cana yang lambat, hal ini harus terdiri dari proses pengumpulan data yang dibuat secara resmi, dan sistem peringatan dini (khususnya untuk daerah yang rentan terhadap kelaparan), dan sistem monitoring untuk memper-baharui informasi peringatan dini. Untuk serangan bencana yang mendadak sistem yang sama harus tersedia untuk memprediksi, memberi peringatan, dan komunikasi evakuasi.

E. Basis Sumber Daya

Persyaratan-persyaratan untuk memenuhi satu situasi emergensi akan jelas tergantung pada tipe-tipe bahaya yang diantisipasi oleh rencana tersebut. Persyaratan-persyaratan semacam itu harus dibuat secara eksplisit, dan harus mencakup semua aspek bantuan bencana dan implementasi pemulihan.

Daftar kebutuhan bantuan terlalu panjang untuk dimuat di dalam modul ini, akan tetapi daftar di bawah ini mengindikasikan beberapa per-syaratan utama, yaitu:

Tempat berlindung obat-obatan;1.

Makanan;2.

Makanan tambahan;3.

Sistem komunikasi dan4.

Sistem logistik pekerja-pekerja pemulihan peralatan pembersih.5.

Page 65: Peranan - Universitas Padjadjaran

58 Dr. Rahman Mulyawan

F. Sistem PeringatanUntuk sebagian besar tipe serangan bencana yang cepat, sistem peringatan dapat menyelamatkan banyak kehidupan. Dengan memberi pemberitahuan yang memadai terhadap masyarakat yang rentan akan datangnya satu bencana, mereka dapat meloloskan diri dari kejadian itu atau mengambil tindakan berjaga-jaga untuk mengurangi bahaya. Akan tetapi, kita harus mengasumsikan bahwa sistem-sistem komunikasi yang berfungsi, seperti telepon dan teleks, tidak tersedia pada saat terjadi bencana besar. Mulailah merencanakan satu sistem peringatan dengan asumsi seperti itu.

Pertimbangkan jenis perlengkapan komunikasi apakah yang akan di-bu tuhkan dan berkelanjutan jika jalur-jalur pembangkit listrik dan stasiun-stasiun penerima rusak. Rencana kesiapan harus mencakup penyediaan akses terhadap sistem komunikasi alternatif di antara polisi, militer dan jaringan pemerintah.

Peringatan juga penting untuk serangan bencana yang lambat dan pemindahan populasi. Dalam hal ini disebut peringatan dini dan berhu-bungan dengan informasi dan distribusinya dengan pertimbangan apakah: “Pemberitahuan secara tepat waktu dari satu krisis dunia yang akan terjadi dalam hal persediaan makanan membuat persiapan atau pencegahan terhadap penduduk yang dipaksa bermigrasi”

G. Mekanisme TanggapanTes yang paling mutlak dari satu rencana adalah keefektifan tanggapan ter-hadap peringatan dan dampak bencana. Pada tahapan tertentu dalam proses peringatan, berbagai tanggapan harus dimobilisir. Pentahapan tanggapan menjadi satu faktor yang penting dalam merancang rencana kesiapan.

H. Pelatihan dan Pendidikan UmumFokus dari rencana kesiapan bencana harus mengantisipasi, pada tingkat tertentu, tipe-tipe persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan untuk tindakan dan tanggapan terhadap peringatan dan operasi pemulihan bencana. Ren-cana ini harus juga mengkhusus-kan pada cara-cara untuk menjamin bahwa persyaratan-persyaratan seperti itu dapat dipenuhi. Meskipun demikian, prosesnya hanya akan efektif jika mereka-mereka yang menjadi ahli waris utama mengetahui apa yang harus diperbuat pada saat terjadi bencana dan tahu apa yang diharapkan.

Page 66: Peranan - Universitas Padjadjaran

59Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Untuk alasan ini, bagian penting dari rencana kesiapan bencana adalah pendidikan untuk mereka yang mungkin terancam oleh bencana. Pendidikan semacam itu bisa terdiri dari banyak bentuk, seperti:

(1) Pendidikan umum di sekolah-sekolah untuk anak-anak dan remaja, yang menekankan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan jika ada ancaman bencana (sebagai contoh, gempa bumi);

(2) Kursus-kursus pelatihan khusus, yang dirancang untuk orang dewasa baik secara khusus atau sebagai dimensi tambahan dari program-program yang sedang berlangsung seperti Tindakan Kesehatan Pre-ventif atau Program Kesehatan Ibu dan Anak;

(3) Program pengembangan, dimana komunitas dan pekerja-pekerja per-luasan berbasis desa diinstruksikan untuk menyediakan informasi yang relevan dan dilatih untuk tugas-tugas yang harus mereka jalani selama kejadian bencana;

(4) Informasi umum, lewat media massa, televisi, radio atau cetakan, tidak pernah akan bisa menggantikan dampak dari instruksi langsung. Akan tetapi, jika dirancang dan disajikan secara sensitif, media massa bisa menyediakan tambahan yang bermanfaat terhadap proses pendidikan secara keseluruhan.

I. Gladi

Seperti halnya manuver militer tidak bisa secara penuh memotret realita dari peperangan, demikian juga dengan gladi kesiapan bencana tidak bisa memotret secara penuh dinamika dan potensi kekacauan dari satu operasi bantuan bencana. Meskipun demikian, fakta itu tidak harus menjadi satu alasan untuk menghindari perlunya gladi yang menekankan kembali poin- poin yang dibuat dalam program pelatihan yang terpisah, itu juga akan menguji sistem secara kesuluruhan dan, secara tetap, mengungkap lubang-lubang yang bisa saja akan terlewatkan.

2.6.3 Kesiapan Terhadap Serangan Bencana yang Lambat dan yang Mendadak

Aktivitas-aktivitas kesiapan untuk serangan bencana yang lambat seringkali bervariasi dibanding serangan-serangan yang bersifat mendadak. Serangan bencana yang bersifat lambat mungkin memerlukan keterlibatan yang lebih

Page 67: Peranan - Universitas Padjadjaran

60 Dr. Rahman Mulyawan

aktif pada bagian perencana, khususnya menyangkut monitoring sistem-sistem peringatan dini, terhadap kelaparan, perang, dan perselisihan sipil. Tanggapan pengobatan terhadap masalah-masalah yang diindikasikan oleh peringatan dini (potensi bencana) adalah satu pengembangan dari kesiapan.

Kesiapan terhadap serangan bencana yang mendadak mencakup moni-toring terhadap prediksi dan peringatan akan bencana yang mungkin muncul dalam hitungan hari atau jam. Emergensi bisa berkembang dalam waktu yang sangat singkat dan tergantung pada seperangkat prosedur dan sumber- sumber daya yang sangat berbeda dibandingkan dengan serangan emergensi yang lambat.

2.6.4 Kesiapan di dalam Perserikatan Bangsa BangsaSistem PBB pada tingkat negara harus dapat memfasilitasi dan mengirim ban tuan yang terkoordinir dan memadai dalam satu emergensi. Tim Mana-jemen Bencana PBB (UN-DMT) adalah lembaga tetap yang beranggotakan antar badan PBB untuk sistem ini.

UN-DMT harus bertemu secara reguler untuk:

Mereview pencegahan dan pengaturan-pengaturan kesiapan di dalam 1. negara, termasuk kemajuan dari setiap proyek pembangunan yang sedang berlangsung yang masih relevan;

Mereview pengaturan-pengaturan kesiapan di dalam tim badan-badan 2. PBB;

Membahas analisa dan interpretasi data dari dalam negara dan sistem 3. peringatan dini tentang kelaparan yang berasal dari luar;

Memutuskan setiap tindakan khusus yang harus diambil oleh para 4. anggota kelompok secara individual dan secara bersama.

2.7 MITIGASI BENCANA

2.7.1 Pengertian Mitigasi (Pengurangan)Mitigasi adalah salah satu hubungan positif antara dampak bencana-bencana dan pembangunan. Badan-badan, komunitas, dan individual dapat menggunakan sumber daya pembangunannya untuk mengurangi resiko bahaya lewat proyek-proyek mitigasi. Mereka juga boleh yakin bahwa

Page 68: Peranan - Universitas Padjadjaran

61Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

kegiatan-kegiatan pembangunan mereka yang lain mengandung komponen-komponen yang bisa mengurangi bencana di masa mendatang.

Dalam penggunaannya yang paling luas, mitigasi telah menjadi satu istilah kolektif yang digunakan untuk mencakup semua tindakan yang di-lakukan sebelum terjadinya satu bencana (tindakan pra-bencana). Hal ini men-cakup tindakan-tindakan kesiapan dan pengurangan resiko jangka panjang.

Banyak institusi dan individual, menerapkan definisi yang sempit ten-tang mitigasi. Mereka menggunakan mitigasi yang mempunyai arti sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengurangi baik penderitaan manusia dan kerugian properti sebagai akibat dari fenomena alam yang ekstrim. Konsep mitigasi bisa menerima fakta bahwa beberapa bahaya bisa terjadi, akan tetapi berusaha untuk mengurangi dampak dengan mem-perbaiki kemampuan masyarakat untuk menyerap dampak tersebut dengan kerusakan minimum atau pengaruh yang mengganggu. Lebih sederhana bisa dikatakan, untuk kelompok ini, mitigasi adalah pengurangan resiko.

Mitigasi berlaku untuk aktivitas-aktivitas yang luas dan tindakan-tin-dakan perlindungan yang mungkin didorong: dari segi fisik, seperti memba-ngun bangunan-bangunan yang lebih kuat atau diversifikasi pertanian, sampai pada prosedur, seperti teknik-teknik yang baku untuk mengga-bungkan penilaian bahaya ke dalam perencanaan penggunaan lahan.

Pada tahun sembilan puluhan, usaha besar dilakukan untuk mendorong pelaksanakan teknik-teknik mitigasi bencana dalam proyek-proyek pemba-ngunan di seluruh dunia. Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa telah mengadopsi dekade sembilan puluhan sebagai Dekade Internasional untuk Pengurangan Bencana Alam.

Tujuannya adalah untuk membuat pengurangan yang signifikan dalam kerugian-kerugian hidup dan kerusakan materi yang disebabkan oleh bencana pada akhir dekade itu. Sampai belakangan ini, bencana masih saja dilihat dengan cara yang sama sebagaimana dengan penyakit pada awal abad 19: “Tidak dapat ditebak, tidak beruntung dan merupakan bagian dari resiko hidup sehari-hari”.

Konsentrasi orang dan meningkatnya tingkat populasi di seluruh dunia meningkatkan juga resiko terhadap bancana dan menggandakan konsekuensi-konsekuensi bahaya alam jika bencana tersebut terjadi. Akan tetapi,

Page 69: Peranan - Universitas Padjadjaran

62 Dr. Rahman Mulyawan

“epidemiologi” bencana—ilmu pengetahuan yang sistematis dari apa yang terjadi dalam satu bencana—menunjukkan bahwa bencana-bencana ter-sebut bisa dicegah.

Ada banyak cara untuk mengurangi dampak dari satu bencana dan mengurangi pengaruh-pengaruh dari satu kemungkinan bahaya, kecelakaan, ataupun konflik yang terjadi.

Tak ubahnya seperti berperang melawan penyakit, peperangan melawan bencana harus diperjuangkan oleh setiap orang secara bersama-sama. Per-juangan itu harus melibatkan investasi sektor swasta dan umum, perubahan-perubahan tingkah laku masyarakat dan perbaikan-perbaikan dalam praktek-praktek individual.

Pemerintah dapat menggunakan investasi umum untuk memperbaiki infrastruktur negaranya dan mempromosikan lingkungan fisik di mana satu bencana cenderung untuk tidak terjadi. Individual harus juga belajar bagaimana bertindak untuk melindungi diri mereka sendiri. Seperti halnya dengan kesehatan umum yang tergantung dengan kesehatan individu, demikian juga dengan perlindungan yang tergantung juga pada keamanan individual.

Mempertimbangkan tipe kompor pemasak yang digunakan oleh warga, dan kesadaran mereka bahwa gempa bumi yang terjadi secara tiba-tiba dapat menghabiskan segala-galanya adalah lebih penting dalam mengurangi resiko dari satu kebakaran besar dibandingkan dengan perlunya satu komunitas untuk mempunyai armada pemadam kebakaran yang besar.

Tipe rumah yang dibangun oleh setiap orang dan di mana mereka harus mempertimbangkan tempat yang tepat untuk hidup mempengaruhi potensi bencana dalam satu komunitas secara lebih banyak dibandingkan dengan proyek-proyek yang direkayasa secara besar untuk mengurangi resiko banjir, atau usaha-usaha stabilisasi tanah longsor atau sistem peri-ngatan angin topan yang canggih.

2.7.2 Menyelamatkan Hidup dan Mengurangi Gangguan EkonomiPengaruh-pengaruh paling buruk dari setiap bencana adalah kematian dan korban luka yang dimunculkan kepada populasi. Skala bencana dan jumlah orang yang mampu dibunuh oleh bencana tersebut menjadi pembenaran

Page 70: Peranan - Universitas Padjadjaran

63Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

utama terhadap tindakan mitigasi. Memahami cara bahwa orang-orang bisa terbunuh dan terluka dalam bencana adalah satu prasyarat mengurangi korban.

Mentargetkan mitigasi di tempat yang paling berpengaruh

Memahami bagaimana terjadinya satu bahaya alam atau satu kejadian ber-ubah menjadi satu bencana memungkinkan kita untuk memperkirakan kemungkinan situasinya dimana satu bencana mungkin saja terjadi. Sebagai contoh, beberapa bangunan (elemen) lebih rentan terhadap gempa bumi (ba haya) dibanding dengan yang lain. Mengetahui elemen-elemen yang paling beresiko ini, dapat mengindikasikan prioritas-prioritas untuk mitigasi.

Mengidentifikasikan lokasi-lokasi dan situasi-situasi dimana faktor-faktor resiko gabungan saling bertemu bisa membantu mengindikasikan elemen elemen yang paling beresiko. Elemen-elemen yang paling beresiko adalah elemen-elemen (bangunan, jaringan, kelompok sosial) yang paling mungkin menderita kerugian terbesar yang ditimbulkan oleh satu bencana masa mendatang atau yang paling mungkin menderita dari pengaruh-pengaruh bahaya. Elemen-elemen ini mungkin yang paling sedikit dapat pulih kembali setelah kejadian. Di dalam kota, sebagai contoh, bagian-bagian rumah yang paling mungkin bisa rusak dapat diidentifikasikan. Tindakan-tindakan mitigasi yang diterapkan terhadap sektor itu lagi-lagi akan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap tindakan pengu-rangan resiko.

2.7.3 Tindakan-tindakan untuk Mengurangi Resiko

A. Mengurangi bahaya atau mengurangi kerentanan

Perlindungan terhadap ancaman-ancaman bencana dapat dicapai dengan merubah atau memindahkan penyebab-penyebab ancaman, (mengurangi bahaya) atau dengan mengurangi pengaruh-pengaruh dari ancaman jika hal itu terjadi (mengurangi kerentanan dari elemen-elemen yang dipe-ngaruhi). Untuk sebagian besar bencana alam, penting untuk mencegah kejadian yang sebenarnya dari kemunculannya.

Fokus dari kebijakan-kebijakan mitigasi terhadap bahaya-bahaya ini terutama sekali pada pengurangan kerentanan elemen-elemen yang mungkin

Page 71: Peranan - Universitas Padjadjaran

64 Dr. Rahman Mulyawan

terpengaruh. Jelas, beberapa bahaya alam dapat dikurangi. Konstruksi bendungan sepanjang tepi sungai adalah satu contoh pengurangan resiko.

B. Alat-alat, kekuatan dan budget

Jelas sudah bahwa pengurangan resiko adalah tidak sederhana dan perlu dibangun lewat satu rangkaian aktivitas yang terjadi secara bersama -sama. Pemerintah, sebagai contoh, dapat secara luas menggunakan alat alat dan menggunakan kekuatan-kekuatan mereka dalam banyak cara untuk ke-amanan masyarakat.

Kekuatan legislatif, fungsi-fungsi administrasi, pembelanjaan dan inisiasi proyek adalah semua bagian dari sarana yang dapat mereka gunakan untuk menghasilkan perubahan. Kekuatan persuasi kadang kala diklasi fikasikan kedalam dua tipe: pasif dan aktif. Kedua hal ini diringkas pada bagian akhir dari bab ini. Kekuatan lain dari persuasi adalah diplomasi, mungkin saja ini merupakan alat yang paling bermanfaat terhadap tindakan mitigasi melawan peperangan atau konflik sipil.

C. Menu dari tindakan-tindakan mitigasi

Cakupan teknik-teknik yang dapat dipertimbangkan oleh satu instansi agar bisa menyatukan satu paket yang pas terhadap mitigasi bencana dapat diklasifikasikan kedalam :

rekayasa•

perencanaan ruang•

ekonomi•

institusionalisasi dan manajemen•

kemasyarakatan•

pengurangan konflik•

Berikut ini poin-poin di atas akan dijelaskan satu persatu.

1. Rekayasa

Tindakan-tindakan rekayasa adalah tindakan-tindakan yang menyebabkan struktur-struktur individual yang lebih kuat yang lebih tahan terhadap bahaya bahaya. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai fasilitas-fasilitas “pengerasan” terhadap kekuatan kekuatan bahaya. Etika pembangunan

Page 72: Peranan - Universitas Padjadjaran

65Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

merupakan tindakan defensif yang kritis untuk mencapai bangunan yang direkayasa lebih kuat. Teknik-teknik pelatihan untuk mengajar para pem-bangun tentang kepraktisan dari bangunan yang tahan bencana sekarang sudah dipahami dengan baik dan merupakan bagian dari menu tindakan-tindakan mitigasi untuk para perencana bencana.

2. Perencanaan ruang

Kebanyakan bahaya dilokalisir dengan kecenderungan pengaruh- pengaruh-nya yang dibatasi pada daerah-daerah yang diketahui secara khusus. Sebagai contoh, Banjir mempengaruhi dataran-dataran banjir, dan tanah longsor mempengaruhi lereng-lereng lembek yang curam. Pengaruh- pengaruh itu dapat banyak dikurangi jika hal ini memungkinkan untuk menghindari daerah-daerah yang berbahaya digunakan untuk pemukiman atau sebagai lahan-lahan untuk bangunan-bangunan yang penting. Perencanaan perko-taan perlu mengintegrasikan kesadaran akan mitigasi resiko bencana alam kedalam prosedur-prosedur normal dari perencanaan suatu kota.

Untuk pemindahan populasi yang disebabkan karena bahaya atau kon-flik, peluang-peluang untuk mengurangi resiko mereka termasuk identifikasi zona- zona aman untuk tempat hunian di daerah-daerah dengan keamanan yang memadai dan sumber daya untuk membantu orang-orang yang dipindah.

3. Ekonomi

Pembangunan ekonomi penting untuk mitigasi bencana. Satu ekonomi yang kuat adalah perlindungan paling baik terhadap bencana yang akan datang. Satu ekonomi yang kuat berarti lebih banyak uang untuk dibelanjakan bangunan-bangunan yang lebih kuat, lokasi-lokasi yang lebih aman, dan cadangan finansial lebih banyak untuk mengatasi kerugian-kerugian di masa mendatang.

Tindakan-tindakan mitigasi dapat menolong membantu suatu komu-nitas mengurangi kerugian-kerugian ekonomi di masa mendatang. Tindak-an- tindakan mitigasi juga menolong warga menanggulangi kerugian-kerugian dan memperbaiki kemampuan pulihnya mereka dari kerugian kehilangan dan tindakan-tindakan yang memungkinkan komunitas untuk mampu meningkatkan keamanan merupakan elemen-elemen penting dari keseluruhan program mitigasi.

Page 73: Peranan - Universitas Padjadjaran

66 Dr. Rahman Mulyawan

Aktivitas-aktivitas ekonomi yang membantu komunitas yang menjadi tuan rumah bagi orang-orang yang mengungsi untuk menyerap populasi ini dapat mengurangi berkembangnya masalah-masalah politik dan sosial yang serius.

Beberapa aspek dari perencanaan ekonomi secara langsung relevan untuk mengurangi resiko bencana. Diversifikasi aktivitas ekonomi merupa-kan satu prinsip ekonomi yang penting. Satu industri ekonomi tunggal selalu lebih rentan dibandingkan dengan satu ekonomi yang terdiri dari banyak aktivitas yang berbeda. Hubungan antara sektor-sektor yang berbeda dari satu ekonomi transportasi barang, aliran informasi, dan pasar tenaga kerja mungkin lebih rentan terhadap gangguan dari satu bencana diban-dingkan dengan infrastruktur fisik yang merupakan sarana produksi.

4. Manajemen dan institusionalisasi mitigasi bencana

Mitigasi bencana juga memerlukan tindakan-tindakan prosedural dan orga-nisasi. Waktu yang dibutuhkan agar pengurangan yang signifikan terhadap dampak bencana dapat dicapai adalah jangka menengah dan jangka panjang. Perubahan-perubahan dalam perencanaan lokasi, perbaikan bangunan dan perubahan-perubahan dalam karakteristik stok bangunan adalah proses yang memakan waktu puluhan tahun. Tujuan-tujuan dan kebijakan-kebi-jakan yang mengarahkan proses-proses mitigasi harus dipertahankan selama bertahun-tahun.

Tujuan dan kebijakan tersebut harus bisa bertahan terhadap perubahan-perubahan administrasi politik yang layaknya terjadi selama kurun waktu itu, perubahan-perubahan dalam kebijakan-kebijakan dan prioritas-prioritas budget untuk masalah-masalah lain. Institusionalisasi mitigasi bencana ber-arti penerimaan terhadap satu konsensus mengenai pendapat bahwa usaha-usaha mengurangi resiko bencana adalah satu kepentingan yang berkesi-nambungan.

Pendidikan, pelatihan, dan pengembangan keahlian profesional meru-pa kan komponen-komponen yang perlu dari pelembagaan mitigasi bencana.

5. Kemasyarakatan

Mitigasi bencana hanya akan terjadi ketika terdapat satu konsensus bahwa hal itu memang dikehendaki. Di banyak tempat, bahaya individual yang

Page 74: Peranan - Universitas Padjadjaran

67Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

mengancam tidak menyebabkan bencana, tahap-tahap yang dapat dilakukan untuk melindungi diri mereka sendiri tidaklah diketahui dan mandat dari komunitas untuk mendapat perlindungan terhadap diri mereka sendiri tidak juga kunjung datang.

Perencanaan mitigasi harus ditujukan untuk membangun “budaya kese-lamatan” bencana, satu kultur di mana khalayak umum benar- benar sadar akan potensi bahaya, memilih untuk melindungi diri mereka sepenuh mung-kin dan dapat secara cepat mendukung usaha-usaha perlindungan yang dibuat demi komunitas itu sendiri.

6. Pengurangan Konflik

Di dalam bencana dan emergensi yang tercipta karena konflik, mitigasi harus mencakup pengurangan konflik. Tindakan-tindakan terhadap pengu-rangan konflik harus mulai dengan pengidentifikasian dan pembahasan terhadap akar penyebab dari konflik.

Meskipun negosiasi sering kali menjadi alat utama dari pengurangan konflik, isu-isu yang mungkin muncul atas penyebab penyebab seperti misalnya status tanah, pekerjaan, akses terhadap sumber daya, tidak adanya toleransi perbedaan etnis ataupun agama. Isu-isu ini perlu diantisipasi lewat satu bentuk peringatan dini dan diredam sebelum konflik tersebut akhirnya meletus.

2.7.4 Klasifikasi Tindakan-tindakan MitigasiMengembangkan satu strategi mitigasi harus mencakup satu struktur untuk memfasilitasi pembuatan keputusan. Serangkaian pertanyaan-pertanyaan berikut menganjurkan satu struktur semacam itu.

Resiko apa yang sedang dikurangi?1.

Sampai tingkat mana resiko itu dikurangi?2.

Kriteria apa saja yang digunakan untuk mengurangi resiko?3.

Siapa yang menentukan kriteria apa yang digunakan?4.

Bagaimana proses politik untuk melaksanakan tindakan itu?5.

Tindakan-tindakan mitigasi bisa diklasifikasikan dalam beberapa cara. Daftar berikut dari klasifikasi semacam itu mencakup banyak kategori yang saling tumpang tindih dalam pelaksanaannya.

Page 75: Peranan - Universitas Padjadjaran

68 Dr. Rahman Mulyawan

Aktif dan pasif: Untuk tindakan-tindakan aktif, pejabat berwenang perlu mendorong tindakan-tindakan yang dikehendaki dengan menawarkan insentif. Untuk tindakan-tindakan pasif, pejabat berwenang mencegah tindakan-tindakan yang tidak dikehendaki dengan menggunakan kontrol dan hukuman.

Struktural dan non-struktural: Mitigasi struktural meliputi tindakan-tindakan fisik yang dilakukan untuk mengurangi resiko dengan mendirikan bangunan-bangunan (seperti bendungan). Tindakan-tindakan non-struk-tural adalah kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek pembangunan yang pelaksanaanya mengurangi resiko-resiko pembangunan.

Jangka pendek dan jangka panjang: Tindakan-tindakan jangka pendek adalan tindakan-tindakan yang dilakukan secara cepat dan yang mempunyai umur pendek atau manfaat seperti karung pasir penguat parit. Tindakan-tindakan jangka panjang bisa meliputi satu proses yang dalam tindakannya sendiri lama dalam implementasinya, pertimbangkan jangka waktu yang diperpanjang, dan perubahan perilaku umum lewat pendidikan.

Restriktif dan insentif: Tindakan-tindakan restriktif mendorong praktek -praktek yang mempromosikan keselamatan dengan membuat beberapa tindakan atau pembangunan yang tidak melanggar hukum atau tidak sangat mahal. Tindakan-tindakan insentif memberikan keuntungan finansial, hukum dan yang lainnya untuk mendorong aktivitas-aktivitas yang juga menguntungkan bagi mitigasi.

Aktivitas-aktivitas berbasis sektoral: Aktivitas-aktivitas berbasis sektoral mulai dari posisi yang menguntungkan dari satu sektor, seperti pertanian, dan tanyakan: “Di dalam sektor ini, apa yang bisa dilakukan untuk me-ngurangi resiko?” Satu jawaban mungkin adalah untuk memperkenalkan tanaman pangan yang tahan hama, atau mendiversikan pola-pola tanam.

2.7.5 Waktu untuk MitigasiTindakan-tindakan pengurangan resiko dari mitigasi sering ditempatkan dalam kerangka waktu pra-bencana. Sebenarnya, waktu yang paling me-nguntungkan untuk melaksanakan mitigasi adalah pada saat setelah ben-cana. Kesadaran umum akan masalah-masalah yang disebabkan karena bahaya masih tinggi dan kemauan politik untuk bertindak juga sedang berada di puncak. Periode ini mungkin tidak akan berlangsung lebih dari

Page 76: Peranan - Universitas Padjadjaran

69Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

dua atau tiga tahun sebelum prioritas-prioritas pembangunan yang lain menuntut didahulukan.

2.8 TIM REAKSI CEPATTim Reaksi Cepat Satuan Linmas dalam Penanganan Bencana (TRC Sat-korlak Linmas – PB) merupakan satuan yang diterjunkan secara langsung ke daerah bencana untuk melaksanakan kegiatan tanggap darurat berupa pendataan dan membuat perkiraan kebutuhan darurat secara tepat. Tugas TRC Satkorlak Linmas – PB yaitu berperan sebagai Posko Aju / Bergerak Linmas – PB (yang dibantu oleh Posko Aju/Bergerak TNI/Polri) dengan cara melaksanakan kegiatan-kegiatan teknis administrative serta pendataan dan perkiraan kebutuhan darurat secara cepat dan tepat dalam PB di daerah bencana untuk segera ditindak lanjuti dan dilaporkan kepada Ketua Satkorlak Linmas – PB.

Dalam rangka mengantisipasi kendala-kendala dalam pelaksanaan penanganan bencana, maka pemantapan TRC Anggota Satlinmas di semua tingkatan wilayah (Propinsi, Kabupaten/Kota) harus benar-benar dikoor-dinasikan dengan jelas.

A. TRC Tingkat Propinsi (TRC Satkorlak Linmas-PB)

Tim Reaksi Cepat Satuan Linmas dalam rangka Penanganan Bencana (TRC Satkorlak Linmas-PB), yaitu satuan yang diterjunkan secara langsung ke daerah bencana untuk melaksanakan kegiatan tanggap-darurat berupa pendataan dan membuat perkiraan kebutuhan darurat secara cepat.

1) Struktur dan Keanggotaan TRC Satkorlak Linmas-PB (Tingkat Propinsi):

a) Ketua : Kepala BKBPMD Provinsi Jawa Barat.

b) Sekretaris : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.

c) Anggota : (1) Badan Kesbang dan Linmas (BKBPMD). (2) Dinas Sosial. (3) Dinas Kesehatan. (4) Dinas Kimpraswil. (5) Unsur SAR. (6) Unsur PMI. (7) Unsur Organisasi Profesi.

Page 77: Peranan - Universitas Padjadjaran

70 Dr. Rahman Mulyawan

(8) Unsur Dunia Usaha. (9) Unsur Tokoh Masyarakat dan Pakar. (10) Unsur Masyarakat (LSM,Ormas,Parpol). (11) Unsur TNI/Polri.

2) Tugas TRC Satkorlak Linmas-PB: Berperan sebagai Posko Aju/Bergerak Linmas-PB (yang dibantu oleh Posko Aju/Bergerak TNI/Polri) dengan cara melaksanakan kegiatan-kegiatan teknis administratif serta penda-taan dan perkiraan kebutuhan darurat secara cepat dalam rangka PB di daerah bencana untuk segera ditindaklanjuti dan dilaporkan kepada Ketua Satkorlak Linmas-PB.

a. Tugas TRC Satkorlak Linmas-PB berakhir bila:

(1) Dinyatakan selesai melaksanakan tugas oleh Satkorlak Linmas-PB.

(2) Keadaan tanggap-darurat telah selesai ditangani sebelum 7 (tujuh) hari batas waktu PB.

b. Tugas TRC Satkorlak Linmas-PB pada kegiatan sebelum bencana:

1) Jabarkan semua kebijakan Pemerintah Pusat (Bakornas-PB) dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tentang PB dan sosialisasikan segera kepada Satlak Linmas-PB.

2) Buatkan peta rawan-bencana di Jawa Barat dan segera infor-masikan kepada publik.

3) Tetapkan anggaran PB dalam APBD Provinsi Jawa Barat.

4) Susun dan laksanakan program diklat, geladi-posko, dan geladi-lapang TRC/Satgas Satkorlak Linmas-PB untuk menerapkan Pedoman dan Protap PB.

5) Koordinasi dan berdayakan semua potensi Satuan Linmas di berbagai Dinas/ Badan/Lembaga/Unsur di Jawa Barat.

6) Tetapkan peta daerah alternatif untuk rencana relokasi pengungsi korban bencana.

3) Dislokasi TRC Satkorlak Linmas-PB, berada sedekat-mungkin dengan lokasi bencana dengan prioritas membantu pemberdayaan tugas koor-dinasi dan pengendalian Satkorlak dan Satlak.

Page 78: Peranan - Universitas Padjadjaran

71Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

4) Apabila bencana hanya terjadi di satu daerah Kabupaten/Kota, maka TRC Linmas-PB hanya perlu dibentuk sampai dengan tingkat Satlak Linmas-PB, sehingga PB dikendalikan oleh Bupati/Walikota bersama Sanlaknya.

B. TRC di Tingkat Kabupaten/Kota (TRC Satlak Linmas-PB)

Tim Reaksi Cepat Satuan Linmas dalam rangka Penanganan Bencana (TRC Satlak Linmas-PB), yaitu satuan yang diterjunkan secara langsung ke daerah bencana untuk melaksanakan kegiatan tanggap-darurat berupa pendataan dan membuat perkiraan kebutuhan darurat secara cepat.

1) Struktur dan Keanggotaan TRC Linmas-PB:

a) Ketua : Kepala BKBPMD (atau dengan sebutan lain) Kab/Kota.

b) Sekretaris : Kepala Dinas Sosial Kabupaten/Kota.

c) Anggota : (1) Badan Kesbang dan Linmas (BKBPMD). (2) Dinas Sosial. (3) Dinas Kesehatan. (4) Dinas Kimpraswil. (5) Unsur SAR. (6) Unsur PMI. (7) Unsur Organisasi Profesi. (8) Unsur Dunia Usaha. (9) Unsur Tokoh Masyarakat dan Pakar. (10) Unsur Masyarakat (LSM, Ormas, Parpol). (11) Unsur TNI/Polri.

2) Tugas TRC Satlak Linmas-PB:

a. Berperan sebagai Posko Aju/Bergerak Linmas-PB (yang dibantu oleh Posko Aju/Bergerak TNI/Polri) dengan cara melaksanakan kegiatan-kegiatan teknis administratif serta pendataan dan per-kiraan kebutuhan darurat secara cepat dalam rangka PB di daerah bencana untuk segera ditindaklanjuti dan dilaporkan kepada Ketua Satlak Linmas-PB.

b. Tugas TRC Satlak Linmas-PB pada saat sebelum bencana :

1) Jabarkan semua Pedoman dan Protap tentang PB dan sosia-lisasikan segera kepada Unit Operasi Linmas-PB.

Page 79: Peranan - Universitas Padjadjaran

72 Dr. Rahman Mulyawan

2) Buatkan peta rawan-bencana di Kabupaten/Kota dan segera informasikan kepada publik.

3) Tetapkan anggaran PB dalam APBD Kabupaten/Kota.

4) Susun dan laksanakan program diklat, geladi-posko, dan geladi-lapang TRC/ Satgas Satlak Linmas-PB untuk menerapkan Pedoman dan Protap PB.

5) Tetapkan peta daerah alternatif untuk rencana relokasi pe-ngungsi korban bencana.

c. Tugas TRC Satlak Linmas-PB berakhir bila:

(1) Dinyatakan selesai melaksanakan tugas oleh Satlak Linmas-PB.

(2) Keadaan tanggap-darurat telah selesai ditangani sebelum 7 (tujuh) hari batas waktu PB.

3) Dislokasi TRC Satlak Linmas-PB, berada sedekat-mungkin dengan lokasi bencana dengan prioritas membantu pemberdayaan tugas koor-dinasi dan pengendalian Satlak dan Unit Operasi Linmas-PB.

4) Apabila bencana hanya terjadi di satu daerah Kecamatan, maka TRC Linmas-PB hanya perlu dibentuk sampai dengan tingkat Unit Operasi Linmas-PB, sehingga PB dikendalikan oleh Camat bersama Unit Operasi Linmas-PB-nya.

C. TRC di Tingkat Kecamatan (TRC Unit Operasi Linmas-PB)

Tugas Pokok TRC Unit Operasi Linmas-PB Sebelum Bencana:

Jabarkan semua Pedoman dan Protap tentang PB dan sosialisasikan 1. segera kepada Satgas Linmas-PB dan seluruh wilayah Kecamatan.

Buatkan peta rawan-bencana dan segera informasikan kepada Pemerintah 2. Kabupaten/Kota dan masyarakat di Kecamatan setempat.

Laksanakan penyuluhan dan pelatihan/gladi Satgas Linmas-PB di 3. daerah rawan-bencana untuk menerapkan Pedoman dan Protap PB.

Berikan peringatan-dini kepada masyarakat di daerah rawan-bencana.4.

Inventarisir peralatan anggkutan, dapur, kesehatan, dan penampungan-5. sementara di wilayah Kecamatan untuk siap-siaga bila diperlukan dalam kegiatan evakuasi, penyaluran bantuan, dan pelayanan dapur-umum di lapangan.

Page 80: Peranan - Universitas Padjadjaran

73Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Tetapkan lokasi alternatif (sekolah, balai desa/kelurahan/kecamatan, 6. gedung/ stadion olahraga, gudang, dst) untuk rencana relokasi pe-ngungsi korban bencana.

STRUKTUR ORGANISASITRC (POSKO AJU/BERGERAK) SATLAK LINMAS-PB

KABUPATEN/KOTA

Peranan Anggota Tim Reaksi Cepat dalam Bahaya Kebakaran

Bahaya kebakaran dimulai dari bermacam-macam seperti listrik, rokok, kompor meledak. Tempatnya bisa di daerah pemukiman, hutan, pertokoan, perkantoran. Kebakaran dengan berbagai kriteria tersebut dapat dicegah ditanggulangi seperti tabel berikut:

Page 81: Peranan - Universitas Padjadjaran

74 Dr. Rahman Mulyawan

Tabel Bencana Kebakaran dan Antisipasinya

No. Asal Kebakaran Kriteria Tempat Antisipasi

01

Puntung Rokok Pembakaran Alang-alang

Kecil

Hutan Menegur oknumMemadamkan langsungMenangkap oknum dilaporkan pada polisi

02Alam (terik matahari)

BesarHutan Lapor pada dinas terkait

Mengajak masyarakat berpartisifasi

03Kompor meledak Kecil

Rumah (dapur)

Celupkan karung/kain ke air kemudian ditutupkan pada kompor.Siram dengan pasir/tanah

04

Kompor MeledakLampu minyakObat Nyamuk

Besar

Rumah/Kantor/ Ruko

Beri tahu masyarakat sekitar, mobilisasi untuk bekerja sama memadamkan api. Padamkam dengan alat pemadam kebakaranLapor pada instasi terkait

05

Listrik PLNAlat-alat Listrik

Kecil/Besar

Rumah/Kantor/Ruko

Beri tahu masyarakat sekitar, mobilisasi,.Padamkam aliran listrik. Padamkan dengan alat pemadam kebakaran Lapor pada instansi terkait

Berkaitan dengan hal tersebut suatu hal yang sudah seharusnya dalam upaya pencegahan maupun penanggulangan kebakaran perlu dilakukan:

Peningkatan pengetahuan dan kemampuan anggota Tim Reaksi Cepat 1. dalam mobilisasi dan mengatur, menenangkan masyarakat.

Terampil dalam menanggulangi kebakaran skala kecil baik dengan alat 2. pemadam kebakaran maupun peralatan kondisional seperti kain diba-sahi, pasir atau tanah.

Tahu nomor telepon pemadam kebakaran, polisi dan instansi terkait 3. lainnya.

Peranan Anggota Tim Reaksi Cepat dalam Bencana Banjir

Bencana banjir timbul karena berbagai hal seperti alih fungsi resapan air, sawah menjadi pemukiman, penggundulan hutan, pembuangan sampah sem barangan, pendangkalan sungai akibat erosi. Apapun asalnya banjir cen-derung menimbulkan bencana yang sangat memilukan bagi kemanusiaan.

Anggota Tim Reaksi Cepat di daerah yang sering dilanda banjir dalam upaya menolong perlu memiliki keterampilan mengendalikan perahu.

Page 82: Peranan - Universitas Padjadjaran

75Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Mengevakuasi penduduk ketempat yang aman serta keterampilan mendi-rikan tenda. Kalau perlu mampu menyiapakan dapur umum. Kerja sama dengan Dinas Sosial, Polisi, TNI maupun Tim SAR sudah seyogianya terjalin dengan baik dan sinergis.

Angota Tim Reaksi Cepat di daerah rawan banjir sebaiknya bisa be-renang dan dilengkapi dengan alat pelampung. Penangulangan pada orang yang tenggelam merupakan salah satu aspek keterampilan yang harus dikuasai.

Peranan Anggota Tim Reaksi Cepat dalam Bahaya Gunung Meletus

Aspek kewaspadaan dan pencegahan biasanya dikaitkan dengan tingkat aktivitas gunung berapi yang dipantau oleh Badan Meteorologi dan Geofisik (BMG).

Peranan anggota Tim Reaksi Cepat lebih bertitik berat pada bantuan dalam evakuasi penduduk bekerja sama dengan Dinas Sosial, TNI, Polri atau ormas yang berpartisipasi. Angota TRC turut serta menentramkan masyarakat dengan turut serta memantau keamanan daerah yang di-tinggalkan dari aspek kriminal.

Bencana Gunung Berapi biasanya diawali oleh gempa bumi vulkanik, awan panas, lahar, lava/lahar dingin. Masyarakat ada yang panik atau nekat tidak mau meninggalkan untuk evakuasi, anggota TRC atas petunjuk petugas BMG memberikan informasi kepada masyarakat agar siaga dan sebaiknya meninggalkan tempat sebelum bencana terjadi.

Peranan Anggota Tim Reaksi Cepat dalam Bencana Gempa Bumi.

Gempa bumi terdiri atas gempa vulkanik yang terjadi disekitar gunung berapi aktif. Gempa tektonik akibat pergerakan dasar bumi. Gempa runtuhan yang diakibatkan tanah longsor

Akibat gempa menimbulkan hancurnya bangunan, tertimbun longsor yang bisa menimbulkan kematian. Peranan anggota TRC disamping tugas langsung atau bantuan bantuan pada petugas dari instansi terkait (Polri, TNI, Dinas Sosial, Medis)

Etika Anggota Tim Reaksi Cepat dalam Bertugas.

Berpedoman pada Filsafat Pancasila, esensi anggota Tim Reaksi Cepat dalam menjalankan tugas adalah mengabdi pada Tuhan YME. Pengabdian ini

Page 83: Peranan - Universitas Padjadjaran

76 Dr. Rahman Mulyawan

diwujudkan dalam meringankan beban masyarakat yang terkena bencana, berpartsipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam menjalankan tugas, anggota TRC hendaknya berpedoman pada:

Jujur; Berdisiplin;1.

Bertanggung jawab2.

Tegas dalam menjalankan tugas tetapi santun dalam menegur.3.

Waspada terhadap segala gerak gerik orang baru dan mencurigakan.4.

Peka tanggap pada warga yang membutuhkan bantuan 5.

Bersikap netral pada orang atau kelompok yang bertikai. Tidak mem-6. bedakan karena perbedaan agama/suku bangsa.

Memelihara persatuan dan kesatuan warga, dengan menghormati per-7. bedaan pendapat (contoh dalam memilih Kades).

Tidak mudah putus asa dalam menangani masalah, bila sulit lapor ke 8. atasan atau minta bantuan pelaksana dari instasi lain atau masyarakat.

Ketahui nomor-nomor telepon penting (Desa, Kecamatan, Kesbang, 9. Polisi, TNI, Dinas sosial, Pemadam Kebakaran).

2.8.1 Tugas Pokok dan Fungsi Tim Reaksi Cepat pada saat Bencana di Tingkatan Wilayah

A. TUGAS POKOK TRC SATKORLAK LINMAS-PB PADA SAAT BENCANA

Berikan juknis dalam rakor Satkorlak Linmas-PB, kirimkan TRC 1. Satkorlak Linmas-PB, dan siapkan Satgas Satkorlak Linmas-PB.

Kirimkan Satgas Satkorlak Linmas-PB bila diperlukan.2.

Berikan bantuan sarana/prasarana tempat penampungan-semen-3. tara, tenaga medis/paramedis, serta salurkan obat/air-bersih/ma-kan an/pakaian.

Berikan penyuluhan dan motivasi kepada korban.4.

Laporkan peristiwa bencana dan penanggulangannya kepada Men-5. dagri dan Ketua Bakornas-PB dengan tembusan instansi terkait di Pusat.

Page 84: Peranan - Universitas Padjadjaran

77Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

B. TUGAS POKOK TRC SATLAK LINMAS-PB PADA SAAT BENCANA

Berikan juknis dalam rakor Satlak Linmas-PB, kirimkan TRC 1. Satlak Linmas-PB, dan siapkan Satgas Satlak Linmas-PB.

Kirimkan Satgas Satlak Linmas-PB bila diperlukan.2.

Berikan bantuan sarana/prasarana tempat penampungan-semen-3. tara, tenaga medis/ paramedis, serta salurkan obat/air-bersih/makanan/pakaian.

Berikan penyuluhan dan motivasi kepada korban.4.

Laporkan peristiwa bencana dan penanggulangannya kepada 5. Gubernur.

C. TUGAS POKOK TRC UNIT OPERASI LINMAS-PB PADA SAAT BENCANA

Berikan pertolongan pertama (evakuasi) kepada korban serta siap-1. kan dapur-umum dan rumah-sakit lapangan.

Siapkan tempat-penampungan-sementara dan lakukan pengungsian.2.

Amankan daerah yang terkena bencana.3.

Catat penerimaan dan penyaluran segala jenis bantuan serta lapor-4. kan dan pertanggungjawabkan kepada Bupati/Walikota.

Aspek-Aspek Yang Diprioritaskan Oleh Tim Reaksi Cepat Pada Saat Bencana

Beberapa aspek yang harus menjadi perhatian utama bagi anggota Tim Reaksi Cepat pada saat terjadi bencana adalah sebagai berikut:

1. Pangan

a. Pada tahap awal yang diberikan adalah makanan siap santap, karena tidak dapat memasak

b. Pendirian dapur umum

c. Pemberian jatah hidup perkeluarga apabila sudah didata dan men-dapatkan tempat penampungan

d. Jenis pangan disesuaikan dengan makanan pokok setempat

e. Standar minimum 400 gr beras dan Rp. 5.000,,- (per orang per hari)

Page 85: Peranan - Universitas Padjadjaran

78 Dr. Rahman Mulyawan

2. Logistik dan Transport

a. Pengumpulan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran bantuan logistik

b. Pengadaan gudang dan alat transportasic. Perbaikan prasarana fisik yang vital

3. Penampungan Sementara

a. Penampungan sementara ditempatkan pada bangunan gedung yang aman; sekolah, kantor, stadion, gudang, dsb

b. Jika tidak memungkinkan dapat ditempatkan di lapangan atau tem-pat terbuka, dengan mendirikan tenda-tenda

c. Pada pengungsian yang cukup lama, dibuat hunian semi permanen yang berupa barak yang berisi beberapa keluarga

4. Air Bersih

a. Penyediaan air bersih diarahkan penggunaannya untuk mandi, minum, cuci dan memasak

b. Sumber air dapat diperoleh dari sungai, danau, sumur, air tanah dalam dan mata air

c. Untuk itu diperlukan: pengolahan, volume dan kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan, sistem penampungan, penyaluran dan distribusinya.

5. Sanitasi

a. Penyediaan sarana MCK disesuaikan dengan kebiasaan pengungsi di daerah asal

b. Sarana MCK tersebut harus mudah dipakai dan dapat dipelihara oleh warga

c. Harus diperhitungkan rasio jumlah MCK terhadap jumlah pengungsi

d. Pengelolaan sampah diatur pengumpulan dan pembuangannya

6. Kesehatan dan Nutrisi

a. Setiap korban bencana mendapat perawatan kesehatan secara gratis di puskesmas dan RS rujukan

b. Pemerintah menyediakan tenaga medis, peralatan kesehatan dan obat-obatan

Page 86: Peranan - Universitas Padjadjaran

79Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

c. Disamping itu dilakukan pula imunisasi dan vaksinasi guna mencegah timbulnya penyakit

7. Pelayanan Masyarakat

Dalam penampungan sementara perlu disediakan tempat umum untuk memberikan pelayanan, antara lain Media (radio, televisi), Komunikasi (telepon), dan informasi (keluarga, penyuluhan, sosialisasi, pertemuan warga)

8. Pendidikan

a. Proses belajar mengajar bagi para siswa harus tetap berjalanb. Lokal tempat belajar dapat menggunakan bangunan yang ada,

sekolah terdekat dan tenda-tenda daruratc. Keperluan untuk proses belajar (buku pelajaran, alat tulis dan ke-

perluan lain) harus disediakan

2.8.2 Lembaga-Lembaga Pendukung Pengerahan Tim Reaksi Cepat

A. Unsur Pemerintahan Provinsi

1. Pemerintah Daerah

a. Merencanakan dan melaksanakan kendali pendataan geografis, demografis, dan kondisi sosial-ekonomis yang berhubungan dengan bencana.

b. Memfasilitasi kebutuhan Satkorlak Linmas-PB dalam menyeleng-garakan Mekanisme PB.

c. Memberikan dukungan logistik kepada Satkorlak Linmas-PB dari anggaran APBN/APBD.

d. Dalam pelaksanaannya bertanggung-jawab kepada Gubernur.

2. DPRD

a. Sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan politik ter-hadap Gubernur selaku Ketua Satkorlak Linmas-PB.

b. Memantau dan mengevaluasi kinerja Satkorlak Linmas-PB dalam penggunaan anggaran APBD.

c. Memberikan pertimbangan dan saran kepada Satkorlak Linmas-PB dalam melakukan PB.

Page 87: Peranan - Universitas Padjadjaran

80 Dr. Rahman Mulyawan

3. Satkorlak Linmas-PB

a. Merencanakan, mengoordinasikan, dan mengendalikan:1) Perumusan kebijakan pembinaan potensi Satkorlak Linmas-PB.2) Pelaksanaan diklat pemberdayaan kesiapsiagaan bagi semua

Unsur/ Anggota Satkorlak Linmas-PB.3) Pelaksanaan dan pengawasan terhadap penyaluran bantuan

kemanusiaan dalam rangka PB.

b. Mengoordinasikan dan mengendalikan pengerahan seluruh keku-atan (personil, materil, peralatan, dll) yang dimiliki oleh semua Unsur/Anggota Satkorlak Linmas-PB pada saat tanggap-darurat.

c. Menyelenggarakan Puskodal Satkorlak Linmas-PB, khususnya dalam pengelolaan dan pelayanan tentang perkembangan kegiatan, data, dan pembantuan PB.

d. Melakukan gelar Posko Aju/Bergerak Satkorlak Linmas-PB jika lokasi bencana lebih dari 1 (satu) daerah Kabupaten/Kota.

e. Dalam pelaksanaannya bertanggung-jawab kepada Gubernur.

4. Badan Kesbang dan Linmas (BKBPMD)

Menggelar Posko di daerah dekat bencana dan menempatkan satu orang ketua dan beberapa staf-pembantu sebagai perwakilan Posko Satkorlak Linmas-PB di lokasi bencana.

a. Memimpin Puskodal Satkorlak Linmas-PB.

b. Berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menentukan tempat-pe-ngungsian, dapur-umum, dan titik-distribusi bantuan serta untuk menge rahkan Ormas/ LSM dalam rangka membantu PB.

c. Menyelenggarakan penyusunan program kerja untuk melaksanakan kegiatan tanggap-darurat Satkorlak Linmas-PB.

d. Menyelenggarakan koordinasi dan pengendalian pengerahan TRC Sat-korlak Linmas-PB.

e. Menyelenggarakan koordinasi dan pengendalian pengiriman Satgas Satkorlak Linmas-PB ke lokasi bencana bila Satlak Linmas-PB yang bersangkutan tidak dapat mengatasinya.

f. Dalam pelaksanaannya bertanggung-jawab kepada Gubernur.

Page 88: Peranan - Universitas Padjadjaran

81Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

5. Dinas Sosial

a. Menempatkan 1 (satu) orang pejabat Kepala/Ketua di Puskodal Satkorlak Linmas-PB guna membantu dan memudahkan koor-dinasi dengan Unsur/ Anggota lainnya.

b. Menyelenggarakan perumusan/penyusunan:

Program kerja Subdin Balinsos.1. Bahan kebijakan operasional bidang balinsos.2. Bahan fasilitasi pelaksanaan UKS.3. Bahan fasilitasi pelayanan korban.4. Bahan fasilitasi pelayanan kesejahteraan sosial.5. Bahan pertimbangan dan rekomendasi pelaksanaan kebijakan 6. bidang balinsos.Bahan koordinasi penyaluran balinsos.7.

c. Menyelenggarakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan yang ber-kaitan dengan tugas Dinas Sosial dalam rangka PB.

d. Melaporkan kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam hal penerimaan dan penyaluran berbagai bantuan dari berbagai sumber beserta perkembangan situasi dan kondisinya di lapangan pada kesempatan pertama.

e. Dalam pelaksanaannya bertanggung-jawab kepada Gubernur.

6. Dinas Kesehatan

Menempatkan 1 (satu) orang personilnya di Puskodal Satkorlak Linmas-PB guna membantu dan memudahkan koordinasi dengan Unsur/Anggota lainnya.

a. Melaporkan kesiapan personel dan peralatan/materil yang akan dikerahkan ke daerah bencana pada kesempatan pertama.

b. Melaksanakan koordinasi dengan unsur/instansi terkait (Balai Kese-hatan/ Puskesmas/Rumah-Sakit) yang akan dirujuk oleh dan/atau dikirimkan tenaga medis/paramedisnya ke Rumah Sakit Lapangan di lokasi bencana.

c. Mengurangi dampak yang terjadi akibat bencana pada masyarakat dengan cara menyelamatkan korban (mengurangi angka kesakitan, kecacatan, dan kematian).

Page 89: Peranan - Universitas Padjadjaran

82 Dr. Rahman Mulyawan

d. Menyalurkan bantuan peralatan medis/paramedis dan obat-obatan dengan berkoordinasi dengan Satkorlak Linmas-PB.

e. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam hal RHA dan evaluasi pelaksanaan Pelayanan Kesehatan dalam rangka PB.

f. Mendukung upaya Pelayanan Kesehatan untuk mencegah KLB, P2M, perbaikan gizi, surveilans, Promkes, serta penyelenggaraan Kesling dan sanitasi.

g. Membantu upaya rekonsiliasi sosial (sosialisasi dan pelatihan ber-sama dalam rangka kerjasama pelayanan kesehatan terpadu) bagi korban/pengungsi.

h. Memberikan penyuluhan dan pelayanan kesehatan bagi personil Satkorlak Linmas-PB di lokasi bencana.

i. Memantau perkembangan setiap kegiatan pelayanan dan kondisi kesehatan korban/pengungsi yang dilaksanakan di lokasi bencana.

j. Dalam pelaksanaannya bertanggung-jawab kepada Gubernur.

7. Unsur Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertambangan, Dinas Kehutanan, serta Dinas Tata Ruang dan Pemukiman

Masing-masing Dinas menempatkan 1 (satu) orang personilnya di Puskodal Satkorlak Linmas-PB guna membantu dan memudahkan koordinasi dengan Unsur/Anggota lainnya.

a. Secara tim bekerjasama dan melaporkan kesiapan personel dan peralatan/ materilnya yang akan dikerahkan ke daerah bencana.

b. Melaksanakan koordinasi dengan unsur/instansi terkait sesuai fung-sinya masing-masing dalam rangka penyiapan dan pelaksanaan kegi atan rehabilitasi/rekonstruksi sarana/prasarana/fasilitas fisik sosial/umum di lokasi bencana.

c. Melakukan kerjasama-tim dalam menyusun dan menetapkan:

Pemantauan potensi/sumber bencana serta pengelolaan tata-1. ruang dan lingkungan-hidup.

Peraturan dan pengaturan pemanfaatan ruang dan infrastruktur 2. bangunan.

Page 90: Peranan - Universitas Padjadjaran

83Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Diklat dan penyul3. uhan tentang mitigasi melalui pengendalian pemanfaatan ruang serta pembangunan infrastruktur dan bangunan yang disaster-proof.

Peta rawan-bencana ganda (4. multiple hazard map) pada setiap daerah yang berpotensi lebih dari satu bencana.

Zona tingkat resiko/kerentanan serta kebijakan dan strategi pena-5. taan ruang untuk tiap zona berdasarkan tingkat kerawanan.

Saran untuk Satkorlak Linmas-PB dalam menentukan tempat/6. lokasi untuk penampungan-sementara dan untuk relokasi kor-ban/pengungsi yang aman.

e. Dalam pelaksanaannya bertanggung-jawab kepada Gubernur.

B. Unsur Organisasi Profesi

1. BMG (Stasiun Geofisika Bandung)

a. Memantau dan menginformasikan gempa-bumi dan peringatan dini tsunami.

b. “5 menit pertama”, informasi gempa dan tsunami adalah milik BMG. Menit-menit berikutnya menjadi milik beberapa institusi untuk menindak-lanjutinya demi keselamatan masyarakat.

c. Menyiapsiagakan tanggap-darurat agar tindak-lanjut informasi dapat dilakukan tepat-waktu untuk mengurangi korban bencana.

2. PMI (PMI Daerah)

a. Menjabarkan dan melaksanakan kebijakan PMI Pusat.

b. Memberikan bantuan, arahan, petunjuk, dan pedoman pelaksanaan tanggap-darurat bencana.

c. Mengoordinasikan sumberdaya PMI Cabang untuk mendukung operasi PMI yang berada di (atau dekat dengan) lokasi bencana.

d. Menyampaikan laporan kegiatan pembantuan PB kepada PMI Pusat dengan tembusan Ketua Satkorlak Linmas-PB dan PMI Cabang (dan PMI Cabang lainnya yang membantu).

3. Badan SAR Nasional (Basarda)

a. Membantu pada-saat terjadi bencana dengan melakukan tindakan pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban.

Page 91: Peranan - Universitas Padjadjaran

84 Dr. Rahman Mulyawan

b. Memberikan bantuan SAR dalam PB dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.

c. Menggerakkan seluruh personil dan fasilitas untuk melakukan SAR.

d. Siap membantu dalam kegiatan pencarian dan pertolongan selain musibah pelayaran dan penerbangan.

C. Unsur Organisasi Sosial, Organisasi Massa, LSM, Dunia Usaha, Tokoh Masyarakat dan Pakar, Partai Politik, serta Perguruan Tinggi

a. Membantu penyiapan dan pengerahan kemampuannya sesuai de-ngan bidangnya masing-masing dalam rangka ikutserta PB.

b. Melaporkan kesiapan bantuan personil dan/atau materil (fisik/non-fisik) yang siap dikerahkan serta setiap kegiatan yang akan/sedang dilakukan dalam rangka PB kepada Ketua Satkorlak Linmas-PB.

c. Membantu evakuasi korban ke Rumah Sakit terdekat.

d. Membantu penyiapan dapur-umum dan penyaluran logistik ke lokasi bencana.

e. Membantu mengoordinasi pencatatan korban yang meninggal dan luka.

f. Membantu mengoordinasi dan menyalurkan bantuan kemanusiaan.

g. Membantu pemulihan mental/psikis/pikiran dan rehabilitasi keru-sak an sarana/prasarana/fasilitas fisik sosial/umum.

h. Memberikan masukan/saran dalam upaya perbaikan PB.

i. Dalam pelaksanaannya bertanggung-jawab kepada Gubernur.

D. Instruksi Koordinasi

Laksanakan koordinasi dengan semua Unsur/Anggota di dalam 1. Satkorlak dan/ atau dengan Satlak Linmas-PB.

Koordinasikan anggota Satkorlak dan/atau Satlak Linmas-PB agar 2. melakukan hubungan kerja yang harmonis secara terus-menerus untuk memelihara keseimbangan dan kesinambungan dalam ke-giatan PB.

Usahakan semaksimal-mungkin kecepatan dan ketepatan tindakan.3.

Hindari tindakan-tindakan yang menyebabkan kepanikan penduduk.4.

Page 92: Peranan - Universitas Padjadjaran

85Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Utamakan kes5. elamatan manusia.

Eliminasi korban seminimal-mungkin dengan mengupayakan 6. pem berian bantuan semaksimal-mungkin.

2.8.3 Tugas Pokok dan Fungsi Tim Reaksi Cepat Setelah Bencana

A. Tugas TRC Satkorlak Linmas-PB setelah bencana

Laporkan jumlah korban, perkiraan jumlah kerugian, jumlah 1. kebutuhan rehabilitasi/rekonstruksi, dan rencana relokasi kepada Mendagri dan Ketua Bakornas-PB dengan tembusan instansi terkait di Pusat.

Laksanakan rehabilitasi/rekonstruksi sarana/prasarana/fasilitas 2. fisik sosial/umum.

Lakukan rekonsolidasi/normalisasi situasi dan kondisi sosial untuk 3. kelancaran roda pemerintahan dan pembangunan.

B. Tugas TRC Satlak Linmas-PB setelah bencana

Laporkan jumlah korban, perkiraan jumlah kerugian, jumlah ke-1. bu tuhan rehabilitasi/rekonstruksi, dan rencana relokasi kepada Gubernur.

Laksanakan rehabilitasi/rekonstruksi sarana/prasarana/fasilitas fisik 2. sosial/umum.

Lakukan rekonsolidasi/normalisasi situasi dan kondisi sosial untuk 3. kelancaran roda pemerintahan dan pembangunan.

C. Tugas TRC Unit Operasi Linmas-PB setelah bencana

Inventarisasikan jumlah korban (manusia) dan memperkirakan 1. jumlah kerugian (materil).

Datakan fasilitas fisik sosial/umum yang perlu direhabilitasi/di-2. rekonstruksi (prioritaskan: sarana kesehatan, pendidikan, rumah-tinggal, dan rumah-ibadah).

Relokasikan korban/pengungsi ke tempat-semula, pemukiman 3. masyarakat, dan/ atau lokasi lainnya yang aman.

Inventarisasikan segala jenis bantuan yang sudah diterima dan 4. disalurkan serta laporkan dan pertanggungjawabkan kepada Bupati/ Walikota.

Page 93: Peranan - Universitas Padjadjaran

86 Dr. Rahman Mulyawan

2.8.4 Pelaporan Tim Reaksi Cepat

1. Prosedur

a. Kepala Desa/Kelurahan (selaku Ketua Satgas Linmas-PB) melapor-kan perkembangan kejadian bencana dan/atau pengungsian serta langkah-langkah yang telah/akan dilaksanakan dalam rangka PB kepada Camat selaku Ketua Unit Operasi Linmas-PB.

b. Ketua Unit Operasi Linmas-PB melaporkan perkembangan keja-dian bencana dan/atau pengungsian serta langkah-langkah yang telah/akan dilaksanakan dalam rangka PB kepada Bupati/Walikota selaku Ketua Satlak Linmas-PB.

c. Ketua Satlak Linmas-PB melaporkan perkembangan kejadian ben-cana dan/atau pengungsian serta langkah-langkah yang telah/akan dilaksanakan dalam rangka PB kepada Gubernur selaku Ketua Satkorlak Linmas-PB.

d. Ketua Satkorlak Linmas-PB melaporkan perkembangan kejadian bencana dan/atau pengungsian serta langkah-langkah yang telah/akan dilaksanakan dalam rangka PB kepada Mendagri dan Ketua Bakornas-PB dengan tembusan instansi terkait di tingkat Pusat.

e. Dalam keadaan mendesak, Ketua Satgas Linmas-PB dapat secara langsung melaporkan kejadian bencana dan/atau pengungsian kepada Bupati/Walikota selaku Ketua Satlak Linmas-PB dengan tembusan Camat setempat.

2. Bentuk dan Isi Laporan

a. Bentuk Laporan

1) Laporan pendahuluan kejadian bencana dan/atau pengungsian dapat dilakukan melalui HT/HP, telepon, faksimil, kurir, radio-gram, SSB, atau yang lainnya pada kesempatan-pertama.

2) Laporan lengkap.

3) Laporan rutin yang terdiri dari laporan Harian, Mingguan, Bulanan, dan Triwulanan.

b. Isi Laporan

1) Siapa yang menangani bencana.

2) Jenis bencana dan/atau pengungsian.

Page 94: Peranan - Universitas Padjadjaran

87Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

3) Waktu kejadian bencana dan/atau pengungsian.

4) Tempat kejadian bencana dan/atau pengungsian.

5) Jumlah korban akibat kejadian bencana dan/atau pengungsian.

6) Tindakan yang telah/akan dilakukan.

7) Permintaan kebutuhan bantuan.

3. Penyampaian Informasi PB

Penyampaian PB kepada pihak-pihak tertentu menjadi kewenangan Gubernur/ Bupati/Walikota selaku Ketua Satkorlak/Satlak Linmas-PB.

2.9 MANAJEMEN KONTIJENSI

2.9.1 Manajemen KedaruratanSebelum kita mengetahui tentang pengertian dari Manajemen Kedaruratan, sebaiknya terlebih dahulu kita ketahui apa yang dimaksud dengan “keadaan darurat”.

Pada dasarnya yang dimaksud dengan “keadaan darurat” adalah suatu situasi dan kondisi kehidupan atau kesejahteraan individu manusia atau masyarakat akan terancam, dan apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat dan segera akan mengalami banyak kerugian serta masalah, oleh sebab itu dalam hal ini dituntut tanggapan dan cara penanganan yang luar biasa (diluar prosedur rutin / standar).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka setidaknya kita akan mengetahui bahwa yang dimaksud dengan Manajemen Kedaruratan adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan kedaruratan pada menjelang, saat dan sesudah terjadi keadaan darurat. Manajemen Keda ruratan ini mencakup kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan darurat.

Tujuan utama dari dilaksanakannnya Manajemen Kedaruratan ini ada-lah sebagai berikut:

a. Mengurangi jumlah korban

b. Meringankan penderitaan

c. Stabilisasi kondisi korban / pengungsi

Page 95: Peranan - Universitas Padjadjaran

88 Dr. Rahman Mulyawan

d. Mengamankan asset

e. Memulihkan fasilitas kunci

f. Mencegah kerusakan lebih jauh

g. Menyediakan pelayanan dasar dalam penanganan pascadarurat

h. Meringankan beban masyarakat setempat

Dalam Manajemen Kedauratan terdapat beberapa karakteristik yang perlu diketahui, beberapa karakteristik tersebut adalah:

Bersifat meluas, besar-besaran dan membebani system normal, hal ini 1. disebabkan kondisi waktu yang sangat mendesak dan terjadinya kecen-derungan kebutuhan yang jauh lebih besar dari kemampuan/sumber daya yang tersedia

Dalam suasana yang kacau dan/atau traumatis, sehingga kewenangan 2. koordinasi memiliki kecenderungan tidak jelas/kabur

Segala keputusan membawa konsekuensi langsung sehingga terjadi 3. kecenderungan semua keputusan beresiko tinggi dan apabila salah mengambil keputusan akan berakibat fatal.

Karakteristik yang ada dalam Manajemen Kedaruratan lebih banyak disebabkan oleh banyaknya permasalahan yang timbul di lapangan pada saat terjadinya bencana. Beberapa permasalahan yang muncul dalam kon-disi kedaruratan adalah sebagai berikut :

Kesiapan menerima kondisi bencana yang kurang sempurna atau tidak 1. ada persiapan sama sekali.

Peringatan dini kebencanaan yang tidak ada, kalaupun ada tidak 2. maksimal atau efektif fungsinya.

Informasi penanganan kebencanaan yang tidak lengkap/tidak tepat 3. serta membingungkan

Terputusnya sarana transportasi dan komunikasi4.

Terjadinya kebingungan masal karena kondisi yang krisis, chaos dan 5. gagalnya koordinasi

Kebutuhan yang sangat besar apabila dibandingkan dengan bahan 6. bantuan yang selalu tidak mencukupi

Page 96: Peranan - Universitas Padjadjaran

89Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Lingkup kewilayahan bencana yang terlalu besar atau luas7.

Sasaran yang akan dibantu kurang jelas (karena semua terkena musibah)8.

Tidak terjaminnya masalah keamanan dan jaminan perlindungan9.

Terlalu banyak pihak-pihak yang terlibat sehingga menimbulkan koor-10. dinasi yang kompleks dan cenderung membingungkan

Terlalu dominannya hambatan birokratis, administrative dan politis11.

Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, maka pertanyaan yang timbul dan harus segera dijawab oleh Tim Reaksi Cepat Satlinmas dalam kondisi darurat adalah:

Kebutuhan apa yang mendesak ?1. Kegiatan apa yang harus dilakukan ?2. Kapan harus dilaksanakan ?3. Sumber daya apa yang harus tersedia ?4. Siapa yang bertanggung jawab ?5. Harus berkoordinasi dengan siapa ?6.

Dalam Manajemen Kebencanaan terdapat beberapa aspek yang harus menjadi perhatian utama bagi anggota Tim Reaksi Cepat pada saat terjadi bencana yaitu :

Pangan

Pada tahap awal yang diberikan adalah makanan siap santap, karena tidak dapat memasak

a. Pendirian dapur umum

b. Pemberian jatah hidup perkeluarga apabila sudah didata dan menda-patkan tempat penampungan

c. Jenis pangan disesuaikan dengan makanan pokok setempat

d. Standar minimum 400 gr beras dan Rp. 5.000,,- (per orang per hari)

Logistik dan Transport, yang meliputi :

a. Pengumpulan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran bantuan logistik

b. Pengadaan gudang dan alat transportasi

c. Perbaikan prasarana fisik yang vital

Page 97: Peranan - Universitas Padjadjaran

90 Dr. Rahman Mulyawan

Penampungan Sementara, yang meliputi :

a. Penampungan sementara ditempatkan pada bangunan gedung yang aman; sekolah, kantor, stadion, gudang, dsb

b. Jika tidak memungkinkan dapat ditempatkan di lapangan atau tempat terbuka, dengan mendirikan tenda-tenda

c. Pada pengungsian yang cukup lama, dibuat hunian semi permanen yang berupa barak yang berisi beberapa keluarga

Air Bersih, yang meliputi :

a. Penyediaan air bersih diarahkan penggunaannya untuk mandi, minum, cuci dan memasak

b. Sumber air dapat diperoleh dari sungai, danau, sumur, air tanah dalam dan mata air

c. Untuk itu diperlukan: pengolahan, volume dan kualitas air yang me-menuhi syarat kesehatan, system penampungan, penyaluran dan distribusinya.

Sanitasi, yang meliputi :

a. Penyediaan sarana MCK disesuaikan dengan kebiasaan pengungsi di daerah asal

b. Sarana MCK tersebut harus mudah dipakai dan dapat dipelihara oleh warga

c. Harus diperhitungkan rasio jumlah MCK terhadap jumlah pengungsi

d. Pengelolaan sampah diatur pengumpulan dan pembuangannya

Kesehatan dan Nutrisi, yang meliputi :

a. Setiap korban bencana mendapat perawatan kesehatan secara gratis di puskesmas dan RS rujukan

b. Pemerintah menyediakan tenaga medis, peralatan kesehatan dan obat-obatan

c. Disamping itu dilakukan pula imunisasi dan vaksinasi guna mencegah timbulnya penyakit

Page 98: Peranan - Universitas Padjadjaran

91Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Pelayanan Masyarakat:

Dalam penampungan sementara perlu disediakan tempat umum untuk mem-berikan pelayanan, antara lain Media (radio, televisi), Komunikasi (telepon), dan informasi (keluarga, penyuluhan, sosialisasi, pertemuan warga)

Pendidikan, yang meliputi :

a. Proses belajar mengajar bagi para siswa harus tetap berjalan

b. Lokal tempat belajar dapat menggunakan bangunan yang ada, sekolah terdekat dan tenda-tenda darurat

c. Keperluan untuk proses belajar (buku pelajaran, alat tulis dan keperluan lain) harus disediakan

2.9.2 Rencana KontingensiSebelum kita mengetahui apa yang dimaksud dengan “Perencanaan Konti-ngensi”, terlebih dahulu kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan ”kontingensi” itu sendiri. Kontingensi atau yang di masyarakat kita dikenal dengan sebutan kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diper-kirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak terjadi. Jadi yang dimaksud dengan ”Perencanaan Kontingensi” adalah suatu proses perenca-naan kedepan dalam keadaan yang tidak menentu, dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengarahan potensi disetujui bersama untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat atau kritis.

Dalam Rencana Kontingensi terdapat beberapa pertanyaan yang meng-awali munculnya rencana kontingensi itu sendiri. Beberapa pertanyaan tersebut diantaranya adalah:

Apakah kita sudah mempunyai rencana Penanganan Bencana ?•Rencana macam apa yang kita perlukan ?•Kapan sebaiknya kita mulai merencanakan ?•Perencanaan untuk ancaman yang mana ?•Apa hubungannya antara rencana antarlembaga dengan rencana •instansi/sektor?Bagaimana prosesnya ?•Siapa yang membuat rencana ?•

Page 99: Peranan - Universitas Padjadjaran

92 Dr. Rahman Mulyawan

Dari berbagai pertanyaan yang muncul di atas, kita dapat mengetahui bahwa pada dasarnya rencana kontingensi lebih menekankan kepada KESIAP-SIAGAAN. Kesiapsiagaan terhadap suatu bencana dapat dikatakan sebagai suatu proses yang mengarah pada kesiapan dan kemampuan untuk:

Meramal bencana yang akan muncul•

Mencegah datangnya bencana•

Mengurangi dampak bencana•

Menanggapi secara efektif•

Mempercepat pemulihan•

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Rencana Kontingensi sebaiknya dilakukan segera setelah ada tanda-tanda awal akan terjadi bencana atau adanya peringatan dini (early warning). Beberapa jenis bencana sering terjadi tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda terlebih dahulu (misalnya gempa bumi) namun rencana kontingensi penanganan bencana gempa bumi tetap harus disusun.

Rencana Kontingensi harus dibuat secara bersama-sama oleh semua pihak dan multisektor yang terlibat dan berperan dalam penanganan bencana, termasuk diantaranya dari pemerintah (sektor-sektor yang terkait), perusa-haan negara, swasta, organisasi non pemerintah (LSM) dan masyarakat. Apabila hal itu semua dilakukan bersama, maka Rencana Kontingensi dapat dikatakan merupakan keputusan bersama yang dilakukan berdasarkan:

Proses penyusunan dilakukan bersama1.

Skenario dan tujuan disepakati bersama2.

Dilakukan secara terbuka (tidak ada yang ditutupi)3.

Menetapkan peran dan tugas setiap pelaku4.

Menyepakati konsensus yang telah dibuat bersama5.

Dibuat untuk menghadpi keadaan darurat6.

Selain Rencana Kontingensi, dalam menangani masalah kedaruratan dikenal pula kegiatan Rencana Kesiapan, Rencana Operasi Kedaruratan dan Rencana Pemulihan. Di bawah ini akan kita bahas secara singkat perbedaan dari ketiga rencana di atas.

Page 100: Peranan - Universitas Padjadjaran

93Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Rencana KesiapanRencana Kesiapan merupakan kegiatan yang dilakukan pada tahap sebelum bencana. Dalam rencana ini berisikan tentang berbagai jenis ancaman, kerentanan, sumberdaya yang dimiliki, pengorganisasian dan peran fungsi masing-masing instansi. Rencana Kesiapan dapat berfungsi sebagai panduan atau arahan bagi penyusunan rencana sektoral.

Rencana Operasi KedaruratanRencana Operasi Kedaruratan merupakan penerapan dari rencana kontingensi yang diberlakukan pada saat terjadi kedaruratan. Rencana Operasi Kedaru-ratan tidak selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan sehingga rencana kontingensi perlu disesuaikan secara berkala (pemutakhiran data).

Rencana PemulihanSedangkan yang dimaksud dengan Rencana Pemulihan adalah awal upaya pembangunan kembali wilayah yang terkena bencana dan menjadi bagian dari pembangunan pada umumnya. Oleh karena itu perencanaannya meru-pakan bagian dari perencanaan pembangunan. Penyusunan Rencana Pemu-lihan harus terintegrasi dalam perencanaan pembangunan sektor serta penyusunan rencana tersebut harus berdasarkan kepada skala prioritas.

Page 101: Peranan - Universitas Padjadjaran

94 Dr. Rahman Mulyawan

Page 102: Peranan - Universitas Padjadjaran

95

3.1 Pendekatan PekerjaanDalam proses penyusunan Pedoman Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, hendaknya pendekatan yang harus dilakukan pada pekerjaan ini terdiri dari dua pendekatan, meliputi:

Prosperity approach• ; dimana pendekatan yang dilakukan berdasarkan peningkatan kesejahteran untuk masyarakat di wilayah perencanaan.Security approach• , yaitu pendekatan yang memandang aspek keamanan sebagai aspek yang perlu pengawasan yang ketat.

Adapun pelaksanaan kegiatan Pedoman Pemulihan Keamanan dan Ketertiban dalam upaya mencapai kesempurnaan hasil kajian yang berhasil guna dan berdaya guna sehingga dapat menjadi acuan/arahan bagi Peme-rintah, Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat, dalam rangka Pedoman Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, maka di dalam pelaksanaannya di-lakukan beberapa pendekatan sebagai berikut:

Pendekatan kepustakaan yang dilakukan melalui kajian literatur (1. desk study) yang memuat ketentuan baik yang bersifat peraturan dan per-undang-undangan, kebijaksanaan, hasil studi penelitian, dan pemikiran/konsep lain yang terkait.

Selain pendekatan kegiatan di atas, kegiatan ini juga didasarkan atas konsep pendekatan pembangunan yang berkembang saat ini dan juga berdasarkan atas undang undang yang berlaku. Maka pendekatan pe laksanaan pekerjaan ini meliputi, pemberdayaan masyarakat atau ko munitas lokal merupakan paradigma yang sangat penting dalam

BAB III

Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Page 103: Peranan - Universitas Padjadjaran

96 Dr. Rahman Mulyawan

kerangka pemulihan keamanan dan ketertiban, peran serta dan tanggung jawab pemerintah terhadap pemulihan keamanan dan ketertiban di suatu daerah, masukan dan tanggapan dari masing-masing instansi terkait dengan penyusunan pedoman pemulihan keamanan dan ketertiban di daerah pasca bencana.

2. Pendekatan lapangan, yang dilakukan guna memperoleh data-data dan informasi primer melalui observasi/survey lapangan, wawancara lang-sung dengan para masyarakat yang terkena bencana.

3. Pendekatan instansional yang dilakukan untuk memperoleh data-data dan informasi sekunder yang dilanjutkan dengan koordinasi dan konsultasi serta pembahasan konsep model/pola pelayanan pemulihan keamanan dan ketertiban yang efektif dan efisien kepada pihak-pihak terkait seperti instansi pemerintah, kepolisian, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan lain sebagainya.

Pentingnya peran komunitas lokal juga digarisbawahi oleh Wearing (2001) yang menegaskan bahwa sukses atau keberhasilan jangka pan-jang kegiatan pemulihan keamanan dan ketertiban suatu daerah sangat tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan dari komunitas lokal.

Dalam konteks keterlibatan masyarakat lokal tersebut, selanjutnya ditegaskan bahwa aspek keterlibatan masyarakat lokal tersebut dapat diimplementasikan dalam 3 (tiga) area, yaitu: tahap perencanaan (planning stage), implementasi atau pelaksanaan (implementation stage), serta da-lam hal mendapatkan manfaat atau keuntungan (share benefits) baik secara ekonomi maupun sosial budaya.

Gambar 3.1.

Page 104: Peranan - Universitas Padjadjaran

97Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

3.2 Ruang Lingkup PekerjaanDiterbitkannya Undang-undang dan peraturan Pemerintah tentang keben-canaan serta pengalaman penanganan bencana besar yang telah terjadi menegaskan pentingnya suatu pedoman yang mengatur fungsi dan peran berbagai pihak terkait di dalam pemulihan dan penanganan bencana atau pun rehabilitasi keadaan pasca bencana dan pedoman pemulihannya yaitu keamanan dan ketertiban daerah pasca bencana sehingga menghasilkan pemulihan keamanan yang lebih efektif.

Adapun dasar hukum yang dijadikan acuan adalah:

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kese-1. jahteraan Sosial

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana 2. (lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan 3. Penanggulangan Bencana (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4828);

Peraturan pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan 4. Pengelolaan Bantuan Bencana (lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 43, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4829);

Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2008 tentang peran serta Lem-5. baga International dan Lembaga Asing Nonpemerintah dalam Penang-gulangan Bencana;

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang badan nasional 6. penanggulangan bencana;

Peraturan Kepala Badan Nasional penanggulangan bencana No.1.Tahun 7. 2008 tentang organisasi dan tata kerja BNPB

Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 11 8. Tahun 2008 tentang pedoman rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana;

Berdasarkan Undang-undang dan peraturan pemerintah diatas konsultan bersandar di dalam penyusunan pedoman pemulihan keamanan dan ketertiban suatu wilayah pasca bencana.

Page 105: Peranan - Universitas Padjadjaran

98 Dr. Rahman Mulyawan

Dalam hal ini, penyedia jasa konsultan akan menyusun sebuah pedoman pemulihan keamanan dan ketertiban untuk nantinya dapat digunakan sebagai acuan dan agar didalam upaya-upaya pemulihan keamanan dan ketertiban didaerah pasca bencana dapat berjalan secara efektif, dalam arti dapat mengurangi permasalahan yang dihadapi dan bahkan mencegah timbulnya permasalahan baru. Maka dari itu implementasi dari pekerjaan ini akan lebih banyak di titik beratkan pada desk study untuk pengumpulan data sebanyak-banyaknya baik dari instansi pemerintah terkait maupun swasta dan masyarakat, yang kemudian diolah dan disatukan dengan hasil survey lapangan dan pelaksanaan forum-forum tanya jawab dengan masya-rakat daerah yang pernah terkena bencana. Dalam kegiatan ini pihak peng-guna jasa akan mengambil contoh study daerah Jawa timur dan Sulawesi Tenggara.

Dengan demikian diharapkan akan muncul poin-poin yang dapat disusun sebagai buku pedoman pemulihan keamanan dan ketertiban (dalam bentuk laporan pekerjaan) yang dapat digunakan sebagai acuan Pemerintah Pusat Kuhususnya dan Pemerintah Daerah Umumnya di dalam pelaksanaan pemulihan keamanan dan ketertiban pasca bencana.

Page 106: Peranan - Universitas Padjadjaran

99

Pembuatan Pedoman Pemulihan Keamanan dan Ketertiban mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

4.1 Tahap PersiapanPekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil dan peralatan, persiapan pekerjaan lapangan, dan pengumpulan data tahap awal.

a) Penyelesaian administrasi

b) Mobilisasi personil dan peralatan

c) Pengumpulan data sekunder pendukung

d) Persiapan pekerjaan lapangan

e) Pendefinisian kebutuhan pengguna

4.2 Tahap Pengumpulan Data Tahapan identifikasi/pengumpulan data dan informasi dilakukan untuk mengumpulkan semua data yang ada (data sekunder) dan data primer, yang berkaitan dengan kondisi fisik alam, persebaran dan kondisi sarana pra-sarana, kondisi sosial ekonomi, dan kebijakan pemerintah, untuk selanjutnya dianalisis guna mendukung cakupan ruang lingkup materi pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Pedoman Pemulihan Keamanan dan Ketertiban yang akan disusun.

BAB IVRencana Kerja

Page 107: Peranan - Universitas Padjadjaran

100 Dr. Rahman Mulyawan

Dalam perencanaan ini, data-data yang dibutuhkan adalah data-data kuantitatif dan kualitatitf. Menurut Lofland (dalam Moleong, 1996: 112) dan Neuman (2000: 417) sumber data utama dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah data-data yang berbentuk kata-kata, kalimat-kalimat, tindakan-tindakan yang merupakan hasil gambaran dari pandangan orang-orang terhadap suatu kejadian, selebihnya adalah data tambahan seperti bahan-bahan tertulis. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:

Data primer, yaitu data yang didapatkan melalui wawancara dan 1. observasi dengan narasumber atau pada obyek penelitian/ perencanaan yang berkaitan dengan ruang lingkup materi perencanaan.

Data sekunder, yaitu data yang yang didapatkan dari Instansi terkait 2. misalnya Pihak Keamanan Setempat (TNI dan Polisi), Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum/Kimprasda, dan instansi terkait lainnya seperti PDAM, PLN, Telkom dan lain sebagainya.

Salah satu kegiatan utama yang dilakukan dalam tahapan pengumpulan data ini adalah mengumpulkan dan melakukan kajian terhadap praktek-praktek kegiatan Pemulihan keamanan dan ketertiban terhadap pemba-ngunan kembali pasca bencana dan juga untuk mengetahui penyebab dan efek dari bencana yang timbul di suatu daerah, baik di dalam negeri maupun diluar negeri, baik dari segi model-model pendekatan perencnaan rekon-struksi, permasalahan maupun keuntungan dari setiap pendekatan;

Di samping itu melakukan kajian atas perundang-undangan serta peraturan yang sudah ada yang terkait dengan kegiatan tersebut, dan me-lakukan pengumpulan data dari sektor terkait.

4.3 Tahapan AnalisaTahap analisis terdiri dari 3 rangkaian kegiatan yaitu: (1) tabulasi dan kompilasi data, (2) Analisis dan Inteprestasi.

A. Tabulasi dan Kompilasi Data

Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan pe-ngumpulan data dan survai kemudian di kompilasi. Pada dasarnya kegiatan kompilasi data ini dilakukan dengan cara mentabulasi dan

Page 108: Peranan - Universitas Padjadjaran

101Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

mengsistematisasi data-data tersebut dengan menggunakan cara kom-puterisasi. Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga mudah untuk dianalisis.

Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga akan mempermudah pelaksanaan tahapan selanjutnya yaitu tahap analisis. Penyusunan data itu sendiri akan dibagi atas dua bagian. Bagian pertama adalah data dan informasi mengenai kondisi regional (kondisi makro) dan bagian kedua adalah data dan informasi mengenai kondisi lokal wilayah perencanaan (kondisi mikro).

Metoda pengolahan dan kompilasi data yang dipergunakan sebagai berikut:

Mengelompokan data dan informasi menurut kategori aspek kajian •seperti: data fisik dan penggunaan lahan, data transportasi, data ke pendudukan, data kondisi keamanan pasca bencana, data sosial ma syarakat, dll

Menyortir data-data setiap aspek tersebut agar menjadi sederhana •dan tidak duplikasi

Mendetailkan desain pengolahan dan kompilasi data dari desain •studi awal sehingga tercipta form-form isian berupa tabel-tabel, konsep isian, peta tematik dll

Mengisi dan memindahkan data yang telah tersortir ke dalam •tabel-tabel isian dan peta isian tematik

Melakukan pengolahan data berupa penjumlahan, pengalian, pem-•bagian, prosentase dsb baik bagi data primer maupun sekunder

Setelah seluruh tabel dan peta terisi, maka langkah selanjutnya adalah membuat uraian deskriptif penjelasannya ke dalam suatu laporan yang sistematis per aspek kajian. Termasuk dalam laporan tersebut adalah uraian kebijaksanaan dan program setiap aspek.

B. Analisis dan Interpretasi

Ada empat hal utama yang perlu dinilai dalam analisis ini yaitu :

Analisis keadaan dasar yaitu menilai kondisi eksisting pada saat 1. seka rang; termasuk kedalam analisis keadaan dasar.

Page 109: Peranan - Universitas Padjadjaran

102 Dr. Rahman Mulyawan

Analisis kecenderungan perkembangan yaitu menilai kecenderung-2. an sejak masa lalu sampai sekarang dan kemungkinan-kemung-kinannya di masa depan, terutama pengaruh tumbuhnya fungsi baru khususnya pada pelayanan wilayah;

Analisis sistem serta kebutuhan ruang yaitu menilai hubungan keter-3. gantungan antar sub sistem atau antar fungsi, dan pengaruhnya apabila sub sistem atau fungsi baru itu berkembang, serta perhi-tungan ruang sebagai akibat perkembangan di masa depan;

Analisis kemampuan pengelolaan pembangunan, yaitu menilai kon-4. disi keuangan Daerah, organisasi pelaksana dan pengawasan pem-bangunan, personalia, baik pada saat sekarang maupun yang diper-lukan di masa depan.

4.4 Tahap Penyusunan Pedoman dan Uji PetikMelakukan survey dan menyelenggarakan diskusi, workshop/seminar •dengan berbagai pihak terkait dalam rangka mengumpulkan masukan mengenai proses Pemulihan keamanan dan ketertiban pasca bencana;

Mengembangkan konsep dasar berisikan prinsip-prinsip dasar teknis •yang harus dianut oleh suatu rencana usaha Pemulihan keamanan dan ketertiban masyarakat dalam upaya melaksanakan pembangunan kem-bali yang baik;

Menyusun konsep (draft) Pedoman Pemulihan keamanan dan ketertiban •dalam upaya Pembangunan Kembali pasca bencana;

Membahas draft Pedoman Pemulihan keamanan dan ketertiban pasca •bencana dengan pihak-pihak terkait guna mendapatkan masukan per-baikan;

Daerah uji yang akan di gunakan adalah, Jawa Timur dan Sulawesi •Tenggara.

4.5 Tahap Penyempurnaan dan FinalisasiMembuat laporan akhir yang berisikan Pedoman Pemulihan keamanan dan ketertiban pasca bencana yang dapat digunakan sebagai acuan/arahan untuk pemulihan keamanan dan ketertiban bagi pemerintah pusat, pemerintah

Page 110: Peranan - Universitas Padjadjaran

103Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

daerah, swasta dan masyarakat, dalam rangka penanganan pemulihan ke-amanan dan ketertiban dengan memasukkan hasil bahasan terakhir guna penyempurnaannya serta terwujudnya pola pemulihan keamanan dan ketertiban bagi masyarakat yang terkena dampak bencana untuk kembali kekehidupan pada keadaan normal, seperti kondisi sebelum bencana.

4.6 Indikator Keluaran Indikator keluaran dari pekerjaan ini meliputi :

a. Indikator Keluaran (kualitatif)

Diperolehnya suatu Pedoman Pemulihan keamanan dan ketertiban yang terkena bencana pada pasca bencana.

b. Keluaran (kuantitatif)

Kegiatan Penyusunan Pedoman Pemulihan keamanan dan ketertiban Pasca Bencana ini akan memberikan laporan sebagai berikut:

1. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan berisi, metodologi dan rencana kegiatan serta jadwal rinci kegiatan yang akan dilakukan. Laporan ini dibuat sebanyak 10 eksemplar dan diserahkan 30 hari setelah penanda-tanganan kontrak

2. Draft Laporan Akhir

Draft Laporan Akhir, berisi hasil studi dan laporan implementasi kegiatan dilapangan sebagai bahan diskusi dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan ini dibuat sebanyak 10 eksemplar.

3. Laporan Akhir yang dilengkapi dengan Laporan Eksekutif Summary

Laporan Akhir, berisi hasil studi dan laporan implementasi ke-giatan setelah disempurnakan melalui diskusi dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan ini dibuat sebanyak 10 eksemplar dilengkapi dengan laporan executive summary.

Page 111: Peranan - Universitas Padjadjaran

104 Dr. Rahman Mulyawan

4.7 Kontribusi Tenaga AhliKontribusi tenaga ahli meliputi: (a) melakukan kerjasama tim untuk men-capai tujuan dan sasaran studi, (b) membuat rencana kerja dan analisis, (c) membuat instrumen kegiatan lapang sesuai dengan aspek keahlian masing-masing tenaga ahli dan sasaran yang akan dikaji/dianalisis, (d) studi data sekunder, peraturan dan perundang-undangan yang relevan dan literatur yang terkait dengan kegiatan studi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, (e) melakukan survey lapangan baik di kawasan perencanaan sesuai dengan tugasnya masing-masing, (f) menyusun gambaran potensi dan kendala pengembangan kawasan perencanaan, (g) menyusun strategi, program dan kegiatan prioritas pengembangan pedoman (l) presentasi dan diskusi laporan dengan Pihak Pengguna Jasa sebagai bagian kegiatan alih teknologi.

Tenaga ahli juga mempuyai tugas untuk menyusun laporan-laporan yang akan di serahkan kepada Pengguna Jasa, meliputi laporan pendahuluan, laporan sementara, dan laporan akhir. Masing-masing laporan memuat aspek-aspek kajian atau penelaahan sesuai dengan bidang keahlian masing-masing tenaga ahli.

Page 112: Peranan - Universitas Padjadjaran

105

5.1 ORGANISASI PELAKSANA PEKERJAANUntuk dapat melaksanakan pekerjaan ini dengan baik, efektif dan efisien, diperlukan organisasi pelaksana pekerjaan yang kuat, dan kompak. Dengan demikian semua aktivitas dan alur pekerjaan dapat terkoordinir secara baik dan lancar. Dalam organisasi tersebut terangkum semua komponen pe-nunjang kelancaran pekerjaan, mulai dari Team Leader, tenaga ahli, teknisi sampai dengan dukungan tenaga administrasi, sekretaris dan tenaga pendukung lainnya.

Secara internal pelaksana, ketua tim merupakan personil pelaksana yang memiliki kewenangan dan tanggungjawab yang cukup luas baik me-nyangkut aspek teknis pekerjaan maupun manajerial baik dengan perusa-haan maupun dengan pemberi pekerjaan. Untuk kebutuhan pengelolaan pekerjaan dan koordinasi maka semua itu berada pada tanggung jawab team leader agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan lancar dan mencapai tujuan yang diharapkan. Tenaga ahli lainnya secara horizontal masing-masing melakukan koordinasi dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya dan secara instruksional dapat mengembangkan kerjasama dengan tenaga ahli lainnya dan tenaga pendukung.

Struktur organisasi pekerjaan dibuat sedemikian sehingga alur perintah dan alur koordinasi kerja antar komponen dapat mengalir dengan lancar, tidak saling menghambat dan menghalangi satu sama lain. Organisasi pekerjaan yang diusulkan dapat dilihat pada Gambar 5.1.

BAB V

Struktur Organisasi & Jadwal Pelaksanaan

Page 113: Peranan - Universitas Padjadjaran

106 Dr. Rahman Mulyawan

Gambar 5. 1. Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

Dengan mengacu pada prinsip-prinsip partisipatif dan prinsip kerja optimal, maka konsultan pelaksana akan mengarahkan dan memenuhi karakteristik yang akan mempengaruhi kualitas dan efektivitas dalam pelaksanaan pekerjaan, baik yang berhubungan dengan tugas maupun yang berhubungan dengan koordinasi dan komunikasi dengan proyek, peme-rintah daerah dan pelaksana.

Tim pelaksana pekerjaan terdiri dari tenaga ahli multidisiplin yang mempunyai pengalaman cukup dalam proyek. Para tenaga ahli ini dipimpin oleh seorang Team Leader (koordinator tim). Tenaga ahli dan tenaga asisten tenaga ahli yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan ini antara lain adalah:

Tenaga ahli bidang keamanan (1. Team Leader)

Tenaga ahli Sosial Budaya.2.

Tenaga ahli Hukum3.

Pelaksana kegiatan ini adalah Tim Ahli dan Asisten Ahli serta Staf Pendukung sebagai berikut :

Page 114: Peranan - Universitas Padjadjaran

107Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

No Nama Posisi Uraian Tugas1 Ade Jamhuri Ahli Keamanan • Mengumpulkan data dibidang

keamanan dan ketertiban dan informasi yang dibutuhkan, organisasi, personil dan penyampaian serta pembahasan laporan untuk mendapatkan persetujuan pemberi tugas;

• Mengorganisasikan personil dan manajemen tim tenaga ahli dan staf penunjang dalam setiap aktivitas kegiatan;

• Menyusun/mengelola data dan menganalisis data aspek keamanan dan ketertiban sesuai dengan kebutuhan daerah yang terkena bencana

• Penyusunan semua laporan2 Jaja Ahmad

JayusAhli Hukum • Membantu Team Leader dalam

menyusun laporan.• Menyusun perencanaan yang

berkaitan dengan aspek perundang-undangan

• Merumuskan konsepsi pengembangan pedoman pemulihan keamanan dan ketertiban dalam bentuk bahasa hukum.

3 Sholeh Ahli Sosial Budaya

• Mengidentifikasi karakterstik sosial budaya pengungsi pasca bencana

• Merumuskan konsepsi standar penanganan pengungsi

4 Agus SubagyoReffi VerawatiMuharam

Asisten Ahli • Membantu Team Leader dalam menyusun laporan.

• Membantu Tenaga Ahli dalam menggali dan menganalisis data dan dalam menyusun laporan

5 Ria BudimanHolis Madjid

Staf Pendukung Membantu Team Leader dan tenaga Ahli serta anggota tim lainnya dalam hal administrasi dan kegiatan.

5.2 Jadwal PENUGASAN PERSONILTeam leader dan tenaga Ahli lainnya, akan berkerja selama 3 bulan sesuai dengan waktu lamanya studi yang telah ditentukan. Adapun dalam pelak-sanaan kegiatan ini., tenaga ahli dibantu oleh dua orang asisten. Asisten ini akan bekerja membantu para tenaga ahli selama 2 bulan.

Page 115: Peranan - Universitas Padjadjaran

108 Dr. Rahman Mulyawan

Jadwal penugasan untuk masing-masing tenaga ahli dan asisten tenaga ahli disajikan pada Tabel di bawah ini.

Tabel 4.2Jadwal Penugasan Personil

Penyusunan Pedoman Pemulihan Keamanan dan Ketertiban

No PersonilBulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Ahli Keamanan/

Team Leader2 Ahli Sosial

Budaya3 Ahli Hukum

4 Asisten Ahli Keamanan

5 Asisten Ahli Sosial Budaya

6 Asisten Ahli Hukum

Page 116: Peranan - Universitas Padjadjaran

109

6.1 Gambaran UmumKabupaten Ciamis dengan Ibu Kota di Ciamis merupakan salah satu Kabu-paten/Kota di Propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian paling Timur dari Propinsi Jawa Barat berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Majaengka dan Kuningan, sebelah selatan dengan Samudra Hindia, sebelah timur dengan Kota Banjar dan Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah dan sebelah Barat dengan Kota dan Kabupaten Tasikmalaya.

Secara keseluruhan keadaan alam di Kabupaten Ciamis cukup potensial untuk pertanian dan pariwisata karena merupakan jalur transportasi antar kota maupun antar provinsi, selain mempunyai Pantai Pangandaran yang cukup indah, sehingga menjadi primadona wisatawan domestik dan macanegara.

Untuk menujang kegiatan pariwisata dan kegiatan perikanan laut Kabupaten Ciamis memiliki luas pantai sebesar 63.340 Ha, garis pantai sepanjang 91 km di 6 (enam) kecamatan dengan rincian panjang garis pantai per kecamatan sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini:

BAB VI

STUDI KASUS: Manajemen Kontijensi

di Kabupaten Ciamis

Page 117: Peranan - Universitas Padjadjaran

110 Dr. Rahman Mulyawan

Tabel 1 Panjang Garis Pantai Per Kecamatan

No Kecamatan Garis Pantai (km)1 Cimerak 23,502 Cijulang 16,00 3 Parigi 10.00 4 Sidamuli 8,50 5 Pangandaran 18.006 Kaipucang 15.00

TOTAL 91,00

Berdasarkan letak Geografis Kabupaten Ciamis berada pada 7040’20” Lintang Selatan, 108020’ sampai dengan 108040’ Bujur Timur. Sedangkan dalam sistem administratif Pemerintahan Kabupaten Ciamis terdiri dari 36 kecamatan, 340 Desa dan 7 Kelurahan, 3.795 RW, dan 11.948 RT. Dengan klasifikasi Desa dan Kelurahan terdapat 212 Desa Swadaya dan 133 Desa Swakarya.

Luas Kabupaten Ciamis sebesar 244.479 Ha dengan komposisi tata guna lahan yang terdiri dari lahan untuk Permukiman 28.854,01 Ha, tegalan/kebun/ladang/huma 75.767,41 Ha, pengembalaan padang rumput 2.421,7 Ha, Tidak diusahakan 154 Ha, Hutan Rakyat 21.661 Ha, Hutan Negera 35.994,9 Ha, Perkebunan Negara/Swasta 17.796 Ha, Rawa yang Ditanami 392,86 Ha, Tambak 155 Ha, Kolam/Empang 3.589,77 Ha, Gorong-gorong 10.361,12 Ha, Lahan Kering 197.117,77 Ha, dan Sawah 300.407,22 Ha. Dibawah ini disajikan tabel mengenai luas Desa dan Dusun, Sebaran Penduduk, Kepadatan dan Kondisi Topografi Kecamatan di Kabupaten Ciamis.

Tabel 2Luas, Jumlah Desa dan Dusun, Sebaran Penduduk, Kepadatan, dan

kondisi Topografi Kecamatan di Kabupaten Ciamis

No Kecamatan Luas Desa Dusun Sebaran Penduduk

Penduduk/Km2 Kondisi Topogafis

1 Cimerak 118 11 47 40.334 342 Pantai/Bukit

2 Cijulang 93 7 40 24.838 267 Pantai/Bukit

3 Cigugur 97 7 39 19.099 197 Bukit

4 Langkaplancar 177 12 64 44.772 253 Bukit

5 Parigi 98 10 53 40.960 418 Pantai/Bukit

1

Page 118: Peranan - Universitas Padjadjaran

111Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

6 Sidamulih 78 7 28 24.668 316 Pantai/Bukit

7 Pangandaran 61 8 30 45.084 739 Pantai/Bukit

8 Kalipiucang 137 9 28 33.236 243 Pantai/Bukit

9 Padaherang 119 14 60 60.844 511 Dataran/Bukit

10 Banjarsari 163 21 77 95.486 586 Dataran Bukit

11 Lakbok 58 10 28 48.171 831 Dataran

12 Pamarican 104 13 49 61.236 590 Bukit

13 Cidolog 59 6 29 18.188 308 Bukit

14 Cimaragas 27 4 24 15.288 566 Dataran/Bukit

15 Cijeungjing 58 11 58 43.736 754 Dataran

16 Cisaga 60 11 34 35.247 587 Dataran/Bukit

17 Tambaksari 64 6 37 23.411 366 Dataran/Bukit

18 Rancah 73 13 65 55.068 754 Dataran/Bukit

19 Rajadesa 58 11 53 47.449 818 Dataran/Bukit

20 Sukadana 68 6 42 22.006 379 Dataran/Bukit

21 Ciamis 33 12 64 82.649 2.505 Dataran

22 Cikoneng 36 9 52 46.827 1.301 Dataran/Bukit

23 Cihaurbeuti 36 11 66 45.856 1.274 Dataran/Bukit

24 Sadananya 44 8 26 37.424 714 Dataran/Bukit

25 Cipaku 66 13 64 58.082 880 Bukit

26 Jatinagara 35 6 32 22.851 653 Bukit

27 Panawangan 81 13 67 48.192 595 Bukit

28 Kawali 33 11 49 35.715 1.082 Dataran/Bukit

29 Panjalu 67 8 63 44.066 658 Bukit

30 Panumbangan 59 14 74 54.493 924 Bukit

31 Sindangkasih 29 9 46 41.123 1.418 Dataran/Bukit

32 Baregbeg 32 9 32 36.311 1.135 Dataran/Bukit

33 Lumbung 28 8 41 27.787 992 Bukit

34 Purwadadi 51 9 29 34.844 683 Dataran

35 Mangunjaya 32 5 29 28.276 884 Dataran

36 Sukamantri 63 5 25 19.439 309 Bukit

Sumber Data : Ciamis Dalam Angka Tahun 2005

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar desa atau dusun di Kabupaten Ciamis mempunyai topografi bukit dengan ketinggian rata-rata 500 m/dpl. Selain itu khusus untuk Desa dan Dusun di wilayah Utara Kabupaten Ciamis, rata-rata sistem pemanfaatan lahan untuk pesawahan dan kolam berada di atas lahan yang digunakan untuk pemukiman pen-duduk. Hal ini menimbulkan kerentanan yang dapat menyebabkan terjadi-nya bencana tanah longsor.

Page 119: Peranan - Universitas Padjadjaran

112 Dr. Rahman Mulyawan

Dari tabel diatas juga dapat dijelaskan bahwa sebaran penduduk di Kabupaten Ciamis terlihat paling padat diatas angka 1.000 penduduk/Km2 berturut turut di wilayah Kecamatan Ciamis, Kecamatan Sindangkasih, Kecamatan Cikoneng, Kecamatan Cihaurbeuti, Kecamatan Baregbeg, dan Kecamatan Kawali. Jumlah penduduk seluruh Kabupaten Ciamis adalah 1.457.146 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar 586 orang/Km2.

Dalam rangka mengkoordinasikan pelaksanaan penanggulangan bencana di Kabupaten Ciamis, telah memiliki Satuan Pelaksana Penang gu-langan Bencana (SATLAK PB) berdasarkan Peraturan Bupati Ciamis Nomor 43 Tahun 2006 Tentang Pembentukan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) dengan susunan organisasi SATLAK PB sebagai berikut:

Ketua : Bupati Kab. Ciamis Wakil Ketua I : DANDIM 0613 Kab. Ciamis Wakil Ketua II : Kapolres Kab. Ciamis Sekretaris : Sekretaris Daerah Kab. Ciamis Ketua pelaksana Harian : Wakil Bupati Kab. Ciamis Sekretaris Pelaksana Harian

: Kepala Kantor Kesbang dan Linmas.

Anggota : 1. Asisten Sekda Bid. Pemerintahan. Asisten Sekda Bid. Sosekbang. 2. Asisten Sekda Bid. Umum 3. Kepala Dinas Keuangan Daerah4. Kepala BAPPEDA5. Kepala BKD6. Kepala Bawasda7. Kepala Kantor Catatan Sipil8. Kepala Kantor Perpustakaan Umum 9.

dan Kearsipan DaerahKepala Kantor Koperasi dan UKM10. Para Kepala Bagian Setda11. Unsur TNI/POLRI12. Kantor SAR Daerah13. PMI14. Unsur Organisasi Propesi15. Unsur Dunia Usha16. TOMAS dan PAKAR17. Unsur Masyarakat lainnya/LSM18.

Page 120: Peranan - Universitas Padjadjaran

113Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Sebagai output dari Kegiatan Manajemen Kedaruratan dan Perencanaan Kontijensi di 7 (tujuh) wilayah pesisir selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah yang dilaksanakan oleh Bakornas PB yang bekerjasama dengan UN-OCHA dan MPBI yang dilaksanakan tanggal 9-13 Juli 2007, telah tersusun Rencana Kontinjensi untuk penanggulangan kegawatdaruratan yang disebabkan bencana tanah longsor di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Panjalu dan Kecamatan Sukamantri.

6.2 Penilaian Resiko Pada gambaran umum telah dijelaskan bahwa sebagian besar Desa atau Dusun di Kabupaten Ciamis mempunyai topografi bukit atau hampir setiap Desa atau Dusun mempunyai bukit dengan kemiringan diatas 45°. Selain itu khusus untuk Desa dan Dusun di wilayah Utara kabupaten Ciamis rata-rata daerah pesawahan berada di atas daerah pemukiman penduduk se-hingga faktor kerentanan daerah-daerah tersebut cukup besar yang berpo-tensi mengakibatkan bencana longsor

Sebelah Utara Kabupaten Ciamis yaitu Kecamatan Panjalu dan Keca-matan Sukamantri berbatasan langsung dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, dimana letak geografis wilayah Kecamatan Pan-jalu dan Kecamatan Sukamantri me ru pakan daerah perbukitan de-ngan curah hujan mencapai 3.010 mm untuk Kecamatan Panjalu dan 410 mm untuk Kecamatan Suka-mantri. Hal tersebut menyebabkan wilayah sebelah utara Kabupaten Ciamis memiliki kerentanan untuk terjadi nya Bencana Longsor, ditam-bah dengan adanya perambahan hutan untuk pemukiman dan pe-nam bah an lahan garapan yang tidak sesuai dengan perencanaan baku/standar (sistem peladangan diatas pemu kiman). Berikut gambaran peta Kabu paten Ciamis sebelah Utara:

Peta Rawan Bencana Longsor Kecamatan Panjalu dan Sukamantri

Page 121: Peranan - Universitas Padjadjaran

114 Dr. Rahman Mulyawan

Peta Pergeseran Tanah di Kec. Panjalu dan Kec. Sukamantri

Dari peta diatas bahwa Kecamatan Panjalu dan Sukamantri berpotensi besar terjadinya bencana longsor. Berikut tabel Penilaian Bahaya yang akan terjadi di daerah tersebut :

Tabel 3Penilaian Bahaya

JENIS ANCAMAN BAHAYA PROBABILITAS DAMPAK

LONGSOR 5 5

BANJIR 2 1

GEMPA 1 1

ANGIN PUTING BELIUNG 2 2

6.3 Penentuan KejadianCara penentuan kejadian ditetapkan berdasarkan kesepakatan melalui penilaian resiko dan penetapan secara Top-down. Diprediksi akan terjadi bencana longsor pada tanggal 22 Januari 2008 jam 06.00 WIB. Hal ini berdasarkan informasi dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, bahwa puncak hujan akan terjadi sekitar bulan November sampai dengan bulan Januari, yang berpotensi menyebabkan bencana longsor di 2 Kecamatan tersebut.

Page 122: Peranan - Universitas Padjadjaran

115Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Tingkat ancaman yang akan terjadi dapat berupa ancaman ringan, sedang dan berat. Tingkat ancaman terhadap Kabupaten Ciamis dalam Perencanaan Kontinjensi ini adalah ancaman sedang, sehingga skenario yang digunakan adalah skenario sedang. Gambaran ancaman sedang yang akan terjadi sebagai berikut :

Bencana Longsor akan mencapai puncaknya sekitar bulan Januari, yang •disebabkan turunnya hujan terus menerus selama 3 hari. Dampak keru-sakan berat akan terjadi pada bentuk topografi perbukitan, sedangkan untuk bentuk topografi landai tidak akan berdampak besar.

Kerusakan infrastruktur/bangunan juga dapat terjadi akibat daerah long-•soran yang sangat luas dengan material longsoran yang sangat banyak.

Hal-hal tersebut berpotensi menimbulkan bencana bagi masyarakat yang bermukim di daerah kaki bukit serta dapat merusak sarana dan pra-sarana termasuk fasilitas umum. Perlu lebih diwaspadai untuk daerah per-bukitan yang tersebar di sepanjang Kecamatan Panjalu dan Sukamantri karena musim hujan akan mencapai puncaknya pada bulan Januari. Begitu pula untuk daerah-daerah sekitar Kecamatan Panjalu dan Sukamantri.

Tabel 4MATRIK SKALA TINGKAT BAHAYA

Dampak

5 Longsor

Probabilitas

4

3

2 Banjir Angin

1 Gempa

1 2 3 4 5

Keterangan :

= Dampak dan Probabilitas Kejadian < 60%

= Dampak dan Probabilitas Kejadian 60-80 %

= Dampak dan Probabilitas Kejadian >80 %

Page 123: Peranan - Universitas Padjadjaran

116 Dr. Rahman Mulyawan

6.4 Pengembangan SkenarioKabupaten Ciamis yang terletak di Provinsi Jawa Barat ini tergolong rawan Longsor terutama pada saat musim penghujan, Hal ini dimungkinkan ka-rena struktur tanah di daerah Panjalu memiliki tingkat kelabilan yang tinggi sesuai dengan sumber data dari Direktorat Vulkanologi dan mitigasi Bencana Geologi. Dari sumber tersebut dapat diprediksi akan terjadi longsor di kecamatan Panjalu dan Sukamantri Kabupaten Ciamis.

Peta Kabupaten Ciamis

Sumber: BAPPEDA Kab. Ciamis

Untuk penentuan kejadian diperkirakan akan terjadi tanah longsor pada bulan Januari 2008 yang akan melanda 5 (lima) Desa di Kecamatan Panjalu dan Sukamantri, yaitu dua Desa di Kecamatan Panjalu masing-masing Desa Mandalare dan Desa Kertamandala, tiga Desa di Kecamatan Sukamantri yaitu Desa tenggeraharja, Sidanglaya dan Desa Mekarwangi. Bencana tanah longsor terjadi diperkirakan pukul 06.00 WIB dengan tingkat ancaman sedang.

Hal ini berpotensi menimbulkan bencana bagi masyarakat yang bermukim di daerah daerah tersebut serta sarana dan prasarana termasuk

Page 124: Peranan - Universitas Padjadjaran

117Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

fasilitas umum. Desa-desa pada wilayah kecamatan yang beresiko terjadi bencana adalah sebagai berikut :

Tabel.5Data Daerah Rentan Bencana Di Kec. Panjalu

No Kecamatan Panjalu Jml Dusun

1 Desa Kertamandala 6

2 Desa Mandalare 6

Tabel.6Data Daerah Rentan Bencana Di Kec. Sukamantri

No Kecamatan Sukamantri Jml Dusun1 Tenggeraharja 42 Sindanglaya 53 Mekarwangi 4

Adapun dampak dari longsoran tersebut akan banyak menimbulkan korban jiwa dan kerusakan sarana dan prasarana wilayah tersebut.

1. Penduduk Dari data Statistik penduduk yang terancam di 2 (dua) Kecamatan yang

Desanya terkena bencana tersebut diperkirakan 5,39 % (895 orang) dari jumlah total penduduk 16.594 jiwa, dengan perkiraan bahwa ben-cana longsor yang mengancam bervariasi dari ringan sampai sedang.

Skenario penduduk yang terkena dampak adalah sebagaimana ter-lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel.7Data Kerugian Akibat Bencana

Page 125: Peranan - Universitas Padjadjaran

118 Dr. Rahman Mulyawan

2. Fasilitas Prasarana dan Aset

Bencana tanah longsor tersebut diperkirakan juga akan mengancam sebagian fasilitas umum dan sarana prasarana serta asset penting dan berharga yang berada di dua Kecamatan tersebut. Berdasarkan inven-tarisasi fasilitas yang diperkirakan terkena dampak bencana terhadap fasilitas berupa sarana umum, perkantoran, transportasi.

Tabel.8Inventarisasi Fasilitas Yang Terkena Dampak Bencana

No Jenis Kerusakan jumlah Terancam (%)Rusak (%)

Ringan Sedang Parah1 Sarana Umum

Kantor Kecamatan 2Kantor Desa 13 26 (5 bh) 15 25 60Kantor KUD 13 26 (5bh) 30 45 25Kantor BPD 13 26 (5bh) 22 48 30Sekolah 24 26 (10bh) 45 19 36

2 Sarana Perhubungan

Jl. Desa 10.km 33,3 (3 km) 30 48 22Jln Kabupaten 5 km 33,3 (1,5 km) 65 15 20Jembatan Permanen 26 bh 13 55 40 5Jembatan Tradisional 45 bh 30 42 24 34

3. Ekonomi Dari Sektor Ekonomi diperkirakan bencana tanah longsor akan mem-

punyai dampak berupa kerusakan perkebunan rakyat, sawah, industri kecil, kerajinan dan jasa yang akibatnya akan berdampak hilangnya mata pecaharian masyarakat. Jenis kerusakan akibat tanah longsor sebagai berikut:

Tabel.9Jenis Kerusakan Akibat Tanah Longsor

Bid. Perekonomian

Jenis Kerusakan

Jumlah Potensi Terancam Jumlah

PotensiRusak (%)

Ringan Sedang Parah

Perkebunan 150 Ha 10% (15 ha) 150 Ha 80 %

(12 ha)20%

( 3ha)

Sawah 25 Ha 60% (15 ha) 25 Ha 70 %

(10,5 ha)30%

(4,5ha)Industri kecil 20 Unit 50%

(10 Unit) 20 Unit 60% (6 Unit)

40% (4 Unit)

Page 126: Peranan - Universitas Padjadjaran

119Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Kerajinan 8 Unit50%

(4 Unit) 8 Unit75%

(3 Unit)25%

(1 Unit)

Jasa 50 Unit40%

(20 Unit) 50 Unit30%

(6 Unit)60%

(12 Unit)10%

(2 Unit)

4. Pemerintahan

Berdasarkan prediksi dari Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, bahwa akan terjadi longsor di Kecamatan Panjalu dan Sukamantri sekitar bulan Januari pada pukul 06.00 WIB. Namun bencana tersebut sepertinya tidak akan berdampak terhadap fungsi Pemerintah Kabu-paten Ciamis Karena kerusakan yang terjadi hanya bersifat lokal. Ada-pun jenis kerusakan yang diperkirakan terancam sebagai berikut:

Tabel.10Jenis Kerusakan Akibat Tanah Longsor

Bid. Pemerintahan

Jenis KerusakanJumlah(Unit)

Terancam (%)

Rusak (%)Ringan Sedang Parah

Kantor Desa 11 40 45 55 -Bale Dusun 45 11,11 - 20 80Masjid 50 6 10 40 50Rumah Penduduk 16834 20 15 45 40Jumlah 16934 77,11 70 160 170

5. Lingkungan

Berdasarkan informasi dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, bahwa di wilayah 2 Kecmatan pada tanggal 22 Januari 2008 Jam 06.00 WIB akan terjadi bencana tanah longsor. Dampak bencana juga diperkirakan akan berpengaruh pada 2 wilayah Kecamatan, yang meliputi 2 Desa (Kertamandala dan Mandalare) di Kecamatan Panjalu, 3 Desa (Tenggeraharja, Sindanglaya, dan Mekarwangi) di Keca matan Sukamantri.

Kerusakan yang cukup parah terjadi pada lingkungan Pemukiman, Perkebunan, Hutan, berikut skenario yang ditimbulkan ;

Page 127: Peranan - Universitas Padjadjaran

120 Dr. Rahman Mulyawan

Tabel.11Jenis Kerusakan Akibat Tanah Longsor

Bidang Lingkungan

Jenis KerusakanLuas (Ha)

Terancam (%)

Rusak (%)

Ringan Sedang Parah

Areal Pesawahan150 103 ha

( 68,7)20 (20,6 ha) 45

(46,35 ha)35 (36,05ha)

Areal Perkebunan

7560 ha (80)

15 (9 ha) 35 (21 ha) 50 (30 ha)

Areal Hutan 70 30 ha (35,7) 15 (3,5 ha) 45 (27 ha) 40 (12 ha)Sumber Air Bersih

305 Ha (16,7)

10 (0,5 ha) 60 (3 ha) 30 (3 ha)

Pemukiman 73.17 60 Ha (82,2) 10 (6 ha) 40 (24 ha) 60 (36 ha)Perikanan 7 3 Ha (42,9) 10 (0,3 ha) 60 (1,8 ha) 30 (0,9ha)Peternakan 5 4 Ha (80) 10 (0,4 ha) 40 (1,6 ha) 60 (2,4 ha)

6.5 Kebijakan dan StrategiDalam menghadapi kemungkinan kejadian bencana di Kecamatan Panjalu dan Kecamatan Sukamantri, yang di perkirakan akan terjadi pada bulan Januari 2008 maka Pemerintah Kabupaten Ciamis telah mengambil langkah-langkah kebijakan dan strategi sebagai berikut :

A. Kebijakan

Memobilisasi dan menggerakan semua sumber daya yang ada untuk 1. mengembalikan keadaan darurat menjadi keadaan normal.

Memberikan perlindungan kepada masyarakat yang terkena bencana 2. dan memberikan perhatian khusus kepada kelompok rentan.

Membentuk suatu wadah atau lembaga untuk mengsinkronkan antar 3. sektor.

Memberdayakan potensi masyarakat yang ada. 4.

B. Strategi

Setiap sektor melaksanakan fungsi kordinasi.1.

Mengevakuasi korban bencana dengan melakukan identifikasi guna 2. melakukan tindakan penyelamatan.

Menginventarisir semua kebutuhan korban.3.

Page 128: Peranan - Universitas Padjadjaran

121Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Mendirikan Posko dan Pos-pos Pelayanan masinag-masing sektor.4.

Mendirikan Tenda Pengungsi, Dapur Umum, MCK dan Bak Penam-5. pungan Air Bersih (Watter Gilbert).

Mendistribusikan bantuan yang di perlukan oleh korban.6.

Mendirikan tenda / posko (Trauma Centre).7.

Pendataan kerugian akibat Bencana Tanah Longsor.8.

6.6 Perencanaan SektoralA. Situasi

Pada tanggal 22 Januari 2008 tepat pada pukul 06.00 WIB, telah terjadi Bencana Tanah Longsor di Desa Mandalare dan Desa Kertamandala Kecamatan Panjalu dan di Desa Tenggeraharja, Desa Sindanglaya, Desa Mekarwangi Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis. Hal ini diperkirakan apabila terjadi Bencana Tanah Longsor, situasi di daerah tersebut kacau dan tidak menentu. Kondisi masyarakat diperkirakan panik dan kemungkinan juga menelan korban jiwa, harta dan benda serta merusak dan meng-hancurkan bangunan, transportasi darat, yang mengakibatkan Pemerintahan, aktifitas masyarakat pasar dan pusat perekonomian mengalami kelumpuhan. Sehubungan dengan hal tersebut diperkirakan daerah rawan bencana ada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Panjalu dan Kecamatan Sukamantri.

Untuk kelancaran mekanisme penanggulangan bencana maka diadakan pengkoordiniran, pengaturan dan pengendalian semua kegiatan penanggu-langan Bencana Tanah Longsor, seperti SATLAK PB Kabupaten Ciamis selaku wadah Koordinasi untuk mengatasi situasi dan kondisi dalam pengurangan resiko bencana

Diperkirakan waktu keadaan darurat bila terjadi tanah longsor di Keca-matan Panjalu dan Kecamatan Sukamantri adalah selama 7 Hari (Satu Minggu).

B. Sasaran

Sasaran dari sektor Manajemen dan Pengendalian adalah:

Terkoordinirnya kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing sektor.1.

Terkendalinya upaya-upaya penanggulangan bencana yang dilakukan 2. oleh Stake Holder (pelaku)

Page 129: Peranan - Universitas Padjadjaran

122 Dr. Rahman Mulyawan

Terlaksananya upaya penanggulangan dan pemulihan Bencana Tanah 3. Longsor.

Terinfentarisasinya jumlah korban, kerugian harta dan benda, sarana 4. dan prasarana umum

Terinventarisasinya sarana dan prasarana, peralatan dan logistik lainnya 5. yang digunakan untuk penanggulangan Bencana Tanah Longsor.

Terdatanya kerugaian korban dari bencana alam tersebut6.

Kejadian yang real bisa ditransformasikan ke masyarakat dan pemerintah 7. yang lebih tinggi

C. Kegiatan

Tabel 12Kegiatan Sektor Manajemen dan Koordinasi

No Kegiatan Pelaku (Instansi) Waktu Pelaksanaan

1. Mendirikan Posko SATLAK PBPSetelah ada tanda-tanda dari pihak yang berwenang (BMG)

2. Menyiapkan Tim Reaksi Cepat SATLAK PBP Jika Terjadi Bencana

3.Rapat Koordinasi Kegiatan Penanggulangan POSKO Setiap malam

4.Mengatur dan mengendalikan Kegiatan Posko

POSKO Setiap waktu

5.Memberikan, menerima dan mencatat informasi

TIM REAKSI CEPAT Setiap waktu

6.

Membuat laporan kegiatan penanggulangan dan perkembangan dampak bencana

TIM REAKSI CEPAT Setiap hari

7.Memberikan arahan pelaksana kegiatan

SATLAK PBPSetiap waktu

8.Mengendalikan pelaksanaan kegiatan

SATLAK PBPSetiap waktu

Page 130: Peranan - Universitas Padjadjaran

123Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

I. Sektor SAR

A. Situasi

Kabupaten Ciamis yang terletak di Provinsi Jawa Barat ini tergolong rawan Longsor terutama pada saat musim penghujan, Hal ini dimungkinkan karena struktur tanah di daerah Panjalu memiliki tingkat kelabilan yang tinggi sesuai dengan sumber data dari Badan Vulkanologi dan mitigasi Bencana Geologi. Dari sumber tersebut dapat diprediksi akan terjadi longsor di kecamatan Panjalu dan Sukamantri Kabupaten Ciamis.

B. Sasaran

a. Korban akibat bencana dapat diminimalisir

b. Korban yang luka terevakuasi dengan cepat dan tepat

c. Korban meninggal dunia terevakuasi

d. Terdatanya korban yang hilang, luka-luka dan meninggal

e. Korban yang meninggal dunia termakamkan

C. KegiatanTabel 13

Kegiatan Sektor SAR

No Kegiatan Pelaku Instansi Jumlah Waktu

1. Membentuk dan mengoperasikan tim SAR

TNI, POLRIOSISPramukaLSMRelawan

60 org Saat Bencana

2 Mengoperasikan Tim pencari korban tanah longsor

TNI, POLRIOSISPramukaLSMRelawan

60 Org Saat Bencana

3 Mengoperasikan Tim Pencari Korban yang meninggal

TNI, POLRIOSISPramukaLSMRelawan

60 Org Saat Bencana

Page 131: Peranan - Universitas Padjadjaran

124 Dr. Rahman Mulyawan

4 Mengoperasikan Tim Identifikasi dan mengangkut jenajah

TNI, POLRIOSISPramukaLSMRelawan

60 Org Saat Bencana

5 Mengoperasikan Tim pemakaman

TNI, POLRIOSISPramukaLSMRelawan

60 Org Saat Bencana

6 Mengoperasikan Tim pencari korban yang hilang

TNI, POLRIOSISPramukaLSMRelawan

60 Org Saat Bencana

Jumlah 360 Org

D. Sumber Daya Yang Tersedia

a. Sarana dan Prasarana

* Kendaraan roda dua 10 Unit

* Kendaraan roda empat 5 Unit

* Ambulance 14 Unit

* Dumtruck 10 Unit

b. Sumber Daya Manusia

* TNI 60 Orang

* POLRI 60 Orang

* Pramuka 60 Orang

* LSM 60 Orang

* Relawan 60 Orang

* OSIS 60 Orang

Jumlah 360 Orang

Page 132: Peranan - Universitas Padjadjaran

125Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

II. Sektor Sosial

A. Situasi

Bencana tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Panjalu dan Kecamatan Sukamantri diperkirakan menyebabkan korban jiwa sebanyak 60 orang, sedangkan penduduk yang mengungsi sebanyak 2.290 orang, dengan kondisi luka berat 325 orang, luka ringan 700 orang. Penduduk yang pindah sebanyak 340 orang, yang hilang 125 orang. Disamping itu hancurnya Pra-sarana umum seperti gedung perkantoran, sekolah, jalan dan rumah ibadah.

Diperkirakan waktu keadaan darurat bila terjadi tanah longsor di Kecamatan Panjalu dan Kecamatan Sukamantri adalah selama 7 Hari (Satu Minggu).

B. Sasaran

Untuk merespon situasi yang mungkin terjadi maka perlu dipersiapkan ber-bagai macam kebutuhan bagi korban tanah longsor dengan sasaran:

Terpenuhinya kebutuhan pangan untuk semua pengungsi.•

Terpenuhinya kebutuhan non-pangan (tenda pengungsi) untuk semua •pengungsi.

Tersedianya dapur umum di semua lokasi pengungsian.•

Tercukupinya bahan logistik untuk semua pengungsi.•

C. Kegiatan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

Tabel 14Tabel Kegiatan Sektor Sosial

No Kegiatan Pelaku (Instansi) Waktu

1. Rapat koordinasi dan Konsultasi

Satlak PBP Setelah terjadinya Bencana

2. Penetapan Posko kegiatan/ Pemasangan Tenda pengungsi

Satlak PB Setelah Rapat koordinasi

Page 133: Peranan - Universitas Padjadjaran

126 Dr. Rahman Mulyawan

3. Pemberian Makanan siap santap

Disnakersostrans. LSM.

Langsung setelah pengungsi ditempatkan dipengungsian

4. Membuat dapur umum Disnakersostrans.. Sda

5. Pendataan korban Tim Reaksi Cepat Setelah terjadinya bencana

6. Logistik Disnakersostrans dan Dolog.

Sebelum, saat dan setelah terjadi bencana.

III. Sektor Kesehatan

A. Situasi

Pada tanggal 22 Januari 2008 telah terjadi Bencana Tanah Longsor pada jam 06.00 WIB yang berpusat di Kecamatan Panjalu dan Sukamantri , yang telah mengaibatkan ribuan jiwa dan banyak yang meninggal juga banyak yang mengalami luka-luka baik ringan maupun berat. Menurut perkiraan se-mentara, dari 6.117 jiwa penduduk yang terancam 2.805 jiwa, diantaranya:

Meninggal dunia sebanyak 60 jiwa•Luka ringan 700 jiwa•Luka berat 195 jiwa •Hilang 125 jiwa•Mengungsi 2290 jiwa •Pindah 340 jiwa•

Untuk yang mengalami luka berat dan ringan sejumlah 895 jiwa dan perlu segera ditangani secara cepat dan tepat.

B. Sasaran

Penekanan seminimal mungkin jumlah korban yang meninggal (me-1. nurunnya angka kematian dan kesakitan)

Terlayaninya semua korban yang Luka ringan dan berat2.

Terkirimnya korban yang tidak mampu ditangani atau yang perlu 3. dirujuk segera ke rumah sakit terdekat

Terlaksananya pelayanan kesehatan secara lancar kepada semua pen-4. duduk yang membutuhkan pelayanan.

Page 134: Peranan - Universitas Padjadjaran

127Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

Terlayaninya semua korban luka berat, luka ringan termasuk semua 5. pengungsi yang ada di tempat penampungan atau di rumah penduduk.

C. Kegiatan

Tabel 15Kegiatan Sektor Kesehatan

No Kegiatan Pelaku Waktu

1. Menentukan tempat Pos Kesehatan yang strategis sebagai tempat pelayanan kesehatan

Pimpinan Sektor Kesehatan (Kepala Dinas Kesehatan)

Segera setelah bencana

2. Menangani segera para korban

DokterParamedisRelawan

Setiap saat

3. Mengadakan kontak langsung dengan Rumah Sakit/Puskesmas/Pustu terdekat untuk mempersiapkan penerimaan pasien dan segera mengirim :AmbulanceTenaga medikObat-obatan

Pimpinan Sektor Kesehatan (Kepala Dinas Kesehatan)

Setiap saat

4. Mengatur jadwal petugas kesehatan

Pimpinan Sektor Kesehatan (Kepala Dinas Kesehatan)

Setiap hari

5. Monitoring pelayanan kesehatan

Pimpinan Sektor Kesehatan (Kepala Dinas Kesehatan)

Setiap saat

6. Membuat laporan pelayanan kesehatan

Pimpinan Sektor Kesehatan (Kepala Dinas Kesehatan)

1 kali 24 jam

7. Mengoptimalkan sarana kesehatan yang ada di lokasi bencana :Puskesmas PanjaluPuskesmas Sukamantri

Pimpinan Sektor Kesehatan (Kepala Dinas Kesehatan)

Setiap saat

Keterangan :Tim Surveilans : 2 tim•Tim Rapid Health Assesment : 2 tim•Pos Kesehatan di 5 Lokasi :•- Kecamatan Panjalu 2 Pos- Kecamatan Sukamantri 3 Pos

Page 135: Peranan - Universitas Padjadjaran

128 Dr. Rahman Mulyawan

Puskesmas buka 24 jam sebanyak 2 unit :• Puskesmas Panjalu 1. Puskesmas Sukamantri2.

IV. Sektor Sarana dan Prasarana

A. Situasi

Apabila terjadi bencana longsor, sebagian besar penduduk yang berada di 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Panjalu dan Sukamantri dengan jumlah desa terkena bencana longsor sebanyak 5 desa yang akan menyelamatkan diri ke tempat yang aman. Rumah masyarakat sebagian besar hancur.

Sarana dan prasarana yang rusak adalah sebagai berikut :

Jembatan : 43 Buah•

Jalan : (Panjalu-Cibeureum 1,5 Km; Sukamantri Payung- • agung 3 Km; Jumlah Keseluruhan 4,5 Km)

B. Sasaran

Tersedianya jalur penyelamatan / evakuasi untuk korban bencana tanah •longsor.

Tersedianya areal pengungsian dengan sarana dan prasarana yang memadai.•

Pulihnya seluruh sarana dan prasarana seperti jalur transportasi, sarana •air bersih, sarana kesehatan dll.

C. KegiatanTabel 16

Kegiatan Sektor Sarana dan Prasarana

No. Kegiatan Pelaksana Waktu Pelaksanaan

1 Menyiapkan jalur evakuasi PU, BappedaSetelah ada tanda-tanda bencana

2Menyiapkan lokasi evakuasi, dg sarana : Pos Kesehatan, Air Bersih, MCK, Tempat Ibadah, Sekolah darurat

PU, PDAM, Kesehatan, Depag

Setelah ada tanda-tanda bencana

3Memulihkan jalur transportasi (jalan dan jembatan)

PU Pasca Bencana

4 Memulihkan jaringan listrik PLN Pasca Bencana

Page 136: Peranan - Universitas Padjadjaran

129Peranan Pemerintah Daerahdalam Penanggulangan Bencana

5 Memulihkan sarana air bersih PDAM Pasca Bencana

6 Memulihkan jaringan komunikasi TELKOM Pasca Bencana

D. Standar

Areal aman/evakuasi dengan jalur transportasi yang memadai dan ke-1. butuhan luas areal 196700 m2 untuk kebutuhan 2805 jiwa.

Air bersih 5 ltr/hari/jiwa2.

M.C.K : 47 unit, ukuran 2 x 4 m/ 2805 jiwa3.

Tempat ibadah : 0 unit4.

Sekolah darurat : 10 unit, ukuran 5 x 8.m/ jiwa5.

Pos kesehatan : 5 unit, ukuran 5 x 4 m/ 2805 jiwa6.

Sarana air bersih 60 unit kapasitas 5000 L/hari untuk 2805 jiwa7.

Membangun jembatan darurat, bentang 8. + 5 x 0,4 x 3 x 2 m’ : 12 m3 kayu/m’

Pemulihan jalan : 1 Excavator + 6 Dump truk + 2 Loder + 2 Truk 9. Damkar / 2 km jalan

Pemulihan jaringan listrik : 5 unit penerangan di tenda 10.

Personil yang dibutuhkan untuk operasional sebanyak 100 orang untuk 11. masa tanggap darurat selama 7 hari : 700 Orang Hari

6.7 Pemantauan Dan Rencana Tindak LanjutRencana Kontijensi ini di susun bersama oleh Dinas/Instansi/Lembaga 1. Pemerintah dan non Pemerintah yang terkait dengan penanganan ben-cana di Kabupaten Ciamis.

Setelah selesai penyusunan Rencana Kontijensi ini akan di tandatangani 2. oleh setiap pinpinan instansi yang terlibat dan dikukuhkan oleh Bupati selaku Ketua SATLAK PB Kabupaten Ciamis.

Aktivasi dari rencana Kontinjensi ini menjadi rencana oprasional pada 3. saat terjadi bencana yang akan di laksanakan oleh SATLAK PB.

Pemantauan situasi dan perubahan kondisi di lakukan setiap tiga bulan 4. sekali untuk permutahiran data dan informasi, guna penyesuaian ren-cana Kontinjensi.

Page 137: Peranan - Universitas Padjadjaran

130 Dr. Rahman Mulyawan

Apabila hingga batas waktu yang di rencanakan tidak terjadi bencana, 5. maka rencana Kontinjensi ini akan di perpanjang masa berlakunya hingga enam bulan.

Koordinasi untuk penyusunan pemantauan dan pemutahiran rencana 6. Kontinjensi ini dilakukan oleh SATLAK PB Kabupaten Ciamis.

6.8 PenutupRencana Kontinjensi ini dibuat sebagai bahan masukan bagi Bapak Bupati Kabupaten Ciamis, Ketua SATLAK PB sebagai pedoman untuk menentukan kebijakan lebih lanjut. Anggaran biaya yang ditimbulkan oleh beberapa sektor dalam penanganan bencana bukanlah sebagai Daftar Isian Kegiatan tetapi lebih sebagai proyeksi kebutuhan apabila terjadi bencana. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, baik dari Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabu-paten/Kota tetangga, instansi-instansi vertikal, lembaga-lembaga swasta, masyarakat, relawan dan lain-lain.

Kami menyadari bahwa rencana kontinjensi ini masih perlu penyem-purnaan dan peninjauan secara berkala untuk mengaktualkan data yang ada.

Page 138: Peranan - Universitas Padjadjaran

131

Apabila hingga batas waktu yang di rencanakan tidak terjadi bencana, 5. maka rencana Kontinjensi ini akan di perpanjang masa berlakunya hingga enam bulan.

Koordinasi untuk penyusunan pemantauan dan pemutahiran rencana 6. Kontinjensi ini dilakukan oleh SATLAK PB Kabupaten Ciamis.

6.8 PenutupRencana Kontinjensi ini dibuat sebagai bahan masukan bagi Bapak Bupati Kabupaten Ciamis, Ketua SATLAK PB sebagai pedoman untuk menentukan kebijakan lebih lanjut. Anggaran biaya yang ditimbulkan oleh beberapa sektor dalam penanganan bencana bukanlah sebagai Daftar Isian Kegiatan tetapi lebih sebagai proyeksi kebutuhan apabila terjadi bencana. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, baik dari Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabu-paten/Kota tetangga, instansi-instansi vertikal, lembaga-lembaga swasta, masyarakat, relawan dan lain-lain.

Kami menyadari bahwa rencana kontinjensi ini masih perlu penyem-purnaan dan peninjauan secara berkala untuk mengaktualkan data yang ada.

Daftar Pustaka

UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri

UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara

UU No. 34 Tahun 2004 Tentang TNI.

Page 139: Peranan - Universitas Padjadjaran

132 Dr. Rahman Mulyawan

Page 140: Peranan - Universitas Padjadjaran

133

Tentang Penulis

RAHMAN MULYAwAN lahir di Tasikmalaya pada tanggal 20 Oktober 1967 dari pasangan pendidik/guru (alm) Somali Atoni dan Nani Ratnawati. Pendidikan kesarjanaannya disele-sai kan di Jurusan Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer-sitas Padjadjaran Bandung tahun 1990. Setelah itu, melanjutkan jenjang Program Magister Pengkajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia (UI) Jakarta dan selesai tahun 1996. Selain pendidikan formal yang ditekuni, suami

dari Sudarmika Sumiati juga pernah mengikuti serangkaian pendidikan non-formal/informal seperti Pentaloka Pendidikan Kewarganegaraan yang rutin diikuti sejak tahun 1995 hingga saat ini, Penataran P4 Pola 100 Jam (TOT) yang diselenggarakan BP 7 Provinsi Jawa Barat (1995), Pelatihan Metodologi Penelitian (1995), Pelatihan Nasional Pembina Pramuka Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Kwartir Nasional Pramuka (1996), Pelatihan Pengabdian Kepada Masyarakat (1998), Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah (1999), Pelatihan Penulisan Modul Universitas Terbuka (UT) yang di selenggarakan oleh Universitas Terbuka (1997), Penataran Dosen Wali/Konselor (2000), Pelatihan Applied Approach (2001), Pela tihan Pekerti (2004), Pelatihan Manajemen Pengelolaan Jurusan/Program Studi Diploma III (2005), Pelatihan Nasional Dosen Pendidikan

Page 141: Peranan - Universitas Padjadjaran

134 Dr. Rahman Mulyawan

Kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Dirjen Dikti (2007 dan 2008). Karirnya dimulai sebagai Assisten Dosen di Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP-UNPAD pada tahun 1993. Dan pada tahun 1998 hingga 2002 diangkat sebagai Sekretaris Program Studi Administrasi Bisnis Diploma III FISIP-UNPAD. Pada tahun 2003 sampai 2008 di percaya sebagai Ketua Program Studi Kearsipan Diploma III FISIP-UNPAD. Penugasan sebagai staf Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (1997-2000) pernah diembannya, dan saat ini masih bertugas sebagai staf Pembantu Dekan Bidang Akademik FISIP-UNPAD. Selain itu, sampai sekarangpun masih menjabat sebagai Sekretaris Kelom pok Dosen Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Padjadjaran yang telah dijabatnya sejak tahun 2000. Karya tulis yang pernah dibuat diantaranya Modul Universitas Terbuka (1997) untuk Mata Kuliah Sistem Peme rintahan Indonesia, Administrasi Keuangan serta Organisasi dan Admi nistrasi Internasional. Tulisan yang pernah dibuat, dimuat diberbagai jurnal terbitan Lembaga Penelitian UNPAD dan Badan Kearsipan Da erah Provinsi Jawa Barat. Sampai saat ini penulis aktif mengikuti berbagai seminar dan pelatihan baik sebagai peserta maupun pembicara.

Page 142: Peranan - Universitas Padjadjaran