PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL...

88
PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL-KEAGAMAAN DI BETAWI 1900-1942 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Disusun oleh: Muhammad Haryono NIM: 1110022000033 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Transcript of PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL...

Page 1: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

PERANAN KOMUNITAS ARAB

DALAM BIDANG SOSIAL-KEAGAMAAN DI BETAWI

1900-1942

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Disusun oleh:

Muhammad Haryono

NIM: 1110022000033

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

LEMBAR PERYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

L Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayanrllatr Jakarta.

Ciputat,4 Maret 2015

Muhammad Haryono

Page 3: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

PERANAN KOMUNITAS ARABDALAM BIDANG SOSIAL-KEAGAMAAN DI BETAWI

1900-1942

SkripsiDiajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:Muhammad HaryonoNIM: 1110022000033

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAMFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1436H.t201s M.

Pembimbing I, pembimbing II,vDr. H. Abd. Wahid Hasyim. M.A& nrr. H. .,#h* sut"h. MaNIP: 19560817 1986031 006 NIp: 19581otz tgg2o3 I 004

Page 4: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANGSOSIAL-KEAGAMAAN DI BETAWT 1900-1942 telah diujikan dalam sidangmunaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayitullah Jakarta padi4 Maret 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat mempeiolehgelar Sarjana Humaniora (s.Hum) pada program Studi Sejarali dan KebudayaanIslam.

Nurhasan. M.ANIP: 19690724 19970 I 001

Prof. Dr. M. Dien MadjidNIP: 19490706 197109 I 001

Pembimbing I,

Sidang Munaqasyah

Anggota,

Jakart4 4 Maret 2015

Sekretaris Merangkap Anggota,

Penguji II,

Dr. Halid. M.AgNiP: 19721229 200003 I 002

Dr. H. Abd. Wahid Hasvim. M.AgNIP:19560817 198603 1 006

Pembimbing II,

Drs. H. Azhpr Saleh. M.ANIP: 19581012 199203 I 004

s0417 200501 2 007

Page 5: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

i

ABSTRAK

Muhammad Haryono

Peranan Komunitas Arab Dalam Bidang Sosial-Keagamaan di Betawi 1900-

1942

Penelitian ini membahas peranan komunitas Arab dalam bidang sosial-

keagamaan di Betawi 1900-1942. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-

analisis dengan pendekatan sosial-keagamaan. Dalam pembahasan dipaparkan

mengenai betapa besarnya peranan komunitas Arab-Hadhrami bagi masyarakat

Betawi, tidak hanya terkenal sejak dahulu keahliannya dalam bidang politik dan

perdagangan, namun juga dalam bidang sosial-keagamaan. Wujud nyata dari

peranan yang dimainkan oleh orang-orang Arab tersebut terlihat sekali ketika

memasuki awal abad XX, yakni dengan didirikannya sebuah organisasi modern

yang bergerak di bidang sosial-keagamaan yang bernama Jamiat Kheir.

Organisasi ini terkenal bukan saja karena keberhasilannya mendirikan sekolah-

sekolah modern dan melahirkan tokoh-tokoh Islam penting, tetapi juga karena

kegiatan sosial-keagamaannya yang diwujudkan dalam bentuk pendirian

beberapa panti asuhan, Islamic center, majelis taklim, percetakan dan juga

fasilitas umum seperti; perpustakaan, masjid, dan rumah sakit. Kegiatan itu pun

masih tetap berlangsung hingga kini dalam program kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh ar-Rabithah al-Alawiyyah. Fakta ini cukup menjadi suatu

bantahan atas pernyataan seorang tokoh Orientalis Barat yakni, L.W.C Van den

Berg yang kemudian diikuti oleh kalangan orientalis lainnya seperti K.A

Steenbrink dan C. Snouck Hurgronje, yang menyatakan bahwa motivasi utama

orang-orang Arab datang ke Nusantara hanyalah untuk berdagang dan mencari

keuntungan materi semata. Oleh karena itu, tujuan penilitian ini adalah untuk

membuktikan bahwa tidak semua orang-orang Arab yang datang ke Nusantara

khususnya di Betawi, bertujuan hanya untuk berdagang dan mencari keuntungan

materi semata. Adapun temuan dalam penelitian ini adalah bahwa aktivitas

berdagang dan berdakwah dalam masyarakat Arab, keduanya sering menjadi

bagian intergral dalam kehidupan mereka. Meskipun begitu tidak dapat dinafikan

ada beberapa kalangan dari masyarakat Arab yang memang memiliki tujuan

demikian, terlebih-lebih dari kalangan Qabili yang merupakan kelompok

mayoritas dalam masyarakat Arab di Betawi sejak terjadi migrasi besar-besaran

pada akhir abad ke-19 M.

Kata kunci: Arab-Hadhrami, Betawi, Jamiat Kheir, ar-Rabithah al-Alawiyyah,

L.W.C Van den Berg.

Page 6: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

ii

KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah banyak

memberikan limpahan rahmat dan karunia_Nya serta izin-Nya, sehingga penulis

mampu melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa giat

menjalankan sunnah-sunnahnya.

Melalui proses yang panjang dan perjuangan yang tidak mudah, akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan semestinya.

Dalam penulisan skripsi inipun, tak luput dari kesalahan dan rasa ketidakpuasan

yang akan terus menggema, namun dengan setitik harapan semoga karya yang

sederhana ini dapat memberikan sumbangsih bagi cakrawala pengetahuan dan

senantiasa berkembang, maka karya ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi yang membacanya.

Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak serta kritikan yang sangat

membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini, maka dalam kesempatan kali ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora.

2. Nurhasan, MA selaku ketua jurusan SKI dan Solikatus Sa’diyah, M.Pd selaku

sekretaris jurusan SKI. Tak lupa ucapan terima kasih juga kepada ibu Awalia

Rahma selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan

motivasi kepada penulis.

Page 7: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

iii

3. Dr. Abdul Wahid Hasyim, MA dan Drs. Azhar Saleh, MA selaku Dosen

Pembimbing Skripsi yang tiada henti dan tiada bosan memberikan arahan dan

masukkan kepada penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Para petugas Perpustakaan Utama, Adab dan UI (Universitas Indonesia) yang

telah memberikan sumbangsih kepada penulis selama mencari literatur.

5. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada lembaga Rabithah

Alawiyyah dan Panti Asuhan Daarul Aitam yang telah memberikan informasi dan

sumber-sumber yang berkaitan dengan judul skripsi penulis. Tak lupa pula ucapan

terima kasih dan hormat penulis kepada Bapak Ir. Ali Abu Bakar Shahab selaku

pimpinan di lembaga Rabithah Alawiyyah dan Panti Asuhan Daarul Aitam yang

telah memberikan informasi dan banyak memberikan sumber-sumber referensi

penting kepada penulis yang berkaitan dengan judul skripsi ini.

6. Ucapan terima kasih kepada kepala sekolah dan Petugas Perpustakaan Jamiat

Kheir yang telah memberikan informasi dan sumber-sumber yang berkaitan

dengan judul skripsi penulis.

7. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kantor redaksi Republika,

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), LIPI, EFEO dan PERPUSNAS yang

telah memberikan sumbangsih kepada penulis selama mencari literatur.

8. Ayahanda Askuri, Ibunda Kuswati dan adik-adikku tersayang yang telah

memberikan kasih sayangnya, do’anya dan motivasinya yang tiada henti-hentinya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Para Sahabat dan teman-teman seperjuangan SKI angkatan 2010 yang tidak

dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dorongan dan Motivasi

dalam menyelesaikan skrpsi ini.

Page 8: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan do'4 semoga amal

kebaikan yang telah diberikan kepada penulis meqiadi amal shaleh yang

mendapatkan pahala berlipat ganda. Serta dilimpahkan segala keberkahan dan

kenikmatan atas bantuan dan perhatian yang telah di berikan kepada penulis.

selain itu juga semoga seluruh aktifitas yang kita kerjakan diberi

kemudahan oleh Allah swr. Janganlah pernah merasa puas dengan apa yang

telah diraih hari ini, songsong masa depan sejak dini adalah langkah terbaik dan

semoga apa yang telah dikerjakan mendapat nilai ibadah di sisi-Nya.

Jakarta,4 Maret 2015

Mu

Penulis

lVSWhammad Haryono

tv

Page 9: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .………………………………………………………………………..... i

KATA PENGANTAR …..……………………………………………………….... ii

DAFTAR ISI ….……………………………………………………………………. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..……………….…………………………….. 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ..………………………………... .10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………..………………………... 12

D. Metode Penelitian …………………………………..………………... 12

E. Tinjauan Pustaka ………………………………………..……………. 20

F. Sistematika Penulisan …………………………………..…………….. 23

BAB II KONDISI GEOGRAFIS BETAWI

A. Betawi 1900-1942 …………………………………….…….….......... 24

B. Kehidupan Sosial-Keagamaan Masyarakat Betawi...........................… 27

BAB III ORANG-ORANG ARAB DI BETAWI 1900-1942

A. Kedatangan Orang-Orang Arab di Betawi ………………....…….….. 32

B. Persebaran Orang-Orang Arab di Betawi ……………………………. 36

C. Terbentuknya Komunitas Arab di Betawi ………………………….... 43

BAB IV PERANAN ORANG-ORANG ARAB DI BETAWI 1900-1942

A. Dalam Bidang Sosial ……………….................................................... 47

Page 10: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

vi

B. Dalam Bidang Keagamaan …………………………………………... 51

C. Respon Pemerintah Belanda Terhadap Peran Komunitas Arab

di Betawi ….…………………….......................................................... 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………... 61

B. Saran-Saran ………..………………………………………………..... 63

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………………….. 70

Page 11: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting dan

strategis, terutama jika dilihat dari aspek ekonomi. Sejarah mencatat, kepulauan

Indonesia merupakan daerah yang terkenal sebagai penghasil rempah-rempah

terbesar di dunia. Hal tersebut membuat banyak pedagang dari berbagai penjuru

dunia datang ke Indonesia untuk membeli rempah-rempah yang akan dijual

kembali ke daerah asal mereka. Selain berdagang, adapula para pedagang tersebut

berkeinginan untuk mengenalkan agama yang dibawanya kepada penduduk

setempat, tanpa terkecuali para pedagang muslim yang berasal dari Arab, Persia,

dan Gujarat. Namun sulit untuk menentukan siapa yang pertama kali mengenalkan

agama Islam di Indonesia dan juga kapan agama Islam itu pertama kali

diperkenalkan.

Menurut pendapat sebagian kalangan orientalis Barat seperti; Pijnappel,

Snouck Hurgronje, J.P Moquette, Williem Winstedt, dan S.Q Fatimi, termasuk

seorang sejarawan Indonesia yang mendukung Teori Persia yakni, P.A Hoesein

Djajadiningrat, bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad XIII M dan yang

pertama kali menyiarkannya ialah orang-orang Persia dan India. Pernyataan

mereka ini didasarkan pada kesamaan batu nisan makam di Pasai dengan di

Gujarat, pesisir Selatan India dan juga kesamaan kebudayaan Syi’ah yang

Page 12: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

2

menurutnya masih meninggalkan jejaknya di Sumatera dan Jawa.1 Akan tetapi

menurut para ahli sejarah dari kaum muslimin, khususnya kaum intlektual muslim

di Indonesia, seperti; Azyumardi Azra, Hamka dan Uka Tjandrasasmita,

keterangan tersebut sepertinya tidak dapat dibenarkan dan bahkan kuat

kemungkinan bahwa hal itu memang sengaja dipalsukan untuk tujuan-tujuan

politik penjajahan.2

Azyumardi Azra dalam bukunya “Islam Nusantara” menyatakan bahwa,

“…Islam di Nusantara dibawa langsung dari Tanah Arab pada Abad ke-VII yang

diperkenalkan langsung oleh para guru atau juru dakwah dan orang yang pertama

kali masuk Islam adalah para penguasa…”3 Begitupula Uka Tjandrasasmita dalam

bukunya “Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia” ia

menduga bahwa, “…Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 dan ke-8. Pada

1 Nur Huda, Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2007), h. 32-38. 2 Penulis sependapat dengan ketiga Tokoh tsb. Jika pernyataan sebagian orang Barat

bahwa, Islam masuk ke Indonesia pada abad XIII dibawa oleh orang India dan Persia dengan

didasarkan pada asumsi kesamaan batu Nisan makam. lantas, apakah pemakainya sudah pasti

orang India? Artinya batu Nisan makam boleh saja di datangkan dari India, tetapi belum pasti

pemakainya orang India pula, bisa saja di pesan oleh orang lain dari luar India. Adapun pernyataan

yang didasarkan pada asumsi kesamaan kebudayaan Syi’ah seperti peringatan Tabut/hari Asyura

dibeberapa daerah di Indonesia belakangan ini, Lantas, apakah para pengamalnya sudah pasti

mayoritas menganut madzhab Syi’ah? Penulis akui mengenai madzhab Syi’ah pernah masuk

dibeberapa wilayah di Nusantara khususnya di Aceh, memang ada buktinya dalam sejarah

Indonesia namun, tidak ada kepastian bahwa para pembawa tradisi kebudayaan Syi’ah itu juga

mayoritas menganut madzhab Syi’ah. Sebab, dibeberapa daerah di Indonesia kelompok yang

menamakan diri kaum Alawiyyin (yang bernasab pada Ahmad al-Muhajir bin Isa) asal Hadramaut

yang mayoritas bermadzhab Syafi’i, sering pula melakukan tradisi Syi’ah seperti peringatan hari

Asyura atau 10 Muharram namun, dengan bentuk ritual yang berbeda. Hal tersebut dilakukan

karena Hasan dan Husein selama ini mereka akui sebagai leluhur mereka.

Oleh karena itu, pendapat masuknya Islam ke Indonesia mulai abad XIII M, tentu tidak

dapat diterima begitu saja, mengingat orang-orang Islam dari Arab, Persia, dan India sudah banyak

berhubungan dengan orang-orang di Asia Tenggara dan Asia Timur jauh sebelum abad XIII yakni,

pada Abad VII dan Abad VIII seperti yang telah dikemukan di atas oleh Uka Tjandrasasmita.

Karena itu lebih tepat abad XIII M dikatakan sebagai masa awal berdirinya kerjaaan yang bercorak

Islam, sekaligus menandai perkembangan Islam di Nusantara. 3 Azyumardi Azra, Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal (Bandung: Mizan,

2002), h. 31.

Page 13: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

3

abad ini, dimungkinkan orang-orang Islam dari Arab, Persia, dan India sudah

banyak berhubungan dengan orang-orang di Asia Tenggara dan Asia Timur…”4

Pernyataan demikian semakin memperkuat apa yang dinyatakan

sebelumnya oleh Hamka dalam seminar “Sejarah Masuknya Agama Islam di

Indonesia” yang diselenggarakan pada 17-20 Maret 1963 di Medan. Ia telah

menyatakan sekaligus menyimpulkan bahwa, “…Islam masuk untuk pertama

kalinya ke Indonesia pada abad pertama Hijriah langsung dari Negeri Arab dan

bahwa daerah pertama yang didatangi ialah pesisir Barat Sumatera, tempat

terbentuknya masyarakat Islam serta kerjaan Islam pertama…”5

Terlepas dari perdebatan di atas, pada abad-abad tersebut sangat

memungkinkan kawasan-kawasan pesisir pantai di Nusantara telah ramai

dikunjungi oleh pedagang-pedagang muslim baik itu dari Arab, Persia maupun

dari India dan mereka telah membentuk pemukiman-pemukiman khusus di

kawasan tersebut. Hal ini sudah menjadi suatu hal yang biasa, lazim dilakukan

oleh para pedagang asing apabila datang ke tempat-tempat perdagangan yang

berada disekitar kawasan Nusantara, mereka tidak segera kembali ke tempat asal

mereka, disamping karena menunggu barang dagangannya habis dan dapat

membawa barang dagangan baru penduduk setempat, juga menunggu waktu

pelayaran kembali yang bergantung pada musim. Hal ini yang pada akhirnya

memaksa mereka untuk bertempat tinggal berbulan-bulan di tanah perantauan.

Selama tinggal diperantauan mereka saling berinteraksi dengan penduduk

setempat, tidak jarang pula penduduk setempat khususnya kaum bangsawan atau

4 Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia

(Kudus: Menara Kudus, 2000), h. 17. 5 A. Hasjmy dan Hussein Azmi, Sejarah Masuk dan Berkembanganya Islam di Indonesia,

Cet. I (Bandung: Al-Ma’arif, 1981), h.. 156 dan 195.

Page 14: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

4

raja-raja berhasrat menikahkan putri-putrinya kepada para pedagang tersebut.

khususnya para pedagang Arab yang kaya-raya dan memiliki strata sosial yang

tinggi seperti kalangan Sayyid. Akibat perkawinan tersebut, tidak jarang pula

kemudian ada yang diangkat dalam susunan birokrasi kerajaan, bahkan diangkat

sebagai seorang raja. Hal ini tentunya akan memunculkan sebuah kekuatan politik

baru di Kepulauan Nusantara. Oleh karena itu, dalam perkembangan selanjutnya

sekitar abad ke-13 M hingga abad ke-16 M, berdirilah beberapa Kerajaan besar

bercorak Islam di Nusantara, yang berdirinya pun hampir bersamaan, diawali

dengan berdirinya Kerajaan Islam di Sumatera yakni; Pasai (1267-1521), Aceh

Darussalam (1496-1903), Malaka (1402-1511), lalu menyusul di Pulau Jawa

berdiri kerajaan Demak (1475-1548), Cirebon (1552-1677), Banten (1524-1813),

Pajang (1568-1618), Mataram (1586-1755), di Maluku berdiri kerajaan Ternate

(1257-sekarang), Tidore (1110-1947), Jailolo (1495-1805), Bacan (1284-1805), di

Sulawesi berdiri kerajaan Buton (1332-1911) dan Gowa (abad 16-1667), di

Kalimantan berdiri kerajaan Banjar (1526-1905).6

Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya

pemerintahan-pemerintahan Islam, tentunya hubungan perdagangan dengan kaum

muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang

bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak, yang terbesar diantaranya adalah

berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan. Para perantau Arab-Hadramaut ini mulai

datang secara massal ke Nusantara pada tahun-tahun terakhir abad ke-18 M, tetapi

mereka mulai banyak menetap di pulau Jawa setelah tahun 1820 M dan koloni-

6 Darmawijaya. Kesultanan Islam Nusantara (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), h. 3-4.

Page 15: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

5

koloni mereka di bagian Timur Nusantara baru tiba pada tahun 1870 M.7 Menurut

statistik tahun 1885 M tercatat jumlah imigran Arab yang menetap di Indonesia

mencapai 2.478 Jiwa8. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan

sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.

Perjalanan orang Hadramaut ke Nusantara awalnya dilakukan dengan

menumpang kapal kayu. Mula-mula mereka harus ke pelabuhan al-Mukalla atau

al-Syihr, berlayar ke Malabar di India Selatan, dari sana ke Srilangka, lalu ke

Aceh atau Singapura, kemudian menyebar ke Kepulauan Nusantara lainnya. Oleh

karenanya, perjalanan mereka untuk sampai ke Nusantara bisa memakan waktu

berbulan-bulan. Namun, sekitar tahun 1870-an, ketika telah ada jalur lalu lintas

kapal uap dari Eropa ke Timur jauh, mereka sebagian lebih memilih menaiki

kapal uap tersebut dan langsung menuju ke Kepulauan Nusantara ini dengan

mudah dan lebih cepat, walaupun mereka harus membayar lebih mahal.9

Kaum perantau ini meskipun tanpa banyak pengetahuan dan keterampilan,

mereka dapat hidup wajar dan cepat maju.10

Sekitar abad XIX M, muncul orang-

orang Hadramaut sebagai pedagang sukses di Palembang dan berbagai negeri

pelabuhan di Utara pulau Jawa.11

Di Jawa pada umumnya mereka mempunyai

pemimpin dari kalangan mereka sendiri yang dikenal dengan sebutan kepala

koloni, tanpa terkecuali juga di Betawi. Komunitas Arab di Betawi pada mulanya

hanya bertempat tinggal pada wilayah khusus12

yakni, Pekojan dan kebebasan

7 L.W.C Van Den Berg, Le Hadramout et les colonies Arabes dans „I‟Archipel Indien,

diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, Jilid III ( Jakarta:

INIS, 1989), h. 72. 8 Ibid., h. 68-70.

9 Ibid., h. 80.

10 Ibid., h. 80.

11 ANRI: Staadsblad van Nederlandsch-Indie 1816 nomer 47.

12 M. Hasyim Assegaf, Derita Putri-Putri Nabi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2000), h. 121.

Page 16: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

6

bergerak (aktivitas) mereka pun awalnya hanya terkugkung dalam batas-batas

tertentu, ini karena kebijakan dari pemerintah kolonial yang sedang berkuasa pada

waktu itu yakni, dengan membagi masyarakat Betawi berdasarkan ras atau

bangsanya (Wijken Stelsel) di tempat-tempat tertentu dan juga kewajiban

membawa surat jalan apabila hendak berpergian (Passen Stelsel).13

Akan tetapi

dalam perkembangan selanjutnya ketika akan memasuki awal abad ke-20 M,

mereka baru bisa bertebaran ke wilayah-wilayah lainnya yang berada di Betawi

seperti; Krukut, Tanah Abang, Petamburan, Kwitang, Jatinegara, Condet dan

sebagainya.

Kemudian pada tahun 1901 M, penjajah Belanda menerapkan apa yang

disebut dengan kebijakan Etis, dimana pemerintah kolonial memiliki tugas untuk

memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia di berbagai bidang salah satunya yang

terpenting adalah di bidang pendidikan. Maka berdirilah sekolah-sekolah modern

yang didirikan baik untuk kaum bangsawan ataupun orang-orang pribumi.

Namun, banyak kalangan Arab dan muslim pribumi enggan menyekolahkan anak-

anaknya di sekolah Belanda. Dalam situasi tekanan kolonial itulah, seorang tokoh

alim ulama, Habib Abubakar bin Ali bin Abubakar bin Umar Shahab dengan

didukung pemuda Arab lainnya, berinisiatif mendirikan sebuah organisasi Modern

yang bergerak di bidang keagamaan, sosial dan pendidikan yang bernama Jamiat

Kheir, tahun 1901 M.14

Namun, organisasi ini baru mendapat pengakuan secara

hukum dari pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1905 M setelah melalui proses

negoisasi yang cukup panjang.

13

Ibid., h. 142. 14

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: PT. Pustaka

LP3ES, Cet.8, 1996), h. 68.

Page 17: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

7

Setahun kemudian (tahun.1906 M) diajukan kembali permohonan, kali ini

mengajukan permohonan untuk membangun madrasah dan gedung pertemuan

kepada pemerintah Hindia-Belanda, permintaan itu pun dikabulkan. Maka dalam

bidang pendidikan berdirilah perguruan Islam Jamiat Kheir.15

Bukan hanya

mengajarkan agama, lembaga ini juga memberikan pendidikan umum. Disamping

itu, organisasi ini juga mengadakan kegiatan-kegiatan sosial-keagamaan

diantaranya; dengan mendirikan beberapa panti asuhan, Islamic center,

perpustakaan, masjid, majelis taklim, percetakan, rumah sakit, dll. Dengan begitu

kegiatan organisasi ini akhirnya menjadi meluas dan organisasi ini pun cepat

dikenal oleh masyarakat luas, bukan saja karena kegiatan sosial-keagamaannya,

juga karena organisasi ini banyak melahirkan tokoh-tokoh Islam penting seperti;

KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), HOS Tjokroaminoto (pendiri

Syarikat Islam), H Samanhudi (pendiri dan tokoh Syarekat Dagang Islam/SDI), H

Agus Salim dan beberapa tokoh perintis kemerdekaan yang juga merupakan

anggota atau setidaknya mempunyai hubungan dekat dengan Jamiat Kheir.16

Data

tersebut membuktikan, bahwa organisasi ini terbuka untuk setiap muslim tanpa

perbedaan asal usul, tetapi mayoritas anggotanya adalah orang-orang Arab.

Pada tahun 1911 M, Jamiat Kheir mengundang tiga sarjana muslim

terkemuka dari Arab untuk mengajar di madrasah yang didirikannya. Mereka

diantaranya adalah Syaikh Muhammad Thaib dari Maroko, Syaikh Muhammad

Abdul Hamid dari Mekkah dan yang terakhir, Syaikh Ahmad Soorkati dari Sudan.

Mereka resmi bergabung dengan organisasi Jamiat Kheir pada bulan Oktober

15

M. Hasyim Assegaf, Derita Putri-Putri Nabi, h. 143. 16

Hamid al-Gadri, Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab di Indonesia

(Jakarta: CV. Haji Masagung, 1988), h. 108.

Page 18: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

8

1911 M.17

Akan tetapi, dikemudian hari mereka berselisih paham dengan anggota

lain yang masih merupakan anggota Jamiat Kheir yakni, dengan kalangan Sayyid.

Permasalahan mereka mengenai pengunaan gelar Sayyid di depan nama dan

pernikahan Kafa’ah (Kesetaraan Nasab) Syarifah.18

Kalangan Sayyid menganggap

hanya mereka yang berhak menggenakan gelar tersebut di depan namanya dan

Syarifah hanya boleh menikah dengan kalangan Sayyid. Adapun dari kalangan

Syaikh menganggap bahwa, setiap orang berhak menggunakan gelar Sayyid di

depan namanya, karena menurutnya secara harfiah kata Sayyid berarti tuan, yang

digunakan sebagai panggilan penghormatan dan Syarifah boleh menikah dengan

yang bukan Sayyid, karena dalam Islam pada dasarnya semua manusia itu sama di

hadapan Tuhan, yang membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya

hanyalah tingkat keimanan dan ketaqwaannya.

Akibatnya pada tahun 1914 M, Syaikh Ahmad Surkati memilih

meninggalkan al-Kheir, lalu menbentuk organisasi baru yang bernama Jam’iyyat

al-Ishlah wa Irsyad al-Arabiyah19

dan baru disahkan kemudian oleh pemerintah

Hindia-Belanda Pada Tahun 1915 M. Kemudian, muncul berbagai inisiatif untuk

mempersatukannya kembali dari berbagai kalangan. Bahkan Raja Arab Saudi,

Abdul Aziz Ibn Saud dan juga ulama sekaligus penulis Arab terkenal, Amir

Syakib Arselan pernah ikut turun tangan untuk mempersatukannya kembali, tetapi

semuanya gagal.20

Kegagalan ini yang kemudian dinilai oleh Hamid al-Gadri21

17

M. Hasyim Assegaf, Derita Putri-Putri Nabi, h. 144. 18

Ibid., h. 144. 19

Ahmad Ibrahim Abushouk, Al-Man¯ar and the Hadhramı Elite in the Malay-

Indonesian World: Challenge and Respons, (United Kingdom: Journal Of The Royal Asiatic

Society, 2007), h. 315. 20

M. Hasyim Assegaf, Derita Putri-Putri Nabi, h. 162. 21

Hamid al-Gadri, Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab di Indonesia, h.

115.

Page 19: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

9

tidak mustahil ada kaitannya dengan politik kolonial Belanda yang selalu

mencoba mengurangi pengaruh Arab (Islam) di Indonesia.22

Pertikaian ini baru dapat teratasi ketika didirikanya sebuah organisasi yang

bernama Persatuan Arab Indonesia (PAI) pada Tahun 1934 M, yang digagas oleh

A.R Baswedan setelah melalui negoisasi yang panjang dengan kedua kelompok

tersebut.23

Organisasi ini bukan saja berhasil mempersatukan kembali kedua

kelompok tersebut, namun juga telah memberi kesadaran kepada peranakan Arab

akan kedudukannya ketika itu sebagai orang Indonesia yang memiliki cita-cita

ideal sama seperti masyarakat Indonesia pada umumnya yakni, kemerdekaan

Indonesia, walaupun kenyataannya bahwa negeri Hadramaut tetap mereka akui

sebagai tanah nenek moyang mereka. Oleh karenanya pada tahun 1940 M, PAI

merubah diri menjadi sebuah partai politik yakni, Partai Arab Indonesia dan pada

tahun 1941 M, PAI masuk menjadi anggota GAPPI (Gabungan Partai-Partai

Politik Indonesia) yang menuntut Indonesia berparlemen.24

Melihat pemaparan diatas begitu menarik sekali, tidak dapat dinafikan

mengingat betapa besarnya usaha dan peranan komunitas Arab-Hadhrami bagi

bangsa Indonesia, tidak hanya dalam bidang politik dan perdagangan saja, namun

juga dalam bidang sosial-keagamaan seperti yang telah jelaskan di atas. meskipun

22

Penulis sependapat dengan Hamid al-Gadri. Asumsi Penulis, ada kemungkinan

pemerintah kolonial Belanda bermain dibalik peristiwa ini dengan strategi politiknya yakni Devide

et Impera. Alasan pertama, pemerintah kolonial Belanda begitu cepatnya mengesahkan berdirinya

organisasi al-Irsyad, tidak seperti Jamiat Kheir yang mendapatkan pengesahan setelah melalui

proses negoisasi yang cukup panjang dengan pemerintah kolonial Belanda (1901-1905). Alasan

kedua, pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1933 pernah mengabaikan permintaan al-Irsyad

tentang keberatan terhadap pengunaan gelar Sayyid bagi kalangan tertentu, dalam hal ini kaum

Alawi. Penulis menduga, ini sengaja dilakukan agar perselisihan antara kedua golongan tersebut

semakin meluas dan tentunya, ini akan menimbulkan citra negatif di kalangan masyarakat

pribumi. Namun, upaya pemerintah kolonial Belanda untuk memisahkan orang Arab dari

masyarakat Indonesia dapat digagalkan dengan didirikannya organisasi PAI (Persatuan Arab

Indonesia). 23

M. Hasyim Assegaf, Derita Putri-Putri Nabi, h. 163-165. 24

Ibid., h. 166-167.

Page 20: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

10

singkat, tetapi setidaknya ini cukup membuktikan bahwa Hijrahnya mereka sejak

dahulu dari Hadramaut ke tempat yang jaraknya ribuan Mil dengan menyeberangi

lautan tidaklah bertujuan kecuali, untuk menyiarkan agama Islam dan membantu

umat Islam Indonesia terlepas dari belenggu para penjajah.

Lalu mengapa sebagian kalangan orientalis Barat seperti C. Snouck

Hurgronje, K.A. Steenbrink, dan L.W.C Van den Berg. Mereka beranggapan

bahwa, motivasi utama orang-orang Arab-Hadhrami hanyalah pencarian harta

semata atau hanya sekadar berdagang.25

Kalau pun ada di antara mereka yang

memegang posisi keagamaan sebagai qadi, imam, ataupun Da’i itu hanyalah

untuk mengejar imbalan keuangan yang tidak bermotifkan agama.26

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka penulis perlu

membatasi pembahasan dalam penelitian ini, agar pembahasan tidak melebar

sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang maksimal. Oleh sebab itu,

mengingat mayoritas para imigran maupun peranakan Arab yang berada di Betawi

adalah berasal dari Negeri Hadramaut dan juga mereka yang paling banyak

memiliki peran di Nusantara khususnya di Tanah Betawi, dengan demikian

25

Menurut Asumsi penulis, saya kira hal tersebut tidak terlepas dari kedudukan mereka

sebagai pegawai pemerintah kolonial, dimana tugas mereka adalah berusaha menghilangkan

pengaruh Arab (Islam) dari masyarakat pribumi guna mempertahankan jajahannya di bumi

Nusantara. Selain itu penulis juga menduga kenapa mereka berpandangan demikian, hal ini karena

kurangnya pengetahuan mereka tentang konsep dagang Islam, serta latar belakang budaya dan

mentalitas bangsa Arab, sehingga mereka sulit untuk menditeksi misi yang tersirat di balik

fenomena yang tampak dihadapan mereka. Sebagaimana yang pernah dinyatakan oleh Pak Alwi

Shahab dalam bukunya yang berjudul “Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama”

(Bandung: Mizan, 1998) h. 323-324, maupun artikel-artikel yang pernah ditulisnyadi dalam media

massa, seperti yang terdapat dalam koran harian Republika, yang diterbitkan pada hari Jum’at, 22

September 1995. h. 8. Menurutnya, bahwa kekeliruan Van den Berg, dkk dalam memahami

kehidupan orang-orang Arab disebabkan oleh 3 faktor: 1) kurangnya pengetahuan tentang konsep

dagang Islam. 2) latar belakang budaya 3) dan mentalitas bangsa Arab. 26

Azumardi Azra, Hadhrami Scholars in the Malay-Indonesian Diaspora, Studia

Islamika, Vol.2, No. 2, (Jakarta: I.A.I.N. Syarif Hidayatullah, 1995), h. 8.

Page 21: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

11

pembahasan dalam penelitian ini hanya terfokus pada peranan komunitas Arab-

Hadhrami di Betawi dan peranannya pun lebih di fokuskan dalam bidang sosial-

keagamaan. Meskipun ada kemungkinan di dalamnya akan bersentuhan dengan

aspek-aspek lainnya, namun hal tersebut setidaknya hanyalah tambahan atau

sebagai pelengkap saja di dalam penulisan skripsi ini.

Adapun untuk batasan waktunya, penulis mengambil waktu tahun 1900-

1942. Karena pada tahun-tahun tersebut penulis melihat banyak sekali peranan

serta kontribusi nyata yang diperlihatkan oleh komunitas Arab-Hadhrami di

Indonesia, khususnya di Betawi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada tahun

tersebut merupakan tahun kebangkitan orang-orang Hadhrami di Indonesia. hal ini

sejalan dengan apa yang diutarakan oleh beberapa Tokoh penulis sejarah seperti;

Natalie Mobini Kesheh (penulis buku “Hadhrami Awakening”), Deliar Noer

(penulis buku “Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942”), dan G.F Pijper

(penulis buku “Studien over de Geschiedenis van de Islam in Indonesia 1900-

1950”) bahwa, awal abad XX merupakan awal tahun kebangkitan orang-orang

Hadhrami di Indonesia.

2. Rumusan Masalah

Dari pembatasan tersebut, maka permasalahannya dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi sosial-keagaamaan di Betawi pada tahun 1900-1942?

2. Bagaimana peranan yang dimainkan komunitas Arab dalam bidang sosial-

keagamaan pada tahun 1900-1942?

3. Bagaimana respon pemerintah Belanda terhadap peranan yang dimainkan oleh

komunitas Arab di Betawi?

Page 22: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Penulis ingin mengetahui bagaimana kondisi sosial-keagamaan di Betawi pada

tahun 1900-1942.

2. Penulis ingin lebih mengetahui bagaimana peranan apa sajakah yang dimainkan

oleh komunitas Arab pada tahun 1900-1942, serta pengaruhnya bagi kehidupan

masyarakat Betawi.

3. Penulis ingin mengetahui apa yang melatarbelakangi munculnya pandangan

negatif sebagian kalangan orientalis Barat terhadap komunitas Arab.

Adapun manfaat yang dapat penulis harapkan dan berikan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan penulis dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat yang

membutuhkan informasi mengenai peranan komunitas Arab-Hadrami di Betawi

pada tahun 1900-1942.

2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pemahaman sejarah Islam

kajian Lokal di Indonesia.

3. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang sejarah

kebudayaan Islam konsentrasi Asia Tenggara.

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis dengan pendekatan

sosial-keagamaan. Metode deskriptif-analisis adalah suatu metode yang bertujuan

untuk melukiskan secara sistematis fakta-fakta atau karakteristik populasi tertentu,

baik berupa keadaan, permasalahan, sikap, pendapat, kondisi, prosedur, atau

Page 23: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

13

sistem secara faktual dan cermat.27

Penulis juga menggunakan teori ekonomi yang

pernah digunakan oleh Max Weber untuk melihat apa sebenarnya yang

melatarbelakangi orang-orang Arab datang ke Betawi.

Menurut seorang ahli sosiologi agama Indonesia, Hendropuspito, bahwa

sosiologi-keagamaan adalah suatu cabang dari sosiologi umum yang mempelajari

masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah

yang pasti demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas

pada umumnya.28

Dalam konteksnya sebagai metodologi, pendekatan sosiologi-

keagamaan ini digunakan penulis untuk melihat atau memahami prilaku orang-

orang Arab dalam proses sosial yang mempengaruhi status keagamaan dan prilaku

ritualnya.

2. Jenis dan Sumber Data

A. Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang akan dikumpulkan adalah lisan,

tulisan dan artefak/benda yang berkaitan dengan latar belakang sosial, budaya dan

keagamaan orang-orang Arab serta kontribusinya bagi masyarakat Betawi.

B. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1) L.W.C van den Berg, ”Le Hadramaut et. les Colonies Arabes Dans L‟Archipel

Indien”, Terjemahan, Rahayu Hidayat, ”Hadramaut dan Koloni Arab di

Nusantara” Jilid 3 (Jakarta: INIS, 1989). Dalam karyanya ini, Van den Berg

banyak menyajikan informasi penting tentang ragam kehidupan bangsa Arab di

27

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), h.29 28

D. Hendropuspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989), h. 7

Page 24: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

14

tanah asalnya dan di Nusantara, baik dari sisi sosial dan budaya, sampai politik

dan agama.

2) Shahab, Ali Abu Bakar. ”ar-Rabithah al-Alawiyyah.” Jakarta: koleksi Pribadi,

1928. Dalam dokumen ini berisikan data struktur organisasi dan informasi tentang

maksud dan tujuan didirikannya ar-Rabithah al-Alawiyyah serta ikhtisar kegiatan-

kegiatan yang telah dilakukan ar-Rabithah al-Alawiyyah.

3) Sayyid Utsman bin Abdullah bin Yahya al-Alawi, “al-Qawanin asy-syar‟iyyah

li ahl al-majlis al-hukmiyyah wa al-ifta‟iyyah” diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia “Ini kitab segala aturan hukum syara bagi ahli majlis syara dan majlis

fatwa syara (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, 1881 M/1317 H). Kitab ini

berisi pedoman dan tuntunan praktis sangat dibutuhkan bagi para hakim dan

penghulu di daerah ketika menjalakan perannya di tengah masyarakat.

4) Sayyid Utsman bin Abdullah bin Yahya al-Alawi, “Ishlah al-Hal bi Thalab al-

Halal” (Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, t.t). Kitab ini berisi penekanan

terhadap pelaksanaan ajaran Islam, baik di kalangan masyarakat Arab maupun

penduduk pribumi, yang merupakan salah satu cara untuk menjadi warga yang

baik.

5) Gobee, E. dan C. Adriaanse, Ambtelijke adviezen van C. Snouck Hurgronje

1889-1936‟s-Gravenhage:Nijhoff. (Rijks Geschiedkundige Publicatien, Kleine

Serie 33, 34, 35), diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul,

“Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada

Pemerintah Hindia-Belanda 1889-1936.” Vol. IX. Jakarta: INIS, 1990. Dalam

Manuskrip ini, banyak sekali memberikan informasi penting tentang proses

Page 25: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

15

penerapan kebijakan-kebijakan pemerintah Hindia-Belanda khususnya untuk

urusan Islam dan orang Arab.

6) Hurgronje, C. Snouck. “Verspreide Geschriften van C. Snouck Hurgronje”

(Bonn dan Leipzig: Kurt Schroeder, 1924), diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dengan judul, “Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje.” vol. IX.

Jakarta: INIS, 1993. Dalam Manuskrip ini, banyak berisikan laporan studi Snouck

selama penelitiannya di Mekkah dan Nusantara khususnya mengenai keadaan

umat Islam dan orang Arab.

7) Arsip Nasional RI, Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, 1818-1879.

Batavia: Landsdrukkerij. Dalam Arsip ini berisikan data-data penting seperti;

tanggal penetapan surat keputusan Gubernur Hindia-Belanda dan Data sensus

penduduk Hindia-Belanda.

b. Sumber Data Sekunder

Adapun sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain:

1) M. Hasyim Assegaf. ”Derita Putri-Putri Nabi” (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000). Sama halnya dengan karya Van den Berg, buku ini banyak

sekali memberikan informasi penting tentang ragam kehidupan bangsa Arab di

tanah asalnya dan di Nusantara, baik dari sisi sosial dan budaya, sampai politik

dan agama.

2) Abdul Aziz. “Islam dan Masyarakat Betawi” (Jakarta: PT. Logos Wacana

Ilmu, 2002). Dalam buku ini banyak memberikan informasi mengenai latar

belakang kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat Betawi.

Page 26: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

16

3) Hamid al-Gadri. ”Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab di

Indonesia.” (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1988). Dalam buku ini banyak

memberikan informasi mengenai begitu besarnya pengaruh kalangan Orientalis

Barat seperti Snouck Hurgronje yang berdampak kepada kebijakan pemerintah

kolonial, yang rata-rata kebijakannya itu bersifat diskriminatif terhadap umat

Islam, khususnya terhadap keturunan Arab.

4) Natalie Mobine Kesheh. “The Hadhrami awakening, community and identity

in the Netherlands East Indies, 1900-1942.” (New York: Cornell Southeast

Asia Program Publications, 1999). Buku ini di samping berisikan tentang

proses perubahan pola identitas dalam komunitas Arab-Hadhrami di Nusantara

antara tahun 1900-1942 juga sekaligus menyajikan tentang perwujudan

eksisitensi masyarakat Arab melalui berbagai kegiatan organisasi-politik dan

aktivitas sosial-keagamaannya di tengah masyarakat luas.

3. Metode Pengumpulan Data

Studi ini menggunakan metode sejarah, yaitu suatu perangkat aturan-

aturan atau prinsip-prinsip yang secara sistematis dipergunakan untuk mencari

atau menggunakan sumber-sumber sejarah yang kemudian menilai sumber-

sumber itu secara kritis dan menyajikan hasil-hasil dari penelitian itu umumnya

dalam bentuk tertulis dari hasil-hasil yang telah dicapai.29

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan

penelitian kepustakaan (Library Research). Adapun teknik kepustakaan dilakukan

dengan mengumpulkan data dari referensi-referensi. Teknik semacam ini di

maksudkan untuk memperoleh konsep atau teori serta materi-materi yang dapat

29

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto, (Jakarta:

Universitas Indonesia Press, 1983), h. 32.

Page 27: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

17

dipertanggungjawabkan kebenarannya.30

Sumber data yang diperoleh penulis

berupa data primer dan sekunder melalui studi kepustakaan berupa arsip,

manuskrip, dokumen, kitan-kitab klasik, surat kabar, buku-buku, jurnal, artikel,

majalah dan tulisan-tulisan lainnya yang relevan dengan permasalahan penelitian.

Penelitian ini melakukan kunjungan ke Perpustakaan dan Lembaga-Lembaga

yang berkaitan dengan tema penelitian ini seperti; Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia (PNRI), Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Perpustakaan Adab, Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan

Jami’at Kheir Tanah Abang, Perpustakaan Pribadi Ali Abu Bakar Shahab, Arsip

Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan EFEO, Rabithah Alawiyyah

dan Daarul Aitam. Selanjutnya data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Kondisi sosial-keagamaan masyarakat Betawi

b. Sejarah kedatangan orang-orang Arab ke Betawi

c. Proses terbentuknya Komunitas Arab di Betawi

d. Peranan orang-orang Arab di Betawi

4. Analisis Data

Setelah data-data yang dibutuhkan tersebut dikumpulkan, kemudian proses

selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menganalisa data. Analisa

data adalah cara bagaimana mencari hubungan antara data-data yang telah

dikumpulkan dan merangkainya agar menjadi kata-kata yang mudah dipahami.

Tahap selanjutnya dalam analisa data adalah dengan mengklarifikasikan data-data

yang telah ditemukan. Kemudian data-data yang sudah diklarifikasikan tersebut

30

Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: CV. Rajawali, 1989), h. 92-93

Page 28: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

18

tentunya akan mengalami reduksi data, karena banyaknya data yang diperoleh dan

tidak semua data-data yang di kumpulkan tersebut dapat digunakan. Namun data-

data yang mengalami reduksi tersebut dapat menjadi kekayaan pemahaman bagi

penulis. Tahap terakhir adalah analisa data yang dilakukan adalah dengan

melakukan verifikasi data, yang kemudian di lanjutkan dengan memperoses data-

data yang telah dikumpulkan tersebut agar dapat di analisa, dan selanjutnya dapat

ditampilkan.

5. Langkah-Langkah Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah yang menurut

Nugroho Notosusanto terdiri empat tahap sebagai berikut:31

a. Heuristik, merupakan suatu proses untuk mencari dan mengumpulkan

sumber-sumber sejarah, baik sumber primer maupun sumber sekunder.32

Sumber-

sumber yang akan dicari dan dikumpulkan oleh penulis ialah sumber-sumber yang

relevan dengan tema yang diteliti. Sumber primer umumnya berasal dari arsip-

arsip, manuskrip, dokumen-dokumen dan kitab-kitab klasik yang relevan, serta

surat kabar-surat kabar sejaman. Oleh karenanya, penulis akan mencarinya di

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), arsip yang dipegang oleh perorangan,

maupun arsip yang tersimpan dalam Lembaga khusus seperti, Rabithah

Alawiyyah.

kemudian jika dirasakan kedapatan kurang, maka untuk menunjang data

yang diperoleh dari arsip-arsip maupun dokumen, penulis akan mengadakan

wawancara dengan informan yang terdiri dari tiga kategori, yaitu: orang yang

31

Nugroho Notosusanto, Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah (Jakarta: Mega Book

Store, 1984), h. 22-23. 32

G. J. Renier, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, terjemahan. Muin Umar

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 113.

Page 29: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

19

terlibat langsung dalam peristiwa (pelaku, pendukung, pengikut), orang yang tidak

terlibat langsung tetapi menyaksikan, dan orang-orang yang tidak terlibat

langsung dalam peristiwa, tetapi mendapat keterangan dari orang yang terlibat

dalam peristiwa.

Kemudian untuk sumber sekunder, akan penulis peroleh melalui riset

kepustakaan (Library Research) meliputi buku-buku karangan ilmiah yang ditulis

oleh para ahli yang relevan dengan masalah yang diteliti. Di samping itu, penulis

juga akan mencari data dari internet dan majalah atau jurnal yang terkait dengan

permasalahan-permasalahan yang dikaji. Sumber sekunder ini nantinya digunakan

untuk membantu dalam melengkapi data yang tidak diperoleh dari sumber primer.

b. kritik sumber, yang terdiri dari dua macam kritik yaitu, kritik ekstern

dan kritik intern. Kritik ekstern penting dilakukan penulis guna mengetahui

otensitas atau keaslian sumber dan perlu atau tidaknya untuk mendukung

penulisan, sedangkan kritik intern penting juga bagi penulis untuk menentukan

apakah sumber yang digunakan kredibel, dapat dipercaya atau tidak. Kritik ini

dapat dilakukan terhadap informasi yang diperoleh dari para informan, yang

kemudian dibandingkan dengan data dari berbagai sumber tertulis yang relevan

dan telah diseleksi, ataupun sebaliknya, kritik dapat juga dilakukan dengan

membandingkan data dari sumber tertulis dengan keterangan yang diperoleh dari

informan. Di samping itu, kritik ini juga dapat dilakukan terhadap berbagai arsip

atau dokumen yang telah diperoleh.

c. interpretasi, yaitu proses menafsirkan dan menyusun fakta-fakta

sehingga menjadi keseluruhan yang masuk akal dan relevan dengan masalah yang

Page 30: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

20

diteliti. Di sini fakta-fakta yang telah ditemukan penulis akan disintesiskan dalam

bentuk kata-kata dan kalimat, sehingga dapat dibaca dan dimengerti.

d. Tahap terakhir adalah penulisan atau Historiografi, yaitu, proses

penulisan kembali peristiwa sejarah, dalam tahap ini fakta yang sudah

disintesiskan dan di analisis penulis akan dipaparkan nantinya dalam bentuk

tulisan dengan menggunakan bahasa yang baik, sehingga dapat dipahami oleh

pembaca. sebagaimana disebut sebelumnya, dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode deskriptif-analisis dengan pola penulisan deduktif-induktif

atau umum-khusus serta menggunakan pendekatan sosial-keagamaan.

E. Tinjauan Pustaka

Banyak tulisan baik berbentuk buku, jurnal, dan karya akademisi lainnya

yang berkaitan dengan tema penulisan ini. Tetapi yang menjadi catatan, diantara

karya-karya tersebut harus dicari mana yang benar-benar otentik dan otoritatif

dalam menceritakan kembali kejadian atau peristiwa bersejarah tersebut, tentunya

dengan membandingkan sumber-sumber tersebut.

Setidaknya ada dua sumber yang cukup komperhesif dalam membahas

mengenai komunitas Arab-Hadrami di Nusantara dan cukup untuk dijadikan

perbandingan. Sumber ini Penulis peroleh dari perpustakaan utama UIN Syarif

Hidayatullah dan Perpustakaan Universitas Indonesia, yang Pertama, karya

L.W.C Van den Berg yang berjudul “Le Hadhramout Et. Les Colonies Arabes

Dans L‟ Archipel Indien”, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, yang

diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat. Jakarta: INIS, 1989. Dalam penelitiannya ia

banyak mencatat kondisi kehidupan komunitas Arab-Hadhrami, tidak hanya

Page 31: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

21

meliputi wilayah-wilayah di Nusantara saja, tetapi juga di wilayah asal dari

komunitas Arab tersebut yakni, di Hadramaut.

Namun penulis mendapatkan ada sedikit keganjilan dalam karya Van den

Berg ini. Disatu sisi terkadang Van den Berg menjustifikasi komunitas Arab

dengan pandangan yang negatif, disisi lain justru terdapat pandangan yang

sebaliknya. Sebagai contoh di dalam karyanya Jilid ke-3 halaman 79, Ia

mengatakan: “…Tak seorang Arab pun tiba di Batavia hanya untuk bertujuan

menyebarkan agama, kalaupun ada diantara mereka yang memegang posisi

keagamaan sebagai qadi, imam, ataupun Da’i, itu hanyalah untuk mengejar

imbalan keuangan yang tidak bermotifkan agama...”

Sebaliknya pada halaman 81, Ia mengatakan:

“Jarang dijumpai orang Arab, apakah ia kaya atau miskin, yang

membelanjakan seluruh pendapatannya. Menabung merupakan budaya bagi

mereka dan fakta bahwa mereka pernah menikmati kemakmuran. Perlu pula

dikatakan dengan angkat topi, bahwa begitu mereka menjadi kaya di Nusantara,

mereka hampir tidak pernah melupakan anggota keluarga mereka di tanah air.

Apabila mereka tidak membutuhkan bantuan, orang Arab itu akan

menyumbangkan kelebihan uangnya kepada mesjid, sekolah atau ke yayasan

keagamaan lain, bahkan ada yang mengirimkan uangnya kepada cedikiawan

yang mereka hormati atau kepada sahabat yang lanjut usia.”

Pada halaman lain yakni halaman 84 dan 87, Ia juga mengatakan:

“…Orang Arab tidak menyukai kemewahan baik di dalam rumah maupun di luar

rumah. Seorang Arab yang telah memperoleh kekayaan jarang meneruskan

usahanya dengan semua yang diperolehnya. Pada diri orang Arab tidak ada

keinginan menjadi mulia seperti orang Eropa yang mendirikan rumah dagang

besar yang tetap bereputasi baik meskipun para pendirinya sudah mengundurkan

diri…”

Page 32: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

22

Pandangan keliru diatas yang kemudian diikuti pula oleh kalangan

Orientalis Barat lainnya seperti; Snouck Hurgronje dan Karel Steenbrink. Oleh

karenanya menurut penulis, tidak hanya karya Van den Berg saja yang masih

terdapat kekurangan dan kelemahan-kelemahan, tetapi juga karya-karya Orientalis

Barat lainya yang sepertinya memang dibutuhkan penelitian kembali.

Yang kedua, Karya Hamid al-Gadri yang berjudul “Politik Belanda

Terhadap Islam dan Keturunan Arab”. Yang diterbitkan oleh CV. Haji

Masagung, Jakarta: 1988. Dalam penelitiannya ia cukup banyak meneliti karya

kalangan Orientalis Barat, khususnya Snouck Hurgronje yang menjadi Objek

utama penelitiannya. Oleh karena itu, di dalam karyanya ini ia cukup banyak

mengupas beberapa kekeliruan yang dinyatakan oleh Snouck Hurgronje, berikut

tindakannya yang menimbulkan keganjilan di kalangan umat Islam ketika itu,

khususnya mengenai penetapan status hukum keturunan Arab di Indonesia.

Oleh karena itu, menurut penulis secara garis besar karya Hamid al-Gadri

ini banyak menceritakan mengenai begitu besarnya pengaruh kalangan Orientalis

Barat seperti Snouck Hurgronje yang berdampak kepada kebijakan pemerintah

kolonial, yang rata-rata kebijakannya itu bersifat diskriminatif terhadap umat

Islam, khususnya terhadap keturunan Arab. Namun bukan berarti karyanya ini

tidak memiliki kelemahan atau kekurangan, dilihat dari isinya ditemukan banyak

peryataan-peryataannya yang menurut penulis, sepertinya lebih banyak

menekankan pada pembelaan ke eksistensian keturunan Arab, sehingga seakan-

akan kalangan Orientalis itu tidak ada sisi positifnya sama sekali. Hal ini mungkin

tidak lain karena Hamid Al-Gadri sendiri adalah sebagai keturunan Arab,

sehingga hal ini menurut penulis cukup mempengaruhi pikirannya dan pada

Page 33: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

23

akhirnya berdampak pada penulisannya. Di sinilah kiranya dibutuhkan pengujian

kembali terhadap karya Hamid al-Gadri.

F. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan pembahasan penelitian ini dibagi dalam enam bab,

yaitu:

Bab I, merupakan pendahuluan yang antara lain berisi latar belakang

masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

Bab II, berisi tentang gambaran umum daerah Betawi pada tahun 1900-

1942, yang meliputi: kondisi geografis dan kondisi masyarakat Betawi. Pada

kondisi masyarakat ini akan diuraikan mengenai kondisi sosial-keagamaannya.

Bab III, membahas mengenai sejarah kedatangan orang Arab ke

Nusantara, kemudian persebaranya ke daerah-daerah yang berada sekitar Betawi

sampai dengan tahun 1900-1942, dan juga proses terbentuknya komunitas Arab di

Betawi.

Bab IV, membahas mengenai peranan orang-orang Arab di Betawi pada

tahun 1900-1942 dalam bidang sosial-keagamaan. Bab ini juga membahas

mengenai respon pemerintah Belanda terhadap peranan yang dimainkan oleh

komunitas Arab.

Bab V, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan bab

yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini dan juga

diisi dengan saran-saran.

Bab VI, berisi daftar sumber dan juga lampiran-lampiran.

Page 34: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

24

BAB II

KONDISI GEOGRAFIS BETAWI

A. Betawi 1900-1942

Jakarta sejak berdiri pada tahun 1527 M –ketika itu masih bernama

Jayakarta- sebagaimana kota-kota di Asia Tenggara pada umumnya, berfungsi

sebagai kota dagang yang mengalami perkembangan pesat sebagai pusat urban.

Sesuai dengan fungsinya sebagai kota dagang yang berlokasi di daerah pantai,

karenanya penduduk Jakarta lebih kosmopolitan dibandingkan dengan kota-kota

yang ada di pedalaman. tentu hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang

luas dengan bangsa asing dan kelompok-kelompok etnis yang berada di

Nusantara. Di samping itu, sebagai kota pelabuhan yang terletak di muara sungai,

Jakarta dapat memanfaatkan kontrol atas seluruh jaringan komunikasi lewat

sungai untuk menjalin hubungan dengan penduduk di daerah pedalaman. Menurut

laporan Tome Pires sebagaimana yang dikutip oleh Armando Cortesao bahwa,

“…Pelabuhan di Batavia ketika itu merupakan pelabuhan yang sangat megah,

pelabuhan yang paling baik dan penting diantara pelabuhan-pelabuhan lainnya.

Pedagang-pedagang berdatangan dari Sumatera, Palembang, Lawe, Tanjungpura,

Malaka, Makasar, Jawa, Madura, dan banyak tempat lain lagi di Nusantara...”1

Tidak ketinggalan pula para pedagang asing juga datang ke Jakarta, seperti orang

Keling, Bombay, Cina, Belanda, dan Inggris.

1 Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tome Pires: An Account of the East From

Read Sea to Japan, Writen in Malaka and India 1512-1644 (London: The Hakluyt Sosiety, Vol 2.

1994). h. 35-36.

Page 35: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

25

Berdasarkan batasan geografis, secara umum dapat dikatakan bahwa orang

Betawi2 menempati wilayah yang disebut Batavia en Ommelanden. Nama Batavia

sendiri pada awalnya hanya digunakan untuk menunjuk daerah dimana benteng

VOC berdiri, yaitu muara sungai Ciliwung,3 namun seiring gonta-ganti

kepemimpinan di wilayah tersebut, Batavia mengalami perluasan wilayah, yang

tadinya ketika pada masa J.P Coen hanya terbentang sepanjang wilayah Pasar

Ikan sampai wilayah Glodok, ketika sampai pada masa kepemimpinan Herman

William Daendles wilayah Batavia semakin meluas, yakni dengan ditandainya

pemindahan Pusat Kota pemerintahan ke wilayah Selatan yang disebut

Weltevreden (sekarang daerah Monas dan sekitarnya), hal ini karena wilayah

sebelumnya yakni Kota Tua telah dirasakan olehnya sudah tidak sehat lagi,

2 Istilah Betawi baik dari segi asal-usul penggunakan kata maupun asal-asul pembentukan

etnis hingga kini masih menjadi perdebatan di kalangan para pengamat, khususnya para pengamat

sejarah Betawi. umumnya istilah Betawi itu merujuk kepada Batavia, yakni sebuah nama yang

digunakan penjajah Belanda untuk kota Jakarta di masa lalu dan sebelum istilah Betawi lazim

digunakan, penduduk Jakarta masih menyebut diri mereka sendiri dengan sebutan Orang Selam

(pengucapan untuk penduduk yang beragama Islam, sebagaimana Srani untuk penduduk yang

beragama Nasrani) .oleh karenanya kata Betawi digunakan sebagai identitas etnis tidak dikenal

oleh orang Betawi sendiri di masa lalu. Betawi sebagai sebuah identitas etnis baru terbentuk

sekitar tahun 1815-1893 setelah mengalami proses percampuran dari berbagai etnis. Perkiraan

tersebut didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis oleh sejarawan

asal Australia, Lance Castle. Di dalam karyanya yang berjudul “The Ethnic Profile of Djakarta.”

(New York: Cornell University, 1967), h. 165-167. Menurutnya, sejak zaman kolonial Belanda,

pemerintah selalu melakukan sensus yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya.

Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk berbagai golongan

etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi. hal inilah yang kemudian di bantah

oleh Ridwan Saidi, sebagaimana di dalam bukunya yang berjudul “Orang Betawi dan Modernisasi

Jakarta.” (Jakarta: LSIP, 1994), h. 41-42. Menurutnya, bahwa nenek moyang orang Betawi sudah

ada sejak daerah mereka dikenal dengan nama Sunda Kelapa yang pada tahun 1522 dikontrakan

kepada Portugis oleh kerajaan Pakuan dan pada tahun 1527 Fatahillah merebut dan

memerdekakannya. Oleh karena itu dalam hal ini ia mengajukan pertanyaan. Apakah kota Sunda

Kelapa yang sudah memiliki pelabuhan samudra tidak berpenduduk? Apakah penghuni Betawi

lama Cuma tonggeret, tumbila, kadal buduk dan bekatul?.

Terlepas dari perdebatan asal-asul komunitas etnis Betawi tersebut, tidak dapat dipungkiri

bahwa sejak Sunda Kelapa dimerdekakan oleh Fatahillah dan banyak penduduk yang memeluk

agama Islam, mereka sudah terkenal akan ketaatannya dalam memegang prinsip ajaran agama

Islam dan juga memiliki perasaan anti Barat yang kuat. Oleh karenanya, sebagaimana sebutan

Islam dan Melayu yang tidak bisa dipisahkan bagi penduduk asli Brunei yang beragama Islam.

Islam dan Betawi juga merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, sebutan Betawi hanya dapat

digunakan bagi penduduk asli Jakarta yang beragama Islam. 3 Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. 2002), h.

20

Page 36: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

26

khususnya ketika diketahui banyak warganya yang mati karena terserang berbagai

macam penyakit, sehingga dinilai kota Batavia lama sudah tidak layak lagi untuk

dihuni dan wilayah selatan yang kemudian menjadi pilihan alternatif daerah

hunian baru, yang kemudian terus berkembang hingga mencapai daerah yang

disebut Meester Cornelis (sekarang daerah Jatinegara).4 Bukan hanya itu saja,

pelabuhan baru pun di bangun oleh penguasa Batavia ketika itu yakni, Pelabuhan

Tanjung Priok pada tahun1877 M, menggantikan pelabuhan Sunda Kelapa yang

sejak dibukanya Terusan Suez (1868 M) tidak lagi dapat menampung armada

kapal-kapal uap yang menggantikan kapal layar.5

Dengan demikian, maka pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20

terjadi peningkatan jumlah arus migrasi, terutama orang Belanda dan orang Eropa

lainnya ke Hindia-Belanda. Hal tersebut memberi warna tersendiri bagi Kota

Batavia, terutama bergaya lebih Eropa, ini dapat di lihat dari rumah-rumah yang

dibangun di kawasan Weltevreden, sebab itu pemerintah kotapraja Batavia mulai

mengembangkannya ke arah selatan dengan membeli tanah partikulir Menteng

pada tahun 1908 M dan Gondangdia pada tahun 1920 M.

Kemudian pada tahun 1935, dikeluarkan suatu ordonansi yang termuat

dalam Stb. 1934 no. 687 yang mulai berlaku 11 Januari 1935 mengenai perluasan

daerah administratif Batavia. Stadgemeente Meester Cornelis (Jatinegara)

dibubarkan dan diintegrasi ke wilayah Batavia. Pada tahun 1930-an Batavia

berkembang menjadi suatu kota kolonial modern.6

4 Wilayah Meester Cornelis ketika itu masih merupakan bagian yang terpisah dari

Batavia. Baru pada Tahun 1936 M, setelah berbentuk gemeente (Kotapraja), Meester Cornelis

disatukan dengan gemeente Batavia. 5 “Mindoro,” Sejarah Jakarta, artikel diakses pada 4 Agustus 2014 dari

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/168/batavia. 6 Ibid., Sejarah Jakarta, www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/168/batavia.

Page 37: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

27

B. Kehidupan Sosial-Keagamaan Masyarakat Betawi

Sejak awal kekuasaan VOC, penduduk Batavia dibagi ke dalam beberapa

tingkatan berdasarkan ras dan agama. Pada lapisan teratas adalah para pegawai

VOC, menyusul di bawahnya kelompok warga Negara bebas yang beragama

Kristen (Mestizo, Mardijkers, Papangers) yang menduduki berbagai posisi

penting. Kemudian menyusul orang-orang Cina, Arab dan India yang berada pada

lapisan ketiga, dan terakhir, yang menempati lapisan sosial terendah adalah orang-

orang pribumi yang tidak beragama Kristen dan juga sebagian besar budak.7

Dengan adanya pengelompokan sosial tersebut, tentunya Pemerintah VOC

menjadi lebih mudah mengontrol, karena setiap etnis pada umumnya menempati

wilayah sendiri-sendiri. Dengan demikian, maka muncul lah pemukiman seperti

kampung Banda, kampung Ambon, kampung Melayu, kampung Bali, Pekojan

dan Pacinan. Setiap kelompok etnis tersebut biasannya dipimpin oleh seorang

Kapiten, yang ditunjuk langsung oleh penguasa VOC.

Sebenarnya sejak Batavia berhasil dikuasai oleh Fathaillah, sudah banyak

penduduk yang memeluk agama Islam, khususnya di kalangan Arab, Moor dan

anggota etnis pribumi. Akan tetapi, ketika Batavia telah dikuasai Pemerintah

Hindia-Belanda pada tahun 1619 M, umat Muslim kesulitan untuk menjalankan

aktivitas keagamaannya. Pemerintah Hindia-Belanda melarang membangun

Masjid, bukan hanya itu saja, Pemerintah Hindia-Belanda juga melarang umat

Muslim mengadakan upacara keagamaan seperti aqikah, sunatan ataupun

penyelenggaraan kegiatan pengajian. Kepada mereka yang tetap ngotot

mengadakan acara keagamaan di muka umum, selain agama Kristen, maka akan

7 Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi, h. 32.

Page 38: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

28

dikenakan hukuman berupa penyitaan harta Benda. Hal ini menurut Abdul Aziz

dikarenakan “…Orang-orang Belanda menganggap Islam sebagai musuh dan juga

tidak sesuai dengan rencana mereka untuk membangun kota yang diharapkan

mirip dengan kota mereka sendiri di Amsterdam atau Utrecht…”8

Larangan tersebut mulai melonggar ketika memasuki abad ke-18 M,

sehingga muncul lah masjid-masjid di wilayah kota seperti; masjid al-Makmur

yang terletak di Jalan Kebon Kacang Tanah Abang, Jakarta Pusat. berdiri pada

tahun 1704 M. kemudian masjid al-Mansur, masjid ini sebelumnya bernama

masjid Sawah Lio, terletak di Jalan Sawah Lio Jembatan Lima, Jakarta Barat.

berdiri pada tahun 1717 M. Lalu menyusul masjid Luar Batang yang terletak di

Jalan Luar Batang V Pasar Ikan, Jakarta Utara. berdiri pada tahun 1739 M.

Kemudian masjid kampung baru yang terletak di Jalan Bandengan Selatan,

Jakarta Utara. berdiri pada tahun 1744 M. Menyusul kembali masjid an-Nawier

(masjid Pekojan) yang terletak di Jalan Raya Pekojan, Jakarta Barat. berdiri pada

tahun 1760 M. Kemudian tidak jauh dari situ berdiri masjid Tambora di Glodok,

Jakarta Barat pada tahun 1761 M, berbarengan dengan masjid Angke yang

didirikan di Kampung Rawa Bebek, Jakarta Barat, ditahun yang sama yakni, pada

tahun 1761 M. Menyusul kembali masjid Kebon Jeruk, Jakarta Barat. berdiri pada

tahun 1786 M. dan masjid al-Mukaromah didirikan di Kampung Bandan,

Penjaringan, Jakarta Utara. pada tahun 1789 M.9

Dengan semakin banyaknya masjid didirikan pada abad ke-18 M, maka

akan semakin banyak pula sumber dan pusat penyebaran agama Islam yang

terletak di dalam kota Batavia. Karena sebagaimana diketahui oleh khalayak

8 Ibid., h. 44.

9 Jamroni, “Masjid Bersejarah di Jakarta,” Majalah Al-Turas Vol. 12 No.2, Fakultas

Adab dan Humaniora (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 98.

Page 39: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

29

umum, salah satu fungsi masjid selain tempat ibadah Shalat, juga berfungsi

sebagai tempat pendidikan, yang mengajarkan dan menyebarkan ajaran agama

Islam dan umumnya para pendiri dan pengurus masjid berprofesi sebagai guru

agama sekaligus juru dakwah. Tidak hanya di masjid saja, tapi mereka juga

mengajar di rumah mereka sendiri atau bisa juga mengajar di masjid-masjid

kampung lain, karena adanya undangan-undangan untuk mengajar, sebagaimana

yang terjadi di Jakarta sekarang-sekarang ini.

Seiring berjalannya waktu, maka pada pertengahan abad ke-19 M,

perkembangan dakwah Islam di Batavia menjadi meningkat, ditandai dengan

muncul sejumlah ulama-ulama terkemuka, yang pada umumnya mereka adalah

para ulama yang dididik di masjid-masjid di Batavia yang pada kemudian

melanjutkan menuntut ilmu ke Tanah Suci, kemudian kembali lagi ke Tanah Air

untuk menyebarkan ilmu agama yang mereka dapat. Bukan hanya itu saja, mereka

juga mengobarkan semangat anti penjajah pada masyarakat Batavia melalui

fatwa-fatwa yang mereka keluarkan. Hal ini sebagaimana umumnya yang

dilakukan para Haji di wilayah lain Nusantara yang sama pernah menetap cukup

lama menuntut ilmu di Tanah Suci.

Perkembangan penyiaran Islam semakin intensif ketika pada penghujung

abad ke-19 M hingga memasuki awal abad ke-20 M. Jaringan intelektual ulama di

Batavia pada abad-abad ini mengambil peranan yang penting. diantara Tokoh-

Tokoh ulama tersohor yang cukup menonjol pada masa itu ialah Sayyid Utsman

bin Abdullah bin Yahya (1822-1913) yang dikenal sebagai mufti Batavia.

Terlepas dari hubungan dekatnya dengan Snouck Hurgronje dan pemerintah

kolonial serta sikapnya yang berseberangan dengan gerakan modern Islam yang

Page 40: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

30

muncul kemudian. Sumbangan keilmuannya serta peranannya dalam penerbitan

risalah-risalah keislaman cukup lah besar. Ia memiliki banyak murid yang

meneruskan tradisi keilmuan di Batavia, diantaranya adalah Habib Ali bin

Abdurrahman al-Habsyi (1869/70-1968) yang kemudian mendirikan majelis

taklim di Kwitang, Jakarta Pusat. Majelis taklim yang diadakan setiap hari Ahad

pagi itu berkembang pesat dan dihadiri banyak orang hingga saat ini.

Habib Ali al-Habsyi pun memiliki banyak murid di Betawi diantaranya;

KH. Abdullah Syafei, pendiri majelis taklim Asyafiiyah, KH. Tohir Rohili,

pendiri majelis taklim Tahiriyah, serta KH. Abdul razak Makmun dan KH.

Zayadi. Para ulama ini kemudian melanjutkan tradisi keilmuan di Batavia

sebagaimana yang dilakukan gurunya, sehingga majelis-majelis taklim banyak

bermunculan di penjuru Jakarta.10

Di samping berkembangnya majelis taklim

yang bercorak tradisional, Batavia juga menjadi salah satu pusat pergerakan Islam

yang penting di awal abad ke-20. Jamiat Khair, merupakan sebuah organisasi dan

juga sekolah modern Islam pertama di Indonesia yang didirikan di Batavia.

Organisasi Jamiat Khair berdiri pada tahun 1901 M 11

, sementara sekolahnya

berdiri pada tahun 1905 M.12

Walaupun organisasi yang didirikan oleh kalangan

keturunan Hadhrami ini mengalami perpecahan dan kemunduran, tetapi gerakan-

gerakan modern Islam lainnya terus bermunculan dan memainkan peranan penting

dalam proses kemerdekaan Indonesia.

10

Rakhmad Zailani Kiki, ISLAM IBUKOTA: dari Kramtung hingga ke Brussels (Jakarta:

Jakarta Islamic Center, 2009), h. 200. 11

Natalie Mobini Kesheh, The Hadhrami awakening, community and identity in the

Netherlands East Indies, 1900-1942 (New York: Cornell Southeast Asia Program Publications,

1999), h. 36. 12

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, cet 8 (Jakarta: PT.

Pustaka LP3ES, 1996), h. 68.

Page 41: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

31

Kemudian setelah kemerdekaan, nama Batavia telah berganti menjadi

Jakarta. meskipun begitu warna Islam masih terlihat jelas di berbagai belahan

Jakarta ketika itu, bahkan hingga sekarang ini. Masjid-masjid dengan pengajian

dan majelis-majelis taklimnya serta suara adzan yang bersahutan di setiap waktu

shalat masih menjadi ciri khas kota Jakarta. Ekspresi Islam juga terlihat pada

sekitar ratusan nama jalan di Jakarta sekarang ini yang menggunakan nama-nama

haji tertentu.13

Walaupun kota ini sudah berusia ratusan tahun dan semakin padat

oleh penduduk, Islam tampaknya tak jua memudar dan menjadi senja di ufuk kota

Jakarta.

13

Kees Grijns and Peter J.M, Jakarta Batavia: Socio-Cultural essay, Terj. Gita Widya

Laksmini dan Noor Cholis (Leiden: KITLV Press and Banana. 2000/2007), h. 17.

Page 42: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

32

BAB III

ORANG-ORANG ARAB DI BETAWI 1900-1942

A. Kedatangan Orang-Orang Arab di Betawi

Orang Arab merupakan golongan minoritas terpenting kedua di Batavia

setelah Cina. Hampir semua orang yang berasal dari dunia Arab dan tinggal di

Indonesia berasal dari Hadramaut. Hanya sebagian kecil saja yang datang dari

daerah Arab lain. Sesuai dengan apa yang diberitakan oleh Van den Berg, bahwa

sejak abad yang lalu kadang-kadang datang pula rombongan orang Arab dari

Mekkah. Namun pada umumnya mereka dari golongan ekonomi yang rendah,

yang mencari untung untuk diri sendiri dengan menjual air zam-zam, jimat dan

lain-lainnya. Ada juga yang dikirim oleh Syaikh Haji Mekkah untuk mencari

langganan bagi mereka. Kemudian Syaikh itulah yang nanti bertanggung jawab

atas pengangkutan dan penginapan mereka, ia pula yang akan memberikan

petunjuk mengenai ritual upacara ibadah haji di Tanah Suci dan tak pernah lupa

untuk memeras para langganannya dengan berbagai cara, salah satunya dengan

mengatasnamakan agama.1

Orang-orang Arab datang ke Nusantara lama sebelum orang-orang Barat

(Eropa) datang ke Nusantara. Seperti telah diketahui, pada umumnya orang Arab

di Nusantara berasal dari Hadhramaut. Mereka datang dalam jumlah besar

maupun secara perorangan. Seorang penulis Siria bernama Shakib Arslan pada

tahun 1972 M sebagaimana yang dikutip oleh G.F Pijper. Ia mengungkapkan

bahwa, “…Orang Arab Hadhramaut mempunyai kegemaran untuk mengembara

1 L.W.C Van Den Berg, Le Hadramout et les colonies Arabes dans „I‟Archipel Indien,

diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, Jilid 3

(Jakarta: INIS, 1989), h. 1-2.

Page 43: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

33

seperti orang Phunicia pada zaman dahulu. Pada masa sebelum Islam mereka

mengembara menuju ke pantai Ethiopia, Somalia, Zanzibar, Kepulauan Nusantara

dan menetap ditempat-tempat itu…”2 sampai pada masa Islam pun mereka datang

secara damai memenuhi wilayah-wilayah pesisir, mereka berinteraksi hingga

berasimilasi dengan penduduk setempat.

Kemudian pada saat Indonesia berada di bawah jajahan Belanda, wilayah

pemukiman di Batavia dibagi menjadi tiga, sesuai dengan Indische Staat Regeling

(peraturan pendudukan kolonial Belanda), yaitu Europanen (golongan Eropa),

Vreemde Oosterlingen (Timur Asing, Arab, India, dan Cina), dan Inlander

(pribumi). Sebelum diberlakukannya Wijken Stelsel (peraturan pemukiman) di

awal abad ke-18 M, para pendatang Hadhrami ditempatkan di pemukiman yang

telah ditentukan oleh pemerintah Hindia-Belanda, yakni di wilayah pantai berawa-

rawa dengan lingkungan yang tidak sehat, bersama dengan etnis Benggali dan

Khoja yang berasal dari India. Setelah Wijken Stelsel dicabut pada awal abad ke-

20, kelompok Hadhrami mulai menyebar mencari wilayah baru yang lebih sehat

dan membentuk koloni, tidak sedikit dari mereka yang mendapat pangkat

kehormatan.

Pada awal abad ke-19 M, tercatat sekitar 400 orang Arab dan Moor tinggal

di Batavia. Jumlah orang Arab secara eksplisit baru disebutkan pada tahun 1859

M, yakni 312 orang. Kemudian pada tahun 1870 M, jumlah mereka meningkat

tiga kali lipat menjadi 952 orang.3 Lima belas tahun kemudian tepatnya pada

tahun 1885 M, keresidenan Batavia menampung 1.662 orang Arab, 1.175

2 G.F. Pijper, Studien over de Geschiedenis van de Islam in Indonesia 1900-1950,

Terjemahan, Tudjimah dan Yessy Augusdin, Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia

1900-1950 (Jakarta: UI-Press, 1985), h. 116. 3 Lihat Regeerings Almanak tahun 1859 dan 1870.

Page 44: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

34

diantaranya lahir di Hindia-Belanda.4 Kemudian diantara rentang tahun 1900 M

sampai dengan 1930 M telah terjadi peningkatan kembali yang sangat signifikan,

bertambah dari 2.245 menjadi 5.231 orang Arab. Dengan melihat sensus yang di

mulai pada tahun 1859 M hingga sensus berikutnya pada tahun 1930 M seperti

yang telah disebutkan, hal ini menunjukan bahwa minoritas Arab telah

berkembang menjadi sebuah komunitas yang mapan, kalau tadinya jumlah

komunitas Arab terbesar terdapat di Surabaya, sejak sensus itu komunitas Arab

terbesar beralih ke Batavia.5

Kemudian puncak kedatangan orang-orang Arab dari Hadramaut itu

sendiri diketahui terjadi sejak pembukaan Terusan Suez pada 1869 M. Menurut

Huub de Jonge, Kedatangan mereka selain bertujuan untuk berdagang, ada juga

yang bertujuan ingin menyebarkan ajaran agama Islam dengan menjadi Da’i atau

Ulama, terutama golongan Sayyid yang merasa dirinya sebagai bangsawan agama

yang sangat dihormati. Menurutnya “…Beberapa Sayyid melakukan perjalanan

keliling sebagai da’i. Salah satu juru dakwah paling kondang adalah Sayyid

Abubakr bin Abdullah al-Aydrus, cucu Sayyid Husein bin Abubakr al-Aydrus

yang dimakamkan di masjid Luar Batang…”6

Kaum pendatang ini diketahui umumnya adalah para laki-laki dan banyak

dari mereka kemudian menikah dengan perempuan setempat, hingga menjelang

akhir abad ke-19 M, mayoritas orang-orang Arab di Batavia ini tinggal di Pekojan

dengan mengikuti aturan pemerintah Hindia-Belanda. Sebelumnya pada abad ke-

17 M hingga memasuki awal abad ke-19 M, tempat ini sudah dipenuhi oleh

4 L.W.C Van Den Berg, Le Hadramout et les colonies Arabes dans „I‟Archipel Indien,

diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, h. 68. 5 Kees Grijns and Peter J.M, Jakarta Batavia: Socio-Cultural essay, Terj. Gita Widya

Laksmini dan Noor Cholis (Leiden: KITLV Press and Banana. 2000/2007), h. 153. 6 Ibid., h. 154-155.

Page 45: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

35

pendatang dari Benggali, India, yang dikenal dengan sebutan orang Koja atau

Moor. Namun, selama abad itu Jumlah pendatang Arab meningkat secara

bertahap, sampai pada akhirnya Pekojan menjadi pemukiman mayoritas orang

Arab menggantikan orang Koja dari Benggali, India.7

Perjalanan mereka dari Hadhramaut ke Nusantara awalnya dilakukan

dengan menumpang kapal kayu. Mula-mula mereka harus ke pelabuhan al-

Mukalla atau al-Syihr, berlayar ke Malabar di India Selatan, dari sana ke

Srilangka, lalu ke Aceh atau Singapura, kemudian menyebar ke Kepulauan

Nusantara lainnya. Oleh karenanya, perjalanan mereka untuk sampai ke Nusantara

bisa memakan waktu berbulan-bulan. Namun, sekitar tahun 1870-an, ketika telah

ada jalur lalu lintas kapal uap dari Eropa ke Timur jauh, mereka sebagian lebih

memilih menaiki kapal uap tersebut dan langsung menuju ke Kepulauan

Nusantara ini dengan mudah dan lebih cepat, walaupun mereka harus membayar

lebih mahal.8

Pada mulanya orang-orang Arab ini hidup mengelompok secara sukarela

dan mengikuti kebiasaan. Kemudian, pemerintah kolonial mengeluarkan aturan

bahwa etnis-etnis tertentu dikelompokkan pada wilayah-wilayah tertentu dengan

dibawah pengawasan yang ketat, hanya orang terpandang yang diberi izin untuk

tinggal di lain wilayah, bahkan beberapa diantara mereka ada yang tinggal di

tengah-tengah orang Eropa dan Indo-Eropa di pinggiran Krukut dan Tanah

Abang, di rumah besar yang tak kalah bagus dengan kepunyaan orang-orang

Barat. Meskipun begitu menurut Huub De Jonge, “…Banyak orang kelas bawah

7 Ibid., h. 152.

8 L.W.C Van Den Berg, Le Hadramout et les colonies Arabes dans „I‟Archipel Indien,

diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, h. 80.

Page 46: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

36

keturunan campuran berhasil menetap (sering secara illegal) di luar Pekojan…”9

Sampai pada penghapusan system pemukiman pada tahun 1919 M, sebagian besar

orang Arab di Pekojan yang sebelumya juga ada yang tinggal di Krukut,

Petamburan, dan Tanah Abang, kemudian menyebar ke daerah-daerah sekitarnya

seperti; Sawah Besar, Jatinegara, Tanah Tinggi, dan Condet. Sekarang hampir

tidak tersisa orang Arab di Pekojan, orang-orang Cinalah menjadi penduduk

mayoritas disana.

B. Persebaran Orang-Orang Arab di Betawi

Sebagaimana telah diketahui, sejak abad XVIII hingga akhir abad XIX

tanah Betawi telah ramai dikunjungi oleh orang-orang Arab yang mayoritas

berasal dari Hadramaut. Pada mulanya meraka hidup mengelompok secara

sukarela dan mengandalkan berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Meskipun begitu, tidak serta merta dijadikan pula penilaian bahwa berdagang

merupakan motivasi sekaligus tujuan mereka hijrah ke Nusantara. Sebagaimana

yang dituduhkan oleh kalangan-kalangan orientalis seperti L.W.C van den Berg.10

9 Ibid., h. 152.

10 L.W.C van den Berg di dalam karyanya yang berjudul: “Le Hadhramout Et. Les

Colonies Arabes Dans L‟ Archipel Indien”, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, yang

diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat. Jakarta: INIS, 1989. Pada Jilid ke-3 halaman 79, Ia

mengatakan: “…Tak seorang Arab pun tiba di Nusantara hanya untuk bertujuan menyebarkan

agama, kalaupun ada di antara mereka yang memegang posisi keagamaan sebagai qadi, imam,

ataupun Da’i itu hanyalah untuk mengejar imbalan keuangan yang tidak bermotifkan agama...”

Padahal di halaman berikutnya pada halaman 81, Ia mengatakan:

“Jarang dijumpai orang Arab, apakah ia kaya atau miskin, yang membelanjakan seluruh

pendapatannya. Menabung merupakan budaya bagi mereka dan fakta bahwa mereka pernah

menikmati kemakmuran. Perlu pula dikatakan dengan angkat topi, bahwa begitu mereka menjadi

kaya di Nusantara, mereka hampir tidak pernah melupakan anggota keluarga mereka di tanah air.

Apabila mereka tidak membutuhkan bantuan, orang Arab itu akan menyumbangkan kelebihan

uangnya kepada mesjid, sekolah atau ke yayasan keagamaan lain, bahkan ada yang mengirimkan

uangnya kepada cedikiawan yang mereka hormati atau kepada sahabat yang lanjut usia.”

Kemudian pada halaman 84 dan 87 Ia juga mengatakan: “…Orang Arab tidak menyukai

kemewahan baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Seorang Arab yang telah memperoleh

kekayaan jarang meneruskan usahanya dengan semua yang diperolehnya. Pada diri orang Arab

tidak ada keinginan menjadi mulia seperti orang Eropa yang mendirikan rumah dagang besar yang

tetap bereputasi baik meskipun para pendirinya sudah mengundurkan diri…”

Page 47: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

37

Memang tidak bisa dinafikan pula, sebagian dari mereka nyatanya ada yang

bertujuan demikian, terlebih lagi dari kalangan Qabili yang merupakan kelompok

mayoritas. Hal ini dikarenakan ketika itu orang-orang Arab yang datang ke

Nusantara terdiri dari beberapa golongan ataupun lapisan sosial:

1. Golongan Sadah ( Jamak dari Sayyid yang artinya tuan) yaitu, golongan

tertinggi dan terpandang yang merupakan nigrat keagamaan. Golongan ini

menganggap dirinya sebagai keturunan cucu-cucu Nabi Muhammad SAW, dari

pernikahan putri Nabi yang bernama Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, dan

umumnya golongan sadah dari Hadhramaut berasal dari keturunan Husain bin Ali

bin Abi Thalib. Lalu mengapa golongan sadah mendapat gelar Sayyid atau Syarif

dan untuk Prempuannya Syarifah. Menurut Yasmin Zacky Shahab dalam

Skripsinya yang berjudul “Masalah Integrasi Minoritas Arab di Jakarta”,

mengatakan:

“Hadramaut dahulu yang merupakan tanah asal kebanyakan golongan

sadah di Jakarta, hampir tidak ada yang bekerja dalam bidang perdagangan dan

industri, juga tidak ada dari mereka yang menjadi petani. Mereka lebih pada

memegang peran dalam bidang keagamaan dan pemerintahan yang dianggap

sebagai suatu kedudukan yang terhormat. Oleh karena itu mereka mendapat

penghormatan dalam masyarakatnya dengan sebutan “Tuan” atau “orang yang

terhormat”, hal demikian berjalan terus sampai turun temurun.”11

Inilah bukti kekeliruan van den Berg dalam memahami kehidupan orang-orang Arab

ketika itu. Oleh karenanya menurut asumsi Penulis bahwa hal tersebut memang tidak terlepas dari

kedudukannya sebagai pegawai pemerintah kolonial, dimana tugas mereka adalah berusaha

menghilangkan pengaruh Arab (Islam) dari masyarakat pribumi guna mempertahankan

jajahannya di bumi Nusantara. Selain itu penulis juga menduga kenapa mereka berpandangan

demikian, hal ini karena kurangnya pengetahuan mereka tentang konsep dagang Islam, serta latar

belakang budaya dan mentalitas bangsa Arab, sehingga mereka sulit untuk menditeksi misi yang

tersirat di balik fenomena yang tampak dihadapan mereka. Sebagaimana yang pernah dinyatakan

oleh Pak Alwi Shahab dalam bukunya yang berjudul “Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka

dalam Beragama” (Bandung: Mizan, 1998) h. 323-324, maupun artikel-artikel yang pernah

ditulisnyadi dalam media massa, seperti yang terdapat dalam koran harian Republika, yang

diterbitkan pada hari Jum’at, 22 September 1995. h. 8. Menurutnya, Bahwa kekeliruan Van den

Berg, dkk dalam memahami kehidupan orang-orang Arab disebabkan oleh 3 faktor: 1) kurangnya

pengetahuan tentang konsep dagang Islam. 2) latar belakang budaya 3) dan mentalitas bangsa

Arab. 11

Yasmin Zacky Shahab , “Masalah Integrasi Minoritas Arab di Jakarta,” (Skripsi

Sarjana Antropologi Fakultas Sastra, Universitas Indonesia Jakarta, 1975), h. 86.

Page 48: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

38

Hal ini pun diperkuat oleh pendapat Husain Haikal dalam desertasinya

yang berjudul “Indonesia-Arab dalam Pergerakan Kemerdekaan Indonesia

(1900-1942).” mengatakan, “…Memang sebagian dari golongan sadah dikenal

sebagai orang yang sangat dalam ilmu agamanya, bahkan dapat dikatakan mereka

hampir memonopoli dalam berbagai bidang ilmu yang berada di Hadramaut,

sehingga untuk bekerja yang sifatnya memerlukan tenaga, jarang mereka lakukan,

apabila mereka terpaksa harus bekerja. Mereka hanya jadi pengawas saja…”12

Di beberapa tempat khususnya di Indonesia. Golongan sadah ini

mendapatkan panggilan yang berbeda-beda. Mereka ada yang di panggil dengan

sebutan Sayyid, Syarif, Habib, wan, Ami, sebagaimana yang penulis amati sendiri

di lapangan. Dalam kesehariannya, golongan ini juga sering menyebutkan dirinya

sebagai Ba’alwi atau Bani Alawi yakni sebuah nama yang dinisbahkan kepada

seorang tokoh yang bernama Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa

bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far ash-Shaddiq bin Ali Zainal Abidin

bin Husein bin Ali Suami Fatimah binti Rasulullah SAW. Awalnya sebutan Alawi

sendiri diberikan kepada semua keturunan Ali bin Abi Thalib, baik dari anaknya

yang bernama Hasan maupun Husein, namun selanjutnya, sebutan Alawi hanya

digunakan untuk keturunan Alwi bin Ubaidillah dari garis keturunan Husein.13

Hal ini untuk membedakan dari keluarga para Sayyid yang sama-sama keturunan

Rasulullah SAW.

12

Husein Haikal, “Indonesia-Arab dalam Pergerakan Kemerdekaan Indonesia (1900-

1942),” (Desertasi Phd, Univesitas Indonesia Jakarta, 1986), h. 54. 13

Idrus Alwi al-Masyhur, Sejarah, Silsilah dan Gelar Keturunan Nabi Muhammad SAW

di Indonesia, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, India dan Afrika (Jakarta, Saraz Publishing,

cet. 2. 2010), h. 101-102.

Page 49: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

39

2. Golongan Masyayikh ( Jamak dari Syaikh yang berarti orang tua atau

orang yang beriman). Istilah Syaikh sendiri sebenarnya hanya sebuah gelar

kehormatan bagi semua orang yang mengabdikan diri dalam ilmu pengetahuan,

khususnya dalam bidang keagamaan. Tetapi ada dua suku dan beberapa family

qabili warga Hadramaut yang berhak menggunakannya sebagai gelar warisan,

yakni Suku Baraik dan Suku Amudi. Family yang menggunakan gelar Syaikh

khususnya yang terdapat di Indonesia adalah Bafadhel (keturunan ahli hukum dan

teologi terkenal), Bahmid, Baraja, Baharmi, Bawajir, Basyu’aib, Bamuzahmi,

Ba’abbad, Bin Khathib, al-Zabda.14

Jadi gelar Syaikh itu hanya semata-mata gelar

kehormatan, tanpa suatu hak Istimewa, dan juga tidak mesti berarti pemakainya

merupakan kalangan family terpelajar. Dahulu sebelum golongan sadah datang ke

Hadramaut. Golongan inilah yang memegang peranan dalam bidang keagamaan,

akan tetapi setelah golongan sadah datang ke Hadramaut, kedudukan golongan ini

terdesak dan bahkan golongan sadah berhasil memonopoli semua kegiatan yang

berkaitan dengan ilmu agama.15

3. Golongan Qaba’il (Jamak qabili yang berarti Suku atau ”gerombolan”)

adalah golongan ningrat duniawi. menurut G.F Pijper, kaum qabili ini merupakan

mayoritas penduduk Hadramaut. Pada abad ke-19, jumlahnya terdapat 17 suku di

Hadramaut, selain itu, menurutnya ada pula dua suku besar dan penting karena

kekuasaannya di Hadramaut. Pertama, Suku al-Syanfari. Suku ini terdiri dari

berbagai anak suku. Kepala dari semua keturunan al-Syanfari adalah sultan

Sei’un. Ia Muhammad bin Syanfari al-Hamdani, yang menurut lagenda

14

G.F Pijper, Studien over de Geschiedenis van de Islam in Indonesia 1900-1950,

Terjemahan, Tudjimah dan Yessy Augusdin, Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia

1900-1950, h. 21. 15

L.W.C Van Den Berg, Le Hadramout et les colonies Arabes dans „I‟Archipel Indien,

diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, h. 28.

Page 50: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

40

merupakan raja pertama di Hadramaut. Kedua, suku al-Yafi, keturunan Yafi bin

Himyar. Suku ini terbagi dalam tiga anak suku dan family al-Qa’aithi merupakan

kepala suku Yafi yakni, penguasa al-Syihr dan beberapa kota lain.16

4. Golongan Da’fa (Jamak dari dhaif), merupakan sebuah kelompok yang

terdiri dari orang-orang merdeka yang tinggal di kota-kota dan desa, yang bukan

anggota suatu suku dan tidak pula termasuk Syaikh ataupun Sayyid. Mereka

terdiri dari para pedagang, tukang, pengrajin, buruh, dan pelayan. Mereka

dipandang sebagai kalangan rendah, setingkat di atas para budak.

5. Golongan Abid (Jamak dari abd yang artinya hamba atau budak), di

Hadramaut pada umumnya kaum budak ini berasal dari Somalia dan Nudia, yang

pada kemudian kebanyakan lahir di Hadramaut. Nasib mereka disana sama sekali

tidak sama dengan budak-budak yang berada di Eropa dan Amerika, yang

dipekerjakan dengan paksa, bahkan dirantai. Karena ketentuan hukum Islam

mereka di Hadramaut diperlakukan sebagai anggota rumah tangga. budak-budak

Hadramaut semuanya beragama Islam. Mereka tidak memakai nama family, tetapi

biasanya memakai julukan. Banyak diantara keturunan bekas budak yang

kemudian merantau ke berbagai tempat termasuk ke Nusantara.17

Diantara ke lima golongan di atas dalam hubungannya dengan aktivitas

dakwah Islamiyah di Nusantara khususnya di Betawi ialah golongan Sayyid dan

golongan Syaikh, keduanya banyak memainkan peran dalam bidang keagamaan,

16

G.F Pijper, Studien over de Geschiedenis van de Islam in Indonesia 1900-1950,

Terjemahan, Tudjimah dan Yessy Augusdin, Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia

1900-1950, h. 23-27. 17

L.W.C Van Den Berg, Le Hadramout et les colonies Arabes dans „I‟Archipel Indien,

diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, h. 47.

Page 51: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

41

tetapi golongan Sayyid jauh lebih menonjol ketimbang golongan Syaikh.18

Para

Sayyid sangat dihormati bukan hanya karena dipandang keturunan Nabi yang

sudah selayaknya menerima penghormatan, melainkan juga karena mengingat jasa

kelompok ini yang sejak lama sudah terkenal sebagai penyebar Islam dan sumber

kader ulama.19

hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Van den Berg

dalam bukunya yang berjudul “Le Hadramout et les colonies Arabes dans

„I‟Archipel Indien” yang dikutip sekaligus diterjemahkan oleh Alwi bin Thahir

Al-Haddad. Ia mengatakan, “…Adapun hasil nyata dalam penyebaran agama

Islam adalah dari para Sayyid/Syarif. Dengan perantara mereka tersebarlah Islam

di antara para sultan-sultan Hindu di Jawa dan yang lainnya. Walaupun ada orang-

orang Arab Hadramaut selain mereka, mereka tidak mempunyai pengaruh seperti

itu. Hal ini disebabkan karena mereka adalah keturunan dari pembawa ajaran

Islam (Nabi Muhammad)…”20

Sebagaimana telah diketahui bahwa, para Sayyid di Betawi hampir tidak

ada yang bekerja dalam bidang perdagangan dan industri, juga tidak ada dari

mereka yang menjadi petani. Mereka lebih pada memegang peran dalam bidang

keagamaan dan pemerintahan yang dianggap sebagai suatu kedudukan yang

terhormat, kalau pun ada mereka hanya jadi tuan tanah atau pengawas saja. dan

hanya orang Arab peranakan yang mau mengerjakan pekerjaan tangan.21

Berbeda

dengan anggota suku lainnya yang tidak segan-segan menjadi pedagang eceran

atau penjaja sekali pun. Anggota qabili gemar mengumpulkan uang di tempat

18

Abdul Aziz. Islam dan Masyarakat Betawi (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. 2002), h.

144. 19

Ibid., h. 39 20

Alwi Bin Thahir Al-Haddad, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh (Jakarta: PT.

Lentera Basritama. Cet. 3. 1997), h. 52. 21

M. Hasyim Assegaf, Derita Putri-Putri Nabi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2000), h.135.

Page 52: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

42

rantauan, setelah uangnya terkumpul walaupun dengan jumlah yang tidak begitu

banyak mereka segera kembali ke tanah asalnya Hadramaut, begitu uangnya habis

mereka mulai lagi dengan prosedur yang sama.22

Sedangkan sebagian besar orang

Arab di Nusantara adalah anggota suku (qabili) disusul golongan menengah kecil

dan Sayyid.23

Oleh karena itu, menurut analisa penulis bahwa, “tidak semua

orang Arab yang datang ke Nusantara itu, hanya bertujuan untuk berdagang

ataupun untuk mencari keuntungan materi semata.”24

Orang-orang Arab ini kemudian membentuk koloni diberbagai kota di

Indonesia, salah satunya di Batavia atau lebih tepatnya di wilayah Pekojan.

Awalnya tempat ini di dominasi oleh umat muslim yang berasal dari Gujarat,

Coromandel, dan Malabar, yang terletak di India. Namun, karena semakin banyak

pendatang Arab dari Hadramaut, -apalagi ketika telah adanya transportasi kapal

uap dan dibukanya terusan suez 1869 M-, tempat ini kemudian menjadi di

dominasi oleh para pendatang yang berasal dari Hadramaut. oleh karena itu pada

tahun 1844 M pemerintah Hindia-Belanda mengharuskan adanya kepala koloni,

yang ketika itu dinamai kapiten atau kapten Arab atau Leuitenant Arab. kepala

koloni ini dipilih oleh Bupati setempat dan pengangkatannya dilakukan oleh

Residen berdasarkan pertimbangan penasehat urusan dalam negeri.

Pertimbangan dalam pengangkatan kepala koloni diantaranya adalah harus

seorang yang dikenal baik di kalangan pemerintah setempat maupun di kalangan

22

L.W.C Van Den Berg, Le Hadramout et les colonies Arabes dans „I‟Archipel Indien,

diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, h. 123. 23

Ibid., h. 91. 24

Mengambil teori Max Weber di dalam bukunya, Die Protestantische Ethik und der

Geist des Kapitalismus, “Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme”, diterjemahkan oleh Yusup

Priyasudiarja, (Surabaya: Pustaka Promethea, 2000) h. 158-159. Ia mengatakan: “…tingkah laku

ekonomi sangat dipengaruhi oleh ajaran agama…”. Jadi jelas bahwa perilaku ekonomi para

pendatang Hadhrami itu sangat dipengaruhi oleh latar belakang agamanya dan Van den berg

penulis rasa tidak memahami hal ini.

Page 53: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

43

orang Arab itu sendiri, kemudian status ekonominya baik dan yang terpenting

dapat diajak bekerjasama dengan pemerintah. Adapun tugas dari kepala koloni

tersebut adalah memberi penjelasan mengenai keputusan dan aturan-aturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah kepada masyarakat Arab. selain itu juga memberikan

data-data yang dibutuhkan oleh Pemerintah Hindia-Belanda terkait dengan

kependudukan orang-orang Arab di Nusantara.25

Meski wilayah Betawi-Pekojan baru pada tahun 1844 M dihuni oleh

kelompok Hadhrami, tetapi dikarenakan ketika itu menjadi tempat transit, maka

populasinya berkembang dengan cepat, dengan sentral koloninya di wilayah

Krukut, Petamburan, dan Tanah Abang, tentunya dengan dibawah pengawasan

yang ketat pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Barulah sampai pada

penghapusan system pemukiman pada tahun 1919 M, sebagian besar orang Arab

di Pekojan yang sebelumya juga ada yang tinggal di Krukut, Petamburan, dan

Tanah Abang, kemudian menyebar ke daerah-daerah sekitarnya seperti; Sawah

Besar, Jatinegara, Tanah Tinggi, dan Condet. Sekarang hampir tidak tersisa orang

Arab di Pekojan, orang-orang Cina lah menjadi penduduk mayoritas disana.

C. Terbentuknya Komunitas Arab di Betawi

Kata komunitas (Community) berasal dari kata latin communire

(Communion) yang berarti memperkuat. Dari kata ini dibentuk istilah communitas

yang artinya persatuan, persaudaraan, umat/jemaat, kumpulan bahkan

masyarakat.26

Menurut Selo Soemardjan sebagaimana yang dikutip oleh Soerjono

Soekanto, Ia mengatakan “…Komunitas adalah masyarakat yang bertempat

tinggal disuatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana

25

Julianri, “Persatuan di kalangan Masyarakat Arab Indonesia,” (Skripsi Sarjana Sastra

Jurusan Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Indonesia Jakarta, 1987), h. 13-14. 26

D. Hendropuspito, Sosiologi Sistematik (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989), h. 56.

Page 54: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

44

faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para

anggotanya, di bandingkan dengan penduduk di luar batas wilayah…”27

Adapun

yang menjadi ciri khas dari sebuah komunitas adalah adanya kesatuan hidup yang

teratur, tetap dan bersifat territorial, serta memiliki unsur tanah daerah yang sama

dimana tempat kelompok itu berada.28

Dari penjelasan diatas, maka dapat dimengerti bahwa komunitas adalah

kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah tertentu yang terikat rasa

identitas bersama, dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya

tentunya untuk mencapai tujuan bersama. Kaitannya dengan komunitas Arab di

Betawi, bahwa pada awalnya mereka datang ke Betawi secara bertahap tidak

sekaligus, mengikuti kondisi sosial dan politik negaranya, ada yang datang

sendiri-sendiri dengan menumpang kapal yang sedang melakukan pelayaran dan

juga ada yang secara rombongan. Umumnya mereka datang dengan tidak

membawa Istri atau anak-anak mereka, hal ini karena letak kepulauan Nusantara

yang begitu jauh dengan daerah asal mereka dan hanya bisa ditempuh melalui

jalur laut dengan menggunakan kapal layar, sehingga sangat beresiko bagi Istri

atau anak-anak mereka jika mereka membawanya. Oleh karenanya hanya kaum

laki-laki saja memberanikan diri hijrah ke Nusantara.

Puncak dari migrasi mereka yaitu, pada akhir abad ke-19 M. Mayoritas

dari mereka adalah berprofesi sebagai pedagang dan sebagian kecil dari mereka

ada yang merangkap sebagai juru dakwah. Setelah sampai di tempat tujuan,

sebagaimana layaknya para pedagang, mereka tidak segera kembali ke tempat asal

mereka, disamping karena harus menunggu barang dagangannya habis dan dapat

27

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2006),

h. 133. 28

D. Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, h. 57.

Page 55: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

45

membawa barang dagangan baru, juga menunggu waktu pelayaran kembali yang

bergantung pada musim. Hal ini yang pada akhirnya memaksa mereka untuk

bertempat tinggal berbulan-bulan di tanah perantauan.

Selama tinggal diperantauan mereka saling berinteraksi dengan penduduk

setempat, tidak jarang pula penduduk setempat yang pada akhirnya berhasrat

menikahkan putri-putrinya kepada para perantau tersebut. Khususnya para

pedagang Arab yang kaya-raya dan memiliki strata sosial yang tinggi seperti

kalangan Sayyid. Dari pernikahan pasangan campuran ini lahirlah anak-anak

keturunan Arab campuran yang disebut dengan peranakan Arab atau muwalad.

dengan lahirnya anak-anak peranakan ini maka semakin bertambah banyak orang-

orang Arab di Nusantara khususnya di Betawi, sehingga pemerintah kolonial

mengeluarkan sebuah peraturan yang mengharuskan setiap warga asing

menempati tempat-tempat yang sudah ditentukan berdasarkan ras dan bangsanya.

Begitupun juga aturan yang mewajibkan membawa surat apabila hendak

berpergian. Dengan adanya peraturan seperti ini, orang-orang Arab yang

sebelumya mereka hanya menikahi wanita-wanita pribumi, mereka beralih

menjadi menikahi wanita-wanita dari etnis mereka sendiri, terutama terjadi pada

keturunan pernikahan campuran generasi mereka. Maka bertambah besarlah

jumlah mereka dan bertambah besar pula rasa kekerabatan mereka.

Berdasarkan sensus yang diadakan pertama kali secara eksplisit tahun

1859 M, menyebutkan di keresidenan Batavia terdapat 312 orang Arab, sebagian

besar tinggal di kota. Kemudian, pada tahun 1870 M jumlah mereka naik tiga kali

lipat menjadi 952 orang.29

Lima belas tahun kemudian tepatnya pada tahun 1885

29

Lihat Regeerings Almanak tahun 1859 dan 1870.

Page 56: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

46

M, keresidenan Batavia menampung 1.662 orang Arab, 1.175 diantaranya lahir di

Hindia-Belanda.30

Kemudian, diantara rentang tahun 1900 M sampai dengan 1930

M telah terjadi peningkatan kembali yang sangat signifikan, bertambah dari 2.245

menjadi 5.231 orang Arab.31

Dengan melihat sensus diatas yang di mulai dari tahun 1859 M hingga

tahun 1930 M, dengan jumlah yang terus meningkat dan juga semakin besarnya

rasa kekerabatan mereka, hal ini menunjukan bahwa minoritas Arab telah

berkembang menjadi sebuah komunitas yang mapan, bahkan dari segi jumlah

telah mengungguli minoritas Arab di Surabaya, yang sebelumnya merupakan

komunitas Arab terbesar di Nusantara.

30

L.W.C Van Den Berg, Le Hadramout et les colonies Arabes dans „I‟Archipel Indien,

diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, h. 68. 31

Kees Grijns and Peter J.M. Jakarta Batavia: Socio-Cultural essay, Terj. Gita Widya

Laksmini dan Noor Cholis, h. 153.

Page 57: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

47

BAB IV

PERANAN ORANG-ORANG ARAB DI BETAWI 1900-1942

A. Dalam Bidang Sosial

Peranan orang-orang Arab di Betawi dalam bidang sosial sudah ada sejak

pertama kali mereka menginjakan kakinya disini, namun sifatnya lebih dan

diarahkan kepada misi keagamaan. Salah satu buktinya adalah dengan adanya

pendirian langgar, mushala ataupun masjid-masjid yang hingga sekarang

bangunannya masih berdiri kokoh dan dapat kita saksikan, meskipun telah

mengalami beberapa kali renovasi, namun beberapa bagian penting dari bangunan

tersebut keasliannya masih tetap terjaga.

Salah satu contohnya ialah masjid Luar Batang yang berdiri pada tahun

1739 M. Masjid yang terletak di tengah perkampungan bernama Luar Batang,

Jakarta Utara ini, dahulunya merupakan sebuah mushalah yang digunakan selain

tempat ibadah shalat, juga digunakan masyarakat setempat ataupun luas untuk

menanyakan berbagai macam permasalah-permasalahan, baik yang berkenaan

dengan masalah keagamaan ataupun sosial. Bukan hanya itu saja masjid ini pun

digunakan sebagai salah satu tempat persinggahan orang-orang yang hendak

melaksanakan ibadah haji dan pulang haji sebelum mereka kembali ke tempat

tinggalnya masing-masing.1 Masjid ini karena sering ramai dikunjungi para

peziarah dan sering terkena banjir karena letaknya di pinggir pantai, kemudian

masjid ini direnovasi dengan diperluas dan ditinggikan lantainya. Karena itu

proporsi bangunannya sedikit menghilang.

1 Jamroni, “Masjid Bersejarah di Jakarta,” Majalah Al-Turas Vol. 12 No.2, Fakultas

Adab dan Humaniora (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 103.

Page 58: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

48

Selanjutnya peranan orang-orang Arab dalam bidang sosial-keagamaan

terlihat sekali ketika memasuki awal abad ke-20 M, yakni dengan didirikannya

sebuah organisasi modern yang bernama Jami‟at Kheir, tahun 1905 M. Organisasi

ini terkenal bukan saja karena keberhasilannya mendirikan sekolah-sekolah Islam

modern, tetapi juga karena kegiatan-kegiatan sosial yang bersifat keagamaan,

terutama ketika beberapa Tokoh dari organisasi ini berinisiatif mendirikan sebuah

Lembaga khusus yang bernama ar-Rabithah al-Alawiyyah. Lembaga ini berdiri

pada tahun 1928 M atas prakarsa Sayyid Ahmad bin Abdullah Assegaf dan

Sayyid Muhammad bin Abdurrahman bin Ali bin Shahabuddin. Lembaga ini

didaftarkan kepada pemerintah Hindia-Belanda dan tercatat dalam akte Notaris

Mr. A.H. Van Ophuijsen No. 66 tanggal 16 Januari 1928. kemudian disahkan

pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1928 M yang ditandatangani oleh

G.R. Erdbrink seorang sekretaris pemerintah Hindia-Belanda.2

Tujuan dan maksud didirikannya ar-Rabithah al-Alawiyyah sangatlah jelas

yakni, berbuat ihsan dan menyeru kepada keridhaan ar-Rahman. Hal ini

sebagaimana yang tertuang dalam Ad/ART ar-Rabithah al-Alawiyyah yakni:

1. memajukan suku Hadhrami baik dari segi moral maupun material.

2. memperkuat ikatan persaudaraan diantara golongan Alawiyyin khususnya dan

orang-orang Hadhramaut umumnya dan memelihara segala sesuatu yang ada

kaitannya dengan mereka.

3. melaksanakan pencatatan nasab golongan Alawiyyin.

4. mendidik anak-anak yatim dan membantu janda-janda, orang-orang lemah,

menolong fakir miskin, dan orang-orang yang tidak dapat mencari nafkah.

2 Yayasan ar-Rabithah al-Alawiyyah. “80 Tahun Daarul Aitam; Mengelola Anak

„Titipan‟ Rasulullah SAW,” (Jakarta: Yayasan ar-Rabithah al-Alawiyah Daarul Aitam. 2011), h.

17.

Page 59: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

49

5. menyiarkan ajaran-ajaran Islam, ilmu-ilmu, Bahasa Arab dan bahasa-bahasa

lainnya.

6. mengusahakan segala sesuatu yang dapat memakmurkan dan mengamankan

Tanah Air dan Negeri Hadramaut.

7. menerapkan hukum-hukum syariat, menyebarkan ilmu pengetahuan dan segala

sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan bagi Tanah Air.3

Lembaga ar-Rabithah al-Alawiyyah tidak hanya terdapat di Jakarta saja,

tetapi juga tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan juga di negara-negara lain.

Lembaga ini telah melakukan berbagai macam kegiatan-kegiatan di Masyarakat.

Sebagaimana yang tercatat di dalam ikhitisar kegiatan-kegiatan ar-Rabithah al-

Alawiyyah diantaranya:

1. memberikan bantuan dalam pendirian Partai Sarikat Islam.

2. menghimpun dana dalam berbagai kegiatan dan panitia untuk amal-amal sosial,

diantaranya dalam bentuk pembangunan masjid dan rumah sakit di Jakarta.

3. membentuk panitia palang merah bagi orang-orang yang tertimpah becana

seperti; untuk korban bencana perang dunia II, korban bencana Palestine dan

Merapi.

4. membentuk panitia peringatan Maulid Nabi SAW tahunan.

5. membentuk panitia guna memerangi riba dan prostitusi di masyarakat.

6. mendirikan lembaga khusus bagi kaum wanita yang bernama ar-Rabithah al-

Alawiyyat, yang bertujuan untuk memberikan ceramah-ceramah agama,

memberantas buta huruf dan melatih kejujuran.

7. mendirikan sekolah-sekolah, perpustakaan umum, percetakan dan lainnya.

3 Koleksi Pribadi Ali Abu Bakar Shahab, “ar-Rabithah al-Alawiyyah,” (Batavia: T.pn.,

1928), h. 2-4

Page 60: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

50

8. membagi-bagikan buku-buku sekolah sebanyak 5400 buah ke 50 madrasah

Islamiyyah di seluruh pelosok Indonesia.

9. membentuk kelompok gerakan pramuka diberbagai kota besar di Indonesia.

10. mendirikan rumah khusus bagi anak yatim-piatu yang tersebar diberbagai

daerah di Indonesia.4

Usaha atau kegiatan-kegiatan ar-Rabithah al-Alawiyyah di atas tidak

senantiasa berjalan mulus, banyak hambatan-hambatan yang menghalanginya.

Lembaga ini sempat mengalami masa-masa krisis yakni, ketika Jepang mulai

menjajah negeri ini. Ketika itu ar-Rabithah nyaris tak dapat melangkah

sebagaimana biasanya, usaha ar-Rabithah sangat terbatas pada lingkup yang

sempit sekali. Penjajah Jepang ketika itu banyak merugikan sekolah-sekolah

khususnya sekolah yang didirikan oleh ar-Rabithah al-Alawiyyah sehingga tidak

dapat berkembang. Begitupun dengan perpustakaan umum yang didirikannya,

banyak koleksi kitab-kitab yang hilang, entah karena diambil ataupun dibuang

oleh pihak penjajah, seandainya pihak penjaga perpustakaan ketika itu tidak

segera menyembunyikan sebagian kitab, niscaya tidak akan tersisa lagi sekarang.

Selain itu juga penjajah telah menganggu hubungan harmonis yang sudah ada

antara lembaga di pusat dan cabang-cabangnya. Suasana ketika itu sangat benar-

benar sangat kacau dan goncang, sehingga hampir saja sebagian cabang-cabang

dan perwakilan-perwakilannya nyaris bubar. Namun untungnya lembaga ini masih

tetap kuat menjaga kelangsungan hidupnya dan senantiasa berusaha menunaikan

amanah yang diembannya.5

4 Ibid., h. 23-26

5 Ibid., h. 26-27.

Page 61: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

51

B. Dalam Bidang Keagamaan

Sebagaimana telah diketahui, bahwa kedatangan orang-orang Arab ke

Nusantara tidak semata-mata hanya bertujuan untuk mencari keuntungan materi

semata salah satunya dengan bergelut di dunia perdagangan seperti yang

dituduhkan oleh beberapa kalangan orientalis. Namun ada beberapa komponen

masyarakat Arab terutama dari kalangan ulama seperti Syaikh, Sayyid atau

Habaib datang secara khusus untuk mendakwahkan Islam kepada peduduk

Nusantara. Di Batavia ada beberapa ulama cukup terkenal asal Hadramaut yang

secara khusus bergelut di dalam bidang dakwah Islamiyah. Diantaranya adalah

Sayyid Husain bin Abu Bakar al-Aidrus, yang wafat pada tahun 1756 M. Ia adalah

seorang alim ulama yang semasa hidup senantiasa mengamalkan ilmunya kepada

masyarakat khususnya masyarakat Betawi. Melalui sebuah mushalah kecil yang

didirikannya pada tahun 1739 M di wilayah yang kini bernama kampung kramat

Luar Batang, di sini ia mengenalkan ajaran agama Islam kepada masyarakat

Betawi dan menghabiskan masa hidupnya hanya untuk mengamalkan ilmunya

kepada masyarakat.6

Kemudian ada Syaikh Salim bin Abdullah bin Sa‟ad bin Sumair al-

Hadhrami, yang wafat pada tahun 1854 M. Ia adalah seorang ahli fiqh dan tasawuf

yang bermadzhab Syafi„i, yang juga terkenal sebagai seorang qadi yang adil,

seorang pendidik yang sangat ikhlas dan penyabar. Melalui kitabnya yang terkenal

yang diberi nama Safinatun Najah Fiima Yajibu „ala Abdi li Maulah,7 tersyiarlah

6 Huub De Jonge and Nico Kaptein, Trancending Borders: Arabs, Politics, Trade and

Islam in Southeast Asia (Leiden: KITLV Press, 2002), h. 185 7 Kitab ini ditulis oleh Syaikh Salim al-Hadhrami dikarenakan tingginya animo

masyarakat yang ingin mempelajari dasar-dasar pokok agama dan aturan-aturan fiqih yang pokok

dan mendasar sesuai dengan ajaran agama Islam, sementara kitab yang mengkaji secara sistematik

tentang masalah ini sangat minim sekali bahkan sempat mengalami kekosongan di pasaran. Oleh

Page 62: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

52

ajaran agama Islam hingga sampai saat ini. Kemudian pada masanya ada pula

seorang ulama asal Hadhramaut yang sengaja datang ke Betawi pada tahun 1823

M hanya untuk menyiarkan ilmunya lalu kembali lagi ke Hadramaut pada tahun

1853 M. Ia adalah Sayyid Abdurrahman bin Abu Bakar al-Habsyi.8

Kemudian di tahun-tahun berikutnya datang pula saudagar-saudagar kaya

yang diantara mereka merangkap sebagai Da‟i asal Hadhramaut. Mereka sengaja

datang ke Tanah Betawi di samping menjalin bisnis perdagangan juga ingin ikut

serta membantu perkembangan Islam di Tanah Betawi. Diantaranya ada Habib

Ahmad bin Hamzah al-Atthas, pendiri masjid di Pekojan yang hingga kini lebih

dikenal sebagai “Zawiyah Bin Hamzah” (Sudut/Pojok Bin Hamzah). Masjid itu

dikenal dengan nama demikian karena Tokohnya banyak melakukan i‟tikaf

dengan berbagai kegiatan keagamaan di dalamnya. Hingga kini masjid ini terus

dimakmurkan oleh jama‟ahnya dengan disertai berbagai kegiatan keagamaan.

Salah satunya yang paling ramai adalah ketika khatam al-Quran dalam Tarawih,

yaitu setiap malam 27 Ramadhan. Lalu ada Syaikh Sa‟id bin Salim Na‟um,

pendiri masjid Langgar Tinggi di Pekojan. sebagaimana Zawiyah Bin Hamzah,

masjid ini pun sejak dahulu hingga sekarang masih terus dimakmurkan oleh

Jama‟ahnya dengan berbagai macam kegiatan keagamaan. Dan masih banyak lagi

karena itu, kitab ini di tulis secara sistematik yang terdiri dari beberapa pasal mengenai

pengetahuan dasar-dasar pokok agama dan aturan-aturan fiqih yang pokok dan mendasar sesuai

dengan ajaran agama Islam, yang menjadi suatu kewajiban umat muslim untuk mengetahuinya dan

menjalankannya dalam bentuk praktek ritual keagamaan di kehidupan sehari-harinya. Kitab ini

sejak pertama kali terbit dan beredar di pasaran, langsung diburu oleh kalangan para pencinta ilmu

fiqih terutama yang menganut madzhab Imam Syafi‟i. Kitab ini dikenal luas diberbagai negara

tidak hanya di lingkungan masyarakat Betawi atau masyarakat Melayu saja, tetapi juga di negara-

negara yang menjadi basis penganut Madzhab Syafi‟i lainnya seperti; Yaman, Mekkah, Madinah,

Jeddah, Somalia, Ethiopia, Tanzania, Kenya, Zanjibar, dan dibeberapa belahan Negara di benua

Afrika. Kitab ini sampai sekarang masih diterbitkan dan beredar di pasaran. Lihat Lampiran 4.5 8 L.W.C Van Den Berg, Le Hadramout et les colonies Arabes dans „I‟Archipel Indien,

diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, Jilid 3 (Jakarta:

INIS, 1989), h. 105-106.

Page 63: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

53

dari saudagar-saudagar Arab yang datang ke Tanah Betawi di samping menjalin

bisnis perdagangan juga ingin ikut serta membantu perkembangan Islam di Tanah

Betawi hingga dipenghunjung akhir abad ke-19 M.9

Kemudian memasuki awal abad XX, di Batavia ada beberapa ulama Arab

cukup terkenal asal Hadramaut yang secara khusus bergelut di dalam bidang

dakwah Islamiyah, yang mayoritas dari mereka adalah kaum peranakan Arab-

Indonesia. Diantaranya ada Sayyid Utsman bin Abdullah bin Yahya. Ia adalah

seorang ahli fiqih yang dikenal masyarakat sebagai Mufti Betawi dan juga

merupakan kawan dari seorang orientalis Barat yang bernama C. Snouck

Hurgronje yang sama-sama bekerja sebagai penasehat Pemerintah Belanda untuk

urusan Arab-Indonesia. Ia merupakan seorang ulama yang cukup produktif

banyak menulis artikel, kitab-kitab fiqih maupun Tauhid yang banyak menjadi

rujukan umat muslim ketika itu, diantara karyanya yang cukup fenomenal yakni,

kitab al-Qawanin asy-syar‟iyyah li ahl al-majlis al-hukmiyyah wa al-ifta‟iyyah,10

Ishlah al-Hal bi Thalab al-Halal11

dan kitab Tauhid sifat 20 yang hingga kini

masih banyak digunakan dikalangan santri-santri di pondokan ataupun di masjid-

9 “Ulama Hadhrami di Tanah Betawi: Berdakwah dengan Sepenuh Hati”. Majalah al-

Kisah Edisi 26 tahun 2013, h. 32 10

Kitab ini ditulis karena dilatarbelakangi oleh rasa keperihatinan Sayyid Utsman akan

kondisi peradilan pada masanya, penguasaan para Hakim dan penghulu akan hukum peradilan

Islam masih sangat terbatas, bahkan sering terjadi prilaku penyimpangan-penyimpangan dalam

pengambilan keputusan hukum di lembaga peradilan. Oleh karena itu, kitab ini ditulis berisikan

khusus pedoman dan tuntunan praktis yang sangat dibutuhkan bagi para hakim dan penghulu

ketika akan menjalakan perannya di tengah masyarakat. Kitab ini masih tersimpan di Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia. Lihat lampiran 4.4 11

Kitab ini ditulis karena dilatarbelakangi oleh rasa keperihatinan Sayyid Utsman akan

terjadinya prilaku tidak baik di masyarakat, terutama di lingkungan masyarakat Arab dalam

memperoleh mata pencaharian hidup. Ketika itu marak sekali perbuatan maksiat, riba, tipu-menipu

dan pekerjaan sebagai rentenir di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam kitab ini

berisikan pasal-pasal yang menerangkan kepada masyarakat tentang perbuatan halal dan haram,

terutama dalam memperoleh mata pencaharian hidup. Kitab ini masih tersimpan di Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia. Lihat lampiran 4.3

Page 64: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

54

masjid maupun di majelis-majelis taklim yang dibina oleh Kyai, Ustadz ataupun

para Habaib.12

Kemudian ada Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi yang lebih dikenal

dengan sebutan Habib Ali Kwitang. Ia adalah salah satu murid dari Sayyid

Utsman bin Abdullah bin Yahya dan juga merupakan seorang pendiri masjid dan

juga majelis taklim pertama di Betawi. Ia juga mendirikan sebuah madrasah yang

diberi nama Unwanul Falah. Pengaruh Habib Ali Kwitang di kalangan muslimin

pribumi khususnya masyarakat Betawi sangatlah besar dan tercatat di dalam kitab

sejarah Tajul A‟ras karangan al-Habib Ali bin Husein al-Attas Jilid 2 halaman 183

yg dikutip dan diterjemahkan oleh Abdul Qadir Umar Mauladdawilah dalam

bukunya yang berjudul: 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia, “…Dakwah al-

Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi telah memenuhi telinga-telinga kaum

Muslimin, sebagaimana kitab-kitab al-Habib Utsman bin Yahya yang telah

memenuhi rumah-rumah mereka…”13

Hal ini terbukti dengan banyaknya ia

mencetak beberapa ulama terkenal di Betawi diantaranya; KH. Abdullah Syafi‟i,

KH. Tohir Rohili. Mu‟alim KH. Syafi‟I Hadzami, KH. Fatullah Harun dan masih

banyak lagi ulama-ulama terkenal betawi yang juga pernah belajar kepadanya.

Dan kebanyakan dari mereka berhasil mendirikan kembali madrasah, perguruan

Islam serta majelis-majelis taklim seperti gurunya yang tersebar di wilayah

Betawi.14

12

C. Snouck Hurgronje, De Islam in Nederlandsch Indie. V.G.IV ii (Kurt Schroeder and

Leipzig, 1924), h. 75. 13

Abdul Qadir Umar Mauladdawilah, 17 Habaib berpengaruh di Indonesia (Malang:

Pustaka Bayan, 2010), h. 150. 14

Rakhmad Zailani Kiki, ISLAM IBUKOTA: dari Kramtung hingga ke Brussels (Jakarta:

Jakarta Islamic Center, 2009), h. 200.

Page 65: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

55

Kemudian ada dua ulama Arab di Betawi yang juga tidak kalah

terkenalnya di lingkungan masyarakat Betawi mereka adalah al-Habib Ali bin

Husein al-Atthas atau yang lebih dikenal dengan sebutan Habib Ali Bungur dan

al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Keduanya merupakan rekan Dakwah al-

Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi, hampir disetiap kesempatan ketiganya

berkumpul dalam setiap acara-acara pengajian, pertemuan rapat ataupun sidang-

sidang penting yang menyangkut kemaslahatan umat, baik yang diselenggarakan

oleh mereka masing-masing, pejabat pemerintahan maupun oleh masyarakat

Betawi pada umumnya. Sehingga ada sebagian masyarakat Betawi menyebut

ketiganya sebagai ulama Tiga Serangkai Betawi, bukan saja karena eratnya

hubungan kedekatan mereka bertiga, tetapi juga karena hampir semua ulama

Betawi yang pernah belajar dengan Habib Ali Kwitang, juga belajar kepada Habib

Ali Bungur dan Habib Salim bin Ahmad bin Jindan.15

Demikianlah masih ada banyak lagi dari beberapa komponen masyarakat

Arab imigran ataupun peranakan, terutama dari kalangan ulama seperti Syaikh,

Sayyid atau Habaib yang datang secara khusus untuk mendakwahkan Islam

kepada penduduk Nusantara ataupun mereka yang sengaja datang disamping

menjalin bisnis perdagangan, juga ingin ikut serta membantu tersyiarnya ajaran

agama Islam, khususnya di tanah Betawi.

Cara mereka menyampaikan ajarannya pun beragam, ada yang

menggunakan metode ceramah, pendekatan budaya, dan ada pula yang

menggunakan metode pengajaran salafiyah atau halaqah. Khusus yang

menggunakan metode terakhir ini biasanya diperuntukan bagi penuntut yang ingin

15

Ahmad Fadli HS, ULAMA BETAWI: Studi Tentang Jaringan Ulama Betawi dan

Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam Abad ke-19 dan 20 (Jakarta: Manhalun Nasyi-in

Press, 2011), h. 70

Page 66: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

56

mendalami ilmu keagamaan. Dan sesuai dengan metode yang digunakan,

pengajaran yang mereka lakukan itu ada yang bersifat massal dan ada pula yang

bersifat khusus, bahkan ada yang mengajar secara privat.16

Adapun tempat mereka untuk menyampaikan ajarannya pun beragam, ada

yang di rumah-rumah, di langgar, mushalah, masjid-masjid, majelis taklim

ataupun madrasah-madrasah yang mereka dirikan. Hingga kini diberbagai tempat

di Betawi semakin banyak pengajian-pengajian yang dipimpin oleh orang-orang

Arab Hadhramaut, yang memegang peranan penting dalam mencetak ulama dan

memperkukuh dakwah Islamiyah di tanah Betawi.

C. Respon Pemerintah Belanda Terhadap Peran Komunitas Arab di Betawi

Sebagaimana telah diketahui, semenjak abad ke-19 M hingga memasuki

awal abad ke-20 M kondisi sosial di Betawi telah sangat ramai dikunjungi oleh

para imigran-imigran, khususnya imigran Arab yang mayoritas mereka berasal

dari kawasan Arab Selatan atau lebih tepatnya negeri Hadhramaut. Beberapa

pakar sejarah sepakat ada beberapa faktor yang menyebabkan kenapa para

imigran tersebut dapat bermigrasi secara besar-besaran ke wilayah Nusantara

khususnya ke Tanah Betawi ini:

1. dibukanya Terusan Suez di Mesir dan terciptanya kapal uap, yang membuat

perjalanan laut menjadi lebih singkat.

2. kondisi Geografis negeri Hadhramaut yang gersang ditambah lagi dengan

keadaan ekonominya yang sedang terpuruk.

3. adanya kebijakan ekonomi pemerintah Hindia-Belanda yang menjadikan kaum

minoritas Arab dan Cina sebagai perantara perdagangan Internasional.

16

Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. 2002), h.

144.

Page 67: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

57

Walaupun sebagian besar dari para imigran ini datang ke Nusantara

bermotifkan memperbaiki keadaan ekonominya dengan berdagang, sebagaimana

yang dinilai oleh para kalangan orientalis, Namun Faktanya, ada beberapa

komponen masyarakat Arab terutama dari kalangan ulama seperti Syaikh, Sayyid

atau Habaib datang secara khusus untuk mendakwahkan Islam kepada penduduk

Nusantara. Memang tidak mudah untuk memisahkan antara para pedagang dan

pedakwah, karena keduanya sering menjadi bagian integral dalam kehidupan

mereka. Para pendakwah biasanya juga berdagang untuk memenuhi kebutuhan

hidup mereka dan membiayayai perjuangan dakwah mereka, sementara para

pedagang atau para pengusaha tidak sedikit dari mereka yang ikut pula

memberikan kontribusi bagi perkembangan Islam di Nusantara, Khususnya di

tanah Betawi ini, sebagaimana yang telah di jelaskan di atas.

Terlepas dari permasalahan motif kedatangannya, membanjirnya arus

migrasi besar-besaran orang-orang Hadhrami dan berasimilasinya orang-orang

Hadhrami secara penuh dengan penduduk pribumi, dengan ditambah lagi peran

mereka dalam bidang perdagangan dan keagamaan, hal ini telah menjadi perhatian

khusus pemerintah Hindia-Belanda yang berkuasa pada saat itu, oleh karenanya

dari jauh-jauh hari pemerintah Hindia-Belanda menetapkan sebuah aturan system

yang membagi masyarakat Betawi berdasarkan ras atau bangsanya (Wijken

Stensel) di tempat-tempat tertentu dan juga kewajiban membawa surat jalan

apabila hendak berpergian (Passen Stelsel).17

Hal ini diperkuat oleh apa yang

dinyatakan Snouck Hurgonje, “…Seandainya undang-undang kita tidak

17

Gobee dan Adriaanse, Ambtelijke adviezen van C. Snouck Hurgronje 1889-1936‟s,

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul, Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgroje

semasa kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia-Belanda 1889-1936, vol. IX, dalam surat

kabar Ma‟lumat, Betawi, 30 Agustus 1899 (Jakarta: INIS, 1990), h. 1663-1665.

Page 68: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

58

membatasi kebebasan gerak orang Hadramaut itu, imigran mereka ke Hindia

pastilah lebih banyak daripada sekarang...”18

Adanya system peraturan tersebut, tentunya sangat menyusahkan sebagian

besar orang Hadhrami yang dikenal sebagai pedagang yang memiliki mobilitas

yang tinggi dan gigih dalam menyebarkan ajaran agama Islam. Akibatnya, timbul

rasa ketidakpuasan masyarakat Arab terhadap pemerintah Hindia-Belanda, yang

pada kemudian rasa ketidakpuasan ini berakumulasi dan mengkristal menjadi

pembentukan kesadaran baru sebagai “bangsa Arab”, yaitu, kesadaran bahwa

mereka sama-sama menjadi objek penindasan system kolonial lantaran kekhasan

mereka sebagai bangsa Arab yang menyatakan diri memiliki jiwa kepemimpinan

alami. Meskipun demikian, kesadaran baru ini tidak mengesampingkan loyalitas

mereka kepada Islam. dalam artian apa pun yang akan menjadi kepentingan orang

Arab, akan juga manjadi kepentingan umat muslim secara keseluruhan.19

Dan

untuk memajukan kepentingan-kepentingan mereka, orang Arab menyampaikan

keluhannya kepada para konsul Turki, yang sejak tahun 1883 M telah ditempatkan

di Batavia.20

Dari perspektif diatas inilah, Snouck menganalisis adanya kedekatan

bangsa Arab dengan gerakan Pan-Islamisme yang sedang berkembang di Timur

Tengah, khususnya yang dibawa oleh konsulat Turki yang berada di Batavia. Oleh

karena itu, untuk menghindari sesuatu yang di inginkan, Snouck memberikan

nasehat kepada Gubernur Jenderal Belanda agar melakukan penghapusan

18

C. Snouck Hurgronje, Verspreide Geschriften van C. Snouck Hurgronje,

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul, Kumpulan Karangan C. Snouck

Hurgronje, vol. IX ( Jakarta: INIS, 1993), h. 100. 19

Natalie Mobini Kesheh, Hadrami Awakening: Kebangkitan Hadhrami di Indonesia,

Terj. Ita Mutiara dan Andri (Jakarta: Akbar. 2007), h. 34-35. 20

Kees Grijns and Peter J.M, Jakarta Batavia: Socio-Cultural essay, Terj. Gita Widya

Laksmini dan Noor Cholis (Leiden: KITLV Press and Banana. 2000/2007), h. 156.

Page 69: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

59

(melunakannya) secara bertahap dua peraturan yang diskriminatif di atas pada

tahun 1917 M dan akhirnya dapat dihapus pada tahun 1919 M. Disamping itu,

sebelumnya ia juga sempat mendesak pemerintah Hindia-Belanda agar segera

mengawasi secara ketat aktivitas orang Hadhrami bahkan merekomendasikannya

agar wilayah Hindia-Belanda ditutup bagi para imigran Arab.21

Sebagai gantinya dari penghapusan kebijakan lama, Snouck menawarkan

kepada pemerintah Hindia-Belanda berupa konsep politik Asosiasi-Kebudayaan,

yakni, sebuah strategi dimana nilai-nilai Barat dituangkan melalui media

pendidikan dan pemanfaatan kebudayaan Eropa diciptakan kaum pribumi yang

lebih terasosiasi dengan negeri Eropa. Dengan perspektif seperti inilah, Snouck

berkeyakinan dapat meneteralisir menyebarnya virus Pan-Islamisme di wilayah

Hindia-Belanda dan akan mempermudah penyebaran agama Kristen. Dengan cara

ini pula Snouck berkeyakinan, bahwa umat Muslim di wilayah Hindia-Belanda

dapat berkoeksistensi dengan pemerintah Hindia-Belanda, selama praktek-praktek

keagamaanya tidak diganggu dan nilai-nilai sosial Islam di hormati.22

Namun demikian, konsep-konsep Snouck diatas tidak seluruhnya dapat

dijalankan oleh pemerintah Hindia-Belanda, sehingga dalam penerapannya tidak

seluruhnya dapat mencapai hasil yang maksimal. Bahkan menurut hemat penulis

bisa dikatakan gagal, sebab usaha pemerintah Hindia-Belanda ingin menghasilkan

manusia-manusia Indonesia yang modern dan terbaratkan melalui politik asosiasi

ini, justru malah menjadi pisau bermata dua dikemudian hari, di satu sisi memang

berguna dalam membantu administrasi pemerintahan kolonial di tanah jajahan,

21

Gobee dan Adriaanse, Ambtelijke adviezen van C. Snouck Hurgronje 1889-1936‟s,

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul, Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgroje

semasa kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia-Belanda 1889-1936, vol. IX, dalam Surat

Snouck kepada Gubernur Jenderal Belanda, 28 Juli 1904 di Batavia. h. 1688-1702. 22

Aqieb Suminto, Politik Islam Hindia-Belanda (Jakarta: LP3ES, 1986), h. 39-44.

Page 70: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

60

tatapi di sisi lain malah memuculkan ideologi Nasionalisme yang diadopsi dari

Barat, sehingga lahir tokoh-tokoh Nasionalis penting yang menentang pemerintah

Hindia-Belanda. Oleh karenanya, apa yang ditakutkan oleh Snouck akan ancaman

Pan-Islamisme di Indonesia sebenarnya tidak terbukti di abad ke-20 ini. Justru,

acaman itu malah datang dari ideologi-ideologi Barat –Seperti Nasionalisme dan

Komunisme- itu sendiri, yang diadopsi oleh tokoh-tokoh penting Indonesia,

khususnya yang mendapatkan pendidikan Barat. karena dengan ideologi ini,

Belanda berhasil terusir dari Bumi Indonesia.

Disamping itu, dengan adanya politik asosiasi ini telah melahirkan tokoh-

tokoh Arab penting, khususnya kaum peranakan yang memiliki kesadaran akan

kedudukannya ketika itu sebagai orang Indonesia yang memiliki cita-cita ideal

sama seperti masyarakat Indonesia pada umumnya yakni, kemerdekaan Indonesia,

walaupun kenyataannya bahwa negeri Hadramaut tetap mereka akui sebagai tanah

nenek moyang mereka. Oleh karenanya, pada Tahun 1934 M berdiri sebuah

organisasi yang bernama Persatuan Arab Indonesia (PAI)23

yang digagas oleh A.R

Baswedan dkk, yang kemudian pada tahun 1940 M, PAI merubah diri menjadi

sebuah partai politik yakni Partai Arab Indonesia dan pada tahun 1941 M, PAI

masuk menjadi anggota GAPPI (Gabungan Partai-Partai Politik Indonesia) yang

menuntut Indonesia berparlemen.24

23

PAI merupakan sebuah organisasi yang digagas oleh para pemuka keturunan Arab yang

berkonferensi di Semarang, sebagai suatu langkah untuk mengakhiri pertikaian panjang dikalangan

masyarakat Arab Indonesia. dalam hal ini antara kalangan Wulaiti dengan Muwallad dan alawi

dengan al-Irsyad atau Golongan Sayyid dengan non-Sayyid. Meskipun berdirinya PAI ini masih

menuai Pro dan Kontra, namun, dalam perjalanannya mereka dapat saling memahami dan

menyadari akan cita-cita bersama untuk mendirikan sebuah Negara Indonesia yang merdeka

bersama para tokoh-tokoh pergerakan Nasional. Kalangan pergerakan Nasional pun pada mulanya

bersifat ragu-ragu, namun kemudian berubah mendukung setelah melihat keseriusan komunitas

Arab dalam merealisasikan cita-citanya. 24

M. Hasyim Assegaf, Derita Putri-Putri Nabi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2000), h. 165-167.

Page 71: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menjelaskan tentang permasalahan yang ada maka dapat

disimpulkan bahwa, peranan komunitas Arab dalam bidang sosial-keagamaan

sangatlah besar bagi perkembangan Islam di Tanah Betawi. dimulai dengan

peranan yang di mainkan oleh Sayyid Husein bin Abu Bakar al-Aidrus. Melalui

sebuah mushalah kecil yang didirikanya, ia mengabdikan diri dan ilmu yang

dimilikinya kepada masyarakat hingga akhir hayatnya. Hal serupa ini pun terus

dilakukan oleh generasi seterusnya, seperti; Syaikh Salim bin Abdullah bin Sa’ad

bin Sumair al-Hadhrami, Sayyid Abdurrahman bin Abu Bakar al-Habsyi, Habib

Ahmad bin Hamzah al-Atthas, dan Syaikh Sa’id bin Salim Na’um. Meskipun

diantara mereka adalah para saudagar-saudagar kaya yang datang untuk menjalin

bisnis perdagangan, namun mereka juga ikut serta membantu perkembangan

Islam di tanah Betawi, tentunya didukung dengan kekayaan yang dimilikinya.

Peranan ini semakin terlihat ketika memasuki awal abad XX, dimana

peranan ini mayoritas dimainkan oleh kaum peranakan Arab-Indonesia,

diantaranya ada Sayyid Utsman bin Abdullah bin Yahya, Habib Ali bin

Abdurrahman al-Habsyi, Habib Ali bin Husein al-Atthas dan Habib Salim bin

Ahmad bin Jindan. jasa mereka sangat besar bagi masyarakat Betawi, melalui

perantara mereka lahir ulama-ulama Betawi tersohor dan melalui perantara

mereka pula berdirilah lembaga-lembaga pendidikan Islam serta majelis-majelis

Page 72: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

62

taklim di tanah Betawi yang terus berkembang hingga saat ini, yang keberadaanya

semakin memperkukuh keimanan dan keislaman masyarakat Betawi.

Begitupun dengan berdirinya organisasi modern yang bernama Jamiat

Kheir di awal abad XX. Organisasi ini terkenal bukan saja karena keberhasilannya

mendirikan sekolah-sekolah Islam modern pertama yang melahirkan tokoh-tokoh

penting di negeri ini, tetapi juga karena kegiatan-kegiatan sosial-keagamaannya

yang diwujudkan dalam bentuk pendirian beberapa panti asuhan, Islamic center,

percetakan dan juga fasilitas umum seperti; perpustakaan, masjid dan rumah sakit.

Wujud nyata itupun masih bisa disaksikan dan masih berlanjut hingga kini dalam

program kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh ar- Rabithah al-Alawiyyah.

Oleh karena itu, berdasarkan fakta-fakta yang ada tersebut, pernyataan Van den

Berg, dkk, bahwa tak seorang Arab pun datang ke Nusantara hanya untuk

bertujuan menyebarkan agama, berdagang dan mencari keuntungan materi

merupakan tujuan utama mereka, ini sangat tidak dibenarkan.

Menurut keterangan yang penulis dapatkan dari berbagai sumber, kenapa

mereka mengeluarkan pernyataan demikian, disamping karena tidak terlepas dari

kedudukan mereka sebagai pegawai pemerintah kolonial, yang memiliki tugas

untuk menghilangkan pengaruh Arab (Islam) dari masyarakat pribumi guna

mempertahankan jajahannya, juga karena kurangnya pengetahuan mereka tentang

konsep dagang Islam serta latar belakang budaya dan mentalitas bangsa Arab.

sehingga mengakibatkan mereka sulit untuk menditeksi misi yang tersirat dibalik

fenomena yang tampak dihadapan mereka. Selain itu menurut hasil analisis

penulis, hal ini dikarenakan mereka terlalu cepat menjustifikasikan semua orang

Arab seperti itu, tanpa melakukan analisis kesimpulan yang lebih mendalam.

Page 73: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

63

B. Saran-Saran

Suatu hal yang harus kita pedomani ialah penulisan sejarah umat Islam

Indonesia khususnya dan umat Islam umumnya, sebaiknya dilakukan oleh penulis

umat Islam itu sendiri terlebih-lebih oleh para sejarawan muslim yang memang

berkompeten dalam bidang ini. Hal ini karena sejarah Islam tidak cukup hanya

kumpulan data-data peristiwa yang dirangkaikan untuk kemudian ditulis kembali,

tetapi perlu adanya suatu penafsiran khusus dan ini seharusnya dilakukan oleh

umat Islam itu sendiri terlebih oleh para sejarawan muslim yang mengetahui betul

apa yang tersirat di dalam sejarahnya. Sebab suatu penafsiran yang dilakukan oleh

seorang non-muslim biasanya akan banyak membuat kekeliruan sejarah.

Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat memberikan seteguk air

dalam dahaganya kaum muslimin yang ingin mengetahui sejarah orang-orang

Arab di Indonesia khusunya di tanah Betawi dan mudah-mudahan bermanfaat

buat generasi yang akan datang, sehingga dikemudian hari dapat dikembangkan

lebih lanjut pengamatan dan penelitian tentang sejarah orang-orang Arab ini,

dengan demikian akan diperoleh hasil yang lebih sempurna.

Page 74: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

64

DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, M. Hasyim. Derita Putri-Putri Nabi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000.

Aziz, Abdul. Islam dan Masyarakat Betawi. Jakarta: PT. Logos Wacana

Ilmu, 2002.

Azra, Prof. Dr, Azyumardi. Islam Nusantara: Jaringan Ulama Global dan

Lokal. Bandung: Mizan, 2002.

Berg, L.W.C. van den. Le Hadramaut et. les Colonies Arabes Dans

L‟Archipel Indien. (Batavia: Imprimerie du Gouvernement, 1886). Terjemahan,

Rahayu Hidayat. Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, Jilid 3. Jakarta:

INIS, 1989.

Castle, Lance, The Ethnic Profile of Djakarta. New York: Cornell

University, 1967.

Cortesao, Armando. The Suma Oriental of Tome Pires: An Account of the

East From Read Sea to Japan, Writen in Malaka and India 1512-1644, Vol. 2.

London: The Hakluyt Sosiety, 1994.

Darmawijaya. Kesultanan Islam Nusantara. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

2010.

Fadli HS, Ahmad ULAMA BETAWI: Studi Tentang Jaringan Ulama

Betawi dan Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam Abad ke-19 dan 20.

Jakarta: Manhalun Nasyi-in Press, 2011.

al-Gadri, Hamid. Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab di

Indonesia. Jakarta: CV. Haji Masagung, 1988.

Page 75: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

65

Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. terjemahan Nugroho Notosusanto.

Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1983.

al-Haddad, Alwi bin Thahir. Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh, Cet.

3. Jakarta: PT. Lentera Basritama, Cet, 1997.

Hasjmy, Prof. Dr, Ahmad. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di

Indonesia. Bandung: Al-Ma’arif, 1981.

Hendropuspito, D. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Kanisius, 1989.

…………………. Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1989.

Jonge, Huub De and Kaptein, Nico. Trancending Borders: Arabs, Politics,

Trade and Islam in Southeast Asia. Leiden: KITLV Press, 2002.

Kesheh, Natalie Mobini. Hadrami Awakening: Kebangkitan Hadhrami di

Indonesia. Jakarta: Akbar, 2007.

…………………………… The Hadhrami awakening, community and

identity in the Netherlands East Indies, 1900-1942. New York: Cornell

Southeast Asia Program Publications, 1999.

Kiki, Rakhmad Zainal. ISLAM IBUKOTA: dari Kramtung hingga ke

Brussels. Jakarta: Jakarta Islamic Center, 2009.

al-Masyhur, Idrus Alwi. Sejarah, Silsilah dan Gelar Keturunan Nabi

Muhammad SAW. Di Indonesia, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, India

dan Afrika, Cet. 2. Jakarta: Saraz Publishing, 2010.

Mauladdawilah, Abdul Qadir Umar. 17 Habaib berpengaruh di Indonesia.

Malang: Pustaka Bayan, 2010.

Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Cet. 8.

Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, 1996.

Page 76: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

66

Notosusanto, Nugroho. Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah. Jakarta:

Mega Book Store, 1984.

Peter J.M and Kees Grijns. Jakarta Batavia: Socio-Cultural essay. Terj.

Gita Widya Laksmini dan Noor Cholis. Leiden: KITLV Press and Banana,

2000/2007

Pijper, G.F. Studien over de Geschiedenis van de Islam in Indonesia 1900-

1950. Terjemahan, Tudjimah dan Yessy Augusdin. Beberapa Studi tentang

Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950. Jakarta: UI-Press, 1985.

Renier, G.J. Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. terjemahan Muin Umar.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Saidi, Ridwan, Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta. Jakarta: LSIP,

1994.

Shahab, Alwi. Islam Inklusif: menuju sikap terbuka dalam beragama.

Bandung: Mizan, 1998.

Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Grafindo

Persada, 2006.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2006.

Suminto, Aqieb. Politik Islam Hindia-Belanda. Jakarta: LP3ES, 1986.

Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali, 1989.

Tjandrasasmita, Uka. Pertubuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim

di Indonesia. Kudus: Menara Kudus, 2000.

Page 77: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

67

Weber, Max. Die Protestantische Ethik und der Geist des Kapitalismus.

terjemahan, Yusup Priyasudiarja. Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme.

Surabaya: Pustaka Promethea, 2000.

Arsip, Manuskrip dan Dokumen

al-Alawi, Sayyid Utsman bin Abdullah bin Yahya, “al-Qawanin asy-

syar‟iyyah li ahl al-majlis al-hukmiyyah wa al-ifta‟iyyah.” diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia dengan judul, “Ini kitab segala aturan hukum syara

bagi ahli majlis syara dan majlis fatwa syara.” Batavia: Percetakan Sayyid

Utsman, 1881 M/1317 H.

…………………………………………………………., “Ishlah al-Hal bi

Thalab al-Halal.” Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, t.t.

Arsip Nasional RI, Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, 1818-

1879. Batavia: Landsdrukkerij.

............................., Staadsblad van Nederlandsch-Indie 1816 Nomer 47.

Gobee, E. dan C. Adriaanse, Ambtelijke adviezen van C. Snouck

Hurgronje 1889-1936‟s-Gravenhage:Nijhoff. (Rijks Geschiedkundige

Publicatien, Kleine Serie 33, 34, 35), diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

dengan judul, “Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgronje Semasa

Kepegawaiannya Kepada Pemerintah Hindia-Belanda 1889-1936.” Vol. IX.

Jakarta: INIS, 1990.

al-Hadhrami, Syaikh Salim bin Abdullah bin Sa’ad bin Sumair, “Safinatun

Najah Fiima Yajibu „ala Abdi li Maulah.” Batavia: T.pn., abad 13 H/19 M.

Page 78: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

68

Hurgronje, C. Snouck. Verspreide Geschriften van C. Snouck Hurgronje

(Bonn dan Leipzig: Kurt Schroeder, 1924), diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dengan judul, “Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje.” vol. IX.

Jakarta: INIS, 1993.

………………………… “De Islam in Nederlandsch Indie.” V.G.IV ii

Kurt Schroeder and Leipzig, 1924.

Shahab, Ali Abu Bakar. ”ar-Rabithah al-Alawiyyah.” Batavia: koleksi

Pribadi, 1928.

Artikel Website dan Journal

Abushouk, Ahmad Ibrahim. “al-Man¯ar and the Hadhramı Elite in the

Malay-Indonesian World: Challenge and Response.” United Kingdom: Journal

Of The Royal Asiatic Society, 2007.

“Mindoro.” Sejarah Jakarta. Artikel diakses pada 4 Agustus 2014 dari

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/168/batavia.

Majalah Terbitan Berkala

Azra, Prof. Dr, Azyumardi. “Hadhrami Scholars in the Malay-Indonesian

Diaspora.” Studia Islamika, Vol.2, No. 2, I.A.I.N. Syarif Hidayatullah, Jakarta,

1995.

Jamroni, “Masjid Bersejarah di Jakarta.” Majalah al-Turas Vol. 12 No.2,

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2006.

Majalah al-Kisah, “Ulama Hadhrami di Tanah Betawi: Berdakwah

dengan Sepenuh Hati.” Majalah al-Kisah Edisi 26 tahun 2013

Page 79: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

69

Majalah ar-Rabithah al-Alawiyah. “80 Tahun Daarul Aitam; Mengelola

Anak „Titipan‟ Rasulullah SAW.” Yayasan ar-Rabithah al-Alawiyah Daarul

Aitam, Jakarta, 2011.

Skripsi, Tesis dan Desertasi

Julianri. “Persatuan di kalangan Masyarakat Arab Indonesia.” Skripsi

Sarjana Sastra Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta.

1987.

Haikal, Husein. “Indonesia-Arab dalam Pergerakan Kemerdekaan

Indonesia (1900-1942).” Desertasi Phd, Univesitas Indonesia, 1986.

Shahab, Yasmin Zacky. “Masalah Integrasi Minoritas Arab di Jakarta.”

Skripsi Sarjana Antropologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta,

1975.

Page 80: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

70

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 3.1. Data sensus penduduk di Hindia-Belanda Lampiran 4.1. Nasihat-Nasihat Snouck Hurgronje

semasa kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia-Belanda

Arsip Nasional RI, “Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie”. Gobee, E. dan C. Adriaanse, Ambtelijke adviezen van C.

(Batavia: Landsdrukkerij). Snouck Hurgronje 1889-1936‟s-Gravenhage:Nijhoff.

(Rijks Geschiedkundige Publicatien, Kleine Serie 33, 34, 35)

Arsip Nasional RI, “Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie” Gobee, E. dan C. Adriaanse, “Nasihat-Nasihat

(Batavia: Landsdrukkerij). C. Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya

Kepada Pemerintah Hindia-Belanda 1889-

1936.” Vol. IX. (Jakarta: INIS, 1990)

Page 81: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

71

Lampiran 4.2. AD/ART ar-Rabithah al-Alawiyyah

Koleksi Pribadi Ali Abu Bakar Shahab. ”ar-Rabithah al-Alawiyyah.” (Batavia: T.pn., 1928).

Page 82: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

72

Lampiran 4.3. Kitab Ishlah al-Hal bi Thalab Lampiran 4.4. Kitab al-Qawanin asy-

al-Halal syar’iyyah li ahl al-majlis al-hukmiyyah

wa al-ifta’iyyah

Sayyid Utsman bin Abdullah bin Yahya, Sayyid Utsman bin Abdullah bin Yahya,

“Ishlah al-Hal bi Thalab al-Halal” “al-Qawanin asy-syar‟iyyah li

(Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, t.t) ahl al-majlis al-hukmiyyah wa al-ifta‟iyyah”

(Batavia: Percetakan Sayyid Utsman, 1881 M/1317 H)

Lampiran 4.5. Kitab Safinatun Najah Fiima Yajibu ‘ala Abdi li Maulah

Sayyid Salim bin Abdullah bin Sumair al-Hadhrami,

“Safinatun Najah Fiima Yajibu „ala Abdi li Maulah”

(Batavia: T.pn., abad 13 H/19 M)

Page 83: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

73

Lampiran 3.2. Peta Kota Hadhramaut tempo dulu, Yaman Selatan

Koleksi Pribadi Ali Abu Bakar Shahab. “Abou Guecha: Politiek Satirisch Blad.” (Batavia: T.pn.,1908).

Lampiran 2.1. Peta Perkembangan Kota Batavia dari 1619 hingga 1900

Abdul Azis. Islam dan Masyarakat Betawi. (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2002).

Page 84: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

74

Lampiran 2.2. Pelabuhan Tanjung Priok tempo dulu Lampiran 3.3. Suasana Kampung Arab tempo dulu

www.ryan-permana39s.blogspot.com www.Jakarta.go.id

www.poetrahermanto.blogspot.com www.elfriant.blogspot.com

Page 85: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

75

Lampiran 4.6. Madrasah dan tempat perkumpulan Lampiran 4.7. Snouck Hurgronje bersama

Jamiat Kheir tempo dulu Para Pegawai Pemerintah Hindia-Belanda

www.ahmadtaufik.com Koleksi Pribadi Ali Abu Bakar Shahab. “Abou Guecha:

Politiek Satirisch Blad.” (Batavia:1908).

Lampiran 4.8. Suasana komplek Masjid Luar Batang tempo dulu

www.en.wikipedia.org www.jelajah-nesia-blogspot.com

Page 86: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

76

Lampiran 4.9. Suasana aktivitas keagamaan di kampung kwitang tempo dulu

www.Indoculture.wordpress.com Abdul Qadir Umar Mauladdawilah. 17 Habaib berpengaruh

di Indonesia, (Malang: Pustaka Bayan, 2010).

www.warkopmbahlalar.com www.satuislam.wordpress.com

Page 87: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

77

Lampiran 4.10. Masjid/Zawiyah bin Hamzah, Pekojan Lampiran 4.11. kedekatan Habib/Ulama

Tiga Serangkai Betawi bersama Para Kyai dn santri

www.Jakarta.go.id Abdul Qadir Umar Mauladdawilah. 17 Habaib berpengaruh

di Indonesia, (Malang: Pustaka Bayan, 2010).

Lampiran 4.12. Masjid Langgar Tinggi, Pekojan Lampiran 4.13. Panti Asuhan Daarul Aitam, Tanah Abang

www.kaskus.co.id www.indoplaces.com

Page 88: PERANAN KOMUNITAS ARAB DALAM BIDANG SOSIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30133/3/MUHAMMAD... · Wilayah kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang penting

78

Lampiran 4.14. Kedekatan Habib/Ulama Tiga Serangkai Betawi dengan Bung Karno dan Para Pejabat Negara

Abdul Qadir Umar Mauladdawilah. 17 Habaib berpengaruh di Indonesia, (Malang: Pustaka Bayan, 2010).