Peranan Knowledge Management dalam … modal manusia terhadap kemampuan organisasi untuk mencapai...
-
Upload
phungnguyet -
Category
Documents
-
view
229 -
download
5
Transcript of Peranan Knowledge Management dalam … modal manusia terhadap kemampuan organisasi untuk mencapai...
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
1
Peranan Knowledge Management dalam Internasionalisasi Jasa PendidikanTinggi Indonesia
Benedictus Karno Budiprasetyo
[email protected] ; [email protected]
Abstract
The implementation of the competitive advantage development in the resource-based theory depends onthe human capital factor, specifically on the knowledge level as a key variable that influenced theresource of the firms to gain the positional advantage within the industry and to achieve the sustainablecompetitive advantage in the long-term. Knowledge as a competitive asset and a value factor of thehigher education services industry should be explored in the context of internationalization strategyimplementation. Hence, this empirical research explores how the knowledge management developmentinfluences the management behavior of the higher education institution and the implementation of theinternationalization strategy. Using PLS model estimation, it founded that the knowledge managementdevelopment influence the implementation of the internationalization strategy (OSE:.50 and R2:.28)indirectly through the management behavior (OSE:.54 and R2:.29). This research result was a newphenomenon, since the previous research results shows a direct influence of the knowledge managementdevelopment to the internationalization strategy implementation. This result directing the conclusion thatinternationalization behavior of a higher education services industry was quite different that themanufacturing or trading industry.
Keywords : knowledge management, sustainable comptitive advantage, higher educationmanagement, resource-based approach.
Abstrak
Implementasi pembangunan keunggulan bersaing dalam konsep teori stratejik berbasis sumberdayamenunjukkan peran faktor modal manusia yang secara spesifik terlihat dari pengaruh tingkatanpengetahuan modal manusia terhadap kemampuan organisasi untuk mencapai posisi keunggulan di pasardan pencapaian keunggulan bersaing secara berkesinambungan. Pengetahuan sebagai kekuatan untukbersaing dan sebagai faktor penting dalam jasa pendidikan tinggi akan dieksplorasi dalam kaitannyadengan implementasi internasionalisasi pendidikan tinggi di Indonesia. Oleh karenanya penelitian iniakan mengungkapkan pengaruh pengembangan manajemen pengetahuan dalam proses internasionalisasidan juga pengaruhnya terhadap perilaku manajerial pada perrguruan tinggi di Indonesia. Menggunakanestimasi model secara simultan ditemukan adanya pengaruh tidak langsung dari pengembanganmanajemen pengetahuan terhadap internasionalisasi (OSE:.50 and R2:.28) secara tidak langsung melaluiperilaku pengelola perguruan tinggi (OSE:.54 and R2:.29). Temuan penelitian ini memberikan gambaranbaru, bahwa proses internasionalisasi pendidikan tinggi di Indonesia akan tergantung pada tingkatanpengembangan manajemen pengetahuan dan perilaku pengelolanya, dan hal tersebut menunjukkanperbedaan antara industri jasa dan industri manufaktur.
Kata kunci : manajemen pengetahuan, keunggulan bersaing berkesinambungan, manajemen pendidikantinggi, pendekatan sumberdaya
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
2
Pendahuluan
Implementasi pembangunan keunggulan bersaing yang menggunakan pendekatan
sumberdaya, menurut Dharma (2004) ditentukan oleh faktor modal manusia pada tingkat
kekhasan pengetahuan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa perspektif pengetahuan
(knowledge) dan proses pengembangan pengetahuan dalam perusahaan akan menjadi variabel
yang menentukan pembangunan keunggulan perusahaan. Perspektif pengetahuan dalam
pembangunan keunggulan bersaing akan menentukan kerangka penciptaan nilai dan arah
pengembangan bisnis (Dharma, 2004). Pengetahuan itu sendiri merupakan bentuk modal
manusia yang tidak berwujud (intangible) yang terdiri dari keahlian (know how), kemampuan
prosedural (kreatifitas dan inovasi), dan kemampuan kognitif (know why dan know what).
Penelitian Civi (2000) yang melakukan kompilasi teori, mengemukakan gagasan
mengenai knowledge management sebagai competitive assets, yang membentuk knowledge
strategy dalam organisasi. Konsep ini sangat sesuai untuk diterapkan dalam industri yang
menghasilkan produk ataupun jasa yang berbasis pengetahuan, terutama pada industri
pendidikan yang dalam proses penyampaian jasanya memanfaatkan dan membentuk knowledge.
Konsep knowledge management sebagai competitive assets pada industri pendidikan tersebut
diperkuat oleh Rowley (2000) dengan menggunakan model Davenport, et al., (1998) dan
menyatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan bisnis pengembangan knowledge, dimana inti
bisnisnya adalah berkaitan dengan repositories knowledge, pengembangan access knowledge,
knowledge environment dan knowledge valuing. Kedua gagasan tersebut mencakup penggunaan
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
3
knowledge dalam perbaikan kurikulum, peningkatan aktivitas penelitian, dan adanya program
pengembangan manajemen sebagai dimensi dari internasionalisasi pendidikan tinggi (Sharma
dan Roy, 1996).
Implementasi manajemen pengetahuan dalam bisnis (Carter dan Scarbrough, 2001;
Edvardsson, et al., 1993; Anderson, et al., 1994; Nonaka, 1991; Abeles, 2002) maupun dalam
industri pendidikan tinggi (Duffy, 1997; Rowley, 2000; Kwiek, 2001; Clarke, 2001; Scott, 2002;
Metaxiotis dan Psarras, 2003; Smith, 2000) menunjukkan bahwa pengembangan manajemen
pengetahuan merupakan variabel penting dalam proses implementasi pembangunan keunggulan
bersaing yang berbasis sumberdaya. Pada proses inside-out, manajemen pengetahuan merupakan
sumberdaya spesifik perusahaan yang akan membentuk perilaku manajemen dan secara simultan
mempengaruhi proses internasionalisasi bersama dengan perilaku manajemen sebagai itensi
pengelola bisnis untuk mengimplementasikan internasionalisasi. Hal tersebut dapat dijelaskan
dengan Bagan 1. berikut ini
Bagan 1. Manajemen Pengetahuan Sebagai Inside-Out Processes dalam ProsesInternasionalisasi
Seperti yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti (Wernerfelt, 1984; Mahoney,
1995; Knight dan Liesch, 2002) yang menggunakan pendekatan resource-based, bahwa
Dikembangkan untuk Penelitian ini
Sumberdaya SpesifikPerusahaan
(Firm Specific Resources)
StrategiInternasionalisasi
Perilaku Manajemen
ManajemenPengetahuan
Inside-Out Processes
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
4
sumberdaya dan kapabilitas khas organisasi merupakan unsur yang mempengaruhi strategi dan
kinerja perusahaan. Pengetahuan baik yang berupa pengetahuan tacit dan explicit merupakan
bagian dari modal insani yang dikembangkan oleh sumberdaya manusia dalam organisasi.
Pengetahuan yang merupakan firm specific resources tersebut akan mempengaruhi strategi
internasionalisasi yang merupakan bagian dari proses spanning. Artinya, pengetahuan, proses
pengembangan pengetahuan, dan sistem manajemen pengetahuan dalam organisasi atau
perusahaan sangat menentukan pilihan dan strategi internasionalisasi yang diimplementasikan.
Pada kajian pendidikan tinggi, pengetahuan selain merupakan unsur pembentuk
keunggulan bersaing yang berkesinambungan, pengetahuan juga merupakan value yang
diciptakan oleh pendidikan tinggi untuk disampaikan kepada konsumennya (Rowley, 2000).
Sehingga, perspektif pengetahuan pada kasus pendidikan tinggi mengandung pengertian
penggalian pengetahuan secara internal dan secara eksternal, baik sebagai sumberdaya maupun
sebagai output dari proses pengembangan manajemen pengetahuan yang dijalankan oleh
pendidikan tinggi itu sendiri. Sebagai sumberdaya, informasi dan pengetahuan merupakan unsur
kritis dalam pengembangan perusahaan dalam lingkup internasional.
Kajian empirik dari strategi pemasaran jasa internasional pada kasus jasa konsultan
teknik yang dilakukan oleh Winsted dan Patterson (1998) menyebutkan adanya pengaruh
pengetahuan terhadap internasionalisasi. Temuan tersebut searah dengan hasil penelitian Rundh
(2003) yang mengharuskan manajer global untuk meningkatkan dan mengembangkan
ketrampilan dan pengetahuan dalam rangka formulasi strategi bersaing pada pasar internasional
secara efektif. Sebaliknya, penelitian Samiee (1999) mengidentifkasi adanya keterbatasan data
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
5
dan informasi, tendensi proteksi dari pemerintah, keterbatasan jasa pada aspek inseparability,
tidak adanya kerjasama bilateral, peningkatan jumlah jasa sejenis, perbedaan prinsip bisnis antar
negara, dan tidak adanya data yang valid tentang perkembangan jasa secara internasional sebagai
penyebab intensi manajemen untuk tidak mengimplementasikan internasionalisasi. Artinya, jika
proses manajemen pengetahuan terhadap lingkungan internasional cukup dimiliki dan dikaji,
maka internasionalisasi tersebut dapat dipandang sebagai proses untuk menangkap peluang dari
terbukanya pasar internasional.
Berkaitan dengan implementasi strategi internasionalisasi, perilaku manajemen
merupakan intensi manajemen untuk mencapai kesuksesan strategi. Penelitian yang dilakukan
oleh Axinn (1988) pada perusahaan manufaktur menyebutkan bahwa perilaku manajer terhadap
operasi perusahaan dalam lingkup internasional adalah merupakan indikator penting yang
menentukan kinerja ekspor. Hal tersebut dinyatakan oleh Douglas dan Craig (1989) sebagai
“strategic intent”, yang menjelaskan intensi manajemen untuk mencapai kesuksesan strategi.
Pada kasus perusahaan jasa, yang diteliti oleh Javalgi, et al., (2003), ditemukan pengaruh yang
tidak langsung antara berbagai variabel anteseden dari perilaku manajemen terhadap strategi
internasionalisasi. Artinya, perilaku manajemen merupakan variabel kunci dalam implementasi
strategi internasionalisasi pada perusahaan jasa yang diteliti. Penelitian Winsted dan Patterson
(1998) pada perusahaan jasa konsultan teknik juga menemukan pengaruh dari indikator manfaat,
keuntungan, dan resiko dari perilaku manajemen terhadap strategi internasionalisasi.
Pada kajian internasionalisasi pendidikan tinggi yang diidentifikasi dalam penelitian ini
(Bailey, 1995; Sharma dan Roy, 1996; Howe dan Martin, 1998; Liu dan Vince, 1999; Croxford,
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
6
2001; Kubow dan Crawford, 2001; McBurnie, 2001; Kwiek, 2001; Yang, 2002; Moratis dan
Baalen, 2002; Mazzarol, et al., 2003), belum ada yang menggunakan pendekatan resource-based
dan belum ada yang menghasilkan gambaran empirik dari proses internasionalisasi jasa
pendidikan tinggi. Oleh karenanya, penelitian ini melakukan pengujian empirik pengaruh
pengembangan manajemen pengetahuan pada institusi pendidikan tinggi di Indonesia terhadap
implementasi strategi internasionalisasi yang dijalankan.
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan beberapa penelitian empirik dan kajian literatur yang dikemukakan
di atas, belum ada penelitian empirik yang secara khusus mengkaji proses pengembangan
manajemen pengetahuan pada industri jasa pendidikan tinggi yang mengimplementasikan
strategi internasionalisasi. Selain itu, penelitian empirik pada kasus jasa pendidikan tinggi di
Indonesia belum pernah ada, sehingga penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran
terhadap pola perilaku manajemen dan strategi internasionalisasi dari pendidikan tinggi di
Indonesia.
Penelitian ini secara empirik bertujuan untuk menguji pengaruh pengembangan
manajemen pengetahuan pada jasa pendidikan tinggi di Indonesia terhadap perilaku manajemen
dari para pengelola institusi pendidikan tinggi di Indonesia dan terhadap strategi
internasionalisasi yang diimplementasikan, serta melakukan pengujian secara simultan dari
model pengembangan manajemen pengetahuan dalam implementasi strategi internasionalisasi
pada jasa pendidikan tinggi di Indonesia.
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
7
Pernyataan Rowley (2000) bahwa pengetahuan merupakan value dari jasa pendidikan
tinggi dan Civi (2000) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan competitive asset dari
jasa pendidikan tinggi mengarahkan pengembangan manajemen pengetahuan sebagai sarana
untuk eksplorasi pengetahuan sebagai sumberdaya dan sekaligus merupakan output dari proses
pengembangan manajemen pengetahuan itu sendiri. Pengembangan manajemen pengetahuan
pada kasus pendidikan tinggi mengandung pengertian penggalian pengetahuan secara internal
dan secara eksternal, baik sebagai sumberdaya maupun sebagai output dari proses
pengembangan manajemen pengetahuan yang dijalankan oleh pendidikan tinggi itu sendiri.
Sebagai sumberdaya, informasi dan pengetahuan merupakan unsur kritis dalam
pengembangan institusi pendidikan tinggi dalam lingkup internasional. Implementasi dan
pengembangan manajemen pengetahuan dalam proses internasionalisasi pendidikan tinggi juga
banyak diidentifikasi dalam berbagai dokumen rancangan pengembangan pendidikan tinggi
diberbagai negara (Gibbons, 1997; UNESCO, 1998; Haug dan Tauch, 1999; MFCED, 2001;
EUA, 2003; Wedgwood, 2002; Reichert dan Tauch, 2003; Mosses, 2003; Greer, et al., 2004;
Wattananimitkul, 2004), namun demikian masih sedikit penelitian empirik yang menjelaskan
keterkaitan pengembangan manajemen pengetahuan dengan internasionalisasi pendidikan tinggi.
Pada beberapa kajian internasionalisasi pendidikan tinggi yang ada (Bailey, 1995; Sharma dan
Roy, 1996; Howe dan Martin, 1998; Liu dan Vince, 1999; Croxford, 2001; Kubow dan
Crawford, 2001; McBurnie, 2001; Kwiek, 2001; Yang, 2002; Moratis dan Baalen, 2002;
Mazzarol, et al., 2003) juga belum mampu memberikan penjelasan keterkaitan pengembangan
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
8
manajemen pengetahuan dalam proses implementasi strategi internasionalisasi pada industri jasa
pendidikan tinggi di Indonesia.
Berdasarkan paparan kajian teoritik dan penelitian empirik yang ada, maka penelitian ini
membangun model teoritik dasar yang dipergunakan sebagai landasan pemikiran penelitian.
Bagan 2. berikut akan memberikan penjelasan kerangka teoritik yang menjadi landasan
penelitian empirik ini.
Bagan 2. Model Teoritik Dasar yang Diusulkan Mengenai Pengembangan ManajemenPengetahuan Pada Internasionalisasi Pendidikan Tinggi Indonesia
Kerangka teoritik yang menjadi landasan penelitian empirik ini secara empirik
diterjemahkan dalam proposisi (Bagan 3.) berikut ini. Proposisi pengaruh manajemen
pengetahuan sebagai sumberdaya spesifik perusahaan terhadap perilaku manajemen dan strategi
internasionalisasi dapat dijelaskan dengan pengertian bahwa pengembangan manajemen
pengetahuan pada institusi pendidikan tinggi dan pola perilaku manajemen dari para pengelola
pendidikan tinggi Indonesia yang melakukan kerjasama dengan institusi pendidikan tinggi asing
Inside-Out Processes
Firm Specific Advantages
Manajemen Pengetahuan
Spanning Pocesses
Perilaku ManajemenStrategi Internasionalisasi
Country Specific Advantages
Outside-In Processes
Dikembangkan untuk Penelitian ini
Kompetensiyang
Membedakan
KeunggulanBersaing
Berkesinambungan
KeunggulanBersaing
PemasaranJasa
InternasionalBerbasis
Sumberdaya
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
9
memiliki kontribusi terhadap implementasi strategi internasionalisasi yang dilakukan oleh
institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Berdasarkan pengertian tersebut, maka secara empirik
pola keterkaitan antar variabel tersebut dapat dibangun menjadi model manajemen pengetahuan
dalam kerangka internasionalisasi pendidikan tinggi di Indonesia.
Berdasarkan kerangka teoritik dan bangunan proposisi yang dibangun dalam penelitian
ini, selanjutnya dibangun model empirik (Gambar 1.) yang menjadi dasar dalam pengembangan
dan pengujian hipotesis penelitian. Pada Gambar 1. berikut ini dijelaskan bahwa variabel
manajemen pengetahuan diukur dengan 4 (empat) indikator, yaitu ; fasilitas fisik, fasilitas
komunikasi, lingkungan kondusif, dan penghargaan (Rowley, 2000). Variabel perilaku
manajemen di ukur dengan 5 (lima) indikator, yaitu ; orientasi tugas (Javalgi, et al., 2003;
Winsted dan Patterson, 1998), kemampuan penyelenggaraan (Javalgi, et al., 2003), orientasi
kompetisi, keberlangsungan institusi, dan kesejahteraan institusi (Winsted dan Patterson, 1998).
Sedangkan variabel strategi internasionalisasi diukur dengan 9 (sembilan) indikator, yaitu ;
mahasiswa internasional (Javalgi, et al., 2000; Mazzarol, 1998), internasionalisasi kurikulum
(Howe dan Martin, 1998; Kwok, et al., 1995; Raimond dan Halliburton, 1995; Sangari dan
Foster, 1999), bahasa internasional (Yang, 2002; Bailey, 1995), kerjasama universitas asing
(Javalgi, et al., 2000), pertukaran staf (Svensson, 1994; Bailey, 1995; Sharma dan Roy, 1996;
Welch, 1997; Welch dan Denman, 1997), kerjasama penelitian (Kwok, et al., 1995; Bailey,
1995; Yang, 2002), kerjasama industri internasional (Drilhon, 1993; Bailey, 1995), pertukaran
mahasiswa (Yang, 2002; Bailey, 1995), dan implementasi internasionalisasi secara langsung
(Bell, 1995; Okoroafo, 1991; Rundh, 1994; 2003; Robertson dan Chetty, 2000).
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
10
Gambar 1. Model Empirik Pengaruh Pengembangan Manajemen Pengetahuan TerhadapStrategi Internasionalisasi
Berdasarkan dukungan pemahaman teoritik dan penelitian empirik terdahulu, serta tujuan
penelitian untuk memperjelas keterkaitan manajemen pengetahuan sebagai bagian dari proses
inside-out yang mempengaruhi proses spanning (perilaku manajemen dan strategi
internasionalisasi), maka dirumuskan beberapa hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis 1. Pola pengembangan manajemen pengetahuan pada institusi pendidikan
tinggi di Indonesia yang menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan tinggi asing
berpengaruh positif terhadap pola perilaku manajemen para pengelola institusi pendidikan tinggi
di Indonesia.
Hipotesis 2. Pola pengembangan manajemen pengetahuan pada institusi pendidikan
tinggi di Indonesia yang menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan tinggi asing
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
11
berpengaruh positif terhadap implementasi strategi internasionalisasi pada institusi pendidikan
tinggi di Indonesia.
Hipotesis 3. Pola perilaku manajemen para pengelola institusi pendidikan tinggi
Indonesia yang menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan tinggi asing berpengaruh positif
terhadap implementasi strategi internasionalisasi pada institusi pendidikan tinggi di Indonesia.
Pengembangan hipotesis penelitian ini didasarkan pada tujuan penelitian ini, yaitu untuk
mengetahui apakah pengembangan manajemen pengetahuan yang dilakukan mempengaruhi
perilaku manajemen dan strategi internasionalisasi dari institusi pendidikan tinggi Indonesia
yang bekerjasama dengan pendidikan tinggi asing. Hasil pengujian hipotesis tersebut akan
memberikan penjelasan empirik keterkaitan dan peranan pengembangan manajemen
pengetahuan dalam proses internasionalisasi institusi pendidikan tinggi di Indonesia.
Metode Penelitian
Penelitian ini dirancang untuk menguji model hubungan multiple relationships antar
variabel, yang melibatkan banyak variabel dan informasi yang ingin diperoleh bersifat simultan
(Hair, et al., 1998; Ferdinand, 2002), sehingga secara kuantitatif teknik analisis yang digunakan
adalah Partial Least Square model estimation dengan mempergunakan software SMART Partial
Least Square. PLS model estimation adalah teknik structural equation modelling (SEM) berbasis
varian, untuk mengestimasi jalur hubungan antara variabel laten yang dibentuk oleh beberapa
indikator. PLS model estimation sering disebut sebagai “soft modelling” (Falk dan Miller, 1992;
O’Cass dan Julian, 2003) yang tidak membutuhkan asumsi normalitas secara multivariat
(Kroonenberg, 1990). Secara teknis, analisis data dan output perhitungan PLS model estimation
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
12
terdiri dari model pengukuran (measurement/outer model) yang mengukur hubungan variabel
laten dan indikatornya, dan model struktural (structural/ inner model) yang mengukur hubungan
antar variabel laten dan diinterpretasikan dari koefisien regresi yang dihasilkan (Falk dan Miller,
1992; Kroonenberg, 1990; O’Cass dan Julian, 2003; Sun dan Zhang, 2004).
Pengujian Hipotesis dan Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan model empirik penelitian yang dijabarkan pada bagian sebelumnya maka
pada bagian berikut ini disajikan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan PLS Model
Estimation, yang sekaligus akan menjadi dasar pengujian ketiga hipotesis yang dibangun dalam
penelitian empirik ini.
Gambar 2. Hasil Akhir PLS Model Estimation Pada Model Empirik yang diuji
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
13
Pada Gambar 2. tersebut di atas terlihat bahwa terdapat tiga indikator dari variabel
strategi internasionalisasi yang tidak signifikansi dalam membentuk variabel strategi
internasionalisasi. Ketiga indikator tersebut adalah ; adanya mahasiswa internasional dari luar
negeri, pertukaran mahasiswa internasional, dan implementasi langsung, tanpa harus
melakukannya secara bertahap.
Berdasarkan perhitungan convergent validity dari model pengukuran yang dicerminkan
dari nilai original sample estimate dan nilai thitung dari masing-masing indikator disimpulkan
bahwa model empirik yang ditunjukkan dalam Gambar 2. di atas merupakan model empirik yang
disusun dengan indikator yang valid dan signifikan dalam membentuk masing-masing variabel
latennya. Selain itu, nilai akar AVE untuk seluruh variabel laten yang dipergunakan dalam
penelitian ini lebih besar dibandingkan nilai korelasi variabel satu dengan variabel lainnya. Hal
tersebut menunjukkan bahwa indikator masing-masing variabel laten mampu menjelaskan
pengertian variabel laten yang dibentuk dalam penelitian ini. Berdasarkan perhitungan cross
loading dan perbandingan nilai akar AVE dengan korelasi variabel laten yang pada Tabel 5.
menunjukkan bahwa seluruh indikator memiliki kemampuan untuk menjelaskan pengertian
variabel laten yang dibentuknya.
Tabel 5. Nilai Average variance extracted (AVE) Korelasi Antar Variabel Laten, dan NilaiComposite Reliability Pada Model Empirik
KorelasiKeterangan AVE AkarAVE MANPEN PERMAN STRINT
CompositeReliability
MANPEN 0,53 0,73 1,00 0,82PERMAN 0,56 0,75 0,54 1,00 0,86STRINT 0,40 0,63 0,32 0,53 1,00 0,79
Ket : AVE : Average Variance ExtractedSumber : data primer yang diolah
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
14
Batasan penerimaan nilai reliabilitas komposit adalah sebesar 0,60, sehingga hasil
perhitungan reliabilitas komposit pada Tabel 5. menunjukkan penerimaan reliabilitas blok
indikator reflektif yang membentuk variabel latennya karena nilai reliabilitas komposit seluruh
variabel yang ada lebih besar dari nilai batas penerimaan reliabilitas.
Tabel 6. berikut ini menunjukkan bahwa variabel manajemen pengetahuan
mempengaruhi perubahan variabel perilaku manajemen sebesar 29 persen dan bahwa variabel
perilaku manajemen mempengaruhi perubahan variabel strategi internasionalisasi sebesar 28
persen.
Tabel 6. Nilai R-square Pada Model Empirik
Keterangan OSE thitung Signifikansi R-squareMANPENPERMAN 0,54 5,67 Sig 0,29PERMANSTRINT 0,50 4,16 Sig 0,28MANPENSTRINT 0,04 0,31 T.Sig 0,28
Sumber : data primer yang diolah
Nilai R-square tersebut mencerminkan kekuatan prediksi dari keseluruhan model (Falk
dan Miller, 1992) dengan batasan nilai R-square lebih besar dari 0,10 atau lebih besar dari 10
persen. Tabel 6. tersebut juga memperlihatkan bahwa pengembangan manajemen pengetahuan di
dalam institusi pendidikan tinggi Indonesia yang bekerjasama dengan institusi pendidikan tinggi
asing di estimasikan mempengaruhi pola perilaku manajemen sebesar 0,54 dan selanjutnya pola
perilaku manajemen tersebut mempengaruhi implementasi strategi internasionalisasi sebesar
0,50 seperti yang digambarkan sebagai rute stratejik pengembangan manajemen pengetahuan
dalam proses internasionalisasi pendidikan tinggi di Indonesia dalam Gambar 3. berikut ini.
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
15
Gambar 3. Rute Stratejik Pada Model Empirik yang diuji
Berdasarkan hasil PLS-model estimation yang dievaluasi dari model pengukuran dan
model struktural dalam rangkaian perhitungan di atas, maka ketiga hipotesis yang dibangun
dalam penelitian empirik ini hanya dapat membuktikan dua hipotesis saja. Hipotesis pertama
yang menyatakan bahwa pola pengembangan manajemen pengetahuan pada institusi pendidikan
tinggi di Indonesia yang menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan tinggi asing
berpengaruh positif terhadap pola perilaku manajemen para pengelola institusi pendidikan tinggi
di Indonesia terbukti berpengaruh positif dan signifikan. Hipotesis ketiga yang menyatakan
bahwa pola perilaku manajemen para pengelola institusi pendidikan tinggi Indonesia yang
menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan tinggi asing berpengaruh positif terhadap
implementasi strategi internasionalisasi pada institusi pendidikan tinggi di Indonesia juga
terbukti berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa
pola pengembangan manajemen pengetahuan pada institusi pendidikan tinggi di Indonesia yang
menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan tinggi asing berpengaruh positif terhadap
implementasi strategi internasionalisasi pada institusi pendidikan tinggi di Indonesia ternyata
tidak terbukti berpengaruh signifikan.
Keterangan : Sig = Signifikan pada α= 5 % (1,960)
0,50 sig0,54 sig R2 0,28
StrategiInternasionalisasi
PerilakuManajemenR2 0,29
ManajemenPengetahuan
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
16
Hasil pengujian ketiga hipotesis tersebut menunjukkan bahwa pengembangan manajemen
pengetahuan pada institusi pendidikan tinggi Indonesia yang melakukan kerjasama dengan
institusi pendidikan tinggi asing memberikan kontribusi secara tidak langsung terhadap
implementasi strategi internasionalisasi melalui pola perilaku manajemen dari para pengelola
institusi pendidikan tinggi tersebut. Artinya, perilaku manajemen para pengelola institusi
pendidikan tinggi Indonesia tersebut merupakan variabel kunci dalam proses implementasi
strategi internasionalisasi yang dilakukan selama ini. Temuan penelitian ini tidak sepenuhnya
bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti (Wernerfelt, 1984;
Winter, 1987; Madsen, 1989; Edvardsson, et al., 1993; Mahoney, 1995; Eriksson, et al., 1997;
O’Farrell, et al., 1998; Samiee, 1999; Windrum dan Tomlinson, 1999; Zack, 1999; Fillis, 2000;
Rowley, 2000; Czinkota dan Ronkainen, 2002; Lindsay, et al., 2003), yang menyatakan bahwa
manajemen pengetahuan berpengaruh terhadap variabel strategi internasionalisasi secara positif
dan signifikan karena hasil penelitian ini menemukan keterkaitan tidak langsung antara proses
pengembangan manajemen pengetahuan yang dilakukan oleh pengelola perguruan tinggi di
Indonesia dalam implementasi strategi internasionalisasi melalui variabel perilaku manajemen.
Temuan penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Javalgi et al.,
(2000); Fillis (2000), dan Javalgi et al., (2003), yang menyatakan bahwa manajemen
pengetahuan berpengaruh terhadap variabel perilaku manajemen. Artinya, penelitian ini
memperkaya hasil penelitian sebelumnya dan konsep implementasi strategi internasionalisasi
dengan adanya keterkaitan tidak langsung antara proses pengembangan manajemen pengetahuan
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
17
secara internal institusi terhadap implementasi strategi internasionalisasi pada institusi
pendidikan tinggi di Indonesia.
Temuan penelitian ini dapat diinterpretasikan bahwa proses pengembangan manajemen
pengetahuan yang dilakukan oleh manajemen pengelola pendidikan tinggi di Indonesia yang
bekerjasama dengan pendidikan tinggi asing tersebut memberikan kontribusi terhadap perubahan
perilaku manajemen dan intensi para pengelola untuk mengimplementasikan strategi
internasionalisasi. Upaya mengembangkan proses manajemen pengetahuan dalam bentuk
penyediaan fasilitas, pengembangan lingkungan, dan penghargaan upaya mengembangkan
pengetahuan tersebut merupakan kebutuhan internal institusi dan pengelolaannya dan secara
tidak langsung menjadi bagian dari implementasi strategi internasionalisasi yang dijalankan
selama ini.
Temuan penelitian ini memperkaya pemahaman implementasi dan pengembangan
manajemen pengetahuan dalam konsep proses internasionalisasi pendidikan tinggi yang banyak
diidentifikasi dalam berbagai dokumen rancangan pengembangan pendidikan tinggi diberbagai
negara (Gibbons, 1997; UNESCO, 1998; Haug dan Tauch, 1999; MFCED, 2001; EUA, 2003;
Wedgwood, 2002; Reichert dan Tauch, 2003; Mosses, 2003; Greer, et al., 2004;
Wattananimitkul, 2004), karena pengaruh manajemen pengetahuan terhadap strategi
internasionalisasi yang diidentifikasi dalam penelitian ini merupakan pengaruh yang tidak
langsung dan berkaitan dengan variabel lain (perilaku manajemen) yang belum diidentifikasi
dalam konsep proses internasionalisasi pendidikan tinggi.
Kesimpulan
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
18
Variabel manajemen pengetahuan yang mewakili proses identifikasi kekuatan spesifik
dari institusi (inside-out processes) secara empirik berpengaruh terhadap pola perilaku
manajemen sebagai bagian dari proses penjalinan (spanning processes) dan berpengaruh secara
tidak langsung terhadap strategi internasionalisasi. Fenomena baru yang ditemui dalam
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel
manajemen pengetahuan sebagai proses inside-out secara tidak langsung terhadap pola
pengembangan strategi internasionalisasi institusi pendidikan tinggi di Indonesia melalui
perilaku manajemen. Artinya, perilaku manajemen para pengelola institusi pendidikan tinggi di
Indonesia merupakan variabel kunci yang menjembatani kontribusi pengembangan manajemen
pengetahuan dalam proses implementasi strategi internasionalisasi.
Sejalan dengan hasil penelitian empirik ini, maka dibutuhkan penelitian lanjutan yang
secara spesifik mengindentifikasi tingkatan pengetahuan yang berkaitan dengan pola perilaku
manajemen dan implementasi strategi internasionalisasi, agar dapat memberikan batasan-batasan
tertentu dalam implementasi strategi internasionalisasi.
Referensi
Abeles, T.P., 2002. The Internet, knowledge, and the academy, foresight 4 ,3, 32-37.Anderson, J.C., Hakansson H., and Johanson J., 1994. Dyadic business relationships within a business
network context. J Mark; 58(4):1– 15.Axinn, C.N., 1988. Export performance: do managerial perceptions make a difference?, International
Marketing Review, Vol. 5 No. 2, pp. 61-71.Bailey, E.K., 1995. An academic model of excellence for international business education, Journal of
Management Development, Vol. 14 No. 5, pp. 50-60.Bell, J., 1995. The internationalization of small computer software firms: a further challenge to stage
theories, European Journal of Marketing, Vol. 29 No. 8, pp. 60-75.Carter, C., and Scarbrough, H., 2001. Towards a second generation of KM? The people management
challenge, Education + Training Volume 43 . Number 4/5. 215-224
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
19
Civi, E., 2000. Knowledge management as a competitive assets; a review, Marketing intelligence andplanning, 18/4. 166-174
Clarke, T., 2001. The knowledge economy, Education + Training, Volume 43 . Number 4/5, 189±196Croxford, L., 2001. Global University Education: Some Cultural Considerations, Higher Education in
Europe, Vol. XXVI, No. 1. 53-60Czinkota, M.R., and Ronkainen, I.A., 2002. International Marketing , 2nd ed., The Dryden Press,
Chicago, IL.Davenport, T.H., De Long, D.W. and Beers, M.C., 1998. Successful knowledge management projects,
Sloan Management Review, Vol. 39 No. 2, Winter, pp. 43-57.Dharma, S., 2004. Formasi modal manusia and strategi inovasi, Usahawan, No.09, Th. XXXIII, Sept.Douglas, S.P., and Craig, C.S., 1989. Evolution of global marketing strategy: scale, scope and synergy,
Columbia Journal of World Business, Vol. 24, Fall, pp. 47-59.Drilhon, G., 1993. University–industry relations, regionalisation, internationalisation. Higher Education
Management, 5(1), pp. 95–99.Duffy, F.M., 1997. Knowledge Work Supervision: transforming school systems into high performing
learning organizations, International Journal of Educational Management, 11/1, 26–31.Edvardsson, B., Edvinsson, L., and Nystrom, H., 1993. Internationalisation in service companies, The
Services Industries Journal, Vol. 13 No. 1, pp. 80-97.Eriksson, K., Johanson, J., Majkgardi, A. and Sharma, D.D., 1997. Experiential knowledge and cost in the
internationalization process, Journal of International Business Studies , Vol. 28 No. 2, pp. 337-60.EUA, 2003. Forward from Berlin: the role of universities to 2010 and beyond, European University
Association, Leuven, 4 July 2003, didownload Maret, 2004Falk, R.F. and Miller, N.B., 1992. A Primer for Soft Modeling, University of Akron Press, Akron, OH.Ferdinand, A., 2002. Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen, BP Undip, Semarang.Fillis, I., 2002, Barriers to Internationalization : An investigation of the craft microenterprise, European
Journal of Marketing, Vol. 36 No. 7/8, pp. 912-927.Gibbons, M., 1997. What kind of university? Research and teaching in the 21st century, Beanland lecture,
Victoria University of Technology, didownload Maret, 2004Greer, L., Robinson, T., and Sweetman, T., approaches to learning: an international comparison of
higher education in the former socialist states of central and eastern Europe, Teesside BusinessSchool, University of Teesside, Middlesbrough, didownload Maret, 2004
Hair, J., Anderson, R.E., Tatham, R.L., and Black, W.C., 1998. Multivariate Data Analysis, Prentice HallInternasional. Inc, New Jersey.
Haug, G. and Tauch, C., Towards the European higher education area : survey of main reforms fromBologna to Prague, didownload Maret, 2004
Howe, WS. and Martin, G., 1998. Internationalisation strategies for management education, Journal ofManagement Development, Vol. 17 No. 6. 447-462.
Javalgi, R.G., Nance, J.J., Griffith, D.A., and White, D.S., 2003. An empirical examination of factorsinfluencing the internationalization of service firms, journal of services marketing, 17/2. 185-201.
Javalgi, R.G., White, D.S., and Lee, O., 2000. Firm Characteristics Influencing Export Propensity: AnEmpirical Investigation by Industry Type Journal of Business Research 47, 217–228.
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
20
Knight, G.A., and Liesch, P.W., 2002. Information internalisation in internationalising the firm Journal ofBusiness Research 55, 981– 995
Kubow, P.K., and Crawford, S.H., 2001. Building Global Learning Experiences: A Case Study of aHungarian, Ukrainian, and American Educational Partnership, Higher Education in Europe, Vol.XXVI, No. 1. 77-85.
Kwiek, M., 2001. Globalization and Higher Education, Higher Education in Europe, Vol. XXVI, No. 1,27-38.
Kwok, C.Y., Arpan, J. and Folks, Jr, W.R., 1995. A global survey of international business education inthe 1990s'', Journal of International Business Studies , Vol. 25 No. 3, pp. 605-23.
Lindsay, V., Chadee, D., Mattson, J., Johnston, R., and Millett, B., 2003. Relationships, the role ofindividuals and knowledge flows in the internasionalisasi of service firms, Internasional Journalof service industry management, Vol. 14 No. 1, pp. 7-35
Liu, S., and Vince, R., 1999. The cultural context of learning in international joint ventures, The Journalof Management Development, Vol. 18 No. 8. 666-675.
Madsen, T.K., 1987. Empirical Export Performance Studies: A Review of Conceptualizations andFindings. Advances in International Marketing 2 (1987): 177–198.
Mahoney, J. 1995. The management of resources and the resource of management. J Bus Res;33(2):91 –101.
Mazzarol, T., 1998. Critical success factors for international education marketing, International Journal ofEducational Management 12/4.163-175.
Mazzarol, T., Soutar, G.N., and Seng M.S.Y., 2003.The third wave: future trends in internationaleducation, The International Journal of Educational Management 17/3. 90-99.
McBurnie, G., 2001. Leveraging Globalization as a Policy Paradigm for Higher Education, HigherEducation in Europe, Vol. XXVI, No. 1. 11-26.
Metaxiotis, K., and Psarras, J., 2003. Applying Knowledge Management in Higher Education: TheCreation of a Learning Organisation, Journal of Information & Knowledge Management, Vol. 2,No. 4. 353-359.
MFCED, 2001. Education in Flanders : The Flemish educational landscape in a nutshell, Ministry of theFlemish Community Education Department, didownload Maret, 2004
Moratis, L.T., and Baalen P.J., 2002. The radicalization of the multiversity: the case of the networkedbusiness school, the international journal of educational management, 16/4, 160-168.
Moses, Y.T., 2003. Diversity and the New American University, Fourth Annual Faculty DevelopmentConference Arizona State University, October 30, didownload Maret, 2004.
Nonaka, I., 1991. The knowledge creating company, Harvard Business Review, November/December, 96-105.
O’Cass, A., and Julian, C., 2003. Examining firm and environmental influences on export marketing mixstrategy and export performance of Australian exporters, European Journal of Marketing Vol. 37No. 3/4. 366-384.
O’Farrell, P.N., Wood, P.A. and Zheng, J., 1998. Regional influences on foreign market development bybusiness service companies: elements of a strategic context explanation, Regional Studies, Vol.32 No. 10, pp. 31-48.
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
21
Okoroafo, S.C., 1991. Modes of entering foreign markets, Industrial Market Management, Vol. 20 No. 4,pp. 341-6.
Raimond, P., and Halliburton, C., 1995. Business school strategies for the single European market,Management Learning, Vol. 26 No. 2, pp. 231-48.
Reichert, S., and Tauch, C., 2003. Trends 2003 Progress towards the European Higher Education Area :Bologna four years after: Steps toward sustainable reform of higher education in Europe, TheEuropean University Association.
Robertson, C. and Chetty, S.K., 2000. A contingency-based approach to understanding exportperformance, International Business Review, No. 9, pp. 211-35.
Rowley, J., 2000. Is higher education ready for knowledge management?, The International Journal ofEducational Management, 14/7. 325-333.
Rundh, B., 1994. The Process of Internationalisation : A Study of the Swedish Manufacturing Industry,Research Report, No. 94, p. 13, Department of Business Administration and Economics,University of Karlstad, Karlstad.
Rundh, B., 2003. Rethinking the international marketing strategy: new dimensions in a competitivemarket, Marketing Intelligence & Planning, 21/4, 249-257.
Samiee, S., 1999. The internationalization of services: trends, obstacles and issues, journal of servicesmarketing, VOL. 13 NO. 4/5. 319-328.
Sangari, E.S., and Foster, T., 1999. Curriculum internationalisation A comparative study in Iran andSweden, European Journal of Marketing, Vol. 33 No. 7/8, pp. 760-771.
Scott, D.K., 2002. General education for an integrative age, Higher Education Policy 15, 7–18.Sharma, B., and Roy, J.A., 1996. Aspects of the internationalization of management education, Journal of
Management Development, Vol. 15 No. 1. 5-13.Smith, E.A., 2000, Applying knowledgeenabling methods in the classroom and in the workplace, Journal
of Workplace Learning, Volume 12. Number 6, 236-244.Sun, H., and Zhang, P., 2004. An Empirical Study of the Roles of Affective Variables in User Adoption
of Search Engines, Proceedings of the Third Annual Workshop on HCI Research in MIS,Washington, D.C., December 10-11.
Svensson, L.G., 1994. Formation of professional values towards Europe: the role of professionaleducation and organisation. Higher Education Policy, 7(3), pp. 27–33.
UNESCO, World Conference on Higher Education - Follow-up Strategy,(http://www.unesco.org/education/), didownload 05 Juli 2002.
Wattananimitkul, W., Revisiting the mission and educational strategic management of universities, SiamUniversity, Thailand, didownload Maret, 2004
Wedgwood, M., 2004. Higher education and the creative industry sector of the northwest, ManchesterMetropolitan University, February 2002, Discussion Paper, didownload Maret.
Welch, A.R., 1997, The peripatetic professor: the internationalisation of the academic profession, HigherEducation, 34(3), pp. 323–345.
Welch, A.R., and Denman, B., 1997, Internationalisation of higher education: retrospect and prospect.Forum of Education, 52(1), pp. 14–29.
Wernerfelt, B., 1984. A resource-based view of the firm. Strategic Manage J;5(2):171 – 80.
The 2nd National Conference UKWMSSurabaya, 6 September 2008
22
Windrum, P., and Tomlinson, M., 1999, Knowledge-intensive services and international competitiveness:a four-country comparison, Technology Analysis and Strategic Management, Vol. 11 No. 3, pp.391-408.
Winsted, K.F. and Patterson, P.G., 1998. Internationalization of services: the service exporting decision,the journal of services marketing, VOL. 12 NO. 4, 294-311.
Winter, S.,1987, Knowledge and competence as strategic assets’’, in Teece, D.J. (Ed.), The CompetitiveChallenge: Strategies for Industrial Innovation and Renewal, Ballinger Publishing Company,Cambridge, MA, pp. 159-84.
Yang, R., 2002. University internationalisation: its meanings, rationales and implications, InterculturalEducation, Vol. 13, No. 1. 82-95.
Zack, M., 1999, Developing a knowledge strategy, California Management Review, Vol. 41 No. 3, pp.125-46.