Peranan Jamu Di Masa Depan_paling Update

27
PERANAN JAMU DI MASA DEPAN MENTERI KESEHATAN RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH MENTERI KESEHATAN UNIVERSITAS PANCASILA 2 Maret 2011

description

mendiskripsikan tentang peran jamu di masa depan oleh menteri

Transcript of Peranan Jamu Di Masa Depan_paling Update

  • PERANAN JAMU DI MASA DEPAN MENTERI KESEHATAN RIdr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH

    UNIVERSITAS PANCASILA 2 Maret 2011

  • SISTEMATIKA Kebijakan Pembangunan KesehatanCapaian Pembangunan KesehatanTerobosan Pembangunan KesehatanPengembangan Jamu di IndonesiaKesimpulan

  • Kebijakan Pembangunan Kesehatan

  • NILAIVisi, Misi, dan NilaiKEMENKES 2010-2014*NilaiMisiVisi

  • REFORMASI PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKATRevitalisasi PHC dan pemenuhan BOKKetersediaan, keterjangkauan obat di seluruh faskesKetersediaan, distribusi SDM Kes yg bermutu, adil dan merataPengembangan jaminan kesehatan PDBK dan peningkatan yankes di DTPKPelaksanaan reformasi birokrasiWorld class health care

  • Capaian Pembangunan Kesehatan

  • KECENDERUNGAN PREVALENSI GIZI KURANG DAN GIZI BURUK, 1989 - 2010

    MDG 1 - Target 1C: Menurunkan pervalensi gizi kurang pada tahun 2015 menjadi dari keadaan tahun 1990*

  • Kecenderungan Angka Kematian Bayi, Kematian Neonatal dan Kematian BalitaMDG 4 - Target 4A : Menurunkan Angka Kematian Anak hingga 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015*

    Chart1

    6891323323933239

    5781303433534335

    4658263543135431

    3546203762237622

    3444193908339083

    3981439814398143981439814

    4164041640416404164024

    4200542005420053223

    AKB

    AKBA

    Kem. Neonatal

    AKBA MDG

    AKB MDG

    Kematian per 1.000 kelahiran hidup

    Sheet1

    AKBAKBAKem. NeonatalAKB RPJMNAKBA MDGAKB MDG

    1/1/91689132

    1/1/94578130

    1/1/97465826

    1/1/03354620

    1/1/07344419

    1/1/0926

    1/1/1424

    1/1/153223

    2000200120022003200420052006200720082009201020112012201320142015

    40.839.037.235.533.932.330.829.428.126.925.724.623.522.521.620.7

    Sheet1

    AKB

    AKBA

    Kematian per 1.000 kelahiran hidup

    Trend AKB dan AKBA: SDKI, RPJM dan MDG

    Sheet2

    Sheet3

  • MDG 5 - Target 5A : Mengurangi angka kematian ibu (AKI) dalam kurun waktu 1990 dan 2015Trend dan Proyeksi Angka Kematian Ibu Indonesia Tahun 1991-2025Sumber : SDKI 2007*

  • IPKM349 Kab 91 KotaIPKM230 Kab tak bermasalah70 Kota tak bermasalah

  • BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)Block grant untuk Kab/KotaPromotif/preventif untuk pencapaian SPMPemanfaatan terintegrasi dgn dana lainAPBD untuk Puskesmas jangan dikurangi

  • JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL)Penurunan AKI & AKBJaminan persalinan bagi yang belum mendapat JamkesPelayanan: ANC, persalinan, nifas, KBDi fasilitas kesehatan pemerintah dan mitra swastaDana terintegrasi dgn Jamkesmas dan BOK

  • Pengembangan Jamu di Indonesia

  • Amanah UU No. 36 tahun 2009(tentang Obat tradisional)Pasal 48 : Pengobatan tradisional merupakan bagian dari upaya kesehatanPasal 101: Sumber obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan aman. *

  • Data Riskesdas 2010 terkait Jamu*Persentase penduduk 15 tahun ke atas yang minum jamu Bentuk sediaan jamu yang diminum

  • TANTANGAN PENGEMBANGAN OBAT TRADISIONAL Kebijakan nasional Penyediaan bahan baku yg berkualitas Keamanan, mutu, dan manfaat (efikasi)AksesPenggunaan rasional

  • UU No 29 tahun 2004: Praktik KedokteranPasal 44: standar pelayanan Pasal 51: standar profesi dan SOP*bKurikulum Jamu dan Formularium Jamu

  • *Saintifikasi JamuR &D ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN OBAT TRADISIONAL Kebijakan nasional Penyediaan bahan bakuKeamanan, mutu, manfaat AksesPenggunaan rasional

  • *REGULASI JAMU

    PeraturanMengatur KepMenkes No. 1076/2003Penyelenggaraan Pengobatan TradisionalKepMenkes No. 1109/2007Pengobatan Komplementer Alternatif PerMenkes No. 003/2010Saintifikasi Jamu

  • Keputusan Menteri Kesehatan No. 381/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional Pemanfaatan sumber daya alam IndonesiaMenjamin obat tradisional yg aman, bermutu dan bermanfaatTersedianya obat tradisional yg memiliki khasiat nyata yg teruji secara ilmiahMendorong perkembangan dunia usaha

    *

  • PerMenkes No. 003 tahun 2010:Saintifikasi JamuPembuktian ilmiah jamuPraktik penggunaan jamu dalam penelitianMemasukkan jamu dalam pelayanan kedokteran*

  • SAINTIFIKASI JAMU

    TEROBOSAN2011

    Penelitian berbasis Pelayanan Jamu di 30 Puskesmas/RS

    Klinik Jamu Saintifik di 12 Rumah Sakit PendidikanDiklat Saintifikasi Jamu 50 Jam60 Puskesmas (batch 3 dan 4)

  • StakeholdersIkatan Dokter IndonesiaIkatan Apoteker Indonesia Badan POMFakultas Kedokteran dan Fakultas FarmasiBPPTKementerian Kesehatan Kementerian Pertanian GP Jamu/Industri Jamu

  • KesimpulanBerbagai upaya terobosan sedang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

    Seluruh upaya ini tidak mungkin berhasil tanpa dukungan semua pihak, baik jajaran pemerintah, maupun seluruh lapisan masyarakat termasuk saudara-saudara mahasiswa

    *

  • Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,Salam Sejahtera dan Selamat Pagi,

    Yang Terhormat : Rektor Universitas Pancasila Dekan Fakultas Farmasi Universitas Seluruh Civitas Akademi Universitas Pancasila Hadirin yang berbahagia Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada kita sehingga kita dapat menghadiri kuliah umum ini. Judul kuliah umum yang diminta adalah Peranan obat herbal di masa depan. Tetapi saya memandang perlu untuk sedikit merubah judul menjadi Peranan jamu di masa depan dan sekaligus menyinggung Perkembangan Pembangunan Kesehatan di Indonesia

    *Saudara-saudara,

    Paparan saya terdiri dari 6 (enam ) bagian yaitu : Kebijakan Pembangunan KesehatanCapaian Pembangunan KesehatanPengembangan Jamu di IndonesiaTantangan Pembangunan KesehatanTerobosan Pembangunan KesehatanKesimpulan

    *Saudara-saudara ,

    Bagian pertama dari paparan saya berjudul : Kebijakan Pembangunan Kesehatan

    *Saudara-saudara,

    Pada kesempatan yang baik ini saya perlu mengingatkan kembali tentang visi Kementerian Kesehatan periode 2010-2014 yaitu Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan dan 4 misi yang kita laksanakan dalam mewujudkan visi tersebut, yaitu : 1) Meningkatkan derajat Kesmas, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, 2) Melindungi kesehatan masyarakat dgn menjamin tersedianya upaya kesehatan yg paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan. 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan, dan 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yg baik. Saya juga perlu menggaris-bawahi nilai-nilai yang diterapkan dalam melaksanakan misi untuk mewujudkan visi Kementerian Kesehatan, yaitu : Pro Rakyat, Inklusif, Responsif, Efektif. Bersih atau Clean Nilai-nilai ini jika disingkat dalam Bahasa Inggris berbunyi PIREC. Sesuai komitmen implementasi tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Kementerian Kesehatan maka saya minta agar nilai bersih dan jujur mendapat perhatian khusus Saudara-saudara semua khususnya dalam melaksanakan pengelolaan anggaran negara*Pada periode 2010-2014, Kementerian Kesehatan melaksanakan terobosan dalam bentuk Reformasi Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan menghilangkan kesenjangan pembangunan kesehatan antar daerah, antar sosial ekonomi, serta meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu, dengan melakukan tujuh upaya:Revitalisasi PHC dan sistem rujukannya, serta pemenuhan BOKKetersediaan, keterjangkauan obat di seluruh fasilitas kesehatan, termasuk saintifikasi jamuKetersediaan, distribusi SDM Kesehatan yang bermutu secara adil dan merataPengembangan jaminan kesehatanPenanganan daerah bermasalah kesehatan (PDBK), dan peningkatan pelayanan kesehatan di DTPKPelaksanaan reformasi birokrasiWorld class health care

    Saudara saudara :Saya akan melanjutkan bagian kedua paparan ini yaitu tentang :Capaian Pembangunan KesehatanDalam bagian kedua ini, selain capaian pengembangan jamu saya juga akan menyampaikan capaian dalam bidang pembangunan lainnya, yaitu : status gizi, kesehatan ibu dan anak, dan penyakit menular

    *Saudara-saudara,

    MDG-1 terkait dengan kemiskinan dan kelaparan, tapi indikator MDG-1 yang paling menentukan adalah prevalensi gizi kurang dan gizi buruk.

    Slide ini menunjukkan Prevalensi Gizi Kurang yang telah menurun secara signifikan, dari 31.0 % pada tahun 1989 menjadi 17.9 % pada tahun 2010. Dalam pada itu prevalensi gizi buruk turun dari 12.8% pada tahun 1995 menjadi 4.9 % pada tahun 2010. Kecenderungan ini menunjukkan bahwa sasaran penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk untuk menurun sampai 15.0 % dan 3.5 % pada tahun 2015 diharapkan dapat tercapai.

    Untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut pada tahun 2015, maka berbagai upaya perbaikan gizi masyarakat perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya yaitu mencakup:Peningkatan program ASI EkslusifUpaya penanggulangan gizi mikro melalui pemberian Vitamin A, Taburia, tablet besi bagi bumil, dan iodisasi garamTata laksana kasus gizi buruk dan gizi kurang*Saudara-saudara ,

    Target MDG 4 adalah menurunkan kematian balita sebesar dua pertiganya antara 1990-2015. Pada data tahun 1991 angka kematian balita adalah 97/1.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 68/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal 32/1.000 kelahiran hidup. Data SDKI tahun 2007 menunjukkan dimana Angka Kematian Balita sebesar 44/1000, Angka Kematian Balita 34/1000, dan Angka Kematian Neonatal 19/1000. Angka-angka tersebut selama lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan yang lambat. Angka Kematian Bayi yang menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 adalah 35 per 1000 kelahiran hidup telah turun menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada kecenderungan Angka Kematian Neonatal dan Angka Kematian Balita. Penurunan Angka Kematian Bayi dan Balita yang tajam pada tahun 1990-an sampai tahun 2000 dipengaruhi oleh meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan dasar seperti :1) imunisasi, 2) pengendalian penyakit menular, dan 3) perbaikan status gizi.

    .

    *Pencapaian Tujuan 5 : meningkatkan kesehatan ibu, indikator AKI merupakan salah satu indikator yang diramalkan sulit dicapai. Tidak hanya di Indonesia akan tetapi di banyak negara berkembang di dunia. Data terakhir menurut SDKI 2007 menunjukkan 228 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Hasil ini menunjukkan penurunan yang menggembirakan dibandingkan tahun 2002/2003 yaitu 307 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu yang memerlukan penurunan pertahunnya sebesar 15,25 point. Indikator proksi terhadap AKI yaitu pertolongan persalinan pada petugas kesehatan menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan yaitu meningkat dari 38,5% pada tahun 1992 menjadi 77,34% pada tahun 2009. Untuk pencapaian indikator persalinan ditolong oleh tenaga terampil akan lebih mudah dicapai sejalan dengan kebijakan bahwa semua persalinan akan ditanggung oleh Pemerintah (2011).

    Permasalahan tingginya AKI dipengaruhi oleh faktor sosial (yaitu tiga terlambat dan empat terlalu), ekonomi dan budaya. Kebiasaan untuk melahirkan di rumah masih sangat dominan dimana akan memberikan risiko bagi kematian ibu dan bayi. Penyebab kematian ibu masih berpola pada tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan pasca persalinan, eklamsia dan infeksi. Memperhatikan permasalahan yang dihadapi maka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan merupakan salah satu upaya prioritas dalam penurunan AKI.

    Untuk mencapai target MDGs pada tahun 2015 yaitu AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, untuk pencapaian target tersebut perlu kerjasama secara terpadu di tingkat Kab/Kota dan Propinsi dengan Puskesmas dan RS dengan melibatkan stakeholder terkait.*Saudara-saudara,

    Sekarang kita memasuki bagian ke empat dari paparan saya tentang Upaya Terobosan dalam Pembangunan Kesehatan.

    Di samping Saintifikasi Jamu sebagai salah satu terobosan yang sudah saya jelaskan di atas, beberapa terobosan lain Kementerian Kesehatan adalah : Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dan Jaminan Persalinan (Jampersal)

    *Dari IPKM seperti yang tampak pada slide ini, dapat diidentifikasi daerah bermasalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus dalam upaya memperbaiki derajat kesehatannya. Daerah ini kemudian masuk dalam program Penanganan Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK).

    Dari 440 Kabupaten /Kota terdiri dari 349 Kabupaten dan 91 Kota

    Sebanyak 349 Kabupaten terdapat sebanyak 109 Kabupaten bermasalah, sedangkan untuk kriteria Kota terdapat 21 Kota bermasalah

    Dengan hasil Riset Kesehatan Dasar tersebut, akhirnya kita mampu melakukan rangking untuk Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat di kabupaten kota di Indonesia

    *Mulai tahun 2010 Kementerian Kesehatan meluncurkan Program BOK. Program ini merupakan bantuan Pemerintah Pusat pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam bentuk block grant, guna mendukung peningkatan fungsi Puskesmas dan pelayanan kesehatan di Puskesmas. BOK digunakan untuk program promotif dan preventif di Puskesmas dalam rangka pencapaian SPM bidang kesehatan dan percepatan pencapaian MDGs tahun 2015.Dalam pemanfaatannya dana BOK terintegrasi dengan dana-dana lain yang ada di Puskesmas. *Dalam Upaya Penurunan AKI dan AKB, Kementerian Kesehatan melaksanakan program Jampersal. Adapun sasaran dari Program Jampersal adalah seluruh ibu bersalin yang belum mempunyai jaminan kesehatan. Untuk tahun 2012, dibatasi hingga persalinan kedua.Bentuk pelayanan Jampersal adalah: a) pemeriksaan kehamilan (antenatal), b) persalinan, dan c) pelayanan nifas termasuk d) KB pasca persalinan.Jampersal dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta yang menjadi mitra.Penggunaan dana Jampersal terintegrasi dengan Jamkesmas dan BOK.

    Saya berharap dengan Program Jampersal ini, tidak ada lagi ibu bersalin yang tidak dilayani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

    *Saudara-saudara: Bagian ketiga dari paparan ini, saya akan menyampaikan tentang Pengembangan Jamu di Indonesia

    Ini adalah salah satu terobosan Kementerian Kesehatan yang diharapkan dapat menggerakkan sektor lain yaitu : sektor pertanian , perdagangan dll*Dalam UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 48 dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan tradisional merupakan bagian dari penyelenggaraan upaya kesehatan. Artinya, pengobatan tradisional (indigenous health system) diakui sebagai bahagian dari sistem pelayanan kesehatan (health care system). Untuk itu, perlu sinkronisasi / harmonisasi antara sistem pelayanan kesehatan formal dan sistem pelayanan kesehatan tradisional.

    Selanjutnya pada Pasal 101, disebutkan bahwa sumber obat tradisional yang terbukti berkhasiat dan aman, harus dijaga kelestariannya. Dengan demikian, maka pembuktian empiris terkait khasiat dan keamanan obat tradisional (jamu) menjadi hal penting dalam menjadikan jamu sebagai komponen penting dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Dengan kata lain, litbang di bidang jamu merupakan salah satu upaya penting dalam mengangkat jamu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. *Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa hampir separuh (49,53%) penduduk Indonesia 15 tahun ke atas menggunakan jamu. Sekitar lima persen (4,36%) meminum jamu setiap hari, sedangkan sisanya (45,17%) meminum jamu secara kadang-kadang.

    Dari mereka yang meminum jamu, bentuk sediaan jamu yang paling banyak diminum adalah cairan (55,16%), kemudian disusul Seduhan (serbuk) (43,99%), lalu Rebusan (rajangan) sebesar 20,43%, dan proporsi paling kecil adalah Capsul/pil/tablet, yakni sebesar 11,58%. Dari data ini menunjukkan bahwa jamu yang diminum oleh masyarakat, kebanyakan adalah bentuk sediaan jamu (cairan, rebusan/godhokan, dan seduhan); dan bukannya dalam bentuk pil/capsul/tablet. *Dalam pengembangan obat tradisional asli Indonesia (jamu), kita bisa identifikasi mulai dari hulu sampai dengan hilir. Komponen-komponennya adalah: (i) kebijakan nasional, termasuk regulasi, (ii) penyediaan bahan baku yang berkualitas, (iii) keamananan, mutu, dan manfaat, (iv) akses terhadap jamu yang bermutu, aman dan bermanfaat, serta (v) penggunaan jamu yg rasional.

    Dalam konteks kebijakan nasional, kita identifikasi masih lemahnya kerjasama lintas sektor, belum sinerginya (terintegrasi) obat tradisional ke dalam pelayanan formal, keraguan IDI, PDGI thd khasiat jamu (kurangnya bukti empirik?), dan belum mantapnya kerangka regulasi.

    Terkait dengan keamanan, mutu, dan manfaat, kita melihat belum kokohnya metodolgi riset obat tradisional, lemahnya bukti empiris efikasi jamu, belum dilaksanakannya standar untuk menjamin mutu dan keamanan jamu

    Terkait dengan akses thd jamu yang bermutu, aman dan berkhasiat, kita identifikasi adanya kendala akses, karena jamu belum masuk dalam sistem pelayanan kesehatan formal. Termasuk dalam hal ini adalah keberlangsungan bahan baku jamu.

    Isu yang tidak kalah penting adalah masalah penggunaan jamu yang rasional oleh tenaga kesehatan dan oleh masyarakat. Untuk mengatasi hal ini perlu pendidikan dan latihan (diklat) baik kepada tenaga kesehatan maupun kepada masyarakat *Di pihak lain Praktik Kedokteran telah dibingkai oleh UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Dalam pasal 44 disebutkan bahwa dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran dan kedokteran gigi.

    Agar dokter yang menggunakan jamu tidak dianggap menyalahi standar pelayanan kedokteran, maka tiada cara lain untuk memasukkan jamu (yang aman dan berkhasiat) ke dalam standar pelayanan kedokteran. Dengan cara demikian, maka para dokter yang menggunakan jamu secara hukum terlindungi, dan tidak dianggap mal-praktik.

    Jalan lain untuk mengintegrasikan obat tradisional (jamu) dengan sistem pelayanan kesehatan formal adalah dengan memasukkan kurikulum pengobatan tradisional (jamu) dalam kurikulum pendidikan dokter dan juga dikembangkannya Formularium Jamu sebagai pedoman dokter dalam pelayanan kesehatan dengan jamu. *Kebijakan pengembangan obat tradisional diarahkan kepada lima isu utama mulai dari hulu hingga ke hilir, yakni:Mensinergikan pengobatan tradisional (jamu) dengan sistem pelayanan kesehatan formal, melalui UU, PP, dan peraturan pelaksanaan lainnya Bekerjasama dengan Kementan untuk penyediaan bahan baku yang berkualitas (standarisasi penanaman, panen, pengolahan paska panen)Melaksanakan litbang terkait penyediaan bahan baku jamu (litbang pertanian), keamanan, mutu dan efikasi jamu melalui (observasi klinik, uji praklinik, dan uji klinik)Menjamin ketersediaan bahan baku jamu dan sediaan herbal (jamu) dan kalau perlu memasukkan jamu dalam Formularium Obat RS (Obat Jamkesmas??)Mendorong penggunaan jamu yang rasional melalui pendidikan dan pelatihan, baik kepada tenaga kesehatan maupun kepada masyarakat.

    Untuk menopang program No 1 sampai dengan No 5 perlu kegiatan penelitian dan pengembangan. Kegiatan penelitian dan pengembangan dalam rangka mengangkat jamu menjadi tuan rumah di negeri sendiri inilah yang dikerucutkan menjadi Saintifikasi Jamu (SJ). *Dalam rangka mensinkronkan dan mengintegrasikan pengobatan tradisional dengan pelayanan kesehatan formal telah diterbitkan dua KepMenkes, yakni KepMenkes No. 1076 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional dan KepMenkes No. 1109 tahun 2007 tentang Pengobatan Komplementer Alternatif.

    KepMenkes No. 1076 tahun 2003 diarahkan untuk mengatur dan membina para pengobat tradisional (Traditional Healers), baik dengan cara ketrampilan, ramuan, pendekatan agama, maupun supranatural. Kepada jenis tenaga ini, untuk berpraktik mereka harus teregistrasi dan mendapatkan ijin (Surat Ijin Pengobat Tradisional).

    Sementara KepMenkes 1109 tahun 2007 diarahkan untuk mengatur tenaga kesehatan formal (dokter / dokter gigi) yang karena telah mendapatkan pendidikan / training pengobatan tradisional, mereka dapat berpraktik pengobatan tradisional, maka ia harus mendapatkan Surat Tugas Tenaga Pengobatan Komplementer Alternatif (ST-TPKA). Sedangkan, Pengobat Tradisional yang ingin praktik di sistem pelayanan kesehatan formal, maka ia harus mempunyai Surat Bukti Registrasi Tenaga Pengobatan Komplementer Alternatif (SBR TPKA).

    Selanjutnya dalam rangka memberikan bukti empirik untuk mengintegrasikan obat tradisional (jamu) dalam sistem pelayanan kesehatan formal, maka Saintifikasi Jamu adalah salah satu pendekatan dalam rangka mengilmiahkan jamu sehingga dapat dipakai oleh tenaga kesehatan formal. Dalam Saintifikasi Jamu, dikembangkan infrastruktur dual system, yakni yankes dan litbang dalam satu entitas. *Tujuan Kepmenkes No. 381 tahun 2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional (Kotranas), adalah: mendorong pemanfaatan SDA Indonesia secara berkelanjutan untuk digunakan sebagai obat tradisional demi peningkatan pelayanan kesehatan dan ekonomi masyarakat. menjamin obat tradisional yang aman, bermutu dan bermanfaat supaya masyarakat terhindar dari obat tradisional yang tidak tepat. tersedianya obat tradisional yang berkhasiat nyata sehingga mudah diperoleh untuk dimanfaatkan dalam pengobatan sendiri maupun dalam pelayanan kesehatan formal. mendorong perkembangan dunia usaha di bidang obat tradisional agar mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan dapat diterima di negara lain.

    *Program Saintifikasi Jamu pada dasarnya bertujuan untuk melakukan pembuktian jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Terobosan ini merupakan strategi untuk memasukkan jamu dalam pelayanan kesehatan formal yang selama ini masih terkendala karena tidak adanya evidence based.

    Praktek yankes jamu dalam konteks penelitian instrumen yang dipakai utamanya adalah paradigma sehat (promotif dan preventif) tetapi tidak menutup kemungkinan untuk kuratif*Saudara-Saudara,Hasil penelitian yang menjadi salah satu upaya terobosan adalah Saintifikasi Jamu. Jamu sebagai pengobatan tradisional telah diterima dan digunakan luas di masyarakat.

    Pengembangan klinik jamu dimulai pada tahun 2010 dengan pelatihan 60 dokter Puskesmas di Kabupaten Karang Anyar, Sragen, Kendal, Semarang agar mampu melakukan penelitian berbasis pelayanan. Jamu saintifik juga dikembangkan di 12 Rumah Sakit Pendidikan. Diikuti dengan perjanjian kerjasama antara Badan Litbangkes dan IDI untuk mengembangkan body of knowledge pelayanan jamu saintifik di Indonesia. Dengan telah dibentuknya Direktorat Bina Kesehatan Tradisional dan Komplementer alternatif di Kementerian Kesehatan serta disusunnya RPP tentang pelayanan kesehatan tradisional, membuktikan komitmen Kementerian Kesehatan dalam upaya menjadikan jamu sebagai tuan rumah di negeri sendiri dan sinergi dengan pelayanan kesehatan formal.

    Pada tahun 2011, upaya saintifikasi jamu difokuskan pada: penelitian empat ramuan jamu untuk gejala hiperglikemia, hipertensi, hiperkolesterolemia dan hiperurisemia pada 30 Puskesmas dan RS. Juga akan dilaksanakan Diklat batch 3 dan 4 untuk 60 dokter Puskesmas dan Rumah Sakit.

    *Stakeholders yang terlibat dalam pengembagan jamu terdiri dari berbagai pihak yaitu :Ikatan Dokter IndonesiaIkatan Apoteker IndonesiaBadan POMFakultas Kedokteran dan Fakultas FarmasiBPPTKementerian Kesehatan Kementerian Pertanian GP Jamu/Industri Jamu

    Diharapkan nantinya ketika sudah meyelesaikan studinya di Fakultas Farmasi dapat ikut serta di dalam pengembangan jamu di Indonesia *Kesimpulan pertama :Program Saintifikasi Jamu merupakan salah satu kegiatan unggulan Pembangunan Kesehatan dalam menyediakan bukti ilmiah untuk sinergi dan integrasi penggunaan jamu dlm sistem pelayanan kesehatan formal

    *Gambar ini diambil di Tawang mangu di tengah-tengah hamparan tanaman obat dan obat tradisonal yang sudah dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dan para petani di sekitarnya.

    Ini adalah tanaman Tarxacum Officinale umunya berkhasiat sebagai diuretik. Gubernur Jawa Tengah salah satu pejabat daerah yang komit untuk pengembangan jamu di Indonesia*Demikianlah paparan saya dalam kuliah umum hari ini. Semoga paparan ini bermanfaat bagi saudara-saudara Sebagai penutup kami sampaikan kata-kata bijak dari Confucius atau konghucu yang mengatakan :Bukan masalah seberapa sibuknya anda, anda harus menemukan waktu untuk membaca atau anda menyerah kepada kebodohan yang anda pilih sendiri

    Terima kasih

    Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhb *