PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI...

85
i PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN SISWA MEMBACA AL-QUR’AN (Studi Kasus di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan) Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Disusun Oleh: Zamzam Firdaus 106011000027 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./ 2010 M.

Transcript of PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI...

Page 1: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

i

PERANAN GURU AGAMA ISLAM

DALAM MENGATASI KESULITAN SISWA

MEMBACA AL-QUR’AN (Studi Kasus di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh:

Zamzam Firdaus

106011000027

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./ 2010 M.

Page 2: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Zamzam Firdaus

NIM : 106011000027

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : ”Peranan Guru Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Siswa

Membaca Al-Qur’an (Studi Kasus di SMP Negeri 17 Tangerang

Selatan)”

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syrif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau jiplakan

dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 04 Februari 2011

(Zamzam Firdaus)

Page 3: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

iii

PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI

KESULITAN SISWA MEMBACA AL-QUR’AN (Studi Kasus di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Zamzam Firdaus NIM. 106011000027

Mengetahui,

Pembimbing

Drs. H. Ghufron Ihsan, MA NIP. 19530509 198103 1 006

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H./ 2010 M.

Page 4: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi ini berjudul “Peranan Guru Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Siswa Membaca Al-Qur’an (Studi Kasus di SMPN 17 Tangerang Selatan)”, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah diujikan dalam sidang munaqasyah pada 04 Februari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Jakarta, 16 Februari 2011

Panitia ujian munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan) Tanggal Tanda Tangan Bahrissalim, M.Ag NIP: 19680307.199803.1.002 ….. ….. Sekretaris Jurusan Drs. Sapiudin Shiddiq, M.Ag NIP: 19670328.200003.1.001 ….. ….. Penguji I Drs. Sapiudin Shiddiq, M.Ag NIP: 19670328.200003.1.001 ….. ….. Penguji II Dra. Manerah NIP: 19680323 199403 2 002 ….. …..

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. D r. Dede Rosyada, MA. NIP: 19571005 198703 .1.003

Page 5: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

v

ABSTRAKSI

Zamzam Firdaus Peranan Guru Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Siswa Membaca Al-Qur’an

Mengajarkan membaca Al-Qur’an merupakan kewajiban bagi setiap orang tua kepada anaknya. Seharusnya sejak usia dini anak harus sudah diajarkan membaca Al-Qur’an. Namun belakangan ini di tengah masyarakat yang hidup dengan gaya modern sering melupakan pentingnya pengajaran Al-Qur’an kepada anak. Apalagi secara kuantitas masyarakat muslim terutama di kalangan remaja mengalami kondisi yang cukup memprihatinkan. Sangat ironi sekali dengan kondisi masyarakat di Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Dalam situasi seperti ini, salah satu jalan yang dilakukan oleh para orang tua adalah memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan untuk meringankan tugas sebagai orang tua. Sehingga mereka menaruh kepercayaan penuh kepada pihak sekolah untuk membimbing anaknya. Terkadang mereka tidak mau tahu perkembangan anaknya dalam hal membaca Al-Qur’an karena sudah mempercayai kepada pihak sekolah. Salah satu komponen yang bertanggung jawab secara langsung dalam hal membina perkembangan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an adalah guru agama Islam. Di sinilah guru agama Islam dituntut untuk memainkan peranannya dengan sebaik-baiknya agar tercapai tujuan. Meski demikian ia harus tetap bekerja sama dengan pihak lain seperti kepala sekolah dan wali kelas. Seorang guru agama harus kreatif dan inovatif dalam mensiasati perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari Al-Qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang di alami oleh siswa SMP Negeri 17 Tangerang Selatan dalam membaca Al-Qur’an. Dari kesulitan-kesulitan tersebut dapat pula diketahui strategi apa saja yang diterapkan oleh guru agama Islam untuk membantu siswa agar mampu membaca Al-Qur’an. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an berdasarkan data yang penulis peroleh dari para guru agama Islam setempat. Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis. Dalam pengumpulan data digunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan test lisan (membaca Al-Qur’an). Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisa data yaitu mereduksi data yang kemudian disajikan dalam bentuk teks naratif dilengkapi dengan bagan atau tabel serta verifikasi atau pengambilan kesimpulan. Dari penelitian yang penulis lakukan, maka sampailah pada penarikan kesimpulan bahwasanya kesulitan-kesulitan yang dialami siswa-siswi meliputi pengucapan huruf hijaiyah, penguasaan tajwid, pengenalan tanda baca, dan kelancaran dalam membaca. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya minat siswa yang kurang, motivasi dari keluarga yang nyaris tidak ada, alokasi waktu yang kurang memadai, dan sekolah asal lulusan siswa. Adapun strategi yang sudah dilakukan oleh para guru agama Islam di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan di antaranya tadarus Al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai, memberikan jam tambahan di luar jam sekolah, dan pemberian tugas yang dapat merangsang siswa agar mampu membaca Al-Qur’an.

Page 6: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah

menciptakan manusia sebaik-baik bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka

bumi ini.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia,

yaitu Nabi Muhammad saw sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian

bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah swt penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan.

Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak terlepas dari banyak

pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis patut mengucapkan

banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Bahrissalim, M. Ag., dan Sekretaris

Jurusan PAI, Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag.

3. Bapak Drs. H. Ghufron Ihsan, M.A Selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Bapak H. Mardi Yuana Abdillah, S.Pd., selaku kepala Sekolah Menengah Pertama

Negeri 17 Tangerang Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan.

5. Ibu Emi Jami’ah, S.Ag., Bapak Nur Komar, S.Pd., Bapak Suhaemi Pudin, S.Ag., dan

Bapak Nurdin, S. Ag., selaku guru agama Islam di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan

yang telah memberikan informasi yang mendukung suksesnya penelitian ini.

6. Seluruh guru, karyawan dan siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 17

Tangerang Selatan yang juga telah banyak membantu penulis dalam melakukan

penelitian.

7. Ayahanda Bapak Muhamad Haris dan Ibunda Rodiyah yang tercinta yang dengan

bersusah payah telah mengasuh dan mendidik penulis hingga dapat terus berkuliah

serta kakak-kakak dan adik yang dengan sabar telah membantu dan mendukung

keberhasilan belajar penulis.

Page 7: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

vii

8. Wewen, S. Pd.I., yang telah menyiapkan waktu dan tenaga bagi penulis untuk sharing

dalam menyelesaikan skripsi.

9. Iin Indahwati, S. Pd.I., Rikza Damayanti, S. Pd.I., Parjuangan, S. Pd.I., Endang Erika,

S. Pd.I., Sholehah, dan Ust. Agus, S. Pd.I., yang telah bersedia meminjamkan buku

kepada penulis.

10. Ebtanto Putro M, Lulut Supriyono, Ediyanto, Novia Yusmaniar, Nunung Nurfadhilah,

Noer Aisyah, S. Pd.I., serta seluruh sahabat mahasiswa yang tergabung dalam

komunitas Shohibul Alif yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis

tentang indahnya arti sebuah kebersamaan.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya

mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah swt dan hanya kepada-Nya penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para

pembaca umumnya.

Jakarta, Desember 2010

Penulis

Page 8: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

viii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................ 6

C. Pembatasan ........................................................................ 6

D. Perumusan Masalah ............................................................ 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Guru Agama ...................................................................... 8

1. Pengertian Guru Agama ................................................. 8

2. Kedudukan, Peran, dan Tugas Guru Agama .................. 12

3. Kompetensi Guru Agama .............................................. 18

B. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ................................. 22

1. Pengertian Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ............. 22

2. Standar Kompetensi Pembelajaran Membaca

Al-Qur’an ...................................................................... 27

3. Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran

Al-Qur’an ..................................................................... 28

4. Strategi Pembelajaran dan Sistem Penilaian

Pembelajaran Al-Qur’an ................................................ 34

C. Problematika Pembelajaran Al-Qur’an ........................... 40

1. Kesulitan-kesulitan Pembelajaran Al-Qur’an ................. 40

2. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Pembelajaran

Al-Qur’an .................................................................... 41

3. Berbagai Solusi untuk Mengatasi Kesulitan

Pembelajaran Al-Qur’an ............................................... 44

Page 9: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................. 46

B. Desain Penelitian ................................................................ 46

C. Populasi dan Sampel .......................................................... 47

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 48

E. Teknik Analisis Data .......................................................... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Riil SMPN 17 Tangerang Selatan ......................... 52

B. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an di SMPN 17

Tangerang Selatan ............................................................. 59

C. Deskripsi Data ................................................................... 60

D. Analisis Data ..................................................................... 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................... 69

B. Saran ................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 71

LAMPIRAN

Page 10: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Standar Kompetensi mata pelajaran PAI berbasis Al-Qur’an 28

Tabel 2 : Kompetensi Dasar dan indikator mata pelajaran PAI kelas VII smt. I 29

Tabel 3 : Kompetensi Dasar dan indikator mata pelajaran PAI kelas VII smt. II 30

Tabel 4 : Kompetensi Dasar dan indikator mata pelajaran PAI kelas VIII smt. I 31

Tabel 5 : Kompetensi Dasar dan indikator mata pelajaran PAI kelas VIII smt. II 32

Tabel 6 : Kompetensi Dasar dan indikator mata pelajaran PAI kelas IX smt. I 33

Tabel 7 : Kompetensi Dasar dan indikator mata pelajaran PAI kelas IX smt. II 33

Tabel 8 : Daftar sampel penelitian 48

Tabel 9 : Daftar jumlah siswa SMP Negeri 17 Tangerang Selatan 54

Tabel 10 : Daftar jumlah guru SMP Negeri 17 Tangerang Selatan 54

Tabel 11 : Daftar tanaga pendukung 55

Tabel 12 : Daftar kegiatan siswa 56

Tabel 13 : Data ruang kantor 56

Tabel 14 : Data ruang kelas 57

Tabel 15 : Data ruang belajar lainnya 57

Tabel 16 : Data ruang penunjang 57

Tabel 17 : Data lapangan olah raga dan upacara 58

Tabel 18 : Daftar nilai tes membaca Al-Qur’an siswa kelas VII 60

Tabel 19 : Daftar nilai tes membaca Al-Qur’an siswa kelas VIII 61

Tabel 20 : Daftar nilai tes membaca Al-Qur’an siswa kelas IX 61

Page 11: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

xi

Page 12: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan

suatu nama pilihan Allah swt yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun

sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat

menandingi Al-Qur’an, bacaan sempurna lagi mulia. Tiada bacaan semacam

Al-Qur’an yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan

atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh

orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Bahkan orientalis H.A.R. Gibb

sebagaimana yang dikuti oleh M. Quraish Shihab pernah menulis bahwa tidak ada

seorang pun dalam seribu lima ratus tahun ini telah memainkan “alat” bernada

nyaring yang demikian mampu dan berani, serta demikian luas getaran jiwa yang

diakibatkannya, seperti yang dibaca Muhammad saw (Al-Qur’an).1

Allah swt berfirman dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

1 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan

Umat, (Bandung: Mizan, 1998), cet. Ke-7, h. 3

Page 13: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

2

Mengapa iqra’ merupakan perintah pertama yang ditujukan kepada Nabi,

padahal beliau seorang ummi (yang tidak pandai membaca dan menulis)? Kata

iqra’ terambil dari akar kata yang berarti “menghimpun”, sehingga tidak selalu

harus diartikan “membaca teks tertulis dengan aksara tertentu”. Dari menghimpun

lahir aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,

mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik tertulis maupun tidak.2

Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah cirri-ciri sesuatu,

bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang tertulis dan

tidak tertulis. Alhasil objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat

dijangkaunya.3 Meski demikian, penting juga memiliki kemampuan membaca

teks tertulis khususnya teks Al-Qur’an yang memang banyak keutamaannya jika

dibaca baik mengerti ataupun tidak akan maknanya.

Tidak sedikit keterangan-keterangan yang menyatakan keutamaan

membaca Al-Qur’an, di antaranya firman Allah swt dalam surat Faathir ayat 29-

30 yang berbunyi:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat serta menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Q.S. Faathir: 29-30).4 Belajar membaca Al-Qur’an seharusnya dimulai sejak usia dini yaitu masa

kanak-kanak. Sebab, pada usia ini potensi anak sangat bagus dalam menerima

pelajaran. Maka tidak heran jika masyarakat Indonesia terdahulu, terutama yang

2 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat... h. 5

3 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat... h. 5

4 M. Shahib Thahar, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007).

Page 14: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

3

muslim, mengajarkan putera-puterinya membaca Al-Qur’an pada usia kanak-

kanak. Tradisi seperti ini pun masih berkembang saat ini terutama di pedesaan

yang sering disebut “Mengaji Al-Qur’an”.5

Namun menurut Prof. Dr. Djalaludin, belakangan ini kemampuan

membaca Al-Qur’an secara kuantitas dikalangan umat Islam semakin menurun.

Keadaan ini kian hari semakin memprihatinkan khususnya di kalangan remaja.

Kondisi ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya orientasi

berpikir masyarakat kita yang mengarah kepada pemikiran pengetahuan praktis

dan dapat menunjang kehidupan duniawi. Maka tidak aneh jika pengajaran

membaca Al-Qur’an kalah bersaing dengan pengetahuan lainnya. Selain itu,

kesempatan yang jarang, metode yang berangsur kurang diminati, dan aksara

bahasa Arab yang dianggap sulit, turut menjadi faktor penyebab menurunnya

kuantitas umat Islam yang mampu membaca Al-Qur’an.6

Para ulama terdahulu telah membuktikan betapa pentingnya belajar

membaca Al-Qur’an sejak usia dini. Sehingga mereka mampu menghafal

keseluruhan isi Al-Qur’an pada usia yang sangat muda. Imam Syafi’i mampu

menghafal Al-Qur’an pada usia tujuh tahun, Ibnu Sina pada usia sepuluh tahun,

dan Sahl bin Abdullah At-Tustari mampu menghafalnya pada usia enam atau

tujuh tahun.7

Meskipun mempelajari ilmu tajwid sebagai disiplin ilmu adalah fardhu

kifayah atau kewajiban kolektif, namun hukum membaca Al-Qur’an dengan

memakai aturan-aturan hukum tajwid ialah fardhu ‘ain. Hal ini tidaklah

bertentangan dengan firman Allah swt., pada surat Al-Muzammil ayat 4 yang

berbunyi “...wa rattilil qur’ana tartiilaa” (“…Dan bacalah Al-Qur’an dengan

tartil”). 8 Meski demikian, bukan berarti kita enggan membaca Al-Qur’an dengan

dalih belum menguasai ilmu tajwid. Tetapi kita dituntut untuk terus

mempelajarinya hingga sampai pada tahap mampu.

5 Djalaludin, Metode Tunjuk Silang Belajar Membaca Al-Qur’an, (Jakarta: Kalam Mulia,

2004), cet. Ke-6, h. 3. 6 Djalaludin, Metode Tunjuk Silang Belajar Membaca Al-Qur’an... h. 4-7. 7 M. Nur Abduh Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rosulullah, (Bandung: Al Bayan,

1997), cet. Ke-1, h. 145. 8 Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV. Penerbit

Diponegoro, 2004), cet. Ke-10, h. 2-6.

Page 15: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

4

Sedemikian pentingnya membaca Al-Qur’an, sehingga sudah saatnya

pihak-pihak yang terkait membuka mata untuk berperan aktif dalam memberantas

buta aksara Al-Qur’an. Kemudian muncul pertanyaan, siapakah yang berperan

aktif dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an setelah diketahui betapa

pentingnya kemampuan tersebut dimiliki setiap muslim? Untuk menjawab

pertanyaant ersebut, penulis mengutip sabda Rosulullah saw., yang berbunyi :

اللھ ىصل اللھ رسول أن عفان بن عثمان عن الرحمن عبد أبي عن وعلمھ القرآن تعلم من خیركم قال وسلم علیھ

“Dari Abi Abdirahman dari Utsman bin ‘Affan Rasulullah saw bersabda: Sebaik-baik di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Imam At-Turmudzi) 9 Dari sabda nabi di atas, secara eksplisit dapat dipetik kesimpulan bahwa

yang sudah lebih dahulu mampu membaca Al-Qur’an, maka dia harus

mengajarkannya kepada yang belum memiliki kemampuan tersebut. Karena

memang biasanya yang memberikan pelajaran adalah orang yang lebih tahu atau

mampu terlebih dahulu daripada orang yang diajarkan. Memang jawaban ini

belum sepenuhnya menjawab pertanyaan di atas karena masih menyisakan

pertanyaan, siapa atau profesi apa atau lembaga apa yang harus berperan aktif

dalam mengentas buta huruf Al-Qur’an?

Seseorang dapat menerima pelajaran dari setiap yang ada di sekitarnya

atau di mana ia berada. Dia dapat belajar dari keluarga, sekolah, bahkan

masyarakat. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan saling mendukung

satu sama lain. Namun, dalam tulisan yang sederhana ini penulis berusaha fokus

hanya pada lingkungan sekolah yang merupakan lembaga terbaik yang dapat

membantu remaja pada masa yang sensitif. Sekolah adalah lembaga penting yang

memikul tanggung jawab yang berat. Sekolah tidak hanya berkewajiban

menyampaikan ilmu, tetapi juga berkewajiban mendidik mental dan akhlak

anak.10 Maka tidak berlebihan jika baik tidaknya seseorang dapat dilihat di mana

ia bersekolah.

Di dalam sekolah pun banyak komponen yang mendukung berhasil atau

tidaknya proses pembelajaran. Salah satunya adalah guru yang merupakan bagian

9 Imam Turmudzi, Sunan At-Turmuzi, Juz X, (Bairut: Daarul Fikri, 1994), h. 149. 10 Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta: Al-Huda, 2006), cet. Ke-1, h. 115.

Page 16: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

5

komponen terpenting yang berperan aktif di sekolah. Dalam hal membaca

Al-Qur’an, tentu guru agama Islam bertanggung jawab akan hal tersebut, meski

harus bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang terkait. Sebab, mereka juga

yang berkewajiban menyampaikan pesan-pesan agama yang sekurang-kurangnya

meliputi tiga aspek, yaitu aspek iman yang meliputi seluruh rukun iman, aspek

ibadah yang meliputi rukun Islam, dan aspek akhlak. Dengan demikian, guru

agama Islam yang bertanggung jawab penuh atas kemampuan siswanya dalam hal

membaca Al-Qur’an. Paling tidak mereka yang bertugas membina dan memantau

perkembangan anak didikinya dalam kemampuan membaca Al-Qur’an.

Selain itu, guru agama Islam juga harus berusaha mengubah pandangan

sebagian orang seperti Mochtar Buchori yang dikutip oleh H. Muhaimin yang

menilai bahwa pendidikan agama masih gagal dikarenakan hanya memperhatikan

aspek kognitif, dengan mengabaikan aspek afektif dan konatif-volatif, yakni

kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.11

Terkait dengan permasalahan di atas, penulis mendapati beberapa

permasalahan berkaitan dengan apa yang telah penulis paparkan terdahulu ketika

penulis melakukan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) selama kurang

lebih empat bulan berada di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan. Adapun

permasalahan yang penulis temui di lapangan dan akan penulis angkat ke dalam

karya tulis ini ialah tidak sedikitnya siswa-siswi yang belum mampu atau belum

lancar dalam membaca Al-Qur’an. Ada di antara mereka yang sudah duduk di

kelas VIII, itu artinya sudah kurang lebih dua semester mereka bertatap muka

dengan guru agama Islam pada proses pembelajaran. Sehingga penulis ingin

meneliti lebih dalam lagi mengenai peranan guru agama Islam di SMP Negeri 17

Tangerang Selatan dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur’an,

sehingga diperoleh informasi yang jelas tentang sejauh mana peranan guru agama

Islam dalam mengatasi kesulitan siswa membaca Al-Qur’an. Sebab, salah satu

indikator keberhasilan pendidikan agama Islam di sekolah adalah siswa mampu

membaca kitab Al-Qur’an dan berusaha memahaminya.12

11 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,

dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), cet. Ke-1, h. 23. 12 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja,

(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. Ke-2, h. 52

Page 17: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

6

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian yang

lebih mendalam dan menuangkannya ke dalam bentuk skripsi yang berjudul

“Peranan Guru Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Siswa Membaca

Al-Qur’an (Studi Kasus di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan)”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah terdahulu, dapat diidentifikasi beberapa

masalah, di antaranya yaitu :

1. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya mengajarkan membaca

Al-Qur’an sejak usia dini pada anak.

2. Belum maksimalnya peranan sekolah dalam memfasilitasi anak untuk belajar

membaca Al-Qur’an.

3. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam membaca Al-Qur’an.

4. Peranan guru agama Islam yang belum terlihat signifikan dalam mengatasi

kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur’an.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah yang akan

diteliti yaitu :

a. Menganalisa kesulitan-kesulitan yang dialami siswa SMP Negeri 17

Tangerang Selatan dalam membaca Al-Qur’an.

b. Menguraikan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru agama

Islam dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur’an.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang

menjadi fokos penelitian penulis adalah bagaimana peranan guru agama Islam

dalam mengatasi kesulitan siswa membaca Al-Qur’an.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kesulitan siswa dalam membaca Al-

Qur’an.

Page 18: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

7

b. Mengidentifikasi strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru agama

Islam dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur’an.

c. Dapat memberikan solusi terhadap masalah yang dijumpai.

2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai temuan variasi strategi pembelajaran dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an.

b. Sebagai masukan bagi guru agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an.

c. Sebagai evaluasi bagi sekolah yang bersangkutan dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an.

d. Sebagai penelitian lanjutan bagi peneliti selanjutnya.

Page 19: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Guru Agama

1. Pengertian Guru Agama

Sebelum lebih jauh membahas apa atau siapa itu guru agama, perlu kiranya

penulis bahas satu persatu kata, mulai dari pengertian guru sampai kepada

pembahasan pendidikan agama Islam. Perlu diketahui juga agama yang dimaksud

dalam penulisan ini adalah agama Islam, sehingga penulis terfokus pada

pembahasan tersebut. Dalam dunia akademik guru yang mengajar mata pelajaran

agama dikenal dengan guru pendidikan agama Islam (PAI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang

yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.1 Guru dalam

pengertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari

sumber belajar ke peserta didik. Sementara masyarakat memandang guru sebagai

orang yang melaksanakan pendidikan di sekolah, masjid, mushola, atau tempat-

tempat lain.2 Guru adalah pelaksana dan pengembang program kegiatan belajar

mengajar. Dia pemilik pribadi keguruan yang unik, artinya tak ada dua guru yang

memiliki pribadi keguruan yang sama.3

Guru biasa disebut juga sebagai pendidik. Dalam perspektif Islam pendidik

ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007), cet. Ke- 4, h. 377. 2 Jamal Ma’ruf Asmani, Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta:

Diva Press, 2009), cet. Ke- 2, h. 20. 3 Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Metodologi Pengajaran Agama

Islam, (Jakarta: T.Pn., 1983), h. 114

Page 20: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

9

Orang yang paling bertanggung jawab atas hal tersebut adalah orang tua anak

didik. Namun, seiring dengan perkembangan pengetahuan, keterampilan, serta

kebutuhan hidup yang sudah sedemikian luas, orang tua tidak sanggup lagi

menanggung beban tanggung jawab itu sendiri dengan pertimbangan tingkat

keefektifan dan keefisienan. Maka dari itu ia butuh mitra yang dapat membantu

dan dapat bekerja sama dalam memikul tanggung jawab yang tidak ringan,yakni

suatu lembaga pendidikan yang disebut sekolah. Di sinilah sekolah memainkan

perannya sebagai lembaga yang dipercaya orang tua untuk menggantikan atau

meringankan tugasnya sebagai pendidik. Salah satu komponen yang terpenting di

sekolah dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran di

sekolah adalah guru. Sehingga, guru yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah

pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid yang biasanya memegang

mata pelajaran di sekolah.4

Ketika guru sudah dikaitkan dengan sekolah, maka sadar atau tidak

sesungguhnya dia sudah menjadi sebuah profesi. Jika guru sudah menjadi sebuah

profesi, maka sudah pasti ada persyaratan administrasi yang harus dipenuhi yang

telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu diantaranya adalah telah menempuh

pendidikan keguruan minimal S-1 atau D-4. dengan demikian, meskipun orang

memiliki pengetahuan yang luas, tetap saja ia tidak dianggap guru yang sah

menurut standar pemerintahan tanpa ia memiliki stratifikasi S-1.5

“Menurut Oemar Hamalik sebagaimana yang dikutip oleh Martinis Yamin, guru profesional harus memiliki persyaratan, di antaranya yaitu memiliki bakat sebagai guru, memiliki keahlian sebagai guru, memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi, memiliki mental yang sehat, berbadan sehat, memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, guru adalah manusia berjiwa Pancasila, guru adalah seorang warga negara yang baik”.6

Selanjutnya, penulis akan uraikan pembahasan mengenai pendidikan

agama Islam. Kata pendidikan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

4 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1994), cet. Ke- 2, h. 74-75 5 Jamal Ma’ruf Asmani, Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif... h. 198 6 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: GP Press, t.t.), h. 24

Page 21: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

10

sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atai kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengjaran dan pelatihan.7

Sedangkan agama di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

sebagai ajaran, system yang mengatur tata keimanan (keprcayaan) dan

peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan

dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.8

Memang tidak mudah untuk mendefinisikan kata agama, apalagi di dunia

ini kita menemukan kenyataan bahwa agama amat beragam. Pandangan seseorang

terhadap agama, ditentukan oleh pemahamannya terhadap ajaran agama itu

sendiri.9 Beberapa ahli di dalamnya mencoba mendefinisikannya. Menurut

Freezer, agama adalah menyembah atau menghormati kekuatan yanglebih agung

dari manusia yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan

jalannya peri kehiduan manusia.10

”Lain halnya dengan M. A. Tihami sebagaimana yang dikutip oleh H. TB. Aat Syafaat yang mendefinisikan agama ke dalam beberapa pengertian, di antaranya yaitu: a. Al-Din (agama) menurut bahasa artinya keta’atan, ibadah, pembalasan,

dan perhitungan. b. Menurut istilah syara’ agama ialah keseluruhan jalan hidup yang

ditetapkan Allah swt melalui lisan Nabi-Nya dalam bentuk ketentuan-ketentuan (hukum).

c. Ketetapan Tuhan yang menyeru kepada makhluk yang berakal untuk menerima segala sesuatu yang dibawa oleh rasul.

d. Sesuatu yang menuntut makhluk berakal untuk menerima segala yang dibawa oleh Rosulullah saw.”11

Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa agama ialah

sesuatu yang diperuntukkan kepada makhluk yang berakal yang meliputi perintah,

anjuran, larangan, dan petunjuk untuk menjalani kehidupan di dunia ini.

7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia... h. 263 8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia... h.12 9 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan

Umat... h. 10 TB. Aat Syafaat, S.Sos, M.Si., dkk., Peranan Pendidikan Agama Islam dalam

Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 12 11 TB. Aat Syafaat, S.Sos, M.Si., dkk., Peranan Pendidikan Agama Islam dalam

Mencegah Kenakalan Remaja... h. 12-13

Page 22: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

11

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Islam ialah agama yang diajarkan

oleh Nabi Muhammad saw berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang

diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah swt.12 Sementara kata Islam itu sendiri

berasal dari bahasa Arab yang secara etimologi memiliki pengertian keselamatan,

perdamaian, dan penyerahan diri kepada Tuhan.13 Dari pengertian tersebut,

setidaknya dapat dipahami bahwa Islam merupakan agama yang memberikan

petunjuk keselamatan, yang senantiasa mengajarkan kedamaian di seluruh alam,

dan mengajarkan pemeluknya untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada

pemilik Islam itu sendiri.

Menurut Nasrudin Razak, agama Islam adalah addin yang dibawa oleh

Nabi Muhammad saw., yang diturunkan Allah swt., dan yang terdapat dalam

sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-

petunjuk untuk kesejahteraan serta kebahagiaan hidup manusia di dunia dan

akhirat.14

Mengenai pendidikan agama Islam, banyak para ahli yang

mendefinisikannya. Menurut Zakiyah Daradjat sebagaimana yang dikutip oleh

Abdul Majid dan Dian Andayani, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha

untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami

ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya

dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.15

Lain halnya menurut Tayar Yusuf (masih dalam kutipan yang sama),

menurutnya pendidikan agama Islam ialah usaha sadar generasi tua untuk

mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada

generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah swt. Menurut

Ahmad Tafsir, pendidikan agama Islam ialah bimbingan yang diberikan seseorang

12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia... h. 444 13 Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid I: Akidah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993),

cet. Ke- 2, h. 3 14 Nasrudin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1986), cet. Ke- 2, h. 61 15 Abdul Majid, & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke- 3, h. 130

Page 23: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

12

kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran

Islam.16

Mata pelajaran pendidikan agama Islam secara keseluruhan meliputi

Al-Qur’an dan Al-Hadits, keimanan, akhlak, fiqh ibadah, dan sejarah, sekaligus

menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup

perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan

Allah swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun

lingkungannya.17

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran

agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain

dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud

kesatuan dan persatuan bangsa.

Dengan melihat penjelasan-penjelasan terdahulu, akhirnya bermuaralah

kepada sebuah kesimpulan akhir pada pembahasan ini bahwa guru agama atau

guru pendidikan agama Islam ialah seseorang yang mengemban tugas mengajar

sekaligus mendidik yang telah memiliki stratifikasi S-1 yang memegang mata

pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dan terdaftar sebagai tenaga pendidik di

suatu lembaga pendidikan atau sekolah.

2. Kedudukan, Peran, dan Tugas Guru Agama

a. Kedudukan Guru Agama

Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam adalah penghargaan

Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Kedudukan orang ‘alim dalam Islam

dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan

cara megajarkan ilmu kepada orang lain adalah suatu pengamalan yang paling

16 Abdul Majid, & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi... h.

130 17 Abdul Majid, & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi...

h.131

Page 24: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

13

dihargai oleh Islam.18 Maka tidak berlebihan jika dikatakan menjadi guru

merupakan tugas yang sangat mulia, terlebih guru agama Islam yang secara jelas

menyampaikan pesan-pesan Al-Qur’an meliputi akidah, akhlak, dan ibadah yang

memang dahulu tugas tersebut diemban oleh Rosulullah saw. Dengan demikian,

guru merupakan mitra Rosulullah saw., yang meneruskan perjuangannya

menyampaikan kebenaran baik yang tersurat maupun tersirat di dalam Al-Qur’an.

Tingginya kedudukan guru, terlebih guru agama Islam, merupakan

realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, sementara

pengetahuan itu sendiri didapat dari proses belajar mengajar sehingga terjadi

interaksi antara yang diajar dengan yang mengajar, dalam hal ini yang mengajar

adalah guru. Maka tidak boleh tidak, Islam pasti memuliakan guru. Tingginya

kedudukan guru dalam Islam masih dapat disaksikan secara nyata pada zaman

sekarang. Hal tersebut dapat dilihat terutama di pesantren-pesantren Indonesia.

Santri bahkan tidak berani menantang sinar mata kyainya, sebagian lagi

membungkukkan badan ketika menghadap kyainya.19

Guru adalah actor penting kemajuan peradaban bangsa ini yang tidak

cukup hanya sekadar transfer of knowledge (memindah ilmu pengetahuan) dari

sisi luarnya saja, tetapi juga transfer of value (memindah nilai) dari sisi dalamnya.

Perpaduan dalam dan luar inilah yang akan mengokohkan bangunan pengetahuan,

moral, dan kepribadian murid dalam menyongsong masa depannya. Kalau sekadar

memindah ilmu pengetahuan, masa depan murid akan terancam. Sebab, moralitas

dan integritas mereka rapuh, mudah terombang-ambing badai topan modernisasi

yang menghalalkan segala cara demi memuaskan nafsu hedonisme. Namun, jika

hanya memindah nilai tanpa mentransfer keilmuan yang memadai, mereka

terancam pada gelombang salju dan tembok tebal kemiskinan, pengangguran, dan

keterbelakangan. Keduanya penting dan harus berjalan seiring, tidak boleh ada

yang dimarginalkan dari yang lain.20

Selain itu, kedudukan guru ditengah masyarakat pun dijadikan sebagai

teladan dan rujukan masyarakat sekitar. Di sinilah nilai strategis seorang guru

18 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam... h. 76 19 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam... h. 76-77 20 Jamal Ma’ruf Asmani, Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif... h.77-78

Page 25: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

14

untuk selalu berpijak pada jalan yang benar, tidak menyimpang, sesuai dengan

ajaran agama yang suci, adat istiadat yang baik, dan aturan pemerintah.21

Sedemikian mulianya kedudukan guru di hadapan Allah swt., dan di mata

masyarakat, maka sudah seharusnya seseorang yang mengambil jalan hidup

sebagai guru menjaga citra baik tersebut dengan tidak menodai kemuliaan profesi

guru dengan sikap dan perbuatannya yang dapat mengundang kebencian Allah

swt dan masyarakat.

b. Peran dan Tugas Guru Agama

Peran dan tugas adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Untuk

membuktikan peran, seseorang harus melakukan tugas-tugas yang diembannya.

Begitu pun seorang guru, untuk menunjukkan eksistensinya sebagai pendidik,

maka dia harus melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru.

Menurut M. Uzer Usman, peran guru agama dalam kegiatan belajar

mengajar adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan

dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku

dan perkembangan peserta didik yang menjadi tujuannya.22

Menurut Jamal Ma’mur Asmani dalam bukunya Tips Menjadi Guru

Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, fungsi dan tugas guru sebagai berikut:

1) Educator (pendidik)

Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi

pelajaran yang diberikan kepadanya. Jelaslah bahwa guru agama adalah pendidik,

yakni pendidik agama. Ia bertugas menanamkan ide keagamaan ke dalam jiwa

anak. Perasaan cinta agama yang terdapat pada guru, besar pengaruhnya terhadap

perasaan cinta anak kepada apa yang diberikan olehnya.23

21 Jamal Ma’ruf Asmani, Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif... h. 203 22 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1994), h. 3 23 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema

Remaja... h. 56

Page 26: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

15

2) Leader (pemimpin)

Sebagai pemimpin kelas, guru harus bisa menguasai, mengendalikan, dan

mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas.

Sebagai pemimpin, guru juga harus terbuka, demokratis, dan menghindari cara-

cara kekerasan. Begitu pun seorang guru agama, ia harus bisa mengarahkan

murid-muridnya untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam di dalam kehidupan

sehari-hari.

3) Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan

dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Guru tidak boleh mendikte anak

didiknya untuk menguasai satu bidang. Anak harus dibiarkan mengeksplorasi

potensinya dan memilih potensi terbaik yang dimiliki sebagai jalur hidupnya di

masa depan. Di sinilah guru agama bertugas memberikan arahan atau

bimbingannya agar anak didiknya tidak salah memilih dan tetap memegang nilai-

nilai ajaran Islam.

4) Motivator

Sebagai motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat

dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup

keluarganya, bagaimanapun masa lalunya, dan bagaimanapun berat tantangannya.

Akan tetapi, ada hal yang harus diperhatikan dalam memberikan motivasi oleh

guru agama, ia tidak hanya memotivasi hal-hal yang bersifat duniawi, tetapi juga

harus memperhatikan hal-hal yang bersifat ukhrowi.

5) Administrator

Tugas administrator sudah melekat dalam diri seorang guru, mulai dari

melamar sampai diterima menjadi seorang guru dengan bukti surat keputusan

yayasan, surat instruksi kepala sekolah, dan lain sebagainya. Dalam proses

pembelajaran, guru harus mengabsen siswa, mengisi jurnal kelas, dan membuat

laporan berkala sesuai dengan sistem administrasi sekolah. Pada saat ujian, ia

Page 27: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

16

harus membuat soal, mengawasi, mengoreksi, memberikan nilai raport kepada

wali kelas, dan lain sebagainya.

6) Evaluator

Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang harus

dibenahi dan disempurnakan. Di sinilah pentingnya evaluasi seorang guru. Dalam

evaluasi ini, guru bisa memakai banyak cara, di antaranya dengan merenungkan

sendiri proses pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan,

atau meminta pendapat orang lain seperti kepala sekolah, guru lain, atau murid-

muridnya.24 Demikian pula dengan guru agama, ia harus mengevaluasi hasil

proses pembelajarannya. Apakah anak didiknya sudah menguasai teori yang telah

diberikan dan mempraktikannya ke dalam kehidupan sehari-hari? Atau baru hanya

menguasai secara teori saja? Sebab, yang terpenting dari ajaran agama adalan

pengamalannya. Dari pengamalan akan melahirkan pengalaman.

Dalam pergaulannya di masyarakat, guru agama pun mempunyai beberapa

peran penting, di antaranya yaitu:

1) Pengatur irama

Dalam kehidupan sosial, potensi masyarakat sangat banyak, bervariasi,

dan kompleks. Potensi tersebut ada pada generasi tua dan muda, kalangan kelas

atas, menengah, dan bawah. Di sinilah peran guru sebagai pengatur irama, harus

jeli membaca potensi seseorang dan menempatkannya pada posisi yang tepat, agar

menghasilkan “bunyi orkestra” yang enak dan indah didengar.

2) Penengah konflik

Dalam kehidupan bermasyarakat, masalah adalah bagian dari variasi

kehidupan sehari-hari. Setiap orang pasti mempunyai masalah dan belum tentu

mampu memecahkan masalahnya sendiri dengan solusi yang tepat. Banyak di

antara mereka yang justru menyelesaikan masalah dengan emosional sehingga

dengan mudah menghakimi orang lain. Akibatnya, kehidupan sosial menjadi

kurang harmonis. Di sinilah peran guru sebagai penengah konflik. Sebagai guru

agama, tentunya solusi yang diberikan harus tetap dalam koridor ajaran Islam.

24 Jamal Ma’ruf Asmani, Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif... h.39 - 54

Page 28: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

17

3) Pemimpin kultural

Peran-peran di atas dengan sendirinya menempatkan seorang guru sebagai

pemimpin kultural, pemimpin yang lahir dan muncul dari bawah secara alami

berkat potensi, aktualisasi, dan kontribusi besarnya dalam pemberdayaan potensi

masyarakat. Ia akan menjadi tempat rujukan berbagai problem yang berkembang

di masyarakat, menjadi figur pemersatu, sumber ilmu yang disenangi oleh semua

kalangan, dan selalu senang memberikan motivasi bagi kemajuan masyarakat.

Dalam semua situasi, seorang guru harus selalu menghiasi dirinya, lahir dan batin,

dengan kejujuran dan keteladanan yang menjadi sumber kepercayaan masyarakat.

Ketulusan, semangat pengorbanan, dan senang melihat kebahagiaan orang lain

membuatnya semakin dicintai rakyat.25

Dipandang sebagai profesi, tentunya guru agama memiliki tugas-tugas

yang harus dilaksanakan. Adapun tugas profesional guru agama adalah sebagai

berikut:

1) Guru agama harus dapat menetapkan dan merumuskan tujuan instruksional

dan target yang hendak dicapai.

2) Guru agama harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai berbagai

metode yang dapat digunakan dalam situasi yang sesuai.

3) Guru agama harus dapat memilih bahan dan alat bantu serta menciptakan

kegiatan yang dilakukan anak didik dalam pengalaman pelajaran agama.

4) Guru agama harus dapat menetapkan cara-cara penilaian setiap hasil sesuai

dengan target.26

Zakiah Daradjat dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama

Islam menyebutkan tiga macam tugas guru agama, yaitu:

1) Tugas pengajaran

Sepanjang sejarah keguruan, tugas guru yang sudah tradisional adalah

“mengajar”. Karenanya sering orang salah duga bahwa tugas guru hanyalah

semata-mata mengajar. Sebenarnya, sebagai pengajar guru bertugas membina

perkembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

25 Jamal Ma’ruf Asmani, Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif... h.208 - 211 26 Abu Ahmad, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Bandung: Amrico, 1986), h. 100

Page 29: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

18

2) Tugas bimbingan

Bagi guru agama, pemberian bimbingan meliputi bimbingan belajar dan

bimbingan sikap keagamaan. Pemberian bimbingan dimaksudkan agar setiap

murid disadarkan mengenai kemampuan dan potensi diri murid yang sebenarnya

dalam kapasitas belajar dan bersikap.

3) Tugas administrasi

Dalam hal adminitrasi, guru bertugas mengelola kelas atau menjadi

manajer interaksi belajar. Mengajar dengan pengelolaan yang baik, guru akan

lebih mudah mempengaruhi murid di kelasnya dalam rangka pendidikan dan

pengajaran agama Islam khususnya.27

3. Kompetensi Guru Agama

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi diartikan sebagai

kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu).28 Ada juga

yang mengartikan kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan

demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas

guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk

penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap profesional dalam

menjalankan fungsi sebagai guru.

Pembahasan mengenai guru agama telah penulis uraikan pada pembahasan

sebelumnya. Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa yang

dimaksud dengan kompetensi guru agama adalah kompetensi yang harus dimiliki

oleh setiap guru agama yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dapat mendukung dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran agama

(Islam) di setiap satuan pendidikan.

Zakiah Daradjat menyebutkan paling tidak ada tiga kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang guru, baik guru agama maupun guru umum, yaitu:

27 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

1995), cet. Ke- 1, h. 264 - 268 28 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia... h. 584

Page 30: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

19

a. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian pada seorang guru harus dikembangkan terus-

menerus agar guru terampil dalam:

1) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau murid

yang diajarkannya.

2) Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar-mengajar

sehingga amat menunjang secara moral terhadap murid bagi terciptanya

kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan murid dan

guru.

3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung jawab,

dan saling mempercayai antara guru dan murid.

b. Kompetensi penguasaan atas bahan pengajaran

Kompetensi penguasaan meliputi bahan bidang studi sesuai dengan

kurikulum dan bahan perdalaman aplikasi bidang studi. Kesemuanya ini amat

perlu dibina karena selalu dibutuhkan dalam:

1) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang harus

diajarkannya ke dalam bentuk komponen-komponen dan informasi-

informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu ayau kecakapan yang

bersangkutan.

2) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi tersebut

sedemikian rupa baiknya sehingga akan memudahkan murid untuk

mempelajari pelajaran yang diterimanya.

c. Kompetensi dalam cara-cara mengajar

Kompetensi dalam cara-cara mengajar atau keterampilan mengajar

diperlukan dalam:

1) Merencanakan atau menyusun setiap program satuan pelajaran, demikian

pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan untuk satu satuan

waktu.

2) Mempergunakan atau mengembangkan media pendidikan bagi murid

dalam proses belajar yang diperlukannya.

Page 31: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

20

3) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode mengajar sehingga

terjadilah kombinasi dan variasi yang efektif.29

Di dalam Buku Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab Standar Pendidik dan

Tenaga Kependidikan Pasal 28 dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki

pendidik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta anak usia dini

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional,

dan kompetensi sosial.30

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya. Kompetensi profesional mempunyai arti bahwa guru harus memiliki

pengetahuan yang luas serta mendalam mengenai bidang studi yang diajarkan.

Selain itu, guru juga harus menguasai strategi pembelajaran secara tepat dan

mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.31

Kompetensi kepribadian mempunyai arti bahwa guru harus memiliki sikap

kepribadian yang mantap hingga patut diteladani, digugu, dan ditiru. Kompetensi

sosial mempunyai arti bahwa seorang guru harus memiliki kemampuan

berkomunikasi sosial, dengan murid, dengan teman sesama guru, dengan kepala

sekolah, dengan tata usaha, serta dapat berkomunikasi dengan masyarakat

sekitarnya.32

Penjelasan mengenai keempat kompetensi di atas sejalan dengan rumusan

kompetensi yang sudah dirinci oleh Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan Indonesia (ALPTKI) dalam kongresnya di Bandung tanggal 19 –

21 Januari 2006 dan Rapat Kerja I di Surabaya tanggal 26 – 28 Januari 2006.

Hanya saja mereka menambahkan mengenai kompetensi profesional yang

29 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam... h. 263 - 264 30 Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung:

Fokusmedia,2009) 31 Rika Sa’diah, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kardofa,

2009), cet. Ke- 1, h. 149 - 150 32 Rika Sa’diah, Metodologi Pembelajaran Agama Islam... h. 150

Page 32: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

21

dimaksud adalah kompetensi yang dapat membimbing peserta didik memenuhi

standar kompetensi.33

Demikian juga Prof. Dr. Ramayulis menyatakan bahwa ada empat

kompetensi yang harus dimiliki oleh guru agama, di antaranya yaitu:

a. Menguasai substansi, yakni materi dan kompetensi berkaitan dengan mata

pelajaran yang dibinanya, sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

b. Menguasai metodologi mengajar, yakni metodik khusus untuk mata pelajaran

yang dibinanya.

c. Menguasai teknik evaluasi dengan baik.

d. Memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai moral dan kode etik

profesi.34

Keseluruhan kompetensi yang telah dijelaskan di atas merupakan

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional baik guru agama

maupun guru umum. Namun, Prof. Dr. Muhammad Athiyah Al-Abrasiy secara

singkat menyebutkan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru agama,

yaitu:

1) Zuhud 2) Kebersihan tubuh dan jiwanya 3) Ikhlas dalam beramal 4) Suka pemaaf 5) Mencintai murid-muridnya 6) Mengetahui tabiat murid 7) Harus menguasai mata pelajaran.35

Syaikh Muhammad Said Mursi pun menyebutkan 12 sifat yang harus

dimiliki oleh seorang pendidik guna menunjang keberhasilan dalam mencapai

tujuan, yaitu:

1) Memberikan keteladanan 2) Mempunyai hubungan yang baik dengan Allah swt. 3) Berjiwa besar dan bercita-cita tinggi 4) Mencintai dan dicintai

33 Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. Ke-

1, h. 94 34 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), cet.

Ke-5, h. 60-61 35 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema

Remaja... h. 57

Page 33: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

22

5) Mengendalikan diri 6) Banyak membaca 7) Mempunyai pengetahuan khusus 8) Penyayang 9) Mampu menyelami dunia anak 10) Berkomunikasi dengan wali murid 11) Mempunyai tujuan jelas 12) Memberikan hasil.36

Dengan demikian, jelaslah bagi setiap guru agama yang terdaftar di setiap

satuan pendidikan untuk lebih memperhatikan dan mengembangkan lagi

kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan dalam

mengajar. Selain itu, perlu juga melatih diri agar mempunyai kepribadian yang

baik hiangga layak menjadi teladan bagi muridnya.

B. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

a. Pengertian pembelajaran membaca Al-Qur’an

Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang telah mendapatkan imbuhan

gabungan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran diartikan

sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.37

Proses pembelajaran disebut juga keterpaduan antara konsep belajar dan mengajar

yang akhirnya melahirkan konsep pembelajaran. Belajar dan mengajar merupakan

dua aktivitas yang saling keterkaitan satu dengan yang lain dalam proses

pembelajaran. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan siswa, sedangkan

mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru. Dua kegiatan tersebut

menjadi terpadu pada saat terjadi interaksi antara guru dan murid dalam proses

pembelajaran.38

Makna mengajar awalnya masih diartikan sebagai aktivitas pemberian

bimbingan kepada siswa yang mengacu kepada apa yang dialkukan guru.

Pandangan paedagogis dan ilmuan pendidikan di awal paroan ke-2 abad ke-20

sudah berkembang menuju model pendidikan yang berpusat pada siswa, hanya

36 Syaikh Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), cet. Ke- 1, h. 285 - 301 37 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia... h. 17 38 Annisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), cet. Ke-1, h. 25

Page 34: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

23

saja keterlibatan dan peran guru masih sangat besar dalam proses pengajaran.

Itulah bagian-bagian yang dikritik oleh para ilmuwan pendidikan di akhir abad ke-

20 dengan memberi peluang yang sebesar-besarnya pada siswa untuk belajar.39

Seperti kritik yang dilontarkan Paulo Freire yang dikutip oleh Dede

Rosyada terhadap pengajaran dengan model pembelajaran pasif, yakni guru

menerangkan, murid mendengarkan, guru bertanya, murid menjawab, dan

seterusnya. Paulo Freire menyebutnya dengan pendidikan gaya bank, yakni

pendidikan model deposito, guru sebagai deposan yang mendepositokan

pengetahuan serta berbagai pengalamannya pada siswa, sementara siswa hanya

menerima dan mencatat semua yang disampaikan guru. Pendidikan dengan model

seperti ini menurut Freire merupakan salah satu bentuk penindasan terhadap

siswa, karena menghambat kreativitas dan pengembangan potensi siswa.40

Oleh sebab itu, pengertian mengajar pun berubah seiring dengan pergeseran

masa. Seperti pendapat Kenneth D Moore dikutip oleh Dede Rosyada dalam

bukunya Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan

Masyarakat dalam Menyelenggarakan Pendidikan yang menyatakan bahwa

mengajar adalah sebuah tindakan dari seseorang yang mencoba untuk membantu

orang lain mencapai kemajuan dalam berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai

dengan potensinya. Pandangan ini didasari oleh sebuah paradigma bahwa tingkat

keberhasilan mengajar bukan pada seberapa banyak ilmu yang disampaikan guru

kepada siswa, melainkan seberapa besar guru memberi peluang pada siswa untuk

belajar dan memperoleh segala sesuatu yang ingin diketahuinya, guru hanya

memfasilitasin parasiswanya untuk meningkatkan keterampilan dan

pengetahuannya.41

39 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Menyelenggarakan Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cet. Ke-1, h. 91 40 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Menyelenggarakan Pendidikan... h. 89 41 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Menyelenggarakan Pendidikan... h. 91

Page 35: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

24

Kemudian kata membaca memiliki arti melihat serta memaknai isi dari apa

yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati.42 Sedangkan Al-Qur’an

merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah swt yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan malaikat Jibril untuk dibaca,

dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat

manusia.43

Secara etimologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan kata

Al-Qur’an. Di antara mereka ada yang menulisnya tanpa huruf hamzah (dibaca

Al-Quraan) dan ada pula yang menulisnya dengan memakai huruf hamzah (dibaca

Al-Qur’an). Pendapat yang pertama dapat dilihat dari pernyataan Imam Syafi’i

yang dikutip oleh A. Chaerudji Abdul Chalik yang menyatakan bahwa kata

Al-Qur’an ditulis tanpa huruf hamzah dan tida diambil dari kata apapun. Ia

merupakan kata yang khusus dipakai untuk kitab suci yang diberikan kepada Nabi

Muhammad saw., sebagaimana nama Injil dan Taurat yang dipakai khusus untuk

kitab-kitab Tuhan yang diberikan masing-masing kepada Nabi Isa as., dan Nabi

Musa as.44

Berbeda dengan Subhi al-Shaleh dalam kutipan A. Chaerudji Abdul Chalik

yang menyatakan bahwa kata Al-Qur’an itu masdar dan sinonim/ murodif dengan

kata qiro’ah yang berarti bacaan. Menurutnya kata qara’a yang berarti membaca

adalah berasal dari bahasa Arami. Tetapi ketika Al-Qur’an diturunkan, kata

tersebut telah baku menjadi bahasa Arab. Kemudian Islam mempergunakan kata

Al-Qur’an itu untuk nama kitab sucinya.45

Secara terminologi pun para ulama berbeda pendapat dalam

mendefinisikannya. Subhi Al-Shaleh yang dikutip oleh A. Chaerudji Abdul

Chalik berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang mengandung

mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., yang termaktub dalam

42 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia... h. 83 43 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia... h. 33 44 A. Chaerudji Abdul Chalik, ‘Ulum Al-Qur’an, (Jakarta: Diadit Media, 2007), cet. Ke-1, h. 39 45 A. Chaerudji Abdul Chalik, ‘Ulum Al-Qur’an... h. 40-41

Page 36: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

25

mushaf-mushaf yang dinukilkan daripadanya dengan jalan mutawatir yang

dianggap bernilai ibadah membacanya.46

Di dalam Kamus Agama, makna Al-Qur’an yang populer di kalangan umat

ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada nabi-Nya yang bernama

Muhammad saw., yang tertulis dalam mushaf. Sedangkan menurut ulama ahli

kalam, Al-Qur’an adalah kalimat-kalimat yang gaib dan azali, sejak dari awal

Al-Fatihah sampai An-Naas, yaitu lafal-lafal yang terlepas dari sifat-sifat

kebendaan, baik secara inderawi, khayali, ataupun secara lain-lain, yang tersusun

pada sifat Allah yang Qadim.47

Prof. M.T. Thahir Abdul Mu’in sebagaimana yang dikutip oleh Humaidi

Tatapangarsa menyatakan bahwa Al-Qur’an ialah firman Allah swt., yang

disampaikan kepada rasul-Nya dengan perantaraan malaikat Jibril dengan

berangsur-angsur, yang akan disampaikan kepada umatnya dengan mutawatir dan

sebagai tanda kerasulan Muhammad saw., dengan mengandung mu’jizat dan

sebagai petunjuk bagi manusia dalam menuju ketinggian/ kemuliaan hidup dengan

jalan yang lurus, yang dapat menyampaikannya kepada kebahagiaan hidup yang

abadi.48

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an pada

dasarnya mengandung unsur-unsur yang berupa:

a) Bahwa ia adalah kalam / wahyu Allah swt. Artinya bukan buatan atau

karangan manusia, jin, atau makhluk lainnya.

b) Bahwa ia diturunkan kepada rasul Allah yang bernama Muhammad saw.

Artinya kalam Allah yang diturunkan kepada selain Muhammad saw.,

bukanlah Al-Qur’an.

c) Bahwa kalam Allah swt., yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., itu

ialah dengan perantara malaikat Jibril, dan membacanya termasuk ibadah.

Artinya, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., tidak

46 A. Chaerudji Abdul Chalik, ‘Ulum Al-Qur’an... h. 43 47 Humaidi Tatapangarsa, Al-Qur’an yang Menakjubkan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2007), h. 1 48 Humaidi Tatapangarsa, Al-Qur’an yang Menakjubkan... h. 2-3

Page 37: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

26

melalui Jibril dan membacanya tidak termasuk ibadah, seperti hadits qudsi,

bukanlah Al-Qur’an.

d) Bahwa kalam Allah swt., yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.,

dengan perantara malaikat Jibril itu merupakan mu’jizat Nabi Muhammad

saw., dan sebagai pedoman agama Islam. Artinya, bahwa wahyu Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., yang juga merupakan pedoman

agama Islam, seperti hadits-hadits nabi, tetapi tidak menjadi mu’jizat beliau,

bukanlah pula Al-Qur’an.

Dengan demikian, yang dimaksud pembelajaran membaca Al-Qur’an ialah

suatu proses interaksi belajar mengajar antara guru dan murid yang menekankan

pada murid untuk mampu melafalkan huruf demi huruf, kata demi kata, serta

kalimat demi kalimat yang terdapat dalam mushaf Al-Qur’an yang menjadi

pedoman bagi umat Nabi Muhammad saw., yang selanjutnya diharapkan murid

dapat memahami maknanya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan pembelajaran membaca Al-Qur’an

Dalam mengajar Al-Qur’an, ada pengklasifikasian ayat-ayat ke dalam dua

kategori, yaitu ayat-ayat yang hanya dibaca dan ayat-ayat yang harus ditafsirkan

dan dihafal. Semua itu bertujuan memberikan pengetahuan kepada anak didik agar

mengarah kepada:

1) Kemantapan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah

ditetapkan dan menghafal ayat-ayat atau surat-surat yang mudah bagi

mereka.

2) Kemampuan memahami kitab Allah secara sempurna.

3) Kesanggupan menerapkan ajaran Islam ke dalam kehidupan sehari-

hari.

4) Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode

pengajaran yang tepat.

5) Kemampuan memanifestasikan keindahan retorika Al-Qur’an.

6) Penumbuhan rasa cinta dan keagungan Al-Qur’an dalam jiwanya.

Page 38: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

27

7) Pembinaan pendidikan Islam berdasarkan sumber-sumbernya yang

utama dari Al-Qur’an.49

Secara khusus, tujuan mengajar Al-Qur’an yang berkaitan dengan ayat-

ayat bacaan, yaitu:

1) Murid-murid dapat membaca Al-Qur’an dengan mantap, baik dari segi

ketepatan harkat, saktat (tempat berhenti), membunyikan huruf-huruf sesuai

dengan makhrajnya dan persepsi maknanya.

2) Murid-murid mengerti makna Al-Qur’an dan berkesan dalam jiwanya.

3) Murid-murid mampu menimbulkan rasa haru, khusyu, dan tenang jiwanya

serta takut kepada Allah swt.

4) Membiasakan kemampuan murid dalam membaca pada mushaf dan

meperkenalkan istilah-istilah yang tertulis baik untuk waqaf, mad, dan

idgham.50

Prof. Dr. H. Mahmud Yunus dalam bukunya Metodik Khusus Pendidikan

Agama menyebutkan tujuan mempelajari Al-Qur’an selain untuk jadi ibadah

adalah sebagai berikut:

a) Memelihara kitab suci dan membacanya serta memperhatikan apa-apa isinya

untuk jadi petunjuk dan pengajaran dalam kehidupan di dunia.

b) Mengingat hukum agama yang termaktub dalam Al-Qur’an serta menguatkan

keimanan dan mendorong berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan.

c) Mengharapkan keridhaan Allah swt.

d) Menanamkan akhlak yang mulia.

e) Menanam perasaan keagamaan dalam hati dan menumbuhkannya sehingga

bertambah keimanannya kepada Allah swt.51

2. Standar Kompetensi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Standar kompetensi pembelajaran membaca Al-Qur’an yang dimaksud

pada pembahasan ini adalah kemampuan minimal yang harus dikuasai atau

49 Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: T. Pn., 1985), h. 79 50 Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam... h. 80-81 51 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), cet. Ke-11, h. 61

Page 39: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

28

dimiliki siswa dalam mata pelajaran agama Islam khususnya materi yang berbasis

Al-Qur’an. Berikut penulis akan uraikan standar kompetensi mata pelajaran

agama Islam yang berbasis Al-Qur’an yang penulis kutip dari Model Silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pengajaran yang dikeluarkan oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional:

Tabel 1 Satndar kompetensi materi pembelajaran agama Islam berbasis Al-Qur’an kelas

VII sampai IX

No. Kelas Semester Materi Pembelajaran Standar Kompetensi

1 VII

1

Hukum bacaan “Al” Syamsiyah dan “Al” Qamariyah

Menerapkan hukum bacaan “Al” Syamsiyah dan “Al” Qamariyah

2 Hukum bacaan nun mati / tanwin dan mim mati

Menerapkan hukum bacaan nun mati / tanwin dan mim mati

2 VIII 1 Hukkum bacaan

qalqalah dan ra Menerapkan Hukkum bacaan qalqalah dan ra

2 Hukum bacaan mad dan waqaf

Menerapkan Hukum bacaan mad dan waqaf

3 IX

1 Al-Qur’an surat At-Tin

Memahami ajaran Al-Qur’an surat At-Tin

2 Al-Qur’an surat Al-Insyirah

Memahami ajaran Al-Qur’an surat Al-Insyirah52

3. Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran Al-Qur’an

Kompetensi dasar merupakan kemampuan dasar yang dapat dilakukan

oleh siswa yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Kompetensi

dasar ini mengacu kepada standar kompetensi yang telah ditetapkan untuk

masing-masing materi pembelajaran.

52 Departemen Pendidikan Nasional, Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: T. Pn., 2006), h. 3-53.

Page 40: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

29

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, indikator diartikan sebagai sesuatu

yang dapat memberikan (menjadikan) petunjuk atau keterangan. Indikator adalah

karakteristik, tanda-tanda, perbuatan atau respon yang harus dapat dilakukan atau

ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah memiliki

kemampuan dasar tersebut.

Selanjutnya penulis akan uaraikan komptensi dasar dan indikator pada

materi pembelajaran agama Islam Sekolah Menengah Pertama yang berbasis

Al-Qur’an dari BSNP Departemen Pendidikan Nasional:

Tabel 2

Kompetensi dasar dan indikator kelas VII semester 1 materi pembelajaran

Hukum bacaan “Al” Syamsiyah dan “Al” Qamariyah

Kompetensi Dasar Indikator

1. Menjelaskan Hukum bacaan “Al” Syamsiyah dan “Al” Qamariyah

1. Menjelaskan pengertian Hukum bacaan “Al” Syamsiyah

2. Menyebutkan contoh-contoh bacaan “Al” Syamsiyah

3. Menjelaskan pengertian “Al” Qamariyah

4. Menyebutkan contoh-contoh bacaan “Al” Qamariyah

2. Membedakan Hukum bacaan “Al” Syamsiyah dan “Al” Qamariyah

1. Menyebutkan ciri-ciri hukum bacaan “Al” Syamsiyah

2. Menyebutkan ciri-ciri hukum bacaan “Al” Qomariyah

3. Membandingkan ciri-ciri hukum bacaan “Al” Syamsiyah dan “Al” Qomariyah

3. Menerapkan bacaan “Al” Syamsiyah dan “Al” Qomariyah dalam

1. Menelaah hukum bacaan “Al” Syamsiyah dan “Al” Qomariyah dalam

Page 41: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

30

bacaan surat Al-Qur’an dengan benar

Q. S. Adh-Dhuha

2. Menelaah hukum bacaan “Al” Syamsiyah dan “Al” Qomariyah dalam Q. S.Al-‘Adiyat.53

Tabel 3

Kompetensi dasar dan indikator kelas VII semester 2 materi pembelajaran

Hukum bacaan nun mati / tanwin dan mim mati

Kompetensi Dasar Indikator

1. Menjelaskan hukum bacaan nun mati / tanwin dan mim mati

1. Menjelaskan pengertian nun mati / tanwin

2. Menjelaskan pengertian mim mati

3. Menyebutkan contoh bacaan nun mati / tanwin dan mim mati

2. Membedakan hukum bacaan nun mati / tanwin dan mim mati

1. Menjelaskan macam-macam hukum bacaan nun mati / tanwin

2. Menjelaskan macam-macam hukum bacaan mim mati

3. Menjelaskan perbedaan antara hukum bacaan nun mati / tanwin dan mim mati

3. Menerapkan hukum bacaan nun mati / tanwin dan mim mati dalam bacaan surat Al-Qur’an dengan benar

1. Mencari hukum bacaan nun mati / tanwin dalam Q.S. Al-Qadr

2. Mencari hukum bacaan mim mati dalam Q.S. Al-Fiil.54

53 Departemen Pendidikan Nasional, Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ...., h. 3-4. 54 Departemen Pendidikan Nasional, Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ...., h. 15-16.

Page 42: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

31

Tabel 4

Kompetensi dasar dan indikator kelas VIII semester 1 materi pembelajaran

hukum bacaan qalqalh dan ra

Kompetensi Dasar Indikator

2. Menjelaskan hukum bacaan qalqalah dan ra

1. Menjelaskan pengertian hukum bacaan qalqalah

2. Menjelaskan macam-macam hukum bacaan qalqalah dan menyebutkan contohnya

3. Menjelaskan pengertian hukum bacaan ra

4. Menjelaskan macam-macam hukum bacaan ra dan menyebutkan contohnya

4. Menerapkan hukum bacaan qalqalah dan ra dalam bacaan surat Al-Qur’an dengan benar

4. Membaca bacaan qalqalah dengan benar

5. Membaca bacaan ra tebal dan tipis dengan benar

6. Menerapkan hukum bacaan qalqalah pada Q.S. Al-Ikhlas dan Q.S. AL-Lahab

7. Menerapkan hukum bacaan ra dengan membaca potongan ayat-ayat dengan benar.55

55 Departemen Pendidikan Nasional, Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ...., h. 23-24.

Page 43: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

32

Tabel 5

Kompetensi dasar dan indikator kelas VIII semester 2 materi pembelajaran

hukum bacaan mad dan waqaf

Kompetensi Dasar Indikator

1. Menjelaskan hukum bacaan mad dan waqaf

1. Menjelaskan pengertian hukum bacaan mad

2. Menjelaskan macam-macam hukum bacaan mad dan menyebutkan contohnya

3. Menjelaskan pengertian hukum bacaan waqaf dan washal

4. Menjelaskan macam-macam hukum bacaan waqaf dan menyebutkan contohnya

2. Menerapkan hukum bacaan qalqalah dan ra dalam bacaan surat Al-Qur’an dengan benar

1. Menunjukkan beberapa contoh hukum bacaan mad dalam Q.S. Al-Fatihah dan Q.S. Al-Kafirun

2. Menunjukkan beberapa contoh hukum bacaan waqaf dalam Q.S. Al-Fatihah dan Q.S. Al-Ikhlas

3. Mempraktikan bacaan mad dan waqaf dalam bacaan surat Al-Qur’an

1. Mempraktikan cara membaca bacaan mad

2. Mempraktikan cara membaca bacaan yang diwaqafkan dan yang diwashalkan

3. Mempraktikan bacaan mad dan waqaf dalam ayat-ayat Q.S. Al-Baqarah.56

56 Departemen Pendidikan Nasional, Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ...., h. 37-38.

Page 44: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

33

Tabel 6

Kompetensi dasar dan indikator kelas IX semester 1 materi pembelajaran

Al-Qur’an Surat At-Tin

Kompetensi Dasar Indikator

1. Membaca Q.S. At-Tin dengan tartil

1. Membaca potongan-potongan ayat dalam Q.S. At-Tin dengan benar

2. Membaca keseluruhan ayat dalam Q.S. At-Tin dengan tartil dan benar

2. Menyebutkan arti Q.S. At-Tin

1. Mengartikan masing-masing kata dalam Q.S. At-Tin dengan benar

2. Mengartikan masing-masing ayat dalam Q.S. At-Tin dengan benar

3. Mengartikan keseluruhan ayat dalam Q.S. At-Tin dengan benar

3. Menjelaskan makna Q.S. At-Tin

1. Menjelaskan makna setiap ayat yang ada dalam Q.S. At-Tin dengan benar

2. Menjelaskan pesan-pesan pokok dari Q.S. At-Tin.57

Tabel 7

Kompetensi dasar dan indikator kelas IX semester 2 materi pembelajaran

Al-Qur’an Surat Al-Insyirah

Kompetensi Dasar Indikator

1. Menampilkan bacaan Q.S. Al-Insyirah dengan tartil dan benar

1. Membaca potongan-potongan ayat dalam Q.S. Al-Insyirah dengan benar

2. Membaca keseluruhan ayat dalam Q.S. Al-Insyirah dengan tartil dan benar

3. Menyebutkan arti Q.S. Al-Insyirah

1. Mengartikan masing-masing kata dalam Q.S. Al-Insyirah dengan benar

2. Mengartikan masing-masing ayat dalam Q.S. Al-Insyirah dengan benar

3. Mengartikan keseluruhan ayat dalam Q.S. Al-Insyirah dengan benar.58

57 Departemen Pendidikan Nasional, Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ...., h. 45-46. 58 Departemen Pendidikan Nasional, Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ...., h. 53-54.

Page 45: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

34

Menurut hemat penulis, dari keseluruhan komptensi dasar dan indikator

yang diberikan oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional akan

dirasakan sulit bagi guru untuk menyampaikannya kepada anak didik apabila

kemampuan dasar membaca Al-Qur’an seperti mengenal huruf hijaiyah belum

dikuasai oleh siswa.

4. Strategi Pembelajaran dan Penilaian Pembelajaran Al-Qur’an

a. Startegi Pembelajaran Al-Qur’an

Kata strategi berasal dari kata startegos (Yunani) yang berarti jenderal

atau perwira negara. Jenderal inilah yang bertanggung jawab merencanakan suatu

strategi dari mengarahkan pasukan untuk mencapai kemenangan. Dalam

perkembangannya, konsep strategi telah banyak digunakan dalam berbagai situasi,

termasuk untuk situasi pendidikan. Implementasi konsep strategi dalam situasi

dan kondisi belajar-mengajar, sekurang-kurangnya melahirkan pengertian berikut:

1) Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan

menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk

mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan

kondisi yang paling menguntungkan.

2) Strategi merupakan garis-garis besar haluan bertindak dalam mengelola

proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif

dan efisien.

3) Strategi dalam proses belajar-mengajar merupakan suatu rencana yang

disiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan belajar.

4) Strategi sebagai pola-pola umum kegiatan guru dalam perwujudan belajar

mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

5) Strategi belajar mengajar berarti pola umum perbuatan guru-murid di

dalam perwujudan kegiatan belajar dan mengajar.59

Mempertimbangkan suatu strategi berarti mencari dan memilih model,

metode dan pendekatan proses belajar mengajar yang didasarkan atas karakteristik

dan kebutuhan belajar peserta didik dan kondisi lingkungan serta tujuan yang akan

dicapai. Dengan kata lain, strategi belajar-mengajar merupakan siasat guru utnuk

59 Annisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar... h. 36-38

Page 46: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

35

mengoptimalkan intreaksi antara peserta dengan komponen-komponen lain dari

sistem instruksional secara konsisten.60

Kaitannya dengan pembelajaran Al-Qur’an, guru agama Islam dapat

memilih metode pengajaran Al-Qur’an yang tepat dan sesuai agar mudah diterima

oleh peserta didik. Ada banyak metode yang lazim digunakan untuk mengajarkan

Al-Qur’an yang dapat menjadi alternatif bagi guru agama, di antaranya yaitu:

1) Metode Qira’ati

Metode qira’ati adalah cara mengajar membaca Al-Qur’an dengan

menggunakan buku qira’ati dan menawarkan pengajaran yang sistematis dan

mendetail serta pemahaman ilmu tajwid dan cara baca tartil. Adapun ciri-cirinya

sebagai berikut:

a) Praktis

b) Sederhana (realis, tidak teoris)

c) Sedikit demi sedikit

d) Merangsang murid untuk saling berpacu

e) Tidak menuntun bacaan

f) Teliti terhadap bacaan salah atau keliru

g) Driil (bisa karena dibiasakan)61

2) Metode Iqra

Metode iqra merupakan temuan K.H. As’ad Human dari Yogyakarta.

Metode ini terdiri dari 6 jilid dengan waktu belajar selama 6 bulan. Ciri-cirinya

sebagai berikut:

a) Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

b) Privat, guru menyimak bacaan siswa

c) Asistensi, guru bisa meminta bantuan untuk mengajar kepada guru yang

lain

Ada pula metode-metode penunjang yang dapat digunakan untuk lebih

memudahkan siswa menerima pelajaran, yaitu:62

60 Annisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar... h. 39

61 Tombak Alam, Metode Membaca Menulis Al-Qur’an 5 kali Pandai, (Jakarta: PT. Reneka Cipta, 1995), h. 112

Page 47: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

36

1) Metode menyanyi

Menyanyi merupakan rekreasi batin yang indah, anak-anak akan hanyut

dalam nyanyian yang indah itu. Ia akan merasa senang dan tidak merasa dibebani

sehingga suasana belajar mengajar menjadi segar dan gembira. Misalnya huruf-

huruf hijaiyah dinyanyikan menggunakan nada dari lagu ”abang tukang bakso”

atau tidak menutup kemungkinan juga bagi guru menciptakan lagu sendiri atau

meniru lagu yang sedang terkenal di kalangan masyarakat.

2) Metode cerita

Cerita meruupakan media efektif untuk menanamkan nilai-nilai yang

luhur, yang bersumber dari nilai akidah/ tauhid, dan nilai akhlak. Metode cerita

dapat diambil atau dibantu dari titian ingatan, seperti bunyi ”Ba” titian ingatannya

adalah ikan lumba-lumba. Guru bercerita tentang lumba-lumba dengan harapan

santri tidak lupa bunyi ”Ba”, dan seterusnya.

3) Metode bermain

Dunia anak adalah dunia bermain, namun mengajari anak sambil bermain

bukanlah pekerjaan main-main. Metode bermain dapat digunakan melalui

berbagai media belajar, seperti bermain tepuk hijaiyah, bermain kartu hijaiyah,

bermainmencari huruf hijaiyah, bermain menempel huruf hijaiyah, dan lain

sebagainya.

4) Metode alat peraga

Metode ini sepenuhnya menggunakan alat bantu atau alat peraga, dengan

tujuan membantu siswa agar lebih mudah memahami materi pelajaran Al-Qur’an.

Di antara alat peraga yang dapat digunakan adalah Kartu Hijaiyahku, Bendera

Hijaiyahku, dan Foster Hijaiyah.

62 Arief Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra’ yang Mudah dan Menyenangkan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Madani, 2008), cet. Ke-1, h. 18-24

Page 48: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

37

b. Sistem Penilaian Pembelajaran Al-Qur’an

Dalam proses pembelajaran diperlukan sebuah evaluasi untuk mengetahui

perkembangan anak didik setelah menerima pelajaran baik pada ranah kognitif,

afektif maupun psikomotorik. Dalam mengevaluasi dibutuhkan penilaian yang

dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengevaluasi proses pembelajaran

yang sudah terjadi.

Kaitannya dengan pembelajaran Al-Qur’an, ada beberapa teknik penilaian

yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk mengetahui sampai sejauh mana

perkembangan anak didiknya dalam menerima pelajaran, di antaranya yaitu:63

1. Test lisan

Pada test lisan murid mendapat pertanyaan secara lisan yang harus dijawab

secara lisan pula. Pada situasi tertentu test lisan merupakan satu-satunya teknik

untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang, apabila testee belum pandai

atau tidak dapat membaca dan menulis. Pada test lisan ini, guru dapat menguji

siswanya membaca Al-Qur’an secara langsung sesuai tingkat kemampuan. Setelah

membaca dapat juga diajukan pertanyaan yang berkaitan dengan tajwid pada ayat

atau surat yang menjadi instrumen penilaian. Dengan test ini guru dapat

mengetahui secara langsung perkembangan anak didiknya.

Dalam test lisan ada beberapa kebaikan dan kelemahan yang perlu

diperhatikan, yaitu:

1) Kebaikannya:

a) lebih dapat menilai isi pengetahuan dan kepribadian peserta didik,

karena dilakukan secara berhadapan.

b) Jika peserta didik belum merasa jelas soalnya, penguji dapat

mengubah pertanyaan sehingga peserta didik menjadi paham.

c) Penguji dapat mengoreksi pengetahuan peserta didik sampai mendetil.

d) Penguji dapat mengetahui langsung hasilnya.

2) Kelemahannya:

a) Jika hubungan antara peserta didik dengan penguji kurang baik, dapat

mengurangi objektivitas test.

63 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam...h. 381-389

Page 49: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

38

b) Sifat penggugup pada peserta didik dapat mengganggu kelancaran

jawaban yang diberikannya.

c) Pertanyaan yang diberikan tidak dapat senantiasa sama pada setiap

peserta didik.

d) Untuk menguji kelas yang besar diperlukan waktu yang lama dan

kurang ekonomis.

e) Sering tidak terdapat kebebasan bagi peserta didik.

Suatu hal yang harus senantiasa diingat bahwa skor maksimum yang

diberikan kepada testee adalah sama dengan test tulisan, yaitu ”10” atau ”100”.

Selain itu, untuk menjaga keobjektifannya ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan dalam memberikan skor, yaitu:

1) Kelengkapan jawaban.

2) Kelancaran mengemukakan jawaban.

3) Kemampuan mempertahankan pendapat.

2. Test tulisan

Dalam pembelajaran Al-Qur’am dapat juga dilakukan penilaian dengan

test tertulis. Ada beberapa alternatif pilihan test tertulis yang dapat dilakukan,

yaitu:

1) Test tertulis uraian (essay)

Test essay adalah test yang disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya

terdiri beberapa kalimat. Untuk menjawab pertanyaan dengan sebaik-baiknya,

murid memerlukan waktu yang cukup lama. Pada test tertulis ini guru dapat

menguji pengetahuan siswa dan kemampuan dalam menulis ayat atau surat dari

Al-Qur’an.

Adapun kebaikan dan kelemahan dari test essay adalah sebagai berikut:

a) Kebaikannya:

Bagi guru, menyusun test tersebut sangat mudah dan tidak

memerlukan waktu yang lama.

Murid mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi

hati dan buah pikirannya.

Page 50: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

39

Melatih mengeluarkan buah pikiran dalam bentuk kalimat/ bahasa

yang teratur.

Lebih ekonomis karena tidak memerlukan kertas yang terlalu banyak

untuk membuat soal, bahkan dapat didiktekan saja.

b) Kelemahannya:

Kemungkinan jawabannya bersifat heterogen, sehingga menyulitkan

penguji dalam memberikan skor.

Baik buruknya tulisan dan panjang pendeknya jawaban mudah

menimbulkan penilaian.

Dalam menetapkan skor maksimum didasarkan pada tingkat kesukaran

kualitatif dari masing-masing soal. Ukuran mudah dan sukarnya soal dapat

dimanifestasikan pada lama penyelesaian soal yang dinyatakan dalam jumlah

waktu. Atau dapat juga dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

S = w x 100 W

Keterangan :

S = Skor yang diperlukan untuk masing-masing nomor soal

w = Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu soal

W = Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan semua soal

100 = Untuk maksimum skor untuk seluruh soal.

2) Test tertulis objektif (pilihan ganda)

Pada jenis test ini testee diminta memilih jawaban yang benar dari

beberapa jawaban yang ada. biasanya terdiri dari tiga sampai lima pilihan jawaban

yang tersedia, namun yang benar hanya satu.

Adapun kebaikan dan kelemahan test ini sebagai berikut:

a) Kebaikannya:

Memberikan skornya mudah dan dapat diskor secara objektif.

Dapat menilai proses mental yang lebih tinggi.

b) Kelemahannya:

Sukar membuatnya serta banyak memakan waktu dan tenaga.

Page 51: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

40

Masih ada juga unsur tebakan dari testee dalam memilih jawaban.

Dalam memberikan skor pada test pilihan ganda, dapat menggunakan

rumus sebagai berikut:

S = R – w x 100 O I

Keterangan:

S = Score = nilai

R = Right = jumlah jawaban yang benar

W = Wrong = jumlah jawaban yang salah

O = Option = jumlah pilihan

I = Item = jumlah seluruh soal

100 = Skor maksimum seluruh soal.

C. Problematika Pembelajaran Al-Qur’an

1. Kesulitan-kesulitan Pembelajaran Al-Qur’an

Dalam memahami bacaan Al-Qur’an dibutuhkan pengajaran dan metode

pembelajaran sebagai alat untuk memudahkan membaca Al-Qur’an. Pada

dasarnya inti dari pengajaran membaca Al-Qur’an adalah suatu usaha memberikan

ilmu pengetahuan tentang membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai

kaidah ilmu tajwid dan nantinya diharapkan dapat memahami, meresapi, dan

dapat mengamalkannya.

Bagi masyarakat Indonesia yang umumnya tidak atau kurang akrab dengan

bahasa Arab, dirasakan amat sulit untuk belajar membaca Al-Qur’an. Walaupun

demikian bukan berarti tidak bisa dipelajari, hanya saja butuh waktu yang tidak

sebentar apalagi jika memang benar-benar masing merasa asing dengan bahasa

Arab.

Adapun kesulitan-kesulitan yang lazimnya ditemukan dalam proses

pembelajaran membaca Al-Qur’an bagi santri atau siswa adalah sebagai berikut:64

64 Arief Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra’ yang Mudah dan

Menyenangkan... h. 28-29

Page 52: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

41

a. Kesulitan dalam pengucapan pada bunyi-bunyi huruf yang tidak ada

padanannya dalam bahasa Indonesia, seperti Tsa, Kho, Sya, Sho, Dho,

Tho, Zho, ’A, dan Gho.

b. Kesulitan dalam memahami huruf yang bersambung, karena ketika

disambung bentuk huruf menjadi berubah.

c. Kesulitan dalam mengenal tanda panjang baik yang berupa Alif, Ya

sukun/ mati, maupun Wau sukun/ mati.

d. Kesulitan dalam mengenal tanda baca seperti tasydid/ syiddah.

e. Kesulitan dalam mempraktikan hukum bacaan tajwid seperti ikhfa.

2. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Pembelajaran Al-Qur’an

Secara umum, faktor-faktor yang menyebabkan berhasil atau tidaknya

suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor, di antaranya yaitu:65

a. Faktor Internal

Pada faktor internal pun terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam,

dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian

pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya mengalami

gangguan pikiran, perasaan kecewa, hal ini dapat mengganggu datau

mengurangi semangat belajar.

2) Inteligensi dan Bakat

Seseorang yang mempunyai inteligensi baik umumnya mudah belajar dan

hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang inteligensinya kurang

baik cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga

prestasi di sekolah rendah. Demikian pula bakat amat besar pengaruhnya

dalam menentukan keberhasilan belajar. Bila seseorang mempunyai

inteligensi tinggi dan bakat yang mendukung, maka proses belajarnya akan

65 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1997), cet. Ke-1, h. 55-60

Page 53: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

42

lancar dan sukses dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat saja tetapi

inteligensinya rendah atau sebaliknya.

3) Minat dan Motivasi

Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya

terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat timbul karena daya tarik dari

luar dan dari hati. Timbulnya minat dalam belajar disebabkan berbagai hal,

antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau

memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang. Minat belajar yang

besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar

yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

Motivasi adalah daya penggerak/ pendorong untuk melakukan sesuatu

pekerjaan yang juga dapat berasal dari dalam dan luar. Seseorang yang belajar

dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan

sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat.

4) Cara Belajar

Cara belajar seseorang pun mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya.

Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu

kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

b. Faktor Eksternal

1) Keluarga

Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi

penghuni rumah. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya

penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun

atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua denga

anak-anaknya, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut

mempengaruhi pencapaian hasil belajar.

Page 54: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

43

2) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan

belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan

kemampuan anak, keadaan fasilitas/ perlengkapan sekolah, keadaan ruangan,

jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, semua itu turut

mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

3) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar anak. Jika

masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan atau menaruh

besar perhatian terhadap pendidikan, maka akan mendukung keberhasilan

belajar anak.

4) Lingkungan Sekitar

Keadaan tempat tinggal juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi

belajar. Misalnya bila bangunan rumah penduduk sangat rapat, keadaan lalu

lintas yang membisingkan, suara pabrik, polusi udara, dan sebagainya, akan

menggangu atau mengahambat pencapaian prestasi belajar anak.

Menurut Jalaluddin, kesulitan dalam membaca Al-Qur’an disebabkan

beberapa faktor penyebab antara lain:66

a. Orientasi Berpikir

Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi arah pemikiran orang.

Kemajuan teknologi dengan segala hasil yang disumbangkannya bagi kemudahan

hidup manusia, banyak mengalihkan perhatian orang untuk hidup lebih erat

dengan kebendaan. Hal itu mendorong mereka untuk menuntut ilmu yang

diperkirakan dapat membantu ke arah pemikiran pengetahuan praktis.

Pengetahuan tentang membaca Al-Qur’an dan cara membacanya kalah bersaing di

alam pemikiran kebanyakan kaum muslimin.

66 Djalaludin, Metode Tunjuk Silang Belajar Membaca Al-Qur’an... h. 4-7

Page 55: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

44

b. Kesempatan dan Tenaga

Arah berpikir yang materialis telah mendudukkan status wajib belajar Al-

Qur’an ke provinsi yang lebih kecil. Pengaruh ini telah menimbulkan kondisi asal-

asalan. Akibatnya terjadi kelangkaan penyediaan kesempatan dan kelangkaan

tenaga. Waktu yang disediakan untuk belajar Al-Qur’an sangat sedikit jika

dibandingkan dengan waktu yang mereka gunakan untuk menuntut ilmu

pengetahuan yang lain. Akibatnya tenaga pengajar tersedia tidak sempat

berkembang seimbang dengan kebutuhan.

c. Metode

Perkembangan teknologi telah mengubah kecenderungan masyarakat

untuk menuntut ilmu pengetahuan secara lebih mudah dan lebih cepat. Untuk

menampung minat ini dalam berbagai disiplin ilmu para ahli telah memanfaatkan

jasa teknologi dalam media pendidikan baik media visual, audio visual, maupun

komputer dengan cara yang tepat guna. Khusus dalam pendidikan Al-Qur’an, cara

ini masih langka dan mahal. Metode lama dalam beberapa seginya mungkin sudah

kurang serráis dengan keinginan dan kecenderungan tepat guna ini. Akibatnya

metode yang demikian berangsur kurang diminati.

d. Aksara

Kitab suci Al-Qur’an ditulis dengan aksara dan bahasa Arab. Faktor ini

menyulitkan bagi mereka yang berpendidikan non pesantren/madrasah karena

pengetahuan ini tidak dikembangkan secara khusus di sekolah umum. Akibatnya

pelajar yang berpendidikan umum sebagian besar buta aksara kitab sucinya.

3. Berbagai Solusi untuk Mengatasi Kesulitan Pembelajran Al-Qur’an

Dalam menyelesaikan suatu masalah, sebelum dicari bagaimana solusinya,

maka harus dicari terlebih dahulu mengapa hal itu dapat terjadi yang terangkum

dalam faktor penyebab. Dengan melihat faktor-faktor penyebab yang disebutkan

oleh Jalaluddin, dapat diambil solusi-solusi untuk mengatasi kesulitan dalam

pembelajaran Al-Qur’an, di antaranya yaitu:

Page 56: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

45

a. Mengubah orientasi masyarakat yang masih menganggap pembelajaran Al-

Qur’an tidak atau kurang penting. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

mengadakan seminar atau pertemuan antara guru, khususnya guru agama

Islam, dengan para orang tua/ wali murid. Penulis anggap hal ini merupakan

gerbang pertama untuk memudahkan seseorang belajar membaca Al-Qur’an.

Tugas ini tidak bisa dianggap ringan dan main-main oleh guru agama Islam

yang memikul tanggung jawab besar dalam membina muridnya agar mampu

membaca Al-Qur’an.

b. Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada siswa untuk belajar

membaca Al-Qur’an. Sebab, sebuah realita dalam satuan pendidikan umum,

alokasi waktu mata pelajaran agama Islam masih dirasakan kurang yang

kebanyakan hanya dua jam dalam sepekan. Selain itu, seorang guru agama

Islam dituntut juga untuk rela mengorbankan tenaga, waktu, dan pikiran demi

tercapainya tujuan pembelajaran Al-Qur’an. Misalnya menyediakan waktu

tambahan khusus untuk murid belajar Al-Qur’an di luar jam pelajaran atau

jam sekolah.

c. Pemilihan dan pengembangan metode yang selalu harus dipikirkan secara

seksama agar lebih mempermudah siswa dalam menerima pelajaran. Beberapa

metode pembelajaran Al-Qur’an yang dapat menjadi alternatif bagi guru

agama Islam sudah penulis uraikan pada pembahasan sebelumnya. Namun

demikian, tidak menutup kemungkinan untuk mencari atau menciptakan

metode sendiri yang sesuai.

d. Harus sering menghadapkan siswa kepada bacaan atau tulisan yang berkaitan

dengan Al-Qur’an atau bahasa Arab. Sebab, untuk mengenal karakteristik

bahasa asing diperlukan pembiasaan agar tidak merasa aneh lagi jika

dihadapkan dengan aksara asing, dalam hal ini aksara bahasa Arab.

Page 57: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian terhitung dari tanggal 25 Oktober sampai 30

November 2010.

Lokasi yang penulis jadikan objek dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 17

Tangerang Selatan yang berlokasi di Komp. Pamulang Permai I Kecamatan

Pamulang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan desain penelitian

deskriptif analitis yakni penelitian yang menggambarkan, mengungkapkan dan

memaparkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat tergambarkan dengan

jelas.

Adapun pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan

kualitatif yakni penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.1 Suatu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan keadaan atau status fenomena secara sistematis, aktual dan akurat.

1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), cet. 24, h. 6.

Page 58: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

47

Penelitian kualitatif ini digunakan karena beberapa hal. Pertama,

menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan.

kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan

responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan

banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.2

Dengan demikian untuk memperoleh data yang lengkap dan obyektif, maka

penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field reserch), yaitu penelitian yang

dilakukan secara langsung ke tempat penelitian (SMP Negeri 17 Tangerang Selatan)

guna memperoleh data-data yang dibutuhkan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Dalam penelitian ini, yang

menjadi populasi ialah siswa SMP Negeri 17 Tangerang Selatan untuk mendapatkan

data yang mendukung penelitian yang sedang penulis lakukan.

2. Sampel

Adapun sampel ialah sebahagian atau wakil populasi yang akan diteliti.

Teknik sampling yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposif

atau sampling bertujuan. Sampling purposif merupakan metode penetapan sampel

dengan di dasarkan pada kriteria-kriteria tertentu untuk memberikan informasi secara

maksimal.4 Selain memang teknik ini merupakan salah satu teknik yang sangat

dianjurkan dalam penelitian kualitatif, teknik ini penulis gunakan agar membantu dan

mempermudah penulis mendapatkan data yang akurat. Sebab, sampel yang akan

penulis ambil dalam hal ini hanyalah yang memiliki ciri-ciri yang penulis maksud

yakni yang memiliki kesulitan membaca Al-Qur’an. Dalam hal ini, penulis

2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,…………., h. 9. 3 Nuraida dan Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research

Publishing, 2009), cet. 1, h. 88. 4 Nuraida dan Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, … h. 91.

Page 59: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

48

menentukan sampel berdasarkan petunjuk dari guru agama Islam di SMPN 17

Tangerang Selatan. Adapun sampel yang penulis peroleh dari guru-guru agama Islam

adalah sebagai berikut:

Kelas Jumlah

VII 18

VIII 15

IX 30

Jumlah 63

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang akurat dalam penelitian, penulis

menggunakan beberapa instrumen dalam pengumpulan data, di antaranya sebagai

berikut:

a. Observasi

Observasi adalah cara menganalisa dan mengadakan pencatatan secara

sistematis mengenai segala yang ada dan yang terjadi dengan melihat dan mengamati

secara langsung yang berkaitan dengan strategi peningkatan kualitas pendidikan.

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang SMP

Negeri 17 Tangerang Selatan. Pada tahap ini juga penulis menentukan sampel melalui

petunjuk dari guru-guru agama Islam setempat yang telah disebutkan di atas.

b. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan bertanya dan menjawab antara pewawancara

(interviewer) yang bertindak sebagai pencari informasi (informasi hunter) dengan

pihak yang diwawancarai (interviewe), yang bertindak sebagai pemberi informasi

(information supplier). Teknik pengumulan data ini digunakan untuk memperoleh

informasi langsung dengan pihak terkait, yaitu guru agama Islam, siswa-siswi, dan

wali kelas SMP Negeri 17 Tangerang Selatan.

Page 60: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

49

Adapun yang menjadi responden serta kisi-kisi wawancara dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1) Guru Agama Islam, dengan kisi-kisi wawancaranya sebagai berikut:

a) Kemampuan rata-rata siswa dalam membaca Al-Qur’an.

b) Kesulitan yang dialami siswa.

c) Faktor yang mempengaruhi siswa dalam hal mampu atau tidaknya dalam

membaca Al-Qur’an.

d) Usaha yang dilakukan oleh guru agama Islam.

e) Hambatan yang dialami guru agama Islam dalam melakukan tindakan.

f) Hasil yang diperoleh.

2) Siswa, yakni yang telah ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini. adapun

kisi-kisi wawancaranya sebagai berikut:

a) Minat siswa dalam belajar membaca Al-Qur’an.

b) Faktor keluarga.

c) Faktor lingkungan masyarakat.

d) Faktor sekolah.

3) Wali kelas, yakni guru yang dipercaya oleh sekolah untuk memegang satu kelas.

adapun kisi-kisi wawancaranya sebagai berikut:

a) Kemampuan rata-rata siswa dalam membaca Al-Qur’an.

b) Kesulitan yang dialami siswa.

c) Faktor yang mempengaruhi siswa dalam hal mampu atau tidaknya dalam

membaca Al-Qur’an.

d) Usaha yang dilakukan oleh guru agama Islam.

e) Hambatan yang dialami guru agama Islam dalam melakukan tindakan.

f) Hasil yang diperoleh.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan hal-hal yang berkaitan

dengan kelengkapan penelitian. Dalam hal ini penulis gunakan untuk mendapatkan

Page 61: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

50

data-data yang berkenaan dengan nilai siswa dalam membaca Al-Qur’an dari guru-

guru agama Islam. Dilengkapi juga dengan data mengenai sejarah berdirinya SMP

Negeri 17 Tangerang Selatan, struktur organisasi, visi misi sekolah, data guru dan

murid, dan yang lainnya yang memberikan input sebagai bahan dalam penulisan

skripsi ini.

d. Test Lisan

Adapun ayat yang menjadi instrumen penelitian ini sudah penulis tetapkan

yaitu Q.S. Al-Fath ayat 29. Dengan pertimbangan pada ayat ini sudah mencakup

seluruh huruf hijaiyah mulai dari Alif sampai Ya. Selain itu, pada ayat ini pun terdapat

beberapa hukum tajwid yang dapat mewakili dalam melakukan identifikasi kesulitan

yang dialami siswa dalam membaca Al-Qur’an. Dengan demikian, hal ini

mempermudah penulis dalam mengumpulkan data yang penulis butuhkan. Test ini

dialkukan bukan untuk memperoleh data berupa nilai kuantitatif, melainkan untuk

memperoleh data kualitatif tentang kesulitan yang dialami siswa dalam membaca Al-

Qur’an.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, yaitu suatu teknik data yang

dilakukan dengan memberikan gambaran peristiwa yang terjadi di lapangan. Setelah

data-data tersebut diperoleh, maka selanjutnya dilakukan penganalisaan untuk

mengungkapkan strategi yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan SMP Negeri 17 Tangerang Selatan.

Adapun teknik analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang meliputi:5

1. Reduksi data, yakni proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, dan transformasi data ”kasar” yang muncul dari catatan-catatan

lapangan. Reduksi data merupakan suau bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, menkategorisasikan, mengarahkan, membuang data yang tidak

5 Husaini, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 85-87

Page 62: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

51

perlu, dan mengorganisaikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang

terkumpul dapat diverifikasi.

2. Penyajian data, yakni pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data kualitatif berbentuk teks naratif atau dapat juga dalam

bentuk matriks, grafik, dan bagan.

3. Verifikasi atau penarikan kesimpulan yang merupakan kegiatan di akhir

penelitian kualitatif.

Pada tahap analisis, penulis menggunakan triangulasi data yaitu mengecek

kebenaran data dari sumber yang satu kepada sumber yang lain. Seperti membuktikan

tentang kesulitan yang dialami siswa yang penulis dapat informasinya dari

wawancara dengan guru agama Islam melalui test membaca Al-Qur’an. Selain itu,

penulis juga mencari informasi lain kepada wali kelas.

Page 63: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Riil SMP Negeri 17 Tangerang Selatan

1. Letak Geografis

SMP Negeri 17 Tangerang Selatan berlokasi di Komp. Pamulang Permai I

Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten.

2. Profil Sekolah

a. Nama Sekolah : SMP Negeri 17 Tangerang Selatan

b. No.Statistik Sekolah : 201280309019

c. Alamat Sekolah : Komp.Pamulang Permai I

: Kecamatan Pamulang

: Kota Tangerang Selatan

: Propinsi Banten

d. No.Telepon : (021) 7401615

e. Nilai Akreditasi Sekolah : A

Page 64: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

53

3. Visi dan Misi

SMP Negeri 17 Tangerang Selatan adalah salah satu Sekolah Menengah

Pertama yang telah mendapat status terakreditasi A dengan SK. Pendirian No. 421

Kep. 246-Huk/2005 Tgl 01-08-2005. Saat ini SMP Negeri 17 Tangerang Selatan

memiliki 5 buah gedung yang masing-masing berada di Komplek Pamulang Permai I

Rt 03 Rw 10, Pamulang Barat.

Dalam rangka menghadapi persaingan global multi dimensi, SMP Negeri 17

Tangerang Selatan memiliki visi dan missi. Adapun visinya adalah ”Mewujudkan

Sekolah yang Berhasil Mengantarkan Siswa Mencapai Predikat Akademik dan Non

Akademik yang Optimal Bermoral, Beriman, Bertaqwa serta Berbudaya Lingkungan

dalam Era Globalisasi.”

Adapun misi SMP Negeri 17 Tangerang Selatan adalah:

1) Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, trampil, beriman,

bertaqwa dan memiliki keunggulan kompetitif

2) Mewujudkan perangkat kurikulum yang lengkap, mutakhir dan berwawasan

kedepan.

3) Mewujudkan strategi pembelajaran yang inovatif

4) Mewujudkan tenaga pendidik dan tenaga pendidikan yang jujur, trampil, tangguh

dan berbudi pekerti luhur.

5) Mewujudkan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai.

6) Mewujudkan implementasi manajemen pengelolaan pendidikan berbasis sekolah

dengan monitoring secara konsisten

7) Mewujudkan pengembangan jalinan kerja dengan penyandang dana dari berbagai

sumber.

8) Mewujudkan pengembangan perangkat model- model penilaian pembelajaran

yang valid dan reliable.

9) Mewujudkan budaya bersih dengan keadaan lingkungan sekolah yang kondusif.

Page 65: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

54

4. Keadaan Siswa

Tabel 9

Daftar jumlah siswa SMP Negeri 17 Tangerang Selatan

Kelas Jenis Kelamin

Jumlah Lk. Pr.

VII 180 181 361

VIII 164 159 323

IX 160 178 338

Jumlah 1023

5. Keadaan Guru dan Karyawan

Tabel 10

Jumlah Guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan

(Keahlian)

No Guru

Jumlah Guru dengan latar

belakang pendidikan sesuai

dengan tugas mengajar

Jumlah Guru dengan latar

belakang pendidikan yang

TIDAK sesuai dengan tugas

mengajar Jml

D1/

D2

D3/

Sarmud

S1/

D4

S2/

S3

D1/

D2

D3/

Sarmud

S1/

D4

S2/

S3

1 IPA - - 3 2 5

2 Matematika 1 - 3 4

3 Bahasa

Indonesia - - 5 5

4 Bahasa

Inggris - - 6 6

5 Pendidikan

Agama - - 4 4

6 IPS - - 4 1 5

7 Penjasorkes - - 3 3

8 Seni Budaya - - 3 3

9 Pkn - - 3 3

Page 66: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

55

10 TIK/

Ketrampilan - - 3 3

11 BK - - 3 3

12 Lainnya - - 7 7

Jumlah 1 - 49 1 51

Tabel 11

Tenaga Pendukung

No Tenaga

Pendukung

Jumlah tenaga pendukung dan

kualifikasi pendidikannya

Jumlah tenaga

pendukung

berdasarkan status

dan jenis kelamin

Jml.

<

SM

P

SMA D1 D2 D3 S1 PNS Honorer

L P L P

1 Tata Usaha - 8 - - - - - 2 4 2 8

2 Perpustakaan - - - - - 1 - - - 1 1

3 Laboran lab.IPA - - 1 - - - 1 - - - 1

4 Teknisi

lab.Komputer

- 1 - - - - - 1 - 1

5 Laboran

lab.Bahasa

- - - - - - - - - - -

6 Kantin - - - - - - - - - - -

7 Penjaga Sekolah 2 3 - - - - - - 4 1 5

8 Tukang Kebun - 2 - - - - - - 2 - 2

9 Keamanan 2 2 - - - - - - 4 - 4

10 Lainnya:…….

Jumlah 4 15 1 - - 1 1 2 14 4 21

Page 67: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

56

6. Unit Kegiatan Siswa

Untuk meningkatkan potensi dan bakat siswa diluar bidang akademis maka

terdapat banyak unit kegiatan di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan yang dapat

menjadi wahana penyaluran berbagai keterampilan yang mereka miliki. Berikut data

kegiatan ekstra kulikuler yang ada di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan :

Tabel 12

Daftar kegiatan siswa

No Kegiatan Ekstrakulikuler Keterangan

1 Mulok(Fashion) Aktif / Ada

2 English Club Aktif / Ada

3 Olah Raga Aktif / Ada

4 Seni Lukis Aktif / Ada

5 Paduan Suara Aktif / Ada

6 Paskibra Aktif / Ada

7 Pramuka Aktif / Ada

8 Palang Merah Aktif / Ada

9 Jurnalistik Aktif /Ada

7. Sarana dan Prasarana

Tabel 13

Data Ruang kantor

No Jenis Ruangan

Jumlah

(buah )

Ukuran

( p x l )

Kondisi

1 Kepala Sekolah 1 4 x 7 Baik

2 Wakil Kepala Sekolah 1 4 x 7 Baik

3 Guru 1 15 x 7 Baik

4 Tata Usaha 1 6 x 7 Baik

5 Tamu 1 3 x 3 Baik

Page 68: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

57

Tabel 14

Data Ruang Belajar (Kelas)

No. Kelas Jumlah

1 VII 10

2 VIII 9

3 IX 9

Jumlah 28

Tabel 15

Data Ruang Belajar Lainnya

No Jenis Ruangan

Jumlah

(buah)

Ukuran

(p x l )

Kondisi

1 Perpustakaan 1 10,5 x 7 Baik

2 Lab.IPA 1 10,5 x 7 Baik

3 Ketrampilan 1 Baik

4 Multimedia 1 4,5 x 7 Baik

5 Kesenian 1 Baik

6 Lab.Bahasa 1 Baik

7 Lab.Komputer 2 10,5 x 7 Baik

8 Aula 1 Baik

Tabel 16

Data Ruang Penunjang

No Jenis

Ruangan

Jumlah

(buah)

Ukuran

(p x l )

Kondisi

1 Gudang 1 2 x 3 Baik

2 Dapur 1 2 x 6 Baik

3 Reproduksi - - Baik

4 KM/WC Guru 3 1,5 x 1 Baik

Page 69: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

58

5 KM/WC 16 1,5 x 1 Baik

6 BK 1 4,5 x 7 Baik

7 UKS 1 2 x 3 Baik

8 PMR/Pramuka - - Baik

9 OSIS 1 2 x 3 Baik

10 Ibadah (Musholla) 1 7 x 7 Baik

11 Ganti 2 3 x 3 Baik

12 Koperasi 1 3 x 6 Baik

13 Hall/lobi 1 3 x 3 Baik

14 Kantin 1 9 x 9 Baik

15 Rumah pompa/Menara Air 2 1 x 1 x 3 Baik

16 Bansal Kendaraan 1 4 x 9 Baik

17 Pos jaga 1 - Baik

Tabel 17

Lapangan Olahraga dan Upacara

Lapangan Jumlah

(buah)

Ukuran ( p x l

)

Kondisi Keterangan

1.Lapangan

Olahraga

a. Lapangan

Basket

b. Lapangan

Putsal

1

1

15 x 26

30 x 26

Baik

2. Lapangan

Upacara

1 20 20 Baik

Page 70: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

59

B. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan

Pada tahun ajaran saat ini, SMP Negeri 17 Tangerang Selatan sudah

selangkah lebih maju dalam hal memfasilitasi siswa dalam belajar Al-Qur’an. Sebab,

pelajaran Al-Qur’an sudah termasuk kepada jam pelajaran sekolah, artinya ia

mendapatkan porsi yang sama dengan mata pelajaran yang lain bukan lagi sebagai

kegiatan ekstra kurikuler. Berbeda pada tahun sebelumnya yang hanya menjadi

pelajaran tambahan khusus bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca Al-

Qur’an. Mengapa penulis katakan hal ini sebagai kemajuan? Karena menurut

pengalaman yang telah penulis peroleh dari Praktik Profesi Keguruan Terpadu

(PPKT) selama kurang lebih empat bulan di sana, tidak mudah mengajak siswa untuk

mengikuti pelajaran tambahan setelah pulang sekolah. Hal tersebut disebabkan

dengan beragam alasan yang beragam seperti terbentur waktu les lain, lelah, dan rasa

malu. Dengan dimasukkannya mata pelajaran Baca Tulis Qur’an sebagai mata

pelajaran wajib, maka mau tidak mau seluruh siswa akan mengikuti sistem yang

berlaku. Hal ini mempermudah bagi guru untuk melakukan tindakan.

Namun demikian, proses pembelajaran Al-Qur’an yang berjalan saat ini

bukan berarti tanpa kekurangan dan kelemahan. Di antara kekurangannya adalah

alokasi waktu yang masih terasa amat kurang. Tidak mudah bagi guru untuk

membantu seluruh anak didiknya pandai membaca Al-Qur’an hanya dengan waktu

normal dua jam pelajaran (2 x 40 menit) dalam satu pekan. Selain itu, kurangnya

tenaga pengajar yang khusus menangani pembelajaran Al-Qur’an. Jumlah rata-rata

siswa setiap kelasnya adalah 35 orang, sementara hanya satu orang guru yang berada

di dalam kelas. Mengingat kemampuan siswa yang beragam, mulai dari yang belum

bisa sama sekali sampai yang mampu, membuat guru sulit melakukan tindakan atau

memilih strategi pembelajaran yang tepat. Menurut hemat penulis, alangkah lebih

efektif jika satu orang guru menangani sepuluh orang siswa. Ada satu hal lagi yang

penulis pikir perlu ditekankan bahwa dengan adanya jam tambahan untuk BTQ,

bukan berarti mengurangi tanggung jawab guru agama Islam dalam mengantarkan

siswa menuju kompetensi yang ingin di capai, salah satunya adalah mampu membaca

Al-Qur’an dengan baik dan benar.

Page 71: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

60

C. Deskripsi Data

Pada bab sebelumnya telah penulis kemukakan bahwa teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi,

dan test lisan. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi awal mengenai

pembelajaran Al-Qur’an di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan dan menentukan

sampel penelitian yang sudah tertulis pada bab sebelumnya. Sementara dokumentasi

bertujuan memperoleh nilai test membaca Al-Qur’an yang sudah dilakukan oleh guru

agama Islam. Adapun nilai siswa dalam membaca Al-Qur’an yang belum mencapai

nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yakni 70 setiap mata pelajaran yang penulis dapat

dari para guru agama Islam/ BTQ d SMP Negeri 17 Tangerang Selatan sebagai

berikut:

Tabel 18

Daftar nilai test membaca Al-Qur’an siswa kelas VII

No. Nama Siswa Nilai

1 A.G. Batistuta 60

2 Indra Gunawan A 60

3 Tasya Lady D 60

4 Elita Zaida S 60

5 Satria Egy P 60

6 Rivo A 60

7 Galih Budi S 60

8 Faruq Maulana 60

9 Aditya Satria G.A. 60

10 Ridho Tri 60

11 Alisya R.P 60

12 Rizky G.I 60

13 Indriyani A 60

14 Rahma L.N 60

15 Ajeng Dwi P 60

Page 72: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

61

16 Baby 60

17 Restu Yodri 60

18 Ryan Yulianto 60

Tabel 19

Daftar nilai test membaca Al-Qur’an siswa kelas VIII

No. Nama Siswa Nilai

1 Abdul Hafid Erza 60

2 Alvisyah 60

3 Arfan Fadhil 60

4 Arief Setiono 60

5 Brilian I.W 60

6 Dimas Ariqi D 60

7 Fakhira 60

8 Adisha P 60

9 Aditya W.P 60

10 Amir Imam N 60

11 Bayu Hary P 60

12 Bramuda Edy S 60

13 Chintya Hatsa 60

14 Diani Alvia Z 60

15 Elyna Aldesya 60

Tabel 20

Daftar nilai test membaca Al-Qur’an siswa kelas IX

No. Nama Siswa Nilai

1 Elvita Aprilyani 60

2 Abdurachman Hakim 60

3 Ajie Arindra 60

4 Ihsan Bagas P 60

Page 73: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

62

5 Tantrio V.N 60

6 Waldi H 60

7 M. Bagus S 60

8 Dwi Pandu N 60

9 M. Hasbi R 60

10 Dito 60

11 Zulfikar 60

12 Elita Nenna W 60

13 Tiara Putri L 60

14 Putri Ayu A 60

15 M. Rafiyansyah 60

16 Alif Athala 60

17 Andaru Sotya 60

18 Sarah Permata 60

19 Dyanti Utami 60

20 Firmansyah 60

21 Airel Akira F 60

22 Faisal Faras Z 60

23 M. Ryan F 60

24 Arifyanto Eka P 60

25 Mardiyansyah 60

26 Ahmad K 50

27 Fiqi Ramadhan 65

28 Yuda R 50

29 Tamara 60

30 Tedy Syah 65

Page 74: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

63

Adapun wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkaitan

dengan pertanyaan penelitian yang penulis lakukan kepada responden yang sudah

penulis tetapkan dan hasilnya terlampir pada lampiran. Sedangkan dalam test

membaca Al-Qur’an, penulis sudah menetapkan ayat seperti yang sudah penulis

kemukakan sebelumnya pada bab terdahulu. Test ini dilakukan untuk

mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam membaca Al-Qur’an.

D. Analisis Data

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar.

Di pundaknya terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha kependidikan

persekolahan. Apalagi ini menyangkut masalah yang urgen bagi kepentingan umat

tertentu. Di mana membaca Al-Qur’an merupakan kewajiban bagi setiap umat

muslim sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt untuk dibaca dan

dipahami. Namun fenomena yang terjadi, umat Islam itu sendiri masih mengalami

kesulitan dalam membacanya. Seperti yang dialami siswa/ siswi SMPN 17 Tangerang

Selatan dalam kesulitan membaca Al-Qur’an, dan di sinilah letak peranan guru agama

meningkatkan kemampuan dan mengatasi kesulitan yang dialami siswa. Seperti

dijelaskan dari hasil wawancara pribadi peneliti dengan guru agama SMPN 17

Tangerang Selatan, wali kelas, dan test lisan kepada siswa di bawah ini:

1. Macam-macam Kesulitan Membaca Al-Qur’an yang dapat Diatasi

Kesulitan adalah perihal sulit, kesukaran, kesulitan. Sedangkan kata “sulit”

mempunyai arti susah (diselesaikan, dikerjakan dan sebagainya). Jadi, kesulitan

membaca Al-Qur’an adalah perihal atau keadaan sulit atau susah untuk dikerjakan

dalam membaca Al-Qur’an.

Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa SMPN 17 Tangerang Selatan dalam

membaca Al-Qur’an berdasarkan pengamatan penulis melalui test membaca

Al-Qur’an pada siswa serta wawancara dengan guru agama di SMPN 17 Tangerang

Selatan adalah sebagai berikut:

Page 75: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

64

1) Melafalkan Huruf-huruf Hijaiyah (Makharijul Huruf)

Mengenal huruf hijaiyah adalah langkah awal bagi siapa saja sebelum

membaca AL-Qur’an dengan baik, demikian juga dengan siswa. Oleh karena itu, bila

belum mengenal dengan baik maka untuk melafalnya siswa akan mengalami

kesulitan untuk membaca Al-Qur’an dengan benar. Di antara kesulitan yang masih

dihadapi siswa ialah melafalkan huruf-huruf hijaiyah (makharijul huruf). Contoh

kasus yang dirasakan guru agama ialah siswa belum dapat membedakan antara huruf

jim dan kha, bahkan ada siswa yang masih tingkat iqro dasar. Berdasarkan

wawancara dan test membaca Al-Qur’an kepada siswa, terdapat 30 siswa yang belum

hafal betul huruf hijaiyah dan 33 siswa sudah mampu hanya saja masih sering lupa

dan atau tertukar antara huruf satu dengan huruf yang lain. Hal ini menggambarkan

bahwa sangat mendasar kendala yang dihadapi oleh siswa dalam membaca

Al-Qur’an.

2) Penguasaan Kaidah Ilmu Tajwid

Di antara kesulitan yang masih banyak dihadapi siswa dalam membaca

Al-Qur’an ialah masalah penguasaan kaidah ilmu tajwid. Walaupun pada teorinya

mereka sudah memahaminya dengan baik, namun pada praktiknya masih saja ada

siswa yang lupa atau bingung. Terutama dalam hal panjang pendeknya bacaan (mad),

nun mati/ sukun dan masih banyak lagi hukum-hukum lainnya. Hasil test

menunjukkan 42 siswa mengalami kesulitan dalam hal tajwidul qur’an, selebihnya

mendekati sempurna.

3) Belum Mengenal Tanda Baca

Tanda baca/ syakal pada bacaan merupakan hal yang kecil namun penting,

sebab bila membaca Al-Qur’an (huruf-huruf hijaiyah) tanpa syakal akan bingung

bagaimana membacanya. Oleh karena itu, mengenal syakal seperti fathah, kasroh,

dhomah, syadah dan tanwin sangat penting dan mendasar bagi siswa dalam membaca

Al-Qur’an. Sehingga dapat membedakan antara bunyi fathah dibaca a dengan kasroh

dibaca I atau dhomah dibaca u.

Page 76: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

65

4) Kelancaran Bacaan

Dalam membaca Al-Qur’an masih banyak siswa dalam membaca terdengar

terbata-bata, itu disebabkan kurangnya kemampuan siswa baik dalam melafalkan

huruf hijaiyah (makharijul huruf) maupun kaidah ilmu tajwid. Sehingga tidak jarang

peneliti jumpai siwa dalam membaca masih terbata-bata/ belum lancar. Hasil test

menunjukkan 43 siswa belum lancar dalam hal membaca dan selebihnya mendekati

sempurna.

Semua kesulitan di atas memang benar apa adanya diperkuat dengan test

membaca Al-Qur’an yang penulis lakukan. Bahkan di antara siswa yang kelas IX ada

yang belum hafal atau mengenal huruf hijaiyah dengan benar. Jangankan kaidah ilmu

tajwidnya, huruf hijaiyah pun masih sering tertukar atau bahkan tidak tahu. Padahal

bagi kelas IX ada ujian praktik membaca Al-Qur’an pada akhir semester.

Adapun faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam

membaca Al-Qur’an antara lain:

1. Kurangnya minat siswa dalam membaca Al-Qur’an

Minat merupakan faktor utama dalam diri seseorang untuk melakukan suatu

pekerjaan. Begitu juga dengan membaca Al-Qur’an membutuhkan minat yang tinggi

agar mencapai target yang diinginkan atau menghasilkan sesuatu yang baik dan

sempurna. Namun sayangnya apa yang diinginkan guru tidak terlaksana dengan baik

hanya karena kurangnya minat siswa untuk belajar membaca Al-Qur’an. Sehingga

tidak hanya siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, akan tetapi

guru pun mengalami kesulitan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an siswa. Kurangnya minat bukan berarti tidak ada, buktinya 61

dari 63 responden (siswa) menyatakan malu belum lancar membaca Al-Qur’an dan

ingin bisa, hanya saja minat itu terbilang tidak cukup besar jika dibanding dengan

mata pelajaran/ bidang yang lain seperti kesenian dan olah raga. Hal ini boleh jadi

disebabkan karena mereka belum mengetahui dengan betul manfaat dari membaca

Al-Qur’an. Di sinilah letak peranan guru agama dalam membantu siswa agar

berminat belajar membaca Al-Qur’an.

Page 77: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

66

2. Kurangnya motivasi dari keluarga (orang tua) siswa

Selain faktor minat dalam diri siswa itu sendiri, faktor keluarga dalam hal ini

orang tua sangat mempengaruhi minat siswa dalam belajar membaca Al-Qur’an baik

di sekolah maupun di rumah, sehingga tidak adanya semangat untuk meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an. Sebanyak 58 dari 63 responden menyatakan bahwa

orang tua memang menyuruh agar belajar membaca Al-Qur’an, tetapi tidak ada

tindak lanjut secara maksimal dan lima responden menyatakan tidak mendapat

perhatian serius dari orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan

pentingnya belajar membaca Al-Qur’an bagi anak masih sangat kurang. Para orang

tua lebih memberikan perhatiannya kepada mata pelajaran umum. Keadaan ini sangat

berlawanan dengan les tambahan yang diadakan walaupun dengan mengeluarkan

biaya, para orang tua amat mendukung. Kembali lagi, keadaan seperti ini boleh jadi

kesadaran orang tua akan pentingnya membaca Al-Qur’an pada anak masih sangat

memprihatinkan. Ini menjadi tugas tambahan bagi guru agama, selain memberikan

kesadaran pada siswa, juga kepada orang tua siswa.

3. Keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal

Keadaan lingkungan di mana seorang anak tinggal pun dapat mempengaruhi

keberhasilan seorang anak dalam membaca Al-Qur’an. Jika di lingkungan sekitar

mendukung dengan adanya tempat-tempat pengajian atau yang lainnya, maka hal ini

akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak dalam hal membaca Al-Qur’an.

Demikian sebaliknya, jika tidak ada kegiatan yang mendukung, maka akan

berdampak negatif bagi anak. Hasil wawancara menunjukkan sebanyak 27 responden

menyatakan malu mengikuti pengajian di rumah karena pesertanya mayoritas usia

anak sekolah dasar dan enam responden menyatakan tidak ada tempat pengajian,

serta sisanya seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya menyatakan wktu mengaji

bentrok dengan waktu les mereka sehingga lebih memilih meninggalkan kegiatan

pengajian.

Page 78: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

67

4. Sekolah asal siswa belajar (lulusan sekolah)

Faktor keempat juga merupakan hal yang membuat siswa mengalami

kesulitan, sebab asal sekolah mereka lulus belum tentu ada program belajar membaca

Al-Qur’an. Sehingga mereka baru mengenal huruf-huruf hijaiyah ketika mereka

sekolah di lembaga pendidikan umum yang menyediakan fasilitas belajar membaca

Al-Qur’an seperti yang telah dilakukan oleh pihak SMPN 17 Tangerang Selatan

khususnya oleh para guru agama di sana.

5. Alokasi waktu yang kurang memadai

Waktu juga merupakan factor yang penting dalam masalah membaca

Al-Qur’an, bagaimana tidak, jika dalam satu kelas masih banyak siswa yang

mengalami kesulitan dan membutuhkan perbaikan atau perhatian ekstra. Sehingga

waktu yang disediakan dari sekolah tidak mencukupi, dan diperlukannya tambahan

waktu belajar untuk siswa di luar jam kelas. Dan itu dapat dilakukan di luar jam kelas

atau sekolah seperti diadakannya pendalaman materi bagi siswa yang masih

mengalami kesulitan membaca Al-Qur’an. Hal yang bisa diupayakan ketika

kurangnya tenaga pengajar adalah dengan menambah alokasi waktu pembelajaran

untuk membantu siswa yang memang hanya mengandalkan kegiatan pembelajaran di

sekolah, fakta di sekolah menunjukkan 61 siswa belajar hanya sebatas mata pelajaran

PAI dan BTQ.

2. Strategi yang Diadakan Guru Agama dalam Mengatasi Kesulitan Membaca

Al-Qur’an

Penggunaan strategi mengajar bisa direncanakan guru sedemikian rupa

sebelum proses belajar mengajar berlangsung agar tercapainya tujuan pembelajaran

yang optimal. Beberapa prinsip belajar yang penting bagi guru ialah memberkan

motivasi, adanya kerjasama yang baik antara guru dan murid, korelasi, aplikasi dan

transformasi, serta individualitas.

Dalam mengatasi kesulitan-kesulitan membaca Al-Qur’an seperti dijelaskan

di atas, strategi yang digunakan guru agama yakni sebagai berikut:

Page 79: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

68

1. Mengadakan tadarus Al-Qur’an selama kurang lebih 5-10 menit sebelum kegiatan

belajar mengajar berlangsung untuk masing-maisng kelas. Dengan begitu siswa

wajib membawa Al-Qur’an setiap harinya. Dengan metode guru mendengarkan

atau mengikuti siswa dalam membaca AlQur’an dan membenarkan jika ada

bacaan yang salah, baik panjang pendek bacaan atau hukum nun mati atau hokum

bacaan tajwid lainnya.

2. Mengadakan jam tambahan bagi siswa yang masih mengalami kesulitan dalam

membaca Al-Qur’an yang disediakan di luar jam pelajaran (kelas/sekolah).

3. Memberikan tugas yang dapat merangsang kemauan dan kemampuan siswa

dalam membaca Al-Qur’an, seperti menugaskan kepada siswa untuk belajar

membaca Al-Qur’an melalui media audio, visual, dan atau audio visual. Bisa juga

dengan cara tutor sebaya, siswa yang dianggap lebih mampu mengajarkan

temannya yang belum mampu atau lancar.

Berdasarkan data yang telah penulis peroleh, dapat diambil kesimpulan bahwa

guru agama Islam sangat dituntut memainkan peranannya dengan sebaik-baiknya di

samping bekerja sama dengan pihak lain. Karena realita yang ada membuktikan

bahwa pada saat sekarang ini minat maupun motivasi masyarakat kita terhadap

pembelajaran Al-Qur’an sangat memprihatinkan. Dengan demikian, siapa lagi kalau

bukan guru agama Islam yang merupakan salah satu komponen di sekolah yang amat

penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Apalagi para orang

tua seakan-akan memberikan kepercayaan penuh kepada sekolah sehingga tidak

sedikit di antara mereka yang melupakan kewajibannya sebagai orang tua untuk

mendidik atau mengajarkan Al-Qur’an kepada anaknya.

Guru agama Islam di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan sudah memainkan

perannya dengan baik. Hanya saja masih perlu ditingkatkan kembali strategi yang

diterapkan dalam menunjang tercapainya tujuan. Jangan sampai menyerah oleh

keadaan dan kondisi yang ada. Semakin berkembangnya zaman, maka semakin

dituntut pula tingkat kreativitas seorang guru untuk meracik ”ramuan” yang bermutu

agar anak didik tidak terjerumus kepada dampak negatif dari perkembangan zaman

itu sendiri.

Page 80: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

69

Page 81: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam proses belajar membaca Al-

Qur’an sebagai berikut:

a. Melafalkan Huruf-huruf Hijaiyah (Makharijul Huruf)

b. Penguasaan Kaidah Ilmu Tajwid

c. Belum Mengenal Tanda Baca

d. Kelancaran Bacaan

2. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa kurang lancar dalam membaca Al-

Qur’an adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya minat siswa dalam membaca Al-Qur’an.

b. Kurangnya motivasi dari keluarga.

c. Keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang mendukung.

d. Sekolah asal siswa belajar atau sekolah dasarnya.

e. Alokasi waktu belajar di sekolah yang kurang memadai.

3. Adapun strategi yang diadakan guru agama dalam menigkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an siswa yakni dengan cara:

a. Mengadakan tadarrus Al-Qur’an selama kurang lebih 5-10 menit sebelum

kegiatan belajar mengajar berlangsung

Page 82: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

70

b. Mengadakan privat khusus (bengkel perbaikan) bagi siswa yang masih

mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an

c. Pemberian tugas yang dapat merangsang kemampuan siswa dalam membaca

Al-Qur’an.

B. Saran

Adapun saran penulis untuk siswa, guru agama Islam, kepala sekolah, dan

orang tua antara lain:

1. Bagi guru agama Islam, diharapkan strategi yang sudah diterapkan dalam

meningkatkan kemampuan siswa membaca Al-Qur’an dipertahankan dan terus

dilakukan evaluasi serta menciptakan ide-ide kreatif dan inovatif agar ke

depannya nanti guru tidak lagi pusing memikirkan cara mengatasi kesulitan

siswa dalam membaca Al-Qur’an.

2. Bagi siswa agar lebih ditingkatkan minat dan motivasi dalam belajar dan terus

belajar memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam membaca Al-Qur’an.

3. Bagi kepala sekolah agar ikut membantu memberikan motivasi dan fasilitas

yang memadai untuk siswa dan guru agama Islam dalam meningkatkan kualitas

membaca Al-Qur’an siswa.

4. Bagi para orang tua muslim agar lebih memperhatikan lagi kemampuan anak

dalam membaca Al-Qur’an.

Page 83: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

71

Page 84: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

71

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chalik, A. Chaerudji. ‘Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Diadit Media, 2007.

Abduh Hafizh, M. Nur. Mendidik Anak Bersama Rosulullah. Bandung: Al Bayan, 1997.

Abdurohim, Acep Iim. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2004.

Ahmad, Abu. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Bandung: Amrico, 1986.

Alam, Tombak. Metode Membaca Menulis Al-Qur’an 5 kali Pandai. Jakarta: PT. Reneka Cipta, 1995.

Al-Qaradhawi, Yusuf. Berinteraksi dengan Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani, 1999.

Amini, Ibrahim. Agar Tak Salah Mendidik. Jakarta: Al-Huda, 2006.

Asmani, Jamal Ma’ruf. Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta: Diva Press, 2009.

Dalyono, Muhammad. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1997.

Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: T. Pn., 1985.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: T.Pn., 1983.

Djalaludin. Metode Tunjuk Silang Belajar Membaca Al-Qur’an. Jakarta: Kalam Mulia, 2004.

Gunawan, Arief. Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra’ yang Mudah dan Menyenangkan. Jakarta: Yayasan Wakaf Madani, 2008.

Isjoni. Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Mufarokah, Annisatul. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Teras, 2009.

Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Page 85: PERANAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3786/1/ZAMZAM... · perkembangan zaman yang semakin hari semakin membuat anak jauh dari

72

Nasir, Sahilun A. Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

New Life Options. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia,2009.

Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2008.

Razak, Nasrudin. Dienul Islam. Bandung: Al-Ma’arif, 1986.

Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Menyelenggarakan Pendidikan. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Said Mursi, Syaikh Muhammad. Seni Mendidik Anak. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001.

Sa’diah, Rika. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: PT. Wahana Kardofa, 2009.

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 1998.

Syafaat, TB. Aat . dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Tafsir, Ahmad . Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

Tatapangarsa, Humaidi. Al-Qur’an yang Menakjubkan. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2007.

Turmudzi, Imam. Sunan At-Turmudzi. Bairut – Libanon: Daarul Fikri, 1994.

Usman, M. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994.

Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983.

Zuhdi, Masjfuk. Studi Islam Jilid I: Akidah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993.