PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS...

120
PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK MENCEGAH ULCERATIVE COLITIS PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ETANOL SKRIPSI Oleh: ERVA ALVIONITA NIM 115100800111006 JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Transcript of PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS...

Page 1: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK MENCEGAH ULCERATIVE COLITIS

PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ETANOL

SKRIPSI

Oleh: ERVA ALVIONITA

NIM 115100800111006

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2015

Page 2: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK MENCEGAH ULCERATIVE COLITIS

PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ETANOL

Oleh: ERVA ALVIONITA

NIM 115100800111006

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2015

Page 3: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK
Page 4: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK
Page 5: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 14 Oktober

1993 dari Ayah yang bernama Yahman dan Ibu Farokhah

sebagai anak pertama dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di MI

Sabilul Ulum pada tahun 2005, kemudian melanjutkan

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Ngoro dan lulus pada

tahun 2008, dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di

SMAN 1 Ngoro pada tahun 2011.

Pada tahun 2015, penulis berhasil menyelesaikan pendidikannya di minat

Nutrisi Pangan, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Brawijaya. Selama

menempuh pendidikan, penulis telah mengikuti beberapa lembaga kegiatan mahasiswa

diantara Divisi Kewirausahaan Himalogista dan Devisi Riset pada Unit Kegiatan

Mahasiswa Riset dan Karya Ilmiah Mahasiswa (R-KIM). Penulis juga aktif sebagai asisten

Kimia Organik dan Evaluasi Gizi Pangan Lanjut.

Page 6: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

LEMBAR PERUNTUKAN

Alhamdulillah, Segala Puji Bagi Allah

Karya kecil dari pendidikan yang telah ku tempuh ini aku persembahkan

kepada Orang Tuaku tercinta, Keluarga Besar, sahabat dan semua orang yang

mendukungku.

Page 7: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Erva Alvionita

NIM : 115100800111006

Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Judul Skripsi : Peranan Ekstrak Ubi Jalar Jingga Varietas Beta 2 (Ipomoea

batatas (L.) Lam.) Untuk Mencegah Ulcerative Colitis Pada Tikus

Wistar Jantan Yang Diinduksi Etanol

Menyatakan bahwa,

Skripsi dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut di atas. Apabila di

kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar aya bersedia dituntut sesuai hukum

yang berlaku.

Malang, 11 Agustus 2015

Pembuat Pernyataan,

Erva Alvionita NIM 115100800111006

Page 8: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

i

ERVA ALVIONITA. 115100800111006. Peranan Ekstrak Ubi Jalar Jingga Varietas Beta 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) Untuk Mencegah Ulcerative Colitis Pada Tikus Wistar Jantan Yang Diinduksi Etanol. SKRIPSI. Pembimbing: Dr. Erryana Martati, STP., MP dan Novita Wijayanti, STP., MP

RINGKASAN

Ulcerative Colitis (UC) merupakan salah satu penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi pada usus besar. Faktor penyebab dari UC antara lain terjadi infeksi mikroba pencernaan, faktor genetik dan faktor lingkungan. Untuk pengujian in vivo, induksi UC dapat menggunakan etanol. Penanganan terhadap UC, selama ini dilakukan dengan memberi beberapa obat-obatan. Namun obat ini memiliki berbagai macam efek samping. Untuk mengurangi dampak dari adanya UC, maka lebih baik jika dilakukan upaya preventif untuk menghindarinya. Bahan pangan nabati mampu menjaga kesehatan tubuh, karena adanya kandungan senyawa bioaktif diantaranya terdiri atas komponen polifenol, flavonoid dan karotenoid. Pada penelitian ini, digunakan ubi jalar jingga karena memiliki kadar karotenoid lebih tinggi jika dibandingkan ubi jalar putih dan ungu. Untuk mengetahui kemampuan ubi jalar dalam mencegah UC maka perlu dilakukan ekstraksi selanjutnya diujikan pada hewan coba yang diinduksi etanol. Sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh ekstrak ubi jalar jingga dalam upaya pencegahan UC pada tikus yang diinduksi dengan etanol.

Metode penelitian yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kelompok perlakuan antara lain kontrol negatif, kontrol positif, ekstrak dosis 250mg/KgBB, 500mg/KgBB dan 750mg/KgBB. Analisa data parametrik menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan uji lanjut LSD jika hasil signifikan. Untuk data non-parametrik menggunakan Kruskal Wallis Test dilanjutkan dengan Dunn’s test jika hasil signifikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi etanol mampu menimbulkan UC dengan adanya inflamasi yang ditunjukkan dengan peningkatan yang signifikan (P <0.05) pada berat, rasio berat per panjang kolon dan skor mikroskopis antara kontrol positif dan negatif. Namun belum mampu meningkatkan radikal pada jaringan dengan ditunjukkan hasil yang tidak sigifikan pada kadar MDA dan SOD kolon. Pengaruh ekstrak belum mampu secara signifikan menurunkan inflamasi, namun mampu meningkatkan MDA dan SOD kolon.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu induksi dengan etanol mampu menimbulkan UC. Dosis ekstrak ubi jalar jingga dari 250mg/KgBB - 750mg/KgBB tidak mampu secara signifikan mencegah UC.

Kata kunci: Fenol, Flavonoid, Karotenoid, Ubi Jalar Jingga, Ulcerative Colitis

Page 9: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

ii

ERVA ALVIONITA. 115100800111006. The Role of Orange Sweet Potato Varieties Beta 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) Extract to Prevent Ulcerative Colitis in Male Wistar Rats Induced by Ethanol. SKRIPSI. Supervisor: Dr. Erryana Martati, STP., MP dan Novita Wijayanti, STP., MP

SUMMARY

Ulcerative Colitis (UC) is the common disease which known as inflammatory bowel disease. Some elements inducing UC are colon microbial infection, genetic and environmental factor. In vivo research was using ethanol to inducing UC. The UC treatment had been known by using medicines which had some side effects for body. Preventive attempt is highly recommended to reduce the UC effects. Vegetable-based food had bioactive compounds which are polyphenols, flavonoids and carotenoids so it was known for its ability to maintain body health. This study was used orange-fleshed sweet potato because it had higher carotenoids compound than white or purple sweet potato. In order to know the ability of sweet potato to prevent UC, sweet potato extract is tested to ethanol-induced animal experimentation test. The aim of this study is to know the effect of orange-flashed sweet potato in preventive attempt of UC to ethanol-induced rat. Design experimental of this study is completely randomized designs with 5 treatment groups, which are negative control, positive control, and extract control with 3 different dosage is 250mg/kg, 500mg/kg and 750mg/kg. Data Analysis using ANOVA for parametric data followed by post-hoc test LSD if significantly different. Kruskal Wallis Test was used for non-parametric data followed by Dunn’s Test if the result was significant. The result of this study showed that ethanol-induced is able to trigger UC which is shown with inflammatory condition that indicated by significantly (P <0,05) increase in weight, weight per length colon ratio and microscopy score between positive and negative control. However, it had not been able to increase the radical compound in colonic tissue which is shown in insignificant result of MDA contain and colon SOD. The extract did not have significant ability in decreasing inflammatory and able to increase MDA and colon SOD.

As conclusion, ethanol-induced could trigger UC and 250mg/kgBB – 750mg/kgBB dosage extract could not be able to prevent UC significantly.

Keywords: Carotenoid, Flavonoid, Phenol, Orange Sweet Potato, Ulcerative Colitis

Page 10: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

iii

KATA PENGANTAR

Segala Puji Bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Peranan Ekstrak Ubi Jalar Jingga Varietas Beta 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) Untuk Mencegah Ulcerative Colitis Pada Tikus Wistar Jantan Yang Diinduksi Etanol”. Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelas Sarjana Teknologi Pertanian.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dosen pembimbing I: Dr. Erryana Martati, STP, MP dan Dosen pembimbing II: Novita Wijayanti, STP, MP., yang telah memberikan bimbingan, dan ilmu yang luar biasa kepada penulis. Serta Dosen Penguji: Dr. Ir. Elok Zubaidah, MP.

2. Dr. Teti Estiasih STP, MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya.

3. Orang tuaku tersayang dan adik-adikku serta keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dari awal hingga akhir pendidikan dan sampai kapanpun.

4. Para Laboran Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian dan Laboratorium Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

5. Teman-teman dekat yang senantiasa menemani dan mendukung: Eni, Tyas, Mia, Titin, Raden, Walidati, Tika, Kiki, Nela, Mas Sholeh, Pandu dan keseluruhan teman-teman seperjuangan skripsi

6. Keluarga besar THP 2011 Penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan, referensi, dan

pengalaman dalam kepenulisan Skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk meningkatkan kesempurnaan penelitian ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Malang, Juli 2015

Penulis

Page 11: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

iv

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN .............................................................................................. i

SUMMARY ................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3

1.3 Tujuan................................................................................................... 3

1.4 Manfaat ................................................................................................. 3

1.5 Hipotesa ............................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4

2.1 Pengertian dan Penyebab Ulcerative Colitis ......................................... 4

2.2 Pengujian In Vivo .................................................................................. 8

2.3 Pengobatan Ulcerative Colitis ............................................................... 15

2.4 Potensi Bahan Alami Sebagai Anti Ulcerative Colitis ............................ 18

2.5 Ubi Jalar ............................................................................................... 20

2.6 Ekstraksi Senyawa Bioaktif Ubi Jalar .................................................... 27

2.7 Aktivitas Antioksidan Ubi Jalar .............................................................. 29

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 32

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .......................................................... 32

3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 32

3.3 Metodologi Penelitian ............................................................................ 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 40

4.1 Kandungan Senyawa Bioaktif dan Aktifitas Antioksidan

Ekstrak Ubi Jalar Jingga ...................................................................... 40

Page 12: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

v

4.2 Perubahan Berat Badan Hewan Coba Pada Tahap

Pemberian Ekstrak dan Paca Induksi ................................................... 44

4.3 Pengaruh Ekstrak Terhadap Kadar Malondialdehid Kolon .................... 45

4.4 Pengaruh Ekstrak Terhadap Kadar Superoksida Dismutase ................ 48

4.5 Pengaruh Ekstrak Terhadap Makroskopis Kolon .................................. 50

4.6 Pengaruh Ekstrak Terhadap Mikroskopis Kolon ................................... 56

V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 60

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 60

5.2 Saran .................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 61

LAMPIRAN ................................................................................................ 69

Page 13: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Perbandingan Antara Ulcerative Colitis dan Crohn’s

Diseases ......................................................................... 4

2. Bahan Induksi dan Hasil Pengamatan Kondisi UC

Secara In Vivo ................................................................ 9

3. Skor Mikroskopis Kolon ................................................... 15

4. Dosis Penggunaan Golongan Obat Aminosalisilat ........... 16

5. Kategori Nilai IC50 .......................................................... 30

6. Kandungan Senyawa Bioaktif dan Nilai IC50 Ubi

Ubi Jalar Jingga ............................................................... 40

Page 14: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Interaksi Faktor-Faktor yang Berkontribusi Pada

Penyakit Radang Usus .................................................... 5

2. Mekanisme Pengikatan Adjuvant Untuk Menghasilkan

Respon Imun ................................................................... 6

3. Potensi ROS Pada Inflamasi ........................................... 7

4. Bagian-bagian Kolon ....................................................... 13

5. Perbandingan Kolon Normal dan Colitis .......................... 13

6. Gambaran Mikroskopis Kondisi UC ................................. 14

7. Progres Terapi Ulcerative Colitis Saat Pengobatan

Sebelumnya Dinyatakan Gagal ....................................... 17

8. Struktur Komponen Fenol Ubi Jalar ................................. 24

9. Sintesis Asam Klorogenik Pada Tanaman ....................... 24

10. Jalur Pembentukan Asam Sikimat ................................... 25

11. Struktur Karotenoid.......................................................... 26

12. Mekanisme Anti Inflamasi Flavonoid ............................... 27

13. Proses Penepungan Ubi Jalar ......................................... 37

14. Proses Ekstraksi Tepung Ubi Jalar .................................. 38

15. Perlakuan Pada hewan Coba Untuk Pengujian

Ekstrak Ubi Jalar Sebagai Anti Ulcerative Colitis ............. 39

16. Grafik Perubahan Berat Badan Hewan Coba .................. 44

17. Grafik Kadar MDA Kolon ................................................. 46

18. Grafik Kadar SOD Kolon ................................................. 48

19. Penampakan Makroskopis Kolon .................................... 51

20. Grafik Rerata Berat Kolon................................................ 52

21. Grafik Rasio Berat per Panjang Kolon ............................. 53

22. Grafik Skor Mikroskopis Kolon ......................................... 57

23. Histopatologi Kolon.......................................................... 58

Page 15: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Prosedur Analisa ............................................................ 69

2. Hasil Penelitian Pendahuluan .......................................... 76

3. Kandungan Senyawa Bioaktif .......................................... 78

4. Analisa Data Uji In Vivo ................................................... 83

5. Dokumentasi ................................................................... 102

Page 16: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

69

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ulcerative Colitis (UC) merupakan salah satu penyakit radang usus

(Inflammation Bowel Diseases (IBD)). Rana, et al. (2014), menyebutkan bahwa

penyakit radang usus ini terdiri atas dua jenis penyakit yaitu Ulcerative Colitis

dan Chron’s diseases (CD). UC merupakan salah satu penyakit yang ditandai

oleh adanya peradangan pada usus besar dan bisa berlanjut pada pembentukan

luka atau ulkus serta mampu memicu tumbuhnya kanker (Sartor, 2006).

Faktor penyebab dari UC masih belum diketahui secara pasti, namun

Sartor (2006) merumuskan bahwa penyebab dari UC antara lain terjadi infeksi

mikroba pencernaan yang mengandung antigen tertentu, adanya faktor genetik

dan dikarenakan adanya faktor lingkungan semisal adanya stres dan konsumsi

senyawa antibiotik. Resiko penyakit UC bisa meningkat menjadi kanker bila tidak

segera ditangani. Hal ini karena agen pro-inflamasi yang terbentuk selama

kondisi sakit akan memicu peningkatan senyawa radikal berupa Reactive

Oxygen Species (ROS). Pada percobaan UC secara in vivo, beberapa bahan

kimia mampu memicu timbulnya UC antara lain etanol pada penelitian Yan et al.

(2007) dan Andrade et al. (2003), DSS (Dextran Sulfate Sodium) dilanjutkan

dengan etanol (Yan et al. (2007), asam asetat (Sotnikova et al.,2013) dan TNBS

(Trinitrobenzenesulphonic Acid) diikuti etanol (Mei et al., 2014).

Untuk penanganan terhadap UC, selama ini dilakukan dengan

menggunakan beberapa obat sesuai dengan kondisi penderita. Jenis dari bahan

yang dijadikan obat untuk pengobatan UC diantaranya berupa Aminosalisilat,

Steroid, Azathioprin, Merkaptopurin, Siklosporin, Methotreksat, Infliksimab,

Heparin dan bahan-bahan antimikroba. Aminosalisilat dikenal dengan nama obat

Sulfasalazin yang merupakan obat dengan komposisi sulfapiridin dan 5-asam

aminosalisilat (5-ASA). Namun obat ini memiliki berbagai macam efek samping

berupa mual, muntah, gangguan pencernaan, sakit kepala, demam, hepatitis,

pancreatitis, pneumonia, agranulositis dan gangguan penyerapan folat. Sehingga

muncul obat baru dari golongan Aminoasalisilat yang berupa Mesalamin,

Pentasa, Asacol, Rowasa, Osalazin dan Balsalazid. Namun obat-obat tersebut

juga masih memiliki efek samping diantaranya sakit kepala ringan, perut tidak

nyaman, diare sekretorik dan mual (Wolf dan Lashner, 2002).

Page 17: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

70

Untuk mengurangi efek samping dari obat, maka lebih baik jika dilakukan

upaya pengobatan menggunakan bahan alami baik berupa tanaman obat

ataupun tanaman pangan. Pada penelitian ini, upaya pengobatan dilakukan

menggunakan tanaman pangan. Pada tanaman pangan diduga memiliki kinerja

seperti obat sintetis, dikarenakan oleh adanya kandungan senyawa bioaktif

diantaranya terdiri atas komponen polifenol, flavonoid dan karotenoid.

Keterkaitan antara komponen bioaktif tersebut dengan penyakit UC

dijelaskan dalam Shapiro et al. (2006) bahwa polifenol alami mampu berperan

sebagai anti-inflamasi dengan cara menghambat ekspresi gen Nuclear Factor

(NF) k-B dependent dan menginduksi antioksidan tahap II serta melakukan

detoksifikasi protein. Kinerja komponen polifenol juga dijelaskan dalam penelitian

Gracia-Lafuente (2009) bahwa komponen polifenol salah satunya berupa

flavonoid jika masuk dalam tubuh akan memiliki kemampuan untuk memodulasi

inflamasi sel, memodulasi enzim, gen dan mediator inflamasi. Flavonoid juga

berperan sebagai antioksidan untuk menangkap radikal, menghambat produksi

ROS dan menghambat enzim pro-oksidan.

Peranan sebagai anti radikal dan anti inflamasi juga bisa dilakukan oleh

karotenoid. Panjaitan (2010) menjelaskan bahwa karotenoid memiliki peran

sebagai antioksidan dan menangkap radikal bebas. Sesuai hasil penelitian dari

Bai et al. (2005) beta karoten secara langsung mampu memblok akumulasi ROS,

menghambat produksi Nitric Oxide (NO) dan menekan aktifasi NF-kB serta

inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS). Kemampuan senyawa bioaktif dalam

mencegah inflamasi dan menangkal radikal bebas inilah yang menjadikan

senyawa-senyawa tersebut memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan anti

UC.

Salah satu tanaman pangan yang mengandung komponen polifenol,

flavonoid dan karotenoid adalah ubi jalar. Berdasarkan penelitian Teow et al.

(2007), ubi jalar jingga memiliki kadar betakaroten paling tinggi. Ekstrak ubi jalar

jingga memiliki aktivitas antioksidan yang tertinggi dibandingkan dengan ubi jalar

ungu. Rentang total fenol yang didapat antara ubi jalar ungu, jingga, kuning dan

putih yaitu 0,14-0,51mg Chlorogenic Acid Equivalent (CAE)/g berat ubi segar.

Namun dari hasil penelitian Cevallos-Casals and Cisneros-Zevallos (2003) dalam

Teow et al. (2007) ubi jalar merah memiliki total fenol lebih tinggi yaitu sebesar

9,45mg/g berat ubi segar.

Page 18: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

71

Penelitian tentang pengaruh ekstrak ubi jalar jingga lokal untuk

pencegahan dan pengobatan UC belum banyak dilakukan. Untuk itu perlu

dilakukan penelitian peranan ekstrak ubi jalar jingga dan dosis yang tepat

terhadap pencegahan pada hewan coba.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh etanol dalam menginduksi Ulcerative Colitis?

2. Bagaimana pengaruh berbagai dosis ekstrak ubi jalar jingga terhadap

kondisi Ulcerative Colitis pada hewan coba yang diinduksi dengan etanol?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh etanol dalam menginduksi Ulcerative Colitis

2. Mengetahui pengaruh berbagai dosis ekstrak ubi jalar terhadap Ulcerative

Colitis

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap manfaat konsumsi ubi

jalar jingga terhadap pencegahan penyakit, khususnya Ulcerative Colitis

2. Memberikan peluang untuk memanfaatkan ubi jalar sebagai bahan baku

produk fungsional pencegah Ulcerative Colitis

1.5 Hipotesa

Diduga senyawa bioaktif ekstrak ubi jalar jingga memiliki peranan untuk

mengurangi dampak adanya Ulcerative Colitis pada hewan coba.

Page 19: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

72

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Penyebab Ulcerative Colitis (UC)

Ulcerative Colitis merupakan salah satu penyakit radang usus

(Inflammation Bowel Diseases (IBD)). Rana, et al. (2014), menyebutkan bahwa

penyakit radang usus ini terdiri atas dua jenis penyakit yaitu Ulcerative Colitis

dan Chron’s diseases (CD). Ciri utama radang usus disebut Ulcerative Colitis

yaitu terjadi peradangan pada keseluruhan lini usus besar hingga mencapai

rektum, sedangkan Chron’s diseases radang terjadi hanya pada usus besar

tanpa sampai pada rektum. Perbedaan antara UC dan CD dapat dilihat pada

Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbandingan Antara Ulcerative Colitis dan Crohn’s Diseases

Gejala Ulcerative Colitis Crohn’s Diseases

Area pencernaan

Setiap bagian dari lapisan kolon dan berlanjut tanpa celah

Paling umum pada bagian bawah ileum, tapi bisa dimana saja termasuk pada usus besar. Sela-sela yang normal pada jaringan dinding usus bisa dipengaruhi oleh bagian-bagian yang rusak

Diare Bisa 4 kali setiap hari Bisa 4 kali tiap hari

Nyeri Perut/kram

Nyeri ringan dan kram pada perut bagian bawah

Nyeri perut sedang hingga parah pada bagian kanan dan bawah

Darah dalam feses

Banyak darah sesuai tingkat keparahan penyakit

Banyak darah sesuai tingkat keparahan penyakit

Kelelahan Efek dari darah yang banyak keluar dan terjadinya anemia

Hasil dari darah yang banyak keluar, anemia dan rendahnya penyerapan nutrisi

Pemeriksaan fisik

Uji rectal menunjukkan iritasi perianal, adanya fisura, wasir, fistula dan abses

Iritasi peritoneal, perut atau panggul

Penurunan berat badan

Penurunan berat badan berlebih pada kondisi yang parah

Penurunan berat badan dan anoreksia terjadi karena proses pencernaan dan penyerapan rendah

Resiko kanker kolon

Meningkat Meningkat

Sumber: Head dan Jurenka (2003)

Pemicu dari radang usus belum diketahui secara pasti. Namun Sartor

(2006), menyebutkan ada beberapa faktor yang saling berkaitan dalam memicu

penyakit radang usus dan dapat dilihat pada Gambar 2.1. Faktor tersebut yaitu

Page 20: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

73

faktor genetik yang disebabkan oleh adanya mikrobiota pada luminal yang

memiliki antigen dan adjuvant yang memicu munculnya respon imun. Respon

imun tersebut juga dibantu oleh faktor lingkungan yang bisa meningkatkan

ekspresi penyakit.

Faktor genetik yang terjadi pada penderita penyakit Ulcerative Colitis

diperoleh dari pengamatan sel pada tikus yang telah mengalami penghilangan

gen MDR1 mampu meningkatkan pengaruh Colitis pada epitel. Sehingga dapat

dikatakan, penderita yang mengalami Ulcerative Colitis juga mengalami

gangguan pada gen MDR1. Gen MDR1 ini berperan sebagai penengah untuk

ekskresi xenobiotik yang mungkin dari bakteri dan pada molekul-molekul sel

epitel, sehingga gen ini membantu penguatan perlindungan sel mukosa dari

kerusakan (Sartor, 2006).

Gambar 2.1 Interaksi Faktor-Faktor yang Berkontribusi Pada Penyakit Radang Usus

(Sartor, 2006)

Mengenai mikrobia pada lumina yang membawa antigen dan adjuvant,

Sartor (2006) menjelaskan bahwa peranan dari antigen yaitu meningkatkan

ekspansi sel T dalam mengenali antigen mikrobiota usus dan adjuvant

mengaktifkan pembawaan respon imun termasuk sel-sel dendritik. Mekanisme

adjuvant dalam mengaktifkan pembawaan respon imun termasuk sel-sel

dendritik dimulai dari reseptor pada membrane sel yang bekerja secara selektif

mengikat komponen bakteri, virus atau jamur akan mengikat adjuvant yang ada

pada kolon. Hasil ligasi akan mengaktifkan jalur sinyal pengaktifan NFkB dan

Respon

Imun

Kerentanan

Genetik

Lingkungan

Antigen dan Adjuvant

mikroba luminal

Radang Usus

Page 21: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

74

Mitogen Activated Protein Kinase (MAPK). Hasil transkripsinya akan

menstimulasi ekspresi dari gen pro inflamasi dan anti inflamasi. Reseptor

intraseluler homolog yang berupa CARD4 dan CARD15 mengikat asam

Diaminopimelic (DAP) dan Muramul Dipeptida (MDP), sehingga mengaktifkan

NF-kB. Namun CARD15 juga dapat mengaktifkan NF-kB melalui ligasi dengan

TLR2. Lebih singkatnya CARD akan menghasilkan komponen-komponen anti

inflamasi dan pro inflamasi yang terdiri atas CpG DNA, DAP, double stranded

RNA, extracellular signal regulated kinase (ERK), heat shock protein 60

(HSP60), Interleukin (IL)-1, IL-reseptor (ILR), Jun amoni-termal kinase (JNK),

MAPK, MDP, NGkB,P38 (MAPK1), P50 (sub-unit NFkB yang berikatan dengan

heterodimer P65, P65 juga merupakan sub unit NFkB), Toll-like receptor (TLR),

TLR4/MD2 (pengikatan TLR 4 dan MD2 yang sangat responsive pada

lipopolisakarida), tumor necrosis factor (TNF) dan TNFR (TNF reseptor).

Mekanisme penghasil gen pro dan anti inflamasi bisa dilihat pada Gambar 2.2 di

bawah ini.

Gambar 2.2 Mekanisme Pengikatan Adjuvant untuk Menghasilkan Respon Imun (Sartor,

2006)

Adanya mikroba dengan antigen dan adjuvant, sesuai mekanisme di atas

bisa menghasilkan gen anti dan pro-inflamasi. Sehingga akan meningkatkan

efektor makrofage, neutrofil dan sel T yang akan merilis sitokin sebagai pro-

inflamasi (pemicu peradangan). Medhi et al. (2008) menyebutkan bahwa pada

penderita radang usus dapat ditemukan suatu sinyal imun berupa T-Helper

sitokin yang mampu menghasilkan IL-1, IL-6, TNF dan TLRs. TNF- yang

Page 22: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

75

menumpuk dan akan bersinergi dengan sitokin lainnya sehingga menginduksi

mediator inflamasi seperti ROS. Peningkatan ROS pada sel mukosa secara

langsung atau tidak langsung menjadi penyebab rusaknya integritas mukosa

atau menginisiasi sinyal inflamasi pada beberapa penelitian. Hasilnya, Head

(2003) menjelaskan bahwa pada mukosa pasien penderita Ulcerative Colitis

ditemukan adanya peningkatan reactive oxygen intermediet, produk oksidasi

DNA (8-OHdG) dan pada jaringan yang mengalami radang/inflamasi. Selain itu

juga terjadi penurunan Cu dan Zn yang merupakan kofaktor antioksidan SOD.

ROS yang dihasilkan oleh TNF akan mengaktifkan Nuclear Factor kappa B

(NF-kB) yang akan meningkatkan produksi TNF lebih lanjut. Sehingga siklus

peningkatan ROS dan TNF akan semakin meningkatkan peradangan (Head

dan Jurenka, 2003).

Gambar 2.3 Potensi ROS Pada Inflamasi (Head dan Jurenka, 2003)

Berdasar pada Tran et al. (2012), respon imun dibagi atas 2 kelompok

yaitu innate immunity dan adaptive immunity. Innate immunity berhubungan

dengan makrofage pada sistem pencernaan. Pada kondisi normal, makrofage

dikondisikan untuk memiliki fenotip non inflamasi dengan cara menurunkan

regulasi dari reseptor innat imun dan mencegah produksi komponen-komponen

pro-inflamasi. Namun pada kondisi sakit, makrofage yang baru akan diambil dari

peripheral darah, yang mana akan mengekspresikan marker dari monostik CD14

untuk menghasilkan komponen pro-inflamasi seperti IL-1 dan TNF .

Untuk Adaptive Immunity terdiri atas sel B dan sel T. Pada kondisi inflamasi, sel

B akan menghasilkan immunoglobulin (Ig)M, IgG dan IgA pada peripheral darah

TUMOR NECROSIS

FACTOR - ALPHA

Aktivasi

REACTIVE OXYGEN

SPECIES

Produksi Peningkatan

NUCLEAR FACTOR-

KAPPA B

Page 23: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

76

dan sel mononuclear mukosa. Pada Ulcerative Colitis terjadi peningkatan sekresi

IgG1 dan pada Crohn’s Diseases peningkatan terjadi pada IgG1, IgG2 dan IgG3.

Untuk sel T, didapat jenis sel T-helper (Th) yang mana mampu diproduksi oleh

IL17 dan IL14 dan menghasilkan Th17 dan Th2 sebagai media respon imun.

Selain dari sel Th, juga didapat sel T regulator (Treg) yang berfungsi untuk

memonitor respon imun dan mencegah potensi respon yang berbahaya.

Regulasi dari sel T memegang peranan dalam mentoleransi dan pencegah

autoimun. Penurunan dari jumlah dan fungsi sel Treg akan menyebabkan

autoimun.

Pada penderita Ulcerative Colitis, Sartor (2006) menjelaskan bahwa

didapat sel Th2 yang memiliki respon atipikal, yang mana dimediasi oleh sel T-

killer dengan mengeluarkan IL-13. Sel T-killer ini diaktifkan oleh APCs (Antigen-

presenting cells). Sehingga hasilnya bisa didapat respon imun yang berlebih.

Faktor lingkungan yang turut berkontribusi dalam memicu radang usus antara

lain kebiasaan merokok, kondisi stres, infeksi, pengkonsumsian antibiotik dan

nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) (Sartor, 2006).

Dari 4 faktor pemicu Ulcerative Colitis dapat dilihat bahwa adanya

hubungan antara antigen pada sistem pencernaan usus yang menimbulkan

respon imun dalam menghasilkan pro-inflamasi. Faktor genetik dan juga

lingkungan berperan untuk meningkatkan efek dari adanya pro-inflamasi.

2.2 Pengujian In Vivo

2.2.1 Bahan dan Hasil Induksi Ulcerative Colitis

Proses induksi Ulcerative Colitis secara keseluruhan dapat dilakukan

dengan 2 macam cara. Cara yang pertama yaitu dengan mancampur bahan

induksi pada makanan atau minuman (ad libitum) tikus percobaan, sedangkan

cara yang kedua, bahan diinduksikan secara intrakolonik pada tikus percobaan.

untuk cara yang kedua, penginduksian dilakukan pada tikus percobaan dengan

kondisi dipingsankan terlebih dahulu.

Page 24: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

77

Tabel 2.2 Bahan Induksi dan Hasil Pengamatan Kondisi UC Secara In Vivo

Bahan Induksi

Lama Induksi

Parameter Fisik Parameter Kimia*

Sumber

2% DSS dan 30% etanol

3 hari DSS diikuti 1 hari etanol

Penurunan BB Diare berdarah Ulserasi parah Infiltrasi

Yan et al. (2007)

30% etanol 1 kali Kerusakan mukosa Ulserasi mukosa Pendarahan Tanpa diare

Yan et al.(2007)

2% DSS 3 hari Diare Hiperemia Tanpa ulser

Yan et al. (2007)

0.7% DSS 7 hari Penurunan BB Diare berdarah

Seril (2002)

3% DSS 7 hari Ulserasi >60% Peningkatan MDA 60%

TNF- 19%

IL-1 8%

Montrose et al. (2011)

6% asam asetat

1 kali induksi

Diare berdarah Pembesaran perut

Peningkatan MPO 27%

MDA 50%

NO 50% iNOS 23% Penurunan SOD 74%

Xing et al. (2012)

4% asam asetat

1 kali induksi

Diare berdarah Ulserasi kolon

Sotnikova et al. (2013)

3% asam asetat

1 kali induksi

Peningkatan Peroksdasi lipid NO

Kannan et al. (2013)

100mg/KgBB TNBS dalam 50% etanol

1 kali induksi

Edema Infiltrasi mukosa dan sub mukosa kolon

Peningkatan NO 50%

MPO 15% MDA 32%

Mei et al. (2014)

50mg/KgBB TNBS dalam 50% etanol

1 kali induksi

Inflamasi Ulserasi Penebalan dinding kolon

Naeni et al. (2012)

100mg/KgBB TNBSdalam 30% etanol

1 kali induksi

Moderat inflamasi Ulserasi kolon

Peningkatan MPO 70%**

Zeng et al. (2000)

20mgTNBS dalam 35% etanol

1 kali induksi

Diare Infiltrasi pada crypt

Neutrofil dan eosinofil pada lamina propia

Peningkatan MDA 30% MPO 19% Penurunan SOD 50%

Medhi et al. (2008)

*Hasil perbandingan pada tikus colitis terhadap tikus sehat **tikus sehat berupa tikus dengan induksi etanol Bahan induksi DSS diberikan secara ad libitum dan bahan lainnya secara intrakolonik

Page 25: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

78

Pada Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa penggunaan DSS induksi Ulceratif

Colitis pada minuman tikus bisa menggunakan beberapa dosis yang berbeda.

Adanya keberagaman dosis DSS yang digunakan akan menjadikan lama induksi

dan hasil yang berbeda pada tikus. Pemberian dosis yang berbeda menunjukkan

hasil induksi yang berbeda pula. Penelitian Yan et al. (2007) pada tikus dengan

dua induksi yaitu DSS 2% dan etanol 30% menunjukkan adanya penurunan

berat badan tikus, diare berdarah dan terjadi ulserasi yang parah disertai

peradangan pada bagian distal yang berkembang dengan cepat. Namun untuk

tikus dengan induksi etanol tanpa pemberian DSS tidak terjadi diare, hanya saja

terjadi ulserasi mukosa dan pendarahan pada 24 jam setelah induksi, serta

masih nampak kerusakan mukosa 3 hari setelah induksi. Penampakan histologis

menunjukkan bahwa etanol 30% mampu merusak epitel usus dan menyebabkan

kerusakan mukosa secara intensif 24 jam setelah induksi. Seril et al. (2002) juga

ditemui penurunan berat badan serta diare berdarah, hingga 13% mencit mati.

Walaupun tikus sudah diberi diet AIN76A dengan kandungan Fe 2x lipat sebagai

tambahan nutrisi saat tikus mengalami Colitis. Metode induksi dari penelitian

Montrose et al. (2011) dilakukan dengan memberi 3% DSS selama 7 hari dan

pada 7 hari setelahnya dilakukan analisa hasil yang menunjukkan bahwa mencit

mengalami UC dengan persentase ulserasi sebesar lebih dari 60%.

Bahan induksi berupa TNBS (Trinitrobenzenesulphonic Acid) yang

dilarutkan dalam etanol sesuai pada penelitian Mei et al. (2014) TNBS digunakan

sebanyak 100mg/kg dan dilarutkan dalam 50% etanol. Hasil menunjukkan terjadi

kerusakan kolon yang ditandai dengan adanya edema dan infiltrasi neutrofil.

Dalam penelitian Andrade et al. (2003) yang juga melakukan induksi Colitis

dengan TNBS dan 50% etanol menunjukkan hasil bahwa dengan pemberian

etanol 50% mampu meningkatkan reaksi inflamasi yang ditunjukkan dengan

peningkatan infiltrasi pada mukosa dan sub-mukosa kolon. Selain itu juga

meningkatkan regulasi interferon (INF- ) dan interleukin (IL-4) serta mengubah

keseimbangan sitokin mukosa kolon. Hal tersebut menunjukkan bahwa etanol

mampu menginduksi Colitis dengan mengganggu mekanisme regulasi imun

pada kolon.

Untuk kesesuaian dosis induksi TNBS dalam 50% etanol, sesuai penelitian

Naeni et al. (2012) menunjukkan bahwa dosis optimum TNBS dalam

menginduksi UC yaitu sebesar 50mg/kgBB. Hasil yang diperoleh berupa

inflamasi, ulserasi, penebalan dinding kolon dan terjadi necrosis. Jika

Page 26: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

79

dibandingkan, antara penggunaan dosis TNBS 50mg/KgBB dengan dosis TNBS

100mg/KgBB tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Selain itu penggunakan

jenis tikus jantan dan betina tidak menunjukkan tingkat keparahan Colitis yang

signifikan pula. Sehingga pada uji coba induksi UC menggunakan TNBS bisa

digunakan tikus jantan ataupun betina tanpa adanya pengaruh yang nyata pada

hasil uji coba. Namun pada penelian Zeng et al. (2000) dosis untuk menimbulkan

inflamasi moderat dan ulserasi pada kolon diperlukan dosis 100mg/KgBB. Hanya

saja konsentrasi etanol yang digunakan yaitu 30%. Sehingga dalam hal ini bisa

dilihat penggunaan konsentrasi etanol tertentu dalam induksi menggunakan

TNBS mampu mempengaruhi tingkat inflamasi pada kolon.

Pemberian etanol pada induksi intrakolonik seperti yang disebutkan pada

penelitian Yan et al. (2007) yaitu mampu menunjukkan adanya ulserasi mukosa

dan pada penelitian Andrade et al. (2003) menunjukkan adanya peningkatan

infiltrate mukosa, peningkatan mediator inflamasi berupa INF- , IL-4 dan

mengubah keseimbangan sitokin. Hal tersebut mengindikasikan bahwa etanol

mampu menimbulkan inflamasi. Berdasarkan Bannan et al. (1999) hasil uji in

vitro pada sel mukosa kolon yang terpapar etanol 15% selama 30 menit

menunjukkan penurunan viabilitas sel dan terjadi gangguan pada integritas

mukosa. Mekanisme yang terjadi yaitu ketika mukosa terpapar etanol, terjadi

kerusakan oksidatif pada mikrotubulus sitoskeletal dengan cara merusak protein

sitoskeletal sehingga terjadi penurunan polimerasi tubulin menjadi monomerik

tubulin dan persen sel mikrotubulus turun yang akhirnya mikrotubulus

sitoskeleton rusak dan integritas sel turun. Penurunan integritas sel ini,

berdasarkan bamias et al. (2005) memicu masuknya mikroba luminal yang

dideteksi tubuh sebagai antigen sehingga terjadi peningkatan imun yang

berakibat terjadinya inflamasi pada kolon. Mekanisme lainnya dijelaskan dalam

Khoury et al. (1992) bahwa etanol mampu menghambat produksi glutation.

Penghambatan ini berakibat pada produksi IL-12 dan INF- , sehingga

meningktakan IL-4. Ketika IL-4 berlebih, maka akan terjadi gangguan pada sel

Th-2 sehingga menginduksi adanya inflamasi. Keberadaan mikroba kolon yang

menerobos masuk pada mukosa juga akan memicu terproduksinya INF- .

Sehingga mikroba luminal berperan sebagai peningkat kondisi inflamasi kolon.

Page 27: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

80

2.2.2 Kondisi MDA dan SOD Pada Ulcerative Colitis

MDA (Malondialdehid) merupakan produk dari peroksidasi lipid.

Berdasarkan Ayala, et al. (2014), peroksidasi lipid merupakan reaksi dari radikal

oksigen terhadap lipid sehingga menghasilkan hidroperoksida (LOOH).

Hidroperoksida terbentuk selama fase propagasi dengan produk primer berupa

asam lemak bebas, trigliserol, fosfolipid, dan sterol. Peningkatan dari produk

primer yang bervariasi akan mendorong untuk terbentuknya produk sekunder

diantaranya MDA, propanal, hexanal dan 4-Hidroksinonenal (4-HNE). Produk

sekunder berupa MDA merupakan produk peroksidasi lipid paling mutagenik.

Sifat mutagenik MDA berkaitan dengan kemampuan MDA dalam mengikat DNA

untuk menyebabkan mutasi. Hasil penelitian Niedenhofer, et al. (2002)

menunjukkan bahwa MDA mampu menyebabkan mutasi pada gen supF dan

mayoritas mutasi terjadi pada pasangan basa GC.

UC merupakan kondisi inflamasi pada organ kolon yang memiliki potensi

untuk menjadi kanker kolon. Hal tersebut berkaitan dengan adanya ROS dan

MDA yang dihasilkan selama periode UC berlangsung. Pada penelitian Xing, et

al. (2012) menunjukkan bahwa kadar MDA jaringan kolon dari tikus yang

mengalami UC hasil induksi asam asetat secara signifikan (P <0,01) meningkat

dibandingkan dengan tikus sehat. Hasil penelitian Mei, et al. (2014) juga

menunjukkan adanya peningkatan MDA (P <0,01) pada tikus yang diinduksi

TNBS/etanol.

Senyawa radikal didalam tubuh, dalam jumlah tertentu mampu diatasi oleh

adanya antioksidan endogen. Salah satu antioksidan endogen yaitu berupa SOD

(Superoksida dismutase). Berdasarkan Marikovsky, et al. (2003) Cu/Zn SOD

merupakan enzim dismutase untuk radikal superoksidan ( ). Li and Zhou (2011)

menyebutkan bahwa pada inflamasi saluran pencernaan akan terjadi penurunan

kadar SOD pada sel-sel inflamasi jika dibandingkan dengan sel-sel normal. Hal

tersebut dikarenakan adanya radikal hidroksil dan anion superoksida sebagai

hasil dari peroksidasi lipid. Sehingga SOD jaringan dibutuhkan untuk

menetralkan radikal tersebut.

Penggunaan SOD dalam menangkal radikal selama kondisi UC

ditunjukkan pada penelitian Medhi, et al. (2008) bahwa pada kontrol positif terjadi

peningkatan MDA dan penurunan SOD secara signifikan (P <0.001) jika

dibandingkan dengan kontrol positif atau pada hewan sehat. Hasil serupa juga

Page 28: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

81

didapat dari penelitian Xing, et al. (2012) bahwa terjadi penurunan SOD yang

disertai peningkatan kadar MDA secara signifikan (P <0.01).

2.2.3 Penampakan Mikroskopis Saat Terjadi Ulcerative Colitis

Penampakan mikroskopis merupakan suatu bentuk pengamatan dengan

menggunakan bantuan mikroskop. Bagian-bagian utama dari kolon terdiri atas

mukosa, submukosa dan muskularis (Gambar 2.4). Secara mikroskopis akan

tampak perbedaan antara kondisi kolon normal dan kolon UC sesuai pada

Gambar 2.5 di bawah ini.

Gambar 2.4 Bagian-bagian Kolon (The Human Protein Atlas, 2015)

Gambar 2.5 Perbandingan Kolon Normal dan Colitis (Johns Hopkins Medicine, 2014)

Page 29: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

82

Berdasarkan Geboes (2003) secara mikroskopis adanya inflamasi ditandai

dengan peningkatan infiltrat selular pada lamina propia disertai dengan

perubahan komposisi dan distribusi. Pada lamina propia yang normal, infiltrate

berlokasi pada bagian atas mukosa. Pada UC, infiltrat semakin banyak dan

masuk pada bagian yang lebih dalam (transmukosal). Kondisi yang sering terjadi

yaitu adanya akumulasi dari plasma sel mendekati bagian dasar mukosa dan

diantara crypt serta bagian muskularis mukosa. Komponen lain selain plasma sel

yaitu neutrofil. Adanya neutrofil mengindikasikan perubahan komposisi dari

infiltrat inflamasi. Neutrofil bisa ada pada struktur epitel meliputi dinding crypt

(cryptitis), lumen dan dinding crypt (crypt abscesses) atau ketika terjadi

kerusakan crypt (crypt destruction). Cryptitis dan crypt abscesses mampu

ditemukan pada 41% kasus UC. Selain Crypt, pengamatan juga dilakukan pada

eosinofil. Secara keseluruhan, pengamatan mikroskopis pada UC bisa dilihat

pada Gambar 2.6 berikut ini.

Gambar 2.6 Gambaran Mikroskopis Kondisi UC. A: pengecilan dan percabangan crypt

serta peningkatan infiltrate hingga pada transmukosal , B: distorsi mukosa, C: penebalalan mukosa muskularis, D: crypt menghilang (Geboes, 2003)

Pengamatan kondisi UC secara mikroskopis dapat dituliskan dalam bentuk

skor. Hal tersebut digunakan sebagai pembeda hasil antara kondisi kolon yang

satu dengan yang lain. Salah satu alternative pemberian skor mikroskopis yang

dilakukan oleh Araki et al. (2012) dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini.

Page 30: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

83

Tabel 2.3 Skor Mikroskopis Kolon

Parameter Skor Keterangan

0 Tidak ada perubahan

1 Lokal dan ringan

Hilangnya permukaan epitel 2 Lokal dan menengah

3 Luas dan menengah

4 Luas dan parah

0 Tidak ada perubahan

1 Lokal dan ringan

Kerusakan Crypt 2 Lokal dan menengah

3 Luas dan menengah

4 Luas dan parah

0 Tidak ada perubahan

1 Lokal dan ringan

Infiltrat sel mukosa 2 Lokal dan menengah

3 Luas dan menengah

4 Luas dan parah

Sumber: Araki et al. ( 2012)

2.3 Pengobatan Ulcerative Colitis

Pengobatan terhadap penderita Ulcerative Colitis dilakukan dengan

pemberian obat-obatan sintetik. Berdasarkan pada Wolf dan Lashner (2002)

terdapat beberapa obat antara lain:

a) Aminosalisilat

Aminosalisililat terdiri atas sulfasalazin dan mesalamine. Untuk

sulfasalazine, merupakan obat dengan komponen penyusun berupa 5-

Aminosalicylic Acid (5-ASA) dan fapyridin yang terikat dalam ikatan diazo. Saat

obat sampai pada kolon, maka bakteri dalam kolon akan memecah ikatan

tersebut. Sehingga 5-ASA yang bertindak sebagai anti inflamasi bisa mencapai

target tujuan. Mesalamin merupakan bentuk baru dari aminosalisilat yang terbagi

lagi atas Asacol (digunakan untuk melepas 5-ASA pada distal ileum dan kolon),

Balsalazide (untuk moderat UC), Olsalazine (untuk pasien yang tidak toleran

terhadap Sulfasalazine), Pentasa (difungsikan untuk melepas 5-ASA pada

jejunum hingga kolon), serta Rowasa enema dan Rowasa suppository. Hasil

Page 31: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

84

review dari Rochester dan Abreu (2005) menunjukkan bahwa hasil dari penelitian

secara In Vitro dan In Vivo menunjukkan kinerja dari Sulfasalazine dan

Mesalamine yaitu dengan menghambat aktifasi dari NF-kB. Efek samping dari

penggunaan Sulfasalazine yaitu berupa mual, muntah, gangguan pencernaan,

sakit kepala, demam, hepatitis, pancreatitis, pneumonia, agranulositis dan

gangguan penyerapan folat. Efek samping dari Aminosalisilat jenis baru ini yaitu

sakit kepala ringan, perut tidak nyaman, diare sekretorik dan mual, namun masih

lebih ringan dari Sulfasalazine. Dosis dari penggunaan obat-obatan golongan

Aminosalisilat bisa dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Dosis Penggunaan Golongan Obat Aminosalisilat

Nama generic Nama properiotary Dosis/hari (gram)

Mesalamine Rowasa, salofalk 1 – 4

Mesalamine Canasa 0.5 – 1.5

Mesalamine Asacol 1.6 – 4.8

Mesalamine Salofalk, mesasal, claversal 1.5 – 4

Mesalamine Pentasa 2 – 4

Sulfasalazine Azulfidine 1 – 4

Olsalazine Dipentum 1 – 3

Balsalazine Colazaal 2 – 6.75

Sumber : Mahadevan, 2005

b) Steroid

Steroid memiliki mekanisme berupa kemampuan memblok fosfolipase

pada penurunan asam arakhidonat mampu menyebabkan perubahan

keseimbangan antara cytoprotective prostaglandins dan proinflamasi leukotrin.

Efek dari steroid berupa osteoporosis, luka sulit sembuh, hiperglikemia, dan

osteonerosis. Salah satu bentuk steroid yang baru yaitu Budesonide yang

didesain untuk sampai pada distal usus halus hingga proximal kolon.

c) Azathioprine dan 6-merkaptopurin

Kedua jenis obat ini merupakan immunosuppressive yang bisa digunakan

untuk terapi corticosteroid jangka lama. Mekanisme aksi dari obat ini yaitu

menyebabkan pemecahan kromosom yang menumpulkan proliferasi sel-sel yang

bisa membelah dengan cepat seperti sel limfosit. 6-mercaptopurin sebagai

analog purin dan azathioprine sebagai precursor S-imidazol. Efek yang

ditimbulkan antara lain supresi sumsum tulang dan pankreatitis.

Page 32: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

85

d) Siklosporin

Siklosporin merupakan polipeptida siklik. Mekanisme kerja dari obat ini

yaitu menghambat transkripsi gen IL-2, sehingga bisa terjadi penurunan

toksisitas sel T. Efek samping yang ditimbulkan antara lain nefratoxity,

hepatotoksik, hipertrikosis, hiperplasia, tremor, kejang dan gangguan limpo-

proliferative.

e) Methotrexate

Mekanisme kerja methotrexate yaitu dengan cara berikatan dengan

tetrahidrofolat reduktase dan melakukan interferensi dengan pembentukan purin

yang menyebabkan percepatan proliferasi sel. Efek samping yang timbul antara

lain mual, perut kram (tapi bisa dicegah dengan penggunaan asam folat),

kelainan fungsi hati, rambut rontok, pneumonitis, hipersensitivitas dan

teratogenik.

f) Minyak ikan

Minyak ikan mengandung EPA (Eicosapentaenoic acid) yang mampu

menekan produksi agen inflamasi. Mekanisme aksi dari EPA yaitu melakukan

interferensi dengan metabolisme asam arakhidinat. Sehingga akan menurunkan

produksi dari sitokin leukotrin .

Gambar 2.7 Progres Terapi Ulcerative Colitis Saat Pengobatan Sebelumnya Dinyatakan

Gagal (Mahadevan, 2004)

Page 33: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

86

2.4 Potensi Bahan Alami Sebagai Anti Ulcerative Colitis

Berdasarkan uraian dari hal-hal pemicu Ulcerative Colitis, maka senyawa

atau komponen yang bersifat anti Ulcerative Colitis bisa dikatakan harus memiliki

kemampuan untuk mencegah atau mengurangi inflamasi dan menangkal radikal

bebas dari stres oksidatif atau pemicu radikal yang ada pada kolon. Salah satu

senyawa yang mampu menghambat Ulcerative Colitis kronis yaitu N-acetylcistein

(NAC). NAC merupakan senyawa thiol yang mengandung bahan untuk mukolitik

dan penangkal toksik dari acetaminophen. NAC secara langsung mampu

menangkap ROS dan RNS serta sebagai prekurson untuk menurunkan glutation.

Hasil uji coba pada tikus betina yang diinduksi DSS (Dextran Sulfate Sodium)

dan makanan yang diperkaya dengan Fe serta diberi NAC menunjukkan

penurunan indeks proliferasi pada epitel (48,5 6,0% vs 32,0 3,7%, P<0,05).

NAC secara signifikan menginduksi apoptosis pada epithelia non cancer dan

adenokarsinoma colon. Selain itu senyawa iNOS (inducible Nitric Oxide

Synthase) pada sel mukosa kolon non-kanker yang mengalami inflamasi

mengalami penurunan dengan adanya pemberian NAC (Seril, 2002).

Senyawa lain yang mana sebagai anti Ulcerative Colitis jika dilihat dari sifat

anti-inflamasi yaitu komponen polifenol. Polifenol secara alami didapat dari

bahan alam salah satunya black raspberry yang mengandung polifenol jenis

Ellagic Acid dan Antocyanin. Pengujian yang telah dilakukan yaitu melalui

pemberian bubuk black raspberry pada tikus yang diinduksi DSS menunjukkan

kemampuannya dalam menekan beberapa komponen pro-inflamasi sitokin

meliputi TNF- dan IL-1 . Selain itu hasil analisa Western Blot pada pemberian

bubuk black raspberry mampu mereduksi jumlah fosfo-IkB pada jaringan kolon.

Jumlah Colonic cyclooxygenase 2 juga ditekan, yang mana disertai dengan

penurunan plasma prostaglandin E2 (Montrose, 2011).

Bahan nabati yang juga disinyalir memiliki kemampuan sebagai anti

inflamasi yaitu tanaman lidah buaya. Gel dari tanaman ini merupakan turunan

antrakuinon. Tanaman ini selama berabad-abad digunakan sebagai salah satu

bahan untuk pengobatan. Hasil pengujian Langmead et al. (2004) yang dilakukan

dengan memberikan gel daun lidah buaya kepada penderita Ulcerative Colitis.

Hasil yang didapat yaitu terjadi penurunan indeks klinikal aktivitas Colitis dan

skor histologi. Mekanisme lidah buaya dalam mengatasi kondisi selama inflamasi

dari hasil induksi dextran dan karagenan dijelaskan dalam penelitian Sarkar et al.

Page 34: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

87

(2005) bahwa lidah buaya mampu menurunkan produksi NO pada makrofage

tanpa menyebabkan toksik.

Potensi bahan sebagai anti Ulcerative Colitis yang bertindak sebagai anti

inflamasi juga dimiliki oleh madu Gelam. Penghambatan proses inflamasi

dijelaskan dalam hasil penelitian Hussein et al. (2013) yaitu dengan inaktifasi NF-

kB, memblok kerusakan IkB dan nuclear translasi p65, p50 NF-kB dengan

menghambat ikatan NF-kB pada target DNA. Sehingga terjadi penghambatan

transkripsi gen mediator pro-inflamasi seperti COX-2, TNF- , IL-6 dan iNOS. Hal

tersebut sesuai dengan mekanisme peradangan yang terjadi pada penderita

Colitis yang dijelaskan oleh Medhi et al. (2008) bahwa pada penderita radang

usus dapat ditemukan suatu sinyal imun berupa T-Helper sitokin yang mampu

menghasilkan IL-1, IL-6, TNF dan TLRs. TNF- yang menumpuk dan akan

bersinergi dengan sitokin lainnya sehingga menginduksi mediator inflamasi

seperti ROS dan dalam review Head (2003) ROS yang dihasilkan oleh TNF

akan mengaktifkan Faktor Nuklir kappa-B (NF-kB) yang akan meningkatkan

produksi TNF lebih lanjut. Sehingga siklus peningkatan ROS dan TNF

akan semakin meningkatkan peradangan. Oleh karena proses yang demikian,

maka penghambatan yang dilakukan oleh madu Gelam berpotensi dalam

mencegah Ulcerative Colitis.

Bahan lainnya yang berpotensi dalam mencegah atau mengobati

Ulcerative Colitis yaitu teh hijau. Peranan teh hijau dalam Ulcerative Colitis yaitu

mereduksi stres oksidatif dan inflamasi. Dalam penelitian Bitar dan Laham (2013)

pemberian teh hijau mampu menurunkan skor histologi dan aktivitas MPO pada

tikus yang terinduksi asam asetat.

Review dari Zundorf (2014) bahwa bahan alami dari tanaman yang

memiliki kemampuan anti inflamasi diantaranya berupa curcumin, cochicine,

resveratol, capsaicin, epigallocatechin-3-gallate (EGCG) dan Quercetin. Dari

keenam bahan tersebut, salah satunya yang berupa curcumin dikatakan efektif

dan aman untuk terapi penderita Ulcerative Colitis. Kemampuan curcumin

sebagai anti inflamasi antara lain:

a) Menghambat sinyal pro-inflamasi seperti NF-kB, MAPK, serta menghambat

jalur pembentukan COX dan LOX

b) Menurunkan regulasi untuk sekresi sitokin seperti TNF dan IL-6

c) Menghalangi ekspresi adisi sel yang menimbulkan interaksi leukosit

dengan sel endothelia

Page 35: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

88

Sotnikova, et al. (2013) menunjukkan manfaat dari turunan quercetin yang

berupa chloronaphthoquinone quercetin (CNC) dan monochloropivaloyl quercetin

(MCP) dalam mencegah penyakit Ulcerative Colitis. Bentuk dari penghambatan

ditunjukkan dengan adanya penurunan skor kerusakan kolon dengan pemberian

dosis sebesar 2x50 mg/kg. Mekanisme kerja dari quercetin ini terangkum dalam

Zundorf (2014) yang mana quercetin mampu menangkap ROS dan RNS,

menghambat sinyal STAT1, NFkB dan MAPK dan juga menghambat inaktifasi

sel target dan replikasi virus.

Head dan Jurenka (2003) juga menjelaskan bahwa senyawa bioaktif yang

bisa digunakan antara lain:

a) Boldin yang merupakan alkaloid dari Peumus boldus. Boldin memiliki

kemampuan sebagai senyawa anti inflamasi pada kolon dengan

menurunkan infiltrasi neutrofil kolon, mencegah edema dan kematian sel,

serta meningkatkan penyerapan cairan pada kolon.

b) Beta-sitosterol (BSS) dan beta sitosterolin glikosida (BSSG). Kombinasi

dari Beta-sitosterol (BSS) dan beta sitosterolin glikosida (BSSG) mampu

menormalkan fungsi sel T dan menghentikan suatu respon berlebih dari

antibody. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengurangi Th2 untuk

menurunkan IL-4, IL-6 dan IL-10.

c) Bromelain bertindak sebagai anti-inflamasi yang berkontribusi untuk

fibrinolysis dan mencegah agregasi trombosit pada penderita Ulcerative

Colitis.

d) Kuersetin dan Rutin memiliki kemampuan sebagai antioksidan, anti

inflamasi dan penangkap radikal bebas. Kuersetin dan bentuk glikosida

yang berupa rutin dan kuersitrin mampu menurunkan glutation pada

jaringan kolon dan menghambat inflamasi kolon pada pengujian tikus.

Selain itu kuersetin mampu mengurangi adesi dan kerusakan permukaan

kolon hingga 30-45%.

2.5 Ubi Jalar

2.5.1 Spesifikasi Ubi Jalar

Ubi jalar yang saat ini tumbuh di wilayah Indonesia diduga merupakan ubi

jalar yang berasal dari Benua Amerika. Ubi jalar ini mulai menyebar ke seluruh

pelosok dunia sekitar pada abad ke-16, yang mana penyebarannya di kawasan

Asia terutama Filipina, Jepang dan Indonesia dibawa oleh orang berkebangsaan

Page 36: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

89

Spanyol. Jenis dari ubi jalar di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis.

Namun hasil identifikasi oleh para peneliti terdapat sekitar 142 jenis (Prihatman,

2000). Taknosomi dari ubi jalar sesuai Rukmana (1997) dalam Logo (2011) yaitu:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Dikotiledone

Ordo : Convovulales

Family : Covovulaceae

Genus : Ipomea

Spesies : Ipomea batatas (L) Lam.

Bentuk ubi jalar bermacam-macam bergantung pada jenis varietas. Namun pada

umumnya umbi jalar dibedakan menjadi dua yaitu umbi kecil dengan berat < 80

gram dan umbi besar > 80 gram.

Bagian umbi dari ubi jalar memiliki ukuran, bentuk, warna kulit dan daging

yang bermacam-macam, sesuai dengam varietasnya. Perbedaan dari bentuk

antara lain bulat, oval dan bulat panjang. Untuk warna kulit dan daging terdiri

atas putih, kuning, ungu, jingga dan merah. Struktur kulit bervariasi antara tipis

hingga tebal bergetah. Bentuk dari ubi menentukan kualitas ubi jalar di pasar,

yang mana dengan bentuk rata (bulat dan bulat lonjong) tidak banyak lekukan

termasuk umbi yang berkualitas baik. Untuk warna daging, menentukan dari segi

kandungan gizi baik beta karoten ataupun antosianin (Juanda dan Cahyono,

2000).

Prihatman (2000) menyatakan bahwa, plasma nutfah (sumber genetik)

tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 1000

jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti. Di Indonesia,

penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan

Umbi-Umbian (Balitkabi), Departemen Pertanian. Varietas ubi jalar yang didapat

dari hasil pemuliaan tanaman memiliki sifat yang berbeda-beda baik dari segi

bentuk umbi, warna kulit, warna daging, tekstur daging, kandungan gizi,

produktivitas dan daya adaptasi pada lingkungan.

Umbi akan terbentuk setelah berumur 20-25 hari setelah masa tanam.

Proses pemanenan bisa dilakukan pada umur 4-5 bulan atau pada umur 100-120

hari setelah terbentuknya umbi (Juanda dan Cahyono, 2000). Namun Prihatman

Page 37: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

90

(2000) menjelaskan bahwa penentuan panen ubi jalar bisa digolongkan pada 2

jenis atau varietas yaitu ubi jalar umur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3.5

bulan dan varietas umur panjang dipanen pada umur 4.5-5 bulan. Umur ideal

panen ubi jalar dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat

hingga 4 bulan. Hal ini dikarenakan pada umur lebih dari 4 bulan, terjadi resiko

serangan hama boleng dan juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi yang

didapat.

Juanda dan Cahyono (2000) juga menjelaskan beberapa golongan ubi jalar

yang dibedakan atas warna umbi antara lain:

a. Ubi jalar putih: ubi jalar dengan daging umbi warna putih, misal varietas

tembakur putih, tembakur ungu, Taiwan 45, MLG 12659-20p

b. Ubi jalar kuning : ubi jalar dengan daging umbi berwarna kuning, kuning

muda atau putih kekuningan, misal varietas lapis 34, South Queen 27,

kawagoya, cicah 16 dan Tis 5125-27.

c. Ubi jalar oranye : ubi jalar dengan daging umbi berwarna oranye, misal

varietas Puertorico, Gedang, Daya, Borobudur dan Prambanan

d. Ubi jalar jingga : ubi jalar dengan daging berwarna jingga hingga jingga

muda, misal varietas ciceh 32, mendut, tis 3290-3

e. Ubi jalar ungu : ubi jalar dengan daging umbi berwarna ungu hingga ungu

muda.

2.5.2 Senyawa Bioaktif Ubi Jalar dan Sifat Fungsional

2.5.2.1 Fenol

Fenol merupakan senyawa fitokimia yang ada pada tanaman, salah

satunya pada ubi jalar. Komponen fenol disintesis oleh tumbuhan untuk

merespon kondisi ekologi dan tekanan psikolologikal seperti serangan patogen

dan hama serta radiasi sinar UV. Komponen fenol berfungsi sebagai antibiotik,

pestisida alami, menjadikan dinding sel impermeable terhadap gas dan air serta

memberi struktur yang stabil pada tanaman. Komponen fenol juga berperan

secara alami dalam menghambat mutasi pada tanaman (Teow, 2005 dan

Khoddami et al., 2013).

Pengkonsumsian fenol juga mampu memberikan efek kesehatan pada

manusia. Fenol di dalam tubuh mampu memberikan efek kesehatan, karena

kemampuan fenol dalam mencegah inflamasi dan mencegah pembentukan

radikal bebas. Dalam review Shapiro et al. (2006) dijelaskan bahwa peranan

Page 38: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

91

komponen polifenol untuk Colitis terkait dengan kemampuannya dalam

menghambat NF-kB, leukosit dan infiltrasi sel T. Penghambatan NF-kB ini

merupakan upaya untuk menurunkan inflamasi. Polifenol juga berintraksi dengan

protein yang memberi sinyal transduksi dan ekspresi gen pro inflamasi.

Senyawa komplek fenol atau biasa disebut polifenol bisa dibagi atas 4

golongan yaitu asam fenolat, flavonoid, stilben dan lignin. Asam fenolat

merupakan komponen fenolat yang berupa Hydroxycinnamic acid. Golongan dari

Hydroxycinnamic acid paling besar berupa caffeic acid dan pada makanan

sebagai ester dari quinic acid yang disebut asam klorogenik (5-caffeoylquinic

acid). Asam klorogenik dan caffeic acid secara in vitro bertindak sebagai

antioksidan dan memungkinkan untuk menghambat pembentukan mutagenik

dan karsinogenik komponen N-nitroso (Han et al., 2007).

Untuk jumlah fenol pada ubi jalar dijelaskan dalam penelitian Sun (2012)

bahwa komponen fenol tertinggi pada ubi jalar daging ungu yaitu sebesar 307mg

Chlorogenic Acid Equivalen (CAE)/100g ubi segar. Sedangkan komponen fenol

untuk ubi jalar daging jingga berkisar 67,70mg CAE/100g ubi segar. Suda et al.

(2002) dalam Teow (2005) menyebutkan bahwa komponen fenol pada hasil

panen ubi jalar di US berkisar dari 117-467mg CAE/g berat segar. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap varietas dan juga tempat penanaman ubi jalar

masing-masing akan menghasil komponen fenol yang berbeda. Komponen fenol

pada alam meliputi fenol sederhana, kumarin, lignin, kondensasi dan hidrolisable

tannin, asam fenolat dan flavonoid. Bentuk utama fenol pada ubi jalar yaitu

berupa asam klorogenik. Hal tersebut diperjelas oleh hasil analisa Truong et al.

(2007) yang menunjukkan bahwa pada ubi jalar mengandung asam fenolat yang

berupa Caffeic acid, Chlorogenic acid, 4,5-di-O-Caffeoylquinic acid, 3,5-di-O-

Caffeoylquinic acid dan 3,4-di-O-Caffeoylquinic acid. Diantara hasil tersebut,

didapat jumlah tertinggi berupa Chlorogenic acid yaitu berkisar antara 5,1 hingga

9,3 mg/100g ubi segar.

Page 39: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

92

Gambar 2.8 Struktur Komponen Fenol Ubi Jalar (Troung et al., 2007)

Gambar 2.9 Sintesis Asam Klorogenik Pada Tanaman (Comino et al., 2009)

Berdasarkan Dewick (2002), asam klorogenik merupakan bentuk ester

antara turunan asam sinnamat yang berupa asam kafeat dengan asam quinat.

Namun asam quinat itu sendiri merupakan bagian dari jalur pembentukan asam

sikimat (Gambar 2.10). Asam quinat terbentuk sebagai hasil dari proses reduksi

asam 3-dehidroquinat dan asam sikimat terbentuk dari hasil proses dehidrasi

Page 40: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

93

asam 3-dehidroquinat yang dilanjutkan dengan proses reduksi asam 3-

dehidrosikimat.

Gambar 2.10 Jalur Pembentukan Asam Sikimat (Shikimic Acid) (Dewick, 2002)

2.5.2.2 Karotenoid

Untuk karotenoid pada ubi jalar, sesuai pada dasar struktur karotenoid

merupakan komponen yang terdiri atas 8 unit isoprenoid. Karotenoid bisa dibagi

atas 2 jenis yaitu karoten dan oksikarotenoid. Perbedaan dari keduanya terletak

pada gugus oksigen, yang hanya dimiliki oleh oksikarotenoid. Karoteinoid yang

sering ditemui yaitu dalam bentuk alfa-karoten, beta-karoten dan beta-

kriptosantin. Ketiga bentuk ini bisa diubah menjadi vitamin A (provitamin A) saat

dikonsumsi oleh manusia. Namun bentuk yang paling aktif sebagai provitamin A

yaitu beta-katoten. Pada ubi jalar, beta-karoten mampu memberikan efek berupa

warna krem dan jingga. Namun pada ubi jalar jingga, komponen karotenoid tidak

hanya berupa beta-karoten melainkan juga terdiri atas alfa, gamma dan zeta-

karoten. Selain itu juga terdapat phytoene, phytofluene, beta-karoten epoksida,

hidro zeta-karoten dan beta-karoten funoksida (Teow, 2005).

Dari hasil penelitian Sun (2012) menyebutkan bahwa dari 4 jenis ubi jalar

yaitu daging putih, kuning, jingga dan ungu, komponen betakaroten tertinggi

dimiliki oleh ubi jalar daging jingga dengan kandungan sebesar 116,56 g/g ubi

segar.

Page 41: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

94

Gambar 2.11 Struktur Karotenoid (O’Neal,1992 dalam Teow, 2005)

Konsumsi dari betakaroten juga memiliki fungsi kesehatan dalam hal

menghambat inflamasi dan radikal bebas. Dalam penelitian Bai et al. (2005)

secara in vitro menunjukkan bahwa betakaroten mampu menurunkan NO dan

PG hingga proporsi I pada dosis 30 M. Selain itu, betakaroten mampu

melakukan regulasi pada produksi inflamasi sitokin. Dosis 50 M secara efektif

menghambat sekresi TNF- dan IL-1 . Hal tersebut diverifikasi secara In Vivo

juga menunjukkan penurunan NO dan PG . Pada serum darah tikus TNF- dan

IL-1 juga mengalami penurunan dengan pemberian betakaroten.

2.5.2.3 Flavonoid

Rong (2012) dalam Khoddami (2013) menyebutkan bahwa flavonoid

terdistribusi secara luas pada bagian-bagain jaringan tumbuhan dan sering

berinteraksi dengan karotenoid dan klorofil untuk membentuk warna biru, ungu,

kuning, jingga dan merah. Komponen flavonoid terdiri atas flavon, flavonol, iso

flavonol, antocyanin, antocyanidin, proantocyanidin dan katekin.

Flavonoid ini merupakan bagian dari golongan polifenol. Sehingga sama

halnya polifenol, flavonoid juga memiliki efek kesehatan baik dalam mencegah

inflamasi ataupun radikal bebas. Peranan flavonoid dalam hal pencegahan

inflamasi bisa dilihat pada Gambar 2.12.

Page 42: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

95

Gambar 2.12 Mekanisme Anti Inflamasi Flavonoid (Gracia-Lafuente et al., 2009)

Hasil analisa jenis flavonoid pada ubi jalar yang dilakukan oleh Ojong

(2008) pada beberapa ubi jalar yang bisa ditemui pada Southern Unites Stated

terdiri atas kuersetin, mirisetin, luteolin, apigenin dan kaempferol. Namun dari

kelima jenis tersebut, hanya 3 macam flavonoid yang bisa ditemukan pada

semua jenis ubi yaitu kuersetin, mirisetin dan kaempferol. Jumlah dari kuersetin

berkisar 0,27% hingga 1,34% berat kering, mirisetin dari 0,06% hingga 0,32%

berat kering dan kaempferol sebesar 0,01% berat kering. Tingkat variasi dari

jumlah jenis flavonoid yang ada pada ubi jalar ini diperkirakan bisa berpotensi

dari manipulasi genetik, profil pemuliaan bibit.

2.6 Ekstraksi Senyawa Bioaktif Ubi Jalar

Proses ektraksi ubi jalar bisa dilakukan dengan beberapa variasi dari

bentuk dan juga jenis pelarut yang digunakan. Berdasarkan bentuk bisa

Efek

Menangkap Radikal

Menghambat Produksi ROS

Menghambat Enzim Pro-Oksidan

Radikal bebas Peroksidasi Lemak

Modulasi Aktivitas Enzim

Modulasi Proses Sekresi

Aktivasi Sel Inflamasi

Menghambat enzim asam arakidinat

Menghambat sintesis NO

Mediator Inflamasi: NO, Leukotrin, protaglandin

Modulasi Produksi Sitokin Inflamasi Sitokin: TNF- , Interleukin

Modulasi Sinyal Transduksi

Transkripsi Gen Pro-Inflamasi

Mekanisme Aktivitas

Modulasi Sel Inflamasi

Modulasi Enzim

Pro-Inflamasi

Modulasi Mediator Pro-

Inflamasi

Modulasi Ekspresi Gen Pro-Inflamasi

Aktivitas Antioksidan

Page 43: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

96

digunakan ubi jalar segar dan juga ubi jalar yang sudah dijadikan tepung.

Berdasarkan pelarut, maka sesuai dengan sifat dari komponen bioaktif pada

tanaman yang mana bersifat polar (hidrofilik) dan nonpoalar (lipofilik), maka bisa

digunakan pelarut yang bersifat spesifik untuk mengekstrak komponen bioaktif

yang diinginkan.

Penelitian Everette (2012) mengenai ekstraksi tepung ubi jalar jingga hasil

pengeringan beku yang dilakukan dengan dua tahap yaitu ektraksi senyawa

lipofilik menggunakan kombinasi pelarut heksana, aseton dan methylated -

cyclodextrin. Sedangkan untuk senyawa hidrofilik menggunakan metanol

(kombinasi metanol dan asam asetat) dilakukan pada residu ekstraksi lipofilik.

Ektraksi yang dilakukan Teow et al. (2007) yang juga dilakukan dengan keadaan

sampel yang sama yaitu berbentuk tepung hasil pengeringan beku memiliki

perbedaan pada ekstraksi komponen lipofilik hanya menggunakan pelarut

heksana.

Proses ektraksi senyawa bioaktif dari ubi jalar jingga, juga dilakukan oleh

Duvivier (2010), namun sampel masih berupa ubi jalar segar. Proses ekstraksi

berlangsung dengan cara melakukan blending potongan ubi jalar dengan pelarut

etanol. Hasil ekstraksi dinyatakan sebagai ekstrak kasar ubi jalar dan dari hasil

tersebut digunakan untuk identifikasi komponen bioaktif hidrofilik yang terdiri atas

total fenol dan flavonoid. Untuk ekstraksi komponen lipofilik yang berupa

karotenoid dilakukan dengan menggunakan campuran pelarut heksana dan

aseton.

Penggunaan pelarut dalam proses ekstraksi perlu diperhatikan apabila

hasil ekstraksi akan diaplikasikan untuk bahan tambahan makanan ataupun

untuk dikonsumsi oleh manusia dalam bentuk lain. Hal ini dikarenakan tingkat

toksisitas dari pelarut memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Dalam Ginting

(2013), hasil dari proses ekstraksi komponen karotenoid digunakan sebagai

bahan tambahan makanan, sehingga pada proses ekstraksi tidak menggunakan

pelarut heksana melainkan menggunakan kombinasi aseton dan etanol.

Untuk metode yang digunakan dalam proses ekstraksi, Ginting (2013)

menggunakan metode maserasi disertai shaking selama 30 menit. Pada

penelitian Everette (2012) juga menggunakan metode maserasi, namun disertai

stirred. Berdasarkan penelitian Duvivier (2010) untuk sampel ubi segar, proses

ekstraksi dilakukan dengan cara melakukan blending potongan ubi jalar dengan

pelarut, sedangkan sampel tepung dilakukan maserasi pada water shaker bath

Page 44: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

97

suhu 25 kecepatan 100 rpm. Namun proses yang dilakukan oleh Teow et al.

(2007) dengan cara pengocokan pada Buchner funnel sehingga antara padatan

bisa dipisah tanpa penyaringan. Dari keempat metode diperoleh kesamaan yaitu

proses ekstraksi dilakukan secara maserasi dan diperlukan suatu pengadukan

baik secara langsung dikocok atau digoyangkan untuk memudahkan pelarut

masuk kedalam bahan dan melarutkan senyawa yang ingin diekstrak.

Hasil dari proses ekstraksi tidak hanya dipengaruhi dari jenis pelarut yang

digunakan, melainkan juga dipengaruhi dari pre-treatment sampel yang mana

dalam hal ini penggunaan metode persiapan sampel (proses penepungan,

pengkondisian atau penyimpanan ubi sebelum diekstrak). Duvivier (2010)

menjelaskan bahwa sampel ubi jalar jingga yang mengalami pengeringan

menggunakan oven pada suhu 50 dan 75 mengalami penurunan kadar

komponen bioaktif jika dibandingkan dengan ekstraksi ubi jalar yang secara

langsung saat ubi masih segar. Penurunan total fenol antara ubi jalar segar

dengan ubi yang mengalami pengeringan 50 dan 75 sebesar 37% hingga

68%. Sedangkan untuk kadar flavonoid penurunan mencapai 6% hingga 43%.

Hal ini dapat dilihat bahwa pemanasan pada proses ekstraksi memicu kerusakan

dari komponen bioaktif ubi jalar jingga.

2.7 Aktivitas Antioksidan Ubi Jalar

Aktivitas antioksidan ubi jalar bisa dilihat dari beberapa pengujian

diantaranya pengujian DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl), ABTS (2,2-azinobis

(3-athyl-benzothiazoline-6-sulfonic Acid)) dan ORAC (Oxigen Radical

Absorbance Capacity). Berdasarkan Antolovich et al. (2001), Uji DPPH, ABTS

dan ORAC ditujukan untuk mengamati kapasitas suatu ekstrak dalam

menangkap radikal atau menghambat pembentukan radikal. Penghambatan

dilakukan pada fase inisiasi atau propagasi sesuai reaksi berikut:

Inisiasi : LH + + RH

Propagasi: + LO

LO + LH + LOOH

Untuk hasil uji DPPH dinyatakan dalam I yang mana menunjukkan

banyaknya antioksidan dalam mereduksi 50% DPPH. Kategori nilai I dapat

dilihat pada Tabel 2.5 di bawah ini.

Page 45: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

98

Tabel 2.5 Kategori Nilai IC50

Intensitas Nilai IC50

Sangat Kuat < 50 ppm Kuat 50 – 100 ppm Sedang 101 – 150 ppm Lemah >150 ppm

Sumber: Deng et al. (2011)

Pada uji DPPH terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning sebagai

hasil aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH. Untuk ABTS dihitung dengan

standar antioksidan sintetik berupa Trolox (analog dari vitamin E larut air). TEAC

(Trolox equivalen) dihitung dalam konsentrasi milimolar yang mana 1 mM larutan

Trolox equivalen dengan 1mM kapasitas antioksidan dari ekstrak atau larutan uji.

Pengujian antioksidan secara ORAC sama halnya ABTS namun hasilnya

dinyatakan dalam mikromol Trolox Equivalen dan perbedaan substrat yang mana

ABTS menggunakan . Uji ORAC disebut juga Phycoerythyn Assay yang

mana menggunakan -phycoerythin dan R-phycoerythrin (turunan alga merah)

sebagai target kerusakan radikal bebas. Pada uji ini digunakan peroksil radikal

dari dekomposisi termal AAPH (2,2A–Azobis (2-amidinopropane) hydrochloride).

Aktivitas antioksidan pada ubi jalar jingga jika dibedakan antara ekstrak

hidrofilik dan lipofilik, tingkat aktivitasnya pun memiliki perbedaan. Hasil

pengujian Everette (2012) ekstrak hidrofilik dari beberapa genotip ubi jalar jingga

memiliki efek yang signifikan terhadap aktivitas antioksidan berdasar uji DPPH,

ORAC dan ABTS. Namun ekstrak lipofilik, dari 5 jenis genotip yang digunakan,

hanya 2 yang memiliki efek signifikan yaitu 1 jenis genotip untuk pengujian ABTS

dan ORAC dan satu genotip lainnya untuk pengujian DPPH. Sehingga aktivitas

antioksidan dari ubi jalar jingga memiliki aktivitas yang lebih baik untuk ekstrak

hidrofilik. Hal ini juga didukung dengan adanya korelasi antara total fenol dengan

aktivitas antioksidan yang dimiliki pada pengujian yang dilakukan oleh Everette

(2012) dan Teow et al. (2007). Sehingga total fenol bisa dijadikan indikator

aktivitas antioksidan pada ubi jalar.

Aktivitas antioksidan berdasarkan bentuk dari ubi jalar yang diekstrak,

memiliki perbedaan yang berupa penurunan aktivitas antioksidan jika ekstraksi

dilakukan terhadap ubi jalar yang mengalami pengeringan. Duvivier (2010)

mendapatkan hasil yang mana aktivitas antioksidan dari hasil pengujian DPPH

mengalami penurunan 22% hingga 47% untuk ubi jalar yang dikeringkan dengan

suhu 50 dan 75 . Hasil pengujian berdasarkan potensi anti oksidatif asam

Page 46: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

99

linoleat juga mengalami penurunan sebesar 18,36% hingga 20,20%. Penelitian

ini juga menunjukkan korelasi yang kuat antara antioksidatif asam linoleat

terhadap total fenol dan total flavonoid, serta hubungan yang tidak signifikan

terhadap total karotenoid dan beta-karoten terhadap antioksidan secara DPPH.

Page 47: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

100

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Pengolahan

Pangan, Laboratorium Biokimia dan Analisa Pangan serta Laboratorium Nutrisi

Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Brawijaya Malang. Penelitian dimulai pada bulan Desember 2014

hingga Maret 2015.

3.2 Alat dan Bahan

Ada berbagai alat dan bahan yang digunakan sehingga perlu disiapkan

untuk menunjang kelancaran serta memperoleh hasil yang maksimal dalam tiap

tahapan proses dalam penelitian ini, alat dan bahan tersebut adalah sebagai

berikut :

3.2.1 Alat

Peralatan untuk penepungan ubi jalar terdiri atas pisau, baskom, slicer,

kabinet otomatis, blender Oxone dan ayakan 80 mesh. Peralatan yang

digunakan pada proses ekstraksi dan analisa antara lain Timbangan Analitik

Ohaus Pioneer, Erlenmeyer, shaker Heidolph UN dan rotary evaporator IKA RV

10 Digital. Untuk proses analisa ekstrak menggunakan pipet mikro, pipet ukur,

tabung reaksi, rak tabung reaksi, corong pemisah, corong kaca, kertas saring,

spatula, gelas ukur, labu ukur, hotplate stirrer GSA MS-H-Pro dan vortex Ika

Genius 3. Pengujian pada hewan coba digunakan kotak kandang tikus, tempat

makan dan minum tikus, perlengkapan sonde, feeding tube, kotak pemingsanan

dan perlengkapan bedah.

3.2.2 Bahan

Bahan utama dalam penelitian ini berupa ubi jalar jingga dari Balai

Penelitian Kacang dan Umbi (Balitkabi) Malang dan tikus wistar jantan dengan

berat 250–280 gram. Bahan-bahan analisa terdiri atas etanol 96%, aseton 96%,

reagen folin ciocalteau PA, sodium karbonat PA, akuades, standar asam galat

PA, aluminium klorida PA, NaOH PA, kuersetin PA, standar karoten PA,

Petroluem eter PA, sodium sulfat anhidrat PA, DPPH, PBS, standar MDA,

Page 48: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

101

Standar SOD, HCl PA 1N, Na-thiobarbiturat, NaCl PA, TCA, Buffer fosfat,

kloroform PA dan formalin 10%.

3.3 Metodologi Penelitian

3.3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan uji coba pada tikus wistar

jantan dengan metode RAL dan terdiri atas 5 perlakuan antara lain:

UCA (kontrol negatif) = pelarut ekstrak (sistem emulsi air dan minyak)

UB (kontrol positif) = pelarut ekstrak dan etanol 96% 4mL/KgBB

UCI = Ekstrak 250mg/Kg dan etanol 96% 4mL/KgBB

UCII = Ekstrak 500mg/Kg dan etanol 96% 4mL/KgBB

UCIII = Ekstrak 750mg/Kg dan etanol 96% 4mL/KgBB

Penentuan dosis mengacu pada penelitian Rengarajan et al. (2012) yang

mememiliki hasil terbaik dalam menurunkan ulcer pada dosis 500mg/KgBB.

Sehingga dosis tersebut dijadikan dosis tengah. Untuk mengetahui kemampuan

ekstrak pada dosis dibawah dan diatas dosis tengah maka digunakan rentang

dosis 50% diatas dan dibawah dosis tengah.

Ekstrak yang digunakan merupakan ekstrak ubi jalar jingga dari hasil

proses maserasi menggunakan etanol 96% dan aseton 96% dengan

perbandingan 3:1. Proses ekstraksi dilakukan berdasarkan penelitian Ginting et

al. (2013). Perbandingan pelarut tersebut didapat dari hasil penelitian

pendahuluan yang memiliki rendemen tertinggi dan nilai IC50 terendah

(Lampiran 2).

Perhitungan hewan coba dilakukan dengan menggunakan pengujian dua

arah dengan Two sample parallel perbandingan 2 rata-rata data ( 1 -

2 0, dan

1 1 ) sesuai dengan rumus (Thabane, 2004):

n = ( -

2 x ( 1

2 22

( 1- 2 2

Keterangan :

n = Jumlah sample

= nilai Z untuk

= nilai Z untuk power

1 = Standar deviasi data 1(data kontrol tikus sakit)

2 = Standar deviasi data 2 (data hasil perlakuan ekstrak)

1 = rata-rata data 1(data kontrol tikus sakit)

Page 49: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

102

2 = rata-rata data 2 (data hasil perlakuan ekstrak)

Berdasarkan hasil dari penelitian Sotnikova et al. 2013 maka digunakan selang

kepercayaan 95% ( = 0,05) dan power sebesar 99% maka didapat data berupa:

= 1,96 (Chandrashekara and Suresh, 2012)

= - 2.33 (Chandrashekara and Suresh, 2012)

1 = 1,18 (SD nilai ulcer tikus sakit (Sotnikova, et al., 2013))

2 = 1,01 (SD nilai ulcer tikus perlakuan kuercetin (Sotnikova, et al., 2013))

1 = 7,43 (Nilai ulcer tikus sakit (Sotnikova, et al., 2013))

2 = 3,35 (Nilai ulcer tikus perlakuan kuersetin (Sotnikova, et al., 2013))

Sehingga didapat jumlah sample hewan coba sebesar:

n = (1,96 2,33

2 x (1,18

2 1, 1

2

(7,43-3,35 2 = 3 ekor

pada penelitian ini digunakan cadangan 1 tikus, sehingga digunakan 4 ekor

hewan coba.

3.3.2 Pelaksanaan Penelitian

3.3.2.1 Pembuatan Ekstrak Ubi Jalar Jingga

a. Penepungan Ubi Jalar

1. Pencucian

Ubi jalar dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa kotoran

berupa tanah yang menempel pada kulit

2. Pengupasan

Ubi yang telah dicuci bersih selanjutnya dikupas secara manual dengan

pisau.

3. Pemotongan

Ubi yang telah dikupas dipotong dengan ketebalan 1–3 mm

4. Pengeringan

Ubi dikeringkan menggunakan pengering kabinet otomatis pada suhu 50

selama 7 jam hingga kering

5. Penepungan

Potongan ubi yang telah kering dihancurkan menggunakan blender

sehingga menjadi tepung

Page 50: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

103

6. Tepung ubi diayak dengan ayakan 80 mesh untuk menyeragamkan

ukurannya

b. Ekstraksi Tepung Ubi Jalar

1. Penimbangan

Tepung ubi jalar di timbang sebanyak 25 gram

2. Maserasi

Tepung ubi jalar dimasukkan dalam erlenmeyer, kemudian ditambah

dengan pelarut etanol:aseton sesuai perlakuan. Setelah itu dilakukan

maserasi menggunakan shaker selama 24 jam

3. Penyaringan

Campuran ubi dan pelarut disaring menggunakan kertas saring

4. Pencucian residu

Residu sisa penyaringan dicuci dengan sisa perbandingan pelarut

5. Evaporasi

Larutan dievaporasi pada vakum evaporator suhu 40 dengan kecepatan

90rpm hingga keseluruhan pelarut menguap yang ditandai dengan tidak

adanya pelarut yang menetes 15 menit.

6. Penyimpanan

Ekstrak diambil dari labu evaporator terlebih dahulu dilarutkan pada

pelarut. Hal tersebut untuk mendapatkan ekstrak dengan konsentrasi

tertentu, serta untuk memudahkan proses pengambilan ekstrak. Proses

penyimpanan dilakukan pada suhu refrigerator.

3.3.2.2 Pengujian Pada Hewan Coba

Untuk tikus wistar jantan disiapkan dengan berat badan 250–280 gram.

Tikus diadaptasi pada kandang tikus selama 7 hari dengan pemberian pakan

Susupap dan pemberian minum berupa air secara ad libitum.

1. Pemberian Ekstrak

Tikus yang sebelumnya telah diadaptasi dilakukan pemberian ekstrak sesuai

dengan jumlah yang telah ditentukan dengan cara disonde. Untuk tikus

kontrol dilakukan penyondean pelarut ekstrak yaitu campuran air dan minyak

yang telah diemulsi dengan lesitin. Perlakuan ini dilakukan selama 5 hari.

Pada setiap harinya pemberian ekstrak dilakukan pada pagi hari sebelum

pemberian pakan.

Page 51: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

104

2. Induksi Ulcerative Colitis (UC)

Proses induksi UC intrakolonik dilakukan dengan menggunakan feeding tube

diameter luar 2 mm sepanjang 8cm dari anus ke kolon. Dosis induksi sesuai

modifikasi dosis Andrade et al. (2003) yaitu etanol 96% sebanyak 200 l / 25

gram mencit (8 l/gram mencit). Hasil perhitungan konversi dari mencit untuk

tikus yaitu dengan mengalikan pada faktor konversi sebesar 0,5. Sehingga

jumlah etanol yang diinduksikan sebanyak 4 l/gram tikus atau setara dengan

0,004 ml/gram tikus (4mL/KgBB) secara intrakolonik. Sebelum penginduksian

berlangsung, tikus dipuasakan 24 jam dengan bebas akses terhadap air

secara ad libitum, kemudian dipingsankan menggunakan chlorofoam. Untuk

tikus kontrol negatif, penginduksian dilakukan dengan pemberian akuades

secara intrakolonik.

3. Pasca Induksi

Setelah proses induksi, selama 3 hari tikus tetap diberi ekstrak untuk

perlakuan ekstrak dan pelarut ekstrak untuk kontrol negatif dan positif (sesuai

perlakuan sebelum proses induksi).

4. Pemingsanan dan Pembedahan

Pemingsanan pada tikus dilakukan dengan memasukkan tikus pada kotak

yang telah berisi chloroform. Tikus yang sudah pingsan diletakkan pada

papan bedah dan dilakukan proses pembedahan manual menggunakan alat

bedah.

3.3.3 Analisa Hasil Percobaan

Analisa Hasil Ekstraksi ubi jalar jingga

a. Analisa Total Fenol (George et al., 2005)

b. Analisa Total Flavonoid (Atanassova et al., 2011)

c. Analisa Karotenoid (Fidrianny et al., 2013 dan Sahabi et al., 2012)

d. Uji DPPH (Sharma and Bhat, 2009)

Analisa Pada Hewan Coba

a. Uji Malondialdehida (Sholichah, 2012)

b. Uji Superdioksida Dismutase (Xing et al., 2012)

c. Uji Makroskopis Kolon (Patil et al., 2012)

d. Uji Mikroskopis Kolon (Araki et al., 2012)

Page 52: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

105

3.3.4 Analisa Data

Analisa data parametrik menggunakan metode Analysis of Variance

(ANOVA) dilanjutkan dengan uji LSD untuk data yang signifikan. Data non

parametrik menggunakan Kruskal Wallis test dilanjutkan dengan Dunn’s test

untuk hasil analisa yang signifikan. Proses analisa menggunakan software R

versi 3.20 (R Core Team, 2015) dengan paket Isr (Navarro, 2015) dan Agricole

(Mendiburu, 2014).

3.3.5 Diagram Alir

Gambar 3.1 Proses Penepungan Ubi Jalar dengan Modifikasi (Karleen, 2010)

Tepung ubi jalar

Diayak dengan ayakan 80 mesh

Dihaluskan dengan blender

Ubi jalar

Dicuci

Dikupas

Dipotong dengan ketebalan 1 – 3 mm

Dikeringkan dengan kabinet otomatis pada suhu 50 selama 7 jam (hingga kering)

Page 53: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

106

Gambar 3.2 Proses Ekstraksi Tepung Ubi Jalar dengan Modifikasi (Ginting, 2013)

Analisa:

Total Fenol

Total Flavonoid

Total Karotenoid

Aktivitas

antioksidan

Pelarut Etanol: Aseton (3:1 (v/v))

Dievaporasi pada vakum evaporator

90rpm, 40

Ekstrak Ubi Jalar

Residu dicuci dengan pelarut

(1:1(b/v))

Disaring dengan kertas saring

Tepung Ubi Jalar (bahan: total pelarut = 1:8 (b/v))

Dimaserasi menggunakan shaker selama 24 jam

Page 54: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

107

Gambar 3.3 Perlakuan Pada Hewan Coba Untuk Pengujian Ekstrak Ubi Jalar Sebagai Anti Ulcerative Colitis dengan Modifikasi (Satnikova, et al., 2013 dan

Yan, et al., 2007)

5 H

ari

Ekstrak 750mg/Kg

Pemingsanan dan Pembedahan

Pengujian Kolon Tikus

1. Uji Malondialdehida 2. Uji Superoksida Dismutase 3. Histopatologi 4. Makroskopis Kolon

Emulsi air dan minyak

Ekstrak 500mg/Kg

Ekstrak 250mg/Kg

20 Tikus Wistar Jantan

7 Hari Masa Adaptasi

4 Tikus UCA

4 Tikus UCB

4 Tikus UCI

4 Tikus UCIII

4 Tikus UCII

Induksi Etanol 96% 4mL/KgBB secara intrakolonik

3 h

ari

Ekstrak 750mg/Kg

Ekstrak 250mg/Kg

Emulsi air dan minyak

Ekstrak 500mg/Kg

Page 55: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

108

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kandungan Senyawa Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ubi

Jalar Jingga

Ekstrak ubi jalar yang didapat merupakan hasil dari proses ekstraksi

metode maserasi dengan perbandingan pelarut dan bahan sebesar 1:8

sedangkan perbanding pelarut etanol dan aseton sebesar 3:1, sesuai hasil

penelitian pendahuluan yang menghasilkan ekstrak dengan rendemen tertinggi

dan nilai IC50 paling rendah. Proses ekstraksi dilakukan terhadap tepung ubi

jalar jingga yang memiliki kadar air sebesar 7.45%. Jumlah ekstrak yang

dihasilkan dalam proses ekstraksi yaitu sebesar 8% dari berat tepung.

Kandungan senyawa bioaktif yang dimiliki oleh ekstrak dapat dilihat pada Tabel

4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Kandungan Senyawa Bioaktif dan Nilai IC50 Tepung Ubi Jalar Jingga

Parameter Hasil Pengujian Konsentrasi Berdasarkan

Literatur

Total Fenol 1,49 mg GAE /g sampel (bk) 1,00 mg GAE/g sampel (bk)*

Total Flavonoid 5,08 mg QE/g sampel (bk) 3,00 mg QE/g sampel (bk)**

Total Karotenoid 70,00 g BET/g sampel (bk) 149,90 g BET/g sampel (bk)***

IC50 517 ppm 4890 ppm****

bk = berat kering *Duvivier (2010) **Kalita and Jayanty (2014) ***Ginting (2013) **** Dhianawaty and Panigoro (2013)

Pada Tabel 4.1 kandungan total fenol ekuivalen asam galat (GAE) memiliki

kadar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Duvivier (2010).

Hal tersebut bisa dikaitkan dengan proses penyiapan sampel uji, mulai dari

proses pengeringan ubi jalar hingga prosedur ekstraksi tepung ubi jalar.

Kandungan total fenol pada penelitian Duvivier (2010), didapat dari

penggunaan tepung ubi jalar yang dihasilkan dari chip ubi jalar yang dikeringkan

menggunakan oven pada suhu 50 hingga mencapai Aw (activity water)

konstan. Proses pengeringan yang dilakukan oleh Duvivier (2010) selama 96

jam, sedangkan pada penelitian ini hanya sampai 7 jam. Diduga semakin lama

bahan terpapar suhu 50 , maka kandungan senyawa bioaktif salah satunya

Page 56: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

109

berupa fenol akan rusak. Karena sesuai penelitian Duvivier (2010) saat dilakukan

proses pengeringan pada suhu 50 terjadi penurunan kadar total fenol sebesar

37,94% dibandingkan dengan ubi segar. Sehingga, dapat diduga bahwa semakin

lama bahan terpapar suhu 50 semakin rendah kandungan total fenol yang

dimiliki.

Faktor lain yang mampu mempengaruhi perbedaan kadar total fenol yaitu

berkaitan dengan proses ekstraksi yang dilakukan. Proses ekstraksi pada

penelitian ini menggunakan metode maserasi yang dilakukan selama 24 jam

menggunakan pelarut etanol:aseton. Pada proses ekstraksi yang dilakukan oleh

Duvivier (2010) juga menggunakan metode maserasi selama 24 jam, namun

pelarut yang digunakan hanya berupa etanol tanpa adanya aseton. Berdasarkan

Galanakis et al. (2013) pada suhu ruang (298,15 K) senyawa fenol mampu larut

dalam alkohol dan aseton terutama asam galat, asam kafeat dan oleuropein.

Sehingga adanya penambahan aseton diduga mampu meningkatkan kadar total

fenol yang didapat jika dibandingkan dengan penggunaan etanol tanpa adanya

aseton.

Komponen polifenol yang terdiri atas 2 bentuk utama yaitu asam fenolat

dan flavonoid. Asam fenolat telah diukur berdasarkan total fenol dan untuk total

flavonoid, pada penelitian ini dihitung berdasarkan ekuivalen dari kuersetin (QE).

Kandungan total flavonoid yang terkandung pada ekstrak memiliki nilai yang

lebih tinggi (4,68 mg QE/g sampel (bk)) jika dibandingkan dengan hasil

penelitian Kalita and Jayanty (2014) yang sebesar 3,00 mg QE/g sampel (bk).

Kadar flavonoid ubi jalar bisa berkaitan dengan tingkat kejenuhan warna

dari ubi jalar. Berdasarkan penelitian Ojong (2008) pada ubi jalar berwarna putih

secara signifikan memiliki kadar flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan dengan

ubi jalar yang memiliki warna yang lebih gelap. Namun pada penelitian lain yaitu

pada Rong (2012) menyebutkan bahwa komponen flavonoid sering membentuk

interaksi dengan karotenoid dan klorofil untuk membentuk warna biru, ungu,

kuning, jingga dan merah. Sehingga kadar flavonoid ubi jalar yang lebih tinggi

tidak hanya didasarkan pada kejenuhan warna ubi jalar saja, melainkan

dikarenakan adanya faktor lain, salah satunya proses ekstraksi dan adanya

perbedaan varietas ubi jalar. Ojong (2008) menyebutkan bahwa variasi hasil dari

total flavonoid ubi jalar dapat berpotensi dari adanya manipulasi genetik dan

pemuliaan bibit.

Page 57: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

110

Proses ekstraksi yang dilakukan pada penelitian Kalita and Jayanty (2014)

dilakukan menggunakan metanol dan pada penelitian ini dilakukan proses

ekstraksi menggunakan kombinasi etanol dan aseton. Sehingga perbedaan hasil

diduga karena perbedaan kemampuan larut flavonoid terhadap pelarut yang

digunakan. Berdasarkan Chebil et al. (2007) senyawa flavonoid berupa quercetin

mampu larut dalam aseton, dan memiliki tingkat kelarutan yang tinggi jika

dibandingkan dengan pelarut lain berupa asetonitril dan tert-amyl alkohol. Hal

tersebut menunjukkan bahwa dengan penambahan aseton sebagai pelarut pada

proses ekstraksi diduga menyebabkan perbedaan hasil total flavonoid yang lebih

besar dari pada penggunaan pelarut berupa alkohol saja.

Untuk kandungan total karotenoid ekstrak ubi jalar pada penelitian ini (70 g

BET/gram sampel (bk)) lebih kecil, jika dibandingkan dengan kandungan

karotenoid ubi jalar pada penelitian Ginting (2013) yang sebesar 149,90 g

BET/gram sampel (bk). Perbedaan hasil yang didapat diduga dikarenakan oleh

dua hal yaitu perbedaan varietas ubi jalar dan perbedaan lama pengeringan ubi

jalar. Ginting (2013) hanya melakukan proses pengeringan pada suhu 40

selama 3 jam, sedangkan proses pengeringan pada penelitian ini dilakukan pada

suhu 50 selama 7 jam. Hasil review Penicaud, et al. (2010) menunjukkan

bahwa kerusakan dari betakaroten bisa dipengaruhi oleh adanya panas dan

oksigen. Panas dan lamanya paparan panas yang diterima akan meningkatkan

energi kinetik dalam proses kerusakan baik melalui proses isomerisasi ataupun

oksidasi. Kerusakan yang terjadi pada betakaroten ubi jalar, juga dijelaskan pada

penelitian Bechoff, et al. (2010) bahwa secara kinetik betakaroten pada cip ubi

jalar jingga mampu rusak pada suhu antara 10 dan 40 . Sehingga dengan

peningkatan suhu menjadi 50 diduga juga meningkatkan kerusakan

betakaroten dan menyebabkan total karotenoid menurun.

Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dengan

metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl). Pada prinsipnya berdasarkan

Molyneux (2004) DPPH merupakan radikal bebas yang harus dinetralkan oleh

antioksidan berdasarkan reaksi pemberian atom hidrogen dari antioksidan pada

radikal bebas. Kemampuan senyawa bioaktif dalam ekstrak untuk menangkal

radikal bebas sesuai mekanisme pendonoran atom H dapat dilihat berdasarkan

nilai IC50. Nilai IC50 merupakan kemampuan ekstrak pada konsentrasi tertentu

(ppm) untuk meredam 50% dari radikal DPPH. Semakin tinggi nilai IC50

Page 58: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

111

menandakan semakin banyaknya ekstrak yang diperlukan untuk menangkal

radikal, yang artinya semakin rendah aktivitas antioksidan yang dimiliki.

Nilai IC50 dari penelitian Dhianawaty and Panigoro (2013) pada ekstrak

karotenoid ubi jalar yang didapatkan dari hasil pemisahan kolom kromatografi

yang kemudian dikeringkan dan dilarutkan pada metanol yaitu sebesar 4,89

mg/mL atau setara dengan 4890 ppm. Nilai IC50 ekstrak ubi jalar pada penelitian

ini masih lebih rendah yaitu 517 ppm. Hal ini diduga karena adanya perbedaan

ekstrak yang digunakan untuk proses pengujian. Pada penelitian ini, yang diuji

merupakan ekstrak kasar hasil ekstraksi menggunakan pelarut polar dan semi

polar. Sehingga senyawa yang terkandung pada ekstrak tidak hanya karotenoid,

melainkan juga senyawa-senyawa polar seperti asam fenolat dan flavonoid

(senyawa polifenol). Hal tersebut akan mendorong ekstrak yang didapat untuk

memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar. Hal tersebut didukung oleh

penelitian Leopoldini, et al. (2011) menunjukkan bahwa senyawa fenolik memiliki

energi ikatan yang sangat rendah pada atom O dan H. Sehingga memudahkan

proses pemisahan atau donor atom H pada senyawa radikal. Hal tersebut

menjadikan senyawa fenolik sebagai agen penangkap radikal bebas yang

unggul. Sehingga dapat dilihat bahwa ekstrak kasar yang didapat dari penelitian

ini memiliki nilai IC50 yang lebih rendah.

Hubungan aktivitas antioksidan (metode DPPH trolox equivalent) dengan

kandungan total fenol ubi jalar ditunjukkan dalam penelitian Padda (2006) bahwa

diantara keduanya terdapat korelasi yang positif dan kuat (r2 = 0.98). Pada

penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan fenol akan meningkatkan

aktivitas antioksidan ubi jalar. Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian

Everette and Islam (2012) yang menunjukkan bahwa ekstrak hidrofilik dari ubi

jalar jingga memiliki korelasi yang signifikan terhadap aktivitas antioksidan, jika

dibandingkan dengan ekstrak lipofilik yang memiliki korelasi rendah terhadap

ekstrak lipofilik ubi jalar jingga pada berbagai metode pengujian aktivitas

antioksidan (ABTS: 2, 2-azinobis (3-ethyl-benzothiazoline-6-sulfonic acid),

ORAC: Oxygen Radical Absorbance Capasity dan DPPH).

Page 59: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

112

4.2 Perubahan Berat Badan Hewan Coba Pada Tahap Pemberian Ekstrak

dan Pasca Induksi

Penelitian ini dilakukan untuk upaya pencegahan Ulcerative Colitis (UC),

sehingga pemberian ekstrak dimulai terlebih dahulu sebelum proses induksi. Hal

pertama yang mampu untuk diamati pada tikus sehat (tahap pemberian ekstrak)

dan tikus sakit (tahap pasca induksi) yaitu perubahan berat badan. Grafik

perubahan berat badan dapat dilihat pada Gambar 4.1 yaitu terjadi peningkatan

berat badan selama pemberian ekstrak dan terjadi penurunan berat badan

setelah induksi.

Gambar 4.1 Grafik Perubahan Berat Badan Hewan Coba

Hasil ANOVA dari peningkatan berat badan tikus tidak menunjukkan

berbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan. Namun untuk penurunan

berat badan yang terjadi selama pasca induksi terdapat perbedaan yang

signifikan (P <0.05) antara kelompok kontrol negatif dan kelompok kontrol positif.

Tidak adanya perbedaan peningkatan berat badan yang signifikan pada saat

pemberian ekstrak menunjukkan bahwa adanya keseragaman pertumbuhan dan

tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan metabolisme hewan coba. Namun pada

saat setelah proses induksi terjadi perbedaan yang signifikan (P <0.05) antara

2,75 2,87

1,85

2,96 3,13

-1.41

-8,58

-6,14 -6,54 -6,58

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

Rata

-rata

Peru

bah

an

Bera

t B

ad

an

Hew

an

C

ob

a (

%)

SelamaPemberianEkstrak

PascaInduksi

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

500mg/KgBB 750mg/KgBB 250mg/KgBB

b

a

a a a

Page 60: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

113

kontrol positif dan negatif, menunjukkan bahwa terjadi perbedaan kondisi hewan

coba.

Head and Jurenka (2003) menjelaskan bahwa kondisi UC akan

mengakibatkan beberapa gejala diantaranya kram perut, diare, feses berdarah

dan penurunan berat badan. Kondisi berupa kram perut dan adanya darah pada

feses dimungkinkan mengganggu kenyamanan hewan coba, sehingga nafsu

makan menurun dan berakibat pada turunnya berat badan. Penurunan berat

badan pada kontrol negatif dimungkinkan karena faktor stress atau

ketidaknyamanan yang dialami karena proses penginduksian intrakolonik.

Walaupun pada kontrol negatif hanya diberikan induksi aquades, proses induksi

diduga mampu membuat hewan coba stres dan menimbulkan penurunan nafsu

makan sesaat.

4.3 Pengaruh Ekstrak Terhadap Kadar Malondialdehid Kolon

Malondialdehid (MDA) merupakan produk hasil dari peroksidasi lipid.

Berdasarkan Ayala et al. (2014) MDA merupakan produk peroksidasi lipid paling

mutagenik. Sifat mutagenik MDA berkaitan dengan kemampuan MDA dalam

mengikat DNA untuk menyebabkan mutasi. Kerusakan lipid yang terjadi pada

kondisi UC yaitu dikarenakan oleh adanya ROS (Reactive Oxygen Species).

Head and Jurenka (2003) menjelaskan bahwa ROS yang terbentuk selama UC

merupakan dampak dari penumpukan mediator inflamasi berupa TNF- .

Semakin tinggi produksi TNF- , maka semakin banyak produksi ROS dan

semakin meningkatkan peroksidasi lipid untuk menghasilkan MDA.

Pada penelitian Andrade et al. (2003) dan Yan et al. (2007) pengamatan

kondisi UC pada penggunaan etanol sebagai bahan induksi yang menunjukkan

bahwa pemberian etanol 30% hingga 50% mampu meningkatan kondisi inflamasi

berupa adanya ulcer, infiltrasi pada mukosa dan terjadi peningkatan produksi

mediator inflamasi. Namun pada penelitian tersebut tidak dilakukan analisa

senyawa radikal yang terbentuk pada kolon. Oleh karena itu pada penelitian ini

dilakukan pengujian kadar MDA sebagai produk dari adanya senyawa radikal

yang terbentuk selama proses inflamasi berlangsung.

Kadar MDA jaringan kolon pada hasil uji in vivo menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan (P <0.05) antar kelompok perlakuan ekstrak ataupun

kelompok kontrol positif dan kontrol negatif. Hal ini diduga, proses induksi UC

menggunakan etanol 96% tidak mampu memberikan pengaruh berupa

Page 61: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

114

peningkatan senyawa radikal pada kondisi UC. Namun hal tersebut juga bisa

dipengaruhi oleh metabolisme imun tikus yang mampu meregulasi adanya

radikal. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil analisa statistik (nilai etaSquare pada

Lampiran 4) yaitu nilai residual yang menunjukkan adanya pengaruh diluar

perlakuan pada penelitian ini sebesar 73% yang dimungkinkan berasal dari

sistem metabolisme dan regulasi imun hewan coba. Sehingga dari penelitian ini

dapat dilihat bahwa penggunaan etanol yang lebih tinggi yaitu 96% juga tidak

mampu untuk meningkatkan resiko UC yang lebih lanjut berupa peningkatan

radikal.

Gambar 4.2 Grafik Kadar MDA Kolon

Hasil ANOVA yang tidak signifikan bisa diperjelas dari grafik pada Gambar

4.2. Pada grafik menunjukkan tingkat perbedaan kadar MDA kolon yang tidak

jauh beda pada kontrol perlakuan. Namun hasil pada kontrol positif menunjukkan

adanya kadar MDA yang lebih tinggi dari perlakuan lainnya dan kontrol negatif

memiliki kadar paling rendah. Untuk perlakuan ekstrak pada grafik menunjukkan

adanya perbedaan yang tipis yaitu berupa peningkatan kadar MDA seiring

dengan peningkatan dosis ekstrak yang diberikan. Hasil pada penelitian ini dapat

dibilang memiliki kadar MDA yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar

MDA jaringan organ pencernaan tikus normal pada penelitian Aulanni’am, dkk

(2011) dan Sholichah, dkk. (2012) yang berkisar 706–1839 ng/ml. Sehingga

pada penelitian ini dapat dikatakan kadar MDA dari tiap perlakuan masih dalam

batas kadar MDA normal.

126,50

144,00

130,25 134,63

140,25

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Kontrol Negatif Kontrol Positif 250mg/KgBB 500mg/KgBB 750mg/KgBB

Rera

ta K

ad

ar

MD

A (

ng

/mL

)

Page 62: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

115

Fenomena terjadinya peningkatan kadar MDA pada saat peningkatan dosis

ekstrak diduga terkait dengan adanya senyawa fenol berupa asam klorogenik

pada ekstrak. Kandungan asam klorogenik paling tinggi pada ubi jalar dijelaskan

dalam penelitian Truong et al. (2007) yaitu sebesar 9.3 mg/100g bahan segar

atau sebesar 0.0093 % bahan segar. Pada penelitian Du et al. (2013), dengan

pemberian asam klorogenik dosis rendah sebesar 0.336 mg/KgBB mampu

meningkatkan kadar MDA namun masih tidak signifikan, sedangkan pemberian

dosis tinggi sebesar 7 mg/KgBB mampu meningkatkan kadar MDA secara

signifikan (p <0.05) terhadap kontrol yang tidak diberi asam klorogenik.

Pada penelitian ini dosis ekstrak berkisar pada 250 mg/KgBB, 500

mg/KgBB dan 750 mg/KgBB atau berkisar 38461,54 mg ubi segar/KgBB, 76932

mg ubi segar/KgBB dan 11538,62 mg ubi segar/KgBB (Lampiran 3).

Berdasarkan pada Truong et al. (2007) jika asam klorogenik berkisar 0.0093 %

ubi segar, maka diduga kandungan asam klorogenik pada ekstrak yang diberikan

pada hewan berkisar 3,58 mg/KgBB, 7,15 mg/KgBB dan 10,73 mg/KgBB

(Lampiran 3). Pemberian tersebut jika mengacu pada Du et al. (2013) berada

diatas dosis rendah dan dosis tinggi pemberian asam klorogenik pada hewan

coba. Sehingga diduga ekstrak yang diberikan juga memiliki potensi dalam

meningkatkan MDA karena adanya kandungan asam klorogenik. Namun

pengaruh yang diberikan masih belum memiliki perbedaan yang signifikan antar

dosis perlakuan, diduga karena pada ekstrak ada kandungan kuersetin yang

bersifat sebagai antioksidan. Namun tampak kecenderungan data bahwa

semakin besar ekstrak, semakin meningkatkan kadar MDA kolon.

Pada penelitian lain, asam klorogenik mampu menunjukkan efek anti

inflamasi. Hasil penelitian Piefer (2012) menunjukkan bahwa asam klorogenik

sebesar 0.05% pada pakan, mampu menurunkan mediator inflamasi berupa NF-

kB. Namun dari hasil penelitian ini, penggunaan ekstrak ubi jalar untuk kondisi

UC perlu diperhitungkan lagi dosis yang sesuai untuk tidak menimbulkan

peningkatan peroksidasi lipid. Mekanisme asam klorogenik yang mampu

menginduksi terbentuknya radikal berdasarkan hasil penelitian Du et al. (2013)

berkaitan dengan komponen NADPH oksidase. Hal tersebut ditunjukkan dengan

pemberian asam klorogenik dosis tinggi (7 mg/KgBB) terjadi peningkatan mRNA

Nox4, p22phox

dan p47phox

. Hubungan NADPH oksidase dengan ROS dijelaskan

oleh Bedard and Krause (2007) bahwa enzim ini mampu melakukan transport

Page 63: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

116

elektron untuk melewati membrane plasma dalam menghasilkan superoksida

serta ROS lainnya.

4.4 Pengaruh Ekstrak Terhadap Kadar Superoksida Dismutase Kolon

Superoksida Dismutase (SOD) merupakan salah satu antioksidan enzim

yang ada di dalam tubuh. Berdasarkan Marikovsky et al. (2003), SOD diproduksi

oleh metabolisme oksidatif selular untuk melawan superoksida menjadi hidrogen

peroksida. Hasil ANOVA yang didapat menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan pada kadar SOD untuk masing-masing kelompok

perlakuan. Namun dari Gambar 4.3 bisa dilihat bahwa pada kelompok pemberian

ekstrak memiliki kadar SOD yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Hal

tersebut bisa dimungkinkan bahwa pemberian ekstrak mampu meningkatkan

aktivitas SOD jaringan kolon.

Gambar 4.3 Grafik Kadar SOD Kolon

Grafik 4.3 juga menunjukkan hasil yang tidak normal. Kadar SOD pada

kontrol negatif dan kontrol positif tidak menunjukkan perbedaan. Namun sesuai

dengan fungsi dari SOD sebagai penangkap radikal, maka hasil yang demikian

dapat dipengaruhi oleh tingkat senyawa radikal di dalam tubuh. Pada subbab

pengaruh ekstrak terhadap kadar MDA telah dijelaskan bahwa kadar MDA pada

kontrol positif dan negatif tidak memiliki perbedaan nyata dan masih dibawah

rentang kadar MDA tikus normal sesuai penelitian Aulanni’am, dkk. (2 11 dan

6,21

6,25 7,62 7,41 6,79

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Kontrol Negatif Kontrol Positif 250mg/KgBB 500mg/KgBB 750mg/KgBB

Rera

ta K

ad

ar

SO

D (

U/m

L)

Page 64: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

117

Solichah, dkk. (2012). Diduga bahwa data yang sama pada kadar SOD kontrol

positif dan negatif dikarenakan metabolisme hewan coba pada kontrol positif dan

kontrol ekstrak masih mampu untuk mengatasi senyawa radikal penghasil MDA.

Sehingga kadar SOD pada kontrol positif bernilai sama dengan kontrol negatif.

Pada kondisi kondisi UC yang parah, berdasarkan penelitian Xing et al.

(2012) menunjukkan adanya penurunan kadar SOD yang berbeda nyata (P

<0.05) pada kontrol positif, serta diikuti dengan peningkatan kadar MDA yang

berbeda nyata pula. Pada Medhi, et al. (2008) juga serupa, bahwa terjadi

penurunan SOD yang signifikan (P <0.001) pada kontrol positif diikuti dengan

peningkatan kadar MDA yang signifikan pula (P <0.001). Hasil dari penelitian

tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Pavlick, et al. (2002) bahwa kondisi inflamasi

pada organ pencernaan mampu menurunkan kadar SOD jaringan dikarenakan

oleh adanya peningkatan ROS. Berdasarkan review Li and Zhou (2011) juga

menjelaskan bahwa penurunan SOD pada kondisi inflamasi dikarenakan adanya

metabolit oksigen dan nitrogen yang reaktif dengan ditunjukkan adanya

peningkatan MDA sebagai indeks adanya peroksidasi lipid. Namun pada

penelitian ini, kondisi inflamasi (UC) yang terjadi akibat induksi etanol belum

sampai pada peningkatan senyawa radikal yang berlebihan. Sehingga kadar

SOD pada hewan coba (kontrol positif) belum mengalami penurunan jika

dibandingkan dengan hewan coba sehat (kontrol negatif).

Pengaruh pemberian ekstrak ubi jalar dalam peningkatan kadar SOD

jaringan pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan adanya

penurunan SOD seiring bertambahnya ekstrak. Namun kondisi tersebut masih

menunjukkan bahwa kadar SOD pada kontrol ekstrak lebih tinggi dari kontrol

negatif dan positif. Pada penelitian sebelumnya (Medhi, et al., 2008 dan Xing, et

al., 2012), pemberian ekstrak bahan-bahan alami mampu meningkatkan kadar

SOD diatas kontrol positif, namun masih dibawah kadar SOD kontrol negatif.

Namun karena pada penelitian ini kadar SOD kontrol positif dan negatif tidak

berbeda, maka kadar SOD yang melebihi kadar kontrol positif bisa dijelaskan

sesuai dengan prinsip analisa kadar SOD.

Proses analisa kadar SOD yang dilakukan menggunakan prinsip xantine-

xantine oksidase dijelaskan dalam Weydert and Cullen (2010) bahwa pada

proses pengukuran kadar SOD digunakan xantine-xantine oksidase sebagai

agen O

dan NBT (nitroblue tetrazolium) sebagai indikator adanya O

. Persen

penghambatan dari NBT merupakan jumlah SOD yang dapat didapat. Diduga,

Page 65: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

118

adanya kandungan kuersetin pada jaringan kolon sebagai dampak dari

pemberian ekstrak, mampu mempengaruhi hasil dari pengukuran kadar SOD

kontrol ekstrak yang memiliki kadar SOD lebih tinggi dari kontrol negatif.

Keberadaan kuersetin pada jaringan kolon ditunjukkan pada hasil penelitian Graf

et al. (2006) bahwa dengan pengkonsumsian kuersetin pada tikus, didapat

kandungan kuersetin sebesar 46% pada jaringan kolon. Pengaruh adanya

kuersetin dijelaskan dalam Nijveldt, et al. (2001) bahwa kuersetin memiliki

kemampuan dalam menghambat aktivitas xantine oksidase. Sehingga pada

pengukuran kadar SOD kolon kontrol ekstrak menunjukkan hasil yang lebih tinggi

dari kontrol negatif. Kondisi demikian merupakan kesalahan positif yang

menunjukkan hasil berlebih dikarenakan komponen yang terhitung tidak hanya

aktivitas dari SOD, melainkan juga aktivitas dari kuersetin yang ada pada

jaringan kolon dalam menghambat aktivitas xantine oksidase selama pengujian

kadar SOD. Namun perbedaan tersebut tidak signifikan, sehingga dapat dikatan

keseluruhan kelompok perlakuan memiliki kadar SOD yang sama dikarenakan

tidak adanya senyawa radikal yang berlebih pada jaringan (ditunjukkan dengan

hasil MDA yang juga tidak signifikan) dan dapat dikatakan kadar SOD kolon

masih dalam jumlah yang normal.

4.5 Pengaruh Ekstrak Terhadap Makroskopis Kolon

4.5.1 Perubahan Berat Kolon

Penambahan berat pada kolon berkaitan dengan adanya inflamasi jaringan

kolon. Kondisi inflamasi bisa berupa edema dan penebalan dinding kolon. Berat

kolon yang meningkat dikarenakan adaya respon dari keparahan dan

peningkatan penyakit. Adanya pemendekan dan penebalan kolon disebutkan

dalam Gore (1992) bahwa hal tersebut merupakan suatu penanda klinis dari

adanya progres inflamasi kronik pada UC. Penambahan berat kolon yang terjadi

dijelaskan dalam Scallan et al. (2010) dikarenakan pada kondisi inflamasi terjadi

peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler yang disebabkan oleh adanya

mediator-mediator inflamasi. Sehingga proses filtrasi (proses pengeluaran cairan

dari kapiler pada jaringan) meningkat namun proses reabsorpsi menurun yang

menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan cairan pada sel-sel jaringan

(edema) yang berdampak pada peningkatan berat jaringan kolon.

Page 66: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

119

Gambar 4.4 Penampakan Makroskopis Kolon

A. Kontrol Negatif, B. Kontrol Positif, C. Dosis 250mg/KgBB, D. 500mg/KgBB, E. Dosis 750mgKgBB. Panah merah adalah luka dan panah biru merupakan edema

Inflamasi yang terjadi akibat dari penginduksian etanol memiliki mekanisme

yang dijelaskan dalam Khoury et al. (1992) bahwa etanol mampu mempengaruhi

respon imun dengan menghambat produksi glutation yang akibatnya muncul

signal untuk memproduksi IL-12, INF- dan peningkatan IL-4. IL-4 yang berlebih

akan menginduksi inflamasi yang berasal dari sel Th2. Selain itu berdasarkan

Banan et al. (1999) etanol mampu mengiritasi mukosa dengan menimbulkan

reaksi oksidatif pada jaringan mikrotubulus sitoskeletal dengan cara merusak

protein sitoskeletal. Akibatnya terjadinya monomerik tubulin, sehingga terjadi

kerusakan mikrotubulus sitoskeleton dan membuat integritas mukosa turun. Hal

tersebut menyebabkan mikroba luminal mampu masuk pada mukosa kolon dan

terdeteksi sebagai antigen dan menginduksi adanya inflamasi pada kolon.

Perubahan berat kolon yang ditunjukkan pada Gambar 4.5 yaitu terjadi

adanya perbedaan yang signifikan antara kontrol positif dan kontrol negatif.

Namun antara kontrol positif dan kontrol ekstrak tidak menunjukkan perbedaan

yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya inflamasi kolon secara

signifikan meningkatkan berat kolon, namun dengan pemberian ekstrak masih

belum mampu menurunkan berat kolon hingga mendekati berat kolon kontrol

Page 67: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

120

negatif. Namun jika dilihat lagi, terdapat kecenderungan hasil berupa semakin

tinggi dosis ekstrak yang diberikan semakin turun berat kolon. Hal tersebut

berkaitan dengan kemampuan ekstrak dalam menurunkan inflamasi.

Gambar 4.5 Grafik Rerata Berat Kolon

Kemampuan senyawa bioaktif dalam ekstrak ubi jalar yang berkaitan

dengan komponen fenol, flavonoid dan total karotenoid diduga memiliki peranan

sebagai anti inflamasi. Senyawa fenol memiliki peran sebagai senyawa anti

inflamasi yang dijelaskan dalam Shapiro et al. (2006) bahwa fenol memiliki

kemampuan dalam menghambat NF-kB, sehingga terjadi penurunan inflamasi.

Gracia-Lafuente et al. (2009) menjelaskan bahwa senyawa flavonoid mampu

menurunkan aktivitas inflamasi dengan memodulasi sistem enzim dan sekresi

mediator inflamasi. Peranan senyawa karotenoid sebagai anti inflamasi

dijelaskan dalam Bai et al. (2005) yaitu berkaitan dengan kemampuannya

meregulasi proses produksi inflamasi dari sitokin. Adanya ketiga senyawa

bioaktif ini dalam menurunkan inflamasi diduga menjadi penyebab adanya hasil

pengamatan makroskopis berupa semakin menurunnya berat kolon seiring

dengan semakin tingginya ekstrak yang diberikan. Walaupun dengan dosis

ekstrak yang diberikan belum mampu menurunkan berat kolon hingga mendekati

kontrol negatif (kondisi normal).

Page 68: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

121

4.5.2 Rasio Berat per Panjang Kolon

Hasil pengamatan makroskopis berupa berat kolon juga dipengaruhi oleh

panjang kolon. Sehingga semakin panjang kolon tentunya akan semakin berat

dan semakin pendek kolon maka hasil penimbangan akan semakin ringan.

Namun pada kondisi colitis disebutkan oleh Gore (1992) akan terjadi suatu

proses pemendekan kolon disertai dengan penebalan dinding kolon sebagai

penanda klinis dari adanya progress inflamasi kronik pada UC. Pemendekan

yang terjadi diakibatkan oleh adanya kontraksi dari mukosa muskularis yang

mampu menjadikannya lebih tebal namun berdampak pada ukuran kolon yang

semakin pendek.

Gambar 4.6 Grafik Rasio Berat per Panjang Kolon

Adanya penambahan berat dan pemendekan kolon dijadikan parameter

kolitis dengan menggabungkan keduanya menjadi rasio berat per panjang kolon.

Semakin tinggi rasio yang didapat menunjukkan semakin berat kolon dan

semakin pendek kolon. Parameter makroskopis UC berupa perubahan rasio

berat per panjang kolon dijelaskan dalam Patil, et al. (2012) bahwa dengan

peningkatan berat kolon disertai dengan adanya peningkatan rasio berat per

panjang kolon merupakan sebuah refleksi dari adanya lokal inflamasi. Hasil

ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P < 0.001) antar

kelompok perlakuan hewan coba. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari hasil uji

lanjut LSD yang menunjukkan adanya perbedaan nyata antara kelompok

perlakuan negatif dengan kelompok perlakuan positif dan kelompok perlakuan

Page 69: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

122

ekstrak. Hasil uji lanjut LSD juga menunjukkan bahwa antar perlakuan kelompok

ekstrak tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada rasio berat per

panjang kolon. Namun, dari Gambar 4.6 dapat dilihat adanya kecenderungan

penurunan rasio berat per panjang kolon antar kelompok perlakuan ekstrak.

Semakin besar ekstrak yang diberikan mampu memberikan pengaruh berupa

semakin menurunnya rerata rasio berat per panjang kolon.

Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Patil, et al. (2012) dengan

induksi colitis intrakolonik menggunakan 2% larutan asam asetat dan pada

penelitian Joo, et al. (2015) menggunakan induksi intrakolonik menggunakan

TNBS (2,4,6-trinitrobenzene sulfonic acid). Jika dibandingkan dengan penelitian

ini, hasilnya memiliki tingkat signifikasi yang sama (P < 0.001) untuk perbedaan

antara kontrol positif dan negatif. Hal tersebut menunjukkan, perbedaan bahan

induksi yang dilakukan mampu memberikan efek colitis dengan tingkat signifikan

yang sama pada parameter peningkatan rasio berat per panjang kolon.

Hasil perbandingan antara perlakuan pemberian ekstrak dengan kontrol

positif pada penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Pada

penelitian Patil, et al. (2012) pemberian ekstrak umbi Daucus Carota memiliki

perbedaan dengan kontrol positif (P <0.05) pada konsentrasi 400mg/KgBB,

sedangkan pada konsentrasi 100mg/KgBB dan 200mg/KgBB tidak menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan. Untuk penelitian Joo, et al. (2015) juga

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P <0.01) pada pemberian

ekstrak herba Artenisiae dengan dosis 100mg/kgBB dan tidak signifikan pada

dosis 10mg/KgBB dan 50mg/KgBB.

Hasil pada kedua penelitian diatas menunjukkan bahwa meskipun ada

kecenderungan penurunan rasio berat per panjang kolon, perlu diketahui dosis

keefektifan penurunan rasio, sehingga dikatakan terjadi penurunan yang

signifikan ketika dibandingkan dengan kontrol positif. Dosis yang digunakan pada

penelitian ini merupakan hasil rujukan dari penelitian Rengarajan, et al. (2012)

yang menggunakan ekstrak ubi jalar sebagai anti ulcer pada organ lambung.

Hasil yang didapat yaitu mampu mengurangi kerusakan lambung (P <0.01) pada

dosis 500mg/KgBB. Namun pada penelitian ini untuk diterapkan dalam

pencegahan UC, dosis tersebut masih belum mampu menurunkan parameter

colitis berupa rasio berat per panjang kolon secara signifikan. Adanya

perbedaan lama ekstraksi yang diestimasi dengan adanya peningkatan dosis

Page 70: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

123

sebesar 50% (750mg/KgBB) juga masih belum mampu untuk menurunkan rasio

berat per panjang kolon secara signifikan terhadap kontrol positif.

Pengaruh pemberian ekstrak ubi jalar jingga terhadap kecenderungan

penurunan rasio berat per panjang kolon merupakan hasil dari kinerja senyawa

bioaktif dalam menurunkan inflamasi. Senyawa bioaktif pada ubi jalar yang

berupa total fenol merupakan gabungan dari beberapa jenis asam fenolat dan

flavonoid. Berdasarkan Truong et al. (2007) asam fenolat tertinggi pada ubi jalar

yaitu berupa asam klorogenik dan kandungan flavonoid tertinggi berdasarkan

Ojong (2008) yaitu kuersetin. Sehingga peran dari senyawa fenolik dalam proses

inflamasi, dapat dijelaskan dari hasil penelitian Piefer (2012) bahwa 0.05% asam

klorogenik pada pakan mampu menurunkan aktivitas NF-kB dan 0.45% kuersetin

pada pakan mampu meningkatkan ekspresi dari molekul FGF-2 dalam

memulihkan luka. Meskipun kedua komponen tersebut tidak mampu melindungi

dari adanya kerusakan kolon, namun peranan yang dimiliki merupakan jalur

utama dalam mengatasi adanya kerusakan kolon yang terjadi. FGF-2 merupakan

suatu molekul pemulihan luka yang ditemukan pada membrane basolateral sel

epitel. Adanya penurunan NF-kB berkaitan dengan peranan NF-kB dalam proses

inflamasi. Berdasarkan Tak and Firestein (2001) NF-kB merupakan protein yang

mengatur respon imun terhadap adanya infeksi yang mampu menghasilkan gen-

gen pro inflamasi seperti TNF- , IL-1 , IL-6, dan IL-8.

Senyawa bioaktif lain selain senyawa fenolik yaitu karotenoid, juga memiliki

peranan dalam regulasi proses inflamasi. Bagian dari senyawa karotenoid yang

terkandung dalam ubi jalar yaitu senyawa betakaroten. Penelitian yang dilakukan

oleh Trivedi and Jena (2014) menunjukkan bahwa pemberian betakaroten pada

UC mampu memodulasi mediator pro inflamasi diantara TNF- , IL-6 dan IL-17,

serta secara signifikan menurunkan plasma lipopolisakarida. Pada dosis

20mg/KgBB secara signifikan (P <0.01) menurunkan IL-17, dosis 5mg/KgBB

menurunkan IL-6 (P <0.01) dan dosis 10mg/KgBB menurunkan TNF- dan NF-

kB. Penurunan yang signifikan ini dilakukan dalam upaya pengobatan UC pada

tikus yang diinduksi DSS.

Adanya kombinasi kandungan senyawa bioaktif berupa total fenol dan

flavonoid yang di dalamnya terkandung asam klorogenik, kuersetin dan juga total

karotenoid yang mengandung betakaroten memiliki aktivitas anti inflamasi yang

tentunya menjadi suatu keunggulan dari ekstrak yang digunakan. Namun hasil

yang tidak signifikan antar dosis juga dipengaruhi oleh sifat dari bahan bioaktif.

Page 71: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

124

Berdasarkan penelitian Du et al. (2013), dosis tinggi asam klorogenik

(7mg/KgBB) secara signifikan (P <0.05) mampu meningkatkan mediator

inflamasi berupa IL-6 dan TNF- pada serum darah dan terjadi infiltrasi sel pada

hasil histologi. Untuk dosis rendah (0.336mg/KgBB) juga mampu meningkatkan

mediator inflamasi namun tidak secara signifikan. Berdasarkan hasil tersebut,

jika dikaitkan dengan hasil pemberian ekstrak yang memiliki pengaruh tidak

signifikan pada penelitian ini diduga karena adanya komponen fenol berupa

asam klorogenik yang berada pada kisaran dosis rendah dan dosis tinggi yang

mampu memicu adanya inflamasi. Sehingga kinerja dari senyawa bioaktif pada

ekstrak tidak bekerja secara maksimal dan memberikan hasil berupa penurunan

inflamasi yang tidak signifikan. Karena terjadinya inflamasi diduga tidak hanya

dari etanol sebagai bahan penginduksi, namun juga dari kandungan fenol berupa

asam klorogenik.

4.6 Pengaruh Ekstrak Terhadap Mikroskopis Kolon

Pengaruh ekstrak terhadap kondisi UC juga dapat diamati dari perubahan

penampakan mikroskopis kolon. Gaboes (2003) menjelaskan bahwa secara

mikroskopis adanya inflamasi ditandai dengan peningkatan infiltrat selular pada

mukosa kolon. Pada kondisi kolon normal, infiltrat dapat dilihat pada bagian atas

mukosa, namun pada kondisi UC infltrat akan semakin banyak pada bagian

transmukosa. Infiltrat yang teramati secara mikroskopis merupakan suatu bentuk

akumulasi plasma sel mendekati dasar mukosa dan diantara crypt, serta neutrofil

pada struktur epitel meliputi dinding crypt dan pada kondisi crypt yang rusak.

Crypt merupakan bagian berupa cekungan pada sel yang berfungsi untuk

menghasilkan kelenjar-kelenjar pencernaan.

Proses pengamatan mikroskopis kolon dilakukan dengan cara skoring

berdasarkan Araki et al. (2010) berupa penampakan kolon yang meliputi

hilangnya permukaan epitel atau mukosa, kerusakan crypt dan infiltrate pada

mukosa. Skor yang diberikan berkisar 0 hingga 4 sesuai dengan tingkat

keparahan kondisi mikroskopis kolon (Lampiran 4).

Hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan kecenderungan hasil

yang hampir sama dengan kondisi makroskopis kolon yaitu terjadi perbedaan

nyata (P <0.05) antara kontrol positif dengan kontrol negatif, namun antar

perlakuan ekstrak tidak memiliki perbedaan yang nyata.

Page 72: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

125

Gambar 4.7 Grafik Skor Mikroskopis Kolon

Tingkatan penurunan skor mikroskopis bisa dilihat pada Gambar 4.7. Hasil

penurunan yang didapat tidak seperti pada hasil pengamatan makroskopis. Pada

pengamatan mikroskopis ini, didapat tingkat penurunan yang sama pada

perlakuan dosis 250mg/KgBB dan 500mg/KBB. Padahal secara makroskopis

terjadi perbedaan penurunan pada dosis 250mg/KgBB dan 500mg/KgBB. Namun

secara umum hasil mikroskopis ini tetap menunjukkan adanya penurunan skor

kerusakan dengan adanya pemberian ekstrak ubi jalar.

Perbedaan hasil pengamatan mikroskopis pada setiap perlakuan juga bisa

dilihat pada Gambar 4.8 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan kondisi crypt

dan jumlah sel-sel neutrofil. Kontrol positif menunjukkan adanya kondisi crypt

yang normal dan jumlah neutrofil yang sedikit. Namun pada kontrol positif terjadi

peningkatan neutrofil dan terjadi abses pada crypt. Adanya pemberian ekstrak

ubi jalar memberikan pengaruh pada penurunan neutrofil, namun masih tidak

mampu untuk mengembalikan kondisi kerusakan crypt. Hasil dari perbedaan

dosis pun tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada kondisi

mikroskopis kolon.

Page 73: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

126

Gambar 4.5 Histopatologi Kolon.

A: kontrol negatif, B: Kontrol positif, C: Perlakuan ekstrak 250mg/KgBB, D: Perlakuan ekstrak 500mg/KgBB E: Perlakuan ekstrak 750mg/KgBB. Panah merah menunjukkan

kondisi crypt dan panah kuning menunjukkan infiltrasi neutofil pada sel inflamasi

Pengaruh dari pemberian ekstrak terkait dengan bioavaibilitas polifenol

dalam tubuh. Berdasarkan D’Archivio et al. (2010), peranan senyawa bioaktif

terutama polifenol untuk mencapai bagian kolon merupakan hasil dari

penyerapannya pada usus halus dan hasil fermentasi kolon. Pada usus halus

senyawa polifenol dihidrolisis oleh enzim hidrolase menghasilkan polifenol

bentuk aglikon. Polifenol yang tidak diserap akan menuju kolon yang selanjutnya

akan dihidrolisis ikatan glikosidik polifenol oleh bakteri dalam kolon menghasilkan

Page 74: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

127

bentuk aglikon. Bentuk aglikon mudah melewati usus untuk selanjutnya dibawa

ke hati. Di dalam hati, polifenol bentuk aglikon akan mengalami modifikasi

struktur kimia melalui reaksi konjugasi yaitu glukoronidasi, metilasi dan sulfatasi.

Hasil metabolit ini baru kemudian dialirkan ke bagian sel atau jaringan yang

membutuhkan. Reaksi konjugasi ini berjalan sangat efisien sehingga bentuk

aglikon (pada beberapa flavonoid) yang mencapai sistem sirkulasi darah sangat

rendah atau bahkan tidak ada. Hasil metabolit tersebut berbeda aktivitas

biologisnya. Sehingga hasil metabolit senyawa flavonoid yang mencapai sel atau

jaringan akan berbeda dalam hal struktur kimia, aktivitas biologis dan sifat

fungsionalnya dibandingkan dengan senyawa aslinya yang terdapat dalam

bahan makanan. Kemampuan jaringan dalam menerima senyawa polifenol tidak

banyak berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi polifenol pada aliran

darah (konsumsi polifenol dengan jumlah banyak dalam waktu singkat). Namun

ketika asupan polifenol dilakukan secara teratur meskipun dalam jumlah yang

sedikit akan secara signifikan meningkatkan konsentrasi polifenol plasma sel.

Hasil penelitian ekstrak ubi jalar yang digunakan pada pada penelitian

Rengarajan et al. (2012) untuk ulcer di lambung menunjukkan bahwa dengan

dosis 250mg/KgBB secara signifikan mampu menurunkan indeks ulcer (P <0.01)

dan skor ulcer (P <0.05) pada pengamatan mikroskopis dengan perbesaran 10x.

Namun pada penelitian ini, ekstrak ubi jalar belum mampu menurunkan skor

mikroskopis pada kondisi ulcer di kolon.

Perbedaan hasil yang didapat diduga salah satunya diduga karena adanya

perbedaan organ yang sakit. Pada review Hollman (2004) menunjukkan bahwa

sebagian komponen flavonoid mampu diserap di lambung. Sehingga senyawa

flavonoid tersebut mampu secara langsung dan cepat sampai pada bagian sel

lambung yang mengalami kerusakan. Senyawa flavonoid yang mampu diserap

oleh lambung yaitu flavonoid dengan struktur berupa oligomer. Oligomer akan

dihidrolisa menjadi monomer dan dimer pada kondisi asam di lambung.

Penyerapan flavonoid terutama quercetin dijelaskan pada penelitian Graf et al.

(2006) mampu diserap di lambung hingga 32% dengan struktur yang memiliki

ikatan sulfat, glukuronat dan metilat.

Page 75: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

128

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelitian mengenai “Peranan Ekstrak Ubi Jalar Jingga

Varietas Beta 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) Dalam Mencegah Ulcerative Colitis

Pada Tikus Wistan Jantan Yang Terinduksi Etanol”, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Pengaruh induksi etanol 96% terhadap kondisi Ulcerative Colitis mampu

menimbulkan inflamasi dengan ditandai adanya peningkatan yang signifikan

(P <0.05) pada berat kolon, rasio berat per panjang kolon dan skor

mikroskopis antara kontrol positif dan kontrol negatif. Namun induksi etanol

belum mampu meningkatkan radikal bebas pada kolon, yang ditandai dengan

tidak ada peningkatan atau penurunan aktivitas antioksidan enzim (SOD)

serta hasil MDA yang tidak signifikan (P < 0.05) antara kontrol positif dan

negatif.

2. Pengaruh ekstrak ubi jalar jingga terhadap kondisi Ulcerative Colitis mampu

menurunkan inflamasi yang ditunjukkan hasil berupa penurunan berat kolon,

rasio berat per panjang kolon dan skor mikroskopis seiring dengan

peningkatan dosis ekstrak, namun secara tidak signifikan. Pengaruh ekstrak

ubi jalar terhadap kondisi MDA yaitu mampu meningkatkan kadar MDA dan

meningkatkan aktivitas antioksidan enzim superoksida dismutase, namun

tidak signifikan.

Secara keseluruhan, kesimpulan dari penelitian ini, yaitu penginduksian

etanol mampu menimbulkan UC, namun tidak meningkatkan resiko UC menjadi

kanker. Pengaruh peningkatan dosis ekstrak ubi jalar, belum mampu secara

signifikan mencegah UC.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar asam klorogenik pada

ekstrak ubi jalar jingga untuk memastikan adanya pengaruh asam klorogenik

terhadap kondisi UC, serta dilakukan analisa kadar mediator inflamasi kolon.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis ekstrak kurang dari

250mg/KgBB atau diatas 750mg/KgBB sesuai kandungan senyawa bioaktif

ubi jalar untuk mendapat dosis yang efektif dalam mencegah UC secara

signifikan dan tanpa menimbulkan toksik lebih lanjut.

Page 76: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

129

DAFTAR PUSTAKA

Andrade, M.C., Vaz, N.M and Faria, A.M.C. 2003. Ethanol –Induced Colitis Prevents Oral Tolerance Industion in Mice. Brazillian Journal of Medical and Biological Research, 36:1227-1232.

Antolovich, M., Paul, D., Prenzler., Patsalides., Suzanne, M, and Kevin.R. 2001. Methods for Testing Antioxidant Activity. The Royal Society of Chemistry: Analyst, 127: 183-198.

Araki, Y., Mukaisyo, K.I., Sugihara, H., Fujiyama, Y., and Fujiyama, Y. 2010. Increased Apoptosis and Decreased Proliferation of Colonic Epithelium in Dextran Sulfate Sodium Induced Colitis in Mice. Oncology Reports, 24: 869-874.

Atanassova, M., Georgieva, S, and Ivancheva, K. 2011. Total Phenolic and Total Flavonoid Contents, Antioxidant Capacity an dBiological Contaminants in Medical herbs. Journal of The University of Chemical Technology and Metallurgy, 46 (1): 81-88.

Ayala, A., Muno, M.F., and Argiielles, S. 2014. Lipid Peroxodation: Production, Metabolism, and Signaling Mechanism of Malondialdehyde and 4-Hydroxy-2-Nonenal. Oxidative Medicine and Cellular Longevity, 14: 1-31.

Bai, S., Lee, S., Na, H., Ha, K., Han, J., Lee, H., Kwon, Y., Chung, C, and Kim, Y. 2005. -Carotene Inhibit Inflammatory Gene Expression In Lipopolysaccharide -Stimulated Macrophages by Suppressing Redox-Based NF-kB Activation. Experimental and Molecular Medicine, 37(4): 323-334.

Bechoff, A., Dhuique-Mayer, C., Dornier, M., Tomlins, K.I., Boulanger, R., Dufour, D, and Westby, A. 2010. Relationship between the Kinetics of -Carotene Degradation and Formation of Norisoprenoids in the Storage of Dried Sweet Potato Chips. University of Greenwich. United Kingdom.

Bedard, K and Krause, K. 2007. The NOX Family of ROS-Generating NADHP Oxidases: Physiology and Pathophysiology.Physiological Reviews, 87: 245-313.

Bitar, V.A and Laham, S. 2013. Methylsulfonylmethane and Green Tea Extract Reduce Oxidative Stres and Inflammation in Ulcerative Colitis. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 6(2): 153-158.

Cevallos-Casals &Cisneros-Zevallos.2003 dalam Teow et al. 2007. Antioxidant Activities, Phenolic And -Carotene Contents of Sweet Potato Genotypes with Varying Flesh Colours. Food Chemistry, 103: 829-838.

Chandrashekara, S and Suresh, K.P. 2012. Sample Siez Estimation and Power Analysis for Clinical Research Studies. Journal of Human Reproductive Scienes, 5(1): 7-13.

Chebil, L., Humeau, C., Anthoni, J., Dehe, F., and Engasser, J.M. Solubility of Flavonoids in Organic Solvents.Journal of Chemical and Engineering, 52(5): 1552-1556.

Comino,C., Hehn, A., Moglia, A., Menin, B., Bourgaud, F., Lanteri, S., and Portis, E. 2009. The Isolation and Mapping of A Novel Hydroxycinnamoyl transferase in The Globe Atichoke Chlorogeni Acid Pathway. Plant Biology, 9(30): 1-13.

Page 77: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

130

Deng, J.,Cheng, W., and Yang, G. 2011. A Novel Antioidant Activity Index (AAU) for Natureal Products Using The DPPH Assay. Food Chemistry, 125: 1430-1435.

Dewick, P.M. 2002. Medicinal Natural Products. John Wiley & Sons, Ltd. Dilihat 21 Juni 2015. <http://onlinelibrary.wiley.com>.

Dhianawaty, D and Panigoro,R. 2013. Antioxidant Activity and Total Weight of Carotenoid in Red Sweet Potato (Ipomoea batatas L.) Tuber.Universitas Padjajaran.

Du, W.Y., Chang, C., Zhang, Y., Liu, Y.Y., Sun, K., Wang, C.S., Wang, M.X., Liu, Y., Wang, F., Fan, J.Y., Li, P.T., ang Han, J.Y. 2013. High-dose Chlorogenic Acid Induces Inflammation Reactions and Oxidative Stress Injury in Rats Without Implication of Mast Cell Degranulation. Journal of Ethnopharmacology, 147: 74-83.

Duvivier, P. 2010. Retention of Phenolics, Carotenoids and Antioxidant Activity in the Taiwanese Sweet Potato (Ipomea batatas L.) CV Tainong 66 Subjected to Different Drying Conditions. American Journal of Food Agriculture Nutrition and Development, 10 (11): 4413-4429.

D’Archivio, M., Filesi, C., Vari, R., Scazocchio, B., and Masella, R. 2010. Bioavailability of The Polyphenols: Status and Controversies.International Journal of Molucular Sciences, 11: 1321-1342.

Everette, J.D and Islam, S. 2012. Effect of Extraction Procedures, Genotypes and Screening Methods to Measure the Antioxidant potential and Phenolic Content of Orange-Fleshed Sweetpotatoes (Ipomea batatas L.). American Journal of Food Technology: 1-12.

Fridrianny, I., Windyaswari, A.S, and Wirasutisna, K.R. 2013. DPPH Scavenging Activity of Various Extracts of Sweet Potatoes Leaves with varying Tubers Color. International Journal of Research in Pharmacy and Science, 3(2): 133-145.

Galanakis, C.M., Goulas, V., Manganaris, G.A., and Gekas, V. A Knowledge Base for The Recovery of Natural Phenols with Different Solvents. International Journal of Food Properties, 16: 382-396.

Geboes, K. 2003. Histopathology of Crohn’s Disease and Ulcerative Colitis. IBD4E-18(255-276).

George, C., Brat, P, and Amiot, M.J. 2005. Rapid Determination of Polyphenol and Vitamin C in Plant Derived Product. Journal of Agriculture, Food and Chemistry. 53: 1370-1373.

Ginting, E. 2013. Carotenoid Extraction of Orange-Fleshed Sweet Potato and Its Application as Natural Food Colorant. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 24(1): 1979-1788.

Gore, R.M. 1992. Colonic Contour Changes in Chronic Ulcerative Colitis: Reappraisal of Some Old Concepts. American Journal of Roentgenology, 158: 59-61.

Graf, B.A., Ameho, C., Gregory, G.D., Milbury, P.E, Chen, C.Y., and Blumberg, J.B. 2006. Rat Gastrointestinal Tissue metabolize Quercetin. Journal of Nutrition, 136: 39-44.

Gracia-Lafuente, A., Guillamon, E., Villares, A., Rostagno, M.A., Martinez, J.A. 2009. Flavonoids as Anti-Inflammatory Agents:

Page 78: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

131

Implications in Cancer and Cardiovascular Disease. Inflammation Research, 58: 537-552.

Han, X., Shen, T., Lou, H. 2007. Dietary Polyphenols and Their Biological Significance. International Journal of Molecular Sciences, 7(8): 950-988.

Head, K.A, and Jurenka, J.S. 2003. Inflammatory Bowel Disease Part I: Ulcerative Colitis-Pathophysiology and Conventional and Alternative Treatment Options. Alternative Medicine Review 8(3): 247-283.

Hollman, P.C.H. 2004. Absorption, Bioavailability, and Metabolism of Flavonoids. Journal of Pharmaceutical Biology, 42: 74-83.

Hussein, S.Z., Yusoff, K.M., Makpol, S., Yusof, Y.A.M. 2013. Gelam Honey Attenuates Carrageenan-Induced Rat Paw Inflammation Via NF-kB Pathway. Journal of Molecular Biology and Genetic, 8(8): 1-12.

Johns Hopkins Medicine. 2014. Ulcerative Colitis. Dilihat 12 Agustus 2014. <https://gi.jhsps.org/GDL_Disease.aspx?CurrentUDV=31&GDL_Disease_ID=2A4995B2-DFA5-4954-B770 F1F5BAFED033& GDL_DC_ID= D03119 D7-57A3-4890-A717-CF1E 7426C8BA.>

Joo, M., Kim, H.S., Kwon, T.H., Palokhe, A., AW, T.S., Jeong, J.H. 2015. Anti-inflammatorry Effect of Glavonnoid on TNBS-Induced Colitis of Rats. Korean Journal Physiology and Pharmacology, 19: 43-50.

Juanda, D dan Cahyono, B. 2000. Ubi Jalar Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.Yogyakarta.

Kalita, D and Jayanty, S.S. 2014. Comparison of Polyphenol Content and Antioxidant Capacity of Colored Potato Tubers, Pomegranate and Blueberriers. Journal of Food Process Thechnology, 5(8): 1-7.

Kannan, N and Guruvayoorappan, C. 2013. Protective Effect of Bauhinia Tomentosa on Acetic Acid Induced Ulcerative Colitis by Regulating Antioxidant and Inflammatory Mediators. International Immunopharmacology, 16(13): 57-66.

Karleen, S. 2010. Optimasi Proses PembuatanTepung Ubi Jalar Ungu (Ipomea Batatas (L.) Lam) dan Aplikasinya dalam Pembuatan Krimik Simulasi (Simulated Chips). Skripsi. IPB. Bogor.

Khoddami, A., Wilkes, M.A and Roberts, T.H. 2013. Techniques for Analysis of Plant Phenolic Compounds. Molecules, 18: 2328-2375.

Langmead, L., Feakins, R.M., Goldthorpe, S., Holt, H., Tsironi, E., Silva, E.D., Jewell, D.P., Rampton, D.S. 2004. Randomized, Double-Blind, Palacebo-Controller Trial of Oral Aloe Vera Gel for Active Ulcerative Colitis. Alimentary Pharmacology & Therapeutics, 19: 739-747.

Leopoldini, M., Russo, N., and Toscano, M. 2011. The Molecular Basis of Working Mechanism of Natural Polyphenolic Antioxidants. Food Chemistry, 125: 288-306.

Page 79: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

132

Li, C and Zhou, H.M. 2011. The Role of Manganese Superoxide Dismutase in Inflammation Defense. Enzyme Research, 11: 1-6.

Mahadevan, U. 2004. Medical Treatment of Ulcerative Colitis. Clinics in Colon and Rectal Surgery, 17(1): 1-13.

Mandiburu, F.D. 2014. Agricolae: Statistical Proceduresfor Agricultural Research. <http://CRAN.R-project.org/package=agricolae>.

Marikovsky, M., Ziv, V., Nevo, N., Harris-Cerruti, C., and Mahler, Ori. 2003. Cu/Zn Superoxide Dismutase Plays Important Role in Immune response. The Journal of Immunology, 170: 2993-3001.

Medhi, B., Prakash, A., Avti, P.K., Saikia, U.N., Pandhi,P and Khanduja, K.L. 2008. Effect of Manuka Honey and Sulfasalazine in Combination to Promote Antioxidant Defense System in Experimentally Induced Ulcerative Colitis Model in Rats. Indian Journal of Experimental Biology, 46:583-590.

Mei, Q., Xu, J.M., Hu, Y.M., Xiang, L., Hu, X.P., Xu, Z.M. 2014. Change of Nitric Oxide in Experimental Colitis and its Inhibitioin By Melatonin in Vivo and in Vitro. Postgraduate Medical Journal, 5(81): 667-672.

Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrayl (DPPH) for Ertimating Antioidant Activity. Songklanakarin Journal Science and Technology, 26(2): 211-219.

Montrose, D.C., Nicole, A.H., James, P.M., Gary, D.S., Wang, L., Bruno, R.S., Park, H.J., Giardina, C, and Rosenberg, D.W. 2011. Anti-Inflammatory Effect of Freeze Dried Black Raspberry Powder in Ulcerative Colitis. Carcinogenesis 32(03): 343-350.

Naeni, A.M., Andalib, A., Rabbani , M., Mahzouni, P., Afsharipour, M., Minaiyan, M. 2012. Validation and Optimization of Experimental Colitis Induction in Rats Using 2, 4, 6-Trinitrobenzene Sulfonic Acid. Research in Pharmaceutical Sciences, 7(3): 159-169.

Navarro, D.J. 2015. Learning Statistics with R: A Tutorial for Psychology Students and Other Beginners (version 0.5). University of Adelaide. Adelaide. Australia.

Niedenhofer, L.J., Daniels, J.S., Rouzer, C.A., Greene, R.E., and Marnett, L.J. 2002. Malondialdehyde, A product of Lipid Peroxidation, Is Mutagenic in Human Cells. The Journal of Biological Chemistry, 278(33): 31426-31433.

Nijveldt, R.J., Nood, V.E., Hoorn, D.E., Boelen, P.G., Norren, K.V., and Leeuwen, P.A.M. 2001. Flavonoids: a Review of Probable Mechanism of Action and Potential Applications. The American Journal of Clinical Nutrition, 74: 418-425.

O’neal. 1992 dalam Teow, C.C. 2005. Antioxidant Activity and Bioactive Compounds of Sweetpotatoes. Thesis. Faculty of North Carolina State University.

Ojong, P.B., Njiti, V., Zibao, G., Ming, G., Samuel, B, and Barnes, S.L. 2008. Variation of Flavonoid Content Among Sweetpotato Accessions. Journal of the American Society for Horticultural Science, 133(6): 819-824.

Page 80: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

133

Padda. M.S. 2006. Phenolic Composition and Antioxidant Activity of Sweetpotatoes (Ipomoea batatas (L.) LAM). Dissertation. Lousiana State University.

Panicaud, C., Achir, N., Mayer, C.D., Dornier, M., and Bohuon, P. 2010. Degradation of -Carrotene During Fruit and Vegetable Processing or Storage: reaction Mechanism and Kinetic Aspects: a Review. Fruits, 66: 417-440.

Panjaitan, T.D., Prasetyo, B and Limantara, L. 2010. Peranan Karotenoid Alami dalam Menangkal Radikal Bebas di dalam Tubuh. Ma Chung Research Center. Malang.

Patil, M.V.K., Kandhare, A.D, and Bhise, S.D. 2012. Effect of Aqueous Extract of Curcumis sativus Linn. Fruit In Ulcerative Colitis in Laboratory Animals. Asian Pasific journal of Tropical Biomedicine: S962-S969.

Pavlick, K.P., Laroux, S., Fuseler, J., Wolf, R.E., Gray, L., Hoffman, J., and Grisham, M.B. 2002. Role of Reactive Metabolites of Oxygen and Nitrogen in Inflammatory Bowel Disease. Free Radical Biology and Medicine, 33(3): 311-322.

Piefer, L.A. 2012. Quercetin and Chlorogenic Acid Mitigate DSS-Induced Change In Expression of Select Prro-Inflammatory Cytokines and Short Chain Fatty Acid Transporter Genes. Thesis. Texas A&M University.

Prihatman, K. 2000. Ubi Jalar/Ketela Rambat. Dilihat 06 Juli 2014. <www.warintek.ristek.go.id/pertanian /ubi_jalar.pdf>

Rana, S.V., Sharma, K.K., Prasad, S.K., Sinha, S.K, and Singh, K. 2014. Role of Oxidative Stres & Antioxidant Defence in Ulcerative Colitis Patients From North India. Indian Journal Medical Research,139: 568-571.

R Core Team. 2015. R: A leaguage and Environment for Statistical Computing. <http://www.R-project.org/>.

Rengarajan, S.,Rani, M., and Kumaresapillai, N. 2012. Study of Ulcer Protective Effect of Ipomoea batatas(L.) Dietary Tuberous Roots (Sweet Potato). Iranian Journal of Pharmacology and Therapeutics, 11: 36-39.

Rochester, J and Abreu, M.T. 2005. Ulcerative Colitis Therapy: Importance of Delivery Mechanisms. Review in Gastroenterological Disorders, 5(4): 215-222.

Rong. 2012 dalam Khoddami, A., Wilkes, M.A and Roberts, T.H. 2013. Techniques for Analysis of Plant Phenolic Compounds. Molecules, 18: 2328-2375.

Rukmana. 1997 dalam Logo, L. 2011. Dekripsi Morfologi Beberapa Jenis Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.)Lam) Berdasarkan Pola Pemanfaatan oleh Suku Dani di Distrik Kurulu Kabupaten Jayawijaya. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua. Manukwari.

Sahabi, D.M., Shehu, R.A., Saidu, Y, and Abdulah, A.S. 2012. Screening for Total Carotenoids and -Carotene in Some Widely Consumed Vegetables in Nigeria. Nigerian Journal of Basic and Applied Science, 20(3): 225-227.

Sarkar, D., Dutta, A., Das, M., Sarkar, K., Mandal, C., Chatterjee, M. 2005. Effect of Aloe vera on nitric Oxide Production By

Page 81: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

134

Macrophages During Inflammation. Indian Journal of Pharmacology.

Sartor, R.B. 2006. Mechanism Of Disease:Pathogenesis Of Crohn’s Disease And Ulcerative Colitis. Nature Clinical Practice Gastroenterology & Hepatology,7(3): 390-407.

Seril, D.N., Jie, L., Kwok-Lam, K.Ho., Chung,S.Y and Guang-Yu, Y. 2002. Inhibition of Chronic Ulcerative Colotos Associated Colorectal Adenocarcinoma Development in a Murine Model by N-Acetylcysteine. Carcinogenesis, 23(6): 993-1001.

Shapiro, H., Singer, P., Halpern., Bruck,R. 2007. Polyphenols In The Treatment of Inflammatory Bowel Disease and Acute Pancratitis. Gut, 7(56): 425-235.

Sharma, O.P and Bhat T.J. 2009. DPPH Antioxidant Assay Revisited. Food Chemistry, 113: 1202-1205.

Sholichah, N.A., Aulanni’am dan Mahdi, C. 2 12. Efek Terapi Ekstrak Air Daun Kedondong (Lannea coromandelica) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) dan Aktivitas Protease Pada Ileum Tikus Putih (Rattus norvegicus) Inflammatory Bowel Disease (IBD) Akibat Paparan Indometasin. Veteinaria Medika, 5(3): 187-194.

Sotnikova, R., Nosalova, V and Navarova, J. 2013. Efficacy of Quercetin Derivatives in Prevention of Ulcerative Colitis in Rats. Interdisciplinary Toxicology, 6(1): 9-12.

Suda, I., Terahara, N., Nishiba, Y., Furuta, S., Masuda, M., Oki, T. 2002 dalam Teow, C.C. 2005. Antioxidant Activity and Bioactive Compounds of Sweetpotatoes. Thesis. Faculty of North Carolina State University.

Sun,W. 2012. Chapter 2:Analysis of Compositional Contents of Various Sweet Potato Cultivars. Thesis. Faculty of North Carolina State University.

Teow, C.C. 2005. Antioxidant Activity and Bioactive Compounds of Sweetpotatoes. Thesis. Faculty of North Carolina State University.

Teow, C.C., Truong, V., McFeeters, R.F., Thompson, R.L., Pecota, K.V, and Yencho, G.C. 2007. Antioxidant Activities, Phenolic And -Carotene Contents Of Sweet Potato Genotypes With Varying Flesh Colours. Food Chemistry 103: 829-838.

Thabane, L. 2004. Sample Size Determination in Clinical Trials: HRM-733 lass Notes. St. Joseph’s Healthcare. Hamilton.

The Human Protein Atlas. 2015. Normal Tissue: Colon. Dilihat 22 Juni 2015. <http://www.proteinatlas.org/learn/dictionary/normal/colon/detail+1>.

Tran, C.D., Katsikeros, R and Abimosleh, S.M. 2012. Current and Novel Treatments for Ulcerative Colitis Dalam Shennak, M (ed). Ulcerative Colitis From Genetics to Complication. Dilihat 12 September 2014. <http://www.intechopen.com/books/ulcerative-colitis-from-genetics-to-complications.>.

Trivedi, P.P and Jena, G.B. 2014. Mechanistic Insight Into beta-Carotene-mediated Protection Against Ulcerative Colitis-Associated Local and Systemic Demage in Mice. European Journal of Nutrution, 54 (4): 639-652.

Page 82: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

135

Truong, V.D., McFeeters, R.E., Thompson, R.T., Dean, L.L and Shofran, B. 2007. Phenolic Acid Content and Composition in Leaves and Roots of Common Commercial Sweetpotato (Ipomea batatas L.) Cultivars in the United State. Journal of Food Science: Food Chemistry and Toxicology, 72 (6): C343-C349.

Weydert, C.J., and Cullen, J.J. 2010. Measurement of Superoide Dismutase, Catalase, and Glutathione Peroxidase in Cultured Cells and Tissue. Natural Protocols, 5(1): 51-66.

Wolf, J.M, and Lanshner, B.A. 2002. Inflammatory Bowel Desease: Sorting Out The Treatment Option. Cleveland Clinic Journal Of Medicine. 69(8): 621-631.

Xing,. J.F.,Sun, J.N., Sun, J.Y, Hu, S.S., Guo, C.N., Wang, M.L., Dong, Y.L. 2012. Protective Effect of Shikimic Acid on Acetic Acid Induced Colitis in Rats. Journal of Medical Plants Research, 6(10): 2011-2018.

Yan, C., Jian-min, S.I., Wei-li, L., Jiang-ting, C., Liang-jing, W, and Min, G. 2007. Induction of Experimental Acute Ulcerative Colitis in Rats by Administration of Dextran Sulfate Sodium at Low Concentration Followed By Intracolonic Administration of 30% Ethanol. Journal of Zhejiang University Science B, 8 (9): 632-637.

Zeng, L., Gao, Z.Q., Wang, S.X. 2000. A Chronic Ulcerative Colitis Model in Rats. World Journal of Gastroenterology, 6(1): 150-152.

Zundorf, I and Furst, R. 2014. Plant-Derived Anti-inflammatory Compounds: Hopes and Dissapointment Regarding the Translation of Preclinical Knowledge into Clinical Progress. Mediators of Inflammation. Hindawi Publishing Corporation. Germany.

Page 83: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

136

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Prosedur Analisa

A. Prosedur Analisa Hasil Ekstraksi Tepung Ubi jalar

1. Prosedur Analisa Kadar Air Ubi Jalar Segar dan Tepung Ubi Jalar

(Modifikasi Boone and Wengert, 1998).

a. Berat cawan petri ditimbang. Hasil penimbangan dicatat, kemudian

cawan petri dimasukkan dalam oven yang bersuhu 105 selama 12 jam.

Cawan petri dikeluarkan dari oven dan dimasukkan desikator hingga

dingin ( 15).

b. Kemudian cawan petri ditimbang dan dicatat perubahan berat cawan.

Jika selisih berat sudah mencapai 0.1% maka bisa digunakan sebagai

tempat sampel. Jika belum mencapai 0.1% maka cawan petri dioven

lagi selama 1 jam, dan dilakukan secara berulang-ulang hingga selisih

berat 0.01% (konstan).

c. Sampel ubi jalar ditimbang dengan menggunakan cawan konstan sebagai

wadah. Kemudian sampel ubi jalar dioven pada suhu 105 selama 18

jam. Setelah itu sampel ubi jalar dikeluarkan dari oven dan dimasukkan

ke dalam desikator hingga dingin ( 15).

d. Kemudian sampel ubi jalar dan cawan ditimbang dan dicatat perubahan

berat cawan. Jika selisih berat sudah mencapai 0.1% maka bisa

digunakan sebagai tempat sampel. Jika belum mencapai 0.1% maka

cawan petri dioven lagi selama 1 jam, dan dilakukan secara berulang-

ulang hingga selisih berat 0.01% (konstan).

e. Kadar air sampel dihitung berdasarkan rumus dibawah ini:

Kadar Air (%)wet basis = –

x 100%

2. Prosedur Analisa Total Fenol (George et al., 2005)

Absorbansi ekstrak

a. 20 ekstrak dicampur dengan 1000 reagen Folin-Ciocalteau 10%

dan 800 sodium karbonat 7.5%.

b. Larutan divortex dan diinkubasi suhu ruang selama 30 menit.

Page 84: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

137

c. Absorbansi larutan dilakukan pada :765nm

Pembuatan larutan standar

a. 20 asam galat dari konsentrasi 20, 30, 40, 50, 60, dan 70 mg/L

asam galat, masing-masing dicampur dengan dan 1000 reagen

Folin-Ciocalteau 10% dan 800 sodium karbonat 7.5%.

b. Larutan divortex dan diinkubasi suhu ruang selama 30 menit.

c. Absorbansi larutan dilakukan pada :765nm

d. Hasil absorbansi digunakan sebagai kurva standar untuk memperoleh

persamaan regresi linier

Pembuatan blanko

a. 20 aquades atau pelarut ekstrak dicampur 1000 reagen Folin-

Ciocalteau 10% dan 800 sodium karbonat 7.5%.

b. Larutan divortex dan diinkubasi suhu ruang selama 30 menit.

c. Absorbansi larutan dilakukan pada :765nm Absorbansi blanko

digunakan sebagai kalibrasi pada absorbasi ekstrak dan larutan

standar

3. Prosedur Analisa Flavonoid (Atanassova et al., 2011)

Absorbansi ekstrak

a. 1 mL ekstrak ditambah 4mL aquades dan 0.3mL NaN 5%

b. Larutan diinkubasi selama 5 menit

c. Larutan ditambahkan 0.3 mL aluminium klorida 10% dan diinkubasi 6

menit

d. Larutan ditambah dengan 2 mL NaOH 1M dan 2.4mL aquades.

Kemudian divortex

e. Absorbansi larutan dilakukan pada panjang gelobang 510nm

f. Absorbansi diulang sebanyak 3 kali.

Pembuatan larutan standar

a. 1 mL quercetin yang dilarutkan pada etanol dengan konsentrasi

100ppm hingga 200ppm, masing-masing ditambah 4mL aquades dan

0.3mL NaN 5%

b. Larutan diinkubasi selama 5 menit

c. Ditambahkan 0.3 mL aluminium klorida 10% dan diinkubasi 6 menit

d. Larutan ditambah dengan 2 mL NaOH 1M dan 2.4mL aquades.

Kemudian divortex

Page 85: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

138

e. Absorbansi larutan dilakukan pada panjang gelobang 510nm

f. Absorbansi diulang sebanyak 3 kali.

g. Hasil absorbansi digunakan sebagai kurva standar untuk memperoleh

persamaan regresi linier

Pembuatan blanko

a. 1 mL etanol atau pelarut ekstrak masing-masing ditambah 4mL

aquades dan 0.3mL NaN 5%

b. Larutan diinkubasi selama 5 menit

c. Ditambahkan 0.3 mL aluminium klorida 10% dan diinkubasi 6 menit

d. Larutan ditambah dengan 2 mL NaOH 1M dan 2.4mL aquades.

Kemudian divortex

e. Absorbansi larutan dilakukan pada panjang gelobang 510nm

f. Hasil absorbansi blanko digunakan untuk kalibrasi pada proses

absorbansi ekstrak dan larutan standar

4. Prosedur Analisa Total Karotenoid (Fidrianny et al., 2013 dan Sahabi et

al., 2012)

Pembuatan larutan standar

a. Standar dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50

/mL dalam pelarut PE

b. Larutan diabsorbansi pada panjang gelombang 470nm.

c. Hasil absorbansi digunakan untuk membuat kurva standard dan

mendapatkan persamaan linier untuk menhitung kadar -karoten

ekstrak dalam g BET/100g.

Blanko berupa Petroleum Eter

Pengujian total karotenoid

a. Hasil ekstraksi tepung ubi jalar tanpa evaporasi pelarut diambil 15mL

dimasukkan dalam funnel pemisah (Buchner Funnel). Kemudian

ditambah 20mL petroleum eter (PE) dan didiamkan 15 menit.

b. 150ml akuades ditambahkan pada campuran diatas dengan

dilewatkan pada dinding funnel. Sehingga terbentuk 2 fase yaitu fase

air dan fase PE (pada bagian atas)

c. Fase PE dicuci 4 kali dengan 100mL akuades untuk menghilangkan

residu aceton. Kemudian fase PE dimasukkan dalam gelas ukur 25mL

dengan melewatkannya pada corong yang mengandung 7.5gram

Page 86: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

139

sodium sulfat anhidrat untuk menghilangkan residu air. Funnel

pemisah juga dicuci dengan PE dan hasil cucian dituang pada gelas

ukur dengan cara yang sama seperti penuangan fase PE.

d. 2mL larutan PE diambil untuk diabsorbansi pada panjang gelombang

470nm.

e. Hasil absorbansi dikurangi absorbansi PE diplotkan pada persamaan

linier kurva standar.

5. Prosedur Analisa Aktivitas Antioksidan DPPH (Sharma and Bhat, 2009)

a. Larutan DPPH dibuat dengan cara 3.9mg DPPH dilarutkan dalam

etanol hingga didapat volume pada labu ukur 50mL. Sehingga didapat

larutan DPPH 0.2mM.

b. 50mg ekstrak dilarutkan dalam pelarut hingga mencapai volume labu

ukur 50mL, sehingga didapat konsentrasi 1000ppm. Larutan

diencerkan dalam labu ukur 10mL dengan menambahkan etanol,

sehingga didapat konsentrasi 100, 300, 500, 600, dan 800ppm.

c. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan cara 1mL larutan

DPPH 0.2mM ditambah 1mL larutan ekstrak konsentrasi 100, 300,

500, 600 dan 800 ppm.

d. Untuk blanko, 1 mL ekstrak diganti dengan 1mL pelarut ekstrak

e. Campuran dibiarkan selama 30 menit dalam ruang gelap.

f. Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517nm.

g. Hasil aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus

%aktivitas =

x 100%

= Absorbansi Blanko

= Absorbansi Sampel

h. Nilai (kemampuan meredam oksidasi sebesar 50%) ditentukan

dari kurva linier antara larutan uji (sumbu x) dan %peredaman (sumbu

y)

Page 87: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

140

B. Prosedur Analisa Hasil Uji In Vivo

1. Analisa Kadar Malondialdehid (MDA) Kolon (Modifikasi Scholicha, 2012)

Homogenat Jaringan

a. 10mg kolon dipotong kecil-kecil digerus dalam mortal dan diletakkan

diatas balok es dan ditambah dengan 1 mL aquades

b. Homogenate dipindah dalam tabung mikro dan dicentrifugasi pada

8000rpm selama 20 menit.

Pengukuran kadar MDA

a. Supernatan hasil homogenasi dipindahkan dalam apendorf

b. Kemudian ditambah 100 TCA 100%, 250 HCL 1N dan 100

Na-Thiobarbiturat 1%.

c. Campuran diinkubasi pada suhu 100 selama 20 menit, kemudian

didinginkan pada suhu ruang.

d. Setelah itu disentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit.

e. Supernatan diambil dan ditambah aquades hingga 3500

f. Supernatan diabsorbansi pada panjang gelombang 533nm

g. Hasil absorbansi supernatant dikurangi dengan blanko dan diplotkan

pada persamaan linier kurva standar.

Pembuatan larutan standar MDA

a. Standar MDA konsentrasi 500 higga 2000 ng/mL.

b. Kemudian ditambah 100 TCA 100%, 250 HCL 1N dan 100

Na-Thiobarbiturat 1%.

c. Campuran diinkubasi pada suhu 100 selama 20 menit, kemudian

didinginkan pada suhu ruang.

d. Setelah itu disentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit.

e. Supernatan diambil dan ditambah aquades hingga 3500

f. Supernatan diabsorbansi pada panjang gelombang 533nm

g. Hasil absorbansi digunakan untuk membuat kurva standard dan

mendapatkan persamaan linier untuk menentukan konsentrasi MDA

kolon.

Page 88: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

141

2. Uji Kadar SOD Kolon (Modifikasi Xing, et al., 2012)

Homogenat Jaringan

a. 10mg kolon dipotong kecil-kecil digerus dalam mortal dan diletakkan

diatas balok es dan ditambah dengan 1 mL PBS.

b. Homogenate dipindah dalam tabung mikro dan dicentrifugasi pada

8000rpm selama 20 menit.

Pengukuran SOD Kolon

a. Supernatan hasil homogenasi kolon dimasukkan apendorf

b. Kemudian ditambahkan Xanthine 100 , Xanthine oksidase 100 ,

INT (p-iodonitrotetraolium violet) 100 .

c. Campuran diinkubasi pada suhu 30 selama 30 menit

d. Kemudian disentrifus pada 3500rpm selama 30 menit

e. Supernatan diambil dan ditambahkan PBS hingga 3500

f. Supernatan diabsorbansi pada panjang gelombang 533nm

g. Hasil absorbansi supernatant dikurangi dengan blanko dan diplotkan

pada persamaan linier kurva standar.

Pembuatan larutan standar SOD

a. Standar SOD konsentrasi 10 hingga 100 U/mL.

b. Kemudian ditambahkan Xanthine 100 , Xanthine oksidase 100 ,

NBT (nitroblue tetrazolium) 100 .

c. Campuran diinkubasi pada suhu 30 selama 30 menit

d. Kemudian disentrifus pada 3500rpm selama 30 menit

e. Supernatan diambil dan ditambahkan PBS hingga 3500

f. Supernatan diabsorbansi pada panjang gelombang 533nm

Hasil absorbansi supernatant dikurangi dengan blanko dan diplotkan

pada persamaan linier kurva standar.

3. Makroskopis dan Mikroskopis Kolon (Patil, et al. (2012) dan Araki, et al.

(2010))

Persiapan kolon

a. Kolon dipotong sepanjang 6 cm, dbelah secara longitudional dan

dibersihkan dengan Phosphate-buffered saline dingin.

Makroskopis Kolon (Patil, et al. 2012)

a. Dilakukan pengukuran panjang dan berat kolon

Page 89: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

142

b. Dihitung rasio berat dan panjang kolon

Rasio (mg/cm) = Berat kolon/panjang kolon

Mikroskopis Kolon (Araki, et al. 2010)

a. Kolon direndam dalam larutan formalin netral 10% (v/v :10ml formalin

dalam 100ml akuades) selama 1 malam pada suhu ruang.

b. Kemudian direndam dalam paraffin dan dipotong 4 m.

c. Sampel diberi pewarnaan Hematoxylin dan eosin (H&E).

d. Preparat kolon diamati dan di scan dengan software OliVIA 2.2

e. Hasil scan diberi skor:

Hilangnya permukaan epitel : 0 = tidak ada perubahan

1 = lokal dan ringan

2 = lokal dan menengah

3 = luas dan menengah

4 = luas dan parah

Kerusakan Crypt: 0 = tidak ada perubahan

1 = lokal dan ringan

2 = lokal dan menengah

3 = luas dan menengah

4 = luas dan parah

Infiltrat sel pada mukosa : 0 = tidak ada perubahan

1 = lokal dan ringan

2 = lokal dan menengah

3 = luas dan menengah,

4 = luas dan parah

Page 90: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

143

Lampiran 2

Hasil Penelitian Pendahuluan

A. Rendemen

Perbandingan Pelarut (Etanol : Aceton)

Berat Tepung (gram)

Jumlah Ekstrak (gram)

Rendemen* (%)

1:3 25 1,1085 4 2:2 25 1,8012 7 3:1 25 2,0908 8

*%Rendemen : (Jumlah ekstrak/berat tepung)x100%

B. Aktivitas Antioksidan

- Perbandingan 1:3

-

-

-

-

- Perbandingan 2:2

Konsentrasi (ppm)

Rata-rata Absorbansi

Aktivitas (%)

0 0,911 0

400 0,608 33,26

500 0,588 35,51

600 0,513 43,69

700 0,424 53,46

800 0,364 60,10

Nilai IC50 666 ppm

Konsentrasi (ppm)

Rata-rata Absorbansi

Aktivitas (%)

0 0,897 0

400 0,667 25,64

500 0,584 34,95

600 0,513 42,81

800 0,430 52,06

Nilai IC50 743 ppm

y = 0.0744x + 0.4642 R² = 0.9924

0

10

20

30

40

50

60

70

0 200 400 600 800 1000

Akt

ivit

as (

%)

Konsentrasi (ppm)

Kurva Aktivitas Antioksidan Perbandingan 1:3

y = 0.0669x + 0.3116 R² = 0.9923

0

10

20

30

40

50

60

0 500 1000

Akt

ivit

as (

%)

Konsentrasi (ppm)

Kurva Aktivitas Antioksidan Perbandingan 2:2

Page 91: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

144

- Perbandingan 3:1

Berdasarkan hasil uji coba menunjukkan bahwa pada perlakuan ekstraksi

dengan perlakuan etanol:aseton (3:1) memiliki rendemen tertinggi dan nilai IC50

terendah. Semakin rendah IC50 semakin tinggi aktivitas antioksidannya.

Konsentrasi (ppm)

Rata-rata Absorbansi

Aktivitas (%)

0 0,856 0

200 0,662 22,72

300 0,564 34,11

400 0,500 41,59

500 0,425 50,35

600 0,336 60,75

Nilai IC50 494 ppm

y = 0.0994x + 1.7815 R² = 0.9947

0

20

40

60

80

0 200 400 600 800

Akt

ivit

as (

%)

Konsentrasi (ppm)

Kurva Aktivitas Antioksidan Perbandingan 1:3

666

743

494

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1;3 2;2 3;1

Nila

i IC

50

(p

pm

)

4

7

8

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1;3 2;2 3;1

Re

nd

em

en

(%

)

Page 92: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

145

Lampiran 3

Kandungan Senyawa Bioaktif

A. Kadar Air Ubi Jalar Jingga

Sampel Berat Cawan Konstan (g)

Berat Cawan dan Sample Awal (g)

Berat Cawan dan Sample Akhir (g)

Kadar Air (%) Wet Basis

Ubi Segar 1,9353 2,1974 2,1943 75

Tepung Ubi 1,9368 2,8697 2,8638 7,5

B. Kandungan Total Fenol

Kurva Standar Asam Galat

Konsentrasi (ppm)

Absorbansi

0 0,018

20 0,250

30 0,362

40 0,468

50 0,594

60 0,693

70 0,799

Kadar Total Fenol Ekstrak Ubi Jalar

Total Fenol Dry Basis

Berat Tepung yang diekstrak = 25 gram

Besar rendemen = 8 % (2mL ekstrak)

Kadar Air = 7.5%

Dry Matter Tepung = 92,5%

= 92,5% x 25 = 23,13 gram

Total Fenol

= (17,15 mg GAE/mL ekstrak x 2 mL ekstrak) / 23gram

= 1,49 mg GAE/gr sampel (berat kering)

Sampel Rata-rata Absorbansi

Kadar Fenol (ppm)

Faktor Pengenceran

Total Fenol (ppm)

Total Fenol (mg GAE/mL Ekstrak)

Tepung Ubi Jalar

0,888 77,19 222,222 17152 17,15

y = 0.0112x + 0.0235 R² = 0.9995

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

0 20 40 60 80

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (ppm)

Kurva Standar Asam Galat

Page 93: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

146

C. Kandungan Total Flavonoid

Kurva Standar Kuersetin

Konsentrasi (ppm)

Absorbansi

0 0,009

100 0,239

120 0,261

140 0,286

160 0,353

180 0,371

200 0,426

Kadar Total Flavonoid Ekstrak Ubi Jalar

Total Flavonoid

Berat Tepung Kering yang diekstrak = 25 gram

Besar rendemen = 8 % (2mL ekstrak)

Kadar Air = 7.5%

Dry Matter Tepung = 92,5%

= 92,5% x 25 = 23,13 gram

Total Flavonoid

= (58,47 mg QE/mL ekstrak x 2 mL ekstrak) / 23gram

= 5,08 mg QE/gr sampel (berat kering)

Sampel Rata-rata Absorbansi

Kadar Flavonoid (ppm)

Faktor Pengenceran

Total Flavonoid (ppm)

Total Flavonoid (mg QE/mL Ekstrak)

Tepung Ubi Jalar

0,588 268,97 217,39 58471,01 58,47

y = 0.002x + 0.0154 R² = 0.9917

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0 50 100 150 200 250

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (ppm)

Kurva Standar Kuersetin

Page 94: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

147

D. Kandungan Total Karotenoid

Kurva Standar Beta Karoten

Kadar Total Karotenoid Ekstrak Ubi Jalar Jingga

Konversi Total Karotenoid

Berat Tepung Kering yang diekstrak = 25 gram

Besar rendemen = 8 % (2mL ekstrak)

Kadar Air = 7.5%

Dry Matter Tepung = 92,5%

= 92,5% x 25 = 23,13 gram

Total Karotenoid

= (0,805 mg BET/mL ekstrak x 2 mL ekstrak) / 23gram

= 0,07 mg BET/gr Dry Basis

=70 g BET/g dry weight

Total Karotenoid (Ginting, 2013)

Berat Tepung Kering yang diekstrak = 20 gram

Besar rendemen = 5 mL ekstrak

Kadar Air = 60,63%

Dry Matter Tepung = 39,37%

= 39,37% x 20 = 7,87 gram

Karotenoid = 235,94 g BET/mL ekstrak

Konsentrasi Absorbansi

0,00 0,02

1,00 0,14

2,00 0,27

2,50 0,33

3,00 0,40

3,50 0,47

4,00 0,52

4,50 0,59

5,00 0,72

Sampel Rata-rata Absorbansi

Kadar Karotenoid (ppm)

Faktor Pengenceran

Total Karotenoid (ppm)

Total Karotenoid (mg BET/mL Ekstrak)

Tepung Ubi Jalar

0,98 7,26 111,111 805,051 0,805

y = 0.1358x - 0.0036 R² = 0.9932

-0.20

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (ppm)

Kurva Standar Beta Caroten

Page 95: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

148

Total Karotenoid

= (235,94 g BET/mL ekstrak x 5 mL ekstrak) / 7,87gram

= 149 g BET/gr sampel (berat kering)

E. Aktivitas Antioksidan (IC50)

Konsentrasi (ppm)

Rata-rata Absorbansi

Aktivitas (%)

100 0,706 7,71

200 0,647 15,42

300 0,568 25,75

400 0,488 36,21

500 0,387 49,41

600 0,318 58,43

Nilai IC50 517 ppm

F. Pendugaan Kandungan Asam Klorogenik Pada Setiap Dosis Ekstrak

Dosis 250mg/KgBB

Rendemen ekstraksi yaitu 2% dari berat tepung ubi jalar. Maka,

Berat tepung x (2/100) = 250mg

Berat tepung = 12500mg tepung ubi jalar

Kadar air tepung ubi jalar = 7,5%

Kadar air ubi segar = 75%

Selisih kadar air = 67,5% = 0,675

Maka,

Berat Ubi Segar = Berat tepung + 0,675 Ubi Segar

Berat Ubi Segar = 12500 mg + 0,675 Ubi Segar

0,325 Berat ubi Segar = 12500 mg

Berat Ubi Segar = 38461,54 mg

Kadar asam klorogenik = 0.0093% berat ubi segar (Truong et al.

(2007)

= 0.0093% x 38461,54 = 3,58mg

Dosis 250mg/KgBB

Rendemen ekstraksi yaitu 2% dari berat tepung ubi jalar. Maka,

Berat tepung x (2/100) = 500mg

Berat tepung = 25000mg tepung ubi jalar

Kadar air tepung ubi jalar = 7,5%

Kadar air ubi segar = 75%

Selisih kadar air = 67,5% = 0,675

Maka,

y = 0.1097x - 6.8235 R² = 0.9974

0

20

40

60

80

0 500 1000

Akt

ivit

as (

%)

Konsentrasi (ppm)

Kurva Aktivitas Antioksidan

Page 96: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

149

Berat Ubi Segar = Berat tepung + 0,675 Ubi Segar

Berat Ubi Segar = 25000 mg + 0,675 Ubi Segar

0,325 Berat ubi Segar = 25000 mg

Berat Ubi Segar = 76932 mg

Kadar asam klorogenik = 0.0093% berat ubi segar (Truong et al.

(2007)

= 0.0093% x 76932 = 7,15mg

Dosis 750mg/KgBB

Rendemen ekstraksi yaitu 2% dari berat tepung ubi jalar. Maka,

Berat tepung x (2/100) = 750mg

Berat tepung = 37500mg tepung ubi jalar

Kadar air tepung ubi jalar = 7,5%

Kadar air ubi segar = 75%

Selisih kadar air = 67,5% = 0,675

Maka,

Berat Ubi Segar = Berat tepung + 0,675 Ubi Segar

Berat Ubi Segar = 37500 mg + 0,675 Ubi Segar

0,325 Berat ubi Segar = 37500 mg

Berat Ubi Segar = 115384,62 mg

Kadar asam klorogenik = 0.0093% berat ubi segar (Truong et al.

(2007)

= 0.0093% x 115384,62 = 10,73mg

Page 97: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

150

Lampiran 4

Analisa Data Uji In Vivo

A. Perubahan Berat Badan Tikus

PERLAKUAN/TANGGAL

Rata-rata Adaptasi

Pemberian ekstrak Rata-rata

Pemberian ekstrak pasca induksi Rata-

rata 21-Mar

22-Mar

23-Mar

24-Mar

25-Mar

27-Mar

28-Mar

29-Mar

Kontrol Negatif

1 270 275 275 275 276 276 275 274 272 272 273

2 214 218 219 218 220 220 219 216 213 214 214

3 263 265 265 267 268 268 267 268 271 264 268

4 210 215 218 221 225 229 222 207 208 202 206

Kontrol Positif

1 273 276 276 278 277 285 278 281 254 251 262

2 242 245 249 251 254 259 252 240 234 223 232

3 257 261 263 268 271 275 268 253 245 238 245

4 244 249 245 246 247 255 248 232 223 220 225

250mg/KgBB

1 270 271 274 275 276 277 275 275 265 254 265

2 233 234 235 238 238 242 237 230 218 209 219

3 255 256 258 262 263 265 261 260 242 240 247

4 244 249 249 246 246 250 248 240 229 226 232

500mg/KgBB

1 278 279 280 283 284 284 282 270 263 265 266

2 271 275 279 280 285 289 282 285 266 256 269

3 250 254 258 261 261 262 259 246 229 227 234

4 285 288 293 294 298 299 294 287 281 276 281

750mg/KgBB

1 276 282 281 285 286 288 284 277 270 275 274

2 265 265 269 268 270 273 269 258 247 242 249

3 281 286 291 292 293 293 291 280 275 270 275

4 258 262 268 272 275 278 271 260 248 240 249

Page 98: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

151

Tabel Rata-rata Perubahan Berat Badan

Perlakuan Rata-rata Adaptasi (g)

Rata-rata selama pemberian ekstrak (g)

Perubahan (%)

Rata-rata (%)

Rata-rata selama pemberian ekstrak (g)

Rata-rata Pasca Induksi (g)

Perubahan (%)

Rata-rata (%)

UCA 270 275 1.82

2.75

275 273 -0.73

-1.41

214 219 2.28 219 214 -2.34

263 267 1.50 267 265 -0.75

210 222 5.41 222 218 -1.83

UCB 273 278 1.80

2.87

278 262 -6.11

-8.58

242 252 3.97 252 232 -8.62

257 268 4.10 268 245 -9.39

244 248 1.61 248 225 -10.22

UCI 270 275 1.82

1.85

275 265 -3.77

-6.14

233 237 1.69 237 219 -8.22

255 261 2.30 261 247 -5.67

244 248 1.61 248 232 -6.90

UCII 278 282 1.42

2.96

282 266 -6.02

-6.54

271 282 3.90 282 269 -4.83

250 259 3.47 259 234 -10.68

285 294 3.06 294 281 -4.63

UCIII 276 284 2.82

3.13

284 274 -3.65

-6.58

265 269 1.49 269 249 -8.03

281 291 3.44 291 275 -5.82

258 271 4.80 271 249 -8.84

Page 99: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

85

- Tahap Pemberian Ekstrak

ANOVA Respon Df Sum Sq Mean Sq F.Value Pr (>F)

Kelompok 4 4,0192 1,0048 0,6111 0.661 Residual 15 24,6615 1,6441

etaSquared Respon eta.sq Eta.sq.part SS df MS F P

Kelompok 0,140135 0,140135 4,01917 4 1,004792 0,6111499 0,6609906 Residuals 0,859865 NA 24,66152 15 1,644102 NA NA

Rerata dan Standar Deviasi

Perlakuan Peningkatan BB Keterangan

UCA 2,75 1,80 tn

UCB 2,87 1,35 tn

UCI 1,86 0,31 tn UCII 2,96 1,08 tn

UCIII 3,14 1,37 tn

- Pasca Induksi

ANOVA Respon Df Sum Sq Mean Sq F.Value Pr (>F)

Kelompok 4 113,088 28,2720 6,787 0.002515** Residual 15 62,484 4,1656

code: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1

etaSquared Respon eta.sq Eta.sq.part SS df MS F P

Kelompok 0,644113 0,6441125 113,0881 4 28,272025 6,787037 0.002515226 Residuals 0,355888 NA 62,4839 15 4,165592 NA NA

Uji Lanjut LSD

Perlakuan Peningkatan BB Keterangan

UCA -1,41 0,80 b

UCB -8,59 1,77 a UCI -6,14 1,89 a

UCII -6,54 2,83 a

UCIII -6,59 2,34 a

LSD 3,076086

Page 100: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

86

B. Rasio Berat per Panjang Kolon

Tabel Rasio Berat per Panjang Kolon

- Berat Kolon

ANOVA Respon Df Sum Sq Mean Sq F.Value Pr (>F)

Kelompok 4 3499295 874824 4,9188 0,009798** Residual 15 2667773 177852

code: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1

etaSquared Respon eta.sq Eta.sq.part SS df MS F P

Kelompok 0,5674164 0,5674164 3499295 4 874823,8 4,918844 0,009798279 Residuals 0,4325836 NA 2667773 15 177851,5 NA NA

Perlakuan Berat (gr) Berat (mg)

Panjang (cm)

Rasio (gr/cm)

Ratio (mg/cm)

UCA 2,0616 2061,6 18,0 0,115 114,533

UCA 1,8400 1840,0 16,0 0,115 115,000

UCA 1,7743 1774,3 16,5 0,108 107,533

UCA 1,3565 1356,5 12,5 0,109 108,520

UCB 3,2209 3220,9 16,6 0,194 194,030

UCB 3,7763 3776,3 16,9 0,223 223,450

UCB 2,9052 2905,2 15,0 0,194 193,680

UCB 1,9491 1949,1 12,0 0,162 162,425

UCI 3,0014 3001,4 16,0 0,188 187,588

UCI 2,6541 2654,1 15,0 0,177 176,940

UCI 2,7417 2741,7 13,0 0,211 210,900

UCI 2,8450 2845,0 15,5 0,184 183,548

UCII 3,0488 3048,8 15,5 0,197 196,697

UCII 2,2509 2250,9 13,3 0,169 169,241

UCII 2,6856 2685,6 15,3 0,176 175,529

UCII 2,5212 2521,2 13,8 0,183 182,696

UCIII 2,7916 2791,6 14,0 0,199 199,400

UCIII 2,7348 2734,8 14,0 0,195 195,343

UCIII 2,1810 2181,0 17,0 0,128 128,294

UCIII 2,7312 2731,2 15,0 0,182 182,080

Page 101: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

87

Uji Lanjut LSD

Perlakuan Rasio Keterangan

UCA 1758,100 294,60 b

UCB 2962,875 765,79 a UCI 2810,550 149,25 a UCII 2629,625 333,66 a

UCIII 2609,650 287,10 a

LSD 635,6072

- Berat per Panjang kolon

ANOVA

Respon Df Sum Sq Mean Sq F.Value Pr (>F)

Kelompok 4 18128,8 4532,2 10,938 0,0002353*** Residual 15 6215,2 414,3 code: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1

etaSquared

Respon eta.sq Eta.sq.part SS df MS F P

Kelompok 0,7446934 0,7446934 18128,768 4 4532,921 10,93822 0,0002352528 Residuals 0,2553066 NA 6215,169 15 414,3446 NA NA

Uji Lanjut LSD

Perlakuan Rasio Keterangan

UCA 111,3967 3,92 b UCB 193,3962 24,92 a

UCI 189,7440 14,77 a UCII 181,0406 11,80 a

UCIII 176,2792 32,83 a

LSD 30.67898

Page 102: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

88

C. Skor Mikroskopis Kolon

Gambar Histopatologi Kolon Kontrol Negatif ke-1

Histopatologi Kolon Kontrol Negatif ke-2

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Page 103: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

89

Histopatologi Kolon Kontrol Negatif ke-3

Histopatologi kolon Kontrol Negatif ke-4

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Page 104: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

90

Histopatologi Kolon Kontrol Positif ke-1

Histopatologi Kolon Kontrol positif ke-2

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Page 105: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

91

Histopatologi Kolon Kontrol Positif ke-3

Histopatologi Kolon Kontrol Positif ke-4

Kontrol Positif 3

Perbesaran 4x

Kontrol Positif 3

Perbesaran 10x

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Page 106: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

92

Histopatologi Kolon Perlakuan Dosis 250mg/KgBB ke-1

Histopatologi Kolon Perlakuan Dosis 250 mg/KgBB ke-2

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Page 107: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

93

Histopatolohi Kolon Perlakuan Dosis 250 mg/KgBB ke-3

Histopatologi Kolon Dosis 250 mg/KgBB ke-4

Perbesaran 10x Perbesaran 4x

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Page 108: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

94

Histopatologi Kolon Perlakuan Dosis 500mg/KgBB Ke-1

Histopatologi Kolon Perlakuan Dosis 500 mg/KgBB ke-2

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Page 109: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

95

Histopatologi Kolon Perlakuan Dosis 500 mg/KgBB ke-3

Histopatologi Kolon Perlakuan Dosis 500 mg/KgBB ke-4

500mg/KgBB-3 500mg/KgBB-3

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Page 110: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

96

Histopatologi Kolon Perlakuan Dosis 750mg/KgBB ke-1

Histopatologi Kolon Perlakuan Dosis 750mg/KgBB ke-2

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Page 111: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

97

Histopatologi Kolon Perlakuan Dosis 750 mg/KgBB ke-3

Histopatologi Kolon Perlakuan Dosis 750 mg/KgBB ke-4

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Perbesaran 4x Perbesaran 10x

Page 112: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

98

Tabel Skor Histopatologi

Perlakuan epithel loss

Crypt destructive

Infiltration Total Skor Rata-rata

STDEV

UCA 0 0 0 0

UCA 0 0 0 0 0 0

UCA 0 0 0 0

UCA 0 0 0 0

UCB 4 4 4 12

UCB 4 4 4 12 10 2.828427

UCB 3 4 3 10

UCB 1 2 3 6

UCI 3 4 2 9

UCI 3 3 1 7 7.25 1.707825

UCI 3 3 2 8

UCI 2 2 1 5

UCII 1 2 2 5

UCII 3 2 4 9 7.25 1.707825

UCII 2 4 2 7

UCII 2 2 3 8

UCIII 3 3 1 7

UCIII 3 4 3 10 6.75 2.872281

UCIII 1 1 1 3

UCIII 2 1 4 7

Kruskal-Wallis chi-squared = 11.389, df = 4, p-value = 0.02252

Post-hoc: Dunn’s test

Col Mean- Row Mean

UCA UCB UCI UCII

UCB 3.2881 0.0050*

UCI 2.1719 -1.1161 0.0498 0.1888

UCII 2.1719 -1.1161 0.0000 0.0747 0.2203 0.5000

UCIII 2.0211 -1.2607 -0.1509 -0.1509 0.0541 0.2052 0.4890 0.5501

Page 113: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

99

D. Kadar MDA

MDA standard

Kadar (ng/ml) ABS 16,125 0,003 31,250 0,008 62,500 0,019 125,000 0,032 250,000 0,074 500,000 0,174 1000,000 0,482 2000,000 0,834

Tabel Kadar MDA Kolon

ANOVA

Respon Df Sum Sq Mean Sq F.Value Pr (>F)

Kelompok 4 813,75 203,438 2,5868 0,07942 Residual 15 1179,69 78,646

etaSquared

Respon eta.sq Eta.sq.part SS df MS F P

Kelompok 0,4082145 0,4082145 813,750 4 203,43750 2,586755 0,07942015 Residuals 0,5917855 NA 1179,687 15 78,64583 NA NA

Perlakuan Absorbansi Kadar MDA (ng/mL)

UCA 0,040 131,5

UCA 0,035 119,0

UCA 0,036 121,5

UCA 0,041 134,0

UCB 0,044 141,5

UCB 0,046 146,5

UCB 0,051 159,0

UCB 0,039 129,0

UCI 0,043 139,0

UCI 0,038 126,5

UCI 0,038 126,5

UCI 0,039 129,0

UCII 0,041 134,0

UCII 0,041 134,0

UCII 0,036 121,5

UCII 0,047 149,0

UCIII 0,046 146,5

UCIII 0,042 136,5

UCIII 0,044 141,5

UCIII 0,042 136,5

y = 0.0004x - 0.0126 R² = 0.9909

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

0 500 1000 1500 2000 2500

Page 114: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

100

Rerata dan Standar Deviasi

Perlakuan Rasio Keterangan

UCA 126,500 7,36 tn

UCB 144,000 12,42 tn UCI 130,250 5,95 tn UCII 134,625 11,25 tn

UCIII 140,250 4,79 tn

E. Kadar SOD

Standar SOD

NO Kadar (U/Ml) Absorbansi

1 10 0,284

2 20 0,450

3 40 0,839

4 80 1,560

5 100 1,887

Tabel Kadar SOD Kolon

Perlakuan Absorbansi Kadar SOD

(U/mL)

UCA 0,216 6,178

UCA 0,212 5,956

UCA 0,202 5,400

UCA 0,236 7,289

UCB 0,259 8,567

UCB 0,216 6,178

UCB 0,221 6,456

UCB 0,173 3,789

UCI 0,242 7,622

UCI 0,244 7,733

UCI 0,253 8,233

UCI 0,229 6,900

UCII 0,239 7,456

UCII 0,233 7,122

UCII 0,252 8,178

UCII 0,229 6,900

UCIII 0,249 8,011

UCIII 0,237 7,344

UCIII 0,211 5,900

UCIII 0,211 5,900

y = 0.0180x + 0.1048 R² = 0.9995

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

0 50 100 150

Page 115: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

101

ANOVA

Respon Df Sum Sq Mean Sq F.Value Pr (>F)

Kelompok 4 6,783 1,6957 1,3688 0,2913 Residual 15 18,582 1,2388

etaSquared

Respon eta.sq Eta.sq.part SS df MS F P

Kelompok 0,2674122 0,2674122 6,782956 4 1,695739 1,368841 0,2913248 Residuals 0,7325878 NA 18,582211 15 1,238814 NA NA

Rerata dan Standar Deviasi

Perlakuan Rasio Keterangan

UCA 6,20575 0,79 tn UCB 6,24750 1,96 tn

UCI 7,62200 0,55 tn UCII 7,41400 0,56 tn

UCIII 6,79000 1,06 tn

Page 116: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

102

Lampiran 5

Dokumentasi

1. Sampel Ubi Jalar Jingga Varietas Beta 2

2. Chiip Ubi Jalar dan Proses Pengayakan Tepung Ubi Jalar

3. Sampel Tepung Ubi Jalar Siap Dimaserasi

Page 117: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

103

4. Proses Penyaringan Setelah Maserasi

5. Proses Evaporasi

6. Analisa Total Fenol

Page 118: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

104

7. Analisa Total Favonoid

8. Pemeliharaan dan Penimbangan Tikus

9. Proses Pemberian Ekstrak dan Induksi Intrakolonik

Page 119: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

105

10. Proses Pembedahan

11. Proses Penimbangan dan Pengukuran Kolon

Page 120: PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS …repository.ub.ac.id/150443/1/ERVA_115100800111006...PERANAN EKSTRAK UBI JALAR JINGGA VARIETAS BETA 2 (Ipomoea batatas (L.) Lam.) UNTUK

106