Pemertahanan Bahasa Arab Nusantara: Bagaimana Ekologi Memainkan Perannya
PERANAN DAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM...
Transcript of PERANAN DAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM...
PERANAN DAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
SMA NEGERI DI KOTA BINJAI
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ARMANSYAH 077003032/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Armansyah : Peranan Dan Pemberdayaan Komite Sekolah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan SMA Negeri Di Kota Binjai, 2009
Judul Tesis : PERANAN DAN PEMBERDAYAAN KOMITE
SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SMA NEGERI DI KOTA BINJAI
Nama Mahasiswa : Armansyah Nomor Pokok : 077003032 Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, S.E) Ketua
(Prof. Aldwin Surya, S.E., M.Pd., Ph.D) (Kasyful Mahalli, S.E., M.Si) Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur, (Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.M.Sc) Tanggal lulus : 30 September 2009
PERANAN DAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
SMA NEGERI DI KOTA BINJAI
TESIS
Oleh
ARMANSYAH 077003032/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Telah diuji pada
Tanggal : 30 September 2009
_________________________________________________________________
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, S.E Anggota : 1. Prof. Aldwin Surya, S.E., M. Pd., Ph.D
2. Kasyful Mahalli, S.E, M.Si
3. Drs. Rujiman, M.A
4. Agus Suriadi, S.E, M.Si
A B S T R A K
ARMANSYAH, Peranan dan Pemberdayaan Komite Sekolah dalam
Penyelenggaraan Pendidikan SMA Negeri di Kota Binjai, Tesis, 2009 Pembentukan Komite Sekolah pada setiap satuan pendidikan merupakan
pelaksanaan dari desentralisasi pendidikan yang menjadikan pelaksanaan pendidikan bukan hanya tugas pemerintah, sekolah, tetapi perlu melibatkan peranserta masyarakat lingkungan sekolvah maupun stake holder serta dunia usaha/dunia industri. Dasar pembentukan Komite Sekolah adalah Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, kemudian dipertegas lagi dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 56, masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sebenarnya peran yang dilakukan oleh Komite Sekolah dalam membuat perencanaan pendidikan pada SMA Negeri di Kota Binjai setelah terbentuknya Komite Sekolah. Metodologi dalam penulisan tesis ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan analisis domain, pengumpulan data menggunakan teknik observasi, kuesioner, dokumentasi dan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan Komite Sekolah pada SMA Negeri di Kota Binjai pada prinsipnya melaksanakan perannya sebagaimana yang diharapkan, dalam hal dukungan dana Komite Sekolah belum berhasil berhasil mendapatkan dana dari masyarakat sekitar seperti dari dunia usaha/dunia industri maupun dari masyarakat yang peduli pendidikan, dan masih hanya dari bantuan orang tua siswa melalui iuran komite sekolah. Kemudian dalam pelaksanaan perannya hanya pemberi pertimbangan dan pengawasan yang lebih utama sedang peran lainnya sebagai pendukung dan mediator belum sepenuhnya terlaksana. Namun dalam hal pemberdayaan yang dilakukan terhadap Komite Sekolah belum sepenuhnya terlaksana, hal ini karena pemberdayaan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Binjai, Dewan Pendidikan Kota Binjai maupun yang dilaksanakan oleh pihak sekolah masih sebatas pemahaman tentang komite sekolah.
Kata Kunci : Pemberdayaan, Komite Sekolah
ABSTRACT
ARMANSYAH, The Role and of Empowerment Committee in the Organization of School of Education high Schools in Binjai, a Thesis, 2009
Establishment of School Committee in any education unit is the implementation of education decentralization that makes the implementation of education not only as a duty, the school but also required to involve active participation of the community around the school or stakeholders and even business/industrial worldwide. The foundation of establishing the school committee is the Ministerial Decree of National Education No. 044/U/2002 regarding the education board and school committee and the confirmed by the Laws No. 20 of 2003 regarding the National Education System in the article 56, the community plays a role in improving the education service quality involving plan, control and evaluation of the education program trough the education Board and school committee/madrasah.
The purpose of this study was to find out how exactly the role performed by the School Committee in educational planning in high schoosl in State of Binjai after the formation of the School Committee. Methodology in the writing of this thesis uses a qualitativedescriptive approach to domain analysis, data collection using observational techniques, questionnaire, documentation and interview.
The result indicate that the presence of the School Committee at haigh school in the State of Binjai principle carry out its role as expected, in terms of funding support for the School Committee has not managed to successfully obtain funding from local people such as from the business/industrial world or the community who care education, and still only from the parents help students through the school committee fee. Then his role in the implementation considerations and the only giver greater supervision are other roles as advocates and mediator has not been fully implemented. But in terms of empowerment of school committees do not yet fully implemented, this is because empowermwnt is implemented by the Department of Education the State of Binjai, Binjai City Board of Education and administered by the schools is still limited understanding of the school committee.
Keywords : Empowerment, School Committee
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Kuasa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan
syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (Konsentrasi Perencanaan Pendidikan) pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan, hal ini disebabkan oleh kemampuan dan pengetahuan
penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak guna kesempurnaan tulisan ini.
Dalam hal ini penulis sudah banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi
dari berbagai pihak dalam menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu dengan hati
yang tulus penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada :
1. Menteri Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan pembiayaan
melalui Program Beasiswa Unggulan hingga penyelesaian tugas akhir Tesis
berdasarkan DIPA Sekretaris Jenderal DEPDIKNAS Tahun Anggaran 2007
sampai dengan Tahun 2009.
2. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H,Sp. A(k) selaku Rektor USU yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk
dapat mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan pada Program Magister
Perencanaan Pembangunan dan Wilayah Perdesaan di Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara atas kesempatan menjadi mahasiswa Program
Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
4. Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
5. Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, S. E., selaku Ketua Pembimbing yang
penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran serta
meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan masukan sampai
selesainya penulisan tesis ini.
6. Prof. Aldwin Surya, S.E., M.Pd. Ph.D, selaku Anggota Pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran sampai selesainya
penulisan tesis ini.
7. Kasyful Mahalli, S.E., M.Si., selaku Anggota Pembimbing dan Sekretaris
Program Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, yang telah
memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan Tesis
ini.
8. Drs. Rujiman, M A, selaku Penguji Tesis yang telah meluangkan waktu dan
memberikan bantuan, saran dalam penyelesaian tesis ini.
9. Agus Suriadi, S.E.,M.Si., selaku Penguji Tesis yang telah meluangkan
waktunya untuk mengoreksi dan memberikan masukan/saran sehingga tesis
ini dapat diselesikan dengan baik.
10. Burhanuddin Lubis (Alm) dan Sauyah Parinduri (Alm), ayah dan Ibu yang
telah memberikan motivasi semasa hidupnya untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi, doa dan nasihat almarhum telah menjadi
motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Fifi Handayani, A.Md., istri tercinta yang selalu memberikan dorongan dan
semangat serta anak-anak tercinta Burhanudin Raihan, Afzal Burhan, dan
Faiz Akbar Burhan, yang selalu menghibur dan pemberi semangat bagi
penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
12. Kepada teman-teman mahasiswa Program Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan pada umumnya, dan Konsentrasi Perencanaan
Pendidikan kuhususnya yang tetap setia memberikan dorongan dan saran
dalam penulisan tesis ini.
Medan, September 2009
Penulis Armansyah
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Armansyah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Tapanuli Selatan ( Sekarang Mandailing
Natal) 12 Oktober 1967
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Status : Kawin
6. Nama Ayah : Burhanuddin Lubis (Alm.)
7. Nama Ibu : Sauyah Parinduri (Alm.)
8. Nama Istri : Fifi Handayani, A.Md
9. Nama Anak : 1. Burhanudin Raihan Lubis
2. Afzal Burhan Lubis 3. Faiz Akbar Burhan Lubis
10. Golongan Darah : ‘ O”
11. Alamat : Jl. Cendana No. 62 Binjai
12. Telp./HP : 08126300255
13. Pendidikan :
Tahun 2007 – 2009 : S-2 Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) USU Medan Tahun 1986 - 1991 : S-1 Administrasi Negara Fisipol UISU Medan Tahun 1983 - 1986 : SMA Negeri Kotanopan
Tahun 1980 - 1983 : SMP Negeri 1 Kotanopan
Tahun 1974 - 1980 : SD Negeri No. 142661 Muaratagor.
14. Pengalaman Kerja :
Tahun 1992 : CPNS pada Departemen Penerangan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 1994-1996 : Juru Penerang Kec.Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 1996-1998 : Kepala Sub Seksi Ceramah dan Diskusi pada Kantor Departemen Penerangan Kota Binjai Tahun 1998-1999 : Kepala sub. Seksi Pertunjukan Rakyat pada Kantor Departemen Penerangan Kota Binjai Tahun 1999-2000 : Staf pada Kantor Peternakan Kota Binjai
Tahun 2000-2004 : Kepala Seksi Pemberdayaan Kelompok Komunikasi Sosial dan Media Tradisional pada Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Binjai
Tahun 2004-2006 : Kepala Seksi Dokumentasi dan Publikasi pada Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Binjai Tahun 2006- sekarang : Kepala Bidang Hubungan Antar Lembaga pada Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Binjai Pengalaman Organisasi : Tahun 1992-1994 : Sekretaris Remaja Mesjid Kec. Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 1994-1996 : Sekretaris Remaja Mesjid Kec.Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-Sekarang : Sekretaris III Dewan Kesenian Binjai
Tahun 2009-2012 : Sekretaris Umum Himpunan Keluarga Besar Mandailing (HIKMA) Kota Binjai Tahun 2009-2012 : Sekretaris I Forum Aspiratif Masyarakat (FASMAT) Kota Binjai
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK . ............................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................
1
1.1 Latar Belakang ........................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................ 9 1.3
Tujuan ..................................................................... 10
1.4
Manfaat ................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................
2.1 Konsep Pemberdayaan ............................................ 12 2.2 Hubungan Sekolah dengan Masyarakat .................. 12 2.3
Komite Sekolah ....................................................... 18
2.4 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) .......................... 26
2.5.Pengembangan Wilayah ............................................... 28
2.6 Penelitian Sebelumnya .................................................. 29
2.7 Kerangka Pemikiran ..................................................... 31
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................. 33 3.1 Tempat dan Waktu ........................................................ 34
3.2 Populasi, Sampel dan Informan...................................... 35
3.3 Sumber dan Jenis Data ........................................ ......... 37
3.4 Teknik Pengumpulan Data .. ......................................... 37
3.5 Metode/Teknik Analisis ................................................ 38
3.6 Defenisi Operasional ..................................................... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 45 4.1 Gambaran Umum Komite Sekolah SMA Negeri di Kota Binjai ...................................................................... 45 4.1.1 SMA Negeri 2 Binjai ................................................... 46
4.1.2 SMA Negeri 3 Binjai ................................................... 47
4.1.3 SMA Negeri 4 Binjai ................................................... 49
4.1.4 SMA Negeri 5 Binjai ................................................... 50
4.1.5 SMA Negeri 6 Binjai.................................................... 51
4.1.6 SMA Negeri 7 Binjai ................................................... 52
4.2 Pemberdayaan Komite Sekolah dalam
Penyelenggaraan dan Perencanaan Pendidikan di Kota Binjai ...............................................................
53 4.2.1 Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi
Pertimbangan (Advisory Agency) .............................
58 4.2.2 Peran Komite Sekolah sebagai Pendukung
(Supporting Agency) ................................................
62 4.2.3 Peran Komite Sekolah sebagai Pengontrol
(Controling Agency) ................................................
65 4.2.4 Peran Komite Sekolah sebagai Penghubung
(Mediator Agency) ...................................................
68 4.3 Pendidikan dalam Pengembangan Wilayah ............ 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 82
5.1 Kesimpulan ............................................................. 82 5.2 Saran ....................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 84
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman 3.1 Banyaknya Sekolah, Lokal, Guru dan Murid SMA Negeri di Kota Binjai Tahun 2007 ............................. 34 3.2 Rincian Jumlah Populasi dan Sampel ........................ 35 3.3 Analisis Kualitatif Model Spradley tentang Peranan Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan SMA Negeri Kota Binjai ............................................. 41 4.1 Hasil Penelitian peran Pemberdayaan Komite Sekolah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan SMA Negeri Kota Binjai ................................................................... 73
4.2 Analisis Domain Pemberdayaan Komite Sekolah pada SMA Negeri Kota Binjai .............................................. 78
DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual Pemberdayaan Komite
Sekolah pada Jenjang Pendidikan Menengah (SMA) Negeri di Kota Binjai ......................... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner tentang Peranan Komite Sekolah ………… 86
2. Jawaban Kuesioner tentang PerananKomite Sekolah ... 93
3. Surat Permohonan Fasilitas Penelitian ………………….. 107
4. Surat Izin Penelitian …………………………………….. 108
5. Surat Keterangan Penelitian pada SMA Negeri 2 Binjai .. 109
6. Surat Keterangan Penelitian pada SMA Negeri 3 Binjai .. 110
7. Surat Keterangan Penelitian pada SMA Negeri 4 Binjai .. 111
8. Surat Keterangan Penelitian pada SMA Negeri 5 Binjai .. 112
9. Surat Keterangan Penelitian pada SMA Negeri 6 Binjai .. 113
10. Surat Keterangan Penelitian pada SMA Negeri 7 Binjai .. 114
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan
pemerintah. Dapat dikatakan pada saat ini tanggung jawab masing-masing belum
optimal, terutama peran serta masyarakat yang masih dirasakan belum banyak
diberdayakan. Oleh karena itu, secara hakiki, pembangunan pendidikan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pembangunan manusia. Upaya-upaya
pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan untuk mewujudkan
kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena pendidikan merupakan hak setiap warga
negara, di dalamnya terkandung makna bahwa pemberian layanan pendidikan
kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggung jawab bersama
antara pemerintah, masyarakat dan keluarga.
Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan salah satu misinya adalah memberdayakan peranserta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi daerah dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian masyarakat berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan
dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah. Pembinaan pendidikan dasar dan menengah adalah mewujudkan
manajemen pendidikan yang berbasis sekolah/masyarakat dengan memperkenalkan
Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten/kota serta pemberdayaan atau pembentukan
Komite Sekolah di tingkat sekolah.
Konsep desentralisasi dalam pendidikan muncul sejalan dengan
perkembangan pola pikir masyarakat sebagai salah satu dampak pembangunan
pendidikan. Pemikiran pemberian otonomi yang lebih luas kepada daerah melahirkan
konsep gagasan untuk mengembangkan sistem desentralisasi dalam pengelolaan
pendidikan nasional.
Simon dalam Komariah dan Triatna (2004 :70) mendefenisikan desentralisasi
sebagai suatu organisasi administratif adalah sentralisasi yang luas apabila keputusan
yang dibuat pada level organisasi yang tinggi, desentralisasi yang luas apabila
keputusan didelegasikan dari top management kepada level yang rendah dari
wewenang eksekutif. Berdasarkan pengertian tersebut, desentralisasi merupakan
wujud kepercayaan pusat kepada daerah untuk melaksanakan pembangunannya
berdasarkan prakarsa sendiri. Implikasinya adalah daerah harus bertanggung jawab
secara profesional untuk menampilkan kinerja terbaiknya.
Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya
pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan, diperlukan wadah yang dapat
mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan menggali potensi masyarakat untuk
menjamin demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas. Salah satu wadah tersebut
adalah Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat
satuan pendidikan.
Upaya pemerintah untuk peningkatan mutu, pemerataan, efisiensi
penyelenggaraan pendidikan nasional perlu dukungan dari semua stakeholder,
mengingat masalah pendidikan sudah menjadi tanggung jawab kita bersama. Bukti
konkrit keseriusan dan kesungguhan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan adalah diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, karena Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dianggap tidak memadai lagi dan perlu disempurnakan
agar sesuai dengan amanat perubahan Undang-undang Dasar 1945.
Penyempurnaan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan
mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi managemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Selain itu
pemerintah juga mengganti Keputuasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Nomor 0293/U/1993 tentang Pembentukan Badan Pembantu dan Penyelenggaraan
Pendidikan (BP3) dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI. Nomor
044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Komite Sekolah merupakan penyempurnaan dan perluasan badan kemitraan
dan komunikasi antara sekolah dengan masyarakat. Sampai tahun 1994 mitra sekolah
hanya terbatas dengan orang tua peserta didik dalam wadah yang disebut dengan
Persatuan Orang Tua dan Guru (POMG), kemudian tahun 1994 sampai pertengahan
tahun 2002 dengan perluasan peran menjadi Badan Pembantu Penyelenggaraan
Pendidikan (BP3) yang personilnya terdiri atas orang tua dan masyarakat di sekitar
sekolah. Pada pertengahan tahun 2002 wadah BP3 bertambah peran dan fungsinya
sekaligus perluasan personilnya yang terdiri atas orang tua dan masyarakat luas yang
peduli terhadap pendidikan yang tidak hanya di sekitar sekolah dengan nama Komite
Sekolah. Perbedaan yang prinsip antara BP3 dengan Komite Sekolah adalah dalam
peran dan fungsinya, keanggotaan serta dalam pemilihan dan pembentukan
pengurus.
Komite Sekolah dibentuk sebagai bagian dari penerapan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS), dan mempunyai kewenangan untuk mengelola dirinya
sendiri. Pengelolaan sekolah ini dijalankan dengan asas partisipasi, transparansi dan
akuntabilitas, artinya dalam pengelolaan sekolah dewan pendidikan khususnya
kepala sekolah bekerja sama dengan masyarakat sekolah. Oleh sebab itu, diperlukan
wadah yang bisa dipakai oleh masyarakat sekolah untuk mengemban amanat
tersebut. Wadah tersebut adalah Komite Sekolah.
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan amanat rakyat yang telah
tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Amanat rakyat ini selaras dengan kebijakan otonomi daerah, yang telah
memposisikan kabupaten/kota sebagai pemegang kewenangan dan tanggung jawab
dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan di daerah tidak hanya
diserahkan kepada kabupaten/kota, melainkan juga dalam beberapa hal telah
diberikan kepada satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan sekolah maupun luar
sekolah. Dengan kata lain, keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan tidak
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah
propinsi, kabupaten/kota, dan pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat atau
stakeholder pendidikan. Hal ini sesuai dengan konsep partisipasi berbasis
masyarakat (community-based participation) dan manajemen berbasis sekolah
(school-based management), yang kini tidak hanya menjadi wacana, tetapi telah
mulai dilaksanakan di Indonesia.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional
pada pasal 54 disebutkan bahwa :
1. Peranserta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran perorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan.
2. Masyarakat dapat berperanserta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna
hasil pendidikan.
Secara lebih spesifik dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pada
pasal 56 menyebutkan bahwa di masyarakat ada Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah / Madrasah yang berperan sebagai berikut :
1. Masyarakat berperan dalam peningkatan perannya yang meliputi
perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan
pendidikan dan komite sekolah.
2. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan
pendidikan di tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/kota yang tidak
mempunyai hubungan hirarkis.
3. Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan dan memberikan pertimbangan, arahan dan
dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan pendidikan,
sekolah perlu memberdayakan masyarakat dengan mengajak bekerjasama
(togetherness) stakeholder dan memanfaatkan potensi yang ada, sehingga semua
potensi itu dikembangkan secara maksimal sesuai dengan kapabilitas masing-
masing. Kebersamaan merupakan potensi yang sangat vital untuk membangun
masyarakat untuk menciptakan demokrasi pendidikan.
Di samping itu sekolah bertanggung jawab terhadap proses pengelolaan
sehingga memberikan keputusan dan memiliki kebenaran untuk dikoreksi oleh
stakeholder. Dengan kata lain, sekolah bersedia memberikan kepuasan publik dan
menerima kritik untuk perbaikan terhadap penyelenggaraan pendidikan sekolah.
Selanjutnya Jalal dan Supriadi (2001:199) berpendapat bahwa sumbangan
masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan diharapkan tidak hanya berbentuk
materi tetapi tenaga dan pemikiran. Sejalan dengan pendapat tersebut, pada era
otonomi daerah, sekolah lebih bergerak secara mandiri dalam meningkatkan kinerja
manajemen penyelenggaraan pendidikan.
Namun dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya dalam proses belajar
mengajar komite sekolah belum berperan aktif dalam peningkatan mutu. Komite
sekolah hanya pada saat adanya bantuan-bantuan pendidikan yang diberikan, komite
sekolah lebih berperan sebagai input (dana) dibandingkan berperan dalam proses
sehingga seringkali komite sekolah sebagai formalitas suatu satuan pendidikan.
Kondisi riil komite sekolah sebagai lembaga otonom menunjukkan indikasi
kurang berfungsi sesuai dengan perannya yang telah ditentukan dan hanya berfungsi
saat adanya bantuan dari pemerintah dan input (dana), juga adanya indikasi komite
sekolah kurang berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan pendidikan.
Pelaksanaan tranformasi konsep komite sekolah memerlukan proses bertahap
dari waktu ke waktu, mulai pada tingkat menyadarkan perlunya fungsi komite
sekolah baik kepada masyarakat maupun penyelenggara pendidikan sebagai peluang
partisipasi masyarakat di bidang pendidikan. Tingkat berikutnya menyebarluaskan
konsep pelibatan publik dalam komite sekolah kepada masyarakat dan
penyelenggara pendidikan. Berikutnya adalah penyelenggara pendidikan melakukan
konsultasi ke masyarakat untuk mendapat masukan dalam proses menetapkan
kebijakannya, kerjasama segenap potensi yang ada di masyarakat secara sinergis
dalam bentuk saran dengan penyelenggaraan pendidikan memutuskan kebijakan.
Pada tingkat tertinggi adalah tercapainya rasa saling memiliki bahwa komite sekolah
sebagai wadah pemecahan masalah bersama yang dihadapi dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Pada tingkat tertinggi ini masyarakat ikut memutuskan dan memecahkan
masalah tanpa ada peran oposisi. Pada kondisi ini perlunya kematangan internal
penyelenggara pendidikan, perubahan tatanan dalam pola berpikirnya,
mengedepankan demokrasi, keterbukaan, dan akuntabilitas, disamping prinsif
lainnya yang harus dilaksanakan secara komprehensif.
Masalah lain adalah susunan pengurus komite sekolah akan senantiasa
berubah pada tiap beberapa tahun secara priodik dan ini berdimensi jangka pendek.
Bagaimana wawasan jangka panjang suatu proses perubahan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pendidikan di tingkat lokal bisa ditransformasikan secara
berkesinambungan dan konsisten oleh pengurus komite sekolah yang akan berubah
dalam jangka pendek secara terus menerus.
Berdasarkan penelitian awal pada SMA Negeri di Kota Binjai diperoleh
informasi/data bahwa :
1. Komite Sekolah sudah terbentuk sejak tahun pelajaran 2002/2003,
kecuali di SMA Negeri 1 Binjai. Setelah terbentuknya komite sekolah
pada setiap satuan pendidikan, seharusnya pengurus dan anggota
Komite Sekolah harus menyusun Anggaran Dasar (AD)/Anggaran
Rumah Tangga (ART) untuk mengatur tata laksana pengelolaan Komite
Sekolah, termasuk di dalamnya mekanisme pembentukan Komite
Sekolah priode berikutnya. Dari hasil penelitian awal yang dilakukan
pada setiap SMA Negeri di Kota Binjai belum ada Komite Sekolah
yang sudah menyusun AD/ART nya
2. Pemberdayaan yang dilakukan terhadap Komite Sekolah adalah
sosialisasi tentang peran Komite Sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan SMA Negeri di Kota Binjai.
3. Komite Sekolah pada prinsipnya masih sebatas melaksanakan rapat
maupun pertemuan kepala sekolah, komite sekolah, tokoh masyarakat
dan guru tentang perencanaan dalam rangka pembuatan Rencana
Program Sekolah (RPS) dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja
Sekolah (RAPBS).
4. Adanya pendapat dari beberapa orang tua sisiwa/masyarakat yang
beranggapan bahwa fungsi Komite Sekolah ini tidak jauh beda dengan
apa yang dilakukan oleh BP3 yang tidak berhasil memobilisasi
partisiapasi dan tanggung jawab masyarakat.
Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
peranan pemberdayaan komite sekolah pada satuan pendidikan SMA Negeri di Kota
Binjai.
1.2 Perumusan Masalah
Fokus masalah yang telah dirumuskan menjadi pertanyaan penelitian adalah
Bagaimana peranan dan pemberdayaan Komite Sekolah dalam
penyelenggaraan/perencanaan pendidikan pada SMA Negeri di Kota Binjai ?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang konkrit
tentang peranan dan pemberdayaan Komite Sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan pada SMA Negeri di Kota Binjai.
Secara rinci dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pemberdayaan, penyelenggaraan perencanaan
pendidikan /pengembangan wilayah di Kota Binjai.
2. Untuk mengetahui peran Komite Sekolah dalam peningkatan pelayanan
pendidikan pada satuan pendidikan SMA Negeri di Kota Binjai, sebagai
badan pertimbangan, badan penghubung, badan pengontrol dan sebagai
mediator.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat secara teoretis dan praktis.
1.4.1 Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut dalam
rangka perencanaan pendidikan dan pengembangan implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) di samping itu akan memberikan kontribusi terhadap
perkembangan penyelenggaraan pendidikan / perencanaan pendidikan dan
berperannya pemberdayaan Komite Sekolah khususnya pada SMA Negeri di Kota
Binjai.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis
sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk membuat suatu perencanaan
pendidikan dalam membenahi kualitas pemberdayaan pendidikan melalui
peningkatan peran komite sekolah.
2. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan wilayah program perencanaan
pendidikan dalam meningkatkan kualitas kinerja penyelenggaraan pendidikan
pada satuan pendidikan.
3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lainnya yang berminat melakukan
kajian tentang perencanaan pendidikan melalui peranan dan pemberdayaan
komite sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata empowerment yang bermakna pemberian
kekuasaan. Konsep pemberdayaan merupakan ide yang menempatkan manusia lebih
sebagai subyek dari dunianya sendiri. Pemberdayaan mempunyai makna harfiah
membuat (seseorang) berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah penguatan
(empowerment).
Wrihatnolo dan Dwidowijoto (2007:2) dalam Manajemen Pemberdayaan
menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses yang mempunyai tiga
tahapan : yaitu penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan. Penyadaran dimana
pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi pencerahan dalam bentuk
pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai sesuatu.
Prinsip dasarnya adalah membuat target bahwa mereka perlu membangun ”demand”
diberdayakan dan proses pemberdayaan itu dimulai dari dalam diri mereka bukan
dari orang luar.
Kemudian pengkapasitasan yang sering disebut ”capacity building” atau
dalam bahasa sederhana memampukan, untuk diberikan daya atau kuasa, yang
bersangkutan harus mampu terlebih dahulu.
Selanjutnya yang ketiga adalah pemberian daya atau empowerment, dimana
pada tahap ini diberikan daya, kekuasaaan, otoritas atau peluang.
Rappaport dalam Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:177) menyatakan
bahwa pemberdayaan diartikan sebagai suatu proses, suatu mekanisme; dalam hal
ini, individu, organisasi dan masyarakat menjadi ahli akan masalah yang mereka
hadapi.
Sedangkan menurut Perkins dan Zimmermen, dalam Wrihatnolo dan
Dwijowijoto (2007:179) pada tingkat masyarakat pemberdayaan berarti tindakan
kolektif untuk meningkatkan kualitas hidup suatu masyarakat dan hubungan antara
organisasi masyarakat.
Selanjutnya Kristiadi (2007:117) melihat bahwa ujung dari pemberdayaan
masyarakat harus membuat masyarakat menjadi swadiri, mampu mengurusi dirinya
sendiri, swadana, mampu membiayai keperluan sendiri, swasembada, mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan.
Cook dan Macaulay yang dikutip Mulyasa (2006:32) dalam Manajemen
berbasis sekolah mendefenisikan pemberdayaan sebagai alat penting untuk
memperbaiki kinerja organisasi melalui penyebaran pembuatan keputusan dan
tanggung jawab.
Jadi pemberdayaan dapat disimpulkan adalah upaya menggalang potensi
yang ada di masyarakat secara praktis dan produktif untuk mencapai tujuan dengan
pemberian daya dan kekuatan untuk mampu melaksanakan ataupun target yang ingin
dicapai.
Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan dalam arti mendorong orang
untuk menampilkan dan merasakan hak-hak asasinya. Dalam pemberdayaan
terkandung unsur pengakuan dan penguatan posisi seseorang melalui penegasan
terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki dalam seluruh tatanan kehidupan. Dalam
proses pemberdayaan diusahakan agar orang berani menyuarakan dan
memperjuangkan ketidak seimbangan antara hak dan kewajiban. Pemberdayaan
mengutamakan usaha sendiri dari orang yang diberdayakan untuk meraih
keberdayaannya. Oleh karena itu pemberdayaan sangat jauh dari konotasi
ketergantungan.
Mulyasa (2006 :32) menyatakan dalam dunia pendidikan pemberdayaan
merupakan cara yang praktis dan produktif untuk mendapatkan hasil yang terbaik
dari kepala sekolah, para guru dan para pegawai. Pemberdayaan dimaksud untuk
memperbaiki kinerja sekolah agar dapat mencapai tujuan secara optimal, efektif dan
efisien. Pada sisi lain untuk memberdayakan sekolah harus pula ditempuh upaya-
upaya memberdayakan peserta didik dan masyarakat setempat.
Pada dasarnya pemberdayaan terjadi melalui beberapa tahap, antara lain :
masyarakat mengembangkan sebuah kesadaran awal bahwa mereka dapat melakukan
tindakan untuk meningkatkan kehidupannya dan memperoleh seperangkat
keterampilan agar mampu bekerja lebih baik. Kemudian mereka akan mengalami
pengurangan perasaan ketidakmampuan dan mengalami peningkatan kepercayaan
diri. Kemudian seiring dengan tumbuhnya kepercayaan diri, masyarakat bekerjasama
untuk berlatih lebih banyak mengambil keputusan dan memilih sumber-sumber daya
yang akan berdampak pada kesejahteraan mereka.
Pemahaman tentang memberdayakan masyarakat ini adalah dengan
memberikan pendidikan praktis, latihan kepemimpinan dan akses ke sumber-sumber
daya dan dilaksanakan oleh dan dengan masyarakat.
Pentingnya ikut berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat adalah
merupakan alat untuk mengubah citra masyarakat awam terhadap pengertian salah
tentang kebijakan sekolah dan para petugas sekolah, kemudian dapat memberikan
informasi tentang program dan kebijakan sekolah serta menghilangkan atau
mengurangi kritik-kritik tajam atau negatif terhadap sekolah.
2.2. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Mulyasa (2006:50) menyatakan hubungan sekolah dengan masyarakat pada
hakekatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan
mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Hubungan sekolah
dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk memajukan kualitas pembelajaran
dan pertumbuhan anak, memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat, menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan
dengan sekolah.
Sedangkan Suparlan dalam Pengantar Pemberdayaan Komite Sekolah
menyatakan bahwa dalam paradigma lama, hubungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat dipandang sebagai institusi yang terpisah-pisah. Pihak keluarga dan
masyarakat dipandang tabu untuk ikut campur tangan dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, apalagi sampai masuk ke wilayah kewenangan profesional
para guru.
Dewasa ini, paradigma lama ini dalam batas-batas tertentu telah ditinggalkan,
keluarga memiliki hak untuk mengetahui tentang apa saja yang diajarkan oleh guru
di sekolah. Orangtua siswa memiliki hak untuk mengetahui dengan metode apa
anak-anaknya diajar oleh guru-guru mereka.
Dalam paradigma transisional, hubungan keluarga dan sekolah sudah mulai
terjalin, tetapi masyarakat belum melakukan kontak dengan sekolah. Sedangkan
dalam paradigma baru hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat harus terjalin
secara sinergis untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan, termasuk untuk
meningkatkan mutu hasil belajar siswa di sekolah. Sekolah harus membina
hubungan dengan masyarakat, dimana dalam pembinaan pendidikan terdapat tiga
macam tanggung jawab yang dilakukan oleh orang tua, sekolah dan masyarakat.
Ketiga komponen ini secara tidak langsung telah melaksanakan kerjasama yang erat
dalam pelaksanaan pendidikan.
Menurut Ihsan (2003:90) bahwa orang tua anak meletakkan dasar-dasar
pendidikan di dalam rumah tangga terutama dalam segi pembentukan kepribadian,
nilai-nilai luhur moral dan agama sejak kelahirannya. Kemudian dilanjutkan dan
dikembangkan dengan berbagai materi pendidikan berupa ilmu dan keterampilan
yang dilakukan oleh sekolah. Orang tua siswa menilai dan mengawasi hasil didikan
sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian pendidikan di lingkungan
masyarakat ikut pula berperan serta mengontrol, menyalurkan dan membina serta
meningkatkannya, karena masyarakat adalah lingkungan pemakai atau the user dari
produk pendidikan yang diberikan oleh rumah tangga dan sekolah.
Proses pendidikan yang dilakukan oleh ketiga lingkungan ini dapat di
katakan bahwa secara mental dan spritual dasar-dasar pendidikan diletakkan oleh
rumah tangga dan secara akademik konseptual dikembangkan oleh sekolah sehingga
perkembangan diri anak mulai terarah.
Kemudian perlunya hubungan yang harmonis antara sekolah dengan
masyarakat yang diwadahi dalam organisasi komite sekolah, sangat diharapkan
mampu mengoptimalkan peranserta orang tua dan masyarakat dalam memajukan
program pendidikan dalam bentuk seperti ; orang tua dan masyarakat membantu
menyediadakan fasilitas pendidikan, memberikan bantuan dana serta pemikiran atau
sumbang saran yang diperlukan untuk kemajuan sekolah.
Kemudian orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi
yang dimiliki anaknya serta memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang
program pendidikan yang sedang diperlukan oleh masyarakat. Masyarakat
berkewajiban untuk memberikan dukungan terhadap tujuan, program, kebutuhan sekolah
atau pendidikan. Sebaliknya, sekolah harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan,
harapan dan tuntutan masyarakat terhadap sekolah.
Dengan perkataan lain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina suatu
hubungan yang harmonis, dengan hubungan yang harmonis ini diharapkan akan dapat
saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat dan lembaga-lembaga lain yang
ada di masyarakat, termasuk dunia kerja. Saling membantu antara sekolah dan
masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing.
Terbinanya kerjasama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak masyarakat dan
mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.
Kepada masyarakat harus diberikan kesempatan untuk ikut berperanserta
memajukan sekolah serta mengikutkan orang tua dan tokoh masyarakat dalam
merencanakan dan mengawasi program sekolah. Jika hubungan sekolah dengan
masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat
untuk memajukan sekolah akan semakin tinggi dan semakin baik.
2.3 Komite Sekolah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 56 ayat 3 menyatakan bahwa : Komite Sekolah/madrasah sebagai lembaga
mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan
memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat pendidikan.
Esensi dari partisipasi komite sekolah adalah peningkatan kualitas
pengambilan keputusan dan perencanaan sekolah yang dapat mengubah pola pikir,
keterampilan, dan distribusi kewenangan atas individual dan masyarakat yang dapat
memperluas kapasitas manusia meningkatkan taraf hidup dalam sistem manajemen
pemberdayaan sekolah.
Pemberdayaan Komite Sekolah adalah membuat orang-orang yang duduk
sebagai pengurus dan anggota komite menjalankan perannya untuk membantu
penyelenggaraan pendidikan. Misalnya memobilisasi dana masyarakat ataupun
dalam bentuk sumbangan lainnya seperti memberikan pertimbangan dan pemikiran.
Menurut Hasbullah (2006:95), pemberdayaan komite sekolah secara optimal,
termasuk dalam mengawasi penggunaan keuangan, transparansi alokasi dana
pendidikan lebih dapat dipertanggung jawabkan. Pengembangan pendidikan secara
lebih inovatif juga akan semakin memungkinkan, disebabkan lahirnya ide-ide
cemerlang, dan kreatif semua pihak terkait (stakeholder) pendidikan.
Konsep pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah yang
terkandung didalamnya memerlukan pemahaman berbagai pihak terkait, dimana
posisinya dan apa manfaatnya.
Posisi komite sekolah berada di tengah-tengah antara orang tua murid, murid,
guru, masyarakat setempat, dan kalangan swasta di satu pihak dengan pihak sekolah
sebagai institusi, kepala sekolah, dinas pendidikan, dan pemerintah daerah di pihak
lainnya. Komite Sekolah menjembatani kepentingan keduanya.
Penyelenggaraan Pendidikan adalah pelayanan pendidikan pada satuan
pendidikan sekolah dengan mengacu pada standar pelayanan minimal meliputi :
kurikulum, peserta didik, ketenagaan, sarana, organisasi, pembiayaan, manajemen
sekolah, dan peranserta masyarakat.
Pemberdayaan Manajemen Komite Sekolah adalah suatu pengaturan atau
pemanfaatan potensi yang ada pada badan mandiri yang mewadahi peranserta
masyarakat dalam rangka peningkatan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan.
Sagala (2008:191) menyatakan peranserta masyarakat mendukung
manajemen sekolah adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari, bahkan menjadi
keharusan, dimana agar peranserta masyarakat menjadi suatu sistem yang
terorganisasi.
Komite Sekolah juga merupakan wadah bagi orang tua atau masyarakat yang
peduli pendidikan untuk membantu memajukan pendidikan di sekolah seperti
membantu menyediakan fasilitas pembelajaran, meningkatkan kesejahteraan guru.
Intinya tugas Komite Sekolah dapat membantu mempercepat atau mengoptimalkan
upaya peningkatan mutu pendidikan, dan memberikan pemahaman kepada
masyarakat sekitar tentang program-program yang akan dilaksanakan oleh sekolah.
Dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002, tujuan
pembentukan Komite Sekolah adalah :
a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan
pendidikan.
b. Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan
c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis
dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan
pendidikan.
Sedangkan fungsi Komite Sekolah adalah :
a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia
usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu.
c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan mengenai :
1. kebijakan dan program pendidikan
2. rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah (RAPBS).
3. kriteria kinerja satuan pendidikan
4. kriteria tenaga pendidikan
5. kriteria fasilitas pendidikan
6. hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan
e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan
g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Sedangkan peranan Komite Sekolah secara kontekstual sesuai dengan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 adalah :
a. Pemberi Pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
b. Badan Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,
pemikiran , maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan.
c. Badan Pengontrol (controling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan.
d. Mediator antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan.
Departemen Pendidikan Nasional dalam Partisipasi Masyarakat (2001:17),
menguraikan tujuh peran Komite Sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah, yakni :
1. Membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar di sekolah baik sarana, prasarana maupun teknis pendidikan.
2. Melakukan pembinaan sikap dan prilaku siswa. Membantu usaha pemantapan
sekolah dalam mewujudkan pembinaan dan pengembangan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan demokrasi sejak dini (kehidupan
berbangsa dan bernegara, pendidikan pendahuluan bela negara, kewarga
negaraan, berorganisasi, dan kepemimpinan), keterampilan dan
kewirausahaan, kesegaran jasmani dan berolah raga, daya kreasi dan cipta,
serta apresiasi seni dan budaya.
3. Mencari sumber pendanaan untuk membantu siswa yang tidak mampu.
4. Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan kurikulum,
baik intrakulikuler maupun ekstrakulikuler dan pelaksanaan manajemen
sekolah, kepala/wakil kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan.
5. Memberikan penghargaan atas keberhasilan manajemen sekolah
6. Melakukan pembahasan tentang usulan Rancangan Anggaran Pendapatan
Belanja Sekolah (RAPBS)
7. Meminta sekolah agar mengadakan pertemuan untuk kepentingan tertentu.
Dalam penjabaran kegiatan operasional dari tujuh peran di atas Komite
Sekolah selaku pemberi pertimbangan melaksanakan berbagai kegiatan seperti :
a. Mengadakan pendataan kondisi sosial ekonomi keluarga peserta didik
dan sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat.
b. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam penyusunan
Visi, Misi tujuan, kebijakan dan kegiatan sekolah.
c. Menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian masukan,
pertimbangan dan rekomendasi kepala sekolah.
d. Menyampaikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi secara tertulis
kepada sekolah dengan tembusan Kepala Dinas Pendidikan dan Dewan
Pendidikan.
e. Memberikan pertimbangan kepada sekolah dalam rangka pengembangan
kurikulum muatan lokal, dan meningkatkan proses pembelajaran dan
pengajaran yang menyenangkan..
f. Memverifikasi RAPBS yang diajukan oleh kepala sekolah, memberikan
pengesahan terhadap RAPBS setelah proses verifikasi dalam rapat pleno
komite sekolah.
Dalam peran pemberian dukungan Komite Sekolah melaksanakan beberapa
kegiatan seperti :
Memberikan dukungan kepada sekolah untuk secara preventif dalam
memberantas penyebarluasan narkoba di sekolah, serta pemeriksaan kesehatan
siswa.
a. Memberikan dukungan kepada sekolah dalam pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler.
b. Mencari bantuan dana dari dunia industri untuk biaya pembebasan uang
sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu.
c. Melaksanakan konsep subsidi silang dalam penarikan iuran dari orang tua
siswa.
Sedangkan dalam peran sebagai pengontrol Komite Sekolah melakukan
beberapa hal seperti ;
a. Meminta penjabaran kepada sekolah tentang hasil belajar siswa.
b. Menyebarkan kuisioner untuk memberoleh masukan, saran, dan ide kreatif
dari masyarakat.
c. Menyampaikan laporan kepada sekolah secara tertulis tentang hasil
pengamatan Komite Sekolah terhadap sekolah.
Peran sebagai penghubung/mediator Komite Sekolah melaksanakan berbagai
kegiatan seperti;
a. Membantu sekolah dalam menciptakan hubungan dan kerja sama antara
sekolah dengan orang tua dan masyarakat.
b. Mengadakan rapat atau pertemuan secara rutin atau insidental dengan kepala
sekolah dan dewan guru.
c. Mengadakan kunjungan atau silaturahmi ke sekolah, atau dengan dewan guru
di sekolah.
d. Bekerja sama dengan sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni.
e. Membina hubungan dan kerja sama yang harmonis dengan seluruh stake
holder pendidikan dengan dunia usaha/dunia industri.
f. Mengadakan penjajakan kerja sama atau MOU dengan lembaga lain untuk
memajukan sekolah.
g. Mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkatkan kesadaran dan kemitraan
masyarakat, misalnya panggung hiburan untuk sekolah dan masyarakat.
h. Mengadakan rapat atau pertemuan secara berkala dan insidental dengan
orang tua dan anggota masyarakat.
Komite Sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, melakukan akuntabilitas
sebagai berikut :
1. Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program
sekolah kepada stake holder secara periodik, baik yang berupa
keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran
program sekolah.
2. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban bantuan masyarakat
baik berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun bergerak),
maupun non materi (tenaga, pikiran) kepada masyarakat dan
pemerintah setempat.
2.4 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen berbasis sekolah dapat dikatakan suatu pergeseran paradigma
dalam pengelolaan pendidikan, yang tujuannya ingin mengembalikan sekolah kepada
pemiliknya yaitu masyarakat, yang diharapkan akan merasa bertanggung jawab
kembali sepenuhnya terhadap pendidikan yang diselenggarakan pada satuan
pendidikan. Dari sisi moralnya adalah bahwa hanya sekolah dan masyarakatlah yang
paling mengetahui berbagai persoalan pendidikan yang dapat menghambat
peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian merekalah yang seharusnya
menjadi pelaku utama dalam membangun pendidikan yang bermutu dan relevan
dengan kebutuhan masyarakatnya.
Mulyasa (2006:24) mendefenisikan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat
sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Otonomi diberikan agar sekolah lebih leluasa mengelola sumber daya dan sumber
dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih
tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan
pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber
daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi, sedangkan peningkatan
mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas
pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala
sekolah. Sedangkan peningkatan pemerataan diperoleh melalui peningkatan
partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah berkonsentrasi pada
kelompok tertentu.
Dengan manajemen berbasis sekolah, pemecahan masalah internal sekolah
baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun sumber daya pendukungnya
cukup dibicarakan di dalam sekolah dengan masyarakat, sehingga tidak perlu di
angkat ke tingkat pemerintah daerah. Tugas pemerintah adalah memberikan fasilitasi
dan bantuan pada saat sekolah dan masyarakat menemui jalan buntu dalam suatu
pemecahan masalah.
Mulyasa (2006:33) mengatakan pemberdayaan berhubungan dengan upaya
peningkatan kemampuan masyarakat untuk memegang control (atas diri dan
lingkungannya); dari konsepsi itu perlu perlu dilakukan upaya ysng mrmperhatikan
prinsip-prinsip, (a) melakukan pembangunan yang bersifat local, (b) mengutamakan
dan merupakan aksi sosial, (c) menggunakan pendekatan organisasi kemasyarakatan
setempat.
Sedangkan Hasbullah (2007:80) menyebutkan Manajemen pendidikan
berbasis sekolah pada dasarnya dimaksudkan untuk mengurangi peran pemerintah
dalam penyelenggaraan pendidikan, tetapi memberikan kesempatan kepada
masyarakat seluas-luasnya memberikan konstribusi berupa gagasan dan pelaksanaan
pendidikan di tempat mereka masing-masing.
Masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih memahami kompleksitas
pendidikan, membantu serta turut mengontrol pengelolaan pendidikan, dan MBS
menuntut perubahan prilaku kepala sekolah, guru, dan tenaga admiistrasi menjadi
lebih professional dan manajerial dalam pengelolaan sekolah.
Dalam MBS, pemberdayaan dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja
sekolah agar dapat mencapai tujuan secara optimal, efektif dan efisien. Untuk
memberdayakan sekolah harus ditempuh upaya memberdayakan peserta didik dan
masyarakat setempat.
2.5 Pengembangan Wilayah
Alkadri, Muchdie, Suhandojo dalam Tiga Pilar Pengembangan Wilayah
(2001:37) menyebutkan, untuk mengembangkan sumber daya manusia dapat
dilakukan dengan meningkatkan tingkat pendidikan penduduk secara masal, atau
mengerahkan orientasi pendidikan kepada kebutuhan daerah masing-masing.
Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa dan merupakan
salah satu pilar utama dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas .
Pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan wilayah disamping teknolongi
dan sumber daya alam. Pengembangan sumber daya manusia untuk menghasilkan
sumber daya manusia Indonesia yang unggul, inovatif dan profesional, pada Sekolah
(SMA) baik negeri / swasta dipantau oleh komite sekolah. Pendidikan merupakan
sarana dan cara utama yang paling strategis bagi perkembangan sumber daya
manusia. Melalui pendidikan dapat membekali seseorang berbagai pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang diperlukan untuk dapat bekerja secara produktif.
Pentingnya perencanaan pendidikan adalah untuk menghasilkan kualitas
pendidikan yang merata pada setiap wilayah dan mendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Upaya peningkatan sistem pengelolaan pendidikan dalam
memantapkan desentralisasi pendidikan dilakukan melalui pemberdayaan komite
sekolah dalam hal perannya sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan
pengontrol dan badan penghubung.
2.6 Penelitian Sebelumnya
Adapun penelitian yang berhubungan dengan peranan komite sekolah yang
dilaksanakan peneliti sebelumnya adalah :
1. Muhammad (2005) dengan judul tesisnya “ Strategi Manajemen Komite Sekolah
dalam Pemberdayaan Dana Pembelajaran di SMP Negeri 3 Sunggal Deli
Serdang.
Tesis ini menyimpulkan bahwa strategi manajemen sekolah dengan
memberdayakan komite sekolah belum dapat memenuhi Kepmen Diknas Nomor
044 Tahun 2002, dimana masih terjadi seperti sistem BP3, yaitu lebih banyak
campur tangan pihak sekolah (kepala Sekolah). Kemudian upaya-upaya yang
dilakukan oleh komite sekolah dalam menghimpun dana untuk kelancaran proses
pemblajaran hanya tertumpu pada kemampuan orang tua siswa. Faktor
penghambat pelaksanaan tugas komite sekolah disebabkan komite sekolah
kurang memahami tugas-tugas komite sekolah seperti yang ditetapkan Kepmen
Diknas Nomor 044 tahun 2002, mereka tidak membuka diri untuk menerima
masukan atau menambah pengetahuan terutama tentang arti pentingnya komite
sekolah
2. Pandiangan (2008) dengan judul tesisnya “ Peran Komite Sekolah dalam
Penyelenggaraan Pendidikan Sesuai Kepmen Diknas Nomor 044/U/2002 (Studi
Komparatif di SMK Negeri 9 Medan dan SMK Negeri 11 Medan).
Tesis ini menyimpulkan bahwa dalam melaksanakan perannya, komite sekolah
SMKN 9 Medan masih kurang terlibat secara keseluruhan guna memperlancar
pendidikan. Komite sekolah masih berpartisipasi di bidang anggaran dan
pendanaan, belum menggali potensi-potensi yang ada dengan kata lain partisipasi
masih terbatas. Kemudian dalam melaksanakan perannya, komite sekolah SMKN
11 Medan, kurangnya perhatian pemerintah dalam mengalokasilkan dan
pembinaan tamatan sekolah ini khususnya untuk pengembangan seni budaya
Indonesia dan juga dunia usaha/industri yang cukup terbatas jumlahnya.
2.7 Kerangka Pemikiran
Berubahnya paradigma pendidikan yang berbasiskan sekolah dan menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah dan seluruh stakeholder mengharuskan
masyarakat untuk ikut ambil bagian atau berpartisipasi dalam pendidikan . Dengan
adanya wadah partisipasi masyarakat melalui lembaga otonom yakni komite sekolah
mengharuskan untuk dapat berfungsi semaksimal mungkin sesuai Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002. Komite sekolah diharapkan
mampu menjawab dan mencari solusi permasalahan pendidikan pada satuan
pendidikan sehingga dapat memacu peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Kerangka konseptual pemberdayaan komite sekolah pada jenjang pendidikan
menengah (SMA) Negeri di Kota Binjai dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.
PERAN
KOMITE SEKOLAH
MEDIATOR (Mediator Agency)
BADAN PENGONTROL
(Controling Agency)
BADAN PENDUKUNG
(Supporting Agency)
BADAN PEMBERI PERTIMBANGAN (Advisory Agency)
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN
PENINGKATAN KUALITAS SUMBER
DAYA MANUSIA (SDM)
PENGEMBANGAN WILAYAH
Gambar 1 : Kerangka Konseptual Pemberdayaan Komite Sekolah pada Jenjang Pendidikan Menengah (SMA) Negeri di Kota Binjai
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan analisis
kualitatif. Pemilihan metode ini didasarkan pada pertimbangan adalah data yang
memberikan gambaran dan melukiskan realita sosial yang lebih kompleks
sedemikian rupa menjadi gejala sosial yang konkrit.
Moleong (2006:6) mendefenisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian
misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Sedangkan Bogdan dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi (2008:21)
mendefinisikan metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang dapat diamati.
Sementara itu Margono yang dikutip Zuriah (2007:21) mengemukakan
bahwa fungsi penelitian pendidikan khususnya dan sosial pada umumnya adalah
membantu manusia meningkatkan kemampuannya untuk menginterpretasikan
fenomena-fenomena masyarakat yang kompleks dan kait-mengait, demi kemajuan
dan eksistensi manusia itu sendiri.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha memahami makna peranan dan
pemberdayaan komite sekolah yang ada di SMA Negeri di Kota Binjai.
3.1 Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian ini adalah Kota Binjai yang memiliki 7 SMA Negeri.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Pebruari 2009 (penelitian awal atau pra
penelitian) sampai dengan bulan September 2009.
Rincian sebaran SMA Negeri Kota Binjai tersebut disajikan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 3.1 : Banyaknya Sekolah, Lokal, Guru, dan Murid SMA Negeri di Kota Binjai Tahun 2007 ___________________________________________________________________
Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Sekolah Kelas/local Guru Murid ___________________________________________________________________ Binjai Selatan 3 57 219 2.661 Binjai Kota 1 20 71 659 Binjai Timur 1 14 66 594 Binjai Utara 1 12 36 641 Binjai Barat 1 7 28 303 Jumlah 7 110 430 4.858 Sumber : BPS Kota Binjai Tahun 2008 3.2. Populasi, Sampel dan Informan
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah
sebagian dari wakil populasi yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
pengurus Komite Sekolah SMA Negeri di Kota Binjai yang berjumlah 67 orang,
Kepala Sekolah berjumlah 6 orang, Pembantu Kepala Sekolah sebanyak 6 orang, dan
Dewan Pendidikan Kota Binjai 2 orang. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
sebanyak 81 orang.
Secara rinci jumlah populasi dalam kajian ini dapat disajikan pada tabel 3.2
di bawah ini sebagai berikut :
Tabel 3.2 : Rincian Jumlah Populasi
___________________________________________________________________
Nama Sekolah Komite Kepala PKS 1 Dewan Total Sekolah Sekolah Pendidikan ___________________________________________________________________ SMA Negeri 2 19 1 1 21 SMA Negeri 3 11 1 1 13 SMA Negeri 4 6 1 1 2 8 SMA Negeri 5 15 1 1 17 SMA Negeri 6 11 1 1 13 SMA Negeri 7 5 1 1 7 ___________________________________________________________________ Jumlah 67 6 6 2 79+2 = 81 ___________________________________________________________________ Sumber : Data Olahan
Bungin (2007:78) dalam Metodologi Penelitian Kualitatif menyebutkan
bahwa dari beberapa literatur atau bacaan tentang metodolongi penelitian dapat
diperoleh informasi bahwa besarnya sampel tidak boleh kurang (paling tidak) 10
persen dari populasi sementara ada pula yang menyatakan minimal 15 persen dari
populasi.. Namun perlu dingat dalam menentukan besarnya sampel, pertama adalah
tingkat keragaman populasi merujuk dua kondisi yaitu kondisi populasi yang sangat
beragam (hetrongen) dan kondisi populasi yang tidak beragam (homogen), semakin
tinggi tingkat hetrogenitas populasi maka semakin besar jumlah sampel yang
dibutuhkan. Sebaliknya semakin tinggi tingkat homegenitasnya, bahkan satu sampel
dapat dikatakan cukup repersentatif. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
10 persen dari populasi (81 orang) yaitu sebanyak delapan orang.
Menurut Bungin (2008:76) Informan penelitian adalah subjek yang
memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang
memahami objek penelitian. Informan adalah orang yang dianggap menguasai dan
memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian.
Jadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Peneliti sendiri dan orang
yang dianggap memahami tentang keberadaan serta perkembangan Komite Sekolah
di SMA Negeri Kota Binjai.
3.3 Sumber dan Jenis Data
Menurut Lofland dan Lofland yang dikutip Moleong (2006:107) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sumber dan Jenis data dalam kajian ini adalah keterangan berupa kata-kata
maupun cerita dan tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai, sumber
data utama dicatat melalui catatan tertulis atau rekaman, poto.
Kemudian hasil kuesioner yang dirancang khusus dalam kajian ini
merupakan data utama (primer), selain itu sumber data skunder atau sumber kedua
yaitu bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis seperti buku, majalah ilmiah,
media cetak dan elektronik seperti artikel, jurnal, poto, data statistik dan lain
sebagainya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpul data dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa
teknik, antara lain :
1. Observasi.
Observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara
sistematis terhadap segala yang tampak pada objek penelitian, observasi
data yang diperoleh dalam penelitian ini, dilakukan guna mendapatkan
informasi tambahan dari hasil wawancara.
2. Kuesioner (Angket) dan wawancara, yaitu pertanyaan yang disusun
secara tertulis untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban serta
wawancara ataupun tanya jawab secara langsung (secara lisan) dari
responden . Responden yang akan dimintai angket adalah pengurus
komite sekolah, Kepala Sekolah dan Pembantu Kepala Sekolah (PKS)
dan Dewan Pendidikan Kota Binjai. Data yang diperoleh dari
kuesioner/angket ini dan wawancara secara langsung merupakan sumber
data utama primer dalam penelitian ini.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data tentang lokasi yang nyata dijadikan sebagai objek
penelitian ini, yaitu SMA Negeri yang ada di Kota Binjai (kecuali SMA
Negeri 1 Binjai), baik keberadaan fisik maupun keadaan administrasi
sekolah. Kemudian objek penelitian lainnya adalah Komite Sekolah SMA
Negeri Kota Binjai dan Dewan Pendidikan Kota Binjai.
3.5 Metode / Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif
kualitatif artinya data yang diperoleh melalui penelitian tentang peranan Komite
Sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri Kota Binjai, dilaporkan
apa adanya kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran
mengenai fakta yang ada.
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan data.
Bungin (2008:204) menyatakan analisis hasil penelitian hanya ditargetkan
untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari objek yang diteliti, tanpa harus
diperincikan secara detail unsur-unsur yang ada dalam keutuhan objek penelitian
tersebut.
Sehubungan dengan kemungkinan bervariasinya domain, maka Spradley
menyarankan Hubungan Semantik (Semantik Relationship) yang bersifat universal
dalam analisis domain sebagai berikut :
1. Jenis ( Strict Inclution)
2. Ruang (spatial)
3. Sebab akibat (cause effect)
4. Rasional atau alasan (rasionale)
5. Lokasi Kegiatan (Location for
Action)
6. Cara ke Tujuan (Means-End)
7. Fungsi (Function)
X adalah jenis dari y
X adalah tempat dari y X adalah bagian dari y X adalah akibat /hasil dari y X adalah sebab dari y X merupakan alas an melakukan y X merupakan tempat melakukanY
X merupakan cara untuk melakukan Atau mencapai Y X digunakan untuk Y
8. Urutan (Sequence)
9. Atribut (Atribution)
X merupakan urutan / tahap dalam Y
X merupakan atribut atau karakteristik Y
Demikian hubungan semantik yang dipakai dalam teknik analisis domain,
hubungan-hubungan semantik dalam analisis domain dari Spradley terhadap
peranan Komite Sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan pada SMA Negeri di
Kota Binjai dapat dilihat dalam Tabel 3.3 di bawah ini :
Tabel 3.3 : Analisis Kualitatif Model Spradley tentang Peranan Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan SMA Negeri di Kota Binjai
___________________________________________________________________
Hubungan Bentuk Hubungan Hasil Sematik ___________________________________________________________________ Jenis ( Strict Inclution )
x adalah jenis dari y Komite sekolah adalah Merupakan wadah bagi orang tua siswa atau Masyarakat yang peduli pendidikan untuk membantu memajukan pendidikan pada satuan pendidikan.
Ruang (Spatial) x adalah bagian dari y
x bertempat di y
Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi dan menyalurkan aspirasi, prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan, dan peranserta masyarakat dalam rangka peningkatan mutu, pemerataan pendidikan pada satuan pendidikan SMA Negeri Kota Binjai.
Sebab Akibat
(Cause Effect)
x adalah akibat dari y
y adalah sebab dari x
Komite sekolah dibentuk adalah sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 56 ayat (3) tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Rasionalitas/Alasan (Rasionale)
x merupakan alasan melakukan y
Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan adalah alasan membentuk komite sekolah pada satuan pendidikan
Lanjutan Tabel 3.3
Lokasi untuk Melakukan Sesuatu (location for action)
x merupakan tempat berlangsungnya y
Sekolah atau satuan pendidikan adalah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan sekolah.
Cara ke Tujuan (Mean-End)
x merupakan cara untuk mencapai atau Melakukan y
Pemberdayaan komite sekolah adalah cara meningkatkan peran dan fungsi komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan SMA Negeri di Kota Binjai.
Fungsi (Function) x digunakan untuk y Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu adalah merupakan salah satu fungsi komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan.
Urutan/Tahap (Sequence)
x merupakan urutan atau tahap dalam y
meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat dalam Penyelenggaraan pendidikan di Satuan pendidikan adalah tahapan pemberdayaan komite sekolah pada satuan pendidikan.
Atribut atau Karakteristik (Atribution)
x merupakan atribut atau karakteristik dari y
Komite sekolah merupakan wujud kepedulian masyarakat terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia danpemerataan pendidikan.
___________________________________________________________________ Sumber : Data olahan
Dalam hubungan bagaimana peneliti menggunakan teknik analisis domain,
maka Spradley dalam Bungin (2008:206), membuat 6 langkah yang saling
berhubungan , sebagai berikut :
1. Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi atau fakta
yang tersedia dalam catatan harian peneliti di lapangan.
2. Menyiapkan kerja analisis domain.
3. Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti di
lapangan.
4. Mencari konsep-konsep induk dan kategori-kategori simbolis dari domain
tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan semantik
5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masing-masing domain
6. Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang ada.
Dalam melaksanakan program Komite Sekolah, pihak sekolah diharapkan
dapat melibatkan para pemangku kepentingan (stake holders) pendidikan setempat
guna bekerjasama meningkatkan prestasi sekolah. Selain itu, dilakukan juga upaya
pemberdayaan bagi para pemangku kepentingan tersebut guna ikutserta mengelola
pendidikan.
Peran aktif masyarakat diperlukan bukan hanya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan sekolah, konkritnya peranserta masyarakat dibutuhkan juga dalam
pengambilan keputusan dan pengawasan terhadap pelaksanaan proses pendidikan di
sekolah.
3.6 Defenisi Operasional Penelitian
1. Peranan adalah ikut serta dalam suatu kegiatan ataupun aktivitas yang
dilaksanakan dalam peningkatan kualitas pendidikan oleh satuan pendidikan
2. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan untuk menggalang potensi yang
ada di masyarakat secara praktis dan produktif untuk mencapai tujuan.
3. Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peranserta masyarakat
dalam rangka peningkatan mutu, pemerataan, dan efesiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan.
4. Dewan Pendidikan adalah badan yang mewadahi peranserta masyarakat
dalam rangka peningkatan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan
pendidikan di kabupaten/kota.
4. Penyelenggaraan Pendidikan adalah pelayanan pendidikan pada satuan
pendidikan sekolah dengan mengacu pada standar pelayanan minimal yang
meliputi ; (1) kurikulum, (2) peserta didik, (3) sarana, (4) organisasi, (5)
pembiayaan, (6) manajemen sekolah, (7) peranserta masyarakat.
5. SMA Negeri Kota Binjai adalah suatu lembaga pendidikan pada tingkat
sekolah yang menyelenggarakan pendidik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Komite Sekolah SMA Negeri di Kota Binjai
Kota Binjai adalah salah satu kota kecil dengan jumlah penduduk lebih
kurang 235.000 jiwa, berjarak 20 Km dari Kota Medan menuju Propinsi Nangroe
Aceh Darussalam (NAD). Kota Binjai merupakan kota jasa dan perdagangan yang
memiliki 5 kecamatan dan 37 Kelurahan. Dari data Dinas Pendidikan, Kota Binjai
memiliki 156 Sekolah Dasar (SD), 40 buah Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
Sekolah Menengah Atas berjumlah 26 buah serta Sekolah Menengah Kejuruan
sebanyak 20 buah. Dari 26 SMA tadi diantaranya terdapat 7 buah SMA Negeri.
Pada awalnya keberadaan SMA Negeri di Kota Binjai hanya berada pada
dua wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Selatan sebanyak 2 sekolah yaitu
SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Binjai dan Kecamatan Binjai Kota.satu sekolah
yaitu SMA Negeri 1 Binjai. Pada tahun 1999 dilaksanakan sebaran pendirian
sekolah, dimana setiap kecamatan harus memiliki minimal satu buah Sekolah SMA
Negeri, di Kecamatan Binjai Timur tepatnya di Kelurahan Tanah Tinggi dibangun
SMA Negeri 4 Binjai. Kemudian pada tahun 2000 dibangun lagi sekolah SMA 5
Negeri di Kecamatan Binjai Selatan dikarenakan di wilayah ini memiliki lokasi
lahan yang strategis untuk lokasi SMA sementara di kecamatan lain yang belum
memiliki sekolah SMA lahannya belum tersedia, sehingga jumlah sekolah SMA
Negeri di Kecamatan Binjai Selatan menjadi tiga sekolah.
Pada tahun 2004 Kecamatan Binjai Utara baru berhasil mendapat sekolah
setingkat SMA Negeri yaitu SMA Negeri 6 di Jalan Arif Rahman Hakim. Pada tahun
2006 dibangun kembali sebuah Sekolah SMA Negeri 7 di Kecamatan Binjai Barat,
sehingga pada tahun 2006 tersebut baru tercapai sebaran sekolah SMA Negeri di
Kota Binjai.
Setelah terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, pada tahun 2003 pada
umumnya pada setiap sekolah SMA Negeri di Kota Binjai telah dibentuk Komite
Sekolah. Pembentukan Komite Sekolah tersebut sesuai dengan mekanisme yang
dituangkan dalam Kepmen Diknas tersebut dengan megundang tokoh masyarakat,
orang tua siswa, pihak sekolah, Lembaga Swadaya Masyarakat, alumni.
4.1.1 SMA Negeri 2 Binjai
SMA Negeri 2 Binjai berdiri pada tahun 1978 di Jalan Padang No 8
Kelurahan Rambung Dalam Kecamatan Binjai Selatan dengan luas lahan 18.228M2,
Surat Keputusan terakhir tentang keberadaan sekolah ini dengan Nomor 035/O/1997
tanggal 27 Maret 1997. Pada saat sekarang ini sekolah ini memiliki 1 orang Kepala
Sekolah, 89 orang guru tetap (PNS), dan 5 orang guru tidak tetap, sedangkan pada
Tata Usaha memiliki 2 orang pegawai tetap dan 14 orang pegawai tidak tetap.
Sarana dan prasarana sekolah ini memiliki 26 ruang kelas, 2 kelas ruang
Laboratorium, 1 buah ruang perpustakaan, 2 buah ruangan sanggar, 1 ruangan osis, 1
ruangan BP, 1 ruangan guru, 4 buah WC, 1 buah mushalla.
Sesuai dengan Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah, maka pada Tahun 2003 dibentuklah Komite Sekolah yang
diawali dengan rapat panitia persiapan pembentukan Komite dengan mengundang
orang tua siswa, pihak sekolah, LSM, alumni, dunia usaha/dunia industri dan tokoh
masyarakat yang peduli terhadap pendidikan. Pada tanggal 10 September 2005
dilaksanakan pemilihan pengurus priode 2005 – 2009 untuk kepengurusan priode ke
dua, adapun susunan kepengurusan Komite sekolah SMA Negeri 2 Binjai sesuai
dengan Surat Keputusan Kepala SMA Negeri 2 Binjai Nomor
433/105.15/SMA.02/LK/2005 tanggal 10 September 2005 adalah sebagai berikut :
Ketua Azharuddin Harahap, sekretaris P.Siagian dan bendahara
Desmawati,S.Pd. Pada SMA Negeri 2 Binjai memiliki beberapa bidang antara lain,
bidang dana, bidang humas dan sosial, bidang administrasi, bidang ketertiban dan
keamanan sekolah, bidang kegiatan ekstra kulikuler sekolah, bidang pengembangan
dan kemajuan sekolah, bidang sarana dan prasarana serta kepengawasan /bapem.
Setiap bidang memiliki anggota 2 orang.
4.1.2 SMA Negeri 3 Binjai
SMA Negeri 3 Binjai bealamat di Jalan Padang Sidempuan No 24 Kelurahan
Rambung Barat Kecamatan Binjai Selatan berdiri tahun 1991 dengan Surat
Keputusan Departemen Pendidikan Propinsi Sumatera Utara Nomor 0420/O/1991
tanggal 15 Juli 1991 dengan luas lahan 11.137 M2. Sebelumnya Sekolah ini adalah
Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Binjai yang didirikan pada Tahun 1967
dengan Surat Keputusan Departemen Pendidikan Propinsi Sumatera Utara Nomor
2/73/UM-SUB-MEP/67 tanggal 29 Juli 1967.
Pada saat sekarang ini sekolah ini memiliki 1 orang Kepala Sekolah 68 orang
guru tetap (PNS), dan 5 orang guru tidak tetap, sedangkan pada Tata Usaha
memiliki 7 orang pegawai tetap dan 2 orang pegawai tidak tetap. Sarana dan
prasarana sekolah ini memiliki 18 ruang kelas, 1 kelas ruang Laboratorium, 1 buah
ruang perpustakaan, 1 ruangan osis, 1 ruangan BP, 1 ruangan guru, 3 buah WC, 1
buah mushalla.
Sesuai dengan Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Komite Sekolah,
maka pada Tahun 2006 dibentuklah Komite Sekolah yang diawali dengan rapat
panitia persiapan pembentukan Komite Sekolah SMA Negeri 3 Binjai pada tanggal
11 Desember 2003, dan hasil rapat tersebut sesuai dengan kesepakatan rapat
menyusun kepengurusan Komite Sekolah priode 2003 s/d 2004. Adapun susunan
kepengurusan Komite sekolah SMA Negeri 3 Binjai sesuai dengan Surat Keputusan
Kepala SMA Negeri 3 Binjai Nomor 455/105.15/SMA.03/KP/2003 tanggal 11
September 2003 tentang Susunan Pengurus Komite Sekolah SMA Negeri 3 Binjai
Priode 2003/2005 adalah sebagai berikut; Ketua, H.Misron Hayat Harahap, S.Pd.,
Wakil Ketua Aslim, Sekretaris Drs. Joko Satrio, Wakil Sekretaris Achmad,
Bendahara, Wadahani.
Komite sekolah pada SMA Negeri 3 Binjai memiliki enam bidang yaitu bidang
ekstra sekolah As.Adinata, bidang sarana prasarana H.Manaf Lubis, bidang dana
Ir.Jenda Ngena Sbr, bidang ketertiban dan keamanan Palit Ginting, bidang
pengembangan dan kemajuan sekolah Drs.Ponimin Arianto, bidang humas
Drs.H.Sutrisno dan pengawas komite Drs.T.Barus.
4.1.3 SMA Negeri 4 Binjai
SMA Negeri 4 Binjai didirikan pada Tahun 1999 di Jalan Cut Nyak Dien
No. 134 Kelurahan Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur dengan luas lahan 2.606
M2. Sekolah ini memiliki 1 orang Kepala Sekolah, 59 orang guru tetap, 7 orang guru
tidak tetap, 14 ruang kelas, 1 buah ruang laboratorium, 1 ruang perpustakaan, 1
ruang guru, 4 buah kamar mandi/WC, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang Tata Usaha,
1 ruang guru dan 1 buah Mushalla.
Sesuai dengan Kepmendiknas Nomor 044/U/2002, dibentuklah Komite
Sekolah pada tahun 2006 yang diawali dengan rapat panitia persiapan pembentukan
Komite Sekolah SMA Negeri 4 Binjai pada tanggal 9 September 2006, dan hasil
rapat tersebut sesuai dengan kesepakatan rapat menyusun kepengurusan komite
sekolah priode 2006 s/d 2008. Adapun susunan kepengurusan Komite sekolah SMA
Negeri 4 Binjai sesuai dengan Surat Keputusan Kepala SMA Negeri 4 Binjai Nomor
054/105.15/SMA.04/HM/2006 tanggal 9 September 2006 tentang Susunan
Kepengurusan Komite Sekolah SMA Negeri 4 Binjai Priode 2006 -2008 adalah
sebagai berikut :
Ketua, Harun Al Rasyd Taringan, S.Pd., Wakil Ketua Abdul Hasan,
Sekretaris Suyadi, dan bendahara Rubiah Hanum. Sedangkan anggota berjumlah 2
orang yaitu Rettim Pinem dan O.Panggabean.
4.1.4 SMA Negeri 5 Binjai
SMA Negeri 5 Binjai beralamat Jalan Jambi No. 2 Kelurahan Rambung Barat
Kecamatan Binjai Selatan. Sekolah ini didirikan pada Tahun 2000 dengan luas lahan
20.000 M2 , dengan Surat Keputusan Walikota Binjai Nomor 217/O/2000 tanggal 17
Nopember 2000. Pada saat sekarang ini sekolah ini memiliki 1 orang Kepala
Sekolah 69 orang guru tetap (PNS), dan 15 orang guru tidak tetap, sedangkan pada
Tata Usaha memiliki 2 orang pegawai tetap dan 2 orang pegawai tidak tetap. Sarana
dan prasarana yang dimiliki sekolah ini adalah ruang kelas sebanyak 16 buah, 3 kelas
laboratorium, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang BP, 1 ruang guru, 1 ruang Tata Usaha, 3
buah WC, 1 buah Mushalla.
Sesuai dengan Kepmendiknas Nomor 044/U/2002, dibentuklah Komite
Sekolah pada tahun 2005 yang diawali dengan rapat panitia persiapan pembentukan
Komite Sekolah SMA Negeri 5 Binjai pada tanggal 22 Juli 2005, dan hasil rapat
tersebut sesuai dengan kesepakatan rapat menyusun kepengurusan komite sekolah
priode 2005 s/d 2008. Adapun susunan kepengurusan Komite sekolah SMA Negeri 5
Binjai sesuai dengan Surat Keputusan Kepala SMA Negeri 5 Binjai Nomor
/105.15/SMA-05/MN/2005 tanggal 26 Oktober 2005 tentang Susunan Personalia
Pengurus Komite Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Binjai Masa Bakti 2005-2008
adalah sebagai berikut :
Ketua, H. T. Syofyan Paloh, Wakil Ketua Drs. Supiono,MM, Sekretaris
Sutan Apri Hasibuan, SH, Wakil Sekretaris Agus Kuncoro dan Bendahara H.Abdul
Muis Matondang. Komite Sekolah SMA Negeri 5 Binjai memiliki anggota 10 orang.
4.1.5 SMA Negeri 6 Binjai
SMA Negeri 6 Binjai didirikan pada Tahun 2004 beralamat Jalan Arif
Rahman Hakim No. 66 A Kelurahan Nangka Kecamatan Binjai Utara. Pada saat
sekarang ini sekolah ini memiliki 1 orang Kepala Sekolah, 34 orang guru tetap
(PNS), dan 10 orang guru tidak tetap, sedangkan pada Tata Usaha memiliki 2 orang
pegawai tetap dan 9 orang pegawai tidak tetap. Sarana dan prasarana yang dimiliki
sekolah ini adalah ruang kelas sebanyak 13 buah, 1 kelas laboratorium, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruang BP, 1 ruang guru, 1 ruang Tata Usaha, 3 buah WC, 1 buah
Mushalla.
Sesuai dengan Kepmendiknas Nomor 044/U/2002, dibentuklah Komite
Sekolah pada tahun 2004 yang diawali dengan rapat panitia persiapan pembentukan
Komite Sekolah SMA Negeri 6 Binjai pada tanggal 23 Juli 2004, dan hasil rapat
tersebut sesuai dengan kesepakatan rapat menyusun kepengurusan komite sekolah
priode 2004 s/d 2007. Adapun susunan kepengurusan Komite sekolah SMA Negeri 6
Binjai sesuai dengan Surat Keputusan Kepala SMA Negeri 6 Binjai Nomor
005/105.15/SMA-06/HM/2004 tanggal 24 Juni 2004 tentang Komite Sekolah SMA
Negeri 6 Binjai Masa Bakti 2004-2007 adalah sebagai berikut :
Ketua Prof. H.Syamsul Arifin, SH,MH, Wakil Ketua Drs. Amiruddin,
Sekretaris, A.Darwis Lubis, S.Sos dan Bendahara, Elmi. Komite Sekolah pada
SMA Negeri 6 Binjai memiliki anggota sebanyak 7 orang.
4.1.6 SMA Negeri 7 Binjai
SMA Negeri 7 Binjai didirikan pada tahun 2006 di Jalan Sawi Kelurahan
Payaroba Kecamatan Binjai Barat dengan luas lahan 10.080 M2. Pada tahun pertama
sekolah ini menerima satu kelas siswa, dan tahun kedua menerima empat kelas dan
tahun ketiga menerima siswa baru empat kelas, sehingga sampai saat ini sekolah ini
memiliki 12 kelas .
Pada saat sekarang ini dipimpin oleh Drs. Samsul Bahei Siregar, 32 orang
guru tetap (PNS), dan 18 orang guru tidak tetap, sedangkan pada Tata Usaha
memiliki 2 orang pegawai tetap dan 6 orang pegawai tidak tetap.
Sesuai dengan Kepmendiknas Nomor 044/U/2002, dibentuklah Komite
Sekolah pada tahun 2006 yang diawali dengan rapat panitia persiapan pembentukan
Komite Sekolah SMA Negeri 7 Binjai pada tanggal 10 Agustus 2006, dan hasil rapat
tersebut sesuai dengan kesepakatan rapat menyusun kepengurusan komite sekolah
priode 2006 s/d 2008. Adapun susunan kepengurusan Komite Sekolah SMA Negeri
7 Binjai sesuai dengan Surat Keputusan Kepala SMA Negeri 7 Binjai Nomor 800-
031 tanggal 01 Nopember 2006 adalah sebagai berikut :
Ketua, Saniman Hidayat, A.Md, Sekretaris Lukmanul Hakim, ST.,
Bendahara Jubaidah, S.Pd., dan Anggota berjumlah 2 orang.
4.2 Pemberdayaan Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan dan Perencanaan Pendidikan di Kota Binjai
Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi
membuka peluang masyarakat untuk dapat meningkatkan peranserta dalam
pengelolaan pendidikan. Salah satu upaya untuk mewujudkan peluang tersebut
adalah melalui Komite Sekolah, yang mengacu kepada Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah.
Bank Dunia (2007) memberikan defenisi pemberdayaan sebagai proses
peningkatan kapasitas individual atau kelompok untuk membuat pilihan-pilihan dan
untuk melaksanakan pilihan-pilihan tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan dan hasil
yang diharapkan. Dalam konteks kelembagan Komite Sekolah, peningkatan
kapasitas yang dimaksud adalah kapasitas para pengurus Komite Sekolah, agar dapat
melaksanakan peran dan fungsinya secara optimal untuk meningkatkan mutu layanan
pendidikan di daerah.
Komite Sekolah diharapkan sebagai acuan pelaksanaan bagi semua elemen
masyarakat yang akan membentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah atau
memperluas peran, fungsi Komite Sekolah yang telah ada. Pembentukan Komite
Sekolah diharapkan dapat memacu usaha pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan mutu pendidikan, selaras dengan konsepsi partisipasi berbasis
masyarakat dan manajemen berbasis sekolah yang kini tidak hanya menjadi wacana,
tetapi telah mulai dilaksanakan di Indonesia.
Pemberdayaan Komite Sekolah setiap tingkat satuan pendidikan dapat
membantu dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Komite Sekolah adalah mitra
kerja kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya penggalian
dana, kerjasama dunia usaha dan industri.
Komite Sekolah dibentuk untuk mewadahi dan meningkatkan peran
masyarakat dalam pendidikan. Keberadaan mereka bukan hanya sebagai pelengkap
penderita, tetapi sebagai penyeimbang dalam pengambilan keputusan sekolah.
Sekolah dalam menentukan kebijakan tidak bisa berdiri sendiri, terutama dalam
anggaran pendidikan, tetapi harus bekerjasama dengan Komite Sekolah. Sebenarnya
peran Komite Sekolah sudah diatur dalam Kepmendinas No. 044/U/2002, Komite
Sekolah hendaknya merepresentasikan keragaman yang ada agar benar-benar dapat
mewakili masyarakat. Interaksi antara sekolah dan masyarakat dapat diwujudkan
melalui mekanisme pengambilan keputusan antara sekolah dengan Komite Sekolah,
termasuk biaya pendidikan.
Dengan demikian, Komite Sekolah merupakan badan yang mandiri yang
mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka memberi pertimbangan (advisory
agency); pendukung (supporting agency); pengontrol (controlling agency) dalam
rangka transparansi dan akuntabilitas; dan mediator antara pemerintah dengan
masyarakat.
Komite Sekolah sebagai organisasi mitra sekolah memiliki peran yang sangat
strategis dalam upaya turut serta mengembangkan pendidikan di sekolah,
kehadirannya tidak hanya sebagai stempel sekolah semata, khususnya dalam upaya
memungut biaya dari orang tua siswa, namun lebih jauh Komite Sekolah harus dapat
menjadi sebuah organisasi yang benar-benar dapat mewadahi dan menyalurkan
aspirasi serta prakarsa dari masyarakat dalam melahirkan kebijakan organisasi dan
program sekolah serta dapat menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel,
dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di
sekolah.
Dalam hal pemberdayaan Komite Sekolah di Kota Binjai tidak terlepas dari
peran Dewan Pendidikan Kota Binjai yang telah dibentuk pada Tahun 2003, seperti
yang disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pendidikan Kota Binjai Bapak Surya
Darma dimana Dewan Pendidikan Kota Binjai telah melakasanakan sosialisasi
tentang pembentukan Komite Sekolah dari SD, SLTP, SLTA. Dewan Pendidikan
juga telah melaksanakan pengiriman peserta pelatihan Training of Trainer (TOT) ke
Tingkat Propinsi. Pada Tahun 2005 Dewan Pendidikan Kota Binjai telah
melaksanakan kegiatan pelatihan dengan menghadirkan pengurus Komite Sekolah se
Kota Binjai.
Pembentukan Komite Sekolah pada setiap SMA Negeri yang ada di Kota
Binjai diawali dengan mengundang orang tua siswa dengan mengadakan rapat
pembentukan Komite Sekolah, kemudian diadakan pemilihan ketua dan pengurus
yang melibatkan semua unsur seperti yang diamanatkan SK Mendiknas Nomor
044/U/2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Setelah
itu diajukan kepada Kepala Sekolah untuk disahkan dengan membuat Surat
Keputusan Kepala Sekolah tentang Pembentukan Komite Sekolah.
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, setelah melakukan wawancara
dengan Ketua Komite Sekolah yang ada di SMA Negeri Kota Binjai, Komite
Sekolah belum memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART) dan bahkan pemerintah Kota Binjai sendiri belum menyusun Peraturan
Daerah (PERDA) yang mengatur tentang Komite Sekolah, dan mungkin inilah yang
menjadi alasan pengurus belum menyusun AD/ART.
Sedangkan pertemuan atau rapat yang dilakukan Komite Sekolah juga belum
terjadwal, artinya tidak ada pertemuan rutin yang dilaksanakan setiap bulan maupun
per triwulan, bahkan ada Komite Sekolah yang hanya melaksanakan pertemuan dua
kali setahun.
Seperti yang dituturkan oleh salah satu informan menyatakan bahwa,
sebenarnya idealnya pertemuan pengurus dilaksanakan setiap bulan atau minimal
sekali dua bulan, namun karena banyaknya kesibukan pengurus mengakibatkan
pertemuan tidak terlaksana, akhirnya pertemuan dilaksanakan tergantung kebutuhan
sekolah, misalnya pada saat penerimaan siswa baru dan adanya permasalahan siswa.
Namun saya selaku ketua setiap bulan tetap ke sekolah melihat perkembangan
kemajuan sekolah.
Pertemuan atau agenda rapat komite dengan orang tua siswa dan pihak
sekolah hanya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, dengan kata lain hanya
dilakukan saat diperlukan seperti pada saat tahun ajaran baru sekolah, pada saat
adanya permasalahan ataupun keluhan orang tua siswa.
Sekolah merupakan organisasi sosial yang menyediakan layanan
pembelajaran bagi masyarakat, yang merupakan sistem terbuka karena mempunya
hubungan dengan lingkungannya yang merupakan tempat berasalnya masukan
sekolah. Masukan tersebut merupakan bahan yang diperlukan untuk menjadikan
suatu generasi yang memiliki sumber daya manusia yang tangguh.
Untuk menghasilkan manusia yang memiliki sumber daya dibutuhkan proses
pendidikan yang dapat menghasilkan potensi untuk dididik, dilatih dan dibimbing
untuk dikembangkan menjadi manusia yang siap pakai.
Pemberdayaan Komite Sekolah di Kota Binjai samapai saat ini belum
sepenuhnya terlaksana dengan baik, seperti halnya yang disampaikan salah seorang
informan bahwa kurangnya pemberdayaan komite sekolah baik yang dilaksanakan
oleh satuan pendidikan atau pihak sekolah itu sendiri maupun yang dilaksanakan
oleh Dinas Pendidikan Kota Binjai dan Dewan Pendidikan. Pihak sekolah tidak
pernah memberikan pemberdayaan ataupun pelatihan-pelatihan untuk menjadikan
komite lebih berdaya dapat mengurus dirinya sendiri, dapat membiayai dirinya
sendiri. Padahal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa masyarakat berhak
menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan
nonformal sesuai dengan lingkungan sosial dan budaya untuk kepentingan
masyarakat. Kemudian dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat
bersumber dari penyelenggara, masyarakat, pemerintah/pemerintah daerah, serta
lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi
dana, dan sumber daya lain dari pemerintah.
Komite Sekolah pada SMA Negeri di Kota Binjai juga belum pernah
mendapatkan subsidi dana dari pemerintah, dan hanya mengandalkan bantuan dari
orang tua siswa melalui iuran komite sekolah, sedangkan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dalam pengelolaanya Komite Sekolah tidak dilibatkan dan hanya
menerima laporan secara lisan saja dari pihak sekolah kepada komite.
Dalam hal perencanaan pendidikan Komite Sekolah telah banyak
memberikan masukan dan saran sesuai dengan hasil rapat komite kepada pihak
sekolah untuk dijadikan program sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
pada satuan pendidikan, namun hal tersebut kembali kepada stake holder apakah
masukan tersebut dapat diterima untuk dilaksanakan.
4.2.1 Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan ( Advisory Agency)
Komite Sekolah sebagai badan pertimbangan berperan melaksanakan
program seperti perencanaan sekolah yaitu memberikan masukan terhadap
penyusunan dan pengesahan RAPBS, menyelenggarakan rapat RAPBS (sekolah,
orang tua sisiwa, masyarakat) maupun memberikan pertimbangan tntang perubahan
RAPBS. Yang kedua dalam hal pelaksanaan program, dengan memberikan masukan
terhadap proses pengelolaan pendidikan dan proses pembelajaran kepada para guru.
Peran yang ketiga adalah dalam hal pengelolaan sumber daya pendidikan, dengan
memberikan pertimbangan tentang tenaga kependidikan yang dapat diperbantukan di
sekolah, tentang sarana dan prasarana yang dapat diperbantukan di sekolah serta
anggaran yang dapat dimanfaatkan di sekolah.
Seperti halnya disampaikan oleh salah seorang informan mengatakan peran
Komite Sekolah sebagai badan pertimbangan misalnya tentang sumber daya
pendidikan yang berasal dari komite, dimana setiap siswa dibebankan iuran komite
yang jumlahnya berdeda antara siswa baru dengan siswa yang lanjutan. Untuk siswa
baru dibebankan Rp. 45.000,- kelas II sebesar Rp. 35.000,- dan kelas III sebesar Rp.
25.000.
Pertimbangan yang diberikan komite berbentuk dukungan kepada orang tua
siswa, dimana pihak sekolah misalnya ingin menaikkan uang komite sedang kondisi
orang tua rata- rata menengah ke bawah, disinilah pihak komite memberikan
pertimbangan kepada Kepala Sekolah, sepertinya lebih baik uang komite tidak
dinaikkan tapi orang tua siswa lancar atau tepat waktu dalam pembayarannya, dan
kalau dinaikkan memang anggaran meningkat namun pembayarannya tidak lancar
atau macet. Akhirnya pihak sekolah menerima pertimbangan atau masukan yang
diberikan Komite Sekolah.
Setiap dana apapun yang diambil dari orang tua sisiwa terlebih dahulu
koordinasi dan ketua Komite Sekolah sangat menentukan baik ya ataupun tidak.
Orang tua siswa dipanggil ke sekolah untuk tatap muka dengan komite, jadi kepala
sekolah tidak berdiri sendiri semua harus koordinasi dengan komite sekolah.
Kemudian Komite Sekolah memberikan pertimbangan tentang pengelolan
sumber daya pendidikan, jumlah jam mengajar per minggu, tentang besarnya jumlah
honor per jam, sedangkan permintaan guru untuk kepentingan sendiri tidak dilayani,
maksudnya komite sekolah mengutamakan kepentingan sekolah lebih dahulu baru
kepentingan guru yang lain misalnya mengajar ditempat lain. Komite juga
memberikan pertimbangan kepada kepala sekolah tentang tenaga kependidikan yang
dapat diperbantukan di sekolah, dimana komite disini harus mengetahui dan
menyetujui tenaga honorer yang akan diperbantukan disekolah apakah sesuai dengan
disiplin ilmu yang dimilikinya, hal ini diamini oleh Kepala Sekolah Bapak
Drs.Syaiful Bahri Siregar, bahwa pihak sekolah selalu menerima berbagai masukan
dan saran dari Ketua Komite Sekolah dan pada umumnya masukan dan saran
ataupun pertimbangan yang diberikan komite masih dapat kami terima untuk
ditetapkan menjadi suatu kesepakatan atau keputusan sekolah.
Sedangkan penuturan pak Amiruddin wakil ketua Kemite Sekolah SMA
Negeri 6 Binjai, pada SMA Negeri 6 Binjai, Komite Sekolah memberi pertimbangan
kepada satuan pendidikan seperti dalam penerimaan siswa baru, dimana ketentuan
dari dinas sekolah hanya menampung tiga kelas sementara keinginan masyarakat
menyekolahkan anaknya pada sekolah ini melebihi ketentuan dari dinas pendidikan
Kota Binjai. Akhirnya Komite Sekolah memberikan pertimbangan kepada kepala
sekolah untuk penambahan satu kelas lagi mengingat di sekolah masih memiliki satu
kelas yang kosong dan bisa dipergunakan untuk menampung siswa baru satu kelas
lagi. Pertimbangan dari pihak komite sekolah tersebut langsung direspon kepala
sekolah untuk menambah kelas baru satu kelas menjadi empat kelas.
Sedangkan tentang anggaran pendidikan komite tidak ikut mencampurinya,
maupun pengadaan tenaga honorer di sekolah, namun pihak sekolah melalui
Pembantu Kepala Sekolah (PKS) yang membidanginya menyampaikan secara lisan
kepada Ketua Komite Sekolah.
Begitu juga hal senada disampaikan oleh informan lainnya, mengenai
pertimbangan tentang tenaga kependidikan di sekolah pihak komite tidak terlibat
sampai kesana, namun pihak sekolah menyampaikan laporan secara tertulis kepada
komite sekolah kalau ada penambahan tenaga pendidik maupun tenaga administrasi
di sekolah kepada komite
Dari beberapa uraian di atas menunjukkan bahwa peran komite sekolah
sebagai pemberi pertimbangan belum sepenuhnya berjalan efektif sesuai dengan
peran dan fungsi Komite Sekolah. Dan ini disebabkan pihak satuan pendidikan
dalam hal ini Kepala Sekolah belum sepenuhnya memberikan keleluasaan ataupun
kepercayaan penuh kepada Komite Sekolah dalam mengelola anggaran.
Sedangkan peran Komite Sekolah dalam hal pelaksanaan program dan
pengelolaan sumber daya pendidikan, pihak sekolah sedikit lebih terbuka
memberikan keleluasaan kepada pihak Komite Sekolah. Hal ini membuktikan masih
ada ketidak terbukaan kepala sekolah dalam hal pengelolaan anggaran, dan ini perlu
mendapat perhatian yang serius dari pihak pemerintah Kota Binjai melalui Dinas
Pendidikan untuk lebih menekankan kepada satuan pendidikan untuk memberikan
kebebasan dan keterbukaan dalam segala hal khususnya dalam peningkatan
pelayanan pada satuan pendidikan, serta lebih melibatkan lingkungan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan.
4.2.2 Peran Komite Sekolah sebagai Pendukung ( Supporting Agency)
Ihsan (2003:105) menyatakan peranan masyarakat terhadap sekolah antara
lain dalam bantuan-bantuan berupa pembiayaan sekolah ( gedung, sarana, prasarana)
lewat BP3 (sekarang Komite Sekolah) atau secara langsung perorangan/kelompok.
Kemudian penyediaan tempat untuk mendirikan sekolah atau lapangan sekolah dan
lain-lain keperluan sekolah.
Komite Sekolah perannya sebagai badan pendukung mempunyai tiga peran
yaitu pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan sarana dan prasarana serta
pengelolaan anggaran. Dalam pengelolaan anggaran memantau kondisi ketenagaan
pendidikan di sekolah, memobilisasi guru sukarelawan untuk menanggulangi
kekurangan guru di sekolah, memobilisasi tenaga pendidikan non guru untuk
mengisi kekurangan di sekolah.
Dalam pengelolaan sumber daya manusia dan mobilisasi tenaga
kependidikan guru dan non guru, pada umumnya Komite Sekolah sangat terlibat
dalam memantau kondisi ketenagaan pendidikan di sekolah, seperti halnya yang
disampaikan oleh informan bahwa; beliau selaku ketua Komite Sekolah terus
memantau kondisi ketenagaan pendidikan apakah sudah sesuai dengan kebutuhan
sekolah, dan kalau ada kekurangan guru bidang studi di sekolah Komite Sekolah
ikut mencari dan melihat kemampuannya dulu baru komite menyampaikan kepada
kepala sekolah. Sedangkan untuk mengisi tenaga kependidikan non guru seperti
pegawai tata usaha harus diketahui komite, sedangkan untuk pelatih atau
pembimbing pramuka, palang merah remaja dan kegiatan tambahan pelajaran diluar
jam sekolah serta kegiatan triout yang dilaksanakan lembaga pendidikan lain, itu
semua komite sangat dilibatkan.
Sedangkan peran kedua adalah pengelolaan sarana dan prasarana, yang
meliputi memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah, memobilisasi
bantuan sarana dan prasarana, mengkoordinasikan dukungan sarana dan prasarana
sekolah. Peran ketiga adalah pengelolaan anggaran memantau kondisi anggaran
pendidikan di sekolah, memobilisasi dukungan terhadap anggaran pendidikan di
sekolah, mengkoordinasikan dukungan terhadap anggaran pendidikan dan
mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah.
Seperti yang disampaikan oleh salah seorang informan dalam penelitian ini
menyebutkan bahwa, dalam pengelolaan sarana dan prasarana, komite sekolah
memberikan dukungan bantuan sarana dan prasarana sekolah, seperti yang
disampaikan Ketua Komite bahwa komite dengan menggalang bantuan dari
masyarakat seperti pengerasan jalan menuju sekolah, menata kebersihan dan
kenyamanan di lingkungan sekolah dengan mengadakan penghijauan.
Hal senada apa yang disampaikan oleh Informan tadi diamini oleh pihak
sekolah, dimana setiap kegiatan sekolah termasuk pengelolaan anggaran pendidikan
Komite Sekolah tetap dikutsertakan atau dilibatkan, sehingga hubungan sekolah
dengan masyarakat lingkungannya tetap berjalan lancar. Bahkan kemajuan sekolah
terus meningkat, dimana sekolah ini baru tiga tahun berdiri sudah mendapatkan
akreditasi A, hal ini yang sangat membanggakan saya selaku Kepala Sekolah. Dan
ini semua didapatkan karena adanya kepedulian masyarakat melalui Komite Sekolah
terhadap kemajuan pendidikan di sekolah ini.
Begitu juga disampaikan oleh salah seorang informan, tentang kondisi
ketenagaan di sekolah sudah mencukupi, sedangkan pengelolaan sarana dan
prasarana komite sekolah terus memberikan dukungan terhadap kebutuhan sekolah
dengan mengadakan perbaikan dan penambahan meja, kursi dan perbaikan pagar
sekolah, dimana dananya diambil dari masyarakat yang peduli pendidikan, seperti
yang dilakukan ketua Komite Sekolah yang sangat peduli terhadap pendidikan.
Peran Komite Sekolah dalam pengelolaan anggaran pada setiap sekolah,
sesuai dengan hasil wawancara dengan informan di lapangan menunjukkan bahwa
dalam penggalangan dana dari masyarakat dan dunia usaha dan dunia industri belum
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Ini dibuktikan dengan semua Komite
Sekolah yang di teliti belum ada satupun komite yang melakukannya, artinya komite
sekolah hanya memanfaatkan sumber dana dari iuran komite yang dikutip dari orang
tua siswa.
Seperti yang disampaikan oleh informan, dalam hal dukungan dana sekolah,
komite sekolah sampai saat ini hanya menerima dari iuran komite yang diambil dari
orang tua siswa, seperti kelas I, Rp. 45.000,- kelas II, 35.000,- dan kelas III, Rp.
25.000,-
Begitu juga halnya di SMANegeri 4 Binjai seperti yang disampaikan salah
seorang informan dalam penelitian ini bahwa penggalangan dana sekolah hanya
berasal dari iuran komite saja, bagi kelas pertama sebesar Rp. 35.000,- kelas II
sebesar Rp. 30.000,- dan kelas III sebesar Rp.20.000,- di luar dana tersebut tidak ada.
Dana yang berasal dari iuran komite sekolah ini akan dipergunakan untuk keperluan
sekolah seperti honor petugas keamanan, honor penjaga sekolah, honor kepala
sekolah, honor petugas Komite Sekolah, honor petugas perpustakaan, transport guru,
PKS dan pegawai, mobilier ruang laboratorium, pengadaan bangku dan meja
laboratorium, alat tulis kantor, perayaan di sekolah dan keperluan sekolah yang
mendesak .
4.2.3 Peran Komite Sekolah sebagai Pengontrol (Controling Agency)
Komite Sekolah sebagai badan pengontrol mempunyai tiga peran, pertama
berperan sebagai pengontrol perencanaan pendidikan di sekolah, dengan mengontrol
proses pengambilan keputusan di sekolah, mengontrol kualitas kebijakan/kualitas
program dan proses perencanaan pendidikan di sekolah.
Sedangkan menurut salah seorang Informan, Ketua Komite Sekolah tidak
jauh beda dengan apa yang disampaikan oleh informan lainnya sebagaimana
pernyataannya di bawah ini :
Komite sekolah tetap melaksanakan fungsinya sebagai pengontrol, seperti
perencanan sekolah harus diketahui komite setiap saat, memantu proses belajar siswa
apa perlu diadakan pelajaran tambahan, memantu keadaan siswa yang patut dibantu.
Komite juga memantau kegiatan ekstrakulir siswa, seperti kegiatan osis, pramuka
dan palang merah remaja.
Peran kedua memantau pelaksanaan program sekolah, dengan organisasi
sekolah, memantau penjadwalan program sekolah, memantau alokasi anggaran untuk
pelaksanaan program sekolah memantau sumber daya pelaksana program dan
memantau partisipasi stake holder pendidikan dalam pelaksanaan program sekolah.
Komite Sekolah dalam pengawasan terhadap sumber daya pelaksana program
sekolah, hanya berbentuk saran kepada kepala sekolah, sedangkan dalam
pengawasan terhadap proses belajar mengajar komite sekolah tidak pernah.
Kemudian dalam memberikan saran tentang proses belajar mengajar seperti
menyarankan guru lebih melibatkan sisiwa secara aktif dalam pelajaran di kelas atau
menyarankan untuk memperbanyak tugas di rumah, Komite Sekolah juga tidak
pernah karena menurut beliau itu sudah terlalu maju dan bukan wewenang komite.
Peran yang ketiga adalah memantau out put pendidikan, badan pengontrol
memantau hasil ujian akhir, memantau angka partisipasi sekolah, memantau angka
mengulang sekolah, memantau angka bertahan sekolah. Dalam hal perencanaan,
mengontrol proses pengambilan keputusan di sekolah, mengontrol kebijakan di
sekolah, mengontrol proses perencanaan pendidikan, pengawasan terhadap kualitas
program sekolah.
Menurut Ihsan (2003:104) peranan masyarakat terhadap sekolah antara lain
terutama dalam Pengawasan, masyarakat terlibat juga dalam pengawasan terhadap
sekolah (sosial control). Pengawasan ini terhadap segala gerak-gerik sekolah selaku
lembaga pendidikan, pengawasan dapat secara langsung atau lewat Komite Sekolah
atau lewat media massa. Dengan demikian kegiatan pengawasan merupakan kontrol
terhadap kerja organisasi, baik menyangkut tugas perorangan maupun institusi.
Dari hasil penelitian di lapangan penulis dapat melihat bahwa Komite
Sekolah selaku badan pengontrol telah melaksanakan peran dan fungsinya, namun
belum menunjukkan adanya keseragaman, hal ini disebabkan adanya perbedaan
persepsi tentang peran dan fungsinya dimana pihak Komite Sekolah masih ada yang
berangapan bahwa tugas dan wewenangnya hanya membantu kelancaran pendidikan
saja, dan tidak mencampuri urusan teknis pengajaran yang termasuk wewenang
kepala sekolah, guru dan instansi pembina pendidikan, artinya peran dan fungsi
Komite masih disamakannya dengan tugas wewenang BP3.
Menurut Informan sebagaimana pernyataannya di bawah ini :
Komite sekolah tetap melaksanakan fungsinya sebagai pengontrol, seperti
perencanan sekolah harus diketahui komite setiap saat, memantu proses belajar siswa
apa perlu diadakan pelajaran tambahan, memantau keadaan siswa kurang mampu
yang patut dibantu. Komite juga memantau kegiatan ekstrakulir siswa, seperti
kegiatan osis, pramuka dan palang merah remaja serta kegiatan olah raga.
Sedangkan penuturan dari Informana yang merupakan salah satu anggota
Komite Sekolah SMA Negeri 2 Binjai mengatakan bahwa; Komite Sekolah selaku
badan pengontrol tetap melaksanakan pengawasan seperti mengontrol kualitas
kebijakan di sekolah, memantau organisasi sekolah, memantau alokasi anggaran
meskipun pelaksanaannya tidak secara rutin, namun komite sekolah tetap
melaksanakannya.
Sedangkan pada SMA Negeri 7 Binjai, seperti yang diutarakan Ketua Komite
Sekolah menyebutkan bahwa ; Komite Sekolah tetap melaksanakan perannya dalam
hal pengawasan,, tentang keadaan sarana dan prasarana sekolah seperti bantuan
buku, komputer, bantuan maupun rehabilitasi gedung, pembuatan KTSP dengan
memanggil semua guru bidang studi, dan kondisi bertahan siswa. Komite juga
mengontrol kegiatan ekstrakulikuler siswa seperti kegiatan pramuka, palang merah
remaja, drum band, dan paskibra sekolah, bahkan ketua komite selalu ikut secara
langsung dalam kegiatan raimuna maupun jambore nasional dengan biaya sendiri.
4.2.4 Peran Komite Sekolah sebagai Penghubung (Mediator Agency)
Komite Sekolah sebagai badan penghubung mempunyai tiga peran yaitu
sebagai penghubung dalam Perencanaan, yaitu menjadi penghubung antara Komite
Sekolah dengan masyarakat, Komite Sekolah dengan sekolah dan Komite Sekolah
dengan Dewan Pendidikan, kemudian mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk
perencanaan pendidikan, membuat usulan kebijakan dan program pendidikan kepada
sekolah. Dalam hal penghubung dalam perencanaan sekolah, dari pengamatan di
lapangan menunjukkan komite sekolah telah melaksanakan perannya artinya setiap
keputusan yang dihasilkan dalam rapat itu adalah aspirasi atau keinginan yang
muncul dari masyarakat . kemudian komite sekolah apa yang dihasilkan dalam rapat
tersebut disampaikan kepada sekolah untuk ditindaklanjuti dan seterusnya akan
dilaksanakan, begitu juga dengan dewan pendidikan, komite sekolah terus
melaksanakan hubungan yang baik meskipun sampai saat ini banyak yang diperbuat
oleh Dewan Pendidikan untuk pemberdayaan Komite Sekolah di Kota Binjai.
Seperti penuturan dari informan, sampai saat ini komite sekolah menjalin
hubungan baik dengan masyarakat khususnya orang tua siswa, dimana setiap ada
hal–hal penting yang ingin dilaksanakan di sekolah, komite tetap mengundang orang
tua siswa untuk mengadakan pertemuan dan selanjutnya hasil musyawarah tersebut
disampaikan kepada pihak sekolah maupun Dewan Pendidikan.
Sedangkan sebagai peran kedua adalah pelaksanaan program, dengan
mensosialisasikan kebijakan program sekolah kepada masyarakat, menampung
pengaduan dan keluhan terhadap kebijakan dan program sekolah serta
mengkomunikasikan pengaduan dan keluhan masyarakat (orang tua siswa) kepada
sekolah. Dalam pelaksanaan program, apa yang dihasilkan dalam musyawarah
setelah disetujui pihak sekolah, komite sekolah kembali menyampaikan kepada
orang tua siswa melalui surat kepada anak didik. Dan semua keluhan yang
disampaikan orang tua siswa tetap ditampung komite sekolah yang selanjutnya akan
disampaikan kepada kepala sekolah ataupun Pembantu Kepala Sekolah (PKS) yang
membidangi hal tersebut. Seperti penuturan dari Ketua Komite SMA Negeri 4
Binjai, bentuk keluhan yang sering disampaikan orang tua siswa adalah masalah
pengadaan buku yang terlalu memberatkan orang tua, disini komite sekolah
menyampaikan pengaduan ataupun keluhan-keluhan masyarakat (orang tua siswa)
tadi kepada kepala sekolah, dimana yang memberatkan orang tua siswa tadi adalah
pembayarannya terlalu singkat misalnya guru memberikan tengat waktu cuma tiga
kali bayar, pihak Komite Sekolah memohon kepada kepala sekolah untuk diberikan
kelonggaran pembayaran buku tersebut dari tiga kali menjadi enam kali atau satu
semester dan kepala sekolah dapat menerima keluhan masyarakat tadi.
Peran yang ketiga sebagai penghubung adalah pengelolaan sumber daya
pendidikan, dengan mengidentifikasi kondidi sumber daya sekolah dan sumber daya
masyarakat, memobilisasi bantuan masyarakat untuk pendidikan di sekolah dan
mengkoordinasikan bantuan masyarakat.
Dalam hal penghubung dalam pengelolaan sumber daya pendidikan, pihak
Komite Sekolah masih kurang berperan, belum sampai kepada penggalangan dana
dari masyarakat seperti dunia usaha dan dunia industri ataupun masyarakat yang
peduli terhadap pendidikan.
Dari beberapa hal hasil temuan lapangan dari empat peran Komite Sekolah di
atas menunjukkan tidak berjalannya peran yang dilakukan pengurus Komite Sekolah,
ini menunjukkan bahwa pengurus Komite Sekolah belum memahami sepenuhnya
peran dan fungsinya.
Salah satu fungsi Komite Sekolah adalah memberikan masukan,
pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan tentang kebijakan dan
program pendidikan, Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS),
kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas
pendidikan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Komite Sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan SMA Negeri Kota Binjai dibagi atas 3 kategori
berdasarkan hasil wawancara dengan informan yaitu;
1. Pernah (terlibat) : apabila komite sekolah melaksanakan
perannya (badan pemberi pertimbangan, badan pendukung, badan
pengontrol dan badan penghubung pernah terlibat sekitar 51 - 100 %
dari keseluruhan peran yang dilakukan oleh Komite Sekolah dalam
memberikan pelayanan dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA
Negeri Kota Binjai.
2. Kadang-Kadang : apabila Komite Sekolah melaksanakan
perannya (badan pemberi pertimbangan, badan pendukung, badan
pengontrol dan badan penghubung) keteribatannya dalam
penyelenggaraan pendidikan pada SMA Negeri Kota Binjai sebanyak
5 - 50 %..
3. Tidak Pernah : apabila Komite Sekolah dalam melaksanakan
perannya (badan pemberi pertimbangan, badan penghubung, badan
pengontrol dan badan penghubung) dalam penyelenggaraan
pendidikan hanya 1 - 5 % saja.
Untuk lebih jelasnya hasil penelitian peran pemberdayaan Komite
Sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan SMA Negeri Kota Binjai dapat
dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1: Hasil Penelitian Peran Pemberdayaan Komite Sekolah dalam penyelenggara Pendidikan SMA Negeri di Kota Binjai
No
Peran Komite Sekolah
Pernah
Kadang-kadang
Tidak pernah
1
Badan Pertimbangan :
a. Perencanaan Sekolah;
- Memberikan masukan untuk penyusunan, RAPBS, memberikan pertimbangan perubahan dan ikut mengesahkan RAPBS
b. Pelaksanaan Program:
- memberikan masukan terhadap proses
pengelolaan pendidikan dan proses pembelajaran terhadap guru.
c. Pengelolaan Sumber daya Pendidikan :
- Mengidentifikasi potensi sumber daya
pendidikan dalam masyarakat - -Memberikan pertimbangan tentang sarana
dan prasarana dan tenaga kependidikan
x
x
x
x
2 Badan Pendukung :
a. Pengelolaan Sumber daya:
- Memantau kondidi ketenagaan pendidikan
b. Pengelolaan sarana dan prasarana:
- Memantau kondisi sarana prasarana - Memobilisasi bantuan sarana prasarana
sekolah - Mengkoordinasi dan evaluasi pelaksanaan
dukungan sarana prasarana sekolah.
x
x
x
x
Lanjutan Tabel 4.1
c. Pengelolaan anggaran:
- memantau kondisi anggaran pendidikan - memobilisasi dukungan terhadap anggaran
pendidikan
x
x
3 Badan Pengontrol :
a.mengontrol perencanaan pendidikan :
- mengontrol proses pengambilan keputusan sekolah
- mengontrol proses perencanaan pendidikan di sekolah
b. memantau pelaksanaan program:
- memantau organisasi sekolah - memantau sumber daya pelaksana program
sekolah - Memantau partisipasi stake holder
pendidikan dalam pelaksanaan program sekolah.
c. memantau out hasil pendidikan:
- memantau hasil ujian akhir - memantau angka partisipasi sekolah, angka
mengulang sekolah dan angka bertahan sekolah
x
x
x
x
x
x
4 Badan Penghubung :
a. Perencanaan:
- mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan pendidikan
- membuat usulan kebijakan dan program pendidikan kepada sekolah
x
x
Lanjutan Tabel 4.1
b. Pelaksanaan program :
- mensosialisasikan kebijakan dan program
sekolah kepada masyarakat - memfasilitasi berbagai masukan kebijakan
program terhadap sekolah - menampung dan mengkomunikasikan
keluhan terhadap kebijakan sekolah
c. Pengelolaan sumber daya pendidikan :
- Mengidentifikasi kondisi sumber daya di sekolah dan sumber daya masyarakat
- mengkoordinasikan bantuan masyarakat
x
x
x
x
x
Sumber : Data Olahan
4.3 Pendidikan dalam Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah adalah merupakan suatu upaya yang lakukan dalam
memanfaatkan sumber daya yang ada pada wilayah atau daerah untuk memperoleh/
menghasilkan apa yang menjadi tujuan secara maksimal. Pengembangan wilayah
sangat ditentukan oleh prilaku dan budaya yang ada pada masyarakat
Jadi pengembangan wilayah dapat dikatakan usaha dalam rangka
memberdayakan masyarakat untuk lebih mampu mengurus dirinya sendiri. Salah
satu pilar pengembangan wilayah adalah pendidikan sebagai penjabaran dari sumber
daya manusia disamping sumber daya alam dan teknologi
Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa dan merupakan
salah satu pilar utama dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualias.
Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun sumber daya
manusia yang berkualitas, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
sangat penting karena berfugsi membangun watak dan kepribadian masyarakat di
samping menjadi landasan bagi jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Terwujudnya
organisasi pendidikan di daerah Kabupaten/Kota yang lebih demokratis, transparan,
akuntabel serta mendorong partisipasi masyarakat dengan melalui sistem
pelaksanaan pendidikan yang dilakukan melalui pendekatan yang berbasis
sekolah/masyarakat, dengan pembentukan dewan pendidikan disetiap kota serta
pembentukan komite sekolah di setiap satuan pendidikan.
Pada setiap daerah baik kabupaten maupun kota dalam mengembangkan
manajemen berbasis sekolah/masyarakat dapat dilakukan antara lain dengan
membentuk Komite Sekolah secara demokratis, transparan dan partisipatip.
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka
pemerintah telah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha
pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas melalui pengembangan dan
perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan,
pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga
kependidikan lainnya.
Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam peningkatan sumber daya
manusia adalah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun dan ke depan akan di
tingkatkan menjadi 12 tahun, ini menandakan keseriusan pemerintah dalam
menangani pendidikan. Kemudian pada saat sekarang ini pemerintah telah
menerapkan desentralisasi pendidikan, artinya pemerintah pusat memberikan
kewenangan kepada daerah untuk mengatur daerahnya dalam meningkatkan kualitas
pendidikan, karena pemerintah berpendapat daerah lebih mengetahui kebutuhannya.
Dalam meningkatan mutu dan pelayanan pendidikan dilakukan dengan
perbaikan fasilitas dan kesejahteraan tenaga pengajar, pencapaian target kurikulum,
serta pemberian beasiswa bagi penduduk miskin. Selain itu mendukung anak usia
sekolah yang memiliki potensi besar dan berprestasi melalui beasiswa prestasi, juga
dilakukan penerapan standar pelayanan minimal pada semua jenjang pendidikan,
mendukung peningkatan kualitas pendidikan tinggi yang berorientasi pada pasar,
pengembangan potensi, serta menciptakan lulusan yang dapat diterima secara
global.
Analisis domain pemberdayaan Komite Sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan pada SMA Negeri di Kota Binjai dapat dijabarkan pada tabel 4.2 di
bawah ini sebagai berikut :
Tabel 4.2 : Analisis Domain Model Spradley tentang Peranan Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan SMA Negeri Kota Binjai
Hubungan Bentuk Hubungan Hasil Semantik ___________________________________________________________________ Salah satu jenis x adalah salah satu jenis
dari y
Komite Sekolah adalah Lembaga Mandiri yang dibentuk oleh masyarakat pada Sekolah SMA Negeri di Kota Binjai
Dengan dibentuknya Komite Sekolah pada SMA Negeri Kota Binjai merupakan terciptanya suatu wadah bagi masyarakat yang peduli pendidikan dalam memajukan dunia pendidikan
Salah satu ruang atau kondisi
x adalah bagian dari y
x bertempat di y
Komite Sekolah bertempat pada satuan pendidikan
Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi dan menyalurkan aspirasi, prakarsa masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan di bentuk pada SMA Negeri di Kota Binjai
Sebagai salah satu akibat
x adalah akibat dari y y adalah sebab dari x
Komite Sekolah dibentuk akibat dari Keputusan Mendiknas No.044/U/2002
Kepmendiknas No.044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pada setiap satuan pendidikan SMA Negeri di Kota Binjai dibentuk Komite Sekolah sebagai pelibatan masyarakat secara langsung dalam meningkatkan kualitas pendidikan
Sebagai lokasi x adalah tempat
berlangsungnya y
SMA Negeri Kota Binjai adalah tempat berdirinya Komite Sekolah
SMA Negeri di Kota Binjai adalah lokasi atau tempat di bentuknya dan berlangsungnya pemberdayaan Komite Sekolah
Lanjutan Tabel 4.2
Sebagai salah satu alas an
x merupakan alasan melakukan y
Peranserta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan adalah merupakan salah satu alasan melaksanakan pembentukan komite sekolah
Meningkatkan mutu pendidikan bukanlah tugas pemerintah semata, tetapi peranserta masyarakat khususnya orang tua siswa dan masyarakat yang peduli pendidikan sangat diharapkan dapat meningkatan mutu pendidikan karena dari masyarakat diharapkan adanya dukungan dana maupun sumbang saran pikiran dalam memajukan dunia pendidikan, karena masyarakatlah yang lebih mengetahui kondisi anak didik dan lingkungannya
Sebagai salah satu cara
x adalah merupakan cara untuk melakukan y
Pemberdayaan komite sekolah adalah salah satu cara melakukan fungsi dan peran komite sekolah
Pemberdayaan komite sekolah yaitu menjadikan sekolah dapat menjadi swadiri, yaitu mampu mengurusi dirinya sendiri, swadana yaitu mampu membiayai dirinya sendiri, dan swasembada, yaitu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan. Selanjutnya diharapkan komite sekolah mampu melaksanakan perannya sebagai badan
pertimbangan, badan pendukung, badan pengawas dan penghubung dalam meningkakan mutu pendidikan pada satuan pendidikan
Lanjutan Tabel 4.2
Sebagai salah satu fungsi
x digunakan untuk y
Komite sekolah digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan
Komite sekolah digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan memberikan peranserta kepada masyarakat yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan
Sebagai salah satu tahapan
x adalah merupakan tahapan dalam y
Pemberdayaan Komite sekolah adalah salah satu tahapan dalam penyelenggaraan pendidikan
Dengan memberdayakan komite sekolah dan meningkatkan perannya sebagai badan pemberi pertimbangan, badan pendukung, badan badan pengawas dan sebagai mediator diharapkan pengurus komite sekolah dapat melaksanakan perannya dengan baik sehingga penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan SMA negeri di Kota Binjai dapat terlaksana dengan program yang ditetapkan. Yang akhirnya mutu lulusan dapat meningkat dan sumber daya manusia
kependidikan dapat lebih berkualitas serta masyarakat lebih meningkatkan peransertanya melalui komite sekolah.
Lanjutan Tabel 4.2
Sebagai salah satu karakteristik
x adalah merupakan karakteristik dari y
Komite sekolah merupakan budaya masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan pada linkungannya
Karakteristik masyarakat merupakan kepercayaan yang dianut bersama oleh masyarakat yang merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan, asumsi dan harapan yang diyakini oleh masyarakat. seperti menyekolahkan anak ke sekolah negeri merupakan kebanggaan tersendiri. Jadi keberadaan komite sekolah pada SMA Negeri di Kota Binjai merupakan modal dasar dalam meningkatkan kulaitas pendidikan di Kota Binjai.
Sumber : Data olahan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian dan temuan di lapangan menunjukkan bahwa Komite
Sekolah belum mampu melaksanakan perannya sebagai pemberi
pertimbangan, sebagai badan penghubung, sebagai badan pengontrol dan
sebagai badan penghubung.
2. Khusus dalam penggalangan dukungan dana dari masyarakat seperti dunia
usaha/dunia industri, maupun dari tokoh masyarakat yang peduli pendidikan,
Komite Sekolah belum mampu dan hanya memanfaatkan sumber dana yang
berasal dari bantuan orang tua siswa dengan pengutipan uang komite sekolah.
3. Komite Sekolah pada SMA Negeri di Kota Binjai dapat dikatakan belum
diberdayakan sebagaimana mestinya, dan ini disebabkan belum berperannya
Dewan Pendidikan secara maksimal maupun Dinas pendidikan Kota Binjai.
4. Komite Sekolah belum dapat menjalankan perannya secara maksimal
sebagaimana yang diamanatkan Keputusan Mendiknas Nomor 044/U/2002
dan ini disebabkan pihak sekolah / satuan pendidikan belum memberikan
kepercayaan maupun kewenangan penuh kepada komite sekolah.
5.2 Saran
Agar Komite Sekolah dapat berdaya, maka dalam pembentukan pengurus
harus dapat memenuhi prinsip/kaidah dan mekanisme yang benar, serta dapat
dikelola secara benar.
1. Dalam melaksanakan peran dan fungsinya Komite Sekolah di Kota Binjai
diharapkan dapat menjadi mitra pemerintah dalam memajukan dunia
pendidikan dengan membuat perencanaan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan sekolah , serta dapat memberikan pertimbangan, dukungan dan
pengontrol terhadap segala kebijakan yang dilaksanakan satuan pendidikan
serta dapat menjadi mediator antara masyarakat dengan pihak sokolah dan
pemerintah dalam pelayanan pendidikan.
2. Dewan Pendidikan Kota Binjai maupun Dinas Pendidikan Kota Binjai
diharapkan memfasilitasi Komite Sekolah dalam melaksanakan perannya,
serta memberdayakannya untuk menjadikan komite sekolah lebih mandiri
sehingga dapat mengurusi dirinya sendiri, membiayai dirinya sendiri serta
memberdayakan dirinya sendiri.
3. Komite Sekolah dalam pemilihan kepengurusan baru, supaya memilih
pengurus yang benar-benar mempunyai waktu dan kesiapan untuk menjadi
pengurus bukan melihat pekerjaan atau jabatan yang dimiliki sehingga
pemberdaan komite sekolah dapat berjalan sesuai program dan rencana yang
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2008, Visionary Leadership Menuju Sokolah Efektif, PT. Bumi Aksara Jakarta.
Ace Suryadi, 2003, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah : Mewujudkan Sekolah-sekolah yang Mandiri dan Otonom, http://www/depdiknas.go.id.
Alkadri, Muchdie, Suhandojo, 2001, Tiga Pilar Pengembangan Wilayah, Sumberdaya Alam, Sumberdaya Manusia, Teknologi, BPPT, Jakarta
Basrowi dan Suwandi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, PT. Rineka Cipta, Jakarta
Bungin Burhan, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologi ke Arah Ragam Varian Kontemporer, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
_____________, 2008, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Fuad Ihsan, 2003, Dasar-Dasar Kependidikan Komponen MKDK, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Hasbullah, 2007, Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Miles, M.B, 2007, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Mulyasa, E, 2006, Manajemen Brbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implementasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Moleong, Lexy J, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nurul Zuriah, 2007, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikaasi,
PT Bumi Aksara, Jakarta.
Pandiangan, Pinta Omastri, 2008, Peranan Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan
Pendidikan Sesuai Kepmendiknas 044/U/2002 (Studi Komparatif di SMK Negeri 9 dan SMK Negeri 11 Medan), Tesis, USU Medan.
Sagala, Syaiful .H. 2008, Budaya dan Reinventing Organisasi Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
Sukardi, 2008, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, PT
Bumi Aksara, Jakarta. Suparlan, 2006, Pemberdayaan Komite Sekolah, Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kegiatan Peningkatan Kegiatan dan Usaha Manajemen Pendidikan., diakses tanggal 22 Agustus 2009.
Wrihatnolo,Randy R, Riant Nugroho Dwijowijoto, 2007, Manajemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat, PT Gramedia, Jakarta.
Yunus Muhammad, 2005, Strategi Manajemen Komite Sekolah dalam
Pemberdayaan Dana Pembelajaran di SMP Negeri 3 Sunggal Deli Serdang, Tesis, Unimed Medan.
BPS Kota Binjai, Binjai Dalam Angka Tahun 2008.
Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Partisipasi Masyarakat
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2007, Petunjuk Teknis Pemberdayaan Komite Sekolah Tahun 2007 -2009.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
diterbitkan oleh Lembaga Informasi Nasional, Jakarta Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044 Tahun 2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah
LAMPIRAN 1
KUESIONER TENTANG PERANAN KOMITE SEKOLAH
I. Tujuan
Kuesioner ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang karekteristik, latar belakang, peran dan fungsi serta peranan pemberdayaan komite sekolah sebagai mitra dalam dunia pendidikan saat ini.. penulis mengharapkan kesedian Bapak/Ibu/Sdr/i untuk dapat mengisi kuesioner ini demi terlaksananya penelitian ini yang mengambil judul “ Peranan Pemberdayaan Komite Sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan SMA Negeri di Kota Binjai” Penelitian ini sifatnya ilmiah, dan hasilnya tidak akan dipublikasikan di media massa dan hanya sebagai bahan kajian dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya di Kota Binjai.
II. Responden
Responden kuesioner penelitian ini adalah pengurus komite sekolah, dan prioritasnya adalah ketua, wakil ketua dan anggota komite sekolah yang bukan merupakan perwakilan atau unsur dari kalangan guru sekolah yang bersangkutan.
III. Isi Kuesioner
Kolom pengisian Nomor ID, tanggal wawancara dilakukan dan jam
wawancara dimulai.
1. Identitas Responden 2. Identitas Komite Sekolah 3. Keanggotaan Komite Sekolah 4. Peranan Komite Sekolah 5. Kegiatan Komite Sekolah 6. Masalah yang dihadapi Sekolah
IV. Petunjuk Pengisian
Petunjuk khusu pengisian kuesioner Komite Sekolah adalah sebagai berikut :
Identitas Responden
N a m a : Jenis Kelamin : Pria / wanita Usia : Asal Sekolah : SMA Negeri ....... No. Responden : Jabatan : Pendidikan : SLTA / DIII / Sarjana / Pascasarjana Alamat :
Petunjuk Pengisian
Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama, kemudian berikan jawaban Bapak/Ibu/Sdr/i dengan cara menyilang (memberi tanda X) huruf yang ada di depan pilihan jawaban, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Kuesioner ini berisi empat bagian, dimana bagian pertama berisi 12 pertanyaan, bagian kedua berisi 11 pertanyaan, bagian ketiga berisi sembilan pertanyaan, dan bagian ke empat berisi tujuh pertanyaan. Pilihan jawaban adalah :
Pernah, Kadang-kadang, Tidak Pernah.
Contoh :
No
Pertanyaan
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
1.
Dalam perencanaan sekolah apakah Komite Sekolah dilibatkan
X
I. Pertanyaan yang berhubungan dengan peran Komite Sekolah sebagai Badan
Pertimbangan. No
Pertanyaan
Pernah
Kadang-kadang
Tidak pernah
1
Dalam penentuan program sekolah apakah Komite Sekolah diikutsertakan?
2
Apakah kedudukan Komite Sekolah hanya mengurusi komite sekolah ini saja ?
3
Apakah Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai tambahan jam pelajaran bagi siswa
4
Dalam hal peningkatan kesejahteraan guru, misalnya seperti pemberian insentif atau bonus kepada guru yang berasal dari anggaran komite sekolah, apakah Komite Sekolah pernah memberikan pertimbangan ?.
5
Apakah Komite Sekolah memberikan pertimbangannya untuk ikut menentukan siapa guru yang dianggap berprestasi.
Pernahkah Komite Sekolah memberikan
6
pertimbangan dalam hal pengadaan buku baik bagi siswa maupun untuk sekolah ini, ataupun dalam pengadaan alat peraga untuk sekolah.
7.
Apakah Komite Sekolah memberikan pertimbangan apabila pihak sekolah hendak merekrut guru honorer untuk memperlancar proses belajar mengajar.
8.
Apakah Komite sekolah pernah ikut menyelenggarakan rapat RAPBS (sekolah, orang tua ,siswa, masyarakat) dalam perencanaan sekolah
9.
Dalam mengesahkan RAPBS bersama kepala sekoah, apakah Komite Sekolah diikutsertakan ?
10
Apakah Komite sekolah pernah memberikan pertimbangan tentang anggaran yang dapat dimanfaat sekolah
11
Apakah Komite sekolah memberikan pertimbangan tentang sarana dan prasarana yang dapat diperbantukan di sekolah.
12.
Apakah Komite Sekolah pernah memberikan masukan terhadap proses pengelolaan pendidikan di sekolah dan memberikan masukan terhadap proses pembelajaran kepada para guru.
II. Pertanyaan yang berhubungan dengan Peran Komite Sekolah sebagai Badan
Pendukung.
No.
Pertanyaan
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
1
Apakah Komite Sekolah secara aktif mencari dana sendiri dan tidak bergantung kepada dana alokasi dari pihak sekolah.
2.
Apakah Komite Sekolah melakukan pendataan sendiri mengenai kondisi sosial ekonomi dan sumber daya pendidikan masyarakat.
3
Apakah Komite Sekolah melibatkan secara aktif tokoh masyarakat atau pemerintah (diluar anggota komite) apabila menghadapi suatu masalah.
4.
Apakah selama kepengurusan saudara dalam komite sekolah pernah diadakan perbaikan fisik/rehabilitasi sekolah, baik yang didanaioleh pemerintah, sekolah ataupun sumber daya lainnya
5.
Apakah Komite Sekolah ikut mengawasi proses rehabilitasi/perbaikan fisik tersebut (misalnya dengan miminta surat pertanggung jawaban).
6
Apakah Komite Sekolah ikut menyumbang dalam bentuk tenaga kerja dalam rehab/perbaikan sekolah ini, baik ikut bekerja secara langsung maupun tidak langsung (membayar buruh untuk bekerja).
7.
Apakah Komite sekolah pernah memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah
8.
Apakah Komite Sekolah pernah memantau kondisi ketenagaan pendidikan di sekolah
9
Apakah Komite sekolah pernah mengkoordinasikan dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah
10.
Komite Sekolah apa pernah memantau kondisi anggaran pendidikan di sekolah
11.
Apakah Komite sekolah pernah melaksanakan mobilisasi tenaga kependidikan non guru untuk mengisi kekurangan di sekolah
III. Pertanyaan yang berhubungan dengan Peran Komite Sekolah sebagai Badan
Pengontrol.
No.
Pertanyaan
Pernah
Kadang-kadang
Tidak pernah
1.
Apakah Komite Sekolah pernah memberikan saran tentang proses belajar mengajar di kelas misalnya menyarankan agar guru lebih melibatkan sisiwa secara aktif dalam pelajaran di kelas atau menyarankan untuk memperbanyak tugas di rumah ?
2.
Apakah Komite Sekolah ikut mengawasi proses belajar mengajar di kelas ?
3.
Apakah Komite Sekolah pernah memeriksa laporan keuangan yang merupakan pertanggung jawaban penggunaan dana oleh pihak sekolah, baik yang termasuk uang komite (iuran orang tua murid) maupun tidak.
4.
Apakah Komite Sekolah menandatangani SPJ proyek atau kegiatan, sehingga komite sekolah tahu dan dapat mengawasi pelaksanaannya
5.
Apakah Komite sekolah pernah mengontrol proses perencanaan pendidikan dan pengawasan terhadap kualitas program sekolah
6.
Apakah Komite sekolah pernah memantau sumber daya pelaksana program sekolah serta sumber daya pelaksana program sekolah.
7.
Apakah Komite sekolah pernah memantau partisipasi stake holder pendidikan dalam pelaksanaan program sekolah.
8.
Apakah Komite sekolah pernah memantau hasil ujian akhir sisiwa serta angka partisipasi sekolah.
9.
Apakah Komite sekolah memantau angka mengulang siswa dan angka bertahan di sekolah (putus sekolah atau siswa pindah sekolah)
IV. Pertanyaan yang berhubungan dengan Peran Komite Sekolah sebagai Badan Penghubung (Mediator).
No.
Pertanyaan
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
1.
Apakah Komite Sekolah pernah menjadi penghubung antara komite sekolah dengan masyarakat, dengan sekolah dan dengan dewan pendidikan dalam hal perencanaan pendidikan
2.
Apakah Komite sekolah pernah megidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan pendidikan
3.
Apakah komite sekolah pernah membuat usulan kebijakan dan program pendidikan kepada sekolah
4.
Apakah Komite sekolah pernah melaksanakan sosialisasi kebijakan dan program sekolah kepada masyarakat
5.
Apakah Komite sekolah pernah menampung pengaduan dan keluhan terhadap kebijakan dan program sekolah
6.
Apakah Komite sekolah pernah mengkomunikasikan/menyampaikan pengaduan dan keluhan masyarakat terhadap sekolah
7.
Apakah komite sekolah pernah mengkoordinasikan bantuan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pendidikan.
LAMPIRAN 2
JAWABAN KUESIONER TENTANG PERANAN KOMITE SEKOLAH
Jawaban Pertanyaan Kuisioner yang berhubungan dengan peran Komite
Sekolah sebagai Dewan Pertimbangan.
1. Dalam penentuan program sekolah apakah Komite Sekolah diikutsertakan ?
Jawabannya :
Komite Sekolah tetap diikutsertakan, dimana pihak sekolah mengundang
pihak komite dalam merumuskan atau menetapkan program sekolah.
2. Apakah kedudukan Komite Sekolah hanya mengurusi Komite Sekolah saja ?
Jawabannya :
Ya, Komite Sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya hanya dalam hal
kemajuan sekolah khususnya yang berhungan dengan peran dan fungsi
komite.
3. Apakah Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam pengambilan
keputusan mengenai tambahan jam pelajaran bagi siswa?
Jawabannya :
Dalam pengambilan keputusan tentang tambahan jam belajar siswa, komite
sekolah tetap memberikan pertimbangan kepada pihak sekolah atau satuan
pendidikan, dan bahkan ikut serta dalam mencari guru yang dibutuhkan oleh
sekolah yang ada pada lingkungan sekolah, dan kalau tidak ada akan mencari
ke tempat lain.
4. Dalam hal peningkatan kesejahteraan guru, misalnya seperti pemberian
intensif atau bonus kepada guru yang berasal dari anggaran komite sekolah,
apakah Komite Sekolah pernah memberikan pertimbangan ?
Jawabannya :
Dalam setiap kemajuan sekolah dan kesejahteraan guru pada satuan
pendidikan, pihak komite sekolah tetap memberikan pertimbangan kepada
pihak sekolah, dimana kalau memungkinkan atau anggaran komite sekolah
mencukupi tetap diberikan.
5. Apakah Komite Sekolah memberikan pertimbangan untuk ikut menentukan
siapa guru yang dianggap berprestasi ?
Jawabannya:
Dalam hal menentukan siapa guru yang berprestasi pada satuan pendidikan,
pihak komite sekolah tidak terlalu ikut mencampuri karena merupakan
wewenang sekolah, namun kalau pihak sekolah menanyakan hal tersebut,
pihak komite hanya memberikan berupa saran.
6. Pernahkah Komite Sekolah memberikan pertimbangan dalam hal pengadaan
buku, baik bagi siswa maupun untuk sekolah, ataupun dalam pengadaan alat
peraga untuk sekolah ?
Jawabannya:
Komite Sekolah tetap memberikan pertimbangan, misalnya kalau masih ada
buku yang bias dimanfaatkan untuk belajar siswa yang dimiliki sekolah,
pihak komite menyarankan pengadaan buku ditunda dulu karena
memberatkan orang tua siswa. Namun kalau memang buku atau pelajaran
tersebut masih baru dan sekolah belum memilikinya, pihak komite sekolah
menyarankan supaya pihak sekolah membelinya dengan memberikan kepada
siswa dengan pembayaran cicilan yang tidak memberatkan orang tua siswa,
misalnya 6 kali bayar.
7. Apakah Komite Sekolah memberikan pertimbangan apabila pihak sekolah
hendak merekrut guru honorer untuk memperlancar proses belajar mengajar ?
Jawabannya :
Dalam setiap penambahan tenaga guru honorer pada satuan pendidikan pihak
komite sekolah selalu diikutsertakan, dan komite sekolah tetap memberikan
pertimbangannya kepada pihak sekolah apakah guru honorer tersebut sangat
dibutuhkan.
8. Apakah Komite Sekolah pernah ikut menyelenggarakan rapat RAPBS dalam
perencanaan sekolah ?
Jawabannya :
Dalam perencanaan sekolah seperti rapat RAPBS, satuan pendidikan dalam
hal ini kepala sekolah ataupun pembantu kepala sekolah yang
membidanginya tetap mengundang komite sekolah.
9. Dalam pengesahan RAPBS bersama kepala sekolah apakah Komite Sekolah
diikutsertakan ?
Jawabannya :
Seperti yang saya katakana tadi, pihak sekolah tetap mengundang pihak
komite sekolah, minimal ketua komite.
10. Apakah Komite Sekolah pernah memberikan pertimbangan tentang anggaran
yang dapat dimanfaat sekolah ?
Jawabannya :
Dalam hal anggaran yang dapat dimanfaatkan sekolah, komite sekolah tetap
memberikan pertimbangan, artinya pihak komite tetap mengevaluasi
penggunaan anggaran dimaksud apakah telah sesuai dengan program atau ada
penyimpangan yang dilakukan oleh pihak sekolah. Setiap penggunaan
anggaran tetap dipantau oleh komite sekolah.
11. Apakah Komite Sekolah memberikan pertimbangan tentang sarana dan
prasarana yang dapat diperbantukan di sekolah ?
Jawabannya :
Tentang sarana dan prasarana yang diperbantukan di sekolah, pihak komite
sekolah selalu memberikan pertimbangan, misalnya tentang penggunaan
computer yang merupakan bantuan dari pemerintah pada sekolah, begitu juga
dengan sarana alat-alat praktikum yang dibutuhkan.
12. Apakah Komite Sekolah pernah memberikan masukan terhadap proses
pengelolaan pendidikan di sekolah dan memberikan masukan terhadap proses
pembelajaran kepada guru ?
Jawabannya :
Kalau ada keluhan dari siswa maupun orang tua sisiwa tentang proses belajar
mengajar, komite sekolah akan meyampaikan keluhan siswa tadi kepada
pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah.
Jawaban pertanyaan kuisioner yang berhubungan dengan peran Komite
Sekolah sebagai badan pendukung.
1. Apakah Komite Sekolah secara aktif mencari dana sendiri dan tidak
tergantung kepada dana alokasi dari pihak sekolah ?
Jawabannya :
Sampai saat ini dana komite sekolah masih berasal dari orang tua siswa yaitu
berupa iuran komite sekolah yang dikutip setiap bulan.
2. Apakah Komite Sekolah melakukan pendataan sendiri mengenai kondisi
sosial ekonomi dan sumber daya pendidikan masyarakat ?
Jawabannya :
Komite Sekolah tetap melakukan pendataan mengenai kondisi sosial
ekonomi orang tua siswa, dengan mengisi bio data siswa dan pekerjaan serta
jumlah penghasilan orang tua siswa, jadi dari bio data tersebut dapat dilihat
kemampuan ekonomi orang tua siswa.
3. Apakah Komite Sekolah melibatkan secara aktif tokoh masyarakat atau
pemerintah (diluar anggota komite) apabila menghadapi suatu masalah ?
Jawabannya :
Dalam hal pelibatan tokoh masyarakat, komite sekolah tetap melibatkannya,
baik ada masalah maupun tidak ada masalah.
4. Apakah selama kepengurusan saudara dalam Komite Sekolah pernah
diadakan perbaikan fisik/rehabilitasi sekolah, baik yang didanai oleh
pemerintah, sekolah ataupun sumber daya lainnya ?
Jawabannya :
Pernah, seperti pembutan pagar sekolah, pengerasan jalan menuju sekolah
bahkan melaksanakan penanaman pohon sekitar sekolah.
5. Apakah Komite Sekolah ikut mengawasi proses rehabilitasi/perbaikan fisik
tersebut (misalnya meminta surat pertanggung jawabannya ?
Jawabannya :
Kalau ikut mengawasi proses rehabiltasi/perbaikan, pihak komite sekolah
tidak ikut, namun karena pengawas proyek sudah ada dari instansi yang
berwenang, jadi pihak komite sekolah hanya memantau pelaksanaan
rehabilitasi saja, namun kalau ada yang menyimpang dari bestek pihak
komite akan melaporkannya kepada pihak sekolah.
6. Apakah Komite Sekolah ikut menyumbang dalam bentuk tenaga kerja dalam
rehab/perbaikan sekolah, baik ikut bekerja secara langsung maupun tidak
langsung ?
Jawabannya :
Pihak Komite Sekolah tidak ikut, karena itu bukan tugas komite, dan hal
tersebut merupakan wewenang rekanan yang menangani proyek tersebut.
7. Apakah Komite Sekolah pernah memantau kondisi sarana dan prasarana yang
ada di sekolah ?
Jawabannya :
Pernah, komite sekolah tetap memantau kondisi sarana dan prasarana yang
ada di sekolah, seperti kondisi ruang kelas, kamar mandi, ruang praktikum,
serta keadaan meja dan kursi apa ada yang rusak,
8. Apakah Komite Sekolah pernah memantau kondisi ketenagaan pendidikan di
sekolah ?
Jawabannya :
Dalam hal ketenagaan pendidikan komite sekolah terus meantau kondisinya,
apakah ada perlu penambahan yang dibutuhkan oleh sekolah, misalnya ada
guru yang pindah atau pension, dalam hal ini komite sekolah bersama kepala
sekolah tetap berkoordinasi apakah perlu diadakan penambahan. Dan kalau
guru honorer apa komite sekolah masih mampu untuk menggajinya.
9. Apakah Komite Sekolah pernah mengkoordinasikan dukungan terhadap
anggaran pendidikan di sekolah ?
Jawabannya :
Dalam hal anggaran pendidikan komite sekolah tidak pernah
mengkoordinasikannya, kecuali anggaran pendidikan yang bersumber dari
dana komite sekolah, diluar itu komite tidak mencampurinya, karena hal
tersebut adalah wewenang pihak sekolah.
10. Apakah Komite Sekolah pernah memantau kondisi anggaran pendidikan di
sekolah ?
Jawabannya :
Tidak pernah, kecuali anggaran pendidikan yang bersumber dari dana komite
sekolah.
11. Apakah Komite Sekolah pernah melaksanakan mobilisasi tenaga
kependidikan non guru untuk mengisi kekurangan di sekolah ?
Jawabannya :
Pernah, kalau memang sekolah membutuhkannya, komite sekolah bersama
kepala sekolah tetap berkoordinasi tentang hal tersebut, sehingga dalam hal
kekurangan guru di sekolah tidak ada masalah.
Jawaban pertanyaan kuisioner yang berhubungan dengan peran Komite
Sekolah sebagai Badan Pengontrol.
1. Apakah Komite Sekolah pernah memberikan saran tentang proses belajar
mengajar di kelas, misalnya menyarankan agar guru lebih melibatkan siswa
secara aktif dalam pelajaran di kelas atau menyarankan untuk memperbanyak
tugas di rumah ?
Jawabannya :
Pernah, setelah kita melihat hasil belajar yang diperoleh siswa menurun,
komite sekolah menyarankan kepada kepala sekolah untuk menambah jam
pelajaran di luar jam pelajaran seperti mengadakan les tambahan, maupun
menambah tugas siswa di rumah.
2. Apakah Komite Sekolah ikut mengawasi proses belajar mengajar di kelas ?
Jawabannya :
Dalam mengawasi proses belajar mengajar di kelas, komite sekolah tidak
pernah melaksanakan pengawasan karena hal tersebut bukan wewenang
komite, tetapi wewenang pihak sekolah.
3. Apakah Komite Sekolah pernah memeriksa laporan keuangan yang
merupakan pertanggung jawaban penggunaan dana oleh pihak sekolah, baik
yang termasuk uang komite maupun tidak ?
Jawabannya :
Dalam hal pemeriksaan laporan keuangan maupun pertanggung jawaban
penggunaaan dana oleh pihak sekolah, komite sekolah tidak pernah
melaksanakannya, kecuali penggunaan dana komite sekolah.
4. Apakah Komite Sekolah menandatangani SPJ proyek atau kegiatan, sehingga
komite sekolah tahu dan dapat m,engawasi pelaksanaannya ?
Jawabannya :
Seperti yang saya katakan tadi, masalah penggunaan dana kegiatan sekolah
pihak komite sekolah hanya mengawasi penggunaan dana yang berasal dari
uang komite, dan komite sekolah menandatangani SPJ yang berasal dari dana
komite sekolah.
5. Apakah Komite Sekolah pernah mengontrol proses prencanaan pendidikan
dan pengawasan terhadap kualitas program sekolah ?
Jawabannya :
Dalam proses perencanaan pendidikan dan pengawasan terhadap kualitas
program sekolah, pihak komite sekolah terus melaksanakan pengawasan
sehingga perencanaan pendidikan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan
hasil rapat komite dengan pihak sekolah.
6. Apakah Komite Sekolah pernah memantau sumber daya pelaksana program
sekolah?
Jawabannya :
Diminta atau tidak diminta komite sekolah terus memantau sumber daya
pelaksana program sekolah.
7. Apakah Komite Sekolah pernah memantau partisipasi atake holder
pendidikan dalam pelaksanaan program sekolah ?
Jawabannya :
Kadang-kadang kita pantau, karena komite sekolah telah memberikan
kepercayaan kepada pihak sekolah maupun stake holder pendidikan untuk
melaksanakan program sekolah yang telah disepakati dalam rapat komite.
8. Apakah Komite Sekolah pernah memantau hasil ujian akhir siswa serta angka
partisipasi sekolah ?
Jawabannya :
Setiap semester komite sekolah tetap memantau hasil ujian akhir siswa
dengan meminta copi hasil ujian siswa kepada pembantu kepala sekolah yang
membidanginya sehingga pihak komite mengetahui prestasi siswa, bahkan
komite sekolah mendata jumlah siswa yang melanjutkan studi di perguruan
tinggi, dan berapa jumlah siswa yang lulus di perguruan tinggi negeri.
Kemudian komite sekolah juga memantau angka partisipasi sekolah.
9. Apakah Komite Sekolah memantau angka mengulang siswa dan angka
bertahan siswa di sekolah (putus sekolah atau siswa yang pindah sekolah) ?
Jawabannya :
Dalam hal ini Komite Sekolah tidak pernah memantau, namun pihak sekolah
menyampaiakan hal ini kepada pihak komite sehingga kami mengetahui
kondisi keadaan di sekolah.
Jawaban pertanyaan kuisioner yang berhubungan dengan peran Komite
Sekolah sebagai Badan Penghubung.
1. Apakah Komite Sekolah pernah menjadi penghubung antara komite sekolah
dengan masyarakat, dengan sekolah dan dengan dewan pendidikan dalam hal
perencanaan pendidikan ?
Jawabannya :
Komite Sekolah tetap menjalankan perannya sebagai mediator, dimana
semua hasil rapat komite maupun keluhandari orang tua siswa disampaikan
kepada kepala sekolah. Dan hasil keputusan yang dihasilkan oleh pihak
sekolah, selanjutnya disampaikan kepada orang tua siswa melalui surat yang
disampaikan kepada siswa. Sedangkan keputusan yang dihasilkan komite dan
pihak sekolah juga disampaikan kepada dinas pendidikan, maupun
pemerintah kota Binjai.
2. Apakah Komite Sekolah pernah mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk
perencanaan pendidikan ?
Jawabannya :
Setiap aspirasi masyarakat yang muncul baik melalui saran maupun secara
langsung disampaikan dalam rapat, tetap kita tamping dan dibawa ke dalam
rapat pengurus. Jadi setiap keluhan masyarakat maupun orang tua siswa tetap
kita sampaikan kepada pihak sekolah, sehingga kepala sekolah juga
mengetahui apa yang diinginkan orang tua siswa ataupun masyarakat untuk
kemajuan sekolah.
3. Apakah Komite Sekolah pernah membuat usulan kebijakan dan program
pendidikan kepada sekolah ?
Jawabannya :
Pernah, misalnya program mana yang lebih diutamakan seperti penambahan
WC siswa ataupun pembuatan pagar sekolah, bahkan usulan pengadaan buku
bagi siswa supaya jangan memberat orang tua siswa dengan mencicicl
sampai 6 kali bahkan sampai 12 kali bayar.
4. Apakah Komite Sekolah pernah melaksanakan sosialisasi kebijakan dan
program sekolah kepada masyarakat ?
Jawabannya :
Setiap kebijakan yang diambil sekolah adalah merupakan program dari
komite sekolah, dan kebijakan tersebut kita sampaikan kepada orang tua
siswa baik melalui surat maupun mengundang orang tua siswa ke sekolah,
sehingga setiap kebijakan yang diambil diketahui oleh masyarakat.
5. Apakah Komite Sekolah pernah menampung pengaduan dan kelulusan
terhadap kebijakan dan program sekolah ?
Jawabannya :
Setiap keluhan dari orang tua siswa terhadap kebijakan program sekolah,
pihak komite tetap menampung keluhan tersebut dan selanjutnya
dimusyawarahkan oleh pengurus komite dan selanjutnya akan disampaikan
kepada pihak sekolah.
6. Apakah Komite Sekolah pernah mengkomunikasikan/menyampaikan
pengaduan dan keluhan masyarakat terhadap sekolah ?
Jawabannya :
Setiap ada keluhan ataupun pengaduan masyarakat dan orang tua siswa
terhadap sekolah, komite sekolah akan menyampaikannya kepada pihak
sekolah dalam hal ini kepala sekolah sehingga pihak sekolah mengetahui apa
yang diinginkan oleh masyarakat terhadap kemajuan pendidikan serta
kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.
7. Apakah Komite Sekolah pernah mengkoordinasikan bantuan masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya pendidikan ?
Jawabannya :
Dalam pengelolaan sumber daya pendidikan pada satuan pendidikan, komite
sekolah selalu mengkoordinasikan bantuan masyarakat baik orang tua siswa
maupun masyarakat sekitar yang peduli dengan pendidikan.