PERAN YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG (YBWSA) …

12
235 PERAN YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG (YBWSA) DALAM PENGELOLAAN ASET WAKAF DI SEMARANG TAHUN 1935-1980 THE ROLE OF YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG (YBWSA) IN WAQF ASSETS MANAGEMENT IN SEMARANG IN 1950-1980 Mulyati Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga Jalan Tentara Pelajar No. 2, Mangunsari, Sidomukti, Kota Salatiga Nomor telepon: (0298) 3432784 Pos-el: [email protected] ABSTRACT This research aims to examine the origins and developments of charitable business for one of the biggest waqf agencies in Indonesia, namely Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA). Waqf in Indonesia is not something new. Research on waqf in Indonesia generally issues on regulation and accounting aspects, the historical aspect is rarely issued. In relation to socio-economic problems, the most visible impact of the establishment of YBWSA is to help the government and contribute to improve the people’s welfare and their living standard. The result of this research shows that YBWSA is one of the biggest waqf foundations in Indonesia which arose due to the concerns of Islamic leaders in Semarang regarding the education system implemented during the Dutch East Indies government. The waqf received by YBWSA is used for development of educational purposes and it has now expanded to health services. Keywords: waqf, worship, land, foundation, Semarang. ABSTRAK Penelitan ini bertujuan untuk mengkaji asal-usul serta perkembangan amal usaha salah satu badan wakaf terbesar yang ada di Indonesia, yaitu Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA). Perwakafan di Indonesia bukan sesuatu yang baru. Penelitian mengenai wakaf di Indonesia pada umumnya hanya menitikberatkan pada aspek regulasi dan akuntansi, aspek kesejarahannya jarang dikaji. Dalam kaitannya dengan masalah sosial-ekonomi, dampak yang paling terlihat dari pendirian YBWSA adalah membantu pemerintah dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif dan penelitian lapangan yang didukung dengan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa YBWSA merupakan salah satu yayasan wakaf terbesar di Indonesia yang lahir akibat keprihatinan para tokoh Islam di Semarang mengenai sistem pendidikan yang dilaksanakan pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Wakaf yang diterima oleh YBWSA digunakan untuk kepentingan pembangunan pendidikan dan saat ini telah berkembang hingga pada pelayanan kesehatan. Kata kunci: wakaf, ibadah, tanah, yayasan, Semarang. PENDAHULUAN Wakaf merupakan salah satu ajaran Islam yang menitikberatkan nilai-nilai sosial dan pemerataan kesejahteraan (Amania, 2018:5). Dalam literatur Islam, wakaf merupakan ajaran yang bukan hanya berdimensi ibadah, melainkan juga berdimensi sosial karena berdampak luas terhadap penguatan ketahanan ekonomi (Fauzia, dkk, 2016:iii). Dari sinilah dapat dilihat bahwa wakaf memiliki dua aspek yang sama-sama penting bagi masyarakat, yaitu dimensi spiritual dan sosial. Salah satu lembaga atau yayasan yang berkhidmat dalam produktivitas aset wakaf di Indonesia dalam bidang pendidikan dan kesehatan adalah YBWSA yang berada di Jalan Kaligawe, Sambirejo, Semarang. Yayasan yang berdiri sejak tahun 1950 dengan nama awal

Transcript of PERAN YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG (YBWSA) …

235

WALASUJI Volume 11, No. 2, Desember 2020:

PERAN YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG (YBWSA) DALAM PENGELOLAAN ASET WAKAF DI SEMARANG TAHUN 1935-1980

THE ROLE OF YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG (YBWSA) IN WAQF ASSETS MANAGEMENT IN SEMARANG IN 1950-1980

MulyatiFakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga

Jalan Tentara Pelajar No. 2, Mangunsari, Sidomukti, Kota SalatigaNomor telepon: (0298) 3432784

Pos-el: [email protected]

ABSTRACTThis research aims to examine the origins and developments of charitable business for one of the biggest waqf agencies in Indonesia, namely Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA). Waqf in Indonesia is not something new. Research on waqf in Indonesia generally issues on regulation and accounting aspects, the historical aspect is rarely issued. In relation to socio-economic problems, the most visible impact of the establishment of YBWSA is to help the government and contribute to improve the people’s welfare and their living standard. The result of this research shows that YBWSA is one of the biggest waqf foundations in Indonesia which arose due to the concerns of Islamic leaders in Semarang regarding the education system implemented during the Dutch East Indies government. The waqf received by YBWSA is used for development of educational purposes and it has now expanded to health services.

Keywords: waqf, worship, land, foundation, Semarang.

ABSTRAKPenelitan ini bertujuan untuk mengkaji asal-usul serta perkembangan amal usaha salah satu badan wakaf terbesar yang ada di Indonesia, yaitu Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA). Perwakafan di Indonesia bukan sesuatu yang baru. Penelitian mengenai wakaf di Indonesia pada umumnya hanya menitikberatkan pada aspek regulasi dan akuntansi, aspek kesejarahannya jarang dikaji. Dalam kaitannya dengan masalah sosial-ekonomi, dampak yang paling terlihat dari pendirian YBWSA adalah membantu pemerintah dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif dan penelitian lapangan yang didukung dengan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa YBWSA merupakan salah satu yayasan wakaf terbesar di Indonesia yang lahir akibat keprihatinan para tokoh Islam di Semarang mengenai sistem pendidikan yang dilaksanakan pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Wakaf yang diterima oleh YBWSA digunakan untuk kepentingan pembangunan pendidikan dan saat ini telah berkembang hingga pada pelayanan kesehatan.

Kata kunci: wakaf, ibadah, tanah, yayasan, Semarang.

PENDAHULUAN

Wakaf merupakan salah satu ajaran Islam yang menitikberatkan nilai-nilai sosial dan pemerataan kesejahteraan (Amania, 2018:5). Dalam literatur Islam, wakaf merupakan ajaran yang bukan hanya berdimensi ibadah, melainkan juga berdimensi sosial karena berdampak luas terhadap penguatan ketahanan ekonomi (Fauzia, dkk, 2016:iii). Dari sinilah

dapat dilihat bahwa wakaf memiliki dua aspek yang sama-sama penting bagi masyarakat, yaitu dimensi spiritual dan sosial.

Salah satu lembaga atau yayasan yang berkhidmat dalam produktivitas aset wakaf di Indonesia dalam bidang pendidikan dan kesehatan adalah YBWSA yang berada di Jalan Kaligawe, Sambirejo, Semarang. Yayasan yang berdiri sejak tahun 1950 dengan nama awal

236

WALASUJI Volume 11, No. 2, Desember 2020:

Fenomena Wakaf di Indonesia: Tantangan Menuju Wakaf Produktif yang diterbitkan oleh Badan Wakaf Indonesia menyebutkan bahwa perkembangan studi wakaf di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan praktik filantropi itu sendiri, yang dimulai dari praktik zakat yang mulai mengemuka sejak akhir masa Orde Baru, khususnya pada masa Reformasi. Praktik wakaf mulai dilirik ketika banyak kalangan (termasuk akademisi) melihat bahwa wakaf memiliki potensi ekonomi yang jauh lebih besar dari zakat.

Pustaka lain yang mendukung penelitian ini adalah tulisan dari Supadie (2015:77-78) berjudul Wakaf Mensejahterakan Umat yang diterbitkan oleh UNISSULA Press. Dia mengemukakan bahwa YBWSA sebagai salah satu yayasan wakaf terbesar di Indonesia muncul akibat keprihatinan para tokoh-tokoh Islam di Semarang mengenai sistem pendidikan yang dilaksanakan saat itu.

Selanjutnya, artikel ilmiah yang ditulis oleh Mu’allim (2017:293-294) berjudul Ijtihad Ekonomi dalam Pengelolaan Aset Wakaf yang dimuat dalam Jurnal Al-‘Adalah (Vol. 22, No. 4, November 2018). Mu’allim menjelaskan bahwa YBWSA menjadi salah satu lembaga wakaf berbasis pendidikan yang menjadi contoh riil keberhasilan pengelolaan harta wakaf. Selain itu, lembaga wakaf lain di Indonesia yang dapat dijadikan contoh adalah Yayasan Badan Wakaf Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, Yayasan Wakaf Paramadina, dan Badan Wakaf Universitas Muslimin Indonesia.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis yang terdiri atas empat tahap, yaitu heuristik, kritik internal maupun eksternal, interpretasi, serta historiografi (Kuntowijoyo, 1995:89). Pada tahap heuristik atau pengumpulan data berupa studi kepustakaan dilakukan di YBWSA Semarang, Perpustakaan Pusat UNISSULA, Perpustakaan Pusat Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo

Yayasan Badan Wakaf (YBW) tersebut berawal dari tokoh-tokoh Islam yang prihatin mengenai pendidikan bagi rakyat pribumi. Dengan bermodal aset wakaf dan infak dari masyarakat, berdirilah sekolah Islam pertama yang ada di Semarang, yaitu Sekolah Rakyat Islam (SRI) Al-Falah (Supadie, 2015:77).

Melalui amanah wakaf, YBWSA terus berupaya untuk mengembangkan amal usahanya di bidang pendidikan hingga layanan kesehatan untuk masyarakat. Hingga tahun 1980, amal usaha YBWSA mencakup berbagai macam pengembangan yaitu, sekolah dasar maupun sekolah menengah yang merupakan pengembangan sejak tahun 1935-an, Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) yang diresmikan tahun 1962, serta Rumah Sakit Islam Sultan Agung (RSISA) yang mulai beroperasi pada 1970 (Wahyuningsih, 2016:86). Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa pemanfaatan aset wakaf dapat terus dipertahankan dan dikembangkan oleh YBWSA. Dengan kata lain, YBWSA dapat mengelola amanah wakaf secara produktif.

Perwakafan di Indonesia memang bukanlah sesuatu yang baru. Namun, umumnya penelitian mengenai wakaf di Indonesia hanya menitikberatkan pada aspek regulasi maupun akuntansi, tetapi aspek kesejarahannya jarang dikaji. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan kajian mengenai proses perkembangan YBWSA sebagai salah satu lembaga wakaf terbesar di Indonesia mengingat kajian tersebut masih minim.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merumuskan beberapa permasalahan, yaitu asal-usul pendirian YBWSA, kebijakan dan manajemen yang digunakan oleh YBWSA dalam pengelolaan wakaf, perkembangan amal usaha YBWSA dalam bidang pendidikan maupun perkembangan aset wakafnya, serta peristiwa penting dalam sejarah perkembangan YBWSA.

Terkait pustaka, Fauzia dan para peneliti lainnya (2016:66) dalam buku berjudul

235 —246

237

WALASUJI Volume 11, No. 2, Desember 2020:

Semarang, dan Perpustakaan Daerah Kota Salatiga. Sumber-sumber yang dikumpulkan merupakan bahan-bahan dalam penyusunan historiografi. Sumber-sumber tersebut berupa arsip, artikel, buku-buku, dan skripsi yang berkaitan. Data-data yang didapatkan tersebut kemudian dianalisis untuk menghasilkan sebuah kesimpulan yang tepat.

Tahap selanjutnya adalah kritik internal dan eksternal untuk memeriksa keaslian dan reliabilitas sumber yang didapatkan. Setelah melakukan kritik internal dan eksternal, tahap selanjutnya adalah interpretasi. Interpretasi dilakukan berdasarkan fakta dan juga data yang diperoleh agar tidak sekedar menjadi imajinasi semata. Untuk itulah peneliti mencantumkan sumber data yang digunakan. Pada tahap ini, sumber-sumber primer yang telah didapatkan dibandingkan dengan sumber-sumber lain, baik tersier maupun sekunder. Hal ini dilakukan agar tidak ada kesalahan pemaknaan. Tahap terakhir adalah historiografi, yaitu penulisan sejarah. Penulisan sejarah disusun secara kronologis. Historiografi juga merupakan tahap akhir dalam penelitian sejarah yang bertujuan untuk menciptakan keutuhan rangkaian peristiwa sejarah yang sesungguhnya.

Penelitian ini menggunakan teknik analisa kualitatif, yaitu analisa yang didasarkan pada hubungan sebab-akibat dari fenomena historis pada cakupan waktu dan tempat. Melalui analisa tersebut dihasilkan tulisan deskriptif-analisis (Arikunto, 1995:46). Sejarah analisis merupakan sejarah yang berpusat pada pokok-pokok permasalahan rangkaian peristiwa di masa lalu. Berbagai permasalahan tersebut lantas diuraikan secara sistematis. Dengan titik berat pada permasalahan inilah, sejarah analisis membutuhkan bantuan ilmu-ilmu sosial lainnya (Kuntowijoyo, 2003:231).

Teknik lain yang dipakai dalam penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan). Penelitian lapangan dilakukan secara sistematis dengan mengangkat data-data yang ada di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati dan berpartisipasi secara langsung

dalam penelitian skala kecil yang dikerjakan. Secara sederhana, penelitian skala kecil ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang akurat dan pasti.

Khusus untuk data mengenai kebijakan dan manajemen pengelolaan wakaf di YBWSA, peneliti memberikan fokus penjelasan melalui wawancara dikarenakan data-data dan sumber arsip yang berada di Kantor YBWSA bersifat terbatas, yaitu hanya dapat diakses oleh anggotanya. Beberapa informan dalam penelitian ini adalah Ali Mufiz selaku ketua pembina YBWSA, Nuridin selaku ketua bidang wakaf dan dakwah YBWSA, dan Didik Supadie selaku sekretaris YBWSA.

Mengacu kepada teknik analisis data kualitatif milik Miles dan Huberman (1992:44), teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini mencakup tiga langkah, yaitu tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pengabstraksian, dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Data yang diperoleh dari proses wawancara kemudian diseleksi dan diorganisir melalui tulisan ringkas. Selanjutnya, dalam penyajian data peneliti mengumpulkan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan, serta melakukan penarikan kesimpulan.

PEMBAHASAN

Asal-Usul Pendirian YBWSA

Memasuki abad ke-20, masyarakat Islam di Nusantara menyadari bahwa mereka tidak akan dapat berkompetisi dengan kekuatan kolonial Hindia-Belanda apabila meneruskan berbagai kegiatan di bidang tradisional (Suminto, 1985: 49). Mereka menyadari perlunya metode-metode baru dalam memperjuangkan agama Islam (Noer, 1998: 316-317). Kesadaran umat Islam itu lantas diwujudkan dengan mendirikan organisasi-organisasi perjuangan Islam dan lembaga-lembaga pendidikan yang

Peran Yayasan Badan Wakaf ... Mulyati

238

WALASUJI Volume 11, No. 2, Desember 2020:

memberikan materi mengenai ilmu agama dan keterampilan (Nasution, 2008: 15-20).

Noer (1998:317) menengarai bahwa kebangkitan umat Islam tersebut timbul atas dasar bahwa masyarakat dan kebudayaan Islam harus dikembangkan dan dibangun sebagai operasionalisasi terhadap prinsip dasar Islam. Selain itu, menurut Kartodirdjo (1983:56) komitmen tersebut juga didorong oleh munculnya kesadaran bahwa umat Islam telah jauh tertinggal dalam bidang pendidikan.

Sistem pendidikan yang dilaksanakan umat Islam pada waktu itu dirasa tidak seimbang, karena hanya menekankan pendalaman mengenai ibadah tanpa diimbangi oleh ilmu praktis yang diperlukan dalam kegiatan bermasyarakat (Suminto, 1985: 49-51). Sementara itu, sistem pendidikan dan kurikulum yang diciptakan oleh Belanda demikian modern karena memperkenalkan mata pelajaran umum (Nasution, 2008: 5-7).

Pada 1932, pemerintah Hindia-Belanda mengeluarkan Ordonansi1 Sekolah Liar yang mengatur guru dan sekolah-sekolah2 bagi penduduk pribumi (Wahyono, 2013:178). Ordonansi tersebut mengatur keberadaan sekolah liar dengan melarang pemakaian nama persamaan sekolah Belanda dan mewajibkan setiap guru untuk meminta izin ketika mengajar di sekolah swasta. Kebijakan tersebut sebenarnya bertujuan agar anak-anak pribumi menjadi murid sekolah-sekolah yang didirikan oleh Belanda. Menurut Suminto (1985:1-2) dalam penelitiannya terhadap kebijakan politik pemerintah Hindia-Belanda, tindakan tersebut

1 Istilah “ordonansi” dalam hukum tata negara pemerintah Hindia-Belanda merupakan sebuah peraturan atau undang-undang yang dibuat oleh gubernur jenderal bersama dengan volksraad. Pada masa pemerintah Hindia-Belanda, ordonansi lebih berfungsi sebagai alat kekuasaan pemerintah untuk mengatasi kondisi yang membahayakan pemerintahan. Dengan kata lain, ordonansi berfungsi sebagai alat untuk menekan gejolak dari masyarakat yang melawan pemerintahan (Paulus, 1979:127).

2 Menurut Suminto (1985:59), sekolah tersebut dinamakan dengan sekolah liar karena diselenggarakan oleh kaum pribumi, yang gurunya tidak mau bekerja di sekolah milik pemerintah Hindia-Belanda.

dilakukan sebagai bentuk pengawasan untuk mempertahankan kekuasaannya di Nusantara.

Melihat kondisi seperti itu, beberapa tokoh Islam di Semarang merasa terpanggil mendirikan sekolah yang berlandaskan hukum Islam, yaitu R. Soerjadi, Kyai Toyib Thohari, Ustaz Abubakar Assegaf, Ustaz Tahir Nuri, dan H. Chamiem (Ul-Haq, 2018:34). Mereka lantas mendirikan SRI Al-Falah3 yang berada di Jalan Kauman, Kampung Mustaram, Kota Semarang pada pertengahan tahun 1935-an. Gedung sekolah tersebut meminjam rumah milik H. Chaeron, sedangkan meja dan kursinya berasal dari pinjaman organisasi Muhammadiyah (Gustina dan Ihsan, 2018:24-25). Ciri khusus pada SRI Al-Falah adalah hari liburnya ditetapkan pada hari Jumat, bukan hari Minggu (Supadie, 2015:76).

Untuk mengembangkan SRI Al-Falah, tokoh-tokoh itu kemudian membentuk sebuah organisasi bernama Badan Wakaf pada 1940-an dengan pengurus pertama, yaitu Kyai Toyib Thohari (pegawai jawatan agama/ketua), R. Soerjadi (sekretaris kantor residen/sekretaris), H. Chamiem (pedagang/bendahara), Ustaz Abubakar Assegaf (ulama/komisaris), Ustaz Abdurrahman Assegaf (GPII/komisaris), Ali Al-Edrus (pegawai kantor kesehatan/komisaris), dan Wartomo (PII/komisaris) (Supadie, 2015:77). Pembentukan Badan Wakaf yang berada di Semarang ini juga tidak dapat dilepaskan dari dorongan Ustaz Abdullah Hinduan, alumni Darul Ulum Mesir yang berhasil mendirikan Badan Wakaf di Pekalongan (Ul-Haq, 2018: 35).

Sejak awal pembentukannya, Badan Wakaf telah memperoleh kepercayaan dari masyarakat Islam di Semarang. Hal ini terbukti dalam salah satu rapatnya yang diselenggarakan tanggal 25 Juli 1950 yayasan ini menerima wakaf rumah dari H. Chamiem seharga f 10.000, wakaf rumah dari Kyai Abdullah seharga f 5000,

3 Berdasarkan hasil wawancara dengan Supadie, sekolah ini di kemudian hari berganti nama menjadi Sekolah Rakyat Islam Badan Wakaf (SRI-BW), meskipun tidak diketahui dengan pasti tahun perubahannya (Wawancara: Semarang, 12 Oktober 2019).

235 —246

239

WALASUJI Volume 11, No. 2, Desember 2020:

dan wakaf uang dari para dermawan sebesar f 173,93 (Wahyuningsih, 2016: 84-85).

Peneliti I : R. Soerjadi.Peneliti II : Ali Al-Edrus.Bendahara : H. Chamiem.Komisaris : Moh. Tojib Tohari, Zaenal Chamiem, Abdul Kadir Al Edrus, dan Wartomo.

Kebijakan dan Manajemen Pengelolaan Wakaf di YBWSA

a. Kebijakan Pengelolaan Wakaf di YBWSA

Secara umum, wakaf dan sedekah merupakan modal awal dari YBWSA untuk berkhidmat dalam dakwah pendidikan dan pelayanan kesehatan. Melalui amanah wakaf itulah, YBWSA terus berupaya untuk mengembangkan amal usahanya. Menurut Mu’allim (2017:302), YBWSA menetapkan beberapa kebijakan pokok dalam mengelola dan mengembangkan wakaf, antara lain.

1) Kebijakan dalam bidang keuangan

Dengan diberlakukannya sentralisasi keuangan, pelaksana kegiatan YBWSA menyusun rancangan anggaran yang selanjutnya disahkan sebagai pedoman dalam penganggaran program dan kegiatan. Metode yang digunakan setiap penyusunan rancangan anggaran pelaksanaan kegiatan berbeda-beda, yaitu UNISSULA menggunakan road map, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) menggunakan Anggaran Pembelanjaan Belanja Syariah (APBS), RSISA menggunakan balance score card (Mu’allim, 2017:302).

Secara struktural, YBWSA menyajikan informasi dalam dua laporan yang saling berkaitan, yaitu laporan aktivitas dan laporan perubahaan aset bersih. Hal ini dilakukan untuk meringkas jumlah laporan pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan perubahan aset bersih. Pada akhir tahun, yayasan menyusun kedua laporan tersebut yang diaudit oleh akuntan publik sebagai bentuk pertanggungjawaban (Wijaya dan Adityawarman, 2015: 9).

Gambar 1. Logo YBWSA.Sumber: https://ybw-sa.org.

Melihat perkembangan rintisan pendidi-kannya yang begitu signifikan, para pengurus Badan Wakaf sepakat untuk melebur SRI Al-Falah dengan Sekolah Menengah Islam (SMI) menjadi Sekolah Dasar Badan Wakaf (SD-BW) dan Sekolah Menengah Pertama Badan Wakaf (SMP-BW) pada pertengahan bulan Juli 1950 (Ul-Haq, 2018:35). Peristiwa inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya YBWSA, karena para pendiri sekolah tersebut kemudian menyempurnakan Badan Wakaf menjadi badan hukum pada hari Senin tanggal 16 Syawal 1369 H atau 31 Juli 1950 (Supadie, 2015:78-79). Badan Wakaf secara resmi mendapatkan payung hukum dengan Akta Notaris Tan A. Sioe No. 86 tanggal 31 Juli 1950, sedangkan nama yang dipakai adalah Yayasan Badan Wakaf (YBW) (Wijaya dan Adityawarman, 2015:6).

Gambar 2. Para pengurus awal YBW.Sumber: https://ybw-sa.org.

Pengurus pertama dari yayasan tersebut antara lain:

Pelindung : Residen Milono.Ketua : dr. Abdul Gaffar.Wakil ketua : Ustaz Abu Bakar Assegaf.

Peran Yayasan Badan Wakaf ... Mulyati

240

WALASUJI Volume 11, No. 2, Desember 2020:

2) Kebijakan dalam bidang SDI (sumber daya insani)

Berdasarkan visi YBWSA membangun generasi yang menguasai iman dan takwa serta ilmu pengetahuan yang mampu menjadi solusi dan rahmat bagi alam sekitarnya, disusunlah sebuah buku berjudul Risalah Membangun Generasi Khaira-Ummah. Penyusunan buku ini merupakan hasil kesepakatan antara YBWSA dengan pimpinan UNISSULA, pimpinan Dikdasmen, dan pimpinan RSISA (Mu’allim, 2017: 303).

Sebagaimana penjelasan dari Supadie, buku tersebut merupakan buku induk atau pegangan SDI yang menjadi kekuatan inti seluruh gerak langkah kegiatan dan usaha yayasan, yang tersebar di seluruh badan pelaksana dan unit kerja di bawah naungan YBWSA. Dia menambahkan bahwa SDI sendiri terdiri atas karyawan tetap dan tidak tetap (Wawancara: Semarang, 12 Oktober 2019). Pengadaan SDI sendiri berdasarkan kebutuhan dan formasi pegawai di masing-masing pelaksana kegiatan YBWSA dengan sistem pengangkatan oleh yayasan dan penggajiannya berdasarkan sistem gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS).

3) Kebijakan pengembangan fisik

Semua pembangunan fisik di lingkungan YBWSA dilaksanakan oleh bidang pembangunan setelah dinyatakan layak menurut konsultan independen, sedangkan ketersediaan sumber dana menjadi kewajiban yang harus ada dalam pelaksanaan pembangunan. Dari seluruh pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh YBWSA, pembiayaan tidak hanya berasal dari dana internal yayasan, tetapi berasal dari dana hasil kerja sama dengan pihak luar, terutama Lembaga Keuangan Syariah (Mu’allim, 2017:302-303).

4) Kebijakan pengembangan wakaf

Strategi kebijakan yang ditempuh YBWSA dalam pengelolaan wakaf adalah mempertahankan manfaat harta wakaf,

mengembangkan manfaat harta wakaf, transparansi dalam pengelolaan harta wakaf, tanggung jawab dalam pengelolaan wakaf, dan perluasan jaringan wakaf (Mu’allim, 2017:303).

b. Manajemen Pengelolaan Wakaf di YBWSA

Dalam sistem perwakafan, pengelola wakaf atau nazir4 membutuhkan manajemen dalam menjalankan tugasnya. Manajemen ini berfungsi untuk mengatur kegiatan pengelolaan wakaf, menghimpun wakaf uang, serta menjaga hubungan baik antara nazir, wakif, dan masyarakat (Amania, 2018:6). Nuridin menambahkan bahwa manajemen juga diperlukan sebagai upaya agar kegiatan pengelolaan wakaf dapat berjalan dengan efektif dan efisien (Wawancara: Semarang, 12 Oktober 2019).

Nazir memang diposisikan sebagai unsur yang penting dalam sistem perwakafan, tetapi literatur fikih pada umumnya tidak memasukkannya dalam rukun wakaf. Rofiq (2013: 299) menguraikan bahwa nazir bertugas untuk mengadministrasi, menjaga, melindungi, mengelola, mengembangkan, dan melaporkan pengelolaan harta benda wakaf. Tanpa keberadaannya, harta benda wakaf tidak dapat dikelola secara baik dan mendatangkan manfaat. Penempatan tersebut dimaksudkan agar nazir melakukan usaha yang berpotensi secara baik bagi tujuan perwakafan (Ul-Haq, 2018: 25-26).

Menurut Ul-Haq (2018:41), program wakaf di YBWSA adalah wakaf yang dikelola secara produktif untuk diinvestasikan pada pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan, yang hasil keuntungannya 90% disalurkan untuk kegiatan sosial dan 10% untuk nazir sesuai dengan ketentuan Badan Wakaf Indonesia (BWI). Langkah-langkah yang dilakukan oleh nazir YBWSA dalam mengelola wakaf, sebagai berikut:

4 Menurut UU. No. 41 Tahun 2004 Pasal 9, nazir adalah pihak yang melaksanakan pengurusan, pengelolaan, pengaturan, pemeliharaan, dan penginvestasian wakaf, baik perorangan, organisasi, ataupun badan hukum (Nurhidayani, dkk, 2017:169).

235 —246

241

WALASUJI Volume 11, No. 2, Desember 2020:

Pertama; planning (perencanaan), yaitu aspek administrasi yang bersifat khusus dan keberhasilannya sangat bergantung pada standar dan informasi yang akurat (Amania, 2018:6). Nuridin menjelaskan bahwa perencanaan meliputi sosialisasi, investasi, dan distribusi yang matang agar arah dan target yang akan dicapai jelas dan tepat sasaran dan waktunya. Hal ini disebabkan karena perencanaan juga bertujuan agar organisasi wakaf dapat menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai tujuannya (Wawancara: Semarang, 12 Oktober 2019).

Tahap perencanaan yang dilakukan oleh YBWSA dalam hal wakaf uang meliputi perencanaan sosialisasi, investasi, dan distribusi, sedangkan dalam menghimpun dana wakaf meliputi penentuan rencana strategi program wakaf uang yang bersifat sederhana, terukur, tercapai, realistis, dan terikat waktu; penentuan konsep wakaf uang dan rencana investasi untuk pengembangan RSISA; serta penentuan rencana sasaran penghimpunan yang akan dilakukan kepada masyarakat.

Perencanaan yang dilakukan oleh YBWSA tersebut memiliki target jangka panjang agar yayasan selalu terdorong untuk memenuhi target yang ditentukan tepat pada waktunya. Salah satu contoh perencanaan jangka panjang ini diterapkan dalam hal sosialisasi. Secara umum, masyarakat banyak yang belum memahami mengenai wakaf uang, sehingga mereka harus diberikan edukasi melalui sosialisasi secara berkala. Melalui sosialisasi tersebut, konsep wakaf uang akan cepat dipahami oleh masyarakat.

Kedua; organizing (pengorganisasian), yaitu persiapan kerangka kerja manajemen. Pengorganisasian bertujuan untuk mengatur SDI nazir wakaf agar mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan segala potensi yang ada secara efektif dan efisien (Amania, 2018:7). Menurut Mufiz, pengorganisasian juga berfungsi untuk merumuskan dan menetapkan tugas para nazir, serta menetapkan prosedur yang diperlukan (Wawancara: Semarang, 12 Oktober 2019).

Ketiga; leadership (kepemimpinan), yaitu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi (Amania, 2018:7). Mufiz berpendapat bahwa kepemimpinan bertujuan agar program wakaf yang telah disusun dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta memotivasi seluruh anggota agar semuanya dapat menjalankan tanggung jawab dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi (Wawancara: Semarang, 12 Oktober 2019).

Keempat; controlling (pengawasan), yaitu proses untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas telah sesuai dengan yang direncanakan. Fungsi pengawasan yang dilakukan nazir adalah mengevaluasi pencapaian tujuan dan target kegiatan sesuai dengan standar atau prinsip investasi dalam perspektif syariah.

Berdasarkan uraian di atas, fungsi-fungsi manajemen wakaf diperlukan agar keseluruhan sumber daya pengelola wakaf dapat digunakan secara efektif dan efisien, sehingga tujuan pengelolaan wakaf dapat tercapai.

Perkembangan Amal Usaha

A. Bidang Pendidikan

Dua tahun setelah memiliki status sebagai badan hukum (tahun 1952), YBW memperoleh wakaf tanah di Jalan Pemuda, Gang Suromenggalan No. 62, Kelurahan Bangunharjo, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang dari Syarifah Maryam binti Ahmad Al-Juffrie, Ali bin Muhammad Al-Juffrie, dan Syarifah Fatimah binti Ahmad Al-Juffrie (Gustina dan Ihsan, 2018:25). Selain itu, YBW juga menerima bantuan uang sebesar Rp 50.000,- dari Dana Bantuan Islam Jakarta melalui H. Ghaffar Ismail selaku sekretaris jenderal (Supadie, 2015:79).

Para pengurus mendirikan sekolah yang dinamakan dengan Sekolah Badan Wakaf I di atas tanah tersebut (Ul-Haq, 2018:35). Namun ketika pembangunan sedang berjalan, YBW ditinggalkan oleh Abdul Gaffar (ketua YBW) yang harus pindah tugas ke Jakarta. Kedudukannya

Peran Yayasan Badan Wakaf ... Mulyati

242

WALASUJI Volume 11, No. 2, Desember 2020:

kemudian digantikan oleh Kyai Mas Mansur yang memangku jabatan ketua hanya beberapa bulan karena dia juga harus pindah ke Yogyakarta. Hal ini mengakibatkan pembangunan sekolah sempat terbengkalai (Supadie, 2015: 80).

Untuk mengatasi hal tersebut, Ustaz Abu Bakar Assegaf selaku wakil ketua YBW melakukan pendekatan kepada H.M. Sulchan (pengusaha yang tinggal di Gang Suro meng-galan) dan jamaah pengajiannya agar ikut membantu menyelesaikan pembangunan. Per-mintaan itu mendapatkan respon positif dari H.M. Sulchan dan para jamaahnya sehingga pembangunan Sekolah Badan Wakaf I dapat terselesaikan tahun 1954 (Wahyuningsih, 2016: 85).

No. 62 tidak mampu menampung murid karena animonya semakin meningkat. Sebagai solusi, para pengurus membuka kelas dengan meminjam rumah Syarifah Fatimah di Jalan Layur, Kampung Lengkok Sop yang di kemudian hari diresmikan menjadi SRI-BW II. Sekolah ini akhirnya juga tetap tidak mampu menampung animo peserta didik yang bertambah banyak, sehingga SRI-BW II dipindahkan ke Jalan Petek, Kampung Baru dengan meminjam bekas rumah milik Ustaz Thohir Al-Chirid (Wahyuningsih, 2016: 92).

Selanjutnya, YBW membangun SMP Badan Wakaf I (tahun 1964), SMP Badan Wakaf IV (tahun 1964), dan SMA Islam Sultan Agung (tahun 1966) (Supadie, 2015: 81). Supadie menengarai bahwa tujuan dari YBW mendirikan sekolah-sekolah tersebut adalah agar kelak para lulusannya dapat menjadi tenaga pengajar di sekolah-sekolah Islam yang saat itu masih kekurangan tenaga pengajar (Wawancara: Semarang, 12 Oktober 2019).

Sejalan dengan kian majunya Sekolah Badan Wakaf, simpati masyarakat juga terus mengalir kepada YBW. Hal ini terbukti ketika pengurus yayasan menggalang dana melalui infak salat Jumat dan pemberian wakaf tanah di Kampung Bangunharjo dan Kampung Bedas Kebon (Supadie, 2015: 81).

B. Aset WakafSejak tahun 1950-1980, YBWSA terus

menambah aset wakaf melalui pembelian oleh yayasan atau pun hasil pemberian dari masyarakat. Rincian tersebut dapat dilihat pada tabel dokumentasi sekretariat YBWSA berikut.

Tabel 1. Daftar Pembelian Tanah YBWSA

Gambar 3. SMA Islam Sultan Agung merupakan salah satu amal usaha YBWSA

dalam bidang pendidikan.Sumber: Dokumentasi pribadi.

Pada tahun yang sama, YBW mendirikan Sekolah Menengah Diniyah Badan Wakaf (SMD-BW) – sekolah setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan jenjang pendidikan empat tahun – yang bertujuan untuk menampung murid lulusan dari SRI-BW dan sekolah-sekolah Islam lainnya (Ul-Haq, 2018:36). Pasca pendirian dua sekolah itu, YBW mendirikan SRI-BW IV (saat ini bernama SDI-SA/Sekolah Dasar Islam Sultan Agung IV) di atas tanah wakaf H. Chamiem yang berada di Jalan Kaligawe tanggal 1 Agustus 1961. Pada tahun berikutnya, sekolah-sekolah baru terus didirikan di Semarang, yaitu SD Badan Wakaf III dan IV (tahun 1962-1963) dan SMP-BW (1962) di Kampung Baru (Wahyuningsih, 2016: 92).

Namun, pada tahun ini Sekolah Badan Wakaf I yang berada di Jalan Suromenggalan

235 —246

Sumber: Dokumentasi Sekretariat YBWSA, 2016.

243

WALASUJI Volume 11, No. 2, Desember 2020:

Gambar 4. RSISA merupakan salah satu amal usaha YBWSA dalam bidang kesehatan.

Sumber: www.rsisultanagung.co.id.

c. Sumbangan kepada dunia kesehatan dengan mendirikan Health Centre pada akhir tahun 1970, yang kemudian menjadi RSISA (Wahyuningsih dan Widiastuti, 2018:181). Rumah sakit ini digagas oleh Pangdam VII/Diponegoro Brigjend M. Sarbini yang diutarakan kepada Rektor UNISSULA, Kol. Dr. Soetomo Bariodipoero dan Kakesdam VII/Diponegoro Kol. Dr. Soehardi. RSISA di kemudian hari dilengkapi dengan akademi berbasis ilmu keperawatan Islam, yaitu Akademi Keperawatan Islam Sultan Agung pada 27 Februari 1996 (Ul-Haq, 2018: 37).

D. Pengaruh Pendirian YBWSA

Wakaf memainkan peran ekonomi dan sosial yang sangat penting dalam sejarah Islam karena berfungsi sebagai sumber pembiayaan bagi masjid-masjid, sekolah-sekolah, pengkajian dan penelitian, rumah sakit, pelayanan sosial, dan pertahanan. Dalam kaitannya dengan masalah sosial-ekonomi, wakaf harus dikelola secara produktif agar dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat (Ul-Haq, 2018: 2).

Lahirnya YBWSA merupakan salah satu media untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional. Pada saat minimnya kajian dan penelitian mengenai model wakaf, fungsi dari YBWSA adalah menjembatani penyusunan dan pembuatan roadmap kerja sama dengan beberapa stakeholder melalui

Tabel 2. Daftar Tanah Wakaf YBWSA

Sumber: Dokumentasi Sekretariat YBWSA, 2016.

C. Peristiwa Penting

YBW tidak hanya mengelola pendidikan di tingkat dasar dan menengah saja, tetapi juga pendidikan tinggi. Dalam perkembangannya, ada tiga momentum bersejarah yang dihasilkan oleh YBW, antara lain:

a. Sumbangan kepada dunia pendidikan dengan mendirikan UNISSULA pada 1962 (Gustina dan Ihsan, 2018: 24), yang disusul dengan pembentukan Yayasan Dana UNISSULA untuk mendukung pendanaan UNISSULA. Beberapa kiprah dari yayasan tersebut adalah pembelian tanah di kompleks Kaligawe yang sekarang menjadi kampus UNISSULA dan Dikdasmen (Supadie, 2015: 82).

b. Penyatuan dua unsur lembaga (YBW dan Yayasan Dana UNISSULA) pada 26 Agustus 1967 yang melahirkan perubahan nama YBW menjadi Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA), dengan Akta Notaris R.M. Soeprapto No. 70 Tahun 1967 (Wahyuningsih, 2016: 86).

Peran Yayasan Badan Wakaf ... Mulyati

244

WALASUJI Volume 11, No. 2, Desember 2020:

dukungan program kerja. Salah satu hal terpenting dalam kemajuan lembaga wakaf seperti YBWSA adalah adanya sinergitas yang kuat antara para akademisi, praktisi atau pelaku usaha, dan pemerintah dalam mencari model pengembangan dan pemberdayaan wakaf di Indonesia. Hakikatnya semua lapisan masyarakat harus saling mendukung, membantu, dan bahu-membahu dalam memberdayakan perwakafan (Fauzia dkk, 2016: iv-v).

Menurut Hilmi (2012: 125), setelah pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (UU Wakaf) dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksana UU Wakaf (PP Wakaf), semangat untuk menata manajemen dan pengelolaan wakaf dapat mencapai hasil yang optimal sehingga kemudian muncul istilah “wakaf produktif”. Wakaf dapat dikatakan produktif apabila menghasilkan output berupa barang dan jasa. Untuk menghasilkan barang dan jasa, diperlukan modal, tenaga kerja, dan manajemen (dalam hal ini kemampuan manajerial nazir) (Wahyuningsih, 2016: 5).

Secara umum, teori mengenai pengaruh aset wakaf terhadap output pendapatan aset wakaf belum ada pembahasan secara rinci. Namun, hubungan pengaruh ini dapat dijelaskan mengingat aset wakaf umumnya berwujud pada aset (aktiva) tetap. Hartini (2005:4) menyatakan bahwa aset tetap atau aktiva tetap dalam suatu perusahaan berfungsi sebagai investasi yang diharapkan dapat memberikan return yang lebih besar kepada perusahaan pada masa yang akan datang. Investasi dalam aktiva tetap dapat ditujukan untuk menambah kualitas produk, memperbaiki kualitas produk, menambah lini produk, dan sebagainya dengan harapan perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya dan dapat memperoleh pangsa pasar yang lebih baik.

Pengaruh investasi aktiva terhadap pendapatan suatu perusahaan ditunjukkan dengan masa ekonomi suatu aktiva tetap. Semakin lama masa manfaatnya, waktu perputaran dana dalam aktiva tetap akan semakin efisien, sehingga perusahaan dapat memperoleh kembali

dana yang tertanam dalam jangka waktu yang panjang. Kondisi tersebut berimplikasi kepada tingkat produksi yang juga diharapkan akan semakin meningkat. Investasi dalam aktiva tetap yang cukup akan membantu perusahaan dalam memperoleh keuntungan (Hartini, 2005: 35).

Dalam kasus aset wakaf yang dikelola oleh yayasan non-profit seperti YBWSA, penggunaan aset wakaf untuk tujuan produktif harus menghasilkan pelayanan dan manfaat secara langsung atau bisa juga menghasilkan barang yang dapat dijual kepada pemakai dan hasil bersihnya dapat disalurkan sesuai dengan tujuan wakaf. Oleh sebab itu, kegiatan berwakaf merupakan kegiatan menabung dan berinvestasi yang dilakukan oleh masyarakat secara bersama-sama dan pengelolaannya dilakukan oleh yayasan non-profit yang bertujuan untuk memberikan berbagai macam manfaat, baik berupa pelayanan jasa maupun menghasilkan barang (Kahf, 2005: 59).

PENUTUP

YBWSA sebagai salah satu yayasan wakaf terbesar di Indonesia muncul akibat keprihatinan para tokoh-tokoh Islam di Semarang mengenai sistem pendidikan yang dilaksanakan pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Mereka lantas mendirikan SRI Al-Falah yang berada di Jalan Kauman, Kampung Mustaram, Kota Semarang pada pertengahan tahun 1935-an sebagai amal usaha pertama.

Melihat perkembangan dari SRI Al-Falah semakin signifikan, para pengurus lantas melebur sekolah tersebut dengan SMI menjadi SD-BW dan SMP-BW pada pertengahan bulan Juli 1950. Peristiwa inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya YBWSA, karena para pendiri sekolah tersebut kemudian menyempurnakan Badan Wakaf menjadi badan hukum pada 31 Juli 1950.

Setelah memiliki status sebagai badan hukum, kebijakan yang dilakukan oleh YBWSA dalam pengelolaan wakaf meliputi kebijakan dalam bidang keuangan, SDI, pengembangan fisik, dan pengembangan wakaf,

235 —246

245

WALASUJI Volume 11, No. 2, Desember 2020:

sedangkan aspek manajemen pengelolaan wakaf di YBWSA meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan.

Secara ringkas, perkembangan amal usaha YBWSA dalam bidang pendidikan tidak hanya di tingkat dasar dan menengah saja, tetapi juga pendidikan di tingkat tinggi yang berbasis wakaf. Salah satu sumbangan terbesar YBWSA dalam dunia pendidikan adalah pendirian UNISSULA pada 1962, sedangkan dalam dunia kesehatan adalah pendirian Health Centre (kemudian menjadi RSISA) pada 1970.

Lahirnya YBWSA merupakan salah satu media untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional. Peningkatan kegiatan wakaf yang ada di dalam masyarakat seperti yang dilakukan oleh YBWSA akan menyebabkan pula peningkatan pendapatan nasional. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya kegiatan berwakaf yang mengakibatkan meningkatnya aset wakaf yang ada di dalam masyarakat, tambahan penawaran investasi di dalam masyarakat juga akan meningkat. Hal ini berimplikasi bahwa dalam konteks makro akan memudahkan penyediaan lapangan pekerjaan, yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan nasional.

Tulisan ini merupakan hasil kajian yang bisa jadi tidak melalui proses penelitian yang utuh dan menyeluruh karena hanya memusatkan perhatiannya pada perkembangan awal YBWSA dan amal usahanya dalam bidang pendidikan di Semarang. Ruang lingkupnya pun terbatas, yaitu pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda hingga era Orde Baru. Oleh karena itu, saran kami kepada semua pihak, terutama kepada para peneliti, penulis, dan peminat sejarah agar dapat menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan yang lebih lengkap dan komprehensif mengenai proses perkembangan YBWSA maupun lembaga-lembaga wakaf lainnya di Indonesia mengingat kajian tersebut masih minim.

DAFTAR PUSTAKA

Amania, Naila. 2018. “Pengelolaan Aset Wakaf YBW (Yayasan Badan Wakaf) Al-Ikhsan Kudus Untuk Anak Yatim”. Ziswaf Vol. 5, No. 1, Juni 2018. Hlm. 1-21.

Arikunto, Suharismi. 1995. Dasar-Dasar Penelitian. Bandung: Tarsoto.

Bailey, Kenneth D. 1994. Methods of Social Research. Michigan: The Free Press.

Danardono, Danny Alit. 2008. Pengaruh Wakaf Produktif terhadap Peningkatan Pendapatan Nazir (Kasus Wakaf di Jakarta). Tesis. Jakarta: Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Pascasarjana Universitas Indonesia.

Fauzia, Amelia, dkk. 2016. Fenomena Wakaf di Indonesia: Tantangan Menuju Wakaf Produktif. Jakarta: Badan Wakaf Indonesia.

Gustina dan Hidayatul Ihsan. 2018. “Penggunaan Aset Wakaf dalam Manajemen Perguruan Tinggi”. Jurnal Menara Ekonomi Vol. 4, No. 2, April 2018. Hlm. 21-29.

Hartini, Yeni Sri. 2005. Pengaruh Modal Kerja dan Investasi Aktiva Tetap terhadap Profitabilitas pada PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama.

Hilmi, Hasbullah. 2012. “Dinamika Pengelolaan Wakaf Uang: Studi Sosio-Legal Perilaku Pengelolaan Wakaf Uang Pascapemberlakuan UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf”. Ijtihad: Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan Vol. 12, No. 2, Desember 2012. Hlm. 123-143.

Kartodirdjo, Sartono. 1983. Elite dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: LP3ES.

Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

_______. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Ma’rifah, Niswatin. 2018. Manajemen Pengelolaan Wakaf Tunai di Yayasan Global Wakaf (Studi Kasus di Kantor Regional Wakaf Jawa Tengah). Skripsi.

Peran Yayasan Badan Wakaf ... Mulyati

246

WALASUJI Volume 11, No. 2, Desember 2020:

Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Wali Songo Semarang.

Mu’allim, Amir. 2017. “Ijtihad Ekonomi dalam Pengelolaan Aset Wakaf”. Jurnal Al-‘Adalah Vol. 22, No. 4, November 2018. Hlm. 291-310.

Mufiz, Ali (55 tahun). 2019. Ketua Pembina YBWSA. Wawancara, Semarang, 12 Oktober 2019.

Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Neuman, Lawrence W. 2007. Basics of Social Research: Qualitative and Quantitative Approaches. London: Pearson Education, Inc.

Noer, Deliar. 1988. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.

Nurhidayani, dkk. 2017. “Pengelolaan dan Pemanfaatan Wakaf Tanah dan Bangunan”. Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam Vol. 2, No. 2, Desember 2017. Hlm. 163-175.

Nuridin (52 tahun). 2019. Ketua Bidang Wakaf dan Dakwah YBWSA. Wawancara, Semarang, 12 Oktober 2019.

Paulus, B.P. 1979. Garis-Garis Besar Hukum Tata Negara Hindia-Belanda. Bandung: Penerbit Alumni.

Pribadi, Bowo. “Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Canangkan Ekosistem Halal”, diakses tanggal 1 Desember 2019. Online: https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/ptcgbr399/yayasan-badan-wakaf-sultan-agung-canangkan-ekosistem-halal

Rofiq, Ahmad. 2013. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suminto, Husnul Aqib. 1985. Politik Islam Hindia-Belanda. Jakarta: LP3ES.

Supadie, Didik (48 tahun). 2019. Sekretaris

YBWSA. Wawancara, Semarang, 12 Oktober 2019.

Supadie, Didik. 2015. Wakaf Mensejahterakan Umat. Semarang: UNISSULA Press.

Ul-haq, Hilma Bahtiar. 2018. Analisis Pengelolaan Wakaf Uang Oleh Nazir di Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Wali Songo Semarang.

Wahyono, Tugas Tri. 2013. “Pengawasan Pemerintah Hindia-Belanda Tentang Pengajaran Agama Islam”. Patra Widya Vol. 14, No. 1, Maret 2013. Hlm. 173-196.

Wahyuningsih dan Tika Widiastuti. 2018. “Waqf Productive Efficiency: Evidence from Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung, Semarang”. ASSEHR (Advances in Social Science, Education, and Humanities Research) Vol. 98, No. 1, Juni 2018. Hlm. 178-185.

Wahyuningsih. 2016. Analisis Fungsi Produksi Wakaf dengan Metode Cobb-Douglas pada Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung, Semarang. Skripsi. Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.

Wijaya, Intan dan Adityawarman. 2015. “Pengelolaan dan Pelaporan Aset Wakaf pada Lembaga Wakaf di Indonesia: Studi Kasus pada Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung”. Diponegoro Journal of Accounting Vol. 4, No. 2, April 2015. Hlm. 1-11.

Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung. “Sejarah Singkat Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung”, diakses tanggal 1 Desember 2019. Online: https://ybw-sa.org/sejarah-singkat.

235 —246