PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN...

91
PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA DALAM UPAYA PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN FUNGSI TANAH WAKAF Studi Kasus Kelurahan Penjaringan Kota Administrasi Jakarta Utara SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah Oleh: Muhamad Irsyad NIM: 102043224956 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

Transcript of PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN...

Page 1: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA DALAM UPAYA PENGELOLAAN

DAN PENINGKATAN FUNGSI TANAH WAKAF Studi Kasus Kelurahan Penjaringan Kota Administrasi

Jakarta Utara

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah

Oleh:

Muhamad Irsyad NIM: 102043224956

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010 M/1431 H

Page 2: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 22 September 2010

MUHAMAD IRSYAD

Page 3: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

iii

بسم اهللا الرمحن الرحيمKATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat dan karunia-Nya sehingga dengan izin dan ridho-Nya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai yang diharapkan. Shalawat serta salam

selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dengan kehadirannya telah

memberikan pencerahan, ketenangan dan kenyamanan hidup manusia. Dan tidak lupa

pula kepada para sahabatnya dan orang-orang yang telah mengikuti dan mentaati

ajaran-Nya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari sempurna atau boleh

dikatakan masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Namun demikian

dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki penulis, maka penulis

berusaha semaksimal mungkin agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Dan juga penulis menyadari bahwa tidak akan pernah sanggup dalam mengatasi

berbagai macam hambatan yang mengganggu lancarnya penulisan ini tanpa adanya

bantuan dan dukungan yang bersifat materil maupun spirituil baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM., Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Page 4: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

iv

Pembantu Dekan I, II, dan III yang telah membimbing dan memberikan ilmu

kepada penulis.

2. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Adji, MA., Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab dan

Hukum, Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan

Perbandingan Mazhab dan Hukum yang telah membimbing dan mengarahkan

segenap aktifitas yang berkenaan dengan jurusan.

3. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan dan nasehat

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Kepala KUA Kecamatan Penjaringan beserta staf-stafnya yang terkait, Camat

Penjaringan beserta staf-stafnya yang terkait dan para tokoh masyarakat Se-

kecamatan Penjaringan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

memberikan data dan informasi yang berkenaan dengan skripsi penulis.

5. Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

yang telah memberikan fasilita sehingga memperoleh informasi yang dibutuhkan.

6. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan berlangsung.

7. Kedua Orang Tua penulis yang tercinta, Ayahanda H. Abdul Gafar dan Ibunda

Hj. Idah, yang dengan segala pengorbanannya berupa harta dan do’a serta

motivasi yang tiada henti-hentinya dan saudara-saudaraku tercinta M. Suhandi,

Humayah,S.Ag, Abd. Mufid, S.Ag, Abd. Azis, S.Hi, tanpa terkecuali yang

memberikan motivasi dan membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan

Page 5: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

v

skripsi ini, dan doa guruku, yang telah memberi motivasi dan membantu penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada sahabat-sahabat penulis: Keluarga Besar Forum Komunikasi Kader

Konservasi Indonesia DKI Jakarta, Komunitas Peduli Kali Angke, Gerakan

Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi Farahyona,

S.Hi, Ust. Muhayar, S.Hi, Budi Agung, M. Iqbal, S,Hi, Subhan Anshori, S.Hi,

Ahmad Junaidi, S.Pd, M. Junaidi, Chairil Anwar, Zarkasih Tanjung, Ade

Suryana, Feih, Ust Mamat, Nurhasan, Suryadi, S.Hi, Noerhasanah Suhaimi, S.Hi,

Kiki, Muhyidin, Iwan, terima kasih untuk semuanya yang telah menemani penulis

suka maupun duka dari awal hingga akhir kuliah.

9. Kepada teman-teman Fakultas Syari’ah dan Hukum khususnya Jurusan

Perbandingan Hukum angkatan 2002 yang telah memberikan inspirasi dan

bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak

langsung namun demikian tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih

penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga segala amal baik semua pihak mendapat

balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Jakarta: 22 September 2010 M 13 Syawal 1431 H

P e n u l i s

Page 6: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………………... i

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 9

D. Metode Penelitian .................................................................... 9

E. Sistematika Penulisan .............................................................. 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERWAKAFAN

A. Perwakafan Menurut Hukum Islam dan Dasar Hukumnya ....... 14

B. Fungsi, Unsur dan Syarat-syarat Perwakafan ........................... 20

C. Perwakafan Menurut PP. No. 28 Tahun 1977 ........................... 40

D. Pengelolaan dan Pengembangan Tanah Wakaf Produktif ......... 46

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis Kec. Penjaringan ............................................ 50

Page 7: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

vii

B. Keadaan Demografis Kec. Penjaringan .................................... 53

C. Keadaan Sosiologis Kec Penjaringan ....................................... 55

BAB IV PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN FUNGSI TANAH

WAKAF DI KELURAHAN PENJARINGAN JAKARTA

UTARA

A. Proses Administrasi Perwakafan di KUA Kecamatan

Penjaringan .............................................................................. 59

B. Fungsi Pengadministrasian Perwakafan Tanah Menurut

Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 ................................ 64

C. Efektifitas Nadzir Dalam Pengelolaan dan Peningkatan Fungsi

Tanah Wakaf di Kelurahan Penjaringan ................................... 69

D. Peran Tokoh Masyarakat Dalam Upaya Pengelolaan dan

Peningkatan Fungsi Tanah Wakaf di Kelurahan Penjaringan .... 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 79

B. Saran ....................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 85

Page 8: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut pandangan Islam pemilik mutlak seluruh harta benda ialah Allah

SWT. Manusia ditunjuk oleh Allah sebagai penguasa terhadap benda itu yang

harus mengelolanya sesuai dengan petunjuk-Nya. Yaitu digunakan untuk

keperluan dirinya dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan dan kemaslahatan umat

manusia pada umumnya.

Sebagai kelanjutan dari ajaran tauhid, yang berarti bahwa segala sesuatu

harus berpuncak pada kesadaran akan adanya Allah SWT, maka lembaga

perwakafan merupakan salah satu bentuk perwujudan keadilan sosial dalam Islam

yang menyatakan tentang prinsip pemilikan harta dalam ajaran Islam tidak

dibenarkan hanya dikuasai oleh sekelompok orang.1 Sesuai dengan firman Allah

SWT dalam surat al-Baqarah ayat 267, yaitu:

ض ياألر نم ا لكمنجرا اخممو متبا كسم اتبطي نا مقوفا انونام نيا الذها أيوال تيمموا الخبيث منه تنفقون ولستم باخذيه اال أن تغمضوا فيه واعلموا ان

ح غني اللهدي267: 2/البقرة. (م( Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian

dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang

1 Juhaya S. Praja, Perwakafan di Indonesia (Sejarah Pemikiran, Hukum, dan

Perkembangannya), (Bandung: Yayasan Plara, 1995), h. 1

Page 9: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

2

buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Al-Baqarah/2: 267)

Ayat di atas menerangkan bahwa kita diperintahkan oleh Allah untuk

beramal sholeh kepada orang lain dengan jalan menafkahkan sebagian dari harta

kekayaan. Harta dalam agama Islam tidaklah hanya dinikmati oleh sendiri,

melainkan harus dinikmati bersama. Ini berarti bahwa Islam mengajarkan fungsi

sosial harta. Untuk itulah diciptakan lembaga perwakafan.

Fungsi sosial dari perwakafan tanah mempunyai arti bahwa penggunaan

hak milik tanah seseorang harus memberi manfaat langsung kepada masyarakat.

Dalam ajaran terhadap harta benda (tanah) tercakup di dalamnya benda lain,

dengan perkataan lain bahwa benda (tanah) tersebut.2

Seperti yang dimaksud dalam firman Allah dalam adz-Dzariat, ayat 19 :

) 19: 51/الذريات(وفي أموالهم حق للسائل والمحروم Artinya : “Dan di dalam harta benda mereka ada hak bagi orang yang minta

(karena tidak punya) dan bagi orang-orang yang terlantar”. (QS : adz-Dzariyat/51 : 19)

Mewakafkan harta benda jauh lebih utama dari bersedekah dan berderma

biasa, lagi pula jauh lebih besar manfaatnya, sebab harta wakaf itu kekal dan terus

selama harta itu masih tetap menghasilkan atau masih tetap dieksploitir

sebagaimana layaknya dengan cara produktif. Oleh sebab itu bagi kepentingan

2 Departemen Agama RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di

Indonesia, (Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004), cet. Ke-2, h.14.

Page 10: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

3

masyarakat bentuk harta wakaf amat besar manfaatnya dan amat diperlukan untuk

kelangsungan kegiatan-kegiatan keIslaman.3

Wakaf adalah tergolong kepada ibadah muamalah, yakni ibadah yang

mempunyai hubungan dengan sesama manusia, sehingga untuk menjamin

kelestariannya diperlukan adanya perlindungan hukum.

Mengingat pentingnya persoalan perwakafan ini, maka Undang-undang

Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 telah mencantumkan adanya suatu ketentuan

khusus mengenai masalah perwakafan ini. Sebagaimana tersebut dalam Pasal 49

ayat (3) yang menyatakan : Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan

Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang dimaksud dalam Undang-

undang Pokok Agraria tersebut baru dikeluarkan pada tanggal 17 Mei 1977 yang

berwujud Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 (LN, 1977 No.38) tentang

Perwakafan Tanah Milik.

Peraturan pemerintah No.28 Tahun 1977 ini mengatur tentang teknis

administrasi dengan menunjuk pejabat yang berwenang mengenai masalah

perwakafan tanah yang berupa Peraturan Pelaksanaan. Pejabat yang mempunyai

wewenang dalam hal ini adalah Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama

sebagaimana dinyatakan dalam pasal 17 ayat (2) Peraturan Pemerintah No.28

Tahun 1977 tersebut.

3 Abdurrahman, Masalah Perwakafan tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di Negara

Kita, (Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti, 1990), cet ke-3, h.8

Page 11: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

4

Adapun peraturan pelaksanaan yang diatur oleh kedua Menteri tersebut

adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri No.06 1977 tentang Tata Cara

Pendaftaran Perwakafan Tanah Milik, Peraturan Menteri Agama No.1 Tahun

1978 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977

tentang Perwakafan Tanah Milik. Instruksi bersama Menteri Agama dan Menteri

Dalam Negeri No.1 Tahun 1978 tentang Pelaksanaan Peraturan Peraturan

Pemerintah No.28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik dan Peraturan

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No. Kep/D/75/78 tentang

Formulir dan Pedoman Pelaksanaan Peraturan-peraturan tentang Perwakafan

Tanah Milik.

Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 dan

berbagai peraturan pelaksanaannya maka telah terjadi suatu pembaharuan di

bidang perwakafan tanah, di mana persoalan tentang perwakafan tanah milik ini

telah diatur, ditertibkan dan diarahkan sedemikian rupa sehingga benar-benar

memenuhi hakikat dan tujuan perwakafan sesuai dengan ajaran Islam. Selanjutnya

diharapkan dengan berbagai peraturan dimaksud maka persoalan tentang

perwakafan tanah dapat ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya.

Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan umum,

perlu meningkatkan peran wakaf sebagai pranata keagamaan yang tidak hanya

bertujuan menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki

kekuatan ekonomi yang berpotensi, antara lain, untuk memajukan kesejahteraan

Page 12: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

5

umum, sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip

syariah.4

Saat ini wakaf mendapat tempat pengaturan secara khusus di antara

perangkat peraturan perundang-undangan di Indonesia, dalam hal ini berbentuk

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, maka diharapkan ini merupakan

momentum yang sangat strategis dalam upaya pemberdayaan secara produktif.

Dengan kata lain, secara komprehensif-substansif, Undang-Undang Nomor 41

Tahun 2004 merupakan wujud adanya pembaharuan hukum perwakafan di

Indonesia, yang menegaskan adanya paradigma baru wakaf serta sebagai

instrument hukum pengembangan dan pengolahan tanah wakaf ke arah produktif.

Selanjutnya dengan adanya pengaturan tersebut maka lembaga ini tidak

lagi dipandang sebagai suatu lembaga keagamaan yang bersandar pada hukum

Islam semata, akan tetapi sudah ditingkatkan kedudukannya sebagai suatu

lembaga formal di dalam Perundang-undangan. Sehingga segala sesuatunya tidak

hanya harus memenuhi segala persyaratan yang diatur dan ditentukan oleh ajaran

agama Islam semata akan tetapi juga harus memenuhi segala macam persyaratan

formal yang ditentukan dalam berbagai peraturan tentang perwakafan.

Secara konseptual, Islam mengenal lembaga wakaf sebagai sumber aset

yang memberikan kemanfaatan sepanjang masa. Di negara-negara muslim lain

wakaf telah diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai peran yang cukup

4 Direktorat Jenderal Bimbingan Mayarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, (Jakarta; Departemen Agama Republik Indonesia, 2005), h. 40

Page 13: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

6

signifikan dalam rangka mensejahterakan kehidupan masyarakat. Sedangkan di

Indonesia, sampai saat ini pengelolaan dan pendayagunaan harta wakaf

(produktif) masih juga ketinggalan dibanding dengan Negara-negara muslim lain

seperti Arab Saudi, Yordania, Qatar, Kuwait, dan Mesir.

Dalam pengelolaan harta produktif, pihak yang paling berperan berhasil

tidaknya pemanfaatan harta wakaf adalah nadzir wakaf, yaitu seseorang atau

sekelompok orang dan badan hukum yang diserahi tugas oleh wakif (orang yang

mewakafkan hartanya) untuk mengelola wakaf. Walaupun dalam kitab-kitab fiqih

ulama tidak mencantumkan nadzir wakaf sebagai salah satu rukun wakaf, karena

wakaf merupakan ibadah tabaru’ (pemberian yang bersifat sunnah). Namun

demikian, setelah memperhatikan tujuan wakaf yang ingin melestarikan manfaat

dari hasil wakaf, maka keberadaan nadzir profesional sangat dibutuhkan, bahkan

menempati pada peran sentral. Sebab di pundak nadzirlah tanggung jawab dan

kewajiban memelihara, menjaga dan mengembangkan wakaf serta menyalurkan

hasil atau manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf.5

Praktek wakaf yang terjadi dalam kehidupan masyarakat belum

sepenuhnya berjalan tertib dan efisien, sehingga dalam berbagai kasus yang terjadi

banyak harta benda wakaf tidak terpelihara sebagaimana mestinya, terlantar atau

beralih ke tangan pihak ketiga dengan cara melawan hukum. Keadaan demikian

itu, disebabkan tidak hanya karena kelalaian atau ketidakmampuan nadzir dalam

mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, melainkan juga karena sikap

5 Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Penyelenggaraan Haji, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia, (Jakarta; Deoartemen Agama Republik Indonesia, 2004), h.37

Page 14: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

7

masyarakat yang kurang peduli atau belum memahami status harta benda wakaf

yang seharusnya dilindungi demi kesejahteraan umum yang sesuai dengan tujuan,

fungsi, dan peruntukan wakaf.

Salah satu hambatan bagi pemanfaatan wakaf yang kurang optimal yakni

kurangnya pemahaman dan kepedulian umat Islam terhadap wakaf dan kebiasaan

masyarakat kita yang ingin mewakafkan sebagian hartanya dengan

mempercayakan penuh kepada seseorang yang dianggap tokoh dalam masyarakat

sekitar, seperti kyai, ulama, ustadz, ajengan, dan lain-lain untuk mengelola harta

wakaf sebagai nadzir. Sedangkan orang yang ingin mewakafkan harta (wakif)

tidak tahu persis kemampuan yang dimiliki nadzir tersebut, bisa jadi ia (nadzir)

tidak mempunyai kemampuan manajerial dalam pengelolaan tanah atau bangunan

sehingga harta wakaf tidak bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Di samping

karena kurangnya aspek pemahaman yang utuh tentang wakaf dalam Islam, umat

Islam (khususnya Indonesia) juga belum menyadari betul akan pentingnya wakaf

dalam kehidupan kesejahteraan masyarakat banyak.6

Berdasarkan hasil penelitian awal yang telah dilaksanakan penulis di

wilayah Kecamatan Penjaringan, menunjukkan bahwa pengelolaan perwakafan di

Kelurahan Penjaringan relatif tinggi dibanding kelurahan lainnya, menurut data

perkembangan tanah wakaf pada KUA kecamatan penjaringan pada tahun 2005

terdapat 64 lokasi tanah wakaf, sedangkan pada kelurahan lain rata-rata hanya

6 Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat dan

Penyelenggaraan Haji, Perkembangan Pengelolaan Wakaf Di Indonesia, (Jakarta; Deoartemen Agama Republik Indonesia, 2003), h.40

Page 15: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

8

mencapai 10 sampai 30 lokasi tanah wakaf, hal ini disebabkan respon masyarakat

di Kelurahan tersebut cukup tinggi dalam menanggapi perwakafan, aktif dan

kompaknya tokoh masyarakat, dan banyaknya Ulama, ustadz diwilayah tersebut

sehingga menjadi pengaruh bagi masyarakat yang lain dalam mensosialisakan

pentingnya mewakafkan tanah di wilayah tersebut, sedangkan di kelurahan lain

minimnya Ulama, ustadz dan kurangnya respon masyarakat dalam menangapi

persoalan perwakafan.

Mengingat hal tersebut, penulis berasumsi bahwa terdapat faktor-faktor

yang menjadi penunjang dalam peningkatan tanah wakaf pada wilayah tersebut,

lalu bagaimanakah peran wakaf dikelurahan tersebut bagi pemberdayaan

masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis semakin tertarik untuk

menyusun skripsi dengan judul “PERAN TOKOH MASYARAKAT

KECAMATAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA DALAM UPAYA

PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN FUNGSI TANAH WAKAF (Studi

Kasus Kelurahan Penjaringan Kota Administrasi Jakarta Utara)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar teraturnya pembahasan ini maka penulis akan memberikan batasan

dan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran wakaf bagi pemberdayaan masyarakat di Kelurahan

Penjaringan?

2. Bagaimana peran Tokoh Masyarakat dalam upaya pengelolaan dan

peningkatkan fungsi tanah wakaf di kelurahan penjaringan?

Page 16: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap kali seseorang melakukan sesuatu maka tidak terlepas dari motif

apa tujuan orang tersebut, maka dari itu dalam hal ini penulis akan menguraikan

beberapa tujuan dari penulisan ini diantaranya :

1. Untuk mengetahui peran wakaf bagi pemberdayaan masyarakat di Kelurahan

Penjaringan

2. Untuk mengetahui peran Tokoh Masyarakat dalam upaya pengelolaan dan

peningkatkan fungsi tanah wakaf di kelurahan penjaringan.

Sedangkan manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis sendiri, dapat menambah pengetahuan yang berharga mengenai

Peran Tokoh Masyarakat Kecamatan Penjaringan dalam upaya pengelolaan

dan peningkatan fungsi tanah wakaf di kelurahan penjaringan.

2. Memberikan kejelasan pada masyarakat mengenai peran wakaf bagi

pemberdayaan masyarakat di Kelurahan penjaringan Jakarta Utara.

3. Sebagai bahan bacaan tambahan di kalangan akademis dan sumber referensi

untuk mendalami pengetahuan mengenai masalah-masalah dalam perwakafan.

D. Metode Penelitian

Untuk mengumpulkan data dalam penulisan skripsi ini, penulis

menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Page 17: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

10

Adapun jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

data kualitatif yakni deskripsi berupa kata-kata, ungkapan, norma-norma atau

aturan-aturan dari fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis berupaya

mencermati mengenai peran Tokoh Masyarakat Kecamatan Penjaringan dalam

upaya pengelolaan dan peningkatan Fungsi tanah wakaf di Kelurahan

Penjaringan.

Sedangkan dari segi tujuan dalam penelitian ini termasuk dalam

penelitian yang bersifat deskriptif analisis yakni penelitian lapangan yang

menggambarkan data dan informasi di lapangan berdasarkan fakta yang

diperoleh secara mendalam.7

Dan dari segi tipe penelitian hukum penelitian doktriner komperatif.

Penelitian ini juga termasuk jenis penelitian kepustakaan (library reseach),

penelitian kepustakaan dilakukan dengan menggunakan metode yaitu dari

buku-buku, makalah-makalah wakaf, brosur-brosur dan lain-lain yang

berkaitan dengan skripsi ini.

2. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu dengan membaca

literatur-literatur yang ada di perpustakaan yang berhubungan erat dengan

masalah pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf.

7 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Bakti, 1993), cet. ke-2,

hal. 309

Page 18: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

11

b. Penelitian Lapangan (Field Research), peneliti langsung terjun kelapangan

(KUA Kecamatan Penjaringan, Kelurahan Penjaringan Kecamatan

Penjaringan Jakarta Utara) untuk memperoleh data-data yang berkaitan

dengan pokok permasalahan dengan menggunakan tehnik sebagai berikut :

1) Dokumentasi, yaitu menyelidiki dokumen-dokumen tertulis untuk

memperoleh data, seperti berkas-berkas, arsip, internet, majalah, dan

lain-lain.

2) Wawancara/Interview, yaitu pengambilan data dengan menggunakan

Tanya jawab yang ditujukan kepada pegawai KUA, ulama, dan tokoh

masyarakat mengenai pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf

di Kelurahan Penjaringan.

3) Observasi yang merupakan sebuah proses penelitian secara mendalam

untuk mengetahui kinerja pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah

wakaf yang terjadi di wilayah Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara.

3. Teknik analisa data

Setelah data terkumpul lalu dianalisa dengan analisa kualitatif lalu di

interprestasikan sedemikian rupa dengan metode deduktif.

Penelitian ini menggunakan konten analisis yaitu teknik analisis yang

berusaha menyimpulkan dengan menarik bagian atau hal yang bersifat khusus

dalam bentuk kasus dan data-data lapangan menjadi kesimpulan umum yang

berlaku secara general.

Page 19: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

12

Teknik penulisan skripsi ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusun menyelesaikan pembahasan secara

sistematis, maka perlu disusun sistematika pembahasan sedemikian rupa. Adapun

sistematika yang akan diuraikan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, meliputi: Latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERWAKAFAN, meliputi:

Perwakafan menurut hukum islam dan dasar hukumnya, fungsi, unsur dan syarat-

syarat perwakafan, perwakafan menurut PP. No. 28 Tahun 1977, pengelolaan dan

pengembangan tanah wakaf produktif

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, meliputi:

Letak geografis Kec. penjaringan, keadaan demografis Kec. penjaringan, keadaan

sosiologis kecamatan penjaringan.

BAB IV PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN TANAH WAKAF

DI KELURAHAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA, meliputi: Proses

Administrasi Perwakafan di KUA Kecamatan Penjaringan, Fungsi

Pengadministrasian Harta Wakaf Tanah Milik Menurut Peraturan Pemerintah No.

28 Tahun 1977, Efektifitas Nadzir Dalam Pengelolaan dan Peningkatan Tanah

Page 20: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

13

Wakaf di Kelurahan Penjaringan, Peran Tokoh Masyarakat Dalam Upaya

Pengelolaan dan Peningkatan Fungsi Tanah Wakaf di Kelurahan Penjaringan,

BAB V PENUTUP, meliputi: Kesimpulan dan saran-saran yang

berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

Page 21: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERWAKAFAN

A. Perwakafan Menurut Hukum Islam dan Dasar Hukumnya

1. Pengertian Wakaf

Kata Wakaf atau Waqf berasal dari bahasa Arab. Asal kata “وقف” yang

berarti “menahan” atau “berhenti” atau “berdiam di tempat” atau “tetap

berdiri”. Kata “ یقـف - - وقـفا sama artinya dengan ”وقـف 1. "احبست - یحبس - حبس"

Wakaf dalam kamus Istilah Fiqih adalah memindahkan hak milik

pribadi menjadi milik suatu badan yang memberi manfaat bagi masyarakat.2

Secara terminologi, wakaf adalah sejenis pemberian yang

pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal, lalu

menjadikan manfaatnya menjadi umum. Yang dimaksud dengan pemilikan

asal ialah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan,

digunakan dalam bentuk dijual, dihibahkan, digadaikan, dipinjamkan, dan

sejenisnya. Sedangkan cara pemanfaatannya adalah dengan menggunakannya

sessuai dengan kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan.3

Wakaf menurut istilah yuridis adalah menyediakan suatu harta benda,

yang digunakan hasilnya untuk kepentingan/kemaslahatan umum. Menurut H.

1 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, alih bahasa oleh Kamaluddin A., dkk., vol. XIV, Cet. VIII, (Bandung: Al Ma’arif, 1996), h. 148

2 M. Abdul Mujieb dkk, kamus Istilah Fiqih, Cet. III (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), h. 414 3 Muhamad Jawad Mughirah, Fikih Lima Mazhab, (Jakarta : PT. Lentera Basritama, 1996),

Cet. Ke-1, h. 635

Page 22: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

15

Muhammad Thahir Azhary, wakaf adalah suatu lembaga sosial Islam yang

lazim dipahami “menahan suatu benda untuk diambil manfaatnya dan

dilembagakan guna kepentingan umum”. Artinya benda tersebut tidak

dialihkan oleh siapapun dan dijadikan sebagai suatu lembaga sosial yang

dapat dimanfaatkan untuk umum (for the public utility).4

Dalam merumuskan pengertian wakaf, para ulama fiqih tidak memiliki

kata sepakat. Pengertian wakaf menurut para ulama5 :

a. Menurut golongan Hanafi

Menahan benda yang statusnya tetap milik si wakif (orang yang

mewakafkan) dan yang disedekahkan adalah manfaatnya saja.

b. Menurut golongan Maliki

Menjadikan manfaat benda yang dimiliki, baik berupa sewa atau

hasilnya untuk diserahkan kepada orang yang berhak, dengan bentuk

penyerahan yang berjangka waktu sesuai dengan apa yang dikehendaki

oleh orang yang mewakafkan.

c. Menurut golongan Syafi’i

Menahan harta yang dapat diambil manfaatnya dengan tetap

utuhnya barang dan barang itu lepas dari penguasaan si wakif serta

dimanfaatkan pada sesuatu yang diperbolehkan oleh agama.

d. Menurut golongan Hambali

Menahan kebebasan pemilik harta dalam membelanjakan hartanya

yang bermanfaat dengan tetap utuhnya harta dan memutuskan semua hak

4 M. Tahir, “Wakaf dan Sumber Daya Ekonomi : Suatu Pendekatan Teorotis”, Mimbar Hukum,

No. 7 Th. III, 1992, h. 11 5 Faisal Haq dan A. Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan Di Indonesia, PT. Garoeda

Buana Indah, Pasuruan Jatim, Cet II Nov. 1994, h. 1-2

Page 23: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

16

penguasaan terhadap harta itu, sedangkan manfaatnya dipergunakan pada

suatu kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Terdapatnya perbedaan rumusan tersebut pada dasarnya diakibatkan

oleh pendapat masing-masing tentang status harta wakaf dikemudian hari,

yakni apakah harta itu akan bersifat tetap menjadi milik yang berwakaf

atau bisa dipindahkan hak miliknya atau diwariskan. Namun demikian,

terlepas dari bisa atau tidaknya harta ditarik kembali, definisi-definisi

tersebut menunjukkan suatu pandangan yang sama bahwa wakaf adalah

penahanan pemindahan harta suatu hak milik oleh pihak yang berwakaf

dan mensedekahkan segala manfaat dan hasil yang bisa diambil dari harta

tersebut untuk kebajikan dalam rangka mencari keridhaan dari Allah SWT.

2. Dasar Hukum Wakaf Menurut Hukum Islam

a. Al-Qur’an

Dalil yang menjadi dasar disyari’atkannya wakaf dapat kita lihat dalam

al-Qur’an, diantaranya yaitu:

يملع به ء فإن اللهيش نقوا مفنا تمون وبحا تمقوا مفنى تتح الوا البرنت لن )٩٢: 3/ال عمران(

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Q.S. Ali Imran/3: 92)

دجاسوا وكعوا ارنءام ينا الذهاأيي لكملع ريلوا الخافعو كمبوا ردباعوا و )٧٧: 22/احلج(تفلحون

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu dapat kemenangan. (Q.S. Al-Hajj/22: 77)

Page 24: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

17

وا ءامنءام ينفالذ يهف نيلفختسم لكمعا جمقوا مفأنو هولسرو وا باللهن كبري رأج مفقوا لهأنو كمن٧: 57/احلديد( م (

Artinya: “Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (Q.S. Al-Hadid/57: 7)

ل حبة أنبتت سبع سنابل في مثل الذين ينفقون أموالهم في سبيل الله كمث يملع عاسو اللهاء وشي نمل فاعضي اللهو ةبائة حم لةبنالبقرة(كل س /

2:٢٦١( Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang

menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dikehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunianya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah/2: 261)

Walaupun di dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas kata-kata

wakaf, akan tetapi ayat-ayat tersebut menunjukkan disyari’atkannya

menafkahkan harta yang kita miliki untuk kemaslahatan umum. Dan salah satu

caranya adalah dengan perwakafan. Dan hukum wakaf suunah yang sangat

dianjurkan, karena amalan wakaf akan tetap mengalir walaupun si wakif sudah

meninggal dunia.

b. Hadits Nabi

Dalil yang menjadi dasar disyari’atkannya wakaf dapat kita lihat dari

beberapa hadits, di antaranya yaitu:

Page 25: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

18

إذا مات ابن: رة رضي اهللا عنه أن النيب صلى اهللا عليه و سلم عن أىب هريعمله أال من ثالث صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صاحل أدم انقطع

6)رواه مسلم(يدعوله Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Nabi SAW bersabda:

“Apabila seseorang manusia telah meninggal, putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendo’akan kedua orang tuanya.” (H.R. Muslim)

Hadits yang kiranya lebih tegas menunjukkan dasar hukum lembaga

wakaf adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Ibnu

Umar tentang tanah Khaibar, yaitu:

عن ابن عمر رضي اهللا عنهما أن عمر بن اخلطاب اصاب ارضا فأتى النيب صلى اهللا عليه و سلم ويستأ مره فيهما فقال يا رسول اهللا إين اصبت ارضا

مل أصب ماال قط أنفس عندى منه فما تأمروين به قال إن شأت ربخبيحبست اصلها و تصدقت ا قال فـتصدق ا عمر أا ال تباع وال

ىف الفقراء وىف الرقاب وىف سبيل اهللا وابن وال تورث وتصدق ا توهبالسبيل اهللا والضيف الجناح على من وليها ان يأكـل منها باملعروف

7)رواه البخــارى(ويطعم غري متمول Artinya: “Dari Ibnu umar r.a.: Bahwa Umar bin Khattab mendapatkan

sebidang tanah di Khaibar, kemudian dia datang menghadap kepada Rasulullah SAW untuk meminta petunjuk mengenai tanah tersebut dan Umar berkata: ”Ya Rasulullah, aku mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, yang tidak pernah sama sekali aku

6 Imam Abi Al-Husain Muslim Al-Halaj, Shahih Muslim, jilid IV, cet I, (Mesir: Daar al-Hadits

al-Qahirah,1994).,h. 95 7 Ibrahim bin Mughiroh bin Bardizbah Al Bukhari al-Jafi, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar El-

Fikr,tt), Juz 3.,h. 196

Page 26: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

19

dapatkan harta sebagus itu, maka bagaimana engkau perintahkan aku dengan harta itu?”. Nabi bersabda: “Kalau kamu berkehendak, maka kamu tahan (wakafkan) tanah itu dan shodaqahkanlah hasilnya.” Maka kemudian Umar mewakafkan tanah Khaibar itu, (dengan mengisyaratkan) bahwa tanah itu tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan. Umar menyedahkahkan hasilnya kepada fakir miskin, karib kerabat, budak, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Tidaklah berdosa bagi orang yang mengurusi harta wakaf itu untuk memakan dari hasilnya secara baik atau memberi makan pada teman tanpa maksud memiliki harta itu (mutamawwil).” (H.R. Bukhori)

Hadits tersebut dijadikan dasar hukum wakaf karena adanya kata

habasa menunjukkan arti sinonim mewakafkan. Kandungan isi hadits tersebut

adalah agar seseorang mewakafkan harta benda yang dimilikinya untuk

kemaslahatan.

فقالت , احلجاراد رسول اهللا صلى اهللا عليه و سلم : عـن اىب عباس ما : احجين مع رسول اهللا صلى اهللا عليه و سلم فقال : امرأة لزوجها

ذلك : قال , قالت احجين على مجلك فالن: عندى مااحجك عليه اما : فقال , هللا عليه و سلمفأتى رسول اهللا صلى ا, حبيس ىف سبيل اهللا

رواه أبوداود أن رسول اهللا (إنك لو احججتها عليه كان ىف سبيل اهللا صلى اهللا عليه و سلم قال ىف حق خالد قد احتبس ادراعه واعتاداه ىف

8)سبيل اهللاArtinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Suatu ketika Rasulullah

SAW akan menunaikan Ibadah haji, seorang wanita berkata kepada suaminya: apakah engkau akan menghajikan aku bersama Rasulullah SAW?” Suaminya menjawab: tidak, aku akan tidak menghajikanmu. Si wanita itu berkata lagi: Apakah boleh engkau

8 Muhammad bin Ali bin Muhammad Assyaukani, Nailul Author, (Beirut-Lebanon: Daarul

Qolam) Juz 6.,h.25

Page 27: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

20

menghajikan aku oleh seseorang dengan menunggang untamu? Suaminya berkata: Unta itu telah kuwakafkan di jalan Allah. Maka datanglah rasul menghampirinya seraya berkata: Adapun bila engkau mengajak istri dengan mengendarai unta engkau, sesungguhnya hal itu ibadah adalah di jalan Allah. (H.R. Abu Daud). Telah dishahihkan pula bahwa Rasulullah SAW menempati hak Khalid, ia telah mewakafkan pakaian besinya serta membiasakannya untuk berperang di jalan Allah.”

Berdasarkan hadits-hadits tersebut di atas, wakaf merupakan amal

ibadah yang sangat dianjurkan. Adapun benda yang diwakafkan bukan hanya

benda tetap akan tetapi juga benda bergerak, seperti unta, pakaian dan

sebagainya. Yang harus diperhatikan bahwa manfa’at benda yang diwakafkan

itu bersifat kekal dan tujuan wakaf sesuai dengan ajaran Islam.

B. Fungsi, Unsur dan Syarat-Syarat Perwakafan

1. Fungsi Wakaf

Dalam konsep Islam, wakaf dikenal dengan istilah jariyah artinya

mengalir. Maksudnya, sedekah atau wakaf yang dikeluarkan, sepanjang benda

itu dimanfaatkan untuk kepentingan kebaikan, maka selama itu pula si wakif

mendapat pahala secara terus-menerus, meskipun telah meninggal dunia.9

Firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat At-Tiin ayat 4-6

ينإلا الذ نيلاففل سأس اهنددر قومي ثمن تسي أحان فسا الإنلقنخ لقد وننمم رغي رأج مفله اتحاللوا الصمعوا ون٦ -٤ :التني ( ءام(

9 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. Ke-1, h. 492

Page 28: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

21

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam keadaan bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (Q.S. At-Tiin: 4-6)

Dalam pengertian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

wakaf berfungsi untuk memberikan pahala yang terus mengalir kepada si wakif

meskipun dia sudah meninggal dunia, sebagai media untuk taqarrub

(mendekatkan diri) kepada Allah SWT, dan juga untuk membantu masyarakat

umum dari hasil benda yang diwakafkan oleh si wakif.

2. Unsur dan Syarat-Syarat Perwakafan

Unsur dalam istilah hukum Islam dinamakan rukun, yang dimaksud

dengan rukun adalah sudut, tiang penyangga, yang merupakan sendi utama atau

unsur pokok dalam pembentukan suatu hal. Tanpa rukun sesuatu hal tidak akan

berdiri.

Adapun rukun perwakafan di antaranya yaitu:

a. Wakif (orang yang mewakafkan)

Orang yang mewakafkan hartanya dalam istilah hukum Islam disebut

wakif. Para ulama madzhab sepakat bahwa syarat seorang wakif yaitu sehat

akal, baligh, dan rasyid. Pengertian baligh menitik beratkan pada usia,

sedangkan rasyid pada kematangan pertimbangan akal untuk kecakapan

bertindak melakukan tabarru’ (melepaskan hak tanpa imbalan benda).

Page 29: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

22

Diperlukan .kematangan pertimbangan akal seseorang (rasyid), yang dianggap

telah ada pada remaja berumur antara 15 sampai dengan 23 tahun.10

b. Maukuf (benda yang diwakafkan)

Para ulama madzhab sepakat bahwa benda-benda yang diwakafkan

harus memenuhi syarat-syarat:

1) Benda yang diwakafkan merupakan sesuatu yang konkrit jelas wujudnya

dan batas-batasnya (jika berbentuk tanah misalnya) dan benda tersebut

merupakan milik orang yang mewakafkan.

2) Benda tersebut harus mempunyai nilai ekonomis, tahan lama dan dapat

diambil manfaatnya.

3) Benda yang diwakafkan dapat berupa barang-barang tidak bergerak

(misalnya tanah, rumah dan kebun) dan barang bergerak (misalnya buku-

buku dan kitab suci.

Dalam hal mewakafkan benda yang bergerak, Hanafi berbeda pendapat

dengan para ulama. Menurutnya, benda wakaf harus berupa benda yang tidak

bergerak demi tercapainya tujuan wakaf yang bersifat mu’abbad. Akan tetapi

muridnya, Abu Yusuf dan Muhammad mengatakan bahwa barang bergerak

yang berfungsi sebagai pelengkap sah untuk diwakafkan. Misalnya

10 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press, 1988),

Cet. Ke-1, h. 85

Page 30: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

23

mewakafkan kebun sekaligus dengan binatang dan peralatanya, mewakafkan

senjata dan kuda perang. 11

Kesimpulannya, wakaf benda bergerak boleh dengan syarat benda itu

selalu menyertai benda tetap.

c. Maukuf Alaih

Adapun syarat-syarat maukuf alaih adalah12:

1) Orang yang diwakili tersebut ada (sudah dilahirkan) ketika wakaf terjadi.

Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai ada atau tidaknya orang yang

akan diwakili ketika terjadinya wakaf. Menurut Imamiyah, Syafi’i dan

Hambali orang yang akan diwakafi harus ada ketika wakaf terjadi.

Sedangkan menurut Maliki, sah hukum wakaf walaupun orang yang

diwakafi belum ada.

2) Harus dinyatakan secara tegas/jelas dikala mengingkari wakaf, kepada

siapa wakaf itu ditujukan.

3) Para ulama madzhab sepakat bahwa tujuan wakaf harus untuk ibadah dan

mengharap keridloan Allah SWT. Oleh karena itu, tujuan wakaf tidak

boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah, tidak mewakafkan sesuatu

yang menimbulkan maksiat kepada Allah SWT. Misalnya mewkafkan

tanah untuk mendirikan tempat perjudian, diskotek dan sebagainya.

11 Muhammad Jawad Mughirah, op. cit., h. 645-646 12 Ibid., h.647

Page 31: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

24

d. Sighat Wakaf (penyertaan)

Sighat wakaf adalah segala ucapan, tulisan atau isyarat dari wakif yang

merupakan tanda penyerahan benda wakaf. Para ulama madzhab sepakat

bahwa akad wakaf merupakan akad tabarru’ yaitu transaksi sepihak yang sah

sebagai suatu akad yang tidak memerlukan qobul dari pihak penerima wakaf

dan cukuf hanya dengan ucapan ijab si wakif.

Adapun lafadz sighat wakaf ada dua macam, yaitu13:

1) Lafadz yang jelas (shorih) seperti dengan kata-kata sebagai berikut:

Wakoftu, habasu dan sabaltu.

2) Lafadz kiasan (kinayah) seperti dengan kata tashaddaqtu, harramtu dan

abbadtu. Semua kata-kata kiasan yang dipakai untuk mewakafkan sesuatu

harus disertai dengan niat wakaf.

Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama madzhab mengenai apakah

wakaf dinyatakan sah jika hanya terjadi melalui perbuatan tanpa ucapan,

misalnya seseorang mempunyai sebidang tanah kemudian ia membangun

sebuah pemakaman dan mengizinkan orang Islam untuk melakukan

pemakaman di tempat tersebut.

Hanafi, Maliki dan Hanbali mengatakan wakaf dapat terjadi cukup

hanya dengan perbuatan dan barang yang dimaksud berubah menjadi wakaf.

Demikian pula pendapat segolongan ulama madzhab Imamiyah terkemuka di

antaranya Sayyid al-Yazidi, Sayyid Abu Hasan al-Asfahani, Sayyid al-Hakim,

13 Faisal Haq dan HA. Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan Di Indonesia, PT. Garoeda

Buana Indah, Pasuruan Jatim, Cet II Nov. 1994, h.26

Page 32: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

25

al-Syahid al-Tsani dan Ibnu Idris. Sedangkan syafi’i mengatakan wakaf tidak

dapat terjadi kecuali dengan lafadz yang diucapkan.14

Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 menyebutkan

rukun dengan istilah unsur-unsur wakaf yang diuraikan pada Bab II bagian kedua

mulai pasal 3 sampai dengan 6 dan diuraikan juga dalam Kompilasi Hukum Islam

pada Bab II bagian kedua mulai pasal 217 sampai dengan 219.

Adapun unsur atau rukun yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah No.

28 tahun 1977 dan Kompilasi Hukum Islam adalah sebagai berikut:

a. Wakif (orang yang mewakafkan)

Pasal 215 (2) Kompilasi Hukum Islam dan pasal 1 (2) Peraturan

Pemerintah No. 28 tahun 1977 disebutkan, “wakif adalah orang atau orang-

orang atau badan hukum yang mewakafkan tanah miliknya.” Karena

mewakafkan tanah itu merupakan perbuatan hukum, maka wakif haruslah

orang atau orang-orang atau badan hukum yang memenuhi syarat untuk

melakukan tindakan hukum. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 3 ayat (1)

PP No. 28 tahun 1977, syarat-syarat wakif adalah sebagai berikut:

1) Dewasa

2) Sehat akalnya

3) Tidak terhalang untuk melakukan tindakan hukum

4) Atas kehendak sendiri dan tanpa paksaan dari pihak lain

5) Benar-benar pemilik harta yang diwakafkan

14 Muhammad Jawad Mughiroh, Op. Cit., h. 641

Page 33: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

26

Syarat-syarat ini perlu dirinci untuk menghindari tidak sahnya tanah

yang diwakafkan, baik karena faktor intern (pada diri orang itu sendiri) seperti

cacat atau kurang sempurna cara berfikir, maupunn faktor extern (yang

berbeda di luar orang yang bersangkutan) seperti merasa dipaksa orang lain.15

b. Maukuf (benda yang diwakafkan)

Menurut Kompilasi Hukum Islam, yang dapat dijadikan benda wakaf

adalah segala benda baik bergerak maupun tidak bergerak yang memiliki daya

tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran agama Islam,

sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977, yang dapat

dijadikan benda wakaf adalah tanah hak milik. Benda atau tanah hak milik

tersebut disyaratkan harta yang bebas dari segala pembebanan, ikatan, sitaan

dan perkara.

Ketentuan ini didasarkan pertimbangan bahwa wakaf adalah sesuatu

yang bersifat suci dan abadi. Karena itu, tanah yang dapat dijadikan wakaf

selain dari statusnya hak milik juga harus bersih, artinya tidak menjadi

tanggungan utang atau hipotik, tidak dibebani oleh beban (jaminan) lainnya

tidak pula dalam sengketa. Tanah yang diwakafkan itu harus benar-benar

tanah milik atau tanah hak milik yang sempurna.

Ahmad Rofiq menyatakan, bahwa syarat-syarat harta benda yang

diwakafkan adalah sebagai berikut16:

15 Mohammad Daud Ali, Op. Cit., h.106-107 16 Ahmad Rofiq, Op. Cit., h. 497

Page 34: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

27

1) Benda wakaf dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang, tidak sekali pakai.

Hal ini karena watak wakaf yang lebih mementingkan manfaat benda

tersebut.

2) Benda wakaf dapat berupa milik kelompok atau badan hukum.

3) Hak milik wakaf yang jelas batas-batas kepemilikannya, selain itu benda

wakaf merupakan benda milik yang bebas dari segala pembebanan, ikatan,

sitaan dan sengketa.

4) Benda wakaf dapat dialihkan jika untuk maslahat yang lebih benar.

5) Benda wakaf tidak boleh diperjual belika, dialihkan atau diwariskan.

Perbuatan mewakafkan adalah perbauatan yang suci, mulia dan terpuji

sesuai dengan ajaran agama Islam. Berhubungan dengan itu, maka tanah-tanah

yang hendak diwakafkan itu betul-betul merupakan milik bersih dan tidak ada

cacatnya ditinjau dari sudut kepemilikan.

Selain itu, adanya pernyataan ini dimaksudkan untuk mencegah

terjadinya atau terbawa-bawanya lembaga perwakafan ini untuk sering

berhadapan dengan pengadilan yang dapat merosotkan wibawa dan syari’at

agama Islam. Berdasarkan pandangan tersebut di atas, maka tanah yang

mengandung pembebanan seperti tanah dalam proses perkara dan sengketa

tidak dapat diwakafkan sebelum masalahnya diselesaikan terlebih dahulu.

c. Maukuf ‘Alaih (tujuan wakaf)

Tujuan wakaf tidak terinci dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun

1977 ia hanya dinyatakan sepintas lalu dalam perumusan pengertian wakaf

Page 35: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

28

(pasal) yang kemudian disebut dalam pasal 2 waktu menegaskan fungsi wakaf.

Menurut Peraturan Pemerintah, tujuan perwakafan tanah milik untuk

pemakaman adalah untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum

lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam. Mungkin, karena tujuan wakaf ini

dipandang sudah jelas, maka tidak perlu lagi dirinci dalam Peraturan

Pemerintah. Yang perlu adalah melestarikan tujuan tersebut dengan

pengeleloan yang baik dilakukan oleh nadzir, yaitu sekelompok orang atau

badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaannya dan pengurusan benda-

benda wakaf agar manfaatnya dapat kekal dinikmati oleh masyarakat. Oleh

karena itu pula dalam system perwakafan tanah milik untuk pemakaman ini,

tujuan wakaf yang merupakan unsur atau rukun dalam fiqh tradisional,

digantikan tempatnya oleh nadzir, agar wakafnya dapat berfungsi sebagaimana

mestinya, hak dan kewajibannya disebut secara terinci dalam Peraturan

Pemerintah dan Peraturan Pelaksanaannya.

Yang jelas, syarat dan tujuan wakaf adalah untuk kebajikan mencari

ridlo Allah SWT dan mendekatkan diri kepadanya. kegunaannya bidang untuk

sarana ibadah murni seperti masjid, musholla, pesantren atau pemakaman dan

juga termasuk sarana sosial keagamaan lainnya yang lebih besar manfaatnya.

Untuk lebih jelasnya atau konkritnya, tujuan wakaf adalah sebagai

berikut17:

17 Ahmad Rofiq, Op. Cit., h. 497

Page 36: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

29

1) Untuk mencari keridloan Allah SWT, termasuk di dalamnya segala macam

usaha untuk menegakkan agama Islam, seperti mendirikan tempat ibadah

kaum muslimin, kegiatan dakwah, pendidikan agama Islam, penelitian

ilmu-ilmu agama Islam, pemakaman dan sebagainya. Tujuan ini

merupakan tujuan utma dari wakaf, karena itu seseorang tidak dapat

mewakafkann hartnya untuk keperluan-keperluan yang berlawanan bagi

kepentingan agama Islam seperti mendirikan rumah ibadah agama lain

selain agama Islam, membantu pendidikan agama selain agama Islam.

Demikian harta wakaf tidak dikelola dalam usaha-usaha yang bertentangan

dengan ajaran Islam, seperti usaha perternakan babi modal pengadaan

lotre, membangun atau modal pabrik minuman keras (khamar) dan

sebagainya.

2) Untuk keperluan masyarakat, seperti untuk membantu fakir miskin,

membantu orang terlantar, karib kerabat, mendirikan sekolah, mendirikan

asrama anak yatim dan sebagainya.

Oleh karena itu, tujuan wakaf tidak bisa digunakan untuk kepentingan

maksiat atau membantu mendukung, dan atau yang memungkinkan

diperuntukan untuk tujuan maksiat.

Sehubungan dengan itu, boleh saja seseorang tidak secara terang-

terangan menegaskan tujuan wakafnya, apabila wakafnya itu diserahkan

kepada suatu badan hukum, yang jelas usahanya untuk kepentingan umum.

Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 2:

Page 37: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

30

ياأيها الذين ءامنوا لا تحلوا شعائر الله ولا الشهر الحرام ولا الهدي ولا مللتإذا حا وانورضو همبر نلا مون فضغتبي امرالح تيالب نيلا ءامو دالقلائ

رمجلا يوا وطادام أن فاصرالح جدسن المع وكمدم أن صآن قونش كمنتعتدوا وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان واتقوا

)٢: 5/املــاءدة(الله إن الله شديد العقاب Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-

syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dari keridloan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu, dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat besar siksa-Nya. (Q.S. al-Maidah/5: 2)

d. Shigat (ikrar pernyataan wakaf)

Pernyataan wakif yang merupakan tanda penyerahan barang atau

benda yang diwakafkan itu dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan. Dengan

pernyataan itu tinggallah hak wakif atau benda yang diwakafkannya. Benda

itu kembali menjadi hak milik mutlak Allah yang dimanfaatkan oleh orang

atau orang-orang yang disebut dalam ikrar wakaf tersebut. Karena tindakan

mewakafkan sesuatu itu dipandang sebagai perbuatan hukum sepihak, maka

dengan pernyataan wakif yang merupakan ijab, perwakafan telah terjadi.

Page 38: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

31

Pernyataan qabul dari pihak yang menerima tidak diperlukan. Dalam wakaf

hanya ada ijab tanpa qabul.18

Hal ini karena ikrar wakaf pada hakikatnya merupakan suatu

pernyataan (ikrar) dari orang yang berwakaf (wakif) bahwa ia telah

mewakafkan hartanya yang tertentu kepada Allah SWT. Karena itu tidak

memerlukan Kabul atau semacam pernyataan penerimaan dari pihak

penerimanya. Di samping itu, wakaf juga merupakan tindakan tabarru’ atau

pelepasan hak milik. Tabarui’ tidak memerlukan Kabul.19

Adapun menurut Ahmad Rofiq menyatakan bahwa ikrar wakaf adalah

tindakan hukum yang bersifat deklaratif (sepihak), untuk itu tidak diperlukan

adanya Kabul (penerimaan) dari orang yang menikmati manfaat wakaf

tersebut. Namun demikian, demi tertib hukum dan administrasi, guna

menghindari penyalahgunaan benda wakaf, pemerintah mengeluarkan

peraturan perundang-undangan yang secara organik mengatur perwakafan.20

Ikrar menurut Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 adalah

pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan tanah miliknya, Ikrar

wakaf ini harus dinyatakan secara lisan, jelas dan tegas kepada nadzir yang

telah disahkan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dan

dua orang saksi. Ikrar wakaf itu kemudian, harus dituangkan dalam bentuk

18 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam Tentang Wakaf, Ijarah, Syirkah, (Bandung: PT. Al

Ma’arif, 1987), h. 11 19 Zakiyah Daradjat, et al, Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cet. Ke-1,

Jil. III 20 Ahmad Rofiq, Op. Cit., h. 497-498

Page 39: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

32

tertulis. Bila seorang wakif tidak mampu menyatakan ikrar wakafnya secara

lisan, karena ia bisu misalnya, ia dapat menyatakan ikrar wakaf itu dengan

isyarat. Dan bila wakif tidak bisa hadir dalam upacara ikrar wakaf, ikrarnya

dapat dibuat secara tertulis dengan persetujuan PPAIW dan saksi-saksi.

Sedangkan dalam pasal 9 ayat (4) Peraturan Pemeritah dan dalam pasal

233 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa pelaksanaan ikrar

wakaf diangap sah jika dihadiri dan disaksikan oleh sekurang-sekurangnyan 2

(dua) orang saksi. Ini berarti bahwa, jika ketentuan itu ditafsirkan secara a

contrario, pelaksanaan ikrar wakaf dianggap tidak sah jika tidak dihadiri dan

disaksikan oleh sekurang-sekurangnya 2 (dua) orang saksi. Konsekuensinya

adalah perwakafan yang dilakukan tanpa dihadiri dan disaksikan oleh dua

orang saksi, harus dipandang tidak memenuhi syarat dan karenannya tidak sah

dan tidak pula dilindungi oleh hukum.

Ketentuan yang mewajibkan ikrar wakaf dituangkan kemudian dalam

bentuk tertulis dan keharusan adanya dua orang saksi yang menghadiri dan

menyaksikan ikrar wakaf itu dimaksudkan sebagai jaminan dan perlindungan

hukum terhadap perwakafan tanah. Tujuannya adalah, menurut penjelasan

pasal 9 Peraturan Pemerintah, untuk memperoleh bukti yang otentik yang

dapat dipergunakan untuk berbagai persoalan seperti misalnya:

1) Untuk bahan pendaftaran pada kantor Subdirektorat Agraria Kabupaten

atau Kotamadya.

Page 40: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

33

2) Untuk keperluan penyeleasaian sengketa yang mungkin terjadi di

kemudian hari tentang tanah yang diwakafkan itu.

Dengan kesaksian dua orang saksi itu akan jelas riwayat tanah yang

bersangkutan baik sebelum maupun sesudah tanah itu diwakafkan.

Tidak semua orang dapat menjadi saksi. Seorang saksi harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

2) Telah dewasa;

3) Sehat akalnya;

4) Tidak terhalang oleh hukum untuk melakukan perbuatan hukum;

Syarat ini dipersiapkan untuk menjadi salah satu alat bukti dalam

menghadapi sengketa hukum yang mungkin di kemudian hari walaupun hanya

sebagai bukti penguat saja, karena Akta Ikrar Wakaf yang dibuat oleh Kepala

Kantor Urusan Agama kecamatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf,

adalah akta otentik yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.21

e. Nadzir (pengelola wakaf)

Nadzir adalah sekelompok orang atau badan hukum yang diserahi

tugas pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf. Yang dimaksud dengan

kelompok orang dalam perumusan itu adalah kelompok yang merupakan satu

kesatuan atau merupakan suatu pengurus. Jadi bukan orang seorang,

sebagaimana dimungkinkan dalam fiqh tradisional. Hal ini mungkin

dimaksudkan agar pengurusan harta wakaf dapat dilakukan secara lebih baik

21 Mohammad Daud Ali, Op. Cit., h. 110

Page 41: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

34

oleh kumpulan orang yang dapat saling mengawasi dan menghindari

terjadinya penyelewengan harta wakaf yang menjadi milik perorangan nadzir

wakaf yang bersangkutan.

Ketentuan nadzir seperti yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah

merupakan pengembangan hukum fiqh di Indonesia, di samping seperti

misalnya keharusan adanya dua orang saksi yang menghadiri dan

menyaksikan ikrar wakaf, ikrar wakaf yang harus tertulis, dan dilakukan di

hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW).

Pasal 6 Peraturan Pemerintah dan pasal 219 Kompilasi Hukum Islam

menyebut syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nadzir, baik nadzir

perorangan maupun badan hukum.22

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nadzir perorangan

adalah sebagai berikut:

1) Warga Negara Indonesia;

2) Beragama Islam;

3) Sudah dewasa;

4) Sehat jasmani dan rohani;

5) Tidak berada dalam pengampuan;

6) Bertempat tinggal di kecamatan tempat letaknya tanah yang diwakafkan;

22 Abdul Ghani Abdullah, Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan Pengadilan

Agama, (Jakarta: Intermasa, 1991), h. 341-342

Page 42: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

35

Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nadzir berbentuk

badan hukum adalah sebagai berikut:

1) Badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;

2) Mempunyai perwakilan di kecamatan tempat tinggal letaknya tanah yang

diwakafkan;

3) Sudah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan dimuat dalam Berita

Negara;

4) Jelas tujuan dan usahanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan

umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.

Nadzir wakaf, baik perorangan maupun badan hukum, harus terdaftar

pada KUA Kecamatan setempat untuk mendapat pengesahan dari Kepala

KUA Kecamatan yang bertindak sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.

Pendaftaran itu dimaksudkan untuk menghindari perbuatan perwakafan yang

menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan dan juga untuk memudahkan

pengawasan.

Jumlah nadzir untuk suatu wilayah tertentu ditetapkan oleh Menteri

Agama. Menurut Peraturan Menteri Agama No. 1 tahun 1978, jumlah nadzir

perorangan untuk satu kecamatan adalah sama dengan jumlah desa yang

terdapat dalam kecamatan yang bersangkutan. Dan di dalam setiap desa hanya

ada satu nadzir kelompok perorangan. Yang dimaksud kelompok perorangan

adalah kumpulan para nadzir yang ada di desa itu selama ini. Mereka

bergabung dan bersama-sama memeliahara serta mengurus seluruh benda-

Page 43: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

36

benda wakaf yang ada dalam desa yang bersangkutan. Kelompok perorangan

itu terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, salah seorang di antaranya

menjadi ketua. Susunan itu ditentukan oleh Kepala KUA Kecamatan.23

Masa kerja nadzir perorangan tidaklah mutlak seumur hidup. Seorang

anggota nadzir berhenti dari jabatannya, karena24:

1) Meninggal dunia;

2) Mengundurkan diri

3) Dibatalkan kedudukannya sebagai nadzir oleh Kepala KUA kecamatan,

karena:

a) Tidak memenuhi syarat seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah dan

Peraturan Pelaksanaannya.

b) Melakukan tindakan pidana kejahatan yang berhubungan dengan

jabatan nadzir.

c) Tidak dapat lagi melakukan kewajibannya sebagai nadzir.

Sebagaimana halnya dengan syarat dan susunan nadzir tersebut di atas,

kewajiban dan hak nadzir ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 28

tahun 1977 (pasal 7) yang dirinci lebih lanjut pasal 10 dan 11 dalam Peraturan

Menteri Agama No. 1 tahun 1978.

Kewajiban-kewajiban nadzir yang terdapat pada pasal 10 Perturan

Menteri Agama No. 1 tahun 1978 adalah sebagai berikut:

23 Mohammad Daud Ali, Op. Cit., h. 113 24 Abdul Ghani, Op. Cit., h.417

Page 44: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

37

1) Mengurus dan mengawasi harta kekayaan wakaf dan hasilnya, meliputi:25

a) Menyimpan lembar kedua Salinan Akta Ikrar Wakaf

b) Memelihara tanah wakaf

c) Memanfaatkan tanah wakaf

d) Berusaha meningkatkan tanah wakaf

e) Menyelenggarakan pembukaan atau administrasi perwakafan dengan

memelihara buku catatan tentang keadaan tanah wakaf, buku catatan

tentang pengelolahan dan hasil tanah wakaf, serta buku catatan tentang

penggunaan hasil tanah wakaf.

2) Memberi laporan kepada Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan tentang:

a) Hasil pencatatan perwakafan tanah milik untuk pemakaman oleh

Pejabat Agraria

b) Perubahan atas tanah milik yang telah diwakafkan dan perunbahan

penggunaannya karena:

­ Tidak susuai dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh wakif.

­ Untuk kepentingan umum

c) Pelaksanaan kewajban mengurus dan mengawasi harta kekayaan

wakaf dan hasil tiap tahun yaitu pada tiap akhir bulan Desember.

3) Melaporkan anggota nadzir yang berhenti dari jabatannya.

25 Abdul Ghani, Op. Cit., h. 418

Page 45: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

38

4) Mengusulkan kepada Kepala KUA Kecamatan anggota pengganti yang

berhenti itu untuk disahkan keanggotaannya.

Kewajiban nadzir yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah

pelaksanaannya jauh lebih banyak dan terinci dibandingkan dengan kewajiban

nadzir yang disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam, akan tetapi intinya

tetap sama yakni memelihara dan mengurus harta wakaf agar dapat

dimanfaatkan hasilnya seoptimal mungkin.

Sebagai imbalan kewajiban-kewajiban yang dibebankan di pundak

nadzir tersebut di atas, nadzir juga mempunyai hak-hak tertentu atas harta

wakaf yang diurusnya. Pasal 222 Kompilasi Hukum Islam dan pasal 11

Peraturan Menteri Agama menetapkan hak nadzir, yaitu:26

1) Menerima penghasilan dari hasil tanah wakaf yang besarnya tidak boleh

melebihi (10 %) dari hasil bersih tanah wakaf. Yang menentukan besarnya

penghasilan nadzir ini adalah Kepala Seksi Urusan Agama Islam Kantor

Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya.

2) Menggunakan fasilitas sepanjang diperlukan dari tanah wakaf atau

hasilnya yang ditetapkan oleh Kepala Seksi Urusan Agama Islam

setempat.

Dalam sistem perwakafan di Indonesia, nadzir merupakan unsur

penting. Tanpa nadzir, wakaf tidak akan terlaksana karena pada waktu ikrar

wakaf dilakukan, nadzir telah harus ditetapkan. Pengaturan demikian mungkin

26 Abdul Ghani, Op. Cit., h.418

Page 46: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

39

dilakukan untuk menertibkan perwakafan tanah agar harta wakaf itu tidak

“hilang” begitu saja.

Di samping rukun-rukun wakaf yang telah disebutkan di atas, ada pula

syarat sahnya suatu perwakafan benda atau harta seseorang. Syarat-syarat itu

adalah sebagai berikut:27

a. Perwakafan benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja, tetapi

untuk selama-lamanya. Wakaf yang dibatasi waktunya, misalnya untuk lima

tahun saja atau untuk sepuluh tahun saja, hukumnya tidak sah.

b. Tujuan wakaf harus jelas, seperti telah disebut di muka. Namun demikian

apabila seseorang wakif menyerahkan tanahnya kepada suatu badan hukum

tertentu yang sudah jelas tujuan dan usahanya, wewenang untuk penentuan

tujuan wakaf itu berada pada badan hukum yang bersangkutan sesuai dengan

tujuan badan hukum itu.

c. Pelaksanaan wakaf direaliasasikan segera setelah ikrar. Hal ini karena pemilik

telah lepas dari wakif. Karena itu wakaf tidak boleh digantungkan kepada

sesuatu keadaan atau syarat tertent, misalnya pada kematian seseorang atau

kondisi tertentu.

d. Apabila seseorang wakif menentukan syarat dalam pelaksanaan pengelolah

benda wakaf, sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan wakaf, maka nadzir

perlu memperhatikannya. Tetapi bila syarat tersebut bertentangan dengan

tujuan wakaf semula, nadzir tidak perlu memperhatikannya.

27 Ahmad Rofiq, Op. Cit., h. 500-501

Page 47: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

40

e. Pemilik wakaf tidak boleh dipindah tangankan. Dengan terjadinya wakaf,

maka sejak saat itu harta wakaf telah menjadi milik Allah SWT. pemilik itu

tidak boleh dipindah tangankan kepada siapapun, baik orang, badan atau

Negara.

C. Perwakafan Menurut PP. No. 28 Tahun 1977

Pada tanggal 17 Mei 1977 pemerintah RI mengeluarkan PP No. 28 tentang

perwakafan tanah milik yang diiringi dengan seperangkat pelaksanaannya oleh

DEPAG dan DEPDAGRI, dalam beberapa interuksi gubernur kepala daerah, dan

dengan demikian telah diatur oleh perundang-undangan sehingga mempunyai

badan hukum. Adapun tentang persoalan wakaf yang ada dalam peraturan

pemerintah dapat dilihat dalam bab I tentang ketentuan umum adalah ;

Pasal I menyebutkan :

Yang dimaksud dalam peraturan pemerintah ini adalah :

(1) Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang

memisahkan sebagian dari harta kekayaannya untuk selama-lamanya, untuk

kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran

Islam.

(2) Wakif adalah orang atau orang-orang ataupun badan hukumyang mewakafkan

tanah miliknya.

(3) Ikrar adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan tanah

miliknya.

Page 48: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

41

(4) Nadzir adalah kelompok orang atau badan hukum yang di serahi tugas

pemeliharaan dengan pengurusan benda wakaf.28

Pada bab I tersebut telah jelas bahwa pada tahun 1977 wakaf di Indonesia

telah dibuat sebuah kelembagaannya. Pertanyaannya adalah mengapa perwakafan

tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah? Dikarenakan perwakafan tanah dan

tanah wakaf di Indonesia adalah termasuk dalam hukum agrarian. Yaitu sebagai

perangkat peraturan yang mengatur tentang bagaimana hubungan hukum antara

orang dengan bumi, air dan ruang angkasa, serta hubungan bumi, air dan ruang

angkasa tersebut.

Oleh karena perwakafan di Indonesia pada umumnya berobjek tanah,

maka masalah perwakafan tanah diatur dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang

peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) dalam pasal 49 ayat (3) yang

berbunyi :

“Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah”

Pelaksanaan dan peraturan wakaf itu sendiri di Indonesia dapat dibagi

menjadi tiga kurun waktu ;

1. Sebelum kemerdekaan RI.

2. Setelah kemerdekaan RI, dan sebelum adanya PP no. 28 tahun 1977.

3. Setelah berlakunya PP no. 28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik.29

28 Departemen Agama DitJen Bimas Islam dan Urusan Haji, Himpunan Peraturan Perundang-

Undangan Perwakafan Tanah Milik, Tahun 1991-1992, hal. 84 29 Faisal Haq dan HA. Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan Di Indonesia, PT. Garoeda

Buana Indah, Pasuruan Jatim, Cet II Nov. 1994, hal. 30

Page 49: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

42

1.a. Perwakafan sebelum kemerdekaan

Lembaga perwakafan sebenarnya sudah sering dilaksanakan oleh orang-

orang Indonesia yang beragama Islam jauh sebelum kemerdekaan, hal ini wajar di

laksanakan di Indonesia karena di Indonesia banyak berdiri kerajaan-kerajaan

Islam seperti Demak, Pasai dan lain sebagainya.

Sekalipun lembaga perwakafan itu merupakan lembaga yang berasal dari

ajaran Islam, tetapi seolah-olah sudah merupakan kesepakatan dari para ahli

hukum bahwa lembaga perwakafan tersebut merupakan masalah hukum adat di

Indonesia, sebab diterimanya lembaga ini berasal dari suatu kebiasaan dalam

sebuah kehidupannya (Azhar Basyir, 1977:13) maka tidak jarang orang

membangun masjid atau pesantren untuk kepentingan bersama secara bergotong

royong.

Sejak zaman dahulu persoalan wakaf ini telah di atur dalam hukum adat

yang sifatnya tidak tertulis, dengan mengambil sumber dari hukum Islam. Di

samping itu, oleh colonial dahulu telah pula di keluarkan berbagai peraturan yang

mengatur tentang persoalan wakaf antara lain :

1. Surat edaran sekretaris Govermen pertama tanggal 31 Januari 1905 Nomer

435 sebagai termuat dalam Bijblad 1905 nomer 6196 tentang toezicht op den

bow van Mohammedaansche bedehuizen, dalam surat edaran ini walaupun

tidak secara tertulis mengatur tentang wakaf namun dinyatakan bahwa tidak

akan menghalang-halangi orang Islam untuk keperluan keagamaan. Tetapi

apabila dikehendaki oleh kepentingan imim surat edaran tersebut ditujukan

Page 50: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

43

kepada para kepala wilayah di Jawa dan Madura kecuali daerah Swaraja,

sepanjang belum pendaftaran tanah-tanah atau rumah ibadah Islam yang ada

di kabupaten masing-masing.

2. Surat edaran sekretaris Govermen tanggal 4 Juni 1931 nomer 1361/A yang

termuat dalam Bijblad 1905 nomer 6196 tentang toezicht van deregeriing op

Mohammedaansche bedehuizen, vrijdag diensten wakaf surat edaran tersebut

tentang tanah wakaf yang ada pada masyarakat agar memperoleh kepastian

hukum dari harta wakaf tersebut.

3. Surat edaran sekretaris Govermen tanggal 24 Desember 1934 nomer 3088/A

sebagaimana termuat di dalam Bijblad 1934 nomer 13390 tentang toezicht

van deregeriing op Mohammedaansche bedehuizen, vrijdag diensten en

wakaf. Surat edaran ini hanya hanya memepertegas atas surat edaran yang

kedua tersebut, yang pada intinya meminta kepada bupati untuk

menyelesaikan perselisihan yang terjadi apabiladiminta oleh pihak yang

bersengketa.

2.a. Perwakafan setelah kemerdekaan, sebelum adanya Peraturan Pemerintah

no.28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik.

Peraturan tentang perwakafan tanah milik yang dikeluarkan pada masa

penjajahan Belanda sejak proklamasikemerdekaan negera Republik Indonesia

pada tanggal 17 Agustus 1945 masih harus diberlakukan berdasarkan bunyi pasal

II aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945 “Segala badan Negara dan

Page 51: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

44

pengaturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru

menurut Undang-Undang Dasar ini”.30

Untuk menyesuaikan dengan alam kemerdekaan maka telah dikeluarkan

beberapa petunjuk-petunjuk mengenai wakaf.

Untuk selanjutnya perwakafan ini menjadi wewenang bagian D (ibadah

sosial), jawatan urusan agama.

Pada tanggal 8 Oktober 1956 telah dikeluarkan surat edaran nomer

5/D/1959 tentang prosedur perwakafan tanah.

Beberapa peraturan tentang perwakafan tanah di atas dirasakan kurang

memadai dan masih banyak kekurangan yaitu belum memberikan kepastian

hukum mengenai tanah-tanah wakaf. Oleh karena itu untuk memperjelas dan

memperbaharui system Agraria kita, pertama kita lihat dalam pasal 49 nomor 5

tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yang

berbunyi:

(1) Hak milik tanah-tanah badan keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan

untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial, diakui dan dilindungi.

(2) Badan-badan tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk

bangunan dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial.

(3) Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan peraturan pemerintah.31

30 Ibid, hal. 32 31 PARLINDUNGAN, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, CV. Mandar Maju,

Bandung, Tahun 1998 Cet, VIII, hal 144

Page 52: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

45

Dalam pasal ini ditegaskan bahwa soal-soal yang bersangkutan dengan

peribadatan dan keperluan suci lainnya dalam hukum agrarian yang baru akan

mendapatkanperhatian sebagaimana mestinya.

3.a. Perwakafan setelah berlakunya Peraturan Pemerintah no.28 tahun 1977

tentang perwakafan tanah milik.

Telah diuraikan di atas bahwa peraturan perwakafan tanah di Indonesia

belum memenuhi kebutuhan maupun belum dapat memberikan kepastian hukum

dalam rangka melindungi tanah-tanah wakaf tersebut. Oleh sebab itu pada pasal

49 ayat (3) UUPA pemerintah pada tanggal 14 Mei 1977 menetapkan peraturan

pemerintah nomer 28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik.32

(a) Bahwa wakaf adalah suatu lembaga keagamaan, yang dapat dipergunakan

salah satu sarana guna pengembangan kehidupan keagamaan, khususnya

umat yang beragama Islam, dalam rangka mencapai kesejahteraan spiritual

dan material menuju masyarakat yang adil, dan makmur berdasarkan

pancasila.

(b) Bahwa peraturan perundangan yang ada sekarang ini yang mengatur tentang

perwakafan tanah milik selain belum memenuhi kebutuhan akan cara-cara

perwakafan juga membuka kemungkinan akan hal-hal yang tidak di inginkan

disebabkan tidak adanya data-data yang nyata dan lengkap mengenai tanah-

tanah yang di wakafkan.

32 Faisal Haq dan HA. Saiful Anam op.cit, hal. 33

Page 53: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

46

Dengan berlakunya PP no.28 tahun 1977 sepanjang peraturan sebelumnya

yang bertentangan dengan PP ini dianggap tidak berlaku lagi. Kemudian hal

tersebut diatur oleh Departemaen Agama dan Menteri Dalam Negeri sesuai

dengan bidangnya masing-masing.

D. Pengelolaan dan Pengembangan Tanah Wakaf Produktif

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf telah disahkan oleh

presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 Oktober 2004 dan

diundangkan melalui Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor

159. Undang-Undang ini mengatur berbagai hal yang penting dalam pengelolaan

dan pengembangan wakaf untuk memperdayakan ekonomi umat.

Jika dibandingkan dengan beberapa peraturan perundang-undangan

tentang wakaf yang sudah ada selama ini, maka dalam Undang-Undang Nomor

41 Tahun 2004 terdapat hal-hal baru dan penting yang sangat menunjang

pertumbuhan ekonomi umat. Beberapa di antaranya adalah mengenai masalah

nadzir, maukuf bih, dan maukuf ‘alaih, serta perlunya dibentuk Badan Wakaf

Indonesia (BWI). Berkenaan dengan masalah nadzir, karena dalam Undang-

Undang ini yang dikelola tidak hanya benda tidak bergerak yang selama ini sudah

lazim dikelola di Indonesia, tetapi juga benda bergerak seperti uang logam mulia,

surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa dan lain-lain,

maka itu dari nadzir pun dituntut untuk mampu mengelola benda-benda tersebut.

Page 54: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

47

Kemudian dalam bab V Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 42

dijelaskan mengenai pengelolaan dan pengembangan wakaf. Pasal 42 tersebut

menjelaskan sebagai berikut: Nadzir wajib mengelola dan mengembangkan harta

benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya.

Pasal 43

(1) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh nadzir sebagaimana

dimaksud dalam pasal 42b dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah.

(2) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan secara produktif.

(3) Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud

pada ayat (1) diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin

syariah. Yang dimaksud lembaga penjamin syariah yaitu badan hukum yang

menyelenggarakan kegiatan usaha yang dapat dilakukan, antara lain melalui

skim asuransi syariah atau skim lainnya yang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan wakaf dilakukan oleh nadzir, sesuai dengan pasal 42 Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Dalam penjelasan ini, yang

dimaksud dengan pengelolaan dan pengembangan secara produktif antara lain

dengan cara: pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan,

perdagangan, agrobisnis, pertambangan, perindustrian, pengemabangan

teknologi, pengembangan gedung, apartemen, rumah susun , pasar swalayan,

Page 55: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

48

pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan, ataupun sarana kesehatan dan

usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan syariah.33

Pasal 44

(1) Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, nadzir dilarang

melakukan perubahan peruntukan harta benda wakaf kecuali atar dasar izin

tertulias dari Badan Wakaf Indonesia (BWI).

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan apabila harta

benda wakaf ternyata tidak dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukan

yang dinyatakan dalam ikrar wakaf.

Pasal 45

(1) Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, nadzir

diberhentikan dan diganti dengan nadzir lain apabila nadzir yang

bersangkutan:

a. Meninggal dunia bagi nadzir perseorangan;

b. Bubar atau dibubarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku untuk nadzir organisasi atau nadzir badan hukum;

c. Tidak melaksanakan tugasnya sebagai nadzir dan atau melanggar

ketentuan larangan dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda

wakaf sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

33 Direktorat Jenderal Bimbingan Mayarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia. 2005), h. 53

Page 56: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

49

d. Dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap;

(2) Pemberhentian dan penggantian nadzir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia.

(3) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dilakukan oleh

nadzir lain karena pemberhentian dan penggantian nadzir dilakukan dengan

tetap memperhatikan peruntukan harta benda wakaf yang ditetapkan dan

tujuan serta fungsi wakaf.

Dengan demikian secara komprehensif – substansif, Undang-undang

Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf merupakan wujud adanya pembaharuan

hukum perwakafan Indonesia, menegaskan adanya paradigma baru wakaf serta

sebagai instrumen hukum pengembangan dan pengelolaan tanah wakaf ke arah

produktif. Berubahnya paradigma baru dalam perwakafan, menjadi sangat luas

lingkup permasalahannya. Apalagi jika wakaf dikembangkan dengan cara atau

model yang diatur pada pasal 43 ayat (1), (2) dan (3) seperti disebutkan di atas.

Page 57: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

50

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis Kecamatan Penjaringan

Kecamatan Penjaringan adalah merupakan salah satu dari enam kecamatan

yang ada di wilayah kota administrasi Jakarta Utara diantaranya adalah :

1. Kecamatan Penjaringan

2. Kecamatan Pademangan

3. Kecamatan Tanjung Priok

4. Kecamatan Koja

5. Kecamatan Kelapa Gading

6. Kecamatan Cilincing1

Sebagai salah satu kecamatan dengan luas wilayah 3,487,58 Ha yang

terdiri dari 68 RW dan 826 RT.

Kecamatan penjaringan terdiri dari lima kelurahan, dengan luas masing-

masing kelurahan sebagai berikut :

1. Kelurahan Penjaringan dengan luas wilayah 394 Ha

2. Kelurahan Pejagalan dengan luas wilayah 323,18 Ha

3. Kelurahan Pluit dengan luas wilayah 771,9 Ha

4. Kelurahan Kapuk Muara dengan luas wilayah 1005,5 Ha

1 Buku data wilayah provinsi, kotamadya, kecamatan dan kelurahan di provinsi DKI Jakarta,

Biro Administrasi Wilayah Prov DKI Jakarta 2006, h. 86

Page 58: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

51

5. Kelurahan Kamal Muara dengan luas wilayah 1053 Ha2

Seiring dengan perkembangannya maka wilayah penjaringan yang terletak

berbatasan dengan laut jawa, kini menjadi daerah industry, terlihat banyaknya

kawasan pergudangan dan pabrik-pabrik besar lainnya.

Sebagai kota yang letaknya di pesisir laut maka pantaslah apabila wilayah

penjaringan sebagai daerah yang banyak mengelola pusat-pusat perdagangan para

nelayan, terlihat banyaknya para pedagang ikan yang dari manapun melintasi

wilayah penjaringan guna membeli ikan yang segar hal ini dilakukan setiap tengah

malam.

Sebagian wilayah kecamatan penjaringan terletak di bantaran kali,

sehingga terjadi kesulitan penertiban oleh petugas walaupun ada yang melanggar

batas-batas yang telah di tetapkan oleh pemerintah.

Di samping itu terlihat juga proyek vital lainnya seperti Rumah sakit

Atmajaya, RS Pluit dan Pabrik Bimoli serta beberapa tempat industri lainnya, hal

ini dimungkinkan bahwa kecamatan penjaringan merupakan wilayah strategis

untuk kawasan industri terutama pergudangan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa wilayah kecamatan

penjaringan merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah kota

administrasi Jakarta Utara dari enam kecamatan yang terletak di tepi pulau jawa

dengan kondisi tanahnya, tanah darat, tanah sawah, empang atau rawa-rawa, dan

hutan lindung.

2 Ibid

Page 59: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

52

Batas-batas wilayah :

1. Sebelah utara berbatasan dengan pantai laut jawa

2. Sebelah timur berbatasan dengan kali opak sepanjang pelabuhan sunda

kelapa, rel kereta api jurusan kota/Tangerang

3. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan tubagus angke, kapuk kamal, irigasi

rawa bebek

4. Sebelah barat berbatasan dengan sungai berok, pintu air kayu besar batas

kelurahan dadap kabupaten tangerang Banten

Adapun batas masing-masing kelurahan sebagai berikut :

1. Kelurahan Penjaringan

- Sebelah utara berbatasan dengan laut jawa

- Sebelah timur berbatasan dengan kali opak

- Sebelah selatan berbatasan dengan jalan pluit raya selatan

- Sebelah barat berbatasan dengan kali muara angke

2. Kelurahan Pejagalan

- Sebelah utara berbatasan dengan jalan tol cengkareng pluit

- Sebelah timur berbatasan dengan jalan jembatan tiga atau rel kereta api

pasar ikan-roxi

- Sebelah selatan berbatasan dengan jalan Tubagus angke

- Sebelah barat berbatasan dengan waduk pluit sebelah timur

3. Kelurahan Pluit

- Sebelah utara berbatasan dengan teluk jakarta

Page 60: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

53

- Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan pejagalan

- Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan kapuk muara

- Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan penjaringan

4. Kelurahan Kapuk Muara

- Sebelah utara berbatasan dengan laut jawa

- Sebelah barat berbatasan dengan sepanjang kali cengkareng drain

- Sebelah timur berbatasan dengan kali muara angke/cisadane

- Sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya kapuk kamal pemisah antara

Jakarta utara dan Jakarta barat

5. Kelurahan Kamal Muara

- Sebelah utara berbatasan dengan laut jawa

- Sebelah timur berbatasan dengan sepanjang kali cengkareng

- Sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya kapuk kamal/irigasi rawa

melati

- Sebelah barat berbatasan dengan perbatasan desa dadap

B. Keadaan Demografis Kecamatan Penjaringan

Sebagai salah satu wilayah yang terletak di sebelah utara Jakarta,

penduduk kecamatan penjaringan cukup padat dan bervariasi baik dari segi suku,

kebudayaan, tingkat pendidikan, mata pencaharian maupun agama. Dengan

bervariasinya keadaan penduduk tersebut sudah tentu tidak terlepas dari masalah

dan tantangan yang dihadapi yang perlu diantisipasi dan ditangani secara serius.

Page 61: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

54

Keadaan di atas sudah menjadi hukum alam (sunnatullah) di mana setiap

ada komunitas yang berdomisili dan bersosialisasi serta berinteraksi satu sama

lain akan menimbulkan pengaruh di setiap struktur kehidupan tersebut baik secara

positif maupun negatif.

Untuk melihat kondisi penduduk yang setiap tahun semakin bertambah

dikarenakan banyaknya pendatang dari berbagai macam daerah yang berlokasi di

tiap-tiap kelurahan maka diperlukan pengendalian penduduk. Pada tahun 2010

penduduk kecamatan penjaringan jumlah penduduk se-kecamatan berkisar

187.569 jiwa dan setiap kelurahan jumlahnya bervariasi, untuk itu diperlukan

pengendalian penduduk dengan cara pelaksanaan program keluarga berencana

yang dilaksanakan disetiap kelurahan dengan cara mengadakan penyuluhan di

tiap-tiap kelurahan, kemudian dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat

dengan cara membuka areal pasar maupun membantu modal usaha untuk

pengusaha kecil.

Di antara manusia dan tantangan yang dominan dihadapi sehubungan

dengan pendapatan dan kehetrogenan penduduk kecamatan penjaringan adalah

tentang kemacetan jalan dan penertiban rumah tinggal yang ada di wilayah

bantaran kali, salah satunya adalah tentang banyaknya truk-truk besar di seputar

waduk teluk gong yang mereka parkir sehingga mengakibatkan tanggul rusak dan

membuka badan jalan sehingga menimbulkan kemacetan, karena pemilik truk

tersebut tidak memiliki lahan parkir dan sulit untuk ditertibkan, kemudian tentang

Page 62: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

55

penertiban rumah tinggal di sepanjang bantaran kali yang mengakibatkan terjadi

kepadatan di sepanjang kali.

Menurut data yang diperoleh jumlah penduduk kecamatan penjaringan

sebanyak 187.569 jiwa dengan luas wilayah 3.487,58 Ha terdiri dari :

Tabel 1

Jumlah penduduk di Kecamatan Penjaringan

No KELURAHAN WNI WNA Jumlah

1 Penjaringan 55,982 10 55,992 jiwa

2 Pejagalan 55,759 34 55,793 jiwa

3 Pluit 46,304 81 46,385 jiwa

4 Kapuk Muara 21,928 14 21,942 jiwa

5 Kamal Muara 7,452 5 7,457 jiwa

Sumber data: Laporan Bulanan Kecamatan Penjaringan 2010

C. Keadaan Sosiologis Kecamatan Penjaringan

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak pernah lepas dari manusia

yang lainnya. Oleh hubungan yang terjadi akan menghasilkan organisasi

berdasarkan kepentingan dan karakter manusia yang ada di dalamnya.

Dilihat dari keadaan sosiologis Kecamatan Penjaringan ada beberapa

bidang yang perlu diketahui yaitu di antaranya:

Page 63: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

56

1. Bidang Pendidikan

Masyarakat Kecamatan Penjaringan, untuk usia di atas 55 (lima puluh

lima) tahun pada umumnya berpendidikan SD (Sekolah Dasar), sedangkan

bagi penduduk yang berusia dibawah 55 (lima puluh lima) tahun mayoritas

berpendidikan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan SLTA (Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas), bahkan lulusan-lulusan dari Perguruan Tinggi

semakin banyak.

Adapun sarana pendidikan yang ada di wilayah Kecamatan

Penjaringan baik yang bersifat pendidikan umum maupun pendidikan agama

dari segi kualitas cukup memadai. Hal ini dilakukan oleh Tokoh Masyarakat,

Pemerintah, maupun swasta untuk memberikan pelayanan pendidikan di

Kecamatan Penjaringan dengan sebaik-baiknya.

Salah satu faktor yang menentukan kualitas manusia adalah

pendidikan, sarana dan prasarana bidang pendidikan yang memadai akan

menghasilkan sumber daya manusia yang baik.

Tabel 2

Jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Kecamatan Penjaringan

No. Sarana Pendidikan Jumlah

1

2

3

TK Negeri

TK Swasta

SD Negeri dan yang sederajat

-

2

22

Page 64: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

57

4

5

6

7

8

9

10

11

SD Swasta dan yang sederajat

SLTP Negeri dan yang sederajat

SLTP Swasta dan yang sederajat

SLTA Negeri dan yang sederajat

SLTA Swasta dan yang sederajat

Akademi/ PT. Negeri dan yang sederajat

Akademi/ PT. Swasta dan yang sederajat

Kursus-kursus

2

17

2

2

2

-

1

5

Sumber data: Laporan Bulanan Kecamatan Penjaringan 2010

2. Bidang Keagamaan

Kecamatan Penjaringan sebagai wilayah yang mayoritas penduduknya

umat Islam dengan kehidupan keagamaan cukup rukun dan rasa keyakinan

mereka terhadap perayaan keagamaan cukup tinggi terlihat dengan adanya

tempat-tempat ibadah antar agama yang jaraknya saling berdekatan, sehingga

terlihat dari kehidupan sehari-hari mereka dan kehidupan bertetangga mereka

sangat damai. Dan tidak menimbulkan sara di antara mereka.

Keberadaan sarana ibadah mutlak dibutuhkan di tengah masyarakat

yang mayoritas penduduknya muslim, termasuk di dalamnya masyarakat

Kecamatan Penjaringan. Untuk menjelaskan banyaknya jumlah sarana

peribadatan yang ada di Kecamatan Penjaringan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Page 65: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

58

Tabel 3

Jumlah sarana peribadatan di Kecamatan Penjaringan

No. Sarana Peribadatan Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

Masjid

Musholla

Gereja

Pura

Wihara

Klenteng

Kuil

40

28

28

-

2

15

- Sumber data: Laporan Bulanan Kecamatan Penjaringan 2010

Bangunan fisik sarana peribadatan baik masjid maupun musholah

sudah cukup memadai untuk menampung masyarakat yang akan menjalankan

aktifitas keagamaannya seperti sholat yang waktunya telah ditentukan,

pengajian, dan bentuk peribadatan lainnya.

Melihat data sarana keagamaan tersebut, menunjukan bahwa

mayoritas penduduk Kecamatan Penjaringan adalah beragama Islam dan

penganut agama-agama lain pun tidak terlalu sedikit. Namun akan tetapi

mereka sangat menjaga kerukunan antar umat beragama antar sesama.

Page 66: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

59

BAB IV

PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN FUNGSI TANAH WAKAF

DI KELURAHAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA

A. Proses Administrasi Perwakafan di KUA Kecamatan Penjaringan

Yang perlu diperhatikan dalam proses administrasi atau pendaftaran wakaf

adalah :

1. Orang yang mewakafkan atau wakif

Yang dapat mewakafkan tanah miliknya adalah, badan hukum

Indonesia, dan perorangan atau kumpulan orang, adapun hal demikian

haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Bagi badan hukum perseorangan itu tidak sedang dinyatakan oleh hukum

terlarang.

b. Atas kehendak sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

c. Bagi perseorangan haruslah berakal sehat, dan sudah dewasa dan yang

mewakili badan hukum adalah pengurus yang sah secara hukum.

2. Benda yang diwakafkan (objek wakaf)

Tanah yang diwakafkan haruslah tanah milik yang mempunyai

sertifikat tanah yang legal dan apabila mewakafkan tanah bukan miliknya atau

tanah negara maka tidak akan syah dalam perwakafannya.

Page 67: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

60

3. Ikrar Wakaf

Pihak yang mewakafkan tanah haruslah mengikrarkan tanah miliknya

agar jelas dan tegas untuk apa tanah tersebut diwakafkan dihadapan PPAIW

dan harus tertulis dalam tiga rangkap.

4. Pengurus Wakaf

Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 1 ayat 4 Peraturan Pemerintah

No.28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik maka nadzir itu harus

terdiri dari:

- Kelompok orang

- Badan Hukum

Sedangkan proses pendaftaran administrasi perwakafan di Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Penjaringan akan dibagi menjadi dua bagian yang

pertama sebelum adanya Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 dan sesudah

ada Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 adalah sebagai berikut :

1. Tata cara atau proses pendaftaran tanah wakaf sebelum Peraturan Pemerintah

No. 28 Tahun 1977

Yang dimaksud dengan proses pendaftaran tanah wakaf sebelum Peraturan

Pemerintah No. 28 Tahun 1977 dan hal tersebut secara administrasi masih

amat lemah terutama dalam hal peraturan karena masih banyak yang kurang

diatur di dalam sebelum adanya Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977

tersebut. Sedangkan prosesnya adalah sebagai berikut :

Page 68: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

61

a. Pertama nadzir mendaftarkan ke KUA kecamatan selaku PPAIW, apabila

nadzir sudah tidak ada maka anggota keluarga dari wakif tersebut yang

mendaftarkan ke KUA setempat selaku PPAIW, apabila anggota keluarga

wakif juga tidak ada maka kepala desa setempatlah yang wajib

mendaftarkan tanah wakaf tersebut karena beliaulah yang mengetahui

riwayat tanah tersebut dengan membawa surat-surat berupa :

- Surat keterangan tentang tanah atau surat keterangan kepala desa

tentang tanah wakaf atau dengan nama surat bentuk WK.

- Dua orang yang menyaksikan ikrar wakaf atau saksi.

b. Kemudian PPAIW selaku Pejabat Pencatat Akta Ikrar Wakaf melakukan

pemeriksaan terhadap hal-hal yang perlu di perhatikan seperti :

- Meneliti keadaan tanah yang akan diwakafkan

- Meneliti dan kemudian mengesahkan terhadap para nadzir

- Meneliti saksi-saksi.

- Menerima penyaksian tanah milik

- Membuat pengganti Akta Ikrar Wakaf (AIW bentuk W3)

- Membuat salinan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (APAIW bentuk

W3a)

c. Kemudian PPAIW mendistribusikan Akta Pengganti (3 lembar) dalam

bentuk W3, dengan tujuan sebagai berikut :

Akta Pengganti

- Lembar 1 untuk disimpan PPAIW

Page 69: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

62

- Lembar 2 dilampirkan pada permohonan pendaftaran kepada bupati

atau walikotamadya dalam hal ini Subdit Agraria

- Lembar ke 3 dikirim ke PA setempat

Selain Akta Pengganti

- Lembar 1 disampaikan kepada wakif

- Lembar 2 dismpaikan kepada nadzir

- Lembar 3 disampaikan kepada KANDEPAG

- Lembar 4 disampaikan kepada kepala desa setempat

2. Tata cara pendaftaran tanah wakaf sesudah Peraturan Pemerintah No. 28

Tahun 1977.

Pasal 4 Peraturan Pemerintah tentang tanah milik, dimaksudkan untuk

memberikan pembedaan terhadap tanah yang sudah ada sertifikatnya (tanah

hak milik) dan mana yang belum ada sertifikatnya, sedangkan tanah yang

sudah ada sertifikatnya dan yang belum ada sertifikatnya pada prinsipnya

mempunyai hak yang terkuat turun temurun, dan hal itu dapat diwakafkan

apabila surat dan buktinya lengkap. Sedangkan proses pendaftaran tanah

wakaf tersebut tidak jauh berbeda dengan sebelum Peraturan Pemerintah No.

28 Tahun 1977 hanya pada administrasinya saja yang lebih baik, seperti

dalam hal saksi maka harus diambil dari pamong praja desa yang memahami

tanah tersebut, kemudian dilakukan pencatatan perwakafan tanah milik ini

pada buku tanah dan pada sertifikatnya itu kepada nadzir, dan nadzir wajib

melaporkan hal itu kepada PPAIW untuk mencatat seperlunya antara lain

Page 70: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

63

dalam daftar ikrar wakaf (bentuk W4), bahwa wakaf itu telah dicatat dibuku

tanahnya subdit agraria, dengan telah didaftarkannya dan dicatatnya daftar

tersebut dalam sertifikat tanah hak milik yang diwakafkan, maka tanah itu

telah mempunyai alat pembuktian yang kuat.

Agar lebih memudahkan untuk proses pendaftaran tanah wakaf

bersama ini kami beri gambaran sebagai berikut :

PROSES PENDAFTARAN TANAH WAKAF SESUDAH PP NO.28

TAHUN 1977

a. W.K (Surat Keterangan kepala desa/ lurah tentang perwakafan tanah

milik)

b. W.I (Ikrar Wakaf) Bermaterai

c. Fakta Ikrar Wakaf) Bermaterai

d. W.2A. (Salinan Akta Ikrar Wakaf)

PROSES PENDAFTARAN TANAH WAKAF SEBELUM PP NO.28

TAHUN 1977

a. W.D (Pendaftaran Tanah)

b. W.3 (Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf) Bermaterai

c. W.3A (Salinan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf)

d. W.K (Surat Keterangan Kepala Desa/Lurah tentang perwakafan tanah

milik)1

1 Laporan Bulanan KUA Kecamatan Penjaringan 2010

Page 71: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

64

B. Fungsi Pengadministrasian Perwakafan Tanah Menurut Peraturan

Pemerintah No. 28 Tahun 1977

Dalam hukum Islam tidak ada ketentuan hukum yang mengharuskan

pendaftaran tanah wakaf atau mencatat transaksi penyerahan tanah wakaf. Tetapi

kalau dilihat dalam kegiatan muamalah lainnya, ada petunjuk dari al-Qur’an

untuk mencatat dan menuliskannya, sebagaimana disebutkan dalam surat al-

Baqarah ayat 282:

كمنيب بكتليو وهبى فاكتمسل من إلى أجيبد متنايدوا إذا تنءام ينا الذهاأيي )٢٨٢: 2/البقرة( كاتب بالعدل

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar, (Al-Baqarah: 282)

Adijani al-Alibij menyatakan bahwa, berwakaf adalah suatu kegiatan yang

tiada kalah pentingnya dari sekedar utang piutang atau sewa menyewa (dan

muamalah lainnya) seperti dimaksud dalam surat al-Baqarah ayat 282. Mengingat

penyerahan wakaf menyangkut status hak atas tanah wakaf untuk jangka waktu

yang tidak terbatas. Karena untuk muamalah lainnya Allah memerintahkan untuk

menulisnya, maka secara analogi (qias) untuk wakafpun seyogyanya harus ditulis

juga. Jiwa yang terkandung dalam perintah Allah untuk menuliskan muamalah ini

adalah agar di belakang hari tidak terjadi sengketa atau gugat menggugat di antara

para pihak yang bersangkutan.2

2 Adijani al-Alibij, Perwakafan Tanah di Indonesia, (Jakarta: CV Rajawali, 1992), Cet. Ke-2,

h. 100

Page 72: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

65

Perwakafan apabila dilihat dari sudut hukum Islam sangat mudah dan

sederhana, yaitu cukup dengan memahami ketentuan ajaran Islam dengan

dilandasi oleh keyakinan bahwa wakaf sebagai salah satu bentuk ibadah untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui pelepasan hak milik tanpa imbalan

material dan kaitan administrasi.3

Proses pelaksanaan tersebut sudah tentu di satu pihak akan mudah

pelaksanaannya, artinya orang yang akan mewakafkan itu tidak perlu melalui

prosedur yang rumit, sementara di lain pihak akan menyebabkan tidak adanya

pengadministrasian, sehingga tanah wakaf yang telah terjadi tidak mempunyai

kepastian hukum.

Akibat dari tidak adanya pengadminstrasian dalam pelaksanaan

perwakafan, akan menimbulkan kerugian dan kekacauan yang akhirnya nilai

kemaslahatan bersama dari tanah wakaf akan pudar dan akan menjadi

kemafsadatan.

Selain itu, ibadah wakaf menyangkut hak dan kepentingan orang lain,

tertib adminstrasi dan aspek-aspek lain dalam kehidupan masyarakat. Agar hak

dan kepentingan masyarakat itu dapat berjalan serta terjalin bersama, pemerintah

perlu mengaturnya dengan perundang-undangan.

Dilihat dari wujud wakaf di Indonesia dan kepentingan wakaf di

Indonesia, perwakafan tanah nampaknya mendapat perhatian yang utama. Oleh

karena itu pula dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UU No. 5 Tahun 1960)

3 Mohammad Daud Ali, , Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press, 1988),

Cet. Ke-1, h. 104

Page 73: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

66

diletakkan dasar-dasar umum pengaturan tanah wakaf di Indonesia. Dalam pasal

29 ayat (1) Undang-Undang tersebut disebutkan dengan jelas bahwa hak milik

tanah badan-badan keagamaan dan social diakui dan dilindungi oleh Negara.

Badan-badan tersebut dijamin dan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan

dan usahanya, jika perlu, ayat (2) dapat diberi tanah yang dikuasai langsung oleh

Negara dengan hak pakai kepadanya. Dinyatakan lebih lanjut dalam pasal itu

bahwa, ayat (3) perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Adapun latar belakang dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 28

Tahun 1977 adalah sebagai berikut:4

Pertama, pada waktu lampau, pengaturan tentang perwakafan tanah selain

belum memenuhi kebutuhan, juga tidak diatur secara tuntas dalam suatu peraturan

perundang-undangan, sehingga memudahkan terjadinya penyimpangan dari

hakikat dan tujuan wakaf itu sendiri. Ini disebabkan karena beraneka ragamnya

bentuk wakaf (wakaf keluarga, wakaf umum dan sebagainya) dan tidak adanya

keharusan untuk mendaftarkan benda-benda yang diwakafkan itu. Akibatnya

banyak benda-benda yang diwakafkan tidak diketahui lagi keadaannya, malah ada

di antaranya yang telah menjadi milik ahli waris pengurus (Nadzir) wakaf yang

bersangkutan.

Kedua, hal ini menimbulkan keresahan di kalangan umat Islam yang

menjurus pada perasaan antipasti terhadap lembaga wakaf, padahal lembaga itu

4 Ibid., h. 99-100

Page 74: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

67

dapat digunakan sebagai salah satu sarana pengembangan kehidupan beragama,

khususnya bagi umat Islam.

Ketiga, selain itu, dalam masyarakat banyak terjadi persengketaan

mengenai tanah wakaf karena tidak jelasnya status tanah wakaf yang

bersangkutan.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 itu hanyalah wakaf sosial

(untuk umum) di atas tanah milik seseorang atau badan hukum. Bentuk

perwakafan seperti ini dilakukan untuk menghindari kekaburan masalah

perwakafan. Selain itu, mengenai tanah yang diwakafkanpun dibatasi yakni

hanya tanah milik saja. Pembatasan ini dilakukan berdasarkan perttimbangan

bahwa selain dari untuk menghindari kekacauan (di kemudian hari), di dalam

Undang-Undang Pokok Agraria dinyatakan pula bahwa hanya hak milik yang

mempunyai sifat pemilikan yang penuh dan bulat, sedangkan hak-hak atas tanah

lainnya, seperti hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai tidak penuh

dan bulat. Artinya hak-hak atas tanah tersebut hanya dapat dimanfaatkan selama

jangka waktu tertentu dan pemegangnya tidak mempunyai kewewenangan

kepemilikan seperti halnya dengan pemegang hak milik. Oleh karena itu,

perwakafan tanah bersifat abadi (untuk selama-lamanya), maka perwakafan hak

atas tanah yang jangka waktu pemanfaatannya terbatas, tidak dapat dilakukan.5

Sebelum lahirnya PP No. 28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik,

hal yang menyangkut perwakafan, termasuk mewakafkan tanah berdasarkan pada

pemikiran para Fuqoha yang tersebar dalam berbagai kitab fiqih pemikiran para

5 Muhammad Daud Ali, op. Cit., h. 99-100

Page 75: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

68

Fuqoha tersebut telah melahirkan berbagai keragaman dalam praktek

mewakafkan yang menyebabkan prosedur mewakafkan dan objek wakaf satu

dengan yang lainnya berbeda.

Tata cara yang mengikuti pemikiran fuqoha itu, perlu dilengkapi dengan

administrasi wakaf yang jelas, misalnya dilakukan pencatatan. Pengaturan

semacam ini dirasakan semakin penting untuk menghindari penyalahgunaan

hakikat tujuan wakaf. Sebab, mengabaikan administrasi akan memungkinkan

terjadinya rasa enggan berwakaf dan hilang kepercayaan dari masyarakat karena

prosedur mewakafkan tidak jelas. Padahal lembaga perwakafan ini merupakan

salah satu asset pemberdayaan ekonomi umat.

Menurut Ahmad Rofiq dinyatakan bahwa wakaf merupakan suatu

tindakan Tabarru’ (melepas hak milik tanpa mengharapkan imbalan) yang dalam

pelaksanaannya tidak diperlukan adanya qobul dari orang yang menerima, akan

tetapi ketentuan ini perlu difahami, bahwa dalam pelaksanaannya hendaknya

diikuti dengan bukti-bukti tertulis, agar tindakan hukum wakaf tersebut

mempunyai kekuatan hukum sekaligus menciptakan tertib administrasi.6

Sekarang ini, suatu tindakan hukum seperti wakaf, apabila tidak

dibuktikan dengan surat-surat atau akta otentik, akan membuka peluang yang

lebih besar untuk disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung

jawab. Oleh karena itu sudah seharusnya tanpa bermaksud memamerkan(riya)

6 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.

Ke-1, h. 494

Page 76: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

69

dengan tindakan wakaf seyogyanya memperhatikan upaya-upaya tertib hukum

dan administrasi untuk leih mengoptimalkan sifat pelaksanaan wakaf itu sendiri.

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi administrasi

perwakafan tanah milik sebagai berikut:

1. Sebagai bukti tertulis guna menjamin kelestarian tanah wakaf.

2. Untuk menghindari penyimpangan dari kedudukannya sebagai tanah wakaf.

3. Untuk menegakkan kapastian hukum dalam pelaksanaan, pemeliharaan dan

pengelolaan wakaf.

4. Untuk menghindari terjadinya saling perebutan antara satu kelompok dengan

kelompok lainnya (misalnya ahli waris dengan nazir) yang diakibatkan oleh

tidak kepastiannya status tanah wakaf tersebut.

C. Efektifitas Nadzir Dalam Pengelolaan dan Peningkatan Fungsi Tanah Wakaf

di Kelurahan Penjaringan

Pada umumnya di dalam kitab-kitab fiqih tidak mencantumkan nadzir

(pengelola) sebagai salah satu rukun wakaf. Namun demikian, memperhatikan

tujuan wakaf yang ingin melestarikan manfaat dari benda wakaf, maka kehadiran

nadzir sangat diperlukan, bahkan menempati pada peran sentral. Sebab dipundak

nadzirlah tanggung jawab dan kewajiban memelihara, menjaga dan

mengembangkan wakaf serta menyalurkan hasil atau manfaat dari wakaf kepada

sasaran wakaf.

Page 77: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

70

Mengingat pentingnya nadzir dalam pengelolaan wakaf, maka di

Indonesia nadzir ditetapkan sebagai unsur perwakafan sebagaimana di tetapkan

dalam UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf. Pengangkatan nadzir ini tampaknya

ditujukan agar harta wakaf tetap terjaga dan terpelihara sehingga harta wakaf itu

tidak sia-sia.

Dalam hal ini, mengenai pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf

di Kelurahan Penjaringan adalah dikelola oleh nadzir yang berbentuk badan

hukum, yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah

wakaf atau yang bertindak untuk dan atas namanya adalah pengurusnya yang sah

menurut hukum. Selain nadzir dibebani tanggung jawab pengelolaan dan

peningkatan fungsi tanah wakaf, nadzir juga berhak dan berwenang melakukan

segala tindakan yang mendatangkan kebaikan bagi wakaf bersangkutan, dengan

senantiasa memperhatikan syarat-syarat yang ditentukan oleh wakif. Nadzir juga

berhak mendapat upah atas jerih payahnya mengurus harta wakaf, selama ia

melaksanakan tugasnya dengan baik.

Pada pasal 222 Kompilasi Hukum Islam, dinyatakan : nadzir berhak

mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang jenis dan jumlahnya ditentukan

berdasarkan kelayakan atas saran Majelis Ulama Kecamatan KUA kecamatan

setempat.7

Selama ini pengelolaan yang dilakukan oleh nadzir sudah sesuai dengan

tujuan wakif, karena masjid atau yayasan yang telah diwakafkan sudah berfungsi

7 Departemen Agama RI, UU No. 1/1974 dan UU No. 9/1975 serta KHI di Indonesia, h. 218

Page 78: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

71

sebagai tempat ibadah dan pembinaan umat, yang diamanahi oleh para wakif.

Sudah banyak yang dilakukan nadzir untuk hal tersebut, ini dapat dilihat semakin

berkembangnya aktivitas keagamaan di masjid atau yayasan dalam upaya

pembinaan umat dan pemberdayaan masyarakat sekitar.

Salah satu konsep utama dalam mengukur prestasi kerja (performance)

manajemen adalah efektifitas dan efisiensi. Menurut ahli manajemen Peter

Drucker efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing thing right).

Efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau

peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.8

Efektifitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran

dapat dicapai. Sedangkan efisiensi menggambarkan bagaimana sumber-sumber

daya dikelola secara tepat dan benar. Jadi ukuran efektif itu apabila sasaran/tujuan

dapat tercapai.

Dalam buku O & M Penunjang berhasilnya Proses Management, Sujadi

F.X menulis bahwa untuk mencapai efektifitas kerja dan efisiensi suatu pekerjaan,

haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun ukuran sebagai berikut :

1. Berhasil guna, yakni untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan

dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

2. Ekonomis ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha pencapaian efektif

itu makan biaya, tenaga kerja material, peralatan, waktu, keuangan dan lain-

lainnya telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah

8 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1998), Edisi ke-2, h. 7

Page 79: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

72

ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya pemborosan serta

penyelewengan.

3. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk membuktikan bahwa

dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan dengan setepat-

tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung jawab sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan.

4. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan

beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang tersedia.

5. Rasionalitas, wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus sesuai

dengan tanggung jawab dan harus dihindari adanya dominasi oleh salah satu

pihak atas pihak yang lainnya.

6. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan kerja

adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis, pelaksanaan

kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan kerja yang

memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang dapat dilaksanakan

dengan lancar.9

Dari teori efektifitas dan efisiensi di atas, penulis berpendapat jika kita

kaitkan dengan pembahasan yang sedang penulis kaji yakni mengenai efektifitas

nadzir dalam pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf di kelurahan

penjaringan, bahwasanya dalam pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf

9 Sujadi F.X., O & M Penunjang berhasilnya Proses Management, (Jakarta : CV. Masagung,

1990), Cet. Ke-3, h. 36-39

Page 80: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

73

yang ada di kelurahan penjaringan dalam hal ini (nadzir, pengelola) adalah sudah

efektif dan efisien dalam mengelola tanah wakaf di kelurahan penjaringan sebagai

tempat ibadah namun dalam upaya peningkatan fungsi tanah wakaf di kelurahan

penjaringan belum efektif, ini bisa dilihat dari kurang berkembangnya fungsi

tanah wakaf untuk pemberdayaan masyarakat setempat, hal ini disebabkan nadzir

tersebut tidak memiliki pengetahuan yang luas tentang wakaf dan juga tidak

memiliki kemampuan manajerial dalam pengelolaan tanah atau bangunan

sehingga tanah wakaf kurang bermanfaat dan berperan bagi pemberdayaan

masyarakat sekitar.

D. Peran Tokoh Masyarakat Dalam Upaya Pengelolaan dan Peningkatan

Fungsi Tanah Wakaf di Kelurahan Penjaringan

Manajemen pengelolaan menempati pada posisi paling urgen dalam

dunia perwakafan. Karena yang paling menentukan benda wakaf itu lebih

bermanfaat atau tidak tergantung pada pola pengelolaan, bagus atau buruk. Kalau

pengelolaan benda-benda wakaf selama ini hanya dikelola ”seada-adanya”

dengan menggunakan manajemen kepercayaan” dan sentralisme kepemimpinan

yang mengesampingkan aspek pengawasan, maka dalam pengelolaan wakaf

secara modern harus menonjolkan sistem manajemen yang lebih profesional. Dan

asas profesionalitas manajemen ini harusnya dijadikan semangat pengelolaan

Page 81: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

74

benda wakaf dalam rangka mengambil kemanfaatan yang lebih luas dan lebih

nyata untuk kepentingan masyarakat banyak (kebajikan).10

Pada umumnya kondisi tanah wakaf di Kecamatan penjaringan cukup

lumayan besar hampir 90% tempat ibadah umat Islam itu hasil dari harta wakaf

dan yang memiliki sertifikat kurang lebih 85%. Dilihat dari hal tersebut bahwa

hampir 10-5% belum ada yang memiliki sertifikat tanah wakaf hak milik.

Data Perkembangan Sertifikasi Tanah Wakaf

KUA Kecamatan Penjaringan

Kotamadya Jakarta Utara Tahun 2005

No. Kelurahan Jumlah Sudah

Bersertifikat Belum

Bersertifikat

Sudah didaftar BPN/ Sudah

ada AIW /APAIW

Lokasi Luas (m2) Lokasi

Luas (m2) Lokasi

Luas (m2) Lokasi

Luas (m2)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Penjaringan 64 20,497 59 18,440 5 2057 64 20,497 2 Pejagalan 38 6,716 36 6,646 2 70 38 6,716 3 Kapuk Muara 11 4,891 9 4,764 2 127 11 4,891 4 Kamal Muara 6 1,659 4 749 2 910 6 1,659 5 P l u i t - - - - - - - -

Jumlah 119 33,763 108 30,599 11 3,164 119 33,763 Sumber data: Laporan Bulanan KUA Kecamatan Penjaringan

10 Direktorat Jenderal Bimbingan Mayarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Paradigma

Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia. 2005), h. 81

Page 82: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

75

Pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf di kecamatan

penjaringan semata-mata tidak terlepas dari peran ulama dan tokoh masyarakat

setempat, ada beberapa faktor yang menjadi penunjang pengelolaan dan

peningkatan tanah wakaf di kelurahan penjaringan sehingga tingkat perwakafan

tanah di kelurahan penjaringan relatif tinggi jika dibandingkan dengan kelurahan

lain yang ada di kecamatan penjaringan, pada umumnya kelurahan penjaringan

secara demografis merupakan kelurahan terpadat penduduknya se-kecamatan

penjaringan, respon masyarakat di Kelurahan tersebut cukup tinggi dalam

menanggapi perwakafan, aktif dan kompaknya tokoh masyarakat, dan banyaknya

Ulama, ustadz di wilayah tersebut sehingga menjadi pengaruh bagi masyarakat

yang lain dalam mensosialisakan pentingnya mewakafkan tanah di wilayah

tersebut, sedangkan di kelurahan lain minimnya ulama, ustadz dan kurangnya

respon masyarakat dalam menangapi persoalan perwakafan.

Melihat besarnya potensi di wilayah kelurahan penjaringan maka tokoh

masyarakat sangat berperan penting dalam upaya pengembangan dan kemajuan

wilayah khususnya dalam pengelolaan tanah wakaf. Adapun peran tokoh

masyarakat dalam upaya pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf di

kelurahan penjaringan adalah sebagai berikut:11

Pertama, merangsang kepada para wakif atau calon wakif untuk selalu

meningkatkan kuantitas harta untuk diwakafkan.

11 Tokoh Masyarakat Kelurahan Penjaringan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Juli 2010

Page 83: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

76

Kedua, menjadi mitra PPAIW KUA kecamatan penjaringan dalam

membantu proses administrasi perwakafan dan mensosialisasikan kepada

masyarakat tentang pentingnya mewakafkan tanah.

Ketiga, membantu nadzir dalam upaya pengelolaan tanah wakaf dan

menjaga kelestarian tanah wakaf diwilayah setempat.

Keempat, mengajak kepada lembaga-lembaga atau perorangan yang peduli

terhadap kelembagaan wakaf agar menjalin kemitraan dalam mengelola

perwakafan.

Ada beberapa konsep manajemen yang diterapkan oleh PPAIW Kecamatan

Penjaringan dalam upaya pengelolaan dan peningkatan tanah wakaf, diantaranya

adalah:

Pertama, transparansi. Dalam kepemimpinan manajemen professional,

transparansi menjadi ciri utama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin.

Adanya transparansi kepemimpinan dalam lembaga kenadziran harus dijadikan

tradisi untuk menutup tindakan ketidakjujuran, korupsi, manipulasi dan lain

sebagainya.

Kedua, pertanggung jawaban umum, pertanggung jawaban umum

merupakan wujud dari pelaksanaan sifat amanah (kepercayaan) dan shidiq

(kejujuran). Karena kepercayaan dan kejujuran memang harus dipertanggung

jawabkan baik di dunia maupun di akhirat.

Ketiga, aspiratif (mau mendengar dan mengakomodasi seluruh dinamika

lembaga kenazhiran). Seorang nadzir yang dipercaya mengelola harta milik

Page 84: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

77

umum harus mendorong terjadinya sistem sosial yang melibatkan partisipasi

banyak kalangan.

Adapun yang menjadi ukuran peningkatan tanah wakaf di kelurahan

penjaringan yakni adanya manajemen yang baik yang merupakan alat untuk

mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya

untuk mencapai tujuan yang diinginkan, perencanaan pembinaan Sumber Daya

Manusia dalam hal ini nadzir, Ulama dan tokoh masyarakat, serta umat Islam

pada umumnya.

Sebagai bagian dari ajaran Islam, wakaf menandai adanya perhatian

Islam yang tinggi atas masalah-masalah kemasyarakatan dari kehidupan manusia

di dunia, namun pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf di Kelurahan

Penjaringan selama ini disadari belum optimal dalam upaya pengembangan

fungsi tanah wakaf, sehingga tanah wakaf di Kelurahan Penjaringan belum terasa

manfaatnya bagi masyarakat setempat khususnya dalam pemberdayaan

masyarakat, selama ini wakaf dikelola dengan “seada-adanya”, padahal kondisi

tanah wakaf di Kelurahan Penjaringan sangat mendukung dalam upaya

peningkatan dan pengelolaan fungsi tanah wakaf, bukan hanya karena banyaknya

tanah wakaf, akan tetapi jika tanah wakaf tersebut dikelola secara produktif maka

akan terasa besar manfaatnya untuk masyarakat.

Page 85: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

78

Faktor-faktor yang menjadi hambatan pengelolaan dan peningkatan

fungsi tanah wakaf di Kelurahan Penjaringan adalah:12

Pertama, kurangnya pemahaman tokoh masyarakat tentang

pengembangan tanah wakaf secara produktif.

Kedua, sempitnya pola pemahaman masyarakat terhadap harta yang

diwakafkan, berupa benda tetap (tanah, bangunan) hanya untuk kepentingan

peribadatan atau ukhrawi, sifat kemutlakan harus dikembalikan kepada Allah.

Ketiga, Ada kekhawatiran tokoh masyarakat jika tanah wakaf dikelola

secara produktif maka akan berorientasi kepada bisnis dan mencari keuntungan

materi, sehingga terjadilah penyalahgunaan fungsi tanah wakaf.

Keempat, faktor ekonomi dan keterbatasan dana dalam upaya

pengembangan dan peningkatan fungsi tanah wakaf ke arah yang lebih produktif.

Kelima, adanya anggapan bahwa tanah wakaf yang diwakafkan oleh si

wakif adalah merupakan tanah pusaka atau turunan sehingga terjadi dalam sebuah

masjid atau yayasan bahwa tanah tersebut milik pribadi.

12 Tokoh Masyarakat Kelurahan Penjaringan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Juli 2010

Page 86: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, Peran Tokoh Masyarakat Kecamatan

Penjaringan Jakarta Utara dalam upaya pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah

wakaf studi kasus kelurahan penjaringan kota administrasi Jakarta Utara dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Sistem pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf di kelurahan

penjaringan Jakarta Utara masih menggunakan sistem lama (tradisional)

dengan kata lain belum menggunakan sistem modern yang dapat

mengefektifkan dan memberdayakan fungsi tanah wakaf yang ada saat ini

agar lebih produktif. Sehingga masyarakat di Kelurahan Penjaringan hanya

dapat mengambil manfaat tanah wakaf sebagai sarana ibadah kepada Allah,

dengan kata lain fungsi tanah wakaf di Kelurahan penjaringan belum dapat

memberdayakan masyarakat sekitar. Hal ini terlihat belum adanya tanah

wakaf produktif di wilayah tersebut.

2. Pentingnya melakukan administrasi perwakafan tanah milik pada KUA

Kecamatan Penjaringan yang fungsinya antara lain :

a. Sebagai bukti tertulis guna menjamin kelestarian tanah wakaf.

b. Untuk menghindari penyimpangan dari kedudukannya sebagai tanah

wakaf.

Page 87: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

80

c. Untuk menegakkan kapastian hukum dalam pelaksanaan, pemeliharaan

dan pengelolaan wakaf.

d. Untuk menghindari terjadinya saling perebutan antara satu kelompok

dengan kelompok lainnya (misalnya ahli waris dengan nazir) yang

diakibatkan oleh tidak kepastiannya status tanah wakaf tersebut.

3. Peran Tokoh Masyarakat Kecamatan Penjaringan dalam upaya peningkatan

tanah wakaf di kelurahan penjaringan sudah efektif dan berjalan dengan baik

sehingga perwakafan di kelurahan penjaringan relatif tinggi jika dibandingkan

dengan kelurahan lainnya, namun dalam upaya pengelolaan dan peningkatan

fungsi tanah wakaf ke arah produktif belum optimal, sehingga tanah wakaf di

Kelurahan Penjaringan belum terasa manfaatnya bagi masyarakat khususnya

dalam pemberdayaan masyarakat setempat

B. Saran-saran

Adapun saran penulis kepada Tokoh Masyarakat Kecamatan Penjaringan

Jakarta Utara dalam upaya pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf yang

ada agar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak dan lebih efektif

lagi sebagai berikut :

1. Perlu adanya usaha lain untuk mengoptimalkan tanah wakaf, yaitu dengan

mencari terobosan baru/ide-ide baru untuk mengelola dan meningkatkan

fungsi tanah wakaf menjadi produktif agar lebih mensejahterakan umat yang

membutuhkan manfaat dari wakaf tersebut, tanpa harus membebani umat dan

Page 88: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

81

juga salah satu cara untuk mewujudkan kemajuan wilayah khususnya

kecamatan penjaringan.

2. Perlu adanya sosialisasi yang lebih gencar lagi yang harus dilakukan oleh

KUA Kecamatan Penjaringan, instansi terkait, ulama, tokoh masyarakat

tentang perwakafan tanah dan pentingnya mengadministrasikan tanah wakaf

di Kecamatan Penjaringan, agar masyarakat lebih mau berpartisipasi baik

dalam pengelolaan, pemeliharaan dan peningkatan tanah wakaf, ini mengingat

masih sedikitnya orang yang mau mewakafkan tanahnya demi kepentingan

bersama.

3. Untuk pihak KUA dalam hal ini KUA Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara

agar terus berupaya meningkatkan kualitas nadzir dan memberikan

pemahaman lebih luas kepada tokoh masyarakat tentang wakaf dan juga

memberikan solusi ataupun bimbingan pelatihan agar pemanfaatan tanah

wakaf dapat lebih diproduktifkan.

Page 89: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

82

DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an al-Karim

Abdullah, Abdul Ghani. Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan Pengadilan Agama, Jakarta: Intermasa, 1991

Abdurrahman. Masalah Perwakafan tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di Negara Kita, Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti, 1990, cet ke-3

Al Khatib, Asy Syarbini Muhammad. Mughnil Muhtaaj, juz II , Mesir: Musthofa Al Baabi Al Hallabi, 1958

Al-Alibij, Adijani. Perwakafan Tanah di Indonesia, Jakarta: CV Rajawali, 1992, Cet. Ke-2

Al-Halaj, Imam Abi Al-Husain Muslim. Shahih Muslim, jilid IV, cet I, Mesir: Daar al-Hadits al-Qahirah,1994

Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta : UI Press, 1988, Cet. Ke-1

Al-Jafi, Ibrahim bin Mughiroh bin Bardizbah Al Bukhari. Shahih Bukhari, Beirut: Daar El-Fikr,tt, Juz 3.

Anam, Faisal Haq dan HA. Saiful. Hukum Wakaf dan Perwakafan Di Indonesia, PT. Garoeda Buana Indah, Pasuruan Jatim, Cet II Nov. 1994

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Bakti, 1993, cet. ke-2,

Assyaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad. Nailul Author, Beirut-Lebanon: Daarul Qolam, Juz 6

Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Islam Tentang Wakaf, Ijarah, Syirkah, Bandung: PT. Al Ma’arif, 1987

Buku data wilayah provinsi, kotamadya, kecamatan dan kelurahan di provinsi DKI Jakarta, Biro Administrasi Wilayah Prov DKI Jakarta 2006

Daradjat, Zakiyah. et al, Ilmu Fiqh, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995, Cet. Ke-1, Jil. III

Page 90: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

83

Departemen Agama DitJen Bimas Islam dan Urusan Haji, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Perwakafan Tanah Milik, Tahun 1991-1992

Departemen Agama RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004, cet. Ke-2

Departemen Agama RI, UU No. 1/1974 dan UU No. 9/1975 serta KHI di Indonesia, T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 1998, Edisi ke-2

Direktorat Jenderal Bimbingan Mayarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Jakarta: Departemen Agama Refublik Indonesia. 2005

Direktorat Jenderal Bimbingan Mayarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia. 2005

F.X., Sujadi. O & M Penunjang berhasilnya Proses Management, Jakarta : CV. Masagung, 1990, Cet. Ke-3

Fikri, Sayyid Ali. Al Mu’aamalatul Madiyah wal Adabiyah, juz II, Mesir: Musthofa Al Baabi al hallabi, 1938

Laporan Bulanan KUA Kecamatan Penjaringan 2010

Mughirah, Muhamad Jawad. Fikih Lima Mazhab, Jakarta : PT. Lentera Basritama, 1996, Cet. Ke-1

Mujieb, M. Abdul dkk. kamus Istilah Fiqih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002, Cet. III

Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, CV. Mandar Maju, Bandung, Tahun 1998 Cet, VIII

Praja, Juhaya S. Perwakafan di Indonesia (Sejarah Pemikiran, Hukum, dan Perkembangannya), Bandung: Yayasan Plara, 1995

Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Penyelenggaraan Haji, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia, Jakarta; Deoartemen Agama Republik Indonesia, 2003

Page 91: PERAN TOKOH MASYARAKAT KECAMATAN PENJARINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4097/1/MUHAMAD... · Pemuda Ansor Jakarta Utara, KNPI Jakarta Utara, KMB UIN, Rizqi

84

Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Penyelenggaraan Haji, Perkembangan Pengelolaan Wakaf Di Indonesia, Jakarta; Deoartemen Agama Republik Indonesia, 2003

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, Cet. Ke-1

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah, alih bahasa oleh kamaluddin A., dkk., vol. XIV, Cet. VIII, Bandung: Al Ma’arif, 1996

Tahir, M. “Wakaf dan Sumber Daya Ekonomi : Suatu Pendekatan Teorotis”, Mimbar Hukum, No. 7 Th. III, 1992

Zainuddin, Ibnu Najm. Al Bahrur Raiq, Mesir: Daarul Kutubil ‘Arabiyah Al Kubro,tt, Juz 5