PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

34
PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA Disusun Oleh: LIANDA REMIMARCH PIERITSZ 18/436683/PEK/24207 PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2021

Transcript of PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

Page 1: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

Disusun Oleh:

LIANDA REMIMARCH PIERITSZ

18/436683/PEK/24207

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021

Page 2: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB

SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

Lianda R. Pieritsz

Magister of Accounting, Gadjah Mada University, Indonesia

e-mail: [email protected]

INTISARI

Tujuan - Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa secara empiris pengaruh dari tata

kelola perusahaan yang baik dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap

manajemen laba pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada periode 2017-2019.

Metoda Penelitian - Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

menggunakan analaisis konten dan regresi berganda. Penelitian ini menggunakan

akrual diskresioner sebagai proksi manajemen laba yang diukur dengan menggunakan

model yang dikembangkan oleh Kothari (2005) dan menggunakan kepemilikan

saham institusional, aktivisme pemegang saham juga proporsi dewan komisaris

independen sebagai proksi dari tata kelola perusahaan yang baik serta corporatae

social responsibility disclosure index sebagai proksi dari tanggung jawab sosial

perusahaan.

Temuan - Hasil dari penelitian ini menemukan adanya pengaruh positif yang

signifikan dari tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba dan tidak

menemukan adanya pengaruh yang signifikan dari tata kelola perusahaan yang baik

terhadap manajemen laba.

Orisinalitas - Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peran dari tata kelola

perusahaan yang baik dan tanggung jawab sosial perusahaan pada manajemen laba

dengan melihat pengaruh dari tata kelola perusahaan yang baik dan tanggung jawab

sosial perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan nonkeuangan yang

terdaftar di BEI pada periode 2017-2019 dengan menggunakan perusahaan-

perusahaan yang menyajikan laporan keberlanjutan berdasarkan GRI standar

sebagai standar pengungkapan. Selain itu, penelitian ini menggunakan model Kothari

(2005) dalam mengukur diskresioner akrual yang merupakan proksi dari manajemen

laba.

Kata Kunci: Tata kelola perusahaan, tanggung jawab sosial perusahaan, manajemen

laba.

Page 3: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha dalam mempertahankan eksistensi ataupun keberlanjutan perusahaan dalam

dunia bisnis menuntut setiap elemen yang ada pada perusahaan untuk bisa melakukan

fungsi dan perannya dengan baik. Misalnya, manajemen (agen) yang dipekerjakan

oleh pemilik (prinsipal) akan mengelola perusahaan dengan baik dan berusaha

memaksimalkan nilai perusahaan serta mendorong tercapainya tujuan didirikannya

perusahaan.

Tata kelola perusahaan yang baik atau yang dikenal juga dengan good

corporate governance (GCG) mengacu pada penerapan struktur dan proses dari tata

pamong yang baik dalam suatu organisasi seperti perusahaan. Organisasi

internasional bernama Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD, 2015) mendefinisikan tata kelola perusahaan sebagai suatu sarana dalam

mengendalikan dan mengoperasikan korporasi yang serangkaian hubungan antara

manajemen perusahaan, pemegang saham serta pemangku kepentingan lainnya ikut

terlibat. Selain itu, tata kelola perusahaan turut menyediakan struktur dalam

menetapkan tujuan perusahaan dan sebagai sarana untuk menggapai hal yang telah

ditetapkan oleh perusahaan sebagai tujuannya serta melakukan pemantauan kinerja

yang ditentukan. OECD juga menjelaskan bahwa GCG harus memberikan insentif

kepada dewan serta manajemen guna menggapai hal yang merupakan kepentingan

perusahaan dan para pemangku kepentingan. Di samping itu, GCG juga harus

memberikan fasilitas pemantauan yang efektif supaya menuntun perusahaan untuk

menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan efisien. Organisasi

tersebut juga menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan bertujuan untuk membantu

dalam pembentukan lingkungan yang terpercaya, transparan, dan akuntabel. Hal ini

dibutuhkan dalam mendorong investasi pada jangka yang panjang, stabilitas

keuangan, dan integritas bisnis sehingga dapat membantu pertumbuhan yang tidak

lemah, melainkan yang lebih kuat dan membentuk masyarakat yang lebih inklusif.

Tata kelola perusahaan memegang peran yang dinilai penting dalam

menciptakan budaya kesadaran, transparansi, dan keterbukaan (Al-ahdal et al., 2020).

Keberadaan dari tata kelola perusahaan yang baik dianggap mutlak diperlukan oleh

suatu organisasi karena bisa mendorong dalam menimbulkan kepercayaan para

pemegang saham dan memastikan bahwa para pemangku kepentingan menerima

perlakuan yang tidak berbeda satu dengan yang lainnya (Mahrani dan Soewarno,

2018). Menurut Maharani dan Soewarno (2018), sistem yang baik dapat menjadi

pelindung yang efektif bagi para pemegang saham guna pemulihan investasi yang

telah mereka lakukan dan memastikan manajemen bertindak untuk keuntungan

perusahaan. Isu mengenai tata kelola perusahaan secara umum memperoleh perhatian

yang besar atas adanya peningkatan pengakuan bahwa tata kelola perusahaan

mempunyai dampak pada kinerja ekonominya dan kemampuannya untuk mengakses

modal investasi jangka panjang yang rendah (Raha dan Prabhu, 2005).

Page 4: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

2

Penerapan GCG menjadi hal yang penting sebagai usaha untuk mencapai

tujuan dari perusahaan, termasuk memberikan perlakuan yang sama terhadap setiap

pemangku kepentingan, Dalam hal ini, perusahaan tidak hanya menjadikan profit

sebagai satu-satunya hal yang terpenting untuk dicapai sebagai bentuk pengembalian

terhadap pemilik atau pemegang saham. Perusahaan juga perlu untuk mementingkan

kesejahteraan dari pemangku kepentingan lainnya seperti karyawan yang bekerja

dalam perusahaan, masyarakat sebagai konsumen serta lingkungan yang bisa saja

terlibat atau terdampak oleh segala jenis aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan.

Menurut Slaper dan Hall (2011), sustainability (keberlanjutan) telah menjadi tujuan

bisnis dan selama pertengahan 1990-an. John Elkington berusaha mengukur

keberlanjutan dengan mencakup rerangka kerja baru yang disebut sebagai Triple

Bottom Line (TBL) yang melampaui the traditional measures of profits, return on

investment, dan shareholder value untuk melibatkan dimensi lingkungan dan sosial

dengan berfokus ke hasil investasi yang komprehensif yang berkenaan dengan kinerja

di sepanjang dimensi profit, people and planet. Hal-hal tersebut saling berkaitan

dengan menjadikan TBL sebagai alat yang penting dalam mendorong tercapainya

keberlanjutan.

Selain tata kelola perusahaan yang baik, terdapat tanggung jawab sosial

perusahaan atau yang dikenal juga dengan sebutan Corporate Social Responsibility

(CSR) yang merupakan suatu bentuk kepedulian perusahaan dan tanggung jawab

sosial dari perusahaan. Hal ini juga merupakan relasi antara perusahaan dan

pemangku kepentingan (Crowther dan Aras, 2008). Penerapan CSR dapat

meningkatkan kinerja perusahaan disebabkan reputasi yang dimilikinya dan daya

saingnya yang meningkat (Mahrani dan Soewarno, 2018). CSR dimanifestasikan

dalam pedoman etika dan moral dari suatu badan peraturan yang mendorong

perusahaan supaya menjadikan masalah sosial yang ada sebagai sebuah pertimbangan

dan menjadi pedoman organisasi pemerintahan, HAM, praktik ketenagakerjaan,

lingkungan, praktik operasional yang adil, masalah konsumen, dan keterlibatan dari

masyarakat (Amar dan Chakroun, 2017).

Transparansi dan akuntabilitas keuangan merupakan hal penting, bukan hanya

bagi pemegang saham, melainkan juga bagi karyawan, pelanggan, masyarakat, dan

pemimpin di semua lapisan masyarakat. Dengan demikian, prinsip CSR adalah

sebagai usaha dalam mengurangi penyalahgunaan keunggulan informasi yang

dimiliki setiap pihak yang terdapat di dalam perusahaan daripada pihak lainnya yang

tidak termasuk di dalam perusahaan (Chih et al. 2008).

GCG ditandai dengan adanya transparansi operasi perusahaan, pengungkapan

informasi yang kredibel, akuntabilitas manajer dan dewan direksi kepada para

pemegang saham, kerja sama yang bersifat aktif yang terjadi di perusahaan dan

pemangku kepentingan, dan tanggung jawab yang dipegang oleh perusahaan bagi

seluruh pemangku kepentingan (Singh et al, 2016). Mekanisme perlindungan

diharapakan dapat membatasi kemampuan orang untuk memanipulasi laba dan

melindungi kepentingan orang luar (Abedalqader et al., 2016). Tata kelola perusahaan

diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi dan nonaligned interest karena agen

Page 5: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

3

akan menyediakan informasi yang akurat kepada prinsipal (Kanagaretnam et al.,

2007).

Suyono dan Farooque (2018) menjelaskan bahwa beberapa tahun belakangan

ada peningkatan substansial pada penerapan mekanisme tata kelola perusahaan,

manipulasi, dan skandal yang terjadi. Hal tersebut kemudian dihubungkan dengan

adanya tata kelola perusahaan yang buruk dan juga masalah low-quality earnings

problem. Hal ini perlu menjadi perhatian karena laba atau yang sering disebut dengan

‘the bottom line´ atau ‘net income’ ini merupakan ukuran dari kinerja suatu entitas

dan sangat penting pada laporan keuangan (Rankin et al., 2012). Oleh sebab itu,

kualitas laba merupakan hal yang sangatlah penting. Hanya saja, kualitas laba ini

dipengaruhi oleh manajemen laba (Rankin et al., 2012).

Bersumber dari (Rankin et al., 2012), pengertian manajemen laba telah

diklasifikasi oleh Ronen dan Yaari menjadi white action yang memaknai manajemen

laba yang menguntungkan dengan menambah transparansi pelaporan keuangan. Grey

action mengartikan manajemen laba sebagai pilihan dari suatu metode akuntansi yang

oportunistik dalam meningkatkan kesejahteraan manajer atau bisa saja menjadi

efisien secara ekonomi untuk entitas yang bersangkutan. Klasifikasi mengenai

definisi earnings management yang terakhir ialah black action yang menggambarkan

manajemen laba sebagai penyajian yang keliru dan menurunkan transparansi dari

pelaporan keuangan suatu perusahaan sehingga dapat merugikan pihak lain yang

bersangkutan dalam perusahaan. Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan

juga sebagai upaya untuk mempercantik informasi yang ada dalam laporan keuangan

yang disajikan perusahaan dengan cara melakukan manipulasi pada laporan

keuangan. Jadi, informasi dalam laporan keuangan yang telah disajikan oleh

perusahaan tidak mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenar-

benarnya.

Seperti yang sudah dibahas di atas bahwa tata kelola perusahaan memegang

peran yang penting dalam menciptakan budaya transparansi dan keterbukaan, yang

berarti semua informasi penting disajikan dan diterima oleh para pemangku

kepentingan. Transparansi dan akuntabilitas yang merupakan prinsip dari tanggung

jawab sosial perusahaan adalah hal yang penting sehingga dapat mencegah terjadinya

penyalahgunaan keunggulan informasi dari pihak-pihak yang memiliki keterlibatan

langsung dalam perusahaan dan mendorong terciptanya lingkungan bisnis yang

terpercaya. Menyadari pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan

tanggung jawab sosial perusahaan bagi perusahaan mengenai akuntabilitas dan

transparansi dari perusahaan, dalam hal ini manajemen terhadap para pemangku

kepentingan, seperti pemegang saham dan calon investor atas informasi yang

disajikan oleh perusahaan, peneliti melakukan penelitian ini. Tujuannya adalah untuk

menganalisis hubungan dari tata kelola perusahaan yang baik dan tanggung jawab

sosial perusahaan pada manajemen laba dengan melihat pengaruh dari tata kelola

perusahaan yang baik dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen

laba.

Page 6: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

4

1.2 Rumusan Masalah

Adanya peningkatan substansial pada mekanisme tata kelola perusahaan, manipulasi

akuntansi, dan skandal yang terjadi beberapa tahun terakhir, berkaitan dengan

buruknya tata kelola perusahaan serta masalah mengenai low-quality earnings

problem (Suyono dan Farooque, 2018). Perusahaan yang mempunyai tata kelola yang

efektif, tetapi mendapatkan manajer yang kurang, cenderung mampu untuk bertindak

dalam memaksimalkan keuntungan pribadi mereka dan mengorbankan pemegang

saham (Chintrakarn et al., 2015). Beberapa penelitian sebelumnya telah menjelaskan

peran dan fungsi dari pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik dan tanggung

jawab sosial perusahaan, juga kualitas informasi di dalam laporan keuangan ataupun

laporan tahunan perusahaan mengenai aktivitas yang dijalankan perusahaan, seperti

informasi mengenai laba perusahaan yang seringkali dijadikan pertimbangan pada

pengambilan keputusan bagi para pengguna laporan tersebut. Namun, sampai saat ini

peran dari tata kelola perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan serta kualitas

dari laba ataupun segala informasi yang disajikan oleh perusahaan tetap dan sangatlah

penting, terlebih lagi dengan adanya standar yang baru dalam pengungkapan laporan

keberlanjutan perusahaan serta aturan mengenai kewajiban perusahaan dalam

menyajikan laporan keberlanjutan guna meningkatkan transparansi.

Menurut Suyono dan Farooque (2018), hampir seluruh perusahaan di

Indonesia terlibat dalam pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, tetapi

perusahaan-perusahaan tersebut masih kurang mematuhi peraturan yang ada. Global

Reporting Initiative (GRI) meluncurkan GRI Standar di Indonesia pada tahun 2017,

yang efektif pada 1 Juli 2018. GRI standar ini merupakan perwakilan dari praktik

yang dinilai sangat baik secara global mengenai pelaporan atas dampak ekonomi,

dampak lingkungan dan dampak dalam segi sosial bagi publik. Selain itu, pelaporan

keberlanjutan yang dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan standar ini

memberikan informasi mengenai kontribusi positif atau negatif dari suatu organisasi

untuk pembangunan yang berkelanjutan (globalreporting.org).

Melihat adanya permasalahan yang bisa saja muncul akibat dari tindakan

pengutamaan keuntungan pribadi dari manajemen serta pelaksanaan tata kelola dan

juga tanggung jawab sosial perusahaan dalam perusahaan yang tidak berjalan dengan

baik, serta adanya standar baru yang diterapkan oleh Global Reporting Initiative (GRI

Standar), menjadi menarik bagi peneliti untuk mengetahui pengaruh yang dilahirkan

atas penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan tanggung jawab sosial

perusahaan terhadap manajemen laba.

2. LANDASAN TEORI & TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan

Page 7: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

5

Agency theory atau teori keagenan ini dikembangkan oleh Jansen dan Meckling

(1976). Teori ini menjelaskan konsep hubungan pemilik dan pelaksana atau

hubungan agensi yang diartikan sebagai suatu kontrak antara satu atau lebih principal

yang adalah pemilik dengan orang lain yang merupakan agen atau pelaksana dalam

melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang mengatasnamakan pemilik juga melibatkan

pendelegasian atau pelimpahan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada

agen. Jensen dan Meckling menjelaskan bahwa jika hubungan antara prinsipal dan

agen ini memiliki arah pada pemaksimalan atau peningkatan kekayaan dengan

demikian ada alasan untuk mempercayai bahwa agen tidak akan selalu bertindak

untuk kepentingan prinsipal atau dalam hal ini agen memiliki kepentingan yang

berbeda dengan prinsipal. Prinsipal kemudian dapat membatasi divergensi dari minat

atau kepentingannya dengan menetapkan insentif yang dianggap sesuai pada agen

serta dengan melakukan pengeluaran pada biaya pemantauan guna mambatasi

aktivitas agen yang menyimpang atau yang dapat menyebabkan kerugian bagi

prinsipal. Selain itu, pada beberapa kondisi dapat dilakukan dengan bonding cost

yakni biaya yang dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan

melakukan tindakan yang meyebabkan kerugian pada prinsipal atau prinsipal akan

menerima kompensasi apabila agen melakukan tindakan-tindakan yang tidak

diharapkan.

Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan (prinsipal) mempekerjakan

manajemen (agen) untuk mengoperasikan perusahaan. Dengan demikian,

manajemenlah yang mengatur jalannya perusahaan dan menjadi pihak yang lebih

mengetahui banyak mengenai perusahaan. Adanya fungsi, situasi, tujuan, dan

keinginan yang berbeda antara kedua pihak ini dapat menimbulkan konflik

kepentingan (conflict of interest) dan menyebabkan masalah agensi (agency problem)

sehingga dapat menyebabkan kerugian. Selain itu, karena manajemen yang mengatur

atau mengoperasikan perusahaan, mereka lebih mengenal dan mengetahui hal-hal

yang terjadi atau terdapat dalam perusahaan. Manajemen memiliki banyak informasi

karena memiliki keterlibatan langsung dan lebih banyak dibandikan dengan

pemegang saham. Adanya ketidakseimbangan informasi atau asimetri informasi

dalam hubungan keduanya inilah dapat menambah masalah agensi pada kedua pihak

dan berujung pada pencapaian tujuan perusahaan. Misalnya, dalam memenuhi

kepentingan pribadi manajemen atau tujuan manajemen dan mengesampingkan

kepentingan pemegang saham. Selain itu, informasi yang diberikan oleh manajemen

pada pemegang saham juga dijadikan dalam pengambilan keputusan sebagai bahan

pertimbangan serta apabila informasi yang ada di tangan pemegang saham tidak

cukup, maka akan memengaruhi keputusan yang diambil oleh pemilik perusahaan.

Teori ini dipakai oleh peneliti untuk membantu dalam menjelaskan hubungan

antara manajemen dan pemilik perusahaan serta perbedaan kepentingan yang dapat

muncul atau perilaku menyimpang yang bisa saja dilakukan oleh manajemen guna

memperoleh keuntungan pribadi dan mengesampingkan kepentingan pemegang

Page 8: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

6

saham. Hal tersebut dapat berujung pada tidak tercapainya tujuan dari didirikannya

perusahaan itu sendiri sehingga perlu diterapkan tata kelola perusahaan yang baik

guna membantu tercapainya tujuan perusahaan.

2.2 Teori Pemangku Kepentingan

Stakeholder theory atau teori pemangku kepentingan diperkenalkan oleh Freeman

(1984) yang menyimpulkan bahwa tujuan sesungguhnya dari suatu perusahaan ialah

untuk menyejahterakan seluruh pemangku kepentingan. Kepentingan dan

kesejahteraan dari seluruh pemangku kepentingan menjadi perhatian utama dari

perusahaan. Oleh sebab itu, tujuan dari perusahaan bukan saja terpaku pada profit

atau laba yang diperoleh perushaan melainkan kesejahteraan dari seluruh pemangku

kepentingan. Triple bottom line atau yang dikenal dengan profit, people & planet

menjadi perhatian dari perusahaan. Dengan demikian, setiap langkah yang diambil

oleh perusahaan dalam hal ini ialah manajemen yang mengoperasikan perusahaan

perlu mempertimbangkan dan mengutamakan ketiga hal di atas. Setiap tindakan yang

dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat memperoleh profit atau keuntungan bagi

pemilik dan juga kesejahteraan bagi people yang di dalamnya ialah karyawan,

pemasok, dan pelanggan misalnya kaitannya dengan kualitas produk, fasilitas bagi

karyawan. Selain itu, ada planet yang tidak kalah penting untuk menjadi perhatian

perusahaan yang berkaitannya dengan kelestarian lingkungan di tempat perusahaan

itu beroperasi atau di manapun produknya dipergunakan misalnya, limbah dari sisa

produksi perusahaan dikelola dengan baik dan tidak berdampak buruk bagi

lingkungan sekitar ataupun planet ini.

Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menjadi pendukung pentingnya

penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan tanggung jawab sosial perusahaan di

dalam perusahaan. Perlu disadari pentingnya kesejahteraan dari seluruh pemangku

kepentingan dan bukan hanya terpaku pada menghasilkan profit bagi pemilik

perusahaan saja, melainkan menjadikan triple bottom line sebagai hal penting yang

perlu dicapai oleh perusahaan.

2.3 Tata Kelola Perusahaan

Pada Indonesia Corporate Governance Manual (2018), International Financial

Corporation mendefinisikan tata kelola perusahaan sebagai struktur dan proses di saat

perusahaan diarahkan dan dikendalikan. Dalam prespektif internal (center on the

company itself), tata kelola ialah suatu sistem hubungan yang struktur dan proses

menjadi penentunya. Relasi ini bisa melibatkan beberapa pihak dengan kepentingan

mereka yang berbeda-beda dan terkadang bisa bertentangan antara satu kepentingan

dengan kepentingan lainnya. Meskipun demikian, semua pihak ikut terlibat dalam

melakukan pengendalian dan pengarahan terhadap perusahaan.

Page 9: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

7

Tata kelola perusahaan dirancang agar perusahaan dengan benar

mendistribusikan hak dan tanggung jawab dalam mempromosikan nilai jangka

panjang yang stabil kepada pemegang saham. Sementara itu, dari prespektif eksternal

dari tata kelola perusahaan berfokus pada hubungan antara perusahaan dan para

pemangku kepentingan, para pemangku kepentingan ini merupakan individu ataupun

institusi yang memiliki kepentingan di dalam perusahaan yang bisa muncul

disebabkan adanya kontrak, melalui litigasi, hubungan sosial ataupun geografis.

Pemangku kepentingan ini termasuk dalam investor, karyawan perusahaan itu sendiri,

kreditur, pemasok, konsumen, lingkungan tempat perusahaan beroperasi, dan

pemerintah.

Bersumber dari Corporate Governance Manual (2018), terdapat empat nilai

inti rerangka kerja tata kelola perusahaan yang dikemukakan oleh OECD. Kesetaraan,

rerangka kerja Tata kelola perusahaan harus dapat melindungi hak serta memastikan

bahwa pemegang saham mendapatkan perlakuan yang adil dan seluruh pemegang

saham mempunyai kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif ketika hak

merteka dilanggar. Nilai inti yang kedua ialah responsibilitas, rerangka kerja tata

kelola perusahaan harus mengakui hak-hak para pemangku kepentingan sesuai

dengan ketetapan hukum juga mendorong kooperasi yang aktif antara perusahaan dan

para pemangku kepentingan dalam menghasilkan kekayaan yang berjangka panjang.

Nilai inti yang ketiga ialah transparansi, yaitu rerangka kerja dari tata kelola

perusahaan harus memastikan pengungkapan yang dilakukan tepat waktu dan akurat.

Nilai inti dari rerangka kerja tata kelola perusahaan yang terakhir ialah akuntabilitas,

yang berarti rerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan pedoman

strategis perusahaan, pemantauan manajemen yang efektif oleh dewan, dan

pertanggungjawaban dewan kepada perusahaan dan pemangku kepentingan.

Pada pedoman umum GCG di Indonesia (2006) yang telah dibuat oleh

Komite Nasional Kebijakan Governance menjelaskan bahwa hal ini menjadi suatu

keperluan supaya pasar yang transparan, efisien dan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dapat terwujud. Oleh sebab itu, dalam menerapkan GCG

diperlukan dukungan dari tiga pilar yang berhubungan, yakni negara dan

perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar serta masyarakat

yang berperan sebagai pengguna produk dan jasa dalam dunia usaha.

GCG memiliki beberapa asas, yakni transparansi, akuntabilitas, resposibilitas,

independesi, kewajaran, dan kesetaraan. Transparansi sebagai asas dari GCG yang

pertama mengandung arti bahwa perusahaan harus menyediakan informasi yang

bersifat material dan relevan serta melakukannya dengan cara yang mudah diakses

dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan juga harus mengambil inisiatif

untuk melakukan pengungkapan bukan hanya pada permasalahan yang diisyaratkan

oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga untuk pengambilan keputusan oleh

pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.

Page 10: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

8

Asas GCG yang kedua ialah akuntabilitas, yang berarti bahwa perusahaan

harus dapat mempertanggungjawabkan kinerja secara transparan dan wajar.

Pengelolalan perusahaan harus dilakukan secara benar, terukur, dan sesuai dengan

kepentingan perusahaan serta tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham

dan pemangku kepentingan lainnya. Guna mencapai kinerja yang berkesinambungan,

akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan. Asas GCG yang ketiga adalah

responsibilitas, yang berarti bahwa perusahaan diharuskan untuk mematuhi peraturan

perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungan. Dengan demikian kesinambungan usaha bagi perusahaan dapat

terpelihara dalam jangka panjang dan memperoleh pengakuan sebagai good

corporate citizen.

Asas GCG yang berikutnya yaitu independensi, yang prinsip dasarnya adalah

bahwa untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara

independen supaya setiap organ yang ada di dalam perusahaan tidak saling

mendominisasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Asas yang terakhir ialah

kewajaran dan kesetaraan, yang prinsip dasarnya yaitu perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan dari para pemegang saham dann pemangku kepentingan

lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan dalam melaksanakan kegiatannya.

OECD (2015) menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan memiliki tujuan

untuk membentuk lingkungan yang terpercaya, transparan, dan akuntabel yang

diperlukan untuk mendorong investasi jangka panjang, stabilitas keuangan, dan

integritas bisnis sehingga dapat mendukung pertumbuhan yang lebih kuat dan

masyarakat yang lebih inklusif. Singh et.al (2016) dalam penelitiannya menjelaskan

bahwa GCG ditandai dengan adanya transparansi operasi perusahaan, pengungkapan

informasi yang kredibel, akuntabilitas manejer dan dewan direksi kepada para

pemegang saham, kerja sama yang aktif antara perusahaan dan pemangku

kepentingan, serta tanggung jawab perusahaan terhadap para pemangku kepentingan.

Al-ahdal et al. (2020) menyebutkan tata kelola perusahaan memegang peran yang

dinilai penting dalam menciptakan budaya kesadaran, transparansi, dan keterbukaan.

2.4 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) merupakaan relasi antara perusahaan dan

pemangku kepentingan (Crowther dan Aras, 2008). CSR dimanifestasikan dalam

pedoman etika dan moral dari suatu badan peraturan yang mendorong perusahaan

supaya menjadikan masalah sosial yang ada sebagai sebuah pertimbangan dan

menjadi pedoman tata kelola organisasi, hak asasi manusia, praktik ketenagakerjaan,

lingkungan, praktik operasi yang adil, masalah konsumen, dan keterlibatan

masyarakat (Amar dan Chakroun, 2017). Dalam penerapannya CSR memiliki

beberapa prinsip, yakni keberlanjutan, akuntabilitas, dan transparansi.

Page 11: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

9

Keberlanjutan berkaitan dengan dampak atas keputusan atau tindakan yang

diambil terhadap pilihan yang tersedia dimasa depan. Dengan demikian, dalam

penerapannya setiap tindakan yang akan diambil oleh perusahaan perlu

mempertimbangkan setiap aspek yang berkaitan dengan para pemangku kepentingan.

Di samping itu melihat dampak yang muncul atas keputusan maupun tindakan

perusahaan sehingga tidak menempatkan perusahaan pada posisi yang sulit dimasa

yang akan datang.

Selanjutnya prinsip akuntabilitas yakni organisasi, dalam hal ini perusahaan,

menyadari dan mengakui bahwa tindakan yang diambil perusahaan dapat

memengaruhi lingkungan eksternal sehingga perusahaan juga ikut memikul tanggung

jawab atas dampak yang timbul dari tindakannya. Perusahaan mampu menjelaskan

tindakan yang dilakukannya dan menjelaskan dampak yang muncul atas tindakan

perusahaan kepada para pemangku kepentingan. Disamping itu, perusahaan perlu

menjelaskan seperti apa dan bagaimana pengaruh atas tindakan perusahaan pada para

pemangku kepentingan terutama bagi yang terdampak. Konsep akuntabilitas ini

menyiratkan bahwa perusahaan merupakan bagian dari jaringan sosial yang luas dan

memiliki tanggung jawab untuk semuanya, bukan hanya pada pemilik perusahaan itu

sendiri. Dengan demikian, selain pemilik perusahaan, para pemangku kepentingan

lainnya juga memiliki kekuatan dalam memengaruhi cara perusahaan itu beroperasi

dan juga memiliki kekuatan untuk memutuskan benar atau tidaknya tindakan yang

diambil oleh perusahaan.

Prinsip lainnya dari CSR ialah transparansi. Transparansi mengandung arti

bahwa perusahaan secara terbuka dan tidak menyamarkan dampak eksternal dari

tindakan organisasi berserta fakta-fakta yang berkaitan pada saat pelaporan.

2.5 Manajemen Laba

Healy and Wahlen (1999) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu hal yang

terjadi ketika manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan dalam

menyusun transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan menyesatkan

beberapa pemangku kepentingan mengenai kinerja ekonomi perusahaan dan juga

memengaruhi hasil kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan.

Ronen dan Yaari (Rankin et al., 2012) mengklasifikasikan definisi dari EM atau

manajemen laba menjadi tiga. Pertama white action, yang memaknai manajemen laba

yang menguntungkan dengan menambah transparansi dari pelaporan keuangan.

Kedua grey action, yang mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan dari suatu

metode akuntansi yang oportunistik dalam meningkatkan kesejahteraan manajer atau

bisa saja menjadi efisien secara ekonomi untuk entitas yang bersangkutan. Klasifikasi

mengenai definisi manajemen laba yang terakhir ialah black action yang

menggambarkan sebagai penyajian yang keliru dan menurunkan transparansi dari

pelaporan keuangan suatu perusahaan sehingga dapat merugikan pihak lain yang

bersangkutan dalam perusahaan. Dengan demikian, EM dapat diartikan juga sebagai

Page 12: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

10

suatu upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk mempercantik informasi yang ada

dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan dengan cara memanipulasi

laporan keuangan sehingga informasi yang ada pada laporan keuangan yang telah

disajikan oleh perusahaan tidak mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang

sebenar-benarnya.

Bukan suatu hal yang baru untuk diketahui bahwa laba seringkali digunakan

oleh pemegang saham untuk menilai kinerja dari perusahaan. Hanya saja, laba yang

disajikan oleh perusahaan dalam laporan keuangan yang telah diterbitkan tidak

terjamin bebas dari manajemen laba. Rankin (2012) menjelaskan ada dua hal utama

untuk terlibat dalam manajemen laba. Pertama, penghasilan dikelola untuk

kepentingan entitas karena sejumlah alasan, di antaranya untuk memenuhi ekspektasi

dan prediksi analis dan pemegang saham; untuk memaksimalkan harga saham dan

penilaian perusahaan; untuk menyampaikan informasi pribadi secara akurat; atau

untuk menghindari melanggar perjanjian utang yang membatasi. Kedua, penghasilan

dikelola untuk memenuhi tujuan jangka pendek yang mengarah pada memaksimalkan

remunerasi dan bonus manajerial.

Praktik manajemen laba ini dapat dilakukan dengan berbagai macam metode,

baik dengan menggunakan accounting policy choice, income smoothing maupun

dengan menggunakan akuntansi akrual. Salah satu hal yang diharapkan dengan

melakukan manajemen laba ialah meningkatnya harga saham. Informasi yang

terkandung dalam laporan keuangan sangat penting bagi para pengguna laporan

keuangan, baik itu dalam kepentingan melakukan penelitian ataupun keputusan

berinvestasi. Oleh karena itu, laporan keuangan yang disajikan atau yang telah

diterbitkan oleh perusahaan haruslah berkualitas.

2.6 Tinjauan Literatur dan Hipotesis

Tata kelola perusahaan merupakan suatu sarana dalam mengendalikan dan

mengoperasikan perusahaan yang melibatkan serangkaian hubungan antara

manejemen perusahaan, pemegang saham, dan para pemangku kepentingan lainnya.

Selain itu, tata kelola perusahaan menyediakan struktur dalam menetapkan tujuan

perusahaan dan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan serta memantau kinerja yang ditentukan OECD (2015). Singh et

al.,(2016) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa tata kelola perusahaan yang baik

ditandai dengan adanya transparansi operasi perusahaan, pengungkapan informasi

yang kredibel, akuntabilitas manejer dan dewan direksi kepada para pemegang

saham, kerjasama yang aktif antara perusahaan dan pemangku kepentingan, dan

tanggung jawab perusahaan terhadap para pemangku kepentingan.

Keberadaan dari GCG dianggap mutlak diperlukan oleh suatu organisasi,

tidak terkecuali perusahaan, karena dapat membantu dalam membangun kepercayaan

para pemegang saham dan memastikan bahwa seluruh pemangku kepentingan

Page 13: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

11

mendapatkan perlakuan yang sama. Selain itu, Sistem yang baik dapat menjadi

pelindung yang efektif bagi para pemegang saham guna pemulihan investasi yang

telah mereka lakukan dan memastikan manajemen bertindak untuk keuntungan

perusahaan (Al-ahdal et al., 2020). Chintrakarn et al., (2015) dalam penelitiannya

menyebutkan perusahaan yang memiliki tata kelola yang efektif mendapatkan

manajer yang kurang, cenderung dan kurang mampu untuk bertindak dalam

memaksimalkan keuntungan pribadi mereka dan mengorbankan pemegang saham.

Penelitian ini menggunakan kepemilikan institusional, aktivisme pemegang

saham, dan dewan komisaris independen sebagai proksi dari tata kelola perusahaan

yang baik. Pramithasari dan Yasa (2016) menyebutkan bahwa kepemilikan

institusional memiliki kepentingan yang signifikan dalam melakukan pengawasan

terhadap manajemen disebabkan keberadaannya dalam mendorong pengawasan yang

lebih optimal. Dengan demikian, hipotesis pertama dalam penelitian ini ialah:

H1 : Kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

Proksi lainnya dari tata kelola perusahaan yang baik ialah aktivisme

pemegang saham. Aktivisme pemegang saham, menurut Burnett et al. (2012), ialah

suatu proses relasi investasi yang memiliki fokus dalam penekanan terhadap

manajemen dengan tujuan supaya kinerja perusahaan di setiap aspek dapat meningkat

sehingga nilai pemegang saham juga ikut meningkat. Burnett et al. menganggap

aktivisme pemegang saham adalah sebuah proses hubungan investasi yang berfokus

dalam menekan manajemen untuk meningkatkan kinerja di dalam segala aspek agar

dapat meningkatkan nilai pemegang saham. Dengan demikian, aktivisme pemegang

saham ini dilakukan guna menekan manajemen agar tidak melakukan tindakan-

tindakan oportunistik yang dapat merugikan para pemegang saham serta pemangku

kepentingan lainnya. Berdasarkan temuan dari penelitian terdahulu, maka hipotesis

kedua dalam penelitian ini adalah:

H2 : Aktivisme pemegang saham memiliki pengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

Pramithasari dan Yasa (2016) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa,

keberadaan dari komisaris independen di dalam suatu perusahaan dapat

menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan sehingga setiap pemangku

kepentingan di perusahaan mendapatkan perlakukan yang sama. Dalam hal ini,

kesejahteraan dari seluruh pemangku kepentingan dipertimbangkan dalam

pengambilan keputusan terkait aktivitas perusahaan. Dengan demikian, hipotesis

ketiga yang ada dalam penelitian ini ialah:

Page 14: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

12

H3 : Proporsi dewan komisaris independen memiliki pengaruh negatif

terhadap manajemen laba.

Selain GCG, CSR dinilai dapat meningkatkan kinerja perusahaan disebabkan

reputasi yang dimilikinya dan daya saingnya yang meningkat (Mahrani dan

Soewarno, 2018). CSR merupakan usaha yang dilakukan untuk mengurangi

penyalahgunaan keunggulan informasi yang dimiliki oleh pihak-pihak yang ada di

dalam perusahaan daripada pihak-pihak di luar perusahaan (Chih, Shen dan Kang,

2008). CSR memiliki nilai postif bagi para investor dan juga para pemangku

kepentingan lainnya serta memiliki efek positif pada reputasi perusahaan (Martínez-

Ferrero, Banerjee dan García-Sánchez, 2016). Selain itu mereka juga menjelaskan

bahwa investasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam CSR dapat memberikan

keunggulan kompetitif dipasar produk dan secara umum dapat menandakan

pandangan jangka panjang perusahaan yang sehat (Chih, Shen dan Kang, 2008).

Sebuah perusahaan dengan CSR memiliki kecenderungan untuk tidak

melakukan smooth earnings dan menampilkan permintaan yang sedikit dalam

menghindari kerugian dan penurunan laba. Namun, perusahaan seperti ini cenderung

terlibat dalam agresivitas laba yang lebih besar, hanya saja kecenderungan seperti ini

dapat dikurangi di negara-negara dengan penegakan hukum yang kuat. Penerapan

dari GCG diharapkan mampu mengurangi asimetri informasi dan nonaligned interest

disebabkan agen akan menyediakan informasi yang akurat kepada prinsipal

(Kanagaretnam et al., 2007) sehingga dapat menjaga kesejahteraan dari setiap

pemangku kepentingan. Dengan demikian, mekanisme perlindungan diharapkan

dapat membatasi kemampuan orang untuk memanipulasi laba dan melindungi

kepentingan orang luar (Abedalqader et al., 2016).

Sebelumnya telah disebutkan di atas bahwa salah satu asas ataupun prinsip

dari GCG dan CSR ialah transparansi. Hunton dan Mazza (2006) dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa peningkatan transparansi pelaporan secara signifikan

mengurangi upaya manajemen laba, tetapi tidak menghilangkan upaya tersebut.

Selain itu, dengan adanya standar terbaru yang mengatur pengungkapan dalam

laporan keberkanjutan perusahaan yang memberikan informasi mengenai kontribusi

postif atau negatif dari suatu organisasi untuk pembangunan yang berkelanjutan

(globalreporting.org), yang juga dinilai penting bagi para pemangku kepentingan.

Berdasarkan temuan dari penelitian-penelitian sebelumnya, dapat dilihat bahwa GCG

dan CSR merupakan mekanisme perlindungan pemegang saham dan seluruh

pemangku kepentingan lainnya, yang memiliki pengaruh negatif terhadap praktik

manajemen laba di dalam perusahaan. Dengan demikian, hipotesis keempat dalam

penelitian ini ialah:

H4 : Tanggung jawab sosial perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

Page 15: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

13

3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakah penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder

yang diperoleh dari situs web resmi milik BEI, perusahaan yang termasuk dalam

sampel penelitian, dan database Osiris. Desain penelitian ini ialah uji hipotesis, yaitu

dengan menganalisis pengaruh dari tata kelola perusahaan yang baik terhadap

manajemen laba dan pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap

manajemen laba. Peneliti menguji pengaruh dari penerapan GCG dan CSR terhadap

EM dengan melihat apakah ada pengaruh yang timbul ketika perusahaan menerapkan

GCG dan CSR terhadap tingkat manajemen laba yang dilihat berdasarkan tingkat

akrual diskresioner pada laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi pada peneltian ini ialah seluruh perusahaan nonkeuangan yang sahamnya

diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian, yakni dari tahun 2017

hingga 2019. Dalam menentukan ukuran sampel, Rosce (1975) menyebutkan bahwa

sampel yang jumlahnya melebihi 30 dan tidak lebih atau kurang dari 500 dinilai tepat

untuk kebanyakan penelitian. Sampel yang digunakan pada penelitian ini dipilih

dengan menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling ialah suatu

proses pemilihan sampel atau pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara

mengambil sampel atas dasar kriteria-kriteria tertentu (Hartono,2010).

3.3 Definisi Operasinal Variabel

Penelitian ini memiliki dua variabel independen atau variabel bebas, satu variabel

dependen atau variabel terikat dan dua variabel kontrol untuk dilakukan pengujian.

Penjelasan mengenai kedua variabel tersebut disajikan pada bagian berikut ini.

3.3.1 Variabel Dependen

Dalam penelitian ini, hal yang menjadi variabel dependen atau variabel terikat ialah

manajemen laba yang diukur dengan diskresioner akrual menggunakan model yang

dikembangkan oleh Kothari (2005). Model tersebut merupakan model yang

dikembangkan dari model Modified Jones (Dechow et al., 1995) yang menambahkan

return on assets untuk mengontrol kinerja (Sun et al., 2010). Dengan demikian,

model dari Kothari ini hanya menambahkan ROA dalam perhitungan akrual

diskresioner. Berikut ini ialah tahapan yang dilalui dalam penentuan akrual

diskresioner.

1) melakukan perhitungan total akrual dengan menggunakan pendekatan aliran kas

seperti berikut ini.

Total akrual = Laba Bersih – Arus Kas aktivitas Operasi

Page 16: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

14

2) menentukan koefisien regresi dari total akrual.

Keterangan:

TACt = Total akrual perusahaan i pada periode t.

At-1 = Total asset perusahaan i pada akhir tahun t-1.

∆REVt = Perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t.

∆RECt = Perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t.

PPEt = Aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan pada

periode t.

ROAt-1 = Return on assets perusahaan i pada akhir tahun t-1.

a) melakukan perhitungan nilai non-discrettinary accruals (NDA) dengan

menggunakan koefisien regresi di atas pada persamaan berikut:

Keterangan:

N

D

A

t

= non-discrettinary accruals perusahaan i pada periode t

α = fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan

total akrual.

b) menghitung akrual diskresioner dengan persamaan di bawah ini:

3.3.2 Variabel Independen

Terdapat dua variabel independen atau yang disebut dengan variabel bebas di dalam

penelitian ini, yang pertama ialah tata kelola perusahaan yang baik, dan yang kedua

ialah tanggung jawab sosial perusahaan. Kedua variabel beserta proksinya yang

dipakai pada penelitian ini sebagai berikut.

a) Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Pada bagian sebelumnya telah disebutkan bahwa GCG merupakan salah satu dari

dua variabel inependen yang digunakan di dalam penelitian ini. Hasil yang

ditemukan dalam penelitian Kamran dan Shah (2014), Lee et al. (2012), dan

Mahrani dan Soewarno (2018) menemukan bahwa mekanisme GCG memiliki

(𝑇𝐴𝐶𝑡

𝐴𝑡−1) = 𝛼1 (

1

𝐴𝑡−1) + 𝛼2 (

∆𝑅𝐸𝑉𝑡 − ∆𝑅𝐸𝐶𝑡

𝐴𝑡−1 ) + 𝛼3 (

𝑃𝑃𝐸𝑡

𝐴𝑡−1) + 𝛼4 (

𝑅𝑂𝐴𝑡−1

𝐴𝑡−1) + 𝑒

𝑁𝐷𝐴𝑡 = 𝛼1 (1

𝐴𝑡−1) + 𝛼2 (

∆𝑅𝐸𝑉𝑡 − ∆𝑅𝐸𝐶𝑡

𝐴𝑡−1 ) + 𝛼3 (

𝑃𝑃𝐸𝑡

𝐴𝑡−1) + 𝛼4 (

𝑅𝑂𝐴𝑡−1

𝐴𝑡−1) + 𝑒

𝐷𝐴𝑡 = (𝑇𝐴𝐶𝑡

𝐴𝑡−1) − 𝑁𝐷𝐴𝑡

Page 17: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

15

pengaruh negatif terhadap manajemen laba. Berikut ini ialah proksi yang

digunakan peneliti dalam mengukur variable tersebut.

1. Kepemilikan saham institusional.

Kepemilikan dari saham institusi yang menjadi proksi pada salah satu variabel

penelitian ini diukur dengan menggunakan persentase kepemilikan saham

pada tahun penelitian dengan cara melakukan pembagian pada jumlah saham

yang dimiliki oleh investor institusi dengan jumlah saham yang beredar.

2. Aktivisme pemegang saham.

Pada proksi ini pengukuran dilakukan dengan cara menggunakan skala

dummy yakni, apabila perusahaan mengadakan rapat umum pemegang saham

sekali dalam tahun penelitian diberikan nilai 0 dan apabila perusahaan

melakukan rapat umum pemegang saham lebih dari sekali pada tahun

penelitian, maka diberikan nilai 1.

3. Dewan Komisaris Independen

Proksi ini didapat dari komposisi komisaris independen yang terdapat di

dalam perusahaan yang kemudian dilakukan pengukuran dengan cara

melakukan pembagian pada jumlah anggota dari komisaris independen

dengan jumlah dari seluruh anggota dewan komisaris yang terdapat pada

perusahaan yang sama.

b) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Variabel independen yang kedua ialah CSR yang diukur dengan dengan

menggunakan perhitungan indeks pengungkapan CSR, yakni perhitungan yang

dilakukan dengan menggunakan setiap item CSR berdasarkan GRI Standard yang

dibuat pada pertengahan tahun 2016, kemudian diluncurkan di Negara Indonesia

pada tahun 2017, dan mulai efektif pada pertengahan tahun 2018. Pada GRI

Standard, informasi yang berkaitan dengan CSR dibagi menjadi tiga kategori.

Ketiga kategori yang dimaksud ialah ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan

spesifikasi 77 topik spesifik dalam ketiga kategori tersebut. Pengukuran pada

variabel ini dilakukan melalui analisis konten atau analisis isi. Dengan demikian,

77 item spesifik topik dalam instrument penelitian yang pengungkapkannya

dilakukan oleh perusahaan diberikan nilai 1 dan apabila sebaliknya diberi nilai 0.

Setelah itu, dilakukan penjumlahan pada skor dari keseluruhan item CSR untuk

setiap perusahaan (Yulianingtyas, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Gras-Gil

et al. (2016) dan Chih et al. (2008) menyatakan bahwa CSR memiliki pengaruh

negatif terhadap manajemen laba. Pada bagian berikut ditampilkan rumus dari

perhitungan CSDIj:

𝐶𝑆𝐷𝐼𝑗 =𝛴𝑋𝑖𝑗

𝑁𝑗

Keterangan:

Page 18: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

16

CSDIj : Corporatae social responsibility Disclosure Index atau indeks

pengungkapan tanggung jawab social perusahaan j.

Nj : Jumlah item untuk perusahaan j = 77 (77 spesifik topik ekonomi, sosial

dan lingkungan di GRI standard).

Xij : diberikan nilai 1 jika item I diungkapkan, dan 0 jika item i tidak

diungkapkan. Dengan demikian, 0 < CSDIj > 1.

3.3.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol merupakan variabel yang dipergunakan untuk mengontrol atau

melengkapi relasi kausalnya sehingga menjadi lebih baik dan memperoleh model

empiris yang lebih lengkap dan baik (Hartono, 2014). Variabel ini digunakan agar

variabel independen atas variabel depedenden dapat diteliti lebih cermat (Gudono,

2014). Berikut variabel kontrol yang dipergunakan di dalam peneltian ini.

a) Ukuran Perusahaan (Size)

Peneliti menggunakan ukuran perusahaan sebagai salah satu variabel kontrol di

dalam penelitian ini. Nilai dari variabel ukuran perusahaan ini diukur dengan

menggunakan logaritma natural dari total asset yang dimiliki perusahaan.

Penelitian terdahulu menemukan adanya pengaruh positif yang signifikan dari

ukuran perusahaan terhadap manajemen laba (Ali et al., 2015; Nalarreason and

Mardiati, 2019). Hal ini disebabkan perusahaan yang besar mendapatkan tekanan

yang lebih besar dari investor dan para analis dalam menunjukkan peningkatan

laba.

b) Profitabilitas (ROA)

Profitabilitas digunakan sebagai salah satu variabel kontrol dalam penelitian ini.

Temuan pada penelitian-penelitian sebelumnya mendapatkan adanya hubungan

positif antara profitabilitas perusahaan dengan manajemen laba (Zamri, Rahman

and Isa, 2013; Singh, Aggarwal and Anand, 2016). Profitabilitas yang merupakan

variabel penegendali diukur dengan memakai Return on Assets (ROA) yang

rumusnya ialah sebagai berikut:

𝑅𝑂𝐴 =Laba bersih

Total aset

c) Leverage (LEV)

Variabel kontrol lainnya yang digunakan di dalam penetian ini ialah leverage.

Temuan pada penelitian sebelumnya mendapatkan bahwa leverage memiliki

pengaruh positif terhadap manajemen laba, peningkatan pada leverage

memberikan insetif pada manajer untuk melakukan manipulasi laba (Lazzem,

2017). Berikut adalah rumus dalam mengitung leverage.

LEV =Total utang

Total aset

Page 19: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

17

d) Klasifikasi Industri

Perusahaan nonkeuangan yang terdafatar di BEI ada 8 industri yakni industri

dasar dan kimia (DK), industri lainnya (IL), industri barang konsumsi (BK),

industri pertanian (PT), industri pertambangan (PB), industri properti dan real

estate (PR), industri infrastruktur, utilitas dan transportasi (IUT), industri

perdagangan jasa dan investasi (JI), sehingga risiko yang dihadapi dan sumber

keuntungan dari jenis-jenis perusahaan ini juga berbeda. Pengukuran yang

digunakan pada variabel ini menggunakan variabel dummy sehingga klasifikasi

industri diukur sebagai berikut: ketika fokus penilaian ada pada industri dasar dan

kimia (DK), industri tersebut diberikan nilai 1 dan nilai 0 diberikan pada industri

yang lain selain industri yang menjadi fokus penilaian. Hal yang sama dilakukan

juga pada saat fokus penilaian terdapat pada tiap-tiap industri yang yang

digunakan di dalam penelitian ini. (Ambarwati, 2016). Pada penelitian Ambarwati

(2016) ditemukan bahwa klasifikasi industri memiliki pengaruh terhadap

manajemen laba.

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data

Seperti telah disebutkan di atas, penelitian ini mempergunakan data yang termasuk

dalam jenis data sekunder yang didapat pada database Osiris dan website resmi Bursa

Efek Indonesia serta situs resmi milik perusahaan yang diteliti guna mengakses

beberapa laporan terkait perusahaan yakni laporan keuangan, laporan tahunan dan

laporan keberlanjutan milik perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam sampel

penelitian untuk periode per 31 Desember pada tahun penelitian. Selain itu, sifat data

yang dipergunakan pada penelitian ini ialah data yang bersifat runtun waktu. Data

yang diperoleh kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan beberapa

pengujian atau teknik analisis data sebagai berikut.

3.4.1 Uji Statistik Deskriptif

Pengujian yang dilakukan ialah uji statistik deskriptif yang merupakan pengujian

yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi umum perihal data yang

telah dikumpulkan seperti nilai maksimum, minimum, mean, median, dan standar

deviasi.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Selain dengan pengujian di atas dilakukan juga uji asumsi klasik yang ditunjukan

agar kelayakan dari model regresi yang digunakan pada penelitian ini diketahui. Uji

asumsi klasik yang dipakai pada penelitian ini meliputi uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

3.4.3 Analisis Regresi

Teknik analisis data berikutnya ialah dengan melakukan analisis regresi linear

berganda guna memperoleh informasi mengenai hubungan antara variabel dependen

Page 20: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

18

dan variabel independen dengan melihat apakah variabel bebas atau variabel

independen memiliki pengaruh positif atau pengaruh negatif terhadap variabel terikat

atau variabel dependen. Pada bagian berikut ini ialah model regresi yang digunakan

pada penelitian ini:

𝐷𝐴𝑡 = 𝑎 + 𝛽. 𝐼𝑂𝑡 + 𝛽. 𝑆𝐴𝑡 + 𝛽. 𝐵𝑆𝑡 + 𝛽. 𝐶𝑆𝐷𝐼𝑗𝑡 + 𝛽. 𝑆𝑖𝑧𝑒𝑡 + 𝛽. 𝑅𝑂𝐴𝑡 + 𝛽. 𝐿𝑒𝑣𝑡 + 𝛽. 𝐷𝐾𝑡 + 𝛽. 𝐼𝐿𝑡 + 𝛽. 𝐵𝐾𝑡 + 𝛽. 𝑃𝑇𝑡 + 𝛽. 𝑃𝐵𝑡 + 𝛽. 𝑃𝑅𝑡 + 𝛽. 𝐼𝑈𝑇𝑡 + 𝛽. 𝐽𝐼𝑡 + ε

Keterangan:

DAt : Manajemen laba perusahaan i pada periode t

𝑎 : Konstanta

β : Koefisien regresi

𝐼𝑂𝑡 : Kepemilikan institusional perusahaan i pada periode t

𝑆𝐴𝑡 : Aktivisme pemegang saham perusahaan i pada periode t

𝐵𝑆𝑡 : Proporsi jumlah komisaris independen perusahaan i pada periode t

CSDIj : CSR perusahaan i pada periode t

𝑆𝑖𝑧𝑒𝑡 : Ukuran perusahaan i pada periode t

𝑅𝑂𝐴𝑡 : Profitabilitas perusahaan i pada periode t

Levt : Leverage perusahaan i pada periode t

DKt, ILt, BKt, PBt, PRt, IUTt, JIt: Klasifikasi Industri perusahaan i pada periode t

ε : Tingkat kesalahan (eror)

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

Pada penelitian ini, sampel yang digunakan ialah perusahaan nonkeuangan yang

terdaftar di BEI pada periode 2017 hingga 2019. Selain itu perusahaan juga

menggunakan GRI Standar dalam penyusunan laporan keberlanjutan pada periode

penelitian. Data yang digunakan di dalam penelitian ini ialah data runtun waktu yang

diperoleh malalui situs web resmi perusahaan, BEI dan database Osiris. Berdasarkan

kriteria sampel yang digunakan di dalam penelitian ini, maka diperoleh sebanyak 87

dari 42 perusahaan yang nama-nama perusahaan tersebut akan ditampilkan pada

bagian lampiran.

Pada bagian ini disajikan analisis statistik deskriptif yang merupakan metode

untuk mendeskripsikan data yang digunakan di dalam penelitian ini secara umum

seperti, nilai rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum, dan standar deviasi. Statistik

deskriptif pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.1. Berdasarkan hasil statistik

deskriptif pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah data pada penelitian ini

ialah 77 dengan variabel yang digunakan yaitu DA, IO, SA, BS, SIZE, ROA, LEV,

DK, IL, BK, PT,PB, PR,IUT dan JI.

DA ialah proksi dari manajemen laba yang merupakan variabel dependen di

dalam penelitian ini yang mempunyai nilai rata-rata sebesar 0,05 dengan nilai

maksimum 0,19 dan minimum -0,07.

Page 21: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

19

Berikutnya ada IO (kepemilikan institusional), SA (aktivisme pemegang

saham), BS (Dewan Komisaris Independen) yang merupakan proksi dari tata kelola

perusahaan yang baik, yang merupakan salah satu variabel independen pada

penelitian ini dengan nilai rata-rata yang dimilik sebesar 0,77 untuk IO, 0,45 untuk

SA dan 0,39 untuk BS selain itu nilai maksimum dan minimum yang dimiliki ialah 1

dan 0,16 untuk IO, nilai maksimum 1 dan minimum 0 untuk SA, serta 0,50 sebagai

nilai maksimum BS dan 0,17 untuk nilai minimumnya.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

DA 77 -0.07 0.19 0.0575 0.05442

IO 77 0.16 1,00 0.7754 0.20837

SA 77 0 1 0.45 0.501

BS 77 0.17 0.50 0.3907 0.07531

CSDI 77 0.05 0.71 0.3031 0.14487

SIZE 77 18.84 33.49 27.8799 4.53885

ROA 77 -0.07 0.21 0.0458 0.05159

LEV 77 0.13 0.84 0.4836 0.19100

DK 77 0 1 0.19 0.399

IL 77 0 1 0.05 0.223

BK 77 0 1 0.04 0.195

PT 77 0 1 0.17 0.377

PB 77 0 1 0.25 0.434

PR 77 0 1 0.12 0.323

IUT 77 0 1 0.06 0.248

JI 77 0 1 0.12 0.323

Valid N (listwise) 77

Sumber: Data diolah (2020).

Kemudian ada CSDI yang merupakan proksi dari tanggung jawab sosial

perusahaan yang juga merupakan variabel independen yang digunakan pada

penelitian ini, yang memiliki nilai rata-rata 0,30 dan nilai minimum 0,05 serta nilai

maksimum sebesar 0,71.

Selain itu, terdapat juga Size yang merupakan proksi dari salah satu variabel

kontrol di dalam penelitian ini yakni ukuran perusahaan yang memiliki nilai rata-rata

27,87 dan nilai minimum 18,84 serta maksimum sebesar 33,49. Varibel kontrol

lainnya ialah ROA yang merupakan proksi dari profitabilitas ini memiliki nilai rata-

rata sebesar 0,04 dengan nilai minimum -0,07 dan nilai maksimum sebear 0,21.

Selanjutnya, terdapat Lev sebagai leverage yang merupakan salah satu variabel

kontrol yang digunakan juga di dalam penelitian yang memiliki nilai rata-rata sebesar

Page 22: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

20

0,48 dan nilai minimum yang dimiliki 0,13 serta nilai maksimum sebesar 0,84. Pada

table di atas juga disajikan statistik deskriptif untuk DK, IL, BK, PT, PB, PR, IUT, JI

yang merupakan proksi dari variabel kalasifikasi industri, yakni satu dari empat

variabel kontrol yang digunakan di dalam penelitian ini. Pada table di atas dapat

dilihat bahwa nilai rata-rata yang dimiliki industri dasar dan kimia (DK) sebesar 0,19,

industri lainnya (IL) sebesar 0,05, industri barang konsumsi (BK) sebesar 0,04,

industri pertanian (PT) sebesar 0,17, industri pertambangan (PB) sebesar 0,25,

industri properti dan real estate (PR) sebesar 0,12, industri infrastruktur, utilitas dan

transportasi (IUT) sebesar 0,06, industri perdagangan jasa dan investasi (JI) sebesar

0,12. Nilai minimum yang dimiliki untuk seluruh proksi dari variabel klasifikasi

industri ialah 0 dan nilai maksimum ialah 1. Hal ini disebabkan peneliti

menggunakan variabel dummy untuk variabel ini.

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model

analisis regresi berganda dengan tujuan untuk menguji hipotesis penelitian dan

menjawab pertanyaan penelitian. Berikut ini ialah hasil pengujian dengan

menggunakan regresi linear berganda:

4.2.1 Hasil Uji Koefisiensi Determinasi

Pengujian Koefisiensi determinasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur

kemapuan dari variabel bebas dalam menerangkan variasi dari variabel terikat. Hasil

dari pengujian koefisiensi determinasi ini dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini.

Dari hasil pengujian regresi berganda hal pertama yang akan dibahas ini yakni

Tabel 4.6 perihal hasil uji koefisiensi determinasi. Pada tabel di atas dapat dilihat

bahwa nilai dari koefisiensi determinasi (adjusted R2) ialah 0,360. nilai koefisien

determinasi 0,360 ini memiliki arti bahwa variabel independen yang terdapat dalam

model regresi yang digunakan di dalam penelitian ini memiliki pengaruh terhadap

variabel dependen sebesar 36% sedangkan sisanya yang adalah 64% dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak termasuk di dalam model yang digunakan di dalam penelitian

ini.

Tabel 4.6

Uji Koefisiensi Determinasi

Keterangan Nilai

Model 1

R 0.691a

R Square 0.478

Adjusted R Square 0.360

Std. Error of the Estimate 0.04354

Sumber: Data diolah (2020)

Page 23: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

21

4.2.2 Hasil Uji F

Uji F atau uji pengaruh simultan memiliki tujan untuk menguji model regresi yang

digunakan di dala penelitian. Hasil dari pengujian ini disajikan dalam bentuk tabel

yang dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini.

Dari hasil pengujian pengaruh simultan yang ditampilkan pada Tabel 4.7 di

atas, ditemukan hasil bahwa seluruh variabel independen yang dimasukan ke dalam

model penelitian memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen yakni manajemen laba dengan signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil

dari alpha (0,05). Dengan demikian, IO, SA, BS, SIZE, ROA, LEV, DK, IL, BK, PT,

PR, IUT dan JI secara bersamaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

manajemen laba (DA).

Tabel 4.7

Uji F

Keterangan Regresi Residual Total

Sum of Squares 0.107 0.118 0.225

Df 14 62 76

Mean Square 0.008 0.002

F 4.049

Sig. 0.000b

Sumber: Data diolah (2020).

4.2.3 Hasil Uji t

Berbeda dengan uji F, Uji t ini dilakukan untuk menguji secara parsial pengaruh dari

variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan demikian, melalui

pengujian ini peneiti dapat mengetahui adanya pengaruh yang signifikan atau tidak

pada masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yang ada di

dalam model regresi pada penelitian ini. Hasil uji t ini disajikan pada tabel 4.8.

Hasil uji regresi berganda yang disajikan di dalam tabel 4.8 menunjukkan

bahwa IO (kepemilikian institusional) sebagai salah satu proksi dari pengukuran tata

kelola perusahaan yang baik memiliki koefisien bernilai positif dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,837 yang lebih besar dari alpha 0,05. Hal ini berarti, pada

penelitian ini kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap manajemen laba meskipun demikian disebabkan koefisiensinya bernilai

positif maka hubungan yang timbul dari kepemilikan institusional terhadap

manajemen laba searah. Hal ini berarti hipotesis pertama di dalam penelitian ini tidak

terdukung.

Kemudian SA (aktivisme pemegang saham) yang memiliki nilai koefisien

negatif dan nilai signifikansi sebesar 0,304 > 0,05 sehingga di dalam penelitian ini

ditemukan bahwa SA yang merupakan proksi lainnya dari tata kelola perusahaan

yang baik tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Page 24: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

22

Tabel 4.8

Uji t

Variabel

Koefisien

(B) T Signifikansi

Konstanta -0.011 -0.194 0.847

IO 0.006 0.206 0.837

SA -0.012 -1.037 0.304

BS 0.027 0.359 0.721

CSDI 0.070 1.803 *0.076

SIZE 0.003 2.603 **0.012

ROA -0.337 -2.637 **0.011

LEV -0.093 -2.319 **0.024

DK 0.025 1.566 0.122

IL -0.034 -1.293 0.201

BK 0.028 0.915 0.364

PT 0.022 1.177 0.244

PR -0.027 -1.245 0.218

IUT -0.051 -2.076 **0.042

JI 0.031 1.545 0.127

Variabel dependen: DA

*signifikansi pada α = 10%

**signifikansi pada α = 5%

***signifikansi pada α = 1%

Sumber: Data diolah (2020). Koefisiensi yang dimiliki oleh variabel ini bernilai negatif sehingga arah hubungan

keduanya berlawanan. Meskipun demikian, hipotesis kedua di dalam penelitian ini

menyatakan bahwa aktivisme pemegang saham memiliki pengaruh negatif terhadap

manajemen laba tidaklah terdukung.

Proksi ketiga dari GCG, BS (Dewan Komisaris Independen) memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,721 > 0,05, yang berarti bahwa hasil dari penelitian ini

menemukan tidak ada pengaruh signifikan dari dewan komisaris independen terhadap

tingkat manajemen laba. Selain itu, koefisien yang dimiliki variabel inipun bernilai

positif. Hal ini berarti variabel BS tidak memiliki pengaruh negatif yang signifikan

terhadap manajemen laba sehingga hipotesis ketiga di dalam penelitian ini tidak

terdukung.

Pada Tabel 4.8 di atas juga ditemukan bahwa CSDI, yang merupakan proksi

dari tanggung jawab sosial perusahaan, memiliki pengaruh yang signifikan sebesar

0,076 pada alpha 10%. Hal ini berarti dalam penelitian ini ditemukan bahwa

tanggung jawab sosial perusahaan memiliki pengaruh terhadap manajemen laba,

sedangkan nilai koefisien yang dimiliki oleh variabel CSDI bernilai postif, yang

berarti tanggung jawab sosial dan manajemen laba memiliki hubungan yang searah.

Oleh karena itu, hipotesis kedua di dalam penelitian ini, yang menyatakan bahwa

tanggung jawab sosial perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen

laba, tidak terdukung.

Page 25: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

23

Dari tabel di atas juga ditemukan bahwa varabel kontrol yang digunakan di

dalam peneltian ini yang memiliki nilai signifikansi pada alpha 5% ada pada

klasifikasi industri IUT (infrastruktur, utilitas dan transportasi) yang mempunyai nilai

signifikansi sebesar 0,042. Selain IUT variabel dari klasifikasi industri sebagai salah

satu variabel kontrol di dalam penelitian ini, klasifikasi industri lainnya seperti DK,

IL, BK, PT, PR, dan JI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen

laba, sedangkan PB merupakan salah satu klasifikasi industri tergolong excluded

variable sehingga dikeluarkan dari model regresi.

Variabel kontrol lainnya yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Size

yang merupakan ukuran perusahaan; ROA yang merupakan proksi dari profitabilitas;

dan Lev yang ialah leverage pada penelitian ini. Ditemukan bahwa ketiga variabel di

atas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Nilai signifikansi

dari ketiga variabel di atas ialah Size sebesar 0,012 yang lebih kecil dari alpha 5%,

ROA sebesar 0,011 yang juga lebih kecil dari alpha 5%, dan Lev sebesar 0,024 yang

juga lebih kecil dari alpha 5%. Oleh karena itu, pada penelitian ditemukan adanya

pengaruh yang signifikan dari ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap

manajemen laba selain itu, koefisiensi dari ROA dan LEV memiliki nilai negatif. Hal

ini mengandung arti bahwa profitabilitas dan leverage memiliki arah hubungan yang

negatif dengan manajemen laba, sedangkan nilai koefisien yang dimiliki oleh variabel

ROA bernilai positif. Hal tersebut berarti, ukuran perusahaan dan manajemen laba

memiliki arah hubungan yang searah, sehingga semakin besar ukuran perusahaan,

maka semakin besar tingkat manajemen laba.

4.3 Pembahasan

Pada bagian sebelumnya disebutkan bahwa tujuan dari penelitian ini ialah untuk

mengetahui pengaruh dari penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan tanggung

jawab sosial perusahaan terhadap tingkat menajemen laba pada perusahaan

nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017 hingga tahun

2019.

Guna menjawab pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan dari penelitian ini,

maka dilakukan analisis pada hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan model

regresi berganda yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 4.8. Pada tabel tersebut dapat

dilihat bahwa kepemilikan institusional yang merupakan salah satu proksi dari GCG

memiliki koefisien bernilai positif dengan signifikansi sebesar 0,837 > 0,05 (alpha

5%). Meskipun kepemilikan institutional tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap manajemen laba, arah yang muncul di antara keduanya ialah positif. Hal ini

berarti semakin besar kepemilikan institusional maka tingkat manajemen laba akan

semakin meningkat sehingga kepemilikan institutional memiliki pengaruh positif

terhadap manajemen laba hanya saja, tidak ditemukan pengaruh yang signifikan dari

kepemilikan institusional terhadap manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis

pertama di dalam penelitian ini tidak terdukung karena pengaruh yang ditimbulkan

tidaklah signifikan.

Page 26: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

24

Hasil dari temuan ini berlawanan dengan hasil penelitian dari Pramithasari

(2016) dan Perdana (2019) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional

memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap manajemen laba. Temuan ini juga

tidak mendukung penelitian Ajay (2015) dan Yang et al. (2009) yang menemukan

adanya pengaruh negatif yang signifikan dari kepemilikan institusional terhadap

manajemen laba. Hal ini bisa saja terjadi karena investor institusi tidak melakukan

pengawasan yang efektif yang dapat membatasi manajemen perusahaan dalam

melakukan manajemen laba. Hasil dari penelitian ini mendukung temuan dari Shayan

et al. (2017) yang menemukan tidak adanya hubungan antara kepemilikan

institusional dan manajemen laba dan berpendapat bahwa beberapa investor institusi

mungkin saja tidak peduli dengan kualitas laba pada perusahaan investee dan hanya

mengambil keuntungan dari perusahaan yang secara resmi diklasifikasikan sebagai

financially distressed.

Penelitian ini juga menemukan bahwa aktivisme pemegang saham tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba, hasil dari temuan ini

dapat dilihat di Tabel 4.8 yang menyajikan nilai signifikansi dari aktivisme pemegang

saham sebesar 0,304 yang lebih besar dari alpha 5% dan koefisisensi yang dimiliki

oleh variabel ini terhadap manajemen laba ialah negatif yang artinya arah hubungan

keduanya ialah berlawanan atau tidak searah. Dengan demikian, apabila terdapat

peningkatan aktivisme pemegang saham maka tingkat akrual diskresioner yang

menjadi proksi dari manajemen laba ini menurun dikarenkan arah hubungan

keduanya yang berlawanan meskipun demikan, hal ini tidak memiliki pengaruh yang

signifikan. Dengan demikian hasil dari penelitian ini tidak menemukan adanya

pengaruh negatif dari aktivisme pemegang saham terhadap manajemen laba atau

dengan kata lain hipotesis kedua di dalam penelitian ini tidak terdukung.

Sebagai proksi ketiga dari tata kelola perusahaan yang baik, pada hasil

pengujian hipotesis yang dijaikan pada tabel 4.8 ditemukan bahwa variabel BS

(dewan komisaris) memiliki koefisien positif dengan nilai -0,027 dan nilai signifikan

sebesar 0,721 yang lebih besar dari alpha 0,05 sehingga dapat dilihat bahwa arah

hubungan keduanya ialah positif dan tidak signifikan. Dengan demikian, dari hasil

yang ditemukan tidak terdapat pengaruh negatif yang signifikan dari proporsi dewan

komisaris terhadap manajemen laba sehingga hipotesis ketiga pada penelitian ini

tidak terdukung.

Hasil dari temuan ini mendukung hasil penelitian Hermiyetti et al. (2013)

yang menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik tidak memiliki pengaruh

yang signifikan pada manajemen laba. Hal ini dapat menjelaskan bahwa keberadaan

dati tata kelola perusahaan hanya sebagai pemenuhan dari aturan pemerintah. Temuan

ini bertolak belakang dengan hasil penelitian dari Mahrani dan Soewarno (2018) yang

menemukan adanya pengaruh negatif yang signifikan dari penerapan tata kelola

perusahaan dengan menggunakan dewan komisaris sebagai salah satu proksinya.

Pada saat pengumpulan data juga dapat dilihat bahwa jumlah dari anggota dawan

Page 27: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

25

komisaris independen tidak lebih banyak dari dewan komisaris yang biasa. Menurut

Nuryaman (2008), beberapa alasan kenapa tidak adanya pengaruh dari dewan

komisaris independen di dalam perusahaan ialah adanya bukti empiris yang

menunjukkan proporsi dewan komisaris independen di dalam perusahaan sedikit

sehingga secara kolektif dewan komisaris tidak memiliki kekuasaan dalam

pengambilan keputusan. Alasan lainnya ialah adanya kemungkinan bahwa dewan

komisaris independen tidak memiliki kemampuan dalam bidang akuntansi dan

keuangan.

Pengujian hipotesis keempat di dalam penelitian ini perihal pengaruh dari

tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba memberikan hasil yang

disajikan di tabel 4.8. Pada tabel tersebut diketahui bahwa dari hasil pengujian

penelitian ini, CSDI yang merupakan proksi dari tanggung jawab sosial perusahaan

memiliki koefisien positif sebesar 0,070 yang berarti tanggung jawab sosial

perusahaan ini memiliki arah positif dengan manajemen laba. Dengan demikian,

semakin besar pengungkapan yang dilakukan perihal tanggung jawab sosial

perusahaan yang disajikan dalam laporan keberlanjutan, maka semakin besar pula

tingkat akrual diskresionar perusahaan tersebut.

Pengaruh dari variabel tanggung jawab sosial perusahaan terhadap

manajemen laba juga dinilai memiliki pengaruh yang signifikan pada alpha 10%

dengan nilai signifikansi sebesar 0,076. Dari hasil pengujian yang dilakukan pada

penelitian ini ditemukan adanya pengaruh prositif yang signifikan terhadap

manajemen laba sehingga hipotesis keempat di dalam penelitian ini, yang

mengatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan memiliki pengaruh negatif

terhadap manajemen laba, tidak terdukung. Hasil dari penelitian ini berlawanan

dengan hasil dari penelitian Amar (2017) yang menemukan adanya pengaruh negatif

dari tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba; juga mendukung

temuan dari Godfrey (2005) dan Kim et al., (2012) yang menyebutkan bahwa citra

positif yang merupakan tanggung jawab sosial perusahaan dijadikan pengalihan

perhatian ataupun mengalihkan pengawasan oleh publik termasuk para pemangku

kepentingan perusahaan. Tujuannya adalah mendapatkan keuntungan dengan

memperbaiki citra perusahaan dari tindakan negatif yang dilakukan, seperti

memanipulasi laba dengan melakukan manajemen laba.

5. PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil temuan dari penelitian ini, maka dapat diambil beberapa simpulan

sebagai berikut.

1. Kepemilikan institusional sebagai proksi pertama dari variabel tata kelola

perusahaan yang baik di dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh negatif

yang signifikan terhadap manajemen laba. Selanjutnya, aktivisme pemegang

saham dan dewan komisaris independen sebagai proksi kedua dan ketiga dari

Page 28: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

26

tata kelola perusahaan yang baik juga tidak memiliki pengaruh negatif yang

signifikan terhadap manajemen laba.

2. Tanggung jawab sosial perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan

terhadap manajemen laba. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh negatif dari

tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba.

5.2 Keterbatasan

Keterbatasan dari penelitian ini ialah periode penelitian yang terbatas selama 3 tahun

yakni tahun 2017 hingga 2019 dan selama tahun ini laporan keberlanjutan belum

diwajibkan oleh seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. Selain itu, penyusunan

laporan keberlanjutan berdasarkan GRI Standar juga tidak banyak digunakan oleh

perusahaan-perusahaan yang menerbitkan laporan keberlanjutan karena sifatnya yang

juga tidak wajib. Dengan demikian, data yang diperoleh juga semakin sedikit, terlebih

lagi setelah disikualifikasi karena ketidaklengkapan data yang digunakan dalam

penelitian ini.

Hal lainnya ialah variabel independen yang digunakan pada penelitian ini

memiliki pengaruh terhadap variabel dependen sebesar 36% hingga 64% dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak termasuk ke dalam model regresi. Dengan demikian,

pada penelitian berikutnya diharapkan dapat menambahkan variabel-variabel lainnya

yang secara teori memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Selain itu, pada

penelitian ini hanya tiga proksi yang digunakan di dalam pengukuran tata kelola

perusahaan yang baik sehingga penelitian berikutnya diharapkan dapat menambah

proksi lainnya yang digunakan dalam mengukur manajemen laba. Keterbatasan

lainnya dari penelitian ini ialah pada model regresi yang terdapat excluded variable.

Variabel tersebut dikeluarkan dari model regresi karena tidak memiliki pengaruh

yang sama besar atau terlalu kecil dibandingkan dengan variabel independen lainnya

yang digunakan di dalam model regresi penelitian ini (Putrama, 2017).

5.3 Implikasi

Berikut adalah beberapa implikasi yang dapat diperoleh dari penelitian ini.

1. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya serta

menambah literatur perihal pengaruh yang mucul dari tanggung jawab sosial

perusahaan terhadap manajemen laba.

2. Hasil yang ditemukan di dalam penelitian ini dapat membantu para pemangku

kepentingan dalam pengambilan keputusan terkait penerapan tanggung jawab

sosial perusahaan yang memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba.

Diharapkan para pemangku kepentingan seperti calon investor dapat

mempertimbangan hasil yang ditemukan pada penelitian ini dalam kaitannya

dengan penanaman modal pada suatu perusahaan. Hal ini agar mereka tidak

terpaku pada citra positif yang dimiliki perusahaan sehubungan dengan

tanggung jawab sosial perusahaan yang dianggap sebagai bentuk kepedulian

perusahan terhadap para pemangku kepentingan.

Page 29: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

27

3. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

menyusun aturan dengan tujuan menciptakan keefektifan dari tata kelola

perusahaan yang baik. Dengan demikian, tujuan yang diharapkan dari adanya

tata kelola perusahaan yang baik, baik dalam memfasilitasi pemantauan yang

efektif maupun dalam pembentukan lingkungan yang terpercaya, transparan,

dan akuntabel yang dibutuhkan dalam dunia bisnis, dapat tercapai.

Referensi

Ajay, R., dan Madhumathi, R. (2015) ‘Institutional Ownership and Earnings

Management in India. Indian Journal of Corporate Governance’, 8(2), 119–

136. https://doi.org/10.1177/0974686215602368. Al-ahdal, W. M. et al. (2020) ‘The impact of corporate governance on financial

performance of Indian and GCC listed firms: An empirical investigation’,

Research in International Business and Finance. Elsevier, 51(August 2019),

p. 101083. doi: 10.1016/j.ribaf.2019.101083.

Ali, U. et al. (2015) ‘Impact of Firm Size on Earnings Management: A Study of

Textile Sector of Pakistan’, SSRN Electronic Journal, 7(28), pp. 47–56. doi:

10.2139/ssrn.2698317.

Amar, A. Ben dan Chakroun, S. (2017) ‘Article information : Do Dimensions of

Corporate Social Responsibility Affect Earnings Management ? Evidence

from France’, Journal of Financial Reporting and Accounting.

Ambarwati, Rika (2016) 'Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Siklus

Operasi Perusahaan,Likuiditas, Leverage, dan Klasifikasi Industri Terhadap

Manajemen Laba', Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Burnett, R. D., Xu, L., Morris, M., dan Rodriguez, R, P. (2012) 'Shareholder

Activism Targets M&As'. Wiley Periodicals Inc.

Chih, H. L., Shen, C. H. dan Kang, F. C. (2008) ‘Corporate social responsibility,

investor protection, and earnings management: Some international evidence’,

Journal of Business Ethics, 79(1–2), pp. 179–198. doi: 10.1007/s10551-007-

9383-7.

Chintrakarn, P. et al. (2015) ‘The Effect of Corporate Governance on Corporate

Social Responsibility (CSR): Evidence from the Institutional Shareholder

Services (Iss)’, SSRN Electronic Journal. doi: 10.2139/ssrn.2707001.

Global Reporting Inisiative ‘GRI Standards Download Center – Terjemahan Bahasa

Indonesia (bahasa indonesia translations)’. Available at:

https://www.globalreporting.org/standards/gri-standards-translations/gristanda

rds-bahasa-indonesia-translations-download-center/.

Page 30: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

28

Gras-Gil, E. (2016), “Investigating the relationship between corporate social

responsibility and earnings management: evidence from Spain”, BRQ

Business Research Quarterly, Vol. 19 No. 4, pp. 289-299.

Godfrey, P. C. (2005). The Relationship Between Corporate Philanthropy and

Shareholder Wealth: A Risk Management Perspective. Academy of

Management Review, 30(4), 777-798.

Gudono. (2014) 'Analisis Data Multivarat', Edisi 4, BPFE Yogyakarta.

Hartono, Jogiyanto. (2014) 'Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan

Pengalaman-pengalaman', Edisi 6, BPFE Yogyakarta.

Healy, Paul M. dan J.M. Wahlen. (1999) 'A Review Of The Earnings Management

Literature And Its Implications For Standard Setting', Accounting Horizons

13, p. 365-383.

Hermiyetti, H. dan Manik, E.N. (2013) 'The influence of good corporate governance

mechanism on earnings management: empirical study in Indonesian Stock

Exchange listed company for periods of 2006–2010', Indonesian Capital

Market Review.

Hunton, J. E. dan Mazza, C. L. (2006) ‘James E. Hunton’, 81(1), pp. 135–157.

ICLG (2018) ‘Indonesia: Corporate Governance 2018’, p. 15. Available at:

https://iclg.com/practice-areas/corporate-governance-laws-and-regulations/ind

onesia.

Kamran, K. dan Shah, A. (2014), “The impact of corporate governance and

ownership structure on earnings management practices: evidence from listed

companies in Pakistan”, Lahore Journal of Economics, Vol. 19 No. 2, pp. 27-

70.

Kanagaretnam, K., Lobo, G. J. dan Whalen, D. J. (2007) ‘Does good corporate

governance reduce information asymmetry around quarterly earnings

announcements?’, Journal of Accounting and Public Policy, 26(4), pp. 497–

522. doi: 10.1016/j.jaccpubpol.2007.05.003.

Kim, Y., Park, M. S., dan Wier, B. (2012). Is Earnings Quality Associated with

Corporate Social Responsibility? The Accounting Review, 87(3), 761-796.

KNKG (2006) 'Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia',

governance-indonesia.or.id

Lazzem, Safa dan Faouzi Jilani. (2017) 'The impact of leverage on accrual-based

earnings management: the case of listed French firms', Research in

Page 31: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

29

International Business and Finance. Faculty of Economic Science and

Management of Tunis, Tunisia.

Lee, T.H., Ku, C., Chen, H. dan Chen, J.F. (2012), “A study of corporate governance

factors and earnings management behaviors of Taiwan public companies”,

International Journal of Business, Humanities and Technology, Vol. 2 No. 5,

pp. 79-88.

Mahrani, M. dan Soewarno, N. (2018) ‘The effect of good corporate governance

mechanism and corporate social responsibility on financial performance with

earnings management as mediating variable’, Asian Journal of Accounting

Research, 3(1), pp. 41–60. doi: 10.1108/ajar-06-2018-0008.

Martínez-Ferrero, J., Banerjee, S. DAN García-Sánchez, I. M. (2016) ‘Corporate

Social Responsibility as a Strategic Shield Against Costs of Earnings

Management Practices’, Journal of Business Ethics, 133(2), pp. 305–324. doi:

10.1007/s10551-014-2399-x.

Muchlinski, P. (2008) Corporate Social Responsibility, The Oxford Handbook of

International Investment Law.doi:10.1093/oxfordhb/978019923138.013.0017.

Nalarreason, K. M., T, S. DAN Mardiati, E. (2019) ‘Impact of Leverage and Firm

Size on Earnings Management in Indonesia’, International Journal of

Multicultural and Multireligious Understanding, 6(1), p. 19. doi:

10.18415/ijmmu.v6i1.473.

Nuryaman (2008) 'Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan

Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba', Presented in

National Accounting Symposium XI, Pontianak, Indonesia.

OECD (2015) ' G20/OECD Principles of Corporate Governance' OECD publishing,

Paris.https://www.oecd.org/daf/ca/Corporate-Governance-Principles-ENG.pdf.

Okello, G. C. B. et al. (2017) ‘Review of International Business and Strategy’,

Review of International Business and Strategy, 27(4), pp. 520–538. Available

at: file:///F:/ARTICULOS/wang2018 (2).pdf.

Perdana A. A. (2019) 'The Influence of Institutional Ownership, Leverage, and Audit

Committee on Earnings Management: Evidence of Companies Listed on the

Indonesia Stock Exchange' , Journal of Accounting Research Organization &

Economics Vol 2, No. 2. doi.org/10.24815/jaroe.v2i2.14633.

Pramithasari A. A. Putu Kendran dan Yasa Gerianta W. (2016) 'The Effect of Good

Corporate Governance on Earnings Management in Companies that Perform

IPO', The Indonesia Accounting Review, Vol.6 No. 1, pp. 37-44.

Page 32: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

30

Putrama A. (2017) 'Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Profitabilitas Bank

Non Devisa di Indonesia Periode 2012-2016', Jurnal Ilmu Manajemen Volume

5 No.2.

Raha, S. dan Prabhu, S. (2005) ‘Corporate Governance: Three Views’, 30(4), pp. 110.

Rankin, M., Stanton, P., McGowan, S., Ferlauto, K., dan Tilling, M., (2012)

'Contemporary Issues in Accounting', John Wiley & Sons, Australia.

Roscoe, J. T. (1975). Fundamental research statistics for the behavioural sciences.

(2nd ed.) New York: Holt Rinehart & Winston

Singh, A. K., Aggarwal, A. dan Anand, A. K. (2016) ‘The Impact of Corporate

Governance Mechanisms on Earnings Management: A Case of Indian Stock

Exchange Listed Companies’, Asia-Pacific Journal of Management Research

and Innovation, 12(3–4), pp. 304–316. doi: 10.1177/2319510x17725982.

Slaper, T. dan Hall, T. (2011) ‘The Triple Bottom Line : What Is It and How Does It

Work?’, Indiana University Kelley School of Business, pp. 4–8. Available at:

http://www.ibrc.indiana.edu/ibr/2011/spring/article2.html.

Suyono, E. dan Farooque, O. Al (2018) ‘Do governance mechanisms deter earnings

management and promote corporate social responsibility?’, Accounting

Research Journal, 31(3), pp. 479–495. doi: 10.1108/ARJ-09-2015-0117.

Shayan-Nia, M. Shayan-Nia, P. Sinnadurai, Z. Mohd-Sanusi, dan A. N.I.A.

Hermawan (2017) 'How efficient ownership structure monitors income

manipulation? Evidence of real earnings management among Malaysian

firms', Research in International Business and Finance, 41 (2017), pp. 54-66

Yang W.S., Chun L.S. dan Ramadili S. M. (2009) 'The Effect of Board Structure and

Institutinal Ownership Structur on Earnings Management', Int. Journal of

Economics and Management 3(2), pp. 332-353.

Yulianingtyas, D. (2016) ‘Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan Good’,

Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, 5(1994), pp. 1–21.

Zamri, N., Rahman, R. A. dan Isa, N. S. M. (2013) ‘The Impact of Leverage on Real

Earnings Management’, Procedia Economics and Finance. Elsevier B.V.,

7(Icebr), pp. 86–95. doi: 10.1016/s2212-5671(13)00222-0.

Page 33: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

31

LEMBAR KONFIRMASI JURNAL

PROGRAM MAGISTER AKKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lianda Remimarch Pieritsz

NIM : 18/436683/PEK/24207

Judul : PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG

JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

menyatakan bahwa bersedia/tidak bersedia*) naskah jurnalnya dipublikasikan oleh

Program Magister Akuntansi.

Yogyakarta, 23 Maret 2021

Hormat saya,

Lianda Remimarch Pieritsz

Page 34: PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN TANGGUNG JAWAB …

32