PERAN TAKMIR MASJID DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN YANG...
Transcript of PERAN TAKMIR MASJID DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN YANG...
i
PERAN TAKMIR MASJID
DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN YANG RELIGIUS
PADA REMAJA MASJID AL-AQSHA REKSOSARI
DESA REKSOSARI KECAMATAN SURUH
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
MUHAMMAD ABDUL AZIZ
(111-14-374)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
iii
PERAN TAKMIR MASJID
DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN YANG RELIGIUS
PADA REMAJA MASJID AL-AQSHA REKSOSARI
DESA REKSOSARI KECAMATAN SURUH
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
MUHAMMAD ABDUL AZIZ
(111-14-374)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
iv
Dr. H. Wahyudhiana, M. M.Pd.
Dosen IAIN Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lampiran : 4 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Sdr. Muhammad Abdul Aziz
Kepada Yth :
Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu'alaikumWr.Wb.
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap
mahasiswa berikut ini:
Nama : MUHAMMAD ABDUL AZIZ
NIM : 111-14-374
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Peran Takmir Masjid dalam Membina Kepribadian yang Religius
pada Remaja Masjid Al-Aqsha Reksosari Desa Reksosari Kec.
Suruh Tahun 2018.
Dengan ini kami mohon kepada Bapak Rektor IAIN Salatiga agar skripsi
Saudara tersebut diatas segera di munaqosyahkan. Demikian agar menjadi
perhatian.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Salatiga, 12 Desember 2018
Pembimbing
Dr. H. Wahyudhiana, M. M.Pd.
NIP. 195503201982031003
v
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga
Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
SKRIPSI
PERAN TAKMIR MASJID DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN YANG
RELIGIUS PADA REMAJA MASJID AL-AQSHA REKSOSARI DESA
REKSOSARI KECAMATAN SURUH
TAHUN 2018
Disusun oleh:
MUHAMMAD ABDUL AZIZ
NIM. 111-14-374
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Program
Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 5 April 2019 dan telah
dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar S1 Kependidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag, M.Phil. _________________
Sekretaris Penguji : Dr. H. Wahyudhiana, M. M.Pd. _________________
Penguji I : Siti Rukhayati, M.Ag. _________________
Penguji II : Dr. Rasimin, M.Pd. _________________
Salatiga, 8 April 2019
DEKAN
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : MUHAMMAD ABDUL AZIZ
NIM : 111-14-374
Jurusan : Tarbiyah
Program : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Peran Takmir Masjid dalam Membina Kepribadian yang Religius
pada Remaja Masjid Al-Aqsha Reksosari Desa Reksosari
Kecamatan Suruh Tahun 2018
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasi oleh e-repository
IAIN Salatiga.
Salatiga, 7 April 2019
Yang menyatakan
MUHAMMAD ABDUL AZIZ
vii
MOTTO
هي بى الله هسجدا يبتغى به وجه الله بى الله له بيتبفى الجت
“Barang siapa membangun majsid yang diniatkan untuk memperoleh keridhaan
Allah, niscaya Allah membangun baginya rumah di surga.” (HR. Bukhari,
Muslim, Tirmidzi)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahanda M. Yazid dan ibunda Siti Walidah, yang selalu mendo‟akan
dengan tulus serta sabar merawat dan mencurahkan kasih saying yang tanpa
henti untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakak tersayang Siti Zaidatun Nafisa, Ja‟farin, Juhril Musthafa, Silahuddin
Ayubi dan adinda Siti Darojatir Rafiah yang selalu memberi motivasi
sehingga terselesainya skripsi ini dengan lancar.
3. Spesial kepada bapak Dr. H. Wahyudhiana, M. M.Pd. yang tidak henti-
hentinya membimbing dan meluangkan waktunya.
4. Sahabat-sahabat terbaik saya, Galih Pujandiko, Candra Satriawan, Nur
Rokhman, Tri M., Ucup, Musthofa, bapak kadus Ma‟ruf dan bapak carik
Faisal yang selalu memberi dukungan dan semangat.
5. Teman-teman Jurusan Tarbiyah Progdi. PAI angkatan 2014 yang setia
menemani dan memberi motivasi.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan
bumi beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan
penutup para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik
manusia dari masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan
syariatnya yang lurus.
Skripsi yang berjudul “Peran Takmir Masjid dalam Membina Kepribadian
yang Religius pada Remaja Masjid Al-Aqsha Reksosari Desa Reksosari Kec.
Suruh Kab. Semarang Tahun 2018” ini, diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN ) Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan
yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.
Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada:
1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK).
x
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati., M. Ag., selaku Ketua Program Pendidikan Agama
Islam (PAI).
4. Bapak Dr. H. Wahyudhiana, M. M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.
Semoga segala amal yang telah diperbuatakan menjadi amal saleh, yang
akan mendaptakan pahala yang berlipat dari Allah SWT, kelak dikemudian hari.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.yarabbal
„alamin.
Salatiga, 7 April 2019
Yang menyatakan
MUHAMMAD ABDUL AZIZ
xi
DAFTAR ISI
A. HALAMAN SAMPUL LUAR
B. LEMBAR BERLOGO IAIN SALATIGA .................................... i
C. HALAMAN SAMPUL DALAM ……………………………...... ii
D. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………… iii
E. HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ………………….. iv
F. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ……. v
G. HALAMAN MOTTO …………………………………………… vi
H. HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………….... vii
I. KATA PENGANTAR …………………………………………... viii
J. DAFTAR ISI ………………………………………………......... x
K. DAFTAR TABEL ………………………………………………. xiii
M. DAFTAR LAMPIR …………………………………………....... xiv
N. ABSTRAK ……………………………………………………..... xv
BAB I: PENDAHULUAN ……………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1
B. Fokus Penelitian …………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian …………………………………………... 6
D. Manfaat Penelitian ………………………………………….
1. Manfaat Teoretis ………………………………………
2. Manfaat Praktis ………………………………………..
6
6
7
E. Penegasan Istilah …………………………………………... 8
F. Sistematika Penulisan ……………………………………… 11
BAB II: KAJIAN PUSTAKA ………………………………………… 13
A. Landasan Teori …………..…………………………………
1. Peran Takmir Masjid …………………………………..
a. Peran ……………………………….......................
13
13
13
xii
b. Takmir Masjid …………………………………….
c. Pengertian Masjid …………………………………
d. Sejarah Masjid …………………………………….
e. Pengelolaan Masjid ……………………………….
f. Peran dan Fungsi Masjid ………………………….
2. Kepribadian yang Religius pada Remaja ……….…….
a. Makna Kepribadian ……………………………….
b. Tipe Kepribadian ………………………………….
c. Religius …………………………………………...
3. Tujuan Pembinaan Kepribadian Religius pada Remaja .
14
14
17
17
23
25
25
29
39
45
B. Kajian Pustaka ……………………………………………... 51
BAB III: METODE PENELITIAN ………………………………....... 53
A. Jenis Penelitian …………………………………………….. 53
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………. 53
C. Sumber Data ……………………………………………….. 54
D. Prosedur Pengumpulan Data ………………………………. 54
E. Analisis Data ………………………………………………. 56
A. F. Pengecekan Keabsahan Data ………………………………. 57
BAB IV: PAPARAN DAN ANALISIS DATA …………………….... 59
A. Paparan Data ……………………………….........................
1. Gambaran Umum Masjid Al-Aqsha …………………..
2. Sejarah Berdirinya Masjid Al-Aqsha …..……………...
3. Letak Geografis Masjid Al-Aqsha ………………….....
4. Struktur Organisasi Takmir Masjid Al-Aqsha ………...
5. Sarana dan Prasarana Masjid Al-Aqsha …………..…...
6. Kegiatan-Kegiatan Masjid Al-Aqsha …………..……...
a. Tahsin Al-Qur‟an …………………………………
59
59
60
61
62
65
67
69
xiii
b. Kajian Yasin Fadlilah ……………………………..
c. Barjanji shalawatan ……………………………….
7. Temuan Penelitian ………………………......................
a. Peran Masjid Al-Aqsha bagi Remaja Masjid ……..
b. Faktor Pendukung ………………………………...
c. Faktor Penghambat ………………………………..
d. Solusi (Evaluasi) ………………………………….
e. Tujuan dan Manfaat Kegiatan Masjid …………….
70
71
72
72
74
76
78
80
B. Analisis Data ……………………………………………….
1. Peran Takmir Masjid Al-Aqsha dalam Membina
Kepribadian yang Religius pada Remaja Masjid …......
2. Remaja Masjid Al-Aqsha yang Berkepribadian Religius
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membina
Kepribadian Remaja Masjid al-Aqsha ………………...
a. Faktor Pendukung ………………………………...
b. Faktor Penghambat ………………………………..
84
84
90
93
93
96
BAB V: PENUTUP ………………………………………………......... 98
A. Simpulan …………………………………………………….. 98
B. Saran………………………………………………………… 99
DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR TABEL
A. Tabel 4.1 Susunan Pengurus BKM Al-Aqsha ……………... 63
B. Tabel 4.2 Daftar Inventaris Masjid Al-Aqsha …………...… 65
C. Tabel 4.3 Program Kegiatan Masjid Al-Aqsha ………...….. 68
xv
DAFTAR LAMPIRAN
A. Instrumen Pedoman Wawancara
B. Transkip Wawancara
C. Foto Kegiatan Penelitian
D. Daftar Nilai Satuan Kredit Kegiatan
E. Surat Penunjukan Pembimbing dan Asisten Pembimbing Skripsi
F. Surat Permohonan Izin Penelitian
G. Surat Keterangan Bukti Penelitian
H. Daftar Riwayat Hidup
xvi
ABSTRAK
Aziz, Muhammad Abdul. 2018. Peran Takmir Masjid dalam Membina
Kepribadian yang Religius pada Remaja Masjid Al-Aqsha Reksosari Desa
Reksosari Kecamatan Suruh. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Pembimbing: Dr. H. Wahyudhiana, M. M.Pd.
Kata kunci: Peran, Takmir Masjid dan Kepribadian Religius
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Takmir Masjid
dalam Membina Kepribadian yang Religius pada Remaja Masjid Al-Aqsha Dusun
Rekosari Desa Reksosari Kecamatan Suruh Tahun 2018. Dan untuk mengetahui
faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan membina kepribadian yang
religius oleh takmir masjid terhadap remaja masjid Al-Aqsha.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang menjelaskan realitas yang ada di lapangan
kemudian menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendeskripsikan
dengan kata-kata atau kalimat. Metode yang digunakan adalah observasi,
wawancara (interview) dan dokumentasi. Objek dan lokasi penelitian ini adalah
para pengurus takmir masjid dan anggota remaja masjid di Dusun Reksosari Desa
Reksosari Kec. Suruh Kab. Semarang, sedangkan waktu penelitian dimulai
tanggal 22 Oktober 2018 sampai 21 Nonember 2018.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran takmir masjid dalam membina
kepribadian yang religius pada remaja Masjid Al-Aqsha Dusun Reksosari Desa
Reksosari Kecamatan Suruh yaitu membina iman masyarakat dan remaja yang
Islami, memperkokoh ukhuwah islamiyah, sarana perjuangan dakwah, mendidik
dan sarana tarbiyah. Faktor pendukungnya yaitu keberadaan masjid, remaja
masjid yang antusias, adanya sarana dan prasarana yang menunjang dan agenda
kegiatan yang terprogram sehingga tujuan yang diharapkan tercapai. Faktor
penghambatnya yaitu dipengaruhi oleh faktor diri remaja masjid sendiri yang
kurang sadar dalam mengikuti kegiatan keagamaan maupun dari takmir masjid
sendiri yang masih belum bisa komunikasi dan kerja sama yang baik dengan para
remaja masjid al-Aqsha Dusun Reksosari. Dengan solusi kedepanya diharapkan
antara takmir dan remaja masjid Al-Aqsha terjalin komunikasi yang baik melalui
musyawarah mufakat.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masjid pada dasarnya merupakan sebuah tempat dalam mendekatkan
diri kepada Allah. Namun pada awal Islam datang Masjid digunakan sebagai
tempat pusat segala kegiatan. Seperti yang dikatakan Sofan (1996:5)
bahwasanya
“Masjid pada awalnya merupakan tempat pusat segala aktivitas, bukan
saja sebagai pusat ibadah khusus, seperti shalat dan I‟tikaf. Akan
tetapi, masjid merupakan pusat kebudayaan dan muamalat. Masjid
merupakan tempat dimana lahir kebudayaan Islam yang demikian
kaya dan berkah”.
Tidak lepas dari itu, kejayaan umat Islam sendiri merupakan
metamorfosa dari hasil pendidikan Islam yang dilakukan di masjid. Dengan
melahirkan para Ilmuwan Islam yang luar biasa karyanya sehingga
berpengaruh keberadaanya.
Memanfaatkan masjid sendiri adalah suatu kewajiban setiap muslim
yang mengharapkan untuk memperoleh bimbingan dan petunjuk Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-taubat ayat 18:
ة وءاتى لى وٱليىم ٱلخر وأقبم ٱلص هي ءاهي بٱلل جد ٱلل إوب يعور هس
ئك أى يكىىا هي ٱلوهتديي أول فعسى ة ولن يخش إل ٱلل كى ٨١ٱلز
Artinya : “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang
2
yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (Departemen Agama, 2004:256).
Dengan dasar Al-Qur‟an inilah, sepatutnya seorang muslim
memakmurkan masjid-masjid Allah agar termasuk ke dalam golongan orang-
orang yang mendapat petunjuk.
Memakmurkan masjid mempunyai pengaruh positif bagi pembinaan
masjid dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan negara.
Oleh karena itu, setiap muslim harus ikut berperan dalam memakmurkan
masjid. Baik dari badan pengurus masjid, organisasi kepemudaan masjid,
masyarakat sekitar maupun para jamaah. Seperti keputusan menteri agama
Republik Indonesia nomor 394 tahun 2004 bahwa “Dengan meningkatnya
fungsi masjid sebagai tempat ibadah, tempat peningkatan intelektualitas umat
dan pusat pemberdayaan ekonomi umat” (Departemen Agama, 2008:81),
maka semua pihak harus aktif memakmurkan masjid.
Memakmurkan masjid merupakan tanggung jawab kita semua sebagai
orang Islam. Sehingga dalam memakmurkan masjid segala lapisan
masyarakat bertanggung jawab di dalamnya, tidak hanya dibebankan pada
takmir masjid saja. Kementerian Agama Republik Indonesia sendiri juga ikut
melaksanakan fungsinya dalam meningkatkan status rumah Allah tersebut.
Seperti yang penulis kutip:
Bidang Kemasjidan Direktorat Urusan Agama Islam memiliki fungsi
untuk mengelola dan melakukan analisis serta perumusan kebijakan
dibidang kemasjidan. Untuk mendukung hal tersebut direktorat
membuat suatu Sistem informasi yang dapat mempermudah proses
inventaris data Masjid dan Mushalla di Indonesia dan melakukan
proses seleksi bantuan terhadap proposal permohonan bantuan yang
masuk ke bidang Kemasjidan (Sub Derektorat Kemasjidan, 2013:1).
3
Masjid sendiri selain sebagai pusat spiritual juga sebagai pusat sosial-
kemasyarakatan. Oleh karena itu, masjid seyogyanya turut merespon
problematika yang terjadi di masyarakat, terutama masyarakat sekitar dimana
masjid berada. Masjid tidak bisa mendiamkan diri ketika terjadi sebuah
tragedi kemiskinan, tawuran antar pelajar, pergaulan bebas dan permasalahan
lainnya. Oleh karenya, maka kualitas masjid harus benar-benar di tingkatkan,
sehingga menjadi masjid yang aktif dan produktif seperti yang di harapkan.
Berbincang mengenai masjid, maka tidak bisa terlepas dari badan
kepengurusan masjid dan remaja masjid. Keduanya saling bersinergi dan
berkesinambungan guna kesejetahteraan masjid dan lingkungan sekitar.
Sehingga kegiatan-kegiatan religius maupun religius social bisa direncanakan
dan terlaksana dengan baik. Seperti halnya seorang pembina dan anggota
yang saling bekerjasama untuk mencapai sebuah tujuan yang luhur.
Dalam menghadapi era modern seperti sekarang ini diperlukan sebuah
manajemen masjid beserta strategi-strategi yang harus dilakukan oleh para
pengurus masjid. Takmir masjid dalam hal ini tidak hanya berperan sebagai
pengurus masjid saja, akan tetapi juga sebagai pembina remaja masjid.
Seperti yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Agama RI nomor 54
tahun 2006 bahwasanya tujuan dari BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) atau
Takmir Masjid yaitu “Meningkatkan kesejahteraan masjid serta tempat
ibadah umat Islam lainnya atas dasar takwa melalui peningkatan manajemen
(idarah), kemakmuran (imarah) dan pemeliharaan (riayah)” (PERMENAG
RI Nomor 54 Tahun 2006). Untuk itu, badan pengurus masjid harus jadi
4
pendorong dan penyemangat bagi organisasi remaja masjid. Memberikan
wadah, pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang bersifat islami guna
menanggulangi pergaulan remaja yang tidak produktif.
Dengan besertaan majunya peradaban seperti sekarang ini, merupakan
sebuah tantangan tersendiri dalam berbagai scoup. Apalagi dalam hal
keagamaan yang semakin terkikis oleh zaman. Kekhawatiran ini membuat
Organisasi Remaja Masjid Al-Aqsha yang mencoba memberikan kegiatan-
kegiatan yang bersifat islami, guna memberikan semangat spiritual religius
kepada para pemuda di Dusun Reksosari Desa Reksosari. Walaupun masih
banyak kendala dalam pelaksanaan program-program yang akan dilaksanakan
oleh remaja masjid itu sendiri dengan bimbingan dari para pembina mereka
yaitu Badan Kepengurusan Masjid Al-Aqsha.
Menitik beratkan pada fungsi imarah (memakmurkan masjid melalui
kegiatan) takmir masjid yang akan menjadi pembatasan dari pembahasan ini.
Walaupun sebenarnya fungsi dan tugas takmir masjid mempunyai 3 (tiga)
jenis fungsi pokok, akan tetapi penulis lebih akan mencoba fokus kepada
bidang imarah-nya takmir. Dengan alasan bahwasanya bidang imarah ini
yang sering sekali dianggap sebelah mata oleh para pengurus masjid. Pada
dasarnya dengan imarah, bimbingan dan pembinaan kemakmuran masjid
akan terwujud dan nuansa masjid akan benar-benar hidup.
Fungsi pembinaan sebenarnya ada beberapa ruang, akan tetapi disini
penulis lebih mengkerucutkan ke bidang keagamaan yang telah diaplikasikan
oleh takmir masjid Al-Aqsha dengan fokus objeknya adalah remaja masjid
5
Al-Aqsha itu sendiri. Harapan yang nantinya akan dicapai adalah tumbuhnya
kepribadian yang religus pada remaja, seperti yang disampaikan bapak Drs.
Ahmad Tontowi (Wawancara kepada ketua Badan Kepengurusan Masjid Al-
Aqsha Reksosari pada Selasa, 5 Desember 2017 pukul 19.17). Karena dari
menumbuhkan kepribadian yang religius tersebut diharapkan remaja dapat
terbiasa berperilaku yang sesuai norma-norma agama. Sesuai yang
dikemukakan Zakiyah Daradjat (1975:78) yaitu
Seyogyanya membina kesehatan mental, agama masuk jadi unsur-
unsur yang menentukan dalam konstruksi pribadi sejak kecil. Akan
tetapi, apabila seseorang menjadi remaja atau dewasa, tanpa mengenal
agama maka kegoncangan jiwa remaja akan mendorongnya kearah
kelakuan-kelakuan kurang baik.
Pernyataan Zakiyah Darajat tersebut memberikan penjelasan tentang
konsep pribadi religius yang perlu adanya pendidikan dari mulai bayi hingga
dewasa. Oleh karena itu penulis meringkasnya menjadi sebuah judul “Peran
Takmir Masjid Dalam Membina Kepribadian Yang Religius Pada Remaja
Masjid Al-Aqsha Reksosari Desa Reksosari Kecamatan Suruh”.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian sendiri menurut Kasiram (2010: 232) adalah dimana
masalah itu dijelaskan dimensi-demensi apa yang akan menjadi fokus
perhatian serta yang kelak dibahas secara luas dan sistematis secara
mendalam. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
6
1. Bagaimana peran takmir masjid dalam pembinaan kepribadian yang
religius pada remaja masjid Al-Aqsha Reksosari Suruh?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan membina
kepribadian yang religius oleh takmir masjid terhadap remaja masjid Al-
Aqsha?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada umumnya mengikuti deskripsi perumusan
masalah (Nyoman, 2016:271). Maka tujuan yang akan hendak penulis capai
dari penelitian ini adalah mengetahui dan mendiskripsikan peran takmir
masjid dalam pembinaan kepribadian yang religius pada remaja masjid serta
mengetahui faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan pembinaan pribadi yang religius oleh takmir masjid terhadap
remaja masjid Al-Aqsha Reksosari, Suruh.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
jelas. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain
adalah:
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan konkrit tentang
peran takmir masjid dalam membina kepribadian yang religius pada
remaja masjid serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat
7
dalam pembinaan kepribadian yang religius oleh takmir masjid terhadap
remaja masjid A-Aqsha Reksosari Suruh, sekaligus dapat digunakan
sebagai bahan acuan dibidang penelitian yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan apabila
nantinya berkecimpung dalam masyarakat, khususnya dalam takmir
masjid dalam membina pribadi yang religius pada remaja masjid
serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pembinaan kepribadian yang religius oleh takmir masjid terhadap
remaja masjid A-Aqsha Reksosari, Suruh.
b. Bagi Takmir Masjid
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan
permasalahan serta dapat pula dijadikan sebagai bahan pertimbangan
keputusan dengan tujuan terciptanya kepribadian religius yang
berkualitas pada diri remaja masjid.
c. Bagi Remaja Masjid
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
bagi remaja masjid dan memotivasi untuk selalu meningkatkan
kualitas kepribadian yang religius.
d. Bagi Masjid Al-Aqsha Reksosari Suruh
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
khususnya dalam upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas
8
kepribadian yang religius pada remaja masjidnya. Dan bisa menjadi
sebuah motivasi untuk selalu berinovasi dalam melaksanakan
agenda-agenda yang telah terprogram.
e. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi,
wawasan dan gambaran serta kajian penelitian yang lebih lanjut.
Penelitian dikatakan berhasil dengan baik jika hasil karyanya bisa
diteliti lebih lanjut oleh pembaca dan bisa dibuktikan dengan teori-
teori lama maupun terdahulu, sehingga penelitian ini akan benar-
benar bersifat objektif.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan adanya penafsiran yang salah dalam
memahami istilah yang digunakan dalam judul skripsi: “Peran Takmir Masjid
Dalam Membina Kepribadian Yang Religius Pada Remaja Masjid Al-Aqsha
Reksosari Desa Reksosari Kecamatan Suruh”, maka disini perlu dikemukakan
batasan dan penjelasannya sebagai berikut:
1. Peran Takmir Masjid Al-Aqsha
Takmir masjid merupakan organisasi yang mengelola untuk
memakmurkan masjid dilakukan dengan berbagai aktivitas yang
terprogram dan pengkontrol bagi perkembangan masjid (Gatut, dkk,
2008:23), termasuk usaha-usaha pembinaan remaja Muslim di sekitar
masjid. Masjid Al-Aqsha sendiri terletak di lingkungan pondok pesantren
9
dengan beberapa sekolah formal baik dari tingkat sekolah dasar hingga
Madrasah Aliyah dan masyarakat yang mayoritas muslim. Berbagai
kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan maupun non-keagamaan
(sosial) dilaksanakan di masjid Al-Aqsha. Susunan struktur dewan
kemakmuran masjid atau yang sering kita sebut takmir masjid di masjid
Al-Aqsha sendiri sudah tersusun rapi dan terorganisir. Dalam hubungan
sosial masyarakat lembaga takmir masjid mempunyai berbagai agenda
kegiatan yang dilaksanakan secara rutin, baik itu agenda mingguan,
bulanan maupun tahunan. Yayasan-yayasan disekitar masjidpun juga
diikut sertakan dalam berbagai kegiatan yang ada, seperti pondok
pesantren dan panti asuhan. Takmir masjid Al-Aqsha juga memberikan
sumbangsihnya terhadap remaja masjid dengan memberikan waktu untuk
mereka berekspresi dalam berbagai aktivitas keagamaan seperti
partisipasi dalam kepanitiaan. Dan memberikan pembinaan keagamaan
terhadap remaja berupa kegiatan mengkaji kitab yasin fadlilah dan
sebagainya.
2. Pembinaan Kepribadian Yang Religius Pada Remaja
Manusia pada dasarnya merupakan makhluk religius seperti yang
dikemukakan oleh Rahayu (2009:20) bahwa “manusia lahir sudah
membawa fitrah, yaitu potensi nilai-nilai keimanan dan nilai-nilai
kebenaran hakiki”. Namun berbagai faktor baik keluarga, lingkungan
masyarakat maupun pendidikan membuatnya menjadi pengingkar. Oleh
10
karenanya, maka pembinaan kepribadian itu sangat diperlukan bagi para
remaja.
Pembinaan sendiri berasal dari kata bina yang berarti membangun
dan mendirikan (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2008:202). Para ahli psikologi sendiri memaknai kepribadian berbeda-
beda akan tetapi menjurus pada satu maksud. Sedangkan kepribadian
dalam psikologi Islam adalah integrasi sistem qalbu, akal dan nafsu
manusia yang menimbulkan tingkah laku (Rahayu, 2009:87).
Kepribadian yang paling tinggi tercemin pada kepribadian Nabi saw,
seperti firman Allah dalam Qur‟an Surat Al-Qalam: 4
٤وإك لعلى خلق عظين Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung” (Departemen Agama, 2004:826).
Sehingga dalam membentuk karakter kepribadian yang kuat dibutukan
pembinaan keagamaan yang serius dan continue (terus-menerus).
Maka secara operasional yang dimaksud “ Peran Takmir Masjid
Dalam Membina Kepribadian Yang Religius Pada Remaja Masjid Al-
Aqsha Dusun Reksosari Desa Reksosari Kecamatan Suruh” adalah segala
bentuk usaha yang dilakukan oleh oleh takmir masjid Al-Aqsha sebagai
pembina remaja masjid untuk menggembleng sikap religius para remaja
masjid. Dengan harapan bisa membuat para remaja masjid berkarakter
kuat dalam beragama sehingga akan teraplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
11
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan tugas akhir
yang bertujuan untuk memudahkan jalan pikiran dalam memahami secara
keseluruhan isi dari tugas akhir. Untuk memudahkan pembaca dalam
mempelajari dan memahami skripsi ini, penulis menyajikan skripsi dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN: Bab ini menjelaskan tentang pokok
permasalahan yang melandasi awal penelitian dengan pembahasan latar
belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA: Penjelasan pada bab ini tentang
penelitian yang relevan, tujuan umum pengertian masjid, peran dan fungsi
masjid, pembinaan kepribadian yang religius pada remaja dan tujuan
pembinaan kepribadian yang religius pada remaja.
BAB III METODE PENELITIAN: Bab ini menguraikan tentang jenis
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan
data, analisis data dan pengecekan keabsahan data. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan mengenai peran takmir masjid dalam membina kepribadian
yang religius pada remaja di Desa Reksosari.
BAB IV PEMBAHASAN: Pembahasan yang penulis jelaskan pada
bab ini tentang analisis data yang terkumpul dalam klasifikasi data dan berisi
tentang peran takmir masjid dalam membina kepribadian yang religius pada
12
remaja di Dusun Reksosari RW 1 Desa Reksosari Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang.
BAB V PENUTUP: Pada bab yang terakhir ini berisi tentang
kesimpulan penelitian yang telah dilakukan, saran-saran, daftar pustaka,
daftar riwayat hidup dan lampiran.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Peran Takmir Masjid
a. Peran
Peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan
berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki
status-status sosial khusus, peran juga bisa disebut sebagai perangkat
tingkat yang dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:667). Selanjutnya
dikatakan bahwa didalam peranan terdapat dua macam harapan,
yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang
peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran dan kedua,
harapan-harapan yang dimiliki oleh oleh pemegang peran terhadap
masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya
dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.
Penulis menyimpulkan bahwa peran adalah suatu sikap atau
perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang
terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu.
Atau suatu penjelasan yang menunjukkan pada suatu konotasi ilmu
social, yang mengartikan peran sebagai fungsi yang dibawakan
14
seseorang ketika menduduki suatu karakteristik (posisi) dalam
struktur sosial dalam masyarakat.
b. Takmir Masjid
Pengertian takmir masjid menurut Siswanto (2005:56) yaitu
organisasi yang mengurus seluruh kegiatan yang ada kaitannya
dengan masjid, baik dalam membangun, merawat maupun
memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan remaja muslim
di sekitar masjid.
Istilah takmir masjid sebenarnya tidak dikenal dalam ilmu
fiqih. Secara bahasa takmir berarti meramaikan. Takmir masjid
berarti meramaikan masjid. Bisa jadi istilah yang populer di
Indonesia ini adalah merujuk pada ayat al-Qur‟an yang berbunyi:
Artinya:“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk
golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. at-
Taubah: 18)
c. Pengertian Masjid
Kata masjid berasal dari bahasa Arab, kata pokoknya
“sujudan”, fi‟il madinya “sajada” diberi awalan “ma”, sehingga
15
terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan perubahan
bentuk “sajada” menjadi “masjidun” dan di adopsi kedalam bahasa
Indonesia menjadi kata masjid (Sidi Gazalba, 1975:108). Kata
masjid sendiri berasal dari kata “sajada-yasjudu” yang berarti
merendahkan diri, menyembah atau sujud (Ahmad Yani, 2009:37).
Dengan demikian, menjadi tempat shalat dan dzikir merupakan
fungsi utama dari masjid.
Masjid mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi
kaum muslimin, yakni dalam rangka memperkokoh dan
memantapkan ruh keislamannya. Dengan demikian masjid harus
dikembangkan kearah pengokohan jiwa keislaman dari kaum
muslimin. Menurut Ahmad Yani (2009:23) urgensi masjid bagi umat
muslim diantaranya yaitu:
1) Sarana pembinaan iman.
Demi memperkokoh akidah yang mantap pada remaja,
maka diperlukan sebuah pembinaan iman, seperti halnya melatih
mereka dengan shalat berjamaah bersama. Karena tempat yang
utama buat shalat adalah masjid. Dengan disertai pembekalan
ilmu-ilmu agama guna memperkokoh dasar keimanan mereka.
2) Sarana pembinaan masyarakat islami.
Pembinaan iman merupakan modal dasar untuk membina
umat. Selanjutnya adalah menindaklanjuti pembinaan remaja
kearah ukhuwah islamiyah. Dengan adanya pembinaan
16
masyarakat yang islami, maka terwujudlah jamaah muslim yang
terdidik.
3) Sarana pengokoh ukhuwah islamiyah.
Salah satu ciri utama masyarakat Islam yang sejati
adalah adanya ukhuwah islamiyah yang kokoh dengan
sesamanya. Dengan ukhuwah islamiyah yang kokoh itulah kaum
muslimin akan membuktikan kehidupan yang senasib
sepenanggungan, saling menolong (ta‟awun) dalam kebaikan
dan takwa.
4) Sarana perjuangan.
Islam merupakan agama yang ajarannya harus
ditegakkan dalam kehidupan nyata. Untuk itu, proses perjuangan
harus dilakukan secara bersama-sama dengan kerjasama yang
baik melalui koordinasi yang teratur. Melalui masjidlah
perjuangan itu bisa dibina dengan cara dakwah dan majlis
ta‟lim.
5) Sarana tarbiyah.
Pendidikan (tarbiyyah) merupakan sesuatu yang sangat
penting bagi umat Islam. Dengan pendidikan, kaum muslimin
tidak hanya memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas serta
menguasai ajaran Islam dengan baik, sehingga mampu
membedakan antara yang haq dengan yang bathil.
17
d. Sejarah Masjid
Dalam sejarah awal mula berdirinya masjid sudah sejak
zaman nabi Muhammad saw. Menurut Drs. Moh. E. Ayub (1996:2)
latar belakang berdirinya masjid bermula pada peristiwa yang
dikenal dengan bai‟at Aqabah I dan II. Setelah perjanjian yang kedua
itu, Nabi dan para sahabat hijrah dari kota Makkah ke kota Yatsrib
atau yang kita kenal sekarang yaitu kota Madinah.
Dalam perjalanan hijrah tersebut nabi dan para sahabat
melewati daerah yang disebut dengan Quba. Disana beliau
mendirikan masjid pertama sejak masa kenabiannya yaitu Masjid
Quba (Siswanto, 2005:24). Diperkirakan ketika nabi hijrah ke
Madinah pada tanggal 12 Rabbiulawal (30 September 622 M)
besertaan dengan itu Rasulullah mendirikan masjid Quba (Gatot
Susanta, dkk, 2008:11). Dari sudut itu begitu pentingnya keberadaan
sebuah masjid sehingga Rasulullah dapat mengawali perjuangannya
dalam penyebaran risalah Islam.
e. Pengelolaan Masjid
Perkembangan masjid pada masa sekarang sudah mengalami
perubahan yang pesat. Kita dapat melihatnya, dimana komunitas
umat Islam berada, disanalah pasti ada masjid. Namun perlu diingat
bahwasanya untuk memakmurkan sebuah masjid diperlukan
organisasi kesejahteraan masjid yang mumpuni dan manajemen
masjid yang baik.
18
Masjid pada masa Rasulullah selain dipergunakan untuk
shalat, berdzikir dan beri‟tikaf bisa dipergunakan untuk kepentingan
sosial (Siswanto, 2005:26). Oleh karena itu, kita bisa menengok
kepada zaman Rasulullah tersebut, bahwasanya fungsi dan peran
masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, akan tetapi juga
dipergunakan untuk kesejahteraan umat Muslim.
Terlepas dari itu, dalam pengelolaan masjid diperlukan
kepengurusan yang baik dengan manajemen yang tangguh didukung
dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, baik akidah
maupun akhlaknya. Guna mewujudkan semua itu, langkah-langkah
konsolidasi dan perbaikan perlu dikedepankan. Termasuk di
dalamnya, upaya pengkaderan anggota yang lebih terstruktur dan
terarah. Dalam hal ini pengkaderan bisa melalui pendidikan para
remaja melalui organisasi remaja masjid.
Peran takmir masjid sendiri sangat berpengaruh dalam tingkat
keberhasilan pengelolaan masjid. Maka dari itu, takmir masjid
haruslah mempunyai potensi manajemen yang baik. Kriteria takmir
masjid telah disampaikan di dalam al-Qur‟an Surat at-Taubah: 18
Artinya:“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
19
Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat
dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk
golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Allah sendiri telah menegaskan kriteria takmir masjid yang
dimaksud dalam Q.S. at-Taubah ayat 18 tersebut yaitu:
1) Beriman kepada Allah dan hari akhir
2) Mendirikan shalat
3) Menunaikan zakat
4) Dan tidak takut kepada siapapun kecuali Allah semata
Kemudian dalam pengelolaan masjid selain memilih takmir
masjid yang sesuai dengan kriteria di atas, juga harus mempunyai
kemampuan yang baik dalam memenejemen pengelolaan masjid.
Menurut Gatot Susanto (2008:13) bahwasanya manajemen itu harus
dengan adanya planning (rencana), Implementation (pelaksanaan),
controlling (pengawasan) dan evaluation (evaluasi kinerja), atau
yang sering kita singkat PICE.
Adapun peran tugas dan tanggung jawab dari pengurus
masjid (takmir masjid) menurut Moh. E. Ayub (1996:46-50) terbagi
sebagai berikut:
1) Penasehat
Penasehat dalam susunan organisasi kepengurusan
masjid mengemban tugas sebagai berikut: a) Member nasehat
kepada ketua dan pengurus takmir masjid. b) Memberikan
20
pendapat mengenai suatu hal apabila diminta oleh ketua takmir.
c) Mengawasi jalannya kegiatan takmir masjid.
2) Ketua
Tugas dan wewenang ketua dalam organisasi takmir
masjid yaitu: a) Memimpin dan mengendalikan kegiatan. b)
Mewakili organisasi keluar dan kedalam. c) Melaksanakan
program dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang
berlaku. d) Menandatangani surat-surat penting. e) Mengatasi
segala permasalahan. f) Mengevaluasi semua kegiatan. g)
Melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh tugas
organisasi kepada jamaah.
3) Wakil Ketua
Dalam hal ini wakil ketua memiliki beberapa tugas yaitu:
a) Mewakili ketua apabila yang bersangkutan tidak ada
ditempat. b) Membantu ketua dalam menjalankan tugasnya. c)
Melaksanakan tugas tertentu berdasarkan musyawarah. d)
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugasnya kepada ketua.
4) Sekretaris
Wewenang dan tugas dari sekretaris diantaranya yaitu: a)
Mewakili ketua dan wakil ketua jika yang bersangkutan tidak
ada ditempat. b) Memberikan pelayanan teknis dan
administratif. c) Membuat dan mendistribusikan undangan. d)
21
Membuat daftar hadir rapat. e) Mencatat dan menyusun notulen
rapat. f) Mengerjakan seluruh tugas sekretaris (membuat surat-
menyurat dan pengarsipannya, memelihara daftar jamaah dan
membuat laporan organisasi).
5) Bendahara
Tugas dan wewenang dari pada bendahara masjid yaitu:
a) Memegang dan memelihara harta kekayaan organisasi. b)
merencanakan dan mengusahakan masuknya dana masjid serta
mengendalikan RABM (Rencana Anggaran Belanja Masjid). c)
Menerima, menyimpan dan membukukan daftar keuangan. d)
Membuat laporan keuangan secara rutin. e) Melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pelakanaan tugas kepada ketua.
6) Seksi Pendidikan dan Dakwah
Tugas dan wewenang dari pada seksi pendidikan dan
dakwah yaitu: a) Merencanakan, mengatur dan melaksanakan
kegiatan pendidikan dan dakwah. b) Mengkoordinir kegiatan
shalat Jum‟at.
7) Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan
Tugas dan fungsi dari pada seksi pembangunan dan
pemeliharaan diantaranya: a) Merencanakan, mengatur dan
melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemeliharaan masjid.
b) Mengatur kebersihan, keindahan dan kenyamanan di dalam
maupun di luar masjid. c) Memelihara sarana dan prasarana
22
masjid. d) melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada ketua.
8) Seksi Peralatan dan Perlengkapan
Tugas dan wewenang dari pada seksi peralatan dan
perlengkapan masjid yaitu: a) Merencanakan, mengatur dan
menyiapkan peralatan yang mendukung fungsi dan peran
masjid. b) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada ketua.
9) Seksi Sosial dan Kemasyarakatan
Seksi sosial dan kemasyarakatan memiliki peran sebagai
berikut: a) Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan
sosial dan kemasyarakatan. b) Melakukan koordinasi dengan
pengurus RT/RW dan tokoh masyarakat dalam melaksanakan
tugas. c) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada ketua.
10) Pembantu Umum (Koordinator Umum)
Peran dari pembantu umum yaitu membantu secara
umum kelancaran kegiatan pengurus masjid seperti: a)
Penyampaian undangan. b) Mengumpulkan infak/sedekah/amal
jariah/zakat. c) Mengajak masyarakat memakmurkan masjid. d)
Penghubung organisasi dengan jamaah dan masyarakat.
Untuk mewujudkan kesejahteraan masjid maka diperlukan
kekompakan antar pengurus (takmir) masjid serta komunikasi yang
23
baik dengan jamaah masjid. Karena tanpa pengurus (takmir) masjid
yang kompak, maka yang terjadi adalah kepincangan dalam
kepengurusan yang berakibat kegiatan masjid terganggu dan
lumpuh. Oleh karena itu, seyogyanya komunikasi antar pengurus
serta pengurus dengan jamaah harus terjalin dengan baik.
f. Peran dan Fungsi Masjid
Menurut Gatot, dkk (2008:9) fungsi utama masjid adalah
tempat bersujud kepada Allah swt, tempat salat dan tempat
beribadah kepada-Nya. Ada lima kali umat Islam dianjurkan
mengunjungi masjid untuk salat berjamaah dalam waktu sehari.
Melalui masjid, sering dikumandangkan nama Allah melalui adzan,
iqamat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan tilawat Al-qur‟an. Masjid
juga memiliki fungsi dan peran yang lain, diantaranya adalah sebagai
berikut.
1) Sebagai tempat kaum muslim beribadah dan mendekatkan diri
kepada Allah swt.
2) Sebagai tempat kaum mulimin untuk beriktikaf membersihkan
diri, menempa batin. Membina kesadaran dalam mendapatkan
pengalaman batin sehingga selalu terjadi keseimbangan jiwa
raga serta keutuhan kepribadian.
3) Sebagai tempat bermusyawarah kaum muslimin untuk
memecahkan permasalahan yang timbul dalam masyarakat.
24
4) Sebagai tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan
kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.
5) Sebagai tempat pembinaan keutuhan ikatan jamaah dan gotong
royong dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bersama.
6) Sebagai tempat pembinaan dan pengembangan kader pimpinan
umat Islam.
7) Sebagai tempat pengumpulan, penyimpanan dan pembagian
dana.
8) Sebagai tempat kaum muslimin menuntut ilmu untuk
meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan.
Sedangkan fungsi dan peran masjid bagi umat Islam menurut
Ahmad Yani (2009:37) pada masa awal perjuangan Islam yaitu: 1)
Tempat pelaksanaan peribadatan. 2) Tempat pertemuan. 3) Tempat
bermusyawarah. 4) Tempat perlindungan. 5) Tempat kegiatan sosial.
6) Tempat pengobatan orang sakit. 7) Tempat latihan dan mengatur
siasat perang. 8) Tempat penerangan dan madrasah ilmu. 9) Tempat
berdakwah.
Dari fungsi dan peran masjid tersebut telah teraktualisasi
dengan kegiatan operasional yang sejalan dengan program
pembangunan. Umat Islam bersyukur bahwa dalam dekade akhir-
akhir ini masjid semakin tumbuh dan berkembang, baik dari segi
jumlahnya maupun keindahan arsitekturnya. Hal ini menunjukkan
25
adanya peningkatan kehidupan ekonomi umat, peningkatan gairah
dan semaraknya kehidupan beragama.
2. Kepribadian yang Religius pada Remaja
Pembinaan kepribadian pada remaja sangatlah mendasar dalam
Islam, agar pada titik akhirnya mereka akan menuju kepada pribadi
muslim yang sebenaranya.
a. Makna Kepribadian
Sebelum membahas masalah segala hal yang berkaitan
dengan kepribadian dalam pandangan Islam, maka terlebih dahulu
akan penulis uraikan tentang permasalahan yang berkaitan dengan
kepribadian secara umum, terutama kepribadian menurut para ahli
psikolog. Koswara menegaskan bahwa definisi kepribadian dapat
dikategorikan menjadi dua pengertian yaitu sebagai berikut:
1) Menurut pengertian sehari-hari
Kepribadian (personality) adalah suatu istilah yang
mengacu pada gambaran-gambaran sosial tertentu yang diterima
oleh individu dari kelompoknya atau masyarakatnya, kemudian
individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau
sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya itu
(Noer Rohmah, 2017:322). Dalam artian dimana individu-
individu tersebut bagaimana menimbulkan kesan bagi individu
lainnya.
26
2) Menurut Psikologi
a) George Kelly menyatakan bahwa kepribadian sebagai cara
yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-
pengalaman hidupnya (Noer Rohmah, 2017:322).
b) Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian merupakan
suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik
individu manusia yang menentukan tingkah laku dan
pemikiran individu secara khas (Noer Rohmah, 2017:323).
c) Sigmund Freud menurutnya kepribadian merupakan suatu
struktur yang terdiri dari tiga sistem yakni id, ego dan
super-ego (Jalaluddin, 1996;160). Sedangkan tingkah laku
tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi
ketiga unsur dalam sistem kepribadian tersebut. Id (Das Es),
yakni aspek biologis kepribadian, merupakan sistem
kepribadian yang paling dasar yang didalamnya terdapat
naluri-naluri bawaan yang bertindak sebagai penyedia atau
penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem
tersebut untuk operasi. Id berorientasi pada prinsip
kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi
ketegangan. Id merupakan sumber energi psikis, maksudnya
id merupakan sumber dari insting kehidupan (eros) atau
27
dorongan-dorongan biologis yang menggerakkan tingkah
laku. Ego (Das Ich) yakni aspek psikologis kepribadian,
yaitu sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah
individu kepada dunia objek dari kenyataan dan
menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Peranan utama ego adalah sebagai mediator (perantara) atau
yang menjembatani antara id (keinginan yang kuat untuk
mencapai kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia
luar (external social world) yang diharapkan. Ego
dibimbing oleh prinsip realitas (reality principle) yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya tegangan sampai
ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan
kebutuhan atau dorongan id. Sedangkan super-ego (Das
Uber Ich) yakni aspek sosiologis kepribadian, yaitu sistem
kepribadian yang berisikan nilai dan aturan yang sifatnya
evaluatif (menyangkut baik dan buruk). Atau super-ego
merupakan komponen moral kepribadian yang terkait
dengan standar atu norma masyarakat mengenai baik dan
buruk, benar dan salah. Sehingga disini kepribadian yang
ideal bisa terbentuk melalui upaya peningkatan
perkembangan moral (Noer Rohmah, 2017:323-324). Oleh
karena itu, dalam diri seseorang yang memiliki jiwa yang
28
sehat, ketiga sistem itu harus bisa bekerja dalam susunan
yang harmonis.
Dapat dicermati bahwasanya pengertian kepribadian dari
para tokoh psikologi diatas mengacu pada hasil akhirnya berupa
tingkah laku (behaviore) seseorang, dimana tingkah laku tiap
individu dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman
pribadinya, pendidikan, lingkungan dan lain sebagainya.
3) Kepribadian dalam Wacana Islam
Dalam Islam, istilah kepribadian (personality) dalam
studi keislaman lebih dikenal dengan kata al-syakhshiyah.
Syakhshiyah berasal dari kata syakhsh yang berarti “pribadi”.
Kata itu kemudian diberi ya‟ nisbah sehingga menjadi kata
benda buatan (mashdar shina‟iy) syakhshiyah yang berarti
“kepribadian”. Terlepas dari segala perbedaan, penulis lebih
cenderung menggunakan istilah syakhshiyah (personality).
Pemilihan kata ini –dengan catatan- hanya berkaitan dengan
dengan penyebutan bukan berkaitan dengan substansi
konseptualnya. Artinya, istilah syakhshiyah yang dimaksud
mencakup unsur-unsur penilaian sebagaimana yang ada dalam
akhlak. Penjelasan mengenai syakhshiyah akan dibahas pada
point berikutnya.
Oleh karena itu kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya
atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentukan-
29
bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada
massa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Gregory
menegaskan kepribadian tidak ada hubungannya dengan sikap
berpura-pura dan melagak yang diperolehnya dalam pendidikan
keluwesan dan kursus-kursus perbaikan diri, atau dari melihat dan
meniru daya dan gerak-gerik para artis bintang-bintang top di TV,
karena hal tersebut merupakan mode dan rasa iseng yang dating dan
pergi begitu saja (Noer Rohmah, 2017:325). Kepribadian adalah
sebuah kata yang menandakan ciri pembawaan dan pola kelakuan
seseorang yang khas bagi pribadi orang itu sendiri. Kepribadian yang
meliputi tingkah laku, cara berfikir, perasaan, gerak hati, usaha, aksi,
tanggapan terhadap kesempatan, tekanan, dan cara sehari-hari
berinteraksi dengan orang lain.
b. Tipe Kepribadian
Pilihan manusia terhadap dua masalah besar kehidupannya
adalah “haq” dan “bathil” akan melahirkan perilaku-perilaku
tertentu, sesuai dengan karakteristik atau tuntutan yang haq dengan
yang bathil tersebut. Perilaku-perilakutersebut akhirnya mengkristal
dalam pola-pola tertentu yang satu sama lainnya sangat berbeda.
Pola-pola perilaku tertentu yang dimiliki oleh setiap individu dan
sifat konstan atau tetap itu dapat dikategorikan sebagai tipe
kepribadian.
30
Dalam bukunya Noer Rohmah (2017:326-327) tipe
kepribadian manusia itu sesuai dengan al-Qur‟an dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: mukmin (orang yang
beriman), kafir (orang yang menolak kebenaran) dan munafik (orang
yang meragukan kebenaran).
1) Tipe Mukmin
Tipe kepribadian mukmin mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
a) Berkenaan dengan akidah: beriman kepada Allah, malaikat,
kitab, rasul, hari akhir dan qada‟ serta qadar.
b) Berkenaan dengan ibadah: melaksanakan rukun Islam.
c) Berkenaan dengan kehidupan social: bergaul dengan orang
lain secara baik, suka bekerja sama, menyeru kepada
kebaikan dan mencegah dari yang munkar, suka memaafkan
kesalahan orang lain dan dermawan.
d) Berkenaan dengan kehidupan keluarga: berbuat baik kepada
kedua orang tua dan saudara, bergaul dengan baik dengan
suami istri dan anak, memelihara dan membiayai keluarga.
e) Berkenaan dengan moral: sabar, jujur, adil, qana‟ah,
amanah, tawadlu‟, istiqamah dan mampu mengendalikan
diri dari hawa nafsu.
f) Berkenaan dengan emosi: cinta kepada Allah, takut akan
adzab Allah, tidak putus asa dalam mencari rahmat Allah,
31
senang berbuat kebajikan kepada sesama, menahan marah,
tidak angkuh, tidak hasud, atau iri dan berani dalam
membela kebenaran.
g) Berkenaan dengan intelektual: memikirkan alam semesta
dan ciptaan Allah yang lainnya, selalu menuntut ilmu,
menggunakan pikirannya untuksuatu yang bermakna.
h) Berkenaan dengan pekerjaan: tulus dalam bekerja dan
menyempurnakan pekerjaan, berusaha dengan giat dalam
upaya memperoleh rizki yang halal.
i) Berkenaan dengan fisik: sehat, kuat, dan suci/bersih.
Menurut Tri Rahayu (2009:89-93) tipe kepribadian
mukmin sama artinya kepribadian yang lurus. Yang di dalamnya
ditemukan topik seputar ciri-ciri kepribadian yang sehat.
a) Kepribadian yang lurus adalah kepribadian para hamba
Allah swt yang tidak pernah bersikap bohong. Mereka
berbicara kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuan
akal mereka.
Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang
itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-
orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung)
keselamatan”. (QS. Al-Furqan:63)
32
b) Kepribadian yang lurus adalah kepribadian orang-orang
mukmin. Sebagian sifat-sifatnya adalah sebagaimana
tergambar dalam ayat berikut:
Artinya: “Dan orang yang melalui malam hari dengan
bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (64) dan
orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami,
jauhkan azab Jahannam dari Kami, Sesungguhnya
azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal".
(65)Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk
tempat menetap dan tempat kediaman. (66)” (QS.
Al-Furqan:64-66)
c) Kepribadian yang lurus adalah pertengahan antara sikap
berlebihan dan terlalu hemat (kikir) didalam
membelanjakan harta.
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula)
kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-
tengah antara yang demikian.” (QS. Al-
Furqan:67)
d) Kepribadian yang lurus adalah kepribadian yang taat, yang
tidak menyembah Tuhan selain Allah swt dan tidak pula
menyembah kebanyakan Tuhan yang disembah oleh
33
manusia. Para wanita, anak-anak, harta, syahwat, dan tahgut
merupakan “Tuhan” kebanyakan manusia pada masa lalu
maupun sekarang.
Artinya: “Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan
yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali
dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,
barang siapa yang melakukan yang demikian itu,
niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).”
(QS. Al-Furqan:68)
e) Kepribadian yang lurus adalah kepribadian yang gemar
bertaubat, yang tidak terbelenggu oleh berbagai macam
kesalahan dan dosanya. Ketika ia lemah menghadaoi
desakann nafsu yang selalu menyuruh pada kejahatan ia
segera kembali kepada Allah swt dan memohon ampunan-
Nya.
34
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan. (134) Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?
dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya
itu, sedang mereka mengetahui. (135)” (Q.S. Ali
Imran: 134-135)
f) Kepribadian yang lurus adalah kepribadian yang jujur, tidak
suka berbohong dan tidak melakukan perbuatan maksiat
yang diharamkan oleh Allah swt.
Artinya: “Dan orang-orang yang tidak memberikan
persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan
dirinya.” (QS. Al-Furqan:72)
g) Kepribadian yang lurus adalah kepribadian yang berakal
lagi mengetagui yang senantiasa merenungkan ayat-ayat
Allah dan hukuman-hukuman-Nya sehingga memahaminya
dengan pemahaman yang lurus, tercerahkan, ilmiah dan
mendalam; bukan kepribadian yang sempit dan fanatik yang
35
memahami dan mempraktekkan hukum-hukum Allah
dengan didasarkan pada kebodohan dan fanatisme buta.
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan
dengan ayat- ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah
menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli
dan buta.” (QS. Al-Furqan:73)
2) Tipe Kafir
Tipe kepribadian kafir menurut Noer Rohmah
(2017:327-328) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Berkenaan dengan akidah: tidak beriman kepada Allah dan
rukun iman lainnya.
b) Berkenaan dengan ibadah: menolak beribadah kepada Allah
swt.
c) Berkenaan dengan kehidupan sosial: dzalim, memusuhi
orang yang beriman, senang mengajak pada kemungkaran
dan melarang kebajikan.
d) Berkenaan dengan kekeluargaan: senang memutus tali
silaturrahim.
36
e) Berkenaan dengan moral: tidak amanah, berlaku serong,
suka menuruti hawa nafsu, (impulsive), sombong dan
takabur.
f) Berkenaan dengan emosi: tidak cinta kepada Allah, tidak
takut terhadap adzab Allah dan membenci orang mukmin.
g) Berkenaan dengan intelektual: tidak menggunakan
pikirannya untuk bersyukur kepada Allah swt.
3) Tipe Munafik
Tipe kepribadian munafik menurut Noer Rohmah
(2017:328-329) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Berkenaan dengan ibadah: bersifat ragu dalam beriman.
b) Berkenaan dengan ibadah: bersifat riya‟ dan bersifat malas.
c) Berhubungan dengan hubungan sosial: menyuruh
kemungkaran dan mencegah dari kebajikan, suka menyebar
isu sebagai bahan adu domba dikalangan kaum muslimin.
d) Berkenaan dengan moral: senang berbohong, tidak amanah
(khianat), ingkar janji, kikir, penakut (dalam kebenaran) dan
bersifat pamrih.
e) Berkenaan dengan intelektual: peragu dan kurang mampu
mengambil keputusan (dalam kebenaran), dan tidak berpikir
secara benar.
Pada sisi yang lain menurut Jalaluddin (1996;153-154) dalam
kehidupan sehari-hari pada umumnya tipe kepribadian digolongkan
37
menjadi empat macam yaitu tipe Choleris, tipe Melancholis, tipe
Plegmatis dan tipe Sanguinis. Dan Noer Rohmah (2017:331)
menambahi empat tipe kepribadian menurut Jalaluddin itu satu tipe
lagi yaitu tipe Asertif.
1) Tipe Choleris
Tipe ini disebabkan cairan empedu kuning yang dominan
dalam tubuhnya. Sifatnya agak emosi: mudah marah dan mudah
tersinggung (Jalaluddin, 1996:153). Orang seperti ini perlu
ditingkatkan kepekaan sosialnya melalui pengembangan
emosionalnya yang seimbang dengan moral kognitifnya
sehingga menjadi lebih peka terhadap penderitaan orang lain.
2) Tipe Melancholis
Tipe ini disebabkan cairan empedu hitam yang dominan
dalam tubuhnya. Sifatnya agak tertutup: rendah diri, mudah
sedih dan sering putus asa (Jalaluddin, 1996:153). Oleh karena
itu orang yang bertipe seperti ini tidak mudah untuk terangkat,
senang atau tertawa terbahak-bahak. Sehingga dalam
mengurangi perasaan sensivitas yang mereka miliki maka perlu
pembinaan peningkatan moral kognitifnya, dengan demikian
kekuatan emosionalnya dapat berkembang secara seimbang.
3) Tipe Plegmatis
Tipe ini dipengaruhi oleh cairan lender yang dominan.
Sifat yang dimilikinya agak statis: lamban, apatis, pasif dan
38
pemalas (Jalaluddin, 1996:153). Oleh karena itu mereka yang
bertipe seperti ini masih perlu bimbingan yang mengarah kepada
peningkatan perkembangan moral dan sosialnya yang pada
akhirnya dapat membantu meningkatkan sikap toleransi dan
kasih sayangnya pada sesama.
4) Tipe Sanguinis
Tipe ini dipengaruhi oleh cairan darah merah yang
dominan. Sifat yang dimilikinya agak aktif, cekatan, periang dan
mudah bergaul (Jalaluddin, 1996:153). Di samping itu tipe ini
juga memiliki beberapa kelemahan yaitu: cenderung impulsive,
bertindak sesuai dengan emosinya atau keinginannya. Orang
yang bertipe ini sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya
dan rangsangan dari luar dirinya, kurang bisa menguasai diri
atau penguasaan diri lemah. Oleh karena itu, kelompok ini perlu
ditingkatkan secara terus-menerus perkembangan moral
kognitifnya, sehingga dalam berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang lain mereka menjadi lebih menggunakan
pikirannya dari pada menggunakan perasaan atau emosinya.
5) Tipe Asertif
Seseorang yang termasuk tipe asertif ini memiliki ciri-
ciri antara lain: mampu menyatakan pendapat, ide dan
gagasannya secara tegas, kritis, tetapi perasaannya halus
sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain. Perilaku mereka
39
adalah berjuang mempertahankan hak sendiri, tetapi tidak
sampai mengabaikan atau mengancam hak orang lain;
melibatkan perasaan dan kepercayaan orang lain sebagai bagian
dari interaksi dengan mereka; mengekspresikan perasaan dan
kepercayaan diri dengan cara yang terbuka, langsung, jujur dan
tepat. Ini adalah tipe yang yang lebih ideal sehingga tidak
banyak ditemukan adanya kelemahan (Noer Rohmah,
2017:331). Oleh karena itu sebagai orang tua atau pendidik
hendaknya bisa mengembangkan perkembangan moral sosial
dan kognitif anak secara sadar menjadi lebih meningkat
sehingga paling tidak suatu saat nanti bisa diharapkan anak akan
mencapai kepribadian yang ideal.
c. Religius
Menurut Harun Nasution dalam Jalaluddin (1996:12),
pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu
al-din, religi, (relegere, religare), dan agama. Al–din (Semit)
berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa
Arab, kata ini mempunyai arti menguasai, menundukkan,
patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi
(Latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca.
Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata agama
terdiri dari a = tidak, gam = pergi yang mengandung arti tidak
pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun temurun.
40
Dengan demikian, makna yang terdapat dalam istilah-istilah
diatas bahwa pada umumnya agama itu mempunyai aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh
semua orang yang memeluk agama tersebut. Dimana kesemuanya itu
berfungsi untuk mengikat seseorang dalam hubungannya dengan
Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Menurut R.H. Thouless dalam Daradjat, agama ialah proses
hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang
diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi dari pada manusia (Daradjat,
1991:56). Jadi, agama yaitu hubungan antara makhluk dengan Tuhan
yang berwujud ibadah yang dilaksanakan dalam bentuk sikap sehari-
hari.
Dari istilah agama maka muncullah istilah religiusitas.
Anshori membedakan antara agama atau religi dengan religiusitas.
Jika agama menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan
dengan aturan dan kewajiban, maka religiusitas menunjuk pada
aspek religi yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati. Dister
juga berpendapat senada dengan Anshori, yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagamaan karena adanya internalisasi agama
ke dalam diri seseorang. Selain itu, Monks dkk. juga memaknai
keberagamaan itu sebagai keterdekatan yang lebih tinggi dari
manusia kepada Yang Maha Kuasa dimana itu memberikan rasa
aman (Risnawita S, 2014:169). Semakin manusia mengakui adanya
41
Tuhan dan kekuasaan-Nya, maka akan semakin tinggi tingkat
religiusitasnya.
Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan tingkat religiusitas adalah kadar atau
tingkat pengabdian seseorang terhadap agama yang diyakini dan
dianutnya, dalam hal ini yaitu agama Islam.
1) Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas
Robert H. Thouless mengemukakan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap religiusitas
seseorang, yaitu:
a) Pengaruh pendidikan dan berbagai tekanan sosial (faktor
sosial).
b) Berbagai pengalaman yang membantu sikap keberagamaan
atau religiusitas seseorang terutama pengalaman keindahan
dan kebaikan di dunia lain (faktor alami), konflik moral
(faktor moral) dan pengalaman emosional keagamaan
(faktor efektif).
c) Faktor-faktor yang sebagian atau seluruhnya timbul dari
kebutuhan yang tidak terpenuhi terutama kebutuhan
terhadap keamanan, cinta kasih, harga diri dan ancaman
kematian.
d) Faktor intelektual yaitu berbagai proses pemikiran verbal
(Thouless, 2000:34).
42
2) Fungsi Religiusitas
Menurut Nico Syukur Dister fungsi dari pada
religiusitas, yaitu:
a) Untuk mengatasi frustasi
Ketika seseorang mengalami frustasi maka dia akan
mencoba mengatasinya dengan mengesampingkan
kebutuhan atau keinginannya akan hal yang bersifat
keduniawian kepada Tuhan.
b) Untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat
Dimana dalam sebuah agama itu terdapat norma-
norma yang mengatur kehidupan manusia, sehingga dengan
adanya religiusitas maka kehidupan masyarakat akan baik
dan tertib.
c) Untuk memuaskan intelek yang ingin tahu
d) Untuk mengatasi ketakutan
Setiap manusia yang mempunyai keyakinan bahwa
Tuhan selalu berada didekatnya maka kecemasan dan
ketakutan yang tidak beralasan akan dapat hilang (Dister,
1992:74).
3) Dimensi Religiusitas
Hurlock dalam M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S
(2014:169) mengatakan bahwa religi terdiri dari dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan pelaksanaan akan ajaran
43
agama. Glock dan Stark membagi dimensi religiusitas menjadi
lima dimensi. Dimana pendapat Glock dan Stark tersebut sesuai
dengan lima aspek agama Islam tentang aspek-aspek
religiusitas.
a) Dimensi keyakinan
Menunjukkan tingkatan sejauh mana keyakinan
seorang muslim terhadap kebenaran ajaran agamanya.
Seperti keyakinan tentang Allah, adanya malaikat, surga,
para Nabi, dan sebagainya.
b) Dimensi praktik agama atau peribadatan
Menunjukkan tingkat kepatuhan muslim dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya.
Seperti menunaikan shalat, zakat, puasa, haji, dan
sebagainya.
c) Dimensi feeling atau penghayatan
Dimensi penghayatan yaitu menunjukkan perasaan
keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan seperti
merasa dekat dengan Tuhan, tentram saat berdoa, tersentuh
ketika mendengar ayat kitab suci, merasa takut ketika
berbuat dosa, merasa senang doanya dikabulkan, dan
sebagainya.
d) Dimensi pengetahuan agama
44
Menunjukkan seberapa jauh tingkat pengetahuan
dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya
terutama yang ada dalam Al-Qur‟an, hadits, pengetahuan
fikih, dan sebagainya.
e) Dimensi pengamalan
Menunjukkan sejauh mana implikasi atau pengaruh
ajaran agamanya terhadap perilaku seorang muslim dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini menyangkut tentang
hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan
lingkungannya.
4) Kriteria orang yang mampu menerapkan aspek religiusitas
a) Kemampuan Melakukan Differensiasi
Artinya kemampuan dengan baik dimaksudkan
sebagai individu dalam bersikap dan berperilaku terhadap
agama secara obyektif, kritis, berfikir secara terbuka.
Individu yang memiliki sikap religiusitas tinggi yang
mampu melakukan diferensiasi, akan mampu menempatkan
aspek rasional sebagai salah satu bagian dari kehidupan
beragamanya, sehingga pemikiran tentang agama menjadi
lebih kompleks dan realistis.
b) Berkarakter Dinamis
Apabila individu telah berkarakter dinamis, agama
telah mampu mengontrol dan mengarahkan motif-motif dan
45
aktivitisnya. Aktivitas keagamaan semuanya dilakukan
demi kepentingan agama itu sendiri.
c) Integral
Keberagaman yang matang akan mampu
mengintegrasikan atau menyatukan sisi religiusitasnya
dengan segenap aspek kehidupan termasuk sosial, ekonomi.
d) Sikap Berimbang Antara Kesenangan Dunia Tanpa
Melupakan Akhirat
Seorang yang memiliki sikap religiusitas tinggi akan
mampu menempatkan diri antara batas kecukupan dan batas
kelebihan. Sikap religiusitas dalam hal perilaku konsumtif
berdasarkan kepada akhlak seseorang. Akhlak dan rasional
menempati posisi puncak yang menjadi tumpuan para
pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.
3. Tujuan Pembinaan Kepribadian yang Religius pada Remaja
Remaja merupakan manusia muda yang masih dalam
pertumbuhan dan perkembangan untuk mencapai tingkat kematangan.
Mereka bukan lagi anak-anak yang dapat kita nasehati, dididik dan diajar
dengan mudah. Dan bukan pula orang dewasa yang dapat kita lepaskan
tanggung jawab sendiri atas pembinaan pribadinya, tetapi mereka adalah
orang-orang yang sedang berjuang untuk mencapai kedudukan sosial
yang mereka inginkan dan bertarung dengan bermacam-macam problem
46
kehidupan untuk memastikan diri serta mencari pegangan untuk
menentramkan batin dalam perjuangan hidup yang tidak ringan.
Maka dari itu dibutuhkan pembinaan pribadi remaja yang sesuai
dengan dengan syari‟at dan merekapun dapat menerimanya. Noer
Rohmah (2017:138) berpendapat mengenai bagaimana cara yang
mungkin dapat dilakukan dalam membina kepribadian seorang remaja
diantaranya yaitu:
a. Tunjukkan bahwa kita memahami mereka.
b. Pembinaan dengan cara konsultasi.
c. Dekatkan agama dalam hidup.
Tujuan dalam membina kepribadian yang religius sendiri
menurut Tri Rahayu (2009:286) menyatakan bahwa:
a. Untuk membebaskan pribadi pada remaja dari gangguan-gangguan
penyakit kejiwaan.
b. Melatih mereka agar luwes menyesuaikan diri dan menciptakan
hubungan antar pribadi yang bermanfaat dan menyenangkan.
c. Agar dapat mengembangkan potensi-potensi pribadi (bakat,
kemampuan, sikap dan sifat) yang baik dan bermanfaat bagi diri
sendiri serta lingkungan.
d. Dan yang paling mendasar yaitu supaya para diri remaja tercipta
insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt dan berupaya
menerapkan tuntunan agama dalam kehidupan sehari-hari.
47
Kepribadian yang paling baik tingkatannya adalah kepribadian
Muthmainnah. Menurut Hartati, dkk (2004:166-169) tingkatan pribadi
dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Kepribadian Ammarah (nafs al-ammarah)
Kerpibadian ammarah adalah kepribadian yang cenderung
pada tabiat jasad dan mengejar pada prinsip-prinsip kenikmatan
(pleasure principle). Ia menarik qalbu manusia untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang rendah sesuai dengan naluri primitifnya,
sehingga ia merupakan tempat dan sumber kejelekan dan tingkah
laku yang tercela. Firman Allah swt: (Q.S. Yusuf: 53)
Artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),
karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi
Maha Penyanyang.”
Kepribadian ammarah adalah kepribadian dibawah sadar
manusia. Barang siapa yang berkepribadian ini maka sesungguhnya
ia tidak lahi memiliki identitas manusia, sebab sifat-sifat
humanitasnya telah hilang. Kepribadian model ini rela menurunkan
derajat asli manusia. Manusia yang berkepribadian ammarah tidak
saja dapat merusak dirinya sendiri, tetapi juga merusak diri orang
lain. Keberadaannya ditentukan oleh dua daya, yaitu (1) daya
syahwat yang selalu menginginkan birahi kesukaan diri, ingin tahu
48
dan campur tangan urusan orang lain dan sebagainya; (2) daya
ghadhab yang selalu menginginkan tamak, serakah, mencekal,
berkelahi, ingin menguasai yang lain, keras kepala, sombong,
angkuh dan sebagainya. Jadi orientasi kepribadian ammarah adalah
mengikuti sifat-sifat binatang.
Kepribadian ammarah dapat beranjak ke kepribadian yang
baik apabila ia telah diberi rahmat oleh Allah swt. Pendakian
kepribadian ammarah menuju ke tingkat kepribadian yang lebih baik
hanya dapat mencapai satu tingkat dari tingkatan kepribadian yang
ada, yaitu ke kepribadian lawwamah. Hal itu disebabkan oleh
prosentase daya nafsu lebih dekat dengan prosentase daya akal dan
terlalu jauh jaraknya dengan daya qalbu. Pendakian ini pun
diperlukan latihan (riyadhah) khusus untuk menekan daya nafsu dari
hawa, seperti dengan berpuasa, shalat, berdoa dan sebagainya.
b. Kepribadian Lawwamah (nafs al-lawwamah)
Kepribadian lawwamah adalah kepribadian yang telah
memperoleh cahaya qalbu, lalu ia bangkit untuk memperbaiki
kebimbangannya antara dua hal. Dalam upayanya itu kadang-kadang
tumbuh perbuatan yang buruk yang disebabkan oleh watak
zhulmaniah (gelap)-nya namun kemudian ia diingatkan oleh nur
ilahi, sehingga ia mencela perbuatannya dan selanjutnya ia bertaubat
dan ber-istighfar. Hal itu dapat dipahami bahwa kepribadian
49
lawwamah berada dalam kebimbangan antara kepribadian ammarah
dan kepribadian muthmainnah. (Q.S. Al-Qiyamah: 2)
Artinya: “Dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali
(dirinya sendiri).”
Kepribadian lawwamah merupakan kepribadian yang
didominasi oleh komponen akal. Sebagai komponen yang bernatur
insaniah, akal mengikuti prinsip kerja rasionalistis dan realistis yang
membawa manusia pada tingkat kesadaran. Apabila sistem
kendalinya berfungsi, ia mampu mencapai puncaknya seperti
berpaham rasionalisme. Rasionalisme banyak dikembangkan oleh
kaum humanis yang mengorientasikan pola pikirnya pada kekuatan
serba manusia, sehingga sifatnya antroposentris.
Akal apabila telah diberi percikan nur qalbu, fungsinya
menjadi baik. Ia dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk
menuju kepada Tuhan. Al-Ghazali sendiri meskipun sangat meng-
utamakan pendekatan cita-rasa (dawq), tapi ia masih menggunakan
kemampuan akal. Sedangkan menurut Ibnu Sina, akal mampu
mencapai pemahaman yang abstrak dan akal juga mampu mencapai
akal mustafad. Akal mustafad merupakan akal yang mampu
menerima limpangan pengetahuan dari Tuhan melalui akal Fa‟al
(malaikat Jibril).
50
Oleh karena itu, kedudukan yang tidak stabil ini maka Ibnu
Qayyim Al-Jauziy membagi kepribadian lawwamah menjadi dua
bagian, yaitu: 1) kepribadian lawwamah malumah, yaitu kepribadian
lawwamah yang bidih dan dzalim; 2) kepribadian lawwamah ghayr
malumah, yaitu kepribadian yang mencela atas perbuatannya yang
buruk dan berusaha untuk memperbaikinya.
c. Kepribadian Muthmainnah (Nafs al-Muthmainnah)
Kepribadian muthmainnah adalah kepribadian yang telah
diberi kesempurnaan nur qalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-
sifat tercela dan tumbuh sifat-sifat yang baik. Kepribadian ini selalu
berorientasi ke komponen qalbu untuk mendapatkan kesucian dan
menghilangkan segala kotoran, sehingga dirinya menjadi tenang.
Begitu tenangnya kepribadian ini sehingga ia dipanggil oleh Allah
swt. Firman Allah swt (Q.S. Al-Fajr: 27-280
Artinya: “Hai jiwa yang tenang. (27) Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya (28)”
Kepribadian muthmainnah bersumber dari qalbu manusia,
sebab hanya qalbu yang mampu merasakan thuma‟ninah. Sebagai
komponen yang bernatur ilahiyyah qalbu selalu cenderung pada
ketenangan dalam beribadah, mencintai, bertaubah, bertawakal dan
mencari ridla Allah swt. Orientasi kepribadian ini adalah teosentris.
51
Kepribadian muthmainnah merupakan kepribadian atas dasar
atau supra kesadaran manusia. Dikatakan demikian sebab
kepribadian ini merasa tenang dalam menerima keyakinan fitriah.
Keyakinan fitriyah adalah keyakinan yang dihujamkan pada ruh
manusia (fithrah al-munazzalah) di alam arwah dan kemudian
dilegitimasi.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwasanya
pembinaan kepribadian yang religius pada remaja sangatlah penting agar
mereka menjadi pribadi yang muthmainnah sehingga keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah swt semakin kuat dengan dihiasi akhlak
yang mulia atau pribadi yang muslim. Banyak bentuk pembinaan
keagamaan yang dapat dilakukan. Misalnya tahsin al-qur‟an, barjanji,
mengkaji yasin fadlilah dan lain sebagainya. Seperti pembinaan yang
dilakukan takmir masjid al-Aqsha dusun Reksosari Desa Reksosari
Kabupaten Semarang tahun 2018 kepada para remaja masjidnya.
B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka disini adalah hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya yang mempunyai tema dan tujuan yang hampir sama
dengan penelitian ini. Maka dari itu, ada beberapa kajian yang telah dilakukan
oleh peneliti yang lain, yang relevan dengan penelitian ini dengan segala
kemampuan, penulis berusaha menelusuri dan menelaah beberapa hasil kajian
pustaka yang di dapat dari beberapa skripsi yaitu:
52
1. Skripsi dari Hanik Asih Izzati (2015) yang berjudul, Peran Takmir
Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam (Studi di Masjid
al-Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga Tahun 2015).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kegiatan rutin
yang telah berjalan dengan baik, diantaranya majlis taklim, pengajian
ahad sore dan beberapa kegiatan insidental seperti tabligh akbar,
shalawat bersama dan tadarus al-Qur‟an di bulan ramadhan serta terdapat
pula Taman Pendidikan al-Qur‟an. Dan hasil kesimpulannya bahwa
takmir masjid a-Muttaqiin telah berjalan lancar dan baik.
Persamaan skripsi Izzati (2015) dengan penelitian ini adalah pada
subjek penelitiannya peran takmir masjid. Sedangkan perbedaannya
terletak pada valiabel yang kedua, dari skripsi Izzati (2015) adalah
meningkatkan kalitas pendidikan Islam. Pada penelitian ini mengarah
pada membina kepribadian yang religius pada remaja.
2. Skripsi Febriani Indah Pratiwi (2017) yang berjudul Peran Takmir Masjid
an-Nida dalam Pembinaan Akhlak Masyarakat di Dusun Ngaglik RW 02
Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa takmir masjid an-Nida
menyelenggarakan pengajian taklim, pengajian akbar, tadarus di bulan
ramadhan dan menyelenggarakan santunan anak yatim setiap tahunnya.
Penelitiannya menarik kesimpulan bahwa peran takmir masjid an-Nida
bagi masyarakat di Dusun Ngaglik RW 02 sangat baik dan berjalan
dengan lancar.
53
Persamaan skripsi Pratiwi (2017) dengan penelitian ini adalah
pada subjek penelitiannya peran takmir masjid. Sedangkan perbedaannya
terletak pada valiabel yang kedua, dari skripsi Pratiwi (2017) adalah
pembinaan akhlak masyarakat. Pada penelitian ini mengarah pada
membina kepribadian yang religius pada remaja. Sehingga lebih spesifik
kepada kegiatan yang bersifat membangun kepribadian pada remaja.
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Coghlan dan Brannik dalam bukunya Samiaji (2012:36)
metode penelitian adalah sebuah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk
menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah. Jenis penelitian ini
adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan
dalam kanca kehidupan yang sebenarnya (Kartini Kartono, 1981:93). Dengan
sifat kualitatif, seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor, metode
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku seseorang yang dapat diamati
(Moleong, 1990:3). Yang dimaksud diskriptif yaitu menggambarkan keadaan
yang sebenarnya guna memberikan penjelasan dan jawaban terhadap pokok
permasalahan yang penulis teliti.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Masjid Al-Aqsha Dusun Reksosari
Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, sedangkan waktu
penelitian dimulai tanggal 22 Oktober 2018 sampai 21 November 2018.
55
C. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
(Moleong, 2009:157). Dengan kata lain, sumber data penelitian kualitatif
adalah manusia (Imam dan Tobroni, 2003:134). Subjek penelitian ini adalah
Badan Kepengurusan Masjid (BKM) atau takmir masjid yang mengelola serta
remaja masjid Al-Aqsha Reksosari Suruh.
Dalam penelitian ini, sumber data primer dapat diperoleh dari para
pengurus takmir masjid dan remaja masjid Al-Aqsha Reksosari Suruh.
Sehingga penelitian ini nantinya menggunakan sampling atau narasumber
sebanyak 10 orang sebagai informan, yang terdiri dari 4 (empat) orang
pengurus masjid dan 6 (enam) orang pengurus dan anggota remaja masjid.
Dari populasi yang ada yaitu 17 pengurus masjid dan 108 remaja masjid.
Sedangkan sumber sekunder didapat dari referensi-referensi mengenai
kegiatan pembinaan sikap religius oleh Takmir masjid terhadap remaja masjid
Al-Aqsha. Dan juga dokumentasi-dokumentasi yang berupa panflet, tulisan
dan juga foto-foto yang dianggap relevan untuk selanjutnya dapat dianalisis
secara lebih mendalam.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode dalam
rangka mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam proses penelitian
56
untuk menghasilkan analisis serta kesimpulan yang lebih valid dan
komperehensif.
Beberapa metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data-data
itu antara lain adalah:
1. Wawancara
Wawancara mendalam dilakukan kepada responden-responden
yang secara langsung ataupun tidak langsung terlibat dengan Masjid
seperti misalnya kepada pengurus masjid (takmir) dan remaja masjid.
Guna memperoleh hasil yang valid, sebelum melakukan wawancara,
penulis terlebih dahulu membuat panduan wawancara sebagai pedoman
dan acuan dalam proses wawancara agar nantinya wawancara tidak bias
dan tidak terlalu banyak membicarakan hal-hal yang tidak signifikan
terhadap penelitian ini.
2. Observasi/ Pengamatan
Metode lain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan observasi/ pengamatan. Menurut Nasution (1992:56) observasi
merupakan semua ilmu pengetahuan. Sedangkan penelitian ini
menggunakan pengamatan yang mungkin juga dilakukan dengan cara
participant observation (observasi partisipatoris) yang bertujuan untuk
mendapatkan data-data yang lebih valid karena mendapatkan dan
mencari langsung dari sumber data. Secara teknis mungkin dilakukan
dengan mengamati dan mengambil data-data yang secara langsung
57
maupun tidak langsung, material maupun non material diperlukan demi
kelangsungan penelitian ini.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi cara dalam mengumpulkan data melalui
bahan tertulis ataupun film, record ataupun lainya yang tidak
dipersiapkan karena adanya permintaan seorang peneliti (Zuldafrial dan
Lahir, 2012:81). Oleh peneliti, metode ini dilakukan dengan cara
mencari, mengumpulkan dan mendata dokumentasi material maupun non
material mengenai objek yang akan diteliti. Salah satunya dapat
dilakukan dengan mengambil gambar dan pendokumentasian momen-
momen kegiatan yang dilakukan para pengurus masjid Al-Aqsha
Reksosari Suruh, baik secara langsung yang dilakukan oleh penulis
maupun mengambil dari data-data yang sudah ada. Sehingga akan
menjadi data dengan bukti-bukti yang yang sesuai dengan fenomena.
E. Analisis Data
Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai
setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah
mengumpulkan data yang dapat dianalisis (Tobroni, 2003:192). Kegiatan-
kegiatan analisis selama penulis mengumpulkan data meliputi:
1. Menetapkan fokus penelitian
2. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah
terkumpul
58
3. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-
temuan pengumpulan data sebelumnya
4. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka
pengumpulan data berikutnya
5. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya.
Data yang telah terkumpul pada tahap selanjutnya akan
diklasifikasikan dan dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif.
Metode tersebut menjelaskan tentang tiga alur kegiatan yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi (Miles dan Huberman,
1992:16). Sehingga penulis akan memaparkan data-data yang ada dan
dikaitkan dengan asumsi-asumsi dan teori-teori yang ada pada tahap akhirnya
nanti akan menghasilkan kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang
akan diteliti.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah benar-
benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi, yakni untuk
memperoleh kebenaran harus dilakukan penggunaan multiperspektif (Imam
dan Tobroni, 2003:187). Sehingga data atau informasi yang diperoleh dari
satu pihak dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber
lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dengan
menggunakan metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk
59
membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari
berbagai pihak agar terhindar dari data yang bersifat subyektif. Yang akhirnya
data akan terkumpul menjadi satu sesuai dengan objek fenomena yang diteliti.
Tahap-tahapan penelitian yang digunakan oleh peneliti diantaranya
sebagai berikut:
1. Tahap pra laporan
a. Mengajukan judul penelitian
b. Menyusun proposal penelitian
c. Konsultasi penelitian kepada pembimbing
2. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:
a. Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
b. Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian
c. Pencatatan data yang telah dikumpulkan
3. Tahap analisis data, meliputi kegiatan:
a. Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian
b. Pengecekan keabsahan
4. Tahap peneliti laporan penelitian
a. Penulisan hasil penelitian
b. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
c. Perbaikan hasil konsultasi
d. Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
e. Ujian munaqosah skripsi.
60
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Masjid Al-Aqsha
Masjid merupakan tempat untuk beribadah kepada Allah swt bagi
umat Islam, dan dapat juga digunakan sebagai tempat untuk kegiatan-
kegiatan yang mengarah kepada keagamaan dan sosial. Masjid Al-Aqsha
yang berada dilingkungan masyarakat Reksosari memiliki letak geografis
yang strategis dan mudah dijangkau, karena posisinya berada di pinggir
jalan raya alternatif, berlantai tiga dan tekstur berwarna putih dan hijau,
dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Masjid Al-Aqsha sendiri dikelilingi dengan lembaga pendidikan
formal dan non formal. Lembaga pendidikan formal seperti Madrasah
Ibtidaiyah Darul Ulum, MTs Darul Ulum, SLTP Ma‟arif NU hingga
Madrasah Aliyah Negeri Suruh (MAN 1 Semarang) dan SMK Ma‟arif
NU. Yang non formal yaitu madrasah diniyah darul ulum dan lima
pondok pesantren (Observasi tanggal 5 November 2018, pukul 07.34 di
Serambi Masjid).
Dalam sejarahnya Masjid Al-Aqsha dari dahulu merupakan pusat
peradaban, baik bidang pendidikan hingga bidang yang lainnya. Seperti
lomba anak soleh sekabupaten Semarang, pengajian akbar se-Jawa
Tengah, pembagian zakat dan penyembelihan korban, kesemuanya
terpusat dan terprogram di Masjid Al-Aqsha.
61
2. Sejarah Berdirinya Masjid Al-Aqsha
Sejarah berdirinya Masjid Al-Aqsha dusun Reksosari tidak bisa
lepas dari para pendirinya dan masyarakat sekitar. Dengan penuh
semangat juang dalam sarana dakwah dari tokoh pendirinya, Masjid Al-
Aqsha berkembang pesat hingga sekarang. Dari wawancara yang
dilakukan kepada Bapakk Kiyai Chazim AS (pada tanggal 09 November
2018 pukul 19.45-20.15 WIB di kediaman bapak Chazim), sejarah
berdirinya masjid al-Aqsha yaitu sebagai berikut:
“Sejarah masjid al-Aqsha itu sebenarnya cerita turun-temurun dari
sesepuh dahulu. Bermula dari mbah eyang canggah saya yang
bernama mbah Muhyiddin kurang lebih pada tahun 1825 M. Pada
saat itu sedang terjadi perang antara pangeran Diponegoro dan
Belanda. Salah satu pengawal dari pangeran Diponegoro adalah
Kiyai Mojo. Karena pihak Belanda mengetahui Kiyai Mojo
sebagai pengawal Pangeran Diponegoro, maka pihak penjajah
bermaksud membunuh semua keluarga Kiyai Mojo. Dalam hal
ini, Kiyai Mojo mengetahui rencana penjajah, maka beliau
menyembunyikan keluarganya termasuk keponakannya yaitu
Mbah Muh Yiddin ke negeri sabrang yaitu Makkah, tidak lain
juga bermaksud agar keluarganya bisa menuntut ilmu disana.
Setelah pulang dari Makkah Mbah Muhyiddin menetap di daerah
Tingkir. Tak lama kemudian menikah dengan Ibu Muhyiddin
orang daerah Reksosari Suruh. Kemudian beliau menetap di
dusun Reksosari dan memulai mensyi‟arkan agama Islam dengan
mendirikan mushala.
Setelah beberapa tahun kemudian putri beliau di nikahkan dengan
bapak Jalil. Karena sangat menyayangi putri dan menantunya,
maka mereka di belikan rumah oleh mbah Kiyai Muhyiddin.
Namun rumah itu mereka hibahkan untuk pembangunan masjid.
Mulai dari sinilah mushala yang didirikan oleh mbah Kiyai
Muhyiddin di pugar pertama kali menjadi sebuah masjid. Setelah
beberapa tahun kemudian, masjid tersebut berkembang pesat,
terutamannya bidang pendidikan. Oleh karena sangat berat jika
dikelola sendiri, maka Bapak Kiyai Jalil meminta bantuan untuk
ikut serta dalam mengelola masjid kepada mbah Kiyai Jawahir
(asli dari Pati muridnya mbah Kiyai Sirajuddin “mbah Ganjar”
dari Ngroto, Nggubuk). Mbah Kiyai Jawahir ini bertempat tinggal
62
di Tegal Bunder, Desa Tegal Ombo dan bersyi‟ar agama Islam
disana.
Setelah berganti generasi pemugaran Masjid Al-Aqsha reksosari
pun dilakukan dan diperluas. Pada tahun 1837 masjid al-Aqsha
dipugar oleh mbah Lurah Abdul Fatah bapak dari Kiyai
Zainuddin. Pemugaran kembali dilakukan oleh Kiyai Hasyim
pada tahun 1950. Kemudian pada tahun 1975 kembali dipugar
oleh bapak Kiyai Haji Abdul Fatah dan di finishing oleh Bapak
Mawardi. Dan pemugaran yang terakhir dilaksanakan pada tahun
2008 sampai sekarang.
Sedangkan Nadzir (Penasehat BKM al-Aqsha) yang tercatat yaitu
1) Mbah Kiyai Jalil, 2) Mbah Kiyai Hasyim, 3) Mbah Kiyai
Abdul Fatah, 4) Mbah Kiyai Abdul Syakur, 5) yang terakhir
sampai sekarang yaitu bapak Kiyai Chazim AS.”
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwasanya berdirinya masjid
al-Aqsha merupakan bentuk sarana perjuangan syi‟ar agama Islam. Bagi
masyarakat sekitar masjid al-Aqsha merupakan bentuk sejarah tersendiri,
baik sejarah pendidikan dan sejarah agama. Karena masjid ini merupakan
masjid yang sudah ada sejak zaman dahulu, sebelum Desa Reksosari ada,
masjid al-Aqsha sudah berdiri. Sehingga bisa dikatakan masjid al-Aqsha
ini merupakan peninggalan sejarah Desa Reksosari. Namun hingga
sekarang belum ada catatan tertulis dari pihak Kelurahan Desa
bahwasanya masjid al-Aqsha ini sebagai bangunan bersejarah Desa.
3. Letak Geografis Masjid Al-Aqsha
Masjid Al-Aqsha terletak di Dusun Rekosari Desa Reksosari
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Dengan luas tanah 2755 m2 di
atas tanah wakaf dan luas bangunan 572 m2 (Dokumentasi dan Observasi
pada tanggal 7 November 2018 pukul 09.35-10.03 WIB di kantor masjid
al-Aqsha). Dengan bangunan bertingkat dua menjadikan masjid al-Aqsha
dusun Reksosari semakin megah.
63
Adapun batasan-batasan yang mengelilingi ruang lingkup masjid
al-Aqsha yaitu:
a. Sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Mts Darul Ulum dan SMK NU
serta Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang.
c. Sebelah barat berbatasan dengan MI Reksosari 1.
d. Dan sebelah utara berbatasan dengan Pondok Pesantren Darul Ulum
Putri.
Dilihat dari letak geografisnya masjid al-Aqsha terhitung
strategis. Dengan dikelilingi pondok pesantren, lembaga pendidikan
formal dan rumah penduduk, dengan letak masjid al-Aqsha sendiri
berada di tengah-tengah pemukiman penduduk dan tengah-tengah dusun
Reksosari. Sebagai icon masyarakat dusun Reksosari adalah masjid al-
Aqsha sendiri. Pertokoan dan warung-warung juga menghiasi jalan
masuk ke masjid al-Aqsha Reksosari. Sehingga benar-benar terasa hidup
nuansa kewibaan dari pada masjid al-Aqsha dusun Reksosari, desa
Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
4. Struktur Organisasi Takmir Masjdi Al-Aqsha
Dalam sebuah organisasi sangat penting dengan adanya sebuah
manajemen yang baik. Apalagi dalam mengelola sebuah masjid,
diperlukan sebuah manajemen yang tepat, agar masjid tersebut bisa
terhiasi syiar-syiar agama. Kesejahteraan masjidpun menjadikan
64
kesejahteraan jamaahnya pula. Oleh sebab itu, kepengurusan masjid atau
takmir masjid seyogyanya harus ada dan sesuai dengan keahliannya.
“Kepengurusan masjid sendiri mengalami reorganisasi setiap lima
(5) tahun sekali sesuai dengan hasil rapat tahun 2001” seperti yang
dikemukakan bapak Bisri (Wawancara tanggal 7 November 2018 pukul
14.45-15.20 WIB di kediaman bapak Bisri). Dan berdasarkan
dokumentasi yang dilakukan peneliti (tanggal 7 November 2018 pukul
09.35-10.03 WIB di kantor masjid al-Aqsha), takmir masjid memberikan
rincian struktur organisasi sebagai berikut:
Tabel 4.1 Susunan Pengurus BKM Al-Aqsha
BADAN KESEJAHTERAAN MASJID AL-AQSHA
DESA REKSOSARI KECAMATAN SURUH
KABUPATE SEMARANG Jl. Suherman Km. 2 Reksosari Suruh Kab. Semarang
SUSUNAN PENGURUS BKM AL-AQSHA Pelindung : Kepala Desa Reksoari
Penasehat : 1. K. Chazim AS
2. K. Mustofa
3. K. Nur Salim
4. K. Bahrurrozi
5. K. Chalim
6. K. Sholikhin
7. K.H. Fuad Ahmad
Ketua Umum : Drs. AM. Tantowi
Ketua I (Bidang Pembanguna) : Dian Nirwana, S. So.,
Ketua II (Bidang Keorganisasian) : Yamrodin, S. Pd
Ketua III (Bidang Kepemudaan) : Jawahir
Ketua IV (Bidang Keagamaan) : Muhammad, S.Pd.I.,
Sekretaris I : Bisri
II : Sulhan, S. Ag.,
Bendahara I : Munjayin
II : Munjali
1. Inventaris I : Zamhari
65
II : Drs. Aminudin
2. Kebersihan dan Perlengkapan I : Agus Supriyanto
II : Ihwanudin
III : Ice Boing Setiawan
IV : Hanief
3. Pembangunan Umum I : Suyudi
II : Sudadi
III : Sholeh
4. Pengairan I : Jawad
II : Sholikun Salam
III : Slamet Tarmuji
Dari Tabel 4.1 tersebut dapat penulis tarik kesimpulan,
bahwasanya takmir masjid al-Aqsha dusun reksosari sungguh-sungguh
dalam memilih setiap pengurusnya dari pelindung, penasehat, BPH dan
seksi-seksinya. Karena dalam menjalankan organisasi memerlukan
anggota-anggota yang ahli dibidangnya. Apalagi dalam memanajemen
sebuah masjid haruslah dengan tipe anggota yang sholeh dan giat dalam
menjalankan kegiatan masjid, agar kemakmuran dan kesejahteraan
masjid dapat terwujud.
5. Sarana dan Prasarana Masjid Al-Aqsha
Kenyamanan dalam sebuah tempat ibadah salah satu faktornya
yaitu dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sehingga akan
memperlancar proses kegiatan para jama‟ah, memudahkan dalam
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, sarana dan prasarana
yang memadai sangatlah penting pengaruhnya dalam memperlancar
proses kegiatan. Masjid Al-Aqsha sendiri memiliki sarana dan prasarana
sebagaimana dalam table inventaris (Dokumentasi dan observasi pada
66
tanggal 7 November 2018 pukul 10.03-10.30 WIB di Kantor BKM al-
Aqsha) sebagai berikut:
Tabel 4.2 Daftar Inventaris Masjid Al-Aqsha Dusun Reksosari
DAFTAR INVENTARIS MASJID AL-AQSHA DUSUN
REKSOSARI DESA REKSOSARI KECAMATAN SURUH
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018
No. Nama Barang Jumlah Keterangan
1. Mimbar 1 Kondisi baik
2. Al-qur‟an 115 Kondisi baik
3. Mukena 28 Kondisi baik
4. Sarung 5 Kondisi baik
5. Karpet Sajadah 53 Kondisi baik
6. Karpet Lembaran 6 Kondisi baik
7. Karpet Imam 1 Kondisi baik
8. Sajadah Imam 1 Kondisi baik
9. Meja Panjang 100 Kondisi baik
10. Kotak Amal Kecil 6 Kondisi baik
11. Kotak Amal Besar 2 Kondisi baik
12. Jadwal Khotbah 1 Kondisi baik
13. Jam Dinding 4 Kondisi baik
14. Rak 2 Kondisi baik
15. Almari 3 Kondisi baik
16. Kipas Angin 7 Kondisi baik
17. Speaker Aktif 4 Kondisi baik
18. Salon 2 Kondisi baik
19. Horn Toa 4 Kondisi baik
20. Mic 4 Kondisi baik
21. Genset 1 Kondisi baik
22. Papan Pengumuman 1 Kondisi baik
23. Kalender 2 Kondisi baik
24. Penunjuk Waktu Shalat 1 Kondisi baik
25. Keset 5 Kondisi baik
26. Gudang 2 Kondisi baik
27. Ruang Musyawarah 1 Kondisi baik
28. Ruang BKM 1 Kondisi baik
29. Ruang Remas 1 Kondisi baik
30. Sound Sistem 4 Kondisi baik
31. Toilet Putra/i 1/1 Kondisi baik
32. Tempat Wudu Putra/i 1/1 Kondisi baik
33. Rebana+Sound 1 set Kondisi baik
67
Dari pengamatan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
sarana dan prasarana yang ada di masjid al-Aqsha dusun Reksosari cukup
memadai. Dan dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.
Sehingga nantinya dapat diharapkan dengan adanya sarana dan prasarana
yang ada, kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan para jama‟ah dapat
merasa hidmah dan khusyuk dalam menjalankan kegiatan di masjid al-
Aqsha dusun Reksosari.
6. Kegiatan-Kegiatan Masjid Al-Aqsha
Memakmurkan masjid merupakan tugas kita semua sebagai kaum
muslimin. Dalam melaksanakan fungsi dan peran masjid yang efektif
maka diperlukan pengurus masjid yang bisa memanejemen masjid. Maka
dari itu diperlukan pengurus masjid yang benar-benar mumpuni.
Termasuk dalam hal imarah (kegiatan) masjid agar bisa terprogram
sesuai rencana, diperlukan pengurus yang bisa menjalankannya.
Kegiatan-kegiatan Masjid Al-Aqsha Dusun Reksosari memiliki
program kegiatan yang sudah menjadi rutinitas. Kegiatan yang
diagendakan yaitu Program Mingguan, Program Bulanan dan Program
Tahunan. Seperti yang ditegaskan oleh Bapak Jawahir selaku seksi
kegiatan dan kepemudaan BKM al-Aqsha Dusun Reksosari (Wawancara
pada tanggal 8 November 2018 pukul 16.13-16.30 WIB dikediaman
bapak Jawahir) seperti berikut:
“Program kegiatan di masjid al-Aqsha ini sebenarnya terprogram
tiap mingguan, bulanan dan tahunan. Tiap mingguannya yaitu
tahsin al-qur‟an, kajian yasin fadlilah dan dziba‟ barjanji. Tiap
bulanannya, Rapat BKM, Rapat Remas, Sewelasan (Manakib di
68
tiap mushola per RT), Seloso Wagenan (Manaqib tiap mushola
per RT), Pengajian Jum‟at Pon, dll. Tiap tahunannya yaitu Halal
Bihalal (Syawalan), Muharram, Hari Raya Kurban, Muludan,
Rejeban, Nyadranan, Kegiatan Ramadlan (tadarus, Nuzulul
Qur‟an, Zakat Fitrah, dll), Hari Raya Idul Fitri. Dari semua
kegiatan itu, peran remaja masjid juga terlibat, baik sebagai
koordinator atau hanya sebagai partisipan. Agar mereka terlatih
baik dalam kepemimpinan, sosial dan keagamaan.”
Dari hasil pengamatan peneliti (pada tanggal 7 November 2018
pukul 10.30-10.55 di kantor BKM al-Aqsha) kegiatan masjid al-Aqsha
tersusun sebagai berikut:
Tabel 4.3 Program Kegiatan Masjid Al-Aqsha
PROGRAM KEGIATAN MASJID AL-AQSHA DUSUN
REKSOSARI DESA REKSOSARI
Agenda Mingguan Agenda Bulanan Agenda Tahunan
1. Tahsin Al-Qur‟an
(Remaja tiap
ba‟da maghrib)
2. Kajian Yasin
Fadlilah (Seluruh
masyarakat RW
1)
3. Dziba‟ Barjanji
(Remas tiap
malem Jum‟at)
4. Ndiba‟ (Ibu-Ibu
Per RT 1-12 tiap
malam Minggu)
5. Nariyahan
(Bapak-Bapak
tiap malam
Jum‟at)
6. Rebana
1. Rapat BKM
2. Rapat Remas
3. Sewelasan (Manakib
di tiap mushola per
RT)
4. Seloso Wagenan
(Manaqib tiap
mushola per RT)
5. Pengajian Jum‟at
Pon
6. Dll
1. Halal Bihalal
(Syawalan)
2. Muharram
3. Hari Raya
Kurban
4. Muludan
5. Rejeban
6. Nyadranan
7. Kegiatan
Ramadlan
(tadarus, Nuzulul
Qur‟an, Zakat
Fitrah, dll)
8. Hari Raya Idul
Fitri
9. Dll
Dari pengamatan yang dilakukan, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwasanya kegiatan masjid al-Aqsha benar-benar tersusun
dengan baik. Dengan agenda yang terjadwal tersebut memberikan
69
gambaran nyata bahwa manajemen masjid al-Aqsha begitu baik. Tinggal
bagaimana menjalankannya dan partisipasi masyarakat sekitar dan
remaja masjidnya.
Bapak Drs. AM Tantowi juga menegaskan (Wawancara pada
tanggal 8 November 2018 pukul 19.30-19.55 WIB di kediaman bapak
Tantowi) bahwa:
“Tidak hanya itu, Masjid Al-Aqsha sendiri juga menjadi sebuah
rujukan pemerintah Jawa Tengah sebagai Masjid Penyelenggara
pengajian se-Jawa Tengah Mar‟ah Sholikhah yang terdiri dari
1500 jama‟ah dari berbagai daerah se-Jawa Tengah. Kegiatan
tersebut sudah terlaksana dua kali yaitu pada tahun 2014 dan 1
September 2018 kemarin.”
Dan sesuai perolehan data yang didapat dilapangan, kegiatan yang
berorientasikan pada remaja masjid dan menjadi rutinitasnya yaitu
kegiatan tahsin al-Qur‟an, kajian yasin fadlilah dan dziba‟ berjanjen
beserta rebana. Keterangan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Tahsin al-Qur‟an
Tahsin al-Quran merupakan kegiatan religius yang mengkaji
tentang bacaan dan tulisan al-Qur‟an lebih mendalam. Seperti
penegasan dari Bapak AM. Tantowi bahwa:
“Kegiatan ini ditujukan bagi anak-anak dan remaja dusun
Reksosari setiap habis maghrib kecuali malam Jum‟at.
Pengampu tahsin al-Qur‟an sendiri diajar oleh ustadz bapak
kiyai Musthofa al-hafidz” (Wawancara pada tanggal 8
November 2018 pukul 19.30-19.55 WIB di kediaman bapak
Tantowi)”.
Dapat peneliti tarik kesimpulan tujuan dari pada kegiatan
yang diadakan takmir masjid ini yaitu agar para anak dan remaja
70
masjid bisa mempelajari al-Qur‟an baik tulisan dan bacaannya
dengan benar dan menanamkan kepribadian yang dihiasi dengan
warna Qur‟ani. Sehingga pada diri remaja masjid akan terbiasa
dengan tadarus al-Qur‟an setiap waktunya.
b. Kajian Yasin Fadlilah
Selain kegiatan tahsin al-Qur‟an takmir masjid dalam
membina kepribadian yang religius pada remaja masjid al-Aqsha
juga mengadakan kegiatan kajian yasin fadlilah. Dari penjelasan
bapak AM Tantowi bahwa:
“Kegiatan yasin fadlilah diikuti oleh masyarakat RW 01 dan
remaja masjid khususnya. Kegiatan ini bertajuk pada bacaan
yasin dengan penjelasannya dan setelah kegiatan itu ada sesi
pengajian singkat dengan konten keagamaan. Pengampu
kegiatan ini dipegang oleh ustadz bapak Kiyai Anwar selaku
penggerak kepemudaan di dusun Reksosari. Yasin fadlilah
sendiri dilaksanakan tiap malam kamis ba‟da
Isya‟.”(Wawancara pada tanggal 8 November 2018 pukul
19.30-19.55 WIB di kediaman bapak Tantowi).
Dapat peneliti simpulkan bahwa tujuan dari pada kegiatan
yasin fadlilah yaitu untuk menanamkan jiwa religius pada
masyarakat pada umumnya dan remaja masjid pada khususnya. Tak
lain juga untuk mensyiarkan agama Islam melalui dakwah singkat
didalamnya. Selain itu, untuk memanfaatkan waktu para remaja
dusun reksosari agar terbiasa dengan kajian agama, sehingga
kegiatan ini menjadikan waktu mereka lebih bermanfaat dan positif.
c. Dziba‟ Barjanji dan Rebana
71
Tak hanya tahsin al-Qur‟an dan kajian yasin fadlilah saja,
akan tetapi takmir masjid al-Aqsha juga mengagendakan dziba‟
barjanji sebagai sarana pertemuan para remaja masjid tiap
mingguannya. Menurut penjelasan dari bapak AM. Tantowi bahwa:
“dziba‟ Barjanji merupakan kegiatan rutinan yang dilakukan
oleh remaja masjid Al-Aqsha. Kegiatan ini sudah menjadi
tradisi keagamaan sedari dulu. Dilakukan pada setiap malam
Jum‟at ba‟da Isya‟ di masjid al-Aqsha. Dengan diiringi
musik rebana dengan personilnya yaitu para remaja masjid
al-Aqsha sendiri. Antusias para remaja pada kegiatan ini
sangat luar biasa. Dikarenakan kegiatan ini merupakan salah
satu kegiatan yang menjadi sarana pertemuan khusus bagi
para remaja masjid.” (Wawancara pada tanggal 8 November
2018 pukul 19.30-19.55 WIB di kediaman bapak Tantowi).
Dari hasil pengamatan, peneliti simpulkan bahwa dengan
diadakan kegiatan ini terdapat hikmah yang dapat diambil yaitu
semangat untuk mencintai Nabi Muhammad saw yang telah menjadi
suri tauladan bagi umat seluruh alam. Semangat juang atas dakwah
Islam serta menjadi contoh pribadi yang mulia. Kegiatan ini juga
merupakan sarana silaturrahim antar remaja masjid tiap minggunya
dengan kegiatan dziba‟ dan rebana, setelah itu membahas tentang ha-
hal yang akan dilakukan kedepannya serta sebagai sarana evaluasi
kegiatan sebelumnya.
7. Temuan Penelitian
Sesuai dengan hasil wawancara dan dokumentasi di lokasi
penelitian yaitu Masjid Al-Aqsha, peneliti mendapatkan beberapa hal
informasi diantaranya sebagai berikut:
a. Peran Takmir Masjid Masjid Al-Aqsha bagi Remaja Masjid
72
Masjid mempunyai peran sangat penting bagi masyarakat
sekitar khususnya para remaja. Akan tetapi masyarakat sendiri
kurang tahu bahwa begitu pentingnya dengan keberadaan masjid.
Masyarakat masih menganggap masjid hanya sebagai tempat ibadah
dalam hal ini shalat. Namun sejatinya peran masjid lebih dari
sekedar itu. Kita bisa menengok pada zaman perjuangan Nabi
Muhammad saw, pada masa itu masjid di pergunakan sebagai pusat
kegiatan umat. Seperti halnya segi pendidikan, penanaman nilai-nilai
keagamaan dan tarbiyah yang dilakukan didalam masjid. Tidak itu
saja, masjid juga di fungsikan sebagai tempat pembahasan masalah
umat, seperti membahas strategi perang, zakat dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, keberadaan masjid seyogyanya tidak hanya
dipandang sebelah mata, akan tetapi kita sebagai umat Islam bisa
lebih memahami dengan adanya masjid diharapkan bisa menjadi
sebuah wadah kegiatan umat Islam sehingga masjid tersebut akan
benar-benar menjadi hidup dan makmur.
Kemakmuran masjid sendiri tidak bisa lepas dari keaktifan
para pengurus dan jama‟ahnya. Pengurus yang professional dan para
jama‟ah yang aktif akan menjadikan masjid tersebut sejahtera.
Kewajiban bagi pengurus masjid (takmir masjid) yaitu bisa
memanajemen masjid, baik dari segi infrastruktur maupun kegiatan
masjid. Tak bisa dipungkiri banyak umat Islam sendiri yang hanya
menganggap masjid itu hanya sebagai tempat shalat jamaah lima
73
waktu, dan shalat jum‟at. Sehingga manajemen masjid yang baik pun
disepelekan. Menilik pada zaman awal perjuangan umat Islam,
mereka memusatkan masjid sebagai tempat awal perjuangan.
Mereka merencanakan sebuah kegiatan yang akan dilakukan dengan
musyawarah bersama di dalam masjid. Seyognya kita sebagai umat
Islam zaman sekarang bisa mengambil hikmah dari hal tersebut.
Takmir masjid mempunyai tugas memakmurkan dan
mensejahterakan masjid. Yaitu dengan memanejemen, baik program
maupun sarana dan prasarana yang ada di masjid tersebut. Tugas dari
takmir juga harus bisa mendidik masyarakat dan pemuda yang ada di
sekitar masjid yaitu melalui kegiatan-kegiatan keagamaman yang
bisa dilakukan. Seperti yang ditegaskan oleh bapak kiyai Chazim AS
selaku penasehat BKM al-Aqsha bahwa:
“Peran takmir masjid ya intinya mengatur segala hal yang
menyangkut dengan masjid. Baik dari sarana prasarana
maupun kegiatan-kegiatan masjid yang akan dilakukan. Dan
dalam membina remaja masjid ya lewat kegiatan-kegiatan
agama yang sudah berjalan.” (Wawancara pada 9 November
2018 pukul 19.45- 20.15 WIB di kediaman bapak Chazim).
Dalam membina kepribadian yang religius pada remaja
masjid maka takmir masjid harus bisa membuat program atau
kegiatan yang bisa mendidik keagamaan kepada mereka. Menurut
bapak Drs. AM Tantowi mengenai peran takmir masjid dalam
membina kepribadian yang religius pada remaja bahwa:
“Tugas takmir masjid yaitu memanajemen masjid agar bisa
makmur dan sejahtera. Bagaimana caranya, yaitu dengan
mengatur mengkoordinir dan melaksanakan program-
74
program yang sudah dibuat bersama. Sedangkan dalam
membina kepribadian religius pada remaja masjid, kami
sebagai takmir memberikan waktu dan tempat kepada remaja
masjid untuk selalu berkekspresi melakukan hal-hal yang
positif. Tidak hanya itu saja, kami juga memberikan arahan,
kontrol dan wawasan kepada mereka berupa kegiatan-
kegiatan rutinan itu, seperti kajian yasin fadlilah, dziba‟an
tahsin al-Qur‟an dan sebagainya.” (Wawancara pada tanggal
08 November 2018 pukul 19.30-19.55 WIB di kediaman
bapak Tantowi)
Dapat peneliti tarik kesimpulan bahwa peran takmir masjid
sangat intensif bagi kemakmuran dan kesejahteraan masjid. Harus
bisa mengatur dan memanejemen berbagai hal yang menyangkut
dengan masjid. Peran takmir masjid sendiri juga harus bisa
memberikan suatu kegiatan yang dapat mendidik masyarakat dan
remaja masjidnya. Sehingga nuansa hidupnya dan makmurnya
masjid tersebut akan terasa.
b. Faktor Pendukung
Dalam menjalankan sebuah agenda kegiatan pastinya ada
faktor pendukung dan penghambat berjalannya kegiatan tersebut.
Tidak memandang itu kegiatan religius ataupun kegiatan umum dan
sosial. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kelancaran dalam
suatu kegiatan. Bisa saja faktor intern yaitu faktor antusias peserta
dan pelaksana kegiatan, maupun faktor ekstern yaitu aspek publikasi,
masyarakat, sarana dan prasarana yang menunjang dan sebagainya.
Kegiatan yang telah diagenda oleh takmir masjid al-Aqsha
juga pastinya terpengaruh dengan faktor-faktor tersebut. Seperti
yang di tegaskan oleh bapak Bisri (Wawancara pada tanggal 07
75
November 2018 pukul 14.45-15.20 WIB di kediaman bapak Bisri)
mengenai faktor pendukung kegiatan masjid al-Aqsha dalam
membina kepribadian yang religius pada remaja bahwa:
“Semangat remaja masjid itu tidak tentu. Namun ajakan
teman sejawat itu bisa mempengaruhi temannya yang lain
untuk mengikuti kegiatan masjid. Tak hanya itu, sarana dan
prasarana yang memadai mereka untuk berekspresi mengikuti
kegiatan masjid juga mempengaruhi.”
Dari hasil wawancara tersebut peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa yang mempengaruhi semangat remaja dalam ikut
serta dalam kegiatan masjid al-Aqsha yaitu teman sejawat dan faktor
sarana dan prasarana yang menunjang. Pergaulan memang sangat
mempengaruhi perilaku dan motivasi beribadah seseorang. Seperti
halnya sarana dan prasarana yang menunjang, hal ini akan lebih
menambah semangat mengikuti kegiatan. Misalnya tersedianya
sound system, tersedianya alat rebana yang cukup lengkap, hal ini
akan menambah daya tarik remaja untuk mengikuti kegiatan masjid
yang ada.
Dalam wawancara dengan lain pihak yaitu bapak AM
Tantowi (wawancara pada tanggal 8 November 2018 pukul 19.55-
20.15 WIB di kediaman bapak Tantowi), beliau menegaskan tentang
faktor pendukung dalam membina kepribadian yang religius pada
remaja masjid al-Aqsha yaitu:
“Faktor pendukungnya banyak, diantaranya yaitu
semangatnya remaja masjid dalam mengikuti kegiatan
masjid. Apalagi kegiatan yang dianggap hal baru, mereka
sangat antusias mengikuti. Kemudian dorongan dari orang
76
tua kepada anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan masjid,
serta lingkungan masyarakatnya.”
Sehingga dari keterangan tersebut, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa faktor lain dalam mendukung kegiatan takmir
masjid al-Aqsha dalam membina kepribadian yang religius pada
remaja masjid al-Aqsha yaitu:
1) Semangat diri pribadi remaja itu sendiri
2) Adanya konsep-konsep baru dalam kegiatan yang dilakukan
takmir masjid baik metode penajaran, sarana dan prasarana dll
3) Dorongan motivasi dari orang tua kepada anaknya untuk
mengikuti kegiatan keagamaan di masjid al-Aqsha
4) Pengaruh lingkungan masyarakat.
Sehingga begitu sangat jelas bahwasanya semua faktor itu
mempengaruhi antusias pribadi remaja. Namun sejatinya akan
kembali kepada diri remaja itu masing-masing. Tinggal bagaimana
prinsip hidup pribadi remaja tersebut.
c. Faktor Penghambat
Dengan adanya faktor pendukung pastinya ada faktor
penghambat dalam suatu kegiatan. Memang tidak bisa kita pungkiri,
bahwasanya setiap kegiatan itu pasti ada penghambatnya tinggal
bagaiamana cara kita menanggulangi atau meminimalisir pengaruh
hambatan tersebut. Sehingga akan lebih bisa mengurangi dampak
kegagalan atau kerugian yang disebabkan oleh faktor penghambat
tersebut.
77
Dalam pembinaan kepribadian yang religius pada remaja
masjid al-Aqsha dusun Reksosari, takmir masjid mengungkapkan
adanya faktor-faktor penghambat tersebut. Seperti yang ditegaskan
oleh bapak K. Chazim AS (Wawancara pada tanggal 09 November
2018 pukul 19.45-20.15 WIB di kediaman bapak Chazim) bahwa:
“Faktor penghambatnya yaitu, sifat malasnya remaja masjid,
kadang rajin kadang ya malas. Ada juga kesibukan tiap
remaja yang berbeda-beda seperti yang lagi kerja dan lain
sebagainya”.
Peneliti dapat menangkap penjelasan tersebut mengenai
faktor hambatan dalam membina kepribadian yang religius pada
remaja masjid yaitu dipengaruhi dari:
1) Sikap malas pada diri remaja masjid
2) Kesibukan remaja masjid yang berbeda-beda, seperti kerja atau
merantau dan lain sebagainya.
Memang sulit dalam mengendalikan sikap religius pada
remaja, apalagi pada saat ini, yang begitu bebasnya pergaluan,
bebasnya, kabar berita dan dunia internet yang merajalela. Mengenai
hambatan dalam membina kepribadian yang religius pada remaja
masjid al-Aqsha dusun Reksosari Bapak Jawahir selaku seksi
kegiatan dan kepemudaan BKM al-Aqsha dusun Reksoari
(Wawancara pada tanggal 08 November 2018 pukul 16.13-16.30
WIB di kediaman bapak Jawahir) menegaskan bahwa:
“Faktor penghambat dalam hal ini yang sangat penting adalah
sikap antusias dari pada remajanya itu sendiri. Mungkin
karena dia yang sejak kecilnya tidak terbiasa dengan
78
keagamaan. Sehingga disini didikan dan dorongan orang tua
terhadap pendidikan agama anak sangatlah perlu. Teman
sejawatnya yang mempengaruhi juga bisa. Karena pergaulan
saat ini begitu bebas, dan harus perlu adanya penyaringan.
Bahkan faktor dari pihak takmir masjid sendiri, yang
mungkin belum bisa memahami karakteristik remaja masjid
itu sendiri dan lain sebagainya.”
Dari penjelasan bapak Jawahir tersebut, peneliti dapat
menarik kesimpulan yang menjadi faktor penghambat dalam
membina kepribadian yang religius pada remaja masjid al-Aqsha
yaitu:
1) Sikap dan minat antusias dari remajanya itu sendiri
2) Didikan agama sejak kecil
3) Dorongan motivasi dari orang tua
4) Lingkungan masyarakat sekitar
5) Pergaulan teman sejawat
6) Faktor dari takmir masjid sendiri, mungkin kurang adanya
komunikasi dan kurang bisa memahami karakteristik sifat
remaja masjid itu sendiri.
d. Solusi (Evaluasi)
Dalam menangani masalah-masalah yang ada dalam hal ini
faktor penghambat, takmir masjid al-Aqsha mempunyai cara
tersendiri dalam menindak lanjutinya. Berdasarkan wawancara yang
diperoleh penulis mengenai cara pemecahan masalah dalam
berjalannya kegiatan di masjid al-Aqsha dusun Reksosari, bapak
Drs. AM Tantowi menjelaskan bahwa:
79
“Dalam berbagai rapat BKM hal ini juga sering dibahas,
solusi yang dapat kami lakukan menanggapi hal ini
diantaranya yaitu dengan mengadakan kegiatan yang bersifat
keagamaan secara rutin, agar mereka terbiasa melakukanya.
Kami juga mencoba melengkapi dan memperbaiki sarana dan
prasarana yang ada, agar bisa digunakan dan membuat
mereka nyaman. Selalu mengadakan kegiatan yang bersifat
baru seperti adanya lomba anak sholeh sekecamatan suruh
yang dilaksanakan di masjid al-Aqsha ini, pada tahun 2017
kemarin.” (Wawancara pada tanggal 08 November 2018
pukul 19.55-20.15 WIB di kediaman bapak Tantowi)
Dari wawancara tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwasanya solusi yang dapat dilakukan takmir masjid sebagai
berikut:
1) Mengagendakan kegiatan secara rutin, agar para remaja terbiasa
dengan kegiatan keagamaan.
2) Memperbaiki dan melengkapi sarana dan prasarana yang ada,
agar mereka lebih semangat mengikuti kegiatan.
3) Mengadakan kegiatan yang bersifat baru, seperti lomba anak
sholeh se-kecamatan Suruh.
Dalam wawancara lain, solusi tersebut juga ditambahi
keterangan oleh bapak Bisri selaku sekretaris BKM al-Aqsha dusun
Reksosari ( Wawancara pada tanggal 07 November 2018 pukul
14.45-15.20 WIB di kediaman bapak Bisri) , beliau menegaskan:
“Solusinya ya banyak yang telah BKM al-Aqsha lakukan
diantaranya yaitu dengan sistem yang baru dengan contoh
pada kajian yasin fadlilah itu metode pengajarannya tidak
hanya ceramaah saja, akan tetapi juga metode tanya jawab
dan diskusi. Hal ini diharapkan bisa merubah warna baru
dalam hal tausiyah di masjid al-Aqsha. Remaja masjid juga
memfasilitasi alat-alat rebana yang diharapkan bisa
menunjang ketrampilan rebana bagi para remaja masjid. Dan
80
yang penting apa? yaitu gebrakan dan dorongan motivasi dari
kami khususnya dan keterlibatan orang tua dalam
menyemangati mereka untuk selalu dekat dengan masjid.”
Dari hasil wawancara tersebut, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa solusi yang dapat dijalankan takmir masjid al-Aqsha
diantaranya:
1) Guna menarik minat remaja masjid BKM al-Aqsha mencoba
menerapkan metode baru dalam pengajaran yang telah
dilakukan, seperti dalam kajian yasin fadlilah dengan
menggunakan metode Tanya jawab dan diskusi.
2) Remaja masjid difasilitasi dengan alat rebana lengkap, agar
mereka dapat berkreatifitas dengan hal tersebut.
3) Gebrakan dan dorongan motivasi baik dari orang tua,
masyarakat dan terutama kami sendiri (takmir masjid). Tidak
henti-hentinya mengarahkan dan mengajak mereka untuk bisa
lebih dekat dengan masjid.
e. Tujuan dan Manfaat Kegiatan Masjid
Sesuai dengan tujuan takmir masjid al-Aqsha yaitu untuk
mendakwahkan syi‟ar agama, mendidik masyarakat dan
mendekatkan masjid dengan para remaja dan jama‟ahnya. Tegas
bapak Jawahir dalam wawancara yang peneliti lakukan yaitu:
“Sebenarnya kesemua kegiatan yang diadakan oleh BKM al-
Aqsha itu kami tujukan untuk masyarakat sekitar terutama
remaja masjid sendiri, menitik beratkan pada kegiatan remaja
masjid yang sering dilakukan tiap mingguannya yaitu tahsin
al-qur‟an, kajian yasin fadlilah dan dziba‟ barjanji. Tujuannya
diadakan tahsin al-qur‟an yaitu agar mereka mau belajar al-
81
qur‟an baik tulisan maupun bacaannya. Agar mereka terbiasa
membaca al-qur‟an tiap waktunya. Kemudian tujuan kajian
yasin fadlilah yaitu untuk memperdalam ilmu agama pada
masyarakat sekitar maupun para remaja masjidnya sendiri,
karena didalam kegiatan ini selain membaca surat yasin juga
diisi dengan tausiyah dan diskusi bersama mengenai hal-hal
keagamaan. Sedangkan tujuan kami mengadakan dziba‟
barjanji rutin yaitu agar menjadi sarana kegiatan yang positif
bagi remaja, agar mereka lebih tahu sejarah nabi Muhammad
saw dan mencintainya lewat doa-doa sholawat. Tak hanya itu
saja, kegiatan ini merupakan forum pertemuan silaturrahim
antar remaja masjid al-aqsha tiap mingguannya, mereka
setelah ndiba‟an akan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang
sebelumnya dan mencari solusi bersama.” (Wawancara pada
tanggal 08 November 2018 pukul 17.00-17.15 di kediaman
bapak Jawahir)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa tujuan takmir masjid mengadakan kegiatan
keagamaan di masjid al-Aqsha yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan diadakan tahsin al-Qur‟an yaitu agar remaja masjid mau
mengkaji al-Qur‟an, baik bacaan, tulisan dan pengaplikasiannya.
Dan akhirnya mereka akan terbiasa dengan membaca al-Qur‟an.
2) Tujuan diadakan kajian yasin fadlilah yaitu untuk memperdalam
ilmu agama pada remaja masjid karena didalam kegiatan itu di
isi dengan tausiyah keagamaan.
3) Tujuan diadakan ndiba‟ barjanji yaitu agar para remaja masjid
lebih tau sejarah nabi Muhammad saw dan meneladani akhlak
beliau. Serta ajang pertemuan silaturrahim antar remaja masjid
tiap mingguannya.
Dalam wawancara lain, peneliti juga menanyakan tujuan
diadakan kegiatan keagamaan di masjid al-Aqsha kepada bapak K.
82
Chazim AS selaku penasehat BKM al-Aqsha (Wawancara pada
tanggal 09 November 2018 pukul 19.45-20.15 WIB di kediaman
bapak Chazim), beliau menegaskan:
“Tujuan diadakannya kegiatan tahsin al-qur‟an yaitu untuk
menanamkan jiwa yang qur‟ani pada diri remaja. Jika yang
kajian yasin fadlilah yaitu untuk mengisi jiwa kerohanian
masyarakat terutamanya remaja sendiri berupa nilai-nilai
agama. Sedangkan yang dziba‟ yaitu untuk mengenang
perjuangan nabi Muhammad saw serta meneladani
perilakunya.”
Dapat peneliti tarik kesimpulan tujuan diadakannya kegiatan
keagamaan oleh takmir masjid al-Aqsha yaitu
1) Tujuan diadakan kegiatan tahsin al-Qur‟an yaitu untuk
menanamkan jiwa yang Qur‟ani pada diri remaja.
2) Tujuan diadakan kegiatan kajian yasin fadlilah yaitu untuk
mengisi jiwa kerohanian masyarakat dan remaja masjid, yaitu
berupa nilai-nilai agama.
3) Tujan diadakan ndiba‟ barjanji yaitu untuk mengenang
perjuangan serta meneladani perilaku beliau dan agar bisa lebih
mencintai beliau.
Tak hanya sebatas takmir masjid al-Aqsha saja yang peneliti
wawancarai, remaja masjid al-Aqsha sendiri juga ikut andil menjadi
informan dalam penelitian ini. Seperti tanggapan dari saudara Aizul
Azmi S.Pd.I selaku ketua remaja masjid al-Aqsha mengenai kegiatan
keagamaan yang ada di masjid al-Aqsha bagi remaja masjid:
“Menanggapi hal ini menurut saya pribadi sangat bagus.
Kegiatan yang diadakan oleh BKM al-Aqsha memberikan
83
nilai positif bagi kami para remaja masjid. Kami menjadi
lebih dekat dengan masjid, dengan kegiatan agama.
Pokoknya memberikan nilai positiflah bagi kami para remaja
masjid. Dapat kita lihat disini saja waktu bulan maulud nabi
seperti ini saja remaja masjid begitu antusias menyambutnya,
baik dengan kegiatan shalawatannya maupun sudah mulai
merencanakan, mau mengadakan pengajian maulud guna
memperingati kelahiran nabi Muhammad saw.” (Wawancara
pada tanggal 10 November 2018 pukul 08.00-0815 WIB di
kediaman sdr. Azmi)
Sedangkan tanggapan dari saudara taufikurrohman selaku
sekretaris remaja masjid al-Aqsha mengenai kegiatan keagamaan
yang ada yaitu:
“Kegiatan yang ada di masjid al-Aqsha banyak, kami sebagai
remaja masjid merasa tersirami jiwa rohani kami dengan
kegiatan-kegiatan agama di masjid al-Aqsha. Kami jadi tahu
ilmu-ilmu agama, budaya Islam dan shalawatan. Antusias
para remaja juga lumayan luar biasa menyambut kegiatan
yang ada.” (Wawancara pada tanggal 10 November 2018
pukul 08.30-08.45 WIB di kediaman sdr. Taufik)
Dari wawancara tersebut dapat penulis tarik kesimpulan
bahwa kegiatan keagamaan yang diadakan oleh takmir masjid al-
Aqsha mendapat sambutan positif dari para remaja masjid. Dengan
bukti antusias mereka dalam mengikuti setiap kegiatan yang ada di
masjid al-Aqsha. Mereka merasa tersirami jiwa kerohaniannya
dengan adanya kegiatan keagamaan tersebut.
B. Analisis Data
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh penulis ketika
melakukan penelitian di Masjid Al-Aqsha melalui metode wawancara,
metode observasi dilapangan dan pada informan yaitu pengurus takmir masjid
dan remaja masjid Al-Aqsha, maka penulis dapat mencatat hal-hal apa saja
84
yang terkait dengan peran takmir masjid dalam membina kepribadian remaja
masjid a-Aqsha di dusun Reksosari RW 1 Desa Reksosari Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang. Kemudian setelah penulis melakukan wawancara
langsung dengan pengurus takmir masjid dan remaja masjid Al-Aqsha, maka
penulis dapat menemukan beberapa hal sebagai berikut:
1. Peran Takmir Masjid Al-Aqsha dalam Membina Kepribadian yang
religus pada Remaja Masjid
Peran Takmir Masjid Al-Aqsha mempunyai posisi yang sangat
penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam dan remaja.
Sedangkan melalui peran dari masjid adalah mengoptimalkan fungsi
masjid sebagai Islamic Center yaitu tempat untuk membina hubungan
manusia dengan Allah swt dan hubungan manusia dengan manusia serta
mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas
pendidikan Islam bagi remaja. Kualitas pendidikan religius itu bisa
dilihat dari kegiatan yang mereka lakukan secara rutin dengan kuantitas
remaja dalam mengikuti setiap kegiatan keagamaan.
Peran takmir masjid sendiri dalam membina kepribadian yang
religius pada remaja masjid al-Aqsha dapat dilihat dari kegiatan yang
diselenggarakan di masjid al-Aqsha. Kegiatan-kegiatan yang bersifat
keagamaan ini diperuntukkan kepada masyarakat dan remaja masjid pada
khususnya. Apalagi sebagai generasi muda yang akan melanjutkan
kepemimpinan pada masa mendatang, maka perlu untuk pendidikan yang
religius agar kepribadiannya tertanam nilai-nilai Islami.
85
Kegiatan keagamaan yang dilakukan takmir masjid al-Aqsha
terprogram setiap minggu, bulanan dan tahunan, dan dilaksankan secara
rutin. Kegiatan minggunanya yaitu yaitu Tahsin Al-Qur‟an (Remaja tiap
ba‟da maghrib), Kajian Yasin Fadlilah (Seluruh masyarakat RW 1 dan
remaja), Dziba‟ Barjanji (Remas tiap malem Jum‟at) dan Ndiba‟ (Ibu-Ibu
Per RT 1-12 tiap malam Minggu). Kegiatan bulanan masjid al-Aqsha
yaitu Sewelasan (Manakib di tiap mushola per RT), Seloso Wagenan
(Manaqib tiap mushola per RT), Pengajian Jum‟at Pon (Ibu-ibu dusun
Reksosari), Nariyahan (Bapak-Bapak tiap malam Jum‟at), dll. Sedangkan
kegiatan tahunannya yaitu Halal Bihalal (Syawalan), Muharram, Hari
Raya Kurban, Muludan, Rejeban, Nyadranan, Kegiatan Ramadlan
(tadarus, Nuzulul Qur‟an, Zakat Fitrah, dll) dan Hari Raya Idul Fitri, dll.
Dalam rangka membina kepribadian yang religius pada remaja
masjid, maka takmir masjid al-Aqsha mengadakan kegiatan keagamaan
secara rutin mingguan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahsin Al-Qur‟an
Kitab al-Qur‟an merupakan firman Allah SWT yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara
malaikat Jibril, diturunkan secara berangsur-angsur, yang dimulai
dari surat al-Fatihah dan di akhiri surat al-Nas dan bagi yang
membacanya akan dapat pahala serta sebagai pelengkap dari kitab-
kitab sebelumnya.
86
Mempelajari al-Qur‟an merupakan pedoman utama hidup
bagi umat manusia. Apalagi kita sebagai umat Islam, al-Qur‟an
merupakan kitab sucinya. Seperti firman Allah pada Surat al-„Alaq
ayat: 1-5 yang berbunyi:
Artinya: “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, (4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Maka dari itu mempelajari al-Qur‟an baik membaca, menulis,
menghafal serta melaksanakan apa yang terkandung didalam al-
Qur‟an sangatlah penting. Sehingga tak dapat kita pungkiri,
kandungan al-Qur‟an merupakan petunjuk hidup umat manusia.
Berisi perintah larangan, baik buruk, kisah tauladan, ilmu
pengetahuan dan masih banyak lagi.
Takmir masjid al-Aqsha disini mencoba membina
kepribadian yang Qur‟ani melalui kegiatan Tahsin Al-Quran.
Kegiatan ini dilakukan setiap habis shalat maghrib dengan peserta
generasi muda baik anak-anak maupun para remaja. Pengampu
kegiatan belajar al-Qur‟an ini diajar oleh Bapak Kiyai Musthofa al-
87
Hafidz. Dengan konten mempelajari al-Qur‟an, baik tulisan, bacaan
yang benar serta pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Diharapkan dengan kegiatan tahsin al-Qur‟an ini, generasi muda
terbiasa dengan darus al-Qur‟an setiap waktunya dan mempunyai
kepibadian yang Qur‟ani.
b. Kajian Yasin Fadlilah
Kajian yasin fadlilah merupakan sebuah kegiatan yang
diadakan oleh takmir masjid di masjid al-Aqsha yang ditujukan
kepada masyarakat RW 01 dusun reksosari dan remaja masjid
khususnya. Konten kegiatan ini yaitu mengkaji yasin fadlilah
kemudian dilanjutkan tausiyah tentang keagamaan yang diampu oleh
Bapak Kiyai Anwar. Waktu pelaksanaan dilakukan habis shalat Isya‟
sekitar jam 19.30 sampai selesai.
Kegiatan ini pada sesi akhirnya diisi dengan sesi tanya jawab
dan diskusi tentang keagamaan. Sehingga jamaah kajian tidak hanya
mendengarkan saja, akan tetapi juga bisa ikut berpartisipasi yang
pada akhirnya akan mendapatkan kesimpulan materi yang lebih
jelas. Hal ini sesuai pada al-Qur‟an Surat al-Nahl ayat 125 yang
berbunyi:
88
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”.
Hikmah dari kegiatan ini diharapkan masyarakat RW 01 dan
remaja masjid dapat lebih mengerti ilmu-ilmu agama, yang nantinya
dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi lainnya
yaitu penghubung tali persaudaraan antar warga RW 1 dan remaja
karena dapat berkumpul dalam satu tempat yaitu masjid al-Aqsha.
c. Dziba‟ Barjanji
Dziba‟ Barjanji merupakan sebuah kegiatan shalawatan
dengan isi sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw dan shalawat
doa untuk beliau. Bagi remaja masjid al-Aqsha kegiatan ini sudah
menjadi rutinan tiap minggunya. Waktu pelaksanaan setiap malam
Jum‟at sehabis shalat Isya‟ di masjid al-Aqsha dengan peserta para
remaja masjid al-Aqsha. Kegiatan ini dibarengi dengan rebana
remaja masjid guna lebih memeriahkan kegiatan ini. Rebana disini
merupakan salah satu ketrampilan yang harus remaja masjid bisa.
Sehingga dalam sebuah hajadan warga dusun Reksosari dan
sekitarnya biasanya menggunakan pengiring lagu dari rebana remaja
masjid al-Aqsha. Dari sinilah salah satu cara remaja masjid
mengumpulkan dana dan kas untuk kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan.
89
Hikmah yang dapat diambil dari dziba‟ barjanji ini
diantaranya yaitu memupuk rasa cinta remaja masjid al-Aqsha
kepada Nabi Muhammad saw, dapat mengerti sejarah kehidupanya
dan meneladani akhlak beliau. Seperti perintah Allah SWT dalam
Surat al-Ahdzab ayat 56 yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya”.
Tak hanya itu, kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan
yang menjadi sarana berkumpulnya khusus para remaja masjid al-
Aqsha dusun Reksosari. Setelah acara ini selesai, maka para remaja
masjid mengevaluasi kegiatan sebelum-sebelumnya dan mencari
solusi untuk kegiatan yang mendatang, agar kegiatan kedepannya
lebih baik dan lebih baik lagi. Fungsi lainya dari dziba‟ barjanji
sendiri bagi para remaja masjid yaitu untuk menanggulangi
pergaulan bebas, dan untuk mengisi kegiatan para remaja yang lebih
positif. Apalagi seperti keadaan zaman sekarang, budaya barat yang
begitu mudah mempengaruhi tingkah laku para remaja, oleh karena
itu dengan kegiatan ini, remaja diharapkan bisa mengisi waktu
luangnya dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat. Oleh
90
takmir masjid al-Aqsha sendiri berinisiatif dengan menjadikan
kegiatan ini sebagai penfilter dari kebudayaan barat tersebut.
2. Remaja Masjid Al-Aqsha yang Berkepribadian Religius
Remaja masjid merupakan sebuah wadah organisasi pemuda
Islam yang berada dibawah naungan pengurus masjid (Takmir Masjid).
Fungsi organisasi remaja masjid sendiri merupakan sebagai wadah
pengkaderan pemuda Islam dalam memimpin masa depan kelak. Oleh
karena itu, dalam organisasi remaja masjid ini diperlukan didikan dan
pengarahan yang Islami. Dalam hal ini, peran takmir masjidlah yang
menjadi sebagai pendidik dan pengarah bagi para remaja masjid
utamanya serta masyarakat sekitar. Melalui kegiatan-kegiatan
keagamaan, realisasi pendidikan tersebut dapat diaplikasikan.
Kegiatan-kegiatan keagamaan yang terlaksana di Masjid Al-
Aqsha dusun Reksosari Suruh memberikan nuansa taman pendidikan
yang Islami bagi remaja masjid dan masyarakatnya. Seperti hasil
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, para remaja masjid
memberikan komentar yang positif menanggapi kegiatan keagamaan
yang dilaksanakan di Masjid Al-Aqsha dusun Reksosari Suruh.
a. Motivasi remaja masjid untuk beramal shalih
Kegiatan keagamaan yang diadakan di Masjid Al-Aqsha
dusun Reksosari memberikan sebuah motivasi baik kepada remaja
masjid. Melalui kebiasaan rutinitas kegiatan keagamaan yang ada,
91
mendidik dan melatih para remaja untuk selalu dekat dengan masjid
dan Allah swt serta rasul-Nya.
b. Melatih displin
Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di Masjid Al-Aqsha
dusun Reksosari memberikan pembelajaran tentang kedisiplinan.
Melalui agenda program yang diadakan BKM al-Aqsha dusun
Reksosari tidak lain juga mempunyai tujuan melatih para remajanya
untuk selalu bersikap disiplin. Dengan bukti shalat jama‟ah yang
selalu padat dengan jama‟ahnya dan kegiatan rutinitas yang selalu
dipenuhi dengan peserta pengajian.
c. Sikap mencintai ilmu
Dalam masalah tarbiyah BKM al-Aqsha sungguh-sungguh
dalam memperhatikannya. Program pendidikan agama ini masuk
dalam program mingguan yang sudah menjadi rutinitas kegiatan
masjid, seperti Tahsin Al-Qur‟an, Kajian Yasin Fadlilah dan Ndiba‟.
Dari sinilah pendidikan keagamaan bisa terlaksana dengan baik dan
antusias para remaja masjid sendiri sangat luar biasa.
d. Pemuda yang berketrampilan
Rebana merupakan sebuah kegiatan pengiring musik
tradisional yang dilakukan sudah sejak zaman Nabi Muhammad saw.
BKM al-Aqsha memberikan pelatihan rebana setiap hari jum‟at
kepada remaja masjid yang berminat. Tujuan dari pada kegiatan ini
yaitu untuk mengisi waktu luang para remaja sendiri dan
92
memberikan sebuah ketrampilan yang mungkin nantinya juga
bermanfaat untuk kedepannya.
e. Sikap solidaritas dan toleransi
Setiap manusia pastinya tak bisa lepas dari yang namanya
bermasyarakat. Organisasi remaja masjid sendiri bagi para remaja al-
Aqsha merupakan salah satu tempat dalam menanamkan sikap
solidaritas kepada sesama muslim. Mereka saling menjenguk jika
ada salah satu anggotanya yang sedang tertimpa musibah dan saling
bantu-membantu dalam setiap hal seperti kegiatan yang akan
diadakan. Tak hanya itu saja, sikap toleransi juga dipupuk dalam
organisasi ini, baik toleransi sesama muslim maupun non-muslim.
Hal ini agar kehidupan bermasyarakat semakin damai, nyaman dan
sejahtera.
f. Sikap istiqamah
Perlu diketahui, mengapa setiap kegiatan keagamaan yang
diadakan oleh takmir masjid al-Aqsha selalu dipadati dengan
jama‟ah. Hal ini tidak lain karena sikap istiqamah yang sudah
tertanam dalam diri masyarakat dan remaja masjid al-Aqsha. Sikap
istiqamah memang sangat penting yang harus dimiliki oleh para
remaja masjid. Karena suatu hal bisa berjalan dengan baik dan
berhasil jika sikap istiqamah selalu terjaga yang nantinya akan
menumbuhkan perilaku sabar.
93
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membina Kepribadian Remaja
Masjid Al-Aqsha
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembinaan kepribadian
yang religius pada remaja masjid oleh takmir masjid al-Aqsha dusun
Reksosari setelah peneliti lakukan observasi dan wawancara dilapangan
yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dari pada kegiatan-kegiatan yang diadakan
takmir masjid al-Aqsha guna membina kepribadian yang religius
pada remaja masjid, (tahsin al-Qur‟an, kajian yasin fadlilah dan
dziba‟ barjanji) diantaranya sebagai berikut:
1) Keberadaan Masjid
Fungsi utama masjid sendiri yaitu sebagai tempat
beribadah. Namun dengan pengolahan dan manajemen masjid
yang baik, peran masjid tidak hanya untuk ibadah saja, akan
tetapi bisa di gunakan untuk pendidikan, sosial dan lainya.
Apalagi keberadaan masjid al-Aqsha yang strategis di tengah-
tengah dusun reksosari, dan sarana dan prasarana yang
memadai. Sehingga dalam pelaksanaan ibadah dan pendidikan
suasana menjadi nyaman dan hidmad.
2) Adanya Jama‟ah
Keikutsertaan masyarakat dalam ikut andil
mensukseskan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan oleh
94
takmir masjid al-Aqsha. Dukungan orang tua kepada anak-
anaknya untuk selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan
masjid. Dan tidak hanya itu saja, dari beberapa kegiatan
pengajian, banyak juga jama‟ah yang berasal dari luar daerah.
Sehingga antusias masyarakat dalam mengikuti kegiatan-
kegiatan yang diadakan takmir masjid al-Aqsha sangat luar
biasa, khususnya oleh para remja masjid sendiri.
3) Takmir Masjid yang Kompeten
Kemakmuran masjid tidak bisa lepas dari para jama‟ah
dan pengurus masjidnya. Manajemen yang baik merupakan hal
terpenting dari pada makmurnya masjid. Sehingga dibutuhkan
pengurus masjid yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Dalam
hal ini takmir masjid al-Aqsha yang bersikukuh untuk berjuang
mensejahterakan masjid, dengan pengelolaan sarana dan
prasarana yang baik dan mengadakan kegiatan-kegiatan yang
positif serta administrasi yang terprogram. Kegiatan yang
diadakan oleh takmir masjid al-Aqsha sendiri mendapat
tanggapan positif dari masyarakat. Dengan bukti dengan adanya
kegiatan keagamaan di masjid al-Aqsha banyak jama‟ah yang
mengikuti.
4) Adanya Kegiatan
Program kegiatan di masjid al-Aqsha dusun Reksosari
sangat terinci, dari program mingguan, bunanan dan tahunan.
95
Sehingga kondisi masjid al-aqsha benar-benar terasa nuansa
kemakmurannya, tidak ada waktu kosong yang sia-sia. Program
agenda kegiatan tersebut bisa merata baik dari jama‟ah ibu-ibu,
bapak-bapak hingga remaja masjid sendiri.
5) Remaja Masjid
Keikutsertaan remaja masjid merupakan salah satu
penyokong kesuksesan tiap kegiatan masjid. Bagi takmir masjid
sendiri remaja masjid merupakan forum generasi muda yang
selalu memberikan semangat baru. Antusias remaja masjid
dalam membantu takmir masjid dalam setiap waktu, seperti ikut
bersih-bersih masjid, adzan pembagian zakat, koordinir
pengajian dan sebagainya.
6) Adanya Komunikasi yang baik
Komunikasi antar pengurus, jama‟ah dan remaja masjid
sangat penting. Tanpa adanya komunikasi yang terjaga, maka
kegiatan-kegiatan yang sudah terprogram tidak bisa jalan
dengan baik. Bukti komunikasi yang terjaga antara pengurus,
jama‟ah dan remaja masjid al-Aqsha yaitu selalu terwujudnya
kegiatan yang meriah.
7) Sarana dan sarana yang memadai
Sarana dan prasarana merupakan sebuah perantara yang
dapat menunjang kelancaran dan kemudahan dalam
menjalankan setiap kegiatan. Sehingga tak bisa dipandang
96
sebelah mata keberadaan sarana dan prasarana. Oleh karena itu,
hal ini juga harus diperhatikan oleh para pengurus masjid, agar
selalu merawat dan melengkapi sarana dan prasarana masjid.
8) Adanya Ustadz
Dalam sebuah pendidikan pastinya tak bisa lepas dari para guru
atau ustadz. Apalagi sebuah masjid yang semestinya mempunyai
Imam, Da‟i dan guru ngaji yang baik. Ustadz disini seyogyanya
seseorang yang benar-benar mau mengabdi kepada agama,
sehingga serius dalam berkhotbah, mengimami dan mengajar
kerana Allah SWT bukan sekedar karena bisaroh. Di masjid al-
Aqsha sendiri mempunyai ustadz dan guru ngaji yang sungguh-
sungguh berjuang. Dengan bukti setiap kegiatan beliau tidak
mau menerima bisaroh yang diberikan takmir masjid.
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dari pada kegiatan-kegiatan yang
diadakan takmir masjid al-Aqsha guna membina kepribadian yang
religius pada remaja masjid, (tahsin al-Qur‟an, kajian yasin fadlilah
dan dziba‟ barjanji) diantaranya sebagai berikut:
1) Remaja masjid
Hambatan-hambatan itu bisa terjadi pada remaja masjid
itu sendiri seperti:
a) Sikap malas pada diri remaja masjid.
97
b) Kesibukan remaja masjid yang berbeda-beda, seperti kerja
atau merantau dan lain sebagainya.
c) Sikap dan minat antusias dari remajanya itu sendiri.
d) Didikan agama sejak kecil.
e) Dorongan motivasi dari orang tua
2) Faktor dari Luar
a) Lingkungan masyarakat sekitar.
b) Pergaulan teman sejawat.
c) Metode pengajaran yang monoton
3) Faktor dari Takmir Masjid
a) Kurang adanya komunikasi
b) Kurang bisa memahami karakteristik sifat remaja masjid itu
sendiri.
98
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Peran Takmir Masjid dalam Membina Kepribadian yang Religius pada
Remaja Masjid Al-Aqsha
Setelah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, ternyata
takmir masjid al-Aqsha berperan dalam membina kepribadian yang
religius pada remaja masjid yang terbukti dengan terselenggaranya
kegiatan keagamaan rutin seperti tahsin al-Qur‟an, kajian yasin fadlilah
dziba‟ barjanji dan lain-lain. Dan dari setiap kegiatan keagamaan
tersebut, takmir masjid al-Aqsha mempunyai harapan dan peran yaitu
membina iman, membina masyarakat dan remaja yang Islami,
memperkokoh ukhuwah islamiyah, sarana perjuangan dakwah, mendidik
dan sarana tarbiyah
Dari kelima peran takmir masjid al-Aqsha tersebut, kesemuanya
telah tertuang dan terwujud melalui setiap kegiatan keagamaan yang
telah dilaksanakan di Masjid Al-Aqsha dusun Reksosari Suruh.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Takmir Masjid dalam Membina
Kepribadian yang Religius pada Remaja Masjid Al-Aqsha
Dari penelitian yang telah dilakukan maka peneliti dapat
menyimpulkan faktor pendukungnya yaitu keberadaan masjid, adanya
99
program kegiatan yang telah tersusun rapi, adanya komunikasi baik
antara takmir dan remaja masjid, sarana dan prasarana yang memadai.
Faktor penghambat yang terjadi yaitu kurangnya kesadaran dari remaja
masjid sendiri untuk mengikuti kegiatan keagamaan secara rutin dan
masih monotonnya metode dakwah yang digunakan dalam kegiatan
tersebut.
B. Saran
Setelah peneliti melakukan observasi dan penelitian serta
penganalisisan tentang Peran Takmir Masjid dalam Membina Kepribadian
yang Religius pada Remaja Masjid Al-Aqsha Dusun Reksosari, maka penulis
ingin menyampaikan saran-saran demi perbaikan dan kemajuan:
1. Untuk Remaja Masjid
Krisis akhlak mulia merupakan fenomena yang terjadi saat ini. Dampak
dari kemajuan teknologi yang negatif dan pergaulan bebas yang tidak
terkontrol. Pendidikan agama merupakan salah satu sarana untuk tetap
menjaga budaya timur yang religius dan penuh tata krama. Dekatkan diri
kepada Allah SWT dengan cara selalu taqarrab kepada-Nya. Dekatkan
diri pada kegiatan-kegiatan keagamaan masjid yang ada. Dengan begitu,
jiwa rohani kita terpupuk nilai-nilai religi yang kuat. Sebagai bekal dalam
menghadapi masa depan yang penuh kegoncangan duniawi semata.
2. Untuk Takmir Masjid
Menghadapi era modern seperti ini merupakan sebuah tantangan
tersendiri dalam membina kepribadian yang religius pada remaja. Oleh
100
karena itu, dengan manajemen masjid yang baik, sabar dalam
melaksanakan tugas adalah sebuah jalan ibadah. Dengan komunikasi dan
kerjasama yang baik antara takmir dengan masyarakat dan remaja harus
dilakukan. Evaluasi terus dilakukan demi kemakmuran masjid al-Aqsha
dan kesejahteraan umat.
101
DAFTAR PUSTAKA
Ayub, Moh. E. 1996. Manajemen Masjid. Jakarta: Gema Insani Press.
Daradjat, Zakiyah. 1991. Kesehatan Mental. Jakarta: Toko Gunung Agung.
Daradjat, Zakiyah. 1975. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. Jakarta:
Bulan Bintang.
Departemen Agama. 2004. AL-QUR‟AN DAN TERJEMAHNYA. Semarang: CV.
Al-Waah.
Departemen Agama. 2008. TIPOLOGI MASJID. Jakarta: Derektorat Urusan
Agama Dan Pembinaan Syariah.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Dister, Nico Syukur. 1992. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta:
Kansius.
Gazalba, Sidi. 1975. Mesjid: Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. Jakarta Pusat:
Pustaka Antara.
Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S. 2014. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Hartati. Netty, dkk. 2004. Islam dan Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Izzati , Hanik Asih. 2015. Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Islam (Studi di Masjid al-Muttaqiin Kalibening Tingkir
Salatiga). Salatiga: IAIN Salatiga
Jalaluddin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kartono, Kartini.1981. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Miles, Matthew & Huberman, A. Michael. 1984. Qualitatif Data Analysis. Terj.
Rohidi, Tjetjep Rohendi & Mulyarto. 1992. Cet. I. Analisis Data
Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI-Press
Moleong, Lexy J. 1990. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasution, S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
102
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2006 Pasal 6
(Menteri Agama: 2006, ID 3445)
Pratiwi, Febriani Indah. 2017. Peran Takmir Masjid an-Nida dalam Pembinaan
Akhlak Masyarakat di Dusun Ngaglik RW 02 Kelurahan Ledok Kecamatan
Argomulyo Salatiga. Salatiga: IAIN Salatiga.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Rahayu, Iin Tri. 2009. Psikoterapi Perspektif Islam Dan Psikologi Kontemporer.
Malang: UIN-Malang Press.
Robert H. Thouless. 2000. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Rohmah, Noer. 2017. Pengantar Psikologi Agama. Yogyakarta: Kalimedia.
Safari Harahap, Sofan. 1996. Manajemen Masjid. Yogyakarta: Dhana Bhakti
Prima.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta Barat: PT.
Indeks.
Siswanto. 2005. Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid. Jakarta Timur:
Pustaka al-Kautsar.
Sub Derektorat Kemasjidan. 2013. Buku Panduan Sistem Informasi Masjid
(SIMAS) Kementerian Agama Republik Indonesia. Jakarta: Derektorat
Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Direktorat Jenderal Bimas
Islam Kementerian Agama Republik Indinesia.
Suprayogo, Imam & Tobroni. 2003. Metodologi Penelitian Sosial-Agama.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Susanta, Gatot, dkk. 2008. Cara Cerdas Memakmurkan Masjid. Jakarta: Penebar
Plus.
Yani, Ahmad. 2009. Panduan Memakmurkan Masjid. Jakarta: al-Qalam.
Zuldafrial & Lahir, Muhammad. 2012. Penelitian Kualitatif. Surakarta: Yuma
Pustaka.
INSTRUMEN PEDOMAN PENELITIAN
A. Pedomoman Observasi
Penelitian yang dilakukan ini akan mengamati Peran Takmir Masjid
dalam Membina Kepribadian yang Religius pada Remaja Masjid Al-Aqsha
Dusun Reksosari Desa Reksosari Kecamatan Suruh.
B. Pedoman Wawancara
1. Pengurus masjid
a. Identitas
1) Ketua Takmir Masjid
a) Nama : AM. Tantowi
b) Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 26 Januari 1964
c) Jabatan : Ketua BKM al-Aqsha
d) Waktu dan Tempat : 08 November 2018 pukul 19.30-
19.55 WIB di kediaman beliau
2) Sekretaris Takmir Masjid
a) Nama : Bisri
b) Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 12 Januari 1965
c) Jabatan : Sekretaris BKM al-Aqsha
d) Waktu dan Tempat : 07 November 2018 pukul 14.45-
15.20 WIB di kediaman beliau
3) Penasehat Takmir Masjid
a) Nama : M. Chazim AS
b) Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 05 Januari 1963
c) Jabatan : Nadzir dan Penasehat BKM
d) Waktu dan Tempat : 09 November 2018 pukul 19.45-
20.15 WIB di kediaman beliau.
4) Seksi Imarah (Kegiatan dan Kepemudaan) Takmir Masjid
a) Nama : Jawahir
b) Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 03 Juni 1972
c) Jabatan : Seksi Imarah BKM
d) Waktu dan Tempat : 08 November 2018 pukul 16.13-
16.30 WIB di kediaman beliau
b. Pertanyaan peneliti
1) Bagaimana sejarah berdirinya Masjid Al-Aqsha dusun
Reksosari?
2) Apa visi dan misi Masjid Al-Aqsha dusun Reksosari?
3) Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh takmir masjid dalam
membina kepribadian para remaja?
4) Apa tujuan dari pada kegiatan yang dilaksanakan tersebut?
5) Apa saja faktor pendukung dalam membina kepribadian
yangreligius para remaja masjid?
6) Apa saja faktor penghambat dalam membina kepribadian yang
religius para remaja?
7) Bagaimana solusi dalam menangani faktor penghambat tersebut?
2. Anggota remaja
a. Identitas
1) Ketua remaja masjid
a) Nama : Aizul Azmi S. Pd.I
b) Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 8 Juli 1993
c) Jabatan : Ketua Remas
d) Waktu dan Tempat : 10 November 2018 pukul 08.00-
08.15 WIB di kediaman beliau
2) Sekretaris remaja masjid
a) Nama : Taufikurrohman
b) Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 31 Mei 1989
c) Jabatan : Sekretaris Remas
d) Waktu dan Tempat : 10 November 2018 pukul 08.30-
08.45 WIB di kediaman beliau
3) Bendahara remaja masjid
a) Nama : Wulandari
b) Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 01 Oktober 1997
c) Jabatan : Bendahara Remas
d) Waktu dan Tempat : 10 November 2018 pukul 09.00-
09.15 WIB di kediaman beliau
4) 3 anggota remaja masjid
a) Nama : Nur Rokhman
b) Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 15 Juni 1999
c) Jabatan : anggota Remas
d) Waktu dan Tempat : wawancara di masjid al-Aqsha pada
tanggal 11 November 2018 jam 19.35-20.30 WIB
a) Nama : Fathiyatur Rizqiyyah
b) Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 07 Juli 1998
c) Jabatan : anggota Remas
d) Waktu dan Tempat : wawancara di masjid al-Aqsha pada
tanggal 11 November 2018 jam 19.35-20.30 WIB
a) Nama : Anwar Masduqi
b) Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 20 Agustus 1987
c) Jabatan : anggota Remas
d) Waktu dan Tempat : wawancara di masjid al-Aqsha pada
tanggal 11 November 2018 jam 19.35-20.30 WIB
b. Pertanyaan peneliti
1) Bagaimana pendapat anda dengan adanya kegiatan yang
diadakan oleh takmir masjid dalam membina kepribadian yang
religius pada remaja masjid?
C. Pedoman Dokumentasi
1. Sarana dan Prasarana
2. Data anggota takmir masjid
3. Foto-foto kegiatan yang diadakan takmir masjid
TRANSKIP WAWANCARA
TAKMIR MASJID AL-AQSHA DUSUN REKSOSARI
NO Waktu Wawancara Narasumber Pertanyaan Jawaban
1 09 November 2018
jam 19.45-20.15 WIB
Kiyai Chazim AM
(Nadzir/ Penasehat KM)
Bagaimana sejarah berdirinya
Masjid Al-Aqsha dusun
Reksosari?
Sejarah masjid al-Aqsha itu sebenarnya cerita turun-
temurun dari sesepuh dahulu. Bermula dari mbah
eyang canggah saya yang bernama mbah Muhyiddin
kurang lebih pada tahun 1825 M. Pada saat itu
sedang terjadi perang antara pangeran Diponegoro
dan belanda. Salah satu pengawal dari pangeran
Diponegoro adalah Kiyai Mojo. Karena pihak
Belanda mengetahui Kiyai Mojo sebagai pengawal
Pangeran Diponegoro, maka pihak penjajah
bermaksud membunuh semua keluarga Kiyai Mojo.
Dalam hal ini, Kiyai Mojo mengetahui rencana
penjajah, maka beliau menyembunyikan
keluarganya termasuk keponakannya yaitu Mbah
Muh Yiddin ke negeri sabrang yaitu Makkah, tidak
lain juga bermaksud agar keluarganya bisa menuntut
ilmu disana.
Setelah pulang dari Makkah Mbah Muhyiddin
menetap di daerah Tingkir. Tak lama kemudian
menikah dengan Ibu Muhyiddin orang daerah
Reksosari Suruh. Kemudian beliau menetap di dusun
Reksosari dan memulai mensyi‟arkan agama Islam
dengan mendirikan mushala. Setelah beberapa tahun
kemudian putri beliau di nikahkan dengan bapak
jalil. Karena sangat menyayangi putri dan
menantunya, maka mereka di belikan rumah oleh
mbah Kiyai Muhyiddin. Namun rumah itu mereka
hibahkan untuk pembangunan masjid. Mulai dari
sinilah masjid mushala yang didirikan oleh mbah
Kiyai Muhyiddin di pugar pertama kali menjadi
sebuah masjid. Setelah beberapa tahun kemudian,
masjid tersebut berkembang pesat, terutamannya
bidang pendidikan. Oleh karena sangat berat jika
dikelola sendiri, maka Bapak Kiyai Jalil meminta
bantuan untuk ikut serta dalam mengelola masjid
kepada mbah Kiyai Jawahir (asli dari Pati muridnya
mbah Kiyai Sirajuddin “mbah Ganjar” dari Ngroto,
Nggubuk). Mbah Kiyai Jawahir ini bertempat tinggal
di Tegal Bunder, Desa Tegal Ombo dan bersyi‟ar
agama Islam disana.
Setelah berganti generasi pemugaran Masjid Al-
Aqsha reksosari pun dilakukan dan diperluas. Pada
tahun 1837 masjid al-Aqsha dipugar oleh mbah
Lurah Abdul Fatah bapak dari Kiyai Zainuddin.
Pemugaran kembali dilakukan oleh Kiyai Hasyim
pada tahun 1950. Kemudian pada tahun 1975
kembali dipugar oleh bapak Kiyai Haji Abdul Fatah
dan di finishing oleh Bapak Mawardi. Dan
pemugaran yang terakhir dilaksanakan pada tahun
2008 sampai sekarang.
Sedangkan Nadzir (Penasehat BKM al-Aqsha) yang
tercatat yaitu 1) Mbah Kiyai Jalil, 2) Mbah Kiyai
Hasyim, 3) Mbah Kiyai Abdul Fatah, 4) Mbah Kiyai
Abdul Syakur, 5) yang terakhir sampai sekarang
yaitu bapak Kiyai Chazim AS.
2 07 November 2018
jam 14.45-15.20 WIB Bisri (Sekretaris)
Bagaimana Visi dan Misi Masjid
Al-Aqsha?
Sedangkan kepengurusan masjid sendiri mengalami
reorganisasi setiap lima (5) tahun sekali sesuai
dengan hasil rapat tahun 2001.
3
09 November 2018
jam 19.45-20.15 WIB
dan
08 November 2018
Jam 19.30-19.55 WIB
1. K. Chazim AS
(Penasehat BKM)
2. Drs. AM. Tantowi
(Ketua Umum BKM)
Bagaimana peran takmir masjid
dalam membina kepribadian yang
religius pada remaja masjid?
1. Peran takmir masjid ya intinya mengatur segala
hal yang menyangkut dengan masjid. Baik dari
dari sarana prasarana maupun kegiatan-kegiatan
masjid yang akan dilakukan. Dan dalam membina
remaja masjid ya lewat kegiatan-kegiatan agama
yang sudah berjalan.
2. Tugas takmir masjid yaitu memanajemen masjid
agar bisa makmur dan sejahtera. Bagaimana
caranya, yaitu dengan mengatur mengkoordinir
dan melaksanakan program-program yang sudah
dibuat bersama. Sedangkan dalam membina
kepribadian religius pada remaja masjid, kami
sebagai takmir memberikan waktu dan tempat
kepada remaja masjid untuk selalu berkekspresi
melakukan hal-hal yang positif. Tidak hanya itu
saja, kami juga memberikan arahan, kontrol dan
wawasan kepada mereka berupa kegiatan-
kegiatan rutinan itu, seperti kajian yasin fadlilah,
ndiba‟an tahsin al-Qur‟an dan sebagainya.
08 November 2018
jam 16.13-16.30 WIB
dan
08 November 2018
Jam 19.30-19.55 WIB
1. Jawahir
(Seksi Kepemudaaan)
2. Drs. AM. Tantowi
Apa saja kegiatan yang dilakukan
oleh takmir masjid dalam
membina kepribadian religius
pada remaja?
10. Program kegiatan di masjid al-Aqsha ini
sebenarnya terprogram tiap mingguan, bulanan
dan tahunan. Tiap mingguannya yaitu tahsin al-
qur‟an, kajian yasin fadlilah dan dziba‟ barjanji.
Tiap bulanannya, Rapat BKM, Rapat Remas,
Sewelasan (Manakib di tiap mushola per RT),
Seloso Wagenan (Manaqib tiap mushola per RT),
Pengajian Jum‟at Pon, dll. Tiap tahunannya yaitu
Halal Bihalal (Syawalan), Muharram, Hari Raya
Kurban, Muludan, Rejeban, Nyadranan, Kegiatan
Ramadlan (tadarus, Nuzulul Qur‟an, Zakat Fitrah,
dll), Hari Raya Idul Fitri.
Dari semua kegiatan itu, peran remaja masjid juga
terlibat, entah sebagai koordinator atau hanya
sebagai partisipan. Agar mereka terlatih baik
dalam kepemimpinan, sosial dan keagamaan.
11. Kegiatan dalam membina kepribadian religius
remaja yang yang rutin dilakukan di masjid al-
Aqsha ini ada tiga (3), yaitu tahsin al-qur‟an yang
dilaksanakan tiap ba‟da maghrib yang diampu
oleh Bapak K. Musthofa al-hafidz. Yang kedua
yaitu kajian yasin fadlilah yang dilakukan tiap
malam kamis ba‟da isya‟ yang diampu oleh
Bapak K. Anwar. Konten isinya yaitu membaca
yasin fadlilah dilanjutkan tausiyah dan tanya
jawab serta diskusi. Kemudian yang ketiga yaitu
dziba‟ barjanji yang dilakukan tiap malam jum‟at
ba‟da isya‟. Kegiatan ini dilakukan oleh para
remaja dengan diiringi musik rebana yang
menjadi ketrampilan bagi remaja masjid disini.
Masjid al-Aqsha juga menjadi sebuah rujukan
pemerintah Jawa Tengah sebagai masjid
penyelenggara pengajian se-Jawa Tengah Mar‟ah
Sholikhah yang terdiri dari 1500 jama‟ah dari
berbagai kelompok se-Jawa Tengah. Kegiatan
tersebut sudah terlaksana dua kali yaitu pada
tahun 2014 dan 1 September 2018.
5
09 November 2018
jam 19.45-20.15 WIB
dan
1. K. Chazim AS
(Penasehat BKM)
2. Jawahir
Apa tujuan dari pada kegiatan
yang dilaksanakan tersebut?
1. Tujuan diadakannya kegiatan tahsin al-qur‟an
yaitu untuk menanamkan jiwa yang qur‟ani pada
diri remaja. Jika yang kajian yasin fadlilah yaitu
08 November 2018
Jam 17.00-17.15
untuk mengisi jiwa kerohanian masyarakat
terutamanya remaja sendiri berupa nilai-nilai
agama. Sedangkan yang dziba‟ yaitu untuk
mengenang perjuangan nabi Muhammad saw
serta meneladani perilakunya.
2. Sebenarnya kesemua kegiatan yang diadakan oleh
BKM al-Aqsha itu kami tujukan untuk
masyarakat sekitar terutama remaja masjid
sendiri, menitik beratkan pada kegiatan remaja
masjid yang sering dilakukan tiap mingguannya
yaitu tahsin al-qur‟an, kajian yasin fadlilah dan
dziba‟ barjanji. Tujuannya diadakan tahsin al-
qur‟an yaitu agar mereka mau belajar al-qur‟an
baik tulisan maupun bacaannya. Agar mereka
terbiasa membaca al-qur‟an tiap waktunya.
Kemudian tujuan kajian yasin fadlilah yaitu untuk
memperdalam ilmu agama pada masyarakat
sekitar maupun para remaja masjidnya sendiri,
karena didalam kegiatan ini selain membaca surat
yasin juga diisi dengan tausiyah dan diskusi
bersama mengenai hal-hal keagamaan. Sedangkan
tujuan kami mengadakan dziba‟ barjanji rutin
yaitu agar menjadi sarana kegiatan yang positif
bagi remaja, agar mereka lebih tahu sejarah nabi
Muhammad saw dan mencintainya lewat doa-doa
sholawat. Tak hanya itu saja, kegiatan ini
merupakan forum pertemuan silaturrahim antar
remaja masjid al-aqsha tiap mingguannya, mereka
setelah dziba‟ akan mengevaluasi kegiatan-
kegiatan yang sebelumnya dan mencari solusi
bersama.
6
08 November 2018
jam 19.55-20.15 WIB
dan
07 November 2018
jam 14.45-15.20 WIB
1. Drs. AM. Tantowi
(Ketua BKM)
2. Bisri
(Sekretaris BKM)
Apa saja faktor pendukung dalam
membina kepribadian religius
para remaja masjid?
1. Faktor pendukungnya, diantaranya yaitu
semangatnya remaja masjid dalam mengikuti
kegiatan masjid. Apalagi kegiatan yang dianggap
hal baru, mereka sangat antusias mengikuti.
Kemudian dorongan dari orang tua kepada anak-
anaknya untuk mengikuti kegiatan masjid, serta
lingkungan masyarakatnya.
2. Semangat remaja masjid itu tidak tentu. Namun
ajakan teman sejawat itu bisa mempengaruhi
temannya yang lain untuk mengikuti kegiatan
masjid. Tak hanya itu, sarana dan prasarana yang
memadai mereka untuk berekspresi mengikuti
kegiatan masjid juga mempengaruhi.
7
09 November 2018
jam 19.45-20.15 WIB
dan
08 November 2018
jam 16.13-16.30 WIB
1. K. Chazim AS
(Penasehat BKM)
2. Jawahir
(Seksi Kepemudaan)
Apa saja faktor penghambat
dalam membina kepribadian
religius para remaja masjid?
1. Faktor penghambatnya yaitu sifat malasnya
remaja masjid, kadang rajin kadang ya malas. Ada
juga kesibukan tiap remaja yang berbeda-beda
seperti yang lagi kerja dan lain sebagainya.
2. Faktor penghambat dalam hal ini yang sangat
penting adalah sikap antusias dari pada remajanya
itu sendiri. Mungkin karena dia yang sejak
kecilnya tidak terbiasa dengan keagamaan.
Sehingga disini didikan dan dorongan orang tua
terhadap pendidikan agama anak sangatlah perlu.
Teman sejawatnya yang mempengaruhi juga bisa.
Karena pergaulan saat ini begitu bebas, dan harus
perlu adanya penyaringan. Bahkan faktor dari
pihak takmir masjid sendiri, yang mungkin belum
bisa memahami karakteristik remaja masjid itu
sendiri dan lain sebagainya.
8
08 November 2018
jam 19.55-20.15 WIB
dan
07 November 2018
jam 14.45-15.20 WIB
1. Drs. AM Tantowi
(Ketua BKM)
2. Bisri
(Sekretaris BKM)
Bagaimana solusi dalam
menangani faktor penghambat
tersebut?
1. Dalam berbagai rapat BKM hal ini juga sering
dibahas, solusi yang dapat kami lakukan
menanggapi hal ini diantaranya yaitu dengan
mengadakan kegiatan yang bersifat keagamaan
secara rutin, agar mereka terbiasa melakukanya.
Kami juga mencoba melengkapi dan memperbaiki
sarana dan prasarana yang ada, agar bisa
digunakan dan membuat mereka nyaman. Selalu
mengadakan kegiatan yang bersifat baru seperti
adanya lomba anak sholeh sekecamatan suruh
yang dilaksanakan di masjid al-Aqsha ini, pada
tahun 2017 kemarin.
2. Solusinya ya banyak yang telah BKM al-Aqsha
lakukan diantaranya yaitu dengan sistem yang
baru dengan contoh pada kajian yasin fadlilah itu
metode pengajarannya tidak hanya ceramaah saja,
akan tetapi juga metode tanya jawab dan diskusi.
Hal ini diharapkan bisa merubah warna baru
dalam hal tausiyah di masjid al-Aqsha. Remaja
masjid juga memfasilitasi alat-alat rebana yang
diharapkan bisa menunjang ketrampilan rebana
bagi para remaja masjid. Dan yang penting apa?
yaitu gebrakan dan dorongan motivasi dari kami
khususnya dan keterlibatan orang tua dalam
menyemangati mereka untuk selalu dekat dengan
masjid.
REMAJA MASJID AL-AQSHA DUSUN REKSOSARI
9
1. 10 November 2018
Jam 08.00-08.15
WIB
2. 10 November 2018
Jam 08.30-08.45
WIB
3. 10 November 2018
Jam 09.00-09.15
WIB
Nomor 4,5, dan 6
wawancara di masjid
al-Aqsha pada tanggal
11 November 2018
jam 19.35-20.30 WIB
4. Aizul Azmi S.Pd.I
(Ketua Remas)
5. Taufikurrahman
(Sekretaris Remas)
6. Wulandari
(Bendahara Remas)
7. Nur Rokhman
(Seksi Kesenian)
8. Fathiyatur Rizqiyyah
(Anggota Remas)
9. Anwar Masduqi
(Anggota Remas)
Bagaimana pendapat anda dengan
adanya kegiatan yang diadakan
oleh takmir masjid dalam
membina kepribadian yang
religius pada remaja masjid?
1. Menanggapi hal ini menurut saya pribadi sangat
bagus. Kegiatan yang diadakan oleh BKM al-
Aqsha memberikan nilai positif bagi kami para
remaja masjid. Kami menjadi lebih dekat dengan
masjid, dengan kegiatan agama. Pokoknya
memberikan nilai positiflah bagi kami para remaja
masjid. Dapat kita lihat disini saja waktu bulan
maulud nabi seperti ini saja remaja masjid begitu
antusias menyambutnya, baik dengan kegiatan
shalawatannya maupun sudah mulai
merencanakan, mau mengadakan pengajian
maulud guna memperingati kelahiran nabi
Muhammad saw.
2. Kegiatan yang ada di masjid al-Aqsha banyak,
kami sebagai remaja masjid merasa tersirami jiwa
rohani kami dengan kegiatan-kegiatan agama di
masjid al-Aqsha. Kami jadi tahu ilmu-ilmu
agama, budaya Islam dan shalawatan. Antusias
para remaja juga lumayan luar biasa menyambut
kegiatan yang ada.
3. Saya sebagai remaja masjid al-Aqsha sangat
berterima kasih sebelumnya kepada BKM al-
Aqsha yang telah mengagendakan kegiatan-
kegiatan yang bersifat religius bagi kami remaja
masjid dan masyarakat dusun Reksosari. Saya
sendiri sebagai orang yang sudah kerja merasakan
sekali begitu indah mempelajari ilmu-ilmu agama.
Dengan dziba‟ misalnya, kegiatan ini memberikan
hiburan jiwa rohani saya karena seharian diisi
dengan kerja. Tak hanya itu saja kegiatan-
kegiatan yang diadakan BKM al-Aqsha dapat
mengisi waktu luang saya kepada arah yang
positif.
4. Saya semangat mengikuti, teman-teman remaja
lainnya juga merasa senang mengikuti namun
juga masih ada yang malas juga sih. Yang dapat
saya rasakan yaitu ketika kajian yasin fadlilah,
kegiatan ini membuat saya bisa berekspresi.
Karena kegiatan ini ada sesi tanya jawab dan
diskusi tentang materi yang sedang dibahas tidak
lain yaitu materi tentang agama juga. Kendati
begitu kegiatan lainnya juga saya minati, tak
hanya mendapat ilmu agama akan tetapi juga
sarana silaturrahim antar remaja masjid dan
masyarakat.
5. Tak bisa dipungkiri, saya sendiri walaupun jarang
mengikuti kegiatan yang ada di masjid al-Aqsha
karena kesibukan saya, namun dengan adanya
kegiatan-kegiatan yang diadakan BKM al-Aqsha
membuat hati saya tenang. Suasana masjid
menjadi hidup dan makmur. Semoga kedepannya
kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada di masjid
al-Aqsha dapat terus berjalan dan berkembang
seperti bangunan masjidnya yang begitu megah
dan besar. Dan saya sendiri pun juga semoga bisa
mengikuti dengan rutin. Amiin.,
6. Saya menganggap kegiatan-kegiatan di masjid al-
Aqsha begitu bagus dan positif. Saya merasa
senang menyambut setiap diadakannya kegiatan-
kegiatan itu. Saya sadar hidup ini hanya
sementara, kenapa tidak saya gunakan untuk
kegiatan baik ini, itulah tanda tanya yang selalu
saya tancapkan dalam benak saya. Apalagi
sekarang ini, banyak faham-faham dan aliran-
aliran yang tidak sesuai dengan syari‟ah.
Penanggulangannya ya dengan kegiatan-kegiatan
seperti ini.
FOTO KEGIATAN PENELITIAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Muhammad Abdul Aziz
2. NIM : 111-14-374
3. Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 23 April 1995
4. Alamat : Dusun Reksosari Rt 07/01 Desa Reksosari Kec.
Suruh Kab. Semarang
5. Pendidikan :
a. Sekolah Dasar Negeri 1 Reksosari : 2002 s/d 2008
b. SMP N 1 Suruh : 2008 s/d 2011
c. Madrasah Aliyah Negeri Suruh : 2011 s/d 2014
d. S1 Institut Agama Islam Negeri Salatiga : 2014 s/d sekarang
Salatiga, 28 Agustus 2018
Yang menyatakan
Muhammad Abdul Aziz