Peran Perempuan Sebagai Anggota Partai Politik Dalam ...repository.fisip-untirta.ac.id/503/1/PERAN...
Transcript of Peran Perempuan Sebagai Anggota Partai Politik Dalam ...repository.fisip-untirta.ac.id/503/1/PERAN...
xi
Peran Perempuan Sebagai Anggota Partai Politik Dalam
Aktivitas Komunikasi Politik
(Studi Deskriptif Pada Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan Dewan Pimpinan Daerah Banten)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
pada Konsentrasi Ilmu Humas Program Studi Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh:
AMALLIA UTAMI PUTRI
NIM. 6662102121
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
xii
ii
xiii
iii
xiv
iv
xv
Saat seseorang menginginkan sesuatu, seluruh semesta
bekerja sama untuk mewujudkannya. Semesta tidak
menghakimi, semesta membantu mewujudkan apa
yang kita inginkan (Paulo Coelho)
Laki-laki dan perempuan adalah dua sayapnya
seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka
terbanglah burung itu samapai ke puncak yang
setinggi-tingginya, jika patah satu dari pada dua
sayap itu, maka tak dapat terbang dari burung itu
sama sekali (Sarinah, Bung Karno)
Skripsi Ini ku persembahkan untuk bapak Rusman
Efendi, ibu Rice Hartati Ningsih, dan adik-adikku
yang tanpa putus memberikan doa dan cinta kasih,
selalu mendukung dan membuat penulis mampu
menghadapi apapun untuk bisa menggapai cita-cita.
v
xvi
ABSTRAK
Amallia Utami Putri. NIM 102121. Skripsi. Peran Perempuan Sebagai
Anggota Partai Politik Dalam Aktivitas Komunikasi Politik (Studi Deskriptif
Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan Pimpinan Daerah
Banten). Pembimbing I: Mia Dwianna, S.Sos, M.Ikom., dan Pembimbing II:
Andin Nesia S.IK, M.Ikom
Keterwakilan perempuan di parlemen sebesar 30% mendorong seluruh partai
politik berlomba-lomba untuk memenuhi kuota tersebut, namun yang menjadi
pertanyaan apakah kader perempuan yang dikirim untuk bersaing di parlemen
adalah yang terbaik dan memang memiliki kemampuan yang baik dalam
melaksanakan aktivitas komunikasi politik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peran perempuan sebagai anggota partai politik dalam aktivitas
komunikasi politik di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Dewan
Pimpinan Daerah (DPD) Banten. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori Nurture. Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan
laki-laki pada hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga
menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Anggapan bahwa perbedaan
psikologis antara perempuan dan laki-laki sebagian besar disebabkan oleh
kostruksi sosial melalui sosialisasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif, dengan mengumpulkan data melalui wawancara dan observasi.
Informan kunci dalam penelitian ini adalah tiga orang anggota perempuan Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan peran antara anggota laki-laki dan perempuan. Akan
tetapi yang membedakan pembagian kerja adalah pembatasan diri dalam hal ruang
gerak yang dilakukan oleh perempuan itu sendiri, sehingga membuat stereotype
anggota laki-laki terhadap anggota perempuan di Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P).
Kata Kunci: Komunikasi Politik, Peran Perempuan, Aktivitas Komunikasi
Politik, Teori Nurture.
vi
xvii
ABSTRACT
AmalliaUtamiPutri. NIM102121.Thesis. Role ofWomen asPolitical Parties
MembersInPoliticalCommunicationActivity(Descriptive Study ofIndonesia
Demokrasi Perjuangan Parties Regoinal Leadership Council Banten).
Supervisor I: MiaDwianna, S. Sos, M.Ikom., AndSupervisorII:
andinNesiaS.IK, M.Ikom
Representation of women in parliament by 30 % to encourage all political parties
vying to meet the quota , but the question whether women cadres sent to compete
in parliament is the best and it has a good ability to carry out activities of political
communication . The purpose of this study was to determine the role of women as
members of political parties in the activities of political communication in
Indonesia Demokrasi Perjuangan Parties (PDI-P) Regional Leadership Council
(DPD) Banten. The theory used in this study is the Nurture theory . According to
nurture theory , the existence of differences between women and men is
essentially the result of socio-cultural construction resulting in different roles and
tasks . The assumption that the psychological differences between women and
men is largely due to social constructs through socialization . This study used a
qualitative descriptive method , by collecting data through interviews and
observations . Key informants in this study were three female members
ofIndonesia Demokrasi Perjuangan Parties (PDI-P). The results of this study
indicate that there is no difference between the role of the male member and
female . But what distinguishes the division of labor is self-limiting in terms of
the space that is done by the women themselves , thus making stereotypical male
members against female members inIndonesia Demokrasi Perjuangan Parties
(PDI-P).
Keywords: Political Communication, Role of Women, Communication
Activity Politics, Theory of Nurture.
vii
xviii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rakhmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, yang berjudul “PERAN PEREMPUAN SEBAGAI
ANGGOTA PARTAI POLITIK DALAM AKTIVITAS KOMUNIKASI
POLITIK (STUDI DESKRIPTIF PADA PARTAI DEMOKRASI
INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PIMPINAN DAERAH BANTEN)”.
Shalawat serta salam senantiasa kita sampaikan kepada junjungan Nabi besar kita
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi
salah satu syarat menempuh ujian sarjana program S1 (Strata Satu) pada program
studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan Masyarakat di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.PD selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa atas kontribusinya sebagai pemimpin di kampus
penulis.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
viii
xix
4. Ibu Mia Dwianna, S.Sos, M.Ikom. selaku dosen pembimbing satu
skripsi, terimakasih karena telah membantu memberikan arahan serta
masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Andin Nesia S.IK, M.Ikom. Selaku dosen pembimbing dua skripsi
yang telah membantu memberikan arahan serta masukan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak M.Jaiz M.Ikom selaku ketua penguji sidang, terima kasih waktu
dan kebaikan hatinya telah memberi saya nilai yang baik.
7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Sihabudin M.Si selaku penguji sidang yang
telah meluangkan waktunya untuk menguji saya.
8. Bapak/Ibu Dosen jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak
memberikan ilmu kepada penulis. Tak lupa juga untuk para staf dan
karyawan jurusan Ilmu Komunikasi.
9. Kedua orang tua, Rusman Efendi dan Rice Hartati Ningsih, yang tanpa
putus memberikan doa dan cinta kasih, terimakasih yang tak terkira
untuk motivasi dan nasihat yang telah Papa dan Mama berikan hingga
pendidikan ini selesai.
10. Adik-adik tersayang, Adelia Nurhaliza dan Abrar Rabiul Azka.
Terimakasih atas segala keceriaan dan dukungannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Para informan kunci ibu Dra. Hj. Amah Suhamah, M.Si, ibu
Suparmi,ST, ibu Sri Hartati, SH, dan informan pendukung bapak Drs.
Sabdo Waluyo yang telah menyempatkan waktunya dan memberikan
banyak informasi kepada penulis, sehingga penelitian ini dapat berjalan
dengan lancar.
12. Terimakasih kepada bapak Gandung Ismanto,S.Sos, MM, dan bapak
Iksan Ahmad, S.Ip, M.Si atas waktu, informasi, dan kesediaannya
menjadi informan ahli dalam penelitian ini.
13. Trami Vidya Veliyanti, S.Ikom, Ichsan Faruly, S.Ikom, Andrianis
Januar, S.Ikom, dan A Nasir (Ocing) terimakasih atas segala dukungan
ix
xx
berupa data-data dan arahan yang telah kalian berikan kepada penulis
hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
14. Mondar Mandir Management Indra Handayani, Akmal Alamsyah,
Steptian Akbar, Amriyatunnisa, dan Dhamar Indraloka. Terimakasih
atas segala sindiran, doa dan dukungannya yang membuat penulis
termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Kalian sahabat terbaik.
15. Mami Nadia, Agung, Rangga, Sausan (Uchan), Alif, Fandi, Teguh, bang
Yanto, bang Nida, Ichon dan teman menunggu dosen lainnya,
terimakasih atas bantuan dan dukungannya
16. Teh Annisarizki M.Ikom, Aulia Shofan Hidayat,Aulia Ibadurrahman,
S.Ikom, Henry Pramudya, S.Ikom, Rian Surya, Naufal, Oka Maulana,
Wahyu Annas, Galuh, dan teman-teman KOVIKITA, Terimakasih
sudah banyak membantu dan menemani dengan canda tawa kalian
selama pengerjaan skripsi ini.
17. Teman-teman Ilmu Komunikasi 2010 kelas F NR Yosa, Eki, Risya,
Puput, Mbak Putri, Maya, Vita, Sarah, Widi, Windi, Bunda Sinta, Tata,
Ai, Caca, Grego, Agi, dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
namanya, terimakasih atas segala kenangan yang penuh dengan warna.
Terimakasih telah mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
18. Teman-teman seperjuangan di HIMAKOM 2012-2013, dan IMIKI
Untirta. Terimakasih banyak atas pengalaman berharga yang telah kalian
berikan kepada penulis selama berorganisasi di kampus.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan baik dari segi
kemampuan penyajian maupun pengetahuan yang dimiliki oleh penulis dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala
kekurangan dan kesalahan yang ada, maka kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan penulis untuk memperbaiki kesalahan dan melengkapi
kekurangan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Serang, Januari 2015
Penulis
x
xxi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2 Fokus Penelitian ......................................................................... 7
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................. 7
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
1.5.1 Manfaat Akademis ........................................................... 8
1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................ 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 10
2.1 Komunikasi Politik .................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Komunikasi Politik......................................... 11
2.1.2 Fungsi Komunikasi Politik ............................................... 14
2.2 Gender dan Komunikasi ............................................................ 15
2.3 Peran........................................................................................... 16
2.4 Perempuan.................................................................................. 19
2.5 Peran Perempuan ....................................................................... 20
2.5.1 Perempuan dan Partisipasi Politik .................................... 21
2.6 Partai Politik .............................................................................. 23
2.6.1 Fungsi Partai Politik ......................................................... 24
2.6.2 Partai Politik dan Perlibatan Perempuan .......................... 24
2.7 Sosialisasi .................................................................................. 25
2.7.1 Jenis Sosialisasi ................................................................ 26
2.7.2 Tipe Sosialisasi ................................................................. 27
2.7.3 Pola Sosialisasi ................................................................. 28
2.7.4 Proses Sosialisasi .............................................................. 28
xi
xxii
2.7.5 Agen Sosialisasi ................................................................ 31
2.8 Aktivitas Komunikasi Politik .................................................... 32
2.9 Hambatan Komunikasi .............................................................. 43
2.10 Teori Nurture ............................................................................ 46
2.11 Kerangka Pemikiran ................................................................ 50
2.12 Penelitian terdahulu ................................................................. 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 54
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ............................................ 54
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................ 57
3.3 InformanPenelitian ..................................................................... 57
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 60
3.4.1 Wawancara ....................................................................... 60
3.4.2 Observasi .......................................................................... 61
3.5 Sumber Data ............................................................................... 62
3.5.1 Data Primer ....................................................................... 62
3.5.2 Data Sekunder................................................................... 63
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................. 63
3.6.1 Reduksi Data..................................................................... 63
3.6.2 Penyajian Data .................................................................. 64
3.6.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi .............................. 64
3.7 Validitas Data ............................................................................. 66
3.8 Jadwal Penelitian ....................................................................... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................... 69
4.1Deskripsi Objek Penelitian ......................................................... 69
4.1.1 Sejarah Partai Demokrasi Indonesia
Menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ........... 69
4.2 Deskripsi Informan Penelitian ................................................... 71
4.2.1 Informan-informan Kunci (Key Informants) .................... 71
4.2.2 Informan Pendukung ........................................................ 76
4.2.3 Informan Ahli ................................................................... 76
4.3 Pembahasan ................................................................................ 77
4.3.1 Hak dan Kewajiban Anggota Perempuan
di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Dalam Aktivitas Komunikasi Politik ............................... 77
4.3.2 Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan Dalam Aktivitas Komunikasi Politik ............ 97
4.3.3 Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan Bersosialisasi dan Berinternalisasi
xii
xxiii
Dalam Aktivitas Komunikasi Politik ............................... 110
4.3.4 Hambatan Anggota Perempuan di Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Dalam Aktivitas
Komunikasi Politik........................................................... 120
4.3.5 Sistem Perekrutan dan Pengkaderan Anggota
Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam Memenuhi Pengetahuan
Komunikasi Politik........................................................... 131
BAB V PENUTUP ................................................................................. 142
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 142
5.2 Saran .......................................................................................... 144
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 146
LAMPIRAN ........................................................................................... 149
BIODATA PENULIS
xiii
54
DAFTARTABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................... 50
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian .................................................................... 67
Tabel 4.1 Kategorisasi Hak dan Kewajiban Anggota Perempuan
di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam
Aktivitas Komunikasi Politik ................................................. 92
Tabel 4.2 Kategorisasi Anggota Perempuan di Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Dalam Aktivitas
Komunikasi Politik ................................................................. 105
Tabel 4.3 Kategorisasi Anggota Perempuan di Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Bersosialisasi
dan Berinternalisasi dalam Aktivitas Komunikasi Politik ...... 114
Tabel 4.4 Kategorisasi Hambatan Anggota Perempuan di Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Dalam Aktivitas
Komunikasi Politik ................................................................. 123
Tabel 4.5 Kategorisasi Sistem Perekrutan dan Pengkaderan
Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam Memenuhi Pengetahuan
Komunikasi Politik ................................................................. 135
xiv
55
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Dokumentasi ................................................................... 149
Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup Informan Kunci ke 1 ................... 151
Lampiran 3 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan .............. 152
Lampiran 4 Transkrip Wawancara Informan Kunci ke 1 ................... 153
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup Informan Kunci ke 2 ................... 160
Lampiran 6 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan .............. 161
Lampiran 7 Transkrip Wawancara Informan Kunci ke 2 ................... 162
Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup Informan Kunci ke 3 ................... 169
Lampiran 9 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan .............. 170
Lampiran 10 Transkrip Wawancara Informan Kunci ke 3 ................... 171
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup Informan Pendukung .................. 180
Lampiran 12 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan .............. 181
Lampiran 13 Transkrip Wawancara Informan Pendukung .................. 182
Lampiran 14 Daftar Riwayat Hidup Informan Ahli ke 1 ..................... 187
Lampiran 15 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan .............. 188
Lampiran 16 Transkrip Wawancara Informan Ahli ke 1...................... 189
Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup Informan Ahli ke 2 ..................... 195
Lampiran 18 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan .............. 196
Lampiran 19 Transkrip Wawancara Informan Ahli ke 2...................... 197
Lampiran 20 Catatan Lapangan ............................................................ 199
Lampiran 21 Catatan Lapangan ............................................................ 200
Lampiran 22 Catatan Lapangan ............................................................ 201
Lampiran 23 Catatan Lapangan ............................................................ 202
Lampiran 24 Catatan Lapangan ............................................................ 203
Lampiran 25 Catatan Lapangan ............................................................ 204
Lampiran 26 Struktur Organisasi DPD PDI-P Prov. Banten ................ 205
Lampiran 27 Grafik Perolehan Suara Partai Politik ............................. 206
Lampiran 28 Jumlah Anggota Aktif DPC Se- Provinsi Banten....... 207
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peran gender dalam masyarakat ternyata juga dapat menyebabkan
subordinasi terhadap perempuan terutama dalam pekerjaan. Anggapan bahwa
perempuan itu irrasional atau emosional menjadikan perempuan tidak bisa tampil
sebagai pemimpin, dan ini berakibat pada munculnya sikap yang menempatkan
perempuan pada posisi yang kurang penting.58
Padahal perjuangan perempuan
sudah dimulai sejak adanya emansipasi wanita yang digagas oleh R.A Kartini dan
masih banyak pejuang-pejuang wanita lainnya yang mempertahankan agar wanita
atau perempuan dapat disamakan harkat dan derajatnya dengan laki-laki.
Selama ini, ada kesan bahwa dunia politik adalah dunia laki-laki. Kesan
ini muncul akibat adanya image yang mungkin tidak sepenuhnya tepat tentang
kehidupan politik; bahwa politik itu kotor, keras, penuh intrik dan semacamnya.
Akibatnya, dibelahan dunia manapun jumlah wanita yang terjun di dunia politik
relatif kecil, termasuk di negara-negara yang tingkat demokrasi dan persamaan
hak asasinya lebih tinggi.59
Namun, dengan adanya undang-undang No. 12/2004 pemerintah
menegaskan perlunya menjamin alokasi minimum 30% kepada perempuan untuk
duduk di lembaga legislatif.
58
Khusnul Khotimah. 2009. Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan Dalam Sektor Pekerjaan.
Purwokerto.: Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto. Hal 6 59
Liza Hadiz. 2004. Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru : Pilihan Artikel Prisma. Jakarta.
Pustaka LP3ES Indonesia. Hal 398
2
Pasal 65 ayat 1 menegaskan bahwa setiap partai politik dapat mengajukan
calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap
daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan terus dianut
dalam undang-undang pemilu.
Komisioner Hadar Nafis Gumay mengatakan bahwa calon legislatif
perempuan dalam pemilu 2014 untuk kursi DPR meningkat dibandingkan pemilu
tahun 2009. "Sekarang itu ada 37 persen total calon untuk DPR RI, total calonnya
itu ada 6607 didalam 6607 itu ada 2467 caleg perempuan dan itu jumlahnya 37
persen," kata Komisioner KPU Hadar Nafis Gumay di Gedung KPU, Kamis
(27/2). Dia mengatakan pemilu tahun 2009 caleg perempuan jumlahnya hanya
mencapai presentase 30 persen. Hadar juga menyebut calon DPD perempuan juga
meningkat dari 11 persen menjadi 12,47 persen dalam pemilu kali ini60
Kenaikan presentase ini menjadi perhatian besar, mengenai kemampuan
berpolitik perempuan, kebanyakan laki-laki menganggap perempuan sebagai
pihak lemah yang biasanya dianggap hanya pemanis dalam dunia partai politik.
Akan tetapi banyak pula perempuan yang sudah menunjukan eksistensi dan
kinerjanya di dunia politik, sehingga menjadi sorotan masyarakat yang sedikit
banyaknya mendongkrak popularitas dan citra partai yang menaungi politikus
perempuan tersebut.
Hal itu membuat seluruh partai politik berlomba-lomba mencari kandidat
terbaik untuk dijadikan calon legislatif partai politik mencari kandidat perempuan
60
http://politik.teraspos.com/read/2014/02/27/81312/persentase-caleg-perempuan-meningkat
Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2014 Pukul 09:32 WIB
3
yang berpengaruh di daerah tertentu atau bahkan meminang artis untuk menarik
perhatian publik, suara, citra sekaligus untuk memenuhi keterwakilan 30%.
Kuota 30% untuk perempuan masih menyisakan perdebatan tentang
keadilan yang perlu diberikan, seperti lipstick yang menghiasi perhelatan
pemilihan umum berbasis distrik proporsional. Wacana ini, berasumsikan bahwa
laki-laki dan perempuan yang menyuarakan kepentingan rakyat akan bersama-
sama memperbaiki aspirasi seluruh penduduk Indonesia yang 56% perempuan.61
Dalam pemerintahan reformatif, ketika iklim politik semakin terbuka dan
munculnya banyak partai politik yang mencerminkan keinginan bagi partisipasi
masyarakat secara luas, sesungguhnya merupakan peluang emas bagi perempuan.
Partai politik sesungguhnya adalah wadah paling strategis untuk partisipasi politik
perempuan dalam negara demokratis.62
Namun, sangat banyak partai politik yang
menyalahgunakan hal tersebut dikarenakan minimnya pengkaderan terhadap
perempuan. Alhasil banyak partai politik yang asal merekrut perempuan hanya
untuk memenuhi kuota tersebut.
Dalam beberapa kesempatan artis perempuan dijadikan subjek yang
dipakai untuk menarik massa agar memilih partai yang menaungi artis tersebut.
Beberapa diantaranya artis tersebut memang artis yang berkompeten yang
memang sudah biasa menjadi aktivis perempuan ataupun lainnya. Mereka sudah
biasa membela hak-hak rakyat yang terenggut ataupun ketidakadilan yang
menhapiri setiap individu yang lemah.
61
Najilah Naqiah. 2005. Otonomi Perempuan. Malang. Bayumedia Publishing. Hal 60 62
Khofifah Indar Parawansa.2006. Mengukir Paradigma Menembus Tradisi: Pemikiran Tentang
Keserasian Jender. Jakarta. Pustaka LP3ES Indonesia. Hal. 21
4
Disatu sisi banyak juga artis perempuan yang diragukan kemampuannya
dalam berpolitik, latar belakang pendidikan yang sama sekali bukan dari politik,
membuat banyak orang meragukan kemampuan artis perempuan untuk duduk di
kursi pemerintahan serta dalam menjalankan tugasnya.
Selain artis beberapa tokoh perempuan yang aktif di berbagai bidang dan
organisasi tertentu juga dapat dijadikan subjek pencitraan partai. Hal ini dirasa
lebih baik dikarenakan anggota yang berlatar belakang seperti ini memiliki
kapasitas yang memadai untuk dijadikan anggota legislatif, dan dianggap mampu
dan tau cara mensosialisasikan kegiatan politik yang baik, berkampanye yang
baik, melakukan pencitraan dan lain sebagainya.
Perempuan yang memiliki dasar dan wawasan politik yang kuat, akan
sangat membantu partai politik baik dari segi kinerja dan kegiatan-kegiatan politik
lainnya. Dengan kata lain, perempuan yang memiliki kemampuan dalam
melakukan kegiatan politik, akan mempermudah dirinya mendapat simpatik dan
membentuk citra dirinya yang secara otomatis akan berimbas kepada citra partai
yang dinaunginya,
Setiap lembaga dalam hal ini partai politik akan melakukan kegiatan
politik guna membangun kepercayaan masyarakat dalam konteks ini masyarakat
sebagai pemilih yang akan memilih partai politik tersebut. Nasib sebuah partai
politik sangat ditentukan oleh pemilih, sehingga setiap anggota dari partai politik
tersebut baik secara tanggung jawab sebagai anggota partai maupun untuk
kepentingan pribadi akan melakukan kegiatan-kegiatan politik yang akan
meningkatkan citra partai itu sendiri.
5
Berdasarkan hasil rapat pleno terbuka rekapitulasi penghitungan perolehan
suara pemilihan umum (pemilu) anggota DPR, DPD, DPRD provinsi pemilu 2014
di tingkat provinsi Banten yang telah dilaksanakan pada tanggal 24 April 2014 di
pendopo gubernur Banten dengan tingkat partisipasi pemilih sekitar 71%, hasil
dari rekapitulasi tersebut adalah partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
sebagai partai pemenang pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD provinsi
Banten dengan perolehan sebesar 815,517 suara. Disusul oleh partai Golongan
Karya (Golkar) dengan 650,492 suara, dan dipossisi ke tiga adalah partai Gerindra
sebesar 641,510 suara.63
Sesuai dengan amanat Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan KPU Nomor 29 Tahun 2013
tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum, Perolehan Kursi, Calon Terpilih dan
Penggantian Calon Terpilih dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi dan DPRD Kab./Kota yaitu Pasal 40 ayat (4), KPU Provinsi Banten
mengumumkan nama-nama calon terpilih Anggota DPRD Provinsi Banten hasil
Pemilu Tahun 2014 yaitu sebagai berikut: Jumlah perolehan kursi, Partai
NasDem memperoleh 5 kursi, PKB memperoleh 7 kursi, PKS memperoleh 8
kursi, PDI Perjuangan memperoleh 15 kursi, Partai Golkar memperoleh 15 kursi,
Partai Gerindra memperoleh 10 kursi, Partai Demokrat memperoleh 8 kursi, PAN
memperoleh 3 kursi, PPP memperoleh 8 kursi, Partai Hanura memperoleh 6 kursi,
PBB memperoleh 0 kursi, dan PKPI memperoleh 0 kursi. Dari 85 Calon terpilih
63
kpu-bantenprov.go.id/ Diakses pada hari Sabtu tanggal 19 Juli 2014 Pukul 13.45 WIB
6
Anggota DPRD Provinsi Banten Hasil Pemilu 2014 diketahui laki-laki sebanyak
69 orang (81.18%), dan perempuan sebanyak 16 orang (18.82%).64
Dari 16 orang perempuan PDI-P adalah partai yang paling banyak
menyumbangkan caleg perempuan yaitu sebanyak 4 orang. Mereka adalah Hj. Rt.
Ella Nurlaella, SH.,M.Kn, Sri Hartati, SH, Jenny Vina Ruthmauli, Diana
Drimawati Jayabaya, SH. Memang partai Golkarpun menyumbangkan 4 nama
perempuan, akan tetapi partai Golkar bukanlah partai pemenang pemilu di tahun
2014 ini.
PDI-P sendiri memiliki ketua umum perempuan yaitu ibu Megawati
Soekarno Putri yang juga pernah menjabat sebagai presiden perempuan pertama
Republik Indonesia. Megawati mewarisi kemampuan politik dari ayahnya yaitu
presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno.
Melihat beberapa perempuan dari PDI-P yang terjun didunia politik
melalui lembaga legislatif, dan juga ada beberapa lembaga yang didalamnya
terdapat anggota perempuan yang berasal dari PDI-P, dengan latar belakang
tersebut peneliti ingin mengetahui Peran Perempuan Sebagai Anggota Partai
Dalam Aktivitas Komunikasi Politik” (Studi Deskriptif Anggota Partai
Perempuan Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan PimpinanDaerah
Banten).
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan oleh peneliti, maka telah
ditetapkan fokus dalam penelitian sebagai berikut:
64
kpu-bantenprov.go.id/ Diakses pada hari Sabtu tanggal 19 Juli 2014 Pukul 13.50 WIB
7
“Bagaimana Peran Perempuan Sebagai Anggota Partai Dalam Aktivitas
Komunikasi Politik” (Studi Deskriptif Anggota Partai Perempuan Pada Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan PimpinanDaerah Banten).
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka pertanyaan penelitiannya adalah :
1. Bagaimana hak dan kewajiban anggota perempuan di partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik?
2. Bagaimana anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
bersosialisasi dan berinternalisasi dalam aktivitas komunikasi politik?
3. Bagaimana hambatan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik?
4. Bagaimana sistem perekrutan dan pengkaderan anggota partai perempuan
di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik
1.4 Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan hak dan kewajiban anggota perempuan di partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik.
2. Menjelaskan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan bersosialisasi dan berinternalisasi dalam aktivitas komunikasi
politik.
8
3. Mengungkap hambatan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik.
4. Menjelaskan sistem perekrutan dan pengkaderan calon legislatif
perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam aktivitas
komunikasi politik.
1.5 Manfaat Peneletian
1.5.1. Manfaat Akademis
Secara spesifik, penelitian ini bermaksud mengungkap pengalaman
informan, dalam hal ini anggota partai perempuan partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik. Penelitian ini diharapkan
bermanfaat untuk memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan atau wawasan
baru dalam ruang lingkup komunikasi genderdan mengetahui relevansi teori
dengan fakta yang sebenarnya, juga diharapkan dapat memberi rangsangan
untuk penelitian-penelitian selanjutnya agar dapat mengembangkan dan
melengkapi serta memberi kritik yang membangun bagi penelitian ini. Dengan
demikian, hasil penelitian dalam kajian ini semakin kaya dan semakin
sempurna.
1.5.2. Manfaat Praktis
Dalam tataran praktis, penelitian ini diharapkan mampu diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi para praktisi dalam bidang komunikasi untuk
menambah wawasannya dalam hal komunikasi gender dalam hal ini adalah
9
perempuan yang terjun di partai politik, menambahkan sebuah nuansa baru
bagi siapa saja yang membacanya. Dan khususnya bagi Partai Demokrasi
Perjuangan Indonesia (PDI-P) Banten. Selain itu, penelitian ini juga
diharapkan menjadi bahan evaluasi atau masukan bagi PDI-P Banten dalam
upaya pengkaderan dan pemenuhan pengetahuan politik anggota partai
perempuan.
`
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Politik
Dalam pengertian umum komunikasi adala hubungan dan interaksi yang
terjadi antara dua orang atau lebih. Interaksi itu terjadi karena seseorang
menyampaikan pesan dalam bentuk lambang-lambang tertentu, diterima oleh
pihak lain yang menjadi sasaran, sehingga tercapai kesepahaman makna dari
sebuah proses komunikasi tersebut.
Menurut Michael Rush dan Phillip Althoff mendefinisikan komunikasi
politik sebagai suatu proses dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari
satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan diantara sistem-sistem sosial
dengan sistem-sistem politik.65
Istilah komunikasi politik masih relatif baru dalam ilmu politik. Istilah
tersebut mulai banyak disebut-sebut semenjak terbitnya tulisan Gabriel Almond
(1960:3) dalam bukunya yang berjudul The Politics of the Development Areas,
dia membahas komunkasi politik secara lebih rinci. Menurut Almond (1960:12),
didefinisikan politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem
politik sehingga terbuka kemungkinan bagi para ilmuwan politik untuk
membandingkan berbagai sistem politik dengan latar budaya berbeda. Arti
penting dari sumbangan pemikiranAlmond terletak pada pandangannya bahwa
semua sistem politik yang pernah ada di dunia ini, yang ada sekarang, dan yang
65
Michael Rush dan Phillip Althoff. 1997. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada. Hal 24
11
akan nanti punya persamaaan-persamaan yang mendasar, yaitu adanya kesamaan
fungsi yang dijalankan oleh semua sistem politik.66
Komunikasi politik merupakan salah satu dari tujuh fungsi yang
dijalankan oleh setiap sistem politik. Seperti dikemukakan oleh Almond, semua
fungsi (tujuh fungsi) yang dilakukan sistem politik yaitu (1) Sosialisasi Politik, (2)
Perekrutan, (3) Artikulasi interest (artikulasi kepentingan), (4) Agregasi interest
(Agregasi kepentingan), (5) Pembuatan aturan, (6) Aplikasi aturan, dan (7)
Aturan putusan hakim, harus dilakukan melalui komunikasi.67
Seperti yang sudah dijabarkan pada paragaraf sebelumnya menunjukan
bahwa ada kaitan antara fungsi politik dengan komunikasi politik. Fungsi
komunikasi politik bukanlah fungsi yang berdiri sendiri. Komunikasi politik
merupakan proses penyampaian pesan yang terjadi pada saat fungsi lainnya
dijalankan. Dapat disimpulkan bahwa fungsi komunikasi politik berkaitan erat di
dalam setiap fungsi sistem politik.
2.1.1 Pengertian Komunikasi Politik
Drs. Soemarno, AP. SH. Dalam bukunya Dimensi-Dimensi
Komunikasi Politik mengutip beberapa pengertian komunikasi politik dari
beberapa pakar antara lain dari: Astrid S. Susanto, Phd merumuskan
definisi komunikasi dalam bukunya “Komunikasi Sosial di Indonesia”
sebagai berikut: “Komunikasi politik adalah komunikasi yang di arahkan
kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah
66
Ardial. 2010. Komunikasi Politik. Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media. 67
Almond Gabriel. 1963. The Civic Culture. Princenton: Princenton University Press.
12
yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua
warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan oleh lembaga politik.”
Dr. Rusadi Kartaprawira, SH. Dalam Buku “Sistem Politik
Indonesia”, melihat komunikasi politik pada kegunaanya yaitu: “Untuk
menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik intra
golongan, institusi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik
pemerintah.”
Drs. Soemarno, AP. SH. Menyatakan bahwa jika dilihat dari tujuan
politik an sich (semata-mata) maka: “Hakekat komunikasi politik adalah
upaya kelompok manusia yang mempunyai orientasi pemikiran politik
atau ideologi tertentu di dalam rangka menguasai atau memperoleh
kekuasaan, dan dengan kekuasaan mana tujuan pemikiran politik dan
ideology tersebut dapat diwujudkan.”
Astrid lebih lanjut mngungkapkan lebih lanjut bahwa “komunikasi
politik merupakan suatu kegiatan pra politik, melalui kegiatan mana akan
terjadilah realisasi penghubungan atau pengkaitan masyarakat dengan
lingkup Negara.”
Berbeda dari pendapat para pakar tersebut, bahwa komunikasi
politik memiliki lingkup pembahasan yang cukup luas. Tidak hanya
membahas tentang bagaimana politik dikomunikasikan kepada khalayak
luar untuk tujuan memperoleh kekuasaan secara internal, namun
membahas bagaimana suatu sistem berlangsung untuk dipertahankan atau
diturunkan kepada generasi penerusnya.
13
Sebagaimana yang terdapat dalam komunikasi pada umumnya,
komunikasi politikpun terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut
yaitu komunikator, pesan, komunikan, media dan pengaruh. Komponen-
komponen tersebut dibidang komunikasi politik terdapat di dalam dua
situasi politik atau struktur politik, yaitu pada suprastruktur politik dan
infrastruktur politik.
Beberapa komponen yang termasuk dalam suprastruktur politik
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu yang berada dalam lembaga
eksekutif, legislatif, yudikatif. Dilain pihak komponen-komponen yang
berada di masyarakat atau infrastruktur politik terbagi dalam asosiasi-
asosiasi, antara lain:
a) Partai Politik (Political Party)
b) Kelompok Kepentingan (Interest Group)
c) Para Tokoh Politik (Political Figures)
d) Media Komunikasi Politik (Media of political Communication)
Dengan demikian, dalam sistem politik komunikasi berfungsi sebagai
penghubung antara situasi kehidupan politik yamg ada pada suprastruktur
politik dan infrastruktur politik.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan jalan mengalirnya informasi
melalui masyarakat dan melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem
politik. Fungsi dari komunikasi politik adalah struktur politik yang
menyerap berbagai aspirasi, pandangan, dan gagasan yang berkembang
14
dalam masyarakat dan menyalurkannya sebagai bahan dalam penentuan
kebijakan. Dengan demikian fungsi membeawakan arus informasi balik
dari masyarakat ke pemerintah dan dari pemerintah ke masyarakat.68
Sedangkan menurut Soemarno fungsi komunikasi polirik dapat
dibedakan menjadi dua bagian. Pertama, fungsi komunikasi politik yang
berada pada struktur pemerintahan (suprastruktur politik) atau disebut juga
denga istilah the governmental political sphere, berisikan informasi yang
menyangkut kepada seluruh kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Isi komunikasi ditujukan kepada upaya untuk mewujudkan loyalitas dan
integritas nasional untuk mencapai tujuan Negara yang lebih luas. Kedua,
fungsi yang berada pada struktur masyarakat (infrastruktur politik) yang
disebut pula dengan istilah the socio political sphere, yaitu sebagai
agregasi kepentingan dan artikulasi kepentingan, dimana kedua fungsi
tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung di antara kelompok
asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi terhadap
pemerintah dan hasil agregasi dan artikulasi tersebut.69
Dengan kata lain penulis menyimpulkan fungsi komunikasi adalah
jembatan antara sosialisasi kebijakan pemerintah kepada masyarakat dan
keluhan atau aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui komunikasi
politik kepada pemerintah.
68
Mas‟oed Mochtar & Colin Mac Andrew. 1993. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: UGM
Press. 69
Sumarno AP. 1993. Dimensi-Dimensi Komunikasi Politik. Bandung. Citraaditya Bakti. Hal. 28
15
2.2 Gender dan Komunikasi
Penelitian Griffin (2003) berdasarkan pada refleksi personal menemukan 3
pola mengenai perbedaan perempuan dan laki-laki yang terdiri dari sebagai
berikut70
:
1. Ada lebih banyak persamaan antara laki-laki dan perempuan daripada
perbedaan
2. Ada variabilitas, yang besar berkenaan dengan gaya komunikasi antara
laki-laki dan perempuan feminis vs maskulinitas
3. Seks adalah fakta sedangkan gender merupakan gagasan
Gender adalah sistem makna, sudut pandang melalui posisi di mana
kebanyakan laki-laki dan perempuan dipisahkan secara lingkungan, material,
simbolis.
Berikut adalah beberapa perbedaan pola komunikasi yang terjadi dalam
perbedaan gender :
a. Perempuan lebih mudah memahami makna laki-laki daripada laki-laki
memahami makna perempuan;
b. Perempuan cenderung lebih ekspresif dibanding laki-laki;
c. Perempuan cenderung lebih menggunakan perasaan daripada laki-laki
yang lebih to the point;
d. Perempuan cenderung basa-basi dalam pengolaan kata-kata daripada laki-
laki yang lebih menggunakan logika;
e. Perempuan lebih halus dan lembut dalam berkata-kata daripada laki-laki;
70
E. A. Griffin.2003. A First Look at Communication Theory (5 ed.). Boston: McGraw-Hill. Hal
460
16
f. Perempuan cenderung lebih terbuka dibanding laki-laki yang lebih tertutup
g. Perempuan cenderung implisit dibanding laki-laki yang eksplisit;
h. Perempuan lebih peka/sensitif daripada laki-laki dalam menggunakan
perasaan;
i. Perempuan lebih sering menggunakan komunikasi non verbal.
2.3 Peran
Dalam penelitian ini, peran yang dimaksud yaitu peran merupakan tugas
utama yang diharapkan oleh masyarakat berupa aktivitas anggota partai poltik
perempuan dalam komunikasi politik. Peran dalam ilmu sosial terkait mengenai
peran aktif yang berdampak positif bagi keyakinan masyarakat terhadap anggota
perempuan partai politik.
Soekanto menyatakan bahwa Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan
(status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran.71
Menurut Poerwadarminta
peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu peristiwa.72
Pengertian tentang peranan yang dikemukakan oleh Komarudin tentang
peran (role) dapat didefenisikan sebagai berikut73
:
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang dalam
manajemen.
2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu usaha.
71
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. Hal 268 72
W. J. S Poerwadarminta. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. PT. Balai Pustaka Hal
751 73
Komaruddin, 1994, Esiklopedia Manajemen, edisi kesatu, Bumi Aksara, Jakarta. Hal 768
17
3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang
adanya padanya.
5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.
Peran menurut Robbins singkatnya adalah seperangkat pola perilaku yang
diharapkan dikaitkan pada seseorang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam
suatu unit sosial.74
Menurut Soerjono Soekanto, unsur-unsur peranan atau role adalah75
:
1). Aspek dinamis dari kedudukan
2). Perangkat hak-hak dan kewajiban
3). Perilaku sosial dari pemegang kedudukan
4). Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang.
Persepsi peran diperoleh dari semua rangsangan yang ada disekitar kita
(teman,buku, televisi, Koran, radio, dan lain sebagainya) yang merupakan
pandangan seorang individu mengenai bagaimana ia seharusnyabertindak dalam
suatu situasi tertentu, dan harapan peran adalah bagaimana orang lain meyakini
bagaimana seseorang tersebut seharusnya bertindak dalam suatu situasi tertentu.
Jika situasi yang muncul berupa perbedaan dimana seorang individu dihadapkan
pada pengharapan peran yang berlainan maka disebut sebagai konflik peran.
Sebenarnya terdapat sesuatu kesepakatan tak tertulis yang menentukan apa yang
diharapkan dan menekankan pentingnya mengkomunikasikan dengan tepatdan
akurat mengenai pengharapan peran, yaitu berupa kontrak psikologis, yang
74
Stephen P Robbins. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta.
Prenhallindo. Hal 249 75
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafmdo Persada. 2002. Hal 441
18
mendefinisikan pengharapan perilakuyang mengiringi semua peran. Jika
pengharapan peran yang tersirat dalam kontrak psikologis tidak terpenuhi, maka
terjadi reaksi (reperkusi) negative pada kinerja dan kepuasan orang-orangyang
terkait dalam peran tersebut dalam hal ini masyarakat sebagai pemilih.
Menurut Biddle dan Thomas yang dimaksud dengan peran adalah
serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari
pemegang kedudukan tertentu. Pada teori Biddle dan Thomas ini terbagi
peristilahan dalam teori peran kedalam empat golongan yaitu76
:
1. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
3. Kedudukan orang-orang dalam perilaku
4. Kaitan antara orang dan perilaku
Menurut Levinson peranan mencakup tiga hal yaitu77
:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.
76
Sarlito Wirawan Sarjono.2006. Teori-Teori Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada. Hal 215 77
Sarlito Wirawan Sarjono.2006. Teori-Teori Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada. Hal 244
19
Dari teori-teori di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa peranan
adalah suatu bagian dari tugas utama yang dilaksanakan oleh seseorang sesuai
dengan kedudukan dan fungsinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebagai wujud pemenuhan hak dan kewajiban berupa tindakan yang diharapkan
oleh masyarakat sesuai dengan kedudukannya.
2.4 Perempuan
Memahami pengertian perempuan tentunya tidak bisa lepas dari persoalan
gender dan sex. Perempuan dalam konteks gender didefinisikan sebagai sifat yang
melekat pada seseorang untuk menjadi feminim. Sedangkan perempuan dalam
pengertian sex merupakan salah satu jenis kelamin yang ditandai oleh alat
reproduksi berupa rahim, sel telur dan payudara sehingga perempuan dapat hamil,
melahirkan dan menyusui. Pemahaman masyarakat terhadap perempuan
mengalami stereotype dalam persoalan peran sosialnya. Namun demikian,
Nasaruddin Umar memberikan batasan dalam melihat persoalan ini, yakni gender
lebih menekankan pada aspek maskulinitas atau feminimitas, sedangkan sex lebih
menekankan pada perkembangan dan komposisi kimia dalam tubuh.78
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa perempuan terdpat
dalam 2 konteks yaitu gender dan sex. Pemahaman masyarakat terhadap
perempuan mengalami stereotype dalam persoalan peran sosialnya, namun harus
dibedakan dalam cara melihat persoalan ini lebih menekankan pada gender.
78
http://www.referensimakalah.com/2013/01/konsep-perempuan.html Diakses pada hari Kamis
tanggal 12 Desember 2013 pukul 11:17 WIB
20
2.5 Peran Perempuan
Peran perempuan dalam pembangunan Indonesia dibawa pada nilai-nilai
modernisasi yang berorientasi pada produktivitas, efisian dan rasional seperti di
negara-negara industri.79
Dalam pembangunan saat ini, perempuan memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi dalam segala hal, namun demikian keberadaan perempuan masih
menyimpan dilema. Di satu sisi perempuan dituntut bersikap elegan dan memiliki
penguasaan diri yang sangat tinggi saat berhadapan dengan publik, sedangkan di
sisi lain dalam ruang domestik perempuan dituntut menjadi ibu rumah tangga
yang penuh cinta kasih, pengabdian dan setia, bahkan harus rela hanya menjadi
orang kedua setelah suami yang merupakan kepala rumah tangga (Pembayun,
2009:91).80
Perdebatan tentang gender baik pada kalangan intelektual, cendikiawan,
rohaniawan, maupun pada kalangan masyarakat awam sekalipun, sampai detik ini
masih menjadi topik pembicaraan yang tak pernah ada akhirnya. Kata gender
dalam bahasa Indonesia dipinjam dari kamus bahasa inggris tidak secara jelas
dibedakan pengertian antara kata sex dan kata gender. Konsep gender harus
dibedakan dengan konsep sex dimana gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan
Tuhan. Oleh karena itu gender berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana
seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata
nilai dan struktur, ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada. Dengan
79
Prosiding. 2012. Seminar dan Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi: Kontribusi Ilmu
Komunikasi Dalam Pembangunan. Serang . Program Studi Ilmu Komunkasi FISIP Untirta hal 109 80
Prosiding. 2012. Seminar dan Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi: Kontribusi Ilmu
Komunikasi Dalam Pembangunan. Serang . Program Studi Ilmu Komunkasi FISIP Untirta. Hal 49
21
demikian gender dapat dikatakan perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara
perempuan dan laki-laki yang dibentuk/dikonstruksi oleh sosial budaya dan dapat
berubah sesuai perkembangan zaman. Konsep lain mengatakan bahwa gender
merupakan sikap yang diletakan pada kaum laki-laki maupun yang dikonstruksi
secara sosial.81
Dari pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa peran perempuan
memiliki peran ganda, yaitu peran pada profesinya dan pada hakikatnya sebagai
perempuan. Proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan
berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai dan struktur, ketentuan sosial dan
budaya di tempat mereka berada.
2.5.1 Perempuan dan Partisipasi Politik
Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan
negara demokrasi, sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi
politik. Dalam pengertian umum, partisipasi adalah kegiatan seseorang
atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan
politik. Kegiatan ini dapat berupa pemberian suara dalam pemilu, menjadi
anggota suatu partai dan lain sebagainya. Herbert McClosky mengatakan
bahwa: Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga
masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses
pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses
pembentukan kebijakan umum.82
81
Mansour Fakih.2008. Analisis Gender dan Transformasi Sosial (cetakan ke-13). Yogyakarta.
Insist Press. Hal 8 82
www.dewivivi07.wordpress.com/2009/05/26/partisipasi-perempuan-melalui-keterwakilannya-
dalam-lembaga -legislatif/ Diakses pada hari Kamis tanggal 10 Juli 2014 Pukul 14.00 WIB
22
Salah satu implementasi nyata bagi perempuan Indonesia dalam
bidang politik adalah pemilu 1955 dimana perempuan yang memenuhi
persyaratan untuk dipilih dan memilih telah ikut serta dalam kegiatan
politik yang sangat berarti itu. Sejak saat itu partisipasi perempuan dalam
berbagai lembaga pemerintahan dari yang rendah sampai yang tinggi serta
berkecimpungnya mereka dalam berbagai organisasi kemasyarakatan dan
politik tidak lagi merupakan hal yang aneh (Isbodroini, 1993).
Keserasian dan keadilan jender dapat dicapai dengan berbagai
ikhtiar pemberdayaan politik perempuan. Pertama, melakukan ikhtiar-
ikhtiar penguatan institusi (institutional building). Kehadiran “Wanita
Persatuan”, misalnya, sebagai salah satu instrumen partai tidak hanya
menjadi institusi “pemanis”, tetapi gerakan perempuan harus menunjukan
dirinya sebagai institusi yang secara substansial dapat memberikan bobot
demokrasi bagi ikhtiar-ikhtiar komunikasidan agregasi politik perempuan.
Kedua, yang dapat dilakukan oleh gerakan perempuan adalah melakukan
penguatan kapasitas dan kapabilitas politisi perempuan (capacity building)
sehingga kader perempuan partai dapat secara aktif dan kompetitif ikut
dalam proses rekrutmen kader, baik dalam struktur kepengurusan partai
maupun pada lembaga legislatif. Proses itu dapat dicapai dengan
penguatan kapasitas politisi perempuan di lingkungan organisasi atau
partai politik. Penguatan kualitas kader partai dan politisi perempuan
disebuah partai politik dapat diarahkan pada kematangan visi perjuangan
partai, kemampuan untuk memimpin secara baik, berkomunikasi, mau
23
mendengar dan mengikuti, serta memiliki kekuatan dan kemauan untuk
menghadapi tantangan, disamping kemampuannya untuk memelihara
kredibilitas.83
Berdasarkan teori diatas peneliti menyimpulkan bahwa perempuan
di dunia politik kini bukanlah hal yang aneh, karena sudah banyak yang
terjun dan meduduki posisi dari yang terendah dan tertinggi, akan tetapi
jumlahnya masih sangat sedikit. Untuk itu perempuan harus melakukan
ikhtiar-ikhtiar penguatan institusi (institutional building) dan penguatan
kapasitas dan kapabilitas politisi perempuan (capacity building).
2.6 Partai Politik
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-
cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik
dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional-untuk
melaksanakan programnya.84
Di Indonesia kita terutama mengenal sistem multi-partai, sekalipun gejala
partai-tunggal dan dwi-partai tidak asing dalam sejarah kita. Sistem yang
kemudian berlaku berdasarkan sistem tiga orsospol dapat dikategorikan sebagai
sistem multi-partai dengan dominasi satu partai. Tahun 1998 mulai masa
reformasi, Indonesia kembali ke sistem multi-partai (tanpa dominasi satu partai).85
83
Khofifah Indar Parawansa.2006. Mengukir Paradigma Menembus Tradisi: Pemikiran Tentang
Keserasian Jender. Jakarta. Pustaka LP3ES Indonesia. Hal. 23 84
Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta.PT. Gramedia Pustaka
Utama. Hal 403 85
Ibid Hal 422
24
Dengan kata lain dapat disimpulkan partai politik adalah wadah untuk
mencapai tujuan dalam konteks kekuasaan politik yang tidak didominasi oleh satu
nama partai saja.
2.6.1 Fungsi Partai Politik
Dibagian terdahulu telah disinggung bahwa pandangan yang
berbeda secara mendasar mengenai partai politik di Negara yang
demokratis dan di Negara otoriter. Perbedaan pandangan tersebut
berimplikasi pada pelaksanaan tugas atau fungsi partai di masing-masing
Negara. Di Negara demokrasi partai relatif dapat menjalankan fungsinya
sesuai harkatnya pada saat kelahirannya, yakni menjadi wahana bagi
warga Negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan
bernegara dan memperjuangkan kepentingannya di hadapan penguasa.
Sebaliknya di Negara otoriter , partai tidak dapat menunjukan harkatnya,
tetapi lebih banyak menjalankan kehendak penguasa.86
2.6.2 Partai Politik dan Perlibatan Perempuan
Di bidang politik, peranan politik wanita juga menunjukan
fenomena menarik. Wanita tidak hanya memerankan politik secara
tradisional (domestik) sebagaimana pernah ditulis oleh Almond dan Verba
sebagai agen sosialisasi politik bagi anak-anaknya, tetapi mulai aktif
memperjuangkan kepentingan umum atau kepentingan kelompoknya
melalui lembaga sosial atau lembaga politik. Bahkan, tidak jarang mereka
86
Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta.PT. Gramedia Pustaka
Utama. Hal 405
25
menyalurkan kepentingannya melalui saluran nonkonvensional, seperti
unjuk rasa dan demonstrasi.87
Sebagai saluran aspirasi dan partisipasi politik, parpol secara serius
dan berkelanjutan berperan dalam melakukan rekruitmen jabatan politik.
Melalui rekruitmen jabatan politik, perempuan memiliki kesempatan yang
sama dengan laki-laki untuk berpartisipasi dalam politik. Partai politik
bertanggung jawab dalam menempatkan perempuan pada posisi dan
tanggung jawab organisatoris yang signifikan, selain mempersiapkan dan
menempatkan perempuan sebagai caleg yang setara dengan caleg laki-
laki.88
Hal ini juga didukung oleh adanya Pasal 65 ayat 1 menegaskan
bahwa setiap partai politik dapat mengajukan calon anggota DPR, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap daerah pemilihan
dengan memperhatiakan keterwakilan perempuan terus dianut dalam
undang-undang pemilu. Alhasil pada survey yang diadakan, keterlibatan
perempuan dalam dunia politik ditinjau dari adanya kenaikan calon
legislative dari 2009 sebesar 1,47%.
2.7 Sosialisasi
Berdasarkan buku Sosiologi Suatu Pengantar yang ditulis oleh
Soerjono Soekanto, “sosialisasi adalah suatu proses, dimana anggota
87
Liza Hadiz (Editor). 2004. Perempuan Dalam Wacana Politik Orde Baru: Pilihan Artikel
Prisma.Jakarta.Pustaka LP3ES Indonesia. Hal 399 88http://dewivivi07.wordpress.com/2009/05/26/partisipasi-politik-perempuan-melalui-
keterwakilannya-dalam-lembaga-legislatif/ Diakses pada hari Sabtu tanggal 19 Juli 2014
Pukul 15.00 WIB
26
masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai
masyarakat di mana dia menjadi anggota”.89
Menurut M.J. Herskovits, “sosialisasi adalah suatu proses dimana
seorang anak menyesuaikan diri dengan norma-norma dalam
keluarganya”.90
Richard T. Schaefer dalam buku Sociology a Brief Introduction
memaparkan, “Socialization, in which people learn the attitudes, values,
and behaviours appropriate for members of a particular culture.
Socialization occurs through human interactions that begin in infancy and
continue through retirement”.
(Sosialisasi adalah di mana orang mempelajari sikap, nilai, perilaku
yang tepat bagi anggota kebudayaan tertentu. Sosialisasi terjadi melalui
interaksi manusia yang dimulai pada masa bayi hingga usia lanjut).
Sedangkan sosialisasi menurut Sean Macbride yang dikutip
Cangara, “yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan
bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak
sebagai anggota masyarakat secara efektif”.91
2.7.1 Jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya sosialisasi menurut Robert M. Lawang dibagi
menjadi dua, yaitu92
:
89
Soejono Soekanto, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Hal 59 90
Ibid. Hal 60 91
Hafied Cangara. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 62 92
http://file.upi.edu/direktori/fpips/m_k_d_u/196604251992032
elly_malihah/pokok_materi_sosiologi,_elly_m/4._sosialisasi_dan_pembentukan_skl.pdf diakses
pada hari Sabtu 27 September 2014 pukul 15: 55 WIB
27
1. Sosialisasi primer, yaitu sosialisasi pertama yang dijalani individu
semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).
Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun. Secara
bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di
sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat
dengan anak menjadi sangat penting karena watak dan/atau
kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan
interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga
terdekatnya.
2. Sosialisasi sekunder, yaitu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi
primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu
dalam masyarakat. Salah satu bentuknya
adalah resosialisasi (pemberian identitas diri yang baru)
dan desosialisasi ('pencabutan' identitas diri yang lama).
2.7.2 Tipe Sosialisasi
Tipe sosialisasi dibedakan menjadi dua, yaitu93
:
1. Formal
Sosialisasi formal terjadi melalui lembaga-lembaga yang
berwenang menurut ketentuan negara. Contohnya sekolah.
2. Informal
93
http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.html diakses pada hari Sabtu 27 September 2014
pukul 15: 55 WIB
28
Sosialisasi informal terdapat dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan. Contohnya teman, anggota klub, dan kelompok-
kelompok sosial dalam masyarakat.
Walaupun proses sosialisasi dipisahkan menjadi dua yaitu formal
dan informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisahkan karena
individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.
2.7.3 Pola Sosialisasi
Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua pola, yaitu94
:
1. Sosialisasi represif (repressive socialization), yang menekankan
pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Komunikasinya
bersifat satu arah. Keluarga berperan sebagai significant other.
2. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization), yang
menekankan pada interaksi dan komunikasi lisan yang bersifat dua arah.
Hukuman dan imbalannya bersifat simbolik. Keluarga berperan sebagai
generalized other.
2.7.4 Proses Sosialisasi
1. George Herbert Mead
Menurut George Herbert Mead, tahapan proses sosialisasi yang
dilalui seseorang adalah sebagai berikut95
:
94
http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.html diakses pada hari Sabtu 27 September 2014
pukul 15: 55 WIB 95
http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.html diakses pada hari Sabtu 27 September 2014
pukul 15: 55 WIB
29
a. Tahappersiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman
tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan
meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang
masih balita diucapkan "mam". Arti kata tersebut juga belum dipahami
benar oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat arti kata
makan dengan kenyataan yang dialaminya.
b. Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak
menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
Kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain mulai
terbentuk, anak juga sadar bahwa dunia sosial manusia berisi banyak
orang. Sebagian dari orang tersebut adalah orang-orang yang dianggap
penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yaitu dari mana anak
menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut
orang-orang yang amat berarti (significant other).
c. Tahap memainkan (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan diganti
oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh
kesadaran. Kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain pun
meningkat sehingga memungkinkan adanya
30
kemampuan bermainsecara bersama-sama. Pada tahap ini
lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin
kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di
luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya
secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak
mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarga.
d. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata
lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang
berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia
dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--
bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi
warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
2. Charles H. Cooley
Charles H. Cooley lebih menekankan pada peran interaksi dalam
teorinya. Menurutnya, self concept (konsep diri) terbentuk dari
interaksi seseorang dengan orang lain, yang disebut looking-glass self.
Tahap-tahap terbentuknya looking-glass self yaitu96
:
a. Kita membayangkan bagaimana kita di hadapan orang lain
96
http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.html diakses pada hari Sabtu 27 September 2014
pukul 15: 55 WIB
31
b. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita
c. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian itu
Tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, di mana
seseorang akan berusaha memainkan peranan yang sesuai dengan
penilaian orang terhadap dirinya, walaupun penilaian itu belum tentu
benar.
2.7.5 Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melakukan sosialisasi
yang membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang
dunianya dan membuat persepsi tentang tindakan-tindakan yang pantas
dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh
agen-agen ini sangat besar.
Agen sosialisasi antara lain97
:
1. Keluarga
2. Teman sepermainan
3. Sekolah
4. Lingkungan pekerjaan
5. Masyarakat umum
6. Media massa
Berdasarkan definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa
sosialisasi adalah suatu proses menyesuaikan diri dengan norma-norma
dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang ada. Dalam hal ini, proses
97
http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.html diakses pada hari Sabtu 27 September 2014
pukul 15: 55 WIB
32
sosialisasi tersebut dilakukan oleh anggota perempuan di partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan dengan sesama politikus.
2.8 Aktivitas Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan komunikasi persuasi yang selalu dilakukan
oleh politikus maupun partai politik untuk mencapai tujuan politiknya. Dalam hal
ini, kegiatan komunikasi politik kegiatan persuasi dan hampir tidak ada kegiatan
komunikasi politik yang tidak berusaha untuk mempersuasi orang atau khalayak
maupun pemilih yang bertujuan mengubah atau mempertahankan persepsi,
perasaan, pikiran, maupun pengharapan agar mereka bersikap dan berperilaku
sesuai dengan keinginan komunikator politik. Dalam hal ini Dan Nimmo
menyebutkan persuasi merupakan suatu pembicaraan politik yang bertujuan
mengubah persepsi, pikiran, perasaan, dan pengharapannya.
Karena itu, manuver-manuver politik yang sering keluar dari sejumlah
elite dan aktor politik pada umumnya, pada gilirannya dapat berimplikasi pada
pembentukan perilaku individu dan kelompok yang terlibat dalam proses tersebut.
Pesan-pesannya akan menjadi rujukan penting dalam mengambil tindakan-
tindakan formal ataupun informal khususnya berkenaan dengan aktivitas politik.98
Beberapa bentuk komunikasi politik sebagai aktivitas komunikasi politik
yang sudah lama dikenal dan dilakukan dalam dunia politik adalah retorika
politik, propaganda politik, public relation politik, lobi-lobi politik, periklanan
politik, dan sebagainya.
98
Asep Saeful Muhtadi. 2008. Komunikasi Politik Indonesia:Dinamika Islam Politik Pasca-Orde
Baru. Bandung.PT.Remaja Rosdakarya.Hal 21
33
1. Retorika
Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric berasal dari kata latin
rehtorica yang berarti ilmu bicara. Aristoteles menyebutkan retorika sebagai
seni persuasi yaitu uraian yang singkat, jelas dan menyakinkan dengan
menggunakan keindahan bahasa dalam penyampaiannya. Retorika merupakan
seni sekaligus teknik yang sering diaplikasikan dalam dunia politik. Pada awal
kemunculannya retorika bersifat dua arah atau dialogis karena biasa digunakan
untuk perdebatan – perdebatan di dalam ruangan.Secara umum kajian retorika
didefinisikan sebagai simbol kehidupan manusia. Menurut Littlejohn dalam
Ariffin (2011:126) Retorika kemudian diperluas dengan mencakup segala cara
manusia menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungannya.
Dalam pengertian yang lebih luas retorika diartikan sebagai seni
mempergunakan bahasa secara efektif. Aristoteles menegaskan bahwa retorika
dipergunakan untuk membenarkan (corrective), memerintah (instructive),
mendorong (suggestive), dan mempertahankan (defensive) sesuatu yang
didasarkan pada kebaikan masyarakat secara luas.
Retorika merupakan komunikasi dua arah, satu kepada satu. Dalam
pengertian bahwa seseorang berbicara kepada beberapa orang atau seseorang
berbicara kepada seorang lainnya, yang masing-masing berusaha dengan sadar
untuk mempengaruhi pandangan satu sama lainnya, melalui tindakan timbal
balik satu sama lain.99
Retorika juga dimaksudkan sebagai upaya komunikasi
dalam membangun citra, melalui retorika bertujuan menyatukan perasaan,
99
Dan Nimo. 2004. Komunikasi Politik: Komunikator, pesan, dan media.Bandung. PT.Remaja
Rosdakarya.Hal 140
34
harapan, sikap dan akhirnya diharapkan untuk dapat bekerja sama sesuai
dengan tujuan komunikator dan hal tersebut dilakukan dengan cara berpidato
(negosiasi).
Untuk dapat melakukan retorika yang persuasif dan mencapai tujuan
retorika dimaksud, harus didasarkan dan diperhatikan faktor ethos, pathos dan
logos. Ethos merupakan faktor kredibilitas seorang komunikator, ini
menunjukkan bahwa retorika akan berhasil apabila disampaikan oleh
komunikator yang dipercaya oleh masyarakat (komunikan), pathos adalah
kemampuan dalam memilih dan menggunakan bahasa atau kata-kata yang
baik, manarik dan simpatik untuk mempengaruhi emosi khalayak pendengar,
dan logos adalah seorang komunikator adalah seorang yang mempunyai
pengetahuan yang luas dan mendalam tentang apa yang disampaikannya
dalam berpidato maupun berbicara di depan publik.
Dengan demikian retorika politik dapat dipahami sebagai sebuah seni
menggunakan bahasa untuk mempengaruhi orang lain dengan tujuan -tujuan
politik. Retorika politik juga sering disebut sebagai suatu proses negosiasi.
Selanjutnya, menurut Aristoteles ada tiga macam retorika politik yaitu100
:
a. Deleberative rhetoric, yaitu sebuah komunikasi yang dirancang untuk
menggoyang orang yang ada kaitannya dengan public policy dengan cara
menggambarkan keuntungan dan kerugian relatif dan jalan alternatif yang
ditempuh. Fokusnya diletakkan kepada apa yang akan terjadi dikemudian
hari akan suatu kebijakan yang akan diambil.
100
Dan Nimo. 2004. Komunikasi Politik: Komunikator, pesan, dan media.Bandung. PT.Remaja
Rosdakarya. Hal 142
35
b. Forensic rhetoric, yaitu komunikasi yang memiliki sifat ke fungsi judicial.
Tujuannya adalah untuk menunjukkan suatu kekeliruan atau kebenaran,
tanggung jawab, hukuman atau ganjaran yang telah dibuat dimasa lalu.
c. Demonstrative rhetoric, yaitu komunikasi yang menggambarkan tentang
kebaikan atau keburukan orang lain, organisasi, ide, dan sebagainya.
2. Propaganda Politik
Propaganda merupakan usaha yang dilancarkan berkesinambungan
dengan tujuan menggalang dukungan bagi suatu pendapat, kredo (paham),
atau kepercayaan tertentu.101
Propaganda merupakansuatu kegiatan komunikasi yang erat
kaitannya dengan persuasi. Sehingga Scott M. Cutlip dan H. Center
menyebut persuasi sebagai upaya menyampaikan informasi lewat cara
tertentu yang membuat orang menghapus gambaran lama dalam benaknya
atau memori pikirannya dan menggantikannya dengan gambaran baru
sehingga berubalah perilakunya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
persuasi merupakan kegiatan mengkonstruksi pesan dan membangun citra
diri dalam pikiran orang lain dengan tujuan mempengaruhi orang tersebut.
Mempengaruhi orang lain berarti sebuah upaya mengubah sikap orang
tersebut terhadap diri kita atau terhadap suatu objek102
.
Jacques Ellul, seorang sosiolog dan filosof Prancis, merangkum
cirri-ciri dalam mendefinisikan propaganda sebagai komunikasi yang
101
Jefkins Frank disempurnakan oleh Yadin Daniel.2004. Edisi ke-5 Public Relations.Jakarta. PT.
Gelora Aksara Pratama.Hal.16 102
Dedy Djamaluddin Malik dan Yosal Iriantara. 1994. Komunikasi Persuasif. Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya. Hal 32
36
digunakan oleh suatu kelompok atau terorganisasi yang ingin menciptakan
partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang
terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui
manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi.103
Propaganda merupakan salah satu alat untuk membangun opini di
tengah-tengah masyarakat. Jenis-jenis propaganda juga bermacam-macam,
sesuai dengan tujuan propaganda tersebut. Yang pertama ada propaganda
politik dan propaganda sosial, propaganda politik melibatkan usaha-usaha
pemerintah, partai, atau golongan yang berpengaruh untuk mencapai
tujuan strategis atau taktis,. Ia beroprasi melalui imbauan-imbauan khas
berjangka pendek. Propaganda sosiologi kuran kentara, lebih berjangka
panjang. Melalui proses ini orang disuntik dengan suatu cara hidup;suatu
ideologi. 104
Ellul juga membedakan propaganda vertikal dan propaganda
horizontal. Yang pertama adalah satu-kepada-banyak dan terutama
mengandalkan media massa bagi penyebaran imbauannya. Propaganda
horizontal bekerja lebih di antara keanggotaan kelompok ketimbang dari
pemimpin kelompok, lebih banyak melalui komunikasi interpersonal dan
komunikasi organisasi ketimbang melalu komunikasi massa. Secara
tradisional partai-partai politik mengandalkan propaganda horizontal.105
3. Public Realitions
103
Dan Nimo. 2004. Komunikasi Politik: Komunikator, pesan, dan media.Bandung. PT.Remaja
Rosdakarya. Hal 124 104
Ibid. Hal 126 105
Ibid. hal 127
37
Kata public relations (PR) atau biasa yang disebut dengan humas,
merupakan kegiatan yang diterapkan disemua jenis organisasi, baik
pemerintah, swasta, lembaga politik, LSM, dan sebagainya. Hal itu
dimaksudkan sebagai suatu kegiatan menciptakan hubungan yang baik dan
berkesinambungan dengan publik (masyarakat) untuk suatu tujuan
tertentu.
Public relations adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku
untuk semua jenis organisasi, baik itu yang bersifat komersial mupun non-
komersial, di sector public (pemerintah) maupun privat (pihak swasta).
Terdapat begitu banyak definisi PR. Namun pada intinya, PR senantiasa
berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan,
dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul perubahan
yang berdampak.106
Public relation dalam dunia kampanye politik biasanya disebut
konsultan kampanye yang bertugas membangun image (citra) politik
terhadap partai politik maupun kandidat, sedangkan dilain pihak
membangun kesan negatif kepada para pesaingnya. PR didunia politik
juga memainkan peranan spin doctor sebagai stage manager yang mampu
mengatur jalannya kampanye, seperti; memberi naskah pidato, membuat
agenda dan daftar pernyataan (statement) politik yang akan disampaikan
kandidat ketika berkampanye. Ia juga merancang isi pesan dan memilih
media yang tepat dalam mempromosikan kandidat, dengan tujuan untuk
106
Jefkins Frank disempurnakan oleh Yadin Daniel.2004. Edisi ke-5 Public Relations.Jakarta. PT.
Gelora Aksara Pratama.Hal.2
38
menggarahlan opini publik dan pencitraan kandidat. Di Indonesia spin
doctor biasa disebut dengan istilah manager kampanye.
Permasalahan-permasalahan negeri ini yang sempat mencuat
menjadi agenda setting-nya media massa, ternyata bisa dipotret dari
perspektif etika, public relations, dan politik. Etika bagi para pejabat
menyangkut penampilan (profil) dalam rangka menciptakan citra dan
reputasi (lihat Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto. 2006 171).
Sedangkan public relations berfungsi sebagai "jembatan komunikasi"
antara suatu organisasi dan lembaga lain serta berbagai elemennya.
Tujuannya supaya terjadi saling pengertian antara kedua belah pihak, dan
akhirnya terciptanya citra positif serta dukungan publik terhadap
keberadaan organisasi (lihat Elvinaro Ardianto. 2009 27). Sementara
politik itu sendiri berkaitan dengan masalah kekuasaan, termasuk
mempertahankan kekuasaan.
a. Public Relations & Personal Branding Tokoh Partai Politik
Nilai belanja iklan para calon-calon kepala daerah yang
dibelanjakan diberbagai media, cetak dan elektronik mencapai ratusan juta
rupiah. Bahkan, terdengar isu, salah seorang calon kepala daerah di
wilayah pemilihan Jawa Tengah konon mengeluarkan 1 Milyar rupiah
sebagai upaya personal branding lewat iklan. Jumlah itu belum ada apa-
apanya dibandingkan iklan para ketua partai besar yang ditengarai sedang
mempersiapkan diri menuju kursi RI-1. Sebut saja Wiranto, Prabowo dan
39
Sutrisno Bachir. Nama yang disebut belakangan ini konon kabarnya
menggelontorkan belanja iklan hingga 30 milyar rupiah.
b. Public Relations : Awareness, Attitude and Action
Kesadaran, bersikap dan bertindak. Sebuah mantra di dunia PR
yang didengung-dengungkan sejak dulu. Strategi PR hadir sebagai alat
bantu untuk mendekatkan sebuah rencana menuju ke sebuah keberhasilan.
Jika iklan dihadirkan untuk menunjukkan sebuah produk atau seorang
tokoh yang memuji-muji dirinya sendiri lewat jargon-jargon bombastis
khas iklan, maka PR melakukan hal yang berbeda.
4. Lobi-lobi Politik
Kata “Melobi” terdapat dalam kamus bahasa Indonesia dengan
pengertian : melakukan pendekatan secara tidak resmi, menilik asal kata lobi
yang berarti teras atau ruang depan yang terdapat di hotel-hotel, tempat
dimana para tamu duduk-duduk dan bertemu dengan santai kemungkinan kata
lobi melatar belakangi perkembangan istilah “melobi” yang terjadi karena
kebiasaan para anggota parlemen di Inggris yang biasa berkumpul di lobi
ruang sidang dan memanfaatkan pertemuan di ruang tersebut untuk
melakukan berbagai pendekatan, diantara persidangan. Sedangkan pelobian
adalah bentuk partisipasi politik yang mencakup usaha individu atau
kelompok untuk menghubungi para pejabat pemerintah atau pimpinan politik
dengan tujuan mempengaruhi keputusan atau masalah yang dapat
menguntungkan sejumlah orang.107
107
http://kbbi.web.id/melobi Diakses pada Tanggal 17 Oktober 2014 Pukul 16:30 WIB
40
Di era globalisasi seperti sekarang ini, konsep lobi merupakan suatu
keharusan untuk memecahkan berbagai persoalan yang ada, baik dalam skala
lokal maupun internasional. Penggunaan lobi (lobbying) dalam sistem politik
telah menjadi fenomena umum sejak lahirnya politik itu sendiri.
Bagaimanapun kebijakan publik diformulasikan akan selalu ada
kecenderungan dari mereka yang sangat terpengaruh untuk mempengaruhi
hasil.
Dalam dunia politik lobi dapat diartikan sebagai suatu upaya persuasi dan
pendekatan yang dilakukan oleh satu pihak yang memiliki kepentingan
tertentu untuk memperoleh dukungan dari pihak lain yang dianggap memiliki
pengaruh atau wewenang dalam upaya pencapaian tujuan yang ingin dicapai.
Sebagaimana praktek lobi-lobi dalam dunia politik di Indonesia telah
ditunjukkan ketika para kandidat berusaha melobi partai politik untuk
mendukung dan memberikan kendaraan politik untuk pencalonan kepala
daerah, baik gubernur, bupati maupun walikota. Dalam hal itu, keberhasilan
melobi partai politik untuk mendukung pada momentum pilkada langsung
merupakan keberhasilan awal mencapai tujuan politik.
5. Periklanan Politik
Periklanan politik, menurut H.B. Widagdo (1999) merupakan usaha untuk
menyampaikan pesan-pesan politik kepada khalayak dengan mengetengah-kan
berbagai pertimbangan dan alasan kuat perlunya masyarakat mendukung
keberadaan partai politik maupun kandidat yang akan dipilih dalam kegitan
pemilihan umum. Pesan-pesan tersebut disampaikan dan disebarluaskan
41
melalui media massa baik cetak maupun elektronik, seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, media iklan, internet, dan sebagainya.
Iklan sendiri dapat dimaknai sebagai salah satu bentuk komunikasi yang
terdiri atas informasi dan gagasan tentang suatu produk yang ditujukan kepada
khalayak secara serempak agar memperoleh sambutan baik. Iklan berusaha
untuk memberikan informasi, membujuk dan meyakinkan.108
Seperti halnya dengan iklan komersial, tujuan iklan politik tak lain adalah
mempersuasi dan memotivasi pemilih untuk memilih kandidat tertentu. Untuk
mencapai tujuan tersebut iklan politik tampil impresif dengan senantiasa
mengedepankan informasi tentang siapa kandidat (menonjolkan nama dan
wajah kandidat), apa yang telah kandidat lakukan (pengalaman dan track
record kandidat, bagaimana posisinya terhadap isu-isu tertentu (issues
posisition) dan kandidat mewakili siapa (group ties). Isi (content) Iklan politik
senantiasa berisi pesan-pesan singkat tentang isu-isu yang diangkat (policy
position), kualitas kepemimpinan (character), kinerja (track record-nya) dan
pengalamannya. Iklan politik, sebagaimana dengan iklan produk komersial
yang tak hanya memainkan kata-kata (word), tetapi juga, gambar, suara dan
musik.
Untuk mencapai sasaran obyektifnya iklan politik, harus menjawab lima
pertanyaan dasar yang diajukan oleh Beaudry dan Schaerier (1986). Pertama,
apa pesan tunggal yang paling penting untuk disampaikan kepada para
108 Sudiana. 1986. Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: Remadja Kary
42
pemilih. Kedua, siapa para pemilih yang dapat dipersuasi untuk memilih anda.
Ketiga, metode apa yang paling efektif digunakan agar pesan anda sampai
kepada pendukung potensial. Keempat, kapan saat terbaik untuk
menyampaikan pesan anda kepada audiens yang dibidik. Kelima, sumberdaya
apa yang tersedia untuk menyampaikan pesan kepada audiens yang
diinginkan.109
Iklan dibuat sebagai alat memengaruhi dukungan publik. Namun, karena
realitas keterisolasian iklan dengan preferensi pemilih, tujuan ini tidak efektif
untuk memperluas dukungan suara. Kecuali, memperteguh pendapat pemilih
yang telah mengikatkan emosinya. Jadi, iklan bukan pada posisi untuk
memengaruhi, melainkan menguatkan pendirian-pendirian pemilih yang
memiliki ikatan tradisional tertentu dengan capres.110
Kenneth Goldstein, ahli ilmu politik Universitas Wiscounsin mengatakan,
iklan politik bisa mempengaruhi, terutama dalam pemilihan antara dua calon
presiden yang memiliki kualitas dan kemampuan hampir sama. Di negara
maju, partai politik yang bersaing dalam pemilu memiliki massa fanatik
sendiri yang disebut true believers sehingga suara swing voters yang kecil
akan sangat menentukan kemenangan.111
Dengan demikian jelas bahwa iklan politik memang seharusnya tidak
dijadikan sebagai alat utama dalam kampanye kandidat, namun hanya sebagai
109
Adnan Nursal. 2004. Political Marketing : Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Hal 230 110
Afdal Makkuraga Putra. Emosionalitas dan Negativity dalam Iklan Politik Pilkada, Jurnal
Media Watch, 31 Agustus 2007 111
T. Yulianti, Iklan Politik di Televisi, Kompas, 15 Maret 2004
43
alat penunjang. Kita tahu bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih
akan ditentukan paling tidak oleh kondisi awal pemilih media masa (iklan dan
berita) serta partai politik atau kontestan. Bisa jadi faktor keluarga dimana
individu hidup didalamnya akan lebih kuat sehingga sangat menentukan
pilihan-pilihan politik. Atau kualitas pendidikan dalam masyarakat sangat
tinggi, sehingga mereka tidak begitu saja percaya dengan pemberitaan atau
iklan.
2.9 Hambatan Komunikasi
Pada hakikatnya komunikasi sebagai suatu sistem, maka gangguan
komunikasi dapat terjadi pada semua elemen atau unsure-unsur yang
mendukungnya, termasuk factor lingkungan dimana komunikasi terjadi.
Menurut Shannon dan Weaver (1949) dala McQuail dan Windahl (1985)
gangguan komunikasi terjadi, jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu
elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat berjalan efektif.
Sedangkan hambatan komunikasi terjadi karena gangguan yang membuat proses
komunikasi tidak dapat berlangsung sesuai harapan komunikator dan komunikan.
Hambatan komunikasi dapat dibedakan kedalam dua (2) hal, yaitu hambatan
objektif dan subjektif. Hambatan objektif adalah gangguan atau halangan terhadap
jalannya komunikasi, yang tidak sengaja dibuat oleh pihak lain, tapi mungkin juga
disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan dalam Effendy (2000),
diuraikan sebagai berikut112
:
1) Hambatan Teknis
112
Ahmad Sihabudin dan Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antarmanusia.Serang. Pustaka
Getok Tular. Hal 28
44
Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi
melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise), misalnya gangguan
pada stasiun radio atau tv, gangguan jaringan telepon, rusaknya pesawat
radio sehingga terjadi suara bising dan semacamnya.
2) Hambatan Semantik
Hambatan semantic adalah gangguan komunikasi disebabkan karena
kesalahan bahasa yang digunakan (Blake, 1979). Gangguan semantik
sering terjadi karena:
a. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa
asing, sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu;
b. Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan penerima
pesan;
c. Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya,
sehingga membingungkan penerima;
d. Latar belakang budaya menyebabkan salah persepsi terhadap
symbol-simbol bahasa digunakan.
3) Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis terjadi seringkali disebabkan karena persoalan-
persoalan individu. Misalnya rasa curiga penerima kepada sumber, situasi
berduka atau gangguan jiwa lainnya, sehingga dalam menerima dan
member informasi tidak sempurna.
45
4) Hambatan Fisik
Hambatan fisik disbabkan karena kondisi geografis, misalnya jarak yang
jauh, sehingga sulit dicapai, tidak ada sarana kantor pos, telepon,
transportasi, dan semacamnya. Dalam komunikasi antar manusia,
hambatan fisik dapat juga diartikan sebagai gangguan organik, yakni tidak
berfungsinya salah satu pancaindera penerima pesan.
5) Hambatan Status
Hambatan Status terjadi disebabkan jarak sosial antara peserta
komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan yunior atau
atasan dan bawahan. Perbedaan status seperti ini biasanya menuntut
perilaku komunikasi yang selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang
sudah membudaya dalam masyarakat, yakni bawahan cenderung hormat
pada atasannya, atau rakyat pada raja yang memimpinnya.
6) Hambatan Kerangka Acuan Berfikir/ Pendidikan
Gangguan ini disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator
dan khalayak terhadap pesan yang disampaikan dalam berkomunikasi. Hal
ini disebabkan latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda.
7) Hambatan Budaya
Hambatan Budaya merupakan gangguan yang terjadi disebabkan karena
adanya perbedaan norma, kebiasaan, dan nilai-nilai dianut oleh pihak-
pihak terlibat dalam komunikasi. Pada negara sedang berkembang,
46
masyarakat cenderung menerima informasi dari sumber yang banyak
memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti bahasa, agama, dan kebiasaan-
kebiasaan lainnya.
2.10Teori Nurture
Perbedaan perempuan dan laki-laki pada dasarnya merupakan hasil dari
konsepsi budaya yang tercipta melalui sosialisasi dan internalisasi dengan
lingkungannya. Perbedaan ini dikonstruksi melalui sistem pranata sosial yang
melingkupinya. Menurut Fakih proses sosialisasi dan internalisasi konsep
perbedaan gender tersebut berakumulasi dalam ruang dan waktu yang sangat
lama, diwariskan pada generasi selanjutnya dan juga diperkuat oleh negara dan
agama sehingga perbedaan gender tersebut sesungguhnya „dilekatkan‟ secara
kultural dianggap sebagai sesuatu yang „dikodratkan‟ oleh Tuhan atau alamiah.
Pembagian tugas dalam keluarga kemudian menempatkan perempuan
sebagai individu yang tertindas. Randall Collin (1987) beranggapan keluarga
adalah wadah tempat pemaksaan, suami sebagai pemilik dan wanita sebagai abdi.
Margrit Eichlen beranggapan keluarga dan agama adalah sumber terbentuknya
budaya dan perilaku diskriminasi gender.
Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada
hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran
dan tugas yang berbeda. Anggapan bahwa perbedaan psikologis antara perempuan
dan laki-laki sebagian besar disebabkan oleh kostruksi sosial melalui
sosialisasi.113
Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal
113
A. Nunuk P. Murniati, 2004. Getar Gender. Hal XVIII
47
dan terabaikan peran dan konstribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kostruksi sosial menetapkan laki-laki dan perempuan
dalam perebedaan kelas. Laki-laki di identikkan dengan kelas borjuis dan
perempuan sebagai kelas proletar.114
Perjuangan untuk persamaan dipelopori oleh orang-orang yang konsen
memperjuangkan kesetaraan perempuan dan laki-laki (kaum feminis) yang
cenderung mengejar “kesamaan” atau fifty-fifty yang kemudian dikenal dengan
istilah kesamaan kuantitas (perfect equality). Perjuangan tersebut sulit dicapai
karena berbagai hambatan, baik dari nilai agama maupun budaya. Oleh karena itu,
aliran nurture melahirkan paham sosial konflik yang memperjuangkan kesamaan
proporsional dalam segala aktivitas masyarakat seperti di tingkatan manajer,
menteri, militer, DPR, partai politik, dan bidang lainnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dibuatlah program khusus (affirmatif
action) guna memberikan peluang bagi pemberdayaan perempuan yang
kadangkala berakibat timbulnya reaksi negatif dari kaum laki-laki karena apriori
terhadap perjuangan tersebut.
Pembagian kerja secara seksual seringkali dikonstruksi berdasarkan
gender. Kegiatan-kegiatan ekonomis cenderung terklasifikasikan menurut jenis
kelamin. Beberapa peran dilihat sebagai maskulin atau feminin. Namun fakta
semakin menguatkan bahwa peran sosial laki-laki dan perempuan merupakan
hasil konstruksi masyarakat, sehingga mengakibatkan adanya sebuah peran yang
di suatu tempat dianggap maskulin tetapi di tempat lain dianggap feminin. Salah
114
Fahmi Salatalohy, Rio Pelu. 2004. Nasionalisme Kaum Pinggiran. Hal 71
48
satu pekerjaan yang identik dengan pekerjaan maskulin adalah menjadi seorang
jurnalis.
Pembagian kerja secara seksual merupakan pembagian yang berdasarkan
seksisme atau stereotipe. Secara ilmiah para ahli telah membuktikan bahwa
kemampuan otak perempuan sama dengan laki-laki. Bahwa perempuan cenderung
lebih emosional, hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan kemampuan otak,
melainkan sebagai kekhasandari makhluk perempuan.115
Politik yang kita pahami saat ini masih bersifat bias gender dan sangat
berorientasi maskulin. Segala aktivitas politik masih didominasi oleh kaum lelaki.
Hal tersebut mengakibatkan pandangan terhadap isu-isu politik masih berorientasi
pada pandangan, pengalaman, dan sensitifitas lelaki. Hal ini, mengakibatkan
rusaknya lingkungan hidup dan pemenuhan hak-hak asasi manusia sera kesetaraan
adalah dampak dari maskulinitas yang terjadi.
Perempuan dalam politik selalu diremehkan karena terkadang hanya
menjadi hiasan semata tanpa didukung adanya kemampuan berpolitik yang baik.
Keterwakilan 30% diparlemen seharusnya dijadikan ajang mencari kader
perempuan yang unggul untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam hal ini kita akan melihat hak dan kewajiban, proses sosialisasi,
hambatan yang ditemui dan pengkaderan anggota perempuan di partai Demokrasi
Perjuangan Indonesia (PDI-P) DPD Banten menggunakan teori nurture.
2.11 Kerangka Pemikiran
115
Hetty Siregar. 2001. Menuju Dunia Baru. Hal 67
49
Kerangka berpikir yang dimaksud adalah bagaimana peran anggota parta
perempuan di PDI-P DPD Banten dalam aktivitas komunikasi politik. Dalam
dunia politik, peran perempuan memang kurang begitu dominan, dan cenderung
diragukan kemampuannya dalam melakukan aktivitas komunikasi politik.
Hal itu terlihat dari lebih banyaknya jumlah politikus laki-laki
dibandingkan politikus perempuan dan hal tersebut akan menemukan hambatan-
hambatan. Kemudian bagaimana anggota partai perempuan belajar memenuhi
kewajibannya dan memperjuangkan haknya, agar tidak lagi dipandang sebelah
mata.
Budaya Politik lahir dari budaya bangsa yang ada salam masyarakat.
budaya bangsa merupakan cerminan pola hidup masyarakat. Budaya yang
dominan di Idonesia adalah budaya Patrimonialistik. Kuatnya pengaruh budaya
bangsa ini lambat laun membentuk budaya politik yang kemudian menjai cara
pandang dan persepsi masyarakat mengenai politik.
Politik dihubungkan dengan hal-hal yang lebih bersifat maskulin yang
dianggap kontras dengan sikap-sikap keperempuanan yang feminim. Perempuan
dianggap tidak cocok untuk terjun di dunia politik yang keras karena perempuan
memiliki watak yang lembut, tidak kuat dan tidak tegas, permpuan juga dianggap
tidak mampu dalam segi pengetahuandi dunia politik.
50
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berfikir
Peran Perempuan
Sebagai Anggota
Partai Politik dalam
Aktivitas Komunikasi
Politik
Konstruksi
budaya
tentang
perempuan
Orientasi
Politik
Perempuan
Hak dan
Kewajiban
sebagai anggota
partai
Bersosialisasi dan
berinternalisasi
sebagai anggota
Pertai
Hambatan-
Hambatan dalam
melakukan
aktivitas
komunikasi
politik
Perekrutan
dan
Pengkaderan
Teori
Nurture
51
2.12 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO
Item
Siti Nur Aini
Institut Agama Islam Negeri
(Iain) Walisongo
Semarang
Trami Vidya
Veliyanti
Universitas
Sultan Ageng
Tirtayasa
Amallia Utami Putri
Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
1 Judul Analisis Terhadap Peran
Politik Perempuan
Di Lembaga Legislatif
Kabupaten Rembang
Tahun 2004 – 2009
Strategi
Komunikasi
Politik dalam
Memenuhi
Kuota 30%
Keterwakilan
Perempuan di
Parlemen
Peran Perempuan
Sebagai Anggota
Partai Politik Dalam
AktivitasKomunikasi
Politik
(Studi Deskriptif
Pada Partai
Demokrasi
Perjuangan Dewan
Pimpinan Daerah
Banten)
2 Tahun 2009 2013 2014
3 Tujuan
Penelitian
Pokok permasalahan dalam
penelitian ini setidaknya
terdiri dari dari dua hal
penting, yaitu: apa yang
menjadi penyebab minimnya
partisipasi perempuan
dalam politik di Kabupaten
Rembang dan bagaimana
peran politik perempuan
yang secara kuantitas minim
tersebut di lembaga legislatif
Kabupaten Rembang
tahun 2004 – 2009
Mengetahui
strategi yang
digunakan oleh
kaukus
perempuan
politik Indonesia
kota Serang
dalam memenuhi
kuota 30%
keterwakilan
perempuan di
parlemen, serta
apa saja faktor-
faktor
penghambat
keterwakilan
perempuan di
parlemen.
Penetapan kuota 30%
diparlemen sangat
membuat partai
politik kewalahan
mencari kader partai
perempuan.
Seharusnya hal ini
sudah diantisipasi
dengan melakukan
perekrutan dan
pengkaderan anggota
partai dengan baik
dan benar. Agar
kebutuhan ilmu
politik mereka
terpenuhi karena itu
adalah bagian dari
hak mereka sebagai
anggota partai, dan
kewajiban dari sebuah partai politik.
4 Teori Feminisme Nurture
52
5 Metode /
Paradigma
Kualitatif / Naturalistik Kualitatif/
Konstruktivistis
Kualitatif/ Post -
Positifistis
6 Hasil
Penelitian
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
minimnya partisipasi
perempuan
dalam politik di Kabupaten
Rembang, ini bisa dilihat dari
jumlah anggota
legislatif di Kabupaten
Rembang yang hanya empat
orang dari 45 kursi yang
disediakan atau 8.8% dari
yang seharusnya 30% sesuai
UU. Pemilu.
Hasil penelitian
ini menunjukan
bahwa strategi
ysng digunakan
Kaukus
Perempuan
Politik Indonesia
kota Serang
adalah
komunikasi,
propaganda,
mengadvokasi,
sosialisasi
politik, strategi
media, strategi
pesan.
Sedangkan
faktor-faktor
penghambat
keterwakilan
perempuan
dalam parlemen
adalah kultur,
caring, cas,
confiden.
-
7 Persamaan Meneliti tentang peran
politik perempuan
Meneliti tentang
perempuan di
dunia politik
8 Perbedaan Teori yang digunakan dan
penelitian ini lebih mengarah
pada politik perempuan
dalam islam, lokasi
penelitian.
Teori yang
digunakan dan
paradigma
penelitian, lokasi
penelitian.
9 Kritik Seharusnya teori
dicantumkan pada skripsi
tersebut.
Agar penulisan
lebih konsisten
untuk
menggunakan
footnote atau
bodynote,
banyak sumber
yang tidak jelas.
10 Sumber http://library.walisongo.ac.id/
digilib/files/disk1/86/
Perpustakaan
Pusat Untirta
53
jtptiain-gdl-sitinuraii-4297-1-
skripsi-p.pdf
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metodologi Penelitian
Untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai peran
perempuan sebagai anggota partai politik dalam aktivitas komunikasi politik,
peneliti menggunakan pendekatan kualiatif. Hal ini dipilih agar peneliti bisa
medapatkan pemahaman yang dalam terhadap permasalahan yang ada.
Dengan digunakan pendekatan kualitatif, maka data yang didapat akan
lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian
dapat tercapai. Sehingga dapat ditemukan data yang bersifat proses kerja,
perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan,
norma, keyakinan, sikap mental, etos kerja dan budaya yang dianut seorang
maupun sekelompok orang dan lingkungannya kerjanya.116
Melalui penelitian kualitatif ini, peneliti berupaya untuk menggambarkan
dan mengungkapkan mengenai peran perempuan sebagai anggota partai politik
menyangkut hak dan kewajibannya, cara anggota perempuan di partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan bersosialisasi dan berinternalisasi dalam aktivitas
komunikasi politik, hambatan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik, sistem perekrutan dan
pengkaderan anggota partai perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
dalam memenuhi pengetahuan komunikasi politik.
116
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Hal.
181
55
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah “deskriptif”, yaitu
suatu metode yang bertujuan tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak
menguji hipotesis atau membuat prediksi, melainkan mengukur dengan cara
menghimpun data dan fakta.117
Metode deskriptif, dimana peneliti tidak hanya menggambarkan atau
menjelaskan masalah-masalah yang diteliti sesuai dengan fakta, tetapi juga
didukung oleh pertanyaan-pertanyaan dengan melakukan wawancara mendalam
dengan subjek penelitian yang kemudian datanya dikumpulkan, disusun,
dijelaskan, kemudian dianalisa yang disertai dengan pemecahan masalah atau
solusi sesuai dengan masalah yang diteliti.118
Dalam penelitian deskriptif , untuk menggambarkan tentang karakteristik
(ciri-ciri ) individu, situasi atau kelompok tertentu yaitu anggota perempuan pada
PDI-P. Penelitian relatif sederhana yang tidak memerlukan landasan teoritis rumit
atau pengajuan hipotesis tertentu. Metode ini juga bertujuan untuk melukiskan
secara menyeluruh dan sistematis fakta atau karakteristik individu atau kelompok
tertentu secara mendalam dan cermat. Dalam hal ini fakta yang dilihat adalah
kesesuaian antara hasil wawancara dengan kenyataan yang terjadi dilapangan
dengan informan-informan yaitu anggota PDI-P.
Paradigma adalah basis kepercayaan utama dari sistem berpikir; basis dari
ontologi, epistemologi, dan metodologi. Dalam pandangan filosof, paradigma
merupakan pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam
orientasi berpikir seseorang. Hal ini membawa konsekuensi praktis terhadap
117
,Jalaluddin Rakhmat , Metode PenelitianKomunikasi. PT Remaja RosdaKarya. Bandung. 2001
hal 24 118
Ibid. Hal. 12
56
prilaku, cara berpikir, intepretasi dan kebijakan dalam pemilihan masalah.
Paradigma memberi representasi dasar yang sederhana dari informasi pandangan
yang kompleks sehingga orang dapat memilih untuk bersikap atau mengambil
keputusan (Salim, 2001).
Paradigma menurut Kuhn didefinisikan sebagai suatu cara pandang, nilai-
nilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan sesuatu masalah, yang
dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu masa tertentu.119
Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan paradigma post –
positivis. Paradigma ini berbicara bukan hanya terlibat, terasa dan teraba saja
tetapi mencoba memahami makna dibalik yang ada. Realitas sosial menurut
paradigm ini adalah suatu gejala yang utuh yang terikat dengan konteks, bersifat
kompleks, dinamis dan penuh makna. Oleh karena itu, mengetahui keberadaannya
tidak dalam bentuk ukuran akan tetapi dalam bentuk eksplorasi untuk dapat
mendeskripsikannya secara utuh.120
karena dengan menggunakan paradigma post
– positivis ini, peneliti berusaha untuk memahami tentangPeran Perempuan
Sebagai Anggota Partai Dalam Aktivitas Komunikasi Politik (Studi Deskriptif
Anggota Partai Perempuan Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan
Pimpinan Daerah Banten). Selain itu peneliti tidak hanya mengolah data
mentahnya saja, tetapi peneliti lebih mencari tahu di setiap kejadian apa yang
menyangkut penelitian ini.
119
Djaman Satori & Aan Komariah. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung: Alfabeta.
Hal 9. 120
Ibid. Hal 12
57
3.2 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini adalah Partai Politik pemenang pemilu tahun
2014, yaitu Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDI-P) Dewan Pimpinan Daerah
Banten.
3.3 Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif , istilah sampel yang sering digunakan dalam
penelitian yang berasumsi statistik dan mekanistis, hal ini tidak lagi berlaku dalam
metode penelitian kualitatif, karena dalam penelitian kualitatif istilah diganti
dengan istilah informan. Bagaimana disebutkan oleh Sjoberg dan Nett yaitu
“bahwa penelitian kualitatif menggunakan pendekatan humanistic untuk
memahami realitas sosial yang idealis, penekanan lebih terbuka tentang kehidupan
social dan dipandang sebagai kreativitas bersama”121
.
Dunia kehidupan sosial merupakan hal yang tidak tetap , dinamis dan
mengalami perubahan perubahan sesuai dengan dinamika kehidupan. Dengan kata
lain , subjek penelitian dalam penelitian kualitatif memilki peranan yang sangat
penting dalam penelitian sehingga posisi subjek penelitian tidak hanya sekedar
sampel untuk pemenuhan data statistik tetapi lebih berperan sebagai informan
dimana penelitian kualitatif dapat berkembang lebih dinamis.
Pada penelitian ini ada tiga macam informan yaitu :
a. Informan-Informan kunci ( key informants ) yaitu informan yang
dianggap tahu banyak memberikan informasi dan jawaban yang
121
Djaman Satori & Aan Komariah. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung: Alfabeta.
Hal.214
58
dibutuhkan atas pertanyaan-pertanyaan atau masalah penelitian dan
yang mendukung penelitian ( memberi informasi paling besar ).
Kriteria key informants dalam penelitian ini adalah :
1. Perempuan
2. Anggota Aktif PDI-P DPD Banten
3. Masuk dalam struktur kepengurusan PDI-P DPD Banten
4. Berkompeten dalam bidang komunikasi politik
b. Informan Pendukung yaitu informan yang dianggap tahu atau memberi
bantuan dan dapat memberi jawaban atau pertanyaan-pertanyaan
penelitian tapi tidak lebih dari informan kunci.
Kriteria informan pendukung dalam penelitian ini adalah :
1. Laki-laki atau perempuan
2. Anggota Aktif PDI-P DPD Banten
3. Masuk dalam struktur kepengurusan PDI-P DPD Banten
4. Berkompeten dalam bidang komunikasi politik
c. Informan Ahli yaitu para ahli yang sangat memahami dan dapat
memberikan penjelasan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian
dan tidak dibatasi dengan wilayah tempat tinggal.
Kriteria informan ahli dalam penelitian ini adalah:
1. Laki-laki atau perempuan
2. Akademisi
3. Menguasai dan berkompeten di bidang komunikasi politik
59
Pemilihan informan dalam penelitian menggunakan purposive sampling,
dimana seleksi responden dalam penelitian kualitatif tidak statis atau ditentukan
pada awal penelitian melainkan bersifat dinamis , dari fase ke fase, berurut,
berkembang, dan kontekstual.122
Dengan kata lain pemilihan informan dalam
penelitian ini sejalan dengan penelitian sehingga dapat memunculkan pemikiran
ataupun hipotesis baru.
Berdasarkan purposive sampling, peneliti memiliki pertimbangan dalam
menentukan informan yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Keakuratan dan validitas informasi yang diperoleh. Berdasarkan hal ini
maka bahan informasi yang dapat dianalisis adalah informasi yang
didapat dari informan yang benar-benar menguasai masalah penelitian.
2. Jumlah informan sangat bergantung pada pencapaian tujuan
penelitiannya. Artinya bila masalah penelitian yang diajukan sudah
terjawab dari 3 informan maka jumlah tersebut adalah jumlah yang
tepat. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan informan-informan
yaitu orang anggota perempuan PDI-P DPD Bantensebagai sumber
utama data penelitian. hal ini bertujuan untuk mendapatkan keakuratan
dan validitas informasi, peneliti hanya melakukan penelitian dari
Ketua PDI-P DPD Banten sebagai informasi pendukung untuk
melengkapi deskripsi data.
3. Peneliti melakukan wawancara kepada informan mengenai bagaimana
Peran Perempuan Sebagai Anggota Partai Dalam Aktivitas
122
A.Chaedar Alwasilah, Pokoknya kualitatif. PT.Dunia Pustaka jaya hal. 146
60
Komunikasi Politik (Studi Deskriptif Anggota Partai Perempuan Pada
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan Pimpinan Daerah
Banten).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah :
3.4.1. Wawancara
Wawancara ini merupakan salah satu metode pengumpulan
data pada riset kualitatif. Wawancara dalam riset kualitatif yang
disebut sebagai wawancara mendalam (depth interview)atau
wawancara intensif (intensive-interview) dan kebanyakan tak
terstruktur. Tujuannnya adalah untuk mendapatkan data kualitattif
yang mendalam.123
Menurut Baskin yang dikutip dalam buku Dodi M. Gozali
mengatakan bahwa wawancara bisa menjadi berhasil untuk
memperoleh informasi dari publik, apabila pewawancara terampil
sehingga dapat memperoleh informasi yang mungkin sulit
dilakukan oleh pewawancara biasa. Wawancara bisa dilakukan
secara tatap muka (face-to-face), bisa juga melalui telepon.124
Dalam wawancara ini, peneliti ingin mengetahui mengenai:
1. Peran anggota perempuan dalam memenuhi hak dan
kewajiban anggota perempuan di partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik.
123
A.Chaedar Alwasilah, Pokoknya kualitatif. PT.Dunia Pustaka jaya. Hal 98 124
Dodi M. Gozali, 2005. Communication Measurament : Konsep dan Aplikasi Pengukuran
Kinerja Public Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama. Hal 62
61
2. Hambatan anggota perempuan di partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik.
3. Mengetahui cara anggota perempuan di partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan bersosialisasi dan berinternalisasi
dalam aktivitas komunikasi politik.
4. Melihat sistem perekrutan dan pengkaderan calon legislatif
perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
unyuk memenuhi keahlian dalam aktivitas komunikasi
politik.
Hal-hal yang ditanyakan dan hasilnya tercantum pada lampiran
pedoman wawancara serta hasil wawancara.
Teknik wawancara yang peneliti lakukan yaitu, dengan
mewawancarai anggota partai perempuan pada PDI-P DPD
Banten.
3.4.2 Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan pacaindra mata sebagai alat bantu
utama selain pacaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut,
dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang
untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pacaindra
mata serta dibantu dengan pacaindra lainnya. Metode observasi
62
adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan pacaindra peneliti.125
Selain itu jenis observasi yang digunakan pada penelitian
ini adalah partisipasi pasif, dimana peneliti mengamati tetapi tidak
terlibat dalam kegiatan tersebut.Observasi dalam penelitian ini
termasuk dalam teknik pengumpulan data yang bersifat sekunder
atau bukan yang utama.
Observasi dapat dilakukan dengan melihat cara dan
penguasaan informan menjawab pertanyaan pada saat interview
berlangsung. Selain itu, peneliti juga mengikuti anggota
perempuan di PDI-P tersebut saat melakukan aktivitas komunikasi
politik. Adapun pedoman dan hasil observasi telah dicantumkan
peneliti pada lampiran.
3.5 Sumber Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dilakukan tersebut maka
sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
3.5.1 Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan yang menjadi objek
penelitian. Datatersebut diperoleh melalui wawancara dengan anggota
perempuan DPD PDI-P,anggota laki-laki DPD PDI-P, informan ahli, juga
hasil observasi dan pengamatan penulis.
125
Elvinaro Ardianto. 2010. Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif Dan Kualitatif.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Hal 162
63
3.5.2 Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen partai yang berupa
data-data penunjang data primer dan studi literatur dari sumber
kepustakaan yang dapat menunjang penelitian ini.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam mengolah dan menganalisis data, peneliti akan menggunakan tiga
langkah pengolahan data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data , dan
penarikan kesimpulan. Dalam pelaksanaannya reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan, merupakan sebuah langkah yang sangat luwes , dalam arti
tidak terikat oleh batasan kronologis. Secara keseluruhan langkah-langkah
tersebut saling berhubungan selama dan sesudah pengumpulan data.
Milles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Menurut Sugiyono, tahap
analisis data menurut model Milles and Huberman126
adalah:
3.6.1 Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci untuk segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data.Mereduksi data berarti merangkum
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting
dan dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
126
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. hal 247
64
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.
Disinilah peneliti menyaring dan mengolah data hasil wawancara
dan observasi dengan narasumber. Dilakukan guna mendapatkan data
yang akurat sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu Peran
Perempuan Sebagai Anggota Partai Dalam Aktivitas Komunikasi
Politik (Studi Deskriptif Anggota Partai Perempuan Pada Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan Pimpinan Daerah Banten).
3.6.2 Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kulitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan lain-lain. Menurut Milles and Huberman
(1984) yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami tersebut.
3.6.3 Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi.Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat semantara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
65
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan
baru yang sebelumnya pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
Untuk menganalisis data terkumpul sehingga diperoleh kesimpulan
yang valid , maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan dan mengklasifikasikan data-data penelitian
menurut perumusan masalah.
b. Mencari jawaban bagaimana Peran Perempuan Sebagai
Anggota Partai Dalam Aktivitas Komunikasi Politik (Studi
Deskriptif Anggota Partai Perempuan Pada Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan Dewan Pimpinan Daerah Banten)..
c. Setelah itu dilakukan penarikan kesimpulan, tentang
bagaimana Peran Perempuan Sebagai Anggota Partai Dalam
Aktivitas Komunikasi Politik (Studi Deskriptif Anggota Partai
Perempuan Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Dewan Pimpinan Daerah Banten).
Dalam penelitian ini peneliti menguji keabsahan data dengan cara
uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data yang dilakukan dengan
66
triangulasi. Yang merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada.
3.7 Validitas Data
Pengecekan keabsahan data dilakukan agar memperoleh hasil yang valid
dan dapat dipertanggung jawabkan serta dipercaya oleh semua pihak. Peneliti
dalam penelitian ini menguji keabsahan data dengan cara uji kredibilitas atau
kepercayaan terhadap data yang dilakukan dengan menggunakan triangulasi,
dengan menggunakan teknik triangulasi, peneliti ingin mendapatkan data yang
lebih konsisten.
Ada 4 macam triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai
keabsahan, yaitu :
a. Triangulasi data
Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen,
arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan
mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki
sudut pandang yang berbeda.
b. Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa
hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing
studi kasus bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang
memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.
67
c. Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk
memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki
syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab
II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.
d. Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal,
seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian
ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan
metode observasi pada saat wawancara dilakukan.
Menurut Susan Stainback tujuan dari triangulasi bukan untuk
mencari kebenaran dari beberapa fenomena, melainkan lebih pada
peningkatan pemahanan peneliti tentang apa yang telah ditemukan.127
Tujuan penelitian kualitatif memang lebih kepada pemahaman subjek
terhadap dunia sekitarnya. Bukan semata-mata hanya untuk
mencarikebenaran.
Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi data, teori dan
metode, peneliti juga berusaha membandingkan data dari hasil
wawancara, hasil pengamatan dan data dokumentasi
127
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Cetakan ke -13). Bandung 2011.
Alfabeta. Hal:241
68
3.8 Jadwal Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2014 hingga bulan Desember
2014. Hal tersebut dilakukan mulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan hingga ke
penyelesaian dengan perincian waktu pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Nama
Kegiatan
Juli Agustus September Oktober Nobember Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 * Prariset
2 Penyusunan
Skripsi Bab
I-III
3 Sidang
Outline
4 Riset
Lapangan
5 Penyusunan
Bab IV-V
6 Sidang
Skripsi
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Sejarah Partai Demokrasi Indonesia menjadi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan
Pada tanggal 9 maret 1970, PNI, Partai Kristen Indonesia
(Parkindo), Partai Katolik, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia
(IPKI), dan Murba memebentuk Kelompok Demokrasi Pembangunan,
yang kemudian di kukuhkan dengan pernyataan bersama kelima partai
politik tersebut pada tanggal 28 oktober 1971. Dan akhirnya pada
tanggal 10 januari 1973 melakukan langkah strategis menfusikan diri
menjadi satu wadah perjuangan politik rakyat berdasarakan Pancasila
dengan nama Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada penutupan
Kongres ke-2 PDI di Jakarta tanggal 17 Januari 1981 kelima partai
yang berfusi tersebut menegaskan bahwa perwujudan fusi telah
paripurna, serta menyatakan pengakhiran eksistensi masing-masing.
Dalam perkembangan selanjutnya dan didorong oleh tuntutan
perkembangan situasi dan kondisi politik nasional yang terjadi, serta
berdasarkan hasil keputusan Kongres ke-5 Partai Demokrasi Indonesia
di Denpasar Bali, maka pada tanggak 1 Februari 1999 PDI telah
mengubah namanya menjadi PDI Perjuangan, dengan asas Pancasila
dan bercirikan kebangsaan , kerakyatan, dan keadilan sosial.
70
Untuk mencapai status nya sebagai bagian dari prinsipil dari
perjuang rakyat mewujudkan cita-cita itu, PDI Perjuangan telah
berketetapan menjadikan dirinya menjadi partai modern yang
mempertahankan jati dirinya sebagai partai kerakyatan dengan tetap
berpegang teguh pada prinsip berdaulatdi bidang politik, berdikari di
bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
Sebagai partai yang mempunyai roh kedaulatan rakyat, PDI
Perjuanagn di cirikan oleh adanya pengakuan dan penghargaan
terhadap demokrasi kebangsaan dan keadilan sosial. Demokrasi
menempatkan kekuasaan tertinggi di tangan rakyat yang diwujudkan
melalui kedaulatan anggota partai dan diselengarakan sepenuhnya
melalui kongres partai. Kebangsaan menempatkan prinsip
kewarganegaraan yang mengakui adanya kesamaan hak dan kewajiban
warga negara tanpa kecuali sebagai dasar satu-satunya dalam
pengelolaan partai. Bagi PDI Perjuangan prinsip ini menemukan
bentuk konkret nya lewat sifatnya sebagai partai terbuka yang
menempatkan kemajemukan sebagai kekayaan dan rahmat Tuhan.
Keadilan sosial mengungkapkan komitmen PDI Perjuang untuk
senantiasa mengarahkan semua aktivitas nbagi kepentingan rakyat
banyak.
Cita-cita Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis,
adil, dan makmur, serta beradab dan berketuhanan menuntut partai
politik modern yang mempunyai roh kedaulatan rakyat dan juga
71
menuntut komitmen, moralitas, dedikasi, loyalitas, dan militansi yang
tinggi dari para penyelengaranya.
Oleh karena itu, arah politik dan program PDI Perjuangan pertama-
tama adalah menjadika dirinya sebagai kekuatan perekat bangsa yang
menjamin tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
segala cita-cita luhurya serta mewujudkan penyelenggara yang
bertanggung jawab, berkeadilan, bersih, dan berwibawa. Penuntasan
praktek KKN dan berbagai bentuk penyalah gunaan kekuasaan yang
diikuti oleh perjuangan untuk mewujudkan adanya supremasi dan
tegaknya hukum, pembagian, dan pembatasan kekuasaan yang
memungkinkan berjalan nya prinsip keseimbangan dan kesejahteraan,
dan berjalan nya pengawasan politik dan sosial merupakan agenda
pokok PDI Perjuangan yang harus diwujudkan oleh setiap kader dan
anggota PDI Perjuangan.
4.2 Deskripsi Informan Penelitian
Dalam penelitian ini ada tiga jenis informan, yang pertama
informan-informan kunci (key informants) , informan pendukung dan
informan ahli.
4.2.1 Informan - Informan Kunci (Key Informants)
Key Informants adalah yaitu informan yang dianggap tahu
banyak memberikan informasi dan jawaban yang dibutuhkan
atas pertanyaan-pertanyaan atau masalah penelitian dan yang
mendukung penelitian ( memberi informasi paling besar ).
72
Dalam penelitan ini, peneliti memilih key informants yaitu
Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si selaku Plt Pimpinan Anak
Cabang (PAC) PDI-P Kecamatan Serang, Suparmi ST selaku
wakil bendahara PDI-P DPD Banten, Sri Hartati, SH selaku
sekertaris internal PDI-P DPD Banten. Karena memenuhi
criteria yang telah dijelaskan pada bab 3.
Data yang diambil oleh peneliti lebih banyak dari
wawancara dengan key informants, karena informasi yang
didapat dari key informantscukup mendalam dan menjawab
semua identifikasi masalah penelitian. Dokumentasi kegiatan
dan wawancara dengan informan tambahan dan informan ahli
digunakan sebagai penguatan data yang didapat dari key
informants, untuk memperoleh gambaran yang utuh serta
relevansi antara keseluruhan yang pada akhirnya dapat
mengungkap, mengecek kebenaran yang terjadi antara hasil
wawancara dan realita yang terjadi di lapangan, dan
menyelaraskan hasil dari penelitian ini.
a. Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si ( Informan Kunci Ke 1)
Perempuan kelahiran Martapura, 11 Nopember
1953 ini sudah 2 kali mencalonkan diri menjadi anggota
legislatif dari daerah pilih kota Serang. Namun, belum
berhasil untuk menduduki kursi anggota dewan
dikarenakan kekurangan suara. Ibu Amah biasa dia
73
dipanggil, merupakan anggota PDI-P sejak tahun 2009
sampai sekarang, sudah 5 tahun perjalanan panjang
dilewati. Selama menjadi anggota PDI-P ibu Amah pernah
menjadi Sekertaris Cabang Kecamatan Serang, kemudian
sekarang menjabat sebagai Plt. Pimpinan Anak Cabang
(PAC) Kecamatan Serang.
Ibu Amah memang orang yang senang berorganisasi
semenjak sekolah, beliau pernah masuk beberapa
organisasi diantaranya pelajar islam Indonesia, HMI,
perguruan silat TTKKDH. Alasan beliau tertarik pada
dunia politik adalah kekecewaaanya kepada anggota
dewan, ketika beliau diutus dinas pendidikan selaku
perwakilan kepala sekolah untuk datang rapat dengan
anggota dewan yang menjabat pada saat itu. Pada saat itu
ibu Amah merasa terpanggil untuk duduk di legislatif agar
dapat mengurusi urusan pendidikan sesuai dengan
profesinya. Setelah pensiun muda, beliau mencari
kendaraan politik untuk mencalonkan diri pada Pileg 2009,
jatuhlah pilihannya kepada PDI-P. Kemudian keanggotaan
terus berlanjut walaupun belum berhasil duduk di kursi
pemerintahan.
74
b. Suparmi ST ( Informan Kunci Ke 2)
Suparmi ST adalah perempuan pertama selama 21
tahun pemerintahan kota Tangerang yang menjadi ketua
DPRD kota Tangerang, kemudian saat ini beliau juga
menjabat sebagai wakil bendahara di PDI-P DPD Banten.
Kiprahnya di dunia politik yang begitu panjang membuat
beliau belajar banyak tentang perpolitikan terutama
aktivitas komunikasi politik, yang awalnya hanya
membaca peluang wacana keterwakilan 30% di parlemen
kemudian memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai
calon legislatif pada tahun 2009, membuat beliau belajar
ilmu baru yaitu politik dikarenakan awalnya beliau hanya
ibu rumah tangga biasa dan lulusan sarjana teknik mesin.
2 periode duduk sebagai wakil rakyat di DPRD kota
Tangerang, pernah menjadi sekertaris Fraksi PDI-P, wakil
ketua komisi 2 DPRD kota Tangerang, Ketua fraksi PDI-
P, ketua Komisi 4 DPRD kota Tangerang, dan sekarang
menjadi ketua DPRD kota Tangerang. Dalam
perjalananannyapun ibu Suparmi aktif dibeberapa
organisasi diantaranya menjadi bendahara KPPI kota
Tangerang, dan Sekertaris DPC Taruna Merah Putih kota
Tangerang. Lahir di Solo, 11 Juni 1976 membuat ibu
Suparmi langsung menjatuhkan pilihan pada PDI-P,
75
karena beliau merasa PDI-P sangat erat hubungannya
dengan orang Jawa.
c. Sri Hartati, SH ( Informan Kunci Ke 3)
Sri Hartati sudah 3 periode duduk sebagai wakil
rakyat, periode pertama di DPRD kota Tangerang,
kemudian di periode ke 2 nya beliau mencalonkan diri ke
jenjang yang lebih tinggi yaitu DPRD provinsi Banten
pada tahun 2009-2014 kemudian terpilih kembali menjadi
anggota DPRD provinsi Banten untuk periode 2014-1019.
Saat ini menjabat sebagai wakil Sekertaris Internal DPD
PDI-P provinsi Banten, dan wakil ketua fraksi PDI-P
DPRD provinsi Banten.
Perempuan kelahiran Yogyakarta, 10 Mei 1965 ini
adalah orang yang sangat bersemangat untuk berbicara,
berdiskusi, dan memajukan kepentingan perempuan,
beliau adalah orang yang sangat mendukung emansipasi
perempuan. Dibuktikan dengan keaktifannya di 2
organisasi perempuan yaitu Srikandi Indonesia dan
Kaukus Politik Perempuan Indonesia DPD Banten sebagai
Ketua. Background pendidikan Sarjana hukum membuat
beliau tidak takut dan ragu untuk mengemukakan pendapat
pada saat rapat, bahkan beliau berani berdebat dengan laki-
76
laki jika memang hal tersebut dirasa salah olehnya. Hal itu
membuat beliau disegani sesama politisi perempuan dan
laki-laki, dan kapabilitasnya sebagai politisi patut
diperhitungkan.
4.2.2 Informan Pendukung
Informan Pendukung yaitu informan yang dianggap tahu
atau memberi bantuan dan dapat memberi jawaban atau
pertanyaan-pertanyaan penelitian tapi tidak lebih dari informan
kunci. Dan untuk mengecek kebenaran yang terjadi dilapangan
apakah sesuai dengan hasil wawancara dati informan-informan
kunci.
a. Drs Sabdo Waluyo
Sabdo waluyo lahir di Klaten, 2 Maret 1965, sekarang
menjabat sebagai wakil ketua bidang pendidikan,
kebudayaan, dan keagamaan. Beliau adalah orang yang
cukup lama di PDI-P dan cukup mengetahui anggota yang
berkompeten atau tidak dalam berkomunkasi politik.
4.2.3 Informan Ahli
Informan Ahli yaitu para ahli yang sangat memahami dan
dapat memberikan penjelasan berbagai hal yang berkaitan dengan
penelitian dan tidak dibatasi dengan wilayah tempat tinggal.
Informan ahli dibutuhkan untuk memberi pandangan dan nilai dari
77
jawaban key informants, serta memberikan gambaran politik
Banten khususnya politik perempuan yang terjadi pada saat ini.
a. Gandung Ismanto S.Sos, M.M ( Informan Ahli Ke 1)
Gandung Ismanto lahir di Tanjung Karang pada
tahun 1974. Wakil Dekan 3 bagian kemahasiswaan FISIP
Untirta ini sudah banyak mengikuti dan mengamati
perkembangan politik khususnya di Provinsi Banten.
Diantaranya pernah memimpin panitia pengawas pemilu
Kabupaten Serang tahun 2004, ketua pengawas
Pemilukada Provinsi Banten 2006, dan Konsultan
perencana pada beberapa instansi pemerintah dan pernah
menjadi host pada acara dialog interaktif “Sudut Pandang”
di Banten TV 2010-2011.
b. Ikhsan Ahmad S.Ip, M.si ( Informan Ahli Ke 2)
Informan ahli ke 2 adalah salah satu dosen ilmu
komunikasi Untirta, yang mengajar mata kuliah pengantar
ilmu politik dan komunikasi politik.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hak dan Kewajiban Anggota Perempuan di Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan dalam Aktivitas Komunikasi Politik
Pengertian Hak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah128
:
128
http://kbbi.web.id/hak Diakses pada Tanggal 17 Oktober 2014 Pukul 16:18 WIB
78
a. Benar
b. Milik; kepunyaan
c. Kewenangan
d. Kekuasaan untuk berbuat sesuatu (krn telah ditentukan
oleh undang undang, aturan, dsb)
e. Kekuasaan yg benar atas sesuatu atau untuk menuntut
sesuatu
f. Derajat atau martabat
g. Wewenang menurut hukum
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan
penggunaannya tergantung kepada kita sendiri. Contoh : hak
mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan nilai dari dosen dan
sebagainya.
Pengertian Kewajiban menurut Kamus Besar
BahasaIndonesia129
:
a. (Sesuatu) yang diwajibkan; sesuatu yang harus
dilaksanakan; keharusan
b. Pekerjaan; tugas
c. Tugas menurut hukum
d. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan
penuh rasa tanggung jawab. Contoh : melaksanakan tata
129
http://kbbi.web.id/kewajiban Diakses pada Tanggal 17 Oktober 2014 Pukul 16:18 WIB
79
tertib di kampus, melaksanakan tugas yang diberikan
dosen dengan sebaik baiknya dan sebagainya.
Sesuai pengertian hak adalah kewanangan yang dimiliki
setiap orang dan kewajiban adalah suatu keharusan terhadap suatu
hal yang dijalankan dalam hal ini anggota partai menjalankan
AD/ART partai.
Pada dasarnya sesuai yang tertuang pada AD/ART partai
PDI-P anggota/kader perempuan maupun laki-laki memiliki hak
dan kewajiban yang sama. Hak dan kewajiban tersebut yang
menjadi bagian peran perempuan sebagai anggota partai, partai
juga memiliki kewajiban memenuhi hak tersebut.
Dalam menjalankan aktivitas komunikasi politik, hak dan
kewajiban perempuan dan laki-laki juga sama. Hak dipilih dan
memilih pada anggota PDI-P baik perempuan dan laki-laki juga
sama, dapat dibuktikan melalui banyaknya anggota perempuan
yang menjadi pemimpin atau menjabat jabatan strategis di partai
dan di parlemen.
Sesuai AD pasal 14 tentang anggota poin 1 adalah
mendapat perlakuan yang sama di dalam partai. Artinya setiap
anggota partai berhak mendapatkan perlakuan yang sama baik
anggota laki-laki maupun perempuan.
Soekanto menyatakan bahwa Peran adalah aspek dinamis
dari kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan
80
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan
suatu peran.130
Menurut Poerwadarminta peranan adalah tindakan
yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
peristiwa.131
Informan 1 memberikan jawaban yang relevan dengan apa
yang tertuang pada AD partai PDI-P.“Semua partai memiliki
AD/ART disana sudah diatur tentang hak-hak anggota apakah itu
laki-laki apakah itu perempuan dalam partai, semua diperlakuan
sama, tidak ada bedanya antara laki-laki dan perempuan”132
Peran menurut Robbins singkatnya adalah seperangkat pola
perilaku yang diharapkan dikaitkan pada seseorang yang menduduki
suatu posisi tertentu dalam suatu unit sosial.133
Hal ini dibuktikan
oleh informan kedua. Informan ke 2 membenarkan pula adanya
kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan melalui
kedudukannya saat ini.“Kalo di PDI-P kita berbicara PDI-P ya, kalo
di PDI-P kuota 30% itu memang kita diutamakan banget. Tapi tidak
ada diskriminasi ataupun perbedaan gitu.”134
Informan ke 3 juga menjelaskan hal senada dengan
informan 1 dan 2, bahwa sesuai partai telah menjalankan sesuai
yang tertuang dalam AD/ART:
130
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. Hal 268 131
W. J. S Poerwadarminta. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. PT. Balai Pustaka
Hal 751 132
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB 133
Stephen P Robbins. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta.
Prenhallindo. Hal 249 134
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB
81
“Sesuai AD/ART ataupun undang-undang urutan
hirarkinya ada itu berlaku untuk semua, tidak ada diskriminasi
di dalam peraturan undang-undang itu. Termasuk juga
AD/ART partai bahwa tidak ada diskriminasi laki-laki memiliki
domain hak dan kewajibannya yang berbeda dengan perempuan
gak ada.”135
Informan pendukung mengatakan bahwa dalam
praktiknyapun partai telah memberikan hak dan kewajiban, tidak
ada perbedaan pula untuk hak dan kewajiban anggota perempuan
maupun laki-laki. Informan ahli ke 1 juga membenarkan bahwa
seharusnya memang dimanapun tempatnya tidak ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan, kemudian semua anggota partai
berhak mendapatkan perlakuan yang sama. Hal ini sudah tertuang
dalam AD pasal 14 partai PDI-P tentang anggota:
“Ya kalo hak dan kewajiban itu saya kira sama, mereka
memiliki kedudukan yang sama yang setara dan seimbang
dengan anggota yang lain khususnya yang laki-laki. Tidak
ada perbedaan peran formal secara mendasar apalagi
dalam era sekarang posisi perempuan di partai politik itu
sudah jauh lebih baik, tidak hanya dilindungi undang-
undang, tapi juga oleh perubahan sosial masyarakat yang
turut mendukung terhadap eksistensi kaum perempuan di
partai politik”.136
Poin kedua dalam AD PDI-P pasal 14 tentang anggota
adalah Menghadiri rapat-rapat partai. Informan 1 mengungkapkan
bahwa salah satu kegiatan yang wajib dihadiri adalah rapar-rapat:
“Kita harus hadir dalam rapat-rapat, harus hadir dalam kegiatan-
135
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB 136
Wawancara dengan Gandung Ismanto,S.Sos., MM, Tanggal 30 September 2014 Pukul 09:30
WIB
82
kegiatan, kalau kita tidak hadir kita harus ada hitam diatas putih,
izin untuk tidak mengikuti kegiatan”137
.
Informan ke 2 dan ke 3 mengungkapkan bahwa mereka
Hadir dalam rapat internal sesuai AD/ART 2 minggu sekali, rapat
fraksi untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.
Menurut Levinson peranan mencakup tiga hal yaitu138
:
4. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
5. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
6. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.
Ke 3 peranan di atas jika dikaitkan dengan jawaban
informan 2 dan 3 menunjukan bahwa dengan menghadiri rapat
fraksi mereka melakukan peranan individu sebagai sebuah
organisasi dalam hal ini sebagai anggota partai politik, yang penting
bagi stuktur masyarakat dengan memutuskan suatu kebijakan
pemerintah yang pro terhadap rakyat. Peneliti juga melihat pada saat
observasi di lapangan bahwa informan ke 2 dan ke 3 melakukan
rapat fraksi untuk kepentingan sidang paripurna yang sudah
137
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB 138
Sarlito Wirawan Sarjono.2006. Teori-Teori Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada. Hal .244
83
dianggedakan oleh masing-masing DPRD dimana informan ke 2
dan 3 bernaung.
Poin ke 3 dalam AD pasal 14 tentang anggota adalah
menyampaikan pendapat dan keinginan kepada partai, baik tertulis
maupun lisan. Perempuan dalam hal ini anggota PDI-P yang duduk
di kursi parlemen seharusnya memang tidak takut untuk
menyampaikan pendapat, menolak jika memang kebijakan-
kebijakan yang diambil tidak sesuai dengan pendapatnya sendiri.
Namun, ada juga anggota partai yang hanya diam mengikuti alur
yang dibuat oleh anggota dewan lainnya, tidak berani atau bahkan
malu untuk membuka dan meberikan suaranya. Hal ini dijelaskan
oleh informan ke 3:
“Nah artinya bahwa seorang perempuan jika sudah
memasuki dunia politik pasti juga mereka tidak akan
berkarakter menjadi perempuan. Karena apa karena
AD/ARTnya saja muatannya untuk laki-laki, kalau toh kita
jadi yang lemes-lemes seperti perempuan gak masuk dong,
perlunya hal tersebut untuk seorang politisi perempuan.
Pasti akan berbeda jadinya jika perempuan di profesi
lain.”139
Informan 2 juga mengatakan bahwa dia menyatakan
pendapat pada rapat fraksi maupun rapat lainnya karena dia adalah
seorang pemimpin yang juga harus memutuskan suatu hal atas
kesepakatan bersama: “Pada rapat-rapat fraksi saya menyampaikan
139
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB
84
pendapat tentunya jika itu berkenaan dengan masyarakat, karena
saya adalah pimpinan disini”.140
Poin ke 4 AD pasal 14 tentang anggota yaitu menggunakan
hak suara dalam rapat serta hak memilih dan dipilih untuk jabatan,
baik di dalam maupun di luar partai
Informan 2 menjelaskan bahwa dia adalah perempuan
tetapi terpilih menjadi pemimpin, hal ini menjelaskan bahwa
perempuan maupun laki-laki dapat mengisi jabatan apapun jika dia
mampu dan memiliki kapasitas yang baik:
“Buktinya ibu sekarang ini PDIP di kota Tangerang ini
jadi partai pemenang 10 kursi ya, 10 kursi ada
perempuannya 3, laki-lakinya 7, tapi ibu terpilih menjadi
pimpinan gitu kenapa gak yang laki? Yakan? Ya itu jadi
kita gak ngeliat laki-laki atau gimana gak, tapi ya kalo
memang dia perempuan dan dia sanggup dan dia bisa ya
kenapa enggak.”141
Informan ke 3 juga mengatakan hal yang sama yaitu hak
dipilih dan memiliki antara laki-laki dan perempuan itu sama: “Ibu
menjadi anggota dewan sudah 3 periode, kemudian menjadi
sekertaris internal partai, wakil fraksi di DPRD provinsi. Artinya
hak memilih dan dipilihnya sama.”142
Informan ke 1 mencalonkan dirinya 2 periode, namun masih
gagal untuk menjadi anggota legislatif dikarenakan kurangnya
suara, dan politik di Banten yang transaksional:
140
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB 141
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB 142
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB
85
“Kebetulan ibu juga belum berhasil udah dua kali tapi
gagal ya namanya beum rejeki. Ya kemenangan yang
tertundalah gak dijadikan suatu apa kegagalan atau kita
pesimis ya lantas kita down gitu ya. Gak usah kita masih
punya kegiatan yang lain.”143
Salah satu implementasi nyata bagi perempuan Indonesia
dalam bidang politik adalah pemilu 1955 dimana perempuan yang
memenuhi persyaratan untuk dipilih dan memilih telah ikut serta
dalam kegiatan politik yang sangat berarti itu. Sejak saat itu
partisipasi perempuan dalam berbagai lembaga pemerintahan dari
yang rendah sampai yang tinggi serta berkecimpungnya mereka
dalam berbagai organisasi kemasyarakatan dan politik tidak lagi
merupakan hal yang aneh.144
Peneliti melihat hal tersebut sudah dibuktikan oleh ke 3
informan kunci pada penelitian ni, terlepas dari terpilih atau
tidaknya informan-informan kunci sebagai anggota legislatif, dan
sudah mau dan terjun ke dunia politik saja sudah merupakan hal
atau langkah awal yang baik bagi perpolitikan perempuan di
Banten. Dan dalam hal ini PDI-P mewadahi para perempuan
tersebut untuk mendukung sebagai kendaraan politik dalam
pencalonan legislatif.
Poin ke 5 AD pasal 14 tentang anggota ialah memperoleh
perlindungan dan pembelaan dari partai, ke 3 informan menjawab
bahwa Partai akan melindungi semua anggotanya, membela tanpa
143
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB 144
Isbodoroini Suryanto. 1989. Perkembangan Peranan DPR-RI ; Suatu Tinjauan Budaya Politik.
Makalah Seminar AIPI. Yogyakarta.
86
pandang bulu. Dia laki-laki atau perempuan, kalau tidak melakukan
kesalahan yang bersifat melanggar hukum pasti akan di bela.
Apalagi anggota yang loyal kepada partai pasti akan dibela seperti
dia membela partai itu sendiri.
Poin ke 6 sekaligus poin terakhir dalam AD pasal 14
tentang anggota adalah untuk dapat dipilih dan ditetapkan pada
jabatan dalam partai, anggota baru harus telah membuktikan
kesetiaan, kemampuan, pengabdian, dan disiplinnya.
Sesuai dengan AD pasal 14 tentang anggota adalah untuk
dapat dipilih dan ditetapkan pada jabatan dalam partai, anggota baru
harus telah membuktikan kesetiaan, kemampuan, pengabdian, dan
disiplinnya, informan ke 1 menjelaskan bahwa sudah 5 tahun berada
di PDI-P, dengan beberapa jabatan yang dijabat. Diantaranya
sekertaris PAC dan Plt Ketua PAC:
“2009 saya pensiun muda, kemudian ibu memilih
kendaraan politiknya PDIP, memang sebenarnya PDI itu
dari dulu memang bagus. Kemudian saya bermusyawarah,
sebenarnya tertarik tidak tertarik, awalnya coba-coba tapi
kemudian sampai sekarang.”145
Informan ke 2 juga menjelaskan hal yang sama yaitu:
“Kayak ini ibu mau maju ke DPRD kota kemarin pertama
dinilai dan dilihat dulu, ini dari struktural tingkat apa,
kedua sudah pernah di tugaskan sama partai itu apa aja,
kemudian kalau ketiga incumbent dia pernah jadi apa,
apakah ketua komisi atau apa itu ada nilainya semua.”146
145
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB 146
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB
87
Informan ke 3 menyampaikan hal yang serupa,
menceritakan pengalamannya yang panjang dalam berpolitik147
:
“Perjalanan ibu sudah panjang, ibu terjun dipolitik sudah 3 periode
bersama PDI-P. Dari pengurus RT sampai sekarang pegurus di
DPD dan menjadi anggota DPRD provinsi dan wakil fraksi PDI-P
provinsi Banten.”
Ketiga pernyataan dari key informants tersebut peneliti
melihat dan menarik pandangan bahwa hal tersebut adalah wujud
dari untuk dapat dipilih mengisi jabatan penting dan ditetapkan
pada jabatan dalam partai baik secara struktural partai maupun
legislatif, telah membuktikan kesetiaan, kemampuan, pengabdian,
dan disiplinnya. pengabdian mereka terhadap partai karena sudah
kurang lebih 5 tahun mereka bersama PDI-P.
Pasal berikutnya yang termasuk dalam pembahasan hak dan
kewajiban anggota partai adalah Anggaran Dasar (AD) pasal 15
tentang kewajiban anggota. Kewajiban anggota PDI-P yang
pertama adalah memegang teguh asas dan jati diri partai. Peneliti
melihat pada saat wawancara berlangsung di kediaman informan
ke 1, cat rumah informan pada bagian depan berwarna merah yang
melambangkan warna pokok dari PDI-P, kemudian ada papan
nama pengurus PAC (Pimpinan Anak Cabang). Hal ini
147
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB
88
membuktikan bahwa informan memegang teguh asas dan jati diri
partai bahkan melibatkannya pada kehidupan sehari-hari.
Kemudian mengenai hal yang sama informan ke 2
menjelaskan bahwa informan memegang asas dan jati diri partai
karena kekagumannya kepada bung Karno dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia:
“Tentu saja, karena saya mendengar dulu perjuangan d
bung Karno dia kan bapak bangsa, kemudian kalo kita ikut
pendidikan kader partai saya merasa sedih mendengar
dulu pak Karno itu memperjuangkan kemerdekaan kita itu
ternyata susahnya luar biasa.”148
Informan ke 3 menyetujui pernyataan-pernyataan dari
informan ke 1 dan ke 2: “Bahwa setiap anggota partai harus
menjunjung tinggi asas dan jati diri partai melalui piagam
perjuangan, mukadimah, dan ajaran-ajaran bung Karno”. 149
Poin kedua dalam AD pasal 15 tentang kewajiban anggota
adalah melaksanakan tujuan, fungsi, tugas, dan kebijakan partai.
Pada hakikatnya dalam organisasi apapun termasuk partai politik
dalam hal ini PDI-P, anggota partai akan melakukan kegiatan yang
meliputi tujuan, tugas, dan kebijakan partai. Karena itu merupakan
sebuah kewajiban seorang anggota sesuai dengan yang sudah
tertuang dalam AD/ART PDI-P.
Pada tingkatan terendah dalam hal ini sebagai Pimpinan
Anak Cabang (PAC), informan 1 melakukan tujuan, tugas, dan
148
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB 149
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB
89
kebijakan partai dalam hal yang sederhana: “Melaksanakan rapat-
rapat, membantu mensosialisasikan visi dan misi partai, program
menolong orang sakit.”150
Selanjutnya informan ke 2 melakukan tujuan, tugas, dan
kebijakan partai dalam hal yang lebih kompleks karena sudah
masuk dalam tataran sebagai wakil bendahara dan ketua DPRD
kota Tangerang: “Pastinya melaksanakan karena memang itu
kewajiban sebagai anggota partai. Contohnya mensosialisasikan
kebijakan partai, dulu partai PDI-P adalah oposisi, sekarang partai
pendukung pemerintah.”151
Informan ke 3 melanjutkan penjelasan yang sederhana
namun kompleks dalam tataran pemerintahan provinsi Banten,
karena perannya sebagai sekertaris internal DPD PDI-P dan wakil
ketua fraksi PDI-P DPRD provinsi Banten: “Masuk dalam DPRD
atas nama partai juga termasuk menjalankan fungsi, dan tugas
partai. Kemudian menjalankan tujuan partai yang sudah ada di
AD/ART.”152
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah
suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini
adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional-untuk
150
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB 151
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB 152
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB
90
melaksanakan programnya.153
Partai politik PDI-P menggunakan
kader-kader partainya untuk melaksanakan programnya baik itu
yang duduk dalam pemerintahan, maupun kader yang tidak duduk
dalam pemerintahan tetap menjalankan hal yang disebutkan pada
AD/ART yaitu tentang kewajiban anggota adalah melaksanakan
tujuan, fungsi, tugas, dan kebijakan partai.
Poin ke 3 dalam AD pasal 15 tentang kewajiban anggota
adalah mentaati peraturan dan keputusan partai, dalam hal ini ke 3
informan kunci sudah menaati peraturan dan keputusan partai,
dapat dilihat sampai hari ini mereka masih ada dalam partai dan
merupakan kader yang diunggulkan oleh partai.
Sejauh ini tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh
informan-informan kunci. Dengan kata lain, ke 3 informan menaati
peraturan dan keputusan partai, jika tidak aka nada sanksi atau
peringatan dari partai yang dikemukakan oleh informan
pendukung:
“Kalau sanksi dilihat dari kesalahan atau pelanggarannya,
disitu kan sudah tertuang jelas dalam AD/ART. Sebelum
dikasih sanksi kan di SP dulu, gak semena-mena salah
langsung dipecat, klarifikasi dulu kalau memang benr-
bener dia salah yaudah ga ada ampun lagi.”154
Akan tetapi fenomena lain juga diungkapkan oleh informan
ahli ke 1 tentang sanksi sosial masyarakat terhadap pemenuhan hak
153
Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta.PT. Gramedia Pustaka
Utama. Hal 403 154
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB
91
dan kewajiban yang dijalankan atau tidak oleh anggota partai yang
menjabat sebagai anggota legislatif:
“Agak susah ya bicara sanksi sosial, karena perangkat
sistem nilai masyarakat kita belum terlalu kuat untuk
menjustifikasi mereka politisi perempuan yang tidak
menjalankan kewajiban. Problemnya adalah politik kita
yang terlalu transaksional, sehingga orang tidak melihat
kapasitas, melihat apakah dia menjalankan hak dan
kewajiban atau tidak. Yang penting pada saat dibutuhkan
ya hadir, secara transaksional memenuhi kebutuhan
konstituennya. Jadi publik juga gak melihat, kapasitasnya
bagaimana, cara bicaranya, kemampuan
berkomunikasinya, saya kira dalam konteks Banten
umumnya ya fenomenanya begitu.” 155
Kemudian pembahasan hak dan kewajiban anggota partai
poin akhir adalah menjaga nama baik dan kehormatan partai
Informan ke 1 dan 2 dengan kompak menjawab hal yang sama
yaitu sesuai yang di AD/ART, jadi harus dijalankan. Informan
ketiga menjelaskan bahwa dia melakukan hal-hal tertentu untuk
upayanya menjaga nama baik partai: “Pasti harus menjaga nama
baik dan kehormatan partai, lewat cara-cara tidak korupsi dan
mengedepankan, memperjuangkan hak rakyat.”156
Semua poin yang tertuang dalam AD/ ART PDI-P adalah
sebuah patokan yang kuat untuk menuntun anggota perempuan maupun
laki-laki PDI-P tentang hak dan kewajiban mereka sebagai anggota partai.
Dan peneliti melihat bahwa hak dan kewajiban yang sudah tertuang dalam
rangkaian AD/ART tersebut telah dilaksanakan dan dipenuhi oleh
155
Wawancara dengan Gandung Ismanto,S.Sos., MM, Tanggal 30 September 2014 Pukul 09:30
WIB 156
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08.30 WIB
92
informan-informan kunci, dan pada kenyataanya tidak ada perbedaan baik
secara hak dan kewajiban. Semua sama dan tidak ada diskriminasi di PDI-
P mengenai hak dan kewajiban sebagai anggota partai.
Berbicara peran perempuan di kancah politik atau perempuan dan
partisipasi politik ada Keserasian dan keadilan jender dapat dicapai dengan
berbagai ikhtiar pemberdayaan politik perempuan. Pertama, melakukan
ikhtiar-ikhtiar penguatan institusi (institutional building). Kehadiran
“Wanita Persatuan”, misalnya, sebagai salah satu instrumen partai tidak
hanya menjadi institusi “pemanis”, tetapi gerakan perempuan harus
menunjukan dirinya sebagai institusi yang secara substansial dapat
memberikan bobot demokrasi bagi ikhtiar-ikhtiar komunikasidan agregasi
politik perempuan.
Kedua, yang dapat dilakukan oleh gerakan perempuan adalah
melakukan penguatan kapasitas dan kapabilitas politisi perempuan
(capacity building) sehingga kader perempuan partai dapat secara aktif dan
kompetitif ikut dalam proses rekrutmen kader, baik dalam struktur
kepengurusan partai maupun pada lembaga legislatif. Proses itu dapat
dicapai dengan penguatan kapasitas politisi perempuan di lingkungan
organisasi atau partai politik. Penguatan kualitas kader partai dan politisi
perempuan disebuah partai politik dapat diarahkan pada kematangan visi
perjuangan partai, kemampuan untuk memimpin secara baik,
berkomunikasi, mau mendengar dan mengikuti, serta memiliki kekuatan
93
dan kemauan untuk menghadapi tantangan, disamping kemampuannya
untuk memelihara kredibilitas.157
Berdasarkan hasil observasi pada saat wawancara berlangsung
peneliti melihat adanya ikhtiar-ikhtiar tersebut yaitu berupa penguatan
institusi (institutional building) dalam keseharian mereka memegang teguh
nilai-nilai institusi yang manaungi mereka yaitu PDI-P lewat jawaban-
jawaban diplomatis yang mengarah kepada nila-nilai yang diajarkan oleh
PDI-P.
Kemudian mereka juga melakukan melakukan penguatan
kapasitas dan kapabilitas politisi perempuan (capacity building) seperti
ikut dalam kegiatan-kegiatan partai yang bersifat politis untuk memenuhi
kebtuhan politik individu, mengikuti pengkaderan-pengkaderan yang
diadakan PDI-P dan lembaga yang menaungi aktivitas politik mereka
seperti lembaga legislatif.
Berikut adalah gambaran peran sesuai dengan posisi informan-informan
kunci dalam struktur organisasi PDIP-P DPD Banten:
157
Khofifah Indar Parawansa.2006. Mengukir Paradigma Menembus Tradisi: Pemikiran Tentang
Keserasian Jender. Jakarta. Pustaka LP3ES Indonesia. Hal. 23
94
Gambar 4.1 Stuktur organisasi DPD Provinsi Banten
Gambar 4.2 Alur Koordinasi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Banten
95
Berdasarkan gambar diatas dapat dideskripsikan peran informan-informan
kunci sangatlah penting, karena informan-informan kunci ada dalam
kepengurusan inti partai dalam hal ini PDI-P DPD Banten.
Informan ke 1 duduk dalam struktur partai terendah yaitu sebagai Plt
pimpinan anak cabang kecamatan Serang. Perannya sangat penting untuk
mengurus anggota-anggota partai dalam lingkup yang lebih kecil, perannya juga
sangat dibutuhkan pada saat perekrutan kader-kader baru. Karena kader-kader
baru yang berkompeten banyak lahir dari anak cabang-anak cabang yang ada di
Banten.
Informan ke 2 duduk dalam struktur partai inti di DPD Banten, yaitu
sebagai wakil bendahara DPD PDI-P, tugasnya mengurus segala keuangan yang
ada di tubuh partai. Perannya sangat penting, karena sebuah partai tidak dapat
beroperasi jika tidak ada dana yang cukup.
Informan ke 3 duduk dalam struktur partai inti di DPD Banten, yaitu
sebagai sekretaris bagian internal DPD PDI-P, tugasnya mengurus segala surat
menyurat bagian internal partai. Seperti membuat surat undangan rapat internal,
dan mengurus surat keluar dan masuk partai.
Tabel 4.1
Kategorisasi Hak dan Kewajiban Anggota Perempuan di Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam Aktivitas Komunikasi Politik
NO AD Pasal 14 Hak
Anggota
(1)
Dra. Hj. Amah
Suhamah M.Si
(2)
Suparmi, ST
(3)
Sri Hartati,SH
(4)
1.
a. Mendapat perlakuan
yang sama di dalam
partai
Semua diperlakuan
sama, tidak ada
bedanya antara laki-
laki dan peremuan
Tidak ada diskriminasi
ataupun perbedaan
Sesuai AD/ART
ataupun undang-
undang urutan
hirarkinya ada itu
berlaku untuk semua,
tidak ada diskriminasi
di dalam peraturan
undang-undang itu.
Termasuk juga
AD/ART partai
bahwa tidak ada
diskriminasi
perempuan dan laki-
96
laki tentang
(1) (2) (3) (4)
hak dan kewajibannya
b. Menghadiri rapat-
rapat partai
Kita harus hadir dalam
rapat-rapat, harus
hadir dalam kegiatan-
kegiatan, kalau kita
tidak hadir kita harus
ada hitam diatas putih,
izin untuk tidak
mengikuti kegiatan
Hadir dalam rapat
internal sesuai
AD/ART 2 minggu
sekali, rapat fraksi
untuk menentukan
atau memutuskan
suatu hal
Ikut hadir dalam rapat
fraksi, hadir dalam
rapat yang diadakan
partai
c. Menyampaikan
pendapat dan
keinginan kepada
partai, baik tertulis
maupun lisan
Kita harus berani
menyampaikan
pendapat yang benar
kalau itu untuk
kepentingan orang
banyak
Pada rapat-rapat fraksi
saya menyampaikan
pendapat tentunya jika
itu berkenaan dengan
masyarakat, karena
saya adalah pimpinan
disini
Saya termasuk orang
yang berani
menyampaikan
pendapat jika itu
menyimpang dan
bertentangan.
d. Menggunakan hak Banyak sebenarnya Buktinya ibu sekarang Ibu menjadi anggota
suara dalam rapat serta
hak memilih dan
dipilih untuk jabatan,
baik di dalam
maupun di luar
partai
yang sudah di lakukan,
karena kita kan bukan
anggota dewan, dan
kebetulan ibu juga
belum berhasil sudah
dua kali mencalonkan
diri tapi gagal.
Ibujabatan dalam
struktur adanya di
PAC. sekarang ibu
PLT pimpinan anak
cabang
ini PDI-P di kota
Tangerang ini jadi
partai pemenang, dan
mendapat 10 kursi.
Dari 10 kursi ada 3
perempuan, dan 7 laki-
laki, tapi ibu terpilih
menjadi pimpinan.
Padahal banyak laki-
laki, tapi saya yang
terpilih.
dewan sudah 3
periode, kemudian
menjadi sekertaris
internal partai, wakil
fraksi di DPRD
provinsi. Artinya hak
memilih dan
dipilihnya sama.
e.Memperoleh
perlindungan dan
pembelaan dari
partai
Partai akan membela
kader yang loyal, pasti
ada timbal balik dari
apa yang sudah kita
lakukan untuk partai.
Pasti kader dilindungi
dan dibela, kalau tidak
melakukan kesalahan
yang bersifat
melanggar hukum
Partai akan
melindungi semua
anggotanya, membela
tanpa pandang bulu.
Dia laki-laki atau
perempuan.
2. AD Pasal 15
Kewajiban Anggota
a. Memegang teguh
asas dan jati diri
partai
Dapat dilihat dari cat
dan papan nama PDI-P
Tentu saja, karena
saya mendengar dulu
Pasti memegang
teguh jati diri partai,
yang ada di rumah ibu, perjuangan d bung dari piagam
97
bahwa ibu memegang
teguh hal tersebut
Karno dia kan bapak
bangsa, kemudian kalo
kita ikut pendidikan
perjuangan
mukadimah, partai
yang paling konsisten
(1) (2) (3) (4)
kader partai saya
merasa sedih
mendengar dulu pak
Karno itu
memperjuangkan
kemerdekaan kita itu
ternyata susahnya luar
biasa.
dengan urusan rakyat
sampai saat ini
menurut saya PDI-P
b. Melaksanakan
tujuan, fungsi, tugas,
dan kebijakan partai
Melaksanakan rapat-
rapat, membantu
mensosialisasikan visi
dan misi partai,
program menolong
orang sakit.
Pastinya
melaksanakan karena
memang itu kewajiban
sebagai anggota partai.
Contohnya
mensosialisasikan
Masuk dalam DPRD
atas nama partai juga
termasuk
menjalankan fungsi,
dan tugas partai.
Kemudian
kebijakan partai, dulu
partai PDI-P adalah
oposisi, sekarang
partai pendukung
pemerintah.
menjalankan tujuan
partai yang sudah ada
di AD/ART.
c. Mentaati peraturan
dan keputusan partai
Ya Pasti, kalau kita di
PDI-P harus taat pada
peraturan PDI-P,
demikian juga kalau
kita berada di partai
lain
Semua anggota partai
wajib mengikuti dan
menaati peraturan
partai
d. Menjaga nama baik
dan kehormatan
partai.
Ya, itu semua ada di
AD/ART, jadi harus
dijalankan.
Ya, sesuai yang di
AD/ART pokoknya
kita jalankan
Pasti harus menjaga
nama baik dan
kehormatan partai,
lewat cara-cara tidak
korupsi dan
mengedepankan, hak
rakyat
4.3.2 Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam Aktivitas Komunikasi Politik
98
Aktivitas komunikasi politik adalah salah satu hal yang
harus dilakukan untuk keberlangsungan karir dan eksistensi
seorang politisi. Untuk itu peneliti membahas hal ini untuk
mengetahui apakah informan-informan kunci sudah melakukan
hal-hal tersebut.
Beberapa bentuk komunikasi politik yang sudah lama
dikenal dan dilakukan dalam dunia politik adalah retorika dan
agitasi politik, propaganda politik, public relation politik, lobi-lobi
politik, periklanan politik, dan sebagainya.
Melalui wawancara dengan informan ahli ke 2 peneliti
menanyakan apa saja hal-hal yang menjadi bagian dari aktivitas
komunikasi: “Yang termasuk dalam aktivitas komunikasi politik
adalah kampanye politik, berita politik, rapat, lobi-lobi politik, PR
partai.”158
1. Retorika
Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric berasal dari
kata latin rehtorica yang berarti ilmu bicara. Aristoteles
menyebutkan retorika sebagai seni persuasi yaitu uraian yang
singkat, jelas dan menyakinkan dengan menggunakan keindahan
bahasa dalam penyampaiannya. Kebanyakan dari politisi
melakukan retorika pada saat berkampanye dalam hal ini untuk
kepentingan pemilihan legislatif.
158
Wawancara dengan Ikhsan Ahmad, S.Ip, M.Si, Tanggal 7 Oktober 2014 Pukul 13.15
99
Retorika merupakan komunikasi dua arah, satu kepada satu.
Dalam pengertian bahwa seseorang berbicara kepada beberapa
orang atau seseorang berbicara kepada seorang lainnya, yang
masing-masing berusaha dengan sadar untuk mempengaruhi
pandangan satu sama lainnya, melalui tindakan timbal balik satu
sama lain.159
Informan-informan kunci juga menjelaskan bahwa tidak
hanya sebatas itu mereka juga melakukannya pada saat situasi-
situasi tertentu seperti yang diungkapkan informan ke 2: “Pada
saat saya berbicara di depan orang banyak, dalam hal ini saya
sebagai pemimpin kepada anggota lainnya”160
Kemudian informan ke 3 juga mengutarakan hal yang
serupa: “Saya melakukan hal itu saat saya berkampanye,
menyampaikan kebijakan-kebijakan partai maupun pemerintah
kepada masyarakat.”.161
Selanjutnya, menurut Aristoteles ada tiga macam retorika
politik yaitu162
:
d. Deleberative rhetoric, yaitu sebuah komunikasi yang dirancang
untuk menggoyang orang yang ada kaitannya dengan public
policy dengan cara menggambarkan keuntungan dan kerugian
relatif dan jalan alternatif yang ditempuh. Fokusnya diletakkan
159
Nimo Dan. 2004. Komunikasi Politik: Komunikator, pesan, dan media.Bandung. PT.Remaja
Rosdakarya.Hal 140 160
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB 161
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 9 Oktober 2014 Pukul 12.00 WIB 162
Ibid. Hal 142
100
kepada apa yang akan terjadi dikemudian hari akan suatu
kebijakan yang akan diambil.
e. Forensic rhetoric, yaitu komunikasi yang memiliki sifat ke
fungsi judicial. Tujuannya adalah untuk menunjukkan suatu
kekeliruan atau kebenaran, tanggung jawab, hukuman atau
ganjaran yang telah dibuat dimasa lalu.
f. Demonstrative rhetoric, yaitu komunikasi yang menggambarkan
tentang kebaikan atau keburukan orang lain, organisasi, ide, dan
sebagainya.
Dari ketiga macam politik tersebut informan ke 1 hanya
melakukan Demonstrative rhetoric dimana informan hanya
menggambarkan organisasi kepada peneliti organisasi disini
adalah PDI-P sebagai partai politik yang dinaungi oleh
informan, kemudian informan menyampaikan ide kepada partai
pada saat rapat internal berlangsung.
Informan ke 2 dan ke 3 melakukan dua bentuk retorika.
Deleberative rhetoric sebagai orang yang duduk di parlemen
atau kursi pemerintahan, mereka berhak memeberikan pendapat
untuk kebijakan-kebijakan pemerintah yang akan diambil dan
kemudian diputuskan unutk dijalankan oleh msyarakat. Dan
sama halnya dengan informan ke 1 Demonstrative rhetoric
dimana informan hanya menggambarkan organisasi kepada
peneliti organisasi disini adalah PDI-P sebagai partai politik
101
yang dinaungi oleh informan, kemudian informan
menyampaikan ide kepada partai pada saat rapat internal
maupun rapat fraksi, paripurna dan rapat lainnya.
2. Propaganda Politik
Propaganda merupakan usaha yang dilancarkan
berkesinambungan dengan tujuan menggalang dukungan bagi
suatu pendapat, kredo (paham), atau kepercayaan tertentu.163
Propaganda merupakan suatu kegiatan komunikasi yang
erat kaitannya dengan persuasi. Sehingga Scott M. Cutlip dan H.
Center menyebut persuasi sebagai upaya menyampaikan
informasi lewat cara tertentu yang membuat orang menghapus
gambaran lama dalam benaknya atau memori pikirannya dan
menggantikannya dengan gambaran baru sehingga berubalah
perilakunya164
:
“Wajar saja kan kalo misalnya di rumah ibu ada plang
PAC itu juga salah satu propaganda, itu salah satu
pemberitahuan secara tidak langsung bahwa ini loh
sekertariat PDIP kemudian di DPD, DPC dan pusat juga
seperti itu. Daerah-daerah lain juga seperti itu, mengapa
163
FrankJefkins disempurnakan oleh DanielYadin.2004. Edisi ke-5 Public Relations.Jakarta. PT.
Gelora Aksara Pratama.Hal.16 164
Dedy Djamaluddin Malik dan Yosal Iriantara. 1994. Komunikasi Persuasif. Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya. Hal 32
102
itu harus dilakukan masyarakat supaya tau, oh ya disini
ada PDIP bahwa ibu ini orang politik”165
Begitulah informan 1 menjelaskan kegiatan propaganda
yang dilakukan di rumahnya. Informan ke 2 dan ke 3 juga
melakukan kegiatan propaganda politik dalam situasi yang
berbeda yaitu pada ranah pemerintahan.
Propaganda merupakan salah satu alat untuk
membangun opini di tengah-tengah masyarakat. Jenis-jenis
propaganda juga bermacam-macam, sesuai dengan tujuan
propaganda tersebut. Yang pertama ada propaganda politik dan
propaganda sosial, propaganda politik melibatkan usaha-usaha
pemerintah, partai, atau golongan yang berpengaruh untuk
mencapai tujuan strategis atau taktis,. Ia beroprasi melalui
imbauan-imbauan khas berjangka pendek. Propaganda sosiologi
kurang kentara, lebih berjangka panjang. Melalui proses ini
orang disuntik dengan suatu cara hidup;suatu ideologi. 166
Propaganda yang dilakukan ke 3 informan adalah propaganda
politik kepada masyarakat, kemudian propaganda sosiologi
dilakukan oleh PDI-P kepada anggotanya pada saat
pengkaderan, yaitu menanamkan ideologi PDI-P sehingga dapat
diterapkan dalam jangka panjang oleh seluruh anggotanya.
165
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si dan Suparmi ST, Tanggal 8 Oktober 2014
Pukul 16.30 WIB 166
DanNimo. 2004. Komunikasi Politik: Komunikator, pesan, dan media.Bandung. PT.Remaja
Rosdakarya.Hal 126
103
Ellul juga membedakan propaganda vertikal dan
propaganda horizontal. Yang pertama adalah satu-kepada-
banyak dan terutama mengandalkan media massa bagi
penyebaran imbauannya. Propaganda horizontal bekerja lebih di
antara keanggotaan kelompok ketimbang dari pemimpin
kelompok, lebih banyak melalui komunikasi interpersonal dan
komunikasi organisasi ketimbang melalu komunikasi massa.
Secara tradisional partai-partai politik mengandalkan
propaganda horizontal.167
3. Public Relations
Public relations adalah suatu bentuk komunikasi yang
berlaku untuk semua jenis organisasi, baik itu yang bersifat
komersial mupun non-komersial, di sektor publik (pemerintah)
maupun privat (pihak swasta). Terdapat begitu banyak definisi
PR. Namun pada intinya, PR senantiasa berkenaan dengan
kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan
melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul
perubahan yang berdampak.168
Usaha penyebaran informasi dan mempersuasi khalayak,
tak jarang PR melakukan tindakan-tindakan spin doctor yaitu
suatu upaya untuk mengubah gambaran/pandangan buruk
167
DanNimo. 2004. Komunikasi Politik: Komunikator, pesan, dan media.Bandung. PT.Remaja
Rosdakarya. Hal 127 168
Frank Jefkins disempurnakan oleh DanielYadin.2004. Edisi ke-5 Public Relations.Jakarta. PT.
Gelora Aksara Pratama.Hal.2
104
menjadi baik atas suatu produk maupun institusi di tengah-
tengah masyarakat. Tindakan spin doctor tersebut dapat
dikatakan merupakan kegiatan utama public relations.
Sebagai anggota partai informan-informan kunci akan
menjaga citra dan nama baik partai sesuai yang tertuang dalanm
AD/ART PDI-P. Mereka juga akan berusaha meyakinkan orang-
orang untuk masuk ke dalam partai dan kemudian diberikan
pemahaman melalui ilmu yaitu suatu seminar ataupun
pengkaderan sehingga muncul perubahan persepsi terhadap
partai dalam hal ini adalah PDI-P.
Kemudian informan-informan kunci juga melakukan
kegiatan spin doctor yaitu upaya-upaya mengubah padangan
buruk masyarakat terhadap PDI-P menjadi pandangan baik.
Seperti yang dikatakan oleh informan ke 3: “Komunikasi politik
menjadi penting karena itu bagian dari mengPRkan diri kita, dan
mengPRkan partai.”169
Apalagi ditengah-tengah permasalahan kubu merah putih
(lawan dari koalisi PDI-P) dan kubu indonesia hebat (kubu
koalisi PDI-P) anggota partai wajib melakukan kegiatan spin
doctor tersebut untuk meluruskan dan membentuk opini public
yang baik untuk partai.
169
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 9 Oktober 2014 Pukul 12.00 WIB
105
Public relations berfungsi sebagai "jembatan komunikasi"
antara suatu organisasi dan lembaga lain serta berbagai
elemennya. Tujuannya supaya terjadi saling pengertian antara
kedua belah pihak, dan akhirnya terciptanya citra positif serta
dukungan publik terhadap keberadaan organisasi.170
Sementara
politik itu sendiri berkaitan dengan masalah kekuasaan,
termasuk mempertahankan kekuasaan.
Hal ini yang harus dilakukan oleh anggota partai bagaimana
mereka melakukan kegiatan PR untuk mencapai tujuan yang
sama dan saling pengertian, namun tidak melupakan bahwa
mereka juga harus mempertahankan kekuasaan. Yang paling
penting dalam kegiatan PR adalah citra positif serta dukungan
publik terhadap keberadaan organisasi, jika publik sudah
memberikan citra positif secara tidak langsung itu akan
memberikan efek yang baik karena publik akan memilih
kembali partai tersebut dengan kata lain partai dapat merebut
atau mempertahankan kekuasaaanya. Tercapai sudah tujuan
kegiatan PR dan kegiatan politik dari partai tersebut.
4. Lobi-lobi politik
Di era globalisasi seperti sekarang ini, konsep lobi
merupakan suatu keharusan untuk memecahkan berbagai
persoalan yang ada, baik dalam skala lokal maupun
170
Elvinaro Ardianto. 2009. Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif Dan Kualitatif.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Hal 27
106
internasional. Penggunaan lobi (lobbying) dalam sistem politik
telah menjadi fenomena umum sejak lahirnya politik itu sendiri.
Bagaimanapun kebijakan publik diformulasikan akan selalu ada
kecenderungan dari mereka yang sangat terpengaruh untuk
mempengaruhi hasil.
Seperti yang dikatakan oleh informan ke 2: “Tentu saja
melakukan itu semua, karena kita duduk di legislatif, lobi-lobi
politik harus jalan pada saat voting menentukan keputusan di
parlemen.”171
Kemudian informan ke 3 juga menyatakan: “Melakukan
lobi-lobi politik untuk menyamakan persepsi dan pendapat
orang dengan apa yang kita mau.”172
Hal ini menunjukan bahwa memang benar lobi-lobi politik
sangat dibutuhkan dan wajib dilakukan untuk mencapai tujuan
atau kesepakatan tertentu dalam tataran sistem pemerintahan
atau orang-orang yang duduk di parlemen. Dalam hal ini
informan ke 1 tidak melakukan kegiatan lobi-lobi politik
dikarenakan profesinya sebagai dosen tidak membutuhkan hal
tersebut.
5. Periklanan Politik
Periklanan politik, menurut H.B. Widagdo (1999)
merupakan usaha untuk menyampaikan pesan-pesan politik
171
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB 172
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 9 Oktober 2014 Pukul 12.00 WIB
107
kepada khalayak dengan mengetengahkan berbagai
pertimbangan dan alasan kuat perlunya masyarakat mendukung
keberadaan partai politik maupun kandidat yang akan dipilih
dalam kegitan pemilihan umum. Pesan-pesan tersebut
disampaikan dan disebarluaskan melalui media massa baik cetak
maupun elektronik, seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
media iklan, internet, dan sebagainya.
Informan ke 1 pun melakukan periklanan politik melalui
pamflet, banner, dan spanduk173
:
“Adapun umpamanya, kegiatan yang sifatnya akbar
memberikan ucapan lewat baner atau spanduk itu kan hal-hal
yang wajar, semua juga pasti ada. Nah kalau momen yang
besar seperti pemilu itu harus seperti pamflet gitu ya, hanya
tidak berlebihan.”
Informan ke 2 dan ke 3 menjawab pertanyaan dengan
jawaban yang sama. Mereka melakukan kegiatan periklanan
politik pada saat kampanye dan mengucapkan hari-hari besar di
koran maupun radio.
Iklan dibuat sebagai alat memengaruhi dukungan publik.
Namun, karena realitas keterisolasian iklan dengan preferensi
pemilih, tujuan ini tidak efektif untuk memperluas dukungan
suara. Kecuali, memperteguh pendapat pemilih yang telah
mengikatkan emosinya. Jadi, iklan bukan pada posisi untuk
memengaruhi, melainkan menguatkan pendirian-pendirian
173
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si dan Suparmi ST, Tanggal 8 Oktober 2014
Pukul 16.30 WIB
108
pemilih yang memiliki ikatan tradisional tertentu dengan
capres.174
Dapat kita lihat pada penelitian ini, bahwa pencitraan yang
dilakukan anggota DPRD dalam hal ini Suparmi dan Sri Hartati
yang mengiklankan diri mereka melalui ucapan-ucapan tertentu
dihari besar dengan gambar atau foto wajah mereka disamping
ucapan tersebut, sedikit banyak membuat orang mengenal dan
mengingat, kemudian menetapkan pilihan dan meperkuat
pendirian pemilih terhadap para informan untuk dipilih kembali
dalam pemilihan legislatif 2014. Dan cara ini berhasil, karena
informan ke 2 dan ke 3 terpilih kembali menjadi anggota dewan
untuk DPRD Kota Tangerang dan DPRD Provinsi Banten pada
periode 2014-2019.
Tabel 4.2
Kategorisasi Anggota Perempuan di Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan dalam Aktivitas Komunikasi Politik
NO
Aktivitas
Komunikasi
Politik
(1)
Hj. Amah Suhamah
(2)
Suparmi, ST
(3)
Sri Hartati,SH
(4)
1. Retorika
Melakukan, pada saat
saya pileg
Pada saat saya
berbicara di
depanorang banyak,
dalam hal ini saya
Saya melakukan hal
itu saat saya
berkampanye,
menyampaikan
174
Afdal Makkuraga Putra. Emosionalitas dan Negativity dalam Iklan Politik Pilkada, Jurnal
Media Watch, 31 Agustus 2007
109
(1) (2) (3) (4)
sebagai pemimpin
kepada anggota
lainnya
kebijakan-kebijakan
partai maupun
pemerintah kepada
masyarakat.
2. Propaganda Politik
Di rumah ibu ada
papan nama PAC, itu
juga salah satu
propaganda, itu salah
satu pemberitahuan
secara tidak langsung
bahwa ini loh
sekertariat PDI-P
kemudian di DPD,
DPC dan pusat juga
seperti itu.
Melakukan
propaganda politik
di parlemen
Melakukan
propaganda politik di
parlemen
3. Public Relation
Kalau PR untuk
mengarahkan orang
memilih PDI-P di
segala kesempatan
tidak. Hal-hal lain
yang terkait kita
singgung sedikit-
Menjadi PR partai
secara tidak
langsung pada saat
saya ditunjuk
sebagai pimpinan
disini. Pasti orang
menanyakan dari
Komunikasi politik
menjadi penting
karena itu bagian dari
mengPRkan diri kita,
dan mengPRkan partai
kita.
sedikit saja, tapi
bukan partai PDI-P
nya, tapi kebijakan
ekonomi yang
dipandang dari sudut
suatu partai atau dari
suatu sudut politik.
partai mana.
4. Lobi-lobi Politik
Tentu saja
melakukan itu
semua, karena kita
duduk di legislatif,
lobi-lobi politik
harus jalan pada
saat voting
menentukan
keputusan di
parlemen
Melakukan lobi-lobi
politik untuk
menyamakan persepsi
dan pendapat orang
dengan apa yang kita
mau
110
(1) (2) (3) (4)
5. Periklanan Politik
Kegiatan yang
sifatnya akbar
memberikan ucapan
lewat baner itu kan
hal-hal yang wajar,
semua juga pasti ada.
Misalnya dikoran
saya mengucapkan
pada hari-hari
besar, atau momen
tertentu
Ucapan pada hari-hari
besar, atau momen
tertentu di koran atau
radio
4.3.3 Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan Bersosialisasi dan Berinternalisasi dalam Aktivitas
Komunikasi Politik
Apapun profesi dan bidang pekerjaan yang dipilih,
kemampuan sosialisasi sangat mutlak diperlukan. Sekalipun
pekerjaan itu tidak mengharuskan untuk bertemu dengan banyak
orang, sebagai makluk sosial kita tetap dituntut untuk mampu
bersosialisasi. Sekecil apapun lingkungan kerja, tetap perlu
berinteraksi dengan orang-orang yang berada disekitarnya.
Kemampuan sosialisasi memang selalu diidentikkan
dengan kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan. Namun
tentu saja bukan hanya sekedar komunikasi biasa yang harus
dilakukan. Dengan memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik,
maka dapat dengan mudah diterima dilingkungan tempat kerja.
Begitu juga menjadi seorang yang terjun dalam dunia politik dan
duduk sebagai anggota legislatif, yang sehari-hari harus bertemu
dengan banyak orang dan ditempat yang berbeda-beda.
Kemampuan berkomunikasi yang baik dapat mempermudah untuk
diterima oleh orang-orang baru yang ditemui.
111
Berdasarkan buku Sosiologi Suatu Pengantar yang ditulis
oleh Soerjono Soekanto, “sosialisasi adalah suatu proses, dimana
anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan
nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota”.175
Dari hasil observasi peneliti dapat diketahui bahwa jenis
yang dilakukan informan-informan kunci adalah jenis sosialisasi
sekunder, dimana informan melakukan proses sosialisasi lanjutan
setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu sebagai
kelompok tertentu dalam masyarakat dalam hal ini mereka sebagai
anggota PDI-P kepada masyarakat. Dalam proses sosialisasi baik
sesama anggota partai maupun sesame politisipun berdasarkan
hasil pengamatan berjalan dengan baik, hal ini didukung dengan
penyataan informan kunci ke 1: “Dengan yang lain ibu komunikasi
biasa aja, Insya Allah untuk komunikasi dengan teman tidak ada
masalah.”176
Kemudian informan kunci ke 2 menyatakan hal yang
serupa yaitu:
“Kalau dengan politisi itu kan paling sifatnya hanya
silahturahmi ya, tapi kalau dengan internal kita itu
konsilidasi, itu sudah ada ketetapannya dalam AD/ART
partai. Jadi kalau tingkat provinsi itu kita harus rapat di
struktural DPD itu seminggu sekali, Karena itukan diatur
dalam AD/ART partai, terus kalau di tingkat DPP itu
misalkan ini seminggu 2 kali terus saat kita maunturun ke
bawah ke PAC, DPC untuk tingkat provinsi itukan ada
175
Soejono Soekanto, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Hal 59 176
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB
112
momen-momen tersendiri gitu. Apa dalam rangka ulang
tahun partai, atau apa, jadi gak harus juga tiap saat”177
Tidak berbeda dengan key informants ke 1 dan 2, key
informan ke 3 juga menyatakan bahwa hubungan yang baik dan
kekeluargaan terjadi di dalam PDI-P:
“Kalau di PDIP partai yang paling solid dan
kekeluargaan, makanya adakan symbol keluarga besar
PDIP itu menjadi keluarga betul keluarga PDIP. Seujung
kuku merasa sakitpun semua merasa sakit. Itu komitmen
PDIP, kalau ada ya biasalah selek sedikit mah saya rasa
dimana-mana pasti ada, marah antara pimpinan sama
anggota, atau sesama anggota tapi gak jadi gimana-
gimana. Itu aja besok juga baik lagi. Itu dinamika
berpolitik.”178
Kemudian berdasarkan hasil pengamatan peneliti tipe
sosialisasi yang dilakukan oleh key informan ke 1 adalah sosialisasi
formal ketika acara rapat partai, paripurna,rapat fraksi,dsb. Dan
sosialisasi informal pada saat silahturahmi antar kader dan obrolan
diluar dari kegiatan partai maupun pekerjaan. Sedikit perbedaannya
dengan informan ke 1 adalah informan ke 2 dan ke 3 melakukan
Sosialisasi formal ketika acara rapat partai, paripurna,rapat
fraksi,dsb. Dan sosialisasi informal pada saat silahturahmi antar
kader dan obrolan diluar dari kegiatan partai maupun pekerjaan.
Sedangkan pola sosialisasi yang dilakukan key informants
menurut hasil observasi peneliti dan melihat jawaban-jawaban dari
key informants ke 2 dan ke 3adalah pola sosialisasi represif
177
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB 178
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB
113
digunakan untuk orang-orang tertentu saja yang menjadi pembicara
pada saat pengkaderan atau pendidikan kader partai, dikarenakan
mereka sudah menjadi guru kader dan berhak berbicara dan
mengisi materi pada saat pengkaderan berlangsung, sedangkan
pola yang paling sering dilakukan dari semua key informantsadalah
pola partisipatorisyang menekankan pada interaksi dan komunikasi
lisan yang bersifat dua arah. Hukuman dan imbalannya bersifat
simbolik.
Pada proses sosialisasi ada beberapa tahapan yang dilalui
oleh ke 3 key informants. Hal ini dilihat dari analisis lapangan atau
observasi peneliti, dan jawaban-jawaban yang relevan dengan
tahap-tahap tersebut179
:
a. Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami saat seorang caleg mempersiapkan
diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk
memperoleh pemahaman tentang dirinya, mengenal
dunia politik.
b. Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya
seorang politisi menirukan peran-peran yang dilakukan
oleh orang yang lebih dulu terjun kedalam dunia politik
(senior). Kemampuan untuk menempatkan diri pada
179
http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.html diakses pada hari Sabtu 27 September 2014
pukul 15: 55 WIB
114
posisi orang lain mulai terbentuk, politisi juga sadar
bahwa dunia sosial dan politik manusia berisi banyak
orang. Sebagian dari orang tersebut adalah orang-orang
yang dianggap penting bagi pembentukan dan
bertahannya diri, yaitu dari mana politisi
menyerap norma dan nilai yang berlaku dikalangan
politisi dan dunia politik.
c. Tahap memainkan (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan
diganti oleh peran yang secara langsung dimainkan
sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuan
menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat
sehingga memungkinkan adanya kemampuan bekerja
secara bersama-sama.
Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan
hubungannya semakin kompleks.
d. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized
stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap matang dalam
dunia perpolitikan. Dia sudah dapat menempatkan
dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Manusia
dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak
115
dikenalnya secara mantap. Dan dengan bekal tahapan
yang begitu panjang dalam dunia politik, maka pada
tahap ini politisi sudah diakui baik kemampuan dan
keberadaannya di dunia politik.
Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori
mengenai peranan (role theory), karena dalam proses sosialisasi
diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu
misalnya sebagai anggota partai, anggota legislatif, pengacara,
dokter, guru, orangtua, anak, wanita, pria, dan lain sebagainya,
diharapkan agar orang tersebut berperilaku sesuai dengan peran
tersebut. Melalui interaksi dengan orang lain, seseorang
memperoleh identitas, mengembangkan nilai-nilai dan aspirasi-
aspirasi. Artinya sosialisasi diperlukan sebagai sarana untuk
menumbuhkan kesadaran diri.
Dengan demikian, perempuan yang terjun dalam dunia
politik harus mampu menunjukkan perannya dalam statusnya
sebagai politisi. Anggota perempuan pada PDI-P harus mampu
menunjukkan perannya yang selama ini mendapatkan stereotipe
dalam bidang politik, konstruksi masyarakat yang masih belum
percaya dengan kemampuan perempuan. Dengan begitu, pelabelan
negatif perempuan dalam dunia politik pun akan hilang. Selain itu
citra negatif yang diciptakan masyarakat pun akan hilang seiring
116
peran yang dilakukan oleh perempuan dalam lingkungan
masyarakat. Hal ini juga dibenarkan oleh informan ahli ke 1 dalam
petikan wawancara berikut ini:
“Hanya saja memang, ada kendala, ada sedikit hambatan
nilai budaya misalnya yang masih menempatkan
perempuan pada peran-peran yang identik seperti peran
domestik partai politik misalnya. Kalau di acara formal
penerima tamu itu pasti perempuan, kemudian MC itu
perempuan, dirijen juga perempuan, nah itukan stereotype
gender yang tidak mudah dilepaskan begitu saja”180
Dalam perkembangan sosiologi, menurut dalil teori nurture
bahwa pembagian kerja disebabkan karena faktor pembiasaan dari
lingkungan sangat tepat. Citra seorang perempuan memang
dibentuk oleh masyarakat dan bukan didapat secara
alamiah.Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa dalam
bersosialisasi saat melakukan sosialisasi berjalan dengan baik. Hal
itu terjadi karena sikap yang ditunjukkan oleh anggota perempuan
lebih luwes, sabar, ramah dan sopan, berbeda dengan anggota laki-
laki yang lebih tak acuh. Informan ahlipun memperkuat hasil
observasi peneliti diatas: “Perempuan seharusnya lebih bisa
berperan sesuai dengan kodratnya, sebagai seorang ibu, dia pasti
punya kesabaran, lebih idealis, lebih berpegang pada prinsip,
dibandingkan laki-laki.”.181
Dari hasil percakapan dan observasi peneliti dengan key
informants dapat disimpulkan bahwa agen sosialisasi ke 3
180
Wawancara dengan Gandung Ismanto,S.Sos., MM, Tanggal 30 September 2014 Pukul 09:30
WIB 181
Wawancara dengan Ikhsan Ahmad, S.Ip, M.Si, Tanggal 7 Oktober 2014 Pukul 13.15
117
informan kunci adalah keluarga, rekan se profesi (politisi), dan
masyarakat.
Tabel 4.3
Kategorisasi Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan Bersosialisasi dan Berinternalisasi dalam Aktivitas
Komunikasi Politik
NO
Sosialisasi dan
Internalisasi
(1)
HJ. Amah
Suhamah
(2)
Suparmi, ST
(3)
Sri Hartati,SH
(4)
1. Jenis Sosialisasi
a. Primer b. Sekunder
Sekunder Sekunder Sekunder
2. Tipe Sosialisasi
a. Formal
b. Informal
Sosialisasi formal
ketika acara rapat
partai,
paripurna,rapat
fraksi,dsb.
Kemudian
sosialisasi
informal pada saat
silahturahmi antar
kader dan obrolan
diluar dari
kegiatan partai
maupun
pekerjaan.
Sosialisasi formal
ketika acara rapat
partai,
paripurna,rapat
fraksi,dsb.
Kemudian
sosialisasi
informal pada saat
silahturahmi antar
kader dan obrolan
diluar dari
kegiatan partai
maupun
pekerjaan.
Sosialisasi formal
ketika acara rapat
partai,
paripurna,rapat
fraksi,dsb.
Kemudian
sosialisasi
informal pada
saat silahturahmi
antar kader dan
obrolan diluar
dari kegiatan
partai maupun
pekerjaan.
3. Pola Sosialisasi
a. Sosialisasi represif
(repressive
socialization)
b. Sosialisasi
partisipatoris
(participatory
socialization)
Pola sosialisasi
represif
digunakan untuk
orang-orang
tertentu saja yang
menjadi
pembicara pada
saat pengkaderan
atau pendidikan
kader partai,
sedangkan pola
yang paling
Pola sosialisasi
represif
digunakan untuk
orang-orang
tertentu saja yang
menjadi
pembicara pada
saat pengkaderan
atau pendidikan
kaderpartai,
sedangkan pola
yang paling
Pola sosialisasi
represif
digunakan untuk
orang-orang
tertentu saja yang
menjadi
pembicara pada
saat pengkaderan
atau pendidikan
kader partai,
sedangkan pola
yang paling sering
118
sering dilakukan
adalah pola
partisipatoris
sering dilakukan
adalah pola
partisipatoris
dilakukan adalah
pola partisipatoris
(1) (2) (3) (4)
4. Proses Sosialisasi
e. Tahap persiapan
(preparatory stage)
Tahap ini dialami
saat Seorang
caleg
mempersiapkan
diri untuk
mengenaldunia
sosialnya,
termasuk untuk
memperoleh
pemahaman
tentang dirinya,
mengenal dunia
politik.
Tahap ini dialami
saat Seorang caleg
mempersiapkan
diri untuk
mengenal dunia
sosialnya,termasuk
untuk memperoleh
pemahaman
tentang dirinya,
mengenal dunia
politik.
Tahap ini dialami
saat Seorang caleg
mempersiapkan
diri untuk
mengenal dunia
sosialnya,
termasuk untuk
memperoleh
pemahaman
tentang dirinya,
mengenal dunia
politik.
f. Tahap meniru (play
stage)
.
Tahap ini ditandai
dengan semakin
sempurnanya
seorang politisi
menirukan peran-
peran yang
dilakukan oleh
orang yang lebih
dulu terjun
kedalam dunia
politik (senior).
Sebagian dari
orang tersebut
adalah orang-
orang yang
dianggap penting
bagi pembentukan
dan bertahannya
diri, yaitu
darimana politisi
menyerap norma
dan nilai yang
berlaku
dikalangan politisi
dan dunia politik
Tahap ini ditandai
dengan semakin
sempurnanya
seorang politisi
menirukan peran-
peran yang
dilakukan oleh
orang yang lebih
dulu terjun kedalam
dunia politik
(senior). Sebagian
dari orang tersebut
adalah orang-orang
yang
dianggappenting
bagi pembentukan
dan bertahannya
diri, yaitu dari
mana politisi
menyerap norma
dan nilai yang
berlakudikalangan
politisi dan dunia
politik
Tahap ini ditandai
dengan semakin
sempurnanya
seorang politisi
menirukan peran-
peran yang
dilakukan oleh
orang yang lebih
dulu terjun
kedalam dunia
politik (senior).
Sebagian dari
orang tersebut
adalah orang-orang
yang dianggap
penting bagi
pembentukan dan
bertahannya diri,
yaitu dari mana
politisimenyerap n
orma dan nilai
yang berlaku
dikalangan politisi
dan dunia politik
g. Tahap memainkan
(game stage)
Peniruan yang
dilakukan sudah
Peniruan yang
dilakukan sudah
Peniruan yang
dilakukan sudah
119
.
mulai berkurang
dan diganti
oleh peran
yangsecara
langsung
mulai berkurang
dan diganti
oleh peran yang
mulai berkurang
dan diganti
oleh peran yang
(1) (2) (3) (4)
dimainkan sendiri
dengan penuh
kesadaran.
Kemampuan
menempatkan diri
pada posisi orang
lain pun
meningkat
sehingga
memungkinkan
adanya
kemampuan
bekerja secara
bersama-sama.
Pada tahap ini
lawan berinteraksi
semakin banyak
dan hubungannya
semakin
kompleks
secara langsung
dimainkan sendiri
dengan penuh
kesadaran.
Kemampuan
menempatkan diri
pada posisi orang
lain pun meningkat
sehingga
memungkinkan
adanya
kemampuan
bekerja secara
bersama-sama.
Pada tahap ini
lawan berinteraksi
semakin banyak
dan hubungannya
semakin kompleks
secara langsung
dimainkan sendiri
dengan penuh
kesadaran.
Kemampuan
menempatkan diri
pada posisi orang
lain pun
meningkat
sehingga
memungkinkan
adanya
kemampuan
bekerja secara
bersama-sama.
Pada tahap ini
lawan berinteraksi
semakin banyak
dan hubungannya
semakin
kompleks
h. Tahap penerimaan
norma kolektif
(generalized stage)
Pada tahap ini
seseorang telah
dianggap matang
dalam dunia
perpolitikan.
Manusia dewasa
menyadari
Pada tahap ini
seseorang telah
dianggap matang
dalam dunia
perpolitikan.
Manusia dewasa
menyadari
pentingnya
peraturan,
Pada tahap ini
seseorang telah
dianggap matang
dalam dunia
perpolitikan.
Manusia dewasa
menyadari
pentingnya
peraturan,
pentingnya
peraturan,
kemampuan
bekerja sama
bahkan dengan
orang lain yang
tidak dikenalnya secara mantap.
Dan dengan bekal
kemampuan
bekerja sama
bahkan dengan
orang lain yang
tidak dikenalnya
secara mantap. Dan
dengan bekal tahapan yang
begitu panjang
kemampuan
bekerja sama
bahkan dengan
orang lain yang
tidak dikenalnya
secara mantap.
Dan dengan bekal tahapan yang
begitu panjang
120
tahapan yang
begitu panjang
dalam dunia
politik, maka pada
tahap ini politisi
dalam dunia politik,
maka pada tahap ini
politisi sudah
diakui baik
kemampuan dan
dalam dunia
politik, maka pada
tahap ini politisi
sudah diakui baik
kemampuan dan
(1) (2) (3) (4)
sudah diakui baik
kemampuan dan
keberadaannya di
dunia politik.
keberadaannya di
dunia politik
keberadaannya di
dunia politik
5. Agen Sosialisasi Keluarga,
masyarakat dan
sesame politisi.
Kalau dalam
struktur partai
agen
sosialisasinya
DPP,DPD,DPC,
ranting, anak
ranting.
Keluarga,
masyarakat dan
sesame politisi.
Kalau dalam
struktur partai
agen sosialisasinya
DPP,DPD,DPC,
ranting, anak
ranting.
Keluarga,
masyarakat dan
sesame politisi.
Kalau dalam
struktur partai
agen
sosialisasinya
DPP,DPD,DPC,
ranting, anak
ranting.
4.3.4 Hambatan Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam Aktivitas Komunikasi Politik
Dalam setiap kegiatan atau dimanapun kita melakukan
suatu hal pasti aka nada hambatan-hambatan tertentu, baik itu
hambatan kecil yang tidak menggangu sampai hambatan besar
yang memang sangat menggangu dari aktivitas itu sendiri. Dalam
hal ini anggota perempuan di PDI-P memiliki beberapa hambatan
tertentu, dalam hal ini peneliti merumuskan beberapa hambatan
dan penyelesaiannya dari hasil wawancara dengan ke 3 informan-
informan kunci.
121
Dari hasil wawancara dengan ke 2 informan ahli ada
beberapa hambatan yang terjadi pada anggota perempuan di partai
secara general. Informan ahli ke 1 mengatakan bahwa kapasitas
adalah hal utama yang menjadi hambatan perempuan dalam
melakukan aktivitas komunikasi politik:
“Ya paling tidak kan latar belakang pendidikannya, track
record sebagai politisinya, apakah dia politisi yang
menempuh proses panjang, dlam kaderisasi partai yang
berjenjang, atau dia politisi instant tadi asal rekrut.
Kategori pertama adalah politisi yang merangkak dari
bawah, dan dengan pendidikan yang memadai, diramu
dengan mengalaman yang cukup itu dia tampil dengan
politisi yang tidak mengecewakan. Tetapi kategori kedua
ada politisi perempuan yang instan tadi muncul karena
wacana 30%, punya modal, lalu dia masuk, tapi kemudian
menguasai sumber daya dia melompat karirnya untuk
duduk di posisi tertentu. Nah yang tipe kedua ini yang saya
lihat, memang lebih banyak jadi asesoris partai tadi. Yao
rang yang begini ini menjabat dulu baru belajar, harusnya
orang yang masuk dalm jabatan publik itu dia sudah dalam
posisi cukup dalam bekerja, ini dia malah untuk belajar
mengurusi masyarakat” 182
Informan ahli ke 2 menyatakan hal yang senada dengan
menambahkan hambatan lainnya:
“Kenapa keterwakilan perempuan tidak memenuhi target
30%, ini banyak faktor yang esensial itu pertama
pendidikan politik terhadap perempuan itu memang minim,
kedua proses pemilu itu berbasis pada sebuah transaksi
politik yang kemudian menyebabkan perempuan kalah
bersaing, kemudian yang ketiga persoalan-persoalan yang
membuat perempuan kalah bersaing adalah selain 2
persoalan tadi ada faktor budaya.”183
182
Wawancara dengan Gandung Ismanto,S.Sos., MM, Tanggal 30 September 2014 Pukul 09:30
WIB 183
Wawancara dengan Ikhsan Ahmad, S.Ip, M.Si, Tanggal 7 Oktober 2014 Pukul 13.15
122
Dapat dilihat dari ke 2 jawaban informan ahli tersebut
bahwa hambatan menurut mereka adalah kapasitas perempuan
yang masih belum memadai dikarenakan minimnya pendidikan
politik yang masih sangat minim yang diterima oleh para kader
perempuan partai. Berikutnya adalah konstruksi masyarakat yang
melihat perempuan sebagai perempuan tidak mampu untuk
bersaing dan berkompetisi dengan laki-laki.
Informan ke 3 menjelaskan hal yang serupa dengan
informan ahli, bahwa dilapangan terjadi hambatan yaitu minimnya
pendidikan politik kader perempuan. Akan tetapi hambatan itu
hanya untuk pemula, yang belum melewati tahapan panjang seperti
key informan ke 3:
“Kesulitan itu akan muncul bagi pemula, pasti akan
mengatakan iya begini, begini, kompetisi dengan laki-laki
yang pertama itu, kepercayaan publik terhadap perempuan
yang mengatakan kemampuan perempuan diatas laki-laki
kan belum ada. Berharapsemitra aja belom dikasi
ruang.”184
Informan ke 1 menyatakan hal yang sama dengan informan
ke 3 melalui jawabannya:
“Hanya mungkin karena wanita ini langkah nya tidak
seperti laki-laki sehingga dianggap oleh orang itu kadang-
kadang kan perempuan bisa apa sih. Itu sebenarnya pada
kenyataanya perempuan itu biasanya lebih banyak
berhasilkepemimpinannya dibanding laki-laki.”185
184
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB 185
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB
123
Konstruksi masyarakat yang sudah terbentuk membuat
seolah-olah langkah perempuan menjadi lemah, membuat
perempuan yang sudah masuk dalam dunia politik harus
membuktikan bahwa perempuan tidak seperti apa yang mereka
bayangkan. Mereka bekerja keras untuk merubah paradigma
tersebut: “Kalau orang bilang perempuan hanya pemanis kalau
buat saya tidak ada itu perempuan hanya pemanis, buktinya saya
bisa memimpin DPRD kota Tangerang. Jadikan kata-kata orang itu
motivasi buat kita.”186
Faktor lainnya yang disebut oleh informan ahli adalah
kapasistas perempuan dan pendidikan politik masih yang sangat
minim yang dimiliki oleh perempuan: “Cuma kan kembali lagi
kepada diri kita secara SDMnya, dan niat tidak. Kalau kita udah
males kayaknya yang hambatannya ringan juga jadi berat, tapi
kalau kita itu merasa ini udah misi saya, niat saya pasti tidak ada
hambatan”187
Begitulah penjelasan dari informan ke 2 yang
diperkuat oleh jawaban dari informan ke 3 mengenai SDM
perempuan: “Kembali lagi SDM perempuan menjadi penting dan
prioritas. Kalau perempuan yang tidak memiliki SDM yang baik
pasti memiliki hambatan. Makanya kalau mau terjun ke duni
politik ya sudah harus menguasai itu pastinya.”188
186
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB 187
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB 188
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB
124
Kemudian informan ke 2 juga menyatakan bahwa salah
satu hambatan lainnya yang ditemui adalah persaingan sesama
perempuan pada saat pileg berlangsung:
“Kalau di politik itu hambatan banyak banget ya mbak,
misalnya saya sendiri nih mau jadi caleg gitu ya itukan
harus dinilai bobotnya, strukturnya memenuhi gak gitu,
dari situ terus psikotes kita, semuanya ada satu itu, dua
belom lagi dari internal kita yang temen satu dapil dengan
ibu gitu misalnya ini mah di PDIP aja ya sebenernya sama
di semua partai, saingan gitu pasti ada saya pengen
menang nih tapi ada da pasti saya kalah, gimana caranya
ya saya bisa nama dia terdelete gitu.”189
Informan ke 1 juga menyebutkan persaingan sesama caleg
perempuan pada saat itu tidak sehat dikarenakan sistem politik di
Banten yang terlalu transaksional: “Saya kalah bukan karena saya
tidak bagus, akan tetapi perpolitikan kita yang terlalu
transaksional”.190
Faktor selanjutnya yang menjadi hambatan adalah
budgeting pada saat pencalonan yang minim juga membuat
aktivitas komunikasi politik menjadi terhambat. Aktivitas
komunikasi politik, seharusnya akan lebih bermanfaat jika
dilakukan setelah duduk pada kursi legislatif, informan ke 1
menjelaskan bahwa salah satu faktor kekalahannya adalah
minimnya budget yang dikeluarkan pada saat kampanye: “Karena
saya tidak memiliki uang yang banyak, kemudian mencetak alat
189
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB 190
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB
125
peraga kampanye juga sedikit, takut mubazir juga. Mungkin itu
salah satu faktor saya kalah.”191
Hal ini juga disetujui oleh informan ke 3 bahwa faktor
budgeting perempuan akan kalah dengan laki-laki: “Kendala yang
mendominasi untuk perempuan berkiprah di dunia politik pastinya
yang pertama adalah faktor pembiayaan atau budgeting seorang
perempuan pasti akan kalah dengan laki-laki”.192
Dari hasil wawancara dengan informan ahli dan informan-
informan kunci dapat disimpulkan bahwa ada 4 hambatan yang
ditemui anggota perempuan di PDI-P dalam melakukan aktivitas
komunikasi politik yaitu persaingan dengan calonsesama
perempuan, faktor budgeting pada saat pencalonan yang minim,
kepercayaan publik masih kecil terhadap perempuan, dan SDM
perempuan yang kurang memadai dalam berkomunikasi politik.
Menurut Shannon dan Weaver (1949) dala McQuail dan
Windahl (1985) gangguan komunikasi terjadi, jika terdapat
intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi,
sehingga proses komunikasi tidak dapat berjalan efektif.
Sedangkan hambatan komunikasi terjadi karena gangguan yang
membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sesuai
harapan komunikator dan komunikan. Hambatan komunikasi dapat
dibedakan kedalam dua (2) hal, yaitu hambatan objektif dan
191
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB 192
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB
126
subjektif. Hambatan objektif adalah gangguan atau halangan
terhadap jalannya komunikasi, yang tidak sengaja dibuat oleh
pihak lain, tapi mungkin juga disebabkan oleh keadaan yang tidak
menguntungkan dalam Effendy (2000), diuraikan sebagai
berikut193
:
8) Hambatan Teknis
Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang
ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise),
misalnya gangguan pada stasiun radio atau tv, gangguan jaringan
telepon, rusaknya pesawat radio sehingga terjadi suara bising dan
semacamnya.
9) Hambatan Semantik
Hambatan semantic adalah gangguan komunikasi disebabkan
karena kesalahan bahasa yang digunakan (Blake, 1979). Gangguan
semantik sering terjadi karena:
e. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa
asing, sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu;
f. Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan penerima
pesan;
g. Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya,
sehingga membingungkan penerima;
193
Ahmad Sihabudin dan Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antarmanusia.Serang. Pustaka
Getok Tular. Hal 28
127
h. Latar belakang budaya menyebabkan salah persepsi terhadap
symbol-simbol bahasa digunakan.
10) Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis terjadi seringkali disebabkan karena
persoalan-persoalan individu. Misalnya rasa curiga penerima
kepada sumber, situasi berduka atau gangguan jiwa lainnya,
sehingga dalam menerima dan member informasi tidak sempurna.
11) Hambatan Fisik
Hambatan fisik disbabkan karena kondisi geografis, misalnya jarak
yang jauh, sehingga sulit dicapai, tidak ada sarana kantor pos,
telepon, transportasi, dan semacamnya. Dalam komunikasi antar
manusia, hambatan fisik dapat juga diartikan sebagai gangguan
organik, yakni tidak berfungsinya salah satu pancaindera penerima
pesan.
12) Hambatan Status
Hambatan Status terjadi disebabkan jarak sosial antara peserta
komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan yunior
atau atasan dan bawahan. Perbedaan status seperti ini biasanya
menuntut perilaku komunikasi yang selalu memperhitungkan
kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yakni
bawahan cenderung hormat pada atasannya, atau rakyat pada raja
yang memimpinnya.
13) Hambatan Kerangka Acuan Berfikir/ Pendidikan
128
Gangguan ini disebabkan adanya perbedaan persepsi antara
komunikator dan khalayak terhadap pesan yang disampaikan
dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan latar belakang
pengalaman dan pendidikan yang berbeda.
14) Hambatan Budaya
Hambatan Budaya merupakan gangguan yang terjadi disebabkan
karena adanya perbedaan norma, kebiasaan, dan nilai-nilai dianut
oleh pihak-pihak terlibat dalam komunikasi. Pada negara sedang
berkembang, masyarakat cenderung menerima informasi dari
sumber yang banyak memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti
bahasa, agama, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya.
Dari beberapa hambatan diatas peneliti melihat dari hasil
wawancara dan observasi bahwa ada beberapa hambatan yang
ditemukan yaitu hambatan status dan hambatan budaya.
Kemudian peneliti merumuskan cara penyelesaian
hambatan tersebut menjadi 3, sesuai dengan hambatan itu sendiri
yaitu berserah diri kepada Allah, berfikir jernih dan positif,
meningkatkan SDM dan pengalaman agar tahu cara menyelesaikan
masalah dengan baik.
129
Tabel 4.4
4.1.1 Kategorisasi Hambatan Anggota Perempuan di Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam Aktivitas Komunikasi
Politik
Hambatan
(1)
Hj. Amah Suhamah
(2)
Suparmi, ST
(3)
Sri Hartati,SH
(4)
a. Persaingan
dengan
calonsesama
perempuan
Saya kalah bukan
karena saya tidak
bagus, akan tetapi
perpolitikan kita yang
terlalu transaksional
Belom lagi dari internal
kita yang teman satu
dapil dengan ibu,
misalnya di PDI-
P.Sebenarnya sama di
semua partai,
persaingan pasti ada
dalam hati masing-
masing berkata “saya
(1) (2) (3) (4)
ingin menang tapi ada
dia, pasti saya kalah.
Gimana caranya nama
dia bisa terhapus dari
daftar persaingan saya”.
b. Faktor
Budgeting
pada saat
pencalonan
yangMinim
Karena saya tidak
memiliki uang yang
banyak, kemudian
mencetak alat peraga
kampanye juga sedikit,
takut mubazir juga.
Mungkin itu salah satu
faktor saya kalah
Kendala yang
mendominasi untuk
perempuan
berkiprah di dunia
politik pastinya yang
pertama adalah
faktor pembiayaan
atau budgeting
seorang perempuan
pasti akan kalah
dengan laki-laki
c. Kepercayaan
publik masih
kecil terhadap
Perempuan
Hanya mungkin
karena wanita ini
langkah nya tidak
seperti laki-laki
Kalau orang bilang
perempuan hanya
pemanis kalau buat
saya tidak ada itu
Kompetisi dengan
laki-laki yang
pertama itu,
kepercayaan publik
130
sehingga dianggap
oleh orang itu kadang-
kadang kanperempuan
bisa apa sih.Itu
sebenarnya pada
kenyataanya
perempuan itu
biasanya lebih banyak
berhasil
kepemimpinannya
dibanding laki-laki.
perempuan hanya
pemanis, buktinya saya
bisa memimpin DPRD
kota Tangerang.Jadikan
kata-kata orang itu
jadikan motivasi buat
kita
terhadap perempuan
yang mengatakan
kemampuan
perempuan diatas
laki-laki kan belum
ada. Berharap
semitra aja belom
dikasi ruang
d. SDM
perempuan yang
kurang memadai
dalam
berkomunikasi
politik
Cuma kan kembali lagi
kepada diri kita secara
SDMnya, dan niat
tidak. Kalau kita udah
males kayaknya yang
hambatannya ringan
juga jadi berat, tapi
kalau kita itu merasa ini
udah misi saya, niat
saya pasti tidak ada
hambatan
Kembali lagi SDM
perempuan menjadi
penting dan
prioritas. Kalau
perempuan yang
tidak memiliki SDM
yang baik pasti
memiliki hambatan.
Makanya kalau mau
terjun ke duni politik
ya sudah harus
menguasai itu
(1) (2) (3) (4)
pastinya dengan cara
belajar dan belajar.
Penyelesaian
hambatan
1. Berserah
dirikepada
Allah
Bismillah dan sungguh-
sungguh mengerjakan
niat kita jujur, ikhlas,
tulus apapun pasti bisa
terselesaikan hambatan
apapun.
1. Berfikir jernih
dan positif
Dan kekalahan atau
ketidak berhasilan ibu,
bukan berarti
masyarakat tidak mau
membela atau saya
musuhin mereka, oh
tidak. Justru ibu
dating, ibu rangkul.
Agar mereka
berfikir,oh sebenarnya
ini lho yang saya
butuhkan. Mungkin
Kita berfikirnya jernih
aja, pastituhanmemberi
masalah ada jalan
keluarnya, dipecahkan
dulu mana nih ujung-
ujung dari masalahnya,
kemudian awalnya
dimana akhirnya
dimana kita harus
uraikan satu-satu.
131
mereka salah pilih
karena kepuasan
sesaat.
2. Meningkatkan
SDM dan
pengalaman agar
tahu cara
menyelesaikan
masalah dengan
baik
Kembali lagi kepada
kemampuan individu
si perempuan yang
katakanlah sudah
terjun ke dunia
politik, komunikasi
politik menjadi
penting.
Kalau perempuan
yang tidak memiliki
SDM yang baik pasti
memiliki hambatan.
4.3.5 Sistem Perekrutan dan Pengkaderan Anggota Partai
Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam
Memenuhi Pengetahuan Komunikasi Politik
Keserasian dan keadilan jender dapat dicapai dengan
berbagai ikhtiar pemberdayaan politik perempuan. Pertama,
melakukan ikhtiar-ikhtiar penguatan institusi (institutional
building). Kehadiran “Wanita Persatuan”, misalnya, sebagai salah
satu instrumen partai tidak hanya menjadi institusi “pemanis”,
tetapi gerakan perempuan harus menunjukan dirinya sebagai
institusi yang secara substansial dapat memberikan bobot
demokrasi bagi ikhtiar-ikhtiar komunikasidan agregasi politik
perempuan. Kedua, yang dapat dilakukan oleh gerakan perempuan
adalah melakukan penguatan kapasitas dan kapabilitas politisi
132
perempuan (capacity building) sehingga kader perempuan partai
dapat secara aktif dan kompetitif ikut dalam proses rekrutmen
kader, baik dalam struktur kepengurusan partai maupun pada
lembaga legislatif. Proses itu dapat dicapai dengan penguatan
kapasitas politisi perempuan di lingkungan organisasi atau partai
politik. Penguatan kualitas kader partai dan politisi perempuan
disebuah partai politik dapat diarahkan pada kematangan visi
perjuangan partai, kemampuan untuk memimpin secara baik,
berkomunikasi, mau mendengar dan mengikuti, serta memiliki
kekuatan dan kemauan untuk menghadapi tantangan, disamping
kemampuannya untuk memelihara kredibilitas.194
Sebagai saluran aspirasi dan partisipasi politik, parpol
secara serius dan berkelanjutan berperan dalam melakukan
rekruitmen jabatan politik. Melalui rekruitmen jabatan politik,
perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk
berpartisipasi dalam politik. Partai politik bertanggung jawab
dalam menempatkan perempuan pada posisi dan tanggung jawab
organisatoris yang signifikan, selain mempersiapkan dan
menempatkan perempuan sebagai caleg yang setara dengan caleg
laki-laki.195
194
Khofifah Indar Parawansa.2006. Mengukir Paradigma Menembus Tradisi: Pemikiran Tentang
Keserasian Jender. Jakarta. Pustaka LP3ES Indonesia. Hal. 23 195
http://dewivivi07.wordpress.com/2009/05/26/partisipasi-politik-perempuan-melalui-
keterwakilannya-dalam-lembaga-legislatif/ Diakses pada hari Sabtu tanggal 19 Juli 2014 Pukul
15.00 WIB
133
Sesuai dengan ART Pasal 1 tentang Keanggotaan mengenai
Syarat untuk menjadi anggota partai ke 3 key informants
menjelaskan bahwa siapapun boleh masuk ke dalam partai tanpa
memandang suku, agama, dan ras tententu atapun strata sosial
tertentu:
“Siapapun boleh, tidak membedakan mau agama apa saja
boleh, suku apa saja boleh, yang penting memang kita
komitmen dan bersungguh-sungguh. Karena kalau dipartai
itukan semua punya aturan, semua partai punya aturan.
Kalau di DPIP semua boleh masuk kok, terbuka.”196
Hal ini juga dibenarkan oleh informan pendukung bahwa
PDI-P menerima siapapun untuk menjadi anggota partai asalkan
memenuhi syarat menjadi anggota yang sudah tertuang dalam
AD/ART PDI-P:
“Intinya perekrutan itu siapapun orangnya, siapapun itu
lulusannya kalau mau masuk ke PDIP terbuka. Kita tidak
membeda-bedakan, mau itu miskin atau kaya,
pengangguran. Semua silahkan masuk ke partai manapun,
kita gak membedakan suku agama, atau ras tertentu. PDIP
nasionalis, asasnya Pancasila 1 Juni.”197
Adapun informan ke 1 menjelaskan sistem perekrutan yang
terjadi pada PDI-P:
“Kalau merekrut anggota memang tidak seperti merekrut
karyawan. Kadang-kadang dari kesadaran orang-orang itu
sendiri, tapi kalau untuk perekrutan calon dewan yang
diluar dari anggota itu memang mekanismenya harus ada
beberapa tahapan dan orang partai itu sendiripun ada
tahapan-tahapannya untuk mencalonkan.”198
196
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB 197
Wawancara dengan Drs. Sabdo Waluyo, Tanggal 2 Oktober 2014 Pukul 13.00 WIB 198
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB
134
Anggapan buruknya sistem perekrutan yang terjadi di partai
politik menyisakan pertanyaan besar bagi para pemilih. Apakah
calon yang mereka pilih benar-benar calon yang berkompeten dan
memiliki kapasistas yang baik, khususnya pada anggota
perempuan. Anggapan yang sudah melekat bahwa banyak parta
asal merekrut untuk memenuhi kuota 30%, tanpa melihat
bibit,bebet, dan bobot dari perempuan itu sendiri. Hal ini
ditegaskan oleh jawaban dari informan ahli ke 1 bahwa memang
sistem rekrutmen parti pada saat ini sangat buruk:
“Nah itu nampaknya menjadi catatan yang tersisa bagi
kebijakan afirmatif 30% keterwakilan itu, karena memang
sulit di nafikan rekrutmen partai secara umum itu buruk,
tidak hanya membicarakan soal perempuan tapi rekrutmen
partai, rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai secara
umum itu buruk. Ditambah dengan fungsi-fungsi partai
yang lain, fungsi sosialisasi, pendidikan politik, komunikasi
politik, itu partai relatif buruk. Apalagi misalnya kalau
rekrutmen politik untuk memenuhi kuota 30% itu.”199
Penjelasan diatas membuat partai cukup mendapatkan
perhatian yang serius dari pengamat politik. Partai dianggap lalai
dalam sistem perekrutan, untuk mencetak kader-kader perempuan
yang unggul yang mampu bersaing secara kompetitif dengan kader
laki-laki maupun kader perempuan dari partai lain. Namun hal ini
dijelaskan oleh informan ke 3 dalam sebuah jawaban politis
mengenai ketidakseimbangan rekrutmen yang terjadi:
199
Wawancara dengan Gandung Ismanto,S.Sos., MM, Tanggal 30 September 2014 Pukul 09:30
WIB
135
“Kenapa rekrutmen partai jadi nampak tidak seimbang
antara laki-laki dan perempuan, karena sebenarnya
keinginan para perempuan untuk masuk dunia politik atau
di dalam kepartaian itu , partisipasi perempuan yang
memang belum banyak, belum sampai kepada titik yang
kita harapkan.”200
Setelah melalui sistem perekrutan yang baik dan benar,
anggota partai akan diberikan kaderisasi oleh partai dalam hal ini
PDI-P memberikan pengkaderan atau pendidikan kader kepada
seluruh anggotanya. Sesuai dengan AD pasal 12 mengenai
keanggotaan, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kader
Partai adalah anggota partai yang dedikasi, loyalitas, dan
pengabdiannya kepada partai dan masyarakat umum tidak tercela.
Informan ke 1, 2, dan 3 sudah layak untuk ditetapkan
sebagai kader partai. Dari hasil pengamatan peneliti dedikasi,
loyalitas dan pengabdian key informants sangatlah baik. Dapat
dilihat dari pengabdian mereka selama ini menjadi anggota partai,
kemudian dalam memberikan jawab key informants sangat
memegang tegus asas PDI-P dan menganggap PDI-P adalah partai
yang terbaik dan mereka tidak pernah menyesal masuk dalam
partai tersebut: “Saya sudah 5 tahun ada di PDI-P, mengabdi
sebagai ketua PAC. Saya banyak disenangi orang karena tidak
sombong dan suka menolong kalau ada yang sedang sakit.”201
200
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB 201
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB
136
Begitulah informan ke 1 memberikan jawabannya,
kemudian informan ke 2 memberikan jawaban yang sedikit
berbeda dengan informan ke 1: “Ibu sudah 2 periode terpilih
menjadi anggota dewan melalui PDI-P, secara tidak langsung
berdedikasi terhadap partai dan masyarakat, loyal terhadap
partai”202
Senada dengan jawaban informan ke 2, informan ke 3
menjelaskan dedikasi dan loyalitasnya kepada partai, dan kecintan
masyarakat kepadanya dikarenakan sudah 3 periode terpilih
menjadi anggota dewan dan pada pemilihan terakhir informan ke 3
mendapatkan suara terbanyak ada daerah pilihnya:
“Ibu sudah 3 periode terpilih menjadi anggota dewan
melalui PDIP, dan Alhamdulillah di dapil ibu mendapatkan
suara terbanyak. Berarti masyarakat percaya kan pada
kemampuan ibu, dan secara tidak langsung berdedikasi
terhadap partai dan masyarakat, loyal terhadap partai.”203
Poin yang kedua AD pasal 12 mengenai keanggotaan
adalah Jenjang Kader yaitu sebagai berikut Kader Pratama, Kader
Madya, Kader Utama, Guru Kader. Dalam penelitian ini informan ke 1
merupakan kader madya, kemudian informan ke 2 dan ke 3 merupakan
guru kader. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara dengan informan
pendukung untuk menjawab pertanyaan apakah semua key informants
dalam penelitian ini telah melewati sistem pengkaderan yang sesuai
dengan AD/ART partai ataukah belum: “Iya sudah, karena ibu Suparmi
202
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB 203
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB
137
itu sudah ikut pendidikan kader guru, ibu Sri juga, bu Amah madya
kalau tidak salah.”204
Pada pembahasan selanjutnya sesuai ART Pasal 2 tentang
keanggotaan mengenai seluruh anggota harus melalui masa pembinaan.
Dijelaskan oleh informan pendukung bahwa ada beberapa pembinaan
dan pengkaderan yang diselenggarakan oleh PDI-P unutk memenuhi
kebutuhan informasi komunikasi politik dan sejarah partai:
“Pendidikan politik dasar itu ya asas-asas dari PDIP
dibuat dalam suatu workshop atau seminar, 2 – 3 hari.
Dikasih pembekalan, ajaran bung Karno, ajaran-ajaran
dari mana-dari mana, itupun materinya dari luar banyak.
Dari dosen-dosen kemarin itu banyak. Waktu di Jogja itu
yang mengadakan DPP , untuk guru kader.”205
Hal tersebut diakui oleh informan ke 1 bahwa dia sudah
mengikuti pengkaderan yang diadakan oleh PDI-P: “Saya ikut pelatihan
pengkaderan, satu tahun biasanya tiga hari. Didalamnya terdapat
pengkaderan bagaimana cara kita berpolitik, latar belakang PDI-P itu
apa, sejarah PDI-P itu seperti apa.”206
Jawaban serupa juga didapatkan dari informan ke 2:
“Ibu ikut di DPD waktu itu, kemudia saat menjadi
pimpinan ini di bidakara 2 hari. Setelah jad, di tes lagi
untuk calon pimpinan DPRD kemarin ada 4 orang, Setelah
itu kita se Indonesia dari tingkat 2 sampai tingkat 1
diadakan pembekalan caleg terpilih.”207
Informan ke 3 juga menjelaskan hal yang tidak jauh beda
dari apa yang sudah dikemukakan oleh informan ahli dan 2 informan
204
Wawancara dengan Drs. Sabdo Waluyo, Tanggal 2 Oktober 2014 Pukul 13.00 WIB 205
Wawancara dengan Drs. Sabdo Waluyo, Tanggal 2 Oktober 2014 Pukul 13.00 WIB 206
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB 207
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB
138
kunci lainnya: “Kalau dari partai saya ikut pendidikan kader 3 hari
khusus kader fraksi PDI-P anggota terpilih. Digembleng persoalan
politik , kepartaian, demokrasi, dsb”208
Dengan demikian sistem perekrutan dan pengkaderan yang
ada di PDI-P sudah cukup baik, dalam perekrutan dan pengkaderan
sudah melalui tahap-tahap terentu, anggota partai yang ingin menjadi
calon anggota legislatifpun dilakukan fit and proper test atau tahapan-
tahaopan tes tertentu seperti tes psikologi, kesehatan, ilmu pengetahuan,
dll. Akan tetapi ada harapan dari informan ke 3 untuk sistem perekrutan
PDI-P agar kedepannya PDI-P semakin baik dan baik lagi untuk
mencetak kader-kader partai yang unggul dan kompetitif khususnya
untuk kader perempuan:
“Ibu menyatakan bahwa teknis saja mbak , teknis
dilapangan saat rekrutmen itu. Karena asal comot, asal
sodara, belom professional. Mungkin itu saran saya bahwa
di perekrutan itu ya betul-betul orang yang punya SDM
dibidangnya, menurut ibu. Nah ini PDIP kedepannya harus
seperti itu”209
Informan ahli ke 1 juga menyatakan bahwa partai harus
menanggapi serius persoalan perekrutan dan pengkaderan ini, agar
partai tidak menjadi oligarki ( yang ada di partai orang yang itu-itu saja)
dan memiliki kader yang unggul dan kompetitif:
“Secara sistemik partai harus berubah haluan dari partai
masa menjadi partai kader, partai secra terus menerus
melakukan kaderisasi, rekrutmennya dilakukan secara
terbuka dari waktu ke waktu. Sistem yang terbaik tentu saja
208
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB 209
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB
139
melalui mekanisme kaderisasi yang berjenjang. Yang
mengharuskan seseorang untuk duduk pada jabatan di
atasnya, dia harus duduk dulu dari bawah, penataan sistem
partai politik ini yang sekarang itu tidak terbangun di
Indonesia. Seseorang yang belum pernah duduk du DPRD
kota/kabupaten sudah mencalonkan diri di provinsi, belum
di provinsi tiba-tiba nyalon DPR RI, nah sehingga
keguncangan-keguncangan sistemik itu sering kali
terjadi.”210
Kemudian informan ahli ke 2 menambahkan bahwa partai politik
harus mengadakan sistem kaderisasi yang sehat:
“Proses kaderisasi parpol yang sehat, yang sehat itu
berdasarkan rekrutmen dengan kadar ideologis dan
manajemen organisasi yang baik, wawasan yang baik,
kemudian moralitas yang baik, jadi semua ini berakumulasi
pada bagaimana penilaian kader terhadap identitas,
kapasitas, untuk bertarung di arena politik yang
sesungguhnya.”211
Kini partai politik harus kembali lagi ke fungsi dasarnya untuk
melakukan 4 hal, kaderisasi politik, komunikasi politik, sosialisasi politik,
dan melakukan resolusi konflik. Bagaimana kader dididik untuk menjadi
komunikator, dan dapat bersosialisasi. Komunikator buat masyarakatnya,
konstituennya, dan gagasan-gagasan partai, pada satu sisi disisi lain dia
menyerap aspirasi untuk dipola di agresasikan menjadi kebijakan yang
relevan bagi masyarakat. Proses ini harus dilakukan secara berjenjang agar
mereka terlatih, kemampuannya terasah dalam lingkupnya, kemudian
diberikan tanggung jawab besar yang lebih luas dan seterusnya. Dan di
negara maju ini yang dilakukan, sehingga politisi yang lahir adalah politisi
210
Wawancara dengan Gandung Ismanto,S.Sos., MM, Tanggal 30 September 2014 Pukul 09:30
WIB 211
Wawancara dengan Ikhsan Ahmad, S.Ip, M.Si, Tanggal 7 Oktober 2014 Pukul 13.15
140
yang memiliki pengalaman yang utuh di level-level tertentu, sehingga
mereka memiliki kecakapan yang tinggi untuk berperan sebagai politisi.
Tabel 4.5
4.3.6 Kategorisasi Sistem Perekrutan dan Pengkaderan Anggota
Partai Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
dalam Memenuhi Pengetahuan Komunikasi Politik
NO AD Pasal 12
Kader Partai
(1)
Hj. Amah Suhamah
(2)
Suparmi, ST
(3)
Sri Hartati,SH
(4)
1. Kader Partai adalah
anggota partai yang
dedikasi, loyalitas,
Saya sudah 5 tahun
ada di PDI-P,
mengabdi sebagai
Ibu sudah 2 periode
terpilih menjadi
anggota dewan
Ibu sudah 3 periode
terpilih menjadi
(1) (2) (3) (4)
dan pengabdiannya
kepada partai dan masyarakat umum
tidak tercela.
ketua PAC. Saya
banyak disenangi orang karena tidak
sombong dan suka
menolong kalau ada
yang sedang sakit
melalui PDI-P,
secara tidak langsung berdedikasi
terhadap partai dan
masyarakat, loyal
terhadap partai
anggota dewan
melalui PDI-P, secara tidak
langsung
berdedikasi
terhadap partai dan
masyarakat, loyal
terhadap partai
2. Jenjang Kader
adalah
a. Kader Pratama
b. Kader Madya
c. Kader Utama
d. Guru Kader
Kader Madya
Guru Kader Guru Kader
3. ART Pasal 1
tentang
Keanggotaan
mengenai Syarat
Kalau merekrut
anggota memang
tidak seperti merekrut
karyawan. Kadang-
Siapapun boleh,
tidak membedakan
mau agama apa saja
boleh, suku apa saja
Kenapa rekrutmen
partai jadi nampak
tidak seimbang
antara laki-laki dan
perempuan, karena
141
untuk menjadi
anggota partai
kadang dari
kesadaran orang-
orang itu sendiri, tapi
kalau untuk
perekrutan calon
dewan yang diluar
dari anggota itu
memang
mekanismenya harus
ada beberapa tahapan
dan orang partai itu
sendiripun ada
tahapan-tahapannya
untuk mencalonkan.
boleh, yang penting
memang kita
komitmen dan
bersungguh-
sungguh. Karena
kalau dipartai itukan
semua punya aturan,
semua partai punya
aturan. Kalau di
DPIP semua boleh
masuk kok, terbuka.
sebenarnya
keinginan para
perempuan untuk
masuk dunia politik
atau di dalam
kepartaian itu ,
partisipasi
perempuan yang
memang belum
banyak, belum
sampai kepada titik
yang kitaharapkan.
4. ART Pasal 2
tentang
keanggotaan
mengenai Seluruh
anggota harus
melalui masa
pembinaan
Saya ikut pelatihan
pengkaderan, satu
tahun biasanya tiga
hari. Didalamnya
terdapat pengkaderan
bagaimana cara kita
berpolitik, latar
belakang PDI-P itu
Ibu ikut di DPD
waktu itu, kemudia
saat menjadi
pimpinan ini di
bidakara 2 hari.
Setelah jad, di tes
lagi untuk calon
pimpinan DPRD
kemarin ada 4 orang,
Kalau dari partai
saya ikut
pendidikan kader 3
hari khusus kader
fraksi PDI-P
anggota terpilih.
Digembleng
persoalan politik ,
(1) (2) (3) (4)
apa, sejarah PDI-P itu
seperti apa.
Setelah itu kita se
Indonesia dari
tingkat 2 sampai
tingkat 1 diadakan
pembekalan caleg
terpilih
kepartaian,
demokrasi, dsb.
142
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Peran perempuan sebagai anggota partai politik dalam aktivitas
komunikasi politik meliputi hak dan kewajiban sebagai anggota partai.
Sesuai AD/ART PDI-P bahwa tidak ada perbedaan antara hak dan
kewajiban laki-laki, dengan kata lain peran perempuan di PDI-P sama
dengan halnya laki-laki. Pada kenyataannya bukan partai yang membuat
perbedaan antara anggota laki-laki dan anggota perempuan, akan tetapi
perempuan sendirilah yang membatasi dirinya sendiri dan kemudian hal
tersebut menjadi pembeda pembagian kerja antara anggota laki-laki dan
perempuan. Dalam aktivitas komunikasi politik peran perempuan sama
dengan laki-laki, dikarenakan perempuan memiliki kesempaan yang sama
untuk melakukan aktivitas komunikasi politik seperti retorika, propaganda,
public relations, lobi-lobi politik, dan periklanan politik. Anggota
perempuan juga diberikan kesempatan yang sama untuk menjabat dalam
jabatan struktural dan jabatan penting. Dua dari Informan-informan kunci
menjabat pada jabatan strategis di legislatif.
2. Dalam bersosialisasi dan berinternalisasi anggota perempuan lebih banyak
melakukan pembicaraan pada saat bertemu dengan anggota lainnya di
rapat-rapat, baik itu rapat partai atau rapat legislatif. Jenis sosialisasi yang
dilakukan anggota perempuan adalah sosialisasi sekunder yaitu tahap
lanjutan dari sosialisasi primer yaitu memperkenalkan individu ke dalam
143
kelompok tertentu dalam masyarakat , kemudian tipe sosialisasi formal
dan informal digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang
berlangsung. Pola sosialisasi represif digunakan untuk orang-orang
tertentu saja yang menjadi pembicara pada saat pengkaderan atau
pendidikan kader partai. Pola yang paling sering dilakukan adalah pola
partisipatoris yang mengandalkan komunikasi 2 arah atau timbal balik dari
lawan bicaranya. Anggota perempuan di PDI-P juga mengikuti tahap-
tahap dalam proses sosialisasi yaitu tahap persiapan (preparatory stage),
tahap meniru (play stage), tahap memainkan (game stage), dan tahap
penerimaan norma kolektif (generalized stage). Adapun yang termasuk
dalam agen sosialisasi informan-informan kunci adalah keluarga,
masyarakat dan sesama politisi. Dalam struktur partai sebagai agen
sosialisasin informan-informan kunci adalah DPP,DPD,DPC, ranting, anak
ranting.
3. Hambatan yang ditemui oleh anggota perempuan dalam melakukan
aktivitas komunikasi politik adalah persaingan dengan calon sesama
perempuan, faktor budgeting pada saat pencalonan yang minim,
kepercayaan publik masih kurang terhadap perempuan, dan SDM
perempuan yang kurang memadai dalam berkomunikasi politik. Adapun
penyelesaian hambatannya adalah berserah diri kepada Allah, berfikir
jernih dan positif, meningkatkan SDM dan pengalaman agar tahu cara
menyelesaikan masalah dengan baik
144
4. Sistem perekrutan dan pengkaderan di PDI-P telah cukup baik karena
berjalan sesuai dengan AD/ART pasal AD Pasal 12 mengenai Kader
Partai, para informan kunci yaitu anggota-anggota perempuan PDI-P telah
berdedikasi, loyalitas, dan mengabdikan diri kepada partai dan masyarakat
umum, tidak berbuat tindakan tercela. Selurruh informan telah melewati
jenjang kader yaitu Kader Pratama, Kader Madya, Kader Utama, dan
Guru Kader. Mengenai perekrutan anggota partai telah di atur dalam ART
Pasal 1 tentang Keanggotaan mengenai Syarat untuk menjadi anggota
partai, dan ART Pasal 2 tentang keanggotaan mengenai Seluruh anggota
harus melalui masa pembinaan. Sesuai dengan aturan tersebut semua
anggota mengikuti pengkaderan dan tahapan-tahapan untuk masuk ke
dalam PDI-P, seluruh kalangan, golongan dan lapisan masyarakat secara
bebas dapat turut serta dalam mendaftarkan diri sebagai anggota partai.
Akan tetapi setiap orang yang akan masuk sebagai anggota partai harus
melewati tahap-tahap pengkaderan terlebih dahulu yang cukup ketat, dan
jika ingin mencalonkan diri menjadi calon anggota legislatif harus melalui
serangkaian tes kemampuan, kesehatan dan psikologi agar calon yang
dikirimkan PDI-P adalah kader-kader yang unggul.
5.2 Saran
1. Pada saat pencalonan legislatif hendaknya PDI-P lebih mementingkan
kader yang berpotensi ketimbang kader yang memiliki uang lebih banyak
145
2. Calon legislatif yang bukan anggota sebaiknya diberikan pengkaderan
minimalnya setara dengan grade kader pratama agar lebih terjamin kualitas
dalam berpolitiknya.
3. PDI-P hendaknya memberi kuota lebih dari 30% terhadap anggota
perempuan untuk masuk dalam structural partai maupun sebagai anggota
legislatif.
146
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A.Chaedar. Pokoknyakualitatif. PT.DuniaPustakajaya
AP, Sumarno. 1993. Dimensi-DimensiKomunikasiPolitik. Bandung. Citra Aditya
aaaaaBakti
Ardial. 2010. KomunikasiPolitik. Jakarta: PT. IndeksPermataPuri Media.
Ardianto, Elvinaro. 2010. MetodePenelitianuntuk Public Relations Kuantitatif
Dan aaaaaKualitatif. Bandung: SimbiosaRekatama Media
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-DasarIlmuPolitikEdisiRevisi. Jakarta.PT.
aaaaaGramediaPustakaUtama
Cangara, Hafied. (2008). PengantarIlmuKomunikasi. Jakarta: RajawaliPers
Frank, Jefkinsdisempurnakanoleh Daniel,Yadin.2004. Edisi ke-5
PublicRelations.aaaaaJakarta. PT. GeloraAksaraPratama
Gozali, Dodi M.2005. Communication Measurament
:KonsepdanAplikasiaaaaaPengukuranKinerja Public Relations. Bandung:
SimbiosaRekatama
Griffin E. A. 2003. A First Look at Communication Theory (5 ed.). Boston:
McGraw-aaaaaHill
Hadiz, Liza. 2004. PerempuandalamWacanaPolitikOrdeBaru
:PilihanaaaaaArtikelPrisma. Jakarta. Pustaka LP3ES Indonesia
Hafied, Cangara, H. (2008). PengantarIlmuKomunikasi. Jakarta: RajawaliPers
Komaruddin, 1994, EsiklopediaManajemen, edisikesatu, BumiAksara, Jakarta
Khotimah, Khusnul. 2009. Diskriminasi Gender
TerhadapPerempuanDalamSektoraaaaaPekerjaan. Purwokerto:PusatStudi Gender
STAIN Purwokerto
Malik, DedyDjamaluddindanIriantara, Yosal. 1994. KomunikasiPersuasif.
aaaaaBandung. PT. RemajaRosdakarya
Muhtadi, AsepSaeful. 2008. KomunikasiPolitikIndonesia:Dinamika Islam
PolitikaaaaaPasca-OrdeBaru. Bandung.PT.RemajaRosdakarya
Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar Gender. Hal XVIII
147
Naqiah, Najilah. 2005. OtonomiPerempuan. Malang. Bayumedia Publishing
Nimo, Dan. 2004. KomunikasiPolitik: Komunikator, pesan, danmedia.Bandung.
aaaaaPT.RemajaRosdakarya
Nursal, Adnan. 2004. Political Marketing :StrategiMemenangkanPemilu. Jakarta:
aaaaaGramediaPustakaUtama
Parawansa, Khofifah Indar.2006.
MengukirParadigmaMenembusTradisi:aaaaaPemikiranaaaaaTentangKeserasianJe
nder. Jakarta. Pustaka LP3ES Indonesia
Poerwadarminta,W. J. S. 1995. KamusUmumBahasa Indonesia. Jakarta.
PT.aaaaaBalaiaaaPustaka
Robbins, Stephen P. 2001. PerilakuOrganisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi.
aaaaaJakarta. Prenhallindo.
Rakhmat, Jalaluddin. MetodePenelitianKomunikasi. PT RemajaRosdaKarya.
aaaaaBandung. 2001
Rush, Michael danAlthoff, Phillip. 1997. PengantarSosiologiPolitik. Jakarta. PT.
aaaaaRajaGrafindoPersada
Salatalohy, FahmidanPelu, Rio. 2004. NasionalismeKaumPinggiran
Sarjono, Sarlito Wirawan.2006. Teori-TeoriPsikologiSosial. EdisiRevisi. Jakarta.
aaaaaPT. Raja GrafindoPersada
Satori, Djaman&Komariah, Aan. 2010. MetodelogiPenelitianKualitatif.Bandung:
aaaaaAlfabeta
Siregar, Hetty. 2001. MenujuDuniaBaru
Soekanto, Soerjono. 1990. SosiologiSuatuPengantar. Jakarta :RajawaliPers
Sudiana. 1986. KomunikasiPeriklananCetak. Bandung: RemadjaKarya
Sugiyono. MetodePenelitianKuantitatifdanKualitatif(Cetakanke -13). Bandung
aaaaa2011. Alfabeta
SumberLainnya:
Jurnal:
148
Fakih, Mansour.2008. Analisis Gender danTransformasiSosial (cetakan ke-13).
aaaaaYogyakarta. Insist Press
Gabriel, Almond. 1963. The Civic Culture. Princenton: Princenton University
Press.
Mochtar, Mas‟oed& Andrew, Colin Mac. 1993. PerbandinganSistemPolitik.
Yogyakarta: UGM PressPutra, AfdalMakkuraga. Emosionalitasdan Negativity
aaaaadalamIklanPolitikPilkada, Jurnal Media Watch, 31 Agustus 2007
Prosiding. 2012. Seminar danKonferensiNasionalIlmuKomunikasi:
aaaaaKontribusiIlmuKomunikasi Dalam Pembangunan. Serang. Program Studi
aaaaailmuKomunkasi FISIP Untirta
Yulianti, T. IklanPolitik di Televisi, Kompas, 15 Maret 2004
Website:
http://dewivivi07.wordpress.com/2009/05/26/partisipasi-politik-perempuan-
melalui-keterwakilannya-dalam-lembaga-legislatif/Diakses pada hariSabtu
tanggal 19 Juli 2014 Pukul 15.00 WIB
http://file.upi.edu/direktori/fpips/m_k_d_u/196604251992032
elly_malihah/pokok_materi_sosiologi,_elly_m/4._sosialisasi_dan_pembentukan_s
kl.pdf diakses pada hari Sabtu 27 September 2014 pukul 15: 55 WIB
http://kbbi.web.id/melobiDiaksespadaTanggal 17 Oktober 2014 Pukul 16:30 WIB
http://politik.teraspos.com/read/2014/02/27/81312/persentase-caleg-perempuan-
meningkatDiakses PadaTanggal 15 Mei 2014 Pukul 09:32 WIB
http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.html diaksespadahari Sabtu 27
September 2014 pukul 15: 55 WIB
http://www.referensimakalah.com/2013/01/konsep-perempuan.html
DiaksespadahariKamistanggal 12 Desember 2013 pukul 11:17 WIB
kpu-bantenprov.go.id/ DiaksespadahariSabtutanggal 19 Juli 2014 Pukul 13.45
WIB
149
Lampiran 1
Kampanye Ibu Suparmi, ST (Informan ke 2)
Rapat Paripurna di Gedung DPRD Kota Tangerang
150
Kampanye Ibu Sri Hartati, SH (Informan ke 3)
Pelantikan Anggota DPRD Provinsi Banten Periode 2014-1019
151
Lampiran 2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP INFORMAN
Nama : Dra. Hj. Amah Suhamah, M.Si
Tempat/Tanggal lahir : Martapura, 11 November 1953
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. 45 No. 38 RT 03/04 Cikulur Serang
No Telepon : 081808714743
Riwayat Pendidikan:
S1 STIA MY tahun 1986
S2 STIKM tahun 2006
Riwayat Organisasi:
PGRI (Anggota, Sekretaris, Ketua Cabang) tahun 1978-2009
PDI Perjuangan (Sekretaris Cabang) tahun 2009-2013
PDI Perjuangan (Plt. Ketua Cabang) tahun 2013-Sekarang
152
Lampiran 3
153
Lampiran 4
Transkrip Wawancara Informan Kunci ke 1
Ibu Dra.Hj. Amah Suhamah M.Si Ketua PAC PDIP
Hak dan kewajiban anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik
5. Apakah anda ada dalam struktur kepengurusan PDIP DPD Banten?
Anda menempati posisi apa dalam kepengurusan?
Ibu,jabatan dalam struktur adanya di PAC. Jadi pimpinan anak cabang
awalnya ibu sekretaris anak cabang , karena kemarin ada ketuanya itu
berhalangan mengingat dia bekerja diluar kota Serang sehingga kan untuk
fokus mengurus partai agak repotya, jadi dia hanya mengundurkan diri
sementara ya mungkin hanya sebagai anggota saja, sekarang bu PLT
pimpinan anak cabang.
6. Bagaimana peran anda di PDIP dalam struktur kepengurusan
tersebut?
Sebenarnya memang dalam partai politik itu kegiatannya sepertinya gak
keliatan ya sama orang-orang, kayak LSM. Partai politik itu tidak seperti
itu kita lebih banyak fokus ke internal partai khusus nya anggota, yang
kedua kita juga ke masyarakat, dalam artian ke masyarakat itu seperti
begini ya, sudah banyak yang di bantu oleh PDIP dalam arti kata orang
yang sakit, tidak mampu,. Memang kegiatannya, kegiatan untuk itu tidak
terekpose oleh wartawan kegiatan seperti itu banyak sebenarnya. Jadi
karena partai politik itu kan tujuannya untuk rakyat. Jadi bagaimana
anggota partai ini bisa terjun di masyarakat maka, makanya itu di internal
partai dulu, tidak serta-merta kita ini terjun ke lapangan kita tidak
membawa apa-apa. Dalam arti kata membawa apa-apa itu bukan materi
tapi membawa apa-apa itu, apasih yang keluhan yang ada di masyarakat.
Banyak sebenernya yang sudah di lakukan, karena kita kan bukan anggota
dewan ya, dan kebetulan ibu juga belum berhasil udah dua kali tapi gagal
ya namanya beum rezeky. Ya kemenangan yang tertundalah gak dijadikan
154
suatu apa kegagalan atau kita pesimis ya lantas kita down gitu ya. Gak
usah kita masih punya kegiatan yang lain. Mengabdi ke masyarakat itu
bukan hanya menjadi anggota dewan, justru lebih enak lagi kalo kita
diluar, kalo kita mau membantu kita tidak menggunakan fasilitas orang
malah lebih puas gitu kan. Kalau misalnya kita nganter orang sakit, atau
apa kita punya sendiri jadi kita gak nyombong-nyombongin diri karena itu
salah satu kegiatan partai kita.
7. Bagaimana hak dan kewajiban anggota perempuan di PDIP, apakah
ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan?
Sebenarnya,UU partai politik itukan menurut gender itukan sekarang
sudah tidak ada perbedaan ya antara perempuan dengan laki-laki ya, hanya
mungkin karena wanita ini langkah nya tidak seperti laki-laki gitu ya
sehingga dianggap oleh orang itu kadang-kadang kan perempuan bisa apa
sih. Itu sebenernya kalau ibu pikir ya, perempuan itu biasanya lebih
banyak berhasilnya loh kepemimpinannya disbanding laki-laki. Nah,
mohon maaf ibukan pegawai negri, itu dari sekian puluh sekolah yang ada
di kota serang itu di dominasi oleh perempuan kepala sekolahnya termasuk
ibu. Lalu, keberhasilan daripada kepemimpinan itu banyaknya perempuan,
Perempuan itu kalau diberi tugas tanggung jawabnya lebih besar,
sebenernya hak dan kewajibannya sama secara tertulis ini menurut Negara,
tapi secara agama perempuan harus sesuai dengan kodrat-kodrat
perempuan. Tapi gak semua laki-laki kayak gitu, bukan berarti perempuan
itu tidak mampu, hanya mungkin kesempatannya sulit untuk diraih, untuk
dijangkau oleh seorang perempuan.
8. Bagaimana hak anggota perempuan di PDIP sebagai anggota partai?
Partai sudah, kitakan di partai. Semua partai memiliki AD/ART disana
sudah diatur tentang hak-hak anggota apakah itu laki-laki apakah itu
perempuan dalam partai, hanya tadi saja orang-orang di PDIP dari DPP
banyak anggota perempuan yang justru kita lihat coba PDIP pusat saja
Ribka Ciptaning, Rieke Dyah Pitaloka, Puan Maharani, disini juga di DPD
ada ibu Suparmi, ibu Sri Hartati, ada ibu Ida lagi sekarang. Hanya satu di
155
DPRD kota ini untuk perempuan belum ada. Itu cukup keterwakilan kita
ada AD/ART nya yang mengatur hak dan kewajiban antara perempuan
dan laki-laki itu sama. Bisa gak dia jadi ini, kalau mampu ya bisa
9. Apakah sesuai antara tertulis di AD/ART dan realitanya yang
terjadi?
Sesuai lah, untuk saat ini sesuai. Ibu rasa di partai politik yang paling
tertib dalam administrasi itu hanya PDIP. Karena komunikasi partainya
sama dengan anggota DPP, DPD, dan DPC, jadi semuanya sudah
tercover. Dan kalaupun ada bentrokan kecil di partai keliatan,
10. Bagaimana kewajiban anggota perempuan di PDIP sebagai anggota
partai?
Sebenernya kewajiban kita anggota gak beda dengan kewajiban anggota
organisasi lain, artinya kita harus hadir dalam rapat-rapat, harus hadir
dalam kegiatan-kegiatan, kalau kita tidak hadir kita harus ada hitam diatas
putih, kemudian kewajiban kita yang lain karena di partai itu gak ada iuran
kayak organisasi masyarakat kita gak dituntut itu. Adapun kewajiban yang
lain kalau seandainya seperti kemarin pileg kita punya kewajiban untuk
membantu partai seperti baner, bendera, karena kita mencalonkan diri, kita
harus memenuhi itu.
11. Aktivitas komunikasi politik seperti propaganda politik, agitasi
politik, lobi-lobi politik, iklan politik, dll ibu melakukan tidak di
partai?
Kalau untuk istilahnya tidak ada kegiatan apa-apa memang tidak sebesar
itu, paling kita seperti ini. Wajar saja kan kalo misalnya di rumah ibu ada
plang PAC itu juga salah satu propaganda, itu salah satu pemberitahuan
secara tidak langsung bahwa ini loh sekertariat PDIP kemudian di DPD,
DPC dan pusat juga seperti itu. Daerah-daerah lain juga seperti itu,
mengapa itu harus dilakukan masyarakat supaya tau, oh ya disini ada PDIP
bahwa ibu ini orang politik, Adapun umpamanya, kegiatan yang sifatnya
akbar memberikan ucapan lewat baner atau spanduk itu kan hal-hal yang
156
wajar, semua juga pasti ada. Nah kalau momen yang besar seperti pemilu
itu harus seperti pamflet gitu ya, hanya tidak berlebihan.
12. Apakah ibu melakukan kegiatan menjadi PR partai mengarahkan
masyarakat untuk memilih PDIP?
Kalau kita harus membedakan bisa memproporsionalkan adanya dimana.
Kalau kita profesinya sebagai dosen, ya sebagai dosen, kalau di partai ya
kita jadi kader partai. Adapun hal-hal lain yang terkait kita singgung
sedikit-sedikit, tapi bukan partai PDIPnya, tapi kebijakan ekonomi yang
dipandang dari sudut suatu partai atau dari suatu sudut politik. Mengapa
kita tidak fokus dengan satu partai, itu akan membuat orang-orang atau
mahasiswa menganggap saya lebai, hanya kita menggambarkan saja
mengapa ilmu ekonomi itu di dalamnya mempelajari ilmu politik, ilmu
hukum.
Hambatan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik
13. Hambatan dalam hal apa saja yang ditemui oleh anggota perempuan
di PDIP dalam aktivitas komunikasi politik?
Sebenernya ibu sampai saat ini belum nemu hambatan itu, bahkan
mungkin kalau dari masyarakat mungkin ibu sudah dikenal dulu, sekarang
berpolitikpun ibu lebih dikenal. Dan kekalahan atau ketidak berhasilan
ibu, bukan berarti masyarakat tidak mau ngebela saya atau saya musuhin
mereka, oh tidak. Justru kita datengin, kita rangkul, oh sebenernya ini lho
yang saya butuhkan, mungkin mereka salah pilih karena tadi kepuasan
sesaat.
Anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
bersosialisasi dan berinternalisasi dalam aktivitas komunikasi politik
14. Bagaimana anggota perempuan di PDIP bersosialisasi dan
berinternalisasi dalam aktivitas komunikasi politik?
Mungkin kalo ibu orangnya familiar banget, baru kenal aja udah langsung
ini. Tapi ibu kadang-kadang kayak ada naluri yang lain, kalau emang
orang ini begitu kita tegur, kita sapa memang tidak ini, dengan sendirinya
157
ibu harus menarik diri, mengurangi volume-volume keakraban, karena ibu
tau punya feeling. Dengan yang lain ibu komunikasi biasa aja, Insya Allah
untuk komunikasi dengan teman tidak ada masalah.
15. Apakah salah satu hambatan yang ditemui anggota perempuan di
PDIP adalah dalam bersosialisasi dan berinternalisasi dalam
lingkungan partai dan lingkungan dengan sesama politisi?
Gak ada ya, malah ibu sekarang dianggapnya orang yang paling bisa
komunikasi. Karena kita harus bisa bawa diri, dimanapun kita harus bisa
bawa diri. Kita ikutin seperti air mengalir, nanti dimana air itu berlabuh
nah baru kita bicara. Dan pembicaraanpun kalau tidak membela orang
banyak, atau anggota kita harus sedikit mengajukan solusi lain.
16. Siapa saja yang termasuk dalam ruang lingkup sosialisasi dari
anggota perempuan PDIP?
Anggota partai, masyarakat.
17. Media apa saja yang digunakan sebagai sarana sosialisasi dari
anggota perempuan PDIP?
Telpon, SMS, BBM, dan surat. Tapi lebih sering SMS karena lebih cepat,
nanti baru surat menyusul. Misalnya ada undangan rapat lewat SMS
dahulu nanti baru surat menyusul, agar kordinasinya cepat. DPP
mengabari DPD, kemudian ke DPC dan PAC, nanti saya selaku PAC
menyebarkan lagi lewat sms kepada seluruh anggota saya.
Sistem perekrutan dan pengkaderan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik
18. Bagaimana sistem perekrutan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik?
Kalau merekrut anggota memang gak seperti merekrut karyawan, oh di
PDIP dibuka perekrutan untuk menjadi anggota PDIP. Kadang-kadang
dari kesadaran orang-orang itu sendiri, tapi kalau untuk perekrutan calon
dewan yang diluar dari anggota itu memang mekanismenya harus ada
158
beberapa tahapan dan orang partai itu sendiripun ada tahapan-tahapannya
untuk mencalonkan. Tespsikotes, tes psikologi, tes akademik, tapi kalau
untuk merekrutjadi anggotanya itu umpamanya menjadi anggota partai,
kita tidak merekrut seperti karyawan, bikin pengumuman gitu. Hanya
mungkin kalau misalnya anda ikut dong bu, sini foto kopi KTP aja, nanti
kalau ada apa-apa ikut ya kegiatan- kegiatan seperti itu nanti akan dilihat
oleh pengurus oh si ini aktif seperti itu.
19. Hasil dari tahapan tes tadi mempengaruhi tidak untuk maju atau
tidaknya menjadi anggota dewan?
Mempengaruhi, artinya gini kalau di memang tes IQ nya ada yang jeblok,
ya jangan. Apalagi tes kesehatan. Kita tes psikotesnya aja dengan lembaga
dari universitas ternama. Jadi ada penjadwalan, misalnya DPRD provinisi,
kota.
20. Bagaimana sistem pengkaderan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik?
Ada pelatihan pengkaderan
21. Kalau misalnya untuk orang yang tidak ada background politik
bagaimana bu, apakah ada pelatihan tertentu?
Ada, satu tahun biasanya tiga hari jadi bagaimanasih cara kita berpolitik,
latar belakang PDIP itu apa, ya biasalah sejarah PDIP itu seperti apa.
Narasumber-narasumbernya juga dibagi-bagi yang ini membewakan
materi sejarah politik ke PDI-an yang itu membawakan materi sejarah
bangsa, dll. Bahkan termasuk juga orang yang sudah di dalam pelatihan
seperti itu setahun itu satu kali, waktunya tentatif,
Pertanyaan Tambahan
22. Alasan apa yang melatar belakangi anda terjun ke dunia politik dan
masuk ke dalam partai politik?
Jadi gini, sebenernya ibu itu orang yang seneng berorganisasi. Semenjak
sekolah ibu tuh seneng banget berorganisasi, organisasi yang ibu senengin
itu pelajar islam Indonesia, HMI, kemudian ibu sendiri dari orang tua
159
diamanatkan bahwa orang tua ibu itu punya suatu perguruan silat
TTKKDH amanat itu diturunkan ke ibu, jadi sekarang jadi ketua satu, se-
Banten dan bahkan Nasional. Jadi ibu seneng seperti itu, lalu kenapa iu
tertarik pada politik karena sederhana ketika ibu menjadi kepala sekolah
ibu diutus oleh dinas pendidikan untuk mewakili rapat di dewan tentang
pendidikan, ternyata orang-orang dewan itu gak paham tentang
pendidikan. Ibu berfikir kok dia bisa, kenapa saya gak nyalon jadi dewan
aja. 2009 saya pensiun muda, kemana nih arah ibu untuk berlabuh
misalnya kendaraan politiknya nih kemana, memang sebenernya PDI itu
dari dulu memang bagus terus, Cuma orang-orang yang gak suka sama
PDI ini banyak yang ingin menghancurkan. Kenapa karena PDI ini
dianggapnya radikal, selalu inginnya ke rakyat. Terus saya
bermusyawarah, sebenernya tertarik gak tertarik ya, makanya nyoba-nyoba
sampai terus sekarang.menjadi anggota partai Golkar.
23. Kenapa memilih PDIP?
Waktu itu memang peluang di PDIP masih besar, kedua ibu liat PDIP ini
partai orang kecil, yang didalamnya itu tidak wah. Bukan berarti di PDIP
gak banyak orang yang kaya, cuma tidak diperlihatkan semuanya itu sama.
Ibu memang belum pernah berpartai, karena stelsel pasif PNS kan Golkar.
Yang namanya stelselpasif kan hanya ada di kartu aja tapi gak pernah
ngikutin kegiatannya, mau gak mau dia harus.
24. Sudah berapa lama di PDIP?
Ibu udah dari 2009, udah 5 tahun berarti.
160
Lampiran 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP INFORMAN
Nama : Suparmi, ST
Tempat/Tanggal lahir : Solo, 11 Juni 1976
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kampung Jati RT 03/01 No 63 Kel. Jati Uwung Kec.
Cibodas
Kota Tangerang
No Telepon : 087880002078
Riwayat Pendidikan:
S1 Universitas Trisakti Jurusan Teknik Mesin tahun 1994-2000
Riwayat Organisasi:
Bendahara KPPI Kota Tangerang
Sekretaris DPC Taruna Merah Putih Kota Tangerang
Wakil Bendahara DPD Banten
Sekretaris Fraksi PDI-P
Wakil Ketua Komisi II
Ketua Fraksi PDI-P
Ketua Komisi IV
Ketua DPRD Kota Tangerang
161
Lampiran 6
162
Lampiran 7
Transkrip WawancaraInforman Kunci 2
Ibu Suparmi, ST (Ketua DPRD Kota Tangerang)
Hak dan kewajiban anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik
1. Apakah anda ada dalam struktur kepengurusan PDIP DPD Banten?
Anda menempati posisi apa dalam kepengurusan?
Wakil Bendahara DPD PDIP provinsi Banten
2. Bagaimana peran anda di PDIP dalam struktur kepengurusan
tersebut?
Yaitu audit aset, kalau bendahara itukan maaf ya itukan uang ya, bicaranya
kalau bendahara uang. Kalau kita wakil aset-aset yang mebeler segala
macem, sertifikat kita punya gedung, kita kan punya gedung sendiri tuh
ada sertifkatnya itu semua ada di saya. Bendahara gak harus uang aja kan
dia, termasuk aset-aset kan juga uang juga kan.
3. Apakah partai sudah memberikan hak yang sesuai kepada anda
selaku kader perempuan tanpa membedakan dengan hak laki-laki?
Kalo di PDIP kita berbicara PDIP ya, kalo di PDIP kuota 30% itu memang
kita diutamakan banget. Tapi tidak ada diskriminasi ataupun perbedaan
gitu, buktinya ibu sekarang ini PDIP di kota Tangerang ini jadi partai
pemenang 10 kursi ya, 10 kursi ada perempuannya 3, laki-lakinya 7, tapi
ibu terpilih menjadi pimpinan gitu kenapa gak yang laki? Yakan? Ya itu
jadi kita gak ngeliat laki-laki atau gimana gak, tapi ya kalo memang dia
perempuan dan dia sanggup dan dia bisa ya kenapa enggak. Jadi haknya
ya sesuai aja, yang di AD/ART dan pelaksanaannya.
4. Bagaimana pendapat ibu tentang konstruksi yang terjadi di
masyarakat bahwa perempuan hadir di parlemen hanya untuk
pemanis, dan pelengkap saja?
Kalo menurut ibu sih itu ma kata orang aja ya, karena yang menjalankan
kan kita ya. Kalo ibu boleh dibuktikan gitu ya, ibu awalnya dari teknik
163
tidak ada ketertarikan di politik, dari situ kan ibu harus putar haluan
berapa ratus derajat. Bayangkan aja dari yang teknik itu kita harus belajar
politik gitu, tenyata kita apa bisa gitu kan dan mampu, jadi tergantung
individunya gitu. Kalau orang bilang perempuan hanya pemanis kalau buat
saya gak ada itu perempuan hanya pemanis, buktinya saya bisa memimpin
DPRD kota Tangerang. Gak ada nih perempuan itu jangan mau kalah dari
laki-laki enak aja, say amah gak mau. Saya tuh paling gak bisa dihina
orang, artinya gini dihina kita misalnya kita dimarahin orang saya gak
akan jawab tapi dalam hati saya kapan ya bisa lebih seperti dari dia gitu.
Ya itu motivasinya disitu
5. Bagaimana kewajiban anggota perempuan di PDIP dalam aktivitas
komunikasi politik?
Itu yang umum ya kalau sebagai kader kita ya jelas ya kalau di PDIP itu
kalau kita harus mampu memetakan wilayah, kedua harus membumikan
tuag-tuagas partai itu kita harus bisa memasyarakatkan, mensosialisasikan
gitu. Kalau kita kader partai, misalnya kita kader partai hanya diem aja
kan orang gak tau gitu ya aasih yang menjadi program PDIP kan nah kita
sebagai kader partaiya sekaligus yang ada di legislatif gitu ya. Kita turun
ke bawah menyampaikan ini lho programnya PDIP, dia itu maunya begini,
yang pro rakyat, yang tidak mau ada bbm naik misalnya, kan ada
kebijakan-kebijakan pusat yang harus kita selamatkan gitukan. Kayak di
DPR gitukan voting apa kan PDIP berbeda itu pada saat PDIP menjadi
partai oposisi, kalau sekarang kan PDIP menjadi partai pemerintahan,
koalisi, jadi mindsetnya harus diubah lagi, ya itu membumikan tugas-tugas
partai, mampu memetakan, mensosialisasikan.
Hambatan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik
6. Hambatan dalam hal apa saja yang ditemui oleh anggota perempuan
di PDIP dalam aktivitas komunikasi politik?
Kalau hambatan mah semua juga ada ya, yang ringan mau yang berat,
suatu pekerjaan itu ada aja hambatannya. Cuma kan kembali lagi ke
164
kitanya gitu lho, kita dengan niat gak. Kalau kita udah males gitu yaudah
kayaknya hambatannya ringan juga jadi berat, gitukan tapi kalau kita itu
oh ini udah misi saya, niat saya gitu. Jadi kalau orang cinta itu gunung
tinggi di daki, lautan luas ku sebrangi kan gitu.
7. Bagaimana cara menyelesaikan hambatan tersebut?
Kalau ibu mah hambatan ada pasti, Cuma kalau ibu sudah niat bismillah,
ya apapun itu , Pasti kita kalau lagi ada masalah kan gitu banyak ataupun
kusut keliatannya, kita berfikirnya jernih aja, kita diem dulu lah gitu, tru
kita berfikir, mungkin tuhan itu ngasih masalah ada jalan keluarnya, pasti
ada satu satu gitu, nah dari situ aja dipecahin dulu mana nih ujung-ujung
masalahnya dimana, trus awalnya dimana akhirnya dimana kita harus
uraian satu-satu.
8. Kalau boleh lebih spesifikasi apa saja sih bu hambatannya?
Hambatan apa nih? Di partai? Apa di parlemen? Apa pas pencalonan
menjadi anggota DPRD? Kalau di politik itu hambatan banyak banget ya
mbak, misalnya saya sendiri nih mau jadi caleg gitu ya itukan harus
dinilai bobotnya, strukturnya memenuhi gak gitu, dari situ terus psikotes
kita, semuanya ada satu itu, dua belom lagi dari internal kita yang temen
satu dapil dengan ibu gitu misalnya ini mah di PDIP aja ya sebenernya
sama di semua partai, saingan gitu pasti ada “saya pengen menang nih tapi
ada da pasti saya kalah, gimana caranya ya saya bisa nama dia terdelete
gitu”. Makanya kalo dipolitik itu kan nyawanya harus ganda, double
bemper, double gardan, dan semuanya, yang penting kita bismillah ajalah
percaya gitu, kalu tuhan udah kasih jalan ini. Kalau di fikir-fikir ibu juga
kok bisa ya jadi ketua DPRD kota Tangerang padahal perempuan, dan
dulu gak ada niat kan karena dulu ibu rumah tangga murni, gak nyangka
kalau sekarang jadi ketua DPRD. Kalau jadi anggota dewan 2009-2014 itu
ibu kan karena baru ya dulu kerja aja di bengkel gitu kan, pas terjun di
politik kan ibu harus belajarnya banyak, kalo difikir ake logika kok bisa
ibu jadi ketua komisi 2 wakru itu 2 tahun setengah, terus 2kan 5 tahun ya 2
tahun setengahnya lagi ibu jadi ketua komisi 4 bidang infrastruktur, ibu
165
juga jadi ketua fraksi 2 jabatannya, padahal ibu perempuan, sebanten itu
belom ada lho ketua bidang infrastruktur itu perempuan baru ibu kayaknya
deh. Nah itu kalau di nalar kan gak mungkin banget gitu, nah sekarang
terus jadi ketua dewan lagi perempauan, nah itu kan buat kota Tangerang
sejarah selama 21 tahun. Ya emang kalau di nalar gak masuk logika, dank
ok bisa gitu, tapi dengan kita yang bismillah dan sungguh-sungguh
mengerjakan niat kita jujur, ikhlas, tulus ya itu pasti bisa, apapun pasti
bisa.
Anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
bersosialisasi dan berinternalisasi dalam aktivitas komunikasi politik
9. Bagaimana anggota perempuan di PDIP bersosialisasi dan
berinternalisasi dalam aktivitas komunikasi politik?
Kalo dengan politisi itu kan paling sifatnya hanya silahturahmi ya, tapi
kalau dengan internal kita itu konsilidasi, itu sudah ada ketetapannya
dalam AD/ART partai. Jadi kalau tingkat provinsi itu kita harus rapat di
struktural DPD itu seminggu sekali, Karena itukan diatur dalam AD/ART
partai, terus kalau di tingkat DPP itu misalkan ini seminggu 2 kali terus
saat kita maunturun ke bawah ke PAC, DPC untuk tingkat provinsi itukan
ada momen-momen tersendiri gitu. Apa dalam rangka ulang tahun partai,
atau apa, jadi gak harus juga tiap saat.
10. Apakah salah satu hambatan yang ditemui anggota perempuan di
PDIP adalah dalam bersosialisasi dan berinternalisasi dalam
lingkungan partai dan lingkungan dengan sesama politisi?
Ya itu tadi kalau saya bilang mah hambatan pasti ada, apalagi politisi
kepentingan, berbicara politik kan bicara kepentingan. Ya ada pasti ada,
Cuma kalau sebatas internal untuk konsolidasi kan ya biasa aja kan kalo
kita konsolidasi itu memang sudah kewajiban, apalagi sebagai anggota
dewan kalau gak banyak turun ke partai ke internalnya kan kita di bilang
sombong udah jadi.
11. Bagaimana cara penyelesaian hambatan tersebut?
166
Jadi ya kita harus banyak konsolidasi, mau gak mau, suka gak suka, ada
atau tidak hambatan kita harus jalankan.
12. Siapa saja yang termasuk dalam ruang lingkup sosialisasi dari
anggota perempuan PDIP?
Kalau secara structural di PDIP sendiri itu banyak dari tingkat RT, RW,
lurah, camat, walikota, DPD, DPP. Jadi anak ranting, ranting, PAC, DPC,
DPD, DPP. Kalo DPD ya turun ke DPCnya, kalau DPC ke PACnya, PAC
ke ranting, ranting ke anak rsnting gitukan saling turun, boleh juga DPD
ke PAC juga boleh, apalagi kan kita sebagai anggota dewan, harus banyak
turun ke mereka juga, karenakan kita jadi karena mereka.
Kemasyarakat juga harus, kalau gak ke mereka nanti yang milih kita siapa,
kalau sesama politisi kan gak komunikasi, gak silahturahmi, gak ada
koalisi dong. Lobi-lobi politik gak jalan dong. Kalau voting gimana,
sendiri kalah nanti.
13. Media apa saja yang digunakan sebagai sarana sosialisasi dari
anggota perempuan PDIP?
Ya media biasa aja, misalnya ada agenda Pilkada, Pilpres ya kita undang
kita rapat gitu aja.
Sistem perekrutan dan pengkaderan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik
14. Bagaimana sistem perekrutan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik?
Siapapun boleh, siapa aja boleh, maaf ya gak membedakan mau agama
apa aja boleh, suku apa aja boleh, yang penting memang kita komitmen
dan bersungguh-sungguh. Karena kalau dipartai itukan semua punya
aturan, semua partai punya aturan. Kalau di DPIP semua boleh masuk kok,
terbuka.
167
15. Bagaimana sistem pengkaderan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik?
Untuk pengkaderan kita ada pembekalan atau pedidikan kader dari tingkat
madya, utama, pratama itu ada semua.
16. Bagaimana cara PDIP memfilter kadernya untuk memenuhi kuota
30% agar yang terpilih adalah benar-benar kader terbaik?
Kalau di PDIP berdasarkan bobot nilai ya, kita yang diutamakan struktural
partai, kita kan menjadi kader ka nada yang punya KTA ada yang enggak
satu itu, kedua kita jadi kader itu ada tingkatannya, misalnya ibu dari RT
dulu naik jadi RW, naik lagi jai camat, walikota gitukan, dari situ kan bisa
diliat bobotnya. Kayak ini ibu mau maju ke DPRD kota kemaren ya dinilai
dan dilihat dulu, ini dari struktural tingkat apa kan satu itu, kedua udah
pernah di tugaskan sama partai itu apa aja, trus kalau ketiga incumbent dia
pernah jadi apa, apakah ketua komisi atau apa itu ada nilainya semua. Nah
kalau kader, kalau kader hanya simpatisan biasa itukan belum ada nilainya
nol, kecuali memang kalau perempuannya kurang. Tapi kalau gak kurang
kan disitu ada penilaian-penilaian tersendiri,
17. Apaka benar bahwa untuk menjadi anggota legislatf harus melewati
beberapa tahapan psikotes, dll?
Iya ibu waktu itu psikotes oleh UI kalau tidak salah, ibu ikut di DPP waktu
itu, sama waktu mau jadi pimpinan ini di bidakara 2 hari. Setelah kita jadi
tes dulu untuk calon pimpinan DPRD kemarin ada 4 orang, Setelah itu kita
se Indonesia dari tingkat 2 sampai tingkat 1 diadakan pembekalan caleg
terpilih masing-masing provinsi. Yang mengadakan partai PDIP di
mambruk selama 3 hari. Bahkan ada pre-tesnya dan ada post tesnya
kemarin.
18. Apa kritik dan saran anda untuk sistem perekrutan dan pengkaderan
untuk memenuhi kuota perempuan 30% di parleemen agar PDIP
memiliki kader yang unggul?
168
Kalau untuk partai lain ibu tidak bisa komentar ya, masing-masong punya
caranya tersendiri. Kalau untuk PDIP sih sudah bagus ya, hanya tinggal
tingkatkan lagi aja. Sudah meningkat dibanding kemarin lah, karena kan
kita juga mempersiapkan kalau kita jadi pemenang, itu kita harus punya
SDM yang bagus.
Pertanyaan Tambahan
19. Alasan apa yang melatar belakangi anda terjun ke dunia politik dan
masuk ke dalam parpol?
Gak sengaja. Jadi waktu itu kuota wanita 30% itu pada 2009 kan harus
terpenuhi ya, sedangkan DPD PDIP itu kekurangan kader perempuan. Jadi
waktu itu ibu hanya untuk memenuhi kebutuhan kuota 30% wanita, nah
ibu berfikir kenapa kesempatan itu kan datengnya gak 2 kali ya. Jadi
kenapa gak kita gunakan gitu, ibu kan incumbent jadi ibu gunakan ya dari
dapil 2 waktu itu , dari 12 kandidat dari PDIP hanya 1 yang lolos ibu. Kalo
untuk 1 kota 5 dapil itu ada 5.
20. Tapi apakah ibu sudah memiliki ketertarikan di dunia politik pada
saat itu?
Waktu itu? Gak ada. Yaitu tadi karena kuota 30% wanita terus ibu fikir
ada kesempatan kenapa enggak gitu.
21. Kenapa memilih PDIP?
Sebenarnya gak kenapa milih PDIP ya karena kan ibu kan orang Jawa ya.
Jadi memang udah kayaknya udah budayanya tuh PDIP gitu, jadi ya
ngikut gitu dulu juga kan masih ada 3 partai ya PDIP, Golkar dan PPP. Ya
ibu ngikut orang keturunannya PDI ya ikut terus gitu PDI dan gak mau
pindah ke yang lain lagi, konsisten aja. Udah ngerasa klop aja, terus kan
pidato-pidato bung Karnonya itu, gak pernah denger sih Cuma kalo dari
cerita-cerita gitu kayaknya, oh iya yah dia kan bapak bangsa gitu ya, ya itu
trus kalo kita ikut lemharnas, kita ikut pendidikan kader partai itu
kayaknya sedih juga ya dulu pak Karno itu memperjuangkan kemerdekaan
kita itu ternyata luar biasa. Jadi ya saya semakin ehhh..jalanin aja.
169
Lampiran 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP INFORMAN
Nama : Sri Hartati, SH
Tempat/Tanggal lahir : Yogyakarta, 10 Mei 1965
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Taman Royal I, Jl. Damar 6 No 3B. Kota Tangerang
No Telepon : 081317879606
Riwayat Pendidikan:
S1 Hukum
Riwayat Organisasi:
Srikandi Indonesia
Ketua Kaukus Politik Perempuan Indonesia DPD Provinsi Banten
Wakil Sekretaris DPD PDI-P Provinsi Banten
Wakil Ketua Fraksi PDI-P DPRD Provinsi Banten
170
Lampiran 9
171
Lampiran 10
172
Transkrip Wawancara Informan Kunci 3
Ibu Sri Hartati (Aanggota DPRD Provinsi Banten)
Hak dan kewajiban anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik
1. Apakah anda ada dalam struktur kepengurusan PDIP DPD Banten?
Anda menempati posisi apa dalam kepengurusan?
Saya sekertaris internal PDIP, kan sekertaris itu ada 3, Sekertaris, wakil
sekertaris internal, dan wakil sekertaris eksternal.
2. Bagaimana peran anda di PDIP dalam struktur kepengurusan
tersebut?
Tugasnya ke dalam, urusan surat menyurat dan urusan yang bersifat
internal.
3. Apakah partai sudah memberikan hak yang sesuai kepada anda
selaku kader perempuan tanpa membedakan dengan hak laki-laki?
Sesuai AD/ART ataupun undang-undang urutan hirarkinya ada itu berlaku
untuk semua, tidak ada diskriminasi di dalam peraturan undang-undang
itu. Termasuk juga AD/ART partai bahwa tidak ada diskriminasi laki-laki
memiliki domain hak dan kewajibannya yang berbeda dengan perempuan
gk ada. Nah artinya bahwa seorang perempuan jika sudah memasuki dunia
politik pasti juga mereka tidak akan berkarakter menjadi perempuan,
Karena apa karena AD/ARTnya saja muatannya untuk laki-laki, kalau toh
kita jai yang lemes-lemes seperti perempuan gak masuk dong, perlunya
sorang politisi perempuan pasti akan berbeda jadinya jika perempuan di
profesi lain. Karena apa tuntutan AD/ART tadi, kita juga harus bersama-
sama fight dalam memilih dan dipilih atau dalam hak suara semuanya
sama. Dalam pelaksanaannya pun sama, artinya tidak ada diskriminasi.
Tapi dalam pelaksanaan yaitu kalo menurut saya karena saya objektif
karena saya perempuan disisihkan, saya sih tidak sependapat. Perempuan
ya mari berkompetisi. Saya katakan perebutan ketua atau apa, saya akan
bertarung sesuai dengan porsi saya, boleh ya fairplay, artinya kalau
perempuan yang belum mampu dipaksakan, harus berkompetisi sama,
173
tidak ada bedanya. Tapi ketika perempuan sudah punya kemampuan untuk
sama dengan laki-laki tolong dong beri ruang untuk si perempuan itu
berkompetisi, jangan di patahkan saja bahwa diangap perempuan tidak
mampu. Ini kembali lagi kepada si perempuan itu sendiri, kalau
perempuan itu sendiri mau diremehkan atau dianggap kamu belum mampu
berkompetisi ya kita harus sadar diri apa iya saya belum mampu
berkompetisi, apa iya artinya bahwa kita harus belajar dan belajar untuk
mengisi kekurangan, kekurangan dalam artian pasti laki-laki merasa lebih.
Padahal kalau di adu gak juga, naih ini dari segi teori dan praktek kalau
menurut saya, saya dengan kacamata yang professional ya, tidak kacamata
saling melemahkan, kalo berbicara saling melemahkan pasti “apa
perempuan, apaan sih jadi ketua, pasti posisinya bendahara, sekertaris aja
masih direbut laki-laki” ini luar biasa masih ada fenomena itu. Antara teori
dengan praktek memang masih ada sih sekat sebenarnya, tapi tergantug si
perempuan itu sendiri, kalau memang petarung gak akan pernah takut, tapi
kalau bukan petarung yang akhirnya minggi-minggir, mundur, ilang lagi
keberadaan perempuan. Tapi kalau memang perempuan yang berani
bertempur, berani bertarung diditu ya gak akan pernah mundur
selangkahpun
Hambatan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik
4. Hambatan dalam hal apa saja yang ditemui oleh anggota perempuan
di PDIP dalam aktivitas komunikasi politik?
Kembali lagi kepada kemampuan individu si perempuan yang katakanlah
sudah terjun ke dunia politik, komunikasi politik menjadi penting karena
itu bagian dari mengPRkan diri kita, dan mengPRkan partai kita. Nah
seorang politisi perempuan juga sudah harus sanggup berkomunikasi
politik dengan baik, karena kendalanya pasti begini ini kalau ibu mungkin
tahapannya sudah panjang, dari pengurus kecamatan sampai bla bla bla
artinya ibu gak akan ngomong senior juga enggak, lebih dulu deh. Ibu
lebih dulu berperan, ibu lebih dulu bermain, ibu lebih dulu menekuni
174
dunia politik, mungkin kalau dipertanyakan hari ini kesulitannya ya
lumayan sudah tidak sulit. Kesulitan itu akan muncul bagi pemula, pasti
akan mengatakan iya begini, begini, kompetisi dengan laki-laki yang
pertama itu, kepercayaan publik terhadap perempuan yang mengatakan
kemampuan perempuan diatas laki-laki kan belum ada. Berharap semitra
aja belom dikasi ruang, contoh kalau pembahasan APBD yang untuk
kepentingan rakyat yang menyangkut pendidikan,kesehatan ibu dan anak,
dll, untuk menjadi kebijakan yang nomor 1 tapi berbicara persoalan
perempuan itu namanya para laki-laki itu sudah nganggepnya gak penting,
dianggepnya apaan sih urusan pkk urusan begini begini tidak menjadi
penting. Artinya laki-laki akan berfikir bagaimana itu proyek jalan,proyek
jembatan. Ini kan harus dihadapkan dengan politisi perempuan yang
sanggup melawan itu, melawan kebijakan laki-laki, ini yang penting yang
di bilang mbak tadi seberapa penting pern perempuan di pemerintahan,
kehidupan sehari-hari itu contohnya.
5. Bagaimana cara menyelesaikan hambatan tersebut?
Nah perempuan sebenarnya lebih mudah melakukan komunikasi politik
wong perempuan itu luwes dengan cara apa aja kita sanggup. Yang merasa
kesulitan karena dia belom ngerti bagaimana cara untuk bisa melakukan
itu, kembali lagi SDM perempuan menjadi penting dan prioritas. Kalau
perempuan yang tidak memiliki SDM yang baik pasti memiliki hambatan.
Makanya kalau mau terjun ke duni politik ya sudah harus menguasai itu
pastinya dengan cara belajar dan belajar. Kalau ibu jadi malah pengen
berpesan kepada seluruh perempuan yang berpolitik, mari sama-sama
kedepannya kita bisa mengajak bagaimana menerobos Banten dengan
eksistensi perempuan di Banten.
Anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
bersosialisasi dan berinternalisasi dalam aktivitas komunikasi politik
6. Bagaimana anggota perempuan di PDIP bersosialisasi dan
berinternalisasi dalam aktivitas komunikasi politik?
175
Kalau di PDIP partai yang paling solid dan kekeluargaan, makanya adakan
symbol keluarga besar PDIP itu menjadi keluarga betul keluarga PDIP.
Seujung kuku merasa sakitpun semua merasa sakit. Itu komitmen PDIP,
kalau ada ya biasalah selek sedikit mah saya rasa dimana-mana pasti ada,
marah antara pimpinan sama anggota, atau sesame anggota tapi gak jadi
gimana-gimana. Itu aja besok juga baik lagi. Itu dinamika berpolitik.
7. Apakah salah satu hambatan yang ditemui anggota perempuan di
PDIP adalah dalam bersosialisasi dan berinternalisasi dalam
lingkungan partai dan lingkungan dengan sesama politisi?
Gak ada kendala kalau mau dibuat ya bisa saja terjadi, “lho aku
perempuan gak bisa dong pulang malem” yang membuat perempuan
disebut negatif itu ya perempuan itu sendiri.
8. Bagaimana cara penyelesaian hambatan tersebut?
Kalau sudah niat menjadi politisi perempuan sudah tidak ada lagi
perbedaan dengan politisi laki-laki katanya kepengen sama, 30% harus ada
sementara pas ada waku yang harus fight ngomong perempuan lho gak
bisa.
9. Siapa saja yang termasuk dalam ruang lingkup sosialisasi dari
anggota perempuan PDIP?
Kalau sosialisasi internal partai antara DPP,DPD,DPC, ranting, anak
ranting, itu yang di bilang sosialisasi internal, artinya terstruktur lembaga
partai dari tingkat atas sampai bawah. Bagaimana politisi berkomunikasi
dengan masyarakat yaitu rakyat, karena politisi adalah alat perjuangan
rakyat. Sesama politisi seperti saat ini kita rapat fraksi, kita sedang
membicarakan hal-hal yang menyangkut kebijakan politik.
10. Media apa saja yang digunakan sebagai sarana sosialisasi dari
anggota perempuan PDIP?
Banyak, sms,telpon,surat-menyurat,facebook, dll. Pertemuan silahturahmi
secara langsung kepada masyarakat dan kader
176
Sistem perekrutan dan pengkaderan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik
11. Bagaimana sistem perekrutan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik?
Kenapa rekrutmen partai jadi Nampak tidak seimbang antara laki-laki dan
perempuan, karena sebenarnya keinginan para perempuan untuk masuk
dunia politik atau di dalam kepartaian itu , partisipasi perempuan yang
memang belum banyak, belum sampai kepada titik yang kita harapkan.
Jadi komunitasnya menjadi banyak komunitas laki-laki sehingga keliatan
sekali dari luar. Sekarang menjadi paradigm bahwa ya sudah memenuhi
UU saja 30% kalau kepengurusannya 19 dalam struktur organisasi itu,
yasudah cukup 4 saja. Berarti dengan muatan 30% yang belum sampaipun
ada indikasi menjadi sebuah pelemahan menurut ibu, karena laki-laki kan
komunikasinya lebih bisa dia akan menyampaikan bahwa yasudah 30%
saja kalau strukturnya ada 19 ya cukup 4 saja perempuannya. Ruang itu
ditutup oleh komunitas yang lebih besar dengan 30% UU itu. Apa tidak
sebaiknya keleluasaan perempuan masuk dalam dunia politik atau dunia
kebijakan tidak dibatas 30%. Sisi negatifnya wong 30% saja belum
sampai kok, mau dibebaskan, harus dikaitkan dengan tadi bagaimana
kekuatan 30% bisa masuk manakala di dalam rekrutmen organisasi
sebagai induk kita berpijak sudah di cut dulu , cukup dengan 30%. Coba
tidak ada wacana itu, kan kita bisa ngatur kekuatan kan. Kalau perempuan
seperti ibu sri diangkat yang mampu berkompetisi dengan baik yah
silahkan, kalau perempuan yang tidak tau apa-apa tiba-tiba diangkat naik
mereka kaum laki-laki tidak terima, nah ini persoalan lain. Kembali lagi
bahwa kemampuan perempuan untuk brtarung harus sudah setara dengan
laki-laki,.
177
12. Bagaimana sistem pengkaderan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik?
Kalau background awalnya bukan dari politik terus orang itu tidak mau
menambah bagaimana ilmu yang sekarang dia punyai, ilmu yang harus dia
punya sebagai background politisi pasti fals, tapi ketika seorang insinyur
dia terjun di dunia politik kan insinyurnya juga bisa digunakan manakala
dia ada di legislasi persoalan pembangunan, kan dia punya background
yang mampu mengatahui kebutuhan pembangunan. Tapi dia juga harus
punya ilmu dasar politik, yang dia harus miliki bbagaimana dia juga
memiliki komunikasi politik yang baik terhadap masyarakat ataupun
pemerintah sebagai anggota dewan katakanlah. Kalau dia mampun
mengcombain antara 2 ilmu itu clear, tapi ketika dia juga tidak mau
mengcombain 2 kekuatan ilmunya itu ya pasti gak bisa.
Kalau dari partai ada pendidikan kader 3 hari khusus kader fraksi PDIP
anggota terpilih. Digembleng persoalan politik , kepartaian,demokrasi,
dsb.
13. Apa kritik dan saran anda untuk sistem perekrutan dan pengkaderan
untuk memenuhi kuota perempuan 30% di parleemen agar PDIP
memiliki kader yang unggul?
Kalau sistem perekrutan dan pengkaderan pasti sudah adaAD/ART partai
yang itu sudah diputuskan di kongres, ibu menyatakan bahwa itu clear. Ibu
menyatakan bahwa teknis saja mbak , teknis dilapangan saat rekrutmen
itu. Karena asal comot, asal sodara, belom professional. Mungkin itu saran
saya bahwa di perekrutan itu ya betul-betul orang yang punya SDM
dibidangnya, menurut ibu. Nah ini PDIP kedepannya harus seperti itu.
Pertanyaan Tambahan
14. Keterwakilan perempuan di parlemen yang 30% membuat partai
kebingungan mencari kader perempuan?
Kenapa tadi disampaikan peran perempuan di legislatif yang 30% mampu
menduduki institusi kebijakan ya sebagai kader partai atau politisi, ya
178
diharapkan untuk mampu menjadi salah satu keterwakilan perempuan di
dalam pengambilan kebikjakan, contohnya sebagai anggota legislatif kan
dan juga sebagai kepala daerah . Nah ini kalau dengan 30% saja diberi
keleluasaan untuk bagaimana 30% sanggup partai politik mengakomodir
kekuatan perempuan inipun tadi menurut pengamatan bahwa masih
kesulitan, inilah sebenarnya menjadi kewajiban kita bersama apalagi
sebagai generasi muda para perempuan-perempuan untuk tidak takut lagi
dalam berpolitik. Kalau saya bukan tidak setuju, malah sebebas-bebasnya
porsi perempuan baik didalam kepartaian, partai politik, ataupun di dalam
lembaga legislatif, ataupun di lembaga eksekutif, untuk diberi keleluasaan
seluas-luasnya dalam konteks membangun kemitraan antara laki-laki dan
perempuan. Jadi jangan dibatasi seakan-akan diukur bahwa perempuan
tidak sanggup dan tidak mampu, padahal kalau kita melihat keterwakilan
perempuan atau perempuan itusendiri diberi kebebasan akan punya ruang.
Ini persoalannya berkompetisinya di dalam praktek politik itu kan yang
menjadi berat, Contoh ada kendala yang mendominasi untuk perempuan
berkiprah di dunia politik pastinya yang pertama adalah faktor pembiayaan
atau budgeting seorang perempuan pasti akan kalah dengan laki-laki, ini
yang menjadi momok. Nah keterbatasan perempuan itu masih tidak, ada
pepatah kalau laki-laki panjang langkahnya nah perempuan kan tidak
punya pepatah itu. Nah ini yang harus sama-sama dikikis bagaimana para
perempuan Indonesia mulai menekuni dunia itu, karena bangsa Indonesia
dibuat, dibentuk dengan politik. Nah mestinya kita bersama-sama jangan
takut untuk terjun.
15. Alasan apa yang melatar belakangi anda terjun ke dunia politik dan
masuk ke dalam parpol?
Sederhana juga sebenarnya, karena melihat situasi negri ini yang memang
harus terwarnai menurut ibu terwarnai oleh perempuan. Karena perempuan
masih punya sisi lebih didalam pengambilan kebijakan , ya walaupun
boleh nanti dibantah kok banyak bu perempuan yang korupsi? Perempuan
yang menyalahgunakan kewenangan itu pasti ada. Tapi minimalnya
179
perempuan pasti lebih dengan memakai hati ketika melakukan kompromi
politik atau melakukan kebijakan politik atau yang lain, ini yang menjadi
saya kenapa terobsesi untuk menjadi wakil rakyat, kebetulan latar
belakang saya yang memang seneng dengan urusan rakyat dengan urusan
masyarakat, akhirnya ya saya harus nyemplung, harus masuk ke dalam
sistem. Kalau tidak masuk ke dalam sistem ya ngapain gak bisa berbuat
apa-apa, yang ada malah menjadi oposisi, tidak menjadi dalam keputusan
politik itu sendiri. Politik itu sebenarnya menyangkut kepentingan hajat
hidup orang banyak menurut ibu, ini pas menurut ibu bahwa ya saya harus
terjun kedunia politik dan kalau kita masuk sudah masuk kedalam dunia
politik itu sendiri sebenarnya tidak terjadi apa-apa. Dan memang
meknisme itu aturan itu harus dijalani, jadi sampai hari ini masih apa 30%
belum DPRD provinsi Banten aja belum, boro-boro baru 18% masih jauh.
Ini mestinya ada sosialisasi yang seporadis menurut saya bagaimana
perempuan tertarik. Waktu dulu ya mbak, wartawan media sudah mulai
berbicara dengan saya, ibu boleh gak saya masuk kepartai, boleh gak bu
saya belajar politik, boleh gak masuk, dengan senang hati saya balas
BBMan, boleh nanti ibu yang sounding dengan di DPC dimana mbak ana
tinggal. Artinya ada ketertarikan perempuan untuk bagaimana yang 30%
itu terpenuhi, itu pasti bisa terwujud manakala para perempuan yang
sekarang sudah bergelut berani mengeksplor dirinya dan berani merekrut
yang belum berani melakukan itu. Mungkin seperti itu gambarannya.
16. Kenapa memilih PDIP?
Kenapa memilih PDIP, karena pastinya saya orang nasionalis beependapat
bahwa UUD 45 dan Pancasila menjadi dasar Negara disitu sudah include
bahwa kepentingan hajat hidup orang banyak ada disitu. Kalau urusan
agama menjadi domain pribadi berurusan dengan tuhan kita masing-
masing. Yang melatarbelakangi ibu masuk PDIP karena partai yang tidak
berbicara persoalan agama didalam mengorganisir kekuatan
masyarakatnya, artinya menjamin kemajemukan, menjamin kesatuan,
menjamin kebinekaan itu yang menjadikan ibu masuk ke PDIP itu alasan
180
yang tidak bisa di tawar lagi, kenapa ibu gak masuk ke yang lain? Yang
punya plafon agama, plafon ini, plafon itu, karena ibu tidak mau
mnekotak-kotakan kepentingan masyarakat, ibu menjadikan sebagai leader
yang mampu mengorganisir kekuatan masyarakat dalam kebhinekaan. Dan
PDIP partai yang selalu konsisten dengan rakyat sampai hari ini.
181
Lampiran 11
DAFTAR RIWAYAT HIDUP INFORMAN
Nama : Drs. Sabdo Waluyo
Tempat/Tanggal lahir : Klaten, 2 Maret 1965
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Perumahan Pegadingan Permai Kramatwatu
No Telepon : 087871182299
Riwayat Pendidikan:
S1 Universitas Tidar Magelang FISIP Jurusan Administrasi Negara
Riwayat Organisasi:
Ketua Ranting PDI-P Kel. Kotabumi Kec. Purwakarta Kota Cilegon
Ketua Pimpinan Anak Cabang Kec. Purwakarta
Wakil Ketua DPD PDI-P Provinsi Banten Bidang Pemuda dan Olahraga
Wakil Ketua DPD PDI-P Provinsi Banten Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan
Keagamaan
182
Lampiran 12
183
Lampiran 13
Transkrip Wawancara Untuk Informan Pendukung
Hak dan kewajiban anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik
1. Bagaimana peran anggota perempuan sebagai kader partai?
Peran perempuan di partai politik tidak ada pembatasan, ya contohnya
aja sekarang udah banyak perempuan-perempuan yang menjadi
eksekutif, legislatif, dsb. Jadi kalau DPD khususnya PDIP gak ada
perbedaanya mau itu perempuan maupun laki-laki sama. Karena
semuanya ingin belajar berpartai politik, yang demokratis, yabenar,
yang bisa menjunjung tinggi aspirasi dari masyarakat. Baik itu nanti
kalau jadi eksekutif, legislatif, harus sesuai dengan ajaran bung karno,
trisaktinya bung karno.
2. Bagaimana hak dan kewajiban anggota perempuan di PDIP
dalam aktivitas komunikasi politik?
Ya sama, tidak ada perbedaan
3. Bagaimana PDIP memberikan sanksi atau reward terhadap
pemenuhan atau tidak terpenuhinya kewajiban anggota partai
perempuan ?
Kalau sanksi dilihat dari kesalahan atau pelanggarannya, disitu kan
sudah tertuang jelas dalam AD/ART. Sebelum dikasih sanksi kan di
SP dulu, gak semena-mena salah langsung dipecat, klarifikasi dulu
kalau memang benr-bener dia salah yaudah ga ada ampun lagi. Karena
di AD/ART sudah jelas kalau kamu melanggar harus dipecat.
Rewardnya ya paling katakanlah sekarang kita sebagai pengurus
partai, gak jadi eksekutif, gak jadi legislatif, tapi suatu saat kalau partai
memang membuuhkan kita, ya nanti kalau mencalonkan diri menjadi
eksekutif maupun legislatif di utamakan.
4. Bagaimana PDIP memberikan jaminan terhadap hak antara
anggota partai perempuan dan anggota partai laki-laki?
184
Ya sekarang hak di bidang apa, dengan catatan anggota harus merasa
memiliki, partai itu milik dia, tapi kalau cuma anggota-anggota biasa
tapi gak merasa bahwa PDIP adalah milik saya, siapapun yang
menghina PDIP tetap harus kita bela. Ya haknya ya kita harus
membela partai, lambang partai, itu semua harus kita bela.
Hambatan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik
5. Bagaimana pendapat bapak tentang konstruksi yang terjadi di
masyarakat bahwa perempuan hadir di parlemen hanya untuk
pemanis, dan pelengkap saja untuk memenuhi kuota 30% di
parlemen?
Gak juga, memang kuota perempuan itukan tertuang di dalam undang-
undang partai politik itu kan yang ketok palu juga kan anggota DPR,
MPR, sedangkan anggota DPR, MPR yang menggodok juga ada laki-
laki dan perempuan. Memang dibatasi untuk 30%, karena selama ini
perempuan itu mau gak mau, pada males untuk masuk ke partai
politik. Tergantung dari alasan masing-masing orang, ah gak maul ah
masu ke parpol, lebih baik ngurus rumah tangga, dll. Sebenarnya
perempuan kalau mau dalam 1 dapil contohnya kota Serang, itukan
merebutkan 5 kursi untuk provinsi, disitu diisi oleh lebih banyak
perempuan gak masalah dengan catatan bahwa perempuan itu bisa
meraup suara untuk memenangkan satu partai,jadi gak ada batesan-
batesan lah. Contohnya aja untuk pemilu legislatif kemarin, suara
terbanyak dari PDIP itu perempuan dari Kalimantan, nomor 2 nya
Puan Maharani. Sebenarnya konstruksi masyarakat sudah bergeser
tentang perempuan pada saat ini. Cuma dari perempuannya itu sendiri
masuk partai poliik gak mau, jadi dari individunya, pribadi
manusianya.
185
6. Hambatan dalam hal apa saja yang ditemui oleh anggota
perempuan di PDIP dalam aktivitas komunikasi politik?
Gak ada ya, cuma kadang-kadang yang bersangkutan sendiri yang
merasa terhambat. Contohnya ada pendidikan partai, “ibu ikut
pendidikan partai disana ya? Oh gak bisa anak saya masih kecil” nah
seperti itu. Padahal kita sudah menginstruksikan.
7. Adakah hambatan perempuan dalam meakukan aktivitas
komunikasi politik seperti propaganda politik, agitasi politik, lobi-
lobi politik, iklan politik, dll ?
Tergantung orangnya juga, katakanlah sekarang ada demo di DPRD
perempuan harus berani menghadapi demo itu. “Wah saya takut”, gak
boleh takut kita harus tetep berani. Dengan catatan kita harus benar ,
kalau kita salah ya sudah.
8. Berarti permasalahannya berada dari internal individunya, pada
umumnya bagaimana mereka menyelesaikan hambatan tersebut?
Agak susah kalau untuk masalah keluarga, karena kebanyakn
perempuan lebih memilih keluarga ketimbang partai politik. Partai
paling mencari pengganti untuk dikirim ikut pendidikan kader. Tapi
intinya partai tidak membatasi perempuan untuk maju, siapapun
perempuan yang ingin maju, jadi pimpinan atau apa kalau memang dia
siap untuk menanggung resiko ya langsung jalan. Maksudnya
menanggung resiko, keluarga di nomor duakan.
Anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
bersosialisasi dan berinternalisasi dalam aktivitas komunikasi politik
9. Bagaimana anggota perempuan di PDIP bersosialisasi dan
berinternalisasi dalam aktivitas komunikasi politik?
Sosialisasinya sama aja dengan laki-laki, gak ada perbedaan. Pokoknya
tergantung masing-masing anggota, mau sosialisasi sitem apa-sitem
apa silahkan.
186
10. Apakah salah satu hambatan yang ditemui anggota perempuan di
PDIP adalah dalam bersosialisasi dan berinternalisasi dalam
lingkungan partai dan lingkungan dengan sesama politisi?
Untuk hambatan juga tidak ada, ya hambatannya paling ibu-ibu tadi ah
gak maulah saya ikut parpol.
Sistem perekrutan dan pengkaderan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik
11. Bagaimana sistem perekrutan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan?
Kalau sistem perekrutannya kita selaku anggota partai katakanlah itu
anak ranting itu tingkat RW ranting itu tingkat kelurahan/desa, PAC
tingkat kecamatan, DPC tingkat kabupaten/kota, DPD tingkat provinsi,
DPP pusat. Kita selaku pengurus, bagaimana PDIP khususnya di
provinsi Banten ini untuk disukai orang dan untuk anggota itu lebih
banyak ya kita nyari anggota. “Om, dek, masuk PDIP yuk nanti saya
bikini KTA”, gitu aja khususnya anak-anak yang masih muda yang
belum memiliki KTA.
12. Bagaimana sistem pengkaderan anggota partai perempuan di
partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi
pengetahuan komunikasi politik?
Ya tadi pada tingkatan itu, yang kira-kira itu pada setiap tahun harus
ada pengkaderan.
13. Bagaimana partai membuat pengkaderan untuk kader partai atau
anggota partai yang tidak memilki background politik?
Pendidikan politik itu sama tidak membeda-bedakan, mau dari SD,
SMP, SMA, S1 jurusan apapun itu tetap sama. Pendidikan politik
dasar itu ya asas-asas dari PDIP dibuat dalam suatu workshop atau
seminar, 2 – 3 hari. Dikasih pembekalan, ajaran bung Karno, ajaran-
ajaran dari mana-dari mana, itupun materinya dari luar banyak. Dari
187
dosen-dosen kemarin itu banyak. Waktu di Jogja itu yang mengadakan
DPP , untuk guru kader.
14. Apa kritik dan saran anda untuk sistem perekrutan dan
pengkaderan untuk memenuhi kuota perempuan 30% di
parlemen agar PDIP memiliki kader yang unggul?
Intinya perekrutan itu siapapun orangnya, siapapun itu lulusannya
kalau mau masuk ke PDIP terbuka. Kita tidak membeda-bedakan, mau
itu miskin atau kaya, pengangguran. Semua silahkan masuk ke partai
manapun, kita gak membedakan suku agama, atau ras tertentu. PDIP
nasionalis, asasnya Pancasila 1 Juni.
15. Tentang pandangan partai politik memenuhi keterwakilan 30%
perempuan asal merekrut saja yang penting memenuhi kuota,
bagaimana anda menanggapi dan menyanggah bahwa PDIP tidak
seperti itu?
Ada yang seperti itu. PDIP terbuka untuk umum, siapapun khususnya
gender yang ingin menjadi anggota legislatif, maupun anggota
eksekutif misalnya silahkan. Dengan catatan nanti sebelom menjadi
anggota DPRD harus ada fit and proper test. Begitu juga untuk
menjadi bupati dan walikota harus melewati tahapan itu, kalau fit and
proper testtersebut istilahnya tidak memenuhi syarat kita berfikir 2
kali. Gak semua orang masuk PDIP ingin menjadi pejabat tapi hasil
tesnya jelek, nanti kalau udah jadi bagaimana gitu. Sistem perekrutan
PDIP ya dibilang ideal ya sudah, di bilang belum ya belum. Ya
belumnya masih banyak orang yang kurang memahami “kok mau jadi
anggota partai aja harus ada gini, di partai lain aja tdiak ada” apalagi
masyarakat sekarang khususnya di provinsi Banten masih terjadi
politik transaksional.
16. Apakah menurut anda, key informan sudah melalui semua sistem
perekrutan dan pengkaderan yang sesuai dengan prosedur PDIP?
Iya sudah, karena ibu Suparmi itu sudah ikut pendidikan kader guru,
ibu Sri juga, bu Amah madya kalau tidak salah
188
Lampiran 14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP INFORMAN
Nama : Gandung Ismanto, S.Sos, MM
Tempat/Tanggal lahir : Tanjung Karang, 7 Agustus 1974
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Serang
No Telepon : 08121824494
Riwayat Pendidikan:
S1 Semarang
S2 Jakarta
S3 Bandung
Riwayat Organisasi:
Wakil Dekan 3 FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
189
Lampiran 15
190
Lampiran 16
Transkrip Wawancara Informan Ahli 1
Gandung Ismanto
Hak dan kewajiban anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik
1. Bagaimana hak dan kewajiban perempuan sebagai anggota partai
dalam perspektif anda sebagai akademisi?
Ya kalo hak dan kewajiban itu saya kira sama, mereka memiliki
kedudukan yang sama yang setara dan seimbang dengan anggota yang lain
khususnya yang laki-laki. Tidak ada perbedaan peran formal secara
mendasar apalagi dalam era sekarang posisi perempuan di partai politik itu
sudah jauh lebih baik, tidak hanya dilindungi undang-undang, tapi juga
oleh perubahan sosial masyarakat yang turut mendukung terhadap
eksistensi kaum perempuan di partai politik. Hanya saja memang, ada
kendala, ada sedikit hambatan nilai budaya misalnya yang masih
menempatkan perempuan pada peran-peran yang identik seperti peran
domestik partai politik misalnya. Kalau di acara formal penerima tamu itu
pasti perempuan, kemudian MC itu perempuan, dirijen juga perempuan,
nah itukan stereotype gender yang tidak mudah dilepaskan begitu saja.
Ada kesetaraan antara hak dan kewajiban di partai politik.
2. Bagaimana kewajiban anggota perempuan di PDIP memenuhi
kebutuhan pengetahuan komunikasi politik dalam aktivitas
komunikasi politik?
Nah itu nampaknya menjadi catatan yang tersisa bagi kebijakan afirmatif
30% keterwakilan itu, karena memang sulit di nafikan rekrutmen partai
secara umum itu buruk, tidak hanya membicarakan soal perempuan tapi
rekrutmen partai, rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai secara
umum itu buruk. Ditambah dengan fungsi-fungsi partai yang lain, fungsi
sosialisasi, pendidikan politik, komunikasi politik, itu partai relatif buruk.
Apalagi misalnya kalau rekrutmen politik untuk memenuhi kuota 30% itu.
Hambatannya lain adalah budaya yang belum cukup mendukung terhadap
191
keterlibatan perempuan di partai politik. Karena ada ciri perempuan yang
terlibat pada partai politik itu adalah mereka yang di dorong oleh
keluarganya atau suaminya. Karena mereka umumnya sudah memilki
status sosial ekonomi tertentu, misalnya dia dari kalangan pengusaha
istrinya didorong untuk masuk partai supaya jadi donator politik dia
istrinya. Artinya apa perempuan pada umumnya itu belum tentu akan
memilki kesempatan yang sama untuk terlibat dalam partai politik. Dan
ketika bicara soal akses atau pengaruh di dalam partai politikpun
perempuan yang dengan status ekonomi menengah kebawah, itu tidak
memiliki ruang yang cukup untuk berkompetisi atau kesempatan yang
sama dengan yang lain. Karena tadi akses dari sistem politik dan ketidak
mampuan partai dalam menjalankan fungsi-fungsi utamanya tadi.
3. Dengan kata lain perempuan belum melakukan usaha-usaha untuk
memenuhi kebutuhan komunikasi politiknya pak?
Saya melihat itu baru dipenuhi ketika mereka duduk dalam jabatan-jabatan
formal, jadi kira-kira learning by doing. Jadi pada saat mereka menduduki
baru dituntut atau dipaksa atau terpaksa untuk memenuhinya. Contoh
mutakhir saya kira bisa kita lihat dari salah satu pejabat Banten, dia saya
kira model politisi perempuan yang ketika dia masuk ke dalam partai
politik dia bukan siapa-siapa, dia tidak punya kapasitas apa-apa, dia tidak
punya nilai lebih sedikitpun. Tapi dia di dorong oleh keluarganya , oleh
suaminya, dengan modal yang sangat besar jadilah dia salah satu pejabat
Banten. Ketika duduk pada jabatan itulah kemudian dia terpaksa untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dia belajar public speaking, dia
punya guru atau konsultan khusus yang terus memperbaiki caranya bicara,
sampai dia punya performa public yang khas gitu ya cara dia bicara, cara
pidatonya, dan itu adalah hasil bentukan kemudian ketika dia duduk di
dalam jabatan politik. Meski tidak semua seperti itu ada juga contoh figur
yang baik, dia seorang intelektual, berpendidikan tinggi, dia punya
kapasitas yang cukup, terlibat di dalam politik, dan terpilih terus menjadi
anggota DPRD. Ya itu tadi memang tidak semua, tetapi pada umumnya
192
politisi kita politisi Banten itu karena rekrutmennya buruk, asal comot,
asal penuhi 30%, sehingga mereka tidak memiliki kapasitas yang cukup
sebenernya untuk terlibat di dalam politik.
4. Adakah sanksi sosial dari sesama politisi jika tidak menjalankan hak
dan kewajiban tersebut?
Agak susah ya bicara sanksi sosial, karena perangkat sistem nilai
masyarakat kita belum terlalu kuat untuk menjustifikasi mereka politisi
perempuan yang tidak menjalankan kewajiban. Problemnya adalah politik
kita yang terlalu transaksional, sehingga orang tidak melihat kapasitas,
melihat apakah dia menjalankan hak dan kewajiban atau tidak. Yang
penting pada saat dibutuhkan ya hadir, secara transaksional memenuhi
kebutuhan konstituennya. Jadi publik juga gak melihat, kapasitasnya
bagaimana, cara bicaranya, kemampuan berkomunikasinya, saya kira
dalam konteks Banten umumnya ya fenomenanya begitu.
Aktivitas Komunikasi Politik
5. Apakah aktivitas komunikasi politik tersebut harus dilakukan oleh
semua anggota partai atau politisi?
Oh ya tentu saja, harus karena itulah peran penting mereka untuk
mengkomunikasikan gagasan, baik dari bawah ke atas maupun dari atas ke
bawah. Asumsinya harusnya politisi perempuan itu punya kapasitas lebih
secara natural, karena dia lebih luwes, pendekatannya lebih manusiawi,
lebih keibuan, tetapi asumsi itu sepertinya banyak terkoreksi kalau
melihat bagaimana kemampuan dan prilaku politisi di Banten. Yang tidak
cukup mumpuni misalnya bicara soal lobi, politik Banten itukan terlalu
maskulin ya, pendekatannya juga terlalu kelaki-lakian, kejawaraan, dengan
mobilitas yang sangat tinggi, persaingan yang sangat ketat, nah pada titik
itu politisi perempuan kita di Banten ini belum cukup mampu di arena
politik yang terlalu maskulin tadi. Sehingga mereka cenderung tersisih,
menjadi asesoris partai itu bahasa kasarnya.
Hambatan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik
193
6. Sebenarnya hambatan terbesar yang ditemui oleh anggota partai
perempuan itu apa saja sih pak?
Kapasitas ya, bisa dihitung dengan jari lah misalnya di periode yang lalu.
7. Kapasitas itu indikator ukurnya apa sih pak?
Ya paling tidak kan latar belakang pendidikannya, track record sebagai
politisinya, apakah dia politisi yang menempuh proses panjang, dlam
kaderisasi partai yang berjenjang, atau dia politisi instant tadi asal rekrut.
Kategori pertama adalah politisi yang merangkak dari bawah, dan dengan
pendidikan yang memadai, diramu dengan mengalaman yang cukup itu dia
tampil dengan politisi yang tidak mengecewakan. Tetapi kategori kedua
ada politisi perempuan yang instan tadi muncul karena wacana 30%,
punya modal, lalu dia masuk, tapi kemudian menguasai sumber daya dia
melompat karirnya untuk duduk di posisi tertentu. Nah yang tipe kedua ini
yang saya lihat, memang lebih banyak jadi asesoris partai tadi. Yao rang
yang begini ini menjabat dulu baru belajar, harusnya orang yang masuk
dalm jabatan publik itu dia sudah dalam posisi cukup dalam bekerja, ini
dia malah untuk belajar mengurusi masyarakat.
Sistem perekrutan dan pengkaderan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik
8. Sistem perekrutan yang bobrok tadi secara umum atau di Banten saja
pak?
Ini efek sistemik dari politik kita yang liberal, yang menghasilkan pada
satu sisi iklim demokrasinya itu baik, sangat terbuka, sangat kompetitif,
tetapi sistem yang sangat kompetitif dan liberal ini kemudia hanya bisa
diikuti olh kalangan tertentu saja yaitu mereka yang memiliki fasilitas
financial yang tinggi. Seperti yang sudah saya ceritakan politisi perempuan
kebanyakan dri kalangan menegah keatas yang memiliki uang yang cukup
untuk mebiayai akivitas komunikasi politiknya. Karena aktivitas politik itu
menjadi lahan untuk menduplikasi kekayaan ekonominya. Jadi kalau
istrinya di DPRD punya akses untuk proyek tertentu suaminya yang
194
menjalankan. Ada motif-motif ekonomi juga dibalik keterlibatan
perempuan di dunia politik.
Nah problemnya saya kira sistemik meski Banten bisa dibilang sebagai
model praktek terburuk lahn dari oligarki partai. Jadi partai itu kenapa
disebut oligarki karena hanya mereka-mereka saja yang mengisi partai.
9. Sistem perekrutan dan pengkaderan yang seperti apakah yang
seharusnya diberikan kepada anggota perempuan untuk memenuhi
kuota perempuan 30% di parlemen agar PDIP memiliki kader yang
unggul?
Secara sistemik partai harus berubah haluan dari partai masa menjadi
partai kader, partai secra terus menerus melakukan kaderisasi,
rekrutmennya dilakukan secara terbuka dari waktu ke waktu. Sistem yang
terbaik tentu saja melalui mekanisme kaderisasi yang berjenjang. Yang
mengharuskan seseorang untuk duduk pada jabatan di atasnya, dia harus
duduk dulu dari bawah, penataan sistem partai politik ini yang sekarang itu
tidak terbangun di Indonesia. Seseorang yang belum pernah duduk du
DPRD kota/kabupaten sudah mencalonkan diri di provinsi, belum di
provinsi tiba-tiba nyalon DPR RI, nah sehingga keguncangan-
keguncangan sistemik itu sering kali terjadi. Jadi sistem apa yang terbaik
saya rasa partai harus kembali lgi ke fungsi dasarnya sebagai untuk
melakukan 4 hal, kaderisasi politik, komunikasi politik, sosialisasi politik,
dan melakukan resolusi konflik. Nah 3 persoalan yang awal itukan
menyangkut persoalan kaderisasi, itu bagaimana kader dididik untuk
menjadi komunikator, sosialisasi, komunikasi. Komunikator buat
masyarakatnya, konstituennya, dan gagasan-gagasan partai, pada satu sisi
disisi lain dia menyerap aspirasi untuk dipola di agresasikan menjadi
kebijakan yang relevan bagi masyarakat. Proses ini harus dilakukan secara
berjenjang agar mereka terlatih, kemampuannya terasah dalam lingkupnya,
kemudia diberikan tanggung jawab besar yang lebih luas dan sterusnya.
Dan di negara maju ini yang dilakukan, sehingga politisi yang lahir adalah
politisi yang memiliki pengalaman yang utuh di level-level tertentu,
195
sehingga mereka memiliki kecakapan yang tinggi untuk berperan sebagai
politisi.
196
Lampiran 17
DAFTAR RIWAYAT HIDUP INFORMAN
Nama : Ikhsan Ahmad, S.Ip, M.Si
Tempat/Tanggal lahir : Jakarta, 22 Desember 1984
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Taman Banten Lestari
No Telepon : 081218596108
Riwayat Pendidikan:
S1 Universitas Pasundan FISIP Jurusan HI
S2 Institut Pertanian Bogor Jurusan KMP
197
Lampiran 18
198
Lampiran 19
Transkrip Wawancara untuk Informan Ahli ke 2
Hak dan kewajiban anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik
10. Bagaimana hak dan kewajiban perempuan sebagai anggota partai
dalam perspektif anda sebagai akademisi?
Tergantung platform masing-masing partai, namun secara general sebagai
anggota parpol baik itu perempuan maupun laki-laki dia mestinya tunduk
pada platform dan ideologi parpol. Ujungnya adalah keyakinan terhadap
perjuangan itu menjadi dasar dia menduduki jabatan-jabatan politik
tertentu, bukan lagi berdasarkan kepentingan-kepentingan parpol lagi
Aktivitas Komunikasi Politik
11. Apa saja yang termasuk dalam aktivitas komunikasi politik secara
konseptual?
Yang termasuk dalam aktivitas komunikasi politik adalah kampanye
politik, berita politik, rapat, lobi-lobi politik, agitasi politik, PR partai.
12. Apakah aktivitas komunikasi politik tersebut harus dilakukan oleh
semua anggota partai atau politisi?
Komunikasi itukan sebagai sebuah dasar, artinya basis berpolitik itu
adalah komunikasi. Maka komunikasi menjadi hal yang wajib dikuasai
dalam pengertian pada kepentingan-kepentingan tertentu. Misalkan
menjalin komunikasi dengan konstituen, menjalin komunikasi politik
dengan lembaga-lembaga politik.
Hambatan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik
13. Bagaimana seharusnya anggota partai perempuan menghadapi
hambatan yang ditemuinya?
Perempuan seharusnya lebih bisa berperan sesuai dengan kodratnya,
sebagai seorang ibu, dia pasti punya kesabaran, lebih idealis, lebih
berpegang pada prinsip, dibandingkan laki-laki.
199
Sistem perekrutan dan pengkaderan anggota partai perempuan di partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan
komunikasi politik
14. Bagaimana pendapat bapak tentang partai yang kebingungan
mencari kader perempuan untuk memenuhi kuota 30% di parlemen,
yang mngakibatkan partai asal merekrut saja?
Kuota yang ditetapkan UU terhadap kuota 30% perempuan dalam sebuah
esensi demokrasi ini bukan berangkat dari sebuah driving force demokrasi,
tapi sebuah upaya mobilisasi atas kepentingan demokrasi secara
procedural. Bahwa keterlibatan perempuan itu ada, sehingga ada sebuah
legitimasi, justifikasi, keterlibatan perempuan ini menjadi bagian dari
dipenuhinya instrument hak asasi manusia, instrument kebebasan politik
yang dibangun untuk persoalan gender, dsb. Tapi kemudian dari 2 periode
pemilihan ke belakang sampai sekarang belum ada satu kouta 30%
perempuan yang memang terpenuhi. Kalau gak salah saya ada datanya
baru PKB yang mendekati kuota, dan yang paling sedikit itu PKS. Kenapa
keterwakilan perempuan tidak memenuhi target 30%, ini banyak faktor
yang esensial itu pertama pendidikan politik terhadap perempuan itu
memang minim, kedua proses pemilu itu berbasis pada sebuah transaksi
politik yang kemudian menyebabkan perempuan kalah bersaing, kemudian
yang ketiga persoalan-persoalan yang membuat perempuan kalah bersaing
adalah selain 2 persoalan tadi ada faktor budaya.
15. Sistem perekrutan dan pengkaderan yang seperti apakah yang
seharusnya diberikan kepada anggota perempuan untuk memenuhi
kuota perempuan 30% di parlemen agar PDIP memiliki kader yang
unggul?
Proses kaderisasi parpol yang sehat, yang sehat itu berdasarkan rekrutmen
dengan kadar ideologis dan manajemen organisasi yang baik, wawasan
yang baik, kemudian moralitas yang baik, jadi semua ini berakumulasi
pada bagaimana penilaian kader terhadap identitas, kapasitas, untuk
bertarung di arena politik yang sesungguhnya.
200
Lampiran 20
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan No : 1
Pengamatan/Wawancara : P dan W
Waktu : 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB
Disusun : 2 Oktober 2014 Pukul 07:00 WIB
Tempat : Rumah Informan ke 1 (Ibu Hj. Amah Suhamah)
Subyek Penelitian : Informan ke 1 ( Ibu Hj. Amah Suhamah)
Bagian Deskriptif
Wawancara dan pengamatan dengan ibu Hj. Amah Suhamah mengenai peran
perempuan sebagai anggota partai politik dalam aktivitas komunikasi politik
Bagian Reflektif
Informan memilih tempat wawancara di rumahnya dikarenakan informan tidak
terpilih menjadi wakil rakyat di parlemen. Namun, dilihat dari cat rumah yang
berwarna merah dan papan nama DPC yang ada di depan rumah informan
menunjukan loyalitas dan keseriusan dalam menjadi anggota sekaligus PR partai .
Informan mau dan mampu menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti, informan juga sangat kooperatif pada saat menjawab pertanyaan.
Informan juga menerima haknya sebagai anggota partai, hal tersebut dapat dilihat
pada saat informan menerima SMS dari DPD untuk datang pada saat rapat
bulanan partai.
201
Lampiran 21
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan No : 2
Pengamatan/Wawancara : P dan W
Waktu : 1 Oktober 2014 Pukul 15:30 WIB
Disusun : 2 Oktober 2014 Pukul 07:00 WIB
Tempat : Pusat Pemerintahan, DPRD Kota Tangerang
Subyek Penelitian : Informan kunci ke 2 (Ibu Suparmi ST)
Bagian Deskriptif
Wawancara dan pengamatan dengan Ibu Suparmi ST mengenai peran perempuan
sebagai anggota partai politik dalam aktivitas komunikasi politik
Bagian Reflektif
Informan memilih tempat wawancara di DPRD Kota Tangerang dikarenakan
informan merupakan ketua DPRD Kota Tangerang. Informan mau dan mampu
menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, informan juga sangat
kooperatif pada saat menjawab pertanyaan. Informan juga menerima haknya
sebagai anggota partai, dikarenakan informan diberikan hak yang sama dengan
anggota laki-laki untuk memimpin dan menjabat pada jabatan strategis.
202
Lampiran 22
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan No : 3
Pengamatan/Wawancara : P dan W
Waktu : 2 Oktober 2014 Pukul 13:00 WIB
Disusun : 2 Oktober 2014 Pukul 19:30 WIB
Tempat : Kantor PDI-P DPD Banten
Subyek Penelitian : Informan pendukung (Bapak Drs. Sabdo Waluyo)
Bagian Deskriptif
Wawancara dan pengamatan dengan Bapak Drs. Sabdo Waluyo mengenai peran
perempuan sebagai anggota partai politik dalam aktivitas komunikasi politik
Bagian Reflektif
Informan memilih tempat wawancara di Kantor PDI-P DPD Banten dikarenakan
informan merupakan salah satu pengurus partai yaitu sebagai wakil kepala bidang
pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Informan mau dan mampu menjawab
seluruh pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, informan juga sangat kooperatif
pada saat menjawab pertanyaan. Informan menyatakan bahwa partai sudah
memenuhi semua hak dan kewajiban partai terhadap anggotanya yaitu sesuai
dengan AD/ART PDI-P yang berlaku. Dan menurut pengamatan peneliti hal itu
memang sudah dilakukan oleh partai.
203
Lampiran 23
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan No : 4
Pengamatan/Wawancara : P dan W
Waktu : 6 Oktober 2014 Pukul 14:00 WIB
Disusun : 6 Oktober 2014 Pukul 20:00 WIB
Tempat : DPRD Provinsi Banten
Subyek Penelitian : Informan kunci ke 3 ( Ibu Sri Hartati, SH)
Bagian Deskriptif
Wawancara dan pengamatan dengan ibu Ibu Sri Hartati, SH mengenai peran
perempuan sebagai anggota partai politik dalam aktivitas komunikasi politik
Bagian Reflektif
Informan memilih tempat wawancara di DPRD Provinsi Banten dikarenakan
informan merupakan anggota DPRD Provinsi Banten dari fraksi PDI-P. Informan
mau dan mampu menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan oleh peneliti,
informan juga sangat kooperatif pada saat menjawab pertanyaan. Informan juga
menerima haknya sebagai anggota partai, hal tersebut dapat dilihat dari
dipercayanya informan menjadi wakil ketua fraksi PDI-P. Hal tersebut
membuktikan bahwa hak semua anggota sama dalam hal memilih dan dipilih.
204
Lampiran 24
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan No : 5
Pengamatan/Wawancara : P
Waktu : 9 Oktober 2014 Pukul 17:30 WIB
Disusun : 9 Oktober 2014 Pukul 20:00 WIB
Tempat : Rumah Informan ke 1 (Ibu Hj. Amah Suhamah)
Subyek Penelitian : Informan ke 1 ( Ibu Hj. Amah Suhamah)
Bagian Deskriptif
Pengamatan dan meminta kekurangan data dengan ibu Hj. Amah Suhamah
mengenai peran perempuan sebagai anggota partai politik dalam aktivitas
komunikasi politik
Bagian Reflektif
Peneliti melihat adanya hubungan baik antara informan dengan sesama anggota
partai dibuktikan dengan telpon informan yang mengundang anggota partai
lainnya untuk makan siang bersama di rumah informan. Dengan kata lain
sosialisasi informan cukup baik dengan anggota partai ataupun sesama politisi.
205
Lampiran 25
CATATAN LAPANGAN
Catatan Lapangan No : 6
Pengamatan/Wawancara : P
Waktu : 15 Oktober 2014 Pukul 11:30 WIB
Disusun : 15 Oktober 2014 Pukul 17:00 WIB
Tempat : DPRD Provinsi Banten
Subyek Penelitian : Informan ke 3 (Ibu Sri Hartati, SH)
Bagian Deskriptif
Pengamatan dan meminta kekurangan data dengan Ibu Sri Hartati, SH mengenai
peran perempuan sebagai anggota partai politik dalam aktivitas komunikasi
politik
Bagian Reflektif
Peneliti melihat adanya hubungan baik antara informan dengan sesama anggota
partai dibuktikan dengan setelah sidang paripurna istimewa informan mengajak
berfoto bersama sesama politisi dan anggota fraksi, kemudian sesuai pengamatan
peneliti pada saat informan mengobrol, lawan bicara informan terlihat senang
dengan adanya percakapan tersebut. Dengan kata lain sosialisasi informan cukup
baik dengan anggota partai ataupun sesama politisi.
206
Lampiran 26
207
Lampiran 27
208
Jumlah Anggota Aktif DPC Se- Provinsi Banten
Cilegon
Jumlah Anggota : 15
Ketua DPC : H. Nanan Sumarna
Sekretaris DPC : Agus Suparman
Bendahara DPC : Suud
Kota Serang
Jumlah Anggota : 15
Ketua DPC : Bambang Janoko
Sekretaris DPC : Rudi Kurniadi
Bendahara DPC : Samaun
Kabupaten Serang
Jumlah Anggota : 15
Ketua DPC : Hj. Ida Rosida
Sekretaris DPC : Fatma Subai
Bendahara DPC : Tb. Badrululu
Pandeglang
Jumlah Anggota : 15
Ketua DPC : H. Edi Santibi
Sekretaris DPC : Duriat
Bendahara DPC : Hasannudin
pLebak
Jumlah Anggota : 19
Ketua DPC : H. Ade Sumardi
209
Sekretaris DPC : Hezibua Fauzu
Bendahara DPC : H. Ade Suryana
Kota Tangerang
Jumlah Anggota : 15
Ketua DPC : Hendri Zen
Sekretaris DPC : Johan Saragi
Bendahara DPC : Yulistini
Kabupaten Tangerang
Jumlah Anggota : 17
Ketua DPC : Barhum HS
Sekretaris DPC : Mukhlis
Bendahara DPC : Didin Muhidin
Tangerang Selatan
Jumlah Anggota : 15
Ketua DPC : Tb. Bayu Murdani
Sekretaris DPC : Bambang Triyadi
Bendahara DPC : Dodi
54
BIODATA PENULIS
Nama : Amallia Utami Putri
Tempat Tanggal Lahir : Serang, 6 februari 1992
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Email : [email protected]
No. Hp : 087778512612
Alamat : Jl. Ayip Usman Perum Bumi Agung Permai 1 Blok C8 No 27
Kota Serang Provinsi Banten, 42151
Riwayat Pendidikan:
2010 - 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2007 - 2010 SMAN 2 Kota Serang
2004 - 2007 SMP Informatika Serang
1998 - 2004 SDN Karya Bakti 1 Serpong - Tangerang
Pengalaman Organisasi:
1. Himpunan Mahasiswa Komunikasi UNTIRTA
2. Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI)
3. Komunitas Video Ilmu Komunikasi Untirta (KOVIKITA)