PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN...

103
PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIK (Studi Pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : MUHAMAD ABI AULIA NIM: 1113044000001 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1439 H/2017 M

Transcript of PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN...

Page 1: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

i

PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN

DOMESTIK

(Studi Pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

MUHAMAD ABI AULIA

NIM: 1113044000001

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1439 H/2017 M

Page 2: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan
Page 3: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan
Page 4: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan
Page 5: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

v

ABSTRAK

Muhamad Abi Aulia. NIM 1113044000001. PERAN PEREMPUAN

DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIK (Studi Pemikiran Prof. Dr.

Hj. Tutty Alawiyah AS). Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/ 2017 M. x

+ 80 halaman.

Persoalan mengenai perempuan tidak akan ada habisnya, ketika idealitas

agama memberikan peran dan aktualisasi atas hak-hak dasar kaum perempuan,

seperti yang diberikan kepada kaum laki-laki, realitas sosial justru membatasi dan

membelenggunya. Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah merupakan seorang tokoh yang

memberikan ruang terhadap perempuan untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki. Tujuan dari penelitian ini adalah a) Untuk mengetahui dan memberikan

gambaran yang jelas pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah tentang peran

perempuan dalam ruang publik dan domestik. b) Untuk mengetahui dan

menjelaskan korelasi pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah tentang peran

perempuan dengan hak- hak perempuan dalam Islam.

Jenis penelitian ini adalah library reseach. Sumber data dalam penelitian

ini adalah sumber data primer dan sekunder. Yang menjadi sumber data primer

adalah buku-buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah, sedangkan

sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, artikel dan tulisan yang

berkaitan dengan judul skripsi ini, ditambah dengan hasil wawancara dengan

orang dekat Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah. Data yang terkumpul dianalisis dengan

cara deduktif agar mendapat pandangan Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah tentang

peran perempuan dalam ruang publik dan domestik.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah a) Tutty Alawiyah berpendapat

bahwa tugas suci perempuan bukan hanya sebagai makhluk domestik-reproduktif

belaka. Urusan domestik rumah tangga pada dasarnya merupakan tanggungjawab

bersama. Selanjutnya Tutty Alawiyah mengasumsikan bahwa ketika perempuan

yang memilih bekerja di ruang publik tetap dituntut mengkombinasikan dengan

kedudukannya sebagai ibu dan istri. b) Pemikiran Tutty Alawiyah tentang peran

perempuan dalam ruang domestik dan publik sesungguhnya refleksi atas ajaran

Islam yang telah lama pudar, bahwasanya Islam itu memandang mulia

perempuan. Perempuan itu mempunyai hak-hak yang sama dengan laki-laki

dalam berbagai sektor kehidupan, baik politik, ekonomi, hukum, dan pendidikan,

beserta akses terhadap sumber-sumber pembangunan. Islam sesungguhnya telah

membuktikan diri sebagai agama modern yang penuh gagasan dan cita-cita sosial

yang amat tinggi. Islam mendobrak keterbelakangan dan melepaskan belenggu

yang mengikat harkat kemanusiaan.

Kata kunci : Peran Perempuan , Publik, Domestik, Prof. Dr. Hj. Tutty

Alawiyah AS

Pembimbing : Dr. Hj. Mesraini, S.H, M.A

Daftar Pustaka : Tahun 1991 s.d Tahun 2017.

Page 6: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحن الرحيم

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat, taufik, dan

hidayah-Nya, Sholawat dan salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita

Nabi Besar Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya, yang telah

mendidik kita sebagai umatnya untuk menuju jalan kebenaran.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat tantangan dan

hambatan, namun berkat rahmat dan inayah-Nya, kesungguhan seta dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, segala tantangan dan hambatan itu dapat diatasi

dengan sebaik-baiknya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh

karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. dan Indra Rahmatullah S.H.I., M.H., Ketua

dan Sekertaris Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Hj. Mesraini, S.H, M.A., Pembimbing skripsi yang dengan tulus ikhlas

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan arahan serta saran-

saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A. Dosen Penasehat Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

5. Keluarga Besar Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS yang telah mengizinkan

dan memberikan dukungan terhadap penulisan skripsi ini, khususnya

kepada Dra. Hj. Nurfitria Farhana, SE yang telah berkenan menjadi

narasumber dalam skripsi ini.

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf pengajar pada lingkungan

program studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama duduk di bangku

perkuliahan.

Page 7: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

7. Segenap jajaran Staf dan karyawan akademik Perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama yang telah membantu

penulis dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

8. Orang tua penulis, Ayahanda tercinta Jumadi dan juga Ibunda Napsiah,

serta keluarga besar, terimakasih atas segala cinta dan kasih sayang serta

luapan doa yang tak pernah putus setiap harinya, yang selalu menyertai

langkahku serta segenap pengorbanannya tanpa keluh kesah.

9. Segenap guru-guru penulis, Ustadz Alwi, Habib Abdurrahman, Habib Ali

yang selalu membimbing, memotivasi dan mendoakan penulis setiap saat.

10. Para sahabat dan kawan seperjuangan Hukum Keluarga 2013, baik dalam

lingkup Formasas, AKI, Tim Hadrah al-Ahsan al-Tanwir dan juga kepada

teman-teman yang ada di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Terimakasih telah mewarnai hidup penulis ketika di Ciputat.

11. Para sahabat penghuni kos Asmara, Abangda Nidhami, Syafaat, Subhan,

Fuad, Aji, H.Cecep, Icad, Fatir, Alwi, Kholis, yang telah menerima

kedatangan penulis tanpa pamrih sekedar bercerita, diskusi dan bermain

bersama. Mudah-mudahan Allah meridhai langkah kehidupan kalian.

12. Sahabat istimewa Alfan, Tami, Harun, Anies Fathieni, Hikmah, Azryani,

Ayang Lutpiani Azizi, teman-teman KKN Maritim 99, Al-Kawakib, dan

Nurul Habib, terimakasih atas cinta kasihnya. Semoga kelak Allah ta‟ala

kumpulkan kalian bersama yang dicinta.

13. Kepada mereka yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah

membantu dan memberikan doa, semangat serta motivasi kepada penulis.

Semoga amal dan jasa mereka yang telah membantu penulis dalam

penyusunan skripsi ini diterima oleh Allah SWT dan dibalasnya dengan pahala

yang berlipat ganda. Penulis mengakui bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman yang

dimilik penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan.

Akhirul kalam, semoga skripsi ini dengan kelebihan dan kekurangan yang

terdapat di dalamnya, kiranya memberi manfaat kepada para pembacanya.

vii

Page 8: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

Jakarta, 27 Desember 2017

Penulis

Muhamad Abi Aulia

viii

iv

Page 9: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. iv

ABSTRAK ......................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... 6

E. Review Studi Terdahulu ............................................. 7

F. Metode penelitian ....................................................... 8

G. Sistematika Penulisan ................................................. 9

BAB II PERSPEKTIF ISLAM TENTANG PEREMPUAN

A. Prinsip Dasar Relasi Laki-laki dan Perempuan

dalam Islam ................................................................. 11

B. Hak dan Kewajiban Perempuan dalam Ruang Domestik 19

C. Hak dan Kewajiban Perempuan dalam Ruang Publik 30

BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN PROF. DR. HJ. TUTTY

ALAWIYAH AS

A. Biografi Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS ................. 39

B. Rekam Jejak Perjuangan Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah

dan Karya-karyanya ................................................... 42

C. Pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah Tentang Peran

Perempuan dalam Islam .............................................. 47

BAB IV ANALISA ATAS PEMIKIRAN PROF. DR. HJ. TUTTY

ALAWIYAH AS TENTANG PERAN PEREMPUAN DALAM

RUANG PUBLIK DAN DOMESTIK

A. Kedudukan Perempuan ............................................... 57

B. Hak dan Kewajiban Perempuan dalam Ruang Domestik 61

C. Hak dan Kewajiban Perempuan dalam Ruang Publik 64

Page 10: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................. 74

B. Saran ........................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 76

LAMPIRAN

x

Page 11: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukan perempuan menurut hukum Islam adalah cukup tinggi. Islam

telah menghapuskan diskriminasi antara laki-laki dan perempuan.1 Pada zaman

jahiliah seorang perempuan itu dianggap sebuah aib keluarga, sehingga saat bayi

perempuan lahir ke dunia, maka ayahnya akan langsung menguburnya hidup-

hidup.

Saat Islam datang, derajat perempuan terangkat dengan sendirinya.

Perempuan dalam pandangan Islam adalah makhluk yang memiliki potensi sama

seperti apa yang dimiliki laki-laki. Perempuan diberikan hak dan kewajiban serta

kesempatan yang sama dengan pria.2 Keberadaannya dipandang sebagai mitra

sejajar dengan laki-laki secara harmonis. Tak ada perbedaan kedudukan antara

laki-laki dan perempuan, baik sebagai individu (hamba Allah), anggota keluarga,

maupun sebagai anggota masyarakat, begitu pula dalam hak dan kewajiban.3

Perempuan dan laki-laki berasal dari satu keturunan dan sama dalam

karakter kemanusiaan secara umum. Keduanya adalah sama dalam hal beban dan

tanggung jawab, dan di akhirat kelak akan sama-sama menerima pembalasan.4

Demikian digambarkan dalam Al-Quran surat al-Nisa‟ ayat 1 Allah ta‟ala

berfirman:

ا حأ ا ي ا وبد ا زوج جفس وخدة وخيق ي خيلل ٱل ربل ا ل ٱنلاس ٱت

كن غييل إن ٱلل رخامي تصاءلن ةۦ وٱل ٱل ا ٱلل ل وٱت ا ونصاءا .رقيتاارجالا نرريا

1 Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Ghalia

Indonesia,2010), Cet-1, h. 84

2 Muhammad Koderi, Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara, (Jakarta: Gema Insani

Press, 1999), h. 49

3 Masdar Mas‟udi, Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan, (Bandung: Mizan,2000),

Cet. I, h. 197

4 Yusufi Al- Qaradhawy, Anatomi Masyarakat Islam, Penerjemah. Setiawan Budi Utomo,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), h. 293

Page 12: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

2

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan

istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan

perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan

mengawasi kamu.”

Dalam konteks rumah tangga, Perempuan sebagaimana halnya dengan laki-

laki, dituntut ikut serta melaksanakan tugas-tugas ketika menjadi seorang suami.

Istri memiliki berbagai hak yang harus dipenuhi oleh suami, sebagaimana halnya

istri juga memiliki berbagai kewajiban yang harus dia penuhi untuk si suami.

Landasan pembagian hak-hak dan kewajiban tersebut adalah tradisi dan fitrah,

serta prinsip setiap hak dibalas dengan kewajiban.5 Hal ini sesuai dengan

penggalan firman Allah SWT dalam Q.s. al-Baqarah ayat 228 yang berbunyi:

ػروف ةٱل ي غييرو ٱل ....ول

“... Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya

menurut cara yang ma´ruf....”

Bicara tentang hak dan kewajiban menurut Imam Syafi‟i dan Hambali,

seorang istri tidak wajib melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan kebutuhan

rumah tangga sehari-hari, juga tidak perlu mengurusinya, karena yang benar-benar

menjadi kewajiban bagi seorang istri adalah memberikan pelayanan yang baik

kepada “kebutuhan” suaminya.6 Menurut mazhab Syafi‟iyah istri mempunyai hak

untuk dipergauli secara ma‟ruf artinya suami harus memperlakukan istri secara

baik menurut syara‟. Suami jangan sampai menyakiti atau membuat bahaya

terhadap istri.7

5 Ali Hasan, Berumah Tangga Dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media,2003), h. 152

6 Pendapat ini dikutip oleh Mohammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan

Perbedaan, (Yogyakarta: Darussalam, 2004), h. 210 dari kitab al- Uum karya Muhammad Idris

Asy Syafi‟i (Beirut: Dar al-Fikr, 1987) dan kitab Fiqh Al- Sunnah karya Sayyid Sabiq, (Beirut:

Dar el-Fikr, 1977)

7 Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi, Syarah Uqud al-Lujjain, (Surabaya: Al-

Hidayah,1416), h. 8

Page 13: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

3

Selanjutnya juga Quraish Shihab menjelaskan bahwa perempuan

mempunyai hak untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan

atau selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut, serta pekerjaan tersebut

dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan serta dapat pula menghindari

dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.8

Namun realitasnya, umumnya kehidupan perempuan di Indonesia ini, ke

mitra sejajaran antara suami dan istri belum sepenuhnya terwujud. Hal ini tidak

lain disebabkan masih adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam

mewujudkan ke mitra sejajaran.

Perbincangan mengenai perempuan antara cita dan fakta ini mengharuskan

kita melihat dua sudut pandang yang berbeda. Pertama, sudut cita-ideal

perempuan muslimah seperti yang diajarkan atau dijelaskan dalam Al- Quran dan

Al- sunah. Kedua, sudut realita atau kenyataan perempuan muslimah secara

objektif dalam realitas masyarakat (sejarah). Persoalan sesungguhnya timbul

manakala ada kesenjangan (disparitas) antara cita-idealitas dengan fakta- fakta

perempuan dalam dimensi ruang dan waktu.9

Dalam kenyataan keseharian, nampak adanya kesenjangan dan

ketimpangan antara idealitas agama dan realitas sosial. Ketika idealitas agama

memberikan peran dan aktualisasi atas hak-hak dasar kaum perempuan, seperti

yang diberikan kepada kaum laki-laki, realitas sosial justru membatasi dan

membelenggunya. Kesenjangan seperti ini tentu perlu dihilangkan melalui upaya-

upaya intelektual yang kritis dan menerobos terhadap teks-teks keagamaan yang

dijadikan pedoman.

Berangkat dari hal tersebut, penyusun tertarik menghadirkan salah satu

pemikir Islam yang mempunyai pandangan tentang peran perempuan yaitu Prof.

Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS. Ketertarikan ini disebabkan beberapa hal, di

8 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan,1992), h. 275

9 A. Ilyas Ismail, et.al, ed, 70 Tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

kemajuan dan Peradaban, (Jakarta: UIA Press, 2012), h. 317

Page 14: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

4

antaranya: Pertama, Prof. Tutty Alawiyah seorang tokoh yang mampu menekuni

dan berkiprah hampir dalam semua sektor kehidupan, mulai dari agama dan

keulamaan, dakwah, pendidikan, politik, pemberdayaan perempuan, sosial

ekonomi, hingga seni dan budaya Islam.10

Kedua, beliau seorang ulama perempuan yang pernah menjabat sebagai

Menteri Peranan Wanita pada Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi

Pembangunan. Ketiga, beliau juga pernah menjabat sebagai Rektor Universitas

Islam Assyafi‟iyah, Ketua Umum Pengurus Pusat Badan Kontak Majelis Taklim

(BMKT), Ketua Umum Al Ittihadu Annisa‟i Al Islami Al „Alami atau

International Moslem Women Union (IMWU) dan jabatan penting lainnya.11

Keempat, beliau juga produktif dalam berdakwah baik dalam seminar,

acara keagamaan, maupun dalam media elektronik. Dan juga produktif berkarya

lewat menulis beberapa buku tentang perempuan, jurnal dan artikel yang telah

tersebar di penjuru nusantara maupun mancanegara.12 Seperti buku Women In

Islam: Past, Present, Future, selanjutnya ada Wanita Dalam Nuansa Peradaban,

Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, Kata dan Perbuatan, Menggapai

panggung dunia dan buku lainnya.13

Meski beliau tidak bersinggungan langsung dengan masalah-masalah yang

berkenaan dengan hukum, namun sebagai ulama, pendidik, pengajar yang penuh

dedikasi terhadap murid serta masyarakat tentunya beliau mempunyai pandangan

tersendiri tentang isu-isu kontemporer mengenai hukum agama terlebih lagi pada

masalah perempuan.

Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS berpendapat peran perempuan lebih

strategis dalam mewujudkan ketahanan keluarga dan masyarakat dengan

10

http://uia.ac.id/index/2016/12/19/biografi-prof-dr-hj-tutty-alawiyah-as-ma/, diakses

pada 17 Juli 2017.

11

Zainal Arifin Hoesein, et.al, ed., 70 Tahun Tutty Alawiyah Mereka Bicara Tentang

“Kak Tutty” , (Jakarta: UIA Press, 2012), h. 187

12

Tutty Alawiyah, Women in Islam Past, Present, Future, (Jakarta: diterbitkan atas kerja

sama BMKT, IMWU dan UIA, 2002), h. 127

13

A. Ilyas Ismail, et.al, ed, 70 Tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

kemajuan dan Peradaban, h. 44

Page 15: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

5

berpegang pada nilai-nilai moral dan agama.14

Peran perempuan yang penting

sekali ialah dalam pendidikan keluarga. Namun dalam peran itu tidak berarti

perempuan tak punya kesempatan untuk berkarier. Dengan persetujuan suami dan

sesuai dengan tingkat pendidikan, tak ada halangan bagi perempuan untuk

berkarier. Dengan catatan tidak boleh melupakan peran pendidikan terhadap anak

dengan tanggung jawab pada suami. Peran itu timbul daripada adanya hak dan

kewajiban.15

Menurutnya, kaum perempuan mempunyai hak untuk berperan

dalam pembangunan seperti halnya kaum pria, sebagaimana diperlihatkan dalam

berbagai peristiwa sejarah. Nilai ajaran Islam mendudukkan hak perempuan

dalam martabat yang sama dengan pria.16

Meski secara eksplisit tidak menyebutkan bahwa pandangan tersebut

adalah pandangan perempuan Betawi, yang notabennya orang Betawi ialah

menganut budaya patriarkhi. Tetapi yang diutarakan oleh Prof. Dr. Hj. Tutty

Alawiyah AS itu lekat dengan pemikiran Islam yang moderat.

Oleh sebab itu, penulis memiliki ketertarikan untuk mengkaji lebih dalam

lagi mengenai pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS yang penulis tuangkan

dalam penelitian yang berjudul, “PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG

PUBLIK DAN DOMESTIK (Studi Pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah

AS)”

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana kedudukan perempuan dalam Islam ?

2. Bagaimana peran perempuan dalam Islam ?

3. Apa saja hak-hak perempuan dalam Islam ?

4. Apa saja kewajiban perempuan dalam Islam ?

5. Bagaimana pandangan Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah tentang peran perempuan

dalam ruang domestik dan publik ?

14

Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, (Jakarta: Legasi,2002), h.

38

15

Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. xii

16

Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 39

Page 16: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

6

6. Bagaimana korelasi pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah mengenai peran

perempuan dengan hak- hak perempuan dalam Islam ?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar tidak mengalami pelebaran dan mempermudah penelitian yang

dibahas dalam skripsi ini, penulis ingin membatasi dengan hal-hal yang

berkaitan dengan Pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS tentang peran

perempuan dalam ruang domestik dan publik saja, tidak membahas pemikiran

beliau tentang hal lainnya.

2. Perumusan masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini, agar lebih jelas pokok

permasalahannya, maka penulis merumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana pandangan Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah tentang peran

perempuan dalam ruang domestik dan publik ?

b. Bagaimana korelasi pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah mengenai

peran perempuan dengan hak- hak perempuan dalam Hukum Islam ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui dan memberikan gambaran yang jelas bagaimana

pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam

ruang publik dan domestik.

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan korelasi pemikiran Prof. Dr. Hj.

Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dengan hak- hak perempuan

dalam Islam.

2. Manfaat penelitian

a. Teoritis

1) Memberikan wawasan pengetahuan kepada masyarakat tentang

bagaimana peran perempuan menurut pandangan Prof. Dr. Hj. Tutty

Alawiyah.

Page 17: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

7

2) Mengetahui korelasi pemikiran pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty

Alawiyah tentang peran perempuan dengan hak-hak perempuan dalam

Islam.

b. Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan

dalam bidang hukum Islam, terutama dalam bidang hukum keluarga.

2) Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi

penelitian selanjutnya terutama mengenai pembahasan peran

perempuan dalam Islam.

E. Review Studi Terdahulu

1. Husnul Alfia Aulia, Pemikiran Prof. Dr.Hj. Huzaemah Tahido Yanggo

Mengenai Peran Perempuan dalam Islam, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Skripsi ini membahas

mengenai peran perempuan dalam Islam yang lebih membahas kepada

pembahasan peran perempuan karier dalam Islam juga mendeskripsikan

pandangan Huzaemah Tahido Yanggo tentang perempuan karier.

2. Ulfah Abdullah, Hak-hak Perempuan dalam Keluarga Menurut Pandangan

Asma Barlas, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Skripsi ini membahas bagaimana

metodologi pemikiran Asma Barlas dan bagaimana hak-hak perempuan

dalam wilayah keluarga menurut Asma Barlas. Adapun menurut Barlas, hak

perempuan dalam keluarga itu ada hak sebagai istri dan juga hak sebagai

orang tua.

3. Ziadatun Ni‟mah, Wanita Karier dalam Perspektif Hukum Islam (Studi

Pandangan K.H Husein Muhammad), skripsi S1 Fakultas Syariah, UIN

Sunan Kali Jaga Yogyakarta Tahun 2009. Skripsi ini membahas mengenai

pandangan Husein Muhammad terhadap perempuan karier bahwa perempuan

karier itu merupakan perempuan yang mandiri, bekerja menghidupi dirinya

sendiri dan Husein melihat bahwa pria dan perempuan yang sudah dewasa

berhak bekerja di mana saja, di dalam rumah maupun di luar rumah.

Page 18: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

8

Sedangkan dalam penelitian ini penulis membahas mengenai pandangan

Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

domestik yang dikaitkan dengan hak-hak perempuan yang nantinya adanya

korelasi antara peran perempuan dengan hak-hak perempuan dalam hukum Islam

tersebut. Penjelasan Hak-hak perempuan sebagai makhluk, sebagai istri, sebagai

anak, juga sebagai orang tua serta partisipasinya dalam membangun bangsa.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data dan fakta dalam penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa langkah sebagai berikut.

1. Jenis Penelitian

Penelitian skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research),

yaitu penelitian yang kajiannya dilakukan dengan menelusuri dan menelaah

literatur atau penelitian yang difokuskan pada bahan-bahan pustaka. Sumber-

sumber data yang diperoleh dari berbagai karya tulis seperti buku, artikel,

jurnal, yang secara langsung maupun tidak langsung membicarakan persoalan

yang diteliti.

2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyusun berdasarkan sumber

data yang terbagi ke dalam dua kriteria, yaitu sumber data utama (primer) dan

sumber data tambahan (sekunder) ialah :

a. Sumber Data Primer

Adapun sumber data primer yang digunakan ialah buku karya Prof. Dr.

Hj. Tutty Alawiyah AS yang berjudul Perempuan dan Masyarakat

Pembelajaran, dan Women in Islam Past, Present, Future.

b. Sumber Data Sekunder

Di dalam penelitian ini, digunakan pula data sekunder yang memiliki

kekuatan mengikat. Seperti buku, makalah seminar, jurnal, laporan

penelitian, artikel, majalah, dan situs yang di dapat melalui sumber-

sumber yang akurat serta ditambah dengan hasil wawancara.

Page 19: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

9

3. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis deduktif yaitu metode yang

dipakai untuk menganalisa data yang bersifat umum dan memiliki unsur

kesamaan sehingga digeneralisasikan menjadi kesimpulan khusus. Analisa

dilakukan dengan terlebih dahulu menjelaskan pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty

Alawiyah mengenai peran perempuan dalam ruang domestik dan publik

secara umum lalu ditarik kesimpulan khusus.

4. Pedoman Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan, skripsi ini dibagi atas lima

bab yang saling berkaitan satu sama lain.

Bab pertama dalam penelitian ini berisi pendahuluan yang meliputi latar

belakang yang menjadi dasar mengapa penulisan ini diperlukan, identifikasi

masalah, pembahasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Kemudian bab dua, membahas teori tentang perspektif Islam tentang

perempuan, meliputi tentang prinsip dasar relasi laki-laki dan perempuan dalam

Islam, hak dan kewajiban perempuan dalam ruang domestik, serta hak dan

kewajiban perempuan dalam ruang publik.

Bab tiga, dalam bab ini peneliti menguraikan secara singkat riwayat hidup

tokoh yang menjadi objek penelitian. Rekam jejak perjuangan Prof. Dr. Hj. Tutty

Alawiyah dan karya-karyanya, serta pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah

tentang peran perempuan dalam ruang domestik dan publik.

Selanjutnya adalah bab empat, pada bab ini lah pandangan Prof. Dr. Hj. Tutty

Alawiyah dianalisis, yaitu pandangan beliau tentang kedudukan perempuan, hak

Page 20: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

10

dan kewajiban perempuan dalam ruang domestik serta hak dan kewajiban

perempuan dalam ruang publik. Adapun bab lima, merupakan bab terakhir dari

rangkaian bab-bab yang ada dalam skripsi ini. Bab ini berisikan kesimpulan-

kesimpulan dari penelitian serta saran-saran. Bab ini merupakan penutup dari

serangkaian penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Page 21: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

11

BAB II

PERSPEKTIF ISLAM TENTANG PEREMPUAN

A. Prinsip Dasar Relasi Laki-laki dan Perempuan

Sebelum Islam, perempuan selalu berada di bawah kezaliman kaum laki-

laki. Kepada kaum perempuan tidak diberi kebebasan dalam segala urusan,

bahkan mayoritas mereka tidak diberi kesempatan untuk menikmati kehidupan

dan tidak mendapat perlindungan hukum untuk memperoleh hak-haknya.

Bangsa-bangsa kuno pada umumnya menganggap perempuan itu rendah

derajatnya, bahkan ada yang menganggap bahwa perempuan bukan dari jenis

manusia. Menurut Mustaghiri Asrar, dikutip dari buku Prof. Huzaemah T.

Yanggo, dilihat dari kacamata tata tertib hukum maupun kebudayaan, hampir

tidak ada bangsa-bangsa kuno yang mendudukkan perempuan pada kedudukan

yang wajar.1

Sebut saja perempuan di mata orang-orang Romawi. Di zaman Romawi

orang-orangnya memiliki semboyan yang cukup terkenal, “Perempuan itu tidak

punya ruh”, kaum perempuan mengalami berbagai macam siksaan yang kejam.

Betapa tidak, sering kali mereka harus menahan panasnya minyak yang

dituangkan ke tubuhnya yang sudah diikat pada sebuah tiang.2

Pada zaman jahiliah, masyarakat Arab sebelum Islam, nasib perempuan di

Arab tidak jauh berbeda dengan nasib kaum perempuan di tempat lain. Hak-hak

mereka dirampas. Di antara mereka ada yang merasa malu dan bosan menerima

kehadiran bayi perempuan, karena kelahirannya dianggap membawa malapetaka

dan sial bagi keluarga serta dianggap membawa aib, sehingga mereka banyak

melakukan pembunuhan terhadap bayi-bayi perempuan, sebagaimana disebutkan

dengan jelas dalam surat al-Nahl ayat 58-59 :

1 Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam, (Palu: YAMIBA, 2013), h. 1

2 Hayfa binti Mubarok al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Jakarta: Darul Falah,

1998), h. 5

Page 22: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

12

ر أحدهم بٱألنثى ظل وجهه ر به .مسودا وهو كظيم ۥوإذا بش رى من ٱلقوم من سوء ما بش ۦ ي ت و

ه ۥأيسكه راب ۥعلى هون أم يدس . أل ساء ما يكمون ف ٱلت

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)

anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia

menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang

disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung

kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?.

Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu”.

Praktik- praktik tersebut dihapuskan oleh Islam dan sekaligus melakukan

usaha emansipasi yang pertama dalam sejarah. Kedatangan agama Islam ke dunia

ini, membawa kabar gembira bagi kaum perempuan yang direndahkan

kedudukannya sebelumnya. Kepada kaum perempuan, Islam mengangkat dan

menghormati serta diberinya hak yang sesuai dengan keadilan.

Kaum perempuan diberikan peran yang belum pernah diberikan oleh

agama-agama sebelumnya, maupun oleh undang-undang sebelumnya, bahkan

Islam memberikan perhatian khusus kepada kaum perempuan, terbukti dengan

ditetapkannya perempuan sebagai salah satu nama surah di dalam Al- Quran yaitu

surah al-Nisa‟, sebagian besar ayat-ayat dalam surah ini membicarakan hal-hal

yang berhubungan dengan perempuan, utamanya yang berkaitan dengan

perlindungan hukum terhadap perempuan.3

Namun demikian, masih banyak orang berbicara tentang kedudukan

perempuan dalam Islam dan mereka pun menuduh, bahwa Islam telah memerkosa

hak perempuan, menurunkan derajatnya dan menjadikan sebagai barang mainan

kaum lelaki, di mana mereka boleh bertindak sewenang-wenang terhadap kaum

perempuan, kapan pun dan dalam bentuk apa saja.

Pandangan-pandangan kontroversial seputar kedudukan perempuan yang

telah diberikan oleh Islam itu karena pengaruh penafsiran terhadap teks-teks

sumber ajaran Islam itu sendiri, baik karena pengaruh persepsi laki-laki atau

3 Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam, h. 3

Page 23: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

13

perempuan yang menafsirkannya. Yang keduanya kemungkinan dipengaruhi oleh

ajaran agama-agama di luar Islam dan kemungkinan karena dipengaruhi oleh

budaya dan tradisi.4

Dalam hadis Nabi Muhammad SAW dijelaskan mengenai penciptaan

perempuan pertama kali (Hawa). Di mana penciptaan perempuan tersebut berasal

dari tulang rusuk laki-laki.

ة نريب ا أ ث خد شجع

ة ال يس زاندة خ خ ع ا خصي ب ث خزام كال خد ومس ب

كال خ ريرة رض الل ب أ ب خازم خ

أ ا :خ اشخص غيي وشي صل الل كال رشل الل

نس ةاىنص تج حلي غله ـإن ذيع أ ء ف الظ ج ش غ

طيع إون أ ة خيلج

رأ اء ـإن ال ح

ا ةاىنصاء ج ـاشخص غ يزل أ ل 5إون حركخ

“Telah bercerita kepada kami Abu Kuraib dan Musa bin Hizam keduanya

berkata, telah bercerita kepada kami Husain bin "Ali dari Za'idah dari Maisarah

Al Asyka'iy dari Abu Hazim dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata,

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Nasihatilah para perempuan

karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling

bengkok dari tulang rusuk adalah pangkalnya, jika kamu mencoba untuk

meluruskannya maka dia akan patah namun bila kamu biarkan maka dia akan

tetap bengkok. Untuk itu nasihatilah para perempuan".

Hadis ini dipahami oleh ulama terdahulu secara harfiah. Sebenarnya hadis

ini bermaksud untuk memperingatkan para lelaki agar menghadapi perempuan

dengan bijaksana karena ada sifat dan kecenderungan mereka yang tidak sama

dengan laki-laki, yang bila tidak disadari akan mengantarkan kaum lelaki untuk

berperilaku tidak wajar. Siapa pun tidak akan mampu mengubah kodrat, termasuk

kodrat perempuan. Kalau ada yang memaksakan perubahan itu, akibatnya akan

fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok. Anggapan

kata bengkok di sini hanyalah ilustrasi yang diberikan Nabi SAW. Terhadap

4 Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam, h. 5

5 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Libanon: Dar el-Fikr, t.tp), no.

Hadis : 3084 Juz: 3 h. 1212

Page 24: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

14

persepsi yang keliru dari sementara lelaki menyangkut sifat perempuan sehingga

para lelaki itu memaksakan untuk meluruskannya.6

Ulama kontemporer seperti Muhammad Abduh, al- Qasimy dan Rasyid

Ridha, mereka mengatakan bahwa tidak ada petunjuk yang pasti dari ayat Al-

Quran yang dapat mengantar kita untuk menyatakan bahwa perempuan diciptakan

dari tulang rusuk. Penciptaan manusia setelah Adam dan Hawa tidak lagi

sebagaimana dilakukan Allah terhadap Nabi Adam as melalui primodial yang

berasal dari tanah liat kering dari unsur lumpur hitam yang diberi bentuk, yaitu

primodial (bentuk pertama kali) sebagaimana disebutkan dalam Q.s al-Hijr ayat

26 :7

ن ا ٱل لن وىلد خي ص حإ صيصو س

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah

liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”

Al- Quran menempatkan kaum laki-laki dan perempuan sebagai dua jenis

makhluk yang mempunyai status yang sama, baik dalam posisi dan kapasitasnya

sebagai pengabdi kepada Tuhan („abid), maupun sebagai wakil Tuhan di bumi

(khalifah). Antara satu dengan lainnya tidak terdapat superioritas, baik dilihat dari

segi asal-usul dan proses penciptaan maupun dilihat dari struktur sosial

masyarakat Islam.8

Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada

Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam Q.s al-Zariyat ayat 56 :

وٱلنس إل لػتدون ا خيلج ٱجل و

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku”.

6 Quraish Shihab, Perempuan, (Ciputat: Lentera Hati, 2011), cet-VII, h. 44

7 Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga Dalam Islam, h. 21

8 Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Islam, (Jakarta: lembaga Kajian

Agama dan Jender, 1999), cet-1, h. 35

Page 25: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

15

Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-

laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk

menjadi hamba ideal. Hamba yang ideal dalam Al- Quran biasa diistilahkan

dengan orang-orang yang bertakwa (muttaqun). Dan untuk mencapai derajat

takwa, tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok

etnis tertentu. Al- Quran menjelaskan dalam surat al-Hujurat ayat 13 :

إن ا شػباا وقتانو لػارـ ث وجػينل ذنر وأ ا ٱنلاس إا خيلنل ح

أ ي ل كر

أ

ختري غيي إن ٱلل ل تلى أ .غد ٱلل

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara

kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Ayat di atas menegaskan bahwa tidak ada perbedaan kedudukan laki-laki

dan perempuan. Perbedaan dan kelebihan di antara mereka yang dijadikan ukuran

untuk meninggikan dan merendahkan derajat mereka hanyalah nilai pengabdian

dan ketakwaannya kepada Allah SWT.9

Selanjutnya dalam firman Allah SWT dalam surat al-Taubah ayat 71 :

هر وي ٱل ن غ ػروف وي

مرون ةٱلولاء بػض يأ

أ نج بػظ ؤ ن وٱل ؤ ن وٱل لي

ي غزيز خ ٱلص إن ٱلل ٱلل ولهم شريحۥ أ ورشل ة ويطيػن ٱلل ن ة ويؤحن ٱلز .هي

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka

(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh

(mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,

menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan

diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana”.

Dijelaskan dalam ayat tersebut, bahwa dalam masalah amar ma‟ruf, nahi

munkar, mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat, diwajibkan kepada laki-laki

9 Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga Dalam Islam, h. 6

Page 26: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

16

dan perempuan, juga dalam ibadah-ibadah yang lainnya, tidak ada perbedaan di

antara laki-laki dan perempuan dalam hal ini.

Selain sebagai seorang hamba, Allah SWT menciptakan seorang manusia

ke muka bumi ini menjadikannya sebagai seorang khalifah. Hal ini dijelaskan

dalam Al- Quran pada surat al-Baqarah ayat 30 :

ا حفصد في ا تػو في أ ا كال رض خييفثا

لههث إن جاغو ف ٱل ويصفم إوذ كال ربم لي

ن ا ل تػي غي أ س لم كال إن دك وجلد نصتح ب اء ون .ٱل

“Ingatlah ketika Tuhan mu berfirman kepada para Malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka

berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang

akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami

senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan

berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Kata khalifah dalam ayat di atas tidak menunjuk kepada salah satu jenis

kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai

fungsi yang sesama sebagai khalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-

tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana halnya mereka harus bertanggung

jawab sebagai hamba Tuhan.10

Mengenai kedudukan perempuan, dijelaskan juga dalam Al-Quran surat

Al- Azab ayat 35:

دقي وٱىص تج وٱىص تي وٱىق نج وٱىق ؤ ي وٱل ؤ صيمج وٱل ي وٱل صي ج إن ٱل دت

ي ه ج وٱىص ت خصد قي وٱل خصد ترت وٱىخشػي وٱىخشعج وٱل وٱىص بي وٱىص

غد ٱللت أ نر ا وٱىذ نرريا ٱلل نري وٱىحفظج وٱىذ همج وٱىحفظي ـروج ؾفرةا وٱىص ل

ا ا جرا غظي .وأ

10

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur‟an

(Jakarta: Paramadina, 2001), h. 253

Page 27: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

17

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan

perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya,

laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-

laki dan perempuan yang khusyu´, laki-laki dan perempuan yang bersedekah,

laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang

memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut

(nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang

besar”.

Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa laki-laki dan perempuan sama-

sama muslim dan beriman. Ayat ini juga menunjukkan hak untuk memilih agama

dan mencapai kebebasan yang utuh, dalam hal ini pertumbuhan intelektual dan

persamaan laki-laki dan perempuan. 11

Islam mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan

perempuan, bukan pembedaan (discrimination). Ajaran Islam tidak secara

skematis membedakan faktor-faktor perbedaan laki-laki dan perempuan, tetapi

lebih memandang kedua insan tersebut secara utuh. Antara satu dengan lainnya

secara biologis dan sosio- kultural saling memerlukan dan dengan demikian antara

satu dengan yang lain masing-masing mempunyai peran.12

Manusia mendambakan perlakuan yang adil dari sesamanya serta

membebaskan dari segala bentuk diskriminasi dan kekerasan oleh siapa pun, di

manapun, dan kondisi apapun. Tuntutan kaum perempuan untuk memperjuangkan

persamaan hak (emansipasi) peran, dan fungsi dalam berbagai aspek kehidupan

dilakukan secara gencar, baik secara fisik maupun nonfisik.

Isu hak asasi manusia (HAM) merupakan isu internasional atau isu global.

Jauh sebelum berdirinya PBB perjuangan terhadap HAM sudah dimulai. Di

Inggris muncul gerakan yang disebut Magna Charta (1215).13

Disusul gerakan

Petition of Right (1627). Di Amerika lahir Declaration of Right (1776). Pada

11

S.M Khamenei, Risalah Hak Asasi Wanita, (Jakarta: Al-Huda, 2004), h. 35

12 Nasarudin Umar, Kodrat perempuan dalam Islam, h. 22

13

Patut dikemukakan di sini bahwa jauh sebelum Magna Charta, sebenarnya di dunia

Islam ada suatu piagam tentang HAM yang dikenal dengan “Piagam Madinah” di Madinah pada

tahun 622 M, yang memberikan jaminan perlindungan HAM bagi penduduk Madinah yang terdiri

atas berbagai suku dan agama. Baca selengkapnya Rozi Abdullah dan Syamsir, Perkembangan

HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2001), h. 1

Page 28: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

18

tahun pertama setelah berakhirnya Perang Dunia I pada tahun 1935, wakil-wakil

di Liga Bangsa-Bangsa mulai membahas mengenai kedudukan perempuan dan

mempertimbangkannya dari aspek-aspek sipil dan politik.

Berakhirnya perang dunia II, berdirilah PBB dengan ditandatanganinya

Piagam PBB di San Fransisco pada tahun 1945. Piagam PBB merupakan

instrumen internasional pertama yang menyebutkan persamaan antara laki-laki

dan perempuan.14

Setelah berdirinya PBB, masalah HAM dibicarakan dalam

sidang umum PBB di Prancis 10 Desember 1946 yang kemudian diberi nama

Universal Declaration of Human Right atau pernyataan hak-hak asasi manusia.

Pada dasarnya menurut Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

(DUHAM) yang diproklamirkan PBB pada 1948, setiap orang tanpa terkecuali

berhak atas hak-hak asasi dan kebebasannya. Artinya, secara normatif DUHAM

tidak membeda-bedakan manusia, termasuk tidak membedakan antara laki-laki

dan perempuan.15

Setelah DUHAM, lahir berbagai instrumen HAM internasional mengenai

aspek-aspek khusus tentang perempuan dalam kehidupan berkeluarga dan

bermasyarakat. Muncul sejumlah konvensi mengenai penghapusan diskriminasi

terhadap perempuan, yaitu konvensi tentang pengupahan yang sama bagi laki-laki

dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya (1951), Konvensi Hak Politik

Perempuan (1953), Konvensi Anti Diskriminasi dalam Pendidikan (1960),

International Cevenant on Civil and Political Right (Konvensi Hak Sipil dan

Politik) tahun 1966, Konvensi Hak ekonomi, Sosial dan Budaya tahun 1966,

Convention on The Elimination of All Frons of Discrimination Against Women

14 Achie Sudiari Luhulima, “Hak Wanita dalam Konstitusi Indonesia” dalam Wanita dan

Hukum: Menuju Hukum yang Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2006), h. 84

15

Musdah Mulia, Islam dan Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: Nauan Pustaka, 2010), h.

218

Page 29: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

19

(Konvensi Penghapusan Segala bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan) tahun

1979, disebut juga sebagai konvensi CEDAW.16

Selanjutnya pada tahun 1990 OKI17

mengeluarkan Deklarasi Kairo tentang

Hak Asasi Manusia dalam Islam. Deklarasi ini berisi antara lain persamaan hak

untuk hidup, persamaan laki-laki dan perempuan, persamaan di depan hukum, hak

berpendapat, berpolitik, dan ditegaskan pula bahwa semua orang adalah sama

dipandang dari martabat dan kewajiban dasarnya sebagai manusia. Terakhir,

dalam konvensi HAM PBB di Wina tahun 1993 dinyatakan bahwa hak asasi

perempuan adalah hak asasi manusia (Women‟s Right Are Human Rights) yang

tidak dapat dicabut, integral dan tidak dapat dipisahkan.18

Hak-hak yang melekat dalam diri perempuan merupakan hak asasi

manusia karena perempuan adalah manusia juga, yang dilahirkan merdeka dan

mempunyai martabat sama halnya dengan laki-laki. Pengaturan mengenai hak

perempuan juga diatur di dalam pembukaan UUD 1945. “Bahwa sesungguhnya

Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa oleh sebab itu, maka penjajahan di

atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan

peri keadilan.”

B. Hak dan Kewajiban Perempuan dalam Ranah Domestik

1) Perempuan ketika sebagai anak (individu)

Hak dan kewajiban bagai dua sisi mata uang, adanya hak maka ada pula

kewajiban. Berkaitan dengan hak, anak layak untuk mendapatkan perlindungan

pribadi, dari tindakan atau penangkapan sewenang- wenang, dari perampasan

kebebasan, dari perlakuan kejam, hukuman dan perlakuan yang tidak manusiawi

dari siksaan fisik dan nonfisik, dari penculikan, penjualan dan perdagangan, dari

16 Tapi Omas Ihrmoi dkk, Penghapusan Diskriminasi terhadap Wanita, (Bandung:

Alumni, 2006), h. 124

17

Adalah singkatan dari Organisasi Kerjasama Islam. Lebih lanjut Lihat di

id.m.wikipedia.org/wiki/organisasi_kerjasama_Islam

18

Tapi Omas Ihrmoi dkk, Penghapusan Diskriminasi terhadap Wanita, h. 40

Page 30: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

20

eksploitasi seksual dan kegunaan seksual, dari eksploitasi penyalahgunaan obat-

obatan, dari eksploitasi sebagai pekerja anak.

Anak juga mempunyai hak untuk bermain, berkreasi, berpartisipasi,

berhubungan dengan orang tua bila terpisahkan, bebas melakukan kegiatan

agamanya, bebas berkumpul berserikat, hidup dengan orang tua, kelangsungan

hidup, tumbuh dan berkembang. Anak layak untuk mendapatkan nama, identitas,

kewarganegaraan, pendidikan, informasi, standar kesehatan paling tinggi, dan

standar hidup layak.19

Nabi Muhammad SAW menyuruh kepada para orang tua agar memenuhi

hak-hak anaknya. Memberikan nama yang baik merupakan salah satu kewajiban

dari orang tua, ini merupakan dari hak-hak anak yang harus ditunaikan. Efek dari

pemberian nama tersebut ialah merupakan sebuah harapan dan kabar gembira.

Nama juga menunjukkan arti tersendiri dan sekaligus merupakan sebuah identitas

bagi anak tersebut. Dengan memberikan nama yang baik kepada anak, maka akan

berdampak ketika mereka dewasa dan ada efek psikologis yang sangat

mendukung bila nama tersebut Islami artinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran

Islam.20

Selanjutnya Nabi Muhammad SAW juga menyuruh kepada orang tua agar

memperhalus budi pekerti yang baik kepada anak. Hal ini dapat diartikan orang

tua wajib mendidik kepribadian anak dengan baik, budi pekerti, etika, norma-

norma agama yang sangat penting diberikan pada anak usia dini. Sehingga anak

dapat membedakan mana yang baik dan buruk, benar dan salah serta hak dan

batil.

Selain itu Nabi SAW juga memberikan contoh kepada kita umatnya agar

mengakikahkan anaknya. Menurut Imam Malik, Imam Syafi‟i, Imam Ahmad dan

19 Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

20 Cut Anisah, Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Menurut Zakiah Daradjat

(Kajian Teoritis), Tesis S2 , TIK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 54

Page 31: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

21

jumhur ulama sepakat merupakan sunah dan sangat dianjurkan oleh Nabi

Muhammad SAW. dalam hadis dikatakan :21

ش يم شاةػ ويصم في ويديق رأ ث ةػليلخ حذةح خ رواه او الصنن )ك ؽل م ري

(لك

“Setiap anak tergadaikan (dan perlu ditebus) dengan akikahnya, yang

disembelih untuknya pada hari ketujuh (sejak kelahirannya), diberi nama, dan

dicukur kepalanya saat itu.”

Namun berbeda dengan jumhur, fuqaha bermazhab Hanafi tidak

menyepakati disyariatkannya akikah berdasarkan riwayat-riwayat mereka.22

Di antara keistimewaan perempuan muslimat yang menonjol adalah birru

al- walidain ( berbakti kepada kedua orang tua). Yang demikian itu Islam telah

memerintahkan supaya kita senantiasa berbakti dan berbuat baik kepada kedua

orang tua.

Al-Quran memberi nasihat kepada orang Islam agar menunjukkan rasa

cinta, terima kasih, dan perhatian kepada kedua orang tua. Dinyatakan dalam surat

Lukman ayat 14 :

ا ٱلنس ي ووص أ ي حيخ ل ۥةن و وـصي ا ع يم إل ۥو ل ن ٱشهر ل وىن

ي أ ف ع

صري .ٱل

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua

orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku

dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku kembalimu.”

Selanjutnya firman Allah ta‟ala pada surat al-Ahqaf ayat 15 :

21 Ibnu Qayyim al- Jauziyah, Fiqih Bayi, penerjemah. H. Anshori Umar, (Jakarta: Fikr ,

2000), h. 48

22

Mahmud Ash Shabagh, Tuntunan Keluarga bahagia Menurut Islam, (Bandung:

Remaja Roada Karya, 1991), h. 195

Page 32: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

22

ۥ ۥ وـصي وحي ا ا نر ا ووطػخ ا ۥ نر أ حيخ ا ي إخس ل ةن نس ا ٱل ي را ووص رن ش ذل

شهر ػن أوزغن أ

ثا كال رب أ ربػي ش

هۥ وبيؼ أ شد

إذا ةيؼ أ خت وع ج ع جػ

خم ٱىت أ

صي ٱل إن تتج إلم إون صيح ل ف ذريت وأ ا حرطى و صيدا خ

ن أي وأ .ي ول

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua

orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan

melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya

adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai

empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhan ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri

nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan

supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan

kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku

bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang

berserah diri"

Allah ta‟ala memerintahkan manusia supaya berbuat baik kepada kedua

ibu bapaknya atau kedua orang tuanya serta mengasihi keduanya dan berbakti

kepada keduanya semasa hidup mereka maupun sesudah kematian mereka dan

kami jadikan berbakti kepada kedua orang tuanya sebagai amal yang paling

utama, sedang durhaka terhadap keduanya termasuk dosa besar.23

Begitulah Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada para

pengikutnya bagaimana memelihara dan menaati ibu bapak. Durhaka kepada

orang tua, khususnya kepada ibu, merupakan satu bentuk dosa yang amat besar.24

2) Perempuan ketika sebagai Istri

Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat dan

rukunnya, maka akan menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian akan

menimbulkan pula hak dan kewajibannya selaku suami istri dalam keluarga.25

Istri memiliki berbagai hak yang harus dipenuhi oleh laki-laki,

sebagaimana halnya istri juga memiliki berbagai kewajiban yang harus dia penuhi

23

Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), cet- I, 3, h. 86

24

Haifa A Jawad, Otentitas Hak-hak Perempuan Perspektif Islam atas Kesetaraan

Jender, (Yogyakarta: Pustaka Baru, 2002), h. 30

25 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 155

Page 33: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

23

untuk si suami. Landasan pembagian hak-hak dan kewajiban tersebut adalah

tradisi dan fitrah, serta prinsip setiap hak dibalas dengan kewajiban.26

Hak-hak istri yang menjadi kewajiban suami dapat dibagi menjadi dua,

yaitu: Hak-hak kebendaan atau materiil, yaitu mahar (maskawin) dan nafkah.

Selain itu ada hak-hak yang bersifat bukan kebendaan atau non- materiil, misalnya

berbuat adil di antara para istri (dalam pernikahan poligami), tidak berbuat yang

merugikan istri dan sebagainya.27

1) Hak kebendaan atau Materiil

a. Mahar

Mahar adalah sesuatu yang diberikan kepada seorang perempuan

berupa harta atau yang serupa dengannya ketika dilaksanakan akad. Seolah-

olah ini adalah pengibaratan dari kebaikan niat seorang laki-laki kepada

perempuan, dan permulaan keterikatan yang baik antara keduanya, yang

berasaskan kecintaan dan kerelaan serta hubungan baik.28

Dalam Al-Quran

surat al- Nisa‟ ayat 4 Allah SWT berfirman :

ه ا ـك جفصا ء غ ش ـإن طب ىل نيثا خ ا ٱىنصاء صدت ي وءاح ري ا . ا ا ا

“Berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu

nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati,

maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap

lagi baik akibatnya.”

Dalam pernikahan disunahkan tidak melangsungkan akad nikah

kecuali dengan adanya maskawin. Karena Rasulullah SAW tidak mengakad

nikahkan sahabat kecuali dengan menyebutkan maskawin, dan dengan

26

Ali Hasan, Berumah Tangga Dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 152

27 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2007), cet-

11, h. 223

28

Abd. Al- Qadir Manshur, Buku Pintar Fikih Wanita, (Jakarta: Zaman, 2009),

h. 237

Page 34: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

24

menyebutkan maskawin akan lebih jauh permusuhan atau persengketaan.29

Menurut Imam Syafi‟i disunahkan menyebutkan mahar ketika akad nikah.

Kalaupun tidak disebutkan, maka akadnya tetap sah.30

Para ulama Mazhab sepakat bahwa tidak ada jumlah maksimal

dalam mahar tersebut. Akan tetapi dalam batas minimal Imam Hanafi

mengatakan bahwa jumlah minimal mahar adalah sepuluh dirham. Kalau

suatu akad dilakukan dengan mahar kurang dari itu, maka tetap sah, dan

wajib membayar mahar sepuluh dirham.

Menurut Maliki, jumlah minimal mahar adalah tiga dirham. Kalau

kurang dari jumlah tersebut, kemudian terjadi percampuran maka suami

wajib membayar tiga dirham. Namun apabila belum mencampuri, dia boleh

memilih antara membayar tiga dirham (dengan mencampurinya) atau

memfasakh perkawinannya.31

Para ulama mazhab sepakat bahwa istri (pengantin perempuan)

berhak menuntut seluruh mahar yang dibayar kontan kepada suami dengan

semata-mata terjadinya akad, dan dia berhak menolak digauli sebelum

mahar tersebut diterimanya. Akan tetapi jika ia rela digauli sebelum

mendapatkan maharnya maka menurut kesepakatan seluruh mazhab kecuali

Imam Abu Hanifah tidak boleh menolak suaminya untuk selanjutnya.32

Dalam firman Allah ta‟ala ( نيث خ ٱىنصاء صدت ا ( وءاح

“berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kalian nikahi)

sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.” Melalui ayat ini, Allah ta‟ala

telah menjelaskan harta istri terlarang bagi suaminya. Kecuali atas kerelaan

29

Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifaayatul Akhyaar Fii alli Ghayatil Ikhtihaar,

penerjemah. Achmad Zaidun dan A.Ma‟ruf Asrori (Surabaya: Bina Ilmu Oset, 1997) II, h. 407

30

Musthafa Diib Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-hukum Islam

Mazhab Syafii, (Surakarta: Media Zikir, 2010), h. 362

31

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, penerjemah Masykur A.B dkk

(Jakarta: Lentera, 2010), cet- 26, h. 364

32

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, h. 365

Page 35: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

25

hati sang istri, karena istri adalah pemilik hartanya sendiri. Suami tidak

boleh untuk memilikinya, kecuali atas kerelaan hati istri, sebagaimana

ditetapkan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya.33

b. Nafkah

Kewajiban suami terhadap istrinya jika telah memasuki pernikahan

salah satu di antaranya adalah memberi nafkah istrinya sesuai dengan usaha

dan kemampuan suaminya. Menurut Syekh Nawawi, Allah ta‟ala telah

melebihkan laki-laki atas perempuan karena suami memberikan harta

kepada istri dalam pernikahan, seperti mas kawin dan nafkah.34

Normalnya suami merupakan pemimpin dalam keluarganya dan

yang bertanggung jawab terhadap kehidupan di dalamnya, mulai dari

menafkahkan, ibadah, muamalah, sampai kepada memberi pengetahuan

tentang hal-hal yang diwajibkan dan disunahkan.35

Selama ini dalam tradisi fikih klasik, seorang suami berkewajiban

memberikan nafkah kepada istrinya didasarkan kepada prinsip pemisahan

alur pikir bahwa suami adalah pencari rezeki. Harta yang telah diperolehnya

tersebut kemudian menjadi haknya secara penuh. Selanjutnya, suami

berkedudukan sebagai pemberi nafkah. Sebaliknya, istri bukan pencari

rezeki dan untuk memenuhi keperluannya ia berkedudukan sebagai

penerima nafkah.36

Nafkah istri merupakan hak dasar istri dari suaminya. Seorang

suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya disebabkan ikatan

perkawinan. Ulama sepakat bahwa seorang suami wajib memberikan nafkah

33 Syaikh Ahmad Musthafa al-Arfan, Tafsir Imam Syafii, penerjemah. Edrian dkk,

(Jakarta: Al- Mahira, 2008), II, h. 10

34

Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi, Syarah Uqud al-Lujjain, (Surabaya: Al-

Hidayah,1416), h. 6

35

Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi, Syarah Uqud al-Lujjain, h. 25

36

Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media

Group, 2009), h. 165

Page 36: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

26

kepada istrinya, baik dia muslimah maupun kafirah karena ikatan

perkawinan.37

Kewajiban memberi nafkah dimulai sejak terjadinya tamkin, bukan

pada saat selesainya akad perkawinan. Jika terjadi perselisihan tentang

penyerahan diri istri kepada suami maka pendapat yang dibenarkan adalah

pendapat si suami, karena pada awalnya, tidak terjadi penyerahan diri

seorang istri kepada suami. Begitulah menurut qaul jadid. Jika suatu hari

istri tidak menyerahkan dirinya pada suami maka gugurlah kewajiban

memberikan nafkah sang suami saat itu.38

Apabila suami tidak mampu memberikan nafkah maka hal itu

menjadi utang baginya, walau tanpa ketetapan hakim. Aturan ini berlaku

jika istri bersabar dengan ketiadaan nafkah dari suaminya dan istri

menafkahi dirinya sendiri dengan menggunakan hartanya sendiri atau

memberikan pinjaman kepada suaminya.

Ketika suami tidak mampu menafkahi istri, maka istri boleh

mencari nafkah sendiri, boleh pulang ke rumahnya sendiri meski hingga

malam hari sampai sang suami mampu menafkahinya kembali.39

Nafkah bagi perempuan yang berkarier menurut ulama Hanafiyah,

jika ia bekerja tanpa rida suami maka tidak wajib diberi nafkah, tetapi jika ia

bekerja dengan ridanya suami, maka tetap wajib mendapat nafkah. Rida

suami pada suatu waktu tidak otomatis menjadi keridaan di setiap waktu dan

tempat, baginya boleh mencegah istri. Jika si istri tidak mau, ia tergolong

nusyuz dan gugur nafkahnya.40

Pendapat ini sejalan dengan pendapat mazhab-mazhab lainnya

yang menyatakan ketidakbolehan istri keluar dari rumah tanpa izin suami.

37

Wahbah al-Zuhailli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 2006), VII,

h. 786

38

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafii, penerjemah Muhammad Apipi dan Abdul Hafiz,

(Jakarta: Al- Mahira,2012), II, cet- II, h. 50

39

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafii, h. 56

40

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh

Munakahat, penerjemah. Abdul Majid Khon, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. I, h. 216

Page 37: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

27

Bahkan Imam Syafi‟i dan Imam Hambali lebih menegaskan lagi dengan

mengatakan bahwa kalau istri keluar rumah dengan izin suami tapi demi

kepentingannya sendiri, maka gugurlah hak nafkah untuknya.41

2) Hak bukan kebendaan atau non-materiil42

a. Suami menggauli istrinya dengan baik.

Menurut mazhab Syafi‟iyah istri mempunyai hak untuk dipergauli

secara ma‟ruf artinya suami harus memperlakukan istri secara baik menurut

syara‟. Suami jangan sampai menyakiti atau membuat bahaya terhadap

istri.43

Dalam surat al-Nisa‟ ayat 19 ada kalimat, ػروف ةٱل و dan bergaulah) وعش

dengan mereka secara patut). Disebutkan dalam tafsir al- Manar yang

dikutip oleh Abdul Halim Abu Syuqqah, bahwa wajib bagi orang-orang

mukmin untuk mempergauli istrinya dengan baik, yaitu menemani dan

mempergauli mereka dengan cara yang ma‟ruf yang mereka kenal dan

disukai oleh hati mereka, serta tidak dianggap mungkar oleh syara‟ tradisi,

dan kesopanan.44

Menurut Azar Basyir, menggauli istri dengan baik ini mencakup:

1) Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan yang baik

serta meningkatkan taraf hidupnya dalam bidang agama, akhlak, dan

ilmu pengetahuan yang diperlukan;

2) Melindungi dan menjaga nama baik istri. Hal ini tidak berarti suami

harus menutup-nutupi kesalahan istri. Namun menjadi kewajiban untuk

tidak membeberkan kesalahan atau keburukan istri kepada orang lain;

3) Memenuhi kebutuhan biologis yang merupakan kodrat pembawa hidup.

Oleh karena itu, suami wajib memperhatikan hak istri, dalam hal ini

41 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, h. 364

42

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, h. 293

43

Syekh Nawawi bin Umar al- Jawi, Syarah Uqud al-Lujjain, h. 8

44

Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, (Jakarta: Gema Insani, 1998), cet. V,

h. 215

Page 38: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

28

ketenteraman dan keserasian perkawinan antara lain ditentukan oleh hajat

biologis ini.45

b. Persamaan hak dan kewajiban

Hak ialah sesuatu yang harus diterima sedangkan kewajiban ialah

sesuatu yang harus dilaksanakan dengan baik. Begitulah kehidupan antara

suami istri dalam setiap rumah tangga, apabila dua hal tersebut tidak

seimbang niscaya akan timbullah percekcokan dan perselisihan dalam

rumah tangga. Sebaliknya jika antara hak dan kewajiban itu seimbang atau

sejalan, terwujudlah keserasian dan keharmonisan dalam rumah tangga, rasa

kebahagiaan semakin terasa dan kasih sayang akan terjalin dengan baik.46

Al-Quran telah menentukan hak istri dari suaminya. Hak pertama

untuk si istri adalah persamaan dalam hak dan kewajiban di antara

keduanya. Hal ini sesuai dengan penggalan firman Allah ta‟ala dalam Q.s

al-Baqarah ayat 228 yang berbunyi:

ي رو ٱل ػروف ول ةٱل غيي ....

“... Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya

menurut cara yang ma´ruf....”

c. Suami wajib berlaku adil terhadap semua istri bagi suami yang

mempunyai istri lebih dari satu.

Termasuk hak istri jika mempunyai satu madu atau lebih, untuk

mendapatkan perlakuan adil dari suaminya di hadapan madu-madunya.

Sang suami wajib berlaku adil terhadap semua istrinya, tanpa membedakan

antara satu dengan lainnya. Dalam buku karangan „Abd al-Qadir Manshur

yang mengutip kitab Ihya‟ Ulummu al-Din karya Al-Ghazali menegaskan

bahwa “keadilan yang dimaksud adalah dalam hal kebutuhan hidup dan

tempat tinggal. Adapun cinta dan hubungan suami istri (al-wiqa) tidak

45

Azar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Jogjakarta: UII Press, 1999), h. 58

46

Sidi Nazar Bakry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, (Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya,1993), h. 37

Page 39: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

29

termasuk di dalamnya. Karena suami tidak akan pernah bisa berlaku adil

dalam membagi ketertarikan hati dan cinta kasih.47

Selanjutnya mengenai kewajiban istri terhadap suaminya, hak suami

yang wajib dipenuhi oleh istri hanya merupakan hak-hak yang bukan kebendaan,

sebab menurut hukum Islam istri tidak dibebani hak kebendaan yang diperlukan

untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Hak-hak suami yang menjadi

kewajiban istri pada pokoknya ialah hak ditaati mengenai hal-hal yang

menyangkut kehidupan perkawinan.48

Arti pembahasan mengenai hal urusan domestik (urusan rumah tangga),

Yang dimaksud di sini meliputi banyak hal mulai dari tugas mencuci dan

menggosok pakaian, membersihkan rumah, memasak, menghidangkan makanan,

cuci piring, membenahi perabotan dan lain-lain.

Menurut Imam Syafi‟i dan Hambali, seorang istri tidak wajib melakukan

pekerjaan yang berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga sehari-hari, juga tidak

perlu mengurusinya, karena yang benar-benar menjadi kewajiban bagi seorang

istri adalah memberikan pelayanan yang baik kepada “kebutuhan” suaminya.49

Selanjutnya mengenai kewajiban-kewajiban istri terhadap suami menurut

Imam Ghazali yang dikutip dari kitab Adaab al-Nikah, kewajiban terhadap suami

ialah:

1) Etika seorang istri harus dipegang erat. Erat adalah hendaknya dia tetap

tinggal di dalam rumah, jangan suka menampakkan diri. Sedikit bicara

dengan tetangganya, jangan masuk ke rumah tetangga kecuali dalam

kondisi yang mengharuskan masuk. Peliharalah kehormatan sewaktu

suami pergi. Jangan keluar rumah kecuali mendapat izin dari suami. Jika

istri keluar dari rumah suami hendaknya menyembunyikan dirinya dalam

47 Abd al-Qadir Manshur, Buku Pintar Fikih Wanita, h. 344

48

Muhammad Ikrom, “Hak dan Kewajiban Suami Istri Perspektif Al-Qur‟an”,

Qolamuna 1, no. 1 (Juli 2015) diakses pada 8 November 2017 pukul 08.23 WIB, dari

http://stismu.ac.id/ejournal/ojs/index.php/qolamuna/article/

49

Mohammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta:

Darussalam, 2004), h. 210

Page 40: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

30

bentuk kelemahan mencari tempat-tempat yang lenggang, bukan ke jalan-

jalan yang ramai atau pasar.

2) Istri hendaknya jangan memperkenalkan diri kepada teman suaminya

dalam mencapai kebutuhan. Apabila teman suami minta diizinkan masuk

rumah, sementara suami tidak ada di rumah, hendaknya jangan diizinkan.

3) Seorang istri hendaknya berqana‟ah atau menerima dari suaminya berupa

barang-barang yang diizinkan Allah kepadanya. Kemudian mendahulukan

hak-hak suami di atas hak-haknya sendiri dan hak-hak semua kerabatnya.

Istri dituntut untuk selalu bersih, selalu menyediakan diri untuk diajak

bersenang-senang sewaktu suaminya berkehendak.

4) Termasuk dalam etika istri adalah hendaknya jangan membanggakan diri

terhadap suami karena kecantikannya. Jangan mencela suami karena

keburukan rupanya.

5) Tetap memelihara keshalihan, menjaga hati selama ditinggal suami.

Sementara suaminya pergi dia bermain-main di dalam rumah dan siap

siaga untuk memberi kelezatan (kesenangan) setelah kembalinya suami.

6) Mengerti pekerjaannya di rumah sepanjang dirinya mampu memikulnya.50

Selanjutnya kewajiban ibu terhadap anaknya Menurut pendapat Imam

Syafi‟i yang di kutip oleh Prof. Dr. Wahbah Zuhaili dalam kitab fikih Imam

Syafi‟i bahwasanya Ibu berkewajiban menyusui anaknya dengan air susu yang

pertama kali keluar setelah melahirkan, karena anak tidak bisa hidup pada saat itu

tanpa air susu ibu. Selanjutnya, ibu berkewajiban menyusui anaknya jika tidak ada

perempuan lain yang menyusui, atau ada karena menjaga keberlangsungan hidup

si anak.51

C. Hak dan Kewajiban Perempuan dalam Ranah Publik

Allah SWT dalam Q.s Al- Ahzab ayat 33 berfirman :

50 Imam Al- Ghazali, Etika Perkawinan, penerjemah. Abu Asma Anshari, dari kitab

Adaab al- Nikah, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993), h. 117-120

51

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafii, h. 61

Page 41: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

31

ن ة وءاتي ٱلز ي ٱلص ك وأ ول

ييث ٱل ج

ج ٱى تب ول تبج وكرن ف بيحل ٱلل طػة وأ

تطريا رك و ٱليج ويط ٱلرجس أ لذب غل ا يريد ٱلل ۥ إج .ا ورشل

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan

bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu dan dirikanlah shalat,

tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah

bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan

membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

Para mufasir berbeda pendapat mengenai pemahaman kata وقرن yang

menjadi kata kunci ayat ini. Ulama Madinah dan sebagian ulama Kufah

membacanya sebagai وقرن yang berarti “tinggallah di rumah kalian dan tetaplah

berada di sana”. Sementara ulama-ulama Bashrah dan sebagian ulama Kufah

membaca waqirna dalam arti “tinggallah di rumah kalian dengan tenang dan

hormat”. Pendapat terakhir ini didukung oleh Ibn Katsir dan Jalaluddin al-

Sayuti.52

Menurut Ibnu Katsir, ayat di atas mengandung arti perempuan tidak

dibenarkan keluar rumah kecuali ada kebutuhan yang dibenarkan oleh agama. Itu

pun dengan syarat dapat memelihara kesucian dan kehormatannya.53

Menurut Muhammad Quthb, beranggapan bahwa ayat ini bukan berarti

larangan terhadap perempuan bekerja, karena Islam tidak melarang perempuan

bekerja. Hanya saja Islam tidak mendorong hal tersebut. Islam membenarkan

mereka bekerja karena darurat dan bukan menjadikannya dasar. Makna darurat di

sini ialah pekerjaan-pekerjaan yang sangat perlu, yang dibutuhkan masyarakat

atau atas dasar kebutuhan pribadi, karena tidak ada yang membiayai hidupnya dan

atau yang menanggung biaya hidupnya tidak mampu mencukupi kebutuhannya.54

52

Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010),

h. 144

53 Ibnu Katsir, Tafsir Ibn Katsir, juz III, (Beirut: Dar al-Fikr, 1986), h. 290

54 Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua, h. 146

Page 42: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

32

Menurut Syekh Mutawalli As Sya‟rawi seorang perempuan diperbolehkan

untuk mengetahui sebesar apa kemampuannya dalam berkarier di ranah publik

dengan syarat tanpa harus mengabaikan kewajiban rumah tangga selaku istri dan

ibu yang bertugas untuk mendidik anaknya dan juga haruslah masih dalam

koridor yang telah ditentukan oleh agama.55

Quraish Shihab menjelaskan bahwa perempuan mempunyai hak untuk

bekerja, selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan atau selama mereka

membutuhkan pekerjaan tersebut, serta pekerjaan tersebut dilakukannya dalam

suasana terhormat, sopan serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif

dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.56

Membahas mengenai ruang publik, yang dimaksud di sini ada pembahasan

mengenai hal yang bersifat umum. Hal urusan bersama, baik laki-laki maupun

perempuan. Dalam urusan tata negara misalnya, hal yang berkaitan dengan

wilayah legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Dalam Islam, hak-hak perempuan selain hak materiil dan non- materiil

yang telah dijelaskan di atas, Islam juga memberikan hak bagi kaum perempuan

yang berkaitan dengan ranah publik, di antaranya:

1. Hak Memperoleh Pendidikan

Secara kuat Islam mendorong adanya pendidikan bagi perempuan baik

dalam wilayah agama maupun dalam wilayah sosial. Pendidikan perempuan dan

pembelajaran budaya dihargai sebuah dimensi perkembangan sosial yang integral.

Tidak ada prioritas bagi laki-laki di atas perempuan sehubungan dengan hak

pendidikan. Laki-laki dan perempuan sama-sama didorong untuk memperoleh

pendidikan.57

55

Syekh Mutawalli As Sya‟rawi, Fikih Perempuan (Muslimah), (Jakarta : Amzah, 2005),

cet-2, h. 39

56

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan,1992), h. 275

57

Haifa A Jawad, Otentitas Hak-hak Perempuan Perspektif Islam atas Kesetaraan

Jender, h. 69

Page 43: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

33

Nabi Muhammad SAW katakan dalam sabdanya bahwa menuntut ilmu itu

wajib bagi seluruh muslim baik laki-laki maupun perempuan.

مصيم ـريظث ع ك

طيب اىػي غيي وشي صل الل 58كال رشل الل

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu

adalah kewajiban bagi setiap muslim.”

2. Hak dalam Bidang Politik

Topik Kepemimpinan Perempuan atau semakna dengan itu, sering kali

menjadi hangat diperbincangkan oleh beberapa kalangan. Di kalangan muslim

sendiri, ada tiga dasar yang selalu dijadikan pijakan untuk menegaskan bahwa

perempuan tidak boleh menjadi pemimpin; pertama, sebuah hadis yang

menggambarkan sikap pesimis Rasulullah SAW. akan keberhasilan

kepemimpinan perempuan. Dalam hadis dikatakan:

ا خر ث ث خد ةلي ب ةلرة كال ىلد جفػن الل أ خ الص ا غف خ ث خد ير

ال ان ب

صد لق ةأ

ن أا ندت أ و بػد يام اجل

أ غيي وشي صل الل رشل الل ا ػخ و ش اب اجل

و ـارس كد ميهن أ أ غيي وشي صل الل ا ةيؼ رشل الل كال ل ػ كاحو

ةج ـأ ا غيي

ة امرأ مر

ا أ حفيح كم وى ى كال ى 59نس

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Haitsam Telah

menceritakan kepada kami Auf dari Al Hasan dari Abu Bakrah dia berkata;

Sungguh Allah telah memberikan manfaat kepadaku dengan suatu kalimat yang

pernah aku dengar dari Rasulullah, -yaitu pada waktu perang Jamal tatkala aku

hampir bergabung dengan para penunggang unta lalu aku ingin berperang

bersama mereka.- Dia berkata; 'Tatkala sampai kepada Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam, bahwa penduduk Persia telah di pimpin oleh seorang anak

perempuan putri raja Kisra, beliau bersabda: "Suatu kaum tidak akan beruntung,

jika dipimpin oleh seorang wanita."

58 Muhammad bin Yazid bin Majah al- Qazwini, Sunan Ibnu Majah, no. 220

59 Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, t.tp), no.

4073, Juz IV, h. 1610

Page 44: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

34

Kedua, sebuah hadis yang menerangkan tentang rendahnya kualitas

intelektualitas perempuan.

ختد اد خ ال اة شػد خ ا الييد بجتأح أ ر د ب ا م ث خد ختد الل ار خ دي ة الل

كث وأ ق ػش اىنصاء حصد كال يا

أ غيي وشي صل الل رشل الل ر خ خ ة ن

و انلار فلاىج امرأ

كث أ

أ حخل

كث الشخؾفار ـإن رأ

أ ا نلا يا رشل الل جزىث و ة

ؽيب لي أ اكصات خلو ودي يج

ا رأ وحلفرن اىػشري و انلار كال حلثن اليػ

أ

ا جلصان اىػل و كاىج يا رشل الل ل تي ىب ادة امرأ ا جلصان اىػلو ـش

كال أ و والي

ا حصل وتفطر ف رمظان ف يال هد الي جلصان اىػلو وت ذا ادة رجو ف تػدل ش ذا

60جلصان الي

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah

memberitakan kepada kami Al Laits bin Sa'd dari Ibnu Al Had dari Abdullah bin

Dinar dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

bahwa beliau bersabda: "Wahai para wanita, perbanyaklah sedekah dan

istighfar, sungguh saya melihat kebanyakan kalian adalah penghuni neraka."

Lalu seorang wanita berbadan gemuk dari mereka bertanya, "Wahai Rasulullah,

kenapa kami yang paling banyak masuk ke dalam neraka?" Beliau menjawab:

"Kalian banyak melaknat dan mengkhianati perlakuan suami, saya tidak pernah

melihat makhluk berakal yang akal dan agamanya kurang selain kalian." Wanita

tersebut kembali bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang di maksud dengan

kekurangan akal dan agama?" beliau menjawab: "Adapun akalnya kurang

disebabkan karena kesaksian dua orang wanita sama dengan kesaksian seorang

laki-laki, ini termasuk dari kekurangan akal. Kalian berdiam beberapa hati tidak

shalat dan berbuka di bulan Ramadhan adalah bukti kurangnya agama kalian."

Ketiga, QS. al-Nisa‟ [4]: 34 ayat yang sering dijadikan dasar oleh

kalangan ulama tafsir melegitimasi kepemimpinan pria dan pencekalan

perempuan menjadi pemimpin.

60 Muhammad bin Yazid bin Majah al- Qazwini, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar al-Fikr,

t.tp), no. 3993

Page 45: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

35

ن أ ا فل

ا أ بػض وب ع بػظ و ٱلل ا ـظ ٱىنصاء ة

من ع يحج ٱلرجال كن ـٱىص ل

ف ٱ جرو وٱ ـػظ ت تاـن نشز وٱل ا خفظ ٱلل تج حفظج ىيؾيب ة ظاجع ت ل

كن شبيل إن ٱلل ا غيي ـل تتؾ ل طػ ـإن أ ا وٱضب ا نتريا .غييا

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta

mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi

memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara

(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah

mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.

Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan

untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”

Menurut Imam Ibnu Katsir menjelaskan beberapa alasan bahwa hak

menjadi pemimpin direkomendasikan kepada laki-laki. Menurutnya, berdasarkan

ayat ini laki-laki memiliki kelebihan dibanding perempuan, oleh karena itu para

nabi dikhususkan untuk laki-laki, demikian pula para raja semuanya laki-laki.61

Sementara Wahbah Zuhaili secara tegas masih memasukkan laki-laki

dalam syarat seorang pemimpin. Pendapat yang sama juga di kemukakan oleh

Said Ramadhan al- Buti. Selain karena fisik, kedua tokoh ini mengajukan alasan

yang berkaitan dengan kewajiban agama. Di antara kewajiban itu adalah

mengumpulkan manusia untuk melakukan shalat Jumat dan menyampaikan

khutbah, seorang pemimpin juga bertugas untuk menyatakan atau terlibat perang

melawan musuh. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh perempuan, karena mereka

terbebas dari kedua taklif tersebut. Dengan alasan ini, keduanya berkesimpulan

bahwa kepemimpinan politik direkomendasikan kepada laki-laki.62

Dalam ajaran Islam, syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang laki-laki

atau perempuan sama, tidak dibedakan. Ada beberapa poin khusus bagi

perempuan berkaitan dengan nilai-nilai etika moral kesopanan dalam relasi laki-

61 Ibnu Katsir, Tasir al- Qur‟an al-„Adzim, juz II (Beirut: Dar al-Fikr,1999), h. 292

62 Muhammad Yusuf, Penciptaan dan Hak Kepemimpinan Perempuan dalam al-Qur‟an,

(Makasar, Al- Fikr Vol.17 No.1, 2013), h. 39

Page 46: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

36

laki dengan perempuan, yakni yang ada dalam firman Allah di dalam Q.s (al- Nur:

30-31) yaitu hendaknya menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.

Selanjutnya janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak

dari padanya. 63

3. Hak Memilih Pasangan Hidup

Sudah menjadi sunnatullah bahwa manusia diciptakan secara berpasang-

pasangan antara laki-laki dan perempuan. Kedua jenis kelamin manusia ini juga di

fitrah oleh Allah mempunyai kecenderungan untuk saling mencintai dan sifat

ketertarikan antara keduanya. Allah menentukan kodrat perempuan sebagai

penerus keturunan dengan menciptakan organ tubuh yang berbeda dengan laki-

laki. Proses untuk memperoleh keturunan tersebut sudah barang tentu melibatkan

manusia jenis kelamin laki-laki. Dalam kaitan dengan proses memperoleh

keturunan itu, Islam mengatur prosesnya dengan cara yang bermartabat sebagai

makhluk yang terhormat melalui aturan dalam bentuk pernikahan dengan syarat

dan rukunnya yang jelas.

Dalam Islam, perempuan mempunyai hak untuk menentukan laki-laki

mana yang akan menjadi suaminya. Hak memilih seorang perempuan atau

walinya dalam fikih di bingkai dengan konsep kafa‟ah. Yaitu kesetaraan antara

calon mempelai suami dan istri secara seimbang dan tolak ukur keseimbangan

tersebut adalah dari pihak perempuan / calon istri.64

Pernikahan adalah salah satu syariat yang dikembangkan dalam bingkai

pemahaman ajaran Al-Quran dan hadis untuk mengatur hubungan laki-laki dan

perempuan dalam suatu perkumpulan kekeluargaan yang penuh kasih sayang. 65

Kitab suci Al-Quran telah menyampaikan, bahwa kehidupan berpasangan

laki-laki dan perempuan sebagai pasangan suami istri adalah untuk menciptakan

ketenangan dan ketentraman, sebagaimana difirmankan dalam Q.s al- Ruum : 21 :

63 Zaitunah Subhan, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, (Jakarta : el-Kahfi,

2008), h. 108

64

Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender, (Purwokerto: Pusat Studi Gender dan Fajar

Pustaka, 2006), h. 129

65

Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Perspektif Agama Islam, (Jakarta :

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2004), h. 92

Page 47: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

37

ءايخ ۦ و ة ورحث د ل ا وجػو ةي إل ا زوجا ىتصهفصل أ

أ ن خيق ىل

إن أ

رون لم ليج ىلم حخفه . ف ذ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berpikir.”

Selanjut apabila perempuan terjun ke ruang publik, tentunya tetap

mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan. Pertama, kewajiban

perempuan sebagai istri. perempuan yang berstatus sebagai istri dari seorang

suami dituntut untuk memiliki sikap kepatuhan, ketaatan dan kesetiaan terhadap

suaminya. Tentunya ketaatan dalam arti yang positif. istri harus merasa bahwa

dirinya adalah milik dan hanya diabdikan untuk suaminya dalam hal cinta kasih

bukan kepada orang lain, serta menjaga dan membelanjakan harta dan

pendapatannya secara bijaksana.

Sebaik-baiknya sifat yang dimiliki wanita adalah taat kepada suami yang

dengannya akan tercipta kedamaian dan kebahagiaan. Adapun ketidakpatuhan

hanya akan melahirkan kebencian dan perpisahan serta merusak perasaan anak-

anak.66

Tunduk dan taat kepada perintah suami selama bukan untuk melaksanakan

maksiat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta menyimpang dari ajaran agama

merupakan suatu kewajiban yang diberikan kepada istri oleh agama Islam.67

Kedua, Kewajiban perempuan sebagai ibu. Perempuan muslimah yang

telah membina rumah tangga dan mempunyai anak, peranannya bertambah. Ia

tidak hanya sebagai anak dan istri, tetapi juga menjadi ibu bagi anak-anaknya.68

Bagi seorang ibu, ia akan melihat seorang anak sebagai harapan hidup,

penyejuk jiwa, penghibur hati, kebahagiaan hidup serta tumpuan masa depan.

66

Ukasyah Athibi, Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya, (Jakarta: Gema Insani,1998), h.

27

67 Mohammad Asnawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta:

Darussalam,2004), h. 195

68 Siti Muri‟ah, Wanita Karier Dalam Bingkai Islam, h. 91

Page 48: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

38

Seorang ibu memiliki tanggung jawab besar terhadap pendidikan dan

pembentukan kepribadian anak-anaknya.69

Dan yang ketiga, Kewajiban Perempuan sebagai masyarakat. Sebagai

anggota masyarakat, perempuan tidak bisa terlepas dari keterlibatannya dalam

kegiatan masyarakat. Islam tidak melarang seorang perempuan menyumbangkan

tenaga dan pikirannya untuk kepentingan masyarakat. Dan sebagai perempuan

karier, tidak seharusnya ia meninggalkan tugas-tugas kemasyarakatannya. Apabila

hal itu dilanggar, maka ia akan dikucilkan dari tengah- tengah masyarakat.

69 Muhammad Ali Al-Hasyimy, Jati Diri Wanita Muslimah, (Jakarta: Pustaka Al-Kaustar,

1997), h. 199

Page 49: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

39

BAB III

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN PROF. DR. HJ. TUTTY ALAWIYAH AS

A. Biografi Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS

Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah Abdullah Syafi‟ie, M.A lahir di Jakarta, 30

Maret 1942 M, merupakan putri ketiga dari pasangan Abdullah Syafi‟ie1 dan Ibu

Hj. Ruqayah Binti H. Ahmad Mukhtar. Nama Alawiyah merupakan nama yang

sejak lama disiapkan oleh KH. Abdullah Syafi‟ie sejak Tutty Alawiyah masih

dalam kandungan. Nama atau sebutan Alawiyah ketika itu tidak lazim bagi

masyarakat Islam bukan keturunan Arab. Rupanya nama tersebut merupakan

nisbah atau memiliki keterkaitan dengan nama ulama besar, guru dari

ayahandanya, yaitu Habib „Alwi bin Thahir Al Haddad, ulama asal Bogor yang

kemudian pindah dan menjadi Mufti di Johore Bharu Malaysia. Nama „Alwi atau

Alawiyah itu diberikan dengan harapan (tafaulan)2 kelak menjadi ulama dan

orang besar seperti Habib „Alwi yang sangat dihormati dan dimuliakan itu.3

Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan

keluarga yang sangat kuat memegang teguh nilai-nilai agama. Beliau

menyelesaikan pendidikan dasar di SD Slamet Riyadi dan Madrasah Ibtidaiyah

1

Abdullah Syafi‟ie adalah anak pertama dari H. Syafi‟ie bin H. Sairan. seorang

pengusaha mangga yang berpangkalan di Pasar Manggarai, Jakarta. Dan pasangannya Nona binti

Sa‟ari, pembuat kecap rumahan. Ia lahir pada tanggal 10 Agustus 1910 di Jakarta. Abdullah

Syafi‟ie merupakan ulama asli Jakarta yang mengabdikan hidupnya untuk pendidikan dan dakwah.

Mulai dari kecil hidupnya dihabiskan untuk belajar. Berlanjut hingga mengajar di berbagai majelis

taklim di Jabodetabek, hingga mendirikan pondok pesantren dan lembaga pendidikan Assyafiiyah

Jakarta. (lebih lengkap baca: https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents// Zubair Ahmad,

K.H Abdullah Syaif‟ie: Ulama Produk Lokal Asli Betawi dengan Kiprah nasional dan

Internasional, h. 320)

2 Tafaulan artinya mengharapkan bernasib baik, (Baca A.W Munawwir, Kamus Al-

Munawwir,(Yogyakarta: Pustaka Progresif,1997), h. 1029)

3 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, (Jakarta : UIA pres, 2012), h. 13

Page 50: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

40

As-Syafiiyah, dan pendidikan menengah di Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah As-

Syafiiyah Jakarta.4

Tutty Alawiyah merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Jika

masing-masing diurutkan ialah Muhibbah, Ahmad Fuad, Tutty Alawiyah, Abdul

Rasyid, Nasrullah, Abdul Hakim, dan Ida Farida. Dari tujuh bersaudara ini, hanya

Abdul Rasyid yang masih hidup sampai sekarang.5

Tutty dan saudara-saudaranya berguru langsung ke ayahnya KH. Abdullah

Syafi‟ie di Pesantren Assyafiiyah Jakarta. Tak jarang sang bapak mengajak anak-

anaknya untuk ikut berdakwah baik di dalam maupun luar negeri. Banyak

pengalaman yang diperoleh Tutty muda dengan ikut terjun langsung dibawa sang

bapak dalam berdakwah. Sebut saja misalnya, ketika Tutty diajak untuk

berdakwah ke Singapura bersama adiknya, Abdul Rasyid. Tutty Alawiyah

diberikan ruang untuk tampil berdakwah, mengisi acara dengan berpidato atau

memberi ceramah, membaca Al-Quran, membaca puisi, dan membawakan

beberapa lagu kasidah dan membaca doa. Kegiatan ini diadakan dalam acara

tablig maupun mengisi ruang acara di radio Singapura.6

Hal yang menarik dari perjalanannya ke Singapura, bahwasanya Tutty

berangkat ke Singapura dengan ongkos sendiri. Hal ini dikarenakan adanya

motivasi dari ayahnya jika ingin ikut ke Singapura maka pakai uang sendiri. Dan

ternyata Tutty bisa mengumpulkan uang tersebut dengan cara berjualan tulisan-

tulisan yang dia tulis sendiri, mengisi acara, dan mengajar.7

Didikan yang diberikan oleh sang ayah memang keras, jadi Tutty bukan

anak yang dimanjakan, dari kecil Tutty sudah sering membantu orang tua dengan

4 Tutty Alawiyah, Women in Islam Past, Present, Future, (Jakarta: diterbitkan atas kerja

sama BMKT, IMWU dan UIA, 2002), h. 127

5 Tutty Alawiyah , KH. Abdullah Syafi‟ie: Membangun Bangsa Melalui Dakwah,

Pendidikan, dan Sosial, (Jakarta: UIA Press, 2010), h.12

6 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 25

7 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 26

Page 51: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

41

berdagang kue dan jeruk. Berjualan di komplek sekolah kakeknya (H. Syafi‟i).

Dengan berjualan beliau sudah bisa melihat kehidupan orang-orang pada

umumnya.

Jati diri dan ketokohan seseorang tak terlepas dari pengaruh-pengaruh

keluarga dan lingkungan sosio- kultural yang melingkupinya. Diyakini kuat ilmu,

pengalaman, dan pola pengasuhan bapaknya inilah yang membentuk karakter dan

pemikiran Tutty Alawiyah. 8

Selain itu tiga bulan di Singapura, menjadikan wawasannya bertambah,

cara dia berpikir berubah, wawasan dia lebih terbuka, bahwa perempuan itu harus

maju. Melihat perempuan-perempuan di sana mandiri, dengan menyetir mobil

sendiri, dan fashion perempuan muslimah di sana terlihat lebih modern dan

elegan.

Pendidikan tinggi Tutty Alawiyah ditempuh di Akademi Pendidikan Islam

(AKPI) Assyafiiyah sampai dengan tingkat Sarjana Muda (Bercaloriat).

Selanjutnya, beliau meneruskan kuliah untuk menyelesaikan Program Sarjana

lengkap (Doktoral) pada jurusan Dakwah, Fakultas Ushuluddin IAIN (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan skripsi bertajuk, “Kepemimpinan

(leadership) Khalifah Abu Bakar Ashiddiq”, dan lulus dengan predikat sangat

memuaskan.9

Sejalan dan seiring dengan kiprah Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS yang

makin kuat dan luas dalam kancah dakwah, pendidikan dan sosial, serta

pemberdayaan wanita, beliau memperoleh penganugerahan Gelar Doktor

Kehormatan (HC) dari IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2001.

Selanjutnya beliau juga mendapat gelar Profesor Kehormatan dari Universitas

Liuchou China Pada Desember 2010.10

8 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 15

9 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 29

10 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 31

Page 52: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

42

Pada tanggal 30 September 1960, beliau menikah dengan H.A Chatib

Naseh. Pria dari Matraman yang beruntung dapat mempersunting seorang wanita

yang cantik dan shalihah. Tidak seperti anak kiai pada umumnya, Prof. Tutty

ternyata memilih seorang pria yang bukan lulusan pesantren atau pun bukan anak

seorang kiai. Menurutnya, ia memang tidak ingin menikah dengan ustad, beliau

lebih memilih calon suami dengan latar belakang pendidikan umum. Tujuannya

adalah integrasi. Pernikahan yang memadukan antara agama dan umum, urusan

dunia dan akhirat.11

Dari pernikahannya dengan H.A Chatib Naseh, mereka dikaruniai dua

orang putra, H.Moh. Reza Hafiz, Prof. Dr. H. Dailami Firdaus, SH, LL.M, MBA,

M.Pd, dan tiga orang putri, Dra. Hj. Nurfitria Farhana, Hj. Lily Kamalia

Ihsana,SE dan Hj. Syifa fauzia, B.Arts, MA.12

Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS wafat pada hari Rabu tanggal 4 Mei 2106

sekitar pukul 07.15 WIB, setelah beberapa hari terakhir menjalani perawatan di

Rumah Sakit Metropolitan Medical Center, Kuningan, Jakarta.13

B. Rekam Jejak Perjuangan Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah dan Karya-karyanya

Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS adalah perempuan yang cukup hebat

yang memiliki aktivitas cukup banyak. Beliau terus bekerja dan berkarya tanpa

kenal lelah. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai dai, rektor, dan penggerak

masyarakat, beliau aktif dan produktif menulis.

Kesehariannya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Mulai dari usia 9

tahun, beliau pernah diminta untuk membaca Al- Quran14 di Istana Merdeka di

hadapan Presiden Soerkarno pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW tahun

11

A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 33

12 Tutty Alawiyah, Dakwah berwawasan Global: Inovasi Menghadirkan Islam Rahmatan

Lil‟Alamin, (Jakarta: UIA, 2010), h. 24

13 http://nasional.kompas.com/read/2016/05/04// , di akses pada tanggal 14 September

2017, pukul 11.00 WIB.

14 Keahlian Tutty Alawiyah dalam membaca Qur‟an ini adalah berkat bimbingan, arahan,

dan tuntunan Ibundanya, Ruqayah yang juga seorang Qariah. Lebih lengkap baca buku 70 tahun

Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak Kemajuan dan Peradaban, h. 19

Page 53: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

43

1950-an. Pada usia belum mencapai 15 tahun, beliau telah aktif membuka

bermacam-macam kursus, di antaranya untuk remaja putri (li al-Banat), kursus

untuk ibu-ibu (li-al ummahat). Dan pada usia 17 tahun beliau ikut berdakwah

untuk pertama kali ke Singapura bersama ayahandanya KH. Abdullah Syafi‟ie.15

Pada usia 28 tahun, beliau memprakarsai berdirinya organisasi persatuan

mubalighat/ ustadzah di Jakarta. Dan pada tahun 1981, beliau menginisiasi

berdirinya organisasi Badan Kontak Majelis Taklim se- Indonesia. Dan pada

tahun 2007 ia ditunjuk sebagai presiden International Moslem Women Union

(IMWU).16

Dalam kancah politik, beliau pernah menjadi anggota MPR RI fraksi

Utusan Golongan, wakil dari kelompok intelektual, Ikatan Cendikiawan Muslim

se- Indonesia (ICMI). Beliau pernah pula menjadi anggota Badan Pekerja Ad Hoc

II MPR 1992-1997.17

Bahkan beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri

Negara Peningkatan Peranan Wanita (MENPERTA) pada kabinet Pembangunan

VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999).18

Dengan karier yang begitu gemilang dan mampu menjadi tokoh yang

begitu berpengaruh, beliau masuk dalam salah satu dari 500 tokoh Muslim dunia

dalam buku “The 500 Most Influential Muslims in The World” (500 Tokoh

Muslim Dunia Sangat Berpengaruh) tahun 2009 yang diterbitkan oleh The Royal

Islamic Strategic Studies Centre (Pusat Studi Strategis Islam Kerajaan),

bekerjasama dengan Prince Alwaleed bin Talal Center for Muslim Christian

15

A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 21

16 Zainal Arifin Hoesein, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah di Mata Tokoh Indonesia dan

Dunia, (Jakarta: UIA press, 2012), h. 170

17 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 24

18 http://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/view/3, diakses pada tanggal 12

September 2017, pukul 06.27 WIB.

Page 54: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

44

Understanding Georgetown University (Pusat Studi Kepahaman Islam-Kristen

Pangeran Alwaleed bin Talal, Universitas Georgetown), Amerika Serikat.19

Sebagian karya Tutty Alawiyah berupa bahan ajar (modul pembelajaran)

yang diberikan di pengajian MTKI As Syafiiyah, sebagian lagi berupa makalah-

makalah (majmuu‟at al-rasa‟il) yang disampaikan dalam berbagai seminar dan

forum ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri. Beberapa karya ilmiah beliau

berupa buku di antaranya :

1. Mengenal Peradaban Dunia: Catatan Perjalanan di 91 Kota di 5 Benua

1959-1995, Jakarta, Yayasan Alawiyah, 1995.

2. Wanita dalam Nuansa Peradaban, Jakarta: Yayasan Alawiyah, 1996

3. Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, Bandung, Mizan, 1997.

4. Kata dan Peradaban, Jakarta, kantor Menteri Negara Peranan Wanita, 1999

5. K.H. Abdullah Syafii: Tokoh Karismatik 1910-1985, Jakarta, 1999

6. Paradigma Baru Dakwah : Memberdayakan Masyarakat Melalui

Pengembangan Sosiokultural Mad‟u, Pidato penganugerahan Doktor HC,

Jakarta, IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah, 2001

7. Women In Islam: Past, Present, future, Jakarta: Kerjasama BMKT, IMWU,

UIA, 2002.

8. Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, Jakarta, Legasi, 2002

9. Peran Dakwah Millenium Ke- 3, Jakarta, BMKT, 2002

10. Menggapai Panggung Dunia, Jakarta, UIA Press, 2009

11. Membangun Kesadaran Beragama.

12. Yatim dan Masalahnya.

13. Tasyakur Indonesia Emas Bersama BMKT.

Beberapa makalah karya beliau di antaranya,20

1. Peran Cendikia Dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa,

19

http://uia.ac.id/index/2016/12/19/biografi-prof-dr-hj-tutty-alawiyah-as-ma/, diakses

pada tanggal 12 September 2017, pukul 06.00 WIB.

20 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 45

Page 55: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

45

2. The Religion as The Primary force on National Building Islam‟s focus in the

21” Cenctury : World Peace

3. Education or A Better Lie With Islamic Ideals

4. Women and Economic Development an Coorperation

5. Women, Leadership, APEC Opportunities and Challenges : Indonesian

Experience

6. To Promote Gender Responsive (Approach to Public) Policy and Governance

7. Women as Participants in Economy

8. Women and Industrial Science and Technology

9. Pemberdayaan Muslimah dalam Percaturan Politik Bangsa

10. Kualitas Ibu Membina Generasi Cerdas

11. Pembangunan Kualitas Manusia, Sebagai Inti Aktifitas Konstruktif

12. Peranan Wanita dan Masa Depan Kehidupan Keluarga Menjawab Krisis

Moral dan Etika Bangsa

13. Mengantar Generasi Muda Menghadapi Tantangan Masa Depan

14. Wanita Islam Menghadapi Millenium Baru

15. Agama, Kesatrian, dan Budaya National

16. Silaturrahmi Membangun Solidaritas Kesatuan Bangsa

17. Sisi Lain Tentang Peran Cendikiawan Wanita Islam

18. Perlindungan Bagi Pekerja Wanita

19. Peran Ganda Wanita, Dilema dan Aktualisasi

20. Kualitas Muslimah Menghadapi Globalisasi

21. Keharusan Mengkonsumsi Makanan Halal

22. Pendidikan Tinggi Internasional: Sebuah Visi Bernafaskan Islam

23. Konsepsi Islam Terhadap Kriminologi

24. Musyawarah dan Toleransi

25. dan Sejumlah Tulisan Lepas Majelis Taklim lainnya.

Selain itu, Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS juga banyak mendapatkan

penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, di antaranya :21

21

Tutty Alawiyah, Menggapai Panggung Dunia, (Jakarta: UIA, 2009), h. xvii

Page 56: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

46

1. Satya Lencana Kebaktian Sosial, dari Pemerintah Republik Indonesia yang

disematkan oleh Presiden RI Bapak H. M. Soeharto, 21 Desember 1995.

2. Bintang Maha Putra Adi Pradana II, dari Pemerintah Republik Indonesia

yang disematkan oleh Presiden RI Bapak H. M Soeharto, 16 Agustus 1999.

3. Lie Time Membership, dari Muslim Women‟s Federation of Southern Africa.

4. Bintang Gerakan Sosial Peduli Yatim Piatu, dari Madam Siamwalla Thailand.

5. Melalui Duta Besar Yordania, Kerajaan Yordania menyampaikan kenang-

kenangan berupa lukisan Ratu Rania, istri Raja Abdullah, dan photo beliau

dengan putrinya.

6. Mendapat kenangan “Kiswah Ka‟bah, Ya Hayyu Ya Qoyyum”, dengan dasar

berwarna hitam dan benang hurufnya berwarna emas kuning yang amat

mulia.

7. Hadiah sebuah kain khusus untuk penutup makam Syekh Abdul Qadir Al

Jailani di Baghdad, pemberian dari Syekh Abu Bakar dari Irak. Selain itu ada

hadiah Tirai penutup makam Nabi Ilyas as.

8. Pernghargaan dari berbagai Organisasi dan Ormas Politik di Indonesia.

Prof. Tutty Alawiyah berhasil menunjukkan bahwa walaupun dibesarkan

di lingkungan ulama yang sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa

lingkungan tersebut diskriminatif terhadap pendidikan perempuan, namun

ternyata Prof. Tutty mampu menunjukkan pada dunia bahwa Islam tidak pernah

diskriminasi terhadap perempuan.

Beliau menunjukkan pada dunia bahwa perempuan Indonesia cerdas dan

takwa. Dan pandangan beliau tersebut dituangkan dalam teladan, di mana semua

anak-anaknya diberikan pendidikan yang sama, baik laki maupun perempuan.

Semua berhasil untuk sekolah di luar negeri demi mencapai pendidikan tertinggi.

Ajaran Islam dan roh perjuangan yang diterima sejak dini dari ayahnya

KH. Abdullah Syafi‟ie sebagai warisan yang paling berharga bagi hidupnya,

membuatnya semakin yakin bahwa Islam memberikan hak-hak perempuan

Page 57: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

47

sepenuhnya, di antaranya hak untuk belajar, hak hidup terhormat, dan hak untuk

berperan aktif dalam masyarakat.

Kedekatan beliau dengan tokoh-tokoh ulama dunia seperti Syekh Yusuf

Qardhawy Ketua Persatuan Ulama Internasional, Syekh Badruddin Hasun Mufti

Negara Syria, Almh. Syekh Jadul Haq Syaikhul Azhar Mesir, dan beberapa ulama

besar lainnya membuat beliau memiliki budaya dan wawasan global, yang

menjadikan Islam sebagai agama pembawa rahmah dan kedamaian bagi semesta

alam.22

C. Pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS

Islam diyakini oleh para pemeluknya sebagai agama yang menebarkan

rahmat bagi semesta alam. Salah satu bentuk dari rahmat itu adalah pengakuan

Islam terhadap Perempuan yang dipandang sebagai makhluk yang memiliki

potensi sama seperti apa yang dimiliki laki-laki. Keberadaannya dipandang

sebagai mitra sejajar dengan laki-laki secara harmonis.

Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS berpendapat bahwa Islam datang dan

secara bertahap mengembalikan lagi hak-hak perempuan sebagai manusia

merdeka. Berhak menyuarakan keyakinannya, berhak mengaktualisasikan

karyanya, dan berhak memiliki harta yang memungkinkan mereka diakui sebagai

warga masyarakat.23

Islam sejak awal telah mengedepankan ide kesetaraan antara laki-laki dan

perempuan. Term zawj (pasangan yang dipergunakan Al- Quran untuk menyebut

suami (laki-laki) dan istri (perempuan) memperlihatkan dengan jelas ide

kesetaraan ini. Begitu pula kata Libas (pakaian) untuk suami dan istri dan kata-

kata al- Insan, Basyar, dan Bani Adam (masing-masing untuk arti manusia) yang

22

A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 216

23 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 340

Page 58: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

48

tercakup di dalamnya laki-laki dan perempuan. Penggunaan istilah ini

sesungguhnya mengandung makna pengokohan terhadap ide kesetaraan tersebut.24

Selanjutnya beliau berpendapat, kesamaan antar perempuan dan laki-laki

itu terutama dilihat dari tiga dimensi, Pertama, dari segi hakikat kemanusiaan,

Islam memberikan kepada perempuan sejumlah hak untuk meningkatkan kualitas

kemanusiaannya, seperti hak mendapatkan pendidikan, hak berpolitik, dan hak-

hak lain yang berkenaan dengan urusan publik.

Kedua, dari segi ajaran agama, Islam mengajarkan bahwa perempuan dan

laki-laki sama-sama mendapat pahala atas amal shalih yang diperbuatnya dan

sama-sama mendapat siksaan atas pelanggaran yang mereka lakukan. Ketiga, dari

segi hak-hak dalam keluarga, seperti hak waris. Islam memberikan hak waris

kepada perempuan, meskipun jumlahnya tidak sebanyak bagian laki-laki.

Sebelumnya, hak menerima warisan bagi perempuan tidak dikenal dalam tradisi

Arab.25

1. Perempuan dalam Ruang Domestik

Dalam Al-Quran surat al- Nisa‟ ayat 1 Allah ta‟ala berfirman:

ا ل ا ٱنلاس ٱت حأ ا ي ا وبد ا زوج جفس وخدة وخيق ي خيلل ٱل ربل

كن غييل إن ٱلل رخامي تصاءلن ةۦ وٱل ٱل ا ٱلل ل وٱت ا ونصاءا .رقيتاارجالا نرريا

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan

istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan

perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan

mengawasi kamu.”

Disebutkan di atas bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan dari satu

jenis atau dari zat yang sama. Penegasan ini menghapus diskriminasi akibat

24 Tutty Alawiyah, Women in Islam Past, Present, Future, h. 116

25 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 341

Page 59: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

49

pemahaman yang mengatakan bahwa Hawa adalah pelengkap Nabi Adam as

(diciptakan dari tulang rusuk Adam) dan penyebab Nabi Adam as berbuat dosa.

Dalam Nafas yang sama, disebutkan pula oleh Al-Quran bahwa laki-laki

dan perempuan berhak atas semua yang diusahakannya (Q.s Al-Nisa‟ [4]: 32).

ولينص ا ا ٱكتصت بػض ىيرجال صيب م ع ةۦ بػظل و ٱلل ا ـظ ا اء صيب ول تخ

وس ا ٱكتصب ا م ا ء غيي كن ةلو ش ـظيۦ إن ٱلل ا ٱلل .ي

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah

kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi

orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi

para perempuan (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan

mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui segala sesuatu.”

Dari sini secara normatif quraniyah, tidak terlihat sedikit pun kesan yang

menyatakan bahwa tugas suci perempuan hanya sebagai makhluk domestik

reproduktif belaka. Dengan demikian, menyudutkan perempuan pada tugas utama

rumah tangga semata tidak mendapatkan dasar yang kuat dalam Islam.26

Bahkan Al-Quran memandang kesetaraan dan ke mitra sejajaran ini

sebagai pola natural (alamiah) yang berlaku bagi seluruh makhluk. Dijelaskan

dalam Q.s al-Dzariyat[51]: 49 :

رون حذن ا زوجي ىػيل ء خيل ش ك و

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat kebesaran Allah”

Dan dalam surat Q.s Yaasin [36]: 36 juga dijelaskan:

ن ا ل حػي وم فص أ رض و

ا حنتج ٱل ا م زوج لك

ي خيق ٱل ٱل .شتح

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan

semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka

maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”

26

Tutty Alawiyah, Women in Islam Past, Present, Future, h. 116

Page 60: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

50

Kesetaraan ini, tentu mengandung makna persamaan hak-hak perempuan

dalam berbagai sektor kehidupan, baik politik, ekonomi, hukum, dan pendidikan,

beserta akses terhadap sumber-sumber pembangunan. Dengan begitu, Islam

sesungguhnya telah membuktikan diri sebagai agama modern yang penuh gagasan

dan cita-cita sosial yang amat tinggi. Islam mendobrak keterbelakangan dan

melepaskan belenggu yang mengikat harkat kemanusiaan (Q.S al-A‟raf [7]:

157).27

Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS berpendapat peran perempuan lebih

strategis dalam mewujudkan ketahanan keluarga dan masyarakat dengan

berpegang pada nilai-nilai moral dan agama.28

Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. bagi seorang

muslim menghayati fungsi ibu dan memberikan kecintaan kepadanya sangat

ditekankan oleh agama. Penafian pengakuan terhadap fungsi luhur ibu dalam

membina dan membantu anak memiliki kemampuan fisik dan mental yang

diperlakukannya untuk mengarungi samudra kehidupan, dalam membina dan

membantu anak berjalan dalam koridor rambu dan kisi-kisi agama adalah

bertentangan dengan rasa keadilan dan kemanusiaan.29

Keluarga bisa disebut sebagai pilar pertama dakwah, karena keluarga

dipandang sebagai pusat dakwah dan pendidikan agama yang mula-mula (al

mahad al-awwal). Setiap manusia, siapa pun dia, pasti menimba dan menyerap

pemikiran, ajaran, dan nilai-nilai agama yang hidup dalam keluarga. Dan peran

perempuan sebagai ibu sangat dibutuhkan dalam upaya mendidik anak agar

generasi berikutnya dapat menjadi anak yang baik.30

Menghadapi masa depan kehidupan keluarga, perempuan sebagai istri

bersama suami dan sebagai orang tua harus mampu meningkatkan daya penalaran

27

Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 50

28 Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 38

29

A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban , h. 325

30 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 364

Page 61: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

51

anak-anak. Dia harus menjelaskan kepada anak-anak mengenai pengaruh negatif

globalisasi yang masuk melalui televisi maupun media elektronik lain, yang

kemungkinan dapat mempengaruhi prilaku yang buruk terhadap perkembangan

kepribadian dan mental anak.31

Dalam konteks keluarga beliau berpendapat bahwa syarat perempuan

masuk surga adalah taat pada suami. Selain itu, perempuan karier tetap harus

meluangkan waktunya untuk anak dan suami. Pandangan yang di usung oleh Prof.

Tutty mengasumsikan bahwa perempuan yang memilih bekerja di ruang publik

tetap dituntut mengombinasikan dengan kedudukannya sebagai ibu dan istri.

Baginya, suami dan istri harus saling menghormati agar tercipta harmoni keluarga

dan karier. Para suami juga diharapkan dapat memberi kesempatan pada para istri

untuk berperan di masyarakat.32

2. Perempuan dalam Ruang Publik

Dalam sejarah Islam pada masa Rasulullah SAW perempuan juga menjadi

subyek dalam perjuangan Rasulullah SAW menyebarkan Islam. Dimulai dari istri

Rasul SAW (Khadijah binti Khuwailid) adalah figur muslimah pembisnis yang

sukses, potret perjuangan Siti Hajar yang berjuang untuk mempertahankan

kehidupan anaknya yang berlari-lari dari Safa ke Marwa yang akhirnya membawa

keberkahan bagi manusia karena Air Zam- zamnya, dan masih banyak lagi kisah

teladan perempuan-perempuan Al- Quran yang menarik untuk dijadikan suri

tauladan.33

Perempuan mengemban tugas kemanusiaan yang luhur seperti yang

disabdakan Rasulullah SAW “Perempuan adalah tiang negara, apabila baik

perempuannya maka baiklah negaranya dan apabila rusak perempuannya,

31 Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 38

32 Zainal Arifin Hoesein, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah di Mata Tokoh Indonesia dan

Dunia, (Jakarta: UIA Press, 2012), h. 29

33 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 74

Page 62: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

52

rusaklah negara.” Hadis ini dapat ditafsirkan dari dimensi reproduktif, produktif

dan sosial politik.34

Dari dimensi reproduktif/domestik memberi indikasi jelas mengenai

kualitas umat manusia yang sangat tergantung dari kinerja perempuan. Contoh

dalam fungsinya sebagai pendukung produktivitas sumber daya manusia.

Bagaimana seorang suami atau anak-anak dapat tampil percaya diri dan produktif

bila tidak ada campur tangan seorang perempuan.

Dari dimensi produktif, bisa dilihat dari segi ekonomi. Dari sini bisa

disaksikan berapa banyak mereka yang terlibat dalam kegiatan family income

generating yang pada beberapa budaya hanya dilihat sebagai kewajiban bukan

sebagai prestasi. Bukti-bukti telah menunjukkan kemampuan intelektual

perempuan tidak berbeda bahkan dapat mengungguli laki-laki.35

Selanjutnya dari dimensi yang terakhir, kaum perempuan mempunyai hak

untuk berperan dalam pembangunan seperti halnya kaum pria, sebagaimana

diperlihatkan dalam berbagai peristiwa sejarah.36

Tujuan dari perempuan harus

terlibat dalam kehidupan pengaturan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

tidak lain agar perempuan dapat menyuarakan kepentingan praktis dan strategis,

peranan dan aspirasinya, agar dapat ikut dalam pengambilan ke putusan yang

memungkinkan perempuan dapat meningkatkan kualitas kinerja perannya dalam

ranah publik maupun domestik.37

Peran perempuan yang penting sekali ialah dalam pendidikan keluarga.

Namun dalam peran itu tidak berarti wanita tak punya kesempatan untuk

berkarier. Dengan persetujuan suami dan sesuai dengan tingkat pendidikan, tak

ada halangan bagi wanita untuk berkarier. Dengan catatan tidak boleh melupakan

34

Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h.50

35 Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h.51

36Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h.39

37 Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h.51

Page 63: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

53

peran pendidikan dengan tanggung jawab pada suami. Peran itu timbul daripada

adanya hak dan kewajiban.38

Membahas tentang kepemimpinan perempuan, Prof. Tutty menjelaskan

yang dimaksud dengan kepemimpinan perempuan ialah bukan dominasi

perempuan atas kaum laki-laki, karena Islam adalah agama keadilan (din al-

„adalah) yang menolak kezaliman dalam bentuk apa pun, termasuk kezaliman

kaum perempuan atas kaum laki-laki.

Kepemimpinan perempuan di sini adalah suatu konsep perjuangan berupa

pemikiran dan gerakan untuk mengokohkan kemerdekaan (huriyah, freedom),

persamaan (musawah, equality), dan ujungnya adalah keadilan („adalah, justice)

bagi kaum perempuan dalam kedudukannya sebagai manusia (insanan), sebagai

ibu (umman), sebagai istri (zawjatan), sebagai anak (bintan), dan sebagai anggota

dari suatu komunitas atau masyarakat („adhawan li al-mujtama‟).

Kepemimpinan perempuan tidak berarti perempuan hendak merebut posisi

dan peran kepemimpinan laki-laki, tetapi perempuan dan laki-laki dapat bersama-

sama menyalurkan potensi kepemimpinan mereka sepenuhnya Tanpa superioritas

pada satu sama lain. Kepemimpinan perempuan merupakan tantangan bersama

bagi para laki-laki dan perempuan, sebagai „equal partner‟ untuk mewujudkan

kehidupan bersama yang lebih sinergi, penuh kesejahteraan lahir batin, dan

menggapai keselamatan dunia akhirat.39

Selain kemerdekaan dan kesetaraan, menurut Prof. Tutty Alawiyah ,

kepemimpinan perempuan perlu didukung dan diperkuat oleh peran dan kiprah

perempuan dalam sektor-sektor kehidupan publik, baik dalam pendidikan,

ekonomi, politik, dan peradaban. Dalam pendidikan, perempuan perlu

memperbesar kekuatan SDM melalui investasi pendidikan berbasis iptek.

Dalam ekonomi, perempuan dituntut agar bekerja sehingga lebih

menghasilkan baik ia kaya apalagi miskin. Ada dua alasan penting menurut Jamal

38

Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h.xii

39

Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 63

Page 64: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

54

Al-Banna, mengapa perempuan wajib bekerja. Pertama, agar ia memiliki

kemerdekaan dan kemandirian secara ekonomi, sehingga tidak bergantung kepada

keluarga, orang tua atau suami. Kedua, agar diri perempuan dan bakat-bakatnya

yang tersembunyi dapat diaktualisasikan secara baik. Dan kerja adalah alat terbaik

untuk aktualisasi ini.40

Dalam politik, perempuan harus melibatkan diri secara aktif dalam proses

pembangunan bangsa. Perempuan diminta untuk setiap waktu memperbesar

keterwakilannya dalam pemerintahan baik pada jalur eksekutif, legislatif maupun

yudikatif. Perempuan juga diminta untuk menjadi salah satu kekuatan moral

(moral force) yang diharapkan mampu memberantas kebobrokan bangsa seperti

yang diminta oleh Q.s Al-Taubah ayat 71 :

ن وٱ ؤ ولاء ةػضوٱل أ نج ةػظ ؤ ن .ل هر ويلي ٱل ن غ ػروف وي يأمرون ةٱل

ورشل ة ويطيػن ٱلل ن ة ويؤحن ٱلز ي غزيز خهي ۥ ٱلص إن ٱلل ٱلل ولهم شريح .أ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian

mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh

(mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,

menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan

diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana.”

Sementara dalam peradaban, perempuan juga diharapkan mampu

memberikan peranan dan kontribusinya bagi pengembangan budaya dan

peradaban global yang berbasis pada kekuatan moral dan spiritual (agama) dengan

memperkuat (a), komitmen terhadap budaya tanpa kekerasan sebagai realisasi dari

ajaran “larangan membunuh” (Q.S Al- An‟am[6] : 151). (b), komitmen kepada

budaya solidaritas dan tata ekonomi yang adil sebagai realisasi dari ajaran

“larangan mencuri” (Q.S Al-Baqarah[2] : 188). (c), komitmen toleransi dan

kejujuran sebagai realisasi dari ajaran “jangan berdusta” (Q.S Al- Baqarah [2]:

40

A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 353

Page 65: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

55

42), dan (d), komitmen kepada budaya persamaan dan kesetaraan gender sebagai

realisasi dari ajaran “jangan berzina” (Q.S Al- Isra‟ [17]: 32).41

Menurut Tutty Alawiyah, untuk mencapai kemajuan dan sukses

perempuan Indonesia, perempuan harus melakukan dua hal. Pertama,

meningkatkan kepercayaan yang tinggi terhadap diri sendiri sebagai perempuan.

Dan yang kedua, perempuan Indonesia perlu membuang jauh-jauh mitos-mitos

yang merendahkan perempuan. Yang dimaksud dengan mitos itu adalah

pandangan yang diskriminatif dan destruktif itu, tidak berdasar dan tidak memiliki

argumen yang kuat baik berdasarkan agama (Islam) maupun sains (modern).42

Lebih lanjut menurut Tutty Alawiyah, di antara mitos itu ialah pandangan

sesat yang dipahami dari hadis Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa

perempuan adalah makhluk kurang akal dan kurang agama ( اكصات خلو ودي ). Ada

beberapa catatan yang diberikan oleh Tutty Alawiyah mengenai hadis ini. Di

antaranya :43

a) Dalam hadis ini ada keraguan perawi, apakah pernyataan Nabi

Muhammad SAW disampaikan pada momen Idul Fitri atau Idul Adha.

Keraguan semacam ini, secara metodologis, mengurangi validitas hadis.

b) Hadis ini berbicara dalam konteks khusus, dan tidak bisa dipahami secara

general. Hadis ini menerangkan kenyataan perempuan yang ada pada masa

itu. Seperti yang diketahui, kenyataan (waqi‟) bisa berubah dan

berkembang (qabli li al-taghir wa al-tathawwur), sedangkan syariat tidak

berubah. Bahwa disadari pada masa itu, ada sebagian perempuan yang

memiliki kelemahan-kelemahan yang menyebabkan mereka terbelakang

atau diancam siksa api neraka. Namun, kelemahan-kelemahan itu bukan

41

A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 354

42 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 389

43

A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 390

Page 66: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

56

karena mereka perempuan, tetapi karena faktor-faktor lain yang bisa

menimpa siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan.

c) Dikehendaki dengan kurang akal (naqishatu aql) adalah kecerdasan emosi.

Jadi berdasarkan hadis ini perempuan memiliki kecerdasan emosi yang

lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Kecerdasan emosi di sini yang

intinya kasih sayang. Kasih sayang memang tidak bisa di kuantifikasi dan

dikalkulasi secara logika. Ia memiliki logikanya sendiri. Ini justru

pemberian Allah SWT yang agung bagi kaum perempuan, agar mereka

bisa mencurahkan cinta dan kasih sayangnya kepada keluarga dan kepada

anak-anaknya. Jadi kalau begitu, hadis ini tidak bermakna ejekan atau

perendahan, tetapi justru pujian dan sanjungan kepada kaum perempuan.

d) Soal akal (kecerdasan intelektual) tentulah berbeda-beda, dan tidak ada

orang yang sama antara yang satu dengan yang lain. Bukan hanya laki-laki

dengan perempuan, tetapi juga antara laki-laki yang satu dengan laki-laki

yang lain. Perlu diingat, bahwa dalam Islam akal adalah tolak ukur taklif,

yakni kewajiban dari Allah ta‟ala. Kalau benar perempuan kurang akal

seperti paham yang salah itu, pasti Allah ta‟ala tidak akan memberikan

tugas (taklif) yang sama antara laki-laki dengan perempuan. Faktanya,

Allah ta‟ala memberikan beban yang sama antara laki-laki dan perempuan

seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain.

e) Soal kurang agama (naqishatu din), maksudnya adalah kemudahan

(rukhsah) dari Allah ta‟ala. Kaum perempuan diberikan keringanan dalam

agama lebih besar dari laki-laki, terutama waktu haidh dan nifas. Terlalu

banyak ayat dan hadis sahih yang menerangkan bahwa Allah ta‟ala tidak

membeda-bedakan hamba-hambanya, laki-laki maupun perempuan.

Page 67: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

57

BAB IV

ANALISA ATAS PEMIKIRAN PROF. DR. HJ. TUTTY ALAWIYAH AS

TENTANG PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN

DOMESTIK

A. Kedudukan Perempuan

Setiap manusia memiliki kedudukan tertentu dan berperan menurut

kedudukannya. Kedudukan dan peran tidak dapat dipisahkan, karena peran

merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan

dan tidak ada kedudukan tanpa peranan.1

Bicara tentang kedudukan perempuan dalam Islam, masih banyak orang

yang menuduh bahwa Islam telah memerkosa hak perempuan, menurunkan

derajatnya dan menjadikan sebagai barang mainan kaum lelaki, di mana mereka

boleh bertindak sewenang-wenang terhadap kaum perempuan, kapan pun dan

dalam bentuk apa saja.

Padahal Islam datang ke dunia ini membawa kabar gembira bagi kaum

perempuan yang direndahkan kedudukannya sebelumnya. Kepada kaum

perempuan, Islam mengangkat dan menghormati serta diberinya hak yang sesuai

dengan keadilan. Perempuan dipandang sebagai makhluk yang memiliki potensi

sama seperti apa yang dimiliki laki-laki. Keberadaannya dipandang sebagai mitra

sejajar dengan laki-laki secara harmonis.

Prof. Tutty Alawiyah berpendapat bahwa Islam datang dan secara bertahap

mengembalikan lagi hak-hak perempuan sebagai manusia merdeka. Berhak

menyuarakan keyakinannya, berhak mengaktualisasikan karyanya, dan berhak

memiliki harta yang memungkinkan mereka diakui sebagai warga masyarakat.2

1

Hidayah Sultan Salim, Wanita-wanita di dalam al- Qur‟an, penerjemah. Salman Harun,

(Bandung: Al- Ma‟arif, 1983), cet-1, h. 22

2 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, (Jakarta : UIA pres, 2012), h.. 340

Page 68: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

58

Islam sejak awal telah mengedepankan ide kesetaraan antara laki-laki dan

perempuan. Term zawj (pasangan yang dipergunakan Al- Quran untuk menyebut

suami (laki-laki) dan istri (perempuan) memperlihatkan dengan jelas ide

kesetaraan ini. Begitu pula kata Libas (pakaian) untuk suami dan istri, dan kata-

kata al- Insan, Basyar, dan Bani Adam (masing-masing untuk arti manusia) yang

tercakup di dalamnya laki-laki dan perempuan. Penggunaan istilah ini

sesungguhnya mengandung makna pengokohan terhadap ide kesetaraan tersebut.3

Dalam Al-Quran surat al- Nisa‟ ayat 1 Allah ta‟ala berfirman:

ربل ا ل ا ٱنلاس ٱت حأ ا ي ا وبد ا زوج جفس وخدة وخيق ي خيلل ٱل

كن غييل إن ٱلل رخامي تصاءلن ةۦ وٱل ٱل ا ٱلل ل وٱت ا ونصاءا .رقيتاارجالا نرريا

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan

istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan

perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan

mengawasi kamu.”

Disebutkan di atas menurut pandangan Tutty Alawiyah bahwa laki-laki

dan perempuan diciptakan dari satu jenis atau dari zat yang sama. Penegasan ini

menghapus diskriminasi akibat pemahaman yang mengatakan bahwa Hawa

adalah pelengkap Adam (diciptakan dari tulang rusuk Adam) dan penyebab Adam

berbuat dosa.4 Hal ini sesuai dengan pendapat ulama kontemporer, antara lain:

Muhammad Abduh, Al-Qasimy dan Rasyid Ridha. Mereka mengatakan bahwa

tidak ada petunjuk yang pasti dari ayat Al- Quran yang dapat mengantar kita

untuk menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk. Mereka tidak

3 Tutty Alawiyah, Women in Islam Past, Present, Future, (Jakarta: diterbitkan atas kerja

sama BMKT, IMWU dan UIA, 2002), h. 116

4 Tutty Alawiyah, Women in Islam Past, Present, Future, h. 117

Page 69: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

59

memahami secara harfiah hadis yang mengatakan bahwa perempuan diciptakan

dari tulang rusuk yang bengkok, tetapi mereka memahami secara metaforis.5

Al-Quran memandang kesetaraan dan ke mitra sejajaran ini sebagai pola

natural (alamiah) yang berlaku bagi seluruh makhluk. Kesetaraan ini, tentu

mengandung makna persamaan hak-hak perempuan dalam berbagai sektor

kehidupan, baik politik, ekonomi, hukum, dan pendidikan, beserta akses terhadap

sumber-sumber pembangunan.

Selanjutnya beliau berpendapat, kesamaan antar perempuan dan laki-laki

itu terutama dilihat dari tiga dimensi, Pertama, dari segi hakikat kemanusiaan,

Islam memberikan kepada perempuan sejumlah hak untuk meningkatkan kualitas

kemanusiaannya, seperti hak mendapatkan pendidikan, hak berpolitik, dan hak-

hak lain yang berkenaan dengan urusan publik. Kedua, dari segi ajaran agama,

Islam mengajarkan bahwa perempuan dan laki-laki sama-sama mendapat pahala

atas amal shalih yang diperbuatnya dan sama-sama mendapat siksaan atas

pelanggaran yang mereka lakukan. Ketiga, dari segi hak-hak dalam keluarga,

seperti hak waris. Islam memberikan hak waris kepada perempuan, meskipun

jumlahnya tidak sebanyak bagian laki-laki. Sebelumnya, hak menerima warisan

bagi perempuan tidak dikenal dalam tradisi Arab.6

Pandangan-pandangan kontroversial seputar kedudukan perempuan yang

telah diberikan oleh Islam itu karena pengaruh penafsiran terhadap teks-teks

sumber ajaran Islam itu sendiri, baik karena pengaruh persepsi laki-laki atau

perempuan yang menafsirkannya. Yang keduanya kemungkinan dipengaruhi oleh

ajaran agama-agama di luar Islam dan kemungkinan karena dipengaruhi oleh

budaya dan tradisi.7

Banyak nash yang bertalian dengan perempuan yang sering ditafsirkan

secara tekstual dan tidak melihat kepada asbab nuzul atau konteks diturunkannya

5

Pendapat Muhammad Abduh, Al- Qasimy dan Rasyid Ridha ini dikutip dari Huzaemah

T. Yanggo, Hukum Keluarga Dalam Islam, h. 22

6 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 341

7 Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga Dalam Islam, h. 5

Page 70: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

60

ayat itu, akhirnya muncul anggapan bahwa laki-laki superioritas, sementara

perempuan subordinat. Penafsiran seperti itu tentu saja merugikan kaum

perempuan, karena mengakibatkan peran perempuan pun didefinisikan dalam

wilayah domestik, sementara wilayah publik menjadi milik laki-laki. Jadi bukan

agama yang memandang rendah kepada perempuan atau memandang remeh

terhadap hak-haknya, atau memandang kedudukannya tidak sejajar dengan laki-

laki melainkan pemahaman dan praktik keagamaan yang mengandung bias kultur

patriarki.

Agama Islam memberikan kesempatan kepada kaum perempuan dalam

kegiatan-kegiatan sosial, politik, pendidikan dan lain-lain, selama tidak menyalahi

garis yang telah ditetapkan oleh agama Islam dan tidak mengurangi nilai dan

martabat perempuan itu sendiri. Jadi agama Islam tidak membedakan kedudukan

perempuan dengan laki-laki, kalaupun ada perbedaan, itu hanyalah akibat fungsi

dan tugas utama yang dibebankan Allah ta‟ala kepada masing-masing jenis

kelamin, sehingga perbedaan yang ada tidak mengakibatkan yang satu merasa

memiliki kelebihan atas yang lain, di mana fungsi dan tugas utama mereka itu

sama-sama penting dan semuanya dibutuhkan, karena saling melengkapi dan

saling menyempurnakan serta bantu membantu dalam melaksanakan tugas dan

kewajiban.

Jadi mengenai kedudukan perempuan, Tutty Alawiyah berpendapat bahwa

perempuan itu setara dengan laki-laki, hanya ketakwaanlah yang menjadi nilai

pembeda. Kesetaraan ini tentu mengandung makna persamaan hak-hak

perempuan dalam berbagai sektor kehidupan, baik politik, ekonomi, hukum, dan

pendidikan, beserta akses terhadap sumber-sumber pembangunan. Pendapat ini

berbeda dengan pendapat para fuqaha klasik, yang mana mereka berpendapat

bahwasanya laki-laki derajatnya satu tingkat di atas perempuan.

Pendapat Tutty ini dikarenakan perkembangan khazanah keilmuan pada

masa Tutty hidup sedang menemui masa kemajuan. Sebut saja Muhammad

Abduh (1849-1905 M), Muhammad Rasyid Ridha (1863- 1935 M), Jamaluddin

Page 71: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

61

al-Afghani (1839-1897 M) dan lain-lain.8 Para ulama-ulama pembaharu yang

terlahir pada abad 19 M dan mulai populer dengan karyanya di abad 20 M. Jadi

ketika Tutty sedang mengenyam pendidikan, banyak pemikiran-pemikiran tokoh

tersebut yang diterima dan dicerna oleh Tutty Alawiyah.

B. Hak dan Kewajiban Perempuan dalam Ruang Domestik

Menurut Hamka, hak dan kewajiban yang sama antara laki-laki dan

perempuan bukanlah berarti bahwa pekerjaan yang hanya bahu laki-laki kuat

memikulnya perempuan disuruh untuk memikulnya pula. Islam menjelaskan

bahwa meskipun sama-sama berhak dan sama-sama berkewajiban, pekerjaan

harus dibagi-bagi.

Para fuqaha menegaskan bahwa Allah ta‟ala telah mewajibkan nafkah

atas suami, karena kemampuan yang dia miliki dalam memperoleh rezeki, karena

kemampuannya bekerja, karena kedudukannya sebagai penanggung jawab

keluarga, dan karena kelebihannya memikul beban.

Namun kewajiban memberikan nafkah yang dibebankan kepada suami

tidak berarti bahwa istri tidak boleh memberikan andil dalam memberi nafkah.

Bila si istri kaya atau memiliki pekerjaan yang mendatangkan gaji dan ia

memperoleh izin suaminya. Kehidupan suami istri adalah perpaduan, saling

menolong dan cinta kasih. Istri yang bekerja yaitu yang membantu suaminya

secara materi jika mampu dan dengan syarat bahwa istri tidak memayahkan

jiwanya untuk memperoleh harta dan untuk memberikan nafkah kepada keluarga,

karena hal itu hanya menjadi kewajiban suami.9

Begitu pun dengan Tutty Alawiyah, mengenai masalah nafkah,

menurutnya agama memberikan kewajiban kepada laki-laki untuk menafkahi

keluargannya. Namun Tutty Alawiyah tidak melihat bahwa ketika si istri bekerja

8 M. Khoirul Hadi, Pemikiran Politik Rasyid Ridha dalam Fiqh Munakahat, (Jurnal

Hunafa, 10, no. 2, 2015), h. 223. Diakses pada tanggal 20 Desember 2017, pukul 6.30 WIB dari

https://www.jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/article/view/27/20.

9 Musa Shalih Syara, Fatwa- Fatwa Kontemporer Tentang Problematika Wanita, (Jakarta

: Pustaka Firdaus, 1997), h. 87

Page 72: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

62

lalu pendapatan si istri itu mutlak hanya milik istri saja, melainkan si istri bisa

turut membantu kehidupan keluarganya melalui pendapatannya.10

Pendapat Tutty ini juga diperkuat oleh keterangan dari Fitriani Farhana,

yang merupakan Anak ke- 3 Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah, bahwasanya Prof.

Tutty alawiyah itu tidak memandang ini harta ayah atau ini harta mamah, tetapi

mamah ikut memberikan nafkah kepada anaknya dengan uang hasil keringatnya

sendiri. Dan akhirnya ajaran yang dia kerjakan itu kita ikuti sebagai anaknya.11

Nampak terlihat jelas bahwa adanya perbedaan pandangan mengenai

masalah nafkah ini. Para fuqaha klasik berpendapat bahwa nafkah keluarga

mutlak kewajiban suami, tidak ada campur tangan dari sang istri. mau sekaya

apapun sang istri dan semiskin apapun si suami, tetap kewajiban nafkah ada pada

suami.12

sedangkan menurut pandangan Tutty Alawiyah sang istri dapat

memberikan nafkah kepada keluarganya dengan hasil usahanya sendiri.

Pandangan Tutty Alawiyah ini mungkin disebabkan karena di Indonesia

telah lama mengenal yang namanya harta gono-gini. Pembagian harta bersama

antara suami dan istri di dalam satu keluarga yang sudah berjalan dari dahulu.

Selain itu pada masa setelah Tutty Alawiyah menikah, pada tahun 1974 lahir

Undang- undang nomor 1 tentang perkawinan, yang mana ada pasal yang

membahas tentang harta bersama.

Selanjutnya bicara soal kewajiban istri terhadap suami, ada pembahasan

mengenai hal urusan domestik (urusan rumah tangga). Yang dimaksud di sini

meliputi banyak hal mulai dari tugas mencuci dan menggosok pakaian,

membersihkan rumah, memasak, menghidangkan makanan, cuci piring,

membenahi perabotan dan lain-lain.

Menurut Imam Syafi‟i dan Hambali, seorang istri tidak wajib melakukan

pekerjaan yang berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga sehari-hari, juga tidak

10 Wawancara Pribadi dengan Fitriani Farhana, Anak ke- 3 Tutty Alawiyah, di Jati

Waringin, 22 November 2017.

11

Wawancara Pribadi dengan Fitriani Farhana, Anak ke- 3 Tutty Alawiyah, di Jati

Waringin, 22 November 2017

12 Mohammad Asnawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta:

Darussalam, 2004), h. 214

Page 73: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

63

perlu mengurusinya, karena yang benar-benar menjadi kewajiban bagi seorang

istri adalah memberikan pelayanan yang baik kepada “kebutuhan” suaminya.13

Sependapat dengan pendapat ulama klasik, Tutty Alawiyah menjelaskan

bahwa seorang istri tidak wajib melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan

urusan rumah tangga, melainkan peran tersebut diemban secara bersama-sama

dengan suami. Tidak terlihat sedikit pun kesan yang menyatakan bahwa tugas suci

perempuan hanya sebagai makhluk domestik- reproduktif belaka. Menyudutkan

perempuan pada tugas utama rumah tangga semata tidak mendapatkan dasar yang

kuat dalam Islam.14

Sama seperti tugas rumah tangga, urusan mendidik anak pun dilakukan

atas tanggung jawab bersama. Di barat, orang bisa melepas anaknya ke sekolah

dengan tanggung jawab adalah sekolah, guru dan sebagainya. Oleh karenanya

anak-anak bisa cenderung liar. Kalau dalam pemikiran di dunia Islam tidak seperti

itu. Walaupun anak dilepas ke sekolah atau pesantren, tapi tangggung jawab

pertama tetap orang tua sampai dia dewasa dan berkeluarga.15

Orang tua merupakan pendidik pertama, utama dan sejati. Apabila orang

tua tidak dapat mendidik anak-anaknya walau dengan alasan kesibukan, maka

hubungan batin di antara orang tua dan anak akan longgar, orang tua akan

kehilangan wibawanya, sehingga anak-anak akan bersikap tidak sopan, hormat

dan patuh kepada orang tuanya.16

Prof. Tutty Alawiyah berpendapat peran perempuan lebih strategis dalam

mewujudkan ketahanan keluarga dan masyarakat dengan berpegang pada nilai-

nilai moral dan agama.17

Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. bagi seorang

muslim menghayati fungsi ibu dan memberikan kecintaan kepadanya sangat

13 Pendapat ini dikutip oleh Mohammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan

Perbedaan, (Yogyakarta: Darussalam, 2004), h. 210

14 Tutty Alawiyah, Women in Islam Past, Present, Future, h. 116

15 Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. xi

16

Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga Dalam Islam, h. 121

17 Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 38

Page 74: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

64

ditekankan oleh agama. Penafian pengakuan terhadap fungsi luhur ibu dalam

membina dan membantu anak memiliki kemampuan fisik dan mental yang

diperlakukannya untuk mengarungi samudra kehidupan, dalam membina dan

membantu anak berjalan dalam koridor rambu dan kisi-kisi agama adalah

bertentangan dengan rasa keadilan dan kemanusiaan.18

Menghadapi masa depan kehidupan keluarga, perempuan sebagai istri

bersama suami dan sebagai orang tua harus mampu meningkatkan daya penalaran

anak-anak. Dia harus menjelaskan kepada anak-anak mengenai pengaruh negatif

globalisasi yang masuk melalui televisi maupun media elektronik lain, yang

kemungkinan dapat mempengaruhi prilaku yang buruk terhadap perkembangan

kepribadian dan mental anak.19

Jika kita tarik kesimpulan mengenai kewajiban memberikan pendidikan

kepada anak, pendapat Tutty Alawiyah ini sependapat dengan ulama klasik,

bahwasanya pendidikan adalah kewajiban yang utama dari sang ayah maupun ibu.

Namun ketika bicara hak pendidikan yang didapatkan oleh anak laki-laki dan

perempuan, nampaknya ulama klasik lebih cenderung berhati-hati terhadap anak

perempuan, tidak seperti anak laki-laki yang lebih diberikan kebebasan untuk

menuntut ilmu ke mana pun dan di mana pun. Sedangkan menurut Tutty

Alawiyah, anak laki-laki dan anak perempuan bisa mendapatkan hak

pendidikannya tanpa adanya perbedaan. Hal ini disebabkan karena mengenai

kedudukan perempuan, Tutty Alawiyah berpendapat bahwa laki-laki dan

perempuan itu setara, maka hak-hak yang diperoleh oleh anak laki-laki seharusnya

bisa diperoleh anak perempuan.

C. Hak dan Kewajiban Perempuan dalam Ruang Publik

Fenomena yang berlangsung saat ini di Indonesia adalah semakin hari

semakin banyak perempuan Indonesia dalam usia dewasa muda mempunyai

peluang untuk berkarya di dunia publik di samping menjadi ibu rumah tangga.

18 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban , h. 325

19

Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 38

Page 75: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

65

Mereka melakukannya terutama tidak karena keharusan ekonomi, tetapi atas dasar

pilihan.20

Di kota-kota besar, fungsi perempuan sebagai ibu rumah tangga ini

semakin berkurang peranannya karena beberapa penyebab, di antara penyebabnya

ialah karena tuntunan kebutuhan rumah tangga, atau dorongan berprestasi sebagai

orang modern. Perempuan semakin banyak ditemui mempunyai karier sendiri,

bahkan terkadang melebihi golongan laki-laki.21

Islam tidak mengatur wilayah perempuan dan laki-laki secara skematis.

Islam menyisakan wilayah-wilayah tertentu untuk diatur oleh akal manusia

berdasarkan tuntutan tuntutan yang senantiasa berkembang.

Penegasan Allah SWT bahwa perempuan dan laki-laki diberi hak dan

peluang yang sama baik dalam hal beramal, bekerja maupun prestasi dapat

disimak dalam Al- Quran (QS. Al-Nisa‟ [4]: 124) :

ث ول حظي ولهم يدخين ٱجل ـأ مؤ ث و

و أيحج ذنر أ ٱىص و حػ ن و

ا .لريا

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam

surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.”

Ayat ini menjamin (memotivasi) perempuan maupun laki-laki yang ingin

berkarier dalam bidang apa saja yang tergolong pekerjaan baik (halal) akan

mendapatkan keberhasilan dan kebahagiaan dan tidak pula akan dirugikan.

Menurut Syekh Mutawalli As Sya‟rawi seorang perempuan diperbolehkan

untuk mengetahui sebesar apa kemampuannya dalam berkarier di ranah publik

dengan syarat tanpa harus mengabaikan kewajiban rumah tangga selaku istri dan

20 Saparinah Sadli, Berbeda Tetapi Setara, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010),

h.18

21

H.Ray Sitoresmi Prabuningrat, Sosok Wanita Muslimah, (Yogyakarta: Tiara Wacana

Yogya, 1997), cet-2, h. 106

Page 76: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

66

ibu yang bertugas untuk mendidik anaknya dan juga haruslah masih dalam

koridor yang telah ditentukan oleh agama.22

Quraish Shihab menjelaskan bahwa perempuan mempunyai hak untuk

bekerja, selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan atau selama mereka

membutuhkan pekerjaan tersebut, serta pekerjaan tersebut dilakukannya dalam

suasana terhormat, sopan serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif

dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.23

Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS sependapat dengan ulama kontemporer di

atas, bahwasanya dengan persetujuan suami dan sesuai dengan tingkat

pendidikan, tak ada halangan bagi perempuan untuk berkarier. Dengan catatan

tidak boleh melupakan peran pendidikan kepada anak dan tanggung jawab pada

suami.24

Namun pendapat itu berbeda dengan pendapat ulama klasik, yang mana

menurut jumhur ulama klasik menyatakan bahwa tidak dibenarkan seorang

perempuan itu keluar rumah tanpa ada sebab yang dibenarkan dalam pandang

agama. Itu pun dengan syarat dapat memelihara kesucian dan kehormatannya.25

Selanjutnya bicara tentang hak perempuan yang berkaitan dengan ruang

publik, dalam hal pendidikan, Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS merupakan orang

yang terbuka. Seperti yang di contohkan, semua anak-anaknya disekolahkan di

luar negeri. Dan dia membebaskan kepada anak untuk memilih pilihannya sendiri

tidak ada paksaan dalam mencari pendidikan.26

22

Syekh Mutawalli Assya‟rawi, Fikih Perempuan (Muslimah), (Jakarta: Amzah, 2005),

cet-2, h. 39

23

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan,1992), h. 275

24 Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. xii

25 Pendapat Jumhur ini terdiri dari Imam Ibnu Katsir, Muhammad Nawawi al-jawi, al-

Qurthubi, dan al-Maraghi yang dikutip dari Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua,

(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,2010), h. 146 (lebih lengkap baca: Muhammad Nawawi al- Jawi,

Tafsir al- Nawawi, Juz II, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), h. 183. Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir, Juz III,

(Beirut: Dar al-Fikr, 1986). Al- Qurthubi, al- Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an, Jilid I, (Beirut: Dar al-

Fikr, 1986), h. 15

26

Wawancara Pribadi dengan Fitriani Farhana, Anak ke- 3 Tutty Alawiyah, di Jati

Waringin, 22 November 2017.

Page 77: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

67

Beliau tidak membeda-bedakan antara laki-laki dengan perempuan.

Pendidikan itu wajib bagi setiap muslim muslimat tidak ada pengecualian, mulai

dari lahir hingga liang lahat. Pemikiran beliau ini mungkin berbeda dengan cara

pendidikan yang dahulu beliau dapatkan dari sang ayah. Dulu sang ayah tidak

membolehkan Tutty untuk mengenyam pendidikan di luar madrasah.27

Berbeda

zaman, mungkin ketika zaman sang ayah tidak mengizinkan anaknya untuk

sekolah di luar lingkupnya, dikarenakan banyak dampak negatifnya jika si anak

jauh dari pengawasan orang tua. Namun ketika zaman sekarang, banyak cara

pengawasan dan pengontrolan yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk tetap

dekat dengan sang anak.

Begitu pun dengan hal dalam memilih pasangan hidup, Prof. Tutty

Alawiyah tidak pernah menekan anaknya untuk berjodoh dengan seseorang,

namun lebih memberikan kebebasan kepada anaknya untuk menentukan

pilihannya sendiri.28

Ajaran yang beliau berikan kepada anaknya ini merupakan

ajaran yang beliau dapat dari sang ayah. Karena Prof. Tutty Alawiyah menikah

dengan pak Chatib Naseh, pernikahan yang memang bukan berdasar dari hasil

perjodohan orang tua.

Membahas tentang kepemimpinan perempuan, Prof. Tutty menjelaskan

yang dimaksud dengan kepemimpinan perempuan ialah bukan dominasi

perempuan atas kaum laki-laki, karena Islam adalah agama keadilan (din al-

„adalah) yang menolak kezaliman dalam bentuk apa pun, termasuk kezaliman

kaum perempuan atas kaum laki-laki. Kepemimpinan perempuan tidak berarti

perempuan hendak merebut posisi dan peran kepemimpinan laki-laki, tetapi

perempuan dan laki-laki dapat bersama-sama menyalurkan potensi kepemimpinan

mereka sepenuhnya tanpa superioritas pada satu sama lain. Kepemimpinan

perempuan merupakan tantangan bersama bagi para laki-laki dan perempuan,

sebagai „equal partner‟ untuk mewujudkan kehidupan bersama yang lebih

27 Wawancara Pribadi dengan Fitriani Farhana, Anak ke- 3 Tutty Alawiyah, di Jati

Waringin, 22 November 2017.

28

Wawancara Pribadi dengan Fitriani Farhana, Anak ke- 3 Tutty Alawiyah, di Jati

Waringin, 22 November 2017.

Page 78: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

68

sinergik, penuh kesejahteraan lahir batin, dan menggapai keselamatan dunia

akhirat.29

Dalam politik, perempuan harus melibatkan diri secara aktif dalam proses

pembangunan bangsa. Perempuan diminta untuk setiap waktu memperbesar

keterwakilannya dalam pemerintahan baik pada jalur eksekutif, legislatif maupun

yudikatif. Perempuan juga diminta untuk menjadi salah satu kekuatan moral

(moral force) yang diharapkan mampu memberantas keburukan bangsa.30

Kaum perempuan mempunyai hak untuk berperan dalam pembangunan

seperti halnya kaum lelaki, sebagaimana diperlihatkan dalam berbagai peristiwa

sejarah. Tujuan dari perempuan harus terlibat dalam kehidupan pengaturan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak lain agar perempuan dapat

menyuarakan kepentingan praktis dan strategis, peranan dan aspirasinya, agar

dapat ikut dalam pengambilan ke putusan yang memungkinkan perempuan dapat

meningkatkan kualitas kinerja perannya dalam ranah publik maupun domestik.31

Menurut Tutty Alawiyah, wilayah politik pada dasarnya kewajiban yang

kekuatan tuntutannya bisa masuk kategori wajib „ain atau hanya berhenti sebagai

wajib kifayah. Ini sangat tergantung pada definisi wilayah politik (sesuatu yang

cocok bagi perbaikan manusia untuk meniti jalan selamat dunia dan akhirat),

maka tuntutan itu mempunyai kekuatan wajib „ain. Namun apabila konsep negara

bangsa, per undang- undangan, persaingan kekuasaan, itu kekuatannya termasuk

dalam wilayah wajib kifayah.32

Format pemahaman seperti ini mengindikasikan kegiatan politik adalah

tanggung jawab individual dan sekaligus tanggung jawab sosial, karena setiap

individu di manapun tempatnya mempunyai kewajiban untuk membantu

terlaksananya wajib kifayah baik yang dilaksanakan oleh perorangan maupun oleh

29 Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 63

30 A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 354

31 Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 51

32

Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 70

Page 79: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

69

negara. Dalam pengertian ini, setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan

mempunyai kewajiban membantu negara yang akan melaksanakan wajib

kifayah.33

Masih dalam pembahasan politik, menurut Tutty Alawiyah Islam

memandang penting unsur kemampuan. Bagi perempuan yang memang mampu

dalam dunia politik, terbuka baginya untuk berperan dalam politik. Sementara

yang tidak mampu harus ingat bahwa konsep kewajiban dalam dimensi

dinamikanya sangat berkaitan dengan kemampuan. Hukum taklif harus bisa

dijangkau oleh kemampuan mukalafnya karena sesungguhnya tidak ada taklif

kecuali bila ada kemampuan.34

Dalam Q.s al- Baqarah ayat 286 :

ا جفصا إل وشػ ....ل يليؿ ٱلل

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

Sebagian orang melihat perempuan memiliki kecenderungan menyimpang

dan tidak berlaku bijak seimbang. Emosinya lebih tinggi dari rasionya dan

sebagainya. Kekuasaan politik menuntut adanya pandangan rasional dan

keteguhan, suatu hal yang dianggap kelemahan yang dimiliki oleh perempuan.

Karena itu politik diharamkan bagi para perempuan demi menjaga masyarakat

agar tidak mundur dan jatuh. Selain itu, dunia politik akan menjadi beban berat

bagi wanita yang tidak akan mampu dipikul, hanya akan membuat tugas utamanya

dalam keluarga menjadi terabaikan atau tidak tertangani.

Menurut Tutty Alawiyah pandangan seperti ini harus kita lihat semata-

mata didasarkan pada teori maslahat bukan pada pandangan dasar yang tidak

sejalan dengan perkembangan bentuk negara yang sesuai dengan ruang dan

waktu. Persoalan yang berkaitan dengan masalah keluarga maupun politik telah

ada landasan tempat berpijaknya dalam hukum taklif bahwa tidak memberi beban

kewajiban kecuali yang sesuai dengan kemampuannya. Tidak ada kecuali, apakah

33 Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 70

34

Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 71

Page 80: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

70

itu laki-laki maupun perempuan, jika tidak ada kemampuan dan keahlian pastilah

hak dalam pengertian kewajiban itu gugur dengan sendirinya.35

Jadi ketika membahas tentang hak perempuan dalam ruang publik, penulis

berkesimpulan bahwasanya Prof. Tutty Alawiyah merupakan seseorang yang

sangat amat perhatian terhadap hak-hak perempuan, pemikiran yang ia hasilkan

berkat belajar, pengalaman dan wawasan yang ia dapatkan, semua itu beliau

aplikasikan melalui didikan dan teladan kepada anak-anak dan murid-muridnya.

Melihat sosok Tutty Alawiyah yang menjadi emansipator pada zaman orde

baru terlebih lagi pada zaman reformasi ini mengingatkan kita kepada sosok

Raden Ajeng Kartini. Seorang yang menjunjung tinggi ide kesetaraan pada zaman

penjajahan. Tutty Alawiyah dalam pandangannya mengenai kesetaraan ini adalah

sebuah upaya reformasi kultural untuk mengedepankan pentingnya percerahan

perempuan dan perubahan-perubahan yang ditimbulkan beserta jejak-jejak

keberhasilan perempuan Indonesia sampai saat ini.

Menurut Tutty, reformasi kultural ini bukanlah upaya penafsiran kultural

sosok Raden Ajeng Kartini dan posisinya dalam sejarah perjuangan perempuan

Indonesia. Bukan pula upaya pengesahan ulang simbolisasi cita-cita perempuan

Indonesia dalam sejarah. Seperti Christina Martha Tiahahu, Cut Nya‟ Dien, Cut

Mutia, Dewi Sartika, dan masih banyak lagi pejuang perempuan di seluruh

pelosok negeri yang belum sempat tercatat. Melainkan sebuah perubahan

paradigma atau peningkatan level pemikiran pada hari kemarin. Dibutuhkan

partisipasi dan peranan perempuan yang sangat besar dalam menyukseskan

rangkaian pembaharuan kultural yang saat ini sedang berjalan.36

Dari sosok perempuan seperti mereka kita memperoleh hikmah tentang

semangat pembelajaran dan pentingnya peningkatan level pemikiran. Dari mereka

pula kita memiliki spesifikasi ciri dari perjuangan emansipator perempuan, yang

pada zamannya mampu melakukan perubahan paradigma.

35 Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 71

36

Tutty Alawiyah, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, h. 60

Page 81: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

71

Mengenai kewajiban perempuan ketika terjun ke dalam ruang publik,

beliau berpendapat bahwa perempuan karier tetap harus meluangkan waktunya

untuk anak dan suami. Komunikasi menjadi sangat penting dalam hal bagaimana

pola relasi pemenuhan hak dan kewajiban dalam rumah tangga. Ketika perempuan

sibuk menjalani kesehariannya sebagai perempuan karier, seharusnya tidak

melupakan kewajiban-kewajibannya sebagai istri maupun ibu.37

Hal itu di contohkan oleh Tutty Alawiyah, ketika beliau sibuk dalam

menjalani kehidupan kesehariannya, beliau pasti sempatkan satu waktu dalam

sehari untuk sekedar bertemu dengan sang anak, sekedar makan siang, atau makan

malam. Jika tidak bisa bertemu, maka dia usahakan untuk menelepon sang anak.38

Terhadap suami, beliau sisihkan satu hari untuk sang suami yaitu hari

Kamis. Beliau khususkan hari itu untuk sang suami. entah mau jalan ke Bandung,

Bogor, atau ke Sentul, yang jelas setiap hari Kamis beliau berikan untuk sang

suami. Menurutnya itu bentuk kasih sayang dia kepada suaminya, di banyak

kesibukan sehari-harinya namun dia tetap ingin memberikan waktu lebihnya

kepada sang suami.39

Begitu pun terhadap anak dan cucu, beliau berikan waktu sehari dalam

sebulan untuk jalan bersama keluarga, baik suami, anak, cucu dan menantu. Dan

beliau berikan pula satu waktu untuk berlibur bersama berwisata ke daerah di

dalam negeri maupun ke luar negeri. Begitulah dia punya cara dalam memberikan

kasih sayangnya kepada keluarga.40

Pandangan yang diusung oleh Tutty Alawiyah mengasumsikan bahwa

perempuan yang memilih bekerja di ruang publik tetap dituntut mengombinasikan

37 Wawancara Pribadi dengan Fitriani Farhana, Anak ke- 3 Tutty Alawiyah, di Jati

Waringin, 22 November 2017.

38

Wawancara Pribadi dengan Fitriani Farhana, Anak ke- 3 Tutty Alawiyah, di Jati

Waringin, 22 November 2017.

39

Wawancara Pribadi dengan Fitriani Farhana, Anak ke- 3 Tutty Alawiyah, di Jati

Waringin, 22 November 2017.

40

Wawancara Pribadi dengan Fitriani Farhana, Anak ke- 3 Tutty Alawiyah, di Jati

Waringin, 22 November 2017.

Page 82: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

72

dengan kedudukannya sebagai ibu dan istri. Baginya, suami dan istri harus saling

menghormati agar tercipta harmoni keluarga dan karier.41

Jadi sebagai perempuan yang terjun ke ruang publik ketika kesehariannya

disibukkan dengan pekerjaan, hendaknya sisihkan waktu untuk bertemu dengan

keluarga, berikan pelayanan yang terbaik bagi suami, dan jangan lupakan

tanggung jawab perhatian kepada sang anak.

Jika kita lihat secara eksplisit pemikiran yang ditawarkan oleh Prof. Tutty

Alawiyah ini ialah pemikiran seorang feminis. Namun berbeda dengan feminis-

feminis barat, dalam meningkatkan peran dan kedudukan perempuan guna

mendapatkan hak-hak perempuan yang seharusnya didapatkan beliau lebih

menekankan kepada identitas muslimah itu sendiri.

Jangan sampai kaum perempuan kehilangan identitas diri sebagai

penganut agama yang agung, lalu terpuruk ke dalam situasi modernitas tanpa nilai

yang akhirnya membawa perempuan terpuruk menjadi barang dagangan dalam

kehidupan materialisme.

Ajaran Islam dan roh perjuangan yang diterima sejak dini dari ayahnya

KH. Abdullah Syafi‟ie sebagai warisan yang paling berharga bagi hidupnya,

membuatnya makin yakin bahwa Islam memberikan hak-hak perempuan

sepenuhnya, di antaranya hak untuk belajar, hak hidup terhormat, dan hak untuk

berperan aktif dalam masyarakat.

Selain itu Prof. Tutty Alawiyah juga sering berkawan dengan orang luar

negeri yang berbeda budaya maupun berbeda agama, jadi wawasannya lebih

terbuka. Terkadang banyak tamu yang suka menginap di rumah beliau dan beliau

terima dengan ramah. Bahkan tidak sedikit pendeta atau pemuka agama lainnya

yang pernah bermalam di rumahnya dan beliau tetap hargai. Prof. Tutty Alawiyah

merupakan sosok yang terbuka bagi semua kalangan dan golongan.42

41

Zainal Arifin Hoesein, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah di Mata Tokoh Indonesia dan

Dunia, (Jakarta: UIA Press, 2012), h. 29

42

Wawancara Pribadi dengan Fitriani Farhana, Anak ke- 3 Tutty Alawiyah, di Jati

Waringin, 22 November 2017

Page 83: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

73

Kedekatan beliau dengan tokoh-tokoh ulama dunia seperti Syekh Yusuf

Qaradhawi Ketua Persatuan Ulama Internasional, Syekh Badruddin Hasun Mufti

Negara Syria, Almh. Syekh Jadul Haq Syaikhul Azhar Mesir, dan beberapa ulama

besar lainnya membuat beliau memiliki budaya dan wawasan global, yang

menjadikan Islam sebagai agama pembawa rahmah dan kedamaian bagi semesta

alam.43

43

A. Ilyas Ismail, et.al, ed. 70 tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman Penggerak

Kemajuan dan Peradaban, h. 216

Page 84: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian dan pembahasan yang penyusun lakukan pada bab

terdahulu maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut:

1. Dalam Islam perempuan dipandang sebagai makhluk yang memiliki potensi

sama seperti apa yang dimiliki laki-laki. Keberadaannya dipandang sebagai

mitra sejajar dengan laki-laki secara harmonis. Tutty Alawiyah berpendapat

bahwa tugas suci perempuan bukan hanya sebagai makhluk domestik-

reproduktif belaka. Tidak terlihat sedikit pun kesan dalam Islam yang

menyatakan bahwa perempuan bertugas pada urusan rumah tangga semata.

Urusan domestik rumah tangga pada dasarnya merupakan tanggung jawab

bersama. Selanjutnya Tutty Alawiyah mengasumsikan bahwa ketika

perempuan yang memilih bekerja di ruang publik tetap dituntut

mengombinasikan dengan kedudukannya sebagai ibu dan istri. Dalam

meningkatkan peran dan kedudukan perempuan guna mendapatkan hak-hak

perempuan yang seharusnya didapatkan beliau lebih menekankan kepada

identitas muslimah itu sendiri. Jangan sampai kaum perempuan kehilangan

identitas diri sebagai penganut agama yang agung, lalu terpuruk ke dalam

situasi modernitas tanpa nilai yang akhirnya membawa perempuan terpuruk

menjadi barang dagangan dalam kehidupan materialisme.

2. Pemikiran Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang domestik

dan publik sesungguhnya refleksi atas ajaran Islam yang telah lama pudar,

bahwasanya Islam itu memandang mulia perempuan. Perempuan itu

mempunyai hak-hak yang sama dengan laki-laki dalam berbagai sektor

kehidupan, baik politik, ekonomi, hukum, dan pendidikan, beserta akses

terhadap sumber-sumber pembangunan. Islam sesungguhnya telah

membuktikan diri sebagai agama modern yang penuh gagasan dan cita-cita

sosial yang amat tinggi. Islam mendobrak keterbelakangan dan melepaskan

belenggu yang mengikat harkat kemanusiaan.

Page 85: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

75

B. Saran

Akhir dari penulisan skripsi ini, penulis mengharapkan adanya manfaat

bagi kita semua, yaitu kepada penulis khususnya dan kepada para pembaca

umumnya. Adapun beberapa saran sehubungan dengan sasaran penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian mengenai peranan perempuan masih perlu dan harus lebih

dikembangkan untuk melihat lebih jauh segi-segi peranan kaum perempuan

agar dapat diaktualisasikan di masa-masa mendatang.

2. Seorang perempuan haruslah memiliki kecerdasan dengan cara

memperbanyak ilmu dan pengalaman agar dapat mengikuti perkembangan

zaman yang semakin maju. Dan ketika ingin terjun ke ruang publik

hendaknya tidak melupakan identitasnya sebagai seorang muslimah. Jangan

sampai kaum perempuan kehilangan identitas diri sebagai penganut agama

yang agung hanya karena hal urusan keduniaan.

Page 86: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

76

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozi dan Syamsir. Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan

HAM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia, 2001.

Alawiyah, Tutty. Women in Islam Past, Present, Future. Jakarta: diterbitkan atas

kerja sama BMKT, IMWU dan UIA, 2002.

Alawiyah, Tutty. Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran. Jakarta: Legasi,

2002.

Alawiyah, Tutty. Dakwah berwawasan Global: Inovasi Menghadirkan Islam

Rahmatan Lil‟Alamin. Jakarta: UIA, 2010.

Alawiyah, Tutty. KH. Abdullah Syafiie: Membangun Bangsa Melalui Dakwah,

Pendidikan, dan Sosial. Jakarta: UIA Press, 2010.

Al-Arfan, Ahmad Musthafa. Tafsir Imam Syafii, penerjemah. Edrian dkk. Jakarta:

AlMahira, 2008.

Al-Barik, Hayfa binti Mubarok. Ensiklopedi Wanita Muslimah. Jakarta: Darul

Falah, 1998.

Al-Bugha, Musthafa Diib. Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-hukum Islam

Mazhab Syafii. Surakarta: Media Zikir, 2010.

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail Shahih Bukhari. Libanon: Dar el-Fikr, t.tp.

Al-Ghazali, Imam. Etika Perkawinan. Penerjemah. Abu Asma Anshari. kitab

Adabun Nikah. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993

Al-Hasyimy, Muhammad Ali. Jati Diri Wanita Muslimah. Jakaarta: Pustaka Al-

Kaustar, 1997.

Al-Husaini, Taqiyuddin Abu Bakar. Kifaayatul Akhyaar Fii alli Ghayatil

Ikhtihaar, Penerjemah. Achmad Zaidun dan A.Ma‟ruf Asrori. Surabaya:

Bina Ilmu Oset,1997.

Al- Jauziyah, Ibnu Qayyim. Fiqih Bayi, Penerjemah. H.anshori Umar. Jakarta:

Fikr , 2000.

Al- Jawi, Muhammad Nawawi bin Umar. Syarah Uqud al-Lujjain. Surabaya: Al-

Hidayah,1416

Page 87: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

77

Al-Qardhawy, Yusuf. Anatomi Masyarakat Islam. Penerjemah, Setiawan Budi

Utomo. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993.

Al- Qazwini, Muhammad bin Yazid bin Majah. Sunan Ibnu Majah.

Anisah, Cut. Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Menurut Zakiah Daradjat

(Kajian Teoritis), Tesis S2 , TIK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Ash Shabagh, Mahmud. Tuntunan Keluarga bahagia Menurut Islam. Bandung:

Remaja Roada Karya, 1991.

Asnawi, Mohammad. Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan. Yogyakarta:

Darussalam,2004

Assya‟rawi, Syekh Mutawalli. Fikih Perempuan (Muslimah). Jakarta, Amzah,

2005.

Athibi, Ukasyah. Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya. Jakarta: Gema Insani,

1998.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh

Munakahat. Penerjemah. Abdul Majid Khon. Jakarta: Amzah, 2009.

Bakry, Sidi Nazar. Kunci Keutuhan Rumah Tangga. Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya,1993.

Basyir, Azar. Hukum Perkawinan Islam. Jogjakarta: UII Press, 1999.

Ghazaly, Abd. Rahman. Fiqih Munakahat. Jakarta: Prenada Media, 2003

Hasan, Ali. Berumah Tangga Dalam Islam. Jakarta: Prenada Media,2003.

Hoesein, Zainal, Arifin et.al, ed., 70 Tahun Tutty Alawiyah Mereka Bicara

Tentang “Kak Tutty”. Jakarta: UIA Press, 2012.

Ihrmoi, Tapi Omas dkk, Penghapusan Diskriminasi terhadap Wanita. Bandung:

Alumni, 2006.

Ismail, A. Ilyas, et.al, eds., 70 Tahun Tutty Alawiyah The Inspiring Woman

Penggerak kemajuan dan Peradaban. Jakarta: UIA Press, 2012.

Jawad, Haifa A. Otentitas Hak-hak Perempuan Perspektif Islam atas Kesetaraan

Jender. Yogyakarta: Pustaka Baru, 2002.

Khamenei, S.M. Risalah Hak Asasi Wanita. Jakarta: Al-Huda, 2004.

Page 88: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

78

Koderi, Muhammad. Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara. Jakarta: Gema

Insani Press, 1999.

Katsir, Ibnu. Tasir al- Qur‟an al-„Adzim. Beirut: Dar al-Fikr,1999.

Manshur, Abd. Al- Qadir. Buku Pintar Fikih Wanita. Jakarta: Zaman, 2009.

Mas‟udi, Masdar. Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan. Bandung:

Mizan,2000.

Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Lentera, 2010.

Mulia, Musdah. Islam dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Nauan Pustaka,

2010.

Munawwir, A.W. Kamus Al-Munawwir. Yogyakarta: Pustaka Progresi,1997.

Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender. Purwokerto: Pusat Studi Gender dan Fajar

Pustaka, 2006.

Shihab, Quraish. Perempuan. Ciputat: Lentera Hati, 2011.

Shihab, Quraish. Tafsir al- Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2003.

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur‟an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan,1992.

Subhan, Zaitunah. Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan. Jakarta : el-

Kahfi, 2008.

Syarifudin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media

Group, 2009.

Syuqqah, Abdul Halim Abu. Kebebasan Wanita. Penerjemah. As‟ad Yasin.

Jakarta: Gema Insani, 1998.

Umar, Nasaruddin. Fikih Wanita Untuk Semua. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,

2010.

Umar, Nasaruddin. Kodrat Perempuan dalam Islam. Jakarta: lembaga Kajian

Agama dan Jender, 1999.

Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur‟an. Jakarta:

Paramadina,2001.

Page 89: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

79

Yanggo, Huzaemah Tahido. Fikih Perempuan Kontemporer. Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2010.

Yanggo, Huzaemah Tahido. Hukum Keluarga dalam Islam. Palu: YAMIBA,

2013.

Yusuf, Muhammad. Penciptaan dan Hak Kepemimpinan Perempuan dalam al-

Qur‟an. Makasar, Al- Fikr Vol.17 No.1, 2013.

Zuhailli, Wahbah. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Beirut: Dar al-Fikr,2006.

Zuhaili, Wahbah. Fiqih Imam Syafii. Penerjemah. Muhammad Apipi dan Abdul

Hafiz. Jakarta: Al Mahira, 2012.

Perundang- undangan

Undang- Undang nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Artikel

http://nasional.kompas.com/read/2016/05/04//

http://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/view/3

http://uia.ac.id/index/2016/12/19/biografi-prof-dr-hj-tutty-alawiyah-as-ma/

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents// Zubair Ahmad, K.H

Abdullah Syaif‟ie: Ulama Produk Lokal Asli Betawi dengan Kiprah

nasional dan Internasional.

http://nasional.kompas.com/read/2016/05/04//

http://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/view/3

http://uia.ac.id/index/2016/12/19/biografi-prof-dr-hj-tutty-alawiyah-as-ma/

Hadi, M. Khoirul , Pemikiran Politik Rasyid Ridha dalam Fiqh

Munakahat, (Jurnal Hunafa, 10, no. 2, 2015), h. 223. Diakses dari

https://www.jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/article/view/27/20

Ikrom, Muhammad. “Hak dan Kewajiban Suami Istri Perspektif Al-

Qur‟an”, Qolamuna 1, no. 1 (Juli 2015) diakses dari

http://stismu.ac.id/ejournal/ojs/index.php/qolamuna/article/

Page 90: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

80

Sudrajat, M. Subana. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung, Pustaka Setia,

2011. http://uia.ac.id/index/2016/12/19/biografi-prof-dr-hj-tutty-alawiyah-

as-ma/

Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Perspektif Agama Islam, Jakarta:

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2004

Wawancara Pribadi dengan Fitriani Farhana, Anak ke- 3 Prof. Dr. Hj. Tutty

Alawiyah, di Jati Waringin, 22 November 2017.

Page 91: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

81

Lampiran 1 : Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi

Page 92: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

82

Lampiran 2 : Surat Permohonan Data Wawancara

Page 93: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

83

Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara

Page 94: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

84

Hasil Wawancara dengan Narasumber

Nama : Hj. Fitriani Farhana, SE

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Januari 1968

Alamat : Jl. Raya Jatiwaringin no.51 Pondok Gede 17411

Keterangan : Anak ke Tiga Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah

Pekerjaan : Hubungan Luar Negeri, Universitas Islam

Assyafiiyah

Pertanyaan : Beliau lahir dan dibesarkan dilingkungan taat beragama, lalu

bagaiamana pola asuh dari kedua orang tua Prof. Dr. Hj. Tutty

Alawiyah ketika beliau masih kecil ? apakah sama seperti

pendidikan dan pengasuhan yang diterapkan oleh kiyai pada

umumnya? Atau adakah yang menjadi ciri khas dari K.H

Abdullah Syaiie terkait pengasuhan terhadap anak-anaknya?

Jawaban: Ibu Tutty ialah bukan anak pertama, ayahnya itu mempunyai dua

orang istri, tapi tidak sewaktu. Dan bu Tutty itu anak dari istri yang

pertama, ialah Hj.Rogayah, yang berlatar belakang orang tua kiyai

juga. Jadi bu Tutty itu lahir dari background agamis. Jadi keluarga

dari ayah dan ibunya itu sama-sama keluarga kiyai. Ibu Tutty punya

kaka perempuan namanya Muhibbah. Ibu Tutty ditinggal wafat oleh

ibunya itu pada umur sembilan tahun. Tapi dari kecil beliau sudah

mendapatkan didikan tentang agama oleh ibunya seperti, tentang

baca qur‟an, belajar menjadi qari‟ah atau sholawatan. Di umur

sembilan tahun sebelum ibunya wafat, beliau sempat diminta untuk

baca Al-qur‟an di Istana Negara ketika acara maulid Nabi saw. dan

segala sesuatunya di persiapkan oleh ibundannya.

Page 95: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

Didikan dari bapaknya memang keras, jadi bukan anak yang di

manjakan, dari kecil bu Tutty sudah sering membantu orang tua

berdagang kue dan jeruk. Berjualan di komplek sekolah kakeknya

(H. Syafi‟i). Dengan berjualan beliau sudah bisa melihat kehidupan

orang-orang pada umunya.

Ketika bu Tutty umur 15 tahun, kakaknya meninggal. Jadi bu Tutty

meneruskan majlis talim peninggalan keluarganya yang sebelumnya

di pegang oleh kakaknya (Muhibbah) sejak usia 15 tahun sampai

akhir hayat. Pengajian ini sudah turun temurun dari ibu Hj.Rogayah

dilanjutkan oleh kak Muhibbah dan dilanjutkan kembali oleh bu

Tutty. Dan ketika bu Tutty meninggal, pengajian tersebut tetap kita

lanjutkan oleh anak-anaknya.

Pernah pada suatu kejadian, pada saat itu pak Kiyai (ayah bu Tutty)

di undang ceramah ke Singapura. Bu Tutty mendengar ada undangan

ke Singapura dan dia minta ikut kesana. Tapi disitu pada saat dia

ingin ikut ke Singapura, pak Kiyai bilang, “ke Singapur,hah mau

ikut? mau ikut emang punya duit?” mendengar ayahnya bilang

seperti itu, membuat dirinya termotivasi untuk bisa berangkat ke

Singapura dengan uang sendiri. Nah dia cari uang dengan berjualan,

tulisan-tulisan dia, buku sholawatan, mengajar, dan akhirnya

terkumpul lah uang tersebut. Ibu Tutty itu kalau untuk nabung,

simpanan dia bisa. Kadang-kadang saya juga berikir mamah uang

dari mana, kan kita sama-sama disini, pemasukan dia kita tahu, tapi

untuk mengeluarkan uang untuk yatim, untuk keluarga atau untuk

pergi ada saja.

Akhirnya punya uang dia berangkat ke Singapura. Sesampainya di

Singapura,banyak berita yang memberitakan dia. Karena suaranya

bagus, sholawatan, lantas terdengar berita tersebut oleh mantan

Menteri Pendidikan, segera ibu Tutty diajak tinggal dirumahnya

selama tiga bulan. Tiga bulan di singapura, wawasannya tambah,

cara dia berfikir berubah, wawasan dia lebih terbuka, bahwa

Page 96: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

perempuan ini harus maju. Pulang dari Singapura baju-baju dia

dikasih-kasihin keorang semua, ganti model yang agak modern.

karena tadinya dia berpakaian pakai kebaya, namun setelah pulang

dari Singapura busananya agak modern, dia ganti pakai baju kurung,

atau baju-naju model melayu, yang memang terlihat agak longgar

namun tetap elegan. Selain itu disana beliau bisa liat perempuan

menyetir mobil sendiri, dan terbuka lah wawasannya, dan

perempuan itu harus maju.

Pertanyaan: Bagaimana keadaan lingkungan (pergaulan) Prof. Dr. Hj. Tutty

Alawiyah sejak kecil hingga beliau menikah?

Jawaban: Dulu ibu Tutty tidak diperbolehkan sekolah di sekolah umum, dia

disuruh sekolah di madrasah saja, tapi dia melihat sepupunya belajar

di luar, hati resah, dia ingin seperti orang lain, kawan seumurannya,

mau sekolah di sekolah umum di luar, bisa main, bisa naik sepeda

dan sebagaimana mainan anak kecil pada umumnya.

Setelah ayahnya dibujuk rayu akhirnya dia dibolehkan sekolah di SD

Cibono. Sekolah di daerah manggarai. Tapi saat mendaftar dia tidak

mau masuk kelas satu, dia maunya masuk langsung kelas dua.

Memang dia orangnya keras, Karena sepupunya itu sudah kelas dua,

Akhirnya dia diizinkan masuk kelas dua, karena memang dia pintar

dan bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Dan terus sekolah sampai

lulus. Beranjak SMP, dia ingin masuk SMP 3 Jakarta dekat dengan

rumahnya. Namun tetap ayahnya tidak mengizinkan dia untuk

sekolah di luar selain madrasah. Akhirnya secara diam-diam dia

masuk sekolah SMP lewat pos, SMP di Jogjakarta. Jadi sudah dari

kecil dia berfikir untuk kedepan. Sekolah Aliyah dia masuk di

Madrasah Asyafiiyah dan terus lanjut ke IAIN Jakarta. Jadi begitulah

kehidupannya tidak yang mulus, memamng didikan dari

keluarganya, bukan berarti dengan terlahir dari keluarga mampu, tapi

dia tetap tidak di manjakan.

Page 97: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

Pertanyaan: Ketika berumah tangga, bagaimana tentang keluarga mudanya?

Ketika bu Tutty aktif dalam ranah publik, bagaimana beliau

menjalankannya? Lantas bagaimana pandangan suaminya

terkait hal tersebut?

Jawaban: Ayah saya itu bukan seorang ustadz, tetapi orang umum. Malah

sebelumnya kehidupannya di otomotif, kerja di bengkel. Pak Chatib

itu orang yang sabar. Dan ibu Tutty itu orang yang keras. Dan

menurut kita ini adalah perpaduan yang pas. Tapi bukan berarti ibu

Tutty yang dominan, namun tetap kepala keluarga lah dipegang oleh

suaminya. Kalau ayah saya sudah marah ya tetap ibu Tutty diam.

Namun pak Chatib itu lebih pengertian orangnya. Malah ayah yang

mendukung karir ibu Tutty. Selanjutnya ayah meninggalkan

kebiasaan dia dan ikut mengabdi bersama ibu Tutty mengurus

Asyafiiyah.

Selain itu pak Chatib itu supportnya luar biasa, terlalu cinta, setiap

ibu pulang dari kantor itu ayah yang sering jemput didepan pintu,

kalo mamah pergi, ayah antar mamah sampe depan pintu. Kalau

mamah pergi keluar negeri, ayah antar sampai bandara. Kalau sudah

sampai telpon mamah langsung bunyi lantaran ada telpon dari ayah.

Walaupun hanya sekedar menanyakan kabar. Ketika pulang dari luar

kota atau luar negeri, ayah pasti jemput mamah di bandara, bukan

Cuma itu dia sudah siapkan makanan untuk mamah.

Pertanyaan: Bagaimana kehidupan Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah dalam

menjalani peran sebagai ibu dari anak-anaknya dan juga

sebagai seorang tokoh di ranah publik?

Jawaban: Tentang pengasuhan kepada anak, pengasuhan diasuh bersama-

sama. Mamah ini orangnya sangat pengertian terhadap keluarga, jadi

sesibuk apa pun dia pasti ada waktu untuk bersama.

Page 98: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

Jadi kalau sibuk seharian dari pagi sampai sore, malam tetap ajak

kumpul, yuk kita makan diluar, makan-makan.., disitu dia jadikan

pendekatan dengan anak-anaknya. Dulu pada saat sebelum ada

viskal, jaman saya kecil itu setiap ada libur pasti diajak jalan

kemana-mana, keluar kota, dan memang suka kumpul bersama

keluarga. jadi kalau pergi itu selalu bersama. Ada satu kebiasaan

yang memang kita pergi bersama 25 orang, anak cucu menantu.

Terakhir sebelum mamah meninggal kita pergi ke Amerika, ke

Eropa dan ke Vietnam. Ketika sedang pergi bersama keluar negeri,

atau ke suatu daerah, misalnya pagi sebelum sarapan itu kumpul di

kamar ibu Tutty, disitu diisi dengan pengajian pagi, nasehat agama,

atau cerita sejarah-sejarah tentang dimana tempat yang kita akan

tuju.

Pertanyaan: Bagaimana peran bu Tutty dalam keluarga? dengan urusan

domestiknya apakah bu Tutty tetap menjalankannya dengan

berarti bahwa berperan ganda dengan peran publik juga? Atau

peran tersebut dibangun bersama suami? Atau seperti apa?

Jawaban: Urusan rumah tangga tetap dia tanggung jawab, urusan belanja,

mamah itu orang yang sangat perhatian dengan urusan rumah

tangga, mamah itu orang yang sangat perhatian seperti itu, berarti

bukan dengan kesibukannya dia lupa dengan urusan rumah.

Terkadang kalau hari minggu libur, dia biasa belanja ke pasar

swalayan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Urusan rumah juga,

dia kalau rumah berantakan dia tidak suka, orangnya suka

ngebongkar atau beres-beres kalau sedang dirumah, kalo menurut

saya mamah itu orang yang paling rapih. Ketika dirumah, kita

biasanya pakai pakaian yang biasa, namun tidak demikian dengan bu

Tutty. Dia pakai baju yang memang untuk pergi tapi dipakai dirumah

juga. Karena buat dia dirumah itu harus rapih juga. Apalagi depan

suami, dia sangat rapih pasti.

Page 99: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

Dan ibu Tutty itu sangat peduli tentang hal itu, baju-baju ayah saya

itu kadang dia yang beli, dia yang urus, karena dia memang suka

facion, dan suka yang rapih. Di lemari rumah sudah di susun, ini

tempat baju tidur semua, baju panjang semua, ini kain semua, ini

baju dalem buat gamis semua, jadi kalau mau ambil dia sudah tahu.

Walaupun kalau tidak ada pembantu dia sudah tahu tempat-

tempatnya.

Pertanyaan : Bagaimana pola pengasuhan Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah

kepada keluarganya (anak-anaknya) ?

Jawaban: Berbeda dengan pak Kiyai, ibu Tutty agak terbuka. Contohnya

anaknya semua itu sekolah diluar negeri, atau sekolah bukan

disekolah sendiri. Dan dia membebaskan anak untuk memilih pilihan

sendiri tidak ada paksaan dalam mencari pendidikan.

Dan ibu Tutty itu tidak bisa jauh dari anak. Sehari saja tidak bertemu

dengan si anak besoknya si anak langsung ditanya, “kemana aja

sih?”. Dan memang ketika ibu Tutty ada acara keluar kota atau ke

luar negeri pasti dia bawa anak-anaknya. Namun ada saatnya juga

anaknya tidak dibawa melainkan dirumah bersama suaminya.

Terkadang ayah itu menjadi seorang yang bisa menjadi sosok ibu.

Ayah bisa menjadi tempat cerita anak-anak sama seperti mamah.

Mamah suka memberikan suprise, ketika ulang tahun dia, atau

sewaktu-waktu, mamah bungkus-bungkusin hadiah sendiri, yang

perempuan warna pink yang laki-laki warna biru, diisi dengan surat

yang berisikan nasehat dia, dan motivasi untuk anak-anaknya. Anak-

anak diajak kumpul setelah itu mamah kasih hadiah tersebut. Jadi

buat kita mamah gak ngebedain laki-laki dengan perempuan.

Akhirnya ajaran tersebut kakak-kakak saya mengikuti jejak mamah.

Suka memberikan hadiah kepada adik-adik perempuannya.

Dulu mamah ketika mendapatkan hadiah dari orang, terkadang

hadiah tersebut langsung dibagi 7. mamah, ayah saya, dan kita

anaknya berlima. Karena kita sudah diajarkan sama mamah dari dulu

Page 100: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

seperti itu, yang terkesan bagi kita itu semua untuk kita sama bagi

rata. Misalnya seperti ada uang mamah ketika dibagi-bagi untuk

warisan, tetap awalnya kita bagi seperti agama 2 : 1, namun setelah

itu kakak-kakak saya itu memberikan bagiannya kepada adik-

adiknya dengan rata. Jadi mamah sudah mengajarkan pembagian

sama rata, tidak membedakan mana anak perempuan, mana anak

laki-lakinya, supaya tidak bertengkar.

Pertanyaan: Bagaimana pembagian urusan Hak beliau sebagai istri, misalnya

tentang nafkah ?

Jawaban: Masalah nafkah, Mamah saya tidak melihat ini uang laki-laki ini

uang perempuan, jadi mamah lihat “uang saya dan uang kamu

sama”, saya tidak melihat ada pembagian ini uang laki ini uang

perempuan. Harta aku dan harta kamu ya harta bersama. Dan

akhirnya ajaran tersebut, kita sebagai anak juga menerapkan hal

seperti itu. Tidak ada pembedaan pembagian harta. Walaupun pada

dasarnya tetap ayah saya memberikan nafkahnya untuk menjalankan

kewajibannya sebagai suami.

Pertanyaan: Bagaimana pandangan Ibu Tutty tentang kedudukan

Perempuan dalam Islam?

Jawaban: Perhatian ibu Tutty dengan perempuan itu sangat luar biasa, beliau

menjadi presiden IMWU dari 88 negara di dunia dan bermarkas di

Sudan. dia ingin perempuan muslimah indonesia itu harus maju.

Jangan yang diam ditempat, harus bergerak. Sampai ke anak-

anaknya pun begitu harus disuruh belajar, jangan suka main mainin

waktu. Dia tidak suka main-mainin waktu. Buat dia waktu 24 jam itu

sedikit, harus dipergunakan dengan baik. Karena dia punya 14

jabatan dalam sekali waktu dia emban. Dia ingin perempuan terlebih

muslimah itu maju, maka dari itu dia dirikan BKMT. Dengan

Page 101: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

didirikan wadah tersebut, berharap agar semua perempuan bisa

menggali kreativitasnya supaya tidak kalah. Jadi Jangan sampai

perempuan itu kalah, terpinggirkan, apalagi termarjinalkan.

Mungkin tempat laki-laki dalam urusan publik itu banyak, namun

bukan berarti perempuan tidak bisa seperti itu. Perempuan itu bisa

sejajar dengan laki-laki. Beliau contohkan seperti di Amerika, beliau

bisa duduk bersama dengan laki-laki dihadapan kongres. Namun

dalam kehidupan perempuan punya kodratnya masing-masing,

perempuan sebagai istri, sebagai ibu, jangan lupa sama hal-hal

tersebut. Tapi kalau kita sedang berdakwah atau di ruang publik ya

harus sama seperti laki-laki tanggung jawabnya.

Pertanyaan: Bagaimana korelasi pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah

mengenai Peran Perempuan dengan Hak- hak Perempuan

dalam Hukum Islam?

Jawaban: Jadi sama dia sudah di pos-posin, mana waktu untuk kerja, mana

waktu untuk keluarga, waktu untuk cucunya dan lain-lain. Bu Tutty

itu setiap bulannya ada waktu yang di khususkan untuk jalan jalan

bareng sama cucu. Yuk ke ancol naik kereta gantun, yuk ke Bandung

yuk .. begitu dia punya cara.

Dulu kalo waktu masih ada ayah, setiap hari kamis bu Tutty pasti

kosongkan waktunya. Karena hari sabtu minggu kan macet, dia kasih

waktu itu buat ayah saya. Jadi dia mau jalan kemana saja, ke

Bandung, ke Puncak, ke Sentul di hari kamis tersebut. Menurutnya

itu bentuk kasih sayangnya dia kepada suaminya, dibanyak

kesibukan sehari-harinya namun dia tetap ingin memberikan waktu

lebihnya kepada sang suami.

Jika dengan keluarga keseluruhannya apabila hari-harinya penuh

kesibukan, kadang dia suka ajak makan malam, atau ketika siang,

ajak makan siang bareng. Jadi setiap hari itu kita harus ketemu.

Page 102: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

Walaupun dalam pertemuan itu ngobrol pekerjaan juga. Tapi itulah

qualiti time yang dia buat untuk suami, anak dan cucunya.

Dan yang tidak ada di orang lain, setiap bulan, dia bikin amplop

yang sudah diisi uang untuk anak cucunya. Dan dia sendiri yang beri

nama di amplop. Karena dulu mamah berikir, karena dia gak terlalu

banyak waktu untuk bersama anak cucunya, jadi limpahan

terimakasihnya dia dia ungkapkan lewat bentuk tersebut.

Pertanyaan: Bagaimana hubungan pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah

mengenai Perempuan dengan kehidupannya terkait budaya

lingkungannya?

Jawaban: Betawinya kental si kental, tapi karena mamah itu bergaul keluar jadi

wawasannya berbeda, kadang dirumah itu suka banyak yang bertamu

dirumah, ada yang dari non muslim atau dari yang muslim. Dari

dalam maupun luar negeri. Ada pendeta yang nginap ya silahkan, dia

tetap hargain. Ibu Tutty ialah sosok yang terbuka, bukan orang yang

anatik, melainkan orang yang cair.

Seperti urusan jodoh, dia tidak pernah menekan anaknya untuk

berjodoh dengan si ulan, tapi lebih memberikan kebebasan kepada

anaknya untuk menentukan pilihannya sendiri. Namun anaknya

harus tahu diri, jadi ketika si anak mengenalkan kepada bu Tutty

maka anaknyya harus tau terlebih dahulu. Dan bu Tutty itu tidak

memberikan kriteria tertentu untuk mendapatkan menantu yang dia

dambakan, kriterianya sama kriteria yang diberikan oleh agama.

Selain itu masalah jilbab. Dulu itu kan sekolah masih tidak boleh

pakai jilbab, yang pake jilbab itu Cuma ibu ibu doang paling. Dia

juga tidak memaksakan anak-anaknya untuk pakai jilbab. namun

seiring berjalannya waktu, akhirnya kita juga yang menyadari, anak-

anaknya pakai jilbab dengan sendirinya. Kalau zaman sekarang bu

Tutty ketika ingin menyuruh cucu-cucunya berhijab, dia bilang,

“kamu cantikdeh kalau pake krudung model begini... mama Tutty

Page 103: PERAN PEREMPUAN DALAM RUANG PUBLIK DAN DOMESTIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42091/1/MUHAMAD... · Tutty Alawiyah tentang peran perempuan dalam ruang publik dan

seneng deh liat kamu pakai itu, nanti kalau pake mamah Tutty kasih

persenan”. Jadi dia itu bukan orang yang memaksa, tidak dengan

cara yang keras. Melainkan dia punya cara sendiri untuk

memberikan pendidikan kepada anak cucunya.