PERAN PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA DALAM...

131
PERAN PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA DALAM MENGEMBANGKAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI KOTA DEPOK, JAWA BARAT Skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Ahmad Khoirul Huda 1112032100029 PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Transcript of PERAN PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA DALAM...

PERAN PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA DALAM

MENGEMBANGKAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI KOTA

DEPOK, JAWA BARAT

Skripsi

diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

Ahmad Khoirul Huda

1112032100029

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

v

ABSTRAK

Ahmad Khoirul Huda

1112032100029

Peran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama dalam Mengembangkan

Kerukunan Umat Beragama di Kota Depok, Jawa Barat”.

Kerukunan merupakan sebuah keadaan tentang adanya pemahaman dan

kesatuan masyarakat untuk bertujuan bersama menciptakan kenyamanan,

kedamaian dan tidak saling mengganggu satu sama lain di suatu wilayah tersebut.

Dalam melakukan kerukunan sendiri tidak terlepas dari kemauan masyarakat.

Untuk membangun kerukunan itu harus dijalankan bersama dari masyarakat,

pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat dan agama itu sendiri.

PCNU Kota Depok merupakan salah satu organisasi terbesar di Kota

Depok. Organisasi ini merupakan perwakilan Nahdlatul Ulama yang ada di kota

ini. Organisasi ini berada di kota perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan DKI

Jakarta. Sehingga kota ini dijuluki kota megapolitan di Selatan Jakarta. Kota

Depok mempunyai beragam masyarakat terdiri dari beberapa unsur agama, ras

dan suku. Di kota ini terdapat juga lembaga agama yang saling bekerja sesama

satu dengan lainnya.

Kajian pokok dari skripsi ini adalah menganalisis Peran Pengurus Cabang

Nahdlatul Ulama Kota Depok dalam Mengembangkan Kerukunan Umat

Beragama yang berada di Kota Depok dengan menganalisis peran yang dilakukan

PCNU Kota Depok untuk mengatasi kerukunan yang bersumber dari agama-

agama yang ada di kota ini. Dalam melakukan penelitian ini. Untuk menjelaskan

masalah di atas penulis menggunakan metode kualitatif, deskriptif dan

menggunakan pendekatan sosiologis.

Bedasarkan hasil penelitian di atas, penulis menyimpulkan peran yang dilakukan

PCNU Kota Depok sudah tepat dan benar. PCNU Kota Depok melihat masyarakat

yang ada di kota ini adalah sama dengan hukum yang berlaku di Kota Depok.

Dalam perannya PCNU Kota Depok tidak keluar dari koridor hukum dan ikut

bersama-sama membantu pemerintah. PCNU ikut terlibat dalam membuat

Basolia Kota depok, yang merupakan sebuah organisasi masyarakat berlatar

belakang agama yang bergerak di bidang sosial.

Kata kunci: Peran, Kerukunan, PCNU Kota Depok, Basolia Kota Depok

vi

KATA PENGATAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas anugrah yang di

berikan kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

pada waktunya. Walaupun cukup banyak rintangan yang penulis hadapi. Adanya

maunah dan ridha dari Allah SWT yang begitu dahsyat sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas ini. Teriring Shalawat dan salam semoga tetap tercurah

limpahan kepada jujungan Nabi Besar Muhamad SAW yang membawa kita dari

kegelapan dunia kepada kemilau cahaya yang saat ini terhunjam dalam kalbu dan

insya Allah akan terus tertanam dalam dekapan kalbu yang terdalam.

Dengan adanya skripsi di hadapan pembaca yang berjudul “Peran

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Dalam Mengembangkan Kerukunan

Umat Beragama Di Kota Depok, Jawa Barat”. Tugas Ini untuk melengkapi

gelar Sarjana Agama (S.Ag) di Jurusan Studi Agama-Agama, Fakultas

Ushuluddin, Univeritas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyelesaian ini, penulis menyadari kelemahan dan kekurangan serta

kendala pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, mengingat jasa baik

yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis dalam proses penyelesaian

skripsi ini, baik moril maupun materiel, maka penulis menyampaikan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan kepada Prof. Dr. Masri Mansoer, MA dan jajaran di Dekanat Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. Yang telah memberi kesempatan

penulis untuk belajar di Fakultas ini sehingga penulis sampai pada akhir

perjuangan sebagai mahasiswa.

2. Dr. Media Zainul Bahri, MA dan Dra. Halimah SM, M.Ag selaku ketua dan

sekretaris jurusan Studi Agam-Agama Fakultas Ushuluddin, yang membagi

waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, dalam

urusan mencari judul dan administrasi berupa tanda tangan dan mencari judul

skripsi.

vii

3. Dosen penasihat akademik Dr. Ahmad Ridho, DESA yang telah memberikan

waktu untuk berdiskusi tentang judul yang akan diteliti oleh penulis dalam

skripsi.

4. Prof. Dr. M. Ridwan Lubis, MA yang telah memberi waktu dan pikirannya

sebagai dosen pembibing skripsi ini. Dengan sabar memberi arahan, motivasi,

dan bimbingan yang sabar, sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini.

Semoga amal dan kebaikan beliau selalu bermanfaat di dunia maupun di

Akhirat.

5. Terimakasih kepada seluruh dosen dan staf jurusan Studi Agama-Agama

Fakultas Ushuluddin, dari awal perkuliahan hingga bisa menyelesaikan tugas

akhir ini. Mudah-mudahan para Dosen ini menjadi dosen terbaik.

6. Kedua orang tuaku Ayahanda K.H. Drs. A. Mahfudz anwar dan Ibunda Hj. R.

Zulfatul lailah, SHI yang telah memberikan dorongan dan perjuangan yang

tidak bisa dihitung apapun baik moril dan materiel dan mendorong penulis

untuk menyelesaikan tugas akhir ini.Semoga amal dan perbuatan keduanya

mendapat barakah dari Allah SWT.

7. Kepada kakak tercinta Khoirotul Awwaliyah, S.Psi. dan Adinda Ahmad Ma’ruf

yang telah memberikan motivasi yang tinggi dan mau direpotkan oleh penulis,

sehingga berkat kebaikan ini, penulis bisa selesai dengan mudah dalam

melaksanakanya.

8. Kepada kakak sepupuku Aan Khumaidi, yang telah memberi kelongaran

waktunya yang amat rumit untuk berdiskusi tentang penelitian ini. Hingga

penelitian ini berjalan dengan mudah.

9. Kepada keluarga besar Bani K.H. Abdul Qadir Nur (Pasuruan) Dan keluarga

besar Bani Moch. Anwar (Jombang) yang telah membantu penulis dengan doa-

doa mereka. Sehingga penulis menerima suplay yang sangat luar biasa dari

mereka. Sehingga penulis bisa mempersembahkan untuk mereka semua.

10. Terimakasih juga Kepada Guru-Guru di NaunganYayasan Hifdzul Huda yang

saling pengertian bagi penulis, untuk selalu memberi izin dalam melakukan

penelitian ini. Sehingga mendapat hasil yang baik.

viii

11. Kepada pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Depok yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi data-data sehingga penulis dengan

mudah menyelesaikan penelitian ini. Khususnya K. H. Raden Salamun

Adiningrat selaku ketua PCNU Kota Depok. Mudah-mudahan penelitian di

sini dapat menjadi bahan rujukan untuk pengurus-pengurus di kota lain.

12. Kepada Pengurus Badan Lintas Sosial Agama (Basolia) yang telah

meluangkan waktunya, sehingga penulis dapat meneliti di sini dengan mudah.

Terutama Bpk. Nasyhun Syahroni,SE selaku ketua dari kelompok ini.

13. Kepada sahabatku Ahmad Alwy, Ardiansyah, Ainut, Hujazi, Agus Khoirul

Ikhsan dan Zamiludin dari awal hingga sekarang kita bisa berkumpul,

sehingga berkat para sahabat penulis dapat menempuh pendidikan di Fakultas

ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan penilitian ini dengan baik.

14. Kepada teman seperjuangan Jurusan Studi Agama-Agama angkatan 2012.

An’im, Aris, Asep, Jarkasih, Samsul, Riswandi, Handoko, Rahman, Ubad,

Samarkondi, Eki, Malihah, Dita, A’i Fauziah, Abdel, Pipit, dan semuanya

yang tidak bisa disebutkan satu persatu tapi mereka memberikan warna

kepada penulis.

15. Kepada keluarga kelompok KKN Selaras 2015 Desa Cikande Lutfi, Ayif,

Aditiya, Fahmi, Kholis, Rudi, Budi, Dimas, Natsir, Ayi, lia, Tikoh, Ivony,

kokoy, Avisa dan Fasya. Yang telah memberikan semangat yang luar biasa

untuk penulis, walaupun kita hanya sebulan dalam kebersamaan tapi berkesan

amat dalam untuk penulis. Mudah-mudahan kita bisa berkumpul selamanya.

16. Kepala dan jajaran staf Perpustakan Utama UIN Jarkata, Perpustakaan

Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, dan Perpustkaan Kota Depok. Yang telah

membantu penulis untuk memijam buku dan meminjam tempat untuk

menulis penelitian ini.

Akhirnya dengan segala keterbatasan penulis hanya dapat

mengembalikan segalanya kepada Allah SWT, untuk membalas kebaikan mereka.

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa

tidak luput dari kekurangan dan kekhilafan tersebut, maka kritik dan saran yang

ix

bersifat membangun untuk kemajuan yang penulis harapkan. Demikian pengantar

dari penulis, walaupun masih terdapat kekurangan namun penulis sangatlah

berharap semoga ini bermanfaat. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi

diri penulis maupun pembaca pada umumnya.

Jakarta, 24 Januari 2018

Penulis

x

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .............................................................................. vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................ 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 9

D. Metode Penulisan dan Penelitian ...................................... 9

E. Sistematika Penulisan ....................................................... 12

BAB II PENGERTIAN PERAN DAN KERUKUNAN

A. Konsep Peran .................................................................... 14

1. Konsep Peran Menurut Psikologi................................ 14

2. Konsep Peran Menurut Sosiologi................................ 16

B. Konsep Kerukunan ............................................................ 21

1. Pengertian Kerukunan. ................................................ 21

2. Pengertian Kerukunan Menurut Para Ahli .................. 28

3. Landasan Kerukunan di Indonesia .............................. 34

BAB III PROFIL PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA

DALAM MENGEMBANGKAN KERUKUNAN UMAT

BERAGAMA DI KOTA DEPOK

A. Profil Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU)

Kota Depok ....................................................................... 42

xi

B. Progam Kerukunan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama

(PCNU) Kota Depok......................................................... 50

C. Kesetaraan Umat Beragama dalam Perspektif Pengurus

Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Depok............... 52

D. Hubungan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU)

Kota Depok dengan FKUB................................................ 54

E. Perbandingan Kegiatan PCNU, Basolia dan FKUB

Kota Depok........................................................................ 56

BAB IV PERAN KERUKUNAN MENURUT PCNU KOTA DEPOK.

A. Peran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota

Depok dalam Mengembangkan Kerukunan Umat

Beragama........................................................................... 60

B. Analisis Program Berjalan PCNU Kota Depok ................ 67

C. Analisis Atas Hambatan-hambatan Terhadap Program

PCNU Kota Depok ........................................................... 77

D. Peluang dan Tantangan Kerukunan di Kota Depok .......... 79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................... 88

B. Saran. ................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 91

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang sangat luas, terbentang dari Sabang sampai

Merauke, dan terdapat pula beragam agama, ras, suku, budaya dan adat

istiadat. Wilayah yang terdiri dari pulau pulau besar dan kecil, dengan kontur

yang berbeda-beda ada yang di pegunungan, hutan dan lautan sehinga

Indonesia mempunyai banyak suku dan ras yang berbeda-beda tergantung dari

wilayahnya tersebut. Terdapat juga agama-agama yang berkembang di

Indonesia, sehingga menambah keunikan citra Indonesia.

Di Indonesia sendiri dapat timbul masalah besar menyangkut masalah

penafsiran ketuhanan. Bila semuanya tidak diakomodir dengan baik, maka

akan terjadi konflik yang besar. Sebagai contoh konflik yang terkandung isu

SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan) ini salah satu bentuk

ancaman yang bisa berakibat panjang bagi keutuhan negeri ini. Di samping itu

terdapat pula sikap terbuka dari negara terhadap gagasan dari luar. Dalam

sejarahnya di Indonesia memakai sistem politik “BEBAS AKTIF” di mana

Indonesia bisa berperan serta mengakomodir atau tidak mengakomodir

pendapat yang datang dari luar termasuk agama di dalamnya.

“Namun seiring dengan arus globalisasi, sering kali nilai-nilai agama,

budaya, dan adat mulai tergerus dengan nilai-nilai global, yang pada akhirnya

tidak menjamin eksistensi kearifan lokal bisa mempertahankan kehidupan

harmoni untuk jangka waktu yang panjang. Terlebih dalam tatanan kehidupan

2

bernegara kearifan lokal tidak memiliki alat kontrol yang kuat seperti halnya

undang-undang.”1

Negara Indonesia sendiri mempunyai aturan di mana setiap warga negara

memiliki hak boleh memilih, didalam padal 28J ayat 1 UUD 1945 yang

berbunyi:“setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain

dalam tertib kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara”,2

terkandung di pasal ini bahwa Warga Negara Indonesia harus saling menjaga

kertertiban bangsa dan masyarakat. Dalam hal ini warga Indonesia harus

menghormati kewajibannya menjaga hak asasi manusia agar masyarakat

menghargai nya pula. Dengan itu maka Indonesia akan terasa damai.

Masyarakat harus mempunyai tenggang rasa agar umat bisa menjaga

perdamaian. Jadi ini merupakan amanat yang dipegang penuh oleh rakyat

Indonesia.

Maka perlu adanya timbal balik antara agama dengan agama lain untuk

saling berkomunikasi untuk menemukan ide-ide yang cemerlang untuk

memajukan bangsa Indonesia. Hal ini juga terdapat di dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke-empat menyimpulkan ada lima

poin dan salah satunya Ketuhanan Yang Maha Esa.3 Maka dari itu seharusnya

warga Negara harus saling menjaga kerukunan yang merata dalam seluruh

elemen masyarakat.

Kerukunan beragama adalah pola hubungan antar berbagai kelompok umat

beragama yang rukun, saling menghormati, saling menghargai dan damai, tidak

1 Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama (Jakarta: Pusat

Kerukunan Umat Beragama (PKUB) , Sekretariat Jenderal Kementerian Agama), h. 10. 2 Tim M2S Bandung, UUD 1945 Hasil Amandemen Dan Proses Amandemen UUD 1945

lengkap ( Bandung: M2S, 2004), h. 97. 3. Tim M2S Bandung, UUD 1945 Hasil Amandemen Dan Proses Amandemen. h. 12.

3

bertengkar dan semua persoalan dapat diselesaikan sebaik-baiknya dan

tidak mengganggu kerukunan hubungan antar umat beragama pada suatu

daerah tertentu.4 Di dalam hal ini kerukunan merupakan salah satu praktek agar

kehidupan itu saling menghargai. Dan saling menjunjung tinggi perdamaian.

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan

“damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan

“bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran.

Menurut Ghozali sebagaimana yang dikutip dalam buku Azzumardi Azra,

kerukunan hidup antar agama, dan konsekwensinya berkaitan dengan dua hal.

Pertama berkaitan dengan doktrin Islam tentang hubungan antar sesama

manusia dan hubungan antara Islam dengan agama lain, dan kedua, berkaitan

dengan pengalaman historis manusia sendiri dalam hubunganya dengan

agama-agama yang dianut oleh manusia.5

Di dalam Islam terdapat ajaran menghargai orang lain dan saling tolong

menolong dalam segala hal. Karena manusia merupakan makhluk sosial dan

saling menghargai satu sama lain, hal itu sebagaimana terdapat dalam Al-

Qur’an

“ dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

4. Mursid Ali, Pemetaan kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagi Daerah di Indonesia

(Jakarta: Departemen Agama RI Badan litbang dan Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2009), h.6. 5 Adeng Muchtar Ghazali, ”Teologi kerukunan beragama dalam islam (studi kasus

kerukunan beragama di Indonesia) di dalam Analisis vol. XIII, Nomor 2 Desember 2013, h 283

4

bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”.

(Qs.Al-Maidah (05):2)6

Manusia adalah makhluk sosial sehingga sangat diharapkan untuk bisa

saling membantu antara satu sama lain. Karena itu manusia tidak bisa hidup

sendiri, melainkan membutuhkan kerjasama dengan orang banyak dalam

menjalani kehidupannya sehari-hari.

Islam sendiri mengajarkan kerukunan intra dan antar pemeluk agama.

Islam juga memiliki tiga aspek yang harus dimiliki umat Islam yaitu,

kesadaran adanya tuhan, persaudaran, dan sikap hidup saling rukun.7 Dalam

terminologi Islam, istilah yang dekat dengan toleransi adalah “tasamuh”.

Sekalipun tidak secara utuh menunjukkan pengertian yang sama, tetapi secara

essensial mengandung tujuan yang diinginkan, yaitu saling memahami, saling

menghormati, dan saling menghargai sebagai sesama manusia.8

Di Indonesia telah diatur Kerukunan antar umat beragama. Dan hal ini

telah berlaku di semua wilayah negeri ini. Sehingga kerukunan antara umat

beragama sangat mendukung keberlangsungan hidup berbangsa dan

bernegara. Bahkan menurut survei yang dilakukan oleh kepala Badan Litbang

Diklat Kementerian Agama (Abd. Rahman Mas’ud), dikatakan bahwa rata-rata

nasional Kerukunan umat beragama pada poin 75,36 dalam retang 0-100.

Bahkan ada tiga daerah yang memperoleh nilai tertingi dalam kerukunan

melebihi angka rata-rata nilai nasional. Yaitu Nusa Tenggara Timur (83,3

6 Tim Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Kementerian Agama

RI, 2012). H, 142. 7Adeng Muchtar Gojali, “Teologi kerukunan beragama dalam islam (studi kasus

kerukunan beragama di indonesia. h.300 8Adeng Muchtar Ghazali, “Membangun Kerukunan Lewat Madrasah”Disampaikan pada

acara Workshop Pendidikan Toleransi Bergama, Yayasan Serikat Masyarakat Untuk Toleransi

Beragama (SEMESTA), (Tasikmalaya,20 Januari 2014,Graha Asia Plaza)

5

persen ), Bali (81,6 persen) dan Maluku (81,3 persen)9. Hal ini diutarakan oleh

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama pada tahun 2015.

Kota Depok merupakan sebuah kota yang sangat strategis, yaitu diapit

oleh Kota Jakarta dan Bogor. Kota ini merupakan daerah rendah–perbukitan

lembah, dan kemiringan lerengnya lebih dari 15 persen.10

Pada tangal 7 Mei

1999 membawa perubahan dalam susunan pemerintahan di daerah yang

sebelumnya diatur oleh UU No 5/1974. Dengan berlakunya UU No 22 /1999

maka sebutan administratif kota madya berubah menjadi Kota Depok.

Perubahan ini didasarkan pasal 2 ayat 1 UU No 22/1999.11

Dengan mempunyai

luas 20.504,54 hektar.Dan mempunyai 11 kecamatan yang ada di Kota Depok

ini.

Penduduk Kota Depok memiliki keberagaman suku dan agama, sehingga

di daerah ini terdapat organisasi yang mempunyai peran yang sangat tinggi.

Organisasi Keagamaan ini mempunyai peran yang sangat penting dalam

menjalankan fungsi kerukunan terutama di lembaga-lembaga masyarakat.

Dalam kamus KBBI peran diartikan “perngkat tingkah yang diharapkan

dimiliki orang yang yang kedudukan dimasyarakat” Sedangkan menurut

sosiologi peran mempunyai aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seorang yang

melaksanakan hak-hak kewajibanya.12

Menjadikan setiap individu mempunyai

peran yang sangat menonjol dan mempunyai tangung jawab. Sedangkan

9 Nabila Tashandra, Survai Kemenag : tingkat kerukunan Umat Beragama di Indonesia

Tinggi” Kompas.com, Rabu 10 Feburari 2006. Diakses tanggal 20 Agustus 2016 jam 11.11 WIB. 10

Badan Pusat Stasitics (bps) kota depok, Kota Depok dalam angka 2013/2014, (Depok,

BPS, 2014) h. 3 11

Mumuh muhsin Z, dkk, Penulusuran Arsip Berbatas Waktu Depok dari masa

pendukukanJepang hinga Orde Baru, (Depok, Pemerintah Kota Depok Kantor Arsip Dan Per

pustakaan, 2015) h 197 12

Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengatar ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014),

h,217

6

pengertian peran menurut Barbara dalam Fedli (2008:12) peran adalah

seperangkat tingkah laku yang bersystem. Peran dipengaruhi oleh keadaan

sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk

dari perilaku yang di harapkan dari seseorang pada situasi tertentu13

.

Di Depok juga terdapat organisasi keislaman yang bernama Nahdlatul

Ulama (NU) Kota Depok. Organisasi ini merupkan cabang dari organisasi

yang berkedudukan di ibukota Jakarta dalam sebutannya Pengurus Cabang

Nahdlatul Ulama (PCNU). Peran PCNU ini sangat berhasil dalam menjaga

kerukunan karena organisasi ini telah mendirikan Badan Sosial Lintas Agama

(BASOLIA) di Kota Depok, yang bertujuan untuk menjaga kerukunan.

Sebagaimana dikatakan oleh Ketua Basolia Depok Nasihun Syahroni “Kita

hanya mengambil peran sosial”14

. Misi yang diemban dari Badan Sosial Lintas

Agama (BASOLIA) adalah tidak memandang status sosial dan bertindak tidak

diskriminasi terhadap suku, agama, ras dan golongan, dan tetap

mengedepankan pendekatan persaudaraan demi terwujudnya persatuan dan

kesatuan serta hidup saling rukun, bekerjasama dalam membangun kehidupan

yang lebih layak dan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Basolia merupakan organisasi sosial kemasyarakatan, non pemerintah, non

politik. Sesuai visi misinya, kehadiran Basolia ingin melaksanakan kegiatan

kemanusiaan yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan sosial

tanpa membedakan suku, agama, ras, maupun golongan. “Niat kita adalah baik

yaitu bekerja dan bekerja untuk membantu pengobatan massal, pembagian

13

Bayu Azwari, Peran Para Medis Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat di

Pukesmas Pembantu Kampung Kasai Kecanatan Pulau Deerawan Kabupaten Berau, Dalam

Jurnal Kimonologi Indonesia Vol. 4 No. 1 Setember 2005 : 14-27. h. 14. 14

Wawancara pribadi dengan Nasihun Syahroni SE. 11 November 2015

7

sembako, melakukan penyuluhan hukum kepada masyarakat dan

menghilangkan sekat-sekat perbedaan”.15

PCNU Depok berjasa dalam peranya sebagai organisasi myarakat islam

yang menegakan kerukunan dan menjaga NKRI di Kota Depok. Dari paparan

diatas penulis mengambil judul “Peran Pengurus Cabang Nahdlahtul Ulama

Dalam Mengembangkan Kerukunan Umat Beragama Di Kota Depok,

Jawa Barat”. Dalam hal ini penulis mengambil peran PCNU Kota Depok

dalam melihat konsep kerukunan dan sejauh mana peran yang di kembangkan

dan masalah yang di hadapi dalam kehidupan beragama di Indonesia

khususnya di Kota Depok. Penulis melihat PCNU dan Ormas Agama-agama

bersatu, maka itu penulis akan melihat kekompakan yang terjadi antara ormas

Agama dan NU.

Dari sini penulis mencari informasi yang sebanyak-banyaknya untuk bisa

melakukan penelitian ini. Penulis juga mencari judul-judul yang sama dalam

penelitian ini. Maka dengan ini penulis mencantumkan judul skripsi yang sama

tetapi beda dalam pandangnya. Tulisan yang serupa diantara:

Skripsi karya Muchamad Arief Sigit Muttaqin mahasiswa UIN Jakarta

tahun 2009 yang berjudul Komunikasi Budaya (study pola komunikasi

masyakat` Muhamadiyah dan NU di desa Pringapus, Semarang Jawa

Tengah). Skripsi ini menjelaskan pola komunikasi yang dilakukan oleh

masyarakat NU dan Muhammadiyah dalam perilaku kehidupan sehari-

sehari. Dalam skripsi diatas juga melihat faktor-faktor yang

menghambat dan pendukung dikalangan masyarakat NU dan

15

http://basoliakotadepok.blogspot.co.id/diakses, Tanggal 16 November 2015.

.

8

Muhammadiyah. Penelitian yang lalu menggunakan masyarakat NU

dan Muhamadiyah sebagai bahannya. Sedangkan penulis menggunakan

Instansinya atau organisasinya yaitu NU Kota Depok dalam melihat

toleransi dan kerukunan antar umat beragama.

Demikian juga beberapa buku pustaka yang terkait dengan organisasi

Nahdlatul Ulama Baik secara Nasional Maupun lokal sebagi bahan rujukan.

Program-progam NU, Angaran dasar dan rumah tangga NU dan lain-lain

B. Pembatasan dan Perumusan masalah

1. Pembatasan masalah

Untuk mempermudah penelitian yang akan dilakukan dan mempertajam

permasalahan di atas, maka penulis membatasi dengan :

a. Peran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Depok dalam

mengembangkan program kerukunan.

b. Melihat sejauh mana Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Depok

dalam melakukan kerukunan.

c. Makna kerukunan menurut Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota

Depok.

2. Perumusan masalah

Dari batasan di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah:

Bagaimana peran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Depok

dalam meningkatkan Kerukunan umat beragama di Kota Depok ?

9

C. Tujuan Penelitan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh gambaran implementasi kerukunan umat beragama yang

dilakukan PCNU Kota Depok.

2. Memperoleh pengetahuan agenda apa saja yang dilakukan PCNU Kota

Depok dalam mengembangkan kerukunan.

D. Metode Penelitian

Dalam mempermudah penyelesaian skripsi, penulis menyusun langkah-langkah

metode penelitian sebagaimana yang akan dijelaskan pada bagian ini

1. Tempat penelitian

Penelitain ini bertempat di kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama

(PCNU) Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.

2. Metodologi penilitian

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis akan mengunakan

Metode Penelitian kualitatif' adalah penelitian tentang riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna

(perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan

teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan

fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk

memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan

pembahasan hasil penelitian16

.

16

https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif , Diaskes pada tanggal 23 April 2016.

Pukul 10:31wib.

10

Dalam penulisan ini penulis mengunakan pendekatan sosiologis.

Dalam melakukan mengunakan pendekatan sosiologis dalam study agama

berfokus kepada pengaruh masyarakat yang memahami dan mempraktikan

agama; bagaimana pengaruh masyarakat terhadap agama dan pengaruh

agama terhadap masyarakat.17

Bertujuan melihat bagaimana peran social

terhadap masyarakat atau kelompok untuk mengetahui agama dan social.

Dalam pendekatan ini dapat disimpulkan berapa aspek yang dapat

dikaji dari motode pendekatan sosiologis ini, misalnya:

a. Pengaruh kehidupan masyarakat dan perubahan-perubahan terhadap

terhadap pengalaman agama dan organisasi-organisasinya.

b. Pengaruh masyarakat terhadap ajaran-ajaran agama, praktek-praktek

agama, golongan-golongan agama, dan jenis-jenis kepemimpinan

agama

c. Pengaruh agama terhadap perubahan-perubahan sosial, stuktur-

stuktur sosial, pemenuhan atau frustasi kebutuhan kepribadian.

d. Pengaruh timbal balik antara masyarakat dengan struktur internal

persekutuan agama, hal ini bisa saja dari segi keluar-masuknya jadi

anggota, segi kepemimpinan, toleransinya, kharismanya, dan

sebagianya.

e. Pengaruh gejala-gejala kemasyarakatan yang meliputi mekanisasi,

industrialisasi, dan lain sebagainya terhadap agama.18

17

Media Zainul Bahri. Wajah Study Agama-agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-1940)

Hingga Masa Reformasi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015), h.44. 18

Muhamad Adib Fuadi Nuriz, M.A. M. Phil. Ilmu Perbandingan Agama Melacak Sejarah,

Metode, dan Tokoh-Tokoh Muslim Klasik dan Moderen Dalam Studi Agama Agama ( Yogyakarta:

Spprit For Eduation and Develoment, 2012), h. 68.

11

Dalam penilitian ini penulis menggunakan pola Deskriptif

(descriptive research), yang biasa disebut juga penelitian taksonomic

(taxconomic research), adalah penelitian eksplorasi dan klasifikasi

mengenai fenomena atau kenyataan sosial”.19

Di sini penulis akan

menggambarkan tentang PCNU Kota Depok dalam melihat kerukunan

dan prespektifnya.

3. Metode Pengumpulan Data

Teknis pengumpulan data di sini penulis akan menggunakan beberapa cara

untuk mengambil data-data di antaranya:

a. Wawancara

Metode ini adalah metode mewawancarai nara sumber dengan pertanyaan

yang diajukan secara lisan (pengumpulan data secara tatap muka dengan

responden). Dalam wawancara ini alat pengumpulannya disebut pedoman

wawancara. Pedoman ini harus dimengerti oleh si pengumpul data, sebab dia akan

menanyakan dan menjelaskan kepada responden20

. Disini penulis mewawancarai

langsung kepada Pengurus PCNU Kota Depok.

b. Analisis dokumen

Teknik ini melengkapi data (secunder file) dengan cara melihat dokumen-

dokumen dan arsip yang ada, baik di Perpustakaan (library research) maupun

instansi yang lain yang terkait objek penelitian. Dokumen merupakan bahan

tertulis atau benda-benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas

tertentu. Juga bisa rekaman atau dokumentasi tertulis atau arsip data base surat-

19

Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2010), h.20. 20

Faisal, Format-format Penelitian Sosial, h. 25.

12

surat, rekaman, gambar, benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan

sejarah”.21

E. Sistematika Penulisan

Agar penilitian ini bisa mengarah dan teratur pada tujuan yang diinginkan

maka akan disusun sistematika penulisan. Sistematika ini terdiri dari lima bab dan

mempunyai sub-sub yang berbeda-beda namun saling berkaitan satu dengan

lainya. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang membuat gambaran yang akan diteliti dalam penulis ini

secara ringkas dan padat. Yang memuat pembahasan Latar Belakang

Masalah, Tinjauan pustaka, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Terdiri dari pengertian Peran dan kerukunan. Dalan hal ini penulis

mengambarkan: konsep peran dan konsep kerukunan. Konsep peran

mempunyai dua aspek yaitu, konsep peran menurut psikologi dan konsep

peran menurut sosiologi. Sedangkan konsep kerukunan digambarkan

antara lain pengertian kerukunan, pengertian menurut para Ahli, dan

landasan kerukunan di Indonesia.

BAB III Menjelaskan tentang Peran PCNU Kota Depok dalam mengembangkan

Kerukunan Umat Beragama di Kota Depok dam menggambarkan profil

PCNU Kota Depok, Arti kerukunan menurut PCNU Kota Depok,

Program kerukunan yang di emban PCNU Kota Depok. Terakhir

21

Dina Fitriyah, Peran forum kerunan beragama (FKUB) mengatasi kristenisasi yang terjadi

di kalangan muslim Kota Depok, (Sekeripsi SI Fakultas Ushulddin dan Filsafat. Universitas Islam

Negeri Jakarta,2009)h. 7.

13

menjelaskan kesetaraan umat beragama dalam prespektif Pengurus

Cabang Nadlatul Ulama (PCNU).

BAB IV Berbicara tentang Analisis Peran Kerukunan menurut Pengurus Cabang

Nadlatul Ulama (PCNU) Kota Depok. peran PCNU dalam

mengembangkan kerukunan umat Beragama. Dalam hal ini penulis

menganalisis progam-progam yang sudah dilakukan PCNU. Dan

menjaga kerukunan, hambatan-hambatan terhadap progam PCNU.

Terakhir peluang dan tantangan dalam menjalani program kerukunan di

Kota Depok, dan peluang Kerukunan di kota Depok.

BAB V Berisi tentang Penutup, dalam bab ini peneliti menyimpulkan dari

penelitian ini, yang dapat menjadi kesimpulan dan saran.

14

BAB II

PENGERTIAN PERAN DAN KERUKUNAN

A. Konsep Peran

Pengertian Peran dalam kamus KBBI Peran mempunyai arti“perangkat

tingkah yang diharapkan dimililiki oleh orang yang berkedudukan dalam

masyarakat”. 1 peran merupakan sebuah tindakan yang sangat diharapkan oleh

masyarakat, organisasi, pemerintahan dan lain-lain untuk membuat gerakan-

gerakan yang ada di lingkungan tersebut untuk bertujuan mengalami perubahan

pada masyarakat tersebut.

1. Konsep Peran menurut Psikologi

Peran menurut Psikologi merupakan tingkah laku yang dibuat oleh individu

dalam suatu kelompok atau masyarakat. Dalam hal ini psikologi menganggap

bahwa peran merupakan perilaku yang dijalankan oleh individu di tengah

kelompok. Menurut buku psikologi sosial diungkapkan oleh Baron

“..serangkaian perilaku yang diharapkan untuk dilakukan oleh individu

(atau kelompok individu) yang menempati posisi tertentu di dalam grup”.

Sedangkan menurut Vaughan dan Hogg mengatakan “...dirancang dengan

spesifik untuk membedakan di antara orang – orang dalam grup untuk

kebaikan grup itu secara keseluruhan ... membantu untuk menjelaskan

tanggung jawab dan kewajiban anggota grup”.2

Peran dalam konsep ini adalah serangkaian tingkah laku yang dijalankan

atau diharapkan dijalankan oleh anggota kelompok yang memiliki posisi tertentu

1 Hasan Alwi, dkk . Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), h.

854 2 Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, Sarlito W.Sarwono dan Eko A. Meinaro,ed.

Psikologi sosial (Jakarta : Salemba Humanika, 2001), h. 171.

15

dalam kelompok sehingga dapat memiliki posisi yang berbeda3. Yang

mengakibatkan sikap dan tingkah laku yang berbeda menurut peran yang

dimainkan untuk kepentingannya dalam kelompok.

Sedangkan Dougherty & Pritchard (1985) dalam Bauer (2003: 55), teori

peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam

organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola penciptaan

produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan.”4 Untuk menciptakan sebuah

perilaku yang sangat diharapkan dan mempunyai suatu produk yang dihasilkan

maka individu membangun kepercayaan dengan membentuk sebuah kelompok

atau organisasi untuk dapat melihat hasilnya.

Dalam hal ini peran sangat penting untuk melihat bagaimana sikap yang

diambil untuk memilih dalam mengambil keputusan. Menurut G.W. Allport,

“Sikap merupakan kesiapan mental yaitu suatu proses yang berlangsung dalam

diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing-masing

mengarahkan dan menentukan respons terhadap berbagai objek dan situasi”.5

Untuk bisa beradaptasi dengan peran yang dimainkan olehnya.

Secara umum peran dapat didefinisikan sebagai “expectations about

appropriate behavior in a job position (leader, subordinate)”. Sebuah harapan

tetang prilaku yang tepat dalam posisi pekerjaan (pemipin ke bawahan) Sehinga

Ada dua jenis perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan, yaitu:

3 Tim penulis Fakultas Psikologi UI, psikologi sosial. h. 171.

4 Hermansyah, Peran Kepala Desa Dalam Pelaksaksanan Pembangunan Kecamatan Tana

Lia Kabupaten Tana Tidung (Studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan), di dalam

e Journal Pemerintahan Integratif, Volume 3, Nomor 2. H. 354. 5 Psikologi Tim penulis Fakultas Psikologi UI,psikologi sosial. h.81

16

a. Role Perception: yaitu persepsi seseorang mengenai cara orang itu

diharapkan berperilaku; atau dengan kata lain adalah pemahaman atau

kesadaran mengenai pola perilaku atau fungsiyang diharapkan dari orang

tersebut,

b. Role Expectation: yaitu cara orang lain menerima perilaku seseorang

dalam situasi tertentu.6

Peran sendiri merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan pada

seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal

maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan

harapan peran yang menerangkan apa yang individu harus lakukan dalam suatu

situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau

harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.7

Dari sinilah peran merupakan perilaku yang ditunjukkan individu untuk

melakukan peran melalui pikiran yang ada dalam dirinya, untuk melakukan

baik individu maupun kelompok di masyarakat.

2. Konsep Peran menurut Sosiologi.

Dalam bahasa sosiologi peran merupakan teori yang sangat menonjol di

dalam teori tersebut. Teori peran (role) yang merupakan aspek dinamis dari

kedudukan, yaitu seseorang yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya.

6 Hermansyah, Peran Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan TANA

LIA Kabupaten TANA TIDUNG (Studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan).

Didalam eJournal Pemerintahan Integratif, 3 (2), 2015: 351-362, h. 353. 7 Hermansyah, Peran Kepala Desa Dalam Pelaksaksanan Pembangunan Kecamatan Tana

Lia Kabupaten Tana Tidung (Studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan). Didalam

eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 3 (2), 2015. h. 354.

17

Menjadikan setiap individu mempunyai peran yang sangat menonjol dan

mempunyai tanggung jawab.8 Sedangkan pengertian peran menurut Barbara

dalam Fadly, peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat

stabil. Sedangkan menurut sosiolog Glen Elder memperluas penggunaan teori

peran. Pendekatannya yang dinamakan “life-course” memaknakan bahwa

setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk

mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku

dalam masyarakat tersebut.9 Dalam masyarakat kontemporer kehidupan kita

dibagi ke dalam masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua,

di mana setiap masa mempunyai bermacam-macam pembagian lagi. Dari

sinilah peran mendapat aturan yang pas sesuai perkembangan jiwa oleh pribadi

dan mempunyai perilaku yang tidak sama dengan sesuai kondisi sesuai umur

dan perkembangananya.

Sebenarnya peran merupakan harapan yang sangat besar untuk

melakukan perubahan dalam dirinya. Peran yang dimainkan adalah orang yang

melakukan sesuatu pekerjaan atau permainan yang dihadapi oleh orang

tersebut untuk mencapai keberhasilan dari permainan tersebut. Orang yang

melakukan permainan atau pekerjaan ini mempunyai tanggung jawab yang

besar terhadap yang memberi permainan.

8 Soerjono Seokanto, Sosiologi Suatu Pengatar (Jakarta : PT Raja Grafindo persada,

2014), h. 217. 9 Hasan Mustafa, Perspektif Dalam Psikologi Sosial, Di dalam jurnal Administrasi

Bisnis, Volume 7, Nomor 2. 2012.

18

Peran juga mempunyai dua aspek sosial menurut Linton, aspek

“posisional” yang statis (yang secara menyesatkan disebutnya sebagai

“status”) dan aspek dinamis perilaku peran itu sendiri.10

Aspek posisional

merupakan orang yang ingin melakukan permainan hanya untuk meliliki status

dari kedukukan11

yang ada di masyarakat. Dalam artian orang ini

mendefinisikan peran adalah orang yang melakukan pekerjaan yang

mempunyai label seperti satpam, guru, dosen dan seterusnya.

Sedangkan menurut Kahn (1964) teori peran (Role Theory) merupakan

penekanan sifat individual sebagai pelaku sosial yang mempelajari perilaku

yang sesuai dengan posisi yang ditempati di masyarakat. Peran adalah konsep

sentral dari teori peran dari Shaw & Constanzo. Dengan demikian kajian

mengenai teori peran tidak lepas dari definisi peran dan berbagai istilah

perilaku di dalamnya.12

Dalam pandangan perspektif interaksionis (sosiologis), peran dalah

bersifat adaptif. Artinya, peran tidak dilihat sebagai sesuatu yang telah

dilakukan dalam pribadinya, melainkan sesuatu yang secara konstan

dinegosiasikan oleh individu dengan cara-cara yang tentatif dan kreatif.13

Peran

sendiri juga merupakan pola perilaku normatif yang diharapkan pada status

10

John Scrott, Sosiolgi The Key Concepts. Penerjemah Tim penerjemeh Labsos FISIP

UNSOED (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 228. 11

Kedudukan merupakan adalah status yang diberikan masyarakat yang mempunyai

kedudukan dimasyarakat dan hanya ingin mempunyayi setatus saja. Lihat Sosilogi Suatu pengatar

Prof.Soerjono Suekanto. 12

Lidya Agustina, Pengaruh Konflik Peran, Ketidak jelasan Peran, dan Kelebihan Peran

terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik yang

Bermitra Dengan Kantor Akuntan Publik Big Four di Wilayah DKI Jakarta), di dalam Jurnal

Akuntansi Vol.1 No.1 Mei 2009: 4. h. 42. 13

Juneman, Teori-Teori Transorientasional dalam Psikologi Sosial, Di dalam jurnal

HUMANIORA Vol.2 No.2 Oktober 2011, h. 1360.

19

tertentu.14

Peran juga akan menimbulkan suatu permainan yang bersifat

dinamis dan mudah berubah dalam melakukan permainan yang dilakukanya.

Jika dilakukan dengan individu dan kelompok dengan baik, maka akan mudah

mendapatkan suatu yang diharapkan dalam melakukan permainan yang di

lakukanya.

Peran melekat pada diri seseorang yang harus dibedakan dengan posisi atau

dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (sosial-

position) hal ini untuk menujukkan tempat atau peran yang dilakukan oleh

masyarakat untuk mengatur jalannya kelembagaan masyarakat. Peran sendiri

mengarah pada fungsi artinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam

masyarakat dan menjalankan suatu peran.15

Peran juga mempunyai norma yang bisa dijadikan alat untuk melihat

seseorang dalam melakukan permainanya:

a) Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seorang yang ditempati oleh masyarakat.

b) Peran merupakan salah satu konsep perihal yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c) Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu penting bagi

struktur sosial.16

Di sini bahwa peran sangat terpengaruh jika orang yang melakukan

permainan yang dianggap oleh masyarakat, orang yang mendapatkan suatu

14

Drs. M.Amin Nurdin, dan Ahmad Absori,Msi, Mengerti Sosiologi Pengantar Untuk

Memahami Konsep-Konsep Dasar (Jakarta: UIN Jakarta Pres UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2006), h .47. 15

Dina Fitriyah, Peran Forum kerukunan beragama (FKUB) mengatasi kristenisasi yang

terjadi di kalangan muslim Kota Depok, h. 13. 16

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengatar. h. 217.

20

permainan yang dilakukan olehnya dan diutus oleh masyarakat atau organisasi

maka orang tersebut melakukan dengan sunguh-sunguh untuk memberikan

harapan kepada masyarakat. Peran juga dapat mempengaruhi seseorang untuk

melakukan perubahan-perubahan kepada masyarakat itu sendiri.

Dalam peran juga terdapat Pemain peran (Role Players), setidaknya untuk

sementara waktu, apa yang diharapkan oleh orang lain melalui pengambilan peran

(role taking).17

Jadi Peran juga mencerminkan posisi seseorang dalam sistem

sosial dengan hak dan kewajiban, kekuasaan dan tanggung jawab yang

menyertainya. Untuk dapat berinteraksi satu sama lain, orang-orang memerlukan

cara tertentu untuk mengantisipasi perilaku orang lain. Peran sudah melakukan

fungsi ini dalam sistem sosial. Seseorang memiliki peran, baik dalam pekerjaan

maupun di luar itu. Masing–masing peran menghendaki perilaku yang berbeda–

beda. Dalam lingkungan pekerjaan itu sendiri seorang karyawan mungkin

memiliki lebih dari satu peran, seorang karyawan bisa berperan sebagai bawahan,

penyelia, anggota serikat pekerja, dan wakil dalam panitia keselamatan kerja.18

Peran merupakan sebuah konsep yang mengkaji perilaku dari segi komunikasinya

terhadap masyarakat. Peran yang ada di masyarakat dapat diklasifikasikan

bermacam-macam menurut cara pandang yang berbeda-beda. Menurut Dina

Fitriyah (2009) peran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

17

Juneman, Teori-Teori Transorientasional dalam Psikologi Sosial, h. 1360. 18

Lidya Agustina, Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, dan Kelebihan Peran

terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor(Penelitian pada Kantor Akuntan Publik yang

Bermitra Dengan Kantor Akuntan Publik Big Four di Wilayah DKI Jakarta). h. 42.

21

a. Peran yang diharapkan (expected roles) : merupakan cara ideal dalam

pelaksanaan peran menurut penilaian dari masyarakat. Peran ini merupakan

peran yang sudah ada peraturannya, artinya permainan yang tidak boleh

melanggar dari peraturan yang sudah ada. Seperti peran hakim, protokoler

diplomatik dan dokter.

b. Peran yang disesuaikan (actual roles). Yaitu cara bagaimana sebenarnya

peran itu dijalankan. Peran ini muncul seketika sehingga peran ini muncul

dengan cepat. Ini biasanya ketika ada suatu fenomena di daerah tersebut.

Dari pembahasan konsep peran ini, kita dapat mengetahui bahwa

setiap individu atau kelompok bisa memiliki lebih dari satu peran. Maka

kalau kita kaitkan dengan peran PCNU Kota Depok dapat dipastikan bahwa

PCNU memiliki peran yang banyak. Salah satunya peran dalam

mengembangkan kerukunan umat beragama.

B. Konsep kerukunan

1. Pengertian kerukunan menurut bahasa

Kerukunan menurut istilah KBBI diartikan sebagai “hidup bersama

dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak

menciptakan perselisihan dan pertengkaran.19

Sedangkan pengertian kata

Rukun menurut (a-ajektiva) berarti: (1) baik dan damai, tidak bertentangan:

kita hendaknya hidup rukun dengan tetangga: (2) bersatu hati, bersepakat:

penduduk kampung itu rukun sekali. Merukunkan berarti: (1) mendamaikan;

19

Adeng Muchtar Ghazali,“Teologi kerukunan beragama dalam islam (studi kasus

kerukunan beragama di Indonesia) di dalam Analisis vol. XIII, Nomor 2 Desember 2013, h. 283.

22

(2) menjadikan bersatu hati. Kerukunan: (1) perihal hidup rukun; (2) rasa

rukun; kesepakatan: kerukunan hidup bersama.20

Sedangkan Dalam bahasa

Yunani toleransi disebut dengan istilah “sphorosyne” adalah moderasi

(moderation) atau mengambil jalan tengah. Sedangkan toleransi berasal dari

bahasa latin “Tolentaria”, yang artinya menahan.21

Dapat dipahami bahwa kata kerukunan dapat disimpulkan menjadi

masyarakat yang damai dan tidak saling bermusuhan kepada siapapun,

untuk kepentingan negara dan martabat di masyarkat. Sehingga masyarakat

dapat menjaga nama baik yang ada di dalam tubuh masyakat itu sendiri,

sehingga dapat menimbulkan perdamaian yang ada dan tidak saling

mengolok-ngolok, mengejek dan menimbulkan masalah yang ada.

Sedangkan menurut FKUB, Kerukunan beragama adalah pola

hubungan antar berbagai kelompok umat beragama yang rukun, saling

menghormati, saling menghargai dan damai, tidak bertengkar dan semua

persoalan dapat diselesaikan sebaik-baiknya dan tidak mengganggu

kerukunan hubungan antar umat beragama pada suatu daerah tertentu.22

Di

dalam hal ini kerukunan merupakan salah satu praktek agar kehidupan itu

saling menghargai. Dan saling menjunjung tinggi perdamaian. Kerukunan

adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.

20

Imam Syaukani, Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan Perundang-Undangan

Kerukunan Umat Beragama (Jakarta, Puslitbang kementerian Agama RI, 2008), h. 5. 21

Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran Teologi Kerunan Umat Bersama (Bandung,:

PT.Mizan Pustaka, 2011), h. 7. 22

Mursid Ali, Pemetaan kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagi Daerah di

Indonesia (Jakarta : Departemen Agama RI Badan litbang dan Puslitbang Kehidupan Keagamaan,

2009), h. 6.

23

Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan

“bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran.

Yang dimaksud dengan kerukunan dalam hal ini merupakan

kerukunan umat beragama. Yaitu keadaan hubungan sesama umat beragama

yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai

kesetaraan dalam pengalaman ajaran agamanya dan kerjasama dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam kesatuan

Replublik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik indonesia tahun 1945.23

Jadi kerukunan adalah menjaga

dan memelihara dalam konteks Pancasila dan di bawah naungan Republik

Indonesia.

Kerukunan sendiri akan mengakibatkan integrasi sosial yaitu

kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi ke dalam

kehidupan sosial yang lebih luas.24

Dan menjadikan masyakakat yang lebih

berfikir kepada adanya perkembangan zaman yang membuka jalannya

cakrawala dan dapat meyakinkan masyarakat untuk mengetahui dunia luar

dan memahami adanya perbedaan yang terjadi di dalam masyarakat luas dan

akan terjadinya integrasi atau menyatunya masyakat dalam pandangan luas.

23

Didalam Buku FKUB Depok dinyatakan: “Peraturan Bersama Menteri Agama Dan

Menteri Dalam Negri Nomor 9 Tahun 2006. Tetang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah

/Wakil Kepala Daeah Dalam Pemiliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum

Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah ibadat” Lihat FKUB Depok, Peraturan

Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri (Depok : FKUB Depok,2012), h. 49. 24

Irfan Abu Bakar dan Aelia Fauziah,ed., Modul Pelatiahan Advokasi Kebijakan Publik

Keagaman Non Driskiminatif ( Ciputat : center for the study of religion nd cluture (CSRC), UIN

Jakarta .2010), h. 13.

24

Sehingga masyarakat akan memahami perbedaan yang terjadi di

masyarakat luas dan tidak akan terjadi saling mengejek satu sama lain.

Masyarakat harus melihat perbedaan ini dengan seksama, dalam

menghadapi ini masyarakat harus mengetahui hakikat kebebasan hak asasi

manusia, terutama kebebasan beragama. Masyarakat harus memahami

setiap individu itu mempunyai hak masing-masing yang harus saling

dihormati. Karena manusia memang diciptakan oleh Allah swt sebagai

makhluk yang berbeda-beda, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa.

Islam telah mengajarkan kerukunan intra dan antar pemeluk Agama.

Dalam hal itulah dapat dipahami alasan Islam mengharuskan umatnya

memiliki tiga aspek yang harus dimiliki umat Islam yaitu kesadaran adanya

Tuhan, persaudaraan, dan sikap hidup saling rukun.25

Dalam terminologi

Islam, istilah yang dekat dengan toleransi adalah “tasamuh”. Sekalipun

tidak secara utuh menunjukkan pengertian yang sama, tetapi secara

essensial mengandung tujuan yang diinginkan, yaitu saling memahami,

saling menghormati, dan saling menghargai sebagai sesama manusia.26

Dalam segi kerukunan menjadi bermacam–macam menurut

fungsinya. Toleransi dibagi dua bentuk menurut Said Agil Husin Al

Munawar yaitu, Toleransi Dinamis adalah toleransi aktif melahirkan

kerjasama untuk bersama, sehingga kerukunan antar umat beragama bukan

dalam bentuk teoritis, tetapi secara refleksi dari kebersamaan umat

25

Adeng Mutchar Ghozali,Teologi kerukunan beragama dalam Islam (studi kasus

kerukunan beragama di indonesia), h. 300. 26

Adeng Muchtar Ghozali,“Membangun Kerukunan Lewat Madrasah” Disampaikan

pada acara Workshop Pendidikan Toleransi Bergama, Yayasan Serikat Masyarakat Untuk

Toleransi Beragama (SEMESTA),Tasikmalaya 20 Januari 2014, Graha Asia Plaza.

25

beragama.27

Toleransi Positif adalah torelansi yang ditumbuhkan oleh

kesadaran yang bebas dari segala macam bentuk tekanan atau pengaruh

serta terhindar dari hiprokrisi.28

Jadi yang disebut dengan toreransi ini ialah

pengakuan adanya kebebasan setiap warga negara untuk memeluk

agamanya sendiri dengan keyakinanya.

Konsep kerukunan yang ideal itu mengacu kepada dua aspek yang

saling terkait. Aspek pertama meyakini secara absolut kebenaran ajaran

agama yang dianutnya dan tidak membuka diri untuk mencari-cari

kebenaran lain. Tuhan telah menganugerahkan kesempatan kepada manusia

untuk mengelola (ri‟âyah) jalan hidupnya sesuai dengan keyakinan yang

dianutnya. Oleh karena itu, sudah selayaknya potensi itu mendorong

manusia untuk semakin meyakini ajaran yang dianutnya. Penggunaan fungsi

ri‟ayah tersebut akan mengakibatkan setiap manusia akan dimintai

pertanggungjawaban (masûliyyah) di akhirat didasarkan kreativitasnya

mengelola keyakinannya29

. Maka muncullah konsep Kerukunan Insklusif

dan Kerukunan Esklusif. Dalam segi kerukunan inklusif yaitu perilaku

keberagamaan yang dilandasi penuh menghormati, menghargai dan bahkan

mendukung orang lain dengan cara ikut menikmati suasana kekhusyu‟an

ketika orang tersebut sedang mengamalkan ajarannya.

27

Prof.H.Said Husin Al Munawar. Fikih Hubungan Antar Umat Beragama (Jakarta:

Ciputat, 2003), h. 16. 28

Prof.H.Said Husin Al Munawar. Fikih Hubungan Antar Umat Beragama. h. 17. 29

H.Ridwan Lubis, Agama dalam Dsikrusus Intelektual dan Pergumulan kehidupan

Beragama di Indonesia (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, Pusat Kerukunan Umat

Beragama (PKUB), 2015), h. 31.

26

Kerukunan ini adalah mengajak kepada semua masyarakat atau umat untuk

menjaga persaudaraan sesama umat manusia dan saling menghargai perbedaan

yang ia anut untuk menjaga perdamaiannya di daerah tersebut. Dalam hal adat

istiadat ini menjadikan sebagai ritual dan keyakinannya sebagai budaya. Sehingga

di dalam daerah tersebut bisa saling menghargai satu sama lain.

Sedangkan kerukunan eksklusif adalah meyakini secara absolut ajaran

agama yang dianutnya dan tidak membuka diri mencari kebenaran yang lain30

.

Kerukunan ini juga bermakna tidak ada kebenaran lain dalam dirinya kecuali

agama yang dianutnya31

. Karena yang menganut ini bahwa setiap agama yang

dianut manusia dan klaim yaitu klaim kebenaran dan keselamatan. Menurut

tinjauan masalah kerukunan umat beragama Nurcholis Madjid mengatakan bila

kerukunan lengkap dan sempurna jika dilakukan dua segi, yang pertama segi

ajaran agama yang merupakan pangkal keharusan–keharusan; yang kedua tinjauan

sosial historis yang merupakan wadah kenyataan-kenyataan.32

Dalam al-Qur‟an terdapat anjuran agar kita menjaga kerukunan antar umat

beragama. Selama mereka non muslim itu tidak memerangi kita, maka kita harus

menjaga kerukunan dengan mereka. Sebagaimana terdapat pada Q.S. Al-

mumtahanah, ayat 8-9:

30

Drs. H. Ahsanul Kholikin, MA dan Fathuri, S.Sos.I, ed. Toleransi Di Daerah Rawan

Konflik (Jakarta : Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan

Keagamaan, 2016), h. vii. 31

H.Ridwan Lubis, Agama dalam Dsikrusus Intelektual dan Pergumulan kehidupan

Beragama di Indonesia. h. 35 32

Maellis Ulama, Kerukunan Beragama dari prespektif Negara ham dan agama-agama

(Jakarta: MUI Jakarta, 1996), h. 47.

27

Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku

adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak

(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang Berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu

menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama

dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk

mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka

mereka Itulah orang-orang yang zalim.” ( QS. Al-muntahanah: 8-9 (60))33

.

Allah menjelaskan bahwa umat Islam harus saling tolong menolong dalam

perbuatan sosial yang menyangkut masalah yang berhubungan dengan duniawi,

misalnya menolong dengan donor darah dan pengobatan massal. Dijelaskan pula

Allah tidak melarang kamu untuk berteman baik kepada orang yang tidak

memusuhi kamu.

Penjelasan tafsir Q.S. Al-mumtahanah, ayat 8-9, Allah tidak melarang

kamu berbuat ihsan kepada orang kafir yang tidak memerangimu karena agama

dan mengusirmu dari kampung halamanmu serta tidak bantu pula orang yang

mengusirmu, yaitu golongan khuz‟ah dan lain-lain yang telah berbuat perjanjian

damai dengan Rasulullah.34

Dalam pandangan Quraish Syihab dalam tafsir Al

Misbah mengatakan Allah swt. tidak melarang kamu untuk berbuat baik dalam

33

Tim Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemhanya (Jakarta: Kementerian

Agama RI, 2012), h. 803. 34

Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-qur’anul Majid An-Nuur

(Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2003), h. 4193.

28

bentuk apapun bagi mereka dan berlaku adil kepada mereka. Dengan demikian,

jika dalam interaksi sosial mereka berada di pihak yang benar, sedangkan salah

seorang dari pihak kamu berada di pihak salah, maka kamu membela dan

memenangkan mereka.35

Tafsir di atas dapat disimpulkan bahwa al-Qur‟an menyatakan Bahwa

peran hubungan sesama manusia harus dijunjung tinggi. Misalnya ketika ada yang

membutuhkan pertolongan, maka kita harus bantu. Ketika kita meminta bantuan

orang lain akan membantu. Sehingga kehidupan saling rukun dan terjaga satu

sama lain di bawah naungan NKRI.

2. Pengertian menurut para Ahli

Pengertian kerukunan telah dilahirkan dari zaman bangsa Yunani kuno,

sarjana moderen, filusuf muslim hingga para sarjana di dunia yang

mengungkapakn kerukunan, pendapat para pemikir tentang toleransi

sebagaimana berikut:

Socrates, dalam hal ini membahas toleransi di dalam charmides, sebuah

karya mengekspresikan mimpinya tentang negara ideal yang di dalamnya semua

warga negara harus tahu tugas masing-masing sehingga tidak mengganggu orang

lain. Toleransi menurut Socrates adalah posisi moderat antara dogmatis dan

realitisme skeptis. Toleransi selalu menghadapi kekuatan dogmatis, fanatik dan

intoleran. Socrates menunjukkan contoh bahaya yang di hadapi toleransi, yakni

arogansi politik dan dogmatis agama yang mengklaim kebenaran absolut.36

35

M.Quraish syihab, Tafsir Al-misbah ( Ciputat: Lentera hati, cet V 1434H/2012M), h.

597 36

Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran Teologi Kerukunan Umat Beragama, h. 8.

29

Andrew Fiala, merupakan seorang Profesor filsafat di Universitas

California State, ia membedakan sebuah perumpamaan yang sangat indah seorang

toleran yang dogmatis menolak mengakui bayangan dan keraguan yang

menghantui hidup kita, tetapi secara ironis membiarkan dirinya hidup secara

kegelapan. Sementara secara relativis sengaja memilih tinggal dalam bayangan

dan menolak melihat keluar untuk menyaksikan cahaya. Tetapi filusuf ingin

keluar dari dalam bayangan agar menyaksikan cahaya kebenaran, sementara

keraguan filsolofis ada sarana mengaksesnya,37

Plato, juga memberikan pendapatnya tentang toleransi. Dalam hal ini

Plato berpendapat bahwa harmoni, persatuan dan keadilan masyarakat hanya di

tentukan seorang filusuf yang menjabat sebagai pejabat sebagai pemimpin negara.

Ia mengklaim bahwa kebijaksanaan dan kebenaran seorang versi filusuf harus

dianut oleh seluruh lapisan masyrakat.38

Jhon Stuart Mill, dalam On Liberty, meneguhkan kembali kebebasan

berpendapat. Pendapat minoritas yang dihubungkan belum tentu salah. Jika kita

menganggap bahwa pendapat minoritas pasti salah, maka secara absolut kita

mengasumsikan diri kita selalu benar, pendapat yang dihubungkan memang bisa

salah, tetapi pendapat yang salah pun mengandung poin pertentangan.39

Josiah royce, filusuf kelahiran Califonia. Dalam bukunya yang berjudul

The Philosophy of loyality, dia menekankan pentingnya loyalitas komitmen

personal dan keyakinan tulus (sincere belief). Toleransi menurutnya harus

dijunjung tinggi dengan menghormati loyalitas dan ketulusan orang-orang dalam

37

Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran Teologi Kerukunan Umat Beragama h. 9. 38

Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran Teologi Kerukunan Umat Beragama, h. 12. 39

Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran Teologi Kerukunan Umat Beragama h. 15.

30

memeluk keyakinan. Toleransi harus dijaga terus selama loyalitas tidak berusaha

merusak loyalitas dan kemanusiaan orang lain dengan paksaan dan kekerasan.40

Al–Kindi. merupakan seorang filusuf islam ia mengungkapkan ada lima

poin tentang prinsip-prinsip toleran; pertama, mencari kebenaran adalah tugas

penting manusia; kedua, manusia tidak bisa menguasai kebenaran; ketiga, semua

orang bisa terpleset dalam kesalahan; keempat, mengahargai orang lain dan

pendahulu yang telah bersusah payah mencari kebenaran; kelima, toleransi

diperukan guna menyikapi perbedaan dan membangun masa depan. Ia pun

mengatakan “seyogianya tidak malu untuk mengambil kebenaran dari manapun

datangnya walaupun dari umat yang berbeda agama. Sesungguhnya tidak ada

yang lebih utama bagi pencari kebenaran selain kebenaran itu sendiri.41

Abdurrahman wahid yang populer dipangil Gus Dur, beliau adalah tokoh

toleran yang semasa hidupnya di Indonesia. Beliau adalah mantan presiden ketiga.

Ia berpendapat “bukankah dengan saling pengertian mendasar antaragama,

masing–masing agama akan memperkaya diri dalam mencari bekal perjuangan

menegakkan moralitas, keadilan dan kasih sayang?” Dalam hal ini terbukti

dengan pahamnya pluralisme kesadaran yang mengakui keragaman manusia; ada

yang muslim dan non muslim. Prinsip inilah yang seharusnya ditanamkan di

benak genersai bangsa demi menyongsong perdamaian hidup berdampingan antar

pemeluk agama.42 Gus Dur menjelaskan bahwa Agama hendaknya kita lihat dari

dua arah. Pada satu sisi, agama dipandan sebagai ajaran yang baku seperi rukun

Islam, rukun iman dan sebagainaya. Tetapi agama bisa juga dilihat dari sudut

40

Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran Teologi Kerukunan Umat Beragama, h. 14. 41

Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran Teologi Kerukunan Umat Beragama, h. 31. 42

Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran Teologi Kerukunan Umat Beragama, h. 131.

31

yang maksimal, yaitu ajaran Islam yang serba meliputi berbagai segi, termasuk

moralitas atau akhlak. Semua itu bisa di jalankan oleh masyarakt sendiri, bukan

Negara. Sebab Negara ini milik bersama. 43

Muhammmed Abed Al-Jabiri, bependapat tidak ada artinya meneriakkan

toleransi jika tidak dibarengi dengan keadilan yang berpijak pada upaya

menghormati hak orang lain. Al-jabri melihat konsep toleransi Eropa yang dinilai

dengan baik dan sarat dengan tujuan idiologis dan politik. Untuk itu tantangan

kontemporer kita adalah bagaimana cara untuk merekonsrtuksi konsep toleransi

yang lebih bersikap etis ketimbang ideologis politis.44

KH. Said Aqiel Siradj, Ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

(PBNU) beliau mengatakan bahwa, semangat toleransi, saling menghargai,

semangat pluralis antar umat beragama harus diperjuangkan dan dipupuk. Bukan

hanya bersikap toleran, saya kira, tapi kita harus memahami budaya mereka.

Artinya, multikulturalisme itu pun dijaga bukan hanya tasamuh dan toleran, tapi

kita ikut menjadi bagian dari keragaman budaya. 45

Azzumardi Azzra, Profesor sejarah dan mantan Direktur Pascasarjana UIN

Jakarta, mengatakan unuk dapat melindungi Negara atau Civil liberties maka ada

dua hal yang harus dilakukan segera. Pertama penguatan demokrasi. Pada tingkat

ini demokrasi harus dipahami betul, baik sebagai system politik dan demokrasi

43

Budhy Munawar -Rahman, ed. Membela Kebebasan Agama (Jakarta : Lembaga study

Agama dan Filsafat (LSAF), dan PUSAD Paramadina,2015), h. 133. 44

Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran Teologi Kerukunan Umat Beragama. h. 57. 45

Budhy Munawar-Rahman, ed. Membela Kebebasan Agama. h. 1399.

32

sebagai prosedur; kedua, perlunya state building, memperkuat kembali kapasitas

Negara.46

K.H. Ma‟ruf Amin, beliau merupakan ketua MUI Pusat dan Rais „Am

Suriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), ia mengatakan, bahwa

yang disebut kebebasan dalam islam hanyalah pada waktu memilih pada suatu

Agama. Pada saat itu tidak ada paksaan dalam memilih Agama. Tapi kalau orang

itu sudah masuk kedalam suatu Agama, sama halnya dengan masuk suatu

Organisasi, dia tidak menjadi bebas lagi. Penganutnya harus mematuhi seluruh

garis yang telah ditentukan Agamanya, tanpa terkecuali.47

Ahmad Syafii Maarif, beliau adalah advisor PP Muhamadiyah dan pendiri

Ma‟arif Institut. Dalam islam sebenarnya, semua umat, apapun agamanya, berhak

mendapatkan keadilan, bahkan orang-orang atheis pun dilindungi selama tidak

berniat untuk saling membinasakan. Untuk itu orang-orang atheis juga harus

tunduk pada hukum positif. 48

Siti Musdah Mulia, beliau adalah sekjen Indonesia Conference on Religion

and pace (ICRP). Ia mengatakan Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang

religius, taat mengamalkan ajaran agama mereka berdasarkan ajaran kesadaran

yang mendalam yang tertanam dalam lubuk hati; bukan takut pada aturan

penguasa. Karena itu, kewajiban mengajarkan nilai-nilai agama terpulang kepada

instusi keluarga dan masyarakat. Negara dan pemerintah cukup memberikan

46

Budhy Munawar-Rahman, ed. Membela Kebebasan Agama. h. 199. 47

Budhy Munawar-Rahman, ed. Membela Kebebasan Agama. h. 7. 48

Budhy Munawar-Rahman, ed. Membela Kebebasan Agama. h. 184.

33

fasilitas dan kepastian hukum agar masyarakat bebas menjalankan ajaran agamaya

dengan seksama. 49

Fachri Ali, beliau adalah direktur Lembaga Studi dan Pengembangan

Etika Usaha Indonesia (LSPEUI) beliau mengatakan: Substansi dari gagsan

keagamaan yang baru harus, seperti islam Liberal atau apapun namanya, itu harus

janagn terjebak pada kecendrungan kelas dimana kita berada. Hal ini yang juga

yang harus dperhatikaan adalah jangan energi kita untuk melayani pertetengan-

pertetangan pemikiran, sementara tidak memperhatikan dan mencurahkan energi

kita untuk pemberantasan kemiskinan, penegakan keadilan dan lain

sebagainya,yang lebih ensesial.50

M. Quraish shihab, Direktur Pusat Studi al-Qur‟an dan mantan

Menteri Agama RI. Beliau menjelaskan bahwa Pancasila sudah menjadi

kesepakatan bersama, tinggal bagaimana kita implementasikan sila-sila yang

ada di dalamnya. Bagaimana kita implementasikan ketuhanan, kemanusiaan

yang adil dan beradap dan lain sebagainya. Yang harus diimplementasikan

bukan cuma kemanusiaan, tetapi juga harus adil, bukan cuma adil, tetapi

juga harus beradab. Implementasi nilai-nilai dasar, demikian bukan hanya

sesuai dengan masyarakat Indonesia, tetapi juga sudah sesuai dengan ajaran

agama.51

Prof. Mukti Ali, Bapak Perbandingan Agama Indonesia dan mantan

Menteri Agama RI, beliau bependapat bahwa perbedaan pemikiran agama, ras

suku, bahasa, dan budaya harus dijadikan sebagai pedoman kebersamaan dalam

49

Budhy Munawar-Rahman, ed. Membela Kebebasan Agama. h. 1475. 50

Budhy Munawar-Rahman, ed. Membela Kebebasan Agama. h. 417. 51

Budhy Munawar Rahman, ed. Membela Kebebasan Agama. h. 1055.

34

kehidupan bermasyarakat, di tengah perberbedaan tersebut, semua kalangan

harus menghargai dan menerima pluralitas sebagai kenyataan sosial.52

Dengan uraian tersebut di atas penulis berkesimpulan bahwa kerukunan

antar umat beragama itu bisa tercapai dengan baik, manakala ada saling

pengertian di antara pemeluk agama. Dengan saling memahami keberadaannya,

maka akan terpupuk rasa saling mengasihi. Dan ini juga harus dilandasi rasa

keadilan yang dibangun oleh semua warga bangsa. Sebab kalau sudah merasa

diperlakukan secara adil, maka tidak ada lagi niatan untuk saling menjatuhkan.

3. Landasan kerukunan di Indonesia

Indonesia merupakan negara majemuk, dan bermacam-macam suku dan

adat istiadat. Maka dari itu negara ini mengambil langkah- langkah strategis

untuk mendukung kerukunan di negri ini. Dalam pratiknya negeri ini sudah

bertoleransi kepada golongan, suku dan agama yang ada di Indonesia.

Semenjak pada masa penyusunan UUD 19945 oleh BPUPKI. Hal ini yang

dikatakan Ir. Soekarno dalam gagasan pidatonya:

“Kita tidak mendirikan negara untuk satu orang, satu golongan, tetapi

satu untuk semua, satu buat semua, semua buat satu, dan agar Negara

menjadi kuat perlu permusyawaratan perwakilan. Untuk pihak Islam,

inilah tempat terbaik untuk memelihara agama. Dengan cara mufakat

kita peperbaiki semua hal yang bersangkut paut agama. Golongan

agama dapat memanfaatkan dasar ini untuk memperjuangkan

kepentingannya”.53

52

Toguan Rambe, Pemikran A. Mukti Ali Dan Kronstribusinya Terhadap Kerukunan

Antarumat Beragama, di dalam Al-Lub Vol 1,No 1,2016. h. 30. 53

Agoes Djazaoeli, Dkk., Buku Pemoman Pemerintah Daerah Dalam Perlindungan Hak

Beragama Atau Keyakinan (Jakarta: Direktoral Jenderal HAM, kementerian Hukum dan Ham Ri

dan Puast Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementrian Agama RI dan Human Right working

grup (HWRG),2015), h. 33.

35

Hal inilah yang tercipta dengan adanya pasal tentang kebebasan beragama yang

termaktub di pasal 29 UUD 1945 yang berbunyi:

“Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa”

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaan”.54

Dalam pandangan pasal ini dijelaskan bahwa filosofis, bangsa Indonesia

merupakan negara yang menempatkan aspek ketuhanan sebagai pertimbangan

utama. Sedangkan kata “Ketuhanan Yang Maha Esa” bahkan ditempatkan

menjadi norma hukum positif bagi negara Indonesia, Sehinga wajib dijadikan

acuan dalam aksi yang dilakukan oleh negara. Sedangkan kata “menjamin harus

diartikan memberikan hak dan melindungi dari kebebasan yang diberikan agama.

55

Tertuang juga di dalam pasal 28J ayat 1 yang tertuang di dalam UUD

1945 yang berbunyi “setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia”.56

Pasal ini juga yang menjadi benteng pendekatan negara untuk melakukan hak

asasi manusia, yang sangat-sangat tidak bisa dikurangi sedikit pun oleh negara

maupun oleh aktor-aktor Negara-negara lain. Hal itu terbukti dengan adanya UU

No 12 Tahun 2015. Tentang Konvenan Hak sipil dan politik yang berbunyi:

1. Setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, keyakinan beragama. Hak ini

mencakup kebebasan untuk menetapkan agama atau kepercayaan atas

pilihanya sendiri, dan kebebasan, baik sendiri maupun bersama-sama

dengan orang lain, baik di tempat umum ataupun tertutup, untuk

54

Tim M2S Bandung, UUD 1945 Hasil Amademen Dan Proses Amademen UUD 1945

Lengkap ( Bandung : M2S, 2004), h. 45. 55

Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama, (Jakarta : Pusat

Kerukunan Umat Beragama (PKUB) , Sekretariat Jenderal Kementerian Agama), h. 34. 56

Tim M2S Bandung, UUD 1945 Hasil Amademen, h. 44.

36

menjalankan agama dan kepercayaan dalam kegiatan ibadah, penataan,

pengalaman dan pengajaran.

2. Tidak seorangpun dapat dipaksa sehingga terganggu kebebasannya untuk

menganut atau menetapkan agama atau kepercayaan sesuai dengan

pilihanya,

3. Kebebasan menjalankan dan menentukan agama atau kepercayaan

sesorang hanya dibatasi oleh ketentuan bedasarkan hukum, dan di perlukan

untuk melindungi keamanan, ketertiban, kesehatan, atau moral msyarakat,

atau hak-hak dan kebebasan mendasar orang lain.

4. Negara pihak dalam konvenan ini berjanji untuk menghormati kebebasan

orang tua dan apabila diakui, wali hukum yang sah, untuk memastikan

bahwa pendidikan agama dan moral-moral bagi anak-anak mereka sesuai

dengan keyakinan mereka sendiri.57

Dalam hal ini kerukunan sangat diperlukan oleh bangsa ini untuk

menjunjung tinggi kepercayaan dalam menjaga keharmonisan agama. Sehingga

muncullah pasal ini untuk mengakomodir para masyarakat beragama yang ada di

Indonesia. Pasal 29 ini merupakan pasal yang original dalam pembentukannya

sejak disahkannya UUD 1945. Sehingga dapat dikatakan dalam pasal ini

merupakan prinsip–prinsip dasar kebebasan beragama (freedom of religion) sejak

awal telah dianut oleh pemeintah Indonesia sebagai upaya untuk mewujudkan

kebebasan beragama. Pasal ini juga merupakan wujud dari cita-cita pendiri

NKRI. Pasal inilah yang menjadi dasar bagi pemerintah di Indonesia untuk

melakukan pembinaan terhadap umat beragama.

Pendiri negara ini juga mendasari negara ini dengan Pancasila, sehingga

negara ini bukannya negara agama melainkan negara yang menjamin kebebasan

57

Agoes Djazaoeli, Dkk,. Buku Pemoman Pemerintah Daerah Dalam Perlindungan Hak

Beragama Atau Keyakinan . h. 41.

37

beragama bagi warga negaranya. Negara Pancasila juga merupakan sebuah

negara hukum dan bukan negara kekuasaan, sehingga di Indonesia bukan negara

totaliter dan autokrasi.58

Sehingga Indonesia adalah negara yang berdaulat sendiri,

dengan ini status hukumnya adalah negara hukum yang berbasis agama.

Merujuk adanya UUD 1945 dan Pancasila, maka diketahui lima landasan

fisolofis pembangunan negara melalui agama:

1. Agama sebagai sumber spiritual, moral, dan etik bagi kehidupan berbangsa

dan bernegara.

2. Penghormatan dan perlindungan atas hak kebebasan beragama merupakan

hak asasi setiap warga negara.

3. Menjadi landasan kerukunan umat beragama dan tata kelola kehidupan

beragama, yang seiring dengan semangat kontemporer dalam demokrasi,

toleransi, kebebasan beragama dan sebagainya.

4. Landasan pembangunan karakter dan jati diri bangsa yang di antaranya

diwujudkan dalam pengembangan sistem pendidikan yang berbasis agama-

agama.

5. Penyediaan fasilitas dan pelayanan bagi umat beragama berdasarkan prinsip

tata kelola pemerintahan yang baik, dengan memaksimalkan peran dan

partisipasi Pemerintah.59

Dunia juga telah mengeluarkan undang-undang hak asasi manusia yang disebut

The Universal Declaration Of Human Rights ( Deklarasi Universal hak asasi

manusia) sehingga pemerintah harus mengikutinya, dalam hal ini di dalam pasal

29 ayat (2) yang berbunyi:

58

Pdt. Weinata Sairin, M.Th, ed., Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan

Berbangsa: Butir-butir Pemikiran (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2011 ), h. 77. 59

Agoes Djazaoeli, Dkk., Buku Pemoman Pemerintah Daerah Dalam Perlindungan Hak

Beragama Atau Keyakinan.h. 40.

38

“In the exersies of hits right and freedoms, everyone shall be subject only

to such limitations as are determined by law solely for the purpose of

securing due recognition and respect for the right and freedoms of ohters

and of meeting the just requiments of morality, public order and the

general welfarein a democratic society”.

Artinya:

“dalam menjalankan hak-hak kebebasan–kebasanya, setiap orang harus

tunduk hanya pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang–

undang yang tujuannya semata-mata untuk menjamin pengakuan serta

penghormatan yang tepat terhadap hak–hak dan kebebasan orang lain, dan

untuk memenuhi syarat-syarat yang adil dalam kesusilaan, ketertiban dan

kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yang demokratis”.60

Negara harus bisa menjaga hak asasi manusia agar tidak terjadinya adanya

diskriminasi sosial dalam masyarakat yang ada. Sehingga negara harus bisa

memaknai kebebasan hak asasi manusia melalui kerukunan beragama. Dunia telah

mengikuti adanya undang-undang ini untuk menjaga kedamaian dunia dengan

melakukan pemberian hak-hak kepada masyarakat seluruh dunia. Negara ini

mempunyai hak kebebasan dalam 28 a, b, c, d, e, dan f, untuk mengatur

kebebasan mayasakat di Indonesia. Dalam hal ini kebebasan sendiri sangat

penting dan harus dimaknai dengan sebenarnya, sehngga Negara dengang

mmembatasi agama dengan ranah hak utuk mengatur agama yang ada di Negara

ini.61

Dalam hal ini dalam kebebasan beragama dibagi menjadi dua yaitu

Kebebasan internal (Forum Internum) dan Kebebasan Eskternal (Forum

Eksternum).62

Yang dimaksud Kebebasan internal (Forum Internum) yakni kebebasan

internal yang berisi kebebasan hati nurani untuk meyakini, menganut dan

60

Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama. h. 52. 61

Tim Penyusun The Whahid Instute, Laporan Akhir Tahun Kebebasan Beragama dan

Intoleransi 2012 The Whahid Instute, (Jakarta : The Whahid Instute dan Yayasn TIFA, 2012), h. 3. 62

Tim Penyusun The Whahid Instute, Laporan Akhir Tahun Kebebasan Beragama dan

Intoleransi 2012 The Whahid Instute, h. 3.

39

berpindah agama dan keyakinan serta hak untuk mempertahankan menganut atau

berpindah dari suatu agama atau keyakinan.63

Dengan demikian kebebasan

individu tidak dilandasi oleh golongan apapun, sehingga secara pribadi bisa

mengeksperikan keyakinan dan beribadahnya secara bebas ununtuk memilih

agamanya menurut keyakinanya itu sendiri, seperi beribadah menurut

kepercayaan, berziarah ke tempat suci dan melakukan seperti yang dikerjakan

sesuai ajaranya yang dianutnya.

Kedua adalah Kebebasan Eskternal (Forum Eksternum) yakni kebebasan

baik sendiri atau bersama-sama dengan orang lain, ditempat umum atau diwilayah

pribadi untuk memanifestasikan agama dan keyakinan dalam bentuk pengajaran,

pengamalan, ibadah dan penataannya.64

Yang dimaksud ini adalah kebebasan

beragama sepajang tidak bertetengan dengan kebebasan sesama orang lain.

Sehinga seseorang bisa memiliki kebebasasanya unuk bergaul dan mengikuti

kegiatan agama yang bersifat terbuka. Sehinga masyarakat diberi kebebasan untuk

mendirikan tempat ibadah, kebebasan untuk menggunakan simbol-simbol agama,

hak kebebasan untuk merayakan hari besar agama, hak kebebasan untuk

menetapkan pemimpin agama, hak untuk mengajarkan dan menyebarkan ajaran

agama, hak orang tua untuk mendidik agama kepada anaknya, hak untuk

mendirikan dan mengelola organisasi keagamaan.

Dari sinilah maka terbentuk UU dan regulasi-regulasi adanya peraturan

kerukunan antar umat beragama. Dan sesungguhnya kerukunan umat beragama

63

Tim Penyusun The Whahid Instute, Laporan Akhir Tahun Kebebasan Beragama dan

Intoleransi 2012 The Whahid Instute, h. 3. 64

Tim Penyusun The Whahid Instute, Laporan Akhir Tahun Kebebasan Beragama dan

Intoleransi 2012 The Whahid Instute. h. 5.

40

sudah diperankan oleh Kementerian Agama RI untuk mengakomodir agama-

agama di Indonesia tersebut, dengan keluarnya peraturan Pemerintah Nomor

1/PNPS/1965.

Undang-Undang ini adalah peraturan penting bagi Negara Indonesia

karena UU ini membahas tentang pedoman hidup agama-agama di negara ini.

Sehingga Indonesia bisa melindungi Agama yang ada di Indonesia. Dengan

terbitnya UU ini maka banyak regulasi dikeluarkan antara lain:

a. UU NO. 1/PNPS/1965 Tentang No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan

Penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama..

b. Intruksi Menteri Agama RI NO. 3 Tahun 1984 tentang pelaksanaan kerukunan

hidup umat beragama di Daerah sehubungan dengan telah terbentuknya wadah

musyawarah antar umat beragama

c. Keputusan Menteri Agama NO. 35 Tahun 1980 Tentang wadah musyawarah

Antar Umat Beragama.

d. Peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negri NO. 9 dan 8

tahun 2006 tentang Pedoman pelaksanaan Tugas Kepala Daerah / Wakil

Kepala Daerah dalam pemeliharaan kerukunan Umat beragama, Hubungan

Forum Kerukunan Umat Beragama dan pendirian rumah ibadah.

e. Keputusan Menteri Agama RI No. 84 Tahun 1996 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penanggulangan Kerukunan Hidup Umat Beragama .

41

f. Edaran Menteri Dalam Negri No. 450/2576/SJ perihal pembentukan Forum

Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Dewan Penasihat FKUB.65

Dari sinilah kerukunan umat Beragama di Indonesia berjalan, sehingga

banyak ormas-ormas yang menghendaki tentang adanya kerukunan umat

beragama. Demikian juga Ormas-ormas yang ada di Kota Depok sangat

menginginkan adanya kerukunan tersebut. Dan salah satu Ormas keagamaan yang

gencar melakukan usaha-usaha yang mengarah pada terciptanya kerukunan antar

pemeluk agama adalah Ormas NU. Di mana PCNU kota Depok giat melakukan

kegiatan-kegiatan sosial bersama ormas lain. Dan ini sangat memungkinkan

dilakukan karena Kota Depok merupakan salah satu kota yang berpenduduk

beranekaragam. Baik latar belakang pendidikannya, suku, ras dan agamanya.

Sehingga mereka bisa hidup berdampingan dengan damai sekalipun berbeda

keyakinan.

65

Tim Penyusun Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan

perundangan kerukunan Umat Beragama ( Jakarta : puslitbang keagamaan RI. cet,10, 2008), h. x

42

BAB III

PROFIL PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA DALAM

MENGEMBANGKAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI KOTA

DEPOK

A. Profil Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU)

Nahdlatul Ulama (NU) merupakan sebuah organisasi terbesar di

Indonesia yang mengangkat tradisinya dan mengembangkan ajaran Ahlus

sunah wal Jama’ah (Aswaja). Nahdlatul Ulama‟ (NU) didirikan pada 16

Rajab 1344 H bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M di Kota

Surabya, Jawa Timur. Berdirinya organisasi ini diprakarsai oleh K.H. Hasyim

Asy’ari (Pengasuh Pondok Pesantren Tubuireng, Jombang) dan K. H. Abdul

Wahab Hasbullah (Pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang)

dan mendapat pengesahan sebagai organisasi yang sah dari Pemerintah

Belanda pada tanggal 6 Februari 1930 melalui beslit Gubernur Jendral yang

ditandatangani oleh De Algemeene secretaris, G. R. Erdbink. 1

Nahdlatul Ulama juga merupakan sebuah organisasi sosial dan

keagamaan yang dipelopori oleh para ulama yang merasa peduli untuk

mengarahkan perjalanan Indonesia. Bukan suatu kebetulan jika nama yang

diambil adalah Nahdlatul Ulama yang berarti kebangkitan Ulama.

Sebelumnya melalui ijtihad panjang sudah dinominasikan beberapa nama

yang pada akhirnya nama Nahdlatul Ulama menjadi pilihan terbaik. Sebagai

1 K. H. Drs. A. Mahfudz Anwar. NU dan Ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah ( Depok :

2001, RIMA Depok ), h. 11.

43

suatu organisasi sosial keagamaan yang dipelopori oleh kalangan Ulama.2

Sebagai organisasi (Jam’iyah Diniyah), NU memilih beberapa bidang utama

kegiatannya sebagai ikhtiar mewujudkan cita-cita dan tujuan berdirinya yang

bersifat keagamaan maupun kemasyarakatan.3. Hal ini terbukti di dalam

Anggaran Dasar dan Angaran Rumah Tangga (AD/ART) NU yang disahkan

didalam muktamar NU 2015 yang bertempat di Kabupaten Jombang Jawa

Timur , yang berbunyi:

BAB IV

TUJUAN DAN USAHA

Pasal 8

(1) Nahdlatul Ulama adalah perkumpulan/jam’iyyah diniyyah islamiyyah

ijtima’iyyah (organisasi sosial keagamaan Islam) untuk menciptakan

kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat dan

martabat manusia.

(2) TujuanNahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut

faham Ahlusunnah wal Jama‟ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat

yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi

terciptanya rahmat bagi semesta.

Pasal 9

Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana Pasal 8 di atas, maka

NahdlatulUlama melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut:

(1) Di bidang agama, mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang

menganut faham Ahlusunnah wal Jama’ah.

(2) Di bidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengupayakan

terwujud nya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta

pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk

membina umat agar menjadi muslim yang takwa, berbudi luhur,

berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama, bangsa

dan negara.

(3) Di bidang sosial, mengupayakan dan mendorong pemberdayaan di

bidang kesehatan, kemaslahatan dan ketahanan keluarga, dan

pendampingan masyarakat yang terpinggirkan (mustadl’afin).

2Zubair Hamzah, M.Ag, dkk., Sejarah Berdiri Dan Perjalanan PCNU Kota Pasuruan (

Pasuruan : 2004 M /1425 H, Forum Pendiri PCNU Kota Pasuruan), h. 19. 3K. H. Drs. A. Mahfudz Anwar. NU dan Ajaran Ahlulssunah Wal Jama’ah . h. 20.

44

(4) Di bidang ekonomi, mengupayakan peningkatan pendapatan

masyarakat dan lapangan kerja/usaha untuk kemak muran yang merata.

(5) Mengembangkan usaha-usaha lain melalui kerjasama dengan pihak

dalam mau pun luar negeri yang bermanfaat bagi masyarakat banyak

guna terwujud nya Khairu Ummah.4

Dalam hal ini terlihat dalam beberapa kegiatan dan hasil-hasil yang didapat

dalam Muktamar, Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Kronfrensi Besar yang

selalu diadakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama‟ (PBNU) untuk

memberikan keputusan-keputusan yang selalu menjunjung tinggi peran dari

organisasi ini untuk meciptakan ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah

wal Jama’ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi

kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta.

Sehingga dalam mengambil keputusan yang ada didalam organisasi ini selalu

mengunakan landasan Al-Qur‟an, Assunah, Ijma‟ dan Qiyas. NU sendiri memakai

ijtihad para Ulama salafus shalih. Yaitu dengan mengakui dan mengamalkan

pemikiran-pemikiran para iman-imam yang ahli dalam bidangnya, misalnya:

dalam bidang fikih kita ini berpedoman kepada imam Hanafi, Maliki, Syafi‟i,

Hanbali. Dalam bidang tasawuf berpedoman kepada ajaranya Syekh Juned Al-

Baghdadi dan Imam Ghozali. Dalam bidang teologi kita berpedoman kepada

pemikiranya Abu Hasan al-Asy „ari dan imam Al-Maturidi.5

Dapat diartikan paham Ahlusunnah waljama'ah sebagai "para pengikut

tradisi Nabi Muhammad dan ijma‟ (kesepakatan) Ulama". Sementara itu, watak

4Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017.

5Lembaga Ta‟lif wan Nasyr PBNU. Anggaran Dasar&Anggaran Rumah

TanggaNahdlatul Ulama HasilKeputusan MuktamarKe-33NU( Jakarta : LembagaTa‟lif wan

Nasyr PBNU, 2015), h. 40.

45

moderat (tawassuth) merupakan ciri Ahlussunah waljamaah yang paling

menonjol, di samping juga i'tidal (bersikap adil), tawazun (bersikap seimbang),

dan tasamuh (bersikap toleran), sehingga ia menolak segala bentuk tindakan dan

pemikiran yang ekstrim (tatharruf) yang dapat melahirkan penyimpangan dan

penyelewengan dari ajaran Islam. Dalam pemikiran keagamaan, juga

dikembangkan keseimbangan (jalan tengah) antara penggunaan wahyu (naqliyah)

dan rasio ('aqliyah) sehingga dimungkinkan dapat terjadi akomodatif terhadap

perubahan-perubahan di masyarakat sepanjang tidak melawan doktrin-doktrin

yang dogmatis.6

Islam moderat merupakan konter narasi Islam itu sendiri, yaitu gerakan

Islam intoleran. Dari semua mayoritas Kalangan NU menyebut Islam moderat

sebagai Islam Nusantara, atau Islam lokal wisdom, jadi yang dinamakan Islam

moderat itu adalah Islam yang lembut, tidak keras dan tidak kasar, tidak exclusive

dan mau berdialog. Jadi diskursus di lapangan menunjukkan bahwa jama‟ah NU

hampir bisa dipastikan memiliki wawasan pemikiran keagamaan yang moderat.7

Dalam perjalananya terhadap sikap moderat NU mendinamiskan

perkembangan di kalangan masyarakat, dalam kalangan NU selalu menghargai

budaya dan tradisi lokal. Metode mereka sesuai dengan ajaran Islam yang lebih

toleran pada budaya lokal. Hal yang sama merupakan cara-cara persuasif yang

dikembangkan Walisongo dalam meng-Islam-kan pulau Jawa dan menggantikan

kekuatan Hindu-Budha pada abad XVI dan XVII. Apa yang terjadi bukanlah

6Miftahuddin Islam Moderat Konteks Indonesia dalam Perspektif Historis, didalam

Jurnal MOZAIK,Volume V Nomor 1, Januari 2010. H. 51. 7M. Sidi Ritaudin, Promosi Islam Moderat Menurut Ketum (MUI)Lampung

DanRektorUniversitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung,didalam Jurnal TAPIs Vo. 13

No.02 Juli-Desember 2017. h. 56.

46

sebuah intervensi, tetapi lebih merupakan sebuah akulturasi hidup berdampingan

secara damai. Ini merupakan sebuah ekspresi dari “Islam kultural” atau “Islam

moderat” yang di dalamnya ulama berperan sebagai agen perubahan sosial yang

dipahami secara luas telah memelihara dan menghargai tradisi lokal dengan cara

mensubordinasi budaya tersebut ke dalam nilai-nilai Islam.8 Maka sampai

sekarang NU selalu menjunjung islam yang baik dan santun terhadap semua umat

manusia baik agama dan adat istiadat yang ada di Indonesia.

Dalam perjalanan-nya Nahdlatul Ulama‟ (NU) memeliki organisasi dari

pusat hingga sampai tinggkat Ranting yang terbesar di Indonesia.NU sendiri

mempunyai organisasi Otonom, Lembaga dan Badan Khusus. Sehingga NU di

Indonesia bisa berkembang di seluruh penjurunya negeri ini dengan mudah dan

cepat.

Dalam kepengurusan Nahdlatul Ulama juga mempunyai tingkat berdasarkan

wilayah yang ada di negri ini. Maka didalam Anggaran Rumah Tangga (ART)

NU dalam BAB IV yang berjudul Tingkatan Kepengurusan, yang disahkan

didalam muktamar NU 2015 menyebutkan.

Pasal 12

Tingkatan kepengurusan dalam organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari:

a. Pengurus Besar (PB) untuk tingkat Nasional dan berkedudukan di

Jakarta, Ibukota Negara.

b. pengurus Wilayah (PW) untuk tingkat Propinsi dan berkedudukan di

wilayahnya.

c. Pengurus Cabang (PC) untuk tingkat Kabupaten/Kota dan

berkedudukan di wilayahnya.

8Miftahuddin,Islam Moderat Konteks Indonesia dalam Perspektif Historis, didalam jurnal

MOZAIK,h. 52.

47

d. Pengurus Cabang Istimewa (PCI) untuk Luar Negeri dan

berkedudukan di wilayah negara yang bersangkutan.

e. Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) untuk tingkat Kecamatan

dan berkedudukan di wilayahnya.

f. Pengurus Ranting (PR) untuk tingkat Kelurahan/desa.

g. Pengurus Anak Ranting (PAR) untuk kelompok dan/atau suatu

komunitas.9

Dalam pasal 12 AD/ART menyebutkan bahwa pengurus cabang merupakan

sebuah wilayah yang terletak disebuah Kabupaten atau Kota. PCNU Kota Depok

ini merupakan sebuah keniscayaan, karena memang dalam Jam‟iyah Nahdlatul

Ulama kepengurusan dibentuk bedasarkan wilayah. Hal ini juga terdampak pada

Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Disitu terdapat sebuah kepengurusan Nahdlatul

Ulama‟ Kota Depok yang di sebut pengurus cabang. Kepengurusan NU dari Pusat

sampai Kabupaten/Kota,di antara Pengurus Cabang itu adalah PCNU Kota

Depok ini kan sebuah keniscayaan, karena memang dalam Jam‟iyah Nahdlatul

Ulama kepengurusan dibentuk berdasarkan wilayah.10

Hal ini juga berdampak

pada Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Di situ terdapat sebuah kepengurusan

Nahdlatul ulama Kota Depok yang disebut Pengurus Cabang.

Dalam sejarahnya, yang membawa dan mengembangkan NU, khususnya di

Kota Depok merupakan tokoh yang tidak asing lagi di dalam organisasi Nahdlatul

ulama‟, yaitu K. H. Achmad Sjaichu, sehingga tokoh kyai ini menjadi sentral.

Dalam perjalanannya munculah tokoh-tokoh muda yang sangat gigih membantu

perjuangannya, seperti K.H. Drs. Selamet Suryanto, K.H. Drs. Ahmad Mahfudz

Anwar, ini merupakan tokoh yang datang ke Depok. Sedangkan untuk tokoh-

9Lembaga Ta’lif wan Nasyr PBNU. Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga

Nahdlatul Ulama Hasil Keputusan Muktamar Ke-33 NU. h. 43. 10

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017.

48

tokoh yang asli orang Depok yang turut membantu adalah, K.H. Abdul Rozaq,

K.H.Ahmad Ridwan, K.H. Jundan Suwarman, Selamet Riyadi, merupakan orang-

orang asli yang ikut membidani awal sejarah berdirinya NU Kota Depok.11

Kota Depok kepengurusan sudah dibentuk pada waktu Depok dijadikan

Kota Adiministratif dengan tiga kecamatan waktu itu yaitu Pancoran mas, Beji

dan Sukmajaya. Maka dibentuklah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota

Depok. Sehingga terbentuknya PC NU itu bersamaan dengan terbentuknya Kota

Administratif Depok.12

Pada kenyataanya diakui pula secara resmi atau sah Sebagai Pengurus

Cabang (PC) pada saat menjelangmuktamar NU 1994, yaitu Muktamar di

Jogjakarta. Ketika menjelang muktamar 1994 di Jogjakarta, kepengurusan PCNU

Kota Depok sudah ada. Waktu itu ketua Tanfidziyahnya K.H. Jundan Suwarman

dan Rais Syuriahnya K.H. Abdul Rozaq.13

Pada saat ini kepengurusan PCNU

Kota Depok sudah mempunyai tiga ketua tanfidiyah dari tahun 1994 hingga tahun

2018 di antaranya K.H. Jundan Suwarman, K.H, Drs. A. Mahfudz Anwar, K.H.

Drs. Burhanuddin Marzuki dan H.Raden Salamun Adiningrat, S,Sos.I, S.Pd.

Dalam sejarahnya PCNU di Kota Depok mulai mendapatkan hak suara dalam

kegiatan Muktamar, dan acara besar lainnya dalam menentukan nasib Nahdlatul

Ulama. Karena itu, PCNU Kota Depok kini sudah mengikuti muktamar 6 kali. 1.

Jogjakarta, 2. Cipasung, Jawa Barat, 3. Lirboyo, Kediri, 4. Solo, Jawa Tengah, 5.

Makasar, Sulawesi, 6. Jombang, Jawa Timur.14

11

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017. 12

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017. 13

Wawancara Pribadi dengang H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017. 14

Wawancara Pribadi dengang H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017.

49

Dalam perjalanannya Pada tahun 2014 PCNU Kota Depok memasuki masa

khidmat ke 5. Yang ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Dengan Nomor:

337/A.II.04.d/02/2014 tertanggal 20 Rabi‟utsani 1435H/20 Febuari 2014 tentang

Pengesahan PC NU Kota Depok masa Khidmat 2013-2018. Yang dikeluarkan

oleh PBNU yang diketuai Dr.K.H. Said Aqiel Sirodj MA dengan Rais

Syuriahnya15

K.H. Zainuddin Ma‟shum Ali dan ketua Tanfidziyah16

Raden

Salamun Adiningrat, S.Sos.I, Spd. Dalam peraturanya pengurus Nahdlatul Ulama‟

baik pengurus Pusat dan Cabang Mempunyai kewajiban dan hak dalam

menjalakan roda organisasasi. Hal ini terlihat dalam Angaran Rumah Tangga,

yang berbunyi.

Pasal 71

(1) Pengurus Nahdlatul Ulama berkewajiban:

a. Menjaga dan menjalankan amanat dan

b. ketentuan-ketentuan organisasi.

c. Menjaga keutuhan organisasi kedalam

d. maupun keluar.

e. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban

f. secara tertulis dalam permusyawaratan

g. sesuai dengan tingkat

h. kepengurusannya.

(2) Pengurus Nahdlatul Ulama berhak:

15

Rais Syuriyah bertugas dan berwenang membina dan mengawasi pelaksanaan

keputusan-keputusan organisasi sesuai tingkatannya. Lihat Lembaga Ta‟lif wan Nasyr PBNU,

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama Dan Hasil Keputusan Muktamar

ke 33 di Jombang, h. 48. 16

Tanfidziyah mempunyai tugas dan wewenang menjalankan pelaksanaan keputusan-

keputusan organisasi sesuai tingkatannya. Lihat Lembaga Ta‟lif wan Nasyr PBNU, Anggaran

Dasar & Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama Dan Hasil Keputusan Muktamar ke 33 di

Jombang, h. 48

50

a. Menetapkan kebijakan, keputusan dan peraturan organisasi

sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga.

b. Memberikan arahan dan dukungan teknis kepada Lembaga,

Badan Khusus dan Badan Otonom untuk meningkatkan

kinerjanya.17

Dalam perkembangannya Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama mempunyai

masalah terhadap beberapa personil pengurusnya. Maka pada tahun 2016

Pengurus Cabang NU Kota Depok melakukan revisi kepengurusan, dan PBNU

mengabulkan revisi yang dibuat oleh Pengurus Cabang Kota Depok tersebut.

Maka keluarlah SK. Kepengurusan dengan Nomor: 337, a/A. II . 04. d/09/2016

Tentang Pengesahan PCNU Kota Depok Antar Waktu. Maka ini adalah SK yang

sah untuk kepengurusan sekarang. PCNU Kota Depok telah melakukan begitu

banyak kegiatan yang dilakukan dalam bentuk program-program, yang bertujuan

keagamaan dan yang bersifat sosial. Untuk menciptakan kedamaian dan ketertiban

dalam bernegara dan beragama dalam menjaga Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

B. Program Kerukunan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota

Depok

Program yang dilakukan PCNU dalam menciptakan kerukunan umat

beragama khususnya di Kota Depok mempunyai Progam yang menyangkut

masalah kerukunan dalam menjaga kerukunan yang terjadi di Kota Depok. Dalam

hal ini progam kerukunan ada yang internal ke dalam Islam dan ada yang

17

Lembaga Ta‟lif wan Nasyr PBNU. Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga

Nahdlatul Ulama Hasil Keputusan Muktamar Ke-33 NU. h.121.

51

eksternal keluar agama Islam. Dalam melakukan progam ini PCNU

menggandeng lembaga-lembaga yang mumpuni dalam bidangnya.

1. Program ke dalam Islam, di antaranya:

a. Melalui lembaga dakwah LDNU, PCNU Kota Depok menciptakan

kader da‟i yang mampu memberikan pendidikan atau penerangan

kepada umat islam tentang Islam Rahmatan lil ‘aalamiin.

b. Lewat pendidikan Ma‟arif PCNU Kota Depok menciptakan kader-

kader atau santri yang memang sejak dini kita didik secara Islam yang

damai, Islam santun, Islam yang Hanafiyatus Samhah.

c. Lewat LPNU PCNU Kota Depok membentukt suatu wadah bersama

berupa usaha tani bersama da‟i-da‟i untuk membantu perekonomian.

d. lewat Jam‟iyah Thoriqoh PCNU kota Depok membiasakan dzikir

bersama. Karena dengan dzikir bersama itu sesesorang yang tadinya

cenderung untuk bergeser akan kembali ke jalan yang lurus.18

2. Program keluar umat Islam, sebagaimana berikut:

a. Dialog antar Umat Beragama.

b. Membuat Badan Sosial lintas Agama.

c. PCNU Kota Depok dan ormas agama Islam lainnya memelopori

kerjasama lintas Agama.

d. Kerjasama dengan Polisi Resort Kota Depok. 19

C. Kesetaraan Umat Beragama dalam Perspektif Pengurus Cabang

Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Depok.

Dalam kesetaraan umat beragama PCNU Depok mengakui

keberadaan Pancasila. Ketika itu menjadi rujukan, maka semua orang dalam

negara Indonesia sama dalam hukum dan pemerintahan, tidak dilihat lagi

18

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat, 25 Maret 20017. 19

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat, 25 Maret 20017.

52

agamanya apa.20

Termasuk juga semua agama yang diakui oleh Pemerintah

dan yang tidak diakui Pemerintah. Dalam perjalanannya PCNU mengakui

asas tunggal Pancasila yang diputuskan dalam Muktamar 1984 yang di situ

NU mengakui azas tunggal Pancasila.

Dalam bersikap PCNU kota Depok mengikuti sikap NU yang tertuang

pada Khittah Nahdlatul Ulama yang berbunyi:

1. Sikap tawassuth dan i’tidal. Sikap tengah yang berintikan pada prinsip

hidup yang menjunjung tinnggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah

kehidupan bersama. Dengan ini Nahdlatul Ulama‟ dengan sikap dasar ini

akan menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan

selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan

yang bersifat tatharruf (ekstrim).

2. Sikap tasamuh. Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan, baik dalam

keagamaan, terutama hal-hal yang menyangkut bersifat furu’ atau menjadi

masalah khilafiyah, serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.

3. Sikap tawâzun sikap seimbang dalam berkhidmat. Menyerasikan khidmat

kepada Allah, khidmat kepada sesama manusia, serta pada lingkungan

hidupnya. Menyelaraskan kepetingan masa lalu, masa kini, dan masa

mendatang.

4. Sikap amar ma’rûf nahî munkar. Selalu memiliki kepekaan untuk

mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan

bersama, serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat

menjerumuskan merendahkan nilai-nilai kehidupan.21

Dalam hal ini PCNU Kota Depok selalu memakai aspek yang

disepakati oleh para Alim Ulama untuk berkehidupan di masyarakat maupun

di dalam organisasi. Untuk bertujuan membangun kehidupan bernegara di

Indonesia dan menghargai pendapat orang.

20

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat, 25 Maret 20017. 21

Nur Khalik Ridwan. NU Dan Bangsa 1914-2010 Pergulatan Politik & Kekuasaan, (Jogjakarta :

Ar- Ruzz Media, 2010),h. 463.

53

Dalam prateknya PCNU Depok selalu menghormati dan membantu

pendirian rumah ibadah yang ada di Kota Depok. PCNU Kota Depok selalu

membantu hubungan antar agama ini. Karena di Kota Depok ini terjadi

konflik ketika ada pesoalan penolakan rumah ibadah. Dalam pratek sehari-

harinya di Kota Depok, yang menjadi sumber konflik adalah membangun

kebaktian atau rumah ibadah. Padahal di situ masyarakat Islam, tidak

nyembah nuwun (tidak permisi dulu), tidak berpamitan kepada masyarakat

sekitar dan tidak sosialisasi. Tiba-tiba mereka mendirikan Gereja untuk Misa

Kebaktian, dan tidak ada penjelasan tentang kebutuhan untuk mendirikan

Tempat Ibadah. Oleh karena itu tidak berdasarkan Peraturan Bersama Dua

Menteri No. 9 Dan 8 Tahun 2006.22

Kasus yang mengganggu kerukunan dapat diartikan sebagian pihak

merugikan Pemerintah, sehingga PCNU Kota Depok berperan dalam hal

hubungan agama selain Islam. Seperti membantu penyelesaian kasus

pendirian rumah ibadah yang ada di Kota Depok dan membantu dalam proses

pendirian rumah ibadah. Misalnya ada kelompok Kristen mendirikan gereja,

PCNU Kota Depok akan membantu dan melakukan kegiatan mendukung

ketika kembali melihat kepada undang-undang dan konstitusi yang berlaku.

Kalau Pendirian rumah ibadah harus sesuai dengan surat keputusan bersama

SKB Menteri agama dan Menteri Dalam Negeri. Maka sepanjang dalam

prosesnya seperti itu, maka PCNU akan menbantu. Tapi manakala pendirian

rumah ibadah bertentangan, maka PCNU menghalangi juga. Ada juga gereja

22

Wawancara Pribadi dengan Habib Muhsin Ahmad Al-Attas, 5 April 2017.

54

yang mau didirikan di tengah tanah kosong yang jauh dari penduduk, kalau

memang tidak sesuai, PCNU Depok juga ikut dalam posisinya melarang.23

PCNU Kota Depok menyatakan bahwa NKRI ini sudah final

yaitu Pancasila sebagai dasar Negara. Maka apapun bentuk gerak dakwahnya

selalu mengacu pada kepentingan besar ini. Jika kepentingan besar ini tidak

terganggu, maka bisa berjalan bersama, kalau tidak juga tidak bisa berbuat

apa-apa.24

Dalam melaksanakan tugas untuk menjaga kerukunan di Indonesia

dan khususnya di Kota Depok maka diperlukan wadah kerukunan.

Dalam hal yang sifatnya pemikiran baik sesama Islam, maka

hendaklah saling menhormati cara berfikir syari‟ah amaliyah misalnya dalam

hubungan dengan kelompok Muhamadiyah dan Persis sekalipun mereka

menganggap qunut subuh tidak ada. NU mempunyai prinsip-prinsip yang

harus dijalankan. Dalam tradisi NU khususnya PCNU Kota Depok

mempunyai dua prinsip dalam hablum minan naas, untuk sesama muslim

kita “Lanaa a’maaluna walakum a’maalukum” dan untuk orang di luar

agama Islam “lakum diinukum waliya diin”. Ini prinsip-prinsip yang selalu

dijaga orang NU untuk kepetingan negara dan bangsa.

D. Hubungan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama dengan FKUB

Dalam menjalankan hubungan PCNU Kota Depok selalu melakukan

kerjasama baik pemerintahan dan maupun organisasi di luar pemerintahan.

Salah satu organisasi pemerintah dalam membidangi kerukunan umat

beragama adalah FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama). Dalam rangka

23 Wawancara Pribadi dengan Habib Muhsin Ahmad Al-Attas, 5 April 2017.

24 Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat, 25 Maret 20017.

55

menjalankan kerukunan NU dan FKUB bekerja sama dengan baik. Menurut

Habib Muhsin Al-Attas mengatakan “Ya selama ini hubungan baik-baik saja.

Karena NU juga mempunyai perwakilan di FKUB melalui MUI. Sehingga

komunikasi FKUB dengan PC NU tidak ada masalahyang dipandang serius”.25

Dalam hal ini PCNU ikut membantu FKUB dari perwakilan ormas Islam,

karena FKUB adalah organisasi semi pemerintahan yang membidangi urusan

kerukunan umat beragama di Indondenesia khusunya di Kota Depok.

Sedangkan Basolia yang didirikan Majelis-majelis Agama dan NU di Kota

Depok, Basolia tidak sama dengan FKUB karena Basolia pada dasarnya adalah

kepanjangan tangan dari program FKUB. Akan tetapi Basolia didirikan oleh

seorang, yang ada di antara angota FKUB. Mereka mendirikan badan sendiri,

padahal kita sedang bentuk di bawah FKUB.26

Dari sini terlihat bahwa Basolia

adalah murni bentukan warga masyarakat, tanpa ada campur tangan

Pemerintah Kota Depok.

Sedangkan dalam pandangan pendiri Basolia, FKUB itu berdirinya atas

nama pemerintah dan yang mendirikannya adalah pemerintah. FKUB

anggotanya juga majelis-majelis Agama yang ada. Namum berbeda dengan

Badan Sosial Lintas Agama meskipun lahir dari majelis-majelis Agama yang

ada. Kami lahir tidak difasilitasi oleh pemerintah. Kami lahir murni dilahirkan

oleh masyarakat, dari masyarakat yang latar belakang masyarakat Agama. 27

25

Wawancara Pribadi dengan Habib Muhsin Ahmad Al-attas,5 April 20017. 26

Wawancara Pribadi dengan Habib Muhsin Ahmad Al-attas,5 April 20017. 27

Wawancara Pribadi dengan Nasihun Syahroni, 25 Maret 20017.

56

Dalam hal inilah perbedaan antara FKUB dan Basolia, dan juga Basolia

sudah berjalan. Selama ini tidak ada komunikasi dan karena mereka

mendirikan sendiri, itu artinya sudah tidak ada kewajiban melapor kepada

FKUB. Karena dianggap Basolia berada diluar dari FKUB yang sebelumnya

tidak didahului oleh adanya proses komunikasi, tidak ada koordinasi”.28

Dalam

hubungan ini komunikasi hanya berlangsung dengan Pemerintahan saja. Untuk

kegiatan-kegiatan masing-masing berjalan sesuai dengan ketentuan dan aturan

masing-masing organisasi. FKUB menjalankan perannya sebagai wadah

kerukunan bentukan Pemerintah dan selalu berkoordinasi dengan Pemerintah,

sementara Basolia menjalankan kegiatannya secara mandiri.

E. Perbandingan Kegiatan PCNU, Basolia dan FKUB Kota Depok

Dalam menyikapi progam yang dilalui oleh PCNU, Basolia dan

FKUB merupakan sebuah organisasi di Kota Depok. Mereka sama-sama

mempunyai progam tetang kerukunan yang hampir sama, mereka

merupakaan organasasi mengedepankan kerukunan umat beragama

khususnya di kota Depok. Untuk mengetahui beberapa perbedaan yang

dilakukan organisasi tersebut maka mari kita lihat perbedan yang dilakukan

organisasi PCNU, Basolia dan FKUB, mari kita lihat di bawah ini:

NO Organisasi Dasar

pembentukan Kegiatan Manfaat Dari kegiatan

1

FKUB

didirikan oleh

pemerintah

Sk Walikota

Mediasi dan

Menyelesaikan

jika ada

FKUB berperan untuk

menyelesaikan konflik

yang terjadi di

28

Wawancara Pribadi dengan Habib Muhsin Ahmad Al-attas,5 April 20017.

57

pada tahun

2006

masalah antar

Agama

lapangan. Dan

membantu pemerintah

untuk menyelesaikan

dengan Melakukan

Diskusi.

Sosialisasi

Bertujuan untuk

memahami kepada

masyarakat dengan

adanya peraturan PBM

tersebut. Kepada tokoh-

tokoh masyarakat dan

aparatur Pemeritahan

kecamatan.

Rekomendasi

Memberikan

rekomendasi kepada

tempat beribadah yang

sesuai dengan

Administrasi yang

berlaku

Menjalin

komununikasi

Dalam bekerjasama

FKUB menjalin

komunikasi antara

pemerintahan dengan

masyakat agama

termasuk tokoh-tokoh

Agama, tokoh

masyarakat Agar

terciptanya komunikasi

yang baik dan

harmonis

2

PC NU Kota

Depok

Sebuah

organisasi

keislamana

yang

dibentuk di

depok tahun

1988

SK

dikeluarkan

oleh Pengurus

Besar NU

Mendirikan

Basolia

Bertujuan untuk

memelihara kerukunan

yang ada di kota

Depok. Untuk menjadi

wadah kebersamaan

yang ada di kota

Depok.

Dialog antar

Umat

Beragama.

Bertujuan untuk

memelihara kerukunan

agama. Untuk menjaga

kondusif itas kota

Depok dengan dialog

umat Beragama, agar

komunikasi antara

agama satu dan yang

58

lain sama dalam

pandangan.

PC NU Kota

Depok dan

ormas agama

Islam lainnya

memelopori

kerjasama

lintas Agama.

Untuk berkerjasama

dalam melakukan

sinergi bareng antara

ormas lain untuk

memakmurkan Negara

Indoesia dan

khususnya Kota

Depok. Dalam misi

menyebarkan ajaran

Islam yang dilandasi

Bhineka Tunggal Ika.

Kerjasama

dengan Polisi

Resort Kota

Depok

Melakukan pelatihan

tentang agama yang

intensif untuk para

polisi yang akan terjun

ke masayarakat. Untuk

memberikan

pemahaman agama

islam dan Negara yang

benar,

3

Basolia

Didirikan

oleh lembaga

Agama-

agama dan

PCNU Kota

Depok ikut

mendirikan.

Pada tahun

2015

Bekerjasama

dengan

lembaga-

lembaga

Baksos

Memberikan fasilitas

kesehatan gratis

kepada masyarakat

yang tidak mampu.

Dalam ini

mengenalkan

pemberian dari mana

walaupun beda agama

kita dapat menerima

dengan baik.

Sosialisasi

Memberikan

pemahaman kepada

masyarakat tentang

adanya Basolia yang

ada di Kota Depok

.dan memberikan

pemahaman kepada

masyarakat tentang

kerukunan agama.

59

Seminar

Bertujuan untuk

merekatkan Basolia

dengan agama –agama

di Kota Depok. Dan

meningkatkan peran

agama untuk NKRI

60

BAB IV

PERAN KERUKUNAN MENURUT PCNU KOTA DEPOK

A. Peran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Dalam mengembangkan

Kerukunan Umat Beragama.

Nahdlatul Ulama (NU) meyakini bahwa negara ini adalah Negara

kesatuan. Dalam perjalananya kita bersepakat bahwa dasar Negara kita bukan

Islam. Itu dasar negara Pancasila, sehingga dalam pandangan PCNU Kota

Depok, semua rakyat Indonesia, semua penduduk Kota Depok apapun agamanya

itu sama dalam hukum, sehingga untuk menciptakan kenyamanan, sebaiknya di

antara para pengikut agama harus ada kesepakatan dalam kerukunan. 1

Dalam konteks kerukunan PCNU Kota Depok ikut terlibat dan ikut

mengawal NKRI. PCNU Kota Depok merupakan bagian dari Pengurus Besar

Nahdlatul Ulama’ yang berkedudukan di Kota atau Kabupaten. karena Kota ini

merupakan wilayah dari Negara Indonesia. Juga merupakan amanat dari hasil

keputusan muktamar.

Menurut PCNU Kota Depok yang terjadi di Kota ini kerukunan “Asalnya

kita ini biasa saja, rukun-rukun saja.2 Dalam pandangan FKUB juga senada

bahwa dalam kerukunan Kota Depok, damai cukup dewasa umat beragama.3

Dalam melihat kerukunan di Kota Depok menurut PCNU Kota Depok ada

beberapa faktor yang menyebabkan rukun adalah, faktor pertamanya semuanya

butuh suasana rukun dan damai. Faktor yang kedua sebetulnya berislam ala

1 Wawancara Pribadi dengang H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017

2 Wawancara Pribadi dengang H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017.

3 Wawancara Pribadi dengang Habib Muhsin Ahmad Al-attas. 5 April 20017.

61

Nahdlatul Ulama’ adalah berislam yang mengajarkan Islam kedamaian. Karena

Islam Yang diajarkan dan yang dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama yang

merupakan warisan ajaran para Wali Songo4 dan merupakan inti ajaran Nabi

Muhammad saw. Ini yang dipakai di Kota Depok, sehingga cenderung lebih

mudah untuk rukun. Karena dalam Islam, Nahdlatul Ulama’ itu mengajakan

toleransi, orang diajarkan tidak reaktif apabila ada pihak lain yang berbeda.5

Dalam perjalanannya kerukunan beragama di Kota Depok sekarang ini

sedang dinodai oleh beberapa hal, misalnya munculnya aliran sempalan.

Contohnya ajaran Hanafiah Ibrahim, Ajaran Musaddeq dan sebagainya. Sampai

hari ini yang menjadi halangan dan sampai sekarang belum tuntas adalah

Ahmadiyah. Dalam konteks Kota Depok adalah Ahmadiyah, hal ini dibenarkan

juga oleh ketua FKUB “Yang menonjol itu penodaan Agama, misalnya

Ahmadiyah dan aliran sesat itu sangat menonjol di Kota Depok. Maka

kerukunan di Kota Depok menjadi tercoreng.6

Dalam kasus Ahmadiyah, PCNU Kota Depok berpedoman pada status

Ahmadiyah berupa fatwa atau keputusan bahwa Ahmadiyah itu sekarang

setatusnya tidak boleh mengajarkan ajarannya kepada siapapun. Dalam hasil

keputusan ini PCNU Kota Depok melihat sepanjang Ahmadiyah itu tidak

mengajarkan pahamnya kepada orang lain, misalnya kepada orang yang

4Dalam hal ini walisongo mengajarkan tradisi agamaan yang transfronatif (tahawuli

wataghyiri). Adalah proses islimisasi bukan hanya mengajak masuk Islam, tetapi juga mengubah

stuktur sosial masyarakat menuju tahta sosial yang lebih adil, manusia juga berakar pada tradisi

mayarakat setempat. Lihat Ahmad Baso, NU Studies Pergolakan Pemikiran Antara

Fundamentalisme Islam Dan Fudamentalisme Neo-Liberal, (Penerbit Erlanga: 2006, Jakarta) h.

387. 5 Wawancara Pribadi dengang H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017.

6 Wawancara Pribadi dengan Habib Muhsin Ahmad Al-Attas, 5 April 2017.

62

beragama Islam atau warga negara lain. PCNU Kota Depok harus berupaya ikut

melindungi Ahmadiyah. 7

Dalam prakteknya, di Kota Depok ada orang yang tidak paham seakan-

akan orang yang ikut dalam Ahmadiyah dilarang. Ada ormas atau sekolompok

massa yang ingin tempat ibadah Ahmadiyah ditutup paksa. Mengapa ini terjadi,

mereka berpikir orang Ahmadiyah tidak boleh beribadah. Menurut fatwanya

yang dijelaskan oleh ketua PCNU Kota Depok yang dilarang Ahmadiyah itu

mengajarkan, kalau sudah masuk ke dalam Ahmadiyah dan menjalankan

keyakinannya itu harus dihargai. Dalam hal ini PCNU berperan memberikan

jembatan antara Ahmadiyah dan kelompok-kolompok yang lain yang ingin

Ahmadiyah tidak ada sama sekali di Kota Depok. Dalam pemikiran NU itu sah-

sah saja, asal Ahmadiyah sukarela kembali kepada ajaran Islam yang

sebenarnya. Tapi kalau mereka ikut dan tidak mau melepas ajaran Ahmadiyah

maka NU akan menghormati mereka. Berlaku kepada kelompok dan

keluarganya untuk mengajarkannya. Tapi kalau dalam prakteknya, Ahmadiyah

mengajarkan kepada orang lain, NU juga akan memberikan semacam teguran.

Karena Ahmadiyah berarti tidak menjaga konsensus bagi warga negara

Indonesia”. 8

PCNU Kota Depok memiliki potensi dalam menjaga kerukunan adalah

dengan melakukan dialog-dialog lintas agama, untuk mencegah hal-hal yang

tidak diinginkan. Seperti, PCNU Kota Depok menghadiri diskusi kebangsaan di

7 Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat, 25 Maret 20017.

8 Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat, 25 Maret 20017.

63

sebuah Gereja. Di kesempatan lain kita ajak para pimpinan Gereja diskusi

keagamaan di sebuah majelis taklim. Dengan cara ini ketika melihat para pucuk

pimpinannya rukun mudah-mudahan umat ikut rukun”. 9

Dalam perkembangannya di Kota Depok ini, yang terjadi mencegah

munculnya salah satu faktor pecahnya kerukunan adalah munculnya radikalis.

Dalam mencegah radikalis PCNU Kota Depok bekerjasama dengan Polisi Resort

Kota Depok dan TNI dalam menjaga hal keamanan. Dalam hal ini PCNU Kota

Depok melatih para petugas kepolisian tentang pengetahuan agama yang intensif

sebagai bekal mereka terjun di masyarat. Karena memang di kepolisian

kurikulum keagamaanya itu tidak memadahi. Ketika situasinya membutuhkan

polisi-polisi yang tahu agama yang lebih intensif. 10

Menurut ketua PCNU Kota Depok yang menghalangi kerukunan di

Kota Depok mempunyai beberapa faktor di antaranya:

1. Masuknya orang yang menginginkan dan menyebarkan paham pendirian

Negara Islam.

2. Faktor ekonomi, karena ini banyak yang dilanggar. Hal ini terkait dengan

strata ekonomi. Orang yang hidupnya dalam kategori miskin (pra

sejahtera) umumnya mudah dimobilisasi melakukan gerakan2 atau aksi-

aksi. Termasuk aksi yang bermotif intoleransi. Sehingga menjadi

penghambat munculnya kerukunan.

3. Munculnya paham radikalis. 11

9 Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat, 25 Maret 20017

10 Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat, 25 Maret 20017

11 Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat, 25 Maret 20017

64

Menurut ketua FKUB Kota Depok yang menghalangi Kerukunan di Kota

Depok mempunyai beberapa faktor di antaranya masalah etika dan masalah

hukum yang dilanggar. 12

Dalam perkembanganya PCNU Kota Depok membuahkan hasil dalam

program kerukunan umat Beragama. Dalam rangka menjaga kerukunan agama

di Indonesia khususnya di Kota Depok. Dan untuk meminimalisir adanya

kesenjangan sosial yang terjadi di Kota Depok dan mengurangi faktor-faktor

yang membuat tidak rukun, maka PCNU Kota Depok mempunyai peran yang

begitu berarti dalam menjaga kerukunan di Kota Depok. Dalam hal ini terlihat

peran PCNU Kota Depok di masyarakat dari segi sosial maupun dari segi

keagamaannya. Dalam segi sosialnya PCNU Kota Depok seperti bakti sosial,

santunan dan sebagainya, PCNU Kota Depok bersama-sama dengan semua

ormas agama-agama di Kota Depok dengan Agama Kristen, Katolik, Hindu,

Konghucu dan Budha membuat sebuah lembaga sosial yang namanya Basolia

yang berarti Badan Sosial Lintas Agama. 13

Basolia yang didirikan dan

dideklarasikan di Depok, pada tanggal 28 oktober 2015, ini mempunyai tujuan

untuk mewujudkan kerukunan. Dengan menjalankan kegiatan–kegiatan secara

bersama di Majelis agama-agama yang ada di Kota Depok dengan landasan visi

dan misi sebagai berikut:

VISI

“Mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan sosial tanpa

membedakan suku, agama, ras, maupun golongan”.

12

Wawancara Pribadi dengan Habib Muhsin Ahmad Al-attas. 5 April 2017. 13

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat, 25 Maret 20017

65

MISI

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap sesama.

2. Membangun silaturahim antar umat beragama.

3. Mengembangkan keberagaman sosial dan budaya.

4. Menumbuh kembangkan nilai-nilai kemanusiaan. 14

Sedangkan menurut Ketua BASOLIA menjelaskan “Basolia sebuah

organisasi yang didirikan oleh masyarakat, masyarakat Agama. Tentunya itu

mempunyai tujuan bahwa terbinanya atau terbentuknya masyarakat dalam

kebersamaan tanpa memandang asal-usul Agama, maka terciptanya kerukunan

umat itu tanpa memandang asal-usul Agama. Jadi tidak ada alasan karena

berbeda-beda agama, kemudian kita tidak rukun. Maka kita pikirkan ke depan

oleh Basolia, yang kita wujudkan dengan berbagai macam cara dan upaya,

terwujudnya kerukunan tanpa melihat agamanya” 15

Dalam struktural memang Basolia dan Nahdlatul Ulama tidak ada

hubungan apa-apa. Tapi karena yang mendirikan adalah PCNU yakni ketua

PCNU baik ketua Tanfidziyah maupun Rais Syuriyah bersama dengan

Pimpinan majelis-majelis Agama di Kota Depok maka kehadiran BASOLIA

lebih dilihat sebagai hasil dari peran Jam’iyah NU. Terkait pendirinya adalah

bagian dari NU. Setiap melakukan kegiatan BASOLIA selalu mencantumkan

NU sebagai perwakilan islam dan agama-agama lain. Dalam struktural PCNU

Kota Depok tidak ada secara struktural maupun tidak ada hubungannya. Hanya

hubungan personal saja”. 16

Sebenarnya dalam merumuskan Basolia NU ikut terlibat dalam

mendirikan organisasi ini. Karena yang dianggap besar itu kelompok Islam,

kelompok Islam diwakili NU. “Jadi sebenarnya PCNU bukan membikin, Basolia

14

Visi Dan Misi Basolia Diambil dari. http://BasoliakotaDepok.blogspot.co.id/p/visi-dan-

misi-Basolia.html. diakses pada 22 Mei 2017, pukul 15:54 WIB. 15

Wawancara Pribadi dengan Nasihun Syahroni. 25 Maret 20017. 16

Wawancara Pribadi dengang Nasihun Syahroni,25 Maret 20017.

66

itu keinginan bersama. Hanya saja kalau PCNU tidak terlibat, bisa bubar. Karena

yang dianggap besar itu kelompok Islam, kelompok Islam diwakili PCNU Kota

Depok. Basolia itu sebenarnya keinginan bersama dari para Pimpinan agama

yang ada di Kota Depok, agar supaya ada wadah kebersamaan untuk menunjang

program Basolia tersebut”. 17

Dalam susunan organisasi Basolia untuk mengisi struktur Badan Sosial

Lintas Agama diambil dari Majelis-Majelis Agama yang ikut mendeklarasikan.

Dari Islam, Katolik dan agama-agama lainnya. Sedangkan dari Islam itu diwakili

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama’ Kota Depok, dan organisasi Islam yang lain

juga ikut serta dalam gerakan Basolia ini. PCNU Kota Depok (Perwakilan dari

Islam) ditunjuk menjadi ketua Badan Sosial Lintas Agama dan sekretarisnya

diambil dari Agama Kristen, dan Bendaharanya diambil dari Agama Katolik,

dan dari perwakilan Majelis Agama yang lain turut melengkapi struktur Basolia

Kota Depok. Untuk Dewan Pembina dan Dewan Penasihat diberikan kepada

K.H.Drs.Zainuddin Maksum Ali yang menjabat sebagai Rais Syuriyah Pengurus

Cabang Nahdlatul Ulama’ Kota Depok dan didampingi oleh Pimpinan Majelis

Agama-Agama yang ada di Kota Depok. 18

Dalam kedudukannya Basolia Kota

Depok menjadi cabang dari Basolia Kabupaten Bogor. Karena Basolia

Kabupaten Bogor yang mendeklarasikan duluan. Dan sebelumnya Basolia Kota

Depok ini terlebih dahulu dideklarasikan di Kabupaten Bogor. Dalam acara

deklarasinya yang mendeklarasikan lansung ketua umum Pengurus Besar

Nahdlatul Ulama’, K.H. Dr. Said Agil Siradj. Kemudian yang di Kabupaten

17

Wawancara Pribadi dengang H. Raden Salamun Adiningrat, 25 Maret 20017. 18

Wawancara Pribadi dengan Nasihun Syahroni, 25 Maret 20017.

67

Bogor menjadi pusat dan yang di Depok dianggap sebagai cabang, Basolia

cabang Kota Depok. 19

Dalam program-program yang menunjang kerukunan umat beragama,

Basolia fokus betul-betul kegiatan sosial di sektor kesehatan dan bantuan sosial

lainnya.20

Berupa kegiatan bakti sosial dan kegiatan pengobatan gratis terhadap

masyarakat tidak mampu dan memberi sosialisasi-sosialisasi ke masyarakat

langsung dan dunia pendidikan. Dengan tujuan Basolia mudah dikenal, mereka

bisa merasakan bagaimana kita menciptakan kerukunan.21

B. Analisis Program Berjalan PCNU Kota Depok

Kerukunan Umat Bergama bertujuan untuk mepererat tali persaudaraan

yang harmonis dan damai. Sehingga terciptanya harmonisasi, saling perngertian

dan saling menghargai di masyarakat. Sebagaimana yang dituangkan dalam

buku peraturan FKUB, Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan

sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling

menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengalaman ajaran agamanya dan

kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam

kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945.22

19

Wawancara Pribadi dengan Nasihun Syahroni, 25 Maret 20017. 20

Wawancara Pribadi dengang Nasihun Syahroni. 25 Maret 20017. 21

Wawancara Pribadi dengan Nasihun Syahroni. 25 Maret 20017. 22

Didalam Buku FKUB Depok dinyatakan: “Peraturan Bersama Menteri Agama Dan

Menteri Dalam Negri Nomor 9 Tahun 2006. Tetang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah

/Wakil Kepala Daeah Dalam Pemiliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum

Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah ibadat” Lihat FKUB Depok, Peraturan

Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri (Depok: FKUB Depok, 2012), h. 49.

68

Kota yang di jelaskan dalam Kamus Besar Indonesia online merupakan

daerah permukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan

kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat; daerah pemusatan

penduduk dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar

penduduknya bekerja di luar pertanian.23

Termasuk juga didalam Kota Depok

yang sekarang telah berkembang pesat dengan adanya tempat pembelanjaan

modern dan hotel. Dalam infrasuktur dikota ini semakin memikau dengan

keindahan taman-taman yang di buat oleh pemerintah Kota Depok, Dan

mayoritas penduduk di kota ini berpenghasilan sebagai karyawan atau pegawai.

Dalam menjaga kerukunan di Kota Depok semua penduduk yang berada

di kota ini selalu menjunjung tinggi nilai kesatuan Negara melalui Pancasila. Hal

ini terbukti dengan tidak adanya kasus menonjol yang sangat berat, tetapi hanya

sebagian kasus yang menonjol. Seperti kasus-kasus pendirian gereja dan

pernikahan beda Agama. Hal ini yang disampaikan ketua FKUB Kota Depok,

mengatakan bahwa Perkawinan pernah ada masalah, yaitu Yohanes (Yones) dan

Asmiranda itu sempat mencuat di Kota Depok. Karena perkawinan itu di

palsukan, dia mengatakan kepada keluarga bahwa dia sudah masuk Islam,

Yohanes (Yones) tapi berbicara kepada masyarakat belum pernah masuk Islam,

sehingga menjadi masalah. Akhirnya keluarganya merasa ditipu, KUA-nya

merasa ditipu. Dan Ini pernah menjadi kasus yang mencuat di Kota Depok. Dan

23

https://kbbi.web.id/kota Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus versi

online/daring (dalam jaringan). Diaskes pada tangal 29-12-2017 pukul10:20.

69

sekarang sudah tidak ada lagi.24

Dalam perkembangan yang ada perkawinan

beda agama di sini sudah tidak ada lagi.

Sedangkan menurut Ketua PCNU Kota Depok “yang ada di kota ini

adalah masalah pendirian rumah ibadah yang paling sering menonjol, karena

merasa bikin gereja dipersulit masih ada. Tapi kita kembali kepada SKB dua

mentri. Jika itu dijalankan, maka NU dalam pihak mendukung. Tapi Kalau tidak

ada persyaratan yang memadai, NU tidak bisa memberikan hak advokasi

terhadap keutuhan agama lainnya di kota Depok. Dan jika peraturan itu sudah

dijalaninya dengan jujur, maka PCNU Kota Depok tidak ada alasan lagi, kita

harus membantu”.25

Dalam membantu ini PCNU Kota Depok menyesuaikan

dengan Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri Nomor :

9 Tahun 2006 Dan Nomor: 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanan Tugas

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat

Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian

Rumah Ibadat. Terdapat Pada pasal 14 sampai pasal 17.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kota ini aman dari segala perselisihan

yang ditimbulkan oleh masalah agama. Menurut Habib Muhsin bahwa yang

dikatakan jika masalah yang tidak diangkat publik, maka tidak ada masalah.

Ketika sudah masalah hukum yang diangkat di tengah-tengah masyarakat dan

dijadikan berita, itu baru menjadi masalah”.26

Hal inilah factor yang

24

Wawancara Pribadi dengan Habib Muhsin Ahmad Al-attas. 5 April 2017. 25

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 2017. 26

Wawancara Pribadi dengan Habib Muhsin Ahmad Al-attas. 5 April 2017.

70

menyebutkan bahwa dikota ini masih tentram dan aman dalam kehidupan

beragama di Kota ini.

Dalam melihat situasi yang berkembang di Kota Depok maka PCNU

Kota Depok begerak mengedepankan kerukunan umat beragama. Karena PCNU

Kota Depok berpandangan bahwa “Semua rakyat Indonesia, semua penduduk

Kota Depok apapun agamanya itu sama dalam hukum”.27

Sehingga dalam

pandangan yang dimaknai oleh PCNU Kota Depok semua masyarakat yang

tinggal di Kota Depok sama dimata hukum, semua rakyat Kota Depok yang

beragama Islam, Kristen, Khonghucu, Budha dan Hindu. Bekerja atau tidak

bekerja, miskin dan kaya, itu semuanya rakyat Kota Depok mempunyai hak

yang sama sebagai warganya.

Dalam menjalankan tugas organisasi PCNU Kota Depok selalu

berpedoman kepada AD/ART dan mengikuti aturan yang berlaku di Negara

Indonesia. Organisasi ini mengakui Pancasila yang diungkapakan oleh ketua

PCNU Kota Depok. “Pancasila sebagai dasar negara. Maka apapun bentuk

Gerak dakwahnya kita selalu mengacu pada kepentingan besar ini.”28

dalam

menjalankan Program yang dipakai selalu mengunakan aturan dasar ini.

Dikatakan bahwa peran PCNU Kota Depok selalu memperhatikan peran–

peranya organisasi untuk meningkatkan tujuan kerukunan yang berlandaskan

UUD dan Pancasila. Karena bangsa Negara Indonesia merupakan Negara

Pancasila dan bukan Negara Agama.

27

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 2017. 28

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 2017.

71

Dalam perjalananya PCNU Kota Depok, selalu mengedepankan ajaran

kebaikan-kebaikan Islam kepada semua lapisan masyarakat yang ada. Dalam

perannya PCNU ikut membantu pemerintah dalam ikut menjaga perdamaian

Agama di Kota Depok, berupa ikut berperan dalam mengenai kasus pendirian

rumah ibadah, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan

peraturan yang ada. Hal ini diungkapkan oleh Ketua PCNU Kota Depok.“Ketika

ada persoalan penolakan rumah ibadah itu kan ada masalah kerukunan. Jika ini

terjadi, NU kembali kepada konstitusi. Kalau Pendirian rumah ibadah harus

sesuai dengan surat keputusan bersama SKB Menteri agama dan Menteri Dalam

Negeri. Maka sepanjang dalam prosesnya seperti itu, maka NU akan membantu,

Tapi kalau pendirian rumah ibadah bertentangan, maka NU menghalangi

juga”.29

Agar pendirian rumah ibadah tidak salah pilih dimasyarat. Maka PCNU

Kota Depok ikut membantu pemerintahan disini dan ikut bersama menertibkan

masyarakat yang ada dikota ini.

Maka banyak pemuka-pemuka Agama yang ikut dan mengakui PCNU

Kota Depok Sebagai mitra untuk menjaga kerukunan umat beragama di Kota

Depok. PCNU Kota Depok juga ikut terlibat dalam kemajuan Kota Depok,

dalam konteks sesama Agama Islam, PCNU Kota Depok bersatu dalam wadah

MUI. Dalam sisi lain PCNU Kota Depok bekerjasama dengan Kepolisian dan

Tentara dalam menjaga hal keamanan. PCNU Kota Depok dipercayai oleh

kepolisian Polisi Resort Kota dengan tujuan, karena hari ini mencegah

munculnya salah satu faktor pecahnya kerukunan adalah munculnya radikalis.

29

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 2017.

72

Dalam kesempatan ini PCNU Kota Depok harus tidak lain bekerja sama dengan

aparat, bahkan PCNU Kota Depok diminta melatih para petugas kepolisian

tentang pengetahuan agama yang intensif sebagai bekal mereka terjun di

masyarat. Agar para polisi harus siap Ketika situasinya membutuhkan polisi-

polisi ini tahu agama yang lebih intensif.30

Agar polisi dapat ikut membantu

keamanan, bersosialisasi kepada masyarakat tentang arti Agama dan Negara.

PCNU Kota Depok juga ikut berperan dalam meprakarsai terbentuknya

Basolia (Badan Sosial Lintas Agama) yang berkerja sama dengan lintas agama

yang ada. Berkerja sama antara Islam dengan Kristen, Khonghucu, Budha dan

Hindu. Agar PCNU Kota Depok mempunyai suatu wadah yang bisa bertukar

pikiran dan melaksanakan bidang sosial. Seperti bakti sosial santunan dan

sebagainya.31

dengan wadah ini PCNU Kota Depok bisa ikut bertukar pikiran

keada agama lain dan ikut .membantu pemerintah dari segi sosoail.

Maka dari itu, PCNU Kota Depok ikut terlibat dalam pendirian Basolia.

PCNU bukanlah membuat Basolia, tetapi Basolia itu keinginan bersama. Hanya

saja kalau NU tidak terlibat, Basolia kurang berjalan. Karena yang dianggap

besar kelompok Islam, kelompok Islam diwakili NU. Basolia itu sebenarnya

keinginan bersama dari para Pimpinan agama yang ada di Kota Depok, agar

supaya ada wadah kebersamaan untuk menunjang program Basolia tersebut”32

.

Islam yang ada di kota ini mayoritas pendukduknya islam ala NU. Sehinga

PCNU Kota Depok ikut beperan disini.

30

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017. 31

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017. 32

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017.

73

Dalam kaitanya PCNU bersama-sama dengan agama lain, menciptakan

sebuah wadah ini untuk mengisi dan memelihara kerukunan di Kota Depok.

Dalam peranya PCNU Kota Depok bisa ikut terlibat dalam aksi social dan

agama Untuk mencitakan keharmonisan. Sehingga terciptanya kerukunan yang

damai di Kota Depok itu sendiri.

Dalam Peran membangun kerukunan Umat beragama, PCNU Kota

Depok selalu bersama-sama dengan umat agama lain, selalu aktif dalam peranya

sebagai Organisasi yang mendukung pemerintah. Hal ini terbukti dengan

mengikuti acara yang diadakan pemerintah maupun non pemerintah. Dalam

menyikapi sikap PCNU Kota Depok berprinsip Tasamuh yang dimaknai, sikap

toleran terhadap perbedaan pandangan, baik dalam keagamaan, terutama hal-hal

yang menyangkut bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah, serta dalam

masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.33

PCNU Kota Depok ikut mengatasi

khilafiyah dan meyakini bahwa Indonesia kita adalah Negara pancasila dan

bukan Negara Agama.

Dalam pandangan PCNU Kota Depok, dalam meliahat sikap umat yang

terjadi di Kota Depok mempunyai prinsip, sebagaimana yang di sampaikan oleh

ketua PCNU Kota Depok mengatakan “Kalau yang Bersifat pemikiran kita

menghormati cara berfikir syari’ah amaliyah misalnya Muhammadiyah dan

Persis menganggap qunut subuh tidak ada silakan saja, tidak ada persoalan.

Kalau sudah pandangan keyakinan NU maka kita sesama muslim dilarang ikut

33 Nurr Khalid Ridwan. NU Dan Bangsa 1914-2010 pergualatan dan kekuasaan.

(Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2010), h. 463.

74

dalam urusan mereka kita hanya mengingatkan saja”.34

Menurut PCNU Kota

Depok berkeyakinan kita boleh berbeda-beda pendapat, karena PCNU Kota

Depok memiliki dua prinsip yaitu hablum minan naas, “Lanaa a’maaluna

walakum a’maalukum” sesama Muslim. Kalau dengan orang di luar Islam lakum

diinukum waliya diin.35

Dalam pandangan PCNU Kota Depok kita harus

mengakui hubungan kepada manusia siapapun tanpa terkecuali termasuk

manusia yang beda agama dan beda pemikiran dalam pandangan Islam. Karena

mnusia diciptakan untuk menjadi saudara dan bukan di musuhi.

Peran yang terpenting lagi bagi PCNU Kota Depok dalam rangka

menjaga kerukunan khususnya di Kota Depok, khususnya warga NU harus

sekuat tenaga mengajarkan Islam Rahmatan lil’aalamin.36

yaitu mengajarkan

islam yang santun dan sopan terhadap semua makhluk hidup, menurut KH.

Abdul Muchith Muzadi dengan Islam Rahmatan lil Alamin mampu membuat

membawakan Islam dengan penuh keramahan, kedamaian dan kebijaksanaan,

mudah diterima oleh masyarakat dengan sukarela tanpa perlawananan dan

kekerasan.37

Sedangkan menurut Perspektif Nahdlatul Ulama, yang dibawakan

KH. Hasyim Muzadi, merujuk kepada sumber primer, yakni IslamRahmatan lil

Alamin menuju Keadilan dan Perdamaian Dunia.38

Bahwa islam ala NU

ngajarkan kita agar kepada semua masyarakat agar saling mengajarkan islam

tanpa kekerasan dan tidak saling memaksa kepada lawanya. Dari sini ajaran NU

34

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017. 35

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017. 36

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017. 37

Muhammad Makmun Rasyid, Islam Rahmatan Lil Alamin Perspektif KH. Hasyim

Muzadi Di dalam Jurnal Epistemé, Vol. 11, No. 1, Juni 2016. h. 99. 38

Muhammad Makmun Rasyid, Islam Rahmatan Lil Alamin Perspektif KH. Hasyim

Muzadi. h. 104.

75

bahwa islam itu ajaran damai dan tidak suka pada kekerasan terhadap sesama

Manusia, sesama alam dan kepada tuhan, maka dapat dikatan bahwa NU

mengajarkan kebaikan dengan lemah lembut tanpa adanya kekearasan,

mengajarkan islam denggan kekerasan inilah yang membuat orang salah paham

dengan ajaran islam..

Dalam terkaitanya FKUB selaku dari pemerintah mempunyai program

yang sangat bagus untuk menciptakan kerukunan yang ada di Kota Depok,

FKUB sendiri melakukan programnya yang pertama, mengadakan dialog umat

beragama, memfasilitasi dialog antara Tokoh Agama, dan Umat beragama.

Antara Umat beragama, Tokoh Agama dengan Pemerintah muemberikan

sosialiasi dan semacam penyuluhan kerukunan umat beragama,39

dalam

mengadakan program ini sudah sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh

pemerintah dan menjalankan sesuai dengan apa yang harus dilakukan FKUB

Perturan FKUB sendiri tertuang dalam Peraturan Bersama Menteri

Agama Dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 9 Tahun 2006 Dan Nomor: 8 Tahun

2006 Tentang Pedoman Pelaksanan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum

Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian Rumah Ibadat. Yang tertuang

didalam Pasal 8 Dan Pasal 9 yang berbunyi.

Pasal 8

1) FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota.

39

Wawancara Pribadi dengang Habib Muhsin Ahmad Al-Attas. 5 April 20017.

76

2) Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah daerah.

3) FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hubungan yang

bersifat konsultatif.

Pasal 9

1) FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)

mempunyai tugas:

a. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh

masyarakat;

b. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi

masyarakat;

c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat

dalam bentukrekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur;

dan

d. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan

kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan

kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat.

2) FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)

mempunyai tugas:

a. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh

masyarakat;

b. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi

masyarakat;

c. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat

dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan

bupati/walikota;

d. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan

kebijakan di bidang keagamaanyang berkaitan dengan

kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat;

dan

e. Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan

pendirian rumah ibadat.40

`

40 Didalam Buku FKUB Depok dinyatakan: “Peraturan Bersama Menteri Agama Dan

Menteri Dalam Negri Nomor 9 Tahun 2006. Tetang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah

/Wakil Kepala Daeah Dalam Pemiliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum

Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah ibadat” Lihat FKUB Depok, Peraturan

Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri (Depok: FKUB Depok, 2012), h. 38.

77

Penulis melihat bahwa, PCNU Kota Depok memiliki hubungan yang

kuat terhadap pemerintah untuk kemajuan Negara ini khususnya diKota Depok.

Apa yang dicitakan oleh prndiri NU (Nahdlatul Ulama) berjalan baik. Terlebih

lagi PCNU Kota Depok membantu peran pemerintahan yang ada untuk

membangun kota yang damai dari semua ganguan yang berlandasan agama dan

ras. PCNU Kota Depok juga ikut bergabung dengan MUI suatu wadah yang di

bentuk pemerintah untuk Agama Islam di Indonesia. Karena PCNU Kota Depok

memiliki salah satu perwakilanya untuk masuk di jajaran MUI Kota Depok.

C. Analisis Atas hambatan-hambatan terhadap program PCNU Kota Depok.

Dalam sebuah organisasi ada kalanya program–program yang telah

disusun dengan baik dan rapi. Sehingga dalam menetukan kebijakan-kebijakan

dalam sebuah instusi berjalan baik. Sehingga program dapat terencana dalam

melakukan kegiatan. Manakala program yang telah disusun dengan baik,

teararah dan tersusun dengan baik kadang tidak dapat dijalankan dengang baik

dengan alasan–alasan yang tertentu. Sehingga program-program yang telah

disusun dengan rapi dan rencana tidak dapat terlaksakna dengan maksimal,

terkadang program yang menjadi besar diantara program yang ada, menjadi

tidak ada, ini bisa menjadi terkendala.

Hal ini yang dialami oleh PCNU Kota Depok sendiri dalam melakukan

kegiatan selalu ada halagan yang diembannya. Terlihat dari Forum Basolia yang

di wadahi PCNU Kota Depok pengamatan penulis. Penulis melihat para Angota

ini belum mengerjakan secara sempurna dan teasa mempunyai. Hal ini diutarkan

78

oleh ketua Basolia: “Kalau sosial itu sebagian pengurusnya atau pengelolanya

memang bagian dari sisa-sisa waktu yang ada dan tidak ada satupun yang fokus

untuk menjalankan kegiatan sosial. Sehingga program Basolia yang baik ini

kadangkala karena waktu dan keterbatasan sumber daya manusianya yang sering

kali tidak bisa optimal. Yang menjadi kendala adalah alasan mencari waktu, para

Angota disibukan dengan kesibukan pekerjaannya masing-masing anggota yang

ada didalam Basolia.41

Dalam menjalankan tugas Basolia para pengurus selalau mengandalkan

perkerjaan terlebih dahulu dibanding Basolia. Sehingga forum ini selalu

dikesampingkan oleh kepengurusan yang ada. Hal ini juga tercemin dari FKUB

Kota Depok, FKUB sendiri mengagap Basolia itu bukan wilayah FKUB.

Sehingga Basolia dan FKUB tidak ada saling ketemu. Hal ini yang di utarakan

oleh FKUB “Selama ini tidak ada komunikasi dan karena mereka mendirikan

sendiri, tidak ada kewajiban melapor kepada FKUB. Karena dianggap Basolia

ini diluar dari FKUB. Jadi tidak ada komunikasi, tidak ada koordinasi”.42

Sehingga untuk Basolia dan FKUB tidak ada kesepakatan dan tidak ada

penyatuan antara FKUB dan Basolia, dalam perjalanya mereka jalan sendiri-

sendiri. FKUB menjalakan tugas sebagai pembantu pemerintahan untuk

melakukan pendekatan dan pemahamaan arti kerukukunan di Negara Indonesia.

Sedangkan Basolia membantu pemerintah dengan tugas dan berkewajiban

berbeda. Mereka membantu pemerintahan dengan cara mengadakan BAKSOS

(Bakti Sosial). Adakalanya program utama ini berjalan dengang berjalan

41

Wawancara Pribadi dengan Nasihun Syahroni, 25 Maret 20017. 42

Wawancara Pribadi dengan Habib Muhsin Ahmad Al-Attas,5 April 20017

79

terlaksana. Menurut ketua Basolia pendanaan Basolia betul-betul murni dari

angota sendiri, karena dari pemerintah Kota Depok belum dapat dukungan dari

pemerintah baik mensupport maupun pendanan, 43

memang Basolia sendiri

belum meminta dukungan dari pemerintahan Kota Depok.

Dari sini penulis melihat Basolia dengan FKUB dan pemerintahan Kota

Depok tidak berhubungan baik dengan keduanya. Basolia yang didirikan oleh

PCNU Kota Depok, dengan Agama Kristen, Katolik, Hindu, Konghucu dan

Budha. Saat melakukan pendirian Basolia, tidak melakukan kerjasama antara

FKUB dan kepemerintahan. Hal ini yang mengakibatkan komunikasi terputus

antara pemerintah dan Basolia.

D. Peluang dan Tantangan Kerukunan di Kota Depok.

Kota Depok merupakan kota perbatasan antara Provinsi Jakarta Dan

Jawa Barat. Kota ini dijuluki kota megapolitan di selatan Jakarta dan mempunya

suku budaya, Agama dan adat istiadat yang berbeda-beda. Dalam menyikapi

kerukunan umat Bergama dikota ini cukup harmonis dan selalu berpegang

kepada UUD 1945 dan Pancasila, karena di kota ini masyarakat diajak melihat

dunia,44

melihat masarakat Negara ini yang beragam dari Sabang sampai

Maruke. Bermacam suku-suku, agama dan adat istidat. Di Negara Indonesia

bukan hanya Agama Islam saja, tetapi banyak agama yang ada di negeri ini.

Menyikapi kerukunan yang terjadi di kota ini, dalam pengamatan penulis

melihat dikota ini kondusif, walaupun sebagian masih ada kasus yang terjadi di

43

Wawancara Pribadi dengan Nasihun Syahroni. 25 Maret 20017 44

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017.

80

kota ini. Sehingga di kota ini mempunyai peluang dan tantangan kerukunan yang

sangat menarik. Maka penulis membedakan antara peluang dan tangan

kerukunan yang terjadi di kota ini:

1. Peluang kerukunan.

Dalam peluang Kota Depok yang terjadi di daerah ini cukup kondusif dan bisa

terkendali oleh pemerintah maupun komponen masarakat itu sendiri. Karena di

kota ini saling pengertian antara pemerintah dan masyarakat. Didalam peluang

kerukunan dikota ini cukup Bagus dan terkendali, karena kerukunan sendiri harus

dari latar belakang keingingingan masyarakat itu sendiri, Kerukuan itu sebetulnya

kebutuhan orang itu butuh situasi rukun dan damai. Jadi ketika kerukunan itu

terjadi di bumi Kota Depok, karena semua orang yang tinggal di Kota Depok

sadar kalau hidup mereka tidak rukun, jangankan membangun, mempertahankan

saja susah, kalau rusuh. Maka kerukunan ini faktor pertamanya semuanya butuh

suasana rukun dan damai. Hal ini yang diungkapan Ketua PCNU Kota Depok.45

Hal ini karena masyarakat sudah tahu adanya perbedaan yang ada di Indonesia.

Menurut Ketua Basolia mengutarakan

“Bahwa adanya perbedaan agama itu biasa. Agama lahir di dunia

sudah bermacam-macam dan penganutnya banyak. Apa faktor-faktor

terjadinya kerukunan kita harus diberikan pemahaman agar perbedaan

itu memang kenisacayan adanya. Kita di Agama Islam itu sudah

Tuhan yang memberikan kita, orang lain di Budha, Kristen atau

sebagianya, semua harus kita yakini bahwa perbedaan adalah

kehendak Allah. Kita tidak bisa meyakini, bahwa mereka yang

berbeda itu lebih sesat atau salah. Karena mereka itu menjadi agama

Budha, menjadi agama Kristen, menjadi agama Islam sekalipun itu

semua sudah kehendak Allah, kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa,

dan kita sudah mengikuti saja sambil kewajiban kita menghormati

45

Wawancara Pribadi dengan H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017.

81

terhadap pemeluk Agama-Agama yang lain. kita sedang meyakini

masyarakat, bahwa perbedaan hal itu tidak dipersoalkan tapi saling

hormat-menghormati. Jangankan berbeda Agama, yang satu Agama

juga berbeda. Kalo ada perbedaan itu harus saling menghormati dan

menghargai. Dan itu harus kita sampaikan kepada umat, bahwa

perbedaan tidak harus tidak rukun dalam beragama dan kita harus

rukun dalam perbedaan”.46

Dalam pandangangan ini bahwa Basolia mengerti akan hadirnya agama

yang ada di dunia ini. Kita sebagai mahluk yang ada di muka bumi, khususnya

Negara kita tercinta ini harus mau mengakui keberagaman yang terjadi di Negara

ini.

Dalam memaksimalkan kerukunan di kota ini harus ada penyelesaian yang

ada diKota Depok sendiri. Agar kota ini aman dari kejahatan yang mengamakan

kerukunan di kota ini. Dalam ini penlis melihat yang terjadi di Kota Depok, para

tokoh-Tokoh agama. Saling berkomukasi antara agama satu dan agama lainya.

Antara pemerintahan dengan para tokoh agama. Hal ini terbukti dengan apa yang

di lakukan oleh PCNU Kota Depok merka membikin suatu Wadah yang mereka

memberinama Basolia, dengan adanya Bsaolia ini untuk memberikan dalam

rangka agar masyarakat bisa mengenal apa itu kebersamaan dan tanpa harus

membeda-bedakan asal usul Agamanya. Dalam hal tindakan sosial dan dalam hal

kebaikan tidak mengenal apa Agamanya dan berbuat baik tidak pilih terhadap

Agama siapa yang perlu ditolong, siapa perlu dibantu. Dalam hal ini tidak dilihat

apa Agamnya, hal ini seperti terus kami kembangkan dan mudah-mudahan pada

waktunya Basolia bisa lebih berperan di masyarakat”.47

46

Wawancara Pribadi dengan Nasihun Syahroni. 25 Maret 20017 47

Wawancara Pribadi dengan Nasihun Syahroni. 25 Maret 20017

82

Sehingga peluang kerukunan diKota Depok akan terbuka lebar, jika

Basolia ini aktif dan beperan untuk melakuan tugasnya untuk menjaga kerukunan

umat antar agama. Sehingga peluang kerukunan yang ada di Kota Depok akan

terbuka dan tidak ada konflik antar umat beragama.

2. Tantangan kerukunan

Tantangan kerukunan di Kota Depok tergantung dari pemahaman yang

ada di Negara Indonesia, khususnya dikota ini. Semua aparat pemerintahan

maupun mayarakat yang ada di kota ini harus saling memberi pemahaman

yang ada. Dalam penglihatan penulis bahwa dikota ini, mendapat tantangan

yang sangat menghawatirkan yang ada di kota ini. Menurut pandangan ketua

PCNU Kota Depok bahwa yang menjadi masalah situasi keamanan, ketertiban

kita digoda. Digoda oleh beberapa kelompok yang kemudian tanpa filter

menerima ide-ide. Berupa pendirian Negara Islam. 48

Dalam kaitanya bahwa mereka mempunyai pandangan Indonesia yang

berlandasan Pancasila itu namanya musyrik. Dalam perkembanganya hari ini

sudah mulai ada pengikutnya di Kota Depok dan menurut informasi dari pihak

kepolisian sebetulnya mereka bukan orang Depok, bahkan sebenarnya mereka

numpang hidup di Depok. Tantangan yang terjadi kota ini sangat bahaya jika

mereka kemudian menyebarkan pahamnya kalau negara Indonesia bukan

negara Islam berarti Negara kafir dan musyrik, maka boleh diganti dan harus

48

Wawancara Pribadi dengang H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017

83

jihad. Ada sebagian orang menerima paham radikalis ini”.49

Ujar ketua PCNU

Kota Depok menambahkan.

Menutut Ketua FKUB mengatakan bahwa ada sebagian kecil yang

berpotensi menjadi konflik umat beragama. Menjadi konflik apabila tidak

ditangani dengan bijak dan baik oleh pemerintah maupun oleh tokoh-tokoh

Agama, dan Tokoh Masyarakat. Yang perlu harus diingat bahwa semua

konflik umat beragama, baik di Kota Depok maupun di tempat lain, tidak

akan lari dalam dua hal, pertama masalah etika, yaitu terjadinya pelanggaran

etika. Dan yang kedua ketentuan hukum yang dilanggar. Jadi kalau tidak ada

dua hal tersebut yang dilanggar, tidak ada konfik. Tidak ada satu konfik

agama yang dikarenakan agamanya mengajarkan untuk membenci agama

yang lain, tidak ada. Misalnya, Agama Islam mengajarkan umatnya

membenci agama lain atau menolak keberadaan agama lain, itu tidak ada.

Atau Agama Kristen mengajarkan itu tidak ada. 50

Dalam pengamatan di kota ini dapat dikatakan pula tantangan yang

menjamur di kota ini dengan timbulnya masalah pendrian Rumah Ibadah

yang menjamur di Kota Depok. Sebagian masyarakat kurang tau adanya

peraturan tetang pendirian rumah ibadah. Hal ini yang di sampaikan oleh

ketua FKUB Kota Depok menyebutkan. “Sudah tahu di situ masyarakat

Islam ia tidak pakai etika, tidak permisi, dan tidak sosialisasi. Tiba-tiba

mendirikan Gereja untuk Misa Kebaktian, itukan etika. Atau memang tidak

ada kebutuhan untuk mendirikan tempat ibadah, tidak melalui Undang-

49

Wawancara Pribadi dengang H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017. 50

Wawancara Pribadi dengan Habib Muhsin Ahmad Al-Attas, 5 April 2017.

84

undang Peraturan Dua Menteri ini tidak boleh. Peraturannya untuk dirikan

tempat ibadah atau sebagai kebaktian itu dipakai melanggar hukum itu saja.

Jadi ada terjadinya penolakan, penolakan kebaktian atau apa, 51

Terdapat tantangan kerukunan di kota ini, adanya kemajuan teknologi

yang sangat mampu utuk meng hujat-hujat suatu agama. Sehingga dapat

membuat orang terprovokasi dengan masalah yang timbul dari media internet.

Dalam perjalanan Ketua PCNU menghimbau dan melihat media internet

sebagai dakwahnaya. Kemudian strategi dakwahnya NU tidak boleh

ketinggalan. Harus bisa berdakwah kepada Umat Islam Kota Depok ataupun

di tempat lainnya melalui media sosial, karena media paling rawan yang

menimbulkan kekerasan hati orang”.52

Karena dengan internet masyarakat

banyak termakan dengan kabar yang membawa maslahah jika warga NU

tidak mengunakan internet sebagai dakwahnya, maka masyarakat NU tidak

mengikuti perkembangan zaman yang ada.

Dalam memaksimalkan terjadiya tidak rukun maka warga NU yang

ada di Kota Depok dan warga yang lain harus bisa menjaga kondisi

mmasyarakat. Dalam hal ini masyarakat dan aparat pemerintahan harus bisa

berjalan demi kelancaran masayarakat di daerah tersebut. Jika terjadi

51

Wawancara Pribadi dengang Habib Muhsin Ahmad Al-Attas. 5 April 20017. 52

Wawancara Pribadi dengang H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017.

85

keributan antar agama yang terjadi di Kota ini maka penulis melihat tidak ada

kekompakan yang terjadi antara aparaat pemerintahan, aparat keamanan dan

masyarakat itu sendiri. Misalnya dalam konflik sesama Islam Semua harus

mengambil peran segera mendamaikan, termasuk ormas Islam, kepolisi,

pemerintahn. Karena tidak bisa diselesaikan sendiri jika ada konflik semua

harus berperan. Dari unsur Ormas umum dan ormas agama berperan. Yang

sangat lebih berperan itu Pemerintah dan Aparat Keamanan lebih jauh harus

lebih berperan. Dalam menghadapi konfik antar umat Bergama, semua unsur

juga harus ikut menyelesaikan dengan cara saling ketemu dan bertatap muka

dengan para pemuka agama-agama. Hal ini yang disampaikan oleh Ketua

PCNU Kota Depok bahwa “Kalau antar umat beragama, konflik itu semakin

hilang manakala kesepakatan dialog antar umat beragama ini semakin intensif

dijalankan”.53

Untuk melakuan dialog antar agama ini PCNU Kota Depok

melakukan dialog lewat Basolia yang sedang dijalankan oleh PCNU Kota

Depok dan pemuka Agama yang ada Di kota Depok.

Menurut FKUB sendiri, untuk memakimalkan adanya tantangan

kerukunan umat begama di Kota Depok FKUB mempunyai pandangan yang

53

Wawancara Pribadi dengang H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017.

86

harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya tantangan kerukunan diKota

Depok. Diantanya:

a. Pertama, kita Harus merevitalisasi dan pendewasaan diri kepada tokoh-

tokoh agama dan umat beragama di dalam memahami dan menjalani

agamanya. Merevitalisasi pemahaman dan pendewasaan berfikir di dalam

beragama dan menjalankan agama.

b. Kedua, harus diciptakan komunikasi dari kedua pihak, semua arah dalam

menciptakan kerukunan umat beragama dalam bingkai kebangsaan ada

komunikasi. Kalau tidak ada komunikasi, menimbulkan saling curiga satu

sama lain.

c. Ketiga, setiap permasalahan harus segera dimusyawarahkan, dibicarakan

secara kekeluargaan Dan meng-intensif-kan dialog antar umat

beragama”.54

Penulis melihat pemerintah mempunyai kekekuasaan yang sangat

istimewa dalam mengerjakan semua aspek kehidupan masyarakat dari di

Negara Indonesia Khususnya Di Kota Depok mulai unsur keamanan dan

unsur agama. Karena Negara kita bukan Negara Agama. Artinya bahwa

Negara kita tidak bisa memcampuri urusan Agama. Agama juga tidak bisa

memcampuri urusan Negara.55

Dalam rangka menertibkan Negara maka

permerintahan bebas menetukan kebijakan yang diambil, tapi untuk

mendaptkan manfaat untuk kebaikan masyarakat itu sendiri.

Sedangkan untuk ormas islam maupun pemuka Agama yang ada harus

saling berkomunikasi dengan seluruh aspek masyarakat dan pemerintahan.

Sehingga untuk menciptakan kerukunan yang baik dan tidak ada masalah

yang mengamankan agama maka ormas, tokoh masyarakat, tokoh agama,

54 Wawancara Pribadi dengang Habib Muhsin Ahmad Al-attas. 5 April 20017.

55 Pdt. Weinata Sairin, M.Th, ed., Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan

Berbangsa: Butir-butir Pemikiran ( Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2011 ), h. 39.

87

aparat pemerintah dan aparat keamanan harus sering duduk bersama. Untuk

bertujuan mencari informasi dan mengetahui adanya masalah sekitar di

masyarakat.

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Paparan yang ditulis oleh penulis pada bab-bab sebelumnya, dalam

skripsi “Peran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama dalam Mengembangkan

Kerukunan Umat Beragama Di Kota Depok, Jawa Barat”. Penulis mencoba

melihat sejauh mana peran yang dijalankan oleh PCNU Kota Depok.

Kerukunan sendiri adalah sebuah keadaan tentang adanya pemahaman dan

kesatuan masyarakat untuk bertujuan bersama menciptakan kenyamanan,

kedaimanan dan tidak saling mengganggu satu sama lain di suatu wilayah

tersebut.

PCNU Kota Depok dalam melakukan peran untuk meningkatkan

Kerukunan umat beragama di Kota Depok. PCNU Kota Depok telah

melakukan kerja sama antara instansi-instansi terkait, untuk meningkatkan

kerukunan yang ada di Kota Depok. PCNU Kota Depok dalam

mengembangkan dalam bidang keamanan PCNU Kota Depok berkeja sama

dengan kepolisian Resort Kota Depok dalam bidang mencegah radikalisme

dalam pandangan agama. PCNU Kota Depok mengutus dan mewakili salah

satu pengurusnya untuk duduk di MUI Kota Depok dan FKUB Kota Depok.

Penulis melihat dalam PCNU Kota Depok mempunyai sikap kepada semua

masyarakat, kepada sikap tawassuth dan i’tidal, tasamuh, tawâzun dan amar

ma’rûf nahî munkar, dan dalam pandangan PCNU Kota Depok memiliki dua

prinsip ke sesama manusia, “Lanaa a’maaluna walakum a’maalukum” untuk

89

sesama muslim. Kalau dengan orang di luar islam „lakum diinukum waliya

diin”. Inilah yang menjadi landasan PCNU Kota Depok dalam berpandangan

kepada semua masyarakat Indonesia khusnya Kota Depok .

Dalam melakukan dakwah yang dilakukan oleh PCNU Kota Depok selalu

mengedepankan Islam Rahmatan lil’aalamin, yaitu mengajarkan islam yang

rahmah tanpa adanya kekerasan terhadap semua mahluk di muka bumi

sekalipun. Sehingga PCNU Kota Depok selalu di hargai oleh semua kalangan.

PCNU Kota Depok mengagap semua pendududuk Warga Negara Indonesia

Sama dalam pandangan hukum tanpa terkecuali.

Dalam melakukan peran PCNU tidak segan-segan berdampingan

kepada para tokoh-tokoh umat beragama di Kota Depok, untuk melakukan

dialog-dialog antar umat umat beragama di Kota Depok. Serta ikut membantu

dalam menertibkan rumah ibadah yang sesuai dengan peraturan yang ada.

PCNU Kota Depok selalu menghadiri undangan yang datang dari majlis agama

maka PCNU datang untuk menghormati undangan tersebut.

Dalam melihat kerukunan yang ada di kota ini PCNU Kota Depok

memprakarsai membuat sebuah badan yang disebut Basolia (Badan Sosial

Lintas Agama). Berkerja sama dengan tokoh lintas agama yang ada. Berkerja

sama dengan Kristen, Katolik, Hindu, Konghucu dan Budha. Agar PCNU Kota

Depok mempunyai suatu wadah yang bisa bertukar pikiran dan melaksanakan

bidang sosial. Seperti bakti sosial santunan dan sebagainya. dengan wadah ini

90

PCNU Kota Depok bisa ikut bertukar pikiran kepadapenganut agama lain dan

ikut .membantu pemerintah dari segi sosial.

Berkembangnya zaman teknologi yang berkembang pesat di dunia,

terutama media social. Maka PCNU Kota Depok menganjurkan kepada semua

Warga NU untuk memakai media social harus bersikap ramah kepada semua

pengguna sehingga akan terciptanya kerukunan agama yang sangat tentram.

penulis melihat Peran Basolia yang sangat bagus untuk dikembangkan dan

dibina oleh pemerintah Kota Depok. Dan terutama lagi Basolia tidak dapat

dukungan dari pemerintah baik moril dan dari material sehingga apa yang

dijalankan masih belum sempurna. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang

lainya.

B. Saran

Berdasarkan hasil skripsi ini. Penulis memberi saran sebagai berikut :

1. Kerukunan sendiri merupakan sebuah konsep yang bagus untuk

masyarakat di Indonesia yang sangat beragam. Terutama di wilayah-

wilayah yang beragam budaya. Karena mengerti tentang kerukunan maka

kita akan tahu nikmatnya kerukunan disuatu wilayah tersebut.

2. Perlu adanya peran pemerintah kepada kerukunan umat beragama,

Dengan sosialisasi untuk masyarakat dan ormas untuk meningkatkan

kerukunan umat Bergama. Dan meningkatkan bantuan materi dan

imateril kepada ormas-ormas yang menciptakan kerukunan.

91

Daftar Pustaka

Ali, Mursid, Pemetaan kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia.

Jakarta: Departemen Agama RI Badan litbang dan Puslitbang Kehidupan

Keagamaan, 2009.

Adib , Muhamad Fuadi Nuriz, Ilmu Perbandingan Agama Melacak Sejarah, Metode, dan

Tokoh-Tokoh Muslim Klasik dan Moderen Dalam Studi Agama-Agama

Yogyakarta: Spprit For Eduation and Develoment, 2012.

Anwar, A. Mahfudz. NU dan Ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah. Depok : 2001, RIMA Depok

Alwi, Hasan, dkk . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 2007.

Abu Bakar,Irfan dan Fauziah ,Aelia, ed., Modul Pelatihan Advokasi Kebijakan Publik

Keagaman Non Driskiminatif . Ciputat : center for the study of religion and

culture (CSRC), UIN Jakarta .2010.

Badan Pusat Stasitics (BPS) kota depok,. Kota Depok dalam angka 2013/2014. Depok: BPS,

2014.

Baso, Ahmad. NU Studies Pergolakan Pemikiran Antara Fundamentalisme Islam Dan

Fudamentalisme Neo-Liberal. Penerbit Erlanga : Jakarta, 2006.

Bahri, Media Zainul. Wajah Study teosofAgama-agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-

1940) Hingga Masa Reformasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015

Djazaoeli, Agoes. Dkk, Buku Pemoman Pemerintah Daerah Dalam Perlindungan Hak

Beragama Atau Keyakinan. Jakarta: Direktoral Jenderal HAM, kementerian

Hukum dan Ham RI dan Puast Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementrian

Agama RI dan Human Right working grup (HWRG),2015.

Faisal, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2010.

Fitriyah, Dina, “Peran forum kerunan beragama (FKUB) mengatasi kristenisasi yang terjadi

di kalangan muslim Kota Depok”,Sekeripsi SI Fakultas Ushulddin dan Filsafat.

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009.

.Ghazali, Adeng Muchtar “Teologi kerukunan beragama dalam islam (studi kasus kerukunan

beragama di Indonesia). Didalam jurnal Analisis vol. XIII, Nomor 2 Desember

2013.

Ghozali, Adeng Muchtar. “Membangun Kerukunan Lewat Madrasah” Disampaikan pada

acara Workshop Pendidikan Toleransi Bergama, Yayasan Serikat Masyarakat

Untuk Toleransi Beragama (SEMESTA),Tasikmalaya 20 Januari 2014, Graha

Asia Plaza.

92

.Hasbi Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad. Tafsir Al-qur’anul Majid An-Nuur. Semarang:

PT. Pustaka Rizki Putra, 2003.

Hamzah, Zubair, dkk., Sejarah Berdiri Dan Perjalanan PCNU Kota Pasuruan. Pasuruan :,

Forum Pendiri PCNU Kota Pasuruan, 2004 M /1425 H.

Hermansyah, Peran Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan TANA LIA

Kabupaten TANA TIDUNG (Studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa

Sambungan). Didalam eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 3 (2), 2015.

Juneman, Teori-Teori Transorientasional dalam Psikologi Sosial, Dalam jurnal

HUMANIORA Vol.2 No.2 Oktober 2011.

Kholikin, Ahsanul dan Fathuri, ed. Toleransi Di Daerah Rawan Konflik. Jakarta:

Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan

Keagamaan, 2016.

Lidya, Agustina, Pengaruh Konflik Peran, Ketidak jelasan Peran, dan Kelebihan Peran

terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor (Penelitian pada Kantor Akuntan

Publik yang Bermitra Dengan Kantor Akuntan Publik Big Four di Wilayah DKI

Jakarta). Didalam Jurnal Akuntansi Vol.1 No.1 Mei 2009: 4.

Lubis, Ridwan. Agama dalam Dsikrusus Intelektual dan Pergumulan kehidupan Beragama di

Indonesia. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, Pusat Kerukunan

Umat Beragama (PKUB), 2015.

Lembaga Ta’lif wan Nasyr PBNU. Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul

Ulama Hasil Keputusan Muktamar Ke-33 NU. Jakarta: Lembaga Ta’lif wan

Nasyr PBNU, 2015.

Mustafa. Hasan, Perspektif Dalam Psikologi Sosial. Didalam Jurnal Adrimitasi Binis,Volume

7, Nomor 2, 2011.

Masduqi, Irwan, Berislam Secara Toleran Teologi Kerunan Umat Bersama. Bandung:

PT.Mizan Pustaka, 2011.

Maellis Ulama. Kerukunan Beragama dari prespektif Negara Ham dan Agama-Agama.

Jakarta: MUI Jakarta, 1996.

Mursid, Ali. Pemetaan kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagi Daerah di Indonesia.

Jakarta: Departemen Agama RI Badan litbang dan Puslitbang Kehidupan

Keagamaan, 2009.

Muhsin, Mumuh Z, dkk. Penulusuran Arsip Berbatas Waktu Depok dari masa

pendukukanJepang hinga Orde Baru. Depok: Pemerintah Kota Depok Kantor

Arsip Dan Perpustakaan, 2015.

Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama. Jakarta: Pusat Kerukunan

Umat Beragama (PKUB). Sekretariat Jenderal Kementerian Agama.

93

Nurdin, M.Amin dan Absori Ahmadi, Mengerti Sosiologi Pengantar Untuk Memahami

Konsep-Konsep Dasar. Jakarta:UIN Jakarta Pres UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2006.

Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri Depok,

Depok : FKUB Depok, 2012.

Rahman, Budhy Munawar ed. Membela Kebebasan Agama. Jakarta: Lembaga study Agama

dan Filsafat (LSAF), dan PUSAD Paramadina, 2015.

Rasyid, Muhammad Makmun. Islam Rahmatan Lil Alamin Perspektif KH. Hasyim Muzadi.

Didalam Jurnal Epistemé, Vol. 11, No. 1, Juni 2016.

Ridwan, Nurr Khalid. NU Dan Bangsa 1914-2010 pergualatan dan kekuasaan. Jogjakarta:

Ar-Ruzz media, 2010.

Syaukani, Imam. Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan

Umat Beragama. Jakarta: Puslitbang kementerian Agama RI, 2008.

Sairin, Weinata ed., Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir-

butir Pemikiran. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011.

Scrott, John. Sosiolgi. The Key Concepts. Penerjemah Tim penerjemeh Labsos FISIP

UNSOED. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

Seokanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengatar. Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2014.

Toguan Rambe, Pemikran A. Mukti Ali Dan Kronstribusinya Terhadap Kerukunan

Antarumat Beragama. Didalam Al-Lub. Vol 1, No 1, 2016.

Tim M2S Bandung, UUD 1945 Hasil Amademen Dan Proses Amademen UUD 1945

Lengkap. Bandung : M2S, 2004.

Tim Penyusun The Whahid Instute. Laporan Akhir Tahun Kebebasan Beragama dan

Intoleransi 2012 The Whahid Instute. Jakarta: The Whahid Instute dan Yayasan

TIFA, 2012.

Tim Penyusun Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan

perundangan kerukunan Umat Beragama. Jakarta : puslitbang keagamaan RI.

cet,10, 2008.

Tashandra, Nabila. Survai Kemenag : tingkat kerunan Umat Beragama di Indonesia Tinggi”

Kompas. Com, Rabu 10 Feburari 2006. Diakses 20 Agutus jam 11.11 WIB.

Tim Kementerian Agama RI, 2012, Al-Qur’an dan Terjemahanya. Jakarta: Kementerian

Agama RI.

http://basoliakotadepok.blogspot.co.id/. Diaskes pada tangal Tanggal 16 November 2015.

Pukul 13:00 wib.

https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif, Diaskes pada tanggal 23 April 2016. Pukul

10:31wib.

94

https://kbbi.web.id/kota Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)Kamus versi online/daring

(dalam jaringan). Diaskes pada tangal 29-12-2017 pukul10:20.

Teori Peran, Pengertian, dan Definisi Peran. https://jodenmot.wordpress.com. Diaskes pada

tanggal 19 -12-2016 pukul 12.23.

Visi Dan Misi Basolia Diambail dari. http://basoliakotadepok.blogspot.co.id/p/visi-dan-misi-

basolia.html. diakses pada tanggal 22 Mei 2017, pukul 15:54 WIB.

Wawancara Pribadi dengang H. Raden Salamun Adiningrat. 25 Maret 20017

Wawancara Pribadi dengan Habib Muhsin Ahmad Al-attas. 5 April 2017.

Wawancara pribadi dengan Nasihun Syahroni SE. 11 November 2015.

Wawancara Pribadi dengan Nasihun Syahroni SE. 25 Maret 20017.

Hasil wawancara

Nama : H. Raden Salamun Adiningrat

Jabatan : Ketua PCNU Kota Depok

Tanggal Wawancara : 25 Maret 20017

1.Apa landasan ajaran NU?

“NU itu sebagaimana yang dirusmuskan oleh para pendirinya landasanya adalah Al-

Quran, Assunah, Ijma‟ dan Qiyas. Jadi NU sampai hari ini berbeda dengan ormas-ormas

lain yang kebanyakan tidak mau mengakui Pemikiran-pemikiran para iman-imam yang

sangat mumpuni dalam bidangnya, misalnya: dalam bidang fikih kita ini berpedoman

kepada imam Hanafi, Maliki, Syafi‟i, Hanbali. Dalam bidang tasawuf kita berpedoman

kepada ajaranya Syekh Juned Al-Baghdadi dan Imam Ghozali. Dalam bidang teologi kita

berpedoman kepada pemikiranya Abu Hasan al-Asy „ari dan imam Al-Maturidi. Ini adalah

hak NU yang tidak dimiliki oleh kelompok lain yang ada di Indonesia. Misalnya,

Muhammadiyah adalah kelompok yang tidak memakai madzhab, artinya keberagamaan

mereka murni -menurut mereka- hasil itjihad sendiri. Sedangkan dalam Nahdlatul „Ulama‟

kita menggunakan ijtihad para Ulama salafus sholih yang benar. Manakala ada sebuah

masalah yang tidak ada keputusan para Ulama salafus shalih,maka baru kita berijtihad atau

ijtihad jama„i untuk mengambil keputusan, itulah NU”.

2.Bagaimana sejarah PC NU dibentuk ? Dan mengapa dibentuk ?

“PCNU Kota Depok ini kan sebuah keniscayaan, karena memang dalam Jam‟iyah

Nahdlatul Ulama kepengurusan dibentuk bedasarkan wilayah.Dulu PCNU kota Depok

belum ada, karena dulu kota Depok bagian dari Kabupaten Bogor. Ketika Depok

dijadikan kota Adiministratif dengan tiga kecamatan waktu itu yaitu Pancoranmas, Beji

dan Sukmajaya. Maka dibentuklah Pengrurus Cabang Nahdlatul Ulama. Sehingga ketika

menjelang muktamar 1994 di Jogjakarta,kepengurusan PCNU Kota Depok sudah ada,

karena 1994 Depok sudah menjadi kota administratif. Waktu itu ketua Tanfidziyahnya

K.H. Jundan Suwarman dan Rais Syuriahnya K.H. Abdul Rozaq. Jadi sejarah

dibentuknya karena semata-mata memang aturan jam‟iyah sebuah kota/kabupaten harus

ada kepengurusan tingkat Cabang”.

3.Siapa tokoh yang membentuk? Khususnya di Kota Depok ?

“Di antara yang berjasa dalampembentukan PCNU di Kota Depok adalah dari

Ulama yang datang ke Kota Depok, misalnya K. H. Achmad Sjaichu. Kemudaian K.H.

Achmad Sjaichu ini menjadi sentral yang nanti dibawahnya ada tokoh-tokoh muda seperti

K.H. Drs. Selamet Suryanto, K.H. Drs. Ahmad Mahfudz Anwar ini tokoh yang datang ke

Depok. Nah untuk tokoh tokoh yang asli orang Depok kita bisa sebut misalnya K.H.

Abdul Rozaq, K.H.Ahmad Ridlwan, K.H. Jundan Suwarman, Selamet Riyadi, itu adalah

yang di antaranya orang asli yang ikut membidani awal sejarah NU Kota Depok”.

4. Di Kota ini kepengurusan PC NU dibentuk sejak kapan?

“Kalau dibentuknya PC NU itu bareng dengan terbentuknya kota administratif

Depok. Hanya saja diakui secara resmi Sebagai PC pada saat menjelang muktamar 1994,

yaitu Muktamar di Jogjakarta. Jadi PC NU Kota Depok ini sudah mengikuti muktamar

6 kali. 1. Jogjakarta,2. Cipasung, Jawa Barat, 3. Lirboyo, Kediri,4. Solo, Jawa Tengah, 5.

Makasar, Sulawesi, 6. Jombang, Jawa Timur. Makanya saya sebagai ketua PCNU Depok

sudah kelima kali, saya ketua NU masa khidmat ke 5. Satu,K.H. Jundan Suwarman.

Nah K.H. Jundan dan K.H, A. Mahfudz Anwar, dipertengahan K.H.Jundan S.

K.H.A. Mahfudz A. Jadi ketua gak genap. Lalu K.H.A. Mahfudz genap sendiri. Jadi

antara priode 10 tahun itu ketuanya dua. K.H. Jundan, tapi tidak selesai digantikan K.H.

A. Mahfudz kemudian masanya habis K.H. A. Mahfudz terpilih lagi, nah itu baru dua

periode. Kemudian K.H. Burhanudin Marzuki dua periode. Kemudian saya satu periode.

Jadi sejarah yang paling lama jadi ketua PCNU di Kota Depok baru K.H. Burhanuddin,

karena dua periode full, kalau K.H.A. Mahfudz satu periode lebih, kalau saya sekarang

sedang menjalani kepengurusan, saya belum selesai”.

5. Bagaimana NU mengamalkan asas Pancasila tentang kerukunan Umat Beragama?

“Jadi ketika muktamar 1984 di situ hasil keputusan NU mengakui azas tunggal

artinya lima sila dalam Pancasila secara murni dan konsekwen dilaksanakan oleh orang

NU. Nah kerukunan merupakan bagian dari sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.

Umat Nahdlatul Ulama berupaya di setiap tempat temasuk di dalamnya Depok. Kita

menjaga kerukunan karena memang kita bersepakat bahwa dasar Negara kita bukan

Islam. Itu dasar negara Pancasila, sehingga pandangan NU, semua rakyat indonesia,

semua penduduk Depok apapun agamanya itu sama dalam hukum sehingga untuk

mnciptakan kenyamanan, maka diantara para pengikut agama harus ada kesepakatan

dalam kerukunan. Hanya saja dalam konteks di Kota Depok kerukunan beragama ini

dinodai oleh beberapa hal misalnya munculnya aliran sempalan. Misalnya ajaran

Hanafiah Ibrahim, ada ajaran Musaddeq dan sebagainya. Ini bagian dari yang menjadi

racun kerukunan, karena bagaimana mereka itu mengakui bagian dari Islam tapi tidak

sepakat dengan Islam, sehingga menjadi halangan. Misalnya lagi, hari ini yang menjadi

halangan belum tuntas adalah Ahmadiyah. Ahmadiyah itu secara asal muasal mengakui

muslim, sampai sekarang menyebut dirinya Islam. Hanya saja persoalannya melanggar

kesepakatan tawadlu‟ a‟dzam, bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW adalah Rasul

terakhir. Dan mereka memaksakan adanya nabi setelah Nabi terakhir. Ini kemudian

kerukunan menjadi tercoreng.

Nahdlatul Ulama‟ dalam melihat Ahmadiyah berpedoman kepada status

Ahmadiyah menurut Repubulk Indonesia, misalnya ada fatwa keputusan bahwa

Ahmadiyah itu sekarang setatusnya tidak boleh mengajarkan ajaran siapapun. Artinya

sepanjang Ahmadiyah itu tidak mengajarkan pahamnya kepada orang lain ,agama Islam

atau warga negara lain. Nahdlatul Ulama‟ harus berupaya ikut melindungi Ahmadiyah,

karena hari ini ada orang yang tidak paham seakan-akan orang yang ikut dalam

Ahmadiyah dilarang. Makanya ada penutupan tempat ibadah Ahmadiyah. Karena mereka

berpikir orang Ahmadiyah tidak boleh beribadah. Padahal yang dilarang Ahmadiyah itu

mengajarkan kalau sudah kadung Ahmadiyah dan menjalankan keyakinannya itu harus

dihargai. NU disini beperan memberikan jembatan antara Ahmadiyah dan kelompok-

kolompok yang lain yang memang Ahmadiyah tidak ada sama sekali di Kota Depok.

Dalam pemkiran NU itu sah-sah saja, asal Ahmadiyah sukarela kembali kepada ajaran

Islam yang sebenarnya. Tapi kalau mereka ngotot dengan ke-Ahmadiyahanya NU akan

menghormati mereka. Hanya sepanjang berlaku kepada kelompok dan keluarganya. Kalau

sudah mengajarkan kepada orang lain NU juga akan meberikan semacam teguran.

Karena berarti tidak menjaga konsensus bagi warga negara Indonesia”.

6. Dan Bagaimana sikap NU menghadapi orang di luar NU /sesama muslim dan di luar

muslim?

“Ini kan ada persoalan, misalnya kerukunan menjadi bias atau tidak ketika berjalan

baik atau tidak. Ketika ada pesoalan penolakan rumah ibadah itu kan ada masalah

kerukunan. Jika ini terjadi, NU kembali kepada konstitusi. Kalau Pendirian rumah ibadah

harus sesuai dengan surat keputusan bersama SKB Menteri agama dan Menteri Dalam

Negeri. Maka sepanjang dalam prosesnya seperti itu, maka NU akan menbantu. Tapi kalau

pendirian rumah ibadah bertentangan, maka NU menghalangi juga. Seperti itu

prinsipnya.Hanya memang kemudian ketika sebuah rumah ibadah sesuai SKB dua

Menteri, ketika itu NU mengatensi dibaca lain oleh kelompok ormas Islam lainnya

terhadap sikap NU. Bagi kami itu tidak penting, yang penting Nahdlatul Ulama, karena

menganggap NKRI ini sudah final. Pancasila sebagai dasar negara. Maka apapun bentuk

Gerak dakwahnya kita selalu mengacu pada kepentingan besar ini.Jika kepentingan besar

ini tidak terganggu maka kita bisa berjalan bersama, kalau tidak, kita juga tidak bisa

berbuat apa-apa.

Saya tadi sudah sampaikan bahwa ketika ada persoalan yang menyangkut

kerukunan ditengarai menurut sebagian pihak merugikan Pemerintah. Misalnya ada

kelompok Kristen mendirikan gereja di pemukiman Islam, nah buat NU itu jadi persoalan

atau tidak. Kalau prosesnya sesuai dengan aturan sesuai SKB dua mentri atau tidak.Tapi

kalau dibangun nya di kampung muslim, tapi SKB dua menterinya berjalan baik, maka

NU akan mendukung.Tapi kalau tidak, walaupun itu gereja didirikan ditengah tanah

kosong yang jauh dari penduduk, kalau memang tidak sesuai, kita juga ikut dalam

posisinya melarang.

Kalau yang Bersifat pemikiran kita menhormati cara berfikir syari‟ah amaliyah

misalnya Muhamdiyah dan Persis menganggap qunut subuh tidak ada silakan saja, tidak

ada persoalan. Kalau sudah pandangan keyakinan NU dilarang ngurusin, nah gitu. Nah

kalau misalnya gini ada sebuah persoalan baru misalnya Ahmadiyah. Misalnya dalam

pandangan Muhammadiyah dan dalam pandangan Persis keberadaan Ahmadiyah itu

dilarang atau tidak boleh. Sedangkan dalam pandangan NU tadi, karena yang dilarang

Ahmadiyah tadi itu mengajarkan ajaranyan, tapi kalau sudah kadung ke Ahmadiyah

dihormati. Dalam segi ini kita berbeda, tapi tidak ada persoalan apa-apa. Jadi kita ada dua

prinsip dalam hablum minan naas, “Lanaa a’maaluna walakum a’maalukum” sesama

muslim. Kalau dengan orang diluar islam lakum diinukum waliyadiin itusaja, selama itu

dijaga tidak ada persoalan apa-apa buat orang NU”.

7. Apakah organisasi ini bekerja sama dengan organisasi yang lain?

“Ya, saya sebutkan bahwa Untuk melaksanakan bidang sosial. Seperti bakti sosial

santunan dan sebagainya, NU dengan Kristen, Katolik, Hindu, Konghucu dan Buda bikin

sebuah lembaga sosial yang namanya BASOLIA. Sedangkan sesama islam, NU bersatu

dalam wadah MUI. itu artinya kita bekerja sama dengan yang lain. Dalam steckholder lain

NU bekerjasama dengan Kepolisian dan Tentara dalam menjaga hal keamanan. Karena

hari ini mencegah munculnya salah satu faktor pecahnya kerukunan adalah munculnya

radikalis. NU tidak lain bekerja sama dengan aparat, bahkan di bulan besok kita akan

melatih para petugas kepolisian tentang pengetahuan agama yang intensif sebagai bekal

mereka terjun di masyarat. Karena memang di kepolisian kurikulum keagamaanyakan

tidak memadahi. Ketika situasinya membutuhkan polisi-polisi ini tahu agama yang lebih

intensif, mereka meminta kita untuk melatih. Ya kita terima”.

8. Bagaimna pandangan NU tentang kerukunan yang terjadi di sini ?

“Asalnya kita ini biasa saja, rukun-rukun saja. Hanya hari ini kerukunan dan

situasi keamanan, ketertiban kita digoda. Digoda oleh beberapa kelompok yang

kemudian tanpa filter menerima ide-ide. Misalnya, pendirian Negara Islam. Pokoknya

Indonesia Pancasila itu namanya musyrik. Nah paham seperti ini,hari ini sudah mulai ada

pengikutnya di Kota Depok dan bahkan menurut informasi dari pihak keamanan

sebetulnya mereka bukan orang Depok, bahkan sebetulnya mereka numpang hidup di

Depok. Nah yang bahaya kalo mereka kemudian menyebarkan pahamnya kalau negara

Indonesia bukan negara Islam berarti Negara kafir dan musyrik, maka boleh diganti dan

harus jihad. Kalau paham ini muncul kemudian diterima oleh masyarakat, ini adalah faktor

utama kerukunan hidup menjadi persoalan faktor utamanya itu. Di sisi lain pelanggaran

atau tindakan menyimpang yang dilakukan sesorang baik beragama Islam maupun tidak.

Biasanya di faktor ekonomi. Jadi ketika seseorang melakukan tindakan-tindakan yang

tidak dikehendaki oleh norma hukum dan agama. Jadi kesimpulannya kerukunan agama

dalam keadaan sedang diuji, walaupun secara umum masih dikatakan biasa setatusnya.

Tapi ada ekstra-ekstalasi meningkat mulai orang menerima paham radikalis ini”.

9. Apa faktor penyebabnya?

“Karena orang tidak belajar agama dari awal dan dasar. Tiba-tiba mendapatkan

doktrin dan dia meyakini doktrin itu benar. Jadi orang–orang Indonesia kemudian

pengikutnya Darwis itu tadinya orang Indonesia yang belum belajar agama yang benar,

tiba-tiba ketemu sama orang kelompok garis keras dan kemudian di indokrinasi dan

masuk. Terakhir faktor ekonomi bisa menyebabkan orang tidak stabil, yang pada suatu

saat akan mengalahkan kerukunan”.

10. Bagaimana pandangan PCNU melihat kehidupan beragama di Kota Depok?

“Karena masih nampak betul, nyata betul,ini yang ditunjukkan oleh Pemerintah.

Beragama itu cenderung kepada agama yang bersifat pesta. Artinya orang ingin sekali

menampakkan bahwa ia beragama. Misalnya gerakan subuh berjama„ah, padahal dari

dulu para ulama‟ kita mengajarkan sholat subuh ya berjama‟ah tidak usah gerakan-

gerakan. Orang itu sudah biasa kok, ini artinya apa. Nampak bahwa kita ini seakan-akan

beragama seneng dimensi bersifat aktraktif. Maulid dibesar-besarkan menghabiskan dana,

tapi tidak edukatif dengan pemikiran. Dampaknya setelah maulid apa. Okelah maulid

banyak besar-besaran, itu suatu yang baik. Tapi manakala orang terjebak pada ritual

akraktif, maka maulid berapa kali pun tidak berubah paradigma beragama. Ini persoalan.

Nah ini nampaknya hal umum di kota Depokini. Jadi substansi apa beragama itudikaji

yang penting maulid itu ngundang Kiai,makan bersama, ada tumpeng, baca maulid selesai

sudah bubar. Lalu apa tidak dipikirkan atau belum dipikirkan, sehingga kita bahasakan

keberagamaan di kota Depok ini walaupun Pemerintahan ingin religius, tapi religius

permukaan saja, belum mendalam, belum internal menjadi landasan perilaku.Mudah

mudahan semakin hari semakin baik”.

11.Menurut Bapak apakah yang mendorong terjadinya kerukunan di sini?

“Kerukuan itu sebetulnya kebutuhan orang itu butuh situasi rukun dan damai. Jadi

ketika kerukunan itu terjadi di bumi kota Depok,karena semua orang yang tinggal di kota

Depok sadar kalau hidup mereka tidak rukun, jangankan membangun,mempertahankan

saja susah, kalau rusuh. Maka kerukunan ini faktor pertamanya semuanya butuh suasana

rukun dan damai. Faktor yang kedua sebetulnya berislam ala Nahdlatul Ulama adalah

berislam yang mengajarkan Islam kedamaian. Nah ketika ajaran inidiamalkan oleh

sebagian orang Depok, maka Depok ini cenderung rukun asalnya. Jadi ada dua hal Islam

Ahlus sunnah wal jama‟ah. Yang diajarkan oleh Nahdlatul Ulama dan yang

dikembangkan NU yang merupakan warisan ajaran para Wali Songo dan merupakan inti

ajaran NabiMuhammad saw. Ini yang dipakai dikota Depok, sehingga cenderung lebih

mudah untuk rukun. Karena dalam Islam, Nahdlatul Ulama‟ itu orang diajarkan

toleransi,orang diajarkan tidak reaktif apa bila ada pihak lain yang berbeda. Karena

berbeda itu bukan kiamat. Ya berbeda saja. Nah ini dua faktor tadi. Faktor yang pertama

memang sesuai kebutuhan. Nah semua sadar, tapi kalau agama yang mengelilinginya

kekerasan, kerukunan tidak ada. Nah di kota Depok mulai dari Depok Kotif sampai hari

ini nyatanya Islam ala ahlus sunnah waljama‟ah NU inilah yang jadi perekat berkembang

di masyarakat makanya ini yang menjadi perekat orang yang menjadi rukun”.

12.Bagaimana menurut Bapak, prospek ke depan dalam menjaga kerukunan di Kota

Depok ini?

“Kerukunan beragama dikota Depok kedepan akan seperti apa, ya kembali pada

kemauan masyrakat. Kemauan masyarakat didorong oleh berbagai dinamika kehidupan,

kemajuan teknologi informasi dan teknologi digital internet itupun bagian yang

menentukan seperti apa bentuk pola kerukunan di kota Depok. Karena kita mendapat

tantangan baru dari dunia medsos. Dimana orang hari ini sangat mudah diarahkan untuk

membenci seseorang atau membenci sesuatu. Menghasut-hasut dimunculkan dalam

medsos, itu adalah sebuah tantangan. Oleh karena itu kedepan organisasi seperti

organisasi Nahdlatul Ulama‟ harus ambil bagian dakwah di dunia itu. Supaya orang tidak

hanya membaca Agama yang merujuk pada kekerasan. Tapi juga Agama yang

lembut,agama santun, agama damai, agama yang melihat kerukuan ala Nahdlatul Ulama‟

tidak menjadi ekstrim. Jadi dalam rangka menjaga kerukunan di kota Depok, ini yang pasti

setiap orang dengan harus sekuat tenaga mengajarkan Islam Rahmatan lil’aalamin ala

NU. Kemudian strategi dakwahnya NU tidak boleh ketinggalan. Harus bisa berdakwah

kepada umat islam kota Depok ataupun ditempat lainnya melalui mediasosial, karena itu

paling rawan yang menimbulkan kekerasan hati orang”.

13.Program apa saja yang disusun PC NU untuk memelihara kerukunan?

“NU itu kan mempunyai beberapa lembaga yang disitu bersentuhan langsung

dengan masayararakt. Tapi kan saya telah mengambil tesis bahwa kerukunan itu godaanya

dua. Ada vertikal dan ekonomi penyimpangan. Oleh karena itu setrategi NU lewat

LDNU, MA„ARIF, dan Lembaga Perekonomian kita berdakwah. Kita memperkenalkan,

meningkatkan, mengembangkan Islam rahmatan lil ‘aalamiin. Lewat lembaga-lembaga

tadi, lewat lembaga dakwah kita ciptakan kader da‟i yang mampu memberikan pendidikan

atau penerangan kepada umat islam tentang Islam Rahmatan lil „aalamiin. Lewat

pendidikan Ma‟arif kita ciptakan kader-kader atau santri yang memang sejak dini kita

didik secara Islam yang dami, Islam santun, Islam yang Hanafiyatus samhah. Yang dari

lembaga perekonomian hari ini tantangannya adalah bagaiman rakyat supaya tidak

terjebak melakukan perbuatan yang melanggar hanya karena lapar. Maka lembaga

perekonomian NU melakukan beberapa advokasi, melakuan beberapa terobosan

membantu beberapa kawasan yang memang di situ bisa dikembangkan ekonomi.

Misalnya di Mampang, kita melalui LPNU bekerja sama dengan da‟i-da‟i Mampang

membentuk Badan Usaha bersama. Kelompok usaha bersama yang menanam singkong

dan membuat jamur dan sebagainya. Di daerah Pengasinan LPNU iu -karena disana

potensi pariswisatanya ada, maka menginisiasi warga setempat agar ketika Situ

Pengasinan dibuka untuk objek wisata yang memanfa‟atkan masyarakat sekitar. Itu dari

sisi dakwah ekonominya.

Sedangkan untuk yang sudah rutin dilakukan lewat Jam’iyah Thoriqoh kita juga

mebiasakan dzikir bersama. Karenadengan dzikir bersama itu sesesorang yang tadinya

cenderung untuk bergeser akan kembali ke jalan yang lurus. Itu beberapa hal yang

dilakukan NU program-program yang menunjang kerukunan. Disamping itu NU dan

ormas agama Islam lainnya memelopori kerjasama lintas agama. Ini penting, diskusi

lintas agama penting. Misalnya kemarin kita menghadiri diskusi kebangsaan di sebuah

gereja. Dikesempatan lain kita ajak para pimpinan gereja diskusi keagamaan di sebuah

majelis taklim, begitu caranya. Dengan cara ini ketika melihat para pucuk pimpinannya

rukun mudah-mudahan umat ikut rukun”.

14.Bagaimana asal mula PC NU membikin Basolia?

“Basolia adalah bagian dari strategi NU untuk memelihara kerukunan.Jadi memang

bentuknya bakti sosial yang berdimensi mebantu orang yang tidak mampu”.

15.Tujuan mendirikan Basolia ?

“Jadi sebenarnya NU bukan membikin, Basolia itu keinginan bersama. Hanya

kalau NU tidak terlibat, bubar. Karena yang dianggap besar itu kelompok Islam,

kelompok Islam diwakili NU. Basolia itu sebenarnya keinginan bersama dari para

Pimpinan agama yang ada di kota Depok, agar supaya ada wadah kebersamaan untuk

menunjang program Basolia tersebut”.

16.Bagaimana seharusnya jika ada konflik antar sesama muslim?

“Semua konflik mungkin saja terjadi. Itu juga terjadi sesama muslim. Semua harus

mengambil peran segera mendamaikan, ya ormas islamnya, ya polisinya, pemerintahnya.

karena tidak bisa diselesaikan sendiri. Misalnya konflik dengan Ahmadiyah yang bergerak

ormas saja, itu tidak bisa. Kalau ada konflik semua harus berperan. Ormas umum dan

ormas agama berperan. Tapi yang lebih berperan itu Pemerintah dan Aparat Keamanan

lebih jauh harus lebih berperan. Jangan terlalu lama dan jangan dibiarkan menjadi bibit-

bibit permusuhan”.

17. Bagaimana seharusnya jika ada konflik antar umat beragama?

“Kalau antar umat beragama, konflik itu semakin hilang manakala kesepakatan

dialog antar umat beragama ini semakin intensif dijalankan. Dan lewat Basolia ini

dijalankan”.

18. Bagaimana kesetaraan umat beragama dalam pandangan PC NU?

“Di atas tadi sudah saya sampaikan bahwa Nahdlatul Ulama‟ itu sudah tidak

ragu dengan pasal Negara Pancasila. Ketika itu menjadi rujukan, maka semua orang

dalam negara Indonesia sama dalam hukum dan pemerintahan, tidak dilihat lagi

agamanya apa. Tetapi manakala ada kasus pemilihan Kepala Daerah yang kemudian

sekelompok agama yang dinyatakan tidak berhak, karenadiaminoritas. Itu sebetulnya

bukan berati kita tidak memandang kelompok agama lain, itu warga kelas

dua,bukan,sebetulnya itu upaya dakwah masing agama-agama. Karena apa dan pada

akhirnya semua sama.ketika orang islam menjadi pemimpin umat islam bangga dan

ketika orang kristen menjadi pemimpin, orang kristen bangga. Jadi sebetulnya wacana

itu lebih kepada internalagama.

Masing-masing agama boleh ngomong untuk menjagokan calon yang seagama,

tapi sebetulnya tidak dalam ruang publik, tapi diruang privat.Karenaapa, karena

memang kita sepakat ini adalah negara kesatuan Indonesia yang berdasarkan negara

Pancasila. IniManakala ketika munculnya sentimen agama dalam sebuah kontekstasi

memilih pemimpin ini akan menjai persoalan”.

19. Apa kasus yang paling menonjol di kota Depok ini: Pendirian rumah ibadah,

Penyiaran Agamaatau Perkawinan Beda Agama?

“Kasus yang paling menonjol dari tiga kasus ini adalah pendirian rumah ibadah.

Tadi Pendirian rumah ibadah ini harus bedasarkan SKB dua Menteri. Dalam

pelaksanaanya terkadang ada yang sudah sesuai dengan SKB dua Menteri, tetapi tidak

bisa dimunculkan karena ada provokasi dari pihak tertentu. Adakalanya juga SKB nya

tidak dihiraukan, tapi orang main bangun saja, main berdiri saja. Penyiaran agama di

kota Depok hari ini kondusif. Hanya saja ada sebagian kecil yang membesar-besarkan

khilafiyah, tetapi sekarang sudah banyak yang ngerti. Karena aksi-aksi itu semua,

sekarang yang tadinya gak suka shalawatan akhirnya jadi ikut shalawatan. Jadi semua

ikut sholawatan dan pada akhinya jadi orang NU semua. Jadi penyiaran agama di kota

Depok tidak ada masalah. Perkawinan beda agama di Depok jarang terjadi. Hanya

pendirian rumah ibadah saja yang paling menonjol, yang merasa bikin gereja dipersulit

masih ada. Tapi kembali kepada tadi SKB dua mentri. Jika dijalankan, maka NU dalam

pihak mendukung. Tapi Kalau tidak ada, NU tidak bisa memberikan hak advokasi

terhadap keutuhan agama lainnya di kota Depok.Kalau itu sudah jujur dijalaninya, tidak

ada alasan kita tidak membantu”.

Hasil wawancara

Nama : Nasihun Syahroni

Jabatan : Sekretaris PCNU Kota Depok dan Ketua Basolia

Tanggal Wawancara : 25 Maret 20017

1.Mohon diceritakan, bagaimana proses pembentukan Basolia ?

“Basolia ini sebuah organisasi masyarakat yang memang dibentuk oleh para

pinpinan majlis agama yang ada di kota Depok. Dan sebelumnya Basolia ini pernah

dideklarasikan di kabupaten Bogor. Kebetulan yang mendeklarasikan lansung ketua

umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama‟, K.H.Dr. Said Agil Siradj. Itu sebelum di

Depok berdiri, Bogor sudah lebih dulu mendeklarasikan. Kemudian yang di Bogor

menjadi pusat dan yang di Depok dianggap sebagai cabang,Basolia cabang kota Depok.

Proses pendirianya pertama kali ada permintaan dari Basolia yang telah didekrasikan

di Kabupaten Bogor agar Depok bisa bediri Basolia. Nah kemudian Basolia Kabupaten

Bogor yang notabenenya pusat itu kemudian berkomunikasi dengan pengurus cabang

Nahdlatul Ulama‟ dan kemudian teman-teman pimpinan Majelis Agama di kota

Depok. Ada Hindu, Buda, Katolik dan Protestan itu berkumpul. Kemudain

merumuskan akan dideklarasikan Basolia di kota Depok. Yaitu proses mula-mula

pendirianBasolia. Dan kemudian bersepakat dideklarasikan Basolia kota Depok. Dan

tanggalnya 28 oktober sekitar 3 tahun lalu, Sekitar 2015, dideklarasikan di Depok, itu

prosesnya.

Untuk mengisi struktur di Badan Sosial Lintas Agama itu diambil dari Majelis-

Majelis Agama yang ikut mendeklarasikan. Dari Islam, Katolik dan kalau Islam itu

diwakili Nahdlatul Ulama‟,dan organisasi Islam yang lain boleh ikut serta dalam gerakan

Basolia ini. Untuk ketua diambil dari NU dan ditunjuk menjadi ketua Badan Sosial

Lintas Agama dan sekretarisnya diambil dari Agama Kristen, dan Bendaharanya diambil

dari Agama Katolik, dan dari perwakilan Majelis Agama yang lain turut melengkapi

srtuktur basolia kota Depok. Dan untuk Dewan Pembina dan Dewan Penasihat diberikan

kepada K.H. Zainuddin Maksum Ali yang notabene Rais Suriyah Pengurus Cabang

Nahdlatul Ulama‟ kota Depok dan didampingi oleh pimpinan Majelis Agama-Agama

yang ada di kota Depok.

Prosenya, semula ada permintaan dari Bogor yang lebih dulu mendeklarasikan

terlebih dulu. Kemudian kita rapat dari wakil-wakil pimpinan Majelis agama yang

dimotori oleh NU dan Agama yang lain berkumpul membahas bagaimana agar

organisasi Badan Sosial Lintas Agama itu di kota Depok bisa berdiri, kemudian

disepakati di dalam rapat itu berdiri sekaligus rencana deklarasi dan penyusunan

sertuktur organisasinya”.

2. Bagaimana Basolia dalam mengembangkan kerukunan di Kota Depok ini?

“Upaya yang dilakukan oleh Basolia dalam mewujudkan kerukunan adalah

dengan menjalankan kegiatan –kegiatan secara bersama di Majelis agama-agama yang

ada di kota Depok. Disamping itu kita juga terjun disekolah dalam rangka memberikan

pencerahan kepada para siswa bahwa keberagaman adalah sebuah sunnatullah. Karena

itu sesuai dengan ajaran agama. Meskipun berbeda agama dan keyakinan, tapi tetap

harus bisa hidup rukun. Kemudian Basolia fokus betul-betul kepada kegiatan sosial di

sektor kesehatan dan bantuan sosial lainya. Bentuk sosilal itu atau kesehatan itu sudah

dilaksanakan dengan cara menyelenggarakan bakti sosial pengobatan gratis. Nah

pengobatan gratis itu selama sejak bediri itu kita sudah mengadakan kurang lebih tiga

kali. Yang pertama kita adakan di DTC itu dengan peserta masyarakat yang kita coba

berikan pengobatan secara gratis. Dan juga kitamembagikan 100 kacamata, 500 peserta

yang mengikuti. Dan alhamdulillah, acara itu sukses diikuti bersama-sama anggota

Basolia lain yaitu Islam, Kristen,Katolik,Hindu,Budha dan Khonghucu. Ini semua terjun

ikut serta. Yang kedua dilaksanakan dikantor PCNU, di PCNU kurang lebih diikuti oleh

200 orang, kesehatan atau pengobatan yang kita berikan. Juga disamping itu juga

memberikan pelayanan dan pengobatan penyakit umum dan juga penyakit spesialisyaitu

pengobatan gigi yang kita berikan, alhamdulillah berhasil. Kemudian disamping

pengobatan gratis dan pembagian kacamata ada juga kita memberikan Baksos dalam

bentuk bingkisan sembako dan itu dilaksanakan hampir setiap tahun terutama di

menjelang bulan suci Ramadlan, kita berikan dalam bentuk pembagian sembako kepada

kaum Dhu‟afa. Semua kegiatan itu tentu dalam rangka agar masyarakat bisa mengenal

apa itu kebersamaan dan tanpa harus membeda-bedakan asal usul Agamanya. Dalam hal

tindakan sosial dan dalam hal kebaikan tidak mengenal apa Agamanya dan berbuat

baik tidak pilih terhadap Agama siapa yang perlu ditolong, siapa perlu dibantu. Dalam

hal ini tidak dilihat apa Agamnya, hal ini seperti terus kami kembangkan dan mudah-

mudahan pada waktunya Basolia bisa lebih berperan di masyarakat”.

3.Apa kaitan PC NU dengan Basolia?

“Jadi secara struktural memang Basolia dan Nahdlatul Ulama tidak ada

hubungan apa-apa. Tapi karena yang mendirikan adalah Sekjen dari NU. Yakni ketua

NU baik ketua Tanfidziyah maupun Rais Suriyah bersama dengan pimpinan majelis-

majelis Agama di kota Depok. Terkaitannya pendirinya adalah bagian dari NU, tidak

bisa kalo NU saja pendirinya tapi didirikan oleh majelis-majelis Agama yang lain.

Keterkaitannya dalam kegiatan, setiap melakuan kegiatan Basolia lakukan kegiatan

selalu mencantumkan NU sebagai Muslim dan agam-agama lain. Tidak ada secara

suktural maupun tidak ada hubungnya. Hanya hubungan personal saja”.

4.Apa Visi dan Misi Basolia?

“Basolia sebagai sebuah organisasi yang didirikan oleh masyarakat, masyarakat

Agama. Tentunya itu mempunyai tujuan bahwa terbinanya atau terbentuknya

masyarakat dalam kebersamaan tanpa memandang asal-usul Agama, maka terciptanya

kerukunan umat itu tanpa memandang asal-usul Agama. Jadi tidak ada alasan karena

berber-beda agama, kemudian kita tidak rukun. Maka kita pikirkan kedepan oleh

basolia,yang kita wujudkan dengan berbagai macam cara dan upaya, terwujudnya

kerukunan tanpa melihat agamanya”.

5.Bagaimana susunan Organisasi ini?

“Dalam struktur itu tentu kota Depok dianggap bagian cabang dan kabupaten

Bogor sebagai pusat,satu Dewan Pembina dan Dewan Penasehat, kemudianKetua

Harian. Baik Dewan Pembina dan Dewan Penasehat maupun Ketua Harian semuanya

diisi oleh orang-orang yang berasal dari enam Agama yang ada di kota Depok”.

6. Apakah organisasi ini bekerja sama dengan organisasi lain?

“Kami dalam menjalankan progam kegiatan dan untuk mencapai cita-cita

organisasi itu bekerjasama dengan beberapa organisasi, kami pernah bekerjasama

dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI)dalam rangka melakukanBakti Sosial Kesehatan,

dan kemudian Lembaga dari “saya lupa namanya” itu. Kemudian pada waktu pengobatan

gratis di DTC bekerjasama dengan pengelola DTC dan Yayasan Obor Berkat Indonesia

(OBI), kemudian dengan beberapa perusahaan kita lakukan pemberian kacamata gratis.

Dan juga bekerjasama dengan beberapa organisasi pengusaha” .

7. Apakah ada yang mendukung gerakan ini? Siapa saja ? mohon dijelaskan !

“Terutama sebagai pen-support yang utama adalah Nahdlatul Ulama‟.

Kemudian organisasi dari majelis agama yang enam itu jadi support utama dalam

kegiatan. Disamping itu ada beberapa personal-personal dari luar yang tidak mengatas-

namakan organisasijuga memberikan support pada kegiatan kita ini. Ada dari DTC juga

pernah memberikan dukungan pada kegiatan Basolia. Kadang-kadang support yang

kami terima semua,diterima tanpa ada syarat-syarat tertentu untuk men-support kami

dalam menjalankan kegiatan”.

8.Apakah faktor terjadinya kerukunan beragama di kota Depok?

“Jadi memang masyarakat di Depok ini, sebuah keniscayaan adanya perbedaan

agama itu biasa. Agama lahir di dunia sudah bermacam-macam dan penganutnya

banyak. Apa faktor-faktor terjadinya kerukunan kita harus diberikan pemahaman agar

perbedaan itu memang kenisacayan adanya. Kita di Agama Islam itu sudah Tuhan yang

memberikan kita, orang lain di Budha, Kristen atau sebagianya, semua harus kita yakini

bahwa perbedaan adalah kehendak Allah. Kita tidak bisa meyakini, bahwa mereka yang

berbeda itu lebih sesat atau salah. Karena mereka itu menjadi agama Budha, menjadi

agama Kristen, menjadi agama Islam sekalipun itu semua sudah kehendak Allah,

kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, dan kita sudah mengikuti saja sambil kewajiban

kita menghormati terhadap pemeluk Agama-Agama yang lain. Itu yang harus kita

kembangkan kepada teman-teman, bahwa perbedaan hal itu tidak dipersoalkan tapi

saling hormat-menghormati. Jangankan berbeda Agama, yang satu Agama juga

berbeda. Kalo ada perbedaan itu harus saling menghormati dan menghargai. Dan itu

harus kita sampaikan kepada umat, bahwa perbedaan tidak harus tidak rukun dalam

beragama dan kita harus rukun dalam perbedaan”.

9.Apakah ada kendala yang dialami? Kalau ada, Kendala apa saja yang dihadapi?

“Memang ini adalah organisasi sosial yang notabene tidak ada apa-apanya atau

belum dikelola secara satu keuntungan. Kalo sosial itu sebagian pengurusnya atau

pengolanya memang bagian dari sisa-sisa waktu yang ada dan tidak ada satupun yang

fokus untuk menjalankan kegiatan sosial. Sehingga program Basolia yang baik ini

kadangkala karena waktu dan keterbatasa sumber daya manusiannya yang sering kali

tidak bisa optimal. Yang menjadi kendala adalah alasan mencari waktu, masing-masing

dibelakangya ada kegiatan karena ada pekerjaan. Sehingga organisasi Basolia ini

dianggap kegiatan sekedarnya dan itu dirasakan oleh hampir semua pengurus. Tentu

kedepan berharap bahwa Basolia ini sebenarnya organisasi yang penting. Mengapa saya

menganggap penting, karenabertujuan mendukung progam pemerintah yang tujuannya

untuk menciptakan kerukunan agama. Memang dari pemerintah kami belum pernah

mendapat dukungan dan men-support apa-apa. Memang kita belum minta, apa yang kita

bisa lakukan kita lakukan dan kami belum minta secara khusus dukungan dan minta

bantuan kepada pemerintah. Meskipun berjalannya seperti ini, dibilang terseyot-terseyot

juga tidak, tapi memang usaha kita juga belum bisa dikatakan maksimal”.

10.Apa saja program Basolia dalam kerukunan?

“Dari awal tadi disampaikan, karena sosial itu cakupannya memang banyak,

sosial itu cabangnya banyak. Sebenarnya kami ingin mensosialisasikan tentang

organisasi Basolia ini kepada seluruh kalangan masyarakat.Tentu yang menjadi target

dari awal semula kami berencana untuk terjun ke beberapa Lembaga Pendidikan,ke

sekolah-sekolah dalam rangka mensosialisasikan Badan Sosial Lintas Agama dan

program-programnya. Namun sampai pada hari ini baru ada 2-3 sekolah yang kita

sempatkan pada waktu itu, bersamaan dengan aksi baksos yang ada di kecamatan

Pancoranmas. Ke depan, terus kita sosialisasikan kepada masyarakat, bahwa Basolia

dengan tujuanya menciptakan kerukunan itu harus tersampaikan dan harus terlihat pada

masyarakat. Disamping baksos-baksos yang kita lakukan, dan memberi sosialisasi-

sosialisasi kemasyarakat langsung dan dunia pendidikan. Biar Basolia itu dikenal,

mereka bisa merasakan bagaimana kita menciptakan kerukunan”.

11. Adakah gangguan yang dihadapi Basolia tentang organisasi ini?

“Untuk selama ini Basolia tidak ada masalah dengan siapapun dalam menjalankan

kegiatannya”.

12.BagaimanaBasolia memandang kekerasan agama-agama lain?

“Kekerasan yang terjadi dalam Agama itu karena tidak adanya pemahaman yang

utuh diantara pemeluk Agama mengenai perbedaan, dan menjadi tugas kita semua untuk

memberikan pencerahan kepada pemeluk Agama mengenai kerukunan”.

13.Bagaimana hubungan Basolia dengan FKUB dalam rangka kegiatan maupun

pemerintahan Kota Depok ?

“Begini berdirinya Basolia dengan FKUB juga tentunya berbeda, latar belakangnya

juga berbeda. Kalo FKUB itu berdirinya atas nama pemerintah dan yang mendirikannya

adalah pemerintah.FKUB anggotanya juga majelis-majelis Agama yang ada. Namum

berbeda dengan Badan Sosial Lintas Agama meskipun lahir dari majelis-majelis Agama

yang ada. Kami lahir tidak di fasilitasi oleh pemerintah. Kami lahir murni dilahirkan oleh

masyarakat,dari masyarakat yang latar belakang masyarakat Agama. Hubunganya apa,

secara sruktural tidak ada, tapi yang pasti dalam beberapa kegiatan pasti ketemu. Kami

bekerja untuk masyarakat dalam menciptakan kerukuanan dan kebersamaan. FKUB juga

melakukan hal yang sama, meskipun peran fisiknya barang kali mungkin berbeda pasti

bisa ketemu, di masyarakat. Hubungan dibilang tidak ada sama sekali. Meskipun

sebagian orangnya yang ada di Basoliaitu sama dengan ada di FKUB. Kami sendiri

belum pernah secara formal maupun non formal antara Basolia dengan FKUB. Saya

pernah mendengar keinginan dari FKUB, bahwa Basolia mau diambil dan menjadi

bagian dari FKUB. Kelahirannya sendiri bukan FKUB yang melahirkan, itu perlu diskusi

panjang. Sebenarnya itu tidak jadi masalah FKUB dengan Basolia mau berhubungan

baik atau berkolaborasi bahkan Basolia mau diadopsi bagian dari FKUB kami tidak

berpikir itu. Tapi dari kami, baik FKUB maupun Basolia itu bisa bekerja untuk

masyarakat, bersama-sama meciptakan kerukunan dan kebersamaan.

Saya tidak tahu persis di benak FKUB melihat Basolia, tapi yang saya harapkan

tentu FKUBmemandang baik pada kami. Dan kami tidak pernah membuat suatu yang

merugikan FKUB dan saya yakin FKUB tidak melakukan hal-hal yang tidak baik

terhadap Basolia. Karena memang bukan kepada lembaganya, memang fokusnya pada

tindakan kita di masyarakat. Ada atau tidak kalau ada lembaganya FKUB dan Basolia

sama-sama tidak melakukan apa-apa di masyarakat buat apa. Berharap Basolia dan

FKUB kedepan sama-sama konsen menciptakan kerukunan di masyarakat”.

Hasil wawancara

Nama : Habib Muhsin Ahmad Al-attas

Jabatan : Ketua FKUB Kota Depok

Tanggal Wawancara : 5 April 20017

1.ApaVisi dan Misi FKUB?

“Visi sudah jelas bahwa dalam prespektif kebangsaan, visi FKUB adalah

menciptakan suasana keberagamaan yang kondusif, rukun dan saling menghargai antar

umat beragama yang ada di Indonesia (agama-agama yang resmi di Indonesia).Sehingga

terciptalah negara yang maju, modern, bermartabat, diwarnai oleh moralitas dan susila

keberagamaan”.

2.Apa peran FKUB di Kota Depok?

“Ya Alhamdulillah FKUB kota Depok ini sudah sesuai dengan apa domainnya

menjalin komunikasi dengan Pemerintah, dengan Tokoh Masyarakat, dan Tokoh Agama.

Agar tercipta sebuah keharmonisan kehidupan beragama. Kemudian memberikan

sosialisasi tentang PBM (Peraturan Bersama Dua Menteri) kepada Tokoh-tokoh

Masyarakat dan Aparatur Pemerintahan di kecamatan dan Kelurahan. Kemudian

menyelesaikan dan mediasii konflik umat beragama, sehingga tidak menjadi kasus

kekerasan di masyarakat. Dan memberikan rekomendasi pendirian tempat-tempat Ibadah

yang sudah sesuai dengan kebutuhan umat beragama,yang sudah melengkapi dan

memenuhi syarat secara administrasisebagaimana yang diminta oleh PBM”.

3.Bagaimana hubungan FKUB dengan PC NU Kota Depok.?

“Ya selama ini hubungan baik-baik saja. Artinya, karena NU juga mempunyai

perwakilan di FKUB melalui Majelis Agama MUI,melalui majelis Agama Islam dalam

hal ini MUI. Sehingga komunikasi FKUB dengan PC NU baik-baik saja tanpa ada

masalah”.

4.Bagaimana hubungan FKUB dengan Basolia ?

“Basolia itu sebetulnya adalahprogram FKUB. Telah didirikan oleh seseorang, di

antara angota FKUB. Yang diiniasiasi oleh perwakilan Agama Kristen Protestan Pak

Sinaga dengan K.H. Zainuddin Maksum Ali. Mereka mendirikan badan sendiri, padahal

kita sedang bentuk dibawah FKUB, sudah berjalan. Selama ini tidak ada komunikasi dan

karena mereka mendirikan sendiri, tidak ada kewajiban melapor kepada FKUB.Karena

dianggap Basolia ini diluar dari FKUB. Jadi tidak ada komunikasi, tidak ada

koordinasi”.

5.Bagaiman konteks FKUB melihat kehidupan beragama di Kota Depok ini ?

“Sebetulnya kehidupan beragama di Kota Depok cukup harmonis, cukup apa

namannya cukup dewasa umat bergama.Hanya saja memang sudah dimana-mana ada

ria-ria kecil yang berpotensi menjadi konflik umat beragama.Menjadi konflik apabila

tidak ditangani dengan bijak danbaik oleh pemerintah maupun oleh Tokoh-tokoh Agama,

dan Tokoh Masyarakat. Yang perlu kita ingat bahwa semua konflik umat beragama, baik

khususnya di kota Depok maupun ditempat lain, tidak akan lari dalam dua hal.Yang

pertama adalah masalah etika,sebabnya karena etika yang dilanggar.Dan yang kedua

adalah masalah hukum yang dilanggar, itu saja. Jadi Kalau tidak ada dua hal tersebut

yang dilanggar, tidak ada konfik, masalah etika saja.Jaditidak ada satu konfik agama

yang dikarenakan agamanya yang mengajarkan untuk membenci agamayang lain, tidak

ada. Misalnya, Agama Islam mengajarkan umatnya membenci agama lain atau menolak

keberadaan agama lain, itu tidak ada. Atau Agama Kristen mengajarkan itu tidak ada.

Yang menjadi sumber konflik itu biasanya akar permasalahannya adalah masalah

etika. Sudah tahu disitu masyarakat Islam ia tidak pakai etika, tidak nyembah nuwun, dan

tidak sosialisasi. Tiba-tiba mendirikan Gereja untuk Misa Kebaktian, itu kan etika. Atau

memang tidak ada kebutuhan untuk mendirikan tempat ibadah, tidak melalui Undang-

undang Peraturan Dua Menteri ini tidak boleh. Peraturannya untuk dirikan tempat

ibadah atau sebagai kebaktian itu dipakai melanggar hukum itu saja. Jadi ada terjadinya

penolakan, penolakan kebaktian atau apa, bukan karena ajaran agama lainnya, bukan

karena membenci agama. Tapi karena ada pelanggaran hukum dan etika seperti itu”.

6. Bagaimana prospek kedepan dalam menjaga kerukunan?

“Pertama, kita Harus merevitalisasi dan pendewasaan diri kepada tokoh-tokoh agama

dan umat beragama didalam memahami dan menjalani agamanya. Merevitalisasi

pemahaman dan pendewasaan berfikir didalam beragama dan menjalankan

agama.Kedua,harus diciptakan komunikasi dari kedua pihak, semua arah dalam

menciptakan kerukunan umat beragama dalam bingkai kebangsaan ada komunikasi.

Kalau tidak ada komunikasi ya saling curiga.Ketiga, setiap permasalahan harus segera

dimusyawarahkan, dibicarakan secara kekeluargaan Dan meng-intensif-kan dialog antar

umat beragama”.

7. Program apa yang disusun FKUB untuk memelihara kerukunan di Kota Depok ini?

“Progamnya yang pertama, tadi itu, mengadakan dialog umat beragama, memfasilitasi

dialog antaraTokoh Agama, dan Umat beragama. Antara Umat beragama, Tokoh Agama

dengan Pemerintah memberikan sosialiasi dan semacam penyuluhan kerukunan umat

beragama,sudah itu”.

8. Apa ada kasus yang menyulut konflik umat beragama di Kota Depok ? Mohon

dijelaskan.

“Kasus masalah tempat ibadah yang tidak sesuai dengan peraturan PBM. Kemudian

yang tidak beretika, melanggar etika. Lalu kemudian penodaan Agama”.

9. Apa kasus yang paling menonjol di kota Depok ini :

Pendirian Rumah Ibadah, Penyiaran Agama dan Perkawinan Beda Agama

“Yang menonjol itu penodaan Agama. Ahmadiyah dan aliran sesat itu sangat

menonjol. Sama ini, penyelenggaraan kebaktian berkaitan tempat beribadah.Penggunaan

tempat ibadah yang tidak sesuai hukum dan peraturan, itu memicu banyak kasus.

Perkawinan pernah ada masalah,Yohanes (Yones) dan sama Asmiranda itu sempat

mencuat di kota Depok. Masalah perkawinan itu juga terjadi pemalsuan, katanya, dia

mengatakan sudah masuk Islam, tapi ia berbicara belum pernah masuk Islam, jadi

masalah. Akhirnya keluarganya merasa ditipu, KUA-nya merasa ditipu. Ini pernah

menjadi kasus, tapi tidak banyak. Pernah terjadi perkawinan lintas Agama, tapi tidak

mencuat, tidak diangkat publik, tidak ada masalah. Ketika sudah masalah hukum atau

diangkat dimasyarakat jadi berita, itu baru menjadi masalah”.

Wassalam,

Depok, Rabu, 5 April 2017.