PERAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG …repository.ub.ac.id/2660/1/Putra, Henery...
Transcript of PERAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG …repository.ub.ac.id/2660/1/Putra, Henery...
PERAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN
TULUNGAGUNG DALAM PELESTARIAN KESENIAN
TRADISIONAL
(Studi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Gelar Sarjana
pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Disusun Oleh :
HENERY GUSTIKHA PUTRA
135030101111093
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2017
i
MOTTO
“Don’t lose the faith, keep praying,keep trying cause the
faith can make you succeses”
"Jangan kehilangan keyakinan, teruslah berdoa, teruslah berusaha karena
keyakinan bisa membuatmu sukses"
ii
iii
iv
RINGKASAN
Henery Gustikha Putra, 2017, Peran Pemerintah Dareah Kabupaten
Tulungagung Dalam Melestarikan Kesenian Tradisional, Dr. Riyanto,
M.Hum, Drs. Sukanto, MS
Kebudayaan merupakan suatu identitas bangsa, ciri khas suatu bangsa,
karakter bangsa maupun sebagai tanda negara tersebut mempunyai sejarah
perjalanan hidup dari awal sebuah negara itu bisa terbentuk. Maka melestarikan
kebudayaan sangat diperlukan demi mencegah hilangnya kebudayaan yang telah
ada bertahun-tahun. Salah satu bagian dari kebudayaan adalah Kesenian tradisional.
Mengingat kesenian tradisional ini merupakan salah satu identitas dari suatu daerah,
maka kegiatan pelestarian kesenian tradisional sudah menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, dan didukung oleh seluruh komponen masyarakat.
Penelitian ini dilakukan pada peran pemerintah daerah Kabupaten
Tulungagung dalam pelestarian kesenian tradisional di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata. Analisis atas Pelestarian ditinjau dari perlindungan kesenian tradisional
yang berupa penataan sistem informasi dan menegakkan peraturan, serta
pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan dengan cara pelatihan dan
pagelaran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Sumber dan jenis diperoleh dari dinas kebudayaan dan pariwisata
Kabupaten Tulungagung, serta dokumen dan catatan yang menunjang penelitian.
Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah observasi, wawancara kepada pihak
yang terkait dengan penelitian, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini yaitu peran pemerintah daerah Kabupaten
Tulungagung dalam pelestarian kesenian tradisional di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata pada perlindungan tradisional adalah mencatat organisasi kesenian yang
ada serta menyebar luaskan informasi dengan memanfaatkan pamflet, aplikasi pada
smartphone dan website. Menegakkan peraturan masih belum memiliki peraturan
tertulis mengenai kesenian tradisional. Pada pengembangan kesenian tradisional,
pemerintah daerah melakukan pelatihan dengan bentuk workshop dan melakukan
pagelaran kesenian tradisional secara rutin setiap tahunnya.
Kata Kunci: Kebudayaan, Pelestarian, kesenian tradisional, Perlindungan
dan pengembangan kesenian tradisional, peran pemerintah daerah.
v
SUMMARY
Henery Gustikha Putra, 2017, Role Local Government Tulungagung In
Preserving Traditional Arts, Dr. Riyanto, M. Hum, Drs. Sukanto, MS.
Culture is a national identity, characteristic of a nation, national character
and as a sign of the country has a history of life journey from the beginning of a
country that can be formed. So preserving the culture is necessary to prevent the
loss of culture that has existed for many years. One part of culture is traditional Art.
Considering this traditional art is one of the identity of an area, the traditional art
conservation activities have become the responsibility of local government, and
supported by all components of society.
This research was conducted on the role of local government of
Tulungagung Regency in the preservation of traditional arts in the Department of
Culture and Tourism. Analysis of Conservation in terms of traditional art protection
in the form of arranging information systems and enforcing regulations, as well as
the development of traditional arts conducted by way of training and performances.
This research uses descriptive method with qualitative approach. Sources and types
are obtained from the cultural and tourism office of Tulungagung Regency, as well
as documents and records that support the research. Data collection techniques used
are observation, interviews to parties related to research, and documentation.
The result of this research is the role of local government of Tulungagung
Regency in the preservation of traditional arts in Culture and Tourism Office on
traditional protection is to record the existing art organization and disseminate
information by utilizing pamphlet, application on smartphone and website.
Enforcing regulations still does not have a written regulation on traditional art. In
the development of traditional arts, local government conducted training with
workshops and perform traditional performances regularly every year.
Keywords: Culture, Conservation, traditional art, Protection and
development of traditional art, local government role.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat,
kemudahan, dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung dalam Melestarikan
Kesenian Tradisional”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
banyak kekurangan mengingat terbatasanya kemampuan penulis namun berkat
rahmat Allah SWT serta pengarahan berbagai pihak akhirnya skrpsi ini
terselesaikan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk
kepentingan bersama. Atas terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bentuk bantuan dan
dorongan yang diberikan.
Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada Prof. Dr.
Bambang Supriyono, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang. Dr. Choirul Saleh, M.Si, selaku ketua jurusan Ilmu Administrasi
Publik. Dr. Leli Indah Mindarti ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik. Dr.
Riyanto, M.Hum dan Drs. Sukanto, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membagikan ilmunya, memberikan pencerahan dan bimbingan untuk
menyelesaikan skripsi ini, atas kemurahan hati bapak ibu akhirnya skripsi ini
berhasil terselesaikan.
Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak dari dinas
pendidikan dan kebudayaan kabupaten Tulungagung yang telah bermurah hati
memfasilitasi dan membantu dalam proses penelitian, berkat bantuanya penulis
berhasil melakukan penelitian dan mendapatkan data yang dibutuhkan untuk
penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini penulis dedikasikan kepada keluarga, ucapan terimakasih penulis
berikan kepada kedua orangtua Bapak Agus Wibowo dan Ibu Karmiati, kakak
Hengky Wicaksana Saputra dan Yales Aryuni Putri serta seluruh keluarga besar
yang telah senantiasa mendukung dan memberikan fasilitas yang penulis butuhkan
selama menyelesaikan skripsi ini.
vii
Terimakasih penulis berikan kepada orang-orang terdekat yang sampai sejauh
ini selalu memberikan dukungan Friska Putrisari, Jalu Sora, Endrey Satriyo, Heppy
Pimadani, Hulam yang telah dengan sabar dan setia mendampingi penulis,
mendengarkan keluhan serta selalu memberikan semangat kepada penulis. Ucapan
terimakasih tidak lupa penulis ucapakan kepada teman seperjuangan, teman-teman
FIA Publik 2013 yang telah mendukung dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bentuk bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis
dibalas oleh Allah SWT. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Malang, Juli 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
MOTTO .................................................................................................... i
TANDA PENGESAHAN ......................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ......................................... iii
RINGKASAN ........................................................................................... iv
SUMMARY .............................................................................................. v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
E. Sistematika Pembahasan ................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................... 8
A. Administrasi Publik ......................................................................... 8
1. Definisi Administrasi Publik ..................................................... 8
2. Ruang Lingkup Administrasi Publik ......................................... 11
3. Peran Administrasi Publik......................................................... 12
B. Pemerintah Daerah .......................................................................... 15
1. Definisi Pemerintah Daerah ...................................................... 15
2. Urusan Pemerintah Daerah ....................................................... 18
C. Kebudayaan ..................................................................................... 20
D. Pelestarian Kesenian Tradisional .................................................... 23
1. Pengertian Kesenian .................................................................. 23
2. Pengertian Tradisional .............................................................. 24
3. Pengertian Kesenian Tradisional............................................... 25
4. Pelestarian Kesenian Tradisional .............................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 33
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 33
B. Fokus Penelitian .............................................................................. 34
C. Lokasi dan Situs Penelitian ............................................................. 35
D. Sumber dan Jenis Data .................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 37
F. Instrumen Penelitian ........................................................................ 42
G. Keabsahan Data ............................................................................... 42
H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 43
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 47
A. Gambaran Umum Kabupaten Tulungagung ................................... 47
B. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung ......... 57
C. Penyajian Data................................................................................. 67
D. Pembahasan ..................................................................................... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 86
A. Kesimpulan ..................................................................................... 86
B. Saran ................................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ xii
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Urusan Pemerintahan ................................................................... 18
Tabel 2 : Distribusi Penyebaran Penduduk Per Kecamatan Tahun 2014.... 50
Tabel 3 : PDRB Perkapita Kabupaten Tulungagung .................................. 53
Tabel 4 : Perjenis Kesenian Tradisional...................................................... 71
Tabel 5 : Kebijakan Workshop ................................................................... 75
Tabel 6 : Kebijakan pemanfaatan kesenian tradisional tahun 2016 ............ 76
Tabel 7 : Kegiatan Kesenian Tradisional tahun 2016 ................................. 78
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Komponen – komponen Analisis Data Model Interaktif ......... 44
Gambar 2 : Peta Administrasi Kabupaten Tulungagung............................. 47
Gambar 3 : Susunan Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata .......... 61
Gambar 4 : Papan pamflet sebebelah barat alun-alun Kabupaten ..............
Tulungagung ............................................................................ 69
Gambar 5 : Aplikasi Tulungagung Tourism................................................ 70
Gambar 6 : Website Tulungagung Turism .................................................. 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia salah satu negara yang memiliki berbagai macam kebudayaan,
dan setiap daerah memiliki kebudayaan tersendiri. Suatu kebanggaan bagi bangsa
Indonesia yang memiliki kebudayaan yang bermacam-macam serta masyarakat
tetap menjunjung tinggi perbedaan. Berbagai daerah mempunyai kebudayaan
tersendiri dan sangat disayangkan jika itu tidak dikelola dengan baik.
Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
melahirkan berbagai implikasi yaitu perubahan sosial serta fasilitas yang cukup
signifikan melahirkan kesempatan bagi daerah untuk dapat mengembangkan
potensi daerah, membangun daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
Pembangunan Nasional. Menyikapi kondisi tersebut yang didasari dari pemahaman
bhineka tunggal ika sebagai keberagaman suku, agama serta budaya yang tersebar
keseluruh pelosok nusantara, maka setiap daerah mempunyai budaya yang berbeda-
beda yang mencirikan daerahnya masing-masing.
Kebudayaan merupakan suatu identitas bangsa, ciri khas suatu bangsa,
karakter bangsa maupun sebagai tanda negara tersebut mempunyai sejarah
perjalanan hidup dari awal sebuah negara itu bisa terbentuk. Kebudayaan
merupakan sebuah simbol kebanggaan bagi suatu masyarakat tertentu bahkan
menjadi penentu dari maju tidaknya suatu negara. Setidaknya kebudayaan di setiap
daerah dapat terus ada dan tetap menjadi ciri khas bangsa, sehingga kebudayaan di
2
daerah dapat menjadi aset penting bagi bangsa yang memilikinya. Maka
melestarikan kebudayaan sangat diperlukan demi mencegah hilangnya kebudayaan
yang telah ada bertahun-tahun.
Melestarikan kebudayaan erat kaitannya dengan apa yang telah dicita-
citakan oleh kemerdekaan bangsa ini yaitu cita-cita untuk “mencerdaskan
kehidupan bangsa”, mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan suatu konsepsi
kebudayaan. Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan upaya untuk
meningkatkan kadar kebudayaan bangsa, sebagai suatu proses humanisasi untuk
mengangkat harkat dan derajat insan dari bangsa kita.
Salah satu bagian dari kebudayaan adalah Kesenian tradisional. Kesenian
tradisional memiliki bobot besar dalam kebudayaan. Kemajuan kebudayaan bangsa
dan peradabannya membawa serta, dan secara timbal-balik dibawa serta,oleh
kemajuan keseniannya. Kesenian daerah (tradisional) pada dasarnya adalah
anonim,ia tidak bisa dibatasi atas klaim wilayah. Ia menjadi tak terbatasi oleh garis
yang pasti, untuk itulah kesenian bisa ditempatkan sebagai sarana menciptakan
ketahanan budaya yang harus disikapi sebagai ketahanan nasional. Kesenian
tradisional juga merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa
keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari
dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, kesenian
dapat menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan
nilai-nilai kebudayaan. Selain itu kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas di
dalam masyarakat.
3
Pelestarian kesenian Tradisional merupakan bagian dari pembangunan
daerah yang pada hakekatnya merupakan proses perencanaan, pelaksanaan maupun
pengendalian yang dilakukan secara berkesinambungan. Pembangunan ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan popularitas kesenian tradisional. Mengingat
kesenian tradisional ini merupakan salah satu identitas dari suatu daerah, maka
kegiatan pelestarian kesenian tradisional sudah menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, dan didukung oleh seluruh komponen masyarakat.
Keberhasilan pelestarian kesenian daerah (tradisional) sangat ditentukan
oleh kemampuan para aktor pemerintah dalam merumuskan program atau
kebijakan. Program atau kebijakan tersebut melibatkan organisasi kesenian yang
ikut serta bersama-sama melaksanakan program atau kebijakan. Program atau
kebijakan yang telah diputuskan harusnya didukung atau ditunjang oleh sarana dan
prasarana yang ada.
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan no 10 tahun 2014 tentang
pedoman pelestarian tradisi menjelaskan bahwa pemerintah daerah kabupaten/kota
melaksanakan pelestarian tradisi di wilayah kerjanya. Bentuk-bentuk pelestarian
tradisi meliputi perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan. Pemerintah daerah
kabupaten Tulungagung telah mengeluarkan kebijakan yang terkait dengan
kesenian daerah (tradisional), seperti yang tertera pada Peraturan Bupati kabupaten
Tulungagung No 60 Tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan
fungsi serta tata kerja Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung
Bab II Pasal 11 sub bagian seksi pembinaan kesenian, peraturan daerah nomor 16
tahun 2010 tentang pajak daerah bab V pasal 23 bagian pagelaran kesenian
4
tradisional objek pajak hiburan (pertunjukan kesenian tradisional). Pengelolaan
pajak yang telah dialokasikan ke hiburan yaitu berupa pertujukan kesenian
tradisional, maka kesenian tradisional di Tulungagung ini memiliki daya tarik bagi
masyarakat atau wisatawan untuk menyaksikan pertunjukan ini berlangsung.
Pertunjukan kesenian tradisional ini merupakan salah satu bentuk
pelestarian kesenian. Sangat disayangkan ketika suatu pertunjukan kesenian
tradisional ini berlangsung di kabupaten Tulungagung hanya masyarakat di
kabupaten Tulungagung yang menyaksikan. Kurangnya informasi dari Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata membuat pertunjukan ini tidak sampai ke telinga luar
daerah maupun turis mancanegara. Dapat diketahui dari website yang berupa
blogspot dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten Tulungagung yang
beraalamat web www.disbudparporatulungagung.blogspot.co.id telah berhenti
posting pada bulan januari tahun 2013. Hal ini membuat masyarakat luar daerah
tidak begitu mengetahui agenda pertunjukan kesenian tradisional yang akan
berlangsung.
Dari Penjelasan di atas penulis mengambil Judul “Peran Pemerintah Daerah
Kabupaten Tulungagung dalam Pelestarian Kesenian Tradisional (Studi Pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung)”
5
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang telah diuraikan dalam Latar Belakang Penelitian mengenai
Peran Pemerintah Kabupaten Tulungagung dalam Pelestarian Kesenian Tradisional
Tulungagung dapat ditentukan rumusan masalah bagaimanakah peran Pemerintah
Daerah Kabupaten Tulungagung dalam pelestarian kesenian tradisional?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, melalui penelitian ini diharapkan
dapat mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, yaitu mendiskripsikan dan
menganalisis. Peran pemerintah daerah kabupaten Tulungagung dalam Pelestarian
kesenian tradisional.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan Tujuan Penelitian di atas, melalui penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu sebagai
berikut.
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan
atau sumber informasi bagi pihak lain khususnya pihak akademisi yang akan
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai peranan pemerintah daerah
kabupaten Tulungagung dalam pelestarian kesenian tradisional. Penelitian ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
administrasi publik yang kaitannya dengan komitmen pemerintah daerah
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
6
2. Secara praktis
a. Diharapkan mampu memberikan wawasan dan gambaran bagi kalangan
pemerintah dan pelaku (stakeholder) yang terlibat untuk pelestarian
kesenian tradisional.
b. Dapat memberikan manfaat bagi pemerintah daerah khususnya Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata yang dapat dipergunakan sebagai dasar, atau
pedoman dalam pelestarian kesenian tradisional berikutnya.
E. Sistematika Pembahasan
Garis besar yang memberikan gambaran secara menyeluruh tentang isi skripsi
ini, semua disampaikan melalui pokok-pokok pembahasan sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang dilakukannya
penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi
penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan disajikan tinjauan teoritis yang digunakan dalam
hubungannya dengan pembahasan masalah yang disajikan pada BAB
IV. Teori-teori yang digunakan analisis penelitian ini.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas tentang jenis, objek, lokasi dan situs
penelitian, kemudian dilanjutkan dengan penetapan sumber data,
metode pengumpulan data, serta instrumen penelitian dan diakhiri
dengan analisis data penelitian.
7
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini penulis menguraikan dan menganalisa hasil penelitian
tersebut dengan teori-teori yang berkaitan degan pokok-pokok
bahasan mengenai peran pemerintah daerah dalam pelestarian
kesenian tradisional di Kabupaten Tulungagung.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kesimpulan yang didapat dari
penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah di
paparkan pada bab sebelumnya. Selain itu pada bab ini penulis juga
memberikan saran terhadap peran pemerintah daerah Kabupaten
Tulungagung dalam pelestarian kesenian tradisional agar dapat
terlaksana dengan baik.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Administrasi Publik
1. Pengertian Administrasi Publik
Administrasi secara etimologi berasal dari bahasa latin (Yunani) yang terdiri
dari dua kata yaitu “ad” dan “ministrate” yang berarti “to serve” apabila dalam
bahasa Indonesia berarti melayani, membantu, memenuhi. Istilah administasi di
Indonesia dipahami dari dua bahasa yang berbeda dengan makna yang berbeda
pula. Pertama yaitu istilah administratie yang berasal dari Bahasa Belanda yang
mencakup pengertian stelselmatige verkrijging, en verwerking van gegevens yang
berarti tata usaha atau administrasi dalam arti sempit. Selanjutnya bestuur en beheer
yang berarti bestuur adalah manajemen akan kegiatan-kegiatan organisasi dan
beheer adalah manajemen akan sumber dayanya (finansial, personel,materiil,
gudang dan sebagainya. Kedua yaitu administration yang berasal dari Bahasa
Inggris yang sering disebut sebagai administrasi dalam arti luas yakni proses
(rangkaian) kegiatan usaha kerja sama sekelompok orang secara terorganisasi untuk
mencapai tujuan tertentu secara efisien. Dalam hal ini dalam pengertian administasi
terkandung hal-hal seperti: kelompok orang, kegiatan, kerja sama, tujuan dan
efisiensi.
9
Menurut Siagian dalam Pasolong (2011) mengatakan bahwa “Administrasi
merupakan keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang
didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.” Sementara menurut Dwight Waldo dalam Syafri (2012)
menyebutkan bahwa “ Administrasi sebagai usaha kerjasama yang rasional dimana
tindakan rasional merupakan tindakan yang diperhitungkan dengan cermat untuk
merealisasikan tujuan tertentu yang dikehendaki dengan kerugian/pengorbanan
yang minimal untuk mewujudkan tujuan lain yang dikehendaki.” Dari disisi lain
Pasolong (2011) mengungkapkan bahwa “ Administrasi adalah pekerjaan terencana
yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan
atas dasar efektif, efisien, dan rasional.” menurut Syafri (2012) bahwa “
Administrasi adalah rangkaian kegiatan atau proses usaha kerja sama sekelompok
orang dalam wadah organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa administrasi
merupakan suatu proses kerja sama yang dilakukan antara dua orang atau lebih
dalam wadah organisasi untuk mecapai tujuan secara efektif dan efisien dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
Publik berasal dari Bahasa Inggris “public” yang berarti umum, rakyat
umum, orang banyak dan rakyat. Menurut Frederickson dalam Pasolong (2011)
menjelaskan konsep publik menjadi 5 perspektif,yaitu:
“(1) Publik sebagai kelompok kepentingan yaitu publik dilihat sebagai
manifestasi dari interaksi kelompok yang melahirkan kepentingan
masyarakat, (2) publik sebagai pemilih yang rasional, yaitu masyarakat
terdiri atas individu-individu yang berusaha memenuhi kebutuhan dan
kepentingan sendiri, (3) publik sebagai perwakilan kepentingan masyarakat,
yaitu kepentingan publik diwakili oleh suara, (4) publik sebagai konsumen,
10
yaitu konsumen sebenarnya tidak terdiri dari individu-individu yang tidak
berhubungan satu sama lain, namun dalam jumlah yang cukup besar mereka
menimbulkan tuntutan pelayanan birokrasi, (5) publik sebagai warga
negara, yaitu warga negara dianggap sebagai publik karena partisispasi
masyarakat sebagai keikutsertaan warga negara dalam seluruh proses
penyelenggaraan pemerintahan dipandang sebagai sesuatu yang paling
penting.”
Scott M. Cutlip dalam Syafri mengungkapkan bahwa “publik merupakan
kelompok individu yang terikat oleh kepentingn bersama dan berbagai rasa atas
dasar kebersamaan. Berbeda dengan Mayor Polak dalam Rendra (2012)
mengatakan bahwa “Publik merupakan sejumlah orang yang berminat sama dan
merasa tertarik terhadap suatu masalah dan berhasrat mencari suatu jalan keluar
dengan mewujudkan tindakan yang konkret.”
Beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa publik
merupakan sejumlah atau sekelompok orang yang memiliki kepentingan yang sama
dimana kepentingan itu saling mengikat satu sama lain sehingga muncul perasaan
bersatu karena memiliki kepentingan yang sama.
Administrasi publik atau public administration merupakan suatu ilmu sosial
yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif dan eksekutif serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan publik, manajemen publik,
administrasi pembangunan, tujuan negara dan etika yang mengatur
penyelenggaraan negara. Menurut Chandler dan Plano dalam Pasolong (2011)
mengatakan bahwa:
“Administrasi publik merupakan suatu proses dimana sumberdaya dan
personal public di organisir dan dikoordinasikan untuk memformulasikan,
mengimplementasikan, dan mengelola keputusan dan kebijakan publik.
Selain itu, administasi publik juga merupakan seni dan ilmu yang ditujukan
untuk mengatur kebijakan publik untuk memecahkan permasalahan publik
yang terjadi dalam suatu organisasi atau lainnya.”
11
Menurut Dwight Waldo dalam Syafri (2012) menyebutkan bahwa “
Administrasi publik merupakan organisasi dan manajemen manusia dan material
(peralatannya) untuk mencapai tujuan-tujuan pemerintah.” Tetapi menurut
Nicholas Henry dalam Pasolong (2011) menyebutkan bahwa “ Administrasi publik
merupakan suatu kombinais yang kompleks antara teori dan praktik dengan tujuan
mempromosikan pemahaman terhadap pemerintah dalam hubungannya dengan
masyarakat yang diperintah dan mendorong kebijakn publik agar responsif terhadap
kebutuhan sosial.” Selanjutnya menurut Nigro & Nigro dalam Syafri (2012)
mengatakan bahwa:
“ (a). administrasi publik adalah usaha kerja sama antara kelompok dalam
kerangka organisasi negara, (b) meliputi tiga cabang eksekutif, legislatif dan
yudikatif dan hubungan timbal balik ketiganya, (c) memiliki peran penting
dalam pembuatan kebijakan publik sehingga merupakan bagian dari proses
politik, (d) berbeda secara signifikan dengan adminitrasi swasta, (e)
berhubungan erat dengan sejumlah kelompok swasta dan individu dalam
pemberian pelayanan kepada masyarakat.”
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa administrasi publik
merupakan suatu proses kerja yang sama yang dilakukan dua orang atau lebih
(sekelompok orang) atau lembaga yang berkewajiban menjalankan tugas-tuganya
dalam rangka memenuhi kebutuhan publik secra efektif dan efisien dengan
memanfaatka sumberdaya yang ada.
2. Ruang Lingkup Administrasi Publik
Permasalahn yang dihadapi studi ilmu adminitrasi publik Menurut Syafri
(2012) bersifat multidimensi dalam arti meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan
warganya mulai yang bersifat fisik, material dan sosial. Maka dari itu untuk
12
menyelesaikannya dibutuhkan bantuan dari cabang ilmu lain oleh karena itu
lingkup adminitrasi publik bersifat multidisiplin.
Menurut Lembaga administrasi Negara dalam Syafri (2012) menyebutkan
bahwa Ruang lingkup administrasi publik meliputi:
a. Tata nilai: menyangkut nilai kultural, spiritual, etika, falsafah hidup
yang menjadi dasar dan tujuan serta acuan perilaku dari sistem dan
proses administrasi publik.
b. Organisasi pemerintahan negara: terdiri dari organisasi lembaga
eksekutif, legislatif, yudikatif dan lembaga-lembaga negara lainnya
yang diperlukan serta saling hubungannya dalam rangka
penyelenggaraan negara, termasuk kesekretariatan lembaga-lembaga
tersebut.
c. Manajemen pemerintahan negara: meliputi kegiatan pengelolaan
pelaksanaan tugas pemerintahan umum dan pembangunan dalam
berbagai bidang kehidupan dan wilayah pemerintahan merupakan
fungsi-fungsi dari manajemen pemerintahan.
d. Sumber daya aparatur: merupakan sumberdaya manusia sebagi unsur
dominan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan negara,
pengelolaan dan pembinaannya mendapatkan perhatian dalam
keseluruhan aspek dan dimensinya mulai dari perekrutan,
pengembangan kompetensi, pengembangan karir dan kesejahteraannya
dan pemensiunannya.
13
e. Sistem dan Proses Kebijakan Negara: peran administrasi publik
terutama dalam hal fungsi dan proses yaitu: perumusan kebijakan,
penetapan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan kebijakan, penilaian hasil.
f. Posisi, kondisi dan peran masyarakat bangsa dalam bernegara: negara
didirikan untuk mencapai tujuan bersama dimana rakyat pemilik
kedaulatan. Maka dari itu, organisasi dan manajemen pemerintahan
tidak dapat mengabaikan aspirasi dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara.
g. Hukum administrasi publik: meyangkut dimensi hukum yang bertalian
dengan pengaturan sistem dan proses penyelenggaraan negara yang
dimaksudkan agar kelembagaan negara tersusun dan terselenggara
secara efisien, proporsionall efektif dan legitimate.”
Ruang lingkup administrasi publik menurut Nicholas Henry dalam
Pasolong (2011) yaitu meliputi: “ organisasi publik yang berkenaan dengan model-
model organisasi dan perilaku organisasi, manajemen publik yang berkaitan dengan
sistem dan ilmu manajemen, evaluasi program, produktivitas, anggaran publik dan
manajemen sumberdaya manusia, serta implementasi yang berkaitan dengan
kebijakan,privatisasi dan etika birokrasi.” Sementara Keban dalam Pasolong (2011)
menyatakan bahwa “Ruang lingkup administrasi publik meliputi: kebijakan,
organisasi, manajemen,moral dan etika, lingkungan dan akuntabilitas.”
14
Dari beberapa penjelasan ruang lingkup administrasi diatas dapat diketahui
bahwa ruang lingkup administrasi publik yang paling penting yaitu
berkaitan dengan kepentingan publik. Ruang lingkup administrasi publik
dapat dikategorikan meliputi: kebijakan publik, birokrasi publik,
manajemen publik, kepemimpinan, pelayanan publik, etika administrasi,
kinerja, administrasi kepegawaian negara.
3. Peran Administrasi Publik
Peran administrasi publik dalam suatu negara sangatlah vital. Menurut
Thoha (2011) menyebutkan bahwa “Administrasi sangatlah perhatian terhadap
terwujudnya tata pemerintahan yang demokratis dan amanah serta diarahkan
kepada kepentingan dan kekuasaan pada rakyat.” Hal ini berarti administrasi publik
lebih menekankan dan lebih berorientasi kepada kepentingan publik. Kemudian
Menurut Gray dalam Pasolong (2011) menjelaskan bahwa:
“Administrasi publik berperan dalam menjamin pemerataan distribusi
pendapatan nasional kelompok masyarakat miskin secara berkeadilan,
melindungi hak-hak masyarakat atas kepemilikan kekayaan serta menjamin
kebebasan bagi masyarakat untuk melaksanakan tanggungjawab atas diri
mereka sendiri dalam bidang kesehatan, pendidikan dan pelayanan bagi
kelompok masyarakat lanjut usia, melestarikan nilai-nilai tradisi masyarakat
yang sangat bervariasi dari generasi ke generasi berikutnya, serta
memberikan jaminan dan dukungan sumber-sumber sehingga nilai-nilai itu
mampu tumbuh dan berkembang sesaui dengan perubahan zaman.”
Menurut Frederik dalam Pasolong (2011) menyebutkan bahwa
“Administrasi publik diadakan untuk memberikan pelayanan publik dan
manfaatnya dapat dirasakan masyarakat setelah pemerintah meningkatkan
profesionalismenya, menerapkan teknik efisiensi dan efektivitas sehingga
mampu membuat masyarakat menerima dan menjalankan sebagian dari
tanggung jawab administrasi publik.”
15
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peran
administrasi publik yaitu untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah. Maka dari itu setiap kegiatan yang dilakukan dalam administrasi publik
harus dipertimbangkan secara matang antara input dan outpunya sehingga setiap
kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan mencapai sasaran atau tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
B. Pemerintah Daerah
1. Pengertian Pemerintah Daerah
Indonesia merupakan suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat, dimana
pemerintah di daerah merupakan bagian integralnya. Dasar hukum dari adanya
pemerintahan daerah terdapat dalam Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Pasal 18 ayat (1) UUD 1945, menyebutkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
Kemudian mengenai pemerintah di daerah diatur lebih rinci dengan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Menurut
Victor M. Situmorang (1994) melihat sangat luasnya wilayah negara serta luasnya
persoalan yang ada, pada umumnya pemerintah daerah (local government)
bertingkat-tingkat, yaitu pemerintah tingkat provinsi, pemerintah tingkat
kabupaten, pemerintah tingkat kotamadya, pemerintah tingkat kecamatan dan
pemerintah tingkat desa atau tingkat kelurahan.
16
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah, Pemerintah daerah merupakan kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom. Sedangkan Pemerintahan Daerah
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Setiap pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Daerah yang dipilih secara
demokratis. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala
Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Kepala daerah dibantu oleh satu
orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten
disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil wali kota. Kepala dan wakil
kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan. Kepala
daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.
Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil
pemerintah pusat di wilayah provinsi yang bersangkutan, dalam pengertian untuk
menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi
Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
17
urusan pemerintahan pada strata pemerintahan kabupaten dan kota.Dalam
kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat sebagaimana dimaksud, Gubernur
bertanggung jawab kepada Presiden.
Selain itu, peran pemerintah daerah juga dimaksudkan dalam rangka
melaksanakan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas perbantuan sebagai wakil
pemerintah di daerah otonom yaitu untuk melakukan:
1. Desentralisasi yaitu melaksanakan semua urusan yang semula adalah
kewewenang pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Dekonsentrasi yaitu menerima pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu untuk dilaksanakan; dan
3. Tugas pembantuan yaitu melaksanakan semua penugasan dari Pemerintah
kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada
desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Dalam rangka melaksanakan peran desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan, Pemerintah daerah menjalankan urusan pemerintah konkuren,
berbeda dengan pemerintah pusat yang melaksanakan urusan pemerintahan
absolut. Urusan Pemerintahan konkuren dibagi antara Pemerintah Pusat dan
Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. pembagian urusan tersebut
didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta
18
kepentingan strategis nasional Urusan pemerintahan tersebutlah yang menjadi
dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.
2. Urusan Pemerintah Daerah
Urusan pemerintahan konkuren terdiri dari urusan pemerintahan wajib dan
pilihan. Urusan pemerintahan wajib terbagi lagi menjadi Urusan Pemerintahan
yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak
berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
Tabel 1 Urusan Pemerintahan
Urusan Wajib Yang
Berkaitan Dengan
Pelayanan Dasar
Urusan Wajib Yang
Tidak Terkait Dengan
Pelayanan Dasar
Urusan Pilihan
Pendidikan
Kesehatan
Pekerjaan umum dan penataan ruang
Perumahan rakyat dan kawasan
permukiman
Ketentraman,
ketertiban umum
dan perlindungan
masyarakat
Sosial
Tenaga kerja
Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Pangan
Pertanahan
Lingkungan hidup
Administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil
Pemberdayaan masyarakat dan desa
Pengendalian penduduk
dan keluarga berencana
Perhubungan
Komunikasi dan informatika
Koperasi, usaha kecil dan
menengah
Penanaman modal
Kepemudaan dan olah raga
Statistik
Persandian
Kebudayaan
Perpustakaan
Kearsipan
Kelautan dan
perikanan
Pariwisata
Pertanian
Kehutanan
Energi dan sumber
daya mineral
Perdagangan
Perindustrian
Transmigrasi
Sumber : Undang-undang no 23 tahun 2014
19
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah
ditetapkan untuk mengganti UU 32 Tahun 2004 yang tidak sesuai lagi dengan
perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Muatan UU Pemerintahan Daerah tersebut membawa banyak
perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satunya adalah pembagian
urusan pemerintahan daerah.
Berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2014 klasifikasi urusan pemerintahan
terdiri dari 3 urusan yakni urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan
konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan absolut adalah
urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
Urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan
pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Untuk urusan konkuren atau urusan pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota dibagi menjadi
urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan
wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh semua Daerah.
Sedangkan urusan pemerintahan pilihan adalah urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.
20
C. Kebudayaan
Kebudayaan, kata yang telah sangat sering didengar,adalah sebuah
terminology yang berakar dari kata budaya yang berasal dari bahasa sansekerta
buddhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Menurut
Koentjaraningrat dalam Wibowo, dkk (2004) kebudayaan dengan kata dasar
budaya berasal dari bahasa sangsakerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi
yang berarti budi atau akal. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai
daya budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil
dari cipta, karsa dan rasa itu.
Pada awalnya, konsep kebudayaan pertama kalinya di perkenalkan oleh Sir
Edward Brnett Taylor. Seorang ahli Antropologi Inggris pada tahun 1871,
mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks keseluruhan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, dan lain-lain.
Teori kebudayaan menurut Abdullah (2006) adalah kebudayaan yang
timbul sebagai suatu usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan di
daerahdaerah seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha
kebudayaan harus menuju kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan
tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
mengembangkan atau memperkaya kebudayaan itu sendiri, serta mempertinggi
derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.Ada tiga wujud kebudayaan menurut
Wibowo,dkk (2004) yaitu:
1. Ideas. Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya
abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di
21
alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu
hidup. Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan
memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam
masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut
adat istiadat.
2. Activities. Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut
tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa
diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem ssosial ini
terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta
bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam
wujud perilaku dan bahasa.
3. Artifacts. Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya
merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan
didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.
Sedangkan menurut C.Kluckhon (Wibowo, dkk ,2004) terdapat tujuh unsur
kebudayaan antara lain :
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencarian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
22
Menurut Wibowo,dkk (2004) Kebudayaan memiliki wilayah atau ruang
lingkup yang tidak hanya terbatas antar individu,tetapi jauh melampaui batas-batas
tersebut. Kebudayaan meliputi berbagai segi kehidupan manusia baik secara
individual sekaligus keseluruhan bersama individu lain yang berada dalam
masyrakatnya. Menurut Geert,1973 dalam Abdullah (2006) kebudayaan itu pola
dari pengertian – pengertian atau makna – makna yang terjalin secara menyeluruh
dalam simbol – simbol dan ditransmisikan secara historis.
Menurut Abdullah (2016) Istilah kebudayaan hampir selalu terikat pada
batas – batas fisik yang jelas. Batas – batas fisik telah menjadi dasar dalam
pendefinisian keberadaan suatu kebudayaan,khususnya pada saat sesuatu yang
bersifat fisik masih dianggap paling penting dan menentukan. Namun perubahan
masyarakat menunjukkan kecenderungan lain dalam pendefinisian suatu praktik
yang menunjukkan proses mencairnya batas – batas ruang (fisik). Mobilitas
fisik,misalnya,telah dilengkapi dengan mobilitas sosial dan intelektual yang jauh
lebih padat dan intensif. Media komunikasi yang semakin canggih telah
menyebabkan masyarakat terintegrasi ke dalam suatu tatanan yang lebih luas,dari
yang bersifat lokal menjadi global.
Abdullah (2006) mengatakan bahwa :
“memahami kebudayaaan harus dimulai dengan mendefinisikan ulang
kebudayaan itu sendiri,bukan sebagai kebudayaan generic ( yang meupakan
pedoman yang diturunkan),tetapi sebagai kebudayaan diferensial (yang
dinegoisasikan dalam keseluaruhan interaksi sosial).kebudayaan bukanlah
suatu warisan yang secara turun temurun dibagi bersama atau dipraktikkan
secara kolektif,tetapi menjadi kebudayaan yang lebih bersifat situasionl yang
keberadaannya tergantung pada karakter kekuasaan dan hubungan –
hubungan yang berubah dari waktu ke waktu.”
23
Mattulada (1988) berpendapat bahwa :
“kalau kita mau bertumbuh dengan satu kepribadian yang kuat,maka nilai
nilai utama kebudayaan tradisional itulah yang sepatutnya menjadi potensi
yang dikembangkan. Sesungguhnya pembangunan atau perubahan
itu,bermula dari apa yang sudah ada sebagai potensi. Dengan potensi itulah
perkembangan, perubahan atau pembangunan itu akan memiliki akarnya
untuk memperkokoh kepribadian suatu kebudayaan.”
D. Pelestarian Kesenian Tradisional
1. Pengertian Kesenian
Pengertian seni menurut para ahli budaya :Drs. Popo Iskandar berpendapat,
seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan kepada orang lain dalam
kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok,sedangkan Ahdian Karta Miharja,
mengemukakan seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas dalam
suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk membangkitkan pengalaman
tertentu dalam rohaninya,lain halnya dengan Ki Hajar Dewantara yang berpendapat
baahwa seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat
indah, hingga menggerakan jiwa perasaan manusia dan menurut Plato dan
Rousseau seni adalah hasil peniruan dari alam dengan segala seginya.
Menurut Bastomi (1990) Kesenian adalah bagian dari budaya dan
merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspreseikan rasa keindahan dari
dalam jiwa manusia melalui media rupa (gambar, lukis, patung, dll.), suara (musik:
nyanyian, instrumental), gerak (tari, teater), dan bahasa (sastra, ceritera).Kesenian
juga mempunyai fungsi lain, misalnya mitos berfungsi untuk menentukan norma
untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai – nilai kebudayaan.
Secara umumkesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.
24
2. Pengertian Tradisional
Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena
kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Hampir disetiap penjuru
dunia,komunitas dan orang mempunyai pengetahuan yang diturunkan dari generasi
ke generasi,dikembangkan dan dilestarikan dengan cara – cara yang tradisional
(traditional manner).
Pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang sangat dasar,berasal dari
pengalaman kehidupa sehari – hari dan pada umumnya ditandai dengan suatu ciri
yaitu tradisional.
Menurut Daulaly (2011) Pengetahuan tradisional mempunyai nilai manfaat
yang tinggi tidak hanya bagi masyarakat tradisional,tetapi juga untuk masyarakat
modern,bahkan seluruh penduduk dunia juga dapat mengambil manfaat dari
pengetahuan tradisional.
Pengetahuan tradisional merupakan bagian integral dari warisan budaya dari
komunitas tradisional yang memilikinya. Bagi masyarakat suku asli,budaya adalah
suatu konsep yang terkait secara integral,produk dari interaksi dan hubungan yang
terus menerus antara manusia dan leluhurnya. Menurut Daulaly (2011)
Pengetahuan tradisional selalu mempunyai nilai budaya (culture value) dan manfaat
(utilitarian value) bagi masyarakat asli.Alexandra Xanthaki.
Menurut Daulaly (2011) bahwa :
“Pengertian pengetahuan tradisional dapat dipandang dari dua sisi yang
berlainan,yakni pengetahuan tradisional dipandang sebagai warisan budaya
(traditional knowledge as cultural heritage) dan pengetahuan tradisional
sebagai sumber daya ( traditional knowledge as resources)”
25
Modernitas mendorong dinamika dan kreativitas dalam kehidupan. Adapun
tradisionalitas memberikan kekokohan dan stabilitas kehidupan,untuk kemantapan
pola – pola kebudayaan yang menjadi ciri kepribadian bangsa dan kebudayaannya.
3. Pengertian Kesenian Tradisional
Menurut Bastomi (1990) Kesenian tradisional adalah suatu hasil ekspresi
hasrat manusia akan keindahan dengan latar belakang tradisi atau sistem budaya
masyarakat pemilik kesenian tersebut. Dalam karya seni tradisional tersirat pesan
dari masyarakatnya berupa pengetahuan, gagasan, kepercayaaan dan nilai norma.
4. Pelestarian Kesenian Daerah (Tradisional)
Menurut Muis (2009) Pelestarian adalah suatu usaha atau kegiatan untuk
merawat, melindungi dan mengembangkan objek pelestarian yang memiliki nilai
guna untuk dilestarikan. Definisi dari ketiga bentuk pelestarian menurut kamus
besar Bahasa Indonesia (2012) :
1. Merawat : kegiatan mengurus,menjaga dan memelihara
2. Melindungi : kegiatan menjaga, merawat, memelihara dan
menyelamatkan (contoh kesenian rakyat)
3. Mengembangkan : kegiatan menjadikan suatu hal lebih maju,baik dan
sempurna.
Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk
melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti
penting bagi generasi selanjutnya. Namun demikian tindakan pelestarian makin
menjadi kompleks jika dihadapkan pada kenyataan sebenarnya. Tindakan
26
pelestarian yang dimaksudkan guna menjaga karya seni sebagai kesaksian sejarah.
Menurut Limbeng Dalam rangka melestarikan kesenian tradisional strategi utama
yang dilakukan yaitu:
1. Mengidentifikasi, menginventarisasi, dan pemetaan terhadap jenis-jenis
kesenian tradisional, sumberdaya pendukung, serta hambatan keberadaan
kesenian tradisional dalam wilayah tertentu.
2. Workshop yang melibatkan stakeholders kelompok kesenian untuk
mengkaji dan menganalisis jenis-jenis kesenian tradisional, sumberdaya
pendukung, serta hambatan keberadaan kesenian tradisional guna
menentukan prioritas kelompok kesenian yang akan dikembangkan.
3. Mengembangkan dan memberdayakan kelompok kesenian tradisional
sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan sebagai wadah bagi
masyarakat/generasi muda dalam mengembangkan keterampilan
berkesenian, agar kesenian tradisional tetap eksis.
4. Mengembangkan minat dan bakat generasi muda khususnya dalam bidang
seni tradisional.
5. Meningkatkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar instansi/lembaga
yang melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan kelompok kesenian
tradisional.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan dan
melestarikan kesenian tradisional.
7. Meningkatkan pementasan kesenian dalam rangka sosialisasi dan
menumbuhkan motivasi belajar serta penguatan kelembagaan kesenian.
27
8. Meningkatkan mutu prosen pembelajaran kesenian tradisional dalam
pendidikan formal, mulai dari muatan local di tingkat Sekolah Dasar,
Pendidikan Seni Budaya tingkat Sekolah Menengah Lanjutan dan
Perguruan Tinggi Seni yang mengakomodasi pendidikan kesenian
tradicional.
9. Penyediaan modul pembelajaran jenis-jenis kesenian tradisional serta
panduan pengelola kesenian tradisional dalam membina kesenian
tradisional di daerah.
Menurut peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan no 10 tahun 2014
tentang pedoman pelestarian tradisi menjelaskan bahwa Pelestarian Tradisi adalah
upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan suatu kebiasaan dari
kelompok masyarakat pendukung kebudayaan yang penyebaran dan pewarisannya
berlangsung secara turunternurun. Secara lebih rinci upaya pelestarian tradisi
adalah sebagai berikut :
1. Perlindungan
Pelindungan adalah upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat
menimbulkan kerusakan, kerugian, atau kepunahan kebudayaan yang berkaitan
dengan bidang tradisi berupa ide/gagasan, perilaku, dan karya budaya termasuk
harkat dan martabat serta hak budaya yang diakibatkan oleh perbuatan manusia
ataupun proses alam. Pemerintah daerah kabupaten/kota wajib melindungi tradisi
daerah yang berkembang dalam kehidupan masyarakat di wilayah kerjanya.
Pelindungan tradisi dilakukan melalui:
28
a. Mencatat, menghimpun, mengolah, dan menata sistem informasi.
Pemerintah daerah disini wajib melakukan manajemen sistem
informasi. Definisi sistem informasi manajemen menurut Jogiyanto (2000)
adalah kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang bertanggung
jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menyediakan informasi
yang berguna untuk semua tingkat manajemen didalam kegiatan
perencanaan dan pengendalian.
Pada dasarnya sistem informasi mempunyai tiga kegiatan utama
yaitu: menerima data sebagai masukan, kemudian memprosesnya dengan
melakukan perhitungan, penggabungan unsur-unsur data dan akhirnya
dapat diperoleh informasi yang diperlukan sebagai keluaran. Prinsip
tersebut berlaku baik bagi sistem informasi manual maupun sistem
informasi modern dengan penggunaan perangkat komputer.
Sistem informasi manajemen yang efektif menurut Raymond
Coleman dalam Moekijat (1991) adalah bahwa sistem tersebut dapat
memberikan data yang cermat, tepat waktu, dan yang penting artinya bagi
perencanaan, analisis, dan pengendalian manajemen untuk
mengoptimalkan pertumbuhan organisasi. George M. Scott yang
diterjemahkan oleh Budiman (2001), mengemukakan Sistem Informasi
Manajemen adalah serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan
terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi
data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara.
29
b. Registrasi sebagai hak kekayaan intelektual komunal.
Registrasi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2012) adalah
pencatatan maupun pendaftaran.
c. Mengkaji nilai tradisi dan karakter bangsa.
d. menegakan peraturan perundang-undangan.
Menurut Soerjono Soekanto (1983), penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nila-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah
mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir. untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
Penegakan hukum merupakan suatu sistem yang menyangkut penyerasian
antara nilai dengan kaidah serta prilaku nyata manusia. Kaidah-kaidah tersebut
kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku atau tindakan yang
dianggap pantas atau seharusnya. Perilaku atau sikap tindak itu bertujuan
untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian.
Menurut Moeljatno (1993) menguraikan berdasarkan dari pengertian
istilah hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku
disuatu negara yang mengadakan unsur-unsur dan aturan-aturan, yaitu:
1) Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh di lakukan dengan di
sertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang
melanggar larangan tersebut.
2) Menentukan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar larangan-
larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah
diancamkan.
30
3) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila orang yang disangkakan telah melanggar larangan
tersebut.
2. Pengembangan
Pengembangan adalah upaya dalam berkarya, yang memungkinkan
terjadinya penyempurnaan ide/gagasan, perilaku, dan karya budaya berupa
perubahan, penambahan, atau penggantian sesuai aturan dan norma yang berlaku
pada komunitas pemiliknya tanpa mengorbankan orisinalitasnya. Pernerintah
daerah kabupaten/kota wajib mengembangkan tradisi daerah yang berkembang
dalam kehidupan masyarakat di wilayah kerjanya. Pengembangan tradisi dilakukan
melalui :
a. Revitalisasi nilai tradisi.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2012) Revitalisasi adalah
proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali.Apresiasi
pada pelestari tradisi.
b. Diskusi, seminar, dan sarasehan pengembangan tradisi dan pernbinaan
karakter dan pekerti bangsa.
c. Pelatihan bagi pelaku tradisi dalam rangka penguatan nilai tradisi dan
karakter bangsa.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2012) berasal dari kata
Latih yaitu belajar dan membiasakan diri agar mampu (dapat) melakukan
sesuatu. Sedangkan pelatihan adalah proses, cara, perbuatan, kegiatan atau
pekerjaan melatih.
31
3. Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah upaya penggunaan karya budaya untuk kepentingan
pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan
itu sendiri. Pernerintah daerah kabupaten/kota wajib memanfaatkan tradisi daerah
yang berkembang dalam kehidupan masyarakat di wilayah kerjanya. Pemanfaatan
tradisi dilakukan melalui :
a. penyebarluasan informasi nilai tradisi dan karakter dan pekerti bangsa;
b. pergelaran dan pameran tradisi dalam rangka penanaman nilai tradisi dan
pembinaan karakter dan pekerti bangsa; dan
c. pengemasan bahan kajian dalam rangka penanaman nilai tradisi dan
pembinaan karakter dan pekerti bangsa.
Perlunya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya akan pentingnya
budaya/kesenian daerah (tradisional) adalah kewajiban setiap lapisan
masyarakat,dimana peran setiap meraka adalah terus berusaha untuk mewarisi
kesenian daerah (tradisional) dan menjadi kekuatan budaya / kesenian tradisional
itu untuk tetap ada. Menurut Bastomi (1990) Kesenian daerah (tradisional dapat
dilestarikan dalam dua bentuk :
1. Culture Experience
Merupakan pelestarian kesenian daerah yang dilakukan dengan cara terjun
langsung kedalam sebuah pengalaman cultural. Contohnya,jika kesenian tersebut
berbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam
menguasai tarian tersebut.
32
2. Culture Knowledge
Merupakan pelestarian kesenian daerah (tradisional) yang dilakukan
dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat
difungsionalisasi kedalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun
untuk kepentingan pengembangan kesenian daerah (tradisional) itu sendiri.
Pemerintah juga harus gencar dalam melakukan upaya pelestarian dan
promosi budaya budaya local kepada dunia internasional. Upaya pemerintah ini
akan menghadapi kendala besar jika tidak didukung sinergisitas aktif berbagai
pihak, baik para akademisi,maupun dari kalangan industri. Selain itu upaya
pelestarian dan pengembangan sebaiknya melibatkan generasi muda sebagai
penerus tradisi bangsa.
Upaya pelestarian kesenian tradisional tidak bisa bersifat top down, tapi
harus bottom up, melibatkan masyarakat secara aktif. Salah satu strateginya adalah
melibatkan komunitas-komunitas aktif yang tersebar di berbagai masyarakat.
Dalam hal ini komunitas pemuda menjadi salah satu sasaran utama.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif memiliki beberapa istilah
yang sering digunakan yaitu: penelitian naturalistik, fenomenologis, ekologis,
fenomenologis, studi kasus dan deskripstif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam
Moleong (2012) menyebutkan bahwa “ metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan
dari orang dan perilaku yang dapat diamati”. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang digunakan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subyek penelitian seperti halnya tindakan, persepsi, motivasi perilaku dan lain-
lain secara holistik dan dengan cara mendeskripsikan dengan kata-kata dan bahasa
dalam suatu konteks serta memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Menurut Sugiyono (2014) Jenis penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian
yang mendeskripsikan apa yang terjadi pada saat melakukan penelitian, dimana di
dalamnya terdapat upaya untuk mendeskripsikan, mencatat, menganalisa dan
menginterpestasikan kondisi yang sekarang terjadi di lapangan. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini serta tidak
menguji hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya secara
objektif.
34
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dalam penelitian ini
yaitu untuk mendeskripsikan, menggambarkan dan mengungkapkan suatu masalah
sebagaimana adanya sesuai dengan fakta di lapangan kemudian menyajikannnya
dalam bentuk laporan mulai dari penggambaran, penguraian dan penarikan
kesimpulan dari data yang telah diperoleh secara runtut serta memiliki nilai akurasi
yang tinggi. Sedangkan menggunakan metode penelitian kualitatif karena
pendekatan kualitatif yang tidak saja berambisi mengumpulkan data dari sisi
kuantitasnya, tetapi lebih ingin memperoleh pemahaman yang mendalam dibalik
fenomena yang direkam terkait dengan peran pemerintah daerah kabupaten
Tulungagung dalam pelestarian kesenian tradisional.
B. Fokus Penelitian
Dalam penelitian kualitatif diperlukan suatu fokus penelitian yang dijadikan
acuan agar permasalahan yang dikaji tidak mengalami pelebaran dan terpusat pada
tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Menurut Moleong (2012) penetapan fokus
dalam sebuah penelitian kualitatif dapat dijadikan alat untuk membatasi studi dan
dapat digunakan untuk memenuhi kriteria inklusi-ekslusi atau keluar masuk
informasi baru yang diperoleh di lapangan.
Menurut Sugiyono (2014) Penentuan fokus pada penelitian kualitatif
didasarkan pada kebaruan informasi yang diperoleh dari fenomena sosial. Kebaruan
fenomena sosial yang telah diperoleh dikaji secara lebih luas dan mendalam guna
menghasilkan temuan – temuan baru dari fenomena sosial yang diteliti.
35
Fokus dalam penelitian ini diambil dari peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan no 10 tahun 2014 tentang pedoman pelestarian tradisi adalah Peran
pemerintah daerah kabupaten Tulungagung dalam pelestarian kesenian tradisional.
1. Perlindungan kesenian tradisional
a. Penataan sistem informasi.
b. Menegakkan peraturan.
2. Pengembangan kesenian tradisional
a. Pelatihan kesenian tradisional.
b. Pagelaran Kesenian Tradisional
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat untuk melaksanakan penelitian secara
general, sedangkan situs penelitian adalah tempat yang dijadikan sasaran utama
untuk mendapatkan data yang valid, akurat dan benar- benar dibutuhkan dalam
penelitian. Peneliti juga diharapkan dapat menangkap keadaan yang sebenarnya
terjadi di lapangan sesuai dengan objek yang diteliti termasuk ciri-ciri lokasi,
lingkungan, serta segala kegiatan yang ada di dalamnya. Lokasi penelitian dalam
penelitian ini adalah Kabupaten Tulungagung sedangkan situs penelitian dalam
penelitian ini yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung.
Berdasarkan pada situs inilah peneliti mendapatkan data dan informasi yang
berkaitan dengan peran pemerintah daerah kabupaten Tulungagung dalam
pelestarian kesenian tradisional.
36
D. Sumber dan Jenis Data
Sumber data memiliki peran penting dalam sebuah penelitian. Maka dari itu
didalam penelitian ini, peneliti menentukan siapa saja dan data apa saja yang harus
didapatkan oleh peneliti untuk menjawab fokus dan tujuan dari penelitian yang
dilakukan. Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2012) menyebutkah
bahwa “ sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.”
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif. Oleh
karena itu, untuk mengumpulkan data primer diperlukan metode wawancara,
sehingga sumber data dalam penelitian ini disebut informan. Sementara untuk data
sekunder peneliti mendatangi situs penelitian secara langsung untuk mencari data-
data sekunder yang dianggap dapat dijadikan data pendukung dalam penelitian
yang dilakukan.
Berdasarkan pada sumber data yang telah diuraikan diatas, maka dalam
penelitian ini peneliti membagi data menjadi 2 (dua) jenis,yaitu:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh peneliti dari informan. Dari
primer merupakan data yang digunakan sebagai pendukung dalam
melakukan analisis. Adapun yang menjadi subyek data primer adalah:
a. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
b. Kepala Bidang Nilai Budaya dan Kesenian Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Tulungagung
c. Seksi Penghayat dan Tradisi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Tulungagung
37
d. Seksi Pembinaan Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Tulungagung
e. Seksi Usaha Hiburan dan Kelembagaan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Tulungagung
f. Staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung
g. Seniman
h. Masyarakat
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen,
arsip-arsip, buku-buku ilmiah, peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan fokus penelitian, dan data pendukung lainnya yang
akurat dan bersumber dari internet.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan beberapa faktor penunjang dan pendukung utama dalam
suatu penelitian. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data yang valid
sesuai dengan fokus penelitian. Maka dari itu, teknik pengumpulan data merupakan
langkah paling strategis di dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2014) Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standart data yang dibutuhkan. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini agar memperoleh data yang relevan dan valid
yaitu sebegai berikut:
38
1. Pengamatan (Observasi)
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2014) Observasi merupakan dasar dari
semua ilmu pengetahuan dimana melalui observasi para ilmuan dapat bekerja
dengan memperoleh data yang sesuai dengan fakta di lapangan. Menurut Marshall
dalam Sugiyono (2014) menyebutkan bahwa “ through observation, the researcher
learn about behavior and the meaning attached to those behavior. Maksudnya yaitu
melalui observasi, peneliti belajar tentang perilkau dan makna dari perilaku.”
Spradley dalam Sugiyono (2014) menyatakan bahwa obyek penelitian yang
diobsevasi dalam penelitian kualitatif disebut sebagai situasi sosial yang terdiri dari
tiga bagian, yaitu:
a. Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang
berlangsung.
b. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu.
c. Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial
yang sedang berlangsung.
Ada dua macam observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu:
a. Observasi partisipatif
Observasi partisipatif melibatkan peneliti dalam kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Menurut Stainback dalam Sugiyono (2014) mengatakan: “in participant
observation, the researcher observes what people do, listen to what they sa, and
participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti
mengamati apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam kegiatan
mereka.
39
Sugiyono, (2014) menyatakan bahwa observasi partisipatif yang dilakukan
adalah temasuk dalam bentuk observasi partisipasi pasif dan moderat.
Observasi partisipasi pasif berarti bahwa peneliti datang di tempat objek yang
diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Sedangkan observasi
partisipasi moderat berarti bahwa peneliti dapat menjadi orang dalam sekaligus
orang luar. Hal ini ditunjukkan dalam mengumpulkan data peneliti mengikuti
beberapa kegiatan sumber data akan tetapi tidak semuanya.
b. Observasi terus terang
Sugiyono (2014) berpendapat bahwa dalam observasi ini peneliti
mengumpulakan data dengan terus terang menyatakan kepada sumber data,
bahwa dia sedang melukan penelitian. Jadi objek penelitian mengetahui
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dari awal sampai akhir. Tetapi pada suatu
saat peneliti juga melakukan tindakan tidak terus terag atau tersamar, hal ini
untuk mndapatkan data atu informasi yang disembunyikan atau dirahasiakan.
Pada penelitian ini observasi dilakukan pada Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Tulungagung untuk mengetahui peran pemerintah daerah
kabupaten Tulungagung dalam pelestarian kesenian tradisional.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu proses memperoleh informasi untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan informan
atau narasumber. Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2014) menyatakan bahwa
“wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.”
40
Menurut Lincon dan Guba dalam Moleong (2012) maksud mengadakan
wawancara adalah untuk mengkontruksikan mengenai orang, kejadian, motivasi,
tuntutatan, kepedulian. Memproyeksikan kebulatan yang dilakukan dalam masa
lalu dan dijadikan pembelajaran untuk masa depan serta untuk memverifikasi,
mengubah dan memperluas informasi dan konstruksi yang dikembangkan oleh
peneliti. Menurut Sugiyono (2014) wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti serta apabila peneliti ingin
mengetahui hal – hal dari reponden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan
data ini mendasarkan pada self- report atau laporan diri sendiri dan pengetahuan
atau keyakinan pribadi.
Dalam penelitian ini peniliti menggunakan bentuk wawancara semi
terstruktur dan tidak terstruktur. Wawncara semi terstruktur memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan
b. Kecepatan wawancara dapat diprediksi
c. Fleksibel, tetapi terkontrol
d. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan
dan penggunaan kata
e. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.
Sedangkan wawancara tidak terstruktur memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pertanyaan sangat terbuka, jawaban lebih luas dan bervariasi
b. Kecepatan wawncara sulit diprediksi
41
c. Sangat fleksibel
d. Pedoman wawancara sangat longgar urutan pertanyaan, pengunaan
kata, alur pembicaraan
e. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.
3. Dokumentasi
Menurut Moleong (2012) didalam penelitian kualitatif dokumen sudah lama
digunakan sebagai sumber data karena dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan
untuk menguji, menfsirkan bahkan untuk meramalkan suatu fenomena. Menurut
Sugiyono (2014) Pengumpulan data melalui teknik ini dilakukan dengan cara
mencari data-data dari beberapa dokumen, penelitian terdahulu, catatan, laporan,
gambar, maupun arsip yang berhubungan dengan fokus penelitian. Metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif harus didukung oleh studi
dokumen sebagai pelengkap untuk mencari data yang valid dan akurat dalam
penelitian yang dilakukan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk
melakukan penelitian. Berdasarkan teknik pengumpulan penelitian diatas maka
instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Peneliti sendiri
Peneliti sendiri merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data,
terutama dalam proses wawancara dan analisis data. Menurut Sugiyono (2014)
menyatakan bahwa yang menjadi instrumen utama di dalam penelitian kualitatif
42
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti merupakan instrumen kunci
dalam penelitian kualitatif.
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara bertujuan agar pencarian data dapat terarah sesuai
dengan tujuan penelitian. Instrumen ini berisi daftar pertanyaan yang disusun
peneliti guna memudahkan dan mengarahkan wawancara agar sesuai dengan dalam
fokus penelitian
3. Catatan lapangan
Catatan lapangan dipergunakan untuk mencatat apa saja yang didengar,
dilihat dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data di lapangan.
4. Perangkat penunjang
Perangkat penunjang yang digunakan peneliti meliputi alat tulis atau alat
pencatat lainnya yang digunakan untuk menangkap informasi yang diperoleh baik
dari sumber primer maupun sumber sekunder berdasarkan fenomena di lapangan.
5. Alat dokumentasi
Alat dokumentasi yang digunakan bisa seperti perekam suara yang dapat
digunakan saat wawancara, kamera yang dapat digunakan untuk menggambarkan
suatu proses kegiatan yang berkenaan dengan penelitian.
G. Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian menurut Sugiyono (2014) sering hanya
ditekankan pada uji validitas dan rebilitas. Pengujian keabsahan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengujian kredibiltias. Pengembangan
validitas yang digunakan oleh peneliti adalah teknik triangulasi. Triangulasi dalam
43
menguji kredibilitas sebagi pengecekan data dari berbagai sumber, cara, dan waktu.
Sugiyono (2014) triangulasi dibagi menjadi tiga, antara lain sebagai berikut:
a. Triangulasi sumber: menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
b. Triangulasi teknik: menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
c. Triangulasi waktu: waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.
Pengambilan data harus disesusikan dengan kondisi narasumber.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi sumber, dengan arti
peneliti membandingkan informasi yang diperoleh dari satu sumber dengan sumber
lain. Menggali satu sumber yang sama dengan teknik yang berbeda dan menentukan
waktu yang berbeda (tepat).
H. Teknik Analisis Data
Data diperlukan oleh peneliti untuk menjawab fokus penelitian yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai
sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
dan dilakukan secara terus menerus sehingga data yang didapatkan jenuh. Bogdan
dalam Sugiyono (2014) menyatakan bahwa “ analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah difahami dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.”
44
Menurut Sugiyono (2014) metode analisis yang digunakan adalah metode
deskriptif yang meliputi analisis-analisis berdasarkan obyek penelitian yang telah
disusun. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak pada saat
memasuki lapangan dan setelah selesai di lapangan dalam periode tertentu.
Dalam menganalisis data penelitian, peneliti mengacu pada teori yang
dikemukakan oleh Miles,Huberman,Saldana (2014) yang mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Dalam analisis
interaktif, analisis data dilakukan dalam tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kegiatan
analisisnya dimulai dengan mengumpulkan data lapangan, mereduksi data,
menyajikan data dan akhirnya menarik kesimpulan. Adapun model analisa data
interaktif dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1. Komponen – komponen Analisis Data Model Interaktif
Sumber: Analisis Miles, Huberman, Saldana 2014
Pengumpulan
Data
Reduksi
Data
Penyajian
Data
Kesimpulan (Conclusion
Drawing/ Verification)
45
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan semakin lama jumlahnya semakin
banyak dan kompleks. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Menurut Sugiyono (2014) mereduksi data berarti merangkum,
memfokuskan pada hal-hal penting, memilih hal-hal pokok serta dicari tema dan
polanya. Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas dan mempermudah peneliti ketika mencari data yang diperlukan dan serta
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data pada tahap
selanjutnya.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data merupakan suatu langkah yang harus dilakukan setelah
mereduksi data. Pada penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Miles and Huberman dalam Sugiyono (2014) menyatakan bahwa “yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif”. Dengan mendisplay data maka akan memudahkan
peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah difahami sebelumnya.
3. Kesimpulan (Conclusion Drawing/ Verification)
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan setelah mereduksi data dan
mendisplay data yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
ditemukan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
46
Begitupula sebaliknya kesimpulan yang telah ditetapkan diawal akan menjadi
kredibel apabila didukung oleh data-data dan bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali kelapangan untuk mengumpulkan data.
Pada penelitian kualitatif, kesimpulan merupakan temuan yang baru atau
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
obyek yang sebelumnya masih remang- remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Tulungagung
1. Kondisi Fisik
Kondisi Kabupaten Tulungagung dilihat dari aspek fisik wilayah dapat
diidentifikasi atas beberapa kriteria fisik. Kriteria fisik tersebut yang akan
menentukan ciri-ciri wilayah yang ada diberbagai kawasan Kabupaten
Tulungagung. Secara geografis wilayah administratif Kabupaten Tulungagung
memiliki luas wilayah sebesar 1.055,65 Km2 yang terletak diantara 111o43’ – 112o
07’ Bujur Timur dan 7o51’ – 8o18’ Lintang Selatan. Wilayah administrasi
Kabupaten Tulungagung dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Kediri
b. Sebelah Timur : Kabupaten Blitar
c. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
d. Sebelah Barat : Kabupaten Trenggalek
Wilayah Kabupaten Tulungagung dibagi kedalam beberapa wilayah
administratif yang lebih kecil didalamnya berupa 19 kecamatan, 257 desa dan 14
kelurahan.
48
Gambar 2 : Peta Administrasi Kabupaten Tulungagung
Sumber: RPJMD Kabupaten Tulungagung 2014-2019
Luas Wilayah Kabupaten Tulungagung secara keseluruhan sebesar
105.565 Ha dengan kondisi topografi bervariasi, yang meliputi :
a. Kawasan seluas ± 35.353,72 ha atau 33,49% dari wilayah
Tulungagung berketinggian 0-100 meter diatas permukaan air laut.
b. Kawasan seluas ± 58.926,38 Ha atau 55,82% dari wilayah
Tulungagung berketinggian 100-500 meter diatas permukaan air laut.
c. Kawasan seluas ± 8.096,84 Ha atau 7,67% dari wilayah Tulungagung
berketinggian 500-1.000 meter diatas permukaan air laut.
d. Kawasan seluas ± 3.188,06 Ha atau 3,02% dari wilayah Tulungagung
berketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan air laut.
Kabupaten Tulungagung memiliki wilayah dataran rendah, sedang, dan
49
tinggi dengan konfigurasi datar, perbukitan, dan pegunungan. Dataran rendah
merupakan daerah dengan ketinggian di bawah 500 m dari permukaan laut. Daerah
ini hampir di semua wilayah Kabupaten Tulungagung, kecuali di Kecamatan
Pagerwojo dan Kecamatan Sendang yang dataran rendahnya hanya 4 desa. Dataran
sedang dengan ketinggian 500 – 700 m dari permukaan laut meliputi Kecamatan
Pagerwojo sebanyak 6 desa dan Kecamatan Sendang 5 desa. Dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 700 m dari permukaan laut terdiri dari 1 desa di Kecamatan
Pagerwojo dan 2 desa di Kecamatan Sendang.
Secara garis besar wilayah Kabupaten Tulungagung ini dapat
dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yakni :
a. Bagian Utara (Barat Daya) merupakan daerah pegunungan yang relatif
subur, yang merupakan bagian tenggara dari pegunungan Wilis;
mencakup areal seluas ± 25 %;
b. Bagian Selatan merupakan daerah pegunungan yang relatif tandus,
namun kaya akan potensi hutan dan bahan tambang, yang merupakan
bagian dari pegunungan kapur selatan Jawa Timur; mencakup areal
seluas ± 40 %;
c. Bagian Tengah merupakan dataran rendah yang subur, yang dilalui
oleh Sungai Brantas dan Kali Ngrowo (Parit Agung) beserta cabang-
cabangnya; meliputi areal seluas ± 35 %.
Secara umum luasan yang merupakan dataran rendah berada di tengah
kabupaten, sedangkan dataran tinggi dengan kondisi tanah bergelombang ataupun
bukit/pegunungan berada di sebelah barat laut dan selatan.
50
Jumlah penduduk Kabupaten Tulungagung tahun 2014 sebanyak 1.204.014
jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sejumlah 605.305 jiwa atau sebesar 50,27%
dan penduduk perempuan sejumlah 598.709 jiwa atau sebesar 49,73%. Jumlah
penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Kedungwaru dengan jumlah jiwa
100.348 jiwa atau sebesar 8,33%, sedangkan Kecamatan Tanggunggunung
merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terendah, yaitu sebesar
28.085 jiwa atau 2,33% dari total jumlah penduduk Kabupaten Tulungagung.
Tabel 2 : Distribusi Penyebaran Penduduk Per Kecamatan Tahun 2014
No Kecamatan Laki-
laki Perempuan
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Orang/Km2)
1 Besuki 21.529 21.493 43.022 524
2 Bandung 26.443 26.461 52.904 1261
3 Pakel 29.221 29.211 58.432 1620
4 Campurdarat 32.320 31.401 63.721 1611
5 Tanggunggunung 13.992 14.093 28.085 239
6 Kalidawir 41.392 40.592 81.984 838
7 Pucanglaban 14.517 14.665 29.182 352
8 Rejotangan 45.428 44.774 90.202 1357
9 Ngunut 47.073 46.160 93.233 2473
10 Sumbergempol 39.225 38.299 77.524 1974
11 Boyolangu 45.316 44.245 89.561 2330
12 Tulungagung 37.658 38.200 75.858 5550
13 Kedungwaru 50.549 49.799 100.348 3374
14 Ngantru 31.923 31.761 63.684 1720
15 Karangrejo 24.841 24.478 49.319 1388
51
16 Kauman 28.622 28.383 57.005 1849
17 Gondang 32.556 32.063 64.619 1468
18 Pagerwojo 17.183 17.070 34.253 388
19 Sendang 25.517 25.561 51.078 530
Jumlah 605.305 598.709 1.204.014
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Tulungagung
2. Kondisi Sosial dan Budaya
Kehidupan sosial budaya masyarakat Kabupaten Tulungagung sebagian
besar diwarnai oleh budaya dan bahasa Jawa. Melestarikan budaya masyarakat
yaitu Upacara tradisional seperti Siraman Pusaka Kyai Upas, Temanten Kucing,
Upacara Adat Ulur-Ulur, Upacara Adat Labuh Laut, Lingkungan Budaya seperti
makanan dan minuman khas Tulungagung dan pakaian adat Tulungagung, kesenian
seperti Jaran Kepang, Tiban, Teater Tradisional seperti ludruk, ketoprak, wayang,
teater tutur seperti kentrung, jemblung, karawitan, dan lain-lain. Peninggalan
budaya di Kabupaten Tulungagung dimana wujudnya berupa Candi Penampihan
(Asmara Bangun), Candi Miri Gambar, Candi Gayatri, Candi Dadi, Candi
Cungkup, Candi Jaho/Ngampel, Situs Mbah Bodho, Situs Rejotangan, Situs
pakuwuhan/ Padepokan Aryojeding, Situs Sumberringin, Situs Tulungrejo, Makam
Ngadirogo, Makam Mbah Wali, Makam Mbah Jayeng Kusumo, Musium Daerah,
makam Srigading, Masjid dan Makam Sunan Kuning, Makam Patih Tulungagung
R.M. Ngabei Sastrodimedjo, Makam Surontani, Makam Ngujang, dan Hutan
Wisata Kandung. Kaitannya dengan Hari Jadi Kabupaten Tulungagung, erat
hubungannya dengan Prasasti Lawadan. Pada tahun 1205 M, masyarakat Thani
Lawadan di selatan Kabupaten Tulungagung, mendapatkan penghargaan dari Raja
52
Daha terakhir, Kertajaya, atas kesetiaan mereka kepada Raja Kertajaya ketika
terjadi serangan musuh dari timur Daha. Penghargaan tersebut tercatat dalam
Prasasti Lawadan dengan candra sengkala "Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa"
yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M. Tanggal keluarnya prasasti tersebut
akhirnya dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Tulungagung sejak tahun 2003.
Berkenaan dengan hal diatas, diperlukan adanya pengamanan terhadap kawasan
atau melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, situs
purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu dengan membuat
ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan.
3. Kondisi Ekonomi
Salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk melihat hasil-hasil
pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah adalah Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). PDRB mencerminkan kinerja perekonomian suatu daerah.
Dari data PDRB dapat dilihat tingkat pertumbuhan dan struktur ekonomi suatu
wilayah. Struktur ekonomi suatu wilayah biasanya disajikan dari pertumbuhan
PDRB atas dasar harga berlaku. Sedangkan pertumbuhan ekonominya biasanya
dihitung dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan.
PDRB sebagai salah satu indikator makro ekonomi di Kabupaten
Tulungagung menunjukkan peningkatan dalam kurun beberapa tahun terakhir.
Selanjutnya besaran PDRB tersebut perlu diberi penimbang yaitu jumlah penduduk,
karena penduduk merupakan pelaku pembangunan yang menghasilkan output
(PDRB).
53
PDRB Kabupaten Tulungagung tahun 2014 mengalami kenaikan
dibandingkan tahun 2013, yaitu dari Rp.23,326 trilyun menjadi Rp.26,378 trilyun,
atau sebesar 13,08%. Sedangkan PDRB perkapita Kabupaten Tulungagung Tahun
2014 mengalami kenaikan dibandingkan Tahun 2013 yaitu dari Rp.23,109 juta
menjadi Rp.25,964 juta, atau naik 12,35%.
Tabel 3 : PDRB Perkapita Kabupaten Tulungagung
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
PDRB
ADHB
(Rp.Juta)
16.298.065 18.337.587 20.634.456 23.326.970 26.378.781
PDRB
ADHB
Perkapita
(Rp.)
16.424.252 18.361.328 20.537.703 23.109.487 25.964.032
PDRB
ADHB
Perkapita
(Rp.)
16.424.252 18.361.328 20.537.703 23.109.487 25.964.032
Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi yang terjadi di suatu
daerah, seperti pertambahan jumlah industri, pertambahan produksi sektor-sektor
ekonomi, pertambahan jumlah fasilitas infrastruktur (sekolah, jalan, rumah sakit,
dan fasilitas-fasilitas umum), pertambahan produksi kegiatan-kegiatan ekonomi
yang sudah ada dan perkembangan-perkembangan lainnya. Pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah yang diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan
mencerminkan kenaikan produksi barang dan jasa di suatu wilayah. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Tulungagung dihitung dari pertumbuhan PDRB Tulungagung
yang didasarkan atas dasar harga konstan tahun 2000. Distribusi persentase PDRB
Kabupaten Tulungagung menurut sektor selama kurun waktu lima tahun terakhir
disajikan dalam tabel berikut :
54
Tabel 3 : Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2010-2014 (%)
Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 secara umum mengalami kenaikan
dibandingkan tahun 2013. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 terjadi
kenaikan produksi barang dan jasa yang merata di semua sektor ekonomi. Hal ini
membuktikan bahwa kondisi Kabupaten Tulungagung cukup kondusif dan stabil
sehingga masyarakat umum dan dunia usaha dapat mengoptimalkan kontribusinya
dalam perekonomian.
Sektor 2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian 16,60 16,20 16,10 15,85 15,56
2 Pertambangan dan Penggalian 2,45 2,37 2,28 2,21 2,13
3 Industri Pengolahan 19,54 19,57 19,71 19,53 19,48
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,09 1,05 1,02 0,97 0,92
5 Bangunan 1,81 1,84 1,88 1,91 1,94
6
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 30,31 30,92 31,24 32,01
32,79
7 Pengangkutan dan Komunikasi 7,17 7,31 7,27 7,34 7,29
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 9,07 8,95 8,87 8,88
8,91
9 Jasa-jasa 11,97 11,79 11,63 11,29 10,98
PDRB dengan Migas 100 100 100 100 100
PDRB tanpa Migas 100 100 100 100 100
55
4. Visi Misi Kabupaten Tulungagung
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan. Berdasarkan pengertian dimaksud serta dengan
berlandasakan kepada dasar filosofis yang dianut oleh masyarakat maka ditetapkan
Visi Pemerintah Kabupaten Tulungagung pada Tahun 2014-2018 adalah :
“Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Tulungagung Melalui
Peningkatan Sumberdaya Manusia Yang Profesional Berdasarkan Iman dan
Taqwa”
Pada hakekatnya Visi ini menggambarkan Kabupaten Tulungagung dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya akan dicapai melalui peningkatan
sumberdaya manusia yang profesional yang berpegang teguh pada iman dan taqwa.
Makna dari visi tersebut dapat diartikan sebagai berikut :
a. Visi Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Tulungagung adalah
sebuah kondisi masyarakat yang ayem, tentrem, mulya lan tinoto.
b. Visi Meningkatkan Sumberdaya Manusia Yang Profesional adalah
manusia yang melaksanakan pembangunan lebih mengedepankan
kualitas kinerja, dengan etos kerja yang tinggi yang bermoral dan
beretika.
c. Visi Berdasarkan Iman dan Taqwa adalah melandaskan setiap tindakan
berdasarkan norma dan kaidah agama.
Dalam rangka mewujudkan visi maka perlu disusun misi yang merupakan
rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan
keinginan kondisi tentang masa depan. Sesuai dengan visi di atas maka dirumuskan
56
Misi Pemerintah Kabupaten Tulungagung untuk periode 2014 – 2018, sebagai
berikut:
a. Peningkatan pelayanan pendidikan yang murah dan berkualitas serta
pelestarian/pengembangan kebudayaan.
b. Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan yang murah dan berkualitas.
c. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan baik, transparan, akuntabel,
responsif dan demokratis.
d. Peningkatan pembangunan infrastruktur yang berbasis pemerataan
pembangunan dan pengembangan wilayah untuk mendorong percepatan
pembangunan sektor-sektor yang lain.
e. Pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis (UKM, pertanian,
peternakan, perikanan, dan pariwisata serta perkebunan) melalui
kegiatan kewirusahaan.
f. Pengentasan dan penanggulangan kemiskinan dengan pola terpadu.
Misi pertama, ditujukan untuk mewujudkan peningkatan pelayanan
pendidikan yang murah dan berkualitas sehingga terjangkau oleh seluruh
masyarakat terutama usia sekolah. Selain itu juga adanya usaha untuk terus
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang ada di Kabupaten
Tulungagung.
Misi kedua, ditujukan untuk mewujudkan peningkatan pelayanan di bidang
kesehatan yang murah dan berkualitas.
Misi ketiga, ditujukan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan
baik, transparan, akuntabel, responsif dan demokratis.
57
Misi keempat, ditujukan untuk peningkatan pembangunan infrastruktur
yang berbasis pemerataan pembangunan dan pengembangan wilayah untuk
mendorong percepatan pembangunan sektor-sektor yang lain.
Misi kelima, ditujukan untuk pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis
(UKM, pertanian, peternakan, perikanan, dan pariwisata serta perkebunan) melalui
kegiatan kewirausahaan.
Misi keenam, ditujukan untuk pengentasan dan penanggulangan
kemiskinan dengan pola terpadu.
B. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung terletak pada
kompleks GOR lembu peteng yang beralamat di Jl. Soekarno Hatta No 1. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata terletak di gedung bagian belakang GOR Lembu
peteng. Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini termasuk gedung yang masih
baru, kompleks GOR lembu peteng ini mulai dibangun sejak tahun 2013 sampai
sekarang masih ada tahap tahap perbaikan dan penambahan fasilitas-fasilitas.
Selain dipakai untuk sarana olahraga serta kantor dinas kebudayaan dan pariwisata
GOR lembu peteng ini juga dipakai sebagai sarana pagelaran seni yang ada di
kabupaten tulungagung.
1. Visi dan Misi
Visi dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten tulungagung adalah
“Terwujudnya Kabupaten Tulungagung Sebagai Daerah budaya dan Tujuan Wisata
yang Layak Jual”. Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, dalam
58
memberikan pelayanan publik di bidang Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai
misi:
a. Melestarikan, membina dan mengembangkan museum, kebudayaan,
peninggalan sejarah dan purbakala museum serta seni dan perfilman.
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan produk dan
sumberdaya pariwisata.
c. Mempersiapkan kader pemimpin bangsa yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki wawasan kebangsaan serta
peduli terhadap lingkungan.
d. Meningkatkan produktivitas, kewirausahaan dan kreativitas generasi
muda di Kabupaten Tulungagung.
e. Meningkatkan data, penyusunan program, pelaporan, serta evaluasi
kegiatan.
2. Tugas Pokok dan Fungsi
Pada Peraturan Bupati Tulungagung nomor 60 tahun 2016 tentang
kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja dinas kebudayaan
dan pariwisata kabupaten Tulungagung merumuskan bahwa dinas kebudayaan dan
pariwisata mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah di bidang kebudayaan dan pariwisata dan tugas
pembantuan yang diberikan kepada Kabupaten. Dinas dalam melaksanakan tugas
menyelenggarakan fungsi :
59
a. Perumusan kebijakan bidang kebudayaan, pariwisata dan ekonomi
kreatif.
b. Pelaksanaan kebijakan bidang kebudayaan, pariwisata dan ekonomi
kreatif.
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang kebudayaan, pariwisata dan
ekonomi kreatif.
d. Pelaksanaan administrasi dinas.
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
3. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas
Susunan organisasi dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten
Tulungagung disesuaikan pada Peraturan Bupati Tulungagung nomor 60 tahun
2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja dinas
kebudayaan dan pariwisata kabupaten Tulungagung yang terdiri dari:
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, membawahi :
1) Sub Bagian Perencanaan.
2) Sub Bagian Keuangan.
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Nilai Budaya dan Kesenian, membawahi :
1) Seksi Penghayat Kepercayaan dan Tradisi.
2) Seksi Pembinaan Kesenian.
3) Seksi Usaha Hiburan dan Kelembagaan.
60
d. Bidang Sejarah dan Purbakala, membawahi :
1) Seksi Registrasi Cagar Budaya, Museum dan Purbakala.
2) Seksi Pelestarian Cagar Budaya, Museum dan Purbakala.
3) Seksi Sejarah.
e. Bidang Pemasaran Pariwisata, membawahi :
1) Seksi Promosi;
2) Seksi Pelayanan dan Informasi;
3) Seksi Kerjasama.
f. Bidang Pengembangan Pariwisata, membawahi :
1) Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata.
2) Seksi Industri dan Jasa.
3) Seksi Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan.
g. Bidang Ekonomi Kreatif, membawahi :
1) Seksi Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek.
2) Seksi Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya.
3) Seksi Fasilitasi Ekonomi Kreatif.
h. Unit Pelaksana Teknis Dinas;
i. Kelompok Jabatan Fungsional.
61
Gambar 3 : Susunan Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
KE
LO
MP
OK
JA
BA
TA
N
FU
NG
SIO
NA
LS
EK
RE
TA
RIA
T
KE
PA
LA
DIN
AS
SU
B B
AG
.S
UB
BA
G.
SU
B B
AG
.
PE
RE
NC
AN
AA
N
KE
UA
NG
AN
UM
UM
DA
N
KE
PE
GA
WA
IAN
NIL
AI B
UD
AY
A D
AN
KE
SE
NIA
NS
EJA
RA
H D
AN
PU
RB
AK
ALA
PE
MA
SA
RA
N P
AR
IWIS
ATA
PE
NG
EM
BA
NG
AN
PA
RIW
ISA
TA
EK
ON
OM
I KR
EA
TIF
.
BID
AN
G B
IDA
NG
BID
AN
G B
IDA
NG
BID
AN
G
PE
NG
HA
YA
T K
EP
ER
CA
YA
AN
DA
N T
RA
DIS
I
RE
GIS
TR
AS
I CA
GA
R
BU
DA
YA
, MU
SE
UM
DA
N
PU
RB
AK
ALA
PR
OM
OS
IO
BY
EK
DA
N D
AY
A T
AR
IK
WIS
ATA
EK
ON
OM
I KR
EA
TIF
BE
RB
AS
IS
ME
DIA
, DE
SA
IN D
AN
IPTE
K
SE
KS
IS
EK
SI
SE
KS
IS
EK
SI
SE
KS
I
PE
MB
INA
AN
KE
SE
NIA
N
PE
LE
STA
RIA
N C
AG
AR
BU
DA
YA
, MU
SE
UM
DA
N
PU
RB
AK
ALA
PE
LA
YA
NA
N D
AN
INF
OR
MA
SI
IND
US
TR
I DA
N JA
SA
EK
ON
OM
I KR
EA
TIF
BE
RB
AS
IS
SE
NI B
UD
AY
A
SE
KS
IS
EK
SI
SE
KS
IS
EK
SI
SE
KS
I
SE
KS
IS
EK
SI
US
AH
A H
IBU
RA
N D
AN
KE
LE
MB
AG
AA
NS
EJA
RA
HK
ER
JAS
AM
A
PE
MB
ER
DA
YA
AN
SU
MB
ER
DA
YA
MA
NU
SIA
KE
PA
RIW
ISA
TA
AN
FA
SIL
ITA
SI E
KO
NO
MI K
RE
ATIF
U P
T D
SE
KS
IS
EK
SI
SE
KS
I
BU
PA
TI T
UL
UN
GA
GU
NG
SY
AH
RI
MU
LY
O
62
4. Kesenian yang ada di Tulungagung
a. Kentrung
Banyak di antara kita yang tidak lagi mengenal Kentrung, salah satu
kesenian yang dimainkan oleh sebuah grup dengan seperangkat alat musik
yang terdiri dari kendang, ketipung dan jidor. Kentrung adalah salah satu
kesenian bertutur, seperti layaknya wayang kulit. Hanya saja Kentrung
tidak disertai adegan wayang. Sepanjang pementasanya Kentrung hanya
diisi oleh seorang dalang yang merangkap sebagai penabuh gendang dan
ditemani oleh penyenggak yang menabuh rebana (jidor). Dulu Kentrung
banyak dipentaskan pada berbagai hajatan masyarakat seperti syukuran
kelahiran anak, khitanan, pitonan, maupun mudun lemah.
Kentrung sarat akan nilai-nilai dakwah. Materi lakon-nya pada
umumnya menceritakan tentang ketauladanan zaman Khalifah Empat, Wali
Songo dan zaman Mataram Islam. Ada juga yang terkait dengan sejarah di
Pulau Jawa yang banyak dipengaruhi oleh Hindu dan Budha. Di antara
lakon-lakonnya yang populer adalah Nabi yusuf, Syeh Subakir, Amad
Muhammad, Kiai Dullah, Amir Magang, Sabar-Subur, Marmaya
Ngentrung, Sunan Kalijaga, Ajisaka dan Babad Tanah Jawa. Selain itu
kerap juga membabarkan mengenai nilai-nilai tasawuf dengan mengupas
berbagai topik seperti Purwaning Dumadi, Keutaman, Kasampurnan Urip,
dan Sangkan Paraning Dumadi. Kentrung juga sarat dengan pesan-pesan
moral yang tercermin pada tembang-tembang Kentrung, diantaranya
Kembang-Kembangan; Kembang Terong Abang Biru Moblong-Moblong,
63
dan Sak Iki Wis Bebas Ngomong, Ojo Clemang-Clemong (bunga terong
berwarna merah biru mencorong, sekarang ini sudah bebas berbicara, tetapi
jangan celometan).
b. Reog Kendhang
Reog Tulungagung merupakan gubahan tari rakyat,
menggambarkan arak-arakan prajurit Kedhirilaya tatkala mengiringi
pengantin “Ratu Kilisuci“ ke Gunung Kelud, untuk menyaksikan dari dekat
hasil pekerjaan Jathasura, sudahkah memenuhi persyaratan pasang-girinya
atau belum. Dalam gubahan Tari Reog ini barisan prajurit yang berarak
diwakili oleh enam orang penari. Yang ingin dikisahkan dalam tarian
tersebut ialah, betapa sulit perjalanan yang harus mereka tempuh, betapa
berat beban perbekalan yang mereka bawa, sampai terbungkuk-bungkuk,
terseok-seok, menuruni lembah-lembah yang curam, menaiki gunung-
gunung, bagaimana mereka mengelilingi kawah seraya melihat melongok-
longok ke dalam, kepanikan mereka, ketika “Sang Puteri“ terjatuh masuk
kawah, disusul kemudian dengan pelemparan batu dan tanah yang
mengurug kawah tersebut, sehingga Jathasura yang terjun menolong “Sang
Puteri“ tewas terkubur dalam kawah, akhirnya kegembiraan oleh
kemenangan yang mereka capai. Semua adegan itu mereka lakukan melalui
simbol-simbol gerak tari yang ekspresif mempesona, yang banyak
menggunakan langkah-langkah kaki yang serempak dalam berbagai variasi,
gerakan-gerakan lambung badan, pundak, leher dan kepala, disertai mimik
yang serius, sedang kedua tangannya sibuk mengerjakan dhogdhog atau
64
tamtam yang mereka gendong dengan mengikatnya dengan sampur yang
menyilang melalui pundak kanan. Tangan kiri menahan dhogdhog, tangan
kanannya memukul-mukul dhogdhog tersebut membuat irama yang
dikehendaki, meningkahi gerak tari dalam tempo kadang-kadang cepat,
kadang-kadang lambat. Demikian kaya simbol-simbol yang mereka
ungkapkan lewat tari mereka yang penuh dengan ragam variasi, dalam
iringan gamelan yang monoton magis, dengan lengkingan selompretnya
yang membawakan melodi terus-menerus tanpa putus, benar-benar
memukau penonton, seakan-akan berada di bawah hipnose.
c. Tiban
Kesenian Tiban semakin jarang dimainkan. Jumlah pemain juga
semakin sedikit. Alunan berirama mangiringi puluhan pemain yang beradu
cambuk. Masing-masing telanjang dada sambil membawa cambuk lidi
pohon aren. Kelompok Tiban Suron Tani merupakan anggota Banser
Kecamatan Boyolangu, mulai dari pemain hingga pemukul gamelan.
Kelompok ini sering kali tampil di beberapa daerah. Biasanya, merekan di
undang untuk ritual agar segera turun hujan atau tolak balak (usir bencana).
Dalam kesenian Tiban dibutuhkan nyali atau keberanian. Jika canggung
lebih baik jangan, sangat berbahanya. Jika tidak mengerti strateginya, kulit
punggung bisa robek terkena ujung cambuk lidi pohon aren. Biasanya, jika
kulit terkena cambuk lidi pohon aren, sakit terasa sekali. Perihnya minta
ampun. Setelah itu sembuh dengan sendirinya. Pemain Tiban sejati akan
65
merasa gatal dan ingin bermain jika mendengar alunan music gamelan khas
Tiban. Istilahnya krejutan (bernafsu untuk bermain).
d. Jaranan Sentherewe
Jaranan merupakan salah satu bentuk kesenian Daerah, seperti
halnya Jaranan Sentherewe yang konon lahir di Kediri. Mitos Asal Mula
Jaranan Sentherewe berawal pada zaman Kerajaan Kediri diperintah
oleh Prabu Airlangga, Prabu Airlangga memiliki seorang putri yang
bernama Dewi Sangga Langit, Dewi Sangga Langgit adalah Putri yang
sangat Cantik sehingga banyak sekali para Raja yang ingin
mempersuntingnya, oleh sebab itu Prabu Airlangga mengadakan
sayembara, sayembara berasal dari keinginan putri sangga langit dimana
Putri sangga langit meminta; barang siapa yang bisa membuat kesenian
yang belum pernah ada di dunia maka dewi sangga langit siap menjadi
istrinya.
Akan tetapi sebelum para pelamar sampai di hadapan Prabu
Airlangga mereka beradu kesaktian ketika mereka bertemu ditengah jalan,
para pelamar semuanya sakti. Dan memiliki ilmu kedigjayaan yang sangat
hebat, Para pelamar tersebut diantaranya adalah Klono Sewandono dari
Wengker, Toh Bagus Utusan Singo Barong Dari Blitar, kalawraha seorang
adipati dari pesisir kidul, dan 4 prajurit yang berasal dari Blitar, mereka
bertemu dijalan dan bertengkar , dalam peperangan itu dimenangkan oleh
Klana Sewandono atau Pujangganom, Pujangganom unggul yudo melawan
Prabu Singo Ludoyo dari Blitar namun Klono swandono tidak membunuh
66
Prabu Singo Luhdoyo, Prabu Singo luhdoyo yang berubah menjadi Singa
ber cunduk bulu merak di kunci ilmunya sehingga tidak bisa berubah
menjadi Manusia dan Prabu Singo Luhdoyo dipakai irning iring temanten
Klanao Swandono dengan Dewi Sangga Langit, Iring-iringan temanten itu
berjalan melewati bawah tanah dengan diiringi oleh jaran jaran dan alat
musik yang berasal dari bambu serta besi, dalam perjalanan mengiringi
temantenya Dewi Songgo Langit dengan Pujangganom Singo Ludoyo
beranggapan bahwa dirinya sudah sampai ke Wengker padahal dia masih
sampai di Gunung Liman, Singo luhdoyo marah-marah dan mengobrak-
abrik Gunung Liman yang akirnya tempat tersebut di kenal dengan nama
Simoroto.
Setelah Dewi Sangga Langit diboyong oleh Pujangganom ke daerah
Wengker melewati Bantar Angin, di Bantar Angin Dewi Sangga Langit
berhenti sejenak melihat joget dari iring iring temanten, Dewi sangga Langit
sangat gembira dan mengubah nama tempat itu menjadi Ponorogo.
Begitulah Jaranan Sentherewe awalnya terjadi untuk
menggambarkan boyongnya dewi Songgo langit dari kediri menuju
Wengker Bantar Angin. Pada saat boyongan ke Wengker, Dewi Sangga
Langit dan Klana Sewandana dikarak oleh Singo Barong beserta Jaran
Kepang Prajurit Singo Barong dan sesampainya di Wengker bantar angin
barulah Singo Barong dan Jaran Kepang berjoget pada akirnya munculah
Kesenian Reog Ponorogo, jadi bisa disimpulkan kalau Jaranan Senthe rewe
dengan Reog pono rogo punya hubungan historis.
67
e. Tayub Langgen Beksan
Tari Langen Beksan Tayub ini terdiri dari beberapa Waranggana
(penari sekaligus penyanyi), Pramugari(piñata acara), seperangkat gamelan
lengkapbniyaga(pemusik gamelan), dan penari pria. Biasanya dimainkan
dalam acara pernikahan atau sunatan. Kadang juga pada peresmian bagunan
atau syukuran. Di Tulungagung terdapat kelompok langen beksan tayub
bernama Paguyuban Tayub Tulungagung disingkat Guyub Agung.
Paguyuban ini yang menata dan membina para penari penari tayub agar
lebih sopan dan berbudaya. Karena tidak jarang saat menari ada beberapa
orang dalam keadaan mabuk minuman keras. Bahkan sempat mengganggu
jalannya langen beksan tayub. Kostum atau pakaian yang digunakan
Waranggana yaitu kebayak buka dada dan Pramugari memakai pakaian adat
Jawa,begitu pula para Niyaga. Sedangkan pakaian penari tamu(pria)
pakaian yang bebas dan sopan.
C. Penyajian Data
Kesenian Tradisional suatu daerah adalah salah satu aspek dari kebudayaan
yang mempunyai potensi yang besar dalam pembangunan kebudayaan dan
pariwisata di suatu daerah. Keberhasilan pelestarian kesenian tradisional suatu
daerah sangat ditentukan oleh kemampuan pemerintah daerah dalam merumuskan
program dan kebijakan berkaitan dengan pelestarian kesenian tradisional yang
nantinya akan dilaksanakan oleh instansi terkait di pemerintah daerah bersama
kelompok – kelompok kesenian tradisional. Pada bagian ini akan dibahas dan
68
diuraikan hasil temuan dari lapangan mengenai peran pemerintah daerah kabupaten
Tulungagung dalam melestarian Kesenian Tradisional.
Pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung dalam menjalankan kebijakan
mengenai pelestarian kesenian tradisional tentunya tidaklah berjalan dengan mudah
sesuai dengan apa yang diharapkan, Pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung
akan mendapatkan tantangan sebagai penghambat dari tugas dan fungsinya dalam
rangka melestarikan kesenian tradisional, namun dilain pihak Pemerintah Daerah
Kabupaten Tulungagung juga mendapatkan beberapa faktor pendukung untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam rangka melestarikan kesenian tradisional.
Pelestarian kesenian tradisional menurut peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan no 10 tahun 2014 tentang pedoman pelestarian tradisi menyebutkan
bahwa pelestarian tradisi meliputi perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan.
Pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung membuat kebijakan dalam rangka
melestarikan kesenian tradisional adalah sebagai berikut :
1. Perlindungan Kesenian Tradisional di Kabupaten Tulungagung.
Perlindungan Kesenian Tradisional dilakukan dengan mencatat,
mengolah, menghimpun, dan menata sistem informasi serta menegakkan
peraturan perundang-undangan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Tulungagung pada bidang Nilai budaya dan kesenian telah menata sistem
informasi. Hasil wawancara langsung dengan Kepala Seksi Kesenian Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung :
69
“Kami memberikan suatu informasi adanya acara kesenian tradisional
melalui pamflet yang ada pada sebelah barat alun-alun serta masyarakat
dapat yang memiliki smartphone android dapat mengunduh aplikasi
Tulungagung Tourism yang ada di dalam Playstore, disitu berisi acara-
acara yang akan dilaksanakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Tulungagung Tourism juga hadir dalam bentuk website yang ber alamat
http://www.tulungagungtourism.com.” (wawancara,Tulungagung, 22
april 2017).
Hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa kabupaten
Tulungagung membuat sebuah pamflet yang berada di sebelah barat alun-alun
Kabupaten Tulungagung. Pamflet tersebut berisi acara penampilan kesenian
tradisional serta kegiatan lain yang akan dilaksanakan di Kabupaten
Tulungagung. Selain dari pamflet ini, masyarakat yang memiliki smartphone
android dapat mengunduh aplikasi Tulungagung Tourism di dalam playstore.
Tulungagung Tourism juga hadir dalam bentuk website yang ber alamat
Aplikasi tersebut berisi tentang pariwisata yang ada di Kabupaten
Tulungagung, juga berisi tentang acara-acara yang akan dilaksanakan oleh
dinas kebudayaan dan pariwisata dengan hanya menyentuh kolom jadwal
event.
Gambar 4 : Papan pamflet sebebelah barat alun-alun Kabupaten Tulungagung
70
Sumber : Dok Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Gambar 5 : Aplikasi Tulungagung Tourism
Sumber: Data Primer Penulis 2017
Gambar 6 : Website Tulungagung Turism
Sumber : Data Primer Penulis 2017
71
Perlindungan kesenian tradisional selain dilakukan dengan cara menata
sistem informasi, juga melakukan pendataan kesenian tradisional. Hasil
wawancara langsung dengan Kepala Seksi Kesenian Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata Kabupaten Tulungagung :
“... Untuk pendataan organisasi kesenian tradisional kami telah
mencatat pada buku induk organisasi. Pencatatan tersebut telah
diberikan izin dan harus memperbaharui nomor induk setiap 5 tahun
sekali. Jika tidak ada laporan dari organisasi tersebut maka kami
nyatakan organisasi tersebut sudah tidak aktif lagi.”
(wawancara,Tulungagung, 22 april 2017).
Dari hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa kesenian tradisional
yang ada di Kabupaten Tulungagung sudah terdata ke dalam buku Induk
organisasi kesenian. Wawancara tersebut juga didukung dengan data kesenian
tradisional yang sudah tercatat pada Tabel 4. Data tersebut menginformasikan
nama organisasi yang telah tercatat pada buku induk organisasi kesenian
tradisional diantaranya kesenian Jaranan, Karawitan, Reog, dan Tiban.
Organisasi kesenian yang sudah terdata telah diberikan izin dan harus
memperbaharui no induk setiap 5 tahun sekali. Jika tidak di perbaharui maka
organisasi kesenian tersebut dianggap sudah tidak aktif lagi.
Tabel 4: Perjenis Kesenian Tradisional
a. Kesenian Jaranan Senterewe
No No.
Induk Nama Organisasi Alamat
1 817 Trg.Setyo Budoyo Kel.Kepatihan Kec.Tulungagung
2 833 Mulyo Putro Joyo Jl.P.Sudirman Gg.5 RT.07 Rw.1
3 862 Putra Budoyo Ds.Karangrejo Kec.Boyolangu
4 863 Wahyu Budoyo Ds.Tulungrejo Kec.Karangrejo
5 898 Trg.Darmo Budoyo Kel.Kepatihan Kec.Tulungagung
6 910 Turonggo Wahyu budoyo Jl.Arjuno RT 04 RW 01 Dsn Sawahan
72
7 935 Putra Birawa Ds.Tapan kec.Kedungwaru
8 939 Turonggo Purwo Ds.Beji Kec.Boyolangu
9 949 Samboyo Mudo Ds.Moyoketen Kec.Boyolangu
10 968 Putra Birawa Ds.Batangsaren Kec.Kauman
11 984 Taruna Budaya Ds.Nyawangan Kec.Sendang
12 992 Bayu Turonggo Kel.Botoran Tulungagung
13 993 Turonggo Sakti Ds.Moyoketen Kec.Boyolangu
14 995 Putro Taruno Ds./ Kec.Kedungwaru
15 1043 Turonggo Saputro Mudho Ds.Ngunut Kec.Ngunut RT.02 RW.05
16 1044 Wahyu Kridho Asmoro Ds.bendosari RT.03 RW.03
17 1090 Turonggo Asmoro Mudo Ds. Kates, Kec. Kauman
18 1092 Karya Budaya Ds. Pinggirsari, Kec. Ngantru
19 1094 Sekar Budoyo Ds. Ngrendeng, Kec. Gondang
20 1127 Klono Jati Mudo Dsn. Secang RT 03 RW 01 Ds. Pojok
b. Kesenian Karawitan
No No.
Induk Nama Organisasi Alamat
1 793 Wargo Budoyo mudo Ds.Sumberejo Kulon Kec.Ngunut
2 794 Sekar Gati Budoyo Ds.Tugu Kec.Sendang
3 806 Wahyu Setyo Budoyo Ds.J.Harjo Kec.Tanggunggunung
4 807 Sekar Arum Ds.J.Harjo Kec.Tanggunggunung
5 808 Sido Asih Ds./Kec.Pucanglaban
6 811 Wiromo Lokononto Ds./ Kec.Tanggunggunung
7 816 Tri Budoyo Ds. Kalibatur Kec.Kalidawir
8 821 Asmoro Laras Ds.Notorejo Kec.Gondang
9 859 Sastro Wiromo Ds.Tg.Rejo Kec.Tanggunggunung
10 865 Somplor Budoyo Ds.Bono Kec.Boyolangu
11 873 Ngesti Pangrawit Ds.Ngujang Kec.Kedungwaru
12 884 Setyo Wiromo Ds.Sidorejo Kec.Kauman
13 892 Putra Jati Mudo Ds.Jatimulyo Kec.Kauman
14 894 Marsudi Laras Ds.Kepuh Kec.Boyolangu
15 941 Setyo Budoyo Ds.Batangsaren Kec.Kauman
16 946 Puspo Budoyo Dongdowo Sukorejo Kulon
17 956 Suko Laras Ds.Kradinan Pagerwojo
18 962 Mardi Laras Ds.Picisan Kec.Sendang
19 965 Agung Manggolo Laras Ds.Sumberagung Kec.Rejotangan
20 966 Sambung Roso Ds.Rejoagung kec.Kedungwaru
21 981 Among Roso Ds./Kec.Boyolangu
73
22 987 Sekar Rinonce Ds.Gilang Kec.Ngunut
23 989 Wahyu Agung Budoyo Dsn.Klampok Tanggunggunung
24 990 Lokamanta Dsn.Klampok Tanggunggunung
25 1000 Ngudi Wiromo Ds.Pucangan Kec.kauman
26 1003 Condong Budoyo Ds.Wonorejo Kec.Pagerwojo
27 1048 Sekar Setaman Ds.Kresikan Kec.Tanggungunung
28 1054 Mulyo Iromo Ds./Kec.Kalidawir
29 1063 Swara Saguntala Ds. Jengglungharjo, Tanggunggunung
30 1066 Wahyu Larasati Ds. Kresikan, Kec. Tanggunggunung
31 1069 Mustiko Laras Ds. Pucung Kidul, Kec. Boyolangu
32 1078 Purbo Laras Ds. Jengglungharjo, Tanggunggunung
33 1079 Wahyu Sekar Arum Ds. Kresikan, Kec. Tanggunggunung
34 1082 Krido Laras Ds. Kresikan, Kec. Tanggunggunung
35 1087 Paguyuban Kerawitan Ds. Jengglungharjo, Tanggunggunung
36 1110 Ngudi Laras Ds. Pelem Kec. Campurdarat
37 1130 Laras Arum Jln. Pahlawan III/21 Kedungwaru
38 1133 Argo Budoyo Dsn. Wonokoyo, Ds. Ngrejo
39 1142 Kumoro Laras Utomo Ds. Wonorejo, Kec. Pagerwojo
c. Kesenian Reog Kendhang
No No.
Induk Nama Organisasi Alamat
1 835 Cempaka Putih Ds.Majan / Jl.Kh.Hasan Mimbar
2 926 Ki Dandang Sentiko Jl.Mayjend Sungkono I/75B RT.02
RW.01
3 945 Eko Budoyo Ds.Nglurup Kec.Sendang
4 970 Songgo Budoyo Ds.Picisan Kec.Sendang
5 1012 Kusumaningati Ds.Sidorejo Kauman
d. Kesenian Tayub
No No.
Induk Nama Organisasi Alamat
1 847 Mini Dsn.Ploso Ds.Ngrance Kec.Pakel
2 954 Pesswaragung Ds.Plandaan Kec.Kedungwaru
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
74
Disini dapat terlihat beberapa kesenian tradisional yang telah tercatat
pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Disini terliha ada 20 organisasi
jaranan shenterewe, ada 39 organisasi kesenian karawitan, 5 organisasi
kesenian reog kendhang dan 2 organisasi kesenian tayub. Data yang lebih
lengkap dapat dilahat pada Lampiran 1 mengenai buku induk organisasi
kesenian.
Menegakan peraturan perundang-undangan dalam perlindungan
kesenian tradisional juga tidak kalah pentingnya. Pemerintah Kabupaten
Tulungagung memiliki peraturan yang dikutip melalui hasil wawancara
langsung dengan Kepala Seksi Kesenian Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata
Kabupaten Tulungagung :
“ kami memiliki peraturan bahwa kesenian tradisional yang ada di
Tulungagung harus ditampilkan pada pembukaan disetiap acara yang
dilaksanakan daerah, disini berguna juga memperkenalkan kesenian
tradisional di Kabupaten Tulungagung.” (wawancara,Tulungagung, 22
april 2017).
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kesenian
tradisional harus di tampilkan pada pembukaan acara-acara yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Kabupaten Tulungagung sampai saat
ini belum memiliki peraturan daerah atau peraturan bupati yang tertulis
dikhususkan kepada kesenian tradisional. Pemerintah daerah masih
berpedoman kepada peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan no 10 tahun
2014 tentang pedoman pelestarian tradisi untuk melestarikan kesenian
tradisional.
75
2. Pengembangan Kesenian Tradisional di Kabupaten Tulungagung.
Pengembangan kesenian tradisional di Kabupaten Tulungagung
dilakukan dengan bentuk workshop. Dapat diketahui dari hasil wawancara
langsung dengan Kepala Seksi Kesenian Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata
Kabupaten Tulungagung :
“kami melakukan pembinaan dengan melakukan workshop. Kami
melakukan workshop pada tahun 2016 sebanyak 2 kali yaitu workshop
seni karawitan dan workshop seni tari. Workshop ini diikuti oleh guru-
guru seni se-Kabupaten Tulungagung dan diisi oleh tim ahli dari
provinsi. Workshop ini juga merupakan embrio dari festival karawitan
pelajar. Pelatihan secara rutin dilakukan oleh sanggar seni masing-
masing.” (wawancara,Tulungagung, 22 april 2017).
Tabel 5 : Kebijakan Workshop
Kebijakan Lokasi APBD Rp. .000
Workshop seni budaya daerah Kabupaten Tulungagung 100.000
Sumber : RKPD 2016 Bidang Kebudayaan
Hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa pemerintah
Kabupaten Tulungagung melakukan pelatihan kesenian tradisional dengan
melakukan workshop. Wawancara tersebut juga di dukung oleh kebijakan
pemerintah berupa workshop kesenian daerah pada RKPD tahun 2016.
Workshop tersebut memanfaatkan guru-guru seni SD,SMP,SMA guna
mengembangkan kesenian tradisional yang ada di tulungagung khususnya
kesenian karawitan serta tari. Workshop ini diisi oleh tim ahli dari Propinsi
Jawa Timur. Pelatihan yang dilakukan selain dari workshop juga dari
oraganisasi seni masing-masing. Latihan rutin oleh pemerintah daerah
diserahkan pada sanggar masing-masing.
76
Pengembangan juga dilaksanakan dengan melakukan pertunjukan dan
festival kesenian tradisional di Kabupaten Tulungagung. Tabel di bawah ini
menunjukkan beberapa kebijakan mengenai kesenian tradisional.
Tabel 6 : Kebijakan pemanfaatan kesenian tradisional tahun 2016
No Kebijakan Indikator Kinerja APBD
(Rp. .000)
1
Festival Kesenian
Tradisional
Tulungagung
Terlaksananya festival kesenian
tradisional se-Tulungagung
150.000 Menambah wawasan bagi para seniman
untuk lebih berkreatif dalam ajang
kompetisi yang akhirnya bisa menam
bah pengetahuan dan lebih profesional
2 Pelestarian Nilai
Budaya Daerah
Festival karya tari dan festival lagu
daerah
150.000
Terwujudnya pelestarian seni budaya
daerah yang ada di Tulungagung melalui
festival di tingkat Provinsi sekaligus
Meningkatkan keprofesioalisme para
seniman
3
Festival Kesenian
Kawasan Selatan
(FKKS) Jawa
Timur
Kesenian daerah sebagai aset wisata
budaya dapat terus dilestarikan sekaligus
mengenalkan kesenian tradisional di
tingkat regional
150.000 Terwujudnya pelestarian kesenian tradisi
jalur lintas selatan dan meningkatkan
kwalitas /profesi para seniman
meningkatkan keprofesioalisme para
seniman
4
Pergelaran
Wayang Kulit
Jum'at Legi
Terlaksananya pergelaran wayang kulit
Jum'at Legi
350.000
Dengan pergelaran wayang kulit Jum'at
Legi seniman dalang lokal semakin
bertambah wawasannya serta lebih
dikenal dan lebih profesional dan sekitar
lokasi pergelaran dapat meningkatkan
ekonomi kerakyatan dengan banyaknya
PK5 yang berjualan
77
5 Ekshebisi Seni di
TMII Jakarta
Terlaksananya pergelaran seni budaya
daerah di TMII
250.000
Dengan pergelaran seni budaya di TMII
sebagai kekayaan kasanah budaya kita
dapat melestarikan dan mempromosikan
ragam budaya yang ada di Tulungagung
sekaligus dapat meningkatkan
keprofesionalisme para seniman
seniwati yang ada di Tulungagung
6
Gelar Seni
Budaya Daerah
(GSB) di
Surabaya
Pergelaran seni budaya, Pameran produk
unggulan, Pameran kuliner Dapat
meningkatkan omset dan penggemar
bagi para peserta pameran maupun karya
budayanya karena selain promosi juga
pelestarian dalam pengelolaan kekayaan
budaya
250.000
7
Fasilitasi
Penyelenggaraan
Karya Seni
Budaya
Festival Dalang, Pawai Budaya,
Pergelaran Seni yang hampir punah,
Festival Ngamen 250.000
Kita dapat menghasilkan dalang-dalang
remaja yang handal serta dapat
melestarikan karya budaya yang
Sumber : RKPD 2015-2016
Terlihat dari data pada Tabel 6 Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata
memiliki kebijakan berupa pagelaran, pertunjukan dan festival seni
tradisional yang di miliki kabupaten Tulungagung bekerjasama dengan
organisasi seni dan pelajar yang tersebar di Kabupaten Tulungagung sebagai
pengisi acara tersebut. Seperti dikutip dari hasil wawancara Kepala Bidang
Kebudayaan dan Kesenian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Tulungagung :
“Penampilan-penampilan kesenian tradisional dilakukan secara
rutin setiap tahunnya, kami bekerja sama degan organisasi-
organisasi seni dan pelajar yang ada di Kabupaten Tulungagung.
Selain untuk melestarikan kesenian tradisional, acara ini juga
diharapkan dapan menambah kreatifitas para seniman.”
(wawancara, 22 Desember 2016)
78
Tabel 7 : Kegiatan Kesenian Tradisional tahun 2016
No Kegiatan Uraian
1. Gelar seni Budaya di
TMII bulan April 2016
Menampilkan theater kolaborasi kesenian yang
ada di Tulungagung berupa Tiban, Reog, jaranan
dan ketoprak yang dilatih oleh Bimo Wijayanto
dari sanggar seni purnama aji
2 Pelestarian kesenian
Tradisional bulan Juni
2016
Menampilkan Uyon-uyon oleh organisasi seni
karawitan sido laras.
3 Festival Langen Beksan
bulan Oktober 2016
Menampilkan tayub yang diikuti oleh 19
kecamatan, setiap kecamatan memiliki grup yang
berisi 3 orang.
4 Gelar seni budaya di
taman budaya Surabaya
bulan Oktober 2016
Mengenalkan seni budaya yang ada di tulungagung
yaitu berupa pameran produk unggulan, kerajinan
dan pertunjukan kesenian. Pada acara ini
Tulungagung mengusung reog kendhang dan
jaranan.
5 Festival Jaranan Pelajar
bulan November
Diikuti oleh Pelajar se-Kabupaten Tulungagung.
Selain untuk pengenalan karawitan terhadap
pelajar, juga untuk memeriahkan hari jadi
Kabupaten Tulungagung yang ke 71.
6 Festival Karawitan
Pelajar bulan November
2016
Kegiatan dilaksanakan di Taman Budaya, Jln. R.A
Kartini, utara Aloon–aloon Tulungagung, diikuti
1.584 paserta yang tergabung dalam 19 grup
karawitan SD, 30 grup karawitan SMP dan 17 grup
karawitan SMA se-Kabupaten Tulungagung.
7 Festival Kesenian
Kawasan Selatan
(FKKS) di Banyuwangi
bulan November 2016
FKKS dilaksanakan di Taman Blambangan
Banyuwangi. Peserta adalah kab/kota yang
memiliki pantai Selatan yaitu Banyuwangi,
Tulungagung, Blitar, Malang, Jember, Lumajang,
Trenggalek, dan Pacitan. Pada acara ini
Tulungagung menampilkan tradisi Ulur-ulur
8 Wayang Kulit Jumat
Legi
Menampilkan Wayang kulit, pemain dari Sanggar
bhakti pramuka
9 Parade Reog Kendhang
Agustus 2016
Parade reog kendhang ini dilaksanakan di Istana
Negara pada saat acara penurunan bendera.
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung.
79
Dari tabel 7 dapat di simpulkan bahwa pada tahun 2016 ada 9 kali
pagelaran kesenian tradisional yang telah terlaksana. Selain sebagai sarana
hiburan acara ini dapat menjadi pengenalan kesenian tradisional yang ada
di Kabupaten Tulungagung bagi masyarakat di dalam daerah maupun di luar
daerah. Acara ini juga dapat membuat Kabupaten Tulungagung semakin
menarik untuk dikunjungi wisatawan di dalam negara maupun turis-turis
asing. Selain acara pagelaran tersebut pada organisasi kesenian juga sering
pentas di acara-acara seperti pernikahan, hajatan, dan sebagainya. Seperti
dikutip dari wawancara bapak Suwanto selaku pendiri sanggar seni jaranan
sentherewe Turonggo Darmo Budoyo.
“Sering sekali sanggar ini diminta untuk tampil di acara-acara
hajatan warga. Biasanya di acara nikahan, tujuh belas agustusan,
malam takbiran, hari raya qurban seperti itu.” (wawancara, 22 Juni
2017)
Dapat dikatakan bahwa sanggar seni sendiri memiliki agenda atau acara
tersendiri selain dari pemerintah daerah.
D. Pembahasan
Peran pemerintah daerah sangat diperlukan dalam melestarikan
kebudayaan. Kebudayaan itu sendiri sudah tercantum di dalam undang-undang
nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, disitu tertulis bahwa
kebudayaan termasuh urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintah
daerah. Salah satu bentuk dari kebudayaan adalah kesenian tradisional. Kesenian
tradisional ini juga termasuk urusan wajib bagi pemerintah daerah, dimana kesenian
80
ini perlu dilestarikan oleh pemerintah daerah. Pelestarian itu sendiri menurut muis
(2009) adalah suatu usaha atau kegiatan untuk merawat, melindungi dan
mengembangkan objek pelestarian yang dimiliki guna untuk dilestarikan. Menurut
peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan no 10 tahun 2014 tentang pedoman
pelestarian tradisi menjelaskan bahwa Pelestarian Tradisi adalah upaya
pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan suatu kebiasaan dari kelompok
masyarakat pendukung kebudayaan yang penyebaran dan pewarisannya
berlangsung secara turun-temurun.
1. Perlindungan Kesenian Tradisional
Pelindungan adalah upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat
menimbulkan kerusakan, kerugian, atau kepunahan kebudayaan yang berkaitan
dengan bidang tradisi berupa ide/gagasan, perilaku, dan karya budaya termasuk
harkat dan martabat serta hak budaya yang diakibatkan oleh perbuatan manusia
ataupun proses alam. Pemerintah daerah kabupaten/kota wajib melindungi tradisi
daerah yang berkembang dalam kehidupan masyarakat di wilayah kerjanya.
Pelindungan tradisi dilakukan melalui:
a. Mencatat, menghimpun, mengolah, dan menata sistem informasi.
Pemerintah daerah disini wajib melakukan manajemen sistem informasi.
Definisi sistem informasi manajemen menurut Jogiyanto (2000) adalah
kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang bertanggung jawab
mengumpulkan dan mengolah data untuk menyediakan informasi yang berguna
untuk semua tingkat manajemen didalam kegiatan perencanaan dan
pengendalian.
81
Pada dasarnya sistem informasi mempunyai tiga kegiatan utama yaitu:
menerima data sebagai masukan, kemudian memprosesnya dengan melakukan
perhitungan, penggabungan unsur-unsur data dan akhirnya dapat diperoleh
informasi yang diperlukan sebagai keluaran. Prinsip tersebut berlaku baik bagi
sistem informasi manual maupun sistem informasi modern dengan penggunaan
perangkat komputer.
Sistem informasi manajemen yang efektif menurut Raymond Coleman
dalam Moekijat (1991) adalah bahwa sistem tersebut dapat memberikan data
yang cermat, tepat waktu, dan yang penting artinya bagi perencanaan, analisis,
dan pengendalian manajemen untuk mengoptimalkan pertumbuhan organisasi.
George M. Scott yang diterjemahkan oleh Budiman (2001), mengemukakan
Sistem Informasi Manajemen adalah serangkaian sub-sistem informasi yang
menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu
mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara.
Pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung melakukan manajemen sistem
Informasi dengan memberikan informasi ke pada publik berupa papan pamflet
yang ada di barat alun-alun Kabupaten Tulungagung. Untuk masyarakat yang
memiliki smartphone android dapat mengunduh aplikasi Tulungagung Tourism
di dalam Playstore dan untuk masyarakat yang memiliki HP yang masih berbasis
website dapat membuka Tulungagung Turism yang ber alamat
http://www.tulungagungtourism.com/. Disini dapat terlihat bahwa Pemerintah
Kabupaten Tulungagung telah memanfaatkan teknologi terbaru guna menambah
Informasi Kepada masyarakat. Tetapi sayangnya aplikasi dan website yang
82
dimiliki oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kurang begitu update. Pada
aplikasi ini juga masih belum ada informasi mengenai kesenian tradisional yang
dimiliki oleh Kabupaten Tulungagung. Padahal Kabupaten sendiri sudah
memiliki catatan kesenian tradisional dan sejarah-sejarah kesenian tradisional.
b. Registrasi sebagai hak kekayaan intelektual komunal.
Registrasi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2012) adalah pencatatan
maupun pendaftaran. Pemerintah derah Kabupaten Tulungagung Telah mencatat
organisasi kesenian tradisional didukung dengan data pada buku induk kesenian
tradisional pada Tabel 4. Data tersebut menginformasikan nama organisasi yang
telah tercatat pada buku induk organisasi kesenian tradisional diantaranya
kesenian Jaranan, Karawitan, Reog, dan Tayub.
c. menegakan peraturan perundang-undangan.
Menurut Soerjono Soekanto (1983), penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nila-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah mantap
dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir. untuk menciptakan,
memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum
merupakan suatu sistem yang menyangkut penyerasian antara nilai dengan kaidah
serta prilaku nyata manusia. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman
atau patokan bagi perilaku atau tindakan yang dianggap pantas atau seharusnya.
Perilaku atau sikap tindak itu bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan
mempertahankan kedamaian.
83
Menurut Moeljatno (1993) menguraikan berdasarkan dari pengertian istilah
hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara
yang mengadakan unsur-unsur dan aturan-aturan, yaitu:
1) Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh di lakukan dengan di
sertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang
melanggar larangan tersebut.
2) Menentukan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar larangan-
larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah
diancamkan.
3) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila orang yang disangkakan telah melanggar larangan
tersebut.
Pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung belum memiliki peraturan daerah
maupun peraturan bupati mengenai kesenian tradisional. Tanpa peraturan kesenian
tradisional ini berjalan tanpa aturan, larangan dan cara kesenian tradisional ini
berjalan. Dimana Kabupaten Tulungagung pada pelestarian kesenian tradisional ini
masih berpedoman kepada peraturan menteri no 10 tahun 2014 tentang pedoman
pelestarian tradisi yang cangkupannya masih begitu luas. Dapat dikatahan
pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung belum sepenuhnya memperhatikan
kesenian tradisional.
2. Pengembangan
Pengembangan adalah upaya dalam berkarya, yang memungkinkan
terjadinya penyempurnaan ide/gagasan, perilaku, dan karya budaya berupa
perubahan, penambahan, atau penggantian sesuai aturan dan norma yang berlaku
84
pada komunitas pemiliknya tanpa mengorbankan orisinalitasnya. Pernerintah
daerah kabupaten/kota wajib mengembangkan tradisi daerah yang berkembang
dalam kehidupan masyarakat di wilayah kerjanya. Pengembangan tradisi dilakukan
melalui :
a. Pelatihan bagi pelaku tradisi dalam rangka penguatan nilai tradisi dan
karakter bangsa.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2012) Pelatihan adalah proses,
cara, perbuatan, kegiatan atau pekerjaan melatih. Pemerintah daerah Kabupaten
Tulungagung melakukan pelatihan dengan melakukan workshop sebanyak 2 kali
yaitu workshop seni dan karawitan. Mengundang guru-guru seni SD, SMP, dan
SMA se-Kabupaten Tulungagung untuk melatih para pelajar se-Kabupaten
Tulungagung. Workshop ini adalah cikal bakal dari acara pagelaran karawitan.
Fungsi dari pelatihan ini adalah memperkenalkan kesenian karawitan yang ada
di Kabupaten Tulungagung agar para pelajar tahu bagaimana kesenian karawitan
ini berjalan dengan semestinya.
b. pergelaran dan pameran tradisi dalam rangka penanaman nilai tradisi dan
pembinaan karakter dan pekerti bangsa
Kabupaten Tulungagung telah memiliki kebijakan atau program yang
memanfaatkan kesenian tradisional agar lebih eksis lagi. Disini pemerintah
Kabupaten Tulungagung memiliki 7 kebijakan yang ada pada tahun 2016,
dengan melaksanakan pagelaran kesenian tradisional sebanyak 9 kali pada
periode 2016. Pagelaran ini dilakukan oleh Kabupaten Tulungagung guna
meningkatkan daya tarik wisatawan baik di daerah sendiri maupun luar daerah.
85
Dari pagelaran ini Kabupaten Tulungagung juga dapat memperkenalkan
kesenian-kesenian daerah yang ada di Kabupaten Tulungagung dengan
mengikuti acara-acara yang ada di luar daerah.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada Bab IV yang menyajikan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai peran pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung dalam
Pelestarian kesenian tradisional, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung dalam Pelestarian
Kesenian Tradisional
a. Perlindungan Kesenian Tradisional
1. Penataan Sistem Informasi
Peran Pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung dalam menata
sistem informasi mengenai kesenian tradisional sudah baik dengan
memanfaatkan pamflet, aplikasi, dan Website Tulungagung Turism
sebagai sarana informasi kesenian tradisional. Hal lain yang dilakukan
adalah mencatat organisasi kesenian tradisional yang ada di seluruh
Kabupaten Tulungagung.
2. Menegakkan Peraturan
Peran pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung dalam menegakkan
peraturan disini kesenian tradisional harus di tampilkan pada pembukaan
acara-acara yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Sampai saat ini
masih memakai peraturan menteri. Pemerintah daerah Kabupaten
87
Tulungagung sendiri sampai saat ini belum memiliki perda khusus yang
tertulis mengatur tentang kesenian tradisional.
b. Pengembangan Kesenian Tradisional
1. Pelatihan Kesenian tradisional
Peran pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung di dalam pelatihan
dengan cara melakukan workshop terhadap guru seni se-Tulungagung.
Pelatihan juga diserahkan kepada organisasi-organisasi kesenian sendiri.
2. Pagelaran Kesenian Tradisional
Memberikan bantuan alat-alat kesenian tradisional bagi organisasi
seni yang mengajukan permohonan bantuan. Pemerintah daerah
Kabupaten Tulungagung melakukan kegiatan rutin setiap tahunnya yang
berupa pagelaran, pertunjukan dan festival seni tradisional. Kegiatan ini
berguna sebagai sarana promosi dan pengenalan kesenian tradisional.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka
terdapat beberapa saran yang direkomendasikan untuk pemerintah daerah
Kabupaten Tulungagung serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Saran yang
dimaksudkan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Berdasarkan proses pelestarian kesenian tradisional. Pemerintah daerah
Kabupaten Tulungagung sangat memerlukan peraturan daerah atau peraturan
bupati yang mengkhususkan untuk kesenian tradisional. Seperti yang telah
dibahas, tanpa adanya peraturan kesenian tradisional tidak memiliki aturan
dan larangan.
88
2. Sebaiknya Kabupaten Tulungagung mematenkan kesenian tradisional yang
khas dari Kabupaten Tulungagung supaya kesenian tradisional disini tidak di
klaim oleh negara lain atau diambil oleh daerah lain. Seperti halnya reog
kendhang yang sekarang sudah menjadi khas milik Kabupaten Tulungagung.
3. Dalam urusan sistem informasi pemerintah daerah khususnya dinas
kebudayaan dan pariwisata lebih memaparkan kesenian daerah/tradisional
sebagai daya tarik Kabupaten Tulungagung. Aplikasi dan website
Tulungagung Tourism sampai saat ini hanya memperlihatkan wisata alam,
wisata kuliner, wisata buatan, dan wisata alam belum ada wisata budaya pada
kesenian tradisional. Sebaiknya ditambahkan mengenai wisata budaya pada
kesenian tradisional juga memberikan informasi lebih update lagi.
xii
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Irwan. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Jogjakarta:
Pustaka pelajar.
Bastomi Suwaji. 1990. Wawasan Seni. Semarang: Ikip Semarang Press.
Budiman. 2001. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Daulay Zainul. 2011. Pengetahuan Tradisional konsep,dasar hukum dan
praktiknya. Jakarta: PT RajaGrafindo persada.
Jogiyanto, dkk. 2000. Pengertian Sistem Informasi. Jakarta:PT. Elek Media
Komputindo
Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. 2012. Yogyakarta: INSISTPress.
Limbeng Julianus. 2009. Pemberdayaan Kesenian Tradisional Dalam Rangka
Pelestarian Kebudayaan. Medan
Mattulada. 1988. Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: Djambatan.
Moekijat. 1991. Pengantar sistem informasi manajemen. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Moeljatno. 1993. Asas-asas Hukum Pidana. Surabaya: Putra Harsa.
Moleong, Lexy. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Muis Asdar RMS. 2009. Bukan Hanya Fisik Kita Bangun Peradaban.
Jogjakarta:Citra Puc staka.
Pasolong, Harbani. 2011. Teori Administrasi Publik. Bandung: CV Alfabeta.
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Dan Menteri Kebudayaan Dan
Pariwisata Nomor : 42 Tahun 2009 / Nomor : 40 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Pelestarian Kebudayaan
Peraturan Bupati Tulungagung Nomor 60 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Kebudayaan
Dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung
Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Pajak
Daerah
xiii
Soerjono Soekanto. 1983. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum.Jakarta: UI Press.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.
Syafri, Wirman H.. 2012. Studi tentang Administrasi Publik. Jakarta: Erlangga
Undang - Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Wibowo, dkk. 2004. Kebijakan Publik Dan Kebudayaan. Jogjakarta: YPAPI.
www.tulungagung.go.id (diakses pada tanggal 07 Januari 2017)
www.tulungagungtourism.com (diakses pada tanggal 23 april 2017)