PERAN LINGKUNGAN MASYARAKAT DALAM …
Transcript of PERAN LINGKUNGAN MASYARAKAT DALAM …
PERAN LINGKUNGAN MASYARAKAT DALAM
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA 8 – 9 TAHUN
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Nama : Karmilla Meylyarni
NIM : 2014820180
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Skripsi Agustus 2018
Karmilla Meylyarni (2014820180)
Peran Lingkungan Masyarakat dalam Perkembangan Bahasa Anak
Usia 8 – 9 Tahun
xv + 87 halaman,, 22 tabel, 5 gambar, 1 bagan, 12 lampiran
ABSTRAK
Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh adanya perkembangan bahasa
anak yang terus berkembang seiring bertambahnya usia anak, sehingga
penulis tergerak untuk meneliti peran lingkungan masyarakat dalam hal
tersebut sambil memberikan pengarahan dengan bersosialisasi tentang
hal yang diteliti. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran lingkungan
masyarakat dalam perkembangan bahasa anak. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data
yang ada dilapangan. Serta hasilnya digabungan untuk membuat suatu
kesimpulan. Hal ini terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti
pada lingkungan masyarakat dan anak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa masyarakat ikut berperan serta dalam perkembangan
bahasa anak. Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat kepada
pihak-pihak terkait yang dapat memanfaatkan seperti masyarakat, orang
tua, anak, serta peneliti selanjutnya.
Kata kunci: Lingkungan masyarakat, perkembangan bahasa, bahasa
anak, peran masyarakat.
Daftar Pustaka 18 (2007 – 2017)
ii
iii
iv
v
vi
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untu keluargaku, terutama mamaku
tercinta.
Tak lupa juga teman-teman seperjuangan yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
viii
MOTTO
“ ... laki – laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki – laki dan perempuan yang
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyedikan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar.”
(Q.S Al-Ahzab: 35)
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segalan puji bagi Allah, penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita
semua. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kepada ummatnya
yang selalu melaksanakan ajarannya.
Skripsi ini sengaja penulis ajukan sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam Penulisan skripsi
ini tentu masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis
ingin menyampaikan permohonan kritik dan saran dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat
terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Iswan, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan
kepada saya mengikuti studi di fakultas ini.
2. Bapak Azmi Al Bahij, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Jakarta yang telah memberikan dorongan dan arahan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tempat waktu.
3. Bapak Dr. Dirgantara Wicaksono, M.Pd., pembimbing skripsi yang
telah memberikan arahan dan membimbing saya dalam penyusunan
skripsi ini
4. Bapak H. Jarim, ketua RW 06 yang telah mengijinkan dan
memberikan bantuan dalam skripsi ini.
x
5. Keluarga saya, terutama mama tercinta yang telah memberikan
semangat baik moril maupun materil dalam melanjutkan studi di
univeristas ini serta penyelesaian studi dengan tepat waktu.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang
telah memberikan bantuan dan dukungan serta semangat kepada
penulis dalam rangka penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala ketulusan hati yang bersih dan ikhlas,
penulis berdoa semoga segala amal baik yang telah mereka berikan
mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Jakarta, Agustus 2018
Penulis
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii
PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv
FAKTAR INTEGRITAS ......................................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ........................ vi
PERSEMBAHAN .................................................................................. vii
MOTTO ................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................ ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
DAFTAR BAGAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Fokus Masalah ......................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .............................................................................. 9
B. Kerangka Berpikir ..................................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 18
B. Metode Penelitian ..................................................................... 20
C. Desain Penelitian ..................................................................... 22
D. Subjek Penelitian ..................................................................... 25
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 25
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
xii
A. Deskripsi Data .......................................................................... 38
B. Hasil Analisis Data ................................................................... 39
C. Interprestasi Hasil Penelitian .................................................... 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 84
B. Saran ........................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 86
LAMPIRAN - LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan ................................................................. 19
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Masyarakat dan Anak ....... 28
Tabel 4.1 Data-data Orang Tua yang di Wawancara ......................... 42
Tabel 4.2 Wawancara Orang Tua (Pertanyaan 1) ............................. 43
Tabel 4.3 Wawancara Orang Tua (Pertanyaan 2) ............................. 45
Tabel 4.4 Wawancara Orang Tua (Pertanyaan 3) ............................. 46
Tabel 4.5 Wawancara Orang Tua (Pertanyaan 4) ............................. 48
Tabel 4.6 Wawancara Orang Tua (Pertanyaan 5) ............................. 50
Tabel 4.7 Wawancara Orang Tua (Pertanyaan 6) ............................. 52
Tabel 4.8 Wawancara Orang Tua (Pertanyaan 7) ............................. 55
Tabel 4.9 Wawancara Orang Tua (Pertanyaan 8) ............................. 57
Tabel 4.10 Wawancara Orang Tua (Pertanyaan 9) ............................. 59
Tabel 4.11 Wawancara Orang Tua (Pertanyaan 10) ........................... 63
Tabel 4.12 Data Anak yang di Wawancara .......................................... 65
Tabel 4.13 Wawancara Anak (Pertanyaan 1) ...................................... 66
Tabel 4.14 Wawancara Anak (Pertanyaan 2) ...................................... 67
Tabel 4.15 Wawancara Anak (Pertanyaan 3) ...................................... 69
Tabel 4.16 Wawancara Anak (Pertanyaan 4) ...................................... 70
Tabel 4.17 Wawancara Anak (Pertanyaan 5) ...................................... 71
Tabel 4.18 Wawancara Anak (Pertanyaan 6) ...................................... 73
Tabel 4.19 Wawancara Anak (Pertanyaan 7) ...................................... 74
Tabel 4.20 Wawancara Anak (Pertanyaan 8) ...................................... 75
Tabel 4.21 Wawancara Anak (Pertanyaan 9) ...................................... 76
Tabel 4.22 Wawancara Anak (Pertanyaan 10) .................................... 78
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Sketsa Analisi Data Fenomenologi .................................. 24
Gambar 3.2 Komponen Analisis Data .................................................. 33
Gambar 3.3 Teknik Pengumpulan Data Triangulasi ............................ 35
Gambar 3.4 Triangulasi Sumber Pengumpulan Data .......................... 36
Gambar 3.5 Waktu Pengumpulan Data Triangulasi ............................. 37
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Sketsa Kerangka Berpikir ................................................... 17
xvi
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 2 Berita Acara Seminar Proposal
Lampiran 3 Surat Pembimbing Skripsi
Lampiran 4 Surat Pernyataan Expert Judgement
Lampiran 5 Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 6 Kartu Menyaksikan Ujian Skripsi
Lampiran 7 Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 8 Kartu Bimbingan Pasca Sidang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan pertumbuhan perkembangan anak, bahasa
termasuk salah satu perkembangan yang terjadi pada anak dalam
masa pertumbuhan. Perkembangan bahasa pada anak terjadi melalui
beberapa faktor lingkungan, seperti lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah ataupun lingkungan masyarakat. Lingkungan adalah semua
benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan aktifitasnya,
yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan
mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan hidup dan
jasad renik lainnya (Danusaputra dalam Sarinah, 2016: 119)
Lingkungan keluarga merupakan aspek yang pertama dan utama
dalam mempengaruhi perkembangan anak. Anak lebih banyak
menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, sehingga keluarga
mempunyai peran yang banyak dalam membentuk perilaku,
kepribadian dan bahasa pada anak, serta memberi contoh nyata
kepada anak. Karena di dalam keluarga, anggota keluarga bertindak
seadanya tanpa dibuat-buat. Dari keluarga inilah baik dan buruknya
perilaku, kepribadian dan bahasa anak terbentuk. Walaupun adapula
faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan tersebut.
Selain faktor lingkungan keluarga adapula lingkungan sekolah
yang juga berpengaruh dalam perkembangan anak. Sekolah
2
mempunyai peranan dalam mengembangkan potensi pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki anak, menciptakan budi pekerti yang
luhur, membangun solidaritas terhadap sesama yang tinggi, serta
mengembangkan keimanan dan ketakwaan anak agar menjadi
manusia berakhlak baik.
Sedangkan yang terakhir terdapat lingkungan masyarakat yang
merupakan lingkungan yang juga sangat berpengaruh dalam
perkembangan bahasa anak. Setiap anak pasti mengalami yang
namanya berinteraksi dengan masyarakat dimanapun ia berada.
Dalam berinteraksi dengan keluarga, sekolah ataupun masyarakat,
seorang anak pasti menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya.
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia, tanpa bahasa
seseorang tidak dapat menyampaikan atau mengutarakan sesuatu
kepada orang lain.
Bahasa juga merupakan sarana untuk bergaul. Sejak seorang
mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa
diperlukan. Bahasa dapat dikatakan sebagai suatu hal yang penting
dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya bahasa seseorang tidak
akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi
merupakan sebagai kebutuhan dasar bagi setiap anak, karena anak
merupakan mahkluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan
sesamanya.
Setiap anak memiliki perkembangan berbahasa yang berbeda-
beda, dimulai ketika usia baru lahir hingga dewasa. Mulai dari bahasa
3
yang sederhana hingga bahasa yang paling kompleks. Perkembangan
berbahasa seorang anak akan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia anak tersebut. Perkembangan berbahasa seorang
anak sangatlah dipengaruhi oleh lingkungannya.
Seperti yang telah dijelaskan lingkungan masyarakat merupakan
salah satu faktor yang mempunyai peranan dalam perkembangan
anak, salah satunya ialah perkembangan bahasa. Perkembangan
bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan karena sebagian besar
anak akan bergaul maupun bermain dengan teman sebayanya atau
bahkan yang lebih tua atau muda yang berada dilingkungannya. Setiap
anak akan memiliki sifat dan pengalaman yang berbeda-beda setiap
anaknya. Karena itulah terciptanya perbedaan individual diantara anak.
Anak dapat mentransfer bahasa dari kelompoknya, begitu pula
sebaliknya, terkadang anak menguasai puluhan kata dan memahami
maknanya dengan baik, tetapi dia tidak mampu menggunakan
sejumlah kata yang membingungkan itu, anak hanya menggunakan
beberapa buah kata saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang yang ada disekitarnya. Tetapi orang tua harus pintar dalam
memilih lingkungan bermain dimasyarakat untuk anaknya. Karena
seorang anak belum tentu dapat membedakan mana yang baik atau
buruk untuk dirinya didalam masyarakat. Oleh karena itu orang tua
harus berupaya agar anak dapat membedakan yang baik dan
buruknya.
4
Jika seorang anak terjun ke tengah masyarakat, tidak dibekali
dengan pengetahuan tentang yang baik dan buruk dari orang tua.
Maka anak itu akan mudah terjerumus dengan lingkungan masyarakat
yang ada disekitarnya. Apabila anak tersebut berada dilingkungan
yang berbahasa dan bertutur kata dengan baik itu akan berpengaruh
positif kepada anak tersebut, tapi apabila dilingkungan tersebut tidak
berbahasa dan bertutur kata dengan tidak semestinya itu akan
berpengaruh buruk untuk perkembangan bahasa anak tersebut
kedepannya.
Seperti lingkungan di wilayah Jembatan Besi, Tambora – Jakarta
Barat yang akan diteliti oleh peneliti, lingkungan masyarakat disana
dapat dikatakan kurang baik dikarenakan rendahnya tingkat
pendidikan yang dimiliki masyarakat disana dan itu menyebabkan
masyarakat disana kurang baik dalam berbahasa dan bertutur kata
sehari-hari tidak sesuai dengan normanya. Sedangkan banyak anak-
anak yang suka bermain setelah pulang sekolah dengan teman
sebaya mereka. Tanpa memikirkan setiap perkataan yang mereka
katakan didepan anak-anak baik yang disengaja maupun tidak
disengaja dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Seperti
ada seorang warga yang mengatakan kata yang tidak baik “monyet lu”,
dengan dengan kata yang hanya sekecil itu dapat mempengaruhi
bahasa anak yang mendengarnya.
Dalam hal ini, wilayah lingkungan Jembatan Besi yang akan
menjadi tempat peneliti melangsungkan penelitian, masih terdapat
5
masyarakat yang kurang memperhatikan bagaimana cara bertutur kata
yang baik dalam berinterkasi dengan sekitar. Karena, saat peneliti
mensurvei dan mengobservasi tempat tersebut, terlihat banyak
masyarakat yang cara bertutur katanya kurang baik untuk ditiru,
padahal disekitar banyak anak-anak sedang bermain, itu tidak
menutup kemungkinan anak-anak akan meniru cara bertutur kata yang
diucapkan tersebut.
Salah satu fakta yang terjadi dilapangan, terdapat seorang
wanita paruh baya yang seperti sedang emosi dengan seseorang,
secara sengaja atau tidak wanita paruh baya tersebut berteriak
mengeluarkan kata “ kont*l ” dalam kalimatnya. Saat dia mengucapkan
kata tersebut secara otomatis kata tersebut didengar oleh anak-anak
yang ada disekitar wanita paruh baya tersebut, dan itu dapat
mempengaruhi cara bertutur kata anak-anak yang mendengarnya.
Sehingga tidak menutup kemungkinan dikemudian hari anak-anak
yang mendengar itu akan meniru kata-kata yang kurang baik tersebut.
Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk melihat langsung dan
menganalisa peranan masyarakat dalam perkembangan bahasa yang
didapat anak. Sehingga dengan kita melihat dan mewawancarai
langsung masyarakat yang ada disana, diharapkan dapat mengubah
cara berbahasa masyarakat disana sehari-hari. Karena itu pula peneliti
mengajukan judul “Peran Lingkungan Masyarakat dalam
Perkembangan Bahasa Anak di Wilayah Jembatan Besi Tambora –
Jakarta Barat”.
6
B. Fokus Masalah
Untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis hasil
penelitian, maka penelitian ini difokuskan pada Peran Masyarakat
dalam Perkembangan Bahasa Anak yang berada diwilayah Jembatan
Besi, Tambora, Jakarta Barat yang meliputi tujuan, apa saja peran
lingkungan masyarakat dalam perkembangan bahasa anak, serta
bahasa apa yang didapat oleh seorang anak dalam lingkungan
masyarakat bila mana lingkungan tempat ia tinggal berada
dilingkungan yang tingkat pendidikannya kurang, dan dalam
berbahasa kurang baik tutur kata atau bahasa yang digunakannya.
C. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang sudah diuraikan di atas,
maka timbul permasalahan: Bagaimanakah peran lingkungan
masyarakat dalam perkembangan bahasa anak diwilayah Jembatan
Besi, Tambora - Jakarta Barat ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan masalah yang
diteliti tentang “Peran Lingkungan Masyarakat dalam Perkembangan
Bahasa Anak di Wilayah Jembatan Besi, Tambora - Jakarta Barat.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Anak
7
Anak dapat mengetahui bagaimana perkembangan bahasa yang
dapat mereka peroleh bilamana mereka berada dalam lingkungan
masyarakat. Dan mereka dapat tahu pula mana lingkungan
masyarakat yang akan berdampak baik atau buruk untuk
perkembangan bahasa mereka.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat lebih memahami dan mengerti apa yang dapat
mempengaruhi perkembangan bahasa yang terjadi pada anak di
dalam lingkungan masyarakat. Serta mengontrol dan mengatur
kembali bahasa yang digunakan dalam berbicara maupun bertutur
kata ditengah masyarakat yang dapat mempengaruhi anak
tersebut.
3. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat mengetahui seperti
apa peran lingkungan masyarakat dalam perkembangan bahasa
anak. Terutama bila masyakarat yang diteliti memiliki tingkat
pendidikan yang rendah.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Perkembangan Bahasa Anak
a. Definisi Bahasa
Menurut Santrock (2010: 67) bahasa adalah bentuk
komunikasi, baik itu lisan, tertulis atau tanda, yang didasarkan
pada sistem simbol. Semua bahasa manusia adalah generatif
(diciptakan). Penciptaan tidak terbatas adalah kemampuan
untuk memproduksi sejumlah kalimat tak terbatas yang
bermakna dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan.
Kualitas ini membuat bahasa merupakan kegiatan yang sangat
kreatif. Bahasa terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh
masyarakat (perbendaharaan kata) dan aturan-aturan untuk
memvariasikan dan mengkombinasikan kata-kata tersebut (tata
bahasa dan sintaksis).
Menurut Yusuf (2011: 118) bahasa merupakan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi,
dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang
atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti
9
dengan menggunakan lisan, tulisan isyarat, bilangan, lukisan,
dan mimik muka. Bahasa sangat erat kaitannya dengan
perkembangan berpikir individu. Perkembangan pikiran individu
tampat dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan
membentuk pengertian, menyusun pendapat dan menarik
kesimpulan.
Menurut Pinker dalam Upton (2012: 124) bahasa adalah
kecakapan pikiran yang bersifat bawaan, meskipun merupakan
kecakapan yang berkembang melalui seleksi alam sebagai
adaptasi darwinian bagi komunikasi. Karena itu kemampuan
untuk menguasai bahasa tertanam dalam sistem kita.
Menurut Hulit dan Howard dalam Hildayani (2009: 113)
sesungguhnya bahasa adalah ekspresi kemampuan manusia
yang bersifat innate atau bawaan. Sejak lahir kita telah
dilengkapi dengan kapasitas untuk dapat menggunakan
bahasa. Kemampuan menggunakan bahasa bersifat instinktif
(naluriah), akan tetapi kapasitasnya pada setiap orang berbeda,
tergantung jenis bahasa spesifik apa yang mereka gunakan.
Seorang anak yang dilahirkan ditengah-tengah orang dewasa
yang berbahasa Indonesia mereka akan selalu mendengarkan
bahasa tersebut sehingga mereka akan berbicara dengan
bahasa Indonesia. Begitu pula yang terjadi jika anak tersebut
dilahirkan di tengah orang dewasa yang berbahasa Inggris
maka ia pun akan berbahasa Inggris.
10
Dari definisi diatas, bahasa dapat dikatakan sebagai suatu
kecakapan bawaan atau bentuk kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain yang ada disekitar, untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan, baik dalam lisan, tertulis, tanda, bilangan,
isyarat ataupun mimik wajah yang didasarkan pada simbol.
Kemampuan manusia untuk memproduksi kata atau kalimat
tidak terbatas jumlahnya. Bahasa merupakan kegiatan yang
kreatif dalam penciptaanya. Bahasa telah ada sejak kita
dilahirkan. Kemampuan berbahasa bersifat naluriah, yang
setiap orang mempunyai kapasitas yang berbeda-beda.
b. Perkembangan Bahasa
Menurut Nana dalam Yusuf (2013: 62,71) mengatakan
bahwa usia sekolah dasar merupakan masa berkembang
pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai
perbendaharaan kata (vocabulary). Pada awal masa ini, anak
sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (kira-
kira usia 11-12 tahun) anak telah dapat menguasai sekitar 5.000
kata. Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi
perkembangan bahasa, yaitu :
1) Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi
matang (organ-organ suara atau bicara sudah berfungsi
untuk berkata-kata.
11
2) Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang
untuk berbicara dengan mempelajari bahasa orang lain
dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan atau kata-
kata yang didengarnya. Kedua proses ini berlangsung
hingga kanak-kanak, sehingga pada usia anak memasuki
sekolah dasar, ia sudah sampai pada tingkat: (a) dapat
membuat kalimat yang lebih sempurna; (b) dapat membuat
kalimat majemuk; dan (c) dapat menyusun dan mengajukan
pertanyaan.
Menurut Soetjiningsih (2014: 203-204) dalam
perkembangan bahasa, kita harus mengingat bahwa bahasa
terdiri dari sistem aturan, seperti fonologi, morfologi, sintaksis,
leksikal dan pragmatik, sehingga bisa mengetahui perubahan-
perubahan apa saja yang terjadi pada sistem aturan tersebut
pada usia tahap atau usia tertentu. Perkembangan bahasa
meliputi:
(1) Perkembangan fonologis, berkaitan dengan penguasaan
sistem suara atau bunyi.
(2) Perkembangan morfologis, berkaitan dengan penguasaan
pembentukan kata-kata.
(3) Perkembangan sintaksis, berkaitan dengan penguasaan tata
bahasa.
12
(4) Pengkembangan leksikal, berkaitan dengan penguasaan
dan perluasan kekayaan kata-kata serta pengetahuan
mengenal arti kata-kata.
(5) Perkembangan semantis, berkaitan dengan penguasaan arti
bahasa.
(6) Perkembangan pragmatik, berkaitan dengan penguasaan
aturan-aturan berbicara.
Menurut Yusuf dalam Djamarah (2008: 53) membagi tipe
perkembangan bahasa anak menjadi dua, yaitu egocentric
speech dan socialized speech. Egocentric speech, terjadi ketika
anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Socialized
speech, terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan
temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan bahasa
pada masa socialized speech dibagi ke dalam lima bentuk:
1) Adapted information, disini terjadi saling tukar gagasan atau
adanya tujuan bersama yang dicari.
2) Critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan
atau tingkah laku orang lain.
3) Command (perintah), request (permintaan), dan threat
(ancaman).
4) Questions (pertanyaan).
5) Answer (jawaban).
Dari definis diatas, dapat dikatakan bahwa perkembangan
bahasa terjadi dengan pesat pada usia sekolah dasar yang dimana
13
terjadi kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan
kata. Dalam perkembangan bahasa memiliki sistem aturan yaitu
fonologis (penguasaan sistem bunyi), morfologis (penguasaan
pembentukan kata-kata), sintaksis (penguasaan tata bahasa),
leksikal (perluasan kata-kata), semantis (penguasaan arti bahasa),
dan pragmatik (penguasaan aturan-aturan bicara).
Perkembangan bahasa anak dibagi menjadi dua tipe yaitu
egocentric speech dan socialized speech. Egocentric speech, anak
berbicara kepada dirinya sendiri (monolog), sedangkan socialized
speech, berlangsung ketika interaksi antara anak dengan orang
yang ada disekitarnya.
2. Lingkungan Masyakarat
Menurut Danusaputra dalam Sarinah (2016: 119)
mengatakan lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk
di dalamnya manusia dan aktifitasnya, yang terdapat dalam ruang
dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup
serta kesejahteraan hidup dan jasad renik lainnya.
Menurut Chaplin dalam Yusuf (2008: 35) bahwa lingkungan
merupakan “keseluruhan aspek atau fenomena fisik dan sosial
yang mempengaruhi organisme individu”. Sementara itu, Kathena
dalam Yusuf (2008: 35) mengemukakan bahwa lingkungan itu
merupakan segala sesuatu yang diluar individu yang meliputi fisik
dan sosial budaya.
14
Menurut Koentjaraningrat dalam Kulsum (2014: 59)
masyarakat adalah sekumpulan manusia atau kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terkait oleh suatu rasa
identitas bersama.
Dalam Syamsul menurut Abdulsyani (2015: 233)
mengatakan, masyarakat berasal dari kata musyarak (Arab), yang
artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling
berhubungan, dan saling memengaruhi, selanjutnya dalam bahasa
Indonesia mendapat kesepakan menjadi masyarakat
Masyarakat menurut Berger dalam Murdiyatmoko (2007: 18)
masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan
manusia yang luas sifatnya. Pengertian keseluruhan kompleks
dalam definisi tersebut berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas
bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan.
Menurut J.L. Gillin dan J.P Gilin dalam Arifin (2015: 234)
menyatakan bahwa masyarakat dalam kelompok manusia terbesar
yang mempunyai tradisi, kebiasaan, sikap dan perasaan persatuan
yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan kecil.
Sedangkan menurut Waluya (2007: 1) masyarakat
merupakan suatu kumpulan individu dan kelompok yang
membentuk organisasi sosial yang bersifat kelompok. Dalam
organisasi sosial tersebut terdapat nilai-nilai dan norma-norma
15
sosial yang berfungsi sebagai aturan-aturan untuk bertingkah laku
dan berinteraksi dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Yusuf ( 2010: 123) lingkungan masyarakat adalah
situasi atau kondisi interaksi dan sosiokultural yang secara
potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah agama atau
kesadaran beragaman individu. Dalam masyarakat, individu
(terutama anak-anak dan remaja) akan melakukan interaksi sosial
dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya.
Dari definisi diatas peneliti menyimpulkan lingkungan
masyarakat adalah suatu situasi hubungan yang kompleks antara
individu ataupun kelompok guna berinteraksi dan bersosiokultural,
yang didalamnya terdapat nliai-nilai dan norma-norma yang
digunakan sebagai aturan dalam berinteraksi dan komunikasi
didalam masyarakat dalam melakukan suatu aktifitas, yang dimana
aktifitas tersebut dapat mempengaruhi kehidupan yang ada
didalamnya.
B. Kerangka Berpikir
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
yang terjadi pada anak dipengaruhi lingkungan masyarakat..
Lingkungan masyarakat berperan penting dalam perkembangan
bahasa anak selain faktor keluarga, dikarenakan anak akan selalu
16
berinteraksi dengan siapapun dan dimanapun. Dalam berbahasa bila
lingkungan masyarakat bertutur dan berbahasa dengan baik maka
perkembangan bahasa pada anak akan berkembangan dengan baik
pula sesuai dengan lingkungannya berada. Tetapi apabila masyarakat
tidak berbahasa dan bertutur kata dengan baik, maka perkembangan
bahasa anak tidak akan berkembangan dengan baik pula.
Bagan 2.1
Sketsa Kerangka Berpikir
Perkembangan Bahasa pada Anak
Lingkungan Masyarakat
Teman Sebaya Masyarakat Sekitar
Bahasa Anak
Buruk Baik
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RW 06 diwilayah Jembatan Besi,
Tambora, Jakarta Barat. Dengan mengambil satu sampel dari
masing-masing RT yang ada di RW 06 tersebut. Hal ini didasarkan
pada perubahan yang diteliti oleh peneliti berkaitan dengan
perkembangan bahasa dilingkungan masyarakat. Selain itu,
wilayah tersebut dapat diakatakan wilayah yang bagus untuk diteliti
karena termasuk wilayah yang tingkat pendidikan masyarakatnya
rendah. Dengan begitu akan membuat penelitian semakin menarik.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu yang digunakan peneliti untuk
melaksanakan proses penelitian. Proses ini mencakup keseluruhan
penelitian mulai dari penetapan judul sampai pada proses
pelaporan hasil penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu
enam bulan terhitung mulai dari bulan Januari 2018 sampai
dengan Juli 2018.
18
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan
No. Jenis Kegiatan
Bulan / Minggu
Januari
2018
Februari
2018
Maret
2018
April
2018
Mei
2018
Juli
2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Persiapan
1 Pengajuan
Masalah
2 Pemilihan Judul
3 Pengajuan BAB
1 – 3
Tahap Pelaksanaan
4 Penyusunan
Instrument
5 Pengumpulan
Data
6 Pengolahan
Data
7
Penyimpulan
hasil pengolahan
data
Tahap Pelaporan
8 Menulis Laporan
9 Konsultasi
Laporan
10 Revisi
11 Penggandaan
19
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan
kualitatif guna mendapatkan hasil data yang deskriptif dalam bentuk
tertulis maupun lisan dari subjek pelaku yang diamati.
Menurut Sugiyono (2015: 15) metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Metode penelitian kualitatif menurut Suradika (2017: 56)
merupakan pendekatan penelitian yang bersifat naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)
sering juga dinamakan dengan metode etnographi. Penamaan metode
etnographi tidak lepas secara kronologis pemakaian metode ini banyak
digunakan untuk penelitian bidang antropologi dan budaya. Proses
alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi penelitian, sebab proses
yang terkontrol tidak akan menggambarkan keadaan yang
sebenarnya. Penelitian jenis ini dilakukan pada latar/objek, tidak
dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu
mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.
20
Menurut Hamid Damadi (2014: 36) pendekatan kualitatif adalah
pendekatan yang berbentuk kata-kata, bukan bentuk angka. Data
kualitatif diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data misalnya
wawancara, dokumentasi, diskusi terfokus pada observasi yang telah
di tuangkan dalam catatan lapangan.
Menurut Poerwandari Kristi (2009: 124) pendekatan kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrument.
Putra dan Dwilestari (2012: 81-82) menjelaskan, pertanyaan
penelitian dengan pendekatan kualitatif harus memenuhi sejumlah
persyaratan yaitu :
1. Terbuka, tidak dibatasi dalam bentuk hubungan antarvariabel yang
bersifat tertutup seperti dalam penelitian kuantitatif.
2. Konteks, ada latar sosial dimana penelitian
3. Partisipan, yaitu orang atau komunitas yang diteliti
4. Fokus, pokok atau topik utama penelitian
Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah
yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih
menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menentukan cara
mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data hasil penelitian
tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami
interaksi sosial, misalnya dengan wawancara mendalam sehingga
akan ditemukan pola-pola yang jelas.
21
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data
triangulasi yang dimana teknik ini melakukan pengumpulan data yang
telah ada lalu digabungkan hingga menjadi satu kesimpulan dari data
yang diperoleh. Peneliti menggunakan teknik analisis data triangulasi
karena dengan teknik tersebut peneliti data memperoleh data secara
meluas yang lebih konsisten, tuntas dan pasti.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif atau
naturalistic karena dilakukan pada kondisi yang alamiah. Penelitian ini
dilakukan apa adanya tidak dimanipulasi dimana peneliti sebagai
instrumen kunci yakni pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara dan dokumentasi. Ciri dari data kualitatif adalah
data yang disajikan dalam bentuk deskripsi, yang berupa teks relative,
kata-kata, ungkapan, pendapat, gagasan, yang dikumpulkan peneliti
dari beberapa sumber sesuai dengan teknik atau cara pengumpulan
data.
Menurut Fashri (2007: 9) Metode kualitatif merupakan fokus
perhatian pendekatan interpretative, semiotic, dan hermeneutic.
Cakupan metode penelitian kualitatif yakni sebagai kumpulan data
emperis, hasil wawancara teks-teks hasil pengamatan, dan visual yang
menggambarkan makna keseharian.
Desain penelitian kualitatif menurut Hamid Darmadi (2013: 288-
289) ada 5 yaitu Etnografi, Biografi, Studi Kasus, Grounded theory dan
22
Fenomenalogi. Peneliti sendiri menggunakan fenomenologi sebagai
desain penelitian yang digunakan. Penelitian fenomenalogi
menjelaskan atau mengungkapkan makna konsep atau fenomena
pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa
individu. Pendekatan fenomenalogi menunda semua penilaian tentang
sikap yang dialami sampai ditentukan dasar tertentu. Penundaan ini
biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah
membedakan wilayah data dengan interprestasi peneliti, konsep Ini
menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokan dugaan
awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan
oleh responden.
Menurut Meolong (2013: 15) ciri-ciri fenomenalogi yang
dilakukan peneliti fenomenologi yaitu:
a. Fenomenalogis cenderung mempertentangkannya dengan
„naturalisme‟ yaitu yang disebut objektivisme dan positivisme, yang
telah berkembang sejak zaman Renaisans dalam ilmu
pengetahuan modern dan teknologi.
b. Secara pasti, fenomenologi cenderung memastikan kognisi yang
mengacu pada apa yang dinamakan oleh Husserl, ‘Evidenz’ yang
dalam hal ini merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu
sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang lainnya, dan
mencakupi untuk sesuatu dari segi itu.
c. Fenomenalogi cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu
benda yang ada dalam dunia alam dan budaya.
23
Model desain analisis data Fenomenalogi dapat digambakan
sebagai berikut:
Gambar 3. 1
Sketsa Analisis Data Fenomenologi
Sumber : Creswell (2010)
Dari penjelasan berbagai macam desain penelitian diatas
peneliti memilih memakai desain penelitian fenomenalogi. Penelitian
fenomenalogi menjelaskan atau mengungkapkan makna konsep atau
pengalaman yang terjadi pada beberapa individu. Tujuan
menggunakan desain penelitian fenomenalogi adalah agar peneliti
dapat menggambarkan realita empiris di balik fenomena yang terjadi
terkait dengan peran Lingkungan Masyarakat dalam Perkembangan
Bahasa Anak diwilayah Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat.
Mengorganisis
Data
Membaca data
keseluruhan
Menemukan dan
mengelompokan
data
Mengumpulkan dan menulis
gambaran pengalaman bisa
terjadi
Mengembangkan uraian
keseluruhan fenomena
Penjelasan secara naratif
mengenai esensi dan
fenomena yang terjadi
Membuat laporan
pengalaman setiap
partisipan
24
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah sumber utama yang berkaitan
dengan apa yang diteliti. Subjeknya adalah orang-orang yang menjadi
informan yang dapat memberikan data yang sesuai dengan masalah
yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah
masyarakat dan anak-anak yang berada diwilayah Jembatan Besi,
Tambora - Jakarta Barat, informan yang diambil berjumlah 10
masyarakat dan 10 orang anak. Informan yang diambil sesuai dengan
kriteria yang akan diteliti baik dari segi usia, dan pembagian daerah
yang ada diwilayah tersebut.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan
peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada
penelitian kali ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif, maka data
yang diperoleh harus mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya
dijelaskan dalam buku metodologi penelitian oleh Sugiyono (2015:
309) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi
(observasi), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi
dan gabungan keempatnya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan
dokumentasi.
25
1. Observasi
Menurut Sugiyono (2015: 203) observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Observasi digunakan apabila
penelitian berkenaan dengan perilaku, proses kerja, gejala alam
dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dalam segi proses pelaksaan pengumpulan data, obsevasi
dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi
berperan serta) dan non participant observation. Disini peneliti
menggunakan non participant observation yang dimana peneliti
tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen.
Pengumpulan data dengan non participant observation ini tidak
akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada
tingkat makna. Maksud makna disini ialah nilai-nilai di balik perilaku
yang tampak, yang terucap dan yang tertulis.
Data yang diambil dari observasi ialah mengamati tingkah
laku masyakarakat ataupun anak yang berada diwilayah. Dari cara
bagaimana berinteraksi dengan sekitar sampai dengan tutur kata
dalam berkomunikasi dengan orang lain yang berada diwilayah
tersebut.
26
2. Wawancara
Menurut Muharto (2016: 85) wawancara merupakan proses
tanya jawab antara peneliti dengan subyek atau informan peneliti
secara lisan untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti.
Menurut Widoyoko dan Riduwan oleh Muharto (2016: 85) ada
beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam
wawancara, yaitu pewawancara, responden, pedoman wawancara,
dan situasi wawancara. Pewawancara adalah orang yang
mewawancarai dalam hal ini petugas pengumpul informasi,
responden adalah pemberi informasi yang diharapkan dapat
menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap. Pedoman
wawancara adalah daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan oleh
pewawancara agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik.
Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara
secara terstruktur dengan informan guna mendapatkan informasi
yang dibutuhkan.wawancara dilakukan dengan 20 informasi, yang
terdiri dari 10 orang masyarakat dan 10 orang anak-anak.
27
Tabel 3.2
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Masyarakat dan Anak
No Variabel Aspek Nomor
Soal
1
Peran
Lingkungan
Masyarakat
Lingkungan masyarakat dalam
berinteraksi 1 dan 2
Nilai dan norma sosial dalam
lingkungan masyarakat 3 dan 4
Lingkungan masyarakat dalam
berbahasa 5, 6 dan 7
Peran lingkungan masyarakat
dalam perkembangan bahasa 8, 9 dan 10
2 Perkembangan
Bahasa Anak
Perkembangan Bahasa pada
Anak 11, 12, 13
Perkembangan bahasa dalam
mengimitasi kata 14, 15
Perkembangan bahasa di
masyarakat 16
Perkembangan bahasa di
lingkungan
17, 18, 19
dan 20
3. Dokumentasi
Menurut Bani Ahmad (2012: 177) mengatakan bahwa
dokumentasi dapat berupa gambar atau video. Jadi dokumentasi
merupakan hasil gambar dari proses penelitian yang dilakukan
dilapangan.
28
Menurut Sugiyono (2015: 329) dokumentasi adalah catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Menurut Guba dan Lincoln (2009: 216) mengatakan bahwa
dokumentasi adalah setiap bahan penulis ataupun film yang
digunakan sebagai sumber data yang bisa dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.
Berdasarkan definisi diatas dapat dianalisis bahwa
dokumentasi adalah suatu catatan atau rekaman peristiwa yang
telah berlalu berbentuk tulisan, gambar maupun karya seseorang.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang
gambaran peran lingkungan masyarakat dalam perkembangan
bahasa anak di wilayah Jembatan Besi, Tambora – Jakarta Barat.
Dokumen yang dikumpulkan melalui metode ini yaitu arsip-arsip
berupa wawancara dan foto-foto masyarakat beserta anak yang
sedang mengalami perkembangan bahasa.
4. Catatan Lapangan
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2009: 209)
menjelaskan bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis
tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam
rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif.
29
Catatan lapangan berguna untuk alat peralatan antara apa
yang dilihat, apa yang didengar dan apa yang dirasakan dengan
catatan sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan.
Menurut Idrus (2007: 85) mengatakan bahwa catatan
lapangan yaitu catatan yang ditulis secara rinci, cermat, luas, dan
mendalam dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
peneliti tentang aktor, aktivitas, dan tempat berlangsungnya
kegiatan.
F. Teknik Analisis Data dan Triangulasi
1. Analisis Data
Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2015: 334) analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.
Menurut Stainback dalam Sugiyono (2015: 335) analisis data
merupakan hal kritis dalam proses penelitian kualitatif data
sehingga hiotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkan ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang
lain.
30
Berdasarkan hal diatas dapat dikemukakan bahwa, analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari pengumpulan data, dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data
kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca, dan diinterprestasikan.
Data yang terkumpul dari lapangan dianalisis dengan metode
deskripsi kualitatif yaitu dengan menginterprestasikan data-data
yang telah diperoleh ke dalam bentuk-bentuk kalimat dengan
menggunakan langkah-langkah sebagaimana Sugiyono (2010:
331) data kualitatif analisisnya menggunakan reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
a. Reduksi Data
Menurut Sugiyono (2015: 339) reduksi data merupakan
proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan
keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan
31
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Peneliti memilih hal-hal yang didapat dari hasil
pengamatan terhadap obyek yang diteliti yaitu informan yang
benar-benar paham berkaitan dengan peran lingkungan
masyarakat dalam perkembangan bahasa anak diwilayah
Jembatan Besi, Tambora – Jakarta Barat.
b. Penyajian Data
Setelah mendapatkan data dan informasi hasil
pengamatan, maka peneliti menyajikan data yang sudah
didapatkan mengenai hasil pengamatan, yaitu berupa hasil
catatan dari lapangan dan hasil wawancara.
Dapat diartikan menguraikan segala sesuatu yang terjadi
dalam kegiatan untuk menganalisis data yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Peneliti melakukan penyajian data dengan
menguraikan segala sesuatu yang terjadi dalam penelitian
peran lingkungan masyarakat dalam perkembangan bahasa
anak di wilayah Jembatan Besi, Tambora – Jakarta Barat.
c. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Pada pengambilan keputusan peneliti mendalami makna
yang diperoleh dari data atau informasi yang diperlukan
32
kedalam suatu kesimpulan dalam proses. Sedangkan verifikasi
data peneliti mengumpulkan data baru yang memungkinkan
untuk melengkapi data yang ada tentang peran lingkungan
masyarakat dalam perkembangan bahasa anak di wilayah
Jembatan Besi, Tambora – Jakarta Barat.
Pengambilan kesimpulan menggambarkan maksud dari
data yang ditampilkan. Ketiga langkah dalam menganalisis
data-data penelitian ini sehingga dapat tercapai uraian
sistematis akurat dan jelas.
Gambar 3.2
Komponen Analisis Data
Sumber: Sugiyono (2015: 338)
2. Triangulasi
Menurut Sugiyono (2015: 330) triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
Penyajian
Data
Pengumpulan
Data
Reduksi
Data
Penarikan Kesimpulan
dan
Verifikasi Data
33
ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi,
maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Menurut Cohen dan Manion dalam Prastowo (2010: 289)
triangulasi bisa dimaknai sebagai suatu teknik yang menggunakan
dua atau lebih metode pengumpulan data dalam penelitian
terhadap beberapa aspek dari perilaku manusia.
Menurut Hamid Darmadi (2014: 295) mengatakan bahwa
triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Teknik triangulasi yang dapat digunakan.
Keuntungan menggunakan triangulasi adalah dapat
mempertinggi vabilitas, memberi kedalam hasil penelitian, sebagai
pelengkap data dari sumber pertama masih ada keraguan. Dalam
penelitian ini kegiatan triangulasi dilakukan dengan mengecek data,
antara data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan atau
sebaliknya maupun hasil dokumentasi.
Mathinson dalam Sugiyono (2015: 332) mengemukakan
bahwa nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi
adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas),
tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan
34
menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka
data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.
Gambar 3.3
Teknik Pengumpulan Data Triangulasi
Sumber: Sugiyono (2015: 331)
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalkan kita akan menguji
kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka
pengumpulan data dapat dilakukan ke pegawai, teman, dan
pemimpin itu sendiri. Data dari ketiga sumber tersebut tidak dapat
dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi
dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama, yang
berbeda, dan mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut.
Data yang telah dianalisis akan menghasilkan suatu kesimpulan
Su
mb
er
Data
Sa
ma
Observasi Partisipatif
Wawancara Informal
Dokumentasi
Catatan Lapangan
35
yang selanjutnya dimintakan kesepakan dengan tiga sumber data
tersebut.
Gambar 3.4
Triangulasi Sumber Pengumpulan Data
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai
sumber. Misalkan data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner. Bila hasil yang
diperoleh dari tiga teknik kredibiltas tersebut berbeda-beda, maka
peneliti melakukan diskusi dengan sumber data, untuk memastikan
data yang dianggap benar, atau semuanya benar karena sudut
pandang yang berbeda-beda.
Sumber : Sugiyono (2015: 331)
36
Gambar 3.5
Waktu Pengumpulan Data Triangulasi
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data
yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu
dalam rangka pengujian kredibilitias data dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengecakan dengan wawancara, observasi atau
teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian lainnya.
Sumber: Sugiyono (2015: 373)
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan diwilayah Jembatan Besi,
Kecamatan Tambora. Kecamatan Tambora termasuk salah satu
wilayah yang ada di Jakarta Barat. Kecamatan Tambora sendiri
memiliki luas wilayah sekitar 539,84 Ha yang terbagi atas 11
kelurahan. Kecamatan Tambora merupakan kecamatan terpadat
se- Asia Tenggara dan merupakan salah satu daerah paling rawan
terjadinya kebakaran yang dikarenakan terlalu padatnya
pemukiman penduduk.
Lokasi penelitian yang dipilih peneliti terdapat diwilayah
Jembatan Besi yang mempunyai luas wilayah 46,31 Ha. Jembatan
Besi terbagi menjadi 10 Rukun Warga (RW) dan 100 Rukun
Tetangga (RT). Kantor Kelurahan Jembatan Besi berada di Jalan
Jembatan Besi VIII No.1, RT.012 / RW. 06, Kel. Jembatan Besi,
Kec. Tambora, Kota Jakarta Barat – Kode Pos 11320. Jumlah
penduduk yang terdaftar diwilayah Jembatan Besi sekitar 26.570
jiwa yang terbagi menjadi 5.894 Kepala Keluarga. Peneliti sendiri
akan melakukan penelitian yang berfokus pada RW 06 yang
mempunyai 10 RT dibawahnya.
B. Hasil Analisis Data
38
1. Hasil Observasi
Observasi dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2018 sampai
dengan 18 Mei 2018 diwilayah Kelurahan Jembatan Besi,
Kecamatan Tambora. Tempat yang akan dilaksanakannya
observasi oleh peneliti berfokus pada wilayah RW 06 Kelurahan
Jembatan Besi Kecamatan Tambora. Wilayah RW 06 terdiri dari 10
RT. Lingkungan yang dipilih peneliti termasuk wilayah yang cukup
luas, tetapi memiliki lingkungan yang kurang baik dikarenakan
lingkungan yang kumuh (tidak terawat). Observasi ini tidak hanya
memperhatikan bagaimana keadaaan lingkungan masyarakat saja
melainkan wilayah dimana warga yang akan menjadi narasumber
peneliti. Data yang diperoleh dari hasil observasi oleh peneliti
adalah sebagai berikut.
a. Hasil Observasi Tempat
Tempat yang akan diobservasi peneliti adalah warga
lingkungan RW 06 diwilayah sekitar. Dalam observasi peneliti
melihat lingkungan warga yang akan dilakukan peneliti kurang
baik. Diwilayah ini rumah satu dengan rumah yang lain tidak
berjarak dan memiliki ruang yang cukup untuk dikatakan rumah
yang baik, serta perekenomian warga yang rendah.
39
b. Hasil Observasi Pelaku
Observasi yang dilakukan beberapa pengamatan dimana
lingkungan serta tempat narasumber berada di tempat sehingga
perilaku serta apa yang diteliti sesuai adanya. Warga yang
terlibat dalam kegiatan ini adalah warga RW 06 kelurahan
Jembatan Besi, kecamatan Tambora. Narasumber yang diteliti
ialah warga yang memiliki anak berusia sekolah dasar umur 8-9
tahun, serta anak berusia 8-9 tahun.
c. Hasil Observasi Benda
Observasi pada benda-benda yang terdapat dirumah
warga yang diteliti beragam, mulai dari memiliki kendaraan,
serta kebutuhan primer dan sekunder. Dalam observasi benda-
benda yang dimiliki narasumber merupakan dari keluarga
sederhana. Tidak mewah namun benda-benda yang dimiliki
kebanyakan hampir sama dengan warga yang lainnya. Untuk
observasi benda, lingkungan yang berada disekitar narasumber
terlihat cukup baik.
d. Hasil Observasi Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan pada waktu yang tidak tentu,
mengingat orang tua mempunyai kesibukan masing-masing ada
yang bekerja dan ada yang mengurus rumah tangga serta anak
melakukan aktifitas sekolah pada pagi atau siang hari.
40
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih tiga minggu.
Penelitian dilaksanakan dengan baik. Penelitian dilakukan pada
waktu tidak adanya kegiatan yang dilakukan oleh narasumber.
e. Hasil Observasi Aktivitas
Aktifitas yang dilakukan orang tua adalah ayah bekerja
dan ibu sebagai ibu rumah tangga, atau adapula kedua orang
tuanya yang bekerja. Sehingga orang tua yang mempunyai
waktu dirumah atau sedang tidak bekerja dapat mendampingi
anaknya. Sedangkan dalam keseharian anak, anak bersekolah,
kemudian ada anak yang mengikuti pelajaran tambahan diluar
sekolah baik itu les maupun mengaji.
Kegiatan yang dilakukan narasumber dari orang tua
selain bekerja dan mengurus rumah tangga terkadang
pekerjaannya telah selesai dan merasa lelah, namun tetap
mendampingi dan memantau anaknya. Sedangkan anak
setelah pulang sekolah, tidak memiliki kegiatan lain dapat
bermain dengan teman yang berada dilingkungannya.
f. Rangkaian yang dilakukan Pelaku
Dalam kesehariannya ada orang tua yang
menyempatkan waktu untuk mendampingi anak, namun tidak
setiap waktu di dampingi, karena orang tua mempunyai
pekerjaan yang harus dikerjakan. Tetapi adapula orang tua
41
yang tidak dapat mendamping anaknya karena sibuk bekerja
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Sehingga tidak jarang
pula anak yang kurang pengawasan orang tuanya.
Dalam keseharian anak, anak sehabis pulang sekolah
bermain dengan teman dilingkungan sekitarnya, entah itu hanya
sekedar mengobrol, main kartu, main bola, main sepeda, dan
ada juga anak yang mengikuti bimbingan belajar (bimbel) untuk
memperdalam pelajaran disekolah, itu semua mereka lakukan
saat pulang sekolah maupun saat libur sekolah. Namun untuk
bimbingan belajar, hanya dilakukan saat hari sekolah,
sedangkan saat libur, bimbingan belajar juga akan diliburkan.
2. Hasil Data Wawancara
a. Hasil Wawancara dengan Orang Tua
Tabel 4.1
Data-data Orang Tua yang di Wawancarai
No Nama Sebagai Alamat Tanggal Penelitian
1 A. D Orang Tua RT 05/06 7 Mei 2018
2 R.D Orang Tua RT 08/06 9 Mei 2018
3 D.Y.T Orang Tua RT 02/06 10 Mei 2018
4 D.P.I Orang Tua RT 04/06 10 Mei 2018
5 C.H Orang Tua RT 01/06 11 Mei 2018
6 S.M Orang Tua RT 03/06 14 Mei 2018
7 M.L Orang Tua RT 06/06 14 Mei 2018
42
8 S.Y.N Orang Tua RT 09/06 15 Mei 2018
9 M.N Orang Tua RT 10/06 16 Mei 2018
10 S Orang Tua RT 07/06 16 Mei 2018
Hasil wawancara dengan orang tua adalah sebagai berikut:
1) Pertanyaan nomor satu
Tabel 4.2
Wawancara dengan Orang Tua
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Menurut Bapak atau Ibu,
apakah lingkungan Masyarakat
Jembatan Besi termasuk baik
untuk Perkembangan Bahasa
Anak ?
1. Baik
2. Tidak Baik
3. Baik
4. Tidak Baik
5. Baik
6. Baik
7. Baik
8. Baik
9. Tidak Baik
10. Baik
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa
masyarakat lingkungan Jembatan Besi menganggap
lingkungannya baik untuk perkembangan bahasa anak. Hanya
sebagian kecil masyarakat yang diwawancarai mengatakan
43
lingkungan Jembatan Besi tidak baik untuk perkembangan
bahasa anak. Padahal masyarakat yang diwawancara sering
mendengar kata-kata yang tidak santun dalam kegiatan sehari-
hari.
Adapula lingkungan yang baik untuk perkembangan
bahasa anak tentu ialah lingkungan yang memberikan dampak
yang baik untuk perkembangan bahasa anak. Sebagai makhluk
sosial tentu perkembangan bahasa anak tidak akan bisa lepas
dari lingkungan. Tanpa adanya dukungan dari lingkungan maka
proses perkembangan dalam mewujudkan potensi pembawaan
menjadi kemampuan nyata tidak akan terjadi. Sehingga
peranan lingkungan dalam proses perkembangan bahasa dapat
dikatakan faktor ajar, yaitu faktor yang akan mempengaruhi
perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik.
Lingkungan Jembatan besi bisa dikatakan tidak baik
untuk perkembangan bahasa anak, yang dimana sebagian
besar orang masyarakat tidak menggunakan bahasa yang
santun dalam bertutur kata dalam kegiatan sehari-hari.
Sehingga anak-anak yang berada disekitarpun dapat meniru
dan mencontoh perkataan tidak pantas yang mereka dengar
dari orang-orang yang berada disekitar mereka.
44
2) Pertanyaan nomor dua
Tabel 4.3
Wawancara dengan Orang Tua
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Sudahkan Bapak atau Ibu
sebagai masyarakat yang
berada dilingkungan Jembatan
Besi menggunakan Bahasa
yang baik dalam berbicara /
berkomunikasi ?
1. Sudah
2. Sudah
3. Sudah
4. Sudah
5. Sudah
6. Sudah
7. Sudah
8. Sudah
9. Belum
10. Sudah
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa
masyarakat yang juga mencakup orang tua itu merasa sudah
menggunakan bahasa yang baik dalam berkomunikasi dengan
orang-orang disekitarnya. Hanya salah satu diantara
narasumber yang merasa bila ia belum menggunakan bahasa
yang baik dalam berkomunikasi.
Adapula peran lingkungan yang menggunakan bahasa
yang baik dalam berkomunikasi akan berpengaruh terhadap
proses perkembangan bahasa anak. Seperti halnya bila
45
disebuah perkampungan pinggiran kota. Yang dilingkungan
tersebut terdapat masjid, para remajanya pun aktif dan antusias
dalam kegiatan-kegiatan syiar agama untuk masyarakat sekitar,
baik orang tua, remaja, bahkan anak-anak kecil. Sehingga
anak-anak pun akan terbentuk karakter yang sopan santun,
beradaptasi, berempati, serta dapat menjadi manusia yang
berjiwa sosial.
3) Pertanyaan nomor tiga
Tabel 4.4
Wawancara dengan Orang Tua
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Bagaimana nilai sosial
(contohnya keramahan
sesame masyarakat) yang
ada di wilayah Jembatan
Besi ?
1. Cukup baik dengan saling
menyapa dan saling
menolong
2. Baik, dengan ada
silahtuahmi yang terjadi
dengan baik antar warga
3. Baik, dengan saling
menyapa satu sama lain
4. Kurang baik, dikarenakan
kurangnya komunikasi yang
baik antar warga
5. Cukup baik, seperti ramah
46
saat berpapasan atau
bertemu
6. Baik, bila bertemu saling
tersenyum dan menyapa
7. Baik, dengan saling
menghargai antar warga dan
saling membantu
8. Cukup, karena ada warga
yang peduli adapula yang
tidak peduli
9. Cukup baik, dengan saling
menyapa bila bertemu
10. Cukup baik, dengan saling
menghargai antar warga
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa
lingkungan masyarakat Jembatan Besi cukup baik untuk dalam
kegiatan nilai sosial sehari-hari. Hal itu bisa dilihat dengan
saling tersenyum dan menyapa satu sama lain bila bertemu dan
saling menghargai sesama warga Jembatan Besi serta saling
membantu bila sedang dalam kesulitan.
Adapula arti nilai sosial itu sendiri adalah suatu
pandangan yang dianggap baik dan benar oleh suatu
lingkungan masyarakat yang dipedomani sebagai contoh
47
perilaku yang baik dan diharapkan oleh seluruh warga
masyarakat. Nilai sosail mendorong, menuntun, dan terkadang
menekankan para individu untuk berbuat dan bertindak sesuai
dengan nilai yang berlaku. Setiap masyarakat memiliki sistem
nilai sosial yang berbeda-beda yang bersifat turun-menurun dari
generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Nilai sosial berbeda-
beda antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
4) Pertanyaan nomor empat
Tabel 4.5
Wawancara dengan Orang Tua
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Bagaimana norma sosial
(contohnya menghormati
orang yang lebih tua) yang
ada diwilayah Jembatan Besi
?
1. Norma sosial dan agama
masih terjadi dengan baik
2. Baik, dengan saling
menyapa dan tersenyum
3. Baik, seperti menggunakan
bahasa yang sopan saat
berkomunikasi dengan
orang tua
4. Kurang
5. Baik, seperti menjenguk
tetangga yang sakit atau
dirawat
48
6. Baik, seperti berbicara
dengan sopan terhadap
yang lebih tua dan
menyalami yang lebih tua
7. Kurang Baik
8. Cukup baik, dengan saling
mengohrmati antar warga
9. Kurang baik
10. Baik
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa norma
sosial yang ada di lingkungan Jembatan Besi dapat dikatakan
baik, seperti dengan adanya komunikasi yang sopan dan
menyalami yang lebih. Adapula seperti menjenguk tetangga
yang sedang terkena musibah seperti sakit atau dirawat dan
saling menghormati antar tetangga.
Adapula arti norma sosial ialah kebiasaan umum yang
menjadi tolak ukur perilaku dalam suatu kelompok masyarakat
dan batasan wilayah tertentu. Norma berkembang seiring
dengan kesepakatan sosial masyakarat, sering juga disebut
peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang
pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosial. Pada
dasarnya norma disusun agar hubungan diantara masyarakat
dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
49
5) Pertanyaan nomor lima
Tabel 4.6
Wawancara dengan Orang Tua
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Menurut Bapak atau Ibu,
apakah lingkungan masyarakat
ikut berperan serta dalam
perkembangan bahasa anak ?
1. Ya
2. Ya
3. Ya
4. Ya
5. Ya
6. Ya
7. Ya
8. Ya
9. Tidak
10. Ya
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa
masyarakat Jembatan Besi menyadari bahwa lingkungan ikut
berperan dalam perkembangan bahasa anak. Lingkungan
mempunyai peran penting dalam perkembangan bahasa anak
karena pada hakekatnya proses pemerolehan bahasa anak
diawali dengan kemampuan mendengar kemudian meniru suara
yang didengarnya yaitu dari lingkungan dimana tempat ia
tinggal.
50
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempunyai pengaruh cukup besar bagi perkembangan bahasa
anak. Karena dengan lingkungan maka anak akan dapat
menjalani kesehariannya dengan baik tanpa adanya kesulitan
dalam berinteraksi. Stimulus yang didapat anak melalui
lingkungan akan berpengaruh pada perkembangan bahasa
anak. Rangsangan yang diterima secara perlahan akan
mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Stimulus dari
orang-orang yang ada disekitarnya akan diproses oleh anak
sehingga membuat anak tersebut matang dalam pola pikir, pola
tindakan, dan pola ucap.
6) Pertanyaan nomor enam
Tabel 4.7
Wawancara dengan Orang Tua
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Menurut Bapak atau Ibu,
apakah lingkungan masyarakat
Jembatan Besi termasuk
lingkungan yang baik untuk
perkembangan bahasa anak ?
Berikan alasannya !
1. Baik, tergantung
penanaman orang tua
dalam mendidik anak
2. Bisa dikatakan baik atau
tidak baik, tergantung
bagaimana faktor keluarga
yang mengkontrol
kegiatan anak
51
3. Baik, sebab dilingkungan
Jembatan Besi diajarkan
untuk saling menghormati,
menolong dan berbagi
dengan yang lain
4. Tidak baik, karena masih
ada warga yang berbicara
tidak sopan didepan anak-
anak
5. Baik, karena dirumah
anak tidak pernah berkata
kasar kepada orang tua
6. Baik, karena anak
menggunakan bahasa
yang baik dan benar
7. Tidak baik karena saya
sering mendengar orang
dewasa menggunakan
bahasa yang tidak baik
untuk didengar anak-anak
8. Baik atau tidaknya, kita
selaku orang tua harus
mengawasi cara
berkomunikasi anak
52
9. Tidak baik karena masih
banyak masyarakat (orang
tua) yang menggunakan
bahasa yang tidak baik
saat berkomunikasi
dengan anak-anak
10. Tidak baik karena masih
banyak yang berkata tidak
sopan
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa
lingkungan Jembatan Besi baik untuk perkembangan bahasa
anak, karena menurut masyarakat kembali lagi ke penanaman
orang tua dalam mendidik, mengkontrol dan mengawasi
kegiatan anak. Adapun masyarakat yang mengatakan tidak baik
karena masih ada masyarakat yang tidak menggunakan bahasa
yang tidak baik, dan sering terdengar oleh anak-anak.
Adapula lingkungan yang baik untuk perkembangan
bahasa anak adalah lingkungan yang aktif ditempat anak
berada, yaitu lingkungan yang kaya akan bahasa. Hal ini dapat
dilakukan oleh orang dewasa dengan adanya lingkungan
bermain anak. Tetapi lingkungan yang dipilih pun harus dalam
standar yang baik sehingga bahasa yang didapat mempunyai
dampak yang baik pula. Karena dalam perkembangan bahasa
53
anka terdapat 4 fokus yaitu mendengar, berbicara, membaca,
dan menulis. Bila ada salah satu diantara 4 fokus tersebut tidak
tersalurkan dengan baik, maka akan mempengaruhi
perkembangan bahasa anak tersebut.
7) Pertanyaan nomor tujuh
Tabel 4.8
Wawancara dengan Orang Tua
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Menurut Bapak atau Ibu, bahasa
yang seperti apa yang baik untuk
perkembangan bahasa anak ?
1. Bahasa yang sopan
untuk berkomunikasi
2. Bahasa yang sopan dan
santun dalam
berkomunikasi
3. Bahasa yang sopan,
baik, penuh tata krama
terhadap lawan bicara
4. Bahasa yang tidak kasar
bila digunakan untuk
berkomunikasi
54
5. Bahasa yang sopa dan
baik untuk digunakan
6. Bahasa yang digunakan
dalam bahasa indonesia
7. Bahasa yang sopan dan
santun untuk berbicara
8. Bahasa yang dipakai,
bahasa indonesia yang
baik
9. Bahasa indonesia yang
baik dan benar namun
mudah dimengerti anak-
anak
10. Yang bertutur kata yang
sopan dan mudah
dipahami oleh anak
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa
bahasa yang baik untuk perkembangan bahasa anak ialah
bahasa yang sopan, santun dan penuh tata krama terhadap
lawan bicara. Adapula bahasa yang tidak kasar dan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, serta mudah dipahami oleh
anak-anak.
55
Adapula bahasa yang baik ialah tentu bahasa yang baik
untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Namun, tidak ada
salahnya bila anak mempelajari berbagai bahasa yang mereka
dengar dari lingkungan sekitar. Tapi tetap dalam pengawasan
orang tua, agar anak tetap terarahkan dalam proses
perkembangan bahasanya. Orang tua harus mampu
menginformasikan kata-kata apa saja yang baik dan tidak baik,
bila anak mendapatkan kata baru dari orang yang berada
disekitar mereka.
8) Pertanyaan nomor delapan
Tabel 4.9
Wawancara dengan Orang Tua
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Bagaimana tanggapan Bapak
atau Ibu sebagai masyarakat,
bila ada masyarakat lain yang
berkomunikasi / berbicara
dengan bahasa yang kurang
baik, apalagi disekitar anak-
anak ?
1. Akan saya tegur, agar
menggunakan bahasa
yang baik dan sopan
2. Menegur orang tersebut
dan menasehatinya
3. Memberikan teguran dan
memintanya untuk tidak
berbicara menggunakan
bahasa yang kurang baik
4. Menegur karena tidak
56
enak didengar orang
5. Menginformasikan pada
anak-anak yang
mendengar bahwa kata
yang didengar mereka
tidak baik untuk ditiru
6. Menegur orang itu
7. Menegur untuk tidak
berbicara seperti itu
didepan anak dan
memberitahu anak agar
tidak mencontoh karena
itu bahasa yang tidak baik
8. Diberitahu atau ditegur
9. Cukup prihatin karena
akan mempengaruhi
perkembangan dalam
bahasa anak
10. Kita tegur karena tidak
baik untuk perkembangan
anak
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa
mereka akan menegur bila orang orang yang berbicara dengan
57
kata-kata yang tidak baik, memberitahu agar menggunakan
bahsa yang baik agar tidak ditiru oleh anak-anak yang
mendengar, karena itu dapat mempengaruhi perkembangan
bahasa anak.
Adapun yang perlu kita lakukan bila ada orang berkata
kasar disekitar anak ialah dengan menegur dan memberi
pengertian kepada orang tersebut. Karena pada dasar anak
akan meniru perkataan orang disekitar yang mereka dengar.
Sehingga orang yang berada disekitarnya pun harus
menerapkan pola ucap yang baik. Hal ini pun yang harus
diwaspadai agar anak tidak meniru ucapakan negatif sehingga
membentuk pribadi yang lebih baik.
9) Pertanyaan nomor sembilan
Tabel 4.10
Wawancara dengan Orang Tua
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Bagaimana Bapak atau Ibu
yang berperan sebagai orang
tua, bila anak Bapak atau Ibu
mengucapkan kata-kata yang
kurang baik ?
1. Kita peringatkan dan beri
hukuman agar anak tidak
mengulangi lagi, serta diberi
pengertian tentang kata
tersebut
2. Pertaman menasehati, bila
mengulangi tegur dengan
58
tegas, dan bila masih
mengulangi lagi beri
hukuman seperti pukul
tangan / kakinya
3. Memberikan teguran dan
mengarahkan anak agar
berbicara dengan bahasa
yang sopan
4. Membimbing anak dan
memberi contoh bahasa
yang baik
5. Menasehati dan
mengatakan akan berdosa
dan masuk neraka bila
berkata yang tidak sopan
6. Memberitahu kepada anak
dan menjelaskan bahwa
ucapannya tidak baik dan
tidak boleh diucapkan lagi
7. Menegur untuk tidak
mengulanginya dan
mengajarkan bahasa yang
pantas mereka ucapkan
untuk seusia mereka
59
8. Diberitahu, diajarkan
bahasa yang baik
9. Menegur atau menasehati
dan menjelaskan bahwa
kata-kata tersebut tidak
boleh diucapka lagi
10. Kita tegur dan diberi arahan
bahwa bahasa yang
digunakan salah atau tidak
baik
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa
mereka akan menegur dan menasehati anak bahwa kata yang
mereka ucapkan tidak baik, dan memberi pengertian tentang
kata tersebut, serta memperingati untuk tidak mengulangi lagi
kata-kata yang mereka ucapkan tadi.
Adapula cara yang baik untuk mengatasi bila anak
berbicara kotor ialah dengan mengawasi dan mendampingi
anak saat bermain, memang tidak selamanya kita sebagai
orang tua mampu mensterilkan lingkungan anak. Lamban tahun
akan ada pengaruh dari linkungan luar yang tidak sesuai
dengan nilai positif yang ditanamkan dirumah. Yang bisa
dilakukan ialah dengan sabar dan telaten menjelaskan kepada
60
anak bahwa kata-kata kasar dan kotor itu tidak pantas untuk
diucapkan.
Menjelaskan kepada anak pun harus dengan bersikap
wajar dan tidak memarahi anak. Kemarahan terkadang justru
membingungkan anak dan bukan menjadi cara efektif untuk
mencegah anak tidak mengucapkan kembali kata kasar dan
kotor tersebut. Coba jelaskan pada anak kenapa ia
mengucapkan kata tersebut, mungkin ia tidak bisa
menjelaskannya. Artinya ia memang tidak paham apa arti kata
kasar dan kotor tersebut, dan belum sadar kalau kata-kata itu
dapat menyakiti orang lain. Tugas orang tua adalah menggali
pemahaman anak mengenai kata-kata tersebut dan mencari tau
alasan ia melontarkannya, lalu meluruskan perilaku yang tak
pantas tersebut.
Bimbingan dan arahkan anak, jangan mudah menyerah
bila anak sudah dinasehati, namun tetap mengulang kata-kata
tak pantas tersebut. Tugas orang tua, membimbing dan
mengarahkan anak secara terus menerus. Bila anak masih saja
mengulangi kata kasar dan tersebut, meski sudah dinasehati
berulang kali, buatlah kesepakatan. Berikan hukuman yang
disepakati bersama, namun jangan memberi hukuman
berbentuk fisik. Dan bila anak masih pula mengulangi carilah
penyebab anak makin senang menggunakan kata kasar dan
kotor tersebut.
61
10) Pertanyaan nomor sepuluh
Tabel 4.11
Wawancara dengan Orang Tua
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Bagaimana seharusnya
lingkungan masyarakat
yang baik untuk
perkembangan bahasa
anak ?
1. Menggunakan bahasa sehari-
hari yang sopan dan santun,
serta saling menghormati
2. Lingkungan yang di didik
dengan ilmu agama yang baik
3. Lingkungan yang sopan dan
penuh tata krama serta saling
menghormati satu sama lain
4. Lingkungan yang warganya
tidak berbicara kasar atau
tidak baik
5. Lingkungan yang terdapat
pengajian dan kegiatan
keagamaan yang banyak
6. Lingkungan yang
masyarakatnya menggunakan
bahasa indonesia yang baik
dan benar
7. Lingkungan yang berisi
62
masyarakat yang berbicara
santun disegala kondisi dan
situasi
8. Lingkungan yang dapat
menjadi contoh anak untuk
memakai bahasa yang baik
9. Lingkungan yang
membiasakan masyarakatnya
menggunakan bahasa yang
baik dan sopan
10. Lingkungan yang baik, tentu
terlahir dari masyarakat yang
baik dan berpendidikan yang
baik dan sudah diajarkan turn
temurun sehingga terlahir
generasi masyarakat yang
baik
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa
lingkungan yang baik untuk perkembangan bahasa anak ialah
lingkungan yang warganya tidak menggunakan kata kasar
dalam berkomunikasi, serta menggunakan bahasa yang sopan,
santun dan penuh tata krama dalam bertutur kata. Adapula
63
lingkungan yang mempunyai ilmu agama yang baik serta
berpendidikan.
Adapun lingkungan yang baik untuk perkembangan
bahasa anak tentu ialah lingkungan yang memberi dampak
positif terhadap perkembangan anak. Karena lingkungan
dimana ia tinggal, di dalam keluarga seperti apa ia dididik dan
seperti apa cara mendidik orang tua serta orang yang ada
disekitarnya. Ketika seorang anak yang seyogyanya masih kecil
dan polos dibentuk dengan didikan perilaku yang baik serta
dibiasakan menggunakan bahasa yang baik dan sopan dalam
sehari-hari maka ia akan terbiasa mengucapkan kosa kata yang
baik dan positif pula, baik dilingkungan keluara, teman bermain
maupun sekolah. Namun jika realita yang terjadi malah
sebaliknya maka pengaruh kosa kata yang diucapkan pun akan
jauh berbeda dengan anak yang dididik dengan bahasa yang
sopan dan santun.
b. Hasil wawancara dengan anak
Tabel 4.12
Data Anak yang diwawancarai
No Nama Anak Sebagai Alamat Tanggal
Penelitian
1 S.A Anak RT 05/06 7 Mei 2018
2 M.M Anak RT 08/06 9 Mei 2018
3 M. F Anak RT 02/06 10 Mei 2018
64
4 G.P. Anak RT 04/06 10 Mei 2018
5 K.Z Anak RT 01/06 11 Mei 2018
6 H.F Anak RT 03/06 14 Mei 2018
7 K.N Anak RT 06/06 14 Mei 2018
8 B.U Anak RT 09/06 15 Mei 2018
9 G.P.H Anak RT 10/06 16 Mei 2018
10 A.D Anak RT 07/06 16 Mei 2018
Hasil wawancara dengan anak adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan nomor satu
Tabel 4.13
Wawancara dengan Anak
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Apakah kamu berteman
dengan orang yang lebih
dewasa (seperti anak
SMP/SMA)
1. Tidak
2. Tidak
3. Ya
4. Tidak
5. Tidak
6. Tidak
7. Tidak
8. Tidak
9. Tidak
10. Tidak
Sumber: Hasil Wawancara 2018
65
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa anak
tidak berteman dengan orang yang lebih dewasa, mereka hanya
berteman dengan anak yang sebaya dengan mereka. Berteman
dengan anak yang lebih besar, anak cenderung akan lebih
mudah terpengaruh dengan bahasa yang mereka gunakan,
terlebih pergaulannya yang lebih luas dan lebih sulit untuk
dikontrol dan di awasi oleh orang tua.
Bergaul dengan anak yang lebih besar daripada mereka
akan membuat mereka terkena pengaruh pergaulan dari teman
teman mereka yang lebih besar dari mereka. Apalagi bila teman
mereka memberi efek negatif yang tidak baik untuk untuk
mereka, baik dalam perkembangan bahasa maupun yang
lainnya.
66
2. Pertanyaan nomor dua
Tabel 4.14
Wawancara dengan Anak
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Apakah temanmu pernah
mengajarkanmu berkata kotor ?
1. Tidak
2. Tidak
3. Tidak
4. Ya
5. Tidak
6. Tidak
7. Tidak
8. Tidak
9. Tidak
10. Ya
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa teman
mereka tidak pernah mengajarkan mereka untuk berkata kasar.
Lewat teman sebaya anak mengenal banyak hal dalam
berbagai aktifitas yang mereka lakukan dengan teman mereka.
Orang tua harus mampu mengenal teman-teman anaknya dan
cara mereka berbicara. Jika teman mereka menggunakan kata-
kata kasar, dia akan berpikir bahwa kata-kata kasar yang teman
67
mereka ucapkan bisa diterima siapa saja. Ajakan anak untuk
mengikuti apa yang benar.
Teman mereka tidak mengajarkan mereka untuk berkata
kasar, tetapi mereka dapat meniru kata atau ucapan yang
teman mereka kata. Bila teman mereka berkata kasar atau kotor
mereka akan dengan mudah menirunya, walaupun mereka tidak
mengerti makna dari kata yang diucapkan tersebut.
68
3. Pertanyaan nomor tiga
Tabel 4.15
Wawancara dengan Anak
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Kata kotor/kurang baik apasaja
yang pernah kamu dengar ?
1. Anjing, monyet, goblok
2. Bego, tolol, dongo
3. Monyet, bego, tolol, anjing
4. Bego, tolol, dongo
5. Bego, goblok
6. Goblok, bego, dongo,
anjing
7. Goblok, tolol
8. Bego, bloon, pe‟a
9. Bego, bodoh, tolol, goblok
10. Bego, goblok
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa anak-
anak sering mendengar kata-kata yang kurang baik untuk
diterapkan dalam ucapakan sehari-har seperti bego, anjing,
monyet, goblok, dll. Kata yang kurang baik dapat mereka
dengar darimana saja, baik teman, masyarakat, bahkan
keluarga.
Sebagai orang yang lebih dewasa bila kita mendengar
pula anak berbicara seperti itu, ada baiknya kita harus memberi
69
pengertian kepada anak. Cobalah untuk menjelaskan pada
anak bahwa kata yang biasa dia gunakan tidak baik, dan tidak
boleh digunakan. Jelaskan kepada anak mengapa
menggunakan kata kasar tersebut tidak dapat diterima di rumah
dan di masyarakat. Biarkan mereka memahami dengan jelas
bahwa berbicara dengan benar akan membuat mereka diterima
dimana saja.
4. Pertanyaan nomor empat
Tabel 4.16
Wawancara dengan Anak
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Sukakah kamu meniru
perkataan dari orang yang
berada disekitar kamu ?
1. Tidak
2. Ya
3. Tidak
4. Ya
5. Ya
6. Tidak
7. Tidak
8. Ya
9. Tidak
10. Tidak
70
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa hanya
sebagian dari anak yang diwawancara tidak suka meniru
ucapan orang lain. Padahal anak dapat dikatakan sebagai
seorang peniru ulung, setiap saat, mata anak selalu mengamati,
telinga anak akan menyimak, dan pikirannya mencerna apapun
yang orang sekitar mereka lakukan. Apa yang orang sekitar
katakan, sikap seperti apa yang ditunjukan, tanpa disadari akan
ditiru oleh anak. Jika orang yang berada disekitar anak ialah
orang yang toleran dan selalu berkata sopan pada setiap orang,
maka sangat mungkin terjadi anak pun akan tumbuh menjadi
orang seperti itu juga.
71
5. Pertanyaan nomor lima
Tabel 4.17
Wawancara dengan Anak
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Saat kamu memiliki kata baru
yang dipelajari, apakah kamu
memahami dahulu arti
perkataan tersebut sebelum
dipakai ?
1. Ya
2. Ya
3. Ya
4. Ya
5. Tidak
6. Ya
7. Ya
8. Tidak
9. Ya
10. Ya
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa setiap
anak memiliki kata yang mereka dengar, mereka akan memahami
terlebih dahulu apa makna kata tersebut sebelum
mengucapkannya. Hal itu termasuk baik, karena dengan begitu
anak akan lebih memahami apakah kata tersebut termasuk kata
yang baik untuk diucapakan atau kata yang buruk untuk diucapkan.
Sehingga anak tidak akan asal mengucapkan kata tersebut tanpa
mengetahui maknanya.
72
6. Pertanyaan nomor enam
Tabel 4.18
Wawancara dengan Anak
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Apakah kamu pernah
mengucapkan kata yang
kurang baik saat berbicara ?
1. Tidak
2. Terkadang
3. Tidak
4. Terkadang
5. Terkadang
6. Tidak
7. Tidak
8. Ya
9. Terkadang
10. Terkadang
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa
mereka terkadang mengucapkan kata yang kurang baik dalam
berbicara. Mereka mengucapkan kata tersebut dalam
berkomunikasi, sehingga kata tersebut keluar secara refleks
saat mereka berbicara dengan orang lain. Adapula yang yang
tidak pernah mengucapkan kata yang kurang baik dalam
73
berbicara, mereka menggunakan bahasa yang baik dan sopan
dalam berkomunikasi dengan orang lain.
7. Pertanyaan nomor tujuh
Tabel 4.19
Wawancara dengan Anak
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Bila saat sedang bermain,
kamu mendengar orang lain /
teman berkata kotor,
bagaimana sikap kamu ?
1. Menegurnya, supaya tidak
berkata kotor
2. Diamkan saja
3. Menegur teman itu
4. Menasehatkan
5. Tidak menanggapi
6. Menasehatinya, supaya
tidak berkata kotor lagi
7. Menegur dan
menasehatinya karena
berkata kotor seperti itu
tidak baik
8. Memarahinya
9. Dinasehati
10. Menegur dan
menasehatinya
Sumber: Hasil Wawancara 2018
74
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa bila
anak sedang bermain dan ada orang lain atau teman berkata
kotor, mereka memiliki tindakan yang bermacam-macam
diantaranya ialah menegur dan menasehasi teman tersebut
agar tidak mengucapkan kata kotor dan tidak baik, dan ada
yang lebih memilih untuk mendiamkan saja dan tidak
menanggapi dengan memilih pura-pura tidak mendengar
ataupun tidak tau.
Tindakan mereka dalam menanggapi hal tersebut dapat
dikatakan tepat, sehingga teman yang berkata kotor tersebut
dapat memperbaiki tutur kata mereka dalam berbahasa atau
kita dapat tidak menanggapi ucapak temannya tersebut agar
tidak mempengaruhi diri mereka sendiri.
75
8. Pertanyaan nomor delapan
Tabel 4.20
Wawancara dengan Anak
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Apakah orang tua kamu
memberikan pengertian
bila ada perkataan yang
tidak baik ?
1. Ya
2. Ya
3. Ya
4. Ya
5. Ya
6. Ya
7. Ya
8. Ya
9. Ya
10. Ya
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa orang
tua selalu memberikan pengertian kepada anak bila ada
perkataan anak yang tidak baik untuk diucapkan. Hal ini baik
untuk wawasan anak, agar anak dapat memahami dan lebih
mengerti tentang berbagai kata yang mereka dengar. Dengan
cara ini pula anak akan semakin banyak pengetahuaannya
serta semakin maju fikiran dan perasaannya sehingga rasa
ingin tahu anak tidak akan terhambat.
76
9. Pertanyaan nomor sembilan
Tabel 4.21
Wawancara dengan Anak
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Jika ada temanmu yang
berkata kotor, apa yang kamu
lakukan ?
1. Dengan cara
menasehatinya supaya
tidak berkata kotor
2. Memarahi dan
menasehatinya
3. Menegurnya
4. Menasehatkan
5. Menasehati
6. Memberi tau kepada
orang tuanya
7. Mengatakan kalau berkata
seperti itu tidak baik
8. Memaharahi dan
menasehatinya
9. Dinasehati
10. Menegur dan
menasehatinya
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa bila
anak sedang bermain dan adan orang lain atau teman berkata
77
kotor, mereka memiliki tindakan yang bermacam-macam
diantaranya ialah menegur dan menasehasi teman tersebut
agar tidak mengucapkan kata kotor dan tidak baik, adapula
yang lebih memilih memarahi dan memberi tau kepada orang
tua temannya bahwa anak tersebut telah berkata kasar. Dalam
hal ini menegur dan menasehati tentu adalah hal yang pertama
harus dilakukan, bila sesudah itu masih mengulangi maka ada
baiknya memberi tau kepada orang yang lebih dewasa tentang
perkataan anak tersebut, agar orang dewasa yang bertindak
lanjut apa yang akan dilakukan kepada anak tersebut.
10. Pertanyaan nomor sepuluh
Tabel 4.22
Wawancara dengan Anak
Pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Bila kamu mengucapkan kata
kotor, bagaimana kamu
memperbaikinya ?
1. Dengan cara tidak
mengulanginya dan
memahami arti kata
tersebut
2. Tidak akan mengulangi
berkata kotor lagi dan
meminta maaf karena
sudah berkata kotor
3. Dengan meminta maaf
78
dan berjanji tidak akan
mengulangi lagi
4. Tidak mengulangi lagi dan
meminta maaf atas
ucapan kotornya
5. Minta maaf dan tidak
mengulangi lagi
6. Tidak akan mengulangi
lagi dan minta maaf sudah
berkata kotor
7. Tidak akan
mengulanginya lagi
8. Dengan mengucapkan
kata yang baik
9. Meminta maaf
10. Tidak mengulangi lagi
perkataan kotor tersebut
Sumber: Hasil Wawancara 2018
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa cara
anak mengatasi bila ia berkata kotor ialah dengan tidak
mengulangi lagi dan memahami arti kata yang mereka ucapkan,
serta meminta maaf telah berkata kotor. Cara yang dituturkan
anak termasuk baik untuk mengintropeksi diri mereka sendiri.
79
Sedangkan dari sisi orang tua pun kita tidak boleh
langsung memarahi mereka, mulailah dengan menjelaskan
pada anak kenapa ia mengucapkan kata tersebut. Tugas orang
tua adalah menggali pemahaman anak mengenai kata-kata
tersebut dan mencari tau alasan ia melontarkannya, lalu
meluruskan perilaku yang tak pantas tersebut.
Bimbingan dan arahkan anak, jangan mudah menyerah
bila anak sudah dinasehati, namun tetap mengulang kata-kata
tak pantas tersebut. Bila anak masih saja mengulangi kata
kasar dan tersebut, berikan hukuman yang disepakati bersama,
namun jangan memberi hukuman berbentuk fisik. Dan bila anak
masih pula mengulangi carilah penyebab anak makin senang
menggunakan kata kasar dan kotor tersebut.
c. Hasil Analisis Data
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti
terhadap 10 narasumber masyarakat, maka dapat dikatakan
bahwa, 9 warga masyarakat sudah menggunakan bahasa yang
baik dalam berbicara atau berkomunikasi. Sedangkan 1 warga
masyarakat lainnya merasa belum menggunakan tutur kata
yang baik dalam berkomunikasi. Nilai sosial dan norma sosial
menurut masyarakat juga dikatakan cukup baik dalam
berinteraksi sesame warga.
80
Dalam perkembangan bahasa anak, lingkungan
masyarakat juga ikut berperan serta dalam hal tersebut.
Kemudian 6 diantara 10 masyarakat mengatakan
lingkungannya merupakan lingkungan yang baik untuk
perkembangan bahasa, tergantung orang tua dalam mendidik
anak, sedangkan 4 diantaranya mengatakan tidak baik karena
masih ada warga yang tidak menggunakan tutur kata yang baik
dalam berbicara atau berkomunikasi. Bahasa yang baik bagi
anak ialah bahasa yang sopan, santun serta penuh tata karma
terhadap lawan bicaranya
Dalam menanggapi masyarakat yang bertutur kata tidak
baik dalam berkomunikasi, masyarakat lebih memberikan
teguran pada orang tersebut, dan menasehatinya agar tidak
berkata seperti itu. Sedangakan bila anak mereka yang bertutur
kata tidak baik, sebagai orang tua mereka lebih memilih untuk
menegur dan menasehati anak mereka, serta membimbing dan
menjelaskan kepada anak agar tidak mengulangi perkataan
tersebut.
Terdapat pula 10 wawancara narasumber dengan anak,
semua anak yang diwawancara pernah mendengar kata kotor
maupun kasar dari orang yang berada disekitarnya. Ada 6 dari
10 anak, mengatakan bahwa mereka tidak suka meniru
perkataan orang yang mereka dengar. Sedangkan 4 anak yang
lainnya mengatakan mereka suka meniru perkataan orang lain,
81
sehingga bila kata yang mereka dengar bermakna tidak baik,
akan berdampak negatif bagi mereka yang suka meniru.
Terkadang anak juga mengucapkan kata kurang baik dalam
berbicara.
Bila ada teman mereka yang berkata kotor, anak akan
memilih menegur dan menasehatinya supaya tidak berkata
kotor lagi. Dan bila ada perkataan anak yang kurang baik, orang
tua mereka juga memberikan pengertian atau makna dari kata
tersebut. Maka bila anak berkata kotor, maka cara anak tersebut
memperbaikinya ialah dengan mengingat agar tidak
mengulanginya lagi, serta terlebih memahami dahulu arti kata
yang akan diucapakn dikemudian hari.
C. Interprestasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dari data yang diperoleh dan dianalisis,
peneliti akan melakukan interprestasi penelitian. Interprestasi
penelitian ini dimaksud untuk menafsirkan data kedalam bentuk yang
mudah dipahami. Interprestasi yang akan peneliti kemukakan adalah
tentang Peran Lingkungan Masyarakat dalam Perkembangan Bahasa
Anak pada anak Usia 8-9 Tahun yang berlokasi di RW 06, Kelurahan
Jembatan Besi, Tambora.
Peran Masyarakat dalam perkembangan bahasa anak tidak
cukup baik. Masyarakat tidak memberi contoh yang baik pada anak
dalam berkomunikasi sehari-hari. Sehingga anak dengan mudah
82
mencontoh apapun yang mereka dengar dari orang-orang yang berada
disekitarnya. Jadi orangtua harus ekstra mengawasi anak dalam
berbahasa dan membimbing anak untuk berbahasa dengan baik dan
sopan.
Masyarakat juga harus selalu diberitahu agar menjaga kata-kata
dalam berkomunikasi agar anak-anak dapat berkata baik dan sopan,
serta tidak terpengaruh dengan kata-kata yang mereka dengar dari
masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjaga perkembangan bahasa
anak agar dapat berkomunikasi dengan baik bersama yang orang lain.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis data dan hasil
observasi di lapangan. Peran ingkungan masyarakat dalam
perkembangan bahasa anak usia 8 – 9 tahun tidak cukup baik untuk
anak. Masyarakat sekitar tidak memberikan contoh yang baik pada
anak dalam berkomunikasi sehari-hari. Sehingga anak dengan mudah
mencontoh atau meniru apapun yang mereka dengar dari orang-orang
yang berada disekitar mereka. Jadi orangtua harus ekstra mengawasi
anak dalam berbahasa dan membimbing anak untuk berbahasa
dengan baik dan sopan.
Masyarakat juga harus selalu diberitahu dan diberi sosialisasi
agar menjaga kata-kata dalam berkomunikasi agar anak-anak dapat
berkata baik dan sopan, serta anak tidak terpengaruh dengan kata-
kata yang mereka dengar dari masyarakat terutama kata-kata kotor
dan kasar. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak meniru atau
mencontohkan kata tidak baik yang mereka dengar. Dengan begini
akan sedikit mengurangi pengaruh dari orang sekitar terhadap
perkembangan bahasa anak. Dapat pula untuk menjaga
perkembangan bahasa anak agar dapat berkomunikasi dengan baik
saat bersama yang orang lain.
B. Saran
84
Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai sumbangsih pemikiran penulis untuk dijadikan
bahan masukan dan arah oleh masyarakat maupun orang tua dalam
menstimulasi perkembangan anak.
1. Bagi Lingkungan Masyarakat
Masyarakat ikut andil dalam hal pengawasan terhadap anak.
Terutama dalam hal bermain, setidaknya masyarakat dapat
menjaga tutur kata mereka, bila ada anak yang bermain maupun
berada disekitar mereka. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak
meniru atau mencontohkan kata tidak baik yang mereka dengar.
Dengam begini akan sedikit mengurangi pengaruh dari orang
sekitar terhadap perkembangan bahasa anak.
2. Bagi Orang Tua
Orang tua sudah seharusnya menanamkan kultur yang baik
dalam berkomunikasi pada anak, sebagai sikap dan mendidik dan
kepedulian orang tua terhadap anak. Orang tua juga harus selalu
mengawasi dan membimbing anak dalam banyak hal, terutama
dalam hal pergaulan, setidaknya orang tua harus dekat dengan
anak agar anak bisa lebih leluasa untuk bercerita kepada orang tua
jika terjadi sesuatu hal baik yang menyenangkan maupun tidak.
85
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bambang Samsul. 2015. Psikologi Sosial. Bandung: Pustaka Setia.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Creswell, J.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.
Hildayani, Rini dkk. 2009. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Kulsum, Umi dan Mohammad Jauhar. 2014. Pengantar Psikologi Sosial.
Jakarta: Prestasi Pusaka.
Moleong, Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muharto. 2016. Metode Penelitian Sistem Informasi: Mengatasi Kesulitan
Mahasiswa dalam Penyusunan Proposal Penelitian. Yogyakarta:
Deepublish.
Murdiyatmoko, Janu. 2007. Sosiologi: Memahami dan Mengkaji
Masyarakat. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Putra, Nusa. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sarinah. 2016. Ilmu Sosial Budaya Dasar (di Perguruan Tinggi).
Yogyakarta: Deepublish.
86
Soetjiningsih, Christiana. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suradika, Agus dan Dirgantara Wicaksono. 2017. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Edukasi Gemilang Indonesia.
Upton, Penney. 2012. Psychology Express : Development Psychology.
Terjemahan oleh: Noermalasari Fajar Widuri. Jakarta: Gelora
Aksara Pratama.
Waluya, Bagya. 2007. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di
Masyarakat. Bandung: Setia Purna Inves.
Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
____________ dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
87
Lampiran 1
Data Penelitian
88
RIWAYAT HIDUP PENULIS
I. Data Pribadi
Nama : Karmilla Meylyarni
Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 12 Mei 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pitara Raya Gang. Pos No. 82 RT 002/19
Pancoran Mas – Depok
Jawa Barat – 11470
No. Telepon : 081291276700
Email : [email protected]
Jurusan : PGSD
II. Riwayat Keluarga
1. Orang Tua : a. Ayah : Drs. Suharman
b. Ibu : Nurmizalti, S.Pd
2. Saudara : a. Desman Tommy Wira Putra (09 Desember 1989)
b. Nining Febbalya Wira Putri (15 Februari 1993)
III. Riwayat Pendidikan
1. SDN Tanjung Duren Utara 01 Pagi
2. SMP Negeri 69 Jakarta
3. SMA Negeri 111 Jakarta
89
4. Diterima di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Jakarta, tahun 2014
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Hormat Saya
Karmilla Meylyarni
90
Lampiran 1
Dokumentasi Penelitian
Foto saat anak bermain di lingkungan Jembatan Besi
91
Foto Lingkungan Pemukinman Penduduk daerah Jembatan Besi
92
93
Foto dengan beberapa narasumber penelitian
94
Lampiran 2
95
Lampiran 2
Surat Penelitian
96
Berita Acara Seminar Proposal
97
Lampiran 3
Surat Pembimbing Skripsi
98
Lampiran 4
Surat Pernyataan Expert Judgement
99
Lampiran 5
Kartu Bimbingan Skripsi
100
101
102
Lampiran 6
103
Kartu Menyaksikan Ujian Skripsi
104
Lampiran 7
Surat Permohonan Penelitian
105
Lampiran 8
Kartu Bimbingan Pasca Sidang Skripsi