Peran Serta Masyarakat
-
Upload
arkis-dratapua -
Category
Documents
-
view
57 -
download
0
Transcript of Peran Serta Masyarakat
Peran Serta Masyarakat
a. Pengertian Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli
mengatakan bahwa partisipasi atau peran serta masyarakat pada
hakekatnya bertitik tolak dari sikap dan perilaku namun batasannya tidak
jelas, akan tetapi mudah dirasakan, dihayati dan diamalkan namun sulit
untuk dirumuskan.
Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana
individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung
jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat
lingkungannya ( Dep Kes RI, 1997, hal 5 )
b. Tujuan Peran Serta Masyarakat
Tujuan program peran serta masyarakat adalah meningkatkan peran dan
kemandirian, dan kerjasama dengan lembaga-lembaga non pemerintah
yang memiliki visi sesuai; meningkatkan kuantitas dan kualitas jejaring
kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan masyarakat;
memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dan proses
pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan
masyarakat.(www.syakira-blog.blogspot.com.)
c. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat
1). Manfaat kegiatan yang dilakukan.
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas
bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta
menjadi lebih besar.
2). Adanya kesempatan.
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk
berperanserta dan masyarakat melihat memang ada hal-hal yang
berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.
3). Memiliki ketrampilan.
Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan
orang yang mempunyai ketrampilan sesuai dengan ketrampilan tersebut
maka orang tertarik untuk berperanserta.
4). Rasa Memiliki.
Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat
sudah diikut sertakan , jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan
dengan baik maka peranserta akan dapat dilestarikan.
5). Faktor tokoh masyarakat.
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa
tokoh - tokoh masyarakat atau pemimpin kader yang disegani ikut serta
maka mereka akan tertarik pula berperan serta.
d. Bentuk Peran Serta Masyarakat
1). Peran serta karena terpaksa
Masyarakat berperan serta karena adanya ancaman atau sanksi.
2). Peran serta karena imbalan
Adanya peranserta karena adanya imbalan tertentu yang diberikan baik
dalam bentuk imbalan materi atau imbalan kedudukan.
3). Peran serta karena kesadaran
Peran serta atas dasar kesadaran tanpa adanya paksaan atau harapan
dapat imbalan.
e. Wujud Peran serta
Peran serta dapat diwujudkan dalam bentuk:
1). Tenaga, seseorang berperan serta dalam kegiatan kelompok dengan
menyumbangkan tenaganya, misalnya menyiapkan tempat dan peralatan
dan sebagainya.
2). Materi, seseorang berperan serta dalam kegiatan kelompok dengan
menyumbangkan materi yang diperlukan dalam kegiatan kelompok
tersebut, misalnya uang, pinjaman tempat dan sebagainya.
.(www.syakira-blog.blogspot.com.)
f. Motivasi untuk berperan serta.
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan
orang tersebut melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan
(Depkes RI, 1997, hal 18). Motif manusia dapat digolongkan menjadi
beberapa jenjang, suatu motiof timbul kalau motif yang mempunyai
jenjang lebih rendah telah terpenuhi ( Abraham Maslow, 1964 dikutip
DepKes RI 1997, hal 18 ). Selanjutnya Woodworth dan Marquis dikutip
Purwanto ( 1996 ) membedakan motif menjadi tiga macam yakni (1) Motif
kebutuhan organis seperti makan dan minum, (2) motif darurat yang
mencakup dorongan diri atau balas dendam dan (3) motif obyektif
meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi
dan seterusnya.
Motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu: a). Menggerakan,
berarti menimbulkan kekuatan pada individu yang memimpin seseorang
untuk bertindak dengan cara tertentu, b) Mengarahkan tingkah laku
individu terhadap suatu tujuan, c) Menjaga dan menopang tingkah laku
yang dilakukan oleh individu. Berdasarkan macamnya motivasi timbul
karena : 1. Ingin tahu. 2. Tertarik akan keuntungan. 3. Untuk
menghindarkan hukuman / sanksi.
Faktor yang mempengaruhi motivasi adalah : umur, budaya / adat
istiadat yang berkenaan dengan kesehatan, agama, kelompok dan tingkat
sosial ekonomi.
g. Strategi Pengembangan Peran Serta Masyarakat
Strategi pengembangan peran serta masyarakat dilakukan melalui
pendekatan community organization atau community development yang
terencana dan terarah. Dalam hubungan ini akan disampaikan tiga pola
yang selama ini dikerjakan.
1). Pola rekayasa manusia dan rekayasa sosial
Peningkatan peran serta masyarakat dapat ditempuh melalui dua strategi
yaitu rekayasa manusia dan rekayasa sosial. Kedua strategi ini ditempuh
secara terpadu, dengan penekanan sasaran yang berbeda. Teori ini
menggunakan dasar teori Rogers tentang innovation decision process,
yaitu proses kejiwaan yang dialami individusejak pertama kali
memperoleh informasi tentang inovasi, sampai pada saat dia menerima
atau menolak inovasi tersebut.
Proses kejiwaan ini tentu saja sangat individual sifatnya, artinya ada
individu yang cepat, tetapi ada pula yang sangat lambat dalam menerima
informasi. Berdasarkan kecepatan dalam menerima informasi, penduduk
dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yatu kelompok Inovator,
Early adopter, Early majority, Late majority, dan Laggards.
Kelompok Inovator dan Early adopter merupakan kelompok yang
berwawasan luas dan berpendidikan lebih dari rata-rata. Mereka
merupakan penyaring masuknya inovasi ke dalam kelompok tersebut.
Kelompok Early majority akan mengikuti sikap Early adopter sementara
kelompok Late majority akan mengikuti sikap yang telah dianut oleh Early
majority.
Sedangkan kelompok Laggards adalah mereka yang bersikap tradisional
dan sulit menerima bahkan menolak inovasi baru. Kajian terhadap teori
ini menunjukkan bahwa intervensi pada Innovator dan Early adopter akan
dapat mempengaruhi kelompok Early majority, sementara perubahan
positif pada kelompok Early majority akan diikuti oleh kelompok Late
majority.
Rekayasa manusia ditujukan kepada kelompok Innovator dan Early
adopter yang relatif mempunyai wawasan, tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang lebih baik. Kelompok ini tidak banyak, sekitar 16%,
tetapi merupakan pengambil keputusan yang berpengaruh. Oleh karena
itu perlu didekati secara interpersonal. Rekayasa manusia ini dilakukan
melalui advokasi kepada para pemimpin dan tokoh masyarakat setempat
secara informal dulu, baru bila telah mendapatkan lampu hijau dilakukan
pendekatan secara formal.
Rekayasa sosial dimaksudkan untuk menggerakkan kelompok Early
majority yang proses penerimaan inovasinya lebih lambat dan berkiblat
pada kelompok Early adopter. Pada kelompok besar ini tidak mungkin
dilakuan rekayasa manusia, karena akan membutuhkan tenaga yang
banyak dan waktu yang lama. Ole karena itu pada kelompok ini
digunakan rekayasa sosial berupa pengorganisasian masyarakat. Wujud
rekayas sosial adalah pembentukan kelompok kerja di tingkat masyarakat
(misalnya Posyandu, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Pos UKK, Polindes,
Sadari, Posbindu Usila/Pos pembinaan terpadu usia lanjut, dll), yang
prinsipnya adalah menumbuhkan kader teknis kesehatan. Lewat kerja
kader inilah diharapkan terjadi alih pengetahuan dan olah keterampilan di
bidang kesehatan, dari petugas kepada kader dan dari kader kepada
masyarakat. Dari proses yang panjang dan lama ini secara bertahap
dapat mempengaruhi kelompok Late majority untuk mengikuti jejak
kelompok di atasnya. Dengan demikian, harapan untuk meningkatkan
kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi segenap penduduk dapat
tercapai.
Pola rekayasa manusia dan rekayasa sosial ini dikembangkan pula di
tingkat petugas, dimana para pemimpin kelompok/institusi digarap
dengan rekayasa manusia, sementara pengembangan organisasinya
ditempuh melalui rekayasa sosial.
2). Pola Penggunaan Norma
Pola ini mendasarkan perubahan yang terencana melalui pengamalan
dan perubahan norma yang dianut oleh masyarakat itu, mulai dari saat
perencanaan hingga inplementasinya.
Aspek perencanaan pada awal program kesehatan memegang peranan
yang sangat penting, apalagi bila sasarannya adalah masyarakat yang
mempunyai nilai/norma sosial budaya tertentu. Prinsipnya adalah
bagaimana kita menggunakan dan menerapkan pengetahuan dan sumber
daya lainnya secara sadar, sebagai alat untuk memodifikasi pola perilaku
kearah yang diharapkan.
Robert Chin dan Keneth D.Benne mengemukakan bahwa ada Tiga srategi
dalam melakukan perubahan terencana, yaitu:
a). Empirical rational strategies
Strategi rasional empiric ini mempunyai asumsi dasar bahwa manusia
akan menerima perubahan bila rasional dan menguntungkan dirinya.
Strategi ini banyak berhasil pada penyebaran teknologi kebendaan (think
technology), tetapi kurang berhasil untuk teknologi perangkat lunak
(people technology).
b). Normative-reducative strategies
Strategi ini mempunyai asumsi dasar sebagai berikut:
1. Rasionalitas dan intelegensi tetap penting
2. Pola bertindak atau berperilaku masyarakat dipengaruhi oleh norma
sosial budaya dan kesetiaan anggota masyarakat terhadap norma
tersebut.
3. Perubahan pola berperilaku lebih cepat terjadi bila orang diajak terlibat
untuk mengubah orientasi normatifnya.
Atas dasar asumsi tersebut, untuk penerapannya diperlukan change
agent yang aktif mendekati masyarakat, dengan prinsip: Penekanan pada
kebutuhan dan persepsi masyarakat, Perlu kerja sama antara change
agent dengan masyarakat, penggunaan metode perilaku yang selektif
dan tepat guna, dan tidak berapriori terhadap masalah yang dihadapi
masyarakat.
Perubahan perilaku diarahkan pada: Perbaikan kemampuan pemecahan
masalah oleh masyarakat, memberi kesempatan bertumbuh kepada
mereka yang mewarnai perubahan system yang akan diubah, dan
metode ini berhasil baik untuk penyebarluasan teknologi perangkat lunak
(people technology).
c). Power coercive strategies
Asumsi dasarnya adalah bahwa orang yang tidak mempunyai kekuasaan
akan patuh/mengikuti mereka yang mempunyai kekuasaan (baik berupa
kekuatan politik, ekonomi, moral, dll).
Ada tiga kategori dalam strategi ini yaitu :
1. Strategi tanpa kekerasan dengan bertumpu pada kekuatan moral.
2. Srategi melalui penggunaan institusi politik.
3. Strategi perubahan melalui rekomposisi dan manipulasi kekuatan elit.
3). Pola Faktorial
Dalam pola ini, tinggi rendahnya peran serta masyarakat ditentukan oleh
berbagai faktor yang ada dalam masyarakat itu sendiri maupun dalam
supra sistemnya. Peran serta masyarakat merupakan fungsi dari berbagai
faktor, yang secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut:
PSM = f (x1+x2+x3+x4……xn)
Keterangan :
x1 : Lingkungan epoleksosbud
x2 : Kepemimpinan
x3 : Sumber daya local
x4 : Kerjasama pemerintah dan masyarakat
x5 : Penyuluhan kesehatan masyarakat
Pola ini muncul sebagai salah satu hasil Semiloka Peran Serta Masyarakat
dalam Pembangunan Kesehatan di Cisarua, tanggal 24-27 maret 1992.
Dalam konsep ini disebutkan bahwa tiggi rendahnya peran serta
masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor seperti tampak di atas.
Konsep ini perlu ditindak lanjuti untuk mengetahui lebih rinci tentang:
faktor apa saja yang mempengaruhi peran serta masyarakat dan berapa
bobot masing-masing faktor tersebut pada peningkatan peran serta
masyarakat di suatu komunitas. Bila kedua hal tersebut telah diketahui,
maka intervensi penggerakan peran serta masyarakat dapat tepat
sasaran, dengan dampak yang optimal. (Depkes RI : 1997 hal 9-16)
Sumber
Departemen Kesehatan RI. 1997. Pendekatan Kemasyarakatan. Jakarta :
Depkes RI, Direktoran Bina Peran Serta Masyarakat.
Departemen Kesehatan RI. 1997. Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan.
Jakarta : Depkes RI, Pusat Promosi Kesehatan.
Dewey, John. 1997. Pengalaman Dan Pendidikan (John de Santo).
Yogyakarta : Kepel Press bekerjasama dengan Yayasan Adi Karya IKAPI
dan Ford Foundation
Lulu Anita. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Peran Dan Fungsinya Dalam Bidang Kesehatan Terhadap Peran Serta
Masyarakat Dalam Kegiatan Posyandu. (Online),
(http://one.indoskripsi.com, diakses 22 Nopember 2009)
Surveilans Epidemiologi Sebagai Bentuk Penerapan Keperawatan Komunitas
Surveilans Epidemiologi Sebagai Bentuk Penerapan Keperawatan
Komunitas
Oleh : Mahyuliansyah
Surveilans adalah suatu observasi terhadap orang-orang yang diduga
menderita suatu penyakit menular dengan cara mengadakan bermacam-
macam pengawasan medis, yang tidak membatasi bergerak dari orang
atau orang-orang yang bersangkutan. Pengertian ini berkembang bukan
saja pengamatan terhadap populasi tetapi pengamatan semua factor
yang mempengaruhi terjadinya penyakit atau masalah kesehatan yang
menimpa masyarakat.
Surveilans mutlak diperlukan pada program-program pemberantasan
penyakit menular sebagai dasar perencenaan, monitoring dan evaluasi
program
Surveilans Epidemiologi adalah pengumpulan dan analisa data
epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan
dalam bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit yang meliputi
kegiatan :
1. Perencanaan Program Pemberantasan Penyakit.
Mengenal Epidemiologi Penyakit berarti mengenal apa yang kita hadapi
dan mengenal perencanaan program yang baik.
2. Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit.
Bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dan sesudah program
dilaksanakan sehingga dapat diukur keberhasilannya menggunakan data
sueveilans epidemiologi.
3. Penanggulangan wabah Kejadian Luar Biasa.
Dengan system surveilans yang peka terhadap perubahan-perubahan
pola penayakit di suatu daerah tertentu dapat mengantisipasi
kecenderungan penyakit di suatu daerah.
Tujuan akhir surveilans adalah untuk menetukan luasnya infeksi dan
resiko penularan penyakit sehingga tindakan pemeberantasan dapat
dijalankkan secara efektif dan efisien. Oleh karaena itu data surveilans
harus sesuai dengan kondisi penyakit/masalah kesehatan masyarakat
setempat.
Dengan melakukan surveilans yang baik, maka data yang ada dapat
etrkumpul, diolah dan dianalisa sehingga menjadi informasi untuk
perencanaan program, penanggulanagan dan pencegahan penyakit.
Peranan perawat komunitas di Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan
surveilans adalah sangat penting artinya, mengingat bahwa Puskesmas
adalah sebagai sumber informasi yang dapat langsung dari masyarakat.
Sehingga informasi masalah penyakit atau masalah kesehatan segera
dapat diketahui lebih akurat.
Peran ini sangat erat kaitannya dengan peran perawat komunitas
berdasarkan rumusan Departemen Kesehatan pada penerapan Desa
Siaga,
salah satunya sebagi penemu kasus di lapangan, yakni melakukan
surveilans epidemiologi, melakukan penemuan kasus/masalah-masalah
kesehatan di masyarakat, menerapkan prinsip privacy dalam penemuan
kasus-kasus yang dinilai negatif oleh masyarakat, melaporkan hasil
penemuan kasus kepada pihak terkait
Kegiatan-kegiatan perawat komunitas yang berhubungan langsung
dengan surveilans epidemiologi dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular adalah :
• Pengamatan penyakit menular tertentu.
• Pengamatan terpadu untuk pemantauan programdan dampak program
melalui pemantauan Wilayah Setempat (PWS), dan pengamatan dan
pemberantasan berbagai vector penyakit, dan pengamatan secara
laboratorium.
• Pengobatan penderitan baik yang bersifat pencegahan maupun
penyembuhan dalam rangka pemutusan rantai penularan.
• Imunisasi untuk mencegah penyakit-penyakit menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
• Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan wabah penyakit seperti
diare, malaria, demam berdarah, Rabies dan penyakit yang dapat
menimbulkan wabah.
Dari penjelan di atas secara langsung dan tidak langsung menyatakan
bahwa upaya surveilans epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan
fungsi dan perawat komunitas itu sendiri.
Sumber :
Depkes RI, 1997, Jakarta, Mudol Pelatihan Funsional Bagi Tenaga
Surveilas di Puskesmas.
Dini Meinanda Mutiara, Rumiati, Selvi Ermawati, 2008,………….., Keluarga
Binaan Sebagai Wujud Peran Perawat Komunitas dalam Penanggulangan
Gizi Buruk pada Anak
MUTU LAYANAN KESEHATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS”
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jaminan mutu dalam keperawatan komunitas merupakan salah
satu pendekatan atau upaya yang sangat penting serta mendasar dalam
memberikan layanan keperawatan kepada klien.
Seorang perawat komunitas yang profesional harus senatiasa
berupaya memberikan pelayanan keperawatan dengan mutu yang
terbaik kepada semua klien tanpa terkecuali. Pendekatan jaminan mutu
layanan keperawatan merupakan salah satu perangkat yang sangat
berguna bagi mereka yang mengelolah atau merencanakan layanan
keperawatan.
Pendekatan tersebut juga merupakan bagian keterampilan yang
mendasar bagi setiap pemberi pelayanan kesehatan yang secara
langsung melayani kien.
Layanan keperawatan yang bermutu adalah layanan keperawatan
yang senantiasa berupaya memenuhi harapan kien sehingga klien
selalu puas terhadap pelayanan yang diberikan perawat. Pendekatan
jaminan mutu layanan keperawatan mengutamakan keluaran layanan
keperawatan atau apa yang dihasilkan dan di akibatkan oleh layanan
keperwatan.
Hasil layanan keperawatan yang bermutu hanya mungkin
dihasilkan oleh pekerjaan yang benar, dengan demikian klien akan
berada dalam lingkungan organisasi layanan keperwatan yang baik
karena segala kebutuhan dan penyakit klien tersebut sangat
diperhatikan dan kemudian dilayani dengan layanan keperwatan dengan
mutu yang terbaik.
Tidak mengherankan bahwa organisasi layanan keperawatan yang
selalu memperhatikan mutu selalu akan dengan mudah mendapatkan
akreditas serta memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan
organisasi lain sejenisnya.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum:
menjelaskan konsep jaminan mutu dalam keperawatan kesehatan
komunitas
menjelaskan dimensi mutu layanan kesehatan
menjelaskan langkah langkah standar pelayanan kesehatan
menjelaskan program jaminan mutu
menjelaskan evaluasi dan penilaian mutu pelayanan keperawatan
komunitas
2. Tujuan khusus:
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan komunitas
memberikan tambahan sumber kepustakaan dan pengetahuan sebagai
bahan pembelajaran dimasa yang akan datang
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
Mutu sebagai keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang
menunjukan kemampuanya dalam memuasakan kebutuhan
konsumen,baik berupa kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan
yang tersirat (Imbalo S.Pohan .2006).Mutu tidak lepas dari kata kualitas
atau mutu itu sendiri.
Kualitas mengandung banyak definisi dan makna di antaranya
seperti;
Mutu adalah kualitas
Bebas dari kerusakan atau cacat
Kesesuaian; pengguna,persyaratan atau tuntunan
Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal
Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap awal
Kepuasan pelanggan; dalam arti klien itu sendiri maupun keluarganya.
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang memuaskan pelanggan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata pelanggan, serta diberikan sesuai standart dan etika
profesi.
Layanan kesehatan yang bermutu sering dipersepsikan sebagai suatu
layanan kesehatan yang di butuhkan, dalam hal ini akan di tentukan oleh
profesi layanan keshatan dan sekaligus di inginkan oleh klien(individu)
ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Layanan kesehatan sebagaimana juga mutu barang dan jasa bersifat
multidimensi.
Dimensi mutu layanan kesehatan menurut L.D.Brown dkk(1992)
adalah sbb;
Dimensi kompetensi teknis.
Menyangkut ketrampilan,kemampuan,dan penampilan atau kinerja
pemberi layanan kesehatan.
Dimensi keterjangkauan atau akses terhadap layanan kesehatan
Mempunyai arti bahwa layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh
masyarakat,tidak terhalang oleh keadaan geografis,sosial.ekonomi dan
bahasa.
Dimensi efektivitas layanan kesehatan
Mempunyai arti bahwa perawat harus mampu mengobati atau
mengurangi keluhan yang ada mencegah terjadinya penyakit,serta
berkembangnya penyakit yang ada.
Dimensi efisiensi layanan kesehatan
Layanan kesehatan yang efisiensi dapat melayani lebih banyak klien
atau masyarakat.
Dimensi kesinambungan layanan kesehatan
Mepunyai arti bahwa klien harus dapt dilayani sesuai
kebutuhan,termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengurangi prosedur
diagnosis dan terapi yang tidak perlu.
Dimensi keamanan
Layanan kesehatan itu harus aman dari resiko cidera, infeksi, efek
samping, atau bahaya lain yang muncul baik bagi klien, pemberi
layanan, maupaun masyarakat sekitarnya.
Dimensi kenyamanan
Menyangkut kepuasan klien sehingga mendororng klien untuk datang
berobat kembalike tempat tersebut.
Dimensi informasi
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi
yang jelas tentang apa, siapa, kapan, dimana,dan bagaimana layanan
kesehatan itu akan dilaksanakan.
Dimensi ketepatan waktu
Agar berhasil layanan kesehatan harus dilaksanakan dalam waktu dan
cara yang tepat,oleh pemberi pelayanan yang tepat,menggunakan
peralatan yang tepat,sreta dengan biaya yang efisien (tepat).
Dimensi hubungan antar manusia
Hubungan antar manusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan
atau kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia,
saling menghormati, responsif, memberi perhatian.
B. PENTINGNYA JAMINAN MUTU LAYANAN KESEHATAN DALAM
ORGANISASI LAYANAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan
menjamin bahwa organisasi layanan kesehatan akan selalu
menghasilkan layanan kesehatan yang bermutu,artinya layanan
kesehatan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan klien serta
mampu di bayar olehnya.
2. penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan
menjadikan organisasi kesehatan semakin efisien karena semua orang
yang bekerja dalam organisasi itu akan selalu bekerja lebih baik dalam
suatu sistem yang terus menerus diperbaiki.
3. penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan
membuat organisasi layanan kesehatan menjadi terhormat,terkenal dan
selalu dicari oleh siapa yang membutuhkan layanan kesehatan yang
bermutu serta menjadi tempat kerja idaman bagi profesi layanan yang
kompeten yang berperilaku terhormat.
4. penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan terutama
akan memperhatikan outcomes layanan kesehatan benar benar
bermanfaat bagi klien.
5. penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan
menumbuhkan kepuasan kerja,komitmen,dan peningkatan moral
profesi layanan kesehatan serta akhirnya akan menimbulkan kepuasan
klien.
Melakukan pelayanan bermutu sesuatu yang menimbulkan kepuasan
pribadi,dengan menerapkan jaminan mutu jaminan kesehatan,perawat
diharapkan bekerja semakin cermat dan selalu menggunakan nalar.
Bekerja dengan lebih cermat bukan berarti harus bekerja keras.,
sebaliknya bekerja dengan memperhatikan mutu artinya bekerja lebih
arif dangan sistem yang baik sehingga hasilnya akan lebih baik, tetapi
dengan upya dan pemborosan yang semakin kurang.
Mutu layanan kesehatan yang di terima oleh klien sebagai konsumen
akan di tentukan oleh mutu layanan kesehatan yang di berikan oleh
berbagai profesi layanan kesehatan yang terdapat di dalam organisasi
layanan kesehatan tersebut. Mutu layanan kesehatan juga di tentukan
pula oleh mutu manajemen organisasi layanan itu, dengan demikian
akan terdapat hubungan timbal balik antara profesi layanan kesehatan
dengan klien. Tingkat mutu layanan kesehatan akan ditentukan akan
bedasarkan tingkat keseimbangan yang terjadi antara ketiga unsur
tersebut.
C. PERUBAHAN PARADIGMA PELAYANAN KEPERAWTAN
KOMUNITAS.
Manajemen Kesehatan adalah Rangkaian/proses kegiatan yang bekerja
secara sistematik untuk menghasilkan luaran kesehatan yang efektif
dan efisien.
Manajen mutu terpadu merupakan paradigma baru dalam manajemen
yang berusaha memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan
secara berkesinambungan atas mutu barang,jasa,manusia,dan
linkungan organisasi.
Manajemen mutu terpadu hanya dapat dicapai dengan memperhatikan
hal hal sebagai berikut (Tjiptono, 1997);
Berfokus pada pelanggan.
Yang menentukan mutu barang dan jasa adalah pelanggan
eksternal. Pelanggan internal berperan dalam menentukan mutu
manusia,proses,dan lingkungan yang berhubungan dengan baranga
atau jasa.
Obsesi terhadap mutu.
Penentu akhir mutu adalah pelanggan internal dan eksternal. dengan
mutu yang ditentukan tersebut,organisasi harus berusaha memenuhi
atau melebihi yang ditentukan
Pendekatan ilmiah.
Terutama merancang pekerjaan dan proses pembuatan keputusan dan
pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang di rancang
tersebut.
Komitmen jangka panjang.
Agar penerapan manajemen mutu terpadu dapat berhasil,dibutuhkan
budaya organisasi yang baru.
Kerjasama tim.
Untuk menerapkan mutu terpadu,kerja sama tim,kemitraan dan
hubungan terus menerus dijalani dan dibina baik antar aparatrur dalam
organisasi maupun dengan pihak luar(masyarakat).
Perbaikan sistem secara berkesinambungan.
Seitap barang dan jasa dihasilkan melalui proses - proses didalam suatu
sistem atau lingkungan. Oleh karena itu sistem yang ada perlu diperbaiki
secara terus menerus agar mutu yang dihasilkan lebih meningkat.
Pendidikan dan pelatihan.
Dalam organisasi yg menerapkan manejemen mutu terpadu,pendidikan
dan pelatihan merupakan faktor yang mendasar. Disini berlaku prinsip
belajar yang merupakan proses tiada akhir dan tidak mengenal batas
usia.
D. PRINSIP DAN BENTUK JAMINAN MUTU LAYANAN KESEHATAN.
Prinsip Jaminan Mutu yaitu;
Bekerja dalam tim
Fokus pada perubahan proses
Orientasi kinerja pada pelanggan
Pengambilan keputusan berdasarkan data
Adanya komitmen pimpinan dan keterlibatan bawahan dalam perbaikan
proses pelayanan.
Bentuk Jaminan Mutu yaitu;
Prospektif: dilaksanakan sebelum yankes dilakukan: standarisasi,
perizinan, sertifikasi, akreditasi
Konkuren: dilaksanakan bersamaan dengan yankes dilakukan: penilaian
teman sejawat terhadap kepatuhan protap
Retrospektif: dilakukan setelah yankes diselenggarakan: telaah rekam
medik, survei pelanggan.
E. STANDAR MUTU LAYANAN KESEHATAN.
Standar layanan kesehatan adalah suatu prnyataan tentang mutu yang
diharapkan yaitu akan menyangkut masukan(inptu), proses dan
keluaran(output) sistem layanan kesehatan.
Imput(masukan) terdiri atas mutu petugas,bahan,alat,dan
sebagainya,biasanya dikaitkan dengan penggunaan dan penguasaan
ilmu dan teknologi. Proses mencakup mutu kerja dan mutu pelayanan,
biasanya memakai standar etika kepuasan rata-rata komunitas.
Sedangkan keluaran(otuput) biasanya dikaitkan dengan kinerja pemberi
pelayanan kesehatan.
Pengolahan mutu harus selalu menghasilkan standardisasi.
Standardisasi bertujuan untuk mempertahankan hasil dan mencegah
mutu pelayanan institusi kesehatan termasuk kesehatan termasuk
puskesmas. Pada setiap proses pelayanan keperawatan komunitas
hampir selalu terjadi variasi. Seorang perawat komunitas, pada setiap
kasus yang ditemukan dilapangan akan menerapkan cara yang
berbeda untuk memecahkannya, demikian juga di puskesmas ia akan
menunjukan karakteristik layanan yang khas pada setiap individu.
Seorang perawat puskesmas selalu berupaya menghasilkan kinerja
yang sempurna, tetapi layanan keperawatan persis sama tidak mungkin
diberikan pada setiap layanan keperawatan.
Perbedaan atau variasi merupakan hal yang wajar dan selalu akan
terjadi pada setiap proses layanan keperawatan. Meskipun
demikian,melalui teknik pendekatan mutu yang berkesinambungan
perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan mampu mengendalikan
variasi yang terjadi dalam sistem layanan keperawatan. Tujuannya
adalah agar variasi tersebut selalu berada dalam batas-batas
kendali.Banyak sumber variasi layanan medis yang tidak mungkin
distandardisasikan sama sekali. Rencana perwatan dan askep lain dari
layanan kesehatan harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik
setiapklien atau di sebut tailor made.
Standar layanan kesehatan dapat membantu mengurangi variasi variasi
tesebut dengan cara menetapkan input,proses dan autcomepada sistem
layanan kesehatan. Contohnya,perawatan kaki klien dengan Diabetes
melitus di komunitas standar input akan memastikan bahwa perawat
komunitas akan menggunakan peralatan yang di gunakan peralatan
yang diperlukan dan sesuai untuk melakukan prosedur rawat
luka. Standar proses seperti protokol atau petunjuk
pelaksanan,membantu melaksanan bahwa perawat komunitas akan
menggunakan teknik dan teknologi terbaru. Standar
autcomemenjelaskan tentang apa yang di harapkan organisasi layanan
keperawatan dari hasil prosedur perawatan kaki pada klien Diabebetes
melitus yang telah dilakukan sesuai proses.
Langkah-Langkah penyusunan layanan kesehatan ;
1. Pilih salah satu fungsi atau sistem yang memerlukan standar layanan
kesehatan.
Jika suatu organisasi layanan kesehatan ingin menyusun standar
layanan kesehatan,maka organisasi itu perlu mengenali sistem atau
subsistem yang membutuhkan standar layanan kesehatan.pilihlah satu
atau dua sistem yang merupakan prioritas tinggi
2. Bentuk tim atau kelompok pakar
Keputusan penting tentang fungsi atau sistem yang memerlukan standar
layanan kesehatan biasanya dilakukan oleh para kepala satuan kerja
dan kepala bagian.Kemudian organisai akan menugasakan suatu
kelompok kerja multidisiplin atau kelompok pakar yang banyak
mengetahui tentang fungsi atau sistem tersebut untuk penyususnan
standar layanan kesehatan.
3. Tentukan input,proses dan autcome
Kelompok pakar harus dapat menentukan unsur-unsur input,proses dan
autcome dari setiap komponen fungsi atau sistem.input diperlukan agar
dapat melakukan proses yang diperlukan sedangkan proses perlu
menghasilkan autcome yang diingginkan.
4. Tentukan karakteristik mutu
Merupakan sifat atau atribut untuk membedakan input ,proses dan
autcome yang penting dalam menentukan mutu layanan kesehatan yang
akan diterapkan oleh kelompok atau organisasi layanan kesehatan.
5. Tentukan atau sesuaikan standar layanan kesehatan
Hal –hal yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan langkah ini adalah
pemilihan pola atau bentuk penulisan standar,pengumpulan informasi
dan pembuatan naskah standar layanan kesehatan.
6. Nilai ketepatan standar layanan kesehatan
Penilaian dalam langkah ini meliputi penilaian keabsahan atau validitas
standar layanan kesehatan,penilaian reliabilitas atau keandalan standar
layanan kesehatan dan penilaian kejelasan standar kesehatan.
F. PROGRAM JAMINAN MUTU KEPERAWATAN KOMUNITAS
Tiga pengertian dasar yang di pakai untuk memahami konsep tentang
jaminan mutu adalah sbb ;(A.A.G Muuninjaya, 2004)
1. Batasan manajemem mutu
Program jaminan mutu merupakan suatu upaya yang di laksanakan
secara berkesinambungan,sistematis,objektif dan terpadu untuk;
Menetapkan masalah muu dan penyebabnya berdasarkan standar yang
telah ditetapkan
Mentapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai
dengan kemampuan yang tersedia
Menilai hasil yang di capai
Menyusun rencana tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu.
Dari batasan tersebut dapat diketahui bahwa jaminan mutu merupakan
sebuah proses yang dilakukan secara bertahap tatapi berkelanjutan,
mulai dari idenifikasi masalah mutu mencari dan menerapkan solusi
serta menilai hasilnya dalam bentuk peningkatan mutu dan penurunan
biaya produksi.
Beberapa istilah tentang program jaminan mutu yang sudah di
perkenalkan oleh banyak pakar adalah sbb;
Program pengawasan mutu
Program peningkatan mutu
Manajemen mutu terpadu
Peningkatan mutu berkesinambungan
2. Tujuan program jaminan mutu
Jika sebuah organisasi kesehatan ingin menerapkan manejemen mutu,
maka harus dirumuskan tujuannya terlebih dahulu. Tujuan tersebut
adalah tujuan antara dan tujuan akhir.
Tujuan antara adalah tujuan pengembangan mutu, pimpinan mutu staf
organisasi tersebut harus merumuskan masala mutu
pelayanan. .masalah mutu dijadikan dasar untuk menerapkan tujuan
peningkatan mutu yang ingin dicapai. Sedangkan tujtuan akhir
ditetapkan untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan adalah
meningkatnya mutu produksi dan jasa pelayanan kesehatan. Tujuan ini
terkait dengan kepuasan konsumen, termasuk turunya biaya,produksi
dan jasa.
3. Tahapan kegiatan program jaminan mutu
Operasional jaminan mutu layanan kesehatan adalah upaya yang
sistematis dan berkesinambungan dalam memantau dan mengukur
mutu serta melakukan peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu
layanan kesehatan senatiasa sesuai dengan standar layanan kesehatan
yang disepakati.
Pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan dilaksanakan melala
tahap-tahap sbb ;
Sadar mutu
Menyusun standar
Mengukur apa yang terjadi
Membuat rencana peningkatan mutu layanan kesehatan
Melakukan peningkatan mutu layanan kesehatan yang diperlukan
Sasaran yang ingin di capai dalam upaya peningkatan mutu adalah
sbb;
Menurunkan angka kematian
Menurunkan angka kecacatan
Meningkatkan kepuasan masyarakat dan pemberi pelayanan kesehatan
kepada masyarakat terutama wilayah kerjanya
Penggunaan obat secara rasional serta tindakan pengobatan yang wajar.
G. EVALUASI DAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEPRERAWATAN
KOMUNITAS
Mutu lyanan kesehatan dapat di ukur melalui tiga cara yaitu;
1) Pengukuran mutu prospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang
dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Pengukurannya
akan ditunjukan terhadap struktur atau imputlayanan kesehatan dengan
asumsi bahwa layanan kesehatan harus dimiliki sumber daya tertentu
agar dapat menghasilkan suatu layanan yang bermutu seperti berikut;
Pendidikan profesi kesehatan
Ditujukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan yang
mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang dapat
mendukung layanan kesehatan yang bermutu.
Perizinan
Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan
kesehatan. Surat izin kerja (SIK) dan surat izin praktek (SIP) yang
diberikan kepada perawat merupakan suatu pengakuan bahwa seorang
perawat telah memenuhi syarat untuk melakukan praktek profesi
keperawatan (Ners). Dengan demikian denagn profesi kesehatan lain
harus mempunyai izin kerja sesuai dengan profesinya.
Standardisasi
Dengan menetapkan standarisasi,seperti dtandarisasi peralatan, tenaga,
gedung,sistem,organisasi,anggaran,dll setiap fasilitas layanan
kesehatan yang memiliki standar yang sama dapat menyelenggarakan
layanan kesehatan yang sama mutunya
Sertifikasi
Merupakan langkah selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai Ners
yang teregistrasi adalah contoh sertifikasi.
Akreditasi
Merupakan pengakuan bahwa suatu intitusi layanan kesehatan seperti
rumah sakit telah memenuhi beberapa standar layanan kesehatan
tertentu. Pengukuran mutu prospektif berfokus pada penilaian sumber
daya, bukan pada kinerja penyelenggaraan layanan kesehatan.
2) Pengukuran mutu restrospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang
dilakukan setelah penyelenggaraan layanan kesehatan selesai
dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya merupakan gabungan dari
beberapa kegiatan seperti penilaian catatan
keperawatan ,wawancara,pembuatan kuesioner dan penyelemnggaraan
pertemuan.
3) Pengukuran mutu konkuren
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang
dilakukan selama layanan kesehatan dilangsungkan atau
diselenggarakan. Penukuran ini dilakukan melalui pengamatan langsung
dan kadang-kandang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada catatan
keperawatan serta melakukan wawancara dan mengadakan pertemuan
dengan klien,keluarga,atau petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brown,L.D. 1992. Quality Assurance cof health care in
Developingcountries,quality assurance project,center for human
service.Bethesda, Maryland.
Muninjaya, A.A.G. 2004. manejemen kesehatan. Jakarta ; EGC
Pohan, I.S. 2007. jaminan mutu layanan kesehatan; dasar-dasar
pengertian dan penerapan. Jakarta EGC.
Sulastomo. 2000. manajemen kesehatan. Jakarta; Gramedia
Tjiptono . 1997. total quality service. Jogjakarta; Andi Offset.
KLINIK PELAYANAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PANTAI ( NURSING CARE FOR BEACH COMMUNITY)
. Komang Ayu Henny Achjar, SKM, MKep, SpKom
============================================================
Klinik pelayanan keperawatan komunitas pantai merupakan satu-
satunya klinik pelayanan keperawatan di Indonesia yang berada di
pantai Kuta Bali (depan Hardrock Café). Klinik ini berdiri sejak 28 Juni
2008, didirikan oleh Poltekkes Dep Kes Denpasar Jurusan Keperawatan
bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Dinas
Kesehatan Kabupaten Badung, PMI Badung dan PMI Propinsi Bali.
Klinik pelayanan keperawatan komunitas pantai ini memberikan
pelayanan keperawatan gratis kepada semua wisatawan asing dan lokal
dalam penanganan preventif dan promotif seperti deteksi vital sign,
health education dan penanganan kuratif dengan memberikan pelayanan
minimal bagi kasus kecelakaaan di pantai. Kasus kecelakaan yang paling
banyak ditangani di klinik seperti luka robek akibat surfing, trauma tusuk
di pasir pantai, tenggelam, trauma tumpul, keseleo/ terkilir, heat stoke,
hipotermi.
Upaya rujukan kesehatan yang dilakukan terhadap kasus kecelakaan di
pantai, akan dirujuk ke Puskesmas Kuta, RS Internasional BIMC, RS
Internasional Surya Husada, Trauma Centre RS Sanglah Denpasar.Sarana
prasarana yang ada di Klinik pelayanan keperawatan komunitas pantai
berupa 1 mobil ambulan, 1 tempat tidur, lemari berisi kit pelayanan, obat-
obatan, alat vital sign, leaflet. Terdapat 3 klinik pelayanan keperawatan
komunitas pantai yang kesemuanya berada di pantai Kuta Bali dengan
jarak tiap klinik sekitar 1 km.
Petugas yang dinas di klinik pelayanan keperawatan komunitas pantai
adalah dosen dan mahasiswa Poltekkes DepKes Denpasar Jurusan
keperawatan serta Tim Balawista (Bala Penyelamat Wisata Tirta) yang
berada dibawah naungan Dinas Pariwisata Kabupaten Badung.Bila ada
kasus kecelakaan dilaut, penanganan dilakukan oleh petugas Balawista,
sedangkan sesampai di pinggir pantai penanganan kasus dilakukan oleh
petugas kesehatan seperti mahasiswa dan dosen Jurusan keperawatan.
Petugas yang dinas, wajib mengikuti pelatihan first aid minimal 8 jam
dengan bersertifikat.
Klinik Pelayanan keperawatan komunitas pantai terbuka bagi mahasiswa
atau petugas lain yang ingin praktik penanganan kegawatdaruratan
dipantai sekaligus melatih kemampuan berbahasa Inggris. Sejak didirikan
sampai dengan Juni 2009, klinik ini sempat dijadikan praktik magang
mahasiswa Poltekkes DepKes Bandung kelas Internasional dan
mahasiswa Poltekkes DepKes Kimia Jakarta kelas Internasional. Juga
kunjungan/ orientasi dari Poltekkes DepKes Jogjakarta, Poltekkes Pemda
Balitung.
Kami juga menunggu teman-teman dari daerah lain di Indonesia, bila
berminat berkunjung atau magang di klinik pelayanan keperawatan
komunitas pantai atau berminat ingin membuka klinik serupa di
pantai. SILAHKAN HUBU NGI KAMI !!!!!