PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM)...

52
1 PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM PEMBANGUNAN DI KELURAHAN TANJUNGPINANG KOTA TAHUN 2014 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh: JULIANA 100565201294 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS NEGERI MARITIM RAJA ALI HAJI TAHUN 2015

Transcript of PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM)...

1

PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM

PEMBANGUNAN DI KELURAHAN TANJUNGPINANG KOTA

TAHUN 2014

ARTIKEL E-JOURNAL

Oleh:

JULIANA

100565201294

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NEGERI MARITIM RAJA ALI HAJI

TAHUN 2015

2

PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM

PEMBANGUNAN DI KELURAHAN TANJUNGPINANG KOTA

TAHUN 2014

( Studi Kasus di Kelurahan Tanjungpinang Kota)

Oleh : JULIANA

ABSTRAK

Peranan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) dalam pembangunan di

Kelurahan Tanjungpinang Kota Tahun 2014. Adapun yang dimaksud dengan peranan

adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi

sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal. Peranan didasarkan pada

preskripsi (ketentuan) dan harapan peranan yang menerangkan apa yang individu-

individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan

mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peranan tersebut.

Jenis penelitian yang peneliti gunakan disini adalah kualitatif yang

menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari keadaan yang diambil

dengan tujuan menghasilkan data deskriptif. Sample penelitian menggunakan teknik

data reduksi. Hasil wawancara dianalisis dengan trianggulasi yaitu mengecek keaslian

data yang diperoleh dan dibuatkan kesimpulannya secara sistematis.

Temuan hasil penelitian yaitu dari indikator Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat sebagai Fasilitator, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai

Motivator dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Dinamisator. Kendala

yang ditemukan dalam membangkitkan peran masyarakat dalam LPM Kelurahan

adalah masih kurangnya memiliki rasa kepedulian untuk berpartisipasi dan

bertanggungjawab. Hal ini diakibatkan masih lemahnya peran serta fungsi pemerintah

Kelurahan dalam melakukan upaya memberdayakan serta kurangnya motivasi dari

para fasilitator. Untuk memperbaiki semuanya maka perlu adanya pembenahan dari

3

pemerintah setempat maupun fasilitator dalam mensosialisasi serta mengajak seluruh

masyarakat untuk berpartisipasi secara langsung dalam melaksanakan program-

program LPM Kelurahan Tanjungpinang Kota.

Kata Kunci : Peranan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.

ABSTRACT

The role of community development organizations in Tanjungpinang

development in the urban village 2014. As is the role was a series of expected

behavior in accordance with the person's social position given either formally or

informally. The role is based on prescriptions (provisions) and the expectations of the

role to explain what individuals should do in a given situation in order to meet the

expectations of their own or other people's expectations regarding these roles.

This type of research is qualitative researchers use here that produces data in

the form of words written or spoken of circumstances that were taken with the aim of

generating descriptive data. Sample study uses data reduction. The results were

analyzed by triangulation interview that check the authenticity of the data obtained

and conclusions made systematically.

research findings from the Institute for Community Empowerment indicators

as facilitator, Institute for Community Empowerment as a motivator and the Institute

for Community Empowerment as a motivator. Problems were found in arousing

people's role in the Village is still a lack of community development organizations has

a sense of caring for participation and responsibility. This is due to the weakness of

the role and functions of government in the efforts to empower village and a lack of

motivation from the facilitators. To repair all of the need for improvement of local

government as well as the facilitator in socializing and invite the entire community to

participate directly in implementing programs LPM Sub Tanjungpinang City.

4

Keywords: Roles, community development organizations.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) merupakan sebuah wadah

aspirasi masyarakat yang dimana digunakan untuk pembangunan dikelurahan

tersebut, sehingga masyarakat berharap pembangunan dapat berjalan dengan

baik sesuai dengan rencana, serta berkesinambungan baik pembangunan yang

sumber dananya berasal dari pemerintah maupun yang berasal dari partisipasi

masyarakat yang ada di Kelurahan Tanjungpinang Kota itu sendiri.

Peranan dari pemerintah banyak menjadi sorotan saat ini, terutama

sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Rakyat

mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang

dilakukan oleh instansi pemerintah. Anggaran rutin dan pembangunan yang

telah banyak dikeluarkan oleh pemerintah, namun masyarakat belum puas atas

kualitas jasa dan barang yang diberikan oleh pihak instansi pemerintah.

Pembicaraan mengenai peranan pemerintah tidak lepas dari penilaian

pengelolaan dan pelaksanaan tugas dan fungsi. Semakin baik pelaksanaan

tugas dan fungsi suatu organisasi maka semakin baik pula hasilnya. Dimana

peranan merupakan suatu persyaratan tertentu yang akhirnya secara langsung

dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik yang berupa jumlah maupun

kualitasnya. Output yang dihasilkan dapat berupa fisik maupun nonfisik yang

disebutkan berupa karya, yaitu suatu hasil/pekerjaan baik berupa fisik/material

5

maupun nonfisik/nonmaterial. Pada kondisi suatu negara yang normal, dimana

sistem di segala bidang sudah tersusun baik, misalnya sistem demokrasi dan

perundangan. Sistem peradilan, sistem bisnis dan sebagainya seperti di negara

maju.

Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut

Undang-undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan terhadap Daerah untuk

menyelenggarakan Otonomi Daerah, yang di jelaskan dalam Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam

penyelenggaraan Otonomi Daerah, di pandang perlu untuk lebih menekankan

pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan

keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Namun

dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah tentang Otonomi Daerah yang

telah dijelaskan dalan Undang - undang Nomor 22 Tahun 1999 telah diganti

dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Pada Undang - undang Tahun

Nomor 22 Tahun 1999 itu diganti karena tidak sesuai dengan perkembangan

keadaan, ketatanegaraan dan tuntutan penyelenggaraan Otonomi Daerah.

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 bahwa dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah, yang

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya

6

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan

peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Otonomi Daerah adalah kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat. Menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya

guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan

terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah

kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah proses dimana

masyarakat yang tidak memiliki akses kesumberdayaan pembangunan yang

bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat golongan bawah, didorong oleh

pemerintah untuk memandirikan masyarakat, guna untuk menolong dirinya

sendiri dari ketergantungan mental maupun fisik agar menjadi lebih mandiri.

Pemberdayaan masyarakat bukan hanya meliputi penguatan pada individu

masyarakat akan tetapi juga pranata-pranatanya. Untuk itu harus menanamkan

nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan,

7

perbertanggungjawaban, merupakan bagian pokok dari upaya pemberdayaan

masyarakat. Demikian pula dengan pembaharuan lembaga lembaga sosial dan

pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan

masyarakat di dalamnya. Pemberdayaan masyarakat merupakan sebagai

tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri

dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan

masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan

dan sumberdaya yang dimilikinya. Masyarakat miskin seringkali merupakan

kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari dalam

dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Oleh karena itu,

pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu pilar kebijakan penanggulangan

kemiskinan terpenting.

Indonesia merupakan negara kesatuan, maka untuk dapat menjamin

terselenggaranya pemeritahan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

dengan baik dan merata keseluruh pelosok yang ada di Indonesia, perlu dibagi

kedalam beberapa daerah besar dan kecil, dengan memandang dan mengingat

dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintah negara dan hak asal usul

dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa, sehingga Negara Indonesia telah

dibagi atas beberapa daerah besar dan kecil, daerah besar terdiri propinsi dan

kabupaten atau kota sedangkan daerah kecil terdiri dari kecamatan dan

kelurahan atau desa.

8

Pasal 127 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 mengatakan bahwa

kelurahan dipimpin seorang lurah yang mempunyai tugas, melaksanakan

sebagai urusan pemerintah yang diberikan oleh bupati atau walikota sehingga

lurah bertanggung jawab pada bupati atau walikota. Adapun tugas lurah

adalah:

a. Melaksanakan kegiatan pemerintah kelurahan

b. Pemberdayaan masyarakat

c. Pelayanan masyarakat

d. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

e. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas umum

Undang-undang diatas menunjukan pembangunan akan berhasil

dengan baik apabila dilakukan oleh administrasi yang baik, sarana dan

prasarana yang memadai, aparatur yang bersih serta didukung oleh adanya

partisipasi aktif masyarakat setempat. Kesemuanya itu tidak lepas dari

tanggung jawab seorang lurah sebagai pimpinan atau administator suatu

organisasi ataupun sebagai kepala kelurahan.

Terbentuknya LPM di Kelurahan Tanjungpinang Kota berdasarkan

Surat Keputusan Walikota No : 322.A tertanggal 21 November 2003, perihal

penggantian nama LKMD menjadi LPM secara otomatis baik kepengurusan

dan aset-aset yang ada di lembaga tersebut. Adapun fungsi dari LPM sendiri

adalah: menanam dan pemupukan rasa persatuan, mengkoordinasikan

perencanaan pembangunan, penggali dan pemanfaatan sumber daya yang ada.

9

Maksud pembentukan Asosiasi LPM adalah untuk lebih meningkatkan

kemampuan lembaga pembedayaan Masyarakat dalam memecahkan masalah

kelembagaan serta pembangunan organisasi yang mandiri, sejalan dengan

tuntutan dan tantangan masyarakat serta menfasilitasi kepentigan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan. Di lihat dari kondisi Kelurahan

Tanjungpinang Kota yang dimana merupakan pusat dari perekonomian Kota

Tanjungpinang sendiri.

Kelurahan Tanjungpinang Kota sendiri lebih banyak terdapat warga

tionghua ketimbang pribumi, sehingga sedikit kesulitan untuk membaur antara

pribumi dan masyarakat tionghua, dari LPM sendiri berinisiatif agar

masyarakat pribumi dan tionghua bisa tetap membaur sehingga dibuat

beberapa pembangunan masyarakat guna untuk mempererat tali persaudaraan

antara warga tionghua dan pribumi.

Beberapa pembangunan masyarakat yang sudah terlaksanakan oleh

LPM di Kelurahan Tanjungpinang Kota seperti kegiatan gotong royong dan

pemberian beasiswa pendidikan. Pembangunan masyarakat seperti gotong

royong yang terencana dan sudah terlaksanakan merupakan salah satu tujuan

LPM untuk menyatu antara warga tionghua dan pribumi. Seperti yang sudah

dijelaskan diatas dalam bidang kependidikan LPM juga memberikan dan

membantu pengurusan beasiswa pendidikan kepada anak-anak yang

10

berprestasi serta anak-anak yang kurang mampu yang berdomisili di

Kelurahan Tanjungpinang Kota.

Sedangkan tujuan Asosiasi Lembaga Pemberdayaan Masyarat adalah :

1. Meningkatakan partisipasi masyarakat dalam menjaga serta menyalurkan

aspirasi masyarakat kepada pemerintah dan pihak-pihak lain.

2. Meningkatkan kemampuan ekonomi rakyat baik yang berada dikota

maupun di pedesaan agar dapat menikmati hasil pembangunan.

3. Menumbuh kembangkan semangat kesetia kawanan sosial dalam

membantu ketahanan masyarakat sebagai ketahanan sosial.

4. Berperan secara aktif dalam upaya-upaya bangsa dalam menjaga

persatuan dan kesatuan.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi LPM dalam Pembangunan di

Kelurahan Tanjungpinang Kota yang nantinya akan dilanjutkan dalam bentuk

skripsi dengan judul : “ Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

(LPM) dalam Pembangunan di Kelurahan Tanjungpinang Kota”

2. Perumusan Masalah

Pembangunan merupakan salah satu proses kearah perbaikan yang lebih

baik dari sebelumnya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat secara menyeluruh, maka peranan LPM untuk menggerakan dalam

pelaksanaan pembangunan di kelurahan sangat dibutuhkan, karena LPM

merupakan mitra pemerintah kelurahan dan merupakan wadah penyaluran

aspirasi masyarakat guna mempercepat keberhasilan pembangunan baik fisik

maupun non fisik.

11

Perencanaan yang dibuat oleh LPM dikelurahan tanjungpinang kota

sendiri dibuat setelah anggaran sudah tersedia, guna untuk menyesuaikan

kegiatan yang dibuat dengan anggaran yang tersedia. Anggaran yang dimiliki

oleh LPM sendiri bukan hanya didapatkan dari Kelurahan saja, akan tetapi

mereka juga mendapatkan anggaran dari sewa ruko yang ada dipelantar KUD

dan dijalan penogoro.

Harapan masyarakat saat ini adalah, pembangunan yang di laksanakan

di wilayah kelurahan hendaknya mencerminkan aspirasi masyarakat yang

disalurkan melalui wadah LPM, namun pada kenyataanya harapan diatas belum

optimal, karena banyaknya program LPM yang belum terealisasikan serta masih

terdapat program pembangunan yang belum berjalan sesuai dengan aspirasi

masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan pokok penelitian, yaitu: “Bagaimana Peranan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan di Kelurahan

Tanjungpinang Kota Kecamatan Tanjungpinang Kota?”

3. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk menggambarkan peran dari LPM dalam pembangunan

dikelurahan Tanjungpinang Kota.

4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :

12

a. Dari sudut pandang teoritis, di harapkan agar penelitian ini dapat

membuka cakrawala berfikir akademis dalam memahami, mengerti

dan mendalami permasalahan pemerintahan terutama di bidang

Sosial dan Politik, selain dari pada itu penelitian ini juga di harapkan

dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya

dalam melakukan penelitian yang sama.

b. Dari sudut pandang praktis, di harapkan agar hasil dari penelitian

mampu memberikan bantuan berupa menyumbangkan pemikiran

bagi pembuat kebijakan, keputusan baik di daerah maupun di pusat.

Dan di harapkan bermanfaat bagi Pemerintah Daerah (PEMDA) Kota

Tanjungpinang, serta Pemerintah Daerah (Pemda) lain yang pada

umumnya dalam mengupayakan untuk meningkatkan Peran Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Pembangunan Masyarakat

Di Kelurahan Tanjungpinang Kota.

5. Konsep Operasional

5.1. Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa kegiatan

antara lain peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat, perbaikan

lingkungan dan perumahan, pengembangan usaha ekonomi,

pengembangan Lembaga Keuangan serta kegiatan-kegiatan yang dapat

13

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menaikkan hasil

produksinya. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah yang dalam

kondisi sekarang tidak mampu. Adapun tujuan dari pemberdayaan sendiri

merupakan untuk pembentukan individu dan masyarakat menjadi

mandiri. Kemandirian tersebut bersifat berfikir, bertindak maupun

mengendali apa yang mereka lakukan tersebut.

Pasal 2 ayat (1) dalam Peraturan Pemerintah menjelaskan tugas

dan fungsi dari Lembaga Kemasyarakatan Desa mempunyai tugas untuk

membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan

masyarakat desa. Adapun tugas Lembaga Kemasyarakatan Desa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut meliputi :

a. Menyusun rencana pembangunan secara partisipatif;

b. Melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan

mengembangkan pembanguanan secara partisipatif;

5.2. Peranan

Peranan adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada

seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal

maupun secara informal. Dalam konteks peran menurut Soerjono

Soekanto (2009 : 212) “Peranan merupakan aspek dinamis dari

kedudukan”.

14

Berikut ini penulis menguraikan ruang lingkup indikator :

1. Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Fasilitator Peranan

LPM Kelurahan sebagai fasilitator adalah menfokuskan pada mendampingi

masyarakat didalam melakukan rencana-rencana pembangunan. Rencana-

rencana pembangunan dapat dilakukan dengan melaksanakan musyawarah

rencana pembangunan atau Musrenbang yang dapat dilihat dari :

1.1 Masyarakat ikut merencanakan pembangunan.

1.2 Masyarakat ikut menentukan prioritas usulan program.

2. Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Mediator Peranan

LPM Kelurahan sebagai mediator dalam pembangunan adalah mempunyai

tugas mensosialisasikan hasil-hasil usulan rencana pembangunan yang sudah

ditetapkan dan dijadikan rancangan pembangunan jangka menengah dan

rancangan pembangunan kelurahan terpadu kepada semua elemen

masyarakat dapat di lihat dari :

2.1 Masyarakat ikut dalam rapat yang diadakan.

2.2 Masyarakat ikut memberikan informasi bagi berjalannya program

pembangunan.

3. Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Motivator Peranan

LPM Kelurahan sebagai motivator menempatkan diri sebagai garda.

Bimbingan, pembinaan dan pengarahan dapat diartikan sebagai rangkaian

kegiatan atau proses memelihara, menjaga, dan memajukan organisasi

15

melalui setiap pelaksanaan tugas personal, baik secara struktural maupun

fungsional. Perkataan pembinaan ini mempunyai cakupan kegiatan yang

cukup banyak akan tetapi yang jelas pembinaan mengandung arti

pembangunan yaitu merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang

mempunyai nilai tinggi dan juga mengandung makna sebagai pembaruan,

yaitu usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan,

menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Hal ini apat dilihat dari :

3.1 Masyarakat memanfaatkan pembangunan yang sudah dibangun.

3.2 Masyarakat ikut merawat pembangunan yang sudah dibuat.

4. Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Dinamisator Peranan

LPM Kelurahan sebagai dinamisator adalah dapat mengoptimalisasikan

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, LPM harus jeli dan bijaksana dalam

memantau dan melihat berbagai kegiatan di masyarakat yang selalu dinamis,

menempatkan dirinya di tengahtengah masyarakat untuk bisa langsung

terjun mendorong masyarakat untuk lebih berperan aktif terlibat dalam

kegiatan pembangunan di masing-masing wilayahnya yang dapat di lihat

dari :

4.1 LPM Kelurahan melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap

kegiatan program pembangunan.

4.2 LPM Kelurahan melakukan evaluasi pada program

pembangunan.

16

6. Metode Penelitian

6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiono

(2010:216) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan

observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu

tentang situasi sosial tersebut. Sedangkan metode kualitatif adalah

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang dapat

diamati. Bodgan dan Taylor (Meloeng;2007:3).

Menurut Nawawi (1995:44) bahwa : metode deskriptif dapat di

artikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang

lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-

fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Adapun ciri-ciri pokok

metode deskriptif menurut Nawawi (1995:64) adalah sebagai berikut:

a. Memusatkan pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian

dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki

sebagaimana adanya diiringin dengan interprestasi rasional.

17

Penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian

kualitatif ialah penelitian yang bertujuan memahami fenomena yang

sedang terjadi dan digambarkan. Penulis berusaha untuk menyelidiki,

mempelajari dan selanjutnya menggambarkan atau melukiskan objek

penelitian, yaitu Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Dalam Penyelenggaraan Program Pembangunan di Kelurahan

Tanjungpinang Kota Tahun 2014

B. KERANGKA TEORITIS

1. Peranan

Peranan adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang

sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara

informal. Peranan didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peranan

yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi

tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan

orang lain menyangkut peranan-peranan tersebut. (Friedman, M, 1998 : 286).

Struktur peranan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

18

a. Peranan formal yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peranan

formal yang standar terdapat dalam keluarga. Peranan dasar yang

membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu adalah peran

sebagai provider (penyedia); pengatur rumah tangga; memberikan

perawatan; sosialisasi anak; rekreasi; persaudaraan (memelihara

hubungan keluarga paternal dan maternal)

b. Peranan Informal yaitu suatu peran yang bersifat implisit (emosional)

biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk

memenuhi kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga

keseimbangan dalam keluarga, peran-peran informal mempunyai tuntutan

yang berbeda, tidak terlalu dan didasarkan pada atribut-atibut kepribadian

anggota keluarga individual. Pelaksanaan peranan-peranan informal yang

efektif dapat mempermudah pelaksanaan peranan-peranan formal.

Dalam teori Struktural Fungsional yang merupakan teori dasar atau

“Grounden Theory”, dari penelitian ini digambarkan bahwa LPM memiliki

peranan dalam meningkatkan ekonomi kerakyatan dalam upaya pengentasan

kemiskinan dalam penyelenggaraan program pemerintah tersebut. Sehingga

`secara umum dan variabel penelitian ini dapat dilihat bahwa LPM juga

fungsional dan berperan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Levinson

19

(dalam Soerjono Soekanto 2009 : 213), menyatakan peran mencakup tiga hal

yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan masyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

oleh individu alam masyarakat organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat.

Menurut pendapatnya Soerjono Soekanto (2009 : 212) yang memuat

mengenai peranan yang merupakan sebuah aspek yang dinamis. Dan Soerjono

Soekanto juga menjelaskan bahwa :

…Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, ia menjalankan suatu peran, Pembedaan antara

kedudukan dan peran adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Keduanya tak dapat dipisahkan karena yang satu tergantung pada yang

lainnya”.

Pendapat diatas menjelaskan bahwa dalam kerangka penelitian tentang

Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dapat diartikan bahwa

kedudukan dari LPM dilihat dari hak atau capaian yang ingin dicapai sesuai

dengan visi LPM tersebut adalah terwujudnya kemandirian LPM sebagai wadah

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembagunan yang bertumpu pada

20

pemberdayaan masyarakat. Atau kata lain LPM sendiri merupakan wadah

aspirasi masyarakat.

2. Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan

harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak

mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memapukan dan memandirikan

masyarakat. (Anthony bebbington, 2000)

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat

dan martabat lapisan masyarakat serta ketentraman masyarakat yang golongan

bawah yang dalam arti kata lain golongan yang tidak mampu. Adapun tujuan dari

pemberdayaan itu sendiri adalah untuk pembentukan individu dan masyarakat

menjadi mandiri. Kemandirian masyarakat itu sendiri dapat dilihat dari segi pola

fikir, tingkah laku yang bisa mengontrolkan diri atau mengendalikan diri sesuai

dengan apa yang akan mereka lakukan.

Pemberdayaan tidak terlepas dari konsep umum pemberdayaan

masyarakat. Untuk dapat memahami konsep pemberdayaan masyarakat kita perlu

memahami beberapa corak pemberdayaan yaitu (Taruna, 2001)

(1) Human dignity, mengembangkan martabat, potensi dan energi manusia

(2) Empowerment, memberdayakan baik perseorangan maupun

kelompok

21

(3) Partisipatoris, dan

(4) Adil.

Corak pemberdayaan diatas, yang menjadi persoalan adalah

bagaimanakah peran dari suatu program dapat menggali potensi dari masyarakat,

mengangkat martabat masyarakat serta memberdayakan masyarakat dengan ikut

berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosialnya secara adil dan imbang. Dari

corak pemberdayaan diatas (Taruna, 2001) dapat diuraikan sebagai berikut

1. Human dignity, mengembangkan martabat, potensi dan energi manusia

yang meliputi :

1.1.Martabat, potensi atau pun energi manusia itu inherent secara

individual.

1.2.Human dignity itu merupakan tujuan akhir atau hasil akhir.

1.3.Bukan hanya tujuan akhir/hasil akhir, tetapi juga kunci dan inti.

1.4.Berada “di balik”, segala perkembangan.

1.5.Berawal ari konsep individual.

1.6.Bias “berlindung” di balik kemanusiaan.

1.7.Mudah dipakai sebagai alasan.

1.8.Dipakai sebagai basis/alasan untuk melindungi hak azasi.

2. Empowerment, memberdayakan baik perseorangan maupun kelompok

yang meliputi :

2.1.Fisik

22

2.2.Intelektual

2.3.Ekonomi

2.4.Politik

2.5.Kultural

Dengan demikian pemberdayaan itu mencakup pengembangan

kemanusiaan secara total (total human development).

3. Partisipatoris dan Adil meliputi :

3.1. Punya kesamaan hak memperoleh akses atas sumberdaya dan

pelayanan sosial.

3.2. Menyangkut hak-hak dasar.

3.3. Berkembang dalam kesamaan.

3.4. Menguntungkan.

3.5. Berkenaan dengan hasrat atau pun kebutuhan individual untuk ikut

andil bagi kepentingan bersama.

3.6. Memanfaatkan secara optimal namun wajar apa yang telah tercipta

di dunia ini.

3.7. Lebih bercorak moral daripada hukum.

3.8. Berkaitan erat dengan kebutuhan manusiawi khususnya.

Begitu pentingnya dan berharganya martabat manusia, potensi dan energi

yang dimilki manusia dalam hal ini. Dalam membentu manusia seutuhnya

sehingga dapatkah pemberayaan dijadikan sarana untuk melindungi apa yang

23

disebut Human dignity. Untuk mendukung tercapainya pemberdayaan dimaksud

maka secara filosofis pemberdayaan juga mencakup beberapa hal (Taruna, 2001 :

112) :

1. Menolong diri sendiri (mandiri).

2. Senantiasa mencari dan menemukan solusi bersama.

3. Ada pendampingan (secara teknis maupun praktis).

4. Demokratis

5. Menyuburkan munculnya kepemimpinan lokal.

Sementara menurut Tjandraningsih, 1996 dalam (Doni Rekro Harijani,

2001 : 24), pemberdayaan adalah suatu konsep yang lebih mengutamakan usaha

sendiri dari orang yang diberdayakan untuk meraih keberdayaannya.

3. Masyarakat

Masyarakat merupakan sekumpulan orang yang tinggal di suatu wilayah

dan saling bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan yakni untuk saling

berhubungan dan mengikuti aturan-aturan atau norma-norma yang ada dalam

masyarakat itu sendiri. Kehidupan masyarakat memiliki tingkat sosial yang

berbeda maupun latar belakang ekonomi yang tidak sama. Masyarakat dapat

hidup bila memiliki kemampuan untuk berdampingan dengan orang lain dimana

mereka tinggal dan diatur oleh pemerintahan yang adil bagi seluruh rakyatnya.

Sesuai dengan pendapat Strong Djopari dkk, (2008:211) mengemukakan

bahwa ”pemerintahan adalah organisasi dalam mana diletakkan hak untuk

melaksanakan kekuasaan berdaulat atau tertinggi”. Koentjaraningrat (2002:144)

24

menyebutkan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul

atau saling berinteraksi. Parson (Sunarto, 2000:56) bahwa masyarakat ialah suatu

sistem sosial yang swasembada (self subsistent), melebihi masa hidup manusia

normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan

sosialisasi terhadap generasi berikutnya.

4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Tugas dan Fungsi Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa

dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Tugas Lembaga

Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a) Menyusun rencana pembangunan secara partisipatif.

b) Melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan

mengembangkan pembanguanan secara partisipatif.

c) Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan

swadaya masyarakat.

d) Menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka

pemberdayaan masyarakat.

e) Penampunang dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam

pembangunan.

f) Pendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi antara pemerintah

kelurahan dan masyarakat.

Lembaga Kemasyarakatan, Kelurahan sebagaiamana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas membantu Lurah dalam pelaksanaan urusan

25

pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan

masyarakat. (Sumber : Kumpulan Peraturan tentang Kecamatan dan Kelurahan

halaman 48).

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan

memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/

kesenjangan/ ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat dari indikator

pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi/layak. Kebutuhan dasar itu,

mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan transportasi.

Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang rendah, sumberdaya

manusia yang lemah, terbatasnya akses pada tanah padahal ketergantungan pada

sektor pertanian masih sangat kuat, melemahnya pasar-pasar lokal atau

tradisional karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan perdagangan

internasional. Dengan perkataan lain masalah keterbelakangan menyangkut

struktural (kebijakan) dan kultural (Sunyoto Usman, 2004).

Peran lembaga pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Tanjungpinang

Kota, ada beberapa indikator pembahasan yang diuraikan berdasarkan pada

beberapa fungsi dan peranannya yaitu fungsi lembaga pemberdayaan masyarakat

kelurahan sebagai fasilitator, mediator, motivator, dan dinamisator bagi

pembangunan wilayah kelurahan.

1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai Fasilitator.

26

Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan,

menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah

terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.

(Sutoro Eko, 2002) Salah satu tugas dari LPM adalah memfasilitasi kegiatan

pembangunan dan kemasyarakatan.

Mengingat fungsi LPM Sebagai wadah aspirasi masyarakat yang

dibentuk atas prakarsa masyarakat dan juga sebagai mitra pemerintahan

kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi kebutuhan demokrasi

masyarakat di bidang pembangunan yang baik secara fisik, maupun nonfisik

maka Peran LPM sebagai fasilitator adalah memfokuskan pada mendampingi

masyarakat didalam melakukan rencana-rencana pembangunan yang bersifat

fisik maupun non fisik. Disini penulis menfokuskan pada pembangunan yang

bersifat non fisik, namun pembangunan tersebut haris dibuat rencana-rencana

pembangunan yang dapat dilakukan dengan melaksanakan musyawarah rencana

pembangunan/Musrenbang. Musyawarah perencanaan pembangunan

(Musrenbang) tingkat kelurahan adalah forum musyawarah perencanaan

pembangunan tahunan kelurahan yang melibatkan para pelaku pembangunan

kelurahan tujuan, musrenbang kelurahan antara lain :

a. Meningkatkan kualitas partisipasi seluruh unsur pelaku pembangunan

b. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan

c. Memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya secara berkeadilan

27

d. Menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat yang

diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat bawahnya

(RT/RW/Lingkungan).

e. Menetapkan prioritas kegiatan Kelurahan yang akan dibiayai dari dana

murni swadaya masyarakat.

f. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan ke forum

musrenbang lebih atas untuk diusulkan mendapat alokasi pendanaan

dari APBD Kota,

2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai Mediator

Kelurahan sebagai mediator dinyatakan bahwa Kader Pemberdayaan

Masyarakat merupakan mitra Pemerintahan Desa dan Kelurahan yang diperlukan

keberadaan dan peranannya dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan

partisipatif di Desa dan Kelurahan. Adapun peran dari Kader Pemberdayaan

Masyarakat (KPM) adalah mempercepat perubahan. LPM sebagai mediator

dalam pembangunan yang dimaksudkan disini adalah memiliki tugas untuk

mensosialisasikan hasil-hasil usulan rencana pembangunan yang sudah

ditetapkan dan dijadikan rancangan pembangunan jangka menengah dan

rancangan pembangunan kelurahan terpadu kepada semua elemen masyarakat.

Kalau untuk pembangunan yang nonfisik tersebut dilakukan rancangan jangka

menengah. LPM Kelurahan Tanjungpinang Kota mensosialisaikan hasil

rancangan yang bersifat nonfisik yang diusulkan dalam musyawarah

28

pembangunan seperti bantuan beasiswa untuk para pelajar, kebersihan

lingkungan, dan pengoptimalkan sumber daya alam.

3. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Keluarahan Sebagai Motivator.

Motivator yang di maksudkan ini merupakan sebagai ujung tombak dan

pion pembangunan maka tantangannya adalah bagaimana membentuk para

motivator-motivator pemberdayaan masyarakat. Motivator ini bias dikatakan

para tokoh yang ada dimasyarakat maupun segenap aparat pemerintahan yang

ada di desa atau kelurahan, kecamatan bahkan ditingkat kabupaten atau kota.

Banyak hal yang harus dipersiapkan baik persiapan ketahanan personal,

kemampuan memahami lingkungan dan modal sosialnya, kemampuan mengajak,

memobilisasi, menjembatani, serta kemampuan untuk menjadi fasilitator.

Sehingga peran motivator sangat penting dan strategis.

Konteks pemberdayaan masyarakat, motivator menempatkan diri sebagai

garda. Bimbingan, pembinaan, dan atau pengarahan dapat diartikan sebagai

rangkaian kegiatan atau proses memelihara, menjaga, dan memajukan organisasi

melalui setiap pelaksanaan tugas personal, baik secara structural maupun

fungsional, agar pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan

tidak terlepas dari usaha mewujudkan tujuan negara atau cita-cita bangsa

Indonesia (Nawawi, Handari; 1988 : 110).

4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai Dinamisator

29

Dinamisator merupakan mengoptimalisasikan pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat, LPM yang bijaksana dalam memantau dan melihat berbagai

kegiatan di masyarakat yang selalu dinamis, menempatkan dirinya di tengah-

tengah masyarakat untuk bisa langsung terjun mendorong masyarakat untuk lebih

berperan aktif terlibat dalam kegiatan pembangunan di masing-masing wilayah ia

berdomisili. Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, dan seterusnya)

kepada masyarakat tentu merupakan tugas. Masyarakat yang mandiri sebagai

partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-

kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan

masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara.

Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan

(Sutoro Eko, 2002). Dengan kata lain ia lebih berada pada dimensi proses dari

kebijakan penerapan kekebijakan hasil/dampak. Artinya, kegiatan ini akan

menghasilkan sejumlah pemahaman dan penjelasan berkenaan dengan proses

penerapan program yang dipantau. Kegiatan ini lebih mengarah pada pemenuhan

kebutuhan informasi. Pengawasan diperlukan untuk menyesuaikan perencanaan

dan bentuk pembangunan dengan memperkecil dampak negatif yang mungkin

ditimbulkan.

C. GAMBARAN UMUM

1. Keadaan Geografis

30

Kelurahan Tanjungpinang Kota merupakan salah satu kelurahan yang

terletak di Kepulauan Riau. Kelurahan Tanjungpinang Kota memiliki luas

wilayah 1,5 km2 dan dihuni 7.508 jiwa penduduk dengan batas-batas sebagai

berikut:

(Sumber : Profil Kelurahan Tanjungpinang Kota Tahun 2013).

Perbatasan Kecamatan sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kampung Bugis

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjungpinang Barat

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Penyengat

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kemboja

( Sumber : Profil Kelurahan Tanjungpinang Kota Tahun 2013 ).

Secara geografis kelurahan Tanjungpinang Kota merupakan daerah

dataran rendah dan pantai. Kelurahan Tanjungpinang Kota sendiri memiliki iklim

tropis yaitu musim kemarau dan musim hujan.

2. Keadaan Demografis

Secara umum penduduk merupakan suatu faktor yang sangat dominan

untuk menunjang pelaksanaan pembangunan di suatu daerah. Penduduk

merupakan sebuah unsur yang sangat menentukan dalam proses pembangunan di

suatu wilayah, baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Penduduk

31

juga merupakan sejumlah orang yang menempati suatu wilayah atau daerah

tertentu dengan tetap dan terus menerus. Dapat pula dikatakan bahwa penduduk

sebagai modal dasar dalam pembangunan, apalagi jika di dukung dengan sumber

daya alam lainnya yang memadai. Pola pemukiman penduduk yang ada di

Kelurahan Tanjungpinang Kota sendiri merupakan pemukiman penduduk yang

menyebar luas dan maju pesat sebab Kelurahan Tanjungpinang kota tersebut

merupakan sumber ekonomi di Kota Tanjungpinang.(sumber : profil

Tanjungpinang Kota Tahun 2013)

3. Keadaan Sosial dan Budaya

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu faktor yang sangat menentukan kemajuan

seseorang atau suatu masyarakat, karena melalui pendidikan masyarakat dapat

mewujudkan manusia yang berkualitas dan berguna. Tingkat pendidikan adalah

suatu konsep baru untuk menuju suatu kemajuan yang dicita-citakan, jadi

semakin tinggi tingkat pendidikan

4. Gambaran LPM

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat merupakan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan desa/kelurahan. Sumber dana yang digunakan dalam

kegiatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan Tanjungpinang Kota

berasal dari dana operasional bantuan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan

Pemerintah Kota Tanjungpinang, dana pengelolaan kios milik LPM Kelurahan

32

Tanjungpinang Kota berlokasi di Pelantar 3 serta dana sukarela dari masyarakat

Kelurahan Tanjungpinang Kota.

4.1. Kepengurusan LPM

Keputusan Lurah Tanjungpinsng Kota Nomor 11 tahun 2016 mengenai

kepengurusan LPM masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota

Kecamanan Tanjungpinang Kota. Berikut ini struktur kepengurusan LPM

tahun 2012-2016 sebagai berikut:

SUSUNAN PENGURUS LEMBAGA PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT

KELURAHAN TANJUNGPINANG KOTA MASA BAKTI

TAHUN 20012-2016

PEMBINA : LURAH TANJUNGPINANG

KOTA

PENASEHAT : ALBERT RIAU

: TAN SUN TEK

KETUA : ZULKIFLI RIAWAN, SE

WAKIL KETUA : DJOHAN

SEKRETARIS : SYAFRUDIN, SE

WAKIL SEKRETARIS : ADE PUTRA HARAHAP,

SIP

BENDAHARA : SUSIANA

33

1. BIDANG AGAMA

-KETUA : R.HANAFI

-ANGGOTA : RONNY, S.KOM

-ANGGOTA : TARMIJI

2. BIDANG KEAMANAN

- KETUA : MARIONO

- ANGGOTA : M. JUNAIDI

- ANGGOTA : ANDI YOSEFA

3. BIDANG PENDIDIKAN

- KETUA : JAPRI

- ANGGOTA : ZULHAIDA RIAWAN

ANGGOTA : SUSIZULY

4. BIDANG PEMBERDAYAAN

- KETUA : HJ. SUBANDIJAH

MUHAMAD

- ANGGOTA : NONG FATIMAH

- ANGGOTA : YOHELMI ANI

5. BIDANG KESEHATAN

- KETUA : H. MUHAMAD

- ANGGOTA : ASNIAR YUSUF

- ANGGOTA : RUBIAH TURSIDA

6. BIDANG SOSIAL BUDAYA

- KETUA : AGUNG SURYA HATTA

34

- ANGGOTA : HUSNI

- ANGGOTA : JONIANTO

7. BIDANG PEMUDA DAN

OLAHRAGA

- KETUA : M. AMIR

- ANGGOTA : SOEJING

- ANGGOTA : NASIRUDIN. AMD

8. BIDANG PEMBANGUNAN

EKONOMI DANUKM

- KETUA : MATPIASSEK

- ANGGOTA : CHAIRIL ASWAR

- ANGGOTA : Ir. FAHRUJI

D. PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI

KELURAHAN TANJUNGPINANG KOTA DALAM PEMBANGUNAN

TAHUN 2014

1. Analisis Peran LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Di

Kelurahan Tanjungpinang Kota dalam Pembangunan Tahun 2014.

Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan untuk memandirikan

masyarakat, terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/ ketidakberdayaan.

Masalah kemiskinan sudah menjadi gejala umum di seluruh dunia. Sehingga

kemiskinan dimasuk dalam agenda pertama dari 8 agenda Millenium

Development Goals (MDG’s) 1990-2015. Indonesia sendiri tingkat

35

kemiskinannya sudah mencapai kurang lebih tiga perlima atau 60% dari

penduduk Indonesia. Mengacu pada paradigm baru pembangunan, yang bersifat

“people-centered, participatory, empowering, and sustainable” (chambers,

1995), sehingga upaya pemberdayaan masyarakat semakin menjadi kebutuhan

dalam setiap upaya pembangunan. Selain itu kemiskinan bisa dilihat dari

indicator pemenuhan kebutuhan dasar yang masih belum memadai/mecukupi.

Kebutuhan dasar merupakan pakaian, pangan, papan, kesehatan, pendidikan.

Sedangkan keterbelakangan produktivitas seperti lemahnya sumber daya manusia

(SDM), melemahnya pasar-pasar tradisional akibat daya saing dengan pasar-

pasar internasional. Dengan kata lain masalah keterbelakangan menyangkut

struktural (kebijakan) dan cultural. (Sunyoto Usman, 2004).

Peran dari lembaga pemberdayaan masyarakat di Kelurahan

Tanjungpinang Kota tersebut bisa kita lihat dari beberapa indikator pembahasan

yang akan diuraikan oleh peneliti. Adapun indikator yang diuraikan berdasarkan

fungsi dan perannya yaitu : Lembaga pemberdayaan sebagai fasilitator, lembaga

pemberdayaan masyarakat sebagai mediator, lembaga pemberdayaan masyarakat

sebagai motivator dan lembaga pemberdayan masyarakat sebagai dinamistator

bagi pembangunan di Kelurahan tersebut. Berikut ini beberapa uraian indikator

yang menjadi pembahasan untuk mengetahui seberapa besarnya peran LPM di

Kelurahan Tanjungpinang sebagai berikut :

1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagai Fasilitator

36

Peran lembaga pemberdayaan masyarakat yang disebut sebagai fasilitator

di Kelurahan tersebut adalah LPM sendiri menfasilitasi segala aktivitas

masyarakat yang menyangkut dengan program pembangunan LPM. Selain

sebagai fasilitator dalam program pembangunan masyarakat, LPM sendiri

merupakan sebagai pendamping terhadap perangkat-perangkat kelurahan seperti

RT dan RW. Adapun peran yang dijalani oleh LPM di Kelurahan Tanjungpinang

Kota yang di lihat dari mata kasar, sudah terlihat sebagai fasilitator dalam

rancangan pembangunan masyarakat. Untuk dapat menjadikan fasilitator yang

baik berikut ini peneliti akan mengkajikan beberapa sub indikator didalamnya

sebagai berikut :

4.1.1 Masyarakat ikut merencanakan pembangunan

Masyarakat yang ikut merencanakan pembangunan pada masing-

masing desa merupakan bentuk tanggungjawab masing-masing desa

untuk menumbuhkan rasa peduli tentang program yang akan dilaksanakan

di desa mereka demi tercapainya pembangunan di segala bidang, baik

pembangunan bersifat fisik maupun bidang nonfisik. Masyarakat diboleh

untuk ikut merencanakan pembangunan yang akan dilaksanakan

Kelurahan dan mereka harus bisa bertanggungjawab dengan program

yang telah mereka ajukan dalam Musrenbang tingkat Kelurahan dan

seterusnya. Untuk mendapatkan data yang terpercaya, peneliti melakukan

wawancara kepada beberapa informan dengan pertanyaan dan jawaban

37

sebagai berikut : Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu keterlibatan

masyarakat dalam perencanaan pembangunan yang di fasilitasi oleh

LPM?” ada pun jawaban yang diperoleh oleh peneliti dari hasil

wawancara yaitu sebagai berikut:

“Masyarakat yang ikut terlibat dalam perencanaan pembangunan

hanya 40% saja, karena di Kelurahan Tanjung pinang sendiri

kebanyakan penduduknya berforesi sebagai pedagang”. (wawancara

pada tanggal 15 juni 2015, Bapak Erwan, Sekertaris Kelurahan

Tanjungpinang Kota)

Wawancara diatas bisa kita lihat masih kurangnya partisipasi

masyarakat yang ada, sehingga akan mengurangi efesiensi waktu

khususnya dalam memberdayakan masyarakat. Padahal tujuan dari

perencanaan ini sendiri merupakan untuk kemajuan masyarkat yang ada

di Kelurahan Tanjungpinang Kota. Hal yang menyebabkan kurangnya

partisipasi masyarakat dikarenakan peduduk setempat lebih banyak

berprofesi sebagai pedagang, sehingga mereka lebih memilih untuk

berdagang dari pada berpartisipasi.

2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagai Mediator

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan yang dianggap

sebagai mediator dalam pembangunan yaitu LPM sendiri yang memiliki tugas

untuk mensosialisasikan beberapa hasil ususlan dari rencana pembangunan yang

38

sudah ditetapkan dan akan dijadikan pembangunan jangka menengah kepada

warga masyarakat. Untuk LPM Kelurahan Tanjungpinang sendiri

mensosialisasikan rancangan pembangunan pada saat melalukan pertemuan-

pertemuan yang nantinya akan diambil beberapa menit untuk mensosialisasi

program-program pembangunan tersebut. Adapun hal yang menjadi penghambat

dari program tersebut biasanya dikarenakan faktor dari geografis. Untuk dapat

menjadikan mediator yang baik, berikut ini peneliti akan mengkajikan beberapa

sub indikator didalamnya sebagai berikut:

a. Masyarakat Ikut Dalam Rapat yang Diadakan

LPM merupakan wadah aspirasi masyarakat, sehingga tidak akan

terlihat jelas peran LPM seperti apa jika tidak adanya partisipasi dari

masyarakat sendiri dalam kegiatan yang dilakukan oleh LPM. Tanpa

adanya partisipasi dari masyarakat dalam kegiatan seperti rapat, maka

program kebijakan pemerintah yang melalui LPM Kelurahan tersebut

tidak mungkin bisa bergerak, hal itu disebabkan tidak adanya masyarakat

yang ikut berpartisipasi. Namun tujuan dari LPM sendiri adalah untuk

mensejahterakan dan memberdayakan masyarakat yang ada, baik itu di

desa maupun di Kelurahan. Untuk memperoleh informasi yang jelas

mengenai partisipasi masyarakat yang ikut dalam rapat yang diadakan

LPM Kelurahan Tanjungpinang Kota, peneliti melakukan wawancara

kepada beberapa informan dengan pertanyaan sebagai berikut:

39

Bagaimana menurut Bapak/Ibu apakah masyarakat di ajak dalam

mengikuti rapat yang diadakan oleh LPM di Kelurahan Tanjungpinang

Kota? Adapun jawaban yang peneliti dapatkan dari pertanyaan yang sama

yaitu sebagai berikut:

“Selama ini pihak LPM selalu mengundang masyarakat setiap

diadakan rapat, namun banyak yang tidak bisa hadir dalam acara rapat

tersebut. Hal ini di sebabkan karena faktor kerjaan yang mungkin tidak

bisa mereka tinggalkan”. (wawancara 10 agustus 2015, Ibu Susiana,

Bendahara LPM Kelurahan Tanjungpinang Kota)

Hasil wawancara Ibu Susiana bisa dilihat bahwa beliau sering

menghadiri rapat yang diadakan pihal LPM, tujuan beliau ikut pastinya

supaya bisa mengusulkan apa-apa saja yang menjadi kegiatan prioritas

yang akan dilakukan di Kelurahan Tanjungpinang Kota.

b. Masyarakat Ikut Memberikan Informasi Bagi Berjalannya

Program Pembangunan

Informasi pembangunan merupakan hal yang sangat penting bagi

LPM, apalagi yang bersifat membangun. Masyarakat yang ikut

berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan diharapkan bisa

memberikan informasi mengenai berjalannya pembangunan dibuat oleh

LPM kelurahan Tanjungpinang Kota. Adapun kegiatan pembangunan

yang yang direncanakan dan sedang berjalan tidak akan berjalan

40

maksimal tanpa adanya informasi dari masyarkat. Baik menyampaikan

melalui rapat, maupun hanya melalui RT/RW setempat. Namun pada saat

rapat yang diadakan barulah RT/RW menyampaikan informasi yang di

dapatkan dari masyarakat. Selain itu masyarakat yang mengikuti rapat

juga memberikan informasi keppada LPM kelurahan Tanjungpinang

Kota. Untuk mendapatkan informasi yang jelas, peneliti melakukan

wawancara kepada beberapa informan dengan pertanyaan dan jawaban

sebagai berikut: Menurut Bapak/Ibu sudah adakah kesadaran masyarakat

untuk ikut dalam memberikan informasi bagi berjalannya program

pembangunan? Adapun jawaban yang peneliti peroleh adalah sebagai

berikut:

“Masyarakat kadang tidak mau memberikan informasi langsung

pada saat rapat. Akan tetapi ada juga sebagian dari masyarakat

tersebut memberikan informasi yang mereka lihat mengenai program

pembangunan yang berjalan melalui RT/RW setempat”(wawancara 15

juni 2015, Bapak Erwan, Sekertaris Kelurahan Tanjungpinang Kota)

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan informan

selanjutnya dengan pertanyaan yang sama dan jawaban yang peneliti

dapatkan adalah sebagai berikut:

“Informasi dari masyarakat mengenai berjalannya pembangunan

tersebut dirasakan sangat penting ya. Semuanya untuk

41

memperlancarkan pembangunan yang sedang berjalan”. (wawancara

tanggal 19 juni 2015, Bapak Juamin, RW Kelurahan Tanjungpinang

Kota)

Hasil wawancara diatas bisa kita lihat masyarakat sebenarnya sudah

mau untuk ikut berpartisipasi, namun mereka masih belum mau terbuka.

Padahal partisipasi mereka sendiri sangat berpengaruh untuk kemajuan

pembangunan.

3. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagai Motivator

Motivator merupakan orang atau kelompok yang mampu membuatkan

orang lain untuk bisa melakukan sesuatu. Didalam LPM sangat dibutuhkan

motivator yang bisa mendorong masyarakat yang ada di Kelurahan untuk bisa

melakukan apa yang bisa mereka lakukan demi mewujudkan kesejahteraan

masyarakat itu sendiri yang sesuai keinginan masyarakat. Sehingga tantangan

untuk LPM Kelurahan Tnjungpinang Kota sendiri merupakan cara membentuk

para motivator-motivator pemberdayaan masyarakat yang bisa memotivasi

masyarakat di Kelurahan Tanjungpinang kota. Berikut ini peneliti akan

mengkajikan beberapa sub indikator didalamnya sebagai berikut :

a. Masyarakat Memanfaatkan Pembangunan yang Sudah Dibangun

42

Pembangunan di Kelurahan akan terwujud apabila ada kerjasama

antara Lembaga bersangkutan dan masyarakat. Karena tugas LPM sendiri

merupakan untuk mensejahterakan masyarakat dan tempat untuk

menyalurkan aspirasi masyarakat. Masalah pembangunan yang ada

dikelurahan Tanjungpinang Kota sendiri sudah mulai maksimal karena

sudah mulai ada kerjasama antara masyarkat dan LPM. Akan tetapi masih

ada kurangnya kesadaran masyarkat untuk ikut berpartisipasi. Partisipasi

masyarakat yang diperlukan adalah mengikuti kegiatan LPM seperti ikut

bekerja baik itu dibidang fisik maupun nonfisik yang ada didaerah

masing-masing. Untuk memperoleh data berkaitan mengenai

permasalahan tersebut peneliti melakukan wawancara kepada beberapa

informan, dengan pertanyaan dan jawaban sebagai berikut: menurut

Bapak/Ibu bagaimana pemanfaatan masyarakat terhadap pembangunan

yang ada di Kelurahan Tanjungpinang Kota? Adapun jawaban yang

peneliti dapatkan sebagai berikut:

“Masyarakat sangat memanfaatkan pembangunan yang ada. Karena

menguntungkan bagi mereka”. (Wawancara pada tanggal 15 juni 2015

dengan Bapak Rafi’i, instansi pemerintahan Kelurahan Tanjungpinang

Kota)

b. Masyarakat Ikut Merawat Pembangunan yang Sudah Ada.

43

Merawat pembangunan yang ada di Kelurahan merupakan hal yang

sudah seharusnya dilakukan oleh masyarakat setempat agar

pembangunang tersebut terawat dan tidak mudah rusak. Adapun

pembangunan yang diberikan oleh pemerintah merupakan perwujudan

dari kebijakan pemberdayaan masyarakat, sehingga diharapkan partisipasi

dari masyarakat untuk menjaga dan merawat pembangun yang sudah ada,

maupun pembangunan yang masih dalam proses perncanaan.

Pembangunan yang ada di Kelurahan Tanjungpinang Kota yang bisa

masyarakat rasakan manfaatnya seperti fasilitas di Lorong Pasar Ikan V,

Lorong Pisang Pelantar II, Pelantar Sayur (KUD), Pelantar di Lorong

Pelantar II, WC umum dan lain sebagainya. Jika fasilitas ini bisa dijaga

dan dirawat oleh masyarakat setempat, maka pembangunan akan bertahan

dalam jangka panjang. Untuk mendapatkan data yang lebih terpercaya,

peneliti langsung melakukan wawancara kepada beberapa informan

dengan pertanyaan sebagai berikut : Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah

menurut Bapak/Ibu keikut sertaan masyarakat dalam merawat

pembangunan yang sudah ada di Kelurahan Tanjungpinang Kota?”.

Adapun jawaban yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut:

“Hanya 30% yang ikut merawat, selebihnya hanya menikmati saja

tanpa ikut merawat”. (Wawancara pada tanggal 15 juni 2015 dengan

Bapak Erwan, Sekertasi Lurah Kelurahan Tanjungpinang Kota)

44

4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagai Dinamisator

Mengoptimalisasikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat LPM

seharusnya lebih bijaksana dalam memantau serta melihat berbagai kegiatan-

kegiatan serta program yang ada di lingkungan masyarakat. Selain harus

bijaksana pemantauan kegiatan masyarakat, LPM juga diharapkan untuk bisa

menempatkan dirinya ditengah masyarakat dan mendorong masyarakat untuk

lebih berperan aktif dalam program-program yang dibuat oleh LPM. Layanan

publik seperti pendidikan, kesehatan, transportasi serta lain-lainnya, sedah mulai

LPM berikan. Meskipun tidak belum maksimal namun sudah ada perhatian dari

LPM untuk pendidikan mereka memberikan bantuan beasiswa dengan cara

memasukan proposal kebeberapa instansi dan bank-bank yang ada di Kota

Tanjungpinang. Beasiswa tersebut akan diberikan kepada siswa yang berpestasi

dan tidak mampu. Adapun pengawasan yang diperlukan untuk mengawasi

perencanaan program yang berbentuk pembangunan. Dengan adanya

pengawasan dari pihak lain selain LPM akan memperkecil dampak negatif yang

mungkin saja akan timbulkan dikemudian harinya. Berikut ini peneliti akan

mengkajikan beberapa sub indikator didalamnya sebagai berikut :

a. LPM Kelurahan Melakukan Pemantauan dan Pengawasan terhadap

Kegiatan Program Pembangunan

Masyarakat yang ikut berperan dalam pelaksanaan operasional

pembangunan merupakan suatu hal yang memang sudah seharusnya

45

terjadi. Dengan keikut sertaan masyarakat dalam pelaksanaan operasional

pembangunan sangat membantu berjalannya program-program yang

dilaksanakan oleh LPM Kelurahan beserta orang Kelurahan. Kerjasama

antara masyarakat dan pihak LPM yang sangat baik mampu memberikan

kemajuan pembangunan yang ada di Kelurahan Tanjungpinang Kota.

Adapun keberhasilan pembangunan merupakan tercapainya semua

program-program yang sudah direncankan oleh pihak pemerintah.

Program tidak akan bisa tercapai apabila tidak ada kerjasama antara

pemerintah dan masyarakat setempat, sehingga untuk mendapatkan

mencapaian yang maksimal masyarakat harus bisa ikut berpartisipasi

dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan, baik itu yang bersifat tenaga,

pikiran maupun materi Agar apa yang dilakukan masyarakat dapat

termonitoring dengan baik, dan bahkan untuk mengetahui sudah sampai

dimana program pemerintah yang telah di fasilitator oleh LPM Kelurahan

tersebut, sehingga peneliti melakukan wawancara kepada para informan

dan key informan dengan pertanyaan dan jawaban yang peneliti peroleh

sebagai berikut: Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai pemantauan

dan pengawasan dari pihak LPM terhadap kegiatan program

pembangunan? Adapun jawaban yang di peroleh peneliti dari hasil

wawancara beberapa informan sebagai berikut:

46

“Mereka ikut memantau serta mengawasi pembangunan yang

sedang berjalan”. (Wawancara pada tanggal 15 juni 2015 dengan

Bapak Rafi’i, instansi pemerintahan Kelurahan Tanjungpinang Kota).

b. LPM Kelurahan Melakukan Evaluasi pada Program Pembangunan.

Evaluasi pada program pembangunan memnang seharusnya

dilakukan minimal setahun sekali, guna untuk mengetahui perubahan

pembangunan baik itu bersifat fisik maupun nonfisik. Kegiatan LPM

Kelurahan merupakan peran serta masyarakat dalam memelihara hasil

pembangunan yang memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah

dibangun, melakukan pemeliharaan serta pemantauan baik dari pihak

LPM sendiri maupun bersama pihak masyarakat yang ada di Kelurahan

Tanjungpinang Kota. Untuk mengetahui LPM melakukan evaluasi atau

tidak, peneliti langsung saja melakukan wawancara kepada informan-

informan yang ada beserta key informan. Dengan pertanyaan dan

jawaban sebagai berikut: Menurut Bapak/Ibu apakah LPM melakukan

evaluasi pembangunan pembangunan? Jelaskan! Adapun jawaban yang di

peroleh peneliti dari beberapa informan sebagai berikut:

“Evaluasi tiap tahun selalu dilakukan, malah dijadikan hal yang

penting tiap tahunnya, supaya mengetahui kondisi pembangunan baik

itu fisik maupun non fisik. (Wawancara pada tanggal 15 juni 2015

47

dengan Bapak Rafi’i, instansi pemerintahan Kelurahan Tanjungpinang

Kota)

E. PENUTUP

a. Kesimpulan

Konsep peranan LPM pada penelitian ini menurut Soerjono Soekanto:

merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Pada penelitian ini analisa mengacu

pada indikator penelitian, lalu indikator ini di analisa sebagai mana pada bab IV

sehingga dapat ditarik kesimpulan:

1. Fasilitator; masih rendahnya partisipasi masyarakat untuk ikut dalam

perencanaan pembangunan dan penentuan prioritas yang diadakan

oleh LPM. Selain itu dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti

kepada ketua LPM Kelurahan Tanjungpinang Kota, bahwa

masyarakat yang ikut dalam perencanaan pembangunan itu ada,

namun memang tidak secara keseluruhan. Hal itu dikarenakan

sebagian besar dari masyrakat yang ada di Kelurahan Tanjungpinang

Kota berpropefesi sebagai pedagang, sehingga mereka enggan untuk

meninggalkan barang dagangan mereka.

2. Mediator; kurangnya kesadaran masyarakat untuk menghadiri rapat

serta memberikan informasi bagi berjalannya program. Selain itu

masih kurangnya kesadaran dari masyarakat dalam memahami betapa

48

pentingnya program pembangunan yang dibuat oleh LPM di

Kelurahan Tanjungpinang Kota.

3. Motivator; dilihat dari segi pemanfaatan masyarakat terhadap

pembangunan yang ada. Akan tetapi bertolak belakang dengan

keadaan masyarakat di Kelurahan Tanjungpinang Kota dalam segi

merawat atau menjaga pembangunan yang ada. Masih kurangnya

kesadaran masyarakat untuk menjaga atau merawat pembangunan

yang merupakan fasilitas untuk mereka sendiri.

4. Dinamisato; dilihat dari pengawasan dan pemantauan yang LPM

lakukan sudah cukup maksimal. Karena pembangunan yang mereka

laksanakan ada tahapan dan waktu yang di tentukan. Selai itu LPM

tidak ingin program yang mereka rencanakan menjadi sia-sia.

Sehingga mereka melakukan pemantauan dan pengawasan

semaksimal mungkin. Contoh pembangunan yang mereka pantau

yaitu semenisasi di Lorong Pasar Ikan V. Pembangunan memiliki

tahap waktu pelaksanaan kegiatan pekerjaan selama 50(lima puluh)

hari kalender.

Hasil kesimpulan di atas, dapat penulis tarik kesimpulan seara

keseluruhan yaitu peran LPM Kelurahan Tanjungpinang Kota sebagai Fasilitator,

Mediator, Motivator dan Dinamisator mendapatkan hasil yang berbeda-beda.

49

Perbedaan ini disebabkan oleh tanggapan dari masyarakat Kelurahan

Tanjungpinang Kota. Yang mana peran LPM Kelurahan Tanjungpinang Kota

sudah melakukan tugasnya sesuai dengan acuan LPM, akan tetapi tidak berjalan

maksimal sesuai dengan harapan. Contohnya pada saat di adakan rapat,

masyarakat kurang antusias karena lebih memilih bekerja dari pada ikut dalam

rapat.

b. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan diatas sehingga peneliti memberikan saran

untuk perbaikan dari program-program Pemerintah terhadap pemberdayaan

masyarakat sehingga partisipasi

masyarakat akan lebih aktif sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada LPM agar dapat menfasilitasi pembangunan

dengah lurah. Dalam perencanaan anggaran pada musrenbag.

2. Diharapkan kepada LPM agar dapat meningkatkankinerjanya lagi,

dan lebih kreatif lagi dalam menarik minat masyarakat agar ikut

berpartisipasi ddalam perancangan program.

3. Diharapkan kepada LPM agar lebih mampu meninggkatkan kesadaran

dan kepedulian masyarakat untuk menjaga, merawat pembangunan

yang ada, agar pembangunan tersebut dapat bertahan lama.

50

Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan, peran akan terwujud dengan

baik apabila pemerintah, fasilitator Kelurahan dan masyarakat dapat bekerja

sama. Baik itu dalam program perencanaan, pelaksanaan kegiatan,

mengawasi, merawat dan memberdayakan bangunan yang telah dibangun

dalam kegiatan ini. Peneliti menyimpulkan dalam penelitian ini bahwa

Peranan LPM di Kelurahan Tanjungpinang Kota sudah baik dan berjalan

sesuai dengan semestinya atau sesuai dengan peraturan yang berlaku, namun

respon dari masyarakat di Kelurahan itu sendiri yang kurang menanggapi

Program dari Pemerintah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Moleong. Lexy. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Nawawi, Handari. Metode Bidang Penelitian Sosial. Yogyakarta. Gajah Mada

University Press..

Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta, Prenada Media Group.

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuatitatif, Kualitatif, Range dan

Determinan.

Bandung, Alfabeta.

Koentjaraningrat Prof, 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta. PT.

Gramedia..

51

Giroth, Lexie, M.. 2004. Status dan Peranan Pendidikan Pamong Praja

Indonesia. Jatinangor: Indrapraharta.

Soerjono Soekanto. 2001. Sosiologi Suatu Penghantar. Jakarta: Raja Grando

Persada.

Taliziduhu Ndraha, 1987. Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa. Jakarta:

Rineka Cipta.

Harjanto. 2008 Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Parson, Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta: FE UI.

Salam, Dharma Setyawan. 2007. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

Sunyoto Usman,2004, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat,

Yogyakarta

: Pustaka Pelajar.

Foy, Nancy. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonomi dan

Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Citra Utama,

Hikmat. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora

Press.

Pemberayaan Masyarakat. Makalah disampaikan pada pertemuan tahuna IV

SPPM, Solo, 25-28 September 2001. Dapat dilacak pada

www.balaidesa.or.id/tukiman.htm

52

DOKUMEN :

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 entang Pemerintah Daerah

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Keputusan Walikota No : 322.A

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005

Profil Kelurahan Tanjungpinang Kota Tahun 2015

Proposal Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Tanjungpinang

Kota Tahun 2014

Acuan Pembentuka LPM 2012-2016