Peran Lapan Sebagai Salah Satu Lembaga Penelitian

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada 31 Mei 1962, atas arahan Presiden RI Soekarno, dibentuk Panitia Austronautika oleh Perdana Menteri Ir. H. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun (selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI). Untuk mendukung langkah tersebut, pada 22 September 1962 dibentuklah Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan Institut Teknologi Bandung. 1 Proyek PRIMA berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya pada tahun 1964.Pada 27 November 1963, dibentuklah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN, untuk melembagakan penyelenggaraan program-program pembangunan kedirgantaraan nasional. Dalam hal penyempurnaan organisasi LAPAN, telah dikeluarkan beberapa Keppres, dengan yang terkini yakni Keppres Nomor 9 Tahun 2004 tentang Lembaga Non-Kementerian.Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) adalah 2 lembaga pemerintah nonkementerian 1 http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Penerbangan_dan_Antariksa_Nasional#Sejara h_Pembentukan pada tanggal 16 Desember 2014 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Penerbangan_dan_Antariksa_Nasional diakses pada tanggal 16 Desember 2014

description

peran lapan sebagai salah satu lembaga

Transcript of Peran Lapan Sebagai Salah Satu Lembaga Penelitian

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada 31 Mei 1962, atas arahan Presiden RI Soekarno, dibentuk Panitia Austronautika oleh Perdana Menteri Ir. H. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun (selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI). Untuk mendukung langkah tersebut, pada 22 September 1962 dibentuklah Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan Institut Teknologi Bandung.[footnoteRef:2] Proyek PRIMA berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya pada tahun 1964.Pada 27 November 1963, dibentuklah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN, untuk melembagakan penyelenggaraan program-program pembangunan kedirgantaraan nasional. Dalam hal penyempurnaan organisasi LAPAN, telah dikeluarkan beberapa Keppres, dengan yang terkini yakni Keppres Nomor 9 Tahun 2004 tentang Lembaga Non-Kementerian.Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) adalah [footnoteRef:3]lembaga pemerintah nonkementerian Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya. 4 bidang utama LAPAN yakni penginderaan jauh, teknologi dirgantara, sains antariksa, dan kebijakan dirgantara. Dengan keberhasilan tersebut, Panitia Antariksa mengusulkan perlu dibentuknya wadah resmi untuk menampung kegiatan keantariksaan yang kemudian dilanjutkan dengan pembentukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Dewan Penerbangan berubah nama menjadi Dewan Penerbangan dan Antraiksa Nasional Republik Indonesia (DEPANRI). [2: http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Penerbangan_dan_Antariksa_Nasional#Sejarah_Pembentukan pada tanggal 16 Desember 2014] [3: http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Penerbangan_dan_Antariksa_Nasional diakses pada tanggal 16 Desember 2014]

Keterlibatan Indonesia, dipengaruhi oleh perkembangan internasional dalam bidang keantariksaan. Kemajuan dan perkembangan kegiatan antariksa disadari bahwa memberi peluang kemanfaatan yang cukup besar namun disisi lain mempunyai peluang menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan manusia, bahkan jika dilakukan secara tak bertanggung jawab dapat menghancurkan dunia dan membinasakan umat manusia. Melihat kemungkinan konsekuensi tersebut, PBB dengan resolusi Majelis Umum Nomor 1348 (XIII), 13 Desember 1958, membentuk komite sementara atau "Ad Hoc Committee on the Peaceful Uses of Outer Space" yang mempunyai tugas meneliti masalah - masalah keantariksaan termasuk yang berkaitan dengan aspek hukum kegiatan antariksa sehingga dapat memberikan jaminan bahwa kemajuan kegiatan antariksa dari negara-negara dapat memberikan manfaat bagi semua negara tanpa membeda-bedakan tingkat kemajuan ekonomi dan teknologi dari negara-negara. Komite sementara tersebut kemudian ditetapkan menjadai komite dengan sebutan UNCOPUOS, beradsarkan Resoulusi Majelis Umum Nomor 1472 (XIV), 12 Desember 1959. UNCOPUOS mempunyai tugas: (i). menetapkan usaha yang akan dilakukan/ disponsori PBB untuk mendorong negara-negara dam pengembangan dan pemanfaatan kemajuan iptek antariksa bagi pembangunan nasional dan (ii) mengkaji dan merumuskan aturan-aturan hukum internasional mengenai eksplorasi dan eksploitasi antariksa untuk maksud damai. Dari mandat yang diterima, UNCOPUOS telah merumuskan berbagai resolusi yang berkaitan dengan antariksa dan telah disyahkan/ ditetapkan oleh PBB, satu diantaranya adalah "Resolusi Nomor 2222(XXI), 19 Desember 1966, menetapkan " Treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration and the Uses of Outer Space, including the Moon and other Celetial Bodies" dan treaty tersebut terbuka untuk ditanda tangani negara-negara sejak 27 Januari 1967 dan diberlakukan sebagai hukum positif (entry into force) sejak 10 Oktober 1967. Treaty tersebut dikenal sebagai " Space Treaty, 1967" .[footnoteRef:4] [4: Sumardi, Juajir. 1996. Hukum Ruang Angkasa. Pradnya Paramita. Jakarta.]

Kegiatan LAPAN, sejak dimulainya PELITA I, tahun 1967, dalam bidang keantariksaan, ditekankan kepada kegiatan yang langsung mendukung kegiatan pembangunan nasional.Kegiatan tersebut dapat dikatakan merupakan kegiatan pemanfaatan antariksa (space application).Makalah ini akan menjelaskan kegiatan dan program kedirgantaraan yang dikembangkan LAPAN dalam menunjang pembangunan nasional dan keterkaitan terhadap sistem pertahanan nasional.B. Rumusan Masalah1. Bagaimana Peran Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dalam Pertahanan dan Keamanan di Indonesia ? 2. Apa Fungsi dan Manfaat dari Remote Sensing atau Pengideraan jauh yang merupakan bidang dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional yang kaitannya dengan Pertahanan dan Keamanan di Indonesia ?

BAB IIPEMBAHASAN

C. Peran Lembaga Penerbangan dan Antariksa dalam Pertahanan dan Keamanan Di Indonesia Berdasarkan Undang - Undang Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara (Hankamneg) menyatakan "bahwa pertahanan keamanan negara Republik Indonesia merupakan upaya untuk mewujudkan satu kesatuan Hankamneg dalam rangka wawasan nusantara guna mencapai tujuan nasional yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 1982 tersebut juga memuat bahwa penegakan kedaulatan negara juga mencakup wilayah dirgantara. Pengertian dirgantara mencakup ruang udara dan antariksa termasuk orbit geo-stasioner (GSO) di atas wilayah Republik Indonesia berada di bawah kedaulatan dan yuridiksi negara Indonesia. Pasal 30 ayat (3) huruf a dan penjelasannya menyatakan bahwa tugas penegakan kedaulatan hanya di wilayah udara (airspace). Hal ini, tentu saja menimbulkan persepsi atau tafsiran ganda yang dapat melemahkan karena sepertinya bahwa di luar wilayah udara (wilayah antariksa) bukanlah merupakan wilayah yang tidak perlu dipertahankan kedaulatannya.

Berdasarkan Konsepsi Ketahanan Nasional diperoleh pemahaman bahwa implementasi Konsepsi Ketahanan Nasional diarahkan untuk meningkatkan ketahanan bangsa Indonesia baik di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan. Peningkatan Ketahanan Nasional berlangsung secara berkelanjutan artinya bahwa Ketahanan Nasional yang meningkat memberikan peluang bagi upaya pengembangan Kedirgantaraan Nasional dan meningkatnya Kedirgantaraan Nasional memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional yang dapat meningkatkan Ketahanan Nasional atau Kedirgantaraan Nasional berperan sebagai satu kekuatan dalam menyelesaikan berbagai masalah kepentingan nasional termasuk menunjang peningkatam Ketahanan Nasional.[footnoteRef:5] Untuk kepentingan tersebut di atas khususnya penyelarasan kepentingan nasional, pertahanan keamanan dan kepentingan Indonesia dalam fora internasional, LAPAN sebagai sekretariat DEPANRI , telah berupaya untuk menyusun rumusan kebijakan nasional, pengaturan dan pendayagunaan dirgantara bagi pembangunan nasional, dan mengkoordinasikan kegiatan dan upaya-upaya pemanfaatan kedirgantaraan berupa studi dan pengkajian terhadap aspek teknis, sosio-ekonomi, politik dan hukum kedirgantaraan. Kebijakan nasional kedirgantaraan ditujukan untuk menetapkan landasan yang mantap dalam rangka meningkatkan produktifitas, efisiensi dan efektifitas upaya kedirgantaraan nasional termasuk untuk meningkatkan partisipasi Indonesia secara berkelanjutan dalam kegiatan-kegiatan dirgantara regional dan internasional. Salah satu upaya yang telah di syahkan dalam Kongres Kedirgantaraan Nasional, 1998, adalah Konsepsi Kedirgantaraan Nasional yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya dan lingkungan dirgantara baik yang merupakan wilayah kedaulatan atau yang merupakan kawasan kepentingan nasional sebagai satu kesatuan utuh, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Berdasarkan Konsepsi Kedirgantraan Nasional memuat pemahaman strategis dan mendasar antara lain:[footnoteRef:6] [5: http://educ4study.com/pengertian-lembaga-penerbangan-dan-antariksa-nasional/ diakses pada tanggal 17 Desember 2014] [6: "Konsepsi Kedirgantaraan Nasional", Sekretariat DEPANRI, 1998]

Wilayah nasional yaitu wilayah yang berada di bawah kedaulatan dan yuridiksi negara yang berdimensi daratan, perairan, dan dirgantara yang batas-batasnya dilakukan berdasarkan hukum nasional dengan memperhatikan hukum internasional yang berlaku. Dirgantara nasional yaitu dimensi ruang di dirgantara terdiri dari ruang udara yang merupakan wilayah kedaulatan nasional dan antariksa yang merupaka kawasan kepentingan nasional. Kedirgantaraan adalah segala sesuatu yag berkaitan dengan dirgantara, serta segala daya upaya bangsa Indonesia dalam mendayagunakan dan melestarikan dirgantara untuk perwujudan Wawasan Nusantara dan peningkatan Ketahanan Nasional .

Selain telah disusun dan disyahkannya Konsepsi Kedirgantaraan Nasional, telah pula dilakukan ratifikasi perjanjian-perjanjian internasional keantaraiksaan, seperti Liability Convention 1972 berdasarkan Keppres Nomor 5 Tahun 1996, Registration Convention, 1975 berdasarkan Keppres Nomor 20 Tahun 1997, dan Rescue Agreement, 1968 berdasarkan Keppres Nomor 4 tahun 1999 telah memberikan landasan hukum dan lingkup yang lebih luas dalam penyusunan peraturan - peraturan yang menagtur berbagai aspek kegiatan keantariksaan di Indonesia dan landasan yang mantap bagi sikap dan posisi Indonesia dalam pembentukan dan ikut sertanya Indonesia dalam perjanjian internasional, misalnya sikap Indonesia terhadap posisi orbit geostasioner (GSO).

Penginderaan Jauh Menunjang Sistem Pertahanan Nasional Penginderaan jauh, secara teoritis, adalah suatu cara pemantauan tentang sifat dan kondisi suatu objek atau fenomena alam di permukaan bumi untuk mendapatkan informasi tentang objek itu sendiri ataupun sekitarnya tanpa harus kontak langsung dengan obyek tersebut, yang dilakukan melalui suatu pengukuran atau pengamatan dengan menggunakan sensor yang ditempatkan pada wahana pesawat udara, balon udara, roket atau satelit. Karena sensor ditempatkan pada suatu wahana di atas permukaan bumi (antariksa) maka penginderaan jauh dapat menyediakan informasi atau data tentang obyek dan lingkungan dalam cakupan yang luas dibandingkan dengan metode survei darat. Jika sensor tersebut ditempatkan di satelit maka pengamatan atau pengukuran terhadap obyek atau fenomena alam diatas permukaan bumi akan pemantauan yang dilakukan makin intense dan berkesinambungan. Sebagai contoh, satelit Landsat dapat memantau suatu kawasan dengan luasan 185 km x 185 km dengan periode liputan ulang untuk memantau daerah yang sama dalam 16 hari.Sedangkan satelit lingkungan dan cuaca seperti NOAA dan GMS dapat meliput kawasan yang lebih luas dan peride ulang yang lebih singkat, masing-masing 12 jam dan 1 jam. Dengan teknologi penginderaan jauh ini, dapat diperoleh kebutuhan informasi kondisi sumberdaya alam dan lingkungan secara efisien, dan akurat dan komprehensif. Secara praktis, penginderaan jauh adalah suatu sistem untuk mendapatkan informasi objek atau fenomena alam dan lingkungan di atas dan pada permukaan bumi melalui serangkaian subsistem penerimaan, pengolahan dan pengguna.Khusus untuk penginderaan jauh satelit, sistem tersebut terdiri dari ruas antariksa (wahana antariksa; satelit, roket), ruas bumi (sistem penerima dan stasiun bumi), ruas pengguna (sistem pengolahan data dan interpretasi). Dalam bidang penginderaan jauh, LAPAN mempunyai fungsi penelitian dan pengembangan (litbang) teknologi dan pemanfaatan penginderaan jauh dan sebagai bank data penginderaan jauh nasional. Litbang teknologi penginderaan jauh diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dan penguasaan teknologi akuisisi data dan stasiun bumi untuk "low bit rate" (laju kecepatan rendah transmisi data), teknologi pengolahan dan interpretasi termasuk model pemanfaatan data penginderaan jauh (optik dan radar) dan pemantapan sistem pelayanan pengguna. Sedangkan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh diorientasikan pada pelayanan kebutuhan pengguna baik masyarakat umum, pengguna khusus ataupun pemerintah. Pelayanan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara antara lain adalah pelayanan data untuk pembebasan sandera yang pernah terjadi di Mapanduma, Timika, Irian Jaya, pemantauan batas wilayah, P. spadan - Ligitan, latihan gabungan, operasi kemanusian di berbagai daerah konflik, inventarisasi pantai strategis, pengamanan kekayaan dan sumberdaya alam di wilayah perairan laut Indonesia, perkembangan kawasan permukiman khususnya kawasan permukiman padat yang berkaitan dengan kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) dan sebagainya.

Sebagai bank data penginderaan jauh nasional, LAPAN dipercayakan oleh pemerintah untuk mengoperasikan stasiun bumi satelit penginderaan jauh di Parepare untuk menerima, merekam, mengolah dan mendistribusikan data satelit Landsat-TM, ERS, SPOT dan JERS-1. Selain itu, juga dipercayakan untuk mengoperasikan stasiun bumi satelit lingkungan dan cuaca di Kalisari, Jakarta dan Biak, Irian Jaya.

D. Fungsi & Manfaat Pengideraan Jauh / Remote Sensing dalam Hubungannya Dengan Pertahanan dan Keamanan Wilayah Negara Indonesia

Sabins (1996) dalam Kerle, et al. (2004) menjelaskan bahwa penginderaan jauh atau Remote sensing adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan sutau objek. Sedangkan menurut Lillesand and Kiefer (1993), Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji.[footnoteRef:7] [7: http://remotesensing1a.blogspot.com/ diakses pada tanggal 17 Desember 2014]

Data penginderaan jauh diperoleh dari suatu satelit, pesawat udara balon udara atau wahana lainnya. Data-data tersebut berasal rekaman sensor yang memiliki karakteristik berbeda-beda pada masing-masing tingkat ketinggian yang akhirnya menentukan perbedaan dari data penginderaan jauh yang di hasilkan.Pengumpulan data penginderaan jauh dapat dilakukan dalam berbagai bentuk sesuai dengan tenaga yang digunakan. Tenaga yang digunakan dapat berupa variasi distribusi daya, distribusi gelombang bunyi atau distribusi energi. Analisa data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data statistik dan data lapangan. Hasil nalisa yang diperoleh berupa informasi mengenai bentang lahan, jenis penutup lahan, kondisi lokasi dan kondisi sumberdaya lokasi. Informasi tersebut bagi para pengguna dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dalam mengembangkan daerah tersebut. Keseluruhan proses pmulai dari pengambilan data, analisis data hingga penggunaan data tersebut disebut Sistem Penginderaan Jauh. Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing,[footnoteRef:8] adalah ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. Pengertian 'tanpa kontak langsung' di sini dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra satelit diproses dan ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur permukaan pada saat perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas 'ground truth', yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah yang jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi.[footnoteRef:9] [8: file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND...LILI.../makalah_Guru.pdf diakses pada tanggal 17 Desember 2014] [9: "Urgensi Pengesahan Perjanjian Mengenai Prinsip-prinsip Yang Mengatur Kegiatan Negara-Negara Dalam Eksplorasi dan Penggunaan Antariksa, TermasukBulan dan Benda-benda Langit Lainnya", LAPAN, 1998, Jakarta]

Pada awalnya penginderaan jauh kurang dipandang sebagai bagian dari geografi, dibandingkan kartografi. Meskipun demikian, lambat laun disadari bahwa penginderaan jauh merupakan satu-satunya alat utama dalam geografi yang mampu memberikan synoptic overview --pandangan secara ringkas namun menyeluruh-- atas suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Penginderaan jauh juga mampu menghasilkan berbagai macam informasi keruangan dalam konteks ekologis dan kewilayahan yang menjadi ciri kajian geografis. Di samping itu, dari sisi persentasenya, pendidikan penginderaan jauh di Amerika Serikat, Australia dan Eropa lebih banyak diberikan oleh bidang ilmu (departemen, 'school' atau fakultas) geografi.Dari segi metode yang digunakan, dikenal metode penginderaan jauh manual atau visual dan metode penginderaan jauh digital. Penginderaan jauh manual memanfaatkan citra tercetak atau 'hardcopy' (foto udara, citra hasil pemindaian skaner di pesawat udara maupun satelit) melalui analisis dan interpretasi secara manual/visual[footnoteRef:10]. Penginderaan jauh digital menggunakan citra dalam format digital, misalnya hasil pemotretan kamera digital, hasil pemindaian foto udara yang sudaH tercetak, dan hasil pemindaian oleh sensor satelit, dan menganalisisnya dengan bantuan komputer. Baik metode manual maupun digital menghasilkan peta dan laporan. Peta hasil metode manual dapat dikonversi menjadi peta tematik digital melalui proses digitisasi (sering diistilahkan digitasi). Metode manual kadangkala juga dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu melalui proses interpretasi di layar monitor (on-screen digitisation), yang langsung menurunkan peta digital.[footnoteRef:11] [10: file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND...LILI.../makalah_Guru.pdf diakses pada tanggal 17 Desember 2014] [11: http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/09/penginderaan-jauh-remote-sensing.html diakses pada tanggal 17 Desember 2014]

Metode analisis citra digital menurunkan peta tematik digital secara langsung. Peta-peta digital tersebutd dapat di-'lay out' dan dicetak untuk menjadi produk kartografis (disebut basis dat kartografis), namun dapat pula menjaid masukan (input) dalam suatu sistem informasi geografis sebagai basis data geografis. Peta-peta itu untuk selanjutnya menjaid titik toak para geografiwan dalam menjalankan kajian geografinya.

Manfaat Pengideraan Jauh / Remote Sensing

Pertahanan dan keamanan nasional pada dasarnya sesuai dengan UUD 1945 ditujukan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Perubahan lingkungan sebagai dampak negatif pembangunan nasional mempunyai keterkaitan dengan pertahanan dan keamanan. Pemantauan perubahan ekstrim dinamika atmosfer seperti pemantauan ozon, pemantauan fenomena alam El Nino dan La Nina, pencemaran udara pemantauan radiasi matahari yang mempunyai pengaruh terhadap kondisi dan dinamika atmosfer dilakukan oleh LAPAN dan telah diperoleh model-model terkait. Model model prediksi perubahan ekstrim iklim, pemantauan kondisi ozon, pencemaran udara dan gas rumah kaca, model pengukuran radiasi matahari yang semuanya dapat dimanfaatkan untuk keperluan pertahanan dan keamanan nasional. Perubahan atmosfer dapat mempengaruhi komunikasi gelobang radio dan sebagainya.

Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Identifikasi Pantai Strategis

Kegiatan identifikasi pantai strategi dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh satelit dan sistem informasi geografi (SIG) dilakukan secara bersama dengan BPPIT Dephankam dengan sasaran untuk mendapatkan lokasi pendaratan yang tepat (cocok) bagi kepentingan pertahanan bagi latihan dan untuk menangkal serangan musuh. Selain itu juga untuk kepentingan keamanan yaitu pengawasan terhadap potensi penyelundupan. Dari data satelit penginderaan jauh dapat diekstraksi dan diamati parameter-parameter yang diperlukan antara lain adalah bentuk pantai, geomorfologi, penutup dan tata guna lahan, elevasi pantai, sedimentasi dan akses jalan ke dan dari pantai. Pengamananan Perairan Laut Indonesia dan Sumber daya Alam

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17, 508 pulau dan dengan posisi geografis yang strategis antara dua samudra, dengan garis pantai mencapai 81.000 km dan wilayah perairan termasuk ZEE seluas 5,8 km2. Berdasarkan hukum laut internasional (UNCLOS, 1982), Indonesia mempunyai kedaulatan wilayah atas perairan pedalaman, perairan nusantara, dan laut wilayah. Indonesia juga mempunyai kedaulatan atas kekayaan alam di ZEE dan landas kontinen tapi tidak mempunyai hak kedaulatan di kawasan tersebut dan mempunyai kewenangan tertentu seperti ke pabeanan, imigrasi, bea cukai, dan karantina kesehatan pada zona tambahan. Hak dan kewenangan tersebut kemudian tertuang dalam berbagai peraturan dan perundang-undangan nasional, Indonesia mempunyai hak penuh atas dan hak eklusif di landas kontinen Indonesia, hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan dan konservasi sumbserdaya alam hayati dan non hayati dari dasar laut dan tanah di bawahnya serta air di atasnya dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk eksplorasi dan eksploitasi ekonomi pada ZEE. Semua kegiatan yang dilakukan pada wilayah perairan, landas kontinen dan ZEE seperti pertambangan dan perikanan tangkap harus mendapatkan ijin dari pemerintah Republik Indonesia. Namun karena luasnya wilayah perairan Indonesia, maka cukup sulit bagi pemerintah Indonesia untuk dapat mengawal wilayah perairannya, diperlukan armada laut dengan perlengkapan yang handal, dana yang besar dan SDM yang handal, dan teknologi yang dapat memberikan informasi secara periodik dan berkesinambungan tentang potensi perikanan (kawasan potensi ikan), kondisi lingkungan laut seperti pencemaran (tumpahan minyak). Dari data satelit lingkungan dan cuaca (NOAA dan GMS), LAPAN telah mengembangkan model pemanfaatan pemantauan suhu permukaan laut dan pemantauan kawasan potensi ikan. Berdasarkan model tersebut, LAPAN telah melakukan uji operasional pelayanan informasi suhu permukaan laut dan informasi kawasan potensi penangkapan ikan di wilayah laut lepas atau ZEE. Usaha tersebut dilakukan bekerjasama dengan berbagaipihak seperti KUD, perusahaan swasta penangkapan ikan,dan sebagainya. Untuk masa mendatang, operasi pelayanan informasi kawasan potensi ikan kepada para nelayan dapat melibatkan pangkalan angkatan laut sehingga dapat mengamankan potensi perikanan nasional dari kegiatan "illegal fishing" sekaligus dapat mengawal dan melindungi nelayan-nelayan Indonesia dari berbagai ancaman seperti bajak laut, serangan nelayanasing dan dapat mencegah terjadinya konflik antar nelayan.[footnoteRef:12] [12: "Pemanfaatan Teknologi Inderja Satelit UntukKepentingan Pertahanan Keamanan Negara",BPPIT-Dephankam, 1998, Jakarta]

Data satelit penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan lain yang terkait dengan masalah kelautan antra lain adalah dapat dijadikan sebagai masukan untuk pembuatan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), revisi peta navigasi laut, pemantauan kualitas perairan laut (kekeruhan, pencemaran, klorofil), pemetaan bathimerti, identifikasi hutan mangrove, terumbu karang, memungkinkan pemantauan konvoi armada tempur di laut, pemantauan perubahan cuaca, pemantauan arah angin dan gelombang, pemantauan badai di laut, pemantauan pulau-pulau kecil dan terasing dan sebagainya. Potensi - potensi tersebut mempunyai keterkaitan dengan hal pertahanan nasional serta keamanan.

Pemanfaatan Lain Teknologi Penginderaan Jauh/ Remote Sensing

Menunjang Sistem Pertahanan Nasional Selain kegiatan pemanfaatan penginderaan jauh seperti tersebut di atas, teknologi penginderaan jauh mempunyai peluang untuk dimanfaatkan antara lain:program pemantauan kawasan perbatasan, revisi peta topografi, inventarisasi, identifikasi dan pemantauan pangkalan dan fasilitas latihan berupa instalasi strategis, sarana dan prasarana jalan dan jembatan, pemetaan bentuk dan penggunaan lahan, pemanfaatan untuk kehutanan (kebakaran hutan dll), pertanian (luas panen, produktifitas, kekeringan), perkebunan, iklim (perubahan iklim), pemantauan dampak perubahan ekstrim dinamika iklim (banjir, kekeringan, dll), pemantauan perkembangan kawasan perkotaan dan permukiman, pemetaan daerah kota rawan kejahatan, dan sebagainya.

LAPAN dalam lima tahun terakhir telah mengembangkan berbagai model untuk keperluan tersebut dan telah dihasilkan antara model operasi untuk pemantauan kekeringan lahan, pemantauan kebakaran hutan, pemantauan perkembangan perkotaan dan permukiman, pemantauan daerah rawan longsor dan banjir, pemantauan luas panen.

BAB IVPENUTUPKesimpulan1. Peranan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( LAPAN ) sangat diperlukan oleh Negara Indonesia apalagi di dalam menjaga pertahanan dan keamanan Nasional ,mengingat begitu luasnya wilayah Indonesia maka LAPAN bermanfaat dalam pengideraan Jauh / Remote Sensing.Hal Berdasarkan Undang - Undang Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara (Hankamneg) menyatakan "bahwa pertahanan keamanan negara Republik Indonesia merupakan upaya untuk mewujudkan satu kesatuan Hankamneg dalam rangka wawasan nusantara guna mencapai tujuan nasional yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Maka dari itu pemerintah mengimplementasikan hal itu dengan adanya LAPAN. 2. Pertahanan dan keamanan nasional pada dasarnya sesuai dengan UUD 1945 ditujukan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Perubahan lingkungan sebagai dampak negatif pembangunan nasional mempunyai keterkaitan dengan pertahanan dan keamanan. Pemantauan perubahan ekstrim dinamika atmosfer seperti pemantauan ozon, pemantauan fenomena alam El Nino dan La Nina, pencemaran udara pemantauan radiasi matahari yang mempunyai pengaruh terhadap kondisi dan dinamika atmosfer dilakukan oleh LAPAN dan telah diperoleh model-model terkait. Model model prediksi perubahan ekstrim iklim, pemantauan kondisi ozon, pencemaran udara dan gas rumah kaca, model pengukuran radiasi matahari yang semuanya dapat dimanfaatkan untuk keperluan pertahanan dan keamanan nasional. Perubahan atmosfer dapat mempengaruhi komunikasi gelobang radio dan sebagainya.

Saran1. Pemerintah perlu mengembangkan LAPAN agar menjadi lebih baik lagi kedepan dan menjadikan LAPAN sebagai Lembaga terdepan di dalam pertahanan dan keamanan Nasional2. Perlu mencari tenaga tenaga terdidik dan ahli guna mengembangkan LAPAN agar tercipta inovasi inovasi baru yang bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa dan negara

DAFTAR PUSTAKA

Sumardi, Juajir. 1996. Hukum Ruang Angkasa. Pradnya Paramita. Jakarta."Konsepsi Kedirgantaraan Nasional", Sekretariat DEPANRI, 1998"Pemanfaatan Teknologi Inderja Satelit Untuk Kepentingan Pertahanan Keamanan Negara", BPPIT-Dephankam, 1998, Jakarta"Urgensi Pengesahan Perjanjian Mengenai Prinsip-prinsip Yang Mengatur Kegiatan Negara Negara Dalam Eksplorasi dan Penggunaan Antariksa, Termasuk Bulan dan Benda-benda Langit Lainnya", LAPAN, 1998,Jakarta

Websitehttp://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Penerbangan_dan_Antariksa_Nasional#Sejarah_Pembentukanhttp://pustakaazham.blogspot.com/2011/07/laporan-iv-lapan-lembaga-penerbangan.htmlhttp://educ4study.com/pengertian-lembaga-penerbangan-dan-antariksa-nasional/https://primamoklet.wordpress.com/tag/lapan/http://kelompok12geounpad10.blogspot.com/2011/10/pengertian-remote-sensing_6653.htmlhttp://remotesensing1a.blogspot.com/lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/.../Minggu-14-Pengantar-remote-sensing.pd..file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND...LILI.../makalah_Guru.pdfhttp://id.wikipedia.org/wiki/Penginderaan_jauh

TUGAS UJIAN KOMPETENSI DASAR IV HUKUM ANGKASAMAKALAH PERAN LAPAN dan Fungsi Dari Penginderaan Jauh (Remote Sensing)Dosen Pengampu : Bapak Hero Prahartono, S.H., M.Hum

Makalah ini di susun guna memenuhi Tugas Ujian Kompetensi Dasar IV (UKD IV)DisusunInvantri Graham O.AE0011165FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2014