PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

88
PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN ISLAM DI BANGKALAN-MADURA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh: SITI FATIMAH NIM: 105022000853 PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Transcript of PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

Page 1: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN ISLAM

DI BANGKALAN-MADURA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

SITI FATIMAH

NIM: 105022000853

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …
Page 3: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …
Page 4: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 September 2011

Penulis

Page 5: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

i

ABSTRAK

Peran KH. Muhammad Cholil dalam Mengembangkan Islam di Bangkalan-Madura

Skripsi ini dengan judul “Peran KH. Muhammad Cholil dalam Mengembangkan Islam

di Bangkalan-Madura” merupakan sejarah yang mengungkap tentang situasi dan kondisi

yang tidak dapat kita pungkiri telah memberikan suatu pengetahuan terhadap segala sesuatu

yang terjadi di masa lalu. Belajar tentang sejarah sangat penting karena sejarah bisa menjadi

arah bagi kita di depan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang peran KH.

Muhammad Cholil, maka skripsi ini menggunakan metode penelitian yang meliputi:

Pendekatan studi dan jenis penelitian upaya untuk menguraikan data-data historid tersebut

dengan menggunakan pendekatan-pendekatan untuk menghimpun jejak masa lampau dengan

mengumpulkan data tentang KH. Muhammad Cholil baik berupa dokumen atau sumber lisan.

Selanjutnya dilakukan pencarian sumber bail primer maupun sekunder guna mencari tahu

suatu kebenaran dalam mencari data-data yang menyangkut skripsi ini. Adapun langkah

selanjutnya metode dalam pengumpulan data yang meliputi observasi lapangan dan interview

yang memahami wacana yang sebenarnya tentang KH. Muhammad Cholil dari data yang

diperoleh. Kemudian yang terakhir teknik dan analisis data sebagai tahap akhir dalam metode

penelitian sejarah, dengan menggunakan metode peneliian deskriptif yang meliputi

pendekatan metode analisis yaitu dengan kategorisasi dan editing. Serta pelaporan hasil

penelitian sejarah yang telah dilakukannya. Sejarah islam di satu wilayah sangat dipengaruhi

oleh historis dan ide-ide dari orang-orang terdahulu yang berada di daerah tersebut. Skripsi

tentang “Peran KH. Muhammad Cholil dalam Mengembangkan Islam di Bangkalan-Madura”

adalah tanda dari ide-ide tersebut. Dimana KH. Muhammad Cholil merupakan seorang ulama

yang memiliki kontribusi yang sangat pesat bagi perkembangan pendidikan islam di

Indonesia. Berdasarkan hasil analisis data, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa KH.

Muhammad Cholil adalah sosok seorang pemimpin muslim yang mempunyai karismatik

serta sukses mengajarkan ilmu agama serta mencetak santri-santrinya menjadi kyai-kyai

besar di Indonesia.

Page 6: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT pencipta semua makhluk-Nya yang mngetahui apa

yang ada di langit dan di bumi yang nyata maupun yang tersembunyi, kami memuji,

memohon pertolongan dan apapun serta perlindungan kepada-Nya dari segala bentuk

kejahatan.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa

umat dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang. Alhamdulillah berkat

rahmat-Nya, penulisan skripsi ini telah dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari

bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa ada bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas memberi bantuan, baik moril maupun materil.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Dra. Hj. Tati Hartimah, MA. Sebagai Pembimbing Akademik Jurusan Sejarah

dan Peradaban Islam

3. Bapak Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA. Selaku Ketua Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam beserta Ibu Shalikatus Sa’diyah, M.Pd. Selaku Sekretaris Jurusan

Sejarah dan Peradaban Islam

4. Bapak Dr. Halid, M.Ag. Selaku Pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk-petunjuk

berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 7: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

iii

5. Kepada segenap dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama

menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Keluarga, terutama Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mengasuh,

membimbing dengan kelembutan dan kasih sayang. Terima kasih atas segala

perhatian dan do’anya. Kepada saudara-saudaraku tersayang Abdullah, Aisyah,

Romli, Muhammad dan Mayu yang memberikan semangat dan motivasi kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada KH. Fachrillah Aschal. Selaku Pengasuh Pondok Pesantren Syaikhona

Muhammad Cholil Demangan Barat Bangkalan- Madura

8. Kepada segenap staf-staf Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Demangan Barat

Bangkalan, dan juga staf-staf Data Statistik Kabupaten Bangkalan. Yang sudah

banyak membantu penulis dalam mencari info dan data tentang keadaan

Kabupaten Bangkalan.

Akhirnya penulis hanya dapat mengembalikannya kepada Allah SWT, semoga mereka

mendapat imbalan kebaikan berlipat ganda atas segala jasa dan bantuan serta

pengorbanannya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

umumnya. Aamin

Jakarta, 21 Juni 2011

Penulis

Page 8: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………………………… I

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. II

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… IV

BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………… I

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… I

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………………….. 5

C. Tujuan Penulisan………………………………………………………. 5

D. Kajian Pustaka…………………………………………………………. 6

E. Metodologi Penelitian…………………………………………………. 9

F. Sistematika Penulisan………………………………………………… 14

BAB II : GAMBARAN UMUM WILAYAH BANGKALAN-MADURA……. 16

A. Kondisi Geografis…………………………………………………….. 16

B. Lembaga Pendidikan di Bangkalan: Formal dan Nonformal………… 17

C. Organisasi Sosial Keagamaan dan Pemerintahan…………………….. 20

BAB III : BIOGRAFI INTELEKTUAL KH. MUHAMMAD CHOLIL

BANGKALAN…………………………………………………………… 33

A. Sejarah Hidup…………………………………………………………. 33

B. Karir Pendidikan……………………………………………………… 40

Page 9: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

v

C. Karir Organisasi………………………………………………………. 56

D. Karya Tulis KH. Muhammad Cholil…………………………………. 57

BAB IV : PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MASYARAKAT

MADURA………………………………………………………………… 60

A. Intensitas Keterlibatan dan Kepedulian dalam Aktifitas Sosial………. 60

B. Dampak pada Perubahan di Masyarakat……………………………… 68

C. Perintis Berdirinya NU……………………………………………….. 70

BAB V : PENUTUP……………………………………………………………… 74

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 74

B. Saran………………………………………………………………….. 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ulama adalah bentuk jama‟ dari alim yang berarti terpelajar, dan ulama berarti

orang-orang yang diakui sebagai cendikiawan sebagai pemegang otoritas

pengetahuan.1 Semula kata ulama berarti orang-orang yang mengetahui atau

pandai.Orang yang ahli dalam ilmu apapun dapat dikategorikan sebagai ulama.Istilah

tersebut kemudian berkembang dan tepatnya menciut sehingga lebih banyak

digunakan untuk menyebut mereka yang ahli dalam ilmu agama.Al-Qur‟an

menempatkan ulama pada martabat yang mulia.2

“ Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujaadalah: 11 h. 910)

Sejak munculnya pemerintahan Islam yang ditegakkan atas dasar hokum-hukum Al-

Qur‟an, ummat Islam telah berhasil mencapai puncak kemakmuran yang nyata. Suatu

masyarakat yang dinamis di bawah bimbingan para ulama yang berpendirian teguh, penuh

kejujuran, keberanian dan keikhlasan untuk menegakkan Syari‟at Islam. Sehingga para

ulama itu bagaikan bintang yang menerangi jalan setiap manusia, baik dia penguasa ataupun

rakyat biasa di dalam menempuh kegelapan hidup di dunia.3

Ulama yang ikhlas mengabdikan dirinya kepada Allah senantiasa siap menghadapi segala

macam tantangan yang ada. Prinsip mereka adalah hidup mulia atau mati syahid. Pernyataan

ini merupakan landasan perjuangan hidup para ulama di jalan Allah untuk menegakkan

1 Lihat Ensiklopedi Islam, Cyril Glasse, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2000), h. 417

2Perhatikan QS. Al-Mujaadalah: 11, h. 910

3Abdul „Aziz Al-Badri, Peran Ulama dan Penguasa, Penterjemah: Salim Muhammad Wahid,

(Solo Indonesia: Pustaka Mantiq 1987), cet. Ke-2, h.9

1

Page 11: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

2

segala kebenaran.4 Dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan ridho Allah maka para ulama

tidak takut dengan segala macam ancaman dan penindasan dari Raja, Pemerintah, atau

pemerintahan kolonial Belanda pada saat bangsa kita dijajah.

Sejarah Indonesia tidak terlepas dari peran ulama dan kaum muslimin. Melalui

dakwah yang dilakukan oleh para ulama, Islam menjadi agama yang banyak dianut

rakyat Indonesia. Ulama pun menjadi komponen yang turut membentuk dan

mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia. Seseorang disebut ulama apabila ia

mendalami ilmu agama secara mantap, serta mengamalkannya dalam seluruh segi

kehidupan.

Dalam lintasan sejarah Indonesia, ulama menempati posisi penting dalam

pembinaan moral masyarakat, bahkan pada masa penjajahan, ulama menjadi

pemimpin dan konseptor perlawanan terhadap imperialis, dengan kata lain,

kemerdekaan Indonesia tidak akan terwujud tanpa perjuangan ulama dan umat Islam.

Pasca kemerdekaan Indonesia, ulama tidak lagi memimpin Gerilya dengan

memanggul senjata, melainkan mulai berfikir bagaimana cara membina moral

masyarakat, mengembangkan pendidikan bagi umat Islam serta menjembatani antara

umat Islam dengan Pemerintah.5

Disini penulis akan membahas tentang salah satu ulama yang berada di

Bangkalan-Madura yaitu KH. Muhammad Kholil Bangkalan. Beliau lahir pada hari

Ahad Pahing, tanggal 11 Jumadil Akhir 1235 H bertepatan dengan tanggal 14 Maret

1820 M. Beliau seorang kiai keturunan Sunan Gunung Jati bernama Abdul Latif

4KH. Drs. Badruddin Shubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman, Gema Insani Press,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet. Ke-1, h. 71 5Abdul Aziz Al-Badri, Peran Ulama dan Penguasa, h. 9

Page 12: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

3

merasakan kegembiraan yang luar biasa. Istrinya yang hamil tua melahirkan bayi

laki-laki sehat. Rasa syukur atas anugrah yang didapat hari itu. Sesuai ajaran Islam,

kiai Abdul Latif mengadzani telinga kanan bayi yang baru lahir itu dan mengiqomati

telinga kiri mengikuti Sunnah Rasul.

Bayi yang sangat diharapkan kehadirannya ini memang sudah lama dirindukan.

Terbayang dalam benak kiai Abdul Latif akan jejak leluhur nenek moyangnya. Nenek

moyang yang sangat berkhidmat kepada Islam di Tanah Jawa, yaitu Kanjeng Sunan

Gunung Jati. Doa demi doa selalu dipanjatkan. Dengan penuh harap mudah-mudahan

bayi ini kelak melanjutkan jejak perjuangan nenek moyangnya yang memimpin dan

memandu umat menjadi hamba Allah yang sejati. Beliau adalah seorang ulama

sekaligus waliyullah, lahir bernama Muhammad Kholil. Kota Bangkalan tempat

kelahirannya, kemudian dinisbahkan kepada namanya dan akhirnya dikenal dengan

nama Muhammad Kholil Bangkalan.

Dari sudut manapun, kehidupannya sangat menarik untuk dibicarakan. Legenda

tentang perilakunya yang penuh keajaiban banyak sekali, kehidupannya sangat unik.

Kiai kholil dikenal sebagai Muballigh, pimpinan Pesantren, pencetak Kader ulama

terkemuka di Jawa-Madura, juga menjalani kehidupan Sufi dan Mursyid Thariqat.

Disamping itu, kiai kholil adalah inspirator berdirinya Organisasi Islam Terbesar di

Indonesia, yang kelak dikenal dengan nama Nahdhtul Ulama (NU).

Sebagai seorang pendidik yang berhasil pada zamannya, bagi kita generasi

sekarang menjadi sangat penting untuk mengetahui dan meneladani kehidupannya.

Tak seorangpun yang meragukan keulamaan dan kewaliannya. Hal ini terbukti,

semua ulama ternama yang mempunyai pesantren besar adalah hasil tempaannya.

Page 13: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

4

Hampir semua ulama besar abad-20 pernah berguru pada kiai kholil. Demikian juga

dengan kewaliannya, banyaknya karomah yang dimiliki, bukti dirinya adalah kekasih

Allah SWT.

Kiai kholil memang suatu fenomena tersendiri. Selain kealimannya dalam ilmu

Nahwu, Sharaf, Fiqh, dan ilmu-ilmu Al-Qur‟an, termasuk Qira‟ah Sab‟ah, juga

seorang hafidz Al Qur‟an.

Pendidikan adalah upaya manusia untuk mengembangkan kemampuan dan

potensi manusia sehingga bisa hidup layak, baik sebagai pribadi maupun sebagai

anggota masyarakat. Pendidikan itu bertujuan untuk mendewasakan anak yang

mencakup pendewasaan intelektual, sosial, dan moral. Pendidikan adalah proses

sosialisasi untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kapasitas yang

dimilikinya.6

Sebenarnya keilmuan Kholil selama nyantri di Madura dapat dikatakan sudah

cukup. Belajar di Jawa lebih tepat sebagai penyempurnaan disamping mencari

barokah Guru. Selama di pulau Jawa. Dan selanjutnya kiai kholil melanjutkan

belajarnya hingga ke Makkatul Mukarramah. Setelah merasa cukup menimba ilmu di

Makkah, Kholil pulang ke Jawa. Sepulangnya dari Tanah Arab, Kholil dikenal

sebagai pakar berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu alat, spesialisasi kitab Alfiyah.

Kholil kemudian mendirikan Pesantren di desa Jengkibuan, Kabupaten

Bangkalan. Kealimannya segera menyebar keseluruh Madura. Santri-santri mulai

berdatangan untuk mengaji di Pesantren itu. Semakin hari pesantren Syaikhona

6Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Bandung: Sinar Baru

Grasindo), cet,ke-1,h. 3

Page 14: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

5

semakin ramai. Para santri tidak hanya dari lingkungan wilayah Bangkalan, tetapi

juga mencakup seluruh Madura. Santri pertama dari luar Madura, tercatat bernama

Hasyim Asyari dari Jombang. Hasyim Asyari kelak muncul sebagai ulama besar,

bahkan berhasil mendirikan suatu organisasi Islam terbesar di pulau Jawa, yaitu

Nahdhatul Ulama (NU). Sejak mendirikan Pesantren di Kademangan, kiai Kholil

bersama para santrinya menetap di Bangkalan. Demikian juga dengan keluarga kiai

Kholil.7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi permasalahan pada peranan

KH.Muhammad Kholil Bangkalan dalam menyebarkan agama Islam di Bangkalan-

Madura.

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Siapakah K.H. Muhammad Kholil Bangkalan?

2. Bagaimana peran K.H. Muhammad Kholil di lingkungan masyarakat Madura?

3. Apa saja karya tulis K.H. Muhammad Kholil?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain:

1. Penulis ingin lebih jauh mempelajari riwayat hidup KH. Muhammad Kholil

Bangkalan

7Wawancara pribadi dengan Abdullah AS salah satu tokoh masyarakat Bangkalan-Madura

Page 15: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

6

2. Ingin mengetahui bagaimana peran KH. Muhammad Kholil Bangkalan dalam

pendirian dan pengembangan Pondok Pesantren

3. Agar pembaca dapat mengetahui bahwa pendidikan yang dibutuhkan

sekarang ini adalah pendidikan yang terdapat unsur duniawi dan ukhrawi.

D. Kajian Pustaka

Peran merupakan suatu yang penting bagi setiap orang sebab dalam

kenyataannya kelangsungan hidup suatu bangsa atau Negara sangat dipengaruhi oleh

para pemimpinnya. Pemimpin diidentifikasikan sebagai seorang yang secara formal

diberi status tertentu melalui pemilihan, pengangkatan, keturunan atau cara-cara lain.

Kepemimpinan mengacu pada perilaku yang ditunjukkan sesuatu yang lebih individu

dalam kelompok yang membantu kelompok mencapai tujuan.8

Berhasil tidaknya seorang pemimpin banyak bergantung dari keberhasilannya

dalam melakukan kegiatan komunikasi. Sebab seorang tidak mungkin menjadi

pemimpin tanpa mempunyai pengikut. Oleh sebab itu lebih tinggi kedudukan seorang

pemimpin, tentunya akan lebih banyak pengikutnya. Begitu pula bagi seorang kyai,

dalam hal ini yang menjadi salah satu tolak ukur bahwa kyai tersebut berkaliber besar

atau kecilnya dilihat dari banyak dan sedikitnya santri yang dipimpinnya. KH.

Muhammad Kholil Bangkalan adalah salah seorang kyai yang dikategorikan

berkaliber besar.

8 Onong Uchjana Efendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: CV Masdar Maju,

1992), hl 2

Page 16: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

7

KH. Muhammad Kholil mula-mula melakukan pembinaan agama islam di

sekitar Bangkalan. Baru setelah dirasa cukup baik, mulai merambah kepelosok-

pelosok jauh, sehingga menjangkau keseluruh Madura secara merata. Pulau Jawa

yang merupakan pulau terdekat dengan pulau Madura menjadi sasaran dakwahnya,

sehingga dari pulau Jawa banyak berdatangan nyantri ke KH. Muhammad Kholil

Bangkalan. Pondok pesantren pada saat itu merupakan suatu lembaga pendidikan

yang mempunyai peran penting dalam memberi Shibhah atau Wajhah (corak atau

arah) sehingga dengan demikian mampu untuk merubah pandangan atau sikap mental

kejalan yang benar.

Menurut Harun Handiwijoyo, bahwa pesantren-pesantren merupakan lembaga

yang penting dalam penyebaran agama islam, karena pembinaan calon-calon guru,

kyai atau ulama yang justru berasal dari pesantren. Setelah keluar pesantren itu akan

kembali ke masing-masing kampung atau desanya, ditempat asalnya mereka akan

menjadi tokoh keagamaan menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren baru.9

Penulis mendapatkan buku “ Dari Kanjeng Sunan Sampai Romo Kiai

Syaikhona Kholil Bangkalan” karya KH. Ali Badri bin Azmatkhan. Yang membahas

tentang Syaikhona Cholil tapi yang menjadi perbedaannya dengan buku dan karya

ilmiah yang penulis bahas yaitu buku yang berjudul itu lebih condong kepada

pembahasan silsilah/keturunan yang bergelarkan “Azmatkhan” sedangkan karya

ilmiah yang penulis ambil dengan judul “Syaikhona Cholil” yaitu menjelaskan akan

perannya Kyai Cholil di lingkungan masyarakat Madura. Walaupun sama-sama

membahas tentang Syaikhona Cholil tapi perbedaannya hanyalah buku itu lebih

9 Harun Handiwijoyo, Kebatinan Islam Abad XIV, (Jakarta: Gunung Agung, 1985), hl 125

Page 17: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

8

condong kepada keturunan yang bergelar Azmatkhan sedangkan penulis lebih

condong kepada peran beliau (Kyai Cholil) di lingkungan masyarakat Madura.

Selain itu pula penulis mendapatkan karya ilmiah yang membahas tentang Syaikhona

Cholil, yang berjudul “Sejarah Pondok Pesantren Syaikhona Muhammad Cholil dan

Kehidupan Sehari-hari pada Santri” karya Muhammad Romli, di Universitas terkemuka di

daerah Sidogiri. Di dalam karya tulis itu hanya menjelaskan bagaimana asal usul dari

pendirian pondok pesantren yang didirikan oleh Kyai Cholil tersebut. Serta kehidupan

keluarganya dimulai dari keturunan hingga beliau menjadi tokoh terkemuka seperti yang

banyak diceritakan oleh buku lain yang membahas tentang Syaikhona Cholil.

Begitupun bagaimana cara pengajaran beliau kepada para santrinya maupun pada

keluarganya sendiri,yang lebih mirip dengan pengajaran nenek moyangnya yang dahulu yaitu

beberapa dari Sunan Walisongo, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Kudus, dan Sunan

Gunung Jati. Yang di antara pengajarannya itu lebih banyak kepada praktek.

Sebenarnya tidak banyak yang membahas tentang Kyai Cholil, walaupun ada yang

membahas Kyai Cholil, kemungkinan hanya sedikit data yang didapatkan oleh para penulis,

karena di keluarganya sendiri terkadang merasa takut untuk menceritakan tentang kehidupan

Kyai Cholil. Mereka takut ada yang salah dalam mengisahkan kehidupan Kyai Cholil,karena

itu bisa menjadi bala‟ bila dalam mengisahkan beliau sampai salah, karena beliau Waliyullah.

Sedangkan keluarga dari Kyai Cholil kemungkinan mendapatkan data beliau dari

keluarganya sendiri itu hanya mereka ketahui atau cerita dari para leluhurnya tapi

kemungkinan hanya sedikit, begitupun yang penulis lakukan, yaitu dengan mencari

beberapa buku yang membahas tentang Kyai Cholil dan dengan wawancara kepada beberapa

sanak keluarga beliau dan juga pada pengurus yang bisa melengkapi karya ilmiah yang

penulis lakukan ini. Kebanyakan yang penulis dapatkan dari hasil-hasil penelitian orang lain,

Page 18: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

9

yang menjelaskan Syaikhona Cholil, belum ada yang membahas tentang peran Kyai Cholil

dalam mengembangkan Islam di Bangkalan. Maka penulis berinisiatif untuk melakukan

karya ilmiah yang berjudul tentang “Peran KH. Muhammad Cholil dalam Mengembangkan

Islam di Bangkalan-Madura”. Dan alhamdulillah penulis mendapatkan izin dari keluarga

Kyai Cholil.

E. Metodologi Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengumpulkan beberapa data yang

berhubungan dengan pembahasan mengenai KH. Muhammad Kholil Bangkalan dan

perannya, baik data yang bersifat primer sebagai bahan utama, maupun data yang

bersifat sekunder sebagai bahan pelengkap.

Dalam menyusun skripsi ini, ada beberapa hal yang perlu penulis jelaskan

terlebih dahulu yaitu mengenai istilah-istilah dari judul skripsi ini. Pertama, peran

merupakan kata kunci dalam penulisan skripsi ini. Dengan demikian peran

menunjukkan hubungan dengan sejumlah norma yang berhubungan dengan

status/kedudukan seseorang dalam struktur sosial. R.K Merton mengatakan bahwa

peran adalah kumpulan pola tindakan tertentu yang diwujudkan seseorang dalam

suatu struktur sosial tertentu, atau bagaimana seseorang harus berbuat (bertindak)

terhadap orang lain dan orang lain terhadapnya.10

Dalam skripsi ini makna peran

diartikan dengan keikutsertaan Syaikhona Cholil dalam menumbuh kembangkan

wawasan Islam. Kedua, pengembangan mempunyai arti menyebarluaskan, dalam hal

10

H. Ahmad Sutarmadi, Al-Imam al-Tirmidzi; Peranannya dalam Pengembangan Hadits dan

Fiqh, (Jakarta: Logos, 1998), Cet ke-1,h.27

Page 19: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

10

ini Syaikhona Cholil berusaha untuk menyebarluaskan pemikiran-pemikiran

keislamannya.

Adapun buku “ Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis, dan

Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, terbitan CeQDA 2007, menjadi buku

acuan yang penulis gunakan untuk membantu dalam hal teknik penulisan skripsi ini.

1. Pendekatan Studi dan Jenis Penelitian

Setelah dilakukan klasifikasi data, tahap selanjutnya yang penulis lakukan

adalah melakukan analisa yang bersifat kualitatif, dalam artian penulis akan

menguraikan data-data historis tersebut dengan menggunakan pendekatan-pendekatan

yang sesuai dengan konteks dimana sejarah tersebut terjadi. Pendekatan sejarah

digunakan untuk mendeskripsikan sejarah hidup KH. Muhammad Cholil di

Bangkalan dengan ajaran pengembangan Islam. Sejarah intelektual dalam bahasa

Sartono Kartodirdjo adalah mencoba mengungkapkan latar belakang sosio-kultural

para pemikir, agar dapat mengekstrapolasikan faktor-faktor sosio-kultural yang

mempengaruhinya. Dengan demikian, kita tidak mudah jatuh ke suatu absolutisme

atau determinisme. Memang pandangan historis sebaiknya akan lebih mendorong ke

suatu relativisme dalam menghadapi berbagai ideologi beserta doktrin-doktrinnya.

Pengkajian bidang sejarah intelektual dari yang barang tentu memiliki peninggalan

tertulis, cukup dipermudah dengan adanya dokumentasi berbagai mentifact. Aspek

yang sangat menarik dari sejarah intelektual ialah dialektik yang terjadi antara

ideologi dan penghayatan oleh penganutnya. Adapun tema-tema yang dikembangkan

dalam Sejarah Intelektual adalah pemikiran yang dilakukan oleh perseorangan

Page 20: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

11

(Soekrano, Natsir, John Locke), Isme atau Paham (nasionalisme, sosialisme,

pragmatisme), gerakan intelektual (aliran Frankfurt, Strukturalisme, Pasca

Modernisme), periode (The Age of Belief, Renaissance, Pencerahan), dan pemikiran

kolektif (MUI, Muhammadiyah, NU).11

Dalam perspektif kesejarahan baik pesantren

dan madrasah, pada umumnya dipandang sebagai Lembaga Pendidikan Indigenous

Jawa, tradisi keilmuan pesantren dalam banyak hal memiliki afinitas dengan

Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Tradisional di Kawasan Dunia Islam lainnya.

Afinitas atau kesamaan itu dalam batas tertentu bukan hanya pada tingkat

kelembagaan dan keterkaitannya dengan lingkungan sosialnya, tetapi juga pada watak

dan karakter keilmuannya. Sebagai lembaga pendidikan indigenous, pesantren

memiliki akar sosio-historis yang cukup kuat, sehingga membuatnya mampu

menduduki posisi yang relative sentral dalam dunia keilmuan masyarakatnya, dan

sekaligus bertuhan di tengah berbagai gelombang perubahan. Kalau kita menerima

spekulasi bahwa “pesantren” telah ada sebelum masa Islam, maka sangat boleh jadi ia

merupakan satu-satunya lembaga pendidikan dan keilmuan di luar istana. Dan jika ini

benar, berarti pesantren merupakan semacam lembaga “Counter Culture” (budaya

tandingan) terhadap budaya keilmuan yang dimonopoli kalangan istana dan elite

Brahmana. Eksistensi pesantren bertambah kuat ketika corak Islam yang berkembang

di Jawa memberikan dasar ideologis dan kelembagaan yang kondusif bagi pesantren.

Corak Islam tersebut biasanya di tipologisasikan (watak) banyak ahli sebagai “Islam

11

www.google.com

Page 21: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

12

Tradisional”, atau lebih tepatnya “Islam Tradisi”, dimana Syari‟ah dan tasawuf yang

berkembang sepanjang sejarah Islam menjadi unsur-unsur terpenting.12

Sedangkan pendekatan sosial dalam hal ini, digunakan untuk menjelaskan

bagaimana peran KH. Muhammad Cholil dalam mengembangkan Islam di

masyarakat Bangkalan khususnya Madura-Jawa.

2. a. Sumber Data Primer

Dalam usaha mendapatkan data dan metode ini, penulis melakukan kunjungan

ke Pondok Pesantren Syaikhona Cholil yang bertempat di Demangan Barat

Bangkalan-Madura guna melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh (H. Ikhsan

Fadhil beserta staff dari pondok pesantren tersebut, dan H. M. Thoyyib Fawwaz

Muslim, S.Pdi) disana. Selain itu pula penulis mendapatkan karya beliau (Syaikhona

Cholil) antara lain: Alfiyah, yaitu kitab alat bagi ilmu nahwu yang selalu dipakai oleh

beliau baik di dalam pengajarannya kepada santri-santinya maupun dalam kehidupan

sehari-hari. Assilahu Fi Bayaninnikah, yaitu kitab yang menjelaskan asal usul dalam

pernikahan, Hasyiyah al-Bajuri, yaitu kitab yang menjelaskan tentang hukum fiqh,

yang pernah dijadikan sebagai bahan utama beliau dan juga sebagai manfaat bagi

penulis dan untuk mencari sumber-sumber yang ada kaitannya dengan pembahasan

skripsi ini.

12

Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam,

Jakarta: Logos Wacana ilmu, 1998, cet I, h. 87

Page 22: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

13

b. Sumber Data Sekunder

Adapun penulis mengumpulkan data sekunder ini dengan melakukan ke

beberapa Perpustakaan dan Website terkait dengan KH.Muhammad Cholil serta

mencari sumber-sumber yang ada kaitannya.

3. Metode Pengumpulan data

Penulis mengumpulkan data dari tiga sumber sebagai berikut:

a. Observasi Lapangan

Dilakukan dengan cara melakukan penelitian terjun langsung kepada tokoh

yang mengetahui sejarah tersebut. Dalam hal ini, metode yang digunakan adalah

berupa sejarah lisan. Metode sejarah lisan ini dipergunakan sebagai metode

pelengkap terhadap bahan dokumenter.13

b. Interview (wawancara)

Sebagai salah satu sumber dalam penulisan skripsi ini, karena penulis telah

mendapatkan izin dari Keluarga Besar KH. Muhammad Cholil, dengan melakukan

wawancara untuk membantu memberikan atau mencarikan informasi mengenai judul

yang sedang penulis angkat sebagai judul skripsi.

4. Teknik dan Analisis Data

Penelitian ini termasuk ke dalam tipe penelitian deskriptif analitis, yaitu

mendapatkan gambaran tentang kenyataan di antara berbagai faktor atau gejala-gejala

sosial yang ada. Metode penelitian deskriptif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah

13

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2003) h. 27

Page 23: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

14

b. Data-data yang dikemukakan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian di

analisis.

Tujuan menggunakan metode deskriptif analitis adalah untuk mendeskripsikan

secara rinci tentang obyek penulisan ini bisa dilakukan tanpa hipotesis yang telah di

rumuskan secara ketat. Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan pendekatan

metode analisis, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Kategorisasi: Membuat kategori-kategori dari masing-masing tulisan itu

kemudian memilah-milah dan memisahkannya kedalam sub-sub pemikiran.

b. Editing: Pemeriksaan kembali terhadap kelengkapan jawaban yang telah

diperoleh.

F. Sistematika Penulisan

Untuk dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan mampermudah serta

keteraturan dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi materinya menjadi sub-sub

bab yang telah terperinci, adapun sistematika penulisan secara lengkap adalah sebagai

berikut:

Bab I : Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metodologi Penulisan,dan Sistematika

Penulisan

Bab II : Gambaran umum keadaan Bangkalan-Madura, yang terdiri dari Kondisi

Geografis dan demografis, lalu Lembaga pendidikan di Bangkalan baik

formal nonformal, dan Organisasi Sosial Keagamaan dan Pemerintahan.

Page 24: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

15

Bab III : Biografi intelektual KH. Muhammad Cholil Bangkalan, yang akan dibahas

tentang Sejarah hidup, Karir pendidikan, Karir organisasi, Karya tulis KH.

Muhammad Cholil dan Murid-murid KH. Muhammad Cholil Bangkalan.

Bab IV : Peranan KH. Muhammad Cholil dalam masyarakat Madura, yang akan

dibahas tentang Intensitas Keterlibatan dan Kepedulian dalam Aktifitas

Sosial, Dampak Pada Perubahan di Masyarakat, serta Perintis Berdirinya NU.

Bab V : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 25: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

16

BAB II

GAMBARAN UMUM KEADAAN BANGKALAN-MADURA

A. Keadaan Geografi

Kabupaten Bangkalan dengan luas wilayah 1.260,14 Km yang berada dibagian paling

Barat dari pulau Madura terletak diantara koordinat 112 40’06” – 113 08’04” Bujur Timur

serta 6 51’39” – 7 11’39” Lintang Selatan.

Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

- Disebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa

- Disebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sampang

- Disebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Selat Madura.

Dilihat dari topografi, maka daerah Kabupaten Bangkalan berada pada ketinggian 2-100

m di atas permukaan air laut. Wilayah yang terletak di pesisir pantai, seperti Kecamatan

Sepulu, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi,

Labang dan Kecamatan Burneh mempunyai ketinggian antara 2-10 m di atas permukaan air

laut. Sedangkan wilayah yang terletak di bagian tengah mempunyai ketinggian antara 19-100

m di atas permukaan air laut, tertinggi adalah Kecamatan Geger dengan ketinggian 100 m di

atas permukaan laut.

Kemampuan tanah di Kabupaten Bangkalan jika dilihat dari kemiringannya maka

sebagian besar memiliki kemiringan 2-15% yaitu sekitar 50,45% atau 63.002 Ha. Dan

kemiringan 0-2% sekitar 45,43% atau 56.738 Ha. Apabila dilihat dari tekstur tanahnya maka

sebagian besar bertekstur sedang yaitu seluas 116.267 Ha. Atau sekitar 93,10% sedangkan

dari kedalaman spektip tanahnya maka prosentase terbesar adalah tanah yang kedalamannya

90 cm yaitu sekitar 64.131 Ha atau 51,35%.

11 16

Page 26: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

17

Rata-rata curah hujan di Kabupaten Bangkalan tahun 2008 sebesar 5.94 mm, naik sedikit

dari tahun lalu yang sebesar 5,35 mm atau naik 9,96 persen. Pada periode yang sama rata-rata

jumla hari hujan per tahun mengalami penurunan yakni dari183 hari pada tahun 2007

menjadi 182 hari pada tahun 2008. Dengan demikian meningkatnya curah hujan tersebut

tidak diiringi peningkatan jumlah hari hujan.

B. Lembaga Pendidikan di Bangkalan

Dari hasil penelitian penulis yang didapat dari data statistik di Bangkalan terutama dalam

kelembagaan pendidikan baik yang formal maupun nonformal itu pastinya akan ada

peningkatan dan penurunan khususnya di negeri dan swasta.

Perkembangan sarana pendidikan di Kabupaten Bangkalan, untuk pendidikan sekolah

dasar negeri maupun swasta semakin meningkat. Dari hasil penelitian bahwa jumlah sekolah

SD yang Negeri pada tahun 2009 mencapai 666, sedangkan Swasta hanya terdapat 7

sekolahan.Peningkatan dari tahun ke tahun itu sudah pasti terjadi.

Di tahun 2009 ini, jumlah murid SDN turun sebesar 1,5 persen, sementara jumlah guru

mengalami penurunan dari tahun 2008 sebesar 8,59 persen. Pada periode yang sama rasio

murid terhadap guru naik, yakni dari 21,95 murid/guru pada tahun 2009 dari 21,51

murid/guru pada tahun 2008, begitupun dengan Swasta.1

Jumlah SMP pada tahun 2009 ada sebanyak 122 sekolah yang terdiri dari 42 SMP

Negeri dan 80 SMP Swasta. Untuk pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) maka

tingkat perkembangan murid pada tahun 2009 jumlah murid SMP Negeri mengalami

penurunan 2,15 persen. Dan kenaikan sebesar 10,34 persen untuk SMP swasta. Mengenai

perkembangan jumlah guru untuk SMP Negeri mengalami penurunan sebesar 1,04 persen.

1Hasil dari Data Statistik Kabupaten Bangkalan Tahun 2009

Page 27: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

18

Dilihat rasio murid terhadap guru, maka SMP Negeri memiliki rasio 16,47 murid/guru

sedangkan SMP Swasta yang hanya memiliki rasio 20,34 murid per guru. 2

Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2009 ada sebanyak 34 sekolah

yang terdiri dari 14 SMA Negeri dan 39 SMA Swasta. Sementara pula jumlah murid SMA

Swasta meningkat 11,87 persen disbanding tahun sebelumnya, sedangkan jumlah murid

SMA Negeri menurun dari tahun sebelumnya.

Sedangkan rasio murid terhadap guru untuk SMA Negeri sebesar 6,04 murid/guru,

lebih kecil dari pada SMA Swasta yang memiliki rasio 6,91 murid per guru.

Di wilayah Kabupaten Bangkalan juga terdapat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madarasah

Tsanawiyah (MTS) dan Madrasah Aliyah (MA) baik Negeri maupun Swasta.

Apabila diikuti perkembangannya dalam lima tahun terakhir, dari sisi perkembangan

sarana fisik pendidikan, maka untuk sekolah yang berstatus Negeri tidak mengalami

perubahan, sedangkan yang berstatus Swasta jumlahnya terus mengalami kenaikan hingga

tahun 2003, namun memasuki tahun 2004. Sedikit mengalami penurunan, kemudian pada

tahun 2007 mengalami peningkatan kembali.3

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di tanah air. Lazimnya dalam

pesantren, seorang ulama dikelilingi beberapa santri yang mempelajarinya agama Islam

sekaligus menjadi penerus perjuangan Islam serta dilatih untuk menjadi pelayan masyarakat.

Oleh karena itu, di samping pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan Islam, lembaga

perjuangan Islam juga lembaga pelayan masyarakat.4

Jika kita masuk ke dalam asrama lembaga pendidikan pondok pesantren, di sana kita

tidak akan mendapatkan seorang santripun yang tidak memiliki buku yang biasa disebut

2Hasil dari Data Statistik Kabupaten Bangkalan Tahun 2009

3Hasil dari Data Statistik Kabupaten Bangkalan Tahun 2009

4Ibnu Assayuthi Arrifa’I, Korelasi Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan dan NU, Editor:

KH. Irfan Aziz, al-Haula press, Juni 2010, h. 32

Page 28: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

19

dengan kitab kuning, yaitu suatu jenis buku berbahasa Arab dengan gaya susunan dan tulisan

model klasik dalam berbagai macam bidang pembahasan ilmu-ilmu agama Islam. Karena

buku-buku jenis itulah yang digunakan sebagai pegangan para santri pondok pesantren dalam

mempelajari dan memperdalam ilmu-ilmu agama lembaga tradisional itu.

Sejak abad VIII M. Agama Islam mulai berkembang dengan pesatnya. Kitab-kitab

ilmu agama dengan model yang kini diistilahkan dengan kitab kuning, itu mulai banyak

bermunculan dari buah pikiran para cerdik cendikiawan muslim terutama di jazirah Arab dan

sekitarnya. Kita mengenal kitab-kitab, seperti: Ihya’Ulumuddin karangan Imam Al-Ghozali

dari Thus, yang kini termasuk wilayah Iran, Fathul Wahhab hasil tulisan karya Imam Zakaria

Al-Anshari dari Mesir, Syarah Muhadzab buah karya Imam Nawawi dari Damaskus Syiria

dan lain-lainnya.

Namun setelah agama Islam meluas sampai ke wilayah timur hingga ujung daratan

Timur Asia, maka mulailah kitab-kitab jenis muncul pula dari hasil buah pena ulama-ulama

di wilayah Islam batu itu terutama dari kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia.5

Dari hasil penelitian yang penulis dapatkan bahwa jumlah keseluruhan pondok

pesantren yang ada di Kabupaten Bangkalan khususnya pada tahun 2008 bahkan mungkin

sampai sekarang itu mencapai 327 pondok pesantren ataupun bisa lebih dari itu yang ada di

Kabupaten Bangkalan. Menurut apa yang diketahui oleh penulis dari hasil penelitian kalau

pondok pesantren yag ada di Kabupaten Bangkalan itu tidak disebutkan atau ditulis oleh

bagian data statistik karena itu sudah menjadi hak pondok sendiri dalam mengembangkan

data statistiknya. Bagian data statistik yang ada di Kabupaten Bangkalan hanya menyebutkan

berapa saja jumlah pondok pesantrennya, serta tidak mencantumkan nama-nama pondok

pesantren. Tapi yang jelas bahwa pondok pesantren keseluruhannya itu ada 327 pondok

5Muhammad Ulul Fahmi, Ulama Besar Indonesia Biografi dan Karyanya, Editor: KH.

Muhammad Nu’man HM, Kendal: Pustaka Amanah, 2007, h. 1

Page 29: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

20

pesantren bahkan bisa saja sekarang ini ada penambahan lagi pondok pesantren yang sedang

di bangun untuk masa depan.

Menurut hasil penelitian penulis tentang pendidikan nonformal di keseluruhan

Kabupaten Bangkalan itu lebih banyak meminatkan diri pada kursus dan pelatihan. Adapun

dalam kursus itu meliputi kursus bahasa Inggris karena dalam bidang ini sangat dibutuhkan

di zaman sekarang atau zaman modern ini. Setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan.

Sedangkan pada pelatihan ini meliputi pada pelatihan menjahit, dan setiap tahunnya juga

selalu mengalami peningkatan walaupun tidak seperti kursus peningkatannya. Sampai

sekarang belum ada peningkatan pendidikan nonformal selain yang disebut di atas.

Kemungkinan dalam 2 atau 5 tahun lagi pendidikan nonformal di Kabupaten Bangkalan akan

lebih ditingkatkan lagi, agar kota serta masyarakatnya bisa lebih maju dari sebelumnya.

C. Organisasi Sosial Keagamaan dan Pemerintahan

1. NU

Ada tiga orang tokoh ulama yang memainkan peran sangat penting dalam proses

pendirian Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) yaitu Kyai Wahab Chasbullah (Surabaya asal

Jombang), Kyai Hasyim Asy’ari (Jombang) dan Kyai Cholil (Bangkalan). Mujammil Qomar,

penulis buku “NU Liberal: Dari Tradisionalisme Ahlussunnah ke Universalisme Islam”,

melukiskan peran ketiganya sebagai berikut Kyai Wahab sebagai pencetus ide, Kyai Hasyim

sebagai pemegang kunci, dan Kyai Cholil sebagai penentu berdirinya.

Tentu selain dari ketiga tokoh ulama tersebut, masih ada beberapa tokoh lainnya yang

turut memainkan peran penting. Sebut saja KH.Nawawie Noerhasan dari Pondok Pesantren

Sidogiri.Setelah meminta restu kepada Kyai Hasyim seputar rencana pendirian Jam’iyyah.

Kyai Wahab oleh Kyai Hasyim diminta untuk menemuiKyai Nawawie. Atas petunjuk dari

Page 30: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

21

Kyai Hasyim pula, Kyai Ridhwan yang diberi tugas oleh Kyai Hasyim untuk membuat

lambing NU juga menemui Kyai Nawawie. Tulisan ini mencoba mendeskripsikan peran Kyai

Wahab, Kyai Hasyim, Kyai Cholil dan tokoh-tokoh ulama lainnya dalam proses berdirinya

NU.6

Pada awalnya, ide pembentukan Jam’iyyah itu muncul dari forum diskusi Tashwirul

Afkar yang didirikan oleh Kyai Wahab pada tahun 1924 di Surabaya. Forum diskusi

Tashwirul Afkar yang berarti : “Potret Pemikiran” ini dibentuk sebagai wujud kepedulian

Kyai Wahab dan para Kyai lainnya terhadap gejolak dan tantangan yang dihadapi oleh umat

Islam terkait dalam bidang praktik keagamaan, pendidikan dan politik. Setelah peserta forum

diskusi Tashwirul Afkar sepakat untuk membentuk Jam’iyyah, maka Kyai Wahab merasa

perlu meminta restu kepada Kyai Hasyim yang ketika itu merupakan tokoh ulama pesantren

yang sangat berpengaruh di Jawa Timur.7

Organisasi sosial keagamaan di Kabupaten Bangkalan ini, sebagaimana diketahui

bersama, organisasi NU adalah organisasi para ulama, Kyai, dan santri yang berada di

kalangan orang kecil pedesaan, para petani dan buruh organisasi ini juga melakukan advokasi

pendidikan kepada kalangan masyarakat bawah akan kehidupan sosial dan budayanya, dan

organisasi ini juga memberikan sumbangsih perjuangan melawan penjajah.

Perangkat organisasi NU

Lembaga

Perangkat organisasi yang berfungsi pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan

satu bidang tertentu.

Adapun lembaga-lembaga NU meliputi:

6Mokh. Syaiful Bakhri, Syaikhona Kholil Bangkalan; Ulama Legendaris dari Madura, Cipta

Pustaka Utama, Pasuruan: September 2006, cet 1, h 106 7Wawancara pribadi dengan Bapak H. M. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi, (Wakil

Sekretariat I PCNU Bangkalan 2007- Sampai sekarang) Pada tanggal 30 Oktober 2010

Page 31: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

22

1. Lembaga Dakwah NU (LDNU)

2. Lembaga Pendidikan Ma’arif NU (LP Ma’arif NU)

3. Lembaga Sosial Mabarut NU (LSMNU)

4. Lembaga Perekonomian NU (LPNU)

5. Lembaga Pembangunan dan Pengembangan Pertanian (LP2NU)

6. Rabithah Ma’ahid Islamiah (RMI); Pengembangan Bidang Pondok Pesantren

7. Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU (LKKNU)

8. Ha’iyah Ta’miril Masjid Indonesia (HTMI)

9. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM)

10. Lembaga Seni Budaya NU (LSBNU)

11. Lembaga Pengembangan Tenaga Kerja NU (LPTKNU)

12. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum NU (LPBHNU)

13. Lembaga Pencak Silat (LPS)

14. Jam’iyyah Qurawal Huffadz (JQH): Bidang Pengembangan Tilawah, Metode

Pengajaran dan Penghafalan Al Qur’an.

Bisa dikatakan jika organisasi ini mengawal proses kelahiran kemerdekaan Indonesia,

mengawal proses masa revolusi, lahirnya orde baru, dan lahirnya orde reformasi. Organisasi

ini tetap eksis sampai kini. Tentunya kita tak bisa menghapus begitu saja peran Kyai Cholil

Bangkalan atas lahirnya organisasi ini di masa silam.

Berbeda dengan organisasi-organisasi lain yang sebelum dibentuk, para perintisnya

mengadakan pembicaraan-pembicaraan untuk mencari kesamaan-kesamaan dalam cita-cita,

program, dan sebagainya. Kemudian mensosialisasikan kepada orang-orang yang diharapkan

menjadi anggota, Nahdlatul Ulama tidak melakukannya karena:

Page 32: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

23

a. Kesamaan-kesamaan termaksud sudah dimiliki oleh kaum Muslimin Indonesia,

yaitu Faham Islam Ahlussunnah wal Jama’ah dengan berhaluan madzhab, yang

menjadi “trayek” Nahdlatul Ulama.

b. Para calon anggota umumnya adalah mereka yang berada di bawah bimbingan para

ulama pesantren yang mendirikan Nahdlatul Ulama, sehingga dengan mudah dan

cepat ikut Nahdlatul Ulama.

Cepatnya perkembangan Nahdlatul Ulama, terutama dalam jumlah anggota yang

bergabung, dari satu sisi sangat menggembirakan, tetapi di satu sisi lain agak

memprihatinkan karena sekian banyak orang yang mendadak bergabung dengan NU, ternyata

tidak mampu diurus secara organisatoris-administratif. Tenaga yang bisa mengurus tidak

sebanding dengan besarnya jumlah mereka yang harus diurus.8

Sejak semula, sesuai dengan ajaran Islam, Nahdlatul Ulama menempatkan semua

manusia pada kedudukan yang sama dihadapan Allah SWT, sebagaimana firmannya:

“ Hai manusia! Sungguh Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya

kalian saling mengenal. Sungguh, orang yang paling mulia di antara kalian disisi

Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha

mengenal”.

Saling mengenal (Lita’aarafuu) artinya saling mengerti, saling menghormati dan saling

membantu. Manusia, dihadapan Allah adalah Makhluk yang terhormat, sebagaimana

firmannya:

“ Sungguh, Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka (Kami beri

kemampuan dalam angkut mengangkut) di daratan dan di lautan. Kami lebihkan

mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami

ciptakan”. (QS. Al-Isra’ ayat 70)

8Saifullah Ma’sum, Karisma Ulama Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU, Bandung: Mizan,

1998, h 25-26

Page 33: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

24

Menurut yang telah didapatkan oleh penulis dari Kabupaten Bangkalan itu, sikap

kesosialannya di dalam organisasi berangkat dari dua sikap: Lita’aarafuu(saling mengerti)

dan Karamna (saling menghormati) itu, Islam mengatur hubungan antar sesama manusia

yang berkembang dan saling tolong menolong, saling membantu, saling mengasihi dan

seterusnya. Manusia yang hidup bersama dan saling berhubungan itu bermacam sifat

hubungannya. Ada yang dihubungkan dengan family atau kekerabatan, ada yang

dihubungkan dengan tempat tinggal atau ketetanggaan, dengan pekerjaan, tempat pendidikan,

ada yang dihubungkan dengan kesukuan, kebangsaan dan ada yang dihubungkan dengan

kemanusiaan.9

2. Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi yang didirikan oleh Muhammad Darwis, yang

dikemudian dikenal dengan KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta, 8 Dzulhijjah 1330 H/ 18

Nopember 1912. Selain berprofesi sebagai Khatib di Kraton Yogyakarta, Dahlan juga

seorang pedagang dan Penasehat Central Sarikat Islam (CSI).Perjalanannya ke daerah luar

Yogyakarta tampaknya sangat terkait dengan ketiga profesi itu, sehingga usahanya

menyebarkan pembaharuan agama Islam tersamar dalam aktivitasnya sebagai pedagang dan

penasehat CSI.10

Pertama kali KH Ahmad Dahlan ke Jatim terjadi sekitar 1916, atau 1 tahun setelah H

Mas Mansur sepulang dari Mekkah dan Mesir menemuinya di Yogyakarta (1915). Saksi

kedatangan KH Dahlan ke Surabaya ini dua di antaranya adalah tokoh pergerakan nasional

Soekarno dan Roeslan Abdulgani. Keduanya tidak hanya menyaksikan, tetapi juga mengikuti

pengajiannya di langgar Peneleh, Plampitan, serta di langgar dekat rumah KH Mas Mansur

9Wawancara pribadi dengan Bapak H. M. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi

10www.google.com

Page 34: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

25

(kawasan Ampel). KH.Ahmad Dahlan datang ke Surabaya dan memberikan tabligh di tiga

tempat, yaitu di kampong Peneleh, Plampitan, dan Ampel.

Pada tahun yang sama, KH Mas Mansur untuk kedua kalinya datang ke rumah KH

Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Pertemuan kali ini berlangsung lebih lama daripada tahun

sebelumnya, dan diisi dengan pembicaraan yang bersifat dialogis. Dari dialog inilah KH Mas

Mansur tampaknya amat terkesan dengan kepiawaiannya KH Ahmad Dahlan dalam

menafsirkan al-Qur’an.

Kekaguman inilah yang mengantarkan KH Mas Mansur menerima ajakan KH Ahmad

Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah di Surabaya 4 tahun kemudian, atau 1920, yang

secara resmi dideklarasikan pada 1 Nopember 1921. Muhammadiyah Surabaya ditetapkan

oleh Surat Ketetapan HB Muhammadiyah No 4/1921. Muhammadiyah Surabaya langsung

berstatus Cabang yang diketuai oleh KH Mas Mansur, dibantu oleh H Ali, H Azhari Rawi, H

Ali Ismail dan Kyai Usman.

Perjalanan KH Ahmad Dahlan di Jatim tidak berhenti di Surabaya saja, karena dia

ternyata juga mengunjungi berbagai kota lainnya. Tempat-tempat yang dikunjungi dan

membuahkan hasil adalah Kepanjen (21 Desember 1921), Blitar (1921), Sumberpucung

(1922), dan Ponorogo (1922). Tahap selanjutnya, Muhammadiyah juga berdiri di Jombang

(1923), Madiun (1924), Ngawi (1925), Jember (1925), Situbondo (1925), Malang (1926),

Gresik (1926), Lumajang (1927), Trenggalek (1927), Bondowoso (1927), Bangkalan (1927),

Sumenep (1927), Sampang (1927), dan Probolinggo (1928).

Pada tahap selanjutnya, Muhammadiyah juga didirikan di Pamekasan (1928), Kediri

(rentang waktu 1927-1933), Tulungagung (1932), Banyuwangi (1933), Magetan (rentang

waktu 1932-1933), Nganjuk (1933), Pacitan (1933), Tuban (1933), Mojokerto (1933),

Sidoarjo (1935-1936), Bojonegoro (1947), dan Lamongan (1951).

Page 35: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

26

Kemunculan Muhammadiyah di Bangkalan dimulai dengan adanya perkumpulan al-

Ishlah yang dipimpin oleh KH Abdul Manan Hamid, Ulama asal Socah, pada tahun 1930-an.

KH Abdul Manan Hamid mengembangkan Muhammadiyah melalui forum-forum

pengajian dan melakukan pendekatan terhadap ulama-ulama di Bangkalan. Melalui dialog-

dialog yang intens antara KH Abdul Manan Hamid dengan para Kyai, banyak kemudian Kyai

di Bangkalan yang tertarik kepada Muhammadiyah. Dengan sendirinya, karena seorang Kyai

biasanya memiliki pengaruh yang kuat kepada masyarakat, kemudian banyak pula

masyarakat yang bergabung dengan Muhammadiyah. Secara keorganisasian kondisi kondusif

di atas ditunjukkan dengan terbentuknya 13 cabang Muhammadiyah.

Namun seiring perubahan kondisi politik di tanah air, yakni ketika diberlakukannya

monoloyalitas, Muhammadiyah cukup terpengaruh. Terjadi penurunan drastis jumlah cabang

yang ada, dari 13 cabang menjadi hanya 7 cabang. Kondisi ini memang cukup

memprihatinkan.

Tetapi penurunan itu bukan berarti secara umum Muhammadiyah di Bangkalan hilang,

tetapi ternyata hingga saat ini masih eksis secara baik. Hal itu dapat kita lihat dari masih

berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah dari tingkat Taman Kanak-kanak

(TK) hingga Sekolah Menengah Umum (SMU). Hanya perlu dicatat untuk Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) kondisi sudah sangat memprihatinkan. Untuk amal usaha di bidang

kesehatan, masih berdiri Rumah Bersalin (RB), Balai Pengobatan (BP) dan BKIA.11

Demikianlah hasil penelitian yang Penulis dapat serta yang dibahas tentang organisasi-

organisasi yang sangat berpengaruh seperti NU dan Muhammadiyah pada keadaan

masyarakat Kabupaten Bangkalan.

11

Disarikan dari penuturan Bapak Muhammad Amin, Bendahara PDM Kab.Bangkalan

periode 1995-2000.

Page 36: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

27

3. MUI

Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama,

zuama dan cendikiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah

umat islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Majelis Ulama Indonesia berdiri

pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 juli 1975 M di Jakarta, sebagai

hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datanag

dari berbagai penjuru tanah air.12

Dari hasil penelitian ini, MUI di kabupaten Bangkalan itu terletak antara di pusat kota

Bangkalan tepatnya daerah Jhunuk yaitu daerah di timurna dari pusat kota Bangkalan.

penulis tidak begitu banyak mendapatkan hasil mengenai MUI di Kabupaten Bangkalan.

Hanya saja dari hasil yang penulis dapatkan keadaan sosialnya di Bangkalan sekarang yaitu

mengenai Ahmadiyah yang sekarang-sekarang ini gencar di perbincangkan baik lisan

maupun media. Dari hasil pengamatan penulis mengenai MUI di Kabupaten Bangkalan ini

mengatasi agama Ahmadiyah yang dianggap oleh orang Islam ini sesat, yaitu dengan cara

dibicarakan baik-baik agar tidak menimbulkan kekerasan sesama organisasi yang ada.

Dari yang pernah terjadi di beberapa daerah yang lain penulis sendiri tidak mengerti

kenapa orang yang dinyatakan sesat harus diamuk seperti itu? Ibaratnya, ada orang Semarang

bertujuan ke Jakarta, tapi ternyata tersesat ke Surabaya, masak kita yang tahu bahwa orang

itu sesat menempelenginya. Aneh dan lucu.

Konon orang-orang yang ngamuk itu adalah orang-orang Indonesia yang beragama

Islam.Artinya, orang-orang yang berketuhanan Allah Yang Maha esa dan berkemanusiaan

adil dan beradab. Kita lihat imam-imam mereka yang beragitasi dengan garang di layar kaca

itu kebanyakan mengenakan busana Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

12

www.google.com

Page 37: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

28

Kalau benar mereka orang-orang Islam pengikut Nabi Muhammad SAW, mengapa

mereka tampil begitu sangar, mirip preman? Seolah-olah mereka tidak mengenal pemimpin

agung mereka, Rasulullah SAW.

Kalau massa yang hanya makmum, itu masih bisa dimengerti. Mereka hanyalah

mengikuti telunjuk imam-imam mereka.Tapi, masak imam-imam yang mengaku pembela

Islam itu tidak mengerti misi dan ciri Islam yang rahmatan lil ’aalamiin, tidak hanya

rahmatan lithaaifah makhshuushah (golongan sendiri). Masa mereka tidak tahu bahwa

pemimpin agung Islam, Rasulullah SAW, adalah pemimpin yang akhlaknya paling mulia dan

diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Masak mereka tidak pernah membaca, misalnya ayat “Ya ayyuhalladziina aamanuu

kuunuu qawwamiina lillah syuhadaa-a bilqisthi…al-aayah” (Q. 5: 8).Artinya, “wahai orang-

orang yang beriman jadilah kamu penegak-penegak kebenaran karena Allah dan saksi-saksi

yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum menyeret kamu untuk

berlaku tidak adil. Berlaku adillah; adil itu lebih dekat kepada takwa. Takwalah kepada

Allah.Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan.”

Apakah mereka tidak pernah membaca kelembutan dan kelapangdadaan Nabi Muhammad

SAW atau membaca firman Allah kepada beliau, “Fabimaa rahmatin minaLlahi linta lahum

walau kunta fazhzhan ghaliizhal qalbi lanfaddhuu min haulika… al-aayah” (Q. 3:

159).Artinya, “maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berperangai lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya engkau kasar dan berhati kejam, niscaya mereka akan lari

menjauhimu…”

Tak mengerti sungguh penulis tidak mengerti jalan pikiran atau apa yang merasuki

pikiran mereka sehingga mereka tidak mampu bersikap tawaduk penuh pengayoman seperti

diajarkan Rasulullah SAW di saat menang. Atau, sekadar membayangkan bagaimana

seandainya mereka yang merupakan pihak minoritas (kalah) dan kelompok yang mereka

hujat berlebihan itu mayoritas (menang).

Sebagai kelompok mayoritas, mereka tampak sekali -seperti kata orang Jawa tidak tepa

salira. Apakah mereka mengira bahwa Allah senang dengan orang-orang yang tidak tepo

saliro, tidak menenggang rasa? Yang jelas Allah, menurut Rasul-Nya, tidak akan merahmati

mereka yang tidak berbelas kasihan kepada orang.

Page 38: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

29

Penulis heran mengapa ada atau malah tidak sedikit orang yang sudah dianggap atau

menganggap diri pemimpin bahkan pembela Islam, tapi berperilaku kasar dan pemarah.

Tidak mencontoh kearifan dan kelembutan Sang Rasul, pembawa Islam itu sendiri. Mereka

malah mencontoh dan menyugesti kebencian terhadap mereka yang dianggap sesat.

Apakah mereka ingin meniadakan ayat dakwah?Ataukah, mereka memahami dakwah

sebagai hanya ajakan kepada mereka yang tidak sesat saja?

Di Bangkalan mayoritas memang menganut NU, tapi dalam menyelesaikan masalah

seperti ini tidak harus dengan kekerasan seperti yang telah terjadi dibeberapa daerah

sekitarnya. Sifat halus dan damai membuat para tokoh terkemuka disana bisa dijadikan

contoh dalam menghadapi masalah yang akan datang suatu saat. Dari hasil wawancara serta

pengamatan penulis disana bahwa mereka melakukan Ahmadiyah itu dengan sikap biasa saja

yang sehingga pihak Ahmadiyah tersebut tidak merasa dipojokkan oleh pihak yang tidak

menyukai akan agamanya yang dianggap sesat itu. Dengan demikian agama itupun akhirnya

tidak diperbolehkan untuk melakukan aktifitasnya seperti yang dilakukannya setiap waktu.

Penduduk Bangkalan merupakan penduduk yang mayoritas masyarakatnya beragama

Islam, kehidupan beragama di tengah-tengah masyarakat sangat penting karena agama

merupakan unsur mutlak dalam mencapai keadaan masyarakat yang aman dan nyaman serta

damai dan tentram dalam membina masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan

beragama di Bangkalan dapat dikatakan berjalan lancar dan baik sebagaimana mestinya. Hal

ini dikarenakan penduduk setempat mayoritas beragama Islam. Dalam menunjang pendidikan

di bidang keagamaan telah diupayakan pembinaan-pembinaan berupa pengajian baik untuk

anak-anak, remaja maupun orang dewasa yang diadakan musholla-musholla, masjid, ataupun

majlis ta’lim yang diadakan setiap seminggu atau sebulan sekali.

Page 39: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

30

Dengan demikian berharap hubungan antar umat beragama berjalan dengan baik

sehingga tercipta suasana yang kondusif, terjalinnya hubungan yang harmonis antara ulama

dan umaro.

4. KUA

Sejarah KUA yang ada di Bangkalan, yang penulis teliti yaitu berada di Galis yang

terletak kira-kira 27 kilometer dari kota Bangkalan kea rah timur (jalan terusan Sumenep). Di

sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Tanah Merah, di sebelah timur kecamatan Blega,

di sebalah utara kecamatan Geger dan Konang dan di sebelah selatan berbatasan dengan

kecamatan Modung. Tepatnya beralamat di Jl. Raya Galis no. 72 Galis Bangkalan Telp. 031

70971140 e-mail: [email protected].

Kantor Urusan Agama kecamatan Galis adalah salah satu dari 18 KUA yang ada di

kabupaten Bangkalan terdiri dari 21 desa yaitu:

1. Desa Pakaan Laok

2. Desa Pakaan Dajah

3. Desa Sadah

4. Desa Banjar

5. Desa Kelbung

6. Desa Tlagah

7. Desa Kranggan Timur

8. Desa Pekadan

9. Desa Daleman

10. Desa Separah

11. Desa Bangpendah

12. Desa Tellok

Page 40: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

31

13. Desa Kajuanak

14. Desa Galis

15. Desa Longkek

16. Desa Lantek Timur

17. Desa Lantek Barat

18. Desa Paterongan

Dengan jumlah penduduk total 57.225 orang. Sebagian mata pencaharian penduduk

adalah bertani dan sebagian yang lain berdagang dan merantau.

Pegawai KUA Galis terdiri dari:

Kepala : Drs. H. M. Hasan B

Penghulu : Achmad Syakiri, S.Ag

Sukwan : Bahruddin

Abd. Fattah13

Penulis mengambil pembahasan ini karena dalam pembahasan ini jarang yang

mengetahui bagaimana kondisi sosialnya di daerah-daerah khususnya di Kabupaten

Bangkalan. Dari hasil penelitian yang penulis dapat bahwa KUA di Kabupaten Bangkalan ini

di setiap daerah pasti ada kantor KUA sehingga bisa memudahkan bagi penduduk Bangkalan

itu sendiri dalam melaksanakan pernikahannya. Bahkan setiap tahunnya bisa mencapai ribuan

dalam melakukan acara pernikahan dengan bantuan dari KUA itu sendiri. Di Bangkalan itu

sendiri sudah menjadi tradisi setiap tahunnya bahkan di setiap bulan haji itu mereka selalu

mengadakan acara pernikahan anak mereka karena bulan haji itu mereka menganggap bulan

yang berkah, sebenarnya mereka juga tahu bahwa bulan-bulan yang lainnya itu adalah bulan

yang baik tapi mereka lebih menganggap bulan haji itu adalah bulan yang memiliki berkah

tersendiri karena bulan itu bulan yang banyak para Kyai berangkat ke Tanah Suci jadi mereka

13

www.kuagalis.co.id di akses pada hari senin tanggal 08 Agustus 2011

Page 41: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

32

berharap bisa mendapatkan keberkahan dalam pernikahan putra-putri mereka,dengan

didatangkan para Kyai tersebut. Itu mereka lakukan karena sifat kereligiusannya yang begitu

lekat pada diri mereka.Oleh karena itu KUA di Kabupaten Bangkalan begitu penting bagi

penduduk disana.

Page 42: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

33

BAB III

BIOGRAFI INTELEKTUAL KH. MUHAMMAD CHOLIL BANGKALAN

A. Sejarah Hidup

1. Kelahiran

Kyai Cholil Bangkalan lahir pada Selasa, 11 Jumadil Akhir 1225 H, bertepatan dengan

tahun 1835 M. Kedua orang tuanya sangat gembira akan kelahiran anaknya tersebut,

terutama sang ayah, KH. Abdul Lathif, di dalam jiwanya membahana dalam dan amat

bersyukur. Lantunan pujian dipanjatkan kepada Allah SWT, sebagai rasa syukur atas

anugerah yang didapat hari itu.

Bayi tersebut sangat diharapkan kehadirannya, memang hal ini sudah lama dirindukan.

Terbayang dalam benak KH. Abdul Lathif akan jejak leluhur nenek moyangna. Nenek

moyang yang sangat berkhidmat kepada Islam ditanah Jawa, yaitu Kanjeng Sunan Gunung

Jati. Sang ayah sangat berharap agar anaknya di kemudian hari menjadi pemimpin uamt

sebagaimana nenek moyangnya, yaitu Sunan Gunung Jati. Maka sesuai dengan ajaran Islam,

KH. Abdul Lathif meng-adzani telinga kanan bayi yang baru lahir itu dan mengiqomahi

telinga kiri mengikuti sunnah Rasul. Sang ayah memohon kepada Allah SWT. Agar sang

Pencipta mengabulkan permintaannya tersebut. Do‟a demi do‟a selalu dipanjatkan setiap hari

mengikuti perkembangan hidup sang bayi. Bayi yang diaqiqohi, bayi yang baru lahir itu

kemudian diberi nama Muhammad Cholil. Ketika Cholil dilahirkan, Kyai Abdul Lathif

tinggal di kampong senenan, Desa Kemayoran, Kec.Bangkalan. Pada saat itu, Kyai Abdul

Lathif sudah menjadi Ulama‟ besar dan terkenal di Bangkalan. Menurut riwayat, leluhur Kyai

Abdul Lathif yaitu dari jalur Kyai Asror Karomah, lahir bibit-bibit unggul beberapa Ulama‟

dilingkungan Madura.Dalam lingkunganke ulamaan inilah Cholil hidup dan dibesarkan.

30 33

Page 43: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

34

Sementara itu, ada cerita lain yang menyebutkan bahwa Kyai Abdul Lathif adalah seorang

Da‟I keliling. Beliau menjalani kehidupan sufi yang tidak menghiraukan hal-hal keduniaan.

Apalagi sepeninggal istri beliau, Ummu Maryam (Ibu Nyai Maryam), sejak saat itu beliau

lebih aktif berdakwah ke kampung-kampung, beliau pun jarang pulang ke rumah karena

putri-putri beliau telah bersuami dan telah mandiri.1

Pada suatu hari, setelah beberapa tahun Kyai Abdul Lathif tidak pulang ke rumah, tiba-

tiba beliau datang dengan membawa seorang anak laki-laki sekitar umur tujuh tahun. Kyai

Abdul Lathif berkata pada Nyai Maryam, “ Wahai Maryam, aku telah menikah lagi dan ini

adalah adikmu. Kutingalkan dia bersama kalian, didiklah dia sebagaimana aku mendidikmu

“.Setelah itu Kyai Abdul Lathif pergi lagi sebagaimana biasa.Tidak ada yang tahu kapan

persisnya Kyai Cholil dilahirkan.Sebagian sesepuh keturunan Syaikh Cholil ada yang

memperkirakan bahwa Syaikh Cholil lahir pada 1252. Atau sekitar tahun 1835 M.

Cerita ini mengingatkan kita pada cerita Nabi Ibrahim AS. Bagaimana beliau harus

meninggalkan Isma‟il, putra beliau yang masih bayi di sebuah lembah yang gersang

(Makkah), sementara beliau harus pergi jauh ke Palestina untuk menjalankan tugas dakwah.

Siapa yang tidak sedih menyimak cerita ini, seorang ayah yang bersabar meninggalkan

anaknya yang masih kecil, padahal betapa menyenangkannya memeluk, menatap dan

bercanda dengan anak seusia Cholil kecil saat itu. Demikian pula dengan Nyai Maryam,

sebenarnya beliau sangat sedih ditinggal oleh sang ayah. Di usia ayah yang mulai senja, ingin

Nyai Maryam merawat sang ayah karena mestinya sang ayah sudah waktunya istirahat.

Namun Nyai Maryam sadar bahwa keluarga mereka adalah keluarga pengabdi pada agama,

1Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil ( Selaku Sekretaris Umum Pondok

Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil Demangan Barat Bangkalan) pada tanggal 28 September

2010

Page 44: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

35

tidak ada istirahat untuk berdakwah sampai ajal pun tiba.Istirahat mereka adalah di peraduan

abadi bersama para leluhur mereka.

Menurut sebagian riwayat, sejak saat itu Kyai Abdul lathif tidak pernah Pulang lagi,

maka hari itu adalah hari terakhir beliau melihat Nyai Maryam dan putra sulungnya.2

2. Masa Kecil

Penulis kesulitan untuk menuliskan bagaimana masa kecil Kyai cholil karena hampir

bisa dikatakan tidak ada satupun penulis temui data yang meriwayatkan masa tersebut.

Minimnya data ini sebenarnya bukan sekedar persoalan sangat aneh, melainkan sangat

disayangkan karena penulis menemui banyak data ataupun masih ada beberapa data yang

meriwayatkan masa kecilnya para muridnya, seperti masa kecil KH. Hasyim Asy‟ari.

Penulis semula melihat ada kemungkinan karena ini berkaitan dengan zamannya. Akan

tetapi, jika hal tersebut dijadikan patokan, maka itu sangat tidak masuk akal karena penulisan

Biografi Syaikh Nawawi Bantani menurut penulis cukup lengkap. Ini sekali lagi

menunjukkan bahwa kita selama ini kurang memperhatikan dan kurang memiliki kepedulian

terhadap Kyai Cholil sehingga tidak merawat baik tradisi oral dan membentuk sebuah

penulisan biografinya secara komplit.

Dari sinilah, penulis akhirnya menuliskan masa kecilnya Kyai Cholil dengan data

seadanya. Masa kecilnya dilalui seperti halnya anak kecil pada umumnya, suka bermain.

Akan tetapi, karena orang tuanya yang begitu menyayanginya dan berharap besar pada anak

tersebut, memberikan pendidikan yang sangat ketat sejak kecil. Jadi selain berdo‟a tiap hari,

sejak kecil Kyai Cholil sudah di didik oleh kedua orang tuanya tentang ajaran Islam.

2http://azmatkhanalhusaini.com

Page 45: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

36

Nyai Maryam bersama sang suami, Kyai Kaffal mulai merawat dan mendidik Cholil

kecil, mengaji membaca Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu dasar agama. Melihat kecerdasan dan

bakat Cholil kecil, Kyai Kaffal dan Nyai Maryam berpikir untuk memondokkannya ke

sebuah Pesantren agar Cholil kecil dapat menimba ilmu dan terdidik lebih serius. Maka,

mereka pun memilih Pesantren Bunga, Gresik yang diasuh oleh Kyai Sholeh.3

3. Silsilah

Kyai Muhammad Cholil Bangkalan masih keturunan Sunan Gunung Jati, salah seorang

Wali Songo di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Barat, tempat Sunan Gunung Jati mendapat

tugas syiar Islam. Di bawah ini adalah silsilah Kyai Cholil menurut catatan resmi KH. R.

As‟ad Syamsul Arifin, Sukorejo Asembagus Situbondo.4

1. Sunan Gunung Jati

2. Sayyid Sulaeman Mojoagung (cucu Sunan Gunung Jati)

3. Kyai Abdullah

4. Kyai Asror Karomah

5. Kyai Muharrom

6. Kyai Abdul Karim

7. Kyai Hamim

8. Kyai Abdul Lathif

9. Kyai Muhammad Cholil Bangkalan

Bahkan jika ditelaah lebih jauh, silsilah Kyai Cholil akan bersambung pada Rasulullah,

Muhammad SAW. Menurut catatan KH. Abdullah Sachal, silsilahnya adalah sebagai berikut:

3Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

4Ibnu Assayuti Arrifa‟I, Korelasi Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan dan NU;

Mengenang dan Menghayati Perjuangan Sang Inspirator, al-Haula press, T.t: Juni 2010, cet I, h 46-47

Page 46: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

37

1. Sayyidina Fathimah az-Zahro binti Rasulullah SAW

2. Sayyidina Husain bin Fatimah, wafat di Karbala

3. Sayyidina Ali Zainal Abidin, wafat di Madinah

4. Sayyidina Muhammad Baqir, wafat di Madinah

5. Sayyidina Ja‟far Shodiq, wafat di Madinah

6. Sayyidina Ali al-Uraidi, wafat di Madinah

7. Sayyidina Muhammad Tsaqib, wafat di Basroh

8. Sayyidina Isa, wafat di Basroh

9. Sayyidina Ahmad Muhajir, wafat di Sahab

10. Sayyidina Abdullah, wafat di al-Ardibur

11. Sayyidina Alwi, wafat di Sahal

12. Sayyidina Muhammad, wafat di Bait Khabir

13. Sayyidina Alwi, wafat di Bait Khabir

14. Sayyidina Ali Kholil Qosim, wafat di Tarim Hadramaut

15. Sayyidina Muhammad Shahib Mirbad, wafat di Dhifar

16. Sayyidina Ali, wafat di Tarim Hadramaut

17. Sayyidina Abdul Malik, wafat di Hindustan

18. Sayyidina Abdullah Adhimah Khan, wafat di Hindustan

19. Sayyidina Ahmad Syah Jalal, wafat di Hindustan

20. Maulana Jamaluddin Akbar, wafat di Bukis

21. Maulana Ali Nuruddin

22. Maulana Umdaduddin Abdullah, wafat di China

23. Syarif Hidayatullah, wafat di Gunung Jati, Cirebon

24. Sayyid Sulaeman, wafat di Mojoagung Jombang

25. Kyai Abdullah

Page 47: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

38

26. Kyai Asror

27. Kyai Hamim

28. Kyai Abdul Lathif

29. Kyai Muhammad Cholil Bangkalan5

Sekali lagi kita disuguhi data sejarah, terutama berkaitan dengan penulisan biografi

seorang tokoh selalu dikaitkan dengan tokoh yang lebih besar, dan lebih besar lagi. Kevalidan

data seperti ini memang sering kali diragukan oleh banyak kalangan intelektual ataupun

sejarawan.

Akan tetapi, apakah kita tidak bisa membacanya secara lebih arif? Pertama, karena data

ini tentunya lebih bekaitan dengan penggunaan data sejarah oral, mulut ke mulut, atau tutur

ke tutur yang sudah menjadi tradisi dari masyarakat tersebut dan di dalam ajaran Islam,

seperti dalam penggunaan hadits, yang mungkin di Pulau Jawa hal ini kurang ketat karena

kurang pengorganisasian dan ideologinya, sementara di Islam hal ini dijaga secara ketat.

Kedua, intelektual dan sejarawan hanya meragukan, tetapi tidak melakukan pendekatan

dengan empati. Jadi, jika sebuah data itu dianggap meragukan, maka langsung diberi garis

pemisah sebagai hal yang tidak ilmiah, bukan sebagai sebuah kemungkinan kebenaran.

Hal itu perlu dicermati karena jika kita melihat pola masyarakat tempo dulu, kebanyakan

adalah bersifat patriaki, yaitu kebanyakan laki-laki memiliki lebih dari satu istri, dan

mungkin bisa lebih jika laki-laki tersebut adalah seorang tokoh, semisal raja, yaitu bukan

hanya memiliki permaisuri dan selir-selir yang sah, terkadang ia juga mengambil istri dari

kalangan petani ataupun buruh walaupun kemungkinan tidak diperhatikan nasibnya. Maka,

tidak berlebihan jika banyak orang Jawa di Pedesaan dalam sebuah keluarga sering membuat

5Saifur Rahman, Biografi dan Karamah Kyai Kholil Bangkalan: Surat Kepada Anjing Hitam,

Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999, hal. 5-7

Page 48: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

39

silsilah yang kemudian menghubungkan diri mereka pada suatu tokoh tertentu, entah itu

Wali, Sunan, ataupun seorang prajurit sebuah kerajaan. Ini berkaitan pula dengan banyak

nama desa yang sama di Pulau Jawa, seperti nama Desa Purworejo, Desa Pati, dan lain

sebagainya.

Sementara itu, ada data lain yang sedikit memiliki perbedaan mengenai persoaln silsilah.

Akan tetapi, perbedaan ini lebih pada konteks keturunan yang berada di Bangkalan, Madura.

Penulis hanya memberikan data lain. Data-data tersebut adalah sebagai berikut;

Di Desa Langgundih, Keramat, Bangkalan ada seorang Kyai bergelar Sayyid bernama

Asror bin Abdullah bin Ali Al-Akbar bin Sulaiman Basyaiban. Ibu Sayyid Sulaiman adalah

Syarifah Khadijah binti Hasanuddin bin Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Beliau dikenal

dengan “ Kyai Asror Keramat “, dinisbatkan pada kampung beliau. Kemudian, oleh sebagian

orang diubah menjadi “ Asror Keramat “, mungkin dalam rangka mengarabkan kata „

Keramat „. Beliau menurunkan ulama-ulama besar Madura dan Jawa. Kyai Asror memiliki

putra dan putri. Di antara mereka adalah Kyai Khotim, ayah dari Kyai Nur Hasan, pendiri

Pesantren Sidogiri, Pasuruan. Di antara mereka pula adalah dua orang putri yang sampai kini

belum diketahui nama aslinya melalui riwayat yang shahih. Salah seorang dari mereka

dinikahkan dengan Kyai Hamim bin Abdul Karim Azmatkhan yang bernasab pada Sunan

Kudus (garis laki-laki) dan Sunan Cendana (garis perempuan).6

Melalui Kyai Abbas, Kyai Asror memiliki cucu bernama Kyai Kaffal dan melalui Kyai

Hamim beliau memiliki cucu bernama Kyai Abdul Lathif. Kyai abdul Lathif memiliki putri

bernama Nyai Maryam dan Nyai Sa‟diyah.Kemudian, Nyai Maryam dinikahkan dengan Kyai

Kaffal dan Nyai Sa‟diyah dinikahkan dengan seorang Kyai dari Socah, Bangkalan.

6Saifur Rahman, Surat Kepada Anjing Hitam, h. 8

Page 49: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

40

Sementara itu, KH. Ali bin Badri Azmatkhan, salah seorang keluarga Kyai Cholil Bangkalan

memberikan versi lain dalam silsilah, yang hal itu tertuang dalam bukunya berjudul dari

Kanjeng Sunan Sampai Romo Kyai Syaikhona Muhammad Cholil Bangkalan. Dalam tulisan

tersebut, KH. Ali bin Badri Azmatkhan menyebutkan bahwa silsilah Kyai Cholil merupakan

pertemuan beberapa Sunan, yaitu Sunan Giri, Sunan Ampel, Sunan Kudus, dan Sunan

Gunung Jati, yang silsilah itu dikaitkan dengan penggunaan marga Azmatkhan.7

B. Karir Pendidikan

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa karena saking cintanya sang ayah kepada

anaknya, Kyai Cholil maka sejak kecil anak tersebut dididik secara ketat. Pendidikan pertama

kali yang diberikan ayahnya berkaitan dengan persoalan ajaran Islam, terutama bagaimana

Islam mengatur kehidupan sehari-hari manusia. Hal ini tentu berkaitan dengan ajaran

kemanusiaan, moral, dan budi pekerti.

Setelah bertambah usianya dan menginjak remaja, Kyai Cholil sudah menunjukkan minat

dan bakat istimewa terhadap ilmu dan agama. Kehausan akan ilmu agama, terutama ilmu

fiqih dan ilmu nahwu (tata bahasa Arab) sangat luar biasa. Kyai Cholil sangat mencintai

pelajaran ini pada masa itu, terutama ilmu tata bahasa Arab. Jadi dengan mudahnya beliau

menghafal kitab Alfiyah, sebuah kitab ilmu nahwu yang bernadzam 1000 bait karangan Ibnu

Malik. Seorang santri belum dikatakan dapat menguasai tata bahasa Arab jika belum dapat

memahami kitab Alfiyah Ibnu Malik ini. Kyai Cholil tidak hanya menguasai, tetapi juga

menghafal 1000 bait itu. Oleh karenanya, dalam masyarakat tersebar persepsi terhadap

Pesantren Kyai Cholil yang identik dengan kitab Alfiyah Ibnu Malik. Beliau mempunyai

tradisi yang sangat unik, yaitu semua santri yang dibinanya tidak diperbolehkan pulang

7http://azmatkhanalhusaini.com

Page 50: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

41

meninggalkan pesantrennya sebelum teruji menghafal 1000 bait nadzam itu. Dengan metode

mengajar yang unik, ternyata hamper semua santri Kyai Cholil sangat ahli dalam membaca

kitab kuning atau kitab gundul.Sistem inilah yang hingga kini dijadikan sebagian besar

pesantren-pesantren salaf di Indonesia. Kyai Cholil memang memiliki kegandrungan

mendalam akan kitab Alfiyah Ibnu Malik. Beliau menulis sendiri kitab Alfiyah Ibnu Malik,

kemudian berdasarkan kitab itulah diajarkan kepada seluruh murid-muridnya. Dan dalam

setiap dakwahnya maupun dalam hal menerima pengaduan permasalahan selalu dikaitkan

dengan kitab Alfiyah Ibnu Malik. Jika seseorang menanyakan persoalan tentang akidah,

maka Kyai Cholil akan menjawab dengan bait-bait Alfiyah. Demikian juga jika seseorang

bertanya tentang fiqih ataupun tasawuf, maka akan dijawab dengan bait-bait Alfiyah. Bahkan

pernah terjadi suatu ketika Kyai Cholil bersama para Kyai dalam suatu majelis undangan,

Kyai Cholil memakan hidangan langsung dengan memakai tangannya tidak dengan sendok

lantas Kyai Cholil pun menuai kritik dari orang lain, kontan saja dengan senyuman dan

jawaban yang terlontar, tak lain dikutip dari salah satu bait-bait Alfiyah Ibnu Malik pula.8

Sementara itu, ada cerita lain yang menunjukkan bahwa sejak kecil Kyai Cholil diasuh

oleh kakak tiri dan kakak iparnya, beda ibu satu ayah. Dalam data tersebut, disebutkan

bahwasannya Kyai Cholil pertama kali belajar Pesantren di Gresik. Beliau mengenyam 2

masa pendidikan; yaitu pertama dihabiskan hari-harinya di pendidikan Pesantren, dan kedua

pendidikan dilanjutkan di Makkah.

1. Mengenyam Pendidikan di Pesantren Madura dan Pulau Jawa

Kyai Abdul Lathif sadar akan bakat ilmu agama dan ilmu itu pengetahuan yang luar

biasa dari anaknya. Sudah menjadi tradisi dalam dunia pesantren, pandangan seorang Kyai

8Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

Page 51: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

42

kebanyakan menginginkan anaknya melakukan penjelajahan dan pengembaraan serta

menuntut pengetahuan ke pesantren lainnya walaupun sebenarnya mereka mampu mendidik

anaknya di rumahnya atau pesantren miliknya.

Maka Cholil remaja pun segera dikirim ke pesantren di sekitar Bangkalan. Belum ada

data yang pasti tentang nama pesantren, nama Kyai yang mengajar, dan waktu beliau belajar

pada masa itu. Data yang ada hanya menyebutkan bahwasannya pada proses belajar di

pesantren Bangkalan ini Cholil belajar berbagai kitab kuning seperti kitab tauhid, fiqih,

nahwu dan shorof. Setelah beberapa lama belajar di pesantren Bangkalan, dan dirasa cukup,

Cholil remaja melanjutkan belajarnya di Pulau seberang, yaitu Pulau Jawa. Perantauannya ke

Pulau Jawa ini dimulai sekitar tahun 1850-an.9

Ada beberapa pesantren yang dijadikan tempat belajar oleh beliau, di antaranya adalah

sebagai berikut:

1. Pesantren Langitan Tuban Jawa Timur dengan pendiri dan pengasuhnya Kyai

Muhammad Noer

2. Pesantren Cangaan Bangil Jawa Timur dengan pendiri dan pengasuhnya Kyai Asyik

3. Pesantren Darussalam Kebon Candi Pasuruan dengan pengasuh dan pendirinya Kyai

Arif

4. Pesantren Sidogiri Pasuruan dengan pengasuh dan pendirinya Kyai Nur Hasan.10

Selama di Kebon Candi, Cholil juga belajar pada Kyai Nur Hasan, yang masih terhitung

familinya. Jarak antara Kebon Candi dan Sidogiri sekitar 7 kilometer. Ia melakukan

perjalanan tersebut dengan jalan kaki setiap harinya. Itu semua dilakoninya hanya untuk

9Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

10Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

Page 52: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

43

mendapatkan ilmu dan berkah dari seorang Kyai. Ia bukan hanya rela melakoni perjalanan

ini, bahkan dalam setiap perjalanannya, Cholil tak pernah lupa membaca Surah Yasin dan ini

dilakukannya hingga ia dalam perjalanan itu Khatam berkali-kali.

Setiap kali akan memasuki kompleks pesantren Sidogiri ia segera melepaskan

terompahnya (sandal) karena tawadhu’kepada penghuni kubur yang berada di samping

masjid. Dari sini Cholil ternyata juga orang yang memiliki prinsip; “ sekali dayung, dua tiga

pulau terengkuh “. Sesungguhnya bisa saja Cholil tinggal di Sidogiri selama menjadi santri

Kyai Nur Hasan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk membuatnya tetap tinggal di Kebon

Candi. Dari segi ekonomi, orang tua Cholil sebenarnya cukup berada. Selain mengajar

mengaji, sang ayah juga dikenal sebagai petani dengan tanah yang cukup luas. Dari hasil

pertaniannya, padi dan palawija serta hasil kebunnya; durian, rambutan dan lain-lain, Kyai

Abdul Lathif sebenarnya bisa membiayai Cholil selama menjadi santri. Meski demikian,

Cholil tak mau merepotkan orang tuanya. Karena itu selama menjadi santri di Sidogiri, Cholil

tinggal di Kebon Candi agar bisa menjadi buruh batik. Dari hasil menjadi buruh batik itu,

Cholil mencukupi kebutuhan hidupnya dan belajarnya. Selain pesantren-pesantren tersebut di

atas, Cholil juga belajar di sebuah pesantren di Banyuwangi. Inilah pesantren terakhir yang

ditempuhnya di Pulau Jawa. Selama di pesantren ini Cholil muda mempunyai kisah

tersendiri. Pengasuh pesantren ini mempunyai kebun kelapa yang luas. Cholil kembali

menunjukkan kemandiriannya. Selain giat belajar di pesantren tersebut, ia menjadi buruh

petik kelapa dengan upah uang 3 sen setiap 80 pohon. Semua hasil upah memetik kelapa ini

disimpan dalam peti lalu dipersembahkan kepada Kyainya. Cholil menjalani kehidupan

prihatin untuk biaya makan sehari-hari. Terkadang menjadi khadam (pembantu) Kyai,

mengisi bak mandi, mencuci pakaian dan piring, serta pekerjaan lainnya. Cholil sering

menjadi juru masak kebutuhan teman-temannya. Dari keprihatinan hidupnya itulah Cholil

mendapatkan makanan secara cuma-cuma.Sesudah Cholil merasa cukup belajar di pesantren

Page 53: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

44

itu, gurunya menganjurkan Cholil untuk melanjutkan belajarnya ke Makkah. Uang dalam peti

yang dahulu dihaturkan kepada sang Kyai, kemudian oleh Kyai diserahkan kembali kepada

Cholil sebagai bekal belajar di Makkah al-Mukarromah.11

2. Mengenyam Pendidikan di Makkah

Pada saat Cholil berusia muda, dapat menuntut ilmu ke Makkah merupakan dambaan

setiap santri. Keilmuan seseorang santri dirasakan belum lengkap sebelum menjadi santri di

Makkah. Dengan tekad yang membara dan setelah berpamitan kepada guru-gurunya, Kyai

Cholil melanjutkan belajarnya ke Makkah sekitar tahun 1859. Selama dalam perjalanan ke

Makkah, Cholil selalu dalam keadaan berpuasa dan mendekatkan diri kepada Allah. Siang

hari banyak digunakan membaca Al-Qur‟an dan bersholawat. Sedangkan pada malam

harinya digunakannya untuk melakukan wirid dan taqarrub (mendekatkan diri) kepada

Allah.Hal itu dilakukannya terus menerus sampai tiba di Makkah. Setibanya di Makkah,

Cholil segera bergabung dengan teman-temannya dari pulau Jawa. Selama di Makkah ini, ia

belajar berbagai ilmu pengetahuan, banyak Syaikh yang didatanginya, berbagai madzhab

dipelajarinya, namun akhirnya Cholil lebih condong pada satu madzhab yaitu madzhab

Syafi‟I yang diajarkan di Masjidil Haram.12

Selama mengenyam pendidikan di Makkah, kebiasaan hidup sederhana dan prihatin

tetap dijalani Cholil seperti waktu berada di pesantren di pulau Jawa. Mungkin karena saking

prihatin dan begitu menghayati sikap hidup zuhud, perilaku keseharian Cholil ketika mulai di

Makkah menampakan keanehan di mata umum. Cholil sering makan kulit semangka

ketimbang makanan yang wajar pada umumnya. Sedangkan minumnya dari air zam-zam.

Kebiasaan itu dilakukannya terus menerus selama empat tahun di Makkah. Perilaku tersebut

11

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil 12

Wawancara pribadi dengan Bapak H. M. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi

Page 54: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

45

ternyata sangat mengherankan teman-teman seangkatannya seperti Syaikh Imam Nawawi

dari Banten, Syaikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, dan Syaikh Ahmad Yasin dari

Padang. Bahkan ketika bermaksud untuk buang air besar, Cholil tidak pernah melakukannya

di Tanah Haram tersebut.Di dalam berguru, Cholil sering mencatat pelajaran yang

disimaknya dengan menggunakan baju yang dipakainya sebagai kertas tulis. Kemudian

setelah dipahami dan dihafalnya, baru kemudian dicuci, kemudian dipakai lagi, begitu

seterusnya dilakukan selama belajar di Makkah. Oleh karena itu, pakaian Cholil semua

berwarna putih.Sementara itu, untuk membiayai hidupnya selama menjadi santri di Makkah,

Cholil menulis berbagai risalah dan kitab yang kemudian dijual. Cholil banyak menulis kitab

Alfiyah dan menjualnya seharga 200 real per kitab. Selain itu juga memanfaatkan kahliannya

menulis khat (kaligrafi) untuk menghasilkan uang. Semua uang hasil penulisan risalah dan

kitab kemudian diserahkan kepada gurunya. Cholil sungguh memilih kehidupan yang sangat

sederhana, kehidupannya yang sederhana itu adalah hikmah kuat ajaran Imam Ghozali, salah

seorang ulama yang dikaguminya.13

Di dalam mengarungi lautan ilmu di Makkah, di samping mempelajari ilmu dhohir

(esoteris), seperti tafsir, hadits, fiqih, dan ilmu nahwu, juga mempelajari ilmu bathin (isoteris)

ke berbagai guru spiritual. Guru spiritual Cholil adalah Syaikh Ahmad Khatib Sambas Ibnu

Abdul Ghofar yang bertempat tinggal di Jabal Qubais. Syaikh Ahmad Khatib mengajarkan

Thoriqoh Qodariyyah wan Naqsyabandiyah. Biasanya kedua Thoriqoh ini (Qodariyyah dan

Naqsyabandiyah) terpisah dan berdiri sendiri. Namun kepemimpinan setelah Syaikh Ahmad

Khatib, kedua thoriqoh ini dipadukan.14

13

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil 14

Saifur Rahman, Surat Kepada Anjing Hitam, hal. 10-11

Page 55: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

46

Muhammad Cholil bersama Abdul Karim dan Tolhah berguru kepada Syaikh Ahmad

Khatib Sambas.15

Setelah ketiganya mendapat ijazah dan berhak sebagai mursyid, mereka

lalu pulang ke pulau Jawa dan menyebarkan Thoriqoh Qodariyah wan Naqsyabandiyah.

Menurut Abah Anom, seorang mursyid Thoriqoh Qodariyah wan Naqsyabandiyah di

Tasikmalaya, menyebutkan terdapat pembagian tugas dalam penyebaran Thoriqoh tersebut.

Syaikh Abdul Karim menyebarkan Thoriqoh di Banten. Syaikh Tolhah di cirebon dan Syaikh

Cholil di Madura. Tentang keabsahan Thoriqoh Kyai Cholil, banyak perbedaan pendapat di

antara ulama‟. Namun menurut Kyai As‟ad Syamsul Arifin, bahwa Thoriqoh Kyai Cholil

adalah Qodariyah wan Naqsyabandiyah.16

Silsilah Kyai Cholil dalam kemursyidan Thoriqoh Qodariyah an Naqyabandiyah dari

jalur Syaikh Ahmad Khatib Sambas adalah sebagai berikut:

1. Allah SWT Robbul Izzaati

2. Jibril as

3. Nabi Muhammad SAW

4. Ali bin Abi Thalib

5. Husein bin Ali

6. Zainal Abidin

7. Muhammad Baqir

8. Ja‟far Shodiq

9. Imam Musa al Karim

10. Abu Hasan Ali Ridlo

15

Syekh Ahmad Sambas (wafat 1875 M) berasal dari Kampung Asam, Sambas, Kalimantan

Selatan.Selain sebagai mursyid thariqat juga dikenal sebagai seorang ahli tafsir, hadits, dan pakar

fiqih.Beliau adalah guru besar sekaligus ulama yang berhasil memadukan kedua ajaran thariqah, yaitu

thariqah Qodiriyah dan thariqat Naqsyabandiyah, ajarannya ditulis oleh muridnya. Muhammad Ismail

bin Abdurrahman Al-Bali dalam bentuk kitab yang bernama Fathul Arifin. Op.cit. h. 25 16

Ibid, 11

Page 56: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

47

11. Ma‟ruf Karkhi

12. Sari Saqoti

13. Abu Qosim Junaid al Baghdadiy

14. Abu Bakar Sibliy

15. Abu Fadli Wahidi at-Tamimi

16. Abu Farazi at-Thurthusil

17. Abu Hasan Ayyub

18. Abu Said al-Mubarok

19. Abdul Qadir Jailani

20. Abdul Aziz

21. Muhammad al-Hattak

22. Syamsuddin

23. Syarifuddin

24. Nuruddin

25. Waliyuddin

26. Hisyamuddin

27. Yahya

28. Abu Bakar

29. Abdurrohim

30. Utsman

31. Abdul Fattah

32. Muhammad Murad

33. Syamsuddin

34. Ahmad Khatib Sambas

Page 57: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

48

35. Muhammad Cholil Bangkalan.17

Kyai Cholil sang mursyid Thoriqoh Qodariyah wan Naqsyabandiyah menunjukkan jika

beliau memiliki derajat tinggi di dalam maqam spiritualnya. Menurut penuturan Kyai As‟ad

Syamsul Arifin, pada saat Kyai Cholil berzikir di ruangan majelis zikir, apabila lampu

dimatikan, sering terlihat sinar biru yang sangat terang memenuhi ruangan tersebut.

Setelah berguru dengan Kyai Ahmad Khatib Sambas, Cholil melanjutkan ke guru lain,

yaitu Syaikh Ali Rahbini. Cholil sangat berkhidmat melayani guru terakhirnya ini. Syaikh Ali

Rahbini adalah seorang tuna netra. Cholil senantiasa tidur di pintu masjid dengan harapan

jika gurunya lewat, dapat menginjak dirinya, yang kemudian menuntunnya ke tempat

pengimaman. Setelah Syaikh Ali Rahbini memandang Cholil sudah cukup mampu dalam

ilmu keagamaan, tibalah saatnya murid yang disayangi ini untuk menyebarkan ilmu yang

selama ini ditekuninya. Dengan perasaan haru Syaikh Ali Rahbini menyuruh Cholil pulang

ke tanah Jawa karena dibutuhkan oleh umat. Demikian juga dengan dua orang temannya

yang sama-sama berguru kepada Syaikh Ali Rahbini. Mendengar perintah gurunya, Cholil

segera mempersiapkan kepulangannya ke tanah Jawa. Sedangkan dua orang temannya

merasa masih belum cukup ilmunya, lalu tidak menuruti perintah gurunya, tetapi terus ke

Mesir. Kelak sekembalinya ke tanah air, dua orang temannya yang tidak patuh itu, ilmunya

menjadi tidak bermanfaat kepada kaum muslimin. Berbeda dengan Cholil, karena

kepatuhannya kepada guru, Allah menganugerahinya pangkat kewalian dan semua ilmunya

bermanfaat serta menyebar kepada seluruh ulama se-Jawa dan Madura.18

Apa yang bisa kita lihat dari periode pendidikan di Makkah ini jelas menunjukan

penguatan sikap zuhud dalam diri Cholil. Hal tersebut sudah dimulai selama beliau menjadi

17

Ibid, h. 11-12 18

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

Page 58: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

49

santri di berbagai pesantren di pulau Jawa dan itu bukan hanya diteruskan di Makkah,

melainkan juga dikuatkan di sana. Kyai Cholil adalah suriteladan seorang santri yang dalam

mendalami ilmu pengetahuan, bukan sekedar membaca, menulis, menghafal, ataupun

memahami, melainkan juga menghayati dalam rasa dan kebatinan yang dalam.19

Oleh karena itu, salah satu anak keturunan dan keluarga Kyai Cholil yang menuliskan

kembali melalui internet, website; kiprah Syaikh Kyai Cholil memberikan empat cara belajar

Kyai Cholil yang seharusnya patut kita tiru, yaitu:

19 Salah satu dari karomah Kyai Cholil: Di antara karomahnya, suatu hari, Kyai Cholil

kedatangan tiga orang tamu secara bersamaan. Kyai bertanya kepada tamu yang pertama:

“Sampeyan ada keperluan apa?”

“Saya seorang pedagang, Kyai. Hasil tidak didapat, malah rugi terus menerus,” ucap tamu yang

pertama memohon. Setelah Kyai Cholil memandang sejenak ke arah tamu yang pertama ini, lalu

menjawab:

“Jika kamu ingin berhasil dalam berdagang, perbanyak baca istighfar,” pesan Kyai mantap. Tak

lama setelah itu, Kyai bertanya kepada tamu yang kedua:

“Sampeyan ada keperluan apa?” tanyanya seperti yang diucapkan kepada tamu sebelumnya.

“Saya sudah berkeluarga selama 18 tahun, tapi sampai saat ini masih belum diberi keturunan,”

kata tamu kedua. Setelah memandang kepada tamunya itu, Kyai Cholil menjawab,

“Jika kamu ingin punya keturunan, perbanyak baca istighfar,” tandas Kyai. Kini, tiba giliran

pada tamu yang ketiga. Kyai langsung bertanya, “Sampeyan ada keperluan apa?”

“Saya usaha tani, Kyai. Namun, makin hari hutang saya makin banyak, sehingga tak mampu

membayarnya,” ucap tamu yang ketiga, dengan raut muka serius.

“Jika kamu ingin berhasil dan mampu melunasi hutangmu, perbanyak baca istighfar,” pesan

Kyai kepada tamu yang terakhir. Beberapa murid Kyai Cholil yang melihat peristiwa itu merasa heran.

Persoalan berbeda, tapi dengan jawab yang sama, dengan resep yang sama, yaitu menyuruh perbanyak

istighfar.

Kyai Cholil mengetahui keheranan para santri. Setelah tamunya pulang, maka dipanggillah para

santri yang penuh tanda tanya itu. Lalu, Kyai Cholil membacakan Surat Nuh ayat 10-12:

Artinya:

Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan

mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu.”

Mendengar jawaban Kyai ini, para santri mengerti bahwa jawaban itu memang merupakan janji

Allah bagi siapa yang memperbanyak baca istighfar. Memang benar. Tak lama setelah kejadian itu,

ketiga tamunya semuanya berhasil apa yang dihajatkan.

Catatan:

Sang guru sejati selalu bersama buku suci. Beliau telah menjadi firman yang hidup. Ada kekayaan

berharga, yang selama ini kita lupakan. Pesan Ilaahi dalam wujud kalam mulia, Al Qur’an. Atau, kita

sebenarnya diam-diam sudah tidak ingin berbicara lagi dengan Allah. Seakan sudah tidak

memerlukan Tuhan lagi. Sungguh betapa sombongnya kita. Berbagai kekayaan materi yang melimpah,

semestinya tidak membuat kita bertambah rapuh.

(Sumber: KH. Basit Temporejo, Jember)

Page 59: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

50

1. Ikhlas karena Allah SWT. Beliau tidak peduli dengan pahitnya kehidupan saat itu

karena yang beliau pentingkan adalah ilmu, dengan harapan Allah ridho dengan ilmu

yang beliau peroleh. Beliau dapat membuktikan keikhlasan itu ketika Allah SWT.

Menguji beliau dengan hidup yang serba kekurangan.

2. Akhlak yang tinggi kepada Allah SWT. Kita bisa lihat akhlak beliau ketika beliau

harus keluar dari Tanah Haram (Makkah) untuk buang air besar. Beliau merasa tidak

sopan jika buang hajat di Tanah Suci. Ini menunjukkan betapa Syaikh Cholil sangat

tawaadhu‟ dan peka terhadap Allah SWT.

3. Cinta, hormat dan patuh kepada guru tentunya setelah memilih guru yang layak. Apa

pun akan beliau berikan kepada guru untuk membantu dan membuat guru ridho. Di

hadapan grurnya beliau siap sedia untuk diperintah melebihi budak di hadapan

tuannya. Jangankan harta, nyawa pun siap dipertaruhkan untuk sang gurunya.

4. Rajin belajar karena mencintai ilmu. Dengan menggabungkan empat hal ini, Syaikh

Cholil berhasil mendapatkan ilmu yang banyak dan barokah, dan semua itu emudian

mengantarkan beliau mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah SWT, sebagai ulama

dan wali Allah. Bagi yang ingin mendapatkan apa yang diperoleh Syaikh Cholil,

maka empat hal itulah kuncinya.20

Beberapa daftar guru Kyai Cholil sewaktu belajar di Makkah menurut versi salah seorang

keluarga beliau di antaranya:

1. Syaikh Ali Al-Mishri. Nama ini didapatkan pada salah satu surat Syaikh Cholil

kepada Kyai Muntaha ketika Kyai Muntaha belajar di Makkah

20

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

Page 60: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

51

2. Syaikh Umar As-Sami. Nama ini ditemukan pada tulisan Syaikh Cholil sebagai

catatan pinggir kitab Al-Matan Asy-Syarif ( ilmu nahwu). Di dalam tulisan itu beliau

menyatir banyak keterangan yang beliau terima dari Syaikh Umar As-Sami

3. Syaikh Khalid Al-Azhari

4. Syaikh Al-Aththar

5. Syaikh Abun-Naja21

Syaikh Khalid Al-Azhari, Syaikh Al-Aththar, Syaikh Abun-Naja juga sering disebut

dalam beberapa tulisan tangan Syaikh Cholil sebagai orang yang memberikan keterangan-

keterangan dalam ilmu nahwu. Nama-nama itu tersebar di berbagai kitab tulisan tangan

Syaikh Cholil.Dari sanak saudara keluarga besar Syaikh Kyai Cholil melihat dan

mempelajari tulisan-tulisan itu dari kitab-kitab Syaikh Cholil yang ada pada Kyai Thoha

Kholili.22

c. Murid-murid KH. Muhammad Cholil

Hampir ulama besar yang muncul di Madura dan Jawa adalah murid Kyai Cholil. Selain

itu, murid Kyai Cholil rata-rata berumur panjang, banyak yang berumur di atas 100 tahun.

Berikut ini sebagian murid Kyai Cholil yang mudah dikenal hingga saat ini:

1. KH. Hasyim Asy‟ari, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.

Beliau juga dikenal sebagai pendiri organisasi Islam NU (Nahdlatul Ulama). Bahkan,

beliau tercatat sebagai Pahlawan Nasional

21

KH Ali bin Badri Azmatkhan, Dari Kanjeng Sunan sampai Romo Kiai:Syaikhona

Muhammad Kholil Bangkalan, Telaah Sejarah dan Riwayat Hidup, penerbit: IKAZI (Ikatan Keluarga

Azmatkhan Indonesia), Maret 2007, cet I, h. 63 22

http://azmatkhanalhusaini.com

Page 61: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

52

2. KH. R. As‟ad Syamsul Arifin, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi‟iyah

Sukorejo Asembagus Situbondo. Pesantren ini sekarang memiliki belasan ribu orang

santri

3. KH. Wahab Chasbullah, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas

Jombang. Pernah menjabat sebagai pengurus Rais Am NU (1947-1971)

4. KH. Bisri Syamsuri, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Denanyar Jombang

5. KH. Maksum, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Lasem Rembang

6. KH. Bisri Musthofa, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Rembang. Beliau juga

dikenal sebagai mufasir Al-Qur‟an. Kitab tafsirnya dapat dibaca sampai sekarang,

berjudul Al Ibriz sebanyak tiga jilid tebal berhuuf Jawa Pegon

7. KH. Muhammad Siddiq, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Siddiqiyah Jember

8. KH. Muhammad Hasan Genggong, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Zainul

Hasan, Genggong. Pesantren ini memiliki ribuan santri dari seluruh Indonesia

9. KH. Zainal Mun‟im, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton

Probolinggo. Pesantren ini juga tergolong besar, memiliki ribuan santri dan sebuah

Universitas yang cukup megah

10. KH. Abdullah Mubarok,Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Suralaya

Tasikmalaya. Pesantren Suralaya kini dikenal juga menampung pengobatan para

pecandu narkotika

11. KH. Asy‟ari, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Darut Tholabah, Wonosari

Bondowoso

12. KH. Abi Sujak, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Astatinggi, Kebun Agung

Sumenep

Page 62: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

53

13. KH. Ali Wafa, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Temporejo Jember.

Pesantren ini mempunyai ciri khas yang tersendiri, yaitu keahliannya tentang ilmu

nahwu dan shorof

14. KH. Thoha, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Bata-bata Pamekasan

15. KH. Musthofa, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Macan Putih Blambangan

16. KH. Usmuni, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Pandean Sumenep

17. KH. Karimullah, Pendiri dan PengasuhPondok Pesantren Curah Dami Bondowoso

18. KH. Manaf Abdul Karim, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.

Pesantren ini sekarang memiliki lebih dari delapan ribu orang santri dari seantero

Nusantara

19. KH. Munawwir, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Jogjakarta

20. KH. Khozin, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Baduran Sidoarjo

21. KH. Nawawi, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan. Pesantren

ini sangat berwibawa. Selain karena prinsip salaf tetap dipegang teguh, mereka juga

sangat hati-hati dalam menerima sumbangan. Sering kali menolak sumbangan kalau

patut diduga terdapat subhat

22. KH. Abdul Hadi, Lamongan

23. KH. Zainuddin, Nganjuk

24. KH. Abdul Fattah, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fattah Tulungagung

25. KH. Zainul Abidin, Kraksan

26. KH. Munajad, Kertosono

27. KH. Romli Tamim, Rejoso Jombang

28. KH. Muhammad Anwar,Pacul Gowang Jombang

29. KH. Abdul Madjid, Bata-bata Pamekasan Madura

30. KH. Abdul Hamid bin Itsbat, Banyuwangi

Page 63: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

54

31. KH. Muhammad Thohir Jamaluddin, Sumbergayam Madura

32. KH. Zainur Rosyid, Kironggo Bondowoso

33. KH. Hasan Musthofa, Garut Jawa Barat

34. KH. Raden Fakih Maskumambang, Gresik

35. Ir. Soekarno, Presiden RI Pertama. Menurut penuturan Kyai As‟ad Syamsul Arifin,

Bung Karno diakui sebagai teman Kyai As‟ad. Meski Bung Karno tidak resmi

sebagai murid, namun ketika sowan (berkunjung) ke Bangkalan, Kyai Cholil

memegang kepala Bung Karno dan meniup ubun-ubunnya

36. KH. Sayyid Ali Bafaqih, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Loloan Barat,

Negara, Bali.23

d. Menikah dan Membina Rumah Tangga

Menurut keterangan sebelum berangkat ke Makkah sebenarnya Kyai cholil dinikahkan

dengan Nyai Asyik, anak perempuan Lodra Putih (Ludra Putih). Usianya saat itu

diperkirakan baru 24 tahun, sekitar tahun 1849. Dari pernikahan ini, beliau dikaruniai seorang

putra bernama Muhammad Imron dan seorang putri bernama Rohmah. Setelah itu Kyai

Cholil menikahi Nyai Misi dan dikaruniai anak perempuan bernama Asma.Kyai Cholil

kemudian menikahkan putrinya Nyai Asma dengan seorang Kyai yang sangat alim bernama

Kyai Yasin. Dari pasangan perkawinan inilah, Kyai Cholil mempunyai 11 orang cucu, yaitu

Malihah, Muhammad Kholil, Muhammad Nasir, Badiyah, Nahilah, Karimah, Nailah,

Sayatun, Robi‟ah, Hafsah, Qomariyah dan Tajwati.Sedangkan cucu Kyai Cholil dari anaknya

bernama Rohmah sebanyak dua orang, yaitu Umar dan Minnah. Cucu Kyai Cholil dari putra

laki-lakinya bernama Muhammad Imron, ada 7 orang, mereka adalah Romlah, Nadhifah,

Amin, Makmun, Nikmah, Urfiah dan Jamaliyah. Salah seorang cucu Kyai Cholil yang

23

Saifur Rahman, Surat Kepada Anjing Hitam, h. 22-24

Page 64: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

55

bernama Romlah binti Imron menikah dengan seorang Kyai yang alim bernama KH. Zarawi.

Dari pasangan ini, Kyai Cholil Bangkalan mempunyai cicit sebanyak 4 orang, yaitu Fahrur

Razi, Abdullah Sachal, sekarang mewarisi pondok pesantren Kyai Cholil Bangkalan bernama

Pondok Pesantren Syaikhona I di Kademangan Barat. Sedangkan Kyai Kholil AG. Mewarisi

Pondok Pesantren Syaikhona II di Kademangan.24

e. Wafat

Kyai Cholil Bangkalan wafat pada usia 90 tahun, pada 29 Ramadhan 1343 H. Sekitar

tahun 1925 M. Tidak ada data yang menyebutkan sebab meninggalnya, yang mungkin karena

usia saja. Belum diketemukan pula cerita saat terakhir beliau, apakah itu berupa petuah

kepada anak, murid, ataupun kepada umat Islam. Beliau dikebumikan di Bangkalan. Lokasi

pemakaman beliau berada di kompleks yang tidak jauh dari pondokan Kyai Muhammad

Cholil sendiri, tepatnya di Desa Mertajasa, berjarak 1 km ke arah Barat dari Pusat Kota

Bangkalan.Kompleks pemakamannya bisa dijangkau dengan kendaraan becak hanya 15

menit dari terminal bus Bangkalan.Sedangkan, jika melalui rombongan bus dapat langsung

memasuki lokasi kompleks pemakaman setiap saat.

Semoga jasa beliau yang mungkin saja banyak kita lupakan, Allah senantiasa

memberikan rahmat kepada beliau semoga kita mendapat loberan berkahnya. Melalui

keharuman namanya dan karomah beliau dapatlah kiranya menjadi penghias iman, akidah,

dan tuntunan untuk selalu berbuat baik kepada sesama yang kemanfaatannya akan melimpah

kepada kita semua.25

Amin

24

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil 25

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

Page 65: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

56

C. Karir Organisasi

Dalam karir keorganisasian pada Kyai Cholil itu para penulis sebelumnya yang

membahas tentang Kyai Cholil baik dalam bentuk buku itu tidak ada yang menjelaskan

tentang karir keorganisasiannya, hanya sebatas yang pernah dilakukan atau bisa dikatakan

sebagai suatu pengalaman saja bagi seorang Kyai Cholil setelah menimba ilmu di Makkatul

Mukarromah. Oleh karena itu, penulis hanya mendapatkan dari beberapa data yang

membahas tentang pengalaman beliau ini.

Setelah merasa cukup menimba ilmu di Makkah, Cholil pun pulang ke pulau Jawa.

Sepulangnya dari tanah Arab, Cholil dikenal sebagai pakar fiqih, tata bahasa Arab (nahwu),

tasawuf, dan mursyid Thoriqoh.Selain itu, Kyai Cholil dikenal sebagai seorang Hafidzul

Qur‟an.

Dari sinilah kemudian Kholil pulang ke kampungnya di Bangkalan. Kealimannya segera

menyebar ke seluruh Madura. Selain beliau membina dan membangun rumah tangganya,

juga mendirikan pondok pesantren di Desa Jangkibuan (Cengkububan) Bangkalan. Pada fase

inilah Cholil mulai mengamalkan ilmunya dan berjuang menyebarkan ajaran Islam yang

penuh perdamaian dan menata kehidupan bermasyarakat secara baik. Sementara itu, ada versi

lain yang menyebutkan bahwa Kyai Cholil menikah setelah sepulang dari Makkah. Sepulang

dari Makkah, ia tidak langsung mendirikan pesantren terlebih dahulu, tetapi mencari cara

untuk mengamalkan ilmunya dan sempat bekerja sebagai penjaga malam di Kabupaten

Bangkalan. Kantor pejabat Adipati Bangkalan.Di setiap bertugas malam, Kyai Cholil selalu

membawa kitab.Beliau rajin membaca di sela-sela tugasnya. Akhirnya, beliau pun oleh para

pegawai Adipati dikenal ahli membaca kitab dan berita itu pun sampai kepada Kanjeng

Adipati. Kebetulan, leluhur Adipati sebenarnya adalah orang-orang alim. Mereka memang

keturunan Syarifah Ambami Ratu Ibu yang bersambung nasab pada Sunan Giri. Maka, tidak

aneh jika di rumah Adipati banyak terdapat kitab-kitab berbahasa Arab warisan leluhur,

Page 66: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

57

walaupun Adipati sendiri tidak dapat membaca kitab berbahasa Arab, Adipati pun

mengizinkan Kyai Cholil untuk membaca kitab-kitab itu di perpustakaan beliau. Kyai Cholil

merasa girang bukan main karena pada zaman itu tidak mudah untuk mendapatkan

kitab,apalagi sebanyak itu.26

D. Karya Tulis KH. Muhammad Cholil

Pada mulanya kreativitas Kyai Cholil dalam menciptakan karya tulis baik yang berupa

artikel (risalah) ringkas maupun kitab lahir sebagai upayanya untuk menopang kebutuhan

hidupnya selama menuntut ilmu di Tanah Suci Makkah. Maklumlah, pada saat ngasuh

Kaweruh atau menimba ilmu di tanah kelahiran Islam tersebut, ia tidak menggantungkan

hidupnya dari kiriman orang tuanya di tanah air.

Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, ia banyak menulis risalah dan kitab. Hasil

karyanya terutama yang berupa kitab, kemudian ia jual dengan harga 200 real per kitab.

Selain menulis risalah Kyai Cholil juga mendapatkan penghasilan dari memanfaatkan

keahliannya dalam membuat tulisan kaligrafi.

Tapi sayang sekali, banyak karya tulis beliau yang tidak dapat dilacak. Hanya sebagian

kecil yang didapat, di antaranya:

1. Kitab Silah Fi Bayanin Nikah

Suatu kitab yang menguraikan tata cara, adab dan hukum pernikahan. Dalam karya

ini, pemikiran Kyai Cholil di dalam madzhab Syafi‟I terasa begitu kuat. Kitab ini

susah didapat. Mungkin hanya santri di daerah Madura yang sangat tua saja yang

masih memiliki.

2. Kitab Terjemah Alfiyah

26

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

Page 67: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

58

Kitab ini belum dicetak, masih dalam bentuk manuskrip. Jika melihat tulisan Kyai

Cholil dalam kitab ini, maka akan terlihat keahliannya dalam menulis khat Arab.

Seperti kitab Fi Bayanin Nikah, kitab ini juga sulit didapat. Pada halaman terakhir

kitab ini oleh Kyai Cholil dicantumkan tahun 1294, berikut dengan stempel cincin

bertuliskan Cholil

3. Shalawat Kyai Cholil Bangkalan

Shalawat ini dihimpun oleh KH. Muhammad Kholid dalam kitab I’anatur Roqibin

dan dicetak di Pondok Pesantren Rodlatul Ulum, Sumber Waringin Jember

4. Wirid-wirid Kyai Cholil Bangkalan

Wirid-wirid ini dihimpun oleh KH.Musthofa Bisri Rembang dengan nama kitab

Haqiban.27

Bisa jadi dalam bidang karya, sedikit sekali literatur yang menyebutkan karya Kyai

Cholil.Akan tetapi, bagi KH. Aziz Masyhuri, Kyai Cholil banyak meninggalkan sejarah dan

sesuatu yang tidak tertulis dalam literatur yang baku adapun peninggalan tersebut antara lain

sebagai berikut;

Pertama, Kyai Cholil turut melakukan pengembangan pendidikan pesantren sebagai

pendidikan alternatif bagi masyarakat Indonesia. Pada saat penjajahan Belanda, hanya sedikit

orang yang dibolehkan belajar, itu pun hanya dari golongan priyayi saja. Di luar itu tidak

boleh belajar di sekolah. Demi memenuhi kebutuhan masyarakat pribumi akan pengetahuan,

maka pendidikan pesantren menjamur di daerah Jawa. Banyak santri Kyai Cholil yang

setelah lulus, kemudian mendirikan pesantren, seperti Kyai Hasyim Asy‟ari pendiri Pesantren

Tebuireng Jombang, Kyai Wahab Chasbullah pendiri Pesantren Tambak Beras Jombang,

Kyai Ma‟sum pendiri Pesantren Lasem Rembang, Kyai Bisri Musthofa pendiri Pesantren

27

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

Page 68: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

59

Lirboyo Kediri, dan masih banyak yang lain. Dari murid-murid Kyai Cholil tersebut banyak

di kemudian hari mendirikan pesantren, dan begitu seterusnya sehingga pendidikan pesantren

laksanakan jamur yang tumbuh di tempat subur.Kini, terdapat kurang lebih 6.000 pesantren

di Indonesia yang berkhidmah dalam hidup bangsa dan agama. Sebagian besar pengasuh

pesantren memiliki sanad (persambungan) dengan para murid Kyai Cholil yang tentu saja

mempunyai ta‟alluq bathiniyyah dengan beliau Kyai Cholil.Kedua, selain pesantren yang

ditinggali oleh Kyai Cholil di Madura. Kyai Cholil juga meninggalkan kader-kader bangsa

dan agama yang berhasil ia didik sehingga akhirnya menjadi pemimpin-pemimpin umat.28

28

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

Page 69: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

60

BAB IV

PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MASYARAKAT-MADURA

A. Intensitas Keterlibatan dan Kepedulian Dalam Aktivitas Sosial

Berpijak dari uraian yang dipaparkan sebelumnya, sebagaimana yang dikemukakan

oleh salah seorang kyai (ulama) di Bangkalan bahwa KH. Muhammad Cholil bin Abdul

Latief adalah merupakan salah seorang kyai (ulama) yang mempunyai karisma tinggi,

terbukti beliau sebagai tokoh masyarakat terkemuka, sosok figure kepemimpinan yang

potensial, bertanggung jawab, arif wibawa dan bijaksana.

Beliau hidup di zaman penjajahan menjadikan kehidupan Kyai Cholil juga tidak lepas

dari gejolak perlawanan terhadap penjajah. Cara utama yang dilakukan adlaah memulai

bidang pendidikan. Melalui jalur ini Kyai Cholil mempersiapkan pemimpin yang berilmu,

punya wawasan, tangguh dan banyak integritas, baik kepada agama maupun bangsa.1

Setelah merasa cukup menimba ilmu di Makkah, Kyai Cholil pulang ke Jawa.

Sepulangnya dari Tanah Arab, Cholil dikenal sebagai pakar berbagai disiplin ilmu, terutama

ilmu alat, spesialisasi kitab Alfiyah.

Setiap ulama dan Kyai memulai perjuangannya dengan merintis Pondok Pesantren.

Pesantren dalam sejarahnya merupakan modifikasi dari padepokan di zaman agama Hindu-

Buddha di Pulau Jawa, tempat para Brahma dan Biksu mengajar muridnya, juga menjadi

tempat ibadah atau semedi.Di Padepokanlah muncul ahli agama yang memberikan tuntunan

kepada masyarakat, muncul para pendekar yang membela kepentingan kaum tertindas ketika

dirampok dan dicuri, dan tidak sedikit yang menjadi penasehat raja disebuah kerajaan untuk

1 Sarifullah Ma’sum, Karisma Ulama Kehidupan Ringkas 20 Tokoh NU, (Bandung: Penerbit

Mizan, 1998), hl 32

60

Page 70: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

61

memberikan pengawalan dan pengawasan agar jalannya kerajaan tidak menyimpang dari

ajaran-ajaran yang digariskan oleh Tuhan.2

Begitu pula pesantren, disitu ada tempat ibadah seperti masjid, ada pula tempat belajar

para santri untuk menimba ilmu, dan ustadz yang mengajarkan ilmunya, disitu ada rumah

Kyai untuk memberikan tuntunan dan pelayanan pada masyarakat sekitarnya.

Kyai Cholil kemudian mendirikan pesantren di desa Jengkibuan, Kabupaten

Bangkalan.Kealimannya segera menyebar keseluruh Madura.Santri-santri mulai berdatangan

untuk mengaji di pesantren itu.Semakin hari Pesantren Syaikhona semakin ramai. Para santri

tidak hanya dari lingkungan wilayah Bangkalan, tetapi juga mencakup seluruh Madura. Tidak

diketahui secara pasti pada tahun berapa dan pada usia berapa Kyai Cholil mendirikan

pondok pesantren. Jika kita melihat dari kelahirannya, yaitu pada 1835, kemudian saat

belajarnya di Makkah tahun 1859, berarti ia berangkat menimba ilmu di Makkah dalam usia

24 tahun, tapi berapa lama ia di Makkah, ada yang mengatakan 4 tahun, namun ada sumber

lain yang menyebutkan belasan tahun sehingga kita dapat memperkirakan kapan Kyai Cholil

mendirikan pondok pesantren karena tidak ada data tertulis yang menyebutkan. Dari sini, kita

tidak dapat memperkirakan secara pasti pada tahun berapa dan usia berapa, apakah tahun

1865 atau saat Kyai Cholil berusia 30-an.3

Kyai Cholil kemudian mengambil mantu bernama Doro Muntaha, seorang Kyai muda

yang masih kerabat dekat dan berdarah ningrat. Doro Muntaha, selain berdarah bangsawan,

juga dikenal sangat alim tentang ilmu-ilmu keagamaan. Wawasan keagamaannya yang begitu

luas serta wibawanya yang besar, tidak mengherankan kalau para santri mengaguminya.Kyai

Cholil sangat memahami keistimewaan Doro Muntaha.Dan itu harus dipelihara serta

2 http://id.wikiquote.org/wiki/peribahasa

3 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil ( Selaku Sekretaris Umum Pondok

Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil Demangan Barat Bangkalan) pada tanggal 29 September

2010

Page 71: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

62

dikembangkan sesuai dengan derajat kealimannya.Pesantren yang mulai tumbuh berkembang

itu, akhirnya diserahkan kepada mantunya sebagai penggantinya.

Setelah menyerahkan pesantren yang baru dirintisnya tersebut, Kyai Cholil mendirikan

pesantren baru yang tidak jauh dari pesantren lama. Letaknya di daerah yang sangat strategis,

hampir di pusat kota. Tepatnya di desa Kademangan (mungkin dahulu tempatnya para

Demang), sekitar 200 m dari alun-alun kota Bangkalan. Seperti pesantren sebelumnya, di

pesantren Kademangan ini, Kyai Cholil cepat memperoleh santri.

Kealiman Kyai Cholil semakin lama semakin masyhur, tidak hanya terbatas di Madura,

tetapi sudah menjangkau Jawa.Para santri datang dari berbagai penjuru, sehingga dalam

waktu relative singkat pesantren Kademangan ini menjadi terkenal dan besar.Santri pertama

dari luar Madura, tercatat bernama Hasyim Asy’ari dari Jombang.Hasyim Asyari kelak

muncul sebagai ulama besar, bahkan berhasil mendirikan suatu organisasi Islam terbesar di

Pulau Jawa, yaitu Nahdlatul Ulama (NU).4

Dengan mendirikan pesantren, Kyai Cholil disibukkan dalam mengelola dan mengajar

santrinya. Namun, hal itu tidaklah membuat Kyai Cholil melepaskan diri dari kehidupan

bermasyarakat dan lingkungannya. Ia mengetahui tidak semua masyarakat bisa dikelola,

dididik, dan diajarkan ajaran Islam melalui pesantren ataupun melalui alumni santrinya yang

menjadi da’I ataupun penghulu. Selain karena para santri yang berasal dari masyarakat

kebanyakan adalah anak-anak, remaja atau kaum muda, atau beberapa darinya memang ada

kaum tuanya, yang jumlahnya sedikit, juga karena tidak semua masyarakat tertarik untuk

belajar pada pesantrennya. Untuk itulah, Kyai Cholil juga terjun di dalam masyarakat, bukan

sekadar persoalan seorang muslim harus bermasyarakat, tapi juga menghadirkan dirinya

bahwa dirinya juga berguna bagi masyarakat, menolong kesusahan dan membantu golongan

masyarakat yang tertindas dan meminta pertolongannya. Disinilah kita menemukan sosok

4 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

Page 72: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

63

Kyai Cholil Bangkalan sebagai seorang pendakwah ajaran Islam di Madura. Dari pesantren

Kademangan inilah, Kyai Cholil bertolak menyebarkan agama Islam di Madura hingga ke

Jawa. Kyai Cholil mula-mula membina agama Islam di sekitar Bangkalan. Baru setelah

dirasa cukup baik, mulailah merambah ke pelosok-pelosok jauh, hinga menjangkau ke

seluruh Madura scara merata.5

Pulau Jawa yang merupakan pulau terdekat dengan pulau Madura menjadi sasaran

dakwah Kyai Cholil. Pesantren di Jawa telah dirintis oleh pendahulunya, yaitu Sunan Giri,

dilanjutkan oleh Kyai Cholil dengan metode yang lebih sistematis. Tidak jarang, Kyai Cholil

dalam dakwahnya terjun langsung ke masyarakat lapisan terbawah di pedesaan Jawa.

Saat ini masih terlihat nyata bekas peninggalan dakwah Kyai Cholil, baik berupa naskah-

naskah, kitab, Al-Qur’an, maupun monument atau tugu yang pernah dibangunnya. Sebuah

tugu petunjuk arah kiblat dan tanda masuknya shalat lima waktu masih dapat dilihat sampai

sekarang di Desa Pelalangan, Bondowoso. Demikian juga beberapa kenangan berupa hadiah

tasbih kepada salah satu masyarakat di Bondowoso.Masih banyak bekas jejak dakwah yang

dapat kita temui sekarang, seperti musholla, sumur, sorban maupun tongkat Kyai Cholil.6

Menurut definisi yang tertuang dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 12, bahwa secara

harfiah kata dakwah artinya kurang lebih: “Dakwah itu tidak lain ialah ajakan kepada Islam

dan Islam adalah ajaran menuju atau memperoleh keselamatan, kesejahteraan, dan

perdamaian hidup di dunia dan akhirat.”

Dalam perkembangannya, Islam mengalami perubahan dalam dakwahnya, yaitu dengan

pengorganisasian kaum da’I dan sistematisasi konseo dakwah.Dari sini kita melihat dakwah

adalah ajakan untuk perbaikan bagi diri sendiri maupun kelompok masyarakat.

5 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

6 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

Page 73: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

64

Aktivitas Kyai Cholil dalam berdakwah lebih pada penceritaan sebagai Kyai karomah.

Namun, penceritaan tersebut menunjukkan bahwa Kyai Cholil bukanlah Kyai “tipe Ka’bah”

atau intelektual menara gading, yang hanya berdiam diri dan asyik dengan keilmuannya di

dalam kamar atau pesantren. Kyai Cholil terjun langsung ke masyarakat, menjadi intelektual

organik, dan selalu menerima kedatangan warga masyarakat dari semua golongan dan semua

jenis keluhan dan ketidakberdayaan atau ketertindasannya.

Di antara karomahnya adalah pada suatu ketika ada tiga orang tamu yang datang. Beliau

menyambut kedatangan tamunya itu dengan ramah dan menanyakan maksud

kedatangannya.Salah seorang dari ketiga tamunya itu yang bekerja sebagai pedagang

mengutarakan kesusahan hidup yang dideritanya.Kedatangannya adalah untuk memohon

pertolongan Kyai Cholil agar pintu rezekinya terbuka.

Salah seorang lagi menyatakan keinginannya untuk memiliki seorang anak.Ia mengaku

sudah lama menikah namun belum juga dikaruniai seorang anak. Ia memohon sekiranya Kyai

Cholil berkenan membantunya supaya keinginannya untuk memiliki seorang anak terwujud.

Yang satu lagi adalah seorang petani.Ia datang menemui Kyai Cholil karena selama ini

usahanya sering mengalami kegagalan. Maksud kedatangannya adalah agar Kyai Cholil

berkenan membantunya sehingga usaha pertaniannya member hasil yang melimpah.

Setelah mengetahui maksud kedatangan ketiga tamunya itu, ia memberikan “resep”

kepada ketiga tamunya itu. Agar Allah memberikan jalan keluar atas permasalahan yang

dihadapi oleh ketiga tamunya itu, Kyai Cholil meminta kepada ketiga tamunya itu untuk

memperbanyak bacaan Istghfar.

Mendapat “resep” demikian mereka agak bingung. Salah seorang dari mereka membatin:

“Penyakitnya berbeda-beda, kenapa Kyai Cholil memberikan “resep” yang sama?”

Nampaknya Kyai Cholil “membaca” pertanyaan yang tersembunyi itu seraya

mengatakan: “rupanya kalian belum tahu,ya?”

Page 74: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

65

Kyai Cholil lalu membacakan ayat dalam Surat Nuh yang menyatakan bahwa Allah

menjanjikan rezeki, anak dan hasil pertanian bagi orang-orang yang meminta ampunan

(Istighfar) kepada-Nya.

Allah berfirman:

“Maka aku (Nabi Nuh) katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhan

kalian, Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan

hujan kepada kalian dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian,

dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untuk

kalian sungai-sungai.” (QS Nuh [71]: 10-12)

Inilah rahasia yang tersembunyi dibalik bacaan Istighfar yang Kyai Cholil berikan

kepada tiga orang tamunya itu.

Setelah mengamalkan apa yang telah diberikan oleh Kyai Cholil, ternyata membuat

kehidupan mereka berubah dari sebelumnya. Seorang pedagang berubah menjadi makmur,

lalu sepasang suami-istri itu pun akhirnya bisa mendapatkan keturunan yang selama ini

mereka impikan, dan seorang petani itupun akhirnya mendapat kepanenan dalam

bertaninya.Itu semua tentu hakikatnya dari Allah SWT.

Itulah salah satu cerita dari beragam cerita yang dapat disimpulkan dalam beberapa hal

berkaitan dengan aktivitas dakwah Kyai Cholil yang terjun dalam masyarakat.7

a. Kyai Cholil dalam berdakwah selalu menyesuaikan konteks dakwahnya dengan

kondisi masyarakat. Hal itu terlihat dari caranya terjun langsung dalam

menangani persoalan masyarakat, baik itu persoalan kesehatan maupun

keamanan.

b. Kyai Cholil dalam berdakwah tidak mengagung-agungkan simbol Islam. Ajaran

Islam yang dikedepankan sebagai ajaran adalah Islam Sustantif. Islam sebagai

nilai kehidupan dan kemanusiaan yang memberinilai hidup bersama, nilai

7 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

Page 75: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

66

perdamaian, dan memudahkan hidup seseorang. Ajaran itu terlihat dari caranya

menolong kesusahan orang miskin dari China, atau menolong orang yang

ketinggalan kapal laut tanpa harus membaca ayat atau amalan Al-Qur’an yang

panjang maupun hadits.

c. Kyai Cholil adalah seorang Kyai pragmatis dalam berdakwah di tengah

masyarakat. Hal ini dilakukan karena masyarakatnya adalah masyarakat yang

pemikirannya memang sederhana. Masyarakat tempatnya berdakwah tak penah

diajari ilmu tasawuf yang penjelasannya mengawang-awang, tetapi cukup

menjelaskan jika Tuhan itu ada, Tuhan itu satu, yaitu Allah SWT. Kita

diperintahkan untuk berbuat baik kepada sesame, jangan lupa sembahyang lima

waktu agar kita diberi kekuatan dalam mencari nafkah dan keselamatan.

Peran besar Syaikhona Cholil yang pertama adalah meneruskan dan menjaga silsilah

keilmuan tradisional dari Rasulullah sampai kepada kita hari ini. Silsilah sendiri merupakan

salah satu otentisitas keilmuan islam, sebuah tradisi yang dianggap usang dalam keilmuan

modern akademis. Muslim modern tidak paham bahwa ilmu agama memerlukan mata rantai

sebagai proses transmisi keilmuan dari ulama klasik sampai ulama dahulu. Dimana seorang

murid harus mendapatkan “ijazah” silsilah ilmu dari guru atau mursyid diatasnya.

Dalam tradisi sufisme, silsilah merupakan bagian penting selain mursyid, murid dan

Talqi bai’at. Ilmu hadits dan tasawuf para kyai NU pasti memiliki rantai silsilah keilmuan

yang jika diurut akan sampai kepada sumber primer agama islam yaitu Nabi Muhammad

SAW.

Syaikhona Cholil berperan besar menjaga survivalitas ilmu ini dengan menjadi

penyambung ilmu hadits dan tasawuf milik Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syekh

Nawawi Al-Bantani dan ulama lainnya. Ilmu yang didapat dari ulama-ulama caliber

Page 76: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

67

internasional itulah yang kemudian diwariskan Syaikhona Cholil kepada seluruh muridnya

dan menyebar ke seluruh Indonesia. Sulit dibayangkan, bagaimana seandainya tidak ada

Syaikhona Cholil. Pasti kesahihan ilmu agama kaum muslim di Madura dan Nusantara akan

mengalami missing link.

Dalam pengembangan islam di Bangkalan Kyai Cholil mempunyai kedudukan dan

peran yang sangat penting, walaupun pada saat itu sudah ada ulama atau kyai. Bahkan pada

zaman itu sudah banyak ulama dan tokoh masyarakat yang sama-sama mempunyai ilmu yang

tinggi tentang agama, akan tetapi walaupun demikian, ia tetap mempunyai prioritas tersendiri

dikalangan umat islam Bangkalan pada khususnya, hal ini disebabkan karena Syaikhona

Cholil mempunyai kelebihan-kelebihan yang sangat tinggi. Sehingga tatkala ia dalam

kepemimpinannya mempunyai nilai karismatik yang sangat tinggi, sehingga tatkala ia dalam

memberikan fatwa-fatwa agama islam, masyarakat maupun santri-santrinya langsung

menerimanya serta dengan perasaan yang sangat antusias dan tawaduk atas apa yang

disampaikannya. Dengan demikian, atas rasa tawaduk dan hormatnya sang santri tadi,dari

sekian banyak santri, sebagian besar menjadi ulama dan paling tidak menjadi tokoh

masyarakat.8

Dalam aktivitas sehari-harinya, disamping ia sebagai pengasuh pondok pesantren, ia

juga aktif dalam dakwah islamiyah. Melalui dakwah inilah ia menjadi lebih dikenal dilapisan

masyarakat. Sehingga namanya dikenang harum oleh kalangan masyarakat islam baik di

masa ia masih hidup maupun saat ini, terutama di Madura dan Jawa Khususnya lagi Jawa-

Timur. Sebagai bukti apabila mencantumkan nama Syaikhona Cholil dalam kaitannyadengan

kegiatan social keagamaan, maka sebagian besar masyarakat sangat antusias sekali

8 Amin Moch. Bachri,Tesis: Kepemimpinan KH. Moch. Kholil dalam Sistem Pendidikan

(Study Histories tentang Pola Pendidikan Santri Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan,

Madura, Jawa Timur), Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Hlm 83-84

Page 77: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

68

mengulurkan tangan baik berupa tenaga, waktu, pemikiran maupun material, apalagi dari

masyarakat tersebut masih ada hubungan santri.

Juga sebagai bukti yang lebih autentik bahwa makamnya sampai saat ini selalu di

ziarahi oleh masyarakat, baik yang ada di Bangkalan khususnya dan di Madura pada

umumnya maupun masyarakat luar Madura.

B. Dampak Pada Perubahan Masyarakat

Seperti yang kita ketahui dan tak terlepas dari itu semua, Kyai Cholil Bangkalan, seorang

yang lahir pada Selasa, 11 Jumadil Akhir 1225 H, adalah sosok Inspirator terlahirnya ulama-

ulama besar dan kharismatik di Nusantara ini. Beliau Kyai Cholil kita kenal dengan

kezuhudannya, prilakunya yang prihatin dan pola hidup sederhana, dimana pola hidup yang

demikian sangat penting kita terapkan di zaman seperti ini.Zaman ketika konsep matrealisme

dan kapitalisme telah merasuk bukan hanya di kota-kota besar, melainkan juga di desa-desa.

Sikap zuhud dan perilaku prihatin cukup menarik untuk dikembangkan di tengah kondisi

perekonomian Negara dan dunia yang tidak stabil saat ini. Kyai Cholil mencontohkan

kepada masyarakatnya khususnya kita ini untuk bisa makan secara wajar saja, tidak perlu

mewah dan memanjakan. Makan seadanya asal sehat, begitulah seharusnya kita merasa

diingatkan oleh Kyai Cholil asal Bangkalan ini. Beliau tiada lain adalah guru dari para

pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Kalau kita melihat dampak pada perubahan

masyarakatnya dalam bidang ekonomi itu sangat berpengaruh besar dengan sikap kezuhudan

yang dicontohkan oleh Kyai Cholil yang serba sederhana itu membuat masyarakat di

sekitarnya mendapatkan keberkahan disetiap apa yang dilakukannya. Yaitu selalu mengingat

kepada Kyai Cholil dengan ajaran-ajarannya. Selain itu pula bila dilihat dari segi akhlaknya

beliau (Kyai Cholil) menggunakan metode yang tidak berbeda jauhnya dengan metode para

Walisongo. Selain membina para santrinya hingga menjadi santri yang begitu dalam

Page 78: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

69

pengetahuannya tentang agama sehingga ketika para santri lulus atau keluar dari pondok

pesantren mereka bisa membina masyarakat di sekitar mereka, sedangkan cara Kyai Cholil

berdakwah tidak hanya dengan mengadakan pengajian rutin, tapi beliau juga melakukan

dakwah keliling, juga dengan cara melakukan pendekatan secara baik-baik pada masyarakat,

para tokoh-tokoh masyarakat dan juga mengadakan pendekatan kepada orang-orang yang

punya pengaruh, semisal para ketua-ketua perampok atau para bajingan. Banyak yang beliau

kalahkan baik dari pertarungan fisik atau berdebat ilmu, sehingga mereka banyak yang sadar

dan berguru agama pada beliau.9

Seperti yang bisa dicontohkan dalam perbuatan Kyai Cholil dalam mengubah perubahan

di masyarakatnya: Bahwa sesungguhnya pesta itu hanya akan merugikan mereka sendiri, baik

dari segi ekonomi dan akhlak, karena zaman dulu itu orang berpesta itu sangat identik dengan

minuman memabukkan dan perjudian, adapun dampak dari semua itu ialah akan banyak

pencurian, rampok dan kejahatan yang merajalela dan hubungan yang kurang harmonis antar

keluarga dan masyarakat itu sendiri. Selain itu pula ciri khas Kyai Cholil dalam menghadapi

semua persoalan di masyarakat, Kyai Cholil selalu menggunakan rujukan kitab

Alfiyyah.Nampaknya, Kyai Cholil benar-benar menyatu dengan kitab bergengsi itu. Setiap

aktivitas apa saja selalu dikaitkan dengan kitab Alfiyyah. Jika seseorang menanyakan

persoalan tentang aqidah, maka akan dijawab dengan bait-bait Alfiyyah. Demikian juga, jika

seseorang bertanya tentang fiqih maupun tasawuf akan dijawab dengan kitab nahwu tertinggi

itu. Bahkan sebuah permintaan do’a barokah dari tamu yang datang cukup diambil dari bait-

bait kitab Alfiyyah.10

Oleh karena itu beliau melakukan pendekatan pada masyarakat dengan cara baik-baik

agar masyarakat sadar serta selalu mengingat kepada Tuhan yang menciptakan mereka.

9 Wawancara pribadi dengan Bapak Abdullah As (salah satu tokoh masyarakat Bangkalan)

pada tanggal 5 November 2010 10

Wawancara pribadi dengan Bapak Abdullah AS

Page 79: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

70

C. Perintis Berdirinya NU

Perjuangan Kyai Cholil bisa dilihat dalam kiprahnya dalam membidani berdirinya

organisasi santri tradisional NU. Walaupun Kyai Cholil tidak termasuk pengurus, bahkan

tidak di masukkan dalam tim penasihat organisasi tersebut, tetapi semua tokoh NU

mengetahui besarnya sumbangsih Kyai Cholil atas berdirinya NU. Bisa jadi, ia memang

sengaja tidak mau di masukkan dalam kepengurusan NU, dan memilih perjuangan dan kerja

lainnya, selain memberi wadah para Kyai untuk berjuang pada wilayah organisasi pergerakan

atau perjuangan politik.

Ada tiga orang tokoh ulama yang memainkan peran sangat penting dalam proses

pendirian Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) yaitu Kyai Wahab Chasbullah (Surabaya asal

Jombang), Kyai Hasyim Asy’ari (Jombang), dan Kyai Cholil (Bangkalan). Mujamil Qomar,

penulis buku NU “Liberal”: Dari Tradisionalisme Ahlussunnah ke Universalisme Islam

(2002), melukiskan peran ketiganya sebagai berikut: Kyai Wahab sebagai pencetus ide, Kyai

Hasyim sebagai pemegang kunci, dan Kyai Cholil sebagai penentu berdirinya.11

Pada awalnya, ide pembentukan Jam’iyah itu muncul dari forum diskusi Tashwirul Afkar

yang didirikan oleh Kyai Wahab pada tahun 1924 di Surabaya. Forum diskusi Tashwirul

Afkar yang berarti “Potret Pemikiran” ini dibentuk sebagai wujud kepedulian Kyai Wahab

dan para Kyai lainnya terhadap gejolak dan tantangan yang dihadapi oleh umat Islam terkait

dalam bidang praktik keagamaan, pendidikan dan politik. Setelah peserta forum diskusi

Tashwirul Afkar sepakat untuk membentuk sebuah Jam’iyah, maka Kyai Wahab merasa

perlu untuk meminta restu kapada Kyai Hasyim yang ketika itu merupakan tokoh ulama

pesantren yang sangat berpengaruh di Jawa Timur.12

11

Wawancara pribadi dengan Bapak H. M. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi, ( Wakil

Sekretariat I PCNU Bangkalan 2007- sampai sekarang) pada tanggal 30 Oktober 2010 12

Wawancara pribadi dengan Bapak H. M. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi

Page 80: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

71

Setelah pertemuan dengan Kyai Wahab itulah, murid Kyai Cholil, Kyai Hasyim Asy’ari

sebagai sesepuh dari pulau Jawa itu sedang memusatkan perhatiannya terhadap rencana

berdirinya Nahdlatul Ulama. Kyai Hasyim Asy’ari tampak resah. Ia tampak kurang yakin

atas rencananya tersebut. Ia takut jika pendirian tersebut akan menyebabkan perpecahan umat

Islam di Nusantara. Untuk itu ia selalu berdo’a memohon petunjuk kepada Allah dan

melakukan shalat Istikharah berkali-kali, namun petunjuk tak kunjung datang. Rupanya

petunjuk Allah terhadap rencana berdirinya Nahdlatul Ulama tidak diberikan langsung

kepada Kyai Hasyim, tetapi datang melalui perantara Kyai Cholil.

Setahun setelah itu, di Surabaya berkumpul para ulama se-Jawa-Madura. Mereka

bermusyawarah dan sepakat mendirikan Organisasi Islam Jam’iyah Nahdlatul Ulama di

Indonesia. Pada hari itu juga, 31 Desember 1926, Nahdlatul Ulama resmi berdiri. Kemudian,

para ulama sepakat memilih Kyai Hasyim Asy’ari sebagai ketua umumnya. Latar belakang

sejarah berdirinya NU tidak mudah. Untuk mendirikannya, para ulama meminta izin terlebih

dahulu kepada Allah SWT. Permohonan petunjuk yang diprakarsai oleh Kyai Hasyim

Asy’ari rupanya tidak dating langsung kepada beliau. Akan tetapi petunjuk dating melalui

Kyai Cholil. Jadi, posisi Kyai Cholil di dalam perjalanan sejarah proses berdirinya Nahdlatul

Ulama adalah sebagai Inspirator.13

Sebagaimana diketahui bersama, organisasi NU adalah organisasi para ulama, Kyai, dan

santri yang berada di kalangan orang kecil pedesaan, para petani dan buruh organisasi ini

juga melakukan advokasi pendidikan kepada kalangan masyarakat bawah akan kehidupan

sosial dan budayanya, dan organisasi ini juga memberikan sumbangsih perjuangan melawan

penjajah. Bisa dikatakan jika organisasi ini mengawal proses kelahiran kemerdekaan

Indonesia, mengawal proses masa revolusi, lahirnya orde baru, dan lahirnya orde reformasi.

13

Wawancara pribadi dengan Bapak H. M. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi

Page 81: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

72

Organisasi ini tetap eksis sampai kini. Tentunya kita tak bisa menghapus begitu saja peran

Kyai Cholil Bangkalan atas lahirnya organisasi ini di masa silam.14

NU merupakan organisasi besar yang terakhir berdiri. Sebelumnya organisasi

Muhammadiyah 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan(1869-1923) di Yogyakarta, Jam’iyat Islam

wal Irsyad Al-Arabiyah yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Irsyadal-Islamiyah 1914oleh

Syaikh Ahmad Surkati al Anshori As-Sudani (1872-1943) di Jakarta, Persatuan Islam 1923

oleh Ahmad Hassan (1887-1958) di Bandung. Setelah mendirikan organisasi ini, mereka

sepakat memutuskan:

1. Mengirimkan utusan ulama Indonesia ke Kongres dunia Islam di Makkah, engan

tugas memperjuangkan hukum ibadat dalam Islam dan madzhab empat

2. Membentuk organisasi atau Jama’iyah, kemudian atas usul KH. M. Alwi Abdul Azis

diberi nama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Pada hari itu juga dibentuk pengurus yang

terdiri dua badan, yaitu Badan Syuri’ah (Legislatif) dan Badan Tanfidhiyah

(Eksekutif).

Susunan pengurus Syuri’ah pertama sebagai berikut:

Roisul Akbar : KH. Hasyim Asy’ari

Wakil Roisul Akbar : KH. Dahlan

Katib Awwal : KH. Abdul Wahab Hasbullah

Katib Tsani : KH. Abdul Halim

A’wan (anggota) : KH. M. Alwi,

KH. Ridwan,

KH. Said,

KH. Bisri,

KH Nahrowi,

14

Wawancara pribadi dengan Bapak H. M. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi

Page 82: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

73

KH. Amin,

KH. Masyhuri dan

KH. Abdullah Ubaid.

Sedangkan susunan Pengurus Tanfidhiyah, sebagai berikut:

Ketua : H. Hasan Gifo

Sekretaris : Muhammad Siddiq

Bendahara : H. Burhan

Pembantu : Saleh Syamil,

Ichsan,

Ja’far Alwan,

Utsman,

Akhsan,

Nawawi,

Dahlan dan

Mangun.

Selain itu, disusun juga para penasehat, yaitu sebagai berikut: Syaikh Ahmad Ganjem al-

Amir al-Misri, KH. Doro Muntaha, KHR. Asnawi Kudus, KHR. Ridwan Semarang, KH.

Nawawi Pasuruan, KHR. Hambali Kudus.15

Dengan demikian, jika Kyai Hasyim Asyari dikenal sebagai Pendiri NU dan Kyai Abdul

Wahhab Hasbullah sebagai tokoh yang mewujudkannya, maka Sang Inspirator organisasi ini

adalah Kyai Cholil Bangkalan.

15

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi

Page 83: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tak terlepas dari itu semua, Kyai Cholil Bangkalan seorang yang lahir pada Selasa,

11 Jumadil Akhir 1225 H, adalah sosok inspiratory terlahirnya ulama-ulama besar dan

kharismatik di Nusantara ini.

Beliau Kyai Cholil kita kenal dengan kezuhudannya, lakunya yang prihatin dan

pola hidup sederhana, dimana pola hidup yang demikian sangat penting kita terapkan di

zaman seperti ini.Zaman ketika konsep materialisme dan kapitalisme telah merasuk

bukan hanya di kota-kota besar, melainkan juga di desa-desa.

Sikap zuhud dan perilaku prihatin cukup menarik untuk dikembangkan di tengah

kondisi perekonomian Negara dan dunia yang tidak stabil saat ini.Kyai Cholil

mencontohkan kita untuk makan secara wajar, tidak perlu mewah dan

memanjakan.Makan seadanya asal sehat, begitulah seharusnya kita merasa diingatkan

oleh Kyai Cholil asal Bangkalan ini. Beliau tiada lain adalah guru dari para pendiri

Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

Walaupun kita tidak banyak menjumpai tulisan dari Kyai Cholil layaknya

peninggalan catatn tertulis, seperti para Kyai lain atau muridnya yang banyak menulis

kitab, sehingga kita sangat sulit menelusuri jejak perjuangan beliau. Minimnya tulisan

yang beliau tinggalkan itu bisa jadi karena keterbatasan waktu beliau yang lebih banyak

dicurahkan untuk memikirkan kemaslahatan umat. Beliau lebih suka menulis di atas

tanah daripada menulis di atas kertas.

Perjuangan beliau juga bisa dilihat dalam kiprahnya dalam membidani berdirinya

organisasi santri tradisional NU. Walaupun Kyai Cholil tidak termasuk pengurus, bahkan

tidak dimasukkan dalam tim penasehat organisasi tersebut, tetapi semua tokoh NU

mengetahui besarnya sumbangsih Kyai Cholil atas berdirinya NU. Bisa jadi, ia memang

89 74

Page 84: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

75

sengaja tidak mau dimasukkan dalam kepengurusan NU, dan memilih perjuangan dan

kerja lainnya, selain memberi wadah para Kyai untuk berjuang pada wilayah organisasi

pergerakan atau perjuangan politik.

Latar belakang sejarah berdirinya NU tidak mudah. Untuk mendirikannya, para

ulama meminta izin terlebih dahulu kepada Allah SWT. Permohonan petunjuk yang

diprakarsai oleh Kyai Hasyim Asy’ari rupanya tidak datang langsung kepada beliau.

Akan tetapi petunjuk datang melalui Kyai Cholil, sang guru. Jadi, kedudukan Kyai Cholil

didalam perjalanan sejarah proses berdirinya NU adalah sebagai inspirator. Syaikhona

Cholil Bangkalan yang bersahaja.Betapa istiqomahnya beliau dalam menuntun umat,

menggembleng santri hingga keberkahan ilmunya kita rasakan hingga masa sekarang.

Kebesaran NU tak luput dari peran utamanya, karena beliau lah sang guru dari para

pendiri dan ilustrator berdirinya Jam’iyyah terbesar di dunia.

Sebagaimana diketahui bersama, organisasi NU adalah organisasi para ulama, Kyai

dan santri yang berada di kalangan orang kecil pedesaan, para petani dan buruh.

Organisasi ini juga melakukan advokasi pendidikan kepada kalangan masyarakat

pedesaan, membela kepentingan masyarakat bawah akan kehidupan sosial dan

budayanya, dan organisasi ini juga memberikan sumbangsih perjuangan melawan

penjajah.

Karakteristik kepemimpinan KH. Muhammad Cholil yang kharismatik mampu

mewarnai perkembangan agama islam di Bangkalan, sehingga ia dikategorikan sebagai

ulama yang sangat sukses pada zamannya, dan mampu mencetak ulama-ulama besar di

bumi Indonesia, hal ini karena ia memiliki keilmuan yang luas serta mempunyai sikap

dan sifat yang mulia di samping ada factor yang lain yang menopang keberhasilannya

sehingga menjadi panutan para santri khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dengan

kebesaran NU ini, diharapkan sosok Syaikhona Cholil dapat tergambar dengan jelas, yang

akhirnya kita sekalian akan berupaya mengikuti jejak dan perjuangan luhurnya.

Page 85: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

76

B. Saran

Untuk menutup penulisan skripsi ini, penulis akan membicarakan tentang suatu hal

yang selama ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat pesantren berhubungan

dengan status Ahlulbayt.

Selama ini, Ahlulbayt selalu diidentikkan dengan jamaah Habib yang baru datang

dari Arab.Padahal, tidak sedikit dari masyarakat pesantren itu yang tahu dan meyakini

nasab Kyai semisal Syeikh Cholil.Penulis rasa, hal ini akibat dari tertutupnya para Kyai

selama ini untuk membicarakan soal nasab.

Apapun alasannya, semua itu kembali kepada kepada para Kyai, baik untuk

mereka, manfaat untuk mereka, dan pahala untuk mereka.Semoga kita semua, siapapun

kita, dapat menikmati cinta kepada Rasulullah dan cinta kepada Ahlulbayt.Dan kita

semua, siapapun kita, berlindung kepada Allah SWT dari rasa tidak simpati kepada

Ahlulbayt.

Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kehadirat Rasulullah, semua

Ahlulbayt dan sahabat beliau. Saran dari penulis yaitu marilah kita jaga nama baik sejarah

para leluhur kita agar bisa diketahui oleh para penerus kita yang akan datang. Semoga

kita selalu diindungi oleh-Nya. Aamin

Page 86: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

DAFTAR PUSTAKA

Glasse, Cyril, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000

Hubsky, Badruddin, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman, Gema Insani Press,

Jakarta: Gema Insani Press, 1995, cet. I

Al-Badri, Aziz, Abdul, Peran Ulama dan Penguasa, Penterjemah: Salim Muhammad

Wahid, cet. Ke-2, Solo Indonesia: Pustaka Mantiq, 1987

Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah, cet. I, Bandung:

Sinar Baru Grasindo, T.t

Al-Tirmidzi, Al-Imam dan Sutarmadi, H Ahmad, Peranannya dalam Pengembangan

Hadits dan Fiqh, cet I, Jakarta: Logos, 1998

Azra, Azyumardi, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, cet I, Jakarta:

Logos Wacana Ilmu, 1998

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2003

Hasil Dari Data Statistik Kabupaten Bangkalan

Harun Handiwijoyo, Kebatinan Islam Abad XIV, (Jakarta: Gunung Agung, 1985)

Bakhri, Syaiful, Mokh, Syaikhona Kholil Bangkalan; Ulama Legendaris dari

Madura, cet I, Pasuruan: Cipta Pustaka Utama, September, 2006

Page 87: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

Ma’sum, Saifullah, Karisma Ulama Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU, Bandung:

Mizan, 1998

www.google.com

http://azmatkhanalhusaini.com

Arrifa’I, Ibnu Assayuti, Korelasi Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan dan NU;

Mengenang dan Menghayati Perjuangan Sang Inspirator, cet I, al-Haula Press,

T.t: Juni, 2010

Onong Uchjana Efendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: CV Masdar Maju,

1992)

Rahman, Saifur, Biografi dan Karamah Kyai Kholil Bangkalan; Surat Kepada Anjing

Hitam, Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999

Azmatkhan, Badri, bin KH Ali, Dari Kanjeng Sunan Sampai Romo Kiai; Syaikhona

Muhammad Kholil Bangkalan, Telaah Sejarah dan Riwayat Hidup, cet I,

Penerbit: IKAZI ( Ikatan Keluarga Azmatkhan Indonesia), Maret, 2007

www.pondokpesantren.com

Amin, Bachri, Moch, Tesis: Kepemimpinan KH. Moch. Kholil dalam Sistem

Pendidikan (Study Histories tentang Pola Pendidikan Santri Pondok Pesantren

Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura, Jawa Timur), Pascasarjana IAIN Sunan

Ampel Surabaya.

Page 88: PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MENGEMBANGKAN …

Hasil Wawancara:

1. Wawancara pribadi dengan Bapak H. M. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi,

Selaku Jubir KH. Fachrillah Aschal (Pengasuh Pondok Pesantren Syaikhona

Muhammad Kholil Demangan Barat Bangkalan) dan Selaku Wakil Sekretariat

I PCNU Bangkalan tahun 2007- sampai sekarang.

2. Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil, Selaku Sekretaris Umum

Pondok Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil Demangan Barat Bangkalan.

3. Wawancara pribadi dengan Bapak Abdullah AS, Selaku Warga Masyarakat

Bangkalan.

4. Wawancara dengan Bapak Muhammad Amin, Selaku Bendahara PDM

Kabupaten Bangkalan periode 1995-2000.