Peran Guru Di Dalam Kelas Dalam Membentuk Karakter Siswa

11
PERAN GURU DI DALAM KELAS DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA Oleh Suyandi Sinaga, NIM. 8146132058 Kelas AW 2 Kepengawasan Prodi Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Medan PENDAHULUAN Lembaga Perserikatan Bangsa – bangsa (PBB) yang mengurusi pendidikan yakni United Nations Educational Scientific and Culture Organization (Unesco) menyaranan bahwa pendidikan harus mengandung tiga unsur: (a) belajar untuk tahu (learn to know). (b) belajar untuk berbuat (learn to do). (c). belajar untuk bersama (learn to live together). Dari ketiga unsur di atas belajar untuk hidup bersama (learn to live together) merupakan pendidikan karakter yang harus dilakukan melalui lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang adalah sekolah merupakan lingkungan belajar siswa, dalam skala yang lebih kecil lingkungan belajar di sekolah adalah kelas. kelas terdiri dari guru, siswa dan ruang kelas itu sendiri beserta dengan seluruh kelengkapan yang ada didalam kelas tersebut. Kelas merupakan tempat dimana siswa melakukan aktifitas belajar sehari – hari. Untuk mencapai Pendidikan Karakter yang bermutu dan maksimal di kelas, dimulai dengan membangun sebuah kelas yang berkarakter. Kelas yang berkarakter dapat menentukan keberhasilan Pendidikan Karakter. Kelas sangat menentukan proses pembentukan karakter diri seseorang. Kelas yang positif bisa membentuk pribadi berkarakter positif, sebaliknya kelas yang negatif dan tidak sehat bisa membentuk pribadi yang negatif pula. Kelas memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter-karakter individu yang ada di dalamnya. Kelas merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah, didalam kelas terjadi interaksi antara guru dan siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Siswa sebagai orang yang belajar dibimbing sepenuhnya oleh guru yang mengajar. Menurut Sardiman (1986:8)” yang dikatakan dengan iteraksi pendidikan apabila secara sadar mempunya tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan”. Sedangkan menurut Soetomo, bahwa interaksi belajar mengajar ialah

description

Guru sebagai Teladan Bagi Siswa

Transcript of Peran Guru Di Dalam Kelas Dalam Membentuk Karakter Siswa

  • PERAN GURU DI DALAM KELAS DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA

    Oleh

    Suyandi Sinaga, NIM. 8146132058 Kelas AW 2 Kepengawasan Prodi Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Medan

    PENDAHULUAN

    Lembaga Perserikatan Bangsa bangsa (PBB) yang mengurusi pendidikan yakni United

    Nations Educational Scientific and Culture Organization (Unesco) menyaranan bahwa

    pendidikan harus mengandung tiga unsur: (a) belajar untuk tahu (learn to know). (b)

    belajar untuk berbuat (learn to do). (c). belajar untuk bersama (learn to live together).

    Dari ketiga unsur di atas belajar untuk hidup bersama (learn to live together) merupakan

    pendidikan karakter yang harus dilakukan melalui lembaga pendidikan. Lembaga

    pendidikan yang adalah sekolah merupakan lingkungan belajar siswa, dalam skala yang

    lebih kecil lingkungan belajar di sekolah adalah kelas. kelas terdiri dari guru, siswa dan

    ruang kelas itu sendiri beserta dengan seluruh kelengkapan yang ada didalam kelas

    tersebut. Kelas merupakan tempat dimana siswa melakukan aktifitas belajar sehari

    hari.

    Untuk mencapai Pendidikan Karakter yang bermutu dan maksimal di kelas, dimulai

    dengan membangun sebuah kelas yang berkarakter. Kelas yang berkarakter dapat

    menentukan keberhasilan Pendidikan Karakter. Kelas sangat menentukan proses

    pembentukan karakter diri seseorang. Kelas yang positif bisa membentuk pribadi

    berkarakter positif, sebaliknya kelas yang negatif dan tidak sehat bisa membentuk

    pribadi yang negatif pula. Kelas memiliki peran yang sangat penting dalam membangun

    karakter-karakter individu yang ada di dalamnya.

    Kelas merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah, didalam

    kelas terjadi interaksi antara guru dan siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Siswa

    sebagai orang yang belajar dibimbing sepenuhnya oleh guru yang mengajar. Menurut

    Sardiman (1986:8) yang dikatakan dengan iteraksi pendidikan apabila secara sadar

    mempunya tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah

    kedewasaan. Sedangkan menurut Soetomo, bahwa interaksi belajar mengajar ialah

  • hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang harus menunjukkan

    adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik). Di mana interaksi itu harus

    diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik, yaitu adanya perubahan

    tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan yakni anak didik yang memiliki karakter.

    PENGERTIAN KARAKTER

    Kamus daring wikipedia mendefinisikan Karakter atau watak adalah sifat batin yang

    mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia

    atau makhluk hidup lainnya. menurut kamus bahasa indonesia, Purwadarminto,

    karakter diartikan sebuah tabiat, watak, sifatsifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti

    yang membedakan seseorang dari orang lain, sementara menurut Hornby dan Parnwell

    (1972:49), karakter secara harafiah berarti kualitas mental atau moral, kekuatan moral,

    nama atau reputasi. M. Furqon Hidayatullah (2010:13) mendefinisikan karakter sebagai

    kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang

    merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong atau penggerak, serta yang

    membedakan dengan individu lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter ketika orang

    tersebut telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta

    digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.

    Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang

    Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud

    dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma

    agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Karakter merupakan sifat

    kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok

    orang.

    Ratna Megawangi mengungkapkan ada 9 pilar karakter yang harus ditumbuhkan dalam

    diri siswa:

    1. Cinta pada Allah SWT, dengan segenap ciptaanNya

    2. Kemandirian dan tanggung jawab

    3. Kejujuran, bijaksana

    4. Hormat, santun

  • 5. Dermawan, suka menolong, gotong royong

    6. Percaya diri, kreatif, bekerja keras

    7. Kepemimpinan, keadilan

    8. Baik hati, rendah hati

    9. Toleransi, Kedamaian, kesatuan

    PENTINGNYA KARAKTER

    Karakter menjadi hal penting dalam kehidupan seseorang, karena karakter menjadi

    salah satu penentu kesuksesan seseorang. Oleh karena itu, karakter yang kuat dan

    positif perlu dibentuk dengan baik. Menurut Slamet Imam Santoso (1981: 33), tujuan

    tiap pendidikan yang murni adalah menyusun harga diri yang kukuh, kuat dalam jiwa

    pelajar, supaya kelak mereka dapat bertahan dalam masyarakat. Diungkapkan juga

    bahwa pendidikan bertugas mengembangkan potensi individu semaksimal mungkin

    dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk manusia yang pandai, terampil,

    jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, serta mempunyai kehormatan diri.

    Tambahan lagi, Furqon (2010: 18) mengatakan bahwa pendidikan tak cukup hanya

    untuk membuat anak pandai, tetapi juga harus mampu menciptakan nilai-nilai luhur

    atau karakter.

    Sudrajat menyatakan beberapa penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, karakter

    seseorang mempengaruhi kesuksesan seseorang. Penelitian di Harvard University

    Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa ternyata kesuksesan seseorang tidak

    ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja,

    tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini

    mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hardskill

    dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil

    dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini

    mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk

    ditingkatkan. Sementara itu Ratna Megawangi (2007) dalam bukunya Semua Berakar

    Pada Karakter mencontohkan bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan

    pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an.

  • Buliten Character Educator yang diterbitkan oleh Character Education Partnership

    (http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampakpendidikan-

    karakter-terhadap-akademi-anak/) menguraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz

    dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah

    dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan

    karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter

    menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat

    keberhasilan akademik.

    PENDIDIKAN KARAKTER

    Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek

    pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Sejalan dengan hal di

    atas, menurut Thomas Lickona tanpa ketiga aspek ini pendidikan karakter tidak akan

    efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.

    Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.

    Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong

    masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi

    segala macam tantangan termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Sebuah

    buku berjudul Emotional Intelligence and School Success karangan Joseph Zins (2001)

    dalam http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-

    karakter-terhadap-akademianak/) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang

    pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dalam buku

    itu dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di

    sekolah. Faktor faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan

    otak tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama,

    kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan

    berkomunikasi.

  • Daniel Goleman (dikutip dalam http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-

    anak/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/) menjelaskan bahwa

    keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan

    emosi dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang

    mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya akan mengalami kesulitan belajar,

    bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah

    dapat dilihat sejak usia prasekolah dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia

    dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi

    tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti

    kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.

    Selain itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam

    mendidik karakter anak-anaknya. Entah karena kesibukan atau karena lebih

    mementingkan aspek kognitif anak. Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan,

    walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga.

    Apabila seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya,

    anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Banyak orang tua yang lebih

    mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Berdasarkan hal

    tersebut terbukti bahwa pentingnya pendidikan karakter, baik di rumah ataupun di

    pendidikan formal.

    Sementara itu, UU 20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

    serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

    bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

    yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

    berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

    bertanggung jawab.

    http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/

  • KELAS SEBAGAI TEMPAT PEMBENTUKAN KARAKTER

    Lingkungan keluarga adalah tempat pertama pembentukan karater, namun berhubung

    karena kesibukan orang tua yang bekerja, serta kurangnya pengetahuan orang tua

    dalam mendidik anak, sehingga pendidikan sepenuhnya diserahkan kepada guru di

    sekolah

    Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan cepat. Hal tersebut

    memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan

    Moral Choice (Keputusan moral) yang harus ditindak lanjuti dengan aksi nyata, sehingga

    menjadi hal yang praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat

    semua itu menjadi kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat sesorang. Menurut

    Hellen Keller (manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College di

    tahun 1904) Character cannot develop in ease and quite. Only through experience of

    trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and

    succes achieved

    Selain itu pencanangan pendidikan karakter tentunya dimaksudkan untuk menjadi salah

    satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa yang saat ini banyak dillihat, didengar

    dan dirasakan, yang mana banyak peroalan muncul yang diidentifikasi bersumber dari

    gagalnya pendidikan dalam menyuntikkan nilai nilai moral terhadap peserta didiknya.

    Hal ini tentunya sangat tepat, karena tujuan pendidikan bukan hanya melahirkan insan

    yang cerdas, namun juga menciptakan insan yang berkarakter kuat. Seperti yang

    dikatakan Dr. Martin Luther King dalam Timothy Wibowo , yakni Intelligence plus

    character that is the goal of true education (Kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan

    akhir pendidikan yang sebenarnya).

    Konsep Karakter tidak cukup dijadikan sebagai poin dalam silabus dan rencana

    pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan

    dipraktekkan. Mulailah dengan belajar taat dengan peraturan sekolah, dan tegakkan itu

    secara disiplin. Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan

    nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan

    seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah

    dalam keseharian kegiatan disekolah

  • Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan

    semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi

    pekerti yang luhur. Dan yang terpenting adalah praktekan setelah informasi tersebut di

    berikan dan lakukan dengan disiplin oleh setiap elemen sekolah.

    BAGAIMANA KARAKTER DIPEROLEH

    Menurut Ratna Megawangi, pendiri Indonesia Heritage Foundation, ada tiga tahap

    pembentukan karakter, yakni:

    1. MORAL KNOWING : Memahamkan dengan baik pada anak tentang arti

    kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa berperilaku baik. Dan apa

    manfaat berperilaku baik.

    2. MORAL FEELING : Membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan

    menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter

    adalah dengan cara menumbuhkannya.

    3. MORAL ACTION : Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan

    nyata. Moral action ini merupakan outcome dari dua tahap sebelumnya dan

    harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior

    Dengan melalui tiga tahap tersebut, proses pembentukan karakter akan menjadi lebih

    mengena dan siswa akan berbuat baik karena dorongan internal dari dalam dirinya

    sendiri.

    GURU YANG BERKARAKTER

    Sebuah kalimat bijak mengatakan bahwa Bila ingin melihat kualitas suatu bangsa maka

    lihatlah kualitas gurunya. Guru yang berkualitas akan memiliki karakter yang baik, yang

    mana perilakunya dapat ditiru oleh peserta didik.

    Karakter menurut Prof. Suyanto, PhD adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi

    ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup kehidupan

  • keluarga, masyarakat , bangsa , dan negara. Karaktelah yang menunjukan bagaimana

    seseorang bertingkah laku.

    Selanjutnya Prof. Dr. H. Endang Komara, M.Si mengemukakan bahwa

    Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena

    bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Llebih dari itu,

    pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik

    sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan

    salah, mampu mersakan (domain Afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya

    (domain perilaku). Dengan demikian pendidikan karakter erat kaitannya dengan

    kebiasaan yang dilakukan terus menerus.

    Pembentukan karakter dilakukan melalui keteladanan, intervensi, pembiasaan yang

    konsisten , dan penguatan. Pembentukan karakter pada siswa peserta didik hanya dapat

    dilakukan oleh guru-guru yang berkarakter pula.

    Ciri-ciri guru yang berkarakter diantaranya adalah :

    1. Mencintai anak

    Factor mencintai anak dengan segenap hati, mau tidak mau harus dimiliki

    oleh seorang guru. Ini adalah modal utama dari seorang guru. Guru yang

    mencintai anak didiknya akan selalu berusaha membahagiakan anak

    didiknya dengan proses belajar yang menyenangkan .

    2. Memahami latar belakang social budaya peserta didik

    Dengan memahami latar belakang peserta didik, guru akan dengan mudah

    mengembangkan metodologi pengajaran apa yang

    tepat guna mempermudah siswa dalam menyerap pengetahuan dan

    memahami nilai-nilai apa yang akan ditanamkan.

    Pemahaman guru akan latar belakang siswa tidak boleh melahirkan

    diskriminasi dalam proses pembelajaran namun menghasilkan pengertian-

    pengertian yang mendalam bagi guru dalam memandang siswanya sebagai

    individu-individu/pribadi yang unik dan memiliki ke khasnya tersendiri. Disini

  • guru mengembangkan sikap menghargai keberadaan setiap individu siswa

    bersama kelebihan dan kekurangannya.

    3. Stabilitas emosi yang stabil

    Seorang guru harus bisa mengendalikan emosi saat berhadapan dengan

    peserta didik. Hal ini penting untuk mendukung terciptanya proses belajar

    mengajar yang menyenang. Muka yang ramah, tutur kata yang

    bersahabat dapat menciptakan suasana belajar nyaman tanpa tekanan.

    Tak ada untungnya bagi seorang guru bermuka masam, berkata kasar dan

    arogan karena hal ini dapat menimbulkan ketidaksukaan peserta

    didik bahkan kerap menimbulkan kebencian kepada guru yang berujung pula

    siswa tidak menyukai mata pelajaran yang dibawakan guru.

    Guru pun juga harus menghindari penghukuman yang tidak mendidik dan

    berlebihan , baik itu penghukuman yang menyakiti secara fisik maupun

    nonfisik. Ingatlah, banyak peristiwa siswa berlaku tidak sopan dan kurang

    ajar karena meniru pola tingkah laku yang dilakukan guru.

    4. Memiliki daya motivasi

    Guru yang berkarakter akan mampu meyakinkan para siswanya bahwa

    mereka memiliki potensi untuk berubah kearah yang lebih baik, dapat

    beranjak dari kemiskinan dan kebodohan, dan dapat hidup lebih baik

    sehingga memiliki kehidupan yang sukses dimasa mendatang.

    Motivasi kepada peserta didik harus terus menerus ditanamkan sehingga

    tumbuh kepercayaan diri dalam diri mereka bahwa mereka dapat menjadi

    orang yang mandiri , cerdas dan bermasa depan cerah.

    5. Mencintai profesi guru

    Guru yang mencintai profesinya akan mencurahkan seluruh perhatian,

    keakhlian, dan intelektualitasnya untuk mengabdi dalam dunia pendidikan. Ia

    akan berusaha semaksimal mungkin berbuat yang terbaik untuk siswa-

    siswinya dengan tekun dan teguh hati. Guru harus memiliki loyalitas,

    tanggung jawab yang tinggi terhadap profesinya dan bertanggung jawab atas

    tercapainya tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

    6. Tidak berhenti belajar

  • Dalam artian ini, guru akan selalu mengikuti perkembangan jaman dan

    perkembangan ilmu pengetahuan sehingga guru menjadi sosok yang berilmu,

    cerdas dan berwawasan luas.

    PENUTUP

    Guru sebagai orang yang berhadapan langsung dengan siswa dalam kegiatan belajar

    mengajar yang berinteraksi secara langsung dengan siswa menjadi tokoh yang segala

    sikap, perkataan dan perbuatannya menjadi teladan bagi siswa harus mampu

    menampilkan karakter yang baik Satu hal yang tak kalah penting adalah, mengajarlah

    dengan sepenuh hati maka peserta didik pun akan belajar dengan senang hati dan anda

    adalah guru yang hebat untuk para siswa.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Daniel Goleman : http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/

    Joseph Zins (2001) dalam http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademianak/)

    Sudrajat Ahmad : (http://akhmadsudrajat.Wordpress.com//pendidikan-karakterdi-smp/

    Suryanegara : http://edukasi.kompasiana.com/2014/06/26/guru-berkarakter-guru-hebat-guru-dicinta--664447.html

    Suryanegara Herawati :http://edukasi.kompasiana.com/2014/06/26/guru-berkarakter-guru-hebat-guru-dicinta--664447.html

    Wibowo Timothy : http://www.pendidikankarakter.com/mewujudkan-pendidikan-karakter-yang-berkualitas/

    Wikipedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Karakter

    http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/http://akhmadsudrajat/http://edukasi.kompasiana.com/2014/06/26/guru-berkarakter-guru-hebat-guru-dicinta--664447.htmlhttp://edukasi.kompasiana.com/2014/06/26/guru-berkarakter-guru-hebat-guru-dicinta--664447.htmlhttp://edukasi.kompasiana.com/2014/06/26/guru-berkarakter-guru-hebat-guru-dicinta--664447.htmlhttp://edukasi.kompasiana.com/2014/06/26/guru-berkarakter-guru-hebat-guru-dicinta--664447.htmlhttp://www.pendidikankarakter.com/mewujudkan-pendidikan-karakter-yang-berkualitas/http://www.pendidikankarakter.com/mewujudkan-pendidikan-karakter-yang-berkualitas/http://id.wikipedia.org/wiki/Karakter