PERAN GURU DALAM PENANGANAN ANAK ATTENTION …
Transcript of PERAN GURU DALAM PENANGANAN ANAK ATTENTION …
PERAN GURU DALAM PENANGANAN ANAK ATTENTION DEFICIT
AND HYPERACTIVITY DISORDER
USIA 5-6 TAHUN
(Studi Kasus di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd)
Oleh :
SILVIA RAHMANI
11150184000010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
Lembar Pengesahan Sidang Skripsi
Skripsi yang berjudul “Peran Guru dalam Penanganan Anak Attention
Deficit And Hyperactivity Disorder Usia 5-6 Tahun di RA A-Hilal 02
Cikarang Utara” yang disusun oleh Silvia Rahmani dengan NIM
11150184000010. Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk dijadikan pada siding munaqosah
sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 22 Januari 2021
Yang Mengesahkan
Dosen Pembimbing 1
Dr. Siti Khadijah, MA
NIP.197007271997032004
i
ABSTRAK
PERAN GURU DALAM PENANGANAN ANAK ATTENTION DEFICIT
AND HYPERACTIVITY DISORDER
USIA 5-6 TAHUN
(Studi Kasus di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku anak ADHD di kelas
dan di luar kelas, serta mengetahui peran guru dalam penanganan anak ADHD di
RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara. ADHD merupakan gangguan perkembangan
yang memiliki pola inattention pada tingkat maladaptif, aktivitas yang berlebihan
dan impulsif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil
Penelitian ini menunjukan bahwa 1) Perilaku anak ADHD cenderung aktif, tidak
bisa belajar dengan tenang dan sering mengganggu teman-teman lainnya 2) Peran
guru dalam penanganan anak ADHD di kelas dan di luar kelas dengan cara,
menempatkan anak duduk di depan kelas, memberikan kesempatan anak untuk
melakukan aktivitasnya, memperhatikan pola makan, memberikan peraturan yang
membuat anak mentaatinya, mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan
dengan cara brain gym, back in control, lingkungan dan memberikan program
IEP.
Kata Kunci : Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder, Peran Guru dalam
Penanganan Anak ADHD
ii
ABSTRACT
THE TEACHER'S ROLE IN HANDLING CHILDREN ATTENTION
DEFICIT AND HYPERACTIVITY DISORDER
AGE 5-6 YEARS
(Case Study at RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara)
This study aims to determine the behavior of ADHD children in class and outside
the classroom, as well as to determine the role of teachers in dealing with ADHD
children in RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara. ADHD is a developmental disorder
that has a pattern of attention at the maladaptive level, excessive activity and
impulsivity. This study used a qualitative approach with descriptive case study
research. Data collection techniques in this study were carried out by
observation, interview and documentation methods. The results of this study
indicate that 1) the attitudes of ADHD children tend to be active, they cannot
study calmly and often disturb other friends 2) The role of teachers in dealing
with ADHD children in class and outside the classroom by placing children
sitting in front of the class, providing the opportunity for children to do their
activities, pay attention to diet, provide rules that make children obey them,
reduce unwanted behavior by brain gym, back in control, environment, and
provide the IEP program.
Keywords: Children Attention Deficit Hyperactivity Disorder, The Role of
Teachers in Handling Children with ADHD
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, karena berkat rahmat
dan juga karunianya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran
Guru dalam Penanganan Anak Attention Deficit and Hyperactivity Disorder Usia 5-
6 Tahun Di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara Tahun 2019/ 2020”. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, kepada
keluarganya, para sahabat, serta pengikutnya sehingga akhir zaman. Adapun
penulisan skripsi ini dibuat dengan tujuan dan pemanfaatnya ini telah saya usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya penulis banyak menerima bimbingan, saran,
petunjuk dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis banyak terima
kasih kepada semua pihak, khususnya:
1. Dr. Sururin, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Siti Khadijah, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang tiada henti memberikan semangat dan arahan dalam proses
penyusunan skripsi.
3. Miratul Hayati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan selama proses perkuliahan, serta memberikan motivasi untuk terus
belajar.
4. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis.
5. Kepala Sekolah RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara, beserta guru dan anak didik yang
telah membantu pengambilan data dalam penyusunan skripsi ini.
6. Terima kasih banyak kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Kusmanto dan
Ibunda Nunung Nurjanah, atas segala do‟a dan pengorbanannya yang telah sabar
dalam mendidik anaknya hingga saat ini.
7. Kepada kakak dan adikku tersayang, A Ari, Ibu Nurlaela, Riva, Rindi, Erfan, Dila
dan Indah terima kasih telah banyak berkorban demi saya, memberikan doa,
iv
semangat juang, dukungan baik moril maupun materi, kasih sayang yang tak pernah
ternilai harganya, sehingga saya bisa menjadi sarjana hingga saat ini.
8. Seluruh teman-teman distrik PIAUD Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah mendukung dan memberikan semangat dalam proses menyusun
skripsi ini.
9. Serta untuk semua pihak yang berjasa pada penulis baik yang disadari ataupun yang
tidak disadari, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini dengan
baik.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa sepenuhnya ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan dengan hati terbuka penulis membuka selebar-lebarnya
bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada penulis, sehingga
penulis dapat meningkatkannya kualitas penulisan dan penyusunan skripsi ini dengan
baik, sekaligus ke depannya dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis
dalam membuat karya ilmiah lainnya.
Jakarta, 22 Januari 2021
Silvia Rahmani
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 2
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............................................ 7
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Teori ............................................................................................ 6
1. Peran Guru .............................................................................................. 6
2. Pengertian ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) ...... 10
3. Faktor-Faktor Penyebab Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder
12
4. Tipe-tipe Perilaku pada Anak ADHD ................................................... 14
5. Ciri - Ciri Perilaku Anak ADHD .......................................................... 17
6. Penanganan Bagi Anak ADHD ............................................................. 18
7. Peran Guru dalam Penanganan Anak ADHD ....................................... 19
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 28
B. Latar Penelitian .......................................................................................... 29
C. Metode Penelitian ...................................................................................... 29
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolaan Data .......................................... 30
E. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................................... 36
vi
F. Analisis Data .............................................................................................. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data............................................................................................ 40
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ....................................................................... 40
2. Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................................... 47
B. Analisis Data .............................................................................................. 66
1. Perilaku Anak ADHD di dalam kelas dan di luar kelas di RA AL-Hilal 02
Cikarang Utara ........................................................................................... 66
2. Faktor-faktor yang menyebabkan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara. ......................................................................................................... 71
3. Peran guru dalam penanganan anak ADHD di kelas A I dan B I di RA Al-
Hilal 02 Cikarang Utara ............................................................................. 73
C. Temuan Penelitian ..................................................................................... 77
1. Perilaku Anak ADHD di RA AL-Hilal 02 Cikarang Utara ....................... 77
2. Faktor-faktor Anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara ................. 78
3. Peran guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara ................................................................................................................ 78
D. Keterbatasaan Penelitian ............................................................................ 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 81
B. Saran .......................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan Penelitian 29
Tabel 3.2 Pedoman Observasi 32
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara 35
Tabel 3.4 Analisis Data 38
Tabel 4.1 Keadaan Gedung RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara 38
Tabel 4.2 Pengelompokan Rentang Usia 39
Tabel 4.3 Prasarana di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara 40
Tabel 4.4 Struktur Organisasi RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara 42
Tabel 4.5 Jumlah siswa data empat tahun terakhir 44
Tabel 4.6 Jumlah siswa data empat tahun terakhir 44
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usia dini merupakan usia yang tepat untuk diberikan berbagai berbagai
stimulasi untuk bekal dikehidupan selanjutnya. Semenjak manusia dilahirkan dari
rahim ibunya sampai ia dapat hidup mandiri memerlukan waktu yang sangat
panjang dibanding dengan makhluk hidup lainnya.1Anak usia dini adalah individu
yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan tahap usianya,
mereka memiliki keunggulan baik dalam pengetahuan, keterampilan maupun
perilaku. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun pada masa tersebut
sering disebut dengan masa emas perkembangan, di samping itu juga sangat
menentukan dalam membentuk seluruh aspek perkembangan yang dimilikinya
dan masih memerlukan bimbingan dari orangtua, guru, dan lingkungan sekitarnya.
Dalam undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I, pasal I, ayat 14 ditegaskan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.2
Berdasarkan uraian di atas bahwa orangtua, guru, lingkungan dan orang
dewasa lainnya sangat berperan penting dalam memperhatikan karakteristik
tumbuh kembang anak mulai dari fisik motorik maupun kognitif anak, sehingga
tumbuh kembang anak dapat berkembang dengan baik. Catron dan Allen
berpendapat bahwa keberhasilan guru yang sebenarnya menekankan pada tiga
1 Ika Budi Maryatun, “Peran Pendidik PAUD Dalam Membangun Karakter Anak”,
JurnalPendidik Anak. Vol. 5, 2016, hal. 747. 2 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ( Jakarta: Indeks,
2013), hal. 16.
3
kualitas dan Perilaku utama, yaitu: (1) guru yang memberikan fasilitas untuk
perkembangan anak menjadi manusia seutuhnya, (2) Membuat suatu pelajaran
menjadi berharga dengan menerima perasaan anak-anak dan keperibadian, dan
percaya bahwa yang lain dasarnya layak dipercaya membantu menciptakan
suasana belajar, dan (3) mengembangkan pemahaman empati bagi guru yang
peka/ sensitif untuk mengenal perasaan anak-anak di dunia.3
Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang
bermula dari seluruh Negara di dunia ini yang dalam bahasa inggrisnya disebut
dengan early childhood education (ECD). Menu generik menjabarkan pendidikan
anak usia dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan
kepada anak sejak dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap
selanjutnya.4Pendidikan anak usia dini sebagai tempat proses bembinaan anak,
dimana anak dapat melatih tumbuh kembangnya secara menyeluruh mulai dari
kognitif, fisik motorik, seni, moral agama, sosial emosional, dan bahasa.
Salah satu permasalahan yang mendasar adalah adanya kelainan pada
perkembangan anak baik fisik maupun psikologi yang dapat mempengaruhi
lambatnya pertumbuhan anak. salah satu permasalahan diruang lingkup
pendidikan anak usia dini adalah permasalahan yang berhubungan dengan fisik
ataupun non fisik biasa disebut dengan anak berkebutuhan khusus (ABK).
Adapun karakter anak berkebutuhan khusus yang sesuai dengan penelitian ini
adalah ADHD.
Anak hiperaktif termasuk gangguan perilaku disebut dengan Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit
Hyperactive Disorder(ADHD).5 Anak dengan gangguan ADHD adalah anak yang
sulit melakukan seleksi terhadap stimulus yang ada disekitarnya, yang berakibat
3 Ibid., hal. 12.
4 Ika Budi Maryatun, loc. cit., hal 748.
5 Lily Alfiyatul Jannah, Kesalahan-Kesalahan Guru PAUD yang Sering DIanggap
Sepele, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hal, 131.
4
sulit dalam memusatkan perhatiannya dan menjadi hiperaktif, tampak dalam
perilaku yang selalu bergerak, impulsif/ bertindak tanpa berfikir, tidak dapat
menahan marah, kekecewaan dan suka mengganggu. Papalia Olds menuliskan
bahwa dari keseluruhan populasi anak terdapat sekitar 3% anak dengan ADHD
anak laki-laki memiliki kemungkinan enam sampai sembilan kali lipat untuk
mengalami ADHDdibandingkan anak perempuan. Selanjutnya dikatakan bahwa
tanda-tanda ADHD telah muncul pada usia empat tahun atau dibawah 10 tahun,
namun biasanya orangtua baru menyadari anaknya cenderung ADHDsetelah anak
masuk sekolah.6
Anak ADHD merupakan anak yang daya konsentrasinya rendah dan sulit
diajak berfikir terlalu berat dengan itu gunakan pembelajaran atau permainan yang
tidak menekankan pada kognitif, akan tetapi lebih menggunakan pembelajaran
yang bersifat kesenangan dan melatih fisik motorik. Peran pendidik di RA atau
PAUD sangat penting dalam memiliki penanganan yang tepat untuk mendidik
anak ADHD di sekolah, sehingga anak ADHD dapat mengontrol emosinya mulai
sejak dini hingga beranjak dewasa nanti dan kita juga dapat mencari apa saja yang
menjadi faktor pada anak ADHD.
Guru yang baik untuk anak-anak juga merupakan guru yang memiliki sifat
kepekaan, kerendahan hati, jujur, tulus, beradaptasi, murah senyum, menerima
perbedaan individu, penyayang, memberikan suasana yang kondusif, serta
memfasilitasi sarana prasarana anak-anak di sekolah. Dengan itu guru harus bisa
memberikan perhatian kepada anak usia dini, terutama anak yang memiliki
gangguan tertentu atau anak berkebutuhan khusus, salah satunya yaitu anak yang
memiliki gangguan ADHD. Setiap sekolah berhak memberikan pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus, agar anak berkebutuhan khusus mampu berinteraksi
dengan anak normal lainnya meskipun metode pembelajaran yang digunakan
berbeda, dan membutuhkan guru pendamping pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
6 Yuliani Nurani Sujiono, op. cit., hal. 168.
5
Peran guru menurut Wina Sanjaya adalah guru sebagai sumber belajar,
guru sebagai fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator,
evaluator.7 Dari ketujuh peran guru tersebut bahwa peran pendidik di RA atau
PAUD sangat penting dalam memiliki penanganan yang tepat untuk mendidik
anak ADHD di sekolah, mulai dari memperhatikan strategi belajar anak ADHD
di kelas dan di luar kelas, memperhatikan pola makan anak di sekolah dan di
rumah, serta lingkungan yang baik dan mendukung bagi tumbuh kembang anak
ADHD. Salah satu tujuan dari pentingnya pendidik dalam meberikan
penanganan yang tepat bagi anak ADHD adalah anak ADHD dapat mengontrol
emosinya mulai sejak dini hingga beranjak dewasa nanti dan kita juga dapat
mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan anak menjadi ADHD.
Peran guru dalam memberikan penanganan kepada anak ADHD di RA Al-
Hilal 02 Cikarang Utara dengan merancang IEP menggunakan kegiatan seperti
senam otak, bertepuk, bernyanyi, menjaga pola makan anak ADHD dan
menempatkan anak duduk dipaling depan serta menjalin komunikasi yang baik
antara guru dengan orang tua dapat memudahkan guru untuk menangani anak
ADHD di kelas. Brain gym merupakan serangkaian gerak sederhana yang
menyenangkan dan dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan belajar
anak dengan menggunakan kemampuan konsentrasi otaknya. Oleh karena itu
di RA Al-Hilal menerapkan pembelajaran dengan senam otak sehingga
memudahkan anak ADHD untuk fokus pada setiap pembelajaran di kelas.
Bedasarkan penjelasan di atas bahwa peran guru merupakan faktor penting
dalam proses pembelajaran, yang bertanggungjawab untuk membimbing anak
ADHD di kelas, oleh karena itu untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan
baik terhadap anak ADHD guru harus memperhatikan, membimbing,
mengarahkan, anak agar anak dapat mengikuti psoses pembelajaran dengan baik
serta terarah.
7 Siti Nur Amanah, „Mengoptimalkan Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran Abad
21‟, http://staic.ac.id/mengoptimalkan-peran-guru-dalam-proses-pembelajaran-abad-21.html,
2019, diakses pada Senin 07 Oktober 2019.
6
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara terlihat bahwa ada dua anak ADHD dalam proses belajar
pembelajaran berlangsung di kelas yang berbeda, peneliti melihat anak tidak bisa
diam seperti anak normal lainnya, ketika guru berbicara dan menjelaskan tema
apa hari ini, anak ini mengganggu temannya sambil berpindah-pindah tempat dari
satu tempat ke tempat lain, teriak-teriak, terkadang menangis, fokus anak
terganggu pada saat belajar sehingga guru dituntut untuk bisa mengarahkan dan
mempunyai jiwa yang sabar. Disinilah guru sangat berperan penting dalam
membimbing anak ADHD di sekolah, agar proses pembelajaran di kelas maupun
di luar kelas tidak terganggu dan proses pembelajaran dapat berjalan sesuai
dengan harapan.
Dengan melihat latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas dengan
judul “Peran Guru dalam Membimbing dan Menangani Anak Attention Deficit
And Hyperactivity Disorder 5-6 Tahun di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara Tahun
ajaran 2019-2020”.
B. Identifikasi Masalah
Dalam melakukan proses identifikasi ADHD dapat menggunakan standar
untuk memastikan dalam hambatan dalam memusatkan perhatian yang di
keluarkan oleh American Psychiatric Association, yang menerapkan kriteria untuk
menentukan gangguan pemusatan perhatian dengan mengacu kepada DSM IV.
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasikan
adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya motivasi belajar anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara,
dikarenakan kesulitan memusatkan perhatian dalam kegiatan proses
pembelajaran berlangsung.
2. Kurangnya penanganan yang lebih untuk anak ADHD di kelas, karena guru
pendamping yang tidak tetap. Sehingga anak ADHD tidak selalu dalam
pengawasan ketika proses kegiatan belajar berlangsung.
3. Ketika anak ADHD memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai
diucapkan, guru mengalihkan anak dengan cara mengajak anak untuk
7
menebak suara apa yang diucapkan guru, lalu anak mencoba menebaknya, hal
ini bertujuan untuk membangkitkan fokus anak ADHD dalam proses
pembelajaran.
4. Setiap satu bulan sekali pihak sekolah dan orang tua mengadakan rapat
mengenai perkembangan anak ADHD, bertujuan untuk memudahkan guru
dan orang tua dalam memberikan penanganan anak ADHD di sekolah mau
pun di rumah.
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Untuk menghindari luasnya masalah, maka dari latar belakang masalah dan
identifikasi di atas dibatasi agar penelitian ini dapat mencapai tujuan yang jelas.
Dalam penelitian ini difokuskan membahas tentang “Peran Guru dalam
Penanganan Anak ADHD usia 5-6 Tahun di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara”
Berdasarkan Latar belakang di atas dapat dijelaskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana penanganan guru kepada anak ADHD di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara?
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Dari rumusan penelitian di atas maka tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perilaku anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak ADHD di RA
Al-Hilal 02 Cikarang Utara.
3. Untuk mengetahui cara guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-
Hilal 02 Cikarang Utara.
Adapun kegunaan yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu:
1. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat mengenal banyak ilmu tentang
anak ADHD. Sehingga memberikan kesan yang menantang dalam
mendidik anak ADHD di sekolah maupun di lingkungan rumah.
2. Bagi Orang tua
8
Penulis berharap orang tua yang memiliki anak ADHD ini dapat
memberikan stimulasi yang baik, permainan-permainan yang dapat
melatih fisik motorik, dan orang tua dapat mendidik anaknya dengan
penuh kesabaran. Dengan adanya penelitian ini juga orang tua dapat
memberikan pemeriksaan rutin oleh psikolog kepada anak, agar orang tua
dapat mengetahui setiap perkembangan yang dialami anaknya.
3. Bagi Anak
Anak akan merasa terlindungi dari segala ancaman dan bahaya yang dapat
mempengaruhi perkembangannya. Anak akan merasa lebih dekat dengan
orang-orang yang ada di sekitarnya karena pengetahuan yang dimiliki
orang-rang sekitar mengenai cara memberikan penanganan bagi anak yang
mengalami gangguan ADHD.
4. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat menjadi tolak ukur dalam melakukan pembenahan
proses belajar mengajar berlangsung bagi anak ADHD, dan memberikan
perhatian khusus bagi anak ADHD serta memberikan pemeriksaan rutin
oleh psikolog bagi anak ADHD.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Teori
1. Peran Guru
a. Pengertian Peran Guru
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang
telah melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka
dengan itu berarti dia telah menjalankan suatu peran. Setiap orang memiliki
macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.
Menurut Yunita, Usman dan Ali, peran adalah “kedudukan yang harus diikuti
dengan perwujudan perbuatan yang harus disesuaikan dengan peran atau
kedudukannya masing-masing.8 Peran merupakan kewajiban seseorang yang
wajib dijalankan sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Peran guru bagi
siswanya adalah memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dalam
belajar, menyampaikan ilmu pengetahuan sesuai dengan gaya anak belajar dan
memberikan penanganan khusus bagi anak ADHD. Sehingga guru dapat
menjalankan perannya dengan baik.
Secara etimologis guru dalam bahasa Inggris terdapat banyak kata yang
serupa diantaranya yaitu teacher, educator, instructor, tutor dan lainnya. Kata
teacher diartikan sebagai seseorang yang mengajar, educator diartikan sebagai
seseorang yang mempunyai tanggung jawab suatu pekerjaan dalam mendidik
orang lain, instructor diartikan sebagai seseorang yang sedang mengajar sama
dengan arti kata teacher, dan yang terakhir adalah tutor diartikan sebagai guru
8 Nur Arsyiah, „Peran Guru Dalam Melatih Kemandirian Anak Usia 3-4 Tahun Di TK
Tunas Muda I IKKT Palmerah Jakarta Barat‟, Skripsi S.1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta
2019, h. 21-22, dipublikasikan.
yang berperan memberikan pembelajaran kepada siswa atau bisa juga disebut
dengan guru privat.9
Menurut Ramaliyus secara terminologis guru sering diartikan sebagai
seorang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan siswa mengupayakan
perkembangan seluruh potensi (fitrah) siswa, baik potensi kognitif, potensi
efektif dan potensi psikomotorik.10
Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba
menambahkan bahwa pengertian guru adalah sebagai pendidik yang memiliki
hak dan kewajiban yang terkait pendidikan peserta didik. Kemudian dalam
bahasa Arab istiah guru dapat ditemukan dalam kata mu‟addib, mu‟allim,
ustadz, dan mudarris.
Ramayulis melihat berbagai istilah guru perspektif bahasa Arab
mendeskripsikan sebagai berikut :
1) Mu‟addab (etika, moral, dan adab) yaitu orang yang beradab yang memiliki
peran serta fungsi dapat membangun suatu peradaban yang berkualitas di era
mendatang. Orang yang memberikan pendidikan kepada siswa agar mampu
berkreasi serta mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk kemaslahatan
umum dan tidak menimbulkan malapetaka bagi diri, masyarakat maupun alam
sekitar.
2) Mursyid yaitu orang yang mengajarkan dan menularkan penghayatan akhlak
dan kepribadian kepada peserta didik.
3) Ustadz yaitu orang yang dalam pengajaran selalu memperbaiki dan berinovasi
sesuai dengan perubahan zaman.
4) Mudarris yaitu orang yang mencerdaskan peserta didik, menghilangkan
ketidaktahuan atau kebodohan dan melatih peserta didik sesuai dengan bakat
dan minat anak.
5) Mu‟allim yaitu orang yang menjelaskan hakikat ilmu atau pengetahuan yang
diajarkan kepada peserta didiknya.11
9 Mohammad Ahyan Yusuf Sya‟bani, Profesi Keguruan Menjadi Guru yang Religius
dan Bermartabat, (Gresik: Gramedia Communication, 2018), h. 32 10
Khusnul Wardan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA , 2019),
h.108. 11
Mohammad Ahyan Yusuf Sya‟bani, loc. cit., h. 34.
Guru berperan sebagai pendidik dan pengajar. Pada dasarnya pengajar
merupakan suatu usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang
mendukung untuk berlangsungnya proses belajar. Herman memberikan
pengertian bahwa mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar
menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada peserta
didik.12
Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa semua mempunyai arti yang
berdekatan dengan kata guru, meskipun dalam sebutan sangat berbeda namun
memiliki maksud yang hampir sama. Guru memiliki arti mengajarkan,
memberi pengetahuan atau ilmu kepada siswa maupun masyarakat, yang
bertujuan untuk meningkatkannya ilmu pengetahuan yang lebih luas. Guru
merupakan pendidik yang sama-sama memiliki tanggung jawab dalam
pendidikan. Selain itu guru juga sangat berperan penting di kelas untuk
memberikan contoh yang baik bagi siswa.
b. Aspek-aspek Perilaku Guru
Menurut Zakiah Daradjat aspek perilaku yang memiliki makna bimbingan
yaitu: (1) menciptakan dan menumbuhkan rasa hangat dan ramah supaya dapat
diciptakannya hubungan yang baik, (2) menerima anak dengan sungguh-
sungguh, (3) mengetahui perasaan anak, (4) pemaaf terhadap anak, (5) tetap
menghargai anak, (6) dan memberikan kebebasan kepada anak. Menurut
Brammer perilaku seseorang yang memenuhi syarat sebagai seorang
pembimbing yaitu: (1) empati, (2) kehangatan, (3) penuh perhatian, (4)
keterbukaan, (5) rasa hormat, (6) kekonkretan dan kekhususan.13
Dengan
demikian seorang pembimbing di taman kanak-kanak merupakan salah satu
pendekatan seorang guru kepada anak dengan penuh rasa kehangatan,
perhatian, keterbukaan, rasa empati, maupun tetap dapat menghargai anak.
Selanjutnya masih dalam kategori aspek perilaku yang harus dimiliki guru
12
Hasan Saragih, Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar, Jurnal
Tabularasa PPS Unimed, Vol. 5, 2008, h. 27 13
Ahmad Susanto, Bimbingan Konseling di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Kencana,
2015), h. 197
sebagai pembimbing anak usia dini adalah guru harus memiliki beberapa
karakteristik persyaratan khusus, yaitu:
1) Guru mempunyai perilaku kesadaran diri
Kesadaran diri merupakan ciri hakiki yang fundamental dari manusia.
Kesadaran ini akan memberikan titik cahaya untuk menerangi gerak
majunya dari kehidupan seseorang serta dapat menimbulkan kreativitas
manusia. Dengan kesadaran diri ini guru akan mampu menghadapi
keragaman dan kemungkinan yang akan berkaitan dengan dirinya dan
lingkungannya. Semakin sadar seseorang tentang dirinya, maka dia akan
semakin unggul untuk berjalan bersama proses kehidupannya melalui
kecerdasan sejati. Semakin unggul dalam mengelola potensi diri dan mampu
memanfaatkan semua keunggulan diri melalui kepribadian yang rendah hati.
Termasuk dalam sadar diri untuk memahami dan menghargai perbedaan dan
mencintai hubungan saling percaya dengan orang yang berbeda.
2) Guru mampu menciptakan hubungan yang akrab
Hubungan yang akrab menurut Mertoenoes adalah suatu hubungan
yang ditandai dengan suasana hangat, kedekatan, keterbukaan, saling
memberi dan menerima. Menurut Mohammad Fauzil Adhim salah satu
kunci untuk menjadikan anak bersedia bekerja keras di kelas, di luar kelas
dan di luar rumah yaitu dengan mengembangkan hubungan yang hangat dan
bermartabat dengan mereka, akan tetapi jangan pernah menjadikan
keakraban itu sebagai sebab lemahnya aturan serta hilangnya ketegasan.
Kita harus secara jelas menunjukan bahwa kita adalah gurunya bukan teman
sebayanya, sehingga anak dapat belajar adab, dan belajar memahami serta
menghormati batas-batas yang dipegangi. Hubungan yang akrab ini dapat
diciptakan dengan cara : (1) guru tidak langsung menunjukkan kekurangan
dan kesalahan anak, (2) guru tidak mengancam anak, (3) guru tidak
memotong pembicaraan anak, (4) guru tidak tegang menghadapi anak.14
Dari pendapat diatas bahwasannya guru dapat memberikan keakraban
bagi anak, melalui terciptanya hubungan yang hangat, kedekatan,
14
Ibid., h. 198-200.
keterbukaan, saling memberi dan menerima keadaan anak. Di sini juga anak
diajarkan untuk bersopan santun kepada guru, agar dapat membedakan
mana teman dan mana guru yang harus dihormati. Guru yang baik tidak
menunjukkan langsung kesalahan anak dengan amarah, namun guru yang
baik mampu mengalihkan kesalahan anak menuju kegiatan yang lebih baik
lagi.
3) Guru menyatakan pemahamannya terhadap perasaan anak
Pemahaman terhadap orang lain biasanya dimasukkan dalam perilaku
empati. Menurut Schaefer empati merupakan mencoba setepat dan sehalus
mungkin untuk menunjukkan kepada anak, bahwa guru telah mengerti
mereka dari sudut pandang mereka sendiri. Secara imajinatif bahwa guru
telah masuk ke dalam diri anak dan melihat dunia ini melalui perspektif dan
perasaan mereka. Menurut S. Nasution menegaskan bahwa dengan empati
pendidik mampu melihat dan merasakan sesuatu seperti yang dilihat dan
dirasakan oleh anak. Empati adalah suatu cara untuk memahami anak dan
cara untuk membangkitkan perasaannya bahwa dia dipahami oleh orang
lain.
Cara-cara yang dapat diciptakan untuk menumbuhkan rasa empati ini
dapat dilakukan dengan cara : (1) menanyakan masalah anak atau mendekati
anak yang bermasalah, (2) memahami, menerima, mendengarkan, dan
memperhatikan anak, dengan penuh perhatian, dan (3) anak memahami
masalahnya.15
Beberapa pendapat diatas mengemukakan bahwa rasa empati
bertujuan untuk memahami perasaan anak lebih dalam, sehingga secara
imajinatif guru bisa dikatakan telah masuk ke dalam diri anak.
2. Pengertian ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder)
Linda C dan Copel mengemukakan bahwa ADHD atau Attention Deficit
Hyperactive Disorder merupakan gangguan perkembangan dalam
meningkatnya aktivitas motorik sampai menjadi gangguan yang tidak wajar.
Gangguan ADHD ditandai dengan adanya keluhan rasa gelisah, tidak bisa
15
Ibid., h. 202.
tenang, tidak bisa diam, dan sering kali berusaha ingin berdiri, perasaan
emosional yang meletup-letup, aktivitas yang berlebihan dan suka membuat
keributan. Gangguan ADHD dapat diketahui sebelum usia empat tahun, tetapi
pada sebagian besar kasusnya mulai diketahui saat memasuki usia sekolah.
Sedangkan menurut Mark Durand dan David H. Barlow mengatakan bahwa
ADHD merupakan gangguan perkembangan yang memiliki pola inattention
pada tingkat maladaptif, aktivitas yang berlebihan dan impulsif.16
Menurut Sugiamin, Gangguan ADHD umum terjadi pada anak usia dini
dan usia sekolah. Gejala ADHD dapat diketahui sebelum usia 7 tahun dan
dapat terjadi dalam berbagai macam suituasi seperti rumah, sekolah, tempat
bermain atau situasi sosial lainnya.17
Menurut Asosiasi Psikiater Amerika telah
berhasil mengidentifikasi tiga jenis ADHD, dan kategorisasi ketiganya
digunakan secara meluas di banyak Negara. Ketiga jenis ADHD tersebut
adalah ADHD dengan ketiga ciri yaitu inatentif, impulsif, dan hiperaktif.
ADHD dengan ciri-ciri yang paling dominan adalah inatentif. Dan ADHD
dengan ciri-ciri yang paling dominan adalah impulsif dan hiperaktif.18
Menurut
Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Mental Edisi 5 (DSM 5), menjadi
diagnosis dengan ADHD anak memiliki gejala minimal enam, sebelum
diagnosis dan gejala tersebut telah hadir sebelum 12 tahun.19
Disebutkan
kriteria ADHD gangguan perhatian sebagai berikut
a. Lupa memusatkan perhatian terhadap hal-hal detail atau sering kali berbuat
ceroboh di sekolah dan di rumah.
16
Herri Zan Pieter, dkk., Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, ( Jakarta:
Kencana, 2011), h. 147 17
Atika Dhiah A, dkk., Effectiveness of brain gym and writing therapy in behavioral hyperactivity on pre school-age children with ADHD, Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Keperawatan Anak. Vol I, No 2 November 2018, h. 1
18 James Ie Fanu, Atasi dan Deteksi Ragam Masalah Kejiwaan Anak Sejak Dini,
(Jogjakarta: Diva Press Group, 2010), h. 205 19
Rizki Amalia, Intervensi terhadap Anak Usia Dini yang Mengalami Gangguan ADHD melalui Pendekatan Kognitif Perilaku dan Alderian Play Therapy, Jurnal Obsesi : Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 2, No 1. H. 29.
b. Sulit untuk mempertahankan perhatian saat melakukan pekerjaan yang
diberikan.
c. Sulit mengikuti perintah yang diberikan dan gagal dalam menyelesaikan
tugas.
d. Sering menghilangkan barang yang penting
e. Sering perhatiannya gampang teralihkan
f. Sering lupa atas aktivitas hariannya.
Dari beberapa pendapat diatas bahwa anak yang mengalami gangguan
ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder memiliki daya
konsentrasi rendah, peningkatan aktivitas yang berlebihan, kurangnya
pengaturan dalam diri, sulitnya beradaptasi terhadap lingkungan sosial dan
sulit menyesuaikan perilaku terhadap lingkungan sekitar sehingga
membutuhkan perhatian khusus dari lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat sekitar untuk membantu dalam mengatasi perilaku anak yang
mengalami gangguan ADHD.
3. Faktor-Faktor Penyebab Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder
Faktor penyebab ADHD ialah neurokimiawi berupa gangguan dalam
fungsi neurotransmiter dopamin di susunan saraf pusat. Faktor neurologik
berupa pertumbuhan pesat otak pada anak yang mengalami keterlambatan
pematangan otak sehingga menunjukkan gejala ADHD.20
Menurut Cahya
menyebutkan bahwa penyebab ADHD disebabkan oleh faktor genetik atau
keturunan yang merupakan penyebab terbanyak dalam kasus ADHD.
1) Konsumsi Alkohol Selama Masa Kehamilan
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol kemungkinan besar
dapat mengakibatkan anak kelak menjadi penderita ADHD
20
Niluh D. Ratnasari, dkk., ‘Komorbiditas pada anak gangguan pemusatan perhatian dan hIEPraktivitas (GPPH) pada 20 Sekolah Dasar di Kota Manado’, Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 4, No. 1, Januari-Juni 2016.
2) Faktor Lingkungan/ Paparan zat-zat beracun.
Polusi udara yang dapat mempengaruhi perkembangan otak yang
menyebabkan hiperaktivitas, cat yang berbau menyengat dan saluran pipa
yang berkarat merupakan benda yang mengandung toksik berbahaya
yang menjadi penyebab timbulnya anak menjadi ADHD.
3) Kekurangan Gizi
Dari hasil penelitian di Inggris dan di Amerika Serikat ditemukan
beberapa anak yang mengalami ADHD juga menderita kekurangan asam
lemak esensial. Gejalanya adalah rasa haus yang berlebihan, sering buang
air kecil, kulit dan rambut kering, dan ada riwayat alergi seperti asma
4) Asap Rokok
Nikotin di dalam rokok yang dikonsumsi oleh ibu hamil diduga dapat
menyebabkan janin mengalami kekurangan suplai oksigen ke otak
sehingga menimbulkan kerusakan pada otak dan menyebabkan timbulnya
ADHD.21
5) Makanan.
Makanan yang mengandung pewarna, gula, cokelat, makanan dari susu,
gandum, tomat, nitrat, jeruk, telur, dan makanan lainnya sebagai
penyebab hiperaktif.22
Pada tahun 1974 Dr. Benjamin Feingold, seorang
dokter alergi anak-anak, mengatakan bahwa separuh lebih dari semua
hiperaktivitas selama beberapa lama ini berbarengan dengan peningkatan
pemakain pewarna, zat perasa, dan pengawet buatan. Hal ini dicurigai
bahwa pewarna dan pengawet buatan dapat menimbulkan alergi, karena
mengandung kesamaan zat kimia dengan zat-zat tertentu.
6) Cedera otak.
Sebuah penelitian dilakukan di New York City‟s Harlem Hospital
terhadap 1.900 bayi yang dilahirkan dengan kandungan kokain di dalam
21
Nugrahini Indra Umratun Wakhaj, Nurul Hidayah Rofiah ‘Perilaku Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) Dalam Proses Pembelajaran (studi Kasus Peserta Didik) Di kelas IV SD Negeri Gejayan, Jurnal Fundamental Pendidikan Dasar, Vol. 1 No. 1 Maret 2018. h. 68
22 June Thompson, Tooddlercare Pedoman Merawat Balita, (Jakarta; Erlangga, 2003), h.
89.
sistem mereka. Lebih dari sepertiga yang dialaminya prematur, 15%
mengalami kecacatan seumur hidupnya, seperti keterbelakangan mental,
kelumpuhan akibat luka berat otak, atau kebutaan akibat stroke di dalam
rahim. Hampir semua bayi yang mengalaminya selebihnya mengalami
penderitaan yang tidak begitu serius seperti hiperaktivitas, lemahnya
keterampilan motorik, serta keterlambatan dalam penggunaan
berbahasa.23
Dari berbagai penyebab ADHD diatas bahwasannya ada
beberapa faktor yang menyebabkan anak memiliki ADHD meskipun
masih banyak yang belum terbukti penyebab pastinya, seperti keturunan
yang berpengaruh anak menjadi ADHD, kesehatan ibu yang dilihat dari
faktor riwayat alergi, kekurangan asam lemak esensial, kekurangan zat
gizi, dan makanan yang mengandung gula dan lainnya. Sehingga para
guru serta orang tua harus lebih memperhatikan setiap perkembangan
yang dialami anak, agar anak tetap sehat dan terjaga dari hal yang tidak
diinginkan.
4. Tipe-tipe Perilaku pada Anak ADHD
Baihaqi berpendapat bahwa ciri-ciri perilaku anak ADHD yaitu kurang
perhatian, impulsivitas, prestasi yang kurang, kesulitan emosional yang dapat
berpengaruh terhadap konsentrasi dan usaha belajar, kurangnya motivasi
sehingga dapat menimbulkan kurang perhatian di dalam kelas dan
menurunnya prestasi akademik.24
Perwujudan sebagai suatu pernyataan
ADHD yang sering timbul akibat terganggunya fungsi kognitif ini
diantaranya adalah menurunnya prestasi belajar, pengamatan waktu yang
kurang baik, menurunnya daya ingat baik verbal maupun non-verbal, kurang
23
Grant Martin, Terapi untuk Anak ADHD, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2008), h.
267.
24 Richma Hidayati, „Peran Konseler Sekolah Dalam Meningkatkan Konsentrasi Pada
Siswa Hiperaktif (ADHD),
(https://www.researchgate.net/publication/315900093_Peran_Konselor_Sekolah_Dalam_eningkat
kan_Konsentrasi_Pada_Siswa_Hiperaktif_ADHD, diakses pada 12 Maret 2019.
mampu membuat perencanaan, kurang peka terhadap kesalahan, dan kurang
mampu mengarahkan perilaku yang bertujuan.25
Gejala yang dialami pada anak ADHD ada berbagai macam dan dapat
dibedakan menjadi tiga tipe di antaranya sebagai berikut :
1) Tipe ADHD inatentif (kurang memusatkan perhatian)
Pada tipe kurangnya kemampuan dalam memusatkan perhatian ini
sedikitnya dengan enam gejala-gejala yang ada, di antaranya sebagai
berikut :
a) Sering kali gagal dalam memperhatikan dengan baik terhadap
sesuatu yang detail atau selalu membuat kesalahan dalam
melakukan pekerjaan sekolah serta kegiatan lainnya.
b) Sering mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap
tugas-tugas atau kegiatan bermain.
c) Sering kali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung
maupun tidak langsung.
d) Sulit untuk mengikuti instruksi dan gagal dalam menyelesaikan
pekerjaan sekolahnya.
e) Sering kali kehilangan benda-benda pentingnya, misalnya pensil,
penggaris, dan penghapus.
f) Selalu menghindari sesuatu yang berhubungan dengan tugas-tugas
yang rumit dan detail.
g) Mudah kebingungan atau terganggu oleh rangsangan dari luar.
h) Cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-harinya.
2) Tipe ADHD hiperaktif-impulsif
Adapun gejala yang dialami pada tipe hiperaktif-impulsif ini sebagai berikut :
25
Ida Ayu Putu Laksmi Esalini & Cokorda Bagus Jaya Lesmana, „Tingkat Kemandirian
Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder dengan Terapi Perilaku di YAyasan Mentari Fajar
Jimbaran Bandung‟, Jurnal Medika, Vol. 8 No.5, Mei, 2019. h.1
a) Sering kali gelisah dengan tangan atau kaki mereka dan sering
menggeliat di kursi.
b) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau di dalam situasi
lainnya, yang mengharapkan ia tetap duduk.
c) Sering berlarian secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat.
d) Sering mengalami kesulitan serta tidak bisa bermain secara tenang
seperti anak normal lainnya.
e) Sering kali berbicara secara berlebihan.
Sedangkan gejala-gejala impulsif sebagai berikut :
a) Sering menjawab sebelum pertanyaan disampaikan.
b) Sering memulai mengerjakan tugas sebelum ia benar-benar membaca
atau mengetahui apa yang diharapkan.
c) Sering melakukan tanpa memikirkan apa yang nanti akan terjadi.
d) Sering mengalami kesulitan dalam mengantri dan menunggu giliran.
e) Sering mengganggu orang lain.
3) Tipe ADHD gabungan
Tipe gabungan ini adalah kombinasi antara tipe kurang memerhatikan
dan hiperaktif-impulsif. Munculnya gejala tersebut secara berulang-ulang
sehingga dengan tingkat yang signifikan disertai beberapa bukti diantaranya:
a) Berbagai gejala tersebut ada sebelum anak mencapai usia tujuh tahun.
b) Berbagai gejala muncul mengakibatkan hambatan yang signifikan
dalam kemampuan akademik.26
Tipe gabungan ini juga sulitnya anak
untuk fokus terhadap apa yang disampaikan guru, karena anak lebih
banyak gerak dibandingkan duduk tenang sehingga terganggunya dalam
kemampuan akademiknya.
26
Novan Ardy Wiyani, Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 166-168
5. Ciri - Ciri Perilaku Anak ADHD
ADHD biasanya akan terlihat jelas ketika sudah duduk di bangku sekolah.
Anak yang mengalami ADHD di sekolah akan merasa tidak tenang di tempat
duduknya sehingga membuat ia berpindah-pindah tempat, banyak berjalan,
tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, sering meninggalkan tugas yang belum
terselesaikan. Adapun ciri-ciri ADHD yang bisa kita lihat dari usianya :
1) Ciri-ciri Perilaku umum ADHD pada masa bayi
a) Sangat sensitif pada suara-suara dan cahaya
b) Sering menangis dan sulit didiamkan,
c) Sering terbangun dan sulit untuk tidur,
d) Sulit makan minum susu ibu maupun susu botol,
e) Sulit ditenangkan dan tidak mau digendong,
f) Menolak untuk disayangi dan air liurnya berlebihan sehingga sering
kehausan.27
2) Ciri-ciri Perilaku ADHD pada usia 2-4 tahun
a) Impulsif ( berbuat kehendak sesuka hatinya)
b) Anak tampak ceroboh dan canggung
c) Sering mengalami kecelakaan dan jatuh
d) Sering menggerak-gerakan kaki dan tangan ketika duduk
e) Sering meninggalkan tempat duduknya
f) Sering menyakiti diri sendiri
g) Suka menentang
3) Ciri-ciri Perilaku ADHD pada usia 4-7 tahun
a) Sering berlari-lari serta menanjat secara berlebihan pada keadaan yang
tidak seharusnya.
b) Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang
c) Selalu bergerak seakan-akan tubuhnya didorong oleh mesin.
d) Sering terlalu banyak bicara.
e) Sering sulit menunggu giliran.
27
Herri Zan Pieter, dkk, op. cit., h. 148
f) Sering memotong dan menyela pembicaraan.
g) Tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya.
h) Impulsif.
i) Sulit berkonsentrasi.
j) Sulit memfokuskan perhatian.28
6. Penanganan Bagi Anak ADHD
Penanganan bagi anak ADHD sebenarnya tidak dapat disembuhkan,
melainkan dapat dikurangi gejala yang menyebabkannya. Ada beberapa cara lain
yang dapat membantu anak ADHD di antaranya yaitu :
a. Lingkungan
Ketika lingkungan tidak diawasi dengan baik, dikhawatirkan anak dapat
melakukan suatu hal yang tidak diinginkan, maka beberapa lingkungan yang
perlu diperhatikan.
1) Rumah
Hal yang perlu diperhatikan di rumah adalah pengaturan waktu,
ruangan untuk melakukan aktivitas, dan tempat. Diantaranya dapat
membiasakan pola makan yang sehat dan bergizi, memastikan anak
cukup untuk tidur dan istirahat, membatasi waktu anak dalam menonton
televisi dan menggunakan gadget, mengajak anak untuk melakukan
aktivitas fisik dan berharap agar dapat mengarahkan aktivitas anak
sesuai dengan kemampuannya.
2) Sekolah
Ada hal yang semestinya kita perhatikan diantaranya ruang kelas dan
kerjasama antara guru dan orang tua serta perhatian khusus bagi anak
yang memiliki ADHD. Contohnya memberikan kartu yang dibacakan
guru, berisi kegiatan dalam satu hari beserta dengan keterangan apakah
ia sudah melakukannya atau belum.
28
Yayuk Ylana, „Teknik guru dalam penanganan anak hiperaktif (studi kasus di kelas v
madrasah ibtidaiyah islamiyah Sukopuro Jabung Malang)‟, Skripsi S.1 UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang, Malang 2017, h. 19-20, dipublikasikan.
3) Teman
Mengawasi ketika anak sedang bermain dengan temannya, mengetahui
apa yang sedang ia mainkan, diusahakan temannya memiliki sifat yang
mau berteman sehingga memudahkan anak ADHD untuk bersosialisasi.
7. Peran Guru dalam Penanganan Anak ADHD
Peran guru menurut Wina Sanjaya adalah guru sebagai sumber belajar,
guru sebagai fasilitator, guru sebagai pengelola, guru sebagai demonstrator, guru
sebagai pembimbing, guru sebagai motivator, guru sebagai evaluator.29
Dari
ketujuh peran guru tersebut bahwa guru sangat berperan penting dalam
mendampingi peserta didik pada taman kanak-kanak terutama bagi anak ADHD,
karena pada masa itu anak sangat membutuhkan bimbingan, motivator, fasilitator,
sumber belajar, demonstrator, dan evaluator dari seorang guru. Serta masih butuh
pengawasan dan perlindungan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Adapun menurut Sugiarmin dalam Baihaqi menerapkan teknik untuk
penanganan anak ADHD adalah memilih cara yang paling tepat lalu latihan secara
berulang-ulang. Teknik yang digunakan yang pertama yaitu menghilangkan atau
mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan. Teknik yang kedua yaitu
mengembangkan tingkah laku yang diinginkan dengan cara memberikan ulangan
penguatan (reinforcement).30 Adapun beberapa menghilangkan atau mengurangi
tingkah laku yang tidak diinginkan diantaranya :
a. Brain Gym
Menurut Dannison brain gym adalah serangkaian gerak sederhana yang
menyenangkan dan dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan belajar
anak dengan menggunakan kemampuan konsentrasi otaknya. Sedangkan
menurut Prasetyo dan Shandy mengemukakan bahwa gerakan dalam
29
Siti Nur Amanah, „Mengoptimalkan Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran Abad
21‟, http://staic.ac.id/mengoptimalkan-peran-guru-dalam-proses-pembelajaran-abad-21.html,
2019, diakses pada Senin 07 Oktober 2019. 30
Rachma Hidayati, Peran Konseler Sekolah Dalam Meningkatkan Konsentrasi Pada
Siswa Hiperaktif (ADHD),
(http://www.researchgate.net/publication/315900093_Peran_Konselor_Sekolah_Dalam_Meningk
atkan_Konsentrasi_Pada_Siswa_Hiperaktif_ADHD), diakses pada 12 Maret 2019
melakukan brain gym dibuat untuk merangsang otak kanan dan otak kiri
(dimensi lateralis), merelaksasikan otak pada bagian belakang dan bagian
depan (dimensi memfokuskan), dan merangsang sistem yang berkaitan dengan
perasaan atau emosional yaitu otak pada bagian atas dan bawah (dimensi
pemusatan). Manfaat yang diperoleh dari brain gym adalah bermacam-macam
di antaranya adalah untuk memberikan perhatian pada situasi yang dihadapi.
Pendapat lain dilakukan oleh Nuryana dan Purwanto menunjukan
bahwa brain gym dapat meningkatkan konsentrasi belajar pada anak serta hasil
penelitian yang dilakukan oleh Harini terkait pengaruh brain gym terhadap
perubahan perilaku pada anak ADHD menunjukan hasil bahwa perhatian
menjadi lebih baik, aktivitas lebih terkontrol serta perilaku impulsif
berkurang.31
Dengan menggunakan brain gym dapat membantu anak untuk
siap dalam pembelajaran, memperbaiki durasi konsentrasi, meningkatkan fokus
dan daya ingat, serta memperbaiki interaksi sosial. Salah satu contoh dalam
melakukan brain gym untuk anak usia 5-6 tahun adalah menggunakan jari
telunjuk untuk tangan kanan, dan jari jempol untuk tangan kiri, kemudian
diubah menjadi jari telunjuk yang berada di tangan kiri dan jari jempol yang
berada di tangan kanan dengan durasi yang lambat menjadi cepat.
b. Terapi Back in Control
Terapi dapat dilakukan pada petugas kesehatan atau dokter. Namun bisa
juga melakukan terapi back in control yang di kembangkan oleh Gregory
Bodenhamer, dan program ini berbasis kepada aturan yang diberikan kepada
orang tua, berharap supaya orang tua dapat menciptakan aturan di rumah,
sehingga anak ADHD dapat berperilaku yang lebih baik lagi. Akan lebih baik
lagi jika program ini dilakukan bersama orang tua serta pihak sekolah maupun
guru kelas, dengan memberikan kegiatan yang menarik minat anak dan
menggunakan peraturan-peraturan yang jelas agar anak dapat mentaatinya.
Umpan balik yang kita berikan menggunakan dorongan, semangat, dan
penghargaan, dengan tujuan agar anak mampu melakukan sesuatu sesuai
31Anastria, dkk, „Pengaruh Pelatihan Brain Gym Terhadap Peningkatan Kemampuan
Konsentrasi Pada Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)‟, Jurnal Ilmiah
Psikohumanika,. Vol. X, No 2 Desember 2018, h. 5-10
dengan peraturan.32 Contohnya jika anak telah mengerjakan tugas dengan baik
hingga selesai, maka guru atau orang tua memberikan stiker dan membolehkan
untuk bermain sesuai yang ia inginkan. Terapi ini memberikan peraturan
kepada anak yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku disiplin bagi anak.
Guru dan orang tua dapat menjalin komunikasi secara baik sehingga
memperkuat untuk menjalin terapi back in control ini.
c. Mengadakan program IEP
IEP adalah program untuk menemukan kebutuhan pendidikan yang unik
bagi siswa berkebutuhan khusus. IEP juga sebagai program yang disusun bagi
setiap individu yang memiliki kelainan tertentu. Program ini merupakan
program jangka panjang dan bisa pula merupakan program jangka pendek.
Menurut Snell (1983) mengemukakan bahwa pengembangan IEP untuk anak
berkelainan (terutama anak yang mengalami kelainan sedang dan parah),
dilandasi dengan asumsi dasar sebagai berikut :
1) Sekolah bertanggungjawab untuk mengajarkan keterampilan fungsional
yang diperlukan untuk mengoptimalkan kemandirian pada siswa. Sekolah
hendaknya mengajarkan keterampilan kehidupan sehari-hari pada siswa di
rumah maupun di masyarakat.
2) Untuk menghasilkan pengajaran yang optimal diperlukannya hubungan
akrab antara guru dengan orang tua siwa.
3) Prisnsip-prinsip pengembangan perilaku dapat diterapkan secara umum dan
dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran
4) Penilaian hasil belajar dilakukan secara informal (tidak penilaian kriteria
standar) lebih sesuai diterapkan untuk penilaian tingkah laku fungsional
5) Validasi tujuan, prosedur dan tujuan pembelajaran dapat disesuaikan dengan
kemampuan anak.33
32
Novan Ardy Wiyani, op. cit., h. 28
33
Sari Rudiyati, ‘Pengembangan dan Pengelolaan Program Pendidikan Individual “Individualized Educational Program”/IEP Bagi Anak Berkelainan di Sekolah Inklusif’, Jurnal Pendidikan Khusus Vol. 6 No. 1 Mei 2010. h. 57-58
IEP dirancang dan disusun oleh tim yag terkait dalam memenuhi
kebutuhan khusus anak, oleh karena itu dapat dipahami dan dikembangkan
oleh guru utama, guru pendamping maupun guru umum yang bertugas di
sekolah reguler dan tenaga professional lainnya. Sebelum diterapkan IEP
terlebih dahulu dievaluasi oleh tim penilai yang terdiri dari guru khusus,
guru reguler, kepala sekolah, orang tua, ahli yang berkaitan dan anak itu
sendiri jika memungkinkan. Hal ini bertujuan agar pelaksanaanya tidak
menyimpang dari tujuan pembelajaran dan pencapaian kemampuan anak
berkebutuhan khusus. Adanya peningkatan partisipasi dan kerjasama bagi
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Program Pembelajaran
Individual, merupakan aspek yang penting dalam implementasi pendidikan
anak berkebutuhan khusus.
Bagi anak usia dini yang diindikasikan masuk dalam program
pendidikan khusus, terlebih dahulu harus memiliki tiga program tertulis
yaitu : referral, assessment, dan identification. Berbagai macam pelayanan
dapat diberikan kepada anak berkebutuhan khusus mulai dari memberikan
pendampingan sementara dari para terapis sampai pelayanan penuh,
kesemua bentuk program umum dalam pengembangan perencanaan
program individualisasi.34
Program IEP sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak yang
memiliki kelaianan tertentu, misalnya bagi anak ADHD. Anak ADHD
membutuhkan penanganan khusus dan cara belajar yang berbeda tidak
seperti anak normal lainnya, karena anak ADHD cenderung aktif bergerak,
kurangnyanya perhatian, dan bertindak tanpa berfikir. Maka dari itu
perlunya program IEP di setiap sekolah agar serangkaian program
pembelajaran bagi anak ADHD seperti assesment kebutuhan anak
berkebutuhan khusus, menentukan tujuan jangka pendek dan jangka
34
N. Dede Khoeriah, ‘Individualized Educational Program dalam Implementasi Pendidikan Inklusif’, Journal Of Special Education, Vol. III No. 01 Februari 2017.
panjang, merancang motode dan prosedur pembelajaran dan melakukan
evaluasi kemajuan anak ADHD dapat dilakukan dengan tepat.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Setiap penelitian dalam bidang sejenis pasti berhubungan dengan penelitian-
penelitian sebelumnya. Hasil penelitian sebelumnya yang dinilai relevan sehingga
dapat dijadikan pendukung dalam penelitian ini, diantaranya yaitu :
1. Penelitian ini dilakukan oleh Ina Aini Maharani, yang berjudul “Peran Guru
dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif di TK Permata Bunda Surakarta
Tahun Pelajaran 2018/2019”. Institut Agama Islam Negeri Surakarta 2019.35
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ina Aini Maharani memaparkan
bahwa pembelajaran anak ADHD sangat penting bagi guru sehingga guru
sangat bertanggungjawab dalam proses kegiatan anak untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran yang terarah, mampu melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, sehingga memerlukan kompetensi yang
memadai bagi guru tersebut. Dalam hal ini persamaan dan perbedaan
peneliti adalah sama sama meneliti anak berkebutuhan khusus di tingkat TK
sederajat dan mengupayakan strategi guru dalam pembelajaran anak
berkebutuhan khusus di kelas dengan baik. Sedangkan perbedaannya adalah
Ina Aini Maharani meneliti anak hiperaktif sedangkan peneliti meneliti anak
ADHD.
2. Hasil penelitian yang kedua yang dilakukan oleh Yuyuk Ylana yang
berjudul “ Teknik Guru dalam Penanganan Anak Hiperaktif (Studi Kasus di
Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Sukopuro Jabung Malang)”.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang April, 2017.36
Yuyuk Ylana memaparkan bahwa teknik pengajaran adalah daya upaya,
usaha-usaha, cara-cara yang digunakan oleh guru untuk melaksanakan
pengajaran di kelas pada waktu tatap muka, dalam waktu menyajikan dan
35
Ina Aini Maharani, “Peran Guru Dalam Membimbing Anak Hiperaktif Di TK Permata
Bunda Surakarta”, Skripsi S.1 IAIN Surakarta, Surakarta 2019. 36
Yuyuk Yuliana, „Teknik Guru Dalam Penanganan Anak Hiperaktif (Studi Kasus Kelas
V Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Sukoporo Jabung Malang)‟, Skripsi S.1 UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang, Malang 2017.
memantapkan bahan-bahan pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.
Dalam hal ini persamaan yang dilakukan oleh Yuyuk Ylana adalah sama-
sama meneliti anak ADHD atau hiperaktif, sedangkan perbedaanya adalah
kata teknik dan peran, dan lembaga yang dilakukan oleh peneliti di RA
bukan di MI.
3. Yang ketiga penelitian ini dilakukan oleh Putri Ayu Maharani yang berjudul
“ Peran Guru Sebagai Pendamping Pada Anak Hiperaktif Usia 5-6 Tahun di
RA Rahayu Surabaya Tahun Ajaran 2016-2017”. Universitas
Muhammadiyah Surabaya 2017.37
Hasil penelitian ini memaparkan bahwa
guru memiliki peran penting dalam membimbing dan memberi stimulus
yang tepat bagi siswa di sekolah. Salah satu peran guru yang paling penting
adalah membimbing saat para siswa melakukan aktivitas untuk
menyelamatkan siswa dan memberi panduan perkembangan dan
pertumbuhan anak. Anak hiperaktif merupakan anak yang memiliki
kelainan neurologis sehingga kesulitan berkonsentrasi dan terlalu
berlebihnya menggunakan aktivitas gerak. Kesamaan dalam penelitian ini
adalah meneliti peran guru di RA pada anak yang berkebutuhan khusus.
Sedangkan perbedaannya peneliti meneliti anak ADHD dan Putri Ayu
Maharani meneliti anak hiperaktif, serta Putri Ayu Maharani meneliti
tentang peran sebagai pendamping sedangkan peneliti meneliti peran
sebagai pembimbing dan penanganan anak ADHD.
37
Putri Ayu Maharani, „Peran Guru Sebagai Pendamping Pada Anak Hiperaktif Usia 3-4
Tahun Di TK Rahayu‟ Jurnal Anak Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 3 No. 1
Februari 2017.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara yang
tepatnya di Jl. Raya Industri Warung Kobak Rt. 002/ Rw 001 Kecamatan
Cikarang Utara Kelurahan Pasirgombong, Kabupaten Bekasi, Provinsi
Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun
ajaran 2019/ 2020, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Rincian Kegiatan Penelitian
No. Bentuk Kegiatan Jan Jul Sept Okt Nov Des
1. Observasi
2. Penyusunan dan
pebaikan dan proposal
skripsi
3. Seminar proposal
4. Validasi Instrumen
5. Mengamati guru dan
siswa
6 Wawancara guru dan
orang tua
7 Analisis data
29
B. Latar Penelitian
RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara merupakan sekolah yang menjadi
penelitian yang beralamat di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara yang tepatnya
di Jl. Raya Industri Warung Kobak Rt. 002/ Rw 001 Kecamatan Cikarang
Utara Kelurahan Pasirgombong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah sekolah memberikan
pelayanan IEP bagi anak yang berkelainan termasuk anak ADHD, ingin
mengetahui peran guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal,
guru RA Al-Hilal sudah sering penanganan anak ADHD beberapa tahun
terakhir. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Peran Guru dalam Penanganan Anak ADHD Usia 5-6 Tahun di
RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus deskriptif. Penelitian kualitatif mengkaji perspektif
partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel.
Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial
dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian, menurut Sugiyono
penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan kunci. Sedangkan
menurut Bogdan & Taylor penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar
dan individu secara holistik (utuh).38
Dalam penelitian ini ada beberapa jenis-jenis penelitian, adapun jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi
kasus. Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu
38
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 83
30
sosial.39
Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif menguasai
berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi atau
komunitas, suatu program, atau suatu sosial. Peneliti studi kasus mencoba
menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti.
Pendekatan ini sering menggunakan metode : wawancara, pengamatan,
penelaahan dokumen, survei, dan data apapun untuk menguraikan suatu
kasus secara terinci.40
Dengan adanya penelitian ini, maka peneliti berharap untuk dapat
memecahkan masalah yang terjadi pada anak ADHD di RA Al-Hilal
Cikarang Utara. Peneliti melakukan wawancara secara mendalam untuk
mengetahui kendala dan masalah apa saja yang dialami anak ADHD, dan
mencoba mencari pemecahan masalah agar anak yang mengalami ADHD,
dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu agar penelitian
ini berjalan dengan baik, peneliti membutuhkan kepala sekolah untuk
memperoleh data berapa anak yang mengalami ADHD di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara, dan guru pengajar di kelas A1 dan B1 untuk mendapatkan
gambaran tentang anak ADHD di dalam kelas dan bagaimana peran guru
dalam membimbing anak ADHD di dalam kelas. Hal ini diharapkan dapat
mengetahui masalah secara rinci dan dapat mengatasi masalah yang terjadi
lebih cepat karena semua pihak yang terlibat telah menyampaikan semua
kendala atau permasalahan yang terjadi dan mengumpulkan solusi dari
para responden dan yang diwawancarai.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolaan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
39
Robert K. Yin. Studi Kasus Desain & Metode, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), h.1 40
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 201
31
Secara bahasa observasi berarti memerhatikan dengan penuh perhatian
seseorang atau sesuatu, memerhatikan dengan penuh perhatian berarti
mengamati tentang apa saja yang terjadi. Cartwright mendefinisikan
observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta
merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi
juga dapat dilakukan dengan cara ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang
diobservasi ataupun tidak, yang jelas observasi merupakan teknik
pengumpulan data yang penting dalam penelitian kualitatif.41
Menurut
Patton tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang
terlibat dalam kejadian yang diamati. Dengan demikian Patton menyatakan
bahwa hasil observasi menjadi data penting karena:
a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks
dalam hal yang akan diteliti.
Observasi memungkinkan peneliti untuk berperilaku terbuka,
berorientasi pada penemuan daripada pembuktian dan mempertahankan
pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.
b. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal
yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian
secara terbuka dalam wawancara.
c. Obsevasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan berperilaku
introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasaan
pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat
dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.42
Observasi memudahkan peneliti untuk mengamati secara dekat
dan jelas tentang apa saja perubahan yang terjadi pada kegiatan yang
telah dilakukan atau peristiwa yang terjadi, ruang dan tempat yang
41
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung
:PT Refika Aditama, 2014), h. 209 42
Ibid, h. 264-265.
32
digunakan, benda-benda, waktu, dan pelaku. Hal ini diamati sesuai
dengan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Mengamati tidak perlu
menggunakan usaha yang keras akan tetapi butuh manipulasi agar tidak
ada yang terganggu dan mengamati secara wajar sehingga berhasilnya
proses pengamatan yang dilakukan.
Berkaitannya dengan pelaksanaan ini peneliti melakukan
observasi kepada anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara yaitu
guru, Rizwan dan Zaky selaku anak ADHD untuk mengetahui secara
langsung bagaimana peran guru dalam memberikan penanganan kepada
anak ADHD di sekolah.43
Tabel 3.2 Pedoman Observasi
Aspek yang
diamati
Kegiatan yang diamati Deskripsi
1. Mengamati
lingkungan
Lokasi Sekolah
Kebersihan Sekolah
Tingkat Kenyamanan
Sekolah
Tata Tertib Sekolah
Keamanan Sekolah
2. Kondisi Anak
ADHD
Perilaku anak ADHD di
sekolah
Komunikasi anak ADHD
3. Penangan
guru dalam
membimbing
anak ADHD
Mengamati guru saat
mendampingi anak
ADHD di dalam dan di
luar kelas
43
Pedoman observasi anak ADHD di sekolah
33
Mengamati faktor-faktor
yang menyebabkan anak
ADHD dan kesulitan
yang dialami guru dalam
penanganan anak ADHD
Mengamati penanganan
guru dalam membimbing
anak ADHD
4. Wawancara
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
wawancara yang dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah
peneliti susun. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yeng mengajukan pertanyaan dan yang terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.
Adapun maksud diadakannya wawancara seperti ditegaskan Lincoln
dan Guba diantaranya: mengkonstruksi mengenai oramg, kejadian,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain.44
Jenis
wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi struktur dimana jenis
wawancara ini termasuk dalam kategori in depth interview. Tujuannya
adalah agar dalam pelaksanaannya lebih bebas dan menentukan
permasalahan secara lebih terbuka.
Wawancara dilakukan peneliti dalam bentuk tanya jawab dengan
menggunakan pedoman wawancara dan informan yaitu kepala sekolah,
guru kelas, dan orang tua untuk mendapatkan gambaran mengenai peran
guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara.
44
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), Cet.3. h. 186
34
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara
No. Pertanyaan Penelitian Jawaban
1. Untuk kepala sekolah
Mengenai lokasi dan keadaan di
RA Al-Hilal Cikarang Utara
Mengenai sejarah dan visi misi
berdirinya RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara
Mengenai berapa jumlah pendidik
yang ada di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara dan sarana
prasarana apa saja yang ada di RA
Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Kebijakan seperti apa yang
diberikan sekolah kepada anak
ADHD
Bagaimana mengelompokkan kelas
pada anak ADHD
2. Untuk Guru RA AL-HIlal
Mengenai identifikasi dan
mendiagnosis anak ADHD
Mengenai cara untuk
penanganan anak ADHD di
dalam kelas dan di luar kelas
Cara guru dalam memberikan
pelayanan bagi anak ADHD,
hal yang dapat memotivasi anak
ADHD di sekolah, faktor yang
menyebabkan anak ADHD dan
35
cara mengevaluasi anak ADHD
di RA Al-Hilal
3. Untuk Orangtua
Mengenai alasan menyekolahkan
anaknya di sekolah RA Al-Hilal
Mengenai kebiasaan apa saja
yang dilakukan anak di rumah
Mengenai interaksi sosial anak
ketika berada di lingkungan
rumah
Mengenai penanganan yang
diberikan orangtua kepada
anaknya
5. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, di antaranya buku-buku relevan, peraturan-peraturan,
foto-foto, laporan kegiatan, film dokumenter, data yang relevan
penelitian.45
Dokumen juga bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang dokumen yang berbentuk tulisan
contohnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lainnya. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya
seni, berupa gambar, patung dan film.46
Dalam penelitian ini peneliti
mengambil dokumen berupa gambar atau foto yang berkaitan dengan
kegiatan guru dalam penanganan anak ADHD di kelas, hal ini berupaya
mendukung data penelitian.
45
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung :PT Refika Aditama, 2014), h. 77
46 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 240
36
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data yang dilakukan menggunakan teknik triangulasi yang
berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Susan Stainback
menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran
tentang beberapa fenomena, tetapi tidak pada peningkatan pemahaman
peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Sedangkan menurut
Mathinson mengemukakan bahwa nilai dari teknik pengumpulan data
dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh
convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu
menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, dengan itu data
yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.47
Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber dan metode.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber merupakan pengecekan kredibilitas datang yang
akan dilakukan dengan cara memeriksa data yang diperoleh dari
beberapa sumber yang telah di dapat, sumber data yang dilakukan yaitu
kepala sekolah, guru dan orang tua siswa.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode untuk menguji kredibilitas data yang akan
dilakukan dengan cara mengecek data dari sumber yang sama, namun
dengan teknik yang berbeda. Pengececekan data yang dapat dilakukan
dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Miles dan Huberman analisis terdapat dari tiga bagian kegiatan
47
Ibid., hal 242
37
terjadi secara bersamaan diantaranya: reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan/ verifikasi. 48
Tabel 3.4 Analisis Data
Menurut Bogdan & Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses
yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan
merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan
sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja
itu.
Tahapan dalam melakukan analisis data salah satunya adalah analisis
yang dilakukan sebelum peneliti masuk di lapangan. Sugiono, peneliti
telah melakukan analisis terlebih dahulu sebelum memasuki lapangan.
Analisis dilakukan terhadap data hasil pendahuluan, atau data sekunder
yang didapatkan dimana nantinya akan digunakan untuk menentukan
fokus penelitian. Namun fokus penelitian yang didapatkan dari analisis
sebelum dilapangan ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang
setelah peneliti masuk selama di lapangan.49
Analisis data merupakan
salah satu cara untuk menyusun data yang diperoleh secara sistematis, dan
48
Sugiono., op.cit,. 244
Gambar 3.2 Bagan Hubungan antara Analisis Data dengan Pengumpulan Data Menurut
Miles dan Huberman
49
Albi Anggito & Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi:CV
Jejak, 2018), h. 240
Pengumpulan
data Penyajian
Data
Reduksi
Data penarikan
kesimpulan/
verifikasi
38
analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan. Semua data
informasi yang didapat dari berbagai macam teknik atau cara yang telah
digunakan nantinya akan diinterprestasikan dalam sajian untuk
mengungkapkan apa saja yang dilakukan dalam peran guru dalam
penanganan anak ADHD di kelas dan di lur kelas. Setelah itu akan
dianalisis guna mendapatkan dari data informasi yang diperoleh.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Lokasi dan Keadaan di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Lokasi RA Al Hilal 02 Cikarang Utara berada pada posisi yang
strategis karena letaknya yang mudah dijangkau dan dekat dengan
pemukiman masyarakat dan berada di Cikarang Utara. Lokasi yang
strategis memudahkan masyarakat untuk mengetahui lokasi RA Al-
Hilal 02 Cikarang Utara yang tepatnya di Jl Raya Industri Warung
Kobak Rt. 002/ Rw 001 Kecamatan Cikarang Utara Kelurahan
Pasirgombong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kondisi
sekolah dan kelas sangat bersih dan rapi. karena guru dan petugas
kebersihan selalu membersihkannya ditambah lagi dengan guru yang
rajin membersihkan kelas, tata tertib sekolah dilakukan dengan baik
sehingga anak dapat menerapkan sopan santun kepada orang-orang
baru. Untuk keamanan sekolah belum sepenuhnya terjaga karena
satpam tidak tetap sehingga membahayakan anak jika terjadi hal yang
tidak wajar ketika anak sering keluar masuk kelas.
1)Keadaan Gedung Ra Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Tabel 4.1
Keadaan Gedung Ra Al-Hilal 02 Cikarang Utara
No Objek Keterangan
Ada Tidak
1. Ruang Kelas ✔
2. Kamar Mandi ✔
3. Mushola ✔
4. APE Out Door ✔
5. APE In Door ✔
6. Kantin Sekolah - ✔
7. UKS ✔
8. Ruang Kantor ✔
10. Papan Pengumuman ✔
11. Tempat Cuci Tangan ✔
12. Dapur ✔
13. Tempat Parkir ✔
Sarana sekolah sudah dapat diakses oleh anak ADHD dengan baik,
mulai dari ruang kelas, kamar mandi, tempat cuci tangan, hingga tempat parkir,
ketika anak ADHD sedang membawa sepeda ke sekolah, anak menyimpan
sepedanya secara sejajar karena garis tempat parkir yang tersusun rapih. Hal
ini memberikan fasilitas bagi anak ADHD untuk mengakses sarana sekolah
dengan mudah dan nyaman.
42
1) Ruang Kelas
RA AL-Hlal 02 Cikarang Utara, menyelenggarakan kegiatan berdasarkan
pengelompokan rentang usia sebagai berikut :
Tabel 4.2
Pengelompokan Rentang Usia
Kelas Rentang Usia
Taman Kanak-kanak
(A)
4-5 Tahun
Taman Kanak-kanak
(B)
5-6 Tahun
Anak ADHD disatukan di dalam kelas dengan anak-anak normal lainnya,
dengan tujuan dapat berinteraksi dan menjalin hubungan sosial dengan
baik.
Hal ini dapat dilihat dalam catatan wawancara bersama kepala kepala
sekolah serta menanyakan perihal visi dan misi sekolah, jumlah pendidik
dan sarana prasarana sekolah sebagai berikut:
“ Jenis Program kegiatan di RA, kami membagi anak dalam rentang usia,
Kelas A dan Kelas B untuk anak yang usianya 4-5 tahun berada di kelas A
dan untuk anak yang usianya 5-6 tahun berada di kelas B, namun jika anak
B jauh tertinggal dalam pembelajaran maka anak dipindahkan di kelas A,
hal ini agar anak tidak terlalu jauh tertinggal dalam pembelajaran. Untuk
penempatan anak ADHD disatukan di dalam kelas bersama anak-anak
normal lainnya, agar anak dapat berinteraksi dan menjalin hubungan sosial
dengan baik. Sekolah sudah menyediakan program IEP yang disedikan
untuk anak berkebutuhan khusus, sehingga anak berkebutuhan khusus
dapat diberikan penanganan lebih dari setiap guru.(CW-1)
43
2) Prasarana
Tabel 4.3
Prasarana di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
b. Sejarah Berdirinya RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Latar belakang dan tujuan berdirinya RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara adalah terletak di Jl Raya Industri Warung Kobak Rt. 002/ Rw 001
Kecamatan Cikarang Utara Kelurahan Pasirgombong, Kabupaten Bekasi,
Provinsi Jawa Barat.
RA Al-Hilal berdiri pada tahun 2011 yang dibina oleh Jajay
Suharto, S.Pd.MM. Bapak Dr. H. Edi Suhadi, M.Pd. sebagai Ketua
yayasan, serta Ibu Hj Ida Saidah, S.Pd. sebagai kepala sekolah hingga
sekarang. Pada saat itu orang tua tidak menyadari bahwa pentingnya
Pendidikan bagi anak usia dini, dan Pendidikan untuk anak usia dini pun
begitu jauh dari tempat yang sekarang dibangun RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara, sehingga didirikanlah sebuah RA oleh Dr. H. Edi Suhadi,M.Pd.dan
No
Jenis Keberadaan Berfungsi Keterangan
Ya Tidak Ya Tidak
1. Jaringan
Listrik
✔ - ✔ - RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara,
sudah dapat
memberikan
pelayanan dan
fasilitas yang baik
bagi anak ADHD,
yang dapat dilihat
dari prasarana
yang ada di
sekolah.
2. Jaringan
Telepon
✔ - ✔ -
3. Internet ✔ - ✔ -
4. Akses
Jalan
✔ - ✔ -
44
Ibu Hj Ida Saidah S.Pd. sebagai kepala sekolah RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara sampai saat ini.
Dari tahun 2011 hingga saat ini tahun 2019 RA Al-Hilal 02 banyak
perubahan, mulai dari fasilitas, kelas yang semakin bertambah dari tiga
kelas menjadi lima kelas, siswa yang semakin bertambah setiap tahunnya,
guru berkualifikasi pendidikan S1 yang berwawasan luas, menguasai
teknologi informasi sebagai media pembelajaran, dan memiliki
kemampuan yang baik dalam berinteraksi sosial.
RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara didirikan dengan tujuan sebagai
berikut :
1) Lembaga/ madrasah memiliki arahan yang jelas dalam menyusun
program pengembangan lembaga.
2) Agar lembaga/ madrasah di lingkungan Cikarang Utara bisa menjadi
lembaga yang unggul dengan lulusan yang ideal.
3) Agar lembaga/ madrasah di lingkungan Cikarang Utara selalu dapat
pengakuan dari masyarakat.
c. Visi dan Misi RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
1) Visi RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Menyiapkan generasi yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti
luhur, prima dalam kualitas, unggul dalam berprestasi dan santun dalam
berbudaya melalui system pendidikan islam terpadu
2) Misi RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Memberikan pelayanan terbaik kepada anak didik dan orang tua untuk
mencapai hasil yang maksimal, melaksanakan dasar-dasar yang kuat
bagi anak didik akan kemandirian, pengenalan dan peradaban serta
memupuk jiwa kompetitif dengan orang lain.
Dari visi misi tersebut sudah mengakomodir setiap anak ADHD,
mulai dari pelayanan dalam menuntun perilaku yang sopansantun, mandiri,
keratif, memiliki jiwa sosial dengan berbagi, cerdas, dan beriman. Hal ini
dibantu oleh para guru yang kreatif, inovatif, sabar, dan penyayang.
45
d. Profil RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Pofil sekolah RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara, berlokasi di Jl. Raya
Industri Warung Kobak Rt. 002/ Rw 001 Kecamatan Cikarang Utara.
Tanah yang dimiliki seluas 500 m² dan berdiri pada tahun 2011. Lokasi
RA Al-Hilal cukup strategis karena tempatnya dipinggir jalan dan mudah
dijangkau oleh masyarakat.
e. Struktur Organisasi RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Tabel 4.4
Struktur Organisasi RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
No Jabatan Nama
1. Pembina RA Jajay Suharto, S.Pd.MM.
2. Ketua Yayasan Dr. H. Edi Suhadi, M.Pd.
3. Kepala Sekolah Ibu Hj Ida saidah, S.Pd.
4. Wali Kelas Yuli S.Pd.
Robiah S.Pd.
Yuni Yunisa S.Pd.
Rurlaila Sari S.Pd.
5. Guru Pendamping Lamih Sulastri S.Pd.
Fiki Muhtarotunnisa S.Pd.
6. Operator Minda Ningsih, S.Pd.I.
7. Bendahara Miftahul Zannah S.Pd.
8. Sekertaris Ahmad Rifai Fauzi S.Pd.Iss.
46
Guru adalah pembimbing bagi anak-anaknya, yang bertujuan untuk
terciptanya tumbuh kembang anak dengan baik salah satunya adalah bagi
anak ADHD yang sangat membutuhkan guru untuk tetap
memperhatikannya dan memberikan penanganan yang khusus bagi anak
ADHD. Hal ini sudah terlihat dari cara guru RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara, memperlakukan anak ADHD di dalam kelas dan di luar kelas,
bahwa guru sudah dapat mengakomodir anak ADHD semaksimal mungkin
dengan baik.
f. Pembiayaan
Sumber pembiayaan penyelenggaraan pembelajaran di RA Al-Hilal
02 Cikarang Utara berasal dari biaya pendidikan, anggaran pemerintah
BOP dan SPP anak-anak. Seluruh anggaran yang ada dikelola secara
terbuka, efisien dan dapat di pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan
yang ada.50
Pembiayaan sudah cukup murah bagi setiap kalangan termasuk
anak ADHD.
g. Data Siswa
1) Jumlah siswa data empat tahun terakhir
Tabel 4.5
Jumlah siswa data empat tahun terakhir
Tahun
Kelas A I Kelas A
II
Kelas B I Kelas B II Total
L P L P L P L P
2016/2017 5 8 7 7 10 6 8 9 60
2017/2018 8 10 10 12 6 8 9 11 74
2018/2019 12 14 8 12 2 11 8 11 78
2019/2020 7 10 10 12 8 16 13 4 80
Sumber data : RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
50Dokumentasi RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara 2019-2020
47
Tabel 4.6
Jumlah siswa data empat tahun terakhir
No. Tahun
Pelajaran
Jumlah Siswa
Lk ADHD Pr ADHD Total
1. 2016/2017 28 2 30 - 60
2. 2017/2018 31 2 40 1 74
3. 2018/2019 29 1 47 1 78
4. 2019/2020 36 2 42 - 80
Sumber data : RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Dari data di atas anak ADHD di sekolah RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara terdapat paling banyak tiga anak ADHD, dan paling sedikit dua anak
ADHD pertahunnya. Hal ini membuktikan bahwa guru RA Al Hilal 02
Cikarang Utara sudah sering penanganan anak ADHD. Sehingga tidak
cemas lagi ketika ada anak ADHD yang mendaftar di sekolah, karena guru
RA Al-Hilal memiliki program IEP dengan teknik penanganan anak
ADHD di kelas maupun di luar kelas dengan baik.(CL-2)
2. Deskripsi Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah peran guru dalam penanganan anak
Attention Devicit Hiperactivity Disorder usia 5-6 tahun di RA Al-HIlal 02
Cikarang utara tahun ajaran 2019/2020. Subjek penelitian ini merupakan
pengungkapan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan yang
sesuai dengan fokus masalah yang ada dalam skripsi yang peneliti buat.
Berdasarkan dari deskripsi subjek peneliti memaparkan dari mulai data-
data yang berkaitan dengan perilaku anak ADHD yang berusia 5-6 tahun
yang bertempat di Kecamatan Cikarang Utara, faktor-faktor yang
menyebabkan anak menjadi ADHD, sehingga memudahkan guru dalam
mengalihkan kegiatan yang positif dan mengurangi makanan apa saja yang
48
menjadi penyebab anak menjadi ADHD, serta peran guru dalam
memberikan penanganan kepada anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara dengan menggunakan senam otak, bertepuk, bernyanyi,
menempatkan anak duduk dipaling depan. Data yang diperoleh adalah
hasil dari penelitian ini berupa wawancara, observasi maupun
dokumentasi.
a. Perilaku anak ADHD
Awal yang dilakukan peneliti pada bulan Juli 2019 yaitu memberikan
surat izin untuk melakukan observasi dengan bertemu kepala sekolah di
RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara, setelah diberi izin untuk melakukan
observasi, peneliti memulai observasi dengan cara mengamati anak dan
guru yang ada di dalam kelas A dan B. Anak ADHD merupakan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, sehingga mengakibatkan anak
menjadi kesulitan dalam berkonsentrasi dan memiliki aktivitas yang
berlebihan. Hal ini menjadi perhatian penting kepada guru dan orang tua,
agar selalu memperhatikan tingkah laku anak ADHD di sekolah maupun di
luar sekolah.
1) Perilaku anak ADHD di dalam kelas
Ketika peneliti memulai untuk mengamati anak yang ada di
dalam kelas, terlihat jelas ada dua anak yang berlari-lari dan keluar
masuk kelas tidak seperti anak normal lainnya dan sering
menggoyang-goyangkan kaki di bangku, memukul-mukul meja,
mengganggu teman di sekitarnya. Hal ini membuat guru untuk selalu
mengunci kelas dan gerbang agar tidak terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan. Selain itu juga guru memberikan penanganan lebih untuk
dua anak tersebut, karena memiliki aktivitas yang berlebihan dan daya
konsentrasi yang rendah. Komunikasi siswa juga belum sepenuhnya
baik karena jika anak menginginkan sesuatu harus berteriak-teriak dan
sering marah jika keinginannya tidak terpenuhi (CL-2).
Peneliti mencoba untuk melakukan wawancara kepada guru kelas A
dan B, agar mendapatkan informasi lebih jelasnya mengenai kedua
49
siswa tersebut. Kedua anak tersebut bernama Rw dan Zk, Rw di kelas
A I dan Zk terdapat di kelas B I.
Menurut ibu guru Yl “Rw adalah anak ADHD yang memiliki
ciri-ciri lebih banyak aktivitas dari anak normal lainnya, sering keluar
masuk kelas, mengganggu teman-temannya, naik ke atas meja dan
sulit untuk diajak belajar, tidak menempatkan barang-barangnya pada
tempatnya, sering meninggalkan pensil dan buku di sekolah karena
lupa, sehingga butuh penanganan khusus bagi Rw agar selalu dalam
pengawasan guru kelas maupun guru-guru di sekolah. Metode yang
digunakan dalam pembelajaran kepada Rw berbeda dengan anak
lainnya seperti modifikasi yang diberikan berupa pembedaan media
belajar, penyederhanaan bahasa, tugas dan penambahan waktu dan
sesuai dengan pelayanan IEP yang telah dibuat.(CW-2)”
Sedangkan menurut ibu guru kelas B I “ Zk adalah anak ADHD
yang cenderung aktif naik ke atas meja, mengumpat di kolong bangku
ketika belajar, tidak bisa duduk dengan tenang, menggoyang-
goyangkan kaki ketika sedang duduk di meja, mengganggu temannya,
dan kurang berkonsentrasi ketika sedang belajar. Sama halnya dengan
Rw yang berada di kelas A I. (CW-3)”
Hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti didukung
dengan dokumentasi perilaku anak ADHD yang sedang berada di
dalam kelas, dapat dilihat pada gambar. (CD4.1), (CD4.2), (CD4.3)
50
CD4.1
Perilaku Rw ketika di dalam kelas
CD4.2
Perilaku anak Rw ketika di dalam kelas
CD4.3
Perilaku Rw dan Zk ketika melakukan
shalat di dalam kelas
2) Perilaku anak ADHD di luar kelas
Pada saat bel istirahat berbunyi, Rw dan Zk lebih cepat untuk
keluar kelas tanpa berdoa sebelum makan terlebih dahulu, mereka
meninggalkan kelas hanya untuk mengambil lego dan mainan yang
sudah tersedia di sekolah. Namun guru selalu membiasakan siswanya
51
untuk berdoa sebelum makan, sehingga kedua anak ADHD tersebut
dinasehati untuk masuk ke kelas kembali.(CL-2)
Untuk memperkuat mengenai anak ADHD yaitu Rw dan Zk
peneliti mendatangi rumah kedua anak tersebut, untuk mewawancarai
bagaimana tingkah laku Rw dan Zk di rumah, berikut wawancara
peneliti dengan orang tua Rw.
”Sebenarnya saya sudah mengetahui bahwa anak saya itu
hiperaktif dan beda dari anak yang lainnya, ayahnya juga pernah
bermaksud untuk terapi Rw, namun karena biaya jadi belum bisa
bawa Rw untuk terapi. Mengenai tingkah laku, Rw itu sedikit
memiliki teman karena sering menjahili dan membuat ulah, dan kalau
main tidak mau pulang pasti harus dijemput. Kalau di rumah sering
sekali Rw memainkan mainannya tetapi dia tidak mau
membereskannya kembali, padahal saya sudah sering kasih tau.
Ketika Rw marah pasti dia membanting-bantingkan benda yang ada di
sekitarnya, saat itu saya menasehatinya dengan lembut tetapi dia
melakukannya kembali. Kalau di sekolah saya sering dipanggil oleh
gurunya, padahal saya sedang hamil besar. Guru kelasnya sangat baik
dan sabar, memberikan arahan, memberikan pengawasan yang lebih,
Rw sering ditempatkan di depan kelas agar tidak mengganggu teman-
temannya. Sistem layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus di sekolah sudah sedikit banyaknya membantu perkembangan
anak saya, namun masih saja guru kesulitan untuk memberikan
penanganan bagi anak saya ketika pembelajaran di kelas sedang
berlangsung, alasan yang jelas karena guru pendamping tidak tetap di
setiap kelas, hal ini menjadikan guru kebingungan dalam mengatur
mana yang harus diprioritaskan. Adapun penanganan yang saya
berikan di rumah kepada Rw dengan memberikan hukuman agar tidak
bermain dalam beberapa jam, jika dia tidak menuruti perintah dari
saya dan ayahnya dan selalu memberikan informasi kepada guru
52
tentang kegiatan apa saja yang dilakukan Rw ketika di rumah.(CW-
4)”
Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan orang tua Zk.
“Kalau Zk di sekolah sering jahilin teman-temannya, jadi saya
sering dipanggil oleh gurunya. Tetapi untuk saat ini Zk sedang terapi
untuk menghilangkan sedikit demi sedikit aktivitas dan meluapkan
emosinya dengan baik.(CW-5)”
Setelah itu, peneliti menanyakan kembali kepada kedua orang tua
Rw dan Zk, perihal apa alasan orang tua menyekolahkan anaknya di
RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara, dan bagaimana interaksi kedua anak
ADHD di lingkungan rumah dan sekolah, serta masalah apa saja yang
ibu bapak ketahui mengenai anaknya dalam proses kegiatan
pembelajaran. Berikut ini hasil dari perbincangan peneliti dengan
orang tua Rw.
“Alasan saya menyekolahkan Rw, karena sekolahnya dekat dengan
rumah saya dan mudah untuk menjemputnya jika terjadi sesuatu
kepada anak saya. Sekolah meberikan pelayanan pendidikan untuk
anak berkebutuhan khusus, terutama bagi anak saya yang memiliki
ADHD sehingga saya cukup tenang ketika anak saya berada di
sekolah. Namun perilaku Rw kadang membuat saya harus datang ke
sekolah karena Rw menggigit temannya atau membuat teman-
temannya menangis. Saya tahu bahwa anak saya sulit diajarkan untuk
belajar karena di rumah juga sama, tetapi menurut saya yang penting
adalah anak saya harus bisa sekolah seperti anak lainnya. Kalau untuk
berteman dia hanya memiliki beberapa teman saya itupun tidak dekat,
karena sering diganggu sama Rw.(CW-4)”
Setelah mendapatkan jawaban dari orang tua Rw, peneliti langsung
mewawancarai orang tua Zk dengan pertanyaan yang sama. Berikut
ini hasil dari perbincangan peneliti dengan orang tua Zk.
“Alasan saya menyekolahkan anak saya karena sekolahnya bagus
dan banyak anak teman saya yang sekolah di RA Al-Hilal dan di RA
53
Al-Hilal juga menyediakan program IEP untuk anak yang
berkebutuhan khusus, sehingga meyakinkan saya untuk
menyekolahkan anak saya di RA Al-Hilal. Kegiatan belajar Zk sangat
sulit sekali terkadang saya kasih mainan dulu baru mau belajar itu pun
mudah bosen, jadi saya sudah tidak asing lagi jika mendengar guru
bahwa anak saya sulit untuk belajar. Anak saya sering bertengkar di
sekolah, anak saya juga sulit untuk diajak belajar, menjahili teman-
temannya, tidak pernah mau membereskan mainannya, sering
menangis, dan tidak bisa diam ketika di rumah. Teman-teman Zk itu
pada takut karena Zk terkadang jahil sama temannya, misalnya
mengambil barang temannya tetapi nantinya dikembalikan lagi,
membuang buku temannya. Oleh karena itu dia dijauhi sama teman-
temannya karena kejahilannya.(CW-5)”
Setelah itu, peneliti merasa sudah cukup banyak mendapatan
informasi mengenai Rw dan Zk, peneliti sangat berterima kasih
kepada kedua orang tua Rw dan Zk.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan anak ADHD dan kesulitan yang
dialami guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara
Hasil yang didapat dari peneliti adalah ketika peneliti melakukan
pengamatan di dalam kelas, peneliti melihat anak dengan ciri ADHD,
ketika jam istirahat tiba anak tersebut langsung tergesa-gesa untuk
mengambil makanan yang dimilikinya berupa nasi dan telur, dengan
lahapnya ia makan setelah habis ia langsung menaik ke atas meja,
mengumpat di kolong meja, lari-lari, melempar-lempar buku, dan sering
mengganggu teman-temannya yang sedang asik bermain, sehingga sulit
untuk dikendalikan.(CL-3)
Hasil penelitian tersebut diperoleh dengan cara mewawancarai guru
mengenai apa saja faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif dan
apa saja kesulitan yang dialami guru dalam penanganan anak ADHD.
54
Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bu Yl dan bu Rb. Berikut ini
hasil dari wawancara peneliti dengan kepala sekolah.
“Sebelum masuk ke sekolah biasanya kita memberikan formulir mengenai
biodata anak, riwayat penyakit, menanyai perilaku anak kepada orang tua,
latar belakangnya seperti apa, jika sudah mengetahui bahwa anak itu
ADHD, baru saya dan guru lain merundingkan kira-kira apa saja tuh
faktor-faktor anak ADHD. Faktor-faktor pada anak ADHD yang saya
pelajari sih biasanya dari keturunan/ genetik, dan lingkungan ketika ibunya
sedang hamil, makanan dan bisa juga cedera pada bagian otak. Selanjutnya
penanganan yang saya dan guru-guru lain berikan dengan cara membuat
pelayanan IEP dan memberikan penanganan khusus salah satunya
mengurangi makanan yang membuat anak semakin aktif di sekolah.
(CW-1)”
Selanjutnya pernyataan dari bu Yl.“Saya sering kesulitan ketika anak
ADHD memakan-makanan yang terlalu banyak mengandung karbohidrat,
gula, cokelat dan makanan lain yang membuat anak ADHD semakin aktif.
Karena sebanarnya itu adalah salah satu faktor yang menyebabkan anak
semakin aktif, bisa juga karena genetik, dan bisa juga karena lingkungan
yang membuat anak ADHD.
Ketika ia memakan-makanan yang terlalu banyak gula dan makanan
manis lainnya saya semakin kesulitan untuk penanganannya, misalnya ada
anak yang menangis di kelas, namun Rw membuat masalah seperti
mencari-cari kunci agar bisa keluar kelas, menaik-naik meja, mengganggu
temannya padahal guru pendamping sudah sangat membantu, tetapi jika
sedikit tidak memperhatikannya pasti ada saja ulah yang dilakukan. Hal
yang saya lakukan sekarang adalah menyimpan konci kelas di saku saya,
sementara meja dan bangku disimpan di gudang, sehingga anak duduk di
karpet dan Rw tetap duduk paling depan, agar berjalannya proses
pembelajaran dengan baik, dan guru pendamping memberikan pengawasan
lebih kepada Rw di dalam maupun di luar kelas, mengalihkan
55
pembelajaran dengan cara bercerita, bernyanyi, bermain melatih otak dan
memberikan pelayanan sesuai deng IEP yang dibuat.(CW-2)”
Penjelasan di atas dilakukan dengan dokumentasi yang dilakukan dengan
peneliti, pada saat jam istirahat, dapat dilihat pada gambar (CD4.4)
CD4.4
Rw setelah memakan-makanan
yang mengandung banyak gula semakin aktif
dalam beraktivitas.
Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi ADHD
serta kesulitan apa saja yang dialami juga diucapkan oleh bu Rb sebagai
guru utama Zk yaitu.
“Faktor yang menyebabkan anak ADHD salah satunya adalah dilihat
dari keturunan, berlebihnya makanan yang manis pada saat hamil, dan
faktor lingkungan. Dalam penanganan anak di saat jam pelajaran pasti ada
aja kesulitannya, cuma yang dialami Zk sebagai anak ADHD di kelas B I
yaitu sering mencoba untuk keluar kelas pada saat jam pembelajaran
berlangsung, lari-larian tidak melihat kondisi dan situasi, menaik meja dan
gebrak-gebrak meja. Contoh lainnya misalnya ketika dalam pembelajaran
guru sedang menjelaskan tema hari ini, di saat yang lain memperhatikan
guru, Zk malah berlari-lari bahkan sering mengganggu teman-temannya,
56
menginginkan sesuatu dengan cara berteriak dan jika tidak dituruti maka
anak akan marah. Ketika jam istirahat berlangsung dan para guru lupa
mengunci gerbang utama, Zk keluar sekolah pergi untuk jajan sambil lari-
lari. Hal ini menyulitkan saya dan guru lainnya untuk mengejar Zk, yang
seharusnya guru-guru istirahat tetapi Zk membutuhkan perhatian lebih dari
para guru-guru. Dalam penanganan anak ADHD saya sering memberikan
hukuman kecil seperti membersihkan sampah yang ada di dalam kelas dan
memberikan gambar sedih di papan tulis, agar anak tidak mau melakukan
kesalahan lagi.(CW-3)”
peneliti mendatangi rumah Rw dan Zk, untuk mewawancarai
mengenai apa saja faktor yang menyebabkan anaknya ADHD, berikut
wawancara peneliti dengan orang tua Rw.
“Sebenarnya Rw itu ADHD, karena keturunan dari ayahnya yang
memiliki riwayat ADHD, jadi pas saya mengetahui anak saya hiperaktif
saya sempat khawatir tetapi lama kelamaan saya menerimanya dan
memberi pengawasan lebih.(CW-4)”
Sedangkan menurut pengakuan orantua Zk mengenai apa saja faktor
yang menyebabkan anaknya ADHD, sebagai berikut wawancara peneliti
dengan orangtua Zk.
“Dulu waktu saya hamil, saya suka sekali dengan yang manis-manis.
Ditambah lagi ayahnya dulu masih kecil terkenal dengan anak ADHD dan
aktif, jadi saya sekarang menyadari bahwa anak saya ADHD dan sekarang
sedang menjalani terapi.(CW-5)
c. Peran guru dalam penanganan anak ADHD di kelas A I dan B I
di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Guru merupakan sumber belajar bagi siswa, sehingga guru dituntut
untuk dapat memberikan strategi yang tepat bagi siswa/ siswinya dalam
kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini
bertujuan agar tercapainya siswa-siswi yang kreatif, inovatif, cerdas, serta
tumbuh kembang anak berjalan secara optimal. Guru juga harus memiliki
57
sifat penyayang, sabar, dan tidak membeda-bedakan anak ADHD dan anak
normal lainnya
Pada saat peneliti melakukan pengamatan di kelas A I dan B I, guru
memulai pembelajaran dengan tema Diri Sendiri, sub tema Aku dan Panca
Indra. Dimulai dari berbaris, bernyanyi sesuai tema yang akan
dilaksanakan, berdo‟a dan masuk ke dalam kelas. Ketika di dalam kelas,
anak dibiasakan untuk membaca iqro, bernyanyi kembali, dan bertepuk
tangan dengan harapan agar membangkitkan semangat anak dalam belajar.
Cara guru dalam menyampaikan pembelajaran dengan cara memberi
kesempatan anak untuk maju ke depan kelas satu persatu, bernyanyi
dengan menggerakan anggota tubuh, dan senam otak. Setiap kelas ada
satu guru, namun ada guru pendamping yang datang ketika guru utama
membutuhkan bantuan, karena setiap kelas ada saja kesulitan yang terjadi
ketika menghadapi anak-anak dalam proses pembelajaran berlangsung.
Selesai membaca iqro, anak-anak diminta untuk bernyanyi sambil berdiri,
namun ada satu anak yang memilih untuk berlari-lari, dengan semangatnya
dia berlari sehingga menabrak temannya hingga terjatuh dan menangis, bu
Yl sebagai guru utama Rw langsung menghampiri Rw dan mendekapnya,
lalu bu Yl meminta bantuan kepada guru pendamping yaitu bu Lami untuk
menenangkan temannya yang terjatuh karena Rw Anak yang mengalami
ADHD.(CL-3)
Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara peneliti dengan bu Yl, selaku
guru utama di kelas A I menjelaskan bahwa :
“Di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara terdapat dua anak yang memiliki
ADHD, yaitu Rw dan Zk. Kalau di kelas sering lari-lari dan tidak bisa
diam, terkadang juga mengganggu teman-temannya apalagi kalau baca
iqro, karena membacanya di lantai jadi duduk dan kakinya sering
diangkat-angkat ke atas meja dan sering juga masuk ke kolong meja. Hal
ini menjadikan saya memberikan perhatian khusus bagi anak yang
mengalami ADHD, terutama untuk Rw sebagai anak siswa saya di kelas A
I. Pada saat kelas mulai tidak kondusif biasanya saya melakukan aktivitas
58
dengan bernyanyi sambil menggerakan tubuh dan senam otak, tujuannya
agar anak konsentrasinya kembali lagi kepada saya.(CW-2)”
Pengamatan yang dilakukan peneliti selanjutnya dilakukan di kelas B
I yaitu Zk sebagai anak ADHD dan bu Rb sebagai guru utama. Peneliti
memulai pengamatan dari mulai baris-berbaris, bernyanyi sesuai tema
yang akan dilaksanakan, berdo‟a dan masuk ke dalam kelas. Ketika di
dalam kelas, anak dibiasakan untuk membaca iqro, bernyanyi kembali, dan
bertepuk tangan dengan harapan agar membangkitkan semangat anak
dalam belajar. Selanjutnya guru meminta anak untuk maju ke depan,
menyebutkan nama-nama anggota tubuh yang ada di papan tulis. Saat itu
Zk mengangkat tangan berharap bisa maju ke depan, setelah Zk di depan
kelas guru meminta Zk untuk menyebutkan gambar yang ada di papan
tulis, namun Zk malah pergi dan memilih untuk mengganggu teman-
temannya, padahal Zk belum sempat untuk menyebutkan apa yang telah
diperintahkan guru. Hal ini membuat guru kebingungan dan
memerintahkan Zk untuk duduk kembali di depan kelas samping meja
guru.(CL-4)(CD4.5)(CD4.6)
CD4.5
Kegiatan baris-berbaris sebelum masuk kelas
59
CD4.6
Penempatan duduk Rk di depan kelas di samping meja guru
Peneliti melihat Rw dan Zk duduk di bangku paling depan, harapan
guru supaya dapat memberikan penanganan khusus bagi anak ADHD di
kelas, tidak mengganggu teman-temannya, dapat berkonsentrasi dengan
baik, memperhatikan guru ketika sedang berbicara, memudahkan guru
dalam penanganan dan mengawasi anak ADHD di dalam kelas.(CL-4)
Hal ini dibenarkan oleh ibu Rb sebagai guru kelas B I, ia
mengungkapkan bahwa:
“Ketika Zk duduk di depan kelas samping saya, itu merupakan
penanganan yang mudah bagi saya, ketika terjadi apa-apa dengan Zk.
Biasanya sebelum memulai pembelajaran, saya memberikan perjanjian
untuk anak yang mau maju ke depan kelas, tidak bertengkar, tidak
menangis, tidak lari-larian, dan berani mencoba melakukan sesuatu dengan
itu saya memberikan gambar smile di papan tulis, tapi jika sebaliknya saya
memberikan gambar sad di papan tulis beserta nama anak. Penanganan
selanjutnya biasanya saya sering memberikan aktivitas senam otak pada
anak ADHD ketika kelas sedang tidak kondusif atau anak ADHD selalu
membuat ulah kepada anak-anak lainnya. Misalnya menggunakan program
IEP dengan metode bernyanyi dengan gerakan, bertepuk, dan senam otak.
(CW-3).”
60
Peneliti sering melihat guru sedang menasehati Rw dan Zk ketika
kondisi kelas sedang kondusif dan kedua anak terlihat mendengarkan dan
diam dalam waktu tersebut, meski pun tidak lama kemudian kedua anak
tersebut berjalan-jalan lagi. Ketika kelas tidak kondusif peneliti melihat
guru mengalihkan pembelajaran dengan bertepuk tangan, bernyanyi
dengan gerakan, bercerita, menggambar.(CL-4)
Hal ini juga dibenarkan oleh bu Yl dan bu Rb selaku guru kelas A I
dan B I, melalui wawancara beliau mengungkapkan pada peneliti bahwa:
“Cara kita dalam penanganan anak ADHD adalah memberikan
pengarahan pada saat anak sedang tenang dan sudah capek, memeluk anak
ketika sedang menangis sambil memberikan nasehat secara pelan-pelan,
sehingga sedikit demi sedikit anak mendengarkan apa yang guru katakan,
meskipun tak lama kemudian anak berjalan-jalan lagi. Dan ketika kelas
tidak kondusif, saya mengalihkan pembelajaran dengan bertepuk tangan,
menyanyikan lagu dengan gerakan, bercerita, terkadang juga saya berikan
anak untuk menggambar bebas. Satu lagi adalah saya sering menjauhkan
anak ADHD dari benda-benda di dalam kelas yang membuat menarik
perhatiannya seperti mainan, gunting, rautan dan lain-lain. Selain itu juga
bekal yang dibawa oleh anak ADHD tidak boleh membawa makanan yang
manis-manis, seperti coklat karena dapat mengundang anak semakin aktif
dan tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar, menjauhkan anak-anak dari
jendela sehingga tidak mengganggu anak ADHD dalam proses
pembelajaran berlangsung. Beberapa aspek perkembangan anak, saya
terapkan jika waktunya mencukupi. Yang terakhir adalah mengalihkan
anak ketika tidak kondusif dengan cara bernyanyi, bertepuk, bermain
senam otak dan yang berhubungan dengan gerak (CW-2), (CW-3),
(CD4.7), (CD4.8), (CD4.9), (CD4.10).”
61
CD4.7
Penanganan guru ketika Zk naik ke atas meja
sambil menasehati dengan sabar
CD4.8
Wawancara dengan bu Yl sebagai wali kelas Rw
62
CD4.9
Wawancara dengan bu Rb sebagai wali kelas Zk
CD4.10
Foto bersama bu Yl, bu Rb dan bu lami sebagai guru pendamping
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah
peneliti dapatkan bahwa, setiap anak ADHD sebaiknya ditempatkan di
depan kelas, sehingga guru dapat penanganan dan mengawasi anak ADHD
secara mudah. Selanjutnya adalah penanganan anak ADHD dengan
memberikan pengarahan pada saat anak sedang tenang dan sudah capek,
memeluk anak ketika sedang menangis atau memberontak sambil
memberikan nasehat secara pelan-pelan, sehingga sedikit demi sedikit
anak mendengarkan apa yang guru katakan.
63
Peneliti melihat program IEP untuk anak ADHD di RA Al-Hilal
dengan cara melakukan banyak aktivitas seperti bernyanyi menggunakan
gerakan, menggambar, bertepuk tangan, dan senam otak, menempatkan
anak duduk dipaling depan.(CL-5) Anak ADHD jika di dalam kelas atau
dalam aktivitas proses belajar pembelajaran berlangsung, sebaiknya
dijauhkan dari benda-benda yang menarik perhatian anak ADHD seperti
mainan, gunting, rautan, dan dijauhkan dari jendela yang membuat
konsentrasi anak ADHD berkurang. Selanjutnya peneliti menanyakan
kepada guru, mengenai guru sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola,
demonstrator, guru sebagai pembimbing, motivator, dan evaluator.
Pertanyaan ini dijawab oleh bu Rb dan bu Yl.
“Mengenai peran guru di sekolah, saya menyampaikan ilmu
pengetahuan sesuai dengan usia dan kemampuan anak dengan bernyanyi
menggunakan gerakan, bertepuk, menggambar, sholat dhuha, senam otak,
berbagi makanan pada teman, dan bercerita. Adapun mengenai fasilitas,
sekolah sudah menyediakan media, sarana dan prasarana di sekolah
sehingga memudahkan anak dalam aktivitas belajar dan bermain. Guru
mengatur kelas sesuai dengan usia serta memberikan metode pembelajaran
yang sesuai dengan gaya belajar anak dan menggunakan Program
Pendidikan Individual yang dirancang oleh sekolah untuk anak yang
berkebutuhan khusus. Untuk demonstrator biasanya saya melatih anak
bekerja sama dalam mengerjakan tugas seperti menempel dan membuang
sampah pada tempatnya. Kalau guru sebagai pembimbing, saya sering
memberikan perhatian khusus bagi anak yang sulit berkonsentrasi atau
susah diatur dengan cara duduk di depan misalnya anak ADHD, cara
mengembangkan enam aspek itu sama halnya seperti yang saya sudah
jelaskan di atas, mengalihkan aktivitas dengan menstimulasi enam aspek
perkembangan dengan bermain lego, bertepuk dan bernyanyi,
menggambar, senam otak, berbagi makanan kepada teman dan lain
sebagainya. Adapun guru dalam memberikan motivasi anak ADHD
dengan cara memberikan pujian dan menulis namanya serta gambar smile
64
di papan tulis, jika anak tersebut rajin belajar dan membuat kebaikan di
hari itu. Evaluasi yang diberikan pada anak ADHD biasanya dilihat dari
proses perkembangan anak, jika anak banyak perubahan dari sebelumnya
maka meningkatkan motivasi belajar anak dengan cara belajar sambil
bermain. Namun jika tidak ada perkembangan maka anak diharuskan
untuk terapi di luar sekolah. (CW-2), (CW-3).
Berikut ini penjelasan yang disampaikan oleh kepala sekolah,
mengenai kebijakan yang diberikan sekolah kepada anak ADHD, dan
perilaku serta penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara.
“Kebijakan sekolah bagi anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara adalah memberikan program IEP (individualized Educational
Program) bagi para siswa yang memiliki kelainan, membantu para guru
atau pendidik untuk memastikan bahwa siswa yang memiliki kelainan
mengalami kemajuan di sekolah. Program IEP ini juga melayani
kebutuhan unik kepada siswa dan merupakan layanan yang disediakan
dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan serta bagaimana
efektivitas program dapat ditentukan dalam periode waktu yang spesifik.
Metode yang digunakan adalah memberikan pelayanan khusus bagi anak
ADHD dengan cara melibatkan orang tua siswa dengan guru agar siswa
tetap dalam pengawasan di rumah maupun di sekolah, melibatkan
keterampilan dan aktivitas gerak pada saat pembelajaran, memperhatikan
pola makan anak, menyediakan kelas musik, permainan puzzle dan boneka
tangan untuk meningkatkan daya konsentrasi dan bahasa anak,
memberikan kesempatan anak ADHD untuk melakukan aktivitasnya
dengan berlari-lari di luar kelas dalam pengawasan. Untuk mendapatkan
IEP orang tua diminta untuk memberikan dokumentasi diagnosis ADHD,
serta selesaikan evaluasi pendidikan khusus yang menunjukkan bahwa
gangguan yang diderita seorang anak memang mengganggu
pendidikannya. Kemudian sekolah akan meminta orang tua untuk
berpartisipasi dalam pertemuan IEP, orang tua juga diminta untuk hadir ke
65
pertmuan IEP secara teratur untuk mengevaluasi perkembangan anak dan
efektivitas perencanaan pendidikan yang telah dibuat.
Anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara, yang pertama adalah
Rw yang ada di kelas A I, ketika guru melapor kepada saya mengenai
tingkahnya Rw, terkadang saya bingung mau dikasih sanksi apa, beberapa
kali saya sudah panggil orang tuanya namun sama saja jawabanya. Kedua
anak ADHD di RA Al-HIlal 02 Cikarang Utara adalah Zk, dia sama
tingkahnya seperti Rw kadang ganggu temannya yang sedang belajar,
tidak fokus belajar dan lempar-lempar buku dan masih banyak lagi, saya
juga sering panggil orang tuanya, cuma masih sama jawabannya meminta
maaf dan tidak akan mengulangi lagi. Ketika itulah saya harus
memberikan perubahan, agar guru yang harus lebih memberi penanganan
kepada kedua anak tersebut dengan tepat.
Dari pihak sekolah lakukan untuk mengidentifikasi masalah yang
terdapat pada anak ADHD adalah melihat dari latar belakang anak,
mengamati tingkah laku anak, dan mendapatkan informasi langsung dari
orang tua siswa dan merundingkan apakah anak tersebut mendapatkan
pelayanan IEP atau tidak. Selanjutnya melakukan asesmen dengan
mengamati tingkah laku anak ADHD sesuai dengan teori dari para ahli
mengenai ciri-ciri ADHD.
Adapun penanganan yang sudah diterapkan di kelas adalah cara
pertama yang dilakukan guru dengan mengalihkan anak ADHD ketika
berlari-lari dengan cara duduk dipaling depan, bermain puzzle, bermain
boneka tangan, bernyanyi, senam otak, bertepuk dan kegiatan yang
membuat anak fokus terhadap gurunya. Kedua yaitu menegur anak ketika
membuat kesalahan. Ketiga menjauhkan anak dari jendela dan mainan di
dalam kelas, sehingga fokus belajar anak tidak terganggu. Keempat
memeluk anak ketika anak sedang menangis atau memberontak. Kelima
memperhatikan pola makan anak di kelas dan di rumah. Keenam
memberikan peraturan dengan cara memberikan gambar sad jika anak
membuat kesalahan, dan memberikan gambar smile jika anak mengerjakan
66
tugas hingga selesai dan yang terakhir adalah mengawasi anak ADHD
secara khusus ketika dalam proses pembelajaran berlangsung.(CW-1)”
Teknik atau cara yang telah diterapkan oleh guru kelas A I dan B I
diatas, dirasa mampu untuk meringankan dan penanganan tingkah laku
yang dialami oleh anak ADHD di kelas maupun di luar kelas. Guru
merupakan pengajar yang inovatif dan kreatif dalam memberikan strategi-
strategi pembelajaran bagi setiap anak yang berbeda-beda. Sehingga
berjalannya proses kegiatan belajar mengajar dengan baik.
Dari penjelasan di atas, peran guru dalam membimbing anak ADHD
dengan cara menyampaikan ilmu pengetahuan sesuai dengan usia dan
kemampuan anak, memberikan perhatian khusus bagi anak yang sulit
berkonsentrasi atau susah diatur dengan cara duduk di depan, memberikan
motivasi anak ADHD dengan cara memberikan pujian dan menulis
namanya serta gambar smile di papan tulis, meningkatkan motivasi belajar
anak dengan cara belajar sambil bermain dengan mengembangkan enam
aspek perkembangan Anak Usia Dini.
B. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dengan
cara memilih data yang sesuai dengan pedoman observasi yang telah dibuat.
1. Perilaku Anak ADHD di dalam kelas dan di luar kelas di RA AL-Hilal
02 Cikarang Utara
Gangguan ADHD ditandai dengan adanya keluhan rasa gelisah,
tidak bisa tenang, tidak bisa diam, dan sering kali berusaha ingin
berdiri, perasaan emosional yang meletup-letup, aktivitas yang
berlebihan dan suka membuat keributan.51
Peneliti melihat jelas ada
dua anak yang berlari-lari dan keluar masuk kelas tidak seperti anak
normal lainnya dan sering menggoyang-goyangkan kaki di bangku,
51
Herri Zan Pieter, dkk., Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, ( Jakarta:
Kencana, 2011), h. 147.
67
memukul-mukul meja, mengganggu teman di sekitarnya. Hal ini
membuat guru untuk selalu mengunci kelas dan gerbang agar tidak
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Selain itu juga guru
memberikan penanganan lebih untuk dua anak tersebut, karena
memiliki aktivitas yang berlebihan dan daya konsentrasi yang kurang.
Penanganan yang dilakukan adalah memberikan hukuman kecil
dengan membersihkan sampah yang ada di dalam kelas, serta
memberikan gambar sad di papan tulis jika melanggar peraturan.
Hasil dari pengamatan peneliti bahwa anak ADHD cenderung
bosan ketika sedang belajar dan memiliki aktivitas yang berlebihan
tidak seperti anak normal lainnya, bahkan anak ADHD sering
mengganggu teman-temannya yang sedang belajar. Hal ini menjadikan
guru agar dapat membimbing anak ADHD dalam proses kegiatan
pembelajaran di kelas dengan baik.
Seperti yang dikatakan oleh Wina Sanjaya bahwa peran guru sebagai
pengelola yang berarti dalam proses pembelajaran guru berperan
sebagai pengendali penuh pada saat kegiatan di kelas berlangsung.
Guru harus menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman, sehingga
anak mudah menerima pembelajaran yang telah disampaikan.52
Menurut Mohammad Fauzi Adhim salah satu kunci untuk
menjadikan anak bersedia bekerja keras di kelas, di luar kelas dan di
luar rumah yaitu dengan mengembangkan hubungan yang hangat dan
bermartabat dengan mereka, akan tetapi jangan pernah menjadikan
keakraban itu sebagai sebab lemahnya aturan serta hilangnya
ketegasan. Kita harus secara jelas menunjukan bahwa kita adalah
gurunya bukan teman sebayanya, sehingga anak dapat belajar adab,
52
Siti Nur Amanah, ”Mengoptimalkan Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran Abad
21”, http://staic.ac.id/mengoptimalkan-peran-guru-dalam-proses-pembelajaran-abad-
21.html,2019, diakses pada Senin 07 Oktober 2019.
68
dan belajar memahami serta menghormati batas-batas yang
dipegangi.53
Ketika kegiatan dilakukan di luar kelas seperti olah raga, sholat
dhuha di masjid, dan bermain outdoor. Guru perlu memperhatikan
anak ADHD yang biasanya lebih aktif dibading anak normal lainnya,
tidak bisa dilakukan hanya dengan satu guru, akan tetapi butuh guru
pendamping untuk membantu setiap aktivitas yang dilakukan anak
ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara. Pendekatan yang dilakukan
guru dalam memberikan bimbingan kepada anak, guru perlu
memberikan perhatian khusus pada anak ADHD agar anak merasa
dekat dengan guru, guru bekerja sama dengan orang tua dan pihak-
pihak terkait, agar tercapainya perkembangan anak di sekolah secara
optimal dan berkembang sesuai dengan tahap usianya.
Dari hasil penelitian yang peneliti dapatkan bahwa anak
ADHD merasa lebih bebas ketika di luar kelas, sering berlari-lari tanpa
tujuan dan sering mengganggu teman-temannya. Perilaku anak ADHD
di luar kelas lebih aktif dan lebih senang, hal ini membuktikan bahwa
di luar kelas lebih menarik bagi anak ADHD dan terbuka dibandingkan
di dalam kelas. Sedangkan anak ADHD RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara ketika di rumahnya lebih aktif dan marah dengan
memberantakan benda yang ada di sekitar ketika kemauannya tidak
dituruti oleh kedua orang tuanya, tidak membereskan mainannya
selesai bermain dan selalu membuat masalah ketika sedang bermain
dengan temannya. Kedua anak ADHD tersebut Zk dan Rw berlatar
belakang dari keluarga yang memiliki ADHD yaitu sama-sama dari
keluarga ayahnya, ditambah dengan kemauan yang selalu dituruti oleh
orang tuanya ketika anak ADHD menginginkan sesuatu yang
diinginkan dan makanan yang tidak terjaga bagi anak ADHD. Hal ini
53
Ahmad Susanto, Bimbingan Konseling di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Kencana,
2015), h. 198
69
yang membuat anak menjadi hiperaktif dan membutuhkan perhatian
khusus di sekolah.
Sesuai dengan teori yang telah dipaparkan di bab dua bahwa
menurut Dr. Benjamin Feingold seorang dokter alergi anak-anak,
separuh lebih dari semua hiperaktivitas selama beberapa lama ini
berbarengan dengan peningkatan pemakain pewarna, zat perasa, dan
pengawet buatan. Hal ini dicurigai bahwa pewarna dan pengawet
buatan dapat menimbulkan alergi, karena mengandung kesamaan zat
kimia dengan zat-zat tertentu.Sebagian besar anak ADHD memiliki
sedikitnya satu sanak keluarga yang sewaktu kecil juga ADHD.54
Data yang diperoleh dari lapangan peneliti melakukan reduksi data
dengan cara memilah milah dan membuat abstraksi dari observasi/
catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Dari data yang
diperoleh untuk kelancaran dalam menghasilkan ide atau pemecahan
perilaku anak Attention Deficit Hiperactivity Disorder terhadap
beberapa data yang di dapatkan dari beberapa informan melalui teknik
wawancara, observasi/ catatan lapangan, dan dokumentasi.
Setelah reduksi langkah selanjutnya adalah display data. Display
data dalam penelitian ini penyajian dilakukan dengan cara memaparkan
data berdasarkan dengan koding dengan memilah-milah informasi terkait
dengan fokus penelitian yaitu memilih perilaku anak ADHD di dalam
kelas dan di luar kelas. Sajian data yang didapat berupa cooding atau
kode sebagai berikut.
54
Grant Martin, Terapi untuk Anak ADHD, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2008), h.
267
70
Bagan di atas merupakan tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan,
dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan
perilaku anak ADHD di dalam kelas dan di luar kelas RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara, memiliki ciri-ciri lebih banyak aktivitas dari anak
normal lainnya, sering keluar masuk kelas, mengganggu teman-
temannya, naik ke atas meja dan sulit untuk diajak belajar, tidak
menempatkan barang-barangnya pada tempatnya, sering
meninggalkan pensil dan buku di sekolah karena lupa. Anak ADHD
yang cenderung aktif, mengumpat di kolong bangku ketika belajar,
tidak bisa duduk dengan tenang, menggoyang-goyangkan kaki ketika
sedang duduk di meja. Sehingga butuh penanganan khusus bagi anak
ADHD agar selalu dalam pengawasan guru kelas maupun guru-guru
di sekolah. Metode yang digunakan dalam pembelajaran harus
dibedakan, berbeda dengan anak lainnya seperti modifikasi yang
diberikan berupa pembedaan media belajar, penyederhanaan bahasa,
Perilaku anak ADHD di dalam kelas dan di luar kelas
CW-1
CW-2
CW-3
CW-4
CW-5
CD4.1
CD4.2
CD4.3
CL-3
71
tugas dan penambahan waktu, serta pelayanan yang sesuai dengan
program IEP yang telah dibuat.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan anak ADHD di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara.
Makanan yang mengandung pewarna, gula, cokelat, makanan dari
susu, gandum, tomat, nitrat, jeruk, telur, dan makanan lainnya sebagai
penyebab hiperaktif.55
Guru dapat memperhatikan makanan yang
dimakan oleh anak yang mengalami ADHD, sehingga mengurangi
aktivitas yang dilakukan anak ketika di dalam kelas.
Terapi dapat dilakukan pada petugas kesehatan atau dokter. Namun bisa
juga melakukan terapi back in control yang di kembangkan oleh Gregory
Bodenhamer, dan program ini berbasis kepada aturan yang diberikan
kepada orang tua, berharap supaya orang tua dapat menciptakan aturan di
rumah sehingga anak ADHD dapat beperilaku yang lebih baik lagi. Akan
lebih baik lagi jika program ini dilakukan bersama orang tua serta pihak
sekolah maupun guru kelas, dengan memberikan kegiatan yang menarik
minat anak dan menggunakan peraturan-peraturan yang jelas agar anak
dapat mentaatinya. Umpan balik yang kita berikan menggunakan
dorongan, semangat, dan penghargaan, dengan tujuan agar anak mampu
melakukan sesuatu sesuai dengan peraturan.56
Contohnya jika anak telah
mengerjakan tugas dengan baik hingga selesai, maka guru atau orang tua
memberikan stiker dan membolehkan untuk bermain sesuai yang ia
inginkan. Terapi ini memberikan peraturan kepada anak yang bertujuan
untuk meningkatkan perilaku disiplin bagi anak. Guru dan orang tua
dapat menjalin komunikasi yang baik sesuai dengan IEP yang telah di
55
June Thompson, Tooddlercare Pedoman Merawat Balita, (Jakarta; Erlangga, 2003),
h. 89 56
Novan Ardy Wiyani, op. cit., h. 28
72
rancang sekolah sehingga memperkuat untuk menjalin terapi back in
control ini.
Data yang diperoleh dari ketiga penelitian mengumpulkan hasil
data yang perlu dikemas secara teliti dan rinci. Pada tahap ini peneliti
melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan
dan membuat abstraksi dari hasil data data observasi/ catatan lapangan
wawancara dan dokumentasi. Hasil data mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara.
Setelah reduksi langkah selanjutnya adalah display data. Display
data dalam penelitian ini penyajian dilakukan dengan cara memaparkan
data berdasarkan dengan koding dengan memilah-milah informasi
terkait dengan fokus penelitian yaitu memilih perilaku anak ADHD di
dalam kelas dan di luar kelas. Sajian data yang didapat berupa cooding
atau kode sebagai berikut:
Bagan di atas merupakan tahap verifikasi atau penarikan
kesimpulan, dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari
temuan data faktor-faktor yang menyebabkan anak ADHD. Dari
berbagai penyebab ADHD bahwasannya ada beberapa faktor yang
menyebabkan anak memiliki ADHD meskipun masih banyak yang
belum terbukti penyebab pastinya, seperti keturunan yang
Faktor-faktor
yang
menyebabkan
anak ADHD
CW-1
CW-2
CW-3
CW-4
CW-5
CL-3
CD4.4
73
berpengaruh anak menjadi ADHD, kesehatan ibu yang dilihat dari
faktor riwayat alergi, kekurangan asam lemak esensial, kekurangan zat
gizi, dan makanan yang mengandung gula dan lainnya. Sehingga para
guru serta orang tua harus lebih memperhatikan setiap perkembangan
yang dialami anak, agar anak tetap sehat dan terjaga dari hal yang
tidak diinginkan.
3. Peran guru dalam penanganan anak ADHD di kelas A I dan B I di
RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status).
Apabila seseorang telah melakukan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka dengan itu berarti dia telah menjalankan
suatu peran.57
Peran merupakan kewajiban seseorang yang wajib
dijalankan sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Peran guru
bagi siswanya adalah memberikan motivasi kepada siswa agar
semangat dalam belajar, menyampaikan ilmu pengetahuan sesuai
dengan gaya anak belajar dan memberikan penanganan khusus bagi
anak ADHD. Sehingga guru dapat menjalankan perannya dengan baik.
Cara atau teknik guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal
02 Cikarang Utara melibatkan program IEP yang dibuat dengan cara
mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan misalnya mengalihkan
aktivitasnya dengan bernyanyi bertepuk dan senam otak ketika kondisi
kelas sedang tidak kondusif, menjauhkan anak dari jendela,
menempatkan tempat duduk anak di depan kelas, memberikan
kesempatan anak untuk melakukan aktivitasnya dengan bernyanyi,
bertepuk, memperhatikan pola makan dan memberikan peraturan yang
membuat anak mentaatinya misalnya jika anak mengerjakan tugas
hingga selesai, maka anak mendapatkan gambar smile yang ditulis di
57
Nur Arsyiah, „Peran Guru Dalam Melatih Kemandirian Anak Usia 3-4 Tahun Di TK
Tunas Muda I IKKT Palmerah Jakarta Barat‟, Skripsi S.1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta 2019, hal. 21, dipublikasikan.
74
papan tulis oleh guru. Hal ini dilakukan sesuai dengan program IEP
yang telah dirancang oleh sekolah dan atas persetujuan orang tua.
Teknik atau cara lain yang digunakan yang pertama yaitu
menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
Hal yang perlu dilakukan adalah carilah mengapa siswa melakukan
hal-hal tersebut, setelah itu tingkah laku yang tidak diinginkan
dialihkan ke dalam hal-hal yang positif. Contohnya anak sering berlari-
lari keluar kelas pada saat pembelajaran berlangsung, maka yang dapat
guru lakukan adalah memberikan kesempatan anak untuk melakukan
aktivitasnya dengan bernyanyi bersama menggunakan gerakan, senam
otak sehingga dapat melatih konsentrasinya dengan baik. Teknik yang
kedua yaitu mengembangkan tingkah laku yang diinginkan.58
Salah
satunya adalah menggunakan brain gym, dan bernyanyi di kelas.
Adapun Menurut Dannison perpendapat bahwa brain gym
adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan dapat
digunakan dalam meningkatkan kemampuan belajar anak dengan
menggunakan kemampuan konsentrasi otaknya. Sedangkan menurut
Prasetyo dan Shandy berpendapat bahwa gerakan dalam melakukan
brain gym dibuat untuk merangsang otak kanan dan otak kiri (dimensi
lateralis), merelaksasikan otak pada bagian belakang dan bagian depan
(dimensi memfokuskan), dan merangsang sistem yang berkaitan
dengan perasaan atau emosional yaitu otak pada bagian atas dan bawah
(dimensi pemusatan). Manfaat yang di proleh dari brain gym adalah
bermacam-macam di antaranya adalah untuk memberikan perhatian
pada situasi yang dihadapi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nuryana dan Purwanto menunjukan bahwa brain gym dapat
meningkatkan konsentrasi belajar pada anak serta hasil penelitian yang
58
Rachma Hidayati, Peran Konseler Sekolah Dalam Meningkatkan Konsentrasi Pada
Siswa Hiperaktif (ADHD),
(http://www.researchgate.net/publication/315900093_Peran_Konselor_Sekolah_Dalam_Meningk
atkan_Konsentrasi_Pada_Siswa_Hiperaktif_ADHD), diakses pada Desember 2015)
75
dilakukan oleh Harini terkait pengaruh brain gym terhadap perubahan
perilaku pada anak ADHD menunjukan hasil bahwa perhatian menjadi
lebih baik, aktivitas lebih terkontrol serta perilaku impulsif
berkurang.59
Menurut Getskow dan Konczal mengemukakan bahwa IEP
merupakan Program Pendidikan Individual yang telah dirancang
khusus untuk setiap siswa yang memenuhi syarat untuk pendidikan
khusus. Seorang anak yang telah diidentifikasikan memiliki kebutuhan
khusus harus dinilai untuk menentukan sifat dan tingkat kebutuhannya
atau dalam rangka menciptakan lingkungan pembelajaran secara
optimal60
Kesepakatan antara guru dengan orang tua siswa sangat
berperan penting dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus, karena
dengan menjalin hubungan yang baik dapat menambahkan efektivitas
pembelajaran bagi anak, disamping itu juga dapat meningkatkan
pelayanan pendidikan.
Data yang diperoleh dari ketiga penelitian mengumpulkan hasil
data yang perlu dikemas secara teliti dan rinci. Pada tahap ini peneliti
melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan
dan membuat abstraksi dari hasil data data observasi/ catatan lapangan
wawancara dan dokumentasi. Hasil data mengenai peran guru dalam
penanganan anak ADHD di kelas A I dan B I di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara.
Setelah reduksi langkah selanjutnya adalah display data. Display
data dalam penelitian ini penyajian dilakukan dengan cara
memaparkan data berdasarkan dengan koding dengan memilah-milah
59
Anastria, dkk, „Pengaruh Pelatihan Brain Gym Terhadap Peningkatan Kemampuan
Konsentrasi Pada Anak Attention Deficit Hyperakctivity Disorder (ADHD)‟, Jurnal Ilmiah
Psikohumanika. Vol. X, No 2 Desember 2018, h. 5-10 60
Rahmasari Dwimarta. ‘Rancangan IEP (Individualized Educational Program) Bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Pendidikan Inklusif’, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurna Bereputasi, Surakarta: 21 November 2015. h. 231-233
76
informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu memilih perilaku anak
ADHD di dalam kelas dan di luar kelas. Sajian data yang didapat
berupa cooding atau kode sebagai berikut.
Berdasarkan bagan di atas pada tahap verifikasi data dapat ditarik
kesimpulan bahwa peran guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal
02 Cikarang Utara. Hasil penelitian peran guru dalam penanganan anak
ADHD usia 5-6 tahun di RA Al-HIlal 02 Cikarang Utara, sesuai dengan
pelayanan IEP yang telah diberikan guru kepada anak ADHD, meskipun
masih terdapat kekurangan.
Dari pihak sekolah lakukan untuk mengidentifikasi masalah yang terdapat
pada anak ADHD adalah melihat dari latar belakang anak, mengamati tingkah
laku anak, dan mendapatkan informasi langsung dari orang tua siswa dan
merundingkan apakah anak tersebut mendapatkan pelayanan IEP atau tidak.
Selanjutnya melakukan asesmen dengan mengamati tingkah laku anak
ADHD sesuai dengan teori dari para ahli mengenai ciri-ciri ADHD.
Adapun penanganan yang sudah diterapkan di kelas adalah cara pertama
yang dilakukan guru dengan mengalihkan anak ADHD ketika berlari-lari
dengan cara duduk dipaling depan, bermain puzzle, bermain boneka tangan,
bernyanyi, senam otak, bertepuk dan kegiatan yang membuat anak fokus
Peran guru dalam penanganan
anak ADHD di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara
CW-1
CW-2
CW-3
CL-3
CL-4
CL-5
CD4.5
CD4.6
CD4.7
77
terhadap gurunya. Kedua yaitu menegur anak ketika membuat kesalahan.
Ketiga menjauhkan anak dari jendela dan mainan di dalam kelas, sehingga
fokus belajar anak tidak terganggu. Keempat memeluk anak ketika anak
sedang menangis atau memberontak. Kelima memperhatikan pola makan anak
di kelas dan di rumah. Keenam memberikan peraturan dengan cara
memberikan gambar sad jika anak membuat kesalahan, dan memberikan
gambar smile jika anak mengerjakan tugas hingga selesai dan yang terakhir
adalah mengawasi anak ADHD secara khusus ketika dalam proses
pembelajaran berlangsung.
Teknik atau cara yang telah diterapkan oleh guru diatas, dirasa mampu
untuk meringankan dan penanganan tingkah laku yang dialami oleh anak
ADHD di kelas maupun di luar kelas. Guru merupakan pengajar yang inovatif
dan kreatif dalam memberikan strategi-strategi pembelajaran bagi setiap anak
yang berbeda-beda. Sehingga berjalannya proses kegiatan belajar mengajar
dengan baik.
C. Temuan Penelitian
Setelah ditemukan beberapa data yang diinginkan, baik dari data
observasi, wawancara, maupun dokumentasi, maka peneliti akan menjelaskan
mengenai temuan yang ada serta menjelaskan perang guru dalam penanganan
anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara.
Berdasarkan yang telah djelaskan oleh peneliti sebelumnya dan teknik data
dalam penelitian menggunakan analisa kualitatif studi kasus, dan data yang
diperoleh peneliti baik melalui observasi, wawancara, maupun dokumentasi
dari informan yang dibutuhkan oleh peneliti. Adapun data-datanya sebagai
berikut:
1. Perilaku Anak ADHD di RA AL-Hilal 02 Cikarang Utara
Ketika peneliti memulai untuk mengamati anak yang ada di dalam
kelas, terlihat jelas ada dua anak yang berlari-lari dan keluar masuk kelas
tidak seperti anak normal lainnya dan sering menggoyang-goyangkan kaki
di bangku, memukul-mukul meja, mengganggu teman di sekitarnya. Hal
78
ini membuat guru untuk selalu mengunci kelas dan gerbang agar tidak
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Selain itu juga guru memberikan
penanganan lebih untuk dua anak tersebut, karena memiliki aktivitas yang
berlebihan dan daya konsentrasi yang rendah. Komunikasi siswa juga
belum sepenuhnya baik karena jika anak menginginkan sesuatu harus
berteriak-teriak dan sering marah jika keinginannya tidak terpenuhi
menanyakan mengenai anak tersebut ternyata menurut wali kelasnya
memang anak tersebut memiliki gangguan ADHD. Hal ini dapat
disimpulkan dari temuan data bahwa perilaku anak ADHD cenderung
memiliki aktivitas yang berlebihan, daya konsentrasi rendah, dan bertindak
tanpa berfikir.
2. Faktor-faktor Anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Faktor-faktor yang menyebabkan anak memiliki ADHD meski
pun masih banyak yang belum terbukti penyebab pastinya, seperti
keturunan yang berpengaruh anak menjadi ADHD, kesehatan ibu yang
dilihat dari faktor riwayat alergi, kekurangan asam lemak esensial,
kekurangan zat gizi, dan makanan yang mengandung gula dan lainnya.
Namun faktor-faktor yang dialami anak ADHD di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara adalah terdapat salah satu sanak keluarga dari ayah
yang memiliki riwayat ADHD sehingga kemungkinan dapat menurun
kepada anak-anaknya. Sehingga para guru serta orang tua harus lebih
memperhatikan setiap perkembangan yang dialami anak, agar anak
tetap sehat dan terjaga dari hal yang tidak diinginkan
3. Peran guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara
Peneliti menemukan penanganan yang diberikan guru dengan cara
mengalihkan anak ADHD ketika berlari-lari dengan cara duduk
dipaling depan, bermain puzzle, bermain boneka tangan, bernyanyi,
senam otak, bertepuk dan kegiatan yang membuat anak fokus terhadap
gurunya. Kedua yaitu menegur anak ketika membuat kesalahan. Ketiga
menjauhkan anak dari jendela dan mainan di dalam kelas, sehingga
79
fokus belajar anak tidak terganggu. Keempat memeluk anak ketika anak
sedang menangis atau memberontak. Kelima memperhatikan pola
makan anak di kelas dan di rumah. Keenam memberikan peraturan
dengan cara memberikan gambar sad jika anak membuat kesalahan, dan
memberikan gambar smile jika anak mengerjakan tugas hingga selesai
dan yang terakhir adalah mengawasi anak ADHD secara khusus ketika
dalam proses pembelajaran berlangsung. Hal ini didukung oleh IEP
yang sudah dirancang oleh sekolah, sehingga dapat menjadikan acuan
sebagai bahan ajar yang diberikan guru terhadap anak-anak
berkebutuhan khusus di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara.
D. Keterbatasaan Penelitian
Pada penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian, peneliti sudah
berusaha untuk mencapai kesempurnaan hasil penelitian namun karena adanya
keterbatasan yang disebabkan karena peneliti kurang teliti pada saat proses
penelitian berlangsung baik dari segi waktu, tenaga dan biaya maka hasil
penelitian perlu disempurnakan. Adapun keterbatasan penelitian bisa
dijabarkan sebagai berikut:
Salah satu penelitian ini menggunakan wawancara yaitu, terkadang
jawaban yang diberikan responden tidak menunjukan keadaan yang
sesungguhnya selama kegiatan anak ADHD di rumah mau pun di sekolah.
Penelitian dilakukan pada saat banyaknya kegiatan di luar sekolah sehingga
peneliti menyesuaikan waktu yang sudah disediakan kepada pihak sekolah
untuk melakukan kembali berlangsungnya penelitian di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari kajian teoritis dan hasil analisis data, penelitian yang dilakukan
di RA Al-Hilal 02 Cikarang utara, dengan judul “Peran Guru dalam Penanganan
Anak ADHD Usia 5-6 Tahun di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara” dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Perilaku anak ADHD dalam belajar diantaranya adalah sering keluar masuk
kelas, mengganggu teman-temannya, dan sulit untuk diajak belajar, tidak
menempatkan barang-barangnya pada tempatnya, sering meninggalkan pensil
dan buku di sekolah karena lupa, sulit berkonsentrasi, berlebihnya aktivitas,
menaik di atas meja, mengganggu teman-temannya yang sedang belajar dan
sering masuk ke kolong meja.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan anak ADHD adalah konsumsi alkohol pada
masa kehamilan, faktor lingkungan, kekurangan gizi, asap rokok, makanan
yang mengandung gula, dan cedera otak dan lainnya. Sehingga para guru serta
orang tua harus lebih memperhatikan setiap perkembangan yang dialami anak,
agar anak tetap sehat dan terjaga dari hal yang tidak diinginkan
3. Penanganan guru di sekolah sudah semaksimal mungkin dalam memberikan
pengawasan dan perhatian khusus bagi anak ADHD di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara, dengan memberikan Rencana Pendidikan Individual (IEP)
untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang telah dirancang oleh sekolah dan
orang tua, yang berisi tujuan akademik, perilaku, dan sosial anak-anak dengan
kebutuhan khusus. Rencana ini termasuk menentukan hasil dan intervensi
spesifik yang digunakan untuk tercapainya tujuan. Adapun cara lain yang
dilakukan guru dalam penanganan anak ADHD di kelas dengan cara
menempatkan tempat duduk anak di depan kelas, memberikan kesempatan
anak untuk melakukan aktivitasnya dengan senam otak, bernyanyi, bertepuk,
82
memperhatikan pola makan dan memberikan peraturan yang membuat anak
mentaatinya.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian mengenai “ Peran Guru dalam Penanganan Anak
Attention Deficit Hyperactivity Disorder Usia 5-6 Tahun di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara”, maka saran yang dapat peneliti berikan sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
Kepala Sekolah diharapkan dapat memberikan program khusus untuk guru
dalam pembelajaran dan cara menagani anak yang mengalami ADHD dengan
baik. Sehingga dapat memudahkan guru dalam penanganan anak ADHD
ketika di dalam kelas maupun di luar kelas.
2. Bagi Guru
Teknik atau cara dalam pembelajaran yang diterapkan oleh guru sangat
berpengaruh bagi anak yang mengalami ADHD. Sehingga guru perlu
meningkatkan ilmu pengetahuannya mengenai teknik/ cara dan kualitas
pembuatan media yang lebih kreatif, agar dapat meningkatkan motivasi
belajar anak sesuai dengan gaya belajar anak masing-masing.
3. Orang tua
Harus lebih sabar dalam mendidik anak ADHD, memiliki banyak
pengetahuan dalam mendidik anak ADHD, memberikan perhatian khusus
mulai dari lingkungan dan pola makan anak agar anak tetap dalam
pengawasan orang tua.
83
DAFTAR PUSTAKA
Lily Alfiyatul Jannah. 2013. Kesalahan-Kesalahan Guru PAUD yang Sering
Dianggap Sepele. Jogjakarta: DIVA Press.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,
Jakarta: Indeks.
Lestari Hayati Devie & Nurliana Cipta Apsari, Pelayanan Khusus bagi Anak
dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) di Sekolah Inklusif,
Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol. 6, No 1.
Tri Anjani Ayu, dkk., Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar pada Anak
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) di SDIT At-taqwa Surabaya dan
SDN V Babatan Surabaya, Jurnal BK UNESA, Vol. 1 Edisi 2
Khoeriah N. Dede, “Individualized Educational Program dalam Implementasi
Pendidikan Inklusif”, Journal Of Special Education, Vol. III No. 01 Februari
2017.
Nur Arsyiah. 2019. Peran Guru Dalam Melatih Kemandirian Anak Usia 3-4
Tahun Di TK Tunas Muda I IKKT Palmerah Jakarta Barat, Skripsi S.1 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta 2019, hal. 21-22, dipublikasikan.
Yusuf Sya‟bani, Mohammad Ahyan. 2018. Profesi Keguruan Menjadi Guru yang
Religius dan Bermartabat, Gresik: Gramedia Communication.
Wardan Khusnul. 2019. Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta:CV Budi Utama.
Hasan Saragih. 2008. Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar,
Jurnal Tabularasa PPS Unimed, Vol. 5.
Siti Nur Amanah, Mengoptimalkan Peran Guru Dalam Proses
PembelajaranAbad 21, http://staic.ac.id/mengoptimalkan-peran-guru-dalam-
proses-pembelajaran-abad-21.html,2019, diakses pada Senin 07 Oktober 2019.
Susanto Ahmad. 2015. Bimbingan Konseling di Taman Kanak-kanak, Jakarta :
Kencana.
Pieter Herri Zan Pieter, dkk. 2011. Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan,
Jakarta: Kencana.
84
Atika Dhiah A, dkk., Effectiveness of brain gym and writing therapy in behavioral
hyperactivity on pre school-age children with ADHD, Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu
Keperawatan Anak. Vol I, No 2 November 2018, hal 1.
Fanu James Ie. 2010. Atasi dan Deteksi Ragam Masalah Kejiwaan Anak Sejak
Dini, Jogjakarta: Diva Press Group.
Amalia Rizki, Intervensi terhadap Anak Usia Dini yang Mengalami Gangguan
ADHD melalui Pendekatan Kognitif Perilaku dan Alderian Play Therapy, Jurnal
Obsesi : Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 2, No 1
Niluh D. Ratnasari, dkk., Komorbiditas pada anak gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) pada 20 Sekolah Dasar di Kota Manado,
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016.
Thompson June. 2003. Toddlercare Pedoman Merawat Balita, Jakarta: Erlangga.
Grant Martin. 2008. Terapi untuk Anak ADHD, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Hidayati Richma, Peran Konseler Sekolah Dalam Meningkatkan Konsentrasi
Pada Siswa Hiperaktif (ADHD),
(http://www.researchgate.net/publication/315900093_Peran_Konselor-
Sekolah_Dalam_Meningkatkan_Konsentrasi_Pada_Siswa_Hiperaktif_ADHD/,
diakses pada 12 Maret 2019).
Ida Ayu Putu Laksmi Esalini & Cokorda Bagus Jaya Lesmana, “Tingkat
Kemandirian Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder dengan Terapi
Perilaku di Yayasan Mentari Fajar Jimbaran Bandung”, Jurnal Medika, VOL. 8
NO.5, Mei, 2019.
Ardy Wiyani Novan. 2014. Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan
Khusus, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hidayati Ria DM., Eny Purwandari, Time Out : Alternatif Modifikasi Perilaku
Anak ADHD (Attention Devicit Hiperactivity Disorder), Jurnal Ilmah Berkala
Psikologi. Vol. 12 No. 2 November 2010.
Yayuk Yuliana. 2017. Teknik guru dalam penanganan anak hiperaktif, (studi
kasus di kelas v madrasah ibtidaiyah islamiyah Sukopuro Jabung Malang),
Skripsi S1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
85
Iffa Dwi Hikmawati, dkk., Efektivitas TerapiI Menulis untuk Menurunkan
Hiperaktivitas dan Impulsifitas pada Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD), Jurnal Fakultas Psikologi, Vol. 2, No 1, Juli 2014
Rachma Hidayati, Peran Konseler Sekolah dalam Meningkatkan Konsentrasi
pada Siswa Hiperaktif (ADHD),
(http://www.researchgate.net/publication/315900093_Peran_onselor_Sekolah_Dal
am_Meningkatkan_Konsentrasi_Pada_Siswa_Hiperaktif_ADHD), diakses pada
12 Maret 2019
Bestari Nindya Suryanto, Supra Wimbarti, Program Intervensi Musik terhadap
Hiperaktivitas Anak Attention Devicit Hyperactivity Disorder (ADHD), Gadjah
Mada Journal Of Profesional Psychology (GAMAJPP), Vol. 5, No. 1. 2019.
Anastria, dkk, Pengaruh Pelatihan Brain Gym Terhadap Peningkatan
Kemampuan Konsentrasi Pada Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD), Jurnal Ilmiah Psikohumanika. Vol. X, No 2 Desember 2018.
Sari Rudiyati, Pengembangan dan Pengelolaan Program Pendidikan Individual
“Individualized Educational Program”/IEP Bagi Anak Berkelainan di Sekolah
Inklusif, Jurnal Pendidikan Khusus Vol. 6 No. 1 Mei 2010.
Rahmasari Dwimarta. “Rancangan IEP (Individualized Educational Program)
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Pendidikan Inklusif”, Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan, Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurna
Bereputasi, Surakarta: 21 November 2015.
Maharani Ina Aini, Peran Guru Dalam Membimbing Anak Hiperaktif Di TK
Permata Bunda Surakarta, Skripsi S.1 IAIN Surakarta, Surakarta 2019.
Ayu Maharani Putri, Peran Guru Sebagai Pendamping Pada Anak Hiperaktif
Usia 3-4 Tahun Di TK Rahayu. Jurnal Anak Usia Dini dan Pendidikan Anak
Usia Dini Vol. 3 No. 1 Februari 2017.
K. Yin Robert. 2008. Studi Kasus Desain & Metode, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Deddy Mulyana. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suharsaputra Uhar. 2014. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif, dan Tindakan,
Bandung: PT Refika Aditama.
86
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Johan Setiawan, Albi Anggito. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif, Sukabumi:
CV Jejak.
Lexy J.Moleong. 2016. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nugrahini Indra Umratun Wakhaj, Nurul Hidayah Rofiah „Perilaku Attention
Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) Dalam Proses Pembelajaran (studi Kasus
Peserta Didik) Di kelas IV SD Negeri Gejayan, Jurnal Fundamental Pendidikan
Dasar, Vol. 1 No. 1 Maret 2018
Lampiran-lampiran
Wawancara dengan bu Yl Wawancara dengan ibu Rb sebagai
Sebagai wali kelas Rw wali kelas Zk
Gambar Perilaku Rw di dalam kelas Gambar Perilaku Zk di dalam kelas
28
Gambar penanganan guru terhadap Zk Gambar Perilaku Rb dan Zk ketika shalat
Foto bersama bu Yl, Rb dan bu Lami guru pendamping Gambar Rw setelah memakan-makanan
yang banyak mengandung gula, semakin
aktif dalam beraktivitas
29
Kegiatan baris-berbaris sebelum masuk kelas Penempatan duduk Rk di depan kelas
setelah mengganggu teman-temannya
30
INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-kisi Wawancara Penelitian
Nama Lembaga : RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Subjek Penelitian I : Hj. Ida (Kepala Sekolah)
Kode : CW-1
No. Aspek yang ditanyakan Keterangan
1. 1. Bagaimana sejarah berdirinya
RA Al-Hilal Cikarang Utara?
Latar belakang dan tujuan berdirinya RA
Al-Hilal 02 Cikarang Utara adalah terletak
di Jl
Raya Industri Warung Kobak Rt. 002/ Rw
001
Kecamatan Cikarang Utara Kelurahan
Pasirgombong, Kabupaten Bekasi,
Provinsi
Jawa Barat.
RA Al-Hilal berdiri pada tahun 2011 yang
dibina oleh Jajay Suharto, S.Pd.MM.
Bapak
Dr. H. Edi Suhadi, M.Pd. sebagai Ketua
yayasan, serta Ibu Hj Ida Saidah, S.Pd.
sebagai
kepala sekolah hingga sekarang. Pada saat
itu
orang tua tidak menyadari bahwa
pentingnya
Pendidikan bagi anak usia dini, dan
Pendidikan untuk anak usia dini pun
begitu
31
jauh dari tempat yang sekarang dibangun
RA
Al-Hilal 02 Cikarang Utara, sehingga
didirikanlah sebuah RA oleh Dr. H. Edi
Suhadi,M.Pd. dan Ibu Hj Ida Saidah S.Pd.
sebagai kepala sekolah RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara sampai saat ini.
Dari tahun 2011 hingga saat ini tahun 2019
RA Al-Hilal 02 banyak perubahan, mulai
dari fasilitas, kelas yang semakin
bertambah dari tiga kelas menjadi lima
kelas, siswa yang semakin bertambah
setiap tahunnya, guru berkualifikasi
pendidikan S1 yang berwawasan luas,
menguasai teknologi informasi sebagai
media pembelajaran, dan memiliki
kemampuan yang baik dalam berinteraksi
sosial.
2. 2. Berapa jumlah pendidik yang
ada di RA Al-Hilal Cikarang
Utara?
Guru utama terdapat empat guru dan guru
pendamping hanya ada dua guru saja.
3. 3. Apakah visi dan misi berdirinya
RA Al-Hilal Cikarang Utara?
Visi RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Menyiapkan generasi yang beriman dan
bertaqwa, berbudi pekerti luhur, prima
dalam
kualitas, unggul dalam berprestasi dan
santun
dalam berbudaya melalui system
32
pendidikan islam terpadu.
Misi RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Memberikan pelayanan terbaik kepada
anak didik dan orang tua untuk mencapai
hasil yang maksimal, melaksanakan dasar-
dasar yang kuat bagi anak didik akan
kemandirian, pengenalan dan peradaban
serta memupuk jiwa kompetitif dengan
orang lain.
4. Sarana dan prasarana apa saja
yang ada di RA Al-Hilal
Cikarang Utara?
Sudah tersedianya ruang kelas, kamar
mandi, APE out door, APE in door, kantin
sekolah, UKS, ruang kantor, papan
pengumuman, tempat cuci tangan, dan
tempat parkir.
5. Kebijakan seperti apa yang
diberikan sekolah kepada anak
ADHD di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara?
Kebijakan sekolah bagi anak ADHD di
RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara adalah
memberikan program IEP (individualized
Educational Program) bagi para siswa
yang memiliki kelainan, membantu para
guru atau pendidik untuk memastikan
bahwa siswa yang memiliki kelainan
mengalami kemajuan di sekolah. Program
IEP ini juga melayani kebutuhan unik
kepada siswa dan merupakan layanan yang
disediakan dalam rangka pencapaian
tujuan yang diinginkan serta bagaimana
efektivitas program dapat ditentukan
dalam periode waktu yang spesifik.
Metode yang digunakan adalah
memberikan pelayanan khusus bagi anak
33
ADHD dengan cara melibatkan orang tua
siswa dengan guru agar siswa tetap dalam
pengawasan di rumah maupun di sekolah,
melibatkan keterampilan dan aktivitas
gerak pada saat pembelajaran,
memperhatikan pola makan anak,
menyediakan kelas musik, permainan
puzzle dan boneka tangan untuk
meningkatkan daya konsentrasi dan bahasa
anak, memberikan kesempatan anak
ADHD untuk melakukan aktivitasnya
dengan berlari-lari di luar kelas dalam
pengawasan. Untuk mendapatkan IEP
orang tua diminta untuk memberikan
dokumentasi diagnosis ADHD, serta
selesaikan evaluasi pendidikan khusus
yang menunjukkan bahwa gangguan yang
di derita seorang anak memang
mengganggu pendidikannya. Kemudian
sekolah akan meminta orang tua untuk
berpartisipasi dalam pertemuan IEP, orang
tua juga diminta untuk hadir ke pertmuan
IEP secara teratur untuk mengevaluasi
perkembangan anak dan efektivitas
perencanaan pendidikan yang telah dibuat
6. Bagaimana mengelompokkan
kelas pada anak ADHD?
Jenis Program kegiatan di RA, kami
membagi anak dalam rentang usia, Kelas
A dan Kelas B untuk anak yang usianya 4-
5 tahun berada di kelas A dan untuk anak
yang usianya 5-6 tahun berada di kelas B,
namun jika anak B jauh tertinggal dalam
34
pembelajaran maka anak dipindahkan di
kelas A, hal ini agar anak tidak terlalu jauh
tertinggal dalam pembelajaran. Untuk
penempatan anak ADHD disatukan di
dalam kelas bersama anak-anak normal
lainnya, agar anak dapat berinteraksi dan
menjalin hubungan sosial dengan baik.
Sekolah sudah menyediakan program IEP
yang disedikan untuk anak berkebutuhan
khusus, sehingga anak berkebutuhan
khusus dapat diberikan penanganan lebih,
dari setiap guru.
7. Bagaimana lokasi dan keadaan
di RA Al-Hilal 02 Cikarang
Utara?
Lokasi RA Al Hilal 02 Cikarang Utara
berada pada posisi yang strategis karena
letaknya yang mudah dijangkau dan dekat
dengan pemukiman masyarakat dan
berada di Cikarang Utara. Lokasi yang
strategis memudahkan masyarakat untuk
mengetahui lokasi RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara yang tepatnya di Jl Raya
Industri Warung Kobak Rt. 002/ Rw 001
Kecamatan Cikarang Utara Kelurahan
Pasirgombong, Kabupaten Bekasi,
Provinsi Jawa Barat. Kondisi sekolah dan
kelas sangat bersih dan rapi. karena guru
dan petugas kebersihan selalu
membersihkannya ditambah lagi dengan
guru yang rajin membersihkan kelas, tata
tertib sekolah dilakukan dengan baik
sehingga anak dapat menerapkan sopan
santun kepada orang-orang baru. Selain itu
35
juga di RA Al-Hilal terdapat dua anak
ADHD yang memiliki gangguan perhatian,
penanganan guru sudah semaksimal
mungkin untuk memberikan pelayanan
yang baik dengan merancangnya IEP di
sekolah yang disediakan untuk anak
berkebutuhan khusus.
36
INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-kisi Wawancara Penelitian
Nama Lembaga : RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Subjek Penelitian II : Yuli (Guru kelas A I)
Kode : CW-2
No. Aspek yang ditanyakan Keterangan
1. Bagaimana identifikasi masalah yang
dilakukan anak ADHD?
Melihat dari latar belakang anak,
informasi yang diberikan orang tua,
setelah guru merundingkan apakah anak
mendapatkan pelayanan IEP atau tidak.
2. Bagaimana proses diagnosis yang
dilakukan untuk anak ADHD?
Melakukan asesmen dengan mengamati
tingkah laku anak ADHD sesuai dengan
teori dari para ahli mengenai ciri-ciri
ADHD
3. Bagaiman tingkah laku anak ADHD
disekolah?
Rizwan adalah anak ADHD yang
memiliki ciri-ciri lebih banyak aktivitas
dari anak normal lainnya, sering keluar
masuk kelas, mengganggu teman-
temannya, naik ke atas meja dan sulit
untuk diajak belajar, tidak
menempatkan barang-barangnya pada
tempatnya, sering meninggalkan pensil
dan buku di sekolah karena lupa,
sehingga butuh penanganan khusus bagi
Rizwan agar selalu dalam pengawasan
guru kelas maupun guru-guru di
sekolah, kebetulah metode yang
digunakan dalam pembelajaran kepada
Rizwan berbeda dengan anak lainnya
37
seperti modifikasi yang diberikan
berupa pembedaan media belajar,
penyederhanaan bahasa, tugas dan
penambahan waktu
4. Bagaimana penanganan yang dilakukan
guru dalam membimbing anak ADHD di
kelas?
Mengenai peran guru di sekolah, saya
menyampaikan ilmu pengetahuan
sesuai dengan usia dan kemampuan
anak dengan bernyanyi menggunakan
gerakan, bertepuk, menggambar, sholat
dhuha, senam otak, berbagi makanan
pada teman, dan bercerita. Adapun
mengenai fasilitas, sekolah sudah
menyediakan media, sarana dan
prasarana di sekolah sehingga
memudahkan anak dalam aktivitas
belajar dan bermain. Guru mengatur
kelas sesuai dengan usia serta
memberikan metode pembelajaran yang
sesuai dengan gaya belajar anak dan
menggunakan Program Pendidikan
Individual yang dirancang oleh sekolah
untuk anak yang berkebutuhan khusus.
Untuk demonstrator biasanya saya
melatih anak bekerja sama dalam
mengerjakan tugas seperti menempel
dan membuang sampah pada
tempatnya. Kalau guru sebagai
pembimbing, saya sering memberikan
perhatian khusus bagi anak yang sulit
berkonsentrasi atau susah diatur dengan
cara duduk di depan misalnya anak
38
ADHD, cara mengembangkan enam
aspek itu sama halnya seperti yang saya
sudah jelaskan di atas, mengalihkan
aktivitas dengan menstimulasi enam
aspek perkembangan dengan bermain
lego, bertepuk dan bernyanyi,
menggambar, senam otak, berbagi
makanan kepada teman dan lain
sebagainya.
5. Apakah anda sudah menguasai materi
dalam memberikan pembelajaran bagi
anak ADHD?
Sudah, dengan memberikan
pembelajaran yang mudah diterima bagi
anak ADHD sesuai dengan kebijakan
yang diberikan sekolah terhadap anak
yang berkelainan.
6. Pelayanan apa saja yang anda berikan
kepada anak ADHD, agar memudahkan
anak dalam pembelajaran dan dapat
mengembangkan enam aspek
perkembangan diataranya : nilai moral
dan agama, fisik motorik, kognitif, sosial
emosional, bahasa, seni?
Menempatkan anak duduk di depan
kelas, mengajarkan anak ADHD dalam
merapihkan mainan setelah
dimainkannya, mengajarkan anak untuk
berbagi dan lain sebagainya.
7. Perilaku yang seperti apa yang anda
lakukan, agar dapat menginspirasi anak
ADHD di sekolah dan dapat
mengembangkan enam aspek
perkembangan diantaranya : nilai moral
dan agama, fisik dan motorik, kognitif,
sosial emosional, bahasa, dan seni?
Membuang sampah pada tempatnya,
mewarnai gambar yang ia sukai,
memberikan kesempatan melakukan
aktivitasnya, mengajarkan gerakan
shalat dan mengajarkan anak ADHD
untuk bersabar dalam menunggu
giliran.
39
8. Bagaimana cara anda agar dapat
membimbing anak ADHD agar tetap
dijalur yag aman?
Selalu mengawasinya dan saling
berkomunikasi kepada orang tua
tentang kegiatan apa saja yang
dilakukan anak selama di sekolah dan di
rumah.
9. Bagaimana cara anda menumbuhkan
motivasi pada anak ADHD, agar anak
tetap semangat dalam belajar?
Memberikan motivasi anak ADHD
dengan cara memberikan pujian dan
menulis namanya serta gambar smile di
papan tulis, jika anak tersebut rajin
belajar dan membuat kebaikan di hari
itu
10. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan
anak ADHD dan kesulitan guru dalam
penanganan anak ADHD?
Ketika ia memakan-makanan yang
terlalu banyak gula dan makanan manis
lainnya saya semakin kesulitan,
misalnya ada anak yang menangis di
kelas, namun Rizwan membuat masalah
seperti mencari-cari kunci agar bisa
keluar kelas, menaik-naik meja,
mengganggu temannya padahal guru
pendamping sudah sangat membantu,
tetapi jika sedikit tidak
memperhatikannya pasti ada saja ulah
yang dilakukan. Hal yang saya lakukan
sekarang adalah menyimpan konci kelas
di saku saya, sementara meja dan
bangku disimpan di gudang, sehingga
anak duduk di karpet dan Rizwan tetap
duduk paling depan, agar berjalannya
proses pembelajaran dengan baik, dan
40
guru pendamping memberikan
pengawasan lebih kepada Rizwan di
dalam maupun di luar kelas,
mengalihkan pembelajaran dengan cara
bercerita, bernyanyi, bermain melatih
otak dan memberikan pelayanan sesuai
deng IEP yang dibuat.
11. Bagaimana cara melakukan evaluasi
pembelajaran, bagi anak ADHD?
Evaluasi yang diberikan pada anak
ADHD biasanya dilihat dari proses
perkembangan anak, jika anak banyak
perubahan dari sebelumnya maka
meningkatkan motivasi belajar anak
dengan cara belajar sambil bermain.
Namun jika tidak ada perkembangan
maka anak diharuskan untuk terapi di
luar sekolah.
41
INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-kisi Wawancara Penelitian
Nama Lembaga : RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Subjek Penelitian III : Robiah (Guru kelas B I)
Kode : CW-3
No. Aspek yang ditanyakan Keterangan
1. Bagaimana identifikasi masalah yang
dilakukan anak ADHD?
Melihat dari latar belakang anak,
informasi yang diberikan orang
tua, setelah guru merundingkan
apakah anak mendapatkan
pelayanan IEP atau tidak.
2. Bagaimana proses diagnosis yang
dilakukan untuk anak ADHD?
Melakukan asesmen dengan
mengamati tingkah laku anak
ADHD sesuai dengan teori dari
para ahli mengenai ciri-ciri
ADHD.
3. Bagaimana perilaku anak ADHD di
sekolah?
Zk adalah anak ADHD yang
cenderung aktif naik ke atas
meja, mengumpat di kolong
bangku ketika belajar, tidak bisa
duduk dengan tenang,
menggoyang-goyangkan kaki
ketika sedang duduk di meja,
mengganggu temannya, dan
kurang berkonsentrasi ketika
sedang belajar. Sama halnya
dengan Rw yang berada di kelas
A I.
42
4. Bagaimana penanganan yang dilakukan
guru dalam membimbing anak ADHD di
kelas?
Ketika Zk duduk di depan kelas
samping saya, itu merupakan
penanganan yang mudah bagi
saya, ketika terjadi apa-apa
dengan Zk. Biasanya sebelum
memulai pembelajaran, saya
memberikan perjanjian untuk
anak yang mau maju ke depan
kelas, tidak bertengkar, tidak
menangis, tidak lari-larian, dan
berani mencoba melakukan
sesuatu dengan itu saya
memberikan gambar smile di
papan tulis, tapi jika sebaliknya
saya memberikan gambar sad di
papan tulis beserta nama anak.
Penanganan selanjutnya biasanya
saya sering memberikan aktivitas
senam otak pada anak ADHD
ketika kelas sedang tidak
kondusif atau anak ADHD selalu
membuat ulah kepada anak-anak
lainnya. Misalnya menggunakan
program IEP dengan metode
bernyanyi dengan gerakan,
bertepuk, dan senam otak.
5. Apakah anda sudah menguasai materi
dalam memberikan pembelajaran bagi
anak ADHD?
Mengenai peran guru di sekolah,
saya menyampaikan ilmu
pengetahuan sesuai dengan usia
43
dan kemampuan anak dengan
bernyanyi menggunakan gerakan,
bertepuk, menggambar, sholat
dhuha, senam otak, berbagi
makanan pada teman, dan
bercerita.
6. Pelayanan apa saja yang anda berikan
kepada anak ADHD, agar memudahkan
anak dalam pembelajaran dan dapat
mengembangkan enam aspek
perkembangan diataranya : nilai moral
dan agama, fisik motorik, kognitif, sosial
emosional, bahasa, seni?
Adapun mengenai fasilitas, sekolah
sudah menyediakan media, sarana
dan prasarana di sekolah sehingga
memudahkan anak dalam aktivitas
belajar dan bermain. Guru mengatur
kelas sesuai dengan usia serta
memberikan metode pembelajaran
yang sesuai dengan gaya belajar
anak dan menggunakan. Program
Pendidikan Individual yang
dirancang oleh sekolah untuk anak
yang berkebutuhan khusus. Untuk
demonstrator biasanya saya melatih
anak bekerja sama dalam
mengerjakan tugas seperti
menempel dan membuang sampah
pada tempatnya. Kalau guru sebagai
pembimbing, saya sering
memberikan perhatian khusus bagi
anak yang sulit berkonsentrasi atau
susah diatur dengan cara duduk di
depan misalnya anak ADHD, cara
mengembangkan enam aspek itu
sama halnya seperti yang saya sudah
jelaskan di atas, mengalihkan
44
aktivitas dengan menstimulasi enam
aspek perkembangan dengan
bermain lego, bertepuk dan
bernyanyi, menggambar, senam
otak, berbagi makanan kepada
teman dan lain sebagainya. Adapun
guru dalam memberikan motivasi
anak ADHD dengan cara
memberikan pujian dan menulis
namanya serta gambar smile di
papan tulis, jika anak tersebut rajin
belajar dan membuat kebaikan di
hari itu.
7. Perilaku yang seperti apa yang anda
lakukan, agar dapat menginspirasi anak
ADHD di sekolah dan dapat
mengembangkan enam aspek
perkembangan diantaranya : nilai moral
dan agama, fisik dan motorik, kognitif,
sosial emosional, bahasa, dan seni?
Membuang sampah pada
tempatnya, mewarnai gambar
yang ia sukai, memberikan
kesempatan melakukan
aktivitasnya, mengajarkan
gerakan shalat dan mengajarkan
anak ADHD untuk bersabar
dalam menunggu giliran.
8. Bagaimana cara anda agar dapat
membimbing anak ADHD agar tetap
dijalur yag aman?
Selalu mengawasinya dan saling
berkomunikasi kepada orang tua
tentang kegiatan apa saja yang
dilakukan anak selama di sekolah
dan di rumah.
9. Bagaimana cara anda menumbuhkan
motivasi pada anak ADHD, agar anak
tetap semangat dalam belajar?
Memberikan gambar smile dan
reward.
10. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan Faktor yang menyebabkan anak
45
anak ADHD dan kesulitan guru dalam
penanganan anak ADHD?
ADHD salah satunya adalah
dilihat dari keturunan,
berlebihnya makanan yang manis
pada saat hamil, dan faktor
lingkungan. Dalam penanganan
anak di saat jam pelajaran pasti
ada aja kesulitannya, cuma yang
dialami Zk sebagai anak ADHD
di kelas B I yaitu sering mencoba
untuk keluar kelas pada saat jam
pembelajaran berlangsung, lari-
larian tidak melihat kondisi dan
situasi, menaik meja dan gebrak-
gebrak meja. Contoh lainnya
misalnya ketika dalam
pembelajaran guru sedang
menjelaskan tema hari ini, di saat
yang lain memperhatikan guru,
Zk malah berlari-lari bahkan
sering mengganggu teman-
temannya, menginginkan sesuatu
dengan cara berteriak dan jika
tidak dituruti maka anak akan
marah. Ketika jam istirahat
berlangsung dan para guru lupa
mengunci gerbang utama, Zk
keluar sekolah pergi untuk jajan
sambil lari-lari. Hal ini
menyulitkan saya dan guru
lainnya untuk mengejar Zk, yang
seharusnya guru-guru istirahat
46
tetapi Zk membutuhkan perhatian
lebih dari para guru-guru. Dalam
penanganan anak ADHD saya
sering memberikan hukuman
kecil seperti membersihkan
sampah yang ada di dalam kelas
dan memberikan gambar sedih di
papan tulis, agar anak tidak mau
melakukan kesalahan lagi.
11. Bagaimana cara melakukan evaluasi
pembelajaran, bagi anak ADHD?
Evaluasi yang diberikan pada
anak ADHD biasanya dilihat dari
proses perkembangan anak, jika
anak banyak perubahan dari
sebelumnya maka meningkatkan
motivasi belajar anak dengan
cara belajar sambil bermain.
Namun jika tidak ada
perkembangan maka anak
diharuskan untuk terapi di luar
sekolah
47
INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-kisi Wawancara Penelitian
Tempat : Rumah orangtua Rizwan
Subjek Penelitian IV : Rini (Orangtua Rizwan)
Kode : CW-4
No. Aspek yang ditanyakan Keterangan
1. 1. Apa alasan ibu/ bapak
menyekolahkan anak ibu/ bapak
di sekolah RA Al-Hilal Cikarang
Utara?
2.
Alasan saya menyekolahkan Rw
dekat dengan rumah saya dan mudah
untuk menjemputnya jika terjadi
sesuatu kepada anak saya. Sekolah
meberikan pelayanan pendidikan
untuk anak berkebutuhan khusus,
terutama bagi anak saya yang
memiliki ADHD sehingga saya
cukup tenang ketika anak saya
berada di sekolah. Namun perilaku
Rw kadang membuat saya harus
datang ke sekolah karena Rw
menggigit temannya atau membuat
teman-temannya menangis. Saya
tahu bahwa anak saya sulit diajarkan
untuk belajar karena di rumah juga
sama, tetapi menurut saya yang
penting adalah anak saya harus bisa
sekolah seperti anak lainnya. Kalau
untuk berteman dia hanya memiliki
beberapa teman saya itupun tidak
dekat, karena sering diganggu sama
Rw.
48
2. 3. Bagaimana perilaku anak ibu/
bapak ketika berada di rumah
dan di sekolah?
4.
Perilaku Rw di rumah kalau main
tidak mau pulang dan pasti harus
dijemput, sering sekali Rw
memainkan mainannya di rumah
tetapi dia tidak mau
membereskannya kembali, padahal
saya sudah sering kasih tau. Ketika
Rw marah pasti dia membanting-
bantingkan benda yang ada di
sekitarnya, saat itu saya
menasehatinya dengan lembut tetapi
dia melakukannya kembali. Kalau di
sekolah saya sering dipanggil oleh
gurunya, padahal saya sedang hamil
besar. Guru kelasnya sangat baik dan
sabar, memberikan arahan,
memberikan pengawasan yang lebih,
Rw sering ditempatkan di depan
kelas agar tidak mengganggu teman-
temannya. Sistem layanan
pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus di sekolah sudah sedikit
banyaknya membantu perkembangan
anak saya, namun masih saja guru
kesulitan untuk memberikan
penanganan bagi anak saya ketika
pembelajaran di kelas sedang
berlangsung, alasan yang jelas
karena guru pendamping tidak tetap
di setiap kelas, hal ini menjadikan
guru kebingungan dalam mengatur
49
mana yang harus diprioritaskan.
3. Bagaimana interaksi sosial anak
ibu/ bapak ketika berada di
lingkungan rumah?
Anak saya memiliki sedikit teman,
karena sering menjahili temannya
dan sering membuat ulah.
4. Masalah apa saja yang ibu/
bapak ketahui tentang anak ibu/
bapak pada proses
pembelajaran?
Saya sudah mengetahui bahwa anak
saya itu hiperaktif dan beda dari anak
yang lainnya, ayahnya juga pernah
bermaksud untuk terapi Rw namun
karena biaya jadi belum bisa bawa
Rw untuk terapi.
5. Jika ada, apa penanganan ibu/
bapak setelah mengetahui
masalah tersebut
Penanganan yang saya berikan di
rumah kepada Rw dengan
memberikan hukuman agar tidak
bermain dalam beberapa jam, jika dia
tidak menuruti perintah dari saya dan
ayahnya dan selalu memberikan
informasi kepada guru tentang
kegiatan apa saja yang dilakukan Rw
ketika di rumah.
50
INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-kisi Wawancara Penelitian
Tempat : Rumah orangtua Rizwan
Subjek Penelitian V : Leni (Orangtua Zaky)
Kode : CW-5
No. Aspek yang ditanyakan Keterangan
1. Apa alasan ibu/ bapak
menyekolahkan anak ibu/ bapak
di sekolah RA Al-Hilal Cikarang
Utara?
Alasan saya menyekolahkan anak
saya karena sekolahnya bagus dan
banyak anak teman saya yang
sekolah di RA Al-Hilal dan di RA
Al-Hilal juga menyediakan
program IEP untuk anak yang
berkebutuhan khusus, sehingga
meyakinkan saya untuk
menyekolahkan anak saya di RA
Al-Hilal. Kegiatan belajar Zk
sangat sulit sekali terkadang saya
kasih mainan dulu baru mau belajar
itu pun mudah bosen, jadi saya
sudah tidak asing lagi jika
mendengar guru bahwa anak saya
sulit untuk belajar.
2. Bagaimana perilaku anak ibu/
bapak ketika berada di rumah
dan di sekolah?
Perilaku Zk ketika di rumah sangat
sulit sekali dalam belajar terkadang
saya kasih mainan dulu baru mau
belajar itu pun mudah bosen, jadi
saya sudah tidak asing lagi jika
mendengar guru bahwa anak saya
51
sulit untuk belajar.
3. Bagaimana interaksi sosial anak
ibu/ bapak ketika berada di
lingkungan rumah?
Teman-teman Zk itu pada takut
karena Zk terkadang jahil sama
temannya, misalnya mengambil
barang temannya tetapi nantinya
dikembalikan lagi, membuang buku
temannya. Oleh karena itu dia
dijauhi sama teman-temannya
karena kejahilannya.
4. Masalah apa saja yang ibu/
bapak ketahui tentang anak ibu/
bapak pada proses
pembelajaran?
Anak saya sering bertengkar di
sekolah, anak saya juga sulit untuk
diajak belajar, menjahili teman-
temannya, tidak pernah mau
membereskan mainannya, sering
menangis, tidak bisa diam.
5. Jika ada, apa penanganan ibu/
bapak setelah mengetahui
masalah tersebut
Untuk saat ini Zk sedang terapi
untuk menghilangkan sedikit demi
sedikit aktivitas dan meluapkan
emosinya dengan baik
52
CATATAN DOKUMENTASI
Keadaan Gedung Ra Al-Hilal 02 Cikarang Utara
No Objek Keterangan
Ada Tidak
1. Ruang Kelas ✔
2. Kamar Mandi ✔
3. Mushola ✔
4. APE Out Door ✔
5. APE In Door ✔
6. Kantin Sekolah - ✔
7. UKS ✔
8. Ruang Kantor ✔
10. Papan Pengumuman ✔
11. Tempat Cuci Tangan ✔
12. Dapur ✔
13. Tempat Parkir ✔
53
Prasarana di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
No
Jenis Keberadaan Berfungsi Keterangan
Ya Tidak Ya Tidak
1. Jaringan
Listrik
✔ - ✔ - RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara,
sudah dapat
memberikan
pelayanan dan
fasilitas yang baik
bagi anak ADHD,
yang dapat dilihat
dari prasarana
yang ada di
sekolah.
2. Jaringan
Telepon
✔ - ✔ -
3. Internet ✔ - ✔ -
4. Akses
Jalan
✔ - ✔ -
54
Struktur Organisasi RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
No Jabatan Nama
1. Pembina RA Jajay Suharto, S.Pd.MM.
2. Ketua Yayasan Dr. H. Edi Suhadi, M.Pd.
3. Kepala Sekolah Ibu Hj Ida saidah, S.Pd.
4. Wali Kelas Yuli S.Pd.
Robiah S.Pd.
Yuni Yunisa S.Pd.
Rurlaila Sari S.Pd.
5. Guru Pendamping Lamih Sulastri S.Pd.
Fiki Muhtarotunnisa S.Pd.
6. Operator Minda Ningsih, S.Pd.I.
7. Bendahara Miftahul Zannah S.Pd.
8. Sekertaris Ahmad Rifai Fauzi S.Pd.Iss.
55
Jumlah siswa data empat tahun terakhir
Tahun
Kelas A I Kelas A
II
Kelas B I Kelas B II Total
L P L P L P L P
2016/2017 5 8 7 7 10 6 8 9 60
2017/2018 8 10 10 12 6 8 9 11 74
2018/2019 12 14 8 12 2 11 8 11 78
2019/2020 7 10 10 12 8 16 13 4 80
Jumlah siswa data empat tahun terakhir
No. Tahun
Pelajaran
Jumlah Siswa
Lk ADHD Pr ADHD Total
1. 2016/2017 28 2 30 - 60
2. 2017/2018 31 2 40 1 74
3. 2018/2019 29 1 47 1 78
4. 2019/2020 36 2 42 - 80
56
LAMPIRAN OBSERVASI DI RA AL-HILAL 02 CIKARANG UTARA
Catatan Lapangan I
Metode pengumpulan data : Observasi
Hari/ tanggal : Selasa, 2 Juli 2019
Waktu : 10.00 s/d selesai
Tempat : RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Awal yang dilakukan peneliti pada bulan Juli 2019 yaitu memberikan surat izin
untuk melakukan observasi dengan bertemu kepala sekolah di RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara, setelah diberi izin untuk melakukan observasi. peneliti memulai
observasi dengan cara mengamati lokasi RA Al Hilal 02 Cikarang Utara yang
berada pada posisi yang strategis karena letaknya yang mudah dijangkau dan
dekat dengan pemukiman masyarakat dan berada di Cikarang Utara. Lokasi yang
strategis memudahkan masyarakat untuk mengetahui lokasi RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara yang tepatnya di Jl Raya Industri Warung Kobak Rt. 002/ Rw 001
Kecamatan Cikarang Utara Kelurahan Pasirgombong, Kabupaten Bekasi, Provinsi
Jawa Barat. Kondisi sekolah dan kelas sangat bersih dan rapi. karena guru dan
petugas kebersihan selalu membersihkannya ditambah lagi dengan guru yang rajin
membersihkan kelas, tata tertib sekolah dilakukan dengan baik sehingga anak
dapat menerapkan sopan santun kepada orang-orang baru. Keamanan sekolah
belum terjaga sepenuhnya, karena belum ada satpan tetap yang menjaganya.
57
Catatan Lapangan II
Metode pengumpulan data : Observasi
Hari/ tanggal : Rabu, 3 Juli 2019
Jam : 08.00 WIB
Waktu : 07.00 s/d selesai
Tempat : RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Hari selasa ketika pukul 08.00 peneliti mengamati semua anak yang
datang ke sekolah dari mulai berada di luar kelas hingga masuk ke dalam kelas.
Peneliti memulai untuk mengamati anak yang ada di dalam kelas, terlihat terdapat
dua anak di kelas yang berbeda yang berlari-lari dan keluar masuk kelas tidak
seperti anak normal lainnya dan sering menggoyang-goyangkan kaki di bangku,
memukul-mukul meja, mengganggu teman di sekitarnya. Hal ini membuat guru
untuk selalu mengunci kelas dan gerbang agar tidak terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan. Selain itu juga guru memberikan penanganan lebih untuk dua anak
tersebut, karena memiliki aktivitas yang berlebihan dan daya konsentrasi yang
rendah. Komunikasi siswa juga belum sepenuhnya baik karena jika anak
menginginkan sesuatu harus berteriak-teriak dan sering marah jika keinginannya
tidak terpenuhi
Dari pernyatan guru bahwa ada dua anak ADHD di sekolah RA Al-Hilal 02
Cikarang Utara. Lalu peneliti mengamati beberapa penanganan yang diberikan
guru dengan berbagai macam cara, setelah peneliti amati tenyata sekolah memiliki
program pelayanan IEP yang diberikan kepada anak yang memiliki ADHD. Dari
data di atas anak ADHD di sekolah RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara terdapat
paling banyak tiga anak ADHD, dan paling sedikit dua anak ADHD pertahunnya.
Hal ini membuktikan bahwa guru RA Al Hilal 02 Cikarang Utara sudah sering
penanganan anak ADHD. Sehingga tidak cemas lagi ketika ada anak ADHD yang
mendaftar di sekolah, karena guru RA Al-Hilal memiliki program IEP dengan
teknik penanganan anak ADHD di dalam kelas maupun di luar kelas dengan baik.
58
Pada saat bel istirahat berbunyi, anak ADHD tersebut berinisial Rw dan Zk lebih
cepat untuk keluar kelas tanpa berdoa sebelum makan terlebih dahulu, mereka
meninggalkan kelas hanya untuk mengambil lego dan mainan yang sudah
tersedia di sekolah. Namun guru selalu membiasakan siswanya untuk berdoa
sebelum makan, sehingga kedua anak ADHD tersebut dinasehati untuk masuk ke
kelas kembali. Setelah masuk kembali peneliti tidak menemukan masalah yang
serius pada perilaku anak ADHD hingga tiba waktu pulang.
59
Catatan Lapangan III
Hari/ Tanggal : Kamis, 4 Juli 2019
Waktu : 07.30 s/d 11.00
Tempat : RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Hari ini sekitar pukul 07.30 peneliti mengamati anak ADHD, pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung selesai membaca iqro, anak-anak diminta untuk
bernyanyi sambil berdiri, namun ada satu anak yang memilih untuk berlari-lari,
dengan semangatnya dia berlari sehingga menabrak temannya hingga terjatuh dan
menangis, bu Yl sebagai guru utama Rw langsung menghampiri Rw dan
mendekapnya, lalu bu Yl meminta bantuan kepada guru pendamping yaitu bu Lami
untuk menenangkan temannya yang terjatuh karena Rw Anak yang mengalami
ADHD. Adapun hasil engamatan lain dari peneliti adalah ketika jam istirahat tiba
anak ADHD langsung tergesa-gesa untuk mengambil makanan yang dimilikinya
berupa nasi dan telur, dengan lahapnya ia makan setelah habis ia langsung menaik
ke atas meja, mengumpat di bawah meja, lari-lari, melempar-lempar buku, dan
sering mengganggu teman-temannya yang sedang asik bermain, sehingga sulit
untuk dikendalikan. Hal ini membuktikan bahwa banyaknya makanan yang
mengandung gula, karbohidrat, protein yang berlebihan dapat menambah anak
semakin aktif. Komunikasi siswa belum sepenuhnya baik karena jika menginginkan
sesuatu harus berteriak-teriak dan sering marah jika keinginannya tidak terpenuhi.
60
Catatan Lapangan IV
Hari/ Tanggal : Jum‟at, 5 Juli 2019
Waktu : 07.30 s/d 11.30
Tempat : RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Hari ini sekitar pukul 07.30 peneliti mengamati anak ADHD, pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti melihat Rw dan Zk duduk di bangku
paling depan, harapan guru supaya dapat memberikan penanganan khusus bagi
anak ADHD di kelas, tidak mengganggu teman-temannya, dapat berkonsentrasi
dengan baik, memperhatikan guru ketika sedang berbicara, memudahkan guru
dalam penanganan dan mengawasi anak ADHD di dalam kelas.
Peneliti juga sering melihat guru sedang menasehati Rw dan Zk ketika
kondisi kelas sedang kondusif dan kedua anak terlihat mendengarkan dan diam
dalam waktu tersebut, meskipun tidak lama kemudian kedua anak tersebut berjalan-
jalan lagi. Ketika kelas tidak kondusif peneliti melihat guru mengalihkan
pembelajaran dengan bertepuk tangan, bernyanyi dengan gerakan, bercerita, serta
menggambar.
61
Catatan Lapangan V
Hari/ Tanggal : Sabtu, 6 Juli 2019
Waktu : 07.30 s/d 11.30
Tempat : RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara
Hari ini sekitar pukul 07.30 peneliti mengamati anak ADHD, pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung peneliti melihat guru memberikan pelayanan IEP untuk
anak ADHD di RA Al-Hilal dengan cara melakukan banyak aktivitas seperti
bernyanyi menggunakan gerakan, menggambar, bertepuk tangan, dan senam otak,
menempatkan anak duduk dipaling depan. Program IEP ini juga melayani
kebutuhan unik kepada siswa dan merupakan layanan yang disediakan dalam
rangka pencapaian tujuan yang diinginkan serta bagaimana efektivitas program
dapat ditentukan dalam periode waktu yang spesifik. Metode yang digunakan
adalah memberikan pelayanan khusus bagi anak ADHD dengan cara melibatkan
orang tua siswa dengan guru agar siswa tetap dalam pengawasan di rumah maupun
di sekolah, melibatkan keterampilan dan aktivitas gerak pada saat pembelajaran,
memperhatikan pola makan anak, menyediakan kelas musik, permainan puzzle dan
boneka tangan untuk meningkatkan daya konsentrasi dan bahasa anak, memberikan
kesempatan anak ADHD untuk melakukan aktivitasnya dengan berlari-lari di luar
kelas dalam pengawasan. Dengan ini peneliti sangat tertarik untuk mengamati dari
berbagai penanganan yang dilakukan guru untuk anak ADHD, hingga tibalah bel
pulang berbunyi. Lalu guru mengarahkan dan membantu anak ADHD untuk
membereskan peralatan menulis anak serta menanyakan perasaan hari ini dan
diakhiri dengan berdoa.
62