Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1

10
ETIKA BISNIS ISLAM 1 UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG TUGAS INDIVIDU EKT 1 PERAN ETIKA BISNIS ISLAM DALAM EKONOMI PASAR BEBAS Oleh : Debi Liana Lestari ( 11.050.10067 ) Perbincangan tentang "etika bisnis" di sebagian besar paradigma pemikiran pebisnis terasa kontradiksi interminis (bertentangan dalam dirinya sendiri) atau oxymoron ; mana mungkin ada bisnis yang bersih, bukankah setiap orang yang berani memasuki wilayah bisnis berarti ia harus berani (paling tidak) "bertangan kotor". Apalagi ada satu pandangan bahwa masalah etika bisnis seringkali muncul berkaitan dengan hidup matinya bisnis tertentu, yang apabila "beretika" maka bisnisnya terancam pailit. Disebagian masyarakat yang nir normative dan hedonistik materialistk, pandangan ini tampkanya bukan merupakan rahasia lagi karena dalam banyak hal ada konotasi yang melekat bahwa dunia bisnis dengan berbagai lingkupnya dipenuhi dengan praktik-praktik yang tidak sejalan dengan etika itu sendiri. Begitu kuatnya oxymoron itu, muncul istilah business ethics atau ethics in business. Sekitar dasawarsa 1960-an, istilah itu di Amerika Serikat menjadi bahan controversial. Orang boleh saja berbeda pendapat mengenai kondisi moral lingkungan bisnis tertentu dari waktu ke waktu. Tetapi agaknya kontroversi ini bukanya berkembang ke arah yang produktif, tapi malah semakin menjurus ke suasana debat kusir. Menarik untuk di soroti adalah bagaimana dan adakah konsep Islam menawarkan etika bisnis bagi pendorong bangkitnya roda ekonomi. Filosofi dasar yang menjadi catatan penting bagi bisnis Islami adalah bahwa, dalam setiap gerak langkah kehidupan manusia adalah konsepi hubungan manusia dengan mansuia,

description

PERAN ETIKA BISNIS ISLAM DALAM EKONOMI PASAR BEBAS

Transcript of Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1

Page 1: Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1

ETIKA BISNIS ISLAM 1

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

TU

GA

S I

ND

IV

ID

U E

KT

1

PERAN ETIKA BISNIS ISLAM DALAM EKONOMI

PASAR BEBAS

Oleh : Debi Liana Lestari ( 11.050.10067 )

Perbincangan tentang "etika bisnis" di sebagian besar paradigma pemikiran

pebisnis terasa kontradiksi interminis (bertentangan dalam dirinya sendiri) atau

oxymoron ; mana mungkin ada bisnis yang bersih, bukankah setiap orang yang

berani memasuki wilayah bisnis berarti ia harus berani (paling tidak) "bertangan

kotor".

Apalagi ada satu pandangan bahwa masalah etika bisnis seringkali muncul

berkaitan dengan hidup matinya bisnis tertentu, yang apabila "beretika" maka

bisnisnya terancam pailit. Disebagian masyarakat yang nir normative dan

hedonistik materialistk, pandangan ini tampkanya bukan merupakan rahasia lagi

karena dalam banyak hal ada konotasi yang melekat bahwa dunia bisnis dengan

berbagai lingkupnya dipenuhi dengan praktik-praktik yang tidak sejalan dengan

etika itu sendiri.

Begitu kuatnya oxymoron itu, muncul istilah business ethics atau ethics in

business. Sekitar dasawarsa 1960-an, istilah itu di Amerika Serikat menjadi bahan

controversial. Orang boleh saja berbeda pendapat mengenai kondisi moral

lingkungan bisnis tertentu dari waktu ke waktu. Tetapi agaknya kontroversi ini

bukanya berkembang ke arah yang produktif, tapi malah semakin menjurus ke

suasana debat kusir.

Menarik untuk di soroti adalah bagaimana dan adakah konsep Islam menawarkan

etika bisnis bagi pendorong bangkitnya roda ekonomi. Filosofi dasar yang

menjadi catatan penting bagi bisnis Islami adalah bahwa, dalam setiap gerak

langkah kehidupan manusia adalah konsepi hubungan manusia dengan mansuia,

Page 2: Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1

ETIKA BISNIS ISLAM 2

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

TU

GA

S I

ND

IV

ID

U E

KT

1

lingkungannya serta manusai dengan Tuhan (Hablum minallah dan hablum

minannas). Dengan kata lain bisnis dalam Islam tidak semata mata merupakan

manifestasi hubungan sesama manusia yang bersifat pragmatis, akan tetapi lebih

jauh adalah manifestasi dari ibadah secara total kepada sang Pencipta.

Dengan berpegang pada landasan ini maka setiap muslim yang berbisnis atau

beraktifitas apapun akan merasa ada kehadiran "pihak ketiga" (Tuhan) di setiap

aspek hidupnya. Keyakinan ini harus menjadi bagian integral dari setiap muslim

dalam berbisnis. Hal ini karena Bisnis dalam Islam tidak semata mata orientasi

dunia tetapi harus punya visi akhirat yang jelas. Dengan kerangka pemikiran

seperti itulah maka persoalan etika dalam bisnis menjadi sorotan penting dalam

ekonomi Islam.

Dalam ekonomi Islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang sebagai dua hal

yang bertentangan, sebab, bisnis yang merupakan symbol dari urusan duniawi

juga dianggap sebagai bagian integral dari hal-hal yang bersifat investasi akherat.

Artinya, jika oreientasi bisnis dan upaya investasi akhirat (diniatkan sebagai

ibadah dan merupakan totalitas kepatuhan kepada Tuhan), maka bisnis dengan

sendirinya harus sejalan dengan kaidah-kaidah moral yang berlandaskan

keimanan kepada akhirat. Bahkan dalam Islam, pengertian bisnis itu sendiri tidak

dibatasi urusan dunia, tetapi mencakup pula seluruh kegiatan kita didunia yang

"dibisniskan" (diniatkan sebagai ibadah) untuk meraih keuntungan atau pahala

akhirat. Stetemen ini secara tegas di sebut dalam salah satu ayat Al-Qur'an.

Wahai Orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan pada suatu

perniagaan (bisnis) yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab pedih ? yaitu

beriman kepada allah & Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan

hartamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Di sebagian masyarakat kita, seringkali terjadi interpretasi yang keluru terhadap

teks al-Qur'an tersebut, sekilas nilai Islam ini seolah menundukkan urusan

duniawi kepada akhirat sehingga mendorong komunitas muslim untuk

Page 3: Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1

ETIKA BISNIS ISLAM 3

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

TU

GA

S I

ND

IV

ID

U E

KT

1

berorientasi akhirat dan mengabaikan jatah dunianya, pandangan ini tentu saja

keliru. Dalam konsep Islam, sebenarnya Allah telah menjamin bahwa orang yang

bekerja keras mencari jatah dunianya dengan tetap mengindahkan kaidah-kaidah

akhirat untuk memperoleh kemenangan duniawi, maka ia tercatat sebagai hamba

Tuhan dengan memiliki keseimbangan tinggi. Sinyalemen ini pernah menjadi

kajian serius dari salah seorang tokoh Islam seperti Ibnu Arabi, dalam sebuah

pernyataannya.

"Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan

Al-Qur'an yang diterapkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan

mendapat makna dari atas mereka (akhirat) dan dari bawah kaki mereka (dunia)."

Logika Ibn Arabi itu, setidaknya mendapatkan penguatan baik dari hadits maupun

duinia ekonomi, sebagaimana Nabi SAW bersabda : Barangsiapa yang

menginginkan dunia, maka hendaknya dia berilmu, dan barangsiapa yang

menginginkan akhirat maka hendaknya dia berilmu, dan barangsiapa yang

menghendaki keduanya maka hendaknya dia berilmu."

Pernyataan Nabi tersebut mengisaratkan dan mengafirmasikan bahwa dismping

persoalan etika yang menjadi tumpuan kesuksesan dalam bisnis juga ada faktor

lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu skill dan pengetahuan tentang etika itu

sendiri. Gagal mengetahui pengetahuan tentang etika maupun prosedur bisnis

yang benar secara Islam maka akan gagal memperoleh tujuan. Jika ilmu yang

dibangun untuk mendapat kebehagiaan akhirat juga harus berbasis etika, maka

dengan sendirinya ilmu yang dibangun untuk duniapun harus berbasis etika. Ilmu

dan etika yang dimiliki oleh sipapun dalam melakukakan aktifitas apapun (

termasuk bisnis) maka ia akan mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat

sekaligus.

Lalu pertanyaan lebih lanjut apakah ada falsafah moral Islam yang diharapkan

dapat mencegah prilaku curang muslim, jelas ada, Al-Qur'an sebagaimana Adam

Smith mengkaitkan system ekonomi pasar bebas dengan "hukum Kodrat tentang

Page 4: Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1

ETIKA BISNIS ISLAM 4

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

TU

GA

S I

ND

IV

ID

U E

KT

1

tatanan kosmis yang harmonis". Mengaitkan kecurangan mengurangi timbangan

dengan kerusakan tatanan kosmis, Firman-Nya : "Kami telah menciptakan langit

dan bumi dengan keseimbangan, maka janganlah mengurangi timbangan tadi."

Jadi bagi Al-Qur'an curang dalam hal timbangan saja sudah dianggap sama

dengan merusak keseimbangan tatanan kosmis, Apalagi dengan mendzhalimi atau

membunuh orang lain merampas hak kemanusiaan orang lain dalam sector

ekonomi) Firman Allah : "janganlah kamu membunuh jiwa, barangsiapa

membunuh satu jiwa maka seolah dia membunuh semua manusia (kemanusiaan)"

Seringkali ada anggapan bahwa jika sekedar berlaku curang dipasar tidak turut

merusak keseimbangan alam, karena hal itu dianggap sepele, tetapi jika itu telah

berlaku umum dan lumrah dimana-mana dan lama kelamaan berubah menjadi

semacam norma juga, maka jelas kelumrahan perilaku orang itu akan merusak

alam, apalagi jika yang terlibat adalah orang-orang yang punya peran tanggung

jawab yang amat luas menyangkut nasib hidup banyak orang dan juga alam

keseluruhan.

Dalam ekonomi Islam memandang bahwa pasar, negara, dan individu berada

dalam keseimbangan (iqtishad), tidak boleh ada sub-ordinat, sehingga salah

satunya menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam

Islam. Pasar bebas menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada

gangguan yang mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar. Namun dalam

kenyataannya sulit ditemukan pasar yang berjalan sendiri secara adil (fair).

Distorasi pasar tetap sering terjadi, sehingga dapat merugikan para pihak.

Pasar yang dibiarkan berjalan sendiri (laissez faire), tanpa ada yang mengontrol,

ternyata telah menyebabkan penguasaan pasar sepihak oleh pemilik modal

(capitalist) penguasa infrastruktur dan pemilik informasi. Asymetrik informasi

juga menjadi permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh pasar. Negara dalam

Islam mempunyai peran yang sama dengan pasar, tugasnya adalah mengatur

dan mengawasi ekonomi, memastikan kompetisi di pasar berlangsung dengan

Page 5: Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1

ETIKA BISNIS ISLAM 5

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

TU

GA

S I

ND

IV

ID

U E

KT

1

sempurna, informasi yang merata dan keadilan ekonomi. Perannya sebagai

pengatur tidak lantas menjadikannya dominan, sebab negara, sekali-kali tidak

boleh mengganggu pasar yang berjalan seimbang, perannya hanya diperlukan

ketika terjadi distorsi dalam sistem pasar.

Konsep makanisme pasar dalam Islam dapat dirujuk kepada hadits Rasululllah

Saw sebagaimana disampaikan oleh Anas RA, sehubungan dengan adanya

kenaikan harga-harga barang di kota Madinah. Dengan hadits ini terlihat dengan

jelas bahwa Islam jauh lebih dahulu (lebih 1160 tahun) mengajarkan konsep

mekanisme pasar dari pada Adam Smith. Dalam hadits tersebut diriwayatkan

sebagai berikut :

ال عر غ س نا ال عر ل س هللا ف سٌل لن : ر س يو ً ل لى هللا ع ص

هللا ق اى خال ض ٌى ال قاب يس ال ى ًل قى رب ى أرجٌا أى أل عر ًان س و رازق ال سط ال با ال

كن ن لب أحد ه ط ىي تيا ن لو لوة ظ وظ دارهى( ب دم ًال هال )رًاه ال اه ب اي

“Harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu

mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “ya Rasulullah hendaklah

engkau menetukan harga”. Rasulullah SAW. berkata:”Sesungguhnya Allah-lah

yang menetukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki.

Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak

seorang pun dari kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun

harta.”

Inilah teori ekonomi Islam mengenai harga. Rasulullah SAW dalam hadits

tersebut tidak menentukan harga. Ini menunjukkan bahwa ketentuan harga itu

diserahkan kepada mekanisme pasar yang alamiah impersonal. Rasulullah

menolak tawaran itu dan mengatakan bahwa harga di pasar tidak boleh ditetapkan,

karena Allah-lah yang menentukannya.

Page 6: Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1

ETIKA BISNIS ISLAM 6

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

TU

GA

S I

ND

IV

ID

U E

KT

1

Sungguh menakjubkan, teori Nabi tentang harga dan pasar. Kekaguman ini

dikarenakan, ucapan Nabi Saw itu mengandung pengertian bahwa harga pasar itu

sesuai dengan kehendak Allah yang sunnatullah atau hukum supply and demand.

Menurut pakar ekonomi Islam kontemporer, teori inilah yang diadopsi oleh Bapak

Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teori invisible hands. Menurut teori

ini, pasar akan diatur oleh tangan-tangan tidak kelihatan (invisible hands).

Bukankah teori invisible hands itu lebih tepat dikatakan God Hands (tangan-

tangan Allah). Oleh karena harga sesuai dengan kekuatan penawaran dan

permintaan di pasar, maka harga barang tidak boleh ditetapkan pemerintah, karena

ketentuan harga tergantung pada hukum supply and demand.

Free market competitions atau yang biasa kita kenal dengan pasar bebas,

merupakan pasar dimana didalamnya tidak ada unsur intervensi (campur tangan)

dari pemerintah. Mekanisme pasar atau tarik ulur antara demand dan supply

adalah yang mendasari berjalannya transaksi pasar. Dalam free market

competitions biasanya bentuk pasar adalah pasar persaingan sempurna. Melihat

kondisi pasar perdagangan internasional sekarang ini, metamorfosis pasar

diperkirakan akan menuju ke arah suatu bentuk pasar “free market competition”.

Karena pasar bebas merupakan bentuk pasar yang paling adil.

Berbicara mengenai pasar (market), lebih dahulu harus kita kerucutkan apa itu

definisi dari pasar Pasar secara umum diartikan sebagai tempat bertemunya antara

penjual dan pembeli. Namun, inti dari pasar itu sendiri adalah transaksi yang

terjadi antara penjual dan pembeli. Jadi pasar dapat terbentuk bukan hanya dari

bentuk riil pasar itu sendiri, tapi proses transaksi yang ada didalamnya. Kalau

begitu, di rumah pun dapat terbentuk pasar, bahkan juga di dunia maya seperti

internet Ya bisa, karena pasar (market) pada intinya adalah mekanisme pertukaran

antara uang dengan barang.

Karena fokus pembahasan pada etika, lalu yang menjadi pertanyaan selanjutnya

apakah di dalam pasar ada etika Jawabannya tentu ya. Pertanyaan selanjutnya

Page 7: Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1

ETIKA BISNIS ISLAM 7

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

TU

GA

S I

ND

IV

ID

U E

KT

1

etika pasar seperti apa Ada dua etika yang harus di pegang oleh para pelaku pasar

agar pasar selalu dalam kondisi ideal dan fairness, yaitu

Pertama, pasar harus dalam kondisi ekuiblirium. Teori ekonomi mengenal

ekuiblirium sebagai titik pertemuan antara demand dan supply. Dalam etika pasar

islami, ekuiblirium diartikan sebagai titik pertemuan persamaan hak antara

pembeli dan penjual. Hak yang seperti apa Hak pembeli untuk mendapatkan

barang dan hak penjual untuk mendapatkan uang yang sepantasnya dari barang

yang dijualnya. Dalam konteks hak ini, kewajiban-kewajiban masing-masing

pihak harus terpenuhi terlebih dahulu, kewajiban bagi penjual untuk membuat

produk yang berkualitas dan bermanfaat dan bagi pembeli untuk membayar uang

yang sepantasnya sebagai pengganti harga barang yang dibelinya.

Kedua, adanya optimasi manfaat barang oleh pembeli dan penjual. Dapat

diartikan sebagai pertemuan antara kebutuhan pembeli dengan penawaran barang

oleh penjual sebagai bentuk ta’awun atau lebih keren kita sebut sebagai

bertemunya need dan order. Bertemunya dua hal ini, menjadikan barang yang

ditransaksikan membawa manfaat, dan menghilangkan kemubadziran dan kesia-

siaan.

Free market competition sebagai bentuk pasar persaingan sempurna, tanpa adanya

intervensi pemerintah dan diperkirakan merupakan bentuk pasar yang paling adil

ini mampukah membawa kemaslahatan bagi ummat Jawabanya kontroversi, bagi

yang pro, pasar bebas akan membawa kemaslahatan, dengan argumen pasar bebas

merupakan pasar yang paling adil. Pasar dalam Islam sendiri, memiliki

kecenderungan ke arah pasar bebas dengan persaingan sempurna. Walaupun Islam

juga mengatur tentang intervensi pasar, tetapi hanya sebatas ketika terjadi ketidak

sempurnaan pasar dan ada oknum-oknum yang menyebabkan persaingan penjadi

tidak fair. Oleh karenannya, agar pasar terdorong ke arah pemusatan maslahah

ummat, etika-etika bisnis harus dipegang dan diaplikasikan secara nyata oleh

Page 8: Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1

ETIKA BISNIS ISLAM 8

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

TU

GA

S I

ND

IV

ID

U E

KT

1

pelaku pasar. Selain itu, setiap negara telah mempersiapkan SDM yang

berkualitas yang siap berkompetisi.

Fenomena sebaliknya akan terjadi jika etika bisnis islam, sebagaimana yang telah

disebutkan diatas tidak dipenuhi. Bukannya kemaslahatan ummat, pasar bebas

justru akan menyebabkan persaingan pasar tidak sehat, ketidaksempurnaan pasar,

penguasaan oleh para segelintir orang karena kepentingannya. Free market

competitions akan meyebabkan monopoli dan oligopoli. Terlebih lagi jika tidak

adannya kesiapan SDM untuk berkompetisi. Hukum rimba berlaku di dalam pasar

bebas, siapa yang kuat dialah yang menang. Penjajahan ekonomi akan kembali

berulang.

Sejalan dengan berakhirnya pertemuan para pemimpin APEC di Osaka Jepang

dan dengan diperjelasnya istilah untuk menjadikan Asia Pasifik ditahun 2000

menjadi daerah perdagangan yang bebas sehingga baik kita batas dunia akan

semakin "kabur" (borderless) world. Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling

berpacu satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan (opportunity) dan

keuntungan (profit). Kadang kala untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan

tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak

yang dirugikan atau tidak.

Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu dengan

waktu serta negara-negara lainnya agar terwujud suatu tatanan perekonomian

yang saling menguntungkan. Namun perlu kita pertanyakan apakah yang

diharapkan oleh pemimpin APEC tersebut dapat terwujud manakala masih ada

bisnis kita khususnya dan internasional umumnya dihinggapi kehendak saling

"menindas" agar memperoleh tingkat keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang

merupakan tantangan bagi etika bisnis kita.

Jika kita ingin mencapai target pada era perdagangan bebas, ada saatnya dunia

bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang

Page 9: Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1

ETIKA BISNIS ISLAM 9

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

TU

GA

S I

ND

IV

ID

U E

KT

1

terlihat perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara golongan

menengah kebawah dan pengusaha golongan keatas. Apakah hal ini dapat

diwujudkan ?

Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan

budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh

ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama

mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, apakah itu dalam

kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah jelas

merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi kedua

belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan dengan

jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan memperoleh

kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang erat

saling menguntungkan.

Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang benar-benar

menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen. Kenapa hal

perlu ini dibicarakan?

Isu yang mencuat adalah semakin pesatnya perkembangan informasi tanpa

diimbangi dengan dunia bisnis yang ber "moral", dunia ini akan menjadi suatu

rimba modern yang kuat menindas yang lemah sehingga apa yang diamanatkan

UUD 1945, Pasal 33 dan GBHN untuk menciptakan keadilan dan pemerataan

tidak akan pernah terwujud.

Pentingnya etika bisnis Islam dalam menciptakan kemaslahatan ummat dalam

menghadapi era free market competitions, perlu untuk kita perhatikan. Etika Islam

yang bersumber pada falsafah keberagamaan dan keyakinan kita, yang lebih kita

kenal dengan Iman dan Taqwa. Iman dan Taqwa harus selalu kita

implementasikan dalam kehidupan nyata. Implementasi nyata Iman dan Taqwa

akan membentuk kesadaran moral Islami.

Page 10: Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1

ETIKA BISNIS ISLAM 10

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

TU

GA

S I

ND

IV

ID

U E

KT

1

Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan budaya.

Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang

sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama

akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini

sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu

peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh

dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan

dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber :

http://pesantrenvirtual.com