Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1
-
Upload
unis-universitas-islam-syekh-yusuf-tangerang -
Category
Business
-
view
236 -
download
0
description
Transcript of Peran etika bisnis_islam_dalam_ekonomi_pasar_bebas-1
ETIKA BISNIS ISLAM 1
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
TU
GA
S I
ND
IV
ID
U E
KT
1
PERAN ETIKA BISNIS ISLAM DALAM EKONOMI
PASAR BEBAS
Oleh : Debi Liana Lestari ( 11.050.10067 )
Perbincangan tentang "etika bisnis" di sebagian besar paradigma pemikiran
pebisnis terasa kontradiksi interminis (bertentangan dalam dirinya sendiri) atau
oxymoron ; mana mungkin ada bisnis yang bersih, bukankah setiap orang yang
berani memasuki wilayah bisnis berarti ia harus berani (paling tidak) "bertangan
kotor".
Apalagi ada satu pandangan bahwa masalah etika bisnis seringkali muncul
berkaitan dengan hidup matinya bisnis tertentu, yang apabila "beretika" maka
bisnisnya terancam pailit. Disebagian masyarakat yang nir normative dan
hedonistik materialistk, pandangan ini tampkanya bukan merupakan rahasia lagi
karena dalam banyak hal ada konotasi yang melekat bahwa dunia bisnis dengan
berbagai lingkupnya dipenuhi dengan praktik-praktik yang tidak sejalan dengan
etika itu sendiri.
Begitu kuatnya oxymoron itu, muncul istilah business ethics atau ethics in
business. Sekitar dasawarsa 1960-an, istilah itu di Amerika Serikat menjadi bahan
controversial. Orang boleh saja berbeda pendapat mengenai kondisi moral
lingkungan bisnis tertentu dari waktu ke waktu. Tetapi agaknya kontroversi ini
bukanya berkembang ke arah yang produktif, tapi malah semakin menjurus ke
suasana debat kusir.
Menarik untuk di soroti adalah bagaimana dan adakah konsep Islam menawarkan
etika bisnis bagi pendorong bangkitnya roda ekonomi. Filosofi dasar yang
menjadi catatan penting bagi bisnis Islami adalah bahwa, dalam setiap gerak
langkah kehidupan manusia adalah konsepi hubungan manusia dengan mansuia,
ETIKA BISNIS ISLAM 2
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
TU
GA
S I
ND
IV
ID
U E
KT
1
lingkungannya serta manusai dengan Tuhan (Hablum minallah dan hablum
minannas). Dengan kata lain bisnis dalam Islam tidak semata mata merupakan
manifestasi hubungan sesama manusia yang bersifat pragmatis, akan tetapi lebih
jauh adalah manifestasi dari ibadah secara total kepada sang Pencipta.
Dengan berpegang pada landasan ini maka setiap muslim yang berbisnis atau
beraktifitas apapun akan merasa ada kehadiran "pihak ketiga" (Tuhan) di setiap
aspek hidupnya. Keyakinan ini harus menjadi bagian integral dari setiap muslim
dalam berbisnis. Hal ini karena Bisnis dalam Islam tidak semata mata orientasi
dunia tetapi harus punya visi akhirat yang jelas. Dengan kerangka pemikiran
seperti itulah maka persoalan etika dalam bisnis menjadi sorotan penting dalam
ekonomi Islam.
Dalam ekonomi Islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang sebagai dua hal
yang bertentangan, sebab, bisnis yang merupakan symbol dari urusan duniawi
juga dianggap sebagai bagian integral dari hal-hal yang bersifat investasi akherat.
Artinya, jika oreientasi bisnis dan upaya investasi akhirat (diniatkan sebagai
ibadah dan merupakan totalitas kepatuhan kepada Tuhan), maka bisnis dengan
sendirinya harus sejalan dengan kaidah-kaidah moral yang berlandaskan
keimanan kepada akhirat. Bahkan dalam Islam, pengertian bisnis itu sendiri tidak
dibatasi urusan dunia, tetapi mencakup pula seluruh kegiatan kita didunia yang
"dibisniskan" (diniatkan sebagai ibadah) untuk meraih keuntungan atau pahala
akhirat. Stetemen ini secara tegas di sebut dalam salah satu ayat Al-Qur'an.
Wahai Orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan pada suatu
perniagaan (bisnis) yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab pedih ? yaitu
beriman kepada allah & Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan
hartamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Di sebagian masyarakat kita, seringkali terjadi interpretasi yang keluru terhadap
teks al-Qur'an tersebut, sekilas nilai Islam ini seolah menundukkan urusan
duniawi kepada akhirat sehingga mendorong komunitas muslim untuk
ETIKA BISNIS ISLAM 3
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
TU
GA
S I
ND
IV
ID
U E
KT
1
berorientasi akhirat dan mengabaikan jatah dunianya, pandangan ini tentu saja
keliru. Dalam konsep Islam, sebenarnya Allah telah menjamin bahwa orang yang
bekerja keras mencari jatah dunianya dengan tetap mengindahkan kaidah-kaidah
akhirat untuk memperoleh kemenangan duniawi, maka ia tercatat sebagai hamba
Tuhan dengan memiliki keseimbangan tinggi. Sinyalemen ini pernah menjadi
kajian serius dari salah seorang tokoh Islam seperti Ibnu Arabi, dalam sebuah
pernyataannya.
"Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan
Al-Qur'an yang diterapkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan
mendapat makna dari atas mereka (akhirat) dan dari bawah kaki mereka (dunia)."
Logika Ibn Arabi itu, setidaknya mendapatkan penguatan baik dari hadits maupun
duinia ekonomi, sebagaimana Nabi SAW bersabda : Barangsiapa yang
menginginkan dunia, maka hendaknya dia berilmu, dan barangsiapa yang
menginginkan akhirat maka hendaknya dia berilmu, dan barangsiapa yang
menghendaki keduanya maka hendaknya dia berilmu."
Pernyataan Nabi tersebut mengisaratkan dan mengafirmasikan bahwa dismping
persoalan etika yang menjadi tumpuan kesuksesan dalam bisnis juga ada faktor
lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu skill dan pengetahuan tentang etika itu
sendiri. Gagal mengetahui pengetahuan tentang etika maupun prosedur bisnis
yang benar secara Islam maka akan gagal memperoleh tujuan. Jika ilmu yang
dibangun untuk mendapat kebehagiaan akhirat juga harus berbasis etika, maka
dengan sendirinya ilmu yang dibangun untuk duniapun harus berbasis etika. Ilmu
dan etika yang dimiliki oleh sipapun dalam melakukakan aktifitas apapun (
termasuk bisnis) maka ia akan mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat
sekaligus.
Lalu pertanyaan lebih lanjut apakah ada falsafah moral Islam yang diharapkan
dapat mencegah prilaku curang muslim, jelas ada, Al-Qur'an sebagaimana Adam
Smith mengkaitkan system ekonomi pasar bebas dengan "hukum Kodrat tentang
ETIKA BISNIS ISLAM 4
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
TU
GA
S I
ND
IV
ID
U E
KT
1
tatanan kosmis yang harmonis". Mengaitkan kecurangan mengurangi timbangan
dengan kerusakan tatanan kosmis, Firman-Nya : "Kami telah menciptakan langit
dan bumi dengan keseimbangan, maka janganlah mengurangi timbangan tadi."
Jadi bagi Al-Qur'an curang dalam hal timbangan saja sudah dianggap sama
dengan merusak keseimbangan tatanan kosmis, Apalagi dengan mendzhalimi atau
membunuh orang lain merampas hak kemanusiaan orang lain dalam sector
ekonomi) Firman Allah : "janganlah kamu membunuh jiwa, barangsiapa
membunuh satu jiwa maka seolah dia membunuh semua manusia (kemanusiaan)"
Seringkali ada anggapan bahwa jika sekedar berlaku curang dipasar tidak turut
merusak keseimbangan alam, karena hal itu dianggap sepele, tetapi jika itu telah
berlaku umum dan lumrah dimana-mana dan lama kelamaan berubah menjadi
semacam norma juga, maka jelas kelumrahan perilaku orang itu akan merusak
alam, apalagi jika yang terlibat adalah orang-orang yang punya peran tanggung
jawab yang amat luas menyangkut nasib hidup banyak orang dan juga alam
keseluruhan.
Dalam ekonomi Islam memandang bahwa pasar, negara, dan individu berada
dalam keseimbangan (iqtishad), tidak boleh ada sub-ordinat, sehingga salah
satunya menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam
Islam. Pasar bebas menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada
gangguan yang mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar. Namun dalam
kenyataannya sulit ditemukan pasar yang berjalan sendiri secara adil (fair).
Distorasi pasar tetap sering terjadi, sehingga dapat merugikan para pihak.
Pasar yang dibiarkan berjalan sendiri (laissez faire), tanpa ada yang mengontrol,
ternyata telah menyebabkan penguasaan pasar sepihak oleh pemilik modal
(capitalist) penguasa infrastruktur dan pemilik informasi. Asymetrik informasi
juga menjadi permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh pasar. Negara dalam
Islam mempunyai peran yang sama dengan pasar, tugasnya adalah mengatur
dan mengawasi ekonomi, memastikan kompetisi di pasar berlangsung dengan
ETIKA BISNIS ISLAM 5
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
TU
GA
S I
ND
IV
ID
U E
KT
1
sempurna, informasi yang merata dan keadilan ekonomi. Perannya sebagai
pengatur tidak lantas menjadikannya dominan, sebab negara, sekali-kali tidak
boleh mengganggu pasar yang berjalan seimbang, perannya hanya diperlukan
ketika terjadi distorsi dalam sistem pasar.
Konsep makanisme pasar dalam Islam dapat dirujuk kepada hadits Rasululllah
Saw sebagaimana disampaikan oleh Anas RA, sehubungan dengan adanya
kenaikan harga-harga barang di kota Madinah. Dengan hadits ini terlihat dengan
jelas bahwa Islam jauh lebih dahulu (lebih 1160 tahun) mengajarkan konsep
mekanisme pasar dari pada Adam Smith. Dalam hadits tersebut diriwayatkan
sebagai berikut :
ال عر غ س نا ال عر ل س هللا ف سٌل لن : ر س يو ً ل لى هللا ع ص
هللا ق اى خال ض ٌى ال قاب يس ال ى ًل قى رب ى أرجٌا أى أل عر ًان س و رازق ال سط ال با ال
كن ن لب أحد ه ط ىي تيا ن لو لوة ظ وظ دارهى( ب دم ًال هال )رًاه ال اه ب اي
“Harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu
mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “ya Rasulullah hendaklah
engkau menetukan harga”. Rasulullah SAW. berkata:”Sesungguhnya Allah-lah
yang menetukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki.
Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak
seorang pun dari kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun
harta.”
Inilah teori ekonomi Islam mengenai harga. Rasulullah SAW dalam hadits
tersebut tidak menentukan harga. Ini menunjukkan bahwa ketentuan harga itu
diserahkan kepada mekanisme pasar yang alamiah impersonal. Rasulullah
menolak tawaran itu dan mengatakan bahwa harga di pasar tidak boleh ditetapkan,
karena Allah-lah yang menentukannya.
ETIKA BISNIS ISLAM 6
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
TU
GA
S I
ND
IV
ID
U E
KT
1
Sungguh menakjubkan, teori Nabi tentang harga dan pasar. Kekaguman ini
dikarenakan, ucapan Nabi Saw itu mengandung pengertian bahwa harga pasar itu
sesuai dengan kehendak Allah yang sunnatullah atau hukum supply and demand.
Menurut pakar ekonomi Islam kontemporer, teori inilah yang diadopsi oleh Bapak
Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teori invisible hands. Menurut teori
ini, pasar akan diatur oleh tangan-tangan tidak kelihatan (invisible hands).
Bukankah teori invisible hands itu lebih tepat dikatakan God Hands (tangan-
tangan Allah). Oleh karena harga sesuai dengan kekuatan penawaran dan
permintaan di pasar, maka harga barang tidak boleh ditetapkan pemerintah, karena
ketentuan harga tergantung pada hukum supply and demand.
Free market competitions atau yang biasa kita kenal dengan pasar bebas,
merupakan pasar dimana didalamnya tidak ada unsur intervensi (campur tangan)
dari pemerintah. Mekanisme pasar atau tarik ulur antara demand dan supply
adalah yang mendasari berjalannya transaksi pasar. Dalam free market
competitions biasanya bentuk pasar adalah pasar persaingan sempurna. Melihat
kondisi pasar perdagangan internasional sekarang ini, metamorfosis pasar
diperkirakan akan menuju ke arah suatu bentuk pasar “free market competition”.
Karena pasar bebas merupakan bentuk pasar yang paling adil.
Berbicara mengenai pasar (market), lebih dahulu harus kita kerucutkan apa itu
definisi dari pasar Pasar secara umum diartikan sebagai tempat bertemunya antara
penjual dan pembeli. Namun, inti dari pasar itu sendiri adalah transaksi yang
terjadi antara penjual dan pembeli. Jadi pasar dapat terbentuk bukan hanya dari
bentuk riil pasar itu sendiri, tapi proses transaksi yang ada didalamnya. Kalau
begitu, di rumah pun dapat terbentuk pasar, bahkan juga di dunia maya seperti
internet Ya bisa, karena pasar (market) pada intinya adalah mekanisme pertukaran
antara uang dengan barang.
Karena fokus pembahasan pada etika, lalu yang menjadi pertanyaan selanjutnya
apakah di dalam pasar ada etika Jawabannya tentu ya. Pertanyaan selanjutnya
ETIKA BISNIS ISLAM 7
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
TU
GA
S I
ND
IV
ID
U E
KT
1
etika pasar seperti apa Ada dua etika yang harus di pegang oleh para pelaku pasar
agar pasar selalu dalam kondisi ideal dan fairness, yaitu
Pertama, pasar harus dalam kondisi ekuiblirium. Teori ekonomi mengenal
ekuiblirium sebagai titik pertemuan antara demand dan supply. Dalam etika pasar
islami, ekuiblirium diartikan sebagai titik pertemuan persamaan hak antara
pembeli dan penjual. Hak yang seperti apa Hak pembeli untuk mendapatkan
barang dan hak penjual untuk mendapatkan uang yang sepantasnya dari barang
yang dijualnya. Dalam konteks hak ini, kewajiban-kewajiban masing-masing
pihak harus terpenuhi terlebih dahulu, kewajiban bagi penjual untuk membuat
produk yang berkualitas dan bermanfaat dan bagi pembeli untuk membayar uang
yang sepantasnya sebagai pengganti harga barang yang dibelinya.
Kedua, adanya optimasi manfaat barang oleh pembeli dan penjual. Dapat
diartikan sebagai pertemuan antara kebutuhan pembeli dengan penawaran barang
oleh penjual sebagai bentuk ta’awun atau lebih keren kita sebut sebagai
bertemunya need dan order. Bertemunya dua hal ini, menjadikan barang yang
ditransaksikan membawa manfaat, dan menghilangkan kemubadziran dan kesia-
siaan.
Free market competition sebagai bentuk pasar persaingan sempurna, tanpa adanya
intervensi pemerintah dan diperkirakan merupakan bentuk pasar yang paling adil
ini mampukah membawa kemaslahatan bagi ummat Jawabanya kontroversi, bagi
yang pro, pasar bebas akan membawa kemaslahatan, dengan argumen pasar bebas
merupakan pasar yang paling adil. Pasar dalam Islam sendiri, memiliki
kecenderungan ke arah pasar bebas dengan persaingan sempurna. Walaupun Islam
juga mengatur tentang intervensi pasar, tetapi hanya sebatas ketika terjadi ketidak
sempurnaan pasar dan ada oknum-oknum yang menyebabkan persaingan penjadi
tidak fair. Oleh karenannya, agar pasar terdorong ke arah pemusatan maslahah
ummat, etika-etika bisnis harus dipegang dan diaplikasikan secara nyata oleh
ETIKA BISNIS ISLAM 8
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
TU
GA
S I
ND
IV
ID
U E
KT
1
pelaku pasar. Selain itu, setiap negara telah mempersiapkan SDM yang
berkualitas yang siap berkompetisi.
Fenomena sebaliknya akan terjadi jika etika bisnis islam, sebagaimana yang telah
disebutkan diatas tidak dipenuhi. Bukannya kemaslahatan ummat, pasar bebas
justru akan menyebabkan persaingan pasar tidak sehat, ketidaksempurnaan pasar,
penguasaan oleh para segelintir orang karena kepentingannya. Free market
competitions akan meyebabkan monopoli dan oligopoli. Terlebih lagi jika tidak
adannya kesiapan SDM untuk berkompetisi. Hukum rimba berlaku di dalam pasar
bebas, siapa yang kuat dialah yang menang. Penjajahan ekonomi akan kembali
berulang.
Sejalan dengan berakhirnya pertemuan para pemimpin APEC di Osaka Jepang
dan dengan diperjelasnya istilah untuk menjadikan Asia Pasifik ditahun 2000
menjadi daerah perdagangan yang bebas sehingga baik kita batas dunia akan
semakin "kabur" (borderless) world. Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling
berpacu satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan (opportunity) dan
keuntungan (profit). Kadang kala untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan
tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak
yang dirugikan atau tidak.
Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu dengan
waktu serta negara-negara lainnya agar terwujud suatu tatanan perekonomian
yang saling menguntungkan. Namun perlu kita pertanyakan apakah yang
diharapkan oleh pemimpin APEC tersebut dapat terwujud manakala masih ada
bisnis kita khususnya dan internasional umumnya dihinggapi kehendak saling
"menindas" agar memperoleh tingkat keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang
merupakan tantangan bagi etika bisnis kita.
Jika kita ingin mencapai target pada era perdagangan bebas, ada saatnya dunia
bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang
ETIKA BISNIS ISLAM 9
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
TU
GA
S I
ND
IV
ID
U E
KT
1
terlihat perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara golongan
menengah kebawah dan pengusaha golongan keatas. Apakah hal ini dapat
diwujudkan ?
Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan
budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh
ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama
mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, apakah itu dalam
kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah jelas
merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi kedua
belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan dengan
jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan memperoleh
kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang erat
saling menguntungkan.
Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang benar-benar
menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen. Kenapa hal
perlu ini dibicarakan?
Isu yang mencuat adalah semakin pesatnya perkembangan informasi tanpa
diimbangi dengan dunia bisnis yang ber "moral", dunia ini akan menjadi suatu
rimba modern yang kuat menindas yang lemah sehingga apa yang diamanatkan
UUD 1945, Pasal 33 dan GBHN untuk menciptakan keadilan dan pemerataan
tidak akan pernah terwujud.
Pentingnya etika bisnis Islam dalam menciptakan kemaslahatan ummat dalam
menghadapi era free market competitions, perlu untuk kita perhatikan. Etika Islam
yang bersumber pada falsafah keberagamaan dan keyakinan kita, yang lebih kita
kenal dengan Iman dan Taqwa. Iman dan Taqwa harus selalu kita
implementasikan dalam kehidupan nyata. Implementasi nyata Iman dan Taqwa
akan membentuk kesadaran moral Islami.
ETIKA BISNIS ISLAM 10
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
TU
GA
S I
ND
IV
ID
U E
KT
1
Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan budaya.
Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang
sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama
akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini
sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu
peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh
dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan
dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber :
http://pesantrenvirtual.com