Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia)...

36
59 BAB III PERAN GEREJA DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER TARUNA-PEMUDA DI GPIB JEMAAT BUKIT SION BALIKPAPAN Dalam Bab III ini akan dipaparkan tentang gambaran umum GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan, baik dari latar belakang terbentuknya yang bersifat historis hingga jumlah jemaat berdasarkan tiga klasifikasi. Ketiga klasifikasi yang dimaksud ialah ekonomi, pendidikan, dan demografi (usia berdasarkan Pelayanan Kategorial). Gambaran umum tersebut didukung oleh data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan metode obeservasi maupun wawancara. Dalam hasil penelitian akan dipaparkan tentang pemahaman pendeta, majelis (presbiter), dan pelayan kategorial terkait dengan karakter Kristen; bagaimana gereja selama ini berperan dalam membangun karakter; strategi yang digunakan gereja dalam membangun karakter; relasi yang dibangun oleh gereja dengan pihak-pihak terkait; sistem penilaian yang digunakan dalam menilai keberhasilan pembangunan karakter yang telah dilakukan; dan melihat kesesuaian kurikulum yang digunakan oleh Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda sebagai pedoman renungan yang digunakan oleh para taruna dan pemuda. III.1 Gambaran Umum GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan III.1.1 Latar belakang III.1.1.1 Berdirinya GPIB Balikpapan Pada awalnya Balikpapan belum mengenal gereja-gereja yang berada di bawah payung Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB). Sekitar tahun 1924/1925, telah ada persekutuan bergereja yang tidak dapat dipastikan kapan tepatnya umat Protestan di Balikpapan mulai membentuk persekutuan tersebut. Walaupun demikian, kekristenan di Balikpapan serupa dengan kekristenan di tempat-tempat lainnya, di mana Belanda menjadi pembawa dan penyebar yang jitu.

Transcript of Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia)...

Page 1: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

59

BAB III

PERAN GEREJA DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER TARUNA-PEMUDA

DI GPIB JEMAAT BUKIT SION BALIKPAPAN

Dalam Bab III ini akan dipaparkan tentang gambaran umum GPIB Jemaat Bukit Sion

Balikpapan, baik dari latar belakang terbentuknya yang bersifat historis hingga jumlah jemaat

berdasarkan tiga klasifikasi. Ketiga klasifikasi yang dimaksud ialah ekonomi, pendidikan, dan

demografi (usia berdasarkan Pelayanan Kategorial). Gambaran umum tersebut didukung oleh

data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan metode obeservasi maupun wawancara.

Dalam hasil penelitian akan dipaparkan tentang pemahaman pendeta, majelis (presbiter), dan

pelayan kategorial terkait dengan karakter Kristen; bagaimana gereja selama ini berperan dalam

membangun karakter; strategi yang digunakan gereja dalam membangun karakter; relasi yang

dibangun oleh gereja dengan pihak-pihak terkait; sistem penilaian yang digunakan dalam menilai

keberhasilan pembangunan karakter yang telah dilakukan; dan melihat kesesuaian kurikulum yang

digunakan oleh Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda sebagai pedoman renungan yang

digunakan oleh para taruna dan pemuda.

III.1 Gambaran Umum GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan

III.1.1 Latar belakang

III.1.1.1 Berdirinya GPIB Balikpapan

Pada awalnya Balikpapan belum mengenal gereja-gereja yang berada di bawah

payung Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB). Sekitar tahun

1924/1925, telah ada persekutuan bergereja yang tidak dapat dipastikan kapan

tepatnya umat Protestan di Balikpapan mulai membentuk persekutuan tersebut.

Walaupun demikian, kekristenan di Balikpapan serupa dengan kekristenan di

tempat-tempat lainnya, di mana Belanda menjadi pembawa dan penyebar yang jitu.

Page 2: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

60

Hal itu nampak dalam buku yang terbit pada tahun 1924 yang berisi tentang

petunjuk daerah pelayanan yang ditugaskan kepada pendeta-pendeta di Hindia-

Belanda. Dalam buku Atlas yang berjudul der Protestantsche Kerk in Nederlandsch

mencatat bahwa Balikpapan merupakan salah satu wilayah yang menjadi tempat

pelayanan mereka.

Ibadah-ibadah yang dilakukan pada saat itu bertempat di aula BPM (Bataafsche

Petroleum Maatschappij yaitu salah satu perusahaan minyak milik Belanda yang

berada di Balikpapan, atau yang saat ini berganti nama P.T PERTAMINA) dengan

dilayani oleh guru jemaat yang bernama D.Kawulur (mulai bertugas sejak tanggal

22 Agustus 1937). Guru Jemaat bertugas melayani orang-orang Kristen yang

berbahasa Indonesia sedangkan yang melayani jemaat yang berbahasa Belanda

adalah Ds. D.B.Staerenburg yang dibantu oleh Ny.J.de Reus sebagai Kerkeraad

(Majelis Gereja). Persekutuan yang demikian terus berlanjut hingga tahun 1942

dengan pelaksanaan yang silih berganti. Ibadah yang berbahasa Indonesia

dilakukan pada sore hari sedangkan yang berbahasa asing (Belanda) dilakukan pada

pagi hari. Ibadah-ibadah tersebut akhirnya harus terhenti sekitar pada bulan Januari-

Februari tahun 1943 dikarenakan gejolak perang Jepang yang masuk di Balikpapan.

Pada tanggal 1 Juli 1943 Jepang menyuruh penduduk untuk mulai mengungsi

mencari perlindungan ke Tenggarong (saat itu membutuhkan waktu 10 hari untuk

tiba di kota itu). Tanggal 13 Agustus 1943, Balikpapan mendapat serangan bom

dari para tentara sekutu. Persitiwa tersebut membuat para pemimpin gereja yang

telah terbentuk menjadi bubar, terpencar, dan lari. Sekitar bulan Mei 1946, perang

usai dan para pengungsi yang merasakan bahwa keadaan telah aman, memutuskan

untuk kemballi lagi ke Balikpapan dan menjalankan kembali persekutuan yang

pernah ada. Kerinduan yang besar, yang dimiliki oleh mereka pada akhirnya

membuat mereka menjalin relasi dan bekerjasama dengan para pegawai BPM dan

Page 3: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

61

tentara KNIL (Koningklijke Nedelands Indische Leger) untuk membangun tempat

ibadah di dekat bangsal yang mereka tinggal. Ibadah tersebut berjalan dengan

dipimpin secara bergantian oleh Bpk.H.Nikijuluw dan Bpk.F.Th.Sopaheluwakan.

Pada saat itu guru jemaat D.Kawulur telah kembali ke tempat asalnya, yaitu

Manado. Pelayanan yang dilakukan oleh kedua pemimpin tersebut dilihat dan

disetujui oleh Komandan Militer. Oleh karena itu, beliau menetapkan

Bpk.H.Nikijuluw menjadi pendeta di jemaat tersebut dengan memberikan surat

tugas pada tanggal 4 September 1946.

BPM semakin berkembang luas, sehingga membutuhkan ruang untuk

pembangunan kilang-kilangnya. Dengan demikian, gedung gereja yang ada di

wilayah tersebut harus dibongkar. Tempat ibadah pun dipindahkan kembali ke

rumah keluarga Pantouw (etnis Minahasa) dan keluarga Poo’ (etnis Tionghoa). Saat

itu diketahui terdapat kira-kira 60 KK dengan 240 jiwa dengan latar belakang suku

Minahasa dan sebagian kecil berasal dari suku Ambon. Pada waktu yang tidak

diketahui, tempat ibadah kembali dipindahkan di gedung Sekolah Rendah

berbahasa Indonesia yang beralamat di Kampung Baru Tengah. Tempat ibadah

jemaat pada saat itu belum-lah menetap. Mereka kembali pindah pada awal tahun

1951 di gedung olahraga milik SD BPM Air Terjun Selatan (saat ini disebut dengan

Gunung pipa).66

Dalam Sinode Am Gereja Protestan di Indonesia menetapkan akan mendirikan

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB). Terdapat lima puluh tiga jemaat

ketika GPIB dilembagakan sebagai gereja mandiri, dan Clasis Borneo khususnya

jemaat Balikpapan merupakan jemaat yang termasuk di dalamnya. Walaupun

demikian, jemaat tersebut belum memiliki pendeta khusus yang melayani. Oleh

karena itu, tanggal 13 Maret 1951 Sinode Gereja Protestan di Indonesia bagian

66

Tim Penyusun, Tuaian Sudah Matang, (Balikpapan: Majelis Jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion, 1999), 14.

Page 4: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

62

Barat (GPIB) mensahkan melalui surat yang ditanda tangani oleh J.A. Huliselan

(sekretaris) dan Ds.J.Hstegman (Wakil Ketua), bahwa Bpk.H.Nikijuluw menjadi

pendeta yang melayani di jemaat tersebut.67

Saat kepemimpinan berada pada pundak Bpk.H.Nikijuluw dan

Bpk.F.Th.Sopaheluwakan, Bpk.F.Th.Sopaheluwakan mencatat bahwa pada tanggal

12 Juli 1949 telah diadakan pertemuan anggota majelis gereja dengan komite

(panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang

dimaksud ialah Gedung Gereja Bundar. Persiapan dan pembangunan pun

dilakukan. Selama pembangunan dilakukan, ibadah-ibadah tetap dilaksanakan di

Sekolah BPM Gunung Terjun hingga tanggal 26 Januari 1953. Pada tanggal 1

Februari 1953, pembangunan gedung gereja tersebut telah selesai dan ditahbiskan

oleh ketua jemaat, Bpk.H.Nikijuluw.

Telah diutarakan di awal bahwa di Balikpapan telah terbentuk persekutuan-

persekutuan Protestan yang tidak diketahui kapan awal terbentuknya. Pesekutuan

tersebut tidak hanya “Jemaat BPM” yang diketuai oleh Bpk.H.Nikijuluw, namun

juga terdapat “Jemaat Tentara”. Disebut sebagai “Jemaat Tentara” sebab, anggota

jemaat tersebut berprofesi sebagai tentara, polisi, swasta, dan pegawai negeri.68

Pada akhir tahun 1953, kedua jemaat tersebut disatukan dengan nama Gereja

Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Balikpapan. Ketika kedua jemaat

tersebut menjadi satu, warga jemaat pada saat itu berjumlah kurang lebih 200 KK

dan ditambah kurang lebih 50 pemuda/pemudi. Nampak dengan nyata bahwa

perkembangan jemaat semakin hari semakin pesat, sehingga pelayanan dengan

seorang pendeta tidak-lah cukup menjangkau. Dengan melihat realita ini serta

melihat luasnya wilayah pelayanan yang harus dijangkau, memunculkan ide baru

yaitu melembagakan jemaat tersebut. Rencana tersebut menimbulkan pro dan

67

Tim Penyusun,ibid., 3-8. 68

Tim Penyusun,ibid., 18.

Page 5: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

63

kontra. Majelis maupun jemaat cenderung menolak hal-hal yang baru sebab,

mereka belum memiliki pemahaman yang benar tentang maksud dari pemekaran

tersebut. Makna yang terkandung dibalik rencana tersebut yaitu menjadikan mereka

mandiri sehingga mereka mampu mengatur jemaat sendiri. Berbagai tahap

persiapan dan kerja pun dilakukan. Adapun calon jemaat yang dipersiapkan, yaitu:

a. Calon Jemaat I diberi nama MARANATHA mencakup sektor 1, 2, 3A, 3B, 3C,

dan Karang Joang.

b. Calon Jemaat II diberi nama PNIEL mencakup sektor 5, 6, 7.

c. Calon Jemaat III diberi nama Bukit Sion mencakup sektor 4A, 4B, 4C, 4D, 8,

dan 9.

d. Calon Jemaat IV dengan nama SYALOM mencakup sektor 9, wilayah gunung

Binjai, dan Samboja.

Ide-ide terkait pelembagaan tersebut pada akhirnya disetujui. Pada hari Minggu

tepatnya bersamaan dengan hari Paskah, tanggal 30 Maret 1986 diadakan acara

pentahbisan gedung gereja dan peresmian pelembagaan Jemaat-jemaat GPIB

Balikpapan.69

Inilah sebagai awal GPIB terbentuk di Balikpapan, termasuk salah

satunya yaitu GPIB Jemaat Bukit Sion.

III.1.1.2 GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan

Pemberian nama Bukit Sion bagi Calon Jemaat III ini merupakan hasil

kesepakatan dalam Sidang Pleno Majelis Jemaat. Usulan nama tersebut berasal dari

Sektor Pelayanan IV. Pada waktu itu mereka memiliki kelompok paduan suara

yang bernama “SION”, kemudian dikaitkan dengan keadaan strategi dari gedung

gereja yang terletak diatas bukit.70

Selain itu juga, nama Bukit Sion terdapat dalam

kitab Ibrani 12: 22 yang bertuliskan “Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke

69

Tim Penyusun,ibid., 58-59. 70

Tim Penyusun,ibid., 68.

Page 6: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

64

kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu

kumpulan yang meriah,”.

Pendeta yang melayani sebagai Ketua Jemaat di jemaat ini adalah Pdt.Subroto,

Sm.Th. Beliau bersama keluarga ditempatkan oleh Sinode sejak bulan Desember

1985. Beliau melayani jemaat dibantu oleh para presbiter atau majelis yang diutus

oleh masing-masing sektor. GPIB Jemaat Bukit Sion saat itu hanya terbagi menjadi

lima Sektor Pelayanan dengan lima puluh tujuh orang presbiter, yang terdiri dari

dua puluh tujuh orang penatua dan tiga puluh orang diaken. Para presbiter tersebut

memiliki masa jabatan selama empat tahun, yaitu dari tahun 1984-1988.71

Terkait dengan sistem organisasi, GPIB Jemaat Bukit Sion saat itu telah

menyusun Pengurus Harian Majelis Jemaat (PHMJ) yang bertugas bertanggung-

jawab dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disepakati bersama

presbiter dalam suatu sidang atau rapat. Selain itu juga, untuk mengkoordinasikan

sektor-sektor yang ada, telah ditunjuk oleh masing-masing sektor seorang

kordinator sektor. Tidak hanya itu, ibadah dalam jemaat ini juga pada waktu yang

telah ditentukan, diadakan ibadah sesuai dengan kategori usia dan gender. Ibadah

tersebut disebut ibadah BPK (Bidang Pelayanan Kategorial), terdiri dari: PKP

(Persekutuan Kaum Perempuan); PKB (Persekutuan Kaum Bapak); GP (Gerakan

Pemuda); PT (Persekutuan Taruna); dan PA (Pelayanan Anak). Masing-masing

BPK dilengkapi dengan pengurus tingkat jemaat maupun sektor. Dalam

kepengurusan tersebut dipimpin oleh seseorang serta beberapa BPK dibantu oleh

wakil ketua, sekretaris, dan bendahara. Untuk membantu pelaksanaan tugas Majelis

Jemaat, tanggal 11 Juli 1986 dibentuk-lah komisi-komisi yang juga dilengkapi

dengan ketua, sekretaris, dan beberapa anggota. Komisi-komisi yang dimaksud

yaitu: Litnabang, Musik Gereja, Diakonia, dan Pembangunan. Komisi tersebut

71

Tim Penyusun,ibid., 69.

Page 7: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

65

dapat berubah sesuai dengan kebutuhan pelayanan di jemaat ini. Pada dasarnya,

seluruh nama yang masuk dalam kepengurusan yang ada, dapat berubah-ubah

dengan berbagai alasan, seperti pindah tugas keluar kota.72

III.1.2 Letak Geografis

GPIB Jemaat Bukit Sion yang adalah Calon Jemaat III ini memilih lokasi di

Gunung Malang, dengan batas-batas wilayah pada saat itu sebagai berikut:73

Sebelah Utara : Jalan Karang Joang

Sebelah Selatan : Selat Makasar

Sebelah Timur : Sungai Nangka

Sebelah Barat : Jalan Pangeran Antasari, jalan Mayjen Sutoyo, jalan

Martadinata, jalan Karang Bugis.

Seiring dengan perkembangan wilayah kota Balikpapan maka berkembang dan

berubah pula wilayah-wilayah yang membatasi lingkungan gereja. Adapun

wilayah-wilayah yang dimaksud sebagai berikut:74

a. Sebelah Utara:

Berbatasan dengan GPIB Jemaat “Maranatha” mulai dari Jln. Dr.

Sutomo Karang Jawa ke Jln. Karang Rejo I sampai Jln. Gunung Samarinda

Strat I kearah timur laut terus ke Kampung Timur mengikuti garis imajinier

melalui Sungai Ampal, hingga GPIB Jemaat ”Bukit Benuas”.

b. Sebelah Selatan :

Berbatasan dengan GPIB Jemaat ”Immanuel” mulai Selat Makasar

sampai simpang tiga lampu lalu lintas Jln. Jend. Sudirman - Balikpapan

Center.

72

Tim Penyusun, ibid., 70-73. 73

Tim Penyusun, ibid., 68. 74

Majelis Jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan, “Batas Wilayah Pelayanan GPIB Jemaat Bukit Sion

Balikpapan”, periode 2012-2017, 1.

Page 8: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

66

c. Sebelah Timur :

Berbatasan dengan GPIB Jemaat “Syaloom”, mulai dari Sungai

Nangka/Kantor Trakindo baru di bagian Selatan. Selanjutnya mengikuti garis

imajiner hingga pompa bensin Jln. Syarifudin Yoes, dan kesimpang empat

lampu lalu lintas, GPIB Jemaat “Bukit Benuas”.

d. Sebelah Barat :

Berbatasan dengan GPIB Jemaat “Immanuel” mulai dari Jln. AP Pranoto, Jln.

A Yani hingga simpang tiga lampu lalu lintas, Gunung Pasir, Jln. P. Tendean ke

kanan Jln. Martadinata, masuk ke kiri Jln. Pembangunan hingga batas pagar

Perumahan Total Fina Elf/GPIB Jemaat “Maranatha”.

III.1.3 Segi Ekonomi

GPIB Jemaat Bukit Sion berdomisili di Balikpapan yang terkenal dengan kota

penghasil minyak di Indonesia. Oleh karena itu, di kota ini hingga saat ini tetap

berdiri kokoh sebuah perusahaan minyak ternama, PT.PERTAMINA. Walaupun

demikian, tidak seluruh dari warga Balikpapan termasuk jemaat Bukit Sion adalah

karyawan dari perusahaan tersebut. Hasil pengamatan dari data yang dimiliki oleh

Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ), diperoleh beragam jenis pekerjaan yang

ditekuni oleh warga jemaat. Pekerjaan terbanyak yang dilaksanakan oleh jemaat

yaitu sebagai pelajar yang di dalamnya juga termasuk mahasiswa dan mahasiswi.

Tercatat sebanyak tiga ratus sembilan puluh tujuh (397) orang yang menjadi

pelajar, baik di dalam kota Balikpapan maupun di luar kota dan pulau. Di urutan

kedua, sebanyak tiga puluh empat (34) orang menekuni bidang wiraswasta. Profesi

lainnya yang ditekuni yaitu guru sebanyak delapan belas (18) orang; aparat

sebanyak enam belas (16) orang; pendeta dan pelaut sebanyak masing-masing enam

(6) orang; perawat, pengacara, dan honorer berjumlah masing-masing profesi

Page 9: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

67

sebanyak dua (2) orang; dan pekerjaan yang lainnya yaitu sebagai petani; karyawan

Perusahaan Listrik Negara; marketing; tukang; dan helper cook.75

Dengan

pekerjaan-pekerjaan tersebut, warga jemaat dapat memenuhi kebutuhan hidup

keluarga mereka masing-masing, serta dengan sukacita memberikan persembahan.

III.1.4 Segi Pendidikan

Keberadaan GPIB Jemaat Bukit Sion yang berada di pusat kota Balikpapan

menjadikan sumber daya insani-nya mengikuti perkembangan kota. Maksudnya

ialah jemaat ini secara keseluruhan merasakan bangku pendidikan, baik mulai dari

kelompok belajar hingga Perguruan Tinggi. Adapun jumlah jemaat yang berada

pada pendidikan tersebut, antara lain: yang terdata berada pada tingkat pendidikan

Sekolah Dasar (SD) sebanyak dua ratus empat puluh dua (242) orang, di tingkat

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama berjumlah seratus lima puluh satu (151) orang,

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebanyak seribu empat ratus empat puluh (1440)

orang, sedangkan yang memilih pada sekolah-sekolah kejuruan berjumlah dua

puluh sembilan (29) orang. Merasa bahwa pendidikan adalah kebutuhan dalam

hidup membuat mereka tidak hanya berhenti pada tingkat atas, namun melanjutkan

pada tingkat yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Jemaat yang melanjutkan di

Diploma 1 (D1) berjumlah sembilan (9) orang, Diploma 2 (D2) berjumlah tiga (3)

orang, dan Diploma 3 (D3) berjumlah delapan puluh tiga (83) orang. Pada tingkatan

yang lebih tinggi, terdapat tingkat Strata 1 (S1) sebanyak dua ratus delapan (208)

orang, di program Magister (S2) berjumlah tiga belas (13) orang, di program

Doktoral (S3) sebanyak enam (6) orang.76

Pendidikan adalah hal penting yang

mendukung perkembangan jemaat juga gereja pada masa depan. Gereja yang

75

Data base Sensus Jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan tahun 2011-2012. 76

Data base Sensus Jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan tahun 2011-2012.

Page 10: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

68

memiliki sumber daya insani yang tinggi tentunya akan mampu membawa

perkembangan besar dalam kehidupan bergereja.

III.1.5 Segi Demografi

GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan terdiri dari segala usia. Selain itu juga,

secara umum GPIB memiliki pelayanan khusus terhadap kategori (PELKAT) yang

telah dibagi. Pembagian kategori tersebut berdasarkan usia. Terdapat enam

kategori, yaitu Pelayanan Anak yang terdiri dari usia nol hingga sebelas (0-11

tahun), Persekutuan Taruna yang terdiri dari usia dua belas hingga tujuh belas (12-

17 tahun), Gerakan Pemuda terdiri dari usia tujuh belas hingga tiga puluh-an (17-

30an tahun, namun yang masih berstatus lajang). Selain itu juga, untuk usia

produktif (30-59 tahun) dibagi menurut gender yaitu kategori Persekutuan Kaum

Perempuan dan Persekutuan Kaum Bapak. Kategori yang terakhir ialah LANSIA

(Lanjut Usia). Mereka yang termasuk dalam kategori ini ialah mereka yang telah

berusia enam puluh (60 tahun) ke atas.

Berdasarkan keenam kategori maka dapat dijadikan patokan untuk melihat

jumlah jemaat dari segi demografi. Adapun jumlah jemaat dari segi ini ialah

sebagai berikut: Pelayanan Anak berjumlah tiga ratus tiga puluh tiga (333) orang,

Persekutuan Taruna berjumlah seratus delapan puluh (180) orang, Gerakan Pemuda

berjumlah lima ratus lima (505) orang, Persekutuan Kaum Perempuan berjumlah

tujuh ratus tiga belas (713) orang, Persekutuan Kaum Bapak berjumlah enam ratus

lima puluh dua (652) orang, dan LANSIA berjumlah dua ratus delapan puluh satu

(281) orang.77

III.2 Hasil Penelitian

III.2.1. Peran Gereja Dalam Pembangunan Karakter Taruna-Pemuda

77

Data Sensus anggota Gerakan Pemuda GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan, 12 September 2014.

Page 11: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

69

Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) merupakan suatu badan yang

memiliki jemaat dalam jumlah banyak, dan tersebar di seluruh Indonesia. Melihat

banyaknya jumlah jemaat yang dimiliki maka gereja ini memilih dan menggunakan

asas presbiterial sinodal. Dalam asas ini, pada dasarnya para presbiter dapat

menetapkan suatu kebijakan melalui permusyawaratan yang dilakukan dalam dua

persidangan, yaitu sidang majelis sinode dan majelis jemaat. Selain itu juga, segala

bentuk pelayanan dan pengelolaan sumber daya gereja tidak hanya menjadi

tanggungjawab para presbiter, namun seluruh unsur jemaat. Berakar dari pemahaman

di atas, menurut hasil wawancara, dipaparkan bahwa gereja telah berperan dalam

membangun karakter Kristen jemaat. Peran tersebut nampak dalam sistem yang

melibatkan jemaat, termasuk para taruna dan pemuda dalam kegiatan-kegiatan

gereja. Keterlibatan seluruh unsur jemaat dirasa penting sebab, dengan cara itu gereja

dapat mendidik mereka, sehingga mereka memperoleh hal-hal positif, di mana hal-

hal tersebut dapat dipelajari oleh mereka secara langsung. Melibatkan seluruh unsur

jemaat adalah suatu bentuk nyata atas sistem yang menjadi asas dari seluruh Jemaat

GPIB, termasuk Jemaat Bukit Sion Balikpapan.

Pada dasarnya, persidangan dalam asas presbiterial sinodal merupakan penentu

dari segala kebijakan maupun ketetapan, termasuk dalam hal penggunaan buku

pedoman renungan dan pembelajaran. Buku yang dimaksud ialah Sabda Bina Anak

(SBA); Sabda Bina Taruna (SBT); Sabda Bina Pemuda (SBP); Sabda Bina Umat,

Sabda Bina Krida (SBK), dan Sabda Bina Dharma (SBD). Buku-buku tersebut

sebagai tindak lanjut atas materi-materi yang telah disetujui seluruh wakil jemaat

GPIB se-Indonesia.78

Dari hasil penelitian, diungkapkan juga peran gereja yang lainnya. Peran yang

dimaksud ialah sebagai pendukung segala kegiatan yang telah dirancang melalui

78

Wawancara dengan Pnt. Bpk. Wuri Sumampouw, M,h, (PHMJ ketua I yang membidangi Pelayanan dan Kesehatan

(PELKES) serta pengajar katekisasi) pada hari: Kamis, 07 Agustus 2014, pukul 17.14 WITA

Page 12: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

70

program, dan peran tersebut menurut narasumber telah dilakukan gereja dengan baik.

Gereja selalu mengupayakan apa yang menjadi kebutuhan dari kegiatan-kegiatan.

Hal itu nampak nyata dalam kegiatan-kegiatan, beberapa contoh diantaranya yaitu

gereja memberikan bantuan dana atau pun kemudahan dalam mendatangkan pakar

yang sesuai dalam seminar yang akan diadakan.79

Gereja dalam hal ini secara khusus menunjuk pada para presbiter yang

memberikan diri untuk melayani jemaat. Oleh karena itu, dalam GPIB terdapat tugas

kepejabatan dari para presbiter, baik itu pendeta; penatua; dan diaken. Mereka telah

memiliki tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) masing-masing. Salah satunya ialah

melayani dan mendidik melalui khotbah. Jika dikaitkan dengan karakter, baik nilai

karakter yang dimiliki oleh para presbiter maupun yang terkandung dalam substansi

diri khotbah akan berperan dalam membangun karakter pendengarnya. Peran mereka

sebagai gereja juga nampak dalam perkunjungan. Melalui perkunjung mereka dapat

membangun relasi dan komunikasi dengan jemaat.

Peran gereja dalam karakter tentunya tidak terlepas dari para pelayan yang secara

langsung berhadapan dengan para taruna dan pemuda. Oleh karena itu, para pelayan

seharusnya dipilih yang sesuai. Dalam artian bahwa melihat segi usia. Usia yang

masih produktif akan mampu menjadikan pelayanannya berkualitas sebab, dengan

usia yang demikian seseorang masih mampu mengeluarkan ide-ide menarik atau

kreatif. Mereka masih mampu mengkorelasikan ajaran-ajaran Kristen dengan nilai-

nilai Kristen serta perkembangan kehidupan sekuler dan kebutuhan para taruna

maupun pemuda. Realita yang terjadi di banyak GPIB termasuk Jemaat Bukit Sion

memperlihatkan bahwa terdapat beberapa para pelayan yang tidak lagi mampu

menghasilkan ide-ide menarik atau kreatif, khususnya Pelayanan Anak dan

Persekutuan Taruna. Ketidaksesuaian tersebut tidak diharapkan terjadi dalam kelas

79

Wawancara kedua dengan Ibu Sandra Imantoro (Koordinator Persekutuan Taruna tingkat Jemaat GPIB Jemaat

Bukit Sion Balikpapan), pada hari: Selasa, 12 Agustus 2014, pukul 11:00 WITA.

Page 13: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

71

katekisasi. Pengajaran katekisasi tidak boleh diberikan kepada mereka yang hanya

mendapat pelatihan dalam beberapa waktu.80

Penyebabnya ialah pengajaran yang

diberikan melalui katekisasi adalah penting dalam memperluas dan memperkuat

ajaran-ajaran Kristen yang selama ini telah diperoleh dari kegiatan maupun ibadah-

ibadah. Disamping itu, pengajaran katekisasi juga menjadi sarana bagi

pembentukkan dan menumbuh-kembangkan karakter Kristen. Melihat signifikansi

dari pengajaran katekisasi, sebagian besar orang berpendapat bahwa pengajar

katekisasi adalah orang yang memiliki pengetahuan yang banyak dan juga kehidupan

pribadi serta keluarga yang sesuai dengan ajaran Kristen.

Pemilihan pelayan maupun pengajar yang selektif akan berdampak pada mutu

pelayanan dan pengajaran. Sebab, jika pelayan atau pengajar dipilih berdasarkan

kriteria tertentu maka akan mempengaruhi substansi dari materi yang diberikan.

Selanjutnya hal tersebut akan mempengaruhi diri para taruna. Hal itu nampak dalam

aplikasi kehidupan khususnya para taruna yang menunjukkan keaktifan mereka

dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh gereja. Sedikit berbeda dengan

aplikasi yang ditunjukkan oleh pemuda. Kedekatan dengan alkohol, kurangnya

terlibat dalam persekutuan maupun kegiatan-kegiatan gereja; dan cara berbicara yang

tidak sopan adalah beberapa tindakan yang tidak bermoral, yang ditunjukkan oleh

sebagian pemuda.

Pembangunan karakter melalui pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk

dilaksanakan oleh dan di gereja. Pembangunan tersebut diperuntukan bagi seluruh

jemaat, khususnya anak-anak hingga pemuda. Penyebabnya ialah mereka sebagai

generasi penerus gereja yang justru rentan terhadap pengaruh buruk. Oleh karena itu,

apabila gereja tidak melaksanakan pembangunan ini bagi mereka maka gereja harus

bersiap menerima kegagalan di hari esok. Hal ini semakin tegas ketika menurut

80

Wawancara dengan Pdt.Bpk. Elon Pandaleke, (Pendeta Se-Azas) pada hari: Jumat, 15 Agustus 2014, pukul 11.05

WITA

Page 14: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

72

narasumber, masa taruna adalah masa yang menentukan seseorang untuk memiliki

karakter baik. Penyebabnya ialah tiap individu yang berada pada masa ini tentunya

memperoleh berbagai proses pembentukkan karakter pada masa sebelumnya. Dengan

berbagai perkembangan yang terjadi disekitar mereka, membuat mereka harus

menentukan dan mengambil keputusan untuk tidak atau tetap bersedia melakukan

proses tersebut.

Signifikansi pembangunan karakter memiliki kaitan dengan iman Kristen. Jika

melihat kembali pada kepercayaan agama Kristen yang meyakini bahwa gereja hadir

di bumi karena memiliki tugas. Salah satu tugas gereja yaitu mengajar atau mendidik

manusia untuk menjadi baik. Tujuan tersebut tercapai ketika gereja mampu

membangun karakter yang baik dalam diri mereka. Tidak terbatas pada tugas

mendidik, namun juga gereja harus menjadi berkat bagi semua orang.81

Dengan

gereja berhasil membangun karakter jemaat maka gereja tidak hanya menjadi berkat

bagi jemaat melainkan bagi setiap orang yang meneladani karakter tersebut.

Di samping alasan yang dipaparkan di atas, gereja penting membangun karakter

karena melihat keadaan psikis anak-anak yang berada pada masa taruna atau remaja

berada dalam proses pencarian jati diri. Oleh karena itu, dengan mengembangkan

karakter yang baik di dalam diri mereka akan membantu moral, mental, dan spiritual

mereka dapat menjadi lebih baik. Dengan demikian, ketika secara khusus

memfokuskan arah pada karakter Kristen maka spiritual yang dimaksud dalam hal ini

ialah iman Kristen. Atau secara singkat ingin dikatakan secara tegas bahwa karakter

Kristen memiliki kaitan yang erat dengan iman Kristen.82

Kaitan tersebut nampak

dalam diri seorang anak yang memiliki iman Kristen yang kuat tentunya ia akan

memiliki karakter yang kuat pula. Iman merupakan buah dari ajaran-ajaran Kristen

81

Wawancara dengan Pdt.Ibu Evie Iroth (Pendeta yang membantu pelayanan dan pengajaran katekisasi di GPIB

Jemaat Bukit Sion Balikpapan), pada hari Minggu, 17 Agustus 2014, pukul 14.15 WITA. 82

Wawancara pertama dengan Ibu Sandra Imantoro (Koordinator Persekutuan Taruna tingkat Jemaat GPIB Jemaat

Bukit Sion Balikpapan), pada hari: Jumat, 08 Agustus 2014, pukul 18.25 WITA

Page 15: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

73

yang selama ini diyakini sebagai firman Tuhan, dipegang teguh, dan dilakukan di

dalam kehidupan. Hal ini telah ditegaskan dalan kitab Mazmur 1: 2 yaitu “.......tetapi

yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang

dan malam.” Dapat dikatakan bahwa iman Kristen menjadi dasar dalam karakter

Kristen.

III.2.2. Strategi Gereja Dalam Pembangunan Karakter

III.2.2.1. Pemahaman Gereja Bukit Sion Tentang Karakter

Karakter merupakan hal penting yang marak dibahas di Indonesia pada tahun ini. Hal

itu disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang tidak baik terjadi di dalam bangsa ini. Dapat

dikatakan bahwa karakter pada dasarnya hanya memiliki satu visi, yaitu merubah

tindakan buruk yang telah dilakukan seseorang menjadi baik serta membentuk tindakan

baik pada diri individu yang belum tercemar dengan tindakan yang kurang baik. Walapun

demikian, banyak pemahaman yang muncul berkaitan dengan karakter. Dari hasil

penelitian ditemukan beberapa pemahaman yang berbeda. Ada pemahaman yang menilai

bahwa karakter adalah hal yang menyangkut personality atau pribadi seseorang.83

Pemahaman yang lebih spesifik ditunjukkan dengan mengasumsikan bahwa karakter

sebagai sesuatu yang mampu menghasilkan tindakan baik. Beberapa pemahaman yang

demikian antara lain: a) Karakter ialah sikap hidup yang diwujudnyatakan dalam

perkataan dan perbuatan.84

b) Karakter adalah perkembangan yang lebih tertuju pada

mental, di mana pembentukannya dimulai sejak kecil serta hasilnya nampak dari tindakan

yang dilakukan di tengah pergaulan.85

c) Karakter adalah perilaku, sikap, atau tindakan

yang sesuai dengan aturan-aturan yang bersifat positif. Karakter tidak hanya pesan teori,

83

Wawancara pertama dengan Pdt. Bpk. Jimmy H.K. Iroth, S.Th (Ketua Majelis Jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion

Balikpapan), pada hari: Sabtu, 09 Agustus 2014, pukul 13.00 WITA 84

Wawancara dengan Pdt.Bpk. Elon Pandaleke, (Pendeta Se-Azas) pada hari: Jumat, 15 Agustus 2014, pukul 11.05

WITA 85

Wawancara dengan Sdri.Melisa Mamentu (Koordinator Gerakan Pemuda tingkat Jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion

Balikpapan), pada hari: Selasa, 05 Agustus 2014, pukul 21.00 WITA

Page 16: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

74

melainkan menerapkan pada tindakan. Karakter terbentuk dari menghargai aturan yang

ada dan berkomitmen untuk melakukannya. Dengan demikian seseorang akan terus

bertanggung-jawab dalam melakukan tindakan yang positif.86

Pemahaman-pemahaman di

atas menunjukan bahwa gereja pada dasarnya telah mengetahui tentang karakter.

Secara umum karakter ialah sesuatu yang tidak serta merta terbentuk pada diri

seseorang, melainkan dari serangkaian proses yang panjang. Karakter terbentuk berawal

dari tindakan-tindakan yang dilakukan secara berulang, sehingga menjadi kebiasaan

(habbit), dan pada akhirnya menjadi suatu pola hidup bagi orang tersebut. Siklus inilah

yang membentuk karakter di dalam diri seseorang. Pembentukkan karakter juga

ditentukan oleh beberapa hal, antara lain: pola pikir; cara hidup; pergaulan; bentuk

komunikasi dengan keluarga. Karakter juga dapat terbentuk ketika memberikan tempat

untuk keterlibatan anak taruna dan pemuda secara langsung. Hal inilah yang menurut

pengakuan pengurus Gerakan Pemuda, telah diterapkan dalam kehidupan Gerakan

Pemuda. Para anggota dapat terlibat secara langsung dalam berbagai kegiatan termasuk

dalam persekutuan.87

Hal ini juga ditemui dari hasil pengamatan terhadap Persekutuan

Taruna. Para taruna dilibatkan dalam beberapa kegiatan yang diadakan oleh gereja.

Dari hasil wawancara dengan narasumber yang berbeda, menurutnya terdapat dua cara

terbentuknya karakter dalam diri seseorang, yaitu: 1. Karakter yang menjadi pembawaan

dari tempat asal, latar belakang keluarga (secara internal); 2. Karakter terbentuk dari

faktor eksternal atau terbentuk karena pengaruh dari lingkungan sekitar, khususnya

teman-teman satu komunitas. Mereka yang termasuk dalam PT lebih tergantung pada

keluarga, sebaliknya dengan GP. Di mana dengan kematangan cara berpikir dan

86

Wawancara dengan Pdt.Ibu. Ritha Hutagalung-Londok, S.Th (Pendeta Gereja Se-Azas), pada hari: Kamis, 14

Agustus 2014, pukul 18.10 WITA 87

Wawancara dengan Pnt. Bpk. Wuri Sumampouw, M,h, (PHMJ ketua I yang membidangi Pelayanan dan Kesehatan

(PELKES) serta pengajar katekisasi) pada hari: Kamis, 07 Agustus 2014, pukul 17.14 WITA

Page 17: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

75

kemampuan dalam menghidupi diri sendiri dan keluarga menjadikan mereka tidak

tergantung pada peran orang tua untuk mengawasi mereka.88

Karakter merupakan sesuatu hal yang berkaitan langsung dengan keluarga sebagai

pembentuk utama karakter. Di mana ketika seseorang yang memiliki latar belakang

keluarga yang baik maka anak-anak akan memiliki karakter yang baik juga. Karakter

terbagi menjadi dua, yaitu yang baik dan buruk. Karakter tersebut terbentuk berdasarkan

pendidikan yang diberikan oleh keluarga. Artinya adalah pendidikan yang diberikan oleh

keluarga di dalam rumah akan membentuk karakter anak-anak. Sebagai contoh, ketika

orang tua rajin terlibat dalam pelayanan dan memberikan pendidikan yang benar dalam

pergaulan, maka hal-hal tersebut akan menjadi bagian dalam diri anak serta akan

membentuk karakter yang baik dalam diri anak. Sebaliknya, ketika keluarga memberikan

pendidikan yang keras atau keadaan orang tua yang broken home, maka akan

menciptakan karakter yang keras dan buruk dalam diri anak.89

Membangun karakter adalah hal yang tidak mudah seperti yang dipaparkan di awal, di

mana membutuhkan proses yang panjang. Demikian halnya ketika karakter seseorang

telah terbentuk, akan sangat sulit untuk dirubah. Ketika sejak awal telah dibangun

karakter yang negatif maka akan membutuhkan perjuangan keras untuk merubahnya

menjadi karakter positif. Jadi karakter dapat dirubah namun dengan waktu yang lama.

Hal itu terjadi disebabkan karakter yang telah terwujud dalam tindakan telah berada dan

melekat erat di alam sadar orang tersebut.

Dalam membangun karakter Kristen bagi anak-anak taruna dan pemuda tentunya

memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Selama ini para pelayan, khususnya PELKAT

PT telah memberikan perhatian walaupun tidak dalam jumlah seratus persen. Hal ini

dibatasi oleh waktu pertemuan dengan adik-adik layan yang terbatas pada tiap hari

88

Wawancara dengan Pnt.Bpk Donie Fenti Saisab (PHMJ Ketua III membidangi Pembinaan, Pengembangan Sumber

Daya Insani (PPSDI) dan Pelayanan Kategorial (PELKAT)), pada hari Sabtu, 09 Agustus 2014, pukul 13.30 WITA. 89

Wawancara pertama dengan Ibu Sandra Imantoro (Koordinator Persekutuan Taruna tingkat Jemaat GPIB Jemaat

Bukit Sion Balikpapan), pada hari: Jumat, 08 Agustus 2014, pukul 18.25 WITA

Page 18: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

76

Minggu dan pada kegiatan PT lainnya, seperti Bible Camp. Pada dasarnya perhatian yang

diberikan oleh pelayan PT difokuskan pada pembuatan kegiatan-kegiatan yang dapat

menarik perhatian anak-anak untuk terlibat aktif. Segala perhatian yang diberikan oleh

pelayan maupun pengurus PT akan mempengaruhi pembangunan karakter dalam diri para

taruna. Pengaruh yang positif akan nampak ketika mereka meniru atau meneladani

tindakan-tindakan positif yang dilakukan oleh para pelayan dan pengurus.

Perhatian tidak hanya diberikan oleh pengurus PELKAT PT, namun juga GP. Cara

memberi perhatian yang dilakukan oleh para pengurus ialah dengan membuat GP

menjadi rumah.90

Maksudnya ialah pengurus merancang sedemikian rupa, baik itu

kegiatan maupun keadaan di GP yang dalamnya anggota dapat merasakan penerimaan

secara baik dan rasa keakraban tercipta antara satu dengan lainnya. Rasa kekeluargaan

menjadi hal yang utama dalam pemberian perhatiaan oleh pengurus. Contoh perhatian

yang demikian yaitu ketika ibadah GP telah selesai dan anggota GP memiliki

kebingingungan transportasi untuk pulang, saat itu pengurus menolong mencarikan rekan

lainnya yang memiliki transportasi dan dapat menolong rekan yang pertama untuk

pulang. Dengan demikian nilai karakter Kristen kasih dapat terwujud dalam tindakan para

pemuda. Melalui perhatian ini maka karakter dapat dibentuk. Perhatian lainnya yang

diberikan oleh pengurus GP ialah berbagai cara dilakukan untuk mengajak anggota

pemuda untuk terlibat aktif dalam ibadah pemuda. Mengadakan pendekatan secara

langsung kepada anggota maupun kepada orang tua. Hal itu dilakukan dengan maksud

dapat membangun karakter para pemuda melalui persekutuan.

Pembangunan karakter tidak hanya membutuhkan perhatian dari berbagai pihak,

namun juga dibutuhkan pokok pengajaran. Pokok yang dimaksud ialah nilai-nilai

karakter. Dari hasil wawancara, terdapat beberapa karakter yang dipaparkan. Menurut

Pendeta Pandaleke, terdapat tiga jenis yang menjadi nilai dasar dalam karakter Kristen.

90

Wawancara dengan Sdri.Melisa Mamentu (Koordinator Gerakan Pemuda tingkat Jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion

Balikpapan), pada hari: Selasa, 05 Agustus 2014, pukul 21.00 WITA

Page 19: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

77

Nilai yang dimaksud ialah kesadaran (sense of belonging). Kesadaran dalam hal ini ialah

bahwa gereja merupakan milik Tuhan yang dipercayakan kepada manusia. Dengan

kesadaran tersebut maka perlu ada nilai partisipasi. Setiap orang-orang Kristen memiliki

kesediaan dalam berpartisipasi pada seluruh kegiatan-kegiatan gereja; dan nilai yang

ketiga yaitu tanggungjawab (sense of responsibility). Generasi muda penerus gereja perlu

mengembangkan nilai-nilai tersebut untuk menjadi karakter dalam diri. Agar hal itu

terjadi, gereja perlu berjuang menanamkan nilai-nilai tersebut sebagai nilai karakter

Kristen yang dasar. Dengan nilai-nilai tersebut ditanamkan kepada jemaat, khususnya

anak-anak taruna dan pemuda maka akan menjadikan gereja kokoh dan memiliki

pendirian.

Menurut pendapat narasumber yang berbeda, inti dari pendidikan karakter ialah nilai-

nilai yang bersifat positif.91

Dengan demikian dalam karakter Kristen yang menjadi inti

ialah nilai-nilai Kristen. Nilai-nilai karakter Kristen berasal dari ajaran Kristus kepada

seluruh manusia. Ajaran yang dimaksud dapat dilihat dalam salib, yang merupakan

simbol agama Kristen. Dalam salib terdapat dua garis yang membentuk, yaitu garis

vertikal dan garis horizontal. Garis vertikal menunjukkan hubungan manusia dengan

Tuhan (habluminallah dalam bahasa Arab), dan garis horizontal menunjuk pada

hubungan manusia dengan sesama (habluminannas dalam bahasa Arab). Berdasarkan

filosofi salib tersebut serta dalam kitab Matius 22: 37-39 tertulis Jawab Yesus kepadanya:

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan

segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua,

yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, maka untuk

menemukan nilai-nilai karakter Kristen dapat dilakukan dengan menarik kedua hukum

tersebut, yaitu mengenal dengan benar dan mengasihi Tuhan, Allah dengan cara

mengasihi sesama manusia terlebih dahulu. Kedua hukum tersebut dapat dijadikan nilai

91

Wawancara dengan Pnt. Bpk. Wuri Sumampouw, M,h, (PHMJ ketua I yang membidangi Pelayanan dan Kesehatan

(PELKES) serta pengajar katekisasi) pada hari: Kamis, 07 Agustus 2014, pukul 17.14 WITA

Page 20: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

78

karakter yang menjadi dasar bagi nilai-nilai lainnya. Apabila kedua nilai ini berhasil

menjadi karakter dalam diri para taruna dan pemuda maka mereka akan mampu hidup

baru dengan menjadi manusia yang baru (Efesus 4: 21-5: 21). Hal ini juga didukung oleh

narasumber lainnya yang mengatakan bahwa ketika mereka mengasihi Tuhan melalui

mengasihi sesama maka mereka akan mampu melakukan nilai-nilai lainnya, seperti

kejujuran; ketaatan; bersikap adil; peduli sesama.92

Penuturan yang serupa juga diperoleh

dari wawancara bersama Pendeta Evie. Menurutnya nilai karakter kasih adalah yang

terutama dan pertama. Dengan nilai tersebut maka memunculkan banyak perilaku

karakter seperti mengampuni, memiliki kesolidaritasan, rela berkorban, rela memberi.

Kasih adalah kunci dari karakter. Melakukan seluruh nilai yang dipaparkan diatas

membuat anak-anak taruna dan pemuda telah masuk dalam kehidpan yang baru. Ketika

mereka mampu hidup baru maka mereka akan memperoleh hasil dalam bentuk buah-buah

roh yang tertulis dalam kitab Galatia 5: 22-23.

Nilai-nilai yang terdapat dalam karakter pada umumnya belum tentu secara

keseluruhan menjadi nilai-nilai karakter Kristen. Penyebabnya ialah nilai-nilai karakter

secara umum dapat dilakukan dengan mengedepankan alasan atau dasar yang salah dalam

berbat. Misal, melakukan nilai sabar, rendah hati, ramah karena memiliki motivasi untuk

dekat dengan seseorang. Ciri-ciri dari nilai karkater Kristen adalah melakukan nilai-nilai

tersebut dengan mendasarkan pada kedua hukum yang menjadi nilai-nilai karakter

Kristen yang utama.

Karakter memiliki kaitan yang erat dengan apa yang disebut sebagai moralitas. Di

mana orang yang ingin memiliki karakter yang baik tentunya harus memiliki moralitas

yang baik sebab, moralitas berperan sebagai alat ukur seseorang dalam bertindak. Secara

definisi, moralitas ialah segala yang dipikirkan maupun tindakan yang memiliki tolak

ukur yang mengatur, yaitu hukum; budaya; agama, dan juga etika. Dengan demikian,

92

Wawancara I dengan Ibu Sandra Imantoro (Koordinator Persekutuan Taruna tingkat Jemaat GPIB Jemaat Bukit

Sion Balikpapan), pada hari: Jumat, 08 Agustus 2014, pukul 18.25 WITA

Page 21: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

79

moralitas harus disesuaikan dengan konteks dari hal-hal yang menjadi tolak ukur

tersebut.

Secara spesifik, dapat dikatakan berat ketika meninjau moralitas dan karakter dalam

konteks para taruna dan pemuda yang dinaungi oleh suatu badan, yaitu Gereja Protestan

di Indonesia Bagian Barat (GPIB). Penyababnya ialah moralitas dan karakter

mendasarkan atau menggantungkan diri pada firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab.

Moralitas dan karakter tidak lagi seperti moralitas dan karakter pada umumnya yang

bergantung pada budaya, etika, maupun hukum. Hal tersebut harus dimulai dalam

kegiatan internal, yaitu keluarga. Di mana orang tua menjadi teladan dalam melakukan

tindakan yang merupakan wujud dari karakter Kristen yang berstandar pada firman

Tuhan dalam Alkitab. Dengan situasi yang demikian serta didukung oleh persekutuan

baik PT maupun GP maka akan terbentuk karakter khusus, yaitu berkaitan dengan iman

yang tinggi juga kemampuan (skill) yang sanggup memberi teladan dalam bertindak.

Dengan demikian mereka akan mampu dilihat sebagai para pengikut Yesus. Untuk

mengetahui seseorang adalah pengikut Yesus bukan dari perkataan yang secara jelas

menyebutkan identitas sebagai orang Kristen atau pun dengan simbol-simbol yang

digunakan, melainkan melalui tindakan dan tutur kata yang mencerminkan karakter

Kristen. Secara konkret, beberapa contoh dari tindakan tersebut adalah tidak

mengeluarkan kata-kata yang kasar dan kotor; mengasihi sesama; tidak mengalami

kecanduan pada obat-obatan terlarang maupun pada minuman beralkohol.

III.2.2.2. Strategi GPIB Jemaat Bukit Sion dalam Pembangunan Karakter Taruna-

Pemuda

Pembangunan karakter para taruna dan pemuda adalah hal yang sangat penting sebab,

secara psikologi seorang anak yang bertumbuh dari masa anak-anak menuju remaja

tentunya memiliki perubahan cara pandang dan dalam hal ketertarikan. Di mana ketika

berada di Ibadah Minggu Pelayanan Anak (IMPA), mereka hanya melihat;

Page 22: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

80

mengidolakan; memperhatikan; bahkan meniru figur yang berada di sekitar mereka,

khususnya dalam lingkungan keluarga dan sekolah.93

Hal-hal tersebut berkembang

seiring perkembangan mereka menuju taruna. Dengan pergaulan yang semakin luas

menjadikan semakin banyak figur-figur diluar lingkungan keluarga dan sekolah yang

dilihat; diidolakan; diperhatikan; dan semakin banyak ditiru. Misalnya muncul figur para

artis maupun penyanyi-penyanyi mancanegara. Selain itu juga, pada masa ini semakin

besar tingkat keingin-tahuan mereka terhadap segala sesuatu.

Melihat keadaan yang demikian, di lain sisi timbul suatu kekhawatiran bahwa bahaya

akan mengancam mereka apabila karakter Kristen tidak dibangun oleh gereja. Sadar akan

hal tersebut, gereja menggunakan beberapa tindakan yang diasumsikan sebagai strategi.

Tindakan yang dimaksud yaitu:

1. Gereja memberikan motivasi-motivasi serta doktrin tentang ajaran-ajaran maupun

nilai-nilai Kristen sebagai sesuatu yang harus dilakukan. Disamping itu, gereja

menyertakan alasan-alasan dibalik hal-hal tersebut. Alasan-alasan diberikan dengan

maksud agar mereka mengerti maksud yang tersirat dalam keharusan tersebut.

2. Gereja juga melaksanakan kegiatan-kegiatan yang secara keseluruhan disepakati

bersama melalui program-program yang dirancang. Misalnya beberapa di antara

kegiatan Persekutuan Taruna maupun Gerakan Pemuda yang diprogramkan pada tahun

2014-2015 ialah ibadah Persekutuan Taruna, ibadah Gerakan Pemuda, retreat pemuda,

talk show HIV AIDS, GP Interpersonal Skill Training, Aksi Bakti Sosial

Pemberdayaan (ABSP), latihan musik, bible camp taruna, kunjungan pengurus inti di

setiap sektor.94

3. Pembinaan merupakan salah satu kegiatan yang terprogram. Pembinaan yang

dilakukan banyak ditujukan bagi pendeta, majelis, dan jemaat. Sebab dalam GPIB,

93

Wawancara dengan Pnt. Bpk. Wuri Sumampouw, M,h, (PHMJ ketua I yang membidangi Pelayanan dan Kesehatan

(PELKES) serta pengajar katekisasi) pada hari: Kamis, 07 Agustus 2014, pukul 17.14 WITA 94

Majelis Jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan, Program Kerja dan Anggaran Tahun 2014-2015,

(Balikpapan: GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan, 2014), 48-58.

Page 23: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

81

pembinaan adalah cara sentral yang digunakan untuk mendidik hal-hal yang baik,

termasuk untuk membentuk dan mengembangkan karakter Kristen bagi seluruh

komponen yang secara integral berada dalam gereja.

Pembinaan terbagi menjadi dua kategori, yaitu dalam konteks formal dan non-formal.

Pembinaan dalam konteks formal, ialah: membuat tema, mengumpulkan orang, dan

memberikan materi tertentu. Dalam konteks demikian, GPIB Jemaat Bukit Sion telah

menjalankan dengan baik hingga saat ini. Sebagai contoh seminar tentang narkoba yang

diadakan pada hari Sabtu, 2 Agustus 2014 di gedung gereja. Pembinaan formal lainnya

ialah mengadakan dialog seperti yang terwujud dalam persiapan-persiapan sebelum

melayani ibadah-ibadah.95

Pendapat yang berbeda dikatakan oleh narasumber yang

berbeda, di mana menurutnya pembinaan yang dilakukan oleh gereja dalam rangka

pembentukkan karakter Kristen bagi taruna dan pemuda, sangat kurang. Pernyataan

tersebut mendasarkan diri pada permasalahan di tubuh Gerekan Pemuda tentang

presentase keaktifan dalam ibadah-ibadah Gerakan Pemuda di sektor dan gabungan, yang

hingga saat ini belum dapat diperbaiki. Oleh karena itu, narasumber memberi tempat

dalam membentuk karakter melalui persiapan-persiapan yang diberikannya.96

Dari sudut pandang yang berbeda, yang menilai bahwa pembinaan dalam konteks

formal telah berjalan maka pembinaan dalam konteks non-formal seharusnya juga dapat

berjalan. Pembinaan tersebut berfungsi sebagai pembinaan yang berkelanjutan. Untuk

mengembangkan karakter Kristen para taruna dan pemuda yang dilakukan melalui

pembinaan, seharusnya dilakukan dalam semua bidang kehidupan, dan hal itu telah

95

Wawancara dengan Pnt. Bpk. Wuri Sumampouw, M,h, (PHMJ ketua I yang membidangi Pelayanan dan Kesehatan

(PELKES) serta pengajar katekisasi) pada hari: Kamis, 07 Agustus 2014, pukul 17.14 WITA. 96

Wawancara dengan Pdt.Bpk. Elon Pandaleke, (Pendeta Se-Azas) pada hari: Jumat, 15 Agustus 2014, pukul 11.05

WITA

Page 24: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

82

dilakukan oleh GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan. Dalam GPIB Jemaat Bukit Sion,

pembinaan yang demikian telah dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain:97

a. Khotbah, baik dalam bentuk dialog maupun monolog. Khotbah dalam bentuk dialog

ditemui dalam ibadah-ibadah PELKAT, ibadah sektor, dan penyegaran iman.

b. Pekan keluarga yang di dalamnya tersirat maksud untuk mengajarkan anggota

keluarga dalam mengambil perannya masing-masing di dalam liturgi yang telah

disediakan oleh sinode.

c. Ibadah kreatif yang dilaksanakan berbeda dengan ibadah pada umumnya, namun tetap

memegang rumpun GPIB, seperti ibadah pada minggu kelima yang menggunakan alat

musik band dan konsep khotbah kebangunan rohani. Ibadah kreatif ini juga

dilaksanakan dalam konsep ibadah padang.

d. GPIB Jemaat Bukit Sion juga menghadirkan pembinaan dalam bentuk seni musik dan

suara yaitu dengan adanya latihan untuk menjadi pianis; organis; pemain band;

kantoria98

; dirigen; dan paduan suara.

e. Dalam bidang ekonomi pun nampak dalam pembinaan yang memiliki tujuan untuk

mengajarkan jemaat yang terbiasa menerima diakonia dapat memberikan diakonia

kepada yang lain. Atau dengan kata lain belajar memberi dalam ketidakmampuan.

f. Pembinaan dalam bidang etika, yaitu tentang bagaimana cara berbicara (How to

Speech) dan cara berpakaian yang sopan untuk para presbiter.

g. Tersedianya ruang-ruang konsultasi bidang-bidang tertentu, yaitu hukum; psikologi;

dan kesehatan yang dilengkapi dengan SDM atau orang yang mampu pada bidang-

bidang tersebut.

h. Perkunjungan yang telah terjadwal di tiap-tiap sektor yang dilakukan oleh para

Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ) pada saat ibadah gabungan di sektor.

97

Wawancara dengan Pnt. Bpk. Wuri Sumampouw, M,h, (PHMJ ketua I yang membidangi Pelayanan dan Kesehatan

(PELKES) serta pengajar katekisasi) pada hari: Kamis, 07 Agustus 2014, pukul 17.14 WITA 98

Sekelompok orang yang menguasai pujian dan membantu jemaat dalam memimpin pujian ketika bernyanyi di

ibadah-ibadah.

Page 25: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

83

Pembinaan yang terlaksana dalam berbagai bentuk tersebut memiliki kaitan erat

dengan Tri Tugas Panggilan Gereja (Koinonia, Marturia, dan Diakonia).99

Di mana gereja

memakai tugas-tugas tersebut menjadi cara untuk membina karakter Kristen anak-anak

taruna dan pemuda. Tidak hanya terfokus pada Koinonia atau persekutuan, namun juga

memakai Marturia (kesaksian) dan Diakonia (pelayanan) dalam membentuk karakter

Kristen.

Strategi lain yang selama ini telah dilakukan oleh gereja khususnya para pelayan

Perseutuan Taruna adalah dengan melakukan pendekatan yang lebih kepada masing-

masing taruna. Pendekatan tersebut bermaksud untuk mengetahui macam-macam

karakter yang dimiliki oleh masing-masing adik layan. Ketika ditemukan karakter yang

baik maka para kakak layan berperan dalam membantu mereka untuk terus

mengembangkan karakter tersebut. Sebaliknya ketika ditemukan karakter yang buruk dan

berujung pada masalah maka dalam situasi ini-lah peran pelayan semakin berat. Para

pelayan berperan dalam mencari tahu masalah yang sebenarnya terjadi dan mencarikan

solusi bagi mereka. Kakak layan tidak berperan dalam menghakimi atas karakter buruk

yang mereka lakukan atau atas masalah yang terjadi pada mereka, namun kakak layan

berperan dalam mengarahkan mereka kepada karakter yang benar serta membantu

mereka untuk bersedia meminta pengampunan kepada Tuhan. Secara singkat dapat

dikatakan bahwa pendekatan tersebut mengarahkan para pelayan menjadi teman dan

sahabat bagi adik-adik anggota Persekutuan Taruna. Dengan pendekatan yang demikian

akan memudahkan para pelayan untuk masuk lebih dalam pada kehidupan mereka. Para

pelayan dan adik-adak layan dapat berdisukusi dan saling berbagai tentang permasalahan

yang terjadi dalam hidup. Pendekatan yang demikian menurut pelayan adalah cara yang

efektif dalam membina ajaran Kristen dan mengembangkan nilai-nilai karakter Kristen

untuk terwujud dalam tindakan mereka setiap hari. Menjadi penting sebab melihat realita

99

Wawancara dengan Pdt.Bpk. Elon Pandaleke, (Pendeta Se-Azas) pada hari: Jumat, 15 Agustus 2014, pukul 11.05

WITA

Page 26: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

84

yang terkadang menunjukkan jarak yang cukup jauh antara adik-adik layan dengan orang

tua mereka.

Pendekatan tidak hanya dilakukan oleh para pelayan kepada adik-adik layan, namun

juga kepada sesama pelayan, khususnya yang berada di sektor masing-masing.

Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara perkunjungan yang telah dijadwalkan dan

dilaksanakan oleh para pengurus tingkat jemaat ketika ibadah PT berlangsung.

Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk memantau perkembangan pelayan dan adik-adik

PT di seluruh sektor dan juga terkadang melayani sebagai pengajar di ibadah tersebut.100

Perkunjungan tersebut serupa dengan kegiatan pada umumnya yakni melewati program.

Kegiatan terprogram lainnya yang berada diluar kegiatan rutin (ibadah sektor dan

gabungan), juga dimiliki oleh PT terkait dengan mengembangkan karakter, seperti

kegiatan olahraga basket. Kegiatan ini juga sebagai wujud dari perangkulan yang

dilakukan gereja untuk menghindakan mereka dari kegiatan-kegiatan negatif di luar.

Selain itu juga, kegiatan tersebut menjadi strategi khusus yang digunakan untuk

menyentuh ranah kemampuan mereka. Gereja mengakui bahwa setiap individu memiliki

bakat atau talenta yang berbeda. Oleh karena itu, ketika para pelayan dapat mengetahui

bakat atau pun talenta yang dimiliki oleh masing-masing anggota PT melalui kegiatan

tersebut, gereja dapat menggunakannya sebagai strategi baru dalam mengembangkan

karakter Kristen.101

Melalui kegiatan olahraga, para pelayan mengintegrasikan nilai-nilai

karakter Kristen di dalamnya.

Seluruh kegiatan yang diperuntukkan bagi mereka di Persekutuan Taruna dan Gerakan

Pemuda mendapat respon yang positif. Nilai positif diperoleh dengan menggunakan dua

barometer, yakni tanggapan pelayan terhadap kegiatan-kegiatan dan tingkat keaktifan di

setiap kegiatan-kegiatan tersebut. Walau pada kenyataannya anak-anak di Persekutuan

100

Wawancara kedua dengan Ibu Sandra Imantoro (Koordinator Persekutuan Taruna tingkat Jemaat GPIB Jemaat

Bukit Sion Balikpapan), pada hari: Selasa, 12 Agustus 2014, pukul 11:00 WITA. 101

Wawancara pertama dengan Ibu Sandra Imantoro (Koordinator Persekutuan Taruna tingkat Jemaat GPIB Jemaat

Bukit Sion Balikpapan), pada hari: Jumat, 08 Agustus 2014, pukul 18.25 WITA.

Page 27: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

85

Taruna mendapat nilai lebih dalam hal tingkat keaktifan anggota dibandingkan dengan

Gerakan Pemuda.

Pada dasanya strategi yang diupayakan oleh GPIB Jemaat Bukit Sion harus dirancang

terlebih dahulu dan secara terlampir dalam buku Program dan Anggaran per tahun.

Walaupun demikian, tedapat beberapa kegiatan yang diasumsikan sebagai strategi dalam

pembangunan karakter yang tidak tercatat dalam program. Salah satunya yaitu

keteladanan. Keteladanan dapat diperoleh dari tiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan,

misal dalam perkunjungan. Dengan melihat pihak-pihak yang melakukan kunjungan,

membuat jemaat termotivasi untuk melakukan hal serupa. Ketika berbicara tentang

keteladanan, idealnya semua individu mengatakan bahwa keteladanan adalah hal yang

penting sehingga harus dilakukan. Secara khusus dalam kaitannya dengan

mengembangkan karakter Kristen bagi para taruna dan pemuda. Teladan adalah hal yang

wajib dilakukan di lingkungan gereja. Walaupun demikian, hal-hal yang bersifat ideal

pada kenyataannya cukup sulit untuk dicapai. Pernyataan tersebut dibenarkan dengan

realita yang terjadi di GPIB Jemaat Bukit Sion. Di mana cukup banyak bapak-bapak yang

merokok di lingkungan gereja pada saat ibadah maupun kegiatan-kegiatan gereja lainnya.

Demikian pula halnya dengan tindakan beberapa orang yang meninggalkan tempat duduk

pada saat doa syafaat berlangsung. Tindakan-tindakan kurang baik dari para orang tua

tersebut akan berpengaruh pada karakter dari para taruna, pemuda, juga adik-adik

Sekolah Minggu.

Seluruh strategi yang digunakan oleh GPIB Jemaat Bukit Sion mendapat penilaian

yang berbeda-beda ketika menggunakan tolak ukur penilaian yang berbeda pula. Nilai

cukup diberikan terhadap strategi yang digunakan selama ini, ketika seluruh strategi yang

digunakan dilihat dengan menggunakan sudut pandang gereja, khususnya biblika.

Menurut Bpk.Pnt.Wuri Sumampouw, strategi yang digunakan telah cukup sesuai.

Alasannya ialah kegiatan-kegiatan gereja yang terprogram pada dasarnya mendasarkan

Page 28: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

86

diri pada ajaran-ajaran Kristen yang tertulis dalam Alkitab. Biblika pada hakekatnya

memiliki sifat yaitu hidup sepanjang hayat atau tidak mengalami kadaluarsa apabila

dijadikan pedoman dalam melakukan sesuatu.

Nilai berbeda muncul ketika yang menjadi tolak ukurnya ialah keadaan dalam

kehidupan. Dengan menggunakan tolak ukur ini, strategi yang digunakan gereja selama

ini dinilai kurang. Sebagai contoh dalam konteks pendidikan yaitu perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK) yang saat ini berkembang pesat. Pada kenyataan

menunjukan bahwa taruna dan pemuda telah lincah dalam menggunakan tekhnologi dan

mudah mengakses internet hingga dapat meretas pin maupun kode-kode penting dari

lembaga-lembaga penting yang ada. Berbeda halnya dengan sebagian orang tua yang

memiliki keterbatasan dalam kemampuan menggunakan maupun mengakses internet. Hal

serupa terjadi dalam hal seksualitas. Generasi muda saat ini telah banyak mengetahui hal-

hal yang terkait dengan seks, namun orang tua maupun masyarakat sekitar kurang terbuka

dalam pemberian pendidikan seks. Keadaan demikian adalah gambaran nyata yang terjadi

dalam GPIB Jemaat Bukit Sion. Dengan demikian secara nyata menunjukan bahwa para

presbiter dan pendeta kurang mengikuti perkembangan dunia luar yang dapat digunakan

untuk perkembangan kehidupan gereja.102

Berakar dari hal ini berdampak pada kebutuhan

para taruna dan pemuda yang kurang dipahami dan dipenuhi secara holistik oleh para

pendeta, majelis, dan pelayan kategorial. Hal yang demikian tentunya menjadi kendala

bagi gereja dalam mewujudkan perannya untuk membangun karakter.

Dalam mengupayakan pembangunan karakter, juga terdapat kendala-kendala lainnya

yang dipaparkan oleh para narasumber. Kendala yang cukup banyak ditemui dari tubuh

Gerakan Pemuda, salah satunya yang berkaitan dengan keaslian anggota. Maksudnya

ialah anggota pemuda sebagian besar merupakan orang-orang pendatang, sehingga

mereka tidak berasal dari kelanjutan Persekutuan Taruna jemaat Bukit Sion Balikpapan.

102

Wawancara dengan Pdt.Bpk. Elon Pandaleke, (Pendeta Se-Azas) pada hari: Jumat, 15 Agustus 2014, pukul 11.05

WITA

Page 29: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

87

Hal tersebut menjadikan peran gereja dalam membangun karakter Kristen bagi mereka

menjadi terbatas. Gereja tidak mengetahui bagaimana karakter terbentuk dalam diri para

pemuda-pemudi tersebut ketika mereka belum bergabung dengan Gerakan Pemuda

Jemaat Bukit Sion.

Beberapa kendala lain yang nampak dalam tubuh Gerakan Pemuda ialah menurunnya

tingkat keaktifan anggota di dalam kegiatan-kegiatan, khususnya ibadah pemuda di sektor

dan gabungan. Kesalahan dalam kendala ini tidak sepenuhnya berada pada pemuda,

namun juga berada pada orang tua. Walaupun rata-rata pemuda telah berusia dewasa, itu

bukan menjadi tolak ukur kedewasaan dan kemandirian yang mereka miliki. Oleh karena

itu, orang tua berada dibalik hal ini. Kendala ini juga terjadi dalam tubuh Persekutuan

Taruna. Hal ini ditegaskan oleh koordinator Persekutuan Taruna tingkat jemaat, di mana

beberapa orang tua yang kurang memberikan motivasi dan perintah secara tegas untuk

mengikuti ibadah. Keadaan yang demikian tidak hanya terjadi pada orang tua yang

berstatus jemaat, namun juga beberapa terjadi pada orang tua yang menjadi majelis.103

Perbedaan latar belakang dari masing-masing individu anggota Gerakan Pemuda

membuat perbedaan visi ketika mengikuti kegiatan. Sebagian anggota memiliki visi

untuk mengasah kemampuan dalam berbicara di depan publik maupun mempertinggi rasa

percaya diri dengan berani mengambil peran yang lebih besar seperti menjadi liturgos.

Namun sebagian besar anggota sebaliknya. Mereka memiliki keinginan yang minim

untuk mengambil peran yang lebih besar. Sebagai contoh terdapat beberapa anggota

Gerakan Pemuda yang memiliki kemampuan untuk menjadi narasumber dalam kegiatan

gereja, namun mereka tidak berani mengambil peran tersebut.104

Hal ini juga dilihat

sebagai kendala yang dihadapi gereja khususnya Gerakan Pemuda dalam membangun

karakter anggotanya.

103

Wawancara kedua dengan Ibu Sandra Imantoro (Koordinator Persekutuan Taruna tingkat Jemaat GPIB Jemaat

Bukit Sion Balikpapan), pada hari: Selasa, 12 Agustus 2014, pukul 11:00 WITA. 104

Wawancara dengan Pnt. Bpk. Wuri Sumampouw, M,h, (PHMJ ketua I yang membidangi Pelayanan dan Kesehatan

(PELKES) serta pengajar katekisasi) pada hari: Kamis, 07 Agustus 2014, pukul 17.14 WITA.

Page 30: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

88

Di lain pihak kendala juga menghampiri kehidupan Persekutuan Taruna. Beberapa

kendala tersebut antara lain a) kurangnya fasilitas yang mendukung kegiatan

pembangunan karakter. Contoh yang diberikan oleh narasumber adalah dalam hal

ketidak-tersediaan lapangan yang besar untuk kegiatan olahraga. b) Kendala dalam hal

keterbukaan dari adik-adik taruna terhadap kakak layan. Para pelayan menemukan

kesulitan ketika ditemui seorang anak yang memiliki karakter keras. c) Kesulitan lain

juga ditemui para pelayan dalam strategi yang digunakan untuk membina mereka. Hal itu

terjadi mengingat usia mereka berada pada peralihan dari masa kanak-kanak. Metode

yang digunakan ketika Sekolah Minggu tidak lagi cocok digunakan pada mereka, seperti

menggunakan kekerasan secara verbal (marah). Dari kendala yang demikian pada

akhirnya menuntut para pelayan untuk mampu mengontrol emosi sebab, dengan mampu

mengontrol emosi tersebut akan menjadi teladan bagi adik-adik layan. Mereka akan terus

menerus melihat kesabaran yang ditunjukkan oleh pelayan terhadap mereka.105

Kendala juga dapat muncul tidak hanya dari Persekutuan Taruna dan Gerakan

Pemuda. Para presbiter dan pendeta juga dapat menjadi kendala dalam membangun

karakter. Kendala pertama yang muncul ialah paradigma yang mengukur suatu program

maupun kegiatan dari sisi dana yang dikeluarkan.106

Paradigma yang demikian tidak

hanya dimiliki oleh sebagian presbiter, namun juga sebagian jemaat. Program khususnya

kegiatan dilihat hanya pada jumlah dana yang dikeluarkan bukan pada kualitas serta

implikasi dalam kehidupan anak-anak taruna dan pemuda. Berawal dari kendala ini

kemudian muncul dua golongan yang berbeda yaitu pro dan kontra.

Beberapa cara telah diupayakan oleh gereja untuk mengatasi beberapa kendala, seperti

kurangnya mengikuti perkembangan yang terjadi pada sebagian presbiter dan pendeta.

Kendala tersebut diatasi dengan cara memberikan pembinaan khusus bagi para presbiter

105

Wawancara kedua dengan Ibu Sandra Imantoro (Koordinator Persekutuan Taruna tingkat Jemaat GPIB Jemaat

Bukit Sion Balikpapan), pada hari: Selasa, 12 Agustus 2014, pukul 11:00 WITA. 106

Wawancara kedua dengan Pdt. Bpk. Jimmy H.K. Iroth, S.Th (Ketua Majelis Jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion

Balikpapan), pada hari: Rabu, 13 Agustus 2014, pukul 13.00 WITA.

Page 31: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

89

dan pendeta.107

Pembinaan tersebut berada dalam konteks yang formal. Cara lain yang

digunakan gereja dengan kendala yang berbeda, yakni terkait dengan kendala minimnya

keaktifan anggota pemuda. Gereja mengatasinya dengan bekerjasama antara pengurus

Gerakan Pemuda dan PHMJ ketua III yang membidangi Pembinaan, Pengembangan

Sumber Daya Insani (PPSDI) dan Pelayanan Kategorial (PELKAT) dalam memberikan

surat undangan yang secara langsung ditujukan bagi seluruh pemuda yang tercatat

sebagai anggota Gerakan Pemuda GPIB Jemaat Bukit Sion.

III.2.2.3. Relasi Dalam Membangun Karakter Taruna-Pemuda GPIB Jemaat Bukit

Sion

Gereja tidak dapat melaksanakan perannya secara maksimal tanpa bantuan dari pihak-

pihak terkait lainnya, seperti keluarga; sekolah; ahli-ahli dalam bidang tertentu; dan

lembaga-lembaga khusus lainnya. Keluarga adalah relasi awal yang perlu dibangun

sebab, melihat pembentukkan karakter Kristen awalnya terjadi dalam lingkungan

keluarga. Keluarga yang dimaksud bukan hanya sekedar keluarga yang memenuhi

kebutuhan hidup yang diukur dengan materi, melainkan keluarga yang pada hakekatnya

mendasarkan kehidupannya pada firman Tuhan. Keluarga yang demikian memiliki

peranan penting dalam membentuk karakter Kristen bagi seluruh anggota, khususnya

anak-anak mereka yang termasuk dalam kategori PT dan GP.

Untuk menjalin relasi dengan keluarga, beberapa kegiatan telah diprogramkan dan

telah dilakukan hingga saat ini. Program tersebut melibatkan keluarga di dalam setiap

kegiatannya, seperti dalam program penguatan keluarga yang nampak dalam adanya

ibadah keluarga di masing-masing sektor. Ibadah keluarga yang demikian adalah ibadah

yang di dalamnya hadir seluruh anggota keluarga, baik itu mulai anak-anak hingga para

lansia. Dengan demikian seluruh keluarga yang berdomisili dalam satu sektor, datang dan

berkumpul bersama untuk beribadah. Penguatan keluarga juga terjadi dalam ibadah

107

Wawancara dengan Pdt.Bpk. Elon Pandaleke, (Pendeta Se-Azas) pada hari: Jumat, 15 Agustus 2014, pukul 11.05

WITA

Page 32: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

90

keluarga yang diprogramkan sinode pada waktu-waktu tertentu, seperti ibadah pekan

keluarga; ibadah malam natal hingga saat natal; dan ibadah malam tahun baru hingga

tahun baru. Relasi juga dibangun melalui perkunjungan yang selama ini dilakukan oleh

para presbiter sektor, para pelayan, dan pendeta-pendeta. Perkunjungan tersebut

dilakukan dalam dua hal, yaitu yang pertama dilakukan oleh presbiter sektor bersama

kakak layan, baik itu kakak layan tingkat sektor maupun tingkat jemaat. Perkunjungan

tersebut terkait dengan program-program yang masuk dalam Persekutuan Taruna, serta

terkait dengan keaktifan anak-anak dalam kegiatan Persekutuan Taruna.108

Perkunjungan yang kedua adalah perkunjungan yang secara umum dilakukan kepada

keluarga-keluarga yang dilihat memiliki masalah. Keluarga-keluarga tersebut tidak dapat

menyelesaikan masalah mereka sendiri. Misal dalam keluarga yang kurang mampu dalam

bidang ekonomi, khususnya masalah biaya pendidikan untuk anak-anak mereka. Oleh

karena itu, perkunjungan ini dilaksanakan. Dari contoh tersebut, perkunjungan ini

bermaksud untuk mengetahui dengan benar masalah yang dihadapi keluarga. Langkah

selanjutnya ialah presbiter setempat melaporkan hasil perkunjungan kepada PHMJ, yang

kemudian ditindaklanjuti dengan memproses serta menurunkan biaya untuk membantu

masalah keluarga tersebut. Perkunjungan ini tentunya dapat terealisasi dengan bantuan

presbiter sektor setempat yang melihat dan memilih dengan teliti keluarga mana yang

perlu dikunjungi.

Jemaat Bukit Sion Balikpapan juga menjalin relasi dengan pihak lain, yaitu sekolah.

Relasi yang terjalin dalam bentuk penyediaan dan pemberian guru agama bagi sekolah

yang meminta. Selain itu juga gereja bersedia membantu sekolah yang tidak memiliki

pelajaran agama Kristen dengan memberikan penilaian kepada anak-anak yang termasuk

dalam wilayah jemaatnya, serta gereja bersedia memberikan salah satu sumber daya

manusia yang dimiliki oleh gereja untuk menjadi pembicara ketika sekolah meminta.

108

Wawancara kedua dengan Ibu Sandra Imantoro (Koordinator Persekutuan Taruna tingkat Jemaat GPIB Jemaat

Bukit Sion Balikpapan), pada hari: Selasa, 12 Agustus 2014, pukul 11:00 WITA.

Page 33: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

91

Dalam bidang kesehatan, relasi dibangun dengan Yayasan Ora Et Labora, di mana

yayasan tersebut membantu gereja dalam menangani jemaat yang tidak mampu ditangani

oleh klinik milik gereja. Bagi jemaat yang berasal dari rujukan klinik gereja maka akan

direkomendasikan menerima pembayaran khusus. Tidak hanya itu, gereja akan

membantu jemaat yang tidak mampu dengan memberikan pembayaran gratis.

Relasi yang terbangun juga dilakukan oleh jemaat Bukit Sion dengan lintas institusi-

institusi yang ada di Balikpapan. Relasi yang dimaksud ialah dengan ormas-ormas seperti

Gerakan Pemuda (GP) Ansor; Bantuan Sergap (BANSER) NU; serta relasi dengan

pemerintah kota yang terwujud dalam kegiatan yang formal dan umum. Misal, ketika

gereja mengadakan ibadah dalam rangka hari raya (natal dan tahun baru), mereka

menjaga lingkungan gereja untuk tetap kondusif untuk beribada tanpa perlu mengirim

surat kepada mereka. Selain itu juga, ketika mereka mengadakan acara-acara umum,

mereka mengundang para presbiter yang termasuk dalam PHMJ sebagai wakil dari

jemaat Bukit Sion. Demikian sebaliknya, hingga saat ini bentuk dari relasi yang demikian

tetap terjadi.

Seluruh relasi yang dibangun oleh GPIB Jemaat Bukit Sion merupakan bentuk dari

kesadaran gereja bahwa di dalam kehidupan bergereja tidak diijinkan adanya sikap

eksklusif.

III.2.2.4. Sistem Penilaian

Apakah seluruh modul dan program kerja yang terwujud dalam kegiatan-kegiatan

gereja sebagai strategi telah berhasil dalam menghasilkan taruna dan pemuda yang

berkarakter? Untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah hal yang cukup sulit. Dalam

memilih dan menggunakan alat ukur untuk mengukur karakter bukanlah hal yang mudah

sebab, tidak ada acuan yang konkret dalam menetapkan alat ukur karakter. Ketika yang

menjadi acuan adalah kuantitas dalam keaktifan anak-anak taruna dan pemuda di dalam

ibadah PT maupun GP maka strategi yang digunakan oleh gereja cenderung kurang

Page 34: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

92

berhasil. Dikatakan demikian sebab, minimnya keaktifan anak-anak taruna terlebih

khusus pemuda dalam ibadah.109

Dengan demikian keberhasilan strategi yang digunakan

gereja melalui program-program yang ada tidak dapat diukur hanya dengan tolak ukur

yang demikian. Alasannya ialah berbagai alasan yang dapat ditolerir oleh gereja ketika

mereka tidak aktif dalam ibadah, misal saja adanya pekerjaan dari sekolah atau kesibukan

dalam pekerjaan.

Menurut narasumber, ketika tidak menggunakan tolak ukur yang demikian maka

GPIB Jemaat Bukit Sion dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan tersebut nampak ketika

yang menjadi barometer adalah kegiatan-kegiatan yang terprogram telah terlaksana serta

program maupun modul yang digunakan memiliki dampak bagi anak-anak taruna dan

pemuda dalam melakukan nilai-nilai karakter Kristen.

III.2.2.5. Kurikulum dalam Sabda Bina Taruna dan Pemuda

Dari pengamatan secara langsung dengan membaca langsung buku renungan Sabda

Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda, ditemukan beberapa hal. Dalam Sabda Bina

Taruna antara tujuan umum (TU) atau yang ditulis sebagai gagasan utama sebagian besar

tidak disinkronkan dengan yang menjadi tujuan khusus (TK). Sebagai contoh

pembelajaran pada hari Minggu, 20 Juli 2014 dengan Gagasan Utama Mensyukuri

Kemahakuaasaan Allah dan Keterbatasan Manusia, pembacaan Alkitab terdapat di kitab

Keluaran 15: 22-27. Terdapat dua Tujuan Pembelajaran Khusus: 1) Menceritakan

kembali secara singkat peristiwa di Mara dan di Elim, 2) Menganalisa bahwa di balik

suka duka kehidupan, Tuhan ingin menguji ketaatan yang sungguh dari umat-Nya. Selain

itu juga ditemui gagasan utama yang bersifat konkret, misal yang menjadi gagasan utama

pada pembelajaran tanggal 7 September 2014 yaitu menjelaskan tugas dan panggilan

gereja. Demikian sebaliknya, tujuan khusus bersifat abstrak. Sebagai contoh pada

pembelajaran di tanggal yang sama dituliskan dua dari tiga tujuan khusus yang bersifat

109

Wawancara dengan Pnt. Bpk. Wuri Sumampouw, M,h, (PHMJ ketua I yang membidangi Pelayanan dan Kesehatan

(PELKES) serta pengajar katekisasi) pada hari: Kamis, 07 Agustus 2014, pukul 17.14 WITA

Page 35: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

93

abstrak, yaitu 1) Memahami makna melayani (diakonia) sesuai kisah nabi Elia dan janda

dari Sarfat, 2) Menyelami motif janda dari Sarfat yang melayani nabi Elia.

Menurut narasumber, dalam Sabda Bina Taruna secara keseluruhan dari materi yang

diberikan bersifat Teologi. Hal itu nampak dalam beberapa bagian, khususnya latar

belakang dan penjelasan yang menggunakan bahasa-bahasa yang sulit untuk dimengerti

oleh anak-anak dan para pelayan yang notabene tidak memiliki dasar Teologi. Hal ini

cukup menjadi kendala bagi para pelayan untuk menyampaikan kepada para taruna

dengan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka. Walaupun demikian, hal

tersebut memiliki sisi positif, yaitu menuntut para pelayan yang bertugas untuk

mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh; memahami teks dengan benar; dan

mengembangkan teks tersebut sesuai dengan keadaan adik-adik layan. Dengan demikian,

para pelayan tidak menggantungkan diri hanya pada persiapan yang telah diberikan oleh

pendeta maupun vikaris.110

Dari pengamatan yang dilakukan dalam Sabda Bina Taruna khususnya pada kelas

Eka, secara langsung tidak hanya ditemui tujuan dan materi, namun juga strategi dan

evaluasi. Strategi yang mendominasi dalam setiap pembalajaran yang terdapat dalam

Sabda Bina Taruna yaitu bercerita dan diskusi. Metode lain yang digunakan ialah

perenungan dan membantu para taruna untuk mengingat tentang cerita-cerita tertentu.

Kedua metode ini sangat jarang digunakan. Sebagai contoh, dari empat belas pertemuan

yang terjadi selama bulan Juli hingga September di tahun 2014, kedua metode tersebut

muncul hanya dalam empat minggu atau empat kali pertemuan. Dalam jangka waktu

tersebut juga evaluasi dilaksanakan hanya sebanyak tiga kali, yaitu setiap akhir bulan.

Dengan mengesampingkan kekurangan dari kurikulum yang terdapat dalam Sabda

Bina Taruna, terdapat dampak positif yang diperoleh oleh para pelayan dan pengurus

taruna. Di mana dengan ketidak-sinkronan yang terjadi, seperti yang telah dibahas di atas,

110

Wawancara dengan Pnt.Ibu Deetje Pinontoan (PHMJ ketua II yang membidangi Gereja, Masyarakat, dan Agama

(GERMASA)), pada hari: Selasa, 12 Agustus 2014, pukul 10.05 WITA.

Page 36: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna … · 2017. 10. 5. · (panitia) pembangunan rumah gereja yang baru di Balikpapan. Gedung gereja yang dimaksud ialah Gedung

94

menuntut kekreativitasan dalam penalaran dari para pelayan taruna yang bertugas

menjadi pelayan firman. Kekreativitasan dalam penalaran tersebut menjadi penting agar

para pelayan dapat mengaitkan antara bahan pembacaan Alkitab dengan beberapa unsur

yang berada di dalamnya, antara lain gagasan utama, topik, tujuan khusus, materi, strategi

yang akan digunakan, dan dengan kehidupan nyata dari para taruna. Di samping

Kekreativitasan dalam penalaran, pelayan mengakui bahwa dengan banyaknya istilah-

istilah Teologi yang terdapat di dalam Sabda Bina Taruna menjadikan itu sebagai

pengetahuan yang baru tentang Teologi.111

Berbeda halnya dengan Sabda Bina Pemuda yang digunakan oleh para pemuda, di

mana dalam buku ini tidak terdapat pembagian yang nyata antara gagasan utama, tujuan

khusus, materi, strategi yang akan digunakan, serta evaluasi. Yang dapat ditemui dalam

buku ini hanyalah tema, ayat Alkitab, topik, dan materi atau isi. Sabda Bina Pemuda

dapat dikatakan sebagai buku pedoman renungan yang tidak hanya dapat dipakai oleh

mereka yang bertugas membawakan firman dalam ibadah pemuda, namun juga bagi

setiap pemuda.

Menurut penuturan narasumber, materi dalam Sabda Bina Pemuda yang ditulis

dalam bentuk khotbah merupakan hasil refleksi dari permasalahan yang terjadi di sekitar

kehidupan para pemuda.112

Oleh karena itu, realita-realita yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari dapat ditemui dalam materi-materi yang ada. Realita-realita tersebut disajikan

dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan yang mereka mengerti.

111

Wawancara kedua dengan Ibu Sandra Imantoro (Koordinator Persekutuan Taruna tingkat Jemaat GPIB Jemaat

Bukit Sion Balikpapan), pada hari: Selasa, 12 Agustus 2014, pukul 11:00 WITA. 112

Wawancara dengan Sdri.Melisa Mamentu (Koordinator Gerakan Pemuda tingkat Jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion

Balikpapan), pada hari: Selasa, 05 Agustus 2014, pukul 21.00 WITA