Per en Canaan Jalan Bet On

download Per en Canaan Jalan Bet On

of 74

description

q

Transcript of Per en Canaan Jalan Bet On

  • DESAIN DAN APLIKASI JALAN BETON

    DI PENDEKAT UTARA JALAN RINGROAD

    TIMUR PEREMPATAN JALAN WONOSARI,

    Oleh :Muhammad Miftakhur Riza08/ / 13005271740/ NT

    Pembimbing :Suwardo, ST., MT., Ph.DNIP. 197101251997021001

    Perencanaan Desain dengan Jalan Beton :

  • PRAKATA

    Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya

    sehingga penulisan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu tanpa

    halangan yang berarti.

    Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan di

    Program Diploma Teknik Sipil. Ucapan terima kasih disampaikan kepada :

    1. Suwardo, ST., MT., Ph.D., Selaku pembimbing dan pengarah dalam

    penyelesaian karya tulis ini.

    2. Ir. Heru Budi Utomo, MT. Selaku Ketua Program Diploma Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

    3. Kedua orang tua yang telah memberikan nasehat dan mengajarkan arti

    sebuah kesabaran.

    4. Teman- teman dari Tahajud Call Indonesia, yang selalu membangunkan

    saya di sepertiga malam dan mengirim tausiah yang menyejukkan hati.

    5. Takmir Masjid Al Huda yang telah memberikan motivasi dan Spiritual

    Problems Solving dalam setiap permasalahan hidup yang saya alami.

    6. Teman- teman dari D3 teknik sipil UGM, yang telah memberikan semangat

    dan motivasi dalam penyusunan karya tulis ini.

    Sebagai penutup, penulis menggunakan peribahasa yang berbunyi Tiada Beton

    yang Tidak Retak, sangat disadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih belum

    sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk demi sempurnanya

    tugas akhir ini.

    Yogyakarta, Juli 2011

    Muhammad Miftakhur Riza

    iii

  • MOTTO DAN MOTIVASI

    Barang siapa menjadikan Akhirat sebagai NIAT UTAMA, maka Allah menjadikan

    rasa kaya pada hatinya, urusannya dimudahkan & dunia akan mendatanginya

    dengan cara yang mudah. (HR At Tirmidzi)

    Jika kita tidak melakukan sesuatu yang berarti, percuma berapa lama pun hidup kita

    di Dunia ini.

    Tidak ada impian yang terlalu tinggi untuk dicapai, yang ada hanyalah niat yang

    terlalu rendah untuk berani melangkah.

    Hidup bukan sekedar pilihan (pasif), tapi harus berani memilih (aktif).

    Semua masalah pasti ada jalan keluarnya, jika kita focus mencari solusi dan berhenti

    mencari alasan.

    Jangan terjebak masa lalu dan jangan terlalu sibuk memikirkan masa depan. Tapi

    fokuslah dengan Apa yang sedang kita lakukan saat ini.

    Seseorang menjadi sangat lemah saat ia sedang emosi. Maka taklukkan lah

    Duniamu dengan kesabaran.

    Jika keadaan tidak mendukung, maka dukung lah diri kita sendiri. Jangan

    membatasi impianmu dengan pendapat orang lain.

    Tanpa harapan dan semangat, kita seperti mati sebelum mengalami kematian yang

    sesungguhnya.

    Saat kita memutuskan untuk menyerah, pada saat itu juga kita telah melepaskan

    suatu keberhasilan dari genggaman tangan.

    Ilmu yang dimiliki belum berarti, sebelum kita mau mengamalkannya. Knowledge

    is nothing, but applying what you know is everything.

    iv

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL... i

    LEMBAR PENGESAHAN.... ii

    PRAKATA. iii

    MOTTO DAN MOTIVASI.... iv

    DAFTAR ISI.. v

    DAFTAR TABEL.. viii

    DAFTAR GAMBAR ix

    DAFTAR LAMPIRAN. x

    DAFTAR NOTASI.... xi

    INTISARI DAN ABSTRACT .. xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A.

    B. Tujuan Penelitian. 4

    Latar Belakang. 1

    Manfaat Penelitian... 4

    1. Tipe Konstruksi Jalan... 6

    .. 14

    C.

    D. Batasan Masalah.. 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Umum. 5

    B. Landasan Teori

    1. Penentuan lalu lintas harian rata- rata (LHR) . 14

    2. Perencanaan Tebal Pelat Beton 15

    v

  • 3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perencanaan 16

    1.

    n. 32

    n beton... 35

    4. Besaran- besaran Rencana 17

    5. Langkah- langkah Penentuan Tebal Pelat Beton .18

    6. Rencana Penulangan Jalan Beton 27

    BAB III METODOLOGI

    A. Pengambilan Data... 31

    Data konstan.. 31

    2. Data tidak konsta

    B. Metode Penelitian 33

    1. Survei Pendahuluan... 33

    2. Pelaksanaan Survei.... 33

    a. Penjelasan cara kerja 33

    b. Pengambilan data konstan 33

    3. Alat Penelitian 33

    4. Cara Kerja.. 34

    C. Cara analisis data

    1. Panjang dan blebar jalan beton... 35

    2. Tebal lapisan perkerasan..... 35

    3. Penulangan jala

    4. Sambungan antar segmen... 35

    5. Metode pelaksanaan.... 35

    6. Gambar rencana.. 35

    vi

  • BAB IV PEMBAHASAN

    A. Material yang Digunakan Pada Perkerasan Kaku... 36

    1. eton..... 36

    . 39

    Sambungan Memanjang dengan Batang Pengikat (Tie Bars)... 40

    C. Perencanaan Tebal Pelat Beton......... 49

    54

    B

    2. Agregat

    B. Metode Sambungan 40

    1.

    2. Sambungan susut melintang.. 42

    3. Sambungan isolasi. 43

    4. Penutup sambungan... 46

    BAB V APLIKASI PERENCANAAN JALAN BETON

    A. Data Kendaraan. 47

    B. Data Teknis.... 48

    D. Perencaaan Tulangan.

    1. Tulangan Melintang .... 54

    2. Tulangan Memanjang ..... 55

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan .. 59

    B. Saran. 60

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    vii

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Perbedaan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur... 8

    abel 2.2. Koefisien Distribusi Jalur. 20

    Tabel 2.3. Faktor Keamanan. 20 Tabel 2.4. Perbandingan Tegangan i yang Diizinkan 21

    Tabel 4.2. Proporsi Campuran Beton 39

    T

    dan Jumlah Repetis

    Tabel 2.5. Koefisien Gesekan antara Pelat Beton dengan Lapis Pondasi Bawah. 29

    Tabel 4.1. Lapis Permukaan dan Kualias (Grade) Beton. 38

    Tabel 4.3. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji.. 43

    Tabel 4.4. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji dan Jarak... 44

    Tabel 5.1. Data Jumlah Total Kendaraan. 47

    Tabel 5.2. Rekapitulasi Jumlah Kendaraan dan Konfigurasi Beban. 49 Tabel 5.3. Persentase Beban Sumbu dan Jumlah Repetisi Selama Umur Rencana.. 51

    Tabel 5.4. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 12 cm)... 52

    Tabel 5.4. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 15 cm)... 53

    viii

  • DAFTAR GAMBAR

    ambar 1.1. Kendaraan- kendaraan Berat yang Berhenti di Jalan Ring Road..... 2

    ambar 1.2. Panjang Antrian yang Didominasi oleh Kendaraan Berat.... 2

    ambar 1.3. Ruas Jalan yang Dilalui Kendaraan Berat ... 3

    Gambar 1.4. Jalan Aspal yang Tergerus karena Gesekan Rem ....... 3

    Gambar 1.5. Jalan Aspal yang Mulai Terkelupas. 3

    Gambar 2.1. Detail Lapisan Perkerasan Kaku (rigid pavement). 7

    Gambar 2.11. Alur Perhitungan Tulangan Perkerasan Beton Bersambung. 30

    Gambar 4.1. Potongan Memanjang Sambungan dengan Batang Pengikat.. 41

    Gambar 4.5. Contoh Persimpangan yang Membutuhkan Sambungan Isolasi..... 45

    Gambar 5.1. Penulangan Arah Melintang Setiap Meternya...55

    G

    G

    G

    Gambar 1.6. Jalan Aspal yang Retak dan Terkelupas.. 3

    Gambar 2.2. Detail Konstruksi Jalan Beton yang Dibuat Kontinyu....10

    Gambar 2.3. Detail Konstruksi Jalan Beton dengan Sambungan Dowel.11

    Gambar 2.4. Jalan Beton Tersegmen dengan Tulangan dan Dowel.... 12

    Gambar 2.5. Jalan Raya Tajur, Kota Bogor. 13

    Gambar 2.6. Jalan Raya Palbapang, Kota Magelang... 13

    Gambar 2.7. Alur Perhitungan Tebal Pelat Beton... 23

    Gambar 2.8. Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT). 24

    Gambar 2.9. Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG)... 25

    Gambar 2.10. Nomogram untuk Sumbu Tandem Roda Ganda (STdRG)... 26

    Gambar 3.1. Lokasi Survei di Jalan Ring Road Timur, perempatan Wonosari... 32

    Gambar 4.2. Sambungan Susut Melintang Tanpa Ruji.... 42

    Gambar 4.3. Sambungan Susut Melintang dengan Ruji.. 43

    Gambar 4.6. Contoh Persimpangan dengan Sambungan Isolasi dan Ruji....45

    ix

  • Gambar 5.2. Penulangan Arah Memanjang Setiap Meternya....56

    Gambar 5.3. Penulangan Arah Memanjang dan Melintang Setiap Segmen. 57

    Gambar 5.4. Tanpak Samping Jalan yang telah Dicor Beton... 57

    Gambar 5.5. Bagian- bagian Jalan Beton Bertulang yang Direncanakan..... 58

    Gambar 5.6. Jalan Beton Bertulang yang Direncanakan....58

    piran 3. Gambar Pembagian Segmen Jalan Beton. 63

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Gambar Detail Lokasi Jalan yang Disurvei 61

    Lampiran 2. Gambar Penulangan Setiap Segmen.. 62

    Lam

    x

  • DAFTAR NOTASI

    As = Luas penampang tulangan baja (mm2/m lebar pelat)

    Ec = Modulus elastisitas beton (1400

    (kg/cm2)

    Es = Modulus elastisitas baja (20000 kg/cm2)

    F = Koefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah (Tabel 4.8)

    Fc = Mutu beton

    Fct = Kuat tarik langsung beton

    buhan lalu lintas tahunan dalam persen (%)

    ga harian)

    n aga h ian

    diikat dan/atau tepi bebas pelat (m).

    ungan (L)

    aja dan beton (Es/Ec)

    ang yang dibutuhkan terhadap luas

    aitu j mlah lalu lintas yang direncanakan akan

    1 jam perencanaan.

    Fs = Tegangan tarik baja

    Fy = Tegangan leleh baja ()

    g = Gravitasi (m/s2)

    h = Tebal pelat (m)

    i = Faktor pertum

    JKN = Jumlah kendaraan niaga

    JKNH = Jumlah kendaraan nia

    JSKNH = Jumlah sumbu kendaraa ni ar

    L = Jarak antara sambungan yang tidak

    L = Jarak antar samb

    M = Berat per satuan volume pelat (kg/m3).

    n = Angka ekivalensi antara b

    Ps = Persentase luas tulangan memanj

    penampang beton (%).

    R = Faktor pertumbuhan

    VJP = volume jam perencanaan, y u

    melintasi suatu penampang jalan selama

    xi

  • xii

    Beban kendaraan kelas berat yang sering melewati dan berhenti di Pendekat Utara Simpang Jalan Wonosari, Ring Road Timur menyebabkan kerusakan pada jalan

    se an jalan aspal yang mengelupas. Kasus tersebut harus segera diatasi untuk mencegah kerusakan yang diperkirakan akan semakin parah.

    pada jalan aspal tersebut, yaitu dengan perencanaan jalan beton.

    Metode studi yang pertama dilakukan adalah dengan menganalisis panjang dan bar jalan aspal yang akan direncanakan menjadi jalan beton, kemudian mensurvei

    jumlah kendaraan yang melewati jalan tersebut, terutama untuk kendaraan kelas berat dengan bobot melebihi lima ton, seperti

    spal, beban kendaraan berat, penulangan.

    h planning of rigid pavement.

    to rigid pavement, and then observe the number of vehicles that r heavy vehicles weighing more than five ton, such us :

    ruck 3 as, containers, and truck trailers.

    The data are used as assumptio anning of the roads of rigid concreate with connection, which include a thick laye

    load

    Intisari

    aspal, perti lendutan, retakan, d

    Penelitian yang dilakukan berusaha untuk mengatasi dampak kerusakan yang terjadi

    le

    : Truk 3 as, kontainer, dan truk gandeng.

    Data yang diperoleh digunakan sebagai asumsi dalam perencanaan jalan beton bertulang dengan sambungan, yang meliputi tebal lapisan perkerasan dan penulangan. Dari hitungan yang telah dilakukan diperoleh lapisan perkerasan beton dengan tebal 150 mm dan penulangan arah melintang sebesar D10 250 mm serta penulangan untuk arah memanjang diperoleh sebesar D12 150 mm.

    Kata Kunci : jalan beton, lapisan perkerasan, kerusakan jalan a

    Abstract

    Heavy load vehicles that frequently pass though and stop at the North approach Wonosari Crossroads, East Ring Road causing damage of the asphalt road, such us deflection, cracking, and peeling asphalt road. This case should be treated immediately to prevent damage that is expected to become worse. This research carried out to try to overcome the effect of damage the asphalt road wit

    The first methode of study carried by analyzing the length and width of road that will be planned inpassing the road, especially foT

    n in the plr of pavement and reinforcement. The

    account that has been achieved with a thick layer of reinforced concrete is 150 mm and the bar transverse direction is D10- 250 mm, and bar reinforcement to longitudinal direction is D12- 150mm. Keywords : rigid pavement, pavement layer, damage of asphalt roads, heavyvevicle, reinforcement.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Pada bab pendahuluan ini akan dijelaskan latar belakang penggunaan jalan

    beton, tujuan, manfaat, dan batasan masalah.

    A. Latar Belakang

    Saat ini jalan beton relatif banyak digunakan di jalan- jalan ibukota maupun di

    daerah- daerah yang mempunyai tingkat kepadatan lalu lintas tinggi. Beban kendaraan

    yang relatif besar dan arus lalu lintas yang semakin padat menjadi alasan utama

    pemilihan jalan beton. Terlebih lagi strukturnya yang lebih kuat, awet, dan bebas

    perawatan.

    Alasan itulah yang menjadi dasar mengapa jalan beton banyak dipilih. Berbeda

    dengan tipe jalan aspal yang membutuhkan perawatan rutin setiap tahunnya. Saat cuaca

    tidak menentu seperti hujan yang terus terjadi sekarang ini, jika konstruksi aspal tidak

    direncanakan dengan baik akan mudah mengelupas, berlubang, dan tergerus oleh air.

    Jalan beton menjadi solusi yang sangat efektif untuk mengatasi kerusakan-

    kerusakan yang terjadi pada jalan aspal. Oleh karena itu, tugas akhir ini disusun untuk

    mengetahui karakteristik jalan beton, material apa saja yang digunakan, metode

    sambungan, penulangan, dan aplikasi perencanaan jalan beton di lapangan dengan studi

    1

  • kasus di Jalan Ring Road Timur, Perempatan Jalan Wonosari. Kerusakan- kerusakan

    yang terjadi pada jalan aspal tersebut disebabkan karena beban kendaraan yang relatif

    berat, sebagai solusinya jalan aspal tersebut akan direncanakan dengan jalan beton.

    Kondisi jalan aspal yang disurvei ditunjukkan dalam Gambar berikut :

    Gambar 1.1. Kendaraan- kendaraan Berat yang Berhenti di Jalan Ring Road Timur saat Lampu Merah

    Gambar 1.2. Panjang Antrian yang Didominasi oleh Kendaraan Berat

    2

  • Beban kendaraan yang relatif berat menyebabkan jalan aspal melendut dan terjadi

    retakan di beberapa tempat seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

    Gambar1.6. Jalan Aspal yang Retak dan Terkelupas

    Gambar1.5. Jalan Aspal yang Mulai Terkelupas

    Gambar1.4. Jalan Aspal yang Tergerus karena Gesekan Rem

    Gambar1.3. Ruas Jalan yang Dilalui Kendaraan Berat

    3

  • B. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik jalan beton,

    material yang digunakan, konstruksi lapisan perkerasan, dan aplikasi perencanaan jalan

    beton di lapangan, dengan studi kasus di Jalan Ring Road Timur, Perempatan

    Wonosari.

    C. Manfaat Penelitian

    Dari kegiatan studi yang telah dilakukan, hasilnya diharapkan dapat berguna

    dan diaplikasikan dalam perencanaan jalan beton, baik sebagai teori maupun dalam

    aplikasi di lapangan, sebagai solusi untuk mengatasi kerusakan yang terjadi pada jalan

    aspal yang diakibatkan oleh kepadatan dan beban lalu lintas yang padat terutama di

    kota- kota besar di Indonesia.

    D. Batasan Masalah

    Studi ini mencakup berbagai faktor dalam perencanaan jalan beton yang meliputi :

    a. Karakteristik jalan beton (sifat struktur, kelebihan, dan kekurangan).

    b. Konstruksi lapisan perkerasan.

    c. Aplikasi perencanaan jalan beton di lapangan.

    4

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Jalan beton menjadi solusi yang efektif untuk menanggulangi kerusakan jalan

    aspal akibat beban kendaraan yang terlalu berat. Pada bab ini akan dijelaskan dasar-

    dasar dan ketentuan yang harus diperhatikan dalam perencanaan jalan beton.

    A. Umum

    Pada dasarnya jalan beton direncanakan untuk menopang beban kendaraan lalu

    lintas yang relatif berat dan padat, seperti pada perberhentian pintu masuk jalan tol,

    perberhentian lampu merah, tempat parkir, dan tikungan- tikungan tajam. Dalam

    perencanaannya, pelaksanaan jalan beton mengacu pada Petunjuk Perencanaan Jalan

    Beton Semen yang diterbitkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,

    Pd T-14-2003.

    Pedoman ini diadopsi dari AUSTROADS, Pavement Design, A Guide to the

    Structural Design of Pavements (1992). Dalam penerapannya, perencana dan pelaksana

    harus mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan di sekitar lokasi proyek, sehingga

    tidak mengganggu atau merusak lingkungan sekitar.

    5

  • 1. Tipe Kostruksi Jalan

    Arthur (1999) mengatakan bahwa pada perkerasan jalan dikenal dua macam tipe

    konstruksi yaitu :

    a. Jalan aspal (fleksibel pavement), yang jenisnya terdiri dari :

    (1) Aspal keras (asphalt cement)

    (2) Aspal cair (liquid asphalt)

    (3) Aspal emulsi (emulsion asphalt)

    b. Jalan beton (rigid pavement), yang jenisnya terdiri dari :

    (1) Beton tanpa tulangan (URC, unreinforced concrete)

    (2) Beton bertulang dan sambungan (JRC, jointed reinforced concrete)

    (3) Pelat beton menerus dan bertulang (CRCP, concrete pavement)

    Pada dasarnya, perbedaan utama antara jalan beton dengan jalan aspal adalah

    terletak pada lapisan perkerasan di atasnya, jenis material yang digunakan, dan metode

    pengerjaan. Wiryanto (2010) mengatakan bahwa perkerasan jalan beton dilaksanakan

    dalam beberapa tahap, mulai dari pekerjaan tanah (urugan dan galian), pembuatan lapis

    pondasi, dan lapisan di atasnya (berupa beton). Susunan lapis perkerasan untuk jalan

    beton ditunjukkan dalam Gambar 2.1.

    6

  • Gambar 2.1. Detail Lapisan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

    Sumber : Pavement Design Guide (1992)

    Susunan lapisan perkerasan jalan beton tersebut terdiri dari dua lapis, yaitu

    lapisan beton dan lapisan pondasi di bawahnya. Lapisan perkerasan beton dikerjakan

    secara per segmen dan diberi sekat untuk mengantisipasi resiko kerusakan akibat faktor

    kembang susut (shrinkage). Lapis beton tersebut berada di atas lapisan pondasi yang

    bisa berupa material berbutir dengan tebal minimal 15 cm atau campuran beton kurus

    (lean- mix concrete) dengan tebal minimal 10 cm.

    Hal ini tentu berbeda dengan jalan aspal yang konstruksinya terdiri dari tiga

    lapis, yaitu: lapisan aspal, lapisan pondasi atas, dan lapisan pondasi bawah. Karena

    kekuatan jalan aspal lebih didukung oleh lapisan perkuatan pondasi di bawahnya, maka

    pondasi untuk konstruksi jalan aspal relatif lebih tebal (minimal 12- 15 cm).

    Perbedaan- perbedaan antara perkerasan lentur (fleksibel pavement) dengan perkerasan

    kaku (rigid pavement) dijelaskan pada Tabel 2.1.

    7

  • Tabel 2.1. Perbedaan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur

    NO PERBEDAAN PERKERASAN KAKU PERKERASAN LENTUR

    1. Distribusi tegangan Merata.

    Terpusat.

    2. Susunan perkerasan Dua lapis yaitu : lapis beton dan

    lapis pondasi.

    Tiga lapis yaitu : lapis aspal, lapis

    pondasi atas, dan lapis pondasi

    bawah.

    3. Tebal sub base Relatif lebih tipis. Relatif lebih tebal.

    4. Kekuatan Lebih ditentukan oleh tebal dan

    kualitas beton itu sendiri.

    Ditentukan lapisan pondasi di

    bawah (maka pondasi lebih tebal).

    5. Perawatan Lebih awet, direncanakan 20- 40

    tahun. Perawatan berkala 3- 5 tahun.

    6. Daya tahan beban Untuk menahan beban lalu lintas

    berat.

    Untuk menahan beban lalu lintas

    ringan dan sedang.

    7. Metode pengerjaan Per segmen (dengan bekisting). Langsung dihamparkan.

    8. Biaya perawatan Biasanya hanya pada sambungan

    (biaya relatif kecil).

    Mahal (mencapai dua kali lebih

    mahal dari perkerasan kaku).

    8

  • Wiryanto (2010) mengatakan bahwa jalan beton dari sisi perilaku strukturnya

    memang terlihat lebih baik, tegangan yang timbul akibat beban yang sama relatif lebih

    kecil, sehingga tidak diperlukan lapisan bawah (base- course) yang tebal. Namun

    karena materialnya dari beton, maka pengaruh kembang susut (shrinkage) akibat

    perubahan suhu menjadi dominan. Hal inilah yang menyebabkan konstruksi jalan beton

    memiliki dua metode pengerjaan yaitu:

    a. Jalan beton dibuat kontinyu

    Jalan beton dibuat memanjang dengan jarak antar segmen sampai 15

    meter, maka untuk mengantisipasi pengaruh kembang susut pada jalan tersebut

    harus dipasang tulangan baja sebagai tulangan susut. Meskipun jumlahnya relatif

    kecil, tetapi penggunaan tulangan baja menyebabkan jalan beton menjadi mahal

    dan pengerjaannya akan lebih kompleks. Detail dari jalan beton yang dibuat

    kontinyu ditunjukkan pada Gambar 2.2.

    9

  • Gambar 2.2. Detail Konstruksi Jalan Beton yang Dibuat Kontinyu

    Sumber : Pavement Design Guide (1992)

    b. Jalan beton disekat- sekat dengan siar dilatasi.

    Jalan beton dibuat dengan pengerjaan per segmen yang terpisah- terpisah

    untuk mengatasi resiko kerusakan akibat faktor kembang susut tanpa perlu

    memasang tulangan susut. Biaya yang dikeluarkan akan lebih murah jika

    dibandingkan dengan pengerjaan jalan beton yang dibuat kontinyu. Namun

    akibatnya, jalan ini menjadi tidak nyaman karena tegangan pada bagian pinggir

    segmen menjadi besar, maka untuk mengatasinya kedua segmen yang berdekatan

    dipasangi dowel/ ruji.

    10

  • Detail dari jalan beton yang di sekat- sekat dengan siar dilatasi ditunjukkan pada

    Gambar 2.3.

    Gambar 2.3. Detail Konstruksi Jalan Beton dengan Sambungan Dowel

    Sumber : Pavement Design Guide (1992)

    Adanya segmen- segmen pada pengerjaan jalan beton menyebabkan

    penggunaannya tidak nyaman dan pengerjaannya membutuhkan waktu yang lama

    karena banyaknya sambungan yang harus dipasang. Oleh karena itu, dikembangkan

    suatu konstruksi lain yang merupakan kombinasi kedua cara di atas, yaitu konstruksi

    jalan beton tersegmen dengan tulangan dan dowel, seperti yang ditunjukkan dalam

    Gambar 2.4.

    11

  • Gambaran crack yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 tersebut terjadi karena

    kembang susut, bukan karena beban. Dengan konsep ini, crack yang dihasilkan relatif

    sedikit dan jarak sambungan antar segmen menjadi lebih panjang, sehingga jalan

    menjadi lebih nyaman saat dilalui.

    Gambar 2.4. Jalan Beton Tersegmen dengan Tulangan dan Dowel

    Sumber : Pavement Design Guide (1992 )

    12

  • Gambar 2.5 dan 2.6 berikut menunjukkan aplikasi jalan beton yang telah banyak

    digunakan di kota- kota besar di Indonesia.

    Gambar 2.5. Jalan Raya Tajur, Kota Bogor

    Gambar 2.6. Jalan Raya Palbapang, Kota Magelang

    13

  • B. Landasan Teori

    Susunan lapisan perkerasan jalan beton terdiri dari dua lapis, yaitu lapis beton

    dan lapis pondasi di bawahnya. Lapis beton tersebut dikerjakan secara per segmen

    dengan diberi sekat untuk mengantisipasi resiko kerusakan akibat faktor kembang susut

    (shrinkage). Lapis beton tersebut berada di atas lapis pondasi yang bisa berupa material

    berbutir dengan tebal minimal 15 cm atau campuran beton kurus (lean- mix concrete)

    dengan tebal minimal 10 cm.

    Konstruksi jalan beton dengan sistem sambungan dowel, siar dilatasi, dan

    tulangan membuat jalan beton lebih kuat dan nyaman jika dilalui, karena beban yang

    timbul dari beban kendaraan dapat disalurkan dengan merata ke semua bagian segmen

    jalan beton dengan jarak antar segmen yang lebih panjang. Sambungan dowel berfungsi

    sebagai pengikat atau penyatu antar segmen. Siar dilatasi berfungsi untuk memberikan

    celah atau ruang untuk pemuaian, dan pemasangan tulangan susut berfungsi untuk

    mengatasi pengaruh kembang susut beton (shrinkage).

    1. Penentuan lalu lintas harian rata- rata (LHR)

    Lalu lintas harian rata- rata (LHR) secara kasar dapat diperoleh dengan survei

    lalu lintas selama 4 jam, kemudian volume kendaraan yang diperoleh dirata- rata tiap

    jam. LHR digunakan sebagai volume jam perencanaan, yaitu volume yang digunakan

    untuk perencanaan teknik jalan. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

    14

  • VJP = K x LHR , atau

    LHR = VJP

    K ... (2.B-1)

    Dimana :

    VJP = volume jam perencanaan, yaitu jumlah lalu lintas yang direncanakan akan

    melintasi suatu penampang jalan selama 1 jam perencanaan.

    K = faktor VJP yang dipengaruhi oleh pemilihan jam sibuk keberapa, serta jenis

    jalan antar kota (bernilai 10 15%) atau jalan dalam kota (bernilai lebih

    kecil).

    2. Perencanaan Tebal Pelat Beton

    Dalam perencanaan perkerasan kaku, tebal pelat beton dihitung agar mampu

    memikul tegangan yang ditimbulkan oleh :

    a. Beban roda kendaraan.

    b. Perubahan suhu dan kadar air.

    c. Perubahan volume pada lapisan di bawahnya.

    Secara aplikatif, berdasarkan Concrete Pavement Design Guidance Notes

    perencanaan tebal pelat untuk perkerasan beton adalah sebagai berikut :

    15

  • a. Beton tanpa tulangan (URC, unreinforced concrete) dengan ketebalan pelat

    antara 150 mm 500 mm.

    b. Beton bertulang dan sambungan (JRC, jointed reinforced concrete) dengan

    ketebalan pelat antara 200 mm 300 mm.

    c. Pelat beton menerus dan bertulang (CRCP, concrete pavement) dengan

    ketebalan pelat antara 200 mm 300 mm.

    Untuk perhitungan secara konservatif, diterapkan prinsip kelelahan (fatigue)

    dimana dianggap apabila perbandingan tegangan yang terjadi pada beton akibat

    beban roda terhadap kuat lentur beton (Modulus of Rapture, MR) menurun, maka

    jumlah repetisi pembebanan sampai runtuh (failure) akan meningkat. Apabila

    perbandingan tegangan tersebut sangat rendah, maka beton akan mampu memikul

    repetisi tegangan yang tidak terbatas tanpa kehilangan kekuatannya.

    3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perencanaan

    a. Lalu Lintas

    Variable- variable lalu lintas yang berpengaruh adalah :

    (1) Volume lalu lintas.

    (2) Konfigurasi sumbu dan roda.

    (3) Beban sumbu.

    (4) Ukuran dan tekanan ban.

    16

  • (5) Pertumbuhan lalu lintas.

    (6) Jumlah jalur dan arah lalu lintas..

    b. Umur Rencana

    Umur rencana perkerasan jalan ditentukan berdasarkan pertimbangan

    peranan jalan, pola lalu lintas dan nilai ekonomi jalan.

    c. Kapasitas Jalan

    Kapasitas maksimum jalan yang direncanakan harus dipandang sebagai

    pembatasan.

    d. Tanah dasar

    Dalam merencanakan tebal pelat beton perkerasan kaku, keseragaman daya

    dukung tanah sangat penting. Pengujian daya dukung nilai tanah (nilai k) untuk

    jalan beton sebaiknya berupa uji plate bearing. Dengan modulus reaksi tanah

    dasar (k) minimum 2 kg/cm3.

    4. Besaran- besaran Rencana

    a. Umur Rencana

    Perkerasan kaku bisa direncanakan dengan umur rencanca 20- 40 tahun.

    b. Lalu Lintas Rencana

    17

  • (1) Lalu lintas harus dianalisa berdasarkan atau hasil perhitungan volume lalu

    lintas dan konfigurasi sumbu berdasarkan data terakhir ( 2 tahun terakhir).

    (2) Untuk keperluan perkerasan kaku, hanya kendaraan niaga yang mempunyai

    berat total minimum 5 ton yang ditinjau dengan kemungkinan 3 konfigurasi

    sumbu sebagai berikut :

    (a) Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT), misalnya: mobil

    penumpang.

    (b) Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG), misalnya: bus.

    (c) Sumbu Tandem Roda Ganda (STdRG), misalnya: truk 3as dan

    truk gandeng.

    5. Langkah- langkah Penentuan Tebal Pelat Beton

    a. Menghitung JKNH (jumlah kendaraan niaga harian) pada tahun pembukaan.

    b. Menghitung JKN (jumlah kendaraan niaga) selama umur rencana.

    JKN = 365 x JKNH x R (2.B-2)

    R = Faktor pertumbuhan

    =

    ... (2.B-3)

    18

  • Dimana :

    i = Faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan dalam persen (%).

    n = Umur rencana.

    c. Menghitung JSKNH (jumlah sumbu kendaraan niaga harian), kemudian

    menghitung JSKN (jumlah sumbu kendaraan niaga) selama umur rencana.

    JSKN = 365 x JSKNH x R .(2.B-4)

    e. Menghitung persentase masing- masing beban sumbu dan jumlah repetisi

    yang akan terjadi selama umur rencana.

    Persentase beban sumbu = J

    JSKNH .... (2.B-5)

    Repetisi yang akan terjadi = JKN x persentase jumlah sumbu x koef.

    distribusi jalur (dari Tabel 2.2)

    19

  • Tabel 2.2. Koefisien Distribusi Jalur

    Jumlah Jalur

    Kendaraan Niaga

    1 Arah 2 Arah

    1 Jalur 1 1

    2 Jalur 0,70 0,50

    3 Jalur 0,50 0,475

    4 Jalur - 0,45

    5 Jalur - 0,425

    6 Jalur - 0,40

    Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)

    e. Besarnya beban sumbu rencana dihitung dengan cara mengalikan beban

    sumbu yang ditinjau dengan Faktor Keamanan (FK) yang ditunjukkan

    dalam Tabel 2.3.

    Tabel 2.3. Faktor Keamanan

    Peranan Jalan FK (Faktor Keamanan)

    Jalan tol 1,2

    Jalan Arteri 1,1

    Jalan Kolektor 1,0

    Jalan Lokal -

    Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)

    f. Dengan besaran- besaran beban sumbu, k dan tebal pelat yang sudah

    diketahui (ditaksir), besarnya tegangan yang terjadi bisa didapat dari

    nomogram yang bersangkutan (Gambar 2.8, Gambar 2.9, dan Gambar 2.10).

    20

  • g. Menghitung perbandingan antara tegangan yang terjadi dengan MR.

    h. Berdasarkan perbandingan tegangan tersebut, kemudian dari Tabel 2.4 dapat

    diketahui jumlah pengulangan (repetisi) tegangan yang diizinkan.

    Tabel 2.4. Perbandingan Tegangan dan Jumlah Repetisi yang Diizinkan

    Perbandingan

    Tegangan

    Jumlah Pengulangan

    Beban yang Diizinkan

    Perbandingan

    Tegangan *

    Jumlah Pengulangan

    Beban yang Diizinkan

    0,51 + 400000 0,69 2500

    0,52 300000 0,70 2000

    0,53 240000 0,71 1500

    0,54 180000 0,72 1100

    0,55 130000 0,73 850

    0,56 100000 0,74 650

    0,57 75000 0,75 490

    0,58 57000 0,76 360

    0,59 42000 0,77 270

    0,60 32000 0,78 210

    0,61 24000 0,79 160

    0,62 18000 0,80 120

    0,63 24000 0,81 90

    0,64 22000 0,82 70

    0,65 8000 0,83 50

    0,66 6000 0,84 40

    0,67 4000 0,85 30

    0,68 3500 - -

    Sumber : Jalan Raya 2 (2003)

    *) Tegangan akibat beban dibagi dengan Modulud of Rapture (MR)

    +) Tegangan sama dengan atau lebih kecil dari 0,50 maka pengulangan beban tak

    terhingga.

    21

  • i. Persentase lelah (fatigue) untuk setiap konfigurasi beban sumbu dapat

    dihitung dengan cara =

    ...... (2.B-6)

    j. Total fatigue dihitung dengan cara menjumlahkan besarnya persentase

    fatigue dari seluruh konfigurasi beban sumbu.

    k. Langkah- langkah yang sama (1 sampai 10) diulang untuk tebal pelat beton

    lainnya yang dipilih/ ditaksir.

    l. Tebal pelat beton yang dipilih/ ditaksir dinyatakan sudah benar/ cocok

    apabila total fatigue yang didapat besarnya lebih kecil atau sama dengan

    100%.

    Alur perhitungan tebal pelat beton ditunjukkan pada Gambar 2.7.

    22

  • Gambar 2.7. Alur Perhitungan Tebal Pelat Beton

    YA

    TIDAK

    MenghitungJKNH=jumlahkendaraan 5Ton

    MenghitungJKN

    Mulai

    Data

    1. JumlahKendaraan2. R(FaktorKendaraan)3. n(UmurRencana)4. FK(FaktorKeamanan)

    JKN=365xJKNHxR

    MenghitungJSKN

    JSKN=365xJSKNHxR

    Menghitung%BebanSumbu&Repetisi

    MenghitungJSKNH

    Asumsitebalplat

    MenghitungBebanSumbuRencana

    TeganganyangTerjadi(Gambarkenomogram2.8;2.9;2.10)

    JumlahRepetisiyanzinkan(Tabel2.4

    gDii )

    PerbandinganTegangan(MR/Teganganyangterjadi)

    TebalPelatCukup Selesai

    TotalFatigue 100%(PelatDipertebal)

    23

  • Gambar 2.8. Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT)

    24

  • Gambar 2.9. Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG)

    25

  • Gambar 2.10. Nomogram untuk Sumbu Tandem Roda Ganda

    26

  • 6. Rencana Penulangan Jalan Beton

    Besi tulangan yang dipakai dalam perkerasan kaku mempunyai fungsi utama untuk :

    a. Membatasi lebar retakan, agar kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan.

    b. Memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi

    jumlah sambungan melintang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan.

    c. Mengurangi pengaruh kembang susut karena perubahan suhu.

    d. Mengurangi biaya pemeliharaan.

    Besi tulangan yang dipakai harus bersih dari oli, kotoran, karat,dan

    pengelupasan. Tulangan harus dipasang sebelum pembetonan dengan diberi penyangga

    yang ditahan pada letak yang diinginkan. Ukuran atau jarak tulangan dari permukaan

    beton adalah :

    a. 60 10 mm di bawah permukaan beton, untuk tebal pelat kurang dari 270

    mm.

    b. 70 10 mm di bawah permukaan beton, untuk tebal pelat 270 mm atau

    lebih.

    a. Perencanaan Tulangan Melintang

    Luas tulangan melintang (As) yang diperlukan pada perkerasan beton menerus

    dengan tulangan dihitung menggunakan persamaan :

    27

  • As = FLM

    ... (2.B-7)

    Dimana :

    As = Luas penampang tulangan baja (mm2/m lebar pelat).

    F = Koefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah (lihat Tabel 2.8).

    L = Jarak antara sambungan yang tidak diikat dan/atau tepi bebas pelat (m).

    M = Berat per satuan volume pelat (kg/m3).

    g = Gravitasi (m/s2).

    h = Tebal pelat (m).

    fs = Kuat-tarik ijin tulangan (MPa). Biasanya 0,6 kali tegangan leleh.

    Penulangan untuk arah memanjang harus berjarak 300 50 mm.

    b. Perencanaan Tulangan Memanjang

    Tulangan memanjang yang dibutuhkan pada perkerasan beton bertulang

    menerus dengan tulangan dihitung dari persamaan berikut :

    Ps = F

    F.F (1,3 0,2F) (2.B-8)

    Dimana :

    Ps = Persentase luas tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap luas

    penampang beton (%).

    Fct = Kuat tarik langsung beton = (0,4 0,5 fcf) (kg/cm2).

    n = Angka ekivalensi antara baja dan beton (Es/Ec).

    28

  • F = Koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di bawahnya (lihat

    Tabel 2.5).

    Es = Modulus elastisitas baja (20000 kg/cm2).

    Ec = Modulus elastisitas beton (1400 (kg/cm2).

    Tulangan dipasang tepat di tengah tebal pelat dengan jarak antar tulangan 125 25 mm

    dari tepi pelat.

    Tabel 2.5. Koefisien Gesekan antara Pelat Beton dengan Lapis Pondasi Bawah

    NO. Jenis Pondasi Faktor Gesekan (F)

    1 Burtu, Lapen dan Konstruksi sejenis 2,2

    2 Aspal Beton, Lataston 1,8

    3 Stabilisasi Kapur 1,8

    4 Stabilisasi Aspal 1,8

    5 Stabilisasi Semen 1,8

    6 Koral 1,5

    7 Batu Pecah 1,5

    8 Sirtu 1,2

    9 Tanah 0,9

    Sumber : Jalan Raya 2 (2003)

    Alur perhitungan tulangan perkerasan beton bersambung ditunjukkan pada Gambar

    2.11.

    29

  • Mulai

    MenentukanAs

    Ps= F

    F.F(1,3 0,2F)

    Menentukandiameter

    As=FLM

    Desaintulangan

    Inputdata

    5. Fy(teg.lelehbaja),3900kg/cm24. F(koef.gesek),Tabel2.5

    2. Fct(kuattariklangsungbeton)3. n(angkaekivalensibaja&beton(Es/Ec)

    B. TulanganMemanjang1. Ps(persentaseluastulangan)

    3. M(beratjenisbeton),2400kg/cm24. h(tebalpelat),meter5. fs(teg.lelehbaja),240MPa

    2. L(jarakantarsegmen),10meter1. F(koef.gesek),Tabel2.5

    A. TulanganMelintang

    GambarRencana

    Selesai

    Gambar 2.11. Alur Perhitungan Tulangan Perkerasan Beton Bersambung

    30

  • BAB III

    METODOLOGI

    Metodologi untuk studi ini dilakukan dengan pengambilan data terlebih dahulu,

    kemudian hasil data yang didapatkan akan dianalisa untuk menjadi topik pembahasan.

    A. Pengambilan Data

    Dalam studi ini, dilakukan pengambilan data dengan survei langsung di

    lapangan untuk mengetahui jumlah kendaraan yang melintas, terutama jumlah

    kendaraan- kendaraan berat. Survei tersebut dilakukan di Jalan Ring Road Timur,

    perempatan Wonosari. Pada hari Selasa, 1 Maret 2011, selama 4 jam untuk

    mendapatkan nilai LHR (lalu lintas harian rencana) secara kasar, dari pukul 09.30

    sampai 11.30 WIB.

    Data yang didapat merupakan data masukan sebagai bahan analisis dalam

    studi ini. Jenis data yang didapat terdiri dari dua macam, yaitu data konstan dan data

    tidak konstan.

    1. Data konstan

    Data konstan adalah data yang tidak berubah sehingga pengumpulan data dapat

    dilakukan setiap saat, seperti : durasi lampu merah, panjang, dan lebar jalan.

    31

  • 2. Data tidak konstan

    Data tidak konstan adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di

    lapangan yang sifatnya dapat berubah- ubah setiap saat, seperti : jumlah dan jenis

    kendaraan yang melintas.

    Lokasi tempat survei ditunjukkan pada Gambar 3.1.

    Gambar 3.1. Lokasi Survei di Jalan Ring Road Timur, Perempatan Wonosari

    Sumber : Google Earth Pro (2011)

    Untuk detail gambar lokasi survei dapat dilihat pada Lampiran 1.

    32

  • B. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

    1. Survei Pendahuluan

    Survei pendahuluan dilakukan sebelum penelitian di lapangan agar survei

    sesungguhnya dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien. Survei

    pendahuluan diperlukan untuk menentukan pos- pos lokasi survei, jumlah surveyor

    yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan, dan jenis alat survei yang akan digunakan.

    2. Pelaksanaan Survei

    Hal- hal yang dilakukan pada waktu pelaksanaan survei antara lain :

    a. Penjelasan cara kerja

    (1) Pembagian tugas berhubungan dengan lokasi survei dan jenis

    kendaraan setiap pengamat.

    (2) Cara pengisian tabel (formulir) survei.

    b. Pengambilan data konstan

    (1) Pengukuran panjang dan lebar ruas jalan yang digunakan untuk

    survei.

    3. Alat Penelitian

    Dalam penelitian ini diperlukan beberapa alat penunjang, antara lain :

    33

  • a. Formulir penelitian dan alat tulis, yang digunakan untuk mencatat jumlah

    kendaraan yang melintas.

    b. Meteran, yang digunakan untuk mengukur lebar jalan yang ditinjau.

    c. Arloji dan stopwatch, yang digunakan unuk mencatat durasi lampu merah.

    4. Cara Kerja

    Untuk mendapatkan data jumlah kendaraan, 3 surveyor memposisikan diri pada

    tempat yang sekiranya dapat melihat semua kendaraan yang akan melintasi simpang

    tersebut, baik dalam keadaan berbelok (kanan/ kiri) ataupun lurus setelah berhenti

    karena lampu merah. Surveyor mengamati dan mencatat jumlah kendaraan bermotor

    yang melintas pada simpang jalan tersebut sesuai ketentuan yang telah di sepakati

    mengenai jenis kendaraan yang akan di amati, kemudian memasukkan data tersebut

    ke dalam tabel (formulir ).Kendaraan yang diamati dibedakan menjadi :

    a. Light vehicle (LV) : semua kendaraan penumpang beroda dua as dan mobil.

    b. Heavy vehicle (HV) : kendaraan barang dan bus dengan roda dua as atau tiga

    as, dan truk.

    c. Motor cycle (MC) : sepeda motor.

    34

  • C. Cara Analisis Data

    Setelah pengambilan data yang meliputi lebar jalan, panjang, dan jumlah arus

    kendaraan didapatkan. Semua formulir dikumpulkan dan dianalisa untuk

    merencanakan jalan beton. Perencanaan tersebut meliputi :

    1. Panjang dan lebar jalan beton

    Panjang dan lebar diukur sebagai acuan untuk perencanaan pembetonan.

    2. Tebal lapisan perkerasan (dengan beton)

    Jalan aspal yang lama akan dibongkar dan lapisan perkerasannya diganti

    dengan lapis perkerasan beton.

    3. Penulangan jalan beton

    Jalan beton yang direncanakan adalah jenis beton bertulang dengan

    sambungan tipe JRC (jointed reinforced concrete).

    4. Sambungan antar segmen

    Sambungan antar segmen dalam perencanaan adalah setiap 10 meter.

    5. Metode pelaksanaan

    Pelaksanaan pembetonan akan dilaksanakan secara per segmen dengan metode

    konstruksi selang- seling.

    6. Gambar rencana

    Setelah semua perencanaan selesai, maka akan digambar detail penulangan,

    panjang, dan lebarnya.

    35

  • BAB IV

    PEMBAHASAN

    Kualitas campuran beton dipengaruhi oleh sifat bahan, komposisi, dan

    pelaksanaannya. Untuk menghasilkan campuran beton yang sesuai dengan

    perencanaan, maka mutu beton dan komposisinya harus diperhatikan. Bab pembahasan

    ini membicarakan jenis material yang digunakan dalam perkerasan jalan beton, metode

    sambungan, perencanaan tebal pelat beton, dan penulangannya.

    A. Material yang Digunakan pada Perkerasan Kaku

    1. Beton

    Beton adalah campuran dari bahan agregat, semen dan air dengan komposisi

    tertentu. Beton yang digunakan untuk lapisan pada perkerasan kaku dihamparkan di

    atas lapisan pondasi atas yang biasanya tersusun dari batuan. Prosesnya, semen

    membentuk ikatan di dalam campuran, kemudian air yang ditambahan membantu

    proses reaksi kimia yang mengubah semen yang kering menjadi perekat. Bila air

    terlalu sedikit, maka reaksinya menjadi tidak sempurna dan air yang terlalu banyak

    juga akan mengurangi kualitas atau mutu beton yang dihasilkan.

    Campuran antar material juga sangat penting. Idealnya, setiap partikel

    agregat diselimuti oleh semen terlebih dahulu sebelum ditambahkan air. Kekuatan

    36

  • campuran yang tepat dari beton terutama disebabkan oleh agregat kasar. Bagian

    agregat halus harus diberikan secara tepat dan cukup untuk mengisi rongga atau

    celah antar agregat kasar yang ukurannya relatif besar. Jadi dapat disimpulkan

    bahwa mutu atau kualitas beton tergantung pada :

    a. Komposisi jumlah semen, agregat halus, dan agregat kasar di dalam

    campuran.

    b. Efisiensi campuran.

    c. Kekuatan tumbukan dari agregat kasar (mutu agregat).

    d. Kebersihan agregat dari lumpur dan zat- zat kimia lainnya.

    e. Jenis semen yang digunakan.

    f. Jumlah air yang digunakan (umumnya dengan ukuran rasio air/ semen).

    g. Tingkat pemadatan.

    h. Efisiensi pengeringan beton (curing).

    Campuran beton didasarkan pada kekuatan rata- rata benda uji kubus beton.

    Jika syarat kekuatan sudah ditentukan, maka campuran harus didesain untuk

    memenuhi syarat tersebut.

    Campuran beton umumnya ditentukan berdasarkan berat berbagai macam

    material yang digunakan. Perbedaan campuran ditentukan berdasarkan tingkat

    (grade) yang menggambarkan kekuatan minimum beton. Contohnya campuran

    beton grade 30 mempunyai kekuatan tekan pada usia 28 hari sebesar 30 N/mm2.

    37

  • Dalam proyek jalan, biasanya beton telah dipesan dalam bentuk ready mix dari

    tempat pencampuran dalam mixer truck dan supplier sangat bertanggung jawab

    terhadap kualitas/ mutu beton yang akan direncanakan. Perbandingan tingkat

    kekuatan beton untuk perkerasan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Lapis Permukaan dan Kualias (Grade) Beton

    Sumber : Roadwork Theory and Practice (1990)

    38

  • 2. Agregat

    Agregat yang digunakan sangat bervariasi dalam suatu campuran beton.

    Kebersihan agregat juga menjadi faktor yang sangat penting. Agregat yang dipakai

    umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

    a. Agregat kasar, misalnya : kerikil dan batu pecah.

    b. Agregat halus, misalnya : pasir dan debu granit.

    Campuran beton berdasarkan jumlah material yang diperlukan untuk

    memproduksi 1 m3 beton ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut.

    Tabel 4.2. Proporsi Campuran Beton

    Sumber : Roadwork Theory and Practice (1990)

    39

  • B. Metode Sambungan

    Sambungan pada perkerasan beton semen bertujuan untuk :

    a. Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh

    penyusutan dan beban lalu- lintas.

    b. Memudahkan pelaksanaan.

    c. Mengakomodasi gerakan pelat akibat beban dinamis kendaraan.

    Pada perkerasan beton terdapat beberapa jenis sambungan antara lain :

    a. Sambungan memanjang.

    b. Sambungan susut melintang.

    c. Sambungan isolasi.

    Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali

    pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler).

    1. Sambungan Memanjang dengan Batang Pengikat (Tie Bars)

    Pemasangan sambungan memanjang diperlukan untuk mengendalikan

    terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar tiga sampai

    empat meter dan harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU-

    24 diameter 16 mm.

    40

  • Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

    At = 204 x b x h, dan

    l = (38,3 x ) + 75

    Dengan :

    At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm2).

    b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi

    perkerasan (m).

    h = Tebal pelat (m).

    l = Panjang batang pengikat (mm).

    = Diameter batang pengikat yang dipilih (mm).

    Jarak antar batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm. Tipikal sambungan

    memanjang diperlihatkan pada Gambar 4.1.

    Gambar 4.1. Potongan Memanjang Sambungan dengan Batang Pengikat (Tie Bars)

    Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)

    41

  • 2. Sambungan Susut Melintang

    Sambungan susut melintang adalah sambungan yang arahnya membagi jalan

    dengan arah melintang. Kedalaman sambungan ini kurang lebih mencapai 1/4 dari

    tebal pelat untuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau 1/3 dari tebal pelat

    untuk lapis pondasi stabilisasi semen. Sambungan susut melintang ini terdiri dari

    dua jenis, yaitu :

    a. Sambungan susut melintang tanpa ruji.

    b. Sambungan susut melintang dengan ruji.

    Detail dari kedua jenis sambungan tersebut dijelaskan dengan Gambar 4.2 dan 4.3.

    Gambar 4.2. Sambungan Susut Melintang Tanpa Ruji

    Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)

    42

  • Gambar 4.3. Sambungan Susut Melintang dengan Ruji

    Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)

    Jarak sambungan susut melintang untuk perkerasan beton bersambung tanpa

    tulangan sekitar 4 - 5 m, sedangkan untuk perkerasan beton bersambung dengan

    tulangan sekitar 8 - 15 m. Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan

    bahan anti lengket untuk menjamin tidak ada ikatan dengan beton. Diameter ruji

    tergantung pada tebal pelat beton sebagaimana tercantum pada Tabel 4.3.

    Tabel 4.3. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji

    Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)

    43

  • Tabel 4.4. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji dan Jaraknya

    Sumber : ACI Committee (2002)

    3. Sambungan isolasi

    Sambungan isolasi adalah sambungan yang memisahkan perkerasan dengan

    bangunan yang lain, misalnya manhole, jembatan, tiang listrik, jalan lama,

    persimpangan dan lain sebagainya. Sambungan isolasi harus dilengkapi dengan

    bahan penutup (joint sealer) setebal 5 7 mm dan sisanya diisi dengan bahan

    pengisi (joint filler). Contoh persimpangan yang membutuhkan sambungan isolasi

    diperlihatkan pada Gambar 4.5.

    (a) Simpang Tegak Lurus (b) Simpang Lurus (Apron) (c) Simpang Tegak

    44

  • (d) Simpang Menyudut (e) Simpang Jalan Terpisah (f) Simpang Menyudut Dua

    Arah

    Gambar 4.5. Contoh Persimpangan yang Membutuhkan Sambungan Isolasi

    Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)

    Ada 2 jenis sambungan isolasi yaitu sambungan isolasi dengan ruji dan

    sambungan isolasi tanpa ruji, yang masing- masing ditunjukkan pada Gambar 4.6.

    (a) Sambungan Isolasi dengan Ruji (b) Sambungan Isolasi Tanpa Ruji

    muai

    Gambar 4.6 Persimpangan dengan Sambungan Isolasi dan Ruji

    Sumber: Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)

    45

  • Sambungan isolasi yang digunakan pada bangunan lain, seperti jembatan perlu

    pemasangan ruji untuk transfer beban. Pada ujung ruji harus dipasang pelindung

    muai agar ruji dapat bergerak bebas. Pelindung muai harus cukup panjang sehingga

    menutup ruji sepanjang 50 mm dan masih mempunyai ruang bebas yang cukup,

    dengan panjang minimum lebar sambungan isolasi ditambah 6 mm seperti

    diperlihatkan pada Gambar 4.6 (a) di atas. Ukuran ruji dapat dilihat pada Tabel 4.3

    dan 4.4.

    4. Penutup Sambungan

    Penutup sambungan dimaksudkan untuk mencegah masuknya air dan atau

    benda lain ke dalam sambungan perkerasan. Benda- benda lain yang masuk ke

    dalam sambungan dapat menyebabkan kerusakan berupa gompal dan blow up (pelat

    beton yang saling menekan ke atas).

    46

  • BAB V

    APLIKASI PERENCANAAN JALAN BETON

    Pada bab ini disajikan hasil perencanaan jalan beton dengan kasus di Jalan Ring

    Road Timur, perempatan Wonosari. Uraian dari bab ini meliputi data survei lalu lintas,

    data perencanaan, desain tebal perkerasan, dan penulangan.

    A. Data Kendaraan

    Data jumlah total kendaraan hasil survei ditunjukkan dalam Tabel 5.1 berikut.

    Tabel 5.1. Data Jumlah Total Kendaraan

    Waktu

    Jenis Kendaraan

    LV MV MC

    Mobil

    Pick Up

    Truk Kecil

    Bus

    Truk 2 as

    Truk 3 as

    Sepeda Motor

    4 jam

    490

    171

    218

    158

    140

    101

    1496

    VJP 123 43 55 40 47 26 374

    Keterangan :

    a. LV (light vehicle) : semua kendaraan penumpang beroda 2 as, dan mobil

    b. HV (heavy vehicle) : kendaraan barang dan bus dengan roda 2 as atau 3 as,

    serta truk.

    c. MC (motor cycle ) : sepeda motor.

    47

  • d. VJP (volume jam perencanaan) : jumlah lalu lintas yang direncanakan akan

    melintasi suatu penampang jalan selama 1 jam untuk perencanaan.

    B. Data Teknis

    Data teknis jalan beton yang akan direncanakan adalah sebagai berikut :

    a. Umur rencana = 20 tahun

    b. Tebal Pondasi bawah (dengan batu pecah) = 15 cm

    c. Faktor gesekan pondasi = 1,5 (batu pecah)

    d. MR beton = 40 kg/ cm3

    e. Fs BJTU 39 = 3390 kg/ cm3

    f. Pertumbuhan lalu lintas = 5% per tahun

    g. Peranan Jalan = arteri

    h. Koefisien distribusi jalur = 0,7 (2 jalur 1 arah, Tabel 2.2)

    Rekapitulasi jumlah kendaraan dan konfigurasi bebannya ditunjukkan dalam Tabel 5.2.

    Tabel 5.2. Rekapitulasi Jumlah Kendaraan dan Konfigurasi Beban

    48

  • Jenis Kendaraan Konfigurasi dan Beban VJP LHR (VJP/ 15%) Jumlah Sumbu

    Mobil Penumpang (1 + 1) ton = 2 ton 123 820 -

    Bus (3 + 5) ton = 8 ton 40 267 533

    Truk 2 as (2 + 4) ton = 6 ton 47 313 627

    truk 3 as (6 + 14) ton = 20 ton 26 173 346

    C. Perencanaan Tebal Pelat Beton

    1. Menghitung Jumlah Kendaraan Niaga (JKN) selama umur rencana (20 tahun).

    JKN = 365 x JKNH x R

    JKNH = jumlah bus + jumlah truk 2 as + jumlah truk 3 as

    = 267 + 313 + 173

    = 753 kendaraan

    Faktor pertumbuhan (R) =

    = ,

    ,

    = 33,06

    Sehingga diperoleh

    49

  • JKN = 365 x JKNH x R

    = 365 x 753 x 33,06

    = 9.092.035 kendaraan

    2. Menghitung Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Harian (JSKNH) dan Jumlah Sumbu

    Kendaraan Niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun).

    JSKN = 365 x JSKNH x R

    JSKNH = sumbu bus + sumbu truk 2 as + sumbu truk 3 as

    = 533 + 627 + 347 = 1507

    Sehingga diperoleh

    JSKN = 365 x JSKNH x R

    = 365 x 1507x 33,06

    = 18.184.071 kendaraan

    3. Menghitung persentase masing- masing beban sumbu dan jumlah repetisi yang akan

    terjadi selama umur rencana (20 tahun). Perhitungan ditunjukkan dalam Tabel 5.3.

    50

  • 51

    Tabel 5.3. Persentase Beban Sumbu dan Jumlah Repetisi Selama

    Umur Rencana (20 Tahun).

    Konfigurasi Sumbu

    Volume Beban Sumbu (ton)

    % Konfigurasi sumbu* Jumlah Repetisi**

    STRT (truk 2 as) 313 2 3,11 % 19,85 x 104

    STRT (bus) 267 3 2,65 % 16,89 x 104

    STRG (truk 2 as) 313 4 3,11 % 19,85 x 104

    STRG (bus) 267 5 2,65 % 16,89 x 104

    STRT (truk 3 as) 173 6 1,46 % 9,29 x 104

    STRG (truk 3 as) 173 14 1,46 % 9,29 x 104

    *) Konfigurasi =

    JSKNH

    **) Jumlah repetisi = JKN x konfigurasi sumbu x koef. distribusi jalur (Tabel 2.2)

    4. Perhitungan tebal pelat beton ditunjukkan dalam Tabel 5.4 dan 5.5.

  • Tabel 5.4. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 12 cm, MR 40 kg/cm2 )

    Konfigurasi

    Sumbu

    Beban Sumbu

    (ton)

    Beban Sumbu

    Rencana

    Fk = 1,1

    Repetisi Beban

    Tegangan yang

    Terjadi

    (kg/ cm2) *

    Perbadingan

    Tegangan **

    Jumlah Repetisi Beban

    yang Diizinkan (Dari

    Tabel 4.7)

    % Fatigue ***

    STRT 2 2 x 1,1 = 2,2 19,85 x 104 - - - 0

    STRT 3 3 x 1,1 = 3,3 16,89 x 104 - - - 0

    STRG 4 4 x 1,1 = 4,4 19,85 x 104 - - - 0

    STRG 5 5 x 1,1 = 5,5 16,89 x 104 - - - 0

    STRT 6 6 x 1,1 = 6,6 9,29 x 104 26,3 0,66 6000 15,48

    STRG 14 14 x 1,1 = 15,4 9,29 x 104 31 0,78 210 442,53

    Total fatigue 458,01

    *) Gambar ke Nomogram Gambar 2.8, 2.9, atau 2.10.

    **) Perbandingan tegangan = T

    MR

    ***) % Fatigue = R J

    Dengan tebal pelat 12 cm didapatkan bahwa total fatigue yang terjadi 458, 01 % (> 100%), maka perhitungan harus diulang lagi dengan

    pelat dipertebal menjadi 15 cm.

    52

  • 53

    Tabel 5.5. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 15 cm, MR 40 kg/cm2 )

    Konfigurasi

    Sumbu

    Beban sumbu

    (ton)

    Beban sumbu

    rencana

    Fk = 1,1

    Repetisi beban

    Tegangan yang

    terjadi

    (kg/ cm2)*

    Perbadingan

    tegangan **

    Jumlah repetisi

    beban yang diizinkan (Dari Tabel 4.7)

    % Fatigue ***

    STRT 2 2 x 1,1 = 2,2 19,85 x 104 - - - 0

    STRT 3 3 x 1,1 = 3,3 16,89 x 104 - - - 0

    STRG 4 4 x 1,1 = 4,4 19,85 x 104 - - - 0

    STRG 5 5 x 1,1 = 5,5 16,89 x 104 - - - 0

    STRT 6 6 x 1,1 = 6,6 9,29 x 104 19,8 0,50 - 0

    STRG 14 14 x 1,1 = 15,4 9,29 x 104 23,8 0,60 32000 2,90

    Total fatigue 2,90

    *) Gambar ke Nomogram Gambar 2.8, 2.9, atau 2.10.

    **) Perbandingan tegangan = T MR

    ***) % Fatigue = R J

    Dengan tebal pelat 15 cm terlihat bahwa total fatigue yang terjadi hanya 2,90 % (< 100%), maka perhitungan sudah cukup dan tebal

    pelat 15 cm dapat digunakan.

  • D. Perencaaan Tulangan

    a. Koefisien gesekan pelat dengan pondasi (F) = 1,5 (batu pecah)

    b. Jarak antar sambungan (L) = 10 m

    c. Tebal pelat (h) = 0,15 m

    d. Tegangan tarik baja (fs) = 240 MPa

    e. Mutu beton (fc) = 40 kg/cm2

    f. Berat jenis beton = 2400 kg/ cm2

    g. Kuat tarik beton (Fct) 0,4 0,5 MR = 20 kg/cm2

    h. Modulus elastisitas baja (Es) = 20000 kg/cm2

    i. Tegangan leleh baja (fy) = 3900 kg/cm2

    j. Modulus elastisitas beton (Ec) = 1400 = 22136 kg/cm2

    k. Gravitasi (g) = 9,81 m/s2

    1. Tulangan Melintang

    As = FLM

    = , , ,

    = 110,36 mm2

    Dipakai tulangan diameter 10 mm

    As = d2

    = x 3,14 x 102 = 78,5 mm2

    54

  • Jumlah tulangan = ,

    , = 1.4 (dipakai buah 2 tulangan) 2D10 500 mm

    Karena berdasarkan peraturan penulangan untuk arah melintang harus berjarak 300

    50 mm, maka digunakan 2D10- 250 mm.

    Gambar penulangan arah melintang setiap meter ditunjukkan pada Gambar di bawah

    ini.

    Gambar 5.1. Penulangan Arah Melintang Setiap Meternya

    2. Tulangan Memanjang

    Ps = F

    F.F (1,3 0,2F)

    =

    , (1,3 0,2 x 1,5)

    = 0,515 %

    55

  • As perlu = Ps x 1000 x tebal pelat

    = 0,00515 x 1000 x 150

    = 772,5 mm2

    Dipakai tulangan diameter 12 mm

    As = d2

    = x 3,14 x 122

    = 113,04 mm2

    Jumlah tulangan = ,

    , = 6,8 (dipakai 7 tulangan)

    Maka penggunaan tulangan memanjang adalah 7D12 150 mm.

    Gambar penulangan arah memanjang setiap meter ditunjukkan pada Gambar di bawah

    ini.

    Gambar 5.2. Penulangan Arah Memanjang Setiap Meternya

    56

  • Penulangan untuk arah memanjang dan melintang setiap segmen ditujukkan pada

    Gambar di bawah ini.

    Gambar 5.3. Penulangan Arah Memanjang dan Melintang Setiap Segmen

    Gambar 5.4. Tanpak Samping Jalan yang telah Dicor Beton

    57

  • Gambar 5.5. Bagian- bagian Jalan Beton Bertulang yang Direncanakan

    Gambar 5.6. Jalan Beton Bertulang yang Direncanakan

    58

  • BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.

    A. Kesimpulan

    Dari penelitian Desain dan Aplikasi Perencanaan Jalan Beton ini didapat

    kesimpulan sebagai berikut :

    a. Jenis konstruksi yang cocok dipakai untuk perencanaan jalan beton di Jalan

    Ring Road Timur, perempatan Wonosari adalah tipe JRC (jointed reinforced

    concrete). Dengan konsep ini, crack yang dihasilkan relatif sedikit dan jarak

    sambungan antar segmen menjadi lebih panjang, sehingga jalan menjadi lebih

    nyaman saat dilalui.

    b. Perencanaan untuk tebal lapisan perkerasan jalan beton diperoleh sebesar 15 cm

    dengan total fatigue sebesar 2,90 %.

    c. Penulangan untuk arah memanjang diperoleh sebesar D12 150 mm dan arah

    melintang sebesar D10 250 mm.

    B. Saran

    Dalam pelaksanaan tugas akhir Desain dan Aplikasi Perencanaan Jalan Beton

    ini dibutuhkan kesriusan, kesabaran dan ketelitian, terutama dalam pemasukan dan

    59

  • 60

    pengolahan data, serta dalam perhitungan. Oleh karena itu, Penulis ingin

    menyampaikan beberapa saran yang sekiranya penting sebelum mengerjakan tugas

    akhir tentang jalan, yaitu :

    a. Memahami teori mekanika tanah dan struktur/ konstruksi jalan yang telah

    diajarkan sebelumnya.

    b. Banyak membaca buku referesi tentang teori maupun aplikasi perencanaan

    jalan.

    c. Berkonsultasi kepada Dosen Pembimbing jika menghadapi kesulitan, baik

    dalam pengolahan data maupun dalam pembuatan laporan.

    d. Menjaga kesehatan dan stamina selama mengerjakan tugas akhir ini.

  • RIWAYAT HIDUP

    CURRICULUM VITAE

    Nama : Muhammad Miftakhur Riza

    Jenis Kelamin : Laki- Laki

    Tempat, Tanggal Lahir: Magelang, 08 November 1989

    Agama : Islam

    Alamat Asal : Semalen, Rt 3, Rw 2, No.88. Ngadirojo, Secang- Magelang

    Alamat di Yogyakarta : Jl. Kaliurang km 5,6. Pandega Mandala No 26, Sleman- Yogyakarta

    No HP : 085 643 699 889

    Email : [email protected]

    Blog : www.miftakhurriza.blogspot.com

    : www.engineerwork.blogspot.com

    Riwayat Pendidikan :

    Tingkat Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun

    SD SD Negeri 1 Secang 1997- 2003

    SMP SMP Negeri 13 Magelang 2001-2004

    SMA SMA Negeri 2 Magelang 2005-2007

    Sarjana Muda Jurusan Teknik Sipil, UGM Yogyakarta 2008 - 2011

    Penguasaan Software :

    1. Microsof Office

    2. Adobe Photoshop dan Corel Draw

    3. Autocad 2D

    CurriculumVitae:MuhammadMiftakhurRiza 1

  • 4. Sketch Up 3D

    5. SAP 2000

    6. ETABS

    7. Plaxis

    Karya Ilmiah :

    NO. Judul Pembimbing Tahun

    1 Desain dan Aplikasi Perencanaan Jalan

    Beton, Studi Kasus : Jl. Ringroad Timur,

    Perempatan Jalan Wonosari, Yogyakarta

    1. Suwardo, ST., MT., Ph.D 2011

    2 Perencanaan dan Analisis Bangunan Bertingkat dengan ETABS, Studi Kasus : Hotel Tentrem (9 Lantai), Yogyakarta

    1. Ir. Hotma Prawoto, MT 2. Agus Kurniawan, ST., MT., Ph.D 3. Sularno, ST

    2011

    Soft Skill :

    1. 10 Besar lomba pidato bahasa Inggris kota Magelang (2004).

    2. Pengurus OSIS, seksi Ketaatan Beragama (2001- 2004).

    3. Wakil Rohis (Rohani Islam) dan Divisi Humas Karisma (Keluarga Islam

    Magelang), tahun 2005- 2006.

    4. Pembicara dan motivator untuk pengembangan diri anak- anak panti asuhan,

    Wonosari, Yogyakarta (2010).

    5. Panitia ECC (Engineering Carrier Center), penyelenggara job fair terbesar di

    Indonesia (2011).

    6. Penulis aktif di blog teknik sipil (www.engineerwork.blogspot.com) dan blog

    religi- motivasi (www.miftahurriza.blogspot.com).

    7. Konsultan desain dan promosi pemasaran lembaga pendidikan bahasa Inggris

    HHB (Happy Honey Bee), Condongcatur, Yogyakarta.

    8. Takmir Masjid Al huda, Yogyakarta. Devisi syiar dan pengembangan umat.

    9. Tim Pengajar baca Al Quran untuk anak- anak.

    10. Aktivis dan sub coordinator Tahajud Call Indonesia, wilayah Yogyakarta .

    CurriculumVitae:MuhammadMiftakhurRiza 2

  • Pengalaman Profesi :

    1. Renovasi dan Pengembang Gedung bimbingan belajar HHB, Happy Honey

    Bee, Yogyakarta (2010).

    2. Perencana dan Pengembang Pondok Pesantren Tijanul Ilmi, Magelang (2010).

    3. Konsultan dan Pengembang Masjid Al Huda, Jalan Kaliurang km 5.6,

    Yogyakarta (2010).

    4. Managemen konstruksi dan Pengawas pembangunan Kantor dan Showroom

    Mobil Nissan, cabang Yogyakarta (2010). Kerja sama : PT. Aneka Bangun

    Persada.

    5. Perencana dan Konsultan pembangunan Showroom Mobil Nissan, cabang

    NTT. Kerja sama : PT . Tri Eka Visipratama.

    6. Analisis kerusakan Jembatan Pabelan pasca erupsi Merapi (2010). Kerja sama:

    PT. Adhi Karya.

    7. Managemen konstruksi dan analisis struktur pembangunan Hotel Tentrem (9

    Lantai), Yogyakarta (2010). Kerja sama : PT Waskitha Karya.

    8. Perencana kuda- kuda baja untuk pabrik. Klaten, Yogyakarta (2011). Kerja

    sama : CV. Putera Mandiri.

    9. Pengabdian masyarakat dalam Perencanaan Bendung Lereng Merapi (2011).

    10. Instruktur pelatihan ETABS untuk CV. Putera Mandiri, Yogyakarta (2011).

    11. Analisis kekuatan struktur Gedung Ekonomi UGM 8 Lantai, Yogyakarta

    (2010). Kerja sama : PT. Wijaya Karya.

    12. Analisis kekuatan struktur Gedung Fisipol UGM 6 Lantai, Yogyakarta (2010).

    Kerja sama : PT. Wijaya Karya.

    13. Konsultan analisis struktur Ruko Pademangan 4 lantai, Jakarta (2011).

    14. Dan lain lain.

    CurriculumVitae:MuhammadMiftakhurRiza 3

    CoverHalaman DepanDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARDAFTAR LAMPIRANIntisari

    Perencanaan Jalan BetonBAB I PENDAHULUANBAB II TINJAUAN PUSTAKABAB III METODOLOGIBAB IV PEMBAHASANBAB V APLIKASI PERENCANAAN JALAN BETONBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    Tentang Penulis