Web viewTanaman padi dapat hidup di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah...
Transcript of Web viewTanaman padi dapat hidup di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah...
I. PENDAHULUHAN
A. LATAR BELAKANG
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia.
Usahatani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan bagi
sekitar 21 juta rumah tangga pertanian. Selain itu, beras juga merupakan komoditas politik
yang sangat strategis, sehingga produksi beras dalam negeri menjadi tolok ukur
ketersediaan pangan bagi Indonesia. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika campur
tangan pemerintah Indonesia sangat besar dalam upaya peningkatan produksi dan stabilitas
harga beras. Kecukupan pangan (terutama beras) dengan harga yang terjangkau telah
menjadi tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian. Kekurangan pangan bisa
menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial, dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas
nasional.
Badan Pusat Statistik telah merilis Angka Ramalan I (ARAM I) produksi padi tahun
2011. Diperkirakan mencapai 67,31 juta ton GKG. Produksi ini naik 895,86 ribu ton
(1,35%) bila dibandingkan dengan Angka Sementara (ASEM) 2010 sebesar 66,41 juta ton
GKG. Sedangkan target yang ingin dicapai oleh pemerintah sebesar 70,6 juta ton pada
tahun 2011.
Dalam rangka mendukung program 4 (empat) sukses pembangunan pertanian yang
telah dicanangkan Kementerian Pertanian maka pada tahun 2011 dan untuk mendukung
Badan Penyuluhan dan pengembangan SDM Pertanian mendukung program peningkatan
produksi beras nasional (P2BN) dengan tugas pokok dan fungsi meningkatkan SDM
pertanian melalui Diklat yang diawali dengan pelaksanaan TOMT Agribisnis Padi tingkat
nasional, TOT Agribisnis Padi tingkat regional dan Diklat Teknis Agribisnis Padi di
seluruh UPT Diklat Pertanian se Indonesia.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Bahan ajar ini memberikan pemahaman tentang teknologi budidaya padi mulai dari :
Agroekosistem padi, Komponen Teknologi Dasar, Pilihan dan Pola Tanam dalam Spesifik
Lokalita.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah pembelajaran, peserta dapat menguasai teknologi budidaya padi.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah selesai belajar diharapkan peserta dapat :
a. Menjelaskan persyaratan lahan (Agroekosistem) yang sesuai untuk tanaman padi
b. Menyebutkan Komponen Teknologi Dasar dan Teknologi pilihan
c. Menyebutkan Pola-pola tanam pada budidaya padi
D. POKOK BAHASAN
1. Agro ekosistem padi.
2. Komponen teknologi budidaya padi.
3. Pola tanam budidaya padi.
E. SUB POKOK BAHASAN
1. Agroekosistem padi sawah
2. Agroekosistem padi gogo
3. Komponen teknologi dasar
4. Komponen teknologi pilihan
5. Pola tanam.
F. METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran ini adalah
gabungan berbagai metode pembelajaran orang dewasa seperti : ceramah, tanya jawab, dan
diskusi.
G. WAKTU
Waktu pembelajaran materi ini adalah sebanyak 4 JP @ 45 menit
Teori Fungsional 1
II. PENGENALAN AGROEKOSISTEM TANAMAN PADI
A. Tanaman Padi Sawah
1. Iklim
Tanaman padi dapat hidup di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap
air. Curah hujan rata-rata 200 mm per bulan, dengan distrubusi selama 4 bulan, curah
hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan tanaman padi 23o C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi sekitar
0-1500 m dpl.
2. Tanah
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan
fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam
jumlah yang cukup.
Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22
cm dengan PH antara 4-7.
Gambar 1. Lahan sawah yang dilengkapi dengan sistem irigasi
2. Tanaman Padi Gogo
a. Iklim
Padi gogo tumbuh baik di daerah dengan curah hujan 875 - 1000 mm per 3,5 - 4
bulan. Di Indonesia, curah dan periode hujan bervariasi, tidak hanya antar daerah tetapi
juga di daerah itu sendiri. Curah hujan tahunan sebesar 1000 mm atau 200 mm/bulan
selama pertumbuhan cukup memadai bagi tanaman padi gogo untuk berproduksi.
Curah hujan kurang dari 200 mm/bulan menyebabkan pertumbuhan terhambat.
Adakalanya curah hujan harian menjadi lebih penting dibandingkan curah hujan bulanan
atau tahunan. Curah hujan harian 200 mm menyebabkan tanaman mengalami stress
karena kondisi lahan yang terlalu lembab ( moisture stress), dan tanaman menderita
kekeringan bila tidak ada hujan selama 20 hari.
Padi gogo yang tumbuh pada musim berawan dan suhu 24-250C umumnya
memberikan hasil yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan, makin tinggi intensitas
cahaya matahari pada saat tanaman dalam pase reproduktif sampai pemasakan gabah,
makin baik hasil padi gogo. Dilain pihak, intensitas cahaya matahari yang diharapkan
mencapai 16,5 kcal/cm2 pada pase pengisian sampai pase pemasakan gabah jarang terjadi.
b.Tanah
Karakteristik lahan pada daerah pertanaman padi gogo cukup beragam sebagaimana
halnya kondisi iklim. Tekstur tanah bervariasi dari pasir sampai liat, pH (kemasaman
tanah) 3-10, kandungan bahan organik 1-50%, kandungan garam 0-1%, dan ketersediaan
nutrisi bervariasi dari defisiensi akut sampai berlimpah.
Tekstur tanah mempengaruhi nilai kelembaban tanah melebihi sifat lainnya, kecuali
tofografi. Tekstur tanah merupakan hal yang penting di areal pengembangan padi gogo
yang tidak punya pengikat untuk menahan kelembaban. Profil tekstur tidak hanya
dilapisan atas, tetapi juga di lapisan bawah. Jika bagian bawah tanah mempunyai cukup
liat, maka fungsi tekstur lapisan atas menjadi berkurang.
Tanah grumusol dan andosol sangat peka erosi, sementara tanah mediteran merah-
kuning dan regosol peka erosi. Litosol yang mempunyai solum dangkal dan biasanya
berasosiasi dengan regosol, mediteran, dan grumusol dapat dikategorikan sebagai jenis
tanah yang telah tererosi. Tanah aluvial berada di bagian lembah dan tidak terancam
erosi. Tanah Planosol pada dataran rendah yang berombak mempunyai kesuburan rendah
dan berpeluang tererosi. Di antara jenis tanah tersebut hanya latosol yang tahan erosi.
Gambar 2 . Tanah yang sudah diolah
Gambar 3. Tanah yang teksturnya miring dibuat terasering, untuk mencegah erosi.
Teori Fungsional 2III. TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI
Teknologi budidaya padi yang dianjurkan adalah teknologi yang dirakit berdasarkan
pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) sebagai suatu pendekatan yang diyakini
mampu mengoptimalkan produktivitas. Secara sederhana PTT dapat diartikan sebagai suatu
pendekatan inovatif dalam pengelolaan tanaman dengan memadukan sejumlah komponen
teknologi dan sumberdaya sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal, keuntungan
maksimal dan sumberdaya alam terjaga kelestariannya untuk menjamin pertanian
berkelanjutan.
Berdasarkan pengertian tersebut PTT tidak sekedar meningkatkan produktivitas, tetapi
mengupayakan agar sumberdaya dan modal dimanfaatkan secara efisien untuk memperbesar
pendapatan. Pemanfaatan saprodi khususnya pupuk, pestisida, dan air, didasarkan pada
kebutuhan tanaman agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Berpedoman pada pengertian diatas, maka paket teknologi PTT dirumuskan berdasarkan
4 prinsip dasar yaitu:
1. Sinergi, paket teknologi tersusun atas komponen teknologi terbaik yang satu sama lain
saling mendukung sehingga menghasilkan kinerja maksimal.
2. Partisipatif, petani harus berperan aktif dalam penentuan, penerapan dan evaluasi paket
teknologi yang akan diterapkan.
3. Dinamis, teknologi yang diterapkan bukan merupakan paket tetap namun dapat berubah
sesuai perkembangan/kemajuan, perubahan dilakukan apabila dipandang lebih
menguntungkan.
4. Spesifik lokasi, paket teknologi yang diterapkan tidak mesti seragam namun disesuaikan
dengan kondisi agroekosistem, dan kondisi sosil-ekonomi petani, sehingga paket teknologi
PTT di suatu tempat dapat berbeda dengan paket teknologi PTT di tempat lain.
Mengacu pada pengertian PTT dan empat prinsip dasar tersebut, paket teknologi PTT
dipilah menjadi 2 yaitu teknologi dasar dan teknologi pilihan untuk mengakomodir perbedaan
lingkungan antar lokasi.
1. Teknologi Dasar
Merupakan komponen teknologi yang harus diterapkan pada budidaya padi dengan
tetap mempertimbangkan kondisi spesifik lokasi meliputi:
a. Varietas unggul baru (VUB) yaitu varietas unggul padi yang dilepas dalam beberapa
tahun terakhir yang disesuiakan dengan agroekosistem dan hama penyakit endemis di
wilayah tertentu.
Untuk daerah endemis penyakit tungro dianjurkan: Bondoyudo, Tukad Patanu, Tukad
Unda, Kalimas, Inpari 7, Inpari 8 dam Inpari 9 untuk daerah endemis Tungro.
Untuk daerah endemis penyakit kresek (HDB) dianjurkan : Code, Angke, Inpari 1,
Inpari 4, dan Inpari 6.
Untuk daerah endemis penyakit blas dianjurkan: Lok Ulo, Batang Piaman, Batang
Lembang
Untuk daerah endemis hama wereng coklat dianjurkan: Konawe, Wera, Inpari 13
b. Benih bermutu dan berlabel, yaitu benih yang memenuhi standar mutu yang ditandai
dengan dikeluarkannya sertifikat BPSB., ciri-ciri benih tertera dengan jelas dalam label.
Benih bermutu dan berlabel djamin benih sumbernya, keseragamannya dan
kemurniannya
c. Pemberian bahan organik, sangat perlu ditambahkan karena bahan organik dapat
memperbaiki sifat fisik dan bilogis tanah. Bahan organik yang memadai akan
meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air, sumber energi mikroba tanah dan
memperbaiki keseimbangan unsur hara tanah. Berdasarkan hasil analisis tanah dari
seluruh wilayah di NTB, kandungan bahan organik tanah berada pada titik yang
menghawatirkan yakni berkisar 0,8%-1,2%, padahal kandungan bahan organik tanah
yang tergolong normal adalah 2,5%. Untuk meningkatkan bahan organik tanah sebesar
1,0% diperlukan sekitar 24 t kompos/ha. Penambahan bahan organik tanah dapat
dilakukan dengan mengembalikan jerami padi kedalam tanah (jangan dibakar) karena
selain meningkatkan bahan organik juga bermanfaat untuk meningkatkan kandungan
unsur Kalium tanah.
d. Pengaturan populasi tanaman secara optimum, populasi optimum penting artinya untuk
memberikan ruang tumbuh yang sama bagi setiap rumpun tanaman sehingga penggunaan
lahan menjadi efisien. Populasi optimum dapat diperoleh dengan pengaturan jarak tanam.
Penanaman padi dengan jajar tegel maupun jajar legowo memberikan hasil lebih tinggi
dibanding jarak tanam tidak beraturan. Dari sejumlah pengkajian diketahui bahwa
penanaman padi dengan jajar legowo 2:1 memberikan hasil tertinggi disbanding jajar
tegel maupun jajar legowo 4:1. Hal ini disebabkan seluruh rumpun tanaman mendapatkan
pengaruh tanaman pinggir (border effect) karena kedua barisan tanaman berada pada
jarak antar baris yang cukup lebar (40 cm).
e. Pemupukan berdasarkan status hara tanah, merupakan strategi yang paling rasional untuk
meningkatkan produktivitas dengan pemupukan yang efisien. Dengan pendekatan ini
jenis pupuk dan takaran pupuk yang diaplikasi sesuai kebutuhan tanaman dan terhindar
dari pemborosan pupuk. Status hara tanah dapat diketahui dari hasil analisis sampel tanah
di Laboratorium atau dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) yang
dapat dipergunakan oleh penyuluh lapangan dan hasil analisis dapat diketaui secara
instan.
Pemupukan berdasarkan status hara tanah dianjurkan untuk pemupukan P dan K
sedangkan untuk pemupukan N menggunkan alat bantu Bagan Warna Daun (BWD)
f. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan pendekatan Pengendalian
Hama Terpadu (PHT), prinsip dasar pendekatan PHT adalah memadukan sejumlah
komponen pengendalian yang saling bersinergi dengan mengutamakan pengendalian non
kimiawi. Komponen PHT untuk tanaman padi meliputi:
Penanaman serempak dengan interval 5 hari pada luasan minimal 50 ha dalam satu
hamparan
Penanaman varietas tahan
Pertanaman selalu dalam kondisi bebas gulma
Hindari penggunaan pupuk N berlebihan
Utamakan pengendalian hayati
Pestisida hanya digunakan apabila tingkat serangan atau populasi hama mencapai
ambang kendali.
2. Teknologi Pilihan
Teknologi Pilihan, merupakan komponen teknologi yang disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan petani setempat, diterapkan sebagai kelengkapan komponen teknologi dasar
yang meliputi:
a. Penanaman bibit muda (kurang dari 21 hari), bibit muda memiliki kemampuan
membentuk anakan lebih banyak, tidak mengalami cekaman berlebihan pasca pindah
tanam
b. Menanam bibit 1-3 batang per rumpun, jumlah bibit sedikit (1-3 batang)/rumpun) lebih
berpotensi untuk memberikan hasil tinggi dibanding bibit banyak (> 3 batang/rumpun).
Dengan 1-3 batang bibit/rumpun, tanaman akan memperoleh hara, air, oksigen dan sinar
dalam jumlah yang cukup, tidak terjadi persaingan berlebihan sehingga tanaman akan
tumbuh subur sejak fase pertumbuhan awal, sehingga membentuka anakan produktif
lebih banyak. Selain itu penanaman benih sedikit menghemat penggunaan benih hingga
60%.
c. Pengairan secara efektif dan efisien, dengan metode pengairan berselang (intermittent)
untuk menciptakan kondisi basah dan kering secara bergantian. Pengairan berselang akan
meningkatlkan suplai oksigen ke dalam tanah ketika petakan dalam kondisi kering
sehingga penyerapan oksigen oleh tanaman maksimal. Dalam kondisi kering
pertumbuhan akar akan semakin cepat menyebabkan radius perakaran lebih luas
sehingga penyerapan hara lebih tinggi. Pengairan berselang dapat menghemat
penggunaan air hingga 40%.
d. Penyiangan dengan landak atau gasrok, dianjurkan untuk penghematan tenaga kerja
penyiangan dan mendapatkan hasil penyiangan yang bersih serta tanah sekitar perkaran
lebih melumpur.
e. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok yakni ketika sekitar 90% gabah dalam
malai telah menguning dan sangat tergantung pada varietas padi yang ditanam. Panen
terlambat menyebabkan kehilangan hasil akibat kerontokan atau tanaman rebah karena
batang tanaman mengering. Panen sebelum waktunya menyebabkan kehilangan hasil
akibat tingginya persentase gabah hampa/gabah muda.
Teori Fungsional 3POLA TANAM PADI SPESIFIK LOKALITA
A. Pengertian
Pola tanam adalah pergiliran tanam setahun dengan tanaman sejenis atau tanaman lain
pada agroekosistem tertentu yang disesuaikan dengan potensi komoditas, kondisi lingkungan
dan sumberdaya tersedia.
B. Tujuan Penerapan Pola Tanam.
Adapun tujuan penerapan pengaturan pola tanam adalah sebagai berikut :
1. Memaksimalkan pemanfaatan lahan,
Umumnya tanaman padi dan palawija berumur pendek yaitu berkisar 80-125 hari
sehingga dalam kurun waktu satu tahun, lahan dapat ditanami lebih dari sekali. Bila
kondisi memungkinkan yakni irigasi cukup sisa waktu yang cukup panjang sebaiknya
dimanfaatkan untuk tanaman potensial. Tanaman yang dianjurkan setelah padi adalah
palawija berupa kacang-kacangan karena tanaman ini dapat meningkatkan kesuburan
tanah untuk tanaman berikutnya.
2. Memutus siklus hama dan penyakit,
Dalam penerapan pola tanam dianjurkan untuk melakukan pergiliran tanaman dengan
tanaman tidak sejenis, strategi ini sangat penting untuk memutus siklus kehidupan hama
penyakit. Penanaman tanaman sejenis secara berturut-turut sepanjang tahun berarti
menyediakan media dan makanan untuk berkembangnya hama penyakit. Bila kondisi ini
berlangsung dalam kurun waktu panjang dapat menyebabkan suatau wilayah menjadi
lingkungan endemis hama/penyakit.
3. Menciptakan suasana lingkungan optimal untuk pertumbuahan tanaman,
Pola tanam dengan pergiliran tanaman padi dengan tanaman palawija berarti menciptakan
pergiliran suasana dari basah menjadi kering. Kondisi kering menyebabkan meningkatnya
suplai oksigen kedalam tanah yang sangat penting untuk kehidupan mikroba aeroob yang
berfungsi mendekomposisi bahan organik. Kondisi kering bermanfaat untuk
mengeliminasi asam sulfida dan oksida besi yang dapat meracuni tanaman padi.
C. Pola tanam yang umum di sawah irigasi
Pola tanam yang umum dilakukan disawah irigasi :
1. Padi-Padi-Palawija,
Pola tanam yang dianjurkan karena diharapkan dapat memutus siklus hama penyakit dan
menciptakan kondisi kering selama semusim untuk memulihkan keseimbangan unsur
hara dan menciptakan kesempatan untuk berlangsungnya perombakan (dekomposisi)
bahan organik oleh mikroba aerob.
2. Padi-Palawija-Bero,
Pola tanam yang meluas diterapkan di agroekosistem sawah tadah hujan, pada pola tanam
ini palawija hanya memanfaatkan air hujan dipenghujung musim hujan. Kondisi bero
selama semusim berpengaruh baik pada pemulihan kesuburan dan memperbaiki kondisi
fisik tanah.
3. Padi-Padi-Padi,
Pola tanam yang dominan diterapkan di sawah irigasi yang ketersediaan airnya berlebih
sepanjang tahun sehingga tidak sesuai untuk tanaman non padi. Penerapan pola tanam ini
harus diperkuat dengan antisipasi terhadap serangan OPT dengan pemantauan intensif.
Bila terjadi penyimpangan iklim khususnya Lanina penanaman padi tiga kali berturut-
turut tidak dianjurkan karena hujan yang terus menerus akan meningkatkan populasi
hama tertentu dan memperluas sebaran penyakit yang disebabkan jamur.
RANGKUMAN
1. Tanaman padi sawah cocok pada iklim berhawa panas dan banyak mengandung uap air
dengan curah hujan rata-rata 200 mm per bulan dengan distribusi selama 4 bulan. Tanah
yang untuk pertumbuhan padi sawah dengan kandungan fraksi pasir, debu dan lempung
dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup serta pH
tanah yang dibutuhkan berkisar antara 4-7.
2. Padi gogo tumbuh baik di daerah dengan curah hujan 875- 1000 mm per 3,5 - 4 bulan.
Curah hujan tahunan sebesar 1000 mm atau 200 mm/bulan selama pertumbuhan cukup
memadai bagi tanaman padi gogo untuk berproduksi. Curah hujan kurang dari 200
mm/bulan menyebabkan pertumbuhan terhambat. Adakalanya curah hujan harian menjadi
lebih penting dibandingkan curah hujan bulanan atau tahunan. Curah hujan harian 200 mm
menyebabkan tanaman mengalami stress karena kondisi lahan yang terlalu lembab
( moisture stress), dan tanaman menderita kekeringan bila tidak ada hujan selama 20 hari.
Tekstur tanah bervariasi dari pasir sampai liat, pH (kemasaman tanah) 3-10, kandungan
bahan organik 1-50%, kandungan garam 0-1%, dan ketersediaan nutrisi bervariasi dari
defisiensi akut sampai berlimpah. Tekstur tanah merupakan hal yang penting di areal
pengembangan padi gogo yang tidak punya pengikat untuk menahan kelembaban. Profil
tekstur tidak hanya dilapisan atas, tetapi juga di lapisan bawah.
3. Prinsip dasar paket teknologi PTT yaitu a). Sinergi, paket teknologi tersusun atas komponen
teknologi terbaik yang satu sama lain saling mendukung sehingga menghasilkan kinerja
maksimal, b). Partisipatif, petani harus berperan aktif dalam penentuan, penerapan dan
evaluasi paket teknologi yang akan diterapkan, c). Dinamis, teknologi yang diterapkan
bukan merupakan paket tetap namun dapat berubah sesuai perkembangan/kemajuan,
perubahan dilakukan apabila dipandang lebih menguntungkan dan d). Spesifik lokasi, paket
teknologi yang diterapkan tidak mesti seragam namun disesuaikan dengan kondisi
agroekosistem, dan kondisi sosil-ekonomi petani, sehingga paket teknologi PTT di suatu
tempat dapat berbeda dengan paket teknologi PTT di tempat lain.
4. Paket teknologi PTT dipilah menjadi 2 yaitu komponen teknologi dasar dan komponen
teknologi pilihan untuk mengakomodir perbedaan lingkungan antar lokasi.
5. Komponen teknologi dasar meliputi a).Varietas unggul baru (VUB), b). Benih bermutu dan
berlabel, c). Benih bermutu dan berlabel, d). Pemberian bahan organik, e).Pengaturan
populasi tanaman secara optimum, f). Pemupukan berdasarkan status hara tanah,
h). Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan pendekatan Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Sedangkan komponen teknologi pilihan meliputi a). Penanaman
bibit muda (kurang dari 21 hari), b). Menanam bibit 1-3 batang per rumpun, c). Pengairan
secara efektif dan efisien, dengan metode pengairan berselang (intermittent), d). Penyiangan
dengan landak atau gasrok, e). Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.
6. Pola tanam adalah pergiliran tanam setahun dengan tanaman sejenis atau tanaman lain pada
agroekosistem tertentu yang disesuaikan dengan potensi komoditas, kondisi lingkungan dan
sumberdaya tersedia.
7. Pola tanam yang umum dilakukan disawah irigasi a) Padi-Padi-Palawija, b). Padi-Palawija-
Bero, c). Padi-Padi-Padi.
PUSTAKA ACUAN
Anonimous, 2008. Pelatihan TOT SL-PTT Padi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembagan Pertanian., Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Anonimous, 2010. Panduan Umum Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi Gogo. Badan Penelitian dan Pengembnagan Pertanian., Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Anonimous, 2004. Petunjuk Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor.
Anonimous, 2004. Petunjuk Lapang. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Meningkatkan Hasil dan Pendapatan Menjaga Kelestarian Lingkungan. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatra Utara, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusatenggara Barat. Balai Penelitian Tanaman Padi International Rice Research Institute.
Anonimous, 2007. Petunjuk Teknis Lapang. Daerah Pengembangan dan Anjuran Budidaya Padi Hibrida. Badan Pnelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Hamdan Pane Dkk, 2010. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Lahan Rawa Pasang Surut. Bian dan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian.
Pane Hamdan dkk, 2010, PTT Padi Lahan Rawa Pasang Surut, Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian.
Samaullah Yamin.dkk. 2008. Modul TOT SL- Padi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai BesarPenelitian Tanaman Padi, Sukamandi, Subang.
Suprihatno Bambang dkk, 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengem bangan Pertanian Kementrian Pertanian Sukamandi.
Samaullah Yamin.dkk, 2008, Modul TOT SL- Padi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai BesarPenelitian Tanaman Padi, Sukamandi, Subang.
Wahyuni, S.U.S. Nugraha dan Soejadi.2004. Karakteristik Dormansi dan Metode Efektif untuk pematahan dormansi benih plasmanutfah padi. Jurnal Peneltian Tanaman Pangan.
Zaini Zulkifli dkk, 2010, Pedoman Umum PTT Padi Sawah, Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian.